penguatan green constitution dalam rangka mewujudkan kedaulatan lingkungan di indonesia

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan ekosistem yang tidak dapat dipisahkan dari keberlangsungan hidup manusia. Lingkungan hidup dapat dirumuskan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain 1 . Seluruh aspek kehidupan manusia yang bergantung pada lingkungan hidup ini, menghadapi banyak hal yang mengkhawatirkan. Masalah lingkungan hidup menjadi perbincangan yang tidak asing lagi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam ekologi, yakni ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, dikenal istilah etika lingkungan 1 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan merupakan penyempurnaan pula dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1

Upload: tono-larrico

Post on 13-Apr-2016

14 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Konstitusi

TRANSCRIPT

Page 1: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan ekosistem yang tidak dapat

dipisahkan dari keberlangsungan hidup manusia. Lingkungan hidup dapat

dirumuskan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain1.

Seluruh aspek kehidupan manusia yang bergantung pada lingkungan hidup

ini, menghadapi banyak hal yang mengkhawatirkan. Masalah lingkungan hidup

menjadi perbincangan yang tidak asing lagi di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Dalam ekologi, yakni ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik antara

manusia dengan lingkungan, dikenal istilah etika lingkungan yang berbicara

mengenai kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya2.

Dalam artian, etika lingkungan merupakan norma dan kaidah moral yang

mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan

prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam

tersebut3.

Akan tetapi, pemandangan yang disajikan hari ini mengenai kondisi

lingkungan hidup semakin menmprihatinkan dengan maraknya pembakaran

1 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan merupakan penyempurnaan pula dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.2 Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 1/ Tahun 1/ Maret 2002 3 Ibid.

1

Page 2: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

hutan, pertambangan liar, limbah, polusi udara dan lain sebagainya yang telah

merusak keeimbangan ekosistem lingkungan hidup. Manusia seolah kehilangan

sifat kemanusiaannya dalam memperlakukan lingkungan hidup, yang jelas-jelas

keberlangsungan hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan hidup tersebut.

Dengan tercemarnya lingkungan hidup pun, serta merta akses untuk

mendapatkan hak atas lingkungan hidup yang bersih dan layak semakin

berkurang, mulai dari air tanah yang tidak bersih, sungai yang tercemar limbah

industri, hingga bencana asap akibat pembakaran hutan yang hingga saat ini masih

dirasakan dampaknya4. Kejahatan lingkungan hidup seolah tidak terbendung lagi.

Negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas jaminan lingkungan

hidup yang bersih dan layak bagi warga negaranya seolah tidak lagi memiliki

kedaulatan atas lingkungan hidup di negaranya. Padahal, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dalam konstitusinya Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mencantumkan dengan terang dan

jelas bahwa negara menjamin hak warga Negara untuk hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan5.

Semakin parahnya kondisi lingkungan hidup, mendorong wacana green

constitution yang menggema di berbagai penjuru dunia pada akhir abad ke-20 dan

akhir abad ke-216. Negara-negara berlomba-lomba meningkatkan kepedulian akan

kerusakan lingkungan hidup, menjaga keseimbangan ekosistem demi kehidupan

di masa mendatang. Tidak kalah dengan Indonesia, pada Amandemen Keempat 4 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07.5 Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 6 Jimly Assiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 10.

2

Page 3: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

pada tahun 2002, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

telah mencantumkan green constitution, akan tetapi dalam penerapannya green

constitution yang tercantum dalam konstitusi masih jauh dari harapan.

Dengan maraknya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia, tanggung

jawab negara terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

hendaknya mulai. Semangat green constitution yang telah menjadi jiwa konstitusi

Republik Indonesia menjadi sesuatu yang urgen untuk diterapkan demi

menyelamatkan lingkungan hidup dan mengembalikan kedaulatan negara yang

menjamin hak warga negaranya untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkpan pemaparan latar belakang di atas, untuk mengarahkan

penulisan, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Sejauh manakah urgensi penerapan green constitution di Indonesia?

2. Bagaimanakah idealnya konsep green constitution di Indonesia?

BAB II

3

Page 4: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

PEMBAHASAN

A. Urgensi Penerapan Green Constitution di Indonesia

Usaha melestarikan lingkungan hidup dari pengaruh dampak

pembangunan yang tidak terkendali adalah salah satu usaha yang “wajib”

dilakukan. Pengelolaan lingkungan yang baik setidaknya dapat mencegah

kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan yang sedang marak terjadi.

Dengan kata lain, pembangunan hendaknya dapat meningkatkan kualitas hidup

manusia berikut kualitas lingkungannya, sehingga perlu digarisbawahi disini,

membangun suatu negara berdasarkan wawasan lingkungan bukan berwawasan

ekonomi semata.

Konsep Green Constitution

Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi akibat pembangunan yang

tidak terkendali, wacana green constitution muncul dilatarbelakangi masyarakat di

berbagai penjuru dunia yang mulai risau dengan lambatnya respon konkret

pemerintahan negara-negara konstitusional akan pentingnya memelihara

lingkungan hidup, agar kelangsungan lingkungan hidup umat manusia dapat

terjamin berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable

development)7. Karena itu, sejak era 1980-an, berkembang tuntutan yang meluas

agar kebijakan-kebijakan resmi negara yang pro lingkungan dapat tercemin dalam

bentuk peraturan perundang-undangan agar dapat ditaati oleh semua pemangku

kepentingan (stakeholder), mengingat peraturan perundang-undangan memiliki

7 Ibid.

4

Page 5: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

kekuatan hukum yang mengikat dan dapat dipaksakan keberlakuan serta

sanksinya8.

Pada prinsipnya, green constitution merupakan konstitusionalisasi norma

hukum lingkungan ke dalam konstitusi dengan menaikkan derajat norma

perlindungan lingkungan hidup ke tingkat konstitusi9. Dengan demikian,

pentingnya prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan

perlindungan terhadap lingkungan hidup menjadi memiliki pijakan yang kuat

dalam peraturan perundang-undangan. Atas dasar itu, green constitution

kemudian mengintrodusir terminologi dan konsep yang disebut dengan ekokrasi

(ecocracy) yang menekankan pentingnya kedaulatan lingkungan10.

Konstitusionalisasi lingkungan hidup dalam konstitusi suatu negara

dianggap penting bukan saja karena konstitusi tidak mudah dirubah, tapi juga

karena konstitusi merupakan supreme law of the land yang menjadi tujuan,

pedoman dan alat ukur kehidupan berbangsa dan bernegara11. Beberapa negara

sudah melakukan konstitusionalisasi lingkungan hidup, misalkan Portugal (1976),

Spanyol (1978), Polandia (1997), Prancis (2006) dan Ekuador (2008)12. Prancis

bahkan merubah preambule konstitusinya dengan memasukkan Environment

Charter of 200413, Sedangkan Ekuador menegaskan di dalam konstitusinya bahwa

8 Ibid. 9 Jimly School, “Green Constitution”, http://www.jimlyschool.com/read/program/254/green-constitution diakses pada Hari Senin tanggal 19 Oktober 2015 pukul 20:17. 10 Jimly School, “Green Constitution”, http://www.jimlyschool.com/read/program/254/green-constitution diakses pada Hari Senin tanggal 19 Oktober 2015 pukul 20:17.11 Miriam Budiarjo dalam Dahlan Thaib dkk., Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 19. 12 Jimly Assiddiqie, Op. Cit., hal. 20-26.13 Ibid., hal. 63.

