penggunaan pendekatan kontekstual dalam …... · matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada...
TRANSCRIPT
i
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
HENDRA KURNIAWAN
X7210056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Hendra Kurniawan
NIM : X7210056
Jurusan/Prodi : PGSD S1 Transfer
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENGGUNAAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012
ini merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
HENDRA KURNIAWAN
X7210056
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG
SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2
KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012, telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG
SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2
KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012, telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Desember 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Sekretaris : Kartika Chrysti Suryandari, M.Si
Anggota I : Drs. Suripto, M.Pd
Anggota II : Warsiti, S. Pd, M. Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Hendra Kurniawan. PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KENTENG TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2012.
Penelitian ini bertujuan: (1) Mendiskripsikan penerapan pembelajaran Matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual, (2) Mengetahui adanya peningkatan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual dalam peningkatkan kualitas pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada siswa kelas V.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Prosedur penelitian adalah model spiral Kemmis dan Mc. Taggart yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran pada siklus I, siklus II dan siklus III. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar sebanyak 13 siswa atau 41,94%. Pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau 77,41%. Hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 35,47% atau 11 siswa. Pada siklus III terjadi kenaikan sebesar 16,15% atau 5 siswa yang mampu mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 93,56% atau 29 siswa kelas V telah mencapai KKM pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) pendekatan kontekstual yang dilaksanakan secara tepat sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan 7 komponen kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V. (2) Dapat meningkatkan kualitas belajar Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V. (3) Kendala yang dihadapi dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V yaitu siswa belum terbiasa mandiri, kurangnya media atau alat peraga yang berukuran lebih besar sehingga semua siswa dapat melihat, siswa merasa canggung untuk bertanya, dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa terkadang asyik bermain sendiri. (4) Solusinya adalah guru perlu memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra serta penggunaan media yang besar. Kata kunci : pendekatan kontekstual, pembelajaran, bangun datar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Hendra Kurniawan. THE USING OF CONTEXTUAL APPROACH IN IMPROVEMENT TEACHING MATHEMATIC LEARNING OF BUILD FLAT IN GRADE V STUDENT AFFAIRS 2 SD KENTENG ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty University of Maret Surakarta, in August 2012.
This study aims to: (1) describe the application of learning Mathematics of Build flat in grade V 2 Kenteng Elementary School on Academic Year 2011/2012 by applying a contextual approach, (2) Knowing the increased of learning mathematical properties Build Flat in class V 2 Kenteng Elementary School in Academic Year 2011/2012 by applying a contextual approach, and (3) Describe how to overcome obstacles in the implementation of quality improvement Contextual Approach teaching math Build properties flat in grade V Elementary School 2 Kenteng.
This research is a classroom action research (CAR). The study was conducted using a contextual approach. Subjects were students of grade V SD Negeri 2 Kenteng district totaling 31 students. Data sources are from teachers, students, and documents. Data collection techniques is by observation, testing and documentation. The validity of data using data triangulation technique. Analysis of the data using descriptive statistical analysis techniques. The procedure is the spiral model research Kemmis and Mc. Taggart interrelated.
The results showed that through the use of a contextual approach can improve the quality of learning in the first cycle, second cycle and third cycle. In the first cycle, the number of students who achieve standart of minimum math learning about the properties of a flat wake as many as 13 students or 41.94%. In the second cycle, the number of students who achieve standart of minimum as many as 24 students or 77.41%. This means an increase of 35.47% or 11 students. In the third cycle there is an increase of 16.15% or 5 students who are able to reach the standart of minimum. This shows that at 93.56% or 29 fourth grade students have achieved standart of minimum math learning about the properties of a flat wake.Based on these results it can be concluded: (1) a contextual approach implemented exactly according to plan the implementation of learning by applying contextual 7 components can improve the quality of learning math on Build Properties in grade V Flat SDN 2 Kenteng the Academic Year 2011 / 2012. (2) By applying a contextual approach in learning Mathematics, can improve the Build Properties in class V Flat Elementary School 2 Kenteng the Academic Year 2011/2012. (3) Constraints faced in the use of a contextual approach in teaching Mathematics of Build in grade V Flat SDN 2 Kenteng the Academic Year 2011/2012 is not used to independent students, the lack of media or props that are larger in size so that all students can see, the students feel awkward to ask, in the conduct of the proceedings outside the classroom students. (4) solutions techers need to give extra attention and guidance and the use of the media during the learning. Keywords: contextual approach, teaching, flat wake.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Kesuksesan tidak selalu di raih oleh orang yang lebih cepat atau lebih
pintar tetapi lambat laun kesuksesan akan di raih oleh orang yang yakin
bahwa dia bisa!
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi
halus, dan dengan agama, kehidupan menjadi terarah.
Carilah kesuksesan dalam kesibukan sebab dengan berpangku tangan sama
dengan omong kosong.
Masa depan tidak tergantung pada pekerjaan yang dilakukan, melainkan
pada orang yang mengerjakan.
Jadilah contoh jangan member contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
Tercinta
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih saying tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga
memiliki kalian. Tiada kasih saying yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
akakku Tersayang
Kakak-kakakku dengan dan semangat kalian, yang tidak bosen selalu
mengingatkan untuk maju.
Kehadiranmu yang selalu memberikan semangat bagiku untuk selalu maju
-
Teman-
waktu. Kebersamaan kita adalah hal yang indah di perjalanan hidupku.
FKIP Universitas Sebelas Maret, tempat aku menimba ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SIFAT-
SIFAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2
KENTENG dengan lancar tanpa ada kendala
yang berarti.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi S1 PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Drs. Imam Suyanto, M.Pd, selaku Koordinator Pelaksana SI PGSD FKIP UNS
Kampus VI Kebumen;
4. Drs.. Suripto, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi ini;
5. Warsiti, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi ini;
6. Kepala SD Negeri 2 Kenteng, yang telah memberikan kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian;
7. Rekan-rekan mahasiswa program SI PGSD Kampus VI Kebumen;
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi
HALAMAN ABSTAK ................................................................................. viii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. x
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
1. 7
2. 8
3. Sifat- . 14
4. 23
5. . 29
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 40
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 45
C. Sumber Data ..................................................................................... 45
D. Pengumpulan Data ........................................................................... 46
E. Uji Validitas Data ............................................................................. 57
F. Analisis Data ..................................................................................... 57
G. Indikator Kinerja Penelitian ............................................................... 58
H. Prosedur Penelitian ........................................................................... 59
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan .................................................................... 69
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................. 69
1 Siklus I 74
2 Siklus II 101
3 Siklus III 124
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus 144
D. Pembahasan 148
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan 157
B. Implikasi 157
C. Saran 158
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 160
LAMPIRAN ................................................................................................. 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Silabus Kelas V ............................................................................ 14
3.1 Waktu Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 44
3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara dengan Pendekatan Kontekstual...... 52
3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual .................................................... 53
3.4 Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa dalam Proses Pembelajaran .. 54
3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual ................................................... 55
3.6 Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran .. 56
3.7 Pelaksanaan Siklus I 62
3.8 . 64
3.9 67
4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Awal .................................. 70
4.2 Hasil Nilai Tes Awal ..................................................................... 71
4.3 Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal .......... 71
4.4 Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-1 .............. 80
4.5 Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-2............... 82
4.6 Rata-rata Skor Penilaian Proses Siklus I Pertemuan ke-3............... 84
4.7 Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan
Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-1 .......................... 87
4.8 Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan
Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-2 .......................... 88
4.9 Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan dengan
Pendekatan Kontekstual Siklus I Pertemuan ke-3 .......................... 90
4.10 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar..................... 91
4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-1 ....... 93
Tabel Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-2 ....... 94
4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-3 ....... 95
4.14 Distribusi Frekuensi Rata-rata Nilai Akhir Tes Siklus I ................. 95
4.15 Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus I ............. 96
4.16 Perbandingan Hasil Belajar Siklus 1 Tiap Pertemuan .................... 97
4.17 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
98
4.18 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses
Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-1 ) 109
4.19 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan: Proses
Pembelajaran Siklus II Pertemuan Ke-2 ........................................ 110
4.20 Rata-rata Skor Penialain Proses (Aspek Pengamatan: Proses
Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-3) ........................................ 111
4.21 112
4.22 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan :
Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-1 114
4.23 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan :
Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-2 115
4.24 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan :
Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus II Pertemuan ke-3 115
4.25 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan
Kontekstual) . 116
4.26 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-1 ..... 118
4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke- 119
4.28 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke- . 120
4.29 Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I . 121
4.30 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II 121
4.31 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
Tes awal, Siklus I dengan Siklus II 123
4.32 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses
Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-1 ) 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.33 Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses
Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-2) 133
4.34 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran
Siklus III 134
4.35 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses
Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-1 135
4.36 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses
Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke- 137
4.37 Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan
Kontekstual) Siklus III 138
4.38 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-1 140
4.39 Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke- 140
4.40 Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I 141
4.41 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III 142
4.42 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III 143
4.43 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes
144
4.44 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
145
4.45 Perbandingan Presentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar kerangka berfikirl ............................................................ 41
3.1 Gambar Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas Model Spiral ........ 60
4.1 Diagram Histogram Hasil Nilai Tes Awal ..................................... 72
4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Awal ................................ 73
4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ................. 97
4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ................ 122
4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ............... 142
4.6 Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa
pada Tes Awal dengan Siklus I 145
4.7 Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I dengan Siklus II 146
4.8 Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus II dengan Siklus III 148
4.9 Grafik Peningkatan Hasil Observasi pada Proses belajar siswa...... 152
Gambar Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Silabus ......................................................................................... 163
2 Daftar Nama Siswa ....................................................................... 164
3 Lembar Tes Awal ......................................................................... 165
4 Daftar Nilai Tes Awal ................................................................... 167
5 Contoh Pedoman Observasi Siswa pada Proses Pembelajaran ....... 168
6 Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus I pertemuan I, II dan
III ................................................................................................. 169
7 Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus II pertemuan I, II dan
III ................................................................................................. 173
8 Lembar Hasil Penilaian Proses Siswa Siklus III pertemuan I dan II 177
9 Contoh Pedoman Hasil Observasi Guru ....................................... 180
10 Lembar Hasil Observasi Guru Siklus I pertemuan I, II dan III ...... 181
11 Lembar Hasil Observasi Guru Siklus II pertemuan I, II dan III ..... 185
12 Lembar Hasil Observasi Guru Siklus III pertemuan I dan II ......... 189
13 Pedoman Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual .......... 192
14 Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I
Pertemuan I, II dan III ................................................................. 194
15 Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus II
Pertemuan I, II dan III ................................................................. 198
16 Lembar Observasi Siswa dengan Pendekatan Kontekstual Siklus III
Pertemuan I dan II ....................................................................... 201
17 Pedoman Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual ........... 204
18 Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus I
Pertemuan I, II dan III ................................................................. 205
Lampiran Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
19 Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus II
Pertemuan I, II dan III ............................................................... 209
20 Lembar Observasi Guru dengan Pendekatan Kontekstual Siklus III
Pertemuan I dan II ........................................................................ 213
21 Lembar Wawancara ...................................................................... 216
22 Daftar Hasil Wawancara Siklus I Pertemuan I, II dan III ............. 217
23 Daftar Hasil Wawancara Siklus II Pertemuan I, II dan III ............ 220
24 Daftar Hasil Wawancara Siklus III Pertemuan I dan II ................ 223
25 Skenario Siklus I Pertemuan I, II dan III ..................................... 225
26 Skenario Siklus II Pertemuan I, II dan III .................................... 237
27 Skenario Siklus III Pertemuan I dan II ......................................... 249
28 RPP Siklus I Pertemuan I, II dan III ............................................ 257
29 RPP Siklus II Pertemuan I, II dan III ........................................... 304
30 RPP Siklus III Pertemuan I dan II ................................................ 324
31 Daftar Presensi Siklus I ................................................................. 346
32 Daftar Presensi Siklus II ............................................................... 347
33 Daftar Presensi Siklus III .............................................................. 348
34 Daftar Nilai Siklus I ...................................................................... 349
35 Daftar Nilai Siklus II ..................................................................... 350
36 Daftar Nilai Siklus III ................................................................... 351
37 Foto Siklus I ................................................................................. 352
38 Foto Siklus II ................................................................................ 354
39 Foto Siklus III ............................................................................... 356
40 Surat Izin Penelitian ...................................................................... 358
41 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................... 359
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran matematika dapat diamati dari
keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik tingkat pemahaman,
penguasaan materi, maupun hasil belajarnya. Tetapi pada kenyataannya hasil
belajar yang dicapai siswa masih rendah dan belum menunjukkan hasil yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika SD seperti pada
kurikulum KTSP (2007) yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien,
dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian
dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam
matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum
matematika belum tercapai secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan yang menentukan
kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (1) metode
yang digunakan oleh para guru pada umumnya di lapangan, merupakan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Guru masih
menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan tradisional yang
menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
serta penggunaan rumus, (2) Cara pembelajaran untuk menyampaikan suatu
konsep materi cenderung abstrak sehingga konsep-konsep akademik itu menjadi
sulit dipahami oleh siswa, (3) Siswa menyelesaikan banyak soal tanpa
pemahaman yang mendalam. Akibatnya kemampuan penalaran (berpikir kritis)
dan hasil pembelajaran matematika pada siswa V masih di bawah KKM, (4)
Selain itu, guru dalam mengajar kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat
membantu pemahaman siswa seperti penggunaan media/alat peraga sesuai dengan
taraf pikir siswa.
Oleh karena itu, peran guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor
penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru
memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan (Rusman, 2010: 58)
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah
yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dari sesuatu yang sederhana ke
yang lebih kompleks . Menurut pernyataan tersebut, belajar yang terbaik adalah
melalui pengalaman, dengan pengalaman tersebut siswa akan menggunakan
seluruh panca indranya dalam proses belajar. Peneliti melihat bahwa peserta didik
mengalami banyak kesulitan pada materi sifat-sifat bangun datar.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran konvensional menekankan pada
ceramah, tanya jawab, membaca LKS yang dimiliki siswa serta mengerjakan LKS
yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ceramah, selalu mendominasi dalam
pembelajaran matematika. Siswa hanya mendengarkan duduk dengan tenang dan
diusahakan tetap diam saat guru berceramah. Setelah guru melaksanakan ceramah
dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab. Guru berpartisipasi penuh dalam
membuat pertanyaan pada siswa. Siswa yang menjawab pertanyaan selalu
ditunjuk oleh guru. Guru jarang memberi stimulus pada siswa untuk bertanya.
LKS yang dimiliki oleh setiap siswa mempunyai peranan yang sangat penting.
Hal ini disebabkan karena guru selalu berpedoman pada LKS, baik dilihat dari
materi yang diajarkan, tugas-tugas yang dikerjakan oleh setiap siswa maupun
evaluasi yang dikerjakan sangat tergantung dengan LKS. Buku-buku paket yang
ada, jarang mendapatkan sentuhan yang hangat dari guru. Pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran yang digunakan oleh guru pada waktu kegiatan pembelajaran dapat
dikatakan masih berorientasi pada paradigma pendidikan yang lama.
Kenyataan itu juga dapat terlihat dari pembelajaran tentang bangun datar
pada kelasV SD Negeri 2 Kenteng dengan rata-rata nilai 6,8 pada saatu langan
pokok bahasan bangun datar. Baru 12 siswa atau 36 % dari 31 siswa yang telah
lulus KKM. Sedangkan 19 siswa atau 64% siswa masih mendapat nilai dibawah
KKM. Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak siswa yang belum mencapai batas
tuntas yang telah ditentukan yaitu 7,0 untuk mata pelajaran matematika. Kesulitan
yang dialami dikarenakan kurangnya pemahaman dan kekurangtertarikan siswa
pada pelajaran matematika. Salah satu faktor kekurang tertarikan siswa adalah
suasana kelas yang pasif hal ini dikarenakan guru yang mengajar kelas V
padatahun sebelumnya sudah menjelang masa pensiun.
Guru baru menerapkan pembelajaran dengan ceramah, penugasan, serta
mengerjakan soal. Di kelas V SD Negeri 2 Kenteng guru kelas belum mencoba
menerapkan pendekatan model kontekstual, yang menurut peneliti efektif dalam
pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar. Menurut Riyanto
(2008: 161 (Contextual Teaching and
Learning (CTL) ) merupakan merupakankonsepbelajar yang membantu guru
mengaikatan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
Dengan metode kontekstual diharapkan akan membantu guru dan peserta
didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membuat hubungan antara
pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki oleh siswa serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, maka siswa akan mudah memahami konsep. Selain itu,
siswa akan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa
semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pendekatan kontekstual merupakan strategi yang dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna, tanpa harus
mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Diharapkan siswa akan menjadi lebih
aktif dan senang dalam pembelajaran matematika sehingga akan berdampak pada
hasil belajar siswa.
Langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam rangka meningkatkan
kemampuan kualitas belajar matematika adalah perwujudan tujuh komponen
pokok pendekatan kontekstual (bertanya/questioning, permodelan/modeling,
masyarakat belajar/learning community, konstruktivisme/constructivism,
menemukan/inquiry, penilaian sebenarnya/ authentic assessment, dan
refleksi/reflection) dalam pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun
datar yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Berdasarkan pada runtutan kenyataan yang ada, masalah dan rencana
pemecahannya, peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai metode kontekstual
itu sendiri dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran matematika
dengan judul sebagaiberikut: stual dalam
Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah
yang sesuai untuk landasan penelitian selanjutnya yaitu:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam peningkatan
pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas
V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatan pembelajaran
matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi dalam penggunaan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mendiskripsikan penerapan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat
Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun
Pelajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
2. Menjelaskan adanya peningkatan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat
Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun
Pelajaran 2011/2012 dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
3. Memaparkan cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual dalam
peningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar pada
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penyusunan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikanmanfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Membiasakan siswa maupun guru untuk mengaplikasikan metode
kontekstualpada pembelajaran matematika khususnya sesuai langkah-langkah
penerapan pendekatan kontekstual (perwujudan tujuh komponen pokok
pendekatan kontekstual (bertanya/questioning, permodelan/modeling,
masyarakat belajar/learning community, konstruktivisme/constructivism,
menemukan/inquiry, penilaian sebenarnya/ authentic assessment, dan
refleksi/reflection) dalam pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan dengan harapan akan
berdampak pada meningkatnya kualitas belajar matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Bagi siswa
1) Memudahkan siswa dalam memahami dan menguasai konsep tentang
sifat-sifat bangun datar melalui pengalamannya dalam pembelajaran
karena dengan pendekatan kontekstual siswa akan dapat belajar sendiri
secara langsung.
2) Mengembangkan kreativitas belajar siswa melalui pengalaman nyata.
3) Meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengeluarkan
pendapat
4) Meningkatkan kemandirian siswa
5) Mengubah paradigma siswa terhadap matematika yang mereka anggap
sulit ternyata mudah, menarik, dan menyenangkan dengan pendekatan
kontekstual.
6) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang cara belajar
menggunakan pendekatan kontekstual dalam suasana belajar yang tidak
membosankan, sehingga mereka merasa termotivasi untuk belajar
matematika selanjutnya.
b. Bagi guru
1) Memberi konsep yang jelas mengenai pendekatan kontekstual sebagai
upaya untuk mengembangkan ilmu pendidikan.
2) Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur
pembelajaran menggunakan metode kontekstual, sehingga guru
termotivasi untuk memilih pendekatan ini dalam melaksanakan
pembelajaran selanjutnya.
c. Bagi sekolah
1) Penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi sekolah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pendidikan, sebagai salah satu acuan dalam upaya meningkatkan kualitas
sekolah.
2) Penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini diharapkan
dapat menjadi kajian bagi guru sekolah lain sebagai inovasi dalam
pembelajaran.
d. Bagi peneliti lain
1) Dapat menambah wawasan, masukan, dan perbaikan serta dapat dijadikan
referensi dalam pembelajaran yang lebih baik salah sataunya dengan
menggunakan pendekatatan kontekstual.
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya dalam inovasi
pembelajaran dengan menggunakan pendekatatan kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Bangun datar Pada Siswa
Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Karakteristik siswa sekolah dasar yaitu mereka menampilkan perbedaan-
perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang diantaranya, perbedaan
intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan
kepribadian, dan perkembangan fisik anak. Siswa Sekolah Dasar (SD)
umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut
Piaget (Haruman, 2007: 1), mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses
berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret .
Menurut Nasution (1992: 43), masa keserasian bersekolah dapat diperinci
menjadi dua fase yaitu:
1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0
atau 10,0.
2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu umur 9,0 atau 10,0 sampai kira-
kira umur 12,0 atau 13,0.
Menurut Sumantri dan Permana (2001: 10-11), masa usia sekolah dasar
(sekitar 6;0 12;0) merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan
fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak
sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Basset dkk berikut ini:
(1) mereka secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kua dan tertarik pada
dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, (2) mereka senang bermain
dan lebih suka bergembira/riang, (3) mereka suka mengatur dir inya untuk
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-
usaha baru, (4) mereka bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi
sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalan-kegagalan, (5) mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa
puas dengan situasi yang terjadi, (6) mereka belajar dengan cara bekerja,
mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Dari
siswa kelas V SD antara lain: (1) berusia antara 11 sampai 12 tahun, (2) berada
pada fase operasional konkrit, (3) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, (4)
senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, (6) suka mengatur dirinya
untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan
usaha-usaha baru, (6) terdorong untuk berprestasi, belajar secara efektif ketika
mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (7) belajar dengan cara
bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya, (8) telah
mampu berpikir logis, fleksibel, mengorganisasi dalam aplikasi terhadap benda
konkrit, (9) anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang besar pada
lingkungannya, (10) tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalan-kegagal
b. Pembelajaran Matematika SD
1) Pengertian Matematika
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
yang sudah diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam Matematika
bersifat sangat kuat dan jelas (Wahyudi, 2008: 3).
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan
Ruseffendi, 1992: 28).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan pengertian Matematika yang sudah dikemukakan di atas
dapat disimpulkan Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak yang dibangun melalui proses penalaran deduktif serta
membutuhkan penalaran logika untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasainya.
2) Karakteristik Matematika
Nesher (dalam Uno, Hamzah dan Kuadrat, Masri, 2009: 109)
mengonsepsikan karakteristik Matematika terletak pada kekhususannya
dalam mengomunikasikan ide Matematika melalui bahasa numerik. Dengan
bahasa numerik, memungkinkan seseorang dapat melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari Matematika tersebut,
dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu
masalah. Itulah sebabnya Matematika selalu memberikan jawaban yang
lebih bersifat eksak dalam memecahkan masalah.
Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan
bantuan Matematika, karena ilmu Matematika memberikan kebenaran
berdasarkan alasan logis dan sistematis. Di samping itu, Matematika dapat
memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja Matematika
dilalui secara berurut yang meliputi tahap observasi, menebak, menguji
hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan teorema-teorema.
3) Tujuan Pelajaran Matematika
Dalam Tim Penyusun Kurikulum 2004, tujuan pembelajaran
Matematika adalah:
(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkosistensi;
(2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,
rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah;
(4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan alasan.
Wahyudi (2008: 3) mengatakan tujuan pembelajaran Matematika
adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten.
4) Fungsi Mata Pelajaran Matematika
Dalam Tim Penyusun Kurikulum 2004, Matematika berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah
melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi
melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Menurut Wahyudi (2008: 3) mengatakan Matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola
pikir dan model Matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol,
tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Jadi fungsi pelajaran Matematika dapat membantu
mengembangkan kemampuan bernalar dan sebagai alat komunikasi dalam
menjelaskan suatu gagasan ataupun suatu konsep.
5) Ruang Lingkup Matematika
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenaitujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikantertentu (BSNP, 2006). KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusundan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi KTSP
adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Menurut KTSP ruang lingkup Matematika pada satuan pendidikan
sekolah dasar (2006), meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran
serta pengolahan data. Bilangan membahas tentang kaedah konsep
simbolisasi lambang bilangan dan perhitungan dasar sederhana yang banyak
melibatkan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Geometri dan
pengukuran lebih fokus membelajarkan siswa tentang konsep ruang dan
ukurannya dengan perhitungan dasar yang sederhana menggunakan media
konkrit dan media manipulatif lainnya. Sedangkan Pengolahan data lebih
banyak membahas tentang hakekat data, cara mengolah dan membaca data
berdaasrkan kaidah rasional dan ilmiah menggunakan data-data konkrit dan
data manipulatif. Penggunaan media dari konkrit ke absatrak
mempertimbangkan tingkatan kelas dan daya nalar siswa. Semakin tinggi
tingkatan siswa maka penggunaan media di arahkan ke semi abstrak
(manipulatif) sampai tingkatan abstrak. Demikian juga semakin tinggi daya
nalar logis siswa maka semakin berani bagi guru menggunakan media yang
semi abstrak sampai abstrak.
6) Pengertian Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK (2004),
matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya seudah diterima,
sehingga keterkaitan anatar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat
dan jelas. Sedangkan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi atau KBK (2004), agar mudah dipahami siswa, proses
penalaran induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian
dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif menguatkan pemahaman yang
sudah dimiliki oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sedangkan dalam kurikulum Matematika KTSP 2006 (2006 : 416)
dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Proses pembelajaran pada
kurikulum KTSP dapat dilihat pada saran-saran pembelajaran. Pembelajaran
diharapkan memfokuskan pada aktivitas belajar siswa untuk
mengembangkan rekayasa berpikir (guidedreinvention), melakukan
penyelidikan dan menghasilkan suatu temuan (discovery activity).
Pendekatan pembelajaran matematika memfokuskan pada pemecahan
masalah. Suatu masalah tidak harus mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat
terbuka dengan berbagai cara. Saran-saran pada proses pembelajaran
tersebut memberikan signal bahwa pembelajaran matematika pada
kurikulum KTSP menggunakan pijakan konstruktivisme.
Berdasarkan paparan kurikulum KBK (2004) dan kurikulum KTSP
(2006) dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika sebaiknya
berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru
mengajar. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran Matematika adalah
proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan
belajar Matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar
Matematika.
Pembelajaran Matematika harus memberikan peluang kepada siswa
untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika dan siswa
belajar memecahkan masalah sehingga dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga disimpulkan, pembelajaran matematika SD
adalah pembelajaran yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya. Peserta didik memiliki
posisi sentral mempunyai makna bahwa kegiatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
7) Langkah Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Heruman (2008: 2-3) langkah-langkah pembelajaran
matematika SD sebagai berikut:
a) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep)
Yaitu pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa
belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman
konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubuungkan
kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru Matematika
yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau
alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola
pikir siswa.
b) Pemahaman Konsep
Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep Matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.
Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang
berbeda, tetapi masih mmerupakan lanjutan dari penanaman konsep.
c) Pembinaan Keterampilan
Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar
siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika.
Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu
pertemuan. Kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada
pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman
dan pemahaman konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Sifat-sifat Bangun Datar
1) Pengertian Bangun Datar
Bangun datar dalam matematika disebut bangun geometri. Bangun
datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus
atau lengkung (Imam Roji, dalam Ferdian 2010).
Bangun datar dapat didefinisikan oleh Hambali sebagai bangun
yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi
tidak mempunyai tinggi atau tebal (Ferdian 2010).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun
datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan
lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.
