penilaian kinerja keuangan sebagai dasar penetapan ... · diperoleh lebih rendah dari nilai equitas...
TRANSCRIPT
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN STRATEGI MARKETING
PT. BANK AGRO NIAGA,Tbk.
IKHWAN, HS
H251090211
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis penilaian kinerja keuangan sebagai
dasar penetapan strategi merketing Bank Agro Niaga Tbk, adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dari bagian akhir
tesis ini.
Bogor, Februari 2012
Ikhwan, HS
NRP H251090211
ii
ABSTRACT
IKHWAN HS. The Financial Performance Assessment as a Basic for Determination of Marketing Strategic of Bank Agro Niaga,Tbk. Under direction 0f ABDUL KOHAR IRWANTO and WILSON H. LIMBONG
The research objective was to analyze the financial performance of Bank Agro Niaga with Financial Performance Ratio, Economic Value Added and Market Value Added to establish a marketing strategy. The method used in this study is the observation technique using secondary data and primary sources of documentation and literature studies. The research sample included 18 Agro is a bank branch office. The method used is non-probability sampling with judgment sampling technique. Techniques of data analysis be descriptive, and quantitative analysis by calculating manually to financial ratio analysis, EVA and MVA analysis and stock returns. While the trend analysis and forecasting using MINITAB. To use a SWOT analysis of marketing strategies. Research shows the financial performance of banks considered unhealthy unless the CAR standards comply with Bank Indonesia. EVA analysis results show the performance of the bank did not provide the economic added value to shareholders, because of lower profits derived from the value of equity issued. MVA results also show the added value that creates wealth market shareholders, where book value is less than market capitalization. Similarly, results of analysis of stock returns are not positive return for investors. The results of the bank's financial performance trend analysis showed a positive trend Unless Return on Equity (ROE) is negative. Marketing strategy formulation is an alternative choice Bank Agro is focused on future growth strategies: Diverentiated product, Cash Flow,Promotion and Brand Equity, Repositioning and Good Corporate Governance Keywords : Financial Performance Ratio, Economic Value Added, Market Value Added, Market Capitalization, Return, Diverentiated product, Cash Flow, Promotion and Brand Equity, Repositioning, Good Corporate Governance
iii
RINGKASAN
IKHWAN HS. Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT. Bank Agro Niaga,Tbk. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan WILSON H. LIMBONG. Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir telah
memberikan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% (2010). Trend
pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Perbankan
Nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah Bank Umum Swasta
Nasional Non Devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank dari total
Bank umum lainnya 122 Bank. Kondisi pasar yang semakin kompetitif,
menyebabkan BUSN non devisa akan menghadapi persaingan yang sangat ketat.
Secara internal Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum
menunjukan kinerja yang baik, manajemen belum optimal menggunakan strategi
sesuai dengan target pasarnya. Bank Agro terlalu berfokus pada captive market
yaitu perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) Dalam perkembangannya
selama ini Bank Agro belum memperluas pangsa pasarnya pada perusahaan
Agrobisnis dalam skala yang lebih besar.
Dari sisi pasar (customer) bank belum mampu memberikan keuntungan
jangka pendek kepada konsumen, sehingga pangsa pasar bank cukup kecil
dibandingkan rata-rata industrinya. Dari segi pendanaan bank kurang optimal
dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya di
Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki strategi
pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal, misalnya
dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif. Secara umum dampak
terhadap kondisi diatas mempengaruhi kinerja bank seperti total revenue sampai
dengan 2010 terjadi penurunan 5,1% dibandingkan 2009 6,23%. Pertumbuhan
kinerja keuangan yang negatif ini menyebabkan menurunnya sejumlah indikator
financial performance ratio seperti; rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA
(Return on Assets), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio
Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional
(BOPO). Dengan indikasi pertumbuhan revenue bank negative tidak mampu
iv
menciptakan laba ekonomis atau Economic Value Added (EVA) sehingga akan
mengurangi penilaian investor terhadap kinerja bank.
Tujuan penelitian menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank
Agro Niaga dengan menggunakan rasio keuangan FPR, EVA dan MVA.
Menganalisis trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga dalam menentukan
kebijakan strategis pemasaran. Penelitian dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk
Kantor Pusat. Metode yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan
data sekunder dan primer bersumber dari laporan keuangan Bank Agro periode
Desember 2007-Februari 2011. Teknik Analisa data dilakukan secara deskriptif
dan kuantitatif dengan menghitung secara manual rasio keuangan, EVA dan
MVA serta return saham. Sedangkan analisa trend dan forecasting
menggunakan MINITAB. Untuk analisa strategi pemasaran menggunakan
SWOT.
Rasio keuangan Bank Agro dikategorikan tidak sehat menurut ketentuan
Bank Indonesia : No.30/277/KEP/DIR kecuali yang memenuhi persyaratan
adalah CAR dan LDR. Berdasarkan penilaian EVA bank belum mampu
memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham karena laba yang
diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis MVA
menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai tambah
pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder. Demikian juga kinerja
return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan saham bank selama Desember
2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga tidak menghasilkan return yang
positif kepada investor. Sedangkan analisa trend kinerja keuangan bank
menunjukan trend yang positif kecuali trend ROA dan ROE nilai negatif. Artinya
dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank kedepan cukup positif.
Analisis strategi pemasaran dengan SWOT dihasilkan 6 jenis alternatif strategi
(strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T). Matrik IE bank mengunakan strategi
pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal. Analisis QSPM
menghasilkan alternatif strategi berdasarkan urutan prioritas yaitu menciptakan
variasi produk, mengelola Cash Flow, mengembangkan kerjasama promosi dan
memperkuat brand equity, repositioning dan implementasi GCG
v
.
@ Hak Cipta milik IPB,tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tampa izin IPB
vi
Judul Tesis : Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi
Marketing PT.Bank Agro Niaga,Tbk Nama : Ikhwan HS NIM : H251090211
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Wilson H. Limbong, MS Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Sekretaris Ilmu Manajemen Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Dr. Ir. Dahrul syah, M.Sc, A.Gr Tanggal Ujian : 14 Mei 2012 Tanggal Lulus :
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan khususnya dalam penyusunan laporan penelitian ini.Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor dengan judul Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT. Bank Agro Niaga,Tbk.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terimah kasih yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini : 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Prof Dr. Ir.Wilson H.Limbong,MS
selaku dosen pembimbing,yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
2. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang tercinta yang memberikan dukungan dan doa.
3. Bapak Ir.Marshal selaku Direktur Utama PT.Bank Agro Niaga,Tbk telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian ini.
4. Teman-Teman angkatan 3 Ilmu Manajemen yang memberikan dukungan dan doa.
5. Semua pihak yang membantu penulisan tesis ini yang tidak disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,tetapi penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Jakarta, Februari 2012 Ikhwan HS
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bima Nusa Tenggara Barat pada tanggal 27 Maret 1973. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan H. Sirajuddin dan Hj. Faturiah.
Pada tahun 1985, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 02 Ngali Belo Bima, lalu melanjutkan ke sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SMP) 02 Belo Bima dan lulus tahun 1987. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bima dan lulus tahun 1991. Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Merdeka Malang Jurusan Manajemen dan lulus tahun 1996. Setelah lulus Sarjana Strata 1 penulis mengambil Kuliah Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Sekolah Tinggi manajemen dan Bisnis Ganesha Jakarta lulus tahun 2004.
Tahun 2006 Penulis bekerja Pada PT.Madani Semesta Indonesia, sambil mengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Attahiriyah Jakarta dan Universitas Nasional Jakarta.
ix
RINGKASAN
Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir telah
memberikan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% (2010). Trend
pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Perbankan
Nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah Bank Umum Swasta
Nasional Non Devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank dari total
Bank umum lainnya 122 Bank. Kondisi pasar yang semakin kompetitif,
menyebabkan BUSN non devisa akan menghadapi persaingan yang sangat ketat.
Secara internal Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum menunjukan
kinerja yang baik, manajemen belum optimal menggunakan strategi sesuai
dengan target pasarnya. Bank Agro terlalu berfokus pada captive market yaitu
perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) Dalam perkembangannya selama
ini Bank Agro belum memperluas pangsa pasarnya pada perusahaan Agrobisnis
dalam skala yang lebih besar.
Dari sisi pasar (customer) bank belum mampu memberikan keuntungan
jangka pendek kepada konsumen, sehingga pangsa pasar bank cukup kecil
dibandingkan rata-rata industrinya. Dari segi pendanaan bank kurang optimal
dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya di
Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki strategi
pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal, misalnya
dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif. Secara umum dampak
terhadap kondisi diatas mempengaruhi kinerja bank seperti total revenue sampai
dengan 2010 terjadi penurunan 5,1% dibandingkan 2009 6,23%. Pertumbuhan
kinerja keuangan yang negatif ini menyebabkan menurunnya sejumlah indikator
financial performance ratio seperti; rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA
(Return on Assets), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio
Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional
(BOPO). Dengan indikasi pertumbuhan revenue bank negative tidak mampu
x
menciptakan laba ekonomis atau Economic Value Added (EVA) sehingga akan
mengurangi penilaian investor terhadap kinerja bank.
Tujuan penelitian menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro
Niaga dengan menggunakan rasio keuangan FPR, EVA dan MVA. Menganalisis
trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga dalam menentukan kebijakan strategis
pemasaran. Penelitian dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk Kantor Pusat.
Metode yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan data sekunder dan
primer bersumber dari laporan keuangan Bank Agro periode Desember 2007-
Februari 2011. Teknik Analisa data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif
dengan menghitung secara manual rasio keuangan, EVA dan MVA serta return
saham. Sedangkan analisa trend dan forecasting menggunakan MINITAB.
Untuk analisa strategi pemasaran menggunakan SWOT.
Rasio keuangan Bank Agro dikategorikan tidak sehat menurut ketentuan
Bank Indonesia : No.30/277/KEP/DIR kecuali yang memenuhi persyaratan
adalah CAR dan LDR. Berdasarkan penilaian EVA bank belum mampu
memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham karena laba yang
diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis MVA
menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai tambah
pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder. Demikian juga kinerja
return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan saham bank selama Desember
2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga tidak menghasilkan return yang
positif kepada investor. Sedangkan analisa trend kinerja keuangan bank
menunjukan trend yang positif kecuali trend ROA dan ROE nilai negatif. Artinya
dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank kedepan cukup positif.
Analisis strategi pemasaran dengan SWOT dihasilkan 4 jenis alternatif strategi
(strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T). Matrik IE bank mengunakan strategi
pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal. Analisis QSPM
menghasilkan alternatif strategi berdasarkan urutan prioritas yaitu menciptakan
variasi produk, mengelola Cash Flow, mengembangkan kerjasama promosi dan
memperkuat brand equity, repositioning dan implementasi GCG
.
xi
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian...................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah Penelitian .............................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 8 1.5. Batasan Penelitian ................................................................................. 8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank…… ............................................................................................... 9 2.2. Laporan Keuangan................................................................................. 10 2.3. Financial Performance ratio (FPR) ...................................................... 12 2.4. Rasio Kecukupan Modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) .............................................................. 17 2.5. Hasil Pengembalian Equitas
(Return on Equity/ROE)......................................................................... 20 2.6. Return on Asset (ROA) ......................................................................... 21 2.7. Loan to Deposit Ratio (LDR) ............................................................... 22 2.8. Net Interest Margin (NIM) ................................................................... 23 2.9. Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO) ....................... 26 2.10. Konsep Economic Value Added (EVA) ............................................... 27 2.11. Konsep Market Value Added (MVA) .................................................. 31 2.12. Tingkat Pengembalian Harga Saham (Rate of Stock Return) .............. 32 2.13. Strategi Marketing ............................................................................... 33 2.14. Teori Strategi Bauran Pemasaran Jasa ( Service Marketing Mix ) ....... 35
2.15. Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) ........ 36 2.16. Tahapan Kerja Perumusan Strategi ...................................................... 38 2.17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Exsternal Factor
Evaluation (EFE) Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) .............................................................................................. 38
2.18. Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) ................. 41 2.19. Tinjauan Hasil-hasil Penelitian ............................................................ 41
2.20. Diagram Sebab akibat (Causal Loop Diagram) .................................. 42
xii
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian .............................................................................. 45 3.2. Penentuan Lokasi Penelitian.................................................................. 49 3.3. Data dan Sumber Data .......................................................................... 49 3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel ................... 49 3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 50 3.6. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 50
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Wilayah Penelitian ...................................................... 53 4.2. Hasil Penelitian .................................................................................... 54
4.2.1. Kinerja Rasio CAR .................................................................... 55 4.2.2. Kinerja Rasio ROE ................ ................................................... 59 4.2.3. Kinerja Rasio ROA.................................................................... 62 4.2.4. Kinerja LDR ............................................................................. 65 4.2.5. Kinerja NIM .............................................................................. 69 4.2.6. Kinerja BOPO .......................................................................... 74 4.2.7. Analisa EVA .............................................................................. 77 4.2.8. Analisa MVA............................................................................. 80 4.2.9. Analisa Return Saham ............................................................... 83
4.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Bank Agro ..................... 85 4.3.1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) ................................ 86 4.3.2. Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE) ............................. 92
4.4. Penentuan Posisi Bank Agro Niaga ..................................................... 98 4.5. Pemilihan Marketing Strategik Planning ............................................ 100 4.6. Analisa SPACE Matriks ...................................................................... 103 4.7. Penetapan Strategik Marketing Bank Agro Niaga ............................... 109 4.8. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) .................. 114 4.9. Implikasi Manajerial ............................................................................ 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 120 5.2 Saran .............................................................................................. 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kinerja Keuangan Bank Agro Tahun 2007 – 2011 (dalam Jutaan Rupiah) ................................................................................. 5 2 Matrik SWOT .............................................................................................. 38 3 Matrik IFE (Kekuatan) ................................................................................ 85 4 Matrik IFE (Kelemahan) ............................................................................. 88 5 Matrik EFE (Peluang).................................................................................. 91 6 Matrik EFE (Ancaman) ............................................................................... 95 7 Matriks SWOT ............................................................................................ 101 8 Matrik SPACE Analisis Kekuatan Keuangan dan Stabilitas Lingkungan Bisnis ................................................................ 102 9 Matrik SPACE Analisis Keunggulan Kompetitif dan Kekuatan Industri.................................................................................. 105
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kinerja Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005 – 2010 (Jutaan Rupiah) ........................................................... 2 2 Rasio Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005 – 2010 (Persentase)....... 3 3 Matriks SPACE .......................................................................................... 40 4 Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram) ....................................... 44 5 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 51 6 Trend Analysis CAR Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 57 7 Trend Analysis ROE Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 61 8 Trend Analysis ROA Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 64 9 Trend Analysis LDR Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 67 10 Trend Analysis NIM Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 71 11 Trend Analysis BOPO Desember 2007 – Februari 2011............................ 75 12 Trend Analysis EVA Desember 2007 – Februari 2011.............................. 78 13 Trend Analysis MVA Desember 2007 – Februari 2011 ............................. 81 14 Trend Analysis Return Desember 2007 – Februari 2011 ........................... 84 15 Matriks Internal-External (IE) .................................................................... 98 16 Diagram Matriks SPACE Bank Agro Niaga .............................................. 107
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner Riset SWOT ............................................................................... 129 2 Trend Analisa Rasio Keuangan ................................................................... 133 3 Analisa Trend dengan Moving Average ...................................................... 142 4 Analisa Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), SWOT, dan QSPM Bank Agro ..................................... 160 5 Financial Performance Ratio ...................................................................... 165
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir telah
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% di tahun
2010. Trend pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap
kinerja Perbankan Nasional dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan
kredit sebesar 20,10%, Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 13,36%, aset
naik 13,23% dan laba tumbuh sebesar 28,04%. Rasio kredit bermasalah turut
mengalami penurunan sebesar 3,1%, di bawah ketentuan maksimal 5%.
Demikan pula rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)
tetap pada nilai sebesar 16,44% di atas ketentuan minimum 8%. Rasio
keuangan yang positif sebagai ukuran dari aktifitas sektor keuangan yang
sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia,
2010 )
Pertumbuhan kredit Bank Non Devisa tahun 2010 sebesar 36,57% year
on year (yoy), DPK meningkat sebesar 34,03%, dan pendapatan operasional
tumbuh sebesar 35,19%. Rasio kredit bermasalah menurun sebesar 3,1%
dibawah ketentuan maksimal 5%. Demikian juga rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio atau (CAR) terjaga pada tingkat 18,91% jauh diatas
ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%. (Bank Indonesia, 2010).
Menurut Bank Indonesia (2010) jumlah Bank umum swasta nasional
non devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank. Perkembangan
Bank umum swasta nasional non devisa dalam lima tahun ini menunjukan
kinerja yang positif lihat. Kondisi pasar yang semakin kompetitif,
menyebabkan Bank umum swasta nasional non devisa menghadapi
persaingan yang sangat ketat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa
pasar dalam penyaluran kredit hanya mencapai 2,48% tahun 2009 dan tahun
2010 mencapai 2,71%. Total kredit yang disalurakan mencapai Rp. 48.757
juta tahun 2010 di bandingkan tahun 2005 sebesar Rp. 16.842 juta, DPK
2
Tahun 2010 sebesar Rp. 58.950 juta dari tahun 2005 sebesar Rp. 21.970 juta.
Pendapatan operasional Bank juga meningkat dari Rp.2.471 juta Tahun 2005
menjadi Rp.10.395 juta tahun 2010. Pada Gambar 1 dapat dilihat
perkembangan kinerja keuangan Bank Non Devisa tahun 2005-2010.
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kedit 16.842 19.114 23.863 27.112 35.700 48.757
DPK 21.970 24.423 30.491 33.213 43.980 58.950
Pend.Oper 2.471 4.178 5.227 6.854 7.689 10.395
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Kin
erj
a K
ea
na
gn
(Ju
taa
nru
pia
h)
Sumber : Data diolah dari laporan Bank Indonesia 2010
Gambar 1 Kinerja Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005-2010 (Jutaan Rupiah)
Demikian juga perkembangan rasio keuangan meningkat seperti CAR
2010 sebesar 18,91% dari 16,32% Tahun 2005. Rasio ROA meningkat
1,82% 2010 dari 0,96% 2005. Kenaikan dua indikator ini menunjukan kinerja
bank cukup positif diatas standar Bank Indonesia CAR >8% dan ROA <2%.
Sedangkan kemampuan bank dalam peningkatan efisiensi operasional cukup
baik, karena rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 89,91%, dibandingkan tahun
2005 sebesar 97,48%. Sementara itu, perkembangan Loan to Deposito Ratio
(LDR) cukup positif sebesar 79,11% 2010 dibandingkan 2005 sebesar
82,48%. Kecenderungan pertumbuhan rasio keuangan ini menunjukan
perbankan non devisa selama lima tahun memiliki performa positif untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui fungsi intermediasi
3
dalam menjalankan bisnis funding dan lending. Pada Gambar 2 dapat dilihat
rasio keuangan Bank Non Devisa tahun 2005-2010.
2005 2006 2007 2008 2009 2010
LDR 82,48 78,26 78,26 81,66 81,17 79,11
BOPO 97,48 92,25 83,58 87,73 95,02 89,91
CAR 16,32 19,27 23,14 24,44 19,01 18,91
ROA 0,96 2,08 2,99 2,2 1,35 1,82
0
20
40
60
80
100
120
Ra
sio
Ke
ua
ng
an
(%
)
Sumber : Data diolah dari laporan Bank Indonesia 2010
Gambar 2 Rasio Keuangan Bank Non Devisa 2005-2010 (Persentase)
Perbankan nasional dihadapkan pada lingkungan persaingan yang
kompetitif dengan kompleksitas risiko yang tinggi, serta dipengaruhi oleh
stabilitas makro ekonomi seperti pergerakan inflasi, suku bunga, nilai tukar,
dan krisis keuangan di negara lain. Regulasi Bank Indonesia menerapkan
aturan yang ketat dalam hal menerapkan kepatuhan Good Corporate
Governance (GCG), manajemen risiko, pemberian kredit kepada group usaha
sendiri dan ketentuan permodalan untuk mengcover risiko yang dihadapi
bank. Berbagai faktor tersebut ini,akan mempengaruhi kinerja bank (Suta,
2003).
Bank Agro Niaga sebagai Bank umum swasta nasional non devisa
memiliki peluang pasar untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
menjadi market leader dalam pembiayaan sektor Agrobisnis. Namun
demikian, Bank Agro diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan
secara internal dan eksternal antara lain secara eksternal persaingan Bank
dalam pembiayaan kredit agro bisnis semakin meningkat, ketentuan Bank
Indonesia menaikan rasio permodalan, risiko pasar dan ketidakpastian situasi
4
makro ekonomi. Sementara itu secara internal membangun tata kelola
perusahaan yang baik, kemampuan inovasi produk yang ditawarkan kepada
masyarakat, pemuktahiran teknologi perbankan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kepatuhan
pengelolaan risiko, serta perluasan kantor cabang pada daerah sentra
Agrobisnis.
1.2. Perumusan Masalah
Secara internal Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum
menunjukan kinerja yang baik karena manajemen Bank Agro Niaga belum
mengoptimalkan strategi yang sesuai dengan target pasar. Bank Agro hanya
berfokus pada captive market yaitu Perusahaan Perkebunan Milik Negara
(PTPN) dan related captive market seperti koperasi karyawan PTPN. Dalam
perkembangannya selama ini Bank Agro belum memperluas pangsa
pasarnya pada perusahaan Agrobisnis dalam skala yang lebih besar.
Bank Agro juga belum mampu memberikan keuntungan jangka
pendek kepada konsumen dengan pelayanan transaksi yang masih terbatas
melalui jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Keberhasilan bank juga
ditentukan kemampuan membangun loyalitas nasabah dengan menjalankan
fungsi funding secara efektif. Rendahnya kemampuan bank dalam
menghimpun DPK sementara bulan Desember 2007 sebesar Rp. 2.537.446
juta, 2008 sebesar Rp. 2.163.332 juta, atau menurun sebesar -14,74%.
Sementara itu kinerja DPK tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar Rp.
2.424.296 juta, atau sebesar 12,06% dibandingkan tahun 2008. Menurunnya
DPK disebabkan pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata
industrinya seperti; Giro tumbuh 0,09%, Tabungan 0,02%, Deposito 0,19%,
dan Kredit Modal Kerja 0,10% dan Konsumsi 0,11%. (Bank Agro Niaga
2010).
Pendanaan Bank Agro kurang optimal meningkatkan dana ritel
melalui berbagai produk tabungan. Selain itu, tidak memiliki kemampuan
dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya
di Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki
5
strategi pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal,
misalnya dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif.
Persoalan managerial lainnya adalah Bank belum optimal dalam
mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai Bank
publik secara konsisten. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap tujuan
perusahaan, resiko manajerial, dan kinerja dioptimalkan. Tata kelola
perusahaan yang lemah di Bank Agro Niaga menjadi tantangan manajemen
untuk terus diperbaiki dalam setiap keputusan bisnis terutama upaya
memperbaiki pengawasan internal dan eksternal
Manajemen Bank Agro Niaga tidak optimal melakukan restrukturisasi
organisasi, karyawan, budaya dan identitas perusahaan sehingga
pertumbuhan kinerja keuangan secara keseluruhan terpengaruh seperti
pendapatan bunga, pendapatan operasional lainnya, laba bersih, asset dan
pertumbuhan cash flow. Net Income Bank Agro tahun 2010 sebesar
Rp.14.027 juta dan tahun 2011 sebesar Rp.11.949 juta atau pertumbuhan
mengalami penurunan sebesar -0,15%. Total Equity tahun 2010 sebesar
Rp.278.286 juta dan tahun 2011 sebesar Rp 317.604 juta atau pertumbuhan
sebesar -14,13%. Total Revenue tahun 2010 sebesar Rp.267.158 dan tahun
2011 sebesar Rp.219.850 juta atau terjadi penurunan sebesar -0,40%.
Dengan kondisi kinerja keuangan Bank Agro yang mengalami penurunan,
maka pihak manajemen menyetujui sebagian saham bank Agro diakuisisi
oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 88,65%.
Tabel 1. Kinerja Keuangan Bank Agro tahun 2007- 2011 (dalam Jutaan Rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 Net Income (Rp) 4.590 684 2.199 14.027 11.949 Pertumbuhan (%) -85,10 221,60 537,89 -0,15 Total Equity (Rp) 245.993 235.778 347.895 278.286 317.604 Pertumbuhan (%) -4,15 -47,55 -20,01 -14,13 Total Revenue (Rp) 344.706 334.006 354.824 267.158 219.850 Pertumbuhan (%) -3,10 -6,23 3,48 -0,40
Sumber : Bank Agro Niaga 2011. Fungsi intermediasi manajemen Bank dalam penyaluran kredit
(Lending) terlalu hati-hati sehingga terjadi kelebihan likuditas yang
mengakibatkan penyaluran kredit perseroan kurang agresif bahkan kontraksi
sebesar 2,42% tahun 2010, sedangkan pada saat yang sama rata-rata
6
pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 10,6%. Data Bank Agro
menunjukkan bahwa persetujuan kredit baru pada Desember 2009 sebesar
Rp. 1.965.681, dan tahun 2010 sebesar Rp. 1.528.970 juta. Strategi
penyaluran kredit perseroan di fokuskan pada usaha mikro, usaha kecil,
usaha menengah dan Usaha Kecil Menengah (UKM), sehingga rasio kredit
Net Performance Loan (NPL) masih dibawah 5% dimana tahun 2009
sebesar 4,47% dan 2010 sebesar 1,84% sehingga berdampak pada
menurunya pendapan bunga bank dan CAR.
Perkembangan jumlah dana dengan suku bunga relatif tinggi dan tidak
kompetitif yang ditawarkan Bank Agro Niaga sebesar 6,10% tahun 2010
dibandingkan rata-rata industri 6,5% cukup berpengaruh pada Return on
Average Equity (ROAE). Pada sisi pendapatan kemampuan bank
menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang ditanam periode 2009
negatif sebesar -4,56% dan hal yang sama juga terjadi pada imbal hasil rata-
rata dari kemampuan bank menghasilkan laba dari penggunaan aktiva
menurun sebesar -0,43%. Kondisi eksternal juga memberatkan Bank Agro
dengan diberlakukannya kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank
Indonesia yang tentu saja dapat mempengaruhi kinerja Loan to Deposito
Ratio (LDR). Booklet Indonesia Banking (2010 ).
Implikasi dari kondisi diatas mempengaruhi kinerja Bank Agro
seperti total revenue bank sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan
5,1% dibandingkan tahun 2009 6,23%. Pertumbuhan kinerja keuangan yang
negatif menyebabkan terjadinya penurunan sejumlah indikator financial
performance ratio seperti CAR, ROA, ROE, LDR, NIM, dan BOPO.
Sementara itu, pendapatan bersih Bank Agro Niaga tahun 2010 menurun
sebesar 55,57% dibandingkan tahun 2009 sebesar 221,60%. Indikasi
pertumbuhan penerimaan bank negatif mengakibatkan ketidakmampuan
menciptakan Economic Value Added (EVA) sehingga akan mengurangi
penilaian investor terhadap kinerja bank.
Kinerja saham Bank Agro Niaga tahun 2009 menunjukan terjadi
penurunan nilai dengan nila harga saham terendah sebesar Rp.126 per
saham, harga tertinggi Rp.175 dan harga penutupan Rp. 141 dengan volume
7
perdagangan mencapai 131,142 ribu lembar. Harga saham yang rendah ini
menunjukan investor kurang berminat membeli saham Bank sehingga
berdampak pada penurunan Market Value Added (MVA).
Hasil tiga penelitian tentang penilaian kinerja keuangan bank, salah
satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham adalah
laporan keuangan yang bagus. Investor akan menganalisis laporan keuangan
tersebut dengan rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan, untuk
menganalisis posisi dan kinerja perusahaan saat ini agar dapat memprediksi
kondisi perusahaan tersebut dimasa akan datang.
Melihat pertumbuhan financial performance gap yang berupa
perbedaan antara standarisasi kinerja keuangan bank yang sehat menurut
ketentuan Bank Indonesia dengan apa yang terjadi di Bank Agro Niaga,
maka terdapat indikasi terjadinya kondisi keuangan yang bermasalah
(financial distress) yaitu kondisi keuangan bank dalam beberapa tahun
terakhir terus mengalami pertumbuhan laba bersih negatif.
Berdasarkan perumusan masalah, maka permasalahan penelitian ini
adalah adalah :
1. Bagaimanakah kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan rendahnya
pertumbuhan dana pihak ketiga dan kemampuan bank dalam penyaluran
kredit ?
2. Apakah pertumbuhan kinerja keuangan bank sudah memberikan nilai
tambah ekonomi dan nilai tambah pasar kepada pemegang saham?
3. Bagaimanakan proyeksi kinerja keuangan Bank Agro Niaga kedepan,
dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
8
1. Menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan
rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan kemampuan bank dalam
penyaluran kredit?.
2. Menganalisis dampak pertumbuhan kinerja keuangan bank terhadap
penciptaan laba ekonomis dan nilai tambah pasar yang diberikan kepada
pemegang saham?.
3. Menganalisis proyeksi kinerja keuangan Bank Agro Niaga kedepan dalam
menentukan kebijakan strategis pemasaran?.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bank Agro Niaga : informasi penting tentang model pengukuran kinerja
keuangan bank yang memadukan pendekatan financial performance ratio
dengan pendekatan modern (EVA/MVA) secara lebih kompherensif.
Hasil kombinasi metode ini dapat di gunakan sebagai dasar pertimbangan
dalam merumuskan strategi corporate marketing planning yang tepat
untuk meningkatkan kinerja financial.
2. Pembaca : sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai
referensi penelitian selanjutnya.
3. Investor yaitu : informasi tambahan dalam menentukan kriteria Investasi
saham bank yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang
diharapkan (expected return).
1.5. Batasan Penelitian
Kinerja keuangan bank sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental
sangat luas dan kompleks cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal
bank tetapi faktor pertumbuhan makro perekonomian diluar kendali bank
seperti persaingan usaha, suku bunga, kurs valuta asing, fluktuasi
perdagangan saham, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan
pemerintah,serta kondisi pasar global.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak mengkaji faktor fundamental
yang mempengaruhi kinerja bank secara umum tetapi dibatasi pada
“Penilaian kinerja keuangan dengan metode Financial Performance Ratio
9
(FPR) dengan indikator CAR, ROA, ROE , LDR, BOPO, NIM, EVA dan
MVA dan bagaimanakah proyeksi kedepan terhadap kinerja keuangan bank
sebagai dasar penetapan strategi marketing Bank Agro Niaga” periode
Desember 2007 – Februari 2011. Pada penelitian ini, saham yang dimaksud
adalah berbasis saham tunggal, bukan berbasis portofolio.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
Menurut Taswan (2006) Bank adalah lembaga yang menerima
simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik
pada orang atau lembaga tertentu, mendiskontokan surat berharga
memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Bank
merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-
pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran.
(Perbankan, 2009).
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 (revisi UU No.14 tahun
1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis
bank berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 terdiri atas dua
kegiatan yaitu :
1. Bank Devisa yaitu bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk
menjual dan membeli, menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu
lintas pembayaran dengan luar negeri misalnya Bank Mandiri dan Bank
Agro Niaga.
2. Bank Non Devisa yaitu bank yang tidak memperoleh ijin dari Bank
Indonesia untuk menjual dan membeli, menyimpan devisa serta
menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri misalnya
Bank BPD.
Pemahaman terhadap lima karakteristik bank sangat diperlukan dalam
mengelola bank adalah sebagai berikut :
1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan mereka yang membutuhkan
dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
10
2. Bank merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan
sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan
bank antaralain dengan memperhatikan pemeliharaan kecukupan modal,
kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup.
3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya dituntut untuk menjaga
keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas
yang wajar serta modal yang cukup. Hal tersebut perlu dilakukan karena
bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam aktiva produktif
juga memberikan komitmen jasa-jasa lainnya yang menghasilkan
pendapatan non bunga.
4. Bank dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari
sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang
pembangunan.
5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif
rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan
perbandingan antara aktiva dengan modal (financial leverage) sangat
besar (Taswan, 2006).
2.2. Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bag. 7 IAI (2009)
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Laporan keuangan termasuk jadwal dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, seperti informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
Menurut Zainudin dan Hartono (1999), informasi yang dipublikasikan
sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Pengumuman informasi yang bernilai
11
positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu informasi tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan
volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua
pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik
bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe dan Bailey (1997), pengumuman informasi akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham,
dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Hubungan antara publikasi informasi baik
laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi
volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004), pasar modal efisien
didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah
mencerminkan semua informasi yang relevan. Wolk dan Dodd (2000)
menambahkan bahwa teori sinyal mengemukakan bagaimana perusahan
memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan berupa informasi kinerja
keuangan perusahaan. Sehubungan dengan informasi akuntansi, seseorang
tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut
berguna. Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang
relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) untuk menjalankan
perusahaan, manajer memerlukan pihak-pihak di luar manajemen perusahaan.
Pihak tersebut antara lain investor, kreditur, pemasok, hingga pelanggan.
Investor hanya akan menanamkan modal jika mereka menilai perusahaan
mampu memberikan nilai tambah atas modal, lebih besar dibandingkan jika
mereka menanamkannya di tempat lain. Hal tersebut diarahkan pada
kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Kreditur di pihak lain, lebih
tertarik pada kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjaman yang mereka
berikan. Pemasok dan pelanggan cenderung lebih memperhatikan kelancaran
arus masuk dan keluar barang. Semua informasi tersebut dapat diketahui dari
12
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap
perusahaan dengan demikian sangat tergantung pada sinyal yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja
merupakan hal yang penting dalam hubungan antara perusahaan dengan
stakeholders perusahaan. Harapan adanya penilaian kinerja dengan ROI dan
EVA dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan
investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik.
2.3. Financial Performance Ratio (FPR)
Menurut David dan Wheelen (2003) pengukuran-pengukuran yang
digunakan untuk menilai kinerja tergantung bagaimana unit organisasi akan
dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang akan ditetapkan
pada tahap perumusan strategi dalam sebuah proses manajemen strategi harus
betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa
implementasi strategi.
Menurut Bangun dan Vincent (2008) kinerja keuangan merefleksikan
kinerja fundamental perusahaan dan diukur dengan menggunakan data
fundamental perusahaan yaitu dari data yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan dimaksud sebagai produk informasi yang
dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Waluyo
(2010) menambahkan bahwa salah satu gambaran yang dapat menunjukan
prospek perusahaan yaitu kinerja keuangan yang baik sedangkan Umar
(2002) menambahkan bahwa alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan
yaitu rasio keuangan, tingkat kebangkrutan usaha, dan penilaian harga saham
dipasar modal.
Menurut Umar (2002), kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis
dari tiga aspek yaitu : (1). Rasio keuangan yang meliputi : Rasio likuiditas,
rasio efisiensi, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio devident payout. (2).
Tingkat kebangkrutan usaha (Z skor). (3). Penilaian harga saham di pasar
modal yang meliputi rasio price to earning (PER), ratio price to book value
dan dividend yield. Kasmir (2008) menambahkan rasio keuangan yang
digunakan oleh bank dan perusahaan relatif sama. Adapun rasio keuangan
bank terdiri dari rasio likuiditas bank, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
13
Pendekatan lain dalam mengukur kinerja keuangan bank
menggunakan analisis CAMELS. Pendekatan ini dikenal sebagai rambu-
rambu kesehatan bank dimana komponennya antara lain dapat mencakup
aspek permodalan aktiva produktif, manajemen, profitabilitas likuiditas dan
risiko pasar. Kinerja setiap bank di Indonesia biasa ditelaah dengan
pendekatan “Regulatory policy “yang sudah baku (Mardiyah, 2006). Tingkat
kesehatan bank diatur oleh Bank Indonesia dalam surat edaran Bank
Indonesia Nomor 6/23/DPNP/31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian
tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan BI Nomor 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank umum,
dimaana bank diwajibkan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulan, perbulan dan pertahun.
