penguatan e-ekosistem inovasi teknologi...

57
Proyek Perubahan 1 PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH PROYEK PERUBAHAN Penguatan e-Ekosistem Inovasi Teknologi Sumberdaya Hayati Mendukung Transformasi Bio-ekonomi Menjadi Kekuatan Ekonomi Hijau 26 November 2019 Asep Riswoko NDH 06

Upload: others

Post on 08-Aug-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 1

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

PROYEK PERUBAHAN

Penguatan e-Ekosistem Inovasi Teknologi

Sumberdaya Hayati Mendukung Transformasi

Bio-ekonomi Menjadi Kekuatan Ekonomi Hijau

26 November 2019

Asep Riswoko

NDH 06

Page 2: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 2

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan ................................................................................................................................ 3

Kata Pengantar ................................................................................................................................... 4

EXECUTIVE SUMMARY .................................................................................................................... 5

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 8

1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 8

2. Kondisi Saat Ini .......................................................................................................................... 13

3. Tujuan Proyek Perubahan ........................................................................................................ 15

4. Manfaat Proyek Perubahan ..................................................................................................... 17

BAB II. DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN .............................................................................. 18

1. Ruang Lingkup ........................................................................................................................... 24

2. Kerangka Berfikir ....................................................................................................................... 25

3. Deskripsi Inovasi Yang Dikembangkan .................................................................................. 30

4. Pentahapan (Milestone) ............................................................................................................ 32

5. Tata Kelola Proyek .................................................................................................................... 34

6. Peta Sumber Daya .................................................................................................................... 35

7. Potensi Pengembangan Kolaborasi ....................................................................................... 37

8. Strategi Komunikasi ................................................................................................................... 38

9. Potensi Kendala, Risiko Dan Alternatif Solusi ....................................................................... 39

BAB III. IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN..................................................................... 40

1. Bisnis Model e-Ekosistem Inovasi Teknologi ........................................................................ 40

2. Dashboard Ekosistem Inovasi Digital ..................................................................................... 49

3. Kendala/Masalah Yang Dihadapi Dan Penyelesaiannya .................................................... 52

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................................ 55

1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 55

2. Rekomendasi .............................................................................................................................. 55

3. Faktor Kunci Keberhasilan (Lesson Learned Kepemimpinan) ........................................... 56

LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 57

A. Lampiran 1. Diskusi dan Rapat-Rapat Persiapan ................................................................ 57

B. Lampiran 2. Dokumen Naskah Urgensi Peraturan Badan .................................................. 57

C. Lampiran 3. Peraturan Terkait Penguatan (Ekosistem) Inovasi ........................................ 57

Page 3: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 3

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Surat Pernyataan

Page 4: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 4

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Kata Pengantar

Dengan rahmat Allah SWT, kami mengucapkan puji syukur yang sedalam-dalamnya

atas terlaksananya program pembelajaran PKN tingkat I angkatan 43 tahun 2019.

Pendidikan Kepemimpinan Nasional yang dilaksanakan hampir 5 bulan sejak bulan

Agustus hingga awal Desember 2019 ini, didalamnya terdapat kegiatan di kelas

dengan materi tentang kolaborasi kepemimpinan serta merancang proyek perubahan,

kegiatan Benchmarking di Jepang dengan melihat dan mendalami permasalahan

terkait birokrasi yang agile.

Pendidikan ini sangat bermanfaat bagi kami terutama dalam upaya menghadapi

beratnya berbagai tantangan dalam mensukseskan program-program pemerintah

utamanya yang memerlukan kolaborasi kepemimpinan. Berbagai materi yang

disampaikan oleh narasumber sangat relevan dengan kondisi yang ada dan dapat

membuka wawasan dan memberi inspirasi sehingga mengubah cara pandang kami

dalam bekerja dan mendorong lebih semangat dalam berinovasi dan menyiapkan

strategi untuk mengusung perubahan. Melalui interaksi dengan pemimpin dari

berbagai institusi lain dan latar belakang tupoksi kerja yang berbeda, sangat banyak

memberikan pengaruh dalam memahami kompleksitas negara dalam mengelola

permasalahan yang ada. Berbagai inovasi yang diusulkanpun memberikan kami

banyak inspirasi dan mendorong gagasan-gagasan baru untuk perubahan ke arah

yang lebih baik.

Tak ada gading yang tak retak. Tentunya dalam pelaksanaan proyek perubahan ini

masih banyak yang harus disempurnakan. Kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu

atas terwujudnya proyek perubahan hingga penulisan laporan akhirnya. Terima kasih

sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada mentor yang kami hormati Kepala

BPPT Bpk Dr.Ir Hammam Riza MSc dan bimbingan dari bapak Deputi TAB Bpk Dr.

Soni Solistia WIrawan atas segala bimbingan dan arahannya, serta terima kasih kami

ucapkan kepada coach kami Bpk.Dr. Marpaung atas saran-saran dan koreksinya.

Semoga kebaikan dan jasa-jasanya dalam mendukung terlaksananya proyek ini

dibalas kebaikan oleh Allah SWT.

Asep Riswoko

Page 5: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 5

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

EXECUTIVE SUMMARY

Penguatan e-Ekosistem Inovasi Teknologi Sumberdaya Hayati

Mendukung Transformasi Bio-ekonomi Menjadi Kekuatan Ekonomi

Hijau

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang berlimpah, termasuk didalamnya

keanekaragaman dan sumberdaya hayati. Secara umum, pengelolaan sumberdaya

alam Indonesia telah banyak menghasilkan berbagai komoditas yang diperdagangkan

baik untuk ekspor maupun konsumsi domestik. Saat ini perkiraan nilai keekonomian

dari hasil sumberdaya alam hayati sekitar Rp. 300 triliun. Namun sebagian besar dari

komoditas tersebut masih berupa barang mentah dan hanya sebagian kecil (<3%)

saja yang sudah diolah menjadi produk jadi. Sehingga kekayaan sumberdaya hayati

ini belum menjadi penopang perekonomian nasional. Melimpahnya kekayaan

sumberdaya hayati Indonesia masih dipandang sebagai kekayaan alam yang indah

semata dan belum dikelola menjadi sumber kekuatan ekonomi nasional.

Indonesia membutuhkan kekuatan ekonomi baru sebagai terobosan untuk

pencapaian visi Indonesia Maju 2045. Untuk mencapai visi tersebut, pertumbuhan

PDB Indonesia harus tinggi (>7%) dan melebihi konsekuensi beban lingkungan yang

ditimbulkan akibat aktifitas industri dan pertambangan. Bila konsekuensi beban

lingkungan tetap tinggi dan tatakelola industri dan pertambangan tidak dibenahi,

Indonesia terancam jebakan negara berpenghasilan menengah. Dengan memperkuat

ekonomi baru berbasis sumberdaya hayati (Bioekonomi), Indonesia berpeluang

untuk terhindar dari ancaman tersebut dan dapat mewujudkan cita-cita menjadi

negara maju dan berpenghasilan tinggi. Bioekonomi ini akan menjadi bagian dari Peta

Jalan Pembangunan Hijau (Bappenas, 2015). Untuk mendukung transformasi

Bioekonomi menjadi kekuatan di dalam pembangunan ekonomi hijau, diperlukan

adanya tatakelola dan pengembangan ekosistem inovasi yang baik dan menyeluruh.

Peringkat daya saing Indonesia sangat rendah. Indonesia menempati urutan

ke 50 dari 140 negara (The Global Competitiveness Report 2019). Dari 12 pilar daya

saing yang diukur, pilar Kapabilitas Inovasi Indonesia mendapat skor terendah di

angka 38 dan menempati peringkat ke 74. Rendahnya skor pilar ini, menyebabkan

total skor daya saing Indonesia menjadi sangat rendah. Pilar kapabilitas inovasi ini

Page 6: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 6

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

meliputi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kekuatan

ekosistem inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia memiliki

kekayaan alam yang berlimpah, namun sisi pembangunan inovasi dan ekosistem

sangat lemah. Pembangunan kapabilitas inovasi ini sejatinya dapat diwujudkan

melalui peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), penguatan

infrastruktur, pembangunan ekosistem penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

(inovasi teknologi) serta pembangunan kualitas sumberdaya manusianya. Jika hal ini

dapat dilakukan, budaya enterpreneurship dapat tumbuh dan berkembang baik di

masyarakat, dan akan meningkatkan skor kapabilitas inovasi Indonesia.

Pembangunan ekosistem inovasi harus bisa menjangkau seluruh wilayah

nusantara termasuk daerah marjinal. Untuk mencapai sasaran tersebut, kami

mengusulkan sebuah terobosan proyek perubahan berupa penyiapan ekosistem

inovasi dijital (e-ekosistem inovasi teknologi) sebagai wahana transformasi

Bioekonomi menjadi kekuatan dalam pembangunan ekonomi hijau. Dengan

menyediakan wahana dijital bagi pelaksanaan kegiatan inovasi, akan memudahkan

para aktor inovasi dapat saling terkait dan memberikan benefit bagi semua pihak

(kolaborasi A-B-G). Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai

sumberdaya alam hayati akan dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui

industrialisasi dan menjadi beragam produk-produk yang berkualitas dan bernilai

tambah tinggi.

Dalam masa pelaksanaan Proyek Perubahan Jangka Pendek (tgl 11

September - 22 November 2019), berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan

konsep bisnis ekosistem inovasi dijital telah dijajagi untuk lebih memahami urgensi

dan tujuannya. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, dalam masa yang

sangat singkat, kami telah mendapat dukungan penuh dari pemangku kepentingan,

baik yang terkait dengan bahan baku, penyedia tenaga terampil, teknologi, sarana

produksi dan market. Dengan adanya dukungan tersebut, gagasan konsep bisnis

telah berhasil disiapkan menjadi konsep bisnis model yang cukup matang sehingga

akan menopang sistem jaringan inovasi (Simbio-Net). Konsep bisnis ini juga berhasil

didukung dengan peraturan yang kuat yang menjamin legalitas dari pengoperasian

sistem. Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dikeluarkan oleh sebuah

badan pemerintah (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang memiliki tugas

Page 7: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 7

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

dan fungsi pengkajian dan penerapan teknologi sesuai amanat Undang-Undang

Sisnas Iptek no 11 tahun 2019.

Sebagai wahana dari konsep bisnis model ekosistem inovasi dijital, kami telah

menyiapkan sebuah dashboard D’Pabriku untuk memonitor, mengumpulkan dan

memfasilitasi berbagai data dan informasi terkait kegiatan inovasi (Open Innovation

System). Sistem ini masih berfokus pada penerapan teknologi sumberdaya hayati

sebagai komitmen awal untuk mendukung transformasi bioekonomi menjadi kekuatan

ekonomi hijau. Dengan platform ekosistem inovasi dijital ini, masyarakat dapat

menciptakan suatu produk baru dengan cara memanfaatkan informasi tentang

metode pembuatan, bahan baku yang dibutuhkan, sarana yang digunakan, tenaga

terampil dan juga tempat memasarkan produknya. Sebagai pendukung, dashboard e-

ekosistem ini juga menyediakan berbagai jasa layanan untuk sertifikasi atau pengujian

produk, konsultasi teknis jika ada permasalahan produksi, disain produk, perijinan,

pelatihan produksi, dan permodalan. Semua yang dibutuhkan diberikan ruang yang

dapat diisi oleh siapapun untuk digunakan oleh siapapun yang berkeinginan kuat

untuk melakukan inovasi.

Melalui terobosan dalam proyek perubahan ini, diharapkan Indonesia makin

memiliki kemampuan untuk menciptakan berbagai produk baru yang berbahan baku

sumberdaya hayati lokal terutama yang mendukung industri pangan, kosmetik, dan

kesehatan. Sebagai informasi, industri pangan berkontribusi hingga 35% PDB industri,

sehingga jika proyek perubahan ini berhasil maka akan memberikan pengaruh

signifikan bagi pembangunan industri nasional secara keseluruhan. Sebagaimana

dipahami, maraknya penjualan online produk dan marketplace tidak serta merta

membangun industri lokal menjadi berkembang, justru makin memudahkan produk

luar negeri masuk ke pasar domestik. Hal ini perlu dirubah, agar Indonesia tidak

sekedar menjadi pasar bagi produk asing tapi justru dapat menjadi tuan rumah di

negeri sendiri. Ekosistem inovasi dijital ini diharapkan akan berdampak pada

kemudahan berusaha (business easy doing) terutama dalam hal penciptaan berbagai

produk pangan dan ingredien lokal, serta menjadikan bioekonomi nasional makin

berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi baru Indonesia.

