pengukuran viskositas dan gel strength menggunakan rheometer dan marsh funnel
DESCRIPTION
cara melakukan pengukuran viskositas dan gel strength menggunakan rheometer dan marsh funnelTRANSCRIPT
BAB IV
PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH
4.1 Tujuan
1. Mengetahui nilai dari viskositas relatif lumpur.
2. Menentukan viskositas nyata, Plastic Viscosity dan Yield Point.
3. Mempelajari rheologi lumpur pemboran.
4. Menghitung nilai Gel Strength pada lumpur.
5. Mengetahui perbedaan antara viskositas dengan Gel Strength.
4.2 Dasar Teori
Lumpur pemboran memiliki sifat antara lain yaitu viskositas dan Gel
Strength. Efektifitas dari pengankatan Cutting atau serpihan-serpihan
formasi merupakan fungsi langsung dari viskositas.
Viskositas merupakan suatu keengganan dari suatu fluida atau zat
cair untuk dapat mengalir atau bergerak. Dalam hal ini viskositas dapat
diakatakan sebagai kekentalan dari suatu fluida atau zat cair. Semakin tinggi
harga dari viskositas suatu fluida maka akan semakin kental fluida tersebut
dan semakin susah bagi fluida tersebut untuk mengalir atau bergerah. Begitu
juga sebaliknya jika nilai dari viskositas semakin kecil maka akan semakin
cair fluida tersebut dan semakin mudah baginya untuk mengalir.
47
48
Sama halnya dalam lumpur pemboran. Semakin besar nilai
viskositasnya maka akan semakin kental lumpur yang dihasilkan. Lumpur
yang terlalu kental akan susah untuk mengalir atau bergerak. Karena lumpur
kental dan susah untuk bergerak maka akan mengakibatkan kerja pompa
akan menjadi sangat berat. Selain itu viskositas yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan Pressure Loss yang tinggi, Penetration turun, Lost
Circulation, Swabbing, dan masalah lainnya.
Akan tetapi nilai viskositas yang terlalu rendah juga akan
menimbulkan masalah dalam operasi pemboran. Viskositas yang terlalu
rendah dapar mengakibatkan pengankatan Cutting yang tidak sempurna dan
pengendapan Cutting pada lubang bor.
Selain viskositas sifat Gel Strength pada lumpur pemboran juga
berperan penting, karena pada saat proses Round Trip atau saat mencabut
maupun memasukkan rangkaian pipa pemboran berlangsung proses
sirkulasi lumpur pemboran akan dihentikan dan sifat Gel Strength dari
lumpurlah yang mencegah Cutting atau serpihan - serpihan formasi turun
dan mengendap kembali di dasar lubang bor yang dapat mengakibatkan
kerusakakan pemboran selanjutnya.
Lumpur pemboran pada percobaan kali ini mengikuti model rheologi
Bingham Plastic dan Power Law. Dimana model Bingham Plastic
merupakan model sederhana untuk fluida Non - Newtonian.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49
Berbeda dengan fluida Newtonian yaitu fluida yang viskositasnya
konstan atau tetap. Fluida Non Newtonian memperhatikan Yield Stress
tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida dapat mengalir.
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dalam percobaan
ini adalah Marsh Funnel. Cara kerjanya adalah dengan menghitung berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 0,946 liter lumpur agar
keluar dari corong Marsh Funnel. Data yang didapatkan dari pengukuran
menggunakan Marsh Funnel akan memberikan gambaran rheologi fluida
sehingga dapat digunakan untuk membandingkan fluida awal dengan
kondisi sekarang.
Pengukuran viskositas dengan menggunakan Marsh Funnel
dilakukan dengan cara menghitung waktu untuk mengalirkan fluida dengan
menggunakan Stopwatch dan dinyatakan dalam satuan detik sesuai dengan
waktu uang tertera pada Stopwatch.
