pengertian motivasi berprestasi.docx
TRANSCRIPT
1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Secara etimologi, motivasi berasal dari akar kata motif, berasal dari bahasa Inggris
“motive” asal katanya ‘motion’ yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak (Dedi Supriadi
1999:98). Menurut terminologi motivasi diartikan sebagai tenaga-tenaga (forces) yang
membangkitkan atau mengarahkan kelakuan individu (Sarlito Wirawan1976:57). Ada juga
yang berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan
didasari adanya suatu kebutuhan (Mahfud Salahudin 1990:113).
Istilah motivasi ini juga dikutip oleh Uzer Usman (2003:28) yang berpendapat bahwa:
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atautingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dankesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatudalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (1990:61), motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari beberapa pengertian motivasi
diatas, secara sederhana dapat diperoleh gambaran bahwa motivasi merupakan dorongan dari
dalam yang digambarkan sebagai harapan, keinginan dan sebagainya yang bersifat
menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bertindak dan bertingkah laku, guna
memenuhi kebutuhan. Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan
orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Motivasi juga cenderung naik turun, ada kalanya kita merasa di puncak motivasi.
Namun kadangkala kita juga merasa sangat malas, sama sekali tidak ada gairah untuk
melakukan sesuatu, saat itulah motivasi kita turun. Memang itu wajar, akan tetapi kehidupan
menuntut kita untuk senantiasa berprestasi. Lingkungan akan memberi kita penghargaan
apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga akan menghina kita jika tidak produktif. Istilah
motivasi ini baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama beratus-ratus tahun,
manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek yang memilih tujuan dan
menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan
manusia. Manusia bebas untuk memilih, dan pilihan yang ada baik atau buruk, tergantung
pada intelegensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh
terhadap setiap perilakunya (Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004:127)
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat,
bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak
perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah
pendapat, bahwa manusia di samping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk
yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasaya
disebut naluri atau insting.
Siagian menyatakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah : ”pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggunakan kemampuan
dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menggunakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya serta menunaikan kewajibannya dalam rangka
mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi-organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya (Sondag P. Siagian, 1995:138).
Sedangkan menurut Pidarta (2004:47), motivasi adalah penentu arah tindakan
seseorang. Seseorang pegawai yang termotivasi untuk meningkatkan karier,akan bekerja
sambil belajar dilembaga pendidikan tertentu pada sore hari. Sebaliknya seorang pegawai
yang tidak puas dengan keadaannya akan bekerja secara tidak tenang, mungkin didasari oleh
motivasi ingin pindah pekerjaan.
Motivasi sering pula dimaknakan sebagai modal dasar, yang fungsinya mendorong
seseorang untuk beraktivitas, bahkan mampu melipatgandakan potensi dirinya. Kendati
bukan barang yang mahal, motivasi telah menjadi komoditas yang layak dijual. Hal tersebut
dikarenakan dengan bangkitnya motivasi berprestasi akan memicu ke segenap arah kegiatan,
selanjutnya berujung pada peningkatan kinerja yang tidak terbilang besarnya. Banyak
organisasi besar bahkan perusahaan besar dibelahan dunia ini, mengakrabi motivasi sebagai
bagian yang penting dalam menggerakkan roda organisasinya.
Motivasi sendiri memiliki tiga komponen pokok menurut M. Usman Najati (2004:31)
yaitu, :
1. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada inidividu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu .
3. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Dalam ilmu manajemen maupun psikologi, dapat ditemukan penjelasan bahwa motivasi
selalu berhubungan dengan kebutuhan. Seperti pendapat Abraham Maslow yang dikutip oleh
Bukhori Zainun (1979:27) memberi penjelasan mengenai lima tingkat kebutuhan manusia
seperti berikut: Pertama, (physical needs) kebutuhan fisik, mencakup kebutuhan dasar yang
bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan
sandang, pangan, dan papan, kesehatan, dan kebutuhan sex. Kedua, kebutuhan akan rasa
aman (safety needs), yaitu kebutuhan memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan
perlindungan dari ancaman-ancaman yang cepat membahayakan kelangsungan hidup dan
segala aspek kehidupan manusia. ketiga, kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan
untuk disukai, diterima dalam kehidupan sosial, menyayangi, bergaul berkelompok,
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. keempat, kebutuhan akan penghargaan (self esteem
needs), yaitu kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan
dan pengakuan. kelima, aktualisasi diri (self actualization need) kebutuhan akan pengakuan
orang lain seperti potensi dan prestasi yang diperoleh.
Pada tahap tertinggi kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, karena dapat
menimbulkan motivasi yang sangat kuat dalam diri manusia untuk mencapai tujuannya.
Dalam keterangan mengenai tingkat kebutuhan maslow membuat hierarki seperti
berikut:
Gambar hierarki Kebutuhan menurut Maslow
Bukhori Zainun (1979:30)
Maslow mengelompokkannya menjadi kebutuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat
rendah, sedangkan kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan tingkat tinggi harus terpenuhi lebih dahulu kemudian
kebutuhan pertumbuhan itu bisa diwujudkan. Itu sebabnya, faktor-faktor kepuasan kerja yang
ditandai dengan kenaikan gaji dan kesejahteraan harus terlebih dahulu dipenuhi untuk
mendorong terwujudnya motivasi kerja, prestasi dan tingkat aktualisasi diri yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika hal tersebut belum terpenuhi maka manusia belum dan bahkan tidak akan
mempunyai kesempatan untuk memikirkan prestasi dan aktualisasi dirinya. Hal ini
disebabkan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang mesti diutamakan dan perlu
dipenuhi lebih dahulu (Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004:133).
Kebutuhan Pertumbuhan
Kebutuhan dasar
Di dalam lingkungan siswa atau pelajar seperti yang dikatakan Maslow anak yang lapar
tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Sedangkan kebutuhan berikutnya seperti
rasa aman adalah kebutuhan tingkat berikutnya setelah kebutuhan dasar yang bersifat fisik.
Sebagai contoh siswa yang merasa terancam, maka siswa ini tidak akan termotivasi dengan
baik dalam belajar, contoh lain seorang siswa yang merasa dirinya dikucilkan oleh temannya
maupun oleh gurunya, tidak mungkin termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan
yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Kepuasan
terhadap kebutuhan ini akan menimbulkan perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa
kuat, merasa mampu, merasa berguna dalam hidupnya. Kebutuhan yang paling utama atau
tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas
untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan
sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu dan mengerti untuk memuaskan aspek-aspek
kognitif yang paling mendasar (Sardiman A.M, hal 163).
Sebagai pendidik perlu mengetahui kebutuhan yang diinginkan oleh para siswa. Seperti
kebutuhan berprestasi, setiap siswa berbeda kebutuhan berprestasinya, ada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi, ada juga yang rendah. Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau berkeinginan untuk sukses, benar-benar berasal dari dalam diri
sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik
dalam bersaing dengan orang lain, maupun dalam bekerja sendiri. Sedangkan siswa yang
memiliki motivasi rendah cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam
mencapai prestasi yang tinggi.
Kadang- kadang istilah ”kebutuhan” dan ”dorongan” digunakan secara bergantian,
namun ”kebutuhan” lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, dari hilangnya
jaringanjaringan, dan ”dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan.
Kebutuhan dan dorongan berjalan dengan paralel tapi tidak identik (Abdul Rahman Saleh dan
Muhbib Abdul Wahab, 2004:137).
2. Macam-macam Motivasi
Dalam bahasan mengenai macam-macam motivasi ini terdapat beberapa pendapat,
diantaranya ada ahli yang menggolongkan motivasi menjadi dua macam, yaitu : (a) motif
jasmaniah dan (b) motif rohaniah.
a. Motif jasmaniah, seperti misalnya refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat dan
sebagainya.
b. Motif rohaniah, yaitu kemauan. Menurut Sumadi Suryabrata (2002:72) kemauan
itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini:
1) Momen timbulnya alasan-alasan:
Misalnya seorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi
akan menempuh ujian. Tiba-tiba dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/
menemui tamu melihat pertunjukkan wayang orang.
Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan untiuk menghormati tamu,
mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya, mungkin pula keinginan
untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang tersebut.
2) Momen pilih:
Momen pilih yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan
persaingan antara alasan-alasan itu. Disini orang menimbang-nimbang dari
berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
3) Momen putusan:
Momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif,
dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan
dilakukan.
4) Momen terbentuknya kemauan:
Dengan diambilnya suatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.
