penggunaan bahan penjerap etilen pada penyimpanan pisang...
TRANSCRIPT
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN
ATMOSFER TERMODIFIKASI AKTIF
SKRIPSI
OLEH :
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN 050305007/THP
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN
ATMOSFER TERMODIFIKASI AKTIF
SKRIPSI
OLEH :
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN 050305007/THP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Elisa Julianti, M. Si Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S
Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
ABSTRACT
THE UTILIZATION OF ETHYLENE ADSORBERS IN STORAGE OF BARANGAN BANANA IN ACTIVE MODIFIED ATMOSPHERE
PACKAGING
The aim of this research was to find the effect of ethylene adsorbers and storage time in maintaining the quality of barangan banana. The research had been performed using completely randomized design with two factors : i.e : ethylene adsorber type : A1 = KMnO4; A2 = zeolite; A3 = active carbon and storage time : L1 = 0 day, L2 = 5 days, L3 = 10 days, L4 = 15 days. Parameters analyzed were water content, weight loss, vitamin C content, sugar content, organoleptic value of color, texture (using texturometer) and organoleptic value of texture. The result showed that the ethylene adsorber type had highly significant effect on weight loss and sugar content and had significant effect on vitamin C content and organoleptic value of color but had no significant effect on water content, texture (using texturometer) and organoleptic value of texture. Storage time had highly significant effect on all parameters. The interaction of ethylene adsorber type and storage time had highly significant effect on weight loss and total sugar but had no significant effect on the rest of the parameters. KMnO4 preserved the quality of barangan banana during 15 days of storage. Keywords : barangan banana, ethylene adsorbers, storage time.
ABSTRAK
PENGGUNAAN BAHAN PENJERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN PISANG BARANGAN DENGAN KEMASAN ATMOSFER
TERMODIFIKASI AKTIF Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan penjerap etilen dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah pisang barangan. Penelitian dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis penjerap etilen : A1 = KMnO4, A2 = zeolit, A3 = karbon aktif dan lama penyimpanan L1 = 0 hari, L2 = 5 hari, L3 = 10 hari, L4 = 15 hari. Parameter yang diamati meliputi kadar air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar gula, uji organoleptik warna, uji tekstur dengan teksturometer dan uji tekstur secara organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis penjerap etilen berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap susut bobot dan kadar gula dan berpengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar vitamin C dan nilai organoleptik warna tetapi berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air, tekstur (menggunakan teksturometer) dan nilai organoleptik tekstur. Lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap susut bobot dan kadar gula dan berbeda tidak nyata terhadap parameter yang lain. Jenis penjerap KMnO4 dapat mempertahankan mutu buah pisang barangan selama penyimpanan 15 hari. Kata kunci : pisang barangan, penjerap etilen, lama penyimpanan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
RIWAYAT HIDUP
HOTMAN FEBRIANTO SIAGIAN, dilahirkan di Pematangsiantar pada
tanggal 17 Februari 1987, anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak
F. Siagian dan Ibu R. br. Sitorus, beragama Kristen Protestan.
Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 1993
penulis memasuki SD Budi Mulia I Pematangsiantar, lulus tahun 1999. Tahun
1999 penulis memasuki SLTP Bintang Timur Pematangsiantar, lulus tahun 2002.
Tahun 2002 penulis memasuki SMU Negeri 3 Pematangsiantar, lulus tahun 2005.
Tahun 2005 penulis memasuki Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian,
Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
melalui jalur Panduan Minat dan Prestasi (PMP).
Selama kuliah penulis pernah menjadi anggota Ikatan Mahasiswa
Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP). Pada bulan Juli 2008, penulis mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PMKS Gunung Melayu II Asian Agri
International, Asahan, Sumatera Utara.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul “Penggunaan Bahan Penjerap Etilen pada Penyimpanan Pisang
Barangan dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif.” Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Elisa Julianti, M. Si selaku
Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MS selaku Anggota
Komisi Pembimbing penulis yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua
orangtua penulis, Bapak F. Siagian dan Ibu R. br. Sitorus, juga kepada adik-adik
saya Fridaningsih F. Siagian, Horas F. Siagian dan Fransiska W. Siagian, yang
telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat kepada penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan guru-guru yang berjasa
mulai dari SD sampai sekarang : Daniel C. Samosir, Rimhot P. Sitorus, Aris M.
Simamora, Sihar Naibaho, Bobby A. H. Sihombing, Linda C. Aritonang, Mardin
W. A. Saragih, Juandri Simamora, Markam A. Sinaga, David C. Napitupulu,
Andikabul Siregar, Dewi R. Silitonga, semua teman IPA1 SMUN 3 P. Siantar,
(Alm.) Johansen Simangunsong, M. Iqbal, Pak K. Sirait, Ibu R. Nadeak, Pak G.
Marbun, Pak E.L. Fau, Pak J. Tambunsaribu, Pak J. Sirait, Pak M. Hutapea, dan
kepada dosen statistika Pak Ahmad Ilmuwan, kepada teman-teman kuliah:
Nehemia F. T. Simanjuntak dan keluarga yang telah ikut serta membimbing saya,
rekan-rekan PKL : Imelda M. Lumban tobing, Willy A. Chandra dan Fati K.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Gulo, Veronika, dan teman-teman stambuk 2005 serta seluruh pihak yang tidak
sempat tertulis, atas segala bantuan moral, doa serta motivasinya kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2009
Penulis
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT.................................................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI . ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................. 3 Hipotesa Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Pisang ........................................................... 5 Pisang Barangan..................................................................................... 7 Komposisi Kimia Pisang Barangan ........................................................ 10 Manfaat Pisang Barangan ....................................................................... 10 Sifat Fisiologis Buah Klimakterik .......................................................... 11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi ......................................... 12 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Pematangan dan Penuaan .... 13 Tinjauan Umum Etilen ........................................................................... 16 Bahan Penjerap Etilen ............................................................................ 17 Penyimpanan dengan Kemasan Termodifikasi Aktif .............................. 21 Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Pengemas……………………... 25 Penggunaan Kemasan Film....................................……………………... 26 BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 27
Bahan Penelitian .................................................................................. 27 Reagensia ............................................................................................. 27 Alat Penelitian ..................................................................................... 27 Metode Penelitian................................................................................. 28 Model Rancangan................................................................................. 29 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 29
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengamatan dan Parameter Mutu Penentuan Kadar Air (%) ................................................................ 31 Penentuan Susut Bobot (%) ............................................................ 31 Penentuan Kadar Vitamin C (mg/100 g) ......................................... 32 Penentuan Kadar Gula (%) ............................................................. 32 Uji Organoleptik Warna (skor)……………………………………. 33 Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) .................................... 34 Uji Tekstur (organoleptik) (skor) .................................................... 34
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati ......... 36 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ........... 37 Kadar Air (%) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Air (%) ........................ 38 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ......................... 38 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%).......................................... 39 Susut Bobot Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Susut Bobot (%) ..................... 40
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) ...................... 41 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%) ...................................... 42 Penentuan Kadar Vitamin C (mg/100 g) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) .. 44 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) .... 46 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g) ................... 47 Penentuan Kadar Gula (%) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%) ...................... 48 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%) ........................ 49 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%) ....................................... 51 Uji Organoleptik Warna (skor) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) 53 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) . 54 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Uji Organoleptik Warna (skor) ................ 56 Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Tekstur (g/mm2) ..................... 56 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2) ....................... 56 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2) ...................................... 58 Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor) Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor) 58 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor) .. 59 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor) ................. 60
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 63
LAMPIRAN
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1
2 3 4 5 6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Standar Mutu Buah Pisang Barangan..................................................
Komposisi Kimia Buah Pisang Barangan per 100 g Bahan...............
Perbandingan Umur Simpan Produk pada Udara Normal dan Udara Terkendali………………………………………………….................. Nilai Numerik 1 – 8 untuk Menunjukkan Warna Buah Pisang Barangan pada Berbagai Tingkat Kematangan..................................... Skala Uji Hedonik Organoleptik Tekstur…………………………….. Hasil Analisis Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati.......................................................................................... Hasil Analisis Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati………………………………………………………….. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)........................................................................................ Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap terhadap Susut Bobot (%)..................................................................................... Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)………………………………………………………. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)………………………. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g).......................................................................... Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g).......................................................................... Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%)……………………………………………………….. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%).................................................................................................
8
10 25 34 34
36
37
38
40
41
43
44
46
48
49
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
16 17 18 19 20
Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%)……………………….. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap OrganoleptikWarna (Skor).................................................................... Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Warna (Skor)................................................................... Uji LSR Efek Pengaruh Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2)...................................................................... Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor)…………………………………………………
51
53
54
57
59
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1
2 3 4
5 6 7
8 9
10 11 12 13 14 15
Berbagai Tingkat Kematangan Buah Pisang…………........................
Skema Penelitian....................................................................................
Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)..........
Hubungan Jenis Penjerap Etilen terhadap Susut Bobot (%)………… Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot (%)…... Grafik Hubungan Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot…………………………... Grafik Hubungan Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)…………………………………………………………... Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g)........................................................................................... Histogram Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Kadar Gula (%)………………………………………………………. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula (%)..................................................................................... Grafik Hubungan Interaksi antara Jenis Penjerap Etilen dengan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Gula…………………………… Histogram Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Organoleptik Warna (Skor)………………………………………………………… Grafik Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Warna (Skor)..................................................................................................... Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (g/mm2)…… Grafik Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Tekstur (Organoleptik) (Skor)………………………………………………....
9
35
39
40
42
44
45
47
49
50
52
53
55
57
60
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1
2
3
4
5
6
7 8
Data Pengamatan Analisis Kadar Air (%)……...................................
Data Pengamatan Analisis Susut Bobot …………………………….
Data Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C (mg/100 g)……………
Data Pengamatan Analisis Kadar Gula (%)………………………….
Data Pengamatan Uji Organoleptik Warna (Skor)…………………..
Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2)……………………………………………………………….. Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor)………..
Kurva Standar Konsentrasi Gula (mg) terhadap Absorbansi………….
66
67
68
69
70
71
72
73
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan jenis buah lokal yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai bahan makanan, karena selain dapat dimakan dalam bentuk segar, juga
dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik, pisang sale dan
sebagainya. Salah satu varietas pisang yang unggul dan banyak ditanam di
Sumatera Utara adalah pisang barangan (Musa acuminata) yang disukai
masyarakat daerah ini. Pisang barangan lebih disukai dikonsumsi dalam keadaan
segar, dan banyak disajikan di restoran-restoran sebagai makanan pencuci mulut.
Pemasaran pisang dalam bentuk segar untuk pasar dalam negeri cukup
baik mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar dan hampir semua orang
menyukai dan mengkonsumsi buah pisang sehingga tak heran bila angka
konsumsi buah pisang lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buah lainnya. Hal
ini karena pisang tidak bersifat musiman, harganya murah dan nilai gizinya tinggi.
Tingkat konsumsi pisang segar dari tahun 2005 sampai 2010 diasumsikan
meningkat dari 8,2 menjadi 10 kg/kapita/tahun. Berdasarkan proyeksi peningkatan
jumlah penduduk dari 220 juta ke 230 juta jiwa, diperkirakan kebutuhan konsumsi
pisang segar dari dalam negeri akan mencapai 1,8 – 2,3 juta ton per tahun.
Kebutuhan konsumsi pisang segar ini hanya 40 – 50 % dari total produksi pisang
nasional tahun 2004, yaitu 4.400.000 ton dengan luas panen 300.000 ha.
Berdasarkan hal ini maka pemanfaatan pisang dan hasil sampingannya dalam
bentuk olahan lain sangat diperlukan (Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Mutu buah pisang barangan ditentukan dari derajat kematangan,
kebersihan, bentuk, ada tidaknya buah kembar (dempet), buah yang lepas, serta
terkena hama atau penyakit. Buah dipanen pada saat sudah cukup matang. Dengan
pemilihan pisang barangan yang bermutu baik, maka prospek pengembangannya
sebagai komoditas unggulan dapat ditingkatkan bukan hanya untuk pemasaran
lokal tetapi juga untuk ekspor.
Buah pisang mempunyai sifat yang mudah rusak terutama karena kondisi
lingkungan yang tidak sesuai seperti suhu yang tinggi dan udara yang lembab,
yang dapat mempercepat proses kerusakan dan meningkatkan kehilangan
pascapanen. Hal ini menjadi masalah dalam menyediakan pisang yang bermutu
baik bagi konsumen baik untuk pasar lokal maupun ekspor.