Plastic Viscosity merupakan nilai dari suatu tahanan terhadap aliran
yang disebabkan oleh adanya gesekan antara sesama benda padat didalam
lubang bor dan merupakan salah satu parameter kenaikan Solid dalam
lumpur.
Yield point merupakan nilai dari suatu tahanan terhadap aliran akibat
dari adanya gaya elektro kimia antara padatan dengan padatan, cairan
dengan cairan maupun padaran dengan cairan.
Gel strength merupakan nilai dari suatu sifat luida dimana fluida
atau zat cair akan menjadi lebih kental dalam keadaan diam dan semakin
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50
lama akan semakin mengental. Sifat inilah yang berguna untuk menahan
Cutting pada saat sirkulasi berhenti.
Thick Mud dan Thin Mud adalah dua istilah yang biasa digunakan
untuk menggambarkan fiskositas dari suatu fluida. Thick mud itu sendiri
merupakan jenis fluida yang memiliki viskositas yang tinggi (kental).
Sedangkan Thin Mud merupakan fluida dengan nilai viskositas yang rendah
dan dapat mudah mengalir (encer).
Alat yang digunakan dalam melakukan percobaan pengukuran
viskositas yang lebih sederhana adalah Marsh Funnel. Hasil dari percobaan
pengukuran viskositas dinyatakan dalam jumlah detik yang dibutuhkan
lumpur sebanyak 0,9463 liter untuk mengalir keluar dari corong Marsh
Funnel. Dari hasil tersebut akan terlihat berapa waktu yang dibutuhkan
lumpur saat mengalir pada corong Marsh Funnel apakah memiliki
viskositas tinggi atau viskositas rendah.
Penentuan besarnya harga Shear Stress dan Shear Rate dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
..................................................................( Persamaan 4.1 )
..................................................................( Persamaan 4.2 )
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
τ = 5,077 x C
γ = 1,704 x Rpm
51
Keterangan :
τ = Shear Stress (dyne/cm2)
γ = Shear Rate (detik−1)
C = Dial Reading (derajat )
RPM = Revolution Per Minute dari Rotor (rpm)
Penentuan viskositas nyata untuk setiap harga Shear Rate dihitung
berdasarkan hubungan :
...………..........……………………......(Persamaan 4.3)
………………………………...............(Persamaan 4.4)
Penentukan Plastic Viscosity dan Yield Point dalam Field Unit
digunkan persamaan Bingham Plastic :
..............................................................(Persamaan 4.5)
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
πa= τ
γx 100
πa = (300 x c)RPM
µp = τ600 - τ300
γ600 −¿ γ300¿
52
Dengan memasukan persamaan 4.1 dan 4.2 ke dalam persamaan 4.5
maka di dapat :
......................................................(Persamaan 4.6)
..............…………………............(Persamaan 4.7)
Keterangan :
π p = Plastic Viscosity (cp)
Y b = Yield Point Bingham (lb/100 ft2¿
C600 = Dial Reading pada 600 RPM (derajat)
C300 = Dial Reading pada 300 RPM (derajat)
Harga Gel Strength dalam 100 lb/ft2 diperoleh secara langsung dan
pengukuran dengan alat Rheometer simpanan skala penunjuk akibat
digerakkan rotor pada kecepatan 3 RPM langsung menunjukan harga Gel
Strength 10 detik atau 10 menit dalam lb/100 ft2. Dalam rheometer terdapar
enam tingkatan putaran rotor yaitu 600 Rpm kecepatan High, 300 Rpm
kecepatan Low, 200 Rpm kecepatan High,100 Rpm kecepatan Low, 6 Rpm,
kecepatan High, 3 Rpm kecepatan Low.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
π p=c600 - c300Yb =(300-πp)
53
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat yang Digunakan
Tabel 4.1
Alat – Alat Laboratorium Yang Digunakan Beserta Fungsinya
No Nama dan Gambar Alat Fungsinya
1.
Gambar 4.1
Cup Mixer
Sebagai wadah pada saat
mencampurkan (Mixing)
bahan-bahan lumpur.
