pengukuran dan perbandingan efisiensi koperasi …

28
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67 [email protected] ISSN 2684-8775 (Online) 40 PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI SIMPAN PINJAM MILIK MASYARAKAT UMUM DI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA). Dr.Ir.Sudarmadji,MM. 1 Sekolah Tinggi Manajemen LABORA. Email : [email protected] Dr. Ir. Mamik Suendarti, MS. 2 Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indraprasta PGRI. ABSTRAK Koperasi memainkan peran penting dalam perekonomian di Indonesia karena koperasi juga berkontribusi pada penyediaan modal di masyarakat. Pemerintah Indonesia juga menyederhanakan pendirian koperasi dan ini menyebabkan jumlah koperasi bertambah setiap tahun, oleh karena itu penting untuk mempelajari efisiensi koperasi untuk menguji efektivitas dan efisiensinya dalam mengelola sumber daya koperasi. Penelitian ini menguji efisiensi koperasi dari anggota, total modal dan biaya operasi dan laba, total aset, pinjaman dan pembayaran utang. Jenis koperasi yang disurvei adalah koperasi yang dimiliki oleh masyarakat umum. Efisiensi dari jenis koperasi ini analisa menggunakan metode Data Evelopment Analysis (DEA). Periode penelitian adalah 2008-2013 yang melibatkan 11 koperasi dari lima wilayah di Jakarta. Temuan penelitian menggunakan metode DEA nilai efisiensi dari 11 koperasi dengan metode CRS atau nilai efisiensi rata-rata metode CRS sebesar 60,07 persen dan VRS sebesar 76,46 persen. Perhitungan kedua metode belum mencapai 100 persen, berarti koperasi simpan pinjam masih belum efisien, tetapi ada 4 koperasi dari 11 koperasi yang telah mencapai efisiensi 100 persen yaitu Koperasi Simpan Pinjam Sumber Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Wira Karya Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Ceger dan Koperasi Simpan Pinjam Kemauan Bersama.. Karenanya, ada 7 Koperasi Simpan Pinjam masyarakat umum yang belum mencapai tingkat efisiensi penuh. Jadi ada perbedaan dalam metode yang digunakan untuk menghitung nilai efisiensi CRS dan VRS, yaitu, jika nilai efisiensi VRS lebih besar dari CRS (nilai VRS 76,46 persen> nilai CRS 60,47 persen berarti metode VRS lebih baik daripada metode CRS ). Dan menunjukkan bahwa koperasi di Jakarta belum mencapai tingkat efisiensi penuh berdasarkan variabel input dan variabel output yang digunakan dalam penelitian ini.Namun, tingkat efisiensi kedua jenis koperasi tidak terlalu rendah dan berada pada tingkat yang memuaskan berdasarkan nilai rata-rata yang dihasilkan dari dua metode yang digunakan. Secara khusus, temuan ini menunjukkan bahwa efisiensi menggunakan metode DEA dalam koperasi simpan-pinjam milik masyarakat di Jakarta adalah kategori yang cukup baik. Kata kunci : efisiensi, Data Envelopment Analisis (DEA). ©2019 Universitas Mpu Tantular __________________________________________________________________________

Upload: others

Post on 08-Jan-2022

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

40

PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI SIMPAN PINJAM

MILIK MASYARAKAT UMUM DI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA).

Dr.Ir.Sudarmadji,MM.1

Sekolah Tinggi Manajemen LABORA. Email :

[email protected]

Dr. Ir. Mamik Suendarti, MS.2

Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indraprasta PGRI.

ABSTRAK

Koperasi memainkan peran penting dalam perekonomian di Indonesia karena koperasi juga

berkontribusi pada penyediaan modal di masyarakat. Pemerintah Indonesia juga

menyederhanakan pendirian koperasi dan ini menyebabkan jumlah koperasi bertambah

setiap tahun, oleh karena itu penting untuk mempelajari efisiensi koperasi untuk menguji

efektivitas dan efisiensinya dalam mengelola sumber daya koperasi. Penelitian ini menguji

efisiensi koperasi dari anggota, total modal dan biaya operasi dan laba, total aset, pinjaman

dan pembayaran utang. Jenis koperasi yang disurvei adalah koperasi yang dimiliki oleh

masyarakat umum. Efisiensi dari jenis koperasi ini analisa menggunakan metode Data

Evelopment Analysis (DEA). Periode penelitian adalah 2008-2013 yang melibatkan 11

koperasi dari lima wilayah di Jakarta. Temuan penelitian menggunakan metode DEA nilai

efisiensi dari 11 koperasi dengan metode CRS atau nilai efisiensi rata-rata metode CRS

sebesar 60,07 persen dan VRS sebesar 76,46 persen. Perhitungan kedua metode belum

mencapai 100 persen, berarti koperasi simpan pinjam masih belum efisien, tetapi ada 4

koperasi dari 11 koperasi yang telah mencapai efisiensi 100 persen yaitu Koperasi Simpan

Pinjam Sumber Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Wira Karya Jaya, Koperasi Simpan Pinjam

Ceger dan Koperasi Simpan Pinjam Kemauan Bersama.. Karenanya, ada 7 Koperasi Simpan

Pinjam masyarakat umum yang belum mencapai tingkat efisiensi penuh. Jadi ada perbedaan

dalam metode yang digunakan untuk menghitung nilai efisiensi CRS dan VRS, yaitu, jika

nilai efisiensi VRS lebih besar dari CRS (nilai VRS 76,46 persen> nilai CRS 60,47 persen

berarti metode VRS lebih baik daripada metode CRS ). Dan menunjukkan bahwa koperasi di

Jakarta belum mencapai tingkat efisiensi penuh berdasarkan variabel input dan variabel

output yang digunakan dalam penelitian ini.Namun, tingkat efisiensi kedua jenis koperasi

tidak terlalu rendah dan berada pada tingkat yang memuaskan berdasarkan nilai rata-rata

yang dihasilkan dari dua metode yang digunakan. Secara khusus, temuan ini menunjukkan

bahwa efisiensi menggunakan metode DEA dalam koperasi simpan-pinjam milik masyarakat

di Jakarta adalah kategori yang cukup baik.

Kata kunci : efisiensi, Data Envelopment Analisis (DEA).

©2019 Universitas Mpu Tantular

__________________________________________________________________________

Page 2: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

41

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang penelitian

Koperasi di Indonesia adalah badan hukum dengan anggota atau badan perundangan

berdasarkan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi. Itu juga dianggap sebagai bentuk

gerakan ekonomi berbasis kekeluargaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan anggota koperasi sedangkan tujuan umum adalah untuk mengembangkan

ekonomi rakyat dan negara Indonesia dalam rangka menciptakan masyarakat yang maju, adil

dan makmur. Koperasi didirikan oleh sekelompok orang atau badan hukum koperasi dengan

kontribusi keuangan oleh anggotanya sebagai modal untuk melakukan kegiatan usaha

koperasi sesuai dengan tujuan dan prinsip koperasi.

Koperasi adalah organisasi yang dapat mengumpulkan unit usaha kecil dalam suatu kawasan

dengan berbagai program pengembangan yang umumnya dikelola oleh pengusaha kecil. Itu

juga dapat dijalankan pada skala yang lebih besar dan lebih ekonomis. Dengan skala ekonomi

yang besar, koperasi dapat memberikan layanan dengan membangun perusahaan lain dalam

upaya yang sama (Muslimin Nasution, 2008). Koperasi di Indonesia memiliki peran untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya. Untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosial, koperasi memainkan peran aktif dalam meningkatkan

kualitas hidup, memperkuat ekonomi rakyat dan sebagai salah satu kekuatan fundamental dan

ketahanan ekonomi bangsa. Selain itu, koperasi juga berperan dalam menciptakan dan

mengembangkan ekonomi negara dengan koordinasi berbasis keluargaan dan demokrasi

ekonomi (Tiktik Sartika Partomo, 2013)

Penelitian ini berfokus pada Koperasi Simpan Pinjam di Jakarta, Indonesia. Jenis koperasi ini

memiliki tujuan khusus untuk menyediakan layanan dan produk kepada orang-orang dengan

tingkat ekonomi rendah yang tinggal di daerah perkotaan atau pedesaan. Secara umum,

Koperasi Simpan Pinjam memiliki tujuan dan karakteristik yang sama dengan organisasi

keuangan lainnya seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank konvensional. Koperasi

Simpan Pinjam juga memiliki tujuan akhir untuk dicapai yaitu untuk melayani anggota secara

berkelanjutan dalam pengembangan masyarakat. Koperasi Simpan Pinjam bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan meminjamkan kepada anggota dan bukan

anggota. Dengan demikian, dengan pinjaman yang diberikan, diharapkan dapat membantu

perusahaan peminjam untuk tumbuh sehingga dapat menghasilkan peluang kerja yang akan

mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal ini didukung oleh Menteri Koperasi

Syarif Hasan (2014) bahwa pertumbuhan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) yang meningkat dari tahun ke tahun dapat mengurangi tingkat pengangguran dan

kemiskinan di Indonesia. UMKM saat ini menyumbang 56,5 juta unit dan 98,9 persen adalah

usaha mikro, sedangkan jumlah koperasi di Indonesia berjumlah 200.808 unit. Seiring dengan

meningkatnya koperasi dan UMKM yang begitu tinggi itu juga akan berdampak pada

pengurangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Jumlah peminjam dari koperasi

dan UKM adalah 10,04 juta. Sementara itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga akan terus

meningkatkan jumlah koperasi dan UKM di seluruh Indonesia. Ketika semua koperasi

sebagai unit ekonomi mikro berhasil, maka koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat akan

Page 3: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

42

dapat berkontribusi secara signifikan pada peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat dan

untuk berperan dalam meningkatkan pembangunan ekonomi negara. Keterlibatan dalam

koperasi dikatakan sebagai pilihan yang baik karena kontribusi koperasi telah dibuktikan dari

penelitian sebelumnya (Priyambodo, 2014).

Koperasi Simpan Pinjam berfokus pada meminjamkan dan menyimpan uang untuk para

anggotanya. Koperasi Simpan Pinjam juga bermanfaat bagi para anggotanya dengan

menyediakan sumber daya modal perusahaan, keuntungan dari perusahaan-perusahaan

koperasi, memperluas perusahaan-perusahaan anggotanya dan menghilangkan pinjaman

berbunga tinggi. Namun, ada juga beberapa masalah koperasi. Menurut Sukanto

Reksohadiprojo (2010) masalah yang dihadapi adalah masalah eksternal dan di dalam

koperasi itu sendiri. Salah satu masalah di luar koperasi adalah meningkatnya persaingan dari

badan-badan perusahaan lain sementara salah satu masalah internal koperasi adalah bahwa

anggota koperasi masih tidak aktif dalam kegiatan pengembangan koperasi meskipun mereka

masih menggunakan koperasi untuk mendapatkan sumber utang.

Koperasi Simpan Pinjam adalah bagian dari lembaga keuangan yang beroperasi hampir sama

dengan sistem perbankan. Ia juga memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian

Indonesia. Pesatnya pertumbuhan Koperasi Simpan Pinjam menunjukkan indikasi kuat. Ini

bisa ditunjukkan dengan jumlah koperasi hingga 2015 sebesar 209.488 dengan tingkat

pertumbuhan tahunan 3,64 persen, total pendapatan Rp 266.134.619,44 juta dengan tingkat

pertumbuhan tahunan 4,64 persen dan laba sebesar Rp17.330.623,92 juta dengan tingkat

pertumbuhan tahunan 3,85 persen (Kantor Pusat Koperasi, 2015).

