pengusahaan sumberdaya

18
Prosedur Analisis Keuangan Prosedur yang akan digunakan dalam melakukan analisis keuangan (finansial analysis) dalam rangka kajian ekonomi pada rencana investasi proyek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Parameter Dasar Sebagai titik tolak analisis keuangan pada rencana investasi adalahhasil kajian teknis dan pemasaran dari studi kelayakan dalam penambangan batubara. Kajian teknis penambangan batubara menghasilkan parameter dasar yang melandasi perhitungan nilai-nilai investasi dari proyek tersebut, seperti : a. Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve); b. Kapasitas produksi batubara; c. Jenis dan jumlah peralatan utama operasi penambangan; d. Jenis dan jumlah peralatan pendukung; e. Infrastuktur dalam dan luar tambang; f. Segmen pasar batubara; g. Harga jual batubara, dan lain-lain. 2. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue) Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk atau diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan (sales) produksi batubara yang dihasilkan sesuai dengan skenario produksi dan harga batubara yang direncanakan. 3. Menghitung Ongkos Produksi (Production Cost)

Upload: farisyah-melladia-utami

Post on 18-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengusahaan sumberdaya

Prosedur Analisis Keuangan

Prosedur yang akan digunakan dalam melakukan analisis keuangan (finansial

analysis) dalam rangka kajian ekonomi pada rencana investasi proyek tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan Parameter Dasar

Sebagai titik tolak analisis keuangan pada rencana investasi adalahhasil kajian teknis

dan pemasaran dari studi kelayakan dalam penambangan batubara. Kajian teknis

penambangan batubara menghasilkan parameter dasar yang melandasi perhitungan nilai-

nilai investasi dari proyek tersebut, seperti :

a. Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve);

b. Kapasitas produksi batubara;

c. Jenis dan jumlah peralatan utama operasi penambangan;

d. Jenis dan jumlah peralatan pendukung;

e. Infrastuktur dalam dan luar tambang;

f. Segmen pasar batubara;

g. Harga jual batubara, dan lain-lain.

2. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue)

Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk atau

diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan (sales) produksi batubara yang

dihasilkan sesuai dengan skenario produksi dan harga batubara yang direncanakan.

3. Menghitung Ongkos Produksi (Production Cost)

Perhitungan ongkos produksi (production cost) adalah perkiraan dana yang

dikeluarkan suatu perusahaan sebagai akibat dari kegiatan operasi untuk menghasilkan

produk batubara bersih yang siap dijual ke pasar. Dalam kegiatan memproduksi

batubara bersih sampai siap menjualnya ada keterkaitan dengan kegiatan operasi utama

atau kegiatan yang sifatnya mendukung kegiatan produksi. Untuk itu, beberapa komponen

biaya operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan ongkos produksi yaitu antara lain :

1) Ongkos operasi penambangan batubara, yang terdiri dari :

a. Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil

b. Ongkos penggalian dan pemindahan overburden

c. Ongkos penggalian dan pemindahan batubara;

d. Ongkos operasi pendukung penambangan (mining suport);

Page 2: pengusahaan sumberdaya

e. Ongkos overhead operasi penambangan.

2) Ongkos operasi pengolahan batubara, yang terdiri dari :

a. Ongkos pemindahan batubara

b. Ongkos proses pengolahan batubara

c. Ongkos operasi pendukung pengolahan (crushing plant support)

d. Ongkos overhead operasi pengolahan.

Menghitung Biaya Investasi

Perhitungan biaya investasi adalah meliputi dana yang dikeluarkan

perusahaan sebagai akibat realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan yang mencakup

kegiatan studi eksplorasi, studi kelayakan, studi AMDAL, biaya ganti rugi lahan, biaya

persiapan pengembangan daerah (development), biaya konstruksi infrastruktur baru,

pembelian atau pengadaan peralatan, dan lain-lain sampai kegiatan proyek penambangan

batubara tersebut siap dilakukan. Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, maka

biaya-biaya investasi ini dikelompokan menjadi :

1) Biaya investasi peralatan, yang terdiri atas :

a. Investasi peralatan pengupasan tanah penutup;

b. Investasi peralatan operasi penambangan;

c. Investasi peralatan pendukung operasi penambangan;

d. Investasi peralatan operasi pengolahan;

e. Investasi peralatan lain-lain.

