pengertian manusia

22
PENGERTIAN MANUSIA Dari dulu manusia tidak pernah kehabisan kata membicarakan dirinya sendiri. Para ilmuwan, filsuf dan ulama telah banyak berbicara dan berdiskusi mengenai manusia, dan menghasilkan berbagai pendapat tentang manusia dari sudut pandang uang berbeda-beda. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk ekonomi. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup dengan baik tanpa ada orang lain, ini sebagai penyempurnaan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya. Sebagai makhluk ekonomi manusia selalu memikirkan dan menyiapkan segala sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenal materi sebagai kebutuhan jasmaninya. Manusia adalah makhluk multi dimensi. Multi dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makanan, minuman, dan kawin. Dimensi kedua manusia memiliki sejumlah emosi. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Dimensi keempat, manusia memiliki naluri untuk menyembah kepada Tuhannya. Dimensi kelima, manusia dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia menyadari siapa penciptaan dirinya, bagaimana historis penciptaanya, mengapa ia diciptakan, dan untuk apa ia diciptakan (Murteza Mutahhari 2003 Hamdan Mansoer). Diktji RI

Upload: dindatrirahayun

Post on 11-Jul-2016

235 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Page 1: PENGERTIAN MANUSIA

PENGERTIAN MANUSIA

Dari dulu manusia tidak pernah kehabisan kata membicarakan dirinya sendiri. Para

ilmuwan, filsuf dan ulama telah banyak berbicara dan berdiskusi mengenai manusia, dan

menghasilkan berbagai pendapat tentang manusia dari sudut pandang uang berbeda-beda.

Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk

sosial dan sekaligus sebagai makhluk ekonomi. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat

hidup dengan baik tanpa ada orang lain, ini sebagai penyempurnaan jiwa manusia demi

kebaikan hidupnya. Sebagai makhluk ekonomi manusia selalu memikirkan dan menyiapkan

segala sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenal materi sebagai kebutuhan

jasmaninya.

Manusia adalah makhluk multi dimensi. Multi dimensi pertama, secara fisik manusia

hampir sama dengan hewan, membutuhkan makanan, minuman, dan kawin. Dimensi kedua

manusia memiliki sejumlah emosi. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap

keindahan. Dimensi keempat, manusia memiliki naluri untuk menyembah kepada Tuhannya.

Dimensi kelima, manusia dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia

menyadari siapa penciptaan dirinya, bagaimana historis penciptaanya, mengapa ia diciptakan,

dan untuk apa ia diciptakan (Murteza Mutahhari 2003 Hamdan Mansoer). Diktji RI

Adapula pengertian menurut para ahli yang lain adalah sebagai berikut:

1. NICOLAUS D. & A. SUDIARJA

Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan

rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

2. ABINENO J. I

Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau

yang terbungkus dalam tubuh yang fana”.

3.   UPANISADS

Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana

atau badan fisik.

Page 2: PENGERTIAN MANUSIA

4. SOKRATES

Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar

dan lebar.

5. KEES BERTENS

Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak

dinyatakan.

6. I WAYAN WATRA

Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa

dan karsa.

7. OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,

dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh),

manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

8.  ERBE SENTANU

Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang

manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan

mahluk yang lain.

9. PAULA J. C & JANET W. K

Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban

tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun

pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.

Penciptaan manusia ialah suatu perkara yang diisyaratkan oleh Allah SWT kepada

malaikat. Ini jelas menunjukan betapa pentingnya peranan manusia itu sendiri sebagai

khalifah dibumi. Begitupun penciptaan manusia menimbulkan sedikit prsoalan dikalangan

para malaikat karena sifat manusia yang suka menumpahkan darah dan membuat kerusakan

(al-baqarah: ayat 30). Namun Allah SWT menegaskan bahwa penciptaan manusia itu

diiringi dengan ilmu yang diturunkan kepadanya. Jelas dengan terciptanya manusia,

kemakmuran duni tercapai dengan banyaknya walaupun sifat nafsu serakah manusia yang

suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah turut mewarnai sejarah dunia.

Allah SWT menjelaskan kejadian manusia dalam surat al-Haj: ayat 5, yang

bermaksud:

Page 3: PENGERTIAN MANUSIA

“Hai manusia! Jika kamu masih ragu-ragu tentang hari kebangkitan, maka

ingatlah bahwa kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian daripada setetes

air mani, kemudian daripada segumpal darh beku, kemudian itu daripada segumpal

daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna kejadiannya..”

Hanya Allah SWT saja yang mengetahui bagaimana manusia dibentuk dan dilahirkan

ke muka bumi ini, dan hanya Allah SWT saja yang berhak menerangkannya kepada manusia.

