penggunaan alat peraga gambar dalam pengajaran sekolah ......9. teman-teman komsel blitz dan youth...

45
Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah Minggu Di GKI Soka Salatiga Suatu Kajian Berdasarkan Teori Model Induktif Kata Bergambar Oleh: BENNY SIMBALA JAYA GIRSANG (712011046) TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018 i

Upload: others

Post on 27-Mar-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah Minggu Di GKI Soka

Salatiga

Suatu Kajian Berdasarkan Teori Model Induktif Kata Bergambar

Oleh:

BENNY SIMBALA JAYA GIRSANG

(712011046)

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

i

Page 2: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda
Page 3: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda
Page 4: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda
Page 5: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda
Page 6: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan

pertolonganNya yang luar biasa serta hikmat dan kesehatan yang diberikanNya, penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Walaupun banyak rintangan serta kondisi yang

kurang mendukung selama penulis alami selama pengerjaannya, tetapi pada akhirnya berhasil

menyelesaikannya. Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis sampaikan melalui Tugas Akhir

ini. Oleh karena itu penulis berharap dengan adanya Tugas Akhir ini dapat menjadi sesuatu

yang berguna bagi kita bersama.

Tugas Akhir ini adalah salah satu bukti dari segala kebaikan Tuhan Yesus bagi

penulis dan juga akhir dari perjuangan yang telah penulis lakukan dalam menyelesaikan tugas

dan kewajiban sebagai mahasiswa selama berada di Fakultas Teologi Universitas Kristen

Satya Wacana. Tugas Akhir ini dibuat sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana sains

dalam bidang Teologi (S.Si-Teol). Penulis berharap agar Tugas Akhir berupa karya tulis ini

dapat bermanfaat dan menjadi berkat untuk menambah wawasan dari para pembaca.

Penulis

vi

Page 7: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus sang Allah pencipta alam semesta yang telah membuktikan kasih

setiaNya yang begitu besar selama menjalani pendidikan di Universitas Kristen Satya

Wacana sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Teologi dengan

memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol).

2. Kedua orang tua tercinta, yaitu Papa Edward Girsang dan alm. Mama Renta br.Siahaan

yang selalu mendukung penulis baik dalam hal doa maupun secara materi. Mereka juga

selalu menasehati serta mengingatkan penulis agar segera lulus S1. Juga kepada keempat

adik kandung penulis, yaitu Randy Rega Leonard Girsang, Felix Fransiscus Senov

Girsang, Yudha Reinhard Natanael Girsang dan Rio Feris Parulian Girsang yang begitu

penulis sayangi. Tak lupa juga kepada keluarga besar Girsang par Nagasaribu beserta

Siahaan par Balige sebagai keluarga besar yang sangat berarti bagi penulis.

3. Kedua dosen pembimbing, Pdt. Dr. Tony Tampake dan Pdt. Nimali Fidelis Buke, MA

yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat

menyusun dan menyelesaikan tugas Akhir ini.

4. Seluruh dosen di Fakultas Teologi, Ibu Budi, Mas Adi dan seluruh staff atas segala

pelayanan, dukungan dan kerjasama bagi kami mahasiswa dan mahasiswi.

5. Pdt. Sony Kristiantoro, seluruh Majelis Jemaat, para guru sekolah minggu serta mbak

Kikis selaku staff GKI Soka Salatiga yang telah bersedia memberikan kesempatan

kepada penulis untuk meneliti dan menjadi guru di Sekolah Minggu.

6. Yang tercinta Evi Tiarma Uli Katarina br. Sidabalok yang selalu mengingatkan penulis

agar senantiasa berserah kepada Tuhan Yesus serta menyemangati untuk mengerjakan

Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman persekutuan, Koh Jonatan, Ka Elis, Cik Kiki (emak), Daniel, Roy, Green,

dan Indra yang saling berbagi pengalaman dan juga saling menguatkan Rohani.

8. Pak Tri dan teman-teman CM (Campus Ministry) yang telah menjadi keluarga kedua

penulis di Salatiga. Banyak kenangan yang penulis lewati di CM sehingga menjadi bekal

penulis nantinya untuk pelayanan berikutnya.

vii

Page 8: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu

memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda tawa.

10. Teman-teman Teologi 2011, IKS (Ikatan Keluarga Simalungun) untuk kebersamaan,

canda tawa, pengalaman hidup bersama dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas

Teologi Universitas Kristen SatyaWacana.

11. Terimakasih untuk orang-orang terdekat yang pernah hadir memberikan dukungan,

motivasi dan doa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis memohon maaf jika ada tutur kata dan tindakan

penulis yang kurang berkenan di hati kita semua. Semoga usulan dalam penelitian Tugas

Akhir ini benar-benar bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua

pembaca. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Salatiga, 26 Juni 2018

Benny Simbala Jaya Girsang

viii

Page 9: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….….……..…..…i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….….……….....ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT………………………………………………..……..…iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES………………………………………...………..iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTY DAN PUBLIKASI…………………………...………v

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...vi

UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………………………vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……………ix

MOTTO…………………………………………………………………………………...…..xi

ABSTRAK…………………………………………………………..………………….……xii

1. Latar Belakang Masalah

2. Model Induktif Kata Bergambar dalam Pengajaran Sekolah Minggu

2.1 Pengajaran Sekolah Minggu………………………………………………………….10

2.2 Model Induktif Kata Bergambar……………………………………………………..11

3. Hasil Penelitian dan Analisis Penggunaan Alat Peraga Gambar di GKI Soka Salatiga

3.1 Gambaran Umum Jemaat GKI Soka…………………………………………………13

3.1.1 Sejarah GKI Soka………………………………………………………………13

3.1.2 Masa-MasaPermulaan…………………………………………………………14

3.1.3 Keanggotan GKI Soka Salatiga………………………………………………..16

3.2 Pelayanan Sekolah Minggu di GKI Soka Salatiga……………………………...……19

3.2.1 Sejarah Kebaktian Sekolah Minggu GKI Soka Salatiga………………..……...19

3.3 Penggunaan Gambar Pengajaran dan Pelaksaan…………..…………………………20

3.3.1 Alasan dan Tujuan………...……………………………………………………20

3.3.2 Jenis-Jenis Alat Peraga…………...…………………………………………….21

3.3.3 Cara Penggunaan……………………………………...………………………..22

3.3.4 Tanggapan Anak……………………………………………...………………...24

3.3.5 Perbedaan Usia dalam Penggunaan Alat Peraga……………………………….25

ix

Page 10: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

4. Penggunaan Gambar dalam Pengajaran Sekolah Minggu di GKI Soka Salatiga

4.1 Penggunaan Alat Peraga Gambar di Sekolah Minggu GKI Soka Salatiga……………26

4.2 Kajian PAK……………………………………………………………………………27

4.3 Kajian Model Induktif Kata Bergambar………………………………………………28

5. Penutup

5.1 Kesimpulan..…………………………………………………………………………..29

5.2 Saran……………..……………………………………………………………………30

Daftar Pustaka……………..…………………………………………………………………32

x

Page 11: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

MOTTO

Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan

memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya

dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

Mazmur 55:23

"Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-

Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk

mengembalikan orang-orang Israel yang masih

terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi

terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang

daripada-Ku sampai ke ujung bumi.

Yesaya 49:6

Harus doa dan usaha. Banyak cari ilmu selagi muda.

Jangan cepat berpuas diri. Ingat janji Tuhan, catat

semua isi Firman Tuhan agar ingat karena janji Tuhan

pasti ditepati. Firman Tuhan itulah harta kita. Mengerti

dan lakukan. Tiap hari baca dan renungkan Firman

Tuhan sehingga Tuhan Yesus berkenan kepadamu dan

doamu sesalu didengarNya.

-Alm. Mama Renta br.Siahaan-

xi

Page 12: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan alat peraga gambar yang

dilaksanakan di Sekolah Minggu GKI Soka Salatiga. Teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Metode Induktif Kata Bergambar. Alat peraga gambar merupakan sarana yang

digunakan guru sekolah minggu untuk menunjang proses belajar-mengajar agar berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan. Akan tetapi dalam penggunaan dan

penerapannya, penggunaan alat peraga gambar ternyata menghadapi berbagai kendala; mulai

dari alat peraga gambar tidak menarik minat anak-anak, guru yang kurang menguasai alat

peraga gambar, serta alat peraga gambar terkadang tidak sesuai dengan pengajaran yang

direncanakan guru. Di samping itu, hal lain yang juga ditemukan dalam penggunaan alat

peraga sekolah minggu di GKI Soka Salatiga adalah kurangnya pengalaman guru

menyesuaikan pengajaran yang dibawakan dengan pemakaian alat peraga gambar. Ada

beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, seperti kebanyakan guru Sekolah Minggu

berasal dari mahasiswa PPL yang masih terus belajar agar menjadi guru sekolah minggu yang

baik serta jumlah guru dari GKI Soka Salatiga yang belum memadai.

Kata Kunci: GKI Soka Salatiga, Alat Peraga Gambar, PAK, dan Sekolah Minggu.

xii

Page 13: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah Minggu Di GKI Soka

Salatiga

Suatu Kajian Berdasarkan Teori Model Induktif Kata Bergambar

1. Latar Belakang Masalah

PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan uraian sistematis atas segala yang

telah dipikirkan dan diperbuat Gereja pada masa lampau dalam upaya mendidik warga

gereja. Oleh karena itu PAK tidak pernah terlepas dari yang namanya gereja sebagai

sumber dari PAK itu sendiri. Pendidikan Kristiani di dalam gereja (PAK Gereja) menurut

Boehlke merupakan suatu pelayanan yang berdiri di atas tradisi Kristen yang memiliki

tanggung jawab terhadap aspek teologis yang pada pokoknya bertitik tolak pada

keyakinan bahwa gereja berasal dari Injil Yesus Kristus.1 Melalui PAK Gereja, semua

warga gereja dimulai dari anak-anak hingga orang tua dapat dididik untuk mengenal

Tuhan lebih dalam lagi.

