pengetahuan terhadap pencegahan askariasis dan trikuriasis

12
Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis serta Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Murid SD X Bantargebang, Bekasi Trahmono*, Saleha Sungkar** *Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia **Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak: Prevalensi askariasis dan trikuriasis cukup tinggi di Indonesia terutama menyerang anak Sekolah Dasar (SD). Pengetahuan tentang pencegahan mengenai askariasis dan trikuriasis berperan penting dalam mencegah infeksi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan di SD X Bantargebang, Bekasi pada tanggal 17 Desember 2011 dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dari 58 orang murid sebagai total sampling. Kuesioner tersebut berisi 5 pertanyaan mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dan pengisian tentang karakteristik demografi murid. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat responden laki-laki berjumlah 30 orang (51,7%) dan perempuan berjumlah 28 orang (48,3%). Tingkat pendidikan responden terdiri atas kelas 4 berjumlah 27 orang (46,6%), kelas 5 berjumlah 10 orang (17,2%), dan kelas 6 berjumlah 21 orang (36,2%). Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, didapatkan kategori kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Pada uji Kolmogorov- Smirnov, didapatkan nilai p>0,05 pada setiap variabel yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Kata kunci: karakteristik demografi, murid SD, pencegahan, tingkat pengetahuan. The Knowledge about Prevention Ascariasis and Trichuriasis and Relation to Demographic Characteristics of Primary School Students X Bantargebang, Bekasi Abstract: Prevalence of ascariasis and trichuriasis quite high in Indonesia primarily affects student of Primary School. The knowledge about prevention ascariasis and trichuriasis as an important role in preventing worm infection. The main purpose of this research is to know the relation between levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with demographic characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. This research was carried out at Primary School X Bantargebang, Bekasi on December 17 th 2011 by answering a questionnaire. The data obtained by questionnaire from 58 students as a total sampling. The questionnaire contained 5 questions about the prevention of ascariasis and trichuriasis. From the research, there was 30 male respondents (51,7%) and 28 woman (48,3 %). Education levels of respondents included 4th grade amounted to 27 people (46,6 %), 5th grade amounted to 10 people (17,2%), and 6th grade amounted to 21 people (36,2%). Based on knowledge levels of respondents, poor categories were found 55 people (94,8%) and fair categories totaled 3 people (5,2%). The Kolmogorov-Smirnov test showed a score p>0.05 in each variable, which means there is no relation between the levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. Keywords: demographic characteristics, Primary School students, prevention, level of knowledge. Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis serta Hubungannya

dengan Karakteristik Demografi Murid SD X Bantargebang, Bekasi

Trahmono*, Saleha Sungkar** *Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

**Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak: Prevalensi askariasis dan trikuriasis cukup tinggi di Indonesia terutama menyerang anak Sekolah Dasar (SD). Pengetahuan tentang pencegahan mengenai askariasis dan trikuriasis berperan penting dalam mencegah infeksi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan di SD X Bantargebang, Bekasi pada tanggal 17 Desember 2011 dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dari 58 orang murid sebagai total sampling. Kuesioner tersebut berisi 5 pertanyaan mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dan pengisian tentang karakteristik demografi murid. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat responden laki-laki berjumlah 30 orang (51,7%) dan perempuan berjumlah 28 orang (48,3%). Tingkat pendidikan responden terdiri atas kelas 4 berjumlah 27 orang (46,6%), kelas 5 berjumlah 10 orang (17,2%), dan kelas 6 berjumlah 21 orang (36,2%). Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, didapatkan kategori kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Pada uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p>0,05 pada setiap variabel yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Kata kunci: karakteristik demografi, murid SD, pencegahan, tingkat pengetahuan.

The Knowledge about Prevention Ascariasis and Trichuriasis and Relation to Demographic Characteristics of Primary School Students X Bantargebang, Bekasi

Abstract: Prevalence of ascariasis and trichuriasis quite high in Indonesia primarily affects student of Primary School. The knowledge about prevention ascariasis and trichuriasis as an important role in preventing worm infection. The main purpose of this research is to know the relation between levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with demographic characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. This research was carried out at Primary School X Bantargebang, Bekasi on December 17th 2011 by answering a questionnaire. The data obtained by questionnaire from 58 students as a total sampling. The questionnaire contained 5 questions about the prevention of ascariasis and trichuriasis. From the research, there was 30 male respondents (51,7%) and 28 woman (48,3 %). Education levels of respondents included 4th grade amounted to 27 people (46,6 %), 5th grade amounted to 10 people (17,2%), and 6th grade amounted to 21 people (36,2%). Based on knowledge levels of respondents, poor categories were found 55 people (94,8%) and fair categories totaled 3 people (5,2%). The Kolmogorov-Smirnov test showed a score p>0.05 in each variable, which means there is no relation between the levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. Keywords: demographic characteristics, Primary School students, prevention, level of knowledge.

