pengertian otonomi.docx

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi Penyelenggaraan pendidikan merupakan kekuasaan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur, mengelolah, mengorganisir urusan pendidikan yang secara tidak langsung di awasi oleh pemerintah pusat. 1 Secara konseptual banyak konsep tentang otonomi yang diberikan oleh para pakar dan penulis, di antaranya Syarif Saleh mengartikan otonomi sebagai hak mengatur dan memerintah daerah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat. Wayong mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri, dan pemerintahan sendiri. Sugeng Istanto menyatakan bahwa otonomi diartikan sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Sementara itu, Ateng Syafruddin mengemukakan bahwa istilah otonomi mempunyai makna kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan Otonomi Pendidikan ini berlangsung karena adanya kewenangan yang diberikan langsung dari pemerintah pusat untuk didirikannya otonomi daerah suatu daerah. Adapun hak yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah itu tidak langsung diberikan sepenuhnya. Pemerintah 1 Alvien Libraries., Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan.html (28-01- 2015) 1

Upload: katherine-spencer

Post on 18-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangOtonomi Penyelenggaraan pendidikan merupakan kekuasaan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur, mengelolah, mengorganisir urusan pendidikan yang secara tidak langsung di awasi oleh pemerintah pusat. [footnoteRef:2] [2: Alvien Libraries., Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan.html (28-01-2015)1]

Secara konseptual banyak konsep tentang otonomi yang diberikan oleh para pakar dan penulis, di antaranya Syarif Saleh mengartikan otonomi sebagai hak mengatur dan memerintah daerah sendiri, hak mana diperoleh dari pemerintah pusat. Wayong mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri, dan pemerintahan sendiri. Sugeng Istanto menyatakan bahwa otonomi diartikan sebagai hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Sementara itu, Ateng Syafruddin mengemukakan bahwa istilah otonomi mempunyai makna kebebasan dan kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.Pelaksanaan Otonomi Pendidikan ini berlangsung karena adanya kewenangan yang diberikan langsung dari pemerintah pusat untuk didirikannya otonomi daerah suatu daerah. Adapun hak yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah itu tidak langsung diberikan sepenuhnya. Pemerintah pusat disini bertugas mengawasi pelaksanaan otonomi pendidikan ini. Otonomi Penyelenggaraan pendidikan sebenarnya memberikan kewenangan diluar pemerintah pusat dalam melakukan proses pendidikan yang tetap mengacu pada Undang-undang yang di rangcang oleh pemerintah pusat. Jadi sejauhmana Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut akan kami uraikan dalam penyusunan maalah ini.

B. Rumusan MasalahDari latar belakang tersebut maka penulis akan membahas masalah yakni:1. Apa Pengertian, Tujuan dan Permasalahan Otonomi Penyelenggaraan Pendidikan?2. Landasan Hukum Otonomi Penyelenggaraan Pendidikan?

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian dan Tujuan Otonomi Penyelenggaraan PendidikanOtonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti Hukum atau aturan. Dalam konteks etimologis ini, beberapa penulis memberikan pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan sebagai perundangan sendiri, mengatur atau 0emerintah sendiri.[footnoteRef:3] Menurut Dressel, otonomi berkenaan dengan kemandirian atau independensi.[footnoteRef:4] Otonomi secara filosofis mengandung makna pemberdayaan potensi yang dimiliki untuk mengelola semua potensi yang dimiliki secara efisien.[footnoteRef:5] Jadi dapat disimpulkan bahwa Otonomi adalah Upaya mengelola potensi yang ada secara mandiri dengan mengerahkan segala potensi sumber daya untuk mencapai tujuan yang baik. [3: http://addie120212.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-otonomi-pendidikan.html (28/01/2015)] [4: http://salmaneducainfo.blogspot.com/2010/11/otonomi-pendidikan-permasalahan-dan.html(28/01/2015)] [5: Nurdin Matry., Implementasi Dasar dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah., (Makassar: Aksara Madani, 2008) h.2]

Sedangkan Kata pendidikan Menurut kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata didik dan mendapat imbuhan pe dan akhiran an, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik, Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. [footnoteRef:6] [6: Depdikbud., KBBI , (Jakarta: Depdikbud, 1999) h. 37]

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[footnoteRef:7] [7: Depdikbud, Tim Penyusun Kurikulum (Jakarta: Depdikbud, 1999) h. 2323]

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.Sedangkan pengertian pendidikan menurut Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan adalah melakukan proses secara terencana untuk menyiapkan manusia secara sempurna baik jasmani maupun rohani.Diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 Jo No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah berdampak pada pengelolaan pendidikan didaerah.[footnoteRef:8] Sehingga penyelenggaraan pendidikan pun memiliki sistem otonomi. Penyelenggaraan otonomi pendidikan secara tegas diatur menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 ini penyelenggaraan pendidikan terletak pada hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, dan pemerintah.[footnoteRef:9] [8: Mohammad Ali. Dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA, 2007) h.342] [9: E. Mulyasa., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2010) h. 24]

Pengertian otonomi dalam konteks pendidikan, menurut Tilaar mencakup enam aspek, yakni: (1) Pengaturan perimbangan kewenangan pusat dan daerah, (2) Manajemen partisipasi masyarakat dalam pendidikan, (3) Penguatan kapasitas manajemen pemerintah daerah, (4) pemberdayaan bersama sumber daya pendidikan, (5) hubungan kemitraan stakeholders pendidikan; (6) pengembangan infrastruktur sosial.[footnoteRef:10] [10: http://salmaneducainfo.blogspot.com/2010/11/otonomi-pendidikan-permasalahan-dan.html (4/2/2015)]

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 7 ayat (1) dikemukakan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, fiskal/moneter, dan agama, serta kewenangan lain yang diatur secara khusus. Selain itu, semuanya menjadi kewenangan daerah, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi clan penghormatan terhadap budaya lokal, serta memerhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.[footnoteRef:11] [11: https://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/konsep-%E2%80%9Cotonomi-pendidikan%E2%80%9D-dan-%E2%80%9Cdesentralisasi-pendidikan%E2%80%9D/(4/2/2015)]

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menggariskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui suatu sistem pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.[footnoteRef:12]Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi hal-hal sebagai berikut:1. penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman pelaksanaannya; 2. penetapan standar materi pelajaran pokok;3. penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik;4. penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan;5. penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi siswa, warga belajar danmahasiswa;6. penetapan persyaratan peningkatan/zoning, pencarian, pemanfataan, pemindahan, penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya, serta persyaratan penelitian arkeologi; 7. pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan museum nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah sumber arsip, clan monumen yang diakui secara internasional; 8. penetapan kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah;9. pengaturan dan pengembangan pendidikap tinggi, pendidikan jarak jauh, serta pengaturan sekolah internasional; 10.pembinaan dan pengembangan bahasa clan sastra Indonesia. Sementara itu, kewenangan pemerintah provinsi meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang, dan/ atau tidak mampu; 2. penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/ modul pendidikan untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan luar sekolah;3. mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan kurikulum, akreditasi, dan pengangkatan tenaga akademis;4. pertimbangan pembukaan clan penutupan perguruan tinggi;5. penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan/ atau penataran guru;6. penyelenggaraan museum provinsi, suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisional, serta pengembangan bahasa dan budaya daerah.[footnoteRef:13] [12: Mohammad Ali. Dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA, 2007) h.342] [13: https://raflengerungan.wordpress.com/korupsi-dan-pendidikan/konsep-%E2%80%9Cotonomi-pendidikan%E2%80%9D-dan-%E2%80%9Cdesentralisasi-pendidikan%E2%80%9D/(4/2/2015)]

Tujuan otonomi Penyelenggaraan pendidikan secara khusus adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, meningkatkan kepedulian warga sekolah serta menjadi kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan dalam mencapai kualitas pendidikan yang dicapai.[footnoteRef:14] Dan sebagai restruturisasi secara menyeluruh untuk menjawab tantangan pemerintahan dibidang pendidikan.[footnoteRef:15] [14: E. Mulyasa., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2010) h. 20] [15: Mohammad Ali. Dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA, 2007) h.324]

Tujuan lain dari otonomi penyelenggaraan pendidikan adalah memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.[footnoteRef:16] Dalam pelaksanaan otonomi pendidikan setidaknya ada 6 yang harus di implementasikan yaitu: [16: E. Mulyasa., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2010) h. 29]

1. Kepentingan nasionalSalah satu tujuan nasional dari lembaga pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.[footnoteRef:17] Hal lain yang berkaitan dengan kepentingan nasional adalah bagaimana melalui pendidikan kararter bangsa tetap dapat dikembangkan dalam satu arah dan tujuan.[footnoteRef:18] [17: Nurdin Matry., Implementasi Dasar dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah., (Makassar: Aksara Madani, 2008) h.8] [18: Mohammad Ali. Dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA, 2007) h.327]

2. Mutu Relevansi dan daya saingSalah satu dasar pemikiran yang melandasi lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 Jo No. 32 tahun 2004 adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan baik eksternal maupun internal khususnya menhadapi tantangan persiangan global dan persaingan pasar bebas.[footnoteRef:19] Ada tiga kemampuan dasar yang diperlukan agar masyarakat indonesia dapat ikut dalam persaingan global, yaitu kemampuan menejemen, teknologi dan kualitas SDM yang semua itu dapat dicapai melalui pendidikan yang bermutu. Mutu yang dimaksud disini bukan hanya yang memenuhi Standar Nasional tetapi juga internasional.[footnoteRef:20] [19: Nurdin Matry., Implementasi Dasar dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah., (Makassar: Aksara Madani, 2008) h.9] [20: SamM Chan dan Tuti T Sam,Analisis Swot: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4]

3. Efisiensi pengelolaanGuna memacu peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dalam kondisi keterbatasan sumber dana yang kemudian dibagi-bagi pada daerah otonomi, pelaksanakan otonomi daerah juga diharapkan dapat meningkatkan efesiensi pengelolaan (technical efficiency) maupun efisiensi dalam mengelolakan anggaran (economic efficiency). Sistem pengelolahan yang sangat sentralistik selama ini akan mempunyai potensi problem efisiensi pengelolaan didaerah, apalagi diseolah,jika tidak dilakukan secara profesional dan proporsional.4. Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan implementasi otonomi pendidikan. SDM selama ini belum memadai, maksudnya yaitu berhubungan dengan kuantitas dan kualitas SDM tersbut. Masih ada daerah yang belum dapat memahami, menganalisis, serta mengaplikasikan konsep otonomi pendidikan. Demikian halnya yang berkaian dengan kuantitas atau jumlah SDM yang ada.5. PemerataanPelaksanaan otonomi pendidikan dapat meningkatkan aspirasi masyarakat akan pendidikan yang diperkirakan akan juga meningkatkannya pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan. Tetapi yang jadi permasalahan adalah semakin tingginya jarak antara daerah dalam pemerataan akan fasilitas pendidikan yang akhirnya akan mendorong meningkatnya kepincangan dalam mutu hasil pendidikan.6. Peran serta MasyarakatSalah satu tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peranserta masyarakat, termasuk dalam meningkatkan sumber dan dalam menyelanggarakan pendidikan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan dapat berupa perorangan,kelompok ataupun lembaga seperti dunia usaha dan industri.7. Pengawasan PendidikanSistem pendidikan nasional termasuk aspek kepengawasannya diharapkan memiliki kemampuan untuk merespon berbagai tuntutan daerah, terus bersaing secara global. Sistem pengawasan hendaknya menitik beratkan kepada pengembangan mutu, mewujudkan efisiensi dan efektivitas layanan manejemen. Pengawasan pendidikan hendaknya juga juga tidak hanya sekedar diposisikan sebagai perilaku birokratis dan perundang-undangan saja. Lebih dari itu hendaknya diperlakukan sebagai bagian dari budaya profesional dalam organisasi pendidikan. Sekalipun pengawasan itu merupakan rangkaian atau siklus dari proses menejemen, akan tetapi makna pengawasan melekat, dan pengawasan masyarakat harus selalu bersinergi dengan pengawasan fungsional.[footnoteRef:21] [21: Nurdin Matry., Implementasi Dasar dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah., (Makassar: Aksara Madani, 2008) h.10-13]