Metode penyimpanan produk buah-buahan dan sayuran segar yang saat ini
banyak dikembangkan adalah metode penyimpanan dengan sistem kemasan
modifikasi atmosfir, yaitu pengemasan produk dengan menggunakan bahan
kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah, laju respirasi menurun, mengurangi pertumbuhan
mikroba, kerusakan oleh enzim berkurang serta dapat memperpanjang masa
simpan.
Penyimpanan pisang dengan sistem modifikasi atmosfer sudah diterapkan
pada beberapa varietas pisang. Dari hasil penelitian Chauhan, et al., (2006),
diketahui kondisi atmosfer termodifikasi yang sesuai untuk penyimpanan pisang
varietas Pachbale adalah 3 % O2, 5 % CO2 dan 92 % N2. Pisang yang dikemas
dengan kemasan atmosfer termodifikasi yaitu dengan kemasan polietilen yang
tebalnya 0,025 mm dan 0,037 mm memberikan mutu pisang yang baik dan dapat
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
memperpanjang masa simpan 5 hari lebih panjang daripada penyimpanan tanpa
kemasan. Pisang yang telah disimpan dengan kemasan atmosfer termodifikasi ini
juga memiliki mutu yang lebih baik setelah diberi perlakuan etilen di akhir
penyimpanan (Ahmad, Perviez, Thompson dan Ullah, 2007).
Dari hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
memperpanjang masa simpan buah pisang barangan dengan kemasan
termodifikasi aktif, menggunakan bahan penjerap etilen dengan harapan akan
dapat mempertahankan buah pisang baik secara kualitatif maupun kuantitatif
ketika sampai di tangan konsumen.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
berbagai bahan penjerap etilen dalam mempertahankan mutu buah pisang
barangan.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai sumber informasi dalam upaya mempertahankan dan
memperpanjang masa simpan buah pisang barangan.
Hipotesa Penelitian
- Perbedaan jenis penjerap etilen berpengaruh terhadap mutu buah pisang
barangan.
- Lama penyimpanan berpengaruh terhadap mutu buah pisang barangan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Interaksi antara jenis penjerap etilen dan lama penyimpanan berpengaruh
terhadap mutu buah pisang barangan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Pisang
Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara
(termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan
Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran
tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah
tropis dan sub tropis, dimulai dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh
sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui
Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari sampai Benua Amerika
(Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem),
tingginya bervariasi antara 1 – 4 meter, tergantung varietasnya. Daunnya melebar,
panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang
kompak sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya
mempunyai bonggol (umbi) yang besar sekali dan terdapat banyak mata yang
dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bunganya tunggal, keluar pada ujung batang
dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (Sunarjono, 2000).
Tanaman pisang yang dibudidayakan untuk diambil manfaatnya bagi
kesejahteraan hidup manusia sebenarnya berasal dari jenis-jenis herba berumpun
yang hidup menahun. Secara garis besar, jenis-jenis pisang dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian sebagai berikut :
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
1. Pisang serat (Musa textilis)
Pisang serat adalah pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi untuk
diambil seratnya. Pada awal abad ke – 16, penduduk asli Filipina memanfaatkan
serat pisang sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Oleh karena itu, pisang ini
dinamakan Musa textilis.
2. Pisang hias (Heliconia indica Lamk)
Seperti halnya pisang serat, pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk
diambil buahnya. Jenis pisang ini mempunyai morfologi daun yang indah
sehingga cocok dijadikan sebagai tanaman penghias halaman rumah atau pinggir
jalan. Berdasarkan jenisnya, pisang hias terbagi dua, yaitu pisang kipas dan
pisang-pisangan. Disebut pisang kipas karena bentuknya persis seperti kipas.
Sedangkan pisang-pisangan memiliki batang semu berukuran kecil-kecil dan
tumbuh secara berumpun sehingga indah bila dipandang.
3. Pisang buah (Musa paradisiaca Linnaeus)
Berdasarkan Satuhu dan Supriyadi (2008), pisang buah dapat digolongkan
menjadi 4 jenis :
a. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang, misalnya pisang
kepok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang raja dan pisang
barangan.
b. Pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya
pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu.
c. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang maupun diolah
terlebih dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
d. Pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah, misalnya pisang
klutuk atau pisang batu untuk campuran membuat rujak.
Pisang Barangan
Kedudukan pisang barangan dalam taksonomi tumbuhan menurut
Suprapti (2005) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminae
Famili : Musaceae
Sub famili : Muscoideae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata Linn.
Petunjuk memilih buah pisang barangan yang baik dapat dilihat pada
standar mutu buah pisang barangan (Tabel 1) yang dikeluarkan oleh Standar
Nasional Indonesia. Standar mutu ini disusun untuk memudahkan transaksi
perdagangan, melindungi konsumen, sebagai dasar pengujian dan sertifikasi mutu
serta menyediakan bahan informasi yang dapat digunakan untuk bahan
pembinaan kepada petani/konsumen/pedagang eksportir buah pisang barangan
(Standar Nasional Indonesia, 1999).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 1. Standar mutu buah pisang barangan
Berat tandan : 12 – 20 kg Jumlah sisir : 8 – 12 sisir per tandan Berat sisir : 1 – 2,5 kg Banyak buah : 12 – 20 buah per sisir Ukuran buah : panjang 12 – 20 cm diameter 2 – 4 cm Kulit buah matang : berwarna kuning jingga tebal Daging buah : agak keras dan berwarna kejinggaan Rasa : manis dengan aroma yang kuat Sumber : Standar Nasional Indonesia, (1999). Pisang yang ditanam secara komersial dipanen dalam keadaan hijau pada
berbagai tingkat kemasakan. Bila harus diangkut ke tempat-tempat yang jauh,
pisang itu dipetik dalam keadaan kurang matang, kira-kira 75 – 80 % matang,
yang sudah menampakkan sudut-sudutnya dengan jelas, dan yang akan matang
dalam kira-kira 3 minggu. Pisang untuk pengapalan antar pulau dipetik dalam
keadaan 85 – 95 % matang (Pantastico, 1993).
Perubahan utama yang terjadi pada pematangan buah pisang adalah
berkurangnya pati secara nyata bersamaan dengan kenaikan kadar gula. Dalam
buah hijau kadar gula daging buah sekitar 1 – 2 %, sedangkan pada buah matang
penuh menjadi 15 – 20 %. Kadar pati turun dari 20 % pada daging buah hijau
menjadi 1 – 2 % pada daging buah matang. Kadar asam askorbat menjadi dua kali
lipat bila diperam dalam keadaan hijau menjadi kuning kecoklatan
(Harris dan Karmas, 1989).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Berikut adalah gambar berbagai tingkat kematangan buah pisang
barangan :
gambar 1. Berbagai tingkat kematangan buah pisang Sumber : Satuhu dan Supriyadi, (2000). Keterangan : No Warna kulit % Pati % Gula Kriteria 1 Hijau 20 0,5 Keras, belum matang 2 Hijau kekuningan 18 2,5 Mulai terjadi pematangan 3 Hijau lebih banyak
daripada kuning 16 4,5 -
4 Kuning lebih banyak daripada hijau
13 7,5 -
5 Kuning dengan ujung berwarna hijau
7 13,5 -
6 Kuning penuh 2,5 18 Matang penuh 7 Kuning penuh dengan
bercak cokelat 1,5 19 Matang penuh dengan
aroma yang kuat 8 Kuning dengan bercak
coklat yang lebih luas 1 19 Lewat matang, daging buah
lunak, aroma sangat kuat Sumber : Satuhu dan Supriyadi, (2000).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Komposisi Kimia Pisang Barangan
Secara umum, komposisi kimia pisang barangan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia buah pisang barangan per 100 g bahan
Komposisi Kimia Jumlah Kalori (kal) 120 Protein (gr) 1,2 Lemak (gr) 0,2 Karbohidrat (gr) 31,8 Kalsium (mg) 10 Fosfor (mg) 22 Besi (mg) 0,8 Vitamin A (S.I) 950 Vitamin B1 (mg) 0,06 Vitamin C (mg) 10 Air (gr) 65,8 Bagian yang dapat dimakan (%) 70 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R. I., (1996).
Manfaat Pisang Barangan
Dalam pengobatan, daun pisang yang masih tergulung digunakan sebagai
obat sakit dada dan tapal dingin untuk kulit yang bengkak atau lecet. Air yang
keluar dari pangkal batang pisang digunakan untuk mengobati penyakit raja singa,
disentri dan diare. Air ini juga digunakan untuk menghentikan rontoknya rambut
dan merangsang pertumbuhan rambut. Cairan yang keluar dari akar bersifat anti
demam dan memiliki daya pemulihan kesehatan kembali. Dalam bentuk tepung,
pisang digunakan dalam kasus anemia dan rasa letih pada umumnya, serta untuk
yang kekurangan gizi. Buah yang belum matang merupakan sebagian dari diet
bagi orang yang menderita penyakit batuk darah (haemoptysis) dan kencing
manis. Dalam keadaan kering, pisang bersifat anti sariawan usus. Tepung yang
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
dibuat dari pisang digunakan untuk gangguan pencernaan yang disertai perut
kembung dan kelebihan asam (Widyastuti dan Paimin, 1993).
Sifat Fisiologis Buah Klimakterik Pisang tergolong buah klimakterik, ditandai dengan peningkatan CO2
secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan. Klimakterik adalah suatu
periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses
tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses
pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan.
(Syarief dan Irawati, 1988).
Buah-buahan non-klimakterik menghasilkan sedikit etilen dan tidak
memberikan respon terhadap etilen kecuali dalam hal degreening (penurunan
kadar klorofil) pada jeruk dan nenas. Buah klimakterik menghasilkan lebih
banyak etilen pada saat matang dan mempercepat serta lebih seragam tingkat
kematangannya pada saat pemberian etilen (Sakti, 2008).
Untuk membedakan buah klimakterik dari buah non-klimakterik adalah
responnya terhadap pemberian etilen (C2H4) yang merupakan gas hidrokarbon
yang secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam
peningkatan respirasi. Buah non-klimakterik akan bereaksi terhadap pemberian
etilen pada tingkat manapun baik pada tingkat pra-panen maupun pasca panen.
Sedangkan buah klimakterik hanya akan mengadakan reaksi respirasi bila etilen
diberikan dalam tingkat pra klimakterik dan tidak peka lagi terhadap etilen setelah
kenaikan respirasi dimulai (Pantastico, 1993).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Respirasi adalah suatu proses metabolisme biologis dengan menggunakan
oksigen dalam perombakan senyawa kompleks (seperti karbohidrat, protein dan
lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan sejumlah besar elektron-elektron. Pada
umumnya bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan proses respirasi
serta metabolisme lain sampai bahan tersebut rusak dan proses kehidupan berhenti
(Syarief dan Irawati, 1988).
Adanya aktivitas respirasi pada hasil-hasil pertanian dapat menyebabkan
hasil pertanian menjadi matang dan menjadi tua. Proses matangnya hasil pertanian
merupakan perubahan dari warna, aroma, dan tekstur berturut-turut menuju ke
arah hasil pertanian yang dapat dimakan/dapat digunakan dan memberikan hasil
sebaik-baiknya. Proses menjadi tua (senescence) merupakan proses
secara normal menuju ke arah kerusakan sejak lewat masa optimal
(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi terbagi dua, yaitu :
1. Faktor Internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2
yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, dimana
pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi
akan semakin cepat. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal,
maka laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan
lebih aktif daripada organ-organ tua (Pantastico, 1993).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
2. Faktor Eksternal
Umumnya laju respirasi meningkat 2 – 2,5 kali tiap kenaikan suhu 10 ˚C.
Pemberian etilen pada tingkatan pra-klimakterik, akan meningkatkan respirasi
buah klimakterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu
diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin
cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang masa simpan buah-
buahan dan sayur-sayuran, karena CO2 menimbulkan gangguan respirasi pada
produk tersebut. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, karena
dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek
(Pantastico, 1993).
Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Pematangan dan Penuaan 1. Perubahan Warna
Perubahan warna adalah perubahan yang paling menonjol, pada waktu
pematangan, terjadi sintesa pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid
disamping terjadinya perombakan klorofil. Terjadinya warna kuning pada
pisang disebabkan hilangnya klorofil dan menyebabkan timbulnya karotenoid
yang kuning (Apandi, 1984).
2. Perubahan Tekstur
Zat-zat pektin terutama dilekatkan dalam dinding sel dan lamela
tengah dan berfungsi sebagai bahan perekat. Zat-zat itu merupakan derivat
asam poligalakturonat dan terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam
pektinat, pektin dan asam pektat. Jumlah zat-zat pektat bertambah selama
perkembangan buah. Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan
pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat-zat pektat seluruhnya
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
menurun. Selama pematangan buah, terjadi 2 proses pada zat-zat pektin :
depolimerisasi (pemendekan rantai) dan de-esterifikasi (penghilangan gugus
metil dari polimernya). Dengan perubahan pektin, ketegaran buah berkurang
(Pantastico, 1993).
Selama penyimpanan terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan
hemiselulosa oleh aktivitas enzim pektin metil esterase dan poligalakturonase
dalam proses pematangan buah sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras
menjadi lunak (Kartasapoetra, 1994).
Salah satu bentuk penilaian bahwa suatu produk pertanian masih layak
simpan untuk dikonsumsi adalah ketika tekstur buah masih cukup keras. Pada
penyimpanan dengan suhu ruang, buah cepat menjadi lunak. Penurunan
tingkat kekerasan ini terjadi akibat proses pematangan sehingga komposisi
dinding sel berubah menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan
kekerasan buah menurun. Perubahan kekerasan ini dapat dijadikan indikator
tingkat kematangan buah (Hartanto dan Sianturi, 2008).
3. Perubahan Karbohidrat
Perubahan komponen kimia terbesar dalam pematangan adalah
perubahan karbohidrat yang menyebabkan perubahan rasa dan tekstur buah.
Semakin matang buah, semakin tinggi kadar gula. Karena gula merupakan zat
yang dominan dalam bahan padat yang terlarut pada buah maka tingkat
kematangan sering ditentukan dengan soluble solid (Purba dan Sitinjak, 1987).
Konsentrasi pati pada daging buah meningkat sampai 70 hari pada
masa pertumbuhan buah pisang dan kemudian menurun. Kandungan pati pada
buah pisang yang belum masak 20 – 25 % dari total berat segarnya dan sekitar
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
2 – 5 % saja yang mampu diubah menjadi gula dan sebagian dilepas dalam
bentuk gas CO2 melalui proses respirasi. Pada awal pertumbuhan buah
konsentrasi gula total, gula reduksi dan bukan reduksi sangat rendah. Tetapi
saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan
fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai
indeks kimia kemasakan. Pada saat pemasakan buah terjadi peningkatan
respirasi, produksi etilen serta terjadi akumulasi gula (Sumadi, et al., 2004).
4. Perubahan Vitamin C
Kandungan asam askorbat (vitamin C) akan mengalami penurunan
selama penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi.
Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira setengah sampai dua
per tiga dari waktu panen. Hal ini disebabkan asam askorbat mudah
teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam
jaringan tanaman (Pantastico, 1993).
5. Perubahan Berat
Pengurangan berat pada bahan hasil pertanian terutama buah-buahan
mempunyai korelasi positif dengan jumlah gas CO2 dan air yang dilepaskan.
Penguapan air dari produk holtikultura adalah suatu proses yang terus-
menerus pada semua buah dan sayuran. Hal ini merupakan penyebab
kehilangan berat secara langsung. Pengaruh yang lebih nyata akibat
kehilangan air adalah perubahan pada rupa (penampakan), kelayuan atau
pengkerutan (Wills, et al., 1981).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
6. Perubahan Asam-Asam Organik
Keasaman (total asam) buah sebelum dipanen tinggi, karena adanya
asam sitrat, asam malat, asam tartarat, asam oksalat dan asam laktat. Asam-
asam organik ini dapat dipandang sebagai energi tambahan untuk buah dan
oleh karenanya diperkirakan banyak menurun selama aktivitas metabolisme
(Sitinjak, et al., 1993).
Tingkat kematangan buah sering ditunjukkan oleh rasio gula dan asam.
Buah yang telah matang, kandungan gulanya mengalami kenaikan dan kadar
asamnya menurun sehingga rasio gula/asam akan mengalami perubahan yang
drastis. Hal ini berlaku bagi komoditi klimakterik, sedangkan pada produk non
klimakterik perubahan rasio gula/asam tidak menunjukkan keteraturan pola
(Winarno dan Aman, 1981).
Tinjauan Umum Etilen Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan
selama proses masaknya hasil pertanian terutama pada buah-buahan dan sayur-
sayuran. Pada hasil hasil pertanian klimakterik, produksi etilen sangat efektif
selama fase permulaan klimakterik, sedangkan pada hasil-hasil pertanian yang
non klimakterik, produksi etilen terlihat meningkat setelah hasil tersebut dipanen
(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).
Etilen dapat memberi pengaruh negatif terhadap produk segar, karena
etilen akan mempercepat proses pematangan pada produk seperti pisang dan
tomat, sehingga produk menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk
seperti jeruk, maka dapat menghilangkan warna hijau (degreening), sehingga
dihasilkan jeruk dengan warna yang merata, dan penampilannya lebih menarik.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Secara umum, etilen merupakan bahan yang tidak diinginkan untuk penyimpanan
produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari lingkungan penyimpanan,
karena :
- dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan
produk,
- dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat pelunakan
jaringan dan kebusukan buah
- mempercepat degradasi klorofil yang kemudian akan menyebabkan
kerusakan-kerusakan pasca panen lainnya
(Julianti dan Nurminah, 2006).
Produksi etilen erat hubungannya dengan aktivitas respirasi, yaitu
banyaknya penggunaan oksigen pada kehidupannya, karena itu apabila produksi
etilen banyak maka biasanya aktivitas respirasi meningkat dengan ditandai oleh
meningkatnya penggunaan oksigen oleh tanaman. Namun, pemacuan aktivitas
respirasi oleh etilen mempunyai sifat yang berbeda pada tanaman klimakterik dan
non klimakterik. Pada tanaman klimakterik, tidak banyak oksigen yang diserap
untuk respirasi, sedangkan pada buah non klimakterik, makin tinggi produksi
etilen, aktivitas respirasi semakin meningkat, yang ditandai dengan makin
banyaknya oksigen yang diserap (Kartasapoetra, 1994).
Bahan Penjerap Etilen Penjerap yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium permanganat
(KMnO4), zeolit dan karbon aktif yang dimasukkan ke dalam pembungkus.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
A. Kalium Permanganat (KMnO4)
Kalium permanganat mengoksidasi etilen menjadi etanol dan asetat, dan
didalam proses ini terjadi perubahan warna KMnO4 dari warna ungu menjadi
coklat yang menandakan proses penjerapan etilen. Pada aplikasinya, KMnO4 tidak
boleh terkontak langsung dengan bahan pangan, karena KMnO4 bersifat racun
(Coles, et al., 2003).
Kalium permanganat merupakan senyawa yang dapat berperan sebagai
oksidator yang kuat. Senyawa ini mudah sekali bereaksi dengan cara apa saja,
tergantung seberapa besar pH larutannya. Kekuatan oksidator dari kalium
permanganat bergantung pada keadaan pH larutannya ketika bereaksi. Faktor
penyebab keragaman dari reaksi kimia senyawa ini adalah karena perbedaan
valensi dari unsur Mn (mangan) mulai dari 1 – 7 yang hampir semuanya stabil
kecuali 1 dan 5.
Adapun sifat dan karakteristik dari KMnO4 adalah sebagai berikut :
1. Kristal berwarna ungu jelas atau hampir gelap
2. Larut 16 bagian dalam air pada suhu 20 ˚C dan membentuk larutan ungu
3. Berat jenis 2,703 g/cc
4. Berat molekul 158
5. KMnO4 merupakan bahan pengoksidasi dan bahan antiseptik
6. KMnO4 mudah rusak bila terkena cahaya matahari langsung, yakni akan
terbentuk MnO2 yang mengendap. Karena itu, KMnO4 harus disimpan dalam
botol yang tidak tembus cahaya
(Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, 1998).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
B. Zeolit
Dewasa ini, banyak produsen kemasan film muncul di pasaran
memadukan kemampuan mineral tanah untuk menjerap etilen dan menghasilkan
pancaran anti mikroba. Ada beberapa jenis mineral aktif yaitu tanah liat, batu
apung, zeolit, koral, keramik dan batu oya dari Jepang. Mineral-mineral ini
dicampurkan atau disimpan ke dalam kemasan film yang digunakan untuk
mengemas produk segar (Day, 2003).
Secara umum, zeolit memiliki struktur molekul yang unik, dimana atom
silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam jaringan
dengan pola yang teratur. Zeolit memiliki beberapa sifat, antara lain mudah
melepas air akibat pemanasan, tetapi juga mudah mengikat kembali molekul air
dalam udara lembab, sehingga sering digunakan sebagai bahan pengering. Zeolit
juga mudah melepas kation dan diganti dengan kation lainnya
(Wikipedia, 2008 a).
Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral AlO4 dan
SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O dan di dalam struktur tersebut Si 4+
dapat diganti dengan Al 3+, sehingga rumus empiris zeolit menjadi :
M2nO.Al2O3.xSiO2.yH2O
Keterangan :
M = kation alkali atau alkali tanah
n = valensi logam alkali
x = bilangan tertentu (2 s/d 10)
y = bilangan tertentu (2 s/d 7)
(Wikipedia, 2007).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Menurut proses pembentukannya, zeolit dapat digolongkan menjadi
2 kelompok, yaitu zeolit alam dan zeolit sintesis.
1. Zeolit Alam
Zeolit alam terbentuk karena proses perubahan alam (zeolitisasi) dari
batuan vulkanik tuf, sedangkan zeolit sintesis direkayasa oleh manusia secara
kimiawi.
Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Zeolit yang terdapat di antara celah-celah bebatuan atau di antara
lapisan bautan. Zeolit ini biasanya terdiri dari beberapa jenis
mineral zeolit bersama-sama dengan mineral lainnya seperti kalsit,
kuarsa, renit, klorit, fluorit, mineral sulfida dan lain-lain.
b. Zeolit yang berupa batuan. Hanya sedikit jenis zeolit yang
berbentuk batuan, diantaranya adalah klinoptilotit, analsim
laumontit, mordenit, filipsit, erionit, kabasit, dan heulandit.
2. Zeolit Sintetis
Zeolit sintetis dapat diproduksi dengan cara hidrotermal dan kebanyakan
diproduksi di bawah kondisi tidak seimbang, akibatnya zeolit yang
dihasilkan merupakan bahan metalabil (mudah berubah).
(Wikipedia, 2007).
C. Karbon Aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas
penjerapan. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon, abu, air persenyawaan yang
mengandung nitrogen dan sulfur (Ketaren, 1986).
Karbon aktif, atau sering juga disebut dengan arang aktif, adalah suatu
jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini dapat
dicapai dengan mengaktifkan karbon tersebut. Dari satu gram karbon aktif, akan
didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2
(didapat dari pengukuran gas). Pengaktifan bertujuan untuk memperluas
permukaannya saja, dan meningkatkan kemampuan penjerapan karbon aktif itu
sendiri (Wikipedia, 2008 b).
Karbon aktif dengan berbagai katalis logam juga secara efektif menjerap
etilen. Karbon aktif telah banyak digunakan untuk menghilangkan etilen pada
gudang penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran dan juga diproduksi dalam
kemasan sachet yang dimasukkan ke dalam kantongan pengemas atau kotak kayu
pada penyimpanan hasil pertanian (Abeles, et al., 2002).
Penyimpanan dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif Kemasan atmosfer termodifikasi aktif adalah cara pengemasan suatu
produk yang mudah rusak di mana komposisi udara dalam kemasan telah diubah,
sehingga komposisi udara tersebut tidak sama lagi dengan kondisi atmosfer
(Hintlian dan Hotchkiss, 1986).
Pengemasan atmosfir termodifikasi adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah, dan ini menyebabkan laju respirasi
produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh
enzim serta memperpanjang masa simpan (Julianti dan Nurminah, 2006).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Ada 2 jenis kemasan atmosfir termodifikasi (AT), yaitu AT aktif dan AT
pasif. Pada AT aktif, produk disimpan dengan atmosfir terkendali dimana udara di
dalam kemasan awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan
kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga
keseimbangan langsung dicapai. Sedangkan pada AT pasif, keseimbangan antara
O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan
permeabilitas kemasan) (Julianti dan Nurminah, 2006).
Meningkatkan kadar gas CO2 dengan konsentrasi 2 % atau lebih pada
kemasan dapat menguntungkan bagi penyimpanan produk. Menaikkan kadar CO2
dapat mengurangi sensitivitas produk terhadap etilen, dan juga memperlambat
perombakan klorofil pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Meningkatkan kadar
CO2 juga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur yang dapat
menyebabkan kebusukan. Kadar O2 dan CO2 harus diperhatikan agar tidak
dibawah batas toleransi. Konsentrasi O2 dibawah batas toleransi akan
menyebabkan respirasi anaerob dan terbentuk aroma yang tidak diinginkan.
Konsentrasi CO2 dibawah batas toleransi menyebabkan kerusakan fisiologis pada
buah-buahan dan sayur-sayuran (Jobling, 2001).
Memperhatikan kadar oksigen penting saat pengemasan buah-buahan dan
sayur-sayuran segar karena buah-buahan dan sayur-sayuran tersebut masih
melakukan respirasi. Ketiadaan oksigen dapat menyebabkan respirasi anaerob,
sehingga meningkatkan kelayuan dan kebusukan. Konsentrasi O2 yang terlalu
tinggi dapat meningkatkan laju respirasi. Umumnya, kadar oksigen yang sesuai
untuk buah-buahan dan sayur-sayuran untuk masa simpan yang optimal sekitar
3 – 5 % (Wikipedia, 2008 b).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengemasan aktif adalah suatu konsep inovatif yang mengubah kondisi
pengemasan untuk memperlama masa simpan atau meningkatkan penampakan
dan keselamatan produk, dan sekaligus mempertahankan mutu produk tetap
tinggi. Untuk itu, ke dalam kemasan dimasukkan bahan tambahan. Berbagai
bahan tambahan yang dikenal saat ini dapat berfungsi secara khusus, misalnya
mampu menyerap O2 dan etilen, menyerap dan melepas CO2, mengatur
kelembapan, bersifat antimikroba, melepas antioksidan, melepas atau penyerap
flavor atau bau buah. Penurunan konsentrasi O2 (atau sebaliknya, peningkatan
konsentrasi CO2) hingga konsentrasi yang belum memicu terjadinya fermentasi
menjadi salah satu parameter utama teknologi pengemasan buah. Pada umumnya,
penurunan O2 akan menurunkan laju respirasi, yang selanjutnya akan
menghambat pemasakan buah, sehingga mampu memperpanjang masa simpannya
(Wikipedia, 2008 b).
Saat ini Modified Atmosphere Packaging (MAP) telah berkembang dengan
sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat
menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya
penjerap untuk O2, CO2, etilen dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap
bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode
kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan
pangan (Hurme, et al., 2002).
Keterbatasan dalam mengatur kondisi atmosfir terkendali (MA) secara
pasif, menyebabkan MA aktif lebih disukai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan semua gas dari dalam kemasan dan mengisinya kembali dengan gas
yang komposisinya sesuai. Sistem modifikasi atmosfir ini juga dapat disesuaikan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
dengan penggunaan bahan-bahan penjerap O2, CO2, dan / atau etilen (C2H4).
Meski cara ini membutuhkan tambahan biaya, tetapi kondisi atmosfir yang
diinginkan lebih cepat tercapai. Adsorber etilen dapat memperlambat laju respirasi
yang merupakan masalah dalam buah-buahan klimakterik. Adsorber CO2 dapat
mencegah meningkatnya konsentrasi CO2 ke level yang menyebabkan kebusukan
dan mungkin terjadi pada kondisi penyimpanan MA secara pasif
(Kader dan Watkins, 2000).
Penyimpanan pisang dengan sistem modifikasi atmosfer sudah diterapkan
pada beberapa varietas pisang. Dari hasil penelitian Chauhan, et al. (2006),
diketahui kondisi atmosfer termodifikasi yang sesuai untuk penyimpanan pisang
varietas Pachbale adalah 3 % O2, 5 % CO2 dan 92 % N2. Pisang yang dikemas
dengan kemasan atmosfer termodifikasi yaitu dengan kemasan polietilen yang
tebalnya 0,025 mm dan 0,037 mm memberikan mutu pisang yang baik dan dapat
memperpanjang masa simpan 5 hari lebih panjang daripada penyimpanan tanpa
kemasan. Pisang yang telah disimpan dengan kemasan atmosfer termodifikasi ini
juga memiliki mutu yang lebih baik setelah diberi perlakuan etilen di akhir
penyimpanan (Ahmad dan Thompson, 2007).
Menurut Jobling (2001), berikut adalah beberapa produk yang disimpan
dalam udara terkendali, yang ternyata memiliki umur simpan lebih lama dari
produk yang disimpan pada komposisi udara normal :
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 3. Perbandingan umur simpan produk pada udara normal dan udara terkendali
Produk Suhu
(˚C) O2 (%) CO2 (%) Umur simpan
udara normal (hari)
Umur simpan udara
terkendali (hari) Apel Gala 0 - 2 1,5 - 2,5 1 - 5 120 180 Apokat 5 - 13 3 - 10 3 - 10 42 84 Pisang 13 - 16 2 - 5 2 - 5 28 49 Buncis 4 - 8 4 - 7 4 - 7 7 14 Brokoli 0 - 1 5 -15 5 - 15 28 56 Lettuce 0 - 1 < 1 < 1 21 28 Pir - 1 - 1 0 - 1 0 - 1 90 180 Lada 7 -12 2 - 5 2 - 5 21 28 Strawberry - 0,5 - 0 15 - 20 15 - 20 14 21
Sumber : Jobling, (2001).
Penggunaan Styrofoam Sebagai Wadah Pengemas Saat ini styrofoam banyak digunakan sebagai wadah pengemas bahan
pangan, karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat mempertahankan
panas atau dingin produk yang dikemasnya, tetap dapat mempertahankan
bentuknya saat dipegang, ringan, murah, memiliki kekuatan yang baik, ukurannya
dapat diatur, tidak menimbulkan alergi, tahan terhadap kelembaban dan
permeabilitas terhadap uap sangat rendah (Vedder, 2008).
Styrofoam dibuat dari polimer polistiren yang terdiri atas monomer-
monomer stiren. Monomer-monomer ini dapat bermigrasi ke dalam bahan
makanan yang dikemas. Dewasa ini penggunaan styrofoam sebagai pengemas
mulai dibatasi karena stiren dapat bersifat karsinogenik (memacu timbulnya
kanker). Styrofoam sebagai pengemas tidak dianjurkan untuk dipakai dalam
pengemasan bahan pangan yang masih panas, mengandung banyak lemak,
vitamin A dan asam (Vedder, 2008).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Penggunaan Kemasan Film
Polietilen densitas rendah (LDPE = Low Density Polyethylene) dihasilkan
dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah di kelim dan harganya
murah. Plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk
putus yang tinggi. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Sifat-sifat plastik
polietilen adalah :
- Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
- Tahan terhadap suhu tinggi (300 °C)
- Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
- Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan,
sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah
(Julianti dan Nurminah, 2006).
Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini
perlu diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan
digunakan. Dalam beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan,
misalnya pada produk-produk yang berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya
respirasi anaerob (Julianti dan Nurminah, 2006).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2009 di Laboratorium
Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah pisang barangan dengan tingkat
kematangan matang fisiologis. Buah pisang barangan diperoleh dari petani pisang
barangan dari Kecamatan Medan Denai, Kelurahan Tegal Sari, Mandala III. Buah
pisang barangan diangkut ke lokasi penelitian 1 hari setelah pemanenan. KMnO4,
zeolit dan karbon aktif diperoleh dari Rudang Jaya Simpang Kampus USU,
Medan.
Reagensia Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, pereaksi
Anthrone, alkohol 80 %, HPO3 3 % , 2,6-diklorofenol indofenol.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil, oven,
desikator, timbangan, mortar, alu, beaker glass, teksturometer, gelas ukur, pipet
tetes, pH meter, tabung reaksi, spektrofotometer, styrofoam, kertas saring,
polyetilen, tabung gas, Cosmoprotector tipe XPO – 318, Cosmoprotector tipe
XP – 314, buret, erlenmeyer, spatula, sentrifus, penangas air dan kuvet.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Rancang Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :
Faktor I : Jenis Penjerap Etilen (A)
A1 = KMnO4
A2 = Zeolit
A3 = Karbon Aktif
Faktor II : Lama Penyimpanan (L)
L1 = 0 hari
L2 = 5 hari
L3 = 10 hari
L4 = 15 hari
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 3 x 4 = 12, maka jumlah ulangan (n)
adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) ≥ 15
12 (n-1) ≥ 15
12 n – 12 ≥ 15
12 n ≥ 27
n ≥ 2,25 ……….. dibulatkan menjadi n = 3
Maka untuk ketelitian, dilakukan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model :
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A dari taraf ke – i dan faktor L pada
taraf ke – j dengan ulangan ke – k
µ : Efek Nilai Tengah
αi : Efek dari Faktor A pada taraf ke – i
βj : Efek dari Faktor L pada taraf ke – j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke – i dan faktor L pada
taraf ke – j
εijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke – i dan faktor L pada taraf
ke – j dalam ulangan ke – k.
Pelaksanaan Penelitian
- Disortasi pisang dan ditimbang beratnya sebanyak ± 300 gram
- Dimasukkan ke dalam styrofoam
- Bahan penjerap etilen dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibentuk
menjadi bungkusan kecil
- Styrofoam ditutup dengan kemasan plastik dengan cara sebagai berikut :
pinggiran styrofoam diberi double tape 1 cm dan pada badan styrofoam
digunakan selotip 2,5 cm untuk meletakkan film polyetilen. Film kemasan
tidak menutupi bagian bawah styrofoam . Untuk pengaturan gas O2 dan CO2
di dalam kemasan, dibuat 2 lubang pada salah satu sisi kemasan yang
dihubungkan dengan selang plastik.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Kemasan yang telah berisi produk disegel dengan lilin dan selang dijepit
dengan penjepit
- Komposisi atmosfir di dalam kemasan dimodifikasi dengan cara mengurangi
konsentrasi gas O2 menggunakan gas Nitrogen hingga konsentrasinya
mencapai 6 ± 2 % O2 yang diukur dengan menggunakan Cosmoprotector
tipe XPO – 318, sedangkan gas CO2 ditambahkan dari tabung gas CO2
hingga konsentrasinya 4 ± 2 % CO2 yang diukur dengan menggunakan
Cosmoprotector tipe XP – 314
- Disimpan pada suhu ruang
- Dilakukan pengamatan dalam selang waktu tertentu yaitu 5, 10, 15 dan 20
hari
Pengamatan dan Parameter Mutu
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai
dengan parameter sebagai berikut :
1. Penentuan Kadar Air
2. Susut Bobot
3. Penentuan Kadar Vitamin C
4. Penentuan Kadar Gula
5. Uji Organoleptik Warna
6. Uji Tekstur dengan Teksturometer
7. Uji Tekstur secara Organoleptik
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
1. Penentuan Kadar Air (Apriyantono, et al., 1989)
- Ditimbang contoh seberat 5 gram dalam aluminium foil yang telah
diketahui beratnya
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C selama 3 jam. Kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang
- Dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan
kembali dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Perlakuan ini
diulangi sampai didapat berat yang konstan
- Dihitung pengurangan berat yang merupakan banyaknya air dalam
bahan dengan perhitungan :
% Kadar air = Berat awal – Berat Akhir x 100 % Berat awal
2. Penentuan Susut Bobot
- Ditimbang berat awal bahan sebelum perlakuan
- Ditimbang berat akhir bahan setelah perlakuan
- Dihitung pengurangan berat bahan sebagai susut bobot, dengan
perhitungan :
Susut bobot = Wa – Wb x 100 % Wa
dimana Wa = berat awal bahan sebelum perlakuan
Wb = berat akhir bahan setelah perlakuan
Untuk susut bobot 0 hari, angka 0 diganti dengan cara
data ditransformasikan menggunakan persamaan (y + 0,5)0,5
(Steel dan Torrie, 1989).
