penggunaan bambu dalam struktur dan kosntruksi …
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN BAMBU DALAM STRUKTUR DAN KOSNTRUKSI BENTANG LEBAR
Farah Aulia Usman, Teguh Utomo Atmoko
Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa barat, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang bambu sebagai elemen struktur, kajian mengenai struktur dan konstruksi bentang lebar, dan potensi bambu sebagai elemen struktur bentang lebar. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan batasan berupa bambu bukan olahan yang diaplikasikan sebagai elemen struktural secara terekspos. Dengan metode studi literatur didapatkan kesimpulan bahwa bentang lebar dapat dilihat secara umum, struktur dan konstruksi. Ragam bentang lebar dapat dibuat dari beberapa elemen struktur yaitu cangkang, pelengkung, rangka batang/ruang, jaring/kabel dan membran. Bambu bukan olahan dapat dikembangkan menjadi tiga bagian yaitu bambu utuh, bilah dan tali bambu. Dari ketiga ragam olahan bambu tersebut selanjutnya dapat dikonstruksikan membentuk ragam struktur bentang lebar. Namun dalam pengaplikasiannya sebagai elemen struktur bambu terbatas pada sifat fisis bambu, sehingga butuh intervensi awal terhadap bambu berupa pengawetan. Kendala lainnya yaitu kurangnya metode dalam kontruksi dan umur bambu yang cenderung lebih singkat membuat bambu dalam pengaplikasiannya sebagai elemen struktur bentang lebar masih jarang digunakan serta sulit diprediksi sampai berapa lama masa pakainya.
Kata kunci : Bambu; Struktur; Konstruksi; Bentang lebar
The Use of Bamboo in Wide-span Strucuture and Construction
Abstract
This thesis describes about the bamboo as a structural element, the study of a wide-span structure and construction, and the potential of bamboo as a structural element in wide-span structure. This thesis spesifically discusses un-processed bamboo which used as exposed strucutral element. With the method of literature study it was concluded that wide-span structure and construction can be defined generally, structurally and constructionaly. It can be build of several elements, such as shell structure, arch, truss / space, nets / wires and membranes. Un-processed Bamboo as a structural element can be developed into three parts, there are whole bamboo, bamboo slats and rope. Those varieties of bamboo can be processed to form a variety of wide-span structures. However, as a strucutral element, bamboo is limited to its physical properties. Therefore an intervention is needed on bamboo preservation. Another disadvantages are the lack of methods in construction and the age of bamboo made it in its application as a wide-span structure and construction is still rarely used and unpredictable in its life time.
Keywords : Bamboo; Structure; Construction; Wide-span
Pendahuluan
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Bambu merupakan jenis tumbuhan yang manfaatnya untuk memenuhi keperluan
masyarakat sehari hari pun sudah dirasakan sejak jaman dahulu termasuk dalam dunia
arsitektur yaitu sebagai elemen struktur dalam membangun rumah. Penggunaan bambu dalam
konstruksi bangunan tersebut lazim digunakan karena sifatnya yang ringan, mudah untuk
didapatkan dan juga mudah dikerjakan bahkan oleh orang yang tidak memiliki skill khusus.
Melewati zaman revolusi industri, dimana kemajuan teknologi dalam memproduksi
material-material industri semakin berkembang, stigma masyarakat terhadap lazimnya
penggunaan bambu sebagai material konstruksi bangunan menimbulkan image “poor people”
atau terkesan kuno (Hidalgo, 2001). Kebanyakan masyarakat di era milenium seperti saat ini
berfikir bahwa bangunan terlebih bangunan yang menggunakan baja dan kaca lah yang
moderen dan menjadi sebagai symbol kemajuan suatu daerah. Stigma inilah yang membuat
masyarakat perlahan meninggalkan tradisi menggunakan bambu sebagai elemen struktur.