Menurut Riyadi (2006), bahwa dalam industri perbankan, alat
analisis yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank berdasarkan dari
indikator aspek permodalan, likuiditas, profitabilitas, kualitas asset, aspek
rentabilitas dan manajemen. Indikator ini dapat digunakan untuk
memprediksi kesehatan bank. Perumusan faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Aspek Permodalan : Penilaian aspek permodalan bank dimaksudkan untuk
mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai
untuk menunjang kebutuhanya. CAR yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum berdasarkan jumlah modal terhadap aktiva tertimbang menurut
risiko. Berdasarkan ketentuan API modal yang harus dimiliki bank
minimum 100 milyar atau >8%.
b. Aspek Kualitas asset : Aspek ini menunjukan kualitas asset sehubungan
dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit investasi
dana bank pada portfolio yang berbeda. Setiap penanaman modal bank
dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan nilai
kolektibilitasnya. Aktiva produktif merupakan sumber pendapatan utama
bank. KAP merupakan ketentuan untuk menetapkan kolektibilitas kredit
berdasarkan tingkat kelancaran baik pembayaran pokok maupun bunga
14
serta surat berharga. Penilaian didasarkan dua hal yakni rasio aktiva
produktif yang diklasifikasi terhadap aktiva produktif serta rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
c. Likuiditas : Menggambarkan ukuran kemampuan bank dalam membayar
kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat
likuid yang dimilikinya. Alat likuid yang dimaksud adalah uang kas di
bank atau rekening giro yang disimpan di BI.
d. Aspek Rentabilitas : Dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank
untuk menetapkan harga yang mampu menutup seluruh biaya. Laba yang
dihasilkan secara stabil akan memberikan nilai tambah kepada bank.
e. Aspek Manajemen : Kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
operasinya kedalam maupun keluar. Pengendalian operasi yang baik
memiliki sistem dan prosedur yang jelas didukung dengan kualitas SDM,
kepemimpinan profesional, ketersediaan teknologi atau penerapan Good
Corporate Governance (GCG) meliputi; transparan, akuntabilitas,
pertanggung jawaban, independensi dan kewajaran.
f. Profitabilitas : Menggambarkan ukuran-ukuran profitabilitas dari aset-aset
berisiko yang dimiliki bank dalam menghasilkan keuntungan.
Peraturan tentang kesehatan bank diharapkan perbakan selalu dalam kondisi
sehat sehingga tidak merugikan masyarakat. Kesehatan bank dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil
yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam
bank seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan manajemen.
Metode yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
adalah financial ratio yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan.
Analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan menghitung beberapa macam
15
rasio. Menurut Weston dan Bringham (2005), mengelompokkan rasio
keuangan dalam enam kelompok yaitu likuiditas ratio, coverage ratio, asset
activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market
value ratio. Penggunaan financial ratio sangat penting terutama dalam
analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari
perusahaan yang dianalisis, perbandingan antar industri dan mengukur
kekuatan dan kelemahannya. Keown dan Scott (2004), selanjutnya terdapat
dua cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan yakni;
1. Analisa trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu,
2. Analisa komparatif, membandingkan financial ratio suatu perusahaan
dengan perusahaan lain.
Menurut Usman dan Bahtiar (2003) analisa rasio keuangan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan
financial dan posisi financial perusahaan. Analisa rasio keuangan sebagai
analisis interen bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial
yang telah dicapai guna menetapkan perencanaan akan datang dan juga untuk
analisis eksteren bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan
pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.
Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang
banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan
terhadap kondisi yang mendasar. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat
mampu mengidentifikasi area yang bermasalah untuk dianalisis lebih lanjut.
Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting sebagai dasar
perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi
dengan mempelajari masing masing komponen yang membentuk rasio. Alat
ini sangat bermanfaat bila berorientasi kedepan (Subramanyam dan Halsey,
2005).
Menurut Emry & Finnerty (1991) analisis rasio keuangan mencakup
metode perhitungan dan interpretasi angka rasio untuk melihat performace
perusahaan atau bank. Tipe perbandingan angka rasio keuangan terdiri atas 3
(tiga) jenis :
16
a. Analisa Cross Section : Membandingkan perusahaan atau bank yang
berbeda pada satu waktu yang sama, termasuk membandingkan rasio satu
perusahaan terhadap perusahaan lain maupun membandingkan rasio
perusahaan terhadap industry atau rata-rata industri.
b. Analisa Time Series : Evaluasi performance keuangan perusahaan dari
satu waktu kewaktu lain dengan menggunakan analisa rasio.
c. Analisa kombinasi : Menggunakan analisa yang menggabungkan antara
cross section dan time series.
Analisa yang dilakukan terhadap rasio keuangan memiliki berbagai
keunggulan serta keterbatasan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya.
Menurut Harahap dan Syafri (2001) tujuh keunggulan analisa rasio yaitu: (1)
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
atau ditafsirkan, (2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari
informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit, (3)
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain, (4) Sangat bermanfaat
untuk bahan dalam mengisi model pengambilan keputusan dan model
prediksi; (5) Menstandarisir size perusahaan, (6) Melihat perkembangan
perusahaan secara periodik, (7) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta
melakukan prediksi dimasa akan datang.
Menurut Harahap (1999), bahwa analisa rasio keuangan juga memiliki
keterbatasan yang perlu diperhatikan pada saat penggunaannya antara lain :
(1) Kesulitan memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya, (2). Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau
laporan keuangan juga menjadi keterbatasan dalam menggunakan rasio (3)
Tidak tersedianya data untuk menghitung rasio, (4) Perbedaan teknik atau
standar akuntansi yang digunakan dari setiap perusahaan yang dianalisis.
Lima (5) aspek kunci yang sangat menentukan tingkat kinerja suatu bank
mencakup aspek yaitu permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),
manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan Sensitivity to Market
Menurut Nirmalawati (2001) analisis kinerja keuangan bank dapat
menggunakan beberapa rasio penting untuk mengevaluasi pencapaian kinerja
keuangan bank dari waktu ke waktu adalah CAR, ROE, ROA, LDR, NPL,
dan NIM. Rasio keuangan dirancang untuk membantu dan menilai kesehatan
17
suatu bank dan membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan dan
kelemahan keuangan bank jika dibandingkan dengan angka pembanding
yang dijadikan standar. Metode analisis rasio yang digunakan untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan seperti
neraca, laporan perubahan modal dan rugi/laba.
2.4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
Modal merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank,
sehingga besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan
bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Kemampuan modal sedikit
maka kapasitas usaha bank menjadi terbatas, mengingat modal merupakan
”proxi” dari pada kemampuan bank untuk mengcover risiko-risiko usaha
yang dihadapi. Bank dengan modal sedikit tentunya akan mengalami
kesulitan untuk memiliki kegiatan usaha yang sangat bervariasi atau memiliki
risiko tinggi.
The New Based Accord II Bank Indonesia menegaskan bahwa
jumlah modal bank harus sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh bank
sehingga memungkinkan bank tersebut untuk mengkover risikonya dengan
baik. Modal sebesar Rp. 100 miliar merupakan syarat minimum yang
diperlukan untuk mengakomodir risiko-risiko yang dihadapi oleh bank, baik
itu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas maupun risiko lainnya. Selain
itu, dengan modal Rp. 100 milyar memungkinkan bank untuk meningkatkan
skala usahanya secara efisien maupun memperbaiki ”skill Level” sumber
daya manusia. Konsekuensinya bank akan mampu bersaing dengan bank
lainnya dari segi efisiensi dan pelayanan (Suyono, 2005).
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) merupakan
perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang menurut risikonya
(ATMR) dan digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan modal bank.
Tingkat kemampuan modal yang dimiliki bank, maka pihak Direksi dapat
mengantisipasi dan meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko dalam
penyaluran pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga. Dasar
pertimbangan semakin tinggi rasio CAR maka kemampuan bank tersebut
untuk bertahan dari pengaruh gejolak pasar akan semakin baik dan dapat
18
menjamin keamanan dana pihak ketiga yang terhimpun apabila terjadi
kerugian pada bank itu sendiri.
Beberapa teori permodalan bank memberikan pedoman dalam
pengambilan keputusan manajemen bank, bahwa standar kecukupan modal
hanya diperlukan untuk menjamin keunikan pelayanan bank, melindungi
bank dari kegagalan (risiko) serta menjamin keberlanjutan bank. Investor
tidak melihat CAR sebagai parameter satu-satunya untuk membeli saham,
maka kedua pendapat berbeda diatas dapat diterima sebagai persyaratan teori
dalam penelitian ini.
Menurut Lukas (1999) modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan
kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu
badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena
kerugian ataupun berkembang karena keuntungan yang diperolehnya. Rasio
keuangan untuk mengukur permodalan adalah CAR. Modal bagi bank
berfungsi sebagai ;
a) Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan
b) Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya
c) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang
saham
d) Modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi.
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap
komponen sebagai berikut :
a) Kecukupan, komposisi, dan proyeksi permodalan serta kemampuan
permodalan bank dalam mengcover asset bermasalah
b) Kemampuan bank dalam memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung
pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja
keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
19
Modal sendiri adalah total modal yang berasal dari perusahaan (bank)
yang terdiri dari modal disetor, laba tak dibagi dan cadangan yang dibentuk
bank. Sedangkan ATMR adalah merupakan penjumlahan ATMR aktiva
neraca dan ATMR aktiva administratif. ATMR aktiva neraca diperoleh
dengan cara mengalihkan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko. ATMR
aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalihkan nilai nominalnya
dengan bobot risiko aktiva administrative (Manullang, 2002). Semakin
likuid, aktiva risikonya nol dan semakin tidak likuid bobot risikonya 100,
sehingga risiko berkisar antara (0 - 100%).
Total aset yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank
adalah jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-
surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,
penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money
atau Money Market), dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit konsumtif
maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi atau perusahaan).
CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
permodalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi dan
sebagai perbandingan antara modal dengan ATMR. Standar minimum CAR
berdasarkan keputusan Bank Indonesia sebesar 8%. Semakin besar rasio
CAR semakin kecil kemungkinan suatu bank mengalami kebangkrutan
(Sucianty dan Naomi, 2009).
CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi dibidang
perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR oleh Bank Indonesia
disebut kewajiban penyediaan modal minimum bank (KPMM). Petunjuk
mengenai hal ini diatur dasar-dasarnya oleh BI melalui pasal 13 dan 20 pada
PBI No.10/15/PBI/2008. Modal bagi bank yang berkator pusat di Indonesia
terdiri dari modal inti, modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan,
setelah menghitung faktor-faktor tertentu yang menjadi pengurang modal.
Adapun ketentuan Bank Indonesia tentang faktor-faktor tertentu yang
menjadi pengurangan modal sebagaimana diatur dalam pasal 20 PBI Nomor
10/15/PBI/2008 terdiri dari ; ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko
20
operasional dan ATMR untuk risiko pasar. ATMR dihitung dari aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrasi terhadap
masing masing-masing pos dalam aktiva diberikan bobot risiko yang
besarnya pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu atau golongan
nasabah atau agunan (Dunil, 2005).
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio /CAR)
Total Modal Bank ________________________ X 100% ………………………...……… 1 ATMR
2.5. Hasil Pengembalian Equitas (Return on Equity/ROE)
Menurut Riyadi (2006), Return on Equity (ROE) adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak)
dengan modal (modal inti) bank. Rasio ini menunjukan % (persentase) yang
dapat dihasilkan. Menurut Sambas (2009) ROE adalah rasio yang mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Semakin besar rasio ini maka makin besar laba bersih
bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan
semakin besar pula dividen yang diterima investor. Kenaikan dalam rasio ini
berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Menurut
ketentuan BI, rasio ROE berkisar antara (5 % -7,50%).
Menurut Berger dalam Kuncoro (2002), bank dalam kegiatan
usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam
mengelola dana masyakat maupun dalam penyaluran dana tersebut kepada
investor yang membutuhkan modal usaha. Keuntungan maksimum diperoleh
apabila adanya efisiensi biaya, penambahan dana yang disalurkan, suku
bunga lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah serta
keamanan dan kesehatan bank meningkat.
Hasil Pengembalian Equitas (Return on Equity/ROE dan BOPO)
ROE : Return on Equity =
Laba Bersih ___________________ X 100% …………………………….……… 2 Modal Sendiri
21
2.6. Return on Assets (ROA)
Menurut Siamat (2005) Return on Asset (ROA) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan yang diperoleh bank dari
penggunaan aktiva. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
dari segi penggunaan asset. Aset terdiri dari aset produktif dan aset tidak
produktif, bila yang dominan aset produktif maka perubahan laba akan tinggi
namun bila yang dominan aset tidak produktif perubahan laba akan rendah.
Laba yangdiperhitungkan adalah laba setelah pajak atau Earning After Tax
(EAT). ROA yang semakin besar menunjukkan kinerja perusahaan semakin
baik karena return semakin besar.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30DPNP tanggal 14
Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah
laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang
digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang
dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return)
semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan
lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat
(Siamat, 2005).
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan
kinerja profitabilitas bank adalah Return on Asset (ROA) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank dari
penggunaan aktiva. ROA menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengahasilkan pendapatan dari pengelolaan asset yang dimiliki (Riyadi,
2006). Sambas (2009) menambahkan, ROA yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang
dihasilkan dari rata-rata total aset bank secara keseluruhan. Semakin besar
rasio ini, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, sehingga
kemungkinan bank berada dalam kondisi yang bermasalah semakin kecil.
22
Menurut kriteria Bank Indonesia secara rata-rata bank umum tergolong sehat
kalau rasio ROA < 2.
Return on Assets (ROA)
Laba Sebelum Pajak __________________________ X 100% …………… 3
Rata-Rata Total Aktiva
2.7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Kasmir (2008) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio
untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini
menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah
kemampuan likuiditas bank.
Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan
suatu bank apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau
bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan
dana yang dititipkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membatasi
rasio antara kredit dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank
yang bersangkutan. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya LDR adalah
rendahnya tingkat pencairan (credit disbursement) dibandingkan dengan
fasilitas pinjaman yang telah disepakati (credit approval). Menurut Kasmir
(2008), batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah 110%. Para
praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank
adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% - 100% atau
batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum
110%. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta
menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan
operasional atau kegiatan usahanya
Unsur–unsur LDR adalah :
1. Total Loans adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing
yang diberikan bank termasuk kantornya di luar negeri, kepada pihak
ketiga bukan bank baik di dalam maupun di luar negeri.
23
2. Total Deposit adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berupa:
(1) Giro, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran,
dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
sarana pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan.
(2) Deposito Berjangka, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan
dengan bank yang bersangkutan, (3) Sertifikat deposito, yaitu deposito
berjangka yang bukti penyimpanannya dapat diperdagangkan,
(4) Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan.
Bank harus tetap menjaga LDR apabila memperoleh lDR optimum karena
berpengaruh terhadap Earning After Tax (EAT) dan sangat bergantung pada
manajemen bank.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Total Kredit ________________________________ X 100% …………… 4
Dana Pihak Ketiga
2.8. Net Interest Margin (NIM)
Teori keuangan menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Semakin besar perubahan NIM suatu bank, maka semakin besar pula
profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank, berarti kinerja keuangan
tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika
perubahan NIM semakin kecil, profitabilitas bank (ROA) juga akan semakin
kecil, dengan kata lain kinerja NIM sangat sedikit berhubungan dengan
return saham, karena justru lebih cenderung mempengaruhi ROA. Temuan
ini semakin memperkuat landasan teori keuangan bahwa dalam menilai
kinerja bank diperlukan analisis variabel-variabel lain diluar kinerja
keuangan.
24
Saat ini perbankan Indonesia secara umum masih sangat
mengandalkan Interest Margin yaitu perbedaan antara biaya dana yang harus
dikeluarkan bank untuk dana yang berhasil dikumpulkannya dari masyarakat
(source of fund) dengan keuntungan bunga yang diperoleh bank dari kegiatan
penyaluran dana (Use of Fund) misalnya dari aktiva produktif bank. Interest
Margin pun akan tinggi jika biaya dana bank adalah rendah misalnya dengan
menekan tingkat suku bunga simpanan, namun keuntungan bank tinggi
misalnya dengan tingkat suku bunga pinjaman tinggi. Prilaku penetapan
harga jual (tingkat suku bunga rata-rata dari penyaluran dana) yang tinggi
dengan menekan biaya produksi (cost of fund) serendah-rendahnya
merupakan prilaku bisnis yang bisa diterima untuk lembaga yang profit
oriented.
NIM merupakan perbandingan antara net interest income dengan
earning assets atau selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga dana.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban
bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang
menghasilkan bunga (interest bearing assets. Rasio keempat dari rasio
profitabilitas bank adalah NIM yaitu rasio antara pendapatan bunga bersih
terhadap jumlah kredit yang diberikan (outstanding credit). Pendapatan
bunga bersih diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang
diberikan dkurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan.
Sumber dana bank terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) dana dari pihak 1 (modal
sendiri), (2) Dana pihak kedua (pinjaman dari bank-bank lain), dan (3) Dana
dari pihak ketiga (dana dari masyarakat). Dana dari masyarakat
dikelompokkan dalam 3 jenis: (1) Giro, (2) Tabungan atau simpanan harian,
(3). Deposito berjangka. Giro yang diterima dari masyarakat adalah dana dari
suatu lembaga (baik pemerintah maupun swasta), dimana penarikannya
dengan menggunakan cek yang dikeluarkan oleh bank. Tabungan atau
simpanan harian merupakan dana yang diperoleh dari masyarakat dimana
pengambilannya dapat dilakukan setiap saat selaina saldo mencukupi.
Penarikan tabungan bisa dilakukan di tempat maupun menggunakan ATM
25
(Automatic Teller Machine atau sering diterjemahkan sebagai Anjungan
Tunai Mandiri).
Giro dikelompokkan sebagai demand deposit dan tabungan sebagai
saving deposit. Sedangkan deposito berjangka pada awalnya dikelompokkan
dalam 5 jenis yaitu: (1) Deposito satu bulan, (2) Deposito tiga bulan, (3)
Deposito 6 bulan, (4) Deposito 12 bulan, dan (5) Deposito 24 bulan. Namun
sejak 1998 deposito 24 bulan tidak diperkenankan lagi oleh bank sentral.
Rasio Net Interest Margin dapat dihitung sebagai berikut (Muljono 1999).
Menurut peraturan BI Nomor 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas
aktiva bank umum yang dimaksud aktiva produktif adalah penyediaan dana
bank untuk memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan dana antar bank, tagihan Akseptasi, tagihan atas surat berharga
yang dibeli dengan perjanjian jual beli, tagihan derivative, penyertaan,
transaksi rekening administrasi, serta bentuk penyediaan dana lain yang dapat
dipersamakan dengan itu.
Selain menjaga kualitas aktiva produktifnya, untuk menjaga posisi
NIM perlu memperhatikan perubahan suku bunga. Dalam mencapai
keuntungan maksimal selalu ada risiko yang sepadan, semakin tinggi
keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi. Peningkatan keuntungan
dalam kaitannya dengan NIM yaitu selisih pendapatan bunga dengan biaya
bunga (Januarti dan Indira 2002). Lebih lanjut Sambas (2009), menjelaskan
NIM adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
Bank dalam mengelola aktiva produktifnya. Pendapatan operasional bunga
bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva
produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan
bunga. Makin besar rasio NIM semakin meningkatkan pendapatan bunga atas
aktiva produktif yang dikelola bank. Menurut peraturan BI rasio NIM adalah
>10%.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Income _________________________ X 100% …………………………………… 5
Rata-Rata Aktiva Produktif
26
2.9. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Sambas (2009) Rasio BOPO adalah perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional, digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasi. Riyadi (2006), menambahkan BOPO adalah alat untuk menganalisis
atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Semakin besar rasio BOPO semakin tidak efisien
bank. Selanjutnya Sambas (2009), menjelaskan rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
semakin kecil.
Menurut Peraturan BI, tingkat efisiensi yang cukup baik berkisar
antara 94%-96% (kurang dari 100%). Semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien biaya maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar.
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga
dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah
penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya.
Rasio BOPO yang merupakan rasio antara biaya operasi terhadap
pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya
bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).
Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan
bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan
pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin
27
efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Bank yang sehat rasio
BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat (termasuk BBO
dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1 Secara matematis (Muljono,
1999).
BOPO : Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional Biaya Operasional ______________________________ X 100% …………… 6 Pendapatan Operasional
2.10. Konsep EVA (Economic Value Added)
Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1993 oleh suatu perusahaan konsultan manajemen yaitu Stern Steward
& Co, dan telah diadopsi oleh lebih dari 300 klien perusahaan konsultan
manajemen tersebut termasuk perusahaan-perusahaan multinasional seperti
Coca-Cola dan Simens. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang
tradisional, EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu
perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal yang timbul sebagai
akibat investasi yang dilakukan.
Menurut David & O’Byrne (2001), bahwa EVA mengukur
perbedaan, dalam pengertian keuangan antara pengembalian atas modal
perusahaan dan biaya modal. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang
sebenarnya atau True Economic Profit suatu perusahaan pada tahun tertentu
dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan laba akuntansi.
Menurut Dierks & Patel dalam Kusnan (2007), mendefinisikan EVA
sebagai suatu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan
mengkombinasikan antara konsep umum pendapatan bersih dengan prinsip-
prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan
bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi
biaya modal akan menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Menurut Utama (1997), memberikan rumusan EVA secara sederhana
dan digambarkan sebagai berikut : EVA = Laba bersih setelah pajak – Biaya
modal atas ekuitas. Berdasarkan rumusan di atas, EVA ditentukan atas dua
28
hal, yaitu sebagai berikut (1) Laba bersih yang menggambarkan hasil
penciptaan nilai didalam perusahaan (2) Tingkat biaya modal atas ekuitas.
Husnan dan Pudjiastuti (2004), mengatakan “EVA menunjukan ukuran
yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para
pemilik perusahaan”. Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa :
1. EVA merupakan tujuan untuk meningkatkan nilai (value) dari modal
(capital) yang investor atau pemegang saham telah tanamkan dalam
operasi usaha. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah
pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT) dikurangi dengan biaya
modal (cost of capital)
2. Biaya modal perusahaan merupakan biaya tertimbang modal (Weighted
Averaga Cost of Capital) untuk utang dan ekuitas yang digunakan oleh
perusahaan.
3. Apabila perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan
bahwa manajemen dan perusahaan tersebut telah menciptkan nilai
(creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan
Destroying Value.
4. Biaya modal dan ekuitas dapat juga diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan yang mengukur
laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan
hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya
operasi dan biaya modal (Tunggal, 2001). EVA merupakan tujuan
perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah
ditanamkan pemegang saham.
Menurut Anthony & Govindarajan (2002), Economic Value Added
(EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan
mengurangkan beban modal (Capital charge) dari laba bersih operasi (net
operating profit). Tunggal (2001) menambahkan metode EVA di Indonesia
dikenal dengan metode nilai tambah ekonomi (NITAMI) merupakan sistem
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan
29
yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan
mampu memenuhi semua upaya operasi (operating cost) dan biaya modal
(cost of equity).
Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT = EAT + Biaya Bunga …………… 7
Invested Capital
Invested Capital = Total utang dan Equitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa bunga ……………8 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dengan Pendekatan Weighted Average
Cost of Capital (WACC)
WACC = [ (D*rd) (1-Tax)+(E* re)] ....................9
5. Perhitungan Capital Charges
Capital Charges = Invested Capital * WACC …………...10
6. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT – Capital Charges ……………11
Keterangan :
Tingkat Modal dari Utang :
Total Utang _____________________________ X 100% ……………12
Total utang dan Equitas Cost of Debt (rd) : Beban Bunga _________________ X 100% ……………13 Total Utang Cost of Equity (re) :
Laba Bersih Setelah pajak ______________________________ X 100% ..…………. 14 Total Equitas Total Modal dari Equitas (E) :
Total Equitas _______________________________ X 100% ....................15 Total Utang dan Equitas
30
Tingkat Pajak (Tax) : Beban Pajak _________________________________ X 100 % ....................16 Laba Bersih setelah Pajak
Terdapat beberapa manfaat EVA yang diperoleh perusahaan menurut
Tunggal (2001), yaitu ; (1) merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang
dapat berdiri sendiri tampa memerlukan ukuran lain baik berupa
perbandingan dengan menggunakan industri sejenis, (2) dapat digunakan
untuk memprediksi (trend) kondisi keuangan perusahaan, (3) Hasil
perhitungan EVA mendorong perusahaan mengalokasikan dana perusahaan
untuk investasi dengan biaya modal yang rendah, (4) pengukuran penting
untuk menilai perusahaan dalam kondisi financial distress (kondisi
bermasalah), (5) menilai perusahaan tidak memperoleh profit diatas required
of return maka EVA negatif dan menjadi warning bagi perusahaan ada
potensi terjadinya financial distress.
Nilai EVA yang dihasilkan dari perhitungan EVA sangat membantu
dalam pertimbangan keputusan manajemen. EVA dapat bernilai positif,
negatif dan nol, yang artinya adalah sebagai berikut:
1. EVA > 0 (positif) berarti menambah nilai bisnis perusahaan. Dalam hal
ini karyawan berhak mendapat bonus, kreditur berhak mendapat
bunga, dan pemegang saham mendapatkan pengembalian yang
sama atau lebih dari yang investasi yang ditanamkan pada
perusahaan.
2. EVA = 0 berarti secara ekonomis ”impas” karena semua laba digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik
kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan dalam
hal ini tidak mendapatkan bonus.
3. EVA < 0 (negatif) berarti tidak memberikan nilai tambah pada perusahaan
tersebut karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan
penyandang dana. Dalam hal ini karyawan tidak mendapatkan
bonus, tetapi kreditur tetap mendapatkan bunga, namun
31
pemegang saham tidak mendapatkan pengembalian yang
sepadan dengan yang ditanamkan.
2.11. Konsep Market Value Added (MVA)
Menurut Steward dalam Rahayu dan Mariana (2007) Market Value
added (MVA) suatu pengukuran kinerja yang tepat untuk menilai sukses
tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya.
Kekayaan atau pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah jika
MVA bertambah. Peningkatan MVA dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran internal kinerja
operasional tahunan, dengan demikian EVA mempunyai hubungan yang
kuat dengan MVA.
Salah satu tolak ukur kinerja adalah nilai tambah pasar (market value
added) yang merupakan perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk
ekuitas dan hutang) dan modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Menurut O’Byrne dan Young (2001) indikator yang digunakan untuk
mengukur MVA yaitu :
1. MVA > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai
modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana,
2. MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan
nilai modal yang telah di investasikan oleh penyandang dana.
Persamaan dari MVA, sebagai berikut :
MVA = (Nilai pasar – Nilai nominal per lembar saham)* Jumlah
saham ………………………………………………………..… 17
MVA dapat digunakan untuk menjelaskan return saham secara
crossectional sebagai ukuran relatif terhadap penelitian saham. Tiga alasan
yang mendasari bahwa MVA dapat digunakan sebagai explanatory
terhadap return adalah sebagai berikut (O’Byrne and Young, 2001):
a. MVA adalah proxy untuk risiko yang akan mempengaruhi
keseimbangan return yang diharapkan.
b. MVA yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan telah
menginvestasikan modalnya secara tidak efektif di masa lalu namun
32
akan mencapai pertumbuhan di atas rata-rata di masa mendatang.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai pasar sahamnya dengan
mengembangkan perubahan strategi yang mendukung, misalnya
dengan melakukan akuisisi terhadap perusahaan lain.
c. Pasar temporarily memberikan penilaian yang rendah terhadap nilai
pasar perusahaan berdampak pada MVA yang rendah. MVA yang
rendah seharusnya memperoleh return yang besar di masa mendatang.
Nilai MVA yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu
menciptakan nilai bagi para pemegang saham, sebaliknya MVA yang
negatif menandakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan
nilai bagi para pemegang saham.
2.12. Tingkat Pengembalian Harga Saham (Rate of Stock Return)
Menurut Wahyudi (2003) Rate of Stock Retunr (ROSR) yaitu cash
flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam
bentuk deviden), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham
pada saat pembelian dan harga saham pada saat penjualan. Return saham
adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang
dilakukannya dan memiliki dua komponen yaitu current income dan capital
gain.
Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh
melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil
kinerja fundamental perusahaan. Capital gain berupa keuntungan yang
diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya
capital gain suatu saham akan positif apabila harga jual dari saham yang
dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Anggapan bahwa dengan
menggunakan beragam jenis analisis teknikal yang dikombinasikan satu
sama lain disertai juga dengan analisis fundamental yang paling up to date
akan menghasilkan keputusan yang tepat atau setidaknya mendekati.
Namun kenyataannya pergerakan pasar yang selalu dinamis tetap sulit
diprediksi secara tepat. Oleh karena itu model-model analisis tersebut harus
33
ditempatkan sebagai fungsi alat bantu pengambilan keputusan (Jugianto,
2003).
Kinerja suatu saham dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
alat pengukur efisiensi perusahaan. Harga saham yang merefleksikan
seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang
akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi
perusahaan yang efisien. Pengertian return saham dalam penelitian ini sama
dengan capital gain, karena belum ada pembagian dividen, dihitung dengan
cara menjumlahkan perubahan harga suatu saham secara bulanan pada
periode pengamatan.
Mengetahui adanya perubahan harga saham dapat diketahui dengan
menghitung return saham. Return saham merupakan return yang
sesungguhnya terjadi pada waktu ke –t yang merupakan selisih harga
sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.
ROSR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Pt – Pt – 1 Rt = ______________________ .................... 18 Pt
Dalam hal ini:
Rt = Tingkat pengembalian saham periode t (Return of stock exchange)
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
2.13. Strategi Marketing
Menurut Kasmir (2004), pemasaran bank suatu proses untuk
menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara
memberikan kepuasan. Persaingan yang semakin ketat dalam pemasaran
produk dan jasa perbankan perlu adanya strategi pemasaran untuk
mempertahankan pelanggan dan mendapatkan pelanggan baru.
34
Menurut Majid (2008), Strategi pemasaran adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi
pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan
dan kondisi persaingan. Kuncoro (2006) menambahkan, strategi pemasaran
untuk mencapai tujuan yaitu langkah-langkah segmentasi pasar,
menetapkan posisi pasar, menetapkan strategi menembus pasar dan
mengembangkan strategi bauran pemasaran. Dalam perkembangan
pemasaran moderen menjelaskan strategi pemasaran adalah logika
pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk mencapai tujuan
pemasarannya (Kottler dan Amstrong 2008). Strategi pemasaran dapat
dideskripsikan melalui tiga aspek penting :
1. Segmentasi adalah upaya membagi pasar dalam kelompok pembeli yang
berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang
berbeda dan yang mungkin memerlukan produk atau program pemasaran
terpisah.
2. Targeting adalah proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen
pasar dan memilih satu atau lebih jumlah segmen yang dimasuki.
3. Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat
yang jelas, berbeda dan diinginkan, relatif terhadap produk pesaing
dalam pikiran konsumen sasaran.
Dalam strategi pemasaran ada tiga faktor utama yang
menyebabkan terjadinya perubahan strategi yaitu
1. Daur hidup produk
Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap
perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap
kemunduran
2. Posisi persaingan perusahaan di pasar
Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam
persaingan apakah memimpin, menantang, mengikuti atau mengambil
sebagian kecil dari pasar.
3. Situasi ekonomi
35
Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan
pandangan kedepan, apakah situasi ekonomi dalam keadaan makmur atau
inflasi tinggi.
2.14. Teori Strategi Bauran Pemasaran Jasa (Service Marketing Mix)
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan komponen-komponen
pemasaran yang dimanfaatkan oleh manajemen didalam kegiatan penjualan.
Pembahasan penerapan bauran pemasaran pada produk dan jasa perbankan
Menurut Kertajaya (1997) bauran pemasaran terdiri dari :
1. 4A (assortment, affordable, available, announcement)
2. 4B (best, bargaining, buffer-stocking, bombarding)
3. 4P (product, price, place, promotion)
4. 4V (variety, value, venue, voice)
5. 4C (customer solution, cost, convience, communication)
Penjelasan lebih lengkap dikemukakan Edratna (2007), dapat
dilihat sebagai berikut :
1. Produk, yang penting diperhatikan dalam desain dan produk jasa bank
adalah atribut yang menyertai, seperti : sistem, prosedur dan
pelayanannya. Desain produk dan jasa bank juga memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan ukuran bentuk dan kualitas. Produk dana bank
terdiri dari Giro, tabungan, deposito, kredit produktif, dan konsumtif.
2. Harga, pengertian harga dalam produk dan jasa bank, berupa kontra
prestasi dalam bentuk suku bunga,baik untuk produk simpanan maupun
pinjaman, serta fee untuk jasa-jasa perbankan.
3. Promosi, kegiatan promosi pada produk dan jasa bank pada umumnya
dilakukan melalui iklan di media masa atau televisi. Konsep kegiatan
promosi secara menyeluruh meliputi advertising, sales promotion, public
relation, sales trainning, marketing research & development.
4. Tempat, atau disebut juga saluran distribusi,saluran distribusi produk
dan jasa bank, berupa kantor cabang yang secara langsung menyediakan
produk dan jasa yang ditawarkan. Semakin majunya teknologi saluran
36
distribusi dapat dilakukan melalui telekomunikasi seperti telepon dan
jaringan internet.
5. Orang, ciri bisnis bank adalah dominanya unsur personnal approach
baik dari jajaran front office, back office sampai tingkat manajerial.
Karyawan bank dituntut melayani nasabah secara optimal.
6. Proses, meliputi sistem dan prosedur, termasuk persyaratan ataupun
ketentuan yang diberlakukan oleh bank terhadap produk dan jasa bank.
Sistem dan prosedur akan merefleksikan penilaian apakah pelayanan
cepat atau lambat. Pada umumnya nasabah menyenangi proses yang
cepat, walaupun bagi bank akan menimbulkan risiko yang paling tinggi.
Penggunaan teknologi dapat membantu memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien.
7. Pelayanan Pelanggan, bank perlu menambah atau meningkatkan
kapasitas servis dalam rangka memberikan nilai tambah (value added)
sesuai apa yang dibutuhkan oleh nasabah.
2.15. Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)
Menurut Rangkuti (2005) Analisis Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats (SWOT) merupakan metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam suatu proyek bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek bisnis dan mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang mendukung dan tidak dalam mencapai
tujuan tersebut. Analisis SWOT merupakan singkatan dari ”Kekuatan
(Strenghts), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan (Opportunity), dan
Ancaman (Threats). Teknik ini pertama kali dibuat oleh Albert Humphrey,
yang memimpin proyek riset Universitas Stanford pada tahun 1960-1970-an.
Sedangkan tujuan analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi kondisi
internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk perancangan proses
sehingga proses yang dirancang dapat berjalan secara efisien, efektif dan
optimal.
37
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor penting
yang akan membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO
(kekuatan-peluang atau strenghts-opportunities), WO (kelemahan-peluang
atau weakness-opportunities), ST (kekuatan-ancaman atau strengths-threats)
dan WT (kelemahan-ancaman atau weaknesses-threats) (Hubeis dan Najib
2008). Penjabaran matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif
strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan :
1. Strategi SO adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
2. Strategi WO adalah strategi yang digunakan perusahaan yang seoptimal
mungkin meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan
berbagai peluang.
3. Strategi ST adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan dengan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi
berbagai ancaman yang mungkin melingkupi perusahaan.
4. Strategi WT adalah strategi untuk mengurangi kelemahan guna
meminimalisir ancaman yang ada.
Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-
faktor strategi perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi Seperti dijelaskan
pada Tabel 2.
38
Tabel 2 Matrik SWOT IFAS
EFAS
STRENGHT (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor
kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang TREATHS (T)
Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2005
2.16. Tahapan Kerja Perumusan Strategi
Data dan informasi yang digunakan untuk merumuskan strategi yang
kompherensif menurut Hubeis dan Najib (2008), adalah :
1. Tahap input : untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam
merumuskan strategi. Pada tahap ini dapat menggunakan matriks
Evaluasi Faktor Internal (IFE), Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan
matriks profil persaingan (Competitive Profile Matriks atau CPM).
2. Tahap pencocokan : berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang
layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Tahap
ini mencakup penggunaan matriks SWOT
2.17. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Exsternal Factor Evaluation) SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)
Menurut David (2009), matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
adalah suatu alat analisis untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area-era fungsional bisnis dan landasan untuk
mengidentifikasi, serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.
Jauch dan Glueck (2001) menambahkan analisis lingkungan internal
merupakan proses menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan
kelemahan yang berarti sehingga dapat mengelola peluang secara efektif
dan menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan. Formulasi
strategi bisnis menuntut adanya pemahaman yang cermat terhadap faktor
internal perusahaan. Selain itu, analisis lingkungan internal mengembangkan
39
penilaian atas kekuatan perusahaan. Faktor-faktor internal yang dianalisis
adalah faktor pemasaran dan distribusi, faktor penelitian dan pengembangan
faktor produksi operasi dan teknik, faktor sumber daya manusia, dan faktor
keuangan dan akuntansi. Matriks IFE yang di daftar adalah faktor-faktor
lingkungan internal (Strenghts dan Weaknesses) dengan langkah-langkah
yang sama seperti matriks EFE.
