penggunaan akustik untuk pendeteksian objek di dalam air

22
PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK PENDETEKSIAN OBJEK DI DALAM AIR Disusun Oleh : PARID FIRMAN NRP.49125110487 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN PAPER

Upload: figa-mijo

Post on 11-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

indraja

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK PENDETEKSIAN OBJEK DI DALAM AIR

PAPER

Disusun Oleh :PARID FIRMANNRP.49125110487

PROGRAM DIPLOMA IVJURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRANPROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRANSEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA 2014PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK PENDETEKSIAN OBJEK DI DALAM AIR

PAPER

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliahPenginderaan Jauh

Disusun Oleh :PARID FIRMANNRP.49125110487

PROGRAM DIPLOMA IVJURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRANPROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRANSEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA 2014KATA PENGANTARPuji dan syukur ke Hadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Paper ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Penginderaan Jarak Jauh. Dalam Paper berjudul PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK PENDETEKSIAN OBJEK DI DALAM AIR , penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunannya, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dalam penyusunan selanjutnya dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Terakhir penyusun berharap semoga Paper ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun bagi pembaca.

Jakarta, November 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut seluas 2/3 dari total luas teritorialnya. Berdasarkan deklarasi Juanda 1957, wilayah laut NKRI adalah sebesar 3,1 juta km2, wilayah laut NKRI bertambah luas dari tambahan zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 2,7 juta km2, menjadi total sekitar 5,8 juta km2. Indonesia mendapatkan hak-hak berdaulat atas kekayaan alam di ZEE sejauh 200 mil dari garis pangkal lurus Nusantara atau sampai ke batas continental margin. Dengan wilayah laut Indonesia yang luas ini, banyak sekali potensi ekonomi yang bisa dikembangkan seperti untuk keperluan pelayaran, pelabuhan, perikanan, perkapalan, pariwisata, dan pertambangan.Mengingat potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimiliki pemanfaatannya masih rendah, maka upaya untuk menumbuhkan kegiatan usaha penangkapan ikan di sub sektor perikanan dalam peningkatan pendapatan regional masih mempunyai peluang yang cukup besar. Kekayaan alam yang terkandung di laut Indonesia juga belum mampu dikelola dengan baik. Potensi ekonomisecara total yang berasal dari potensi kelautan dan perikanan meliputi perikanan, wilayah pesisir, bioteknologi laut, wisata bahari, dan minyak bumi. Sedangkan potensi untuk kegiatan perikanan budidaya air tawar (waduk, danau, sungai), perairan payau (tambak), dan budidaya laut. Sungguh luar biasa potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki laut Indonesia, sedangkan yang dimanfaatkan baru sebagian kecil dari keseluruhan potensi tersebut.Maka dari itu kita perlu untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi hasil laut Indonesia dengan tetap mempertahankan dan menjaga kelestarian ekosistemnya. Untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi hasil kelautan dan perikanan bisa dengan menggunakan metode akustik dalam air.Penginderaan jauh atau inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis tldtection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. Penginderaan jauh adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan paper ini antara lain:1. Mengetahui pengertian dari akustik.2. Mengidentifikasi cara pemakaian dan cara kerja dari akustik.3. Mengetahui manfaat dan kegunaan dari akustik.4. Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Penginderaan Jauh.

BAB IIPEMBAHASAN2.1Pengertian AkustikAkustik kelautan dalam bahasa Inggrismya disebut Marine Acoustics, adalah teori tentang gelombang suara / akustik san perambatannya di dalam laut. Akustik kelautan merupakan suatu bidang kelautan untuk mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan gelombang suara. Dengan pengaplikasian akustik kelautan akan mempermudah peneliti untuk mengetahui objek yang ada di kolom perairan dan dasar perairan baik berupa plankton, ikan, kandungan substrat dan adanya kapal yang kandas.Metode akustik untuk pendeteksian objek di dalam air merupakan proses-proses pendeteksian target dilaut dengan mempertimbangkan perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi, intensitas); faktor lingkungan / medium, kondisi target, dan lainnya. Oleh karena itu, pemahaman konsep dasar mengenai akustik kelautan sangat penting agar aplikasinya dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang secara optimal.

