pengukuran sistem co dan estimasi potensi serapan blue ... · akan berubah wujud menjadi asam...
TRANSCRIPT
Bidang Penelitian : Kemaritiman
LAPORAN AKHIR
RISET PENGEMBANGAN & PENERAPAN (RPP)
Pengukuran Sistem CO dan Estimasi Potensi Serapan
Blue Carbon di Perairan Karimunjawa
Tahun ke dari rencana 3 tahun
TIM PENGUSUL
1. Nurul Latifah, S.Kel., M.Si NIDN.
2. Ir. Hadi Endrawati, DESU NIDN. 0007076010
3. Sigit Febrianto, S.Kel., M.Si NIP.
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Tahun
Dibiayai Dengan Sumber Dana:
Selain APBN DPA LPPM Universitas Diponegoro
Tahun Anggaran 20
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
Judul Penelitian : Pengukuran Sistem CO dan Estimasi Potensi Serapan
Blue Carbon di Perairan Karimunjawa
Bidang Penelitian : Kemaritiman
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Nurul Latifah, S.Kel., M.Si
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP / NIDN : /
d. Fakultas/Departemen/Lab : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Sumberdaya Akuatik/
Pengelolaan Sumberdaya Ikan dan Lingkungan
e. Pusat Penelitian : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
f. Telpon/Faks (Kantor) :
g. Telpon/Faks (Rumsh) : -
h. Shinta ID/H-Index :
i. Hp/E-mail : / [email protected]
Waktu Penelitian : Tahun ke dari rencana 3 tahun
Pembiayaan
c. Tahun Ketiga : Rp. . ,-
Semarang, Maret
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D.
NIP.
Ketua Peneliti,
Nurul Latifah, S.Kel., M.Si
NIP.
iv
PRAKATA
Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga proposal
penelitian yang berjudul “Pengukuran Sistem CO dan Estimasi Potensi Serapan Blue Carbon
di Perairan Karimunjawa” tahun ke dapat terselesaikan. Tidak lupa tim pengusul mengucapkan
terima kasih kepada:
Prof. Ir. Tri Winarni Agustini, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan FPIK UNDIP beserta jajaran
Dr. Ir. Haeruddin, M.Si selaku Ketua Departemen Sumberdaya Akuatik
Ir. Siti Rudiyanti, MS selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
Tim pengusul menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan proposal
penelitian.
Semarang, Agustus
Tim Pengusul
RINGKASAN
Lautan memiliki peranan penting untuk menjadi penyerap CO atropogenik terbesar, selain
lautan ekosistem pesisir juga telah teridentifikasi sebagai sumber karbon utama. Di permukaan laut
CO akan berubah bentuk menjadi free aqueous CO , HCO - dan karbonat CO
-. Konsentrasi free
aqueous CO dalam air laut sebanding dengan tekanan parsial CO air laut (pCO2sea). Perbedaan
tekanan parsial CO air laut dan atmosfer menentukan arah aliran gas CO antara laut dan atmosfer.
Arah fluks CO dikendalikan terutama oleh perubahan pCO laut. Tekanan parsial CO dalam air
laut ditentukan oleh suhu permukaan laut dan proses biologis di laut seperti fotosintesis, sehingga
kedua parameter dapat menentukan antara penyerapan (sink/uptake) dan pelepasan (source/release)
CO oleh permukaan laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi secara spasial
dan temporal produktivitas primer perairan dan fluks CO laut-atmosfer di Perairan Karimunjawa
menggunakan pendekatan penginderaan jauh dan SIG.
Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data lapangan dan data satelit. Pengambilan
data lapangan dilakukan bulan Juli 2020 di perairan Karimunjawa yang terdiri dari 0 stasiun.
Parameter yang diambil saat studi lapangan adalah suhu permukaan laut, intensitas cahaya,
konsentrasi klorofil-a, konsentrasi CO air laut, CO atmosfer, DIC, alkalinitas, pH, nitrat, fosfat
dan silikat. Tekanan parsial karbon dioksida laut pCO sea dari data lapangan dihitung menggunakan
rumus: fCO = [CO ] / Ko, pCO (µatm) = fCO (µatm) * [1,00436 – -
*SST(oC)].
Sedangkan parameter yang menggunakan data satelit yaitu SST (MODIS-AQUA), klorofil-a
(MODIS-AQUA), salinitas (World Ocean Atlas), CO molefraction (AQUA-AIRS), kecepatan
angin (AMSRE), sea level pressure (MERRA). Perhitungan estimasi fluks CO dihitung
menggunakan rumus: Fluks CO = K. α ∆pCO sea+atm, apabila fluks CO bernilai positif maka suatu
perairan berperan sebagai pelepas (source) CO sebaliknya jika bernilai negatif maka perairan
berperan sebagai penyerap (sink) CO . Nilai K menggunakan formula WM99 untuk
memparameterisasikan kecepatan transfer gas K = f x U x (Sc/660)
- . . Sc adalah bilangan
Schmidt yang tidak berdimensi yang dihitung dari Sc = 2073,1 – 125,62 SST + 3,628 SST –
0,0432 SST . Nilai koefisien daya larut: α = 93,4517/tk100 – 60,2409 + 23,3585 x ln(tk100) + S x
(0,023517 – 0,023656 x tk100 + 0,0047036 x th100 ). Tekanan parsial CO atmosfer: pCO2atm =
xCO2atm (pb - pH O), pCO laut dihitung menggunakan pendekatan sea surface temperature dan
klorofil-a pCO2sea = 6,31SST + 61,9 Chla
– 365,85SST – 94,41 Chla + 5715,94 (n = 6871, R
. Perhitungan estimasi produktivitas primer menggunakan Vertically Generalized Production
Model (VGPM): PPeu = 0,66125*PB
opt(E0/(E0+4,1)) *CSAT*Zeu*DIRR.
Tingkat kesiapanterapan Teknologi (TKT) yang dihasilkan dari penelitian ini berada pada
level 4 untuk membuat algoritma dari data lapangan dan data satelit sehingga didapatkan peta
distribusi sebaran spasial dan temporal fluks CO dan produktivitas primer perairan Karimunjawa.
Luaran pada penelitian Tahun ke-3 adalah laporan kemajuan dan akhir (skor 0), HKI non-paten
(skor ), jurnal nasional terakreditasi (skor 1,5), teknologi tepat guna (skor 1) total luaran 4.
Kata Kunci: Sea-Air Fluxes CO ; Blue Carbon ; Remote Sensing, Karimunjawa
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Selama pertengahan 1990-an, persedian karbon laut antropogenik diperkirakan 118 ± 19 Pg C
(Sabine et al. , mewakili 40% dari CO antropogenik yang diproduksi oleh pembakaran
bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan (Solomon et al, 2007; (Sabine et al. ).
