pengujian substantif terhadap saldo utang dagang

27
1.2. PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG DAGANG Utang usaha merupakan hutang lancar, meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus normal kegiatan perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar lain. Utang lancar terdiri dari 6 kelompok: 1. Hutang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku, bahan penolong, pembelian suku cadang, dan bahan-bahan yang habis dipakai untuk proses produksi. Untuk hutang usaha digolongkan lebih lanjut menjadi 2 golongan: a. Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban. b. Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban. 2. Uang jaminan masuk dari pelanggan. 3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu. 4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga, karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut pajak

Upload: fatmawati-nova-artanti

Post on 27-Oct-2015

1.390 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Pengujian Substantif

TRANSCRIPT

Page 1: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

1.2. PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG DAGANG

Utang usaha merupakan hutang lancar, meliputi semua kewajiban

yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari

tanggal neraca atau dalam siklus normal kegiatan perusahaan) dengan cara

mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan

cara menimbulkan utang lancar lain.

Utang lancar terdiri dari 6 kelompok:

1. Hutang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku, bahan

penolong, pembelian suku cadang, dan bahan-bahan yang habis

dipakai untuk proses produksi. Untuk hutang usaha digolongkan lebih

lanjut menjadi 2 golongan:

a. Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti

tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban.

b. Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis

tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban.

2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.

3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu.

4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga, karena perusahaan ditunjuk

sebagai pemungut pajak (fiskus, bank persepsi, bank penerima

pembayaran, dll.)

5. Acrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus

b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk

produk perusahaan yang dijual dengan garansi.

c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang

misalnya utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang

yang jumlahnya diitung dari besarnya deplesi sumber alam.

6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu

pendek seperti:

a. Utang bank.

Page 2: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

b. Kredit modal usaha.

c. Deviden.

d. Utang pajak.

e. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahun.

A. Perbedaan Karakteristik Hutang Lancar dan Aktiva Lancar

1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk

menyatakan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang real.

Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk memberikan

gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan

memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal kerja yang baik dapat

ditempuh dengan menurunkan nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan

cara tidak mencatat hutang lancar sehingga terdapat hutang yang tidak

tercatat di dalam laporan keuangan (neraca).

2. Dalam penyajian aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian

unsur-unsur aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada

nilai kursnya pada tanggal neraca, jika kas tersebut berupa valuta asing;

piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat ditagih pada tanggal

neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan

kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat

direalisasikan pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang

lancar, klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar

tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban perusahaan

pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien menghadapi

fakta di dalam menyajikan utang lancar.

B. Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan

Pengujian Substantif terhadap Aktiva Lancar

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan

adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang

Page 3: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

seharusnya (understatement utang lancar), sedangkan untuk aktiva lancar

untuk menemukan penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah

yang seharusnya (overstatement aktiva lancar). Dalam pengujian

substantif terhadap kas; auditor melakukan pengujian fisik kas, dalam

pengujian substantif terhadap piutang, auditor mengirimkan konfirmasi

terhadap debitur; dalam pengujian substantif terhadap persediaan, auditor

melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan yang

dilakukan seorang klien. Berbagai perosedur audit tersebut dilakukan

untuk menemukan adanya overstatement dalam aktiva lancar. Di lain

pihak, pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk

menentukan adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada

tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk mendeteksi

adanya kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari saldo

yang seharusnya (understatement utang lancar).

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi

masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat

direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak dalam

pengujian substantif terhadap hutang lancar auditor menghadapi data

historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang

dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif

terhadap utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila

dibandikan dengan pengujian substantif terhadap aktiva.

C. Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Utang Lancar di Neraca

1. Setiap jenis utang lancar harus disajikan terpisah (cut off) dari jumlah

yang material.

2. Utang terhadap perusahaan afiliasi, pemegang saham, karyawan

perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang

independen.

Page 4: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lanca harus diungkapkan

dalam laporan keuangan.

4. Aktiva dan utang lancar tidak boleh digabung penyajiannya ke dalam

jumlah netto.

5. Utang bersyarat harus dijelaskan di dalam neraca.

D. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha

1. Memperoleh Keyakinan Terhadap Keandalan Catatan Akuntansi Yang

Bersangkutan Utang Usaha.

2. Membuktikan Keberadaan Utang Usaha dan Keterjadian Transaksi Yang

Berkaitan Dengan Utang Usaha yang Dicantumkan di Neraca.

Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:

a. Pengujian analitik.

b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan

utang usaha.

c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang

usaha.

d. Konfirmasi piutang usaha.

e. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang

yang diterima oleh klien dari krediturnya.

3. Membuktikan Kelengkapan Transaksi yang Dicatat Dalam Catatan

Akuntansi Dan Kelangsungan Saldo Usaha yang Disajikan di Neraca.

Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:

a. Pengujian analitik.

b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan

utang usaha.

c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang

usaha.

d. Konfirmasi piutang usaha.

Page 5: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

e. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang

yang diterima oleh klien dari krediturnya.

4. Membuktikan Kewajiban Klien yang Dicantumkan di Neraca.

Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:

a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan

utang usaha.

b. Konfirmasi piutang usaha.

c. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang

yang diterima oleh klien dari krediturnya.

5. Membuktikan Kewajaran Penyajian dan Pengungkapan Utang Usaha di

Neraca.

Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan

pengungkapan utang usaha di neraca adalah:

a. Konfirmasi utang usaha

b. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang

yang diterima oleh klien dari krediturnya.

c. Pembanding penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip

akuntansi berterima umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah

membuktikan bahwa saldo akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam

neraca mencerminkan saldo Akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada

tanggal neraca tersebut.

E. Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha

Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur

audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan

di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaaan yang bersifat

luas dan umum sampai ke pemeriksaaan yang bersifat rinci.

Page 6: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

1. Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan

oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-

benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara

informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan

akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar

auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang

dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat

dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit

berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca

dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo utang usaha

yang bersangkutan di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.

c. Usut saldo utang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.

d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber

posting dalam akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal

yang bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun utang

kantor utang usaha di buku besar.

2. Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha,

pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam

memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan

audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai

ratio berikut ini:

Page 7: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

Ratio Formula

Tingkat perputaran utang usaha Pembelian ÷ Rerata utang usaha

Rasio utang usaha dengan utang

lancar

Saldo utang usaha ÷ Utang lancar

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan

harapan auditor. Pembanding ini membantu auditor untuk

mengungkapkan :

a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,

b. Perubahan akuntansi,

c. Perubahan usaha,

d. Fluktuasi acak,

e. Salah saji.

3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci

Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan

utang wesel, didukung dengan dookumen yang berasal dari pihak luar,

maka keberadaan saldo akun utang dan keterjadian transaksi yang

berkaitan dengan akuntersebut dibuktikan oleh auditor dengan melakukan

pemeriksaan terhadap dokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam

memverifikasi saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan akun tersebut, auditor memeriksa arsip bukti kas keluar yang

belum dibayar (open voucher file) beserta dokumen pendukungnya seperti

surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur pemasok.

Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di

tangan kreditur, namun biasanya klien memiliki copy sertifikat wesel

tersebut. Dengan demikian verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan

oleh auditor memriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien.

Dalam memeverifikasi keberadaan utang bank, auditor meminta surat

perjanjian penarikan kredit dari bank untuk membuktikan eksistensi utang

Page 8: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai sarat-sarat kredit dan

jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang dijaminkan, serta tarif bunga.

Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian

transaksi yang dikredit dan didebitkan kedalam akun utang usaha berikut

ini:

a. Transaksi pembelian kredit

b. Transaksi retur pembelian

c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.

Disamping itu, keandalan saldo utang usaha ditentukan pula oleh

ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi

tersebut diatas. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif

terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun utang usaha

dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang

berkaitan dengan akun tersebut.

a. Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang

Usaha ke Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi

Tersebut

Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu

utang usaha. Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel

berikut ini:

1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.

2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen

pendukung: bukti kas keluar (voucher), laporan penerimaan barang,

dan surat order pembelian. Auditor mengambil sampel transaksi yang

dicatat disebelah kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel,

kemudian melakukan prosedur audit berikut ini:

Page 9: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen

pendukungnya: laporan penerimaan barang, faktur pembelian

dari pemasok, dan surat order pembelian.

2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas

keluar.

3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas

keluar dan dokumen pendukungnya.

4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun

kreditur berdasarkan bukti kas keluar.

5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah

dicatat disebelah kredit akun kreditur.

Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung;

bukti kas keluar, memo debit untuk retur pembelian. Auditor

mengambil sampel transaksi yang dicatat disebelah debit akun

kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur

audit berikut ini:

1. Mengambi dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit

beserta dokumen pendukungnya: surat tagihan, atau kwitansi

dari kreditur, dan laporan pengiriman barang (untuk retur

pembelian)

2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas

keluar dan memo debit.