2.2Sejarah AkustikSecara komersial Akustik Kelautan mulai dikembangkan oleh Inggris pada permulaan Perang Dunia II, walaupun pengukuran kecepatan suara telah dilakukan sejak tahun 1927 oleh ahli Fisika Swiss dan ahli Matematika Perancis, diketemukanlah ASDlC (Anti Submarine Detection Investigating Committee), suatu instrumen akustik yang digunakan untuk mendeteksi kapal selam (submarine).Untuk tujuan-tujuan damai, khususnya dalam eksplorasi dam eksploitasi sumberdaya hayati laut, baru dilakukan setelah Perang Dunia III. Berikut ini adalah masa perkembangan Akustik :1) Tahun 1945 1955Pada periode ini, pengalaman pendeteksian ikan yang diperoleh sebelumya mulai dimanfaatkan untuk membantu pemenuhan permintaan akan pangan dan protein. Kemudian pada tahun 1950, seorang ahli Norwegia juga (Devold) berhasil mendeteksi dan melokalisir gerombalan ikan Atlanto scandian herring yang sedang mencari ikan. Selanjutnya tahun 1950-1951, Devold juga berhasil mendeteksi gerombolan ikan herring dewasa yang akan melakukan pemijahan. Setelah alat pendeteksian akustik menjadi alat baku (standard), bukan saja untuk kapal-kapal peneliti perikanan tetapi juga untuk armada penangkapan ikan (fishing fleets) terutama oleh negara-negara Scandinavia dan Uni Soviet.

2) Tahun 1955 - 1965Berkat pengembangan daerah penangkapan ikan misalnya dengan ditemukannya sistem-upwelling di dunia, maka produksi ikan sangat meningkat. Oleh Perserik.atan Bangsa Bangsa PBB dimulailah dibuat proyek, pengembangan di Somalia, kemudian dengan cepat disusul oleh negara-negara penangkap ikan yang memiliki penangkapan ikan jarak jauh (long-distance fleets) seperti Jepang dan Uni Soviet. Ekspansi tersebut pada prinsipnya adalah berkat peningkatan penggunaan instrumen pendeteksian ikan baik horizontal (sonar) maupun vertical (echo sounder). Beberapa negara maju secara berlomba-lomba membuat instrumen kelautan tersebut, yakni Norwegia, Inggris Perancis, Amerika, Jerman, Jepang dan Uni Soviet. 3) Tahun 1965 1975Produksi ikan dunia mulai merosot sehingga penangkapan ikan harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhitungkan kemelimpahan stoknya. Dengan demikian, maka mulailah dikembangkan metode akustik untuk stock assessment dalam rangka manajemen stok ikan yang bersangkutan. Dalam periode ini mulai dikembangkan "pulse counter'' oleh Inggris untuk menghitung jumlah individu target (ikan). Selanjutnya oleh Norwegia diketemukan "Analog Echo Integrator" untuk menghitung total biomass dari suatu perairan, yang disurvai yang kemudian dikenal dengan nama SIMRAD QM-Echo Integrator. Ternyata kemudian analog echo integrator ini relatif mahal untuk diproduksi secara komersial dan sangat sulit untuk dikalibrasi yakni untuk mengkonversi nilai integrasi echo menjadi estimasi biomass.4) Tahun 1975 1985Walaupun ide split-beam system pertama kali ditemukan di Amerika, tetapi untuk penerapan teknologinya dikembangkan oleh Norwegia yakni dengan diproduksinya SIMRAD split-beam acoustic system. Sistem ini yang merupakan keunggulan teknologi yang dimiliki Norwegia sebenarnya merupakan pengembangan dari SIMRAD QD-Echo Integrator (digital echo integrator) yang memiliki kelemahan dalam mendapatkan nilai in situ target strength. Jadi jelaslah bahwa kalau di Norwegia pengembangan scientific echo sounder dipusatkan pada split-beam acoustic system, maka di Amerika pengembangan di fokuskan pada dual-beam acoustic system yang secara real time dapat menghitung nilai target strength (TS), volume backscattering strength (SV), dan kemudian biomass atau jumlah ikan.