Koperasi sebagai bagian dari sistem pasar akan bersaing dengan unit usaha lain (non-

koperasi) di pasar yang melayani anggota masyarakat secara setara. Keunggulan kompetitif

sangat penting untuk keberlanjutan koperasi. Oleh karena itu, dasar yang digunakan dalam

mengetahui keunggulan kompetitif adalah efisiensi perusahaan yang berarti hanya tingkat

efisiensi tertinggi dari unit-unit perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dalam

sistem pasar yang luas (Hendar & Kusnadi, 2005).

Perusahaan koperasi fokus pada bidang yang terkait langsung dengan minat para ahli, baik

untuk mendukung perusahaan atau ahli kesejahteraan. Dalam hal ini, manajemen koperasi

harus produktif, akurat, dan efektif. Koperasi harus memiliki kemampuan untuk menciptakan

perusahaan yang dapat memberikan nilai tambah dan manfaat maksimal kepada anggota.

Untuk mencapai kemampuan perusahaan seperti itu, koperasi dapat bekerja secara fleksibel

dengan mendiversifikasi jenis perusahaan terkait. Keberhasilan strategi bisnis adalah

pengelolaan strategi yang berorientasi operasional. Dalam mengelola strategi ini, yang

terpenting adalah membangun proses bisnis yang memenuhi target dan efektif.

Tabel 1.1. menunjukkan jumlah koperasi dari berbagai kelompok usaha di Indonesia dari

2008 hingga 2015. Ada peningkatan jumlah koperasi di 2015 dari 209.488 koperasi

dibandingkan dengan hanya 149.793 koperasi pada tahun 2008. Ini memberikan tingkat

pertumbuhan rata-rata 5,07 persen per tahun. Namun, tidak semua koperasi yang didirikan

Page 4: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

43

dapat berjalan dengan lancar. Sebagai contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun 2015

hanya 147.249 koperasi dibandingkan dengan jumlah terdaftar 209.488 koperasi.

Jadual 1.1: Jumlah koperasi di Indonesia 2008-2015 Petunjuk 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Buah 149,793 154, 964 170, 411 177, 482 188,181 194, 295 203,701 209,488

Pertumbuhan Koperasi

Peratus 5.99% 3.45% 9.97% 4.15% 6.03% 3.25% 4.84 % 2.84 %

Jumlah

Koperasi Aktif Buah 104, 999 108, 930

120, 473

124, 855 133, 666 139, 321 143,007 147,249

Pertumbuhan

Jumlah

Koperasi Aktif

Peratus

6.12%

3.74%

10.60%

3.64%

7.06%

4.23% 2.65 % 2.97 %

Sumber: Kementerian Koperasi dan Perusahaan Kecil dan Menengah Indonesia, 2015.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa koperasi di wilayah Jakarta dari berbagai kelompok

perusahaan adalah 7.989. Dari jumlah tersebut, koperasi aktif hanya 5.618 dengan total

keanggotaan 882.195 orang.

Jadual 1.2: Jumlah koperasi di wilayah di Jakarta, tahun 2015.

Bil

Daerah/bandar

Bilangan Koperasi Bilangan Ahli

Jumlah Aktif Tidak aktif

Jumlah

1. Jakarta Selatan 2,399 1,707 818 176,284

2. Jakarta Barat 952 794 277 168,322

3. Jakarta Timur 2,010 1,495 765 180,560

4. Jakarta Pusat 1,633 1.253 389 269,624

5. Jakarta Utara 1,040 764 320 87,405

Jumlah 8,024 6,016 1,963 882,195

Sumber: Dinas koperasi, perusahaan mikro, kecil dan menengah serta perdagangan pemerintah Jakarta (2015).

Organisasi membutuhkan sumber daya untuk melakukan setiap kegiatan untuk mencapai

tujuannya. Salah satu cara untuk mengetahui apakah organisasi telah melakukan kegiatan

operasionalnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah

untuk mengetahui kinerja perusahaan. Ini dapat ditunjukkan dengan menggunakan dan

mengelola sumber-sumber organisasi. Laporan keuangan sebagai sumber informasi kinerja

perusahaan harus mencerminkan situasi aktual organisasi selama periode waktu tertentu (Arif

Lukman Santoso, 2010). Ini karena Koperasi Simpan Pinjam memiliki kepercayaan

anggotanya sebagai konsumen dan pemilik untuk merasa aman dan memiliki layanan yang

baik seperti yang diharapkan oleh para anggotanya dan masyarakat lain. Koperasi Simpan

Pinjam harus dapat membuktikan kinerjanya melalui layanan yang diberikan. Selain itu,

Koperasi Simpan Pinjam sebagai lembaga perantara antara anggota sebagai pemilik, sumber

dana dan pengguna dana yang memiliki fungsi strategis dalam memajukan pertumbuhan

ekonomi masyarakat Indonesia. Peran strategis inilah yang menyebabkan keberlanjutan

perusahaan dipertahankan untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Karena itu, kinerja

Koperasi Simpan Pinjam harus dijaga (Djoko Mulyono, 2012).

Page 5: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

44

Kinerja Keuangan Koperasi Simpan Pinjam menjadi perhatian semua pihak terkait seperti

pemilik, masyarakat dan pemerintah. Karenanya, Koperasi Simpan Pinjam harus menerapkan

prinsip kehati-hatian dalam pengendalian keuangan dan manajemen risiko. Oleh karena itu

salah satu aspek penting untuk mengukur kinerja keuangan adalah melalui efisiensi

manajemen keuangan dalam menghasilkan laba koperasi (Muhammad Firdaus, 2004).

Dalam hal terjadi perubahan cepat dalam sistem keuangan di Koperasi Simpan Pinjam,

langkah penting adalah mengidentifikasi efisiensi operasional operasi dan pendapatan

sehingga Koperasi Simpan Pinjam dapat memperoleh laba optimal, dana pinjaman lebih

banyak, dan memberikan kualitas layanan yang lebih baik. Ketidakefisienan akan menjadi

penghambat kompetisi yang sengit terutama antara Koperasi Simpan Pinjam dengan

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti BPR, BPRS, BMT, dan lainnya. Oleh karena itu,

analisis mendalam sangat penting untuk mengukur dan menilai efisiensi dalam Koperasi

Simpan Pinjam (Djoko Mulyono, 2012).

Efisiensi adalah parameter kinerja yang cukup populer yang digunakan untuk menjawab

berbagai kesulitan dalam perhitungan kinerja. Koperasi Simpan Pinjam adalah organisasi

keuangan dengan risiko dan koperasi harus dapat meminimalkan tingkat risiko. Oleh karena

itu, Koperasi Simpan Pinjam harus bertindak rasional dalam menangani masalah efisiensi

manajemen risiko (Hendar, 2010).

Koperasi Simpan Pinjam adalah bagian dari industri keuangan di Indonesia yang memiliki

peran dan sistem operasi yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya. Koperasi Simpan

Pinjam bertanggung jawab untuk memastikan bahwa dana dari anggota koperasi sebagai

pengguna dan pemilik disalurkan dengan hati-hati, penargetan yang akurat, dan

mendistribusikan dana secara efisien. Oleh karena itu, efisiensi Koperasi Simpan Pinjam

adalah salah satu indikator penting untuk menganalisis efisiensi kebijakan keuangan yang

diadopsi untuk menghasilkan output maksimum dengan input untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan (Hendar & Kusnadi, 2005).

Muslimin Nasution (2008) menjelaskan bahwa kinerja koperasi akan berhasil ketika ada alat

kontrol atau petunjuk kualitas dari koperasi, salah satunya adalah mengetahui efisiensinya.

Evaluasi daya saing koperasi sangat penting karena efisiensi merupakan cerminan dari

kinerja koperasi yang mencakup laba, jumlah pinjaman, jumlah aset, dan pembayaran utang,

serta faktor yang harus diambil untuk bertindak dalam meminimalkan tingkat risiko dalam

operasinya.

Ada beberapa aspek dalam mengevaluasi tingkat kinerja dan kesejahteraan Koperasi Simpan

Pinjam dan salah satunya adalah aspek efisiensi. Untuk mengetahui dan mengevaluasi kinerja

koperasi dalam proses mencapai tujuannya, diperlukan pengukuran standar kinerja koperasi

itu sendiri. Laporan keuangan tahunan dapat memberikan informasi mengenai situasi

keuangan dan hasil yang dicapai oleh koperasi. Dalam laporan keuangan, ada beberapa hal

yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja seperti laporan laba dan rugi,

pertimbangan, pinjaman dan pembayaran untuk menilai kinerja. Diharapkan dengan penilaian

penilaian kinerja koperasi ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

Page 6: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

45

manajemen koperasi yang akan meningkatkan pendapatan anggotanya (Deny Setiawan,

2012).

Efisiensi adalah rasio antara output dan input, kemampuan untuk mendapatkan output

maksimum dengan input minimal dalam ukuran yang sesuai untuk industri keuangan. Pada

dasarnya, koperasi sebagai organisasi tidak memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan

lain. Untuk koperasi, tingkat efisiensi juga harus dilihat bersamaan dengan tingkat efektivitas

karena biaya layanan yang tinggi untuk anggota diimbangi oleh profitabilitas untuk layanan

yang lebih baik. Sebagai lembaga ekonomi, koperasi akan mengalami proses pertumbuhan,

kemudian koperasi akan tumbuh lebih besar. Pada tahap perkembangan ini, masalah efisiensi

tidak dapat dianggap enteng karena menurut sejarah perkembangan koperasi di dunia,

efisiensi sangat dipengaruhi dalam menentukan perkembangannya (Hendar & Kusnadi,

2005).

1.2. Rumusan masalah penelitian

Dalam penelitian ini, masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1. Apakah Koperasi Simpan Pinjam efisien dalam menjalankan operasinya dan apakah

ada perbedaan efisiensi antar Koperasi Simpan Pinjam?

1.2.2. Apakah ada perbedaan antara efisiensi Koperasi Simpan Pinjam menggunakan model

Data Evelopment Analysis (DEA) CRS dan VRS?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini:

1.3.1. Mengukur dan membandingkan efisiensi koperasi simpan pinjam milik masyarakat

umum di Jakarta

1.3.2. Membandingkan efisiensi Koperasi Simpan Pinjam menggunakan metode Data

Envelopment Analysis (DEA) dengan CRS (Constan Return to Scale) dan VRS

(Variable Ruturn to Scale).

1.4. Manfaat Penelitian

Kontribusi koperasi terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Oleh karena itu,

penelitian ini akan memberikan paparan tentang fungsi, peran dan masalah yang terkait

dengan efisiensi Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia. Bagi peneliti luar sebagai studi

koperasi sangat terbatas di tingkat internasional. Penelitian ini akan berkontribusi pada

kedalaman pengetahuan di bidang koperasi secara umum dan studi tentang Koperasi Simpan

Pinjam khususnya.

Penelitian ini juga digunakan sebagai referensi untuk mahasiswa dan peneliti lain sehingga

pengetahuan tentang Koperasi Simpan Pinjam dapat tumbuh dan dapat digunakan sebagai

panduan bagi masyarakat dan pemerintah. Semua pengetahuan dan informasi tentang

koperasi akan lebih dipahami. Selain itu, temuan penelitian ini juga dapat digunakan oleh

Page 7: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

46

pemerintah Indonesia dalam mengatur dan mengevaluasi potensi Koperasi Simpan Pinjam

yang ada. Karena koperasi merupakan kontributor penting dari sumber daya modal untuk

usaha kecil terutama serta membantu menciptakan peluang kerja, studi kinerja Koperasi

Simpan Pinjam dapat memberikan informasi yang berguna kepada pembuat kebijakan yang

relevan.

Untuk anggota dan koperasi, penelitian ini memberikan kesadaran dan paparan metode yang

dapat digunakan untuk menilai kompetensi koperasi yang menjadi anggotanya. Sangat

penting untuk memastikan bahwa koperasi dapat menggunakan semua sumber dengan cara

yang paling efektif dan efisien untuk memenuhi tujuan koperasi. Selain itu, penelitian ini

penting bagi masyarakat umum di Indonesia karena koperasi adalah salah satu organisasi

paling penting dalam perekonomian masyarakat dan mereka akan dapat lebih memahami

organisasi koperasi yang ada di masyarakat.

II. TINJAUAN LITERATUR

2.1. Definisi dan Klasifikasi Efisiensi

Industri jasa keuangan berubah dengan cepat. Karena itu, penting untuk menentukan efisiensi

dan pendapatan lembaga keuangan. Jika lembaga ini menjadi lebih efisien maka keuntungan,

peningkatan dana perantara dan kualitas layanan untuk pelanggan juga akan meningkat

(Berger, 1993).

Efektivitas atau efisiensi telah digunakan dalam banyak aspek, seperti ekonomi, teknologi,

dan ilmu sosial (Coelli, 2005). Dalam bidang ekonomi, efisiensi juga digunakan untuk

mengukur suatu perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan efisien jika menghasilkan output

maksimum dengan penggunaan input minimum (Kosak & Zajc, 2006).

Pada dasarnya, efisiensi dianggap sebagai produktivitas dan diukur dengan rasio input dan

output (Ngo, 2010). Dalam industri keuangan, efisiensi juga digunakan di berbagai lembaga

keuangan seperti perusahaan asuransi, koperasi simpan pinjam dan lainnya. Namun, lembaga

keuangan populer adalah lembaga perbankan (Kosak & Zajc, 2006). Efisiensi lembaga

keuangan telah menjadi masalah yang sangat penting dalam transisi ekonomi (Jemric &

Vujcic, 2002). Efisiensi lembaga keuangan telah diukur dalam beberapa dekade terakhir

untuk mengelola, mengawasi, dan memantau kegiatan lembaga keuangan. Industri keuangan

dianggap sebagai salah satu industri yang memiliki dampak langsung terhadap

perekonomian. Oleh karena itu penting untuk mengevaluasi tingkat efisiensi lembaga

keuangan yang ada dalam suatu perekonomian (Kumbhakar & Lovell, 2000).

Konsep efisiensi berasal dari konsep ekonomi mikro, teori konsumen dan produsen. Teori

pengguna mencoba untuk memaksimalkan utilitas atau kepuasan sementara teori produsen

mencoba untuk memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan biaya. Dalam teori

produsen, ada garis produksi perbatasan yang menggambarkan hubungan input dan output

dari proses produksi dan batas produksi yang mewakili output maksimum dari penggunaan

setiap input. Ini adalah teknologi yang digunakan oleh bisnis atau industri (Ascarya, 2009).

Page 8: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

47

Menurut Berger dan Master (1997), ada tiga konsep efisiensi lembaga keuangan. Pertama,

efisiensi biaya menunjukkan ukuran perkiraan perbedaan antara biaya aktual dan biaya

terbaik untuk menghasilkan output yang sama dalam kondisi yang sama. Kedua, standar

efisiensi laba menunjukkan keakuratan pengukuran dari profitabilitas aktual produksi dengan

laba maksimum yang dapat dicapai pada tingkat output dan harga input tertentu. Ketiga,

efisiensi laba alternatif adalah ukuran laba lembaga keuangan dengan laba maksimum yang

dapat dicapai pada jumlah output dan harga input tertentu. Dalam situasi pasar ini, lembaga

keuangan diasumsikan memiliki kekuatan pasar dalam menentukan harga output tetapi tidak

pada harga input. Ini karena ada perbedaan dalam tipe pasar. Dengan demikian, perbedaan

paling signifikan antara kedua metode ini adalah efisiensi laba alternatif untuk penentuan

variabel eksogen dalam mencapai laba maksimum. Dalam metode ini variabel eksogen

adalah tingkat output.

Menurut Muliawan D. Hadad (2003), ada tiga pendekatan yang digunakan untuk

mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan keuangan suatu lembaga

keuangan. Pertama, pendekatan aset yang merupakan fungsi utama dari lembaga keuangan

sebagai pencipta kredit dan output dalam bentuk kredit.

Kedua, pendekatan produksi adalah asumsi bahwa lembaga keuangan sebagai pemberi

pinjaman, output sebagai jumlah energi dan pengeluaran modal untuk aset tetap. Pendekatan

produksi juga menggambarkan kegiatan lembaga keuangan sebagai penyedia layanan kepada

deposan dan peminjam menggunakan semua faktor produksi seperti tenaga kerja dan sumber

daya ekonomi. Pendekatan ini didirikan oleh Benson, Hunter dan Wall (1995), yang

menganggap lembaga keuangan sebagai rekening deposito untuk deposan dan pemberi

pinjaman kepada peminjam. Oleh karena itu, pendekatan ini mendefinisikan input sebagai

total tenaga kerja, biaya modal, aset tetap dan bahan lainnya dan mendefinisikan output

sebagai jumlah dari semua akun deposito atau transaksi terkait lainnya. Menurut Freixas dan

Rochet (1998), pendekatan penarikan adalah uang yang dikumpulkan seluruhnya dari

deposan dan ditransfer ke beberapa cabang utama. Demikian pula dengan semua uang yang

dipinjamkan kepada peminjam yang disediakan oleh cabang utama yang sama.

Ketiga adalah pendekatan mediasi yang mengacu pada lembaga keuangan sebagai perantara

yang menambah dan mengambil alih aset keuangan dari unit surplus ke unit defisit di mana

input lembaga keuangan mencakup biaya tenaga kerja dan pembayaran kembali modal

simpanan serta output dalam bentuk investasi utang dan keuangan.

Demirbag et.al. 2010) menjelaskan bahwa kinerja dapat diukur dengan menghitung

produktivitas yaitu rasio antara output dan input sedangkan efisiensi adalah kemampuan

untuk menghasilkan sesuatu yang menghubungkan input dan output. Efisiensi biaya

dikategorikan ke dalam dua konsep: efisiensi output dan efisiensi input. Efisiensi output

didasarkan pada perbandingan antara biaya output pada level aktual dan biaya output pada

level optimal. Pendekatan output adalah sejumlah output yang dapat diukur secara

proporsional tanpa mengubah jumlah input yang digunakan sementara efisiensi input terkait

dengan kemampuan perusahaan untuk secara efisien menggunakan input untuk menghasilkan

sejumlah output tertentu. Dasar dari pendekatan input ini adalah bahwa beberapa input dapat

Page 9: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

48

dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output yang dihasilkan. Ada dua

kemungkinan yang menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan input yaitu penggunaan input

yang melebihi persyaratan dalam menghasilkan sejumlah output dan penggunaan input yang

tidak akurat selama proses produksi (Hadad, 2003).

Farrell (1957) dan Ismail (2010) menjelaskan bahwa efisiensi suatu perusahaan dapat

dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi yang terdiri dari beberapa faktor teknis seperti

efisiensi penyediaan, efisiensi skala, efisiensi teknis murni dan efisiensi biaya. Kompetensi

teknis didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output pada level

tertentu dengan menggunakan input minimum atau pada level input tertentu. Sebuah

perusahaan dikatakan efisien ketika perusahaan memiliki kemampuan untuk mengelola

aktivitas produksi seacre yang efektif sehingga menghasilkan output maksimum tanpa ada

pemborosan sumber daya (Kumbhakar & Lovell, 2000).

2.2 Pengukuran Efisiensi

Evaluasi teoritis atau empiris kinerja organisasi didominasi oleh penggunaan metode

perbatasan. Secara umum, metode ini dibagi menjadi parametrik dan non parametrik. Metode

ini juga memiliki karakteristik yang sama dalam menerapkan efisiensi relatif sebagai ukuran

kinerja. Efisiensi Decision Maker Unit (DMU) didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menghasilkan output maksimum dari input input minimum, tergantung pada kendala sumber

daya dan lingkungan operasi (Sufian, 2006; Banker, 1984). Metode dengan pendekatan

parametrik menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) sedangkan dalam

pendekatan non parametrik, pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan.

Pendekatan SFA mengasumsikan fungsi produksi yang digunakan untuk memetakan

hubungan input dan output dan menghitung efisiensi ekonomi, yang kemudian

dikomposisikan menjadi Pure Technicel Efficiency (PTE) dan Alocative Efficiency (AE)

(Fried, 1993). Kekuatan dari pendekatan ini adalah untuk mengendalikan kesalahan stokastik

dalam perkiraan ekonometriknya. Namun, kelemahan dari pendekatan ini adalah

kemungkinan bahwa ada kesalahan dalam menentukan fungsi produksi dan distribusi yang

tidak akurat dapat menyebabkan bias (Drake & Weyman, 1996). Atau, metode Data

Envelopment Analysis (DEA) yang semakin populer yang dikembangkan oleh Charnes,

Cooper dan Rhodes (1978) berlaku. Pendekatan ini sering digunakan untuk estimasi efisiensi

dalam studi perbankan.

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) menggunakan prosedur pemrograman linier

dalam mengidentifikasi produk empiris. DEA membandingkan semua unit yang sama dengan

memperhitungkan beberapa dimensi output dan input ke dalam akun bersama, Setiap unit

dianggap sebagai unit pengambil keputusan yang mengubah input menjadi output. Metode

DEA diringkas di bawah Metode CCR (Charnes, 1978) dan metode yang dikembangkan oleh

Banker, Charnes, dan Cooper diringkas sebagai metode BCC (Banker, 1984). Karena

fleksibilitas DEA dan data penelitian yang terbatas, penelitian ini akan menggunakan DEA

dalam mengukur efisiensi.

Page 10: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

49

Berbagai studi empiris tentang pengukuran efisiensi dilakukan menggunakan DEA dan SFA

karena metode pengukuran ini sangat maju dan paling banyak digunakan untuk menganalisis

efisiensi di lembaga keuangan khususnya di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang.

Sebagai contoh, Berger et al. (1993), Berger dan Humphrey (1997) dan Berger dan Mester

(1997) melakukan penelitian untuk meninjau efektivitas lembaga keuangan menggunakan

kedua metode. Penggunaan DEA dan SEA juga sejalan dengan penelitian oleh Istuningsih,

(2015), Muhari, (2014), Subandi (2014), Suswandi (2007), Iqbal (2011) di Indonesia,

Hamim, (2006) di Malaysia, Yildirim dan Philippatos 2003) di Eropa tengah dan timur,

Bhattacharya et al. (1997) dan Srivastava (1999) di India, Hasan dan Marton (2003) di

Hongaria dan Isik dan Hassan (2002) di Turki.

Selain itu, studi oleh Berger dan Humphray (1997) menggambarkan 130 studi efisiensi di

lembaga keuangan yang diterbitkan hingga 1997 menemukan bahwa tingkat efisiensi berbeda

sesuai dengan metode, konteks dan spesifikasi metode. Sementara itu, penelitian yang

menghitung efisiensi juga dilakukan oleh Nyankomo Marwa dan Meshach Aziakpono (2015)

di Cooperative and Lending Cooperative, Huynhnhat Nguyen (2014) di lembaga keuangan

Vietnam, Beccalli, Cesu dan Girardone (2006) di lembaga keuangan Eropa, Kablan (2010) di

lembaga keuangan Afrika dan Tecles dan Tabak (2010) di Brasil. Farrel (1957) dan Ismail

(2010) menyimpulkan bahwa efisiensi suatu perusahaan dapat dinilai dengan mengetahui

tingkat efisiensi ekonomi yang terdiri dari beberapa faktor yaitu Efisiensi Teknis (EA),

Efisiensi (SE), Efisiensi (SE), Efisiensi (SE) PTE) dan Efisiensi Biaya (CE).

2.2.1 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input

Input dan output dalam produksi adalah keputusan penting untuk dipertimbangkan. Dalam

literatur perbankan, ada tiga pendekatan utama yang berguna dalam menentukan input dan

output (Nghiem, 2004; Qayyum & Ahmad, 2006; Moffat, 2008). Pendekatan ini adalah 1.

Pendekatan produksi adalah Lembaga Keuangan yang dianggap sebagai penyetor dan

peminjam pinjaman dalam pendekatan produksi. Jumlah karyawan dan biaya modal

merupakan input penting dalam pendekatan ini. 2. Pendekatan Perantara adalah untuk

mempertimbangkan lembaga keuangan sebagai perantara karena memiliki tanggung jawab

untuk mengubah aset keuangan deposan menjadi investor. Dalam hal ini, input dapat

didefinisikan sebagai biaya tenaga kerja, modal dan bunga yang dibayarkan kepada deposan

sementara pinjaman dan investasi keuangan dianggap sebagai output dalam pendekatan ini.

Akhirnya, 3. Pendekatan aset mengasumsikan fungsi lembaga keuangan sebagai pembuat

pinjaman sementara nilai aset lembaga keuangan bertindak sebagai output.

2.2.2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi output

Pengukuran kompetensi lain yaitu mempertimbangkan output dapat ditentukan tanpa

mengembangkan level input. Langkah-langkah yang berorientasi pada keluaran adalah ketika

perusahaan memproduksi dua tipe keluaran (y1 dan y2) menggunakan satu input (x).

Page 11: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

50

2.3 Pengukuran Efisiensi Lembaga Keuangan

Pengukuran efisiensi lembaga keuangan seperti Bank dan Koperasi Kredit dapat dinilai dari

operasi yang merupakan pendekatan utama untuk memperjelas hubungan antara input dan

output. Ada dua pendekatan yang digunakan yaitu produksi dan mediasi (Freixas & Rochet,

1998). Pendekatan produksi menggambarkan aktivitas sebagai pelepasan layanan kepada

deposan dan peminjam menggunakan semua faktor yang dapat diperoleh dari produksi

seperti tenaga kerja dan modal fisik. Pendekatan ini diprakarsai oleh Benston (1965) dan Bell

and Murphy (1968) yang menganggap lembaga keuangan sebagai lokasi keuangan dalam

penciptaan rekening simpanan untuk deposan dan pemberi pinjaman. Oleh karena itu,

pendekatan ini mendefinisikan input sebagai total tenaga kerja, biaya modal, aset tetap, dan

material lainnya dan mendefinisikan output sebagai jumlah dari semua akun deposito.

Menurut Freixas, (1998), pendekatan perantara sesuai dengan metode keuangan di mana uang

dikumpulkan dari deposan dan semua uang yang dipinjamkan kepada peminjam disediakan

oleh lembaga keuangan. Ini adalah satu-satunya hasil dari layanan ke deposan dan peminjam.

Kedua pendekatan ini mencerminkan aktivitas lembaga keuangan sebagai perantara dalam

menyalurkan uang pinjaman dari deposan (unit surplus produksi) menjadi uang yang

dipinjamkan kepada peminjam (defisit unit). Pendekatan ini mendefinisikan input sebagai

modal keuangan (dana yang dikumpulkan dan dana pinjaman) dan mendefinisikan output

sebagai jumlah kredit dan investasi.

2.4. Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah pendekatan yang didasarkan pada prinsip-prinsip

pemrograman linier. DEA diperkenalkan oleh Charles et al. (1978) yang mengacu pada

konsep efisiensi (Farrel, 1957). Pendekatan ini mengukur efisiensi relatif dari Decision

Maker Unit (DMU). Semua penyimpangan dari perkiraan batas pengeluaran adalah

inefisiensi dan DMU adalah kombinasi dari beberapa input dan keragaman output (Berger &

Humphrey, 1997).

Studi masa lalu tentang efisiensi lembaga keuangan menggunakan DEA telah menunjukkan

peningkatan jumlah studi tentang operasi lembaga keuangan. Selain itu, penelitian yang

menentukan efisiensi berbagai lembaga keuangan dilakukan oleh Abdul Rahman Ali (2017),

Anita Puspita Sari (2017), Heny Yuningrum (2016), Nyankomo Marwa dan Meshach

Aziakpono (2015), Solikah Yunita Utami (2010) Darrat et al. (2002), Sathye (2001), Sturm

dan Willian (2004), Ayadi et al. (1998), Barr et al. (2002), Isik dan Hassan (2003) dan

Mukherjee A. et al. (2002). Ada juga studi efisiensi antara cabang-cabang lembaga keuangan

yang dilakukan oleh Al-Faraj et al. (1992), Oral et al. (1992), Anthanassopoulos (1995),

Drake dan Howcroft (2002) serta Paradi dan Schffnit (2004).

Selain meninjau efisiensi lembaga keuangan, studi tentang pertumbuhan produktivitas

lembaga keuangan juga dilakukan. Analisis produktivitas apakah pertumbuhan produktivitas

yang terkait dengan perubahan teknologi atau perubahan TE dilakukan oleh Mukhrjee, et al.

(2001), Sathye (2002), Darrat et al. (2002), Krishnasamy et al. (2003), Sturm dan William

(2004), dan Fadzlan (2005). Studi tentang efisiensi lembaga keuangan sebagian besar

Page 12: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

51

terkonsentrasi pada Efisiensi Teknis (TE) dan efisiensi alokasi (AE). TE adalah kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan input maksimal dari input. TE terdiri dari Efisiensi Teknis

Murni (PTE) dan Skala Efisiensi (SE). PTE menggambarkan efisiensi operasi sementara SE

menggambarkan keadaan yang menguntungkan.

Di sisi lain, AE menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dalam

proporsi optimal (Aly et al 1990) menggunakan DEA untuk menghitung efisiensi

keseluruhan, TE, PTE, AE dan SE untuk 322 sampel lembaga keuangan independen di

Amerika Serikat. Aly et al. (1990) juga menemukan bahwa lembaga keuangan dalam sampel

ini menunjukkan tingkat efisiensi relatif rendah. Selain itu, tidak ada perbedaan efisiensi yang

signifikan antar lembaga keuangan. Sebuah survei yang dilakukan oleh Miller dan Noulas

(1996), mengukur TE (PTE dan SE) dari 201 lembaga keuangan utama di Amerika Serikat

dari 1984 hingga 1990 menemukan bahwa rata-rata TE tinggi sekitar 95 persen. Ini

menunjukkan bahwa lembaga keuangan yang lebih besar dan menguntungkan memiliki PTE

yang tinggi. Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh Darrat et al. (2002).

Darrat et al. (2002) menggunakan DEA dan Indeks Produktivitas Malmquist (MPI) dalam

studi lembaga keuangan Kuwait dan menemukan bahwa TEs di lembaga keuangan Kuwait

konsisten dan lebih tinggi daripada AE. Berbeda dengan penelitian oleh Miller dan Noulas

(2002), Darrat et al. (2002) menemukan bahwa SE di lembaga keuangan di Kuwait secara

terus menerus lebih tinggi daripada PTE. Sebuah studi oleh Guan dan Randhawa (2005) di

lima belas lembaga keuangan di Singapura dan Hong Kong menemukan bahwa peningkatan

sumber daya keuangan dan layanan di Singapura lebih efektif sementara lembaga keuangan

Hong Kong lebih efektif daripada Singapura dalam hal pemanfaatan keuangan dan

intermediasi keuangan.

Di sisi lain, sebuah studi oleh Sathye (2001) yang menggunakan 1.996 data cross-sectional

untuk menganalisis kompetensi lembaga keuangan di Australia menemukan bahwa, efisiensi

yang didominasi oleh AE sangat tinggi. Studi lain yang mengukur efisiensi lembaga

keuangan di Australia menggunakan DEA dilakukan oleh Sturm dan William (2004) yang

meninjau skala ekonomi dari 16 lembaga keuangan domestik dan 19 lembaga keuangan asing

untuk periode 1998 hingga 2001. Berdasarkan temuan penelitian, disimpulkan bahwa skala

yang tidak efisien mendominasi AE di lembaga keuangan Australia tetapi telah ada

peningkatan dari SE setelah resesi 1990-an. Penelitian terdahulu oleh Miller dan Noulas

(1996) menemukan bahwa lembaga keuangan yang lebih besar dan lebih menguntungkan

memiliki inefisiensi yang lebih rendah. Sedangkan Aly et al. (1990) menemukan bahwa PTE

berhubungan positif dengan ukuran lembaga keuangan.

Guan (2005) menemukan bahwa lembaga keuangan yang lebih besar memiliki efisiensi yang

lebih tinggi daripada skor inefisiensi dari lembaga keuangan kecil. Di sisi lain, Karacabey

(2001) menemukan bahwa keuntungan dari 44 lembaga keuangan komersial di Pakistan

untuk tahun 2000 tidak terkait dengan TE. Selanjutnya, Darrat et al. (2002) menemukan

bahwa ukuran institusi.

Page 13: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

52

Selain itu, Sathye (2001) menemukan bahwa biaya untuk karyawan menunjukkan korelasi

positif dengan OE dan deposit memiliki hubungan positif yang signifikan dengan AE.

Selanjutnya, Aly et al. (1990) menemukan bahwa OE dan TE memiliki hubungan negatif

dengan produktivitas dan hubungan positif dengan urbanisasi. Barr et al. (2002)

menggunakan metode DEA untuk menilai kompetensi produktif lembaga keuangan

komersial di AS pada tahun 1984-1998. Peneliti menemukan bahwa keuntungan rendah

dengan pendapatan non-bunga, biaya non-bunga dan dana yang dibeli. Selanjutnya, peneliti

menemukan bahwa efisiensi positif dengan aset produktif dan laba rata-rata aset. Selain itu,

NPL untuk total aset (1984-1993) dan penggajian (1984-1994) signifikan dan terkait dengan

efisiensi kuartil. Juga, dengan menggunakan peringkat CAMEL, penelitian ini menemukan

bahwa lembaga ini memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi daripada lembaga yang lemah.

Grigorian dan Manole (2002) memperkirakan efisiensi lembaga keuangan komersial dengan

menggunakan DEA untuk lembaga keuangan yang terdiri dari 17 negara transisi untuk 1995-

1998. Para peneliti menemukan bahwa lembaga keuangan dengan tingkat pasar yang lebih

besar menjadi lebih efisien daripada pasar yang lebih kecil. Studi oleh Mukherjee et al.

