penggunaan software plaxis dalam menganalisis stabilitas
TRANSCRIPT
ISSN 2685-0605
15
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
Penggunaan Software Plaxis Dalam Menganalisis Stabilitas Lereng Dan Tinggi
Kritis Timbunan Pada Perencanaan Escape Hill Dengan Pemodelan Material Set
Novia Afrianti1 Munirwansyah2
1Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2Dosen, jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.
email : [email protected]
Abstract
Aceh province is the prone areas to the threat of earthquake and tsunami. Therefore, the government needs to build
the rescue construction fot the evacuation center to the community as a form of quick action of disaster response
considering to the potential tsunami aftershocks can still occur. This study aims to analyze the ability of the ground
soil (bearing capacity) in holding the hill load and the stability of the hillside using Plaxis software with the
modeling of material sets varying the value of cohesion and soil shear angle. From this research, it is found that the
escape hill height is 12 m with the total decrease of 9,117 cm and the security factor 1,507 for the result of the
existing analysis. Maximum decrease of 9,112 cm and safety factor 1,850 for result of material model set analysis by
combining value (cnature + 100%) and (φnature + 30%). Based on these values it is concluded that the value of the
security factor increases every cohesion value and the shear angle of the improved material set (improve) and the
slope to be stable and secure against landslide.
Keywords: earthquake, tsunami, evacuation, escape hill, slope stability, plaxis, safety factor.
Abstrak
Provinsi Aceh merupakan daerah yang rawan terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami. Untuk itu, pemerintah
perlu membangun suatu konstruksi penyelamatan untuk pusat evakuasi bagi masyarakat sebagai bentuk aksi cepat
tanggap bencana mengingat gempa susulan berpotensi tsunami masih dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kemampuan tanah dasar dalam menahan beban bukit timbunan dan stabilitas lereng bukit
menggunakan software Plaxis dengan pemodelan material set memvariasikan nilai kohesi dan sudut geser tanah.
Dari hasil penelitian didapat tinggi timbunan escape hill sebesar 12 m dengan penurunan total 9,117 cm dan faktor
keamanan 1,507 untuk hasil analisis existing. Penurunan total maksimal 9,112 cm dan faktor keamanan 1,850 untuk
hasil analisis pemodelan material set dengan dengan mengkombinasikan nilai (cnature + 100%) dan (φnature + 30%) .
Berdasarkan nilai tersebut disimpulkan bahwa nilai faktor keamanan meningkat setiap nilai kohesi dan sudut geser
dari material set yang di naikkan (improve) sehingga lereng menjadi stabil dan aman terhadap longsor.
Kata kunci: gempa, tsunami, evakuasi, escape hill, stabilitas lereng, plaxis, faktor keamanan.
1. Pendahuluan
Provinsi Aceh merupakan daerah yang rawan
terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami. Tsunami
sendiri pernah terjadi di Aceh pada tanggal 26
Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa bumi
berkekuatan 9,3 SR yang berpusat di 3,3 LU - 95,98
BT. Merujuk data dari BNPB sebanyak 173.741 jiwa
meninggal, 116.368 orang dinyatakan hilang, ribuan
rumah dan bangunan rusak, serta hampir 500.000
orang menjadi pengungsi.
Tingginya angka korban jiwa pada saat itu
dikarenakan rendahnya kesiapsiagaan pemerintah dan
kesadaran masyarakat akan ancaman bencana
tsunami. Untuk itu pemerintah perlu membangun
sistem peringatan dini serta suatu konstruksi
penyelamatan untuk pusat evakuasi bagi masyarakat
sebagai bentuk aksi cepat tanggap apabila sewaktu-
waktu bencana tsunami dating. Salah satu bentuk dari
konstruksi penyelamatan tersebut adalah escape
building atau gedung penyelamatan yang didesain
khusus untuk dapat menahan beban dan goncangan
besar.