Jadi secara khusus tujuan dari otonomi penyelenggaraan pendidikan adalah memberikan kewenagan khusus kepada pengelola pendidikan dengan mengedepankan sumber daya dan potensi daerah dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan secara umum yang diatur oleh pemerintah. Pelaksanaan otonomi pendidikan hanya pada aspek pengelolaan (manajemen) bukan pada kebebasan menentukan tujuan khusus dari satuan pendidikan.Dalam Pelaksanaan Otonomi Pendidikan Pelaksanaan otonomi pendidikan ternyata belum berjalan sesuai harapan, ini dikarenakan kekurang siapan daerah dalam menyambut otonomi daerah, selain itu: 1. Pengelolaan sektor publik termasuk pengelolaan pendidikan yang belum siap untuk dilaksankan secara otonom karena SDM yang terbatas serta fasilitas yang tidak memadai. 2. Dana pendidikan dan APBD belum memadai. 3. Kurangnya perhatian pemerintah maupun pemerintah daerah untuk lebih melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. 4. Otoritas pimpinan dalam hal ini Bupati, Walikota sebagai penguasa tunggal di daerah kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh kondisi pendidikan di daerahnya sehingga anggaran pendidikan belum menjadi prioritas utama serta. 5. Kondisi dan setiap daerah tidak memiliki kekuatan yang sama dalam penyelenggaraanpendidikan disebabkan perbedaan sarana, prasarana dan dana yang dimiliki. Hal ini memungkinkan terjadinya kesenjangan antar daerah.[footnoteRef:22] [22: https://prezi.com/mfb321qxw7uh/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-bidang-pendidikan/(4/2/2015)]

Solusi Menghadapi Permasalahan Dalam Pelaksanaan Otonomi PendidikanPelaksanaan Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat transapan dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena sekolah merupakan institusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa menjurus menjadi tindakan yang sewenang-wenang.Konsep sebagai solusi dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan otonomi pendidikan, yaitu : 1) Meningkatkan manajemen pendidikan sekolah2) Reformasi lembaga keuangan hubungan pusat-daerah 3) Kemauan pemerintah daerah melakukan perubahan 4) Membangun pendidikan berbasis masyarakat 5) Pengaturan kebijakan pendidikan antara pusat dan daerah.

B. Landasan Hukum Otonomi Penyelenggaraan Pendidikan Penyelenggaraan pendidikan secara di Indonesia diatur secara yuridis dalam Undang-undang Republik Indonesia antara lain :1. Undang-Undang Dasar 1945Hal itu terdapat dalam pembukaan UUD 45 alinea keempat .....mencerdaskan kehidupan bangsa..... Apalagi lebih tegas dalam pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, ayat (2) setiap warga negara wajib untuk mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib untuk membiayainya .2. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Diantara peraturan perundangan-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Undang-undang ini disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya artinya segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini. Ada beberapa pasal yang berkaitan dengan pendidikan antara lain:1. Pasal 1 ayat 2 dan ayat 5 tentang pendidikan yang berakar pada kebudayaan dan nilai-nilai agama yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 19452.Pasal 5 tentang hak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu3.Pasal 6 tentang kewajiban mengikuti pendidikan dasar dan kerja sama antara komponen masyarakat dalam uapaya pengembangan pendidikan.4.Pasal 13 tentang perbedaan pendidikan jalur formal, nonformal dan informal.5.Pasal 15 tentang pembagian jalur pendidikan formal6.Pasal 29 tentang jalur kedinasan7.Pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini8. Pasal 20 tentang pendidikan akademik dan pendidikan profesional9.Pasal 24 tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan.10. Pasal 12 tentang hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan agama11. Pasal 39 tentang tenaga kependidikan 12. Pasal 36 tentang pengembangan kurikulum13. Pasal 45 tentang pengadaan dan pemberdayaan sumber daya pendidikan14. Pasal 58 tentang evaluasi hasil belajar peserta didik. [footnoteRef:23] [23: Made Pidarta., Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Bina Pustaka. 2009) ]

3. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosena. Pengertian Guru dan DosenGuru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal 1 ayat 1). Adapun dosen adalah pendidik yang profesional dan ilmuwan dengan tugas utamanya adalah mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (pasal 1 ayat 2).b. Pengakuan Guru dan DosenPengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (pasal 2 ayat 1-2 dan pasal 3 ayat 1-2).c. Kualifikasi Akademik, Kompetensi, dan Sertifikasi Guru dan DosenKualifikasi akademik bagi seorang guru dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S.1) atau program diplomat empat (pasal 9).Sedangkan bagi dosen kualifikasi akademiknya bisa diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjanayang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian (pasal 46 ayat 1). Dan pada pasal 46 ayat 2 dinyatakan bahwa dosen memiliki kualifikasi akademik minimum. Yakni Lulus program magister (S.2) untuk program diploma atau program sarjana dan Lulus program doktor (S.3) untuk program pascasarjana.Adapun kompetensi seorang guru, meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesionalyang diperoleh melalui pendidikan profesi (pasal 10 ayat 1). [footnoteRef:24] [24: http://addie120212.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-otonomi-pendidikan.html (28/01/2015)]

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan NasionalStandar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (pasal 3).Adapun ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan di Indonesia meliputi:Pertama, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (pasal 1 ayat 5).Kedua, Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (pasal 1 ayat 6).Ketiga, Standar Kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (pasal 1 ayat 4).Keempat, Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (pasal 1 ayat 7)Kelima, Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.Keenam, Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dan berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan (pasal 1 ayat 9).Ketujuh, Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur kompenen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama stu tahun (pasal 1 ayat 10). Adapun pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, operasi, dan personal.Kedelapan, Standar Penilaian Pendidikan adalah standar yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (pasal 1 ayat 11).[footnoteRef:25] [25: http://salmaneducainfo.blogspot.com/2010/11/otonomi-pendidikan-permasalahan-dan.html(28/01/2015)]

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanOtonomi Penyelenggaraan Pendidikan pada dasarnya memberikan hak kemandirian diluar pemerintah dalam hal pengelolaan proses pendidikan yang bertujuan untuk menggunakan semua potensi yang ada dalam mencapa tujuan pendidikan nasionalLandasan Hukum Otonomi Penyelenggaraan Pendidikan yakni Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.B. SaranPenulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis agar penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya dapat di lakukan. Saran dan kritikan yang di sampaikan oleh pembaca, penulis mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKAAli, Mohammad. Dkk., Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA, 2007) Chan, SamM dan Tuti T Sam,Analisis Swot: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)Depdikbud., KBBI (Jakarta: Depdikbud, 1999)Depdikbud, Tim Penyusun Kurikulum (Jakarta: Depdikbud, 1999) http://addie120212.blogspot.com/2013/07/makalah-tentang-otonomi-pendidikan.html http://salmaneducainfo.blogspot.com/2010/11/otonomi-pendidikan-permasalahan-dan.htmlhttp://salmaneducainfo.blogspot.com/2010/11/otonomi-pendidikan-permasalahan-dan.htmlLibrarie, Alvien. Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan.html Matry, Nurdin. Implementasi Dasar dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah., (Makassar: Aksara Madani, 2008) Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2010) Pidarta, Made. Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Bina Pustaka. 2009)

OTONOMI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan pada Seminar Kelas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah Pada Program Pasca Sarjana Universitas Islam Makassar

Oleh :BUSTANNim : 13062052026

Dosen PembimbingProf. Dr. H. Syarifuddin Ondeng, M. AgDr. H. A. Rahim Mas P. Sanjata, M. Ag

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR2015