pengendalian gulma pada padi sawah secara...

117
Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi 1 1. PENDAHULUAN Tri Sudaryono Latar Belakang Masalah utama perberasan nasional adalah memulihkan pertumbuhan dan stabilitas produksi padi, sehingga terjadi percepatan produksi (Simatupang, 2001). Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya padi sawah, semakin kompleks. Hal ini merupakan akibat dari berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan. Konversi lahan produktif tidak dapat dihindarkan dan bahkan secara nasional diperkirakan lajunya mencapai 100.000 ha/tahun. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang saat ini telah mencapai lebih dari 220 juta orang dengan tingkat konsumsi beras 135 kg per kapita per tahun, swasembada beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan dan stabilitas nasional (Departemen Pertanian, 2008). Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri, pada tahun 2007 pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Peningkatan produksi beras melalui program P2BN diupayakan melalui peningkatan produktivitas padi dengan mengandalkan penerapan inovasi teknologi. Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) telah teruji kemampuannya meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi. Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2007). Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan input melalui penerapan PTT padi sawah. SL-PTT Padi SL-PTT adalah program strategis Deptan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. PTT adalah

Upload: hatu

Post on 27-Mar-2018

230 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    1

    1. PENDAHULUAN

    Tri Sudaryono

    Latar Belakang Masalah utama perberasan nasional adalah memulihkan pertumbuhan

    dan stabilitas produksi padi, sehingga terjadi percepatan produksi (Simatupang, 2001). Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya padi sawah, semakin kompleks. Hal ini merupakan akibat dari berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan. Konversi lahan produktif tidak dapat dihindarkan dan bahkan secara nasional diperkirakan lajunya mencapai 100.000 ha/tahun.

    Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008).

    Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang saat ini telah mencapai lebih dari 220 juta orang dengan tingkat konsumsi beras 135 kg per kapita per tahun, swasembada beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan dan stabilitas nasional (Departemen Pertanian, 2008). Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi padi dalam negeri, pada tahun 2007 pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Peningkatan produksi beras melalui program P2BN diupayakan melalui peningkatan produktivitas padi dengan mengandalkan penerapan inovasi teknologi. Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) telah teruji kemampuannya meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi.

    Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2007). Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan input melalui penerapan PTT padi sawah.

    SL-PTT Padi SL-PTT adalah program strategis Deptan untuk mencapai swasembada

    beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. PTT adalah

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    2

    pendekatan dalam pengelolaan tanaman, lahan, air, iklim, hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan (Badan Litbang Pertanian, 2007; Departemen Pertanian, 2008). PTT bukanlah suatu paket teknologi, tetapi merupakan strategi atau bahkan filosofi bagi peningkatan produksi. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT bersifat: (1) integrasi, (2) interaksi, (3) dinamis, dan (4) partisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2007).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil padi yang diperoleh dengan penerapan PTT berbeda menurut tingkat dan skala usaha tani. Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (1 - 2,5 ha) melalui model PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37%. Peningkatan tersebut kemudian berkurang menjadi sekitar 27% dan 16%, masing-masing di tingkat pengkajian dengan luasan sekitar 1-5 ha dan di tingkat implementasi dengan luasan 50-100 ha. Selain itu, dengan PTT hasil gabah dan kualitas beras juga meningkat, biaya usahatani padi berkurang, kesehatan dan kelestarian lingkungan terjaga.

    Ada dua komponen teknologi dalam pelaksanaan PTT yaitu komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar adalah komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, sedangkan komponen teknologi pilihan adalah komponen teknologi yang spesifik lokasi. Secara umum, ada lima komponen teknologi dasar yaitu:

    1) Varietas unggul baru 2) Benih bermutu dan berlabel 3) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

    (bagan warna daun, BWD: perangkat uji tanah sawah, PUTS; petak omisi, dan Permentan No. 40/OT.140/4/2007 tentang pemupukan spesifik lokasi, atau soft -ware Sistem Pakar Pemupukan Padi, SIPAPUKDI)

    4) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 5) Pemberian Bahan organik

    Komponen teknologi pilihan terdiri atas: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2) Penanaman bibit muda (

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    3

    Penerapan PTT padi sawah diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,5 1,0 t/ha untuk padi inhibrida dan 2,0 t/ha untuk padi hibrida.

    Dukungan BPTP Bengkulu dalam Pelaksanaan SL-PTT di Bengkulu

    Visi BPTP Bengkulu adalah menjadi lembaga pengkajian terdepan penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang menunjang pembangunan pertanian di Bengkulu. Dalam melakukan pengkajian teknologi pertanian di daerah, BPTP Bengkulu diharapkan merupakan lembaga yang paling eksis dalam menghasilkan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, sehingga teknologi yang dihasilkan diterapkan oleh pengguna secara luas.

    Sesuai dengan visi tersebut, maka BPTP Bengkulu memiliki misi yaitu sebagai berikut: (1) menghasilkan dan menyediakan teknologi pertanian spesifik lokasi kepada pengguna, (2) meningkatkan kemitraan dengan instansi terkait dalam pemberdayaan petani, (3) memberikan bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan kebijakan pertanian, dan (4) mempercepat transfer teknologi pertanian kepada pengguna dan penyampaian umpan balik bagi penajaman program pengkajian teknologi pertanian.

    Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian melalui BPTP merupakan upaya memecahkan berbagai masalah di sektor pertanian. Melalui upaya tersebut, diharapkan dapat mempercepat terwujudnya pertanian yang tangguh dan modern sebagai respon terhadap perubahan lingkungan global dan tuntunan desentralisasi pembangunan pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004).

    SL-PTT padi sudah dilaksanakan di Bengkulu sejak tahun 2008 pada lahan seluas 25.000 ha dan kemudian meningkat menjadi 33.000 ha pada tahun 2009. Pada tahun 2010, Bengkulu akan melaksanakan SL-PTT padi (padi hibrida, inhibrida dan gogo) dengan luasannya mencapai 34.500 ha. Permasalahan umum dalam implementasi dan penerapan pendekatan PTT adalah sebagai berikut:

    1. Penerapan paket teknologi budidaya yang dilaksanakan belum sesuai spesifik lokasi.

    2. Varietas yang digunakan hanya berdasarkan keinginan dan kebiasaan petani atau bahkan berdasarkan ketersediaan benih pada produsen.

    3. Petani sudah merasa puas atas produksi yang dihasilkan melalui SL-PTT padahal produksi tersebut masih bisa ditingkatkan karena masih ada komponen teknologi yang belum diterapkan

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    4

    4. Kemampuan keuangan petani yang tidak sama, sehingga penerapan teknologinya bervariasi antara petani

    5. Pengetahuan dan keterampilan para penyuluh dalam pemanduan SL-PTT masih lemah. Pemahaman terhadap PTT di dilingkup penyuluh masih kurang.

    6. Jumlah kelompoktani relatif banyak sedangkan petugas pembina/pendamping relatif terbatas.

    7. Pemahaman tentang maksud dan tujuan SL-PTT oleh aparat tingkat kabupaten/kecamatan masih perlu ditingkatkan (Dirjen Tanaman Pangan, 2009).

    Deminasi dan pendampingan teknologi merupakan salah aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Dukungan dan pendampingan BPTP Bengkulu terhadap program SL-PTT akan lebih difokuskan pada kegiatan SL- PTT padi, tanpa mengesampingkan SL-PTT jagung dan kacang tanah. BPTP Bengkulu telah mentargetkan untuk mendampingi 60 80% dari unit LL yang ada di Provinsi Bengkulu yang jumlahnya berkisar antara 792 1056 unit LL.

    Bentuk dukungan BPTP Bengkulu terhadap pelaksanaan SL PTT diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Membentuk Tim Teknis SL-PTT BPTP Bengkulu yang bertugas dalam

    penyusunan bahan informasi teknis pelaksanaan SL PTT, sebagai narasumber dalam pelatihan PL II dan PL, para penyuluh di BPP bahkan pada tingkat kelompok tani secara langsung.

    2. Menyiapkan bahan informasi untuk mendukung kegiatan SL-PTT. Bahan informasi diantaranya adalah buku panduan teknologi SL-PTT, buku saku dan leaflet. Buku panduan akan dibagikan pada setiap unit LL yang didampingi oleh BPTP Bengkulu, sedang leaflet akan dibagikan pada seluruh unit pelaksana LL pada kegiatan SL- PTT padi di Provinsi Bengkulu. Buku saku yang berisi ringkasan lengkap teknologi SL-PTT akan dibagikan kepada penyuluh pendamping SL-PTT Padi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja penyuluh pertanian di lapangan.

    3. Menyiapkan benih VUB untuk Demontration Trial pada tiap unit LL. Benih padi yang direncanakan dan akan dintroduksikan untuk percepatan adopsi VUB adalah varietas Cigeulis, Cibogo, Mekongga, Inpari 1 dan Silugonggo. Dalam setiap LL yang didampingi akan dilakukan demonstration trial yang berupa pengenalan VUB. Dalam pelaksanaan demontration trial ini pihak BPTP hanya mengintroduksikan benih yang berasal dari BB Padi Sukamandi, sedangkan untuk upah dan sarana produksi lainnya, seperti pupuk, pestisida, dan bahan organik dibebankan pada biaya pelaksanaan

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    5

    yang telah dialokasikan pada masing-masing LL. Dana LL dialokasikan secara langsung ke rekening kelompok. Dari dana LL, sebagian untuk pembelian sarana produksi dan sebagian lagi untuk pertemuan kelompok sebanyak 6 12 kali.

