pengetahuan terhadap pencegahan askariasis dan trikuriasis
TRANSCRIPT
Pengetahuan terhadap Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis serta Hubungannya
dengan Karakteristik Demografi Murid SD X Bantargebang, Bekasi
Trahmono*, Saleha Sungkar** *Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
**Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak: Prevalensi askariasis dan trikuriasis cukup tinggi di Indonesia terutama menyerang anak Sekolah Dasar (SD). Pengetahuan tentang pencegahan mengenai askariasis dan trikuriasis berperan penting dalam mencegah infeksi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan di SD X Bantargebang, Bekasi pada tanggal 17 Desember 2011 dengan desain cross-sectional. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner dari 58 orang murid sebagai total sampling. Kuesioner tersebut berisi 5 pertanyaan mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dan pengisian tentang karakteristik demografi murid. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat responden laki-laki berjumlah 30 orang (51,7%) dan perempuan berjumlah 28 orang (48,3%). Tingkat pendidikan responden terdiri atas kelas 4 berjumlah 27 orang (46,6%), kelas 5 berjumlah 10 orang (17,2%), dan kelas 6 berjumlah 21 orang (36,2%). Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, didapatkan kategori kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Pada uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan nilai p>0,05 pada setiap variabel yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik murid SD X Bantargebang, Bekasi. Kata kunci: karakteristik demografi, murid SD, pencegahan, tingkat pengetahuan.
The Knowledge about Prevention Ascariasis and Trichuriasis and Relation to Demographic Characteristics of Primary School Students X Bantargebang, Bekasi
Abstract: Prevalence of ascariasis and trichuriasis quite high in Indonesia primarily affects student of Primary School. The knowledge about prevention ascariasis and trichuriasis as an important role in preventing worm infection. The main purpose of this research is to know the relation between levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with demographic characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. This research was carried out at Primary School X Bantargebang, Bekasi on December 17th 2011 by answering a questionnaire. The data obtained by questionnaire from 58 students as a total sampling. The questionnaire contained 5 questions about the prevention of ascariasis and trichuriasis. From the research, there was 30 male respondents (51,7%) and 28 woman (48,3 %). Education levels of respondents included 4th grade amounted to 27 people (46,6 %), 5th grade amounted to 10 people (17,2%), and 6th grade amounted to 21 people (36,2%). Based on knowledge levels of respondents, poor categories were found 55 people (94,8%) and fair categories totaled 3 people (5,2%). The Kolmogorov-Smirnov test showed a score p>0.05 in each variable, which means there is no relation between the levels of knowledge about preventing ascariasis and trichuriasis with characteristics of students from Primary School X Bantargebang, Bekasi. Keywords: demographic characteristics, Primary School students, prevention, level of knowledge.
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Pendahuluan
Prevalensi infeksi cacingan di Indonesia cukup tinggi terutama di daerah tropis. Askariasis dan trikuriasis merupakan infeksi cacing dengan prevalensi terbesar di Indonesia
sekitar 60-90%.1 Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur terutama anak Sekolah
Dasar (SD) yang rentan terhadap penyakit cacingan. Di Jakarta, pada tahun 2008, prevalensi
askariasis dan trikuriasis masing-masing sebesar 75-80% dan 25-70%.1 Di Pondok Gede,
Bekasi, penelitian menunjukkan sebanyak 90% anak seusia sekolah dasar terinfeksi
cacingan.2 Faktor yang menyebabkan prevalensi cacingan cukup tinggi yaitu fasilitas sanitasi
belum memadai, keadaan sosial ekonomi rendah, kurangnya kebersihan, dan keadaan
geografis yang mendukung berkembang biaknya cacing tersebut.3 Berdasarkan perilaku anak
SD, sejumlah 70,73% buang air besar di sembarang tempat, 20,3% tidak mencuci tangan
sebelum makan, dan 14,8% tidak menggunakan alas kaki ketika bermain.3 Frekuensi
askariasis dan trikuriasis sering terjadi pada anak-anak, walaupun pada orang dewasa pun masih terjadi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai pentingnya kebersihan dan pengetahuan yang cukup tentang infeksi cacingan.