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
3. Penentuan Kadar Vitamin C (Apriyantono, et al., 1989)
- Dihancurkan 5 g sampel
- Dimaserasikan dengan 25 ml larutan 3 % HPO3
- Disentrifus pada 4000 rpm selama 15 menit dan kemudian disaring
- Dipipet 5 ml filtrat
- Dibuat larutan pencelup (dye solution) dari 50 g 2,6-diklorofenol
indofenol didalam aquadest panas yang mengandung 42 mg sodium
bikarbonat
- Dititrasi dengan larutan pencelup (dye solution) hingga terbentuk
warna merah jambu
- Dihitung kadar vitamin C
Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) = T x F x FP x 100 W Dimana : T = jumlah ml titrasi F = faktor dye (mg/ml)
FP = faktor pengenceran
W = berat sampel (g)
4. Penentuan Kadar Gula (Apriyantono, et al., 1989)
- Diambil 25 g sampel (daging buah pisang barangan)
- Ditambahkan alkohol 80 % dengan perbandingan 1 : 1
- Diblender dan disaring bubur buah dengan menggunakan kapas
- Dicuci sisa padatan sampai seluruh gula terekstrak
- Ditepatkan filtrat hingga 100 ml
- Diambil 10 ml filtrat dan diencerkan hingga 250 ml
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
- Diatur pH, jika larutan asam maka ditambahkan 2 g CaCO3
- Dipanaskan pada penangas air (100 ˚C) selama 30 menit, didinginkan
dengan cepat dan disaring dengan kertas saring
- Dipanaskan kembali filtrat pada suhu 85 ˚C sampai alkoholnya
menguap, kemudian dipipet 10 ml dan diencerkan lagi hingga 100 ml
- Dimasukkan 1 ml filtrat akhir ke dalam tabung reaksi dan ditambah
dengan pereaksi Anthrone
- Direndam dalam air mendidih selama 15 menit
- Dipindahkan ke dalam kuvet
- Dibaca absorbansinya pada λ = 630 nm
- Ditentukan kadar gula dengan menggunakan kurva standar dengan
persamaan kurva standar Ŷ = 2,4625 x + 0,12
- Dihitung kadar gula pada pisang barangan dengan rumus:
Total gula (%) = A x FP x 100 % W x 1000 Dimana A = Absorbansi FP = Faktor Pengencer W = berat bahan (g)
5. Uji Organoleptik Warna (Skor) (Satuhu dan Supriyadi, 2000)
Penentuan tingkat kematangan buah pisang barangan dilakukan dengan
kriteria warna kulit luar berdasarkan tingkat yang paling muda (hijau) sampai
tingkat yang paling matang (kuning bercak coklat), berdasarkan kadar Color
Chart Classification berikut :
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 4. Nilai numerik 1 – 8 untuk menunjukkan warna buah pisang barangan pada berbagai tingkat kematangan
Skor Warna Kulit Pisang 1 Warna hijau, keras belum matang 2 Warna kulit hijau tanda kuning sedikit 3 Warna kulit hijau lebih banyak daripada kuning 4 Warna kulit kuning lebih banyak daripada warna hijau 5 Warna kulit kuning dengan ujung berwarna hijau 6 Warna kulit kuning penuh 7 Warna kulit kuning dengan sedikit bercak coklat 8 Bercak coklat lebih melebar/banyak
6. Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) ( Muchtadi, 1997)
- Diambil bahan, diletakkan pada teksturometer
- Diukur tekstur bahan pada bagian pangkal, tengah dan ujungnya
- Dihitung tekstur rata-rata dengan menggunakan rumus :
Tekstur = 250 x / 10
dimana x = nilai rata-rata pengukuran pada tiga tempat yang
berbeda dari buah pisang
250 = berat beban teksturometer (g)
10 = pembacaan skala pada teksturometer (1 cm = 10 mm)
7. Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor) (Soekarto, 1981)
- Diambil buah pisang barangan dan ditekan dengan jari tangan
- Diberi skala kekerasan tekstur pisang barangan :
Tabel 5. Skala uji hedonik organoleptik tekstur (numerik)
Skala Hedonik Skala Numerik Sangat Keras 4 Keras 3 Agak Keras 2 Tidak Keras 1
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Dimasukkan kedalam styrofoam yang telah ditutup dengan polyetilen
Diberi 2 lubang pada salah satu sisi styrofoam untuk pengaturan gas O2 dan CO2
Analisa
Gambar 2. Skema Penelitian
Penjerap Etilen A1 = KmnO4 A2 = Zeolit A3 = Karbon aktif
Lama Penyimpanan L1 = 0 hari L2 = 5 hari L3 = 10 hari L4 = 15 hari
1. Kadar Air 2. Susut Bobot 3. Kadar Vitamin C 4. Kadar Gula 5. Uji Organoleptik
Warna 6. Uji Tekstur
dengan Teksturometer
7. Uji Tekstur secara Organoleptik
Dimasukkan penjerap ke dalam kertas saring yang dibentuk menjadi sachet
Dimasukkan ke dalam styrofoam
Disortasi pisang dan ditimbang
Modifikasi atmosfer dalam kemasan; Konsentrasi O2 : 6 ± 2 %, Konsentrasi CO2 : 4 ± 2 %
dan N2 hingga 100 %
Kemasan atmosfer termodifikasi aktif disimpan pada suhu kamar
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Penjerap Etilen terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, jenis penjerap etilen
memberikan pengaruh terhadap kadar air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar
gula, organoleptik warna dan tekstur, yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil analisis pengaruh jenis penjerap etilen terhadap parameter yang diamati
Jenis Penjerap
Etilen (A) Kadar Air
(%) Susut Bobot (%)
Kadar Vitamin C (g/100 gr)
Kadar Gula (%)
Tekstur (g/mm2)
Organoleptik (Skor) Tekstur Warna
A1 = KMnO4 66,510 3,000 4,620 12,567 577,900 3,120 2,620 A2 = Zeolit 66,540 3,580 4,760 13,358 514,040 3,050 2,670 A3 = Karbon
Aktif 66,580 3,400 4,850 13,813 565,430 3,100 2,680
Dari Tabel 6 dapat dilihat kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan A3
yaitu sebesar 66,58 % dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 66,51 %. Susut
bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan A2 sebesar 3,58 % dan terendah pada
perlakuan A1 sebesar 3,00 %. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan
A3 sebesar 4,85 mg/100 g dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 4,62 mg/100 g.
Kadar gula tertinggi diperoleh pada perlakuan A3 sebesar 13,813 % dan terendah
pada perlakuan A1 sebesar 12,567 %. Tekstur bahan (menggunakan
teksturometer) tertinggi diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 577,90 g/mm2 dan
terendah pada perlakuan A2 sebesar 514,04 g/mm2. Nilai organoleptik tekstur
terbesar diperoleh pada perlakuan A1 sebesar 3,12 % dan terendah pada perlakuan
A2 sebesar 3,05 %. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan
A3 sebesar 2,68 dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 2,62.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secara umum lama
penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar air, susut bobot, kadar
vitamin C, kadar gula, organoleptik warna dan tekstur, yang dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Hasil analisis pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati
Lama
Penyimpanan (L)
Kadar Air (%)
Susut Bobot (%)
Kadar Vitamin C (g/100 g)
Kadar Gula (%)
Tekstur (g/mm2)
Organoleptik (Skor)
Tekstur Warna
L1 = 0 hari 60,480 0,710 2,930 2,411 786,670 4,00 1,00 L2 = 5 hari 66,660 1,800 4,460 5,186 639,160 3,84 1,00 L3 = 10 hari 68,830 4,480 5,200 18,278 462,460 2,76 2,66 L4 = 15 hari 70,200 6,310 6,400 27,109 321,530 1,76 5,96 Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan, maka kadar
air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar gula dan nilai organoleptik warna pisang
barangan semakin meningkat, sedangkan tekstur pisang barangan semakin
menurun. Kadar air tertinggi diperoleh dari perlakuan L4 sebesar 70,200 % dan
terendah pada L1 sebanyak 60,480 %. Susut bobot tertinggi diperoleh dari
perlakuan L4 sebesar 6,310 % dan terendah pada perlakuan L1 sebesar 0,710 %.
Kadar vitamin C tertinggi diperoleh dari perlakuan L4 sebesar 6,400 mg/100 g,
sedangkan terendah terdapat pada perlakuan L1 sebesar 2,930 mg/100 g. Kadar
gula tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 27,108 % dan terendah pada
perlakuan L1 sebesar 2,411 %. Tekstur (menggunakan teksturometer) tertinggi
diperoleh dari perlakuan L1 sebesar 786,670 g/mm2 sedangkan yang terendah pada
perlakuan L4 sebesar 321,530 g/mm2. Nilai organoleptik tekstur tertinggi
diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 4,000 dan terendah pada perlakuan L4
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
sebesar 1,760. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada pada perlakuan
L4 sebesar 5,960 dan terendah pada perlakuan L1 dan L2 sebesar 1,000.
Kadar Air (%)
Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar air pisang barangan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air (%) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar air pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap kadar air untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 0 hari 60.48 D D 2 0.76187 1.0686 L2 = 5 hari 66.66 C C 3 0.79897 1.12549 L3 = 10 hari 68.83 B B 4 0.82371 1.15765 L4 = 15 hari 70.20 A A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.
Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4 (15 hari) yaitu sebesar 70,200 % dan terendah pada L1 (0 hari)
sebesar 60,480 %.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar air pisang barangan dapat
dilihat pada Gambar 3.
y = 0,6266L + 61,843r = 0,94138
58,000
60,000
62,000
64,000
66,000
68,000
70,000
72,000
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Kada
r Air
(%)
Gambar 3. Grafik Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
kadar air pisang barangan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh
pisang barangan masih melakukan proses respirasi selama masa penyimpanan.
Menurut Syarief dan Irawati (1988), respirasi adalah suatu proses metabolisme
biologis dengan menggunakan oksigen dalam perombakan senyawa kompleks
(seperti karbohidrat, protein dan lemak) untuk menghasilkan CO2, air dan
sejumlah besar elektron.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam pada (Lampiran 1), interaksi jenis penjerap
etilen dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar air pisang barangan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
0
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Susut Bobot (%)
Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap susut bobot (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), jenis penjerap etilen
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot pisang
barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh jenis penjerap etilen terhadap
susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh jenis penjerap terhadap susut bobot (%)
Jarak LSR Jenis Penjerap Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1 = KmnO4 3,000 c C 2 0.11032 0.15473 A2 = Zeolit 3,580 a A 3 0.11569 0.16297 A3 = Karbon aktif 3,400 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata
dengan A2 dan A3. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3. Susut bobot
tertinggi diperoleh pada perlakuan A2 (zeolit) yaitu sebesar 3,580 % dan terendah
pada perlakuan A1 (KMnO4) sebesar 3,000.
Histogram pengaruh jenis penjerap etilen terhadap susut bobot pisang
barangan dapat dilihat pada Gambar 4.
2.600
2.800
3.000
3.200
3.400
3.600
3.800
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Jenis Penjerap Etilen
Susu
t Bob
ot (%
)
Gambar 4. Histogram pengaruh jenis penjerap etilen terhadap susut bobot (%)
0
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Kehilangan berat pada buah mempunyai korelasi positif dengan jumlah
gas CO2 dan air yang dilepaskan. Kehilangan berat pada buah diakibatkan oleh
proses respirasi dan transpirasi pada buah tersebut. Meningkatnya laju respirasi
akan menyebabkan perombakan senyawa seperti karbohidrat dalam buah, dan
menghasilkan CO2, energi dan air yang menguap melalui permukaan kulit buah
yang menyebabkan kehilangan bobot pada pisang barangan. Dari Gambar 2 dapat
dilihat susut bobot terendah terdapat pada perlakuan A1 (KMnO4), karena KMnO4
dapat mengoksidasi etilen, sehingga dapat menekan laju respirasi buah, sehingga
dapat menghambat proses penguapan air dari dalam buah, dan penurunan berat
pisang dapat diperkecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wills et al. (1981), yang
menyatakan bahwa etilen dapat dihancurkan oleh KMnO4 sebagai oksidator yang
kuat.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot (%) Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 2), lama penyimpanan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot pisang
barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap
susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot (%)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 0 hari 0,710 d D 2 0.12738 0.17867 L2 = 5 hari 1,800 c C 3 0.13359 0.18818 L3 = 10 hari 4,480 b B 4 0.13772 0.19356 L4 = 15 hari 6,310 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3, dan L4. L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L3
berbeda sangat nyata terhadap L4.
