pengertian agama islam dan ruang lingkupnya
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
PENGERTIAN AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYAPENGERTIAN AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA
DEFINISI AGAMADEFINISI AGAMA
Islam merupakan Islam merupakan ad-dinad-din yang sering diartikan sebagai agama atau yang sering diartikan sebagai agama atau religionreligion dalam bahasa inggris dalam bahasa inggrisDalam kamus Dalam kamus An English Reader’s DictionaryAn English Reader’s Dictionary, A.S. Homby dan Parnwell mendefinisikan , A.S. Homby dan Parnwell mendefinisikan religionreligion::Belief in god as creator and control of universe Belief in god as creator and control of universe (Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pencipta dan (Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pencipta dan pengontrol alam semesta)pengontrol alam semesta)System of faith and worship based on such belief System of faith and worship based on such belief (sistem iman dan penyembahan berdasarkan atas (sistem iman dan penyembahan berdasarkan atas kepercayaan tertentu)kepercayaan tertentu)
PENGERTIAN AGAMAPENGERTIAN AGAMADr. Sidi Gazhalba mendefinisikan agama adalah:Dr. Sidi Gazhalba mendefinisikan agama adalah:
kepercayaan pada hubungan manusia dengan sesuatu yang kudus, dihayati sebagai hakikat yangkepercayaan pada hubungan manusia dengan sesuatu yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidupgaib, hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu.berdasarkan doktrin tertentu.
3 SISTEM AGAMA:3 SISTEM AGAMA:
Sistem kepercayaan kepada Tuhan (Sistem kepercayaan kepada Tuhan (CredoCredo))Sistem penyembahan kepada Tuhan (Sistem penyembahan kepada Tuhan (RitusRitus))Sistem nilai yang mengatur pola hubungan manusia kepada Tuhan dan kepada manusia (Sistem nilai yang mengatur pola hubungan manusia kepada Tuhan dan kepada manusia (normanorma))
TUJUAN BERAGAMATUJUAN BERAGAMA
Semua agama monotheisme mempunyai tujuan yang sama yaitu selamat, bahagia, sejahteraSemua agama monotheisme mempunyai tujuan yang sama yaitu selamat, bahagia, sejahtera kehidupan di dunia dan di akhirat (kehidupan di dunia dan di akhirat (sa’adatun fi ad-dunya wa al-akhirahsa’adatun fi ad-dunya wa al-akhirah))
MANFAAT BERAGAMAMANFAAT BERAGAMAAgama mendidik manusia untuk mempunyai pendirian yang kokoh dan sikap yang positifAgama mendidik manusia untuk mempunyai pendirian yang kokoh dan sikap yang positifAgama mendidik manusia supaya memiliki ketentraman jiwaAgama mendidik manusia supaya memiliki ketentraman jiwaAgama mendidik manusia supaya berani menegakkan kebenaran dan takut melakukan kesalahanAgama mendidik manusia supaya berani menegakkan kebenaran dan takut melakukan kesalahanAgama merupakan alat untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap materi.Agama merupakan alat untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap materi.
ALASAN MANUSIA BERAGAMAALASAN MANUSIA BERAGAMAKeterbatasan kemampuan manusiaKeterbatasan kemampuan manusiaMemberi santapan rohaniMemberi santapan rohaniMemenuhi tuntutan fitrahMemenuhi tuntutan fitrahMemelihara ketinggian martabat manusiaMemelihara ketinggian martabat manusiaAgama sumber kebenaran mutlakAgama sumber kebenaran mutlakAgama sebagai sumber moralAgama sebagai sumber moralAgama sebagai sumber prinsip-prinsip hidupAgama sebagai sumber prinsip-prinsip hidupAgama sebagai sumber hukumAgama sebagai sumber hukum
FUNGSI AGAMAFUNGSI AGAMA
Berfungsi edukasiBerfungsi edukasiBerfungsi penyelamatBerfungsi penyelamatBerfungsi sebagai pendamaianBerfungsi sebagai pendamaianBerfungsi sebagai sosial kontrolBerfungsi sebagai sosial kontrolBerfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritasBerfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritasBerfungsi sebagai transformatifBerfungsi sebagai transformatifBerfungsi kreatifBerfungsi kreatif
DEFINISI AD-DIINDEFINISI AD-DIIN
Kata Kata ad-diin ad-diin diulang sebanyak 92 kali dalam Al-Qur’an yang mengandung arti:diulang sebanyak 92 kali dalam Al-Qur’an yang mengandung arti:Sulthaanun ‘ulyaa Sulthaanun ‘ulyaa (kekuasaan tertinggi); digambarkan dalam QS. 42: 13 .(kekuasaan tertinggi); digambarkan dalam QS. 42: 13 .Manhaajul hayaahManhaajul hayaah (pedoman hidup); digambarkan dalam QS. 3: 19 (pedoman hidup); digambarkan dalam QS. 3: 19Al-Khudhuu’Al-Khudhuu’ (ketundukan); digambarkan dalam QS. 4: 146 (ketundukan); digambarkan dalam QS. 4: 146al-Jazaaal-Jazaa (balasan); digambarkan dalam QS. 39:73 atau neraka QS. 39:71 (balasan); digambarkan dalam QS. 39:73 atau neraka QS. 39:71
PENGERTIAN ISLAMPENGERTIAN ISLAM
Perkataan Islam berasal dari kata Perkataan Islam berasal dari kata aslama-yuslimaslama-yuslimu yang berarti berserah diri, patuh taat, tunduk padau yang berarti berserah diri, patuh taat, tunduk pada ajaran dan aturan islam itu sendiri, lihat dalam QS. Ali Imran: 83. ajaran dan aturan islam itu sendiri, lihat dalam QS. Ali Imran: 83. Perkataan Islam berasal dari kata Perkataan Islam berasal dari kata as-silmas-silm yang mengandung arti perdamaian, kerukunan, keamanan. yang mengandung arti perdamaian, kerukunan, keamanan. Lihat dalam QS. Muhammad: 35.Lihat dalam QS. Muhammad: 35.Perkataan Islam berasal dari kata Perkataan Islam berasal dari kata as-salamas-salam yang mengandung arti selamat, sejahtera dan bahagia. yang mengandung arti selamat, sejahtera dan bahagia. Lihat dalam QS. Az-Zumar: 73.Lihat dalam QS. Az-Zumar: 73.Perkataan Islam berasal dari kata Perkataan Islam berasal dari kata salimunsalimun yang berarti suci atau bersih. Lihat dalam QS asy-Syu’ara: yang berarti suci atau bersih. Lihat dalam QS asy-Syu’ara: 89.89.
