pengesahan panitia ujian -...

122
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah Jakarta, 12 Juni 2009 Dekan Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP: 150 210 422 PANITIA UJIAN MUNAQASYAH 1. Ketua : Asmawi, MAg (………………………) NIP: 150 282 394 2. Sekretaris : Sri Hidayati, MAg (………………………) NIP: 150 282 403 3. Pembimbing: Dr. Abdurrahman Dahlan MA (………………………) NIP: 150 234 496 4. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, MA (…………...………….) NIP: 150 270 614 5. Penguji II : Dr. H. A. Juwaini Syukri, Lc, MAg (……………………....) NIP: 150 256 967

Upload: nguyenngoc

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG HAK

KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM telah diujikan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada

Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah

Jakarta, 12 Juni 2009

Dekan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP: 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Asmawi, MAg (………………………)

NIP: 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, MAg (………………………)

NIP: 150 282 403

3. Pembimbing: Dr. Abdurrahman Dahlan MA (………………………)

NIP: 150 234 496

4. Penguji I : Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, MA (…………...………….)

NIP: 150 270 614

5. Penguji II : Dr. H. A. Juwaini Syukri, Lc, MAg (……………………....)

NIP: 150 256 967

Page 2: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

KATA PENGANTAR

Untaian rasa syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt. Hanya dengan

rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir akademis berupa penulisan

skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah keharibaan Nabi besar

Muhammad saw. Insan yang memberi teladan dalam berucap, memberi contoh dalam

bertindak.

Selesainya penulisan skripsi ini, tentunya tidak lepas dari motivasi dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Perkenankan

penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA selaku pembimbing dalam penyelesaian

skripsi ini. Beliau dengan tulus telah memberikan bimbingan dan arahan yang

sangat berarti demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Asmawi, MAg selaku ketua jurusan Jinayah Siyasah dan Ibu Sri Hidayati,

MAg selaku sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, MA selaku penguji I pada ujian Munaqasyah.

Beliau telah banyak memberi masukan dan arahan untuk penyempurnaan

penulisan skripsi ini.

Page 3: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

5. Bapak Dr. H. A. Juwaini Syukri, Lc, MAg selaku penguji II pada ujian

Munaqasyah. Beliau dengan tulus telah memberikan masukan, pemikiran, dan

arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, kakak-kakak, adik-adik, dan semua famili yang

ikut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua motivasi dan

kasih sayangnya.

7. Sahabat-sahabat dan orang terdekat penulis, Lia Hilyah, Jefriadi S. Sos.I, Ahmad

Hamdalah SEI, Ahmad Masy’ari, dan Nurmadiah. Terima kasih atas dukungan

kalian semua.

8. Sahabat-sahabat Siyasah Syar’iyyah angkatan 2005. Terima kasih atas semua

kebersamaan dan persahabatannya.

9. Kepada teman-teman Himpunan Pelajar Mahasiswa Riau (HIPEMARI) Jakarta,

dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Kampar (IPMK) Jakarta. Semoga ke depan kita

tetap utuh dalam bingkai persaudaraan.

10. Semua teman-teman penulis di mana pun berada, yang telah memberikan

dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berdo’a kepada Allah swt, agar seluruh pengorbanan yang diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, akan mendapatkan balasan yang

setimpal di sisi-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin

Jakarta, 27 Mei 2009

Penulis

Page 4: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………….……….……………………………….....i

DAFTAR ISI …………………….………………….……….……………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………….…………………....1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………….……....5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….......6

D. Tinjauan Pustaka………………………………………….............7

E. Metode Penelitian……………………………………...................9

F. Sistematika Penulisan………………………………....................11

BAB II KEHIDUPAN INTELEKTUAL YUSUF AL-QARADHAWI

A. Asal Usul Yusuf al-Qaradhawi……………………………….....14

B. Pendidikan…………………………………………………….....18

C. Aktivitas………………………………………………………….21

D. Karya-Karya………………………………………………..........25

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KRITIK

RAKYAT DALAM SUATU NEGARA DEMOKRASI

A. Pengertian Hak Kritik Rakyat…...................................................27

B. Eksistensi Hak Kritik Rakyat dalam Negara Demokrasi..............27

C. Wadah Penyampaian Kritik terhadap Pemerintah........................29

D. Sejarah Perkembangan Hak-Hak Politik Rakyat…………..........36

E. Hak Kritik Rakyat dalam Negara Indonesia…………………….41

Page 5: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB IV HAK KRITIK RAKYAT DALAM ISLAM

A. Pengertian……………………………………………………….44

B. Landasan Hukum…………………………………………..........44

C. Tata Cara Penyampaian Kritik…………………………………..49

D. Sejarah Perkembangan Hak Kritik Rakyat………………...........51

BAB V HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN

NEGARA ISLAM MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI

A. Konsep dan Dasar-Dasar Hak Kritik Rakyat………………….…55

B. Wadah Penyampaian Hak Kritik Rakyat………………………..62

C. Persamaan dan Perbedaan antara Pemikiran Yusuf

al-Qaradhawi dengan Islam tentang Hak Kritik Rakyat...............73

D. Relevansi Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang Hak

Kritik Rakyat Dewasa ini..............................................................75

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………...…77

B. Saran…………………………………………………………….78

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................79

Page 6: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut historis, persoalan yang diperselisihkan pada hari-hari pertama

sesudah wafatnya Rasulullah saw adalah persoalan kekuasaan politik atau disebut

juga masalah imamat.1 Permasalahan ini merupakan permasalahan yang bersifat

dinamis dan selalu mengalami improvisasi setiap saat, sehingga hal tersebut timbul

tidak hanya terfokus kepada pemilihan dan pengangkatan pemimpin di satu sisi,

tetapi pada sisi yang lain tidak kalah pentingnya adalah gejolak-gejolak yang muncul

pada saat atau selama pemimpin tersebut berkuasa.

Rakyat sebagai komunitas yang dipimpin akan selalu melihat kepada

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, karena rakyat adalah target atau sasaran

kebijaksanaan itu sendiri. Negara Islam sebagai negara demokratis atau lebih tepatnya

negara yang berasaskan syura, dimana rakyat sangat berperan aktif dan disebut

dengan the controler. Untuk merealisasikan peran rakyat sebagai kontroler, maka

rakyat berhak untuk mengawasi dan mengkritik kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah, dan juga mencegah hal-hal yang kontradiksi dengan ajaran Islam atau

yang bersifat munkar.

Sejarah pemerintahan Islam telah menunjukkan tentang adanya mu'aradhah

atau melakukan kritik terhadap pemerintah. Abu Bakar secara terbuka di hadapan

umum mengatakan; “...bila aku berlaku baik, bantulah aku. Akan tetapi bila aku

1 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1978), h. 91

Page 7: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

berbuat salah, bawalah aku ke jalan yang benar. Kebenaran adalah suci, dan

kesalahan adalah pengkhianatan”.2 Islam mengenal prinsip musyawarah, hal ini

bertujuan untuk melibatkan dan mengajak semua pihak untuk berperan serta dalam

kehidupan bernegara.3

Rakyat diwajibkan taat kepada pemerintah selama mereka tidak melakukan

kesalahan dan pelanggaran serta berbuat zalim. Sebaliknya, jika pemerintah

melakukan kesalahan dan bertindak zalim, maka rakyat tidak diwajibkan

mentaatinya. Bahkan rakyat mempunyai hak untuk mengkritik pemerintah supaya

mereka menyadari kesalahan dan pelanggaran yang telah dilakukan serta

dikembalikan kepada jalan Allah dan Rasul-Nya.4

Abu al-a’la al-Maududi menjelaskan, bahwa setiap individu masyarakat atau

rakyat memiliki hak dan kewajiban terhadap jalannya roda pemerintahan suatu negara

Islam. Hal ini dapat diaktualisasikan dengan cara memberikan kontribusi pemikiran

kepada pemerintah demi terwujudnya pemerintahan yang demokratis.5

2 Ridwan HR, Figh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan (Yogyakarta: FH UII Press,

2007), h. 41 3 Muhammad Tahir, Negara Hukum; Suatu Study tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari

Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992), h. 84

4 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual Muslim

Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi. Terjemahan Wahib Wahab (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogyakarta, 1999), h. 169 5 Musthafa bin Daud, Beberapa Aspek Pemikiran al-Maududi (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1988), h. 96

Page 8: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Mengemukakan pendapat bukan hanya sekedar hak, melainkan suatu

kewajiban.6 Bahkan pandangan ini menurut Islam besar kedudukannya, apabila

seseorang melihat kemunkaran maka ia harus mencegahnya sesuai dengan

kemampuannya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

ن �� رأى� ������� ����� ن � ���� ���ا ��� ��#$� #$� �%�ن 7)روا� ا%��(����� ��,��� وذ( أ)'& ا

Artinya : “Barang siapa melihat kemunkaran, maka dia harus merubahnya

dengan tangannya, dan jika tidak sanggup maka rubah dengan kata-katanya, dan jika

hal ini pun tidak sanggup, maka rubahlah dengan membencinya sepenuh hati. Dan

inilah keadaan iman yang paling lemah.”

Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa mengubah kemunkaran

merupakan hak setiap Muslim yang melihatnya, bahkan merupakan kewajiban

baginya.8

Bila amanah amar ma’ruf dan nahi munkar sudah disia-siakan di tengah

umat, maka umat ini akan kehilangan keistimewaannya dan akan ditimpa laknat

seperti yang ditimpakan kepada umat-umat sebelumnya. Sebagaimana Nabi

Muhammad saw bersabda:

�� �/0 و8( أن �'%/7 ا�/� أ456�وا 2�3 ����إذا رأوا ا

9)روا� أ�> داود(�',�ب �� $3�� Artinya: “Bila masyarakat melihat perbuatan zalim, lalu mereka tidak mencegahnya,

maka Allah akan memberikan mereka hukuman secara umum.”

6 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, Makanatuha, Ma’alimuha,

Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa al-Ta’addudiyah wa al-Maar’ah wa Ghairu al-

Muslimin (Cairo: Dar al-Syuruq, 1997), h. 95 7 Imam Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Salam, 1999), h. 167 8 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988), h. 628 9 Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Cairo: Matba’ah Al-Sa’adah), h. 413

Page 9: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Yusuf al-Qaradhawi berpendapat, penguasa tidak lebih hanyalah seorang dari

kaum Muslimin, dia tidak terlalu besar untuk dinasehati dan ditegur, dan rakyat pun

tidak terlalu kecil untuk menasehati dan menegurnya. Dalam agama Islam hak

berbicara dan berkritik,- jika berkaitan dengan kemaslahatan umat, kemaslahatan

akhlak, dan kemaslahatan tata sopan- merupakan sesuatu yang wajib.10

Mengkritik dan melontarkan pendapat yang dilakukan rakyat terhadap

pemimpin atau pejabat pemerintahan, merupakan tugas suci yang mendapat sanksi

apabila diabaikan.11

Untuk itu, seorang Muslim dituntut supaya menentang

kemunkaran dan memburunya sehingga kemunkaran tersebut tidak lagi hidup di

permukaan bumi ini.12

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, secara individu rakyat tidak mampu mencegah

kemunkaran, apalagi kemunkaran tersebut sudah tersebar luas dan pelakunya

memiliki kekuatan, atau kemunkaran tersebut dilakukan oleh penguasa atau pejabat

yang seharusnya mereka berada di barisan terdepan untuk mencegahnya. Pencegahan

tersebut hanya bisa dilakukan dalam bentuk amal jama’i (kerja kolektif) melalui suatu

badan yayasan atau partai.13

Partai merupakan media yang dapat difungsikan untuk

melontarkan kritikan, pendapat dan nasehat kepada penguasa/pemimpin/imam atau

pun kepada pejabat-pejabat yang terkait. Hal ini sangat relevan dengan kondisi saat

ini, sebab sistem ini dapat menjamin rakyat dari pemerintahan diktator, yang sering

10 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148 11 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 12 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 120 13 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149

Page 10: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

berlaku sewenang-wenang dan kejam. Di bawah pemerintahan seperti ini, rakyat akan

kehilangan kekuatan untuk mengatakan ‘tidak” atau “mengapa”. Hal ini terbukti

dalam sejarah masa lalu.

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi di atas harus dilandasi dengan undang-undang

dan tidak boleh menyalahi aturan atau inkonstitusional, sehingga kritikan dan nasehat

yang dilakukan tidak mendatangkan dampak negatif yang menyebabkan kefatalan

bagi kelangsungan negara atau pemerintahan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisa

lebih jauh pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam

pemerintahan negara Islam. Yusuf al-Qaradhawi merupakan seorang pakar yang

komprehensif. Beliau menguasai permasalahan-permasalahan yang berhubungan

dengan ekonomi, politik, hukum, dan lain-lain. Oleh karena itu, penulis mengangkat

penelitian ini dengan judul: Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Hak Kritik

Rakyat dalam Pemerintahan Negara Islam

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang

dibahas, maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini pada pemikiran Yusuf

al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam.

2. Perumusan Masalah

Page 11: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Dari pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep dan dasar-dasar hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara

Islam menurut Yusuf al-Qaradhawi?

b. Bagaimana mekanisme penyampaian kritik rakyat menurut Yusuf al-Qaradhawi?

c. Bagaimana relevansi konsep hak kritik rakyat Yusuf al-Qaradhawi dengan Barat

dan Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ada dua signifikasi yang akan dicapai, yaitu

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan dasar-dasar pemikiran Yusuf al-

Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam

b. Untuk mengetahui mekanisme dan wadah penyampaian kritik rakyat dalam

pemerintahan negara Islam menurut Yusuf al-Qaradhawi

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian

ketatanegaraan Islam, khususnya masalah hak kritik rakyat dalam pemerintahan

negara Islam.

Page 12: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

b. Karya ilmiah ini merupakan wujud kontribusi dan sumbangan pemikiran penulis

untuk almamater tempat penulis menuntut ilmu.

D. Tinjauan Pustaka

Sejumlah penelitian dengan bahasan hak-hak politik rakyat khususnya tentang

hak-hak kritik rakyat telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik

tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan penelitian.

Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian

tersebut.

Tulisan pertama, ditulis oleh Muhammad al-Mubarok dalam bukunya “Sistem

Pemerintahan dalam Persfektif Islam”. Buku ini menjelaskan tentang warga negara

dan hak-hak manusia. Al-Mubarak memberikan pandangan berkenaan dengan adanya

kebebasan bagi warga negara untuk berpartisipasi di bidang politik. Islam

memberikan kebebasan kepada umatnya untuk berpolitik. Ketentuan ini telah

dipraktekkan sejak masa-masa awal perkembangan Islam. Fakta menggambarkan

bahwa pengangkatan kepala negara (yang notabene merupakan kegiatan di bidang

politik) sudah dilakukan sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, yakni dengan

majunya Abu Bakar sebagai khalifah menggantikan Nabi Muhammad saw.

Dalam bukunya penulis menjabarkan hak dan kebebasan berpolitik yang

tercermin pada dua hal, yaitu hak untuk turut serta dalam pemilihan umum (Pemilu)

serta adanya jaminan dalam kebebasan berpendapat dan berkritik. Setiap individu

berhak melahirkan pendapat dalam urusan kehidupan umum, yang di dalamnya

Page 13: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

terdapat kebebasan berpendapat, mengkritik, serta kebebasan berpolitik. Islam

mengajak kepada umat Islam untuk menyampaikan aspirasi, bahkan kebebasan

menyuarakan ide-ide dan kritikan. Tidak ada hak bagi siapa pun termasuk pemerintah

untuk menghalang-halangi atau membatasi. Namun demikian, hal ini tentunya

dibatasi pada tindakan yang positif dan tidak sampai menyebabkan perselisihan antar

kelompok atau tidak menyebabkan kerugian bagi pihak lain.14

Kedua, “Freedom of Expression in Islam” karya Hassim Kamali.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa Mu’aradhah (melakukan kritik) terhadap

pemerintahan zalim merupakan prinsip dasar sistem pemerintahan Islam. Hassim

berpendapat, dalam al-Qur’an sandaran tekstual untuk hak ini adalah sama seperti

seruan amar ma’ruf nahi munkar. (S. Ali Imran ayat 104). Al-Qur’an sangat tegas

mengenai prinsip ini, sehingga mengangkatnya menjadi bagian yang terpenting. Al-

Qur’an menempatkan laki-laki dan perempuan pada posisi yang sama berkenaan

dengan mu’aradhah, dan setiap warga negara diberi hak untuk mengungkapkan dan

tidak menyetujui pelanggaran, baik itu oleh pemimpin pemerintah, seorang warga

negara, atau orang-orang yang memang terlibat dalam kriminalitas dan kejahatan.15

Ketiga, “Human Right in Islam” karangan Syaukat Hussain. Dalam buku ini,

penulis menjelaskan bahwa Islam menganugerahkan hak bagi seluruh umat manusia

untuk mengecam kezaliman pemerintah. Rasulullah saw telah mengingatkan umat

Islam bahwa mengkritik pemerintah yang zalim merupakan jihad. Dari ajaran

14 Muhammad al-Mubarak, Sistem Pemerintahan dalam Islam (Solo: Pustaka Mantiq, 1995) 15 Muhammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam (Malaysia: Berita Publishing,

1994)

Page 14: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Rasulullah saw inilah menurut Syaukat berkembang situasi dimana selama era

khulafah ar-rasidin rakyat tidak pernah sangsi untuk mengkritik dan menasehati

khalifah.16

Dari beberapa tulisan yang penulis paparkan di atas, dapat dilihat bahwa hak

kritik rakyat yang merupakan bagian dari hak-hak politik, tidak dapat dipisahkan dari

hak-hak asasi manusia. Keberadaan hak-hak politik telah banyak dituangkan ke

dalam karya-karya ilmiah yang banyak melakukan kajian dan pembahasan seputar

hak atau kebebasan berkritik.

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan serta hasil yang komprehensif dan akurat, serta bisa

dipertanggungjawabkan secara moral dan intelektual, maka penulis memerlukan

metode penelitian yang mampu menjadi kerangka eksplorasi berbagai bahan dan

perangkat yang diperlukan.

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yang

berarti data yang didapat merupakan kata-kata, ungkapan, norma, atau aturan-aturan

dari fenomena yang diteliti. Adapun sifatnya adalah deskriptif, yaitu menggambarkan

pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara

Islam. Penelitian ini juga merupakan penelitian hukum yang bersifat normatif-

doktriner.

16 Syaukat Hussain, Human Right in Islam (India: Kitab Bhavan, 1996)

Page 15: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

2. Sumber Data

Penulis membagi sumber data dalam penelitian ini menjadi dua bagian, yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu sumber data pokok yang akan memaparkan masalah

yang akan dikaji, data primer penulis ambil dari buku, Min Fiqh al-Daulah fi al-

Islam, Makanatuha, Ma’alimuha, Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa

al-Ta’addudiyah wa al-Maar’ah wa Ghairu al-Muslimin17

karangan Yusuf al-

Qaradhawi.

b. Sumber data skunder, yaitu antara lain, Fatawa Mu’ashirah,18

al-Halal wa al-

Haram,19

dan Malamih al-Mujtama’ al-Muslim Alladzi Nansyuduhu.20

Buku-buku

tersebut juga merupakan karangan Yusuf al-Qaradhawi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi

dokumenter, yaitu mengambil data-data dari dokumen-dokumen atau literatur-

literatur yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

17 (Cairo: Dar al-Syuruq, 1997) 18 (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988) 19 (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1980) 20 (Cairo: Maktabah Wahbah, 1993)

Page 16: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam skripsi ini adalah deskriptif-analisis, yaitu

mendeskripsikan data-data yang ada (primer dan sekunder), kemudian

menganalisanya secara komprehensif agar tampak jelas rangkaian jawaban atas

persoalan yang berhubungan dengan pokok masalah.

5. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Panduan

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta Tahun 2007.21

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun dalam beberapa bab. Tiap-tiap bab terdiri

dari beberapa sub-sub bab, sesuai dengan kebutuhan kajian yang akan dilakukan.

Yakni sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai karya ilmiah, penelitian ini dimulai dengan

pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah. Yaitu hal-hal apa saja yang

melatar belakangi permasalahan yang dibahas. Agar masalah yang dibahas tidak

melebar pemaparannya, maka masalah tersebut dibatasi, dan kemudian dirumuskan.

Pada bab ini juga memaparkan tujuan dan manfaat penulisan, yaitu menjelaskan

21 Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syahid, 2007)

Page 17: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

tujuan penulis melakukan penelitian, dan manfaat apa yang akan dicapai. Selanjutnya,

dalam penelitian ilmiah harus ada metode penelitian agar penelitian tersebut dapat

terarah dan sistematis. Untuk itu, pada bab ini penulis memaparkan metode penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II BIOGRAFI YUSUF AL-QARADHAWI. Dalam bab ini, penulis

membahas sejarah ringkas kelahiran dan latar belakang keluarga Yusuf al-Qaradhawi,

jenjang pendidikan yang pernah dilalui. Selanjutnya aktivitas dan bagaimana karir al-

Qaradhawi di dunia Islam, dan karya-karya apa saja yang sudah dihasilkan.

Pembahasan ini diperlukan agar penulis bisa mengetahui latar belakang keluarga

Yusuf al-Qaradhawi, alur pemikiran, dan tokoh-tokoh yang mempengaruhi

pemikirannya.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KRITIK RAKYAT DALAM

NEGARA DEMOKRASI. Bab ini merupakan tinjaan umum tentang hak kritik

rakyat dalam negara demokrasi. Penulis mengawali pembahasan ini dengan

pengertian, bagaimana eksistensi kritik rakyat dalam suatu negara demokrasi,

diteruskan dengan bagaimana mekanisme penyampaikan kritik terhadap pemerintah.

Untuk mengetahui posisi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka pada

bab ini penulis memaparkan sejarah perkembangan hak kritik rakyat dalam

pemerintahan.

BAB IV TINJAUAN ISLAM TENTANG HAK KRITIK RAKYAT. Bab ini,

disamping bertujuan untuk mengetahui pandangan Islam tentang hak kritik rakyat,

pembahasan dalam bab ini juga sebagai perbandingan antara pandangan negara

Page 18: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

demokrasi dengan pandangan Islam secara umum tentang hak kritik rakyat.

Pembahasan dimulai dengan pengertian hak kritik rakyat, landasan hukum hak kritik

rakyat, bagaimana tata cara penyampaian kritikan. Bab ini diakhiri dengan sejarah

perkembangan hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam.

BAB V HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA

ISLAM MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI. Setelah menjelaskan pandangan

negara demokrasi dan pandangan Islam tentang hak kritik rakyat, maka pada bab ini

penulis baru memaparkan pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat

dalam pemerintahan negara Islam. Bab ini dimulai dari konsep dan dasar-dasar hak

kritik rakyat menurut Yusuf al-Qaradhawi, wadah dan bentuk hak kritik rakyat

menurut Yusuf al-Qaradhawi, apa persamaan dan perbedaan pandangan Yusuf al-

Qaradhawi dengan Islam tentang hak kritik rakyat?

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan sebuah kesimpulan dari bab-bab

sebelumnya atau konklusi dari penelitian tentang pemikiran Yusuf al-Qaradhawi

tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam. Bab ini juga berisi saran-

saran penulis, dengan apa yang telah penulis simpulkan.