Menurut David (2009), matriks External Factor Evaluation (EFE)
memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik,
pemerintahan, hukum, teknologi dan kompetitif. Whelen dan Hunger
(2004) menambahkan matriks EFE bertujuan membantu manajer
mengorganisir faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori
yang diterima secara umum mengenai peluang dan ancaman. Matriks EFE
digunakan untuk mengevaluasi lingkungan eksternal perusahaan baik
lingkungan umum maupun lingkungan industrinya.
Menurut Rangkuti (2006) setelah menggunakan analisis matrik IE,
perusahaan dapat melakukan analisis matrik SPACE untuk mempertajam
analisisnya. SPACE merupakan singkatan dari Strategic Position and Action
Evaluation. Tujuan menggunakan analisis SPACE yaitu agar perusahaan
dapat melihat posisinya dan arah perkembangan selanjutnya dari kegiatan
usaha yang dilakukan. Berdasarkan matrik SPACE, analisis tersebut dapat
memperlihatkan dengan jelas garis vektor yang bersifat positif atau negatif,
baik untuk kekuatan keuangan (financial strength), kekuatan industri
(industri strength), keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan
stabilitas lingkungan (environmental stability) (David 2004).
Keseluruhan elemen analisis dalam variabel kekuatan keuangan
(financial strength), kekuatan industri (industri strength), keunggulan
kompetitif (competitive advantage) dan stabilitas lingkungan (environmental
stability) merupakan alternatif yang dapat membantu dalam mengetahui
gambaran secara mendetail pada analisis SPACE, seperti pada Gambar 3.
40
FS 6 5 4 3 2 1 CA -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 IS -1 -2 -3 -4 -5 -6 ES
Gambar 3 Matriks SPACE
Sumber : David (2004) Kuadran I : Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Perusahaan dapat menggunakan kekuatan dan
peluang untuk menghindari kelamahan dan ancaman secara optimal.
Alternatif strategi yang dapat diterapkan pada posisi agresif yaitu
penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal,
diversifikasi konsentrik, diversifikasi horizontal, diversifikasi
konglomerat atau kombinasi dari semua yang dapat dijalankan,
tergantung kondisi spesifik yang dihadapi oleh perusahaan.
Kuadran II : Pada kuadran ini perusahaan tetap dekat pada
kompetensi dasar perusahaan dan jangan mengambil resiko
berlebihan. Strategi konservatif yang sering digunakan yaitu
penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan
diversifikasi konsentrik.
Kuadran III : Pada kuadran ini perusahan harus memfokuskan pada
perbaikan kelemahan internal dan menghindari ancaman internal.
Strategi yang sering diambil yaitu rasionalisasi, divestasi, likuidasi
dan diversifikasi konsentrik.
Konservatif II
Agresif I
Bersaing IV
Defensif III
41
Kuadran IV : Pada kuadran ini perusahaan berada pada strategi
kompetitif. Strategi kompetitif yang sering digunakan yaitu integrasi
ke belakang, ke depan dan horizontal, penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk dan usaha patungan.
2.18. Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM)
Menurut Umar (2002), Analisis Quantitative Strategies Planning
Matrix (QSPM) adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi
untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif,
berdasarkan key success factors internal – eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Secara konseptual, tujuan QSPM adalah
menetapkan relative attractiveness (RA) dari strategi yang bervariasi yang
telah dipilih untuk menentukan strategi yang dianggap paling baik untuk
diimplementasikan.
Menurut David (2003), keunggulan analisis QSPM adalah rangkaian
–rangkaian strateginya dapat diamati secara bersamaan seperti strategi
tingkat perusahaan dapat dievaluasi terlebih dahulu, diikuti dengan strategi
tingkat divisi, dan strategi tingkat fungsi. Keunggulan lain dari QSPM
adalah mendorong para penyususun strategi untuk memasukan faktor
eksternal dan internal yang relevan dalam proses keputusan. Keterbatasan
QSPM adalah selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang
berdasar. Pemeringkatan dan skor daya tarik membutuhkan keputusan
penilaian, meskipun hal itu didasarkan pada informasi yang obyektif.
2.19. Penelitian Terdahulu
Pengukuran kinerja dengan metode FPR, EVA dan MVA serta
return saham telah menarik perhatian akademisi untuk melakukan
penelitian, di antaranya sebagai berikut :
1. Subbarao (2010), melakukan penelitian Trend and Progress of
Banking in India 2010-2011 bahwa metode trend dapat memprediksi
kondisi keuangan bank di India tahun 2011.
2. Mulyaningrum (2008), melakukan analisis dengan metode trend
pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi kebangkrutan bank di
42
Indonesia. Temuannya rasio keuangan bank berpengaruh terhadap
prediksi kebangkrutan bank.
3. Iswati (2006), memprediksi kinerja keuangan dengan modal intelektual
pada perusahaan perbankan terbuka di Bursa Efek Jakarta. Temuannya
menunjukan modal intelektual tidak dapat mempengaruhi kinerja
keuangan bank.
4. Widayanto (1993), melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
rasio keuangan terhadap prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan
Rakyat. Temuannya menunjukan rasio keuangan sangat berguna
sebagai prediktor kondisi keuangan bank.
5. Mardiah (2006), melakukan pengujian perbedaan EVA/MVA
terhadap return saham bank pemerintah dan swasta di BEJ. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa nilai EVA dan MVA bank swasta
dan pemerintah berbeda secara signifikan terhadap tingkat
pengembalian harga saham.
6. O’Byrne dan Young (2001), dalam penelitiannya ditemukan bahwa
EVA secara teoritis dan empiris terbukti memiliki korelasi yang erat
dengan setiap perubahan dan penciptaan nilai MVA pada pasar modal
di Amerika Serikat.
7. Stern Steward dan Bennet (1991), dalam studinya pada pasar modal di
Amerika Serikat memperlihatkan lebih dari 400 perusahaan
menggunakan EVA dalam menilai kinerja perusahaan. Hasil studinya
menunjukan bahwa EVA memiliki korelasi tinggi dengan setiap
perubahan dan penciptaan nilai MVA dipasar modal dibandingkan
dengan ukuran-ukuran umum penilaian kinerja perusahaan.
2.20. Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram)
Pada Gambar 4 di bawah ini dijelaskan hubungan antar variable
secara positif dan negatif maka dijelaskan melalui diagram Sebab Akibat
(Causal Loop Diagram). Peningkatan pertumbuhan kinerja keuangan Bank
Agro Niaga disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga
(DPK), melalui peningkatan mobilitas dana masyarakat. Peningkatan DPK
43
dipengaruhi oleh pilihan strategi pemasaran yang tepat, terutama melalui
variabel marketing mix (product, price, place, promotion dan service).
Meningkatnya pertumbuhan kinerja keuangan bank secara positif
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan investasi surat berharga dipasar
modal sehingga terjadi peningkatan return saham yang berdampak positif
juga terhadap peningkatan kinerja keuangan bank.
Pihak manajemen akan meningkatkan penyaluran kredit (pinjaman)
kepada masyarakat melalui kredit investasi, konsumsi dan UMKM apabila
terjadi peningkatan keuangan bank. Meningkatnya fungsi lending bank
dalam penyaluran DPK, maka akan berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan bunga bank yang dapat meningkatkan kinerja
keuangan. Adanya pengaruh kinerja keuangan yang positif maka harga
saham bank akan mengalami peningkatan sehingga return saham yang
dihasilkan dari perdagangan saham mengalami apresiasi positif dan hal ini
secara umum berdampak pada kinerja pasar modal. Pengujian dan
bagaimana analisis trend kinerja keuangan bank dan return saham sebagai
indikator yang mempengaruhi pertumbuhan investasi di pasar modal.
Peneliti menggunakan metode analisa EVA, MVA, financial performance
ratio, analisis trend, serta analisis matriks EFI dan EFE, SPACE, SWOT.
Dengan menggunakan metode analisis ini akan menghasilkan langkah-
langkah strategis (exit strategy) untuk diaplikasikan oleh pihak manajemen
Bank Agro Niaga dalam meningkatkan market share.
44
+
Gambar 4 Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram)
+
+
+
+ +
+
+
+
+ +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Peningkatan Pertumbuhan
Kinerja Keuangan Bank Agro
Niaga
Peningkatan Pertumbuhan
DPK
Peningkatan Mobilitas Dana
Masyarakat
Peningkatan Pertumbuhan
Investasi Surat Berharga (Pasar
Modal)
Peningkatan Return Saham
Langkah Strategis Market Share
Pinjaman Kredit :
• Kredit Modal Kerja • Kredit Investasi • Kredit Program • Kredit Sindikasi
Pertumbuhan Investasi di Pasar Modal
Peningkatan Return Saham
Strategi Marketing
+ +
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran merupakan miniatur dari keseluruhan proses
penelitian untuk menerangkan empat aspek: mengapa penelitian dilakukan,
bagaimana proses dilakukan, apa yang akan diperoleh dari penelitian dan
untuk apa hasil penelitian dilakukan. Konsep alur pikir penelitian
merupakan rencana penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di Bank
Agro Niaga. Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan pada
laporan keuangan Bank Agro Niaga dari tahun 2004-2010 dapat diidentifikasi
lima masalah pokok sebagai berikut :
1. Kompleksitasnya persaingan antar bank di Indonesia mencapai 126 bank
yang berakibat pada pengelolaan bank yang prudent, tingkat suku bunga
yang kompetitif dan pangsa pasar yang rendah, inovasi produk, pelayanan
nasabah dan teknologi perbankan;
2. Rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank membawa
konsekuensi pada pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata
industrinya seperti giro 0,09%, tabungan 0,02%, deposito 0,19%, modal
kerja 0,10% dan konsumsi 0,11% .
3. Rendahnya pertumbuhan kredit yang berakibat pada menurunnya
pendapatan yang dihasilkan oleh bank dilihat dari konsekuensi pada
pertumbuhan pangsa pasar dalam penyaluran kredit hanya mencapai
2,48% tahun 2009 dan tahun 2010 mencapai 2,71%. Pertumbuhan ekuitas
(modal-kewajiban) bank rendah dengan indikator ROE dan ROA yang
rendah tidak sesuai standar BI, dimana pertumbuhan ROE tahun 2008
negatif -1,67% dan 2007 negatif -1,72%. Tahun 2008 rasio ROA negatif
sebesar -0,11%, 2007 -0,15%. Rentabilitas Bank yang ditunjukan oleh
rasio BOPO yang masih tinggi diatas ketentuan BI (94%-96%)
menunjukan in- efisiensi pengelolaan bank dan NIM juga negatif tahun
2008 sebesar -85,10%. Sementara kinerja keuangan Bank Agro Niaga
46
pada indikator tingkat likuiditas bank rendah masih dibawah ketentuan BI
>110%. LDR Bank Agro tahun 2007 sebesar 77,02% dan 2010 sebesar
86,68%.
4. Kondisi keuangan seperti ini akan berdampak pada return saham Bank
Agro Niaga pada harga Rp.126 per lembar saham, sehingga kinerja
perusahaan tidak menciptakan laba ekonomis atau nilai EVA dan MVA
negatif.
5. Strategi pemasaran Bank Agro Niaga selama ini mengandalkan Captive
market PTPN dan related captive market seperti koperasi karyawan
PTPN, namun pasar sasaran yang dituju sebenarnya perusahaan agro
bisnis dalam skala besar.
Dua faktor yang dapat mempengaruhi kondisi kinerja keuangan
Bank Agro Niaga yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti
perkembangan lingkungan dekat yaitu Peraturan Bank Indonesia tentang giro
wajib minimum yang terkait dengan LDR dan CAR bank yang berlaku
efektif 1 November 2010, suku bunga, inflasi, nilai tukar (kurs), regulasi, dan
risiko. Setiap instrumen investasi mengandung potensi risiko yang berbeda-
beda, tetapi prinsip yang berlaku semakin besar potensi hasil suatu investasi,
instrumen tersebut mengandung potensi risiko yang semakin besar. Risiko
investasi saham terdiri dari risiko non sistematis yang berhubungan dengan
internal bank seperti pertumbuhan laba, aset, besar kecilnya hutang (financial
risk), risiko bisnis yaitu sifat bisnis suatu bank. Risiko sistematis
berhubungan dengan kondisi perekonomian makro, politik, hukum dan
keamanan. Sementara dari sisi faktor yang dapat dikendalikan adalah kinerja
managerial, NPL, dan efisiensi operasional. Kedua Faktor ini akan
mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan kinerja keuangan
bank.
Berdasarkan Existing problem yang dipengaruhi oleh kedua faktor
tersebut diatas, merupakan faktor input untuk mengkaji dan menganalisis
data laporan keuangan Bank Agro Niaga dari Desember 2007 sampai dengan
Februari 2011 dan juga data perdagangan saham di pasar sekunder di Bursa
Efek Indonesia, melalui metode pengumpulan data dengan teknik observasi
dan dokumentasi.
47
Proses analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah
menghitung nilai financial performance ratio (NPR) dengan indikator rasio
ROA, ROE, CAR, LDR, NIM dan BOPO, metode EVA dan MVA serta
return saham, kemudian dianalisis dengan metode statistik yaitu analisis
trend, dan untuk menganalisis dan mengukur kondisi kinerja bank dalam
menentukan strategi marketing digunakan analisis SWOT. Analisis kinerja
keuangan, statistik dan SWOT dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu
pertumbuhan ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, persaingan dan
keamanan serta krisis global. Parameter kontrol yang menjadi standar
pengukuran analisis adalah : Nilai EVA/MVA >0 artinya bank dapat
memberikan laba ekonomis dan kesejahteraan kepada pemegang saham. Nilai
rasio CAR, ROA, ROE, LDR, NIM dan BOPO sesuai ketentuan Bank
Indonesia. Secara langsung faktor penilaian dengan sejumlah metode analisis
diatas akan mempengaruhi expected return.
Output yang dihasilkan dari analisis ini adalah untuk memperoleh
nilai financial performance ratio yaitu CAR, ROA, ROE, LDR, NIM dan
BOPO, Nilai EVA dan MVA, tinggi rendahnya return saham, analisis trend
untuk memprediksi nilai EVA/MVA kedepan. Selanjutnya dilakukan tahap
analisis input untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam
merumuskan strategi menggunakan matriks IFE dan EFE, tahap pencocokan
menggunakan analisis SWOT dan SPACE untuk menentukan strategic
marketing planning bank.
Outcome yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
menghasilkan model pendekatan baru untuk pengukuran kinerja keuangan
bank yang memadukan pendekatan konvensional berdasarkan regulatory
policy dengan konsep modern. Outcome lain yang diharapkan adalah
menghasilkan konsep Marketing strategic planning untuk bahan pembanding
bagi manajemen Bank Agro Niaga dalam merumuskan strategi operasional
yang tepat, terukur dan realibel. Dampak dari hasil penelitian ini secara
langsung diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan Bank Agro Niaga
di masa akan datang. Analisis ini berguna bagi investor untuk mendapatkan
informasi yang komherensif teantang kinerja keuangan bank untuk
pengambilan keputusan investasi. Dampak penelitian ini juga diharapkan
48
sebagai informasi tambahan bagi pemegang saham dalam menilai kinerja
managerial bank apakah sudah memaksimumkan kekayaan bagi pemegang
saham sebagai tujuan dari bisnis. Pada Gambar 5 dapat dilihat kerangka
penelitian.
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Existing Problem
• Kompleksitasnya persaingan antar Bank di Indonesia
• Rendahnya Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
• Rendahnya Pertumbuhan kredit
• Rendahnya Harga saham
• Strategi pemasaran yang mengandalkan captive market
Outcome :
• Menghasilkan Model Pendekatan baru untuk pengukuran kinerja keuangan bank
• Menghasilkan Konsep Marketing strategic planning
Impact :
• Manager : Pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga
• Investor : Analisa kompherensif keputusan investasi
• Pemegang saham : Menambah atau mengurangi kekayaan pemegang saham
Input :
• Laporan keuangan 2007-2011
• Data perdagangan saham
Process :
• EVA/MVA
• Analisa Rasio FPR
• Analisis return saham
• Analisis trend
• Analisis SWOT
Output :
• Nilai Rasio FPR
• Nilai EVA dan MVA
• Tinggi rendahnya return saham
• Koefisien Regresi FPR,EVA/MVA terhadap return saham
• Hasil Analisis SWOT
Fee
dbac
k
Parameter Kontrol : • EVA /MVA > 0 • Rasio FPR ketentuan BI
(LDR=110%) CAR=8%.ROA<2.ROE.7,50%.NIM>10%)
• BOPO (94%-96%) • Trend +/- • Nilai return > 0
Faktor tidak dapat dikendalikan :
• Peraturan BI GWM • Suku bunga • Nilai tukar • Risiko Pasar
Faktor dapat dikendalikan :
• Kinerja Mangerial • NPL • Operational cost ratio
Pengaruh Eksternal: • Pertumbuhan ekonomi • Kebijakan moneter • Kebijakan fiskal • Persaingan • Krisis global
Expected Return
Metode Pengumpulan
Data
49
3.2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk Kantor Pusat.
Jln. HR.Rasuna Said Blok X2 No.1, Jakarta 12950. Penelitian tidak
dilakukan pada kantor cabang Bank Agro Niaga yang tersebar diseluruh
Indonesia saat ini berjumlah 18 (delapan belas) kantor cabang. Kegiatan
penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Februari
2011.
Data pendukung dalam penelitian ini, dilakukan melalui Bursa Efek
Indonesia Jl. Jenderal Sudirman Jakarta Selatan 12190, dan Bank Indonesia,
Jl.MH Thamrin No.2 Jakarta. Selain itu, untuk mendapatkan sumber data
tambahan mengunjungi website melalui internet dibeberapa institusi
berikut :
1. Bank Indonesia,dengan alamat http://www.bi.go.id
2. Bursa Efek Indonesia,dengan alamat http://www.idx.co.id
3.3. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
untuk analisis SWOT dan data sekunder yang bersumber dari :
1. Studi dokumentasi dari laporan keuangan Bank Agro Niaga yang
dilaporkan kepada Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Data
Laporan keuangan Bank Agro Niaga berbentuk data time series dari
bulan Desember sampai dengan Februari 2011 atau 39 bulan meliputi data
Neraca, laporan perubahan modal dan laporan rugi/laba dan harga saham
Bank Agro Niaga.
2. Studi pustaka dengan cara mempelajari dan memperdalam teori-teori, hasil
penelitian terdahulu dan jurnal ilmiah yang terkait dengan topik penelitian.
3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sample
Sampel penelitian ini adalah PT. Bank Agro Niaga, Tbk. Kantor
pusat Jakarta Selatan, termasuk 18 kantor cabang pembantu diseluruh
Indonesia periode laporan keuangan Desember 2007 sampai dengan Februari
50
2011. Metode yang digunakan adalah non probability sampling dengan
teknik penarikan sample dilakukan melalui Sampel pertimbangan (judgement
sampling) dengan kriteria sebagai berikut :
1. Bank Agro Niaga sebagai satu-satunya Bank di Indonesia dengan fokus
pada sektor Agribisnis seperti; Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan
Pengolahan.
2. Bank Agro Niaga merupakan perusahaan yang sudah go public yang telah
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
3. Laporan keuangan yang dijadikan sampel adalah laporan keuangan
perbulan yang disampaikan oleh Bank Agro Niaga kepada Bank Indonesia
dan Laporan harga saham dan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data
yang relevan dengan tujuan penelitian.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif, dan analisa
kuantitatif dengan cara menghitung secara manual untuk analisa rasio
keuangan, analisa EVA dan MVA serta return saham. Sedangkan analisa
trend dan forecasting menggunakan MINITAB. Untuk analisa strategi
pemasaran menggunakan SWOT. Adapun tahapan analisis sebagai berikut :
1. Analisa kinerja keuangan menggunakan :
a. Analisa Financial Performance Ratio (CAR,ROA,ROE,LDR,NIM dan
BOPO) :
Total Modal Bank CAR = ____________________________________________ X 100% ..................1
Rata-rata Aktiva Produktif ( ATMR)
Laba Sebelum Pajak ROA = _________________________ X 100% .......................................... 2
Total Aktiva
51
Laba bersih ROE = ____________________ X 100% .................................................. 3
Modal sendiri
Total Kredit LDR = ____________________________ X 100% ........................................ 4
Total Dana Pihak ke Tiga
Biaya Beban Operasional BOPO = ______________________________ X 100% ...................................... 5
Pendapatan Operasional
Pendapatan Bunga bersih NIM = ________________________________ X 100% ...................................... 6
Rata-Rata Aktiva Produktif
b. Analisa Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT- ( WACC x Invested Capital) ....................................... 7 c. Analisa Market Value Added (MVA)
MVA = Nilai pasar – Modal yang diinvestasikan atau : ................... 8
MVA = Equity Market Value (EMV) - Equity Book Value (EBV)
EMV = Jumlah Lembar Saham (Paid Up Capital) x Harga pasar
nominal perlembar saham
EBV = Jumlah Lembar Saham (Paid Up Capital) x Harga nominal
perlembar saham
d. Analisa Return Saham
Pt–Pt–1 Rt ______________________ ............................................................... 9
Pt
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
Rt = Tingkat pengembalian saham periode t
52
2. Analisa Trend Linear dan Forecasting dengan Persamaan :
dengan menggunakan metode Moving Average
n ∑ Di
Man = i = 1 n .................................................................................. 10 Dimana : MA : Moving Average (rata – rata bergerak)
n : Jumlah periode dalam Moving Average
Di : Data selama periode i
Mengukur kesalahan prediksi atau ketepatan pengukuran (accuracy measures)
alat ukur yang digunakan adalah ;
MAPE (Mean Absolute Persentage Error ) :
MAPE = ∑ Yt - Ỳt /Yt X 100
N Yt ≠ 0 ................................................11 MAD (Mean Absolute Deviation ) n
MAD = ∑ Y t - Ỳt t =1 N .....................................................12
MSD = ( Mean Square Devition) n
MSD = ∑ Yt - Ỳ t 2 .................................................................13
t =1 N
Dimana : Yt = Data Aktual waktu ke t Ỳ = Data Forecasting pada waktu ke t N = Jumlah data
3. Selanjutnya Menggunakan tahap analisis input untuk meringkas informasi
dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi yaitu : matriks IFE dan
EFE, dan pada tahap pencocokan menggunakan matriks SPACE, QSPM dan
analisis SWOT untuk menentukan strategic marketing planning bank yang
bersumber dari data primer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perusahaan
Penelitian telah dilakukan pada PT. Bank Agro Niaga, Tbk dengan
mengambil data laporan kinerja keuangan (Neraca, Laporan Rugi Laba, dan
Laporan Perubahan Modal yang sesuai dengan standar penilaian kinerja
keuangan bank. PT. Bank Agro Niaga, Tbk didirikan pada tanggal 27
September 1989 di Jakarta, tujuan pendiriannya adalah bank dengan fokus
pada sektor Agrobisnis, seperti perkebunan, perikanan, peternakan dan
pengolahan. Bahkan saat ini Bank Agro merupakan satu-satunya Bank
Agrobisnis di Indonesia. Pada tahun 2003 Bank Agro memperoleh
persetujuan Badan Pengawas Pasar Modal (BPPM) menjadi perusahaan
publik sehingga namanya menjadi PT. Bank Agroniaga Tbk. Pada tahun yang
sama mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya. Sejak tahun 2007
seiring merger antar Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta menjadi
Bursa Efek Indonesia, saham Bank Agro dengan kode AGRO tercatat di
Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2006 Bank Agro meningkatkan statusnya
menjadi Bank Umum Devisa.
Sejak Bank Agro Niaga Tbk berdiri, hingga saat ini portofolio kredit
Bank Agro sebagian besar (antara 65% - 75%) disalurkan disektor
Agrobisnis, baik on farm seperti usaha perkebunan kelapa sawit, perkebunan
tebu, teh maupun peternakan sapi dan off farm seperti pengembangan pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit (PKS), pembiayaan perdagangan gula, hingga
pembiayaan ekspor impor minyak sawit (CPO), kakao, teh, dan sapi.
Skema produk yang ditawarkan oleh Bank Agro Niaga terdiri dari;
(1) produk Funding rekening giro, tabungan, deposito on call dan deposito
berjangka; (2) produk lending kredit modal kerja, kredit investasi, kredit
program (KKPA, KKP, inti plasma), kredit usaha kecil, kredit program
karyawan, kredit multy guna, kredit agro griya dan kredit agro mobil; (3)
bank service bank garansi, letter of kredit lokal, safe deposito bank dan
pembayaran layanan umum.
54
Bank Agro mengembangkan jaringan kantor pelayanan di sentra-
sentra Agrobisnis baik dikota besar maupun dipelosok perkebunan seperti di
Medan, Pekanbaru, Kasikan (Kampar), Dalu-Dalu (Rokan Hulu), Lampung,
Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dengan kantor
pelayanan saat ini berjumlah 18 kantor didukung oleh 454 karyawan. Selain
dari sisi jaringan pelayanan, Bank Agro terus melakukan upaya
restrukturisasi yang mencakup aspek manajemen, karyawan, organisasi
sistem, budaya perusahaan dan identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil
meletakan landasan dan infrastruktur yang baru guna mendukung
pertumbuhan berdasarkan pringsip transparansi, tanggung jawab, integritas
dan profesional.
Inisiatif pengembangan produk baru terus dikembangkan dengan
sasaran dunia bisnis yang mengacu pada spesifik untuk masing-masing
segmen pasar seperti kredit pada PT. Perkebunan Nusantara, berikut
kelompok usaha pendukungnya (rekanan dan kontraktor) maupun penyaluran
dana untuk kesejahteraan para petani melalui kredit program baik kredit
untuk koperasi primer kepada anggotanya maupun kredit ketahanan pangan.
Sedangkan untuk karyawan dan pensiunan usaha Agrobisnis telah
dikembangkan kredit pensiunan dan kredit karyawan.
Seiring dengan tantangan dan perubahan lingkungan bisnis di
Indonesia Bank Agro harus didukung oleh modal yang kuat sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia, maka pada tanggal 4 april 2011 Bank Agro
resmi di akuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia dan sekarang telah menjadi
anak perusahaan PT. BRI. Sejak diambil alih BRI Bank Agro mencatatkan
kenaikan laba bersih sangat signifikan 840% menjadi Rp. 11.94 milyar atau
Rp. 3.30 perlembar saham di semester I 2011 dibandingkan periode yang
sama tahun lalu laba Rp. 1.27 milyar atau Rp. 0.37 persaham.
4.2. Hasil Penelitian
Dalam mengukur capital menggunakan indikator rasio keuangan, yaitu CAR
untuk Earning, menggunakan ROA, ROE, BOPO, LDR, dan NIM.
Sementara itu, untuk variabel kajian nilai tambah bagi pemegang saham dan
pasar menggunakan indikator EVA dan MVA serta return saham untuk
55
melihat kinerja perdagangan saham bank di Bursa Efek Indonesia berupa data
time series mulai Desember 2007 sampai dengan Februari 2011. Pengukuran
kinerja keuangan bank dengan pendekatan CAR, ROE, ROA, LDR, NIM dan
BOPO berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 23
Juli 2003.
4.2.1. Kinerja Rasio CAR
Berdasarkan hasil analisis selama periode Desember 2007 sampai
dengan Desember 2008ju mlah modal yang terhimpun sebesar
Rp.2.520.912 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 122,60%.
Sementara itu perkembangan ATMR sebesar Rp. 28.068.970 juta dengan
rata-rata pertumbuhan mencapai 0,23%. Perbandingan kedua indikator
tersebut, menghasilkan nilai rasio CAR sebesar 8,96%. Demikian juga
perkembangan total modal bank pada periode Januari sampai dengan
Desember 2009 terjadi peningkatan sebesar Rp.2.856.705 juta dengan rata-
rata pertumbuhan 81,75%. Sementara itu, ATMR meningkat sebesar Rp.
31.416.734 juta atau rata – rata pertumbuhan meningkat sebesar 2,77%
dengan nilai CAR meningkat sebesar 9,79%. Peningkatan ini disebabkan
kenaikan rasio modal bank dibandingkan ATMR.
Periode Januari sampai dengan Desember 2010 terjadi peningkatan
jumlah modal bank sebesar Rp. 4.308.685 juta atau dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 5,70% dan total ATMR sebesar Rp. 35.782.461 juta
atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,03%. Dari peningkatan nilai kedua
indikator tersebut, maka nilai rasio CAR ikut meningkat sebesar 12,92%.
Pertumbuhan yang positif ini berlanjut pada periode Januari – Februari
2011 dimana nilai rasio CAR mencapai pertumbuhan sebesar 16,44%.
Secara keseluruhan rasio kecukupan modal bank telah memenuhi
persyaratan Bank Indonesia 8%. Pada lampiran 5 dapat dilihat data CAR
Desember 2007 – Februari 2011.
Kinerja Permodalan bank yang mengalami peningkatan disebabkan ;
(1) Kemampuan bank dalam penyaluran kredit efektif dengan semakin
kompetitifnya penetapan suku bunga acuan, (2) Perkembangan pemberian
kredit tumbuh pesat yang diikuti kecukupan modal, (3) Kualitas kredit
56
yang membaik akibat penerapan sistem manajemen risiko yang prudent
yang mengakibatkan cadangan penyisihan aktiva produktif menurun secara
tajam yang berimplikasi kenaikan modal, dan (4) Menurunnya kewajiban
bank mengakibatkan cadangan penghapusan aktiva produktif yang dapat
menaikan modal.
Peningkatan CAR Bank Agro sangat tergantung pada portofolio
asetnya. Pada periode ini bank tidak melakukan penempatan dana pada aset
yang berisiko tinggi jangka panjang seperti kredit investasi, tetapi aset
kredit jangka pendek seperti surat berharga di pasar modal yang berisiko
rendah, artinya bank mengamankan prospek modalnya melalui diversifikasi
(menekan risiko). Peningkatan rasio kecukupan modal akan mendorong
bank akan menurunkan portofolio kredit dan mengalihkan investasinya
kedalam bentuk surat berharga yang mempunyai bobot risiko yang lebih
rendah. Pergeseran portofolio aset yang berisiko tinggi ke aset produktif
berisiko rendah, maka dapat dimaknai terjadi peningkatan modal Bank
Agro yang mendorong kinerja keuangan bank semakin baik.
Rasio CAR Bank Agro secara rata-rata sudah sesuai ketentuan Bank
Indonesia di atas 8%, artinya kualitas pertumbuhan CAR yang semakin
baik ini harus dipertahankan untuk mencapai standar Basel II yakni
transparansi bank, yaitu terkait dengan penilaian pengawas tentang klaim
manajemen terhadap kondisi bank. Pengawas harus melihat standar CAR
8% sudah benar-benar sesuai aturan (Supervisory Judgement).
Kebijakan direksi Bank Agro apabila ingin meningkatkan atau
memperbaiki rasio CAR sesuai ketentuan Bank Indonesia di masa depan,
maka strategi yang harus dilakukan adalah :
a. Menjaga kualitas aktiva produktif melalui ; (1) Business Process;
pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
dan pengelolaan risiko, (2) Shareholders; penambahan modal inti
(tier1) diatas ketentuan BI yakni minimal 40% dari total CAR. Selain
itu jika pertumbuhan kredit bank naik 20% - 30%, maka CAR harus
naik minimal >13% berarti bank harus menambah modal, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan ”lending” perbankan pada level 22%
setiap tahunnya.
57
b. Pinjaman subordinasi bersumber dari kredit likuiditas dari Bank
Indonesia, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada
bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
c. Melalui strategi IPO dan obligasi
d. Recovery menjaga tingkat hasil secara optimal, menjaga NPL tidak
boleh lebih dari 5%, mengurangi atau memperkecil komitmen
pinjaman yang tidak digunakan (tidak produktif) sehingga
memperkecil risiko.
Berdasarkan analisa trend dengan metode Moving Avarage pada Gambar 6
terlihat pola data hijau yang naik ke kanan atas, yang menunjukan adanya
unsur trend pada data. Pola titik yang berwarna merah menunjukan data
hasil dekomposisi (FITS) yang terlihat berimpit dengan data aktual yang
berwarna hitam. Hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39
(Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio CAR sebesar 0,103. Dengan
tingkat kesalahan prediksi MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
65,5415 dan MAD (Mean Absolute Deviation) 0,0212 artinya terdapat
indikasi kenaikan rasio CAR pada bulan Maret tahun 2011 yang
menunjukan adanya kemampuan bank tersebut untuk bertahan dari
pengaruh gejolak pasar akan semakin baik dan dapat menjamin keamanan
dana pihak ketiga yang terhimpun apabila terjadi kerugian pada bank itu
sendiri. Mengingat peranan modal sangat penting selain digunakan untuk
kepentingan ekspansi, juga digunakan sebagai “buffer” untuk menyerap
kerugian kegiatan usaha. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk
peningkatan modal (SE. Intern BI, 2004).
58
Index
CA
R
726456484032241681
0,18
0,16
0,14
0,12
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 65,5415
MAD 0,0212
MSD 0,0009
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik CAR
Gambar 6 Trend Analysis CAR Desember 2007-Februari 2011
Memperhatikan hasil forecasting pada bulan ke 40 terjadi
kecenderungan rasio CAR Bank Agro kedepan meningkat bahkan diatas
ketentuan Bank Indonesia,namun yang perlu diwaspadai jika terjadinya
fluktuasi pergerakan CAR bank pada periode sebelumnya atau gejolak
ekonomi sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kemampuan bank
dalam pemenuhan tambahan modal untuk memperkuat likuiditas bank.
Kebijakan Perseroan kedepan untuk menjaga likuiditas bank yaitu; (1)
Menyiapkan instrumen baru untuk mengatasi potensi kegagalan usaha
bank. (2) Penyediaan dana yang cukup, maka bank wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, antara lain dengan
melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio, baik kepada pihak terkait
maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah
persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum
pemberian kredit (BMPK).
BI > 8%
59
4.2.2. Kinerja Rasio ROE
Hasil analisis pada Lampiran 5 selama periode Desember 2007
sampai Desember 2008 perkembangan nilai laba bersih bank cukup positif
sebesar Rp. 53.879 juta dan rata-rata pertumbuhan 54,61% perbulan.
Sementara itu nilai total equity bank mencapai Rp. 3.188.739 juta dengan
rata-rata pertumbuhan -0,46% perbulan. Hasil perbandingan kedua
indikator ini diperoleh nilai ROE sebesar 21,51% dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 1,65% jauh dibawah ketentuan BI > 7,50%. Kondisi
ini mencerminkan Bank Agro tidak mampu menghasilkan laba dengan
menggunakan ekuitasnya.
Perkembangan laba bersih selama periode Januari 2009 sampai
Desember 2009 menunjukan terjadinya peningkatan sebesar Rp.86.379 juta
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 68,14% atau naik 24,78%.
Sementara itu total equity mencapai Rp. 3.058.373 juta dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 3,84%. Hasil perbandingan tersebut menunjukan
Rasio ROE negatif sebesar -11,98% atau rata-rata pertumbuhan -1,00%.
Peningkatan laba bersih pada tahun 2009 tidak diikuti dengan kenaikan
ROE, hal ini menunjukan pengelolaan equity bank tidak efektif. Artinya
terjadi kondisi bermasalah atau bank dikategorikan tidak sehat. Hal ini
terutama disebabkan oleh tiga faktor, yaitu : (1) Perseroan mengalami
kerugian bersih dalam tiga tahun terakhir ini, tahun 2007 mencatatkan rugi
bersih sebesar Rp. 5.939 juta, tahun 2008 rugi bersih sebesar Rp. 3.826
juta, mengalami penurunan sebesar Rp. 2.100 juta atau -35,57%
dibandingkan tahun 2007 dan tahun 2009 sebesar Rp. 9.117 juta untuk
periode yang berakhir pada tanggal 31 Mei 2009. (2) Tingkat efisiensi
perusahaan dalam mengelola aset (assets management) sangat rendah,
dimana beban operasional bank tahun 2007 sebesar Rp. 112.221 juta
mengalami peningkatan sebesar Rp. 13.020 juta atau 13,13% dibandingkan
2006 sebesar Rp. 99.200 juta. Kenaikan juga terjadi tahun 2008 sebesar Rp.
113,717 juta, atau 1,33% dibandingkan tahun 2007, dan tahun 2009 sebesar
Rp. 51.754 juta. (3) Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial
60
leverage) meningkat sebesar Rp. 2.346,800 juta menjadi Rp. 2.248.804 juta
tahun 2009.
Periode Januari sampai Desember 2010 bank mencatatkan laba
bersih sebesar Rp.90.662 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
53,29%. Sementara itu nilai Equity meningkat sebesar Rp.4.104.734 juta
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -0,02%. Implikasi dari kenaikan
laba bersih dan equity pada periode ini berdampak positif terhadap
kenaikan ROE sebesar 20,28% dengan rata-rata pertumbuhan 1,69% atau
naik 0,69% dari rata-rata pertumbuhan tahun 2009. Perkembangan laba
bersih bank Januari – Februari 2011 sebesar Rp.28.064 juta dengan rata-
rata pertumbuhan 8,84% dan total equity sebesar Rp.602.018 juta atau rata-
rata pertumbuhan 3.99% dengan nilai ROE negatif -7,87% dengan rata-rata
pertumbuhan -3,93% perbulan.
Penurunan kinerja rasio ROE akan berdampak pada harga saham
bank dan pembagian deviden kepada investor. Dengan demikian hubungan
yang terjadi adalah hubungan timbal balik antara ROE dengan return
saham, temuan ini memberikan bukti tambahan bahwa dengan rasio ROE
Bank Agro yang masih dibawah ketentuan BI memperkuat dasar analisis
technical fundamental penting sebagai dasar pengukuran harga saham.
Strategi untuk mengatasi kerugian yang dialami oleh bank Agro,
maka kebijakan yang diambil Perseroan kedepan adalah
1. Bank Agro harus meningkatkan jumlah dana pihak ketiga di bank
sehingga aktiva Perseroan meningkat, karena kemampuan bank dalam
memperoleh sumber-sumber dana pihak ketiga yang diinginkan sangat
mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber-sumber
dana bank harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan
untuk memperolehnya, jangka waktu sumber dana, serta biaya yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut.
2. Bank Agro harus meningkatkan penyaluran kredit investasi disektor
retail sehingga pendapatan bunga meningkat.
61
3. Bank Agro harus menurunkan beban operasional dan administrasi
Perseroan pada skala yang efisiensi karena sebuah bank ingin
meningkatkan profit margin-nya harus bisa mengendalikan sedemikian
rupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari kegiatan operasional (
economies of scales). Pringsip ini di satu sisi sangat bagus karena
ingin mendapatkan bank yang efisien dalam menjalankan usaha
haruslah memiliki skala usaha (assets) dan permodalan yang cukup
besar. Sebaliknya masalah economies of scale sangatlah sulit dicapai
dengan skala aset yang kecil karena kemampuan bank sangat terbatas
4. Manajemen Perseroan harus memperhatikan kenaikan ROE apakah
berasal dari net profit margin atau asset turnover, maka itu merupakan
indikasi positif, artinya profitabilitas meningkat atau penggunaan asset
semakin optimal. Namun, jika leverage meningkat padahal utang
perusahaan sudah cukup tinggi, maka ini menjadi semakin berisiko.
5. Memperluas ruang lingkup wilayah usaha (scope of territories) untuk
menjadi National Champions, bank haruslah mampu beroperasi pada
wilayah yang sangat luas dan kalau perlu melakukan ekspansi di luar
Indonesia.
Apabila kebijakan ini dilakukan secara konsisten maka bank mampu
menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya karena semakin
tingginya profit margin berarti semakin tinggi juga ROE yang dihasilkan.
Implikasinya, pemahaman yang baik mengenai ROE akan memberikan
gambaran kepada investor mengenai bagaimana perusahaan dikelola.
Selanjutnya akan membantu dalam melakukan penilaian terhadap kondisi
Perseroan dan mempengaruhi keputusan investasi. Dengan menganalisa
ROE berarti dapat mengetahui lebih lanjut kualitas penghasilan yang bisa
didapatkan dari kinerja bank.
Hasil analisis trend pada Gambar 7 dengan metode Moving Average
menunjukan adanya trend positif untuk hasil forecast bulan ke 40 karena
data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio ROE sebesar
0,914% dengan tingkat kesalahan prediksi MAPE 917,214 dan MAD
62
2,332. Hasil ini menggambarkan profitabilitas yang dihasilkan bank positif
dari hasil pengunaan equitasnya. Nilai ROE yang positif berdasarkan
peramalan dengan metode trend diharapkan adanya peningkatan kinerja
keuangan perusahaan yang berimplikasi terhadap pertumbuhan expected
return saham Bank Agro dimasa akan datang. Apabila kondisi ini dapat
dipertahankan maka bank memiliki akses likuiditas yang baik sebagai
persyaratan untuk melakukan ekspansi secara lebih efisien.
Index
RO
E
726456484032241681
7,5
5,0
2,5
0,0
-2,5
-5,0
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 917,214
MAD 2,332
MSD 9,317
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik ROE
Gambar 7 Trend Analysis ROE Desember 2007 – Februari 2011
4.2.3. Kinerja Rasio ROA
Pada Lampiran 5 menjelaskan hasil perhitungan ROA Bank Agro, dimana
Selama periode Desember 2007 sampai dengan Desember 2008
perkembangan total aktiva bank mencapai Rp. 37.064.433 juta dengan
rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 7,53%. Sedangkan kemampuan
bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak dari penggunaan aktiva
sebesar Rp. 57.139 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar
7,65%. Nilai perbandingan kedua indikator tersebut diperoleh ROA
-BI >7,50%
63
sebesar 1,97% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,15% perbulan.
Selama tahun 2008 ROA bank belum memenuhi persyaratan Bank
Indonesia ≤ 2%. Hal ini disebabkan terjadi penurunan laba sebelum pajak
yang signifikan pada bulan November sebesar Rp.49 juta, artinya
manajemen pengelolaan aktiva bank baik aktiva lancar maupun aktiva
tetap dalam menghasilkan laba kurang baik, sehingga performance aktiva
an-liquid.
Dampak penurunan ROA berimplikasi kepada ketidakmampuan
bank menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitas yang
tinggi sehingga mengalami kesulitan membagikan dividen. Prospek
bisnisnya tidak dapat berkembang secara optimal serta tidak dapat
memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka
kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder
dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan turun
khusus pada tahun 2008.
Sementara itu, perkembangan total aktiva bank tahun 2009 mencapai
Rp. 31.417.034 juta dengan rata – rata pertumbuhan perbulan sebesar
1,30%. Sedangkan nilai laba sebelum pajak mencapai Rp. 88.354 juta
dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 5,76%. Sementara itu, nilai
ROA sebesar 3,37% atau meningkat sebesar 71,32% dari tahun 2008.
Kinerja ROA bank sudah positif diatas persyaratan Bank Indonesia ≤ 2%.
Artinya pengelolaan aktiva bank cukup baik selama periode ini dilihat dari
perolehan laba sebelum pajak perbulan meningkat.
Perkembangan total Aktiva tahun 2010 mencapai Rp. 34.895.778
juta dengan rata – rata pertumbuhan perbulan sebesar 0,41% dan perolehan
laba sebelum pajak sebesar Rp.109.490 juta dengan rata-rata pertumbuhan
perbulan sebesar 1,30%. Sementara itu terjadi kenaikan ROA sebesar
3,73% dan rata-rata perbulan sebesar 0,31% atau naik sebesar 10,59% dari
tahun 2009. Perkembangan kinerja ROA cukup positif diatas persyaratan
Bank Indonesia, walaupun kondisi ini masih belum cukup feasible untuk
meningkatkan daya saing bank.
64
Kebijakan startegis kedepan yang harus diperhatikan adalah
menjaga likuiditas bank sehingga rasio ROA meningkat signifikan dengan
memerankan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. Tujuan
meningkatkan likuditas, maka bank harus mencari sumber pendanaan dari
masyarakat dengan empat strategi berikut harus dilakukan secara
konsekuen dan paralel.
1. Bank harus meningkatkan jumlah dana pihak ketiga DPK (Tabungan,
Deposito dan Giro) melalui penetapan suku bunga yang sesuai dengan
ekspektasi atau keinginan nasabah pemilik dana (deposan).
2. Bank harus menaikkan ekuitas melalui penambahan modal yang
bersumber dari penjualan saham.
3. Bank harus menambah setoran modal untuk memperkuat rasio
permodalan bank melebihi ketentuan Bank Indonesia rasio modal
minimum 8%.
4. Bank harus tetap menjaga kualitas aktiva produktif dengan menerapkan
pringsip prudent dan efisien.
Hasil analisa trend pada Gambar 8 dengan metode Moving
Average menunjukan adanya peningkatan untuk hasil forecast bulan ke 40
karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011), rasio ROA
sebesar 0,0064 atau 0,64% dari periode dasar sebesar 0,37% Februari 2011
atau diprediksi naik sebesar 0,42 basis poin dengan tingkat kesalahan
prediksi MAPE 54,1634 dan MAD 0,0016. Hasil ini menggambarkan
terdapat indikasi terjadinya kenaikan rasio ROA pada bulan Maret 2011,
artinya bank memiliki potensi terjadinya kenaikan laba sebelum pajak yang
dihasilkan dari pengunaan aktivanya.
65
Index
RO
A
726456484032241681
0,010
0,008
0,006
0,004
0,002
0,000
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 54,1634
MAD 0,0016
MSD 0,0000
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik ROA
Gambar 8 Trend Analysis ROA Desember 2007 – Februari 2011
4.2.4. Kinerja LDR
Hasil perhitungan pada Lampiran 5 menunjukan bahwa LDR Bank
Agro masih diatas ketentuan BI antara 80% - 110%. Artinya bank cukup
prudent dalam penyaluran kredit. Kinerja LDR selama periode analisis
Desember 2007 sampai dengan Desember 2008 dilihat dari besarnya total
kredit yang diberikan mencapai Rp.25.570.968 juta dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 0,40%. Besarnya total kredit yang disalurkan
ditunjang oleh besarnya DPK yang berhasil dihimpun oleh bank pada
periode ini sebesar Rp.31.243.663 juta, tetapi besaran rata-rata
pertumbuhan perbulan tidak signifikan karena rata-rata pertumbuhan
negatif sebesar -1,04%. Perbandingan dari kedua indikator diatas
menghasilkan nilai CAR sebesar 82,97%. Faktor yang menjadi penyebab
adalah rendahnya tingkat pencairan (credit disbursement) dibandingkan
dengan DPK.
BI ≤2%
66
Data Bank Agro menunjukkan bahwa persetujuan kredit baru pada
Desember 2007 sebesar Rp. 1.956.450 juta, 2008 sebesar Rp. 2.043.076
juta, 2009 Rp. 1.965.681, dan tahun 2010 sebesar Rp. 1.528.970 juta.
Sementara dana pihak ketiga Desember 2007 sebesar Rp. 2.537.446 juta,
2008 sebesar Rp. 2.163.332 juta, 2009 sebesar Rp. 2.424.296 juta, dan
tahun 2010 sebesar Rp. 2.386.869 juta. Selama ini penyaluran kredit
Perseroan di fokuskan pada usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan
UKM, sehingga rasio kredit bermasalah (NPL) masih dibawah 5% dari
ketentuan Bank Indonesia, dimana tahun 2007 sebesar 4,67%, tahun 2008
turun sebesar 3,36%, dan tahun 2009 sebesar 4,47% dan 2010 kembali
turun sebesar 1,84%.
Perkembangan yang positif ini berlanjut pada periode Januari –
Desember 2009 dengan nilai total kredit yang diberikan sebesar Rp.
24.041.667 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -0,13%. Sementara
total DPK pada periode ini sebesar Rp.25.934.791 juta dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 1,09%. Adapun besarnya nilai LDR yang dihasilkan
dari perbandingan kedua indikator ini sebesar 99,84% atau naik sebesar
16,87%. Rasio LDR pada periode ini belum maksimal mendekati 110%
sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Kondisi LDR bank yang belum maksimal karena, masih cukup
tingginya suku bunga kredit Perseroan baik kredit Agrobisnis maupun
kredit UKM dan investasi. Besaran rata-rata suku bunga kredit perseroan
antara 10 % - 12% pada tahun 2009-2010. Tingkat kredit diatas satu digit,
menyebabkan pinjaman perbankan menjadi lebih mahal, dan akhirnya
berpengaruh pada competitiveness Bank Agro dibandingkan bank-bank
lainya atau bank asing yang mendapatkan rate pinjaman rendah. Maka
sesuai dengan keputusan BI tanggal 8 Februari 2011 menerbitkan SEBI
No.13/5/DPNP untuk mendorong perbankan memiliki LDR 75%-102%.
Trend seperti ini akan memungkinkan perbankan mengambil langkah
strategis meningkatkan loyalitas nasabah, sehingga perbankan bersaing
dalam funding, tetapi juga lending.
67
Hasil analisis periode Januari – Desember 2010 total kredit yang
diberikan sebesar Rp.24.781.870 juta dengan rata-rata pertumbuhan positif
sebesar 1,39%. Sedangkan perkembangan total DPK mengalami kenaikan
sebesar Rp. 26.439.104 juta dengan rata-rata pertumbuhan 4,79% atau naik
sebesar 3,70% dari tahun 2009. Kenaikan DPK pada periode ini berdampak
positif terhadap peningkatan LDR sebesar 105,35% atau naik sebesar
5,51% dari tahun 2009. Kinerja yang positif ini juga terus berlanjut periode
Januari- Februari 2011 dimana nilai LDR meningkat sebesar 125,26%.
Rasio LDR berada pada angka dibawah 80% (misalkan 70%) maka
dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar
70% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Semakin tinggi LDR
menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin
rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan
kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba.
Kenaikan yang signifikan selama tahun 2010 disebabkan terjadi
peningkatan total kredit yang diberikan dengan porsi dana pihak ketiga.
Kondisi ini menunjukan pihak Bank Agro dalam menyalurkan kredit
kepada pihak ketiga cukup baik, artinya manajemen bank sudah efektif
memasarkan dana yang dimiliki sudah maksimal mendekati 110% dari
ketentuan BI karena, bank cukup efektif menjalankan fungsi sebagai
lembaga intermediasi dengan pihak yang membutuhkan dana (Unit Deficit
of Funds). Langkah-langkah strategis kedepan Perseroan akan tetap terus
1. Melakukan ekspansi kredit hingga rasio intermediasi menembus 110%,
dengan mengandalkan likuiditas lainnya, seperti dana hasil rights issue,
sehingga Bank Agro yang memiliki LDR di atas 100% akan
dikecualikan dari sanksi bila memiliki rasio kecukupan modal minimal
14%.
2. Melakukan ekspansi kredit kepada sektor ritel karena sektor ini
mengalami pertumbuhan sangat signifikan dan memiliki peluang pasar
yang prospektif di Indonesia. Total omzet mencapai Rp.120 triliun 2011
dan tahun 2012 diperkirakan tumbuh 15%. Sementara itu rata-rata suku
bunga kredit turun menjadi 15,8% pada Juni 2011 dari 16,9% pada Juni
2010 didukung oleh semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi tahun
68
2012 diperkirakan mencapai 6,5%. Kebijakan ekspansi kredit Perseroan
juga didukung oleh pertumbuhan laba bersih Bank Agro pada
September 2011, sebesar Rp 26.160 miliar, yang sebelumnya hanya Rp
8.340 miliar sejak menjadi anak usaha BRI.
Hasil analisis trend pada Gambar 9 dengan menggunakan metode
Moving Average menunjukan adanya peningkatan hasil forecast bulan ke
40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio LDR
sebesar 0.82%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 11,2520 dan MAD
0,1089. Hasil ini menggambarkan bank cukup baik melaksanakan fungsi
intermediasi dalam penyaluran kredit dari dana pihak ketiga.
Index
LD
R
726456484032241681
1,75
1,50
1,25
1,00
0,75
0,50
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 11,2520
MAD 0,1089
MSD 0,0289
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik LDR
Gambar 9 Trend Analysis LDR Desember 2007 – Februari 2011
Memperhatikan peramalan di atas dari pengamatan periode dasar
bulan Februari 2011 dimana nilai LDR sebesar 0,71%, maka dapat
diproyeksi besarnya LDR periode bulan ke 40 sebesar 0,82% artinya terjadi
peningkatan 0,11% basis poin. Bank dengan tingkat agresivitas tinggi
(tercermin dari angka LDR,0,82% belum mendekati 110%) artinya bank
cukup positif mengelola likuiditas. Hal ini didasarkan pada anggapan
bahwa loan/pinjaman dinilai sebagai earning asset bank yang kurang atau
BI = 110%
69
bahkan sangat tidak likuid. LDR pada posisi ini, dapat diduga cash inflow
dari pelunasan pinjaman dan pembayaran bunga dari debitur pada bank
menjadi sebanding dengan kebutuhan untuk memenuhi cash outflow
penarikan dana giro, tabungan dan deposito yang jatuh tempo dari
masyarakat dan diduga dengan LDR yang posistif ini, bank secara potensial
tidak dapat mengalami kesulitas likuiditas.
4.2.5. Kinerja Rasio NIM
Berdasarkan hasil perhitungan rasio NIM Bank Agro masih
dibawah ketentuan bank Indonesia >10%. Selama periode Desember 2007
sampai dengan Desember 2008 pendapatan bunga bersih yang dihasilkan
oleh bank sebesar Rp. 824.238 juta dengan nilai rata-rata pertumbuhan
sebesar 18%. Sementara itu, rata-rata aktiva produktif mencapai
Rp. 60.383.183 juta, dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 0%.
Sedangkan selama periode Januari – Desember 2009 pendapatan bunga
bersih mencapai Rp.780.703 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14%
dan rata-rata aktiva produktif sebesar Rp.34.440.619 juta lebih rendah dari
tahun 2008 dengan pertumbuhan negatif sebesar -3%, tetapi dari
perbandingan kedua indikator diatas menghasilkan rasio NIM lebih tinggi
dari periode sebelumnya yaitu sebesar 2,36% atau naik sebesar 0,98%.
Selanjutnya periode Januari - Desember 2010 pendapatan bunga
bersih sebesar Rp.1.105.655 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10%
dan rata –rata aktiva produktif sebesar Rp. 38.643.029 juta dengan
pertumbuhan sebesar 2%. Perkembangan yang positif ini memberikan
kontribusi yang signifikan dengan kenaikan rasio NIM sebesar 3,11%, lebih
tinggi dari periode sebelumnya sebesar 0,75%. Hal ini menunjukkan
perbankan masih mempertahankan pendapatan bunga sebagai sumber
pendapatan utama meskipun suku bunga acuan BI rate cenderung turun.
Kinerja rasio NIM Bank Agro masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan ketentuan BI>10%. Kondisi ini disebabkan Bank Agro
lebih cenderung mempertahankan bunga kredit sebaliknya bunga simpanan
mengalami penurunan, karena selama periode 2007 sampai 2010 bank
70
cenderung tidak exspansif dalam penyaluran kredit, walupun suku bunga
acuan BI-rate pada periode ini menurun. Pada periode yang sama, BI rate
turun dari 12,75% pada akhir 2007 menjadi 6,75% hingga September 2011.
Hal ini mengindikasikan penurunan suku bunga kredit lebih lambat
dibandingkan pengurangan suku bunga Deposito, Tabungan, dan Giro yang
mengikuti penurunan BI rate. Trend NIM Bank Agro yang fluktuatif
cenderung berbeda dengan perkembangan suku bunga acuan Bank
Indonesia.
Paling tidak ada enam faktor yang mempengaruhi NIM Bank Agro,
yaitu :
1. Struktur persaingan dari produk perbankan semakin tinggi untuk pasar
deposit dan loan. Suku bunga tabungan bergerak antara 2,27% sampai
3,11%, sedangkan untuk deposito berkisar antara 5% - 7% sepanjang
tahun 2010 sedangkan suku bunga rata-rata Bank Agro sepanjang tahun
2009 - 2010 sebesar 4% - 8% dan untuk deposito berjangka 2,09% -
11,27%. Sedangkan suku bunga kredit Bank Agro sangat tinggi, rata-rata
sekitar 11,25% - 13,25% makin kompetitif.
2. Suku bunga pasar tersebut menimbulkan besaran NIM akan semakin
kecil dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena dalam pasar yang kompetitif,
tidak ada peluang bagi pelaku usaha (bank) untuk menetapkan excessive
margin atau melakukan abuse of market power. Pengaruh persaingan
dan atau struktur pasar terhadap tingkat NIM adalah positif.
3. Rata-rata biaya operasional. Secara teori, bank harus tetap
mempertahankan marjin positif untuk menutup biaya operasionalnya.
Makin tinggi biaya operasional, makin tinggi tingkat NIM yang
ditetapkan bank. Sebaliknya, apabila bank dapat meningkatkan efisiensi
operasionalnya, maka spread atau marjin dapat juga ditekan atau
dikurangi. Pengaruh biaya (efisiensi) operasional terhadap tingkat NIM
adalah positif. Besarnya beban operasional Bank Agro seperti beban
bunga deposito, tabungan, pinjaman yang diterima, giro, pinjaman
subordinasi, provisi dan komisi meningkat tahun 2010 sebesar Rp.
150.759 juta, dan 2009 mencapai Rp. 102.778 juta. Kemudian tahun
71
2008 sebesar Rp. 224.659 juta, serta tahun 2007 sebesar Rp. 235.851
juta. Sedangkan beban operasional lainnya seperti beban umum dan
administrasi, beban tenaga kerja serta penyisihan aktiva produktif tahun
2009 sebesar Rp. 155.008 juta, 2008 sebesar Rp. 143.939 juta dan tahun
2007 sebesar Rp. 116.374 juta.
4. Perbankan diasumsikan memiliki sikap risk averse. Dalam kondisi risk
averse, makin tinggi risiko yang dihadapi oleh bank, maka kompensasi
marjin terhadap risiko tersebut juga akan makin besar, begitu juga
dengan kondisi sebaliknya. Pengaruh persepsi risiko bank berdampak
positif terhadap tingkat net interest marjin.
5. Volatilitas suku bunga pasar uang. Pada prinsipnya, makin tinggi tingkat
volatilitas suku bunga pasar uang, maka makin tinggi pula tingkat risiko
dan premi yang harus dihadapi oleh perbankan. Semakin besar tingkat
NIM yang harus ditetapkan oleh perbankan, begitu juga dengan kondisi
sebaliknya. Volatilitas suku bunga berdampak positif terhadap tingkatan
NIM .
6. Tingkat risiko kredit. Hampir sama dengan prinsip pengaruh volatilitas
suku bunga pasar uang, makin tinggi tingkat risiko kredit yang dihadapi
oleh perbankan, makin tinggi pula tingkat premi risiko yang harus
ditanggung sehingga NIM akan semakin besar, begitu juga dengan
kondisi sebaliknya. Perkembangan rasio kredit bermasalah Bank Agro
tahun 2007 sebesar 4,67%, tahun 2008 turun sebesar 3,36%, kemudian
tahun 2009 meningkat lagi sebesar 4,47% dan tahun 2010 kembali turun
sebesar 1,84%. Sebagaimana pada volatilitas suku bunga, faktor risiko
kredit juga berdampak positif terhadap tingkat Net Interest Margin.
7. Volume atau nilai dari kredit dan deposit. Pada intinya, makin besar
jumlah kredit yang diberikan dan deposit yang dikumpulkan oleh bank,
maka makin besar pula tingkat potensial loss yang dihadapi oleh bank,
sehingga perlu dikompensasi dengan tingkat Net Interest Margin yang
besar pula. Perkembangan rasio dana terhadap kredit Bank Agro tahun
2007 sebesar 77,02%, tahun 2008 meningkat sebesar 94,36%, kemudian
periode tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 80,99%. Demikian
72
juga tahun 2010 turun sebesar 86,69%. Alokasi kredit yang paling tinggi
pada sektor Agrobisnis mencapai 63% dari total portofolio kredit
perseroan. Namun dari perspektif skala ekonomis, makin besar
penyaluran kredit maka seharusnya terdapat benefit efisiensi yang
ditimbulkan terkait dengan biaya per unit untuk pengelolaan dan
penyaluran portfolio kredit. Kebijakan penguatan NIM Bank Agro
kedepan dapat dilakukan dengan meningkatkan strategi pemasaran bank
untuk pembiayaan kredit investasi Agrobisnis dan UKM serta ekspansi
kredit pada sektor ritel, disamping itu juga peningkatan efisiensi
operasional bank dengan menurunkan beban administrasi serta
meningkatkan taransaksi e-money dan fokus pada jaringan teknologi
informasi yang ada. Fungsi bank sebagai intermediasi dana masyarakat
ke sektor usaha saat ini harus digenjot. Bank mulai mengurangi
penempatan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kembali
aktif memberikan kredit.
Index
NIM
726456484032241681
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0,00
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 93,4405
MAD 0,0107
MSD 0,0002
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik NIM
Gambar 10 Trend Analysis NIM Desember 2007-Februari 2011
BI >10%
73
Hasil analisis trend pada Gambar 10 dengan menggunakan metode
Moving Average menunjukan adanya kenaikan untuk hasil forecast bulan ke
40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio NIM
sebesar 0.0296% dengan tingkat kesalahan prediksi MAPE 93,4405 dan
MAD 0,0107. Hasil ini mengindikasikan terdapat potensi kenaikan rasio
NIM pada bulan Maret 2011, artinya bank memiliki kemampuan
meningkatkan pendapatan bunga, dari penggunaan aktiva produktifnya.
Hasil Forecasting pada periode bulan ke 40 dengan nilai NIM
sebesar 0,0296% dari periode dasar Februari 2011 sebesar 0,830% atau
terjadi penurunan sebesar 0,800%. Berdasarkan peramalan ini Bank Agro
sulit menaikan pendapatan bunga bersih kedepan yang berimplikasi pada
penurunan laba bank. Data tersebut jika dibandingkan NIM rata-rata industri
perbankan umum masih jauh dibawah rata-rata untuk tahun 2010 5,73% dan
Juni 2011 sebesar 5,79%. Oleh karena itu manajemen dapat mengambil
kebijakan strategis untuk mengendalikan beban operasional bank karena
penurunan NIM biasanya disebabkan kenaikan biaya dana (cost of fund) dan
penurunan pendapatan bunga bersih.
Kenaikan biaya dana disebabkan peningkatan suku bunga acuan
Bank Indonesia dan peningkatan bunga penjaminan dari Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Jika kenaikan BI rate tidak disusul dengan peningkatan
bunga penjaminan, kemungkinan besar biaya dana Perseroan tidak akan
meningkat. Adapun penurunan pendapatan bunga bersih dipengaruhi
ketatnya persaingan bunga kredit di pasar. Rata-rata suku bunga kredit turun
menjadi 15,8% pada Juni 2011 dari 16,9% pada Juni 2010. Kondisi ini perlu
diperhatikan agar suku bunga yang ditawarkan cukup kompetitif agar
likuiditas bank terjaga.
74
4.2.6. Kinerja Rasio Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO)
Perkembangan BOPO pada Bank Agro periode Desember 2007
sampai dengan Desember 2008 menunjukan terjadinya perubahan yang
signifikan, dimana beban operasional bank sebanding dengan pendapatan
operasional. Jumlah beban operasional sebesar Rp. 808.223 juta dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 18,64%. Sedangkan pendapatan operasional
sebesar Rp. 862.946 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,53%.
Hasil perbandingan kedua indikator tersebut diperoleh rasio BOPO sebesar
90%. Sementara itu, periode Januari – Desember 2009 beban operasional
mengalami peningkatan sebesar Rp.2.126.999 juta dengan rata-rata
pertumbuhan 20,04%. Kenaikan beban operasional diikuti oleh kenaikan
pendapatan operasional sebesar Rp.2.303.419 juta dengan tingkat
pertumbuhan 20,73%. Dampak dari kenaikan ini adalah tingginya rasio
BOPO mencapai 101% diatas ketentuan Bank Indonesia antara (70%-80%).
Indikasi kenaikan BOPO bank berlanjut pada periode Januari-
Desember tahun 2010 dimana beban operasional bank meningkat sebesar
Rp. 3.150.676 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 34,85%.
Sedangkan pendapatan operasional juga mengalami kenaikan sebesar Rp.
3.276.470 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 33,11%, sehingga
menyebabkan rasio BOPO juga meningkat sebesar 103%. Kenaikan rasio
BOPO yang terjadi pada bank ini, mencerminkan belum adanya perbaikan
tingkat efisiensi kegiatan operasional akibat perbaikan business process
dari penerapan low cost leadership strategic, namun justru yang terjadi
adalah jumlah beban operasional ekuivalen dengan pendapatan operasional.
Kondisi Bank Agro selama Desember 2007 Februari 2011 belum
mencerminkan adanya perbaikan tingkat efisiensi, karena rasio BOPO
masih diatas ketentuan BI antara range 70% - 80%.
Kenaikan BOPO ini disebabkan oleh kenaikan beban operasional
tahun 2010 sebesar 22,49% menjadi Rp 145.435 juta, tahun 2009
meningkat sebesar 4,40% menjadi Rp.118.726 juta. Meskipun porsi dana
murah bank tidak meningkat, karena pertumbuhan dana tabungan tahun
2010 sebesar Rp. 144.486 juta atau 1,67%. Kenaikan yang signifikan pada
75
beban non-bunga ini didorong oleh kenaikan biaya administrasi sebesar
51,67% atau Rp. 57.369 juta tahun 2009 menjadi Rp 59.179 juta tahun
2010 atau sebesar 59,30 % dan biaya tenaga kerja yang naik 22,44%
menjadi Rp. 55.985 juta dari sebelunya Rp. 45.723 juta. Sementara itu,
beban bunga bank tahun 2010 turun sebesar -15,57% menjadi Rp. 194.535
juta, tetapi tahun 2009 mengalami kenaikan 7,96 % menjadi Rp. 224.838
juta sebelumnya Rp. 224.659 juta. Kenaikan yang tinggi pada biaya umum
dan administrasi membuat laba operasi perseroan stagnan dilevel Rp.
27.189 juta. Sedangkan laba bersih tahun 2009 turun -42,52% menjadi Rp.
2.199 juta. BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak
efisien sehingga bank cenderung mengurangi penyaluran kredit untuk
menghindari kerugian yang lebih besar dan mengalihkan investasinya
dalam surat berharga.
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 dimana beban
operasional yang tertinggi berada pada periode Desember 2010 dengan
total biaya operasional mencapai Rp.441.410 juta sedangkan yang terendah
berada pada periode Januari 2008 dengan nilai sebesar Rp.7.285 juta.
Sedangkan untuk akumulasi pendapatan operasional yang terbesar berada
pada periode Desember 2010 dengan total pendapatan operasional
mencapai Rp. 465.899 juta dan untuk akumulasi pendapatan operasional
yang paling rendah berada pada periode Januari 2008 dengan nilai sebesar
Rp.8.522 juta.
Kondisi ini menunjukan Bank Agro tidak mampu
mengimplementasikan manajemen risiko, menekan tingkat suku bunga
perbankan dan pada akhirnya tidak mampu meningkatkan efisiensi.
Berbagai teori manajemen keuangan menyatakan bahwa bank yang efisien
akan menciptakan persaingan yang sehat dalam industri perbankan.
Langkah perbaikan kedepan, untuk menurunkan rasio BOPO dengan cara
menggunakan teknologi untuk meningkatkan transaksi elektronik (e-
channel) perbankan, perbaikan sistem administrasi dan pengendalian
risiko.
76
Hasil analisis trend pada Gambar 11 dengan metode Moving Average
menunjukan adanya peningkatan hasil forecast bulan ke 40 karena data
terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio BOPO sebesar
0.972%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 4,83392 dan MAD 0,04552.
Hasil ini menggambarkan rasio BOPO yang tinggi, mencerminkan kondisi
bank yang tidak efisien sehingga bank cenderung mengurangi penyaluran
kredit untuk menghindari kerugian.
Index
BO
PO
726456484032241681
1,10
1,05
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 4,83392
MAD 0,04552
MSD 0,00310
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik BOPO
Gambar 11 Trend Analysis BOPO Desember 2007-Februari 2011
Hasil Forecasting pada periode bulan ke 40 dengan nilai BOPO
sebesar 97,22% dari periode dasar Februari 2011 sebesar 88.16% atau
terjadi kenaikan sebesar 9,06%. Berdasarkan peramalan ini Bank Agro
terjadi kenaikan beban operasional kedepan yang berimplikasi pada
penurunan laba bank, oleh karena itu manajemen dapat mengambil
kebijakan strategis untuk mengendalikan beban operasional bank. BOPO
yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien sehingga bank
BI = 80-90%
77
cenderung mengurangi penyaluran kredit untuk menghindari kerugian yang
lebih besar dan mengalihkan investasinya dalam surat berharga atau
obligasi.
4.2.7. Analisa EVA
Berdasarkan analisis dan perhitungan EVA yang telah dilakukan pada
Lampiran 5 nilai EVA yang sangat rendah bahkan negatif. Selama periode
bulan Desember 2007 – Desember 2008 nilai EVA Bank Agro hanya
sebesar Rp. 3.158.405 juta atau 0,133% dr 0,43%. Pada periode ini nilai
EVA bank positif karena Net Operational After Taxs (NOPAT) cukup
tinggi yaitu sebesar Rp.49.532 juta. Sementara akumulasi Invested Capital
sebesar Rp.36.844.104 dengan nilai Capital Charges sebesar Rp.3.158.405
juta. Nilai EVA pada periode ini mencerminkan kinerja bank memberikan
laba ekonomis kepada pemegang saham.
Hasil analisis tahun 2009 menunjukan nilai EVA negatif sebesar -
0,079% atau Rp. 2.163.042 dengan rata-rata pertumbuhan 0,23%. Kondisi
ini disebabkan perolehan NOPAT turun sebesar Rp.24.718 juta dengan
nilai invested capital Rp.31.089.987 juta. Sementara itu nilai Capital
Charges sebesar Rp. 2.243.779 juta atau pertumbuhan -1,81%. Kondisi ini
berlanjut tahun 2010 dimana nilai EVA negatif – 0,233% atau sebesar
Rp.2.163.042 juta . Nilai EVA yang rendah disebabkan Invested Capital
naik sementara NOPAT turun. Akumulasi pendapat operasional bersih
sebesar Rp.73.062 juta dan Invested Capital sebesar Rp.34.401.601 juta
dengan nilai Capital Charges sebesar Rp.2.236.104 juta.
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 EVA yang tertinggi
berada pada periode Februari 2008 dengan total nilai EVA mencapai
Rp.264.016 juta sedangkan yang terendah berada pada periode September
2009 dengan nilai sebesar Rp.155.102 juta. Sedangkan untuk akumulasi
pendapat operasional bersih yang terbesar berada pada periode Desember
2010 dengan total pendapatan operasional bersih mencapai Rp. 20.018 juta
78
dan untuk akumulas pendapatan operasional bersih yang paling rendah
berada pada periode November 2008 dengan nilai sebesar Rp.42 juta.
Hasil analisis untuk pertumbuhan dari masing-masing indikator EVA
dan NOPAT dimana pertumbuhan tertinggi EVA terjadi pada periode
Januari 2008 sebesar 63,33% dan terendah pada bulan Januari 2011 sebesar
-100%. Sedangkan pertumbuhan pendapatan operasional bersih tertinggi
terjadi pada periode bulan Desember 2008 sebesar 7121,43% dan terendah
April 2010 sebesar -371,45%.
Penurunan laba ekonomis tersebut di atas dicerminkan oleh
pendapatan operasional bersih bank yang lebih rendah dibandingkan
dengan Capital Charges. Penurunan laba terlihat pada November 2009
sebesar Rp.42 juta di bandingkan Capital Charges sebesar Rp.240.733 juta,
hal yang sama juga terjadi pada Agustus 2009 sebesar Rp. 57 juta
sementara Capital Charges Rp.168.525 juta. Kontraksi laba yang signifikan
ini mencerminkan kinerja bank tidak memberikan nilai tambah ekonomis
kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai
equitas yang dikeluarkan, walaupun parameter yang digunakan oleh
Steward nilai EVA >0.
Kecenderungan nilai EVA yang rendah bahkan negatif
menggambarkan secara umum bahwa bahwa biaya equitas lebih besar dari
pada laba bersih yang diperoleh. Hal ini disebabkan tingginya persentase
biaya equitas (saham) yang disebabkan beberapa faktor yaitu; jumlah
earning per - share, devident growth, dan nilai pasar saham Agro yang
kurang diminati Investor. Laba/rugi persaham bank Agro tahun 2007 Rp.