2.
Gambar 4.2
Cup Mud Funnel
Untuk menampung
lumpur yang akan di ukur
viskositas relatifnya.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54
3.
Gambar 4.3
Rheometer
Untuk pengukuran
fiskositas nyata, plastic
viscosity (PV), yield point
(YP), dan gel strength
dari lumpur pemboran.
4.
Gambar 4.4
Gelas Kimia
Sebagai tempat
melarutkan suatu zat.
5.
Gambar 4.5
Gelas Ukur
Menghitung volume
suatu fluida.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55
6.
Gambar 4.6
Marsh Funnel
Menentukan viskositas
relatif lumpur pemboran
7.
Gambar 4.7
Multi Mixer
Sebagai pengaduk
otomatis putarannya
meliputi low, medium,
high tergantung setiap
material lumpurnya.
8.
Gambar 4.8
Stopwatch
Untuk menghitung waktu
dalam satuan detik.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
56
9.
Gambar 4.9
Timbangan
Untuk menimbang
material-material yang
dipakai untuk membuat
lumpur. Dinyatakan
dengan satuan (gr).
4.3.2 Bahan yang Digunakan
a. Aquadest 350 ml
b. Bentonite 22,5 gram
c. CMC-LV 0,2 gr
4.3.3 Gambar Rangkaian Alat
Rheometer Marsh Funnel
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
57
4.3 Prosedur Percobaan
4.4.1 Membuat Lumpur Dasar
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil aquadest sebanyak 350 mL dengan menggunakan gelas ukur
Menimbang bentonite sebanyak 22,5 gram menggunakan timbangan
Mencampurkan Aquadest dan Bentonite yang telah disiapkan ke dalam cup mixer, lalu memixingnya dengan menggunakan multi mixer selama 15 menit dengan kecepatan low
Merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan
Menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam gelas kimia
58
4.4.2 Menghitung Viskositas Relatif Pada Marsh Funnel
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Menutup lubang bagian bawah Marsh Funnel dengan jari
Memasukkan lumpur kedalam Marsh Funnel sampai menyentuh garis singgung yang ada didalam Marsh Funnel
59
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Membuka jari tangan agar lumpur mengalir kedalam marsh funnel sambil menghitung berapa lama waktu yang diperoleh menggunakan Stopwatch sampai menyentuh garis singgung didalam Cup Marsh Funnel
Mencatat hasil yang diperoleh dari waktu yang diperlukan untuk mengalir dalam satuan detik
Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan
60
4.4.3 Menghitung Viskositas Nyata Menggunakan Rheometer
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Mencampurkan lumpur dasar dan CMC-LV sebanyak 0,2 gram kedalam Cup Mixer lalu memixingnya kembali selama 5 menit dengan kecepatan low
Memasukkan lumpur kedalam Cup Rheometer sampai batas tepi yang sudah ada pada Rheometer
61
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Meletakkan cup pada Rheometer yang kedudukannya sampai lubang rotor tertutup oleh lumpur
Menyalakan rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan high. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer.
62
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Menyalakan rheometer pada 300 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan low. Lihat skala yang ditunjukkan oleh rheometer.
Menyalakan Rheometer pada 200 RPM dengan posisi knop diatas dan kecepatan high. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer.
Menyalakan Rheometer pada 100 RPM dengan posisi knop diatas dan kecepatan low. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer.
Menyalakan Rheometer pada 6 RPM dengan posisi knop ditengah dan kecepatan high. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer.
Menyalakan Rheometer pada 3 RPM dengan posisi knop ditengah dan kecepatan low. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer.
63
4.4.4 Menghitung Gel strength Menggunakan Rheometer
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Mencampurkan lumpur dasar dan CMC-LV sebanyak 0,2 gram kedalam Cup Mixer lalu memixingnya kembali selama 5 menit dengan kecepatan low.
Mencatat hasil yang didapat dari skala Rheometer.
Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan
64
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Memasukkan lumpur kedalam Cup Rheometer sampai batas tepi yang sudah ada pada Cup Rheometer.
Meletakkan Cup pada Rheometer dengan kedudukannya, sampai lubang rotor terendam oleh lumpur
Menyalakan Rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan High selama 30 detik
65
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Matikan Rheometer selama 10 detik, kemudian naikkan knok ke posisi 3 RPM kecepatan low, lalu lihat simpangan terjauh yang didapat
Menyalakan Rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan high, selama 30 detik
Mencatat hasil yang didapat dari skala Rheometer
Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan
Matikan Rheometer selama 10 menit, kemudian naikkan knop ke posisi 3 RPM
66
4.4 Hasil Pengamatan
Tabel 7.2
Hasil Pengamatan Viskositas dan Gel Strength
Bahan Lumpur
Komposisi Satuan Urutan Mix Hasil Pengamatan (s)
Aquadest 350 mL20’ L 102 detik
Bentonite 22,5 gram
Tabel 7.3
Hasil Pengamatan pH Pada Lumpur Pemboran
Bahan lumpur
Komposisi SatuanUrutan Mixing
Rheometer
RPMHasil
Pengamatan
Aquadest 350 mL15’
Low
600 43
300 31
200 27
100 21
Bentonit
e22,5 gr
6 15
3 13
CMC-LV 0,2 GR 5’ Low
AV 21,5
PV 12
YP 19
GL 10” 15
GL 10’ 47
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
67
4.5 Pengolahan Data
4.6.1 Mencari AV (Apparent Viscocity)
Diketahui :
R600 = 43
Ditanya :
AV = ... ?
Dijawab :
AV = R600
2
= 432
= 21,5
4.6.2 Mencari PV (Plastic Viscosity)
Diketahui :
a. R600 = 43
b. R300 = 31
Ditanya :
PV = ... ?
Dijawab :
PV = R600 – R300
= 43 – 31
= 12
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
68
4.6.3 Mencari YP( Yield Point )
Diketahui :
a. R300 = 31
b. PV = 12
Ditanya :
YP = ... ?
Dijawab :
YP = R300 - PV
= 31 -21
= 19
4.6 Pembahasan
Percobaan pengukuran viskositas dan gel strength bertujuan agar
praktikan dapat mengetahui nilai viskositas relatif lumpur dengan
menggunakan Marsh Funnel, menentukan viskositas nyata, Plastic Viscosity
dan Yield Point menggunakan Rheometer, mempelajari rheologi lumpur
pemboran, menghitung nilai Gel Strength pada lumpur, mengetahui
perbedaan antara viskositas dan Gel Strength.
Viskositas merupakan suatu keengganan dari suatu fluida untuk
dapat mengalir atau bergerak. Dalam hal ini viskositas dapat diakatakan
sebagai kekentalan fluida. Semakin tinggi viskositas suatu fluida maka
semakin kental fluida tersebut dan semakin susah bagi fluida tersebut untuk
mengalir. Begitu juga sebaliknya jika nilai dari viskositas semakin kecil
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
69
maka semakin cair fluida tersebut dan semakin mudah baginya untuk
mengalir.
Selain viskositas sifat Gel Strength pada lumpur pemboran juga
berperan penting, karena pada saat Round Trip atau saat mencabut maupun
memasukkan rangkaian pipa pemboran proses sirkulasi lumpur akan
dihentikan dan Sifat Gel Strength dari lumpurlah yang mencegah Cutting
atau serpihan - serpihan formasi turun dan mengendap kembali di dasar
lubang bor yang dapat mengakibatkan merusakakan pemboran selanjutnya.
Gel Strength adalah sifat luida dimana fluida atau zat cair akan
menjadi lebih kental dalam keadaan diam dan semakin lama akan semakin
mengental. Sifat inilah yang berguna untuk menahan cutting pada saat
sirkulasi berhenti.