(2002) menunjukkan bahwa di India, lembaga keuangan sektor publik lebih efisien daripada

lembaga keuangan swasta atau asing. Ini didasarkan pada operasi di lembaga keuangan sektor

publik yang memiliki sejumlah besar pelanggan di seluruh negeri dan lingkup operasi yang

lebih luas. Temuan penelitian ini didukung oleh Sturm dan Williams (2004). Di sisi lain, Isik

dan Hassan (2003) menemukan bahwa lembaga keuangan umum dan asing mengungguli

lembaga keuangan swasta dalam hal biaya dan TE.

Lebih lanjut, Isik dan Hassan (2003) juga menemukan bahwa dalam aspek AE, lembaga

keuangan umum mendominasi lembaga keuangan asing dan swasta. Selain itu, Gregorian dan

Manole (2002) menemukan bahwa lembaga keuangan milik asing lebih efektif atau efisien

daripada lembaga keuangan publik (termasuk perusahaan milik negara dan perusahaan

swasta). Selain itu, Isik dan Hassan (2003) meneliti hubungan antara tenaga kerja terdidik,

kredit bermasalah (NPL) dan pertumbuhan aset dengan efisiensi. Para peneliti menemukan

bahwa pertumbuhan aset dan NPL berhubungan negatif dengan efisiensi sementara pekerja

yang berpendidikan secara positif terkait dengan efisiensi. Bernyayi dan Guan (1998) menilai

efisiensi biaya dan profitabilitas relatif dari panel enam lembaga keuangan yang terdaftar di

Singapura untuk periode 1992-1996 menggunakan DEA. Para peneliti menemukan bahwa

efisiensi laba rata-rata secara signifikan lebih rendah daripada penghematan biaya rata-rata.

Namun, profitabilitas rata-rata lebih tinggi daripada laba rata-rata dari lembaga keuangan di

Amerika Serikat dan Spanyol. Selanjutnya, perubahan persentase harga dari saham lembaga

keuangan mencerminkan persentase perubahan laba dari efisiensi biaya.

Ho dan Zhu (2004) melakukan penelitian menggunakan reformasi dua tahap dari metode

DEA yang memisahkan efisiensi dan efektivitas dalam mengevaluasi kinerja perusahaan

yang terdaftar dari lembaga keuangan di Taiwan. Peneliti membagi studi menjadi dua

tingkatan, pada tingkat pertama memilih input dan output yang mewakili efisiensi dan pada

tingkat kedua input dan output mewakili efektivitas. Temuan menunjukkan bahwa, jika suatu

lembaga memiliki efisiensi yang lebih baik, itu belum tentu efektivitas yang lebih baik. Tidak

ada korelasi yang jelas antara efisiensi dan efektivitas. Selain itu, Maghyereh (2006) juga

Page 14: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

53

meninjau skor efisiensi untuk sampel data panel yang mencakup delapan lembaga keuangan

komersial di Yordania selama periode 1984-2001 menggunakan DEA.

2.4.1 Metode CCR (Charnes-Cooper-Rhodes)

Estimasi efisiensi DEA untuk unit pengambilan keputusan (DMU) dengan asumsi skala

pengembalian konstan (CRS) pada awalnya dikembangkan oleh Charnes et al. (1978) dan

sering disebut sebagai metode Charnes-Cooper-Rhodes (CCR). Estimasi efisiensi untuk

DMU menggunakan metode CCR ditemukan menjadi solusi untuk program linier (Cooper et

al. 2006). Metode ini memperkenalkan ukuran efisiensi untuk DMU yang merupakan rasio

maksimum antara output dan kelebihan input. Nilai bobot yang digunakan dalam rasio

ditentukan oleh batas yaitu rasio yang sama untuk setiap DMU harus memiliki nilai kurang

dari atau sama dengan satu. Metode DEA dengan banyak input dan output memerlukan

teknik pemrograman linier. Tujuan dari fungsi masing-masing program linear fraksional

adalah perbandingan output yang sama dengan total DMU dibagi dengan jumlah input yang

sama.

Metode CCR dikenal sebagai Constant Return To Scale (CRS) yang merupakan

perbandingan konstan antara nilai output dan nilai input serta nilai input dan output yang

dapat dibandingkan. Dalam metode ini, tidak ada kendala konveksitas, berbeda dengan

metode Banker-Charnes-Cooper Institution (BCC) yang memiliki kendala konveksitas.

2.4.2 Metode BCC (Banker-Charnes-Cooper)

Hasil dari metode DEA yang menyediakan variabel pengembalian variabel disebut metode

BCC (Banker-Charnes-Cooper, 1984). Metode BCC juga dikenal sebagai Variable Return To

Scale (VRS), yang merupakan peningkatan pada bagian input dan output yang tidak sama.

Tingkat kenaikan mungkin Meningkatkan Skala Pengembalian (IRS) atau Pengurangan Skala

Pengembalian (DRS). Penelitian sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan analisis

DEA, misalnya dalam analisis lembaga keuangan. Sherman dan Gold (1985) adalah peneliti

pertama yang mengadopsi DEA untuk menghitung skor keuangan lembaga keuangan.

Bhattacharyya et al. (1997) menggunakan VRS DEA untuk mempelajari lembaga keuangan

komersial di India dari 1986 hingga 1991 dalam kerangka pendekatan perbatasan yang

merupakan data untuk lembaga keuangan selama bertahun-tahun yang dikumpulkan.

Studi oleh Sathye (2003) telah menggunakan data 1997-1998 yang terdiri dari 94 lembaga

keuangan termasuk sektor publik, swasta dan asing. Rafika Rahmawati (2015) mengukur

efisiensi lembaga keuangan Islam dan menggunakan DEA untuk menganalisis 5 lembaga

keuangan sebagai sampel dari lembaga keuangan industri. Temuan menunjukkan bahwa

lembaga keuangan Islam di Indonesia cukup efektif selama periode studi dan mencapai

inefisiensi rata-rata hanya 7 persen. Kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan antara

lembaga keuangan Islam dan lembaga keuangan umum dengan portofolio keuangan syariah.

Ketiga, ada peningkatan efisiensi sekitar 2,3 persen setiap tahun di lembaga keuangan

syariah. Penelitian sebelumnya juga menggunakan DEA yang dilakukan oleh Suzuki dan

Sastrosuwito (2011) di mana sampel dikumpulkan menjadi empat kelompok berdasarkan

jenis kepemilikan (milik pemerintah, swasta, gabungan dan milik asing). Suzuki (2011)

menunjukkan bahwa selama periode 1994-2008, efisiensi sektor lembaga keuangan Indonesia

relatif tinggi dengan rata-rata industri 0,866. Peneliti kemudian menjelaskan bahwa

produktivitas lembaga keuangan komersial di Indonesia selama periode itu disebabkan oleh

perubahan teknologi dan efisiensi teknis. Namun, penelitian ini mengkaji teknik efisiensi

lembaga keuangan komersial di Indonesia dalam menerapkan peran mediasi sepanjang 2004-

2009 dan hubungannya dengan faktor-faktor lembaga keuangan internal.

Page 15: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

54

Pendekatan utama dalam mengukur input dan output untuk lembaga keuangan adalah

pendekatan untuk produksi dan mediasi (Barr, 2002; Galagedara & Edirisuriya, 2004;

Hermes & Vu, 2008; Saad & Mousawi, 2009). Sejalan dengan studi oleh Paradi dan Schaffnit

(2004), pendekatan pertama mempertimbangkan lembaga keuangan untuk bertindak sebagai

lembaga yang menyediakan produk berbasis biaya dan layanan berbasis kepada klien dengan

menggunakan berbagai sumber. Ini adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari

efisiensi biaya operasi lembaga keuangan. Pendekatan kedua terlihat di lembaga keuangan

sebagai pemodal perantara yang mengumpulkan dana dalam bentuk deposito dan

meminjamkan dengan menerbitkan pinjaman atau aset lain untuk menghasilkan pendapatan.

Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari efisiensi organisasi dan kelayakan finansial dari

lembaga keuangan.

Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan lembaga keuangan yang telah menerapkan

pendekatan mediasi fungsional untuk mengambil simpanan dari unit surplus dan pembiayaan

unit saluran. Berger, (1997) menyatakan bahwa pendekatan produksi lebih baik untuk

mengevaluasi efisiensi cabang lembaga keuangan daripada studi dengan pendekatan mediasi

yang sebelumnya dilakukan oleh Paradi dan Schaffnit (2000).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Sumber data

Sumber data untuk penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ini diperoleh dari

laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam di Jakarta. Data ini juga dikumpulkan melalui

tinjauan literatur dengan metode membaca dokumen yang terkait dengan materi penelitian.

Selain itu, perbandingan laporan juga berasal dari sumber data yang tersedia di perpustakaan.

3.2 Pemilihan sampel

Sampel koperasi yang akan diteliti adalah Koperasi Simpan Pinjam meskipun ada beberapa

jenis koperasi. Ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, ada banyak Koperasi

Simpan Pinjam di daerah perkotaan atau bahkan di kota. Dengan demikian, dapat mewakili

studi koperasi di kedua lokasi. Kedua, Koperasi Simpan Pinjam sangat diperlukan karena

membantu masyarakat untuk mendapatkan modal bisnis yang dibutuhkan. Ketiga, Koperasi

Simpan Pinjam umumnya memiliki sistem manajemen yang lebih baik dan terstruktur

terutama dalam hal pelaporan keuangan dibandingkan dengan jenis koperasi lainnya.

Sementara itu, faktor keempat adalah Koperasi Simpan Pinjam yang lebih mendapat

perhatian dari pemerintah terutama dalam pemberian bantuan modal operasional.

Jumlah sampel yang digunakan adalah sebelas (11) Koperasi Simpan Pinjam yang dimiliki

oleh masyarakat sipil. Total sampel survei sampel didasarkan pada kondisi yang ditetapkan

bahwa masing-masing Simpan Pinjam Koperasi yang dipilih selesai sesuai dengan

persyaratan dokumentasi yang ditetapkan oleh pemerintah seperti dua set salinan Undang-

Undang Pembentukan Koperasi, Laporan Rapat Pembentukan Koperasi, Laporan Tahunan

tentang Pelaporan Keuangan diorganisasikan kepada anggota dan koperasi pemerintah

koperasi dan memiliki daftar hadir dalam rapat umum koperasi.

Sampel koperasi simpan pinjam diambil secara acak berdasarkan informasi yang diberikan

oleh Kantor Pusat Koperasi Jakarta dengan memberikan surat izin untuk mendapatkan data

Page 16: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

55

yang diperlukan. Koperasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah di antara koperasi yang

memiliki kualitas terbaik dari seluruh koperasi di Jakarta.

Tabel 3.1: Data tentang Data Koperasi Simpan Pinjam di wilayah Jakarta

Jadual 3.1: Data Koperasi Simpan Pinjam di wilayah Jakarta

No. Nama koperasi Lokasi

1 Koperasi Sumber Jaya Jakarta Utara

2 Koperasi Ksp Kodanoa Jakarta Barat

3 Koperasi Sejati Mulya Jakarta Selatan

4 Koperasi Sehati Jakarta Selatan

5 Koperasi Rawa Badung Jakarta Timur

6 Koperasi Wira Karya Jaya Jakarta Timur

7 Koperasi Ceger Jakarta Timur

8 Koperasi Tunas Jaya Jakarta Pusat

9 Koperasi Kesejahteraan Kaum Ibu Jakarta Pusat

10 Koperasi Kemauan Bersama Jakarta Pusat

11 Koperasi Makmur Jakarta Timur

Sumber: Dinas Koperasi Jakarta, 2013

3.3 Prosedur pengumpulan data

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari laporan tahunan Koperasi Simpan Pinjam yang

dipilih antara 2008 dan 2013. Dengan demikian, data yang dikumpulkan adalah laporan

keuangan untuk jangka waktu enam tahun yang terdiri dari sebelas Koperasi Simpan Pinjam

milik masyarakat umum.