Padahal kemajuan teknologi pun memungkinkan pengolahan material bambu menjadi
lebih inovatif sehingga desain arsitektur yang dapat diciptakan bisa lebih dinamis, tidak lagi
monoton dan konservatif seperti bentuk-bentuk bangunan zaman dahulu. Bukan hanya untuk
bangunan berskala kecil seperti rumah saja, tetapi juga bangunan yang membutuhkan
bentangan lebar. Tato (2011) Potensi Bambu sebagai bahan bangunan dapat di sejajarkan
dengan baja, beton, dan kayu jika dilihat dari segi energi yang diperlukan untuk
memproduksi, segi keamanan, kekuatan, dan kekakuannya.
Berdasarkan potensi bambu sebagai material konstruksi dalam bangunan dan juga
sebagai alternatif konstruksi dalam menghadapi isu lingkungan yang telah diuraikan diataslah,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lebih dalam tentang bambu sebagai elemen
struktur dan seperti apa konstruksi bambu itu dalam bangunan bentang lebar. Dengan adanya
skripsi ini diharapkan agar masyarakat bisa lebih mengenal sifat dan potensi bambu, terus
bereksplorasi berinovasi dan tetap melestarikan penggunaan bambu sebagai elemen struktur.
Bertolak belakang dari pemaparan tersebut maka perumusan masalah pada penelitian
ini yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan bentang lebar?
b. Apakah bambu dapat dijadikan elemen struktur bentang lebar?
c. Jika ia bagaimana kajian struktur dan kosntruksinya?
Namun untuk lebih terjelaskan secara rinci, maka penelitian ini difokuskan untuk
membahas tentang bambu bukan olahan yang dalam penggunaannya sebagai elemen struktur
terekspos.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Tinjauan Teoritis
Bentang Lebar
Bentang lebar dapat didefinisikan dengan konteks yang berbeda-beda.
a. Konteks umum. Bangunan bentang lebar adalah bangunan yang memiliki ruang bebas
kolom (pendukung secara vertikal) karena kebutuhan ruang yang ingin dihadirkan. Contoh
bangunan bentang lebar seperti untuk bangunan yang digunakan untuk kegiatan olah raga
berupa gedung stadion, pertunjukan berupa gedung pertunjukan, auditorium dan kegiatan
pameran atau gedung exhibition (Priyadi, 2013).
b. Konteks Struktur. Jika dikaji dari konteks struktur, Struktur bentang lebar berarti
struktur tersebut harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban mati ataupun
beban hidup yang tegak lurus dengan gaya transversal dengan menggunakan elemen
struktur pendukung yang sejajar dengan arah beban tersebut seminimal mungkin.
c. Konteks Konstruksi. Jika dilihat dari tinjauan konstruksi, bentang lebar adalah sebuah
hasil dari metode dalam tahap perancangan susunan elemen struktur sebagai akibat dari
elemen struktur yang digunakan kapabilitasnya tidak memungkinkan untuk menciptakan
bentangan lebar yang diinginkan.
Bangunan bentang lebar biasanya digolongkan secara umum menjadi 2 yaitu bentang
lebar sederhana dan kompleks.
a. Bentang Lebar Kompleks. Merupakan bentuk struktur bentang lebar yang melakukan
modifikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang dilakukan penggabungan terhadap beberapa
sistem struktur bentang lebar. Pada umumnya semakin lebar bentang yang dibutuhkan
maka konstruksinya akan semakin rumit tergantung dari kapabilitas elemen struktur yang
digunakan.
b. Bentang Lebar Sederhana. Berarti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada
dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan
modifikasi pada bentuk yang ada (Priyadi, 2013).