2) Silabus Matematika tentang Sifat-sifat Bangun Datar Kelas V
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
6. Memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun
6.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.5 Meyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
6.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran, elips) 6.5.1 Menyelesaikan masalah tentang bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran)
Sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran, elips) Contoh permasalahan tentang bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga, trapesium, layang-layang, belah ketupat, lingkaran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Materi Sifat-sifat Bangun Datar pada Kelas V
a) Persegi
Persegi adaah segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan
keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi:
Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan sama panjang
Keempat sudutnya siku-siku
Memiliki dua diagonal yang sama panjang
Sudut-sudutnya dibagi sama besar oleh diagonalnya
Keliling Persegi
Keliling persegi adalah jumlah panjang sebuah sisi-sisinya
Keliling: s+s+s+s
Luas persegi
Luas persegi adalah kuadrat panjang sisinya
Luas :s×s
b) Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi yang berhadapan sejajar
dan sama panjang serta keempat sudutnya siku-siku.
Sifat persegi panjang:
Sisi yang berhadapan sama besar atau sejajar
Keempat sudutnya siku-siku
Memiliki dua diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan
dititik pusat
Keliling persegi panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Keliling adalah jarak total yang mengelilingi bangun terrsebut
Keliling:2(p+l)
Luas persegi panjang
Luas adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permuukaan bangun
datar
Luas : p×l
c) Segitiga
Segitiga siku-siku dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang
dengan menarik salah satu garis diagonalnya.
Perhatikan gambar berikut:
Bidang ABCD adalah persegi panjang. Dengan menarik diagonal AC,
akan terbentuk dua segitiga siku-siku yang sama dan sebangun (konruen)
1. Segitiga Siku-Siku
Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut siku-
siku dan satu sisi miring (hypotenusa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
-ciri:
AB dan BC sebagai sisi siku-siku, AC sebagai hypotenusa dan sudut ABC atau
sudut B adalah sudut siku-siku (= 90°)
Dalam sebuah segitiga siku-siku, hypotenusa selalu terletak di depan sudut
siku-siku.
2. Segitiga Sama Kaki
Dua buah segitiga siku-siku yang kongruen dapat membentuk sebuah
segitiga sama kaki dengan mengimpitkan salah satu sisi siku-siku yang sama
panjang dari kedua segitiga tersebut.
Perhatikan gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
-siku yang kongruen. Sisi BD adalah
sisi siku-
segitiga sama kaki dengan sisi AD=DC.
Di dalam segitiga sama kaki terdapat :
Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga.
Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi yang
panjangnya sama.
Satu sumbu simetri.
Segitiga sama kaki merupakan bangun simetri lipat dan dapat
menempati bingkainya dalam dua cara.
Dari gambar disamping terlihat bahwa :
CD sebagai sumbu simetri
A pindah ke B; B pindah ke A dan C tetap.
AC pindah ke BC, maka AC=BC.
CAB pindah ke ABC maka CAB = ABC
3. Segitiga Sama Sisi
Tiga buah garis lurus yang sama panjang dapt membentuk sebuah
segitiga sama sisi dengan cara mempertemukan setiap ujung garis satu sama
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar (i) di atas menunjukkan gambar t iga garis lurus yang sama panjang,
yaitu AB= BC=CA. Apabila ujung-ujung ketiga garis tersebut saling
dipertemukan, A dengan A, B dengan B, dan C dengan C, maka akan terbentuk
segitiga sama sisi ABC seperti terlihat pada gambar (ii) di atas
Di dalam segitiga sama sisi terdapat :
Tiga sisi yang sama panjang.
Tiga sudut yang sama besar.
Tiga sumbu simetri
d) Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang masing-masing hanya memiliki sepasang
sisi berhadapan sejajar.
1.Sifat-sifat trapesium
Jumlah sudut yang berdekatan diantara dua sisi sejajar adalah 180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Keliling trapesium
Keliling trapesium adalah jumlah sisi alas, atap, dan kaki-kakinya. Maka
kelilingnya adalah :
K = alas atap kaki1 kaki2
1. Macam-macam trapesium :
1) Trapesium sembarang, yaitu trapesium yang keempat sisinya tidak
sama panjang.
2) Trapesium sama kaki, yaitu trapesium yang memiliki dua sisi yang
sama panjang.
3) Trapesium siku-siku, yaitu trapesium yang salah satu sudutnya siku-
siku.
e) Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat dengan kekhususan ,yaitu sisi yang
berhadapan sama panjang,tetapi sudutnya bukan siku-siku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sifat-sifat jajar genjang:
Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
Memiliki dua diagonal yang berpotongan disatu titik dan saling
membagi dua sama besar
Jumlah sudut yang berdekatan 180 derajat
Memiliki simetri putar tingkat 2 dan tidak memiliki simetri lipat
Keliling jajar genjang
Keliling: m + n + m + n
Luas jajar genjang
Luas jajar genjang adalah hasil kali antara panjang sisi alas dengan
tinggi
Luas : a × t
f) Layang-layang
Layang-layang adalah segi empat yang dibentuk oleh kedua segitiga sama
kaki dengan alas sama pajang dan berhimpit.
Sifat-sifat layang-layang:
Dua pasang sisi yan berdekatan sama panjang
Sepasang sudut yang berhadapan sama besar
Salah satu diadonalnya merupakan sumbu simetri
Salah satu siagonalnya membagi layang-layang menjadi dua sama
panjang dan kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus
Keliling layang-layang
Keliling layang-layang adalah jumlah panjang semua sisinya
Keliling = 2x+2y
Luas layang-layang
Luas = ½×D1×D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
g) Belah ketupat
Belah ketupat adalah bangun yng dibentuk dari dua segitiga sama kaki
Sifat-sifat belah ketupat:
Semua sisi belah ketupat sama panjang
Diagonalnya merupakan sumbu simetri
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh
diagonal-diagonalnya
Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan
tegak lurus
Belah ketupat dapat menepati bingkainya menurut 4 cara
Keliling belah ketupat
Keliling belah ketupat adalah jumlah panjang semua sisi-sisinya
Keliling(s+s+s+s)
Luas belah ketupat
Luas : (1/2× AD× BC)
h) Lingkaran
Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran
dengan titik pusat (P) sama panjang. P : titik pusat lingkaran
P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sifat-sifatnya:
Lingkaran merupakan kurva tertutup sederhana beraturan.
Jumlah derajat lingkaran sebesar 360 .
Lingkaran mempunyai 1 titik pusat.
Mempunyai simetri lipat dan simetri putar yang jumlahnya tidak
terhingga.
Istilah-istilah dalam lingkaran :
Penjelasan:
1. Diameter lingkaran (d) yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik pada busur
lingkaran melalui titik pusat lingkaran.
2. Jari-jari lingkaran (r) yaitu ruas garis yang menghubungkan titik pada busur
lingkaran dengan titik pusat lingkaran.
3. Tali busur yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada busur lingkaran dan
tidak melewati titik pusat lingkaran.
4. Busur yaitu bagian lingkaran yang dibagi oleh tali busur.
5. Juring yaitu daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh 2 jari-jari maupun busur
lingkaran.
6. Susut pusat yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah jari-jari.
Rumus Hubungan Diameter (d) dan Jari-Jari (r)
d. Pembelajaran Matematika Di SD
a) Konsep Belajar
(1) Pengertian Belajar
Menurut Gagne belajar merupakan kecenderungan perubahan pada
diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan
(Riyanto, 2008: 5).
Sedangkan pendapat Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu
proses dimana organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman (Sagala, 2003: 13). Skiner (1958) menyatakan belajar adalah
Diameter (d) = 2 x jari-jari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progesif (Sagala, 2003: 14).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses dimana manusia berubah perilakunya akibat suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif
yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.
(2) Tujuan Belajar
Suprijono (2007: 5) mengemukakan bahwa tujuan belajar sangat
banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk
dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional
effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara,
tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional
lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir
kritis dan krearif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan
sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik
menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
(3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya. Akan
tetapi menurut Suryabrata (2004: 233) faktor yang mempengaruhi belajar
digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar (faktor nonsosial dan
sosial)
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar (faktor fisiologis dan
psikologis).
b) Pengertian Hasil Belajar Matematika
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan
perilaku.
Menurut Blomm ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Romiszowski,
hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (inputs). Masukan berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya berupa perbuatan atau kinerja (perfomance)
(Abddurahman, 2003: 38). Sejalan dengan pendapat Killer (dalam
Abddurahman, 2003: 38) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari
suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informas.
Selain itu, Abin Syamsudin (dalam R.Conny Semiawan, 1999:
245) Hasil belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan
perilaku dan pribadi. Hal yang sama tentang hasil belajar juga
dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom (dalam Mulyono Abdurrahman,
suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang mencakup ranah kognitif, ranah efektif dan
ran
mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan
memecahkan masalah. Hasil ranah afektif berhubungan dengan perasaan,
emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Hasil ranah psikomotor berorientasi pada
keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otak.
Sedangkan peneliti mendefinisikan matematika sebagai suatu
bahan kajian yang memiliki objek abstrak yang dibangun melalui proses
penalaran deduktif serta membutuhkan penalaran logika untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah seluruh kecakapan atau kemampuan (kognitif, afektif,
dan psikomotor) yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
belajar dan pengalaman belajarnya yaitu ditunjukkan adanya suatu
perubahan yang berupa penambahan, peningkatan, dan penyempurnaan
perilaku serta bisa juga kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman sebagai wujud dari perubahan tingkah
laku siswa dari sebelum menerima pengalaman yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor, yang dibangun melalui proses deduktif
serta membutuhkan penalaran logika dalam memahami, menguasai, dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Suryabrata (2004: 233) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu:
(1) Faktor nonsosial dalam belajar, misalnya: keadaan udara, suhu
udara, cuaca, tempat, alat-alat dan sebagainya.
(2) Faktor sosial dalam belajar, yaitu: faktor manusia (sesama manusia),
baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
(3) Faktor fisiologis dalam belajar (keadaan jasmani)
(4) Faktor psikologi dalam belajar.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu siswa (faktor psikologis dan fisiologis) dan faktor eksternal
adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari
luar diri siswa itu sendiri (lingkungan sosial dan lingkungan non sosial).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
Menurut Akhmad Sudrajat (2008), pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Berdasarkan pendapat pendapat itu, pendekatan adalah cara yang
dijadikan sebagai sudut pandang atau titik tolak yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran agar pembelajaran itu dapat berhasil dan mencapai tujuan
yang diinginkan, dengan cara mengaktifkan peserta didik atau menjadikan
peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran itu (student center).
b. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Johnson (2008) menyatakan pembelajaran kontekstual adalah suatu
sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna
dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa (dalam Rusman, 2010: 187).
Menurut Muslich (2007: 41)
contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang
membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Karakteristik Pendekatan Kontekstual
Berdasarkan pengertian pembelajaran CTL, menurut Zahorik (dalam
Sagala, 2003: 93) ada lima elemen belajar yang kontruktivistik yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual yaitu: (1) Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge); (2) Pemerolehan
pengetahuan baru (Acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara
keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya; (3) Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun konsep
sementara (hipotesis), melakukan kepada orang lainagar dapat tanggapan
(validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep direvisi dan dikembangkan;
(4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge); dan (5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap
strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
d. Prinsip Pendekatan Kontekstuanal
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan
oleh guru menurut Rusman (2010: 193) yaitu::
1) Konstruktivisme (construktivimisme), konsep ini yang menuntut siswa
untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang
didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengingat pengetahuan. Dalam hal ini tugas guru adalah memfasilitasi
proses tersebut dengan: a) dalam pandangan konstruktivis,
ih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna
dan relevan bagi siswa, b) memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri, dan c) menyadarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar.
2) Bertanya (questioning), dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang
dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis
dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa
merupakan wujud keingintahuan. Dalam pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi
maupun akademis, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan
respon kepada siswa mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (4)
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (5) memfokuskan perhatian
siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (6) membangkitkan lebih
banyak lagi pertanyaan dari siswa, (7) menyegarkan kembali pengetahuan
siswa. Questioning dapat diterapkan pada hampir semua aktivitas belajar,
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang lain, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga
dapat diterapkan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika siswa
menemui kesulitan, siswa mengamati, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu
akan mendorong kepada siswa untuk bertanya.
3) Menemukan (inquiry), merupakan siklus proses dalam membangun
pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri
meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kemudian disimpulkan. Langkah- langkah dalam kegiatan inkuiri yaitu (1)
merumuskan masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, contohnya
bisa dilakukan dengan membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan
informasi pendukung, mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dari sumber atau objek yang diamati, (3) menganalisis dan
menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada
pembaca, teman sekelas, guru, atau audience yang lain. Melalui contoh
kegiatan sebagai berikut: karya siswa disampaikan kepada teman sekelas
atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan, bertanya jawab
dengan teman sehingga memunculkan ide-ide baru, melakukan refleksi, dan
menempel atau memajangkan hasil karya siswa.
4) Masyarakat belajar (learning community), adalah kelompok belajar
atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi
pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas,
bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja
dengan masyarakat.
5) Pemodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan
suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu
sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to
learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari
siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik. Dalam
pembelajaran berbasis CTL, guru bukanlah satu-satunya model, guru
merancang model pembelajaran dengan melibatkan siswa juga dalam proses
pembelajarannya.
6) Refleksi (Reflection), yaitu melihat kembali atau merespon suatu
kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat
dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Pada akhir pembelajaran guru
supaya menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, adapun
realisasinya adalah; pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya
hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7) Penilaian sebenarnya (authentic assessment),prosedur penilaian yang
menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara
nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya
membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada
diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak
hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
KarakteristikAutentic Assesment: (a) dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung, (b) bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif, (c) yang diukur ketrampilan dan performansi,
bukan mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) dapat digunakan sebagai
feed back.
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich (2010: 49), kegiatan dan strategi pembelajaran
kontekstual dapat ditujukan berupa kombinasi kegiatan dari kegiatan-kegiatan
berikut ini:
1) Pembelajaran berbasis masalah yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di
sekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan
keterampilan memecahkan masalah dan untuk memperoleh konsep utama
dari suatu pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar.
Dalam konteks ini penugasan yang diberikan oleh gurumemberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas.
3) Memberikan aktivitas kelompok. Aktivitas belajar secara kelompok dapat
memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk
berhubungan dengan orang lain.
4) Membuat aktivitas belajar mandiri. Peserta didik mampu mencari,
menganalisis dan menggunakan informasi yang sedikit atau bahkan tanpa
bantuan guru.
5) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat. Sekolah dapat
melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian
khusus untuk menjadi guru tamu.
6) Menerapkan penilaian autentik yang dapat membantu siswa untuk
menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada
situasi nyata untuk tujuan tertentu.
f. Peranan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Pendekatan Kontekstual
Dalam proses pembelajaran Kontekstual, setiap Guru memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar
terhadap gaya belajar siswa. Oleh karena itu, menurut Wina Sanjaya (2009:
262-263) ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan pendekatan kontekstual yaitu:
1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil,
melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa
yang memaksakan kehendak guru tetapi guru adalah pembimbing siswa
agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perekembangannya.
2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap
aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, peran guru adalah
memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh
siswa.
3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan
antara hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran guru adalah
membantu agar siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman
baru dengan pengalaman sebelumnya.
4) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan
demikian peran guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak
mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi
g. Langkah langkah dalam Pembelajaran Pendekatan Kontekstual
Secara sederhana langkah penerapan Kontekstual dalam kelas secara
garis besar menurut Rusman (2010: 199) adalah :
1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegitan belajar lebih
bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus
dimilikinya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan
3) Mengembangkan sikap ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan
4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dengan kelompok-kelompok)
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7) Melakuakn penilaian secara obyektif.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti menentukan langkah-
langkah dalam pembelajaran Kontekstual sebagai berikut :
1) Menentukan materi dan masalah sebelum pembelajaran (penentuan materi
dan masalah yang akan diselesaikan dalam pembelajaran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa
siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau
mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman
yang mereka dapat sendiri (Konstruktivisme).
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya
guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon
siswa (Bertanya).
4) Menggerakkan siswa untuk membentuk kelompok dalam kelas.
Pembentukan dilakukan secara merata oleh guru. Dengan tujuan akan
terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam berkomunikasi,
dalam kelas. Yaitu dari siswa - diskusi kelompok, siswa - diskusi
kelompok diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-
orang yang berada di sekotar anak (Masyarakat Belajar).
5) Guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan
misal dengan guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas
atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan
kelas (Pemodelan).
6) Melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan
percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan
konsep itu ( Inkuiri).
7) Mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau melihat kembali
apa yang telah mereka pelajari sekilas (Refleksi).
8) Melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan
siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa (Penilaian
sebenarnya).
h. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual
Menurut Nadhirin (2010), kelebihan dan kekurangan pendekatan
kontekstual yaitu:
1) Kelebihan Pendekatan Kontekstual
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi
secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b) pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
2) Kekurangan Pendekatan Kontekstual
a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian yang relevan, sebelumnya pernah dilakukan oleh Tolib
(2010) Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.Dengan judul Penerapan pendekatan kontekstual untuk
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri
Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal tahun ajaran 2009- .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam
pembelajaran matematika pada siswa dan untukmengetahui kendala-kendala yang
dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual
pada siswa kelas IV SD. Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh
simpulan pada kondisi awal,nilai rerata kelas 55. Dengan pendekatan kontekstual
pada siklus I nilai rerata kelas menjadi 65.Pada siklus II nilai rerata kelas menjadi
78. Dari keseluruhan siklus yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa guru telah
mampu meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan dalam pemelajaran
matematika.Setiap siklus membawa dampak positif kearah peningkatan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Carul kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal
Tahun Ajaran 2009/2010. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
olehTolib ini adalah strategi pembelajaran menerapkan pendekatan kontekstual
dan mempunyai tujuan yang sama yaitu mengetahuikendala-kendala yang
dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan penerapan pendekatan kontekstual. Sedangkan perbedaannya terletak pada Variabel terikatnya yaitu
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan sedangkan pada penelitin ini
adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Subjeknya juga berbeda yaitu
pada kelas IV sedangkan pada penelitian ini pada siswa kelas V.
Dan untuk penelitian relevan yang ke dua dibuat oleh Berry Dwi Santi
Kismawati (2010), Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret, Surakarta Peningkatan kemampuan menghitung
pecahan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kedungwinong I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: (1) Meningkatkan
kemampuan menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Kedungwinong
I, (2) Memaparkan cara penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan
hasil belajar matematika, (3) Memaparkan bagaimana cara mengatasi kendala
penerapan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika
SD Negeri Kedungwinong I. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1)
penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitung
pecahan kelas IV SD Negeri Kedungwinong I, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas
IV sebanyak 20 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan
hanya 45%, siklus pertama 60%, siklus kedua 75% dan siklus ketiga 90% siswa
belajar tuntas. Dan cara mengatasi kendala yang terjadi dalam penerapan
pendekatan kontekstual ini adalah: (a) Pembentukan kerja kelompok dilakukan
oleh siswa sendiri untuk mengatasi kurang membaurnya siswa dalam mengerjakan
tugas kelompok. (b) Penggantian model dengan siswa yang jarang maju kedepan
kelas untuk mengatasi kurangnya perhatian siswa terhadap model yang
ditampilkan. (c) Penambahan motivasi bagi guru untuk mengatasi ketidak
beranian siswa dalam bertanya. Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan
suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Matematika melalui pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menghitung pecahan pada siswa
kelas IV SD Negeri Kedungwinong I tahun 2010. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berry Dwi Santi Kismawati adalah strategi pembelajaran menerapkan pendekatan
kontekstual.
Sedangkan perbedaannya terletak pada Variabel terikatnya yaitu untuk
kemampuan menghitung pecahan sedangkan pada penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pembelajaran. Subjeknya juga berbeda yaitu pada kelas IV
sedangkan pada penelitian ini pada siswa kelas V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan, pendekatan yang digunakan oleh para guru
pada umumnya di lapangan, merupakan pendekatan yang berpusat pada guru.
Guru masih menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan
tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal atau drill and
practice, prosedural, serta penggunaan rumus. Pada pembelajaran ini guru
berfungsi sebagai pusat atau sumber materi guru yang aktif dalam pembelajaran,
sedangkan siswa hanya menerima materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab
rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika.
Menurut Nurhadi (2002), Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) merupakan strategi pembelajaran yang membantu guru untuk
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Rusman, 2010: 189). Sementara itu, Howey R, Keneth (2010) mendefinisikan
CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana
siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai
konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat
simulative ataupun nyatabaik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama (Rusman,
2010: 190).
Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di
dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya
dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun
berkelompok yang disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang dapat
membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan
memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya
dikehidupan sehari-hari dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras
dalam menerapkan hasil belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar,
nakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-
diharapkan agar siswa dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar
(berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif), bahwa objek tidak langsung dari
mempelajari matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan memecahkan
masalah. Matematika bersifat aksiomatik, abstrak, formal, dan deduktif.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pembelajaran masih banyak yang
berorientasi pada target penguasaan materi, hanya dapat mengingat jangka pendek
saja, tetapi gagal dalam membekali anak untuk memecahkan suatu masalah
dalam kehidupan jangka panjang.
Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam matematika
merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum matematika
belum tercapai secara optimal. Sehingga berdampak pada kualitas pembelajaran
matematika siswa yang masih rendah .Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan
pendekatan yang digunakan.
Berdasarkan paparan di atas, dengan perwujudan tujuh komponen pokok
pendekatan kontekstual (bertanya/questioning, permodelan/modeling, masyarakat
belajar/learning community, konstruktivisme/constructivism, menemukan/inquiry,
penilaian sebenarnya/ authentic assessment, dan refleksi/reflection) yang
dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V
SDN 2 Kenteng. Dalam penelitian yang akan dilakukan dalam tiga siklus.
Sehingga dengan begitu diharapkan dengan penerapan pendekatan Kontekstual
dapat meningkatkan kualitaspembelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun
datar yang dapat dilihat dari proses dan hasil belajar siswa kelas V sebagai tolak
ukur peningkatan pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan
hipotesis tindakan dalam penilitian ini sebagai berikut:
Jika penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika yang
dilaksanakan sesuai skenario pembelajaran dan sesuai dengan rencana, maka
dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar
pada siswa kelas V SDN 2 Kenteng
Pratindakan (Pembelajaran Konvensional)
Siswa Pasif
Hasil Belajar Rendah
Tindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Pascatindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Siswa Aktif
Hasil Belajar Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kasihani Kasbolah, 2000: 14)
dinamis di mana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan
dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral
yang menyangkut perencanaan, tindakan, pe
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kenteng Kecamatan Sempor
Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2011/2012 pada siswa kelas V, mata
pelajaran Matematika semester II. Peneliti memilih sekolah tersebut karena SD
Negeri 2 Kenteng merupakan tempat peneliti mengajar.
SD Negeri 2 Kenteng beralamat di Kenteng terletak di tengah-tengah
desa, Kondisi bangunan SD Negeri 2 Kenteng cukup kokoh dan kuat. Di
sekolah ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang UKS, 1 ruang
tamu, 1 ruang komputer, 1 ruang dapur dan 1 ruang gudang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semesterII bulan Januari
sampai Juli Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada jam mengajar sehingga tidak mengganggu pelajaran lainnya. Adapun
waktu penelitian tindakan kelas seperti pada tabel berikut:
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 3.1. Tabel Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatanpenelitian Bulan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapanpenelitian a. Koordinasi peneliti dengan
kepala sekolah dan guru kelas II
b. Indentifikasi masalah bersama guru kelas II
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaantindakan
a. Siklus I 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
b. Siklus II 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
c. Siklus III 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
3. Analisis data danpelaporan a. Analisis data 3 siklus b. Menyusun laporan/skripsi c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan pengumpulan laporan
Tahun 2011 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah
seluruh siswa kelasV SD Negeri 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten
Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Jumlah seluruh siswa kelas V SD Negeri 2
Kenteng adalah 31 siswa dengan rincian 13 siswa laki-laki dan 18 siswa
perempuan (terlampir pada lampiran 1 halaman 164).
C. Data dan Sumber Data
Supardi (2007: 129)
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan
Skripsi ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut:
1. Guru Kelas V
Dalam penelitian ini sumber data yang pertama adalah guru kelasV
SD Negeri 2 Kenteng. Data dari guru kelas untuk mengetahui keadaan siswa
dan kondisi pembelajaran yang dilakukan sebelum adanya tindakan penelitian
yang dilakukan.
2. Siswa
Pada penelitian ini melibatkan siswa kelas V SD Negeri 2 Kenteng
Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen pada Tahun Ajaran 2011/2012. Data
ini tentang seluruh kegiatan proses pembelajaran pada saat penggunaan
pendekatan kontekstual dilaksanakan (terlampir pada lampiran 29 hal 191)
3. Guru SD Sebagai Teman Sejawat
Penelitian ini juga melibatkan guru sebagai sumber data. Penggunaan
data teman sejawat untuk mendapatkan data tentang hasil observasi kegiatan
selama pembelajaran di kelas pada saat peneliti menerapkan pendekatan
kontekstual. Dalam hal ini yang menjadi teman sejawat yaitu rekan guru yang
diberi tugas oleh penulis untuk menjadi observer, sehingga tugasnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mengamati proses pembelajaran yang dilakukan peneliti saat menerapkan
pendekatan kontekstual (terlampir pada lampiran 17 halaman 179).
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
a) Teknik Tes
Padmono (2002: 7), tes adalah suatu cara untuk mengadakan
pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang harus dilakukan
subjek sehingga menghasilkan informasi tentang performan atau
penampilan perilaku tertentu yang dapat dibandingkan dengan skor standard
atau dengan kelompoknya.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998: 139), tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat klain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Berdasarkan paparan di atas, tes adalah suatu cara untuk
mengadakan pengukuran berupa tugas atau serangkaian kegiatan yang
berupa serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang harus dilakukan
subjek yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok sehinggamenghasilkan informasi tentang performan atau
penampilan perilaku yang dapat dibandingkan dengan skor standard atau
dengan kelompoknya.
b) Teknik Non Tes
Teknik nontes dilakukan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya telah terjadi selama proses pembelajaran di kelas. Data yang
diperoleh berupa data berupa perubahan-perubahan tingkah laku siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
saat proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dari hasil instrumen
non tes yang berupa :
a. Wawancara
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mrlakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari respondenyang lebih mendalam dan jumlah
Sedangkan Lexy J Moleong (2007: 186), menyatakan awancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu . Sejalan dengan hal itu,
untuk menilai keadaan seseorang, misalnya mencari data latar belakang murid,
dibutuhkan untuk mengungkapkan data yang hanya dapat diungkapkan dengan
kata-kata secara lisan oleh sumbernya. Data tentang sikap, pendapat, wawasan,
dapat diungkapkan denagn teknik ini.
Jadi, wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak
dengan maksud tertentu proses memperoleh keterangan untuktujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antarasi penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan interview guide (panduan wawancara), sehingga dengan
begitu peneliti dapat menilai keadaan seseorang.
Wawancara dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai.
Wawancara dilakukan pada 3 orang siswa yaitu 1 orang siswa yang memiliki
prestasi tinggi, 1 siswa yang prestasinya cukup, dan 1 siswa yang nilainya
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Observasi
Menurut Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis (Sugiyono, 2009:145).
Teknik observasi yang dilakukan teman sejawat yaitu ketika peneliti
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Dan observasi juga dilakukan
oleh peneliti sebagai guru dalam mengamati siswa dalam proses pembelajaran
untuk mengamati perubahan-perubahan tingkah laku siswa pada saat proses
kegiatan pembelajaran tentang sifat-sifat bangundatar. Observasi dilakukan
(terlampir pada
lampiran 5 halaman 167).
