pengurus besar ikatan mahasiswa kedokteran hewan …€¦ · di indonesia sendiri, seekor paus...

9
PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA ( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR, Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected] POLUSI PLASTIK: ANCAMAN KEHIDUPAN SATWA AKUATIK Gambar 1. Sampah plastik menggenang di lautan (Sumber: http://www.earthamag.org/stories/2018/7/31/community-participation-not-technology-is- the-solution-to-the-plastic-pollution-in-our-oceans) Lebih dari dua pertiga dunia terdiri dari lautan. Lautan dipenuhi kehidupan mulai dari plankton terkecil hingga lumba-lumba kelabu yang bisa berenang antara 40-80 mil dalam satu hari. Tetapi, lautan dengan makhluk-makhluk laut tersebut mungkin tidak akan bertahan lama. Perubahan iklim, penangkapan ikan yang berlebihan, dan polusi plastik mengancam lautan dunia. Jumlah ikan dan margasatwa laut telah berkurang 50% sejak tahun 1970-an, World Wildlife Fund melaporkan. Setiap tahun, cukup kantong sampah yang penuh plastik berakhir di lautan sehingga, jika tersebar, mereka dapat melapisi semua garis pantai dunia lima kali lipat. Dekade lonjakan dan penggunaan plastik sekali pakai secara berlebihan telah menyebabkan bencana lingkungan global. Saat ini, 13.000.000 ton plastik mengalir ke lautan setiap tahun, membunuh 100.000 hewan laut setiap tahunnya. Sementara sebagian besar plastik diperkirakan akan tetap utuh selama beberapa dekade atau abad setelah digunakan, plastik yang terkikis akhirnya menjadi mikroplastik, dikonsumsi oleh ikan dan margasatwa

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

POLUSI PLASTIK: ANCAMAN KEHIDUPAN SATWA AKUATIK

Gambar 1. Sampah plastik menggenang di lautan (Sumber:

http://www.earthamag.org/stories/2018/7/31/community-participation-not-technology-is-

the-solution-to-the-plastic-pollution-in-our-oceans)

Lebih dari dua pertiga dunia terdiri dari lautan. Lautan dipenuhi kehidupan mulai dari

plankton terkecil hingga lumba-lumba kelabu yang bisa berenang antara 40-80 mil dalam

satu hari. Tetapi, lautan dengan makhluk-makhluk laut tersebut mungkin tidak akan bertahan

lama. Perubahan iklim, penangkapan ikan yang berlebihan, dan polusi plastik mengancam

lautan dunia. Jumlah ikan dan margasatwa laut telah berkurang 50% sejak tahun 1970-an,

World Wildlife Fund melaporkan. Setiap tahun, cukup kantong sampah yang penuh plastik

berakhir di lautan sehingga, jika tersebar, mereka dapat melapisi semua garis pantai dunia

lima kali lipat.

Dekade lonjakan dan penggunaan plastik sekali pakai secara berlebihan telah

menyebabkan bencana lingkungan global. Saat ini, 13.000.000 ton plastik mengalir ke lautan

setiap tahun, membunuh 100.000 hewan laut setiap tahunnya. Sementara sebagian besar

plastik diperkirakan akan tetap utuh selama beberapa dekade atau abad setelah digunakan,

plastik yang terkikis akhirnya menjadi mikroplastik, dikonsumsi oleh ikan dan margasatwa

Page 2: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

laut lainnya, dengan cepat memasuki rantai makanan global (United Nations, 2019). Jambeck

et al. (2015), menyebutkan bahwa Indonesia merupakan kontributor polutan plastik ke laut

terbesar di dunia setelah China, dengan besaran 0,48 – 1,29 juta metrik ton plastik/tahun.

Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun seiring meningkatnya permintaan plastik oleh

masyarakat. Banyaknya sampah plastik di lautan Indonesia akan mengancam biota laut yang

ada di dalamnya.

Gambar 2. Pita plastik membatasi pertumbuhan ikan blue-striped grunt di Laut Karibia

(Reddy, 2018).