KARAKTERISTIK AGAMA ISLAMKARAKTERISTIK AGAMA ISLAM
RabbaniyyahRabbaniyyah; yaitu agama yang tujuan akhirnya berhubungan baik dengan Allah (; yaitu agama yang tujuan akhirnya berhubungan baik dengan Allah (mardlotillaahmardlotillaah).).InsaniyyahInsaniyyah; agama yang sesuai dengan jiwa atau fitrah manusia; agama yang sesuai dengan jiwa atau fitrah manusiaSyumuliyyahSyumuliyyah: yaitu agama yang berlaku universal.: yaitu agama yang berlaku universal.WashatiyyahWashatiyyah; yaitu agama moderat.; yaitu agama moderat.
KERANGKA DASAR AGAMA ISLAMKERANGKA DASAR AGAMA ISLAM
Aqidah; yang berkaitan dengan kepercayaan kepada AllahAqidah; yang berkaitan dengan kepercayaan kepada AllahSyari’ah; yang berkaitan dengan aturan yang mengatur hubungan manusia kepada AllahSyari’ah; yang berkaitan dengan aturan yang mengatur hubungan manusia kepada AllahAkhlaq; yang berkaitan dengan nilai atau norma yang mengatur pola hubungan manusia kepadaAkhlaq; yang berkaitan dengan nilai atau norma yang mengatur pola hubungan manusia kepada Allah, kepada manusia dan kepada alam semestaAllah, kepada manusia dan kepada alam semesta
HUBUNGAN ANTARA AQIDAH, SYARI’AH DAN AKHLAQHUBUNGAN ANTARA AQIDAH, SYARI’AH DAN AKHLAQ
“Tidakkah engkau melihat (wahai Muhammad) bagaimana Allah mengemukakan satu perbandingan,“Tidakkah engkau melihat (wahai Muhammad) bagaimana Allah mengemukakan satu perbandingan, iaitu: kalimah yang baik adalah sebagai sebatang pohon yang baik, yang pangkalnya (akariaitu: kalimah yang baik adalah sebagai sebatang pohon yang baik, yang pangkalnya (akar tunjangnya) tetap teguh, dan cabang pucuknya menjulang ke langit. Dia mengeluarkan buahnyatunjangnya) tetap teguh, dan cabang pucuknya menjulang ke langit. Dia mengeluarkan buahnya
pada tiap-tiap masa dengan izin Tuhannya. Dan Allah mengemukakan perbandingan-perbandinganpada tiap-tiap masa dengan izin Tuhannya. Dan Allah mengemukakan perbandingan-perbandingan itu untuk manusia, supaya mereka beringat (mendapat pelajaran). Dan bandingan Kalimah yangitu untuk manusia, supaya mereka beringat (mendapat pelajaran). Dan bandingan Kalimah yang jahat dan buruk samalah seperti sebatang pohon yang tidak berguna yang mudah tercabut akar-jahat dan buruk samalah seperti sebatang pohon yang tidak berguna yang mudah tercabut akar-akarnya dari muka bumi; tidak ada tapak baginya untuk tetap hidup. Allah menetapkan (pendirian)akarnya dari muka bumi; tidak ada tapak baginya untuk tetap hidup. Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat;orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang berlaku zalim (kepada diri mereka sendiri); dan Allahdan Allah menyesatkan orang-orang yang berlaku zalim (kepada diri mereka sendiri); dan Allah berkuasa melakukan apa yang dikehendakiNya.” (QS. Ibrahim: 24-27)berkuasa melakukan apa yang dikehendakiNya.” (QS. Ibrahim: 24-27)
2.1 Pengertian Manusia
2.1.1 Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam
Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di
bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah,
urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda,
yang dihasilkan oleh otak.1[1] Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini
makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi
keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang
diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat
memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-
Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165). Karena
ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan Allah
menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat
Adz-Dzariyat (51) : 56.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(Adz-Dzariyat (51) : 56).
2.1.2 Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya.
Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum mengenal
lainnya.2[2]
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
12
Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak
bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan
sosial.
2.2 Asal Usul Manusia
2.2.1 Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan mengalami
percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi mahluk hidup di dunia
ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia merupakan hasil evolusi dari kera
yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu yang sangat lama. Dalam perjalanan
waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam. Semua mahluk hidup yang ada saat ini
merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos dari seleksi alam dan berhasil
mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami
perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas
teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu sel
sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama (evolusi).
Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari satu moyang
yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan oleh Charles
Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.3[3]
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis biawak/komodo
yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada. Jadi dapat kita
3
katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan
kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2.2.2 Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan dalam
kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia yang juga
digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Qur’an jika dipadukan dengan hasil penelitian ilmiah
menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu
enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum,
Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan
dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan
kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).4[4]
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia
mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal,
manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :
Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang lebih dari
pada dirinya.
Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah, sedih,
senang dll.
Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih sayang.
2.3 Proses Penciptaan Manusia
2.3.1 Penciptaan Manusia Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan mengenai
berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat menjadi subyek
pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan Tuhan, disertai
dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti, teks-teks semacam
itu hanya ada di dalam Al-Qur’an.
4
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di dalam
Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu ayat
yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita membuat
manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka menguasai ikan di laut, burung
di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi serta setiap makhluk yang melata di atas bumi’. 5
[5]
2.3.2 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda,
yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari
al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur
hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan
ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al
Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan
biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami
secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia
mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di
antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
A. Setetes Mani
5
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan
‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel
telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
B. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang
disebut ‘alaqah.
"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal
yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri
hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia
dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan
semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada
suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel
pada tubuh untuk menghisap darah.
C. Pembungkusan Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang
terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan
menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an
adalah benar kata demi katanya.6[6]
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar
tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
D. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-
Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu
ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-
baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya
dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).
2.4 Manusia dari Perspektif Al-Qur’an dan Al Hadist serta Iptek
Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Qur’an, sebagaimana dikutip Quraish
Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia
dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi,
kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat
melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena Allah ingin
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari
manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini
6
bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah
Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup
bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi,
mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai
fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam,
berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi
terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi
terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Al-Qur'an
menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi,
serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-
sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam
semesta, serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai
dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai
dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak
akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan
selalu mengingat-Nya.
2.5 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan
agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si
miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.7[7]
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk
tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta
pemanfaatan kegunaan alam.
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan. Secara
luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang
dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang
dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.
7