Lautan memiliki peranan penting untuk menjadi penyerap CO atropogenik terbesar, selain lautan
ekosistem pesisir juga telah teridentifikasi sebagai sumber karbon utama (Takahashi et al. ,
Alongi, 2014;). Lautan dapat menyerap CO antropogenik melalui proses difusi kemudian sampai
di permukaan CO akan berubah wujud menjadi asam karbonat, bikarbonat dan karbonat yang akan
dimanfaatkan oleh fitoplankton. Melalui pompa biologi CO2 tersebut akan terendapkan di dasar
sedimen dan melalui pompa fisis downwelling maka CO permukaan akan terdistribusi dan
terendapkan di dasar lautan. Menurut (Nelleman et al, 2009) blue carbon ditangkap oleh organisme
hidup dan disimpan dalam biomassa dan sedimen, sehingga lautan dan ekosistem pesisir
menyumang 55% dari total karbon yang ditangkap oleh organisme makhluk hidup. Sehingga
ekosistem lautan dan pesisir memainkan peran penting dalam siklus global dengan menangkap dan
menyimpan karbon dan mendistribusikannya kembali (Nehren and Wicaksono, 2018).
Latan menyerap CO atmosfer melalui proses transfer yang disebut solubility pump (pompa
kelarutan) yang berfungsi sebagai kelarutangas dalam air laut. Di permukaan laut CO akan
berubah bentuk menjadi free aqueous CO , bikarbonat (HCO -) dan karbonat (CO
-). Konsentrasi
free aqueous CO dalam air laut sebanding dengan tekanan parsial CO air laut (pCO2sea).
Perbedaan tekanan parsial CO air laut dan atmosfer menentukan arah aliran gas CO antara laut
dan atmosfer. Tekanan parsial CO menunjukkan variasi yang lebih besar di laut dibandingkan
dengan atmosfer. Dengan demikian arah fluks CO dikendalikan terutama oleh perubahan pCO
laut (Zeebe, 2012). Tekanan parsial CO dalam air laut ditentukan oleh suhu permukaan laut dan
proses biologis di laut seperti fotosintesis, sehingga kedua parameter dapat menentukan antara
penyerapan (sink/uptake) dan pelepasan (source/release) CO oleh permukaan laut ((Feely et al.
). Penelitian yang telah dilakukan di dunia untuk menentukan pengaruh suhu permukaan laut
(Takahashi et al. , (Zhai et al. , (Zhu et al. , (Chierici et al. dan proses
biologi (Takahashi et al. , (Zhu et al. , (Chierici et al. terhadap pCO air laut
dan distribusi fluks CO laut-atmosfer ((Takahashi et al. , (Takahashi et al. , (Zhai et
al. , (Chierici et al. (Takahashi et al. , (Otero et al. , (Kartadikaria et al.
).
Menurut Lakshmi (2013), menyatakan bahwa perairan laut hangat di lintang rendah
mengurangi kelarutan CO sehingga menyebabkan efek pengurangan pCO air laut, sementara
peningkatan pCO ditemukan pada perairan lintang tinggi yang dingin karena kelarutan CO yang
tinggi meningkatkan pelarutan gas ke air laut sehingga pCO air laut meningkat. Hal tersebut
didukung oleh penelitianpenelitian lainnya yang menyimpulkan bahwa laut/samudera lintang tinggi
yang mempunyai 4 musim dan suhu relatif dingin memiliki fungsi sebagai penyerap CO
((Takahashi et al. , (Takahashi et al. , (Cai, Dai and Wang, 2006),(Yasunaka et al.
, (Arnone, González-Dávila and Magdalena Santana-Casiano, 2017),(Ito et al. ),
sedangkan di lintang rendah memiliki fungsi sebagai pelepas CO dikarenakan perairan yang hangat
((Fitranti et al. , (Kartadikaria et al. , (Afdal, 2016), (Yan et al. akan tetapi pada
beberapa penelitian perairan di Indonesia bisa berfungsi sebagai penyerap CO (Fachri et al.
,(Latifah, Endrawati and Febrianto, 2019).
. . Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi secara spasial dan temporal
produktivitas primer perairan dan fluks CO laut-atmosfer di Perairan Karimunjawa menggunakan
pendekatan penginderaan jauh dan SIG.
. . Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Keutamaan penelitian ini adalah mengembangkan algoritma untuk menentukan estimasi dan
sebaran fluks CO dan produktivitas primer perairan secara spasial dan temporal.
Roadmap Penelitian
Gambar 4. Road Map Penelitian Tahun ke-
BAB II. METODE PELAKSANAAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian RPP ini berupa penelitian terapan dengan TKT 4- Tingkat kesiapanterapan
Teknologi (TKT) yang dihasilkan dari penelitian ini berada pada level 4 untuk membuat algoritma
dari data lapangan dan data satelit sehingga didapatkan peta distribusi sebaran spasial dan temporal
fluks CO dan produktivitas primer perairan Karimunjawa. Luaran pada penelitian Tahun ke-3
adalah laporan kemajuan dan akhir (skor 0), HKI non-paten (skor 1,5), jurnal nasional terakreditasi
(skor 1,5), teknologi tepat guna (skor 1) total luaran 4.
Data yang digunakan
Data yang digunakan terdiri dari dua data yaitu data lapangan dan data satelit
Data Lapangan
Pengambilan data lapangan dilakukan bulan September di perairan Karimunjawa yang
terdiri dari stasiun. Pengambilan data lapangan digunakan untuk validasi data satelit dan
pengembangan algoritma. Parameter yang diambil saat studi lapangan adalah suhu permukaan laut,
intensitas cahaya, konsentrasi klorofil-a, konsentrasi CO air laut, CO atmosfer, DIC, alkalinitas,
pH, nitrat, fosfat dan silikat dan selanjutnya dianalisis di Laboratorium Pengelolaan SumberDaya
Ikan dan Lingkungan (PSDIL).
Data Satelit
Parameter yang menggunakan data satelit yaitu SST (MODIS-AQUA), klorofil-a (MODIS-
AQUA), Salinitas (World Ocean Atlas), CO2 molefraction (AQUA-AIRS), kecepatan angin
(AMSRE), sea level pressure (MERRA).
Analisis Data
Analisis Data Lapangan
a. DIC (dissolved inorganic carbon)
Menggunakan metode titrimetri dengan prinsip perubahan pH setelah penambahan NaOH dan
HCl pada sampel air yang telah disaring dan didapatkan dari penjumlahan bikarbonat (HCO -) dan
karbonat (CO -
) dengan satuan µmol/kg (A. Afdal, 2016). DIC didapatkan dari penjumlahan
HCO - (ion bikarbonat) dan CO
- (ion karbonat) yang terdeteksi setelah ditambahkan NaOH dan
HCl.