2.35 juta, tahun 2008 sebesar Rp. 1.63 juta, tahun 2009 sebesar Rp.69 juta
dan tahun 2010 sebesar Rp.4.32 juta. Sejak tercatat di Bursa Efek Surabaya
perseroan baru pertama kalinya membayar dividen tunai kepada seluruh
pemegang saham hanya untuk tahun buku 2005 sebesar Rp. 5 per saham
dengan persentase dividen tunai terhadap laba bersih sebesar 44,33%.
Selanjunya sampai dengan tahun buku 2010 perseroan tidak pernah
membagikan dividen kepada pemegang saham.
79
Kebijakan strategis perseroan kedepan untuk menciptakan nilai
tambah ekonomis kepada pemegang saham adalah melalui peningkatan
laba bersih perusahaan, pengelolaan kegiatan operasional yang efisien
untuk meningkatkan rentabilitas yang optimal dan penguatan struktur
permodalan bank diatas 8% serta ekspansi kredit pada sektor yang
prospektif baik sektor Agribisnis maupun sektor retail dan pembiayaan
ekspor-import.
Index
EV
A
726456484032241681
0,0100
0,0075
0,0050
0,0025
0,0000
-0,0025
-0,0050
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 100,716
MAD 0,002
MSD 0,000
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik EVA
Gambar 12 Trend Analysis EVA Desember 2007-Februari 2011
Hasil analisis trend pada Gambar 12 dengan metode Moving Average
menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40 karena data
terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai EVA sebesar
0.0026%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 100,716 dan MAD 0,002.
Hasil ini dapat memberikan indikasi nila EVA yang positif pada bulan
maret 2011, artinya bank dapat memberikan laba ekonomis kepada
pemegang saham.
EVA>0
80
Melihat besaran nilai peramalan pariode ke 40 sebesar 0,0026%
dibandingkan dengan periode dasar 39 Februari 2011 sebesar -0,371%
atau naik sebesar 0,368 basis poin, maka terdapat indikasi kenaikan trend
laba ekonomis yang diciptakan oleh Bank Agro kedepan. Hasil peramalan
yang positif ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merumuskan
kebijakan perseroan dalam mempertahankan laba bersih bank dengan
mengendalikan business process bank secara prudent dengan
memanfaatkan peluang pertumbuhan pasar perbankan di Indonesia.
4.2.8. Analisa MVA
Pada Lampiran 5 nilai MVA Bank Agro Niaga periode Desember
2007 sampai dengan Oktober 2008, nampaknya tidak memberikan nilai
tambah pasar MVA, karena nilai MVA sama dengan nol. Penurunan nilai
EVA pada periode ini disebabkan pergerakan harga pasar saham bank
konstan pada angka Rp.235 perlembar sehingga selama periode ini tidak
ada trading saham Bank Agro di Bursa Efek Indonesia.
Kinerja MVA cenderung meningkat sepanjang Januari – Desember
2009. Selama periode ini nilai MVA sebesar Rp.225.541 juta atau sekitar
0,70%. Hal ini disebabkan terjadinya trading dengan jumlah lembar saham
yang ditawarkan sebanyak 148.342 lembar pada harga pasar Rp.239,
sementara harga nominal sebesar Rp.100 perlembar. Indikasi peningkatan
juga terjadi pada Januari – Desember 2010 nilai MVA sebesar
Rp.5.568.824 juta atau 0,61%. Kenaikan MVA disebabkan kenaikan
jumlah lembar saham yang dijual sebanyak 1.840.538 pada harga pasar
Rp.181 dan harga nominal Rp.100 perlembar yang mengakibatkan naiknya
Equity Market Value (EMV) sebesar Rp. 14.178.839 juta dan Equity Book
Value (EBV) sebesar Rp. 7.996.200. Hal ini menunjukkan, bahwa
ekspektasi pasar terhadap saham Bank Agro masih jauh diatas nilai
bukunya. Nilai MVA yang dihasilkan ini menjadi dasar untuk menilai
kesuksesan atau kegagalan perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi
pemegang saham karena perhitungan MVA memasukan nilai pasar dari
perusahaan yang merupakan nilai terpenting bagi shareholders.
81
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5, EMV yang tertinggi berada
pada periode Juli 2010 sebesar Rp.2.600.150, sedangkan yang terendah
berada pada periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 tidak
ada perdagangan saham yang dilakukan Bank Agro di Bursa Efek
Indonesia sehingga nilai EMV Rp.0. Sedangkan untuk EBV tertinggi
terjadi pada Juni 2010 sebesar Rp.1.485.800 dan terendah periode
Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sebesar Rp.0. Sedangkan
nilai MVA tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar Rp.1.161.942 dan
terendah periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sebesar
Rp.0. Sementara itu, hasil analisis untuk pertumbuhan jumlah MVA
tertinggi terjadi pada periode April 2010 sebesar 173,53% dan terendah -
40,35% terjadi pada Maret 2010
Kondisi ini mencerminkan kinerja bank menurut persepsi investor
telah memberikan nilai tambah pasar kepada pemegang saham karena nilai
pasar bank lebih besar dari nilai bukunya. Implikasinya positif kepada
Investor/pemegang saham yang menanamkan modal nya di bank agro
ternyata menghasilkan kekayaan kepada mereka, dibandingkan mereka
malakukan investasi pada portofolio lain.
82
Index
MV
A
726456484032241681
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 39,8074
MAD 0,1010
MSD 0,0308
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik MVA
Gambar 13 Trend Analysis MVA Desember 2007 – Februari 2011
Hasil analisis trend Gambar 13 dengan metode Moving Average
menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40 karena data
terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai MVA sebesar 0.628%.
Tingkat kesalahan prediksi MAPE 39,8074 dan MAD 0,1010. Hasil ini
dapat memberikan indikasi nila MVA yang positif pada bulan maret 2011,
artinya bank dapat memberikan nilai tambah pasar kepada pemegang saham.
Indikasi utama pencapaian positif tersebut terlihat jelas pada
peningkatan nilai peramalan MVA pariode ke 40 sebesar 0,628%
dibandingkan dengan periode dasar 39 Februari 2011 sebesar 0,41% atau
naik sebesar 0,218 basis poin, maka terdapat indikasi kenaikan trend nilai
tambah pasar yang diciptakan oleh Bank Agro kedepan. Hasil peramalan
yang positif ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kebijakan
perseroan dalam mempertahankan kinerja pasar bank dengan mengendalikan
business process.
MVA>0
83
4.2.9. Analisa Return Saham
Pada tahun 2007 kinerja return saham Bank Agro Niaga menunjukan
perkembangan yang konstan dari Januari hingga Oktober 2009 seperti
terlihat pada Lampiran 5. Harga saham ditawarkan oleh Bank Agro Niaga
sebesar Rp. 235 per saham dengan return 0 (nol). Kondisi ini memberikan
tekanan yang signifikan sebagaimana dilihat dari nilai return saham 0%
Desember 2008. Sejalan dengan kondisi harga saham pada periode
sebelumnya, maka kinerja return saham Bank Agro Niaga tidak
menunjukan hasil yang positif Januari - Desember 2009 dengan nilai return
saham –40 % harga saham diperdagangkan pada kisaran rata-rata Rp. 221
dengan jumlah lembar saham mencapai 5.501.000. Sementara itu,
perkembangan return saham Januari –Desember 2010 sebesar -0,10%
dengan harga saham diperdagangkan rata-rata Rp.179 per lembar mencapai
86.288.000 atau 21,43%. Selanjutnya periode Februari 2011 nilai return
saham kembali turun -8%.
Hal ini menggambarkan risiko yang terkait dengan pergerakan pasar,
atau ukuran risiko sistematis (systematic risk) perusahaan. Kondisi ini
praktis tidak memberikan return yang posisitif bagi investor. Secara umum
harga saham Bank Agro yang rendah ini menunjukan minat investor untuk
membeli saham sangat rendah karena volume saham yang diperdagangakan
hingga Februari 2011 hanya sebesar 6,712 lembar saham dengan nilai Rp.
1.004 milyar.
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 jumlah lembar saham
yang tertinggi berada pada periode Juli 2010 sebanyak 14.858.000 lembar,
sedangkan yang terendah berada pada periode Desember 2007 sampai
dengan Oktober 2009 tidak ada perdagangan saham yang dilakukan Bank
Agro di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk return saham tertinggi
terjadi pada Juni 2010 sebesar 44% dan terendah Maret 2010 sebesar –
81%.
Hasil analisis untuk pertumbuhan dari masing-masing indikator
dimana pertumbuhan jumlah lembar saham terjadi pada periode Desember
2009 sebesar 581,39% dan terendah pada bulan November 2010 sebesar -
64%. Sedangkan pertumbuhan harga saham tertinggi terjadi pada periode
84
bulan Juni 2010 sebesar 44,03% dan terendah Mei 2010 sebesar -14,65%.
Nilai perbandingan kedua indikator diatas, maka dapat diketahui kinerja
tertinggi return saham terjadi pada bulan Januari 2011 sebesar 361,11%
dan terendah Oktober 2010 sebesar -1685,71%. Kondisi pada periode ini
menggambarkan adanya apresiasi pasar terhadap kinerja keuangan Bank
Agro Niaga yang disebabkan informasi akan di akuisisi oleh BRI.
Hasil analisis trend pada Gambar 14 dengan metode Moving
Average menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40
karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai return
saham sebesar 0,0926% dengan tingkat kesalahan prediksi MAPE
157,118 dan MAD 0,100. Hasil ini dapat memberikan indikasi nila return
saham yang positif pada bulan Maret 2011, artinya bank dapat memberikan
return positif kepada Investor.
Sementara itu, respon positif trend return saham terlihat pada
perubahan yang signifikan pada peramalan periode ke 40 sebesar 0,0926%
terjadi kenaikan sebesar 201,29% basis poin dibandingkan periode dasar
sebesar -201,20%. Perubahan yang signifikan ini menunjukan adanya
harapan adanya kenaikan return saham Bank Agro dimasa akan datang.
85
Index
Re
tu
rn
Sa
ha
m
726456484032241681
0,50
0,25
0,00
-0,25
-0,50
-0,75
Moving Average
Length 5
Accuracy Measures
MAPE 157,118
MAD 0,100
MSD 0,043
Variable
Forecasts
95,0% PI
Actual
Fits
Grafik Return Saham
Gambar 14 Trend Analysis Return Saham Desember 2007 – Februari 2011
4.3. Analisa Lingkungan Internal dan Eksternal Bank Agro
Setelah dilakukan penelitian terhadap postur kinerja Bank Agro
Niaga per Desember 2007-Februari 2011 berbasiskan rasio-rasio laporan
keuangan, profile kinerja Bank Agro Niaga, analisa EVA, MVA dan return
saham yang diciptakan, terdapat poin-poin penting yang dapat di simpulkan
dengan analisa SWOT sebagai berikut :
Return Saham >0
86
Tabel 2 Matrik IFE (Kekuatan) No Faktor Kekuatan Perusahaan Rating Bobot Skor Kode
1 Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia 4 0,071567 0,29 S1
2 Bank memiliki segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia 4 0,059961 0,24 S2
3 Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia 3 0,052224 0,16 S3
4 Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan 3 0,056093 0,17 S4
5 Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga 3 0,054159 0,16 S5
6 Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia 3 0,061896 0,19 S6
7 Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan 4 0,056093 0,22 S7
8 Biaya modal relatif rendah 3 0,044487 0,13 S8
9 Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis 4 0,058027 0,23 S9
10 Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah 5% 4 0,054159 0,22 S10
Sumber : Data Primer diolah tahun 2012 4.3.1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE)
Dalam mengukur kekuatan Bank Agro dalam menjalankan bisnis
perbankan terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa
transaksi perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi
perbankan saat ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi
pemasaran yang tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini
diuraikan indikator kunci yang menjadi kekuatan Bank Agro sebagai
berikut :
A. Kekuatan
Komponen kekuatan Bank Agro merupakan modal utama untuk
membangun daya saing pada pasar Perbankan di Indonesia. Kekuatan
dapat digunakan sebagai alternatif mengembangkan differensiasi dan
positioning untuk meraih peluang dan mengatasi ancaman. Berikut ini
beberapa indikator kekuatan yang dimiliki Bank Agro :
1. Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate
Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia NO.
8/4/PBI/2006, tanggal 5 Oktober 2006. Aspek-aspek GCG yang telah
diterapkan Bank Agro adalah ; menyempurnakan tugas dan
tanggungjawab direksi dan komisaris, melengkapi pelaksanaan tugas-
87
tugas komite melaksanakan Fungsi kepatuhan dilaksanakan sesuai
dengan PBI no 1/6/PBI/1999, penerapan fungsi audit intern dan dan
ekstern, prinsip kehati-hatian dalam penyedian dana kepada pihak
terkait dan debitur besar, transparansi dan akuntabilitas.
2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis di
Indonesia. Portofolio kredit Bank Agro sebagian besar antara (65%-
75%) disalurkan disektor bisnis, baik on farm seperti usaha
Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Teh, Tebu maupun Peternakan
Sapi dan on farm seperti Pengembangan Pabrik Pengolahan Kelapa
Sawit, Pembiayaan Perdagangan Gula hingga pembiayaan Ekspor
Import CPO, Kakao, Sapi dan Teh.
3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI. Bank
Agro menambah modal dengan cara di akuisisi oleh BRI dengan nilai
saham 88,65% senilai 3.030.239.023 lembar saham yang ditunjukan
dengan kenaikan harga saham Maret 2011 sebesar Rp.171/lembar
dengan value of share sebesar Rp.343.670 juta tertinggi sejak perode
Desember 2007.
4. Bank memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan
8 (delapan) kantor cabang pembantu yang yang dilengkapi ATM
sebanyak 19 buah tersebar di wilayah di Indonesia
5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktif terjaga, hal ini dilihat dari
kinerja keuangan bank diakhir 2010 mencerminkan laba bersih Rp.
14.027 juta, laba rugi bersih per saham Rp. 4.320 juta, NPL 1,84%,
NPL gross 8,75%, Aset bersih Rp. 12.012 juta.
6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan
Bank Indonesia. Bank Agro telah melakukan langkah-langkah
penyempurnakan pedoman kebijakan, strategi, ketentuan dan
peraturan Manajemen Risiko untuk mencapai tujuan atau sasaran
(goals) yang telah ditetapkan manajemen Bank, mereview dan
menyempurnakan atas usulan penetapan besarnya limit risiko dan
limit transaksi serta limit produk dan menerapkan sistem scoring
model untuk kredit konsumer/karyawan dan kredit multiguna.
88
Sedangkan untuk pengukuran risiko kredit korporasi, saat ini masih
dilakukan pengkajian dan perumusan atas kebutuhan sistem informasi
manajemen yang dibutuhkan, merumuskan dan membuat sistem
manajemen risiko yang memadai dan terintegrasi dengan core
banking system yang saat ini masih dilakukan pengkajian dan
perumusan atas kebutuhan sistem informasi manajemen yang
dibutuhkan dan melakukan sosialisasi rencana penerapan internal
credit models yang telah dikembangkan oleh Bank, sehingga dapat
dilaksanakan secara menyeluruh dan konsisten.
7. Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk
dikembangkan. Manajemen Bank Agro didukung oleh SDM
berkualitas dengan sistem penilaian risk based grading untuk
peningkatan prestasi dan budaya kerja disemua unit. Saat ini jumlah
karyawan mencapai 454 orang.
8. Biaya modal relatif rendah yang ditunjukan dengan rasio biaya
operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional dibawah
ketentuan Bank Indonesia, untuk tahun 2010 sebesar 95,84% dan
tahun 2009 sebesar 97,98%. Sedangkan tingkat bunga acuan yang
ditetapkan bank cukup kompetitif sebesar sebesar 6,10% tahun 2010.
9. Bank Agro menjalin kerjasama Co-financing dengan LPEI untuk
pembayaran ekspor Agrobisnis senilai Rp. 169.520 milyar dan PT.
Permodalan Nasional Madani terkait kredit petani senilai Rp. 18.750
milyar.
10. Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5%.
Tingkat kesehatan bank sebagai bagian dari penerapan praktik
pengelolaan Bank dengan kehati-hatian dapat dikelola dengan baik.
Kredit bermasalah bersih (NPL) terbukti dapat dipertahankan sebesar
1,84%, tahun 2010 4,47% tahun 2009 dan 3,36% tahun 2008 di
bawah NPL maksimal arahan Bank Indonesia sebesar 5%.
89
Tabel 3. Matriks IFE (Kelemahan) No Faktor Kelemahan Perusahaan Rating Bobot Skor Kode
1 Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) 2 0,058027 0,12 W1
2 Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia 2 0,069632 0,14 W2
3 Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan 2 0,058027 0,12 W3
4 Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini 1 0,059961 0,06 W4
5 Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur, media on-line. 1 0,061896 0,06 W5
6 Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank 2 0,061896 0,12 W6
7 Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan lain 1 0,061896 0,06 W7
Total Skor Kekuatan + Kelemahan 1 2,68 Sumber : Data Primer diolah (2012)
Mengukur kelemahan Bank Agro dalam menjalankan bisnis perbankan
terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa transaksi
perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi perbankan saat
ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi pemasaran yang
tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini diuraikan indikator
kunci yang menjadi kelemahan Bank Agro sebagai berikut :
A. Kelemahan
Beberapa aspek penting berikut ini merupakan indikator yang dapat
dijadikan parameter untuk mengukur kelemahan Bank Agro yaitu;
1. Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable). Perseroan
baru memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan 8
(delapan) kantor cabang pembantu yang tersebar diwilayah Jakarta,
Tangerang, Surabaya, Medan, Pekan baru, Bandung, Semarang dan
Balikpapan. Jumlah kantor cabang yang masih terbatas ini menyebabkan
Bank Agro belum dikenal luas di Masyarakat. Selain itu, kurangnya
promosi yang dilakukan bank selama ini menyebabkan masyarakat
belum terbiasa bertransaksi melalui fasilitas yang dimiliki bank Agro.
Demikian juga dalam hal tabungan, deposito dan giro. Indikasi tersebut
dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar bank cukup kecil
dibandingkan rata-rata industrinya seperti giro tumbuh 0,09%, tabungan
0,02%, deposito 0,19%, modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11%.
90
2. Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia. Belum ada
rencana aksi korporasi untuk menambah jaringan kantor Bank Agro
sejak tahun 2010 masih berjumlah 21 kantor cabang dengan jumlah
fasilitas ATM sebanyak 26 unit, kecuali adanya rencana pembukaan
kantor cabang pembantu ke wilayah Jambi.
3. Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya
undisbursed loan. Kebanyakan perseroan menempatkan dana pada pasar
uang antar bank (PUAB) untuk meminimalisasi biaya dana yang timbul
sebagai akibat dana yang belum disalurkan ke kredit dan mengambil
kesempatan trading untuk mendapatkan keuntungan spread/margin.
Kebijakan ini menimbulkan lemahnya fungsi intermediasi bank dalam
penyaluran kredit dimana tahun 2010 kredit modal kerja tumbuh 0,10%,
konsumsi 0,11% sementara rata-rata industri mencapai > 10,6%.
Sementara suku bunga rata-rata tahunan selama tahun berjalan adalah
sebesar 4,00%-8,00% untuk deposito on call dan 2,09% - 11% untuk
deposito berjangka
4. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir
sangat kurang dibandingkan rata-rata industri. Sepanjang tahun 2010
bank terlalu berfokus pada portofolio kredit Agrobisnis mencapai 65% -
75%, sementara usaha pengembangan produk baru untuk sasaran dunia
usaha atau kredit korporasi dan retail kurang diminati. Demikian juga
produk funding masih terbatas pada deposito, giro dan tabungan
sementara pemanfaatan layanan taransaksi bank masih kurang hal ini
dilihat dari pendapatan bersih bank non bungan masih rendah dimana
tahun 2009 hanya tumbuh 5,01% dibandingan rata-rata industri 23,57%.
5. Tehnik berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,
iklan, brosur, media on-line. Strategi marketing komunikasi bank belum
maksimal dilihat dari intensitas promosi produk, iklan, brosur maupun
media on-line. Berdasarkan hal ini Bank Agro belum memanfatkan
teknologi yang semakin maju dalam menunjang pelayanan bank seperti
layanan perbankan yang dapat diakses dengan mudah melalui internet
dan ponsel untuk menjawab kebutuhan nasabah yang dalam
91
keseharianya mengutamakan fleksibilitas, kecepatan dan keamanan
untuk bertransaksi 24 jam dimanapun mereka berada. Brand positioning
bank juga belum kelihatan untuk di promosikan kepada masyarakat
melalui mobile banking sebagai upaya terobosan strategi promosi untuk
meningkatkan potensi pasar pengguna e-banking yang masih terbuka
lebar.
6. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank. Manajemen
Bank Agro masih terus meningkatkan kemampuan dalam memperbaiki
internal kontrol sebagai wujud penerapan GCG. Penerapan fungsi audit
internal yang belum berjalan maksimal di bank terkait dengan macro risk
assessment terhadap aspek pemantauan dan pengendalian kredit existing.
Selama ini pemantauan dan pengendalian hanya dikantor pusat saja,
sementara untuk kantor cabang hanya sistem sampling saja untuk debitur
plafon besar.
7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal dan sumber pendanaan lain. Sumber pendanaan bank yang berasal
dari penjualan saham masih rendah karena harga saham bank kurang
diminati investor range harga saham rata-rata masih dibawah Rp.300 /
lembar saham bahkan tidak ada trading selama Desember 2007 sampai
dengan Oktober 2009 sehingga sumber pendanaan dari penjualan saham
tidak signifikan. Selama ini sumber dana yang dipakai perseroan berasal
dari akuisisi oleh BRI tahun 2010, fasilitas pinjaman dari Bank
Indonesia untuk membiayai kredit koperasi dari nasabah bank serta
penerbitan obligasi.
Berdasarkan hasil analisis internal, telah teridentifikasi sebanyak 10
indikator kekuatan dan tujuh indikator kelemahan Bank Agro. Jumlah
responden yang diminta mengisi kuesioner 1 (satu) orang yaitu kepala bagian
pengembangan produk dan riset pasar. Hasil analisis skoring kuesioner
sebesar 2,68. Hasil tersebut menunjukan secara internal Bank Agro memiliki
kemampuan untuk mengembangkan bisnis perbankan kedepan dengan
berfokus pada pertumbuhan Core Business yang dijalankan saat ini pada
segmen Captive Market, yaitu berhubungan dengan sektor Agrobisnis.
92
Kekuatan yang dimiliki Bank Agro dengan nilai tertinggi pada
indikator kemampuan manajemen secara konsisten menerapkan GCG sesuai
peraturan Bank Indonesia dengan nilai 0,29. Nilai terendah faktor kekuatan
adalah kemampuan Likuiditas pengelolaan aktiva produktif sebesar 0,16.
Sedangkan kelemahan Bank Agro berdasarkan analisa IFE yang tertinggi
adalah pengembangan kantor cabang baru diseluruh Indonesia dengan nilai
0,14 sedangkan faktor kelemahan dengan nilai terendah adalah Inovasi
produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini. Cara
berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur,
media on-line dan kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar
uang, pasar modal dan sumber pendanaan lain masing – masing dengan nilai
0,06%.
4.3.2. Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Kajian faktor eksternal terdiri dari 10 (sepuluh) indikator yang dinilai
menjadi peluang pertumbuhan bisnis Bank Agro Niaga terdiri atas peluang
10 (sepuluh) indikator dan ancaman sebanyak 9 (smbilan) indikator seperti
terlihat pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5 Matriks EFE (Peluang) No Faktor Peluang Perusahaan Rating Bobot Skor Kode
1 Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia 4 0,061350 0,25 O1
2 Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini 3 0,058282 0,17 O2
3 Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat 4 0,050613 0,20 O3
4 Meningkatnya potensi investor asing dan domestik pada industri Agrobisnis 3 0,052147 0,16 O4
5 Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif 4 0,059816 0,24 O5
6 Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa 4 0,049080 0,20 O6
7 Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi 3 0,049080 0,15 O7
8 Tingginya suku bunga kredit perbankan 3 0,055215 0,17 O8
9 Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan 3 0,050613 0,15 O9
10 Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD) 3 0,047546 0,14 O10
Sumber : Data Primer diolah tahun 2012
Hasil identifikasi alisisis EFE berdasarkan hasil kuesioner berikut ini dijelaskan
indikator peluang dan ancaman yang teridentifikasi sebagai berikut:
93
A. Peluang
1. Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia dilihat dari potensi geografis
meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lampung, Nusa Tenggara
Timur, Jambi, Jawa Barat, Papua, Maluku dan Aceh. Sedangkan untuk
sektor korporasi sangat terbuka untuk bekerjasama dengan Perusahan
seperti Group Sampoerna Agro, Grup Rajawali, Group Gunung Sewu,
Group Jarum, Indofood Sukses Makmur, Asia Agri, Astra Agro, Sinar
Mas, Davomas Abadi, Budi Acid Jaya, Tunas Baru lampung, Sorini Asia
Agro Corporation, Group Incasi Raya Musim Mas, PT.London Sumatera,
Group Para dan lain-lain
2. Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini
dimana tahun 2011 mencapai 6,1% dan diperkirakan tahun 2012 mencapai
6,5% merupakan pondasi untuk menciptakan peluang bisnis. Disamping
itu, pertumbuhan sektor riel yang cukup tinggi mendorong peningkatan
ekspansi kredit perbankan tahun 2010 mencapai 22,80%, dan tahun 2011
24,64% dan 2012 diproyeksi meningkat sebesar 27%. (BPS, 2011)
3. Pertumbuhan potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat dimana
trend kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian terus
meningkat, tahun 2011 mencapai 11,62%, dapat dimanfaatkan oleh Bank
Agro untuk meningkatkan pembiayaan kredit. Sebagai pondasi untuk
melakukan ekspansi usaha kedepan selain pertumbuhan kredit juga
adanya peluang Indonesia sebagai negara penghasil utama CPO dengan
total produksi mencapai 20,7 juta ton dengan nilai ekspor CPO mencapai
U$$13 milyar. Potensi lain yang dapat dimanfaatkan adalah akselarasi
kebijakan Pemerintah mendorong investasi sektor Agribisnis sebagai
driver ketahanan pangan dan energi nasional. Sementara itu proyeksi
kebutuhan investasi pertanian sebesar Rp 1.360, 6 trilyun (PMDN 73%
dan PMA 27%). Target kebutuhan investasi swasta pada tahun 2012
diharapkan dapat mencapai Rp 56,28 trilyun dari investor asing (PMA)
dan Rp 144,42 trilyun investor dalam negeri (PMDN).
94
4. Meningkatnya potensi investor asing dan domestik pada industri
Agrobisnis Nilai kapitalisasi saham sektor agribisnis tercatat naik tertinggi
secara year to date sebesar 18,98% menjadi Rp 125,18 triliun per 22 Juni
2011, dibandingkan akhir 2010 yang tercatat Rp 105,23 triliun. Analis
memprediksi nilai kapitalisasi sektor agribisnis berpotensi bisa lebih besar
jika perusahaan-perusahaan perkebunan nasional mencatatkan saham di
Bursa Efek Indonesia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Investor asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia pada sektor Agrobisnis sektor
pangan dan perkebunan di Tanah Air pada 2011 mencapai Rp8,3 triliun
penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing sebesar
US$1 miliar. (Kementrian Pertanian 2012).
5. Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif untuk mendorong
perbankan nasional melaksanakan fungsi intermediasi secara efektif.
Disamping itu juga BI menjaga stabilitas makro ekonomi dengan
pengendalian suku bunga acuan bank, (SBI), inflasi dan nilai tukar yang
cukup stabil. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh Bank Agro untuk
menjalankan bisnis perbankan.
6. Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan
Eropa. Krisis Eropa ternyata mulai mempengaruhi perbankan nasional.
Pengaruh tersebut berasal dari nasabah bank yang terkait langsung dengan
ekspor Agrobisnis Eropa. Bank yang nasabahnya memiliki hubungan
dagang dengan Yunani, Spanyol, dan negara Eropa lainnya mulai
terganggu. Investor asing dari sejumlah negara melakukan sorted dan
penarikan dana investasi valuta asing.
7. Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi. Bank
Agro setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia dengan penyertaan
saham sebesar 79,80% dan DAPENBUN 14,00% memberikan dukungan
yang kuat terhadap penambahan modal bank, sehingga menimbulkan
ekspektasi yang cukup tinggi terhadap kinerja Perseroan dimasa akan
datang. Implikasi dari kebijakan ini adalah naiknya harga saham bank
95
Oktober 2010 sebesar Rp.210 persaham dengan volume trading mencapai
Rp.26.211 juta.
8. Tingginya suku bunga kredit perbankan masih sekitar 12 persen,
sementara di luar negeri suku bunga kredit rata-rata 3-4 persen. Kondisi ini
berbanding terbalik dengan Penurunan BI Rate menjadi 5,75 persen
semestinya harus diikuti dengan penurunan bunga kredit perbankan.
Penurunan ini penting untuk mendorong pertumbuhan usaha kecil dan
menengah sehingga masing-masing bank dapat menetapkan suku bunga
kompetitif termasuk Bank Agro.
9. Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan
yang telah dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2001
menekankan prioritas ketahanan pangan dan energi nasional akan
mendorong kenaikan pembiayaan investasi angan dan energi yang dapat
dibiyai oleh Bank Agro.
10. Peningkatan akses kredit UMKM melalui Lembaga Penjaminan Kredit
Daerah (LPKD). Potensi peningkatan kredit UKMK (kredit usaha mikro,
usaha kecil dan menengah) Triwulan IV 2010 mencapai Rp.332.600
triliun dan Triwulan I 2011 sebesar Rp.15.700 triliun dengan net ekspansi
perbankan mencapai Rp.332.600 triliun tahun 2010 dan 2011 mencapai
Rp.58.190 triliun. Sedangkan potensi kredit MKM tahun 2010
berdasarkan plafon kredit sebesar Rp.193.700 triliun dan tahun 2011
mencapai Rp.48.949.320 juta. Potensi ini dapat dimanfatkan oleh Bank
Agro untuk meningkatkan kredit UMKM karena baru dimanfaatkan
sebesar 37,04% atau Rp.1.965.681 juta tahun 2009 (Bank Indonesia
2011).
96
Tabel 6 Matriks EFE (Ancaman)
No Faktor Ancaman Perusahaan Rating Bobot Skor Kode
1 Kompetisi yang ketat antar perbankan 2 0,053681 0,11 T1
2 Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis 2 0,050613 0,10 T2
3 Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti (tier1) 3 0,053681 0,16 T3
4 Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro. 2 0,062883 0,13 T4
5 Pertumbuhan kredit perbankan nasional meningkat 3 0,055215 0,17 T5
6 Praktek transfer pricing bank-bank swasta 2 0,047546 0,10 T6
7 Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan 2 0,050613 0,10 T7
8 Mahalnya investasi teknologi Perbankan 3 0,050613 0,15 T8
9 Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kelas menengah baru) 2 0,041411 0,08 T9
Total Peluang +Ancaman 1 2,91 Sumber : Data primer diolah (2012)
Hasil identifikasi alisisis EFE berdasarkan hasil kuesioner berikut ini
dijelaskan indikator ancaman yang teridentifikasi sebagai berikut:
B. Ancaman
Hasil kajian faktor eksternal yang menjadi potensi ancaman bagi Bank Agro
dapat teridentifikasi beberapa indikator sebagai berikut ;
1. Kompetisi yang ketat antar perbankan. Berdasarkan data Bank Indonesia
jumlah bank yang beroperasi di Indonesia terdiri dari Bank umum swasta
nasional non devisa yang mencapai 29 bank dari total Bank umum
lainnya termasuk Bank Asing 165 Bank. Kondisi pasar yang semakin
kompetitif, menyebabkan Bank Umum Swasta Nasional non devisa
menghadapi persaingan yang sangat ketat dan merupakan ancaman bagi
Bank Agro Niaga.
2. Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dan dalam pembiayaan kredit
UMKM Agrobisnis. Pada tahun 2011 Bank BNI dan BRI memberikan
total pembiayaan kredit modal kerja untuk memperkuat sektor Agrobisnis
khususnya BUMN Perhutani masing – masing mencapai Rp.10 triliun.
Kondisi ini akan memperkecil peluang Bank Agro bersaing dalam skema
penyaluran kredit.
97
3. Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti
(tier1). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tentang
pesyaratan rasio kecukupan modal bank minimum 8% atau senilai Rp.100
milyar berimplikasi pada kemampuan bank mencari tambahan modal inti
untuk memperkuat tingkat likuiditas bank termasuk Bank Agro.
4. Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank
Agro. Reputasi brand Bank Agro belum dikenal luas oleh masyarakat di
Indonesia sehingga masyarakat belum terbiasa menyimpan,meminjam
dan bertransaksi melalui Bank Agro. Disamping itu juga, jenis produk
yang ditawarkan belum sepenuhnya dipahami masyarakat.
5. Potensi pertumbuhan kinerja kredit perbankan nasional tahun 2010 terus
meningkat sebesar 22,80%, DPK 18,54%, dan laba meningkat 26,75%.
Periode Maret 2011 Kredit 24,64% DPK 18,64% dan Laba 20,73%.
Kondisi ini akan mendukung pertumbuhan kinerja Bank Agro karena
potensi pasar perbankan nasional yang terus meningkat seiring dengan
stabilnya pertumbuhan makro ekonomi.
6. Praktek transfer pricing bank-bank swasta. Adanya perbedaan tarif pajak
di berbagai negara telah mendorong perbankan asing melakukan
penghematan pajak melalui akuisisi bank di negara yang tarif pajaknya
rendah. Disisi lain, banyak perbankan di Indonesia sedang menghadapi
masalah transfer pricing karena diduga melakukan penghematan pajak
melalui praktek transfer pricing.
7. Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan. Data Bank Indonesia, per
Februari 2011 terdapat empat bank persero, 36 bank umum swasta
nasional (BUSN) devisa, 31 BUSN nondevisa, 26 bank pembangunan
daerah, 14 bank campuran, dan 10 bank asing. Kredit yang dikucurkan
bank asing mencapai Rp.117,057 triliun per Februari 2011. Dana pihak
ketiga yang dihimpun sebesar Rp.127.249 triliun. Total aset 10 bank
asing sebesar Rp.228.171 triliun.
98
8. Mahalnya investasi teknologi Perbankan. Investasi teknologi perbankan
untuk meningkatkan layanan perbankan membutuhkan sedikitnya biaya
25% dari belanja modal (cost of capital) hal ini memberatkan perbankan.
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi tinggi-rendahnya biaya
operasional suatu bank. Membangun infrastruktur teknologi untuk cabang-
cabang Bank Agro biayanya besar.
9. Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi
(kelas menengah baru). Pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai
134 juta jiwa atau 56,5% . Menurut studi Bank Dunia, kalangan kelas
menengah dengan pendapatan US$6-US$10 atau Rp.2,6-5,2 juta
perbulan 5% serta golongan menengah berpendapatan US$10-US$2 atau
Rp. 5,2 – Rp. 6 juta perbulan atau 1,3%. Kondisi ini akan mendorong
naiknya konsumsi dan saving. Namun kedepannya, akan menjadi sumber
pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan seiring meningkatnya
pendapatan karena Sektor keuangan sangat terkait dengan peningkatan
kelas menengah.
Peluang pasar yang dimiliki Bank Agro dengan nilai tertinggi pada
indikator luasnya pasar pasar Agrobisnis di Indonesia dengan nilai 0,25.
Nilai terendah faktor kekuatan adalah Ekspektasi stakeholders terhadap
manajemen organisasi dan prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi
dan ketahanan pangan masing-masing sebesar 0,15. Sedangkan faktor
ancaman Bank Agro berdasarkan analisa IFE yang tertinggi adalah tingginya
suku bunga kredit perbankan dengan nilai 0,17 sedangkan faktor kelemahan
dengan nilai terendah adalah melemahnya kondisi pasar keuangan global
akibat krisis di Amerika dan Eropa dengan nilai 0,08%.
4.4. Penentuan Posisi Bank Agro Niaga
Penentuan posisi Bank Agro Niaga didasarkan pada analisis total skor
faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Internal –
Eksternal matriks. Berdasarkan Internal – Eksternal matriks dengan nilai
99
total skor untuk IFE = 2,91 dan EFE = 2,68. Berikut ini tabel Matrik IFE dan
EFE.