Dan sebagai pendukung hasil penelitian maka peneliti juga
menggunakan dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 149),
dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Dengan
menggunakan foto dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga
dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
penelitian ini adalah pengambilan gambar dan benda-benda tertulis sebagai
bukti (misal daftar nilai dari tahun yang lalu) terjadinya suatu peristiwa.
Pengambilan gambar merupakan hasil pemotretan pada langkah proses
pembelajaran.
Dokumen yang diambil peneliti sebagai sumber data dari penelitian
ini yaitu hasil belajar Matematika siswa dalam buku daftar nilai. Dokumen ini
dimaksudkan untuk mencari tahu tentang keadaan siswa dalam pelajaran
Matematika sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang
akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan teknik
pengumpulan data. Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a) Definisi Konsep dan Definisi Operasional
Bogdan & Biklen (1982), berpendapat Analisis data kualitati fadalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2007: 186).
Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang
bersangkutan dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap
variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan.
Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam
hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan
pengukuran. Untuk mengukur hal itu maka dibutuhkan instrumentyang akan
digunakan dan disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang dipakai.
Instrumen pengumpulan data dalam peneliti ini diperoleh dengan menjabarkan
masing-masing variable penelitian yaitu penggunaan pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran atau pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika kedalam
definisi konsep, definisi operasional, dan kisi-kisi instrumen. Melalui
penjabaran itulah nantinya akan disusun instrumen-instrumen pengumpulan
data.
b) PelaksanaanPembelajarandenganMenggunakanPendekatanKontekstual
1) DefinisiKonsep
Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk mendorong agar siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata (siswa menghubungkan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata) sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. .
Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
akan membantu siswa untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna,
dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang
diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah
dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga
akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota masyarakat. 2) Definisi Operasional
Operasional artinya jika akan diukur, aspek-aspek, sisi-sisi apa saja
yang harus tercakup ke dalam konsep yang akan diteliti itu agar mudah
diteliti (diukur). Dengan kata -
(indikator) pengukur konsep itu Dalam bahasa metodologi penelitian sering
dikaitkan dengan penelitian kuantiatif-positivistik (yang suka memandang
segala sesutu bisa diukur atau harus bisa diukur).
Data tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data yaitu teknik observasi, dan wawancara yang didukung oleh
dokumentasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul
data berupa lembar observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan
alat pengumpul data berupa pedoman wawancara. Sedangkan untuk
mendukung dokumentasi dilakukan dengan menggunakan peralatan
fotografi atau kamera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a) Observasi
Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh
pengamat dan berisi aspek-aspek yang diamati dalam pelaksanaan
pembelajaran saat menggunakan pendekatan kontekstual dan pernyataan
tentang hasil pengamatan oleh pengamat. Aspek-aspek yang diamati dalam
observasi tersebut adalah:
(1) Persiapan
(2) Pelaksanaan pendekatan kontekstual
(3) Kegiatan dan responsiswa selama proses pembelajaran
(4) Tindaklanjut/penilaian setelah pembelajaran.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden yaitu
siswa utuk mengetahui respon mereka setelah guru menggunakan
pendekatan kontekstual. Dan wawancara terhadap peneliti untuk
mengetahui kelemahan ataupun kekurangan agar dapat memperbaiki pada
proses pembelajaran berikutnya (lembar wawancara terlampir pada
lampiran 54 halaman 217).
(1) Wawancara terhadap observer mencakup aspek-aspek berikut:
Proses pembelajaran
Kekurangan pada pembelajaran
Saran observer terhadap pelaksanaan pembelajaran
(2) Wawancara terhadap siswa mencakup aspek-aspek berikut:
Kesan terhadap pelaksanaan pembelajaran
Kesulitan-kesulitan yang dialami selama pembelajaran
Pembelajaran yang mudah menyenangkan bagi siswa
Harapan siswa terhadap pembelajaran yang disamapaikan guru
1) InstrumenTes
Alat pengumpulan data yang digunakan pada teknik tes ini yaitu
berupa soal-soal tes yang berkaitan dengan kompetensi dasar tentang sifat-sifat
bangun datar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2) InstrumenNonTes meliputi:
Lembar wawancara
Dalam wawancara ini digunakan instrumen pedoman wawancara yang
berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai responden (terlampir pada
lampiran 54 halaman 217). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
terstruktur, yaitu pewawancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang
akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan untuk memperoleh data tentang
respon siswa terhadap materi sifat-sifat bangun datar dengan pendekatan
kontekstual.
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Lembar Wawancara dengan Pendekatan kontekstual
Aspek Indikator No. Item
Tahapan-tahapan Metode Inkuiri
Respon Siswa Penggunaan Metode Inkuiri 1. Keikutsertaan siswa dalam proses percobaan dan
pengamatan 2. Pendapat / kesan siswa belajar di luar kelas 3. Penemuan siswa dalam proses pembelajaran 4. Keterlibatan siswa dalam diskusi 5. Kemampuan bertanya siswa 6. Pendapat siswa belajar dengan teman-temannya 7. Keterlibatan siswa dalam menarik kesimpulan 8. Kemandirian siswa dalam proses pembelajaran 9. Kesulitan/ kendala yang dihadapi siswa 10. Kesan siswa tehadap pembelajaran yang
disampaiakan guru
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lembar Observasi
Alat pengumpulan data dengan teknik observasi yang dilakukan oleh
teman sejawat kepada peneliti ataupun oleh peneliti sebagai observer ialah
dengan menggunakan lembar observasi. Lembar pengamatan siswa
digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku dan respon siswa selama
proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II,dan III. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lembar pengamatan yang dilakukan teman sejawat sebagai observer kepada
peneliti.
Adapun kisi-kisi dari lembar observasi guru dan siswa sebagai
berikut:
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
Aspek Pendekatan Kontekstual
Indikator No. soal Ket.
Konstuktivisme a. Pengamatan 1 b.Melakukan percobaan 1 c.Menarik Kesimpulan 1 d.Menyimpulkan dengan Kata-kata sendiri
1
Bertanya a.Membuat pertanyaan 2 b.Mengajukan Pertanyaan 2 c.Memberikan tanggapan 2 d.Menghargai pendapat orang lain
2
Inkuiri a.Merumuskan masalah 3 b.Melakukan Percobaan dan Pengamatan 3 c.Mengumpulkan data/hasil 3 d.Membuat kesimpulan
3
Masyarakat Belajar
a.Berdiskusi kelompok 4
b.Bekerjasama dengan kelompok atau antar kelompok
4
c.Berkomunikasi dengan teman dalam kelompokatau antar kelompok
4
d.Berkomunikasi dengan guru atau masyarakat sekitar
4
Pemodelan a.Memperagakan 5 b.Mengoperasikan media/alat peraga 5 c.Memanfaatkan sumber pembelajaran yang
ada disekitarnya 5
d.Ikut terlibat dalam peragaan dan pemodelan
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Refleksi a. Refleksi hal-hal yang dirasa sulit bersama kelompoknya
6
b.Menuliskan kritik dan saran dalam lembar evaluasi/LKS
6
c. menyampaikan hal-hal yang belum dipahami siswa
6
d.Shering / tanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami
6
Penilaian Sebenarnya
a.Mengikuti Proses Evaluasi tertulis 7
b.Mengerjakan LKS 7 c.Membuat hasil karya/hasil belajar (misal
gambar persegi dalam mencari rumus keliling persegi)
7
d.Mengumpulkan hasil karya/ hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari rumus)
7
Tabel 3.4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Siswa Proses Pembelajaran Matematika
Aspek Pengamatan Indikator Penilaian
Soal No. Ket.
Sikap siswa dalam
Pembelajaran
Memperhatikan penjelasan guru 1 Aktif dalam bertanya 2 Aktif dalam diskusi kelompok 3 Aktif dalam percobaan dan pembelajaran 4 Bekerjasama dalam kelompok 5 Bertanggung jawab 6 Mandiri 7 Mampu mengungkapkan pendapat/argumentasi
8
Mampu menyimpulkan sendiri 9 Mampu menghargai pendapat orang lain 10
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
Aspek Pendekatan Kontekstual
Indikator No. soal
Ket.
Proses a. Memfasilitasi siswa dalam proses 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Konstruktivimisme dalam pembelajaran
pembelajaran (ruang, media, alat peraga, lingkungan, dlll)
b. Membimbing siswa dalam proses konstruktivimisme pembelajaran matematika
1
c. Memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya Sendiri dalam memahami suatu konsep
1
d. Menyadarkan dan memotivasi siswa agar mau belajar menemukan sendiri tidak tergantung guru
1
Mendorong dan membantu siswa
proses menemukan / Inquiry dalam
pembelajaran
a. Siswa mengamati atau melakukan observasi
2
b. Siswa mengumpulkan data-data 2 c. Siswa menganalisis dan meyajikan hasil
misal tulisan, gambar, laporan, atau karya lain
2
d. Siswa mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada audience/ teman-temannya\
2
Mendorong siswa bertanya
a. membangkitkan respon siswa untuk merespon pertanyaan dari guru / teman
3
b. Menggali informasi siswa (tanya-jawab) 3 c. Mengecek pemahaman siswa dalam
proses belajar 3
d. Memfokuskan perhatian siswa terhadap pembelajaran
3
Mengelola pembelajaran secara
belajar/ learning
a. membuat kelompok dalam kelas secara heterogen dalam pembagiannya
4
b. mengaktifkan tiap kelompok dengan kegiatan-kegiatan proses belajar
4
c. Membimbing dan memotivasi siswa untuk belajar kelompok, diskusi kelompok, antar kelompok ataupun diskusi kelas
4
d. Terjalin komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru ataupun sebaliknya
4
Pemodelan(misal: memperagakan,
mendemonstrasikan,
a. Guru memperagakan sesuatu di depan kelas
5
b. Memberikan contoh 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
memberi contoh) oleh guru
c. Melakukan Demonstrasi 5 d. Mengikutsertakan keterlibatan siswa
dalam pemodelan 5
Refleksi (pernyataan
langsung tentang apa yang telah
dipelajari / kesan dan saran siswa bisa
secara langsung ataupun di bawah lembar evaluasi siswa) baik dari
hasil belajar&proses pembelajaran
a. Pertanyaan umpan balik tentang penguasaan materi (tanya-jawab)
6
b. Pertanyaan secara keseluruhan ke semua siswa (dengan cara siswa memberi saran dan kritik secara tertulis di bwah lembar evaluasi siswa)
6
c. Mengadakan analisis hasil proses belajar dan hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai
6
d. Melakukan program perencanaan unmtuk proses pembelajaran berikutnya
6
Penilaian Sebenarnya (authentic
assesment) : penilaian
sebenarnya yang dilakukan oleh
guru(penilaian hasil belajar, proses
belajar, perfomance, dan hasil karya)
a. Melaksanakan penilaian terhadap proses belajar siswa dan menganalisis
7
b. Melaksanakan evaluasi, penilaian hasil belajar, dan menganalisis
7
c. Mengelola penialaian proses dan hasil belajar siswa
7
d. Melakukan penialaian seceara berkelanjutan pada siklus berikutnya
7
Tabel 3.6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Indikator No.Soal Ket
Ketrampilan dalam membuka pelajaran 1
Ketrampilan penggunaan pendekatan kontekstual 2
Persiapan guru untuk mengajar (kelas, lingkungan belajar, siswa,materi,media/alat peraga)
3
Ketrampilanpenggunaan alat peraga/ media 4
Pengaktifan dan penguasaan siswa dalam proses pembelajaran
5
Ketrampilan mengelola pembelajaran 6
Ketrampilan memberikan motivasi/penguatan 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Penguasaan dan kejelasan materi 8
Pelaksanaan prosedur/langkah pembelajaran 9
Ketrampilan menutup pelajaran 10
E. Validitas Data
Untuk memperoleh validitas data, peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2007: 273) mengemukakan bahwa
triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Moleong (2010:
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
Teknik triangulasi dalam penelitian ini
melibatkan peneliti, teman sejawat, dan siswa.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan didukung data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang
dianalisis secara kualitatif hasilnya merupakan gambaran secara umum suatu
keadaan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang interaksi
dalam proses pembelajaran, untuk menganalisis perubahan sikap dan perilaku.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil
tes/evaluasi hasil belajar yang diperoleh dari nilai evaluasi dalam tiap siklus.
Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan mencari nilai rata-rata hasil
evaluasi dan persentase keberhasilan tiap siklus (tindakan).
Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan
pendapat Miles dan Huberman yang diterjemahkan oleh Tjetjep (2007: 16), yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang dihasilkan dari observer
merupakan data yang masih mentah, untuk itu peneliti melakukan pemilihan data
yang relevan dan bermakna untuk disajikan dengan cara memilih data yang
pokok, memfokuskan data yang mengarah pada pemecahan masalah dan memilih
data yang mampu menjawab permasalahan penelitian.
Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada
tahap ini peneliti mengajukan data yang telah direduksi ke dalam laporan secara
sistematik untuk melihat gambaran data secara keseluruhan yang disajikan dalam
bentuk naratif mengenai pengelolaan pelaksanaan tindakan kelas.
Data yang telah diproses dengan langkah-langkah seperti di atas,
kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yang
berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif.
Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada
reduksi data maupun pada penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak
menyimpang dari permasalahan penelitian.
G. Indikator Kinerja/Kriteria Keberhasilan
Indikator kinerja yang dimaksud di sini adalah merupakan uraian tentang
petunjuk-petunjuk atau tanda-tanda yang diharapkan muncul sebagai wujud
keberhasilan dalam melakukan tindakan. Adapun dengan penelitian tindakan kelas
ini, penulis berharap akan terjadi peningkatan proses pembelajaran dan hasil
belajar Matematika siswa khususnya pada pokok bahasan sifat-sifatbangundatar.
Penelitian tindakan kelas dikatakan berhasil apabila:
1. Guru telah melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan
kontekstual sehingga proses pembelajaran matematika dapat meningkat.
2. Meningkatnya kualitas belajar matematika yaitu dapat dilihat dari:
a. Peningkatan 75% proses belajar siswadalam pembelajaran dengan tes
hasil kerja siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Terjadi 75% perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yaitu
meningkatnya kerjasama, keaktifan, dan tanggung jawab siswa dengan
cara mengamati kegiatan belajar mengajar.
c. Meningkatnya hasil belajar Matematika siswa. Siswa dinyatakan tuntas
belajar jika mencapai tingkatan penguasaan materi 80% tercapai sesuai
dengan batas tuntas KKM dengan jumlah siswa 31.
H. Prosedur Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) dengan guru sebagai peneliti. Tujuan utama penilitian bentuk ini tidak lain
adalah untuk meningkatkan praktek pembelajaran di kelas yang melibatkan guru
secara langsung dalam keseluruhan tindakan.
Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini
menggunakan model Kemmis dan Taggart (Kasihani Kasbolah E.S, 2001: 10)
yang meliputi 4 tahap yaitu:
a. Perencanaan Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta
fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana
tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang
baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi kesulitan dan
mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai
bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk
membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki
pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu
b. Pelaksanaan/tindakan
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat
yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang
bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang
dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
langsung dalam pelaiksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga
akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
c. Observasi/pengamatan
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan
yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari
tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang
muncul.
d. Refleksi.
Refleksi disini meliputi kegiatan : analisi, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi
adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang
akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan
selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan dalam
sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.Tahapan tersebut
dapatdigambarkan pada sistem spiral yang dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan seperti gambar di bawah ini:
Keterangan Gambar: Menunjukan bahwa pertama, sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu
harus direncanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 3.1Model Penelitian Suharsimi Arikunto
(Sumber: Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2009: 16)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 siklus. Yang dilaksanakan
selama Standar Kompetensinya yaitu Memahami sifat-sifat dan hubungan antar
bangun dan Kompetensi Dasar dalam penelitian ini meliputi: Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun datardan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun
datar dan bangun ruang sederhana. Berikut ini merupakan tahap-tahap penelitian
yang direncanakan oleh peneliti:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Rencana tindakan merupakan tindakan operasional yang direncanakan
untuk memperbaiki, meningkatkan, atau merubah perilaku, sikap atau
khususnya peningkatan belajar. Rencana merupakan tindakan yang tersusun
untuk memperbaiki situasi, mengubah, atau meningkatkan yang dilaksanakan
secara khas yang mempunyai prospektif dan memandang kedepan.
Rencana kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
tindakan kelas ialah: (1) melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar dan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan nanti.
Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifat-
sifatbangundatar, (2) menyusun jadwal penelitian, (3) menentukan observer,
(4) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sifatbangundatar, (5) menyusun lembar kegiatan siswa tentang pelaksanaan
pendekatan kontekstual tentang sifat-sifatbangundatar, (6) menyusun
Instrumen tes dan non tes meliputi: Lembar evaluasi, pedoman observasi
kinerja, dan pedoman wawancara tentang sifat-sifatbangundatar, (7) menyusun
rancangan evaluasi program.
Table 3.7.Pelaksanaan Siklus I dapat di lihat sesuai kurikulum di bawah ini:
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
6. Memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun
6.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.5 Meyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang)
6.5.1 Menyelesaikan masalah tentang bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga)
Sifat-sifat bangun datar (persegi, peersegi panjang, Contoh permasalahan tentang bangun datar (persegi, peersegi panjang, segitiga,)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali yang merupakan variasi praktek secara cermat dan bijaksana.
Praktek dilakukan berdasarkan gagasan dalam tindakan dan tindakan
digunakan sebagai dasar atau pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang didasari keinginan untuk memperbaiki,
mengubah, dan meningkatkan keadaan. Adapun pelaksanaan tindakan
pembelajaran pendektan kontekstual dalam materi tentang sifat-sifat segitiga,
persegi, dan persegi panjang sebagai berikut: 1) tahap persiapan yaitu tahap
pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap
persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan
siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses
pembelajaran saat proses pembelajaran matematika dan menumbuhkan respon
siswa pada pembelajaran, 2) tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kegiatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat segitiga, persegi, dan
persegi panjang dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam I siklus
akan diadakan selama 3 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Pada
siklus I pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah tentang segitiga.
Pada pertemuan yang ke-2 materi tentangpersegi dan pertemuan ketiga tetang
persegi panjang. Secara umum, tahap pelaksanaan siklus I ini meliputi
beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada siswa tentang
kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk terhadap siswa
tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut berjalan
lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan
diskusi dalam proses pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar, (4) masing-
masing kelompok melakukan percobaan/penemuan, (5) kelompok juga
melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian
yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka.
c. Tahap Observasi
Observasi atau pengamatan memiliki fungsi untuk
mendokumentasikan berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengamatan
dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keterangan yang digunakan untuk
langkah-langkah yang akan datang. Hasil pengamatan yang cermat akan
memberikan masukan yang digunakan pada langkah refleksi untuk
memperbaiki tindakan atau mempertahankan tindakan.Kegiatan observasi atau
pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan
terhadap hasil tes. Observasi dilaksanakan terhadap peneliti atau guru dalam
melaksanakan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar, juga
observasi terhadap siswa pada waktu mengikuti pembelajaran Matematika
dengan pendekatan kontekstual. Hasil observasi digunakan untuk mengadakan
refleksi dan menyusun tindakan berikutnya.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan mengingat dan menerangkan
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
strategis yang terjadi setelah proses siklus I dilaksanakan. Refleksi
mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada situasi sosial,
dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu.
Refleksi dilakukan dengan dibantu dan atau dilakukan oleh seluruh anggota
peneliti melalui diskusi. Refleksi ini memiliki sifat evaluatif, sebab melalui
refleksi seluruh anggota penelitian menentukan apakah tindakan yang
dilakukan telah mencapai harapan atau belum, apakah tindakan perlu diadakan
atau tidak.
2. Siklus II
Tahap pelaksanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus
I.Materi pelajaran yang dipelajari pada siklus II adalah kelanjutan dari materi
yang dipelajari pada siklus I.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama dengan
yang dilakukan pada siklus I. Perencanaan pada siklus II dilakukan untuk
memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus II. Pelaksanaan Siklus II dapat di lihat sesuai kurikulum di bawah
ini:
Tabel 3.8.KurikulumPelaksanaanSiklus II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Materi Pokok
6. Memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun
6.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.5 Meyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (trapesium, jajar genjang)
6.5.1 Menyelesaikan
masalah tentang bangun datar (trapesium, jajar genjang)
Sifat-sifat bangun datar (trapesium, jajar genjang) Contoh permasalahan tentang bangun datar (trapesium,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
jajar genjang)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada intinya sama seperti pada
siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya dilakukan untuk
memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus I berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Adapun pelaksanaan
tindakan pembelajaran pendektan kontekstual dalam materi sifat-sifat bangun
datar sebagai berikut: 1) tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar
siap melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan
guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa, memancing siswa
menyampaikan hambatan yang dialaminya saat proses pembelajaran saat
proses pembelajaran matematika dan menumbuhkan respon siswa pada
pembelajaran, 2)tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan kegiatan
pembelajaran matematika tentang jajargenjang, belah ketupat, dan layang-
layang dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam siklus II akan
diadakan selama 3 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Hanya saja
materi yang berbeda tetapi masih menggunakan pendekatan Kontekstual.
Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, untuk pertemuan pertama yaitu
tentang jajar genjang, pertemuan ke-2 yaitu tentang belah ketupatdan
pertemuan ke-3 tentang layang-layang.
Secara umum, tahap pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan
siklus I meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada
siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk
terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan
tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
melaksanakan diskusi dalam proses pembelajaran (4) masing-masing
kelompok melakukan percobaan/ penemuan, (5) kelompok juga melakukan
diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian yang ada di
lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai observer. Observasi
dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data tentang proses
pembelajaran yang berlangsung selama siklus I berlangsung. Observasi yang
dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada
siklus I yaitu dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi
instrumen pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga perubahan-
perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat diamati dengan
jelas.Sehingga dapat terlihat perbedaan atau peningkatan serta kekurangan
yang terjadi pada siklus I.
d. Tahap Refleksi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan proses dan hasil
dari siklus I dengan siklus II apakah ada peningkatan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual pada mata
pelajaran matematika bangun datar kelas V yang dapat dilihat pada hasil
belajar siswa selama pembelajaran. Serta proses pembelajaran yang
berlangsung yang dapat dilihat dari hasil observasi.
3. Siklus III
Tahap pelaksanaan pada siklus III didasarkan pada hasil refleksi siklus I
dan siklus II. Sehingga pada siklus III ini diharapkan pelaksanaan pembelajaran
akan lebih baik dari pada siklus I dan siklus II. Materi pelajaran yang dipelajari
pada siklus II adalah kelanjutan dari materi yang dipelajari pada siklus I.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus IIIpada dasarnya sama dengan
yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Perencanaan pada siklus III
dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran atau kekurangan-
kekurangan yang ada pada siklus I dan siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel.3.9 KurikulumPelaksanaan Siklus III
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
6. Memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun
6.1Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.5 Meyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana
6.1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran)
6.5.1 Menyelesaikan
masalah tentang bangun datar (belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran)
Sifat-sifat bangun datar (belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran) Contoh permasalahan tentang bangun datar (belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran)
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus III pada intinya sama seperti pada
siklus I dan siklus II.Adapun pelaksanaan tindakan pembelajaran pendekatan
kontekstual dalam materi sifat-sifat bangun datar sebagai berikut: 1) tahap
persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap melaksanakan proses
pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa kegiatan guru menyapa siswa,
menanyakan keadaan siswa, memancing siswa menyampaikan hambatan yang
dialaminya saat proses pembelajaran saat proses pembelajaran matematika dan
menumbuhkan respon siswa pada pembelajaran, 2)tahap pelaksanaan yaitu
berupa tahap melakukan kegiatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat
bangun datar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam siklus III
akan diadakan selama 2 kali pertemuan dengan materi yang berbeda. Untuk
pertemuan pertama yaitu trapesium. Dan pada pertemuan ke-2 yaitu lingkaran.
Secara umum, tahap pelaksanaan siklus III tidak jauh berbeda dengan
siklus I meliputi beberapa bagian, antara lain: (1) guru memberitahukan kepada
siswa tentang kegiatan yang hendak dilakukan, (2) guru memberi petunjuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
terhadap siswa tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan
tersebut berjalan lancar, (3) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
melaksanakan diskusi dalam proses pembelajaran sifat -sifat bangun datar, (4)
masing-masing kelompok melakukan percobaan/ penemuan, (5) kelompok juga
melakukan diskusi dan pengamatan, (6) siswa mengamati kejadian-kejadian
yang ada di lingkungan, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja mereka.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi pada siklus IIIdilakukan pada saat pelaksanaan
tindakan, peneliti melibatkan rekan sejawat (guru) sebagai observer. Observasi
dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data tentang proses
pembelajaran yang berlangsung selama siklus III berlangsung. Observasi yang
dilakukan pada siklus III pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada
siklus III yaitu dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi
instrumen pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga perubahan-
perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dialami dapat diamati dengan jelas.
Sehingga dapat terlihat perbedaan atau peningkatan serta kekurangan yang
terjadi pada siklus I, II dan III.
d. Tahap Refleksi
Refleksi pada siklus III digunakan untuk mengetahui kualitas
pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas V. Yang
dapat dilihat dari proses dan hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajarn
dengan pendekatan kontekstual sebagai tolak ukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sesuai rencana, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar Negeri 2 Kenteng, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Sekolah
Dasar Negeri 2 Kenteng secara geografis terletak di tengah-tengah desa, jauh
dari keramaian sehingga sangat baik untuk proses pembelajaran. Sekolah
Dasar Negeri 2 Kenteng mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang UKS, 1 ruang tamu, 1 ruang kantor, 1 ruang kepala sekolah, dan 1
ruang Komputer.
Subjek penelitian yang telah ditetapkan pada penelitian ini adalah
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng yang berjumlah 31 siswa.
Siswa di kelas ini terdiri dari13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Penelitian ini didahului dengan mencari data atau dokumen tahun
pelajaran yang lalu tentang rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran
Matematika tentang sifat-sifat bangun datar. Setelah itu, dilakukan dialog
serta observasi pada guru atau teman sejawat untuk mencari penyebab
mengapa siswa kurang paham yang berdampak pada hasil belajar yang
rendah pada materi tentang sifat-sifat bangun datar.
Penelitian ini dilakukan karenaberbagai faktor, salah satu diantaranya
adalah rendahnya rata-rata nilai mata pelajaran Matematika yang diperoleh
siswa kelas V. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa penyebab, di
antaranya perhatian siswa terhadap pembelajaran Matematika masih rendah,
guru dalam mengajar cenderung menggunakan metode ceramah dalam
menyampaikan pelajaran Matematika.
Oleh karena itu, penyajian kegiatan pembelajaran yang kurang
bervariasi baik pada pendekatan, model maupun media pembelajaran dapat
menimbulkan kejenuhan siswa terhadap materi dan kegiatan pembelajaran.
Selain itu juga, guru kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa cepat merasa bosan dan kurang memahami
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
materi pelajaran yang dipelajari. Siswa juga tidak diberi kesempatan belajar
sendiri secara aktif, kreatif, dan inovatif serta menyenangkan karena siswa
sebagai objek belajar masih pasif dalam pembelajaran.
Data kondisi awal dalam penelitian ini diperoleh dari nilai ulangan
harian kelas V khususnya pada materi tentang sifat-sifat bangun datar rata-
ratanya 56, untuk ulangan tengah semester II (UTS) nilai rata-ratanya 59, dan
nilai UAS rata-ratanya 65. Berdasarkan data di samping dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika tentang sifat-sifat
bangun datar masih di bawah KKM yang telah ditentukan.
Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam pelajaran
Matematika khususnya Kompetensi Dasar tentang bangun datar, maka
sebelum melaksanakan siklus I, terlebih dahulu diadakan tes awal pada
tanggal 2 April 2012. Tes awal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat kemampuan awal siswa dalam memahami tentang sifat-sifat bangun
datar. Melalui hasil tes awal ini akan dijadikan pijakan dalam pelaksanaan
tindakan selanjutnya. Tes awal ini dilakukan dengan cara guru memberikan
beberapa soal tertulis untuk dijawab secara individu sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki (lembar tes awal terlampir pada lampiran 3
halaman 165).Dari hasil itu dapat dipaparkan hasil tes awal di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Awal
No Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Keterangan
1. 75 85 6 19,35% Tuntas Rata-rata =1805 31 = 58,23 Sebagian besar siswa belum tuntas / belum memenuhi KKM
2. 64 74 13 41,94% Belum tuntas
3. 53 63 3
9,67% Belum Tuntas
4. 42 52 1 3,23% Belum Tuntas
5. 31 41 2 6.45% Belum Tuntas
6. 20 30 6 16,06% Belum Tuntas
7. 9-10 Jumlah = 1805 31 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.2. Hasil Nilai Tes Awal
Untuk persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar pada tes awal
dapat dilihat pada tebel di bawah ini :
Tabel 4.3. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar pada Tes Awal
No Nilai Jumlah Siswa Persen Keterangan
1. 75 100 6 19,35% Tuntas
2. 0 74 25 80,65% Belum Tuntas
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa
masih sangat rendah, karena hampir semua siswa belum memenuhi batasan
ketuntasan hasil belajar. Sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari jumlah siswa
masih belum tuntas. Sedangkan hanya ada 6 siswa atau 19,35% dari jumlah
siswa yang tuntas.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan pada grafik histogram di
bawah ini:
No Hasil Tes Awal Keterangan
1. Rata-rata 58,32 Rata-rata masih di bawah KKM
2. Nilai Tertinggi 75
3. Nilai Terendah 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Frekuensi 13
12
10
8 6 6
6
4 3 2
2 1 19,5 30,5 41,5 52,5 63,5 74,5
Gambar 4.1. Diagram Histogram Hasil Nilai Tes Awal
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar grafik di atas dapat digambarkan
bahwa, nilai siswa yang memenuhi KKM atau telah tuntas berada di antara
75-85. hanya 6 anak atau 19,35%. Tetapi, masih ada 25 anak yang masih
berada dibawah KKM sehingga mereka belum tuntas yaitu yang mendapatkan
nilai 64-74 sebanyak 13 anak atau 41,94% , nilai antara 53-63 sebanyak 3
anak atau 9,67%, sedangkan nilai antara 42 52 hanya 1 anak atau 3,23%,
nilai antara 31-41 sebanyak 2 anak atau 6,45%, dan nilai antara 20-30
sebanyak 4 anak atau 12,90 %.
Karena kemampuan yang dimiliki oleh anak berbeda-beda dalam
menerima materi pelajaran, maka guru perlu melakukan suatu strategi yang
sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan agar dapat berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan pre-tes
maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan studi awal ini belum optimal
sehingga perlu adanya tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pendekatan pembelajaran kontekstual. Sedangkan jumlah nilai, nilai rata-rata,
nilai tertinggi, dan nilai terendah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.2. Diagram Ketuntasan Belajar Hasil Tes Awal
Dari pelaksanaan tes awal tersebut, sehingga diperoleh data bahwa
siswa yang tuntas atau memenuhi KKM adalah sebanyak 6 siswa atau 19,35%
dan siswa yang belum tuntas berjumlah 25 siswa atau 80,65%. Dari paparan
tersebut dapat terlihat bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng
masih banyak yang paham pada materi bangun datar.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Siklus 1 merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan
menerapkan pendakatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika kelas V
di Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng. Tindakan siklus 1 dilakukan setelah siswa
mengikuti tindakan kegiatan awal. Dalam kegiatan ini bertujuan untuk
memperbaiki dan memecahkan masalah yang ditemukan setelah melakukan tes
awal.
Tuntas; 19,35%
Tidak Tuntas; 80,65%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pada tes awal ditemukan masalah bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika tentang bangun datar nilainya masih rendah dan masih
banyak yang belum tuntas atau masih banyak yang belum memenuhi KKM
yaitu 80,65% atau 25 siswa belum tuntas dari jumlah siswa 31 anak.
Sehingga untuk memecahkan masalah di atas, maka diadakannya
tindakan siklus dengan menerapkan pendekatan konekstual dalam
pembelajaran Matematika tentang bangun datar. Deskripsi pelaksanaan
tindakan penelitian selama 3 (tiga) kali siklus dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu peneliti
melakukan beberapa tahapan yang dilakukan sebagai prosedur awal
penelitian. Hal-hal yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP terlampir pada
lampiran 71 halaman 242), membuat lembar observasi untuk guru
(terlampir pada lampiran 40 halaman 203) dan siswa (terlampir pada
lampiran 29 halaman 191), meminta ijin ke Kepala Sekolah Sekolah
Dasar Negeri 2 Kenteng untuk melaksanakan penelitian(surat ijin
terlampir pada lampiran 88 halaman), menghubungi teman sejawat untuk
menjadi observer, menyiapkan media yang diperlukan, menyiapkan
sarana serta prasarana dan menata ruangan kelas agar kelas nyaman bagi
anak dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Siklus I
Setelah melaksanakan tahap perencanaan selesai, maka
dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selam 3 (tiga) kali pertemuan. Untuk
setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu dua jam pelajaran dengan
durasi waktu 70 menit. Pada tiap pertemuan terbagi menjadi tiga tahapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yaitu kegiatan awal selama 10 menit, kegiatan inti selama 45 menit, dan
kegiatan akhir selama 15 menit.
Pada prinsinya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual pada Siklus I adalah sama dalam langkah-
langkah pembelajarannya, yang membedakan dari pelaksanaan tiap
pertemuan adalah materi yang disampaikan antara lain pertemuan
pertama tentang segitiga yang dilaksanakan pada hari senin, 9 April 2012
pada jam pelajaran pertama (07.30 08.40), pertemuan kedua tentang
persegi yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 April 2012 pada
pertemuan pertama (07.30 08.40), dan pertemuan ketiga tentang
persegi panjang yang dilaksanakan pada hari senin, 23 April 2012 pada
jam pelajaran pertama (07.30 08.40).
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu
sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal dilakukan selama 10
menit yang bertujuan untuk mengkondisikan siswa maupun kelas supaya
dalam kegiatan pelakasanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Pada kegiatan awal ini meliputi: berdoa, orientasi, apersepsi, motivasi, dan
acuan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilik siswa sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari dan guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Siswa membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5-6 siswa.
(b) Siswa melakukan pengamatan terhadap benda yang berbentuk
bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga, pertemuan kedua
tentang persegi, dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang) di
luar kelas.
(c) Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk membuat macam-macam
segitiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(2) Elaborasi
Pertemuan pertama
- Siswa menggambar segitiga pada kertas asturo dengan berbagai
ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di LKS.
- Siswa membuat macam-macam segitiga pada kertas asturo lalu
memotongnya.
- Siswa mengidentifikasi sifat-sifat segitiga bersama kelompoknya
- Siswa menentukan sifat-sifat segitiga
- Siswa secara diskusi kelompok mengisiskan data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS
- Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
- Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah
berupa soal cerita tentang segitiga.
Pertemuan kedua
- Siswa menggambar persegi pada kertas asturo dengan berbagai
ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di LKS.
- Siswa membuat macam-macam persegi pada kertas asturo lalu
memotongnya.
- Siswa mengidentifikasi sifat-sifat persegi bersama kelompoknya
- Siswa menentukan sifat-sifat persegi
- Siswa secara diskusi kelompok mengisiskan data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS
- Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
- Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah
berupa soal cerita tentang persegi.
Pertemuan ketiga
- Siswa menggambar persegi panjang pada kertas asturo dengan
berbagai ukuran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat di
LKS.
- Siswa membuat macam-macam persegi panjang pada kertas
asturo lalu memotongnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
- Siswa mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang bersama
kelompoknya
- Siswa menentukan sifat-sifat persegi panjang
- Siswa secara diskusi kelompok mengisiskan data hasil
pengamatan pada tabel pengamatan LKS
- Siswa shering dengan guru tentang hasil pengamatan mereka
- Siswa bersama kelompoknya berlatih menyelesaikan masalah
berupa soal cerita tentang persegi panjang.
(3) Konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi, kegiatan siswa dan guru adalah
menyimpulkan hasil diskusi dan penemuan tentang sifat-sifat bangun
datar (pertemuan pertama tentang segitiga,pertemuan kedua tentang
persegi, dan pertemuan ketiga tentang persegi panjang). Proses refleksi
terjadi di lingkup kecil atau refleksi dalam kelompok masing-masing.
Refleksi kelompok dilakukan dengan cara mendiskusikan dalam
kelompok setelah siswa melakukan percobaan dan pengamatan.
- Siswa secara bergantian, perwakilan tiap kelompok maju ke depan
kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi dari tiap kelompok asal
masing-masing.
- Siswa menanggapi hasil kerja kelompok lain, dengan memberikan
pertanyaan, saran dan kritik.
- Siswa bersama-sama guru membahas hasil dari diskusi masing-
masing kelompok.
- Siswa bersama guru menilai kelompok mana yang menjadi kelompok
terbaik. Bagi kelompok yang dianggap paling baik dalam melakukan
kegiatan proses belajar dan mengkomunikasikan hasil diskusi, maka
kelompok itu yang akan menjadi pemenang dan menjadi kelompok
terbaik.
- Siswa mengumpulkan hasil diskusi dan hasil kerja mereka (LKS)
kepada guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
c) Kegiatan Akhir
Kemudian merefleksikan bersama-sama baik dari hasil kerja
kelompok, hasil evaluasi, hasil karya siswa, LKS maupun kekurangan dan
kelebihan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa diberi
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Siswa bersama
guru menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Siswa bersama guru
menentukan kelompok yang paling dianggap baik dan memberikan
penghargaan. Dalam menentukan kelompok yang terbaik guru juga
berdasarkan penilaian kinerja kelompok. Penghargaan itu berupa tanda
bintang dan piagam penghargaan pada kelompok terbaik. Dan antar
kelompok akan saling berkompetisi secara suportif. Dengan harapan melalui
penghargaan itu, kelompok lain dapat termotivasi agar lebih baik dan
tercipta kondisi kelas yang kompetitif.
c. Observasi Siklus I
Observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk memantau proses
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar serta dampak perbaikan yang
direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang diamati
diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-
langkah perbaikan
Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung selama siklus I yang meliputi 3 kali
pertemuan dengan materi (pertemuan pertama tentang segitiga,pertemuan
kedua tentang persegi, dan pertemuan ketiga persegi panjang) yang berbeda
tetapi masih menerapkan pendekatan Kontekstual. Serta pengamatan terhadap
hasil belajar siswa setelah melakukan evaluasi siklus I yang akan dibandingkan
dengan tes kemampuan awal siswa sebelum dilakukan tindakan sehingga dapat
melihat perubahan sebelum diadakannya tindakan dan setelah menerapkan
pendekatan Kontekstual.
Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes
dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, serta didukung dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Sedangkan data tes berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus I. Hasil
observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data sebagai berikut:
1) Hasil Non Tes ( Proses) Siklus I
Hasil penelitian non tes pada siklus I didapatkan dari hasil observasi
siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), dan wawancara. Hasil
selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini:
a) Hasil Observasi Kinerja Siswa dan Guru
Hasil observasi siswa dan guru dalam penelitian ini diperoleh
dari 3 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan pada siklus I
selama 3 kali pertemuan. Observer mengamati guru sebagai peneliti
dalam pelaksanaan pembelajaran dan siswa sebagai objek belajar saat
pelaksanaan tindakan.
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses
pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi, dan
persegi panjang) pada siswa kelas V SDN 2 Kenteng Kecamatan
Sempor. Hasil observasi ini juga membahas tentang hasil kerja
kelompok siswa sebagai kelompok yang terbaik. Yang didapat dari
pengamatan guru dan juga pendapat siswa.
Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan
melihat respon perilaku siswa dalam menerima atau mengikuti proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Dan
mengamati tingkahlaku guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil
observasi siswa dan guru meliputi :
(1) Aspek Pengamatan pada Saat Proses Pembelajaran Matematika
Perlunya pelaksanaan observasi pada berlangsungnya proses
pembelajaran matematika untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
proses belajar serta untuk mengetahui pelaksanaan tindakan pada saat
mengelola pemebelajaran oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Untuk pengamatan pada siswa saat proses pembelajaran objek
sasaran pengamatan yang pertama yaitu mengamati siswa yang meliputi
10 perilaku siswa baik positif maupun negatif yang muncul dalam
proses pembelajaran berlangsung.
Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah (a)
memperhatikan penjelasan guru, (b) aktif dalam bertanya, (c) aktif
dalam diskusi kelompok, (d) bekerjasama dalam kelompok, (e) aktif
dalam percobaan dan pembelajaran, (f) kemampuan berkomunikasi, (g)
bertanggung jawab, (h) mandiri, (i) percaya diri/ berani mengemukakan
pendapat, (j) menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada
siklus I pertemuan ke-1, 2, dan 3 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan: Proses Pembelajaran Pada Siklus I Pertemuan ke-1 ) Siswa Kelas V
Skor
penilaian
Observer Rata
-rata
Presen-
tase
Kriteria keterangan
1 2 3
77-80 10 12 11 11 35,48% Baik Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2260 31 = 72,90 Berkategori
cukup baik
73-76 - - - - - 69-72 19 17 18 18 58,06% Cukup
Baik 65-68 - - - - - Baik 61-64 - - - - Cukup
Baik 57-60 2 2 2 2 6,46% Kurang
Baik
Berdasarkantabel 4.4 hasil observasi siswa pada saat proses pembelajaran
siklus I pertemuan 1, secara keseluruhan siswa dalam kategori cukup baik
dalam proses pembelajaran. Siswa sudah cukup baik dalam mengikuti proses
pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik serta mengikuti semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh
guru. Sekitar 11 siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik atau
35,48% dan sebanyak 18 siswa atau 58,06% dengan kategori cukup baik
dalam proses pembelajaran, dan masih ada 6,46% atau sebanyak 2 siswa yang
masih kurang baik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Tetapi, berdasarkan hasil pengamatan masih ada beberapa kekurangan
dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:
(a) Kurang antusiasme siswa dalam kegiatan belajar misal: siswa masih
kurang antusias dalam bertanya baik kepada guru, teman atau antar
kelompok.
(b) Siswa malu bertanya sehingga hanya terjadi komunikasi searah.
(c) Siswa masih kurang percaya diri dan malu-malu dalam menyampaikan
pendapat mereka jadi terkesan saat berdiskusi hanya siswa tertentu yang
aktif bertanya ataupun menjawab dan merespon. Walaupun secara
keseluruhan siswa sudah aktif dan asyik belajar dengan kelompok
masing-masing untuk saling membantu memahami materi pembelajaran.
Menyelesaikan yang menjadi tanggungjawabnya.Keterampilan
berkomunikasi siswa secara keseluruhan baik, siswa telah mampu
mengembangkan komunikasi dan masyarakat belajar di dalam
kelompoknya ataupun antar kelompok.
(d) Hanya saja pada pertemuan 1 ini siswa masih malu dan belum terbiasa
melakukan pengamatan di luar kelas dan mencari informasi dari
masyarakat ataupun orang-orang yang ada di lingkungan sekitar.
(e) Masih adanya keegoisan pada beberapa siswa dalam kelompok masing-
masing
(f) Ada beberapa siswa yang asyik bermain dan mengobrol sendiri dengan
temannya dan tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Pada pengamatan proses pembelajaran siklus I pertemuan yang
ke-2 dilaksanakan pada tanggal 16 April2012 oleh 3 orang teman
sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari
tiap pertemuan dengan menerapkan pendekatan Kontekstual.
Pada pertemuan ke dua ini, materinya tentang persegi panjang.
Melalui pengamatan ini maka akan terdeskripsikan perilaku dan respon
siswa saat mengikuti pembelajaran sehingga dapat terlihat peningkatan
dan perbedaan dari pertemuan 1 dan pertemuan yang ke-2.
Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dapat
dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses
Pembelajaran pada Siklus I pertemuan ke-2)
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
85-90 2 4 3 3 9,67% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2390 31 = 77,10 Berkategori cukup
baik
79-84 18 16 17 17 54,83% Baik 73-78 - - - - - Cukup
Baik 67-72 10 10 10 10 32,25% Cukup
Baik 61-66 - - - - Cukup
Baik 55-60 1 1 1 1 3,25% Kurang
Baik
Daritabel 4.5 dapat tergambarkan bahwa ada 3 anak atau 9,67% yang
berkategori sangat baik dalam proses percobaan pada pertemuan ke-2 ini.
Berkategori baik sebanyak 17 anak atau 54,83%, dan sebagian besar
berkategori cukup baik yaitu sebanyak 10 anak atau 32,25% dan 1 anak
berkategori kurang baik dalam mengikuti proses pemebelajaran.
Pada pertemuan yang ke-2 ini siswa telah melakukan percobaan
dengan baik mulai dari: menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan,
memanipulasi, mengamati, dan menyimpulkan sendiri hasil percobaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
pengamatan. Keegoisan siswa dalam kelompok, mereka saling bekerjasama
dan kompak dalam melakukan percobaan. Siswa juga sudah bisa
menggambarkan hasil percobaan dan pengamatan mereka. Hanya saja dalam
persentasi hasil percobaan dan pengamatan di depan kelas siswa yang aktif
hanya monoton, siswa rata-rata masih banyak yang malu bertanya.
Hasil karya siswa yang dibuat secara kelompok di pajang bersama-
sama teman yang lain. Walaupun ada beberapa anggota kelompok yang masih
cuek dalam proses belajar dengan kelompoknya
Ada beberapa siswa yang kurang baik dalam mengiktu proses
pembelajaran yaitu berbicara dan bermain sendiri dengan temannya sehingga
kurang memperhatikan petunjuk dari guru dan kurang baik dalam mengikuti
proses belajar dengan kelompoknya.
Keterampilan berkomunikasi siswa dalam penyampain pendapat di
diskusi kelas secara keseluruhan baik, tetatpi masih ada sebagian siswa yang
masih malu-malu dan enggan untuk berpendapat.
Pada pengamatan proses pembelajaran siklus I pertemuan yang ke-3
dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 oleh 3 orang guru sebagai teman
sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih mengamati
aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan
dengan menerapkan pendekatan Kontekstual.
Pada pertemuan ke-3 ini. Melalui pengamatan ini maka akan
terdeskripsikan perilaku dan respon siswa saat mengikuti pembelajaran
sehingga dapat terlihat peningkatan dan perbedaan dari pertemuan 1 dan
pertemuan yang ke-2.
Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dapat dipaparkan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses
Pembelajaran pada Siklus I pertemuan ke-3)
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
87-90 11 13 12 12 38,71% Sangat Baik
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2570 31 = 82,90 Berkategori baik
83-86 Baik 79-82 17 15 16 16 51,61% Cukup
Baik 75-78 Cukup
Baik 71-74 - - - - Cukup
Baik 67-70 3 3 3 3 6,43% Kurang
Baik
Dari tabel 4.6 dapat tergambarkan bahwa ada 12 anak atau 38,71%
yang berkategori sangat baik dalam proses percobaan pada pertemuan ke-3
ini. Berkategori baik sebanyak 16 anak atau 51,61% berkategori baik dan
yang berkategori cukup baik yaitu 3 anak atau 6,43%, siswa yang masih
kurang baik dalam mengikuti pembelajaran itu bermain sendiri, mengganggu
temannya, dan ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan
dari guru dalam menerima pembelajaran serta masih ada beberapa siswa yang
malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Pada siklus II ini sudah terlihat sebagian besar telah aktif dalam
kelompok mereka masing-masing, pada saat harus berkomunikasi dengan
teman-teman dalam kelompok, anatar kelompok, guru, dan masyarakat
mereka juga sudah berani untuk melakukan komunikasi dengan orang-orang
atau masyarakat yang ada di sekitar sekolah.
Siswa sudah cukup baik dan aktif dalam proses pembelajaran dari
pada pertemuan yang pertama dan kedua. Antusiasme siswa dalam mengikuti
setiap langkah pembelajaran sudah mulaiterlihat. Hanya saja siswa yang aktif
dalam bertanya sebagian besar anak laki-laki, siswa perempuan masih malu-
malu dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya dalam persentasi dan
diskusi kelas.
Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses pembelajaran
siklus I yaitu secara keseluruhan guru telah baik dalam mengelola
pembelajaran, tetapi masih ada beberapa kekurangan guru dalam
pembelajaran yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(a) Pada saat pembelajaran komponen Kontekstual pada siklus I belum
muncul semua seperti refleksi
(b) Kurangnya guru dalam memberikan motivasi bagi siswa
(c) Selain itu juga guru kurang mengaktifan atau menggairahkan siswa dalam
pembelajaran yaitu kurang lebih 70% siswa yang aktif.
(d) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa kurang
merespon pembelajaran.
(e) Guru telah baik dan jelas dalam menyampaikan materi, hanya saja dalam
menyampaikan langkah-langkah percobaan masih terlalu cepat.
Oleh karena itu berdasarkan kekurangan dan masalah-masalah yang
ditemukan pada siklus I baik siswa dan guru akan diperbaiki pada siklus
II.
b) Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Komponen Pendekatan
Kontekstual)
Pada siklus I pertemuan ini observer juga mengamati proses belajar
siswadengan langkah-langkah pendekatan kontekstual. Di dalam proses
belajar berlangsung muncul beberapa perilaku siswa yang akan
terdeskripsi saat proses belajar melalui observasi ini.
Aspek-aspek pengamatan meliputi: Konstruktivisme
(Pengamatan, melakukan percobaan ,menarik Kesimpulan, menyimpulkan
dengan Kata-kata sendiri) , bertanya (Membuat pertanyaan, mengajukan
pertanyaan, memberikan tanggapan, menghargai pendapat orang lain),
inkuiri (merumuskan masalah, melakukan perrcobaan dan pengamatan,
mengumpulkan data/hasil, membuat kesimpulan), masayarakat belajar
(berdiskusi kelompok, bekerjasama dengan kelompok atau anatar
kelompok, berkomunikas dengan teman dalam kelompok atau antara
kelompok, berkomunikasi dengan guru atau masyarakat sekitar),
pemodelan (memperagakan, mengoperasikan media/alat peraga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
memanfaatkan sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya, ikut terlibat
dalam peragaan dan pemodelan), Refleksi (merefleksi hal-hal yang dirasa
sulit bersama kelompoknya, menuliskan kritik dan saran dalam lembar
evaluasi/LKS, menyampaikan hal-hal yang belum dipahami siswa, shering
/ tanya jawab dengan siswa tentang hal yang belum dipahami) Penilaian
Sebenarnya (Mengikuti Proses Evaluasi tertulis, mengerjakan LKS,
membuat hasil karya/hasil belajar (misal gambar persegi dalam mencari
rumus keliling persegi), mengumpulkan hasil karya/ hasil belajar (misal
gambar persegi dalam mencari rumus
Hasil observasi dalam proses belajar (komponen kontekstual )
siklus I pertemuan ke-1 Sehingga dapat dipaparkan dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 4.7. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses
Belajar (Komponen Pendekatan Kontekstual ) pada Siklus I pertemuan
ke-1
Skor
penilaian
Observer Rata-
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 647 31 = 20,87 Berkategori cukup baik
25-26 - - - - - Baik 23-24 8 8 8 8 25,80% Baik 21-22 8 8 8 8 25,80% Baik 19-20 13 13 13 13 41,93% Cukup
Baik 17-18 2 2 2 2 6,47% Kurang
Baik
Berdasarkan tabel 4.7 dapat terlihat bahwa sebagian besar siswa
sudah baik dan aktif dalam proses belajar yaitu sebanyak 16 anak atau
51,60%, untuk siswa yang benar-benar berkategori cukup baik sebanyak
13 anak atau 41,93%. Tetapi masih ada 2 siswa yang berkategori kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
baik atau 6,47% yang kurang baik dalam proses mengikuti langkah-
langkah proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, mereka
hanya diam, cuek, mengobrol dan bermain sendiri, tidak mengikuti proses
percobaan dan pengamatan bersama-sama kompak dengan kelompoknya.
Dalam proses belajar siklus I pertemuan ke-1 siswa masih terlihat
canggung dengan teman-teman kelompoknya, masih kurangnya
kemandirian siswa, masih ada beberapa komponen pendekatan kontekstual
yang belum muncul. Antusiasme siswa masih kurang baik dalam merespon
kegiatan pembelajaran, mereka terlihat belum terbiasa dengan pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual yang dilakukan gurunya
sehingga mereka masih merasa bingung dan tergantung dengan gurunya.
Dalam proses hampir semua siswa ikut serta melakukan percobaan
dan terlibat langsung dalam percobaan. Guru hanya sebagai pembimbing
dan mengarahkan kegiatan itu, sehingga siswa aktif mencari sendiri.
Tetapi, dalam pertemuan ke-1 ini siswa masih tergantung dengan guru,
karena mereka belum melakukan percobaan sesuai dengan prosedur dan
langkah-langkah yang sesuai dengan LKS yang ada sehingga perlu adanya
bimbingan guru.
Setelah itu, siswa dengan antusias melakukan pengamatan terhadap
benda-benda di sekitar yang berbentuk segitiga dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Dan mencatat pada buku dan LKS mereka, lalu menganalisis
hasil pengamatan mereka sehingga tiap kelompok dapat menyimpulkan
sendiri-sendiri.
Siswa putri masih malu-malu dalam menyampaikan atau
mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelopok mereka masing-
masing di depan kelas, sehingga terlihat anak laki-laki yang lebih berani
dan aktif dalam persentasi itu.
Untuk pertemuan yang ke-2 ini, objek pengamatan masih sama
seperti pertemuan ke-1. Pada pengamatan ini observer juga mengamati
proses belajar siswa khususnya komponen atau penerapan pendekatan
kontekstual, tetapi percobaan dalam menemukan sifat-sifat bangun datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang dilakukan pada siklus I pertemuan ke-2 berbeda yaitu persegi,
sehingga diharapkan dapat terlihat beberapa perilaku siswa yang akan
terdeskripsi saat proses belajar ke arah yang positif dan lebih baik.
Hasil observasi dalam proses belajar (percobaan dan pengamatan)
siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada. Sehingga dapat dipaparkan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.8. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Komponen pendekatan Kontekstual) pada Siklus I pertemuan ke-2
Skor
penilaian
Observer Rata-
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 679 31 = 21,90 Berkategori baik
25-26 1 1 1 1 3,22% Baik 23-24 12 12 12 12 38,70% Baik 21-22 11 11 11 11 35,48% Baik 19-20 7 7 7 7 22,30% Cukup
Baik 17-18 - - - - - Kurang
Baik
Dari tabel 4.8 dapat tergambarkan bahwa ada 13 anak atau 41,92%
yang berkategori baik dalam proses belajar yang menekankan pada langkang-
langkah penerapan pendekatan kontekstual. pada pertemuan ke-2 ini.
Berkategori baik sebanyak 11 anak atau 35,48%, dan berkategori cukup baik
yaitu sebanyak 7 anak atau 13,33%.
Siswa telah melaksanakan proses belajar dalam pendekatan
kontekstual dengan cukup baik, hanya saja masih ada sebagian siswa yang
bingung dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada, sehingga mereka
terlihat pasif dan masih tergantung dengan gurunya sehingga ada beberapa
siswa yang masih belum aktif melakukan percobaan, siswa juga masih ada
yang malu-malu untuk bertanya, tetapi siswa bisa saling bekerjasama dan
kompak dalam melakukan percobaan. Siswa juga sudah bisa menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
hasil percobaan dan pengamatan mereka. Hanya saja dalam persentasi hasil
percobaan dan pengamatan di depan kelas siswa yang aktif hanya monoton.
Dalam tahap percobaan untuk mencari sifat-sifat bangun datar masih
ada beberapa kelompok siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses
pembelajaran, aspek pemodelan yang seharusnya diperagakan oleh siswa
hanya divariasi oleh siswa yang aktif saja dan monoton hanya siswa itu saja.
Sedangkan yang lain masih terlihat pasif sebagai anggota.
Untuk pertemuan yang ke-3 ini, observer juga mengamati proses
belajar siswa khususnya komponen atau penerapan pendekatan kontekstual,
tetapi percobaan dalam menemukan sifat-sifat yang dilakukan pada siklus I
pertemuan ke-3 berbeda yaitu persegi panjang.
Hasil observasi dalam siklus I pertemuan ke-3 ini dapat dilihat dan
dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.9. Rata-rata Skor Penilaian Proses Aspek Pengamatan : Proses Belajar (Komponen pendekatan Kontekstual) pada Siklus I pertemuan ke-3
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 683 31 = 22,03 Berkategori baik
25-26 2 2 2 2 6,45% Baik 23-24 12 12 12 12 38,70% Baik 21-22 10 10 10 10 32,25% Baik 19-20 6 6 6 6 19,35% Cukup
Baik 17-18 1 1 1 1 3,23% Kurang
Baik
Dari tabel 4.9 dapat tergambarkan bahwa ada 24 anak atau 77,40%
yang berkategori baik dalam proses belajar yang menekankan pada langkah-
langkah penerapan pendekatan kontekstual. pada pertemuan ke-2 ini.
Berkategori cukup baik sebanyak 6 anak atau 19,35%, dan berkategori kurang
baik yaitu sebanyak 1 anak atau 3,23%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Siswa telah melaksanakan proses belajar dalam pendekatan
kontekstual dengan baik, masih ada beberapa aspek yang belum muncul
dalam komponen Kontekstual yaitu pemodelan pada siswa yang masih
kurang aktif sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Pada aspek
konstruktivisme siswa juga masih tergantung dengan guru, siswa kurang
serius dalam melakukan percobaan serta kurang menarik kesimpulan dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Dalam tahap percobaan untuk mencari sifat-sifat bangun datar masih
ada beberapa kelompok siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses
pembelajaran, siswa masih bingung dalam menarik kesimpulan tentang
pengamatan yang telah dilakukan, siswa masih malu-malu untuk bertanya, ,
siswa belum sepenuhnya melakukan kegiatan kelompok, aspek pemodelan
yang seharusnya diperagakan oleh siswa hanya divariasi oleh siswa yang aktif
saja dan monoton hanya siswa itu saja. Sedangkan yang lain masih terlihat
pasif sebagai anggota.
Sehingga untuk hasil pengamatan proses belajar siswa pada siklus I
saat proses belajar yang meliputi saat melakukan percobaan dan pengamatan
dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Saat Percobaan dan Pengamatan)
Tindakan Siklus I
Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3
Rata-rata Skor 20,83 21,90 22,30
Dari tabel 4.10 dapat diuraikan bahwa proses belajar (komponen
Kontekstual) siswa pada saat percobaan, pengamatan, dan diskusi kelompok
siklus I yang dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan mengalami
peningkatan yaitu dari rata-rata 20,83, menjadi 21,90 dan pada pertemuan
yang terakhir 22,30 berkategori baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berdasarkan hasil pengamatan observer kepada guru, bahwa pada saat
proses belajar siswa berlangsung observer mengamati guru pada komponen-
komponen kontekstual dalam pembelajaran. Guru telah melaksanakan
pembelajaran secara keseluruhan sudah baik. Guru kurang mengembangkan
kemampuan komunikasi siswa. Kurangnya pengelolaan masing-masing
kelompok. Selain itu, juga guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa
untuk bertanya kepada guru maupun kesesama teman dalam kelompoknya.
Berdasarkan kekurangan itu, maka sebaiknya guru sebagai peneliti
memperbaiki pada saat proses belajar berlangsung, serta menjadi motivator
dan pembimbing yang baik untuk siswanya.
c) Hasil Wawancara
Pada siklus I sasaran wawancara difokuskan pada tiga orang siswa
yaitu seorang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang, dan terendah
dari hasil tes evaluasi siklus I. Dan tindak lanjut dari hasil pengamtan dan
anecdotal record. Wawancara ini mengungkap lima butir pertanyaan sebagai
berikut: (1) apakah kamu ikut melakukan percobaan dan pengamatan?, (2)
bagaimana pendapatmu belajar di luar kelas, (3) apa saja yang kamu temukan
dalam pengamatan dalam pembelajaran di kelas?, (4) apa kamu ikut
berdiskusi dengan kelompokmu?, (5) apakah tadi kamu mengajukan
pertanyaan pada guru atau temanmu?, (6) bagaimana pendapatmu dapat
belajar bersama teman-temanmu?, (7) siapa saja yang menyimpulkan hasil
pengamatan dan percobaan?, (8) apakah gurumu membantu kamu dalam
(percobaan, pengamatan, dan diskusi)?, (9) adakah kesulitan/ kendala yang
kamu hadapi saat (proses belajar) belajar bersama teman-temanmu dalam
pembelajaran?, (10) bagaimana kesanmu terhadap pembelajaran yang
disampaikan gurumu?
Hasil wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori
nilai baik, sedang, dan kurang dapat dibaca pada uraian berikut: berdasarkan
keterangan yang diberikan oleh para siswa ketiga siswa menyampaikan
perasaan senang dan gembira. Kenyataan ini sangat relevan dengan respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang terlihat dari sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan guru.
Secara umum siswa menerima dan merespon positif terhadap pembelajaran
guru. Siswa yang mendapat nilai tertinggi terlihat sangat semangat saat
melakukan proses percobaan dan pengamatan tentang sifat-sifat bangun datar
(pertemuan pertama tentang segitiga, pertemuan kedua tentang persegi dan
pertemuan ketiga tentang persegi panjang).
Sementara siswa yang mendapat nilai sedang, mempunyai respon
yang biasa saja. Dia kurang antusias dalam pembelajaran yang disajikan
gurunya. Siswa yang mendapat nilai rendah, terlihat tidak partisipatif karena
dia hanya ribut dan mengobrol sendiri dengan temannya. Tidak mengikuti
dengan baik dalam proses pembelajaran misal: dalam proses percobaan,
pengamatan,dan diskusi kelas.
Perubahan yang dilakukan guru yaitu menggunakan pendekatan
Kontekstual dalam pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran biasnya
(konvensional) menjadi lebih inovatif ternyata memberi manfaat bagi siswa,
mereka terlihat senang dan antusias dalam proses pembelajaran.
Menurut hasil wawancara, pembelajaran yang digunakan guru dalam
menerapkan pendekatan kontekstual ternyata siswa merasa senang karena
dengan pendekatan pembelajaran ini siswa dapat melakukan percobaan dan
pengamatan langsung yaitu mulai dari menyiapkan, mencari, dan menemukan
sendiri suatu konsep, pengetahuan, dan informasi sendiri.
Anak-anak merasa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, karena siswa masih dalam bimbingan guru dan
bekerja secara kelompok jadi mereka bisa menyelesaikan dan memecahkan
masalah bersama dengan kelompoknya. Hanya saja masih ada beberapa siswa
yang masih merasa kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran
Kontekstual.
Berdasarkan hasil wawancara siswa lebih mudah paham dan mengerti
terhadap suatu konsep atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru, karena
siswa melakukan percobaan, pengamatan, menemukan, diskusi, dan
menyimpulkan sendiri dengan bimbingan serta arahan dari guru sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa lebih paham terhadap materi sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi
dan persegi panjang).
2) Hasil Tes (Hasil Belajar) Siklus I
Hasil tes ini adalah hasil yang berasal dari tes evaluasi pada siklus I
tentang sifat-sifat bangun datar (pertemuan pertama tentang segitiga,
pertemuan kedua tentang persegi dan pertemuan ketiga tentang persegi
panjang) dapat dipaparkan pada tabel berikut :
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-1
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 7 22,58% Tuntas Rata-rata = 1936 31 =62,45 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 7 22,58% Tuntas 3. 64-74 5 16,13% Belum
Tuntas 4. 53-63 4 12,90% Belum
Tuntas 5. 32-42 8 25,81% Belum
Tuntas Jumlah = 1936
31 100%
Dari tabel 4.11 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 17 siswa atau 54,84%. Sedangkan jumlah siswa
yang tuntas adalah 14 siswa atau 45,16%. Hasil tersebut masih jauh dari
indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa
mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-2
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 8 25,81% Tuntas Rata-rata = 2240 31 =72,26 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 10 32,26% Tuntas 3. 64-74 6 19,35% Belum
Tuntas 4. 53-63 1 3,23% Belum
Tuntas 5. 32-42 6 19,35% Belum
Tuntas Jumlah = 2240 31 100%
Dari tabel 4.12 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 13 siswa atau 41,93%.Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 18 siswa atau 58,07%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus I pertemuan ke-3
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 9 29,03% Tuntas Rata-rata = 2500 31 =80,64 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 13 41,94% Tuntas 3. 64-74 7 22,58% Belum
Tuntas 4. 53-63 1 3,23% Belum
Tuntas 5. 32-42 1 3,23% Belum
Tuntas Jumlah = 2500 31 100%
Dari tabel 4.13 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus I
N
o
Nilai Pertemuan Rata-
rata
Persen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3 1. 86-96 7 8 9 8 25,80% Tuntas Rata-rata
= 2314 31 =74,65 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 7 10 13 10 32,25% Tuntas 3. 64-74 5 6 7 6 19,35% Belum
Tuntas 4. 53-63 4 1 1 2 6,47% Belum
Tuntas 5. 32-42 8 6 1 5 16,13% Belum
Tuntas
Jumlah = 2314
31 31 31 31 100%
Dari tabel 4.14 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa
yang tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari
indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa
mencapai KKM.
Walaupun telah terjadi peningkatan dari hasil tes awal dengan rata-
rata nilai 58,23 di mana sebagian besar siswa belum tuntas karena belum
diadakannya perlakuan oleh peneliti dengan pendekatan kontekstual. Maka,
setelah diadakannya penerapan pendekatan kontekstual pada siklus I ini
telah mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata 74,65 atau sekitar
58,06% siswa kelas V telah tuntas dalam materi Sifat-sifat bangun datar
(segitiga, persegi dan persegi panjang).
Persentase dan kenaikan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus I
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus I
No Nilai Jumlah Siswa Persen Keterangan
1. 86-96 8 25,80% Tuntas 2. 75-85 10 32,25% Tuntas 3. 64-74 6 19,35% Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4. 53-63 2 6,47% Belum Tuntas 5. 32-42 5 16,13% Belum Tuntas
Dari tabel 4.15 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas berjumlah 13
siswa atau sekitar 41,94% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 18 siswa atau
58,06%. Apabila dibuat gambar grafik, dari tabel di atas maka dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.3. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka
perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tiap
pertemuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Belum Tuntas; 58,06%
Sudah Tuntas; 41,94%
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Belajar Siklus 1 Tiap Pertemuan
No Pertemuan Ketuntasan Belajar
Belum Tuntas Peresntase Tuntas Presentase
1 Ke-1 17 siswa 54,83% 14 siswa 45,17%
2 Ke-2 13 siswa 41,94% 18 siswa 48,06%
3 Ke-3 9 siswa 29,03% 22 siswa 70,96%
Berdasarkan tabel 4.16 dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil
belajar siswa antara pertemuan ke-1, ke-2 dan ke-3. Pada pertemuan pertama
jumlah siswa yang belum tuntas adalah 17 siswa atau sekitar 54,83%,
sedangkan yang tuntas adalah 14 siswa atau sekitar 45,17%. Pada pertemuan
ke-2 jumlah siswa yang belum tuntas adalah 13 siswa atau sekitar 41,94%,
sedangkan jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa atau sekitar 48,06%. Dan
pada pertemuan yang ke-3 jumlah siswa yang belum tuntas meningkat menjadi
9 siswa atau sekitar 29,03, dan jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau
sekitar 70,96%.
Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka
perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes awal dengan
tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal dengan Siklus I
No Tahap Belum Tuntas Tuntas
Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa
Persentase
1 Tes Awal 25 80,65% 6 19,35%
2 Siklus I 18 58,06% 13 41,94%
Berdasarkan tabel 4.17 dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil
belajar siswa antara tes awal sebelum dilakukan tindakan dan hasil tes
Matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V. Pada tes awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
yang telah tuntas atau memenuhi KKM hanya berjumlah 6 siswa atau sekitar
19,35%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus I
hasil belajarnya meningkat menjadi 41,94% atau sekitar 13 siswa. Sedangkan
untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada tes awal
adalah sebanyak 25 siswa atau sekitar 80,65%, pada siklus I setelah diterapkan
pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi KKM
berkurang menjadi sebanyak 18 anak atau sekitar 58,06%.
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti
pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I sudah berjalan cukup baik. Tahap-tahap
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Berdasarkan lembar
pengamatan terhadap siswa, dapat terlihat siswa lebih senang dan lebih aktif
dalam proses pembelajaran serta lebih mudah dalam memahami materi
pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Pada
tiap tahap pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan
kontekstual antara lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan.
masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan
dengan baik.
Walaupun dalam pelaksanaan tindakan siklus I sudah cukup baik, tetapi
masih belum sempurna dan masih belum terlaksana dengan optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan dari 3 observer masih terdapat kekurangan
dalam pelaksanaan siklus 1 yaitu sebagai berikut:
1) Guru masih kurang terstruktur dan kurang jelas dalam menyampaikan
langkah-langkah sebelum melaksanakan proses percobaan dalam
pembelajaran.
2) Ada komponen Pendekatan kontekstual yang belum muncul yaitu yaitu
komponen bertanya. Guru kurang membangkitkan gairah siswa untuk
bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
3) Guru juga masih kurang memunculkan komponen refleksi pada akhir
pembelajaran. Sehingga siswa masih kurang aktif dalam merefleksi serta
menyimpulkan hasil pembelajaran.
4) Sebagian besar siswa masih canggung dan merasa malu untuk bertanya dan
berbicara terutama mereka siswa perempuan dan siswa yang tergolong
berkemampuan rendah.
5) Guru menimbulkan gairah dan motivasi pada siswa. Dan guru juga masih
kurang memancing dan merespon siswa untuk menimbulkan rasa ingin tahu
serta gairah pada siswa, sehingga siswa masih kurang aktif dalam
pembelajaran.
6) Pada siklus I ini masih ada beberapa siswa yang belum tuntas atau belum
memenuhi KKM yang telah ditentukan, dan juga masih banyak kekurangan
yang lain dari siklus I ini yaitu baik dari siswa maupun dari guru sebagai
peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Berdasarkan pengamatan observer melalui lembar
observasi, dapat dijadikan masukan dan perbaikan bagi peneliti pada siklus
berikutnya sebagai berikut:
1) Dalam pemberian pengarahan dalam langkah-langkah percobaan untuk
menemukan sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi dan persegi
panjang) yang akan dilakukan terlalu cepat dan tidak terstruktur.
2) Dalam penyampaian urutan pengisian LKS dan langkah-langkah dalam
LKS, kurang diterima oleh siswa kurang jelas sehingga ada beberapa
siswa bingung dalam mengisikan LKS
3) Siswa masih kurang antusias dan kurang aktif dalam kelas, karena guru
kurang memberikan motivasi dan kurang memancing rasa ingin tahu
siswa sehingga siswa masih canggung untuk bertanya maupun dalam
mengemukakan pendapatnya.
4) Motivasi yang diberikan guru kurang kepada anak, baik secara verbal
maupun non verbal.
5) Ada beberapa siswa yang masih ngobrol sendiri dan tidak
memperhatikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Karena dalam pelaksanaan siklus I belum sepenuhnya berhasil maka
peneliti akan melanjutkan tindakan siklus II selama 3 kali pertemuan seperti
dengan siklus I hanya saja materi dan media yang digunakan berbeda tetapi
masih tetap menggunakan pendekatan Kontekstual dalam pelaksanan proses
pembelajaran.
Sebelum dilaksanakannya siklus II ini guru sebagai peneliti
mempertimbangkan dan melakukan koreksi diri terhadap hasil-hasil dari siklus
I sebagai bahan perenungan agar pada pelaksanaan siklus II menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Yaitu dengan memperbaiki kekurangan guru dalam penelitian
melalui masukan-masukan yang ada dari observer untuk segera diperbaiki
dalam siklus II. Dengan harapan pada siklus II ini dapat dilaksanakan
perbaikan sehingga dapat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dalam
proses belajar sehingga dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa
khusunya mata pelajaran Matematika tentang sifat-sifat bangun datar. Ada
beberapa hal penting yang harus diperbaiki berdasarkan masukan observer
yaitu dengan cara: (1) penyampaian dan pemberian petunjuk dalam langkah-
langkah percobaan dilakukan dengan terstrukutur dan tidak terlalu cepat, (2)
petunjuk pengisian LKS dijelaskan secara jelas, pelan, dan bahasa yang
digunakan mudah dimengerti sehingga mudah dimengerti dan siswa tidak
bingung dalam pengisian LKS, (3) guru membangkitkan gairah rasa ingin tau
siswa dan memancing siswa untuk bertanya, (4) memberikan motivasi secara
menyeluruh kepada siswa kelas V baik secara verbal dan non verbal, karena
guru di kelas berperan sebagai motivator dan fasilitator, (5) guru harus lebih
tegas dan memfokuskan lagi agar anak lebih memperhatikan dan mengikuti
setiap tahap pembelajaran dengan baik.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Pada perencanaan siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I. Hanya
saja materi, percobaan, objek pengamatan, dan media yang digunakan berbeda.
Selain itu, dalam merencanakan siklus II ini peneliti perlu memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
masukan-masukan dari observer sehingga akan memperbaiki kekurangan
proses pembelajaran pada siklus I. Beberapa tahapan yang dilaksanakan
sebelum dilaksanakannya tindakan siklus II ini diantaranya adalah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP siklus II terlampir pada lampiran 74
halaman ), menyusun LKS yang dalam penyampaian urutan lebih jelas
sehingga dapat diterima dengan mudah diterima oleh siswa, membuat motivasi
yang cukup sehingga siswa antusias dan lebih aktif dalam pembelajaran,
menghubungi teman sejawat untuk menjadi observer, dan menata ruangan agar
nyaman bagi siswa dan menyiapkan semua media yang diperlukan.
b. Pelaksanaan Siklus II
Setelah tahap perencanaan siklus II selesai, dilanjutkan ketahap
berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan siklus II ini
sama dengan siklus I yaitu dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan. Setiap
pertemuan mempunyai alokasi waktu selam 70 menit yaitu untuk kegiatan awal
10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan kegiatan akhir 15 menit. Materi untuk
Siklus I yaitu 7 Mei 2012, materi jajar genjang dilaksanakan pada hari senin,
tanggal 30 April 2012 pelajaran pertama (07.30 08.40), materi belah ketupat
dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 Mei 2012 pada jam pertama, yaitu
07.30 08.40 dan materi layang-layang dilaksanakan pad hari senin tanggal
12 Mei 2012 pada jam pertama (07.30 08.40).
1) Pelaksanaan Pertemuan ke-1
Pelaksanaan siklus II untuk pertemuan yang pertama ini dilakasanakan
di kelas V. Jumlah siswa yang hadir dalam Siklus I pertemuan 1 ini berjumlah
31 anak. Selain itu juga ada 3 teman observer yaitu tiga orang guru sebagai
teman sejawat. Materi pada pertemuan ke-1 adalah jajar genjang yang
dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 April 2012 pada jam 07.30 08.40.
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal yang dilakukan selama 10
menit yang bertujuan untuk mempersiapkan semua yang diperlukan dalam
proses pembelajaran seperti: ruangan kelas dibuat nyaman dan mempersiapkan
mental siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dilanjutkan dengan berceramah dan tanya jawab tentang cara membuat bangun
datar (jajar genjang) bersama-sama siswa. Sama seperti siklus I pada kegiatan
awal ini meliputi: berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab
tentang materi yang akan disampaikan untuk mengetahui kemamapuan awal
siswa, dan acuan untuk menggali dan menghubungkan pengetahuan yang
dimiliki siswa sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru
menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakasanakan.
Kegiatan inti dilakukan selama 45 menit, untuk kegiatan inti terlebih
dahulu membagi anak menjadi 6 kelompok secara merata baik seperti pada
siklus I. Setelah siswa membentuk kelompok, guru mulai menerapkan
Kontekstual dalam pembelajaran yang memiliki 7 komponen yaitu
konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian
sebenarnya.
Pada kegiatan awal pembelajaran diawali dengan demonstrasi guru
bersama siswa untuk melakukan demonstrasi tentang sifat bangun datar ( jajar
genjang). Demonstrasi itu adalah salah satu contoh pemodelan yang merupakan
kompenen Kontekstual yang diterapkan dalam pembelajaran. Setelah semua
kelompok mendapat LKS, terlebih dahulu guru memberikan pengarahan
kepada siswa dalam melaksanakan percobaan.
Kemudian siswa mulai melaksanakan percobaan sesuai LKS
berdasarkan kelompoknya masing-masing. Dalam tahapan ini guru
mengembangkan komponen Kontekstual yaitu pemodelan, masyarakat belajar,
dan inkuiri. Guru hanya berperan membimbing, mengarahkan, dan fasilitator
siswa dalam proses percobaan. Siswa bersama-sama dengan bimbingan
gurunya berusaha mencari dan menemukan informasi, pengetahuan, konsep
baru, atau ilmu dengan percobaan. Siswa belajar bersama dengan kelompok
mereka untuk membangun konsep sendiri atas pengalaman baru yang
didasarkan pada pengetahuan yang mereka dapat. Siswa belajar dan
menemukan sendiri melalui proses percobaan, pengamatan, dan diskusi dalam
kelompoknya. Sehinga siswa aktif mencari dan menemukan sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Melalui proses percobaan dan pengamatan komponen Kontekstual
inkuiri dapat dikembangkan yaitu di mana siswa mengalami, mencoba,
mencari, dan menemukan sendiri suatu kensep pengetahuan yang telah mereka
miliki sebelumnya. Proses inkuiri bisa terjadi di kelas ataupun di luar kelas.
Proses percobaan di kelas yaitu pada saat siswa bersama kelompoknya
membuktikan.
Siswa tidak hanya melakukan percobaan di dalam kelas tapi juga di luar
kelas, untuk mencari benda-benda yang berbentuk jajar genjang yang berada di
lingkungan sekolahnya. Pada saat siswa melakukan percobaan menggunkan
alat dan bahan yang telah disiapkan maka terjadi proses belajar secara enactive,
siswa memanipulasi secara langsung objek-objek itu berdasarkan langkah-
langkah yang ada di LKS atau melihat peristiwa nyata secara langsung.
Siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat bangun datar tentang
jajar genjang di sekitar sekolah. Tahapan proses belajar berikutnya yaitu iconic
siswa belajar dengan menggunakan alat dan bahan dalam percobaan sebagai
perumpamaan. Dengan begitu siswa akan mengalami langsung dan memahami
terhadap sifat-sifat bangun datar. Mereka mencoba dan memanipulasi alat dan
bahan yang mereka bawa untuk menemukan sifat-sifat bangun datar (jajar
genjang).
Kegiatan proses pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual ini
menyenangkan bagi siswadan siswa tidak akan merasa bosan. Pada proses
inkuiri ini siswa melakukan percobaan dengan semangat, antusias, kerjasama
dan kompak dengan kelompoknya. Dari percobaan itu siswa dapat menemukan
dan membangun konsep sendiri. Proses percobaan di luar kelas dapat
digambarkan dari hasil dokumentasi.
Dalam percobaan ini siswa dapat berdiskusi langsung dengan sesama
anggota kelompoknya, dari kelompok ke kelompok lainnya, dan atau dari
kelompok kepada guru. Sehingga terjalin komunikasi dan masyarakat belajar
yang baik di kelas itu. Komponen kontekstual masyarakat belajar dapat
tergambarkan pada hasil dokumentasi. Melalui proses percobaan dan
pengamatan dan tanya jawab siswa akan menemukan sendiri, menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
informasi sendiri dan akan mengkontruktivismekan ilmu yang mereka dapat
dan didiskusikan bersama teman-temannya. Komponen kontekstual bertanya
juga dapat dikembangkan pada pembelajaran ini.
Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses
pembelajaran. Siswa bersama kelompok masing-masing membahas dan
mendiskusikan hasil percobaan dan pengamatan dengan kelompok masing-
masing. Setelah proses diskusi selesai dilanjutkan dengan persentasi hasil
diskusi kelompok di depan kelas secara perwakilan, sedangkan kelompok yang
memberi tanggapan terhadap persentasi temannya yang disertai tanya jawab
agar kondisi kelas lebih aktif. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi
dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mencatat kesimpulan
dan hal-hal yang mereka anggap penting dengan kata-kata mereka sendiri
ataupun menggambarkan proses yang telah mereka amati atau tahap proses
belajar symbolic.
Guru bersama siswa melaksanakan refleksi dari proses pembelajaran,
untuk mengulang sekilas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Yaitu
merefleksikan hasil LKS, hasil karya siswa, dan kuis bagi siswa. Dan
merefleksikan kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Sehingga
diharapkan pada proses pembelajaran berikutnya dapat berjalan dengan lebih
baik. Untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa dalam pembelajaran
maka diberikan kuis. Kuis dilakukan dengan cara setiap anak membuat
pertanyaan sendiri lalu diacak dan temannya sendiri yang akan menjawab soal
itu setelah itu yang menilai kebenaran jawaban adalah pembuat soal. Pada
akhir pelajaran ditutup dengan berdoa bersama-sama.
2) PelaksanaanPertemuanke-2
Pelaksanaan tindakan untuk pertemuan yang ke-2 pada siklus II ini
dilaksanakan di ruang kelas V dengan materi belah ketupat dari jam pelajaran
pertama sampai dengan jam pelajaran ke-dua yaitu 07.30 08.40 WIB pada
tanggal 7 Mei 2012. Jumlah siswa kelas V yang hadir dalam pelaksanaan
pertemuan yang ke-2 ini berjumlah 31 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Pelaksanaan pada pertemuan 2 (dua) ini masih menerapkan pendekatan
Kontekstual seperti siklus I, tetapi hanya saja materi yang berbeda yaitu
tentang (belah ketupat). Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berdoa,
absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab untuk mengetahui
kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menghubungkan pengetahuan yang
dimilik siswa sebelumnya dan guru menjelaskan tujuan dari proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa terilihat senang dan antusias.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan inti, diawali dengan
demonstrasi yang dilakukan guru bersama siswa di depan kelas yang
berhubungan dengan membuat bangun datar tentang (belah ketupat) dan siswa
yang lain mengamati demonstrasi tersebut. Demonstrasi adalah salah satu
komponen Kontekstual pemodelan yang dikembangkan dalam pembelajaran
ini. Setelah itu siswa bersama kelompok masing-masing menyiapkan alat dan
bahan untuk percobaan serta melaksanakan percobaan tentang (belah
ketupat)sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS, sedangkan guru
mengarahkan dan memfasilitator siswa dalam percobaan maupun proses
pembelajaran. Dan siswa memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa
sesuai dengan petunjuk yang ada. Proses belajar memanipulasi itu adalah salah
satu tahapan proses belajar dari enactive. Siswa saling saling bekerjasama
dalam kelompok masing-masing, dan saling bertukar pendapat antar kelompok
sehingga terjalin situasi masyarakat belajar yang baik dalam kelas itu. Siswa
melakukan beberapa percobaan yaitu tentang (belah ketupat) untuk
menemukan sifat-sifat tentang tentang (belah ketupat) dan teman-teman satu
kelompoknya mengamati.
Percobaan tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas pada
saat siswa melakukan percobaan untuk menemukan (belah ketupat). Melalui
percobaan itu siswa telah mengalami proses belajar iconic. Dengan begitu
siswa akan mengalami dan menemukan sendiri suatu pengetahuan sehingga
akan bermakna bagi anak.
Siswa lalu kembali ke dalam kelas dan berkumpul dengan kelompok
masing-masing untuk membahas dan merefleksikan hasil percobaan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
pengamatan yang dilakukan sebelum dipresentasikan di depan kelas. Pada
akhir kegiatan pembelajaran perwakilan dari beberapa kelompok maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan siswa
dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan mengajukan
pertanyaan Sehingga dengan begitu siswa akan aktif dan tugas guru hanya
membimbing serta mengarahkan. Setelah beberapa kelompok maju ke depan
kelas maka siswa bersama-sama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan tentang (belah ketupat). Siswa dapat menyimpulkan dan
mencatat hasil kesimpulan bersama dengan kata-kata sendiri.
Sebelum proses pembelajaran diakhiri siswa bersama guru
melaksanakan refleksi sejenak tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan
baik dari segi proses pelaksanaan pembelajaran maupun dari pemahaman
materi yang telah disampaikan. Sehingga dapat mengetahui kekurangan atas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa maka diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran untuk
mengetahui tingkat daya serap siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran.
Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus II dengan materi tentang (belah
ketupat) dan untuk kegiatan terakhir pembelajaran ditutup dengan berdoa.
3) PelaksanaanPertemuanke-3
Pada prinsipnya sama dalam pelaksanaan pertemuan ke-3 tahapan
proses pembelajaran sama seperti pada siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan
ke-2. Hanya saja materi yang disampaikan berbeda yaitu tentang layang-layang
yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 Mei 2012 pada jam 07.30
08.40.
c. Observasi Siklus II
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus II yaitu dengan melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung selama siklus II
yang meliputi 3 kali pertemuan dengan materi yaitu (jajar genjang, belah
ketupat, dan layang-layang ) yang masih menerapkan pendekatan kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dan hasil belajar siswa setelah diadaknnya evaluasi pada akhir siklus II ataupun
pada akhir pertemuan II dengan tujuan agar dapat membandingkan dan melihat
perubahan dari hasil tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Sehingga dapat
terlihat peningkatan hasil belajar siswa.
Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non tes
dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumen foto, sedangkan
data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir siklus II. Hasil
observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data sebagai berikut:
1) Observasi Non Tes ( Proses ) Siklus II
Hasil penelitian non tes pada siklus II ini didapatkan dari hasil
observasi siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), wawancara, dan
di dukung dengan dokumen foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian
berikut ini:
a) Hasil Observasi Siswa dan Guru
Hasil observasi dalam siklus II ini adalah observasi terhadap siswa
yang dilaksanakan oleh 3 orang guru sebagai teman sejawat yang dilakukan
selama 3 kali pertemuan. Selain untuk siswa juga ada hasil observasi untuk
guru sebagai peneliti yang diamati oleh 3 (tiga) orang pengamat. Untuk
mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya
mengamati perilaku siswa pada saat proses pembelajaran dan proses belajar
berlangsung tetapi hasil observasi ini juga meliputi pengamatan terhadap
kinerja siswa dalam kelompoknya.
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
dan percobaan untuk menemukan sifat-sifat bangun datar pada siklus II
yaitu tentang jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang yang akan
diadakan selama 3 (tiga) kali pertemuan. Pengambilan data observasi ini
bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon perilaku siswa dalam
menerima atau mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan kontekstual. Dan untuk mengamati perilaku atau sikap guru
pada saat proses pembelajaran. Yaitu meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
(1) AspekPengamatandalamProsesPembelajaran
Masih sama seperti pada siklus II objek sasaran pengamatan yang
pertama yaitu mengamati 10 perilaku siswa, baik positif maupun negatif
yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun objek sasaran
observasi tersebut adalah (a) memperhatikan penjelasan guru, (b) aktif
dalam bertanya, (c) aktif dalam diskusi kelompok, (c) bekerjasama dalam
kelompok, (d) aktif dalam percobaan dan pembelajaran, (e) kemampuan
berkomunikasi, (f) bertanggung jawab, (g) mandiri, (h) percaya diri/ berani
mengemukakan pendapat, (i) menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan
hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada siklus II pertemuan 1
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.18. Ratat-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses
Pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-1 )
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
92-100 3 1 2 2 38,71% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2620 31 = 84,5 Berkategori baik
83-91 12 14 13 13 Baik 74-82 15 15 15 15 51,61% Cukup
Baik 65-73 Cukup
Baik 56-64 1 1 1 1 Cukup
Baik Jumlah 31 31 31 31 100%
Berdasarkan tabel 4.18 hasil observasi terhadap proses pembelajaran
dalam kategori baik. Siswa sudah baik dalam mengikuti setiap proses
pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik. Ada sekitar 2 siswa atau
sekitar 6,45% , dan 41,94% siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan
baik atau 13. Sedangkan untuk siswa yang telah baik dalam mengikuti proses
pembelajaran yaitu sebanyak 15 siswa atau sekitar 48,38%. Dan masih ada
beberapa 1 siswa dalam kategori cukup baik yaitu sekitar 3,23%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Pada siklus II pertemuan pertama ini, siswa mulai terdapat perubahan
dari pada siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah antusias dalam
bertanya baik kepada guru, teman atau antar kelompok dan semakin banyak
siswa yang mengangkat tangannya untuk bertanya baik dalam proses
pembelajaran maupun saat diskusi.
Menurut hasil pengamatan observer sudah hampir semua siswa
memperhatikan gurunya saat proses pembelajaran berlangsung. Kerjasama
dalam kelompok juga sudah mulai terlihat, siswa dalam kelompoknya sudah
mulai aktif dan tidak cuek. Secara keseluruhan semua siswa ikut melakukan
percobaan dan pengamatan dengan baik sehingga dengan begitu siswa akan
belajar mandiri akan mengkonstrukkan ilmu atau pengetahuan yang meraka
dapat akan lebih bermakna.Siswa sudah mulai sadar dan tidak malu lagi untuk
bertanya kepada guru maupun kepada teman. Sehingga kelas terlihat lebih aktif
dari pada siklus I. Masing-masing kelompok juga telah bekerjasama dalam
kelompok mereka masing-masing baik dalam percobaan, diskusi kelompok,
maupun pada saat pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan tidak tampak keegoisan siswa, secara
keseluruhan siswa telah kompak dengan kelompok masing-masing walaupun
ada beberapa siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Dengan guru memberikan kesempatan kepada kelompok masing-masing untuk
melakukan percobaan maka dengan begitu siswa akan berlatih mandiri dan
bertanggung jawab.
Setelah pelaksanaan siklus II pada pertemuan pertama selesai lalu
dilanjutkan pengamatan proses pembelajaran pada pertemuan yang ke-2 yang
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2012 yang dilakukan oleh 3 orang guru sebagai
teman sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih
mengamati aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap
pertemuan dengan menerapkan pendekatan konteksual. Pada pertemuan yang
ke-2 ini hanya saja materinya yang berbeda yaitu tentang sifat belah ketupat.
Dengan pengamatan ini maka akan terdeskripsikan perilaku dan
respon siswa saat mengikuti pembelajaran sehingga dapat terlihat peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
dan perbedaan dari pertemuan 1 dan pertemuan yang ke-2 pada siklus II. Dapat
dipaparkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.19. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses Pembelajaran siklus II pertemuan ke-2)
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
94-100 4 6 5 5 16,13% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2730 31 = 88,10 Berkategori baik
87-93 16 14 15 15 48,39% Baik 80-86 10 10 10 10 32,26% Baik 73-79 - - - - - Baik 66-72 1 1 1 1 3,22% Cukup
Baik Jumlah 31 31 31 31 100%
Berdasarkan tabel 4.19, dapat terlihat bahwa proses belajar siswa pada
saat pembelajaran siklus II pertemuan ke-2 sudah baik dan semua siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dari pada pertemuan yang pertama. Semua
siswa memperhatikan dan mengikuti penjelasan dan pembelajaran dari guru
dengan baik. Siswa masih sulit dalam menggambarkan bangun datar belah
ketupat) pada pertemuan ke-2 siklus II ini.
Dapat digambarkan tentang kategori perilaku siswa saat proses
pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : siswa berkategori sangat baik
dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 5 anak atau sekitar 16,3%, sedangkan
siswa yang berkategori baik dalam proses pembelajaran sebanyak 25 anak atau
80,65%, dan kategori cukup baik sebanyak 1 anak atau 3,22%. Hanya ada ada
satu siswa yang masih masih kurang baik dalam mengikuti pembelajaran.
Pada Siklus II pertemuan ke-3 ini proses pembelajaran dengan materi
(belah ketupat) dapat berjalan dengan baik secara keseluruhan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
digambarkan melalui hasil observasi pada proses pembelajaran matematika
seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.20. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II pertemuan ke-3)
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
94-100 5 7 6 6 19,35% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2730 31 = 90 Berkategori baik
87-93 20 18 19 19 61,30% Baik 80-86 - - - - - Baik 73-79 6 6 6 6 19,35% Cukup
Baik 66-72 - - - - - Kurang
Baik Jumlah 31 31 31 31 100%
Berdasarkantabel 4.20 di atas, dapat digambarkan tentang kategori
perilaku siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut: siswa
berkategori sangat baik dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 6 anak atau
sekitar 19,35%, sedangkan siswa yang berkategori baik dalam proses
pembelajaran sebanyak 19 anak atau 61,30%, dan kategori cukup baik sebanyak
6 anak atau 19,35%. Sebagian besar siswa telah baik dalam mengikuti proses
pembelajaran maematika dengan baik
Sehingga untuk hasil pengamatan proses pembelajaran siklus II dapat
digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.21. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran
Siklus II Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3
Rata-rata Skor 84,5 88,10 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dari tabel 4.21 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran
siswa pada siklus II yang dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan
mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 84,5 menjadi 88,10 dan meningkat
keaktifan siswa menjadi 90. Sudah terjadi perubahan perilaku siswa saat
mengikuti proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Selain mengamati siswa sebagai objek pembelajaran, observer juga
melakukan pengamatan terhadap guru sebagai peneliti pada saat proses
pembelajaran. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
(1) Guru telah baik dalam membuka dan menutup pembelajaran
(2) Komponen Pendekatan kontekstual sudah mulai dikembangkan semua,
tetapi masih ada aspek konstrukivisme pada anak yang kurang muncul
(3) Pemberian motivasi kurang menyeluruh, jangan hanya memberikan kepada
anak tertentu saja
(4) Materi telah disampaikan secara jelas
(5) Terlalu cepat dalam menyampaikan langkah-langkah menemukan sifat
bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang)
Secara keseluruhan guru telah sangat baik dalam proses
pembelajaran dan mengelola kelas serta siswa pada saat pembelajaran.
Keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran sudah mulai terlihat, siswa
tidak lagi tergantung dengan gurunya sehingga siswa akan lebih mandiri
dalam proses pembelajaran. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
bermain sendiri dan pasif dalam pembelajara dan perhatian guru terhadap
siswa sudah menyeluruh dan baik. Proses pembelajaran telah baik dari awal
pembelajaran sampai akhir pelajaran. Pada siklus II ini lebih jelas dan lebih
pelan dalam menyampaikan materi dan langkah-langkah dalam proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
(2) Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual)
Objek sasaran pengamatan yang kedua yaitu mengamati pada saat
siswa melakukan proses belajar (percobaan dan pengamatan). Pada
pengamatan ini dlikukan untuk mengetahui respon dan perilaku siswa saat
melakukan percobaan pada proses pembelajaran.
Pada siklus II ini observer akan mengamati proses belajar siswa
selama tiga kali pertemuan dengan tujuan dapat melihat perubahan perilaku
siswa yang akan terdeskripsi saat kegiatan menemukan sifat-sifat bangun
datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang). Hasil observasi pada
proses belajar siklus II pertemuan yang pertama ini dapat dipaparkan di
bawah ini:
Tabel 4.22. Rata-rata Skor Penilaian Proses Pengamatan Pendekatan Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-1
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 715 31 = 23,06 Berkategori baik
25-26 3 3 3 3 9,68% Baik 23-24 19 19 19 19 61,30% Baik 21-22 7 7 7 7 22,58% Baik 19-20 2 2 2 2 6,44% Cukup
Baik 17-18 - - - - Kurang
Baik
Pada tebel 4.22 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah
mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan baik.
Terdapat 3 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses pembelajaran atau
sekitar 9,68 %. Siswa yang baik dalam proses pembelajaran dalam kelas yaitu
sebanyak 26 anak atau 83,88%. Dan siswa yang berkategori cukup baik hanya 2
anak atau 6,44%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Dalam proses belajar ini, siswa sudah terlihat antusias dan merespon
dengan baik kegiatan pembelajaran. Siswa telah mandiri dengan kelompoknya
masing-masing telah melaksanakan kegiatan mulai dari meyiapkan alat dan
bahan percobaan sampai melakukan percobaan sendiri sesuai dengan langkah-
langkah dalam LKS dan pengarahan dari guru.
Dari hasil kerja kelompok masing-masing, lalu perwakilan tiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas. Tetapi
sebagian besar yang aktif bertanya pada diskusi kelas ini adalah didominasi oleh
siswa tertentu saja sedangkan siswa yang lain masih malu-malu, hanya ada
beberapa yang aktif bertanya dan berpendapat.
Untuk pertemuan yang ke 2 (dua) ini, objek pengamatan masih sama
seperti pertemuan 1. Hasil observasi khusunya pada komponen pendekatan
kontekstual pada siklus II pertemuan ke-2 ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
Tabel 4.23. Rata-rata Skor Penilaian Proses Pengamatan Pendekatan Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-2
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 715 31 = 23,06 Berkategori baik
25-26 4 4 4 4 9,68% Baik 23-24 19 19 19 19 61,30% Baik 21-22 7 7 7 7 22,58% Baik 19-20 1 1 1 1 6,44% Cukup
Baik 17-18 - - - - Kurang
Baik
Dari tabel 4.23 dapat tergambarkan bahwa ada 5 anak atau 16,7% yang
berkategori sangat baik dalam proses percobaan dalam pengamatan pada
pertemuan ke 2 ini. Berkategori baik sebanyak 24 anak atau 80%, dan hanya
masih ada 1 siswa yang kurang baik dan aktif atau sekitar 3,33%. Tapi secara
keseluruhan siswa telah aktif dalam proses percobaan dan pengamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Dilanjutkan pada pertemuan yang ke 3 (tiga) ini, objek pengamatan masih
sama seperti pertemuan 1 dan 2. Hasil observasi khusunya pada komponen
pendekatan kontekstual pada siklus II pertemuan ke-3 ini dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Tabel 4.24. Rata-rata Skor Penilaian Proses Pengamatan Pendekatan
Kontekstual Siklus II Pertemuan ke-3
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 - - - - - Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 734 31 = 23,68 Berkategori baik
25-26 9 9 9 9 29,03% Baik 23-24 17 17 17 17 54,84% Baik 21-22 5 5 5 5 16,13% Baik 19-20 - - - - - Cukup
Baik 17-18 - - - - Kurang
Baik
Dari tabel 4.24 dapat tergambarkan bahwa ada 9 anak atau 29,03% yang
berkategori sangat baik dalam pembelajaran pada pertemuan ke 3 ini.
Berkategori baik sebanyak 22 anak atau 70,97%, secara keseluruhan siswa telah
aktif dalam setiap pembelajaran khususnya proses percobaan dan pengamatan
yang terdapat komponen pedekaan kontekstual didalamnya.
Siswa telah melakukan percobaan dan pengamatan dengan baik mulai dari:
menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan, memanipulasi, mengamati,
dan menyimpulkan sendiri hasil percobaan dan pengamatan. Setelah itu siswa
melakukan pengamatan dilakukan di luar kelas tentang macam-macam bangun
datar. Persentasi diskusi kelas dilakukan secara baik dan siswa mulai aktif,
kondisi kelas sudah mulai hidup karena sebagian siswa sudah mulai aktif
memberikan tanggapan terhadap hasil kelompok lain. Hasil karya siswa berupa
contoh macam-macam bangun datar yang dibuat secara kelompok dan di pajang
bersama-sama teman yang lain, sehingga untuk hasil pengamatan selama proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
belajar siswa (pada saat percobaan dan pengamatan) pada siklus II dapat
digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.25. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual)
Siklus II Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-3
Rata-rata Skor 23,06 23,23 23,68
Dari tabel 4.25 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran
siswa pada siklus I yang dilaksanakan selama3 (dua) kali pertemuan mengalami
peningkatan yaitu dari rata-rata 23,06 menjadi 23,23 dan pada pertemuan ke 3
menjadi 23,68.
Berdasarkan hasil di atas dapat terlihat bahwa siswa telah baik dalam
mengikuti proses pembelajaran khususnya pada komponen kontekstual. Selain
itu, siswa juga sudah aktifa dalam proses pembelejaran. Siswa secara mandiri
bersama-sama kelompokknya berusaha melakukan percobaan, pengamatan, lalu
menyimpulkan sendiri hasil belajar mereka. Dan mengkomunikasikan di depan
kelas.
Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses belajar (percobaan
dan pengamatan) yaitu meliputi beberapa objek pengamatan yang merupakan
cara penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran. Hasil
pengamatan ketiga observer (3 orang guru sebagai teman sejawat) kepada guru
pada saat mendampingi proses belajar siswa siklus II pertemuan ke-1, 2, dan 3
dapat dipaparkan sebagai berikut:
a) Secara keseluruhan guru sudah baik dala proses pembelajaran
b) Komponen dalam pendekatan kontekstual sudah muncul, hanya saja guru
masih kurang membangkitkan rasa ingin tahu (bertanya) siswa dalam
proses pembelajaran
c) Guru masih kurang menyeluruh dalam membimbing siswa dalam proses
konstruktivisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
b) Hasil Wawancara
Pada siklus II ini, masih sama seperti siklus I wawancara difokuskan
pada tiga orang siswa yaitu seorang siswa yang memperoleh nilai tertinggi,
sedang, dan terendah. Selain itu juga, pertanyaan pada wawancara ini masih
sama seperti pada siklus II. Dan tindak lanjut dari hasil pengamatan. Hasil
wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori nilai baik,
sedang, dan kurang dapat dibaca pada paparan berikut:
(1) Ketiga siswa merasa senang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh
guru
(2) Siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran karena siswa bisa belajar
bersama temannya, belajar di dalam kelas ataupun di luar kelas, serta
dapat belajar sendiri melalui proses percobaan dan pengamatan
(3) Menurut hasil wawancara dari ketiga siswa itu, mereka tidak mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran karena sudah ada LKS sebagai
petunjuk dan guru selalu memberikan bimbingan serta pengarahan
kepada siswa.
(4) Kesan dan respon siswa secara keseluruhan baik terhadapan proses
pembelajaran guru yang menerapkan pendekatan kontekstual ini.
menyenangkan dan siswa dapat lebih akrab dengan teman yang lain
(5) Harapan siswa yaitu agar guru dalam menyampaikan materi lain atau
mata pelajaran lain dengan metode-metode yang menarik dan tidak
membosankan.
2) Hasil Tes ( Hasil Belajar) Siklus II
Hasil tes ini adalah hasil dari evaluasi siklus II yang dilaksanakan
pada akhir siklus II. Hasil tes ini akan mengukur kemampuan pemahaman
siswa terhadap materi yang mereka pelajari selama pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
Dengan hasil tes ini dapat tergambarkan kemamupan tiap siswa
dalam menyerap materi atau konsep yang mereka pelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Hasil yang berasal dari tes evaluasi siklus II tentang bangun datar
(pertemuan pertama tentang jajar genjang, pertemuan kedua tentang belah
ketupat, dan pertemuan ketiga tentang layang-layang) dapat dipaparkan
pada tabel berikut:
Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-1
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 5 16,13% Tuntas Rata-rata = 2390 31 =77,10 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 17 54,84% Tuntas 3. 64-74 5 16,13% Belum
Tuntas 4. 53-63 1 3,23% Belum
Tuntas 5. 32-42 3 9,67% Belum
Tuntas Jumlah = 2390 31 100%
Dari tabel 4.26 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 9 siswa atau 29,04%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 22 siswa atau 70,06%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-2
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 6 19,35% Tuntas Rata-rata = 2445 31 =78,87 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 18 58,06% Tuntas 3. 64-74 4 12,90% Belum
Tuntas 4. 53-63 1 3,23% Belum
Tuntas 5. 32-42 2 12,46% Belum
Tuntas Jumlah = 2445 31 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Dari tabel 4.27 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 7 siswa atau 28,59%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 24 siswa atau 70,41%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus II pertemuan ke-3
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 86-96 7 22,58% Tuntas Rata-rata = 2525 31 =81,45 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 19 61,29% Tuntas 3. 64-74 3 9,68% Belum
Tuntas 4. 53-63 1 3,23% Belum
Tuntas 5. 32-42 1 3,23% Belum
Tuntas Jumlah = 2525 31 100%
Dari tabel 4.28 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 5 siswa atau 16,14%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 26 siswa atau 83,86%. Hasil tersebut masih dibawah indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus II
N
o
Nilai Pertemuan Rata
rata
Persen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3 1 86-96 5 6 7 6 19,35% Tuntas Rata-rata = 2445
31 =78,87 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2 75-85 17 18 19 18 58,06% Tuntas 3 64-74 5 4 3 4 12,90% Belum
Tuntas 4 53-63 1 1 1 1 3,23% Belum
Tuntas 5 32-42 3 2 1 2 6,46% Belum
Tuntas Jumlah = 2445
31 31 31 31 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan tabel 4.29 diatas, jumlah siswa yang masih di bawah
KKM (belum tuntas) sebanyak 7 siswa atau 22,59%. Sedangkan jumlah siswa
yang tuntas adalah 24 siswa atau 77,41%. Hasil tersebut masih jauh dari
indikator kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa
mencapai KKM.
Sehingga mereka sudah tuntas atau memenuhi KKM dalam materi
sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang)
sebanyak 24 siswa atau sekitar 77,41%. Tetapi, masih ada 7 anak sebanyak
22,59%
Berdasarkan perbandingan dengan hasil evaluasi siklus I dengan rata-rata
nilai 74,65 pada siklus II telah ada peningkatan yaitu dengan rata-rata nilai
siswa 76,77 pada materi tentang sifat bangun datar(jajar genjang, belah
ketupat, dan layang-layang)
Untuk persentase dan kenaikan jumlah siswa ketuntasan belajar siklus II
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.30. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II
No Nilai Jumlah Siswa Persen Keterangan
1 0 74 7 22,59% Belum Tuntas
2 75 100 24 77,41% Tuntas
Jumlah 31 100%
Dari tabel 4.30 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan memenuhi
KKM berjumlah 24 anak siswa atau sekitar 77,41%. dan jumlah siswa yang
tidak tuntas 7 siswa atau 22,59%.
Apabila dibuat gambar diagram, dari tabel di atas maka dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Gambar 4.4. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
d. RefleksiSiklusII
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti
pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II sudah berjalan baik. Berdasarkan lembar
pengamatan dan hasil wawancara terhadap siswa, sudah banyak siswa yang
kelihatan senang, antusias, dan menunjukkan peningkatan aktifitas belajar
dalam kegiatan pembelajaran serta lebih mudah untuk memahami materi
pembelajaran saat disampaikan dengan penerapan pendekatan kontekstual
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Kelebihan lain pada siklus II ini yaitu tahap-tahap pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pada tiap tahap
pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan kontekstual antara
Tuntas; 77,41%
Belum Tuntas; 22,59%
; 0 ; 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan. masyarakat belajar,
refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II
juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan ketuntasan belajar siswa pada
siklus I dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar
siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.31. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes awal, Siklus I dengan Siklus II
No Tahap Belum Tuntas Tuntas
Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa Persentase
1 Siklus II 7 22,59% 24 77,41%
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan tindakan
siklus II ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta dapat berhasil
dengan baik. Karena secara umum siswa telah mencapai batas ketuntasan
belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Sedangkan hasil siklus II siswa yang
telah tuntas dan di atas KKM sebanyak 24 anak atau sekitar 77,41%.
Pada siklus II ini menurut observer secara umum guru telah
melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan
baik dan telah memperbaiki dan menghasilkan peningkatan proses dan hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pada siklus sebelumnya. Dengan
demikian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini pada
materi tentang sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan layang-
layang) telah dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Karena telah
sesuai dengan indikator-indikator kinerja yang telah direncanakan sebelumnya
yaitu sebagai berikut: keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran sebanyak 75% siswa telah aktif, respon siswa 75% telah
menunjukkan gairah belajar dalam mengikuti proses pembelajaran, dan terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dan peningkatan hasil belajar
matematika tentang sifat bangun datar (jajar genjang, belah ketupat, dan
layang-layang) yaitu 77,41% siswa mencapai nilai tuntas minimal (KKM).
Karena peneliti belum memenuhi 80% siswa tuntas atau memenuhi
KKM maka peneliti melanjutkan pada Siklus III.
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan Siklus III
Pada perencanaan siklus III ini tidak jauh berbeda dengan siklus I
dan II. Hanya saja materi, percobaan, objek pengamatan, dan media yang
digunakan berbeda. Selain itu, dalam merencanakan siklus III ini peneliti
perlu memperhatikan masukan-masukan dari observer sehingga akan
memperbaiki kekurangan proses pembelajaran pada siklus I. Dalam siklus
III akan diadakan selama 2 kali pertemuan dengan materi yang berbeda.
Untuk pertemuan pertama yaitu trapesium yang dilaksanakan pada hari
senin tanggal 23 Mei 2012 pada jam 07.30 08.40, pada pertemuan ke-2
yaitu lingkaran yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 Mei 2012
pada jam 07.30 08.40. Beberapa tahapan yang dilaksanakan sebelum
dilaksanakannya tindakan siklus III ini diantaranya adalah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP siklus III terlampir pada
lampiran 76 halaman), membuat lembar observer, menghubungi teman
sejawat untuk menjadi observer, dan menata ruangan agar nyaman bagi
siswa dan menyiapkan semua media yang diperlukan.
b. Pelaksanaan Siklus III
Setelah tahap perencanaan siklus III selesai, dilanjutkan ketahap
berikutnya yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan siklus III
ini tidak sama dengan siklus I dan II. Untuk siklus III dilakukan selama 2
(dua) kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu selam
70 menit yaitu untuk kegiatan awal 10 menit, kegiatan inti 45 menit, dan
kegiatan akhir 15 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
1) Pelaksanaan Pertemuan ke-1
Pelaksanaan siklus III untuk pertemuan yang pertama ini
dilakasanakan di kelas V pada hari senin tanggal 23 Mei 2012 dengan
materi trapesium pada jam 07.30 08.40. Jumlah siswa yang hadir dalam
Siklus III pertemuan 1 ini berjumlah 31 anak. Selain itu juga ada 3 teman
observer yaitu tiga teman guru sebagai teman sejawat.