Page 19: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
Page 20: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB II

KEHIDUPAN INTELEKTUAL YUSUF AL-QARADHAWI

A. Asal Usul Yusuf al-Qaradhawi

Yusuf Abdullah bin al-Qaradhawi lahir pada tanggal 9 September 1926 M di

desa Safth At-Turab.22

Desa ini terletak antara kota Thantha dan kota Al-Mahallah

Al-Kubra di Provinsi Barat Mesir. Desa tempat kelahiran beliau merupakan salah satu

tempat makam sahabat Rasulullah saw yang bernama Abdullah bin Harits ra. Yusuf

al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam.23

Keluarga al-Qaradhawi adalah keluarga yang tidak terlalu besar, dan termasuk

keluarga yang bermigrasi dari daerah lain. Tentang hal ini al-Qaradhawi pernah

mendengar pamannya yang bernama Ahmad, mengatakan bahwa asal-usul nenek

moyang al-Qaradhawi adalah dari sebuah daerah yang bernama al-Qaradhah dan al-

Qaradhawi dinisbahkan kepada nama kampung tersebut, sehingga terkenal dengan

nama al-Qaradhawi.24

Keturunan al-Qaradhawi yang paling terkenal adalah di daerah Sanhur al-

Madinah, yang terletak di kota Dasuq. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa

asas-usul keluarga di Safth At-Turab bermula dari kakek al-Qaradhawi yang bernama

Haji Ali.25

Di antara keluarga al-Qaradhawi yang berprofesi sebagai pedagang dan

banyak memiliki besan dari keluarga terpandang, tidak sedikit pun memiliki lahan

22 Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 1448 23 Sucipto Heri, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai al-Qaradhawi (Jakarta:

Hikmah, 2003), h. 336 24 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku. Terjemahan Cecep Taufiqurrahman, Nandang

Burhanuddin (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 99 25 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 102

Page 21: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

tanah. Karena itu, al-Qaradhawi yang bertani terpaksa menyewa tanah. Dari tanah

itulah keluarga al-Qaradhawi memetik hasilnya untuk memenuhi kebutuhan primer

keluarga dan untuk membiayai sewa tanah. Hal inilah yang menuntut seluruh anggota

keluarga al-Qaradhawi untuk bekerja keras membanting tulang sampai batas

maksimal, tidak mengenal istirahat dan tidak mengenal hura-hura.26

Sebelum menikah dengan ibu al-Qaradhawi, ayah al-Qaradhawi pernah

menikah dengan wanita lain tetapi kemudian mereka bercerai. Pada saat itu ibu al-

Qaradhawi adalah seorang janda yang masih sangat muda dari seorang saudara

sepupu ibu al-Qaradhawi sendiri. Laki-laki yang pertama kali menikahi ibu al-

Qaradhawi tinggal di Kairo, adalah seorang pemabuk yang suka meminum khamar

dan biasa pulang ke rumah setelah larut malam dalam keadaan mabuk,

pembicaraannya ngelantur dan tidak jelas. Saat itu ibu al-Qaradhawi adalah seorang

gadis desa yang masih sangat asing dengan perilaku seperti itu.27

Situasi ini diketahui oleh kakek al-Qaradhawi saat ia mengunjungi ibu al-

Qaradhawi. Oleh sebab itu, maka sang kakek meminta agar anaknya diceraikan oleh

suaminya. Mulai saat itulah ibu al-Qaradhawi tinggal di rumah kakeknya, pada saat

diceraikan ibu al-Qaradhawi sedang mengandung dan beberapa waktu kemudian

melahirkan anak perempuan yang diberi nama Ruhiyah, saudara seibu al-Qaradhawi

dan usianya (sekitar delapan tahun lebih tua dari al-Qaradhawi). Ruhiyah diasuh dan

dibesarkan di rumah kakek dan paman al-Qaradhawi sampai Ruhiyah dinikahi oleh

26 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 52 27 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 52

Page 22: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

saudara sepupunya (dari pihak ayahnya) di kota Zifra. Dari pernikahannya ini,

Ruhiyah dikaruniai beberapa orang anak laki-laki dan perempuan dan Ruhiyah

meninggal dunia saat anak-anaknya masih kecil.28

Sementara ayah al-Qaradhawi dikarenakan masih sendiri, kemudian

mengajukan lamaran untuk menikahi ibu al-Qaradhawi. Setelah pernikahan

berlangsung beberapa tahun kemudian, ibu mengandung al-Qaradhawi. Ayah dan ibu

sepakat jika bayi yang dilahirkan seorang laki-laki, maka akan dinamai Yusuf yang

diambil dari nama paman al-Qaradhawi yang meninggal sebelum mempunyai anak.

Nama Yusuf yang diberikan paman al-Qaradhawi adalah juga nama buyut al-

Qaradhawi. Oleh sebab itu, maka nama lengkap al-Qaradhawi adalah Yusuf bin

Abdullah bin Ali bin Yusuf.29

Ayah al-Qaradhawi menurut cerita pamannya yang bernama Ahmad, adalah

setengah petani dan setengah pedagang. Ketika ia berusia 2 tahun, ayahnya terserang

penyakit Bilharsia, yaitu sakit pada saluran air kecil. Karena jumlah dokter masih

sangat terbatas dan orang-orang yang dapat mengobati sangat terbatas maka ayah al-

Qaradhawi pun meninggal.30

Sebagai anak yatim ia hidup dan diasuh oleh pamannya,

ia mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pamannya itu seperti orang tuanya

sendiri. Seperti keluarganya, mereka juga orang yang taat beragama sehingga Yusuf

28 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 103 29 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 103 30 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 103

Page 23: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

lebih terdidik dan dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan agama dan syari’at

Islam.31

Ibu al-Qaradhawi berasal dari keluarga al-Hajar, sebuah keluarga pedagang

dan sangat terkenal dengan kecerdasannya. Ibu dan bibi al-Qaradhawi, adalah orang

yang sangat cerdas dalam berhitung meskipun tidak menggunakan catatan. Saudara

sepupu ibu al-Qaradhawi yang bernama Fatimah al-Hajar sangat pandai berhitung. Ia

dapat menghitung perkalian atau pun pembagian dengan angka-angka yang rumit

dalam waktu yang sangat singkat.32

Kakek al-Qaradhawi bernama Ali, memiliki seorang saudara laki-laki yang

bernama Muhammad. Ada yang mengatakan bahwa saudara kakek yang bernama

Muhammad itu pindah dari Shafth At-Turab dan menetap di kota Kafr Az-Ziyat. Ali

memiliki dua orang saudara perempuan yang kedua-duanya menikah di Shafth At-

Turab. Salah seorang di antara mereka bernama Fatimah menikah dengan seorang

laki-laki dari keluarga besar al-Buhairi, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat dan

merupakan keluarga yang sangat kaya raya. Di antara keturunan mereka adalah

Abdul Qadir, Abdul Wahab. Seorang lagi saudara perempuan kakek Qaradhawi

menikah dengan Syaikh Hasan al-Azuni. Mereka memiliki beberapa orang anak yang

di antaranya adalah Ahmad, Syasytawi, Abbas dan Muhammad. Mereka tinggal di

kampung al-Qaradhawi dan sekaligus merupakan tetangga al-Qaradhawi.33

31 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448 32 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 103 33 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 104

Page 24: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Kakek al-Qaradhawi (dari pihak ibu) meninggal dunia saat al-Qaradhawi

berusia tujuh tahun, al-Qaradhawi ikut menyaksikan pengurusan jenazahnya. Saat itu

al-Qaradhawi banyak mendengar dari masyarakat tentang kakeknya yang

menyanjung bahkan memujinya, dikarenakan kakek al-Qaradhawi adalah seorang

ulama yang sederhana namun keilmuannya sangat tinggi. Kakek, nenek, paman, dan

bibinya sangat menyayangi dan mencintai al-Qaradhawi. Kasih sayang mereka

semakin bertambah di saat al-Qaradhawi menginjak kelas empat Ibtidaiyah Al-Azhar.

Pada saat ibunya meninggal dunia, al-Qaradhawi saat itu masih duduk di kelas empat

Ibtidaiyah, maka sejak saat itulah kakek, nenek, paman dan bibi al-Qaradhawi seolah-

olah telah menjadi pengganti ibu kandung al-Qaradhawi yang telah meninggal

dunia.34

Dengan menelusuri asal-usul dan latar belakang keluarga Yusuf al-

Qaradhawi, penulis berpendapat bahwa masa kecil Yusuf al-Qaradhawi ternyata tidak

begitu beruntung, ayah dan ibunya meninggal dunia saat ia masih duduk di bangku

sekolah dasar. Meskipun demikian, Yusuf al-Qaradhawi dilahirkan dari keluarga

yang cerdas dan taat beribadah, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi sosok

yang cerdas, dan cinta kepada ilmu pengetahuan.

B. Pendidikan

Yusuf al-Qaradhawi merampungkan pendidikan sekolah dasar di desa asalnya

Thantha, kemudian ia melanjutkan sekolah menengah pertamanya di tempat yang

34 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 104

Page 25: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

sama atau disebut Ma’had Tsanawi, yaitu sekolah agama Al-Azhar di kota Thantha.

Ketika Yusuf al-Qaradhawi menjadi siswa pada tingkat ke-5 pada sebuah sekolah

menengah agama di kota Thantha tersebut, tahun 1948 terjadi musibah pemerintah

Mesir saat itu mengeluarkan keputusan pembubaran Jama'ah Ikhwanul Muslimin,

kekayaan Ikhwan dirampas, pengikut-pengikutnya disiksa dan sebagian besar di

antaranya dijebloskan ke dalam penjara. Musibah itu berakhir dengan adanya makar

dari pemerintah untuk membunuh Mursyid Hasan al-Banna.35

Yusuf al-Qaradhawi saat itu termasuk siswa yang ditahan di sebuah penjara

militer kelas 1 di Thantha. Setelah itu, kemudian dipindahkan ke penjara Haikastib

lalu ke penjara At-Thur di Sinai dengan menumpang kapal laut “Ayidah” dari kota

Suez dengan melintasi Teluk Suez menuju At-Thur, ia satu penjara bersama Muh al-

Gazali al-Khulli pengarang kitab Tadzkiratud Du’at dan beberapa buku orisinil

lainnya, maka dari merekalah ia banyak belajar atau berguru tentang sesuatu. Para

pelajar sekolah menengah yang berada di penjara At-Thur termasuk Yusuf al-

Qaradhawi dalam masa yang tidak terlalu lama dipindahkan ke Haikastib dekat kota

Kairo sebagai langkah awal pembebasannya. Setelah menempuh perjalanan yang

berat, melewati gurun pasir Sinai, dalam perjalanan kelompok ini dikumpulkan dalam

sebuah lori (kereta angkutan) yang tidak beratap. Mereka dijejal di dalamnya seperti

binatang ternak, panas matahari yang menyengat tubuh di siang hari, dinginnya

malam hari padang pasir menusuk-nusuk. Setelah beberapa bulan di penjara

Haikastib, kemudian dikembalikan ke penjara At-Thur dan dibebaskan setelah

35 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 140

Page 26: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

jatuhnya kabinet Ibrahim Abdul Hadi pada akhir Ramadhan lebih kurang tahun 1949

dan ia termasuk orang yang pertama kali dibebaskan.36

Setelah menyelesaikan pendidikan Tsanawiyah di Ma’had Al-Azhar Thantha,

kemudian al-Qaradhawi melanjutkan ke Universitas Al-Azhar pada Fakultas

Ushuluddin dan lulus pada tahun 1952, lalu memperoleh ijazah keguruan setahun

berikutnya tahun 1953. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke jurusan khusus

bahasa Arab di Al-Azhar selama 2 tahun. Dan ia menempati ranking pertama dari 500

mahasiswa lainnya dalam memperoleh ijazah internasional dan sertifikat

pengajaran.37

Kemudian tahun 1958, ia memperoleh ijazah diploma dari Ma’had al-

Dirasat Al-Arabiyah dalam bidang sastra dan bahasa. Selang tahun 1960 ia

mendapatkan ijazah Master di jurusan ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Sunnah di Fakultas

Ushuluddin.38

Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi menempuh jenjang pendidikan S3 di Al-

Azhar dan memperoleh gelar Doktor pada tahun 1972 dengan disertasi “Zakat dan

Dampaknya dalam Penanggulangan Kemiskinan” yang kemudian menjadi “Fiqh

Zakat”, sebuah buku yang sangat komprehensif membahas persoalan zakat dengan

nuansa modern. Di semua jenjang pendidikan tersebut ia memperoleh prestasi teratas

dengan cumlaude. Sebab keterlambatannya meraih gelar Doktor dikarenakan ia

36 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, h. 130 37

Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448 38 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448

Page 27: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

sempat meninggalkan Mesir karena kejamnya rezim yang berkuasa saat itu dan

menuju ke Qatar pada tahun 1961.39

Dengan demikian, Yusuf al-Qaradhawi telah membuktikan kecerdasannya

ketika ia masih berstatus mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya Yusuf

al-Qaradhawi menempati ranking pertama dari 500 mahasiswa dan mendapat predikat

cumlaude. Dengan prestasi akademis yang membanggakan itu, telah mengantarkan

Yusuf al-Qaradhawi menjadi seorang intelektual yang handal.

C. Aktivitas

Pada tahun 1949 yaitu pada masa pemerintahan al-Farouk, Yusuf al-

Qaradhawi terlibat dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin hingga ia masuk penjara

April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi revolusi Juni di Mesir.40

Pada bulan

Oktober kembali mendekam di penjara militer selama 2 tahun. Ia sibuk dengan

kegiatan da’wah sejak muda, ia terlibat gerakan da’wah dan masuk penjara beberapa

kali baik di masa kerajaan maupun di masa revolusi. Yusuf al-Qaradhawi

meninggalkan Mesir pada tahun 1961 akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu,

ia terpaksa menuju Qatar dan di sana mendirikan Fakultas Syariah di Universitas

Qatar. Kemudian di saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan

39 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448 40 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1449

Page 28: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Sunnah Nabi, ia mendapatkan kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai

tempat tinggalnya.41

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja di bagian pengawas urusan

agama bidang wakaf pemerintahan Mesir, dan di sekretariat bidang Kebudayaan

Islam di Al-Azhar, lalu menjadi Direktur di lembaga-lembaga pendidikan agama

miliknya. Bersamaan dengan itu, ia dipercaya sebagai ketua pendidikan agama

miliknya, ia juga dipercaya sebagai Dekan pada Fakultas Syariah dan Studi Islam,

juga sebagai Direktur Pusat Studi Sunnah dan Siroh yang ia sendiri sebagai

pengawasnya sehingga sekarang jabatan itu masih diembannya.42

Ia juga seorang orator ulung, penulis yang handal, dan seorang yang

mendalam ilmunya. Tulisan-tulisannya telah diterjemahkan ke dalam berbagai

bahasa. Ia pakar sebagai ilmuan keislaman dan sastrawan. Ia kini menjadi anggota di

berbagai lembaga ilmiah, da’wah Arab Islam dan Internasional. Di antaranya adalah

lembaga Fiqh di Rabithah Alam Islami, Lembaga Kajian Bidang Studi Peradaban

Islam di Yordania, Pusat Studi Islam Oxford, Majelis Sekretaris-sekretaris

Universitas Islam Internasional di Islamabad. Lembaga-lembaga Da’wah Islam di

Khartoum dan lain-lain. Ia juga mengepalai Unit Pengawasan Syari’at di berbagai

Bank Islam. Pada tahun 1991 M, al-Qaradhawi mendapat penghargaan dari IDB

(Islamic Developmen Bank) atas jasa-jasanya di bidang perbankan. Sedangkan pada

tahun 1992, al-Qaradhawi bersama Sayyid Sabiq mendapatkan penghargaan dari

41 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448 42 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448

Page 29: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang keislaman. Pada tahun 1996, al-

Qaradhawi mendapatkan penghargaan dari Internasional Islamic University Malaysia

atas jasa-jasanya dalam ilmu pengetahuan, dan pada tahun 1997 mendapatkan

penghargaan dari Sultan Hasan al-Bolkiah Brunai Darussalam atas jasa-jasanya

dalam bidang fiqh.43

Aktivitas Yusuf al-Qaradhawi tidak terbatas pada penulisan buku saja, tetapi

al-Qaradhawi juga terlibat langsung dengan berbagai media informatika, baik cetak

maupun elektronik. Selain itu, al-Qaradhawi mempunyai andil yang cukup besar

dalam beberapa acara televisi, seperti televisi Aljazeerah yang memberikan waktu

khusus bagi al-Qaradhawi untuk satu program mingguan dengan tema “Syari’at dan

Kehidupan”.44

Di samping itu, Yusuf al-Qaradhawi juga banyak tertarik pada tokoh-tokoh

Ikhwanul Muslimin lainnya, karena fatwa-fatwa dan pemikiran mereka yang kokoh

dan mantap. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Abdullah Darras, Bakhilal-Khauli,

dan Muhammad al-Ghazali, dan selain itu ia juga kagum dan hormat kepada Imam

Mahmud Syaltut mantan Rektor Al-Azhar dan Dr. Abdul Hakim Mahmud sekaligus

dosen yang mengajarnya di Fakultas Ushuluddin dalam bidang Filsafat. Meskipun

Yusuf al-Qaradhawi kagum dan hormat kepada tokoh-tokoh di atas, namun tidak

sampai melenyapkan sifat kritis yang dimiliki Yusuf al-Qaradhawi. Beliau

mengatakan:

43 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hudupku, h. 131 44

Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1448

Page 30: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

,>ل >?'�� أ��B �� ر�,A ا�%4ه< وأ�,��� وأ#�� CDرت �$4 و�Fأن ت H�3 Iا C%'� وآ�ن� �K,� 2�3 �4ه< أ�H ح$�AK إ'�$� و�3 A�%س� 45ن آ��C دراس�H ا

Artinya: Di antara nikmat Allah yang diberi kepada saya ialah terbebasnya

saya sejak dini dari ikatan mazhab, taqlid, dan ta’ashshub (fanatik) terhadap pendapat

seorang alim tertentu, meskipun pelajaran fiqh saya yang resmi adalah mazhab Abu

Hanifah..46

Tokoh favorit Yusuf al-Qaradhawi adalah kelompok ulama yang telah

memperkaya pembendaharaan kebudayaan Islam, yaitu ulama yang telah

mengadakan pembaharuan. Di antaranya adalah Ibnu Taimiyah dan Hasan al-Banna,

tidak aneh jika ia terpengaruh oleh mereka dalam produk ilmiah, sehingga Yusuf al-

Qaradhawi dapat menampilkan sejumlah karangan yang berbobot yang tersebar ke

berbagai dunia Islam.47

Yusuf al-Qaradhawi lebih mengutamakan kecintaannya

kepada bahasa Arab, sebab bahasa Arab merupakan bahasa Islam dan pintu gerbang

untuk memahami al-Qur’an dan Hadits. Yusuf al-Qaradhawi juga seorang ulama

yang tidak menganut suatu mazhab tertentu. Dalam bukunya al-Halal Wa al-Haram,

ia mengatakan, "saya tidak rela rasio saya terikat dengan satu mazhab".48

Demikianlah aktivitas Yusuf al-Qaradhawi, seorang ulama yang mengabdikan

hidupnya untuk dakwah. Dan tidak mengherankan, Yusuf al-Qaradhawi beberapa kali

45 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988), h. 6 46 Yusuf al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer. Terjemahan As’ad Yasin (Jakarta: Gema

Insani Press, 1996), h. 16 47 Ensiklopedi Hukum Islam, h. 1449 48 Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal wa al-Haram, (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1980), h. 3

Page 31: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mendapatkan penghargaan dari berbagai negara atas jasa-jasanya dalam dunia

dakwah.

D. Karya-karya

Yusuf al-Qaradhawi merupakan seorang ulama dan cendekiawan Islam yang

di dalam berbagai disiplin ilmu, berwawasan luas dan produktif. Tulisan-tulisannya

tidak hanya dalam buku-buku saja, tetapi juga melalui berbagai media, apakah itu

melalui majalah-majalah Islam atau melalui kaset-kaset ceramahnya atau tulisannya

di media elektronik (internet). Berbagai judul telah ia hasilkan melalui karya-

karyanya, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa oleh kaum Muslim di

seluruh dunia.49

Karya-karya Yusuf al-Qaradhawi antara lain, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam,

Makanatuha, Ma’alimuha, Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa al-

Ta’addudiyah wa al-Maar’ah wa Ghairu al-Muslimin (Cairo: Dar al-Syuruq, 1997).

Buku ini berisikan pembahasan tentang fiqh negara menurut pandangan Islam. Suatu

masalah yang kurang populer di kalangan kebanyakan kaum Muslimin belakangan

ini. Buku ini berupaya mengangkat isu sentral yang berkenaan dengan masalah fiqh,

yaitu masalah negara Islam. Bagaimana kedudukan negara Islam? Bagaimana hukum

mendirikannya? Apakah negara Islam merupakan negara madani? Atau negara

teokrat yang dipimpin oleh kaum Agamawan? Bagaimana cara menolak prasangka

yang mengatakan bahwa negara Islam merupakan negara agama yang ditegakkan

49 Sucipto Heri, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar Sampai Qaradhawi, h. 338

Page 32: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

berdasarkan hak Allah? Bagaimana pandangan Islam terhadap sistem demokrasi,

multipartai, dan non-Muslim? Dan masih banyak lagi topik-topik penting lainnya

yang dibahas dalam buku ini.

Selanjutnya Figh al-Zakah (Beirut: Muassasat al-Risalah, 1973). Sebuah buku

yang sangat komprehensif membahas persoalan zakat dengan nuansa modern. Buku

ini awalnya merupakan disertasi Yusuf al-Qaradhawi yang berjudul “Zakat dan

Dampaknya dalam Penanggulangan Kemiskinan”. Dalam buku ini dipaparkan

kedudukan zakat dan dampaknya dalam kehidupan masyarakat, makna zakat fitrah,

dan hukum zakat serta hikmahnya. Karya Yusuf al-Qaradhawi berikutnya adalah

Fatawa Mu’ashirah (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988). Buku ini berisikan fatwa-fatwa

Yusuf al-Qaradhawi tentang masalah-masalah kontemporer. Isi buku ini adalah

meliputi al-Qur’an dan tafsirnya, seputar hadits nabawi, aqa’id dan perkara ghaib,

zakat fitrah, haji dan umrah, wanita dan keluarga, hubungan sosial, dan lain

sebagainya.

Demikian sebagian karya-karya Yusuf al-Qaradhawi, dan masih banyak lagi

karya-karya beliau yang lainnya. Karya-karya Yusuf al-Qaradhawi tersebut penulis

cantumkan pada lampiran skripsi ini. Mengingat wawasan beliau yang luas, meskipun

usianya sudah lanjut, penulis yakin Yusuf al-Qaradhawi masih akan cukup produktif

untuk terus berkarya memperkaya khazanah pengetahuan dan peradaban Islam

dengan buku-bukunya yang masih mayoritas berisi komentar problemantika

kehidupan kontemporer.