TCO = CO + HCO - + CO
-
b. Alkalinitas Total
Menggunakan metode titrimetri (A. Afdal, 2016) dengan prinsip pada perubahan pH awal dan
akhir pada 200 ml sampel (hasil saringan) sebelum dan setelah ditambahkan HCl 0,01 N sebanyak
25 ml. :
Vb
OHxVNaOHxtNa
Vb
VHClxtHClstotalalkalinita
10001000
V = Volume HCl dan NaOH, t = molaritas HCl dan NaOH, Vb = volume sampel
c. Klorofil-a
dV
VaCaaKlorofil
dV
VaCbbKlorofil
dV
VaCccKlorofil
Keterangan:
Ca = x A – x A – x A satuannya µg/ml
Cb = (21,03 x A647) – (5,43 x A664) – (2,66 x A630) satuannya µg/ml
Cc = (24,52 x A630) – (7,60 x A647) – 67 x A664) satuannya µg/ml
Va = Volume aseton dalam ml
V = Volume sampel air yang disaring dalam liter
d = Diameter cuvet dalam cm (1 cm)
d. Nitrat
Pengukuran nitrat menggunakan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang
nm, reagen Nitrat Ver 5 Nitrate
Konsentrasi Nitrat (ppm) = (Abs –
e. Fosfat
Pengukuran fosfat menggunakan metode spektofotometri dengan panjang gelombang nm
reagen Phos Ver 3
Konsentrasi Orthofosfat (PO -
)(ppm) = (Abs –
Konsentrasi total Fosfat (PO -P) (ppm)= PO -
x 0,3261
f. Silikat
Pengukuran silikat menggunakan metode spektofotometri dengan panjang gelombang nm
reagen Molybdate reagent powder pillow
Konsentrasi Silikat (Si -
)(ppm) = (Abs + 0,016) / 0,763
g. Tekanan parsial CO air laut
Sampel air diambil menggunakan Nansen water sampler kemuddian dimasukkan kedalam
botol kaca borosilikat 125 ml dan disimpan dalam gelap pada 0o C
Analisis sampel dilakukan dalam waktu 12 jam untuk mencegah penipisan gas CO
menggunakan metode titrimetri
Sampel air 50ml diambil, ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi terhadap
larutan NaOH standar 0,0227N sampai pengembangan berwarna merah muda.
Tekanan parsial karbon dioksida pCO dihitung menggunakan rumus (Dickson and Goyer , 1994,
Kezyr, 2012):
fCO = [CO ] / Ko
pCO (µatm) = fCO (µatm) * [1,00436 – -
*SST(oC)]
dimana :
[CO ] adalah konsentrasi CO air laut
Ko adalah CO solubility air laut
Analisis Data Satelit
a. Estimasi Fluks CO
Perhitungan fluks CO atau pertukaran aliran gas CO dihitung menggunakan rumus
((Takahashi et al. , (Du et al. , (Fachri et al. , (Kartadikaria et al. , (Yan et
al. ):
Fluks CO = K. α ∆pCO sea+atm
Fluks CO2 = kwa x KH x ∆pCO sea+atm
∆pCO = pCO sea – pC
O2 atm
Keterangan:
Fluks CO adalah fluk karbon dioksida bersih dalam mmol/m /day
K = kecepatan transfer gas (fungsi dari kecepatan angin data BMKG)
A= koefisien daya larut (fungsi dari suhu dan salinitas) / solubility of CO2 in seawater
∆pCO sea+atm = selisih antara tekanan parsial CO permukaan air dan atmosfer
Menghitung nilai K menggunakan formula WM99 untuk memparameterisasikan kecepatan transfer
gas ((Zhu et al. , (Robbins et al. , (Kartadikaria et al. ):
K = f x U x (Sc/660)
-
Dimana K dalam satuan cm/hari, U10 adalah kecepatan angin pada ketinggian 10 m (m/det) data
U10 didapatkan dari website ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts)
https://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim-full-daily/levtype=sfc/ NASA Ocean Vector Winds
Science Team www.remss.com ; f koefisien proporsional, ketika kecepatan rerata angin long-term
maka mengunakan nilai f=0,39 dan jika kecepatan angin instantaneous nilai f = 0,31
Sc adalah bilangan Schmidt yang tidak berdimensi yang dihitung dari (Wanninkhof, 1992):
Sc = 2073,1 – 125,62 SST + 3,628 SST – 0,0432 SST
Keterangan: Sc = bilangan Schmidt (Schmidt number) radon gas CO2 air laut dan SST adalah suhu
permukaan laut (oC) yang didapatkan dari data satelit MODIS (Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer) 4x4 km yang dikalibrasi menggunakan data insitu.
Untuk mendapatkan nilai koefisien daya larut (α) menggunakan fungsi suhu dan salinitas yaitu:
α = 93,4517/tk100 – 60,2409 + 23,3585 x ln(tk100) + S x (0,023517 – 0,023656 x tk100 +
0,0047036 x tk )
tk = (273,15 + SST)
tk100 = tk/100
tk100 = (tk100)
dimana α = koefisien daya larut, tk = suhu air (K) dan SST = suhu air (oC)
Tekanan parsial CO2 atmosfer dapat dihitung menggunakan rumus (Zhu et al. kartadikaria et
al, 2015 (Dickson, Sabine and Christian, 2007):
pCO2atm = xCO2atm (pb - pH O)
dimana pb = tekanan udara (atm) ; xCO2atm (ppm) adalah fraksi molar CO udara di troposfer yang
didapatkan dari tropospheric mole fraction of CO
https://disc.gsfc.nasa.gov/datasets/AIRX3C2M_V005/summary , pH O adalah tekanan uap air pada
batas udara dan mengamati laut yang didapatkan dari (Weiss et al.
pH O = exp (24,4543 – 67,4509 x (100/SST)) – 4,8489 x ln (SST / 100) – 0,000544 x SSS
dimana : SST adalah sea surface temperature (oC) yang didapatkan dari data satelit MODIS
(Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) 4x4 km yang dikalibrasi menggunakan data
insitu; SSS adalah sea surface salinity didapatkan dari Soil Moisture Active Passive (SMAP)
resolusi 25x25 km.
pCO laut dihitung menggunakan pendekatan sea surface temperature (oC) (Zhu et al. :
pCO2sea = 6,34 SST – 366,65 SST + 5678,53 (n = 6871, R
selain dipengaruhi oleh suhu permukaan laut juga dipengaruhi oleh klorofil-a (Zhu et al. :
pCO2sea = 6,31SST + 61,9 Chla
– 365,85SST – Chla + 5715,94 (n = 6871, R
Jika fluks CO bernilai positif maka suatu perairan berperan sebagai pelepas (source) CO , akan
terjadi aliran CO dari air ke atmosfer, sebaliknya jika bernilai negatif maka perairan berperan
sebagai penyerap (sink) CO .