    4. Membina petani atau kelompok tani untuk menjadi penangkar benih. Varietas unggul baru yang telah diujicobakan dan mendapatkan respon yang positif, sebaiknya dapat ditangkarkan. Kegiatan penangkaran dapat membuka peluang agribisnis perbenihan melalui kerja sama dengan perusahaan/produsen benih yang besar.

    5. Mengadakan alat pendukung yang berupa BWD dan PUTS. BWD akan dibagikan pada setiap unit SL-PTT, sedangkan PUTS akan dibagikan pada setiap BPP yang wilayahnya sedang melaksanakan kegiatan SL-PTT, khususnya SL-PTT padi.

    6. Menugaskan seorang peneliti/penyuluh untuk menjadi Liason Officer (LO) yang berperan sebagai tenaga penghubung pada setiap kabupaten/kota yang melaksanakan SL-PTT. LO bertugas untuk melakukan koordinasi dengan Tim Teknis SL PTT kabupaten. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jadwal dan perencanaan pelaksanaan SL PTT. Jadwal yang perlu diketahui adalah jadwal pelaksanaan Pelatihan Pemandu Lapang (PL II dan PL), jadwal tanam, dan jadwal pertemuan kelompok. Tugas LO selain sebagai pemandu teknologi juga bertugas sebagai data colector atau pengumpul data. Data yang dikumpulkan adalah data dasar pra SL PTT, dan data selama SL-PTT. Data yang dikumpulkan meliputi data teknologi (varietas, dosis pemupukan, pengairan, pengendalian OPT, sistem tanam, cara panen dan pasca panen) dan produktivitas sebelum dan setelah pelaksanaan SL PTT. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mengukur kinerja teknologi.

    7. Melakukan pengkajian terhadap komoditas SL-PTT (Padi, jagung dan kacang tanah).

    BPTP Bengkulu berupaya memecahkan sebagian masalah yang muncul dari pelaksanaan SL PTT. Upaya pemecahan masalah tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk tindakan teknis, kebijaksanaan maupun kelembagaan untuk mendukung keberhasilan program SL PTT. Melalui upaya tersebut, diharapkan dapat mempercepat terwujudnya pertanian yang tangguh dan modern sebagai respon terhadap perubahan lingkungan global dan tuntunan desentralisasi pembangunan pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004).

    Daftar Pustaka

    Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang: PTT padi sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 40 p.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    6

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Pedum IP Padi 400: Peningkatan Produksi Padi melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 48 p.

    BPS Provinsi Bengkulu. 2007. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.

    Damardjati, J. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.

    Dirjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

    Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.

    Rubiyo, Suprapto, dan Aan drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.

    Sapuan, 1999. Perkembangan Manajemen Pengendalian Harga Beras di Indonesia 1969-1998. Agro Ekonomika 29 (1) : 19-37.

    Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.

    Simatupang, P., 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Hal. 119-146.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    7

    2. TANAH DAN IKLIM UNTUK PERTANAMAN PADI

    Ahmad Damiri

    Sejarah Tanaman Padi Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,

    tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi berasal dari dua benua ; Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.

    Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basis usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusahakan di daerah sub tropik (Anonymous. 2007).

    Dalam perjalanan evolusi padi, Oryza sativa telah mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik selama proses pembudidayaan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi ukuran daun yang menjadi lebih besar, lebih panjang, dan lebih tebal. Jumlah daun juga menjadi lebih banyak dan laju pertumbuhan tanaman lebih cepat. Jumlah cabang-cabang sekunder pada malai juga lebih banyak, bobot gabah lebih tinggi, laju pertumbuhan bibit lebih cepat, anakan lebih banyak, dan pembentukan malai lebih sinkron dengan perkembangan anakan. Di samping itu pengisian gabah menjadi lebih lama, tetapi kemampuan untuk membentuk rizoma berkurang, dormansi lebih pendek, dan kurang peka terhadap panjang hari (Manurung dan Ismunadji, 1988).

    Lingkungan Tumbuh Tanaman Padi Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor

    genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan.

    Untuk pertumbuhannya, padi memerlukan hara, air, dan energi. Hara dan air diperoleh tanaman padi dari tanah, sedangkan energi diperoleh dari cahaya matahari. Oleh karena itu tanah dan iklim merupakan faktor lingkungan tumbuh tanaman padi.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    8

    1. Tanah

    Pelumpuran tanah sawah merusak struktur tanah dan mengubah pori-pori makro menjadi pori-pori mikro sehingga permeabilitas tanah menjadi rendah. Penggenangan air setelah pelumpuran menghentikan difusi oksigen ke dalam tanah. Akibatnya aktivitas mikroba aerob terhenti, tapi sebaliknya aktivitas mikroba anaerob menjadi aktif. Reaksi tanah di lahan sawah mendekati netral.

    Meningkatnya pH tanah terjadi karena reaksi reduksi-oksidasi. Menurunnya pH tanah alkalis terjadi karena perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Tercapainya tingkat pH setelah penggenangan tergantung kepada nisbah H+/OH- dalam reaksi reduksi-oksidasi. Kondisi demikian jelas menunjukkan bahwa sistem sawah meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu, produktivitas padi di lahan sawah lebih tinggi dari lahan kering. Namun tingkat kesuburan tanah setelah disawahkan tergantung tingkat kesuburan asal tanah (Fagi dan Las, 1988).

    2. Cuaca dan Iklim

    Iklim adalah abstaksi dari keadaan cuaca dari suatu wilayah dalam jangka panjang. Oleh karena itu iklim hanya memberi gambaran umum tentang lingkungan di atas permukaan unit lahan pertanian. Curah hujan, radiasi matahari dan lama penyinaran, suhu udara, kelembaban nisbi dan angin adalah unsur cuaca yang menentukan pertumbuhan tanaman padi. Sedangkan tingkat produksi padi ditentukan oleh kemampuan petani dalam memanipulasi lingkungan tanah dan air sehingga proses biokimia tanaman berlangsung efisien dan efektif. Usaha memanipulasi tanaman ini disebut budidaya tanaman.

    Selama periode September sampai Maret, bertiup angin pasat timur laut dari Laut Cina Selatan dan Laut Pasifik serta angin monsoon dari Lautan Hindia yang lembab, kecuali disekitar Nusatenggara dan Timor. Akibatnya kelembaban dan curah hujan selama periode tersebut cukup tinggi. Periode September Maret tersebut disebut musim hujan.

    Angin pasat tenggara yang kering bertiup dari Australia ke Sumatera Selatan, Jawa, dan Nusatenggara selama periode April sampai Agustus/September. Maka selama periode April Agustus/September kelembaban udara di Indonesia cukup beragam. Secara umum periode April Agustus/September disebut musim kemarau karena secara kuantitatif curah hujan lebih rendah dari periode September Maret.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    9

    Sinar Matahari

    Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang menpunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi matahari.

    Laju fotosintesis sangat ditentukan oleh intensitas sinar matahari yang sampai ke permukaan daun. Intensitas sinar matahari selama 45 30 hari sebelum panen menentukan pengisian malai dan hasil padi. Untuk memperoleh hasil padi yang tinggi, waktu tanam dapat diatur agar fase reproduktif jatuh pada saat intensitas sinar matahari tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan di lahan berpengairan di jawa menunjukkan bahwa hasil padi lebih tinggi di musim kemarau dari pada di musim hujan. Hal yang sama dijumpai di Sumatera Barat.

    Daya tangkap sinar matahari dari varietas padi unggul yang tinggi menyebabkan laju fotosintesis tinggi pula. Akibatnya, varietas padi unggul memerlukan hara lebih banyak untuk mengimbangi laju fotosentesis itu. Pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara padi bila hara tanah tersedia tidak mencukupi. Laju serapan hara oleh akar padi cenderung meningkat dengan meningkatnya intensitas sinar matahari. Ini berarti takaran pupuk lebih tinggi di musim kemarau dari pada musim hujan (Fagi dan Las, 1988).

    Suhu Udara

    Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu udara merupakan faktor penting dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu dari pusat-pusat produksi tanaman, misalnya kentang di daerah bersuhu rendah sebaliknya padi di daerah bersuhu tinggi.

    Ditinjau dari klimatologi pertanian, suhu udara di Indonesia dapat berperan sebagai kendali pada usaha pengembangan tanaman padi di daerah-daerah yang mempunyai dataran tinggi. Sebagian besar padi unggul dapat berproduksi dengan baik sampai pada ketinggian 700 dpl (Wiyono, 2007).

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    10

    Suhu udara siang dan malam berpengaruh terhadap komponen hasil padi. Peningkatan suhu di siang hari pada musim kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan asalkan suhu malam tidak terlalu tinggi. Ini memberikan gambaran bahwa padi tidak selalu banyak menghasilkan malai pada musim kemarau disemua mintakat agroklimat, karena suhu malam juga menentukan. Di dataran tinggi ( 900 m dpl) suhu malam yang rendah terjadi di musim kemarau, sehingga menghasilkan suhu rata-rata harian rendah. Suhu rata-rata harian < 200C menyebabkan perkecambahan terlambat, diskolorasi daun, pembentukan malai tertahan, pembungaan terhambat, dan kehampaan gabah tinggi. Kehampaan gabah tinggi di daerah dataran tinggi erat kaitannya dengan fotosintesis. Kisaran suhu optimal untuk padi indika adalah 25 330C. Suhu udara tinggi pada fase vegetatif untuk merangsang anakan, tetapi pada fase reproduktif dari stadia pengisian gabah sampai panen diperlukan udara sejuk.

    Menurut teori heat unit atau degree day concept, umur tanaman atau tingkat kematangan gabah ditentukan oleh total panas yang diterima tanaman padi, sehingga umur padi akan makin pendek dengan makin tingginya suhu udara (Fagi dan Las, 1988).

    Berbeda dengan faktor tanah yang telah banyak dipelajari dan difahami, cuaca dan iklim merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan yang paling sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Klasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan.

    Pembagian daerah iklim tersebut adalah: a. Daerah panas/tropis

    Tinggi tempat : 0 600 m dari permukaan laut. Suhu : 26,3o C 22o C. Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.

    b. Daerah sedang Tinggi tempat : 600 m 1500 m dari permukaan laut. Suhu : 22o C 17,1o C. Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.

    c. Daerah sejuk Tinggi tempat : 1500 2500 m dari permukaan laut. Suhu : 17,1o C 11,1o C. Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

    d. Daerah dingin Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu : 11,1o C 6,2o C. Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya (Suryo Wiyono. 2007).

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    11

    t r

    r

    Kelembaban Udara dan Angin

    Kisaran kelembaban nisbi optimum untuk tanaman padi adalah 50 90%. Di Indonesia dengan kondisi kelembaban nisbi tidak merupakan kendala usaha peningkatan produksi padi di dataran rendah,tetapi di dataran tinggi. Kelembaban > 95% dapat menyebabkan agregasi tepung sari, dan ini dapat mengganggu penyerbukan. Kelembaban tinggi secara tidak langsung menurunkan produksi padi, karena serangan penyakit Helmin hospo ium dan Pyricularia orizae.

    Angin berpengaruh pada laju evapotranspirasi, disamping itu angin dengan kecepatan tinggi dapat mengganggu proses penyerbukan karena merusak endosperm akibat pergesekan (Fagi dan Las, 1988).

    Perubahan Iklim, Pemicu Ledakan Hama Dan Penyakit Tanaman

    Hingga saat ini belum ada penelitian komprehensif tentang hubungan perubahan iklim dan hama penyakit di lapangan. Namun, tanda-tanda di lapangan menunjukkan kaitan kuat antara masalah hama dan penyakit dengan perubahan iklim yang terjadi. Dalam tiga tahun belakangan (2004-2007), terjadi beberapa perubahan persoalan hama dan penyakit di Indonesia, terkait peningkatan dan penurunan serangan hama/penyakit.

    Pada kondisi ini hama-penyakit menjadi makin merusak, atau tingkat kerusakannya menjadi lebih besar. Penyakit yang meningkat tajam dalam tiga tahun terakhir adalah penyakit kresek pada padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas o yzae pv. Oryzae (Wiyono, 2007).

    Daftar Pustaka

    Fagi, A.M, dan Las, I. 1988. Lingkungan Tumbuh Padi. Puslitbangtan. Padi Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

    Anonymous. 2007. Menanam Padi. http://ngraho.wordpress.com/2007/12/15/menanam-padi/[22 Juli 2009].

    Manurung, S.O, dan Ismunadji, M. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Puslitbangtan. Padi Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

    Wiyono, S. 2007. Perubahan Iklim, Pemicu Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=221301&a_id=211&a_seq=0[22 juli 2009].

    http://ngraho.wordpress.com/2007/12/15/menanam-padi/http://ngraho.wordpress.com/2007/12/15/menanam-padi/[22http://ngraho.wordpress.com/2007/12/15/menanam-padi/[22http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=221301&a_id=211&a_seq=0[22http://salam.leisa.info/index.php?url=getblob.php&o_id=221301&a_id=211&a_seq=0[22

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    12

    3. VARIETAS UNGGUL BARU DAN PENYIAPAN BIBIT PADI

    Eddy Makruf

    Varietas Unggul Baru Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting

    untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Tersedianya varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar. Revitalisasi pertanian bertujuan untuk mencapai swasembada beras dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) bersama inovasi lainnya seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat berperan dalam mewujudkan tujuan diatas.

    Varietas unggul padi yang sudah banyak dilepas lembaga penelitian, tapi yang digunakan petani masih sangat terbatas sehingga perlu usaha sosialisasi. Secara nasional sampai saat ini varietas IR64 menempati urutan pertama dalam luas petanaman, disusul varietas Ciherang. Varietas IR64 relatif lebih rentan terhadap hama dan penyakit sehingga harus ada upaya pengurangan luas pertanaman IR64 agar pembentukan ras, patotipe, dan biotipe baru hama dan penyakit yang lebih ganas dapat diperlambat. Untuk mendampingi varietas IR64, beberapa varietas unggul baru (VUB) dan varietas ungggul tipe baru (VUTB) sudah dirakit oleh Badan Litbang yang memiliki mutu beras dan nasi menyerupai IR64. Varietas-varietas tersebut antara lain adalah : Revitalisasi pertanian bertujuan untuk mencapai swasembada beras dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) bersama inovasi lainnya seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat berperan dalam mewujudkan tujuan diatas.

    Varietas unggul padi yang sudah banyak dilepas lembaga penelitian, tapi yang digunakan petani masih sangat terbatas sehingga perlu usaha sosialisasi. Secara nasional sampai saat ini varietas IR64 menempati urutan pertama dalam luas petanaman, disusul varietas Ciherang. Varietas IR64 relatif lebih rentan terhadap hama dan penyakit sehingga harus ada upaya pengurangan luas pertanaman IR64 agar pembentukan ras, patotipe, dan biotipe baru hama dan penyakit yang lebih ganas dapat diperlambat. Untuk mendampingi varietas IR64, beberapa varietas unggul baru (VUB) dan varietas ungggul tipe baru (VUTB) sudah dirakit oleh Badan Litbang yang memiliki mutu beras dan nasi menyerupai IR64. Varietas-varietas tersebut antara lain adalah :

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    13

    Istilah-istilah Penting Dalam Perbenihan: Galur adalah tanaman hasil persilangan yang telah diseleksi dan diuji,

    mempunyai sifat unggul sesuai tujuan pemuliaan, seragam, stabil, tetapi belum dilepas.

    Varietas adalah Jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik genotipe tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies tanaman lain. Varietas apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

    Kultivar adalah varietas yang dibudidayakan Varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan turun

    temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara

    Varietas adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama, penyakit atau sifat-sifat lainnya dan telah dilepas oleh pemerintah

    Varietas Unggul Baru (VUB) adalah kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur 100 135 HSS (hari setelah sebar), anakan banyak (> 20 tunas/rumpun), bermalai agak lebat ( 150 gabah/malai).

    Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) adalah kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur tanaman tegap, berdaun lebar, berwarna hijau tua, beranak sedikit (

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    14

    o Kesuburan fisik dsn kesuburan kimia (status hara makro dan mikro) o Target produksi dan produktifitas o Iklim o Teknik budidaya yang diterapkan o Mutu produk (mutu giling, mutu tanak,sesuai kekinginan

    petani/konsumen)

    Upaya memperkecil pengaruh lingkungan terhadap produktifitas

    1. Pilih waktu tanam yang tepat 2. Pilih varietas yang sesuai (beradaptasi yang dapat dilihat dari keragaan

    varietas disustu wilayah dalam rentang musim tanam yang memadai) 3. Gunakan teknik budidaya yang optimal 4. Lakukan pergiliran varietas antar musim tanam dalam luasan pertanaman

    yang memadai

    Manfaat pergiliran varietas antar musim

    1. Varietas dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan musim tanam dan pola tanam, sehingga produktivitas antar musim tetap tinggi

    2. Pergiliran varietas antar musim dengan varietas berbeda akan berfungsi sebagai penyangga pembentukan biotipe hama atau strain penyakit baru

    3. Pergiliran varietas yang terencana memudahkan dalam penyiapan benih agar tepat jenis, tepat mutu dan tepat waktu

    Kelas Benih dalam sertifikasi di Indonesia

    Terdapat empat kelas benih berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No 39/Permentan/OT.140/8/2006 dalam sertifikasi benih di Indonesia. 1. Benih Penjenis (BS), benih yang ditandai dengan label kuning, dimiliki dan

    diproduksi oleh pemulia Tanaman di Balai Penelitian Komoditas atau UPBS (Unit Produksi Benih Sumber)

    2. Benih Dasar (BD), benih yang ditandai dengan label putih, dimiliki dan diproduksi oleh BBI (Balai Benih Induk), Penangkar Penih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, Produsen benih swasta/BUMN

