pengkajian jagung

12
PENGKAJIAN JAGUNG QPM (Quality Protein Maize) SRIKANDI KUNING DAN SRIKANDI PUTIH UNTUK RANSUM PAKAN AYAM DI TABANAN-BALI IGK. Dana Arsana dan IW. Alit Artha Wiguna Balai Pengkajian Teknologi Pertanian – Bali ABSTRAK Pengkajian Budidaya Jagung QPM Untuk Ransum Pakan Ayam dilaksanakan Agustus-September 2004. Di Desa Tuwa, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Tujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi pakan komersial dengan jagung terhadap pertumbuhan ternak ayam potong. Rancangan pengkajian yang digunakan yaitu Acak Lengkap 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Hasil pengkajian menunjukkan substitusi pakan komersial ayam potong jenis BR 511, yang diberikan pada ayam potong CP 707 dengan jagung Srikandi Putih sampai pada taraf 10% dan jagung Srikandi kuning sampai pada taraf 20% tidak memberikan respon negatif terhadap pertumbuhan ayam, dilihat dari pertambahan bobot ayam dan kualitas karkas. Secara absolut susbstitusi tersebut justru memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan pakan komersial 100%, walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Dengan demikian upaya substitusi tersebut dapat menghemat biaya pakan. Dengan perhitungan sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan. Dengan perhitungan sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan. Kata Kunci : Jagung QPM, Ayam Ras. PENDAHULUAN Pertama di Indonesia, dua varietas unggul jagung dengan mutu protein tinggi dilepas (Kasim 2003). Jagung adalah tanaman biji- bijian yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia sebagai sumber energi dan protein. Kandungan protein pada jagung berkisar 8-11%, padi (7-9%), gandum (11-14%) dan oat paling tinggi antara 12-14% (Vasal, 2002). Mutu protein dari tanaman jagung dianggap rendah karena kekurangan dua asam amino: lisin dan triptofan yaitu masing- masing hanya 0,225% dan 0,05% dari total protein biji (Cordova, 2001). Angka ini kurang dari separuh konsentrasi yang disarankan oleh WHO/FAO (WHO, 1985). Bila jagung digunakan sebagai pakan maka protein ternak juga kekurangan dua asam amino ini. Dengan demikian diet sehat untuk manusia dan ternak monogastrik harus memasukkan lisin dan triptofan dari sumber lain. Jagung bermutu Protein Tinggi (JPT) terjemahan dari Quality Protein Maize (QPM) adalah jenis jagung yang mengandung lisin dan triptofan dua kali lipat daripada jagung biasa, yakni masing-masing 0,475 dan 0,11% dari total protein biji. Tingginya kandungan kedua

Upload: imyours-vrancisco

Post on 17-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

replace from blog

TRANSCRIPT

Page 1: pengkajian jagung

PENGKAJIAN JAGUNG QPM (Quality Protein Maize) SRIKANDI KUNING DAN SRIKANDI PUTIH UNTUK RANSUM PAKAN AYAM DI TABANAN-BALI

IGK. Dana Arsana dan IW. Alit Artha Wiguna Balai Pengkajian Teknologi Pertanian – Bali

ABSTRAK

Pengkajian Budidaya Jagung QPM Untuk Ransum Pakan Ayam dilaksanakan Agustus-September 2004. Di Desa Tuwa, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Tujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi pakan komersial dengan jagung terhadap pertumbuhan ternak ayam potong. Rancangan pengkajian yang digunakan yaitu Acak Lengkap 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Hasil pengkajian menunjukkan substitusi pakan komersial ayam potong jenis BR 511, yang diberikan pada ayam potong CP 707 dengan jagung Srikandi Putih sampai pada taraf 10% dan jagung Srikandi kuning sampai pada taraf 20% tidak memberikan respon negatif terhadap pertumbuhan ayam, dilihat dari pertambahan bobot ayam dan kualitas karkas. Secara absolut susbstitusi tersebut justru memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan pakan komersial 100%, walaupun secara statistik berbeda tidak nyata. Dengan demikian upaya substitusi tersebut dapat menghemat biaya pakan. Dengan perhitungan sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan. Dengan perhitungan sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan.