Kuat Rata-Rata Lemah 4,0 3,0 2,68 2,0 1,0
Gamba 15 Matriks Internal-External (IE)
Pada Gambar 15 analisis internal-eksternal matriks posisi Bank Agro
Niaga berada pada skor nilai rata-rata dibawah 3,00 dengan nilai IFE 2,68
artinya Bank Agro berada pada strategi pertumbuhan dengan konsentrasi dan
fokus pada Core Business yang dijalankan saat ini pada segmen Captive
Market, dan hasil analisis eksternal dengan skor tinggi dibawah 3,00 atau
EFE = 2,91. Artinya dapat memanfaatkan kestabilan lingkungan eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara internal.
Berdasarkan hasil penilaian IFE-EFE nampaknya bahwa strategi Bank
Agro Niaga adalah menggunakan strategi pertumbuhan dengan
memanfaatkan lingkungan eksternal yang cukup stabil. Untuk memperkuat
pertumbuhan Bank Agro kedepan dapat melakukan penerbitan obligasi
untuk meningkatkan sktruktur permodalan sesuai ketententuan Bank
Indonesia hingga mencapai Rp. 100 milyar, walaupun saat ini Bank Agro
telah di jual sahamnya kepada Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp.
3.030,239,023 lembar saham atau 88,65% dari seluruh saham yang
Tinggi
3,0
Menengah
2,0
Total Skor Strategi Eksternal
Total Skor Strategi Internal
2,91 Bank Agro
100
ditempatkan, mengingat rasio kecukupan modal bank baru mencapai 14,42%
tahun 2010 dari 19,63 % tahun 2009.
Strategi pertumbuhan ke depan perseroan dapat meningkatkan
kerjasama dengan Group Sampoerna Agro, Grup Rajawali, Group Gunung
Sewu, Group Jarum, Indofood Sukses Makmur, Asia Agri, Astra Agro, Sinar
Mas, Davomas Abadi, Budi Acid Jaya, Tunas Baru lampung, Sorini Asia
Agro Corporation, Group Incasi Raya Musim Mas, PT.London Sumatera,
Group Para dan lain-lain. Strategi Bank Agro Niaga diarahkan pada strategi
pertumbuhan dengan diferensiasi produk, brand equity, penggunaan
teknologi baru, perluasan captive market untuk mendapatkan market share
yang kuat.
4.5. Pemilihan Marketing Strategik Planning
Penentuan alternatif strategi yang sesuai dengan kebutuhan Bank Agro
Niaga adalah untuk memperkuat pertumbuhan perusahaan dimasa akan
datang adalah dengan cara membuat matriks SWOT. Analisa SWOT
dibangun berdasarkan hasil analisis (self assesment) data-data sekunder
maupun primer dari penilaian faktor-faktor strategis baik faktor eksternal
maupun internal yang terdiri dari faktor peluang,ancaman,kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki Bank Agro Niaga. Berdasarkan SWOT analisis
tersebut dapat disusun empat startegi utama yaitu: SO, WO, ST dan WT
unsur detailnya dapat dilihat pada Gambar 7. Masing-masing strategi ini
memiliki karakteristik tersendiri dan hendaknya dalam implementasi strategi
(execution strategic) dilaksanakan secara simultan oleh seluruh jajaran
manajemen bank.
Adapun strategi yang digunakan oleh bank dengan mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada (Strategi SO)
terdiri dari : (1). Melakukan repositioning Bank sebagai Captive Market Agro
bisnis untuk meningkatkan competitiveness, (2) menciptakan variasi produk
sesuai dengan skeman pasar agrobisnis untuk memperluas size bisnis, (3)
meningkatkan linkage program untuk penyaluran kredit investasi, (4)
meningkatkan HRD Competency. Sedangkan Strategi meminimalisir
kelemahan untuk memanfaatkan peluang terdiri dari; (1) Quality Service
101
dengan membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan. (2)
memperkuat struktur modal bank. (3) memperbaiki kualitas bisnis proses.
Selanjutnya strategi mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi
ancaman yang dihadapi oleh bank (strategi ST) terdiri dari; (1). memperkuat
implementasi GCG dan manajemen risiko. (2) menerapkan suku bunga
kompetitif. (3) mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis.
Sementara itu, strategi untuk mengurangi kelemahan dalam meminimalisir
ancaman adalah; (1) membangun Brand Equity. (2) mengelola cash flow
secara lebih baik. (3) meningkatkan value of share di pasar modal
102
Tabel 7. Matriks SWOT IFE EFE
KEKUATAN (S) 1. Manajemen konsisten
menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan BI (S1)
2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis (S2)
3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI (S3)
4. Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan (S4)
5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga (S5)
6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan BI (S6)
7. Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan (S7)
8. Biaya modal relatif rendah (S8) 9. Bank Agro menjalin kerjasama
Co- Financing dengan mitra bisnis (S9)
10. Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5% (S10)
Kelemahan ( W) 1. Bank Agro belum dikenal luas
oleh pasar (brand marketable) (W1)
2. Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia (W2)
3. Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan (W3)
4. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini (W4)
5. Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur,media on-line.(W5)
6. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank (W6)
7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan lain (W7)
Peluang (O) 1. Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia (O1) 2. Trend Pertumbuhan ekonomi positif (O2) 3. Potensi bisnis pembiayaan kredit Agrobisnis
meningkat (O3) 4. Meningkatnya potensi investor asing dan
domestik industri Agrobisnis (O4) 5. Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif
(O5) 6. Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan
akibat dari pergeseran demografi (06) 7. Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen
organisasi tinggi (O7) 8. Pertumbuahan kredit perbankan nasional
meningkat (08) 9. Prioritas pemerintah dibidang energi dan
ketahanan pangan (09) 10. Peningkatan akses kredit UMKM melalui LPKD
(010)
Strategi S-O: 1. Melakukan repositioning Bank
sebagai Captive Market Agro bisnis untuk meningkatkan competitiveness (S1-O2), (S3-O1), (S8 – O4)
2. Menciptakan variasi produk sesuai dengan skeman pasar agrobisnis untuk memperluas size bisnis (S2- O5), (S6 – O8), (S10 – O3)
3. Meningkatkan lingkage program untuk penyaluran kredit investasi (S9-O10 ), (S4- O6), (S5-O9)
4. HRD Competency (S7-O7)
Strategi W-O : 1. Quality Service dengan
membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan (W1- O3), (W2-01), (W7-O9), (W5-O10)
2. Memperkuat struktur modal bank (W3-O6), (W4 – O8), (W7-O4)
3. Memperbaiki kualitas bisnis proses (W6-O5), (W2-O2), (W3-O7)
Ancaman (Treaths) 1. Kompetisi yang ketat antar perbankan (T1) 2. Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam
pembiayaan kredit Agrobisnis (T2) 3. Ketatnya persyaratan BI tentang ketentuan modal
inti (T3) 4. Nasabah belum memahami manfaat dan risiko
produk Bank Agro.(T4) 5. Tingginya suku bunga kredit perbankan (T5) 6. Praktek transfer pricing bank-bank swasta (T6) 7. Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan
(T7) 8. Mahalnya investasi teknologi Perbankan (T8) 9. Melemahnya kondisi pasar keuangan global
akibat krisis di Amerika dan Eropa (T9)
Strategi S-T 1. memperkuat implementasi Good
Corporate Gorvanance (GCG) dan manajemen risiko (S1-T3), (S5-T8), (S6-T4)
2. Menerapkan suku bunga kompetitif (S8 – T5), (S2 – T6), (S3 – T7), (S4 – T1), (S10 – T9)
3. Mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis (S9 – T2), (S7 – T6),
WT Strategi 1. Membangun Brand Equity
(W1 – T3), (W3 – T5), (W6 – T1), (W5-T4)
2. Mengelola cash flow secara lebih baik (W6 – T8), (W3-T6)
3. Meningkatkan value of share di pasar modal (W7 – T9), (W6 – T2), (W4 – T7)
Sumber : Data Primer diolah (2012)
103
4.6. Analisa SPACE Matriks
Dalam rangka melihat posisi Bank Agro, analisis Space Matrix
digunakan untuk melihat posisi dan arah pengembangan strategi bank
selanjutnya. Berdasarkan analisis Space Matrix tersebut dapat terlihat dengan
jelas garis vektor bersifat negatif baik untuk kekuatan keuangan (KU)
maupun kekuatan industri (KI), sehingga dapat dikatakan bahwa Bank Agro
ini secara keuangan relatif lemah sehingga tidak dapat mendayagunakan
secara optimal keuntungan kompetitifnya. Bank Agro Niaga disarankan
melaksanakan strategi marketing yang kompetitif untuk merebut market
share. Pada Tabel 8 dapat dilihat analisis matriks SPACE.
Tabel 8 Matrik SPACE Analisis Kekuatan Keuangan dan Stabilitas Lingkungan
Bisnis Posisi Faktor Strategi Internal Rating Posisi Faktor Strategi Eksternal Rating
Kekuatan Keuangan (KU) Stabilitas Lingkungan Bisnis (SL) 1. Imbal hasil atas aset 2009
sebesar 0,18%, dan sebesar 2010 0,67%
2. Imbal hasil atas equitas 2009 sebesar 0,79% dan 2010 sebesar 4,17%
3. Rasio kecukupan modal 2009 sebesar 19,63%, dan 2010 sebesar 14,42%
4. Rasio dana terhadap kredit 2009 sebesar 80,99% dan 2010 sebesar 86,68%
5. Rasio kredit bermasalah bersih 2009 sebesar 4,47% dan 2010 sebesar 1,84%
6. Margin bunga bersih 2009 sebesar 4,98% dan sebesar 2010 5,03%
7. Biaya opersional/Pendapatan operasional 2009 sebesar 97,98% dan 2010 sebesar 95,84%
8. Harga saham Q IV Rp.168/lembar
9. Nilai EVA dan MVA rendah
1 2 2 1 2 2 1 1 1
1. Inflasi 2011 sebesar 6,38 % 2. Pertumbuhan ekonomi 2010
sebesar 6,1% dan 2011 sebesar 6,5%
3. Suku bunga bank Indonesia sebesar 6,7% tahun 2011
4. Kompetisi pasar semakin tinggi
5. Kemajuan teknologi perbankan
6. Melemahnya kondisi pasar modal akibat krisis USA dan Eropa
7. Kebijakan ekonomi pemerintah memperkuat sektor agrobisnis
8. Inovasi,new business model disegmen retail
-2
-6
-2
-2
-6
-2
-6
-6
13 32 Sumber : Data Sekunder diolah tahun 2012
104
Berdasarkan Tabel 8 di atas, maka dapat dijelaskan posisi faktor strategis
yaitu;
A. Faktor internal dari kekuatan keuangan bank dan Keunggulan Kompetitif
(KK) sebagai berikut;
1. Kekuatan keuangan bank menunjukan imbal hasil atas aset tahun 2009
sebesar 0,18%, meningkat sebesar 0,67% tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan
kemampuan Peseroan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang dimiliki
yang dukur dari perbandingan antara laba bersih dengan rata-rata jumlah aktiva
meningkat. Imbal hasil atas equitas tahun 2009 sebesar 0,79% meningkat sebesar
4,17% tahun 2010. Kinerja Perseroan dalam menghasilka laba bersih dari modal
sendiri yang di investasikan meningkat. Imbal hasi ekuitas rata – rata juga
mengalami perbaikan karena rugi bersih sejak tahun 2008 berkurang
dibandingkan tahun sebelumnya dan hal ini berpengaruh pada laporan keuangan
pada tahun 2009 dan 2010.
2. Rasio kecukupan modal tahun 2009 sebesar 19,63%, dan menurun sebesar
14,42% tahun 2010 hal ini disebabkan pengelolaan aktiva produktif kurang lancar
atau NPL meningkat, tetapi posisi CAR diatas masih memenuhi ketetuan Bank
Indonesia diatas > 8%, artinya Perseroan mampu mengembangkan usaha lebih
baik. Sementara itu, Rasio dana terhadap kredit tahun 2009 sebesar 80,99% dan
tahun 2010 meningkat sebesar 86,68%. Pada posisi ini bank cuku efektif
menjalankan fungsi intermedisi
3. DPK yang dihimpun oleh bank untuk disalurkan kepada Industri. Sedangkan
perkembangan Rasio kredit bermasalah bersih 2009 sebesar 4,47% menurun
signifikan tahun 2010 sebesar 1,84% artinya bank menjalankan fungsi
intermediasi secara prudent sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang fungsi
pengendalian risiko.
4. Pendapatan bank dari margin bunga bersih tahun 2009 sebesar 4,98% meningkat
menjadi 5,03% tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan kualitas aktiva produktif
yang dimiliki Perseroan dikelola dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian disisi
operasional bank mampu mengendalikan beban operasional secara efektif untuk
menaikan laba bersih bank terbukti dengan menurunnya rasio BOPO yang
dimiliki Biaya opersional/Pendapatan operasional tahun 2009 sebesar 97,98%
menurun sebesar 95,84% tahun 2010, masih dibawah ketentuan Bank Indonesia.
5. Perkembangan harga saham Q IV Rp.168/lembar tahun 2010 menunjukan
trend yang positif dibandingkan periode sebelumnya Desember 2007
105
sampai dengan Oktober 2009 tidak terjadi perdagangan saham, walaupun
apresiasi pasar belum positif menaggapi kinerja bank. Kondisi ini
menyebabkan return saham bank rendah sehingga tidak menciptakan laba
ekonomis dan nilai tambah pasar.
6. Keunggulan kompetitif Bank Agro dilihat dari besarnya pertumbuhan
Captive market agrobisnis mencapai 63% dari keseluruhan kegiatan usaha
bank. Bank Agro didirikan untuk menunjang terwujudnya industri
agrobisnis yang semakin tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia
dengan pendirian awal modal saham dimiliki DAPENBUN
PT.Perkebunan Nusantara. Dalam menjalankan usahanya Perseroan
menerapkan suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan rata-rata
industri perbankan. Suku bunga kredit tahun 2009 dan tahun 2010 berkisar
10% - 12% dibandingkan rata – rata industri mencapai 12%. Suku bunga
acuan ini cukup kompetitif untuk meningkatkan ekspansi kredit.
7. Menghimpun DPK bank dengan menawarkan produk keuangan inovatif
seperti tabungan, giro, dan deposito dengan tetap menjaga positif spread
bagi perseroan. Selain itu perseroan mengembangkan produk dan jasa
layanan transaksi yang dapat meningkatkan pendapatan komisi. Kekuatan
penawaran produk disertai dengan strategi Financial service marketing
melalui hadia dan undian yang menarik para nasabah.
8. Dalam menjalankan manajemen perseroan, direksi secara konsisten
menerapkan GCG sesuai peraturan Bank Indonesia. Prinsip – prinsip GCG
yang dijalankan adalah transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
independensi dan kewajaran. Selanjutnya untuk mendukung GCG direksi
membangun core values perusahaan untuk menjaga faktor kepercayaan
yang merupakan aset utama yang diletakan pada posisi prioritas. Core
values bank terletak pada Visi bank terdepan dan terpercaya disektor
agrobisnis nasional denagn menjadi bank yang sehat, efisien dengan
menawarkan produk layanan yang berkualitas. Strategi mewujudkan usaha
tersebut bank menerapkan manajemen risiko secara efektif agar tetap
protektif terhadap kemungkinan risiko dalam menjalankan bisnis.
Kemudian disamping produk yang inovatif dan layanan yang berkualitas
106
bank juga membangun technology banking system untuk menunjang
kegiatan operasional bank dalam melayani kebutuhan nasabah, antara lain
dengan membuka kantor pelayanan ATM disetiap kantor cabang
pembantu.
Tabel 9 Matrik SPACE Analisis Keunggulan Kompetitif dan Kekuatan Industri Keunggulan Kompetitif (KK) Rating Kekuatan Industri (KI) Rating 1. Captive market agrobisnis
sebesar 63% 2. Tingkat suku bunga kompetitif 3. Produk keuangan inovatif 4. Financial service marketing 5. Good corporate governance 6. Core values perusahaan 7. Management risk 8. Teknologi perbankan
-6 -2 -2 -3 -4 -4 -3 -2
1. Market share kredit BUSN devisa 2010 sebesar 39,59%
2. Pertumbuhan pangsa pasar kredit tinggi 2010 sebesar 20,10%
3. Pertumbuhan DPK sebesar 13,30%
4. Pertumbuhan aset naik sebesar 13,23%
5. Prospek laba naik sebesar 28,04%
6. NPL turun sebesar 3,98 % dari ketentuan BI 5%
7. Kondisi kecukupan modal baik sebesar 16,44%, NIM sebesar 6%
8. Capital intensive ( arus dana masuk meningkat di pasar modal)
9. Kebutuhan modal yang tinggi
6 6 6 5 4 2 4 5 4
-26 42
KU = 13/9 = 1,45 KK = -26/8= -3,25
SL = -32/8 = -4,00 KI = 42/9 = 4,67
Sumber : Data Sekunder diolah (2012)
B. Faktor eksternal dari stabilitas lingkungan bisnis dan Kekuatan Industri
(KI) sebagai berikut;
1. Pada tahun 2010, posisi harga dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang
cenderung meningkat, terutama bersumber dari kelompok volatile
foods. Sampai dengan 2010 inflasi IHK tercatat sebesar 6,33% dan
laju inflasi 2011 sebesar 6,38 %. Kenaikan laju inflasi berpengaruh
terhadap penetapan SBI dan juga akan terjadi penyesuain suku bunga
perbankan.
107
2. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan
yang cukup tinggi di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi
global. Sepanjang tahun 2010 perekonomian tumbuh sebesar 6,1%
dan 2011 sebesar 6,5%. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh bank
untuk meningkatkan portofolio bisnis.
3. Perkembangan Suku bunga bank Indonesia tahun 2010 sebesar 6,5%
tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 6,7% atau kenaikan 0,2 basis poin.
Kenaikan ini akan diikuti kenaikan suku bunga perbankan nasional.
Sementara suku bunga kredit naik berkisar antara 10 % - 12% . Suku
bunga yang dibebankan pada debitor (lending rate) adalah
penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko akan
mengganggu kinerja perbankan dari margin revenue rate.
4. Kompetisi pasar semakin tinggi dengan dengan banyaknya jumlah
bank beroperasi di Indonesia. Data Bank Indonesia tahun 2010 jumlah
bank umum nasional yang beroperasi mencapai 122 bank dan
diantaranya termasuk bank non devisa mencapai 29 bank. Dengan
ketatnya persaingan antar bank akan berpengaruh pada penetapan suku
bunga pinjaman dan kredit dan posisi pinjaman investasi rupiah dan
valas. Impikasi lain adalah berlomba –lombanya bank dalam investasi
teknologi perbankan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
5. Melemahnya kondisi pasar modal akibat krisis USA dan Eropa akan
berdampak pada pasar modal di Indonesia. Kondisi ini juga akan
mempengaruhi kinerja saham perbankan nasional.
6. Kebijakan ekonomi pemerintah memperkuat sektor agrobisnis telah
menjadi kekuatan yang medorong perbankan membiyai kredit investasi
Agobisnis. Posisi investasi perbankan tahun 2011 untuk sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mecapai Rp.54.381
triliun.
7. Inovasi, new business model disegmen retail. Para pelaku industri
perbankan melihat peluang pasar yang cukup besar untuk memasuki
industri retel. Pertumbuhan sektor ritel tahun 2011 mencapai 11% di
108
Indonesia tertinggi di Asia Pasifik. Bank Agro perlu melakukan
inovasi produk untuk memasuki bisnis ritel.
8. Data Bank Indonesia menunjukan terjadi kenaikan Market share kredit
BUSN devisa 2010 sebesar 39,59% dengan total alokasi kredit
mencapai Rp. 48.757 triliun dan tahun 2011 sebesar Rp. 68.143 triliun.
Peningkatan yang cukup signifikan ini disertai dengan kenaikan
pertumbuhan pangsa pasar kredit tahun 2010 sebesar 20,10%
pertumbuhan DPK sebesar 13,30%, pertumbuhan aset naik sebesar
13,23%, prospek laba naik sebesar 28,04% dan NPL turun sebesar
3,98 % dari ketentuan BI 5%. Sementara kondisi kecukupan modal
bank berada pada level baik 16,44%, dan NIM mencapai 6%.
9. Memburuknya perekonomian di AS dan zona Eropa makan capital
intensive atau arus dana masuk melalui pasar modal dan obligasi
meningkat sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai US$ 960 miliar
atau Rp.8.640 triliun. Peningkatan arus modal dapat dimanfaatkan oleh
perbankan sebagai sumber untuk memperkuat struktur modal bank.
(BKPM, 2011).
KU + SL = 1,45 + (-4,00) = -2,55 KK + KI = -3,25 + 4,67 = 1,42
Gambar 16 Diagram Matriks SPACE Bank Agro Niaga
+1.00
+6.00
-1.00
-6.00
-6.00 +6.00+1
-2.55
1.42
KU
KK KL
SL
Competitive Defensive
Conservative Aggresive
109
Matriks SPACE adalah matriks untuk evaluasi posisi dan tindakan
strategik merupakan alat penting lainnya untuk mencocokan posisi bank saat
ini. Kerangka kerja SPACE matriks menggambarkan kuadrat yang
mengindikasikan strategi agresif, konservatif, defensif atau kompetitif. Sumbu
matriks SPACE mewakili kondisi internal yaitu kekuatan keuangan (financial
strenght atau FS),dan keunggulan kompetitif (competitive advantage atau CA)
dan dua dimensi eksternal yaitu stabilitas lingkungan (enviromental stability
atau ES) dan kekuatan industri (industrial strenght atau IS).
Hasil analisis SPACE matriks menunjukan posisi Bank Agro Niaga
berada pada strategi competitive dimana nilai kekuatan keuangan KU =1,45
dan stabilitas lingkungan SL = -4,00 atau (KU + SL = 1,45 + (-4,00) = -2,55).
Dengan posisi seperti ini Bank Agro Niaga menggunakan Strategi
pertumbuhan dengan memanfaatkan kekuatan keuangan dan stabilitas
lingkungan.
4.7. Penetapan Strategik Marketing Bank Agro Niaga
Berdasarkan analisis matrik SWOT, diperoleh tiga belas rumusan
strategi yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kerangka (frame work)
marketing strategic. Tiga belas rumusan strategi, empat rumusan merupakan
upaya memaksimalkan kekuatan dan peluang, tiga rumusan untuk
memaksimalkan peluang dan meminimalkan kelemahan, tiga rumusan
merupakan upaya memaksimalkan kekuatan meminimalkan ancaman, serta
tiga strategi meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT dengan
menggunakan data dari Tabel EFE dan Tabel IFE untuk dirumuskan kedalam
formulasi bentuk strategi seperti pada Tabel 7 dapat dirumuskan strategi
untuk Bank Agro Niaga adalah sebagai berikut :
1. Strategi Strenght – Opportunities (S-O), yaitu alternatif strategi
mengunakan kekuatan internal bank untuk memanfaatkan peluang
lingkungan eksternal. Hasil alternatif strategi S-O adalah :
a. Re-positioning pasar bank sebagai captive market untuk meningkatkan
competitiveness. Memperkuat Re-positioning pasar bank dengan
110
memperhatikan core competency bank. Berdasarkan Matriks SPACE
Bank Agro berada pada kondisi pasar yang kompetitive sehingga
diperlukan redefenisi posisi pasar bisnis bank saat ini. Ada dua
karakteristik utama yang harus dipertimbangkan oleh manajemen bank
ke depan :
1. Redefenisi dilakukan melalui perluasan cakupan bisnis dan pasar,
dari captive market agrobisnis kepada pasar makro agrobisnis yaitu
corporate banking dan invesment banking agrobisnis.
2. Pergeseran orientasi bank dari orientasi produk kepada customer
focus artinya bank menciptakan skema bisnis dalam bentuk
exstended produk sesuai permintaan pasar dengan memberikan
nilai yang diinginkan pasar.
b. Menciptakan variasi produk sesuai dengan skeman pasar agrobisnis
untuk memperluas size bisnis. Differensiasi merupakan strategi bank
menciptakan eksistensifikasi produk yang ditawarkan memiliki
perbedaan positif dari sudut pandang pasar dibandingkan dengan
pesaing. Diferensiasi produk bukan hanya sesuai dengan skema pasar
Agrobisnis, tetapi produk yang ditawarkan pada, pasar sektor Retail
dan kredit ekspor. Demikian juga produk pada sisi funding
menawarkan produk tabungan pada pasar mikro seperti produk petani,
pedagang pasar, usaha dagang bangunan,usaha peternakan dan
kerajinan.
c. Meningkatkan linkage program untuk penyaluran kredit investasi Bank
Agro dapat melalui penambahan jumlah kantor cabang pada daerah-
daerah sentral agro bisnis dengan program kerjasama fasilitas kredit
daerah seperti di Kalimantan, wilayah Provinsi Sumatera Barat, Riau
dan Kepulauan Riau, Sulawesi, Jambi, Aceh, Palembang, Papua, NTB,
Bali, dan Lampung dan Jawa Barat. Selain itu juga memperkuat
kerjasama dengan perusahaan – perusahaan besar melalui kredit
korporasi.
111
d. Membangun kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini bank
didukung oleh SDM yang berusia produktif dan profesional yang
berjumlah 454 orang di kantor pusat dan seluruh kantor cabang yang
terdiri dari; 46,89% Sarjana, 9,33% Pasca sarjana dan sisanya sarjana
muda dan tamatan Sekolah Menengah Umum (SMU). SDM
merupakan aset maka perlu ditingkatkan competensi mereka melalui
pendidikan dan pelatihan yang intensif (performance, motivasi dan
corporate cultural) untuk mendukung pertumbuhan bisnis bank
kedepan. Program pengembangan SDM yang kompeten selaras dengan
kebutuhan organisasi. Program yang dapat diterapkan seperti ;
penyempurnaan infrastruktur Human Capital Information System
(HCIS) yang berbasis Web based dan mempermudah prosedur terkait
dengan kepersonaliaan, performance management dan E-learning,
corporate cultural sehingga fungsi dan peran Human Capital sebagai
mitra strategis dapat ditingkatkan dan dioptimalkan di masa datang.
2. Strategi Weakness – Opportunity (W-O) adalah alternatif strategi yang
bertujuan meminimalisasi kelemahan internal Bank Agro dengan
optimalisasi pemenfaatan peluang lingkungan eksternal. Hasil strategi W-
O adalah :
a. Membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan bank
dengan infrastruktur teknologi E-banking. Menambah Jumlah kantor
cabang Bank Agro pada daerah sentral industri Agrobisnis dengan
pemanfaatan berbagai teknologi E- bangking yang berkembang sangat
cepat. Ketepatan dalam pemanfaatan teknologi memberikan efisiensi
optimal dan nilai tambah bagi bank. Fungsi teknologi akan
mempermudah pelayanan bank dengan menggunakan network
provider terbaik, jaringan online seluruh kantor, ATM, serta layanan
elektonik lainnya (seperti corporate internet banking dll) selalu siap
melayani kebutuhan nasabah. Disamping itu juga manajemen dapat
melakukan integrasi dan otomasi sistem financial melalui teknologi.
Prioritas pelayanan kepada nasabah melalui otomasi sistem financial
dengan melakukan transaksi melalui ATM dan jaringan elektronik
112
lainnya seperti Call Center, SMS Banking dan internet banking. Untuk
meningkatkan layanan kepada nasabah, Bank Agro secara aktif
menambah fitur baru dalam jaringan elektroniknya termasuk
kemampuan transfer antar bank melalui jaringan ATM Prima
b. Memperkuat brand equity sebagai yang dipercaya masyarakat. Bank
Agro harus memperkuat Merek menjadi bank kepercayaan oleh
stakeholders. Merek yang marketable merupakan aset terpenting
perusahaan. Merek yang yang baik dapat menciptakan puluhan kali
nilai buku perusahaan. Strategi membangun merek bank dapat dimulai
dari kualitas produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan pasar,
komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah dipahami oleh pasar
disertai kesan kualitas pada pelayanan bank.
c. Memperbaiki kualitas bisnis proses dengan Memperkuat manajemen
sumber daya manusia, penerapan protokol manajemen risiko,
kecukupan mekanisme dan sistem perbankan yang akuntabel dan
transparan serta mendukung proses bisnis dengan penerapan teknology
core banking.
3. Strategi Strenght – Threat (S-T) adalah alternatif strategi untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.
Manajemen bank harus mengambil keputusan agar tidak kalah bersaing
dengan bank-bank lainnya baik dalam kelompok industri maupun diluar
kelmpok industri. Hasil strategi S-T adalah :
a. Memperkuat implementasi GCG dan manajemen risiko Tata Kelola
Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan unsur
penting di industri perbankan, mengingat risiko dan tantangan yang
dihadapi oleh industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan
GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan,
memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko
secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan
memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders,
sehingga Bank Agro dapat beroperasi dengan baik dan tumbuh secara
berkelanjutan dalam jangka panjang.
113
b. Menerapkan suku bunga kompetitif. Bank dapat menentukan suku
bunga kredit berdasarkan skala prioritas sesuai dengan skema pasar.
Penetapannya tidak hanya berdasarkan suku bunga komersial yang
terjadi pada kredit investasi, kredit pembiayaan ekspor dan impor dan
modal kerja. Skema kredit pada usaha kecil mikro misalnya kredit
ketahanan pangan bagi petani suku bunganya harus rendah.
c. Mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis. Peranan
marketing Bank Agro harus diperkuat pada semua level organisasi.
Kerjasama promosi dapat dilakukan melalui Edukasi pasar untuk
memberikan pembelajaran pelanggan sehingga dapat membentuk
pemahaman, persepsi, logika, dan preferensi terhadap produk dan merk
yang ditawarkan Bank Agro. Keberadaan Bank Agro belum
sepenuhnya dipahami oleh pasar dibandingkan bank-bank lain. Program
edukasi pasar dapat dilakukan melalui Cororate Social Responsibility
(CSR), program kemitraan dan pendampingan kredit UKMK, atau
progam kelestarian lingkungan hidup. Program sosialisasi dan edukasi
masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana
komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik,
online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
4. Strategi Weakness – Threat (W-T) adalah alternatif strategi untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.
Manajemen Bank Agro dihadapkan dengan sejumlah kelemahan internal
dan ancaman eksternal, maka kondisi bank rentan terhadap risiko. Hasil
strategi W-T adalah :
a. Penguatan struktur modal bank Menambah sruktur modal bank secara
bertahap sampai pada level 20%-30% dari modal sekarang. Strategi
penambahan modal dapat dilakukan melalui pebnerbitan obligasi datau
pinjaman melalui pasar uang antar bank.
b. Mengelola cash flow secara lebih baik. Manajemen bank harus
mengevaluasi perubahan dalam aset bersih bank, struktur keuangan
114
(likuiditas dan solvabilitas) terutama strategi perseroan dalam
menghasilkan kas dan setara kas untuk memperkuat struktur keuangan
bank dan future cash flows. Proyeksi arus kas yang baik dapat
meminimalisir atau mengantispasi terjadinya tunggakan hutang pokok
dan bunga pinjaman.
c. Meningkatkan value of share di pasar modal. Bank dapat melakukan
strategi, buyback untuk menjaga nilai nominal dari total modal disetor
dan ditempatkan, jika sebagian dari modal tersebut tidak likuid di pasar
dalam jangka waktu tertentu bisa menjadi salah satu cara untuk
menaikkan harga saham, atau setidaknya menahannya dari penurunan.
Atau bisa juga untuk meningkatkan likuiditas. Jadi kita bisa menyebut
buyback ini sebagai: salah satu teknik untuk menjaga value of share.
4.8. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Analisis QSPM merupakan analisis terakhir yang dilakukan dalam
proses manajemen strategis untuk melakukan proses pengambilan keputusan.
QSPM adalah sebagai alat utama dari upaya mengembangkan strategi
pemasaran kompetitif untuk mendukung upaya pengembangan pasar bank.
Hasil kajian menunjukan prioritas tertinggi terdapat pada variasi produk
dengan skor sebesar 5,39. Prioritas kedua pada indikator Service Quality
sebesar 5,43 dan prioritas ketiga pada indikator suku bunga kompetitif
dengan skor 4,76. Selanjutnya prioritas keempat pada indikator membangun
brand equity dengan skor 4,36. Peringkat kelima pada indikator repositioning
dengan skor 3,99. Terakhir pada indikator implimentasi GCG dengan skor
2,72. Hasil selengkapnya analisis QSPM dapat dilihat pada Lampiran 4.
1. Prioritas strategi yang pertama adalah Service Quality dengan skor 5,43.
Manajemen bank harus meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah
maupun debitur, sehingga mereka merasa cukup puas. Langkah strategis
perseroan difokuskan pada pelatihan SDM, meningkatkan utilisasi
pemanfaatan teknologi informasi, sistem pembayaran on-line, yang
terhubung dengan masing – masing kantor cabang dengan core banking
system. Berbagai praktek terbaik bank di Indonesia menunjukan
115
kepercayaan nasabah dan debitur akan terbangun apabila bank mampu
memberikan pelayanan terbaik bahkan harus melampaui harapan
konsumen.
2. Prioritas kedua strategi berdasarkan analisis QSPM dengan skor sebesar
5,39 meciptakan variasi produk. Bank Agro harus mendiferensiasikan
skema produk yang sesui dengan keinginan pasar terutama dengan
memperhatikan potensi size business yaitu produk sektor retail, sektor
korporasi agrobisnis, dan pengembangan kredit Industri, pertanian,
peternakan UMKM, dan KMM atau kredit modal kerja permanen,
ekspor/import produk agrobisnis. Bank harus memperkuat pada aspek
transfer of payment seperti pelayanan pembayaran, ingkaso, bank card,
bank note, bank draft, bank letter of credit (LC) telepon, pajak, dana
pensiun, uang kuliah, deviden. Sedangkan dipasar modal bank dapat
menjadi Penjamin emisi (underwriter) Penjamin (guarantor) Wali amanat
(trustee) untuk sektor Agrobisnis. Pada sisi funding menawarkan produk
tabungan pada pasar mikro seperti produk petani, pedagang pasar, usaha
dagang bangunan, usaha peternakan dan kerajinan.
3. Prioritas ketiga pada indikator suku bunga kompetitif dengan skor 4,76.
Bank dapat menentukan suku bunga kredit berdasarkan skala prioritas
sesuai dengan skema pasar. Penetapannya tidak hanya berdasarkan suku
bunga komersial yang terjadi pada kredit investasi, kredit pembiayaan
ekspor dan impor dan modal kerja. Skema kredit pada usaha kecil mikro
misalnya kredit ketahanan pangan bagi petani suku bunganya harus
rendah.
4. Prioritas ke empat pada indikator membangun brand equity dengan skor
4,36. Dalam framework brand equity, hubungan dengan customer
bukanlah hal yang tidak penting. Hubungan yang baik dengan customer
dapat membantu meningkatkan brand loyalty terhadap brand yang
bersangkutan. Demikian juga dalam framework customer equity, brand
mempunyai peranan penting dalam menjalin hubungan dengan customer.
Kualitas brand yang tinggi bisa memudahkan manager dalam akuisisi
customer baru dan kegiatan retensi. Bank Agro harus memperkuat Merek
116
menjadi bank kepercayaan oleh stakeholders. Merek yang marketable
merupakan aset terpenting perusahaan dan menciptakan menciptakan
puluhan kali nilai buku perusahaan. Strategi membangun merek bank
dapat dimulai dari kualitas produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan
pasar, komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah dipahami oleh
pasar disertai kesan kualitas pada pelayanan bank.
5. Prioritas kelima Re-positioning pasar bank sebagai captive market untuk
meningkatkan competitiveness dengan skor 3,99. Memperkuat Re-
positioning pasar bank dengan memperhatikan core competency bank.
Berdasarkan Matriks SPACE Bank Agro berada pada kondisi pasar yang
kompetitive sehingga diperlukan redefenisi posisi pasar bisnis bank saat ini.
Ada dua karakteristik utama yang harus dipertimbangkan oleh manajemen
bank ke depan :
1. Redefenisi dilakukan melalui perluasan cakupan bisnis dan pasar, dari
captive market agrobisnis kepada pasar makro agrobisnis yaitu
corporate banking dan invesment banking agrobisnis.
2. Pergeseran orientasi bank dari orientasi produk kepada customer focus
artinya bank menciptakan skema bisnis dalam bentuk exstended
produk sesuai permintaan pasar dengan memberikan nilai yang
diinginkan pasar.