Page 33: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB III

HAK KRITIK RAKYAT

DALAM NEGARA DEMOKRASI

A. Pengertian

Secara etimologi, hak kritik rakyat terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, kritik,

dan rakyat. Kata hak berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata haqqa, yahiqqu,

haqqan,50

artinya benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Haq adalah kewenangan atau

kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.51

Sementara kritik

berasal dari bahasa Inggris, yaitu critical yang berarti kecaman52

. Selanjutnya kata

rakyat juga berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata ra’iyyah.53

Adapun secara

terminologi, hak kritik rakyat adalah wewenang rakyat untuk menyampaikan

kecaman, anggapan dan penilaian tentang baik buruknya suatu pendapat, hasil karya

dan sebagainya.54

B. Eksistensi Hak Kritik Rakyat dalam Suatu Negara Demokrasi

Membicarakan lebih jauh tentang eksistensi hak kritik rakyat dalam suatu

negara demokrasi, penulis terlebih dahulu menjelaskan arti demokrasi. Demokrasi

50 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir; Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,

2002), h. 282 51 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia; Dari UUD1945 Sampai

dengan Amandemen UUD1945 tahun 2002 (Jakarta: Kencana, 2007), h. 94 52 John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003),

h. 155 53 A. W. Munawwir, h. 511 54 Peter Salim dan Yenny Salim, h. 499 dan 778

Page 34: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

berasal dari bahasa Yunani, yang secara etimologi “Demos" dan "Cratein”.55

Demos

adalah rakyat atau penduduk suatu daerah, sedangkan Cratein adalah kekuasaan atau

kedaulatan.56

Dari kedua kata tersebut lahirlah istilah demokrasi yang berarti sistem

pemerintahan suatu negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat. Dapat juga

dikatakan bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam kamus

Ensiklopedi Politik dikatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat, yaitu

dengan perantara wakil-wakilnya yang telah mereka pilih dalam suasana bebas.

Dalam dunia modern, demokrasi diartikan dengan suatu pemerintahan dari rakyat,

oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, for people).57

Jadi negara demokrasi adalah negara yang kekuasaan tertinggi berada di

tangan rakyat, rakyat berperan aktif dalam negara dan ikut serta menentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan negara tersebut. Dalam suatu negara demokrasi, sangat

menjunjung tinggi kebebasan menyampaikan kritikan, karena kebebasan tersebut

merupakan suatu indikasi dari negara demokrasi, dan hal tersebut sebagai suatu

bentuk partisipasi rakyat dalam pemerintahan negara bersangkutan.58

Sebagai contoh, demokrasi yang berlaku di Indonesia, Indonesia sebagai

negara demokrasi tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat 2:

55 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 81 56 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005),

h. 241 57 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada

Media, 2003), h. 3 58 Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 53

Page 35: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

"Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar".59

Makna kedaulatan rakyat adalah kekuasaan tertinggi dalam mengatur

negara haruslah ada di tangan rakyat, artinya milik rakyat. Salah satu mekanisme

dalam menjalankan kedaulatan rakyat adalah pemilu, di mana rakyat memilih calon

anggota legislatif dan calon presiden untuk menjalankan pemerintahan. Dalam kaitan

ini, calon legislatif dan calon presiden mengikat kontrak (sosial) dengan rakyat selaku

pemilik kedaulatan, yaitu semua janji yang diucapkan saat kampanye pemilu. Maka

kontrak sosial tersebut wajib dijadikan sebagai program pemerintah. Antara kontrak

sosial dan program pemerintah adalah satu paket, satu kesatuan yang utuh tidak boleh

dipisah satu dengan lainnya.60

Di samping hak kritik, terdapat pula hak rakyat untuk berserikat, hak untuk

memperoleh pekerjaan dan penghasilan, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan,

pendidikan dan lain-lainnya. Semua hak-hak dasar tersebut juga harus dijamin dan

dilindungi oleh negara. Hak-hak rakyat tersebut harus dituangkan dalam undang-

undang agar dijamin keberadaannya secara hukum.61

C. Wadah Penyampaian Kritik terhadap Pemerintah

Dalam suatu negara modern yang menganut sistem demokrasi, terdapat

beberapa wadah dalam penyampaian kritikan terhadap pemerintah, yaitu melalui:

59 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Hasil Amendemen) Pasal 1 ayat 2 60 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 53 61 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Hasil Amendemen) Pasal 28H

Page 36: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

1. Partai

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-

cita yang sama.62

Tujuan dari kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan

politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk

melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.63

Dalam buku Miriam Budiardjo, memberikan beberapa definisi partai politik

yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diantaranya: Carl J. Friedrich berpendapat,

partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan untuk merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi

pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota

partainya kemanfaatannya yang bersifat idil maupun materil. Menurut RH. Soltou,

partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisir, yang bertindak

sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,

dan bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum

mereka.64

Partai politik memiliki peran yang sangat strategis terhadap proses

demokratisasi. Partai politik adalah sebagai wadah bagi penampungan aspirasi rakyat.

Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi, yaitu keterlibatan

masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara melalui partai

62 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 161 63 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik (Bandung: Bina Cipta, 1986), Cet. VII, h. 42 64 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 161-162

Page 37: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

politik itulah segala aspirasi rakyat yang beraneka ragam dapat disalurkan secara

teratur.65

Partai merupakan tempat berhimpunnya orang sepaham atau yang sama

kepentingannya tentang apa yang hendak ia capai. Bahkan partai dapat menyalurkan

kepentingan orang yang bukan anggota partai bersangkutan. Jadi pendapat yang

disalurkan oleh suatu partai tidak mesti selamanya berasal dari anggota partai

tersebut. Partai merupakan sarana atau wadah untuk menyampaikan pendapat,

kritikan, dan salah satu bentuk partisipasi rakyat dalam mempengaruhi proses

kebijaksanaan umum. Di samping itu, partai juga dapat menentukan pemimpin

pemerintahan, partai politik atas nama partainya dapat mengajukan tuntutan,

mendukung atau oposisi terhadap pemerintah.66

Sistem kepartaian yang berlaku di negara-negara demokrasi, berbeda antara

satu negara dan negara lainnya. Pada setiap negara ada yang menerapkan sistem

partai-tunggal (one-party system), sistem dwi-partai (two-party system), dan sistem

multi-partai (multi-party system).67

Pertama, sistem partai-tunggal (one-party system). Dalam bentuk ini hanya

ada satu partai yang berkuasa mutlak dalam suatu negara. Karena di negara dan

dalam masyarakat itu hanya ada satu partai saja dan jumlah anggota partai tersebut

hanya sedikit jika dibandingkan dengan seluruh penduduk, maka terdapat diktator

65 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 55 66 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 167 67 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 167

Page 38: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

minoritas yaitu kekuasaan di tangan golongan kecil. Sebagai contoh partai Nazi di

Jerman, partai Pascis di Itali, dan negara-negara komunis.68

Kedua, sistem ini adalah sistem dwi-partai (two-party system) sebagai wadah

penyalur aspirasi rakyat, seperti di Amerika Serikat, ada partai Republik dan Partai

Demokrat. Adakalanya, sistem kepartaian di Inggris dan Australia digolongkan

sebagai sistem dwi-partai, walaupun sebenarnya terdapat lebih dari dua partai, partai-

partai lainnya bisa ikut dalam struktur pemerintahan jika berkoalisi dengan partai

besar, yaitu salah satu dari dua partai yang berpengaruh dan banyak pendukungnya.69

Ketiga, sistem multi-partai (multi-party system). Dalam Dewan Perwakilan

Rakyat, terdapat banyak partai sebagai pencerminan dari kehendak rakyat. Sesudah

pemilihan umum partai yang terbanyak memperoleh kursi di DPR, maka partai

tersebut yang memegang pemerintahan. Contoh negara yang menganut sistem ini

adalah Indonesia.70

Dengan demikian, partai politik melalui wakil-wakilnya di parlemen

berfungsi sebagai wadah penyalur aspirasi rakyat, idealnya harus benar-benar

mendengarkan keluhan dan aspirasi rakyat. Biasanya partai oposisi yang paling

gencar melakukan kecaman dan kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Namun

kenyataan yang ada, tidak sedikit partai politik yang tidak bisa sepenuhnya

68 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 54 69 Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, h. 54 70 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 169

Page 39: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyalurkan aspirasi rakyat. Apalagi partai-partai yang secara tegas menyatakan

koalisi dengan pemerintahan yang berkuasa.71

2. Pers

Istilah "pers" berasal dari Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press,

secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara

tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications).72

Dalam perkembangannya, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam

pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas

meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran,

dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada

media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita. Di negara-

negara yang menganut sistem demokrasi, sampai sekarang pers masih dianggap

memiliki daya persuasi yang kuat dan berpengaruh besar kepada masyarakat. Kata-

kata Napoleon Boneparte, "Aku lebih takut pada empat surat kabar yang terbit di

Paris dari pada seratus serdadu dengan senapan bersangkur terhunus", sampai

sekarang masih berlaku, pers diperlukan dan juga ditakuti.73

Pandangan cendekiawan Barat pada pers dengan pengaruhnya yang besar itu

terlalu berbobot pada kelembagaan formal. Memang pers tidak dipilih melalui

71 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 167 72 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 145 73 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komuikasi, h. 147

Page 40: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

undang-undang seperti lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif, sebab

pers adalah lembaga masyarakat. Karena merupakan lembaga kemasyarakatan, pers

mempunyai tanggung jawab sosial (social responsibility). Meskipun pers merupakan

lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan yang bertanggung jawab kepada

masyarakat, tidak berarti ia tidak mempunyai tanggung jawab nasional (nation

responsibility), tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Ini berarti, pers akan

membela masyarakat bila pemerintah melakukan tindakan yang merugikan

masyarakat. Akan tetapi, bila negara menghadapi bahaya, pers akan membelanya.74

Akan tetapi, bagaimana pun baiknya pemerintahan, tidak dapat dipastikan

tidak ada kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu, secara konstitusional ada

lembaga legislatif dan yudikatif yang mengawasinya. Dan bagaimana pun telitinya

pengawasan yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut, belum tentu juga tidak ada

yang tidak terawasi. Dalam hubungan inilah pers sebagai wakil masyarakat dengan

"kekuasaannya" itu mengawasi tindakan ketiga lembaga tadi dengan memberikan

kritikan jika ternyata kebijakannya tidak sesuai atau menyimpang dari konstitusi.75

Indonesia sebagai negara demokrasi, menempatkan pers sebagai alat

perjuangan nasional. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang No 21 Tahun

1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Undang-undang tersebut dinyatakan:

Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai

karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa

penerbitan yang teratur waktu terbitnya diperlengkapi atau tidak diperlengkapi

74 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 147 75 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 148

Page 41: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan alat-alat poto, klise, mesin-mesin

stencil atau alat-alat tehnik lainnya.76

Definisi pers itu menunjukkan bahwa pers di Indonesia merupakan lembaga

kemasyarakatan (social institution), bukan lembaga pemerintah. Mengenai hal ini,

dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa "Pers mempunyai hak kontrol, kritik, dan

koreksi yang bersifat konstruktif". Dengan demikian, pers Indonesia harus

mempunyai idealisme, pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan

sekedar penjual berita untuk mencari keuntungan finansial.77

Pers di negara-negara demokrasi -termasuk Indonesia- merupakan perusahaan

yang mencari keuntunan finansial. Meskipun demikian, dalam upaya mencari

finansial itu, pers tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai lembaga yang

dinamakan pers. Pers tanpa idealisme, dalam arti hanya mengejar keuntungan

finansial, merupakan perusahaan semata-mata yang tidak ada bedanya dengan

perusahaan teh botol atau perusahaan rokok. Idealisme yang melekat pada pers

sebagai lembaga kemasyarakatan ialah melakukan social control dengan menyatakan

pendapatnya secara bebas, tetapi sudah tentu dengan perasaan tanggung jawab bila

pers itu menganut social responsibility.78

Idealisme yang disandang pers tidak selalu berarti harus menentang

pemerintah, apalagi mencari-cari tindakan pemerintah yang negatif untuk kemudian

menyebarluaskan kepada masyarakat. Idealisme pada pers berarti juga mendukung

76 Undang-Undang No 21 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. 77 Onong Unchjana Efendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), h. 65 78 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 147

Page 42: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

pemerintah dan menyebarkan kegiatan-kegiatan pemerintah yang positif agar

diketahui, dan memotivasikan masyarakat.79

Idealisme yang melekat pada pers dapat dijabarkan dalam pelaksanaan fungsi-

fungsinya, salah satu fungsi pers adalah fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi

mempengaruhi inilah yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam

kehidupan masyarakat. Sebagaimana Napoleon pada masa jayanya pernah berkata

bahwa ia lebih takut kepada empat surat kabar dari pada seratus serdadu dengan

senapan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat kabar yang ditakuti ini ialah surat

kabar yang independent, yang bebas menyatakan pendapat, kritik, kecaman, bebas

melakukan social conrtol, bukan surat kabar yang membawakan "his Masteris voice".

Fungsi mempengaruhi dari surat kabar, secara imlisit terdapat pada tajuk rencana dan

artikel.80

D. Sejarah Perkembangan Hak-Hak Politik Rakyat

Perjalanan panjang umat manusia di dunia, banyak diwarnai dengan sisi

kelam peristiwa-peristiwa yang mengungkapkan keprihatinan. Manusia baik secara

individual maupun secara kolegial berjuang mati-matian melawan penindasan,

pencampakan, serta perampasan hak-hak asasi manusia dari orang atau kelompok

lain. Tindakan mengabaikan dan memandang rendah hak-hak dasar manusia telah

menimbulkan kemarahan dalam hati sanubari setiap orang yang berakibat pada

79 Onong Unchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, h. 65 80 Onong Unchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, h. 66

Page 43: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

timbulnya konflik fisik dan senjata yang berkepanjangan. Secara hisroris, usaha-

usaha untuk memecahkan persoalan kemanusiaan telah dirintis sedemikian rupa.

Hampir seluruh pemikiran yang telah berkembang menguatkan pendirian akan

pentingnya citra manusia, yakni kemerdekaan dan kebebasannya.81

Perjuangan para bangsawan Inggris untuk mendapatkan kembali hak-haknya

yang telah dicampakkan oleh kecongkakan kekuasaan raja John (saudara raja Richard

berhati singa, seorang pemimpin tentara salib), merupakan salah satu upaya yang

dilakukan dengan tujuan membendung kekuasaan raja yang bertindak secara

sewenang-wenang. Perjuangan mereka pada akhirnya membuahkan hasil, ditandai

dengan lahirnya sebuah Piagam Agung (Magna Charta) sebuah dokumen historis

yang berisikan pemberian batasan yang jelas dan tegas terhadap kekuasaan raja yang

absolut dan totaliter sehingga hak-hak dasar rakyat tetap terjamin.82

Secara umum, para pakar di Eropa berpendapat bahwa kemunculan hak

politik rakyat di kawasan Eropa ditandai dengan munculnya “Perjanjian Agung”

(Magna Charta) di Inggris pada 15 Juni 1215.83

Piagam ini berisikan tentang raja

yang pada awalnya memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi

ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi

kekuasaannya dan dapat diminta pertanggung jawabannya di muka hukum.84

Dengan

piagam ini maka dipraktekkan ketentuan yang menjelaskan jika raja melanggar

81 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 50 82 Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Kompilasi Hak-Hak Asasi

Manusia (Jakarta: YLBHI, 1980), h. 4 83 Edward Powell, Kingship, Law and Society; Criminal Justice in the Reign of Henry V

(Oxford: Clarendon Press, 1989), h. 33 84 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 51

Page 44: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

hukum, maka ia harus diadili sebagaimana rakyat jelata dan mempertanggung

jawabkan kebijaksanaannya kepada parlemen. Raja terikat oleh aturan hukum dan

bertanggung jawab kepada rakyat. Pasal 21 Magna Charta mengatakan, “Earls and

barons shall be fined their equal and only in proportion to the measure of the

offence” (para Pangeran dan baron akan dihukum (didenda) berdasarkan atas

kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya).85

Kelahiran Magna Charta kemudian diikuti oleh lahirnya undang-undang hak

(The Bill of Rights) di Inggris pada tahun 1628. Gerakan emansipatorik dan revolusi

kemanusiaan yang terjadi di Inggris itu kemudian menjadi sumber inspirasi timbulnya

gerakan revolusioner di Prancis dan Amerika.86

Pada 4 Agustus tahun 1789, di Prancis dicetuskan Deklarasi Hak-hak Asasi

Manusia dan Warga Negara (Declaration des Droits de I'homme et du

Citoyen/Declaration of the Rights of Man and of the Citizen), sebuah deklarasi yang

menjamin persamaan hak dan penghormatan terhadap harkat dan martabat

kemanusiaan, egalite (persamaan), fraternite (persaudaraan) dan liberte

(kemerdekaan).87

Demikian pula di Amerika pada kurun waktu yang hampir

bersamaan disahkan sebuah undang-undang hak (The Bill of Rights) yang kemudian

menjadi bagian utama dari Undang-Undang Dasar Amerika pada 6 Juli 1776.88

Dalam perkembangan selanjutnya, konsepsi hak-hak politik rakyat terus menerus

85 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 51 86 Edward C. Smith, The Constitution of the United States (New York: Barnes, 1966), h. 17 87 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 52 88 Edward C. Smith, The Constitution of the United States, h. 20

Page 45: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengalami perubahan. Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat, pada 06

Januari 1941 memfokuskan empat macam hak asasi manusia yang kemudian dikenal

dengan "The four freedoms", yaitu kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat,

(Freedom of speech), kebebasan memeluk agama (freedom of religion), kebebasan

dari kemiskinan (freedom of want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom of fear).89

Rumusan yang dicetuskan oleh Roosevelt tersebut di atas dapat dijabarkan

sebagai pembagian hak yang terdiri atas empat bagian, yakni kebebasan berbicara dan

menyampaikan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai

dengan ajaran agama yang dipeluknya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam

pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan

sejahtera bagi penduduknya. Serta hak kebebasan dari ketakutan yang meliputi usaha

pengurangan persenjataan, sehingga tidak satu pun bangsa (negara) berada dalam

posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap negara lain.90

Dari perkembangan historis di atas, penulis berpendapat bahwa terdapat

perbedaan filosofis dari beberapa negara di Barat tentang perkembangan hak-hak

dasar dan politik rakyat, baik dari segi nilai maupun orientasi. Di Inggris lebih

menekankan pada pembatasan kekuasaan raja, dimana raja tidak dibenarkan berlaku

sewenang-wenang, dan rakyat pun dibenarkan untuk mengkritik kebijakan raja yang

melanggar undang-undang. Di Amerika Serikat lebih mengutamakan kebebasan

individu, dimana setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan untuk

89 M. Lukman Hakim (ed), Deklarasi Islam tentang HAM (Surabaya: Risalah Gusti, 1993), h.

6 90 A. Ubaedillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 203-204

Page 46: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

hidup dan mendapat kebahagiaan. Sedangkan di Prancis lebih memprioritaskan

egalitarianisme persamaan kedudukan di hadapan di hadapan hukum (equality before

the law).91

Dimensi baru hak-hak asasi manusia yang dirumuskan oleh D. Roosevelt itu

kemudian menjadi inspirasi dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rumusan

Universal Declaration of Human Rights 1948. Dimana umat manusia melalui wakil-

wakilnya yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

sepakat dan bertekat untuk memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis

formal terhadap hak-hak asasi serta mensosialisasikannya.92

Dari perspektif kultural dan sosial, pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi

manusia dapat dipandang sebagai puncak peradaban umat manusia dan merupakan

titik temu antara dunia Timur dan dunia Barat.93

Deklarasi universal tentang hak asasi

manusia merupakan salah satu prestasi signifikan yang diraih PBB dalam rentang

sejarah berdirinya organisasi ini. Sejak pendeklarasiannya tahun 1948, isu tentang

HAM terus hangat dibicarakan sampai sekarang. Dalam deklarasi tersebut, manusia

mendapat posisi sentral dimana harkat dan martabat manusia, hak-hak dan kebebasan

91 Ramli Hutabarat, Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before the Law) di Indonesia

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 74 92 Bambang Sutiyo, Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia dalam

UNISIA (Yogyakarta, UII Press, 2002), h. 85 93 YLBHI, h. 8

Page 47: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

politiknya dijunjung tinggi dengan tanpa membedakan suatu bangsa, jenis kelamin,

warna kulit, bahasa, agama, atau unsur kedudukan lainnya.94

Upaya pembenahan hak-hak politik rakyat terus dilakukan dari waktu ke

waktu. Dalam rangka mencari rumusan yang sesuai dengan konteks zaman. Untuk

memberikan jaminan hukum dalam bidang politik, pada 16 Desember 1966 Sidang

Umum PBB merumuskan persetujuan (covenant) internasional tentang hak-hak sipil

dan politik (Internasional Covenant of Sipil and Political Rights). Dokumen ini

merupakan dokumen bagi penyelenggaraan dan penegakan hukum dan hak asasi

manusia dalam bidang politik. Covenan (dokumen persetujuan) ini terdiri atas 53

Pasal yang mengatur tentang hak-hak warga negara di bidang sipil dan politik.95

E. Hak Kritik Rakyat dalam Negara Indonesia

Dalam konteks hak rakyat untuk mengkritik, mengontrol, dan mengawasi

jalannya pemerintahan, Indonesia sebagai suatu negara demokrasi telah memberikan

jaminan hukum melalui konstitusi. Hal ini sebagai bukti bahwa negara bertanggung

jawab atas tegaknya supremasi hukum.96

Bila dikaji baik dalam Pembukaan, Batang

Tubuh, maupun Penjelasan akan ditemukan setidaknya ada 15 (lima belas) prinsip

hak asasi dan hak politik warga negara, salah satu hak politik tersebut adalah

sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD

94 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 54 95 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 55 96 Majda al-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 94

Page 48: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

1945) Pasal 28E ayat 3 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas kebebasan

berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.97

Dalam undang-undang (Pasal 28E ayat 3) ini tidak ditemukan sebuah

pengaturan yang tegas tentang hak rakyat dalam mengkritik pemerintah, undang-

undang ini hanya memberikan kebebasan kepada setiap warga negara untuk

mengeluarkan pendapat. Akan tetapi, satu hal yang patut mendapat apresiasi positif

adalah, bahwa para pendiri bangsa Indonesia telah berhasil memformulasikan sebuah

tatanan kehidupan nasional berikut jaminan atas HAM.98

Selanjutnya, sebagai bagian dari hak politik rakyat, pada tanggal 26 Oktober

1998 diberlakukan UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan

Pendapat di Muka Umum.99

(LNRI RI Tahun 1998 No. 181, TLNRI Nomor 3789).

