bab ii tinjauan pustaka a. pembahasan pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/bab ii.pdf16 bab ii...

28
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran dan Ciri-cirinya Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata “pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berati petunjuk yang diberikan kepada orang untuk diketahui atau dituruti, sedangkan “pembelajaran” merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan seseorang untuk belajar. Menurut Kimble dan Garmezy pembelajaran adalah suatu perubahan tingkah laku atau perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Selain itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran merupakan perolehan dari suatu mata pelajaran atau perolehan dari suatu keterampilan yang melalui pelajaran, pengalaman, atau dari suatu pengajaran. 20 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan hasil dari sebuah pelajaran, pengalaman, atau pengajaran yang dapat merubah perilaku seseorang yang relatif tetap. Siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. Pembelajaran terkait dengan membelajarkan peserta didik atau membuat peserta didik belajar dengan mudah melalui dorongan keinginan 20 M. Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. I, hlm. 18

Upload: others

Post on 06-Sep-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Pembelajaran dan Ciri-cirinya

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata

“pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berati petunjuk yang

diberikan kepada orang untuk diketahui atau dituruti, sedangkan

“pembelajaran” merupakan suatu proses, cara, atau perbuatan seseorang

untuk belajar. Menurut Kimble dan Garmezy pembelajaran adalah suatu

perubahan tingkah laku atau perilaku yang relatif tetap dan merupakan

hasil praktik yang diulang-ulang. Selain itu, Rombepajung juga

berpendapat bahwa pembelajaran merupakan perolehan dari suatu mata

pelajaran atau perolehan dari suatu keterampilan yang melalui pelajaran,

pengalaman, atau dari suatu pengajaran.20 Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan hasil dari sebuah pelajaran,

pengalaman, atau pengajaran yang dapat merubah perilaku seseorang

yang relatif tetap. Siswa dituntut untuk aktif mencari, menemukan,

menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan

suatu masalah.

Pembelajaran terkait dengan membelajarkan peserta didik atau

membuat peserta didik belajar dengan mudah melalui dorongan keinginan

20 M. Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana

dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),

Cet. I, hlm. 18

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

17

tersendiri untuk mempelajari yang sudah tertera dalam kurikulum dengan

menganalisa tujuan dan karakteristik pembelajaran isi pelajaran

pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya

dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan

cara-cara (metode, strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada

agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran).21

Karakteristik pembelajaran menurut Brown sebagai berikut:

a. Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.

b. Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.

c. Proses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan,

memori, dan organaisasi kognitif.

d. Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut

peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisme.

e. Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.

f. Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan

yang ditopang dengan imbalan dan hukum.

g. Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.22

Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk memproleh,

mengingat-ingat sebuah informasi yang melibatkan sistem penyimpanan,

dan juga melibatkan suatu perhatian aktif yang disadari siswa dengan

bertindak dan merespon dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri

siswa ataupun lingkungan.Pembelajaran membutuhkan sebuah proses

yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku.

Menurut Dimyati dan Mujiono pembelajaran adalah kegiatan dari

pendidik secara terencana dalam bentukpengajaran, untuk membuat

21Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail

Media Group, 2011), hlm. 9-10 22M. Thobroni dan Arif Mustofa, Op. Cit, hlm. 18-19.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

18

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.23Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia ikut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan

satuan khusus dari pendidikan.24

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan,

maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja

b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses

dilaksanakan

d. Pelaksanaanya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun

hasilnya.25

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran menurut Oemar Hamalik yang

mengemukakan bahwa ada tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran,

yaitu:

a. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur

yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu

rencana khusus.

b. Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur “sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan”. Tiap unsur

bersifat esensial, dan masing masing memberikan

sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Seperti sistem transportasi, sistem komunikasi,

sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan.26

23Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 62 24Ibid., hlm. 61 25Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2011), hlm. 12-13 26Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 66

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

19

Proses kegiatan pembelajaran dirancang melalui proses pendidikan

secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peranan utama,

oleh karena itu proses pembelajaran tidak hanya sekedar transfer ilmu dari

pendidik kepada peserta didik, melainkan suatu proses kegiatan yaitu

terjadinya interaksi antar pendidik dan peserta didik serta antar para

peserta didik dalam tercapainya kompetensi dasar.27

2. Komponen Pembelajaran

Komponen-komponen dalam pembelajaran dapat dikelompokkan

dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan

siswa. Hubungan dari tiga komponen utama yang melibatkan metode

pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat

belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan

terjadinya tujuan pembelajaran yang sudah terencana sebelumnya.28

Adapun komponen dalam pembelajaran meliputi:

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa

yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Tujuan pembelajaran

sudah tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara

profesional.

27Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), hlm. 265-266 28Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), hlm. 3

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

20

Menurut H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah tujuan yang

menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil

pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang

dapat diamati dan diukur.29

Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah

rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa

sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan

dengan berhasil. Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan

dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan

sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu

sendiri.30

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan

pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus

dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang

dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa.

b. Bahan pelajaran

Pada dasarnya bahan pelajaran merupakan substansi yang akan

disampaikan dalam proses belajar mengajar secara interaktif.Bahan

pelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum, yakni berupa

mata pelajaran atau bidang studi dengan topik atau sub topik dan

rinciannya.Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam bahan

pelajaran yang dipelajari oleh siswa.31 Tanpa adanya bahan pelajaran

proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, pendidik yang

29Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 58 30B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 23 31Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 200), Cet. I, hlm.

17

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

21

akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan

pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Beberapa kriteria pemilihan materi yang akan dikembangkan dalam sistem

pembelajaran dan yang mendasari penentuan strategi pembelajaran, yaitu:

1) Kriteria tujuan pembelajaran

Suatu materi pembelajaran yang terpilih dimaksudkan

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-

tujuan tingkah laku. Oleh sebab itu, materi tersebut harus

sesuai dengan yang sudah dirumuskan agar sejalan dengan

tujuan pembelajaran tersebut.

2) Materi pembelajaran supaya terjabar

Perincian dalam materi pembelajaran berdasarkan pada

tuntutan dimana setiap tujuan pembelajaran khusus yang

dijabarkan telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan

terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara

spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pembelajaran.

3) Relavan dengan kebutuhan peserta didik

Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin

berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena

setiap materi pembelajaran yang akan disajikan hendaknya

sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa

secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah

pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

22

4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat

Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat

yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi

pembelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka

memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi

perkembanga mereka menjadi manusia yang mudah

menyesuaikan diri.

5) Materi pembelajaran mengandung segi etik

Materi pembelajaran yang dipilih hendaknya

mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.

Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari

materi pelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk

mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai

dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

6) Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan

yang sistematik dan logis.

Setiap materi pembelajaran disusun secara bulat dan

menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu

topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan

mempertimbangkan faktor perkembangan psikologi siswa.

Dengan cara ini diharapkan sisi materi tersebut akan lebih

mudah diserap siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

23

7) Materi pembelajaran bersumber dari buku sumber yang baku,

pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.

Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memilih

materi pembelajaran. Buku sumber yang baku umumnya

disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun

berdasarkan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang

berlaku, meskipun belum tentu lengkap sebagaimana yang

diharapkan.32

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa materi

pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang sangat

penting. Tanpa materi pembelajaran proses pembelajaran tidak

dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, materi pembelajaran yang

dipilih harus sistematis, sejalan dengan tujuan yang telah

dirumuskan, terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai

dengan kondisi masyarakat sekitar, mengandung segi-segi etik,

tersusun dalam ruang lingkup yang logis, dan bersumber dari

buku.

c. Metode pembelajaran

Metode merupakan cara untuk memudahkan peserta didik dalam

mencapai sebuah kompetensi tertentu. Atau dapat juga diartikan

sebagai suatu cara yang digunakan yang digunakan untuk menerapkan

sebuah rencana yang sudah disusun dalam suatu kegiatan yang nyata

32Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 222-224

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

24

agar tujuan yang disusun terlaksana secara optimal.33 Dalam hal ini,

guru harus memperhatikan beberapa faktor dalam menerapkan sebuah

metode pembelajaran yaitu diantaranya: guru harus mengetahui tujuan

dalam pembelajaran, materi pembelajaran, kondisi siswa, kondisi

fasilitas, dsb. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut,

diharapkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik.

d. Media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam

menyampaikan isi materi dalam suatu pembelajaran, yang terdiri dari

buku, tape-recorder, kaset, video camera, video recorder, slide

(gambar bingkai), foto, film, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Dengan kata lain media pembelajaran merupakan sumber belajar yang

mengandung materi siswa untuk belajar.34 Media pembelajaran

merupakan alat atau peralatan yang digunakan untuk menyampaikan

suatu materi pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Jenis-jenis media pembelajaran sangatlah beragam dan juga

mempunyai suatu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka

guru harus dapat memilih sebuah media pembelajaran dengan tepat

sesuai dengan kebutuhan agar proses belajar mengajar berjalan

dengan efektif.

33Mulyana, Strategi Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), hlm. 81 34Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 5,

hlm. 3

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

25

e. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang menciptakan atau

memeprtahankan kondisi yang optimal untuk terjadinya proses belajar

dan mengajar yang efektif.35 Pengelolaan kelas merupakan tempat yang

telah ditata dengan baik agar menciptakan kesan yang positif pada diri

siswa, sehingga siswa menjadi lebih senang dan nyaman dalam belajar.

f. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan sebuah data untuk mengukur sejauh mana

keberhasilan peserta didik dalam belajar, dan sejauh mana

keberhasilan pendidik dalam mengajar. Tujuan evaluasi sendiri

bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang membuktikan tingkat

kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan

dalam belajar. Pendidik juga dapat menilai aktifitas atau pengalaman

yang didapat, dan juga menilai metode mengajar yang diterapkan.36

Evaluasi yang diberikan oleh guru mempunyai banyak kegunaan

baik bagi peserta didik, maupun guru itu sendiri. Hasil tes yang

diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan bagi peserta didik,

diantaranya:

1) Mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi

pembelajaran yang disajikan oleh guru.

2) Mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa,

sehingga dia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai

upaya perbaikan.

35Akhmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 143 36Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), Cet. 7.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

26

3) Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan

menjadi dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik.37

Evaluasi merupakan penilaian terhadap kemajuan siswa dalam

melaksanakan proses belajar. Dengan adanya evaluasi pembelajaran,

dapat memudahkan pendidik untuk mengetahui hasil dari keberhasilan

dalam pembelajran dari peserta didiknya. Oleh karena itu, evaluasi

pembelajaran harus disusun dengan tepat, sehingga dapat menilai

kempampuan peserta didik dengan tepat.

g. Peserta didik

Peseerta didik adalah salah satu komponen inti dari pembelajaran,

karena inti dari pembelajaran adalah kegiatan belajar peserta didik dalam

mencapai suatu tujuan. Menurut Kimble dan Garmezy Perubahan sikap

dan peilaku peserta didik dalam belajar relatif permanen. Dengan

demikian hasil belajar dapat dibuktikan dengan adanya kemampuan

melakukan sesuatu yang relatif permanen dan diualang-ulang dengan

hasil yang relatif sama. Peserta didik perlu memiliki sikap disiplin belajar

dengan melakukan latihan dan memperkuat dirinya untuk selalu patuh,

dan mempertinggi daya kendali diri, agar kemampuan yang diperoleh

dapat diualang-ulang dengan hasil yang relatif sama.38

Dapat disimpulkan bahwa, peserta didik merupakan komponen inti

dalam pembelajaran, maka sudah diharuskan bagi peserta didik untuk

memiliki sikap disiplin belajar yang tinggi. Peserta didik yang memiliki

37Sumiati dan Asra, Op. Cit., hlm. 200 38Ibid, hlm. 38

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

27

sikap disiplin yang tinggi, akan terbiasa untuk selalu patuh dan

mempertinggi daya kendali diri, sehingga kemampuan yang telah

diperoleh peserta didik dapat diulang-ulang dengan hasil yang relatif sama.

h. Pendidik

Pendidik merupakan figur yang menarik perhatian semua orang

baik dalam keluarga, dalam masyarakat maupun di sekolah. Guru

dilihat sebagai seorang yang kharismatik, karena jasanya yang banyak

mendidik manusia dari dulu hingga sekarang.39

Secara umum tugas seorang pendidik adalah sebagai fasilitator,

yang bertugan menjadikan keadaan yang dapat memungkinkan untuk

terjadinya proses belajar bagi peserta didik. Dalam menjalankan

tugasnya sebagai fasilitator, ada dua tugas yang harus dikerjakan oleh

seorang pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua

tugas tersebut yaitu tugas untuk mengelola kelas, dan mengelola

pembelajaran.40

Pendidik sebagai pengelola kelas, yaitu pendidik bertugas untuk

menjadikan suasana kelas yang memungkinkan terjadinya

pembelajaran yang efektif. Sedangkan, pendidik sebagai pengelola

pembelajaran, yaitu pendidik bertugas untuk menjadikan kegiatan

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara optimal.

39Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2009), hlm. 100 40Suciati, dkk, Belajar dan Pembelajaran 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.

253

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

28

Dapat disimpulkan bahwa, pendidik merupakan komponen utama

yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena tugas seorang

pendidik bukan hanya sebagai fasilitator, melainkan seorang pendidik

harus dapat mengelola kelas dan juga mengelola pembelajaran agar

tercipta pembelajaran yang efektif.

B. Penerapan Pembelajaran Bersistem Full Day School

1. Landasan Yuridis Dari Penerapan Pembelajaran Full Day school

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr.