Di dalam PAK Gereja, proses pengajaran diajarkan melalui ibadah Minggu, ibadah

Kategorial, ibadah Pemuda, dan lain-lain. Sekolah minggu juga merupakan salah satu

bagian dari PAK Gereja. Awal mulanya sekolah minggu didirikan bukan oleh Gereja,

namun dari seorang tokoh yang bernama Robert Raikes. Raikes membangun sekolah

minggu karena pada saat itu anak-anak diwajibkan untuk bekerja dari hari Senin sampai

dengan hari Sabtu dan pada hari Minggu tidak memiliki kegiatan sehingga anak-anak

justru melakukan kenakalan-kenakalan yang membuat Raikes menjadi resah. Meskipun

awalnya sekolah yang didirikan Raikes sempat gagal, namun Raikes tidak berputus asa

dan tetap melanjutkan sekolah yang didirikannya itu. Berkat ketekunannya itu akhirnya

terlihat perubahan yang signifikan sehingga Raikes membuka sekolah minggu di daerah-

daerah lainnya.2 Melihat kesuksesan sekolah minggu yang dibangun oleh Raikes akhirnya

Thomas Stock, pendeta jemaat Saint John de Baptist mengajak untuk bergabung dengan

gerejanya sehingga singkat cerita akhirnya sekolah minggu menjadi bagian dari gereja.

Di dalam sekolah minggu ada tokoh-tokoh yang siap mengajarkan anak sekolah

1

1 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif & Menarik (Yogyakarta: ANDI, 2012), 28.

2 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2011), 384-385.

Page 14: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

minggu, yaitu guru sekolah minggu. Guru sekolah minggu di sebuah gereja kebanyakan

merupakan warga jemaat dari gereja itu sendiri yang sebelumnya telah tergerak hatinya

untuk membimbing anak-anak menuju jalan kebenaran. Selain itu tenaga guru sekolah

minggu ini adalah tanpa bayaran alias tenaga sukarela. Guru sekolah minggu merupakan

orang-orang yang tertarik kepada anak-anak dan memutuskan untuk rela sepenuh hati

mengajar anak-anak yang ada di dalam gerejanya. Guru sekolah minggu juga dapat

disebut sebagai penggembalaan karena menurut J.W.Herfst tugas penggembalaan adalah

menolong setiap orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah, dan mengajar orang

untuk mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya dalam situasinya sendiri.3

Penggembalaan tidak identik hanya untuk Pendeta saja, namun kalau ada unsur

pengajaran firman Tuhan seperti guru sekolah minggu maka dapat juga disebut sebagai

penggembalaan. Guru sekolah minggu yang mengajar anak-anak, berarti guru juga

menjadi penggembala bagi anak-anak.

Tugas utama guru adalah mengajar. Mengajar identik dengan didaktik. Didaktik

berasal dari bahasa Yunani, yaitu didaskein yang berarti mengajar/belajar untuk bertindak

secara jitu. Didaktik merupakan cara mengajarkan sesuatu pembelajaran secara cepat dan

tepat sehingga pelajar dapat memahami dan menanggapinya.4 Jadi tujuan mengajar

adalah supaya anak-anak dapat mengerti akan maksud dari pengajaran yang dibawakan

oleh guru. Guru harus menyesuaikan gaya pengajarannya dengan cara yang mudah

dimengerti sesuai dengan usia dan kebutuhan murid-muridnya. Cara kerja otak manusia

mirip seperti komputer yang membutuhkan proses, penyimpanan dan pemanggilan

kembali informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, guru sekolah minggu

dapat menggunakan model seperti ini dengan membuat proses seperti memberikan

pengetahuan baru sehingga anak-anak dapat menyimpan pengetahuan tersebut di

pikirannya lalu memanggil kembali informasi tersebut dengan cara menanyakan kembali

apa yang telah diajarkan sehingga anak-anak akan terpanggil untuk mengingat kembali

dan akhirnya kemampuan kognitif anak akan berjalan sehingga anak tidak akan mudah

lupa. Ini yang disebut sebagai proses informasi yang menyatakan bahwa murid mengolah

informasi, memonitoringnya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut

2

3 Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu? (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2011), 1

4 Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan-Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2003), 79-80

Page 15: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

sehingga bisa disebut sebagai proses memori dan berpikir.5

Anak-anak yang ada di sekolah minggu dimulai dari usia 3 hingga 12 tahun. Untuk

mengajar anak-anak tersebut, guru sekolah minggu tidak hanya mempunyai model dan

teknik mengajar yang menarik, tapi guru harus terlebih dahulu mengenali apa saja

kebutuhan anak tersebut. Tentu saja sebelumnya guru harus pandai-pandai menyesuaikan

dirinya dengan anak-anak agar guru dapat mengetahui kebutuhan anak dan mengajar

sesuai dengan kebutuhan. Di sini penulis mengambil konsentrasi untuk anak usia 4

sampai 9 tahun. Anak usia ini dipilih karena menurut Oswald Kroh dalam bukunya yang

berjudul “Die Psychologie des Grundschulkindes” (Psikologi Anak Sekolah Dasar)

menyatakan bahwa anak berumur 4 sampai 9 tahun lebih suka pada dongeng-dongeng,

sage, mythe, legenda, kisah-kisah, dan cerita khayalan.6 Selain itu pada usia 4 sampai 9

tahun, anak-anak dapat dengan mudah menggambarkan objek di kepalanya sesuai dengan

apa yang ditangkap matanya ketika guru sedang mengajarnya.7 Kondisi psikologi anak 4

sampai 9 tahun sesuai dengan model pengajaran yang akan penulis teliti.

Ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk mengajar. Model

pembelajaran merupakan cara-cara yang akan digunakan guru untuk memilih strategi

kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Model Induktif Kata

Bergambar menurut penulis cocok untuk digunakan karena menggunakan media seperti

gambar yang sesuai dengan usia 4 sampai 9 tahun. Oleh karena itu model Induktif Kata

Bergambar ini sangat pas peneliti gunakan untuk psikologi anak usia 4 sampai 9 tahun.

Model Induktif Kata Bergambar (Picture-Word Inductive Model) merupakan suatu

penyelidikan berorientasi strategi seni bahasa yang menggunakan gambar yang berisi

benda-benda asing dan tindakan untuk memperoleh kata-kata dari mendengarkan anak-

anak dan berbicara kosakata. Model ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan

baca tulis (khususnya bagaimana anak-anak dapat belajar membaca dan menulis) dan

memperkaya kosakata anak-anak sesuai dengan perkembangan kognitif mereka. Tujuan

dari model ini adalah supaya anak-anak berusaha mengonstruksi pengetahuan tentang

bahasa dan mengembangkan keterampilan serta mengelola informasi dalam semua

3

5 Chandra Erikanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: MEDIA AKADEMI, 2016), 13

6 Kartini Kartono, Psikologi anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: MANDAR MAJU, 1990), 136

7 Jean Piaget dan Barbel Inhelder, Psikologi Anak (The Psychology Of The Child), (Yogjakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), 75

Page 16: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

bidang. Prinsip terpenting dari model Induktif Kata Bergambar ini adalah membangun

kosakata anak serta dapat menjadikan dari kata-kata menjadi tulisan. Pendekatan dengan

model ini berkaitan dengan perkembangan berbahasa anak, yaitu bagaimana mereka

mampu memanfaatkan kata-kata yang telah dipelajari dan bagaimana membuat kata-kata

itu berhubungan dengan objek-objek yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, dengan

menggunakan model ini, anak-anak dapat belajar mendengarkan dan mengucapkan kata-

kata yang sebelumnya telah diucapkan guru yang berakibat pada pertumbuhan anak akan

semakin cepat dalam hal penggunaan bahasa yang baik dan terampil. Misalnya guru

menunjukkan suatu gambar kepada anak-anak. Anak-anak mengidentifikasi apa yang

mereka lihat dalam gambar dan guru mencatat setiap kata-kata. Kemudian anak-anak

membaca dan meninjau kata-kata yang dihasilkan sehingga akhirnya menemukan ciri-ciri

dari gambar tersebut. Dengan cara ini setiap anak menjadi paham akan ciri-ciri suatu

gambar dari kata-kata mereka sendiri, sehingga dalam pikirannya mereka menjadi ingat

dan akhirnya mereka dapat menjawab nama gambar tersebut nantinya. Model Induktif

Kata Bergambar juga menggunakan cara membaca cerita sebagai langkah pengajaran.

Posisi guru harus berada di di tempat yang dapat dilihat oleh anak-anak, apalagi ketika

guru menggunakan gambar sewaktu bercerita.8

Model Induktif Kata Bergambar dapat digunakan guru di kelas, kelompok-

kelompok kecil, dan individu serta dapat digunakan untuk anak-anak hingga dewasa.

Model Induktif Kata Bergambar berusaha mengajak anak-anak untuk mengklasifikasi

kata-kata baru yang mereka peroleh dan kemudian membangun konsep-konsep yang

memungkinkan mereka untuk memecahkan kata-kata yang belum pernah mereka

temukan sebelumnya.9

Dalam Sekolah minggu, model Induktif Kata Bergambar juga cocok untuk digunakan.

Dengan model ini anak-anak dapat belajar kata, kalimat, dan paragraf dari sebuah gambar

yang dibawakan oleh pengajar. Proses pengajaran dengan model Induktif Kata

Bergambar dimulai dari: Pengenalan kata bergambar - Identifikasi kata bergambar -

review kata bergambar - Menyusun kata dan kalimat. Guru sekolah minggu dapat

memulai pengajarannya dengan menunjukkan sebuah gambar tentang dua orang

4

8 Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah ke Jalan yang Benar: Panduan Mengajar Anak Di Jemaat (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2003), 91

9 Bruce Joyce, Marsha Well, Emily Calhoun, Models Of Teaching (Yogjakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011), 153-154

Page 17: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

bersaudara tanpa menyebutkan nama tokoh tersebut. Di sini guru dapat menanyakan siapa

nama kedua tokoh di gambar tersebut. Lalu anak-anak langsung menebak dua tokoh

tersebut. Jika ada yang benar, maka guru langsung mengklarifikasi gambar tersebut, tetapi

jika anak-anak salah dalam menyebutkan nama tokoh tersebut maka guru dapat

memberikan petunjuk tentang ciri-ciri kedua tokoh tersebut di Alkitab, seperti misalnya:

dua tokoh ini adalah kakak beradik yang orang tuanya adalah Adam dan Hawa. Inilah

yang disebut Identifikasi Kata Bergambar. Setelah anak-anak bisa menjawab nama kedua

tokoh tersebut lalu guru menanyakan lagi apa saja yang anak-anak tahu tentang dua tokoh

tersebut. Inilah yang disebut review kata bergambar. Sambil anak-anak menjelaskan apa

saja tentang kedua tokoh tersebut, guru dapat mencatatnya untuk dilihat mereka. Setelah

anak-anak selesai menyebutkan ciri-ciri kedua tokoh tersebut, guru dapat menjelaskan

lebih detail tentang Kain dan Habel. Guru juga dapat memberikan kesimpulan bahwa kita

tidak boleh membunuh sesama manusia apalagi saudara kita sendiri, dan guru meminta

anak-anak untuk membaca bersama-sama 1 Yohanes 4:21. Lalu guru menunjuk beberapa

anak untuk menjelaskan kembali apa yang tadi telah guru ajarkan. Jika penjelasannya

kurang, guru dapat menambah penjelasannya agar anak-anak semakin ingat. Inilah yang

disebut menyusun kata dan kalimat.

Dengan konsep mengajar menggunakan model ini, maka kemampuan indera mereka

seperti indera penglihatan dan indera pendengaran akan terkoneksi ke otak dan proses

kognitif anak-anak akan berjalan. Ini juga yang akan memperkaya kemampuan bahasa

mereka sebab mereka semakin ingat dan mereka dapat menyebutkan nama dan ciri-ciri

kedua tokoh tersebut ketika nanti ditanyakan kembali.

Dalam proses pembelajaran, kreativitas sangat dibutuhkan karena akan

meningkatkan pemahaman dan mendorong perkembangan anak-anak. Kreativitas dapat

mempertajam bagian-bagian otak yang berhubungan dengan kognitif murni. Dengan

mengembangkan dan menggunakan semua kekuatan otak, pembelajaran dapat

dimaksimalkan.10 Untuk mempertajam kognitif anak-anak, guru dapat menggunakan

media pengajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Media pengajaran

merupakan wadah komunikasi antar guru dan murid yang ciri-cirinya dapat diraba,

5

10 Florence Beetlestone, Creative Learning Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan Kreatifitas Anak-anak (Bandung: NUSA MEDIA, 2010), 18

Page 18: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

dilihat, didengar dan diamati.11 Dengan media pengajaran, pembelajaran yang dibawakan

oleh guru semakin berkualitas karena pengajaran dilakukan tidak hanya melalui suara

saja, tetapi juga dengan berbagai macam media pengajaran yang tentu saja dapat

memperkaya kemampuan belajar anak. Anak-anak dapat lebih mudah membayangkan

apa yang telah diajarkan oleh sang guru.

Alat peraga merupakan bagian dari media pengajaran. Oleh karena itu alat peraga

menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam proses pengajaran. Guru dapat

menggunakan alat peraga, seperti kertas yang berisi kata atau kalimat, pensil, penggaris,

pulpen, gambar untuk diajarkan kepada anak-anak. Menurut penelitian Seth Spaulding

tentang bagaimana anak-anak belajar melalui alat peraga menunjukkan bahwa anak-anak

memiliki minat untuk belajar secara efektif. Selain itu alat peraga berupa gambar harus

dikaitkan dengan kehidupan nyata agar minat anak-anak menjadi efektif.12

Di GKI Soka Salatiga model pengajaran yang dibawakan oleh guru sekolah minggu

sebenaranya sudah menggunakan media pengajaran, namun penggunaannya tidak terlalu

sering dibawakan dikarenakan masih banyak guru sekolah minggu yang masih kurang

sadar bahwa media pengajaran yaitu alat peraga sangatlah dibutuhkan untuk

mempermudah anak-anak belajar dari setiap pelajaran yang dibawakan sang guru.

Padahal dengan alat peraga justru dapat membantu kognitif anak membayangkan dalam

pikirannya tentang bagaimana wujud tokoh dalam Alkitab yang diajarkan oleh guru

sekolah minggu tersebut sehingga anak dapat berimajinasi dan pada akhirnya anak

tersebut menjadi ingat sehingga pengajaran guru sekolah minggu tidak sia-sia begitu saja.

Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah supaya anak didiknya ketika diajarkan

menjadi mengerti. Begitu juga dalam mengajar di sekolah minggu, guru sekolah minggu

juga wajib mengajarkan dengan sederhana kepada anak-anak supaya anak-anak mengerti

dan pengajaran guru sekolah minggu tidak sia-sia. Oleh karena itu guru sekolah minggu

diwajibkan untuk paham dan tidak meremehkan alat peraga sebagai bagian dari model

pengajaran. Dengan model Induktif-Kata Bergambar, guru sekolah minggu di GKI Soka

Salatiga untuk dapat lebih memahami betapa pentingnya alat peraga sebagai bagian dari

model pengajaran yang sangat berguna. GKI Soka Salatiga menjadi tempat observasi

6

11 Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran (Yogjakarta: DIVA PRESS, 2011), 53-54

12 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung: SINAR BARU ALGENSINDO, 2010), 12

Page 19: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

yang penulis pilih sehingga diharapkan dapat membangkitkan semangat para guru

sekolah minggu untuk mau menggunakan alat peraga sebagai bagian dari aktivitas

mengajar.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalahnya adalah:

Bagaimana penggunaan alat peraga gambar dalam pengajaran Sekolah minggu di GKI

Soka Salatiga dikaji dari Model Induktif Kata Bergambar.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah mendeskripsikan

dan menganalisa penggunaan alat peraga gambar di dalam pengajaran sekolah minggu

Di GKI Soka Salatiga berdasarkan teori Model Induktif Kata Bergambar.

C. Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam Tugas Akhir ini diharapkan dapat

memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

A. Manfaat teoritis penelitian ini, yaitu dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran

bagi pendidikan, khususnya untuk pengajaran guru sekolah minggu untuk

menggunakan model Induktif Kata Bergambar. Dengan memahami dan

menggunakan model ini tentu akan memperkaya kualitas pengajaran guru yang

akan berdampak pada peningkatan kognitif anak sekolah minggu.

B. Manfaat praktis penelitian ini, yaitu dapat memberikan suatu sumbangan

pemikiran mengenai model pengajaran menggunakan alat peraga gambar yang

berguna bagi guru sekolah minggu di GKI Soka Salatiga dan gereja-gereja

lainnya.

D. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah model deskriptif.

Model deskriptif merupakan suatu model dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan

7

Page 20: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki.13 Melalui model deskriptif dapat menggambarkan dan

mengenal penggunaan alat peraga gambar dalam pengajaran GKI Soka Salatiga

berdasarkan teori model Induktif Kata Bergambar. Teori model Induktif Kata

Bergambar dapat guru sekolah minggu gunakan dalam pengajaran sekolah minggu di

GKI Soka Salatiga. Teknik-teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah

dengan wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Penulis akan mengadakan wawancara kepada guru sekolah minggu dan

Pengurus Badan Pelayanan Kategorial untuk Anak Sekolah minggu. Wawancara

merupakan komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dan seseorang yang memberi informasi.14

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan

tertentu.15 Penulis juga melakukan observasi terhadap beberapa guru sekolah

minggu saat mengajar dan melihat persiapan pengajaran bersama dan proses

belajar mengajar hari Minggu di GKI Soka Salatiga. Penulis dalam hal ini akan

memainkan peran sebagai partisipan ataupun peserta dalam suatu tindakan atau

kegiatan dari tempat atau hal yang diteliti.16 Maka dalam penelitian ini, penulis

akan terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan ikut berpartisipasi dalam

pengajaran Guru Sekolah minggu di GKI Soka Salatiga.

E. Sistematika Penulisan

Pentingnya pengajaran di sekolah minggu supaya anak-anak bisa menjadi

8

13 Moh. Nazir, Model Penelitian (Bogor: GHALIA INDONESIA, 2014), 65

14 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2004), 180

15 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), 58

16 J. Vredenbregt, Model dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta: GRAMEDIA, 1984), 72

Page 21: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

pribadi yang mengerti akan firman Tuhan dimana dapat mempengaruhi

kepribadiannya menjadi orang yang baik. Oleh karena itu, sejak dini anak-anak perlu

dibangun karakternya dengan menggunakan alat peraga supaya anak-anak cepat

mengerti dan pengajaran yang dibawakan oleh guru menjadi efektif serta berguna

bagi anak-anak kelak nanti. Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan

diuraikan dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan secara singkat sistematika

penulisan:

1. Pendahuluan yang memuat tentang maksud penulisan dan penyusunan tugas akhir

ini agar dapat memahami permasalahan dan uraian yang akan dijelaskan.

2. Teknik-teknik, karakteristik dan tujuan Model Induktif Kata Bergambar.

3. Penggunan alat peraga gambar dalam pengajaran guru sekolah minggu di GKI

Soka Salatiga dari perspektif Model Induktif Kata Bergambar.

4. Kajian Teori Model Induktif Kata Bergambar terhadap penggunaan alat peraga

gambar dalam pengajaran sekolah minggu di GKI Soka Salatiga.

5. Penutup dan Kesimpulan.

2. Model Induktif Kata Bergambar dalam Pengajaran Sekolah Minggu

Gereja merupakan tubuh Kristus dimana gereja harus bisa melengkapi dan

membangun iman anak-anak Allah di dunia dalam Kristus. Oleh karena itu gereja harus

bisa bertransformasi mengikuti perkembangan jaman yang terus berubah namun tidak

mengubah nilai-nilai Kristiani yang telah ada sebelumnya. Upaya transformasi gereja

tidak terjadi secara instan, tetapi terdapat berbagai macam proses yang rumit dan juga

dibutuhkan keahlian dalam hal pendidikan dan pengajaran yang benar tentang Kristus

untuk memperlengkapinya. Pendidikan Agama Kristen adalah salah satu tugas dan

panggilan dari gereja yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan begitu saja.17

Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat diterapkan di sekolah minggu. Untuk

menerapkan PAK, tentu dibutuhkan suatu media yang menarik agar membuat anak-anak

penasaran. Alat peraga adalah solusi media tersebut. Alat Peraga merupakan salah satu

9

17 E.G Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 32

Page 22: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

bagian dalam pengajaran anak-anak di sekolah minggu. Dalam proses perkembangan

pengajaran anak-anak di Indonesia, pada tahun 1955 di Sukabumi diadakan konferensi

PAK dengan tujuan yang mendesak bagi kurikulum sekolah minggu.18 Seiring berjalannya

waktu, gereja sebagai pengemban misi Allah terus-menerus melakukan reformasi bagi

kemajuan PAK di Sekolah minggu.

2.1 Pengajaran Sekolah Minggu

Pengajaran sekolah minggu merupakan bagian dari PAK yang mempunyai visi

penting, yaitu mengenalkan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus kepada anak-anak. Oleh

karena itu guru harus memahami bagaimana caranya menjadi pengajar yang baik.

Guru sebagai seorang pendidik mempunyai peran penting untuk membawa anak-anak

naik level menuju kematangan Rohani. Dalam Kitab Amsal juga menekankan

pentingnya pengajaran untuk anak-anak. Dalam pasal 22:6 menyebutkan “didiklah

orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak

menyimpang dari jalan itu”. Jadi pengajaran seperti yang ada dalam kitab Amsal ini

umumnya ditujukan kepada anak-anak generasi muda19 seperti yang ada di sekolah

minggu. Kitab Amsal yang ditulis Salomo sudah memberi peringatan bahwa

pendidikan yang dilakukan sejak kecil sangat berpengaruh terhadap masa depan anak

tersebut, sehingga guru dari sekarang harus membekali pendidikan untuk mereka agar

mereka dapat mempersiapkan masa depan mereka dengan baik. Kehidupan seorang

anak di masa depan sangat tergantung dari pendidikan apa yang dia terima saat masa

mudanya.

Peran guru sebagai pendidik tidaklah mudah. Menurut Sardiman, pendidik tidak

hanya sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge saja, tetapi juga

sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai

“pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun nara didik dalam

belajar.20 Dalam proses pembelajaran mulai dari pemahaman materi, konsep

pengajaran maupun alat peraga yang akan dipakai, guru dituntut untuk bagaimana

10

18 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2011), 796

19 S. Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 223

20 Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 125

Page 23: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

caranya mengkombinasikan ketiga hal tersebut agar pengajarannya menarik dimata

anak-anak.

Selain itu, anak-anak di umur tertentu memiliki pola pikir yang berbeda sehingga

guru juga harus menyesuaikan cara pengajarannya. Untuk anak usia 3 sampai 5 tahun

pada umumnya memiliki karakter yang cenderung masih memusatkan perhatian pada

diri sendiri. Anak pada usia ini masih belum bisa memahami orang lain di luar dirinya

sendiri namun mereka telah mampu mengerti mengenai hal yang dijelaskan

kepadanya sehubungan dengan apa yang telah mereka alami. Untuk anak usia 6

sampai 8 tahun memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada yang baru bisa

belajar membaca dan menulis, ada juga yang sudah sangat pandai membaca dan

menulis. Oleh karena itu, setiap anak harus diberi perhatian secara individu oleh

pengajar, sebab kebutuhan dan kemampuan setiap anak usia 6 sampai 8 tahun berbeda

satu dengan yang lain. Untuk anak usia 9 sampai 12 tahun memiliki pertumbuhan

menuju ke masa remaja dan banyak pertanyaan yang ingin diketahui mereka tetapi

tidak semua anak berani bertanya kepada orang dewasa. Karena kondisi psikologis

anak yang berbeda-beda berdasarkan umur tertentu, pengajar dituntut untuk bisa

mengendalikan sekaligus mengajar sesuai dengan anak usia tertentu, seperti untuk

usia 3 sampai 5 tahun pengajar bisa menyiapkan doa, cerita, dan nyanyian yang dapat

dilakukan dengan sederhana, mudah dan tidak terlalu panjang. Untuk usia 6 sampai 8

tahun pengajar bisa membuat suasana menjadi gembira dan membuat anak-anak

untuk bergerak serta mengimbangi anak dengan kemampuan pelayan yang berbeda-

beda sehingga anak-anak tidak mudah bosan. Untuk usia 9 sampai 12 tahun karena

anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, pengajar harus dapat menjawab

berbagai macam pertanyaan dengan secukupnya dan tidak bertele-tele karena jawaban

yang panjang belum tentu dipahami oleh mereka. 21

2.2 Model Induktif Kata Bergambar

Model Induktif Kata Bergambar adalah model yang efektif untuk diajarkan di

sekolah minggu. Model Induktif Kata Bergambar dikembangkan oleh Emily Calhoun

11

21 Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah Ke Jalan Yang Benar: Panduan Mengajar Anak Di Jemaat (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2003), 41-57

Page 24: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

yang ditujukan agar membantu guru untuk mempermudah mengajar anak-anak agar

tidak hanya bisa melek huruf cetak seperti menulis dan membaca saja, tetapi juga

bagaimana mendengarkan dan mengucapkan kosakata yang telah dikembangkan.

Model Induktif Kata Bergambar memadukan model berpikir induktif dan model

penemuan konsep agar anak-anak dapat belajar kata-kata, kalimat-kalimat, dan juga

paragraf-paragraf. Model Induktif Kata Bergambar menjadi salah satu kelompok

model pengajaran memproses informasi karena fokus pendidikannya terletak pada

struktur materi pelajaran sehingga anak-anak dapat meneliti bahasa, bentuk, dan

penggunaannya, seperti tentang bagaimana huruf, kata, frasa, kalimat, atau teks yang

lebih panjang dapat digunakan untuk mendukung komunikasi dalam berbahasa.22

Model Induktif Kata Bergambar menggunakan proses induktif di mana anak-anak

mencari pola dan menggunakannya untuk mengidentifikasi makna yang lebih luas.

Model Induktif Kata Bergambar merupakan model yang dirancang untuk menjadi

komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya untuk baca tulis pemula

ditingkatan dasar dan di tingkatan yang lebih tinggi. Model ini menjadi salah satu

anggota dalam kelompok model pengajaran memproses informasi, karena fokus

pengajarannya seputar penyusunan pelajaran sehingga anak-anak dapat meneliti

bahasa, bentuk, dan penggunaan kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Didasarkan pada

penelitian tentang strategi intruksional dan upaya peningkatan kemampuan membaca

dan menulis, model ini memiliki banyak perangkat untuk membantu guru mempelajari

kemajuan anak-anak agar mereka dapat membaca dan menulis dengan baik.23

Model Induktif Kata Bergambar sebenarnya sudah ada di dalam otak manusia.

Secara alami manusia sudah dilengkapi dengan kemampuan baca dan tulis, namun

belum dikembangkan. Oleh karena itu pelu adanya pembelajaran agar dapat memiliki

kemampuan baca dan tulis. Model Induktif Kata Bergambar dapat diterapkan dengan

beberapa langkah:

1. Siswa belajar mendengarkan dan mengucapkan kata-kata yang baru

didengarnya.

2. Siswa diajak untuk melakukan proses klasifikasi, seperti menjelaskan ciri-ciri

12

22 Bruce R. Joyce, Emily Calhoun, Belajar Mengajar Secara Induktif (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2001), 7

23 Bruce Joyce, Marsha Well, Emily Calhoun, Models of Teaching (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 150

Page 25: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

gambar tersebut

3. Siswa mencari makna dari kosakata tersebut.24

Guru dapat menerapkan Model Induktif Kata Bergambar di sekolah minggu.

Dengan model induktif kata bergambar, guru dapat menunjukkan gambar berwarna,

misalnya seperti gambar astronot kepada anak-anak tanpa memberitahu bahwa gambar

itu adalah seorang astronot. Setelah itu mengajak mereka untuk mengidentifikasi

gambar tersebut. Misalnya guru memberi contoh bahwa astronot keluar angkasa

menggunakan baju khusus, astronot menggunakan helm khusus yang dilengkapi udara,

kemudian dapat mengajak anak-anak mencari ciri-ciri lain dari astronot. Jika sudah

diidentifikasi, akhirnya guru dapat menunjukkan bahwa itu adalah gambar seorang

astronot yang pergi ke luar angkasa menggunakan roket. Di sinilah proses anak-anak

belajar kata-kata sehingga ketika nanti bertemu objek seperti di gambar tersebut, anak-

anak dapat menyebutkan nama objek tersebut.

Namun sebelum menerapkan model induktif kata bergambar di sekolah minggu,

guru harus menguasai materi pengajaran dan juga mempersiapkan alat peraga gambar

yang akan digunakannya. Ini dimaksudkan agar tujuan penggunaan model induktif

kata bergambar efektif dan efisien. Juga anak-anak sebagai tujuan pembelajaran dapat

belajar kata-kata baru. Oleh karena itu, gambar yang digunakan haruslah gambar

berwarna kerena dengan gambar berwarna dapat membuat anak-anak tertarik sekaligus

mengajak anak untuk belajar setiap kosakata yang didengarnya.

3. Hasil Penelitian dan Analisis Penggunaan Alat Peraga Gambar di GKI Soka Salatiga

Pada Bab ini penulis akan membahas tentang hasil penelitian yang dimulai dengan

gambaran umum GKI (Gereja Kristen Indonesia) Soka Salatiga, pembahasan sejarah

sekolah minggu (SM) dan dilanjutkan dengan hasil penelitian dan analisa tentang peranan

guru sekolah minggu (GSM) di GKI Soka.

3.1 Gambaran Umum Jemaat GKI Soka

3.1.1 Sejarah GKI Soka

13

24 Bruce Joyce, Marsha Well, Emily Calhoun, Models of Teaching, 149

Page 26: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

GKI Soka berdiri diawali dari pemikiran Majelis Jemaat GKI Salatiga

bahwa Soka merupakan daerah potensial untuk mengembangkan jemaat GKI

Salatiga. Maka pada tahun 1996 dibelilah sebidang tanah di daerah Soka.

Harapan dibelinya tanah tersebut agar dapat dibangun satu gereja dewasa. Untuk

mewujudkan harapan tersebut, Komisi Pekabaran Injil GKI Salatiga membentuk

Pos Persekutuan Kesaksian dan Pelayanan (Pos PKP) di Soka. Beberapa

anggota jemaat ditugaskan menjadi panitia Pos PKP Soka. Panitia ini

diteguhkan dalam Kebaktian Jemaat GKI Salatiga tanggal 16 Agustus 1998.

Tugas pokok panitia Pos PKP Soka adalah menyelenggarakan tiga kegiatan

pokok yaitu:

1. Kebaktian umum tiap hari Minggu jam 07.00

2. Pemahaman Alkitab (PA)

3. Sekolah minggu setiap hari Minggu jam 07.00

Seiring berjalannya waktu, kegiatan-kegiatan di Pos PKP Soka mulai

berkembang. Tidak hanya sebatas Kebaktian Umum, Pendalaman Alkitab (PA),

dan Sekolah minggu saja tetapi juga Persekutuan Doa Malam (PDM) setiap

Kamis pukul 17.30, Paduan Suara setiap Sabtu pukul 17.30, dan juga

Perkunjungan.

3.1.2 Masa-Masa Permulaan

Pekabaran Injil di GKI Soka diawali dari serangkaian rapat persiapan

sehingga pada akhirnya Panitia memutuskan untuk menyelenggarakan

Kebaktian Umum perdana pada tanggal 6 September 1998. Tempat ibadah

dipinjam dari rumah kosong salah seorang jemaat GKI Salatiga, yaitu Keluarga

Pramudya, yang berada dikomplek Perum Soka Lembah Hijau, Jl. Merdeka

Utara I / B-10. Sedangkan Sekolah minggu perdana dilaksanakan seminggu

sesudah Kebaktian Umum, yaitu pada tanggal 13 September 1998 di kediaman

anggota jemaat (Keluarga Agus Purnomohadi).

Dalam perjalanan Pos PKP Soka selanjutnya lahirlah persekutuan Remaja

yang persekutuan perdananya dilaksanakan pada tanggal 25 April 1999.

Persekutuan Remaja ini diadakan setiap hari Minggu pukul 09.30 di tempat

14

Page 27: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

yang sama di mana diselenggarakan kebaktian umum. Melihat perkembangan

yang cukup pesat di Pos PKP Soka, timbul pemikiran untuk meningkatkan

status Pos PKP Soka menjadi Bajem (Bakal Jemaat) Soka. Pada tanggal 24

Oktober 1999 diselenggarakanlah Kebaktian Peneguhan Bakal Jemaat Soka dan

peneguhan Panitia GKI Salatiga Bajem Soka. Tanggal 24 Oktober 1999

merupakan hari yang bersejarah bagi GKI Salatiga karena pada hari itu

dilaksanakan Kebaktian Peneguhan Bajem Soka dan Panitia Bajem Soka.

Kebaktian yang diadakan di tempat ibadah Bajem Soka itu dipimpin oleh Pdt.

Iman Santoso.

Setelah menjadi Bajem, tempat ibadah kebaktian umum dan persekutuan

remaja masih di Soka, tepatnya di Jl. Merdeka Utara I / B 10. Pembangunan

gedung gereja diawali dengan peletakan batu pertama yang dilaksanakan

tanggal 26 Desember 1999. Gedung gereja selesai dibangun dan diresmikan

tanggal 26 Desember 2000. Setelah gedung gereja selesai dibangun, akhirnya

kebaktian umum diselenggarakan di gereja tersebut. Sementara itu persekutuan

remaja diadakan di rumah kosong milik Keluarga Agus Purnomohadi di Jl.

Merdeka Utara I / C 18 yang berjarak kira-kira 100 m dari gereja baru. Tempat

ini juga digunakan oleh SM bahkan sejak bulan Agustus 2000.

Melihat perkembangan Bajem Soka yang cukup pesat, Bajem Soka

mengusulkan rencana pendewasaan kepada Majelis Jemaat (MJ) GKI Salatiga.

Adalah tugas MJ GKI Salatiga untuk mendewasakan Bajemnya. Majelis Jemaat

GKI Salatiga menindaklanjuti permohonan tersebut dengan mengirimkan surat

permohonan pendewasaan Bajem Soka kepda BPMK GKI Klasis Magelang.

Karena GKI Salatiga Bakal Jemaat Soka dipandang telah memenuhi persyaratan

untuk menjadi jemaat dewasa, maka pada Persidangan XX Majelis Klasis GKI

Jawa Tengah Klasis Magelang disetujui permohonan pendewasaan GKI Salatiga

Bakal Jemaat Soka menjadi GKI Soka Salatiga.

Dalam perkembangan kehidupan berjemaat GKI Soka Salatiga, bila pada

Minggu-minggu pertama setelah pendewasaan jumlah jemaat yang menghadiri

kebaktian rata-rata 80-100 orang, menjelang 2 tahun usia GKI Soka Salatiga,

jumlah jemaat yang hadir mencapai 150-200 orang. Mengantisipasi

15

Page 28: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

perkembangan jumlah jemaat mengikuti kebaktian semakin bertambah dan

memberi kesempatan kepada para Guru Sekolah minggu, Remaja, Pemuda dan

jemaat atau simpatisan yang tidak dapat hadir dalam kebaktian, maka memasuki

2 tahun usia GKI Soka Salatiga, sudah saatnya diselenggarakan kebaktian

umum II. Dengan adanya aspirasi dari komisi-komisi dan jemaat, serta

persiapan yang dilakukan oleh tim, maka GKI Soka mengadakan kebaktian

umum II dengan menggunakan liturgi yang lebih ekspresif dan iringan musik

band.

Sebagai suatu gereja dewasa, GKI Soka Salatiga membutuhkan seorang

pendeta untuk mendukung keberadaanya. Pencarian bakal calon Pendeta mulai

disampaikan melalui warta jemaat pada tanggal 8 Februari 2004. Proses

pencarian pendeta bagi GKI Soka Salatiga melalui proses yang panjang dan

tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang muncul selama proses tersebut.

Mendekati usianya yang ke-enam barulah GKI Soka Salatiga mendapatkan

seorang pendeta bernama Pdt. Sony Kristiantoro S.Ag., M.Min. Sebelumnya

Pdt. Sony Kristiantoro S.Ag., M.Min telah melayani selama 13 tahun di GKI

Rembang menyampaikan kesediaannya untuk menjadi Pendeta Jemaat GKI

Soka Salatiga mulai tanggal 1 Agustus 2007. Peneguhan Pdt. Sony Kristiantoro

sebagai Pendeta Jemaat di GKI Soka Salatiga dilaksanakan pada tanggal 24

Oktober 2007, bertepatan dengan ulang tahun GKI Soka Salatiga yang ke

enam.25

3.1.3 Keanggotan GKI Soka Salatiga

Pada tahun 2018, jumlah anggota jemaat GKI Soka Salatiga adalah 292

orang, yaitu laki-laki 143 orang dan perempuan 149 orang. Rincian umur:

1) Umur 1-12 tahun 44 orang

2) Umur 13-18 tahun 35 orang

3) Umur 19-35 tahun 40 orang

4) Umur 36-60 tahun 118 orang

16

25 SEJARAH GKI SOKA SALATIGA (BARU).docx Hal: 1-8

Page 29: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

5) Umur 61 tahun keatas 55 Orang

Jumlah Pendeta 1 orang dan Penatua 7 orang. Di Komisi anak jumlah

pengurus 4 orang dengan jumlah Anak Sekolah minggu (ASM) 25 orang dan

Guru Sekolah minggu (GSM) 12 orang. Di komisi Remaja jumlah pengurus 2

orang dengan jumlah anggota kurang lebih 10 orang. Di komisi Pemuda jumlah

pengurus 2 orang dengan jumlah anggota kurang lebih 10 orang. Di komisi

Dewasa jumlah pengurus 3 orang dengan jumah anggota 40 orang, dan di

komisi Usia Lanjut jumlah pengurus 3 orang dengan jumlah anggota 20 orang.26

Kepengurusan

Pendeta : Pdt. Sony Kristiantoro

Ketua : Pnt. Pramudya

Sekretaris I : Pnt. Soetrisno Soeparto

Sekretaris II : Pnt. Erlangga Galih H

Bendahara I : Pnt. Liana Poedjihastuti

Bendahara II : Pnt. Edison Tampubolon27

Di GKI Soka Salatiga terdapat 10 komisi dimana masing-masing komisi

memiliki kepengurusan dan pelayanan yang berbeda-beda.

1. Komisi Peribadatan

Ketua : Bp. Sih Mirmantyo Anggono Lukito

Sekretaris : Bp. Yudie Damar Muruf

Bendahara : Ibu Anita Hinca Simangunsong

Anggota : Bp. Simon Hermn Kian

Ibu Ocky Sundari

Sdri. Natalina Wahyuni

17

26 Update Data Anggota Jemaat GKI Soka Salatiga Per April 2018.docx Hal: 17

27 http://gkisoka.or.id/strukturorganisasi.php diakses pada 24 April 2018 jam 11.40 WIB

Page 30: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

2. Komisi Musik

Ketua : Ibu Elizabeth Sri Lestari

Sekretaris : Ibu Irene Tjondro Martono

Bendahara : Sdri. Filia Patricia Pangemanan

Anggota : Sdr. Catur Adi Tawelino Ganta

3. Komisi Perkunjungan dan Perwilayahan

Ketua : Pdt. Yohanes Setyo Endro Widiartoko

Sekretaris : Ibu Ni Made Listuwati

Bendahara : Ibu Lukiasih Riawan

Anggota : Bp. Bambang Santoso

Ibu Debbie Kanalebe

4. Komisi Anak

Ketua : Sdri. Inggrid Lekahena

Sekretaris : Ibu Chrysanta Dhewi

Bendahara : Sdri. Andryati Kristiningrum

5. Komisi Remaja

Ketua : Sdri. Lydia Sekar Wulanastri

Sekretaris : Sdr. Calvin Satya Adi Kristiantoro

Bendahara : Sdr. Krisna Adi Putra

6. Komisi Pemuda

Ketua : Sdri. Sintikhe Puspita Sakai

Sekretaris : Sdr. Erwin Kristianto Tri Nugroho

Bendahara : Sdr. Septovan Dwi Suputra Saian

7. Komisi Dewasa

18

Page 31: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Ketua : Bp. Maruduth Situmorang

Sekretaris : Ibu Rachel Mediana Untung

Bendahara : Ibu Dewita Karema Sarajar

Anggota : Ibu Ester Krisnawati

8. Komisi Usia Lanjut

Ketua : Ibu Cato Yohana

Sekretaris : Ibu Tri Atmani Hariadi

Bendahara : Ibu Asih Windari

9. Komisi Kesaksian-Pelayanan dan Penatalayanan

Ketua : Bp. Halomoan Tambunan

Sekretaris : Ibu Endah Puspa Wardani

Bendahara : Ibu Haryani Hendro

10. Komisi Penatalayanan

Ketua : Sdr. John Patrick Alexander

Sekretaris : Sdr. Pangky Hendra Setiawan28

3.2 Pelayanan Sekolah Minggu di GKI Soka Salatiga

Dalam pelayanan sekolah minggu di GKI Soka Salatiga terdapat guru yang

bersedia melayani sebagai tenaga pengajar dimana guru berasal dari jemaat yang

rindu untuk melayani anak-anak Tuhan dan juga guru yang berasal dari mahasiswa

PPL yang sedang praktik.

3.2.1 Sejarah Kebaktian Sekolah Minggu GKI Soka Salatiga

Sekolah minggu di GKI Soka Salatiga berdiri pada tahun 1999. Saat mulai

beridirinya GKI Soka Salatiga, juga didirikan sekolah minggu. Pada awal

19

28 Program Kerja GKI Soka Salatiga Masa Pelayanan Juli 2017-Juni 2018 Hal: 16-37

Page 32: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

berdirinya sekolah minggu, guru yang mengajar masih dari GKI Salatiga karena

GKI Salatiga adalah gereja yang mendukung pembangunan GKI di Soka. Ibu

Evelin Purnama (kak Evelin), kak Mimi dan kak Yanti adalah pelopor yang

mengatur pembentukan sekolah minggu di GKI Soka Salatiga. Mereka

membentuk guru sekolah minggu dengan keras, teratur dan disiplin. Jika ada

guru yang datang terlambat, maka kak Evelin tidak segan-segan untuk menegur

guru tersebut agar tidak terlambat lagi. Bahkan alat peraga yang akan digunakan

juga harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu agar sesuai dengan cerita yang

akan dibawakan guru. Seiring berjalannya waktu, maka warga Soka diajak

untuk ambil bagian dalam pelayanan guru sekolah minggu. Setelah dilihat bisa,

maka pelan-pelan guru-guru dari GKI Salatiga melepas diri dan akhirnya Guru

Sekolah minggu resmi berasal dari GKI Soka Salatiga. Guru sekolah minggu

pertama dari GKI Soka Salatiga yaitu Yunita B. R. Silintowe (kak Nita), Ami

Hidayati (kak Mimi), Lisa (kak Lisa), Maria Magdalena Marau (kak Maria),

Nancy Marau (kak Nancy), dan Kartina Sarah (kak Kartina).29

3.3 Penggunaan Gambar Pengajaran dan Pelaksaan

Penggunaan alat peraga sebagai sarana supaya menarik minat anak-anak untuk

mau memperhatikan guru sekolah minggu yang sedang mengajar. Oleh karena itu di

GKI Soka Salatiga guru sekolah minggu selalu mengajar menggunakan alat peraga.

Alat peraganya pun macam-macam, mulai dari alat peraga gambar, wayang, dan lain-

lain. Alat peraga biasanya sudah disiapkan dari materi yang telah disiapkan oleh

gereja pusat, namun guru sekolah minggu dapat menggunakan alat peraga lain sesuai

dengan kreasinya sendiri asalkan tidak jauh dari cerita yang dibawakannya.

3.3.1 Alasan dan Tujuan

Yang dimaksud dengan alasan dan tujuan adalah bagaimana guru sekolah

minggu memilih alat peraga sebagai cara untuk mengajar agar anak-anak mudah

mengerti. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa paling tidak ada

empat alasan:

a. Alat peraga gambar diperlukan agar mempermudah guru dalam mengajar

20

29 Wawancara dengan Yunita B. R. Silintowe (kak Nita)

Page 33: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

anak sekolah minggu. Dengan begitu anak-anak tidak bosan dan bermain

dengan temannya serta fokus mendengarkan cerita yang dibawakan oleh

guru.30

b. Dengan adanya alat peraga gambar diharapkan anak-anak tertarik pada

gambar yang dilihatnya. Terkadang cerita yang dibawakan oleh guru sulit

dimengerti anak-anak, namun dengan adanya alat peraga gambar anak-anak

menjadi lebih paham akan inti dari pengajaran guru. 31

c. Alat peraga gambar dapat membuat anak-anak menjadi tahu akan

bagaimana wajah tokoh yang diceritakan guru sekolah minggu.32

d. Alat peraga gambar mengajak anak-anak untuk berimajinasi

membayangkan suasana cerita pada masa itu. Misalnya ketika guru

bercerita sambil menunjukkan perahu besar maka anak-anak pasti langsung

membayangkan kisah Nuh yang Tuhan selamatkan. 33

Berdasarkan dari jawaban mereka ditemukan 3 analisa. Alasan pertama

berkaitan dengan alat pengajaran yang mempermudah pengajaran guru, alasan

kedua berkaitan dengan ketertarikan anak-anak dalam penggunaan alat peraga

gambar, alasan ketiga berkaitan dengan pemahaman anak-anak. Kesimpulannya

adalah alat peraga gambar sebagai media pengajaran sangat diperlukan guru

untuk mengajar anak sekolah minggu. Dengan menggunakan alat peraga

gambar, anak-anak menjadi tertarik serta dapat memahami dan berimajinasi

mengenai kisah yang diajarkan guru.

3.3.2 Jenis-Jenis Alat Peraga

Alat peraga gambar dapat guru sekolah minggu kreasikan sesuai dengan

keinginan guru. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan satu alasan, yaitu

alat peraga gambar dapat dibuat sesuai dengan kreasi guru, mulai dari gambar

21

30 Wawancara dengan Dewi, Cike, Yonar, Richie & Andry

31 Wawancara dengan Dewi, Yonar, CIke, Richie & Andry

32 Wawancara dengan Dewi, Yonar, CIke, Richie & Andry

33 Wawancara dengan Cike & Yonar

Page 34: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

dicetak dan dibuat wayang, gambar berwarna, gambar yang dipotong menjadi

puzzle, mewarnai gambar dan lain-lain.34 Guru juga bisa menggunakan

teknologi yang dimilikinya, seperti smartphone atau tablet yang dimilikinya

untuk menunjukkan gambar tokoh yang diceritakan yang membuat anak-anak

tertarik karena zaman sekarang anak-anak suka alat peraga gambar yang

berbasis teknologi.35

Berdasarkan dari jawaban mereka ditemukan satu analisa, yaitu berkaitan

dengan pemilihan alat peraga sesuai dengan kreasi guru. Kesimpulannya

adalah guru dapat mengkreasikan alat peraga gambar yang akan digunakannya

sesuai dengan materi pengajaran yang akan dibawakannya.

3.3.3 Cara Penggunaan

Setiap guru di GKI Soka Salatiga mempunyai cara yang berbeda untuk

memilih dan menggunaan alat peraga gambar. Berdasarkan hasil wawancara

ditemukan enam alasan:

a. Alat peraga biasanya sudah disiapkan gereja dan juga di bahan mengajar.

Jika tidak tersedia maka guru yang akan membuat alat peraga gambar.36

b. Cara guru sekolah minggu mengajar menggunakan alat peraga gambar yaitu

dengan digerakkan seperti pewayangan dan menggunakan suara yang

berbeda yang mencerminkan tokoh yang berbeda pula. Selain itu guru dapat

menampilkan kepada anak sekolah minggu gambar kartun yang tidak

berwarna agar anak-anak mewarnai gambar tersebut sesuai kreativitasnya. 37

c. Proses pembuatan alat peraga gambar dimulai dengan mencari terlebih

dahulu gambar yang diinginkan di internet dan kemudian dicetak dan

diberikan ke anak-anak agar diwarnai. Jika guru hanya ingin

memperlihatkan gambar saja kepada anak-anak, maka guru harus mencari

22

34 Wawancara dengan Dewi, Cike, Yonar, Richie & Andry

35 Wawancara dengan Andry

36 Wawancara dengan Dewi, Cike & Yonar

37 Wawancara dengan Dewi, Cike, Richie & Andry

Page 35: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

gambar berwarna agar menarik perhatian anak-anak.38 Alat peraga juga bisa

dibuat dari kain flanel, diisi dengan kapas dan dibentuk seperti boneka yang

mirip seperti tokoh yang diceritakan.39

d. Pemilihan alat peraga gambar harus disesuaikan dengan isi cerita.40

Biasanya alat peraga gambar sudah ada di bahan mengajar, jadi guru hanya

memperbanyak dan mengajak anak-anak untuk mewarnai.41 Jika guru ingin

alat peraga berupa gambar atau animasi, maka harus cari gambar yang

selucu mungkin.42

e. Alat peraga gambar dengan bahan mengajar mempunyai hubungan yang

saling melengkapi. Alat peraga gambar diibaratkan seperti mewakili cerita

yang dibawakan sang guru. Alat peraga gambar dapat mendeskripsikan

bentuk cerita yang dibawakan guru.43 Kalau alat peraga gambar yang

disediakan tidak sesuai dengan materi pengajaran, guru harus menggunakan

kreativitasnya agar mencari alat peraga gambar yang sebisa mungkin

berhubungan dengan materi yang akan diajarkannya.44

f. Alat peraga gambar seperti sarana untuk “menghipnotis” anak-anak.45 Alat

peraga memudahkan anak-anak untuk memahami pengajaran guru. Jika guru

tidak menggunakan alat peraga, anak-anak cenderung bosan dan akhirnya

bermain dengan temannya, namun jika guru menggunakan alat peraga maka

anak-anak tertarik dan fokus dengan cerita yang dibawakan sang guru.46

Berdasarkan dari jawaban mereka ditemukan enam analisa, yaitu yang

pertama berkaitan dengan persiapan alat peraga, yang kedua berkaitan dengan

23

38 Wawancara dengan Dewi, Cike & Andry

39 Wawancara dengan Cike, Yonar, Richie & Andry

40 Wawancara dengan Cike

41 Wawancara dengan Yonar

42 Wawancara dengan Richie & Andry

43 Wawancara dengan Cike, Richie & Andry

44 Wawancara dengan Yonar & Andry

45 Wawancara dengan Yonar

46 Wawancara dengan Dewi, Cike & Yonar

Page 36: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

cara guru mengajar menggunakan alat peraga, yang ketiga berkaitan dengan

pembuatan alat peraga, yang keempat berkaitan dengan pemilihan alat peraga,

yang kelima berkaitan dengan hubungan yang saling melengkapi antara alat

peraga dan keenam berkaitan dengan alat peraga sebagai media pengajaran

yang menarik bagi anak-anak. Kesimpulannya adalah ketika guru

menggunakan alat peraga, maka sebelumnya guru harus memilah alat peraga

sesuai dengan kreativitas guru dimana alat peraga memiliki peran yang dapat

melengkapi materi pengajaran sang guru.

3.3.4 Tanggapan Anak

Setiap anak dapat menanggapi pengajaran guru melalui alat peraga yang

digunakan. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan empat alasan:

a. Ketika guru menggunakan alat peraga sebagai bagian dari pengajarannya,

terlihat sekali perbedaannya. Anak-anak menjadi antusias, senang dan

fokus untuk mendengarkan ceritanya sehingga pada akhirnya anak-anak

menjadi paham dan mengingat. Ketika kita tanyakan apa yang tadi guru

ajarkan anak-anak pasti langsung bisa menjawabnya. Itu membuktikan

bahwa anak-anak benar-benar senang dan fokus dalam mendengar

pengajaran guru sekolah minggu.47 Bahkan ada anak yang langsung cerita

kepada orang tuanya.48 Beda halnya jika tidak menggunakan alat peraga

maka anak-anak menjadi bosan, sehingga akhirnya sibuk sendiri dan ingin

cepat pulang.49

b. Anak-anak senang alat peraga yang menarik, seperti gambar yang

berwarna yang akan membuat anak-anak tertarik untuk mendengarkan

cerita.50 Apalagi jika guru menggunakan alat peraga yang belum pernah

dipakai sebelumnya pasti anak-anak akan penasaran.51

24

47 Wawancara dengan Andry

48 Wawancara dengan Yonar

49 Wawancara dengan Dewi, Cike, Yonar & Andry

50 Wawancara dengan Dewi, Cike & Richie

51 Wawancara dengan Andry

Page 37: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

c. Alat peraga dapat mempercepat pemahaman anak-anak. Ketika guru

mengajar sambil menggunakan alat peraga, terlihat bahwa anak-anak

menjadi tahu seperti apa wajah tokoh yang diceritakan guru.52 Guru juga

dapat memberikan ciri-ciri tokoh lebih spesifik lagi agar anak-anak ingat

tokoh tersebut. Namun terkadang ada anak yang kurang paham

dikarenakan penyampaian guru yang kurang menyesuaikan pengajarannya

dengan kebutuhan anak-anak.53

d. Alat peraga gambar disukai oleh anak-anak di kelas balita dan kelas kecil

karena dianggap sebagai hiburan yang membuat mereka tertawa. Tetapi di

kelas besar di jaman sekarang itu sudah lebih dewasa, jadi mereka

menganggap bahwa alat peraga gambar tidak menarik dan juga tidak

sesuai dengan umur mereka.54

Berdasarkan dari jawaban mereka ditemukan tiga analisa, yaitu pertama

berkaitan dengan alat peraga yang menarik bagi anak-anak, kedua berkaitan

dengan alat peraga dapat mempermudah pemahaman anak-anak, dan ketiga

berkaitan dengan alat peraga sebagai alat untuk menghibur anak-anak.

Kesimpulannya adalah dengan penggunaan alat peraga anak-anak tidak hanya

merasa tertarik, tetapi juga mudah mengerti dan juga merasa terhibur dengan

cerita yang dibawakan sang guru.

3.3.5 Perbedaan Usia dalam Penggunaan Alat Peraga

Setiap usia memiliki pemahaman yang berbeda dalam memahami

pengajaran guru sskolah minggu. Oleh karena itu, guru diwajibkan untuk

menyesuaikan alat peraga yang akan digunakannya dengan golongan usia yang

akan diajarkannya. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan dua alasan:

a. Alat peraga gambar cocok digunakan di kelas balita dan kelas kecil, yaitu

25

52 Wawancara dengan Dewi, Cike, Richie & Andry

53 Wawancara dengan Yonar & Andry

54 Wawancara dengan Richie

Page 38: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

mulai dari usia 0-9 tahun.55 Tetapi di kelas besar yang berusia 10-15 tahun

biasanya tidak menggunakan alat peraga karena mereka merasa bukan

anak kecil lagi dan lebih suka diajak berdiskusi.56

b. Alat peraga yang digunakan pada dasarnya sama dengan penyampaiannya

yang berbeda-beda sesuai kelas. Jika di kelas balita penyampaian

pengajarannya harus lebih kekanak-kanakan tetapi jika di kelas kecil

penggunaan bahasanya sedikit lebih tinggi dari anak balita tetapi tetap

mudah dimengerti.57 Di kelas besar pemahaman mereka sudah lebih

dewasa jadi guru tidak mungkin menampilkan alat peraga yang biasa-biasa

saja, tapi dapat menggunakan alat peraga yang mengajak mereka untuk

berfikir.58

Berdasarkan dari jawaban mereka ditemukan dua analisa, yaitu berkaitan

dengan pemakaian alat peraga yang harus disesuaikan dengan golongan usia

anak-anak, dan kedua berkaitan dengan penggunaan bahasa di setiap golongan

umur yang bebeda-beda. Kesimpulannya adalah guru harus bisa menyesuaikan

alat peraga dan juga harus menyesuaikan penggunaan bahasa yang pantas

digunakan di golongan usia tertentu agar pengajarannya mudah diterima anak-

anak.

4. Penggunaan Gambar dalam Pengajaran Sekolah Minggu di GKI Soka Salatiga

Bagian ini merupakan analisa terhadap penggunaan alat peraga gambar yang

digunakan guru sekolah minggu di GKI Soka Salatiga.

4.1 Penggunaan Alat Peraga Gambar di Sekolah Minggu GKI Soka Salatiga

Alat peraga gambar mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengajaran

guru sekolah minggu dimana jika alat peraga gambar tersebut dapat digunakan

dengan baik, maka anak-anak lebih mudah mengerti dengan materi pengajaran yang

26

55 Wawancara dengan Dewi & Richie

56 Wawancara dengan Cike & Andry

57 Wawancara dengan Dewi & Cike

58 Wawancara dengan Cike, Richie & Andry

Page 39: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

dibawakan oleh sang guru. Oleh karena itu sebelum guru mempersiapkan alat peraga

gambar, terlebih dahulu guru harus memahami materi pengajaran yang akan

diajarkannya sehingga guru bisa memilih alat peraga gambar yang terbaik untuk

disandingkan dalam pengajarannya nanti. Alat peraga gambar yang dibuat harus

sesuai dengan peranan utamanya, yaitu membuat anak-anak berimajinasi sehingga

anak-anak mudah mengerti dan juga mengingat. Selain itu alat peraga gambar yang

digunakan guru haruslah berupa gambar kartun berwarna yang belum pernah dilihat

anak-anak dimana anak-anak menjadi penasaran dan diam mengikuti cerita sang guru.

Selain memahami materi pengajaran dan pemilihan alat peraga gambar yang sesuai,

guru dituntut untuk menguasai kondisi kelas agar tetap kondusif. Terkadang saat

anak-anak melihat alat peraga gambar yang dipakai guru, anak-anak berimajinasi

sambil berbicara membayangkan apa yang sedang dipikirkannya. Inilah tugas guru

yang harus tetap mengajar dengan konsentrasi namun tidak terganggu dengan

pembicaraan anak-anak.

4.2 Kajian PAK

Alat peraga gambar tidak bisa terlepas dari PAK karena alat peraga gambar

adalah bagian dari PAK. Alat peraga gambar memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses belajar-mengajar sehingga pelajaran yang dibawakan guru dapat dengan

mudah dimengerti anak-anak karena dapat membuat anak-anak fokus melihat gambar

dan mendengar cerita guru sekaligus berimajinasi yang membuat anak menjadi mudah

paham dan pada akhirnya menjadi ingat. Ketika anak-anak mengingat pengajaran

guru, maka ilmu yang didapatnya menjadi bekal bagi masa depannya kelak nanti.

Oleh karena itu peran guru sangatlah penting bagi pertumbuhan anak. Guru dapat

menggunakan alat peraga dengan sekreatif mungkin. Tentu alat peraga gambar yang

digunakan harus sesuai bahan pengajaran yang akan dibawakannya. Selain itu alat

peraga juga bisa mengandung unsur-unsur nasihat dan juga nilai-nilai norma

masyarakat yang berguna untuk perkembangan psikologi anak ke arah yang positif.

Di GKI Soka Salatiga, PAK dengan menggunakan alat peraga gambar sudah

digunakan guru di setiap kelas sekolah minggu mulai dari kelas balita, kelas kecil dan

kelas besar. Bahkan alat peraga yang digunakan tidak hanya berupa gambar saja,

namun juga dapat menggunakan boneka yang dibuat dari kain flanel, dan lain-lain

27

Page 40: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

sesuai dengan kreasi guru tersebut. Sebelum mengajar terlebih dahulu guru yang akan

bertugas harus mengikuti membekalan materi beserta dengan pemimpin persiapan.

Disini guru dapat memahami setiap materi dan dapat bertanya jikalau ada beberapa

bagian yang kurang dimengerti agar nantinya saat mengajar, guru dapat membawakan

cerita dengan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak. Di pertemuan ini juga

mendiskusikan mengenai alat peraga seperti apa yang akan digunakan. Biasanya alat

peraga yang akan digunakan sudah tersedia di bahan materi, namun terkadang ada alat

peraga yang tidak sesuai dengan materi yang akan dibawakan sehingga guru yang

akan mengajar harus berdiskusi dengan pemimpin persiapan dan mencari solusi alat

peraga seperti apa yang paling cocok digunakan nantinya di Sekolah minggu.