UU ini memiliki nilai penting dalam menjamin hak kebebasan berpendapat sebagai

hak asasi manusia. Pasal 1 menyatakan, “Kemerdekaan menyampaikan pendapat

adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan,

dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 100

Dengan demikian, negara Indonesia merupakan yang berdasar atas hukum

(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machts-staat).101

Dimana

97 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Hasil Amandemen ke-2) Pasal 28E ayat 3 98 Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia

(Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 85 99 UU ini terdiri dari 7 bab dan 20 Pasal 100 UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum,

Pasal 1 101 Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia, h. 92

Page 49: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

undang-undang memberikan jaminan terhadap rakyatnya untuk ikut serta dalam

penyelenggagaan negara. Rakyat diberikan hak untuk mengkritik pemerintah, apabila

kebijakan-kebijakan yang dihasilkan pemerintah tersebut tidak bertujuan untuk

mensejahterakan rakyat Indonesia.102

102 Harun al-Rasyid, Himpunan Peraturan Hukum Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1983), h.

15

Page 50: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB IV

HAK KRITIK RAKYAT DALAM ISLAM

A. Pengertian

Dalam kamus bahasa Arab, secara etimologi, kata hak diambil dari kata

haqqa, yahiqqu, haqqan,103

artinya benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Kata kritik

disebut dengan kalimat �,�" " dan " "A(ر�'� yang berarti pertentangan pendapat.104

Sedangkan kata rakyat diambil dari kata ra’iyyah.105

Sedangkan dalam Islam, istilah

kebebasan atau hak untuk mengajukan kritik dan memantau kegiatan pemerintah

disebut dengan hurriyah al-mu'aradhah, juga dikenal sebagai hurriyyah naqd al-

hakim.106

B. Landasan Hukum

Kehidupan masyarakat dalam negara Islam dibangun di atas suatu gagasan

kemaslahatan bagi semua anggota masyarakat. Kemaslahatan ini terwujud ketika

tidak ada pengekangan, apalagi perampasan hak-hak sosial dan hak-hak individual.107

Ketika kemaslahatan itu terganggu oleh pemerintah berikut aparaturnya, maka

muncul kewajiban kolektif (wajib kifayah) untuk melenyapkan pelanggaran tersebut

103 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir; Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,

2002), h. 282 104 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, h. 1452 dan 919 105 A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, h. 511 106 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam (Malaysia: Berita

Publishing, 1994), h. 49 107 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan (Yogyakarta: FH UII

PRESS, 2007), h. 38

Page 51: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yaitu melalui tindakan amar ma'ruf nahi munkar. Dengan kata lain, upaya perbaikan

masyarakat menuntut seluruh warga negara untuk bekerja sama bahu membahu

memperbaiki dan meningkatkan martabat umat melalui seluruh sarana yang ada.108

Allah telah mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk melakukan kritik

kepada penguasa apabila mereka merampas hak-hak rakyat, menyimpang dari

hukum-hukum Islam. Dan perintah kepada mereka untuk mengubah para penguasa

tersebut bersifat tegas. Dalil-dalil tentang perintah pada kema'rufan serta menolak

kemunkaran itu merupakan dalil-dalil yang mewajibkan muhasabah kepada seorang

penguasa. Karena dalil-dalil itu bersifat umum yang mencakup penguasa maupun

yang lain.109

Dimana Allah telah memerintahkan amar ma'ruf nahi munkar dengan

perintah tegas. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104:

�������� ���� �� ������ ������� ����� � !"��#$% ��!�&'��� ($!*�+&,$$�- ���./0��� 1�� 2!"��3☺��$% 5 .689:"�'��� �*; <=�3"�>�?3☺��$% Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.

Dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Ulama sepakat bahwa amar ma'ruf nahi munkar itu merupakan kewajiban

yang diperintahkan Allah melalui redaksi ayat tersebut, khususnya pada kalimat �#� و

108 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam, h. 52 109 Nabhani, Taqiyuddin, Nizham al-Hukum fi al-Islam (Bangil : Al-Izzah, 1997), h. 325

Page 52: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yaitu bentuk kata kerja present yang disisipi dengan "harf al-lam al-amr", yang

berarti amar ma'ruf nahi munkar ini merupakan sesuatu yang wajib dijalankan dalam

kehidupan kolektif.110

Dalam surat Ali Imran ayat 110 Allah berfirman:

�A0�B � !.C D����� �E.F2!C�� �$��> � ��HI3J&'"K ($!*.☺��$$�- <=�./�"K� 1�� 2!⌧M03☺��$% ���0 �"*K� NO$$�- � �"�� <P��%�� Q;� R>:�A(M��$% ��S"�"� %0 !.C �3/T� 5 �3/0 �� <=�� �"3☺��$% �*; "�UV�� ���W�(X:⌧?��$% Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Surat al-A'raf ayat 157 Allah berfirman:

�Y STO$% <=�*�6[��� �\�3]^!�$% _`R��0�$% aFbAcd$% e STO$% fg�+3�(/"h $i-�A��� �*;.�� ��Y �k�l�[A�$% mQn(/oEp$%� �*;!�&'�� ($!*.☺��$$�- �3/q�rs��� 1�� 2!⌧M�3☺��$% lQ ��h� tu3/"� E:�MbnTv�$% w2b!���h� tu�/�x�>�y .s89:�M.z��$% 3{|}��� �3/0� �*;� ~��� |Q:�>�~�d$%� `R�T�$% �E�+S⌧B u�/�x�>�y 5 <� STO$$"& �%�0��%�� � g�- �Hl�e�� �!���+� �%�*�6�K$%� �l�l0�$% �e STO$% �\2e+��

110 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 39

Page 53: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

?fg.*�� � .689:"�'�� �*; <=�3"�>�?3☺��$% Artinya: (yaitu) Orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,

yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari

mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-

beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang

beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang

yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(Surat al-A'raf ayat 157)

Di dalam semua ayat tersebut, Allah telah memerintahkan amar ma'ruf nahi

munkar dan Allah menyertai perintah tersebut dengan qarinah (indikasi) yang

menunjukkan adanya suatu keharusan (Jazman) dan pujian bagi orang yang

melakukannya, dengan firman-Nya "mereka adalah orang-orang yang beruntung".

Maka indikasi tersebut merupakan sebuah indikasi yang menunjukkan bahwa

perintah itu merupakan perintah yang bersifat tegas, dan itu berarti hukumnya adalah

fardu. Sedangkan melakukan kritik terhadap penguasa itu tidak lain hanyalah

memerintahkan untuk berbuat ma'ruf sehingga muhasabah tersebut hukumnya

fardu.111

Selanjutnya, dalam surat an-Nisa' ayat 148 Allah berfirman:

� �> ��h �O$% �!�/.���$% ����X�$$�- C� � R\�"���$% ���� ��� Cu�>W3

Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus

terang kecuali oleh orang yang dianiaya. (Surat An-Nisa' ayat 148)

111 Syaukat Husein, Human Right in Islam (India: Bhavan, 1984), h. 42

Page 54: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Maksudnya, Allah sangat mencela ucapan-ucapan buruk atau kutukan-

kutukan yang keras. Namun bagi orang-orang yang menjadi korban ketidak adilan

atau tirani, Allah memberikan hak kepada mereka untuk melakukan protes terbuka

terhadap perlakuan zalim yang telah mereka terima. Hak ini tidak dibatasi terhadap

pribadi-pribadi saja, tetapi berlaku untuk umum. Oleh karena itu, apabila pribadi atau

sekelompok orang yang memegang kekuasaan dan kemudian menindas individu-

individu, sekelompok manusia atau suatu partai, maka mereka yang tertindas itu

memperoleh hak dari Allah untuk mengkritik penguasa tersebut secara terang-

terangan, dan hak ini tidak bisa dirampas atau diingkari siapa pun.112

Hadits sebagai sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur'an, juga banyak

menjelaskan perintah pada kema'rufan dan mencegah perbuatan munkar. Nabi

Muhammad saw juga menganggap protes terhadap penguasa zalim itu sebagai jihad

yang paling baik.113

Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:

�D لا$�H ص�2 اI ���3 و س� �3 أ�H ا�P ري أن : �7R آ�%A �3ل دأن �� أ03 ا

S 3$� س��� ن ج��� �Uى (�114)روا� ا

Artinya: Diriwayatkan dari al-Hudri, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda;

Sesungguhnya di antara jihad yang paling utama adalah mengatakan keadilan

(perkataan yang benar) di hadapan penguasa zalim. (H. R. Imam al-Tirmizi).

112 Abu al-A'la al-Maududi, Hak Asasi dalam Islam. Terjemahan Achmad Nashir Budiman

(Bandung: Pustaka, 1985), h. 52 113 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 64 114 Imam al-Tirmizi, Jami’ al-Tirmizi (Riyadh, Dar al-Salam, 1999), Cet. 1, h. 499

Page 55: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Rasulullah saw pun telah memperingatkan kaum muslimin untuk tidak diam

terhadap tirani atau kezaliman. Sayidina Abu Said al-Khudri meriwayatkan bahwa

Rasulullah saw bersabda:

ن ����� ��,��� وذ( رأى�� � ������� ����� ن � ���� ���ا ��� ��#$� #$�

�%�ن 115)روا� ا%��(أ)'& ا

Artinya : “Barang siapa melihat kemunkaran, maka dia harus merubahnnya

dengan tangannya, dan jika tidak sanggup maka rubah dengan kata-katanya, dan jika

hal ini pun tidak sanggup, maka rubahlah dengan membencinya sepenuh hati. Dan

inilah keadaan iman yang paling lemah.”

Kewajiban mengajak manusia ke arah kebaikan dan mencegah mereka

menempuh jalan kemunkaran adalah kewajiban semua manusia Muslim sejati.

Apabila ada pemerintahan suatu negara yang menyita hak tersebut dan menghalangi

mereka untuk melaksanakan tugas tersebut, maka pemerintahan tersebut secara

langsung telah menentang perintah Allah. Pemerintah tersebut tidaklah berkonflik

dengan rakyat, tapi dengan Allah. Ia berperang dengan Allah dengan merampas hak

rakyat yang telah diberikan Allah, bukan hanya sebagai hak tetapi juga sebagai

kewajiban.116

C. Tata Cara Penyampaian Kritik

Salah satu permasalahan kenegaraan yang sering muncul adalah pertentangan

suatu pribadi atau kelompok terhadap kekuasaan. Hal ini sangat mungkin terjadi

karena pemegang kekuasaan tidak mampu menyahuti dan memuaskan aspirasi semua

115 Imam Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Fikr, 1973), h. 167 116 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 40

Page 56: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

warga negaranya atau tidak mampu menjalankan pemerintahan dengan baik dan

adil.117

Menurut Mu'tazilah, Zaidiyah, Khawarij dan mayoritas Murji'ah, umat Islam

harus mengangkat senjata untuk menyingkirkan penguasa yang durhaka. Abu Bakar

Asham al-Mu'tazili, salah seorang pemuka Mu'tazilah, berpendapat bahwa

menyingkirkan kepala negara yang durhaka dengan kekuatan senjata adalah wajib,

apabila telah ditemukan kepala negara lainnya yang lebih adil.118

An-Nabhani juga menegaskan wajibnya umat Islam melakukan koreksi dan

mengangkat senjata kepada penguasa. Sifat perintah ini tegas apabila kepala negara

telah merampas hak-hak rakyat, mengabaikan kewajiban-kewajibannya, melalaikan

urusan rakyat, menyimpang dari hukum Islam atau memerintah dengan selain hukum

Islam yang diturunkan oleh Allah.119

Namun kelompok Sunni berpendapat, bahwa mengangkat senjata kepada

kepala negara yang durhaka tidak dibenarkan. Ibn Taimiyah malah mengharamkan

pemberontakan terhadap kepala negara dan pendapat bahwa enam puluh tahun berada

di bawah kepemimpinan kepala negara yang zalim lebih baik dari pada sehari hidup

tanpa pemimpin.120

117 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 56

118 Muhammad Yusuf Musa, Mizham al-Hukm fi al-Islam (Cairo: Dar Al-Katib Al-'Arabi,

t.tp.), h. 120 119 Nabhani, Taqiyuddin, Nizham al-Hukum fi al-Islam, h. 331 120 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001), h. 214

Page 57: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Meskipun kebebasan berpikir dan berkritik dijamin dalam Islam, namun

bukan tanpa batas. Kebebasan ini harus dalam bingkai kebenaran dan kewajaran,

tidak boleh dipergunakan untuk menghasut orang agar meremehkan syari'at atau

melawan pemerintahan yang sah, menyebarkan dekadensi moral dan memerosotkan

norma kesusilaan masyarakat. Dalam bahasa al-Qur'an, menyampaikan pendapat

harus bi al-hikmah wa al-mau'idhah al-hasanah wa jadilhum billati hia ahsan,

dengan bijaksana dan nasehat yang baik serta membantah mereka dengan cara yang

paling baik.121

Menurut Imam al-Ghazali, amar ma'ruf nahi munkar atau jihad terhadap

penguasa yang zalim hanya dapat dilakukan dengan memberitahukan adanya

kemunkaran dan memberikan nasehat. Adapun mencegah dengan kekerasan, tidak

dapat dilakukan karena akan dapat menimbulkan fitnah atau bencana yang mungkin

lebih besar bagi seseorang atau masyarakat.122

Para pemimpin yang zalim pada

umumnya tidak menyukai kebebasan berbicara yang diungkapkan oleh orang-orang

bijak, meskipun dengan maksud kritik membangun atau memberikan advis dan

meluruskan penyimpangan, juga tidak menyukai kebebasan adu argumentasi.123

D. Sejarah Perkembangan Hak Kritik Rakyat

121 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 41 122 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din (Dar Fikr, 1995),

h. 295 123 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 40

Page 58: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Rasulullah saw selama hidupnya telah memberikan kebebasan kepada kaum

Muslimin dalam mengungkapkan pendapat mereka yang berbeda dengan beliau.

Rasulullah saw telah membentuk kepribadian para sahabat sedemikin rupa sehingga

mereka dapat mengekspresikan perbedaannya tanpa ragu-ragu. Ketika perang Uhud,

Rasulullah saw meminta para sahabat untuk melawan musuh di dalam kota Madinah,

mereka bertanya kepada beliau mengenai posisi beliau berkaitan dengan pendapat

yang beliau kemukakan itu.124

Ketika Rasulullah berkata bahwa beliau berpendapat

sebagai manusia biasa dan tidak berdasarkan atas wahyu Ilahi, maka para sahabat

tetap mempertahankan pendapat mereka sendiri sehingga Rasulullah saw setuju untuk

berperang di medan pertempuran Uhud sesuai dengan keinginan mereka. Pertanyaan

para sahabat mengenai posisi Rasulullah saw ketika beliau menyarankan tindakan

tertentu dan desakan para sahabat demi mempertahankan pendapat mereka sendiri

menunjukkan dengan jelas akan mentalitas yang telah ditanamkan Rasulullah di

antara para sahabatnya.125

Bukti sejarah ini menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat, berfikir dan

berekspresi, telah dipraktekkan dalam masyarakat ideal di bawah kepemimpinan

Rasulullah saw. Kebebasan dalam mengemukakan pendapat tanpa rasa takut ini tetap

berlanjut sampai waktu setelah zaman Rasulullah saw.

Khalifah Abu Bakar dan Umar biasa mengundang kaum Muslimin untuk

meminta kritik dari mereka jika salah dalam suatu persoalan, dan kaum Muslimin pun

124 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 67 125 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 68

Page 59: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengkritik tanpa ragu-ragu.126

Sejauh mana kebebasan berpendapat dan berkritik itu

berlaku selama era Khulafa ar-rasyidin dapat digambarkan dari pidato pelantikan Abu

Bakar. Setelah beliau terpilih untuk menjabat sebagai khalifah, Abu Bakar

mengatakan: "Wahai kaumku, aku telah dipercayai untuk memerintah kalian, tetapi

aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Bantulah aku jika aku benar, dan ingatkan

aku jika aku salah.127

Sayidina Umar dalam perjalanan ke Syiria, beliau mengucapkan

di depan umum alasan-alasan untuk membenarkan tindakan pemecatan Sayidina

Khalid bin Walid. Kemudian ada seorang berdiri berkata, "Wahai Umar, demi Allah,

engkau telah berlaku tidak adil. Engkau telah memecat orang yang telah ditunjuk

Rasulullah saw. Engkau telah menyarungkan kembali pedang yang telah dicanangkan

oleh Rasulullah saw. Engkau telah melepaskan tali persaudaran. Engkau telah

menampakkan kecemburuan terhadap keponakanmu," dan Sayidina Umar hanya

berkata, "Engkau telah merasa marah karena kesetiaan kepada saudaramu."128

Dalam suatu kesempatan lain, ada seseorang berdiri dan terus menerus

berkata, "Wahai Umar, takutlah kepada Allah." Lalu salah seorang dari mereka yang

hadir menahannya agar dia tidak berbicara lebih banyak, tetapi Sayidina Umar

berkata, "Biarlah dia berkata, jika orang-orang ini tidak berbicara, maka mereka sis-

sia berada di sini, dan jika kita tidak mendengarkan mereka, maka kita pun tidak

berguna."129

126 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 72 127 Ridwan HR, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, h. 41 128 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam, h. 49 129 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam, h. 51

Page 60: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Kaum Khawarij selama kekhalifahan Sayidina Ali sering kali melontarkan

cacian secara terang-terangan, bahkan mereka mengecam akan membunuh khalifah.

Pernah ketika khalifah Ali memberikan ceramah dalam sebuah Masjid, kaum

Khawarij mengumandangkan slogan khusus mereka terhadap beliau. Kemudian

Sayidina Ali berkata, "Kami tidak akan menolak hak-hak kalian untuk datang ke

Masjid dengan tujuan beribadah kepada Allah swt, kami tidak akan berhenti

memberikan bagian harta negara kepada kalian selama kalian bersama kami (dalam

perang melawan orang-orang kafir), dan kami tidak akan mengambil tindakan militer

melawan kalian selama kalian tidak melawan berperang terhadap kami.130

Bukti sejarah tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa suatu negara Islam

tidak dapat membatasi kebebasan berekspresi warga negaranya selama hal itu tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Sikap Sayidina Ali terhadap kaum

Khwarij itu menunjukkan dengan jelas tidak ada seorang pun dapat dirampas hak-

haknya untuk mengekspresiakan perbedaan pendapat terhadap orang-orang yang

memegang kekuasaan.131

130 Abu al-A'la al-Maududi, Hak Asasi dalam Islam, h. 32 131 Syaukat Husein, Human Right in Islam, h. 57

Page 61: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB V

HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM

MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI

A. Konsep dan Dasar-Dasar Hak Kritik Rakyat Menurut Yusuf al-Qaradhawi

Islam datang untuk pertama kalinya telah menetapkan prinsip-prinsip

kebebasan dan kemerdekaan. Pada waktu sebelum kedatangan Islam, manusia

diperbudak alam pemikirannya, politiknya, sistem kemasyarakatannya,

keagamaannya, maupun ekonominya. Islam kemudian merubahnya, Islam datang

dengan mengikrarkan kemerdekaan. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa Islam

memiliki nilai-nilai kemanusian yaitu “kebebasan”, dengan prinsip kebebasan

tersebut dapat menyelamatkan manusia dari intimidasi, kediktatoran, penjajahan,

tekanan dan sebagainya. Kebebasan yang dimaksud di atas menurut Yusuf al-

Qaradhawi meliputi kebebasan beri'tikad, kemerdekaan berfikir, kemerdekaan atau

kebebasan berbicara dan menyampaikan kritikan terhadap penguasa yang zalim.

Semuanya merupakan kemerdekaan yang paling tinggi nilainya dan didambakan oleh

setiap manusia.132

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, dalam pandangan Islam memberikan kritikan

kepada pemimpin zalim merupakan hak setiap individu Muslim. Malah setiap

132 Yusuf al-Qaradhawi, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu (Cairo:

Maktabah Wahbah, 1993), h. 109

Page 62: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

individu juga berkewajiban untuk meluruskan langkah pemimpin, menyuruhnya

untuk mengerjakan kebaikan dan mencegahnya untuk melakukan kemunkaran. Yusuf

al-Qaradhawi sangat mengagungkan kebebasan individu untuk menyampaikan

kritikan, nasehat, dan mengeluarkan buah pikiran demi kemajuan bangsa dan

negara.133

Dalam penjelasan Yusuf al-Qaradhawi tersebut penulis melihat adanya

penentangan yang keras dari Yusuf al-Qaradhawi terhadap keberadaan sistem

pemerintahan absolut yang cenderung penguasanya sering bertindak sewenang-

wenang terhadap rakyat. Hal ini terbukti dari ungkapan Yusuf al-Qaradhawi untuk

menganjurkan jihad terhadap pemerintahan yang zalim.134

Penulis berpendapat bahwa dengan dijaminnya kebebasan rakyat untuk

menyampaikan kritikan terhadap kebijaksanaan pemerintah dalam suatu negara, maka

akan menambah kesadaran dan rasa memiliki rakyat terhadap negara. Hal ini dapat

menimbulkan semangat nasionalisme dan patriotisme umat. Karena umat tidak hanya

merasa dijadikan objek kekuasaan tetapi juga ikut berperan dalam kekuasaan.

Selanjutnya, sebagai dasar pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak rakyat

untuk mengkritik pemerintah yang zalim ini adalah bersumber dari perintah amar

ma’ruf nahi munkar yang telah dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an surat Luqman

ayat 17:

133 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988), h. 630 134 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, Makanatuha, Ma’alimuha,

Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa al-Ta’addudiyah wa al-Maar’ah wa Ghairu al-

Muslimin (Cairo: Dar al-Syuruq, 1997), h. 136

Page 63: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

_`�FM:�� Ru S� ��5��>_��$% !�&�� ($!*.☺��$$�-

�g+$%� 1�� 2!"�03☺��$% R��i$%� 5��K� O$�� .6�-$�i�

� ���� .6 �"� �� � 1we� l��cd$%

Artinya: Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah

(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah).

Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi juga mendasarkan pemikirannya pada hadits

Rasulullah saw. Bahwa Rasulullah telah memperingatkan kaum Muslimin untuk tidak

diam terhadap tirani atau kezaliman. Sayidina Abu Said al-Khudri meriwayatkan

bahwa Rasulullah saw bersabda:

ن ����� ��,��� وذ( �� رأى� ������� ����� ن � ���� ���ا ��� ��#$� #$�

�%� 135)روا� ا%��(ن أ)'& ا

Artinya : “Barang siapa melihat kemunkaran, maka dia harus merubahnnya

dengan tangannya, dan jika tidak sanggup maka rubah dengan kata-katanya, dan jika

hal ini pun tidak sanggup, maka rubahlah dengan membencinya sepenuh hati. Dan

inilah keadaan iman yang paling lemah.”