3.4 Variabel penelitian

Penelitian tentang Koperasi Simpan Pinjam menggunakan variabel-variabel berikut.

Jadual 3.2: Jadual 3.2: Variabel dari Koperasi Simpan Pinjam.

Variabel input Definisi variabel input

Anggota koperasi Anggota anggota Koperasi Simpan Pinjam

adalah anggota yang telah terdaftar dan

memenuhi ketentuan sebagai anggota

koperasi yang telah membayar iuran pokok

dan iuran wajib. Dalam penelitian ini, anggota yang aktif membayar iuran.

Modal Modal adalah uang yang digunakan untuk

berdagang atau menjalankan perusahaan.

Modal koperasi bersumber dari pakar

Page 17: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

56

koperasi dan dari pihak luar, misalnya Bank

Milik Pemerintah. Termasuk jumlah uang

yang dipinjamkan kepada anggotanya.

Biaya operasi Biaya operasi secara langsung dikaitkan dengan kegiatan operasi koperasi, termasuk biaya tetap dan biaya tidak tetap

Variabel output Definisi variabel output

Keuntungan Keuntungan adalah surplus dari total

pendapatan dibandingkan dengan total biaya

operasi atau pendapatan surplus dari total

biaya dalam proses produksi barang atau

jasa. Dalam penelitian ini laba bersih (laba dikurangi dikurang pajak).

Aset Aset adalah aset (sumber daya ekonomi)

yang dimiliki oleh perusahaan bisnis yang

dapat diukur secara jelas menggunakan

satuan uang. Data yang dianalisis adalah total aset.

Pinjaman Pinjaman adalah biaya yang dikeluarkan

untuk mendukung investasi yang

direncanakan, yang dikelola sendiri atau oleh orang lain. Pinjaman diberikan kepada

anggota dan bukan anggota.

Pengembalian hutang Pelunasan utang adalah ketika pelanggan

melakukan pembayaran angsuran atas

pinjaman yang diambil dalam jumlah dan

durasi yang ditentukan untuk pelanggan.

Pelunasan pinjaman ini bersama dengan suku bunga yang dikenakan.

3.5 Pengukuran variabel

Dalam penelitian ini, ada 2 variabel yaitu variabel input dan variabel output. Variabel input

adalah biaya anggota, modal dan operasi. Sedangkan variabel outputnya adalah laba, aset,

pinjaman dan pelunasan pinjaman.

Variabel input dan output dianalisis menggunakan metode Data Envelopment Analysis

(DEA). Metode ini merupakan tahapan yang akan menentukan nilai efisiensi bagi koperasi di

wilayah Jakarta. Metode yang digunakan untuk penelitian ini diharapkan untuk menjawab

tujuan penelitian yang ditetapkan dalam Bab 1.

3.6 Metode analisis data penelitian

Dalam Studi Koperasi Simpan Pinjam, metode yang digunakan untuk analisis data adalah

sebagai berikut:

Metode Data Analysis Envelopment (DEA).

Metode DEA mengasumsikan bahwa N adalah Simpan Pinjaman Co-op atau juga dikenal

sebagai Deck Making Unit (DMU) dengan output yaitu keuntungan, aset, pinjaman dan

pembayaran utang sedangkan inputnya adalah anggota, modal dan biaya operasi. Efisiensi

diukur sebagai berikut:

Page 18: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

57

t

t

n

n

n

ui yip

ef p = i−1 ..........................................................................................(3.9)

v j x jp

j =1

di mana yip adalah i sebagai output (laba, aset, jumlah pinjaman, dan pembayaran utang)

yang dihasilkan oleh UPK, xjp adalah j sebagai input (ahli, modal, biaya operasi) yang

digunakan oleh UPK, ui adalah bobot output, vj adalah bobot input, i adalah dari 1 ke s dan j

adalah dari 1 ke t. Rasio efisiensi ini tunduk pada persamaan berikut:

ui yip i −1 1dimana i = 1 ....n, dan u

v j .x jp

j =1

dan vj

≥ 0 ...................................(3.10)

Ketidaksetaraan pertama memastikan bahwa rasio efisiensi untuk UPK tidak dapat melebihi

nilai satu sedangkan ketidaksetaraan kedua membutuhkan nilai bobot positif. Bobot untuk

setiap output dan input ditentukan sehingga masing-masing UPK memaksimalkan rasio

efisiensi. Dengan kata lain, DEA menguntungkan setiap UPK ketika menghitung rasio

efisiensi.

i. Metode CCR (Charnes-Cooper-Rhodes)

Metode CCR dapat dituliskan seperti berikut.

xij i ..........................i = 1,2....,m………………………….……..(3.11) j=1

yrjj yi ...................r = 1,2 ....,s……………………………….…(3.12) j =1

j 0 ...........................j= 1,2...., ………………..…………………(3.13) j =1

Keterangan:

θ = efisiensi UPK metode CCR

N = jumlah UPK

M = jumlah input (ahli, modal dan biaya operasi)

S = jumlah ontput (keuntungan, aset, jumlah yang dipinjamkan dan pembayaran hutang)

Xij = jumlah input ke i UPK j

yrj = jumlah output ke r UPK j

n

n

i

Page 19: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

58

n

λj = berat UPK j untuk UPK yang perkirakan.

Metode CCR dikenal sebagai Constant Return To Scale (CRS) yang merupakan

perbandingan konstan antara nilai output dan input serta penambahan input dan nilai output.

Dalam metode CCR, tidak ada persyaratan kendala konveksitas, yang bertentangan dengan

metode Kerjasama Keuangan Banker-Charnes-Cooper (BCC) yang menyediakan kendala

konveksitas.

ii. Metode BCC (Banker-Charnes-Cooper)

Hasil dari metode DEA yang menyediakan variabel pengembalian variabel disebut metode

BCC (Banker, Charnes & Cooper, 1984) dengan menambahkan kondisi konveksitas untuk

nilai bobot λ dengan memasukkan ke dalam batasan berikut:

j j =1

= 1………………………………………………………………(3.14)

Seterusnya metode BCC boleh ditulis dengan persamaan berikut.

xij

j =1

λij ≥ π i i = 1,2, .., m……………….....……..........……...(3.15)

yrj j =1

λj ≤ yi r = 1,2, .. s……………….…………..……(3.16)

j = 1 j =1

j 0 j = 1,2 …,n……………………………….(3.17) j=1

π = efisiensi UPK metode BCC

n = jumlah UPK

m = jumlah input

s = jumlah output

xij = jumlah input ke i UPK j

yrj = jumlah output ke r UPK j

λj = berat DMU j untuk UPK yang diperkirakan

Metode BCC juga dikenal sebagai Variable Return To Scale (VRS), yang merupakan

peningkatan input dan output pada tingkat yang tidak merata. Tingkat kenaikan mungkin

Peningkatan Skala Pengembalian (IRS) atau mungkin juga Pengurangan Skala Pengembalian

(DRS). Ada banyak penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menggunakan analisis DEA,

misalnya dalam analisis sektor keuangan. Sherman dan Gold (1985) adalah peneliti pertama

yang menggunakan metode DEA untuk menghitung skor keuangan lembaga keuangan.

n

n

n

n

Page 20: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

59

Bhattacharyya et al. (1997) adalah peneliti pertama yang menggunakan DEA VRS untuk

mengevaluasi efisiensi lembaga keuangan komersial antara tahun 1986 dan 1991.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Statistik Statistik Deskriptif

Sampel koperasi yang akan diteliti adalah Koperasi Simpan Pinjam yang dimiliki oleh

masyarakat umum dari 11 koperasi. Pemilihan sampel secara acak yaitu sampel yang diambil

berdasarkan referensi oleh kantor pusat koperasi Jakarta dengan memberikan surat

rekomendasi. Referensi oleh kantor pusat koperasi Jakarta didasarkan pada beberapa kriteria.

Hasil analisis data statistik deskriptif variabel input yaitu anggota, modal dan biaya operasi

dan output yaitu laba, aset, pinjaman dan pembayaran utang dari simpan pinjam koperasi di

Jakarta adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1: Statistik Deskriptif 11 Koperasi Simpan Pinjam Milik Masyarakat

umum di Jakarta.

Variable N

Minimum

Maksimum

Rata-rata

Standart

deviasi

Ahli 66 161 5731 1201.55 1260.43

Modal* 66 230153 75565086 8477445.77 1686000.00

Kos operasi* 66 34234 32631485 3731324.21 7980654.36

Keuntungan* 66 6406 2877732 617746.41 753565.91

Aset* 66 482297 136151438 20171956.03 3106000.00

Pinjaman* 66 428479 83894152 19131577.92 2544000.00

Balikhutang* 66 405155 83881548 18112394.15 2476000.00

Valid N

(listwise)

66

Sumber: Hasil pengiraan dengan SPSS 17. Keterangan: * (dalam ribuan).

Berdasarkan Tabell 4.1, hasil penelitian dari 2008 hingga 2013, di Koperasi Simpan

Pinjaman dari sebelas koperasi. Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa

keanggotaan terendah adalah 161 anggota dan keanggotaan maksimum adalah 5.731 anggota.

Rata-rata dari sebelas anggota Koperasi Pinjaman Publik berjumlah 1201 anggota.

Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa nilai minimum dengan deviasi maksimum cukup

besar. Ini dapat dilihat melalui nilai standar deviasi 1260.

Dalam Koperasi milik masyarakat dan Koperasi Pemberi Pinjaman, jumlah anggota yang

meningkat setiap tahun meningkat. Hal ini karena Koperasi Simpan Pinjam milik masyarakat

dapat menemukan anggota lebih mudah. Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat

bahwa modal minimum Rp. 230.153.000 sedangkan modal maksimum adalah Rp.

75.565.086.000 dan rata-rata dari sebelas Koperasi Simpan Pinjam selama enam tahun

sebesar Rp. 8.477.445.770. Berdasarkan data ini jumlah modal minimum dan jumlah

maksimum penyimpangan modal besar. Ini juga berkaitan dengan jumlah anggota,

peningkatan jumlah anggota akan mempengaruhi jumlah modal, yang telah dijelaskan di atas,

dan telah menunjukkan hasil nilai standar deviasi yang besar. Ini merupakan indikasi

perbedaan yang signifikan antara koperasi dengan anggota rendah dan anggota tinggi.

Page 21: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

60

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari sebelas koperasi, jumlah modal terbesar adalah di

Koperasi Kodanoa dengan modal minimum Rp.40.070.926.000 dan modal maksimum

Rp.75.565.086.000. Modal rata-rata dalam enam tahun adalah Rp.58.780.175.830. Untuk

koperasi dengan modal total terendah adalah Koperasi Sumber Jaya dengan nilai terendah

Rp230.153.000 dan nilai tertinggi adalah Rp. 654.496.000. Jumlah rata-rata modal adalah

Rp.400.747.500. Koperasi Simpan Pinjam Kodanoa adalah modal terbesar dibandingkan

Koperasi Simpan Pinjam lainnya. meskipun jumlah anggotanya lebih rendah dibandingkan

dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Kredit Sejati Mulya dan Koperasi Simpan Pinjam dan

Sehati. Ini karena jumlah modal ditentukan oleh iuran pokok, iuran wajib dan iuran sukarela,

yang besarnya tergantung pada masing-masing Koperasi Simpan Pinjam. Jumlah iuran

tergantung pada persetujuan para anggota koperasi.