6. Prioritas keenam Good Corporate Governance (GCG) dengan skor 2,72.
Manajemen bank dapat merumuskan kebijakan untuk memperkuat kualitas
proses bisnis bank dengan cara menerapkan GCG, melengkapi standar
operasional prosedur mitigasi risiko, memperkuat pengawasan pemegang
saham dan optimalisasi fungsi komite audit internal serta peningkatan
kompetensi sumber daya manusia. Kebijakan ini harus didukung dengan
penguatan infrastruktur teknologi perbankan sehingga bank dapat
menjalankan kegiatan operasional secara efisien, mengingat hasil kajian
nilai ROE, ROA, NIM dan BOPO bank tidak memenuhi persayatan Bank
Indonesia sebagai bank yang sehat. Peningkatan efisiensi dan efektivitas
proses bisnis bank untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis dan nilai
117
tambah pasar sangat tergantung sejauhmana manajemen bank sudah
memenuhi standar Bank Indonesia.
4.9. Implikasi Manajerial
Bisnis perbankan terkait dengan kompleksitas dan risiko pasar akibat
pengaruh lingkungan eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangan bank dan penetapan kebijakan strategi marketing.
Berdasarkan hasil kajian kinerja keungan Bank Agro ditemukan kondisi
keuangan yang belum sesuai dengan persyaratan Bank Indonesia sebagai
bank yang sehat. Implikasi manajerial terkait dengan kinerja keuangan dan
penetapan strategi marketing bank adalah;
1. Pihak Direksi dapat membuat kebijakan baru untuk meningkatakan rasio
CAR diatas 8% dalam bentuk modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan
cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba atau melalui penerbitan
obligasi. Kebijakan ini didasarkan atas kondisi CAR bank yang masih
terus ditingkatkan untuk menjaga tingkat likuiditas bank dalam jangka
panjang. Kondisi CAR Bank Agro saat ini memang sudah cukup
memenuhi persyaratan Bank Indonesia, tetapi tidak cukup kuat untuk
melakukan ekspansi dalam memperluas size business, maka diperlukan
adanya tambahan modal sampai 10% sehingga bank leluasa menjalankan
bisnis dari sisi lending dan funding.
2. Kebijakan pengelolaan Cashflow secara efektif dan efisien untuk menjaga
kesembangan posisi keuangan bank antara pengeluaran dan penerimaan.
Kajian rasio keuangan bank menunjukan kecilnya rasio NIM, ROA dan
ROE menunjukan adanya indikasi bank tidak mampu menghasilkan laba
dari pengelolaan aset dan modal bank sehingga bank tidak mampu
menghasilkan profitabilitas dan berpengaruh pada rendahya harga saham.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan naiknya beban operasional bank
dilihat dari rasio BOPO diatas ketentuan Bank Indonesia. Pihak direksi
dapat mengambil kebijakan untuk mengendalikan Cashflow bank agar
dapat menjaga posisi likuiditas dan solvabilitas.
118
3. Kebijakan optimalisasi fungsi lending bank dengan menetapkan suku
bunga kredit yang kompetitif dibawah 15%-16%. Kebijakan ini didasarkan
atas kajian LDR bank yang perlu ditingkatkan agar fungsi intermediasi
bank berjalan secara efektif. Faktor perlu diperhatikan adalah pengaturan
yang ketat untuk menjaga rendahnya tingkat pencairan (credit
disbursement) dibandingkan dengan fasilitas pinjaman yang telah
disepakati (credit approval).
4. Manajemen bank dapat merumuskan kebijakan untuk memperkuat kualitas
proses bisnis bank dengan cara menerapkan GCG, melengkapi standar
operasional prosedur mitigasi risiko, memperkuat pengawasan pemegang
saham dan optimalisasi fungsi komite audit internal serta peningkatan
kompetensi sumber daya manusia. Kebijakan ini harus didukung dengan
penguatan infrastruktur teknologi perbankan sehingga bank dapat
menjalankan kegiatan operasional secara efisien, mengingat hasil kajian
nilai ROE, ROA, NIM dan BOPO bank tidak memenuhi persayatan Bank
Indonesia sebagai bank yang sehat. Peningkatan efisiensi dan efektivitas
proses bisnis bank untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis dan nilai
tambah pasar sangat tergantung sejauhmana manajemen bank sudah
memenuhi standar Bank Indonesia.
5. Kebijakan differensiasi produk perlu mendapatkan skala prioritas,
mengingat hasil kajian menunjukan terbatasnya produk yang ditawarkan
bank dipasar. Direksi dapat mengambil kebijakan untuk memperkuat
struktur produk bank berdasarkan follow of market seperti memperkuat
produk sektor ritel, korporasi, pembiayaan ekspor impor serta peningkatan
akses kerjasama pembiyaan UMKM/ KMM di sektor Agrobisnis.
Kebijakan ini harus didukung oleh perluasan kapasitas jankauan layanan
(outreach scale) dengan menambah jaringan kantor diseluruh Indonesia.
6. Memperkuat kebijakan strategi pemasaran bank dapat melalui framework
customer equity, brand market equity, kerjasama pemasaran, publisitas,
internet banking, dan komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah
dipahami oleh pasar disertai dengan perbaikan kualitas pelayanan bank.
Kebijakan lain adalah peningkatan kompetensi SDM pemasaran dalam
119
komunikasi pemasaran internal, eksternal dan komunikasi interaktif
melalui program pendikan dan pelatihan secara berkelanjutan.
7. Memperkuat kebijakan pelayanan bank secara prima bahkan harus
melampaui harapan konsumen dengan memperbaiki proses bisnis,
pemanfaatan teknologi core banking system yang dapat mempermudah
nasabah dan debitur bertransaksi dengan bank dimanapun mereka berada.
120
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga Secara umum
dikategorikan tidak sehat menurut ketentuan Bank Indonesia :
No.30/277/KEP/DIR kecuali yang memenuhi persyaratan adalah Capital
Adequasy Ratio (CAR) dan Loan To Deposit Ratio (LDR).
2. Berdasarkan penilaian Economic Value Added (EVA) kinerja keuangan
bank belum mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada
pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai
equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis Market Value Added (MVA)
menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai
tambah pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder.
Demikian juga kinerja return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan
saham bank selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009
sehingga tidak menghasilkan return yang positif kepada investor.
3. Hasil analisa trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga menunjukan trend
yang positif. Artinya dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank
kedepan cukup positif. Sehingga dapat ditetapkan strategi pemasaran
berdasarkan QSPM adalah; suku bunga kompetitif, mengelola Service
Quality, menciptakan variasi produk, membangun brand equity,
repositioning pasar, dan GCG.
5.2. Saran
1. Sebagai upaya perbaikan tingkat kesehatan Bank Agro kedepan sebaiknya
direksi melakukan langkah-langkah strategis yaitu; Penambahan modal
bank, mengelola Cash Flow secara efektif dan efisien,
mengimplementasikan GCG dan Risk Management (RM) secara konsisten,
memperluas jaringan pelayanan kantor cabang Bank Agro yang
terintegrasi dengan techology banking system.
121
2. Sebaiknya direksi dan pemegang saham, melakukan upaya
penyempurnaan business process bank untuk meningkatkan value of
share dipasar modal agar kinerja saham bank meningkat yang berimplikasi
pada kenaikan EVA dan MVA bank.
3. Perlu mengkaji kebijakan strategi pemasaran yang berfokus pada ;
a. Penerapan suku bunga kompetitif.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan (Service Quality.)
c. Menciptakan variasi produk untuk memperluas size business sesuai
skema pasar Agrobisnis di Indonesia.
d. Penguatan brand equity sebagai bank terpercaya oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, N, E. 2008. Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan, Pendekatan CAMEL, DEA dan SFA, Jakarta : ABFI Institut Perbanas.
Anthony, R, G. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen, Volume ke-1, F.X. Kurniawan Tjakrawala, penerjemah; Jakarta : PT.Salemba Empat. Terjemahan dari: Management Control System.2th
Ary, S. S, M. 2003. Membeda Krisis Perbankan, Anatomi Krisis dan Penyehatan Perbankan, Jakarta : Yayasan SAD Satia Bhakti.
Asna & Andi Nugraha. 2006. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap return Saham Perbankan Jakarta. http/ Repository. usu. ac. id/bitstream/123456789/Chapter II/Pdf [16 Oktober 2010]
Bank Agro Niaga. 2009. Ikhtisar Data Keuangan Bank Agro Niaga Tbk. http : www.bank agro.co.id. [15 Mei 2010].
Bank Agro Niaga. 2010. Company Report” Bank Agro Niaga Tbk. http: www.bankagro.co.id .[ 12 Desember 2010].
Bank Indonesia.1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 30 April 1998, Jakarta : Bank Indonesia.
Bank Indonesia. 1999. Undang – Undang perbankan No tahun 1998, Revisi Undang-Undang No.14 Tahun 1999 tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia.2001. Surat Edaran No 3/30/ DPNP tanggal 14 Desember 2001, http:www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia.2004. Surat Edaran No.6/23/DPNP Tanggal 31Mei 2004, Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank. http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia.2004. Surat Edaran No 6/10/Intern DPNP tanggal 24 April 2004, http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia.2008. Surat Edaran No 5/PBI/ DPNP tanggal 7 Maret 2008, http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia. 2010. Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating) . http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia.2010. Laporan Keuangan Publikasi Bank. http:www.bi.go.id.t [ 10 Novemeber 2010].
Bank Indonesia. 2010. Indonesian Banking Booklet. Vol 7. Jakarta : Bank Indonesia.
Bangun, N. V. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Jurnal Akuntansi Universitas Pancasila No.3 Vol. XII, hlm. 43.
BPS.2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Biro Pusat Statistik Indonesia. http: www.bps.go.id. [ 2 April 2012].
Bursa Efek Indonesia. 2011. Laporan Keuangan Bank Agro Niaga Tahun 2007-2011, Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
David, Y. O’Byrne, F. 2001. EVA and Value Based Management, A.Practical Guide to Implementation, Washington, D.C : MC.Grauw-Hill New York Fransisco.
David,F.R. Wheelen, H.T.L. 2003. Manajemen Strategis, Julianto, penerjemah; Yogyakarta : PT. Andi. Terjemahan dari : Strategic Management. 5th edition.
Djawahir, K.M. 2007. Mengukur Kekayaan Perusahaan. http:// www. swa.co.id/sekunder/kolom/manajemen. [15 April 2008].
Dunil, Z. 2005. Bank Auditing : Risk-Based Audit: Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank Umum. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Emry, D. R. Finnerty, J.D. 1991. Principles of Finance With Corporate Applications,West Publishing Company. New York USA.
Eradna.2007. Bauran Pemasaran Jasa, http: www.eradna.world.press.com. [ 13November 2011].
Harahap, S.S. 2001. Teori Akuntansi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Hubeis, M. Nazib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, Kompas Gramedia, Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Husnan, S. Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 2, Yogyakarta: UPP AMP-YKPN.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Iswati, S. 2007. Memprediksi Kinerja Keuangan Dengan Modal Intelektual Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekuitas Fakultas Ekonomi UNAIR, Surabaya, No.2 Vol. 11, Maret 2007, hal 159-171.
Jauch, L.R Glueck, W. 2001. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Edisi ketiga, Murat Henry S. dan Herman W, penerjemah, Jakarta: PT. Erlangga. Terjemahan dari: Strategic Management and Corporate Policy.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE.
Kasmir. 2004. Pemasaran Bank, Jakarta: PT. Kencana.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Kementrian Pertanian.2012. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http:www.deptan.go.id. [ 5 Maret 2012].
Keown, M. Scott, P. JR. 2004. Manajemen Keuangan Prinsip-Prinsip dan Aplikasi, Edisi Kesembilan, Bambang Sarwiji, penerjemah; Jakarta: PT.Indeks. Terjemahan dari: The Principal of Financial Management and Application.
Kertajaya, H. 1997. Marketing Plus, Siasat Memenangkan Persaingan Global, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kottler, P. Amstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 Jilid 1. Bob Sabran,Penerjemah, Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: The Principle of Marketing,12th
Krisna, W. 2010. Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, Jakarta: PT.Gramedia.
Kuncoro, M. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Kuncoro, M. 2006. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif Jakarta: Erlangga.
Kusnan, M. 2007. SWA 100 Pemeringkatan EVA dan MVA Terbaik 2007, Para Pencetak Kekayaan di Pasar Modal, Majalah SWA, Edisi No.26/2007, hlm. 78.
Lukas S. A. 1999. Manajemen Keuangan, Edisi Revisi dilengkapi Soal-Jawab, Yogyakarta: Andi.
Majid, A. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi 1, Bandung: Alfabeta.
Manullang, L. A. 2002. Analisis Pengaruh Rentabilitas terhadap Rasio Kecukupan Modal Pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Media Riset Bisnis dan Manajemen, No.1, Vol.2, hlm. 26 – 47.
Mardiyah, Sugiarto, Siagian. 2006. Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta Dengan Metode EVA dan MVA terhadap Return Saham, Jurnal Akuntability No.1 Vol.6, hlm. 72.
Muljono, T. P. 1999. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi revisi 1999, Cetakan 6, Jakarta: Djambatan.
Mulyaningrum, M. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebangkrutan Bank di Indonesia (Thesis). Semarang: Program Studi Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro.
Nirmalawati, D. 2001, Dampak Merger antar Bank di Indonesia terhadap Profitabilitas efisiensi pada Bank Pemerintah, Umum, Swasta, Devisa, non Devisa tahun 1995-2000 (Thesis). Yogyakarta: Program Studi Magister Manajemen, Universitas Gajah Mada.
O’Byrne, F. S. Young. 2001. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis Untuk Implementasi, Tim Terjemah Salemba Empat, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Economic Value Added and Value Based on Management.
Rahayu, M. 2007. Analisis Pengaruh EVA dan MVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep Perencanaan Starategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. 2011. SWOT Balanced Scorecard,Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Riyadi, S. 2006. Banking Asset and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.
Risky, C, Wijaya, I. 2009. Analisis Pengaruh Rasio ROA,LDR,NIM dan NPL Terhadap Abnormal Return Saham Perbankan Indonesia Periode Subprime Mortgage. Jurnal of Applied Finance and Accounting Tarumanegara, No.2, Vol 1, hlm. 102.
Sambas, R. 2009. Capital Market Trend Banking Sector, Jakarta: PT Pital Price.
Sharpe, W. F. A., Bailey, J.V. 1997. Investasi. Jilid 2, Henry, N. A. penerjemah; Jakarta: PT. Prenhallindo. Terjemahan dari: Investment.
Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Moneter dan Perbankan. Edisi kelima, Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
Singgih, S. 2009. Business Forecasting : Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan MINITAB dan SPSS, Jakarta: PT.Gramedia.
Steward, G. Bennet. 1991. The Quest for Value International Edition, New York.
Subbarao. D. 2011. Report on Trend Progress of Banking In India 2010-11, Published by Mohua Roy,Mumbay -400,02 June 30, p.83.
Subramanyam.J.Halsey, R. F. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 8, cetakan buku 1, Bachtiar, Y. S., Harahap. S. N, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Financial Statement Analysis, 8th.
Sucianti, N. 2009. Perbandingan Kinerja Bank Dominasi Asing dan Dominasi Negara pada Bank yang go publik di BEI, Jurnal Manajemen IPB, Bogor No 1, Vol 1, hlm. 91-92.
Suyono, A. 2005. Analisis Rasio-rasio Bank yang Berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) (Thesis), Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Taswan. 2006. Manajemen Perbankan (Konsep Teknik & Aplikasi). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Tunggal, W. A. 2001. Memahami Konsep EVA (Economic Value added) dan VBM (Value Based Management). Jakarta: Harvarindo.
Umar, H. 2002. Metodelogi Riset Keuangan dan Bisnis, Jakarta: PT.Gramedia Utama Pustaka.
Usman, B. 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-Bank di Indonesia, Media Riset Bisnis & Manajemen, No. 1,Vol 3, hlm. 102.
Utama, S. 1997. Economic Value Added Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan, Usahawan No. 4 April 1997, hlm 10-13.
Utama, S. 2001, Economic Value Added Mengukur Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan No 04. TH XXVI, April, hlm. 63.
Wahyudi, S. 2003, Pengaruh Rasio Harga Nilai Buku dan Rasio Hutang Modal Sendiri terhadap Return, Media Ekonomi dan Bisnis, No.2, Vol. XV, hlm. 72.
Waluyo, 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Industri, Jurnal Akuntasi No.2, Vol.9. hlm. 35.
Weston, J.F, Bringham, E. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Wasana, A. J & Kibrandoko, penerjemah; Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari:Managerial Finance.9th
Widayanto, G. 2004. EVA/NITAMI Suatu terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Suatu Perusahaan, Majalah Usahawan No. 12 TH.XXII. Jakarta, hlm. 62.
Widiyanto, G. 1993. EVA / NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan. Manajemen Usahawan Indonesia, Desember, No, 12, Tahun XXII, hlm.50-54.
Wilson, A. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia, Teori dan Implementasi, Jakarta: LP3ES.
Wolk, H. I . Tearney, Dodd, J.L 2000. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.
Zainudin, J. Hartono. 1999. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. No. 1, Vol. 2, Januari, hlm. 66-90.
Zikmund, W.G. D'Amico, M. 1989. Marketing Management : Analysis, Planning Implementation, United States: John Wiley & Sons, Inc. 5th ed. St. Paul, MN: West Publishing Company.
Kuesioner Riset SWOT
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN STRATEGI MARKETING PT. BANK AGRO NIAGA,Tbk.
__________________________________________________________________ I.Petunjuk Umum Yth Bapak/Ibu Pimpinan Bank Agro Niaga.
Dengan segala hormat, saya atas Nama : Ikhwan,HS.SE.
Mahasiswa Pasca Sarjana Program studi Magister Sains Ilmu Manajemen Institut
Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian untuk menyusun thesis dengan
judul “Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing
PT. Bank Agro Niaga Tbk”.
Dengan ini mohon Bapak/ibu berkenan membantu saya untuk mengisi daftar
pertanyaan dalam kuesioner ini. Semua data yang kami peroleh hanya digunakan
untuk kepentingan akademis, dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan
yang lain.
Oleh karena itu, saya berharap kepada Bapak/ibu agar dapat mengisi kuesioner
secara obyektif sehingga saya dapat menghasilkan penelitian yang valid dan
realibel untuk kepentingan akademis. Atas bantuan Bapak/ibu saya capkan terima
kasih.
Jakarta, 2012 Ikhwan HS,SE.MM II. Acuan Pengisian Kuesioner Acuan pengisian kuesioner ini adalah sebagai berikut :
a. Penilaian kondisi saat ini.Responden diminta untuk menilai kinerja perusahaan
saat ini .
Lampiran 1.
130
Lanjutan Lampiran 1.
b. Penialian Urgensi.Responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor
tersebut untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas
dalam penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi saat ini.
Penilaian kondisi saat ini : Penilaian Urgensi
penanganan :
Angka 1 = sangat kurang Angka 1 = tidak urgen Angka 2 = kurang Angka 2 = kurang urgen Angka 3 = baik Angka 3 = urgen Angka 4 = sangat baik Angka 4 = Sangat Urgen
Data Responden Nama : Divisi/bagian : Isu strategis : Sebutkan masalah strategis yang saat ini yang sedang dihadapi oleh Bank Agro ini ? _______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
No Faktor Internal / Eksternal Kunci Penilaian Kondisi
Saat ini Urgensi
Penanganan
1 2 3 4 1 2 3 4
I Indikator Kekuatan
1. Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia
2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia
3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia
4. Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan
5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga
6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia
7. Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan
8. Biaya modal relatif rendah
131
Lanjutan Lampiran 1.
9. Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis strategis
10. Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5%
11 Anda diminta untuk menyebutkan minimal dua faktor kekuatan lain yang saat ini dimiliki Bank Agro..? 1. 2.
II Indiator Kelemahan 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar
(brand marketable)
2. Pengembangan kantor cabang baru untuk memberikan pelayanan pasar Agro bisnis di seluruh Indonesia
3. • Pencapaian kinerja keuangan bank dalam lima tahun terakhir ini ,terutama indikator
a).Harga saham b).Rasio keuangan c).Modal d).Aset • Berkaitan dengan pertanyaan poin (c).
Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan berlaku ? ................
4. Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan
5. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini Sebutkan :................................................
6.
Jaringan infrastruktur teknologi perbankan untuk mendukung pelayanan kepada nasabah
7. Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,iklan,brosur,media on-line.
8. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank (sistem pengelolaan risiko,risk management system )
9. Kemampuan Bank dalam menghasilkan fee based income
10. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber-sumber pendanaan lainnya
III Indiator Peluang 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia
2. Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini
3. Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat
4. Meningkatnya potensi investor asing dan
132
Lanjutan Lampiran 1.
domestik pada industri Agrobisnis 5. Regulasi dan kebijakan perbankan yang
kondusif
6. Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kelas menengah baru )
7. Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi
8. Pertumbuahan kredit perbankan nasional meningkat
9. Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan
10. Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD)
IV Indikator Ancaman 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kompetisi yang ketat antar perbankan
2. Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis
3.
Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti (tier1)
4. Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro.
5. Tingginya suku bunga kredit perbankan
6. Praktek transfer pricing bank-bank swasta
7. Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan
8. Mahalnya investasi teknologi Perbankan
9. Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa
Total ATMR (Jutaan Rupiah)
Gam
bar 4.1 Trend A
nalysis CA
R
Lampiran 2. Trend Analisis Rasio Keuangan
134 Lanjutan Lampiran 2.
Total Equity (Jutaan Rupiah)
135 Lanjutan Lampiran 2.
Gam
bar 4.3 Trend A
nalysis RO
A
Total Aktiva (jutaan rupiah)
136 Lanjutan Lampiran 2.
Total DPK (Jutaan Rupiah)
Gam
bar 4.4 Trend A
nalysis LD
R
137 Lanjutan Lampiran 2.
Rata-rata Aktiva Produktif (Jutaan Rupiah)
138 Lanjutan Lampiran 2.
Pendapatan Operasional (Jutaan Rupiah)
139 Lanjutan Lampiran 2.
EVA (Dalam Prosentase)
140 Lanjutan Lampiran 2.
MVA (Dalam Prosentase)
141 Lanjutan Lampiran 2.
Return Saham (Dalam Prosentase)
Lampiran 3 Analisa Trend Moving Average for CAR Data CAR Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 65,5415 MAD 0,0212 MSD 0,0009 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,103 0,0449326 0,161067 41 0,103 0,0449326 0,161067 42 0,103 0,0449326 0,161067 43 0,103 0,0449326 0,161067 44 0,103 0,0449326 0,161067 45 0,103 0,0449326 0,161067 46 0,103 0,0449326 0,161067 47 0,103 0,0449326 0,161067 48 0,103 0,0449326 0,161067 49 0,103 0,0449326 0,161067 50 0,103 0,0449326 0,161067 51 0,103 0,0449326 0,161067 52 0,103 0,0449326 0,161067 53 0,103 0,0449326 0,161067 54 0,103 0,0449326 0,161067 55 0,103 0,0449326 0,161067 56 0,103 0,0449326 0,161067 57 0,103 0,0449326 0,161067 58 0,103 0,0449326 0,161067 59 0,103 0,0449326 0,161067 60 0,103 0,0449326 0,161067 61 0,103 0,0449326 0,161067 62 0,103 0,0449326 0,161067 63 0,103 0,0449326 0,161067 64 0,103 0,0449326 0,161067 65 0,103 0,0449326 0,161067
143
Lanjutan Lampiran 3.
66 0,103 0,0449326 0,161067 67 0,103 0,0449326 0,161067 68 0,103 0,0449326 0,161067 69 0,103 0,0449326 0,161067 70 0,103 0,0449326 0,161067 71 0,103 0,0449326 0,161067 72 0,103 0,0449326 0,161067 73 0,103 0,0449326 0,161067 74 0,103 0,0449326 0,161067 75 0,103 0,0449326 0,161067 76 0,103 0,0449326 0,161067 77 0,103 0,0449326 0,161067 78 0,103 0,0449326 0,16106
144
Lanjutan Lampiran 3.
Lanjutan Lampiran 3 Moving Average for ROA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data ROA Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 54,1634 MAD 0,0016 MSD 0,0000 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,0064 0,0023715 0,0104285 41 0,0064 0,0023715 0,0104285 42 0,0064 0,0023715 0,0104285 43 0,0064 0,0023715 0,0104285 44 0,0064 0,0023715 0,0104285 45 0,0064 0,0023715 0,0104285 46 0,0064 0,0023715 0,0104285 47 0,0064 0,0023715 0,0104285 48 0,0064 0,0023715 0,0104285 49 0,0064 0,0023715 0,0104285 50 0,0064 0,0023715 0,0104285 51 0,0064 0,0023715 0,0104285 52 0,0064 0,0023715 0,0104285 53 0,0064 0,0023715 0,0104285 54 0,0064 0,0023715 0,0104285 55 0,0064 0,0023715 0,0104285 56 0,0064 0,0023715 0,0104285 57 0,0064 0,0023715 0,0104285 58 0,0064 0,0023715 0,0104285 59 0,0064 0,0023715 0,0104285 60 0,0064 0,0023715 0,0104285 61 0,0064 0,0023715 0,0104285 62 0,0064 0,0023715 0,0104285 63 0,0064 0,0023715 0,0104285 64 0,0064 0,0023715 0,0104285
145
Lanjutan Lampiran 3.
65 0,0064 0,0023715 0,0104285 66 0,0064 0,0023715 0,0104285 67 0,0064 0,0023715 0,0104285 68 0,0064 0,0023715 0,0104285 69 0,0064 0,0023715 0,0104285 70 0,0064 0,0023715 0,0104285 71 0,0064 0,0023715 0,0104285 72 0,0064 0,0023715 0,0104285 73 0,0064 0,0023715 0,0104285 74 0,0064 0,0023715 0,0104285 75 0,0064 0,0023715 0,0104285 76 0,0064 0,0023715 0,0104285 77 0,0064 0,0023715 0,0104285 78 0,0064 0,0023715 0,0104285
146
Lanjutan Lampiran 3.
Lanjutan Lampiran 3 Moving Average for ROE Data ROE Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 917,214 MAD 2,332 MSD 9,317 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,914 -5,06841 6,89641 41 0,914 -5,06841 6,89641 42 0,914 -5,06841 6,89641 43 0,914 -5,06841 6,89641 44 0,914 -5,06841 6,89641 45 0,914 -5,06841 6,89641 46 0,914 -5,06841 6,89641 47 0,914 -5,06841 6,89641 48 0,914 -5,06841 6,89641 49 0,914 -5,06841 6,89641 50 0,914 -5,06841 6,89641 51 0,914 -5,06841 6,89641 52 0,914 -5,06841 6,89641 53 0,914 -5,06841 6,89641 54 0,914 -5,06841 6,89641 55 0,914 -5,06841 6,89641 56 0,914 -5,06841 6,89641 57 0,914 -5,06841 6,89641 58 0,914 -5,06841 6,89641 59 0,914 -5,06841 6,89641 60 0,914 -5,06841 6,89641 61 0,914 -5,06841 6,89641 62 0,914 -5,06841 6,89641 63 0,914 -5,06841 6,89641 64 0,914 -5,06841 6,89641
147
Lanjutan Lampiran 3.
65 0,914 -5,06841 6,89641 66 0,914 -5,06841 6,89641 67 0,914 -5,06841 6,89641 68 0,914 -5,06841 6,89641 69 0,914 -5,06841 6,89641 70 0,914 -5,06841 6,89641 71 0,914 -5,06841 6,89641 72 0,914 -5,06841 6,89641 73 0,914 -5,06841 6,89641 74 0,914 -5,06841 6,89641 75 0,914 -5,06841 6,89641 76 0,914 -5,06841 6,89641 77 0,914 -5,06841 6,89641 78 0,914 -5,06841 6,89641
148
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for LDR Data LDR Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 11,2520 MAD 0,1089 MSD 0,0289 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,82 0,486607 1,15339 41 0,82 0,486607 1,15339 42 0,82 0,486607 1,15339 43 0,82 0,486607 1,15339 44 0,82 0,486607 1,15339 45 0,82 0,486607 1,15339 46 0,82 0,486607 1,15339 47 0,82 0,486607 1,15339 48 0,82 0,486607 1,15339 49 0,82 0,486607 1,15339 50 0,82 0,486607 1,15339 51 0,82 0,486607 1,15339 52 0,82 0,486607 1,15339 53 0,82 0,486607 1,15339 54 0,82 0,486607 1,15339 55 0,82 0,486607 1,15339 56 0,82 0,486607 1,15339 57 0,82 0,486607 1,15339 58 0,82 0,486607 1,15339 59 0,82 0,486607 1,15339 60 0,82 0,486607 1,15339 61 0,82 0,486607 1,15339 62 0,82 0,486607 1,15339 63 0,82 0,486607 1,15339 64 0,82 0,486607 1,15339 65 0,82 0,486607 1,15339 66 0,82 0,486607 1,15339
149
Lanjutan Lampiran 3.
67 0,82 0,486607 1,15339 68 0,82 0,486607 1,15339 69 0,82 0,486607 1,15339 70 0,82 0,486607 1,15339 71 0,82 0,486607 1,15339 72 0,82 0,486607 1,15339 73 0,82 0,486607 1,15339 74 0,82 0,486607 1,15339 75 0,82 0,486607 1,15339 76 0,82 0,486607 1,15339 77 0,82 0,486607 1,15339 78 0,82 0,486607 1,15339
150
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for BOPO Data BOPO Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 4,83392 MAD 0,04552 MSD 0,00310 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,9722 0,863106 1,08129 41 0,9722 0,863106 1,08129 42 0,9722 0,863106 1,08129 43 0,9722 0,863106 1,08129 44 0,9722 0,863106 1,08129 45 0,9722 0,863106 1,08129 46 0,9722 0,863106 1,08129 47 0,9722 0,863106 1,08129 48 0,9722 0,863106 1,08129 49 0,9722 0,863106 1,08129 50 0,9722 0,863106 1,08129 51 0,9722 0,863106 1,08129 52 0,9722 0,863106 1,08129 53 0,9722 0,863106 1,08129 54 0,9722 0,863106 1,08129 55 0,9722 0,863106 1,08129 56 0,9722 0,863106 1,08129 57 0,9722 0,863106 1,08129 58 0,9722 0,863106 1,08129 59 0,9722 0,863106 1,08129 60 0,9722 0,863106 1,08129 61 0,9722 0,863106 1,08129 62 0,9722 0,863106 1,08129 63 0,9722 0,863106 1,08129 64 0,9722 0,863106 1,08129 65 0,9722 0,863106 1,08129
151
Lanjutan Lampiran 3.
66 0,9722 0,863106 1,08129 67 0,9722 0,863106 1,08129 68 0,9722 0,863106 1,08129 69 0,9722 0,863106 1,08129 70 0,9722 0,863106 1,08129 71 0,9722 0,863106 1,08129 72 0,9722 0,863106 1,08129 73 0,9722 0,863106 1,08129 74 0,9722 0,863106 1,08129 75 0,9722 0,863106 1,08129 76 0,9722 0,863106 1,08129 77 0,9722 0,863106 1,08129 78 0,9722 0,863106 1,08129
152
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for NIM Data NIM Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 93,4405 MAD 0,0107 MSD 0,0002 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,0296 0,0039240 0,0552760 41 0,0296 0,0039240 0,0552760 42 0,0296 0,0039240 0,0552760 43 0,0296 0,0039240 0,0552760 44 0,0296 0,0039240 0,0552760 45 0,0296 0,0039240 0,0552760 46 0,0296 0,0039240 0,0552760 47 0,0296 0,0039240 0,0552760 48 0,0296 0,0039240 0,0552760 49 0,0296 0,0039240 0,0552760 50 0,0296 0,0039240 0,0552760 51 0,0296 0,0039240 0,0552760 52 0,0296 0,0039240 0,0552760 53 0,0296 0,0039240 0,0552760 54 0,0296 0,0039240 0,0552760 55 0,0296 0,0039240 0,0552760 56 0,0296 0,0039240 0,0552760 57 0,0296 0,0039240 0,0552760 58 0,0296 0,0039240 0,0552760 59 0,0296 0,0039240 0,0552760 60 0,0296 0,0039240 0,0552760 61 0,0296 0,0039240 0,0552760 62 0,0296 0,0039240 0,0552760 63 0,0296 0,0039240 0,0552760 64 0,0296 0,0039240 0,0552760 65 0,0296 0,0039240 0,0552760 66 0,0296 0,0039240 0,0552760
153
Lanjutan Lampiran 3.
67 0,0296 0,0039240 0,0552760 68 0,0296 0,0039240 0,0552760 69 0,0296 0,0039240 0,0552760 70 0,0296 0,0039240 0,0552760 71 0,0296 0,0039240 0,0552760 72 0,0296 0,0039240 0,0552760 73 0,0296 0,0039240 0,0552760 74 0,0296 0,0039240 0,0552760 75 0,0296 0,0039240 0,0552760 76 0,0296 0,0039240 0,0552760 77 0,0296 0,0039240 0,0552760 78 0,0296 0,0039240 0,0552760
154
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for EVA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data EVA Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 100,716 MAD 0,002 MSD 0,000 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,0026 -0,0031288 0,0083288 41 0,0026 -0,0031288 0,0083288 42 0,0026 -0,0031288 0,0083288 43 0,0026 -0,0031288 0,0083288 44 0,0026 -0,0031288 0,0083288 45 0,0026 -0,0031288 0,0083288 46 0,0026 -0,0031288 0,0083288 47 0,0026 -0,0031288 0,0083288 48 0,0026 -0,0031288 0,0083288 49 0,0026 -0,0031288 0,0083288 50 0,0026 -0,0031288 0,0083288 51 0,0026 -0,0031288 0,0083288 52 0,0026 -0,0031288 0,0083288 53 0,0026 -0,0031288 0,0083288 54 0,0026 -0,0031288 0,0083288 55 0,0026 -0,0031288 0,0083288 56 0,0026 -0,0031288 0,0083288 57 0,0026 -0,0031288 0,0083288 58 0,0026 -0,0031288 0,0083288 59 0,0026 -0,0031288 0,0083288 60 0,0026 -0,0031288 0,0083288 61 0,0026 -0,0031288 0,0083288 62 0,0026 -0,0031288 0,0083288 63 0,0026 -0,0031288 0,0083288 64 0,0026 -0,0031288 0,0083288
155
Lanjutan Lampiran 3.
65 0,0026 -0,0031288 0,0083288 66 0,0026 -0,0031288 0,0083288 67 0,0026 -0,0031288 0,0083288 68 0,0026 -0,0031288 0,0083288 69 0,0026 -0,0031288 0,0083288 70 0,0026 -0,0031288 0,0083288 71 0,0026 -0,0031288 0,0083288 72 0,0026 -0,0031288 0,0083288 73 0,0026 -0,0031288 0,0083288 74 0,0026 -0,0031288 0,0083288 75 0,0026 -0,0031288 0,0083288 76 0,0026 -0,0031288 0,0083288 77 0,0026 -0,0031288 0,0083288 78 0,0026 -0,0031288 0,0083288
156
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for MVA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data MVA Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 39,8074 MAD 0,1010 MSD 0,0308 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,628 0,284302 0,971698 41 0,628 0,284302 0,971698 42 0,628 0,284302 0,971698 43 0,628 0,284302 0,971698 44 0,628 0,284302 0,971698 45 0,628 0,284302 0,971698 46 0,628 0,284302 0,971698 47 0,628 0,284302 0,971698 48 0,628 0,284302 0,971698 49 0,628 0,284302 0,971698 50 0,628 0,284302 0,971698 51 0,628 0,284302 0,971698 52 0,628 0,284302 0,971698 53 0,628 0,284302 0,971698 54 0,628 0,284302 0,971698 55 0,628 0,284302 0,971698 56 0,628 0,284302 0,971698 57 0,628 0,284302 0,971698 58 0,628 0,284302 0,971698 59 0,628 0,284302 0,971698 60 0,628 0,284302 0,971698 61 0,628 0,284302 0,971698 62 0,628 0,284302 0,971698 63 0,628 0,284302 0,971698
157
Lanjutan Lampiran 3.