Dampak yang ditimbulkan dari askariasis dan trikuriasis ialah gangguan tumbuh kembang pada anak. Selain itu, pada anak usia sekolah dasar dapat mengurangi kemampuan belajar dan gangguan kesehatan. Pada usia dewasa, dapat menyebabkan menurunnya
produktivitas kerja.1 Pada askariasis berat, dapat mengakibatkan malnutrisi, obstruksi usus,
dan pneumonia.4
Bantargebang merupakan daerah yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah sehingga mengakibatkan daerah tersebut tercemar. Keadaan geografis daerah tersebut memiliki tanah yang lembab dan teduh memungkinkan Ascaris lumbricoides dan
Trichuris trichiura sebagai media berkembang biak yang baik.5 Di Indonesia, tingkat
pengetahuan mengenai infeksi cacingan pada anak-anak masih sangat kurang sekitar 95,5%.6
Hal tersebut dibuktikan oleh tingginya prevalensi infeksi cacingan. Pentingnya mencegah infeksi cacingan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia khususnya pada anak-anak. Bila telah terjadi infeksi, maka penting untuk mengetahui pengobatan yang tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang buruk pada seseorang. Tinjauan Pustaka Definisi Karakteristik
Karakteristik adalah ciri-ciri atau sifat khas seseorang sesuai dengan perwatakan
tertentu, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber informasi.7
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala gejala yang ditemukan dan diperoleh manusia dengan menggunakan pengamatan akalnya. Pengetahuan dalam penelitian ini berkaitan dengan cara mendidik, perilaku seseorang, lingkungan, cara berpikir keluarga, dan demografi, serta hal-
hal lainnya yang mendukung.8
Askariasis
Askariasis merupakan penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing A. lumbricoides atau cacing gelang (roundworm). Distribusi caing tersebut terutama di daerah iklim tropis dan subtropis. Faktor predisposisi askariasis adalah keadaan sanitasi kurang memadai, higenitas rendah, sosial ekonomi rendah, dan geografis dengan struktur tanah yang
lembab dan teduh.3,9 Cacing betina mempunyai bentuk tubuh lebih panjang daripada cacing
jantan.10
Gambar 1. Siklus Hidup A. lumbricoides11
Pada fase dewasa, betina akan menghasilkan telur sebanyak 200.000 per hari. Bersamaan dengan keluarnya feses, telur berkembang biak di tanah yang lembab. Dalam waktu 18 hari, telur akan berubah menjadi telur infektif. Telur tersebut masuk melalui mulut
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
dan berkembang biak dalam usus manusia. Telur infektif akan berubah menjadi cacing dewasa dan sebagian akan berkembang biak pada mukosa usus serta sisanya masuk melalui vena porta hepatika yang akan masuk ke dalam sistem sirkulasi. Kemudian, telur yang berubah menjadi larva akan masuk ke dalam paru-paru melalui alveolus, untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa, dan naik hingga ke bronkus dengan masa migrasi 7 hari. Karena manusia memiliki refleks batuk, maka cacing dapat keluar melalui mulut. Di bagian mukosa usus, telur infektif akan berkembang biak menjadi cacing dewasa dalam
waktu 2-3 bulan dan dapat menetap hingga 1-2 tahun.12 Gejala klinis yang ditimbulkan pada
awalnya ialah asimptomatik atau tanpa gejala. Setelah beberapa bulan, timbul gangguan
abdominal seperti mual, muntah, nyeri, dan diare.12,13
Trikuriasis
Trikuriasis disebabkan oleh infeksi cacing cambuk (whipworm) yaitu T. trichiura. Trikuriasis dapat ditemukan pada daerah tropis, tanah yang lembab, sanitasi buruk, dan lebih
sering terjadi pada anak-anak.14 Secara morfologi, cacing T. trichiura terlihat seperti cambuk (whip), karena bentuknya tipis pada bagian anterior dan tebal pada bagian posterior.14 Cacing
dewasa betina dapat menghasilkan 3.000 hingga 20.000 telur per hari. Cacing tersebut menginfeksi bagian sekum dan kolon, tetapi pada infeksi berat sering ditemukan pada
rektum.14
Siklus hidup cacing cambuk berawal dari telur yang berkembang biak di tanah yang lembab. Selama 15-30 hari telur mengalami maturasi hingga masuk ke fase infektif. Jika telah terjadi ingesti, maka telur tersebut masuk ke dalam usus halus dan melepaskan diri menjadi larva. Larva tersebut berkembang biak menjadi cacing dewasa pada sekum dan kolon asenden. Cacing dewasa dapat menetap hingga 1 tahun dengan melekatkan bagian