2.3Jenis Akustik Akustik Aktif.Akustik aktif memiliki arti yaitu dapat mengukur jarak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan menghasilkan pulsa suara. Akustik aktif memakai prinsip dasar SONAR untuk pengukuran bawah air. Akustik aktif sepertisplit-beam system yang dapat mendeteksi organisme yang berukuran kecil (contoh:krill), dengan tanpa batasan ukuran. Posisi dari ikan dapat dideteksi secara akurat dengan menggunakansplit beam system, dapat juga digunakan untuk menghitung target strength, kecepatan jelajah serta arah pergerakan dari suatu objek. Akustik Pasif.Akustik pasif merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai objek pada kolom perairan, biasanya suara yang diterima pada frekuensi tertentu ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis. Akustik pasif dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air (seismic), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun untuk mendeteksi kondisi dibawah air (hidroakustik).

2.4Kegunaan AkustikPenggunaan akustik dalam kelautan/perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima yakni: Untuk Survai, Untuk Budidaya Perairan, Untuk Penelitian Tingkah Laku Ikan, Untuk Mempelajari Penampilan dan Selektifitas Penangkapan Ikan.

a) Aplikasi dalam survai kelautan dan perikanan : Untuk menduga spesies ikan, Untuk menduga ukuran dari individu ikan, Untuk menduga kelimpahan /stok sumberdaya hayati laut (plankton,, ikan, dan seterusnya).b) Aplikasi untuk Budadaya Perairan : Penentuan / pendugaan jumlah ekor atau biornass dariikan, dalam jaring/kurungan pembesaran (penned fish / enclosure); Untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring / kurungan; Memantau tingkah laku ikan (dengan acoustic telemetering tags), baik aktivitas makan (feeding activity) ataupun kesehatan (heart-beat) dan sebagainya.c) Aplikasi dalam Penelitian Tingkah Laku Ikan : Pergerakan / migrasi ikan (baik vertikal maupun horizontal); Orientasi (titl angle); Untuk eksplorasi minyak dan mineral di dasar laut; Untuk mempelajari proses sedimentasi; Untuk pertahanan dan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system).d) Aplikasi dalam Studi Penampilan dan Selektifitas Penangkapan Ikan : Pembukaan mulut trawl, kedalaman dan sebagainya; Selektivitas penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi di depan mulut trawl atau di dalam lingkaran purse seine).

Kegunaan lainnya : Echo-location (komunikasi antar hewan laut); Sifat-sifat akustik dri air laut dan objek bawah laut; Pendeteksian kapal selam dan objek-objek bawah air lainnya; Penentuan kedalaman dalm pelayaran; Penentuan jenis dan komposisi dasar laut; Penentuan contour dari dasar laut; Penentuan lokasi bangunan laut; Untuk eksplorasi minyak dan mineral; Untuk mempelajariproses sedimentasi;

BAB IIIMETODA PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK KELAUTAN

3.1Pengunaan Satelit untuk Memotret Keadaan Bawah LautHasil penelitian Prof. Indra Jaya, Guru Besar FPIK-IPB Bogor mengungkapkan bahwa dari ketinggian ribuan kilomoter diatas permukaan bumi, dengan banguan satelit, kita dapat memotret kepulauan Indonesia dan dapat segera terlihat bahwa 70% permukaan kepulauan tersebut merupakan bentangan laut. Demikian dominannya laut dalam kontsalasi geografi Indonesia sehingga bentang kepulauan Indonesia yang luas ini merupakan sebuah benua maritim. Namun laut bukan suatu bidang datar melainkan ruang 3 dimensi yang kompleks, dengan dimensi vertikal (kedalaman) bervariasi dari perairan dangkal dengan kedalaman perairan beberapa meter ke perairan laut dalam dengan kedalaman ratusan bahkan ribuan meter, penetrasi energi cahaya matahari hanya dapat menjangkau lapisan kuliat permukaandari laut saja, demikian pula energi yang dipancarkan dari satelit untuk memotret laut hanya dapat menembus sebagian kecil dari kedalaman laut. Untuk mengetahui objek apa saja dan pprosesapa saja yang ada di laut, dari permukaan sampai ke dasar laut, digunakan teknologi akustik bawah air. Melalui teknologi ini dapat diketahui objek apa saja yang ada (misalnya ikan, mamalia laut, vegetasi bawah air, deposit mineral didasar laut), berapa jumlahnya, kepadatannya, pada kedalaman berapa. Demikian pula dengan proses yang terjadi di dalam laut, misalnya pergerakan massa air (arus), besar dan arah kecepatan arus dari waktu ke waktu dapat dipantau dan diketahu dengan teknologi akustik.

