makalah ip

48
A. Dasar Pendidikan I. Pengertian Dasar Pendidikan Pendidikan adalah gejala semesta/fenomena universal dan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada. Setiap ada kehidupan manusia, disana pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha yang disengaja demi pengembangan manusia dan masyarakat sehingga berdasarkan pada landasan- landasan pemikiran tertentu. Oleh karena itu, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan pada pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio-kultural tiap masyarakat serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. . II. Aliran-aliran Pendidikan a) Nativisme (Schoupenhauer) Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan/ bakat yang dibawa sejak lahir. b) Empirisme (John Locke) Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan/ pendidikan. c) Konvergensi (William Stern) Perkembangan anak ditentukan pembawaan/ bakat dan lingkungan. d) Naturalisme (Rousseau) 1

Upload: restu-waras-toto

Post on 22-Jun-2015

1.599 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ip

A. Dasar Pendidikan

I. Pengertian Dasar Pendidikan

Pendidikan adalah gejala semesta/fenomena universal dan

berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada. Setiap

ada kehidupan manusia, disana pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980:

32). Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha yang disengaja demi

pengembangan manusia dan masyarakat sehingga berdasarkan pada

landasan-landasan pemikiran tertentu. Oleh karena itu, upaya

memanusiakan manusia melalui pendidikan didasarkan pada pandangan

hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosio-kultural tiap

masyarakat serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. .

II. Aliran-aliran Pendidikan

a) Nativisme (Schoupenhauer)

Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan/ bakat

yang dibawa sejak lahir.

b) Empirisme (John Locke)

Perkembangan anak sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan/

pendidikan.

c) Konvergensi (William Stern)

Perkembangan anak ditentukan pembawaan/ bakat dan lingkungan.

d) Naturalisme (Rousseau)

Manusia pada dasarnya baik, tapi menjadi tidak baik karena pengaruh

dari masyarakat. Jika ingin baik, harus dikembalikan ke alam.

III. Landasan Pendidikan

Berikut ini adalah landasan-landasan yang menjadi dasar pendidikan :

a) Landasan Filosofis

Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna

terdalam atau hakikat pendidikan tentang mengapa pendidikan dapat

dilakukan dan atau diberikan oleh dan kepada manusia, apa yang 1

Page 2: Makalah ip

seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Menurut George R. Knight

(1982), aliran filsafat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu

tradisional dan modern.

Mazab-mazab seperti ensensialisme, behaviorisme,

perenialisme, progresivisme, rekonstrukisme dan humanism

merupakan mazab-mazab teori pendidikan berdasarkan aliran-aliran

filsafat tertentu yang pada langkah selanjutnya memmpengaruhi

pandangan mengenai konsep dan praktik pendidikan. Di Indonesia

sendiri dikembangkan teori pendidikan nasional Indonesia atau teori

pendidikan nasional Pancasila yang dasar atau landasannya adalah

filsafat Pancasila (Notonagoro, 1972)

1. Essensialisme

Essensialisme menerapkan filsafat idealisme dan realisme

secara elektis. Aliran ini mengutamakan ide-ide yang terpilih,

yang pokok-pokok, yang hakiki/essensial yaitu liberal arts.

Liberal arts meliputi bahasa, gramatika, kesusasteraan, filsafat,

ilmu alam, matematika, sejarah dan seni.

2. Perenialisme

Perenialisme hampir identik dengan esensialisme, namun

lebih menekankan pada keabadian atau ketetapan atau kehikmatan

(perenial = konstan) yaitu hal-hal yang ada sepanjang masa

(Imam Barnadib, 1988: 34). Hal yang abadi : Pengetahuan yang

benar, keindahan, dan cinta kebaikan.

Prinsip pendidikan pereniallisme

(1) Manusia adalah bianatang yang rasional.

(2) Alam adalah universal, jadi pendidikannya harus sama.

(3) Pengetahuan itu Universal, berdasar mata pelajaran yang

pasti dapat ditangkap oleh semua orang.

(4) Mata pelajaran menjadi pusat/ sentral.

2

Page 3: Makalah ip

(5) Karya besar masa lalu adalah repository pengetahuan dan

kebijaksanaan yang telah teruji

(6) Pengalaman pendidikan adalah mempersiapkan hidup, bukan

situasi nyata dalam kehidupan

3. Progresivisme

Progresivisme adalah mazab pendidikan yang

menginginkan kemajuan.

Prinsip Pendidikan Progresivisme

(1) Proses pendidikan ditemukan dari asal dan maksud/

tujuan yang ada pada siswa, termasuk minat siswa.

(2) Siswa itu aktif, bukan pasif.

(3) Peran guru sebagai penasehat, pemberi petunjuk, dan

mengikuti keinginan siswa.

(4) Sekolah merupakan mikrokosmos dari masyarakat.

(5) Aktivitas kelas berpusat pada problem solving.

(6) Suasana kelas demokratis dan kooperatif.

4. Rekonstrukionisme

Rekonstrukionisme berasal dari kata reconstruct yang

berarti menyusun kembali. Menurut konteks filsafat pendidikan

aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan

membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern.

5. Behaviorisme

Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif

belajar) adalah filosofis dalam psikologi yang berdasar pada

proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk

tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai

perilaku. Aliran ini berpendapat  bahwa perilaku demikian dapat

digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis

internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran.

3

Page 4: Makalah ip

6. Humanisme

Bersumber dari progresivisme dan eksistensialisme dengan

tokohnya yaitu Carl Rogers, Abraham Maslow, dan Arthur

Combs. John Holts adalah tokoh humanisme yang menginginkan

agar siswa menjadi humanis yang pusatnya adalah kekuatan

menciptakan lingkungan belajar di mana siswa maupun guru

diliputi dengan rasa percaya dalam suasana yang nyaman dan

hangat.

Humanisme memusatkan pada aktualisasi diri dengan

format institusi kelas terbuka yang terdesentralisasi dengan tidak

adanya jadwal pelajaran yang kaku.

b) Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan

perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial,

komunikasi, dan sosialisasi, memrupakan indikator  bahwa pendidikan

menggunakan landasan sosiologis.

c) Landasan Kultural

Kebudayaan merupakan hasil cipta rasa dan karya manusia. Di

Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan memiliki

timbal balik dan saling mempengaruhi. Kebudayaan dapat

dikembangkan dan diwariskan melalui pendidikan, sebaliknya,

bentuk, ciri-ciri pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan..

d) Landasan Historis

Kehidupan manusia mempunyai sejarah yang panjang sehingga

manusia tidak mampu melacak titik awal kapan mulainya kehidupan

ini. Sejak manusia hidup, sejak itu pula pendidikan ada, dari yang

paling sederhana sampai pendidikan yang sangat kompleks seperti

sekarang ini.

4

Page 5: Makalah ip

e) Landasan Psikologis

Landasan psikologis melandasi kegiatan pendidikan melibatkan

aspek kejiwaan manusia. Oleh karena itu, landasan psikologis

merupakan salah satu landasan pendidiakn yang penting. Pada

umumnya pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan

akan perkembangan manusia, khususnya dalam proses belajar

mengajar.

f) Landasan Ilmiah, Teknologi dan Seni

Landasan Ilmiah, teknologi dan seni merupakan salah satu

materi pengajaran sebagai bagian dan pendidikan. Perkembangan

IPTEKS akan segera diakomodasi oleh pendidikan, di sisi lain

pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS, sehingga

tersedia berbagai informasi yang cepat dan tepat untuk selanjutnya

dijadikan program, alat dan cara kerja teknologi pendidikan.

g) Landasan Politik

Landasan politik, politik sebagai cita-cita yang harus

diperjuangkan melalui pendidikan, dimaksudkan agar tujuan dan atau

cita-cita suatu bangsa dapat tercapai.

h) Landasan Ekonomi

Landasan ekonomi, pendidikan dapat dipandang sebagai human

investment, karena dengan pendidikan maka manusia terdidik ini

dapat menjadi modal bagi pembangunan. Manusia terdidik yang

kemudian berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan

teknologis, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu naiknya

GNP atau pendapatan nasional.

Di sisi lain, untuk memperoleh pendidikan diperlukan adanya

biaya. Biaya ini perlu dihitung untuk memperoleh sampai mana

5

Page 6: Makalah ip

tingkat pendidikan yang akan di dapat dan seberapa banyak

keuntungan yang akan didapat.

i) Landasan Yuridis

Landasan yuridis ada agar pelaksanaan pendidikan tidak

melenceng dari keinginan masyarakat, maka perlu diatur dalam

regulasi yang berlaku di masyarakat/bangsa tersebut. Landasan yuridis

pendidikan Indonesia adalah UU Nomor 20 tahun 2003 yang

berdasarkan pada UUD 1945.

.

6

Page 7: Makalah ip

B. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang hendak dicapai oleh

kegiatan pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan tujuan, sehingga

diasumsikan sebagai nilai. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek

pendidikan tidak ada artinya (Moore, T.W.,1974: 86). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan berkaitan erat dengan

pelaksanaanya.

Menurut M.J. Langeveld ada enam tujuan pendidikan yaitu (1)

tujuan umum, (2) tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap (4) tujuan

intermediet (5) tujuan sementara (6) tujuan insidental.

1. Tujuan umum merupakan tujuan paling akhir dan merupakan

keseluruhan/kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan.

Menurut Notonagoro (1973: 14), secara filosofis tujuan akhir

pendidikan adalah tercapainya kebahagiaan sempurna. Kebahagiaan

sempurna menurut Notonagoro, adalah suatu keadaan yang

menimbulkan kepuasan sepuas-puasnya hingga tidak menimbulkan

keinginan lagi dan hidup kekal/abadi.

2. Tujuan khusus merupakan pengkhususan dari tujuan umum yang

didasarkan atas berbagai hal seperti usia, jenis kelamin, intelegensi,

bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan,

tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.

3. Tujuan tak lengkap merupakan tujuan yang hanya menyangkut

sebagian aspek kehidupan manusia. Misalnya aspek psikologis,

biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek psikologis misalnya hanya

mengembangkan emosi atau pikiran saja.

4. Tujuan semntara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk

sementara saja, ketika tujuan semntara telah dicapai maka akan

ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain.

7

Page 8: Makalah ip

5. Tujuan intermediet yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang

sifatnya pokok. Misalnya anak dibiasakan untuk menabung agar tidak

mempergunakan uangnya untuk berfoya-foya sesuka hatinya

6. Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu,

seketika, spontan. Tujuan insidental muncul apabila terjadi peristiwa

yang membutuhkan penanganan khusus agar peristiwa tersebut dapat

ditangani dengan terstruktur dan diawali tujuan yang jelas.

Tujuan umum adalah tujuan akhir atau tertinggi yang berlaku di

semua lembaga dan kegiatan pendidikan. Indonesia telah menetapkan

tujuan pendidikan dalam Undang-undang Pendidikan yaitu pasal 3 UU No.

20 tahun 2003 yang berbunyi ‘untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serrta bertanggung jawab’

Tujuan institusional adalah tujuan yang menjadi tugas suatu

lembaga pendidikan untuk mencapainya. Setiap jenjang meliputi SD,

SMP, dan SMA hingga perguruan tinggi memiliki tujuannya sendiri-

sendiri.

Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh mata

pelajaran tertentu, misalnya IPA, IPS dan Matematika memiliki tujuan

kurikuler tertentu.

Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai ketika guru

mengajar suatu pokok bahasan tertentu. Tujuan instruksional ada dua

macam yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional

Khusus (TIK). Tujuan instruksional dapat diambil dari Garis-garis Besar

Haluan Program Pengajaran GBPP rumusannya masih umum,

cangkupannya masih luas, belum spesifik tidak operasional dan belum

dapat diukur tingkat pencapaiannya. Tujuan instruksional khusus adalah

tujuan pengajaran yang ingin dicapai ketika guru mengajar, tetapi

8

Page 9: Makalah ip

rumusannya sudah khusus, cakupannya sempit, operasional dan dapat

diukur.

C. Peserta Didik

I. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Menurut

Sutari Imam Barnadib (1995) peserta didik sangat tergantung dan

membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan

kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah,

kurang berdaya dan serba kekurangan dibandingkan orang dewasa.

Namun dalam dirinya terdapat potensi bakat-bakat dan disposisi luar

biasa yang memungkingkan tumbuh dan berkembang melalui

pendidikan.

II. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik

Charlotte Buhler mengemukakan perkembangan yang terjadi

pada peserta didik yaitu :

a. Masa permulaan.

b. Masa penanjakan sampai kira-kira berumur 25 tahun.

c. Masa puncak masa hidup, yaitu pada umur 25 sampai 50 tahun.

a. Masa penurunan dan menarik diri dari kehidupan masyarakat.

b. Masa akhir kehidupan

III. Teori Perkembangan Fisik Peserta Didik

Menurut Gasell dan Ames (1940) serta Illingsworth (1983) yang

dikutip oleh Slamet Suyanto (2005), perkembangan motorik peserta

didik digambarkan dalam delapan pola umum sebagai berikut :

9

Page 10: Makalah ip

a. Continuity, perkembangan dimulai dari sederhana menuju ke

kompleks.

b. Uniform sequence, yakni tahapan sama untuk semua individu.

c. Maturity, yakni perkembangan yang ada dipengaruhi perkembangan

sel saraf.

d. From general to specific process, yakni suatu perkembangan yang

dimulai dari gerak yang bersifat umum ke yang khusus.

e. Dari gerak refleks bawaan kearah terkoordinasi, yakni suatu

perkembangan yang dimiliki perserta dimulai dari refleks bawaan

hingga gerakan terkoordinasi.

f. Chepalo-caudal direct, yakni suatu perkembangan ditandai dengan

bagian yang mendekati bagian kepala berkembang lebih cepat

daripada bagian yang mendekati ekor.

g. Proximal-distal, yakni suatu perkembangan ditandai dengan bagian

yang mendekati sumbu tubuh yang berkembang lebih jauh.

IV. Teori Perkembangan Biologis Peserta Didik

Teori perkembangan biologis peserta didik dikemukakan oleh

Sigmund Freud (Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan Dwi Siswoyo,

1995) yaitu :

a. Masa Oral (0,0 – 1,0 tahun)

Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik

b. Masa Anal (1,0 – 3,0 tahun)

Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan

kotoran

c. Masa Felis (3,0 – 5,0 tahun)

10

Page 11: Makalah ip

Dorongan dan tahanan berpusat pada fungsi pembuangan

kotoran

d. Masa Laten (5,0 – 13,0 tahun)

Impuls-impuls atau dorongandorongan cenderung terdesak dan

mengendap ke alam bawah sadar

e. Masa Pubertas (13,0 – 20,0 tahun)

Impuls-impuls mulai menonjol dan muncul kembali. Apabila

bisa dipindahkan dan disublimasikan oleh daas ich dengan

baik, maka bisa sampai pada masa kematangan

f. Masa Genital (>20 tahun)

Individu sudah mencapai fase ini telah menjadi manusia

dewasa siap terjun dalam masyarakat luas.

V. Teori Perkembangan Mental Peserta Didik

Lev Vygotsky, siswa membentuk pengetahuan, yaitu apa yang

diketahui siswa bukanlah hasil kopi dari apa yang mereka temukan di

dalam lingkungan, tetapi sebagai hasil pikiran dan kegiatan siswa sendiri

melalui bahasa.

VI. Tipologi Kepribadian Peserta Didik

Menurut Henry Alexander Murray (1994)

Autonomy Keinginan melakukan sesuatu secara sendiri

Affiliation Senang bersama dengan anak lain, memiliki sahabat

Succurance Selalu manja, minta tolong, minta bantuan

Nurturrance Pemurah , rendah hati, senang menolong

Agression Agresif, mudah tersinggung dan marah

Dominance Ingin menguasai/ mengatur, tampil menonjol

Achievement Semangat kerja tinggi, berprestasi, tidak mau dibantu

11

Page 12: Makalah ip

VII. Kecerdasan Ganda Peserta Didik

Kecerdasan ganda peserta didik merupakan kapasitas yang dimiliki

seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuat cara

penyelesaiannya dalam konteks yang beragam. (Howard Gardner, 1993).

Menurut Gardner, kecerdasan bersifat jamak yang meliputi kecerdasan

matematik, lingual, musikal, visual, kinestetik, interpersonal,

intrapersonal, dan natural.

VIII. Peserta Didik Berbakat

Ciri peserta didik berbakat menurut Munandar (1992) :

1. Indikator intelektual belajar

Mencakup kemudahan menangkap pelajaran, mengingat kembali,

memiliki perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, daya

konsentrasi baik, senang membaca, selalu sibuk, dan sebagainya.

2. Indikator kreativitas

Memiliki rasa keiingintahuan besar, mengajukan pertanyaan yang

berbobot, memberikan banyak gagasan dan usul, tidak mudah

terpengaruh, dapat bekerja sendiri, menyenangi hal baru, dan

sebagainya.

3. Indikator motivasi

Tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan,

dapat memotivasi diri sendiri, selalu berusaha berprestasi, berminat

terhadap berbagai masalah orang dewasa, rajin belajar, penuh

semangat, serta senang mencari dan menyelesaikan soal.

12

Page 13: Makalah ip

D. Pendidik

I. Pengertian pendidik

Menurut Sutari Iman Barnadib (1994), pendidik merupakan setiap

orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat

kemanusiaan yang lebih tinggi.

Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), pendidik adalah

orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan

sasaran peserta didik.

Menurut Langveld, pendidik adalah orang yang dengan sengaja

membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan.

II. Kompetensi sebagai Persyaratan Pendidik

Syarat pendidik menurut Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto dan

Dwi Siswoyo (1995) adalah (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai

tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, (3)

mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya.

Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (1997) bahwa persyaratan seorang

pendidik adalah (1) memiliki pengetahuan lebih, (2) mengimplisitkan nilai

dalam pengetahuan itu dan (3) bersedia menularkan pengetahuan beserta

nilainya kepada orang lain.

Sedangkan untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan

syarat kompetensi guru menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen meliputi :

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik mencakup selain pemahaman dan

pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran juga harus

menguasai ‘ilmu pendidikan’.

13

Page 14: Makalah ip

b. Kompetensi pribadi

Kemampuan yang dimiliki pendidik berupa kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi

peserta didik. Kompetensi ini mencangkup kemantapan pribadi,

akhlak mulia, keteladanan dan kewibawaan.

c. Kompetensi profesional

Kemampuan yang harus dimiliki pendidik berupa penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

d. Kompetensi sosial

Kemampuan yang harus dimiliki pendidik agar mampu

berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama guru,

orangtua/wali dan masyarakat sekitar.

III. Kedudukan Pendidik

Kedudukan guru bisa dibuktikan secara obyektif dengan adanya

program sertifikasi guru, yang selanjutnya bagi yang memenuhi kriteria

untuk lulus diberikan sertifikat pendidik dan kedudukan guru sebagai

pendidik dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat pendidik.

IV. Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Menurut Raka Joni (Conny R.Semiawan dan Soedijarto, 1991),

hakikat tugas guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan

sumber daya manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan

kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dengan tanggung jawab

moral, guru dituntut untuk dapat mengejawentahkan nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara dalam diri pribadi,

karena nilai-nilai itu harus senantiasa terpadu dengan diri orang yang

menanamkan pada nilai agar usaha itu berhasil.

14

Page 15: Makalah ip

V. Profesionalisme Guru dan Prinsip-prinsipnya

Edgar H. Schein dan Diana W. Kommers (Sunaryo Kartadinata dan

Nyoman Dantes, 1997) mengartikan bahwa profesi merupakan ‘the

profession are set of occupation that have developed a very special set of

norms deriving from their special role in society’ yang artinya bahwa

profesi adalah seperangkat keterampilan yang dikembangkan secara

khusus melalui seperangkat norma yang dianggap cocok untuk tugas-tugas

khusus di masyarakat.

Dalam hal profesionalisme guru memiliki prinsip-prinsip

profesionalisme yaitu guru merupakan profesi yang berdasarkan bakat,

minat, panggilan jiwa dan idealisme, menuntut komitmen tinggi terhadap

peningkatan mutu pendidikan, iman takwa dan akhlak mulia, adanya

kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan,

memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah dan

menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan

bangsa.

VI. Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru

Organisasi profesi guru mewadahi para guru sebagai individu

profesional untuk menggabungkan diri dalam wadah. Beberapa organisasi

seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), SGI (Sertifikat Guru

Indonesia), dan PGII (Persatuan Guru Independen Indonesia). Organisasi

profesi diarahkan bisa berfungsi sebagai protektor dalam memberikan

perlindungan serta dinamisator dan motivator dalam rangka rangka

pengembangan diri bagi anggotanya.

Sedangkan kode etik guru professional yang telah dirumuskan

tersebut berbunyi (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes, 1997) :

g. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

15

Page 16: Makalah ip

h. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

i. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh

informasi tentang anak didik.

j. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orangtua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan

anak didik.

k. Guru memelihara baik dengan anggota masyarakat di sekitar

sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

pendidikan.

l. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha

mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.

m. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam keseluruhan.

n. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.

o. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan.

16

Page 17: Makalah ip

E. Bahan/Materi Pendidikan

Pendidikan diterapkan supaya anak menjadi dewasa oleh karena itu

ditetapkan isi/materi pendidikan yang relevan. Isi pendidikan adalah segala

sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk keperluan pertumbuhan. Isi

pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Pengetahuan (kemampuan kognitif)

2. Nilai (kemampuan afektif)

3. Keterampilan (kemampuan psikomotor). (Wina Sanjaya, 2008:83)

Nilai yang dimaksud dalam alinea diatas adalah nilai-nilai

kemanusiaan berupa pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal

yang berharga bagi manusia. Parameter keberhasilan suatu pendidikan adalah

internalisasi nilai dalam beberapa tahap yakni kognitif, afektif, konatif dan

praktek. Setelah pelajar mengerti semua yang telah diajarkan, mereka dituntut

untuk menghargai apa yang dipelajari, kemudian muncul komitmen untuk

melaksanakannya secara konsisten.

Mengintegrasikan nilai bukan lah hal yang mudah. Hal tersebut

melibatkan hati nurani. Nilai dikembangkan lewat refleksi dan ekspresi bebas,

tetapi bermartabat. Proses pembelajaran bukan hanya berhenti di otak akan

tetapi harus dipraktekkan di kehidupan nyata.

Pengetahuan menurut Poedjawijatna adalah hasil dari tahu. Abbas

Hamami, salah seorang dosen filsafat Universitas Gadjah Mada, pengetahuan

adalah hubungan-hubungan subyek-obyek yang disadari. Oleh karena itu

pengetahuan sebetulnya meliputi segala aspek kehidupan manusia termasuk di

dalamnya nilai dan keterampilan. Hanya dalam isi pendidikan yang kita

bicarakan ini lebih mengacu pada pengetahuan yang berasal dan pengalaman

indra dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman rasio/budi.

Keterampilan didapat melalui sebuah latiha, kebiasaan yang dilakukan

secara berulang-ulang sehingga keterampilan tersebut semakin terasah.

17

Page 18: Makalah ip

Misalnya keterampilan pemain sepakbola akan semakin sempurna

kemampuannya jika dia mengadakan latihan secara berulang-ulang dengan

sepenuh hati.

Selama melaksanakan pendidikan, guru hendaknya

mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Isi/materi harus sesuai dan menunjang ketercapaian tujuan.

2. Urgensi materi, yaitu materi harus penting untuk diketahui oleh peserta

didik.

3. Nilai praktis, atau kegunaanya.

4. Materi tersebut merupakan materi wajib sesuai dengan tuntutan

kurikulum.

5. Materi yang sudag diperoleh sumbernya, perlu diupayakan untuk

diberikan kepada peserta didik. (Sutan Zani Arbi, 1993:28).

18

Page 19: Makalah ip

F. Metode Pendidikan

Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai

tujuan. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dibutuhkan metode yang tepat.

Metode pendidikan adalah cara-cara yang dipakai oleh seseorang atau

kelompok orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan

perkembangannya kea arah tujuan yang hendak dicapai.

Metode pendidikan berkaitan dengan bentuk pendidikan. Dalam hal

ini kita mengenal adanya bentuk-bentuk pendidikan sebagai berikut :

a. Pendidikan otoriter

Bentuk pendidikan otoriter, pendidik ditempatkan pada pihak yang

berkuasa dan utama/primer, sedangkan peserta didik menempatkan

pihak yang sekunder.

b. Pendidikan liberal

Bentuk pendidikan liberal menekankan hak individu dan kebebasan,

dalam pendidikannya anak dijadikan subyek yang memegang peranan

penting.

c. Pendidikan demokratis

Bentuk demokratis merupakan bentuk pendidikan dimana pendidik

dan peserta didik mempunyai kedudukan yang seimbang, maka

metode pendidikannya mengarah pada metode diskusi, tanya jawab,

pemberian tugas, atau problem solving.

Dalam memilih metode yang tepat dalam proses pendidikan perlu

diperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Tujuan pendidikan negara. Setiap negara memiliki tujuan pendidikan

yang berbeda dan merupakan kekhasan dari setiap Negara. Bagi

Indonesia sendiri tujuan pendidikan tak lepas dari Undang-undang

Republik Indoenesia No. 20 Tahun 2003 pasal 4 yang berbumyi ‘..

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.’

19

Page 20: Makalah ip

b. Kemampuan pendidik. Metode pendidikan juga hendak disesuaikan

dengan kemampuan guru/pendidik.

c. Isi atau materi juga menentukan metode pendidikan yang akan

digunakan. Metode yang tepat diperlukan agar peserta didik dapat

memahami materi dan kinerja peserta didik dapat maksimal. Misalnya

pada bidang ketrampilan dan pengetahuan, disamping pemberian

contoh, juga diskusi, pemecahan masalah, tanya jawab dan

sebagainya. Humaniora dan kewarganegaraan yang condong pada

kawasan afektif lebih banyak pada pemberian contoh dan problem

solving, disamping metode lain yang relevan.

Berkaitan dengan metode pendidikan diatas. Di Indonesia sejak tahun

1922 berdiri pendidikan Taman Siswa yang berpusat di Yogyakarta. Perguruan

Taman Siswa dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Guru sebagai pamong

yakni :

1. Ing ngarsa sung tuladha, semboyan ini berarti berada di depan dan

memberi contoh. Guru lebih dominan untuk memberi contoh

disamping guru juga bersikap otoriter terhadap siwanya. Sisi negatif

dari metode ini adalah siswa menjadi minder dan takut karena seakan

ditekan oleh pendidik.

2. Ing madya mangun karsa, semboyan ini berarti kita berada di tengah-

tengah bersama peserta didik. Pendidik merangsang peserta didik agar

belajar sendiri sehingga cenderung tertuju bagi peserta didik yang

masih muda dan mulai belajar mandiri. Pendidik hanya membantu jika

peserta didik mengalami kesulitan dan pendidik cenderung sebagai

subyek pendidikan. Kelemahan dari sistem ini adalah peserta didik

menjadi sombong bahkan bersifat manja terhadap pendidik.

3. Tut wuri handayani, semboyan ini digunakan dalam pelaksanaan

pendidikan di Indonesia mempunyai maksud bahwa pendidik

mengikuti anak didik dari belakang namun sambil memberi daya atau

kekuatan, agar mereka tak menyimpang dari tujuan. Metode ini cocok

jika dikaitkan sebagai model pendidikan demokratis sebab peserta

didik ditempatkan sebagai subyek sekaligus obyek.

20

Page 21: Makalah ip

G. Alat Pendidikan

Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat

dan digunakan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan.

Alat pendidikan ditinjau dari wujudnya:

1. Sofware 

Sofware ini mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,

pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. Hal ini biasanya

digunakan untuk mengatur peserta didik agar mematuhi pendidik.

2. Alat peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata

dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar

mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga sangat

berperan penting dalam pelajaran agar yang disampaikan guru

lebih mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut juga

audio visual.

Alat pendidikan menurut metodenya:

1. Metode Abstrak

Metode Abstrak ini bersumber pada kewibawaan, tujuan terdekat,

bentuk peraturan, dan tujuan akhir. Metode ini berbentuk perintah,

larangan, izin, dll. Namun bentuk-bentuk tersebut mengandalkan

pasivitet yang besar dari anak didik itu sendiri.

Metode ini juga membagi alat menurut lapangan nilai:

a) Jasmani

b) Estetis

c) Susila

d) Agama dll.

2. Metode Tipologis:

Metode ini menurut Langeveld dibagi dengan lima gejala khas:

-          Perlindungan (pembentukkan kebiasaan yang aktiv)

-          Permufakatan

-          Persamaan arah

-          Rasa bersatu

21

Page 22: Makalah ip

-          Alat-alat yang berkaitan dengan anak didik tersebut.

Menurut Abu Ahmadi, alat pendidikan dibedakan dalam beberapa kategori:

1.      Alat pendidikan Positif-Negatif:

Bersifat mengatur tindakan, agar berbuat baik maupun agar

tidak berbuat buruk.

2.      Alat pendidikan Preventif-Korektif:

Alat pendidikan ini ama seperti positif-negatif, namun alat

pendidikan ini bersifat mengatur tindakan. Preventif untuk

mengatur yang tidak baik, sedangkan korektif untuk memperbaiki

kesalahan yang dilakukan, semacam hukuman.

3.      Alat pendidikan Menyenangkan-Tidak Menyenangkan:

Berbeda dengan sebelumnya, alat ini berguna untuk rohani

agar menyenangkan berupa hadiah dan agar merasa tidak senang

berupa hukuman atau celaan.

Contoh alat pendidikan, terutama alat peraga:

1. Gambar

Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya

sering digunakan, karena gambar adalah alat yang paling mudah

dipahami siswa maupun mahasiswa serta anak dari  berbagai umur,

diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu

persiapan.

2. Peta

Peta bisa menolong seseorang untuk mempelajari bentuk

dan letak.

3. Papan tulis.

Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana

mengajar. Papan tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat

peraga yang efektif.

4. Alat lainnya masih banyak seperti OHP, Diagram, dll.

22

Page 23: Makalah ip

Kelebihan dan Kekurangan Alat pendidikan/alat peraga:

Kelebihan:

1. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih

menarik.

2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah

memahaminya.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak

akan mudah bosan

4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati,

melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

Kekurangan:

1. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.

2. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.

3. Perlu kesediaan berkorban secara materiil.

Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu.

Misal mendidik anak untuk makan dengan baik/sopan, maka alat

pendidikan yang sesuai adalah dengan memberi contoh.

Pendidik harus memahami peranan alat tersebut dan cakap

menggunakannya. Pendidik harus harus mengetahui karakteristik peserta

didiknya, harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu.

Peserta didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan dan tidak

menimbulkan akibat sampinagan yang merugikan peserta didik.

Penggunaan alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik antara

lain :

1. Teladan

2. Pujian/hadiah

3. Perintah

4. Larangan

5. Teguran

6. Ancaman

7. Hukuman.

23

Page 24: Makalah ip

H. Lingkungan Pendidikan

I. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat

berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari

lingkungan sosial.

1. Lingkungan Fisik (keadaan iklim, alam)

2. Lingkungan Budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik, keagamaan, dll)

3. Lingkungan Sosial/Masyarakat (keluarga, kelompok bermain,

organisasi)

II. Klasifikasi Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan meliputi :

1. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di

lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia

mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.

Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)

b. Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)

Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:

a) Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan

anaknya.

b) Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.

c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

24

Page 25: Makalah ip

2. Lingkungan sekolah

Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi

untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin kompleks, anak

perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu

waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu

lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik.

Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan

pendidikan meliputi :

a) Tanggung jawab formal kelembagaan

b) Tanggung jawab keilmuan

c) Tanggung jawab fungsional

3. Lingkungan masyarakat

Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam

lingkungan sosial yaitu:

a) Pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi.

b) Pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan

kemakmuran.

c) Pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas

masyarakat.

d) Pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk

mempermudah manusia.

e) Pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan

dalam pergaulan masyarakat.

25

Page 26: Makalah ip

Ki Hajar Dewantara mengelompokkan lingkungan belajar berdasarkan

kelembagaannya, lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

utama sebab didalam keluargalah kepribadian anak terbentuk. Keluarga

memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh semakin berkurang jika anwak semakin dewasa. Keluarga inilah

yang dikenal oleh anak sebagai kesatuan hidup bersama yang dikenal oleh

anak

2. Lingkungan Perguruan’Sekolah

Perguruan/sekolah atau balai wiyata adalah lingkungan

pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak

menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan berkepribadian mulia.

Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan negara, yayasan

atau swasta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Lingkungan Organisasi Pemuda

Pusat pendidikan yang ketiga adalah organisasi pemuda.

Organisasi pemuda bisa bersifat informal maupun bersifat formal yang

diusahakan oleh pemerintah maupun diusahakan oleh yayasan tertentu.

Lingkungan ini diharapkan mampu membina pemuda/pemudi melalui

pendidikan sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan dan perilaku

sosial.

26

Page 27: Makalah ip

I. Masalah Pendidikan

1. Kurikulum

Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu

berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja.

Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya

pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap

kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan

pendidikan yang kita tempuh.

2. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam

membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan

pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan

pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,

memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus,

pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Dengan

adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen

(PNS) agak lumayan. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta

dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan

pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf

ideal. Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403

PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan

kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen.

Namun, sejak 2007 pemerintahan telah mencanangkan program

sertifikasi guru yang akhirnya cukup mampu meningkatkan

kesejahteran guru. Guru yang telah bersertifikat mendapat tunjangan

lebih sehingga gajinya menjadi dua kali lipat.

3. Rendahnya Prestasi Siswa

27

Page 28: Makalah ip

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik,

kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun

menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika

dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.

Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003

(2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara

dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara

dalam hal prestasi sains. Apabila dibanding dengan negara-negara

tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala

internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi

IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational

Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan

membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-

rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0

(Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).

4. Kontoversi diselenggaraknnya UN

Perdebatan mengenai Ujian Nasional (UN) sebenarnya sudah

terjadi saat kebijakan tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran

2002/2003. Setidaknya ada empat penyimpangan dengan

digulirkannya UN. Pertama, aspek pedagogis. Dalam ilmu

kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap

(afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan,

yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai

penentu kelulusan. Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar,

misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional

pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan

berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan

28

Page 29: Makalah ip

standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.

Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik

dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN

mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada

pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah

melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan

evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan

tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam

mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok

standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada

tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Ini menimbulkan

kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa

dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-UN-kan di

sekolah ataupun di rumah. Keempat, aspek ekonomi. Secara

ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun 2005, dana

yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum

ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang

disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas

sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan

dibebani biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk

menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan

selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas

pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya

penyimpangan (korupsi) dana UN.

5. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan

perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan

penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.

Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi 29

Page 30: Makalah ip

tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang

tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak

memiliki laboratorium dan sebagainya.

6. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada

tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan

Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun

2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia

SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian

APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni

Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).

Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.

Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan

menghambat pengembangan sumber daya manusia secara

keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi

pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah

ketidakmerataan tersebut.

30

Page 31: Makalah ip

J. Pendidikan Sepanjang Hayat

I. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat

Arti lugas pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa

pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap

berlanjut sepanjang hidupnya.

Urgensi pendidikan sepanjang hayat terus menerus

menyesuaikan diri supaya dapat hidup secara wajar dalam lingkungan

masyarakat yang selalu berubah. Di sisi lain, pendidikan sepanjang

hayat adalah peluang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat

meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.

Hal yang menyebabkan keadaan lebih baik :

a) Majunya IPTEK.

b) Produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan

alat kerjanya.

c) Perubahan sosial yang berdampak pada majunya ilmu dan

teknologi.

II. Wadah Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan semua lembaga

pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan

perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu,

lembaga pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga yang sekama ini

kita kenal, yaitu :

a) Pendidikan Prasekolah

b) Pendidikan Luar Sekolah

c) Sumber informasi, baik berupa terbitan buku, majalah, atau

media massa baik cetak maupun sajian internet.

III. Ragam Pendidikan Sepanjang Hayat

a) Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan

b) Pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan bidang

kerjannya

31

Page 32: Makalah ip

c) Pendidikan untuk pengembangan atau peningkatan diri

d) Pendidikan untuk kebutuhan mental dan reaksional.

Daftar Pustaka

Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran. Bandung:

Kencana Prenada Media Group.

http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/landasan-filosofis-pendidikan/

http://mynamemirza.wordpress.com/2012/06/09/dasar-fungsi-tujuan-dan-asas-

pendidikan/

http://nofridayetti.blogspot.com/2012/11/makalah-pengantar-pendidikan.html

http://ndandaherjunot.blogspot.com/2012/02/bab-vi-isi-metode-alat-dan-

lingkungan.html

http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/01/makalah-lingkungan-pendidikan.html

http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

32