Hal ini untuk meyakinkan manusia tentang siapa dirinya, mengingatkan manusia tentang asal

usul dan tanggungjawabnya serta memberitahu manusia tentang masa yang akan datang (hari

kebangkitan).

Kehebatan terciptanya manusia dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat at-Tin: ayat $, yang

berbunyi:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya.”

Ini menunjukan bahwa penciptaan manusia adalah dengan sebaik-baiknya, dengan sempurna

dan diberi roh, akal dan perasaan. Manusia ialah ciptaan yang paling agung karena secara

keseluruhan tidak akan ada Nabi Muhammad SAW. Walaupun makhluk lain misalnya gajah

dan harimau lebih kuat daripada manusia, iblis dan malaikat lebih halus penciptaannya.

Manusia mempunyai kemampuan akal fikiran yang diberikan oleh Allah SWT untuk

dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Dalam surah yang sama juga Allah SWT menjelaskan balasan jika manusia gagal

dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dimuka bumi. Dalam

Ayat 5 dan 6 surah at-Tin tersebut Allah bersabda:

“Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-

orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh. Bagi mereka pahala yang tidak putus-

putus”

KOMPONEN PENTING DALAM DIRI MANUSIA

Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di dunia ini. Hal

ini, seperti yang dikatakan Ibnu Arabi, manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah

di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga karena ia merupakan madzaz

Page 4: PENGERTIAN MANUSIA

(penampakan atau tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan

menyeluruh. Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya. Setelah jasad

Adam dijadikan dari alam jisim, kemudian Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam.

Allah berfirman, "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah

meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan

bersujud." (QS Al-Hijr: 29)

Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakas atau kendaraan bagi rohani

dalam melakukan aktivitasnya. Manusia pada hakikatnya bukanlah jasad lahir yang

diciptakan dari unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalam dirinya yang selalu

mempergunakan tugasnya.

Karena itu, pembahasan tentang jasad tidak banyak dilakukan para sufi dibandingkan

pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh), jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati nurani atau

jantung (al-qalb).

1. Ruh dan Jiwa (Al-Ruh dan Al-Nafs)

Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Ruh berasal

dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan

jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi

membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke

asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.

Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan

berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber

moral yang baik dan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan

terpuji, maka lain halnya dengan jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, Al-Farabi,

Ibnu Sina dan Al-Ghazali membagi jiwa pada; jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa

hewani (binatang) dan jiwa insani.

Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang organis dari

segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa hewani, di samping memiliki daya

makan untuk tumbuh dan melahirkan, juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal

yang dan daya merasa, sedangkan jiwa insani mempunyai kelebihan dari segi daya

berfikir (al-nafs al-nathiqah).

Page 5: PENGERTIAN MANUSIA

Daya jiwa yang berfikir (al-nafs al-nathiqah atau al-nafs al-insaniyah). Inilah,

menurut para filsuf dan sufi, yang merupakan hakikat atau pribadi manusia. Sehingga

dengan hakikat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yang khusus, dzatnya

dan penciptaannya.

Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani (berpikir), tetapi

juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa (nafs) manusia mejadi pusat tempat

tertumpuknya sifat-sifat yang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia

mempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.

Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat dan memperturutkan

ajakan syaithan, yang memang pada jiwa itu sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia

disebut jiwa yang menyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa yang

demikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS Ar-Ra'd: 53)

Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifat tercela, maka ia

disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencela manusia yang melakukan keburukan

dan yang teledor dan lalai berbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan

Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS Al-Qiyamah: 2)

Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifat yang tercela, maka ia

berubah jadi jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Dalam hal ini Allah

menegaskan, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas

lagi diridhai, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-

Ku." (QS Al-Fajr: 27-30).

Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu jiwa yang telah menjadi tumpukan

sifat-sifat yang tercela, jiwa yang telah melakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela,

dan jiwa yang telah mencapai tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman, yaitu

jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telah

dijamin Allah langsung masuk surga.

Jiwa muthmainnah adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan ruh. Ruh

bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia dan terpuji, dan ia hanya mempunyai

satu sifat, yaitu suci. Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen.

Allah sampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaan-Nya, Allah mengilhamkan jiwa

pada keburukan dan ketaqwaan." (QS Asy-Syams: 7-8). Artinya, dalam jiwa terdapat

potensi buruk dan baik, karena itu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk.

Page 6: PENGERTIAN MANUSIA

2. Akal

Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau intelek

(intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir yang terdapat dalam otak,

sedangkan "hati" adalah daya jiwa (nafs nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada pada

otak di kepala disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung) di dada disebut

rasa (dzauq). Karena itu ada dua sumber pengetahuan, yaitu pengetahuan akal

(ma'rifat aqliyah) dan pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Kalau para filsuf

mengunggulkan pengetahuan akal, para sufi lebih mengunggulkan pengetahuan hati

(rasa).

Menurut para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatan tertinggi—akal

perolehan (akal mustafad)—ia dapat mengetahui kebahagiaan dan berusaha

memperolehnya. Akal yang demikian akan menjadikan jiwanya kekal dalam

kebahagiaan (surga). Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan itu

berpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa yang demikian akan kekal

dalam kesengsaraan (neraka).

Adapun akal yang tidak sempurna dan tidak mengenal kebahagiaan, maka

menurut Al-Farabi, jiwa yang demikian akan hancur. Sedangkan menurut para filsuf

tidak hancur. Karena kesempurnaan manusia menurut para filsuf terletak pada

kesempurnaan pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperoleh kebahagiaan

yang tertinggi, yaitu ketika akan sampai ke tingkat akal perolehan.

3. Hati Sukma (Qalb)

Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb. Sebenarnya

terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati atau sukma. Tetapi, dalam

pembahasan ini kita memakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah

segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri. Hati

dalam pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang

kedokteran yang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang, bahkan

bangkainya.

Page 7: PENGERTIAN MANUSIA

Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang halus, hati-

nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati, di rongga dada. Dan

daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber

pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah berfirman, "Mereka

mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan memahaminya." (QS Al-A'raaf: 179)

Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara, bahwa menurut

para filsuf dan sufi Islam, hakikat manusia itu jiwa yang berfikir (nafs insaniyah),

tetapi mereka berbeda pendapat pada cara mencapai kesempurnaan manusia. Bagi

para filsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan akal (ma'rifat

aqliyah), sedangkan para sufi melalui pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan

hati sama-sama merupakan daya berpikir.

Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah sebagai wadah atau sumber

ma'rifat—suatu alat untuk mengetahui hal-hal yang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan

jika hati telah bersih dari pencemaran hawa nafsu dengan menempuh fase-fase moral

dengan latihan jiwa, serta menggantikan moral yang tercela dengan moral yang

terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa, wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu

ladunni (ilmu Allah) yang memancarkan sinarnya dalam hati, sehingga ia dapat

menjadi sumber atau wadah ma'rifat, dan akan mencapai pengenalan Allah. Dengan

demikian, poros jalan sufi ialah moralitas.

Latihan-latihan ruhaniah yang sesuai dengan tabiat terpuji adalah sebagai

kesehatan hati dan hal ini yang lebih berarti ketimbang kesehatan jasmani sebab

penyakit anggota tubuh luar hanya akan membuat hilangnya kehidupan di dunia ini

saja, sementara penyakit hati nurani akan membuat hilangnya kehidupan yang abadi.

Hati nurani ini tidak terlepas dari penyakit, yang kalau dibiarkan justru akan

membuatnya berkembang banyak dan akan berubah menjadi hati dzulmani—hati

yang kotor.

Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan oleh hasil

perjuangan antara hati nurani dan hati dzulmani. Inilah yang dimaksud dengan firman

Allah yang artinya, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan

jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams: 8-9)

Page 8: PENGERTIAN MANUSIA

Hati nurani bagaikan cermin, sementara pengetahuan adalah pantulan gambar

realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin hati nurani tidak bening, hawa

nafsunya yang tumbuh. Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari

tuntutan hawa nafsu itulah yang justru membuat hati-nurani bersih dan cemerlang

serta mendapatkan limpahan cahaya dari Allah SWT.

Bagi para sufi, , Allah melimpahkan cahaya pada dada seseorang, tidaklah

karena mempelajarinya, mengkajinya, ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap

asketis terhadap dunia, menghindarkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengannya,

membebaskan hati nurani dari berbagai pesonanya, dan menerima Allah segenap hati.

Dan barangsiapa memiliki Allah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah

muncul dari hati nurani, dengan keteguhan beribadah, tanpa belajar, tetapi lewat

pancaran cahaya dari ilham Ilahi.

Hati atau sukma dzulmani selalu mempunyai keterkaitan dengan nafs atau

jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalu menggoda manusia untuk mengikuti

hawa nafsunya. Kesempurnaan manusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan

hati-nurani dalam pengendalian dan pengontrolan hati dzulmani.

4.