5

Page 6: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

lingkungan hidup memiliki fundamental rights sendiri yang harus disejajarkan

dengan hak asasi manusia14.

Green Constitution di Berbagai Negara

Sebagai akibat semakin luas dan meningkatnya kesadaran mengenai

pentignya lingkungan hidup di dunia, dewasa ini sudah mulai ada negara yang

menuangkan ketentuan-ketentuan pokok mengenai lingkungan hidup dalam

rumusan undang-undang dasar, dengan mengaitkannya dengan pengertian hak

asasi manusia. Meskipun demikian, pola dan mekanisme pelaksanaan ide

perlindungan lingkungan itu sangat bervariasi dari satu negara ke negara yang

lain.

Ada empat kelompok negara yang mencantumkan ketentuan perlindungan

lingkungan dalam konstitusi. Pertama, konstitusi yang memuat ketentuan spesifik

mengenai perlindungan lingkungan hidup. Kedua, konstitusi yang

mengintegrasikan ketentuan mengenai lingkungan hidup dalam ketentuan

mengenai hak asasi manusia. Ketiga, konstitusi yang hanya mengatur lingkungan

hidup secara implisit atau menentukan jaminan hak-hak asasi tertentu dapat

dipakai untuk kepentingan perlindungan lingkungan hidup dalam

praktik. Keempat, kelompok konstitusi yang mengaitkan garis-garis besar

kebijakan lingkungan tertentu dengan tugas atau tanggung jawab lembaga negara

tertentu untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengatasi kerusakan alam.

Pola perumusan ketentuan lingkungan hidup dalam konstitusi di seluruh

dunia memang sangat beraneka ragam variasinya. Semakin bersifat umum dan

abstrak perumusannya dan semakin luas jangkauan ruang penafsirannya lebih

14 Ibid., hal. 73.

6

Page 7: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

lanjut oleh lembaga legislatif, maka semakin kurang efektif daya laku norma

lingkungan hidup tersebut dalam praktik. Adapun semakin spesifik perumusannya

dalam konstitusi, maka semakin mudah dan terjamin efektivitasnya dalam praktik.

Sekali norma lingkungan sudah dikontitusionalisasikan secara spesifik dan jelas,

norma tersebut dapat dijadikan instrumen yang memaksa untuk diterapkannya

kebijakan perlindungan lingkungan hidup secara sungguh-sungguh dalam praktik.

(a) Konstitusi Portugal

Portugal memiliki undang-undang dasar baru sejak disahkan pada 2 April

1976 oleh lembaga perwakilan rakyat, undang-undang dasar ini kemudian dikenal

dengan Konstitusi 1976.15 Konstitusi ini telah menentukan adanya kewajiban

negara untuk melindungi lingkungan hidup dan ada pula hak-hak warga negara

akan lingkungan dan kualitas hidup. 

Pada artikel 9 butir (d) dan (e) dinyatakan bahwa “The basic tasks of the

state are: (d) to promote the people’s welfare and quality of life, real equality

among the Portuguese as well as the realization of economic, social, and cultural

rights by way of transforming and modernizing the economic and social

structures; (e) to protect and enhance the cultural heritage of the Portuguese

people, defend nature and the environment, conserve natural resources, and

ensure a proper regional planning”16. Tugas pokok negara adalah: (d) untuk

mendorong kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, kesetaraan nyata di

antara Warga Portugal serta realisasi hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya

dengan cara mengubah dan modernisasi struktur ekonomi dan sosial ; (e) untuk

melindungi dan meningkatkan warisan budaya masyarakat Portugal, membela

15 Ibid., Hlm 3416 Ibid, Hlm 36

7

Page 8: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

alam dan lingkungan, melestarikan sumber daya alam, dan memastikan

perencanaan daerah yang tepat.

Disamping mengatur tentang kewajiban dan tanggungjawab Negara,

konstitusi Portugal 1976 juga mengatur tentang hak-hak warga Negara dalam

Artikel 66 menentukan sebagai berikut:17

1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat dan seimbang

secara ekologis dan berkewajiban untuk mempertahankannya;

2) Adalah tugas Negara untuk bertindak melalui badan-badan

pemerintahan yang terkait dan dengan dukungan masyarakat untuk:

(a) Mencegah dan mengendalikan polusi atau pencemaran, akibat-

akibatnya, dan bentuk-bentuk erosi yang membahayakan;

(b) Menata dan mempromosikan perencanaan regional guna menjamin

aktivitas di lokasi yang tepat, perkembangan sosial dan ekonomi

yang seimbang, dan menghasilkan tata ruang yang secara biologis

seimbang;

(c) Mengadakan dan mengembangkan cadangan kekayaan sumber daya

alam, taman alam, dan daerah pariwisata, serta mengelompokkan

dan melindungi tata ruang dan tempat-tempat lain guna menjamin

konservasi alam dan pelestarian kekayaan budaya untuk kepentingan

sejarah dan seni;

(d) Mempromosikan pemanfaatan sumber daya alam secara rasional,

emlindungi kapasitasnya untuk pemulihan dan stabilitas ekologis.

17 Ibid, Hlm 37

8

Page 9: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Konstitusi Portugal 1976 inilah

yang merupakan konstitusi hijau (green constitution) pertama di dunia yang

menuangkan ketentuan hukum lingkungan dalam teks undang-undang dasar.

(b) Konstitusi Spanyol

Dalam Konstitusi Spanyol 1978 diatur pasal-pasal tentang hak asasi

manusia dan hak dasar warga negara. Konstitusi ini, merupakan satu dari sedikit

konstitusi di dunia yang mengatur tentang “social rights”.18 Dalam konstitusi ini,

negara Spanyol sendiri pun didefinisikan sebagai “a social and democratic state,

subject to the rule of law”19, yaitu suatu rumusan tentang social state yang tidak

lazim ditemukan dalam konstitusi negara-negara barat modern.

Dalam Konstitusi Spanyol 1978 juga diatur ketentuan mengenai lingkungan

hidup yang belum banyak dikonstitusionalisasikan sampai awal tahun 1980-an,

dimuat dalam Artikel 45. Ketentuan mengenai lingkungan hidup ini diatur dalam

Section 45 Chapter III tentang“Principles Governing Economic and Social

Policy” yaitu:20

1. Setiap orang berhak untuk menikmati lingkungan yang cocok untuk

perkembangan hidupnya berkewajiban melestarikannya

sebagaimana mestinya.

2. Penguasa umum atau pemerintahan melakukan pengawasan atas

penggunaan sumber daya alam secara nasional untuk melindungi

dan meningkatkan kualitas hidup serta melestarikan dan memulihkan

kualitas lingkungan hidup dengan mengandalkan solidaritas sosial.

18 Ibid, hlm 4319 Ibid20 Ibid, Hlm 44-45

9

Page 10: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

3. Barangsiapa yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut di atas,

diancam dengan sanksi pidana atau sanksi administratif menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan diwajibkan

memperbaiki kembali segala kerusakan itu sebagaimana mestinya.

Dari Rumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa ketentuan konstitusional

mengenai lingkungan hidup cukup luas diatur dalam Undang-Undang Dasar

Spanyol 1978. Konstitusi ini dapat dikatakan merupakan konstitusi hijau (green

constitution) kedua setelah Konstitusi Portugal 1976.

(c) Konstitusi Polandia

Polandia memiliki Konstitusi hijau yang dikenal dengan Konstitusi 1997.

Konstitusi ini disahakan oleh National Assembly pada 2 April 1997, disetujui oleh

rakyat melalui referendum nasional pada 25 Mei 1997, dan diberlakukan mulai 17

Oktober 1997.21 Sejak itu Polandia mengalami transformasi yang sangat

fundamental menuju demokrasi politik yang penuh.

Polandia, dapat dipandang, merupakan negara pertama di Eropa Timur yang

memelopori gagasan untuk menuangkan norma hukum yang pro-lingkungan ke

dalam rumusan konstitusi. Konstitusi 1997 secara eksplisit mencantumkan

ketentuan mengenai lingkungan hidup dalam Bab I, Artikel 5 yang menyatakan

bahwa: “The Republic of Poland shall safeguard the independence and integrity

of it’s territory and ensure the freedoms and rights of persons and citizens, the

security of the citizens, safeguard the national heritagr and shall ensure the

protection of the natural environment pursuant to the sustainable development.”

Republik Polandia akan menjaga independensi dan integritas wilayah itu dan

menjamin kebebasan dan hak-hak orang dan warga negara, keamanan warga,

21 Ibid, Hlm 51

10

Page 11: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

menjaga warisan nasional dan harus menjamin perlindungan lingkungan alam

sesuai dengan pembangunan berkelanjutan. 22 

Hal yang menarik adalah bahwa konsep pembangunan alam (natural

environment) dan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

ditempatkan perumusannya dalam konteks perlindungan wilayah negara, serta

jaminan kebebasan dan jaminan keamanan bagi warga negara dan penduduk.

Artinya, persoalan lingkungan hidup dipandang demikian seriusnya sehingga

tempat perumusannya ada di Artikel 5 Chapter I. Bandingkan dengan UUD 1945

yang mengatur hal-hal yang sungguh-sungguh sangat fundamental dalam Bab I,

Pasal 1 yang berisi 3 ayat, yaitu mengenai bentuk negara, bentuk pemerintahan,

dan prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip negara hukum.

(d) Konstitusi Prancis

Salah satu perubahan yang paling mendasar terhadap isi Konstitusi 1958

adalah perubahan yang terjadi pada 2006, yait keika pembukaannya diubah

dengan menambahkan “Piagam Lingkungan” yang disejajarkan

dengan Declaration of Rights of Man anf of Citizenstahun 1798. Dengan

diadopsinya “Piagam Lingkungan” itu ke dalam Pembukaan UUD, maka dapat

dikatakan telah terjadi revolusi besar dalam sejarah ketatanegaraan Prancis, yaitu

konstitusinya berubah menjadi ‘hijau’ (green constitution).

Piagam lingkungan tersebut kemudian dikenal dengan Environment Charter

of 2004. Tujuan piagam tersebut tidak lain ialah: (i) untuk mengukuhkan prinsip-

prinsip yang sudah diterima sebagai bagian dari hukum yang mengikat (to

establish principles that are already part of the law), dan (ii) untuk mencakupkan

22 Ibid, Hlm 52

11

Page 12: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

prinsip-prinsip yang berlaku umum dalam hukum internasional ke dalam hukum

nasional (to include new principles that are present in international law).

Republik Prancis telah berkembang menjadi salah satu negara yang dapat

dijadikan contoh mengenai tekad, komitmen, dan kesungguhan untuk mengatasi

masalah pencemaran lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan resmi, preambul Konstitusi Prancis

yang memuat Piagam Lingkungan tersebut menjadi salah satu konstitusi paling

hijau di dunia dewasa ini. Kesadaran akan lingkungan tidak hanya dirumuskan

sebagai norma dalam pasal-pasal, melainkan sebagai roh dalam Preambul

Undang-Undang Dasar.

(e) Konstitusi Ekuador

Konstitusi Hijau paling baru adalah Konstitusi Ekuador yang disahkan

oleh Constitutional Assembly pada 10 April 2008 dan mulai berlaku sesudah

mendapat persetujuan rakyat melalui referendum. Dapat dikatakan, konstitusi

inilah yang pertama kali menegaskan adanya hak alam sebagai subjek dalam

kehidupan manusia dalam wadah negara konstitusional. Dalam Title II

tentang “Fundamental Rights”,“Article og Rights Entitlement”, ditegaskan

bahwa, “Person and people have the fundamental rights guaranteed in this

Constitution and in the International human rights instruments. Nature is subject

to those rights given by this Constitution and Law”. Lebih lanjut, lihat

dalam “Chapter of Rights of Nature”, Artikel 1, 3, 4, dan 5.

Dengan adanya rumusan ketentuan mulai dari artikel tentang “Rights

Entitlement” dan artikel-artikel tentang “Rights of Nature”tersebut, dapat

12

Page 13: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

dikatakan bahwa UUD Ekuador inilah yang merupakan konstitusi pertama di

dunia yang benar-benar hijau.

Urgensi Green Constitution di Indonesia

Seiring dengan kebutuhan pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup warga negara, pengalaman pembangunan di

Indonesia yang menyajikan bahwa pembangunan telah menimbulkan berbagai

dampak negatif tidak dapat dielakkan. Hal ini tidak lain dikarenakan konsep

pembangunan di Indonesia yang cenderung kepada wawasan ekonomi dan politik

semata, tanpa mengindahkan wawasan dan etika terhadap lingkungan.

Konsep pembangunan yang tidak berkelanjutan dan tidak berwawasan

lingkungan bukan hanya akan memperparah masalah-masalah lingkungan dan

sosial yang ada, namun juga akan memicu timbulnya masalah-masalah

lingkungan yang baru.

Berkaitan dengan pembangunan ini, terdapat 5 isu pokok kerusakan

lingkungan hidup yang actual, yaitu:

1. Kerusakan hutan dan lahan

2. Kerusakan pesisir dan laut

3. Pencemaran air, tanah dan udara

4. Permasalahan lingkungan perkotaan 

5. Kemasyarakatan

Isu-isu aktual diatas merupakan status lingkungan atas tekanan aktivitas

manusia. Untuk mengantisipasi dan mengatasi status kerusakan tersebut,

masyarakat menunjukkan respon atas perubahan-perubahan yang terjadi melalui

kebijakan-kebijakan lingkungan, ekonomi dan sektoral dan melalui kesadaran dan

13

Page 14: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

perubahan perilaku. Akan tetapi, respon tersebut tidaklah cukup, kerusakan dan

kejahatan lingkungan terus berlanjut.

Bagi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, dengan kerusakan alam

yang terus menerus terjadi, Indonesia sudah sepatutnya menangis. Kerusakan

demi kerusakan di tanah Indonesia seolah tidak pernah berhenti.

Sebagai contoh dapat diambil kasus yang terjadi dengan hutan Indonesia.

Indonesia semula merupakan negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di

dunia, kini berubah menjadi luasan hutan terus menyusut akibat deforestasi23.

Hutan di Kalimantan yang dulunya rimbun, sekarang menjadi gundul

akibat penebangan hutan secara liar. Praktek illegal logging demikian dahsyatnya

mencabik-cabik hutan diseantero nusantara tanpa mampu ditangani, akibat aparat

penegak hukum yang juga menjadi bagian dari mata rantai mafia hutan. Lahan

masyarakat adat disejumlah wilayah diserobot mafia tanah berkedok industri yang

diback up pemerintah; baik pusat maupun daerah. Menyebabkan mereka

kehilangan lahan dan mata pencaharian.  Kasus semburan lumpur Lapindo sejak

tahun 2006 sampai saat ini belum selesai ditangani. Padahal telah menelan korban

jiwa dan harta benda yang jumlahnya tidak sedikit. Serta kasus-kasus lingkungan

lain yang terjadi di sejumlah daerah24.

Data Global Forest Watch dan Forest Watch Indonesia mengungkap

bahwa sepanjang tahun 2009 hingga 2013 saja, Indonesia kehilangan hutan seluas

4,6 juta hektar. Itu berarti, setiap menit, Indonesia kehilangan hutan seluas tiga

23 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07. 24 HarianFajar 7 Februari 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/menguatkan-lingkungan-hidup-dalam-konstitusi.html

14

Page 15: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

kali lapangan sepak bola25. Forest Watch Indonesia juga mengungkapkan, luas

wilayah hutan Indonesia pada tahun 1950 diperkirakan 193 juta hektar. Tahun

2009, luas hutan Indonesia berkurang lebih dari setengahnya, menjadi cuma

sekitar 88 juta hektar. Lalu, tahun 2013, jumlahnya tinggal sekitar 82 juta hektar26.

Deforestasi berakibat buruk. Kebakaran hutan di Riau pada tahun 2013

yang dipicu oleh ekspansi kelapa sawit mengakibatkan kerugian 1,7 triliun dollar

Amerika Serikat. Deforestasi pun membuat Orang Rimba mengalami krisis,

korban meninggal orang rimba akibat deforestasi terus berjatuhan dalam kurun

waktu terakhir. Indonesia memulai moratorium hutan untuk menghentikan

sementara penerbitan izin kehutanan pada tahun 2011. Namun, studi yang

diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences menyatakan,

moratorium tak efektif. Jutaan hektar hutan tetap saja rusak selama moratorium27.

Kondisi menyedihkan juga bisa dilihat di lahan gambut, salah satu wilayah

yang menyimpan banyak stok karbon. Banyak lahan gambut kini rusak. Kubah

gambut rusak karena dipakai untuk area perkebunan. Penelitian Center for

International Forestry Research (CIFOR) mengungkap fakta menyedihkan.

Akumulasi karbon di wilayah gambut Indonesia membutuhkan waktu hingga

11.000 tahun, sementara pelepasan karbonnya berlangsung sangat cepat. Dari

3.300 ton karbon yang tersimpan di lahan gambut, setengahnya akan hilang dalam

25 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07. 26 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07. 27 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07.

15

Page 16: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

100 tahun terakhir akibat konversi gambut menjadi lahan kelapa sawit28. Jumlah

karbon yang hilang setara dengan jumlah karbon yang terakumulasi selama 2.800

tahun.

Bila pelepasan karbon di lahan gambut terus terjadi, emisi karbon

Indonesia akan tinggi. Indonesia akan gagal memenuhi target penurunan emisi

karbon 26 persen pada tahun 2020. Secara tidak langsung disini, Indonesia

melanggar Protokol Kyoto29 mengenai pengurangan emisi yang telah diratifikasi

dengan penuh kesadaran oleh Indonesia sendiri.

Masalah lingkungan hidup, selain hutan, antara lain pencemaran logam

berat merkuri. Penambangan emas secara liar, tambang batubara, serta sektor

minyak dan gas mengakibatkan merkuri yang berbahaya terlepas ke lingkungan.

Sebuah studi di wilayah Cisitu menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri di udara

telah mencapai 50.549,91 nanogram per meter kubik (ng/m3) di kolam ikan.

Konsentrasi merkuri di udara yang tinggi juga ditemukan di Bombana, Sulawesi

Tenggara, dan Sekotong, NTB30. Dampaknya, ditemukan anak-anak yang lahir

dengan kepala abnormal, menderita kejang sejak berusia 2 tahun, dan mengalami

28 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07. 29 Indonesia meratifikasi Kyoto Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim) melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 yang berisi mengenai pengaturan penurunan emisi GRK akibat kegiatan manusia sehingga dapat menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer dan tidak membahayakan sistem iklim bumi. Protokol Kyoto menetapkan aturan mengenai tata cara, target, mekanisme penurunan emisi, kelembagaan, serta prosedur penaatan dan penyelesaian sengketa.30 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07.

16

Page 17: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

hipersalivasi (liur berlebih)31. Gejala itu sangat berkaitan dengan keracunan

merkuri.

Selain limbah merkuri, sampah perkotaan dan limbah plastik juga menjadi

masalah lingkungan hidup indonesia. Kini, Indonesia tercatat sebagai negara

penyetor sampah plastik ke lautan kedua terbesar di dunia. Beragam sampah

termasuk plastik terakumulasi di sungai. Masih banyak fakta menyedihkan

tentang alam Indonesia yang bisa diuraikan, mulai dari laut Nusantara yang

mengalami overfishing hingga terancam punahnya gajah sumatera, harimau

sumatera, orangutan, dan beragam fauna lainnya.

Lingkungan hidup Indonesia makin memprihatinkan, sementara legalisasi

mengenai lingkungan hidup tidak kunjung menunjukkan keefektifan, justru

memperlihatkan semakin parahnya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia.

Perhatian pada kebijakan lingkungan hidup perlu diwujudkan dalam bentuk yang

nyata.

Legalisasi mengenai lingkungan hidup di Indonesia masih belum cukup

menampung masalah-malasah kerusakan lingkungan hidup yang dihadapi

Indonesia saat ini. Perlu adanya pengaturan tertinggi dalam konstitusi agar norma

hukum lingkungan kedudukannya menjadi kuat dan harus ditaati oleh semua

pemangku kepentingan (stakeholder).

31 National Geograpic Indonesia, “Fakta Menyedihkan tentang Alam Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/fakta-menyedihkan-tentang-alam-indonesia diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 23:07.

17

Page 18: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

B. Konsep Green Constitution yang Ideal Diterapkan di Indonesia

Konstitusi Indonesia sebagai hukum tertinggi yang menjadi sumber hukum

formil maupun materiil telah diamandemen sebanyak 4 (empat) kali. Sejatinya

perubahan tersebut dimaksudkan untuk merespon perkembangan dan dinamika

zaman. Secara umum perubahan tersebut menyasar bidang politik, hukum, sosial

dan lain-lain. Dibidang hukum, amandemen Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menyangkut pemilihan presiden secara langsung

(direct democracy), pembatasan kekuasaan presiden, dan lahirnya lembaga negara

baru (Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan lembaga negara lainnya).

Green Constitution dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Salah satu aspek penting pula dari amandemen Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah lahirnya suatu gagasan tentang

pentingnya lingkungan hidup (ecocracy) yang sehat sebagai bagian dari hak asasi

manusia. Ini kemudian dinormakan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Adanya ketentuan hak asasi bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pasal

28 H ayat (1) di atas mengharuskan negara menjamin terpenuhinya hak tersebut.

Disisi lain kita sebagai warga negara mempunyai kewajiban untuk menghormati

hak asasi orang lain atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

18

Page 19: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Disamping diatur dalam pasal 28 H ayat (1), pengelolaan lingkungan

hidup yang suistainable juga diatur dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pengaturan lingkungan hidup yang pada awalnya hanya dimuat dalam

undang-undang kemudian “diangkat” dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan suatu upaya serius yang dilakukan

oleh pemerintah untuk menjamin keberlangsungan fungsi lingkungan hidup agar

dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Konsekuensi dari diaturnya

lingkungan hidup ke dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 adalah kebijakan, rencana dan/atau program yang dilaksanakan oleh

pemerintah harus melihat aspek keberlanjutan lingkungan hidup.

Dengan demikian kebijakan, rencana dan/atau program yang tertuang

dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang,

peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan

dengan ketentuan konstitusional yang pro-lingkungan.

Legalisasi Lingkungan Hidup di Indonesia

Selain pengaturan secara nasional, di dunia internasional negara-negara di

dunia kembali menguatkan komitmennya untuk “menyelamatkan bumi” dari

masalah lingkungan hidup yang semakin parah melalui pertemuan ke-11 Special

19

Page 20: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Session of the UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment

Forum (GC-UNEP)32.

Pertemuan tersebut membahas tiga hal utama; kebijakan lingkungan

internasional atau (international environmental governance) dan pembangunan

berwawasan lingkungan (sustainable development), serta ekonomi hijau,

ekosistem, dan keanekaragaman hayati (the green economy, biodiversity, and

ecosystems).

Sebagai bagian dari proses “dialektika sejarah”, pertemuan tersebut

“mengulang” cerita dari pertemuan-pertemuan sebelumnya yang pernah diadakan

dan menghasilkan sebuah komitmen bersama. Mulai Konferensi Stockholm yang

melahirkan Deklarasi Stockholm (1972), Deklarasi Nairobi (1982), Konferensi

Rio yang melahirkan Deklarasi Rio (1992), Protokol Kyoto (1997) maupun

Pertemuan Puncak Dunia tentang  Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg,

Afrika Selatan yang melahirkan Rencana Aksi Johannesburg (2002). Ini

menandakan perhatian dunia terhadap isu lingkungan hidup dari generasi ke

generasi nyatanya telah tiba pada titik kulminasi kekhawatiran akan masa depan

bumi yang sudah berstatus “darurat lingkungan”33.

Bagi Indonesia, pertemuan tersebut menjadi paradoks. Disatu sisi,

dihadapan komunitas internasional Indonesia menyatakan komitmennya terhadap

isu lingkungan hidup dan bersedia bekerjasama menyelamatkan bumi dari

kerusakan lingkungan. Krisis global saat ini, yakni krisis ekonomi dunia dan krisis

perubahan iklim, memberikan pelajaran yang berharga kepada seluruh bangsa di

32 HarianFajar 7 Februari 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/menguatkan-lingkungan-hidup-dalam-konstitusi.html 33 HarianFajar 7 Februari 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/menguatkan-lingkungan-hidup-dalam-konstitusi.html

20

Page 21: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

dunia. Krisis global hanya menyediakan pilihan untuk merubah pola

pembangunan menjadi pembangunan yang tidak berpihak kepada pro-growth,

namun juga pro-poor, pro-job, dan pro-environment34. Pernyataan tersebut ibarat

“angin surga” yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah lingkungan hidup.

Namun nyatanya, Indonesia turut berkontribusi atas terjadinya kerusakan

lingkungan pada saat yang sama. Terbentang fakta didepan mata yang tidak bisa

disangkal lagi. Bagaimana negara turut andil dalam menciptakan kerusakan

lingkungan.

Kasus-kasus lingkungan hidup yang terjadi menyiratkan lemahnya peran

dan tanggungjawab negara dalam perlindungan lingkungan hidup. Lingkungan

hidup dipaksa mengikuti logika pembangunan yang nyatanya kontra-lingkungan.

Lingkungan hidup menjadi isu yang dianaktirikan dibawah dominasi isu

demokrasi yang nyatanya juga tidak kunjung membawa kesejahteraan.

Isu lingkungan tidak begitu “seksi” karena negara lebih mengutamakan

pembangunan berbasis industri. Ekspansi industrialisasi di sejumlah wilayah

nyatanya menimbulkan masalah lingkungan ketika pijakan logikanya hanya

didasarkan pada pengelolaan (baca eksploitasi), tidak diimbangi dengan

perlindungan dan pelestarian. Ditambah dengan tumpang tindihnya peraturan

perundang-undangan terkait lingkungan hidup. Akibatnya, lingkungan hidup

semata-mata hanya bertumpu pada aspek pengelolaan. Pelestarian dan

keberlangsungannya (preservation and sustainability) kurang diperhatikan,

34 Pernyataan Menteri LH Gusti Muhammad Hatta dalam petemuan pertemuan ke-11 Special Session of the UNEP Governing Council/Global Ministerial Environment Forum (GC-UNEP) yang dihadiri oleh 192 negara, di Bali, Februari 2010.

21

Page 22: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

bahkan diabaikan. Hingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang membawa

dampak bagi kehidupan umat manusia.

Umumnya, kerusakan di bidang lingkungan hidup terjadi akibat dua faktor

utama. Pertama, pengelolaan lingkungan hidup hanya didasarkan pada

kepentingan ekonomi semata, sementara prinsip-prinsip lingkungan hidup seperti

keberlanjutan, kelestarian, pembangunan berwawasan lingkungan, diabaikan. 

Kedua, inkonsistensi antara undang-undang lingkungan hidup dengan undang-

undang sektoral yang juga terkait dengan lingkungan hidup; UU Pertambangan

Mineral dan Batu Bara, UU Minyak dan Gas Bumi (Migas), UU Kehutanan, UU

Industri, UU Tata Ruang, UU Kawasan Pemukiman, dan lain-lain telah

memberikan sumbangan cukup signifikan bagi kerusakan dan pencemaran

lingkungan hidup; tanah, air dan udara35.

Peraturan perundang-undangan yang ada pun masih belum mampu

mengcover pengendalian dampak kerusakan lingkungan hidup yang terjadi. Data

dari Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan masih banyaknya peraturan

perundang-undangan yang belum mewadahi dan menaungi lingkungan hidup36.

Tabel 1. Daftar Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sampah

No Bidang Peraturan Jumlah

1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3

2 Pengelolaan Sampah 23 Perlindungan dan Pengelolaan Air 16

35 HarianFajar 7 Februari 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/menguatkan-lingkungan-hidup-dalam-konstitusi.html 36 Kementerian Lingkungan Hidup, “Daftar Peraturan Perundang-Undangan Dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sampah”, jdih.menlh.go.id diakses pada Hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 pukul 22:04.

22

Page 23: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

4 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Berarun (B3) 7

5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Berarun (LB3) 16

6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 6

7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan 3

8 Pelestarian Fungsi Atmosfer 39 Pelestarian Fungsi Udara 010 Perlindungan dan Pengelolaan Laut 0

11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9

12 Pengawasan dan Penegakan Hukum 013 Kapasitas Sumber Daya Manusia 213 Kapasitas Kelembagaan 014 Perjanjian Internasional 615 Perizinan Lingkungan Hidup 0

Jumlah

Terkait dengan permasalahan pengelolaan lingkungan hidup yang

berhubungan dengan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, terdapat

beberapa kajian mengenai celah yang ada. Salah satu contoh adalah kajian oleh

Sarah Waddell (2002), seorang ahli yang bekerja di Program Pengelolaan

Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman (ProLH-GTZ). Berdasarkan

pengamatannya, pada tingkat nasional perangkat hukum lingkungan relatif

lengkap, meskipun masih ada celah-celah yang muncul karena substansi peraturan

tidak cukup komprehensif, tidak dapat menggunakan rangkaian perangkat

kebijakan dengan baik atau tidak dapat merumuskan prinsip-prinsip pengelolaan

hidup dalam ketentuan hukum dengan tepat. Beberapa aspek pengelolaan seperti

pengolahan limbah berbahaya dan beracun dan pengendalian zat-zat kimia dari

industri pertanian dikategorikan tidak lengkap, artinya aspek tersebut sudah

23

Page 24: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

dianggap sebagai subyek hukum lingkungan namun pengaturannya belum berisi

aspek-aspek penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pada aspek pengelolaan kualitas air tanah, pencemaran udara dari

kebakaran hutan, pengelolaan tanah serta pengendalian tanah terkontaminasi

masih dianggap diabaikan, artinya aspek pengelolaan lingkungan hidup ini belum

dikenal dan dikembangkan sebagai bagian sistem hukum lingkungan hidup,

meskipun hukum-hukum sektoral dalam beberapa hal mungkin sudah diterapkan

(Adnan, 2009).

Aspek pengelolaan sumber daya air, perlindungan daerah pesisir,

perlindungan keanekaragaman hayati diluar kawasan lindung dianggap tidak

terkoordinasi, artinya pokok persoalan ini memerlukan pendekatan hukum yang

terkoordinasi namun ternyata belum dilaksanakan (Adnan, 2009).

Tabel 2. Celah-Celah Penyelewengan Hukum Lingkungan Hidup

Di Tingkat Nasional Dan Daerah

No. Pokok Masalah Tingkat Nasional Tingkat Daerah

1 Pengelolaan Kualitas Air Tawar Ada Ada2 Pengendalian Limbah Cair Ada Ada3 Kualitas Air Tanah Diabaikan Diabaikan4 Kualitas Air Laut Ada Diabaikan

5 Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak Ada Diabaikan

6 Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Ada Tidak lengkap

7 Pencemaran Udara dari Kebakaran Diabaikan Diabaikan

8 Pengelolaan dan Pengendalian Tanah Terkontaminasi Diabaikan Diabaikan

9 Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun Tidak lengkap Diabaikan

10 Pengendalian Zat-zat Kimia dari Industri Pertanian Tidak Lengkap Tidak Lengkap

11 Pengelolaan Tanah Diabaikan Diabaikan

24

Page 25: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

12 Pengelolaan Sumber Daya Air Tidak terkoordinasi Tidak terkoordinasi

13 Pengelolaan Hutan Ada Tidak Lengkap14 Perlindungan Lahan Basah Diabaikan Diabaikan

15 Perlindungan Daerah Pesisir Tidak terkoordinasi Tidak terkoordinasi

16 Perlindungan Sumber Daya Laut Diabaikan Diabaikan

17 Perlindungan Keanekaragaman Hayati didalam Kawasan Lindung Ada Ada

18 Perlindungan Keanekaragaman Hayati diluar Kawasan Lindung Tidak terkoordinasi Diabaikan

19 Perlindungan Spesies Langka Tidak lengkap Diabaikan 

Tumpang-tindih Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dalam Otonomi Daerah

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup

memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat

kepada daerah untuk menyusun desain kebijakan dalam pengelolaan lingkungan

hidup. Meskipun demikian, antara pemerintah pusat dan daerah seringkali terjadi

tumpang-tindih kebijakan pengelolaan lingkungan dan sering tidak saling

terkoordinasi dengan baik.

Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah

dalam era otonomi daerah antara lain sebagai berikut:

Ego sektoral dan daerah. Otonomi daerah yang diharapkan dapat

melimbahkan sebagian kewenangan mengelola lingkungan hidup di daerah belum

mampu dilaksanakan dengan baik. Ego kedaerahan masih sering nampak dalam

pelaksanaan pengelolaan lingkungan, hidup, demikian juga ego sektor.

25

Page 26: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Pengelolaan lingkungan hidup sering dilaksanakan overlapping antar sektor yang

satu dengan sektor yang lain.

Tumpang tindih perencanaan antar sektor. Kenyataan menunjukkan

bahwa dalam perencanaan program (termasuk pengelolaan lingkungan hidup)

terjadi tumpang tindih antara satu sektor dan sektor lain.

Pendanaan yang masih sangat kurang untuk bidang lingkungan

hidup. Program dan kegiatan mesti didukung dengan dana yang memadai apabila

mengharapkan keberhasilan dengan baik. Walaupun semua orang mengakui

bahwa lingkungan hidup merupakan bidang yang penting dan sangat diperlukan,

namun pada kenyataannya PAD masih terlalu rendah yang dialokasikan untuk

program pengelolaan lingkungan hidup, diperparah lagi tidak adanya dana dari

APBN yang dialokasikan langsung ke daerah untuk pengelolaan lingkungan

hidup.

Keterbatasan sumberdaya manusia. Harus diakui bahwa didalam

pengelolaan lingkungan hidup selain dana yang memadai juga harus didukung

oleh sumberdaya yang mumpuni. Sumberdaya manusia seringkali masih belum

mendukung. Personil yang seharusnya bertugas melaksanakan pengelolaan

lingkungan hidup (termasuk aparat pemda) banyak yang belum memahami secara

baik tentang arti pentingnya lingkungan hidup.

Eksploitasi sumberdaya alam masih terlalu mengedepankan profit

dari sisi ekonomi. Sumberdaya alam seharusnya digunakan untuk pembangunan

untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Walaupun kenyataannya tidak

demikian; eksploitasi bahan tambang, logging hanya menguntungkan sebagian

26

Page 27: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

masyarakat, aspek lingkungan hidup yang seharusnya, kenyataannya banyak

diabaikan. Fakta menunjukkan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara ekonomi

dan lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup masih belum mendapatkan

porsi yang semestinya.

Lemahnya implementasi peraturan perundangan. Peraturan

perundangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, cukup banyak, tetapi

dalam implementasinya masih lemah. Ada beberapa pihak yang justru tidak

melaksanakan peraturan perundangan dengan baik, bahkan mencari kelemahan

dari peraturan perundangan tersebut untuk dimanfaatkan guna mencapai

tujuannya.

Lemahnya penegakan hukum lingkungan khususnya dalam

pengawasan. Berkaitan dengan implementasi peraturan perundangan adalah sisi

pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan. Banyak pelanggaran yang

dilakukan (pencemaran lingkungan, perusakan lingkungan), namun sangat lemah

didalam pemberian sanksi hukum.

Pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup. Pemahaman dan

kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup sebagian masyarakat masih lemah

dan hal ini, perlu ditingkatkan. Tidak hanya masyarakat golongan bawah, tetapi

dapat juga masyarakat golongan menegah ke atas, bahkan yang berpendidikan

tinggi pun masih kurang kesadarannya tentang lingkungan hidup.

Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Penerapan

teknologi tidak ramah lingkungan dapat terjadi untuk mengharapkan hasil yang

instant, cepat dapat dinikmati. Mungkin dari sisi ekonomi menguntungkan tetapi

27

Page 28: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

mengabaikan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Penggunaan pupuk,

pestisida, yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Perlu dicatat bahwa sebetulnya di tiap-tiap daerah terdapat kearifan lokal

yang sering sudah menggunakan teknologi yang ramah lingkungan secara turun-

temurun. Tentu saja masih banyak masalah-masalah lingkungan hidup yang

terjadi di daerah-daerah otonom yang hampir tidak mungkin untuk diidentifakasi

satu per satu, yang kesemuanya ini timbul akibat “pembangunan” di daerah yang

pada intinya ingin mensejahterakan masyarakat, dengan segala dampak yang

ditimbulkan. Dengan fakta di atas maka akan timbul pertanyaan, apakah

sebetulnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan masih

diperhatikan dalam pembangunan kita.

Penguatan Konstitusional

Kondisi demikian menyiratkan kekhawatiran akan keberlangsungan

lingkungan hidup di Indonesia. Sehingga perlu dipikirkan solusi untuk mencegah

dan mengatasi masalah lingkungan tersebut.

Tiga undang-undang lingkungan hidup telah dilahirkan; UU LH No

4/1982, UU PLH No 23/1997 dan UUPPLH No 32/2009. Namun undang-undang

tersebut belum mampu mengatasi masalah kerusakan lingkungan yang berdimensi

lintas sektoral. UUPPLH No 32/2009 sebagai perbaikan dan penyempurnaan atas

dua undang-undang sebelumnya nyatanya juga berbenturan dengan peraturan lain

terkait lingkungan hidup. Dalam konteks negara hukum, ia perlu diperkuat

secara top down melalui konstitusi.

28

Page 29: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Ia masih perlu disempurnakan dan di back up secara konstitusional melalui

pengaturan norma lingkungan hidup dalam konstitusi. Norma lingkungan hidup

yang sebelumnya hanya diatur dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 perlu

diperkuat atau diatur dalam bab tersendiri, yang kemudian dijabarkan lagi dalam

sejumlah pasal tentang lingkungan hidup. Norma tentang lingkungan hidup dalam

konstitusi tesebut akan menjadi payung hukum (umbrella act) bagi peraturan

dibawah terkait lingkungan hidup.

           Norma lingkungan hidup dalam konstitusi tersebut kemudian menjadi

acuan untuk peraturan turunan bagi undang-undang sektoral terkait lingkungan

hidup  dalam rangka pengelolaan, perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.

sehingga ada harmonisasi antara keduanya.

Keberadaan norma atau ketentuan tentang lingkungan atau konsep

pembangunan berkelanjutan di dalam konstitusi akan memiliki pengaruh hukum

yang sangat segnifikan.

Pertama, ketentuan tersebut akan berpengaruh terhadap pengembangan

kebijakan dalam rangka perlindungan nilai-nilai dan prinsip dasar lingkungan

hidup pada skala nasional dan regional.

Kedua, konstitusionalisasi prinsip-prinsip lingkungan hidup akan

menciptakan yuridiksi atas hukum nasional yang berlaku di setiap tingkatan

wilayah pemerintahan, baik provinsi, kota madya, maupun kabupaten, dengan

tingginya kapasitas dan komitmen hukum para penyelenggara negara yang di

wajibkan oleh konstitusi untuk mengelola fungsi-fungsi negara dalam konteks

perlindungan terhadap lingkungan.

29

Page 30: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Ketiga, isi konstitusi juga mempengaruhi hubungan yang akan terbentuk

antara hukum lingkungan yang subtantif dan prosedural, serta sulit tidaknya

hukum lingkungan di tingkat nasional di integrasikan dan diharmonisasikan

dengan norma-norma lingkungan di tingkat internasional. Lebih dari itu,

konstitusi yang memuat ketentuan lingkungan juga akan menentukan arah dan

batas lingkup mengenai hak atas benda (property right) yang kemudian secara

tidak langsung berpengaruh terhadap konsepsi perlindungan atas kepemilikan

pribadi (private ownership).

           Terakhir, perlu perumusan “Paket Undang-Undang Lingkungan Hidup”

kedalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) untuk mengatur pengelolaan,

perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Paket undang-undang lingkungan

hidup ini memuat undang-undang lingkungan hidup serta undang-undang sektoral

terkait lingkungan hidup yang dibahas dalam satu paket agar menyelaraskan

norma pengaturan lingkungan hidup.

Kedaulatan Lingkungan

Kedaulatan lingkungan dapat kita kaitkan dengan istilah Ekokrasi atau

kekuasaan ekologi yang memandang alam semesta berada dalam hubungan

kekuasaan yang seimbang dengan manusia. Dimana, dperlukan adanya perubahan

cara pandang dalam memahami alam semesta dalam hubungannya dengan

manusia. Paradigma berpikir umat manusia haruslah berubah dari alam pikiran

anthropocentris menjadi theocentrisme. Pentingnya kehadiran Tuhan dalam cara

pandang manusia modern perlu disadari, karena seperti dikatakan oleh Wendell

30

Page 31: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

Berry dalam bukunya37, “our ecological crisis is a crisis of character, not a

political or social crisis”.

Oleh karena itu, menurut Preston Bristow38 , masalahnya menyangkut

spiritual. Itulah sebabnya, paham Kedaulatan Tuhan juga harus ikut disertakan

dalam pengkajian paradigmatik untuk menyelesaiakan kerusakan lingkungan

hidup yang disebabkan oleh pola hubungan yang tidak seimbang antara manusia

dan alam. Karena terus-menerus melupakan kehadiran Tuhan, manusia merasa

dirinya yang menjadi pusat dari segala-galanya.

Sudah saatnya lingkungan juga dianggap sebagai subjek hukum. Hal yang

harus dianggap sebagai subjek kekuasaan dan hak-hak asasi bukan hanya

manusia, tetapi juga alam semesta. Alam mempunyai hak-hak dasar atau hak-hak

asasinya sendiri untuk tidak dirusak dan diganggu keseimbangannya. Alam dan

manusia dipandang sama-sama mempunyai hak dan kekuasaanya sendiri serta

merupakan subjek hak-hak yang bersifat asasi. Oleh sebab itu, seperti halnya

manusia, alam juga memegang kekuasaan di bidang atau dalam hal-hal tertentu

juga bersifat tertinggi, sehingga hal itu dapat disebut sebagai Kedaulatan

Lingkungan.

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah pula mengadopsikan

ide mengenai pentingnya lingkungan alam dalam sistem kekuasaan Negara.

Dalam ketentuan pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang ditetapkan melalui Perubahan

keempat pada taun 2002, yang telah diadopsikan mengenai pentingnya prinsip-

37 Wendell Berry, The Unsetting of America : Culture and Agriculture, (San Francisco, Sierra Club Books, 1996) 38 Preston Bristow, The Roof of Our Ecological Crisis, 2001

31

Page 32: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan prinsip

pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Diakui dan diterimanya kedua prinsip ini menjadi norma dasar dalam

rumusan hukum tertinggi di Indonesia, menunjukkan bahwa alam pikiran yang

terkandung dalam UUD 1945 mengalami perubahan yang sangat mendasar.

Bangsa Indonesia tidak diperbolehkan melakukan usaha-usaha pembangunan

yang merusak alam dan tidak berwawasan lingkungan. Jika kebijakan-kebijakan

pembangunan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam

UUD 1945, dan kebijakan itu dituangkan dalam bentuk undang-undang yang

mengikat secara hukum, maka undang-undang yang berisi kebijakan yang

bertentangan dengan UUD 1945 itu dapat dibatalkan melalui mekanisme

peradilan konstitusional di Mahkamah Konstitusi39

Artinya, pada alam diakui adanya kekuasaan dan hak-hak asasinya sendiri

yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun (inalienable rights). Alam diakui

memiliki kedaulatanya sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa UUD

1945 merupakan konstitusi yang hijau (green constitution) meskipun jika

dibandingkan dengan negara-negara yang sudah benar-benar menerapkan

Indonesia masih kalah hijau konstitusinya seperti konstitusi Portugal, Spanyol,

Polandia, Perancis bahkan Ekuador.

Dalam laporan hasil penelitian yang dilakukan lembaga Austarlian Geo

Science yang setara dengan Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI yang dilaporkan

oleh Sunday Morning Herlad beberapa waktu yang lalu bahwa pertumbuhan

39 Lihat Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, 2005; Pelajari juga Jimly Assiddiqie, Model-Model

Pengujian Konstitusional di Pelbagai Negara, (Jakarta:Konstitusi Press, 2005)

32

Page 33: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

penduduk yang tinggi disertai kemiskinan berpotensi menimbulkan dampak

bencana alam di Asia Pasifik yang berlipat ganda akibatnya. Apalagi di tiga titik

terpanas di kawasan Asia Pasifik yaitu Indonesia, Filipina dan Sabuk Himalaya

Cina40.

Kedaulatan lingkungan di sini merupakan bagian terpenting yang menjadi

hakikat dari green constitution itu sendiri. Tanpa terwujudnya kedaulatan

lingkungan, maka green constitution tidak akan berjalan sesuai yang di harapkan.

Berikut contoh ketidakdaulatannya yang menjadikan green legislative yang ada di

Indonesia hanya berakhir menjadi setumpuk uraian yang tidak memiliki arti dalam

peraturan perundang-undangan yang telah ada.

Berawal ketika BPK mulai meningkatkan kesadaran terhadap masalah

lingkungan dan berpikir untuk merumuskan solusi melalui kapasitas audit41. BPK

memulai untuk menangani aspek lingkungan sebagai topik audit yang baru,

memperkaya fitur konvensional sehari-hari. BPK telah melakukan audit yang

berkaitan dengan isu-isu lingkungan namun proses audit tersebut dilakukan secara

parsial dan tidak berada di bawah label audit lingkungan, seperti pemeriksaan

proyek42.

Tugas audit lingkungan merupakan tonggak untuk pembangunan nasional

Indonesia, diwaktu yang sama, risiko yang melekat pada pembangunan ekonomi

yang sangat bergantung pada eksploitasi sumber daya alam tidak terlepas dari

40 Baca Laporan Koran TEMPO 27 Desember 2008 41 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Isu lingkungan Mengenai Infrastruktur Indonesia”.

42 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Isu lingkungan Mengenai Infrastruktur Indonesia”.

33

Page 34: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

pembangunan masyarakat itu sendiri43. Bersama dengan tetangga terdekat kita,

JAN Malaysia, tiga proyek kerjasama audit manajemen kehutanan, Selat Malaka

Bakau dan IUU fishing control telah berhasil dilaksanakan, yang berubah menjadi

negara yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk selanjutnya

melaksanakan audit lingkungan tersebut44.

Akan tetapi, kendala yang dihadapi oleh BPK adalah beragamnya

peraturan dan ketentuan yang belum harmonis bahkan cenderung saling

bertentangan sehingga BPK terkendala dengan peraturan tersebut yang digunakan

sebagai kriteria dalam pelaksanaan pemeriksaan atau audit45. Hal tersebut dapat

dipahami bahwa isu lingkungan belumlah menjadi perhatian dalam konstitusi

negara Indonesia, yang mengakibatkan masing-masing lembaga tidak

terkoordinasi dalam mengelola isu tersebut dalam ranah yang lebih holistik46.

Hasil audit yang telah dilakukan BPK terhadap lingkungan hidup hanya berakhir

sebagai data dan rekomendasi yang pemerintah sendiri bingung harus

ditindaklanjuti bagaimana, akibat pengaturan lingkungan hidup yang ada di

Indonesia masih belum komprehensif. Padahal, audit yang di lakukan oleh BPK

akan sangat membantu dalam mewujudkan kedaulatan lingkungan yang diidam-

idamkan.

43 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Isu lingkungan Mengenai Infrastruktur Indonesia”.

44 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Kisah Sukses Dalam Pengembangan Audit Lingkungan di Indonesia”.

45 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Kisah Sukses Dalam Pengembangan Audit Lingkungan di Indonesia” 46 Artikel Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia, Tommy Tampubolon: “Kisah Sukses Dalam Pengembangan Audit Lingkungan di Indonesia”

34

Page 35: Penguatan Green Constitution Dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan Lingkungan Di Indonesia

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kecintaan kepada tanah air berarti juga kecintaan pada lingkungan yang

menjadi bagian teritorial dari Indonesia. Lebih jauh adalah menerima kenyataan

bahwa keutuhan tanah air yang disebut sebagai NKRI adalah juga menerima

gagasan akan pemeliharaan ke-asli-an fungsi ekosistem atau keotentisitasan suatu

lingkungan dalam menghadapi perubahan karena proses globalisasi. Hal ini

mengarah pada keadilan ekologis, yaitu memberikan kesempatan pada suatu

sumber daya ulayat (Traditional local resurces) atau juga pada kehidupan bukan

manusia (non-human living organism) untuk melakukan pemulihan diri dan

pemulihan ekosistem (ecosystem recovery) dari kerusakan lingkugan.

UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1) yang menyebut setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan hidup yang baik dan

sehat serta berharap memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian pasal 33 (4)

yang juga menyebutkan pembangunan berdasarkan prinsip pembanguanan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Secara hukum konstitusi kita sudah

mengakui hak-hak dasar untuk lingkungan yang sehat, akan tetapi,

perwujudannya masih jauh dari harapan.

Berdasarkan kasus yang terjadi di Indonesia, penguatan secara

konstitusional mengenai lingkungan hidup sangat diperlukan. Dimasukkannya

norma tersendiri mengenai lingkungan hidup sebagai payung bagi peraturan

organik di bawahnya, serta mengatur dan mengakomodir kearifan lokal yang

bertujuan menjaga kelestarian ekosistem.

35