b. Estimasi Produktivitas Primer
Vertically Generalized Production Model (VGPM) digunakan untuk menghitung
produktivitas primer dari satelit yang diturunkan dari parameter suhu permukaan laut, klorofil-a dan
radiasi aktif fotosintesis harian (Photosynthetically Active Radiation) dengan rumus (Behrenfeld
and Falkowski, 1997):
PPeu = 0,66125*PB
opt(E0/(E0+4,1)) *CSAT*Zeu*DIRR
Dimana:
PPeu adalah fikasai karbon harian dalam satuan yang diintegrasikan ke kedalaman eufotik Zeu (m)
Kedalaman eufotik ditentukan berdasarkan konsentrasi klorofil-a
Zeu = 568,2 (CTOT)-
, if CTOT
200,0 (CTOT)-
, if CTOT
CTOT = 38,0 (CSAT)
, if CSAT
40,2 (CSAT)
, if CSAT ≥
CSAT adalah konsentrasi klorofil (mg.chl/m )
PB
opt adalah tingkat fiksasi karbon harian optimal dalam kolom air yang diturunkan sebagai fungsi
dari suhu permukaan laut
PB
opt = 1,13, if T < -
4,00, if T > 28,5
Atau
PB
opt -
*T + 6,17*10-
*T –
- *T
- *T
–
- *T
-
*T –
- *T
T adalah suhu permukaan air laut (oC)
E adalah nilai PAR permukaan laut (mol quanta/m /hari)
DIRR adalah penyinaran harian yang dihitung dalam jam decimal untuk pertengahan bulan
c. Pembuatan Algoritma
Tekanan parsial CO dipengaruhi sebagian besar oleh dua parameter utama yaitu suhu
permukaan laut dan produktivitas primer laut. Algoritma untuk daerah yang berbeda telah
dikembangkan untuk menurunkan tekanan parsial CO air laut. Untuk mengembangkan algoritma
regional untuk perairan pesisir mengggunakan suhu permukaan laut, klorofil dan konsentrasi CO2
dari data lapangan. Analisis regresi dilakukan untuk mengkorelasikan konsenrasi SST dan klorofil
dengan pCO2sea.
Diagram Alir Penelitian
Gambar. Diagram Alir Penelitian
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
BAB III. TARGET LUARAN
HAKI (Paten Sederhana)
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Deskripsi
Metode Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida Laut dan
Atmosfer menggunakan Algoritma Sederhana
Bidang Teknik Invensi
Invensi ini berhubungan dengan penyederhanaan rumus
perhitungan tekanan parsial CO laut (pCO2sea) dan tekanan
parsial CO atmosfer (pCO2atm). Perhitungan pCO2sea hanya
menggunakan variabel karbon dioksida air dan perhitungan pCO2atm
hanya menggunakan variabel suhu perairan (T).
Latar Belakang Invensi
Tekanan parsial karbon dioksida laut dan atmosfer
digunakan untuk menghitung fluks CO . Fluks CO digunakan untuk
mengetahui fungsi dari perairan apakah sebagai penyerap dan
peyimpan CO atau sink CO ataukah sebagai pelepas CO kembali
ke atmosfer atau source CO . Lautan dapat menyimpan karbon
dioksida antropogenik selama ribuan tahun lebih lama
dibandingkan dengan daratan.
Paten nomor US 6,541,268 BI oleh Tonnessen et al mengenai
“Carbon Dioxide Sensor and A Method of Determining Partial
Pressure of Carbon Dioxide”. Penemuan tersebut berkaitan
dengan sensor tekanan parsial karbon dioksida (pCO ) khusus
untuk mengetahui pCO di dalam atau di permukaan jaringan atau
organ tubuh, di dalam darah atau aliran udara dari paru-paru.
Paten nomor US 9,616,375 B oleh Allen et al megenai “Capture
of Carbon Dioxide (CO ) From Air”. Penemuan tersebut berkaitan
dengan carbon sink, sebuah metode untuk menghilangkan atau
mengurangi karbon dioksida dari atmosfer dalam bentuk gas.
Referensi kedua paten tersebut belum menghitung tekanan
parsial karbon dioksida yang ada di lautan (pCO2sea) dan tekanan
parsial karbon dioksida atmosfer (pCO2atm). Dimana pCO2sea dan
pCO2atm digunkan untuk menghitung fluks CO mengetahui peranan
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
lautan berfungsi untuk mengurangi CO di atmosfer (sink CO )
atau mengembalikan kembali CO di atm (source CO ).
Penelitian Fluks CO ini telah banyak dilakukan oleh
peneliti asing sebagai upaya untuk mengetahui dan mempelajari
lautan kaitannya dengan perubahan iklim global. Sedangkan
untuk penelitian di perairan Indonesia masih sedikit
dilakukan. Hal tersebut mungkin dikarenakan rumitnya
perhitungan fluks CO dan membutuhkan banyak variabel terutama
untuk perhitungan variabel pCO laut dan atmosfer.
Perhitungan variabel tekanan parsial karbon dioksida sea
atau lautan membutuhkan data suhu perairan, salinitas,
konsentrasi CO air, solubilitas CO air laut (Ko), fugositas
CO (fCO ) menggunakan formula dari. Begitupula perhitungan
tekanan parsial CO atmosfer membutuhkan nilai rerata tekanan
permukaan laut (pb), fraksi molar CO di lapisan troposher
(xCO ), pH O adalah water vapor pressure at the air boundary
and observing the sea, suhu perairan dalam satuan kelvin dan
salinitas.
Uraian Singkat Invensi
Tujuan dari invensi ini adalah untuk menyederhanakan rumus
perhitungan tekanan parsial CO laut (pCO2sea) dan atmosfer
(pCO2atm). Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwa tekanan
parsial karbon dioksida sedikit rumit dan membutuhkan banyak
variabel sehingga perlu penyederhanaan.
Untuk mendapatkan rumus algoritma sederhanan pCO2sea dan
pCO2atm maka dilakukan penelitian dan pengukuran langsung di
lapangan dengan lokasi perairan Karimunjawa. Penelitian
dilakukan dengan mengambil data lapangan meliputi data suhu
perairan, salinitas, karbon dioksida air. Selain data lapangan
yang perlu didapatkan adalah data sekunder berupa data rerata
tekanan permukaan laut (pb) yang didapatkan dari website
ecmwf; data fraksi molar CO di lapisan troposfer yang
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
didapatkan dari website nasa. Setelah itu dilakukan
perhitungan fCO dan pCO kemudian menghitungkan pCO2sea.
Pehitungan pH O (the water vapor pressure at the air boundary
and observing the sea obtained) kemudian dilakukan perhitungan
pCO2atm.
Uraian Singkat Gambar
Gambar 1. Diagram Proses Invensi
Pada Gambar 1 terlihat bahwa dengan menggunakan satu variabel
saja yaitu CO (karbon dioksida perairan) dapat menghitung
tekanan parsial karbon dioksida lautan(pCO2sea). Sedangkan untuk
meghitung tekanan parsial karbon dioksida atmosfer (pCO2atm)
menggunakan satu variabel saja yaitu suhu perairan. Kedua
algoritma sederhana ini sementara hanya bisa digunakan untuk
perairan Karimunjawa.
Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Terdapat 15 satasiun yang terdiri dari 6 stasiun berada pada
ekosistem lamun dengan masing-masing stasiun terdapat 3 line
transek. 9 stasiun lainnya berada di perairan lepas pantai
yang tidak terdapat ekosistem lamun.
Gambar 3. Hubungan CO2air dengan pCO2sea
Pada Gambar 3 terlihat bahwa hubungan karbon dioksida perairan
dengan takanan parsial karbon dioksida laut memiliki hubungan
yang sangat kuat. Nilai koefisien korelasi (r) 0,98 hampir
mendekati 1 dan nilai koefisien determinasi (R2) 0,9645. Hal
tersebut menunjukkan bahwa 96,45% variabel pCO2sea dipengaruhi
oleh CO air sedangkan sisanya 3,55% dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Gambar 4. Hubungan Suhu dengan pCO2atm
Pada Gambar 4 terlihat bahwa hubungan suhu permukaan laut
dengan tekanan parsial atmosfer memiliki hubungan yang sangat
kuat. Nilai koefisien korelasi (r) 0,976 hampir mendekati 1
dan nilai koefisien determinasi (R ) 0,9538. Hal tersebut
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
menunjukkan bahwa 95,38% variabel pCO2atm dipengaruhi oleh SPL
sedangkan sisanya 4,62% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Uraian Lengkap Invensi
Pengambilan data lapangan yaitu suhu, salinitas dan
karbon dioksida dengan titik sampling sebanyak 27 stasiun yang
terdiri dari 18 stasiun pada perairan yang terdapat ekosistem
lamun dan 9 stasiun pada perairan laut lepas yang tidak
terapat ekosistem lamun (Gambar 2). Penelitian dilakukan
dengan mengambil data lapangan meliputi data suhu perairan,
salinitas, karbon dioksida air. Selain data lapangan yang
perlu didapatkan adalah data sekunder berupa data rerata
tekanan permukaan laut (pb) yang didapatkan dari website ecmwf
kemudian diolah menggunakan software ODV dan MS.Excel; data
fraksi molar CO di lapisan troposfer yang didapatkan dari
website nasa.
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan perhitungan
dengan rumus di bawah ini:
Tekanan parsial CO lautan menggunakan rumus di bawah ini:
fCO = [CO ] / Ko
pCO sea (µatm) = fCO (µatm) * [1,00436 – ,669 1 -5*SST(
oC)]
Keterangan: [CO ] adalah konsentrasi CO air laut;
Ko adalah solubilitas CO air laut
Tabel 1. Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida Laut
(pCO2sea)
Stasiun Salini
tas
Suhu
(°C) CO
air Ko fCO (µatm)
pCO2sea(µatm)
St 1.1. 33 8,9 , 66 911 3,9 578
St 1.2. 3 9, , 6196871 38,37 957
St 1.3. 3 9,8 , 5951819 5, 8 7
St 2.1. 3 9,5 , 6135 18 88, 1 1
St 2.2. 33 8,3 , 7 886 56,9611335
St 2.3. 33 9 , 65595 8 ,58 6131
St 3.1. 3 3 , 6 71861 61, 55878
St 3.2. 3 3 ,5 , 57 8631 5 , 65 1 1
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Stasiun Salini
tas
Suhu
(°C) CO
air Ko fCO (µatm)
pCO2sea(µatm)
St 3.3 31 3 , 616 9 79, 559
St 4.1. 33 8,3 , 7 886 35,59777 7
St 4.2. 35 9,3 , 61 7 18 8 ,6 179
St 4.3. 3 9, , 63 966 89,9896 3
St 5.1. 31 3 ,3 , 59779 7 5 7,6 3 686
St 5.2. 3 3 ,1 , 577 73 8 , 37 6 3
St 5.3. 3 3 ,5 , 553 8 3, 56389
St 6.1. 33 7, , 77 689 77,35 991
St 6.2. 35 7,5 , 73 631 13, 3 751
St 6.3. 38 7, , 71 153 67, 619 56
St 7 35 7,8 , 71 13 89,85 7 5
St 8 5 8, , 57 7 1 15,911 33
St 9 35 8,7 , 65 1739 18, 7 1316
St 10 3 8, , 68 8 38 8, 596
St 11 35 7,8 , 71 13 71,88166 5
St 12 3 7,8 , 7 19876 6 ,88 877
St 13 3 7,6 , 735 7 5 5 1,19 833
St 14 3 7,7 , 7 86168 ,1 96 9
St 15 35 7,8 , 71 13 3 , 935 3
Tekanan parsial CO atmosfer dihitung menggunakan rumus di
bawah ini:
pCO atm = xCO atm (pb - pH O)
Keterangan:
pb = rerata tekanan permukaan laut (atm);
xCO atm (ppm) adalah fraksi molar CO di lapisan troposfer yang
didapatkan dari website nasa, pH O adalah the water vapor
pressure at the air boundary and observing the sea obtained
dari:
pH O = exp (24.4543 – 67.4509 x (100/Tk)) – 4.8489 x ln (Tk /
100) – 0.000544 x S
dimana: T adalah suhu permukaan laut (Kelvin);
S adalah salinitas (‰)
Tabel 2. Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida Atmosfer
(pCO2atm)
Stasiu
n
Suhu
(°C) Suhu
(K)
Salinita
s Pb
XCO
(ppm) pH O pCO2atm (µatm)
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Stasiu
n
Suhu
(°C) Suhu
(K)
Salinita
s Pb
XCO
(ppm) pH O pCO2atm (µatm)
St
1.1.
3 ,
5 33
,999
3 39 , 386
St
1. .
3 ,5
5 3
,999
39 , 397
St
1.3.
3 ,9
5 3
,999
39 , 6
St
.1.
3 ,6
5 3
,9979
6 39 , 399
St
. .
3 1,
5 33
,998
39 , 373
St
.3.
3 ,1
5 33
,998
6 39 , 388
St
3.1.
3 3,1
5 3
,9978
9 39 , 1
St
3. .
3 3,6
5 3
,9979
1 39 , 3
St 3.3
3 3,1
5 31
,9979
39 , 1
St
.1.
3 1,
5 33
,9981
39 , 373
St
. .
3 ,
5 35
,9981
1 39 , 39
St
.3.
3 ,3
5 3
,998
9 39 , 39
St
5.1.
3 3,
5 31
,997
1 39 , 19
St
5. .
3 3,
5 3
,997
39 , 13
St
5.3.
3 3,6
5 3
,997
5 39 , 3
St
6.1.
3 ,3
5 33
,9971
39 , 35
St
6. .
3 ,6
5 35
,9971
39 , 355
St
6.3.
3 ,3
5 38
,997
9 39 , 3 9
St 7
3 ,9
5 35
,997
5 39 , 36
St 8
3 1,3
5 5
,9973
7 39 , 368
St 9
3 1,8
5 35
,9973
6 39 , 381
St 10
3 1,5
5 3
,997
39 , 375
St 11
3 ,9
5 35
,997
3 39 , 36
St 12
3 ,9
5 3
,997
39 , 36
St 13
3 ,7
5 3
,9978
39 , 358
St 14
3 ,8
5 3
,9978
1 39 , 36
St 15
3 ,9
5 35
,9978
1 39 , 36
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Setelah didapatkan nilai pCO2sea selanjutnya adalah
menghubungkan nilai pCO2sea dengan variabel yang berpengaruh dan
mudah didapatkan yaitu data karbon dioksida menggunakan metode
regresi polynomial orde 2. Sehingga didapatkan hasil hubungan
pada Gambar 3 dengan rumus hubungan (algoritma sederhana)
adalah:
y = -0,542x + 48,926x –
atau
pCO2sea = -0,542*(CO ) + 48,926 * (CO ) –
dimana: pCO2sea adalah tekanan parsial karbon dioksida lautan
dengan satuan (µatm); CO adalah karbon dioksida perairan
dengan satuan mg/l.