Page 8: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 8

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tema pembangunan yang dituangkan dalam teknokratik RPJMN 2020-2024

adalah Indonesia Berpenghasilan Menengah – Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan

Berkesinambungan. RPJMN ke IV ini memiliki 4 pilar, yaitu kelembagaan politik dan

hukum yang mantap, kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat, struktur

ekonomi yang terus maju dan kokoh, serta terwujudnya keanekaragaman hayati yang

terjaga.

Gambar 1. 4 Pilar Pembangunan RPJMN 2020-2024

Agenda ke 1 dalam RPJMN 2020-2024 adalah Memperkuat Ketahanan

Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas, dimana Pembangunan ekonomi akan

dipacu untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif dan berdaya saing melalui:

1. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang mencakup pemenuhan

pangan dan pertanian serta pengelolaan kelautan, sumber daya air,

sumber daya energi, serta kehutanan; dan

2. Akselerasi peningkatan nilai tambah agrofishery industry, kemaritiman,

energi, industri, pariwisata, serta ekonomi kreatif dan digital.

Dalam rancangan teknokratik RPJMN ke IV ini, agenda pembangunan akan

memfokuskan pada pendayagunaan potensi sumberdaya hayati sebagai kekuatan

ekonomi, namun tetap memperhatikan kelestarian kekayaan hayati. Ini menjadi

petunjuk bahwa pemerintah akan berupaya menjadikan ekonomi melingkar sebagai

basis paradigma pembangunan ekonomi dalam 5 tahun mendatang. Hal ini diperkuat

Page 9: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 9

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

dalam agenda ke 6, yaitu Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan

Bencana dan Perubahan Iklim.

Terkait dengan daya saing Indonesia saat ini, berdasarkan laporan The Global

Competitiveness Report 2019, peringkat Indonesia berada di urutan ke 50 dari 140

negara, dengan skor 64,6. Hal ini berarti daya saing Indonesia turun lima tingkat

dibanding tahun sebelumnya dengan skor 64,9. Peringkat Indonesia tertinggal jauh

dibanding peringkat negara-negara tetangga ASEAN seperti Singapura (peringkat 1),

Malaysia (27) dan Thailand (40). Dari 12 pilar indikator daya saing yang diukur, pilar

kestabilan ekonomi makro dan ukuran pasar domestik Indonesia menyumbang skor

tinggi masing-masing di angka 90 dan 82 dari kemungkinan 100. Sedangkan, pilar

kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat ke

74, atau turun tujuh tingkat dibanding tahun sebelumnya, meskipun skornya naik 1

poin. Hal ini menunjukkan dari sisi pembangunan inovasi, Indonesia masih sangat

lemah dan harus berjuang keras untuk menjadi lebih baik.

Gambar 2. Komponen Peringkat Daya Saing Indonesia Tahun 2019

Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung sumber daya alam

dan daya tampung lingkungan hidup, kerentanan bencana, dan perubahan iklim.

Page 10: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 10

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Pembangunan lingkungan hidup, serta peningkatan ketahanan bencana dan

perubahan iklim diperlukan agar Indonesia terlepas dari jebakan negara

berpenghasilan menengah dan menjadi negara berpenghasilan tinggi (GDP USD 7

trilliun) di tahun 2045. Saat ini, dengan populasi sebesar 264,2 juta jiwa, Indonesia

memiliki GDP per kapita sebesar USD 3.870,6 (GDP USD 1 trilliun) dengan

pertumbuhan rata-rata sebesar 4,8%. Agar dapat mencapai cita-cita tersebut,

Indonesia harus memiliki nilai rata-rata pertumbuhan GDP diatas 7%. Namun, nilai

rata-rata pertumbuhan tersebut sulit dicapai karena pertumbuhan ekonomi terus

terkoreksi oleh dampak negatif pembangunan yang mengabaikan kualitas lingkungan.

Gambar 3. Ilustrasi isi Pidato Pelantikan Presiden Jokowi 19 Oktober 2019.

Hal ini mendorong ketidakefisiensian dalam aktifitas pembangunan karena

konsekuensi penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu dipandang sangat urgen

untuk menumbuhkembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

meningkatkan pendayagunaannya melalui strategi penguatan inovasi dan ekosistem

industrialisasi sumberdaya alam guna mendorong daya saing nasional dan

Page 11: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 11

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

pembangunan yang berkelanjutan, melalui kebijakan: 1) Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup; 2) Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim; serta 3)

Pembangunan Rendah Karbon.

Guna mencapai agenda pembangunan tersebut, maka upaya-upaya yang

memberikan kontribusi dalam bentuk penciptaan inovasi teknologi yang mendukung

program pembangunan industri berkelanjutan yang memanfaatkan keunggulan dan

kemampuan sumberdaya hayati lokal menjadi sangat strategis. Ilmu pengetahuan dan

teknologi hayati yang merupakan teknologi kunci dalam membangun industri ramah

lingkungan ini perlu didorong dan ditingkatkan penerapannya secara maksimal oleh

masyarakat luas guna mendukung efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya

hayati secara berkelanjutan.

Gambar 4. Kerangka Berfikir Alur Inovasi hingga Hilirisasi ke Dunia Usaha

Sebagai landasan bagi pengaturan inovasi teknologi dan ekosistem

pemanfaatan iptek dalam pengelolaan sumberdaya alam, Undang-Undang Sisnas

Iptek no 11 tahun 2019 berperan penting untuk mengkoordinasi seluruh kekuatan

tanpa adanya tumpang tindih sehingga dapat mempercepat proses peningkatan

kemandirian dan peningkatan daya saing bangsa. Hal ini merupakan isu mendesak,

Page 12: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 12

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

agar pembangunan industri dapat selaras dengan kelestarian lingkungan hidup serta

dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Partisipasi masyarakat

luas memanfaatkan teknologi ramah lingkungan ini sangat diperlukan guna

memaksimalkan pendayagunaan potensi ekonomi dari sumberdaya alam hayati atau

disebut sebagai bioekonomi.

Bioekonomi menurut definisi McKinsey (2013) adalah kegiatan ekonomi yang

menghasilkan material, bahan kimia dan energi berasal dari sumber daya hayati yang

terbarukan. Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan keanekaragaman

hayati terbesar kedua dunia setelah Brazil.

Gambar 5. Bioekonomi dalam rangkaian nilai tambah produk

Namun potensi megabiodiversitas ini belum terkelola secara baik menjadi kekuatan

ekonomi. Melalui sentuhan inovasi teknologi, potensi mega biodiversitas ini

diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi yang kokoh dengan membangun

industri berbasis sumberdaya hayati. Dalam rancangan proyek perubahan ini, akan

dibahas mengenai urgensi, strategi serta tahapan untuk memaksimalkan

pendayagunaan potensi mega biodiversitas Indonesia sebagai kekuatan ekonomi

melalui pembangunan dan penguatan ekosistem dijital yang memungkinkan inovasi

teknologi semakin luas diterapkan oleh masyarakat.

Page 13: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 13

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

2. Kondisi Saat Ini

Peringkat index inovasi global (GII) Indonesia tahun 2018 menempati ranking

85 dari 126 negara dengan skor sebesar 29,8 (dari skala 0-100). Dengan skor GII

tersebut, Indonesia berada pada peringkat 13 dari 30 lower-middle-income countries

dan peringkat 14 dari 15 negara-negara Asia Tenggara dan Oceania. Sementara daya

saing Indonesia tahun 2019, menurun 5 peringkat menjadi ranking 50 dari 140 negara

dengan skor sebesar 64,6 yang menurun 2 poin dari tahun sebelumnya. Capaian Pilar

ke-12 Innovation capacity memperoleh skor terendah yaitu 38 dan menempati

peringkat ke 74. Jika dilihat dari kondisi ini jelas menunjukkan bahwa sebagai salah

satu komponen penting daya saing, inovasi dan pembangunan iptek belum menjadi

faktor pengungkit daya saing Indonesia.

Gambar 6. Isu Strategis Pembangunan Iptek

Dari tahun 2000 ke 2010 PDB Indonesia tumbuh 5,2%. Hanya sebesar 0,9%

bersumber dari total factor productivity (TFP), sisanya 3,5% dari modal finansial

(capital) dan 0,8% dari modal manusia. Kontribusi TFP ini lebih rendah dibandingkan

dengan Malaysia (1,2%) dan Thailand (2,4%). Melihat dari situasi ini, maka

pembangunan iptek dan inovasi menjadi suatu hal yang sangat krusial dan harus

segera untuk dilakukan. Pertengahan tahun ini, Indonesia baru saja mengesahkan UU

no 11 tahun 2019 tentang Sistem nasional Iptek. Harapannya, ini menjadi tonggak

Page 14: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 14

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

dimulainya kontribusi iptek yang semakin signifikan sebagai penghela pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan populasi sebesar 264,2 juta jiwa, Indonesia memiliki GDP per kapita

sebesar USD 3.870,6 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,8%. Sementara GDP

per kapita Singapura dan Thailand masing-masing dikisaran USD 64 ribu dan 7 ribu.

Agar Indonesia terlepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah dan menjadi

negara berpenghasilan tinggi (GDP per kapita diatas USD 14 ribu), Indonesia harus

memiliki nilai rata-rata pertumbuhan GDP diatas 7%. Namun faktanya, nilai rata-rata

pertumbuhan GDP 7% ini sulit dicapai karena pertumbuhan ekonomi terus tergerus

oleh dampak negatif pembangunan yang mengabaikan kualitas lingkungan. Hal ini

mendorong ketidakefisiensian dalam aktifitas pembangunan karena harus membayar

konsekuensi penurunan kualitas lingkungan.

Oleh karena itu dipandang sangat urgen untuk menumbuhkembangkan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan pendayagunaannya

melalui strategi penguatan inovasi dan ekosistem industrialisasi sumberdaya alam

terutama di pedesaan guna mendorong daya saing nasional dan pembangunan yang

berkelanjutan. Sebagai landasan bagi pengaturan inovasi teknologi dan ekosistem

pemanfaatan iptek dalam pengelolaan sumberdaya alam, Undang-Undang Sisnas

Iptek no 11 tahun 2019 berperan penting untuk mengkoordinasi seluruh kekuatan

tanpa adanya tumpang tindih sehingga dapat mempercepat proses peningkatan

kemandirian dan peningkatan daya saing bangsa.

Dalam mengatasi permasalahan diatas dan sesuai amanat UU Sisnas Iptek no

11 tahun 2019, komponen-komponen penggerak inovasi seperti ekosistem inovasi,

kelembagaan, dukungan politik, dll perlu didorong untuk makin menguat dan efektif

berjalan. Penguatan komponen ekosistem inovasi ini akan :

1. Memberikan landasan hukum bagi penyelenggaraan inovasi teknologi;

2. Mendorong Lembaga untuk melaksanakan 7 peran kaji terap dalam

menghasilkan inovasi untuk peningkatan kemandirian dan daya saing

bangsa;

3. Mendorong difusi teknologi dan komersialisasi teknologi sebagai penghela

pertumbuhan ekonomi nasional;

Page 15: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 15

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

4. Mengintegrasikan tata kelola inovasi teknologi yang ada di Lembaga-

lembaga litbang jirap;

5. Memberikan arah dan panduan pada penyelenggaraan inovasi teknologi

agar tercapainya tujuan strategi nasional

6. Mendorong kebijakan yang mendukung terbangunnya ekosistem inovasi

teknologi.

Dengan memanfaatkan berbagai inovasi teknologi sumberdaya hayati yang

telah dikembangkan, lembaga jirap seperti BPPT dapat menjadi motor penggerak

terobosan agar potensi sumberdaya hayati (genetika) dapat mendorong transformasi

bioekonomi menjadi semakin solid dan meluas. Hal yang krusial untuk itu adalah

adanya ekosistem penyebarluasan dan pendifusian teknologi hayati (agroindustri dan

bioteknologi) kepada masyarakat luas termasuk industri kecil dan menengah. Dari

tinjauan diatas, permasalahan yang harus segera dirumuskan penyelesaiannya dari

sisi pembangunan kapabilitas inovasi dan penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan

teknologi adalah:

1. Bagaimana mendorong pengembangan rantai nilai dan rantai pasok produk

dari sumberdaya alam secara efektif dan efisien?

