pengendalian dengan pasir outmeal

17
PENGENDALIAN DENGAN PASIR OATMEAL Oleh : Meyriska Pravita Dewi B1J010213 Asteroida Diza B1J011042 Annisa Dwinda F. B1J011082 Dwi Agustina B1J011171 Opik Taofik B1J011174 Kelompok 5 Rombongan I Asisten : Fitria Agustina LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Upload: arbiansyah-adinegara

Post on 23-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN OATMEAL

TRANSCRIPT

PENGENDALIAN DENGAN PASIR OATMEAL

Oleh :Meyriska Pravita Dewi B1J010213Asteroida Diza B1J011042Annisa Dwinda F. B1J011082Dwi Agustina B1J011171Opik Taofik B1J011174

Kelompok 5Rombongan IAsisten : Fitria Agustina

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2013I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman pertanian. Selama ini mengatasinya dengan menggunakan pestisida kimia, namun pestisida banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya organisme nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Mengatasi masalah tersebut, dapat menggunakan cara yang lebih aman, diantaranya yaitu, pemanfaatan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap patogen dan pemanfaatan tanaman sebagai pestisida nabati (Kardinan, 2001). Mikroorganisme yang terdapat di alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Setiap mikroba yang terdapat dalam tanah bersifat antagonistik terhadap mikroba lainnya pada kondisi lingkungan yang memungkinkan munculnya sifat tersebut. Potensi antagonistik selalu ada pada setiap mikroba tanah, sehingga metabolit bercampur baur, dan salah satunya akan menjadi penghambat bagi mikroba lainnya (Kardinan, 2001). Banyak jamur yang memiliki interaksi antagonisme ataupun bersifat parasit terhadap jamur lain. Sifat ini banyak digunakan sebagai pengendali hayati terhadap patogen tumbuhan. Penggunaan Biofungisida Trichoderma harzianum merupakan salah satu alternatif dalam mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen tular tanah. Trichoderma harzianum menggunakan berbagai mekanisme yaitu mekanisme kompetisi untuk ruang dan nutrisi, mikoparasitisme, produksi senyawa penghambat, inaktivasi patogen enzim, dan ketahanan tanaman yang diinduksi (Bokhari dan Perveen, 2012). Jamur Trichoderma spp. diketahui mempunyai sifat antagonis terhadap Sclerotium rolfsii, Fusarium oxyaporum. f.sp. cubense ,dan Rhizoctonia solani (Supriati et al., 2010).

B. TujuanTujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh mekanisme dan seberapa besar kemampuana penekanan antagonistik Trichodermaspp. terhadap pembentukan dan viabilitas sklerotia pada Sclerotium rolfsii.

II. MATERI DAN METODEA. AlatAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu autoklaf, oven, laminar air flow (LAF), lemari pendingin, pinset, lampu bunsen, timbangan, blender, ayakan, tabung reaksi, cawan perti, labu erlenmeyer.Bahan-bahan yang digunakan yaitu Jamur Trichoderma spp, Sclerotium rolfsii, media PDA, media agar air, butiran pasir, sereal oatmeal,

B. Cara KerjaCara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah, sebagai berikut :1. Pembuatan inokulum0,75 gr oatmeal 1,5% Akuades 3ml50 grPasir 98,5%

Sterilisasi autoklaf 1210C, 1 atm, 15 menit

Erlenmeyer 50 grBaki

Dinginkan

Masukan isolate 3 plug

Inkubasi 7 x 24 jam

2. Uji eksploitasia. Uji penghambatan

Inkubasi 5 minggu di agitasi selama 1 menit dan setiap hari

Inokulum Trichoderma harzianumMedia baru pasir oatmealInokulum Sclerotia rolfsii

dituang

Sklerotia di pisahkan dan di hitung

Di oven 600 C selama 18 jamHasil inkubasi

Rumus :

b. Uji viabilitas

Rumus :

Amati yang tumbuh dan masukan rumusInkubasi 3 x 24 jamMedia agar airSklerotia yang telah dipisahkan diambil sebanyak 5 biji

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilTable 1. Uji Penghambatan KelompokJumlah sklerotiaPersentase pertumbuhan (%)Persentase penghambatan (%)

KontrolPerlakuan

100

200

300

400

501

600

Table 2. Uji Viabilitas sklerotia kelompokViabilitas (%)

1

2

3

4

5

6

Gambar 2. Uji Viabilitas Gambar 1. Sklerotia dalam Pasir Oatmeal

B. PembahasanPengendalian hayati menggunakan metode pasir-oatmeal merupakan pengendalian untuk menekan pertumbuhan Sclerotium rolfsii yang akan membentuk sklerotia dengan adanya Trichoderma harzianum yang bersifat antagonis bagi patogen tanaman. Sclerotium rolfsii pada fase tertentu akan membentuk sklerotia. Sklerotia mempunyai kemampuan bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim melalui fase dormansi, sehingga menggunakan pasir-oatmeal karena memiliki kandungan nutrisi yang sedikit dengan kelembapan yang rendah. Trichoderma harzianum yang terkandung dalam pasir-oatmeal akan menghambat pertumbuhan sklerotia. Metode pasir-oatmeal ini membutuhkan bahan-bahan, diantaranya yaitu butiran pasir steril berfungsi sebagai media pertumbuhan sklerotia yang dihambat oleh jamur antagonis; sereal oatmeal merupakan nutrisi tambahan dalam pasir steril; media PDA merupakan nutrisi bagi jamur; dan media agar air merupakan media perkecambahan sklerotia (Kartini dan Widodo, 2000). Trichoderma spp. merupakan jamur asli tanah yang bersifat menguntungkan karena mempunyai sifat antagonis yang tinggi terhadap jamur-jamur patogen tanaman budidaya. Trichoderma spp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (sprektum pengendalian luas). Jamur Trichoderma spp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa mekanisme hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis. jenis Trichoderma spp. yang umum dijumpai di Indonesia adalah: T. piluliferum, T. polysporum, T. hamatum, T. koningii, T. aureoviride, T. harzianum, T. longibrachiatum. T. psudokoningii, dan T. viride (Purwantisari dan Hastuti, 2009).Sclerotium rolfsii merupakan patogen yang menyerang hampir semua tanaman pertanian. Tanaman tersebut meliputi, famili Leguminoceae (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, buncis), Gramineae (padi, jagung, sorgum, terigu, rumput teki), Solanaceae (tomat, terung, kentang), Cucurbitaceae (kelompok labu), kapas, kubis, wortel, bit gula, bawang merah, krisan, dan tembakau (Semangun 1993). Faktor-faktor yang memengaruhi cara bertahan hidup S. rolfsii sangat kompleks, meliputi faktor biotik (interaksi dengan mikroorganisme lain), dan abiotik yang meliputi suhu, kelembapan tanah, kandungan oksigen, dan pH tanah (Sumartini, 2012).Bentuk teleomorf dari cendawan S. rolfsii adalah Athelia rolfsii, termasuk ke dalam kelompok cendawan Agonomycetes. Miselium cendawan S. rolfsii berwarna putih seperti bulu. Sel hifa primer di bagian tepi koloni mempunyai lebar 49 m, dan panjang mencapai 350 m (Semangun, 1993). Hifa mempunyai satu atau lebih hubungan klan. Sel hifa sekunder, tersier, dan seterusnya berukuran lebih kecil dari sel primer dan mempunyai lebar 1,62 m. Percabangannya membentuk sudut yang lebih besar dan tidak mempunyai hubungan klan (Sumartini, 2012).Sclerotium rolfsii banyak ditemukan pada musim hujan, terutama pada tanah yang lembap. S. rolfsii membentuk struktur dorman, yaitu sklerotia pada permukaan tanah atau pangkal batang. Sklerotia mempunyai kulit tebal dan keras sehingga tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, terutama kekeringan dan suhu tinggi. Masa dorman akan berakhir jika kondisi lingkungan cocok untuk perkembangannya. Bahan-bahan kimia yang bersifat menguap yang dihasilkan oleh akar tanaman akan menstimulasi sklerotia untuk segera berkecambah menjadi hifa yang siap menginfeksi bagian tanaman pada daerah rizosfer (zona perakaran) (Sumartini, 2012).Seperti jamur yang lain, S. rolfsii juga mempunyai hifa, tetapi hifanya tidak membentuk spora melainkan sklerotia sehingga, identifikasinya didasarkan atas karakteristik, ukuran, bentuk, dan warna sklerotia. Sklerotia pada media buatan, baru terbentuk setelah 811 hari. Sklerotia terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit dalam, kulit luar, dan kulit teras. Pada kulit dalam terdapat 68 lapisan sel, kulit luar 46 lapisan sel, sedangkan kulit teras terdiri atas benang-benang hifa yang hialin dan tidak mengalami penebalan dinding sel (Chet et al. 1969).Lapisan dalam sklerotia terdapat gelembung-gelembung yang merupakan cadangan makanan. Sklerotia yang tua, bagian dalamnya mengandung gula, asam amino, asam lemak, dan lemak, sedangkan bagian dindingnya mengandung gula, kitin, laminarin, asam lemak, dan 13 glukosida. Permukaan sklerotium dapat mengeluarkan eksudat berupa ikatan ion, protein, karbohidrat, enzim endopoligalakturonase, dan asam oksalat. Asam oksalat yang dihasilkan S. rolfsii bersifat racun terhadap tanaman (fitotoksik). S. rolfsii juga mengeluarkan L-prolin yang merupakan antibiotik terhadap bakteri tertentu. Masa awal pertumbuhannya, pembentukan asam oksalat akan meningkat (Sumartini, 2012).Sclerotium rolfsii merupakan salah satu inang utama Trichoderma harsianum. Trichoderma harsianum akan menekan perkembangan Sclerotium rolfsii dan menghambat pembentukan sklerotia dengan adanya metabolit sekunder yang dihasilkan. Trichoderma akan mempenetrasi hifa atau menyelubungi sklerotia dan selanjutnya mendegradasi dinding sel melalui produksi enzim glukanase dan chitinase (Kuswinanti, 2006 ).Hasil yang didapat dalam praktum pengendalian pasir-oatmeal ini semua kelompok memiliki persentase penghambatan 100 % dengan persentase pertumbuhannya 0 %. Hal ini sesuai dengan referensi sumartini (2012), yang menyatakan bahwa Trichoderma harzianum akan menekan pertumbuhan sklerotia. Sclerotium rolfsii dapat tumbuh pada tanah yang lembap dan membentuk sklerotia. Jumlah sklerotia di dalam tanah organik lebih banyak daripada di pasir-oatmeal karena tanah organik mengandung nutrisi dan kelembapan yang tinggi, sedangkan pasir-oatmeal hanya sedikit nutrisi dengan kelembaban yang rendah. Hasil uji viabilitas dari kelompok 2,5, dan 6 didapat 20 %, kelompok 3 dan 4 didapat 40 %, sedangkan kelompok 1 didapat 80%. Hal ini sesuai dengan Kartini dan Widodo (2000) yang menyatakan bahwa media agar cair sebagai tempat perkecamahan sklerotia. Sklerotia yang tidak berkecambah pada medium yang sama karena terdapat empat kemungkinan yaitu adanya sklerotia rusak (pecah/kisut) dan tidak di tumbuhi mikroorganisme; sklerotia utuh dan ditumbuhi mikroorganisme; slerotia rusak dan ditumbuhi mikroorganisme; skleotia utuh dan tidak di tumbuhi mikroorganisme.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Pengendalian pasir-oatmeal merupakan pengendalian untuk menekan pertumbuhan Sclerotium rolfsii yang akan membentuk sklerotia dengan adanya Trichoderma harzianum yang bersifat antagonis bagi patogen tanaman.2. Trichoderma harzianum merupakan salah satu altarnatif dalam mengendaliakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen tular tanah.3. Sclerotium rolfsii merupakan patogen yang menyerang hampir semua tanaman pangan.4. Sclerotium rolfsii mempunyai hifa, tetapi hifanya tidak membentuk spora melainkan sklerotia.5. Trichoderma harzianum menghambat pembentukan sklerotia dengan adanya metabolik sekunder yang dihasilkan.6. Uji viabilitas menggunakan media agar air sebagai tempat perkecambahan sklerotia.