Tugas Manusia Dalam Agama Islam

Di dalam Al Quran, sedikitnya ada tiga hal utama yang menjadi tugas manusia di

dunia, yaitu:

1.Menjadi khalifah Allah

Sebelum manusia diciptakan pada al qur’an dijelaskan bahwa ada percakapan antara

allah dengan malaikat mengenai penciptaan manusia.pada surat Al-Baqarah ayat 30 telah

dijelaskan seperti berikut:

Artinya :

Page 9: PENGERTIAN MANUSIA

”Ingatlah ketika tuhanmu berfirman pada para malaikat :”sesungguhnya Aku

hendakmenciptakan khalifah dibumi.mereka (malaikat) menjawab berkata :”mengapa

engkau hendak menjadikan khalifah dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan

padanya dan menumpahkan darah,padahal kami (malaikat) senantiasa bertasbih

dengan memuji engkau dan mensucikan  engkau? allah berfirman : sesungguhnya

allah mengetahui apa yang sedang kamu ketahui”.

Pada ayat tersebut allah merencanakan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi

didalam ayat tersebut ada sedikit perdebatan antara malaikat dengan allah yaitu menurut

malaikat manusia diciptakan di bumi memang sebagai khalifa namun juga bisa membuat

pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifa di bumi. Namun allah

menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat

yaitu rencana allah terhadap penciptaan manusia,kemudihan allah menjelaskan bahwa

manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia akan diberi akal sehingga manusia

dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.

Sehingga sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah

Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab

pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta

memang diciptakan Tuhan untuk manusia.

2. Menyembah Allah

Sebagai hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena

itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Allah tidak

menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam bentuk apa?

Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum

dalam Al-qur’an. Seperti  dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :

Artinya:

” padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah allah dengan memurnikan

ketaatan kepada allah dalam menjalankan agama yang lurus,dan supaya mereka

mendirikan shalat,dan menunaikan zakat,dan yang demikian itulah agama yang

lurus”. (Q.S Al Bayyinah :5)

Page 10: PENGERTIAN MANUSIA

Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu

macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar

dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam

menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan

terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah

neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus

kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik

Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah

sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia

dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan

surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah

bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-

larangannya. Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah

yang ditugasi untuk beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia

di dunia dan bahagia di akhirat.

3.Memakmurkan dan Memelihara Bumi

Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah

melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni beupa akal dan pikiran.Makadengan

ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan

bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT.

Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam harus di

pelihara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai

sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski dalam konteks

memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah adan akhlak.Kedua

hal ini penting agar tetap terjadi kesamaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh Allah

SWT.Keseragaman akhlak dan akidah akan tetap menyatukan manusia dalam visi yang

satu,yakni manusia sebagai khalifah.

Page 11: PENGERTIAN MANUSIA

Asal Usul Manusia menurut Islam

Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah

sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling

benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.

"Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) :

2-3).

Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati

menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul

manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam

Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam

pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah

tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi

sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.

Tahapan kejadian manusia :

a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang

kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah

sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini

ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai

penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering

(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia

pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw

bersabda :

Page 12: PENGERTIAN MANUSIA

"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR.

Bukhari)

b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam

keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak

menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh

Allah dalam salah sati firman-Nya :

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari

apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak

mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An

Nisaa’ ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu

dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada

keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat

banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.

Bukhari-Muslim)

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung

hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk

menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk

yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan

generasinya.

Page 13: PENGERTIAN MANUSIA

c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa

kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an

dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.

Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara

terperinci melalui firman-Nya :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal

darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging

itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan

daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha

Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.

Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya

(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian

selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu

pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa

malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat

kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."

(HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan

penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad

manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah"

sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita

makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme

yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari

pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum

Page 14: PENGERTIAN MANUSIA

(sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia

yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap

pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits

yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah

seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan :

"Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-

7 M itu". Selain iti beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak

mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup

manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin

betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh

Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang

perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum

ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari

nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)

menentukan sifat-sifat dan nasibnya."

Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo

berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen

(perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut,

kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak

dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam

Al Qur’an :

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan

(kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang

menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).

Page 15: PENGERTIAN MANUSIA

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, (2001). Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi

Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam.

Hamid, Mohd. Azhar Abd., Mohd. Koharuddin Balwi dan Muhamed Fauzi Othman,

(2006). Rekacipta dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativiti. Malaysia: Universiti

Teknologi Malaysia.

http://my.opera.com/hakikatcintahamba/blog/2012/06/25/sudut-pandang-ulama-

unsur-dalam-diri-manusia

http://www.f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/manusia1.html

http://sarahsyahdilla.wordpress.com/2012/10/24/tugas-manusia-dalam-agama-islam/