2. Bagaimana memperkuat tatakelola inovasi dan ekosistem industrialisasi

sumberdaya alam yang lebih lincah dan responsif dengan memanfaatkan

transformasi dijital ?

3. Tujuan Proyek Perubahan

Tujuan dari proyek perubahan ini adalah :

1. Untuk memberdayakan potensi ekonomi sumberdaya hayati agar dapat

menjadi kekuatan ekonomi baru melalui pembangunan ekosistem inovasi

dijital sehingga memperkuat difusi teknologi hayati.

2. Mengacu era dijital saat ini, ekosistem inovasi dijital mendorong industrialisasi

bahan baku hayati dan memberikan manfaat yang besar terutama untuk

menggerakkan perekonomian wilayah-wilayah yang secara geografis terpisah

yang jauh.

Page 16: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 16

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

3. Mendukung perumusan kebijakan yang mengarah pada terwujudnya iklim

membangun yang lebih sehat dan berkelanjutan terutama untuk mengangkat

dan memberdayakan potensi ekonomi berbasis kekayaan sumberdaya hayati.

Secara kumulatif, semua hasil pemberdayaan ini akan mengangkat daya

saing nasional.

Gambar 7. Transformasi Bioekonomi menjadi fondasi pembangunan ekonomi dengan penguatan Iptek dan Inovasi

Page 17: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 17

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

4. Manfaat Proyek Perubahan

Dengan keberhasilan proyek perubahan ini, manfaat yang akan diperoleh sebagai

outcome maupun dampak adalah sebagai berikut:

• Keberhasilan proses transformasi bioekonomi menjadi kekuatan ekonomi hijau

akan mendorong penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan

investasi: Inovasi dibidang bioekonomi menjadi sumber penting dalam

penciptaan lapangan kerja baik dilevel daerah maupun nasional, di perkotaan

dan di pedesaan, serta terbukanya peluang pasar baru untuk produk bio seperti

bio fuel, makanan serta produk berbasis bio lainnya.

• Memperkuat basis industri melalui tumbuhnya inovasi-inovasi teknologi baru

berbasis sumberdaya hayati dan makanan akan memperkuat pertumbuhan

GDP, menciptakan ekonomi melingkar yang ramah sumberdaya.

• Meningkatkan keterkaitan bioekonomi didalam peta jalan pertumbuhan

ekonomi hijau: Hal ini sesuai dengan fokus dari peta jalan pertumbuhan

ekonomi hijau dalam memitigasi perubahan iklim. Bioekonomi dengan berbagai

teknik penerapannya mampu berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim

baik dengan cara paling sederhana yaitu memanfaatkan ulang limbah

pertanian hingga yang kompleks seperti membuat material-material baru

berbasis sumberdaya hayati seperti bioplastik dll.

• Menghasilkan inovasi teknologi yang memberikan manfaat kepada sektor

industri manufaktur berupa:

o peningkatan aktifitas sektor industri manufaktur namun tidak

mengabaikan lingkungan, meminimalisasi limbah dan emisi gas rumah

kaca dari aktifitas industri dengan memanfaatkan teknologi bio-

engineering seperti biokatalis dan agen hayati

o peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, penerapan energi

terbarukan dan sistem integrasi data yang akan mempercepat

pembangunan industri manufaktur berkelanjutan

o mendukung perluasan program industri hijau nasional

o menjadi solusi teknologi dengan melibatkan lintas unit kerja dan institusi

memanfaatkan kompetensi unggulan BPPT dalam berbagai inovasi

teknologi

Page 18: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 18

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

BAB II. DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

Proyek perubahan dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional tingkat I yang

berjudul “Penguatan e-Ekosistem Inovasi Teknologi Sumberdaya Hayati Mendukung

Transformasi Bio-ekonomi Menjadi Kekuatan Ekonomi Hijau” ini diusung sebagai

terobosan baru untuk mewujudkan pembangunan inovasi di masyarakat secara luas

dengan memanfaatkan hasil pengembangan teknologi dalam negeri. Saat ini,

kekayaan alam berlimpah yang dimiliki Indonesia belum banyak dikelola dengan

sentuhan teknologi sampai menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Umumnya,

kekayaan alam masih dikelola sebagai komoditas mentah dan dijual dengan nilai

tambah rendah. Hal ini menjadi penyebab rendahnya kontribusi sumberdaya alam

bagi pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi lebih banyak bertumpu

pada konsumsi masyarakat dan penyerapan anggaran pemerintah.

Pemberian nilai tambah terhadap komoditas sumberdaya alam ini sangat

penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dengan adanya aktifitas pemberian

nilai tambah terhadap komoditas sumberdaya alam, maka akan terbangun supply

chain dan aktifitas-aktifitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja dan

mendistribusikan kesejahteraan secara merata bagi masyarakat luas. Untuk

terjadinya aktifitas pemberian nilai tambah terhadap komoditas tersebut, kuncinya

adalah inovasi dan industrialisasi. Tentunya faktor-faktor lain seperti regulasi,

investasi, pasar dll yang terkait kemudahan berusaha (business easy doing) pun

sangat mempengaruhi terjadinya industrialisasi dalam proses pemberian nilai tambah.

Kapabilitas inovasi adalah hal yang sangat menentukan apakah suatu negara

akan berhasil menjadi negara makmur atau justru terjebak dalam midle income trap.

Setiap tahun, World Economic Forum membuat suatu kriteria dan pengukuran khusus

kepada setiap negara didunia (140 negara) dan menilai ketahanan dan daya saing

negara-negara tersebut berdasarkan 12 pilar dan salah satunya adalah pilar indikator

kapabilitas inovasi. Namun sayang, Indonesia selalu menempati ranking rendah

dalam hal indikator kapabilitas inovasi dibanding negara-negara lain di dunia (lihat

Gambar 2).

Kapabilitas inovasi ini tidak bisa dibangun dalam sesaat. Anggaran pemerintah

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tidak cukup untuk dapat

Page 19: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 19

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

membangun kapabilitas inovasi yang kuat. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi

terbangunnya kapabilitas inovasi, seperti bagaimana membangun ekosistem yang

mendukung kemudahan penerapan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan dan

perekayasaan teknologi ke tengah masyarakat, bagaimana membangun hubungan

yang sinergis antara pemerintah, institusi riset dan inovasi serta dunia usaha,

bagaimana pemerintah menyiapkan program-program yang menjaga konstrain

aktifitas eksplorasi sumberdaya alam sehingga tidak menimbulkan dampak negatif

pembangunan, dst.

Gambar 8. Ekosistem Inovasi menurut MIT Practical Impact Alliance

Dalam hal membangun kapabilitas inovasi, banyak negara-negara

berkembang yang mencoba mereplikasi keberhasilan pembangunan di negara-

negara maju, namun justru banyak yang menemui kegagalan. Salah satu

penyebabnya adalah gagalnya negara tersebut dalam membangun dan

mengembangkan ekosistem inovasi (Gambar 9). Ada negara yang terperangkap

kedalam nascent innovation ecosystem yaitu ekosistem inovasi yang terus menerus

tidak berkembang sejak didirikan sehingga menjadi eksosistem yang tidur (dormant

innovation ecosystem). Ada negara yang terterangkap kedalam lopsided innovation

ecosystem yaitu ekosistem inovasi yang timpang antara lain karena ketimpangan

aktor (ada yang dominan dan ada yang lemah), ketimpangan alokasi sumberdaya,

ketimpangan lingkungan yang mendukung sehingga inovasi tidak/kurang berdampak

terhadap perekonomian. Ada juga negara yang terperangkap kedalam disconnected

Page 20: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 20

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

innovation ecosystem yaitu ekosistem inovasi yang aktornya tidak mampu

berkoordinasi dan berkolaborasi karena berbagai alasan seperti ketiadaan atau

kurangnya trust.

Sebagaimana Gambar 9 diatas, inovasi terdiri dari banyak aktor. Aktor-aktor

ini masing-masing memiliki peran dan harus dapat melaksanakan peran tersebut

dengan optimal. Aktor-aktor tersebut adalah :

• LEMBAGA RISET & PENDIDIKAN. Aktor ini berperan melakukan riset,

pendidikan dan pelatihan. Riset dikategorikan sebagai riset dasar, riset

terapan dan riset pengembangan (R&D).

• BISNIS. Aktor ini terdiri dari wirausaha pebisnis pemula (start-up),

pebisnis kecil, pebisnis menengah sampai pebisnis besar.

• PEMERINTAH. Aktor ini mulai dari pemerintah pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan lembaga pemerintah sektoral.

• LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT. Aktor ini mulai dari lembaga

yang berbasis komunitas, lembaga nirlaba, lembaga swadaya

masyarakat nasional dan lokal.

• LEMBAGA PENDANAAN. Aktor ini yang menyediakan dana seperti

hibah, pinjaman, ekuiti, dan produk finansial lainnya termasuk

pendanaan dari angel investor dan venture capital.

• JEJARING. Aktor ini antara lain komunitas ilmiah, aliansi pengusaha,

dan jejaring masyarakat, kelompok idividu baik formal maupun informal.

Melalui kegiatan masing-masing maupun melalui interaksi (koordinasi dan

kolaborasi) dari setiap aktor-aktor tersebut, maka akan terjadi suatu kegiatan

menciptakan, mendukung dan memungkinkan terjadinya inovasi. Inovator

mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan cara baru atau cara yang lebih

baik dalam memproduksi barang/jasa atau memperbaiki proses. Inovator secara

individu atau bersama sama dengan aktor lainnya memiliki peran penting didalam

ekosistem inovasi. Lalu para aktor tersebut dipertemukan melalui jaringan sosial atau

melalui mata rantai pengembangan sebagai faktor fundamental dalam proses

berinovasi. Kegiatannya adalah membangun jejaring, melakukan mediasi, dan

mengembangkan rantai pasok, membangun trust diantara para aktor inovasi.

Page 21: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 21

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Dengan optimalnya para aktor menjalankan perannya untuk melakukan inovasi,

menghubungkan masing-masing aktor, merayakan keberhasilan, melakukan

advokasi, mendanai, berbagi ilmu pengetahuan, memberikan pelatihan,

mempertemukan dan memfasilitasi, maka kegiatan pembangunan inovasi di suatu

negara akan berjalan dengan sangat cepat. Namun sebaliknya, jika peran aktor tidak

terisi karena aktornya tidak ada, tidak efektif atau tidak berfungsi (tidak perform), maka

aktor tidak saling terhubungkan (disconnect) karena buruknya koneksi atau karena

tidak adanya trust atau tidak terciptanya saling berbagi informasi dan sumberdaya

atau karena aktor tidak mau berkoordinasi, sehingga pembangunan inovasi di suatu

negara tersebut akan gagal.

Mempertemukan & memfasilitasi pertemuan semua aktor didalam ekosistem

inovasi dan memfasilitasi terjadinya interaksi yang produktif melalui kelompok kerja,

lokakarya, satuan tugas, atau melalui platform inovasi adalah hal yang sangat urgent

dan memegang peranan penting bagi keberhasilan inovasi. Saat ini, upaya-upaya

fasilitasi seperti ini di Indonesia masih sangat minim dan tidak perform. Upaya-upaya

fasilitasi masih dilakukan dengan metode konvensional yang memakan biaya dan

waktu sehingga tidak efektif. Untuk itu, sangat diperlukan sebuah strategi fasilitasi

yang lebih cepat dan efektif memanfaatkan terobosan platform dijital. Melalui

terobosan “Penguatan e-Ekosistem Inovasi Teknologi Sumberdaya Hayati

Mendukung Transformasi Bio-ekonomi Menjadi Kekuatan Ekonomi Hijau” inilah upaya

fasilitasi itu sedang disiapkan dan akan dilakukan.

Melalui terobosan e-ekosistem ini, fasilitasi dapat berfungsi membagi

pengetahuan diantara para aktor (peneliti, entrepreneur, pebisnis, pemodal,

konsumen) agar berkontribusi terhadap inovasi dan penyebaran informasi didalam

ekosistem inovasi. Berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) ini meliputi berbagi

pengetahuan ilmiah, teknis, praktis, informasi dan intelijen bisnis. Inovasi

membutuhkan melakukan sesuatu dengan cara baru sehingga dari setiap aktor

diperlukan perubahan mindsets, keahlian, dan kapabilitas baru. Melalui fasilitasi e-

ekosistem ini, masyarakat dapat diberikan pelatihan dan capacity-building baik itu

pelatihan teknis maupun pelatihan keahlian bisnis dan kepemimpinan yang

merupakan faktor kunci dalam proses inovasi didalam ekosistem inovasi. Fasilitasi e-

ekosistem ini juga dapat menjadi penghubung bagi inovator dan sumber pendanaan.

Pendanaaan merupakan faktor yang sangat esensial didalam ekosistem inovasi mulai

Page 22: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 22

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

dari filantropi, pendanaan hibah sampai kredit, pinjaman, dan investasi dalam bentuk

ekuiti. Didalam ekosistem inovasi yang sehat berbagai ragam bentuk pendanaan

tersedia sesuai dengan keragaman dan kebutuhan setiap tahap dari inovasi.

Sebagai objek inovasi, sumberdaya alam memegang peranan penting.

Karakteristik lingkungan termasuk natural heritage, natural capital dan sumberdaya

lingkungan memberikan konteks dan sebagai katalis bagi lahirnya inovasi.

Lingkungan alam memberikan peluang, tantangan, kendala dan ruang untuk

berinovasi termasuk penyediaan bahan baku yang dibutuhkan selama proses

berinovasi. Melalui inovasi, eksplorasi sumberdaya alam tidak lagi dilakukan secara

linier seperti misalnya meningkatkan kapasitas pertanian dengan ekspansi lahan

secara membabi buta, namun akan mempertimbangkan keseimbangan alam dan

kesinambungan pembangunan. Eksplorasi alam akan memperhatikan beban

lingkungan yang ditimbulkan, dampak-dampak sosial, ekonomi, budaya dan politik,

serta urgensi pembangunan yang berkelanjutan. Ketika batasan konstrain ini

diabaikan, maka akan terjadi dampak-dampak negatif akibat eksplorasi sumberdaya

alam seperti bencana alam, kerusakan lingkungan, konflik antar masyarakat, dsb. Hal

inilah yang menjadi inti dari kekuatan ekonomi hijau, dimana pemanfaatan

sumberdaya alam dilakukan dengan perspektif pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini belum

terstruktur dan terkelola dengan baik. Melalui lahirnya Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi no 11 Tahun 2019, muncul harapan

agar Indonesia memiliki rencana pembangunan nasional berbasis ilmu pengetahuan

dan teknologi serta inovasi. Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4 diatas,

Undang-Undang Sisnas Iptek no 11 tahun 2019 berperan penting untuk

mengkoordinasi seluruh kekuatan tanpa adanya tumpang tindih sehingga dapat

mempercepat pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendorong

peningkatan kemandirian dan daya saing bangsa. Tujuan utama lahirnya undang-

undang tersebut adalah dalam rangka menyiapkan sumberdaya manusia yang unggul

dalam melakukan pembangunan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta

inovasi. Ilmu pengetahuan, keahlian, kapasitas dan kompetensi yang memungkinkan

orang menghasilkan inovasi, mendukung proses inovasi, dan berkontribusi bagi

peekonomian melalui penciptaan barang, jasa dan gagasan baru. Sumberdaya

manusia adalah individu dan kelompok yang memiliki pengetahuan/teknologi.

Page 23: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 23

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Dalam rancangan teknokratis RPJMN IV, agenda pembangunan akan

memfokuskan pada pendayagunaan potensi sumberdaya hayati sebagai kekuatan

ekonomi, namun tetap memperhatikan kelestarian kekayaan hayati. Ilmu

pengetahuan dan teknologi harus mampu menjawab tantangan dan target pemerintah

tersebut. Dengan berbasis hasil kajian ilmu pengetahuan dan teknologi, Pemerintah

dapat mengusulkan dan mengusung program-program yang sesuai dengan

kebutuhan sehingga agenda berjalan efektif. Agar program-program yang terkait

dengan rencana pencapaian agenda tersebut dapat berjalan efektif, diperlukan

pengelolaan ekosistem yang mendukung. Dengan tersedianya ekosistem yang

memadai, program-program pemerintah yang memfokuskan pendayagunaan potensi

sumberdaya hayati sebagai kekuatan ekonomi akan mudah mencapai tujuannya.

Untuk itulah, ekosistem perlu dibangun, sehingga tujuan dari program-program

pemerintah dapat mencapai sasarannya yaitu kesejahteraan masyarakat seutuhnya.

Gambar 9. Ekosistem inovasi dan kewirausahaan

Berbicara tentang ekosistem, sebagaimana diuraikan diatas, tentunya memiliki

cakupan yang sangat luas. Ekosistem ini akan mempertemukan antara kegiatan

inovasi dan dunia usaha (Gambar 10). Menurut definisi, ekosistem adalah kumpulan

komponen-komponen pembentuk yang saling terkait dan membutuhkan untuk dapat

tumbuh dan berkembang secara organik. Dalam konteks ilmu pengetahuan dan

teknologi, ekosistem inovasi adalah keterkaitan antar pemangku kepentingan dalam

melakukan aktifitasnya melalui kolaborasi dan kerja sama untuk menghasilkan

lingkungan yang mendukung aktifitas inovasi. Untuk itu, diperlukan adanya

pembatasan ruang lingkup agar tujuan dari proyek perubahan ini dapat tercapai tepat

waktu dan tepat sasaran.

Page 24: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 24

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam kegiatan proyek perubahan ini dibatasi sesuai dengan

maksud dan tujuan pembangunan ekosistem inovasi yaitu untuk pemanfaatan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam mendorong pengelolaan sumberdaya hayati yang

berkelanjutan. Sebagai infrastrukturnya, ekosistem yang dibangun adalah jaringan

inovasi yang memanfaatkan teknologi informasi dengan fitur-fitur yang memudahkan

terjadinya transaksi bisnis B to B antar aktor inovasi. Dengan demikian, setiap

tahapannya akan menghasilkan beberapa output kunci di setiap tahapan proyek, yang

terbagi sebagai berikut:

I. Jangka Pendek:

a. Rancangan bisnis model aggregator SIMBio-Net (P)

b. Disain Dashboard Interaktif PABRIKU (P)

c. Rancangan Peraturan Badan tentang Tatakelola Ekosistem Inovasi

Bioekonomi berbasis Industri hijau (P)

II. Jangka Menengah

a. Bisnis model bioekonomi aggregator (M)

b. Dashboard interaktif PABRIKU (M)

c. Rekomendasi Teknologi berbasis Kajian dan analisis data (M)

d. Kepka BPPT tentang Tatakelola inovasi Bioekonomi berbasis Industri

hijau (M)

III. Jangka Panjang

a. e-Ekosistem inovasi untuk pemanfaatan potensi ekonomi sumberdaya

hayati (Pa)

b. Forum sosialisasi Kepka BPPT tentang Tatakelola inovasi Bioekonomi

berbasis Industri hijau (Pa)

Page 25: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 25

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

2. Kerangka Berfikir

Sebagai landasan berfikir, Proyek Perubahan ini mengacu pada Undang-

Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana kegiatan

Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang menghasilkan invensi, dan

kemudian dilanjutkan dengan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sehingga

menghasilkan Inovasi harus menjadi solusi dari permasalahan dan landasan bagi

pembangunan nasional (Gambar 11). Aliran proses inovasi sebagaimana

digambarkan dalam ilustrasi dibawah, merupakan hasil dari kegiatan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi yang dibangun atas dasar berbagai inputan, baik melanjutkan

hasil-hasil invensi, penugasan, maupun atas dasar kebutuhan rekayasa balik. Dalam

konteks pembangunan ekonomi, Ilmu pengetahuan dan Teknologi yang disiapkan

hingga menjadi sebuah inovasi tersebut harus dapat terhubung ke dunia usaha

melalui peran-peran yang dijalankan oleh aktor-aktor inovasi. Selain menghasilkan

kebijakan dan rekomendasi bagi pembangunan nasional, melalui dukungan dari

Pemerintah Pusat dan Daerah, inovasi teknologi harus menjadi inisiasi bagi

terbangunnya kewirausahaan.

Gambar 10. Alur berfikir kebutuhan ekosistem inovasi

Page 26: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 26

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Ekosistem kewirausahaan berbasis inovasi ini pada akhirnya akan mendorong

budaya technopreneurship di setiap aktifitas ekonomi masyarakat. Di masa

mendatang, masyarakat tidak lagi menjadi penonton bagi hadirnya berbagai produk

asing yang dijual di pasar domestik baik melalui jalur online maupun offline. Melalui

wadah ekosistem inovasi, ke depan masyarakat akan didorong menjadi pemain di

rumah sendiri dan menentukan pasar bagi produk-produk berbasis sumberdaya alam.

Gambar 11. Semangat perubahan melalui penguatan industri

Pada gambar 12 diatas, dijelaskan pentingnya merubah mindset masyarakat

tentang pemanfaatan sumberdaya hayati sebagai sumber pemasukan bagi

perekonomian nasional. Saat ini, produk yang dihasilkan dari hasil pertanian,

perkebunan, perikanan dan perhutanan lebih banyak dimanfaatkan sebagai

komoditas bahan baku dan hanya dikemas untuk memudahkan pengiriman. Rantai

pasok tanpa pemrosesan nilai tambah ini, secara jangka pendek memberikan

keuntungan, namun tidak terlalu besar. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar

13 berikut. Di pedalaman hutan sepanjang pulau Sumatera, tumbuh tanaman rotan

spesies Daemonorops Draco yang ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda Kohler

tahun 1897. Tanaman berdahan penuh duri ini, memiliki buah bersisik kemerahan dan

kulitnya kasar diselimuti oleh zat seperti resin (Gambar 13 kiri). Resin berwarna

kemerahan ini telah lama digunakan oleh masyarakat pedalaman sebagai pewarna,

Page 27: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 27

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

dupa dan bahan obat tradisional. Resin tersebut diambil dengan cara dikikis dan

dikumpulkan menjadi berupa serbuk merah. Buah kering ini dijual oleh masyarakat

per 1 kg seharga kisaran Rp. 50 ribu. Jika diambil resinnya, tiap 20 kg buah dapat

diperoleh 1 kg serbuk resin dan dijual seharga Rp. 3 juta (perkiraan harga pasar per

November 2019). Artinya, dengan sedikit proses, maka akan didapat keuntungan

kotor sekitar Rp 2 juta per kg serbuk (sebelum dipotong biaya pengiriman, pajak, dll).

Bagi masyarakat awam, keuntungan ini dirasa sudah cukup besar, namun jika

diproses lebih jauh menggunakan teknologi ekstraksi hasil pengembangan riset dalam

negeri, maka akan diperoleh produk dengan standar ekspor atau standar negara

tujuan dengan harga yang berlipat (Rp. 15 jt per kg). Sehingga dari hasil komoditas

ini saja, maka akan dimungkinkan terjadi perdagangan (ekspor) produk bernilai tinggi

dengan nilai diatas 10 juta USD (Rp 150 Milyar per tahun). Ada ratusan bahkan ribuan

komoditas lainnya seperti ini yang dapat dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi

yang akan terakumulasi menjadi kekuatan ekonomi nasional.

Gambar 12. Contoh produk hayati dari hasil hutan

Dari ilustrasi diatas, maka dapat dipahami bahwa proses industrialisasi hasil

pengelolaan sumberdaya hayati ini sangat penting dilakukan guna meningkatkan

kontribusi sumberdaya hayati bagi perekonomian nasional. Melalui inovasi dan difusi

teknologi, maka produk komoditas alam dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi

dan dapat diserap di pasar global. Sehingga masyarakat banyak akan mendapatkan

lebih banyak manfaat dari hasil budidaya atau panennya. Jika proses industrialisasi

ini tersosialisasi dan teraplikasi secara sistematis, maka diyakini akan dapat

Page 28: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 28

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

membangkitkan sumber kekuatan ekonomi baru berbasis sumberdaya hayati atau

disebut kekuatan Bioekonomi.

Dalam rangka membangun program industrialisasi ke dalam pengelolaan

sumberdaya hayati, sangat diperlukan adanya ekosistem yang mendukung. Dengan

adanya ekosistem inovasi yang mendukung dunia usaha sebagaimana diilustrasikan

pada Gambar 10 diatas, maka kegiatan industrialisasi sumberdaya hayati akan dapat

terwujud. Wikipedia.org menjelaskan, “Industrialisasi adalah suatu proses perubahan

sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi

masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana

masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam

(spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian

dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat

hubungannya dengan inovasi teknologi”. Dari deskripsi tersebut, dapat dipahami

bahwa kegiatan industrialisasi adalah kegiatan ekonomi yang bertumpu pada suatu

proses pemberian nilai tambah.

Gambar 13. Komponen Proses Industri

Untuk proses pemberian nilai tambah, maka diperlukan bahan baku, sarana

produksi, metode pemrosesan dan tenaga ahli yang melakukan proses tersebut. Pada

Page 29: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 29

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

ujung dari proses, yaitu outputnya, akan diserap oleh pasar. Jadi kelima komponen

tersebut merupakan hal utama yang harus ada dalam kegiatan industri. Berbagai

sumberdaya alam hayati yang selama ini dijadikan komoditi yang layak maupun tidak

layak diperdagangkan dapat dimasukkan sebagai kategori bahan baku. Hal ini

sejatinya tidak ada bahan alam yang tidak berguna, semuanya pasti berguna dan

dapat dimanfaatkan asal ada metode pemrosesan yang tepat dan menghasilkan

berbagai produk bernilai tinggi dan dapat diserap pasar. Sebagai contoh telah

diuraikan diatas di Gambar 13 adalah buah jernang (dragon blood) yang menjadi

bahan baku penting industri herbal medicine China. Contoh lainnya adalah bekatul

yang merupakan limbah dari pemrosesan padi menjadi beras putih. Dalam

cuplikannya di Riausky.com, KaBulog Buwas menyampaikan permasalahan terkait

berlimpahnya limbah bekatul yang belum dikelola dengan baik.

“Ternyata ada poduk kualitas yang dihasilkan dari beras, yaitu bekatul atau

dedak. Itu dulu untuk pakan ayam dan ikan. Tapi orang asing yang mengerti

kualitas pangan mereka mengkonsumsi itu dedek. Lihat saja di Ranch Market

harga bekatul itu mahal. Timbul pemikiran saya kita memproduksi beras kok itu

kita abaikan, padahal punya nilai ekonomis dan jelas nilai vitamin yang tinggi

karena itu ada di kulit ari-nya beras. Akhirnya saya bilang Direksi coba pikir ini

akan jadi produk kita. Tapi tidak baku, bagaimana kalau kita bikin jadi tepung,

bahan dasar kue pengganti terigu," urainya.

Hal ini menjadi contoh dimana limbah biomaspun bisa menjadi bahan baku bagi

industri karena ada sebuah riset yang dilakukan di BPPT menyatakan bahwa limbah

bekatul dapat dibiokonversi menjadi vanilla yang bermutu tinggi dan bernilai jual layak

ekspor. Dilansir dari Metro.uk (08/05), harga bubuk vanila sekitar £443 (Rp.

8.417.000,-) per kilogram. Harga ini jauh lebih mahal dari pasaran harga perak di

Inggris. Bubuk vanilla ini sangat dibutuhkan dalam industri Ice cream yang sangat

populer di Eropa.

Page 30: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 30

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

3. Deskripsi Inovasi Yang Dikembangkan

Melalui pemahaman pada kerangka berfikir diatas, maka didapat korelasi

antara aktor-aktor yang berperan dalam suatu ekosistem inovasi, dan saling

berkontribusi positif kepada tujuan besar pembangunan ilmu pengetahuan dan

teknologi sesuai amanat Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi no 11 tahun 2019. Proyek perubahan yang diusulkan ini mengusung topik

“bagaimana membangun bioekonomi sebagai kekuatan ekonomi baru dengan

meningkatkan nilai tambah terhadap sumberdaya hayati melalui proses industrialisasi

yang menggunakan hasil inovasi dalam negeri?”. Topik ini kemudian diuraikan ke

dalam sebuah konsep bisnis model e-ekosistem inovasi teknologi sumberdaya hayati.

Konsep bisnis model ini kemudian diimplementasikan dalam sebuah platform dijital

Simbio-net project dengan nama D’Pabriku, kependekan dari Dijital Platform

Agregrasi Bisnis berbasis Riset dan Industrialisasi Komoditas dan Usaha Tani.

Gambar 14. Perubahan yang diharapkan

Inovasi dalam proyek perubahan tersebut diatas, diilustrasikan pada Gambar

15. Inovasi yang dilakukan ini untuk merubah situasi yang terjadi saat ini, dimana

sumberdaya hayati Indonesia kurang optimal diberdayakan dan belum memberikan

kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena

pengelolaan sumberdaya hayati masih tergantung pada produk komoditas bernilai

Page 31: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 31

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

tambah rendah. Sehingga keekonomian dari sumberdaya alam ini juga rendah. Upaya

yang perlu dilakukan untuk mengatasi ini adalah dengan memfasilitasi komponen-

komponen yang diperlukan untuk terbangun sebuah situasi dan sistem dimana

produk-produk komoditas dan hasil pertanian dapat diberikan nilai tambah melalui

industrialisasi dan penerapan inovasi teknologi. Sistem yang diusulkan sebagaimana

gambar 15 diatas adalah Simbio-net project, kependekan dari Jaringan Sistem

Informasi Manajemen Pengembangan Bioproduk. Jaringan sistem ini akan menjadi

backbone bagi terbangunnya ekosistem dijital D’Pabriku, dimana jaringan ini akan

menjadi rumah bagi terkumpulnya data dan informasi yang diperlukan bagi

pelaksanaan bisnis pembuatan bioproduk. Harapannya, jaringan ini akan

mengakuisisi dan mengumpulkan data aktifitas bisnis dan menjadi feedback bagi

kegiatan bisnis selanjutnya. Demikian seterusnya diharapkan siklus ini akan terus

hidup dan berkembang seiring berjalannya waktu. Sistem jaringan Simbio-net akan

semakin kuat dan berkembang ke arah perbaikan ekosistem, sehingga dapat

mencapai tujuan akhirnya yaitu tercapainya pemanfaatan potensi bioekonomi secara

maksimal menjadi kekuatan ekonomi nasional.

Gambar 15. Ekosistem Inovasi Dijital

Page 32: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 32

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

4. Pentahapan (Milestone)

Untuk mencapai tujuan dari inovasi ini yaitu tercapainya pemanfaatan potensi

bioekonomi secara maksimal menjadi kekuatan ekonomi nasional, maka tahapan

yang sedang dan akan dilakukan terbagi menjadi tiga. Tahapan yang pertama adalah

tahapan jangka pendek, dimana implementasi dari proyek perubahan dilakukan

selama masa off campus dari tanggal 11 September hingga 25 November 2019.

Tahapan ini disebut tahapan prototyping e-ecosystem. Pada tahapan ini, kegiatan

implementasi inovasi diawali dengan merancang konsep bisnis D’PABRIKU sebagai

platform penyedia informasi yang diperlukan oleh seseorang yang ingin membangun

bisnis bioproduk. D’Pabriku ini dirancang untuk membangun ekosistem inovasi dijital

yang sehat dan tumbuh secara organik memanfaatkan inovasi teknologi dalam negeri

guna mengolah dan memberikan nilai tambah bagi komoditas/produk pertanian

menjadi bioproduk yg bernilai tinggi. Rancangan konsep bisnis ini kemudian

dituangkan dalam suatu dashboard system untuk memudahkan masyarakat

mengakses data dan informasi dan memberikan fasiliitasi bagi masyarakat untuk

membangun produk (Gambar 16). Pada tahapan ini juga akan dirancang sebuah

peraturan pendukung guna memperkuat posisi dan legalitas pelaksanaan proyek

perubahan ini dalam bentuk Peraturan Badan.

Tahapan Jangka Pendek:

1. Terbentuk dan terelaborasinya tim efektif

2. Terkumpulkannya data dan informasi awal

3. Tersedianya rancangan bisnis model SIMBio-Net

4. Tersedianya disain platform Dashboard Interaktif SIMBio-Net

5. Terkumpulnya persiapan pembuatan Peraturan BPPT tentang Tatakelola

Inovasi Bioekonomi berbasis Industri hijau

Tahapan selanjutnya adalah tahapan Jangka Menengah, yang dilakukan

setelah kegiatan pendidikan dan pelatihan selesai guna melanjutkan dan

mematangkan hasil-hasil dari tahapan Jangka Pendek. Tahapan ini akan dilakukan

dalam kurun waktu 1 tahun sejak Desember 2019 hingga akhir 2020. Pada tahapan

ini, diharapkan semua rancangan dan konsep bisnis e-ekosistem menjadi semakin

matang dan siap dilaunching ke tengah-tengah masyarakat. Dalam masa-masa awal

Page 33: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 33

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

penerapan, aktifitas dan kinerja D’Pabriku maupun Jaringan Sistem Simbio-net akan

dimonitor dan dilakukan perbaikan atau penguatan jika diperlukan. Pada tahapan ini

pula diharapkan preliminary data semakin terkumpul dan diperlukan upaya-upaya

promosi dan sosialisasi agar data dan informasi semakin terkumpul lebih banyak. Hal

ini sangat diperlukan mengingat validitas sistem dan dashboard harus bisa diuji dan

dipastikan kehandalannya. Pada tahapan ini pula, peraturan pendukung legalitas

implementasi e-ekosistem dijital, diharapkan sudah terbit dan dapat menjadi acuan

bagi pelaksanaan implementasi selanjutnya.

Tahapan Jangka Menengah:

1. Terbangunnya bisnis model dan dashbord interaktif siap aplikasi

2. Terkumpulnya basic data untuk validasi bisnis model SIMBio-Net

3. Tersiapkannya masukan (rekomendasi) dalam rangka penguatan outlook

bioekonomi berdasarkan model bisnis SIMBio-Net

4. Tersedianya rekomendasi dalam bentuk Peraturan Kepala BPPT tentang

Tatakelola Inovasi Bioekonomi

Pada tahapan yang paling akhir adalah tahapan Jangka Panjang. Tahapan ini

menjadi harapan bagi terealisasinya visi perubahan yang diusung. Perubahan yang

diharapkan terjadi adalah terjadinya peningkatan kontribusi keekonomian dari

pengelolaan sumberdaya hayati. Semakin banyak bioproduk-bioproduk yang

dihasilkan dari aktifitas industri pengolahan sumberdaya hayati, akan menjadi bukti

bagi keberhasilan proyek perubahan yang sesungguhnya. Total factor productivity

(TFP) dari aktifitas inovasi teknologi akan mulai dapat diukur dan dipastikan arah

kecenderungannya. Indikator ini akan diolah dan menjadi sebuah rekomendasi yang

siap diusulkan guna merancang kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah

dalam mengembangkan potensi kekayaan alam yang dimilikinya dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi ke dalam berbagai

aktifitas ekonomi masyarakat.

Tahapan Jangka Panjang:

1. Terbangunnya e-ekosistem pemanfaatan potensi ekonomi sumberdaya

hayati guna mendukung pembangunan bioekonomi yang kokoh

Page 34: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 34

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

2. Terlaksananya implementasi dan sosialisasi Keputusan Kepala BPPT

tentang Tatakelola Inovasi Bioekonomi berbasis Industri hijau guna

meningkatkan keterlibatan masyarakat luas terkait pemanfaatan potensi

ekonomi sumberdaya hayati.

5. Tata Kelola Proyek

Dalam rangka pelaksanaan proyek perubahan, maka dibutuhkan personil

internal unit kerja dan berkolaborasi dengan personil lainnya sebagai tim efektif.

Dengan demikian, komponen tim efektif dapat berasal dari internal maupun eksternal

dimana masing-masing memiliki deskripsi pekerjaan dan target hasil.

Gambar 16. Tim Efektif Proyek

Tugas tim dan target hasil:

1. Koordinator Proyek bertugas menyiapkan, merencanakan, mengelola dan

mengatur sumberdaya proyek.

Koordinator Project: Dr. Asep Riswoko, B.Eng, M.Eng

2. Manajer Pengembangan Digital dan Platform (DPD) bertugas menyiapkan

segala keperluan terkait, merancang ekosistem serta dijitalisasi PABRIKU

hingga pengelolaannya.

Target hasil berupa: Dashboard Interaktif dan PABRIKU

Manajer DPD: Dicky Adihayyu ST

3. Manajer Pengembangan Inovasi dan Teknologi (ITD) bertugas menyiapkan

data kebutuhan inovasi dan rekayasa teknologi, merancang tahapan kesiapan

teknologi serta mengelola pelaksanaan pengembangannya.

Target hasil berupa: Teknologi siap pakai, Bioproduk hasil teknologi

Page 35: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 35

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Manajer ITD: Maria Ulfah ST, MT

4. Manajer Pengembangan Network dan Rantai Nilai (NVC) bertugas menyiapkan

bisnis model SIMBIO-Net, merancang dan mengkaji kebijakan yang diperlukan.

Target hasil berupa: bisnis model dan kebijakan/peraturan kepala

Manajer NVC: Teguh Baruji ST, MT

• Tim IT dibantu oleh vendor: CV Redim Infotech Solusindo yang berlokasi di

Tangerang Selatan.

• Tim Advokasi hukum dibantu oleh: Biro Hukum, Kerjasama dan Hubungan

Masyarakat (HKH) BPPT.

6. Peta Sumber Daya

Proyek perubahan adalah proyek yang bersifat kolaboratif. Proyek ini tidak

dapat diwujudkan tanpa adanya bantuan dan dukungan serta partisipasi dari banyak

pihak. Data yang nantinya akan diperoleh guna dijadikan sebagai basisi analisa faktor

produktifitas pun akan didapat melalui banyaknya partisipasi dalam sistem Simbio-net

melalui dashboard D’Pabriku. Untuk itu, selain merancang dan menyiapkan konsep

bisnis model serta membangun platform berbasis website yang dikerjakan oleh tim

efektif, kegiatan proyek perubahan ini juga akan banyak melibatkan stakeholder baik

berasal dari kementerian / lembaga, industri-industri terkait, pemerintahan desa,

koperasi, juga perusahaan jasa lainnya.

Mengingat banyaknya potensi stakholder yang terlibat, maka untuk menguarai

keberadaan dan menyiapkan strategi komunikasinya, diperlukan pengelompokan dan

pemetaan berdasarkan 4 zona stakeholder. Dalam diagram Gambar 18 dibawah, ada

4 zona yang dibuat berdasarkan tingkat interest (ketertarikan pada proyek) dan

influence (pengaruhnya terhadap keberhasilan proyek). Zona 1 disebut zona laten,

zona 2 adalah zona promotor, zona 3 adalah zona apatis dan zona 4 adalah defence.

Masing-masing zona ini memiliki arti, misalnya zona 1 (laten) berada di kiri atas adalah

zona dimana stakeholder tidak terlalu interest dengan proyek namun dapat

memberikan pengaruh positif pada keberhasilan pencapaian tujuan proyek. Jika tidak

dikelola dengan baik, stakeholder di zona ini dapat berubah menjadi makin tidak peduli

(apatis), namun jika dikelola dengan baik maka dapat menjadi stakeholder (SH) yang

mempromosikan proyek.

Page 36: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 36

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Gambar 17. Pemetaan Stakeholder

Zona 2 adalah zona promotor, merupakan zona ideal yang diharapkan dari

seluruh stakeholder terkait. Dalam zona promotor ini, semua stakeholder memiliki

interest dan pengaruh positif bagi terjadinya proyek perubahan yang diharapkan.

Stakeholder yang ditempatkan di zona promotor saat ini adalah terdiri dari institusi-

institusi yang dianggap memiliki kepentingan selaras dengan tujuan proyek

perubahan sesuai dengan tupoksi yang dimiliki. Namun untuk memastikan

stakeholder tersebut berada di zona promotor, perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut.

Zona berikutnya adalah zona 3. Zona ini terdiri dari lembaga dan institusi yang

dianggap apatis atau tidak memiliki interest maupun pengaruh bagi proyek perubahan.

Meskipun demikian, stakeholder ini dianggap masih terkait dengan kegiatan proyek

perubahan. Sementara yang terakhir adalah zona defense. Zona ini dianggap cukup

krusial karena, stakeholder yang berada di zona ini berpotensi menghambat atau

menolak proyek perubahan meskipun keberadaan dan partisipasi mereka cukup

dibutuhkan. Stakeholder di zona defense ini tentunya terdiri dari pemangku

kepentingan yang merasa akan terganggu oleh hadirnya proyek perubahan, sehingga

diperlukan strategi komunikasi yang khusus agar tidak menjadi hambatan dikemudian

hari.

Zona Laten Zona Promotor

Zona Apatis Zona Defence

Page 37: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 37

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

7. Potensi Pengembangan Kolaborasi

Beberapa stakeholder berikut ini, memegang peranan penting untuk

kesuksesan proyek sebagaimana dituliskan dalam kolom fungsi. Untuk itu,

stakeholder terkait ini perlu untuk diajak berkolaborasi agar bersama-sama dapat

mensukseskan perubahan yang diusulkan.

Table 1. Stake holder dan fungsinya

No Nama Fungsi

1 Direktorat Pelestarian

Lingkungan Hidup -

Kemenko Perekonomian

membangun roadmap pembangunan ekonomi berbasis

sumberdaya hayati (Outlook Bioeconomy Indonesia)

dan merumuskan rencana aksi implementasi PP

46/2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup.

2 Direktorat Jendral Industri

Agro - Kementerian

Perindustrian

membangun roadmap pembangunan industri berbasis

sumberdaya hayati (Green Industry Policy).

3 Direktorat Jendral

Prasarana dan Sarana

Pertanian - Kementerian

Pertanian

membangun implementasi dan rencana aksi

Pembangunan Industri Pertanian Berkelanjutan

(Bioindustri)

4 Direktorat Lingkungan

Hidup - Bappenas

merumuskan pemanfaatan inovasi teknologi hayati

dalam mendukung pembangunan nasional

5 Direktur Sistem Katalog-

LKPP

e-katalogisasi penyediaan barang dan jasa ramah

lingkungan

6 Dirjen Pembangunan dan

Pemberdayaan

Masyarakat Desa-

Kemendes

perumusan strategi pemberdayaan perekonomian desa

berbasisi SD Hayati

Page 38: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 38

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

8. Strategi Komunikasi

Untuk membangun kolaborasi dengan para stakeholder yang terlibat, maka

bagi tiap-tiap stakeholder yang telah dipetakan, perlu disiapkan strategi komunikasi

yang tepat. Berikut ini uraian strategi komunikasi yang diperlukan untuk menghadapi

stake holder di 4 zona berikut:

• Zona promotor (interest +; influence +) (kanan atas) : banyak stake holder

terdapat di zona ini karena mengingat tupoksi dan kepentingannya.

Stakeholder di zona ini perlu dikomunikasikan melalui forum-forum informal

maupun formal agar mengetahui tentang proyek perubahan ini.

• Zona laten (interest -; influence +) (kiri atas): diisi oleh beberapa stakeholder

yang dapat mempengaruhi keberhasilan proyek namun perlu sosialisasi proyek

agar interestnya meningkat baik melalui audiensi maupun membuat forum

diskusi.

• Zona apatis (interest -; influence -) (kiri bawah): diisi oleh stakeholder

yang masih terkait namun tidak memiliki interest karena tupoksinya. Namun

Stakeholder ini dapat menjadi penghambat jika tidak dikomunikasikan tentang

proyek yang sedang dikerjakan. Misalnya BPOM merupakan instansi yang

mengeluarkan perijinan terkait produk kesehatan (obat), jika tidak

dikomunikasikan maka ada potensi menghambat ketika perijinan bioproduk

tidak keluar.

• Zona defence (interest +; influence -) (kanan bawah): adalah zona yang diisi

oleh stakeholder yang merasa dirugikan dengan adanya proyek perubahan.

Hal ini diakibatkan karena kepentingannya terganggu, misalnya importir bio

produk yang selama ini menyuplai produk dari luar negeri merasa pasarnya

terganggu akibat dari outcome proyek perubahan. Untuk stakeholder di zona

ini, yang diperlukan adalah komunikasi untuk bekerjasama agar mendapatkan

win-win solution.

Page 39: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 39

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

9. Potensi Kendala, Risiko Dan Alternatif Solusi

Dalam mengimplementasikan proyek perubahan, beberapa potensi kendala

dan resiko telah dipetakan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

Table 2. Potensi kendala, resiko dan solusi

No. Potensi Kendala Resiko Alternatif Solusi

1. Penetapan

stakeholder tidak

akurat dan rinci

• Tidak semua stakeholder

terlingkupi

• Stakeholder penting justru

terlewat

Perlu diskusi dan

investigasi

mendalam

2. Stakeholder tidak

mau bekerjasama

(Paradigma Ekonomi

Linear yg Kuat)

• Linkage terputus

• Tim efektif tidak terbangun

Menyiapkan

strategi komunikasi

yg sesuai

3. Akuisisi data sulit

dilakukan

(Akibat pelaku yg

terlibat sedikit,

frekuensi transaksi

rendah)

• Data sebagai konten

penting tidak terkumpul

• Menyiapkan

platform

sederhana tapi

reliable

• Menyiapkan

strategi

pemasaran yg

baik

4. Model bisnis sulit

ditetapkan dan

diterapkan

(akibat kendala

informasi)

• Kerangka kerja perubahan

sulit diimplementasikan

• Perlu diskusi

mendalam

bersama tim inti

dan menyiapkan

opsi-opsi model

• Menyiapkan tim

yang khusus

mendalami

informasi

5. Minimnya jumlah

inovasi teknologi

• Industri tidak punya teknik

mengolah bahan baku

hingga menjadi produk bio

yang diharapkan

• Mendorong

penyiapan

teknologi baik di

BPPT maupun

lembaga pengkaji

teknologi lainnya

Page 40: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 40

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

BAB III. IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

1. Bisnis Model e-Ekosistem Inovasi Teknologi

Konsep bisnis model e-ekosistem inovasi teknologi sumberdaya hayati adalah

sebuah model open innovation system yang dikembangkan berdasarkan hasil diskusi

dan brainstorming ke beberapa stakeholder. Sebagaimana diuraikan diatas, e-

ekosistem ini dirancang sebagai jaringan inovasi terbuka yang memanfaatkan

teknologi informasi guna memfasilitasi terkoneksinya komponen-komponen

pembentuk inovasi. Selama ini, komponen inovasi tidak terkoneksikan dan masing-

masing berdiri sendiri sehingga tidak diberdayakan secara maksimal. Misalnya

ketersediaan komoditas bernilai tambah rendah (barang mentah), tidak terkoneksikan

dengan teknologi pengolahan maupun tenaga ahli, sehingga terjadi bypass antara

komoditas barang mentah dengan pasar global dan mengakibatkan nilai jual atau

daya tawar yang rendah. Sebaliknya, ketersediaan sarana permesinan tidak

terkoneksikan dengan bahan baku, akibatnya investasi peralatan menjadi mangkrak

dan tidak produktif. Hal-hal seperti ini perlu dibenahi dan diatur melalui konsep bisnis

model yang bersifat kolaboratif dan saling memberikan keuntungan.

Gambar 18. Canvas Busines Model

Page 41: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 41

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Gambar 19 menjelaskan mengenai konsep bisnis model e-ekosistem. Di

canvas ini dapat terlihat aktifitas utama yang dilakukan adalah membangun e-

ekosistem inovasi teknologi. Konsep e-ekosistem ini merupakan terobosan baru yang

diusulkan dalam proyek perubahan ini. Oleh karena itu, konsep ini betul-betul

dibangun dari nol dan harus mencari referensi yang sesuai. Referensi yang didapat

dari Bpk Chaidir Abdini selaku narasumber dari Sekjen AIPI, dalam forum FGD

kelembagaan yang diselenggarakan oleh Biro HKH BPPT tgl 11 Oktober 2019 di

Jakarta menjelaskan tentang urgensi dan definisi ekosistem inovasi. Keberhasilan

negara-negara maju yang memberika kemakmuran bagi rakyatnya berkorelasi linier

dengan keberhasilan pembangunan inovasi. Negara-negara berkembang yang ingin

meniru berbagai inovasi yang dilakukan negara maju, akhirnya banyak yang gagal.

Hal ini karena negara berkembang tidak memiliki ekosistem inovasi yang kuat dan

memadai. Dalam penjelasan lebih lanjut, ekosistem inovasi dan dunia usaha adalah

sesuatu yang saling terhubung kuat dan menjadikan inovasi di negara-negara maju

dapat hidup berkembang bahkan menjadi landasan pengambilan kebijakan (lihat

Gambar 9 hal 20). Oleh karena itu, value dari hasil membangun bisnis model ini

adalah akan meningkatkan keekonomian dan nilai tambah sumberdaya hayati melalui

pemanfaatan inovasi dan industrialisasi.

Sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai value tersebut adalah

ketersediaan komponen industri seperti bahan baku, teknologi (metode pengolahan),

sarana, tenaga ahli dan tentunya pasar yang menyerap hasil proses yang disiapkan

oleh aktor-aktor inovasi. Peran yang dilakukan oleh aktor-aktor ini akan dapat

berkesinambungan ketika dihubungkan oleh kemiteraan yang saling menguntungkan.

Oleh sebab itu, diperlukan sebuah fasilitas yang bisa mempertemukan kepentingan-

kepentingan para aktor tersebut. Fasilitas ini disiapkan dalam bentuk platform dijital

agar dapat menjangkau berbagai pelosok tanah air tanpa harus dengan biaya tinggi.

Platform dijital yang disebut D’Pabriku ini terhubung dengan sistem jaringan inovasi

Simbio-Net dan secara daring mengakuisisi dan mengumpulkan data dari seluruh

aktifitas yang dilakukan. Aktifitas bisnis yang dilakukan dapat ditempuh dengan cara

alih teknologi, pelatihan, pembelian lisensi, dan mekanisme B to B lainnya.

Value dari bisnis model ini dapat lebih cepat tercapai jika memanfaatkan

transformasi dijital. Ekosistem inovasi saat ini masih dilakukan secara konvensional.

Upaya-upaya koordinasi baik secara kelembagaan maupun kebijakan insentif telah

Page 42: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 42

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

banyak dilakukan, namun outputnya masih sangat minim. Ego sektoral antar lembaga

masih sangat tinggi dan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari

pembangunan inovasi. Informasi yang bisa diakses oleh masyarakat juga sangat

minim sehingga masyarakat sulit terkoneksi dengan hasil-hasil inovasi yang dilakukan

lembaga riset. Hal ini menyebabkan penciptaan produk-produk baru berbasis

sumberdaya alam lokal menjadi sangat terbatas dan sulit dilakukan. Dari pengalaman

penulis, untuk mewujudkan suatu produk dari hasil inovasi yang dialihteknologikan ke

masyarakat, membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun. Tentunya ini sangat tidak efisien,

mengingat momentum pasar juga tidak menentu dan harus diantisipasi dengan cepat.

Waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan produk baru ini termasuk menemukan

mitra produksi, penyiapan sarana produksi, penyelesaian perijinan hingga edukasi

produk kepada masyarakat.

Gambar 19. Simulasi pengaruh faktor dijital dalam ekosistem inovasi

Page 43: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 43

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Mata rantai yang sangat panjang dan tidak efisien ini sebenarnya bisa

dipersingkat jika ada wahana transformasi dijital. Proses-proses tersebut dapat

dipangkas menjadi kurang dari 1 tahun, jika data dan informasi tersedia dan mudah

diakses oleh masyarakat. Kami membuat simulasi terkait pengaruh faktor

transformasi dijital terhadap kecepatan penciptaan produk dalam kurun waktu tertentu.

Simulasi yang digunakan menggunakan Vensim PLE versi 8.0 (Gambar 19). Dari

hasil simulasi tersebut, diketahui bahwa dalam kurun waktu yang sama (5 tahun), jika

dilakukan secara konvensional, jumlah produk baru hanya akan tumbuh kurang dari

50 produk, sementara jika dilakukan melalui wahana ekosistem dijital, maka akan

dicapai lebih dari 100 produk (Gambar 20).

Gambar 20. Grafik pertumbuhan jumlah produk baru dengan transformasi dijital

Melalui hasil simulasi diatas, maka dapat dipahami urgensi transformasi dijital

dalam pembangunan ekosistem inovasi. Ekosistem inovasi dijital ini perlu

menyediakan informasi terkait keberadaan komponen-komponen yang diperlukan

untuk bisnis bioproduk. Pengguna dapat mencari, melihat, mengakses hingga

Page 44: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 44

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

melakukan transaksi untuk memperoleh bahan baku, teknologi pembuatan, sarana

produksi, tempat penjualan hingga tenaga terlatih/ahli yang dibutuhkan. Selain kelima

komponen tersebut, juga diperlukan informasi layanan pendukung lainnya seperti

proses perijinan, pendanaan, sertifikasi & pengujian produk, pelatihan, disain produk,

dan konsultasi teknis. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana agar komponen-

komponen yang disediakan oleh aktor-aktor inovasi ini bisa terkoneksi dengan baik

dan cepat. Disinilah urgensi dari 7 peran BPPT yang terdiri dari Intermediasi,

Perekayasaan, Alih teknologi, Audit teknologi, Kliring teknologi, Difusi teknologi, dan

Komersialisasi dapat menjadi perekat bagi penyelenggaraan inovasi yang kuat dan

cepat (Gambar 21). Pada canvas bisnis model gambar 18 diatas, Costumer

Relationship dapat terjadi jika ada suatu aktifitas yang melakukan konektivitas atas

beberapa komponen yang disediakan dalam e-ekosistem. Hasil konektivitas ini akan

memberika output berupa produk-produk baru yang akan diserap oleh segmen pasar

(Costumer Segmen). Oleh karena itu, 7 Peran BPPT sebagai enabler ekosistem

inovasi ini sangat krusial dan harus diperkuat dengan peraturan dan perundangan

(Kepka BPPT no 179 tahun 2019).

Gambar 21. 7 Peran BPPT sebagai enabler terjadinya kegiatan inovasi

Page 45: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 45

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Dengan penyederhanaan proses, ditunjang dengan kolaborasi yang kuat antar

stakeholder A-B-G sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 22 dibawah serta

promosi dan edukasi kepada masyarakat, maka kecepatan dalam penciptaan produk

juga dapat makin ditingkatkan. Pemerintah sebagai penguasa melalui fungsi regulasi

perlu mengatur tatanan ekosistem agar dapat berjalan secara efektif. Saat ini,

Pemerintah telah memiliki peraturan yang memungkinkan dunia usaha mendapat

benefit dengan memproduksi barang hasil kegiatan riset dan inovasi. Kontribusi

pemerintah dalam mengangkat motivasi dunia usaha agar terpacu memanfaatkan

hasil-hasil riset dan inovasi ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah no 45 tahun

2019 tentang super tax deductible. Melalui insentif ini, maka dunia usaha akan dapat

diuntungkan 20-30% dari pengurangan pajak sebesar 300% biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan riset dan pengembangan.

Gambar 22. Kolaborasi dan sinergi triple helix

Jika diasumsikan pertumbuhan produk baru oleh mitra sebanyak 10% per

tahun dan promosi dilakukan 5 produk per tahun, kemudian dikurangi produk-produk

yang tidak berkembang atau masa kadaluarsa produk 3 tahun, maka simulasi dapat

dilakukan seperti Gambar 23 berikut. Hasil simulasi pertumbuhan produk baru dapat

dilihat pada Gambar 24. Dari hasil simulasi ini, dapat diyakini bahwa melalui konsep

Page 46: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 46

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

bisnis e-ekosistem dijital dan diperkuat dengan kolaborasi ABG, maka dalam periode

5 tahun mendatang, 100 produk atau startup baru akan dapat dibangun.

Gambar 23. Simulasi Vensim untuk mengukur efektifitas insentif, promosi dan keterlibatan mitra dalam memberikan kontribusi bagi pertumbuhan jumlah produk

baru.

Gambar 24. Hasil simulasi efektifitas insentif, promosi dan keterlibatan mitra bagi pertumbuhan produk baru

Page 47: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 47

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Dari keseluruhan penjelasan konsep bisnis yang diuraikan diatas, maka dapat

diambil kesimpulan sementara bahwa e-ekosistem inovasi memiliki potensi yang kuat

untuk dapat diterapkan dengan catatan kolaborasi dan promosi harus secara

konsisten dilakukan. Validitas bisnis model ini sangat tergantung pada bagaimana

kohesi dan interaksi antar komponen inovasi ini dapat dipertemukan melalui 7 peran

BPPT sebagai lembaga yang ditunjuk negara menjalankan amanat Undang-Undang

Sisna Iptek no 11 tahun 2019 untuk menjadi motor bagi penyelenggaraan inovasi.

Selain peraturan yang terkait dengan penguatan peran, dalam rangka

memberikan kekuatan hukum bagi pelaksanaan ekosistem inovasi berbasis dijital

sebagai mandat Undang-Undang Sisnas Iptek tersebut, BPPT telah melakukan

penyiapan dan penguatan peraturan turunan termasuk menyiapkan Peraturan dalam

penyelenggaraan kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan

inovasi. Naskah urgensi penyiapan peraturan dilakukan melalui rapat-rapat pokja

yang diselenggarakan oleh Biro Hukum, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat (HKH)

BPPT dari tgl 8-9 Oktober 2019 di Jakarta. Konsep berfikir naskah urgensi peraturan

Badan dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 25).

Gambar 25. Konsep Naskah Urgensi Peraturan Badan terkait Penyelenggaraan Inovasi dan Ekosistem.

Page 48: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 48

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Penyelenggaraan inovasi sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

Sinas Iptek dimulai dari kegiatan penyusunan perencanaan, program, anggaran dan

sumberdaya iptek. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan serangkaian kegiatan

inovasi itu sendiri melalui kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Hasil dari

kegiatan berupa inovasi teknologi kemudian didifusikan kedalam suatu ekosistem

inovasi dan didayagunakan agar meningkatkan kapabilitas inovasi masyarakat.

Melalui pendayagunaan tersebut, diharapkan penyelenggaraan inovasi dapat

mencapai tujuannya yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat. Dari naskah urgensi, kemudian dilanjutkan ke penguraian ke dalam

pasal-pasal peraturan sehingga diperoleh dan disepakati dalam rapat pleno pokja

yang dihadiri oleh Kepala dan Sekretais Utama BPPT serta seluruh peserta pokja

terkait. Peraturan yang dihasilkan tersebut dituangkan sebagai Peraturan Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi no 20 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk Menghasilkan Inovasi. Didalam

peraturan badan tersebut, peraturan terkait ekosistem inovasi, jaringan inovasi dan

pelaksanaan jaringan inofasi memanfaatkan teknologi informasi dituangkan dalam

Bagian Keempat dari Pasal 49 hingga 53 (Gambar 26).

Gambar 26. Peraturan Badan terkait Ekosisitem Inovasi dan Jaringan Inovasi berbasis IT (dokumen lengkap disiapkan dalam lampiran)

Page 49: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 49

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

2. Dashboard Ekosistem Inovasi Digital

Model inovasi terbuka (Open Innovation) yang diusung dalam sistem jaringan

inovasi Simbio-Net memerlukan wadah yang kongkrit. Wadah ini digunakan sebagai

dashboard, dimana aktor-aktor inovasi berinteraksi dan saling melaksanakan

perannya. Peran penyedia teknologi, bahan baku, sarana produksi, tenaga terampil

dan marketplace bertemu dalam suatu forum imajiner dalam website : d-pabriku.com.

Melalui media website ini, para talenta dan aktor inovasi dapat berkontribusi

menyediakan fasilitas barang dan jasa yang diperlukan sehingga ide-ide membangun

bisnis dapat terlaksana dan menghasilkan produk berbasis sumberdaya hayati yang

siap untuk diperjual belikan. Inovasi terbuka ini tentunya membutuhkan keterlibatan

banyak pihak dan memberikan peluang terjadinya transaksi business to business

(Gambar 27).

Gambar 27. Tentang Wahana Ekosistem Inovasi Dijital

Page 50: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 50

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Gambar 28. Halaman depan website

Halaman depan website berisi informasi tentang pilihan kategori komponen

inovasi yang dibutuhkan (Gambar 28). Pengunjung yang membuka website sebagai

viewer dapat melihat berbagai komponen inovasi yang diperlukan sesuai kategori

yang disediakan. Pengunjung juga dapat mencari sesuatu melalui search box dengan

menuliskan kata kunci, lalu klik kotak “Search” dan akan diarahkan ke informasi terkait.

Gambar 29. Flow pengunjung website bukan penyedia

Page 51: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 51

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Jika dari hasil pencarian tersebut pengunjung menemukan jasa dan barang yang

dibutuhkan, maka pengunjung yang ingin melihat lebih detil serta ingin berkomunikasi

lebih jauh perlu melakukan registrasi. Registrasi dapat dilakukan melalui kotak “Daftar”

jika belum memiliki akun, dan “Masuk” jika sudah memiliki akun (Gambar 29).

Gambar 30. Tahapan registrasi bagi penyedia informasi barang/jasa untuk kegiatan inovasi.

Bagi pengunjung yang ingin menjadi mitra dan berkontribusi sebagai aktor

inovasi yang menyediakan barang / jasa, juga perlu melakukan registrasi. Registrasi

dapat dilakukan melalui kotak “Daftar” jika belum memiliki akun, dan “Masuk” jika

sudah memiliki akun. Namun untuk keperluan validasi data, mitra yang ingin

bergabung akan dilakukan verifikasi data dan admin akan menentukan apakah layak

untuk diikutsertakan atau tidak (Gambar 30). Jika layak, maka mitra baru tersebut

akan segera tampil dilayar website sebagai “Mitra Yang Baru Bergabung”. Seperti

layaknya marketplace, cara pemanfaatan website ini sangat mudah, pengunjung

tinggal memilih apa yang dibutuhkan apakah sebagai user atau sebagai penyedia.

Semua proses transaksi untuk sementara dapat dilakukan oleh masing-masing dan

tidak dibatasi. Harapannya, ini sebagai pemicu bagi keterlibatan banyak pihak dan

memudahkan proses pengembangan ide-ide bisnis. Sebagai fungsi pendampingan,

website juga menyediakan layanan konsultasi untuk memudahkan pengunjung

mendapatkan pilihan yang sesuai untuk keperluan bisnis menciptakan produk. Selain

itu disediakan layan pengujian, sertifikasi, diasin produk, perijinan dsb. Semua

disediakan agar ekosistem memberikan kenyamanan dalam berinovasi.

Page 52: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 52

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

3. Kendala/Masalah Yang Dihadapi Dan Penyelesaiannya

Pada tgl 21 November 2019, sebagai salah satu alumni penerima beasiswa

Habibie, kami diundang untuk dapat berdiskusi dengan Menteri Riset dan Teknologi /

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bpk. Prof. Dr. Bambang Soemantri

Brodjonegoro, SE, MUP, PhD di ruang rapat beliau di Gedung BPPT II lantai 24

Jakarta. Dalam salah satu momen beliau sampaikan pesan sebagai berikut.

“Kalau dengar pak Habibie, inginnya tidak

hanya di ristek atau sampai di terbentuknya

BPPT, melainkan terus lanjut lagi. Dengan

dibentuknya badan baru ini (BRIN), di mana

kata inovasi ini masuk ke portofolio Kabinet, di

sini kita harus fokus. Dari pengalaman turun ke

berbagai tempat seperti di Perguruan Tinggi dll,

para peneliti itu cukup bagus sampai ke prototipe, tapi begitu ingin

melanjutkan komersialisasi produk itu menjadi lebih masal disitulah

timbul masalah yang besar. Turunnya indeks kompetitif kita salah

satunya karena sedikitnya inovasi yang kita capai. Sehingga di sini

tantangan utama adalah bagaimana membawa mulai dari riset lalu riset

terapan, invensi dan inovasi. Bagaimana BRIN ini dapat menghasilkan

sesuatu yang berbeda, bukan hanya sekedar pembentukan

organisasinya”.

Permasalahan inovasi, saat ini menjadi isu nasional. Dalam pemerintahan

Jokowi periode II ini, Menteri Riset dan Teknologi mendapat tugas yang cukup berat

dimana harus bisa membawa Indonesia keluar dari segala karut sengkarut masalah

inovasi. Dari masalah kelembagaan hingga mekanisme inovasi baik di internal

lembaga pemerintah maupun dilevel dunia usaha atau masyarakat luas. Tugas berat

ini membutuhkan kerja ekstra untuk dapat mengurai problematikanya satu persatu.

Sebagai insan iptek yang telah menggeluti dunia iptek dan inovasi sejak memulai

program studi di Jepang sebagai mahasiswa undergraduate tahun 1992 hingga

menyelesaikan program postdoctoral di Saitama University tahun 2003 bidang

Material Science and Engineering, dan kemudian dilanjut bekerja sebagai perekayasa

di BPPT hingga saat ini, permasalahan iptek dan inovasi di Indonesia ini dirasakan

Page 53: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 53

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

sebagai permasalahan yang sangat kronis dan mengakar. Sejak era IMF mendikte

Indonesia untuk menghentikan segala program yang berbau iptek dan industrialisasi,

permasalahan ini menjadi seperti benang kusut yang tidak ada ujung penyelesaiannya.

Kebangkitan teknologi Indonesia seperti dihancurleburkan dan menyisakan problem

ego sektoral yang sangat kuat. Semua bermain aman dan tidak peduli dengan situasi

di sekitarnya. Namun tentunya kita tidak ingin terus berlarut dalam kubangan lumpur

tanpa usaha kuat untuk melepaskan diri dari segala tekanan. Untuk itulah, sebagai

rasa syukur dapat menjalani program Pendidikan Kepemimpinan Nasional Tingkat I,

kami berusaha untuk memikirkan dan memberikan sumbangsih ide dan pemikiran

untuk mendobrak segala kebuntuan terutama masalah penguatan inovasi nasional.

Sejak ide membangun konsep bisnis model ekosistem inovasi dijital ini

digulirkan, cukup banyak tukar fikiran kami lakukan. Meskipun model ini terinspirasi

dari konsep open innovation yang digagas Henry Chesbrough, adjunct professor and

faculty director of the Center for Open Innovation of the Haas School of Business at

the University of California tahun 1960 an, namun kongkrit dari konsep ini sangat sulit

ditemukan. Untuk itu, kami harus mengkaji dan mengkonsep sendiri bersama tim

internal tentang apa dan bagaimana cara kerja bisnis model e-ekosistem inovasi ini.

Beberapa data dan literatur yang kami peroleh, kami kaji satu persatu dan dipelajari

untuk dikombinasikan dengan model bisnis e-ekosistem. Selain itu, secara paralel

kami juga melakukan langkah-langkah visualisai model bisnis ini dalam sebuah sistem

interaktif dan melibatkan kolaborasi banyak pihak. Melalui diskusi yang sangat

produktif dengan tim internal serta pihak-pihak terkait seperti penyedia bahan baku

(PT. Nudira Sumberdaya Indonesia), Asosiasi eksportir produk bahan alam sekaligus

marketplace (Aspenku.com), lembaga iptek (LIPI), produsen barang jadi (PT.Pachira

Distrinusa), kami berhasil mendapatkan inspirasi model dashboard yang kami

inginkan. Bekerjasama dengan vendor penyedia jasa coding, akhirnya kami dapat

menyiapkan seluruh target bahkan melebihi rancangan proyek perubahan. Selain

konsep bisnis dan dashboard interaktif, kami juga mendapatkan dukungan yang

sangat besar dari bapak Kepala BPPT Bpk Dr.Ir. Hammam Riza, MSc, IPU untuk

mematangkan konsep e-ekosistem melalui penggunaan simulasi Vensim dan Canvas

Business model. Kami juga mendapat dukungan besar dari atasan kami Bpk.Dr.Ir.

Soni Solistia Wirawan M.Eng untuk lebih fokus dan terarah. Dukungan penyediaan

perangkat peraturan pendukung kami dapatkan juga dari Sekretaris Utama BPPT, Bpk.

Page 54: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 54

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

Ir. Dadan M.Nurjaman, M.T. dan Kepala Biro HKH Bpk Ir Ardi Matutu MSc yang sangat

menginginkan percepatan pembangunan ekosistem inovasi dan membantu secara

penuh sehingga peraturan pendukung ekosistem ini bisa terbit dengan cepat dan

melebihi ekspektasi awal.

Tentunya kami juga sangat terbantu oleh bimbingan dari Coach kelompok II

Bpk. Dr. Pangihutan Marpaung, M.Sc yang begitu telaten memberikan masukan dan

koreksi. Terima kasih atas segala dukungan dan support dari tim teknis di Pusat

Teknologi Bioindustri yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 55: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 55

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Tata kelola ekosistem inovasi merupakan kebutuhan berskala nasional yang

mendesak dilakukan guna mewujudkan pembangunan berbasis Iptek.

2. Ekosistem inovasi yang terdiri dari komponen utama dan pendukung, akan

tumbuh secara organik melalui konsep bisnis yang memadukan kolaborasi riset,

pemerintah dan dunia usaha serta diakselerasi dengan transformasi dijital.

3. D’PABRIKU sebagai platform pendukung pembangunan ekosistem inovasi

berbasis sistem jejaring informasi telah dibangun dengan prinsip SMART

sehingga siap berfungsi sebagai katalisator bagi inter-koneksi antar komponen

utama dan pendukung kegiatan inovasi

4. Tata kelola ekosistem inovasi dijital D’PABRIKU diyakini akan merubah pola

berfikir mengenai penciptaan produk-produk baru berbasis kekayaan hayati

nasional sehingga lebih mudah dan sistematis serta akan

menumbuhkembangkan budaya technopreneurship di tengah-tengah

masyarakat.

2. Rekomendasi

1. Konsep bisnis pembangunan ekosistem inovasi harus dibangun berdasarkan

SMART: specific, measurable, achievable, reliable, time based sehingga tujuan

akumulasi data sebagai bahan analisa untuk rekomendasi dan penyiapan

tatakelola dapat sesuai harapan.

2. Terobosan ini akan menjadi katalis bagi pembangunan bioekonomi melalui

pelibatan banyak stakeholder, untuk itu diperlukan strategi komunikasi dan

promosi yg sesuai.

3. Kegiatan inovasi dan difusi teknologi merupakan bagian utama terobosan,

untuk itu diperlukan kesiapan khusus, diantaranya mendorong terciptanya

proses bisnis yang efektif dan efisien di internal BPPT sebagai pilot project.

4. Pemasok bahan baku, mitra industri dan end user (B2B) adalah aset utama

terbangunnya SIMBIO-net, oleh karena itu perlu komitmen dan persepsi yang

sama.

Page 56: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 56

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

3. Faktor Kunci Keberhasilan (Lesson Learned Kepemimpinan)

1. Agar amanat UU Sinas Iptek no 11 Tahun 2019 yaitu mewujudkan

pembangunan berbasis Iptek dapat tercapai, perlu secepatnya dibuat regulasi

hingga ke tingkat teknis.

2. Kolaborasi riset, pemerintah dan dunia usaha mutlak dibutuhkan guna

meningkatkan kapabilitas inovasi nasional.

3. Infrastruktur jejaring internet perlu diperkuat dan diperluas sehingga

meningkatkan akses masyarakat kepada data dan informasi terutama terkait

pemanfaatan sumberdaya alam hayati.

4. Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan pro inovasi sehingga lebih

menumbuhkembangkan budaya technopreneurship di tengah-tengah

masyarakat.

Page 57: Penguatan e-ekosistem inovasi teknologi SDHpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/Digital...kapabilitas inovasi menempati skor terendah di angka 38 dan menempati peringkat

Proyek Perubahan 57

PENGUATAN E-EKOSISTEM INOVASI TEKNOLOGI SDH

LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Diskusi dan Rapat-Rapat Persiapan

B. Lampiran 2. Dokumen Naskah Urgensi Peraturan Badan

C. Lampiran 3. Peraturan Terkait Penguatan (Ekosistem) Inovasi

2.1. Peraturan Badan BPPT tentang Penyelenggaraan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi yang Menghasilkan Inovasi no 20 Tahun

2019

2.2. Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penguatan Peran BPPT no

179 Tahun 2019