Hadits ini dengan jelas telah menunjukkan bahwa mengubah kemunkaran

merupakan hak setiap Muslim yang melihatnya, bahkan merupakan kewajiban

baginya. Dalilnya ialah bahwa lafal �� (barangsiapa) dalam frase رأى �� (barang

siapa yang melihat) adalah lafal umum, sebagaimana dikatakan oleh para ulama

135 Imam Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Salam, 1999), h. 167

Page 64: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

ushul, ia bersifat umum, meliputi semua orang yang melihat kemunkaran, baik

sebagai penguasa maupun rakyat. Rasulullah saw bersabda kepada kaum Muslimin

secara umum dengan perkataan #$� رأى �� (barang siapa diantara kamu), dengan

tidak mengecualikan seorang pun dari mereka, sejak para sahabat, orang-orang

sesudahnya dari generasi umat ini hingga datangnya hari kiamat.136

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan, bahwa umat akan kehilangan keutamaan

dan kelebihannya jika mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, malah

mereka akan dilaknat Allah swt.137

Dalam surat Ali Imran ayat 110:

�A0�B � !.C D����� �E.F2!C�� �$��> � ��HI3J&'"K

($!*.☺��$$�- <=�./�"K� 1�� 2!⌧M03☺��$% ���0 �"*K�

NO$$�- � �"�� <P��%�� Q;� R>:�A(M��$% ��S"�"� %0 !.C �3/T� 5

�3/0 �� <=�� �"3☺��$% �*; "�UV�� ���W�(X:⌧?��$%

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, ayat ini merupakan penegasan Allah tentang

kewajiban asasi manusia dalam Islam, bahwa manusia diharuskan melakukan amar

am’ruf nahi munkar. Suatu kewajiban yang dijadikan Allah sebagai salah satu dari

dua unsur pokok keutamaan dan kebaikan umat Islam.138

Berkenaan dengan Ayat di

atas, Fazlu Rahman menjelaskan bahwa tugas manusia di muka bumi adalah

136 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 628 137 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 629 138 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 629

Page 65: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menegakkan ketertiban dengan jalan mencegah perbuatan yang munkar dan

menyuruh kepada kebaikan. Bahwa tata tertib tersebut merupakan sosiopolitis yang

ditegakkan di atas dasar etika yang sah dan viable. Prilaku penguasa yang

menyimpang dari ajaran Islam, merupakan perbuatan yang munkar, maka rakyat

dituntut untuk memperbaikinya.139

Yusuf al-Qaradhawi menegaskan bahwa Islam telah menetapkan musyawarah

sebagai kaedah kehidupan, mewajibkan penguasa untuk berkonsultasi dan kepada

umat untuk menasehati, sehingga Islam menjadikan nasehat sebagai agama dan

termasuk nasehat terhadap pemimpin. Bahkan Islam memberikan legitimasi terhadap

orang yang berani mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim sebagai

jihad yang terbaik. Hak kritik rakyat menurut Yusuf al-Qaradhawi merupakan paktor

yang esensial, karena Islam menuntut partisipasi umat atau rakyat dalam menentukan

kebijaksanaan pemerintah, jadi pemerintah atau penguasa tidak berhak untuk

mengambil keputusan sendiri, harus selalu mendapat pengesahan dari rakyat yang

diwakili oleh lembaga/dewan legislatif.140

Pada masa kepemimpinan Rasulullah saw, beliau tidak pernah mengambil

keputusan sendiri. Dalam setiap persoalan kenegaraan, beliau selalu mengundang

sahabat-sahabatnya untuk berdiskusi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Sekalipun beliau seorang pemimpin tertinggi negara Madinah, beliau tidak pernah

otoriter dalam mengambil keputusan. Beliau selalu mendengarkan pendapat siapa

139 Fazlu Rahman, Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Terjemahan Ena Hadi, (Bandung:

Mizan, 1996), Cet. II, h. 119 140 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 91

Page 66: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

saja yang ikut dalam musyawarah tersebut.141

Jika dapat kritikan dari sahabat, dengan

senang hati beliau menerimanya. Dari metode yang diterapkan oleh Rasulullah saw di

atas, maka rakyat yang dipimpinnya mencintai beliau sepenuh hati dan mempunyai

loyalitas yang tinggi terhadap Rasulullah saw. Hal ini terbukti sewaktu beliau

memerintahkan penduduk Madinah untuk keluar mengikuti peperangan dalam perang

Tabuk, tidak satu pun yang berada di rumah sehingga kota Madinah pada waktu itu

terlihat seperti kota mati.142

Hal inilah yang diwariskan Rasulullah saw kepada para sahabatnya, Yusuf al-

Qaradhawi mengambil contoh sewaktu Umar diangkat menjadi khalifah pengganti

Abu Bakar Shiddiq, beliau berkata : “Wahai manusia, siapa yang berpendapat bahwa

saya telah melakukan penyelewengan, maka luruskanlah saya.” Seorang laki-laki

yang hadir pada waktu itu menjawab : “Demi Allah, jika kami melihat engkau

melakukan penyelewengan, niscaya kami akan meluruskannya dengan pedang kami.”

Umar menjawab: “segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kaum Muslimin

orang-orang yang sanggup meluruskan Umar dengan ketajaman pedang mereka.”

Sekalipun Umar seorang pegulat dan cukup ditakuti, namun beliau tetap mau

menerima teguran, nasehat, maupun kritikan dari rakyatnya.143

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, seorang pemimpin adalah anggota masyarakat

biasa dan bukanlah seorang yang terlalu agung sehingga tidak boleh dinasehati, dan

141 Suyuthi Pulungan, Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dalam

Pandangan al-Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 1, h. 255 142 Abu al-Hasan Ali al-Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia. Terjemahan Ruslan

Siddiq, (Jakarta: Pustaka Jaya dan Djambatan, 1998), Cet. I, h. 157 143 K. Ali, Sejarah Islam; Tarikh Pra Modern (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),

Cet. III, h. 102

Page 67: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

orang lain tidak terlalu hina hingga tidak boleh menasehatinya. Pendapat Yusuf al-

Qaradhawi ini senada dengan pandangan Ali Sariati yang mengatakan, bahwa

imam/pemimpin bukanlah manusia super yang kecemerlangan sosok luarnya

menyebabkan kita terdorong untuk mengangkat imam/pemimpin tersebut lebih dari

pada manusia biasa, bahkan yang lebih ekstrim menganggap seorang imam/pemimpin

sebagai sosok makhluk lain (the great foreighner). Corak pemikiran seperti ini telah

berkembang sebelum kedatangan Islam.144

Demikian seharusnya, rakyat harus menyadari bahwa seorang pemimpin

bukanlah orang yang dikultuskan sebagai orang yang suci, sehingga setiap tingkah

dan perbuatannya selalu tampak benar sekalipun hal tersebut salah. Ini merupakan

implikasi dari pengkultusan yang pada akhirnya merugikan rakyat dan bahkan dapat

menjadi ancaman terhadap kelangsungan suatu negara.

Tetapi meluruskan seseorang pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah,

sebab kekuatan ada pada penguasa. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, rakyat harus

mampu mengemas amar ma’ruf nahi munkar untuk meluruskan penguasa tanpa

terjadi pertumpahan darah. Walau bagaimana pun Yusuf al-Qaradhawi berpendapat

bahwa oposisi terhadap pemerintah yang zalim, lebih baik jika dibandingkan dengan

peperangan, karena peperangan mendatangkan akibat yang jauh lebih buruk. Oposisi

144 Ali Sari'ati, Ummah dan Imamah; Suatu Tinjauan Sosiologis. Terjemahan Afifi

Muhammad, 1995), Cet. II, h. 121

Page 68: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yang melancarkan kritikan-kritikan terhadap pemerintah yang zalim tersebut melalui

lisan atau pun tulisan.145

Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa kritikan terhadap

penguasa tersebut juga dapat disalurkan melalui berbagai kekuatan politik yang tidak

mungkin mudah dibasmi oleh pemerintah yang berkuasa. Kekuatan-kekuatan politik

tersebutlah yang dinamakan partai.146

Yusuf al-Qaradhawi mengatakan:

���?3 2� A��V��-و�D اس���C3 ا���'� ص�اع � X�<Y ح�Kوآ-[ A 2 ص�� أن ت?X إ�� وت,>� 3>ج ا����ن د#$%�وف واH7$ �3 ا'%������ء وت�( هH وج>د D>ى ون إ ADرا

_ Aء �3 س��س��B,A وهH �ت,�ر ا���A ا�Fآ%A 2�3 ا<7��147حUاب� ���a �7��3 ا`��7

Artinya: “Setelah perjuangan sengit dan panjang, umat manusia di zaman kita

sekarang telah mampu mengemas amar ma’ruf nahi munkar untuk meluruskan

penyimpangan penguasa tanpa terjadi pertumpahan darah. Hal itu disalirkan melalui

berbagai kekuatan politik yang tidak mungkin dibasmi oleh pemerintah yang

berkuasa dengan gampang. Kekuatan-kekuatan politik tersebutlah yang dinamakan

partai.”148

Secara hakiki, Franz Magnis Suseno juga berpendapat sama dengan Yusuf al-

Qaradhawi, bahwa negara harus melindungi kebebasan masyarakat, tetapi kebebasan

tersebut bukan berarti sama dengan kebebasan demokrasi dan liberalisme di Barat.

Kebebasan dalam Islam tersebut pada hakikatnya adalah hak setiap individu untuk

mengurus dirinya sendiri tanpa paksaan dari pihak mana pun, termasuk kebebasan

menyampaikan kritikan terhadap pemerintah.149

145 Yusuf al-Qaradhawi, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, h. 118 146 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 147 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 148 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara. Terjemahan Syafril Halim (Jakarta: Robbani Press,

1999), h. 191-192 149 Fran Magnis-Suseno, Etika Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), Cet. I, h. 117

Page 69: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

B. Wadah Hak Kritik Rakyat Menurut Yusuf al-Qaradhawi

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, pada zaman modern ini untuk menyampaikan

kritikan dan saran kepada penguasa, telah tersedia media yang cukup sistematis serta

mendapat perlindungan hukum -Yusuf al-Qaradhawi menyebutnya dengan istilah

"kekuatan politik"- dimana pemerintah tidak bisa dengan mudah membubarkannya.

Hal ini juga menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya

pemberontakan akibat aspirasinya tidak sejalan dengan pemerintah.150

Penulis melihat sepertinya Yusuf al-Qaradhawi tidak membenarkan

melakukan kekerasan dalam mengkritik pemerintah yang zalim, karena ada forum

formal untuk mengungkapkan kritikan dan nasehat terhadap penguasa tersebut.

Menurut penulis, hal tersebut merupakan suatu langkah yang lebih baik demi untuk

mengelakkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan mafsadahnya jauh lebih

besar ketimbang maslahahnya.

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa mendirikan berbagai partai atau

kelompok politik sudah menjadi suatu keharusan sebagai sarana untuk mengoreksi

dan menghadapi kezaliman kekuasaan, mengembalikannya ke jalur yang benar, atau

menjatuhkannya agar tempatnya dapat diganti oleh orang lain yang lebih baik.

Berbagai partai itulah yang mampu mengoreksi pemerintah, sebagai wadah bagi umat

untuk mengatakan "tidak" atau "mengapa" terhadap kebijakan pemerintah, dan

150 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149

Page 70: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

melakukan tugas nasehat, amar ma'ruf nahi munkar. Tugas tersebut tidak dapat

dilakukan oleh individu yang terbatas kemampuannya.151

Partai yang dimaksud Yusuf al-Qaradhawi harus memenuhi dua syarat, yaitu;

� وإن آ�ن �7 إ و_ت'�د�� أ-3,��ة و8��'A- سdمن ت'��ف ��b أ-��7%� ج��7د �5ص �H وت�$#�رة�H )>ع ا`,%gسdم و` أ_ ت'-.ص>ل ا'�%�A ا Aد��'� A7ب ج��F X% �7%ا�� آ�ن اس ���

�7'D<152و� Artinya: Pertama, partai-partai itu harus mengakui Islam sebagai aqidah dan

syari'ah, tidak boleh melanggar ajaran-ajarannya dan tidak boleh pula menjadikannya

sebagai kedok, walaupun berbagai partai itu mempunyai ijtihad sendiri dalam

memahaminya berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah yang sudah ditetapkan. Kedua,

partai-partai itu tidak boleh bekerja demi kepentingan pihak-pihak yang memusuhi

Islam dan ummatnya, apa pun nama dan bentuknya.153

Yusuf al-Qaradhawi tidak membenarkan mendirikan partai yang

mengembangkan paham atheisme, liberalisme, dan sekularisme, atau paham yang

mencela agama-agama samawi secara umum, khususnya Islam atau menghina

berbagai keluhuran dan kesucian Islam, seperti aqidah, al-Qur’an dan hadits Nabi

saw.154

Sebagian kalangan umat Islam menolak pemberlakuan sistem partai, yang

merupakan bagian dari demokrasi. Mereka beralasan bahwa demokrasi merupakan

hasil import dari Barat dan sama sekali tidak ada relevansinya dengan Islam. Bahwa

demokrasi berdasarkan suara mayoritas serta menganggap suara terbanyak

merupakan pemegang kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan dan

mengendalikan berbagai permasalahan, dan dalam menilai serta memutuskan benar

151 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 152 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148 153 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara, h. 190 154 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148

Page 71: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

terhadap salah satu dari masalah yang berbeda-beda dengan menggunakan

pemungutan suara terbanyak. Maka pendapat manapun yang memenangkan suara

terbanyak secara absolut, itulah pendapat yang diberlakukan, meskipun terkadang

pendapat itu salah dan bathil.

Padahal (menurut mereka), Islam tidak menggunakan sarana seperti itu, dan

tidak mentarjih (mengunggulkan) suatu pendapat atas pendapat yang lain. Karena

adanya kesepakatan pihak mayoritas, tetapi Islam melihat pada pokok permasalahan

tersebut, apakah ia salah atau benar. Jika benar, maka ia akan memberlakukannya,

meskipun bersamanya hanya ada satu suara, atau bahkan sama sekali tidak ada

seorang pun yang menganutnya. Jika salah, maka ia akan menolaknya meskipun

bersamanya terdapat 99 orang dari 100 orang yang ikut. Bahkan, nash al-Qur’an

menunjukkan bahwa suara mayoritas selalu berada dalam kebathilan. Sebagaimana

yang terdapat pada firman Allah swt surat al-An’am ayat 116:

���� �{ v*K � "�UV� ��� h�Y 1�l�d$% ⌧q��>(}� �� mQn�M.]

NO$% 5 ��� ���*�6[��� ���� ��TW�$% ���� �*; ���� ���3i!��"h

1�� m

Artinya: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka

bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain

hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta

(terhadap Allah)

Ulama yang berpandangan demikian adalah Fadhallah Nuri dari Iran, Sayyid

Kutb dari Mesir, dan Ali Benhadj dari Al-Jazair. Menurut pandangan Fadhallah Nuri,

demokrasi adalah suatu hal yang tidak mungkin disejajarkan dalam sistem

Page 72: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

pemerintahan Islam. Misalnya konsep persamaan semua warga negara, lebih lanjut

Fadhallah Nuri mengatakan bahwa persamaan tentu saja tidak bisa terjadi dalam

kehidupan manusia, pastinya dalam kehidupan yang kompleks terdapat perbedaan

seperti orang beriman dan kafir, kaya dan miskin, para fuqaha dan pengikutnya, yang

kesemuanya pasti memiliki konsekuensi yang berbeda dalam sebuah negara.

Demikian halnya dengan prinsip legislasi oleh manusia yang biasa dilakukan oleh

lembaga legislatif. Fadhallah Nuri menganggap legislasi hukum bukanlah ketentuan

manusia untuk mengaturnya, melainkan hukum adalah milik Allah swt semata.155

Senada dengan komentar Fadhallah Nuri di atas, Sayyid Kutb seorang pemikir

Mesir dan tokoh Ikhwanul Muslimin juga benar-benar tegas dalam menolak

demokrasi sebagai sebuah sistem. Sayyid Kutb menganggap bahwa ide kedaulatan

adalah gagasan demokrasi yang salah dan tidak sejalan dengan hukum Islam.

Mengakui adanya kedaulatan rakyat, berarti secara bersamaan juga telah mengingkari

kedaulatan Tuhan. Dalam konsep Islam, seorang pemimpin hanyalah jabatan yang

tidak mutlak dimiliki dan dikuasai oleh manusia, tetapi ia hanya merupakan amanat

Tuhan yang ada di bumi, dan kekuasaannya bersifat teosentris (Tuhan sebagai pusat

kekuasaan).156

Tokoh selanjutnya yang juga menolak keras demokrasi ialah Ali Benhadj.

Satu hal yang paling dikritik olehnya adalah prinsip mayoritas. Sebenarnya menurut

Ali Benhadj, prinsip tersebut mudah dipatahkan dan ditolak, karena sebenarnya isu-

155 John L. Esposito dan James. P. Piscatory, “Islam dan Demokrasi”, dalam Islamika, Jurnal

Dialog Pemikiran Islam, no. 4 April-Juni, 1994, h. 19-21 156 John L. Esposito dan James. P. Piscatory, Islam dan Demokrasi, h. 20

Page 73: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

isu keadilan tidak bisa dikuantifikasi. Oleh karen itu, demokrasi secara umum

hanyalah sebuah alat semata, dan bahwa demokrasi hanyalah baik apabila

menguntungkan bagi Barat.157

Menanggapi pendapat ini Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan:

�اA�Yأ,%�����Kت وا%?���Fت ا_-ن ج>ه� ا'��'��ا �3 ا A�%س �� أ-آ�د��$ن ���Pرا%#F� ه��ض 7��3 ح�آ �#�ه>�� أو ��0م �#�ه>�� وأ7 و��>س أ�K�_وا aح 7ن �#>ن

� إذ�U3 aإذا ا6�5 وح آ�F�ف و _ ���ق ا$�س إ2 ات�Rه�ت أو �$�هj ا�Fس�A اFا� ��>��7 و_ ��)>ن 3$�7إ�D?�د�A أو اج�A�3�% أو A���,l أ'�_ A158و س��س�

Artinya: Bahwa substansi demokrasi –tanpa definisi dan istilah akademis-

adalah memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih orang yang akan

mengurus dan mengendalikan urusan mereka, sehingga mereka tidak dipimpin oleh

penguasa yang tidak mereka sukai, atau diatur oleh sistem yang mereka benci. Selain

itu, mereka juga mempunyai hak menilai dan mengkritik jika penguasa menyimpang

dan berbuat zalim, dan rakyat tidak boleh digiring kepada aliran dan sistem ekonomi,

sosial, kebudayaan, atau politik yang tidak mereka kenal dan mereka setujui.159

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa tidak ada satu syari’at pun yang

melarang penyerapan pemikiran teori atau praktik empiris dari kalangan non-Muslim

, termasuk konsep demokrasi. Bahkan merupakan hak kita untuk mengambil manfaat

dari pemikiran, strategi, dan sistem yang memberikan manfaat kepada kita, selama

tidak bertentangan dengan nash, dan kita harus menyaring dari apa yang kita ambil

untuk selanjutnya menambahkannya dan melengkapinya dengan bagian ruh Islam.160

157 Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Tela’ah konseptual dan Historis (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002), h. 55-56

158 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 632 159 Yusuf al-Qaradhawi, Figh Negara, h. 197 160 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 643

Page 74: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Yusuf al-Qaradhawi mencontohkan pada Nabi sendiri pada perang Ahzab telah

mengambil pemikiran “penggalian parit” sebagai strategi perang, padahal strategi

tersebut berasal dari bangsa Persia.161

Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Yusuf al-Qaradhawi, bahwa

penerapan sistem partai membawa manfaat bagi umat Islam. Mengingat beragam dan

kompleksnya kehidupan masyarakat pada zaman modern ini, besarnya wilayah suatu

negara, banyaknya jumlah penduduk, dan pertumbuhan organisasi pemerintah atau

non-pemerintah, menjadi semakin sukar untuk mengetahui individu mana yang perlu

dimintai pendapatnya dalam bermusyawarah. Ini berarti jalur langsung dalam

menyampaikan aspirasi kepada pemimpin pemerintahan tidak seefektif pada zaman-

zaman awal Islam. Lagi pula suara mayoritas tidak selamanya diartikan sebagai

kehendak yang buruk, tetapi suara mayoritas juga mampu untuk mengambil

keputusan yang benar dengan selalu mengajak kepada kekuatan hukum.

Selanjutnya tentang sistem partai, Yusuf al-Qaradhawi berpendapat tidak ada

larangan untuk memberlakukan sistem multi partai dalam negara Islam. Beliau

mengatakan:

bا A� �� حUب س��سH داX5 ا�وmوج>د أآ �� H3� 162سA��d أ�� _ �>ج� ���� 8

Artinya: Bahwa tidak ada larangan untuk memberlakukan sistem multi partai

dalam negara Islam.163

161 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 155 162 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 147 163 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara, h. 190

Page 75: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa partai-partai tersebut hanya sekedar

keragaman bentuk dan spesialisasi, bukan keragaman yang bersifat kontradiktif.

Seluruh anggota partai tersebut harus berdiri satu barisan dalam mempertahankan

persoalan-persoalan prinsip yang berkaitan dengan eksistensi Islam, aqidah

islamiyah, syariat Islam dan umat Islam. Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi

menjelaskan bahwa masing-masing partai politik itu harus komit dengan moral yang

luhur. Tidak dibenarkan mencela dan mengkafirkan pihak lain. Bahkan semua

anggota partai itu harus saling menasehati pada kebenaran, kesabaran, dan seraya

berpegang teguh dengan prinsip hikmah dan mau’izhah hasanah.164

Yusuf al-Qaradhawi menjunjung tinggi sistem multi partai yang lebih

menjamin terwujudnya kedaulatan rakyat. Konsep multi partai yang ditawarkan

Yusuf al-Qaradhawi merupakan konsep yang bersifat aplikatif, karena lebih

membantu rakyat dalam mengungkapkan aspirasinya di depan pemerintah, sebab

masing-masing orang mempunyai ide dan gagasan yang berbeda.165

Menurut penulis, di satu sisi sistem multi partai mempunyai nilai seakan

mewujudkan dikotomi umat Islam antara satu dengan lainnya. Hal ini lebih

menguntungkan partai lain yang tidak berdasarkan Islam, karena suara umat Islam

terpecah dan minus kekuatan politiknya. Tetapi di sisi lain, sistem ini juga

mendatangkan implikasi positif karena umat Islam dapat bersatu (koalisi) antara satu

partai dengan partai yang lainnya. Tetapi yang perlu diingat, masing-masing partai

164 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 154 165 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148

Page 76: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yang ingin berkoalisi agar dapat menyamakan visi dan misinya terlebih dahulu agar

terjamin konsistensi perjuangan.

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa keberagaman partai politik tidak

selalu membawa perpecahan, dan tidak semua perbedaan itu buruk. Dalam hal ini

Yusuf al-Qaradhawi menganalogikan pada perbedaan pendapat yang disebabkan oleh

perbedaan ijtihad. Karena itu para sahabat sering berbeda pendapat dalam berbagai

masalah cabang, namun hal ini tidak memecah belah persatuan mereka. Adanya

sistem multi partai merupakan suatu gambaran pluralitas umat dalam bidang politik.

Adanya keragaman, pluralitas, dan perbedaan dalam politik tersebut merupakan suatu

gambaran menuju kesatuan syari'at pada sisi yang konstan, karena politik dalam

Islam tidak konstan sebagaimana konstanitas nash-nash dan tidak ada kata pasti

sebagaimana kepastian nash-nash itu. Ia tidak terbatas pada apa yang terdapat dalam

nash tetapi juga mencakup segala sesuatu di luar nash dan tidak bertentangan dengan

nash.166

Karena masalah politik merupakan masalah yang bersifat dinamis, dan selalu

mengalami proses improvisasi setiap saat, maka tidak tertutup kemungkinan

munculnya hal-hal baru sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir manusia, sejauh hal

tersebut tidak menyalahi nash. Mayoritas negara di dunia termasuk kebanyakan dari

negara Islam terlibat dalam diskursus sistem politik. Dalam terminologi kontemporer,

partai politik itu cenderung dipercaya sebagai tujuan dan ideologi politik yang

166 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajmukan dalam Bingkai

Persatuan. Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattanie, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I, h. 85-86

Page 77: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

dibangun bersama-sama yang secara mandiri mengatur sistem dan tujuan politik

internalnya untuk merealisasikan program idealisme melalui beberapa pendekatan,

dengan harapan mendapatkan umpan balik untuk bisa mempengaruhi kelompok lain

yang ada di sekeliling mereka.167

Dalam pandangan Islam, faktor keragaman melekat kepada pluralisme itu

sendiri. Islam melihat pluralisme sebagai sunnatullah. Allah berfirman dalam surat

Al-Hujarat ayat 13:

$�r<�'9:�� H�$�0�$% $9+�� -��:�����>.C � �� �!⌧B"� 5`"�+���

���:��&>.*.F� $�-�*�T |Q�O$�6"S� �%��*&�l$.*�A � 5

���� -�����!UV� .�� NO$% ����"��K� 5 ���� TO$% ��{�>�

� !�6.C

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat ini menjelaskan tentang proses kejadian manusia, bahwa Allah swt

menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan, Allah menjadikan

manusia berbeda bangsa dan berlainan suku. Semua itu merupakan bentuk pluralisme

yang melekat pada diri manusia itu sendiri.168

167 Muhammad Thanthawi, Dkk. Problematika Pemikiran Muslim; Sebuah Analisis Syar'iyah.

Terjemahan Wahib Wahab, (Yogyakarta: PT. Tiara Wicana Yogya, 1998), Cet. I, h. 37

168 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum (Jakarta: Kencana, 2002), h. 125

Page 78: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Dalam perspektif Islam, menjaga pluralisme partai politik yang satu dari yang

lainnya, menjaga furu' dan ushul, hal ini merupakan kaedah dan landasan

kemerdekaan manusia yang diciptakan oleh Allah swt, yaitu kemerdekaan dalam

menentukaan beban pilihan sebagai salah satu sebab beban taklif.169

Sebagai bukti sejarah, keragaman partai telah muncul dalam praktek

ketatanegaraan Islam. Pada masa Daulah Abbasiyyah telah mulai muncul partai

politik, baik yang mendukung pemerintah maupun yang menjadi oposisi pemerintah.