B. SaranPraktikum selanjutnya dalam pegendalian menggunakan pasir-oatmeal asisten sudah jelas dalam menjelaskan, tetapi kurangnya referensi sebagai kendala dalam pembuatan laporan ini.

DAFTAR REFERENSI

Bokhari, A.N and Perveen, K. 2012. Antagonistic action of Trichoderma harzianum and Trichoderma viride against Fusarium solani causing root rot of Tomato. African Journal of Mikrobiology Research Vol 6 (44) : 7193-7197.Chet, I., Y. Henis, and Kislev. 1969. Ultrastructure of sclerotia and hyphae of Sclerotiu rolfsii Sacc. Gen. Microbiol. Vol 57 : 143 147.Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.Kartini dan Widodo. 2000. Pengaruh Solarisasi Tanah Terhadap Pertumbuhan Sclerotium rolfsii SACC. Dan Patogenisitasnya pada Kacang tanah. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan Vol 12 (2) : 53-59.Kuswinanti, T. 2006. Efektivitas Trichoderma harzianum dan Gliocladium virens dalam Menekan Pertumbuhan Sclerotium rolfsii, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Kacang Tanah. Buletin Penelitian Vol 9 (1) : 10-17.Purwantisari, S. dan Hastuti, B. R. 2009. Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang dengan Menggunkan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Bioma Vol 11 (1) : 24-32.Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Sumartini Penyakit Tular Tanah (Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani) pada Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Serta Cara Pengendaliannnya. Jurnal Litbang Pertanian Vol 31 (1) : 27-34.Supriati, L., Mulyani, B., R., Lambang, Y. 2010. Kemampauan Antagonis Beberapa Isolat Trichoderma sp. Indigenous terhadap Sclerotium rolfsii Secara In Vitro. Jurnal Agroscientiae Vol 17 (3) : 119-122.