Struktur bentang lebar dapat dibangun dari satu ataupun gabungan elemen struktur
yang ada. Dalam Schodek (1999) struktur bentang lebar mampu dibentuk dari ragam struktur
berikut;
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
a. Struktur Rangka Batang dan rangka Ruang
b. Struktur Funicular, yaitu kabel dan pelengkung
c. Struktur Plan dan Grid
d. Struktur Membran meliputi Pneumatik dan struktur tent(tenda) dan net (jaring)
e. Struktur Cangkang /Shell
Struktur
Schodek (1999) berdasarkan sifat mekanika-nya (kekakuannya) dan dimensinya
seperti yang terlihat dari tabel dibawah :
Gambar 3. Klasifikasi Elemen Struktur
(Sumber Schodek, 1999)
Pebagian berdasarkan kaku-tidak kaku dan garis atau bidang. Setiap jenis klasifikasi
elemen tersebut ketika dialiri gaya maka akan tercipta suatu jenis elemen struktur karena
prinsip gaya yang bekerja padanya. Dan jika dikonstruksikan dengan berbagai macam metode
menghasilkan berbagai macam jenis elemen struktur kombinasi.
Bambu
Sifat bambu
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Sifat mekanika bambu
Sebagai elemen struktur bambu memiliki sifat mekanika yang terkait dengan ekuatan
bambu. Sifat mekanika bambu dipengaruhi beberapa hal yakni,
• Jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan
• Umur Bambu pada waktu penembangan
• Proses Pemanenan Bambu (Budidaya bambu)
• Kelembapan (kadar air kesetimbangan) pada batang bambu
• Apakah menggunakan buku-buku atau menghilangkan buku-buku
• Bagian batang bambu yang digunakan (kaki, tengah, atau kepala, dalam atau luar)
• Letak dan jarak ruasnya masing-masing (bagian ruas kurang tahan terhadap gaya tekan
dan lentur)
• Posisi gaya yang diberikan (apakah sejajar serat atau tegak lurus dengan serat)
Oleh karena itu sebelum mengaplikasikan bambu sebagai elemen struktur, hal-hal
tersebut harus diperhatikan terlebih dahulu
Sifat fisis bambu
Sifat-sifat fisis bambu terdiri dari berat jenis, kadar air, kembang susut, ketahanan
terhadap api, sifat akustik, dan sifat konduktor-isolator terhadap panas. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap konstruksi bambu sebagai elemen struktur.
• Kadar air. Sebagai elemen struktur, bambu harus memiliki kadar air 12%. Hal ini
merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembapan udara 70 % yang dapat dianggap
sebagai nilai rata- rata yang wajar pada iklim tropis (Frick, 2004).
• Berat jenis. Nilai Nilai Berat jenis bisa berbeda- beda tergantung beberapa hal yakni
jenis bambu itu sendiri, bagian bambu yang digunakan (apakah bagian daging bambu atau
kulit bambu) dan bagian pangkal, ujung atau tengah bambu. Bambu (dengan kadar air 12% )
berat jenis nya di Indonesia dianggap rata- rata sebagai 700 kg/m3 (Frick, 2004)
• Ketahanan terhadap api. Bambu memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap api
untuk beberapa waktu dan pada suhu tertentu. Bambu akan mulai menyalakan api pada suhu
kurang lebih 230 derajat celcius, membakar pada suhu lebih kurang 260 derajat celcius, dan
menyalakan api sendiri pada suhu 330-480 derajat celcius.
• Kandungan tepung. Bambu memiliki kandungan tepung yang berpengaruh pada
tingkat kerentanan bambu terhadap serangan kumbang bubuk. (Ndale, 2011).
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
• Kandungan Silika. Kandungan silika yang dimiliki bambu juga cukup besar. Salah
satu fungsi silika pada tanaman adalah menjaga agar tanaman tidak cepat mengalami
pengeringan, menambah daya kekuatan batang tanaman itu sendiri, membantu serta
mencegah dari serangan hama dan penyakit dan membuat bambu lebih tahan terhadap api
dibanding kayu.
Bambu dalam bentang lebar
Dalam pengaplikasiannya sebagai elemen struktur Bambu sendiri dapat diolah secara
manual dan moderen. Moderen yakni bambu olahan contohnya yaitu menjadi bambu
komposit. Sedangkan yang dimaksud tidak diolah yakni terdiri dari tiga jenis dan satu
penggabungan berupa tali bambu, bambu utuh, dan bilah bambu.