64 0,628 0,284302 0,971698 65 0,628 0,284302 0,971698 66 0,628 0,284302 0,971698 67 0,628 0,284302 0,971698 68 0,628 0,284302 0,971698 69 0,628 0,284302 0,971698 70 0,628 0,284302 0,971698 71 0,628 0,284302 0,971698 72 0,628 0,284302 0,971698 73 0,628 0,284302 0,971698 74 0,628 0,284302 0,971698 75 0,628 0,284302 0,971698 76 0,628 0,284302 0,971698 77 0,628 0,284302 0,971698 78 0,628 0,284302 0,971698
158
Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for Return Saham * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Return Saham Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 157,118 MAD 0,100 MSD 0,043 Forecasts Period Forecast Lower Upper 40 0,0926 -0,315410 0,500610 41 0,0926 -0,315410 0,500610 42 0,0926 -0,315410 0,500610 43 0,0926 -0,315410 0,500610 44 0,0926 -0,315410 0,500610 45 0,0926 -0,315410 0,500610 46 0,0926 -0,315410 0,500610 47 0,0926 -0,315410 0,500610 48 0,0926 -0,315410 0,500610 49 0,0926 -0,315410 0,500610 50 0,0926 -0,315410 0,500610 51 0,0926 -0,315410 0,500610 52 0,0926 -0,315410 0,500610 53 0,0926 -0,315410 0,500610 54 0,0926 -0,315410 0,500610 55 0,0926 -0,315410 0,500610 56 0,0926 -0,315410 0,500610 57 0,0926 -0,315410 0,500610 58 0,0926 -0,315410 0,500610 59 0,0926 -0,315410 0,500610 60 0,0926 -0,315410 0,500610 61 0,0926 -0,315410 0,500610 62 0,0926 -0,315410 0,500610 63 0,0926 -0,315410 0,500610
159
Lanjutan Lampiran 3.
64 0,0926 -0,315410 0,500610 65 0,0926 -0,315410 0,500610 66 0,0926 -0,315410 0,500610 67 0,0926 -0,315410 0,500610 68 0,0926 -0,315410 0,500610 69 0,0926 -0,315410 0,500610 70 0,0926 -0,315410 0,500610 71 0,0926 -0,315410 0,500610 72 0,0926 -0,315410 0,500610 73 0,0926 -0,315410 0,500610 74 0,0926 -0,315410 0,500610 75 0,0926 -0,315410 0,500610 76 0,0926 -0,315410 0,500610 77 0,0926 -0,315410 0,500610 78 0,0926 -0,315410 0,500610
Lanjutan Lampiran 4. Matriks QSPM Bank Agro
Bobot AS TAS Bobot AS TAS Bobot AS TAS Bobot AS TAS Bobot AS TAS BobotI Kekuatan
1 Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) S1 0.07 4 0.29 0.07 2 0.14 0.07 3 0.21 0.07 1 0.07 0.07 5 0.36 0.072 Bank memiliki kekuatan segmen Captive Market Agro bisnis (pangsa pasar sebesar 65%-75%) S2 0.06 5 0.30 0.06 4 0.24 0.06 2 0.12 0.06 3 0.18 0.06 6 0.36 0.063 Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI dengan nilai saham sebesar 88,65% S3 0.05 3 0.16 0.05 5 0.26 0.05 2 0.10 0.05 6 0.31 0.05 4 0.21 0.054 Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi ATM sebanyak 19 unit S4 0.06 5 0.28 0.06 3 0.17 0.06 6 0.34 0.06 4 0.22 0.06 2 0.11 0.065 Likuiditas pengelolaan aktiva produktif terjaga menghasilkan laba bersih 2010 RP.14.027 juta S5 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.056 Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia S6 0.06 5 0.31 0.06 4 0.25 0.06 1 0.06 0.06 3 0.19 0.06 2 0.12 0.067 Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan berjumlah 454 orang S7 0.06 1 0.06 0.06 4 0.22 0.06 6 0.34 0.06 2 0.11 0.06 3 0.17 0.068 Biaya modal relatif rendah BOPO 2010 sebesar 95,84% dibawah ketentuan BI <100% S8 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.049 Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis strategis untuk sebesar Rp.169.520 M S9 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06
10 Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5% tahun 2010 4,47% S10 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05II Kelemahan
1 Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) memiliki 15 kantor cabang W1 0.06 2 0.12 0.06 3 0.17 0.06 4 0.23 0.06 6 0.35 0.06 5 0.29 0.062 Pengembangan kantor cabang baru untuk tahun 2012 sebanyak 6 wilayah W2 0.07 2 0.14 0.07 5 0.35 0.07 6 0.42 0.07 4 0.28 0.07 3 0.21 0.073 Efektifitas intermediasi supaya tidak terjadinya undisbursed loan dengan penyaluran
kredit modal kerja sebesar 0,10%, Konsumsi 0,11%, sedangkan rata industri sebesar >10,6% W3 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.064 Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini 3 jenis produk W4 0.06 2 0.12 0.06 6 0.36 0.06 4 0.24 0.06 3 0.18 0.06 5 0.30 0.065 Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,iklan,brosur,media on-line. W5 0.06 2 0.12 0.06 4 0.25 0.06 3 0.19 0.06 6 0.37 0.06 5 0.31 0.066 Kecukupan mekanisme kontrol internal yang dimiliki bank W6 0.06 5 0.31 0.06 4 0.25 0.06 3 0.19 0.06 2 0.12 0.06 1 0.06 0.067 Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan W7 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06
III Peluang1 Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia mencapai 11 wilayah propinsi O1 0.06 4 0.25 0.06 6 0.37 0.06 5 0.31 0.06 2 0.12 0.06 3 0.18 0.06
2 Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini, tahun 2011 sebesar 6,1% O2 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.06 - - 0.063 Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat tahun 2011 sebesar 11,62% O3 0.05 4 0.20 0.05 6 0.30 0.05 5 0.25 0.05 3 0.15 0.05 2 0.10 0.054 Potensi investor asing dan domestik industri Agrobisnis tahun 2011 sebesar 18,98% O4 0.05 2 0.10 0.05 5 0.26 0.05 6 0.31 0.05 4 0.21 0.05 3 0.16 0.055 Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif O5 0.06 6 0.36 0.06 5 0.30 0.06 4 0.24 0.06 3 0.18 0.06 2 0.12 0.066 pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kredit konsumsi tumbuh 25% ) O6 0.05 3 0.15 0.05 6 0.29 0.05 5 0.25 0.05 4 0.20 0.05 2 0.10 0.057 Ekspektasi stakeholders pada manajemen tinggi (saham BRI 88,65% dan DAPENBUN 14%) O7 0.05 5 0.25 0.05 1 0.05 0.05 4 0.20 0.05 3 0.15 0.05 2 0.10 0.058 Pertumbuhan kredit perbankan nasional meningkat tahun 2010 sebesar 24,64% O8 0.06 6 0.33 0.06 5 0.28 0.06 4 0.22 0.06 3 0.17 0.06 2 0.11 0.069 Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan dengan nilai investasi
mencapai Rp.54.381 triliun tahun 2011 O9 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.0510 Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD) tahun 2010 O10 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - 0.05 - - 0.05
mencapai Rp.336.600 triliun.
IV Ancaman
1 Kompetisi yang ketat antar perbankan di tahun 2011 sebanyak 165 bank beroperasi T1 0.05 4 0.21 0.05 5 0.27 0.05 6 0.32 0.05 3 0.16 0.05 2 0.11 0.052 Pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis tahun 2011 sebesar Rp.10 triliun T2 0.05 5 0.25 0.05 4 0.20 0.05 6 0.30 0.05 3 0.15 0.05 2 0.10 0.05
3 Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti (tier1) > 8% atau Rp.100 milyar T3 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.054 Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro.
dimana Giro tumbuh 0,09%, Deposito 0,19% modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11% T4 0.06 2 0.13 0.06 3 0.19 0.06 5 0.31 0.06 6 0.38 0.06 4 0.25 0.065 Tingginya suku bunga kredit perbankan nasional mencapai 12% diatas BI rate 5,75% T5 0.06 6 0.33 0.06 4 0.22 0.06 5 0.28 0.06 2 0.11 0.06 3 0.17 0.066 Praktek transfer pricing bank swasta dengan penghematan pajak mencapi 13% dari net profit T6 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05
7 Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan dari kucuran kredit sebesar Rp.117.0,57 triliun T7 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.058 Mahalnya investasi teknologi Perbankan mencapai 25% dari cost of capital T8 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.05 - - 0.059 Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa T9 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.04 - - 0.04
Total 1 4.76 1 5.39 1 5.43 1 4.36 1 3.99 1
Brand Equity RepositioningNo Faktor-Faktor Sukses Kritis Kode
Suku Bunga Kompetitif Variasi Produk Service Quality
AS TAS
6 0.431 0.061 0.051 0.06- -6 0.375 0.28- -- -- -
1 0.061 0.07
- -1 0.061 0.066 0.37- -
1 0.06
- -1 0.051 0.051 0.061 0.056 0.291 0.06
- -- -
1 0.051 0.05
- -
1 0.061 0.06- -
- -- -- -
2.72
GCG
Lampiran 5 Financial Performance Ratio
Data CAR Desember 2007-Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Bulan Total ATMR (Rp)
Growth (%)
Total Modal (Rp)
Growth (%)
CAR (%)
Growth (%)
2007 Desember 2.162.254 254.417 11,77 2008 Januari 2.061.126 -4,68 255.496 0,42 12,40 5,35
Februari 2.111.874 2,46 256.417 0,36 12,14 -2,05 Maret 2.096.352 -0,73 25.175 -90,18 1,20 -90,11 April 2.012.342 -4,01 25.372 0,78 1,26 4,99 Mei 2.012.269 0,00 244.478 863,57 12,15 863,61 Juni 2.116.443 5,18 240.404 -1,67 11,36 -6,51
Juli 2.137.683 1,00 240.343 -0,03 11,24 -1,02 Agustus 2.338.490 9,39 239.977 -0,15 10,26 -8,73 September 2.267.441 -3,04 239.027 -0,40 10,54 2,73 Oktober 2.295.465 1,24 236.744 -0,96 10,31 -2,16 November 2.248.977 -2,03 23.656 -90,01 1,05 -89,80 Desember 2.208.254 -1,81 239.406 912,03 10,84 930,69
Total 28.068.970 2,98 2.520.912 1593,79 116,53 1606,99 Rata-Rata 0,23 122,60 8,96 123,61
2009 Januari 2.638.725 19,49 255.496 6,72 9,68 -10,69 Februari 2.637.409 -0,05 233.735 -8,52 8,86 -8,47 Maret 2.479.715 -5,98 240.513 2,90 9,70 9,44 April 2.546.289 2,68 239.944 -0,24 9,42 -2,84 Mei 2.491.112 -2,17 243.076 1,31 9,76 3,55 Juni 2.497.001 0,24 24.432 -89,95 0,98 -89,97 Juli 2.565.922 2,76 244.916 902,44 9,54 875,51 Agustus 2.613.516 1,85 249.665 1,94 9,55 0,08 September 2.450.624 -6,23 251.776 0,85 10,27 7,55 Oktober 2.670.213 8,96 256.227 1,77 9,60 -6,60 November 2.841.552 6,42 259.086 1,12 9,12 -4,98 Desember 2.984.656 5,04 357.839 38,12 11,99 31,49
Total 31.416.734 33,24 2.856.705 981,05 117,44 927,69 Rata-Rata 2,77 81,75 9,79
2010 Januari 2.965.838 -0,63 365.549 2,15 12,33 2,80 Februari 2.737.351 -7,70 369.101 0,97 13,48 9,40 Maret 2.961.118 8,17 357.257 -3,21 12,06 -10,52 April 3.656.351 23,48 440.351 23,26 12,04 -0,18 Mei 2.966.262 -18,87 350.262 -20,46 11,81 -1,95 Juni 3.073.129 3,60 359.364 2,60 11,69 -0,97 Juli 2.646.596 -13,88 365.159 1,61 13,80 17,99 Agustus 2.682.935 1,37 367.953 0,77 13,71 -0,60 September 2.972.665 10,80 379.992 3,27 12,78 -6,79 Oktober 2.936.999 -1,20 377.873 -0,56 12,87 0,65 November 3.120.101 6,23 287.912 -23,81 9,23 -28,28 Desember 3.063.116 -1,83 287.912 0,00 9,40 1,86
Total 35.782.461 12,32 4.308.685 68,36 154,99 -16,59 Rata-Rata 1,03 5,70 12,92
2011 Januari 2.835.361 -7,44 268.869 -6,61 9,48 0,89 Februari 3.651.364 28,78 382.973 42,44 10,49 10,61
Total 6.486.725 0 651.842 0 32,89 11,49 Rata-Rata 16,44
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
166
Lanjutan Lampiran 5
Data ROE Desember 2007- Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Bulan Laba Bersih
(Rp) Growth
(%) Total Equity
(Rp)
Growth (%)
ROE (%)
Growth (%)
2007 Desember 15.108 254.417 5,94 2008 Januari 1.051 -0,930 255.496 0,004 0,41 -0,93
Februari 1.970 0,874 256.417 0,004 0,77 0,88
Maret 3.883 0,971 251.750 -0,018 1,54 1,00
April 5.853 0,507 253.720 0,008 2,31 0,50
Mei 8.105 0,385 244.478 -0,036 3,32 0,44
Juni 4.031 -0,503 240.404 -0,017 1,58 -0,52
Juli 3.970 -0,015 240.343 0,000 1,65 0,04
Agustus 3.605 -0,092 239.977 -0,002 1,50 -0,09
September 2.625 -0,272 239.027 -0,004 1,10 -0,27
Oktober 0.225 -0,914 236.744 -0,010 0,10 -0,91
November 42 0,867 236.560 -0,001 0,02 -0,80
Desember 3.033 6,221 239.406 0,012 1,27 62,50
Total 53.879 709,94 3.188.739 -5,97 21,51 61,84
Rata-Rata
54,61
-0,46 1,65 4,76 2009 Januari 1.409 -0,535 237.288 -0,009 -0,59 -1,465
Februari 4.963 2,522 233.735 -0,015 -2,12 2,593
Maret 10.305 1,076 240.513 0,029 -4,28 1,019
April 12.845 0,246 239.944 -0,002 -5,35 0,250
Mei 9.717 -0,244 243.076 0,013 -3,99 -0,254
Juni 8.349 -0,141 244.320 0,005 -3,41 -0,145
Juli 7.704 -0,077 244.914 0,002 -3,14 -0,079
Agustus 57 -0,926 249.665 0,019 0,02 -1,006
September 3.213 4,637 251.766 0,008 1,27 62,500
Oktober 7.675 1,389 256.227 0,018 2,99 1,354
November 10.696 0,394 259.086 0,011 4,13 0,381
Desember 8.933 -0,165 357.839 0,381 2,49 -0,397
Total 86.379 8,177 3.058.373 0,461 -11,98 64,751
Rata-Rata
0,681
0,038 -1,00 5,396 2010 Januari 3.355 -0,624 341.821 -0,045 0,98 -0,606
Februari 6.561 0,956 341.821 0,000 1,91 0,949
Maret 1.604 -0,756 341.821 0,000 0,46 -0,759
April 4.354 1,714 341.821 0,000 -1,27 -3,761
Mei 4.446 0,021 341.821 0,000 -1,30 0,024
Juni 1.266 -0,715 341.826 0,000 0,37 -1,285
Juli 5.843 3,615 341.826 0,000 1,70 3,595
Agustus 6.413 0,098 341.826 0,000 1,87 0,100
September 8.34 0,300 341.826 0,000 2,43 0,299
Oktober 10.254 0,229 342.477 0,002 2,99 0,230
November 18.208 0,776 342.785 0,001 5,31 0,776
Desember 20.018 0,099 343.063 0,001 5,83 0,098
Total 90.662 6,395 4.104.734 -0,003 20,28 5,056
Rata-Rata
0,533 0,000 1,69 0,421 2011 Januari 14.695 -0,266 258.902 -0,245 -5,67 -1,973
Februari 13.369 -0,090 343.116 0,325 -3,89 -0,314
Total 28.064 0,177 602.018 0,080 -7,87 -1,865
Rata-Rata
0,088
0,040 -3,93 -0,933 Sumber : Data sekunder diolah (2012
167
Lanjutan Lampiran 5
Data ROA Desember 2007-Februari 2011
Tahun Bulan
Laba sebelum
pajak (Rp)
Growth (%)
Total Aktiva
(Rp)
Growth (%)
ROA (%)
Growth (%)
2007 Desember 15.108 2.993.077 0,50 2008 Januari 1.451 -90,40 3.243.877 8,38 0,04 -91,14
Februari 2.804 93,25 3.342.318 3,03 0,08 87,55 Maret 5.413 93,05 2.982.104 -10,78 0,18 116,36 April 835 -84,57 2.855.683 -4,24 0,03 -83,89 Mei 10.852 1199,64 2.991.012 4,74 0,36 1140,84 Juni 6.778 -37,54 2.834.775 -5,22 0,24 -34,10 Juli 566 -91,65 2.682.358 -5,38 0,02 -91,17 Agustus 5.138 807,77 2.697.047 0,55 0,19 802,83 September 3.739 -27,23 2.680.124 -0,63 0,14 -26,77 Oktober 310 -91,71 2.625.398 -2,04 0,01 -91,54 November 49 -84,19 2.551.174 -2,83 0,00 -83,73 Desember 4.096 8259,18 2.585.486 1,34 0,16 8148,25
Total 57.139 9946 37.064.433 -13,07 1,97 9793 2009 Januari 1.409 -65,60 2.638.725 2,06 0,05 -66,29
Februari 4.963 252,24 2.637.409 -0,05 0,19 252,41 Maret 10.305 107,64 2.479.715 -5,98 0,42 120,84 April 12.845 24,65 2.546.589 2,70 0,50 21,37 Mei 9.717 -24,35 2.491.112 -2,18 0,39 -22,67 Juni 8.349 -14,08 2.497.001 0,24 0,33 -14,28 Juli 7.704 -7,73 2.565.922 2,76 0,30 -10,20 Agustus 57 -99,26 2.613.516 1,85 0,00 -99,27 September 3.819 6600,00 2.450.624 -6,23 0,16 7045,35 Oktober 8.281 116,84 2.670.213 8,96 0,31 99,00 November 11.302 36,48 2.841.552 6,42 0,40 28,25 Desember 9.603 -15,03 2.984.656 5,04 0,32 -19,11
Total 88.354 6912 31.417.034 15,58 3,37 7335 2010 Januari 4.644 -51,64 2.965.838 -0,63 0,16 -51,33
Februari 9.112 96,21 2.737.351 -7,70 0,33 112,59 Maret 2.292 -74,85 2.961.118 8,17 0,08 -76,75 April 4.354 89,97 2.928.826 -1,09 0,15 92,06 Mei 4.446 2,11 2.966.101 1,27 0,15 0,83 Juni 1.809 -59,31 3.073.129 3,61 0,06 -60,73 Juli 8.346 361,36 2.646.590 -13,88 0,32 435,72 Agustus 917 -89,01 2.682.935 1,37 0,03 -89,16 September 11.923 1200,22 2.954.141 10,11 0,40 1080,85 Oktober 14.643 22,81 2.936.999 -0,58 0,50 23,53 November 22.597 54,32 2.979.634 1,45 0,76 52,11 Desember 24.407 8,01 3.063.116 2,80 0,80 5,07
Total 109.490 1560 34.895.778 4,91 3,73 1525 2011 Januari 14.695 -39,79 2.198.635 -28,22 0,67 -16,12
Februari 13.369 -9,02 3.651.364 66,07 0,37 -45,22 Total 28.064 -48,82 5.849.999 37,85 1,03 -61,338
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
168
Lanjutan Lampiran 5
Data LDR Desember 2007-Februari 2011
Tahun Bulan
Total Kredit yang diberikan
(Rp)
Growth (%)
Total DPK (Rp)
Growth (%) LDR (%) Growth
(%)
2007 Desember 1.950.691 2.537.442 76,88 2008 Januari 1.854.034 -4,96 2.795.921 10,19 66,31 -13,74
Februari 1.895.932 2,26 2.899.486 3,70 65,39 -1,39 Maret 1.925.306 1,55 2.550.469 -12,04 75,49 15,45 April 1.840.883 -4,38 2.421.109 -5,07 76,03 0,72 Mei 1.826.200 -0,80 2.570.208 6,16 71,05 -6,55 Juni 1.975.570 8,18 2.385.855 -7,17 82,80 16,54 Juli 1.988.936 0,68 2.236.049 -6,28 88,95 7,42 Agustus 2.046.164 2,88 2.257.196 0,95 90,65 1,91 September 2.088.530 2,07 2.143.903 -5,02 97,42 7,46 Oktober 2.082.510 -0,29 2.184.287 1,88 95,34 -2,13 November 2.053.909 -1,37 2.098.407 -3,93 97,88 2,66 Desember 2.042.303 -0,57 2.163.331 3,09 94,41 -3,55
Total 25.570.968 5,25 31.243.663 -13,54 1078,60 24,80 Rata-Rata 0,40 -1,04 82,97
2009 Januari 1.928.314 -5,58 2.192.961 1,37 87,93 -6,86 Februari 1.956.379 1,46 2.190.275 -0,12 89,32 1,58 Maret 1.921.362 -1,79 2.033.790 -7,14 94,47 5,77 April 1.932.972 0,60 2.108.894 3,69 91,66 -2,98 Mei 1.970.667 1,95 2.047.220 -2,92 96,26 5,02 Juni 1.942.293 -1,44 2.056.848 0,47 94,43 -1,90 Juli 2.046.985 5,39 2.134.084 3,76 95,92 1,58 Agustus 2.091.252 2,16 2.175.594 1,95 96,12 0,21 September 2.093.090 0,09 2.029.596 -6,71 103,13 7,29 Oktober 2.111.013 0,86 2.231.307 9,94 94,61 -8,26 November 2.053.710 -2,71 2.279.926 2,18 90,08 -4,79 Desember 1.993.630 -2,93 2.454.296 7,65 81,23 -9,82
Total 24.041.667 -1,54 25.934.791 13,05 1198,13 -13,16 Rata-Rata -0,13 1,09 99,84
2010 Januari 1.933.537 -3,01 2.379.905 -3,03 81,24 0,02 Februari 1.912.633 -1,08 1.142.183 -52,01 167,45 106,11 Maret 1.998.026 4,46 2.267.135 98,49 88,13 -47,37 April 2.445.182 22,38 2.724.820 20,19 89,74 1,82 Mei 1.988.333 -18,68 2.260.290 -17,05 87,97 -1,97 Juni 1.904.086 -4,24 2.389.425 5,71 79,69 -9,41 Juli 1.958.973 2,88 1.956.975 -18,10 100,10 25,62 Agustus 1.912.468 -2,37 1.981.832 1,27 96,50 -3,60 September 2.606.995 36,32 2.399.897 21,09 108,63 12,57 Oktober 2.011.995 -22,82 2.225.833 -7,25 90,39 -16,79 November 2.038.196 1,30 2.323.940 4,41 87,70 -2,97 Desember 2.071.446 1,63 2.386.869 2,71 86,79 -1,05
Total 24.781.870 16,63 26.439.104 57,52 1264,18 62,98 Rata-Rata 1,39 4,79 105,35
2011 Januari 2.212.320 6,80 2.999.892 25,68 73,75 -15,02 Februari 2.130.598 -3,69 2.982.960 -0,56 71,43 -3,15
Total 4.342.918 4,49 10.424.338 14.767.256 250,5 -18,17
Rata-Rata 2,25 125,2 Sumber : Data sekunder diolah (2012)
169
Lanjutan Lampiran 5
Data NIM Bank Agro Desember 2007-Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Bulan Pendapatan
Bunga Bersih (RP)
Growth (%)
Rata-Rata Aktiva
produktive (Rp)
Growth (%)
NIM (%)
Growth (%)
2007 Desember 109.722 4.730.672 2,32 2008 Januari 8.130 -93 4.834.585 3 0,17 -93
Februari 16.518 103 4.992.808 -7 0,33 97 Maret 26.981 63 4.666.775 -2 0,58 75 April 36. 318 35 4.577.900 1 0,79 37 Mei 46. 348 28 4.644.108 -1 1,00 26 Juni 55. 567 20 4.611.856 -2 1,20 21 Juli 65. 978 19 4.501.710 1 1,47 22 Agustus 75. 081 14 4.532.586 2 1,66 13 September 83.362 11 4.621.624 0 1,80 9 Oktober 91.953 10 4.610.227 -2 1,99 11 November 99.320 8 4.520.863 0 2,20 10 Desember 108.960 10 4.537.469 -39 2,40 9
Total 824.238 228 60.383.183 -4 17,91 236 Rata-Rata 18 0 1,38
2009 Januari 73.410 -33 2.786.140 0 2,63 10 Februari 13.253 -82 2.792.840 0 0,47 -82 Maret 22.065 66 2.800.242 1 0,79 66 April 30.242 37 2.816.268 1 1,07 36 Mei 39.935 32 2.830.461 2 1,41 31 Juni 49.688 24 2.876.590 0 1,73 22 Juli 60.588 22 2.870.039 1 2,11 22 Agustus 72.945 20 2.889.046 1 2,52 20 September 85.505 17 2.907.415 3 2,94 16 Oktober 98.381 15 2.940.043 1 3,35 14 November 110.623 12 2.960.799 1 3,74 12 Desember 124.068 12 2.970.736 0 4,18 12
Total 780.703 162 34.440.619 -32 28,32 179 Rata-Rata 14 -3 2,36
2010 Januari 87.557 -29 4.652.262 57 1,88 -55 Februari 26.770 -69 3.651.364 -22 0,73 -61 Maret 37.671 41 2.995.665 -18 1,26 72 April 57.572 53 2.778.682 -7 2,07 65 Mei 64.964 13 2.999.983 8 2,17 5 Juni 76.331 17 3.004.829 0 2,54 17 Juli 91.596 20 2.993.333 0 3,06 20 Agustus 106.174 16 3.062.810 2 3,47 13 September 113.512 7 2.757.712 -10 4,12 19 Oktober 133.712 18 3.157.778 15 4,23 3 November 147.683 10 3.231.371 2 4,57 8 Desember 162.113 10 3.357.240 4 4,83 6
Total 1.105.655 119 38.643.029 28 37,29 111 Rata-Rata 10 2 3,11
2011 Januari 12.991 -92 2.969.470 -12 0,44 -91 Februari 24.794 91 2.969.833 0 0,83 91
Total 37.785 9 5.939.303 -9 0 0 Rata-Rata 4 -5
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
170
Lanjutan Lampiran 5 Data BOPO Desember 2007-Februari 2011
Tahun Bulan Beban
Operasional (Rp)
Growth (%)
Pendapatan Operasional
(Rp) Growth
(%) BOPO (%)
Growth (%)
2007 Desember 100.984 114.197 88 2008 Januari 7.285 -92.79 8.522 -92.54 85 -3.33
Februari 14.640 100.96 17.354 103.64 84 -1.31 Maret 23.043 57.40 28.117 62.02 82 -2.85 April 29.870 29.63 38.138 35.64 78 -4.43 Mei 37.804 26.56 48.515 27.21 78 -0.51 Juni 51.422 36.02 58.147 19.85 88 13.49 Juli 63.267 23.03 68.930 18.54 92 3.79 Agustus 73.698 16.49 78.342 13.65 94 2.49 September 84.092 14.10 87.233 11.35 96 2.47 Oktober 96.994 15.34 96.474 10.59 101 4.29 November 105.482 8.75 104.445 8.26 101 0.45 Desember 112.642 6.79 114.532 9.66 98 -2.62
Total 801.223 242.29 862.946 227.88 1167 11.93 Rata-Rata 18.64 17.53 90
2009 Januari 28.508 -74.69 29.354 -74.37 97 -1.25 Februari 57.131 100.40 60.161 104.95 95 -2.22 Maret 86.447 51.31 88.995 47.93 97 2.29 April 113.418 31.20 117.382 31.90 97 -0.53 Mei 139.535 23.03 141.328 20.40 99 2.18 Juni 165.198 18.39 175.948 24.50 94 -4.90 Juli 191.059 15.65 205.428 16.75 93 -0.94 Agustus 215.823 12.96 235.835 14.80 92 -1.60 September 241.280 11.80 265.757 12.69 91 -0.79 Oktober 267.718 10.96 296.911 11.72 90 -0.69 November 294.438 9.98 327.005 10.14 90 -0.14 Desember 326.444 10.87 359.315 9.88 91 0.90
Total 2126.999 240.50 2.303.419 248.81 1215 -7.70 Rata-Rata 20.04 20.73 101
2010 Januari 29.185 -91.06 34.530 -90.39 85 -6.97 Februari 54.581 87.02 64.896 87.94 84 -0.49 Maret 93.145 70.65 97.486 50.22 96 13.60 April 340.160 265.19 346.114 255.04 98 2.86 Mei 163.565 -51.92 162.126 -53.16 101 2.65 Juni 232.765 42.31 234.408 44.58 99 -1.57 Juli 263.928 13.39 272.112 16.08 97 -2.32 Agustus 299.781 13.58 308.849 13.50 97 0.07 September 435.995 45.44 457.862 48.25 95 -1.90 Oktober 370.268 -15.08 384.335 -16.06 96 1.17 November 425.893 15.02 447.853 16.53 95 -1.29 Desember 441.410 3.64 465.899 4.03 95 -0.37
Total 3150.676 418.24 3276.470 397.30 1239 5.45 Rata-Rata 34.85 33.11 103
2011 Januari 90.172 -79.57 90.172 -80.65 100 5.55 Februari 88.163 -2.23 88.163 -2.23 100 0.00
Total 178.335 -46.95 178.335 -49.77 200 5.55 Rata-Rata -23.47 -24.88 100
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
171
Lanjutan Lampiran 5
Perhitungan EVA (Economic Value Added)
No Nopat (Rp) Invested Cost of Capital
EVA(Rp) EVA % Tahun Capital (Rp) Capital % Charges (Rp)
2007 1 11.139 2.971.658 8,00 237.733 (226.594) 0,375 2008 2 1.051 3.223.056 8,00 257.844 (256.793) 0,033
3 1.970 3.324.830 8,00 265.986 (264.016) 0,059 4 3.883 2.965.898 8,00 237.272 (233.389) 0,131 5 5.853 2.839.599 8,00 227.168 (221.315) 0,206 6 8.105 2.976.667 8,25 245.575 (237.470) 0,272 7 4.031 2.821.167 8,50 239.799 (235.768) 0,143 8 3.970 2.668.923 8,75 233.531 (229.561) 0,149 9 3.605 2.682.493 9,00 241.424 (237.819) 0,134 10 2.625 2.656.188 9,25 245.697 (243.072) 0,099 11 225 2.611.816 9,50 248.123 (247.898) 0,009 12 42 2.534.030 9,50 240.733 (240.691) 0,002 13 3.033 2.567.779 9,25 237.520 (234.487) 0,118
49.532 36.884.104 112.00 3.158.405 (3.108.873 1,729
8,62 0,133 2009 14 (1.409) 2.621.173 8,75 229.353 (230.762) -0,054
15 (4.963) 2.622.714 8,25 216.374 (221.337) -0,189 16 (10.305) 2.464.941 7,75 191.033 (201.338) -0,418 17 (12.845) 2.521.518 7,50 189.114 (201.959) -0,509 18 (9.717) 2.475.633 7,25 179.483 (189.200) -0,393 19 (8.349) 2.473.301 7,00 173.131 (181.480) -0,338 20 (7.704) 2.550.790 6,75 172.178 (179.882) -0,302 21 57 2.592.685 6,50 168.525 (168.468) 0,002 22 3.213 2.435.612 6,50 158.315 (155.102) 0,132 23 7.675 2.653.574 6,50 172.482 (164.807) 0,289 24 10.696 2.711.504 6,50 176.248 (165.552) 0,394 25 8.933 2.966.542 6,50 192.825 (183.892) 0,301
(24.718) 31.089.987 94,37 2.219.061 (2.243.779) -0.951
7,86 -0,079 2010 26 3.355 2.917.034 6,50 189.607 (186.252) 0,115
27 6.561 2.688.038 6,50 174.722 (168.161) 0,244 28 1.604 2.909.638 6,50 189.126 (187.522) 0,055 29 (4.354) 2.891.656 6,50 187.958 (192.312) -0,151 30 (4.446) 2.928.545 6,50 190.355 (194.801) -0,152 31 1.266 3.036.985 6,50 197.404 (196.138) 0,042 32 5.843 2.609.706 6,50 169.631 (163.788) 0,224 33 6.413 2.646.202 6,50 172.003 (165.590) 0,242 34 8.340 2.916.653 6,50 189.582 (181.242) 0,286 35 10.254 2.897.213 6,50 188.319 (178.065) 0,354 36 18.208 2.939.177 6,50 191.047 (172.839) 0,619 37 20.018 3.020.754 6,50 196.349 (176.331) 0,663
73.062 34.401.601 85,86 2.236.104 (2.163.042) 2,463
7,16 -0,233 2011 38 - - 6,50 -
39 (13.369) 3.603.338 6,75 243.225 (256.594) -0,371
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
172
Lanjutan Lampiran 5
Data MVA Desember 2007-Februari 2011
Tahun Bulan Jumlah
Lembar Saham
Harga Pasar
Nominal /
Lembar Saham
EMV EBV MVA MVA %
2007 Desember 0 235 100 - - - 0 2008 Januari 0 235 100 - - - 0
Februari 0 235 100 - - - 0
Maret 0 235 100 - - - 0
April 0 235 100 - - - 0
Mei 0 235 100 - - - 0
Juni 0 235 100 - - - 0
Juli 0 235 100 - - - 0
Agustus 0 235 100 - - - 0
September 0 235 100 - - - 0
Oktober 0 235 100 - - - 0
November 0 235 100 - - - 0
Desember 0 235 100 - - - 0
Total 3055 1300 Rata-Rata 235 100
2009 Januari 0 235 100 - - - 0
Februari 0 235 100 - - - 0
Maret 0 235 100 - - - 0
April 0 235 100 - - - 0 Mei 0 235 100 - - - 0 Juni 0 235 100 - - - 0 Juli 0 235 100 - - - 0
Agustus 0 235 100 - - - 0 September 0 235 100 - - - 0 Oktober 0 235 100 - - - 0
November 13.351 141 100 99.264 70.400 28.864 41 Desember 121.991 141 100 676.377 479.700 196.677 41 Total 2867 1300 775.641 550.100 225.541 82 Rata-Rata 239 100 18.795 7
2010 Januari 129.257 126 100 372.078 295.300 76.778 26 Februari 1.068.80 136 100 1.082.968 796.300 286.668 36 Maret 207.409 125 100 827.375 661.900 165.475 25 April 278.072 157 100 1.807.541 1.151.300 656.241 57 Mei 151.553 134 100 865.908 646.200 219.708 34 Juni 320.255 193 100 2.411.342 1.249.400 1.161.942 93 Juli 498.557 175 100 2.600.150 1.485.800 1.114.350 75 Agustus 123.729 184 100 1.407.784 765.100 642.684 84 September 59.259 180 100 481.680 267.600 214.080 80 Oktober 134.415 186 100 1.333.434 716.900 616.534 86 November 34.657 165 100 421.905 255.700 166.205 65 Desember 32.632 168 100 566.664 337.300 229.364 68 Total 1807.906 2000 1200 13.240.087 7.996.20 5.339.460 668 Rata-Rata 12 167 100 56
2011 Januari 10.212 154 100 210.364 136.600 73.764 54 Februari 8.595 141 100 186.543 132.300 54.243 41
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
173
Lanjutan Lampiran 5
Return Saham Desember 2007 – Februari 2011
Tahun Bulan Jumlah Lembar
Saham
Growth
(%)
Harga Saham
Return Saham
Growth (%)
2007 Desember -
235 0 2008 Januari -
235 0
Februari -
235 0
Maret -
235 0
April -
235 0
Mei -
235 0
Juni -
235 0
Juli -
235 0
Agustus -
235 0
September -
235 0
Oktober -
235 0
November -
235 0
Desember -
235 0
2009 Januari -
235 0
Februari -
235 0
Maret -
235 0
April -
235 0
Mei -
235 0
Juni -
235 0
Juli - 235 0 Agustus - 235 0 September - 235 0 Oktober - 235 0 November 704.000 141 -40
Desember 4.797.000 581,39 141 0
Total 5.501.000 581,39 2.867 -40% Rata-Rata 221
2010 Januari 2.953.000 -0,384 126 -11 0
Februari 7.963.000 1,697 136 8 -1,75
Maret 6.619.000 -0,169 125 -81 -11,23
April 11.513.000 0,739 157 26 -1,32
Mei 6.462.000 -0,439 134 -15 -1,57
Juni 12.494.000 0,933 193 44 -4,01
Juli 14.858.000 0,189 175 -9 -1,21
Agustus 7.651.000 -0,485 184 5 -1,55
September 2.676.000 -0,650 180 -2 -1,41
Oktober 7.169.000 1,679 186 33 -16,86
November 2.557.000 -0,643 165 11 -0,66
Desember 3.373.000 0,319 168 2 -0,84
Total 86.288.000 2,786 -42,40
Rata-Rata 0,214 -3,53
2011 Januari 1.366.000 154 8 Februari 1.323.000 141 -8
Sumber : Data sekunder diolah (2011)
174