Di sekolah minggu sebelum mendengar Firman Tuhan terlebih dahulu harus

menyanyikan lagu-lagu Rohani. Namun di GKI Soka Salatiga anak-anak dari kelas

balita, kelas kecil dan kelas besar digabungkan sehingga ada anak yang tidak

menyanyi dikarenakan lagu yang dibawakan guru sekolah minggu tidak sesuai dengan

umurnya dimana anak tersebut gengsi dan akhirnya justru mengusili temannya.

Keadaan ditambah dengan ruangan ibadah yang kurang besar akibat digabungkan

semua kelas sekolah minggu sehingga membuat anak-anak tambah kurang nyaman.59

Namun menurut kak Jili digabungkannya kelas balita, kelas kecil dan kelas besar saat

pujian dikarenakan ruangan untuk kelas balita dan kelas kecil yang bersebelahan

dimana ketika menyanyikan lagu pujian yang berbeda-besa sehingga menyebabkan

anak kurang fokus untuk bernyanyi. Oleh karena itu keputusan akhirnya adalah untuk

puji-pujian kelas balita, kelas kecil dan kelas besar akhirnya digabungkan.60 Setelah

menyanyikan lagu-lagu Rohani, anak-anak diajak ke kelas sesuai dengan golongan

umurnya.

4.3 Kajian Model Induktif Kata Bergambar

Model Induktif Kata Bergambar menggunakan proses induktif yaitu anak-anak

mencari pola dan menggunakannya untuk mengidentifikasi makna yang lebih luas.

Model induktif kata bergambar merupakan model yang dirancang untuk menjadi

komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya untuk baca tulis pemula

28

59 Wawancara dengan kak Nita

60 Wawancara dengan kak Jili

Page 41: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

ditingkatan dasar dan di tingkatan yang lebih tinggi. Model ini menjadi salah satu

anggota dalam kelompok model pengajaran memproses informasi, karena fokus

pengajarannya seputar penyusunan pelajaran sehingga anak-anak dapat meneliti

bahasa, bentuk, dan penggunaan kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Didasarkan pada

penelitian tentang strategi intruksional dan upaya peningkatan kemampuan membaca

dan menulis, model ini memiliki banyak perangkat untuk membantu guru mempelajari

kemajuan anak-anak agar mereka dapat membaca dan menulis dengan baik.61

Model Induktif Kata Bergambar sangat berguna bagi anak-anak sehingga

membuat anak-anak belajar kata-kata, kalimat-kalimat, dan juga paragraf-paragraf.

Dengan model induktif kata bergambar anak dapat memproses informasi karena anak-

anak dapat meneliti bahasa, bentuk, dan cara penggunaannya seperti tentang

bagaimana huruf, kata, frasa, kalimat, atau teks yang lebih panjang dapat digunakan

untuk mendukung komunikasi dalam berbahasa.62

Model induktif kata bergambar menurut penulis cocok untuk digunakan di sekolah

minggu khususnya di kelas kecil yang berumur mulai dari 4 sampai 9 tahun karena di

umur ini anak-anak masih belajar menggunakan kosakata yang baru didengarnya.

Inilah salah satu tugas yang diemban guru untuk membuat anak-anak belajar

menggunakan kosakata dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Guru dapat

menggunakan beberapa kosakata baru yang belum pernah didengar oleh anak-anak,

namun kosakata baru tersebut jangan berupa bahasa kasar tetapi menggunakan bahasa

yang santun. Guru dapat menunjukkan kosakata baru tersebut dimulai dengan

mengucapkan kata lalu menunjukkan kata tersebut dengan gambar berwarna. Untuk

membuat anak-anak ingat, guru dapat mengajak anak-anak mengidentifikasi gambar

tersebut dan menyimpulkan arti kata tersebut.

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di sekolah minggu

khusunya kelas kecil yang berumur 4 sampai 9 tahun terlihat bahwa ada beberapa anak

yang belum tahu beberapa kosakata saat guru mengajar. Masalah ini membuat anak

tersebut bertanya apa arti kosakata tersebut, namun guru hanya menjelaskan arti

kosakata tersebut tanpa menunjukkan ciri-cirinya sehingga akhirnya anak masih

29

61 Bruce Joyce, Marsha Well, Emily Calhoun, Models of Teaching (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 150

62 Bruce R. Joice, Emily Calhoun, Belajar Mengajar Secara Induktif (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2001), 7

Page 42: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

bingung dan bertanya kepada teman yang ada di sebelahnya. Sebenarnya hal ini bisa

diselesaikan guru jika guru tersebut sebelum mengajar sudah mempersiapkan kosakata

yang akan dipakainya dengan alat peraga gambar sehingga anak-anak dengan mudah

dapat mengucapkan ciri-ciri gambar tersebut dan akhirnya benar-benar paham

kosakata tersebut.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan dapat disimpulkan

bahwa proses penggunaan alat peraga gambar di sekolah minggu GKI Soka Salatiga

belum berjalan maksimal karena belum memenuhi kebutuhan anak-anak. Beberapa

alasan mendasar adalah pertama, guru kurang menguasai alat peraga gambar. Ketika

guru menunjukkan gambar Yesus makan bersama keduabelas murid ada anak yang

bertanya tokoh manakah yang bernama Petrus namun guru tersebut tidak menjawab

sehingga anak tersebut sedikit kecewa. Padahal pada usia 4 sampai 9 tahun anak-anak

memiliki rasa ingin tahu yang besar dimana anak-anak ingin mengetahui wajah tokoh

yang sudah diceritakan sang guru. Oleh karena itu sebelum menunjukkan alat peraga

gambar alangkah baiknya jika sebelumnya guru benar-benar memahami gambar

tersebut dan mencari tahu apa saja yang mungkin akan ditanyakan anak-anak sehingga

ketika mengajar dan menggunakan alat peraga gambar ada anak yang bertanya guru

dapat menjawabnya dengan benar.

Alasan kedua adalah kebanyakan guru menggunakan alat peraga gambar tidak

berwarna, Padahal anak-anak di usia 4 sampai 9 tahun justru suka melihat tokoh

dengan gambar berwarna karena dapat membuat anak-anak belajar dan juga lebih

mudah mengingat gambar tokoh tersebut.

Alasan ketiga adalah alat peraga gambar yang digunakan guru belum sepenuhnya

menarik anak-anak. Di kelas kecil ada beberapa anak yang bosan karena guru sering

menggunakan alat peraga gambar dan menyuruh anak-anak mewarnai gambar tersebut

sesuai dengan kreativitasnya. Bahkan anak tersebut langsung berbicara ke guru bahwa

dia sudah sering mewarnai di sekolah minggu. Itu membuktikan bahwa alat peraga

gambar yang guru gunakan tidak menarik lagi di usia 4 sampai 9 tahun.

30

Page 43: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Alasan keempat adalah guru tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak

untuk menulis dan membaca. Padahal dalam metode induktif kata bergambar yang

sangat cocok untuk digunakan di sekolah minggu justru anak-anak memiliki kebutuhan

untuk belajar membaca dan menulis.

5.2 Saran

Bagi guru sekolah minggu:

1. Alat peraga gambar yang digunakan guru seharusnya dapat membuat anak-anak

menjadi tertarik. Oleh karena itu guru bisa mencari gambar berwarna yang

membuat anak-anak tertarik.

2. Alat peraga gambar haruslah sesuai dengan pengajaran yang akan guru bawakan.

3. Sebelum mengajar sebaiknya guru memikirkan lebih matang alat peraga gambar

terbaik yang akan digunakannya. Guru dapat mencari informasi di internet

mengenai gambar yang akan dipakainya sehingga guru dapat memilih alat peraga

gambar yang tepat.

4. Guru harus menguasai gambar yang akan dipakainya sehingga jika ada anak yang

bertanya, guru dapat menjawabnya dengan benar.

Bagi Gereja:

1. Memberikan perhatian khusus kepada pelayanan anak tidak hanya soal alat peraga

yang akan digunakan guru, namun juga fasilitas seperti ruangan khusus bagi anak-

anak agar proses belajar-mengajar menjadi nyaman.

2. Mengikutsertakan guru sekolah minggu dalam pelatihan-pelatihan tentang

pelayanan yang baik untuk anak-anak, seperti cara membawakan pengajaran

dengan cerita-cerita yang menarik, bagaimana mengkombinasikan antara

pengajaran yang dibawakan dengan alat peraga yang akan digunakan, bagaimana

mengatasi rasa gugup ketika lupa materi pengajaran, dan lain-lain.

31

Page 44: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

Daftar Pustaka

Sumiyatiningsih, Dien, G.D.Th.,M.A, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, (Yogyakarta:

ANDI, 2012).

Boehlke, Robert R., Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,

(Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2011).

Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu, (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2011).

Ismail, Andar, Ajarlah Mereka Melakukan-Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama

Kristen, (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2003).

Erikanto, Chandra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: MEDIA AKADEMI,

2016).

Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), (Bandung: MANDAR MAJU,

1990).

Piaget, Jean dan Barbel Inhelder, Psikologi Anak (The Psychology Of The Child),

(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010).

Kadarmanto, Ruth S., Tuntunlah Ke Jalan Yang Benar: Panduan Mengajar Anak Di Jemaat,

(Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2003).

Joyce, Bruce, Marsha Well, Emily Calhoun, Models Of Teaching, (Yogjakarta: PUSTAKA

PELAJAR, 2011).

___________, Emily Calhoun, Belajar Mengajar Secara Induktif, (Jakarta: BPK GUNUNG

MULIA, 2001).

Beetlestone, Florence, Creative Learning Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan

Kreatifitas Anak-anak, (Bandung: NUSA MEDIA, 2010).

Indriana, Dina, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Yogjakarta: DIVA PRESS, 2011).

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: SINAR BARU

ALGENSINDO, 2010).

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA,

2004).

32

Page 45: Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Pengajaran Sekolah ......9. Teman-teman komsel Blitz dan Youth Excellent Generation (YEG) yang selalu memberikan pembaharuan Rohani dan penuh canda

J. Vredenbregt, Model dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: GRAMEDIA, 1984).

Moh. Nazir, Model Penelitian, (Bogor: GHALIA INDONESIA, 2014).

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA, 2011).

E.G Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985).

Wahono, S. Wismoady, Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011).

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).

Situs Informasi GKI Soka Salatiga diunduh dari http://gkisoka.or.id/strukturorganisasi.php

pada 24 April 2018 jam 11.40 WIB.

33