3.2 Pemanfaatan Gelombang Suara untuk Pendeteksian Objek di Dalam AirPemanfaatan sifat gelombang suara yang merambat sangat baik dalam medium air. Dalam air laut yang bersifat konduktif dan keruh kebanyakan gelombang elektromagnetik (gelombang cahaya dan radio) akan berkurang energinya (teratenuasi) dengan cepat dalam jarak beberapa ratus bahkan puluh meter saja. Jika penetrasi cahaya praktis hanya dapat mencapai beberapa puluh meter di bawah lapisan permukaan, maka gelombang suara dapat mencapai dasar laut sampai kedalaman ribuan meter. Selain itu gelombang suara dapat merambat dalam air puluhan ribu meter melintasi samudera luas.

Teknologi akustik bawah air menggunakan instrumen yang dilengkapi dengan transduser, piranti yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dan sebaliknya, sehingga dapat memancarkan dan menerima suara. Pada awalnya transduser dibuat dari bahan kuartz elektrostriktif kemudian digantikan oleh magnetostriktif yang berbahan dasar nikel, dan akhirnya berbahan piezoelektrik. Selanjutnya, transduser berberkas gelombang suara tunggal (single-beam) berkembang menjadi dual-beam dan akhirnya split-beam; dari frekuensi tunggal menjadi frekuensi ganda (multi-frequency). Untuk meningkatkan ketajaman (sensitivitas) deteksi transduser, dikembang sistem untaian (array) yang merajut rangkaian transduser tunggal menjadi satu kesatuan dan kemudian diikuti dengan pengembangan teknologi pembentukan berkas gelombang (beamforming). Demikian pula dari sisi pemindaian (scanning), telah dikembangkan side scan sonar. Gabungan dari frekensi berganda dan sistem side scan ini melahirkan sistem berkas gelombang suara berganda (multibeamsystem) yang sangat tajam mendeteksi kontur dasar perairan.

3.3 Teknologi Akustik untuk Pengukuran Kedalaman LautSifat fisik suara dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pengukuran ke dalam laut (bathymetri). Pemanfaatan sifat suara pertama kali dan sampai saat ini paling banyak digunakan untuk aplikasi bawah air adalah untuk mengukur kedalaman laut. Saat ini hampir semua kapal bermotor dilengkapi dengan alat pemeruman (echo-sounder) untuk memastikan kapal tidak kandas dengan memantau secara terus menerus jarak antara lunas kapal dan dasar perairan. Instrumen akustik untuk eksplorasi dasar laut ini adalah alat pemeruman (echosounder). Alat ini merekam waktu tunda, antara waktu pemancaran gelombang suara dengan waktu penerimaan pantulan gelombang suara dari dasar laut yang diterima oleh transduser, dan dengan mengetahui atau mengasumsikan kecepatan perambatan gelombang suara dalam air maka dapat dihitung kedalaman dari hasil perekaman waktu tunda tersebut. Walaupun secara prinsip pengukuran kedalaman laut ini tampak sederhana, namun dalam prakteknya tidak demikian. Untuk dasar laut yang berkontur, kasar atau tidak rata maka hal ini dapat menimbulkan kegamangan (ambiguity) dalam pengukuran waktu tunda karena hanya pantulan yang kembali pertama kali yang digunakan dalam perhitungan kedalaman. Untuk mengatasi masalah ini luas permukaan dasar laut yang dikenai gelombang suara mesti dibuat lebih kecil atau sempit, misalnya dengan menggunakan untaian transduser penerima (hydrophone array) yang dapat memusatkan berkas energi suara yang diterima atau meningkatkan kepekaan penerimaan pada arah tertentu. Selanjutnya, jika pada masing-masing elemen dari untaian transduser penerima ini dibuat dapat merekam sendiri-sendiri pantulan gelombang yang diterima, maka pola kepekaan untaian transduser penerima dapat diubah dengan mudah dengan cara mengganti parameter pengolahan data yang direkam. Dengan kata lain, untaian transduser penerima dapat diarahkan untuk mengamati sudut datang dari berbagai arah. Teknik inilah yang kini digunakan pada instrumen akustik Multi Beam Echo Sounder (MBES), yang merupakan state of the art instrumen survei bathymetri.