Muhadjir Effendy mewacanakan gagasan full day school (sekolah

sepanjang hari). Program ini merupakan perantara penyampaian dari visi

Presiden Joko Widodo dalam bidang pendidikan yang tercantum dalam

Nawacita atau 9 agenda preoritas Presiden dan Wakil Presiden yaitu salah

satunya tentang pentingnya pembentukan karakter terutama pada level

pendidikan dasar yaitu SD dan SMP.41

6 September 2017, Presiden Joko Widodo resmi menerbitkan dan

telah menandatangani Peraturan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87

Tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter, menggantikan Permendikbud

Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah yang sempat menjadi gagasan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sekolah

sepanjang hari (Full Day School) untuk SD dan SMP Negeri maupun

swasta. Namun, peraturan presiden tersebut tidaklah wajib untuk

41https://www.pwmu.co/penjelasan-lengkap-mendikbud-tentang-pro-kontra-full-day-

school. diakses pada 13 September 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

29

mengatur pendidikan selama 8 jam dalam 1 hari, atau 5 hari seminggu

untuk kegiatan pendidikan. Dalam Perpres sifatnya menjadi opsional bisa

6 hari atau 5 hari.42 Mendikbud Muhadjir Effendy juga pernah

menyampaikan bahwa full day school bukan berarti belajar sehari penuh,

tetapi memastikan peserta didik mengikuti penanaman pendidikan

karakter. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

mengatakan melalui media yang dimuat di hukumonline.com bahwa:

Full day school ini tidak berarti peserta didik belajar seharian penuh di

sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti

kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler. Saat ini sistem belajar tersebut masih dalam

pengkajian lebih mendalam. 43

Hal ini sesuai dengan pasal 9 ayat 3 dalam Perpres yang menyatakan:

"Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), satuan pendidikan dan Komite/Sekolah Madrasah

mempertimbangkan: a) kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan; b)

ketersediaan sarana dan prasarana, c) kearifan lokal, dan d) pendapat

tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar Komite Sekolah atau

Madrasah.44

Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter

yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah

tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta

didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga

dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan

42https://www.nasional.compas.com/jokowi-perpres-pendidikan-karakter-bentengi-anak-

dari-budaya-luar diakses pada 13 September 2017

43https://hukumonline.com/berita/baca/menelaah-wacana-full-day-school-perlu-dikaji

diakses pada tanggal 12 Sepetmber 2017. 44https://www.slideshare.net/perpres-872017 diakses pada tanggal 12 September 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

30

masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental

(GNRM).45

Menurut dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada

hari Rabu tanggal 6 September 2017, Presiden Joko Widodo resmi

menerbitkan dan telah menandatangani Peraturan Peraturan Presiden

(Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter. Dalam

pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi semua sekolah untuk menerapkan 5

hari sekolah sesuai dengan pasal 9 ayat 3 dalam Perpres. Dalam perpres

telah disebutkan bahwa penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya

disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab

satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik.

2. Landasan Filosofis Penerapan Pembelajaran Full Day School

Bapak Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa

Presiden Joko Widodo telah berpesan kepada Mendikbud bahwasannya

kondisi yang ideal dalam pembentukan karakter adalah pada saat berada

dalam taraf pendidikan dasar. Menurut Presiden, peserta didik pada

tingkat Sekolah Dasar (SD) perlu mendapatkan pendidikan karakter 80

persen dan 20 persennya yaitu ilmu pengetahuan, sementara pada tingkat

SMP yaitu 60 persen pendidikan karakter dan 40 persennya pengetahuan.

Menurut Bapak Muhadjir selaku Mendikbud program ini sekaligus

untuk mengantisipasi akan adanya waktu kosong antara jam peserta didik

pulang ke rumah dengan jeda ketika peserta didik menunggu orang tua

45https://www.setkab.go.id./inilah-materi-perpres-no-87-tahun-2017-tentang-penguatan-

pendidikan-karakter diakses pada tanggal 12 September 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

31

mereka pulang dari kerja. Menurut Bapak Muhadjir waktu kososng yang

seperti itu sangatlah rawan adanya pengaruh-pengaruh negatif terhadap

anak. misalnya seperti anak keluar dari sekolah itu berarti bukan

tanggungjawab sekolah tapi juga belum sampai di keluarga juga. Itulah

tempat untuk berbagai pengaruh seperti narkoba, ajaran-ajaran ekstrim,

bahkan termasuk kekerasan terhadap anak.

Penerapan full day school juga dapat membantu orangtua dalam

membimbing anak tanpa mengurangi hak anak. Menurut Mendikbud para

orang tua setelah pulang kerja dapat menjemput buah hati mereka di

sekolah. Orang tua dapat merasa aman, karena anak-anak mereka tetap

berada di bawah bimbingan guru selama mereka di tempat kerja. Peran

orang tua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga,

dengan begitu komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga, dan

ikatan emosional juga tetap terjaga.

Upaya menerapkan pendidikan karakter diharuskan lingkungan

sekolah untuk memiliki suasana yang menyenangkan. Usai belajar

hendaknya para peserta didik dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

yang menyenangkan, dan membentuk karakter, kepribadian, serta

mengembangkan potensi mereka. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Muhadjir Effendy akan mengkaji masukan-masukan dari masyarakat,

termasuk kondisi sosial dan geografis mana saja yang memungkinkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

32

sistem belajar tersebut diterapkan. Misalnya, di daerah mana saja yang

orangtuanya sibuk, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah.46

Menurut Nasrullah Kepala Humas UMM dan juga kini merangkap

sebagai staf khusus Mendikbud, menjelaskan bahwa kegiatan

ekstrakulikuler yang menyennagkan dan yang dapat membentuk karakter

dan kepribadian peserta didik bisa berupa pramuka, atau palang merah

remaja. Adanya tambahan belajar atau semacam les, kursus tambahan dari

sekolah itu juga dapat dimasukkan, namun porsi pembentukkan karakter

yang didapat akan berpeluang lebih besar. Selain itu, dengan adanya

program full day shcool, ikatan dan semangat espirit de corp antar peserta

didik pun akan terjalin dengan baik, seperti kesetiakawanan dan toleransi.

Di sekolah, peserta didik akan kerap makan siang bersama-sama sehingga

keakraban akan lebih terjalin.47

3. Pengertian Full Day School

Full Day School berasal dari bahasa Inggris yakni dari kata full day

dan school. Full day sendiri berartikan hari penuh dan school berartikan

sekolah.48Full day school berati sekolah sepanjang hari atau proses belajar

mengajar yang dilakukan se4harian penuh mulai pukul 06.00 sampai pukul

15.00 WIB. Waktu istirahat dari sekolah yang bersistem full day school

ada 2 jam sekali, dengan begitu sekolah dapat dengan leluasa mengatur

jadwal pelajaran yang disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan juga

46https://nasional.indonews.com. Diakses pada tanggal 12 September 2017 47https://www.pwmu.co/penjelasan-lengkap-mendikbud-tentang-pro-kontra-full-day-

school. diakses pada 13 September 2017 48Jhon M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

2009), hlm. 260.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

33

ditambah dengan pendalaman materi.49 Full day school yang dimaksud

adalah program dari sekolah yang mana proses pembelajarannya dilakukan

sehari penuh di sekolah. Kebijakan seperti itu membuat peserta didik

menghabiskan waktunya lebih lama di sekolah daripada di rumah. Peserta

didik dapat berada di rumah lagi ketika sore hari.

Sekolah yang bersistem full day school proses belajar mengajar

yang diberlakukan dari pagi sampai sore yang berarti kegiatan peserta

didik satu hari penuh hampir seluruhnya dihabiskan didalam sekolah,

mulai dari belajar, bermain, ibadah, dan makan dijadikan satu dalam

sistem pendidikan. Sistem full day school bukan berarti mengekang

peserta didik untuk tidak bermain dan terus menerus belajar, melainkan

dalam full day school terdapat metode dan media dalam pembelajaran,

metode dan media dalam pembelajaran yang dibawakan oleh pendidik

yang dikemas dengan semenarik mungkin sehingga dapat menghilangkan

rasa bosan peserta didik saat menerima materi pelajaran.50

Sistem full day school peserta didik mendapatkan keuntungan

akademik dimana dengan lamanya waktu belajar peserta didik dapat

menambah pengalaman dan keuntungan secara sosial. Full day school

dapan memberikan waktu belajar yang lebih banyak daripada bermain. Hal

ini membuat peserta didik lebih dekat dengan guru, peserta didik juga

menunjukkan sikap yang lebih positif, karena hampir tidak ada waktu

luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian

49Baharudin, Pendidikan dan Psikologi perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruuz Media,

2009), 227. 50Iwan Kuswandi, Full Day School dan Pendidikan Terpadu,

http://iwankuswandi.wordpress.com di akses 05 Agustus 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

34

peserta didik berada didalam sekolah dan juga dalam pengawasan guru.

Manurut Sehudin (dalam jurnal Ida Nurhayati Setiyarini) mengatakan bahwa

garis-garis besar program full day school adalah sebagai berikut:

a. Membentuk sikap yang islami:

1) Pembentukan sikap islami

a) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam, dan ihsan

b) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela

c) Kecintaan Allah dan Rasulnya

d) Kebanggaan terhadap Islam dan senantiasa memperjuangkan.

2) Pembiasaan berbudaya Islam

a) Gemar beribadah

b) Gemar belajar.

c) Disiplin.

d) Kreatif

e) Mandiri.

f) Hidup sehat dan bersih.

g) Beradab Islam

3) Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

1. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan.

2. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari.