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Cup Mixer untuk
membuat lumpur dasar, Cup Mud Funnel untuk menampung lumpur dari
Marsh Funnel, Rheometer untuk menghitung Rheology lumpur, gelas kimia
untuk tempat lumpur dasar, gelas ukur untuk mengambil lumpur, Marsh
Funnel untuk lumpur yang akan diukur viskositas relatifnya, Multi Mixer
untuk mengaduk saat membuat lumpur dasar, Stopwatch untuk menghitung
besar viskositas relatif lumpur, timbangan untuk menimbang Bentonite.
Bahan yang digunakan yaitu Aquadest 350 ml sebagai pelarut, Bentonite
22,5 gr sebagai zat terlarut dan bahan dasar lumpur, CMC-LV 0,1 gr sebagai
zat aditif dalam percobaan ini.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
70
Terdapat 4 prosedur percobaan yang harus dilakukan. Yang pertama
adalah membuat lumpur dasar. Langkah yang pertama Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan lalu Memasukan 350 ml Aquadest dan 22,5 gr
bentonite kedalam Cup Mixer, Melakukan Mixing di Multi Mixer dengan
kecepatan Low selama 15 menit, Menambah 0,2 gr CMC-LV kedalam Cup
Mixer, Melakukan Mixing selama 5 menit dengan kecepatan Low,
Menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam gelas kimia, Merapihkan
alat dan bahan yang telah digunkan.
Prosedur yang kedua yaitu mengukur viskositas menggunakan
Marsh Funnel. Langkah yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, menutup lubang bagian bawah Marsh Funnel dengan jari
memasukkan lumpur kedalam Marsh Funnel sampai menyentuh garis
singgung yang ada didalam Marsh Funnel, membuka jari tangan agar
lumpur mengalir kedalam marsh funnel sambil menghitung berapa lama
waktu yang diperoleh menggunakan stopwatch sampai menyentuh garis
singgung didalam Cup Marsh Funnel, mencatat hasil yang diperoleh dari
waktu yang diperlukan untuk mengalir dalam satuan detik, membersihkan
dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
Prosedur ketiga yaitu mengukur Shear Stress menggunakan
Rheometer. Langkah yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, mencampurkan lumpur dasar dan CMC-LV sebanyak 0,2
gram kedalam Cup Mixer lalu memixingnya kembali selama 5 menit dengan
kecepatan Low, memasukkan lumpur kedalam Cup Chamber sampai batas
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
71
tepi yang sudah ada pada rheometer, meletakkan cup pada Rheometer yang
kedudukannya sampai lubang rotor tertutup oleh lumpur, menyalakan
rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan high.
lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer, menyalakan rheometer pada
300 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan Low. lihat skala yang
ditunjukkan oleh Rheometer, menyalakan Rheometer pada 200 RPM dengan
posisi knop diatas dan kecepatan High. lihat skala yang ditunjukkan oleh
Rheometer, menyalakan rheometer pada 100 RPM dengan posisi knop
diatas dan kecepatan Low. lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer,
Menyalakan Rheometer pada 6 RPM dengan posisi knop ditengah dan
kecepatan High. Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer, Menyalakan
rheometer pada 3 RPM dengan posisi knop ditengah dan kecepatan Low.
Lihat skala yang ditunjukkan oleh Rheometer, mencatat hasil yang didapat
dari skala Rheometer, Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang
telah digunakan
Prosedur yang terahir yaitu mengukur gel strength menggunakan
Rheometer. Langkah yang pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, mencampurkan lumpur dasar dan CMC-LV sebanyak 0,2
gram kedalam Cup Mixer lalu memixingnya kembali selama 5 menit dengan
kecepatan Low, memasukkan lumpur kedalam Cup Chamber sampai batas
tepi yang sudah ada pada Chup Chamber , meletakkan Cup pada Rheometer
dengan kedudukannya, sampai lubang rotor terendam oleh lumpur,
meletakkan Cup pada Rheometer dengan kedudukannya, sampai lubang
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
72
rotor terendam oleh lumpur, Menyalakan rheometer pada 600 RPM dengan
posisi knop dibawah dan kecepatan high selama 30 detik, Matikan
rheometer selama 10 detik, kemudian naikkan knok ke posisi 3 RPM
kecepatan low, lalu lihat simpangan terjauh yang didapat, Menyalakan
rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop dibawah dan kecepatan high,
selama 30 detik , Matikan rheometer selama 10 menit, kemudian naikkan
knop ke posisi 3 RPM, Mencatat hasil yang didapat dari skala rheometer,
Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
Setelah melakukan percobaan diperoleh hasil pengamatan dan
pengolahan data sebagai berikut. Pada percobaan pengukuran viskositas
relatif hasil yang didapat yaitu 102 detik dan pada percobaan pengukutan
viskositas nyata dan gel strength, shear stress pada R600 adalah 43, pada R300
adalah 31, pada R200 adalah 27, pada R100 adalah 21, pada R6 adalah 15,
pada R3 adalah 13 .Nilai gel strength 10 detik adalah 47 dan nilai gel
strength 10 menit adalah 47. Nilai apparent viscosity semesar 21,5 poise,
nilai plastic viscosity sebesar 12 poise dan nilai yield point adalah 19 lb/100
ft2.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
73
4.7 Analisa Kesalahan
Dari percobaan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength terdapat
beberapa kesalahan yaitu :
a. Pada saat mengukur Gel Strengh yang 10 detik praktikan tidak fokus saat
melihat simpangan terjauh skalanya sehingga harus di ulang.
b. Melihat waktu pada Stopwatch kurang teliti pada saat mengukur
viskositas relatif.
4.8 Kesimpulan
Setelah melakukan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength dapat
disimpulkan, yaitu :
1. Nilai viskositas berdasarkan pengukuran dengan Marsh Funnel adalah
102 detik.
2. Nilai Plastic Viscositynya adalah 12 poise dan nilai Yield Point adalah 19
lb/100 ft2.
3. Rheologi lumpur pemboran terdiri dari Plastic Viscosity, Yield Point, Gel
Strength , Viskositas. Plastic Viscosity adalah tahanan terhadap aliran
yang disebabkan oleh adanya gesekan antara sesama benda padat
didalam lubang bor dan merupakan salah satu parameter kenaikan Solid
dalam lumpur. Yield Point adalah tahanan terhadap aliran akibat dari
adanya gaya elektro kimia antara padatan dengan padatan, cairan dengan
cairan maupun padaran dengan cairan. Gel Strength adalah sifat fluida
dimana fluida atau zat cair akan menjadi lebih kental dalam keadaan
diam dan semakin lama akan semakin mengental. Sifat inilah yang
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
74
berguna untuk menahan Cutting pada saat sirkulasi berhenti. Viskositas
merupakan suatu keengganan dari suatu fluida untuk dapat mengalir atau
bergerak. Dalam hal ini viskositas dapat diakatakan sebagai kekentalan
fluida. Semakin tinggi viskositas suatu fluida maka semakin kental fluida
tersebut dan semakin susah bagi fluida tersebut untuk mengalir. Begitu
juga sebaliknya jika nilai dari viskositas semakin kecil maka semakin
cair fluida tersebut dan semakin mudah baginya untuk mengalir.
4. Nilai Gel Strength pada lumpur Gel Strength 10 detik adalah 15, Gel
Strength 10 menit adalah 47.
5. Perbedaan viskositas dan Gel Strength adalah viskositas adalah sifat
fluida yang menunjukkan keengganan fluida untuk mengalir. Viskositas
dapat di sebut kekentalan fluida. Viskositas memiliki peranan dalam
mengangkat Cutting selama proses sirkulasi berlangsung. Sedangkan Gel
Strength adalah sifat fluida atau zat cair akan menjadi semakin kental apa
bila berada dalam keadaan diam. Gel strength memiliki peranan untuk
menahan cutting agar tidah turun ke dasar lubang bor selama proses
sirkulasi berhenti.
Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran