pengetahuan
DESCRIPTION
pengetahuanTRANSCRIPT
Perilaku
Perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara faktor internal dan eksternal. Menurut Benyamin Bloom seorang ahli
psikologi pendidikan membedakan adanya 3 domain perilaku, yakni kognitif (cognitive),
afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Selanjutnya pembagian domain ini
dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan
(Notoatmodjo, 2010).
a. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
pula mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan dapat diperoleh dari manapun, seperti dari
pengalaman sendiri, orang lain, maupun dari sumber informasi lain. Seseorang memiliki
dasar untuk mengambil suatu keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang sedang dihadapi bila orang tersebut memiliki pengetahuan. Terdapat beberapa
faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, pekerjaan,
pengalaman, dan informasi (Mubarak, 2007).
b. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Jadi dapat dikatakan sikap adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lain (Notoatmodjo, 2010).
Sikap memiliki 3 komponen pokok,yaitu:
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana
keyakinan, pendapat, atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap seseorang terhadap
penyakit rabies misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut
terhadap penyakit rabies.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian
(terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh
bagian 1 berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit rabies, apakah penyakit yang
biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen
yang mendahulai tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap
penyakit rabies, adalah apa yang akan dilakukan seseorang bila dirinya menderita
penyakit rabies. Sama dengan pengetahuan sikap juga memiliki tingkatan-tingkatan
berdasarkan intensitasnya, yaitu menerima (receiving), menanggapi (responding),
menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2010).
Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya jadi apabila digabungkan akan membentuk sikap
seseorang. Pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi merupakan memegang peranan
penting dalam membentuk suatu sikap yang utuh. Contoh: Seorang ibu yang mendengar
(tahu) penyakit rabies (penyebab, cara penularan, cara pencegahannya, dan sebagainya).
Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha agar keluarganya tidak
terkena penyakit rabies. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja
sehingga ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk memvaksin anjingnya
agar keluarganya tidak terkena penyakit rabies. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat
memvaksin anjingnya) terhadap objek tertentu yakni penyakit rabies (Notoatmodjo,
2010).
c. Tindakan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah yang mendorong dirinya
untuk bertindak. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya
tindakan perlu faktor lain seperti adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya
seseorang yang sudah tahu penyakit rabies itu berbahaya, maka seseorang itu memiliki
niat (sikap) untuk menjaga kesehatan anjingnya. Agar sikap ini meningkat menjadi
tindakan, maka diperlukan terpenuhinya ketersediaan Vaksin Anti Rabies (VAR). Apabila
VAR tidak tersedia kemungkinan anjingnya tidak akan divaksin (Notoatmodjo, 2010).
Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
1) Tindakan terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih menggunakan tuntunan atau
menggunakan panduan. Pemilik anjing memvaksinkan anjingnya tetapi masih harus
diingatkan oleh petugas kesehatan.
2) Tindakan secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu hal secara langsung maka disebut tindakan
mekanisme. Misalnya pemilik anjing memvaksinkan anjingnya tanpa menunggu perintah
dari petugas kesehatan.
3) Adopsi (adoption)
Adalah tindakan yang sudah berkembang. Maksudnya, apa yang dilakukan tidak hanya
sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan tindakan yang berkualitas.
Misalnya pemilik anjing memvaksinkan anjingnya sesuai jadwal dan mengerti cara
pemeliharaan anjing yang tepat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes /
kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
semikualitatif sebagai berikut :
1. Baik : Hasil prosentase 76%-100%
2. Cukup : Hasil prosentase 56%-75%
3. Kurang : Hasil prosentase 40%-55%
4. Tidak tahu : Hasil prosentase <40%
Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan
sementara orang lain tinggal menerimanya, namun sebagai suatu pembentukan yang
terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru.
2.2.2. Indikator Pengetahuan
Ada beberapa indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, yaitu sebagai
berikut :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala dan
tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan
cara pencegahan penyakit.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis
makanan-makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olah-
raga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba, pentingnya istirahat
yang cukup, relaksasi dsb.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara
pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan, penerangan rumah yang sehat,
dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan.