pengertian ip 2003

Upload: panggih-sekar-palupi-ii

Post on 09-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

IP

TRANSCRIPT

PERKEMBANGAN MORALA. PENGERTIAN MORALIstilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Jadi, rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Dalam kamus Umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai (1) prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. (2) kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik. Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Moral terbagi menjadi dua yaitu :a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baikb. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang obyektif. (Hardiwardoyo,1990). Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral.Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak.Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber.

Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal, dan lain-lain.B. TEORI PERKEMBANGAN MORAL

1. Teori Psikoanalisa

Perkembangan moral adalah proses internalisasi norma norma masyarakat dan kematangan organic biologic

Seseorang telah mengembangkan aspek moral bila telah menginternalisasikan aturan aturan atau kaidah kaidah kehidupan di dalam masyarakatdan dapat mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus menerus atau dengan kata lain telah menetap

Menurut teori psikoanalisa perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma norma masyarakat dan sebagai kematangan dari sudut organic biologic

2. Teori Psikologi BelajarPerkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan hadiah yang sering dialami oleh anak.3. Konsep teori belajar dan psikoanalisaKonsep kedua teori , tentang proses perkembangan moral adalah bahwa seseorang telah mengalami perkembangan moral apabila ia memperlihatkan adanya perilakuyang sesuai dengan aturan aturan yang ada didalam masyarakatnya. dengan kata lain perkembangan moral berkorelasi dengan kemampuan penyesuaian diri individu.4. Menurut piaget dan kohlbergmenurut mereka perkembangan moral berkolerasi dengan perkembangan kecerdasan individu, sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai kematangan, maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangan.TEORI PIAGET

Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Para pakar perkembangan anak mempelajari tentang bagaimana anak-anak berpikir, berperilaku dan menyadari tentang aturan-aturan tersebut. Minat terhadap bagaimana perkembangan moral yang dialami oleh anak membuat Piaget secara intensif mengobservasi dan melakukan wawancara dengan anak-anak dari usia 4-12 tahun.Ada dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai perkembangan moral anak dan remaja:1. Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng, sambil mempelajari bagaimana mereka bermain dan memikirkan aturan-aturan permainan.2. Menanyakan kepada anak-anak pertanyaan tentang aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.Dari hasil studi yang telah dilakukan tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas, tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Antara lain:

Heteronomous Morality1. Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia.2. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku.3. Misal: memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada memecahkan 1 gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong kue.4. Pemikir Heteronomous yakin bahwa aturan tidak boleh berubah dan digugurkan oleh semua otoritas yang berkuasa.5. Ketika Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam permainan kelereng), anak-anak kecil menolak. Mereka bersikeras bahwa aturan harus selalu sama dan tidak boleh diubah.6. Meyakini keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan dikenakan segera.7. Yakin bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan hukuman.Autonomous Morality1. Tahap kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam menilai suatu tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga akibat-akibatnya

2. Bagi pemikir Autonomos, maksud pelaku dianggap sebagai yang terpenting.

3. Anak-anak yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat menerima perubahan dan mengakui bahwa aturan hanyalah masalah kenyamanan, perjanjian yang sudah disetujui secara sosial, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan.

4. Menyadari bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila seseorang yang relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun menjadi tak terelakkan.Piaget berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan kerja sama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya, setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya disepakati. Relasi antara orang tua dan anak, orang tua memiliki kekuasaan, sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter. Untuk memperjelas teori Piaget yang telah dipaparkan diatas, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel Teori Dua Tahap Perkembangan Moral PiagetUmurTahapCiri Khas

4-7 tahun

7-10 tahun

11 tahun

Ke atasRealisme moral

(pra operasional)

Masa transisi (konkret-operasional)

Otonomi moral, realisme dan resiprositas (formal operasional)1. Memusatkan pada akibat-akibat perbuatan

2. Aturan-aturan tak berubah

3. Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis

Perubahan secara bertahap ke pemilikan moral tahap kedua

1.Mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral

2.Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah

C. TAHAP PERKEMBANGAN MORAL

Tahap-tahap perkembangan moral menurut KohlbergTeori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang dilakukannya selama 14 tahun, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995) Kohlberg kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi dalam tiga taraf.

1) Taraf Pra-Konvensional

Pada taraf ini anak telah memiliki sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat dihukum kalau baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya.

Pada taraf ini terdiri dari dua tahpan yaitu :

1) punishment and obedience orientation. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya tindakan, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat baik, hal itu karena anak menilai tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas 2) Instrument-relativist orientation. Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan. 2) Conventional Level ( taraf Konvensional)

Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Dua tahap dalam taraf ini adalah :

3) Tahap interpersonal corcodance atau good boy-nice girl orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan disetujui orang lain seseorang harus berlaku manis. Orang berusaha membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain bertingkah laku. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan dia bermaksud baik untuk pertama kalinya menjadi penting. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap berintensi baik.4) Tahap law and order, orientation. Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap ini. Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban social.3. Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)

Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah (valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas orang atau kelompok yang mana. Tahapannya adalah :

5) Social contract orientation. Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu tindakan atas hak-hak individu dan norma-norma yang sudah teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersifat relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus bersama. 6) The universal ethical principle orientation. Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat abstrak. Pada intinya prinsip etis itu adalah prinsip keadilan, kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat( nilai) manusia sebagai pribadi.Dalam proses perkembangan moral reasoning dengan enam tahapannya seperti itu berlakulan dalil brikut :

Perkembangan moral terjadi secara berurutan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Dalam perkembangan moral orang tidak memahami cara berfikir dari tahap yang lebih dari dua tahap diatasnya.

Dalam perkembangan moral, seseorang secara kognitif tertari pada cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya sendiri. Anak dari 2 tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3. berdasarkan inilah kohlber percaya bahwa moral reasoning dapat dan mungkin diperkembangkan.

Dalam perkembangan moral, perkembangan hanya akan terjadi apabila diciptakan suatu diequilibrium kognitif pada diri si anak didik. Sesorang yang sudah mapan dalam satu tahap tertentu harus diusik secara kognitif sehinga ia terangsang untuk memikirkan kembali prinsip yang sudah dipegangnya. Kalau ia tetap tentram dan tetap dalam tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada perkembangan.Berdasarkan penelitian empirisnya tersebut, secara kreatif Kohlberg menggabungkan berbagai gagasan dari Dewey dan Piaget, bahkan berhasil melampaui gagasan-gegasan mereka. Dengan kata lain ia berhasil mengkoreksi gagasan Piaget mengenai tahap perkembangan moral yang dianggap terlalu sederhana.Kohlberg secara tentatif menguraikan sendiri tahap-tahap 4, 5 dan 6 yang ditambahkan pada tiga tahap awal yang telah dikembangkan oleh Piaget. Dewey pernah membagi proses perkembangan moral atas tiga tahap : tahap pramoral, tahap konvensional dan tahap otonom. Selanjutnya Piaget berhasil melukiskan dan menggolongkan seluruh pemikiran moral anak seperti kerangka pemikiran Dewey, : (1) pada tahap pramoral anak belum menyadari keterikatannya pada aturan; (2) tahap konvensional dicirikan dengan ketaatan pada kekuasaan; (3) tahap otonom bersifat terikat pada aturan yang didasarkan pada resiprositas (hubungan timbal balik). Berkat pandangan Dewey dan Piaget maka Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap pertimbangan moral anak dan orang muda seperti yang tertera di atas.

Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada tahap moral yang lebih rendah.

Selanjutnya penelitian lintas budaya yang dilakukan di Turki, Israel, Kanada, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Meksiko memberikan kesan kuat bahwa urutan tahap yang tetap dan tidak dapat dibalik itu juga bersifat universal, yakni berlaku untuk semua orang dalam periode historis atau kebudayaan apa pun.

Menurut Kohlberg penelitian empirisnya memperlihatkan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan kemudian. Diakuinya pula bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai regresi fungsional.

D. FAKTOR PENYEBAB PERKEMBANGAN MORALFaktor-faktor yang mempengaruhi moral pada remaja:

1. Faktor Individu

Yang berhubungan dengan penerimaan rangsang" dari lingkungan

Penerimaan Positif, adanya perasaan dalam diri, bahwa nilai-nilai moral berguna bagi diri dalam mentaati aturan.

Penerimaan Negatif

Menganggap nilai-nilai moral sebagai beban

Merasa terkekang

Merasa nilai-nilai moral sebagai penghalang kebebasannya2. Faktor Lingkungan

a. Orang Tua atau Orang dewasa LainnyaPeranan positif, dalam memberikan pendidikan agama dan disiplin, yaitu:

Mendidik dalam pengertian konsep-konsep moral

Reward, bagi tingkah laku yang benar Hukuman, bagi tingkah laku yang tidak dibenarkan Konsistensi dalam aturan

Peranan Negatif ( Bila penerapan disiplin tidak konsisten

Hukuman yang Efektif:

1. Sesuai dengan kesalahan2. Jelas dan konsisten3. Sesuai dengan usia4. Bersifat konstruktif5. Meningkatkan kontrol diri6. Tidak menimbulkan ketakutan7. Tidak menambah bebanb. Lingkungan sekolah dan teman sebaya, pengaruhnya lebih besar.c. Media cetak dan elektronik, pengaruhnya ada yang positif dan negative.Bagaimana Individu itu mengetahui konsep moral, yaitu dengan interaksi dengan lingkungan melalui feed back correction, yang meliputi:

1. teguran

2. larangan

3. hukuman

4. pujian

5. persetujuan tingkah laku

6. pembenaran tingkah laku

7. kecaman

E. HAMBATAN PERKEMBANGAN MORALPerilaku terhambat : perilaku anak dinyatakan terhambat apabila tidak sesuai dengan perilaku normative anak pada umumnya. Perilaku terhambat pada umumnya. Perilaku terhambat dapat dirunut dari sumbernya dan untuk menentukan suatu perilaku terhambat atua tidak diperlukan adanya alat ukur yang valid, agar diperoleh hasil pengukuran ( assesment ) yang akurat

Ciri ciri perilaku terhambat :

Perilaku anak sangat tidak sesuai dengan usianya.

Perilaku anak sudah sangat mengganggu, baik bagi anak maupunun lingkungan

Gangguan perilaku sudah terlalu sering muncul dan berlangsung lama

Anak berusaha mempertahankan perilaku tersebut

Faktor penyebab :

Faktor internal yaitu faktor yang sudah dibawa sejak lahir, artinya potensi potensi tersebut sudah ada sejak anak dilahirkan ke dunia. Contoh : gen dari ortu dan keluarga, kondisi fisik ibu saat kehamilan, kondisi psikologis saat kehamilan, nutrisiyang dikonsumsi ibu selama hamil.

Faktor eksternal yaitu faktor yang ditemui anak dalam proses perkembangan sejak masa bayi hingga perkembangan sejak masa bayi hingga gangguan perkembangan muncul. Contoh : Penerimaan orang tua dan keluarga atas kehadiran bayo / anak, pola asuh orang tua, status sosial ekonomi orang tua, kondisi masyarakat setempat, sistem pendidikan formalHambatan-hambatan dalam mengembangkan kedewasaan moral:

1. Persiapan untuk membuat keputusan moral (moral judgement)

Remaja yang berasal dari keluarga demokratis akan lebih baik dibandingkan dengan yang berasal dari keluarga otoriter dan permissive, karena akan dipersiapkan untuk mengambil pertimbangan atau keputusan moral.

2. Banyaknya tuntutan moral pada masa remaja

Belajar menuruti aturan-aturan atau hukum, dianggap menyulitkan remaja

3. Konflik dalam nilai-nilai moral

Norma moral antara kelompok sering berbeda, sehingga menimbulkan konflik. Misalnya: kelompok jenis kelamin, kelompok status sosial, kelompok agama.

4. Tekanan dari kelompok teman sebaya

Adanya perbedaan standard moral orang tua dan masyarakat dengan standard moral teman sebaya.

F. PENGARUH TERHAMBATNYA PERKEMBANGAN MORAL TERHADAP KESEHATAN A. SEKS BEBASTingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual. Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja. Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.

Semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.

Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi.Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.

Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.B. ABORSIBelum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.

Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).

Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;

Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.

Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang .

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis. Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).- Kanker hati (Liver Cancer).- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.

C. NARKOBA

Dampak narkoba, jika disalahgunakan, seperti halnya singkatan kata tersebut(NARKOBA: narkotika dan obat/bahan berbahaya), memang sangatlah berbahaya bagi manusia. Narkoba dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya. 1. Dampak narkoba terhadap fisik

Pemakai narkoba akan mengalami gangguan-gangguan fisik sebagai berikut:

a. Berat badannya akan turun secara drastis.

b. Matanya akan terlihat cekung dan merah.

c. Mukanya pucat.

d. Bibirnya menjadi kehitam-hitaman.

e. Tangannya dipenuhi bintik-bintik merah.

f. Buang air besar dan kecil kurang lancar.

g. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.2. Dampak narkoba terhadap emosi

Pemakai narkoba akan mengalami perubahan emosi sebagai berikut:

a. Sangat sensitif dan mudah bosan.

b. Jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang.

c. Emosinya tidak stabil.

d. Kehilangan nafsu makan.

3. Dampak narkoba terhadap perilaku

Pemakai narkoba akan menunjukkan perilaku negatif sebagai berikut:

a. malas

b. sering melupakan tanggung jawab

c. jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya

d. menunjukan sikap tidak peduli

e. menjauh dari keluarga

f. mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan

g. menggadaikan barang-barang berharga di rumah

h. sering menyendiri

i. menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar mandi

j. takut akan air

k. batuk dan pilek berkepanjangan

l. bersikap manipulatif

m. sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan

n. sering menguap

o. mengaluarkan keringat berlebihan

p. sering mengalami mimpi buruk

q. Mengalami nyeri kepala

r. Mengalami nyeri/ngilu di sendi-sendi tubuhnya

A. Dampak Tidak Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan

1. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.

2. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.

3. Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.

4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop out.

5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.

6. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.

7. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin.

B. Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia

1. Gangguan pada jantung

2. Gangguan pada hemoprosik

3. Gangguan pada traktur urinarius

4. Gangguan pada otak

5. Gangguan pada tulang

6. Gangguan pada pembuluh darah

7. Gangguan pada endorin

8. Gangguan pada kulit

9. Gangguan pada sistem syaraf

10. Gangguan pada paru-paru

11. Gangguan pada sistem pencernaan

12. Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC. 13. Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.C. Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia

1. Menyebabkan depresi mental.

2. Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.

3. Menyebabkan bunuh diri

4. Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.

Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti memakai narkoba. Namun orang normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba karena mereka berpikir bahwa narkoba dapat mengatasi dan melupakan masalah dirinya, akan tetapi semua itu tidak benar.

D. ALKOHOL (MIRAS)

Mengkonsumsi minuman beralkohol kini seperti menjadi bagian gaya hidup dari sebagian masyarakat Indonesia. Berawal dari sekedar coba-coba, banyak yang kemudian akhirnya ketagihan dengan jenis minuman yang satu ini.

Selama ini dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebih yang paling banyak diketahui orang adalah mabuk semata, dan itupun dapat hilang dengan sendirinya. Tapi ternyata efek negatifnya tidak berhenti sampai disitu saja. Bukan hanya menyebabkan mabuk, namun alkohol juga memiliki dampak negatif lain bagi tubuh. Dampak minuman yang mengandung alkohol tinggi pada manusia adalah merusak sistem metabolis tubuh manusia yang kemudian menimbulkan ketagihan dan merusak sebagian unsur otak.

Minuman beralkohol memiliki kadar yang berbeda-beda. Misalnya, bir dan soda alkohol (1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol), dan minuman keras atau biasa disebut dengan spirit (35-55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30-90 menit setelah diminum.

Dalam riset yang dilakukan Dr. Barbara Flannery dari RTI Internasional, diketahui bahwa otak perempuan alkoholik banyak mengalami kerusakan, terutama pada fungsi syaraf kognitifnya. Namun bukan berarti pria alkoholik terbebas dari masalah.

Selain merusak syaraf otak, alkohol juga merusak bagian liver. Lagi-lagi dampak kerusakannya lebih cepat terjadi pada perempuan dibanding pria. Demikian yang ditulis oleh tim peneliti dalam Journal Alcoholism: Clinical and Experimental Research. Untuk kepentingan riset, tim peneliti melibatkan 78 pria alkoholik dan 24 perempuan alkoholik berusia 18-40 tahun. Tim peneliti lalu melakukan serangkaian tes fungsi otak, 68 orang non-alkoholik menjadi kelompok kontrol dalam riset ini.

Hasil penelitian menyebutkan, perempuan alkoholik memiliki hasil tes yang buruk dalam hal memori visual, fleksibilitas kemampuan kognitif, penyelesaian masalah dan perencanaan.

Para peneliti menyimpulkan dampak alkohol pada metabolisme wanita berbeda dengan pria. Selain itu, tubuh pria lebih banyak memiliki kandungan air sehingga dapat mengurangi dampak alkohol. Alasan lain yang dikemukakan adalah enzim yang mengubah alkohol menjadi materi inaktif lebih sedikit pada perempuan.

Selain itu, penyalahgunaan alkohol juga dapat menyebabkan kekurangan gizi dan menurunkan ketahanan terhadap penyakit, sekaligus memberikan dampak yang buruk pada penampilan Anda. Tidak seorang pun dapat mengatakan dengan pasti, tetapi pantang minum alkohol mungkin menjadi salah satu cara seorang wanita dapat tetap sehat dan tampak lebih muda lagi.

Seperti dikutip dari Femalefirst, Minggu (10/8/2008), kesehatan sangatlah penting bagi setiap manusia. Kebiasaan buruk meminum minuman keras dapat memberikan pengaruh yang buruk bagi aktivitas seseorang. Terlebih pada saat ini banyak anak muda yang menyia-siakan hidupnya dengan meminum minuman yang dapat memabukkan itu.

Menurut penelitian yang telah dilakukan, usia 17-19 tahun adalah masa-masa di mana otak masih berkembang dengan pesat. Anak muda yang mengonsumsi minuman keras cenderung memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Selain menghambat perkembangan memori, minuman keras bisa merusak fungsi sel-sel otak.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pembina mata kuliah PPD. 2007. Perkembanagn Peserta Didik. Padang

Lawrence Kohlberg, Tahap-Tahap Perkembangan Moral, Kanisius 1995

TUGAS ILMU PRILAKU

PERKEMBANGAN MORAL

DISUSUN OLEH

NADIA ANNISA

PRATIWI RUKMANA

T MURTHY SHANNA TRIMAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS RIAU

2009_1319391847.bin