3.4Teknologi Akustik untuk Identifikasi dan Klasifikasi Sedimen Dasar LautIdentifikasi dan klasifikasi sedimen dasar laut sangat penting tidak hanya untuk keperluan pengkajian mineral dasar laut tetapi juga karena adanya asosiasi sedimen dasar laut dengan biota laut yang hidup di lingkungan dasar laut, seperti udang, kepiting, kerang-kerangan dan berbagai jenis ikan demersal. Sewaktu gelombang suara yang dipancarkan oleh instrumen akustik mengenai dasar laut, sebagian energi gelombang suara tersebut dipantulkan atau dihamburbalikkan. Besarnya intensitas pantulan suara dari dasar laut umumnya tergantung pada sudut datang gelombang suara, tingkat kekerasan (hardness), tingkat kekasaran (roughness) dasar laut, komposisi sedimen dasar laut dan frekuensi suara yang digunakan.Akhir-akhir ini, salah satu pemicu perkembangan dan aplikasi teknologi akustik adalah adanya kebutuhan untuk pengelolaan sumberdaya laut berbasis ekosistem, dimana diperlukan antara lain peta klasifikasi sedimen dasar laut.

3.5Teknologi Akustik untuk Identifikasi Terumbu Karang dan Vegetasi Bawah AirDi Indonesia, pemanfaatan teknologi akustik untuk identifikasi dan klasifikasi terumbu karang mulai berkembang, walaupun disadari masih diperlukan riset-riset yang lebih intensif mengingat kompleksitas dan keragaman yang tinggi dari terumbu karang yang ada. Sejauh ini, dengan memetakan intensitas gema pertama (E1) dan gema kedua (E2) dapat dilihat, secara akustik, sebaran beberapa bentuk pertumbuhan terumbu karang yang berbeda-beda tersebut. Klasifikasi berdasarkan parameter E1 dan E2 ini tentu dapat dikuantitatifkan dengan menerapkan analisis pengelompokan seperti clustering analysis, principal component analysis, dan lainnya.Vegetasi bawah air berperan penting dalam menentukan produktivitas suatu perairan, khususnya perairan dangkal (shallow water). Vegetasi bawah air menjadi salah satu sumber pangan dan merupakan tempat memijah biota laut. Oleh karena itu, akurasi dan kecermatan yang tinggi dalam memetakan habitat dan vegetasi bawah air sangat penting dilakukan. Lamun (seagrass) merupakan salah satu vegetasi bawah air, hidup di sedimen dasar laut, dan akarnya tertanam ke dalam dasar perairan. Tekanan terhadap wilayah pesisir yang semakin kuat akhir-akhir ini dengan adanya pembangunan yang tak terkendali di wilayah pesisir menyebabkan luas padang lamun terus berkurang dan diperkirakan mengalami pengurangan sekitar dua persen pertahun. Sifat fisik suara dapat digunakan untuk memetakan dan memantau perkembangan lamun dengan mengkaji hamburbalik suara yang diperoleh berdasarkan karakteristik sinyal gema yang dihamburbalikkan lamun. Salah satu teknologi akustik yang dikembangkan untuk pemetaan vegetasi bawah air adalah sonar (narrow multi-beam sonar) yang mampu menampilkan keadaan dasar perairan, baik secara horizontal maupun vertikal, sehingga dapat ditentukan densitas vegetasi bawah air.