Kantong plastik, puntung rokok, dan bentuk sampah plastik lainnya yang terkumpul

di lautan menyebabkan bahaya bagi satwa akuatik. Kehidupan akuatik dapat terancam

melalui jeratan lilitan plastik, mati lemas, dan tertelan. Jaring ikan, yang terbuat dari plastik,

biasanya dibiarkan atau hilang di laut oleh nelayan dan dapat menjerat lumba-lumba, penyu

laut, hiu, buaya, burung laut, kepiting, dan makhluk lain. Akibatnya, jaring tersebut dapat

membatasi pergerakan, menyebabkan kelaparan, laserasi, infeksi, dan, pada satwa akuatik

yang perlu kembali ke permukaan untuk bernafas akan mati lemas.

Banyak hewan yang hidup di laut mengkonsumsi sampah plastik karena sering

terlihat mirip dengan mangsa alami mereka (Weiss, 2006). Puing-puing plastik, dalam

ukuran besar atau kusut, sulit untuk melewati saluran pencernaan, dan dapat secara permanen

bersarang di saluran pencernaan hewan-hewan tersebut. Dengan demikian menghalangi

Page 3: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

jalannya makanan dan menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi (Moore, 2003;

Sheavly & Register, 2007). Banyak dari potongan yang tahan lama ini berakhir di perut

burung dan hewan laut, termasuk kura-kura laut, dan elang laut hitam (Moore, 2002).

Dalam pelayaran Pacific Gyre 2008, para peneliti Algalita Marine Research

Foundation mulai menemukan bahwa ikan menelan serpihan plastik dan puing-puing. Dari

672 ikan yang ditangkap selama perjalanan itu, 35% telah menelan potongan plastik. (Clean

Water Action, 2016). Penelitian lain menunjukkan bahwa separuh penyu di seluruh dunia

telah menelan plastik. Beberapa penyu kelaparan setelah melakukannya, secara keliru

percaya bahwa mereka sudah makan cukup karena perut mereka kenyang. Di banyak pantai,

polusi plastik begitu menyebar sehingga mempengaruhi tingkat reproduksi penyu dengan

mengubah suhu pasir di tempat inkubasi terjadi. Sebuah studi baru-baru ini menemukan

bahwa penyu yang hanya memakan 14 potong plastik memiliki risiko kematian yang

meningkat. Penyu muda khususnya beresiko karena mereka tidak se-selektif penyu dewasa

tentang apa yang mereka makan dan cenderung hanyut dengan arus.

The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memperkirakan

bahwa puing-puing plastik membunuh 100.000 mamalia laut, dan jutaan ikan dan burung

laut, setiap tahun. Menurut edisi 2014 jurnal ilmiah The Marine Pollution Bulletin, hewan di

hampir 400 spesies telah terluka atau terbunuh setelah tertelan atau terjerat dalam sampah,

termasuk semua 7 spesies penyu, lebih dari 50% dari semua spesies mamalia dan hampir 2/3

dari semua spesies burung laut. Diperkirakan sekitar 92% dari puing-puing sampah

merupakan plastik. Lebih dari 10% dari semua spesies yang telah menjadi korban puing laut

terancam punah (Rainbow Light, 2015).

Kasus-kasus mengenai kematian satwa akuatik akibat mengonsumsi sampah plastik

banyak dilaporkan di seluruh dunia. Di Filipina pada bulan Maret 2019 silam ditemukan

bangkai paus terdampar. Pada bangkai paus tersebut ditemukan sampah plastik seberat 40

kilogram yang isinya terdiri dari 16 karung beras, 4 plastik perkebunan pisang dan beberapa

tas belanja. Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan

mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara

pada tanggal 19 November 2018. Sebanyak 5,9 kg sampah plastik ditemukan di dalam perut

paus malang tersebut, dengan rincian: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150

Page 4: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi oleh tali rafia

(3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr). Selain itu, beberapa kasus kematian penyu akibat

mengonsumsi plastik juga ditemukan di Bali dan Yogyakarta.

Sampah plastik juga membunuh 1 juta burung laut per tahun. Seperti halnya kura-

kura laut, ketika burung laut menelan plastik, memakan ruang di perut mereka, kadang-

kadang dapat menyebabkan kelaparan. Banyak burung laut ditemukan mati dengan perut

mereka penuh dengan limbah plastik. Para ilmuwan memperkirakan bahwa 60 persen dari

semua spesies burung laut telah memakan potongan-potongan plastik, sebuah angka yang

mereka prediksi akan meningkat hingga 99% pada tahun 2050 (Reddy, 2018).

Gambar 3. Seekor elang laut mati ditemukan di Midway Atoll di Samudra Pasifik dengan

puing-puing plastik di perutnya (Reddy, 2018).

Di samping itu, plastik juga menyebabkan kematian terumbu karang. Menurut Pusat

Penelitian Terumbu Karang Australia (ARC), terumbu yang terpapar limbah plastik

berpotensi 89% terkena penyakit, dibandingkan 4% yang tidak terkena dampak limbah. Teori

tersebut dibuktikan sekelompok peneliti asal Indonesia, Amerika Serikat, Australia, dan

Kanada yang mengamati kondisi 159 terumbu karang antara tahun 2011-2014. Hasilnya,

paparan limbah plastik pada terumbu karang paling banyak muncul di Indonesia, yakni 26

bagian per 100 meter persegi (Prasetyawan, 2018).

Page 5: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

Plastik meskipun bersifat persisten, seiring dengan waktu dapat terdegradasi menjadi

partikel yang lebih kecil. Sampah plastik banyak ditemukan mengapung di laut, dapat

terdegradasi oleh sinar 3 ultraviolet, panas, mikroba, dan abrasi fisik menjadi serpihan plastik

(Singh & Sharma, 2008). Fragment dari plastik yang terdegradasi sering disebut dengan

mikroplastik, yang memiliki ukuran partikel kurang dari 5mm. Mikroplastik dapat

terakumulasi dalam jumlah yang tinggi pada air laut dan sedimen (Hidalgo-Ruz et al., 2012).

Ukuran mikroplastik yang sangat kecil dan jumlahnya yang banyak di lautan membuat

sifatnya ubiquitous dan bioavailability bagi organisme akuatik tinggi. Akibatnya

mikroplastik dapat termakan oleh biota laut (Li et al., 2016).

Gambar 4. Polimer yang sering digunakan dan sering ditemukan di laut (Montañez, 2015)

Hal yang mengkhawatirkan adalah karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik

memungkinkan untuk masuk dalam tubuh biota laut seperti ikan dan bivalvia, akibatnya

polutan ini dapat masuk dalam sistem rantai makanan (aquatic food chain). Keberadaan

mikroplastik di lingkungan perairan dan di seafood, memperbesar kemungkinan terjadinya

perpindahan, akumulasi dan bioavailabilitas berbagai senyawa polutan persisten,

bioakumulatif, dan toksik (PBT) seperti phthalates, nonyphenol, bisphenol A, PAH, PCB,

Page 6: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

PBDE, dan DDT melalui rantai makanan. Senyawa-senyawa tersebut dapat terpapar ke

manusia melalui konsumsi seafood yang tercemar plastik (Romeo, 2016).

Faktor pemicu tingginya pencemaran plastik di laut oleh Indonesia yang dilakukan

oleh University of Georgia adalah persen sampah plastik yang tidak terkelola di daratan

(mismanaged plastic waste) yang mencapai 83%. Meningkatnya persen sampah plastik yang

dikelola di daratan merupakan salah satu jawaban atas ancaman peningkatan jumlah sampah

plastik di laut Indonesia, mengingat 80% sampah di laut berasal dari aktivitas manusia di

daratan (terestrial) yang termobilisasi ke laut. Menurut data KLHK tahun 2015, hanya 570

dari 1900 fasilitas bank sampah terbangun yang beroperasi. Menurut data Kementeriaan

PUPR, hanya 10% dari total investasi fasilitas persampahan yang beroperasi sesuai harapan.