Disamping itu ada juga motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah: motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakuakan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang
membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari
buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan yang
dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar
itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-
betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi
intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara
mutlak berkait dengan aktifitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang
belajar, memang benarbenar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin
pujian atau ganjaran.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang-orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi
tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar,
tanpa belajar tidak mungkin mendapatkan pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan-kebutuhan yang
berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi
memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan esensial, bukan
sekedar simbol dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya
akan ujian dengan harapan akan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui
sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak langsung bergayut
dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan-dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktifitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini
tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin
komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik
bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik (Sardiman A.M, ...:88-90)
Kemudian ada juga yang berpendapat mengenai macam-macam motivasi ini, seperti
pendapat Chaplin, dalam bukunya Abdul Rahman Saleh-Muhbib Abdul Wahab (2004:138)
bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua:
a. Physiological drive
b. Social motives
Yang dimaksud dengan physiological drives adalah dorongan-dorongan yang bersifat
fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan Social
motives adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti etetis,
dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall dalam Abdul Rahman Saleh,
Muhbib Abdul Wahab (2004:138), memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan
terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.
Sedangkan menurut pembagian Woodworth dan Marquis seperti yang dikutip Sardiman
AM (...:38) seperti berikut:
a. Kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,
seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis
physiological drives seperti telah disinggung didepan.
b. Motivasi darurat, yang termasuk dalam jenis motivasi ini antara lain: dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk
memburu. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.
c. Motivasi objektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul
karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif.
Selain itu Woodworth dalam Sardiman AM (...:38)juga mengklasifikan motivasi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Unlearned motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi
bawaan. Yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, seperti dorongan untuk makan,
minum, seksual, bergerak dan istirahat. Motif ini sering juga disebut motivasi
yang diisyaratkan secara biologis.
b. Learned motives, adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, seperti misalnya:
dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, mengejar jabatan, dan
lain sebagainya. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara
sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial.
Dengan demikian dilihat dari beberapa macam motivasi diatas manusia dapat meraih
kesuksesan/tujuannya, apabila memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai prestasinya.
3. Fungsi-Fungsi Motivasi
Fungsi dari motivasi adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah
perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang
akan dikerjakan.
Selain fungsi motivasi diatas yang merupakan dorongan untuk berbuat pada diri
manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan juga memegang peran sangat penting, Kuat
lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat ditentukan
oleh motivasinya. Oleh karena itu, mengetahui dan membina motivasi yang benar adalah
suatu kemestian bagi siapa saja yang ingin meraih keberhasilan. Motivasi yang mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni:
a. Motivasi fisik - material.
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk
mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani,
baik berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat
sementara. Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan
guna menutupi rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi.
Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru
membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang
mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan
memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi
manusia dalam berusaha.
b. Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena
suatu kondisi kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan,
kehormatan, kebanggaan dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin.
Misalnya, seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai
telah merusak nama baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta
dan jiwa demi menjaga kemerdekaan. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat
bila dibandingkan dengan motivasi fisik material, sebenarnya juga masih lemah dan
sementara sifatnya.
c. Motivasi spiritual atau ruhiyah
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun
oleh kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang
menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan
meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi
ibadah dan pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan
perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun,
selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta'ala
(demi Allah semata).
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti contoh: para
pemain sepak bola yang rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan
mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian
motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut M. Usman Najati
(2001:57):
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakansesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Motivasi menjadi efektif dan
tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan teori dan ditarafkan pada objek yang
tepat. Dalam kasus anak didik misalnya, ketika seorang anak didik menjadi tekun
dalam belajar, hampir dapat dipastikan dia termotivasi dengan sesuatu seperti
ingin menjadi pintar atau ingin menjadi juara umum dan mendapat hadiah. Anak
didik yang memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil
dalam belajarnya.
Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut
menurut Mahfud Salahuddin (1990:115-116):
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan
untuk belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.
Dengan demikian jika didapati manusia yang dalam tingkah lakunya tidak terarah dan
tanpa tujuan, dapat dipastikan orang tesebut tidak memiliki motivasi. Selain itu juga, motivasi
bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin
kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan
seseorang. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut menurut M. Usman Najati (2001:57):
a. Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi
berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi dapat menentukan agar perbuatan: yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang lurus
untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang
akan ditempuh.
c. Motivasi menyeleksi perbuatan, Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan
mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan
semula.
Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar
pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung
pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya untuk belajar.
Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut menurut Mahfud
Salahuddin (1990:115-116):
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa.
Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
b. Pengajar yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
c. Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru
untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi
guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa
berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.
d. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi
dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas.
Ketidakberhasilan dalam hai ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam
kelas.
e. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas
mengajar.Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur
mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.
Demikian pengajaran asas motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar
dan mengajar.
Adanya fungsi motivasi ini sebagai pendorong manusia dalam menentukan arah
perbuatan dalam mencapai tujuannya. Karena tanpa adanya motivasi maka manusia sulit
untuk menggapai tujuannya.
4. Motivasi Berprestasi Sebagai Investasi Kinerja
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada
kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi
yang telah diberikan atas kepentingan organisasi.
Prestasi kerja atau kinerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang
didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan
produktivitas organisasi.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi
tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan
tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk
memenuhi dan mencapai kebutuhan. Apabila digambarkan proses pemenuhan kebutuhan
manusia itu secara sederhana tampak sebagai berikut:
KEBUTUHAN USAHA/PERILAKU PRESTASI
EVALUASI KEBUTUHAN IMBALAN
Gambar Proses Pemenuhan Kebutuhan Manusia (Nanang Fattah)
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu dalam teori perilaku, proses
pemenuhan kebutuhan didasari oleh teori perilaku yaitu teori motivasi. Motivasi kerja telah
dikemukakan oleh para pakar manajemen secara bervariasi. Maslow dengan model hierarki
kebutuhan, herzberg dengan teori dua faktor, McClelland dengan motivasi berprestasi diikuti
oleh teori harapan Model Patchenm Porter dan Lawler dalam Nanang Fattah (2004:19-20).
a. Maslow: kebutuhan bertingkat mulai dari yang paling tinggi berturut-turut sampai
yang paling rendah: pemujudan diri, kebutuhan ego, kebutuhan kasih sayang,
kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan fisiologis.
b. Herzberg: teori dua faktor.
Faktor Higine Motivasi
Gaji Kemajuan
Kondisi
Kebijakan Perusahaan
Penyediaan
Kelompok Kerja
Perkembangan
Tanggung Jawab
Penghargaan
Prestasi
Pekerjaan itu Sendiri
Tabel . Teori dua Faktor (Nanang Fattah, 2004:19-20)
c. David C. McCelland (1961) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa motivasi
berprestasi mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau
kegagalan suatu perusahaan industri dibanding dengan motif manapun.
d. Vroom (1960), motivasi kerja ditentukan oleh : kekuatan, harapan dan batu
loncatan
Disamping motivasi-motivasi diatas, ada juga yang berpendapat bahwa uang
menjadikan orang untuk mengejarnya. Maksudnya uang dapat mengungkapkan prestasi,
kesuksesan, rasa aman, dan persahabatan. dalam penulisan ini akan dipilih pendapat David
C.McCelland. Seorang pemimpin yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki
karakteristik, antara lain:
a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi;
b. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta
berjuang
c. untuk merealisasikannya;
d. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko
yang dihadapi-nya;
e. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang
memuaskan.
f. Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Sebaliknya pemimpin yang motif berprestasinya rendah, dicirikan oleh sejumlah hal
berikut :
a. Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas;
b. Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang
realistik serta lemah rnelaksanakannya;
c. Bersikap apatis dan tidak percaya diri;
d. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan;
e. Tindakannya kurang terarah pada tujuan.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan
yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap
optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai
tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam
menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang
rendah.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi para guru amat penting dalam
peningkatan kualitas kerja guru dan karyawan di sekolah. Motivasi kerja diartikan sebagai
investasi kinerja (performace) individu dalam pekerjaan sebagai usaha untuk memperoleh
penghargaan. Bentuk investasi kinerja tersebut berupa : waktu, energi fisik, energi mental,
kreatifitas, semangat, rasa antusias, pengetahuan, keterampilan, dan usaha. Sedangkan
penghargaan yang diharapkan antara lain: gaji, keamanan, penghargaan, penerimaan sosial
dan rasa berhasil yang merupakan bagian dara kepuasan kerja.