Karena tidak mendapatkan rekonstruksi ulang maka elemen struktur yang dapat
diciptakan dari bambu yang tidak diolah menjadi terbatas dan konstruksi yang digunakan
akan menjadi lebih karena mempertahankan bentuk aslinya. Berbeda dengan bambu yang
telah diolah, bisa dibentuk sesuai kebutuhan dengan menggunakan konstruksi yang lebih
umum, kekuatannya baik dalam fisik dan mekanik pun menjadi lebih baik.
Beragamnya olahan bambu yang tidak diolah dapat menghasilkan beberapa contoh
elemen struktur yang digunakan pada umumnya yakni sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 0.1. Klasifikasi elemen struktur bambu
Garis tunggal Garis jamak Bidang
Kaku Bambu utuh
Bambu utuh banyak
Bambu utuh yang disejajarkan
Tidak
Kaku
Kulit/bilah
bambu
Kulit bambu dipilin
menjadi tali
Anyaman dari bilah bambu.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Namun, sejauh ini olahan bambu utuh menjadi bambu yang paling umum digunakan
untuk elemen struktur karena dalam proses konstruksi tidak serumit tali bambu, ini
dikarenakan masih minimnya penelitian tentang konstruksi bambu menggunakan tali bambu
(Morisco, 1993).
Penggunaan bambu sebagai elemen struktur bentang lebar terbatas karena masih
minimnya konstruksi terutama dalam tahap penyambungannya, sehingga tidak semua elemen
struktur bentang lebar mampu dibuat menggunakan bambu. Berikut beberapa struktur umum
yang biasa menjadi komponen struktur bentang lebar yang mampu dibentuk menggunakan
bambu. Namun tetap bambu memiliki potensi untuk membentuk elemen struktur berikut.
a. Pelengkung. Dapat dibentuk dengan cara melengkungkan bambu utuh atau bambu bilah.
Atau dapat dibentuk dengan mengonstruksikan bambu utuh yang dibentuk dengan sistem
rangka batang atau ruang.
b. Kabel dan Jaring. Struktur kabel dan jaring pun dapat diciptakan dengan menggunakan
olahan bambu berupa kulit bambu yang dipilin menjadi tali kemudian disusun sehingga
menjadi permukaan berupa jaring. Namun elemen struktur ini masih jarang ditemukan
karena minimnya hasil penelitian tentang konstruksi kulit bambu (Ndale, 2011).
c. Membran. Bambu dapat menjadi elemen struktur yang memiliki prinsip seperti membran
dalam hal dimensi, sifat mekaniknya dan gaya yang bekerja dengan konstruksi tertentu
dari kulit bambu atau bilah bambu yang digunakan secara jamak membentuk permukaan.
d. Cangkang. Dapat dibentuk dengan cara mengonstruksikan beberapa bambu utuh atau
bilah yang disusun sejajar dengan dan menyambungkan permukaannya sehingga menjadi
sebuah plat, dan melengkungkannya. Cangkang dapat dibentuk pula dengan
mengonstruksikan bambu utuh yang dibentuk dengan sistem rangka ruang.
e. Rangka Batang/Ruang. Dengan mengonstruksikan bambu utuh yang dipotong secara
tegak lurus serat untuk membentuk rangka-rangka segitiga sebagai komponen elemen
struktur penahan beban tegak lurus dengan gaya vertikal dan memiliki hubungan jepit.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Gambar 4. Diagram pengembangan olahan bambu menjadi elemen struktur
(Sumber Ilustrasi pribadi, 2014)
Untuk Konstruksi bambu pada elemen struktur baik kaku-tidak kaku garis atau bidang
konsep geometri hubung, ataupun jenis penghubung dapat digunakan. Namun, untuk bambu
metode penghubung yang tepat adalah dengan penghubung berupa tidak las, karena bambu
tidak dapat direkonstruksi dengan cara diluluhkan dengan api.