Nilai pCO2atm yang telah didaaptkan dihubungkan dengan nilai
variabel yang berpengaruh dan mudah didapatkan yaitu data suhu
perairan (T) menggunakan metode regresi polynomial orde 2.
Sehingga didapatkan hasil hubungan pada Gambar 4 dengan rumus
hubungan (algoritma sederhana) adalah:
y = - 1637x + 98,034x -
atau
pCO2atm - T) *(T -
dimana: pCO2atm adalah tekanan parsial karbon dioksida atmosfer
dengan satuan (µatm); T adalah suhu perairan dengan satuan
(°C).
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Gambar 1. Diagram Proses Invensi
Gambar 2. Peta Stasiun
Pengukuran karbon dioksida
perairan (CO ) satuan mg/l
menggunakan metode tirasi
Pengukuran suhu perairan (T)
satuan °C menggunakan alat termometer
Perhitungan tekanan parsial CO2
laut (pCO2sea) dengan algoritma
sederhana:
pCO2sea = -0,542*(CO air) +
48,926 * CO2air – 5 ,31
Perhitungan tekanan parsial CO
atmosfer (pCO2atm) dengan
algoritma sederhana:
pCO2atm - ,1637 T)
98, 3 *(T) - 1 3 6
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Gambar 3. Hubungan CO2air dengan pCO2sea
Gambar 4. Hubungan Suhu dengan pCO2atm
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
Buku Teks Interaksi Lautan dan Atmosfer : Tekanan Parsial dan Fluks Karbon
Dioksida
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................... III
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR GAMBAR ..................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR LAMPIRAN ................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
I. INTERAKSI LAUTAN DAN ATMOSFERERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.1. Interaksi Lautan dan Atmosfer ............. Error! Bookmark not defined.
Contoh Interaksi Lautan dan AtmosferError! Bookmark not defined.
ENSO (El Nino Southern Oscillation)Error! Bookmark not defined.
Global Ocean Conveyor Belt .......... Error! Bookmark not defined.
Daur Karbon .................................... Error! Bookmark not defined.
II. FLUKS KARBON DIOKSIDAERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
Pemanasan Global ................................ Error! Bookmark not defined.
Sistem Karbonat.................................... Error! Bookmark not defined.
DIC (Dissolved Inorganic Carbon). Error! Bookmark not defined.
pH .................................................... Error! Bookmark not defined.
Alkalinitas Total .............................. Error! Bookmark not defined.
Fluks Karbon Dioksida......................... Error! Bookmark not defined.
Tekanan Parsial Karbon Dioksida ... Error! Bookmark not defined.
III. PERHITUNGAN TEKANAN PARSIAL KARBON DIOKSIDAERROR!
BOOKMARK NOT DEFINED.
3.1. Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida LautError! Bookmark not defined.
3.1.1 Contoh Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida LautError! Bookmark not
defined.
2.2. Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida AtmosferError! Bookmark not
defined.
2.2.1. Contoh Perhitungan Tekanan Parsial Karbon Dioksida AtmosferError! Bookmark
not defined.
III. PERHITUNGAN FLUKS KARBON DIOKSIAERROR! BOOKMARK NOT
DEFINED.
Buku | Interkasi Lautan Atmosfer dan Daur Karbon
Latifah et al.
3.1. Perhitungan Fluks Karbon Dioksida ..... Error! Bookmark not defined.
3.2. Contoh Perhitungan Fluks Karbon DioksidaError! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
INDEX ............................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BIOGRAFI PENULIS .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BIOGRAFI PENULIS .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BIOGRAFI PENULIS .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BIOGRAFI PENULIS .................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Lokasi Penelitian Fluks CO2 di Laut Lepas bagian Barat Pulau Karimunjawa
. Estimasi Fluks CO2
4.1.1. DIC (Dissolved Inorganic Carbon)
DIC merupakan hasil penjumlahan total dari karbon inorganic dengan jenis karbon
berupa bikarbonat (HCO3-) sebesar 88,6% dan karbonat (CO -
) sebesar 10,9%. Karbon
dioksida yang ada di atmosfer berbentuk gas, setelah sampai di perairan akan berubah
menjadi CO2 aq, H2CO3, HCO3- dan CO32-. Bentuk bikarbonat inilah yang banyak
dimanfaatkan oleh fitolankton, lamun maupun alga lainnya untuk proses fotosintesis.
Ditambahkan oleh … Pada penelitian ini komposisi CO aq HCO - dan CO32- berdasarkan
pH air laut yang diukur tersaji pada gambar .
Tabel 1. Komposisi Konsentrasi CO2 di perairan dalam berbagai bentuk
St pH HCO3 (µmol/kg) CO3 (µmol/kg) CO2 (µmol/kg) DIC (µmol/kg)
St pH HCO3 (µmol/kg) CO3 (µmol/kg) CO2 (µmol/kg) DIC (µmol/kg)
Gambar . Distribusi sebaran horisontal DIC perairan Karimunjawa akhir musim timur 2020
Pada Gambar. Terlihat bahawa dengan pH air laut berkisar 7,23 – 7,38 komposisi
karbon dioksida air laut didominasi oleh HCO3- sebesar 94,58%, CO2aq sebesar 2,93% dan
CO32- sebesar 2,49%. Menurt Lohman (2005), pada kondisi pH laut 8,2 maka CO2 terlarut
88,6% berada dalam bentuk bikarbonat (HCO3-). Ditambahkan menurut Feely et al. (2004)
dalam King et al (2015), pH rerata air laut akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun
dari pH 8,2 sampai pH 7 pada tahun 2100. Karbon diokasida dan pH memgang peranan
penting dalam sebagai mediator fungsi fisiologis dalam organisme laut seperti fitoplankto,
lamun, alga, dan organisme fotosintesisi lainnya dengan cara mengubah CO2 menjadi C
organic melalui proses fotosintesis (King et al, 2015).
Nilai DIC pada akhir musim timur 2020 di perairan Karimunjawa yang ditunjukkan
pada Gambar . terlihat bahwa nilai DIC tinggi lebih dari 2000 µmol/kg dengan kisaran
2043,5538 – 2551,7869 µmol/kg. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya curah hujan saat
musim tersebut terutama saat sampling penelitian. Menurut hasil penelitian Kone dan Borges
(2008), DIC di Ca Mau, Vietnam pada saat musim hujan berkisar 1.556 dan 1.907 µmol/kg
sedangkan saat musim kemarau berkisar antara 2.217 – 2565 µmol/kg.