3.6Teknologi Akustik Untuk Deteksi dan Kuantifikasi IkanDeteksi ikan pertama kali dilaporkan oleh Kimura (1929). Teknologi instrumentasi akustik mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 30 tahun terakhir, khususnya perkembangan transduser dari sistem berkas gelombang tunggal (single-beam), ke dwi (dual-beam) dan terakhir ke berkas gelombang terbagi (split-beam). Perkembangan transduser yang terakhir ini mampu mendeteksi posisi dan orientasi ikan tunggal dengan sangat akurat. Dengan demikian kecepatan dan lapisan renang ikan dapat dihitung dengan akurat pula.Kemampuan teknologi akustik dalam mendeteksi posisi ikan tunggal tidak serta merta identik dengan kemampuan mengidentifikasi individu spesies ikan tersebut. Riset untuk identifikasi spesies ikan dengan teknologi akustik masih terus berlangsung dan saat ini hasil terbaik yang telah dicapai adalah dalam tahapan identifikasi spesies kawanan atau kelompok ikan. Pendugaan stok ikan di daerah tropis merupakan tantangan tersendiri, lebih kompleks dan rumit karena tingkat keanekaragaman spesies yang tinggi. Identifikasi kawanan ikan ini perlu dilengkapi dengan klasifikasi kawanan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan identifikasi, dan struktur kawanan yang menggambarkan secara rinci pembentukan kawanan ikan dalam kolom air.

3.7Teknologi Akustik Untuk Komunikasi Bawah AirDalam laut, profil suhu dan tekanan dapat membentuk saluran suara (acoustic waveguide). Saluran suara ini dimanfaatkan dengan baik oleh kapal selam, paus dan mammalia laut lainnya untuk berkomunikasi jarak jauh, ribuan kilometer, dengan efektif. Selain itu, sifat suara ini dapat dimanfaatkan dalam komunikasi antar peralatan observasi laut , misalnya untuk keperluan deteksi dini tsunami, yakni antara seismometer yang di pasang di dasar perairan pada kedalaman ratusan bahkan ribuan meter dengan pelampung permukaan, atau sebaliknya.

3.8Teknologi Akustik Untuk Pencitraan dan Penentuan Posisi Bawah AirPencitraan bawah air dengan side scan sonar. Aplikasi teknologi side scan sonar digunakan untuk mencari ranjau dalam operasi militer, khususnya dalam perang bawah air. Adapun untuk aplikasi sipil (non-militer), antara lain pencarian bangkai kapal tenggelam, arkeologi bawah air, pemantauan pipa bawah air, penemuan kotak hitam, dan survei dasar laut yang luas seperti paparan benua. Perkembangan terkini dari teknologi side scan sonar adalah teknologi synthetic aperture sonar yang memanfaatkan teknik synthetic array sehingga ketajaman (resolusi) pencitraan dapat meningkat secara nyata.Teknologi akustik juga digunakan untuk penentuan posisi dan navigasi bagi wahana bawah air, seperti kapal selam, autonomous underwater vehicle (AUV) dan bagi penyelam.

3.9Teknologi Akustik Untuk Pengukuran ArusSekitar 20 tahun lalu, arus laut umumnya diukur dengan menggunakan baling-baling (rotor) yang dilengkapi sayap untuk mengukur arah dan kecepatan arus. Berbeda dengan instrumen konvensional pengukur arus, pengukuran arus dengan instrumen akustik tidak menggunakan baling-baling dan sayap. Selain itu informasi arus yang diperoleh satu unit instrumen akustik tidak hanya pada satu titik atau posisi saja tetapi dapat memberikan informasi sepanjang kolom air (profil) secara serempak.Pengukuran arus dengan suara dilakukan dengan memancarkan pulsa suara sempit dengan frekuensi tetap, dan jika mengenai partikel-partikel yang ada dan bergerak dalam air maka pulsa suara tersebut akan dihamburbalikan. Pulsa suara yang kembali ini diterima oleh transduser dan dideteksi frekuensinya.