kepalanya ke mukosa usus.14 Gejala klinis meliputi peradangan usus buntu (apendisitis) dan
rektum yang menonjol melewati anus (prolaptus rektum), nyeri abdominal, dan diare.14
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Gambar 2. Siklus Hidup T. trichiura15 Pencegahan
Pencegahan askariasis dan trikuriasis paling efektif ialah dengan menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan. Ada beberapa cara untuk mencegah penyebaran askariasis dan trikuriasis, yaitu: 1. Tidak mengonsumsi makanan mentah (sayuran,daging babi,daging sapi, daging ayam,
dan daging ikan) sebelum dicuci terlebih dahulu dengan air bersih. 2. Menjaga kebersihan diri dengan sering mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
menggunting kuku, dan mencuci tangan setelah buang air besar. 3. Tidak boleh membuang air kecil atau besar di sembarang tempat agar tidak mencemari
sumber air bersih. 4. Melakukan penyuluhan cacingan sejak dini melalui pendidikan tingkat sekolah dasar. 5. Melakukan pemeriksaan rutin tinja pada anak-anak untuk mengetahui apakah terinfeksi
askariasis dan/atau trikuriasis serta mengonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali. 6. Apabila muncul gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan bawalah berobat ke
dokter.16
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan subjek penelitian murid
SD X kelas 4, 5, dan 6 Bantargebang, Bekasi. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 17
bulan Desember 2011. Semua subjek dengan jumlah 58 murid dengan menggunakan metode
total sampling. Subjek diberi penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan
dimintakan persetujuannya untuk diikutsertakan dalam penelitian. Kemudian, karakteristik
demografi murid SD dicatat dalam lembar kuesioner yang mencakup usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengetahuan mengenai pencegahan askariasis dan
trikuriasis. Kemudian, subjek diberikan kuesioner pre-test yang berisi 5 pertanyaan mengenai
pencegahan askariasis dan trikuriasis, lalu subjek mengisi kuesioner dengan lengkap. Data
dikumpulkan dan diperiksa kembali kelengkapan isian data diri dan jawaban soal oleh
peneliti. Data diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20, lalu
dianalisis dengan uji chi-square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui hubungan
antar variabel yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber
informasi. Hasil Penelitian
Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Variabel Kategori Jumlah
9-10 tahun 20 (34,5%)
Usia 11-12 tahun 32 (55,2%)
> 12 tahun 6 (10,2%)
Jenis kelamin Laki-laki 30 (51,7%)
Perempuan 28 (48,3%)
Kelas 4 27 (46,6%)
Tingkat pendidikan Kelas 5 10 (17,2%)
Kelas 6 21 (36,2%)
Informasi Tahu 50 (86,2%)
Tidak Tahu 8 (13,8%)
Sumber informasi < 3 sumber 36 (62,1%)
≥ 3 sumber 22 (37,9%)
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Pada Tabel 1 didapatkan sebaran responden berdasarkan karakteristik demografi
pada murid SD X Bantargebang, Bekasi. Jumlah responden laki-laki sebanyak 30 orang
(51,7%), perempuan 28 orang (48,3%). Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikannya
ialah 27 orang (46,6%) dari kelas 4, 10 orang (17,2%) dari kelas 5, dan 21 orang (36,2%) dari
kelas 6.
Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi Jumlah
Tidak mendapat informasi 8 (13,8%)
1 sumber informasi 9 (15,5%)
2 sumber informasi 19 (32,8%)
3 sumber informasi 21 (36,2%)
4 sumber informasi 1 (1,7%)
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 8 responden (13,8%) tidak pernah mendapatkan informasi mengenai cacingan, termasuk pencegahan askariasis dan trikuriasis. Sebanyak 21 orang (36,2%) mendapat informasi mengenai cacingan, termasuk pencegahan askariasis dan trikuriasis dari 3 sumber. Tabel 3. Proporsi Skor Jawaban Terhadap Pertanyaan Mengenai
Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis No. Pertanyaan
Skor Skor Persentase
total maksimal
1 Cacingan dapat dicegah dengan cara... 35 290 12%
Jika ingin makan lalap atau sayuran mentah,
2 sayuran dicuci dengan...
255 290 87,9%
Pencegahan cacingan pada anak dilakukan
3 dengan...
140 290 48,27%
Tanah yang sesuai untuk perkembangan telur
4 cacing gelang dan cacing cambuk adalah...
110 290 37,58%
Jika seseorang berkebun, tindakan yang
5 90 290 31,37%
dilakukan agar tidak tertular cacingan adalah...
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menjawab dengan benar
adalah pertanyaan nomor 2 (87,9%) dan menjawab salah pada pertanyaan nomor 1 (12%).
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan askariasis
dan trikuriasis hanya berada di tingkat cukup dan kurang, bahkan tidak ada satu orang pun
yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat pengetahuan responden mengenai
pencegahan askariasis dan trikuriasis mayoritas dikategorikan kurang. Jumlah murid yang
berpengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Pencegahan Askariasis dan Trikuriasis dengan
Karakteristik Demografi Tingkat Pengetahuan Pencegahan
Variabel Kategori P
Cukup Kurang
Usia < 11 tahun 1 19
0,899
≥ 11 tahun 2 36
Jenis Kelamin Laki-laki 2 28
0,452
Perempuan 1 27
Kelas 4 1 26
Tingkat Pendidikan Kelas 5* 0 10 0,327
Kelas 6* 1 20
Info Terdahulu Ya 3 47
1,000
Tidak 0 8
Aktivitas Kontak Ya 1 14 1,000
dengan Tanah
Tidak 2 41
Televisi 1 23
Guru 1 12
Teman 0 6
Buku 0 1
Info Berkesan 0,956
Orang Tua 0 8
Majalah 0 2
Tetangga 0 1
Koran 0 1
*kategori ini digabung untuk kepentingan analisis data
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
Pada penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menunjukkan nilai p>0,05 pada setiap variabel. Nilai p terbesar diperoleh dari variabel info terdahulu dan aktivitas kontak dengan tanah, yaitu sebesar 1,000. Nilai p terkecil didapatkan
dari variabel tingkat pendidikan dengan nilai 0,327. Diskusi
Kondisi geografis tempat tinggal murid SD X Bantargebang, Bekasi merupakan daerah yang padat penduduk, banyak lahan persawahan, dan tempat pembuangan sampah sekitar daerah tersebut. Lingkungan tersebut juga memiliki tanah yang subur untuk berkembang biak cacing tanah.
Askariasis dan trikuriasis mudah dicegah dan diobati, namun untuk mengoptimalkan
pencegahan askariasis dan trikuriasis harus diikuti dengan pengetahuan yang cukup mengenai
pencegahan dan pengobatan askariasis dan trikuriasis. Hal tersebut mendasari dilakukan
penelitian mengenai pengetahuan pencegahan askariasis dan trikuriasis di SD X
Bantargebang, penyuluhan untuk murid SD X, dan pengobatan untuk anak yang terkena
askariasis dan trikuriasis.
Dari hasil penelitian ini, responden terbanyak memiliki tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis yang kurang. Total murid yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah 3 orang (5,2%). Hasil penelitian di Bekasi, Jawa Barat juga menunjukkan rendahnya pengetahuan tentang pencegahan askariasis
dan trikuriasis sekitar 95,5%.6
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan semua karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sumber informasi) murid SD X
Bantargebang, Bekasi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang. Pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pendidikan. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
mengenai cacingan pada anak-anak tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan.17
Semakin banyak jumlah informasi yang didapatkan seseorang, baik melalui media langsung maupun tidak langsung, maka pengetahuan seseorang akan cenderung bertambah
atau lebih baik.18 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan responden mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
jumlah sumber informasi. Hal tersebut mungkin terjadi karena jumlah informasi yang banyak bukan berarti berkualitas baik.
Pada penelitian ini, terdapat pertanyaan pada kuesioner mengenai pencegahan
askariasis dan trikuriasis berjumlah 5 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
murid yang mendapatkan skor maksimal dari seluruh pertanyaan. Skor tertinggi yang
didapatkan oleh responden adalah pertanyaan nomor 2, sedangkan skor terendah terdapat
pada pertanyaan nomor 1. Pada pertanyaan nomor 2 terdapat pertanyaan mengenai cara
pencucian sayuran mentah yang ingin dimakan dan murid diberikan pilihan (a) air mengalir, (b) direndam terlebih dahulu, (c) air panas, atau (d) tidak tahu. Pada pertanyaan nomor 1 terdapat pertanyaan mengenai cara pencegahan cacingan dan murid diberikan pilihan (a) menggunting kuku secara teratur, (b) mencuci tangan sebelum makan, (c) tidak makan
daging setengah matang, atau (d) tidak tahu. Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi, sebaran
responden terbanyak terdiri atas kelompok usia 11-12 tahun berjumlah 32 orang (55,2%),
jenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang (51,7%), tingkat pendidikan kelas 4 SD berjumlah
27 orang (46,6%), dan sumber informasi berasal dari 3 sumber berjumlah 21 orang (36,2%).
Murid yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 55 orang (94,8%) dan cukup berjumlah
3 orang (5,2%). Pada hasil penelitian ini, didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis dengan karakteristik
demografi murid SD X Bantargebang, Bekasi. Saran
Perlu diberikan edukasi berupa penyuluhan secara berkala mengenai pencegahan askariasis dan trikuriasis. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai perilaku murid SD X tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Daftar Pustaka 1. Djarismawati M. Prevalensi cacing usus pada murid sekolah dasar wajib belajar
pelayanan gerakan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008;7(2):769-74
2. Darnely, Sungkar S. Infeksi parasit usus pada anak panti asuhan di Pondok Gede, Bekasi.
J Indon Med Assoc. Sep 2011;61(9):347-51
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
3. Wachnidanijah, Sutomo AH, Padmawati RT. Pengetahuan, sikap, dan perilaku anak serta
lingkungan rumah dan sekolah dengan kejadian infeksi kecacingan anak sekolah dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 2002;18(4):177-83
4. Listorti JA, Doumani FM. Environmental health: bridging the gaps.WorldBank
Discussion Paper. 2001;422:323-24 5. Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ke-3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2000. hlm. 7-34 6. Hasyimi M, Shinta, Roswita H. Kaitan pengetahuan, perilaku, dan kebiasaan dengan
infeksi kecacingan pada pekerja pembuatan bata merah di desa Mekar Mukti, Cikarang. Media Litbangkes. 2011;11(3):24-9
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke-3. Balai Pustaka Departemen Pendidikan
Nasional. 2008 8. Meliono I, Hayon YP, Syamtasiah I, Poerbasari AS, Suhartono. MPKT Modul 1. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2010. hlm. 45-8 9. Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert D, et al. Soil-
transmitted helminth infections: ascariasis, trichuriasis, and hookworm. Lancet. 2006;367:1521-32
10. Brooks GF, Carrol KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick &Adelberg’s Medical
Microbiology. 24th ed. McGrawHill: USA; 2007. p. 685-91 11. Biology of Ascariasis. 2011. Diunduh dari
http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html. Diakses pada tanggal 10
Desember 2011. 12. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2011. Diunduh dari:
http://dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Ascariasis.htm.Diakses pada tanggal 10 Desember 2011. 13. Zaman V. Ascariasis. In: Oxford Textbook of Medicine. 4th ed. Oxford University Press:
UK; 2005. p. 805-7 14. Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2011. Diunduh dari:
http://dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Trichuriasis.htm.Diakses pada tanggal 10 Desember 2011.
15. Biology of Trichuriasis. 2011. Diunduh dari
http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html. Diakses pada tanggal 10
Desember 2011. 16. Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel RM. Medical Microbiology. 10thed.
Thieme: Germany; 2005. p. 577-80
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011
17. Sumanto D. Faktor risiko infeksi cacing tambang pada anak sekolah di Desa Rejosari,
Karangawen, Demak. [Tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro; 2010. 18. Sari A. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang telah mendapatkan penyuluhan
mengenai gejala DBD di Paseban Timur, Jakarta Pusat. [Skripsi]. Jakarta. Universitas Indonesia; 2010
Pengetahuan terhadap..., Trahmono, FK UI, 2011