bab ii tinjauan pustaka a. motivasi belajar 1. pengertian...
TRANSCRIPT
9
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, yaitu daya penggerak yang ada dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan. Menurut Sardiman (2011), motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh
Sardiman ini, motivasi mengandung tiga ciri pokok:
a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi
di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena
menyangkut perubahan energi manusia maka akan nampak pada kegiatan fisik
yang dilakukan manusia.
b. Motivasi ditandai dengan adanya feeling atau rasa. Dalam hal ini motivasi
relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi muncul dari dalam
diri manusia, namun kemunculannya karena terstimulus oleh adanya unsur
lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Makmun (2000) mengemukakan pengertian motivasi sebagai berikut:
10
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau
b. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan
(preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move,
motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari.
Namun pada intinya, motivasi merupakan suatu kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu agar tercapai suatu
tujuan.
2. Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar (Fathurohman dan Sutikno, 2009). Menurut Dimyati
dan Mudjiono (2006), motivasi belajar adalah kekuatan mental berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita yang mendorong terjadinya belajar. Sedangkan
menurut Iskandar (2009), motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri
individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman.
Djaali (2008) mengemukakan bahwasannya motivasi berhubungan dengan
pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian. Motivasi adalah
suatu dorongan yang terdapat pada diri siswa yang selalu berusaha dan berjuang
untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam
semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Siswa yang memiliki
11
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tingkat motivasi tinggi cenderung untuk menjadi lebih pintar sewaktu mereka
dewasa (Djaali, 2008). Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu
siswa agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan (Purwanto,
2006). Motivasi belajar dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu motivasi belajar
intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011). Jadi, motivasi intrinsik
timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain
melainkan atas dasar kemauan sendiri. Siswa yang memiliki motivasi belajar
intrinsik biasanya memiliki kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru
dengan baik, rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi yang diberikan,
berbagai gangguan yang ada di sekitarnya tidak dapat mempengaruhi
perhatiannya. Menurut Hamalik (2001), motivasi ini disebut sebagai motivasi
murni, atau motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri,
misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi
kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan
diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Sardiman (2011) juga mengatakan siswa
yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki tujuan menjadi orang yang
terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu, dan satu-
satunya jalan menggapai tujuan yang ingin dicapai ialah belajar. Dorongan yang
12
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggerakan itu bersumber pada suatu keharusan untuk menjadi orang yang
terdidik dan berpengetahuan.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada
di luar perbuatan yang dilakukannya (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Motivasi
belajar ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu karena
adanya rangsangan dari orang lain sehingga siswa mau melakukan sesuatu atau
belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
bentuk aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
individu. Dalam kegiatan belajar mengajar, keadaan siswa selalu dinamis,
berubah-ubah, dan mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar
mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi
ekstrinsik (Sardiman, 2011).
Ciri-ciri seseorang memiliki motivasi yang kuat menurut Sardiman (2011)
diantaranya yaitu tekun menghadapi tugas (dapat terus menerus dalam waktu yang
lama, dan tidak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas
putus asa), menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang
bekerja sendiri, cepat bosan pada tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya
(kalau sudah meyakini akan sesuatu), tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
itu, serta senang mencari dan memecahkan masalah.
Menurut Suprijono (2009) strategi untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut: (1) tingkatkan rasa percaya diri siswa; (2) gunakan
kesesuaian antara tugas siswa dengan tingkat kemampuannya; (3) susun materi
13
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil; (4) tumbuhkembangkan
kepercayaan diri peserta didik; (5) berikan umpan balik.
Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan pentingnya motivasi bagi
siswa sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses
belajar, dan akhir belajar; (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar
bila dibandingkan dengan teman sebayanya; (3) mengarahkan kegiatan belajar ke
arah pembelajaran yang berkualitas; (4) membesarkan semangat belajar bagi para
siswa; dan (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar yang harus
ditempuh, dan sebagainya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa guru memegang peranan
penting dalam pembelajaran serta memotivasi siswa. Guru harus menguasai
teknik dan pengidentifikasian motivasi. Menurut Uno (2011), teknik-teknik
motivasi dalam pembelajaran adalah pernyataan penghargaan secara verbal,
menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan, menimbulkan rasa
ingin tahu, memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa, menjadikan tahap
dini dalam belajar mudah bagi siswa, menggunakan materi yang dikenal siswa
sebagai contoh dalam belajar, menggunakan kaitan yang unik dan tak terduga
untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami, menuntut siswa
untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum,
mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam
kegiatan belajar, memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat, memperpadukan
motif-motif yang kuat, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, membuat
14
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
suasana persaingan yang sehat diantara para siswa, dan memberikan contoh yang
positif.
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar
yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar diantaranya yaitu minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, reaksi yang ditunjukkan siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas dalam mengerjakan
tugas yang diberikan (Sudjana, 2011).
Menurut Uno (2011) indikator motivasi belajar baik intrinsik maupun
ekstrinsik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan
berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (3) adanya harapan dan cita-
cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Wena (2009), secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh
indikator-indikator sebagai berikut: (1) Tingkat perhatian siswa terhadap
pembelajaran; (2) Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa; (3)
Tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-
tugas pembelajaran; (4) Tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Sementara menurut Maizon (2008) indikator motivasi belajar diantaranya:
(1) tekun menghadapi tugas (berusaha mengerjakan tugas dalam waktu lama dan
15
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tidak berhenti sampai selesai; (2) ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus
asa dan tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh); (3) menunjukkan minat
terhadap masalah-masalah yang diberikan; dan (4) lebih senang bekerja mandiri.
Menurut Makmun (2000) motivasi merupakan suatu kekuatan, namun
tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita
lakukan ialah mengidentifikasi beberapa indikatornya antara lain:
a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk
melakukan kegiatan)
b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu
tertentu)
c. Persistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
d. Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan.
e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya
atau nyawanya) untuk mencapai tujuan.
f. Tingkatan aspirasi (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan
idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau negatif).
Dari uraian di atas dapat dijabarkan lagi mengenai indikator motivasi
belajar yakni:
16
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Durasi kegiatan belajar
Menurut KBBI (2001), durasi adalah lamanya atau rentang waktu sesuatu
berlangsung. Berarti, durasi kegiatan belajar adalah seberapa lama penggunaan
waktunya untuk melakukan kegiatan belajar. Tiap-tiap siswa membutuhkan
alokasi waktu dan usaha yang berbeda-beda untuk menguasai suatu materi ajar
tertentu. Apabila siswa memiliki motivasi belajar tinggi, ia akan mempergunakan
waktunya semaksimal mungkin untuk belajar hingga mencapai hasil yang
diharapkan. Sardiman (2011) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki
motivasi yang kuat akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar dalam waktu yang cukup lama. Motivasi mendorong seseorang untuk
memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar.
b. Frekuensi kegiatan belajar
Frekuensi menurut KBBI (2001) adalah sejumlah pengulangan kejadian
tertentu yang teratur. Maksud dari frekuensi kegiatan belajar ini adalah seberapa
sering kegiatan belajar dilakukan dalam periode waktu tertentu. Dalam buku
Ibrahim dan Syaodih (2003), Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum
dalam belajar. Pertama, law of readiness atau hukum kesiapan, belajar akan
berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.
Kedua, law of exercise atau hukum latihan, belajar akan berhasil apabila banyak
latihan dan ulangan. Ketiga, law of effect atau hukum mengetahui hasil, belajar
akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Yang
lebih mencerminkan terhadap frekuensi belajar adalah law of exercise.
Wlodkowski (2004) berpendapat bahwa bila motivasi belajar telah menjadi suatu
17
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kebiasaan, rutinitas, dan prioritas dalam kehidupan siswa, maka belajar siswa
akan semakin efektif dan harmonis.
c. Persistensinya pada tujuan kegiatan
Persistensi adalah kesadaran diri untuk tetap bergerak, berusaha, dan
berjuang (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan belajar. Sardiman
(2011) berpendapat motivasi dapat dirangsang karena adanya tujuan. Siswa tidak
mungkin dapat berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang
diinginkan apabila tidak ada motivasi dalam dirinya. Menurut Suprijono (2009),
siswa harus menyadari betapa pentingnya memberi perhatian ketika harus
mengingat sesuatu. Apabila siswa mampu mengingat pelajaran dengan baik, maka
siswa tersebut tidak akan menemui kesulitan untuk meraih prestasi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Dimyati dan Mudjiono (2006) pun mengungkapkan
bahwa dengan adanya motivasi belajar yang kuat akan mempunyai kekuatan
mental yang mendorong siswa untuk belajar.
d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut teori Psikologi Medan atau Field Theory, individu selalu dalam
suatu medan atau lapangan, dimana dalam medan ini ada suatu tujuan yang
dicapai individu, tetapi untuk mencapai selalu ada hambatan (Ibrahim dan
Syaodih, 2003). Belajar merupakan salah satu usaha mengatasi hambatan-
hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam
tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, di laboratorium, di luar
sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ulangan-ulangan, pada dasarnya merupakan
hambatan yang harus diatasi siswa. Menurut Sardiman (2011), suatu kesulitan
18
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau hambatan mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini dapat
menjadi suatu dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan
luar biasa sehingga tercapai keunggulan dalam bidang tertentu. Dalam kegiatan
belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet
dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
Dalam arti umum, devosi berasal dari bahasa Latin devotio (kata benda)
atau devovere (kata kerja) yang artinya ‘mencurahkan perhatian sepenuhnya pada’
atau ‘memasrahkan diri pada’. Maksud dari devosi dalam kegiatan belajar ini
adalah seperti apa pengabdian serta pengorbanan siswa untuk mencapai tujuan
belajarnya. Sardiman (2011) mengatakan bahwa fungsi motivasi yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Dalam mencapai tujuan diperlukan suatu pengorbanan baik
itu uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwa raganya sekalipun.
f. Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target)
Menurut KBBI (2001), aspirasi adalah harapan dan tujuan untuk
keberhasilan pada masa yang akan datang. Aspirasi dalam hal ini berkaitan
dengan maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target yang hendak dicapai dengan
kegiatan belajar yang dilakukan. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan
hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan
kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita siswa akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar sebab
19
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (Dimyati dan Mudjiono,
2006). Makin besar harapan seseorang terhadap suatu objek dan makin tinggi nilai
objek itu bagi orang tersebut, berarti makin besar motivasinya (Djaali, 2008).
g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya.
Prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang dicapai seorang siswa dari
kegiatan belajar mengajar dalam bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu
tertentu. Mc. Clelland dalam teori kebutuhan mencapai prestasi atau Need for
Achievement menyatakan bahwa motivasi seseorang berbeda-beda, sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi (Djaali, 2008). Uno (2009) dalam
bukunya menjelaskan tentang hierarki kebutuhan Maslow, yakni kebutuhan akan
penghargaan melibatkan rasa percaya diri, harga diri, dan pengakuan dari orang
lain. Siswa akan melakukan sesuatu yang harus ia capai dari kegiatan belajarnya
agar meraih prestasi dan mendapat penghargaan maupun pengakuan dari orang
lain. Suprijono (2009) mengungkapkan konsep self efficacy terkait dengan
keyakinan atau kepercayaan diri bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Jadi, dengan bermula
dari keyakinan bahwa semua tugas dan tantangan akan mampu diselesaikan
dengan baik, maka hasilnya pun akan memuaskan.
h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif)
Sikap menurut KBBI (2001) yaitu perbuatan yang berdasarkan pada
pendirian (pendapat atau keyakinan). Menurut Sukmadinata (2007), sikap
merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan
seseorang terhadap sesuatu. Peserta didik yang mempunyai sikap positif terhadap
20
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah dan pelajaran akan menunjukkan motivasi belajar yang besar. Motivasi
ini datangnya dari diri sendiri karena adanya rasa senang dan suka serta faktor-
faktor subjektif lainnya. Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat
mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan
kegiatan itu (Uno, 2011).
B. Problem Solving
1. Pengertian Problem Solving
Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan paradigma konstruktivisme. Pada pembelajaran problem solving
siswa dituntut untuk aktif berpikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil
memecahkan masalah tersebut maka siswa mempelajari dan memperoleh
pengetahuan baru (Nasution, 2009). Problem Solving telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh seperti Mettes dan Dave Woodcock dalam bidang kimia, Patricia
Heller dan Kenneth Heller dalam bidang fisika, dan Gyorgy Polya dalam bidang
matematika. Problem Solving sebagai strategi dalam proses pembelajaran telah
dikembangkan oleh Mothes, Woolnough dan Allsop, Abell dan Pizzini, William J.
Leonard, dan Christian Gallet (Rosbiono, 2007). Pembelajaran berdasarkan
problem solving aktivitasnya bertumpu kepada masalah dengan penyelesaiannya
dilandaskan atas konsep-konsep generik atau konsep dasar bidang ilmu.
Gagne (Sagala, 2011), mengemukakan bahwa belajar memecahkan
masalah merupakan tipe belajar yang paling kompleks karena di dalamnya terkait
tipe-tipe belajar yang lain terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai
21
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
proses analisis dan penyimpulan. Dalam model belajar ini dilakukan proses
penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan
model belajar problem solving ini kemampuan penalaran anak akan berkembang
(Sagala, 2011). Memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan
menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal.
Untuk memecahkan masalah diperlukan waktu adakalanya sebentar dan
adakalanya lama, bergantung kompleksitas masalahnya. Memecahkan masalah
melalui problem solving mantap dan sukar dilupakan (Sagala, 2011). Dalam
memecahkan masalah siswa harus berpikir, menemukan jawaban sementara dari
permasalahan, dan bila berhasil memecahkan masalah itu berarti dia mempelajari
sesuatu yang baru. Dalam hal ini berarti memecahkan masalah termasuk dalam
suatu bentuk belajar. Menurut Wena (2009), kemampuan pemecahan masalah
sangat penting bagi siswa dan masa depannya. Para ahli berpendapat bahwa
kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk
melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan.
2. Karakteristik Problem Solving
Istilah problem dalam problem solving terkait erat dengan suatu strategi
pembelajaran. Dalam problem solving, permasalahan yang diangkat dalam proses
pembelajaran haruslah bersifat menantang pikiran (chalengging) dan tidak dapat
diketahui cara penyelesaiannya dengan mudah (nonroutine) (Sumardyono, 2011).
Karakteristik model problem solving seperti yang diungkapkan oleh
Sumardyono (2011) adalah sebagai berikut:
a. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
22
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Adanya dialog dan konsensus antar siswa.
c. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa
mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi
penyelesaiannya.
d. Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.
e. Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan
berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.
f. Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur
membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri.
g. Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep.
Wena (2009) mengungkapkan bahwa terdapat tiga karakteristik
pemecahan masalah, yakni:
a. Pemecahan masalah merupakan aktivitas kognitif, tetapi dipengaruhi oleh
perilaku.
b. Hasil-hasil pemecahan masalah dapat dilihat dari tindakan/perilaku dalam
mencari pemecahan.
c. Pemecahan masalah adalah merupakan suatu proses tindakan manipulasi dari
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Menurut Djamarah dan Zain (2006), model pembelajaran problem solving
memiliki kelebihan diantaranya:
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
23
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Proses belajar mengajar melalui problem solving dapat membiasakan para
siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan
bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan
manusia.
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh.
3. Tahapan Problem Solving
Menurut Wena (2009), terdapat lima tahap problem solving dengan urutan
sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah. Siswa menganalisis permasalahan, mengajukan
pertanyaan, mengkaji hubungan antar data, memetakan masalah,
mengembangkan hipotesis-hipotesis.
b. Mendefinisikan masalah. Dalam tahap ini siswa melihat data yang sudah dan
belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring berbagai informasi
yang ada kemudian merumuskan permasalahan.
c. Mencari solusi. Dalam tahap ini siswa mencari berbagai alternatif pemecahan
masalah dan memilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d. Melaksanakan strategi. Siswa melakukan langkah-langkah pemecahan masalah
sesuai dengan alternatif yang telah dipilih.
e. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh. Siswa melihat/mengoreksi
kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, dan melihat
pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
24
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Model Problem Solving Berbasis Eksperimen
Model problem solving yang dikembangkan oleh Mothes merujuk pada
model problem solving yang dilakukan melalui eksperimental. Model Mothes ini
diharapkan mencapai tujuan-tujuan pelaksanaan pembelajaran diantaranya
perkenalan metode untuk memperoleh pengetahuan baru, mengenal cara berpikir
ilmu pengetahuan, belajar memahami dan menilai pernyataan-pernyataan ilmiah,
dan melatih kemampuan psikomotor siswa.
Pembelajaran problem solving Mothes memiliki struktur utama yang
terdiri dari: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan pemantapan. Secara khas
struktur pembelajaran problem solving menurut Mothes diperinci ke dalam
sembilan tahapan kegiatan yang dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Tahapan Problem Solving Menurut Mothes
No. Tahap Tujuan Tahapan Pembelajaran
1 Motivasi Membangkitkan minat dan keingintahuan
siswa terhadap materi pembelajaran
2 Penjabaran masalah Merumuskan suatu pertanyaan ilmiah
3. Penyusunan opini-opini Perumusan sejumlah hipotesis atau
dugaan
4. Perencanaan dan kontruksi Menyusun peralatan percobaan yang
fungsional
5. Percobaan Mempertunjukkan fenomena alam
6. Kesimpulan Menyimpulkan dari aktivitas pemecahan
masalah
7. Abstraksi Mengintisarikan hasil ilmiah yang sah
8. Re-evaluasi pemecahan
masalah
Mengevaluasi keseluruhan hasil selama
proses pembelajaran berlangsung
9. Konsolidasi pengetahuan
melalui aplikasi dan praktek
Memperoleh pemahaman komprehensif
dan terintegrasi
(Mothes dalam Rosbiono, 2007)
Penjelasan langkah pembelajaran model Problem Solving menurut Mothes
adalah:
25
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Langkah Motivasi
Tujuan langkah motivasi adalah menuntun, membangkitkan rasa ingin
tahu, menyiapkan kesediaan dan meningkatkan antusiasme siswa dalam
menghadapi pembelajaran. Agar dapat mencapai tujuan ini, motivasi harus sesuai
dengan tujuan unit pembelajaran dan perlu berfungsi sebagai penyatu dari
keseluruhan proses pembelajaran.
Kemungkinan-kemungkinan motivasi dapat dibagi ke dalam lima kategori:
a. Motivasi berlandaskan lingkungan sekeliling siswa
b. Motivasi yang terutama berlandaskan kepada kegiatan guru
c. Motivasi melalui presentasi peristiwa-peristiwa sejarah
d. Motivasi melalui presentasi peralatan teknik yang berfungsi
e. Motivasi dengan cara mengingatkan kembali pertemuan sebelumnya
2. Langkah Penjabaran Masalah
Tujuan pada langkah kedua dari model pemecahan masalah menurut
Mothes adalah memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan
dibahas. Sasaran dari langkah ini adalah merumuskan suatu pertanyan ilmiah,
kemudian dijabarkan secara jelas sehingga membuka peluang untuk
ditindaklanjuti lebih lanjut. Peluang untuk menciptakan kondisi permasalahan
yang mampu dipahami semua siswa sehingga menghasilkan kesadaran terhadap
permasalahan bersama adalah:
a. Memilih kondisi alami atau situasi nyata
b. Menyiapkan kondisi yang direproduksi atau disediakan
26
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Langkah Penyusunan Opini
Suatu pertanyaan ilmiah yang dirumuskan secara jelas akan memberikan
tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga memberi peluang bagi para siswa
mempersiapkan informasi dan biasanya menuntut jawaban atau solusi yang tidak
spontan. Berdasarkan pengalaman, para siswa mencari keterangan dan interpretasi
dengan berbagai kemungkinan. Akhirnya mereka memberikan hipotesis atau
dugaan-dugaan yang bagi mereka mewakili solusi-solusi masalah yang dapat
diterima. Pada langkah ini cara berpikir yang dituntut sepenuhnya bersifat
deduktif. Oleh karenanya, metode deduktif memiliki peran penting pada langkah
penyusunan opini.
Pada langkah penjabaran masalah atau perumusan pertanyaan ilmiah
sangat banyak memerlukan bantuan dan tuntunan guru. Sebaliknya pada langkah
penyusunan opini-opini, keinginan para siswa untuk mengekspresikan
pendapatnya secara bebas ketika berupaya menerangkan fenomena yang telah
mereka amati dapat berkembang dengan baik. Pada langkah ini pada siswa
berkesempatan menyatakan daya hayal, kreativitas, cara berpikir dan intuisi.
Untuk menjamin agar langkah ini bermanfaat, harus diciptakan ruang bebas
berpikir dimana siswa dapat berkembang dan merumuskan pemikirannya sesuai
tingkat perkembangan dan pengetahuan, maupun gaya dan kecepatan berpikirnya.
4. Langkah Perencanaan dan Konstruksi
Tujuan langkah ini adalah merencanakan dan mengkonstruksi suatu
perangkat percobaan yang berfungsi yang memungkinkan dapat memverifikasi
atau menolak hipotesis dan penuntun keterkaitan antara parameter-parameter yang
27
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
relevan. Seperti langkah pembentukan opini, dialog pada langkah perencanaan
dan konstruksi merupakan faktor pendorong untuk menumbuhkan berpikir kreatif
dan konstruktif. Pada tahap ini diperlukan kemampuan mencipta, memilih alat dan
bahan yang tepat sesuai sasaran yang akan dituju. (Rosbiono, 2007).
5. Langkah Percobaan
Langkah percobaan merupakan bagian utama dalam pembelajaran sains.
Karena jawaban terhadap pertanyaan ilmiah akan ditemukan pada tahap ini
melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus
dikembangkan untuk tujuan ini. Percobaan dapat dilakukan dalam dua bentuk
yaitu eksperimen yang dilakukan oleh siswa atau demonstrasi yang dilakukan oleh
guru. Oleh karena siswa yang harus memiliki pengalaman melakukan percobaan
maka eksperimen diutamakan dilakukan oleh siswa.
6. Langkah Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari suatu percobaan diharapkan menghasilkan
suatu pernyataan yang cermat. Namun hasil dari suatu percobaan biasanya masih
belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna istilah ilmiah. Melalui
penafsiran kritis, pencapaian suatu kesimpulan dan abstraksi akhirnya diharapkan
menuju pada pencapaian pengetahuan ilmiah yang baru. Tanpa mencapai
kesimpulan, semua pengamatan dan pernyataan tidak mempunyai manfaat untuk
kemajuan pengetahuan (Rosbiono, 2007).
7. Langkah Abstraksi
Tujuan langkah ini adalah meniadakan kasus khusus untuk mencapai hal
yang umum. Abstraksi adalah perumusan pengetahuan yang diperoleh melalui
28
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kasus untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum. Abstraksi merupakan
suatu generalisasi dari sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah
teknis dan konsep-konsep yang tepat. Jadi pada langkah ini pembentukan konsep
sangat diperhatikan.
Abstraksi merupakan generalisasi dari satu atau beberapa obyek tunggal
terkait dengan sifat tertentu, kemudian ditransfer kepada kumpulan obyek lebih
besar yang mempunyai kesamaan lain dengan obyek-obyek tunggal tersebut.
Dalam sains terutama dalam bidang fisika, banyak konsep saling terkait dan
didefinisikan secara matematis. Kenyataan ini akhirnya membawa berbagai
hukum dan teori alam diungkap dalam bahasa matematika.
8. Langkah Re-evaluasi
Langkah ini bertujuan untuk mengevaluasi secara keseluruhan hasil proses
pembelajaran. Guru membahas kendala selama proses pembelajaran berlangsung
dengan mendiskusikan hasil perolehan siswa.
9. Langkah Konsolidasi Pengetahuan
Tujuan dari langkah ini adalah agar siswa semakin menguasai
pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan terintegrasi dan
terinternalisasinya pengetahuan tersebut kedalam struktur pengetahuan siswa yang
sudah ada. Langkah ini sebenarnya tidak termasuk proses pengembangan metode
ilmiah. Tetapi langkah ini sangat penting untuk proses pembelajaran karena pada
umumnya tidak cukup untuk hanya memahami fakta-fakta. Hal ini mensyaratkan
penggunaan pengetahuan secara berulang, mentransfer pengetahuan tersebut
29
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kedalam kasus-kasus lain dan memanfaatkannya dalam teknik dan lingkungan
sekeliling.
C. Hubungan Problem Solving dengan Motivasi
Lawrence Senesh mengemukakan tiga tahapan dalam proses problem
solving yaitu: (1) tahap motivasi; (2) tahap pengembangan; dan (3) tahap
kulminasi (Syamsudini, 2010). Dari teori Lawrence Senesh tersebut dapat dilihat
adanya hubungan antara motivasi dan problem solving. Motivasi berada pada
tahap pertama dalam tahapan problem solving menurut teori Lawrence Senesh.
Begitupun dengan model pembelajaran problem solving yang dikemukakan oleh
Mothes pada tabel 2.1 di atas. Langkah pertama dalam model problem solving
menurut Mothes adalah motivasi. Hal ini berarti motivasi dijadikan sebagai
kegiatan awal yang harus ada dalam proses pembelajaran problem solving dengan
tujuan agar siswa dapat memiliki rasa ingin tahu dan membangkitkan minatnya
terhadap materi pembelajaran.
Akan tetapi, meskipun telah menerapkan langkah-langkah problem solving
di kelas, tidak serta merta kemampuan memecahkan masalah siswa dapat muncul.
Hal ini dikarenakan problem solving merupakan suatu proses internal yang
membutuhkan kondisi eksternal yang mendukungnya (Syamsudini, 2010). Sama
seperti halnya dengan motivasi. Motivasi intrinsik perlu didukung dengan adanya
motivasi ekstrinsik agar tujuan dapat tercapai secara optimal. Motivasi belajar
siswa dapat dimunculkan dengan sesuatu yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran. Dengan keberhasilan siswa dalam penggunaan metode
30
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memecahkan masalah yang dimiliki memungkinkan siswa tersebut merasa bangga
dan puas dengan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Uno (2009)
mengatakan bahwa motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan. Senada dengan pendapat Sardiman (2011) bahwa salah satu ciri
seseorang yang memiliki motivasi kuat selain ia tekun menghadapi tugas, ia pun
menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, serta senang mencari
dan memecahkan masalah.
Menurut Rosbiono (2007), problem solving sebagai konteks dimaknai
menjadi beberapa kategori. Diantaranya problem solving digunakan sebagai alat
memotivasi siswa, sebagai pembangkit minat siswa dalam mempelajari konsep-
konsep sains melalui contoh-contoh yang ditemukan dalam dunia nyata. Jadi
ketika problem solving digunakan sebagai konteks, maka fokus yang harus
menjadi perhatian adalah menemukan permasalahan yang dapat menarik minat
dan menggali tugas-tugas yang membantu memperjelas konsep maupun prosedur;
mengandung tujuan-tujuan ganda yang memberi kesempatan bagi siswa untuk
membuat penemuan-penemuan konsep sains melalui media yang dikenalnya
(memotivasi), membantu siswa agar konsep-konsep sains lebih konkrit (sifat
praktis), dan mengupayakan adanya rasionalisasi tentang apa yang dipelajari
(justifikasi). Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwa
motivasi dan model pembelajaran problem solving saling berhubungan erat satu
sama lain.
31
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Materi Kimia Titrasi Asam Basa
1. Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa di dalam larutan. Titrasi dilakukan untuk
menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Di dalam titrasi, dikenal istilah titran dan titrat. Titran adalah zat
penitrasi (dimasukkan ke dalam Buret) sedangkan titrat adalah zat yang dititrasi
(dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer). Titran yang konsentrasinya sudah
diketahui diturunkan secara bertahap dari buret ke dalam titrat hingga sampai pada
titik ekivalen yang biasa ditandai dengan perubahan warna indikator. Prinsip
titrasi asam-basa adalah penambahan senyawa asam kedalam senyawa basa atau
sebaliknya sampai tercapai titik ekivalen.
2. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah penunjuk tentang perubahan pH dari suatu
larutan asam atau basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator
pada rentang pH tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam
basa. Lakmus merah berubah warna menjadi biru jika dicelupkan kedalam larutan
basa. Lakmus biru berubah menjadi merah jika dicelupkan kedalam larutan asam.
Berikut tabel rentang pH hasil percobaan dengan beberapa indikator.
Tabel 2.2 Rentang pH Hasil Percobaan dengan Beberapa Indikator
No Nama Indikator Rentang pH Perubahan Warna
1 Metil Oranye 3,2 – 4,4 Merah – Kuning
2 Lakmus 4,5 – 8,3 Merah – Biru
3 Metil Merah 4,8 – 6,0 Merah – Kuning
4 Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru
5 Fenolftalein 8,3 – 10,0 Tak berwarna – Merah Muda
32
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang bersifat asam
lemah dengan rumus umum HIn. Indikator akan menunjukan warna yang berbeda
antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Indikator asam ini
memiliki reaksi kesetimbangan sebagai berikut.
HIn (aq) + H2O (l) H3O+
(aq) + In- (aq)
Jika indikator berada dalam medium yang cukup asam, maka
kesetimbangan menurut azas Le Chatelier, bergeser ke kiri dan warna indikator
yang dominan adalah warna dari bentuk tidak terionisasi (HIn). Sebaliknya, dalam
medium basa, kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna larutan akan timbul
adalah warna dari basa konjugat (In-). Secara umum kesetimbangan yang dimiliki
indikator (asam lemah) dinyatakan sebagai berikut:
KIn dikenal sebagai tetapan disosiasi (ionisasi) indikator.
Untuk memiliki rentang pH yang dapat menunjukkan kerja indikator,
maka dilakukan penyusunan ulang terhadap rumus KIn:
Maka,
3. Perhitungan Titrasi Asam Basa
Dalam titrasi asam basa, reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan. Ion-
ion H3O+ dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan oleh
ion-ion OH- dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa. Persamaan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
33
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
H3O+(aq) + OH
-(aq) 2H2O (l)
Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa.
Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen merupakan keadaan
ketika jumlah mol atau mmol OH- yang ditambahkan kedalam larutan yang
mengandung ion H3O+
telah cukup untuk menetralkan larutan tersebut. Pada titik
ekivalen mmol atau mol H3O+ sama dengan mmol atau mol OH
-. Titik ekivalen
dapat diketahui dengan bantuan indikator. Titrasi dihentikan tepat pada saat
indikator menunjukan perubahan warna, yang disebut titik akhir titrasi. Untuk
memperoleh ketepatan hasil akhir titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir
titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen, sehingga harus dipilih indikator
yang mengalami perubahan warna disekitar titik ekivalen. Untuk menentukan
konsentrasi asam atau basa pada titik ekivalen dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Vasam x M asam x n asam = V basa x Mbasa x n basa
dengan:
Vasam = volume larutan asam
M asam = konsentrasi larutan asam
n asam = valensi asam
Vbasa = volume larutan basa
M basa = konsentrasi larutan basa
n basa = valensi basa
Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui konsentrasi asam atau basa,
sehingga kita dapat menentukan pH dari suatu larutan asam atau basa dengan
menggunakan rumus:
pH = –log [H+], untuk menentukan nilai pH asam kuat.
pOH = –log [OH-], untuk menentukan nilai pH basa kuat, sehingga
pH = 14 – pOH
34
Endah Restiana, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa SMA kelas X1 Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Exsperimen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat ditunjukkan dengan gambar:
Gambar 2.1 menunjukkan profil perubahan harga pH dari titrasi asam kuat
dan basa kuat. Larutan NaOH 0,1 M ditambahkan dari buret pada 25 mL larutan
HCl 0,1 M dalam labu Erlenmeyer. Indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi asam kuat oleh basa kuat seperti yang ditunjukkan
pada kurva di atas adalah indikator fenolftalein (indikator PP) karena indikator
tersebut berubah warna dari tak berwarna menjadi merah muda setelah suasana
larutan menjadi basa akibat penambahan NaOH.
0
2
4
6
8
10
12
14
0 10 20 30 40 50 60
pH
Volume NaOH yang ditambahkan (mL)
Titik
Ekivalen
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat