antraks dan askariasis (group)

33
Tugas Kelompok 4 “ANTRAKS DAN ASKARIASIS” Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tropical Disease 1. ERMIDA 2. FAHMI ARIS 3. IRMAN 4. JUFRI 5. LA ODE TRISNO S.O 6. SARLINCE 7. SILFANINGSIH 8. SRI WAHYUNINGSIH E5 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Upload: irman-dinejad

Post on 19-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Antraks Dan Askariasis (Group)

TRANSCRIPT

Page 1: Antraks Dan Askariasis (Group)

Tugas Kelompok 4

“ANTRAKS DAN ASKARIASIS”

Tugas Untuk Memenuhi Mata KuliahTropical Disease

1. ERMIDA

2. FAHMI ARIS

3. IRMAN

4. JUFRI

5. LA ODE TRISNO S.O

6. SARLINCE

7. SILFANINGSIH

8. SRI WAHYUNINGSIH

E5 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2014

Page 2: Antraks Dan Askariasis (Group)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan

Keperawatan ini tepat pada waktunya. Makalah Asuhan keperaawatan ini merupakan salah

satu tugas mata kuliah Tropical Disease yang diberikan oleh Dosen pengajar Ibu Syamsiah

Paweni, M.Kes. Dalam makalah ini Tim Penulis membahas tentang “Konsep dan Ruang

Lingkup tentang Antraks dan Askariasis”.

Dalam pembuatan makalah ini, Tim Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan,

baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan

hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat Tim

Penulis harapkan.

Akhirnya Tim Penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari

makalah ini. Tim Penulis tak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar

yang telah memberikan tugas ini sehingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi Tim

Penulis dan pembaca makalah Asuhan Keperawatan ini.

Kendari, Juli 2014

Tim Penulis

Page 3: Antraks Dan Askariasis (Group)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Antraks .......................................................................................... 3

I. Definisi Antraks ...................................................................... 3

II. Etiologi Antraks ...................................................................... 4

III. Media Tumbuh Bacillus Antrachis ........................................ 4

IV. Pertahanan Hidup Bacillus Antrachis ..................................... 5

V. Patogenesis Antraks ................................................................ 6

VI. Manifestasi Klinis Antraks ..................................................... 8

VII. Pemeriksaan Penunjang Antraks ............................................. 10

VIII. Penatalaksanaan Antraks ........................................................ 11

B. Askariasis ...................................................................................... 12

I. Definisi Askariasis ................................................................. 12

II. Etiologi Askariasis .................................................................. 12

III. Penularan Askariasis ............................................................... 13

IV. Patogenesis Askariasis ............................................................ 13

V. Epidemiologi Askariasis ......................................................... 14

VI. Manifestasi Klinis Askariasis ................................................. 14

VII. Pemeriksaan Penunjang Askariasis ......................................... 15

VIII. Penatalaksanaan Askariasis .................................................... 16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 17

A. Kesimpulan .................................................................................... 17

B. Saran................................................................................................. 17

DAFTAR RUJUKAN

Page 4: Antraks Dan Askariasis (Group)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang hidup di

tanah. Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora

tumbuh subur secara berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.

Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi di

Benua Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di Indonesia

meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang

pada umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter

hewan, pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh

spora antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.

Lingkungan hidup menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Bila ditinjau lebih lanjut mengenai.

Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat

dipisahkan. Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih

rendah didukung okeh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing

merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing usus yang

ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).

Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),

cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk

(Trichuris trichura). (Depkes RI, 2004). Ascaris lumbricoides merupakan helmintiasis

yang paling sering menyerang anak-anak, cacing ini telah menyebabkan lebih dari satu

milyar kasus kecacingan di seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apa itu Antraks dan Askariasis?

2. Apa etiologi dari Antraks dan Askariasis ?

Page 5: Antraks Dan Askariasis (Group)

3. Ada berapa klasifikasi dari Antraks dan Askariasis ?

4. Bagaimana patogenesis terjadinya Antraks dan Askariasis ?

5. Apa saja manifestasi klinis bagi penderita Antraks dan Askariasis ?

6. Pemeriksaan apa saja yang dapat menunjang bagi penentuan diagnosa medis Antraks

dan Askariasis ?

7. Bagaimana tindakan penatalaksanaan keperawatan dan medis pada penderita Antraks

dan Askariasis ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi dari Antraks dan Askariasis

2. Untuk mengetahui etiologi dari Antraks dan Askariasis

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Antraks dan Askariasis

4. Untuk mengetahui patogenesis terjadinya Antraks dan Askariasis

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Antraks dan Askariasis

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Antraks dan Askariasis

7. Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan keperawatan dan medis pada penderita

Antraks dan Askariasis

Page 6: Antraks Dan Askariasis (Group)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Antraks

I. Definisi Antraks

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan

bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna

"batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban

akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan

yang telah dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari

hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Penyakit

Antraks atau disebut juga Radang Lympha, Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters

disease, Rag pickersdisease, Charbon.

Spora bacillus Anthrax tahan pada suhu panas di atas 43 derajat Celcius. Di

dalam tanah, diketahui spora mampu bertahan sampai dengan 40 tahun. Apabila

lingkungan memungkinkan, yaitu panas dan lembab maka spora dapat menjadi bentuk

bakteri biasa (vegetatif) yang mampu berkembang biak (membelah diri) dengan

sangat cepat. Itulah sebabnya, penyakit ini cenderung berjangkit pada musim

kemarau.

Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi

di Benua Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di

Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang

pada umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter

hewan, pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi

oleh spora antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.

Page 7: Antraks Dan Askariasis (Group)

Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang hidup

di tanah. Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora

tumbuh subur secara berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.

II. Etiologi Antraks

Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri berbentuk batang, berukuran 1-1,5

mikron kali 3-8 mikron, bersifat aerobik, non-motil, gram positif yang disebut

Bacillus antrachis. Apabila spesimen ini diambil dari hewan sakit, bakteri berbentuk

rantai pendek dikelilingi oleh kapsul yang terlihat jelas. Bacillus antrachis ditemukan

di dalam otak.

Bentuk vegetatif Bacillus antrachis yang ada di dalam tubuh hewan relatif tidak

dapat tahan lama dalam berkompetisi dengan bakteri pembusuk. Apabila terjadi

kontak dengan udara (oksigen), bakteri ini akan membentuk spora yang amat tahan

terhadap pengaruh lingkungan. Oleh karena itu , setiap hewan yang mati dengan

dugaan anthrax tidak boleh dilakukan autopsi. Spora anthrax dapat bertahan selama

60 tahun di dalam tanah kering. Spora juga tahan dalam waktu yang lama di debu,

kapas, bulu, kulit, serbuk tulang, pakaian , dsb. (Soeharsono.2002)

Spora dibentuk di tanah, jaringan/binatang mati dan tidak terbentuk di jaringan

dan darah binatang hidup. Spora yang merupakan endospora tahan terhadap pengaruh

lingkungan. Diameter endospora berkisar 1-2 mikrometer, sehingga sukar tersaring

oleh mekanisme penyaringan di saluran pernafasan atas. Dalam tanah, spora dapat

bertahan puluhan tahun. Spora antrax tahan terhadap pengaruh panas, sinar ultraviolet

dan beberapa desinfektan. Endospora dapat dimatikan dengan cara autoclave pada

suhu 120° C selama 15 menit. Bentuk vegetatifnya mudah dimatikan pada suhu 54° C

selama 30 menit.

III.Media Tumbuh Bacillus anthracis

Bakteri mudah ditumbuhkan pada berbagai media. Untuk mendapatkan koloni yang

karakteristik, bakteri sebaiknya ditumbuhkan pada media yang mengandung darah

tanpa antibiotika. Bakteri tumbuh subur pada pH media 7.0 – 7.4 dengan lingkungan

aerob. Suhu pertumbuhan berkisar antara 12 – 45°C tetapi suhu optimumnya 37°C.

Setelah masa inkubasi 24 jam, koloni kuman tampak sebagai koloni yang besar,

kompak, putih-keabu-abuan dengan tepi tak beraturan. Di bawah mikroskop, koloni

tersusun seperti susunan rambut sehingga sering disebut sebagai bentuk kaput

medusa. Koloni bakteri bersifat sticky sehingga jika diangkat akan membentuk

formasi seperti stalaktit (beaten egg-whites appearance).

Page 8: Antraks Dan Askariasis (Group)

Jika bakteri ditumbuhkan selama 3 – 6 jam pada suhu 37°C pada media yang

mengandung penisilin pada kadar 0.05 – 0.5 unit /ml, maka secara mikroskopik akan

terbentuk sferis besar dalam bentuk rantai (fenomena string of pearls). bakteri antrax

tidak menyebabkan hemolisis darah domba dan reaksi katalasenya positif. Bakteri

mampu meragi glukosa dan menghidrolisa gelatin tetapi tidak meragi manitol,

arabinosa dan xilosa. Karena menghasilkan lesitinase, maka bakteri yang

ditumbuhkan pada media EYA (Egg-Yolk Agar) akan membentuk zona kompak.

(Agus Sjahrurachman. Cermin dunia kedokteran.2007.)

Faktor predisposisi kejadian penyakit seperti musim panas, kekurangan

makanan dan keletihan mempermudah timbulnya penyakit pada hewan yang

mengandung spora bersifat laten. Umumnya, Bacillus antrachis amat pathogen,

namun pernah pula dilaporkan penemuan isolat Bacillus antrachis yang kurang

pathogen dari seekor kuda.( Djaenuddin dan Soetikno, 1960).

Dalam sel bakteri anthrax juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas

Protective Ag (PA), Lethal factor (LF), dan Oedema factor (EF). Peran ketiganya itu

terlihat sekali dalam menimbulkan gejala penyakit anthrax. Tepatnya, ketiga

komponen dari eksotoksin itu berperan bersama – sama. Protective Ag berfungsi

untuk mengikat reseptor dan selanjutnya Lethal factor. Sedangkan odema factor akan

memasuki sistem sel dari bakteri. Odema factor merupakan adenilsiklase yang

mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari lethal

factor masih belum diketahui.

IV. Pertahanan Hidup Bacillus anthracis

Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis membentuk dua

sistem pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk inilah, terutama spora yang

menyebabkan Bacillus anthracis dapat bertahan hidup hingga puluhan tahun lamanya.

Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi dinding luar dari

bakteri. Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang mengandung

asam D – Glutamat an merupakan suatu hapten. Bacillus anthracis dapat membentuk

kapsul pada rantai yang berderet. Pada media biasa rantai tidak terbentuk kecuali pada

Bacillus anthracis yang ganas.

Lebih jauh, bakteri ini akan membentuk kapsul dengan baik jika terdapat pada

jaringan hewan yang mati atau pada media khusus yang mengandung natrium

bikarbonat dengan konsentrasi karbondioksida (CO2) 5%. Kapsul inilah yang

Page 9: Antraks Dan Askariasis (Group)

berperan dalam penghambatan fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat

menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri.

Selain itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.

Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak

memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora

berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari diameter

bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada jaringan atau

darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di tanah maupun pada

eksudat atau jaringan hewan yang mati karena antrax.

Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi

baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali

menjadi bentuk bakteri. Spora – spora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan

tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu,

sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.( Arda

Dinata.)

Anthrax disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang limpa. Cara penyebaran

Anthrax ke manusia dan hewan melalui 3 (tiga) cara : 

1. Melalui mulut karena memakan daging dari penderita anthrax atau bahan

makanan lainnya yang tercemar anthrax (sayuran, rumputan, minuman, dll). 

2. Melalui jalan pernapasan, terjadi di industri kerajinan dengan bahan dasar asal

hewan misalnya wol, kulit, tulang dll yang mengandung spora. 

3. Melalui luka-luka dikulit, sering terjadi dipertanian/perternakan, karena luka

dipotongan hewan. Binatang korban : sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi

dan bisa juga kucing, anjing, musang yang memakan daging asal korban anthrax.

V. Patogenesis Antraks

Anthrax pada manusia kebanyakan biasa terjadi di daerah enzootic yaitu di

negara berkembang, pada masyarakat yang bekerja sebagai petani, orang yang

memakan daging hewan terinfeksi atau bekerja di perusahaan dimana wol diproduksi.

Kejadian penyakit pada manusia di negara berkembang tidak dapat diketahui karena

tidak semua dokter bisa mendeteksinya.

Tiga jenis penularan anthrax di manusia, yaitu :

Page 10: Antraks Dan Askariasis (Group)

a. Inhalational anthrax

Anthrax dapat masuk tubuh melalui perut (proses pencernaan), paru-paru atau

kulit (berkenaan dengan kulit) dan gejala-gejala penyebab klinis terpisah; jelas

berdasar pada lokasi infeksi.

Infeksi lewat jalur pernafasan (inhalation) pada awalnya terlihat dengan gejala-

gejala seperti influenza atau untuk beberapa hari, yang diikuti oleh keparahan;

sulit bernafas; batuk yang keras dan berat ( sering juga fatal) kolaps pernapasan.

Inhalational anthrax sangat fatal, dengan mortalitas mendekati 100%.

Tingkat kematian (lethal level) dari anthrax dilaporkan diakibatkan oleh

pernafasan (inhalation). Menghirup sekitar 10.000-20.000 spora menyebabkan

terjadinya inhalation anthrax juga tergantung pada tingkat kepekaan dengan bukti

bahwa sebagian orang meninggal dari kasus-kasus penyakit inhalation anthrax;

ada bukti yang didokumentasikan untuk memverifikasi eksak atau rata-rata angka

dari spora-spora.

b. Gastrointestinal (gastroenteric) anthrax

Infeksi gastrointestinal paling sering disebabkan oleh daging terinfeksi anthrax

dan ditandai oleh kerusakan saluran gastrointestinal yang serius, seperti muntah

darah, diare parah; sulit buang air besar;feses yang keras; radang akut saluran

usus, dan hilangnya selera makan. Beberapa luka telah ditemukan di dalam perut

dan di dalam mulut serta kerongkongan. Setelah bakteri masuk ke sistem usus,

bakteri menyebar melalui aliran darah sepanjang tubuh, membuat lebih toksik lagi

dalam perjalanan. Gastrointestinal anthrax dapat diterapi tetapi biasanya

mengakibatkan daftar kematian dari 25% kepada 60%, tergantung bagaimana

perawatan dimulai.

Anthrax bentuk gastrointestinal yang diakibatkan oleh penularan per os ditandai

oleh nyeri abdominal, demam, septicemia dan umumnya diikuti kematian apabila

tidak segera mendapat pengobatan.(Soeharsono.2002)

c. Cutaneus anthrax

Bentuk cutaneus anthrax menginfeksi luka kulit seperti bisul yang akhirnya

membentuk borok dengan suatu centre (luka yang hitam, eschar). Eschar yang

hitam sering kali muncul sebagai suatu borok nekrotik tanpa rasa sakit (mulai

sebagai luka kulit yang gatal atau lepuh yang gelap dan biasanya memusat sebagai

suatu titik yang hitam, dari jumlah yang sedikit sampai banyak seperti cetakan

roti) di lapangan infeksi cutaneu anthrax secara umum membentuk di dalam lokasi

Page 11: Antraks Dan Askariasis (Group)

dari penetrasi spora di dalam 2 sampai 5 hari setelah penginfeksian. Tidak seperti

memar tetapi hampir semua luka-luka, infeksi anthrax jenis cutaneus secara

normal tidak menyebabkan nyeri. Infeksi cutaneus anthrax adalah wujud sedikit

fatal dari infeksi anthrax yang lain jika dilakukan terapi. Tetapi tanpa perawatan,

kira-kira 20% dari semua kasus-kasus infeksi cutaneus anthrax terjadi toksemia

dan kematian. Terapi anthrax jenis cutaneus, terkadang berakibat fatal (Anonim)

(perkembangan anthrax di dalam cavum mediastinum).

VI. Manifestasi Klinis Antraks

Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan yang

tinggi dan hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang bersifat khas

seperti : gemetar, ngantuk, lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas, bercak merah pada

membran mukosa, mencret disertai darah, sulit bernapas sehingga mati lemas dan

terdapat bisul yang makin membesar berisi nanah kental berwarna kuning. Manusia

yang terinfeksi dan menderita penyakit antraks ditandai dengan gejala: suhu badan

tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar leher,

dada dan ketiak.

Page 12: Antraks Dan Askariasis (Group)

Rata-rata masa inkubasi antraks lebih dari 7 hari, bisa juga 60 hari bahkan lebih

tergantung lamanya gejala terbentuk. Gejala klinis antraks pada manusia dibagi

menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks paru dan

antraks meningitis.

1. Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)

Kejadian antraks kulit mencapai 90% dari keseluruhan kejadian antraks di

Indonesia. Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada

inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari membesar

menjadi vesikel berisi cairan kemerahan, kemudian haemoragik dan menjadi

jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi kerak berwarna hitam, kering

yang disebut Eschar (patognomonik). Selain itu ditandai juga dengan demam, sakit

kepala dan dapat terjadi pembengkakan lunak pada kelenjar limfe regional. Apabila

tidak mendapat pengobatan, angka kematian berkisar 5-20%.

2. Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)

Masa inkubasi 2-5 hari. Penularan melalui makanan yang tercemar kuman atau

spora misal daging, jerohan dari hewan, sayur- sayuran dan sebagainya, yang tidak

dimasak dengan sempurna atau pekerja peternakan makan dengan tengan yang

kurang bersih yang tercemar kuman atau spora antraks. Penyakit ini dapat

berkembang menjadi tingkat yang berat dan berakhir dengan kematian dalam

waktu kurang dari 2 hari.Angka kematian tipe ini berkisar 25-75%.

Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut hebat, mual,

muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang kadang-

kadang disertai darah, hematemesis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras,

kemudian berkembang menjadi ascites dan oedem scrotum serta sering dijumpai

pendarahan gastrointestinal.

3. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)

Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks paru-paru sesuai

dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang

dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispneu, stridor, keringat

berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya

terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.

4. Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)

Page 13: Antraks Dan Askariasis (Group)

Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi

primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi

antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut yaitu

demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku

kuduk.

VII.Pemeriksaan Penunjang Antraks

Kelainan kulit berupa ulkus yang dangkal disertai krusta hitam yang tidak nyeri

patut dicurigai suatu antraks kulit. Ditemukannya basil Gram positif pada

pemeriksaan cairan vesikel merupakan temuan yang khas pada antraks kulit tetapi

diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila biakan kuman positif. Karena mirip

penyakit gastrointestinal lainnya maka antraks gastrointestinal sering sulit didiagnosis.

Adanya riwayat makan daging yang dicurigai mengandung kuman antraks disertai

dengan gejala nause, anoreksia, muntah, demam, nyeri perut, hematemesis, dan diare

(biasanya disertai darah) sangat membantu penegakan diagnosis penyakit antraks.

Dari pewarnaan Gram yang dilakukan, bahan diambil dari darah dan atau cairan

asites, dapat ditemukan basil antraks. Untuk pemeriksaan biakan, bahan diambil dari

apusan faring (antraks faring), darah, dan cairan asites. Diagnosis antraks inhalasi juga

sulit ditegakkan. Seseorang yang tiba-tiba mengalami gejala seperti flu yang

mengalami perburukan secara cepat dan disertai hasil pemeriksaan foto toraks

menunjukkan pelebaran mediastinum, infiltrat, dan atau efusi pleura, sangat patut

dicurigai menderita antraks inhalasi (apalagi bila pada penderita tersebut juga

ditemukan antraks kulit). Pada pewarnaan Gram bahan diambil dari darah, cairan

pleura, cairan serebrospinalis, dan lesi kulit, dapat ditemukan basil antraks.

Untuk pemeriksaan biakan bahan diambil dari darah, cairan pleura, cairan

serebrospinalis, dan lesi kulit. Pada pemeriksaan langsung pewarnaan Gram dari lesi

kulit, cairan serospinal atau darah yang mengandung kuman antraks akan

menunjukkan basil besar, encapsulated, dan Gram positif. Pada kultur darah tampak

pertumbuhan pada agar darah domba berupa koloni nonhemolitik, besar, nonmotil,

Gram positif, berbentuk spora, dan tidak tumbuh pada agar Mac Conkey. Nilai

prediksi pemeriksaan kultur apusan hidung (swab nasal) untuk menentukan antraks

inhalasi belum diketahui dan belum pernah diuji.

Oleh karena itu CDC tidak menganjurkan pemeriksaan tersebut sebagai

pemeriksaan diagnostik klinis. Tes serologis berguna secara retrospektif dan

membutuhkan dua kali pengambilan yaitu pada fase akut dan penyembuhan.

Page 14: Antraks Dan Askariasis (Group)

Pemeriksaan dengan menggunakan cara ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap

antigen protektif dan antigen kapsul.

VIII. Penatalaksanaan Antraks

a) Pencegahan

Langkah pencegahan dimaksudkan agar ternak-ternak yang ada tidak tertular

penyakit antraks selama jangka waktu tertentu. Dengan meningkatkan kekebalan

ternak setelah dilakukan suntikan pencegahan menggunakan vaksin tertentu

secara periodik. Untuk kawasan endemik antraks, vaksinasi seharusnya diulang

setiap tahun secara kontinyu. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh

kemudahan dan ketersediaan vaksin. Untuk itu, Dinas Peternakan atau Pertanian

harus bertanggung jawab dalam pengadaan vaksin.

Pemberian vaksin antraks kepada :

1. Orang yang bekerja langsung di laboratorium

2. Orang yang bekerja dengan kulit atau bulu hewan yang diimpor atau di daerah

dimana standar tidak cukup untuk mencegah infeksi spora antraks

3. Orang yang menangani produk hewan yang berpotensi terinfeksi di daerah

daerah insiden tinggi

4. Anggota militer yang dikerahkan ke daerah daerah dengan resiko tinggi untuk

terkena

5. BioThrax atau Antraks vaksin dibuat oleh Bioport dan jalur paparan tidak

penting

6. Diberikan secara subkutan 5 mL pada minggu 0,2 dan 4 dan pada bulan 6, 12,

dan 18 serta dosis tinggi pada interval 1 tahun.

b) Pengobatan

Bacillus anthracis kerentanannya terhadap hampir semua antibiotika sangatlah

tinggi. Yang paling disukai adalah dengan clindamycin yang mempunyai aktivitas

terhadap Bacillus anthracis dan potensi anti-eksotoksin. Pengalaman beberapa

pasien menunjukkan respon yang lebih bagus ketika clindamycin 600 mg (iv)/ 8

jam atau 300 mg (po)/8 jam plus rifampicin 300 mg (po)/12 jam plus golongan

quinolone (levofloksasin).

Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh, dengan cara

pemberian tergantung tipe dan gejala klinisnya, yaitu :

1) Antraks Kulit

Page 15: Antraks Dan Askariasis (Group)

- Procain Penicilline 2 x 1,2 juta IU, secara IM, selama 5-7 hari

- Benzyl Penicilline 250.000 IU, secara IM, setiap 6 jam, sebelumnya

harus dilakukan skin test terlebih dahulu

- Apabila hipersensitif terhadap penicilline dapat diganti dengan

tetracycline, chloramphenicol atau erytromicine.

2) Antraks Saluran Pencernaan & Paru

- Penicilline G 18-24 juta IU perhari IVFD, ditambahkan dengan

Streptomycine 1-2 g untuk tipe pulmonal dan tetracycline 1 g perhari

untuk tipe gastrointestinal

- Terapi suportif dan simptomatis perlu diberikan, biasanya plasma

expander dan regimen vasopresor. Antraks Intestinal menggunakan

Chloramphenicol 6 gram perhari selama 5 hari, kemudian meneruskan 4

gram perhari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram/hari

untuk menghindari supresi pada sumsum tulang.

B. Askariasis

I. Definisi Askariasis

Askariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui. Diperkirakan

prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia. Biasanya bersifat

symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara berkembang dimana

sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia atau penggunaan tinja sebagai

pupuk (Soegijanto, 2005).

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda kedua yang paling banyak

menginfeksi manusia. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai Lumbricus

teres dan mungkin telah menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Jenis ini banyak

terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab, tetapi juga dapat hidup di daerah

beriklim sedang.

Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris

lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh

makhluk parasit.

II. Etiologi Askariasis

Ascariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Stadium infektif Ascaris

Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Sesudah tertelan oleh hospes

manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus diding usus sebelum migrasi ke

Page 16: Antraks Dan Askariasis (Group)

paru-paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru

masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan tertelan

kembali. Setelah sampai ke usus kecil larva berkembang menjadi cacing dewasa

(jantan berukuran 15-25cm x 3 mm dan betina 25-35 cm x 4 mm).

Cacing betina mempunyai masa hidup 1-2 tahun dan dapat menghasilkan

200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang 45-60 µm dan

lebar 35-50 µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang

menjadi infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang mendukung.

III.Penularan Askariasis

Penularan Askariasis ada dua cara, yaitu :

1. Sumber Penularan

Reservoir atau sumber penularan dapat berupa organisme hidup atau benda mati

(misalnya tanah dan air), dimana unsur penyebab penyakit menular dapat hidup

secara normal dan berkembangbiak. Konsep reservoir pada Ascaris lumbricoides,

adalah tanah, air dan makanan yang mengandung telur  Ascaris lumbricoides.

2. Cara Penularan

Ascaris lumbricoides ditularkan melalui makanan atau minuman yang

tercemar cacing. Benda yang mengandung telur cacing berfungsi sebagai

penyalur  penularan disebut terkontaminasi. Biasanya sayuran yang

menggunakan pupuk dari kotoran manusia banyak terkontaminasi dengan telur

cacing Ascaris lumbricoides. Kontak dengan tanah yang terkontaminasi

dengan jenis telur cacing, tanpa disertai perilaku mencuci tangan sebelum makan

sering menjadi cara penularan pada jenis cacing ini.

IV. Patogenesis Askariasis

Ascaris Lumbricoides adalah nematoda terbesar yang umumnya menginfeksi

manusia. Cacing dewasa berwarna putih atau kuning yang hidup selama 10-24 bulan

di jejunum dan bagian tengah ileum. Cacing betina menghasilkan 200.000 telur per

hari yang akan terbawa bersama tinja. Telur fertil apabila terjatuh pada kondisi tanah

yang sesuai, dalam waktu 5-10 hari telur tersebut dapat menginfeksi manusia. Telur

dapar hidup dalam tanah selama 17 bulan. Infeksi umumnya terjadi melalui tangan,

pada tangan atau makanan kemudian masuk ke dalam usus kecil (deudenum). Pada

tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan melewati sistem porta menuju

hepar dan kemudian ke paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah

jaringan paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan

Page 17: Antraks Dan Askariasis (Group)

trakea, dan tertelan kembali. Diperlukan 65 hari untuk menjadi cacing dewasa. Infeksi

yang berat dapat diikuti pneumonia dan eosinofilia (Soegijanto, 2005).

V. Epidemiologi Askariasis

Ascariasis merupakan infeksi cacing pada manusia yang angka kejadian

sakitnya tinggi terutama di daerah tropis dimana tanah memiliki kondisi yang sesuai

untuk kematangan telur di dalam tanah.

Menurut Berhman (1999), telur-telur Ascaris lumbricoides ini terbukti tetap

infektif pada tanah selama berbulan-bulan dan dapat bertahan hidup di cuaca yang

lebih dingin (5-10oC) selama 2 tahun. Diperkirakan hampir 1 miliar penduduk

terinfeksi dan prevalensi pada komunitas-komunitas tertentu lebih besar dari 80%.

Prevalensi dilaporkan terjadi di lembah sungai Yangtze di Cina. Masyarakat yang

memiliki sosial ekonomi yang rendah memiliki prevalensi infeksi yang tinggi,

demikian juga pada masyarakat yang menggunakan tinja sebagai pupuk dan dengan

kondisi geografis yang medukung. Penyebaran terutama melalui tangan ke mulut

(hand to molth) dapat juga melalui sayuran atau buah yang terkontaminasi.

Prevalensi dan intensitas gejala symtomatik yang paling tinggi terjadi pada

anak-anak, yang paling sering ditemui adalah obstruksi intestinal. Di antara anak-anak

usia 1-12 tahun yang berada di Rumah Sakit Cape Town dengan keluhan abdominal

antara 1958-1962, 12.8 % dari infeksinya di sebabkan oleh Ascaris lumbricoides.

Anak-anak dengan ascariasis kronis dapat menyebabkan pertumbuhan lambat terkait

dengan jumlah makanan yang di makan. Orang dewasa sering mengalami komplikasi

bilier akibat migrasi cacing dewasa yang mungkin didorong oleh penyakit lain seperti

demam malaria. Di Damaskus, 300 orang yang mengalami ascariasis pada 1988-1993,

98% mengalami nyeri perut; 4,3% radang akut kelenjar pankreas ; 1,3% obstructive

jaundise ; dan 25% worm emesis. Lebih dari 80% dari pasien ini mempunyai

cholecytectomy sebeumnya (Soegijanto, 2005).

Menurut WHO, intestinal obstruction pada anak-anak menyebabkan komplikasi

fatal, menyebabkan 8.000-100.000 kematian pertahun.

VI. Manifestasi Klinis Askariasis

Manifestasi klinis Askariasis menurut Soegijanto (2005), tergantung pada

intensitas infeksi dan organ yang terlibat. Pada sebagian besar penderita dengan

infeksi rendah sampai dengan gejalanya asymtomatis. Gejala klinis paling sering

ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau sumbatan pada usus atau saluran

empedu. Ascaris dapat menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika memasuki alveoli

Page 18: Antraks Dan Askariasis (Group)

dan bermigrasi ke bronki dan trakea. Manifestasi pada paru mirip dengan Syndrom

Loffler dengan gejala infiltrat paru sementara. Tanda-tanda yang paling khas adalah

batuk, spuntum bercak darah, dan eosinofilia. Tanda lain adalah sesak.

Cacing dewasa dapat menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus atau

cabang-cabang saluran empedu sehingga mempengaruhi nutrisi hospes. Cacing

dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak terinfeksi

yang memiliki pola makan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein,

kalori, atau vitamin A, yang akhirnya akan mengalami pertumbuhan lambat. 

Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti nyeri

perut, dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang yang

dikarenakan oleh massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden puncak terjadi

pada umur 1-6 tahun. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut kolik berat

dan muntah, yang dapat berbercak empedu ; gejala ini dapat memburuk dengan cepat

dan menyertai perjalanan yang serupa dengan obstruksi usus akut dengan etiologi

lain. Migrasi cacing Ascaris ke saluran empedu telah dilaporkan, terutama yang

terjadi di Filipina dan Cina; kemungkinan keadaan ini bertambah pada anak yang

terinfeksi berat.mulainya adalah akut dengan nyeri kolik perut, nausea, muntah, dan

demam. Ikterus jarang ditemukan (Berhman, 1999).

VII.Pemeriksaan Penunjang Askariasis

Diagnosis ditegakkan dengan :

- Menemukan telur Ascaris lumbricoides dalam tinja

- Cacing ascaris keluar bersama muntah atau tinja penderita

- Pemeriksaan Laboratorium

o Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinophilia

o Ditemukan larva pada lambung atau saluran nafas pada penyakit paru

o Pemeriksaan mikroskopik pada hapusan tinja dapat digunakan untuk

memeriksa sejumlah besar telur yang di ekskresikan melalui anus.

Pemeriksaan Foto

- Foto thoraks menunjukkan gambaran otak pada lapang pandang paru seperti

pada sindrom Loeffler

- Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) memiliki

sensitivitas 90% dalam membantu mendiagnosis biliary ascariasis.

Page 19: Antraks Dan Askariasis (Group)

- Ultrasonography memiliki sensitivitas 50% untuk membantu membuat

diagnosis biliary ascariasis.

VIII. Penatalaksanaan Askariasis

Pencegahan

Program pemberian antihilmitik yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Memberikan pengobatan pada semua individu pada daerah endemis

2) Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi infeksi

tinggi seperti anak-anak sekolah dasar

3) Memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit

atau infeksi yang telah lalu

4) Peningkatan kondisi sanitasi

5) Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk

6) Memberikan pendidikan tentang cara-cara pencegahan ascariasis.

Pengobatan

1) Obat pilihan : piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal

dengan dosis maksimum 3 g/hari

2) Heksil resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)

3) Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)

4) Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan.

Biasanya dicampur dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah

yang sama diberikan selama 3 hari berturut-turut.

Dosis :

0 – 1 tahun = 3 x 5 mg

1 – 3 tahun = 3 x 10 mg

3 – 5 tahun = 3 x 15 mg

Lebih dari 5 tahun = 3 x 20 mg

Dewasa = 3 x 25 mg

5) Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis

tunggal

6) Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan

cacing. Preparatnya : Fellardon

7) Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg

P.O. sekali untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau

500 mg P.O. sekali untuk segala usia)

Page 20: Antraks Dan Askariasis (Group)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam makalah asuhan keperawatan ini, Tim Penulis

dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa :

- Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri

Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas

- Penyebab penyakit anthrax adalah bakteri berbentuk batang, berukuran 1-1,5 mikron

kali 3-8 mikron, bersifat aerobik, non-motil, gram positif yang disebut Bacillus

antrachis

- Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis membentuk dua sistem

pertahanan, yaitu kapsul dan spora

- Anthrax pada manusia kebanyakan biasa terjadi di daerah enzootic yaitu di negara

berkembang, pada masyarakat yang bekerja sebagai petani, orang yang memakan

daging hewan terinfeksi atau bekerja di perusahaan dimana wol diproduksi

- Penatalaksanaan Antraks secara umum dapat dibedakan berdasarkan jenis Antraks

yang dialami oleh pasien

- Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris

lumbricoides

- Ascariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Stadium infektif Ascaris

Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Sesudah tertelan oleh hospes

manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus diding usus sebelum migrasi ke

paru-paru melalui sirkulasi vena

- Manifestasi klinis Askariasis menurut Soegijanto (2005), tergantung pada intensitas

infeksi dan organ yang terlibat

- Pencegahan penyakit Askariasis dapat dilakukan melalui program pemberian

antihilmitik, sedangkan upaya pengobatan dapat dilakukan melalui pemberian obat-

obatan.

B. Saran

Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :

1. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari Antraks dan

Askariasis dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan tindakan

perawatan pada pasien penderita penyakit tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Page 21: Antraks Dan Askariasis (Group)

DAFTAR RUJUKAN

Budiansyah, Teungku. 2013. Ask The Master UKDI. Tangerang : BINARUPA AKSARA

Publisher

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta : EGC

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC

Sudoyo W., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta : internapublishing

PAPDI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Ww w. Google. Com /Makalah Antraks. 201 4

Ww w. Google. Com /Makalah Askariasis. 201 4

Www. Infokes. Com/Program Studi Keperawatan . 2014