Secara keseluruhan, walaupun bambu memiliki potensi yang besar sebagai elemen
struktur, tetapi kerentanan bambu sebagai elemen struktur pun besar. Sulistyowati (1996)
mengemukakan bahwa walaupun bambu telah dilakukan pengawetan terlebih dahulu,
perlakuan tersebut hanya akan menambah usia bambu sebagai elemen struktur idealnya 10
tahun dari 2-3 tahun (tanpa pengawetan). Penambahan usia tersebut maksudnya adalah
sebatas meminimalisir serangan kumbang bubuk terhadap bambu yang menyebabkan bambu
cepat keropos. Keawetan bambu sebagai elemen struktur sendiri masih rendah dibanding
kayu, yang berarti umur pakai bambu sebagai elemen struktur relatif lebih pendek dibanding
kayu. Oleh karena itu penggunaan bambu sebagai elemen struktur permanen masih memiliki
resiko yang besar terkait kepermanenannya.
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu studi literatur.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Hasil dan Pembahasan
Penggunaan bambu sebagai elemen struktur bentang lebar sudah digunakan di beberapa
tempat di belahan dunia mulai dari elemen struktur infrastruktur kota, hingga bangunan
berupa public space. Berikut akan diuraikan lebih jauh kajian struktur dan konstruksi bambu
pada struktur bentang lebar dari ketiga studi kasus.
1. Mepantigan Auditorium, Sibang Kaja, Bali
Gambar 5. Mepantigan Auditorium
(Sumber http://ibuku.com/projects/mepantigan-auditorium/)
Bangunan ini merupakan ruang serbaguna terbuka milik Green School di Bali. Dengan
luas 330 meter persegi bangunan ini lebar menggunakan ruang bebas kolom dengan
bentangan maksimum 15 meter. Bangunan ini menggunakan elemen bambu dengan dua
elemen struktur utama yang memiliki prinsip struktur pelengkung.
Kajian Struktur dan Konstruksi
Penggunaan bambu pada bentang lebar bangunan ini memiliki dua elemen yang
berbeda sesuai klasifikasi secara dimensional yang dilakukan oleh Schodek. Bambu
digunakan dibentuk elemen garis lengkung (funicular) dan elemen garis kaku. Elemen bambu
yang dilengkungkan tersebut menjadi elemen struktur pelengkung, sedangkan bambu yang
memiliki elemen garis kaku tersebut digunakan sebagai rangka yang bertujuan mengaku-kan
keseluruh komponen elemen struktur. Penggunaan elemen rangka disamping elemen utama
berupa pelengkung menjadikan bentang lebar yang dihasilkan termasuk tidak sederhana.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Gambar 6. Elemen struktur pelengkung (merah) dan elemen struktur rangka (biru)
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Terhadap gaya transversal elemen pelengkung berfungsi untuk menerima gaya tekan,
sedangkan elemen rangka berfungsi untuk menerima gaya tarik, berbeda dengan gaya lateral,
elemen pelengkung berfungsi sebagai gaya tarik sedangkan elemen rangka berfungsi sebagai
gaya tekan. Untuk sistem tumpuannya yakni satu arah.
Gambar 7. Distribusi gaya transversal
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Elemen struktur pelengkung bambu yang digunakan tidak tunggal, tetapi dua buah
bambu direkatkan dan dilengkungkan secara bersama. Sedangkan untuk elemen struktur
rangka, bambu yang digunakan tunggal.
Metode yang digunakan untuk menghubungkan elemen – elemen struktur tersebut
yaitu dengan manual tidak dengan las. Antara elemen pelengkung hanya memiliki hubungan
pada bagian sisi luarnya saja yang terhubung secara sejajar (permukaan –permukaan) di satu
titik, dengan konsep jepit, (gambar 8.a). Sisanya antara elemen pelengkung dihubungkan
F
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
secara tidak langsung oleh rangka tersebut. Sistem hubungannya sendiri yakni menggunakan
sistem overlapping dengan penghubung permukaan.
Gambar 8. Tampak depan dan samping struktur Auditorium
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Untuk elemen rangka sendiri tidak memiliki hubungan langsung terhadap sesamanya,
elemen rangka hanya berinteraksi langsung dengan elemen pelengkung secara tegak lurus
(gambar 8.b). Konsep hubungannya yakni sendi. Sistem hubungannya yakni interlocking
dengan menumpu elemen rangka tepat diatas buku-buku elemen pelengkung.
2. Pintu Tol Bambu di Kolombia
Gambar 9. Pintu tol bambu, Kolombia
(Sumber https://www.facebook.com/media/set/?set=a.110497969016203.13290.102037599862240)
Pintu tol ini merupakan salah satu bangunan yang menggunakan struktur bentang lebar
yang membebaskan penggunaan kolom sebagai struktur pendukung, dalam rangka memenuhi
kebutuhan ruang lalu lintas kendaraan dibawahnya. Elemen-elemen strukturnya terdiri dari
bambu, beton bertulang dan elemen funicular berupa kabel. Walaupun demikian, bambu
merupakan elemen struktur yang mendominasi.
a b
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Kajian Struktur dan Konstruksi
Gambar 10. Distribusi gaya transversal
(Sumber: Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Struktur bentang lebar pintu tol ini termasuk struktur bentang lebar sederhana, karena
hanya terdiri dari elemen-elemen garis kaku yang dibentuk menjadi rangka. Sehingga secara
keseluruhan dapat dikatakan elemen strukturnya hanya rangka saja.
Dalam menerima gaya transversal elemen struktur rangka tersebut akan mengalami
tarik dan tekan. Tekan ditunjukkan oleh elemen struktur yang berwarna merah, sedangkan
tarik diilustrasikan oleh elemen struktur yang berwarna biru. Elemen struktur yang mengalami
tekan tidak langsung berhubungan dengan tanah, tetapi melalui beton bertulang terlebih
dahulu yang juga mengalami tekan.
Gambar 11. Tampak atas struktur pintu tol
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Untuk menyambungkan dua buah permukaan berdiameter bambu yang sejajar,
menggunakan konsep hubungan jepit, karena hubungan terjadi di dua titik berbeda (gambar ).
F
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Sedangkan untuk menggabungkan luas permukaan bambu secara sejajar, maka dihubungkan
di ujung titik secara sendi, dan dibagian permukaan yang saling bertemu tidak terdapat
hubungan.
Gambar 12. Sambungan elemen bambu
(Sumber: https://www.facebook.com/media/set/?set=a.110497969016203.13290.102037599862240)
Hubungan elemen bambu yang tidak saling sejajar, menggunakan konsep sendi,
karena hanya terhubung di satu titik, dengan sistem hubungan butt.
3. Jembatan bambu, Wonosobo
Gambar 13. Jembatan bambu, Wonosobo
(Sumber https://antoeng.files.wordpress.com/2012/01/jembatan-bambu-di-sungai-serayu-wonosobo-jawa-tengah-jaman-
kolonial-belanda1.jpg)
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Kajian Struktur dan Konstruksi
Elemen struktur yang digunakan pada jembatan yang dibangun pada tahun 1920 ini secara
keseluruhan terdiri dari elemen garis dan kaku. Sistem strukturnya berupa rangka. Dalam
menerima gaya transversal, elemen struktur bambu memililiki fungsi untuk menerima gaya
yang menyebabkan tekan dan tarik. Tekan terjadi pada komponen struktur ditunjukkan pada
warna merah, dan tarik ditunjukkan oleh warna biru. Sistem tumpuan pada struktur ini
merupakan satu arah.
Gambar 14. Perspektif Struktur Jembatan bambu
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Gambar 15. Distribusi gaya transversal
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Konsep hubungan antara elemen struktur pada struktur jembatan ini yaitu sendi dan
jepit. Sendi ditemukan pada hubungan elemen yang tidak sejajar. Sedangkan jepit pada
hubungan elemen yang terhubung secara sejajar.
Dikatakan sendi karena pada gambar tampak bahwa elemen-elemen tersebut hanya
terhubung di satu titik (gambar 16.b). Sistem sambungan yang digunakan yaitu overlapping
dimana elemen satu dan yang lain ditumpuk kemudian dihubungkan dengan elemen ketiga
berupa tali serabut yang berfungsi untuk menghubungkan dua permukaan. Sedangkan
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
dikatakan jepit (gambar 16.a) karena pada hubungan antara elemen sejajar tersebut
menyebabkan komponen bambu jamak kaku menjadi kesatuan utuh.