3. Mengetahui dan terampil baca Tulis Al-Qur’an.

4. Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-

hari.51

4. Tujuan Full Day School

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan sistem full day

school pada sekolah menjadi sebuah solusi bagi orang tua untuk

menghindarkan anak didiknya terhadap pengaruh sosial yang menyimpang

yang banyak dilakukan oleh sebagian besar dari kalangan remaja saat ini.

Hal inilah yang menjadikan motivasi sebagai para orang tua mencari

51Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, Penerapan Sistem Pembelajaran Fun & Full Day School

untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik SDIT Al Islam Kudus, Jurnal Teknologi

Pendidikan dan Pembelajaran, (Vol 2, No. 2, April/2014), hlm 237-239.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

35

tempat pendidikan (sekolah) yang formal sekaligus mampu memberikan

kegiatan-kegiatan yang positif (informal) pada anak didik.52

Tujuan full day school adalah untuk memberikan dasar yang kuat

untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan Intelegensi

Question (IQ), Emotional Quotient (EQ),Spiritual Quotient (SQ).

Kurikulum yang dibentuk untuk mencapai masing-masing bagian dari

perkembangan ini yaitu untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup

integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik).

a. Kecerdasan intelektual (IQ)

Perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan

mendapat perhatian yang banyak dalam kalangan psikolog. Hal ini

disebabkan karena kecerdasan dianggap sebagai suatu norma yang

menentukan perkembangan kemampuan dan pencapaian yang optimal

dari hasil belajar peserta didik di sekolah. Dengan mengetahui

kecerdasan peserta didik di sekolah dapat mempermudah menentukan

kategori peserta didik sebagai peserta didik yang cerdas atau pandai

(genius), sedang, atau bodoh (idiot).53

Kecerdasan intelektual (IQ) didefinisikan sebagai:

1) kemampuan untuk bekerja dengan abstraksi (ide, simbol,

prinsip hubungan, konsep dan prinsip)

2) kemampuan untuk belajar dan menggunakan abstraksitersebut

52Baharuddin, Op., Cit, hlm. 229-230 53Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

hlm.163

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

36

3) kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk masalah

yang baru.54

Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kemampuan untuk bekerja

dan belajar dengan abstrak seperti ide, simbol, prinsip hubungan,

konsep, dan prinsip. Peseta didik mampu menyelesaikan masalahnya

dengan baik, maka itu termasuk masalah yang baru yaitu kemajuan

dalam kognitif peserta didik.

b. Kecerdasan emosional

Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosiaonal merupakan

kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,

kemampuan dari memotivasi diri sendiri dan perasaan mengendalikan

emosi baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan orang lain.

Kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang berbeda-beda

tetapi tetap saling melengkapi dengan kecerdasan akademik, yakni

kemampuan-kemapuan kognitif yang diukur dengan IQ. Daniel

Goeman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima

komponen yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3)

motivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, (5) membina

hubungan.

Mengamati dari lima komponen kecerdasan emosional diatas,

dapat dipahami bahwa kecerdasan emosional sangat dibutuhkan pada

setiap orang untuk mencapai sebuah kesuksesan, baik dibidang karir,

akademis, maupun dalam kehidupan sosial. Belakangan ini beberapa

54M. Hariwijaya, Tes EQ Tes Kecerdasan Emosional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), Cet. 1, hlm.7.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

37

ahli dalam tes kecerdasan telah menemukan bahwa banyak peserta

didik yang mempunyai IQ tinggi (cerdas) dapat mengalami kegagalan

dalam karir, akademis, dan kehidupan sosialnya. Berdasarkan fakta

tersebut para ahli tes kecerdasan menganggap bahwa faktor IQ hanya

dianggap memberikan 20% dalam keberhasilan masa depan anak atau

peserta didik. Sejumlah penelitian terbaru mengemukakan tentang otak

manusia semakin memperkuat keyakinan bahwa emosi berpengaruh

besar untuk menentukan keberhasilan anak atau peserta didik.55

c. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual secara bahasa yang terdiri dari dua kata yaitu

“kecerdasan” dan “spiritual”. Cerdas berartikan sempuran, cepat

mengerti, perkembangan akal budi, ketajaman pemikiran, dapat

memecahkan masalah, dan sebagainya.56 Sedangkan spiritual adalah

yang berhubungan dengan spirit atau jiwa.57

Nilai-nilai spiritual telah terkandung dalam diri seorang manusia

sejak manusia dilahirkan, dan semakin dapat dirasa ketika menginjak

usia dewasa. Setiap manusia mempunyai nilai spiritual dan untuk

mengembangkannya tergantung pada potensi dan usaha dari manusia

itu sendiri. Nilai spiritual ini bisa berupa rasa kasih sayang, kreativitas,

dan kejujuran.

55Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.

171-172 56W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1999), cet-ke 16, hlm. 210. 57H.M. Hafi Anshari, Kamus Psichologi , (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm. 653

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

38

Menurut Ary Ginanjar kecerdasan spiritual (SQ) merupakan

kemampuan untuk memberi makna dan nilai-nilai agama terhadap

perilaku, dan kegiatan, melalu ilangkah dan pemikiran yang bersifat

fitrah, menjadi manusia yang hanif (seutuhnya) dan pola pemikiran

yang berperinsip kepada Allah SWT.58

Adapun menurut Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan

kecerdasan spiritual merupakan:

Kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna nilai, yaitu kecerdasan

untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas

dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibanding denganyang lain.59

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spiritual merupakan kecerdasan yang dapat memberikan makna sebuah nilai-

nilai keagamaan untuk menempatkan perilaku dan kegiatan yang berupa

keagamaan. Kecerdasan untuk memecahkan suatu permasalahan yang

mengandung nilai-nilai kagamaan, seperti memiliki kecerdasan untuk bisa

menilai atas tindakan seseorang itu sendiri yang lebih berarti ketimbang yang

lain.

Pelaksanaan sistem full day school secara keseluruhan mengarah

pada beberapa tujuan yaitu:

1) Pembinaan spiritual inteligensi peserta didik melalui

penambahan materi-materi agama dan kegiatan keagamaan

sebagai dasar dalam bersikap dan berprilaku.

58Ary ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQPOWER Sebuah Inner

Journey Melalui Ihsan, (Jakarta: agra, 2004), cet. Ke-3, hlm. 15. 59Danah Zohar, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalamBerpikir Integralistik dan

Holistik untuk Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti dkk, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 4.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

39

2) Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan moral peserta

didik di samping mengasah otak agar terjadi keseimbangan

antara kebutuhan jasmani dan rohani agar terbentuk

kepribadian yang utuh.

3) Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi

pelajaran yang telah ditetapkan oleh Diknas sesuai jenjang

pendidikan.

4) Memberikan pengayaan pengalaman melalui pembiasaan-

pembiasaan hidup yang baik untuk kemudian diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.60

Full day school tidak hanya mengembangkan mutu pendidikan,

melainkan full day school lebih mengutamakan upaya

pembentukan akidah dan akhlak peserta didik dan niali-nilai yang

positif lainnya. Full day school juga memberikan dasar yang kuat

dalam belajar dari beberapa aspek yaitu: emosional, fisik,

intelektual, dan sosial. Asep saifudin mengatakan bahwa dengan

adanya sistem atau program full day school sekolah dapat lebih

intensif dan optimal untuk mengembangkan pendidikan kepada

peserta didik, terutama dalam pembentukan akhlak dan

akidahnya.61 Jadi, tujuan dari pelaksanaan full day school untuk

memberikan dasar yang kuat terhadap peserta didik untuk

60Iwan Kuswandi, Op., Cit, di akses 12 Agustus 2017 61Muhammad Seli, Metode pembelajaran pendidikan agama islam dalam full day school

di sekolah alam bilingual Madrasah tsanawiyah surya buana Lowokwaru malang, Skripsi, 2009,

dalam http://etheses.uin-malang.ac.id, di akses 05 Agustus 2017, hlm. 62-63

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

40

mengembangkan minat bakat serta meningkatkan kecerdasan

peserta didik dari bebererapa aspek baik dalam nilai-nilai

keagamaannya maupun nilai-nilai positif yang lainnya.

5. Model Pembelajaran Bersistem Full Day School

Pembelajaran full day school yang diterapkan lebih lama di sekolah,

bukan hanya menambah materi ajar dan penambahan waktu ajar oleh

depdiknas seperti yang ada pada kurikulum, melainkan tambahan jam

sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan

metode pembelajaran yang kreatif untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan, pembinaan mental, moral, dan jiwa peserta didik. Konsep

dasar dari full day school adalah Integrated Curriculum dan Integrated

Activity.62 Model ini merupakan upaya meningkatkan religiusitas peserta

didik sehingga kurikulum yang digunakan terdapat perpaduan antara

pelajaran umum dari pemerintah dan pelajaran tambahan yang dapat

mewujudkan visi dan misi sekolah.

Full day school yang diterapkkan oleh sekolah dapat diharapkan

memberikan pelajaran yang bermutu, membentuk akhlak peserta didik

lebih baik, serta prestasi yang didapat lebih maksimal. Adapun prestasi

yang dimaksud terletak tiga ranah adalah:

a. Prestasi yang bersifat kognitif

Prestasi yang bersifat kognitif dari peserta didik seperti kemampuan

peserta didik dalam mengingat, mengamati, memahami, menerapkan,

62Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, Op., Cit, hlm, hlm. 238

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

41

membuat analisa, dan lain sebagainya. Kesimpulannya, ketika peserta

didik berhasil memahami, atau dapat mengingat mata pelajaran yang

diberikan minggu lalu, berarti peserta didik tersebut berhasil dalam

sifat kognitifnya.

b. Prestasi yang bersifat afektif

Prestasi yang bersifat afektif dari peserta didik seperti sikao menerima,

memberikan respon, dapat bersikap untuk menghargai siapapun.

c. Prestasi yang bersikap psikomotorik

Prestasi yang bersifat psikomotorik dari peserta didik yaitu mencakup

keterampilan bertindak dan bergerak. Contohnya ketika peserta didik

menerima pelajaran tentang adab berperilaku terhadap orang lain atau

yang lebih tua, maka peserta didik tersebut dapat

mengimplementasikannya dengan baik maka peserta didik tersebut

berhasil dalam ranah psikomotoriknya.63

Kurikulum yang digunakan dalam full day school adalah

pengintegrasian kurikulim pendidikan umum dan agama. Pendidikan

umum dan agama diberikan sama rata atau seimbang, tidak lebih

mengutamakan pendidikan umum, maupun pendidikan agama. Pendidikan

umum juga diperkaya dengan perspektif agama,dan pendidikan agama

dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik dapat diharapkan untuk

mengetahui sesuatu untuk tujuan, manfaat dan maslahat, dan dapat

mengamalkan keimanan dengan ilmu pengetahuan yang luas.

63Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), hlm. 154-156.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

42

Menurut Fahmi Alaidroes format full day school meliputi beberapa

aspek yaitu :

a. Kurikulum yaitu mengintegrasikan atau pemaduan program

pendidikan umum dan agama. Dengan memadukan kurikulum umum

dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar diharapkan

peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh.

b. Kegiatan belajar mengajar yaitu dengan mengoptimalisasikan

pendekatan belajar berbasis Active Learning siswa mesti dirangsang

untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas.

c. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal

(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator

pendidikan para peserta didik.

d. Iklim sekolah, yaitu lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola

perilaku dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka

nilai-nilai Islam yang syar’i maupun kaumi, nilai Islam yang syar’i

melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan

akhlakul karimah. Sedangkan nilai Islam yang berwujud kaumi dalam

pola penataan lingkungan yang sesuaidengan hukum-hukum alam.64

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa model dari full day school

adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Maka,

berbagai cara dan metode dikembangkan terutama dalam nilai-nilai

keagamaan dengan memadukan kurikulum umum dan agama. Penerapan

full day schooljuga mengembangkan kreativitas yang mencakup tiga ranah

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sistem full day school dapat dikatakan bahwa sistem ini merupakan

sebuah sistem yang dilakukan secara sadar untuk mengatur tindak belajar

yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasikan dengan cara yang

menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan meskipun

mereka sedang belajar seharian. Full day school diterapkan diterapkan

64DR. Fahmy Alaydroes, Psi, MM, Med, Pelaksanaan full day school di SD,

http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-school-di-

sd.html. diakses pada tgl 27 Agustus 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran ...eprints.umm.ac.id/39120/3/BAB II.pdf16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Pembelajaran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembelajaran

43

oleh sekolah yang diharapkan dapat memberikan pelajaran yang bermutu,

membentuk akhlak peserta didik menjadi lebih baik, serta prestasi yang

diperoleh dengan maksimal.65 Menurut Basuki (dalam jurnal Lisnawati

Soapatty) ada beberapa unsur dalam penerapan pembelajaran full day

school:

a. Pengaturan jadwal mata pelajaran untuk ketertiban belajar mengajar.

b. Strategi pembelajaran yaitu pola umum yang mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

c. Saran dan prasarana yang memadai yaitu media pembelajaran yang

merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam prosespembelajaran

untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran serta komponen

yang terdapat dalam pembelajaran seperti fasilitas belajar, buku

belajar, sumber belajar, alat pelajaran atau bahan pelajaran.66

Berdasarkan unsur-unsur dalam penerapan pembelajaran full day

schoolmaka dapat disimpulkan bahwa unsur yang menunjang dalam

penerapan full day school yaitu adanya pengaturan jadwal yang baik,

pembelajarannya harus memiliki strategi yang sangat baik dalam

melakukan proses pembelajaran, fasilitas yang menunjang serta menggali

lebih dalam lagi tentang materi yang akan dan yang sudah diberikan.67

65Lisnawati Soapatty, Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School)

Terhadap Prestasi Akdemik Siswa Jati Agung Sidoarjo, Jurnal Kajian Moral dan

Kewarganegaraan (vol,2. No.2 Tahun 2014), hlm. 721 66 Ibid, hlm. 721 67Ibid, hlm. 721