3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas

keluar dan memo debit dan dokumen pendukungnya.

4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting kedalam akun

kreditur berdasarkan bukti kas keluar dan memo debit.

5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit

yang disampel telah dicatat disebelah debit akun kreditur.

Page 10: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

b. Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cut Off) Transaksi Pembelian

dan Retur Pembelian

Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan

apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam

memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian yang

termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun

sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang

konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian yang seharusnya

diakui sebagai unsur penentuan kos barang yang dijual (cost of good

sold) tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai unsur kos barang

yang dijual tahun yang diaudit. Dilain pihak, transaksi pembelian

tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai unsur kos barang

yang dijual tahun berikutnya.dengan demikian jika klien tidak

konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas perhitungan rugi

laba tahun yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu,

auditor malakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan

retur pembelian, serta transaksi pengeluaran kan untuk pembayaran

utang usaha yang terjadi dalam beberapa minggu sebelum dan

sesudah tanggal neraca, untuk menetukan perlakuan yang tepat

terhadap pengakuan kos barang yang jual dan pencatatan transaksi

pengurangan utang usaha.

Periksa dokumen mendukung timbulnya utang usaha dalam

minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah

tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah

batas yang konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor

memeriksa bukti kas keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat

dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah tanggal

neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur

pembelian dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang dan

syarat pembelian yang digunakan, auditor dapat membuktikan

Page 11: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

apakah transaksi pembelian dan timbulnya utang yang terjadi dalam

periode sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam

periode akuntansi yang seharusnya.

Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha

dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama

setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan ketetapnan pisah batas

dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas

kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen bukti kas keluar dan

kwintansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai basis

pencatatan kedalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat

membuktikan ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam

mencatat pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada

kreditur.

Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pengeluaran

kas. Untuk membuktikan ketepatan pisah batas transaksi pengeluaran

kas, auditor melakukan observasi terhadap semua cek yang

dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan

ketepatan pencatatan pengeluaran kas dalam periode yang

seharusnya.

Periksa adanya utang usaha yang tidak dicatat. Klien memiliki

kecenderungan untuk melakukan understatement utang usaha dengan

cara tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh karena

itu, fokus auditor dalam pengujian substantive terhadap utang usaha

adalah menemukan adanya unrecorded transaction yang berkaitan

dengan utang usaha.

Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul

sebagai akibat dari berbagai keadaan berikut ini:

a. Adanya dokumen-dokumen yang belum diproses untuk

pembayaran pada tanggal neraca, dan baru dibuatkan

bukti kas keluar setelah tangga neraca.

Page 12: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

b. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal

neraca, namun faktur dari pemasok baru diterima setelah

tanggal neraca.

c. Klien menggunakan basis tunai dalam melaksanakan

system bukti kas keluarnya.

d. Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum

tanggal neraca, namun pejual jasa baru menagih harga

jasa tersebut setelah tanggal neraca.

Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum

dicatat pada tanggal neraca:

a. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran

kas yang dicatat setelah tanggal neraca.

b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.

c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

d. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

e. Lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja, dan

kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang

yang belum dicatat.

Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal

neraca belum dicatat dan tidak disajikan di neraca, ada dua jalan

yang dapat dtempuh oleh auditor, yaitu:

a. Mengusulkan adjustment kepada klien untuk mencatat utang

tersebut.

b. Tidak mengusukan adjustment kepada klien, dan membiarkan

utang tersebut tetap tidak tercatat.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha Rinci adalah untuk

memverifikasi:

a. Keberadaan atau keterjadian,

Page 13: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

b. Kelengkapan,

c. Kewajiban,

d. Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan

pengungkapan utang usaha di neraca dibuktikan oleh auditor dengan

mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha

yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh

klien dari kreditur.

a. Lakukan Konfirmasi Utang Usaha

Konfirmasi dalam pengujian sunbstantif terhadap utang usaha

merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh (bukan merupakan

mandatory procedure) seperti halnya dengan konfirmasi piutang

usaha. Ada tiga sebab mengapa prosedur konfirmasi bukan

merupakan mandatory procedure dalam pengujian substantif

terhadap utang usaha:

1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah

untuk menemukan adanya unrecorded liabilities. Konfirmasi

utang usaha didasarkan pada utang usaha yang telah tercatat,

sehingga konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang

usaha yang belum dicatat pada tanggal neraca.

2. Konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti dari pihak luar

yang dapat dipercaya. Dalam pengujian substantif terhadap

utang usaha, auditor dapat memperoleh bukti-bukti dari pihak

luar, seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari

kreditur.

3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah

dibayar oleh klien sebelum auditor menyelesaikan tugas

lapangannya. Pembayaran ini merupakan bukti adanya utang

usaha pada tanggal neraca.

Page 14: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika

dua kondisi berikut ini terdapat di dalam perusahaan yang diaudit,

yaitu:

1. Pengendalian terhadap utang usaha lemah,

2. Dalam pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya

pernyataan piutang dari kreditur.

Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor,

kreditur yang dipilih untuk dikirimi surat konfirmasi adalah:

3. Kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien

dalam tahun yang diaudit,

4. Kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa

sifatnya,

5. Krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien

(misalnya hubungan antara induk dan anak perusahaan).

b. Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran

Utang Usaha Setelah Tanggal Neraca

Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat

memberikan petunjuk mengenai keberadaan kewajiban klien

tersebut. Oleh karena itu, untuk membuktikan keberadaan utang

usaha pada tanggal neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap

dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha yang

terjadi setelah tanggal neraca, yang dicatat dalam register cek.

Dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi pembayaran

utang usaha yang dicatat dalam register cek tersebut, auditor dapat

memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum di neraca

benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada

tanggal neraca.

Page 15: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

c. Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi ke

Pernyataan Piutang Bulan yang Diterima oleh Klien dan Kreditur

Utang klien pada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat

diverifikasi keberadaanya melalui rekonsiliasi akun utang kepada

kreditur dengan surat pernyataan piutang (account receivable

statement) yang diterima secara bulanan oleh kreditur. Dari

rekonsiliasi ini, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang

usaha yang tercantum dineraca benar-benar ada dan adanya utang

usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

5. Verifikasi Terhadap Penyajian dan Pengungkapan

a. Periksa Klasifikasi Utang Usaha Di Neraca

Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan

jatuh temponya. Jika jumlahnya material, utang usaha harus disajikan

di neraca menjadi tiga golongan:

1. Utang usaha pada kreditur usaha,

2. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi, dan

3. Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager,

dan karyawan perusahaan.

Auditor harus memeriksa saldo debit akun utang usaha dan jika

perlu melakukan jurnal penggolongan kembali. Saldo debit akun

utang usaha juga dapat timbul karena adanya retur pembelian. Jika

jumlahnya material, saldo debit akun utang usaha ini harus

dikelompokkan sebagai unsur aktiva lancar,tidak boleh dikurangkan

dari utang usaha. Oleh karena itu, auditor berkewajiban

menggolongkan kembali akun utang usaha yang bersaldo debit besar

ke dalam kelompok aktiva lancar. Utang usaha harus disajikan secara

terpisah dari utang nonusaha. Jika klien mempunyai komitmen yang

akan menimbulkan kewajiban dalam periode akuntansi berikutnya, ia

Page 16: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

harus mengungkapkan mengenai hal ini di neraca. Utang jangka

panjang yang jatuh tempo harus digolongkan kedalam utang lancar.

b. Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan utang

Nonusaha

Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi

dengan aktiva tidak lancar (misalnya dari dana pelunasan utang

jangka panjang/sinking fund), maka jumlah utang ini tetap disajikan

di neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar

untuk menghindari pengaruh signifikansi terhadap perhitungan

perubahan posisi keuangan (modal kerja)

c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha

Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan

secara memadai di neraca atau dalam penjelasan laporan keuangan.

Begitu pula aktiva yang dijaminkan dalam utang usaha harus

diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan

dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan trade discounts.

Potongan tunai dapat dikurangkan atau dapat pula tidak dikurangkan

dari utang usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha

yang digunakan oleh klien.

d. Mintalah Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen

yang Belum Diungkapakan dan Utang Bersyarat dan Periksa

Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut

Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari

utang yang nyata telah terjadi, tetapi juga meliputi kewajiban yang

secara potensial akan terjadi, yang berupa komitmen dan utang

bersyarat. pemakai laporan berkepentingan untuk mengetahui

informasi mengenai utang yang benar-benar telah merupakan

Page 17: Pengujian Substantif Terhadap Saldo Utang Dagang

kewajiban perusahaan pada tanggal tersebut. Oleh karena itu, dalam

pengujian Substantif terhadap utang usaha, auditor berkewajiban

untuk menentukan ada atau tindaknya komitmen yang tidak

diungkapakan dan utang bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada,

apakah klien telah mengungkapkan secara memadai mengenai utang

tersebut.