Terlebih, kondisi penanganan sampah kita di hampir semua daerah dalam keadaan tidak

terpilah (tercampur) sehingga semakin mengurangi potensi recycling rate (Prasetyawan,

2018).

Berbagai kebijakan dan program yang dicanangkan secara nasional, seperti target

100% pelayanan 2020 dan Indonesia Bebas Sampah 2020, tampak ‘jauh panggang dari api’.

Seolah ingin meremajakan semangat tersebut, Perpres No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional (jakstranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga hadir dengan target baru 30% pengurangan sampah melalui kegiatan

3R dan 70% sampah tertangani (managed waste) dengan pelayanan berbasis landfilling

(pengurugan di TPA) pada tahun 2025. Namun, perlu dicatat bahwa Indonesia bukan negara

yang tergolong sukses dalam menjalankan program pengurangan sampah (Prasetyawan,

2018).

Menangani sampah plastik di laut, pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi

Nasional (RAN) Pengelolaan Sampah Plastik di Laut 2017-2025. Secara garis besar, program

strategis yang dijalankan antara lain menyasar: (1) Pemerintah daerah, melalui penguatan

kapasitas SDM, pembiayaan, manajemen infrastruktur, perubahan sikap, serta

mengembangkan manajemen persampahan pesisir yang terintegrasi; (2) Pemerintah pusat,

melalui edukasi dan kampanye peningkatan kesadaran, mendorong program waste to energy

(WTE), membuat payung hukum program kantung plastik berbayar, mendorong

pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal, dan memperkuat aturan mengenai

Page 7: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

manajemen sampah di pelabuhan, pelayaran, dan perikanan; (3) Dunia internasional, dengan

menggalang komitmen bersama pengurangan sampah plastik di laut melalui kerjasama

bilateral dan regional; (4) Industri, melalui peningkatan penggunaan bahan plastik

biodegradable, peningkatan investasi industri plastik biodegradable, dan mengenalkan

konsep circular economy; (5) Akademisi dan NGO, melalui kampanye, penelitian, dan

pengembangan bank sampah.

Mengatasi sampah di laut berarti mengelola sampah di darat dengan baik karena 80%

sampah laut berasal dari darat. Pendekatan yang digunakan pula tidak hanya yang bersifat

instan dan berorientasi jangka pendek, tetapi juga bersifat holistik dan berorientasi jangka

panjang. Berbagai inisiatif tegas mulai dilakukan oleh Indonesia, salah satunya dengan

dilarangnya penggunaan plastik sekali pakai oleh beberapa pemerintah daerah seperti Kota

Banjarmasin, Kota Balikpapan, Kota Bogor, dan Provinsi Bali. Regulasi-regulasi tersebut

diatur dalam Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 18/2016 tentang Pengurangan

Penggunaan Kantong Plastik, Peraturan Walikota Bogor Nomor 61/2018 tentang

Pengurangan Penggunaan Kantong plastik, Peraturan Walikota Balikpapan Nomor 8/2018

tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik, Peraturan Walikota Denpasar No.

36/2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik serta Peraturan Gubernur Bali

No. 97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Aturan ini

mewajibkan setiap orang dan lembaga baik pemasok, distributor, produsen, penjual

menyediakan pengganti atau substitusi PSP (Plastik Sekali Pakai).

Upaya untuk mencegah kontaminasi plastik melalui rantai pangan juga diperlukan.

Untuk mencegah peningkatan jumlah mikroplastik yang termakan oleh warga seiring dengan

konsumsi seafood, maka diperlukan suatu acuan keamanan. Maka yang harus segera

ditetapkan oleh pemerintah adalah nilai action level (AL) untuk kadar mikroplastik dalam

bahan pangan seafood. Jika dalam jenis seafood tertentu ditemukan kadar mikroplastik yang

melampaui nilai AL maka pemerintah berhak untuk menariknya dari peredaran atau bahkan

memusnahkannya.

Berbagai upaya dari pemerintah tentu tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tidak

dibarengi dengan partisipasi masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri

kita untuk dapat membuat keputusan yang lebih baik secara individu dan kolektif untuk

Page 8: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

secara signifikan mengurangi tingkat penggunaan plastik dan polusi. Hal yang dapat

dilakukan oleh masyarakat adalah dengan mengganti penggunaan plastik sekali pakai dengan

bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, seperti penggunaan reuseable straw atau pipet

berbahan stainless steel yang bisa digunakan berkali-kali serta mengganti penggunaan

kantong kresek dengan menggunakan tas belanja. Dengan menerapkan konsep 3R (reduce,

reuse, recycle), serta tindakan kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan dan mulai

memilah-milah antara sampah organik dan non-organik tentu juga akan sangat berpengaruh

untuk mengurangi jumlah polusi plastik di lingkungan.

Referensi

Clean Water Action. (2016). The Problem of Marine Plastic

Pollution. https://www.cleanwater.org/problem-marine-plastic-pollution. Diakses

tanggal 2 Juni 2019.

Hidalgo-Ruz, V., Gutow, L., Thompson, R. C., & Thiel, M. (2012). Microplastics in the

marine environment: A review of the methods used for identification and

quantification. Science & Technology, 46, 3060–75.

Jambeck, J.R., R. Geyer, C. Wilcox, T. R. Siegler, M. Perryman, A. Andrady, R. Narayan,

K. L. Law. (2015). Plastic waste inputs from land into the ocean. Science, 347 (6223):

768 – 771.

Li J., X. Qu., L. Su., W. Zhang, D. Yang, P. Kolandhasamy, D. Li, and H. Shi. (2016).

Microplastics in mussels along the coastal waters of China. Environmental Pollution,

214: 177 – 184.

Montañez, A. (2015). Sources, Fate and Effects of Microplastics in the Marine Environment:

A Global Assessment. GESAMP Reports and Studies, No. 90.

Moore, C. (2002). Great Pacific Garbage Patch. Santa Barbara News-Press.

Moore, C. (2003). Across the Pacific Ocean, plastics, plastics, everywhere. Natural History.

Prasetyawan, T. 2018. Upaya Mengatasi Sampah Plastik di Laut. Info Singkat, 10(10).

Page 9: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · Di Indonesia sendiri, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected]

Rainbow Light Nutritional Systems. (2015). The Effect of Plastic Waste on Animals.

https://www.rainbowlight.com/ecoguard/docs/The%20Effects%20of%20Plastic%20

Waste%20on%20Animals.pdf. Diakses tanggal 2 Juni 2019.

Reddy, S. (2018). Life Throughout the Ocean. https://www.pewtrusts.org/en/research-and-

analysis/articles/2018/09/24/plastic-pollution-affects-sea-life-throughout-the-ocean.

Diakses tanggal 2 Juni 2019.

Romeo, T., B. Pietro, C. Peda, P. Consoli, F. Andaloro.m and M.C. Fossi. (2015). First

evidence of presence of plastic debris in stomach of large pelagic fish in the

Mediterranean Sea. Marine Pollution Bulletin.

Sheavly, S.B., & Register, K.M. (2007). Marine debris and plastics: Environmental concerns,

sources, impacts and solutions. Journal of Polymers & the Environment. 15 (4): 301–

305.

Singh B., and N. Sharma. (2008). Mechanistic implications of plastic degradation. Polymer

Degradation and Stability, 93: 561–584.

United Nations. (2019). Why Celebrate World Ocean Day?

https://www.un.org/en/events/oceansday/. Diakses tanggal 2 Juni 2019.

Weiss, K. R. (2006). Plague of Plastic Chokes the

Seas. https://web.archive.org/web/20080325135434/http://www.pulitzer.org/year/200

7/explanatory-reporting/works/oceans04.html. Diakses tanggal 2 Juni 2019.