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 2: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Pendahuluan

Prevalensi infeksi cacingan di Indonesia cukup tinggi terutama di daerah tropis. Askariasis dan trikuriasis merupakan infeksi cacing dengan prevalensi terbesar di Indonesia

sekitar 60-90%.1 Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur terutama anak Sekolah

Dasar (SD) yang rentan terhadap penyakit cacingan. Di Jakarta, pada tahun 2008, prevalensi

askariasis dan trikuriasis masing-masing sebesar 75-80% dan 25-70%.1 Di Pondok Gede,

Bekasi, penelitian menunjukkan sebanyak 90% anak seusia sekolah dasar terinfeksi

cacingan.2 Faktor yang menyebabkan prevalensi cacingan cukup tinggi yaitu fasilitas sanitasi

belum memadai, keadaan sosial ekonomi rendah, kurangnya kebersihan, dan keadaan

geografis yang mendukung berkembang biaknya cacing tersebut.3 Berdasarkan perilaku anak

SD, sejumlah 70,73% buang air besar di sembarang tempat, 20,3% tidak mencuci tangan

sebelum makan, dan 14,8% tidak menggunakan alas kaki ketika bermain.3 Frekuensi

askariasis dan trikuriasis sering terjadi pada anak-anak, walaupun pada orang dewasa pun masih terjadi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai pentingnya kebersihan dan pengetahuan yang cukup tentang infeksi cacingan.

Dampak yang ditimbulkan dari askariasis dan trikuriasis ialah gangguan tumbuh kembang pada anak. Selain itu, pada anak usia sekolah dasar dapat mengurangi kemampuan belajar dan gangguan kesehatan. Pada usia dewasa, dapat menyebabkan menurunnya

produktivitas kerja.1 Pada askariasis berat, dapat mengakibatkan malnutrisi, obstruksi usus,

dan pneumonia.4

Bantargebang merupakan daerah yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah sehingga mengakibatkan daerah tersebut tercemar. Keadaan geografis daerah tersebut memiliki tanah yang lembab dan teduh memungkinkan Ascaris lumbricoides dan

Trichuris trichiura sebagai media berkembang biak yang baik.5 Di Indonesia, tingkat

pengetahuan mengenai infeksi cacingan pada anak-anak masih sangat kurang sekitar 95,5%.6

Hal tersebut dibuktikan oleh tingginya prevalensi infeksi cacingan. Pentingnya mencegah infeksi cacingan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia khususnya pada anak-anak. Bila telah terjadi infeksi, maka penting untuk mengetahui pengobatan yang tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang buruk pada seseorang. Tinjauan Pustaka Definisi Karakteristik

Karakteristik adalah ciri-ciri atau sifat khas seseorang sesuai dengan perwatakan

tertentu, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber informasi.7

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 3: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala gejala yang ditemukan dan diperoleh manusia dengan menggunakan pengamatan akalnya. Pengetahuan dalam penelitian ini berkaitan dengan cara mendidik, perilaku seseorang, lingkungan, cara berpikir keluarga, dan demografi, serta hal-

hal lainnya yang mendukung.8

Askariasis

Askariasis merupakan penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing A. lumbricoides atau cacing gelang (roundworm). Distribusi caing tersebut terutama di daerah iklim tropis dan subtropis. Faktor predisposisi askariasis adalah keadaan sanitasi kurang memadai, higenitas rendah, sosial ekonomi rendah, dan geografis dengan struktur tanah yang

lembab dan teduh.3,9 Cacing betina mempunyai bentuk tubuh lebih panjang daripada cacing

jantan.10

Gambar 1. Siklus Hidup A. lumbricoides11

Pada fase dewasa, betina akan menghasilkan telur sebanyak 200.000 per hari. Bersamaan dengan keluarnya feses, telur berkembang biak di tanah yang lembab. Dalam waktu 18 hari, telur akan berubah menjadi telur infektif. Telur tersebut masuk melalui mulut

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 4: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

dan berkembang biak dalam usus manusia. Telur infektif akan berubah menjadi cacing dewasa dan sebagian akan berkembang biak pada mukosa usus serta sisanya masuk melalui vena porta hepatika yang akan masuk ke dalam sistem sirkulasi. Kemudian, telur yang berubah menjadi larva akan masuk ke dalam paru-paru melalui alveolus, untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa, dan naik hingga ke bronkus dengan masa migrasi 7 hari. Karena manusia memiliki refleks batuk, maka cacing dapat keluar melalui mulut. Di bagian mukosa usus, telur infektif akan berkembang biak menjadi cacing dewasa dalam

waktu 2-3 bulan dan dapat menetap hingga 1-2 tahun.12 Gejala klinis yang ditimbulkan pada

awalnya ialah asimptomatik atau tanpa gejala. Setelah beberapa bulan, timbul gangguan

abdominal seperti mual, muntah, nyeri, dan diare.12,13

Trikuriasis

Trikuriasis disebabkan oleh infeksi cacing cambuk (whipworm) yaitu T. trichiura. Trikuriasis dapat ditemukan pada daerah tropis, tanah yang lembab, sanitasi buruk, dan lebih

sering terjadi pada anak-anak.14 Secara morfologi, cacing T. trichiura terlihat seperti cambuk (whip), karena bentuknya tipis pada bagian anterior dan tebal pada bagian posterior.14 Cacing

dewasa betina dapat menghasilkan 3.000 hingga 20.000 telur per hari. Cacing tersebut menginfeksi bagian sekum dan kolon, tetapi pada infeksi berat sering ditemukan pada

rektum.14

Siklus hidup cacing cambuk berawal dari telur yang berkembang biak di tanah yang lembab. Selama 15-30 hari telur mengalami maturasi hingga masuk ke fase infektif. Jika telah terjadi ingesti, maka telur tersebut masuk ke dalam usus halus dan melepaskan diri menjadi larva. Larva tersebut berkembang biak menjadi cacing dewasa pada sekum dan kolon asenden. Cacing dewasa dapat menetap hingga 1 tahun dengan melekatkan bagian

kepalanya ke mukosa usus.14 Gejala klinis meliputi peradangan usus buntu (apendisitis) dan

rektum yang menonjol melewati anus (prolaptus rektum), nyeri abdominal, dan diare.14

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 5: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Gambar 2. Siklus Hidup T. trichiura15 Pencegahan

Pencegahan askariasis dan trikuriasis paling efektif ialah dengan menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan. Ada beberapa cara untuk mencegah penyebaran askariasis dan trikuriasis, yaitu: 1. Tidak mengonsumsi makanan mentah (sayuran,daging babi,daging sapi, daging ayam,

dan daging ikan) sebelum dicuci terlebih dahulu dengan air bersih. 2. Menjaga kebersihan diri dengan sering mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

menggunting kuku, dan mencuci tangan setelah buang air besar. 3. Tidak boleh membuang air kecil atau besar di sembarang tempat agar tidak mencemari

sumber air bersih. 4. Melakukan penyuluhan cacingan sejak dini melalui pendidikan tingkat sekolah dasar. 5. Melakukan pemeriksaan rutin tinja pada anak-anak untuk mengetahui apakah terinfeksi

askariasis dan/atau trikuriasis serta mengonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali. 6. Apabila muncul gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan bawalah berobat ke

dokter.16

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 6: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan subjek penelitian murid

SD X kelas 4, 5, dan 6 Bantargebang, Bekasi. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 17

bulan Desember 2011. Semua subjek dengan jumlah 58 murid dengan menggunakan metode

total sampling. Subjek diberi penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan

dimintakan persetujuannya untuk diikutsertakan dalam penelitian. Kemudian, karakteristik

demografi murid SD dicatat dalam lembar kuesioner yang mencakup usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengetahuan mengenai pencegahan askariasis dan

trikuriasis. Kemudian, subjek diberikan kuesioner pre-test yang berisi 5 pertanyaan mengenai

pencegahan askariasis dan trikuriasis, lalu subjek mengisi kuesioner dengan lengkap. Data

dikumpulkan dan diperiksa kembali kelengkapan isian data diri dan jawaban soal oleh

peneliti. Data diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20, lalu

dianalisis dengan uji chi-square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan

antar variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber

informasi. Hasil Penelitian

Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Variabel Kategori Jumlah

9-10 tahun 20 (34,5%)

Usia 11-12 tahun 32 (55,2%)

> 12 tahun 6 (10,2%)

Jenis kelamin Laki-laki 30 (51,7%)

Perempuan 28 (48,3%)

Kelas 4 27 (46,6%)

Tingkat pendidikan Kelas 5 10 (17,2%)

Kelas 6 21 (36,2%)

Informasi Tahu 50 (86,2%)

Tidak Tahu 8 (13,8%)

Sumber informasi < 3 sumber 36 (62,1%)

≥ 3 sumber 22 (37,9%)

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 7: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Pada Tabel 1 didapatkan sebaran responden berdasarkan karakteristik demografi

pada murid SD X Bantargebang, Bekasi. Jumlah responden laki-laki sebanyak 30 orang

(51,7%), perempuan 28 orang (48,3%). Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikannya

ialah 27 orang (46,6%) dari kelas 4, 10 orang (17,2%) dari kelas 5, dan 21 orang (36,2%) dari

kelas 6.

Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi Jumlah

Tidak mendapat informasi 8 (13,8%)

1 sumber informasi 9 (15,5%)

2 sumber informasi 19 (32,8%)

3 sumber informasi 21 (36,2%)

4 sumber informasi 1 (1,7%)

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 8 responden (13,8%) tidak pernah mendapatkan informasi mengenai cacingan, termasuk pencegahan askariasis dan trikuriasis. Sebanyak 21 orang (36,2%) mendapat informasi mengenai cacingan, termasuk pencegahan askariasis dan trikuriasis dari 3 sumber. Tabel 3. Proporsi Skor Jawaban Terhadap Pertanyaan Mengenai

Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis No. Pertanyaan

Skor Skor Persentase

total maksimal

1 Cacingan dapat dicegah dengan cara... 35 290 12%

Jika ingin makan lalap atau sayuran mentah,

2 sayuran dicuci dengan...

255 290 87,9%

Pencegahan cacingan pada anak dilakukan

3 dengan...

140 290 48,27%

Tanah yang sesuai untuk perkembangan telur

4 cacing gelang dan cacing cambuk adalah...

110 290 37,58%

Jika seseorang berkebun, tindakan yang

5 90 290 31,37%

dilakukan agar tidak tertular cacingan adalah...

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 8: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menjawab dengan benar

adalah pertanyaan nomor 2 (87,9%) dan menjawab salah pada pertanyaan nomor 1 (12%).

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan askariasis

dan trikuriasis hanya berada di tingkat cukup dan kurang, bahkan tidak ada satu orang pun

yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat pengetahuan responden mengenai

pencegahan askariasis dan trikuriasis mayoritas dikategorikan kurang. Jumlah murid yang

berpengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis dengan

Karakteristik Demografi Tingkat Pengetahuan Pencegahan

Variabel Kategori P

Cukup Kurang

Usia < 11 tahun 1 19

0,899

≥ 11 tahun 2 36

Jenis Kelamin Laki-laki 2 28

0,452

Perempuan 1 27

Kelas 4 1 26

Tingkat Pendidikan Kelas 5* 0 10 0,327

Kelas 6* 1 20

Info Terdahulu Ya 3 47

1,000

Tidak 0 8

Aktivitas Kontak Ya 1 14 1,000

dengan Tanah

Tidak 2 41

Televisi 1 23

Guru 1 12

Teman 0 6

Buku 0 1

Info Berkesan 0,956

Orang Tua 0 8

Majalah 0 2

Tetangga 0 1

Koran 0 1

*kategori ini digabung untuk kepentingan analisis data

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 9: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

Pada penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan

menunjukkan nilai p>0,05 pada setiap variabel. Nilai p terbesar diperoleh dari variabel info terdahulu dan aktivitas kontak dengan tanah, yaitu sebesar 1,000. Nilai p terkecil didapatkan

dari variabel tingkat pendidikan dengan nilai 0,327. Diskusi

Kondisi geografis tempat tinggal murid SD X Bantargebang, Bekasi merupakan daerah yang padat penduduk, banyak lahan persawahan, dan tempat pembuangan sampah sekitar daerah tersebut. Lingkungan tersebut juga memiliki tanah yang subur untuk berkembang biak cacing tanah.

Askariasis dan trikuriasis mudah dicegah dan diobati, namun untuk mengoptimalkan

pencegahan askariasis dan trikuriasis harus diikuti dengan pengetahuan yang cukup mengenai

pencegahan dan pengobatan askariasis dan trikuriasis. Hal tersebut mendasari dilakukan

penelitian mengenai pengetahuan pencegahan askariasis dan trikuriasis di SD X

Bantargebang, penyuluhan untuk murid SD X, dan pengobatan untuk anak yang terkena

askariasis dan trikuriasis.

Dari hasil penelitian ini, responden terbanyak memiliki tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis yang kurang. Total murid yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Hasil penelitian di Bekasi, Jawa Barat juga menunjukkan rendahnya pengetahuan tentang pencegahan askariasis

dan trikuriasis sekitar 95,5%.6

Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan semua karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber informasi) murid SD X

Bantargebang, Bekasi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang. Pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

mengenai cacingan pada anak-anak tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan.17

Semakin banyak jumlah informasi yang didapatkan seseorang, baik melalui media langsung maupun tidak langsung, maka pengetahuan seseorang akan cenderung bertambah

atau lebih baik.18 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 10: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

jumlah sumber informasi. Hal tersebut mungkin terjadi karena jumlah informasi yang banyak bukan berarti berkualitas baik.