Kata Kunci : Jagung QPM, Ayam Ras.

PENDAHULUAN

Pertama di Indonesia, dua varietas unggul jagung dengan mutu protein tinggi dilepas (Kasim 2003). Jagung adalah tanaman biji-bijian yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia sebagai sumber energi dan protein. Kandungan protein pada jagung berkisar 8-11%, padi (7-9%), gandum (11-14%) dan oat paling tinggi antara 12-14% (Vasal, 2002). Mutu protein dari tanaman jagung dianggap rendah karena kekurangan dua asam amino: lisin dan triptofan yaitu masing-masing hanya 0,225% dan 0,05% dari total protein biji (Cordova, 2001). Angka ini kurang dari separuh konsentrasi yang disarankan oleh WHO/FAO (WHO, 1985). Bila jagung digunakan sebagai pakan maka protein ternak juga kekurangan dua asam amino ini.

Dengan demikian diet sehat untuk manusia dan ternak monogastrik harus memasukkan lisin dan triptofan dari sumber lain. Jagung bermutu Protein Tinggi (JPT) terjemahan dari Quality Protein Maize (QPM) adalah jenis jagung yang mengandung lisin dan triptofan dua kali lipat daripada jagung biasa, yakni masing-masing 0,475 dan 0,11% dari total protein biji. Tingginya kandungan kedua asam amino pada endosperm biji jagung diatur oleh gen opaque-2 yang pertama kali ditemukan oleh Mertz et al., (1964). Tujuan untuk mengetahui apakah dengan mensubstitusi pakan komersial dengan jagung pada batas tertentu akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ternak ayam potong.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pengkajian

Penelitian dilakukan selama 31 hari mulai tanggal 27 Agustus sampai dengan tanggal 28 September 2004 yang bertempat di Dusun Cau, Desa Tuwa, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2 dan P3), dengan 5 ulangan pada setiap perlakuan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Ayam yang digunakan adalah ayam potong jenis CP 707.

Page 2: pengkajian jagung

Perlakukan sebagai berikut:1. P0 adalah ayam yang diberikan pakan komersial 100%2. P1 adalah ayam yang diberikan pakan komersial yang disubstitusi dengan Jagung Serikandi

Putih (QPM Putih) 10% dan ditambah 0,25% Starbio.3. P2 adalah ayam yang diberikan pakan komersial yang disubstitusi dengan Jagung Serikandi

Kuning (QPM Kuning) 10% dan ditambah 0,25% Starbio.4. P3 adalah ayam yang diberikan pakan komersial yang disubstitusi dengan Jagung Serikandi

Kuning (QPM Kuning) 20% dan ditambah 0,25% Starbio.

Pakan komersial yang digunakan adalah pakan komersian buatan PT. Charoen Phokphan dengan kode pakan BR 511 Selama penelitian ayam diberikan pakan secara bebas (ad libitum), namun pemberian dilakukan sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) hari. Demikian pula halnya dengan pemberian air minum yang juga diberikan secara bebas. Vaksinasi terhadap ayam dilakukan sekali pada ayam berumur 3 hari, diberikan melalui air minum. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian atau Univariate Analysis of Variance.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Ayam Awal Pengkajian

Pada awal penelitian diupayakan bobot ayam adalah sama atau homogen, dengan harapan faktor berat awal akan memberikan pengaruh yang sama terhadap semua perlakukan. Berat atau bobot ayam awal penelitian untuk perlakuan P0 adalah 44,580 gr tidak nyata lebih berat dibandingkan dengan bobot ayam P3 (44,240 gr) dan juga tidak nyata lebih ringan dibandingkan ayam pada perlakuan P2 (44,620 gr) dan P1 (45,588 gr) pada tingkat kesalahan 0,05% (P>0,05) (Tabel 1). Dengan demikian secara statistik bobot ayam pada awal penelitian adalah sama. Demikian juga halnya dengan jenis ayam yang digunakan adalah sama yaitu: CP-707. Oleh karena itu secara statistik bobot ayam yang digunakan telah memenuhi syarat untuk diteliti. Hal tersebut juga ditunjukkan dalam Tabel 1 bahwa F hitung untuk perlakuan sebesar 0,870 > F Tabel 0,459. Selanjutnya hasil uji duncan juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan P0, P1, P2 dan P3. secara statistik perbedaan tersebut tidak nyata.

Bobot Ayam Umur 31 Hari (Akhir Penelitian)

Hasil penelitian terhadap rataan bobot ayam pada umur 31 hari (akhir penelitian), menunjukkan bahwa perlakuan terhadap ayam penelitian telah menyebabkan adanya perbedaan yang nyata. Hal tersebut ditunjukkan dari F hitung sebesar 0,160 < F table 0,923. Namun hasil uji duncan ternyata perlakuan tidak menyebabkan adanya perbedaan yang nyata terhadap bobot ayam di antara perlakuan. Perlakuan P3 adalah 1.547,542 gr tidak nyata lebih berat dibandingkan dengan bobot ayam perlakuan P1 (1.545,619 gr); P2 (1.538,609 gr) dan P0 (1.511,875 gr). Dengan demikian berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan terhadap bobot ayam (gr) umur 31 hari akhir penelitian. Itu berarti bahwa perubahan komposisi pakan atau substitusi pakan komersial ayam potong dengan Jagung Srikandi putih 10%, Srikandi Kuning 10% dan Srikandi kuning 20% dan masing-masing dengan penambahan 0,25% Starbio, ternyata tidak merubah kemampuan ayam potong untuk berproduksi.

Oleh karena itu dengan mengganti pakan komersial dengan jagung Srikandi kuning sampai 20% dan penambahan starbio 0,25% belum mengurangi kebutuhan ayam akan nutrisi. Dengan demikian jika biaya penambahan jagung srikandi 20% dan 0,25% starbio harganya labih rendah dibandingkan dengan 20% pakan ayam komersial, akan menyebabkan akan harga pakan menjadi lebih murah dan usaha akan memberikan keuntungan lebih besar, asumsi tingkat kematian ayam sama dengan perlakuan lainnya (Tabel 1).

Kenaikan Bobot Ayam Selama Penelitian

Hasil analisis varian terhadap kenaikan bobot dan ayam gram (gr) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata di antara perlakuan (Tabel 1). Perlakuan P3 (Substitusi pakan

Page 3: pengkajian jagung

komorsial dengan 20% Jagung Srikandi Kuning) ternyata memberikan kenaikan bobot badan ayam (gr) selama 31 hari penelitian sebesar 1.503,467 gr tidak nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 (1.500,052 gr); P2 (1.494,065 gr) dan P0 (1.467,383 gr). Kondisi tersebut menunjukkan walaupun secara statistik penggantian pakan komersisal dengan jagung srikandi kuning sebesar 20% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun secara absolut hal tersebut memberikan kenaikan bobot badan ayam paling tinggi dibandingkan perlakukan lainnya. Dengan demikian substitusi pakan komersial sebesar 20% dengan Jagung Srikandi Kuning akan dapat memberikan keuntungan paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, jika harga per kg jagung yang digunakan lebih rendah dibadingkan dengan pakan komersial dalam jumlah yang sama.

Tabel 1. Bobot Ayam Awal Penelitian Umur 0 Hari, 31 hari dan kenaikan selama 31 hari

Perlakuan NBobot Ayam (gr) Awal Penelitian

Bobot Ayam (gr) Umur 31 Hari

Rataan Kenaikan Bobot Ayam (gr)

P0 25 44,580 a 1511,875 a 1.467,383 aP1 25 45,588 a 1545,619 a 1.500,052 aP2 25 44,620 a 1538,609 a 1.494,065 aP3 25 44,240 a 1547,542 a 1.503,467 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata (P>0,05)

KARKAS AYAM

Bobot Ayam Sehari Sebelum Dipotong

Dalam analisis karkas ayam, tidak seluruh ayam yang masih hidup dipotong, namun hanya dua ekor untuk setiap perlakuan, sehingga dari empat perlakuan dan lima ulangan akan ada 40 ekor ayam yang akan dipotong. Selanjutnya sebelum dipotong, ayam dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari. Bobot ayam sehari sebelum dipotong juga ditimbang. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa bobot ayam sehari sebelum dipotong tidak menunjukkan berbedaan yang nyata (Tabel 2). Demikian pula hasil uji Duncan menunjukkan hal yang sama, yaitu ayam perlakuan P3 dengan bobot 1.638,30 gr tidak nyata lebih berat(P>0,05) dibandingkan bobot ayam perlakuan P1 (1.604,70 gr), perlakuan P2 (1.593,50 gr) dan P0 (1.562,80 gr). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa subtitusi pakan komersial ayam potong dengan jagung Srikandi putih sampai 10% dan jagung Srikandi kuning sampai 20% tidak berpengaruh terhadap bobot ayam umur 31 hari, sehari sebelum dipotong.

Bobot Ayam Menjelang dipotong

Hasil analisis varian terhadap bobot ayam saat (beberapa menit) sebelum dipotong menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, pada taraf perbedaan 0,05 (Tabel 2). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan tidak memberikan dampak terhadap penurunan bobot badan ayam selama 24 jam dipuasakan. Dengan demikian penggantian pakan komersial dengan jagung srikandi putih sampai pada tingkat 10% dan jagung srikandi kuning sampai pada tingkat 20% belum memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap upaya ayam dalam mempertahankan bobot badan selama 24 jam dipuasakan sebelum dipotong. Sekalipun terjadi penurunan bobot, namun berbeda tidak nyata di antara perlakuan.Selanjutnya hasil uji Duncan terhadap bobot ayam sehari sebelum dipotong juga memmperlihatkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05), Bobot ayam perlakuan P2 sebesar 1.522,40 gr tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan bobot ayam perlakuan P3 (1.522,00 gr); perlakuan P1 (1.508,90 gr) dan perlakuan P0 (1.457,00 gr).

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Jagung QPM Srikandi Kuning dan Srikandi Putih Terhadap Bobot Ayam Umur 31 Hari

(gr), Sehari Sebelum Dipotong dan Saat Dipotong.

Perlakuan NSehari Sebelum Dipotong Saat Dipotong

Bobot ayam (gr) Bobot ayam (gr)

P0 10 1,562,80 a 1.457,00 a

Page 4: pengkajian jagung

P1 10 1,604,70 a 1.508,90 aP2 10 1,593,50 a 1.522,40 aP3 10 1,638,30 a 1.522,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata (P>0,05)

Penurunan Bobot Ayam Selama 24 Jam Dipuasakan

Penurunan bobot ayam selama 24 jam dipuasakan, berbeda tidak nyata di antara semua perlakuan karena F hitung sebesar 0,537 < F Tabel (0,660) pada taraf perbedaan 0,05 (Tabel 3). Menunjukkan bahwa penurunan bobot ayam perlakukan P3 sebesar 116,30 gr tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan penurunan bobot ayam perlakuan P0 (105,80 gr); perlakuan P1 (95,80 gr) dan perlakuan P2 (71,10 gr). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa, substitusi pakan komersial ayam potong dengan jagung srikandi putih sampai pada taraf 10% dan jagung srikandi kuning sampai pada tingkat 20% belum berpengaruh buruk terhadap penurunan bobot ayam selama 24 jam dipuasakan. Dengan kata lain bahwa pengantian tersebut masih memenuhi kebutuhan ayam akan gizi dalam pakan yang dikonsumsi.

Penurunan Bobot Ayam (%) Selama 24 Jam Dipuasakan

Walaupun penurunan bobot ayam selama dipuasakan paling tinggi terjadi pada perlakuan P3, namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Selanjutnya Tabel 3 menunjukkan bahwa penurunan bobot ayam selama dipuasakan pada perlakuan P3 mencapai 7,01% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan P0 (6,42%), perlakuan P1 (5,6%) dan perlakuan P2 (4,54%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa substitusi pakan komersial ayam potong dengan jagung srikandi putih sampai pada taraf 10% dan jagung srikandi kuning sampai pada tingkat 20% belum berpengaruh buruk terhadap penurunan bobot ayam selama 24 jam dipuasakan. Dengan demikian penggantian pakan komersial dengan jagung srikandi kuning dapat dianjurkan kepada peternak ayam potong, untuk menekan biaya produksi sepanjang harga jagung srikandi kuning yang digunakan serta penambahan starbio sebesar 0,25% pada lebih rendah dibandingkan harga pakan komersial.

Tabel 3. Pengaruh Jagung QPM Srikandi Kuning dan Srikandi Putih Terhadap Penurunan Bobot Ayam (gr) Selama 24 Jam Dipuasakan dan Penurunan Bobot Ayam (%) Selama 24 Jam Dipuasakan.

Perlakuan N Bobot ayam (gr) Bobot ayam (%)

P1 10 95.80 a 6,42P0 10 105.80 a 5,60P2 10 71.10 a 4,54P3 10 116.30 a 7,01

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata (P>0,05)

Bobot Ayam (gr) Setelah Dipotong

Hasil analisis varian terhadap bobot ayam setelah dipotong ternyata berbeda yang nyata (P<0,05) yang ditunjukkan oleh nilai F hitung 0,711 > F tabel 0,552 (Tabel 4). Namun setelah dilanjutkan dengan Uji Duncan, perbedaan tersebut secara statisik tidak nyata (P>0,05) (Tabel 8). Selanjutnya Tabel 8 menunjukkan bahwa, bobot ayam perlakuan P3 sebesar 1.369,30 gr tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakukan P2 (1.368,60 gr), perlakuan P1 (1.318,00 gr) dan perlakukan P0 (1.306,10 gr). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggantian pakan komersial ayam potong dengan jagung srikandi putih sampai 10% dan jagung srikandi kuning sampai 20%, dan penambahan starbio sebesar 0,25% secara absolut memberikan dampat yang positif terhadap bobot ayam setelah dipotong. Namun secara statistik penggantian tersebut berpengaruh tidak nyata (P>0,05).

Karkas Ayam (gr)

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa penggantian pakan komersial dengan jagung srikandi putih sebesar 10% dan jagung srikandi kuning sampai pada taraf 20% belum berpengaruh

Page 5: pengkajian jagung

buruk terhadap karkas ayam (gr). Hal tersebut ditunjukkan oleh Tabel 4, bahwa F hitung 0,183 < F tabel 0,907. Sesungguhnya Uji Duncan tidak perlu dilakukan pada kondisi seperti tersebut. Walaupun demikian uji Duncan juga memberikan hasil yang sama, yaitu karkas ayam dengan perlakuan P2 sebesar 1.011,70 gr tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan P3 (1.010,90 gr), perlakukan P0 (986,80 gr) dan P1 (978,10). Kondisi tersebut memberikan pentunjuk bahwa penggantian pakan komersial dengan jagung srikandi putih sebesar 10% dan jagung srikandi kuning sampai pada taraf 20% dan penambahan starbio sebesar 0,25% dapat dianjurkan kepada peternak, untuk mengurangi biaya pakan, tanpa berpengaruh buruk terhadap karkas ayam yang dihasilkan. Bahkan secara absolut karkas ayam yang diberikan jagung kuning lebih baik dibandingkan dengan pakan komersial 100% dan jagung srikandi putih 10%.

Karkas Ayam (%)

Hasil analisis varian terhadap persentase karkas ayam, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) di antara semua perlakuan, yang ditandai dengan F hitung sebesar 0,440 < F Tabel 0,726 pada level 5% (Tabel 4). Menunjukkan bahwa perlakuan P0 memiliki karkas sebesar 75,35% tidak nyata lebih tinggi dibandingkan karkas ayam perlakuan P1 (75,16%), perlakuan P3 (73,73%) dan perlakuan P2 (73,70%). Hal tersebut menggambarkan bahwa substitusi pakan komersial ayam potong dengan jagung srikandi putih sampai pada taraf 10% dan jagung srikandi kuning sampai 20% dan penambahan starbio 0,25% tidak berpengaruh buruk terhadap karkas ayam potong yang dihasilkan.

Perlu ditambahkan bahwa dari hasil analisis terhadap bobot ayam, baik sebelum maupun setelah dipotong, perlakuan P3 umumnya menunjukkan nilai tertinggi dan P0 terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun pada karkas yang dihasilkan ternyata P0 memiliki persentase karkas paling tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pakan komersial 100% akan menyediakan nutrisi yang lebih seimbang dibandingkan dibandingkan dengan adanya penggatian dengan jagung srikandi. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh persentase karkas yang paling tinggi pada P0 dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun secara statistik hal tersebut berbeda tidak nyata (P>0,05). Penggantian pakan komersial dengan jagung kemungkinan besar akan meningkatkan nilai nutrisi tertentu pada pakan utamanya karbohidrat yang akan disimpan delam bentuk lemak oleh ternak ayam. Meningkatnya kandungan karbohidrat pada pakan akan menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara lemak dan protein pakan, juga energi dalam pakan. Penambahan starbio sebagai probiotik yang berfungsi memecah lemak, karbohidrat, dan protein diharapkan mampu menyeimbangkan nutrisi pakan, sehingga penyerapan nutrisi oleh saluran pencernaan ayam akan menjadi lebih sempurna. Hal tersebut telah dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan yang nyata di antara semua perlakuan.

Tabel 4. Pengaruh Jagung Qpm Srikandi Kuning Dan Srikandi Putih Terhadap Bobot Ayam Setelah Dipotong, Karkas Ayam (gr).

Perlakuan N Bobot ayam (gr) Karkas ayam (gr) % Karkas ayam (gr)

P0 10 1306,10 a 986,80 a 75,35 aP1 10 1318,00 a 978,10 a 74,16 aP2 10 1368,60 a 1011,70 a 73,70 aP3 10 1369,30 a 1010,90 a 73,73 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata (P>0,05)

Page 6: pengkajian jagung

Penghematan Biaya Pakan

Sasaran utama dalam penelitian ini adalah adanya penghematan biaya pakan tanpa pengaruh buruk terhadap penampilan dan produksi ayam potong. Dari hasil analisis biaya pakan yang diberikan pada setiap perlakuan diketahui bahwa penggantian pakan komersial dengan jagung Srikandi Kuning sampai 20% akan menghemat biaya pakan sebesar Rp.222,50 (7,42%) per kg pakan dibandingkan dengan pemberian pakan komersial 100% (Tabel 5). Sedangkan penggantian dengan 10% jagung serikandi putih maupun kuning akan menghemat biaya pakan sebesar Rp.102,50 (3,42%) per kg pakan.

Selanjutnya setelah dilakukan perhitungan terhadap keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk seekor ayam, akan terdapat penghematan biaya sebesar Rp.564,74 untuk ayam yang diberikan penggantian jagung srikandi kuning sebesar 20%. Selanjutnya untuk ayam dengan substitusi pakan jagung srikandi putih 10% dan srikandi kuning sebesar 10% akan terdapat penghematan masing-masing sebesar Rp.301,27 dan 326,72 untuk setiap ekor ayam. Saat ini seorang peternak ayam potong di Bali setidaknya akan memelihara sebanyak 5.000 ekor ayam, itu berarti bahwa penggantian pakan komersial dengan 20% jagung srikandi kuning akan dapat menghemat biaya pakan sebesar Rp. 2.823.700,00. Suatu penghematan yang tidak kecil bagi seorang peternak. Sedangkan di Bali sendiri saat ini populasi ayam potong diperkirakan mencapai sekitar 3 juta ekor.

Tebel 5. Analisis Biaya Pakan Ayam Potong Disubstitusi Dengan Jagung Srikandi. Tahun 2004.

URAIANPERLAKUAN

P0 P2 P1 P3 N awal (ekor) 25 25 25 25 N akhir (ekor) 25 25 25 25 BOBOT AKHIR AYAM (gr) 1.511,88 1.538,61 1.545,62 1.547,54 Persediaan pakan awal (gr) 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 Pakan sisa akhir penelitian (gr) 500,00 500,00 500,00 500,00 Pakan yang dihabiskan (gr) 74.500,00 74.500,00 74.500,00 74.500,00 Pakan yang habis (gr/ekor) ayam 2.980,00 2.980,00 2.980,00 2.980,00 FCR 1,97 1,94 1,93 1,93 Komposisi Pakan: Pakan komersial (%) 100,00 90,00 90,00 80,00 Jagung QPM (%) - 10,00 10,00 20,00 Starbio (%) - 0,25 0,25 0,25 Pakan komersial (gr) 75.000,00 67.500,00 67.500,00 60.000,00 Jagung QPM (gr) - 7.500,00 7.500,00 15.000,00 Starbio (gr) - 187,50 187,50 187,50 HARGA PAKAN: Pakan komersial (Rp/gr) 3,00 3,00 3,00 3,00 Jagung QPM (Rp/gr) 1,80 1,80 1,80 1,80 Starbio (Rp/gr) 7,00 7,00 7,00 7,00 Harga Pakan Selama Penelitian: Pakan komersial (Rp) 225.000,00 202.500,00 202.500,00 180.000,00 Jagung QPM (Rp) - 13.500,00 13.500,00 27.000,00 Starbio (Rp) - 1.312,50 1.312,50 1.312,50 Total Harga Pakan 225.000,00 217.312,50 217.312,50 208.312,50 Harga Pakan Rataan (Rp/Kg) 3.000,00 2.897,50 2.897,50 2.777,50 Selisih Harga Pakan (Rp/Kg) - 102,50 102,50 222,50 Selisih Harga Pakan (%/Kg) - 3,42 3,42 7,42 BIAYA PAKAN (Rp/Ekor) AYAM 8.940,00 8.634,55 8.634,55 8.276,95 BIAYA PAKAN (Rp/Kg AYAM) 5.913,19 5.611,92 5.586,47 5.348,45 Bibit & Obat2an: Harga Bibit (Rp/Ekor) 2.250,00 2.250,00 2.250,00 2.250,00 Obat2an (Rp/ekor) 500,00 500,00 500,00 500,00 TOTAL BIAYA BIBIT & OBAT (Rp/ekor) 2.750,00 2.750,00 2.750,00 2.750,00 TOTAL BIAYA (Rp/Kg Ayam) 8.663,19 8.361,92 8.336,47 8.098,45 Perbedaan Biaya (Rp/Kg) - 301,27 326,72 564,74 Output: Harga Jual Ayam (Rp/Kg) 9.000,00 9.000,00 9.000,00 9.000,00 Harga Jual Ayam (Rp/Ekor) 13.606,88 13.847,48 13.910,57 13.927,88 Keuntungan:

Page 7: pengkajian jagung

Per Ekor Ayam (Rp) 4.943,69 5.485,56 5.574,10 5.829,42 Keuntungan (Rp/Ekor Ayam) - 541.87 630,42 885.74

Itu berarti bahwa jika upaya substitusi pakan komersial dengan jagung Srikandi Kuning sebesar 20% ini bisa dilaksanakan dengan baik di tingkat lapangan, akan terjadi penghematan biaya pakan sebesar Rp.1.694.220.000,- pada setiap 31 hari periode pemeliharaan ayam potong. Apabila dalam setahun terdapat 6 periode pemeliharaan ayam potong, maka akan terdapat penghematan biaya pakan sebanyak 6 x Rp.1.694.220.000,- = Rp.10.165.320.000,00.

Selain penghematan biaya pakan yang akan terjadi sebagai akibat penggantian pakan komersial dengan jagung srikandi kuning sebesar 20%, juga terdapat perbedaan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang diberikan pakan komersial 100%. Substitusi pakan komersial dengan jagung Srikandi Kuning 20%, secara absolut ternyata memberikan bobot ayam lebih baik dibandingkan dengan ayam dengan pakan komersial 100%. Hal tersebut telah memberikan keuntungkan yang lebih tinggi pada ayam yang diberikan pakan yang disubstitusi dengan jagung srikandi kuning 20%. Perbedaan keuntungan mencapai Rp.885,74 untuk setiap ekor ayam. Sedangkan ayam dengan penggantian jagung srikandi putih 10% dan srikandi kuning 10% perbedaan keuntungan masing-masing mencapai Rp.541,87 dan Rp.630,42 untuk setiap ekor ayam. Dengan perhitungan sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan. Juga melalui perhitungan yang sederhana terhadap 3 juta populasi ayam potong akan menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan yang mencapai Rp. 2.657.220.000,- pada setiap periode pemeliharaan. Jika dalam setahun terdapat 6 periode maka akan terdapat jumlah keuntungan mencapai Rp.15.943.320.000,-.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggantian atau substitusi pakan komersial ayam potong jenis BR 511, yang diberikan pada ayam potong CP 707 dengan jagung Srikandi Putih sampai pada taraf 10% dan jagung Srikandi kuning sampai pada taraf 20% tidak memberikan respon yang negatif terhadap pertumbuhan ayam, dilihat dari aspek pertambahan bobot ayam dan kualitas karkas yang dihasilkan.

2. Secara absolut susbstitusi tersebut memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pakan komersial 100%.

3. dengan perhitungan yang sederhana substitusi pakan komersial dengan jagung srikandi kuning 20% menyebabkan terjadinya kelebihan keuntungan sebesar Rp.4.428.700,- terhadap peternak yang memelihara ayam 5.000 ekor pada setiap 31 hari periode pemeliharaan.

Saran

Hasil pengkajian ini perlu dilanjutkan dan dipraktekkan secara luas yaitu dengan menanam jagung secara luas hasil dari usaha tersebut ditampung oleh peternak dengan sistim kemitraan yang saling menguntungkan sehingga terjadi sinergisme yang baik antara peternak dengan petani jagung.

Page 8: pengkajian jagung

DAFTAR PUSTAKA

Bjarnason, M. and S.K. Vasal. 1992. Plant Breeding Review. 1992, 9, 181-216.

Cordova, H. 2001. Quality Protein Maize: Improved Nutrition and Livelihoods for the Poor. Maize Research Highlights. 1999-200. CIMMYT. p. 27-31.

Bjarnason, M. and S.K. Vasal. 1992. Breeding of Quality Protein Maize (QPM) In Janick (Ed.) Plant Breeding Reviews, Volume 9. John Wiley & Sons, Inc. p. 181-216

Cordova, H. 2001. Quality Protein Maize: Improved Nutrition and Livelihoods for the Poor. Maize Research Highlights. 1999-200. CIMMYT. p. 27-31.

DMR. 2001. Production Technology of Quality Protein Maize, Directorate of Maize Research. Pusa Campus. New Delhi – 110012.

Paez, A.V., Helm, J.L., and Zuber, M.S. 1969. Crop Science 9, 251-252

Schmidt, R.J., F.A. Burr, M.J. Aukerman, and B. Burr. 1990. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 8:46-50.

Villegas, E. 1995. In Proceeding of the International Symposium on Quality Protein Maize (eds. Larkins, B.A,, and E.T. Mertz), EMBRAPA/CNPMS.

Mertz, E.T., L.S. Bates, and O.E. Nelson. 1964. Mutant gene that changes protein composition and increases lysine content of maize endosperm. Science 145: 279-280.

WHO. 1985. FAO/WHO/UN Expert Consultation. WHO Technical Report Series no. 724, World Health Organization. Geneva, 1985