2) Biaya investasi eksplorasi, yang terdiri atas :

a. Biaya Ijin Prinsip;

b. Biaya pemboran dan eksplorasi;

c. Biaya studi kelayakan;

d. Biaya studi AMDAL.

3) Biaya investasi pengembangan (development), yang terdiri atas biaya konstruksi

infrastruktur baru meliputi : jalan, kantor, perumahan, bengkel, gudang, stockpile,

crushing plant, dan lain-lain.

4) Biaya investasi penggantian (replacement), yaitu biaya ganti rugi lahan tambang;

prasarana tambang, dan sebagainya.

5) Biaya modal kerja (working capital)

Page 3: pengusahaan sumberdaya

Modal kerja (working capital) adalah dana yang dikeluarkan perusahaan sebagai

akibat keharusan pemenuhan biaya operasi penambangan sebelum diproduksi dan dijual

produk batubaranya.

5. Membuat Model Cash Flow

Model analisis yang digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial investasi proyek

penambangan batubara adalah model aliran kas (cash-flow) proyek selama produksi

penambangan batubara dilakukan. Aliran kas tersebut dikelompokkan menjadi aliran kas

pada titik awal proyek, selama tahap operasional dan pada tahap akhir proyek. Dalam

perhitungan aliran kas ini juga memasukkan faktor perhitungan depresiasi, amortisasi,

pengembalian cicilan pokok dan bunga pinjaman dana investasi, faktor ekshalasi, dan lain-

lain.

6. Menghitung Depresiasi dan Amortisasi

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun aliran kas tersebut adalah

depresiasi dan amortisasi. Depresiasi dan amortisasi bukanlah pengeluran kas tetapi suatu

metode perhitungan akutansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan asset berwujud

dan asset tidak berwujud dengan mendistribusikan selama periode tertentu, dimana asset

tersebut masih berfungsi. Menurut peraturan, depresiasi dan amortisasi dianggap sebagi suatu

pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak. Untuk itu, maka

perlu diupayakan untuk mendepresiasikan asset dalam periode sesingkat mungkin dan

diizinkan oleh peraturan yang ada. Dengan upaya itu, maka diharapkan akan mengurangi

jumlah pajak yang harus dibayar pada tahun-tahun awal operasi, sehingga dapat

meningkatkan aliran kas masuk dan mempercepat pengembalian (recovery) biaya

perolehan asset.

Dari beberapa metode depresiasi yang ada tersebut dipilih metode depresiasi garis

lurus (straight line depreciation) yaitu dengan melakukan depresiasi merata sepanjang

periode asset masih berfungsi. Dalam melakukan perhitungan depresiasi terlebih dahulu perlu

diketahui halhal sebagai berikut :

a. Basis atau biaya pertama

Biaya ini adalah nilai yang sesuai dengan prosedur pajak untuk suatu asset tertentu.

Umumnya terdiri dari harga perolehan ditambah dengan pengeluaran yang dikapitalkan.

Misalnya : biaya pengangkutan dan pemasangan alat sampai siap pakai.

b. Periode recovery

Page 4: pengusahaan sumberdaya

Periode recovery atau umur depresiasi adalah masa di mana asset diperkirakan

masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan. Setelah masa umur itu,

asset dihapuskan dalam perhitungan akutansi tetapi mungkin saja aset tersebut masih laku

dijual di pasar bebas.

c. Kecepatan atau laju depresiasi

Adalah jumlah (dalam %) dari suatu asset yang harus didepresiasikan atau dikeluarkan

dari nilai buku perusahaan per tahun.

d. Nilai Sisa atau salvage value

Adalah nilai penjualan aset pada akhir umur depresiasi. Umumnya untuk memudahkan

perhitungan nilai sisa dianggap nol, tetapi bila kemudian asset pada akhir umur

depresiasi masih laku terjual maka pajak penjualan yang bersangkutan harus

diperhitungkan. Dalam beberapa hal, saat membuat perkiraan aliran kas diasumsikan

bahwa asset tersebut pada saat dihapus ternyata masih memiliki nilai sisa ( salvage value).

Dalam hal ini aturan dasar yang menentukan nilai dan waktu depresiasi tidak berkurang

dengan adanya perkiraan nilai sisa. Hanya saja perlu diperhatikan bila ternyata asset

tersebut mempunyai realistis harga penjualan lebih tinggi dari nilai buku, maka

selisihnya harus dikenakan pajak sesuai besarnya persentase pajak pendapatan

perusahaan tersebut. Namun bila harga penjualannya lebih rendah akan berakibat adanya

penghematan pajak.

7. Menyusun Kriteria Penilaian Finansial

Kaidah pokok yang digunakan dalam perhitungan biaya dan analisis keuangan ini

mengacu pada konsep ekuivalen, yang pada dasarnya memberikan bobot parameter waktu

terhadap nilai uang yang diinvestasikan, seperti suku bunga (interest) dan laju

pengembalian (rate of return).

Pemahaman konsep ekuivalen ini diperlukan pemahaman sebelum lebih lanjut

melakukan penyusunan kriteria penilaian finansial. Kriteria penilaian finansial merupakan

alat bantu bagi manajemen untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang

akan dilakukan. Ada beberapa macam kriteria penilaian finansial yang dianggap baku, yang

mana diantaranya memperhitungkan konsep ekuivalen seperti Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR). Sedangkan kriteria penilaian yang tidak memperhitungkan

konsep ekuivalen yang digunakan adalah metode periode pengembalian (Payback Period).

7.1. Nilai Sekarang Bersih/Net Present Value (NPV)

Page 5: pengusahaan sumberdaya

Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep

mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value). Dengan

mendiskontokan semua aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow)

selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung nilai sekarang

bersih dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam

kriteria penilai NPV memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan

selisih besarnya aliran kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat menunjukan

jumlah (lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan berapa besar uang pada

saat ini.

Pada aliran kas proyek investasi penambangan batubara, untuk memperhitungkan

NPV yang akan dikaji yaitu meliputi seluruh aspek penerimaan kas dan seluruh aspek

pengeluaran kas, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

NPV =∑t−0

n (C ) t(1+i)t

−∑t=0

n (CO) t(1+i)t

dimana :

NPV = nilai sekarang bersih;

(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;

(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;

n = umur investasi (tahun);

i = arus pengembalian (rate of return);

t = tahun.

Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan diperoleh

beberapa kelebihan, yaitu :

a. Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang;

b. Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek;

c. Dilakukan perhitungan besaran absolut (bukan relatif).

7.2. Laju Pengembalian Internal(Internal Rate of Return/IRR)

Merupakan kriteria penilaian lain yang digunakan dalam analisis finansial dengan

tujuan untuk menjelaskan apakah rencana proyek investasi penambangan batubara yang

dilakukan perusahaan cukup menarik bila dilihat dari laju pengembalian yang telah

ditentukan.

Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas

masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Pada metoda NPV, analisis dilakukan dengan

Page 6: pengusahaan sumberdaya

menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto(i)), kemudian dihitung

nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau

laju pengembalian (diskonto(i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0

Pengertian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

∑t=0

n (C ) t(1+ i)t =∑

t=0

n (Co ) t(1+i)t

dimana:

(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;

(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;

i = arus pengembalian (diskonto);

n = umur investasi;

t = tahun.

Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan di

atas disederhanakan menjadi :

∑t=0

n (C ) t(1+ i)t −(Cf )=0

Dalam melakukan analisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai berikut :

a. IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required

rate of return- ROR), maka proyek investasi diterima.

b. IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required

rate of return- ROR), maka proyek investasi ditolak.

7.3. Periode Pengembalian (Payback Period)

Periode pengembalian atau payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih

adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluran (expenses) per tahun. Dalam

melakukan analisis periode pengembalian juga dapat dimasukkan faktor-faktor seperti

modal kerja, depresiasi, dan atau pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih

realistis. Tetapi banyak pihak berpendapat bahwa langkah demikian akan mengurangi

kesederhanaan dan kemudahan periode pengembalian sebagai alat analisis pendahuluan.

Keuntungan dari metoda pay-back period ini adalah :

a. Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberikan pengertian yang mudah

tentang waktu pengembalian modal (capital recovery).

Page 7: pengusahaan sumberdaya

b. Bagi proyek yang memiliki resiko makin lama makin tinggi, atau proyek yang peka

terhadap masalah likuidasi pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan

pengembalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui

tidaknya proyek tersebut. Jadi berlaku seperti indeks bagi investor.

c. Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau

usang. Perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian.