Maka biaya operasi terendah adalah Rp. 34.234.000. Biaya operasi tertinggi adalah Rp.

32.631.485.000 dan biaya operasi rata-rata dari sebelas koperasi selama enam tahun

berjumlah Rp. 3.731.324.210. Berdasarkan data ini perbedaan yang sangat besar dapat dilihat

antara biaya operasi minimum dan biaya operasi maksimum. Ini karena ada hubungan dengan

ukuran koperasi. Ini berarti bahwa jika anggota koperasi rendah, maka biaya operasinya

rendah. dan sebaliknya.

Berdasarkan analisis dari total biaya operasi tertinggi, Koperasi Kodanoa berjumlah Rp.

32.631.485.000 sedangkan biaya terendah adalah Rp. 34.234.000 di Koperasi Sumber

Pinjaman Jaya. Biaya operasi tertinggi kedua adalah di Koperasi Wira Karya Jaya. Meskipun

jumlah anggota lebih kecil dibandingkan dengan Koperasi Sehati dan Koperasi Kodanoa

tetapi total biaya operasi lebih tinggi karena koperasi memberikan layanan kepada non-

anggota. Koperasi Wira Karya Jaya memberikan pinjaman kepada anggota dan bukan

anggota. Untuk meminjamkan uang, Koperasi Simpan Pinjam meminjam uang dari bank

pemerintah, sehingga koperasi mengeluarkan biaya untuk membayar tingkat bunga dari bank.

Berikutnya jumlah laba terendah adalah Rp6.406,00. Keuntungan maksimum sebesar

Rp2.877.732.000 dan rata-rata dari sebelas Koperasi Simpan Pinjam selama enam tahun

sebesar Rp. 617.746.410. Data telah menunjukkan perbedaan antara laba tertinggi dan laba

terendah. Ini ditunjukkan oleh standar deviasi Rp. 753, 565.912. Ini terkait dengan jumlah

anggota, modal dan biaya operasional di koperasi. Keuntungan terbesar adalah di Koperasi

Kodanoa dan laba terendah di Koperasi Sumber Jaya.

Berikutnya jumlah aset terendah adalah Rp. 482.297.000 dan total aset tertinggi adalah

Rp.136.151.438.000. Rata-rata sebelas koperasi adalah Rp.20.171.956.030. Berdasarkan data

perbedaannya sangat besar karena perbedaan jumlah aset tergantung pada jumlah

keanggotaan dan jumlah modal. Peningkatan keanggotaan dan modal akan menyebabkan

peningkatan total aset. Total aset tertinggi dimiliki oleh Koperasi Kodanoa sedangkan aset

terendah dimiliki oleh Koperasi Sumber Jaya.

Selanjutnya, pinjaman atau jumlah yang dipinjamkan kepada anggota tertinggi adalah sebesar

Rp.83.894.152.000 dan jumlah terendah sebesar Rp.428.479.000. Min dari sebelas koperasi

selama enam tahun berjumlah Rp.19.131.577.920. Data menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara jumlah pinjaman tertinggi dan terendah. Jumlah modal yang rendah

disebabkan oleh jumlah keahlian yang rendah. Begitu juga sebaliknya. Dalam Koperasi

Simpan Pinjam ini ada yang memberikan pinjaman kepada bukan anggota. Misalnya,

Koperasi Wira Karya Jaya. Orang tidak mampu menjadi anggota karena mereka tidak mampu

membayar iuran pokok dan iuran wajib. Ini menjadi kendala bagi mereka untuk menjadi

Page 22: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

61

anggota koperasi. Untuk jumlah tertinggi Kemampuan Pinjaman dipegang oleh Koperasi

Kodanoa dan yang terendah dipegang oleh Koperasi Makmur.

Selanjutnya, pembayaran utang terendah adalah Rp.405.155.000. Jumlah terbesar adalah

Rp.83.881.548.000. Rata-rata dari sebelas dari Koperasi Simpan Pinjam berjumlah

Rp18.112.394.150. Hal ini juga mirip dengan variabel-variabel lain bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara jumlah pembayaran utang terendah dan jumlah tertinggi dan juga

standar deviasi. Perbedaan antara jumlah pinjaman dan jumlah pembayaran utang untuk

koperasi milik masyarakat adalah 5,3 persen. Ini berarti anggota koperasi telah melunasi

hutang pada waktu yang ditentukan. Koperasi Kodanoa memiliki jumlah pinjaman tertinggi

sedangkan Koperasi Makmur memiliki jumlah pinjaman terendah.

4.2. Hasil analisis efisiensi Koperasi Simpan Pinjam menggunakan Metode Data

Envelopment Analysis (DEA)

Uji efisiensi untuk Koperasi Simpan Pinjam dievaluasi sesuai dengan perhitungan efisiensi

menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel menggunakan data input yaitu

total anggota, total modal dan biaya operasi dan data output yaitu total laba, total aset, jumlah

pinjaman dan pembayaran utang dan data yang digunakan dari 2008 hingga 2013,

menghasilkan nilai efisiensi untuk Koperasi Simpan Pinjam Masyarakat. Hasil uji efisiensi

menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.2 Tabel efisiensi Koperasi Simpan Pinjam milik masyarakat dengan metode DEA

(CRS danVRS)

No Nama Koperasi Efisiensi metode DEA

CRS (%) VRS (%)

1 Koperasi Sumber Jaya 71.40 100

2 Koperasi Ksp Kodanoa 28.91 51.28

3 Koperasi Sejati Mulya 54.74 74.47

4 Koperasi Sehati 29.87 61.54

5 Koperasi Rawa Badung 35.40 55.69

6 Koperasi Wira Karya Jaya 72.40 100

7 Koperasi Ceger 100 100

8 Koperasi Tunas Jaya 50.89 54.21

9 Koperasi Kesejahteraan Kaum Ibu 58.47 79.47

10 Koperasi Kemauan Bersama 100 100

11 Koperasi Makmur 63.12 64.39 Jumlah 665.20 841.05 Purata 60.47 76.46

Sumber: Perhitungan dengan Sofware Data Envelopment Analysis (DEA)

Untuk Koperasi Simpan Pinjam milik Masyarakat, nilai tertinggi untuk hasil perhitungan

efisiensi menggunakan metode CRS adalah Koperasi Simpan Pinjam Ceger dan Koperasi

Kemauan Bersama dengan efisiensi 100 persen, diikuti oleh Koperasi Simpan Pinjam Wira

Karya Jaya dengan efisiensi 72,40 persen sementara koperasi lain memiliki nilai lebih kecil,

terkecil dari Koperasi Simpan Pinjam Kodanoa 28,91 persen dan Koperasi Simpan Pinjam

Sehati sebesar 29,87 persen. Nilai efisiensi rata-rata sebelas koperasi adalah 60,47 persen

berarti koperasi simpan pinjam milik masyarakat tidak efisien dengan metode CRS. Jadi ada

dua koperasi simpan-pinjam milik masyarakat yang efisien dan sembilan koperasi lainnya

Page 23: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

62

tidak efisien karena nilainya masih di bawah 100 persen. Nilai terbesar dari metode VRS

adalah 100 persen Koperasi Simpan Pinjam sumber Jaya, 100 persen Koperasi Simpan

Pinjam Wira Karya Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Ceger dan Koperasi Simpan Pinjam

kemauan bersama100 persen, diikuti oleh Koperasi Simpan Pinjam lainnya, Koperasi Simpan

Pinjaman kesejahteraan Kaum Ibu sebesar 79,19 persen dan nilai efisiensi paling rendah dari

Koperasi Simpan Pinjam yaitu Koperasi Kodanoa sebesar 57,27 persen. Nilai efisiensi rata-

rata sebelas koperasi adalah 76,46 persen berarti Koperasi masih tidak efisien, tetapi ada

empat koperasi simpan pinjam yang mencapai 100 persen berarti koperasi itu efisien, sisanya

tujuh koperasi yang masih di bawah 100 persen belum efisien.

Jadi ada perbedaan dalam metode yang digunakan untuk menghitung nilai efisiensi CRS dan

VRS, yaitu jika nilai metode VRS lebih besar dari CRS (nilai VRS 76,46%> nilai CRS 60,47

persen berarti metode VRS lebih baik daripada metode CRS. yang mencapai efisiensi 100

persen untuk empat koperasi sedangkan metode CRS efisiensi penuh hanya untuk dua

koperasi.

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi 11 koperasi dengan

metode CRS atau VRS untuk nilai efisiensi rata-rata untuk CRS adalah 60,47 persen dan

VRS adalah 76,46 persen. Perhitungan kedua metode belum mencapai 100 persen berarti

masih tidak efisien, tetapi ada 4 koperasi dari 11 koperasi yang telah mencapai efisiensi 100

persen. Karenanya, ada 7 Koperasi Simpan Pinjam yang belum mencapai tingkat efisiensi

penuh. Ini membuktikan bahwa Koperasi Simpan Pinjam belum mampu mengoptimalkan dan

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk digunakan dalam menghasilkan output yang

optimal. Oleh karena itu, Koperasi Simpan Pinjam harus dapat mengoptimalkan operasinya

sehingga nilai efisiensi dapat meningkat 100 persen di masa mendatang.

Koperasi Simpan Pinjam tidak efisien karena penggunaan input yang berlebihan dan output

yang tidak optimal. Ketidakefisienan ini disebabkan oleh penggunaan input yang berlebihan

yang meliputi penggunaan kebutuhan karyawan dan rekomendasi yang diberikan dengan

meningkatkan kinerja koperasi serta mengoptimalkan penggunaan modal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data deskriptif, koperasi simpan pinjam variabel input yaitu

anggota, modal, biaya operasi dan output yaitu keuntungan, aset, pinjaman, pembayaran

utang, berdasarkan hasil penelitian bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah anggota,

meningkatkan jumlah anggota akan mempengaruhi peningkatan total modal, total aset,

pinjaman, dan laba.

Penelitian ini berfokus pada efisiensi sebelas Koperasi Simpan Pinjam dari 2008 hingga 2013

di Jakarta. Analisis penelitian ini menggunakan DEA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengukuran efisiensi Koperasi Simpan Pinjam mencapai tingkat efisien koperasi yang

dimiliki oleh masyarakat dengan efisiensi rata-rata 76,46 persen. Kesimpulannya, penelitian

ini menemukan bahwa efisiensi Koperasi Simpan Pinjam yang diteliti di Wilayah Jakarta

cukup baik dengan nilai rata-rata di atas 70 persen secara keseluruhan.

Page 24: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

63

5.2. Keterbatasan penelitian dan saran kedepan yang Diusulkan

Studi yang dilakukan pada Koperasi Simpan Pinjam ini memiliki beberapa keterbatasan dan

masalah yang diakui dan tidak bisa dihindari. Keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti

terkait dengan data penelitian. Data koperasi terutama terkait dengan pelaporan keuangan

belum tersedia untuk umum untuk penelitian atau penggunaan publik. Ini berbeda dengan

laporan keuangan untuk industri perbankan yang laporannya dipublikasikan untuk

kepentingan umum. Data penelitian ini harus diperoleh langsung dari koperasi yang

merupakan sampel penelitian dan penelitian ini harus disetujui oleh kantor pusat koperasi

pemerintah. Pemerintah menentukan koperasi mana yang dapat ditinjau dan digunakan

sebagai sampel untuk penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan data

yaitu 7 bulan. Penelitian akan dimulai dari September 2014 hingga awal 2015 di mana

periode untuk memperoleh data pelaporan keuangan adalah 2008-2013. Kesulitan yang

dihadapi oleh peneliti adalah tidak ada data di kantor pusat koperasi, ada data tetapi tidak

lengkap dan tidak cocok sebagai variabel. dalam penelitian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk diimplementasikan di wilayah atau kota Jakarta Pusat,

Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Penyelidik disarankan untuk

terus bekerja dengan koperasi dengan membawa surat rekomendasi yang direkomendasikan

oleh pemerintah yaitu dari Dinas Koperasi

.

Disarankan penelitian kedepan adalah memperbanyak penelitian berkaitan Koperasi Simpan

Pinjam di Indonesia kerana masih kurang dilakukan oleh peneliti dari tingkat kabupaten/kota

atau provinsi. karena masih kurang oleh peneliti dari ruang lingkup kota atau provinsi. Ini

karena sulitnya mendapatkan data. Koperasi di Indonesia belum secara terbuka membuat

laporan keuangan dapat diakses oleh publik melalui situs web seperti bank. Dengan

demikian, studi ilmiah tentang koperasi tidak dapat dilakukan secara mendalam oleh peneliti

universitas karena keterbatasan data. Studi ini mungkin hanya terkonsentrasi di lingkungan

pemerintah saja yang cenderung kurang keahlian dalam menghasilkan analisis mendalam

menggunakan berbagai metode ekonometrik.

Berdasarkan batasan yang dibahas di atas, beberapa saran diberikan sebagai berikut: Pertama,

pemerintah perlu segera membuat kebijakan sehingga koperasi memberikan informasi yang

jelas dan bertanggung jawab tentang laporan keuangan dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan Koperasi Simpan Pinjam. Dengan cara ini, studi komprehensif terhadap koperasi

dapat dilakukan dan temuan penelitian dapat diterapkan dengan cara yang lebih luas. Kedua,

upaya untuk memasukkan informasi dan data pada laporan keuangan dan rincian koperasi

online harus dimulai dan dipromosikan sehingga akses dapat dilakukan oleh para peneliti.

Dengan cara ini, biaya keuangan dan waktu dapat dihemat ketika penelitian tentang koperasi

dapat dilakukan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Aigner, D., Lovell, C. K., & Schmidt, P. (1977). Formulation and estimation of stochastic

frontier production function models. Journal of econometrics, 6(1), 21-37.

Page 25: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

64

Ali, A. I., & Seiford, L. M. (1993). The mathematical programming approach to efficiency

analysis. The measurement of productive efficiency: Techniques and applications,

120-159.

Al-Jarrah, I., & Molyneuxa, P. (2003). Cost efficiency, scale elasticity and scale economies in

Arabian banking. Financial Development in Arab Countries, 25.

Ara, S. (2016). Profit and Cost Efficiencies of Conventional Banking (CB) and Islamic

Banking (IB) Using Stochastic Frontier Approach: A Comparative Study. Journal of

Islamic Economics, Banking and Finance, 113(3517), 1-27.

Ardiani Rohmah, (2014). Efisiensi Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam di

Jawa Timur dengan Kaedah Data Envelopment Analysis (DEA). (Master Thesis,

Universitas Airlangga).

Ascarya, I., Achsani, N., Yumanita, D., & Rokhimah, G. S. (2009). Positioning Analysis of

Islamic Bank Vis-À-Vis Conventional Bank in Indonesia Using Parametric STA and

DFA Methods, Islamic Finance & Business Review. Vol 4 No. 2. 785-807.

Athanassopoulos, A. D. (1998). Nonparametric frontier models for assessing the market and

cost efficiency of large-scale bank branch networks. Journal of Money, Credit and

Banking, 172-192.

Banker, R. D. (1996). Hypothesis tests using data envelopment analysis. Journal of

productivity analysis, 7(2-3), 139-159.

Banker, R. D., Charnes, A., & Cooper, W. W. (1984). Some models for estimating technical

and scale inefficiencies in data envelopment analysis. Management science, 30(9),

1078-1092.

Banker, R. D., Charnes, A., & Cooper, W. W. (1984). Some models for estimating technical

and scale inefficiencies in data envelopment analysis. Management science, 30(9),

1078-1092.

Banker, R. D., Charnes, A., Cooper, W. W., Swarts, J., & Thomas, D. (1989). An

introduction to data envelopment analysis with some of its models and their

uses. Research in governmental and nonprofit accounting, 5, 125-163.

Bekkum, O. V., & Bijman, J. (2006, May). Innovations in cooperative ownership: converted

and hybrid listed cooperatives. In 7th international conference on management in

agrifood chains and networks, Ede, The Netherlands (Vol. 31).

Berger, A. N., & DeYoung, R. (1997). Problem loans and cost efficiency in commercial

banks. Journal of Banking & Finance, 21(6), 849-870.

Berger, A. N., & Hannan, T. H. (1998). The efficiency cost of market power in the banking

industry: A test of the “quiet life” and related hypotheses. Review of Economics and

Statistics, 80(3), 454-465.

Page 26: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

65

Bogetoft, P., & Otto, L. (2010). Benchmarking with Dea, Sfa, and R (Vol. 157). Springer

Science & Business Media.

Bolli, T. & Thi, A.V.(2012). On the Estimation of Efficiency and Economies of Scale in

Microfinance Intitutions. KOF Working Papers Swiss Federal Institute of Technology

Zurich , 12(296): 2-11.

Charnes, A., Cooper, W. W., Lewin, A. Y., & Seiford, L. M. (Eds.). (2013). Data

envelopment analysis: Theory, methodology, and applications. Springer Science &

Business Media.

Charnes, A., Cooper, W. W., & Rhodes, E. (1978). Measuring the efficiency of decision making units. European journal of operational research, 2(6), 429-444.

Coelli T.J., Rao, D.S.P. ODonnell, C.J., and Battese G.E. (2005). An Introduction to

Efficiency and Productivity Analysis, Spring Science And Business Media. New York.

Demirbag, M., Tatoglu, E., Glaister, K. W., & Zaim, S. (2010). Measuring strategic decision

making efficiency in different country contexts: A comparison of British and Turkish

firms. Omega, 38(1-2), 95-104.

Djoko Mulyono, (2012). Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam. Penerbit

Andi, Yoyakarta.

Drake, L., & Howcroft, B. (1999). Measuring the relative efficiency of the selling function:

an application of data envelopment analysis to UK bank branches. Journal of

Financial Services Marketing, 3, 297-315.

Edy Hartono, (2009). Analisis efisiensi biaya industri perbankan indonesia dengan

menggunakan kaedah parametrik stochastic frontier analysis. (Thesis Program Study

Magister Manajemen, Universitas Diponegoro).

Firdaus, M., & Susanto, A. E. (2002). Perkoperasian: sejarah, teori, dan praktek. Ghalia

Indonesia.

Fried, H. O., & Lovell, C. K. (1994). Enhancing the performance of credit unions: the

evolution of a methodology. Recherches Économiques de Louvain/Louvain Economic

Review, 60(4), 431-447.

Fried, H. O., Lovell, C. K., & Schmidt, S. S. (2008). Efficiency and productivity. The

measurement of productive efficiency and productivity growth, 3, 3-91.

Gong, B. H., & Sickles, R. C. (1992). Finite sample evidence on the performance of

stochastic frontiers and data envelopment analysis using panel data. Journal of

Econometrics, 51(1-2), 259-284.

Gunawan, F. A. (2016). Analisis Tingkat Efisiensi Bank BUMN dengan pendekatan Data

Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 2(8).

Page 27: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

66

Hadad, M. D., Santoso, W., Mardanugraha, E., & Ilyas, D. (2003). Pendekatan Parametrik

Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia. Universitas Indonesia.

Hasan, Z., (2004). Measuring The Efficiencyof Islamic Banks: Criteria, Methods and Social

Priorities. Review of Islamic Economics, 8(2), 5-30.

Hasan, Z., (2005). Evaluation of Islamic Banking Performance: On the Current Use of

Econometric Models. Paper presented in International Conference on Islamic

Economics and Finance, Jakarta-Indonesia.

Hendar, (2010). Manajemen Perusahaan Koperasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hendrojogi, (1997). Koperasi, Asas-Asas, Teori dan Praktek. PT Raja Grafindo, Jakarta.

Isik, I., & Hassan, M. K. (2002). Technical, scale and allocative efficiencies of Turkish

banking industry. Journal of Banking & Finance, 26(4), 719-766.

Ismail, F., Rahim, R. A., & Majid, M. S. A. B. D. (2010). Determinant of Efficiency in

Malaysian Banking Sector. Retrieved October, 1, 2003.

Kusnadi hendar, (2005). Ekonomi Koperasi, Lembaga. Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Luo, X. (2003). Evaluating the profitability and marketability efficiency of large banks: An

application of data envelopment analysis. Journal of Business research, 56(8), 627-

635.

Marwa, N., & Aziakpono, M. (2016). Technical and scale efficiency of Tanzanian saving and

credit cooperatives. The Journal of Developing Areas, 50(1), 29-46.

Muhari, S., & Hosen, M. N. (2014). Tingkat Efisiensi BPRS di Indonesia: Perbandingan

metode SFA dengan DEA dan Hubungannya dengan CAMEL. Jurnal Keuangan Dan

Perbankan, 18(2).

Muljono, T. P. (1986). Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan. Djambatan. Karya

Unipress. Jakarta.

Mutis, Thoby. (1992). Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nasution, M., Budiana, T., Kusumastuti, & Murni, S. H. (2008). Koperasi: menjawab kondisi

ekonomi nasional. Pusat informasi Perkoperasian.

Ngo, D. T. (2010). Evaluating the efficiency of Vietnamese banking system: An application

using Data Envelopment Analysis.

Priyambodo, R. H. (2014). Menkop: Jumlah koperasi dan UMKM terus meningkat. Antara

News (01 Pebruari.

Page 28: PENGUKURAN DAN PERBANDINGAN EFISIENSI KOPERASI …

Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen Volume 1,Nomor 1,April 2019 Hal 40-67

[email protected] ISSN 2684-8775 (Online)

67

Rahmawati, R., & Hosen, M. N. (2012). Efficiency of Fund Management of Sharia Banking

in Indonesia (Based On Parametric Approach). International Journal of Academic

Research in Economics and Management Sciences, 1(2), 144.

Reksohadiprojo, Sukanto, (2010). Manajemen Koperasi. Fakultas Ekonom Universitas Gajah

Mada, Jogyakarta, BPFE.

Saad, W., & El-Moussawi, C. (2009). Evaluating the productive efficiency of Lebanese

commercial banks: Parametric and non-parametric approaches. International

Management Review, 5(1), 5.

Schmidt P., & Lovell C.A.K., (1979). Estimating technical and allocative in efficiency

relative to stochastic production and cost frontier. Journal econometric. 9(3), 343-

366.

Seiford, L. M., & Thrall, R. M. (1990). Recent developments in DEA: the mathematical programming approach to frontier analysis. Journal of econometrics, 46(1-2), 7-38.

Tiktik Sartika Pratomo, (2008). Ekonomi Koperasi. Ghalia Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia nombor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Undang-undang Republik Indonesia nombor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.