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal yang dilakukan selama
10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan semua yang diperlukan
dalam proses pembelajaran seperti: ruangan kelas dibuat nyaman dan
mempersiapkan mental siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran
yang akan disampaikan. Dilanjutkan dengan berceramah dan tanya jawab
tentang cara membuat bangun datar trapesium bersama-sama siswa. Sama
seperti siklus I dan II pada kegiatan awal ini meliputi: berdoa, absensi, tes
penjajagan yang berupa tanya jawab tentang materi yang akan
disampaikan untuk mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk
menggali dan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru menyampaikan
tujuan dari pembelajaran yang akan dilakasanakan.
Kegiatan inti dilakukan selama 45 menit, untuk kegiatan inti
terlebih dahulu membagi anak menjadi 6 kelompok secara merata baik
seperti pada siklus I dan II. Setelah siswa membentuk kelompok, guru
mulai menerapkan Kontekstual dalam pembelajaran yang memiliki 7
komponen yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar,
permodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
Pada kegiatan awal pembelajaran diawali dengan demonstrasi guru
bersama siswa untuk melakukan demonstrasi tentang sifat bangun
datar(trapesium). Demonstrasi itu adalah salah satu contoh pemodelan
yang merupakan kompenen Kontekstual yang diterapkan dalam
pembelajaran. Setelah semua kelompok mendapat LKS, terlebih dahulu
guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam melaksanakan
percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Kemudian siswa mulai melaksanakan percobaan sesuai LKS
berdasarkan kelompoknya masing-masing. Dalam tahapan ini guru
mengembangkan komponen Kontekstual yaitu pemodelan, masyarakat
belajar, dan inkuiri. Guru hanya berperan membimbing, mengarahkan, dan
fasilitator siswa dalam proses percobaan. Siswa bersama-sama dengan
bimbingan gurunya berusaha mencari dan menemukan informasi,
pengetahuan, konsep baru, atau ilmu dengan percobaan. Siswa belajar
bersama dengan kelompok mereka untuk membangun konsep sendiri atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan yang mereka dapat.
Siswa belajar dan menemukan sendiri melalui proses percobaan,
pengamatan, dan diskusi dalam kelompoknya. Sehinga siswa aktif
mencari dan menemukan sendiri.
Melalui proses percobaan dan pengamatan komponen Kontekstual
inkuiri dapat dikembangkan yaitu dimana siswa mengalami, mencoba,
mencari, dan menemukan sendiri suatu kensep pengetahuan yang telah
mereka miliki sebelumnya. Proses inkuiri bisa terjadi di kelas ataupun di
luar kelas. Proses percobaan di kelas yaitu pada saat siswa bersama
kelompoknya membuktikan tentang sifat-sifat pada trapesium.
Siswa tidak hanya melakukan percobaan di dalam kelas tapi juga di
luar kelas, untuk mencari benda-benda yang berbentuk trapesium yang
berada di lingkungan sekolahnya. Pada saat siswa melakukan percobaan
menggunkan alat dan bahan yang telah disiapkan maka terjadi proses
belajar secara enactive, siswa memanipulasi secara langsung objek-objek
itu berdasarkan langkah-langkah yang ada di LKS atau melihat peristiwa
nyata secara langsung.
Siswa melakukan percobaan tentang sifat-sifat bangun datar
tentang trapesium di sekitar sekolah. Tahapan proses belajar berikutnya
yaitu iconic siswa belajar dengan menggunakan alat dan bahan dalam
percobaan sebagai perumpamaan. Dengan begitu siswa akan mengalami
langsung dan memahami terhadap sifat-sifat bangun datar (trapesium).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Mereka mencoba dan memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa
untuk menemukan sifat-sifat bangun datar (trapesium).
Kegiatan proses pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual ini
menyenangkan bagi siswadan siswa tidak akan merasa bosan. Pada proses
inkuiri ini siswa melakukan percobaan dengan semangat, antusias,
kerjasama dan kompak dengan kelompoknya. Dari percobaan itu siswa
dapat menemukan dan membangun konsep sendiri. Proses percobaan di
luar kelas dapat digambarkan dari hasil dokumentasi.
Dalam percobaan ini siswa dapat berdiskusi langsung dengan
sesama anggota kelompoknya, dari kelompok ke kelompok lainnya, dan
atau dari kelompok kepada guru. Sehingga terjalin komunikasi dan
masyarakat belajar yang baik di kelas itu. Komponen kontekstual
masyarakat belajar dapat tergambarkan pada hasil dokumentasi. Melalui
proses percobaan dan pengamatan dan tanya jawab siswa akan
menemukan sendiri, menemukan informasi sendiri dan akan
mengkontruktivismekan ilmu yang mereka dapat dan didiskusikan
bersama teman-temannya. Komponen kontekstual bertanya juga dapat
dikembangkan pada pembelajaran ini.
Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses
pembelajaran. Siswa bersama kelompok masing-masing membahas dan
mendiskusikan hasil percobaan dan pengamatan dengan kelompok
masing-masing. Setelah proses diskusi selesai dilanjutkan dengan
persentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas secara perwakilan,
sedangkan kelompok yang memberi tanggapan terhadap persentasi
temannya yang disertai tanya jawab agar kondisi kelas lebih aktif. Guru
bersama-sama siswa menyimpulkan materi dalam proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mencatat kesimpulan dan hal-hal yang mereka
anggap penting dengan kata-kata mereka sendiri ataupun menggambarkan
proses yang telah mereka amati atau tahap proses belajar symbolic.
Guru bersama siswa melaksanakan refleksi dari proses
pembelajaran, untuk mengulang sekilas proses pembelajaran yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
dilakukan. Yaitu merefleksikan hasil LKS, hasil karya siswa, dan kuis bagi
siswa. Dan merefleksikan kekurangan dan kelebihan dalam proses
pembelajaran. Sehingga diharapkan pada proses pembelajaran berikutnya
dapat berjalan dengan lebih baik. Untuk mengetahui kemampuan daya
serap siswa dalam pembelajaran maka diberikan kuis. Kuis dilakukan
dengan cara setiap anak membuat pertanyaan sendiri lalu diacak dan
temannya sendiri yang akan menjawab soal itu setelah itu yang menilai
kebenaran jawaban adalah pembuat soal. Pada akhir pelajaran ditutup
dengan berdoa bersama-sama.
2) PelaksanaanPertemuanke-2
Pelaksanaan tindakan untuk pertemuan yang ke-2 pada siklus III ini
dilaksanakan di ruang kelas V pada hari senin tanggal 28 Mei 2012 dari
jam pelajaran pertama sampai dengan jam pelajaran ke-dua yaitu 07.30
08.40 WIB dengan materi lingkaran. Jumlah siswa kelas V yang hadir
dalam pelaksanaan pertemuan yang ke-2 ini berjumlah 31 siswa.
Pelaksanaan pada pertemuan 2 (dua) ini masih menerapkan
pendekatan Kontekstual seperti siklus I dan II, tetapi hanya saja materi
yang berbeda yaitu tentang lingkaran. Kegiatan awal pembelajaran dimulai
dengan berdoa, absensi, tes penjajagan yang berupa tanya jawab untuk
mengetahui kemamapuan awal siswa, dan acuan untuk menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dan guru menjelaskan tujuan
dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa ter ilihat senang
dan antusias.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan inti diawali dengan
demonstrasi yang dilakukan guru bersama siswa di depan kelas yang
berhubungan dalam membuat bangun datar lingkaran dan siswa yang lain
mengamati demonstrasi tersebut.
Siswa bersama kelompok masing-masing menyiapkan alat dan
bahan untuk percobaan serta melaksanakan percobaan tentang lingkaran
sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS, sedangkan guru mengarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
dan memfasilitator siswa dalam percobaan maupun proses pembelajaran.
Dan siswa memanipulasi alat dan bahan yang mereka bawa sesuai dengan
petunjuk yang ada. Proses belajar memanipulasi itu adalah salah satu
tahapan proses belajar dari enactive. Siswa saling saling bekerjasama
dalam kelompok masing-masing, dan saling bertukar pendapat antar
kelompok sehingga terjalin situasi masyarakat belajar yang baik dalam
kelas itu. Siswa melakukan beberapa percobaan yaitu tentang lingkaran
untuk menemukan sifat-sifat tentang tentang (lingkaran) dan teman-teman
satu kelompoknya mengamati.
Percobaan tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas
pada saat siswa melakukan percobaan untuk menemukan benda-benda
yang berbentuk lingkaran. Melalui percobaan itu siswa telah mengalami
proses belajar iconic. Dengan begitu siswa akan mengalami dan
menemukan sendiri suatu pengetahuan sehingga akan bermakna bagi anak.
Siswa lalu kembali ke dalam kelas dan berkumpul dengan
kelompok masing-masing untuk membahas dan merefleksikan hasil
percobaan serta pengamatan yang dilakukan sebelum dipresentasikan di
depan kelas tentang lingkaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran
perwakilan dari beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan siswa dari
kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan mengajukan
pertanyaan Sehingga dengan begitu siswa akan aktif dan tugas guru hanya
membimbing serta mengarahkan. Setelah beberapa kelompok maju ke
depan kelas maka siswa bersama-sama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan tentang lingkaran. Siswa dapat
menyimpulkan dan mencatat hasil kesimpulan bersama dengan kata-kata
sendiri.
Sebelum proses pembelajaran diakhiri siswa bersama guru
melaksanakan refleksi sejenak tentang proses pembelajaran yang
dilaksanakan baik dari segi proses pelaksanaan pembelajaran maupun dari
pemahaman materi yang telah disampaikan. Sehingga dapat mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
kekurangan atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa maka diadakan evaluasi pada akhir
pembelajaran untuk mengetahui tingkat daya serap siswa pada saat
mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan pada akhir siklus
III dengan materi tentang trapesium dan lingkaran. Dan untuk kegiatan
terakhir pembelajaran ditutup dengan berdoa.
c. Observasi Siklus III
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus III yaitu dengan
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung
selama siklus III yang meliputi 2 kali pertemuan dengan materi yaitu
trapesium dan lingkaran yang masih menerapkan pendekatan kontekstual
dan hasil belajar siswa setelah diadaknnya evaluasi pada akhir siklus III
ataupun pada akhir pertemuan III dengan tujuan agar dapat
membandingkan dan melihat perubahan dari hasil tes awal, tes siklus I,
dan tes siklus II. Sehingga dapat terlihat peningkatan hasil belajar siswa.
Tes Hasil kegiatan observasi didapat dari data non tes dan tes. Non
tes dilakukan berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumen foto,
sedangkan data tes dilakukan berupa hasil evaluasi tertulis pada akhir
siklus III. Hasil observasi dapat dilakukan dengan mengamati dari data
sebagai berikut:
1) Observasi Non Tes ( Proses ) Siklus III
Hasil penelitian non tes pada siklus II ini didapatkan dari hasil
observasi siswa (saat proses pembelajaran dan percobaan), wawancara,
dan di dukung dengan dokumen foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada
uraian berikut ini:
a) Hasil Observasi Siswa dan Guru
Hasil observasi dalam siklus III ini adalah observasi terhadap siswa
yang dilaksanakan oleh 3 teman sejawat sebagai observer yang dilakukan
selama 2 kali pertemuan. Selain untuk siswa juga ada hasil observasi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
guru sebagi peneliti yang diamati oleh 3 (dua) orang pengamat. Untuk
mengamati guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak hanya
mengamati perilaku siswa pada saat proses pembelajaran dan proses
belajar berlangsung tetapi hasil observasi ini juga meliputi pengamatan
terhadap kinerja siswa dalam kelompoknya.
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran
dan percobaan untuk menemukan sifat-sifat bangun datar pada siklus III
yaitu tentang trapesium dan lingkaran. Yang akan diadakan selama 2
(dua) kali pertemuan.
Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui dan
melihat respon perilaku siswa dalam menerima atau mengikuti proses
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan untuk
mengamati perilaku atau sikap guru pada saat proses pembelajaran, yaitu
meliputi :
(1) AspekPengamatandalamProsesPembelajaran
Masih sama seperti pada siklus III objek sasaran pengamatan yang
pertama yaitu mengamati 10 perilaku siswa, baik positif maupun negatif
yang muncul saat proses pembelajaran berlangsung.
Adapun objek sasaran observasi tersebut adalah (a) memperhatikan
penjelasan guru, (b) aktif dalam bertanya, (c) aktif dalam diskusi
kelompok, (d) bekerjasama dalam kelompok, (e) aktif dalam percobaan
dan pembelajaran, (f) kemampuan berkomunikasi, (g) bertanggung jawab,
(h) mandiri, (i) percaya diri/ berani mengemukakan pendapat, (j)
menghargai pendapat orang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan dan skala penilaian proses pada
siklus III pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 4.32. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III Pertemuan ke-1 )
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
94-100 9 11 10 10 19,35% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 2850 31 = 91,9 Berkategori baik
87-93 - - - - 61,30% Baik 80-86 18 16 17 17 - Baik 73-79 - - - - 19,35% Cukup
Baik 66-72 4 4 4 4 - Kurang
Baik Jumlah 31 31 31 31 100%
Berdasarkan table 4.32 hasil observasi terhadap proses pembelajaran
berjalan dengan baik. Siswa sudah baik dalam mengikuti setiap proses
pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik. Ada sekitar 10 siswa atau
sekitar 32,26% siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran, dan 21 anak atau
sekitar 67,74% siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Pada siklus III pertemuan pertama ini, siswa mulai terdapat perubahan dari
pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah aktif dalam proses
pembelajaran dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, siswa sudah
antusias dalam bertanya baik kepada guru, teman atau antar kelompok.
Semakin banyak siswa untuk bertanya baik dalam proses pembelajaran
maupun saat diskusi.
Menurut hasil pengamatan observer sudah hampir semua siswa
memperhatikan gurunya saat proses pembelajaran berlangsung. Kerjasama
dalam kelompok juga sudah mulai terlihat, siswa dalam kelompoknya sudah
mulai aktif dan tidak cuek. Secara keseluruhan semua siswa ikut melakukan
percobaan dan pengamatan tentang trapesium dapat berjalan dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
sehingga dengan begitu siswa akan belajar mandiri akan mengkonstrukkan
ilmu atau pengetahuan yang meraka dapat akan lebih bermakna. Siswa sudah
mulai sadar dan tidak malu lagi untuk bertanya kepada guru maupun kepada
teman. Sehingga kelas terlihat lebih aktif dari pada siklus I dan II. Masing-
masing kelompok juga telah bekerjasama dalam kelompok mereka masing-
masing baik dalam percobaan, diskusi kelompok, maupun pada saat
pengamatan.
Pada siklus III ini tidak tampak keegoisan siswa, secara keseluruhan
siswa telah bekerjasama dengan kelompok masing-masing walaupun ada
beberapa siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Dengan guru memberikan kesempatan kepada kelompok masing-masing untuk
melakukan percobaan maka dengan begitu siswa akan berlatih mandiri dan
bertanggung jawab.
Setelah pelaksanaan siklus III pada pertemuan pertama selesai lalu
dilanjutkan pengamatan proses pembelajaran pada pertemuan yang ke-2 yang
dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012 yang dilakukan oleh 3 orang teman
sejawat. Sama seperti pertemuan yang pertama observer masih mengamati
aspek yang sama, untuk mengetahui peningkatan proses dari tiap pertemuan
dengan menerapkan pendekatan konteksual. Pada pertemuan yang ke-2 ini
hanya saja materinya yang berbeda yaitu tentang sifat lingkaran. Hasil
Observasi siswa siklus III pertemuan ke-2 dapat dipaparkan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.33. Rata-rata Skor Penilaian Proses (Aspek Pengamatan : Proses Pembelajaran Siklus III pertemuan ke-2)
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
94-100 12 14 13 13 19,35% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa:
87-93 - - - - 61,30% Baik 80-86 16 14 15 15 - Baik 73-79 - - - - 19,35% Cukup
Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
66-72 3 3 3 3 - Kurang Baik
Rata-rata = 2890 31 = 93,2 Berkategori baik
Jumlah 31 31 31 31 100%
Berdasarkan tabel 4.33 dapat terlihat bahwa proses belajar siswa pada
saat pembelajaran siklus III pertemuan ke-2 sudah baik dan semua siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran dari pada pertemuan yang pertama. Semua
siswa memperhatikan dan mengikuti penjelasan dan pembelajaran dari guru
dengan baik. Siswa sudah bisa menggambarkan bangun datar (lingkaran) pada
pertemuan ke-2 siklus III ini.
Dari hasil pengamatan dapat digambarkan tentang kategori perilaku
siswa saat proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : siswa
berkategori sangat baik dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 13 anak atau
sekitar 41,93%, sedangkan siswa yang berkategori baik dalam proses
pembelajaran sebanyak 18 anak atau 58,61%.
Sehingga untuk hasil pengamatan proses pembelajaran siklus III
dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.34. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Pembelajaran Siklus III
Siklus III Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Rata-rata Skor 91,9 93,2
Dari tabel 4.34 di atas dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran
siswa pada siklus III yang dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan
mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata 91,9 keaktifan siswa meningkat
menjadi 93,2. Perilaku siswa saat proses pembelajaran lebih baik.
Selain mengamati siswa sebagai objek pembelajaran, observer juga
melakukan pengamatan terhadap guru sebagai peneliti pada saat proses
pembelajaran. Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
(1) Guru telah baik dalam menerapkan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran
(2) Hampir semua komponen Pendekatan kontekstual sudah mulai
dikembangkan pada anak
(3) Pemberian motivasi sudah menyeluruh
(4) Materi telah disampaikan secara jelas dan terperinci
(5) Guru sudah lebih pelan dan jelas dalam menyampaikan materi
Secara keseluruhan guru sangat baik dalam proses pembelajaran dan
mengelola kelas serta siswa pada saat pembelajaran. Siswa sudah aktif pada
saat proses pembelajaran sudah mulai terlihat. Proses pembelajaran telah baik
dari awal pembelajaran sampai akhir pelajaran. Pada siklus II ini lebih jelas
dan lebih pelan dalam menyampaikan materi dan langkah-langkah dalam
proses pembelajaran.Siswa sudah mulai aktif, mandiri, dan kreatif dalam
proses pembelajaran.
(2) Aspek Pengamatan dalam Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual)
Objek sasaran pengamatan yang kedua yaitu mengamati pada saat
siswa melakukan proses belajar (percobaan dan pengamatan). Pada
pengamatan ini dlikukan untuk mengetahui respon dan perilaku siswa saat
melakukan percobaan pada proses pembelajaran.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam observasi ini yaitu pada
komponen-komponen pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
Pada siklus III ini observer akan mengamati proses belajar siswa
selama tiga kali pertemuan dengan tujuan dapat melihat perubahan perilaku
siswa yang akan terdeskripsi saat kegiatan menemukan sifat-sifat bangun
datar (Trapesium dan lingkaran). Hasil observasi pada proses belajar siklus III
pertemuan yang pertama ini dapat dipaparkan di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tabel 4.35. Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses
Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-1
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 4 4 4 4 12,92% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 777 31 = 25,06 Berkategori baik
25-26 18 18 18 18 58,06% Sangat Baik
23-24 7 7 7 7 22,58% Baik 21-22 1 1 1 1 3,22% Baik 19-20 1 1 1 1 3,22% Cukup
Baik 17-18 - - - - - Kurang
Baik
Pada tebel 4.35 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah
mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan
baik. Terdapat 4 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses
pembelajaran atau sekitar 12,92%. Siswa yang baik dalam proses
pembelajaran dalam kelas yaitu sebanyak 26 anak atau 83,86%. Dan siswa
yang berkategori cukup baik hanya 1 anak atau 3,22%.
Dalam proses belajar ini, siswa sudah merespon dengan baik kegiatan
pembelajaran. Hasil kerja kelompok masing-masing, secara perwakilan tiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan
kelas. Sebagian besar siswa sudah aktif bertanya pada diskusi kelas ini.
Hampir semua siswa sudah berani bertanya dan aktif dalam diskusi
kelompok ataupun diskusi di kelasnya. Secara bergantian tiap kelompok
mempersentasikan hasil kelompoknya dengan penuh semangat.
Pada pertemuan ini komponen pendekatan kontekstual sudah hampir
semua dikembangkan pada siswa yaitu terlihat dari siswa melakukan
pecobaan dan pengamaan sendiri, menyimpulkan hasil diskusi sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
bersama kelompoknya, dan juga hampir semua siswa sudah berani bertanya
baik dalam lingkup kelompok mereka ataupun dalam diskusi kelas.
Untuk pertemuan yang ke 2 (dua) ini, objek pengamatan masih sama
seperti pertemuan 1. Hasil observasi khusunya pada komponen pendekatan
kontekstual pada siklus III pertemuan ke-2 ini dapat dipaparkan sebagai
berikut:
Tabel 4.36 Rata-rata Skor Penilaian Proses pada Aspek Pengamatan : Proses
Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III Pertemuan ke-2
Skor
penilaian
Observer Rata
rata
Presen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 3
27-28 10 10 10 10 32,26% Sangat Baik
Berdasarkan tabel lampiran hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa: Rata-rata = 782 31 = 25,23 Berkategori baik
25-26 13 13 13 13 41,94% Baik 23-24 6 6 6 6 19,37% Baik 21-22 2 2 2 2 6,43% Baik 19-20 - - - - - Cukup
Baik 17-18 - - - - - Kurang
Baik
Pada tebel 4.36 dapat dipaparkan bahwa sebagian besar siswa telah
mengikuti proses belajar yang meliputi percobaan dan pengamatan dengan
baik. Terdapat 10 siswa yang sangat baik dalam mengikuti proses
pembelajaran atau sekitar 32,26%. Siswa yang baik dalam proses
pembelajaran dalam kelas yaitu sebanyak 21 anak atau 83,88.
Pada pertemuan siklus 3 ke-2 siswa sangat antusias dalam setiap
proses belajar. Komponen pendekatan kontekstual hampir semua muncul.
Mulai dari siswa mengkonstruktivismekan sendiri ilmu yang mereka dapat
bersama teman-temannya, siswa sudah menemukan sifat-sifat bangun datar
melalui proses pengamatan dan percobaan bersama kelompoknya, siswa juga
dapat memasayarakat dengan baik dengan teman maupun gurunya. Serta aktif
bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Persentasi diskusi kelas dilakukan secara baik dan siswa mulai aktif,
kondisi kelas sudah mulai hidup karena sebagian siswa sudah mulai aktif
memberikan tanggapan terhadap hasil kelompok lain.
Sehingga untuk hasil pengamatan selama proses belajar siswa (pada
saat percobaan dan pengamatan) pada siklus III dapat digambarkan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.37. Perbandingan Hasil Pengamatan Saat Proses Belajar (Pendekatan Kontekstual) Siklus III
Siklus III Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2
Rata-rata Skor 25,06 25,23
Dari tabel 4.37 dapat dipaparkan bahwa proses pembelajaran siswa
pada siklus I yang dilaksanakan selama 2(dua) kali pertemuan mengalami
peningkatan yaitu dari rata-rata 25,06 menjadi 25,23 pada pertemuan ke-2.
Berdasarkan hasil di atas dapat terlihat bahwa siswa telah baik dalam
mengikuti proses pembelajaran khususnya pada komponen kontekstual.
Selain itu, siswa juga sudah aktifa dalam proses pembelajaran. Siswa secara
mandiri bersama-sama kelompokknya berusaha melakukan percobaan,
pengamatan, lalu menyimpulkan sendiri hasil belajar mereka. Dan
mengkomunikasikan di depan kelas. Keterampilan sosial siswa (masyarakat
belajar) sudah mulai nampak ketika siswa dapat berhubungan baik dengan
teman, guru, serta orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sedangkan hasil observer mengamati guru saat proses belajar
(percobaan dan pengamatan) yaitu meliputi beberapa objek pengamatan yang
merupakan cara penerapan pendekatan kontekstual dalam proses
pembelajaran. Hasil pengamatan kedua observer (Kepala Sekolah dan 1
Teman sejawat) kepada guru pada saat mendampingi proses belajar siswa
siklus III pertemuan ke-1 dan 2 dapat dipaparkan sebagai berikut:
a) Secara keseluruhan guru sudah baik dala proses pembelajaran sesuai
dengan rencana pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
b) Komponen dalam pendekatan kontekstual sudah muncul dan
dikembangkan kepada siswa dengan baik
d) Guru telah membimbing siswa dalam proses konstruktivisme dan proses
belajar dengan baik.
c) Hasil Wawancara
Pada siklus III ini, masih sama seperti siklus I dan II wawancara
difokuskan pada tiga orang siswa yaitu seorang siswa yang memperoleh
nilai tertinggi, sedang, dan terendah. Selain itu juga, pertanyaan pada
wawancara ini masih sama seperti pada siklus II dan tindak lanjut dari hasil
pengamatan.
Hasil wawancara dengan ketiga responden yang mewakili kategori
nilai baik, sedang, dan kurang dapat dibaca pada paparan berikut:
(1) Ketiga siswa merasa senang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh
guru karena tidak membosankan
(2) Siswa bisa belajar sendiri bersama teman-temannya
(3) Siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran karena siswa dapat
belajar sendiri melalui proses percobaan dan pengamatan
(6) Menurut hasil wawancara dari ketiga siswa itu, mereka tidak mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran karena sudah ada LKS sebagai
petunjuk dan guru selalu memberikan bimbingan serta pengarahan
kepada siswa. Serta muda dipahami oleh kelompok diskusi.
(7) Kesan dan respon siswa secara keseluruhan baik terhadapan proses
pembelajaran guru sangat menyenangkan siswa dapat bermain tetapi
smabil belajar, serta siswa juga bisa belajar langsung dari lingkungan
sekitar
(8) Harapan siswa yaitu agar guru dalam menyampaikan materi lain atau
mata pelajaran lain dengan metode-metode yang menarik dan tidak
membosankan. Sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
3) Hasil Tes ( Hasil Belajar) Siklus III
Hasil tes ini adalah hasil dari evaluasi siklus III yang dilaksanakan
pada akhir siklus III. Hasil tes ini akan mengukur kemampuan pemahaman
siswa terhadap materi yang mereka pelajari selama pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.Dengan hasil tes ini dapat
tergambarkan kemamupan tiap siswa dalam menyerap materi atau konsep
yang mereka pelajari. Hasil yang berasal dari tes evaluasi siklus III tentang
bangun datar (trapesium dan lingkaran.), dapat dipaparkan pada tabel berikut
:
Tabel 4.38. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-1
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 91-100 7 22,58% Tuntas Rata-rata = 2565 31 =82,74 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 83-90 8 25,81% Tuntas 3. 75-82 14 45,16% Tuntas
4. 67-74 1 3,23% Belum Tuntas
5. 20-66 1 3,23% Belum Tuntas
Jumlah = 2565 31 100%
Dari tabel 4.38 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.39. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Tes Siklus III pertemuan ke-2
No Nilai Jumlah
Siswa
Persentase Kriteria Keterangan
1. 91-100 9 26,04% Tuntas Rata-rata = 2655 31 =85,65 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi
2. 83-90 8 25,80% Tuntas 3. 75-82 12 38,70% Tuntas
4. 67-74 1 3,23% Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
5. 20-66 1 3,23% Belum Tuntas
KKM
Jumlah = 2655 31 100%
Dari tabel 4.39 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Tabel 4.40. Distribusi Frekuensi Rata-rata nilai Akhir Tes Siklus III
No Nilai Pertemuan Rata
rata
Persen-
tase
Kriteria Keterangan
1 2 1. 86-96 7 9 8 25,80% Tuntas Rata-rata = 2610
31 = 84,19 Hampir sebagian siswa telah tuntas /memenuhi KKM
2. 75-85 8 8 8 25,80% Tuntas 3. 64-74 14 12 13 41,94% Tuntas
4. 53-63 1 1 1 3,23% Belum Tuntas
5. 32-42 1 1 1 3,23% Belum Tuntas
Jumlah = 2610
31 31 31 100%
Dari tabel 4.38 di atas, jumlah siswa yang masih di bawah KKM
(belum tuntas) sebanyak 2 siswa atau 6,46%. Sedangkan jumlah siswa yang
tuntas adalah 29 siswa atau 93,54%. Hasil tersebut masih jauh dari indikator
kinerja yang ditetapkan yakni lebih dari 85% jumlah siswa mencapai KKM.
Pada siklus III ini, persentase ketuntasan belajar dan jumlah siswa
juga mengalami kenaikan yang cukup bagus. Persentase dan kenaikan jumlah
siswa ketuntasan belajar siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Tabel 4.41. Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III
No Nilai Jumlah Siswa Persen Keterangan
1 0 74 2 6,44% Belum Tuntas
2 75 100 29 93,56%. Tuntas
Jumlah 31 100%
Dari 4.41 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan memenuhi
KKM berjumlah 29 anak siswa atau sekitar 93,56% dan jumlah siswa yang
tidak tuntas 2 siswa atau 6,44%.
Apabila dibuat gambar diagram, dari tabel di atas maka dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.5. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III
d. Refleksi Siklus III
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer dan pengamatan peneliti
pada saat melaksanakan penelitian tindakan kelas, secara umum pelaksanaan
pembelajaran pada siklus III sudah berjalan baik. Berdasarkan lembar
Tuntas, 93.46%
Belum Tuntas, 6.54%
; 0; 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
pengamatan dan hasil wawancara terhadap siswa, sudah banyak siswa yang
kelihatan senang, antusias, dan menunjukkan peningkatan aktifitas belajar
dalam kegiatan pembelajaran serta lebih mudah untuk memahami materi
pembelajaran saat disampaikan dengan penerapan pendekatan kontekstual
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Serta siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Kelebihan lain pada siklus III ini yaitu tahap-tahap pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pada tiap tahap
pelaksanaan siklus yang meliputi 7 komponen pendekatan kontekstual antara
lain: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan. masyarakat belajar,
refleksi, dan penilaian sebenarnya, telah dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus
III juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan ketuntasan belajar siswa
pada siklus I dan II, ketuntasan belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.42 Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus III
N
o Tahap
Belum Tuntas Tuntas Ket
Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa Persentase
1 Siklus III 2 6,44% 29 93,56%
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan
tindakan siklus III ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta
dapat berhasil dengan baik. Karena secara umum siswa telah mencapai batas
ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Sedangkan hasil siklus III
siswa yang telah tuntas dan di atas KKM sebanyak 29 anak atau sekitar
93,56%.
Pada siklus III ini menurut observer secara umum guru telah
melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan
baik. Dan telah memperbaiki dan menghasilkan peningkatan proses dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pada siklus sebelumnya. Dengan
demikian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual ini pada
materi tentang sifat bangun datar (Trapesium dan lingkaran.) telah dapat
diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Karena telah sesuai dengan
indikator-indikator kinerja yang telah direncanakan sebelumnya yaitu sebagai
berikut: (1) keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
sebanyak 75% siswa telah aktif, (2) respon siswa 75% telah menunjukkan
gairah belajar dalam mengikuti proses pembelajaran, dan terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Dan peningkatan hasil belajar matematika
tentang sifat bangun datar (Trapesium dan lingkaran) yaitu 93,56% siswa
mencapai nilai tuntas minimal (KKM).
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Perbandingan Tes Awal dengan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan tentang hasil belajar siklus I, maka
perbandingan presentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes awal dengan
tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.43. Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Tes Awal dengan Siklus I
No Tahap Belum Tuntas Tuntas
Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa Persentase
1 Tes
Awal
25 80,65% 6 19,35%
2 Siklus
I
18 58,06% 13 41,94%
Berdasarkan tabel 4.43 di atas dapat terlihat telah terjadi peningkatan
hasil belajar siswa antara tes awal sebelum dilakukan tindakan dan hasil tes
Matematika tentang sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V. Pada tes awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
yang telah tuntas atau memenuhi KKM hanya berjumlah 6 siswa atau sekitar
19,35%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus
I hasil belajarnya meningkat menjadi 41,94% atau sekitar 13 siswa.
Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada
tes awal adalah sebanyak 25 siswa atau sekitar 80,65%, pada siklus I setelah
diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum
memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 18 anak atau sekitar 58,06%
Sehingga untuk perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tes awal
dan siklus I dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Jumlah Rata-rata Ketuntasan Belajar Siswa
pada Tes Awal dengan Siklus I
2. Perbandingan Hasil Siklus I dengan Siklus II
Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes
siklus I dengan tes siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.45 Perbandingan Persentase dan jumlah Siswa Ketuntasan BelajarSiklus I dengan Siklus II
No Tahap Belum Tuntas Tuntas
Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh Siswa Persentase
1 Siklus I 18 58,06% 13 41,94%
2 Siklus II 7 22,59% 24 77,41%
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%90,00%
Tes Awal Siklus I
Belum tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil
belajar siswa antara siklus I dan hasil tes siklus II. Pada siklus I yang telah
tuntas atau memenuhi KKM pada pembelajaran matematika tentang sifat-sifat
bangun datar hanya berjumlah 13 siswa atau sekitar 41,94%, setelah
diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada akhir siklus II hasil
belajarnya meningkat menjadi 77,41% atau sekitar 24 siswa. Sedangkan
untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas pada siklus I
adalah sebanyak 18 siswa atau sekitar 58,06%, pada siklus II setelah
diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau belum
memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 7 anak atau sekitar 22,59%
Sehingga untuk perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tes awal
dan siklus I dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 4.7 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II
3. Perbandingan Siklus II dengan Siklus III
Untuk perbandingan persentase dan jumlah siswa ketuntasan belajar tes
siklus II dengan tes siklus III dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Tuntas Belum Tuntas
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Tabel 4.45 Perbandingan Persentase dan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar Siklus II dan Siklus III
No Tahap
Belum Tuntas Tuntas
Ket Jmlh Siswa Persentase Jmlh
Siswa
Persentase
1. Siklus II 7 22,59% 24 77,41%
2. Siklus
III
2 6,46% 29 93,54%
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer pada pelaksanaan
tindakan siklus III ini telah dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta
dapat berhasil dengan baik karena secara umum siswa telah mencapai batas
ketuntasan belajar yang telah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan tabel di atas
dapat terlihat telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa antara siklus II dan
hasil tes siklus III. Pada siklus II yang telah tuntas atau memenuhi KKM pada
pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar berjumlah 24 siswa
atau sekitar 77,41%, setelah diadakannya tindakan dan dilaksanakan tes pada
akhir siklus III hasil belajarnya meningkat menjadi 93,56% atau sekitar 29
siswa. Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM atau belum
tuntas pada siklus II adalah sebanyak 7 siswa atau sekitar 22,59%, pada siklus
III setelah diterapkan pendekatan Kontekstual siswa yang tidak tuntas atau
belum memenuhi KKM berkurang menjadi sebanyak 2 anak atau sekitar
6,64%.
Apabila dibuat gambar grafik, dari tabel di atas maka dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Gambar 4.8 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar tes awal, siklusI, SiklusII,
dan Siklus III
D. Pembahasan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama 3 siklus yang dilaksanakan
sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan, proses pembelajaran dan hasil evaluasi
yang dilakukan siswa tentang sifat-sifat bangun datar mengalami
peningkatan. Adapun pembahasan hasil penelitian ini meliputi:
1) Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan
Pembelajaran Matematika tentang Sifat-sifat datar pada Siswa Kelas V
SDN 2 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen
Penerapan pendekatan Kontekstual secara tepat dapat meningkatkan
proses belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: peneliti melaksanakan
tindakan pada siklus I, II dan siklus III dengan menerapkan pendekatan
Kontekstual pada mata pelajaran Matematika kelas V tentang sifat-sifat
bangun datar. Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dengan menerapkan
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Belum tuntas Tuntas
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
pendekatan Kontekstual yang di dalamnya terdapat 7 komponen Kontekstual
yang akan dikembangkan.
Proses belajar siswa meningkat secara baik karena peneliti telah
menerapkan pendekatan Kontekstual secara tepat yaitu dengan menjalankan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Kontekstual
dengan memperhatikan tahapan proses belajar enactive, iconic, dan symbolic
yang di dalamnya terdapat pengembangan 7 komponen Kontekstual meliputi:
konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
dan penilaian sebenarnya.
Langkah-langkah pembelajaran Kontekstual secara tepat dapat
meningkatkan proses belajar siswa dengan memperhatikan: (1) menentukan
materi dan masalah sebelum pembelajaran (penentuan materi dan masalah
yang akan diselesaikan dalam pembelajaran), (2) komponen konstruktivisme
(memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa
siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau
mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman
yang mereka dapat sendiri), (3) komponen bertanya (memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan
pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon siswa), (4)
komponen masyarakat belajar (menggerakkan siswa untuk membentuk
kelompok dalam kelas. Pembentukan dilakukan secra merata oleh guru.
Dengan tujuan akan terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam
berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa - diskusi kelompok, siswa -
diskusi kelompok diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-
orang yang berada di sekitar anak), (5) kompenen pemodelan (guru atau
siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan
guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas atau siswa
melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas), (6)
komponen inkuiri (melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa
melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan,
informasi, dan konsep itu. Dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas), (7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
komponen refleksi (mengajak siswa bersama-sama melakukan refleksi atau
melihat kembali apa yang telah mereka pelajari sekilas), (8) komponen
penilaian sebenarnya (melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai
dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya
siswa).
Dan peningkatan hasil proses belajar siswa selama pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan Kontekstual dapat diuraikan sebagai berikut:
untuk mengetahui peningkatan proses belajar siswa maka dilakukan
pengamatan pada setiap kali pertemuan pada tiap siklus dilaksanakan.
Observasi dilakukan oleh beberapa observer yang mengamati proses belajar
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran
berlangsung, dapat digambarkan perubahan perilaku siswa saat mengikuti
pembelajaran sebagian besar siswa berkategori cukup baik yaitu belum semua
siswa berantusias dengan pembelajaran karena belum terbiasa dengan
pendekatan Kontekstual. Tetapi, siswa terlihat senang dengan pembelajaran
guru, mereka terlihat lebih mandiri, dan terjalin komunikasi yang baik dengan
kelompoknya. Walaupun, masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri
tetapi secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik. Pada siklus I ini,
siswa masih malu-malu dan canggung untuk bertanya dan
mengkomunikasikan di depan kelas
Proses belajar siswa secara keseluruhan sudah baik. Dari satu siklus ke
siklus berikutnya telah mengalami perubahan. Perubahan sikap atau perilaku
siswa saat mengikuti semua proses pembelajaran baik pada saat
pembelajaran, percobaan, dan pengamatan. Siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Hampir semua siswa berani untuk bertanya, mereka juga
menjalin kerjasama yang baik dalam kelompok sehingga mereka dapat
memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan baik. Siswa juga dapat
menyimpulkan sendiri ilmu yang mereka dapat bersama teman-temannya.
Terlihat dari hasil pengamatan observer pada saat proses pembelajaran
dan pada proses belajar (percobaan dan pengamatan) yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
siswa, terlihat bahwa selama hasil observasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung siswa sudah aktif dalam setiap pertemuan dari siklus I samapai
siklus III. Yaitu terbukti dengan rata-rata skor hasil observasi pada Siklus I
pertemuan I 72,90 dari meningkat menjadi 77,10 pada pertemuan ke-2, dan
84,5 pada pertemuan ke-3. Setelah diadakan perbaiakan pada proses
pembelajaran di siklus II meningkat menjadi 84,5 pada pertemuan pertama,
menjadi 88,10 dan meningkat lagi pada pertemuan ke-3 menjadi rata-rata 90.
Dari data itu, peneliti selalu memperbaiki proses pembelajaran dan dari
kekurangan pada setiap pembelajaran. Pada siklus III siswa sudah hampir
semua aktif dalam proses pembelajaran yaitu pada pertemuan ke-1 91,90.
Berdasarkan data.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perilaku atau sikap siswa pada
saat pembelajaran pada siklus I berkategori cukup baik. Siswa sudah cukup
baik dalam proses pembelajaran saat guru menerapkan pendekatan
kontekstual. Untuk siklus II diadakan 3 (tiga) kali pertemuan. Kenaikan dan
perubahan yaitu rata-rata berkategori baik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Dan pada Siklus ke III juga siswa sudah aktif dan baik dalam
proses pembelajaran. Hanya saja berdasarkan hasil observasi masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif dan mengganggu pembelajaran pada siklus
I tetapi pada siklus yang ke-II siswa sudah menjadi aktif dalam pembelajaran.
Observer tidak hanya mengamati perilaku siswa pada saat proses
pembelajaran tetapi juga pada aspek atau pada saat siswa melakukan proses
belajar di dalam maupun di luar kelas. Berdasarkan keterangan di atas maka
hasil observasi terhadap proses belajar siswa khusunya (komponen
pendekatan kontekstual) dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Observasi pada Proses belajar siswa
(Komponen Pendekatan Kontekstual)
Berdasarkan grafik dan paparan di atas pengamatan tidak hanya
difokuskan pada perilaku siswa saat proses pembelajaran saja. Tetapi observer
juga melakukan pengamatan pada proses belajar siswa yaitu saat siswa
melakukan proses percobaan dan pengamatan. Rata-rata skor siswa pada saat
proses pembelajaran (melakukan percobaan dan pengamatan) siklus I yaitu
pada saat pertemuan ke-1 rata-rata skornya 20,87 dengan kategori sebagian
siswa cukup baik dalam proses pembelajaran dan untuk pertemuan yang ke-2
rata-rata skor siswa 21,90 berkategori baik dan menjadi 23,03 pada pertemuan
ke-3. Sedangkan pada siklus ke-II rata-rata skornya 23,06 berkategori baik
pada pertemuan yang ke-1 dan perubahan perilaku dan antusias serta keaktifan
siswa pada pertemuan ke-2 naik menjadi 23,23 dan siswa mengalami
perubahan keaktifan menjadi 23,68 pada pertemuan ke-3. Pada Siklus III
peneliti melakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi pada siklus I dan II
sehingga hasilnya dapat meningkat pada pertemuan ke-1 dari rata-rata 25,06
berkategori baik menjadi 25,23 pada pertemuan ke-2. Sehingga dengan proses
0
5
10
15
20
25
30
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3
Siklus I
Siklus II
Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
itu siswa diharapkan akan belajar lebih bermakna dan siswa akan lebih
memahami pengetahuan atau materi yang disampaikan gurunya.
Observasi tidak hanya dilakukan kepada siswa tetapi juga ke guru
sebagai peneliti yang dilakukan oleh teman sejawat. Dari siklus I samapi siklus
III, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengalami
pengingkatan menjadi sangat bagus. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan
baik, materi yang disampaikan oleh guru dapat dimengerti guru, dalam
menjelaskan langkah-langkah pengamatan dan percobaan guru sudah lebih
lambat dan jelas. Semua komponen pendekatan kontekstual dapat
dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan baik.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dari beberapa siswa
menunjukkan bahwa siswa sangat senang dan lebih mudah paham saat guru
mengajar dengan pendekatan Kontekstual. Siswa tidak merasa bosan dan
menyenangkan.
Berdasarkan hasil penilaian proses oleh observer, secara keseluruhan
siswa sudah baik. Karena pembelajaran kontekstual dapat menghadirkan jalan
terbaik untuk mencapai prestasi akademik yang unggul tetapi juga proses
belajar dengan pembelajaran mandiri bagi siswa. Maka dengan harapan hasil
belajar siswa akan meningkat dari pada sebelum diadakannya tindakan dan
penerapan pendekatan kontekstual dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Pembelajaran
Matematika tentang Sifat-sifat Bangun datar pada Siswa Kelas V SDN 2
Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen
Menurut Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni (2009: 37), hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Setelah dilaksanakannya tindakan melalui 3 (tiga) siklus selama 8 (kali) kali
pertemuan hasil belajar siswa saat melaksanakan tes tertulis pada tes awal, tes
siklus I, II dan tes siklus III mengalami peningkatan, walaupun ada beberapa
siswa yang nilainya masih tetap bahkan ada beberapa siswa yang nilainya turun
dari satu siklus ke siklus lainnya. Pada tes awal jumlah siswa yang belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
memenuhi KKM sebanyak 25 anak atau 80,65%, siswa yang tuntas hanya 6
anak atau sekitar 19,35% dengan rata-rata nilai 59,32 dan pada siklus I setelah
diberikan perlakuan (guru menerapkan pendekatan kontekstual) rata-rata skor
siswa menjadi 74,65, siswa yang belum tuntas sebanyak 18 anak atau sekitar
58,06%, siswa yang tuntas sebanyak 13 anak atau sekitar 41,94%, dan pada
siklus II siswa yang tidak memenuhi KKM sebanyak hanya 7 siswa atau sekitar
22,59%, siswa tuntas sebanyak 24 anak atau sekitar 77,41% dengan rata-rata
nilai 76,77. Dan pada akhir siklus III yang dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan rata-rata siswa meningkat menjadi 84,13, dengan siswa yang belum
memenuhi KKM hanya 2 anak atau sekitar 6,44%, serta siswa yang tuntas
sebanyak 29 anak atau sekitar 93,56%.
Pada keterangan diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap
tindakan (siklus) mengalami peningkatan. Pada kondisi awal jumlah nilai
secara keseluruhan, berjumlah 1805. Setelah diadakan tindakan pada sik lus I
meningkat menjadi berjumlah 2314, pada siklus II menjadi 2380 dan pada
siklus yang terakhir menjadi 2680. Rata-rata nilainya juga mengalami
peningkatan dari kondisi awal 58,23 menjadi 74,65 pada siklus I dan 76,77
pada siklus II, dan 85,13 pada siklus III.
Jadi berdasarkan paparan-paparan di atas sesuai dengan pendapat
Sugiyanto (2008: 19-20), bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengalami dan
bekerja mencari sendiri, bukan hanya transfer guru ke siswa. Sehingga
pembelajaran itu akan lebih bermakna bagi siswa, tidak hanya melihat dari
hasil belajar siswa saja tetapi juga pada peningkatan proses belajar siswa yang
disertai dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik saat
pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.
Dengan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika, sangat efektif dan baik bagi proses belajar siswa. Sehingga dengan
pendekatan pembelajaran ini siswa akan menjadi lebih mandiri dan aktif dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, pemahaman terhadap materi pada siswa lebih
meningkat sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Sedangkan, masih adanya 2 (dua) siswa yang belum tuntas atau belum
memenuhi KKM pada penelitian ini dikarenakan berbagai faktor yang
mempengaruhi. Setelah diadakannya pengamatan dan wawancara kepada anak
itu, bahwa faktor internal yang mempengaruhi hasil belajarnya masih rendah
karena rendahnya tingkat intelegensi anak itu dibuktikan dengan mereka
berdua yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Selain itu, untuk faktor
eksternalnya adalah karena faktor lingkungan keluarga dan lingkungan bergaul
anak yang tidak biak. Oleh karena itu, peneliti menganggap dengan adanya 2
(dua) siswa yang belum memenuhi KKM pada akhir siklus III ini tidak perlu
diadakan tindak lanjut atau tidak perlu mengadakan siklus yang berikutnya.
Karena untuk kedua siswa itu akan diadakan penangan secara khusus
khusus agar proses belajar dan hasil belajarnya dapat lebih baik seperti teman-
temannya. Yaitu dengan memberikan bimbingan belajar secara khusus seperti:
memberikan tambahan pelajaran bagi siswa yang belum mampu, mengadakan
pendekatan secara individual, dan selalu memberikan motivasi kepada siswa
tersebut, serta pendekatan pada keluarganya.
3) Kendala dan Solusi yang Dihadapi dalam Penggunaan Pendekatan
Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun
Datar pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun
Pelajaran 2011/2012
Setiap tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika menggunakan pendekatan Kontekstual pasti terdapat beberapa
kendala. Kendala tersebut merupakan suatu dampak dari adanya penelitian
tindakan. Kendala pembelajaran matematika menggunakan pendekatan
Kontekstual juga relatif tergolong bukan suatu masalah yang besar, selama
pada saat perencanaan semua dilakukan dengan persiapan yang baik dan
mempertimabangkan dampak baik atau buruknya dan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan belajar serta kemampuan rata-rata peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
a. Kendala Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Kontekstual memiliki
kendala sebagai berikut:
1) Dalam komponen Kontekstual (masyarakat belajar) siswa belum terbiasa
mandiri. Banyak siswa yang masih suka mempercayakan pekerjaan
kelompok kepada siswa yang dianggap paling bisa.
2) Dalam komponen bertanya, siswa masih malu-malu untuk bertanya.
3) Dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa sering asyik bermain
sendiri.
4) Penggunaan media yang didemontrasikan olah guru terlalu kecil sehingga
anak yang duduk di arisan paling belakang tidak bisa melihat dengan
jelas.
b. Cara Mengatasi Kendala Pada Penggunaan Pendekatan Kontekstual
Berikut adalah cara untuk mengatasi kendala yang muncul pada saat
pembelajaran menggunakan pendekatan Kontekstual:
1) Pemberian tugas atau materi yang akan disampaikan hendaknya mudah
dipahami, sehingga siswa akan mudah menangkap materi yang akan
dibahas melalui pendekatan Kontekstual.
2) Dalam komponen kontektual (masyarakat belajar dan inkuiri), guru perlu
memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
3) Guru perlu menyediakan media yang besar sehingga dapat dilihat oleh
siswa yang berada di urutan paling belakang khusunya pada saat siswa
mengamati demontrasi yang dilakukan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan secara tepat sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan 7 komponen
kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang Sifat-Sifat
Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
Matematika, dapat meningkatkan pembelajaran Matematika tentang Sifat-
Sifat Bangun Datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng
pada Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran Matematika tentang Sifat-Sifat Bangun Datar pada siswa kelas
V Sekolah Dasar Negeri 2 Kenteng pada Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu
siswa belum terbiasa mandiri, kurangnya media atau alat peraga yang
berukuran lebih besar sehingga semua siswa dapat melihat, siswa merasa
canggung untuk bertanya, dalam melakukan proses inkuiri di luar kelas siswa
terkadang asyik bermain sendiri. Sedangkan solusi untuk masalah tersebut
adalah Pemberian tugas atau materi yang akan disampaikan hendaknya
mudah dipahami, guru perlu memberikan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa, guru perlu menyediakan media yang besar sehingga
dapat dilihat oleh siswa yang berada di urutan paling belakang khusunya pada
saat siswa mengamati demontrasi yang dilakukan oleh guru.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini secara teoritis dan secara praktik perlu
pembenahan. Kesimpulan ini secara teoritis dapat menggambarkan bahwa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
melaksanakan pembelajaran matematika sebaiknya guru menerapkan pendekatan
kontekstual. Sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa akan
mencari dan belajar dengan mengalami secara langsung proses belajar yang
disertai bimbingan guru sehingga dengan begitu siswa akan dapat mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang mereka dapat ketika
belajarmatematika dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang ada
di sekitar siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik, mudah dipahami, dan
lebih bermakna bagi siswa.
Secara praktis, penelitian ini dapatdijadikandasar dan salah satu pijakan
bagi guru, terutama guru SD untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat
sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil
belajar siswa. Melalui pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam
proses pembelajaran. Siswa akan bekerja dan mengalami sendiri dalam proses
belajarnya bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa akan
berlatih memecahkan masalah yang meraka hadapi, selain itu juga dapat
mengembangkan keterampilan komunikasi siswa baik dengan teman-temannya,
guru, dan masyarakat yang ada di sekitar mereka. Sehingga melalui pendekatan
Kontekstual akan mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan, percobaan, inkuiri, dan pengalaman nyata yang
dibangun oleh individu.
Dengan demikian, hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa
dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Matematika
dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran untuk
meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar matematika.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, ada beberapa
saran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
1. Untuk Guru
a. Penerapan pendekatan kontekstual dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar, karena dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun datar.
b. Pendekatan Kontekstual dapat dilakukan oleh semua guru, karena
pendekatan kontekstual juga baik diterapkan pada mata pelajaran selain
matematika.
2. Untuk Siswa
a. Siswa dapat mengembangkan potensi siswa seperti kreativitas siswa, rasa
ingin tahu siswa (bertanya), kemandirian siswa, kerja sama, dan
keterampilan sosial siswa baik dengan teman, guru, maupun masyarakat.
b. Sebaiknya siswa ikut berpartisipasi dan aktif setiap kegiatan dalam proses
pembelajaran (melakukan pengamatan, kerja kelompok, mencari tahu, dan
bertanya) agar lebih memahami materi yang disampaikan guru secara tidak
langsung.
3. Untuk Sekolah
a. Pihak Sekolah hendaknya mengenalkan model-model pembelajaran
dengan pendekatan yang lebih inovatif seperti pendekatan kontekstual dan
lain-lain kepada guru, sehingga para guru dapat meningkatkan proses
pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar siswanya.
b. Sebaiknya guru-guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran dengan menyesuaikan mata pelajaran dan materinya dengan
memperhatikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual.
c. Sekolah hendaknya selalu mendukung dan memfasilitasi guru dalam
melaksanakan variasi dalam proses pembelajaran agar lebih inovatif agar
dapat memperbaiki pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
4. Untuk Peneliti
a. Sebaiknya peneliti lebih intensif dalam membimbing siswa pada saat
proses inkuri (pengematan di luar kelas) karena siswa cenderung suka
bermain.
b. Dalam memberika tugas, sebaiknya perintah dan langkah-langkah
pengerjaan harus jelas karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan
dalam memahami perintah sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar: Jakarta. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Kelas V.Kebumen
Disdikbud Fajar, A. (2005). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya. Ferdian. (2010). Pengertian Bangun Datar. http://bangundatar.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 28 Desember 2010. Gunarsa, S D.(1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak.Jakarta: BPK
Gunung Mulia Hadi. (2011). Definisi Kualitas. http://definisikualitas.blog.com/html.
Diaksestanggal 12 Januari 2012 Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Kurikulum Tingkat Satuan Pusat (KTSP). (2007). Kebumen. Disdikbud. Miles, Matthew B. & A. M. Huberman.(2007). Analisis Data Kualitatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Malang: PT Bumi Aksara. Moleong, L J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Nadhirin.(2010).Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Kontekstual.
http://nadhirin.blogspot.com.Diakses pada tanggal 28 Desember 2010. Nasution. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Padmono. (2002). Evaluasi Pengajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Riyani, C. (2006). KualitasPembelajaran.http://carapedia.com/html.
Diaksestanggal 12 Januari 2012 Riyanto, Y. (2008). Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana Prenada
Media Group. Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.
Bandung: PT Rajagrafindo Persada. Russeffendi. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suprijono, A. (2007). Cooperative teori dan Aplikasi PAIKEM.Jakarta: Rineka
Cipta. Sudrajat, A. (2008). pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com . Diakses tanggal 15 Desember 2011 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumantri, M dan Permana, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV
Maulana. Supardi,dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Rajagrafindo
Persada. Uno, H B & Kuadrat, M. (2009). MengelolaKecerdasandalamBelajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
. (2008). Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Kebumen: FKIP UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user