Dalam penelitian ini lokasi pembangunan escape
hill direncanakan di desa Deah Baro, Kec. Meuraxa,
Kota Banda Aceh dengan tinggi run up 7,0 m.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kemampuan tanah dasar (bearing capacity) dalam
menahan beban bukit timbunan dan stabilitas lereng
bukit menggunakan program Plaxis.
ISSN 2685-0605
16
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
1. Tinjauan kepustakaan
2.1 Kuat Geser Tanah
Hardiyatmo[1] mengatakan bahwa kuat geser
tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh
butiran tanah terhadap desakan atau tarikan. Berikut
rumus mencari nilai kuat geser.
tan c
di mana :
τ = kuat geser tanah (kg/cm2);
c = kohesi tanah (kg/cm2);
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kg/cm2)
ϕ = sudut geser dalam tanah (o).
2.2 Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah
untuk menahan beban pondasi tanpa mengalami
keruntuhan akibat geser yang juga ditentukan oleh
kekuatan geser tanah. Berikut rumus daya dukung
tanah berdasarkan teori Terzaghi.
qult = c.Nc + γ.D.Nq + 0,5 .γ.B.Nγ
dimana :
qult = daya dukung ultimit tanah (kPa)
c = kohesi (kPa)
γ = berat isi tanah (kN/m³)
D = kedalaman tanah yang ditinjau (m)
B = lebar pondasi atau timbunan (m)
Nc,Nq,Nγ= faktor daya dukung berdasarkan
besarnya sudut geser dalam tanah
(ϕ)
Setelah mendapatkan nilai daya dukung ultimit
tanah (qult), langkah selanjutnya menghitung daya
dukung izin tanah (qall) yaitu :
qult = c.Nc + γ.D.Nq + 0,5 .γ.B.Nγ
dimana :
qall = daya dukung izin tanah (kPa)
qult = daya dukung ultimit tanah (kPa)
FK = faktor keamanan
Munirwansyah,dkk[2] mengatakan bahwa
frekuensi getaran bangunan (f) tidak boleh sama
dengan frekuensi getaran alami tanah (fn)
dikarenakan apabila frekuensi getaran tersebut sama
maka akan terjadi resonansi yang mengakibatkan
bangunan tersebut runtuh saat getaran yang
disebabkan gempa terjadi. Sehingga untuk
pembangunan escape hill perlu dilakukan identifikasi
tanah agar tidak terjadi resonansi yang
mengakibatkan bangunan runtuh.
2.3 Penurunan Timbunan
Teori konsolidasi Terzaghi banyak digunakan
dalam memperkirakan penurunan jangka panjang
pada timbunan yang dibangun di atas tanah lunak.
Apabila besarnya penurunan konsolidasi melebihi
kriteria yang ditetapkan, maka kemungkinan
stabilisasi dangkal dibutuhkan untuk mengurangi
penurunan tersebut.
2.4 Tinggi Timbunan Kritis (Hcrit)
Tanah yang di atasnya akan didirikan suatu
konstruksi harus mendapatkan perlakuan khusus atau
harus direkayasa sedemikian rupa sehingga daya
dukung tanah mencukupi sesuai beban yang
direncanakan. Untuk mencegah terjadi gelinciran
(sliding) dan jembulan tanah (spreading) disekitar
timbunan pada tanah dasar dalam kondisi jenuh,
maka perlu mengetahui keruntuhan daya dukung
tanah dasar akibat timbunan tanah, hal yang paling
mudah adalah dengan memperhitungkan tinggi
timbunan kritis (Hcrit).
Hcrit = 𝐶𝑢.𝑁𝑐
𝛾𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛
dimana :
Hcrit = Tinggi timbunan kritis (m)
Cu = cohesion undrained
Nc = Fellenius(1921) = 5,50
Terzaghi (1943) = 5,70
Atkinson (1980) = 6,00
γtimbunan = berat isi tanah timbunan
Gambar 1. Tinggi timbunan kritis (Hcrit)
2.5 Konsep Kestabilan Lereng
Sejalan dengan meningkatnya penggunaan lereng
untuk berbagai kepentingan manusia maka
diperlukan pengembangan konsep kestabilan lereng
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keruntuhan
lereng. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
qult = c.Nc + γ.D.Nq + 0,5 .γ.B.Nγ
ISSN 2685-0605
17
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
diperlukan pemahaman terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan keruntuhan lereng, analisis
lereng, dan pemilihan metoda perkuatan lereng yang
efektif.
2.6 Keruntuhan Lereng
Berdasarkan Highway Research Board (1978)
yang dikutip oleh Sundary[3] mengemukakan
beberapa penyebab keruntuhan lereng, yaitu:
Faktor penyebab meningkatnya tegangan geser
pada lereng:
1. Berkurangnya daya dukung lereng disebabkan
erosi, gerakan lereng alami dan aktifitas
manusia.
2. Penambahan beban yang berlebih disebabkan
kondisi alam dan aktifitas manusia
3. Pengaruh terjadinya gempa atau sumber getaran
lainnya
4. Pemindahan material pada keliling dasar lereng
disebabkan aliran sungai maupun gelombang
laut.
5. Meningkatnya tekanan tanah lateral disebabkan
retakan-retakan tanah.
Faktor penyebab berkurangnya kuat geser pada
lereng:
1. Faktor yang melekat pada material tersebut:
komposisi, struktur, dan struktur keduanya atau
stratifikasi.
2. Perubahan akibat iklim dan phisiokimia: proses
pengeringan, pembasahan dan hidrasi.
3. Pengaruh tekanan air pori
4. Perubahan strukturnya: penurunan tegangan dan
degradasi struktur.
2.7 Konsep Faktor Keamanan
Bowles[4] menyebutkan bahwa pada umumnya
nilai faktor keamanan lebih besar sama dengan satu
(FK 1,25) adalah desain normal untuk memberikan
perkiraan faktor keamanan dalam analisis stabilitas
lereng. Hal ini penting untuk menyakinkan bahwa
desain lereng aman dan untuk mencegah faktor yang
tidak terduga selama analisis dan konstruksi.
Bowles[4] juga mengeluarkan angka keamanan
lereng dengan hubungan intensitas longsor seperti
diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan nilai faktor keamanan lereng
dan intensitas longsor
No. Nilai Faktor Keamanan
Kejadian Intensitas Longsor
1 FK < 1,07 Longsor terjadi biasa/sering
(lereng labil)
2 1,07 < FK < 1,25 Longsor pernah terjadi (lereng
kritis)
3 FK > 1,25 Longsor jarang terjadi (lereng
relatif stabil)
Sumber: Bowles (1989)
Hasyim[5] menunjukkan nilai faktor keamanan
desain yang diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Nilai Faktor Keamanan untuk Desain
No Faktor Keamanan Arti
1 Kurang dari 1,0 Tidak aman
2 1,0 – 1,2 Keamanan yang diragukan
3 1,3 – 1,4 Aman untuk galian, timbunan
diragukan
4 1,5 – 1,75 Aman
Sumber: Hasyim (2007 : 9)
2.8 Konsep Program Komputer Plaxis
Menurut Brinkgreve dan Vermeer[6] model
Mohr-Coloumb sangat dianjurkan untuk digunakan
sebagai analisis awal suatu permasalahan. Model ini
juga dapat digunakan untuk menghitung faktor
keamanan dengan pendekatan ‘Reduksi Phi-c’. Pada
model ini, kekakuan tanah dianggap konstan
sehingga analisis menggunakan model ini dianggap
sebagai analisis pendekatan awal untuk
menggambarkan perilaku mekanis pada tanah. Akibat
kekakuan yang konstan perhitungan dalam program
akan lebih cepat dan dapat menghasilkan perkiraan
deformasi dari perhitungan tersebut. Model Mohr-
Coloumb termasuk dalam model elasto plastic
dengan dua parameter kuat geser yaitu kohesi (c) dan
sudut geser (ϕ).
Parameter yang digunakan untuk model Mohr-
Coloumb adalah kohesi (c). program Plaxis akan
dapat menangani model dengan nilai parameter
kohesi (c), sudut geser (ϕ), sudut dilatasi (Ѱ) di mana
pada pasir sudut dilatasi tergantung pada kerapatan
dan sudut geser, konstanta modulus young (E), dan
poison ratio (v) yang umumnya nilai poison ratio
berkisar 0,3-0,4 tergantung pada jenis dan kondisi
tanah.
3. Metodelogi penelitian 3.1 Lokasi Studi Kasus
Berdasarkan data dan peninjauan di lapangan
terhadap Tsunami Height Memorial Poles yang
diperoleh dari penelitian Iemura[7] lokasi tinjauan
dilakukan pada Desa Deah Baro, Kecamatan
Meuraxa dengan tinggi Run Up maksimum pada saat
tsunami 2004 mencapai 7,0 m, lebih besar dari
daerah lainnya di Kecamatan Meuraxa dimana tinggi
Run Up < 7,0 m.
ISSN 2685-0605
18
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
Karan[8] dalam bukunya mengatakan bahwa
tinggi tsunami run up wave pada Kecamatan
Meuraxa adalah 10 m, sehingga escape hill yang
dibangun adalah setinggi > 10 m.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mencakup pengambilan
sampel tanah, dilanjutkan dengan pekerjaan
penelitian di laboratorium, yaitu pengukuran sifat
fisis dan sifat mekanis tanah. Hasil dari pengujian
kuat geser yang tediri dari nilai kohesi (c), dan sudut
geser tanah (φ) dipakai sebagai data parameter tanah
dalam pemodelan menggunakan program plaxis.
3.3 Proses Pengolahan dan Analisis Data
Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan trial
dan error pada program Plaxis. Permodelan dibuat
dengan memvariasikan tinggi timbunan dengan
parameter tanah. Adapun analisis pada program
plaxis memiliki tiga tahapan yaitu:
1. Tahapan masukan data (Input)
2. Tahapan kalkulasi data (Calculation)
3. Tahapan keluaran data (Output)
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Parameter Tanah
Parameter tanah dasar dan tanah timbunan yang
digunakan dalam analisis ini dari hasil uji sampel
tanah di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas
Syiah Kuala.
Tabel 3. Parameter Tanah Dasar Hasil Uji
Laboratorium Tanah Existing pada Desa Deah
Baro Kec.Meuraxa
Parameter Tanah
Depth 1,6
m
Depth 3,0
m Satuan
Material model MC MC
Type of behaviour Undrained Undrained
Dry soil weight
(ϒdry) 10.3 9.7 kN/m³
Wet soil
weight(ϒwet) 13.9 13.9 kN/m³
Horizontal
permeability (kx) 8.64E-01 8.64E-01 m/hari
Vertical
permeability (ky) 8.64E-01 8.64E-01 m/hari
Young's modulus
(Eref) 10000 19610 kN/m²
Poisson's ratio (v) 0.3 0.3
Cohession (c) 10.7 0.4 kN/m²
Friction angle (φ) 32.3 37.6 °
Dilatacy angle (ᴪ) 0 0 °
Tanah yang dijadikan sebagai tanah timbunan
mengacu pada kriteria klasifikasi material dalam
pedoman pelaksanaan kostruksi bangunan dan bukit
tes tsunami.
Tabel 4. Parameter Tanah Timbunan kategori A-
1-b (AASHTO) dan SW (USCS).