Gambar 16. Tampak samping Struktur jembatan
(Sumber Ilustrasi pribadi (dengan aplikasi Rhino))
Kesimpulan
Bambu dengan potensi sifat mekanikanya yang besar dapat dimanfaatkan sebagai
elemen struktur bentang lebar. Namun sifat fisisnya terkait usia bambu dapat mempengaruhi
kekuatan dan masa pakai bambu.
Dalam pengaplikasiannya sebagai elemen struktur, bambu bukan olahan dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu bambu bilah, bambu utuh dan tali bambu( dari kulit bambu). Dengan
mengonstruksikan ketiga olahan ini maka berbagai macam elemen struktur dapat dihasilkan,
bahkan elemen struktur bentang lebar pada umumnya, yakni cangkang, pelengkung, rangka
batang/ruang, jaring/kabel dan membran.
Namun terbatasnya ilmu konstruksi bangunan bambu yang ada untuk bangunan bentang
lebar dan sifat bambu terkait umur bambu yang masih belum banyak diteliti menyebabkan
penggunaan bambu sebagai elemen struktur ini masih memberikan resiko dan masih belum
bisa dipertanggung jawabkan jika digunakan lebih dari waktu tersebut.
Saran
Sesuai pemaparan diatas, potensi bambu untuk struktur bentang lebar sangat besar,
namun masih minim penelitian dan percobaan baik dari segi konstruksinya, ataupun terkait
masa pakainya. Oleh karena itu penggunaan bambu dalam struktur bentang lebar yang
permanen masih memiliki resiko dan masih belum dapat dipertanggung jawabkan. Dengan
demikian diharapkan skripsi ini dapat menyumbangkan beberapa informasi dalam rangka
pengembangan tentang pengaplikasian bambu sebagai elemen struktur bentang lebar.
a b
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014
Bagi pihak-pihak yang tertarik untuk membahas lebih lanjut, diharapkan untuk dapat
lebih mengembangkan topik ini dengan pendekatan yang lebih efektif dan kompherensif
sehingga dapat semakin berkembang dan bermanfaat.
Kepustakaan
Adams, C. (t.thn.). Bamboo Architecture and Construction with Oscar Hidalgo. Diambil
kembali dari networkearth: http://www.networkearth.org/naturalbuilding/bamboo.html
Frick, H. (2004). Ilmu konstruksi bangunan bambu. Yogyakarta: Kanisius.
Ndale, F. (2011, januari 4). Sifat fisika dan mekanika bambu. Dipetik Oktober 30, 2014, dari
Ferryndale: http://www.ferryndale.com/2011/01/sifat-fisika-dan-mekanika-bambu.html
Priyadi, A. (2013, Mei 24). Arsitektur Bentang Lebar. Dipetik November 20, 2014, dari
Wordpress: https://adampriyadi.wordpress.com/2013/05/24/arsitektur-bentang-lebar/
Rachmat. (2011, Februari 12). Pengantar Struktur Bentang Lebar. Dipetik Oktober 19, 2014,
dari blogspot: http://rachmat-arsitektur.blogspot.com/2011/02/pengantar-struktur-bentang-
lebar.html
Schodek, D. L. (1999). Struktur. Jakarta: Erlangga.
Sukawi. (2010). Bambu sebagai Alternatif Bahan Bangunan dan konstruksiI di Daerah Rawan
Gempa. Teras, 10.
Sulistyowati, C. A. (1997, Februari). Pengawetan Bambu. Dipetik Januari 1, 2014, dari
elsppat: http://www.elsppat.or.id/download/file/w6_a5.pdf
Tato, C. G. (2011). Bahan Bangunan : Bambu. 1-30.
Penggunaan bambu..., Farah Aulia Usman, FT UI, 2014