Pada penelitian ini, terdapat pertanyaan pada kuesioner mengenai pencegahan

askariasis dan trikuriasis berjumlah 5 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

murid yang mendapatkan skor maksimal dari seluruh pertanyaan. Skor tertinggi yang

didapatkan oleh responden adalah pertanyaan nomor 2, sedangkan skor terendah terdapat

pada pertanyaan nomor 1. Pada pertanyaan nomor 2 terdapat pertanyaan mengenai cara

pencucian sayuran mentah yang ingin dimakan dan murid diberikan pilihan (a) air mengalir, (b) direndam terlebih dahulu, (c) air panas, atau (d) tidak tahu. Pada pertanyaan nomor 1 terdapat pertanyaan mengenai cara pencegahan cacingan dan murid diberikan pilihan (a) menggunting kuku secara teratur, (b) mencuci tangan sebelum makan, (c) tidak makan

daging setengah matang, atau (d) tidak tahu. Kesimpulan

Berdasarkan karakteristik demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi, sebaran

responden terbanyak terdiri atas kelompok usia 11-12 tahun berjumlah 32 orang (55,2%),

jenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang (51,7%), tingkat pendidikan kelas 4 SD berjumlah

27 orang (46,6%), dan sumber informasi berasal dari 3 sumber berjumlah 21 orang (36,2%).

Murid yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah

3 orang (5,2%). Pada hasil penelitian ini, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik

demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi. Saran

Perlu diberikan edukasi berupa penyuluhan secara berkala mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai perilaku murid SD X tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Daftar Pustaka 1. Djarismawati M. Prevalensi cacing usus pada murid sekolah dasar wajib belajar

pelayanan gerakan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008;7(2):769-74

2. Darnely, Sungkar S. Infeksi parasit usus pada anak panti asuhan di Pondok Gede, Bekasi.

J Indon Med Assoc. Sep 2011;61(9):347-51

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 11: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

3. Wachnidanijah, Sutomo AH, Padmawati RT. Pengetahuan, sikap, dan perilaku anak serta

lingkungan rumah dan sekolah dengan kejadian infeksi kecacingan anak sekolah dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 2002;18(4):177-83

4. Listorti JA, Doumani FM. Environmental health: bridging the gaps.WorldBank

Discussion Paper. 2001;422:323-24 5. Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ke-3. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2000. hlm. 7-34 6. Hasyimi M, Shinta, Roswita H. Kaitan pengetahuan, perilaku, dan kebiasaan dengan

infeksi kecacingan pada pekerja pembuatan bata merah di desa Mekar Mukti, Cikarang. Media Litbangkes. 2011;11(3):24-9

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke-3. Balai Pustaka Departemen Pendidikan

Nasional. 2008 8. Meliono I, Hayon YP, Syamtasiah I, Poerbasari AS, Suhartono. MPKT Modul 1. Jakarta:

Badan Penerbit FKUI; 2010. hlm. 45-8 9. Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert D, et al. Soil-

transmitted helminth infections: ascariasis, trichuriasis, and hookworm. Lancet. 2006;367:1521-32

10. Brooks GF, Carrol KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick &Adelberg’s Medical

Microbiology. 24th ed. McGrawHill: USA; 2007. p. 685-91 11. Biology of Ascariasis. 2011. Diunduh dari

http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html. Diakses pada tanggal 10

Desember 2011. 12. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2011. Diunduh dari:

http://dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Ascariasis.htm.Diakses pada tanggal 10 Desember 2011. 13. Zaman V. Ascariasis. In: Oxford Textbook of Medicine. 4th ed. Oxford University Press:

UK; 2005. p. 805-7 14. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2011. Diunduh dari:

http://dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Trichuriasis.htm.Diakses pada tanggal 10 Desember 2011.

15. Biology of Trichuriasis. 2011. Diunduh dari

http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html. Diakses pada tanggal 10

Desember 2011. 16. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical Microbiology. 10thed.

Thieme: Germany; 2005. p. 577-80

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011

Page 12: Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis

17. Sumanto D. Faktor risiko infeksi cacing tambang pada anak sekolah di Desa Rejosari,

Karangawen, Demak. [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro; 2010. 18. Sari A. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang telah mendapatkan penyuluhan

mengenai gejala DBD di Paseban Timur, Jakarta Pusat. [Skripsi]. Jakarta. Universitas Indonesia; 2010

Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011