Parameter Tanah
Tanah
Timbunan Satuan
Material model MC
Type of behaviour Drained
Dry soil weight (ϒdry) 1.61 gr/cm³
Wet soil weight(ϒwet) 1.924 gr/cm³
Horizontal permeability (kx) 4.53E-03 cm/sec
Vertical permeability (ky) 4.53E-03 cm/sec
Young's modulus (Eref) 1000 Kg/cm²
Poisson's ratio (v) 0.3
Cohession (c) 0.0434 Kg/cm²
Friction angle (φ) 30.923 °
Dilatacy angle (ᴪ) 0 °
4.2 Geometri Esacpe hill
Koordinat pemodelan geometri yang digunakan
dalam analisis stabilitas lereng pada tahap masukan
data pada program plaxis dibuat berdasarkan kriteria
desain bukit buatan dalam pedoman pelaksanaan
konstruksi bangunan dan bukit tes tsunami. Sudut
lereng escape hill sebesar 23◦ dengan lebar timbunan
35 m dan tinggi timbunan 12 m.
Gambar 2. Penampang Melintang Escape Hill
23°
(0:0) (40:0)
(40:3)(35:3)
(7:15)(0:15)
ISSN 2685-0605
19
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
Tabel 5. Koordinat Pemodelan Geometri Escape
Hill
Point x y Satuan
0 0,00 0,00 m
1 40,0 0,00 m
2 40,0 3,00 m
3 35,0 3,00 m
4 7,00 15,0 m
5 0,00 15,0 m
4.3 Hasil Analisis Pemodelan Escape Hill Dengan
Program Plaxis
Perhitungan dengan menggunakan program
Plaxis menggunakan delapan pemodelan. Pemodelan
parameter tanah timbunan untuk escape hill
dilakukaan dengan memvariasikan nilai kohesi (c)
dan sudut geser (◦) asli dari parameter tanah
timbunan dengan meninjau bidang gelincir lereng
yang paling aman. Pemodelan pertama menggunakan
parameter tanah timbunan asli dari tanah di Desa
Desa Laelangge Kota Subulussalam dengan
ketinggian timbunan escape hill sebesar 12 m,
dimana tahap perhitungan pembebanan tanah
dihitung disetiap kenaikan 2 m.
Dari pemodelan pertama didapat angka
penurunan sebesar 9,117 cm dengan angka faktor
keamanan sebesar 1,577. Pemodelan kedua dengan
menambah nilai kohesi sebesar 25%, didapat angka
penurunan sebesar 9,112 cm dan angka faktor
keamanan 1,598. Pemodelan ketiga dengan
menambah nilai kohesi sebesar 50%, didapat angka
penurunan sebesar 9,112 dan angka faktor keamanan
1,621.
Pemodelan keempat dengan menambah nilai
kohesi sebesar 100%, didapat angka penurunan
sebesar 9,112 cm dan angka faktor keamanan sebesar
1,660. Pemodelan kelima dengan nilai kohesi asli
namun dengan menambah nilai sudut geser sebesar
10%, didapat angka penurunan sebesar 9,112 cm dan
angka faktor keamanan sebesar 1,646. Pemodelan
keenam dengan menambah nilai sudut geser sebesar
20%, didapat angka penurunan sebesar 9,112 cm dan
angka factor keamanan sebesar 1,747.
Pemodelan ketujuh dengan menambah nilai
sudutgeser sebesar 30%, didapat angka penurunan
9,112 cm dan angkat factor keamanan sebesar 1,771.
Pemodelan kedelapan dengan mengkombinasikan
nilai (cnature + 100%) dengan (φnature + 30%), didapat
angka penurunan sebesar 9,112 cm dan angka faktor
keamanan 1,850. Berdasarkan hasil analisis
pemodelan dengan plaxis tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Pemodelan Varian Kohesi Dengan Sudut
Geser
Kohesi
(kg/cm²) Sudut geser (°)
Utot
( m )
Safety
Factor
c 0.04 φ 30.923
91,17E
-03 1.507
c +
25% 0.05 φ 30.923
91,12E
-03 1.598
c +
50% 0.06 φ 30.923
91,12E
-03 1.621
c +
100% 0.08 φ 30.923
91,12E
-03 1.660
c 0.04
φ +
10
% 34.015
91,12E
-03 1.646
c 0.04
φ +
20
% 38.035
91,12E
-03 1.747
c 0.04
φ +
30% 40.199
91,12E-03 1.771
`C +
100% 0.08
φ + 30
% 40.199
91,12E
-03 1.850
4.4 Output dengan parameter tanah timbunan asli
Analisis dilakukan menggunakan tanah dasar
dilokasi (natural subgrade) dan nilai parameter asli
tanah timbunan (natural embakment), dengan jenis
tanah timbunan yaitu pasir. Tinggi timbunan
pemodelan adalah 12 m yang dibuat secara
bertahapper 2 m.
Jaringan Elemen Terdeformasi
Perpindahan Total Ekstrim 91.17 x 10-3 m
Perpindahan diskalakan 20.00 kali
Pada gambar 3 diperlihatkan bahwa penurunan
total yang terjadi adalah 91,17 x 10-3 m dengan angka
faktor keamanan diambang batas izin yaitu 1,507.
Gambar 3. Deformasi
ISSN 2685-0605
20
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
Perpindahan Total (Utot)
Nilai ekstrim Utot 91.17 x 10-3 m
Pada gambar 4 memperlihatkan potensi gelinciran
pada timbunan, dan kondisi lapisan tanah dasar
sanggup menahan beban. Timbunan masih aman
namun dalam keadaan diambang batas stabil.
Pada gambar 5 memperlihatkan kondisi dari
bagian lapisan tanah timbunan yang terganggu akibat
pendistribusian beban.
Tegangan total Tegangan utama total ekstrim -234.70 kN/m
Pada gambar 6 diperlihatkan timbunan dan tanah
dasar mampu menahan beban dan mendistribusikan
secara merata keseluruh lapisan.
4.5 Output dengan parameter tanah timbunan
pemodelan
Analisis dilakukan menggunakan tanah dasar
dilokasi (natural subgrade) dengan pemodelan
parameter tanah timbunan, dengan jenis tanah
timbunan yaitu pasir. Nilai kohesi di naikkan 100%
dari nilai kohesi asli dan nilai sudut geser di naikkan
30% dari nilai sudut geser asli. Tinggi timbunan
pemodelan adalah 12 m yang dibuat secara bertahap
per 2 m.
Pada gambar 7 diperlihatkan bahwa penurunan
total yang terjadi adalah 91,12 x 10-3 m dengan angka
faktor keamanan yaitu 1,850.
Pada gambar 8 memperlihatkan potensi gelinciran
pada timbunan, dan kondisi lapisan tanah dasar
sanggup menahan beban. Timbunan aman dan stabil.
Perpindahan Total (Utot)
Nilai ekstrim Utot 91.17 x 10-3 m
Gambar 5. Total Displacements (shadings)
Gambar 4. Total Displacements (arrows)
Gambar 6. Total Streses
Jaringan Elemen Terdeformasi
Perpindahan Total Ekstrim 91.12 x 10-3 m
Perpindahan diskalakan 20.00 kali
Gambar 7. Deformasi
Perpindahan Total (Utot)
Nilai ekstrim Utot 91.12 x 10-3 m
Gambar 8. Total Displacements (arrows)
Perpindahan Total (Utot)
Nilai ekstrim Utot 91.17 x 10-3 m
Gambar 9. Total Displacements (shadings)
ISSN 2685-0605
21
Journal of The Civil Engineering Student
Vol. 2. No. 1, April 2020, Halaman 15-21
Pada gambar 9 memperlihatkan kondisi dari
bagian lapisan tanah timbunan yang terganggu akibat
pendistribusian beban.
Pada gambar 10 diperlihatkan timbunan dan tanah
dasar mampu menahan beban dan mendistribusikan
secara merata keseluruh lapisan.
4.6 . Pembahasan
Dari hasil Analisa kestabilan lereng dengan
program plaxis menggunakan tanah dasar dilokasi
(natural subgrade) dan tanah timbunan pasir dengan
kategori tanah A-1-b, didapatkan penurunan total
sebesar 91,17 x 10-3 m dengan angka faktor
keamanan diambang batas izin yaitu 1,507 dimana
batas izin faktor keamanan untuk perencanaan
perkuatan lereng 1,5. Untuk itu dilakukan perkuatan
dengan pemodelan material set dari parameter tanah
timbunan dengan menaikkan nilai kohesi dan sudut
geser. Geometri escape hill dibuat setinggi 12 m (>
tsunami run up wave) dengan perhitungan
pembebanan yang dibuat secara bertahap per 2 m.
Hasil output yang menjadi tinjauan adalah angka
penurunan dan faktor keamanan stabilitas lereng
tersebut.
Dari hasil output pemodelan didapatkan angka
penurunan maximal sebesar 9,112 cm dan faktor
keamanan maximal 1,850 dimana telah memenuhi
batas izin faktor keamanan untuk perencanaan
perkuatan lereng yaitu ≥1,5.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat diambil
kesimpulan antara lain:
1. Tanah timbunan yang dipakai sebagai material
timbunan untuk bukit escape hill adalah tanah
pasir yang termasuk dalam kategori A-1-b
(AASHTO) dan SW (USCS);
2. Dari hasil analisis menggunakan program plaxis
dengan pemodelan material set tanah timbunan,
nilai faktor keamanan meningkat setiap nilai
kohesi dan sudut geser dari material set yang di
naikkan (improve). Hal ini menunjukan bahwa
dengan adanya perkuatan menggunakan
pemodelan parameter tanah pada lereng
menjadi stabil dan aman terhadap longsor;
3. Pemodelan paling aman yang dicapai adalah
pemodelan material set dengan
mengkombinasikan nilai (cnature + 100%) dan
(φnature + 30%);
4. Tinggi timbunan escape hill adalah 12 m
dengan hasil output pemodelan dari program
plaxis yaitu penurunan maximal 9,112 cm dan
faktor keamanan 1,850.
6. Daftar pustaka
[1] Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tnajah 1,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
[2] Munirwansyah dkk, 2017, Analisa Resiko
Gempa dan Studi Akurasi Perambatan
Gelombang Geser Dengan Variasi Modulus
Geser Berpengaruh Kondisi Lokal, Profesor
Scheme Research 2017 Universitas Syiah Kuala,
Laporan Penelitian Skim Profesor
KEMENRISTEKDIKTI-LPPM Unsyiah No.
1442/UN11/SP/PNBP 2017.
[3] Sundary, D., 2005, Studi Kestabilan Lereng
Dengan Perkuatan Bored Pile Menggunakan
Metode Elemen Hingga, Tesis Magister ITB
Bidang Khusus Geoteknik Program Studi
Rekayasa Sipil, Bandung.
[4] Bowles, J.E., 1993, Sifat Fisis Dan Geoteknis
Tanah, terjemahan J.K Hainim, Edisi Kedua,
Erlangga, Jakarta.
[5] Hasyim, A., 2007, Slope Stability Analysis in
Saturated Slope, Faculty of Civil Engineering
University of Teknologi Malaysia,
inside.mindes.edu.Malaysia.
[6] Brinkgreve, R. B.J, Vermeer, P. A., 1998, Finite
Element Code for Soil and Rock Analysis,
Version 7, A.A Balkema, Rotterdam.
[7] Iemura dkk., 2008, Information Dissemination
For Reality-Based Tsunami Disaster Education,
The 14th World Conference on Earthquake
Engineering, Beijing, China.
[8] Karan. P.P, 2011, The Indian Ocean Tsunami:
The Global Response to a Natural Disaster,
University Press of Kentucky.
Tegangan total Tegangan utama total ekstrim -234.69 kN/m2
Gambar 10. Total Streses