Hubungan lama penyimpanan terhadap susut bobot pisang barangan dapat
dilihat pada Gambar 5.
Ŷ = 0,3896L + 0,403r = 0,9887
0,0001,0002,0003,0004,0005,0006,0007,000
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Susu
t Bob
ot (%
)
Gambar 5. Grafik hubungan lama penyimpanan terhadap susut bobot (%)
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
susut bobot pisang barangan akan semakin meningkat. Buah masih melakukan
respirasi selama penyimpanan, semakin lama penyimpanan, maka kehilangan
berat pada buah akan semakin meningkat.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dan lama penyimpanan terhadap susut bobot (%) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), interaksi jenis penjerap etilen
dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap susut bobot pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh
interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap susut bobot
untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap susut bobot (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1L1 0,710 h G 2 0.22063 0.30946 A1L2 1,670 g F 3 0.23138 0.32594 A1L3 3,880 f E 4 0.23854 0.33525 A1L4 5,730 c B 5 0.24069 0.34098 A2L1 0,710 h G 6 0.24356 0.34456 A2L2 1,850 g F 7 0.24499 0.35244 A2L3 5,290 d C 8 0.24642 0.35531 A2L4 6,460 b A 9 0.24642 0.3596 A3L1 0,710 h G 10 0.24785 0.36319 A3L2 1,890 g F 11 0.24785 0.36534 A3L3 4,260 e D 12 0.24785 0.36748 A3L4 6,740 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa susut bobot tertinggi terdapat pada
perlakuan A3L4 yaitu sebesar 6,74 % dan terendah pada A1L1, A2L1, dan A3L1
sebesar 0,71 %.
Ketersediaan etilen akan meningkatkan laju respirasi pada buah-buahan.
Tetapi dengan adanya penjerap etilen maka kegiatan respirasi tersebut akan
dikurangi. Lama penyimpanan juga mempengaruhi respirasi. Semakin lama buah
disimpan, maka respirasi akan terus berlanjut. Menurut Wills et al. (1981), proses
respirasi dan transpirasi dapat mengakibatkan kehilangan substrat sehingga terjadi
kehilangan berat. Buah-buahan yang telah dipanen merupakan struktur hidup yang
masih tetap melakukan aktivitas metabolisme, seperti respirasi. Proses ini akan
mengakibatkan pelepasan CO2 dan air dari buah sehingga berat buah akan
berkurang. Respirasi ini akan semakin meningkat sampai puncak klimakterik dan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
selanjutnya akan terjadi pembusukan buah yang akan menurunkan mutu buah,
termasuk berat buah.
Pada penyimpanan 10 hari dengan penjerap zeolit terjadi susut bobot yang
meningkat tajam dikarenakan zeolit mudah menyerap air pada kondisi lembab,
pada lama penyimpanan 10 hari zeolit hampir jenuh, sehingga pada lama
penyimpanan 15 hari, peningkatan susut bobot relatif lebih kecil dibanding yang
lain.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan
terhadap susut bobot pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 6.
Ŷ1 = 0.3457L + 0.4056r = 0.9893
Ŷ2 = 0.4138L + 0.4729r = 0.9764
Ŷ3 = 0.4094L + 0.3276r = 0.9887
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (hari)
Susu
t Bob
ot (%
)
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Gambar 6. Histogram hubungan interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap susut bobot
Kadar Vitamin C (mg/100 g) Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar vitamin C (mg/100 g) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
kadar vitamin C pisang barangan. Hasil pengujian LSR jenis penjerap etilen
terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar vitamin C (mg/100 g)
Jarak LSR Jenis Penjerap Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1 = KMnO4 4,620 b A
2 0,157 0,220 A2 = Zeolit 4,760 ab A
3 0,164 0,232 A3 = Karbon aktif 4,850 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan A2. Perlakuan A1 berbeda nyata dengan A3. Perlakuan A2
berbeda tidak nyata dengan A3. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan
A3 sebesar 4,85 mg/100 g, dan kadar vitamin C terendah terdapat pada perlakuan
A1 sebesar 4,62 mg/100 g.
Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada
Gambar 7.
4,54,554,6
4,654,7
4,754,8
4,854,9
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Jenis Penjerap Etilen
Kad
ar V
itam
in C
(mg/
100
gr)
Gambar 7. Histogram pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar vitamin C (mg/100 g)
0
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi etilen,
sehingga proses respirasi dapat ditekan, akibatnya proses pematangan buah dapat
dihambat. Dengan penghambatan kematangan buah ini, maka peningkatan kadar
vitamin C dapat terhambat pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harris dan
Karmas (1989), yang menyatakan bahwa selama proses pematangan, akan terjadi
peningkatan kadar vitamin C. Hal ini disebabkan karena peningkatan asam-asam
pada pisang termasuk asam askorbat (vitamin C).
Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar vitamin C pisang barangan. Hasil pengujian LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap kadar vitamin C untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01 - - - L1 = 0 hari 2,930 d D
2 0,181 0,254 L2 = 5 hari 4,460 c C 3 0,190 0,267 L3 = 10 hari 5,200 b B 4 0,196 0,275 L4 = 15 hari 6,400 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3, dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata terhadap L3 dan L4.
Perlakuan L3 berbeda sangat nyata terhadap L4. Kadar vitamin C tertinggi
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
diperoleh dari perlakuan L4 sebesar 6,400 mg/100 g, sedangkan kadar vitamin C
terendah diperoleh dari perlakuan L1 sebesar 2,930 mg/100 g.
Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C pisang barangan
dapat dilihat pada Gambar 8.
Ŷ = 0,223L + 3,075r = 0,99161
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Kada
r Vita
min
C (m
g/10
0 gr
)
Gambar 8. Grafik hubungan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C
(mg/100 g)
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
kadar vitamin C pisang barangan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Harris dan Karmas, (1989), yang menyatakan bahwa kadar asam
askorbat pada pisang akan meningkat bila diperam dari keadaan hijau menjadi
kuning kecoklatan.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C (mg/100 g)
Dari analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi
antara jenis penjerap dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C pisang barangan, sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Kadar Gula (%) Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar gula (%) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar gula pisang barangan. Hasil pengujian LSR pengaruh lama penyimpanan
terhadap kadar vitamin C untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar gula (%)
Jarak LSR Jenis Penjerap Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1 = KMnO4 12.567 C C 2 0,179 0,251 A2 = Zeolit 13.358 B B 3 0,187 0,264 A3 = Karbon aktif 13.813 A A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata
dengan A2 dan A3. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata terhadap A3. Kadar gula
tertinggi diperoleh dari perlakuan A4 sebesar 13,813 %, sedangkan kadar gula
terendah diperoleh dari perlakuan A1 sebesar 12,567 %.
KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi etilen,
sehingga proses respirasi dapat ditekan, akibatnya proses pematangan buah dapat
dihambat. Dengan penghambatan kematangan buah ini, maka peningkatan kadar
gula dapat terhambat pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadi et al. (2004),
yang menyatakan bahwa pada awal pertumbuhan buah konsentrasi gula total, gula
reduksi dan bukan reduksi sangat rendah. Tetapi saat proses pemasakan, gula total
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan fruktosa. Naiknya kadar gula yang
tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai indeks kimia kemasakan. Pada saat
pemasakan buah terjadi peningkatan respirasi, produksi etilen serta terjadi
akumulasi gula.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen terhadap kadar gula pisang
barangan dapat dilihat pada Gambar 9.
11,812
12,212,412,612,8
1313,213,413,613,8
14
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Jenis Penjerap Etilen
Kada
r Gul
a (%
)
Gambar 9. Histogram pengaruh jenis penjerap etilen terhadap kadar gula (%) Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula (%) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total
gula pisang barangan. Hasil pengujian LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap
total gula untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.
0
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula (%)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 0 hari 2,411 d D 2 0,206 0,289 L2 = 5 hari 5,186 c C 3 0,216 0,305 L3 = 10 hari 18,278 b B 4 0,223 0,314 L4 = 15 hari 27,109 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.
Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Total gula tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4 sebesar 27,109 % dan terendah diperoleh pada perlakuan L1 sebesar
2,411 %.
Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar gula pisang barangan dapat
dilihat pada Gambar 10.
Ŷ = 1,7437L + 0,1681r = 0,9749
0
5
10
15
20
25
30
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (hari)
Kada
r Gul
a (%
)
Gambar 10. Grafik hubungan antara lama penyimpanan terhadap kadar gula (%) Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
kadar gula akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena selama proses
pematangan terjadi perombakan pati menjadi gula. Menurut Sumadi, et al. (2004),
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
pada awal pertumbuhan buah, konsentrasi gula total sangat rendah. Tetapi pada
saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan
fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai indeks
kimia kematangan.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap kadar gula (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4), interaksi jenis penjerap etilen
dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar gula pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh
interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap susut bobot
untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap kadar gula (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1L1 2,370 j I
2 0.35742 0.50132 A1L2 4,100 h G
3 0.37483 0.52801 A1L3 17,630 e D
4 0.38643 0.5431 A1L4 26,170 b B
5 0.38991 0.55238 A2L1 2,200 j I
6 0.39456 0.55818 A2L2 5,430 g F
7 0.39688 0.57095 A2L3 18,400 d C
8 0.3992 0.57559 A2L4 27,400 a A
9 0.3992 0.58255 A3L1 2,670 ij HI
10 0.40152 0.58835 A3L2 6,020 f E
11 0.40152 0.59183 A3L3 18,800 c C
12 0.40152 0.59532 A3L4 27,760 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kadar gula tertinggi terdapat pada
perlakuan A3L4 yaitu sebesar 27,760 % dan terendah pada A2L1 sebesar 2,200 %.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan
terhadap kadar gula pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 11.
Ŷ1= 1.6987L - 0.1733r = 0.9662
Ŷ2 = 1.7713L + 0.0733r = 0.9782
Ŷ3 = 1.7611L + 0.604r = 0.9792
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Kada
r Gul
a (%
)
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Gambar 11. Histogram hubungan interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap kadar gula
Ketersediaan etilen akan meningkatkan laju respirasi pada buah-buahan,
tetapi dengan adanya bahan penjerap etilen, maka kegiatan respirasi buah tersebut
dapat dihambat sehingga pematangan buah termasuk perombakan pati menjadi
gula juga dapat dihambat. Selama masa penyimpanan maka kadar gula akan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena selama proses pematangan terjadi
perombakan pati menjadi gula. Menurut Sumadi, et al. (2004), pada awal
pertumbuhan buah, konsentrasi gula total sangat rendah. Tetapi pada saat proses
pemasakan, gula total meningkat tajam dalam bentuk glukosa dan fruktosa.
Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat digunakan sebagai indeks kimia
kematangan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Uji Organoleptik Warna (Skor)
Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap organoleptik warna (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap total gula
pisang barangan. Hasil pengujian LSR pengaruh jenis penjerap etilen terhadap
organoleptik warna (skor) untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh jenis penjerap etilen terhadap organoleptik warna (skor)
Jarak LSR Jenis Penjerap Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - A1 = KMnO4 2,620 b A
2 0,047 0,066 A2 = Zeolit 2,660 ab A
3 0,049 0,069 A3 = Karbon aktif 2,680 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan A2. Perlakuan A1 berbeda nyata dengan A3. Perlakuan A2
berbeda tidak nyata dengan A3. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada
perlakuan A3 sebesar 2,680 dan terendah pada perlakuan A1 sebesar 2,620,
dimana warna kulit pisang barangan pada perlakuan A3 dan A1 ini masih hijau dan
terdapat sedikit warna kuning.
Hubungan jenis penjerap etilen terhadap organoleptik warna (skor) dapat
dilihat pada Gambar 12.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
2,592,6
2,612,622,632,642,652,662,672,682,69
KMnO4 Zeolit Karbon Aktif
Jenis Penjerap Etilen
Org
anol
eptik
War
na (S
kor)
Gambar 12. Histogram pengaruh jenis penjerap etilen terhadap
organoleptik warna (skor) Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa jenis penjerap yang baik untuk
mempertahankan warna pisang barangan adalah KMnO4. Dengan terhambatnya
laju respirasi maka aktifitas enzim klorofilase pada pisang akan terhambat untuk
mendegradasi senyawa klorofil menjadi warna kuning. Menurut Apandi (1984),
terjadinya warna kuning pada pisang disebabkan karena hilangnya klorofil dan
menyebabkan tampaknya karotenoid yang kuning.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
organoleptik warna pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor) pisang barangan untuk tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18.
0
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01 - - - L1 = 0 hari 1,000 C C 2 0.054 0.076 L2 = 5 hari 1,000 C C 3 0.057 0.080 L3 = 10 hari 2,640 B B 4 0.059 0.082 L4 = 15 hari 5,960 A A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda tidak nyata
dengan A2, berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat
nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4.
Organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 5,96 dan
terendah pada perlakuan A1 dan A2 sebesar 1,00.
Hubungan lama penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor) pisang
barangan dapat dilihat pada Gambar 13.
Ŷ= 0,3304L + 0,172r = 0,91214
0
1
2
3
4
5
6
7
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Org
anol
eptik
War
na (S
kor)
Gambar 13. Grafik pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor)
Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
organoleptik warna (skor) pisang barangan semakin meningkat, yaitu perubahan
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
warna pisang dari warna hijau menjadi kuning. Proses perubahan warna pisang
barangan merupakan proses yang berlangsung ke arah masaknya pisang barangan
tersebut, yang mana selama proses tersebut terjadi pembongkaran klorofil.
Menurut Apandi, (1984), perubahan warna merupakan sintesa pigmen tertentu,
seperti karotenoid dan flavonoid disamping terjadinya perombakan klorofil. Oleh
karena terjadi perombakan klorofil, maka karotenoid yang sudah ada namun tidak
nyata, menjadi nyata, dan berubah menjadi berwarna kecoklatan jika kelewat
matang dan mengarah pada pembusukan.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap organoleptik warna (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi
jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap organoleptik warna (skor) pisang barangan,
sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm2) Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap tekstur (g/mm2) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
tekstur pisang barangan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap tekstur (g/mm2)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
tekstur pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama
penyimpanan terhadap tekstur untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji LSR efek pengaruh utama pengaruh lama penyimpanan terhadap tekstur (g/mm2)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi 0.05 0.01 0.05 0.01
- - - L1 = 0 hari 786,670 A A
2 136,147 190,959 L2 = 5 hari 639,160 B AB
3 142,777 201,126 L3 = 10 hari 462,460 C BC
4 147,198 206,872 L4 = 15 hari 321,530 D C Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda nyata terhadap L2,
dan L1 berbeda sangat nyata dengan L3, dan L4. Perlakuan L2 berbeda nyata
terhadap L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata
terhadap L4. Tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 786,670 g/mm2
dan terendah diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 321,530 g/mm2.
Hubungan lama penyimpanan terhadap tekstur pisang barangan dapat
dilihat pada Gambar 14.
Ŷ = -31,439L + 788,29r = - 0,9991
0100200300400500600700800900
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Teks
tur (
Teks
turo
met
er) (
g/m
m2 )
Gambar 14. Grafik hubungan lama penyimpanan terhadap tekstur (g/mm2)
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
tekstur pisang barangan semain menurun. Hal ini disebabkan karena selama
penyimpanan buah melakukan metabolisme khususnya respirasi dengan
merombak senyawa makromolekul seperti karbohidrat, termasuk protopektin
menjadi pektin. Zat pektin merupakan bahan perekat dinding sel yang termasuk
dalam derivat asam poligalakturonat yang terdapat dalam bentuk protopektin,
asam-asam pektinat, pektin dan asam pektat. Jumlah zat pektat bertambah selama
perkembangan buah, pada waktu buah menjadi matang kandungan pektat dan
pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat-zat pektat seluruhnya
menurun (Pantastico, 1993). Menurut Kartasapoetra (1994), selama penyimpanan
terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan hemiselulosa oleh aktivitas enzim
pektin metil esterase dan poligalakturonase dalam proses pematangan buah,
sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras menjadi lunak.
Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap tekstur (g/mm2) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6), menunjukkan bahwa
interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap tekstur pisang barangan, sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor) Pengaruh jenis penjerap etilen terhadap tekstur (organoleptik) (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa jenis
penjerap etilen memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap
tekstur (organoleptik) pisang barangan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik) (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
tekstur (organoleptik) pisang barangan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh
lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik) dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik) (skor)
Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01 - - - L1 = 0 hari 4,000 A A 2 0,091 0,127 L2 = 5 hari 3,840 B B 3 0,095 0,134 L3 = 10 hari 2,760 C C 4 0,098 0,138 L4 = 15 hari 1,760 D D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata
terhadap A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata terhadap A3 dan A4.
Perlakuan A3 berbeda sangat nyata terhadap A4. Tekstur (organoleptik) tertinggi
diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 4,000. Tekstur terendah diperoleh pada
perlakuan L4 sebesar 1,760.
Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka
nilai organoleptik tekstur pisang barangan semakin rendah. Hal ini disebabkan
karena semakin lama penyimpanan, maka tekstur pisang barangan semakin lunak
sehingga kurang disukai oleh panelis. Menurut Kartasapoetra (1994), selama
penyimpanan terjadi degradasi pektat, lignin, selulosa dan hemiselulosa oleh
aktivitas enzim pektin metil esterase dan poligalakturonase dalam proses
pematangan buah, sehingga terjadi perubahan tekstur dari keras menjadi lunak.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Hubungan lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik) (skor)
pisang barangan dapat dilihat pada Gambar 15.
Ŷ = -0,156L + 4,26r = - 0,9647
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
0 5 10 15
Lama Penyimpanan (Hari)
Teks
tur (
Org
anol
eptik
) (S
kor)
Gambar 15. Grafik pengaruh lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik)
(skor) Pengaruh interaksi antara jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan terhadap tekstur (organoleptik) (skor) Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7), menunjukkan bahwa
interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap tekstur (organoleptik) pisang barangan,
sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis penjerap etilen memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap susut bobot dan kadar gula, berbeda nyata (P<0,05)
terhadap kadar vitamin C dan organoleptik warna (skor), dan memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air, tekstur
(menggunakan teksturometer) dan organoleptik tekstur.
2. Lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap kadar air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar gula,
organoleptik warna (skor), tekstur (menggunakan teksturometer) dan
organoleptik tekstur. Semakin lama penyimpanan pisang barangan maka kadar
air, susut bobot, kadar vitamin C, kadar gula dan organoleptik warna (skor)
semakin meningkat, sedangkan tekstur (menggunakan teksturometer) dan
organoleptik tekstur semakin menurun.
3. Interaksi jenis penjerap etilen dengan lama penyimpanan memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot dan kadar
gula.
4. Berdasarkan hasil penelitian, jenis penjerap KMnO4 merupakan jenis penjerap
etilen yang baik untuk menghambat kematangan buah pisang barangan dalam
penyimpanan selama 15 hari.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Saran 1. Pada penyimpanan pisang barangan perlu dilakukan kontrol terhadap
komposisi udara di dalam kemasan selama penyimpanan, dengan cara
penambahan bahan penjerap oksigen dan karbondioksida.
2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai kombinasi bahan penjerap etilen dengan
bahan penjerap oksigen atau karbondioksida untuk memperpanjang masa
simpan buah pisang barangan.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Abeles, F.B., P.W. Morgan and M.E. Saltveit, 2002. Ethylene in Plant Biology. Academic Press Ltd., London, UK. Ahmad, S., M.A. Perviez, A.K. Thompson and H. Ullah, 2006. Effect of storage
of bananas in controlled atmosphere before ethylene treatments on its ripening and quality. J. Agric. Res. 44 (3) : 219 – 229.
Apandi, M., 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni, Bandung. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarwati dan S. Budiyantono,
1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB-Press, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, 1998. Peningkatan Kapabilitas
Alat Pembuat Media Aktif dari Kalsium Silika. Balai Industri, Medan. Chauhan, O.P., P.S. Raju, D.K. Dasgupta and A.S. Bawa, 2006. Instrumental
textural changes in banana (var. Pachabale) during ripening under active and passive modified atmosphere. International Journal of Food Properties 9 (2) : 237 – 253.
Coles, R., D. McDowell and M.J. Kirwan, 2003. Food Packaging Technology.
Blackwell Publishing, Denmark. Day, B.P.F. (2000). Consumer Acceptability of Active and Intelligent Packaging.
Proceedings of the Active & Intelligent Packaging conference Zeist, The Netherlands.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., 1996. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Hadiwiyoto, S. dan Soehardi, 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Harris, R.S. and E. Karmas, 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan.
Penerjemah : S. Achmadi. ITB-Press, Bandung. Hartanto, R. dan C. Sianturi, 2008. Perubahan Kimia, Fisika dan Lama Simpan
Buah Pisang Muli Dalam Penyimpanan Atmosfir Pasif. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung.
Hintlian, C.B. and J.H. Hotchkiss, 1986. The safety of modified atmosphere
packaging. J. Food Tech. 40 (12) : 70 – 76.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Hurme, E., T.S-Malm, R. Ahvenainen and T. Nielsen, 2002. Active and Intelligent Packaging. In : Minimal Processing Technologies in Food Industry. T. Ohlsson and N. Bengtsson (Ed). CRC Press, Cambridge, England.
Jobling, J., 2001. Modified atmosphere packaging : not as simple as it seems.
Good Fruit and Vegetables Magazine. Julianti, E. dan M. Nurminah, 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan.
USU-Press, Medan. Kader, A.A. and C.B. Watkins, 2000. Modified atmosphere packaging- Toward
2000 and beyond. J. HorTech. 10 (3) : 483 – 486. Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta,
Jakarta. Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI - Press, Jakarta. Muchtadi, T.R., 1997. Petunjuk Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. IPB-Press, Bogor. Mullan, M. and D. McDowell, 2003. Food Packaging Technology.
Blackwell Publishing, Denmark. Pantastico, E.R.B., 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta.
Purba, A. dan K. Sitinjak, 1987. Teknologi Pasca Panen Buah-Buahan dan
Sayuran. USU-Press, Medan. Sakti, 2008. Buah Matang, Buah Masak dan Kualitasnya. http://www.intisuti.com
[5 Januari 2009]. Satuhu, S. dan A. Supriyadi, 2000. Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta. Sitinjak, K., T. Karo-Karo, S. Siahaan dan A. Purba, 1993. Teknologi Pasca
Panen Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran. USU-Press, Medan. Soekarto, S.T., 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi
Pangan. IPB-Press, Bogor. Standar Nasional Indonesia, 1999. Pisang Barangan Segar. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Steel, R.G.D and J.H. Torrie, 1960. Principles and Procedures of Statistics. McGraw-Hill Book Company, New York. Sumadi, B. Sugiharto dan Suyanto, 2004. Metabolisma Sukrosa Pada Proses
Pemasakan Buah Pisang Yang Diperlakukan Pada Suhu Berbeda. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 5 No. 1 Universitas Jember.
Sunarjono, H.H., 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprapti, M.L., 2005. Aneka Olahan Pisang. Kanisius, Yogyakarta. Suyanti dan A. Supriyadi, 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta. Syarief, R. dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Vedder, T., 2008. Bahaya Kemasan Styrofoam. http ://www.medika.com
[5 Maret 2009]. Widyastuti, Y.E. dan F.B. Paimin, 1993. Pisang Barangan.
http://www.progressio.id [5 Januari 2009]. Wikipedia, 2007. Jenis-jenis Zeolit. http://www.wikipedia.org [5 Januari 2009]. Wikipedia, 2008 a. Zeolit. http://www.wikipedia.org [5 Januari 2009]. Wikipedia, 2008 b. Modified Atmosphere Packaging. http://www.wikipedia.org
[5 Januari 2009]. Wills, R.H., T.H. Lee, D. Graham, W.B. McKasson and E.G. Hall., 1981.
Postharvest, An Introduction To The Physiology and Handling of Fruits and Vegetables. New South Wales University Press, Kensington, Australia.
Winarno, F.G. dan M. Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya,
Jakarta.
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 1. Data Pengamatan Analisis Kadar Air (%)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 60.980 59.710 60.720 181.410 60.470 A1L2 66.620 66.520 66.890 200.030 66.677 A1L3 68.710 68.390 69.030 206.130 68.710 A1L4 69.120 70.860 70.600 210.580 70.193
A2L1 60.560 60.400 61.320 182.280 60.760 A2L2 66.220 66.720 66.860 199.800 66.600 A2L3 68.820 67.880 68.960 205.660 68.553 A2L4 70.200 70.330 70.220 210.750 70.250
A3L1 60.200 60.340 60.130 180.670 60.223 A3L2 67.100 66.240 66.790 200.130 66.710 A3L3 69.87 68.60 69.24 207.71 69.24 A3L4 70.58 69.32 70.57 210.47 70.16 Total 2395.62
Rataan 66.55 Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Air (%)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 499.2903 45.3900 82.4249 ** 2.72 4.22
A 2 0.0290 0.0145 0.0263 tn 3.88 6.93 L 3 498.0561 166.0187 301.4776 ** 3.49 5.95
A Lin 1 441.3614 441.3614 801.4796 ** 4.75 9.33 A Kuad 1 52.0803 52.0803 94.5739 ** 4.75 9.33 A Kub 1 4.6144 4.6144 8.3794 * 4.75 9.33
AxL 6 1.2052 0.2009 0.3647 tn 3.00 4.82 Error 12 6.6082 0.5507 Total 23 505.8985
Keterangan : FK = 159416,533 KK = 1,115 % ** = Sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 2 Data Pengamatan Analisis Susut Bobot (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
A1L1 0.707 0.707 0.707 2.121 0.707 A1L2 1.760 1.660 1.600 5.020 1.673 A1L3 3.870 3.950 3.820 11.640 3.880 A1L4 5.680 5.850 5.670 17.200 5.733
A2L1 0.707 0.707 0.707 2.121 0.707 A2L2 1.900 1.850 1.800 5.550 1.850 A2L3 5.290 5.210 5.380 15.880 5.293 A2L4 6.470 6.470 6.430 19.370 6.457
A3L1 0.707 0.707 0.707 2.121 0.707 A3L2 1.810 1.750 2.100 5.660 1.887 A3L3 4.260 4.100 4.420 12.78 4.260 A3L4 6.720 6.760 6.740 20.220 6.740 Total 119.683
Rataan 3.32 Daftar Analisa Sidik Ragam Susut Bobot (%)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 179.5812 16.3256 1060.4844 ** 2,720 4,220
A 2 2.1051 1.0525 68.3717 ** 3,880 6,930 L 3 174.6766 58.2255 3782.2438 ** 3,490 5,950
L Lin 1 170.8221 170.8221 11096.3454 ** 4,750 9,330 L Kuad 1 1.2184 1.2184 79.1486 ** 4,750 9,330 L Kub 1 2.6361 2.6361 171.2375 ** 4,750 9,330
AxL 6 2.7995 0.4666 30.3089 ** 3,000 4,820
Error 12 0.1847 0.0154 Total 23 179.7660
Keterangan : FK = 397,889 KK = 3,732 % ** = Sangat nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 3 Data Pengamatan Analisis Kadar Vitamin C (mg/100 g)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 2.920 2.780 2.780 8.480 2.827 A1L2 4.480 4.220 4.750 13.450 4.483 A1L3 5.050 4.890 5.050 14.990 4.997 A1L4 6.120 6.120 6.280 18.520 6.173
A2L1 2.920 2.920 3.050 8.890 2.963 A2L2 4.220 4.220 4.480 12.920 4.307 A2L3 5.220 5.380 5.220 15.820 5.273 A2L4 6.450 6.620 6.450 19.520 6.507
A3L1 3.050 2.920 3.050 9.020 3.007 A3L2 4.490 4.490 4.750 13.730 4.577 A3L3 5.220 5.380 5.380 15.980 5.327 A3L4 6.620 6.450 6.450 19.520 6.507 Total 170.840
Rataan 4.75 Daftar Analisa Sidik Ragam Kadar Vitamin C (mg/100 g)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 57.2789 5.2072 167.5230 ** 2.720 4.220
A 2 0.3342 0.1671 5.3754 * 3.880 6.930 L 3 56.7026 18.9009 608.0708 ** 3.490 5.950
L Lin 1 55.7780 55.7780 1794.4665 ** 4.750 9.330 L Kuad 1 0.2401 0.2401 7.7244 * 4.750 9.330 L Kub 1 0.6845 0.6845 22.0214 ** 4.750 9.330
AxL 6 0.2421 0.0404 1.2982 tn 3.000 4.820 Error 12 0.3730 0.0311 Total 23 57.6519
Keterangan : FK = 810,731 KK = 3,715 % ** = Sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 4 Data Pengamatan Analisis Kadar Gula (%)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 2.600 2.400 2.100 7.100 2.367 A1L2 4.200 3.800 4.300 12.300 4.100 A1L3 17.600 17.700 17.600 52.900 17.633 A1L4 26.000 26.300 26.200 78.500 26.167
A2L1 2.400 2.100 2.100 6.600 2.200 A2L2 5.400 5.400 5.500 16.300 5.433 A2L3 18.300 18.400 18.500 55.200 18.400 A2L4 27.400 27.300 27.500 82.200 27.400
A3L1 2.700 2.600 2.700 8.000 2.667 A3L2 5.970 6.100 6.000 18.070 6.023 A3L3 18.700 18.900 18.800 56.400 18.800 A3L4 27.650 27.860 27.770 83.280 27.760 Total 476.85
Rataan 13.25 Daftar Analisis Sidik Ragam Kadar Gula (%)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 3611.2355 328.2941 8126.0924 ** 2.720 4.220
A 2 9.5404 4.7702 118.0745 ** 3.880 6.930 L 3 3598.7765 1199.5922 29692.8756 ** 3.490 5.950
A Lin 1 3420.5945 3420.5945 84668.1805 ** 4.750 9.330 A Kuad 1 82.5372 82.5372 2043.0006 ** 4.750 9.330 A Kub 1 95.6448 95.6448 2367.4456 ** 4.750 9.330
AxL 6 2.9185 0.4864 12.0402 ** 3.000 4.820 Error 12 0.4848 0.0404 Total 23 3611.7203
Keterangan : FK = 6316,276 KK = 1,517 % ** = Sangat nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 5 Data Pengamatan Analisis Uji Organoleptik Warna (Skor)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A1L2 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A1L3 2.600 2.600 2.600 7.800 2.600 A1L4 6.000 5.800 5.800 17.600 5.867
A2L1 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A2L2 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A2L3 2.700 2.600 2.600 7.900 2.633 A2L4 6.000 6.000 6.000 18.000 6.000
A3L1 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A3L2 1.000 1.000 1.000 3.000 1.000 A3L3 2.700 2.700 2.700 8.100 2.700 A3L4 6.000 6.000 6.000 18.000 6.000 Total 95.4
Rataan 2.65 Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Warna (Skor)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 147.3967 13.3997 4823.8909 ** 2.720 4.220
A 2 0.0217 0.0108 3.9000 * 3.880 6.930 L 3 147.3456 49.1152 17681.4667 ** 3.490 5.950
L Lin 1 122.6776 122.6776 44163.9200 ** 4.750 9.330 L Kuad 1 24.6678 24.6678 8880.4000 ** 4.750 9.330 L Kub 1 0.0002 0.0002 0.0800 tn 4.750 9.330
AxL 6 0.0294 0.0049 1.7667 tn 3.000 4.820 Error 12 0.0333 0.0028 Total 23 147.4300
Keterangan : FK = 252,810 KK = 1,989 % ** = Sangat nyata * = nyata tn = tidak nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 6 Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm 2)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 833.330 1072.960 681.820 2588.110 862.703 A1L2 625.000 625.000 625.000 1875.000 625.000 A1L3 469.040 441.690 577.360 1488.090 496.030 A1L4 357.140 300.120 326.370 983.630 327.877
A2L1 833.330 577.370 625.000 2035.700 678.567 A2L2 535.550 625.000 681.200 1841.750 613.917 A2L3 471.690 446.430 446.430 1364.550 454.850 A2L4 300.000 300.120 326.370 926.490 308.830
A3L1 939.850 833.333 683.060 2456.243 818.748 A3L2 833.333 577.370 625.000 2035.703 678.568 A3L3 446.430 446.430 416.670 1309.530 436.510 A3L4 300.120 357.140 326.370 983.630 327.877 Total 19888.426
Rataan 552.46 Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Tekstur dengan Teksturometer (g/mm 2)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 1183177.3176 107561.5743 6.1165 ** 2.720 4.220
A 2 27497.4879 13748.7439 0.7818 tn 3.880 6.930 A Lin 1 934.0532 934.0532 0.0531 tn 4.750 9.330 A Kuad 1 26563.4347 26563.4347 1.5105 tn 4.750 9.330
L 3 1114215.7758 371405.2586 21.1200 ** 3.490 5.950 A Lin 1 1112220.1903 1112220.1903 63.2464 ** 4.750 9.330 A Kuad 1 97.2853 97.2853 0.0055 tn 4.750 9.330 A Kub 1 1898.3001 1898.3001 0.1079 tn 4.750 9.330
AxL 6 41464.0539 6910.6757 0.3930 tn 3.000 4.820 Error 12 211026.1806 17585.5150 Total 23 1394203.4982
Keterangan : FK = 10987485,800 KK = 24,004 % ** = Sangat nyata tn = tidak nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 7 Data Pengamatan Analisis Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor)
Perlakuan Ulangan
Total Rataan I II III
A1L1 4.000 4.000 4.000 12.000 4.000 A1L2 4.000 3.800 3.800 11.600 3.867 A1L3 2.800 2.800 2.800 8.400 2.800 A1L4 1.800 1.800 1.800 5.400 1.800
A2L1 4.000 4.000 4.000 12.000 4.000 A2L2 3.700 3.800 3.900 11.400 3.800 A2L3 2.700 2.800 2.700 8.200 2.733 A2L4 1.600 1.700 1.700 5.000 1.667
A3L1 4.000 4.000 4.000 12.000 4.000 A3L2 3.900 3.900 3.800 11.600 3.867 A3L3 2.600 2.800 2.800 8.200 2.733 A3L4 1.800 1.800 1.800 5.400 1.800 Total 111.200
Rataan 3.09 Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Tekstur (Organoleptik) (Skor)
SK DB JK KT F Hit F 0.05 F 0.01 Perlakuan 11 29.6622 2.6966 346.7013 ** 2.720 4.220
A 2 0.0289 0.0144 1.8571 tn 3.880 6.930 A Lin 1 0.0017 0.0017 0.2143 tn 4.750 9.330 A Kuad 1 0.0272 0.0272 3.5000 tn 4.750 9.330
L 3 29.6089 9.8696 1268.9524 ** 3.490 5.950 L Lin 1 27.5342 27.5342 3540.1143 ** 4.750 9.330 L Kuad 1 1.6044 1.6044 206.2857 ** 4.750 9.330 L Kub 1 0.4702 0.4702 60.4571 ** 4.750 9.330
AxL 6 0.0244 0.0041 0.5238 tn 3.000 4.820 Error 12 0.0933 0.0078 Total 23 29.7556
Keterangan : FK = 343,484 KK = 2,855 % ** = Sangat nyata tn = tidak nyata
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.
Lampiran 8. Kurva Standar Konsentrasi Gula (mg) terhadap Absorbansi
y = 2,4625x + 0,12r = 0,9667
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200
Konsentrasi Gula (mg)
Abs
orba
nsi
Hotman Febrianto Siagian : Penggunaan Bahan Penjerap Etilen Pada Penyimpanan Pisang Barangan Dengan Kemasan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.