    3. Benih Pokok (BP), benih yang ditandai dengan label ungu, dimili dan diproduksi oleh BBU (balai Benih Utama), Penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, produsen benih swasta/BUMN

    4. Benih Sebar (BR), benih yang ditandai dengan label biru, dimiliki dan diproduksi oleh BBU (balai Benih Utama), Penangkar benih/Produsen benih swasta?BUMN. Kelas benih yang ditanam Penangkar/Produsen Benih, harus menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Kalau

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    15

    penangkar benih memproduksi benih sebar (BR, label biru) maka benih yang ditanam minimal harus kelas benih pokok (BP, label ungu). Kelas benih yang ditanaman petani untuk mendapatkan gabah konsumsi (untuk digiling menjadi beras) disarankan menggunakan benih sebar (label biru)

    Ciri-ciri Benih Bermutu Tinggi meliputi; Mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis:

    1. Varietasnya asli 2. Benih bernas dan seragam 3. Bersih (tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain) 4. Daya berkecambah dan Vigor tinggi sehingga dapat tumbuh baik jika

    ditanam 5. Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama

    Keuntungan Menggunakan Benih Bermutu:

    1. Benih tumbuh dengan cepat dan serempak 2. Bila disemaikan mampu menghasilkan bibit yang vigorous (tegar) 3. Ketika di tanam pindah, bibit dapat tumbuh dengan cepat 4. Pertumbuhan lebih serempak, populasi tanaman optimun sehinggi hasilnya

    optimum

    Perlakuan Benih

    Adalah upaya memberikan perlakuan pada benih sebelum ditanam, agar dapat tumbuh dengan cepat, seragam dan sehat. Perlakuan benih juga bertujuan untuk perlindungan awal terhadap serangan hama pada stadia bibit. Perlakuan benih sebelum sebar meliputi: 1. Pematahan dormansi benih dapat dilakukan antara lain dengan;

    Pemanasan dalam oven pada suhu 50oC selama 2 hari, dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 2 hari

    Pemanasan dalam oven pada suhu 50oC selama 2 hari, dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan pupuk KNO3 murni slama 2 hari.

    2. Pemilihan benih yang bernas dapat dilakukan dengan : Air

    o Masukkan beni kedalam wadah yang berisi dengan air dengan volume 2 kali volume benih, kemudian diaduk-aduk sebentar

    o Benih yang terapung diambil dan benih yang tenggelam digunakan untuk pertanaman

    o Sebelum disemai benih yang tenggelam direndam selama 24 jam dan diperam

    Larutan garam Amonium Sulfat (ZA)

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    16

    o Masukkan benih kedalam wadah yang telah berisi larutan pupuk ZA dengan konsentrasi 225 g ZA/liter air

    o Benih yang terapung diambi dan benih yang tenggelam (berat jenisnya 1,11 mg/liter air) digunakan untuk pertanaman

    o Benih yang tenggelam dicuci bersih, direndam, dieram dan siap untuk ditabur/disemai.

    3. Perlindungan pertumbuhan awal bibit dipersemaian Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang,

    disarankan melaksanakan perlakuan benih dengan pestisida berbahan aktif fipronil. Benih direndam dalam air selama 1 hari, kemudian ditiriskan dan dicampur dengan Rgent 50 SC dengan dosis 12,5 CC/kg benih sebelum diperam. Perlakuan pestisida ini dapat membantu pengendalian keong mas diareal persemaian/pertanaman awal

    Varietas Unggul Padi Sawah Varietas IR64

    Nomor seleksi : IR18348-36-3-3 Asal persilangan : IR5657/IR2061 Golongan : Cere Umur tanaman : 110-120 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 115 126 cm Anakan produktif : 20 -35 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping, panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Tahan Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indek glikemik : 70 Bobot 1000 butir : 24,1 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 6,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan

    wereng coklat botipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IVTahan virus

    kerdil rumput Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah

    sampai sedang Pemulia : Introduksi dari IRRI Dilepas tahun : 1986

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    17

    Varietas IR42 Nomor seleksi : IR2071-586-5-6-3-4 Asal persilangan : IR2042/CR94-13 Golongan : Cere Umur tanaman : 135-145 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 90-105 cm Anakan produktif : 20 -25 bbatang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih, ujung gabah sewarna Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pera Kadar amilosa : 27 % Indek glikemik : 58 Bobot 1000 butir : 23 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 7,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan, rentan wereng

    coklat botipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri, virus tungro dan

    kerdil rumput. Rentan terhadap hawar pelepah daun

    Toleran terhadap tanah masam Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi, pasang surut dan

    rawa Pemulia : Introduksi dari IRRI Dilepas tahun : 1980

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    18

    Varietas Ciherang Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 116 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107 -115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indek glikemik : 54 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan agak tahan

    biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain

    III dan IV Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran

    rendah sampai 500 meter diatas permukaan laut Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.

    Draradjat Dilepas tahun : 2000

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    19

    Varietas Ciliwung Nomor seleksi : B4183B-PN-33-6-1-2 Asal persilangan : IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 117 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 114 -124 cm Anakan produktif : 18-25 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Miring sampai tegak Bentuk gabah : Sedang sampai ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 22 % Indek glikemik : 86 Bobot 1000 butir : 23 g Rata-rata hasil : 4,8 t/ha Potensi hasil : 6,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2, dan rentan wereng

    coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri

    strain IV. Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran

    rendah sampai 550 meter diatas permukaan laut Pemulia : I. Sahi, Taryat T., dan H. Maknun Dilepas tahun : 1988

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    20

    Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-1 Asal persilangan : S487B-75/2*IR19661-131-3-1//2*IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100 -120 cm Anakan produktif : 12-19 batang Warna kaki : Hijau tua Warna batang : Hijau muda Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada bagian permukaan sebelah bawah Posisi daun : Tegak (lebih tegak dari konawe) Daun bendera : Tegak panjang menutup malai Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Agak tahan Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 24 % Indek glikemik : 58 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 7,0 t/ha Potensi hasil : 8,1 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, agak tahan wereng coklat

    biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain

    IV, Rentan terhadap Tungro Sifat khusus : Rendemen giling dan rendemen beras kepala,dan

    keterawangan lebih tinggi dari IR64. Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah sampai ketinggian 800

    meter di ataspermukaan laut yang tidak endemik hama wereng coklat dan penyakit virus tungro.

    Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat Tim Peneliti : Sukarno Roemarkam, Syamto, Kasijadi, Suwono, Susiati,

    Juli Astuti dan Sueb Institusi Pengusul : BALITPA, BPTP Jatim, BPTPH Jatim, BPSB Jatim dan

    Dinas Pertanian TPH Jatim Dilepas tahun : 2003

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    21

    Varietas Cigeulis Nomor seleksi : S3429-4D-PN-1-1-2 Asal persilangan : Ciliwung/Cikapundung/IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100 -110 cm Anakan produktif : 14-16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Agak kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indek glikemik : 64 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 8,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan rentan biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain IV, Anjuran tanam : Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau, cocok

    ditanam pada lokasi di bawah 600 meter di atas permukaan laut

    Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, dan N. Yunani Tim Peneliti : B. Suprihatno, M.D. Muntono, Ismail B.P., Atito.,

    Baehaki S.E., Triny S. Kadir dan W. S. Ardjasa Teknisi : Toyib S. M., Edi Suwandi M. K., M. Suherman dan Sail

    Hanafi Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Lampung Dilepas tahun : 2002

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    22

    Varietas Mekongga Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3 Asal persilangan : A2790/2*/IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 116 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 91 106 cm Anakan produktif : 13-16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Agak kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23 % Indeks glikemik : 88 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,4 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, dan

    biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai

    ketinggian 500 meter di atas permukaan laut Pemulia : Z.A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan

    Sahardi Tim Peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B.P.,

    Triny S. Kadir, dan A. Rifki Teknisi : M. Suherman, Abd. Rauf Sery, Uan D., S.Toyib S. M.,

    Edi S. MK., M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.

    Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Sultra Dilepas tahun : 2004

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    23

    Varietas Membramo Nomor seleksi : B7830F-MR-1-2-3-2 Asal persilangan : B6555B-199-40/Barumun Golongan : Cere Umur tanaman : 115 -120 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 126-140 cm Anakan produktif : 17- 20 batang Gabah isi per malai : 145 biji Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 19 % Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 6,5 t/ha Potensi hasil : 7,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1,2, dan agak

    tahan wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan

    agak tahan tungro Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai

    ketinggian kurang 550 meter di atas permukaan laut

    Pemulia : Suwito T., B Kustianto, Aliidawati, Adijono P, Susanto T.W. dan Z. Harahap

    Dilepas tahun : 1995

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    24

    Varietas Gilirang (Semi Ptb) Nomor seleksi : BP5OF-MR-30-5 Asal persilangan : B6672/Membramo Golongan : Cere Umur tanaman : 116 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 108 - 115 cm Anakan produktif : 10-15 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak sampai miring Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 18,9 % Indeks glikemik : 97 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 7,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan agak

    tahan biotipe 3

    Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III agak tahan strain IV, rentan strain VIII

    Sifat khusus : Wangi sejak dipertanaman Anjuran tanam

    : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai

    ketinggian 500 meter di atas permukaan laut Pemulia : Soewito T., B. Abdullah dan B. Kustianto Tim Peneliti : Joko Handoyo, Ali Imran dan Sukarno R. Teknisi : Supartopo, Sularjo, Sail Hanafi, Panca HS. Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Jateng, BPTP Jatim, BPTP Sulsel Dilepas tahun : 2002

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    25

    Varietas Sintanur Nomor seleksi : B9645E-MR-89-1 Asal persilangan : Lusi/B7136C-MR-22-1-5 (Bengawan Solo) Golongan : Cere Umur tanaman : 115 -125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 115 - 125 cm Anakan produktif : 16-20 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak sampai miring Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 18 % Indeks glikemik : 91 Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 7,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan

    rentan wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III,

    rentan terhadap strain IV dan VIII Sifat khusus : Wangi mulai dipertanaman Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah

    sampai ketinggian 550 meter dpl Pemulia : Soewito T., B. Abdullah dan B. Kustianto Tim Peneliti : Adijono P., Soewito T., Suwarno, B. Kustianto,

    Allidawati B.S., Shagir Sama. Teknisi : Sularjo, Supartopo, Pantja HS, Indarjo M.A. Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Jateng, BPTP Jatim, BPTP Sulsel Dilepas tahun : 2001

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    26

    Varietas Silugonggo Nomor seleksi : IR39357-71-1-1-2-2 Asal persilangan : IR9129-209-2-2-2/IR19774-23-2-2/IR9729-67-3 Golongan : Cere Umur tanaman : 85 90 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 80 85 cm Anakan produktif : 9 11 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau Muka daun : Bagian atas kasar, bawah permukaan daun halus Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Agak pulen Kadar amilosa : 23 % Bobot 1000 butir : 25 g Rata-rata hasil : 4,5 t/ha Potensi hasil : 5,5 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blas, tidak tahan hawar daun bakteri Anjuran tanam : Dapat dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo.

    Beradaptasi baik untuk lingkungan tumbuh rawan kekeringan. Dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mideteran dengan kahat Kalium dan Fosfat. Cocok di tanam pada daerah di bawah 500 m di atas permukaan laut

    Pemulia : Ismail BP., B Suripto, ZA. Simanullang, Y. Samaullah, Atito DS., Hadis S., E. Sumadi, Aan A. Daradjat, Poniman, Taryat T.

    Tim Peneliti : D. Suardi, Rasyid M., A. Ichwan, H. Toha, M. Amir, H. Pane dan Irsal L.

    Dilepas tahun : 2001

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    27

    Varietas Dodokan Nomor seleksi : Ir28128-45-3-3-2 Asal persilangan : IR36/IR10154-2-3-3-3-//IR9129-209-2-2-2-1 Golongan : Cere Umur tanaman : 100 -105 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 80 -95 cm Anakan produktif : sedang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Miring Daun bendera : Miring Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Warna Jerami Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan hingga sedang Rasa nasi : enak Kadar amilosa : 23 % Bobot 1000 butir : 23,3 gr Potensi hasil : 5,1 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Cukup tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Cukup tahan terhadap blas (Pyricularia oryzae) Dilepas tahun : 1987

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    28

    Varietas Inpari 1 Nomor seleksi : BP23f-PN-11 Asal persilangan : IR64/IBB-7//IR64 Golongan : Cere Indica Umur tanaman : 108 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 93 cm Anakan produktif : 16 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Tahan rebah Leher malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bersih Rata-rata hasil : 7,32 t/ha GKG Potensi hasil : 10 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 27 g Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 22 % Ketahanan terhadap Hama : Tahan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe 2, agak

    tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah

    sampai ketinggian 500 m dpl Pemulia : Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Buang

    Abdullah, Sularjo, Aris Hair mansis, Heni Safitri dan Suwarno

    Peneliti : Atito D., Anggiani., Santoso, Arifin K., Endang S Teknisi : Sail Hanafi, Sudarmo, Suryono, Panca Hadi Siwi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Lebih tahan BLB, perbaikan dari IR64 atas BLB Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    Pemulia

    29

    Varietas Inpari 2 Nomor seleksi : BP1356-1G-KN-4 Asal persilangan : Tajum/Maros/MAros Golongan : Cere Umur tanaman : 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 85 95 cm Anakan produktif : 15 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau tua Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Leher malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Panjang dan Gemuk Warna gabah : Kuning Jerami dengan garis-garis coklat Rata-rata hasil : 5,83 t/ha GKG Potensi hasil : 7,30 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 27 28 g Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 18,55 % Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe

    1,2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri strain III, agak

    rentan terhadap Hawar Daun Bakteri strain IV dan VIII, akag tahan virus tungro inokulum varian 013 dan 031 dan rentan terhadap virus tungro inokulum varian 073

    Keterangan : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl

    : Aan A. Daradjat, dan Bambang Suprihatno. Peneliti : I.N. Widiarta, Baehaki S.E., Triny SK, S.Dewi

    Indrasari, Prihadi Wibowo, Omi Syahromi, Nafisah, Cucu Gunarsih, Estria Furry P.

    Teknisi : Toyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, M. Sailan, Zaenal Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar.

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Lebih tahan terhadap WBC biotipe 3, lebih tahan

    terhadap virus tungro dari pada Ciherang Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    30

    Varietas Inpari 3 Nomor seleksi : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95 100 cm Anakan produktif : 17 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : HijauKerebahan : Sedang Leher malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Panjang Ramping Warna gabah : Kuning Bersih Rata-rata hasil : 6,05 t/ha Potensi hasil : 7,52 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 24 g Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 20,57 % Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe

    1,2, dan agak rentan terhadap biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri strain III, agak

    rentan terhadap Hawar Daun Bakteri strain IV dan VIII, agak tahan virus tungro inokulum varian 073,013 dan 031.

    Keterangan : Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl

    Pemulia : Aan A. Daradjat, dan Bambang Suprihatno. Peneliti : I.N. Widiarta, Baehaki S.E., Triny SK, S.Dewi

    Indrasari, Prihadi Wibowo, Omi Syahromi, Nafisah, Cucu Gunarsih, Estria Furry P.

    Teknisi : Toyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, M. Sailan, Zaenal Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar.

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2 dari pada

    Ciherang, mutu hasil setara dengan Ciherang Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    31

    Varietas Inpari 4 Nomor seleksi : BP2280-1E-12-2 Asal persilangan : S438F-14-1/Way Apo Burul/S4384F-14-1 Golongan : Cere Umur tanaman : 115 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95 105 cm Anakan produktif : 16 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : HijauKerebahan : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Panjang dan Ramping Warna gabah : Kuning Bersih Rata-rata hasil : 6,04 t/ha Potensi hasil : 8,80 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 25 g Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21,07 % Ketahanan terhadap Hama : Agak Rentan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe

    1,2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri strain III, dan IV

    serta agak rentan strain VIII, agak tahan virus tungro inokulum varian 073 dan 031.

    Keterangan : Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl

    Pemulia : Aan A. Daradjat, dan Bambang Suprihatno. Peneliti : I.N. Widiarta, Baehaki S.E., Triny SK, S.Dewi

    Indrasari, Prihadi Wibowo, Omi Syahromi, Nafisah, Cucu Gunarsih, Estria Furry P.

    Teknisi : Toyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, M. Sailan, Zaenal Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar.

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Lebih tahan terhadap HDB Strain IV dari pada

    Ciherang, hasil dan mutu sama dengan Ciherang Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    32

    Varietas Inpari 5 Merawu Nomor seleksi : IR65600-21-2-2 Asal persilangan : SHEN NUNG 89-366/Ken Lumbu Golongan : Cere Umur tanaman : 115 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 100 105 cm Anakan produktif : 15 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Panjang dan agak gemuk Warna gabah : Kuning Bersih Rata-rata hasil : 5,74 t/ha Potensi hasil : 7,20 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 27,41 g Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23,91 % Ketahanan terhadap Hama : Agak Tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe

    1,2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri strain III, dan agak

    rentan strain IV dan VIII. Rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum varian no 073 dan agak tahan terhadap virus tungro inokulum no 031 dan 013.

    Keterangan : Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl

    Pemulia : Aan A. Daradjat, dan Bambang Suprihatno. Peneliti : I.N. Widiarta, Baehaki S.E., Triny SK, S.Dewi

    Indrasari, Prihadi Wibowo, Omi Syahromi, Nafisah, Cucu Gunarsih, Estria Furry P.

    Teknisi : Toyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, M. Sailan, Zaenal Arifin, Karmita, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar.

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Lebih tahan terhadap WBC 1,2,3, Fe pada beras

    pecah kulit lebih tinggi daripada Ciherang Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    33

    Varietas Inpari 6 Jete Nomor seleksi : BP205D-KN-78-1-8 Asal persilangan : DAKAVA line 85/MEMBRAMO Golongan : Cere Indica Umur tanaman : 118 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100 cm Anakan produktif : 15 anakan Warna kaki : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Warna batang : HijauKerebahan : Tahan rebah Leher malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Sedang Ramping Warna gabah : Kuning Jumlah gabah per malai : 157 butir Rata-rata hasil : 6,82 t/ha GKG Potensi hasil : 12 t/ha GKG Bobot 1000 butir : 28 g Tekstur nasi : Sangat Pulen Kadar amilosa : 18 % Ketahanan terhadap Hama : Agak Tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe

    2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII. Keterangan : Cocok ditanam di sawah dataran rendah sampai

    sedang ( 600 m dpl) Pemulia : Buang Abdullah, Soewito Tjokrowidjoyo, Sularjo dan

    Bambang Kustianto. Peneliti : Atito D., Endang Suhartatik, Anggiani Nasution, Heni

    Safitri, Angelita P. Lestari, Ema Herlina, Baehaki S.E., Neni E. Sumardi, Aris Hairmansis

    Teknisi : Sudarno, Indarjo, Yusup, Supartopo, Sail Hanafi, Yaya Suhaya, Suryono, Gusnimar Alidawati dan Panca Hadi Siwi.

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Alasan Utama dilepas : Potensi hasil tinggi, nasi sangat pulen, Tahan WBC

    biotipe 1,dan 2; tahan penyakit BLB Dilepas tahun : 2008

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    34

    Varietas Inpari 7 Lanrang Nomor seleksi : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1 Asal persilangan : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 104 7 cm Anakan produktif : 16 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk Gabah : Panjang (P=7,06 mm; L=2,20 mm; P/L=3,21) Warnah Gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 20,78 % Bobot 1000 butir : 27,4 g Rata-rata hasil : 6,23 t/ha Potensi hasil : 8,7 t/ha GKG Ketahanan terhadap Hama : Agak Tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe

    1, 2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri ras III dan agak

    rentan ras IV dan VIII ; serta rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum no. 073 dan 031, agak tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013

    Anjuran Tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl

    Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Loka Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan

    Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah dan Bambang Suprihatno.

    Peneliti : I Nyoman Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A. Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R. Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris Hadade.

    Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar, Abd. Rauf Serry dan Abd Hanid.

    Dilepas tahun : 2009

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    35

    Varietas Inpari 8 Nomor seleksi : IR7301-15-2-2-1 Asal persilangan : IR68064-18-1-1-2-2/IR61979-136-1-3-2-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 113 8 cm Anakan produktif : 19 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk Gabah : Panjang dan Ramping (P=6,78 mm; L=2,12 mm;

    P/L=3,21)Warnah Gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 21 % Bobot 1000 butir : 23,3 g Rata-rata hasil : 6,25 t/ha Potensi hasil : 9,9 t/ha GKG Ketahanan terhadap Hama : Agak Rentan terhadap Wereng Batang Coklat

    biotipe 1, 2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan penyakit Hawar Daun Bakteri ras III,

    dan agak rentan ras IV dan VIII ; agak tahan terhadap penyakit tungro inokulum no. 073 serta tahan penyakit tungro inokulum no 031, dan no. 013

    Anjuran Tanam : Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl

    Alasan utama dilepas/keunggulan : Nasi pulen, potensi hasil tinggi Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Loka

    Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan

    Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah dan Bambang Suprihatno.

    Peneliti : I. N. Widiarta, Jumanto, A. Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R. Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, Burhanuddin, Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris Hadade.

    Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, Sukanda, Abd. Rauf Serry dan Abd Hanid.

    Dilepas tahun : 2009

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    36

    Varietas Inpari 9 Elo Nomor seleksi : IR73005-69-1-1-2 Asal persilangan : IR65469-161-2-2-2-3-2-2/IR61979-136-1-3-2-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 113 8 cm Anakan produktif : 18 3 anakan Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk Gabah : Panjang dan Ramping (P=6,83 mm; L=2,09 mm;

    P/L=3,26)Warnah Gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 20,46 % Bobot 1000 butir : 22,8 g Rata-rata hasil : 6,41 t/ha Potensi hasil : 9,3 t/ha GKG Ketahanan terhadap Hama : Agak Rentan terhadap Wereng Batang Coklat

    biotipe 1, 2, dan 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan penyakit Hawar Daun Bakteri ras III,

    dan agak rentan ras IV dan VIII ; agak tahan terhadap penyakit tungro inokulum no. 073 dan inokulum no 031, serta tahan penyakit tungro inokulum no. 013

    Anjuran Tanam : Cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl

    Alasan utama dilepas/keunggulan : Nasi pulen, potensi hasil tinggi Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Loka

    Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan

    Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah dan Bambang Suprihatno.

    Peneliti : I. N. Widiarta, Jumanto, A. Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R. Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, Burhanuddin, Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris Hadade.

    Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, Sukanda, Abd. Rauf Serry dan Abd Hanid.

    Diusulkan untuk dilepas tahun : 2009

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    37

    Varietas Inpari 10 Laeya Nomor seleksi : S3382-2d-Pn-4-1 Asal persilangan : Persilangan S487b-75/IR19661//IR

    19661///IR64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 108 116 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100 - 120 cm Anakan produktif : 17 25 anakan Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Putih Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk Gabah : Ramping panjang (P=8,6 mm; L=2,3 mm; P/L=3,9)Warnah Gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 22 % Bobot 1000 butir : 27,7 0,76 g Rata-rata hasil : 5,08 t GKG/ha ka 14% Potensi hasil : 7,00 t GKG/ha ka 14% Ketahanan terhadap Hama : Agak Rentan terhadap Wereng Coklat biotipe 1,

    dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan penyakit Hawar Daun strain III dan

    agak peka strain IV dan peka terhadap virus tungro varian 013, 031, dan 131

    Anjuran Tanam : Dapat ditanam pada musim hujan dan kemarau l Alasan utama dilepas/keunggulan : Potensi hasil tinggi dibanding IR64, mutu beras

    baik, tahan HDB Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan BPTP

    Sulawesi Selatan Pemulia : ZA. Simanulang, Atito D, Idris Hadade, Aan Andang

    Daradjat, Bambang Suprihatno dan M. Yamin Samaullah.

    Peneliti : Trini S. Kadir, Nafisah, Didik Harnowo . Tim Peneliti : Trini S. Kadir, Nafisah, Didik Harnowo . Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Yahya, Holil, Suwarsa, Maman

    Suherman, Karmita, Abd. Rauf Serry, Amirudin Manrapi.

    Diusulkan untuk dilepas tahun : 2009

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    38

    Varietas Banyuasin Nomor seleksi : B7810F-KN-13-1-1 Asal persilangan : Cisadane/Kelara Golongan : Cere, sedikit berbulu Umur tanaman : 118-122 Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 98 105 cm Anakan produktif : 10 15 batang Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau muda Warna telinga daun : Hijau pucat Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak sampai agak miring Bentuk gabah : Sedang bulat Warnah gabah : Kuning Bersih Kerontokan : Mudah Kerebahan : Cukup tahan Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 22 % Bobot 1000 butir : 26 g Rata-rata hasil : 5,0 t/ha Potensi hasil : 6,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan Wereng coklat biotepe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan penyakit bercak coklat dan agak tahan

    terhadap Hawar Daun Bakteri strain III Cekaman lingkungan : Agak toleran keracunan Fe (10 ppm) dan Al (5,4

    me/100 g) Anjuran Tanam : Lahan pasang surut potensial gambut sampai

    ketebalan 60 cm dan sulfat masam (pH 4) Regosol Pemulia : Suwarno, T. Suhartini, Basaruddin Nasution, Sudarno,

    B. Kustianto, dan Z. Harahap Dilepas tahun :

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    39

    Varietas Mendawak Nomor seleksi : B8055F-KN-6-2 Asal persilangan : Mahsuri/Kelara Golongan : Cere Umur tanaman : 113-117 Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 87 100 cm Anakan produktif : 11 15 batang Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak sampai agak miring Bentuk gabah : Sedang bulat Warnah gabah : Kuning Bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 22,9 % Bobot 1000 butir : 27 g Rata-rata hasil : 3,98 t/ha Potensi hasil : 5,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak

    tahan biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan penyakit blast dan bercak coklat Cekaman lingkungan : Toleran keracunan Fe, Agak toleran keracunan Al,

    tetapi agak rentan kegaraman Anjuran Tanam : Baik untuk lahan rawa potensial, bergambut dan

    sulfat masam Pemulia : B. Kustianto, Suwarno, Soewito T. Dan Rini H.

    Suhartini, Basaruddin Nasution, Sudarno, , dan Z. Harahap

    Teknisi : Sularjo, Supartopo, Sudarno, Ade Santika, Basaruddin Nasution dan Panca Hadi Siwi

    Dilepas tahun : 2001

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    40

    Varietas Lambur Nomor seleksi : B9860C-KA-1 Asal persilangan : Cisadane/IR9884-54-3 Golongan : Cere Umur tanaman : 113-117 Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 98 105 cm Anakan produktif : 12 16 batang Warna kaki : Hijau Warna Batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak sampai agak miring Bentuk gabah : Sedang Warnah gabah : Kuning Bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 23,4 % Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 4,0 t/ha Potensi hasil : 5,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak

    tahan biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blast daun dan agak tahan bercak

    daun coklat Cekaman lingkungan : Toleran keracunan Fe, Agak toleran keracunan Al,

    dan agak toleran kegaraman Anjuran Tanam : Baik untuk lahan rawa potensial, bergambut dan

    sulfat masam Pemulia/Peneliti : Suwarno,B. Kustianto, dan T. Suhartini Teknisi : Sudarno, Sularjo, Supartopo, Sunaryo, Basaruddin

    Nasution dan Gusnimar Dilepas tahun : 2001

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    41

    Varietas Dendang Nomor seleksi : IR52952B-3-3-2 Asal persilangan : Osok/IR5657-33-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 123-127 Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 90 100 cm Anakan produktif : 15 20 batang Warna kaki : Hijau Warna Batang : Tidak berwarna Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : - Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Miring Bentuk gabah : Ramping Warnah gabah : Kuning Bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 19,5 % Bobot 1000 butir : 24 g Rata-rata hasil : 4,0 t/ha Potensi hasil : 5,0 t/ha Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blast dan agak tahan bercak daun

    coklat, rentan hawar daun bakteri strain III dan IV Cekaman lingkungan : Cukup toleran terhadap Fe, dan Salinitas, agak

    toleran terhadap keracunan AL. Anjuran Tanam : Baik untuk lahan rawa potensial, bergambut dan

    sulfat masam Pemulia/Peneliti : Suwarno, T. Suhartini, B. Kustianto, dan Adidyono P. Teknisi : Sudarno, Supartopo, Basaruddin Nasution dan

    Gusnimar Allidawati Dilepas tahun : 1999

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    42

    Varietas Inpara 1 Nomor seleksi : B9852E-KA-66 Asal persilangan : Batang Ombilin Golongan : Cere Indica Umur tanaman : 131 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 111 cm Anakan produktif : 18 batang Warna kaki : Hijau Warna Telinga Daun : Tidak berwarna Warna Daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi Daun Bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Tipe Malai : Kompak Leher Malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk Gabah : Sedang Warna Gabah : Kuning Rata-rata hasil di Rawa Lebak : 5,65 t/ha Rata-rata hasil di Rawa pasang surut

    : 4,45

    Potensi Hasil : 6,47 t/ha Berat 1000 butir : 23,25 g Tekstur Nasi : Pera Kadar Amilosa : 27,93 % Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan Wereng Batang Coklat Biotipe 1 dan 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri dan

    Blast Toleran Cekaman Abiotik : Toleransi keracunan Fe dan Al. Keterangan : Baik ditanam di daerah rawa lebak dan pasang surut Pemulia : Bambang Kustianto, Aris Hairmansis, Supartopo dan

    Suwarno Peneliti : Erwina Lubis, Anggiani Nasution, Santoso, Heni

    Safitri. Teknisi : Basaruddin N., m. Syarif, Panca Hadi Siwi, dan

    Maulana Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamndi Alasan utama dilepas : Hasil tinggi, toleran Fe dan sesuai untuk daerah

    yang menyukai nasi pera.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    43

    Varietas Inpara 2 Nomor seleksi : B10214F-TB-7-2-3 Asal persilangan : Pucuk/Cisanggarung/Sita Golongan : Cere Indica Umur tanaman : 128 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 103 cm Anakan produktif : 16 batang Warna kaki : Hijau Warna Telinga Daun : Tidak berwarna Warna Daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi Daun Bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Tipe Malai : Kompak Leher Malai : SedangKerontokan : Sedang Bentuk Gabah : Sedang Warna Gabah : Kuning Rata-rata hasil di Rawa Lebak : 5,49 t/ha Rata-rata hasil di Rawa pasang surut

    : 4,82

    Potensi Hasik : 6,08 t/ha Berat 1000 butir : 25,66 g Tekstur Nasi : Pulen Kadar Amilosa : 22,05 % Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan Wereng Batang Coklat Biotipe 2 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit Hawar Daun dan Blast Toleran Cekaman Abiotik : Toleransi keracunan Fe dan Al. Keterangan : Baik ditanam di daerah rawa lebak dan pasang surut Pemulia : Bambang Kustianto, Aris Hairmansis, Supartopo dan

    Suwarno Peneliti : Erwina Lubis, Anggiani Nasution, Santoso, Heni Safitri. Teknisi : Basaruddin N., M. Syarif, Panca Hadi Siwi, dan Maulana Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi Alasan utama dilepas : Hasil tinggi, toleran Fe dan sesuai untuk daerah yang

    menyukai nasi pulen.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    44

    Varietas Inpara 3 Nomor seleksi : IR70213-9-CPA-12-UBN-2-1-3-1 Asal persilangan : IR69256/IR43524-55-1-3-2 Golongan : Cere Indica Umur tanaman : 127 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 108 cm Anakan produktif : 17 anakan Warna kaki : Hijau Warna Telinga Daun : Tidak berwarna Warna Daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi Daun Bendera : Tegak Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Leher Malai : Sedang Kerontokan : Sedang Bentuk Gabah : Sedang Warna Gabah : Kuning Jumlah Gabah per malai : 136 butir Rata-rata hasil : 4,6 t/ha Potensi Hasl : 5,6 t/ha Berat 1000 butir : 25,7 g Tekstur Nasi : Pera Kadar Amilosa : 28,6 % Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan Wereng Batang Coklat Biotipe 3 Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit Blast ras 101,123,141,373 ;

    peka terhadap Hawar Daun Bakteri Keterangan : Agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase

    vegetatif, agak toleran keracunan Fe dan Al. Baik ditanaman di daerah rawa lebak, rawa pasang

    surut potensial dan di sawah irigasi rawan terhadap banjir

    Pemulia : Aris Hairmansisi, Bambang Kustianto, Supartopo, Suwarno, Izar Khairulla, S. Sarkarung (IRRI)

    Peneliti : Hamdan Pane, Ismail Abdelbagi (IRRI), Endang Septiningsih (IRRI), Made Oka Adnyana, Erwina Lubis, Anggiani Nasution, Santoso, Arifin Kartoharjono.

    Teknisi : Basaruddin N., m. Syarif, Panca Hadi Siwi, dan Maulana

    Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi Alasan Utama dilepas : Hasil tinggi dan toleran rendaman dilahan sawa irigasi

    yang rawan banjir

    Penyiapan Bibit Padi Tanaman sehat merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi agar

    produktivitas tinggi mendekati potensi genetik dapat dicapai. Sejak awal tanaman padi harus diperlakukan sebaik mungkin, agar air, hara dalam tanah dan radiasi surya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Produksi

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    45

    tinggi dicapai harus seiring dengan meningkatnya efisiensi masukan produksi sumber daya air dan pupuk.

    Kebutuhan tanaman akan air, radiasi surya, dan hara tanaman meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman dimulai dari fase vegetatif sampai fase generatif dan menurun setelah pengisian biji. Fase Vegetatif meliputi masa perkecambahan, tanaman muda dalam bentuk bibit yang akan ditanam pindah, tanaman mudah setelah ditanaman, awal anakan dan anakan aktif. Fase generatif meliputi masa anakan maksimal pada fase premordia, pembungaan, pengisian biji, dan panen.

    Persemaian padi dapat dilakukan di tempat basah dan di tempat kering. Persyaratan untuk persemaian basah adalah : Lokasi persemaian mudah diari dan mudah pula air dibuang, tidak

    ternaungi, terlindungi dari ternak piaraan, tidak ternaungi dan jauh dari cahaya lampu

    Luas persemaian 4% atau 1/25 dari luas pertanaman Lahan dibajak hingga tanah melumpur dengan baik Lebar persemaian 1 1,5 m dan panjang sesuai petakan antara 10 20 m Tambahkan sekam padi atau bahan organik (pupuk kandang) atau

    campuran keduanya sebanyak 2 kg/m2 , gunanya untuk menyuburkan tanah, memudah pencabutan bibit dan mengurangi kerusakan akar bibit

    Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara merata di bedengan persemaian

    Untuk memperoleh bibit yang kuat, taburkan urea 20 40 gram/m2 persemaian pada saat tabur benih

    Cabut bibit secara diagona/miring, bibit yang sudah dicabut bersihkan dari lumpur secara hati-hati agar tidak ada akar yang rusak

    Daftar Pustaka

    Deskripsi varietas padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi Subang Jawa

    Barat tahun 2006 sampai 2009.

    Modul Pelatihan TOT SL-PTT Padi Nasional. Kerja sama : Direktorat Budidaya Srealia Tanaman Pangan, Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian Badan SDM Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi- Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 2008.

    Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. 2004.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    46

    4. PERSIAPAN LAHAN DAN SISTEM TANAM PADI

    Wahyu Wibawa dan Miswarti

    Pendahuluan Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,

    perkembangan dan produktifitas tanaman padi sawah. Produktifitas yang tinggi dapat dicapai jika sejak awal pertumbuhannya, tanaman dapat memanfaatkan sumberdaya (air, karbondioksida, cahaya matahari dan unsur hara) secara optimal. Pengolahan tanah dan sistem tanam merupakan komponen penting dan berpeluang dalam peningkatan produktifitas tanaman padi sawah.

    Pengolahan tanah yang sempurna merupakan salah satu komponen teknologi dasar PTT Padi Sawah. Keuntungan dari pengolahan tanah yang sempurna diantaranya adalah: 1. Mempermudah penanaman (transplanting) 2. Tersedianya media tumbuh yang baik sejak awal pertumbuhan. 3. Meningkatkan efesiensi penggunaan air. 4. Menekan hilangnya unsur hara yang larut dalam air. 5. Menekan pertumbuhan Gulma.

    Pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dapat ditingkatkan melalui sistem tanam. Beberapa sistem tanam yang telah diterapkan di Bengkulu diantaranya adalah sistem tegel, jalur, tidak beraturan (acak), dan legowo. Sistem tanam Legowo merupakan salah satu komponen teknologi pilihan pada PTT Padi Sawah.

    Keuntungan sistem tanam jajar Legowo dibandingkan dengan sistem tegel adalah : 1. Mempermudah pemeliharaan tanaman. 2. Menciptakan kondisi lingkungan yang tidak disukai oleh hama tikus. 3. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang tersedia. 4. Meningkatkan hasil/produktifitas .

    Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan setiap manipulasi mekanik terhadap tanah

    yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    47

    Teknologi Tanpa Olah Tanah (TOT)

    Perbedaan utama bertanam padi sawah tanpa olah tanah dengan bertanam padi biasa hanya pada cara persiapan lahannya. TOT adalah tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida. Syarat utama teknologi TOT adalah penggunaan herbisida disemprotkan pada kondisi kering dan dibiarkan kering selama 5-10 hari setelah penyemprotan. Herbisida yang digunakan harus bersifat sistemik dan ramah lingkungan.

    Adapun keuntungan TOT dibandingkan dibanding dengan tanam biasa adalah : 1. Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan

    penanaman padi sawah biasa. 2. Menghemat biaya persiapan lahan 3. Menghemat waktu musim tanam sehingga dapat meningkatkan Indeks

    Pertanaman (IP)

    Pengolahan tanah minimum (OTM)

    OTM artinya tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah

    Olah Tanah Sempurna (OTS)

    Dalam pengolahan tanah sempurna perlu diperhatikan saluran irigasi (saluran pemasukan dan saluran pembuangan) untuk dibersihkan dan diperbaiki agar jalannya air lancar, mudah diatur dan tidak banyak yang terbuang. Bersihkan dan lapisi pematang agat tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Setelah kering, lumpur pelapis pematang akan mengeras sehingga rumput tidak mudah tumbuh.

    Tanah diolah dengan sempurna sampai kedalaman 15-20 cm. Pengolahan tanah sempurna yaitu jika perbandingan Lumpur dan air 1:1 dicirikan dengan mencelupkan logam stainless ke dalam lumpur lalu diangkat lagi, maka Lumpur tidak menempel dan yang menempel hanya air keruh.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    48

    Penanaman Ada dua cara dalam penanaman padi yaitu tanam benih langsung (Tabela) dan tanam pindah (Tapin).

    1. Tanam Benih Langsung (Tabela)

    Pada hakekatnya sistem tanam benih langsung sama dengan budidaya padi sawah biasa. Perbedaan yang prinsip adalah terdapat pada bentuk fisik bibit yang akan ditanam di sawah. Bibit yang akan ditanam sistem tabela adalah masih berupa benih sedangkan untuk padi sawah menggunakan bibit tanaman dari persemaian yang telah berumur < 21 hari setelah semai. Tabela terbagi dalam tiga sistem yaitu :

    Tebar benih merata Penyebaran benih dapat dilakukan dengan atau tanpa alat bantu di petakan sawah yang telah dipersiapkan. Sistem ini mempunyai ciri tanaman padi tumbuh tidak beraturan, ada yang berjarak rapat dan ada yang renggang. Sebaiknya digunakan herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma karena gulma merupakan masalah utama dalam penanaman tabela

    Sistem tanam dalam alur Tabela dalam sistem ini memerlukan perlakukan dan ciri sebagai berikut : 1) Pada petakan dibuat alur-alur dengan caplak, 2) benih padi setelah direndam/peram kemudian ditanam pada alur-alur di sawah, jarak antar barisan sama sedangkan jarak tanam benih di dalam alur tidak sama dan relatif dekat, 3) Perawatan tanaman relatif lebih mudah dibanding sistem tebar merata.

    Sistem tanam sejajar dua arah Pada sistem ini mempunyai perlakuan dan ciiri sebagai berikut : 1) pada petakan sawah dibuat alur sejajar dua arah dengan menggunakan caplak, 2) benih padi setelah direndam atau diperam kemudian ditanam pada titik persilangan alur. Cara tanam langsung ini dilakukan dengan tangan karena belum ditemukan atabela yang ideal, 3) perawatan tanaman lebih mudah

    2. Tanam Pindah (Tapin)

    Tanam pindah merupakan tanaman padi dalam bentuk bibit yang ditanam dipersemaian kemudian dipindahkan ke lokasi penanaman yang telah ditetapkan.

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    Pada tapin penanaman padi dapat dilakukan pengaturan jarak tanam padi. Jarak tanam akan menentukan populasi per satuan luas. Jarak tanam padi tergantung pada 1) jenis tanaman, 2) kesuburan tanah, 3) ketinggian tempat

    Jenis tanaman Jenis padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar dan sebaliknya jenis padi anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.

    Kesuburan tanah Pada tanah yang subur memerluk jarak tanam yang lebih lebar dibandingkan dengan tanah yang kusubur penyerapan hara oleh akar penentuan jarak tanam.

    Ketinggian Tempat Daerah yang mempunyai ketinggianmembutuhkan jarak tanam yang lebdataran rendah, hal ini berkaitan deng

    Cara Penanam

    Ada tiga cara pengaturan tanam padi yang1. Secara acak/ tak beraturan

    Tanam padi secara acak / tak beratjarak tanamnya tidak teratur. Penankelemahan atau kerugian karena popsulit dalam perawatan seperti penyianhama dan penyakit.

    Tanaman padi yansecara tidak ber

    an

    rang subur karena pada tanah yang lebih baik sehingga mempengaruhi

    tertentu seperti pegunungan akan ih rapat dari pada jarak tanam di an penyediaan air

    an padi

    biasa ditemui yaitu:

    uran merupakan cara tanam yang aman cara ini mempunyai banyak ulasi tanaman tidak dapat dihitung, gan, pemupukan dan pengendalian

    g ditanam aturan.

    49

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    2. Bujur Sangkar (tegel)

    Tanam padi secara bujur sangkar (tegel) merupakan cara tanam yang teratur dan lurus. Dalam pengaturan jarak ini biasanya menggunakan tali atau caplak (penggaris yang terbuat dari kayu dan sudah memakai jarak tanam). Secara umum rekomendasi jarak tanam yang dianjurkan adalah 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Cara ini mempunyai kelebihan dibanding dengan cara acak yaitu populasi tanaman dapat dihitung persatuan luas.

    Petani menggunakan caplak dalam pembuatan garis

    Tanaman padi yang ditanam secara bujur sangkar

    3. Legowo

    Legowo berasal dari bahasa jawa yaitu lego = luas / lega dan dowo = memanjang, yang artinya sistem tandur jajar dimana antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih besar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi. Pengaturan jarak tanam dalam sistem inii dianjurkan menggunakan caplak dibanding dengan tali karena dalam pelaksanaannya lebih mudah. Arah tanam legowo sebaiknya sejajar dengan arah sinar matahari. Tanam cara legowo dapat diterapkan baik pada tanam benih langsung (tabela) maupun tanam pindah (tapin). Kelebihan cara tanam legowo adalah: 1) Jumlah populasi meningkat dibanding cara bujur sangkar (tegel), 2) terdapat ruang kosong sehingga memudahkan aktifitas petani dalam pemeliharaan/perawatan seperti pemupukan, penyiangan, penyemprotan hama dan penyakit, 3) sangat cocok untuk diterapkan minapadi.

    Legowo yang dikenalkan ada dua yaitu legowo 2:1 dan legowo 4:1.

    Legowo 2:1 adalah bibit ditanam per dua baris, jarak antar baris 20 cm, jarak tanam dalam barisan 10 cm dan jarak antar 2 barisan adalah 40 cm. Legowo 4:1 adalah bibit ditanam per 4 baris, jarak atara baris 20 cm, jarak

    50

  • Panduan Teknologi Mendukung Program SL-PTT Padi

    tanam dalam 2 barisan.

    Daf

    Aak.

    Bedr

    Busy

    Misw

    Legowo 2:1

    Legowo 4:1

    Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak (bersama-sama) dengan cara sebagai berikut: 1. Segenggam bibit dipegang ditangan kiri, tangan kanan mengambil

    bibit 1-3 batang dari tangan kiri. 2. Bibit ditanam pada perpotongan goresan caplak (untuk bujur sangkar)

    sedangkan untuk legowo bibit ditanam seperti yang disebut diatas. 3. Kedalaman bibit 3-4 cm. Penanaman bibit yang terlalu dangkal (4 cm) mengakibatkan menghambat pertumbuhan sistem perakaran sehingga anakan sedikit dan berkurang.

    tar Pustaka

    2002. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.

    iyetti. 2000. Minapadi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Bengkulu.

    ra, Nurli Izhar, Sigit Handoko. 2001. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Dengan Perbaikan Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi

    arti, Gunawan, Zul Efendi, Hidayatullah. 2005. Teknologi