Partai-partai yang muncul pada zaman Abbasiyyah tersebut adalah:

Pertama; Syi'ah. Partai Syi'ah merupakan partai oposisi yang berusaha

menjatuhkan pemerintahan dengan terang-terangan. Awal munculnya aliran ini

adalah pada masa khalifah Ustman, lalu tumbuh dan berkembang pada masa Ali bin

Abi Thalib ra. Pokok-pokok aliran ini menurut Ibnu Khaldun sebagai berikut:

"Masalah kepentingan imamah bukanlah kepentingan rakyat yang pemilihan dan

penentuannya diserahkan kepada mereka. Imamah bagi mereka adalah rukun Islam

yang tidak boleh dilupakan oleh Nabi saw, dan diserahkan kepada umat. Beliau wajib

menentukan seorang imam yang terpelihara dari dosa besar dan kecil.170

Kedua; Khawarij. Gerakan Khawarij tidak terlalu berpengaruh pada masa

Daulah Abbasiyyah, tetapi tetap berbahaya, karena mereka melakukan oposisi dengan

jalan anarkis atau kekerasan. Ketiga; Mu'tazilah. Partai Mu'tazilah pada sebagian

besar Daulah Abbasiyyah menjadi pendukung pemerintah, hanya sekali partai

169 Muhammad Thanthawi, Dkk. Problematika Pemikiran Muslim, h. 38 170 Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Sejarah Mazhab Islam; Aliran Politik dan Aqidah.

Terjemahan Ahmad Abdul Majid, (Jatim: Al-Izzah, 1998), Cet. I, h. 32

Page 79: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Mu'tazilah menjadi partai oposisi. Partai Mu'tazilh telah memainkan peranan yang

cukup penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Keempat; Ahlu’ Sunnah Wa

al-Jama'ah. Partai Ahlu’ Sunnah Wa al-Jama'ah lahir sebagai partai tandingan

terhadap partai Mu'tazilah, juga rival partai Syi'ah, dan Khawarij. Mereka menjadi

pembangkang pemerintah, pada waktu Mu'tazilah menjadi pendukung, dan

sebaliknya menjadi pendukung pada waktu Mu'tazilah menjadi pembangkang.171

Tetapi partai politik pada waktu itu belum nampak sebagai wadah formal

untuk menyampaikan kritikan dalam negara bersangkutan. Namun pada abad modern

ini eksistensi partai dalam suatu negara benar-benar diakui dan negara pun membuat

aturan-aturan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban suatu partai.172

C. Persamaan dan Perbedaan antara Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi dengan

Islam tentang Hak Kritik Rakyat

Persamaan

1. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat, bahwa dalam negara Islam, rakyat

mempunyai hak untuk menyatakan pendapat, memberikan kritikan kepada

pemerintah, apabila pemerintah melakukan kecurangan dan kezaliman.173

Pendapat

Yusuf al-Qaradhawi ini sesuai dengan prinsip Islam. Dalam al-Qur'an Allah

menjelaskan bahwa dibenarkan bagi umat untuk mencegah kemunkaran,

penyimpangan yang dilakukan penguasa merupakan suatu kemunkaran, maka

171 A. Hasyim, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), Cet. V, h. 226 172 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 31 173 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 147

Page 80: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengkritik penguasa yang zalim juga dibenarkan bahkan diwajibkan (Surat Ali Imran

ayat 104). Selanjutnya banyak hadits Rasulullah yang memberikan "lampu hijau"

untuk menasehati dan bahkan mengkritik pemimpin zalim, hal ini dibuktikan dengan

hadits Rasulullah yang menjadikan tugas menasehati ini sebagai jihad.174

Bahkan

para sahabat pun telah membenarkan rakyat untuk mengkritik pemerintah jika mereka

menyimpang dari kebenaran.175

2. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa dalam mengubah kemunkaran

yang dilakukan pemerintah harus mempunyai kekuatan, tetapi apabila rakyat tidak

mempunyai kekuatan untuk mencegahnya, maka rakyat hendaknya bersabar. Hal ini

juga sejalan dengan prinsip Islam. Hadits Rasulullah saw sebagai sumber hukum

Islam yang kedua setelah al-Qur'an, telah menjelaskan bahwa dalam mencegah

kemunkaran, seseorang dituntut mencegahnya berdasarkan kapasitas dan kemampuan

yang dimilikinya.

Perbedaan

Adanya perbedaan mengenai format penyampaian kritikan antara pendapat

Yusuf al-Qaradhawi dengan praktek ketatanegaraan Islam yang terjadi pada masa

Rasulullah saw. Pada masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah, umat yang

ingin menyampaikan kritikan, dapat secara langsung datang kepada Rasulullah saw

dan beliau menerima dengan senang hati. Tetapi Yusuf al-Qaradhawi berpendapat

174 Syaukat Husein, Human Right in Islam (India: Bhavan, 1984), h. 43 175 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam (Malaysia: Berita

Publishing, 1994), h. 50

Page 81: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

bahwa dalam menyampaikan kritikan terhadap pemerintah, hendaknya tidak

dilakukan secara individu tetapi melalui wadah formal seperti partai-partai politik

(beliau menyebutnya dengan "kekuatan politik").176

Penulis dalam hal ini melihat

bahwa hal ini merupakan tuntutan zaman, karena pada zaman Rasulullah saw kondisi

masyarakat jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Begitu juga

dengan permasalahan saat ini jauh lebih kompleks dari masa Rasulullah saw.

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi ini sesuai dengan kondisi zaman sekarang ini, negara

sudah berkembang dengan pesat, wilayah yang begitu luas dan rakyat yang begitu

banyak. Dengan demikian agar kritikan itu lebih efektif, rakyat sebaiknya membentuk

suatu wadah yaitu partai politik.

D. Relevansi Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang Hak Kritik Rakyat

Dewasa ini

Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan,

sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang ini. Negara yang mengakui demokrasi

sebagai suatu sistem politiknya, mengakui bahwa rakyat mempunyai kedaulatan yang

penuh atas negara. Kedaulatan itu diwakilkan kepada para wakilnya di parlemen.

Rakyat berhak untuk ikut berpartisipasi dalam politik, rakyat diberikan kebebasan

untuk mengawal kelangsungan negara. Rakyat diberikan hak untuk mengkritik

kebijakan pemerintah. Protes terhadap pemerintah adalah bentuk partisipasi rakyat

176 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149

Page 82: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yang dibutuhkan negara demokrasi, agar sistem politik bekerja lebih baik.177

Hal yang

menyangkut kebebasan menyampaikan kritikan tersebut sudah menjadi hak asasi

yang bersifat universal, bahkan telah diputuskan oleh lembaga Perserikatan Bangsa-

Bangsa melalui Universal Declaration of Human Rights 1948, Dimana umat manusia

melalui wakil-wakilnya yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) sepakat dan bertekat untuk memberikan pengakuan dan perlindungan

secara yuridis formal terhadap hak-hak asasi dan politik manusia serta

mensosialisasikannya.178

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi tentang partai politik sebagai wadah penyaluran

hak kritik rakyat, juga relevan dengan kondisi saat ini. Bahwa pendapat yang

dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi tersebut (sistem partai), telah diterapkan oleh

negara-negara demokrasi di dunia. Partai politik diyakini memiliki peran yang sangat

strategis terhadap proses demokratisasi. Partai politik adalah sebagai wadah bagi

penampungan aspirasi rakyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai

demokrasi, yaitu keterlibatan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap

penyelenggaraan negara melalui partai politik, segala aspirasi rakyat yang beraneka

ragam dapat disalurkan secara teratur. Sistem partai ini lebih terjamin kedisiplinannya

serta memiliki kekuatan. Rakyat tidak lagi dikekang mulutnya untuk bicara,

177 Asykuri ibn Chamim, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Majelis Pendidikan

Tinggi, Penelitian dan Pengembangan, 2003), h. 90 178 Bambang Sutiyo, Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia dalam

UNISIA (Yogyakarta, UII Press, 2002), h. 85

Page 83: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengkritik pemerintah. Hak tersebut dijamin dalam undang-undang pada negara yang

bersangkutan.179

179 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta:

Prenada Media, 2003), h. 55

Page 84: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB V

HAK KRITIK RAKYAT DALAM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM

MENURUT YUSUF AL-QARADHAWI

C. Konsep dan Dasar-Dasar Hak Kritik Rakyat Menurut Yusuf al-Qaradhawi

Islam datang untuk pertama kalinya telah menetapkan prinsip-prinsip

kebebasan dan kemerdekaan. Pada waktu sebelum kedatangan Islam, manusia

diperbudak alam pemikirannya, politiknya, sistem kemasyarakatannya,

keagamaannya, maupun ekonominya. Islam kemudian merubahnya, Islam datang

dengan mengikrarkan kemerdekaan. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa Islam

memiliki nilai-nilai kemanusian yaitu “kebebasan”, dengan prinsip kebebasan

tersebut dapat menyelamatkan manusia dari intimidasi, kediktatoran, penjajahan,

tekanan dan sebagainya. Kebebasan yang dimaksud di atas menurut Yusuf al-

Qaradhawi meliputi kebebasan beri'tikad, kemerdekaan berfikir, kemerdekaan atau

kebebasan berbicara dan menyampaikan kritikan terhadap penguasa yang zalim.

Semuanya merupakan kemerdekaan yang paling tinggi nilainya dan didambakan oleh

setiap manusia.180

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, dalam pandangan Islam memberikan kritikan

kepada pemimpin zalim merupakan hak setiap individu Muslim. Malah setiap

individu juga berkewajiban untuk meluruskan langkah pemimpin, menyuruhnya

untuk mengerjakan kebaikan dan mencegahnya untuk melakukan kemunkaran. Yusuf

180 Yusuf al-Qaradhawi, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu (Cairo:

Maktabah Wahbah, 1993), h. 109

Page 85: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

al-Qaradhawi sangat mengagungkan kebebasan individu untuk menyampaikan

kritikan, nasehat, dan mengeluarkan buah pikiran demi kemajuan bangsa dan

negara.181

Dalam penjelasan Yusuf al-Qaradhawi tersebut penulis melihat adanya

penentangan yang keras dari Yusuf al-Qaradhawi terhadap keberadaan sistem

pemerintahan absolut yang cenderung penguasanya sering bertindak sewenang-

wenang terhadap rakyat. Hal ini terbukti dari ungkapan Yusuf al-Qaradhawi untuk

menganjurkan jihad terhadap pemerintahan yang zalim.182

Penulis berpendapat bahwa dengan dijaminnya kebebasan rakyat untuk

menyampaikan kritikan terhadap kebijaksanaan pemerintah dalam suatu negara, maka

akan menambah kesadaran dan rasa memiliki rakyat terhadap negara. Hal ini dapat

menimbulkan semangat nasionalisme dan patriotisme umat. Karena umat tidak hanya

merasa dijadikan objek kekuasaan tetapi juga ikut berperan dalam kekuasaan.

Selanjutnya, sebagai dasar pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak rakyat

untuk mengkritik pemerintah yang zalim ini adalah bersumber dari perintah amar

ma’ruf nahi munkar yang telah dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an surat Luqman

ayat 17:

_`�FM:�� Ru S� ��5��>_��$% !�&�� ($!*.☺��$$�-

�g+$%� 1�� 2!"�03☺��$% R��i$%� 5��K� O$�� .6�-$�i�

181 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah (Beirut: Darul Ma’rifah, 1988), h. 630 182 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, Makanatuha, Ma’alimuha,

Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa al-Ta’addudiyah wa al-Maar’ah wa Ghairu al-

Muslimin (Cairo: Dar al-Syuruq, 1997), h. 136

Page 86: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

� ���� .6 �"� �� � 1we� l��cd$%

Artinya: Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah

(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh

Allah).

Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi juga mendasarkan pemikirannya pada hadits

Rasulullah saw. Bahwa Rasulullah telah memperingatkan kaum Muslimin untuk tidak

diam terhadap tirani atau kezaliman. Sayidina Abu Said al-Khudri meriwayatkan

bahwa Rasulullah saw bersabda:

ن ����� ��,��� وذ( �� رأى� ������� ����� ن � ���� ���ا ��� ��#$� #$�

�%�ن 183)روا� ا%��(أ)'& ا

Artinya : “Barang siapa melihat kemunkaran, maka dia harus merubahnnya

dengan tangannya, dan jika tidak sanggup maka rubah dengan kata-katanya, dan jika

hal ini pun tidak sanggup, maka rubahlah dengan membencinya sepenuh hati. Dan

inilah keadaan iman yang paling lemah.”

Hadits ini dengan jelas telah menunjukkan bahwa mengubah kemunkaran

merupakan hak setiap Muslim yang melihatnya, bahkan merupakan kewajiban

baginya. Dalilnya ialah bahwa lafal �� (barangsiapa) dalam frase رأى �� (barang

siapa yang melihat) adalah lafal umum, sebagaimana dikatakan oleh para ulama

ushul, ia bersifat umum, meliputi semua orang yang melihat kemunkaran, baik

sebagai penguasa maupun rakyat. Rasulullah saw bersabda kepada kaum Muslimin

secara umum dengan perkataan #$� رأى �� (barang siapa diantara kamu), dengan

183 Imam Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar al-Salam, 1999), h. 167

Page 87: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

tidak mengecualikan seorang pun dari mereka, sejak para sahabat, orang-orang

sesudahnya dari generasi umat ini hingga datangnya hari kiamat.184

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan, bahwa umat akan kehilangan keutamaan

dan kelebihannya jika mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, malah

mereka akan dilaknat Allah swt.185

Dalam surat Ali Imran ayat 110:

�A0�B � !.C D����� �E.F2!C�� �$��> � ��HI3J&'"K

($!*.☺��$$�- <=�./�"K� 1�� 2!⌧M03☺��$% ���0 �"*K�

NO$$�- � �"�� <P��%�� Q;� R>:�A(M��$% ��S"�"� %0 !.C �3/T� 5

�3/0 �� <=�� �"3☺��$% �*; "�UV�� ���W�(X:⌧?��$%

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, ayat ini merupakan penegasan Allah tentang

kewajiban asasi manusia dalam Islam, bahwa manusia diharuskan melakukan amar

am’ruf nahi munkar. Suatu kewajiban yang dijadikan Allah sebagai salah satu dari

dua unsur pokok keutamaan dan kebaikan umat Islam.186

Berkenaan dengan Ayat di

atas, Fazlu Rahman menjelaskan bahwa tugas manusia di muka bumi adalah

menegakkan ketertiban dengan jalan mencegah perbuatan yang munkar dan

menyuruh kepada kebaikan. Bahwa tata tertib tersebut merupakan sosiopolitis yang

ditegakkan di atas dasar etika yang sah dan viable. Prilaku penguasa yang

184 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 628 185 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 629 186 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 629

Page 88: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyimpang dari ajaran Islam, merupakan perbuatan yang munkar, maka rakyat

dituntut untuk memperbaikinya.187

Yusuf al-Qaradhawi menegaskan bahwa Islam telah menetapkan musyawarah

sebagai kaedah kehidupan, mewajibkan penguasa untuk berkonsultasi dan kepada

umat untuk menasehati, sehingga Islam menjadikan nasehat sebagai agama dan

termasuk nasehat terhadap pemimpin. Bahkan Islam memberikan legitimasi terhadap

orang yang berani mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim sebagai

jihad yang terbaik. Hak kritik rakyat menurut Yusuf al-Qaradhawi merupakan paktor

yang esensial, karena Islam menuntut partisipasi umat atau rakyat dalam menentukan

kebijaksanaan pemerintah, jadi pemerintah atau penguasa tidak berhak untuk

mengambil keputusan sendiri, harus selalu mendapat pengesahan dari rakyat yang

diwakili oleh lembaga/dewan legislatif.188

Pada masa kepemimpinan Rasulullah saw, beliau tidak pernah mengambil

keputusan sendiri. Dalam setiap persoalan kenegaraan, beliau selalu mengundang

sahabat-sahabatnya untuk berdiskusi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Sekalipun beliau seorang pemimpin tertinggi negara Madinah, beliau tidak pernah

otoriter dalam mengambil keputusan. Beliau selalu mendengarkan pendapat siapa

saja yang ikut dalam musyawarah tersebut.189

Jika dapat kritikan dari sahabat, dengan

senang hati beliau menerimanya. Dari metode yang diterapkan oleh Rasulullah saw di

187 Fazlu Rahman, Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Terjemahan Ena Hadi, (Bandung:

Mizan, 1996), Cet. II, h. 119 188 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 91 189 Suyuthi Pulungan, Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dalam

Pandangan al-Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 1, h. 255

Page 89: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

atas, maka rakyat yang dipimpinnya mencintai beliau sepenuh hati dan mempunyai

loyalitas yang tinggi terhadap Rasulullah saw. Hal ini terbukti sewaktu beliau

memerintahkan penduduk Madinah untuk keluar mengikuti peperangan dalam perang

Tabuk, tidak satu pun yang berada di rumah sehingga kota Madinah pada waktu itu

terlihat seperti kota mati.190

Hal inilah yang diwariskan Rasulullah saw kepada para sahabatnya, Yusuf al-

Qaradhawi mengambil contoh sewaktu Umar diangkat menjadi khalifah pengganti

Abu Bakar Shiddiq, beliau berkata : “Wahai manusia, siapa yang berpendapat bahwa

saya telah melakukan penyelewengan, maka luruskanlah saya.” Seorang laki-laki

yang hadir pada waktu itu menjawab : “Demi Allah, jika kami melihat engkau

melakukan penyelewengan, niscaya kami akan meluruskannya dengan pedang kami.”

Umar menjawab: “segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kaum Muslimin

orang-orang yang sanggup meluruskan Umar dengan ketajaman pedang mereka.”

Sekalipun Umar seorang pegulat dan cukup ditakuti, namun beliau tetap mau

menerima teguran, nasehat, maupun kritikan dari rakyatnya.191

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, seorang pemimpin adalah anggota masyarakat

biasa dan bukanlah seorang yang terlalu agung sehingga tidak boleh dinasehati, dan

orang lain tidak terlalu hina hingga tidak boleh menasehatinya. Pendapat Yusuf al-

Qaradhawi ini senada dengan pandangan Ali Sariati yang mengatakan, bahwa

190 Abu al-Hasan Ali al-Nadwi, Islam Membangun Peradaban Dunia. Terjemahan Ruslan

Siddiq, (Jakarta: Pustaka Jaya dan Djambatan, 1998), Cet. I, h. 157 191 K. Ali, Sejarah Islam; Tarikh Pra Modern (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),

Cet. III, h. 102

Page 90: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

imam/pemimpin bukanlah manusia super yang kecemerlangan sosok luarnya

menyebabkan kita terdorong untuk mengangkat imam/pemimpin tersebut lebih dari

pada manusia biasa, bahkan yang lebih ekstrim menganggap seorang imam/pemimpin

sebagai sosok makhluk lain (the great foreighner). Corak pemikiran seperti ini telah

berkembang sebelum kedatangan Islam.192

Demikian seharusnya, rakyat harus menyadari bahwa seorang pemimpin

bukanlah orang yang dikultuskan sebagai orang yang suci, sehingga setiap tingkah

dan perbuatannya selalu tampak benar sekalipun hal tersebut salah. Ini merupakan

implikasi dari pengkultusan yang pada akhirnya merugikan rakyat dan bahkan dapat

menjadi ancaman terhadap kelangsungan suatu negara.

Tetapi meluruskan seseorang pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah,

sebab kekuatan ada pada penguasa. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, rakyat harus

mampu mengemas amar ma’ruf nahi munkar untuk meluruskan penguasa tanpa

terjadi pertumpahan darah. Walau bagaimana pun Yusuf al-Qaradhawi berpendapat

bahwa oposisi terhadap pemerintah yang zalim, lebih baik jika dibandingkan dengan

peperangan, karena peperangan mendatangkan akibat yang jauh lebih buruk. Oposisi

yang melancarkan kritikan-kritikan terhadap pemerintah yang zalim tersebut melalui

lisan atau pun tulisan.193

Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa kritikan terhadap

penguasa tersebut juga dapat disalurkan melalui berbagai kekuatan politik yang tidak

192 Ali Sari'ati, Ummah dan Imamah; Suatu Tinjauan Sosiologis. Terjemahan Afifi

Muhammad, 1995), Cet. II, h. 121 193 Yusuf al-Qaradhawi, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu, h. 118

Page 91: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mungkin mudah dibasmi oleh pemerintah yang berkuasa. Kekuatan-kekuatan politik

tersebutlah yang dinamakan partai.194

Yusuf al-Qaradhawi mengatakan:

���?3 2� A��V��-و�D اس���C3 ا���'� ص�اع � X�<Y ح�Kوآ-[ A 2 ص�� أن ت?X إ�� وت,>� 3>ج ا����ن د#$%�وف واH7$ �3 ا'%������ء وت�( هH وج>د D>ى ون إ ADرا

_ Aء �3ت, س��س��B,A وهa��� �� H �7��3 ا`�ر ا���A ا�Fآ%A 2�3 ا<7��195حUاب��7

Artinya: “Setelah perjuangan sengit dan panjang, umat manusia di zaman kita

sekarang telah mampu mengemas amar ma’ruf nahi munkar untuk meluruskan

penyimpangan penguasa tanpa terjadi pertumpahan darah. Hal itu disalirkan melalui

berbagai kekuatan politik yang tidak mungkin dibasmi oleh pemerintah yang

berkuasa dengan gampang. Kekuatan-kekuatan politik tersebutlah yang dinamakan

partai.”196

Secara hakiki, Franz Magnis Suseno juga berpendapat sama dengan Yusuf al-

Qaradhawi, bahwa negara harus melindungi kebebasan masyarakat, tetapi kebebasan

tersebut bukan berarti sama dengan kebebasan demokrasi dan liberalisme di Barat.

Kebebasan dalam Islam tersebut pada hakikatnya adalah hak setiap individu untuk

mengurus dirinya sendiri tanpa paksaan dari pihak mana pun, termasuk kebebasan

menyampaikan kritikan terhadap pemerintah.197

D. Wadah Hak Kritik Rakyat Menurut Yusuf al-Qaradhawi

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, pada zaman modern ini untuk menyampaikan

kritikan dan saran kepada penguasa, telah tersedia media yang cukup sistematis serta

mendapat perlindungan hukum -Yusuf al-Qaradhawi menyebutnya dengan istilah

194 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 195 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 196 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara. Terjemahan Syafril Halim (Jakarta: Robbani Press,

1999), h. 191-192 197 Fran Magnis-Suseno, Etika Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), Cet. I, h. 117

Page 92: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

"kekuatan politik"- dimana pemerintah tidak bisa dengan mudah membubarkannya.

Hal ini juga menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya

pemberontakan akibat aspirasinya tidak sejalan dengan pemerintah.198

Penulis melihat sepertinya Yusuf al-Qaradhawi tidak membenarkan

melakukan kekerasan dalam mengkritik pemerintah yang zalim, karena ada forum

formal untuk mengungkapkan kritikan dan nasehat terhadap penguasa tersebut.

Menurut penulis, hal tersebut merupakan suatu langkah yang lebih baik demi untuk

mengelakkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan mafsadahnya jauh lebih

besar ketimbang maslahahnya.

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa mendirikan berbagai partai atau

kelompok politik sudah menjadi suatu keharusan sebagai sarana untuk mengoreksi

dan menghadapi kezaliman kekuasaan, mengembalikannya ke jalur yang benar, atau

menjatuhkannya agar tempatnya dapat diganti oleh orang lain yang lebih baik.

Berbagai partai itulah yang mampu mengoreksi pemerintah, sebagai wadah bagi umat

untuk mengatakan "tidak" atau "mengapa" terhadap kebijakan pemerintah, dan

melakukan tugas nasehat, amar ma'ruf nahi munkar. Tugas tersebut tidak dapat

dilakukan oleh individu yang terbatas kemampuannya.199

Partai yang dimaksud Yusuf al-Qaradhawi harus memenuhi dua syarat, yaitu;

� وإن آ�ن �7 إ و_ت'�د�� أ-3,��ة و8��'A- سdمن ت'��ف ��b أ-��H� �%7 ج��7د �5صوت�$#�رة�H )>ع ا`,%gسdم و`-.ص>ل ا'�%�A ا Aد��'� A7ب ج��F X%'ا�� آ�ن اس%�7 أ_ ت ���

�7'D<200و�

198 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 199 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149 200 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148

Page 93: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Artinya: Pertama, partai-partai itu harus mengakui Islam sebagai aqidah dan

syari'ah, tidak boleh melanggar ajaran-ajarannya dan tidak boleh pula menjadikannya

sebagai kedok, walaupun berbagai partai itu mempunyai ijtihad sendiri dalam

memahaminya berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah yang sudah ditetapkan. Kedua,

partai-partai itu tidak boleh bekerja demi kepentingan pihak-pihak yang memusuhi

Islam dan ummatnya, apa pun nama dan bentuknya.201

Yusuf al-Qaradhawi tidak membenarkan mendirikan partai yang

mengembangkan paham atheisme, liberalisme, dan sekularisme, atau paham yang

mencela agama-agama samawi secara umum, khususnya Islam atau menghina

berbagai keluhuran dan kesucian Islam, seperti aqidah, al-Qur’an dan hadits Nabi

saw.202

Sebagian kalangan umat Islam menolak pemberlakuan sistem partai, yang

merupakan bagian dari demokrasi. Mereka beralasan bahwa demokrasi merupakan

hasil import dari Barat dan sama sekali tidak ada relevansinya dengan Islam. Bahwa

demokrasi berdasarkan suara mayoritas serta menganggap suara terbanyak

merupakan pemegang kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan dan

mengendalikan berbagai permasalahan, dan dalam menilai serta memutuskan benar

terhadap salah satu dari masalah yang berbeda-beda dengan menggunakan

pemungutan suara terbanyak. Maka pendapat manapun yang memenangkan suara

terbanyak secara absolut, itulah pendapat yang diberlakukan, meskipun terkadang

pendapat itu salah dan bathil.

Padahal (menurut mereka), Islam tidak menggunakan sarana seperti itu, dan

tidak mentarjih (mengunggulkan) suatu pendapat atas pendapat yang lain. Karena

201 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara, h. 190 202 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148

Page 94: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

adanya kesepakatan pihak mayoritas, tetapi Islam melihat pada pokok permasalahan

tersebut, apakah ia salah atau benar. Jika benar, maka ia akan memberlakukannya,

meskipun bersamanya hanya ada satu suara, atau bahkan sama sekali tidak ada

seorang pun yang menganutnya. Jika salah, maka ia akan menolaknya meskipun

bersamanya terdapat 99 orang dari 100 orang yang ikut. Bahkan, nash al-Qur’an

menunjukkan bahwa suara mayoritas selalu berada dalam kebathilan. Sebagaimana

yang terdapat pada firman Allah swt surat al-An’am ayat 116:

���� �{ v*K � "�UV� ��� h�Y 1�l�d$% ⌧q��>(}� �� mQn�M.]

NO$% 5 ��� ���*�6[��� ���� ��TW�$% ���� �*; ���� ���3i!��"h

1�� m

Artinya: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka

bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain

hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta

(terhadap Allah)

Ulama yang berpandangan demikian adalah Fadhallah Nuri dari Iran, Sayyid

Kutb dari Mesir, dan Ali Benhadj dari Al-Jazair. Menurut pandangan Fadhallah Nuri,

demokrasi adalah suatu hal yang tidak mungkin disejajarkan dalam sistem

pemerintahan Islam. Misalnya konsep persamaan semua warga negara, lebih lanjut

Fadhallah Nuri mengatakan bahwa persamaan tentu saja tidak bisa terjadi dalam

kehidupan manusia, pastinya dalam kehidupan yang kompleks terdapat perbedaan

seperti orang beriman dan kafir, kaya dan miskin, para fuqaha dan pengikutnya, yang

kesemuanya pasti memiliki konsekuensi yang berbeda dalam sebuah negara.

Demikian halnya dengan prinsip legislasi oleh manusia yang biasa dilakukan oleh

Page 95: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

lembaga legislatif. Fadhallah Nuri menganggap legislasi hukum bukanlah ketentuan

manusia untuk mengaturnya, melainkan hukum adalah milik Allah swt semata.203

Senada dengan komentar Fadhallah Nuri di atas, Sayyid Kutb seorang pemikir

Mesir dan tokoh Ikhwanul Muslimin juga benar-benar tegas dalam menolak

demokrasi sebagai sebuah sistem. Sayyid Kutb menganggap bahwa ide kedaulatan

adalah gagasan demokrasi yang salah dan tidak sejalan dengan hukum Islam.

Mengakui adanya kedaulatan rakyat, berarti secara bersamaan juga telah mengingkari

kedaulatan Tuhan. Dalam konsep Islam, seorang pemimpin hanyalah jabatan yang

tidak mutlak dimiliki dan dikuasai oleh manusia, tetapi ia hanya merupakan amanat

Tuhan yang ada di bumi, dan kekuasaannya bersifat teosentris (Tuhan sebagai pusat

kekuasaan).204

Tokoh selanjutnya yang juga menolak keras demokrasi ialah Ali Benhadj.

Satu hal yang paling dikritik olehnya adalah prinsip mayoritas. Sebenarnya menurut

Ali Benhadj, prinsip tersebut mudah dipatahkan dan ditolak, karena sebenarnya isu-

isu keadilan tidak bisa dikuantifikasi. Oleh karen itu, demokrasi secara umum

hanyalah sebuah alat semata, dan bahwa demokrasi hanyalah baik apabila

menguntungkan bagi Barat.205

203 John L. Esposito dan James. P. Piscatory, “Islam dan Demokrasi”, dalam Islamika, Jurnal

Dialog Pemikiran Islam, no. 4 April-Juni, 1994, h. 19-21 204 John L. Esposito dan James. P. Piscatory, Islam dan Demokrasi, h. 20 205 Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Tela’ah konseptual dan Historis (Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002), h. 55-56

Page 96: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Menanggapi pendapat ini Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan:

�اA�Yأ,%�����Kت وا%?���Fت ا-ن ج>ه� ا'��'��ا �3 ا _A�%س �� أ-آ�د��$ن ���Pرا%#Fه>�� وأ���ض 7��3 ح�آ �#�ه>�� أو ��0م �#K�_وا ه�ن �#>ن 7 حa 7 و��>س أ�

� إذ�U3 aإذا ا6�5 وح آ�F�ف و _ ���ق ا$�س إ2 ات�Rه�ت أو �$�هj ا�Fس�A اFا� ��>��7 و_ ��)>ن 3$�7إ�D?�د�A أو اج�A�3�% أو A���,l أ'�_ A206و س��س�

Artinya: Bahwa substansi demokrasi –tanpa definisi dan istilah akademis-

adalah memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih orang yang akan

mengurus dan mengendalikan urusan mereka, sehingga mereka tidak dipimpin oleh

penguasa yang tidak mereka sukai, atau diatur oleh sistem yang mereka benci. Selain

itu, mereka juga mempunyai hak menilai dan mengkritik jika penguasa menyimpang

dan berbuat zalim, dan rakyat tidak boleh digiring kepada aliran dan sistem ekonomi,

sosial, kebudayaan, atau politik yang tidak mereka kenal dan mereka setujui.207

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa tidak ada satu syari’at pun yang

melarang penyerapan pemikiran teori atau praktik empiris dari kalangan non-Muslim

, termasuk konsep demokrasi. Bahkan merupakan hak kita untuk mengambil manfaat

dari pemikiran, strategi, dan sistem yang memberikan manfaat kepada kita, selama

tidak bertentangan dengan nash, dan kita harus menyaring dari apa yang kita ambil

untuk selanjutnya menambahkannya dan melengkapinya dengan bagian ruh Islam.208

Yusuf al-Qaradhawi mencontohkan pada Nabi sendiri pada perang Ahzab telah

mengambil pemikiran “penggalian parit” sebagai strategi perang, padahal strategi

tersebut berasal dari bangsa Persia.209

Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Yusuf al-Qaradhawi, bahwa

penerapan sistem partai membawa manfaat bagi umat Islam. Mengingat beragam dan

kompleksnya kehidupan masyarakat pada zaman modern ini, besarnya wilayah suatu

206 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 632 207 Yusuf al-Qaradhawi, Figh Negara, h. 197 208 Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, h. 643 209 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 155

Page 97: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

negara, banyaknya jumlah penduduk, dan pertumbuhan organisasi pemerintah atau

non-pemerintah, menjadi semakin sukar untuk mengetahui individu mana yang perlu

dimintai pendapatnya dalam bermusyawarah. Ini berarti jalur langsung dalam

menyampaikan aspirasi kepada pemimpin pemerintahan tidak seefektif pada zaman-

zaman awal Islam. Lagi pula suara mayoritas tidak selamanya diartikan sebagai

kehendak yang buruk, tetapi suara mayoritas juga mampu untuk mengambil

keputusan yang benar dengan selalu mengajak kepada kekuatan hukum.

Selanjutnya tentang sistem partai, Yusuf al-Qaradhawi berpendapat tidak ada

larangan untuk memberlakukan sistem multi partai dalam negara Islam. Beliau

mengatakan:

bا A� �� حUب س��سH داX5 ا�وmوج>د أآ �� H3� 210سA��d أ�� _ �>ج� ���� 8

Artinya: Bahwa tidak ada larangan untuk memberlakukan sistem multi partai

dalam negara Islam.211

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa partai-partai tersebut hanya sekedar

keragaman bentuk dan spesialisasi, bukan keragaman yang bersifat kontradiktif.

Seluruh anggota partai tersebut harus berdiri satu barisan dalam mempertahankan

persoalan-persoalan prinsip yang berkaitan dengan eksistensi Islam, aqidah

islamiyah, syariat Islam dan umat Islam. Selanjutnya Yusuf al-Qaradhawi

menjelaskan bahwa masing-masing partai politik itu harus komit dengan moral yang

luhur. Tidak dibenarkan mencela dan mengkafirkan pihak lain. Bahkan semua

210 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 147 211 Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh Negara, h. 190

Page 98: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

anggota partai itu harus saling menasehati pada kebenaran, kesabaran, dan seraya

berpegang teguh dengan prinsip hikmah dan mau’izhah hasanah.212

Yusuf al-Qaradhawi menjunjung tinggi sistem multi partai yang lebih

menjamin terwujudnya kedaulatan rakyat. Konsep multi partai yang ditawarkan

Yusuf al-Qaradhawi merupakan konsep yang bersifat aplikatif, karena lebih

membantu rakyat dalam mengungkapkan aspirasinya di depan pemerintah, sebab

masing-masing orang mempunyai ide dan gagasan yang berbeda.213

Menurut penulis, di satu sisi sistem multi partai mempunyai nilai seakan

mewujudkan dikotomi umat Islam antara satu dengan lainnya. Hal ini lebih

menguntungkan partai lain yang tidak berdasarkan Islam, karena suara umat Islam

terpecah dan minus kekuatan politiknya. Tetapi di sisi lain, sistem ini juga

mendatangkan implikasi positif karena umat Islam dapat bersatu (koalisi) antara satu

partai dengan partai yang lainnya. Tetapi yang perlu diingat, masing-masing partai

yang ingin berkoalisi agar dapat menyamakan visi dan misinya terlebih dahulu agar

terjamin konsistensi perjuangan.

Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa keberagaman partai politik tidak

selalu membawa perpecahan, dan tidak semua perbedaan itu buruk. Dalam hal ini

Yusuf al-Qaradhawi menganalogikan pada perbedaan pendapat yang disebabkan oleh

perbedaan ijtihad. Karena itu para sahabat sering berbeda pendapat dalam berbagai

masalah cabang, namun hal ini tidak memecah belah persatuan mereka. Adanya

212 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 154 213 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 148

Page 99: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

sistem multi partai merupakan suatu gambaran pluralitas umat dalam bidang politik.

Adanya keragaman, pluralitas, dan perbedaan dalam politik tersebut merupakan suatu

gambaran menuju kesatuan syari'at pada sisi yang konstan, karena politik dalam

Islam tidak konstan sebagaimana konstanitas nash-nash dan tidak ada kata pasti

sebagaimana kepastian nash-nash itu. Ia tidak terbatas pada apa yang terdapat dalam

nash tetapi juga mencakup segala sesuatu di luar nash dan tidak bertentangan dengan

nash.214

Karena masalah politik merupakan masalah yang bersifat dinamis, dan selalu

mengalami proses improvisasi setiap saat, maka tidak tertutup kemungkinan

munculnya hal-hal baru sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir manusia, sejauh hal

tersebut tidak menyalahi nash. Mayoritas negara di dunia termasuk kebanyakan dari

negara Islam terlibat dalam diskursus sistem politik. Dalam terminologi kontemporer,

partai politik itu cenderung dipercaya sebagai tujuan dan ideologi politik yang

dibangun bersama-sama yang secara mandiri mengatur sistem dan tujuan politik

internalnya untuk merealisasikan program idealisme melalui beberapa pendekatan,

dengan harapan mendapatkan umpan balik untuk bisa mempengaruhi kelompok lain

yang ada di sekeliling mereka.215

214 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajmukan dalam Bingkai

Persatuan. Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattanie, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. I, h. 85-86 215 Muhammad Thanthawi, Dkk. Problematika Pemikiran Muslim; Sebuah Analisis Syar'iyah.

Terjemahan Wahib Wahab, (Yogyakarta: PT. Tiara Wicana Yogya, 1998), Cet. I, h. 37

Page 100: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Dalam pandangan Islam, faktor keragaman melekat kepada pluralisme itu

sendiri. Islam melihat pluralisme sebagai sunnatullah. Allah berfirman dalam surat

Al-Hujarat ayat 13:

$�r<�'9:�� H�$�0�$% $9+�� -��:�����>.C � �� �!⌧B"� 5`"�+���

���:��&>.*.F� $�-�*�T |Q�O$�6"S� �%��*&�l$.*�A � 5

���� -�����!UV� .�� NO$% ����"��K� 5 ���� TO$% ��{�>�

� !�6.C

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat ini menjelaskan tentang proses kejadian manusia, bahwa Allah swt

menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan, Allah menjadikan

manusia berbeda bangsa dan berlainan suku. Semua itu merupakan bentuk pluralisme

yang melekat pada diri manusia itu sendiri.216

Dalam perspektif Islam, menjaga pluralisme partai politik yang satu dari yang

lainnya, menjaga furu' dan ushul, hal ini merupakan kaedah dan landasan

kemerdekaan manusia yang diciptakan oleh Allah swt, yaitu kemerdekaan dalam

menentukaan beban pilihan sebagai salah satu sebab beban taklif.217

Sebagai bukti sejarah, keragaman partai telah muncul dalam praktek

ketatanegaraan Islam. Pada masa Daulah Abbasiyyah telah mulai muncul partai

216 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum (Jakarta: Kencana, 2002), h. 125 217 Muhammad Thanthawi, Dkk. Problematika Pemikiran Muslim, h. 38

Page 101: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

politik, baik yang mendukung pemerintah maupun yang menjadi oposisi pemerintah.

Partai-partai yang muncul pada zaman Abbasiyyah tersebut adalah:

Pertama; Syi'ah. Partai Syi'ah merupakan partai oposisi yang berusaha

menjatuhkan pemerintahan dengan terang-terangan. Awal munculnya aliran ini

adalah pada masa khalifah Ustman, lalu tumbuh dan berkembang pada masa Ali bin

Abi Thalib ra. Pokok-pokok aliran ini menurut Ibnu Khaldun sebagai berikut:

"Masalah kepentingan imamah bukanlah kepentingan rakyat yang pemilihan dan

penentuannya diserahkan kepada mereka. Imamah bagi mereka adalah rukun Islam

yang tidak boleh dilupakan oleh Nabi saw, dan diserahkan kepada umat. Beliau wajib

menentukan seorang imam yang terpelihara dari dosa besar dan kecil.218

Kedua; Khawarij. Gerakan Khawarij tidak terlalu berpengaruh pada masa

Daulah Abbasiyyah, tetapi tetap berbahaya, karena mereka melakukan oposisi dengan

jalan anarkis atau kekerasan. Ketiga; Mu'tazilah. Partai Mu'tazilah pada sebagian

besar Daulah Abbasiyyah menjadi pendukung pemerintah, hanya sekali partai

Mu'tazilah menjadi partai oposisi. Partai Mu'tazilh telah memainkan peranan yang

cukup penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Keempat; Ahlu’ Sunnah Wa

al-Jama'ah. Partai Ahlu’ Sunnah Wa al-Jama'ah lahir sebagai partai tandingan

terhadap partai Mu'tazilah, juga rival partai Syi'ah, dan Khawarij. Mereka menjadi

218 Syeikh Muhammad Abu Zahrah, Sejarah Mazhab Islam; Aliran Politik dan Aqidah.

Terjemahan Ahmad Abdul Majid, (Jatim: Al-Izzah, 1998), Cet. I, h. 32

Page 102: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

pembangkang pemerintah, pada waktu Mu'tazilah menjadi pendukung, dan

sebaliknya menjadi pendukung pada waktu Mu'tazilah menjadi pembangkang.219

Tetapi partai politik pada waktu itu belum nampak sebagai wadah formal

untuk menyampaikan kritikan dalam negara bersangkutan. Namun pada abad modern

ini eksistensi partai dalam suatu negara benar-benar diakui dan negara pun membuat

aturan-aturan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban suatu partai.220

C. Persamaan dan Perbedaan antara Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi dengan

Islam tentang Hak Kritik Rakyat

Persamaan

3. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat, bahwa dalam negara Islam, rakyat

mempunyai hak untuk menyatakan pendapat, memberikan kritikan kepada

pemerintah, apabila pemerintah melakukan kecurangan dan kezaliman.221

Pendapat

Yusuf al-Qaradhawi ini sesuai dengan prinsip Islam. Dalam al-Qur'an Allah

menjelaskan bahwa dibenarkan bagi umat untuk mencegah kemunkaran,

penyimpangan yang dilakukan penguasa merupakan suatu kemunkaran, maka

mengkritik penguasa yang zalim juga dibenarkan bahkan diwajibkan (Surat Ali Imran

ayat 104). Selanjutnya banyak hadits Rasulullah yang memberikan "lampu hijau"

untuk menasehati dan bahkan mengkritik pemimpin zalim, hal ini dibuktikan dengan

219 A. Hasyim, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), Cet. V, h. 226 220 M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 31 221 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 147

Page 103: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

hadits Rasulullah yang menjadikan tugas menasehati ini sebagai jihad.222

Bahkan

para sahabat pun telah membenarkan rakyat untuk mengkritik pemerintah jika mereka

menyimpang dari kebenaran.223

4. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa dalam mengubah kemunkaran

yang dilakukan pemerintah harus mempunyai kekuatan, tetapi apabila rakyat tidak

mempunyai kekuatan untuk mencegahnya, maka rakyat hendaknya bersabar. Hal ini

juga sejalan dengan prinsip Islam. Hadits Rasulullah saw sebagai sumber hukum

Islam yang kedua setelah al-Qur'an, telah menjelaskan bahwa dalam mencegah

kemunkaran, seseorang dituntut mencegahnya berdasarkan kapasitas dan kemampuan

yang dimilikinya.

Perbedaan

Adanya perbedaan mengenai format penyampaian kritikan antara pendapat

Yusuf al-Qaradhawi dengan praktek ketatanegaraan Islam yang terjadi pada masa

Rasulullah saw. Pada masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah, umat yang

ingin menyampaikan kritikan, dapat secara langsung datang kepada Rasulullah saw

dan beliau menerima dengan senang hati. Tetapi Yusuf al-Qaradhawi berpendapat

bahwa dalam menyampaikan kritikan terhadap pemerintah, hendaknya tidak

dilakukan secara individu tetapi melalui wadah formal seperti partai-partai politik

222 Syaukat Husein, Human Right in Islam (India: Bhavan, 1984), h. 43 223 Mohammad Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam (Malaysia: Berita

Publishing, 1994), h. 50

Page 104: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

(beliau menyebutnya dengan "kekuatan politik").224

Penulis dalam hal ini melihat

bahwa hal ini merupakan tuntutan zaman, karena pada zaman Rasulullah saw kondisi

masyarakat jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Begitu juga

dengan permasalahan saat ini jauh lebih kompleks dari masa Rasulullah saw.

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi ini sesuai dengan kondisi zaman sekarang ini, negara

sudah berkembang dengan pesat, wilayah yang begitu luas dan rakyat yang begitu

banyak. Dengan demikian agar kritikan itu lebih efektif, rakyat sebaiknya membentuk

suatu wadah yaitu partai politik.

D. Relevansi Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang Hak Kritik Rakyat

Dewasa ini

Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan,

sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang ini. Negara yang mengakui demokrasi

sebagai suatu sistem politiknya, mengakui bahwa rakyat mempunyai kedaulatan yang

penuh atas negara. Kedaulatan itu diwakilkan kepada para wakilnya di parlemen.

Rakyat berhak untuk ikut berpartisipasi dalam politik, rakyat diberikan kebebasan

untuk mengawal kelangsungan negara. Rakyat diberikan hak untuk mengkritik

kebijakan pemerintah. Protes terhadap pemerintah adalah bentuk partisipasi rakyat

224 Yusuf al-Qaradhawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, h. 149

Page 105: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

yang dibutuhkan negara demokrasi, agar sistem politik bekerja lebih baik.225

Hal yang

menyangkut kebebasan menyampaikan kritikan tersebut sudah menjadi hak asasi

yang bersifat universal, bahkan telah diputuskan oleh lembaga Perserikatan Bangsa-

Bangsa melalui Universal Declaration of Human Rights 1948, Dimana umat manusia

melalui wakil-wakilnya yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) sepakat dan bertekat untuk memberikan pengakuan dan perlindungan

secara yuridis formal terhadap hak-hak asasi dan politik manusia serta

mensosialisasikannya.226

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi tentang partai politik sebagai wadah penyaluran

hak kritik rakyat, juga relevan dengan kondisi saat ini. Bahwa pendapat yang

dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi tersebut (sistem partai), telah diterapkan oleh

negara-negara demokrasi di dunia. Partai politik diyakini memiliki peran yang sangat

strategis terhadap proses demokratisasi. Partai politik adalah sebagai wadah bagi

penampungan aspirasi rakyat. Peran tersebut merupakan implementasi nilai-nilai

demokrasi, yaitu keterlibatan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap

penyelenggaraan negara melalui partai politik, segala aspirasi rakyat yang beraneka

ragam dapat disalurkan secara teratur. Sistem partai ini lebih terjamin kedisiplinannya

serta memiliki kekuatan. Rakyat tidak lagi dikekang mulutnya untuk bicara,

225 Asykuri ibn Chamim, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Majelis Pendidikan

Tinggi, Penelitian dan Pengembangan, 2003), h. 90 226 Bambang Sutiyo, Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia dalam

UNISIA (Yogyakarta, UII Press, 2002), h. 85

Page 106: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengkritik pemerintah. Hak tersebut dijamin dalam undang-undang pada negara yang

bersangkutan.227

227 A. Ubaeidillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta:

Prenada Media, 2003), h. 55

Page 107: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian sebelumnya yang berdasarkan sumber-sumber resmi berupa buku-

buku karangan Yusuf al-Qaradhawi maupun buku-buku lainnya yang berhubungan

dengan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa point penting,

yaitu:

Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa Islam memiliki nilai-nilai

kemanusian yaitu “kebebasan” yang dapat menyelamatkan manusia dari intimidasi,

kediktatoran, penjajahan, tekanan dan sebagainya. Kebebasan ini meliputi kebebasan

beri'tikad, kemerdekaan berfikir, kebebasan berbicara dan menyampaikan kritikan

terhadap penguasa yang zalim. Dasar pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak

kritik rakyat ini adalah bersumber dari perintah amar ma’ruf nahi munkar yang telah

dijelaskan Allah swt dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 17. Kritikan tersebut

disalurkan melalui kekuatan politik yang dinamakan partai.

Pendapat Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat, sesuai dengan prinsip

Islam. Bahwa Allah membenarkan umat untuk mencegah kemunkaran,

penyimpangan dan kezaliman. Penyimpangan yang dilakukan penguasa merupakan

suatu kemunkaran, maka mengkritik penguasa yang zalim juga dibenarkan bahkan

diwajibkan (Surat Ali Imran ayat 104).

Page 108: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Namun ada perbedaan mengenai format penyampaian kritikan antara

pendapat Yusuf al-Qaradhawi dengan praktek ketatanegaraan Islam yang terjadi pada

masa Rasulullah saw. Pada masa kepemimpinan Rasulullah saw di Madinah, umat

yang ingin menyampaikan kritikan, dapat secara langsung datang kepada Rasulullah

saw. Tetapi Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa dalam menyampaikan kritikan

terhadap pemerintah, hendaknya melalui partai politik.

B. SARAN

Setelah melalui proses dan kajian terhadap pemikiran Yusuf al-Qaradhawi

tentang hak kritik rakyat dalam pemerintahan negara Islam, kiranya penulis perlu

mengemukakan saran sebagai kelanjutan dari kajian penulis atas hal-hal tersebut di

atas, yaitu; perlunya penelitian yang lebih komprehensif tentang hak kritik rakyat

secara khusus, sehingga mampu memberikan informasi yang lebih utuh. Dengan

penelitian yang lebih komprehensif, diharapkan dapat melahirkan pemahaman bahwa

Islam menjamin perlindungan hak-hak asasi manusia, dan hak rakyat untuk

mengkritik pemerintahan yang zalim.

Page 109: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. Demokrasi di Persimpangan Makna; Respon Intelektual Muslim

Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi. Penerjemah Wahib Wahab.

Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999.

Ali, K. Sejarah Islam; Tarikh Pra Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Aripin, Jaenal. Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia.

Jakarta: Kencana, 2008.

Almond, Gabriel A, Caleman, James S. The Politik of the Develooping Areas. New

Jarsey: Princeton, 1970.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2000.

Chamim, Asykuri. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Majelis Pendidikan

Tinggi, Penelitian dan Pengembangan, 2003.

Esposito, John L dan James, Piscatory P. “Islam dan Demokrasi”, dalam Islamika,

Jurnal Dialog Pemikiran Islam, no. 4 April-Juni, 1994.

Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syahid, 2007.

Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Hakim, M. Lukman. (ed), Deklarasi Islam tentang HAM. Surabaya: Risalah Gusti,

1993.

Hasyim, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Heri, Sucipto. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu Bakar Sampai al-Qaradhawi.

Jakarta: Hikmah, 2003.

HR, Ridwan. Fiqh Politik; Gagasan, Harapan, dan Kenyataan. Yogyakarta: FH UII

PRESS, 2007.

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2005.

Hussain, Syaukat. Human Right in Islam. India: Kitab Bhavan, 1996.

Page 110: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Hutabarat, Ramli. Persamaan di Hadapan Hukum (Equality Before the Law) di

Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajmukan dalam

Bingkai Persatuan. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattanie. Jakarta: Gema

Insani Press, 1999.

Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta, 1986.

Kamali, Mohammad Hashim. Freedom of Expression in Islam (Malaysia: Berita

Publishing, 1994.

Kamil, Sukron. Islam dan Demokrasi; Tela’ah konseptual dan Historis (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2002.

Khurasisy, Shalih. Sulaiman. Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi dalam Timbangan.

Penerjemah M. Abdul Ghafur. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2003.

Muhammad, Iqbal. Fiqh Siyasah; Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2001.

Al-Muhtaj, Majda. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia; Dari UUD1945

Sampai dengan Amandemen UUD 1945 tahun 2002. Jakarta: Kencana, 2007.

Musthafa, Daud. Beberapa Aspek Pemikiran al-Maududi. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1988.

Al-Maududi, Abu al-A'la. Hak Asasi dalam Islam. Penerjemah Achmad Nashir

Budiman. Bandung: Pustaka, 1985.

M. Echols, John. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2003.

Mas’ud, Mukhtar. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1982.

Mubarraq, Muhammad. Sistem Pemerintahan dalam Perspektif Islam. Penerjemah

Firman Haryanto. Solo: Pustaka Mantiq, 1995.

Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya 'Ulum al-Din. Dar Fikr,

1995.

Page 111: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Munawwir, A. W. Kamus al-Munawwir; Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002.

Al-Nadwi, Abu al-Hasan Ali. Islam Membangun Peradaban Dunia. Penerjemah

Ruslan Siddiq. Jakarta: Pustaka Jaya dan Djambatan, 1998

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1978.

Powell, Edward. Kingship, Law and Society; Criminal Justice in the Reign of Henry

V. Oxford: Clarendon Press, 1989.

Pulungan, Suyuthi. Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah ditinjau dalam

Pandangan al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam, Makanatuha, Ma’alimuha,

Thabi’atuha, Mauqifuha, min al-Dimaqratiyah wa al-Ta’addudiyah wa al-

Maar’ah wa Ghairu al-Muslimin. Cairo: Dar al-Syuruq, 1997.

. Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nansyuduhu. Cairo:

Maktabah Wahbah, 1993.

. Fatawa Mu’ashirah. Beirut: Darul Ma’rifah, 1988.

. Al-Halal wa al-Haram, Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1980.

. Fiqh Negara. Penerjemah Syafril Halim. Jakarta: Rabbani

Press, 1999.

. Perjalanan Hidupku. Penerjemah Cecep Taufiqurahman,

Nandang Burhanuddin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Rahman, Fazlu. Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Penerjemah Ena Hadi.

Bandung: Mizan, 1996.

Rais, M. Dhiauddin. Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Rasyid, Harun. Himpunan Peraturan Hukum Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1983.

Sari'ati, Ali. Ummah dan Imamah; Suatu Tinjauan Sosiologis. Penerjemah Afifi

Muhammad, 1995.

Smith, Edward C. The Constitution of the United States. New York: Barnes, 1966.

Page 112: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Sunggono, Bambang. Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung: Mandar

Maju, 1994.

Suseno, Fran Magnis. Etika Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Sutiyo, Bambang. Konsepsi Hak Asasi manusia dan Implementasinya di Indonesia

dalam UNISIA. Yogyakarta: UII Press, 2002.

Tahir, Muhammad. Negara Hukum ; Suatu Study tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat

dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan

Masa Kini. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992.

Thanthawi, Muhammad, Dkk. Problematika Pemikiran Muslim; Sebuah Analisis

Syar'iyah. Penerjemah Wahib Wahab. Yogyakarta: PT. Tiara Wicana

Yogyakarta, 1998.

Taqiyuddin, Nabhani. Sistem Pemerintahan Islam. Penerjemah Muhammad Maghfur

Wachid, Bangil: Al-Izzah, 1997.

Tirmizi, Imam. Jami' at-Tirmizi. Riyadh: Dar al-Salam, 1999.

Ubaedillah, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:

Prenada Media Group, 2008.

Uchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002.

Uchjana Effendy, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004.

UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka

Umum

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-undang No 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indinesia (YLBHI), Kompilasi Hak-Hak Asasi

Manusia. Jakarta: YLBHI, 1980

Yusuf Musa, Muhammad. Mizham al-Hukm Fi al-Islam. Kairo: Dar Al-Katib Al-

'Arabi, t.tp

Page 113: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

Zahrah, Muhammad Abu. Sejarah Mazhab Islam; Aliran Politik dan Aqidah.

Penerjemah Ahmad Abdul Majid. Jatim: Al-Izzah, 1998

Lapmiran:

Karya-Karya Yusuf al-Qaradhawi:

Page 114: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

1. Al-Halal wa al-Haram (Halal dan Haram dalam Islam), Al-Maktab al-Islami,

Beirut, 1980

2. Fatawa Mu’ashirah (Fatwa-Fatwa Kontemporer), Dar Al-Wafa, Qahirah, 1993

3. Al-Ijtihad fi al-Shari’at al-Islamiah (Ijtihad dalam Syari’at Islam), Dar al-Qalam,

Kuwait, 1996

4. Madkhal li Dirasat al-Shari’at al-Islamiah (Pengenalan Pengajian Syariat Islam),

Maktabah Wahbah, Qahirah, 1997

5. Min Fiqh al-Dawlah al-Islamiah (Fiqh Kenegaraan), Dar al-Shuruq, Qahirah,

1997

6. Nahw Fiqh Taysir (Ke Arah Fiqh yang Mudah), Maktabah Wahbah, Qahirah,

1999

7. Al-Fatwa Bayn al-Indibat wa al-Tasayyub (Fatwa-Fatwa antara Kejituan dan

Pencerobohan), Dar al-Sahwah, Qahirah, 1992

8. Al-Fiqh al-Islami Bayn al-Asalah wa al-Tajdid (Fiqh Islam antara Ketulenan dan

Pembaharuan), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1999

9. Awamil al-Sa’ah wa al-Murunah fi al-Syari’ah al-Islamiah (Faktor-Faktor

Kelenturan dalam Syari’at Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1999

10. Al-Ijtihad al-Mu’asir Byn al-Indibat wa al-Infirat (Ijtihad Kontemporer antara

Kejituan dan Kecuaian), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Qahirah,1994

11. Fiqh al-Siyam (Hukum Tentang Puasa), Dar al-Wafa, Qahirah,1991

12. Fiqh al-Taharah (Hukum Tentang Kebersihan), Maktabah Wahbah, Qahirah,

2002

Page 115: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

13. Fiqh al-Ghina’ wa al-Musiqa (Hukum tentang Nyayian dan Musik), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 2001

14. Fi Fiqh al-Aqaliyyat al-Muslimah (Fiqh Minoritas Muslim), Dar al-Shuruq,

Qahirah, 2001

15. Fiqh al-Zakah 2 Juzuk (Fiqh tentang Zakat), Muassasah al-Risalah, Beirut, 1973

16. Mushkilat al-Faqr wa Kayfa alajaha al-Islam (Masalah Kefakiran dan

Bagaimana Islam Mengatasinya), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1980

16. Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram (Bunga Bank itu adalah Riba yang

Haram), Dar al-Wafa’ Qahirah, 1990

17. Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami (Peranan Nilai dan Akhlaq

dalam Ekonomi Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1998

18. Daur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah (Fungsi Zakat dalam Mengatasi

Masalah Ekonomi), Dar al-Shuruq, Qahirah, 2001

19. Al-Aql wa Al-Ilm fi al-Qur’an (Akal dan Ilmu dalam al-Qur’an), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1996

20. Al-Sabru fi al-Qur’an (Sabar dalam al-Quran), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1989

21. Tafsir Surah al-Ra’d (Tafsir Surah Ra’d), Dar al-Bashir, Qahirah,1996

22. Kayfa Nata’amal Ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah (Bagaimana Berinteraksi

dengan Sunnah), Dar al-Shuruq, Qahirah, 2000

23. Madkhal li Dirasat al-Sunnah (Pengantar Mempelajari Sunnah), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1992

Page 116: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

24. Kayfa Nata’amal Ma’a al-Qur’an ( Bagaimana berinteraksi dengan al-Quran),

Dar al-Shuruq, Qahirah, 1999

25. Al-Sunnah Masdarun li al-Ma’rifah wa al-Hadarah (Sunnah sebagai Sumber

Pengetahuan dan Peradaban), Dar al-Shuruq, Qahirah,1997

26. Wujud Allah (Adanya Allah), Maktabah Wahbah, Qahirah,1990

27. Haqiqat al-Tawhid (Hakikat Tauhid), Maktabah Wahbah, Qahirah,1990

28. Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-kasyf wa al-ru’ya wa min al-Kananah wa al-

Tarna’im wa al-Ruqa (Posisi Islam mengenai Ilham, Kasyaf, Mimpi, Ramalan,

Pencegah Kemalangan dan Jampi), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1994

29. Al-Iman bi al-Qadr (Keimanan Kepada Qadar), Maktabah Wahbah, Qahirah,

2000

30. Al-Thaqafah al-Da’iyyah (Wawasan Seorang Juru Dakwah), Maktabah Wahbah,

Qahirah, 1991

31. Al-Tarbiyah al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna (Pendidikan Islam dan

Ajaran Hassan al-Banna), Maktabah Wahbah, Qahirah,1992

32. Al-Rasul wa al-Ilmi (Rasul dan Ilmu), Muasassah al-Risalah, Beirut, 1991

33. Al-Waqt fi Hayat al-Muslim (Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim), Dar al-

Sahwah Qahirah, 1991

34. Al-Hulul al-Mustwaradah wa Kayfa Janat ‘ala Ummaatina (Penyelesaian Import;

Bagaimana ia Menghantam Umat Kita), Maktabah Wahbah, Qahirah,1993

35. Al-Hall al-Islami Faridah wa Darurah (Mengatasi Masalah dengan Cara Islam

adalah suatu Kewajiban dan Keharusan), Maktabah Wahbah, Qahirah,1987

Page 117: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

36. Bayinat al-Hall al-Islami wa Syubuhat al-Ilmaniyyin wa al-Mustaqhribin

(Penjelasan Mengatasi Masalah dengan Cara Islam dan Sangkaan Penganut

Sekuler dan Orang Barat), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1988

37. A’da’ al-Hall al-Islami (Musuh-Musuh dalam Penyelesaian Cara Islam),

Maktabah Wahbah, Qahirah 2000

38. Al-Shaykh al-Ghazali Kama Araftuhu Khilala Nisf al-Qarn (Syeikh al-Ghazali

Seperti yang Saya Kenal Selama Setengah Abad), Dar al-Wafa, Qahirah,1995

39. Abu Hasan al-Nadwi Kama Araftuh (Abu Hassan al-Nadwi Seperti yang Saya

Kenal), Dar al-Fikr, Beirut, 2001

40. Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-‘Ilm (Kehidupan Rabbani dan Ilmu), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1995

41. Al-Niyat wa al-Ikhlas (Niat dan Keikhlasan), Maktabah Wahbah, Qahirah,1995

42. Al-Tawakkal (Bertawakal Kepada Allah), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1995

43. Al-Tawbah ila Allah ( Taubat Kepada Allah), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2000

44. Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Juhud wa al-Tatarruf (Kebangkitan Islam antara

Penolakan dan Ekstrim), Dar al-Wafa, Qahirah, 1992

45. Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Ikhtilaf al-Mashru’ wa al-Tafaruq al-Madzmum

(Kebangkitan Islam antara Perbedaan Pendapat yang Dibolehkan dan Perpecahan

yang Tercela), Dar al-Wafa, Qahirah, 1991

46. Al-Sahwah al-Islamiah wa Humum al-Watan al-Arabi (Kebangkitan Islam dan

Keresahan Negara-Negara Arab), Dar al-Sahwah, Qahirah, 1993

Page 118: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

47. Min Ajli Sahwah Rashidah Tujaddid al-Din wa Tanhad bi Dunya (Untuk

Mencapai Kebangkitan, yang Membaharui Agama dan Memperbaiki Dunia), Dar

al-Wafa, Qahirah,1995

48. Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalah al-Qadimah (Keutamaan

Gerakan Islam pada Masa Depan), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2001

59. Fi Fiqh al-Aulawiyyat (Fiqih Prioritas), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2000 50. Al-Islam wa al-Ilmaniyyah wajhan li Wajhin (Islam dan Sekularisme

Berhadapan), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1997

51. Ayna al-Khalal (Di Manakah Kesalahannya?), Dar al-Sahwah, Qahirah, 1985

52. Al-Ummah al-Islamiyyah Haqiqatun la Wahm (Umat Islam adalah Suatu Hakikat

dan Bukan Khayalan), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1995

53. Al-Shaqafah al-Islamiyyah Bayn al-Aslah wa al-Mu’ashirah (Pengetahuan Islam

antara Ketulenan dan Pembaharuan), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1994

54. Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islam (Non-Muslim dalam Masyarakat

Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1992

55. Al-Muslimun wa al-Aulamah (Kaum Muslim dan Globalisasi), Dar al-Tawji’ wa

al-Nashr, Qahirah, 2000

56. Al-Islam wa Hadarah al-Ghad (Islam Tamadun Masa Depan), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1995

57. Al-Sahwah al-Islamiah min al-Murahaqah ila al-Rusyd (Kebangkitan Islam dari

Transisi kepada Panduan), Dar al-Shuruq, Qahirah, 2000

58. Syumul al-Islam (Kesempurnaan Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah,1991

Page 119: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

59. Al-Marji’yyat al-Ulya fi al-Islam al-Qur’an wa al-Sunnah (Sumber Rujukan

Tertinggi dalam Islam ialah al-Qur’an dan al-Sunnah), Muasassah al-Risalah,

Beirut, 1993

60. Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Daw’ Nusus al-Shari’at wa Maqasiduha (Siyasah

Syar’iyyah menurut Syariat dan Maksudnya), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2000

61. Kayfa Nata’amal Ma’a al-Turath (Bagaimana Berinteraksi dengan Buku-Buku

Klasik), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2001

62. Al-Iman wa al-Hayat (Iman dan Kehidupan), Maktabah Wahbah, Qahiah, 1990

63. Al-Ibadat fi al-Islam (Ibadat dalam Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1985

64. Al-Khasas’is al-Ammah li al-Islam (Keistimewaan Agama Islam), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1989

65. Madkhal li Ma’rifah al-Islam (Pengantar Mengenali agama Islam), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1996

66. Al-Nass wa al-Haq (Manusia dan Kebenaran), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1993

67. Jail al-Nasr al-Mansyud (Generasi Harapan yang Dinantikan), Maktabah

Wahbah, Qahirah 1998

68. Durus al-Nakbah al-Thaniah (Pengajaran Mengenai Musibah Kedua), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1993

69. Liqaat wa Muhwarat Hawla Qadaya al-Islam wa al-‘Asr (Perbincangan tentang

Permasalahan Islam dan Kontemporer), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2001

70. Qadaya Mua’sharah ala Basat al-Bahth (Kajian Mengenai Permasalahan

Semasa)

Page 120: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

71. Ri’ayah al-Bai’ah fi Syari’at al-Islam (Memelihara Alam Sekitar Menurut Syariat

Islam), Dar al-Shuruq, Qahirah, 2001

72. Nafahat wa Lafahat (Syair), Dar al-Wafa, Qahirah, 2000

73. Al-Muslimun Qadimun (Orang Muslim Maju), Dar al-Wafa, Qahirah, 1998

74. Yusuf al-Sadiq (Nabi Allah Yusuf), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1997

75. Alim wa Taghiyyat (Golongan Ulama dan Golongan Pelampau), Maktabah

Wahbah, 1998

76. Al-Din fi ‘Asr al-‘Ilm (Agama dalam Dunia Ilmu Pengetahuan), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1995

77. Al-Islam wa al-Fann (Islam dan Kesenian), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1996

78. Al-Niqab al-Mar’ah (Pemakaian Tudung Bagi Wanita), Maktabah Wahbah

Qahirah, 1996

79. Markaz al-Mar’ah fi al-Hayat al-Islamiah (Kedudukan Wanita dalam Kehidupan

Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1996

80. Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah (Fatwa-Fatwa tentang Wanita Muslimah),

Maktabah Wahbah, Qahirah, 1996

81. Jarimah al-Riddah (Jinayah Murtad), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1996

82. Al-Aqaliiyyat al-Diniyyat wa Hulli al-Islami (Minoriti Agama dan Penyelesaian

Islam), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1996

83. Al-Mubasyirat Bintisar al-Islamiah (Berita Kemenangan Islam), Maktabah

Wahbah, Qahirah, 1996

Page 121: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

84. Mustaqbal Usuliyyah al-Islamiah (Masa Depan Golongan Fanatik Islam),

Maktabah Wahbah, Qahirah, 1997

85. Al-Quds Qadiyah Likulli al-Muslim (Quddus Tanggung Jawab Setiap Muslim),

Maktabah Wahbah, 1998

86. Hajat al-Basyariah ila al-Risalah al-Hadariah li Ummatina (Keperluan Manusia

Kepada Risalah Ketamadunan kita), Maktabah Wahbah, Qahirah, 2000

87. Fatawa Min Ajli Palastin (Fatwa-Fatwa tentang Palestina), Maktabah Wahbah,

Qahirah, 2003

88. Zahirah al-Ghulu fi Takfir (Fanatik dalam Mengkafir), Maktabah Wahbah,

Qahirah, 1990

89. Al-Sunnah wa al-Bid’ah (Sunnah dan Bid’ah), Maktabah Wahbah, Qahirah,1999

90. Zawaj al-Maysar, Haqiqat wa Hukm (Perkawinan Maysar Hakikat dan Hukum),

Maktabah Wahbah, 1999

91. Dawabit al-Shar’iyyah Libina’ al-Masajid (Prinsip Syariat dalam Membina

Masjid), Maktabah Wahbah, Qahirah, 1999

92. Mawqif al-Islam al-Aqdi min Kufr al-Yahudi wa al-Nasara (Pendirian Islam

terhadp Perjanjian dengan Yahudi dan Nasrani), Maktabah Wahbah, Qahirah,

1999

93. Al-Juwaini Imam al-Haramain (Juwaini Imam Haramain), Maktabah Wahbah,

Qahirah, 2000

94. Al-Istishaq wa al-Tubna fi Shari’at al-Islamiah (Penamaan dalam Syari’at Islam),

Maktabah Wahbah, Qahirah, 2001

Page 122: PENGESAHAN PANITIA UJIAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18650/1/SALMAN... · dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

95. Umar ibn Abdul Aziz (Umar bin Abdul Aziz), Maktabah Wahbah, 2001

96. Likay Tanjaha Muasassah al-Zakat (Semoga Institusi Zakat Berjaya), Muasassah

al-Risalah, Beirut, 1994