Adapun keterbatasan dari metode ini adalah :

a. Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode

pengembalian selesai;

b. Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar

analisis aspek ekonomi-finansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi);

c. Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek.

Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode pengembalian

masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh perhitungannya yang mudah

dan cepat untuk menggali informasi perihal resiko, yang kebanyakan investor akan segera

mendapatkan jawabannya.

Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi dengan

periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih. Dalam memakai kriteria ini

perusahaan yang bersangkutan perlu menentukan batasan maksimum waktu pengembalian,

berarti lewat waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan.

Untuk pengembalian keputusan pada suatu proyek investasi, dilakukan perbandingan

antara payback period maksimum yang ditetapkan dengan payback periodinvestasi yang

akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan dilaksanakan lebih singkat

waktunya dibanding payback maksimum yang akan disyaratkan, maka investasi itu akan

dilaksanakan, tetapi sebelumnya apabila lebih lama waktunya dibanding

paybackmaksimum yang disyaratkan maka investasi itu akan ditolak.

Dengan demikian dalam penyusunan penilaian analisis keuangan pada investasi

proyek penambangan batubara yang dilakukan ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut

:

a. Payback Period

b. Net Present Value(NPV)

c. Internal Rate of Return(IRR).

8. Biaya Modal

Page 8: pengusahaan sumberdaya

Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan

untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan. Biaya Modal terdiri

atas :

1. Hutang Obligasi.

2. Saham Preferen.

3. Saham Biasa.

4. Laba ditahan.

Konsep biaya modal penting dalam pembelanjaan perusahaan, karena dapat dipakai untuk

menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahan untuk

memperoleh modal dari berbagai sumber.

Konsep perhitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan konsep rata-rata

tertimbang (wacc) dari keseluru-han modal yang digunakan didalam perusahaan.

WACC sifatnya “explicit”, sama dengan “discount rate” yang dapat menjadikan PV dari

modal neto yang diterima perusahaan sama dengan PV dari semua biaya yang harus

dibayarkan karena penggunaan modal tersebut.

Biaya yang harus dibayar :

1. Pembayaran Bunga.

2. Pembayaran dividen.

3. Pembayaran angsuran pokok pinjaman atau “principal”.

Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi baru yang

dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat risiko dari investasi baru sama dengan

risiko dari aktiva yang dimiliki saat ini.

1. Biaya Produksi

Biaya produksi dalam Diktum Kesatu ditetapkan dengan mempertimbangkan

perkembangan kondisi teknis penambangan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi

biaya produksi rata-rata nasional, antara lain:

a. Biaya pengupan overburden

b. Penggalian batubara

c. Pengangkutan batubara dari lokasi tambang sampai lokasi pengolahan

d. Pengolahan batubara

e. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan

f. Reklamasi dan pasca tambang

g. Keselamatan dan kesehatan kerja

Page 9: pengusahaan sumberdaya

h. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

i. Pembebasan dan penggantian tanah

j. Overhead

k. Depresiasi dan amortissi

l. Iuran tetap dan atau iuran produksi/ royalti

Acuan Biaya Produksi Batubara Pada Sistem Penambangan Batubara

No Jenis Biaya Satuan Biaya

Biaya Produksi Langsung

1. Pengupasan Overburden USD/BCM/km 2,41

2. Penggalian Batubara USD/ton 1,70

3. Pengangkutan Batubara dari lokasi tambang sampai

lokasi pengolahan

USD/ton/km 0,28

Biaya Produksi Tak Langsung

4. Pengolahan Batubara USD/ton 1,98

5. Amortisasi dan Depresiasi USD/ton 1,17

Biaya Umum dan Administrasi

Pemantauan dan Pengelolaan

6. Lingkungan, Reklamasi, dan Pasca Tambang USD/ton 0,27

7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja USD/ton 0,07

8. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat USD/ton 0,21

9. Pembebasan/Penggantian Tanah USD/ton 2,07

10 Overhead USD/ton 2,07

11 Iuran Tetap USD/ton 0,11

12 Iurn Produksi/Royalti (asumsi) USD/ton 16,9%

13 Margin USD/ton 25%

Keterangan:

a. Besaran biaya pengupasan overburden adalah biaya acuan (USD/BCM/km) yang

terlebih dahulu disesuaikan dengan jarak angkut overburden dan kemudian dikalikan

dengan stripping ratio (nisbah kupas).

Penyesuaian biaya acuan pengupasan overburden terhadap jarak angkut: 2,41 + (JOB-

1) x 0,7985)

Page 10: pengusahaan sumberdaya

Dimana:

JOB : jarak angkut overburden rata-rata pada perencanaan tambang

b. Besaran biaya pengangkutan batubara dari lokasi tambang ke lokasi pengolahan

adalah biaya acuan (USD/ton/km) dikalikan dengan jarak angkut batubara.

c. Besaran Iuran Produksi adalah 16,9% dari jumlah biaya butir 1 s/d 11, yang

merupakan asumsi awal iuran produksi.

d. Besaran Margin adalah 25% dari jumlah biaya butir 1 s/d 12.

Studi Kasus

Diketahui Pak Midin memiliki Kebun Karet ukuran 500 m x 500 m, bermimpi jika tanah

tersebut semuanya mengandung reserve batubara antrasit dengan tebal 50 meter. Kemudian

dari mimpi tersebut dia memprediksi jika SR kumulatifnya 4:1. Setelah terbangun Pak Midin

mengecek di Website ESDM, untuk HBA tipikal antrasit (kalori 7500 kkal/kg) adalah

$100/ton. Kemudian Pak Midin berfikir untuk menjual aja tanah tersebut beserta deposit

batubara yang ada dibawah tanah tersebut, kira-kira berapa harga yang pantas ditawarkan ke

investor jika Pak Midin meminta cash pembayaran tersebut?

Economic Input

Fixed Asset 250.000 m2

25 Ha

Non-Current Asset

Reserve Batubara 15.625.000 MT

Mineable Reserve (10% loss) 14.062.500 MT

Sale Price 100 $/ton

Net Free Cash Flow Method

Cost Benchmark

Infrastruktur USD/ton (reserve) 10

Distance Overburden Km 1

Distance Coal Km 10

OB Rate USD/bcm 2,41

Coal Rate USD/ton 1,7

Hauling Rate USD/ton/km 0,28

Page 11: pengusahaan sumberdaya

CPP USD/ton 1,98

Rehabilitation USD/ton 0,27

HSE USD/ton 0,07

CSR USD/ton 0,21

Land Compenstion USD/ton 1,99

Overhead Cost USD/ton 2,07

Depreciation and Amortisation USD/ton 0,3

Dead Rent USD/ton 0,11

Rotalty % 16,9

Earning % 25

PLAN

Distance Overburden Km 1,5

Distance Coal Km 20

Production Overburden BCM 56.250.000

Production Coal MT 14.062.500

SR 4

Financial Model

Total Revenue USD 1.406.250.000

Operating Cost

OB Rate USD -203.343.750

Coal Rate USD -23.906.250

Hauling Rate USD -7.875.000

CPP USD -27.843.750

Rehabilitation USD -3.796.875

HSE USD -984.375

CSR USD -2.953.125

Land Compensation USD -27.984.375

Overhead Cost USD -29.109.375

Depreciation and Amortisation USD -4.218.750

Dead Rent USD -1.546.875

Page 12: pengusahaan sumberdaya

Sub-Total USD -333.562.500

EBITDA USD 1.076.906.250

EBITDA per-ton 76,58

EBT 1.072.687.500

Tax 30% -321.806.250

EAT 750.881.250

EAT per-ton 53,396

EAT margin % 53,4%

Infrastructure USD -140.625.000

Add back depreciation &

amortisasi

USD 4.218.750

EAT USD 750.881.250

Net Free Cash Flow (NFC) 614.475.000

Discounted Cash Flow 13% 451.158.568

IRR 133%

Skema yang bisa ditawarkan oleh Pak Midin kepada Bayer adalah:

DCF = 451,158,567.624 Pak Midin Buyer

25%

112.7

89.642

338.36

8.926

50%

225.579.

283,81

225.57

9.284

75%

338.368.

925,72

112.78

9.642

     

DCF = 451,158,567.624 Pak Midin Buyer

33%

150.386.

038,82

300.77

2.529

67%

300.772.

077,64

150.38

6.490

Page 13: pengusahaan sumberdaya