4.1.2. Alkalinitas Total
Gambar . Distribusi sebaran horisontal TA perairan Karimunjawa akhir musim timur 2020
Penambahan CO2 air laut berasal dari atmosfer dengan adanya mekanisme perbedaan
tekanan parsial antara atmosfer dan laut. Menurut Borges et al (2009), dinamika fluks CO2
antara atmosfer dan lautan terutama di daerah pesisir sangat penting untuk dipelajari sebagai
bagian dari siklus regional dan global karena kaya akan tanaman pesisir.
Nilai DIC, temperature dan total alkalinitas serta salinitas pada air akan
mempengaruhi nilai pCO2 di air yang akan mempengaruhi fluks yang terjadi
Gambar . Grafik pH, TA, DIC perairan Karimunjawa akhir musim timur 2020
4.1.3. Tekanan Parsial Karbon Dioksida
Tekanan parsial karbon diokasida (pCO2) terdiri dari pCO2 air laut dan pCO2 udara
atau atmosfer. Tekanan parsial karbon dioksida inilah yang akan menentukan peranan
perairan sebagai penyimpan karbon (sink) ataukah sebagai pelas karbon (source).
Gambar . Distribusi sebaran horisontal CO2air dan CO2atm perairan Karimunjawa akhir
musim timur 2020
Tabel.
Gambar . Distribusi sebaran horisontal ΔpCO2 dan Fluks CO2 di perairan Karimunjawa akhir
musim timur 2020
Tabel. Hasil peritungan delta tekanan parsial karbon dioksida di perairan Karimunjawa
Stasiun Suhu
(oC)
Salinitas Ko
fCO
(µatm) pCO2sea(µatm)
XCO2 (ppm) pH2O
pCO2atm
(µatm) ΔpCO2atm
(µatm)
1,31E-
2,96E-
66E-
1,66E-
2,96E-
7,31E-
7,32E-
7,63E-
1,61E-
3,52E-
7,66E-
3,57E-
7,64E-
1,61E-
7,32E-
Tabel. Perhitungan Fluks CO2 di perairan Karimunjawa
Stasiun u10 Sc kwa Tk tk100 tk1002 aplha Fluks CO2 (mmol/m2/day)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
. Estimasi Produktivitas Primer
. Klorofil-a
Gambar . Distribusi sebaran horisontal Klorofil-a di perairan Karimunjawa akhir musim
timur 2020
. Nitrat
Gambar . Distribusi sebaran horisontal Nitrat di perairan Karimunjawa akhir musim timur
. Fosfat
Gambar . Distribusi sebaran horisontal fosfat di perairan Karimunjawa akhir musim timur
Hasil Penelitian TA mahasiswa:
Gambar. Pelta Lokasi Penelitian Fluks CO2 di Pantai Pancuran
Tabel. Hasil pengukuran insitu
Stasiun pH
Temperature
air (°C)
Temperature
udara (°C)
Salinitas
(o/oo)
DO
(mg/L)
CO2 air
(mg/L)
CO2
udara
(ppm)
Tabel. Hasil pengukuran eksitu
Stasiun
Total Alkalinitas
(µmol/kg) DIC (µmol/kg)
Fosfat (mg/L)
Stasiun
Total Alkalinitas
(µmol/kg) DIC (µmol/kg)
Fosfat (mg/L)
Hasil Penelitian TA mahasiswa:
Gambar. Peta Lokasi Penelitian Estimasi Serapan Karbon Lamun di Pantai Pancuran
Tabel. Hasil pengukuran insitu
Stasiun Line pH
Temperature
air (°C)
Salinitas
(o/oo)
DO
(mg/L)
Intensitas
cahaya
CO2 air
(mg/L)
Tabel. Jenis dan jumlah lamun di Pantai Pancuran
No. Jenis Lamun Jumlah individu Lamun (ind) Stasiun 1
Line1 Line 2 Line 3
Enhalus acoroides Ea
Thalassia hemprichii Th
Cymodocea serrulata Cs
Cymodocea rotundata Cr
Halophila ovalis Ho
Zostera Capricorni Zc
Syringodium iseotifolium Si
No. Jenis Lamun Jumlah individu Lamun (ind) Stasiun 2
Line1 Line 2 Line 3
Enhalus acoroides Ea
Thalassia hemprichii Th
Cymodosea serrulata Cs
Cymodocea rotundata Cr
Halophila ovalis Ho
Zostera Capricorni Zc
Syringodium iseotifolium Si
Tabel. Kerapatan lamun di Pantai Pancuran
No. Jenis Lamun Kerapatan Lamun (ind/m2) Stasiun 1
Line1 Line 2 Line 3
Enhalus acoroides Ea
Thalassia hemprichii Th
Cymodosea serrulata Cs
Cymodocea rotundata Cr
Halophila ovalis Ho
Zostera Capricorni Zc
Syringodium
iseotifolium Si
No. Jenis Lamun Kerapatan Lamun (ind/m2) Stasiun 2
Line1 Line 2 Line 3
Enhalus acoroides Ea
Thalassia hemprichii Th
Cymodosea serrulata Cs
Cymodocea rotundata Cr
Halophila ovalis Ho
Zostera Capricorni Zc
Syringodium
iseotifolium Si
.
Gambar. Grafik jumlah total lamun yang ditemukan di stasiun 1 dan 2 Pantai Pancuran
Gambar. Grafik jumlah total kerapatan lamun yang ditemukan di stasiun 1 dan 2 Pantai Pancuran
Berdasarkan hasil yang didapatkan di stasiun 1 dan 2 yang dianggap sudah mewakili Pantai
Pancuran, jenis yang mendominasi adalah Cymodocea rotundata sebesar 54,48% dan Thalassia
hemprichii , %. Sedangkan jenis lainnya ditemukan tidak mendominasi seperti Halophila
ovalis sebesar 9,39%; Zostera capricorni sebesar 4,99% ; Syringodium iseotifolium 2,51%, dan
Enhalus acaroides sebesar 1,22%. Pada Pantai Pancuran ini terdapat jenis lamun yang tidak
ditemukan di pantai lainnya berdasarkan penelitian tahun sebelumnya yaitu jenis Si / Syringodium
iseotifolium.
BAB V. KESIMPULAN SARAN
Ongoing
DAFTAR PUSTAKA
Afdal „Fluks CO di Perairan Pesisir Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat CO Flux in the
Coastal Waters of Lombok West Nusa Tenggara‟ Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,
1(2), pp. 91–
Afdal A „Fluks CO di Perairan Pesisir Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat CO Flux in
the Coastal Waters of Lombok West Nusa Tenggara‟ Oseanografi dan Limnologi di
Indonesia, 1(2), pp. 91–
Arnone, V., González-Dávila, M. and Magdalena Santana-Casiano J „CO fluxes in the
South African coastal region‟ Marine Chemistry, 195(December 2016), pp. 41–49. doi:
10.1016/j.marchem.2017.07.008.
Behrenfeld M J and Falkowski P G „Photosynthetic rates derived from satellite-based
chlorophyll concentration‟ Limnology and Oceanography, 42(1), pp. 1–20. doi:
10.4319/lo.1997.42.1.0001.
Cai W J Dai M and Wang Y „Air-sea exchange of carbon dioxide in ocean margins: A
province-based synthesis‟ Geophysical Research Letters, 33(12), pp. 2–5. doi:
10.1029/2006GL026219.
Chierici, M. et al. „Algorithms to estimate the carbon dioxide uptake in the northern North
Atlantic using shipboard observations satellite and ocean analysis data‟ Deep-Sea Research
Part II: Topical Studies in Oceanography, 56(8–10), pp. 630–639. doi:
10.1016/j.dsr2.2008.12.014.
Ciais, P. et al. „The physical science basis Contribution of working group I to the fifth
assessment report of the intergovernmental panel on climate change‟ Change, IPCC Climate,
pp. 465–570. doi: 10.1017/CBO9781107415324.015.
Dickson, A. G., Sabine, C. L. and Christian, J. R. (2007) Guide to Best Practices for Ocean CO 2
Measurements.
Du, Z. et al. „Spatio-temporal visualization of air-sea CO 2 flux and carbon budget using
volume rendering‟ Computers and Geosciences. Elsevier, 77, pp. 77–86. doi:
10.1016/j.cageo.2015.01.004.
Fachri, F. R. et al. „Fluks co di perairan pesisir timur pulau bintan propinsi kepulauan
riau‟ Jurnal Segara, 11(1), pp. 57–
Feely, R. A. et al. „Uptake and storage of carbon dioxide in the ocean‟ Oceanography,
14(4), p. 18.
Fitranti, B. A. et al. „Potensi Pelepasan Dan Penyerap Co Kaitannya Dengan Suhu Dan
Salinitas Di Perairan Teluk Banten‟ pp –
Hoegh-Guldberg O. et al. „Chapter : Impacts of °C global warming on natural and
human systems. In: Global Warming of 1.5 °C. An IPCC special report on the impacts of
global warming of 1.5 °C above preindustrial levels and related global greenhouse gas
emission pathways [ ]‟ Special Report, Intergovernmental Panel on Climate Change, (ISBN
978-92-9169-151-7), pp. 175–
Ito, R. G. et al. „Sea-air CO2 fluxes and pCO2 variability in the Northern Antarctic
Peninsula during three summer periods (2008– ‟ Deep-Sea Research Part II: Topical
Studies in Oceanography, 149(September 2017), pp. 84–98. doi: 10.1016/j.dsr2.2017.09.004.
Kartadikaria, A. R. et al. „CO sink source characteristics in the tropical Indonesian seas‟
Journal of Geophysical Research: Oceans, 120(12), pp. 7842–7856. doi:
10.1002/2015JC010925.
Kweku, D. et al. „Greenhouse Effect: Greenhouse Gases and Their Impact on Global
Warming‟ Journal of Scientific Research and Reports, 17(6), pp. 1–9. doi:
10.9734/jsrr/2017/39630.
Latifah N Endrawati H and Febrianto S „Distribusi Spasial Fluks Karbon Dioksida Di
Perairan Karimunjawa Indonesia‟ Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(2), pp.
357–368. doi: 10.29244/jitkt.v11i2.23692.
Nehren U and Wicaksono P „Mapping soil carbon stocks in an oceanic mangrove
ecosystem in Karimunjawa Islands Indonesia‟ Estuarine, Coastal and Shelf Science.
Elsevier, 214(March 2017), pp. 185–193. doi: 10.1016/j.ecss.2018.09
Otero, P. et al. „Net sea-air CO2 flux uncertainties in the Bay of Biscay based on the choice
of wind speed products and gas transfer parameterizations‟ Biogeosciences, 10(5), pp. 2993–
3005. doi: 10.5194/bg- - -
Pachauri, R. K. (2014 „Climate change synthesis report summary chapter for policymakers‟
Ipcc, p. 31. doi: 10.1017/CBO9781107415324.
Prasetyawan I B Maslukah L and Rifai A „Pengukuran Sistem Karbon Dioksida Co
Sebagai Data Dasar Penentuan Fluks Karbon Di Perairan Jepara‟ Buletin Oseanografi
Marina, 6(1), p. 9. doi: 10.14710/buloma.v6i1.15736.
Robbins, L. L. et al. „CO calc: A User Friendly Carbon Calculator foe Windows Mac OS X
and iOS iPhone ‟ United States Geological Survey, 1280, pp. 1210–1280. doi:
10.3133/OFR20101280.
Sabine, C. L. et al. „The oceanic sink for anthropogenic CO ‟ Science, 305(5682), pp. 367–
371. doi: 10.1126/science.1097403.
Takahashi, T. et al. „Global air-sea flux of CO : An estimate based on measurements of sea
– air pCO difference‟ Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 94(August), pp. 8292–
Takahashi, T. et al. „Global sea-air CO2 flux based on climatological surface ocean pCO2,
and seasonal biological and temperature effects‟ Deep-Sea Research Part II: Topical Studies
in Oceanography, 49(9–10), pp. 1601–1622. doi: 10.1016/S0967- -
Takahashi, T. et al. „Climatological mean and decadal change in surface ocean pCO and
net sea-air CO flux over the global oceans‟ Deep-Sea Research Part II: Topical Studies in
Oceanography, 56(8–10), pp. 554–577. doi: 10.1016/j.dsr2.2008.12.009.
Waters J F „Measurement of seawater pH: a theoretical and analytical investigation‟ Open
Access Dissertations, Paper 908, pp. 1–
Weiss, R. F. et al. „N I T R O U S Oxide S O L U B I L I T Y in Water and Seawater‟
Agricultural Systems, 8(47), pp. 247–286. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Yan, H. et al. „Air-sea CO 2 fluxes and spatial distribution of seawater pCO 2 in Yongle
Atoll, northern-central South China Sea‟ Continental Shelf Research. Elsevier Ltd,
165(October 2017), pp. 71–77. doi: 10.1016/j.csr.2018.06.008.
Yasunaka, S. et al. „Mapping of the air–sea CO2 flux in the Arctic Ocean and its adjacent
seas: Basin-wide distribution and seasonal to interannual variability‟ Polar Science. Elsevier
B.V. and NIPR, 10(3), pp. 323–334. doi: 10.1016/j.polar.2016.03.006.
Zeebe R E „ History of Seawater Carbonate Chemistry Atmospheric CO and Ocean
Acidification ‟ Annual Review of Earth and Planetary Sciences, 40(1), pp. 141–165. doi:
10.1146/annurev-earth- -
Zhai, W. et al. „Erratum to “The partial pressure of carbon dioxide and air-sea fluxes in the
northern South China Sea in spring, summer and autumn” [Marine Chemistry -
] DOI: j marchem ‟ Marine Chemistry, 103(1–2), p. 209. doi:
10.1016/j.marchem.2006.06.014.
Zhu, Y. et al. „Satellite-derived surface water pCO2 and air-sea CO2 fluxes in the northern
South China Sea in summer‟ Progress in Natural Science. National Natural Science
Foundation of China and Chinese Academy of Sciences, 19(6), pp. 775–779. doi:
10.1016/j.pnsc.2008.09.004.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian