pengenalan struktur, litologi dan proses geomorfologi berdasarkan bentuk lahan yang ada

23
ACARA I PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur, litologi, proses dan ciri bentuk lahan asal genesis. 2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta topografi / peta kontur tersebut. II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta topografi / kontur 2. Peta Geologi Lembar Yogyakarta 3. Transparansi 4. OHP 5. Perlengkapan alat tulis-menulis 6. Kertas kalkir III. DASAR TEORI Salah satu kunci pokok dalam mempelajari Geomorfologi adalah “ Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang bekerja pada suatu kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam satu proses, 1

Upload: bekti-hore2

Post on 15-Jun-2015

6.141 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

ACARA I

PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES

GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

I. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur, litologi, proses dan ciri bentuk

lahan asal genesis.

2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta

topografi / peta kontur tersebut.

II. ALAT DAN BAHAN

1. Peta topografi / kontur

2. Peta Geologi Lembar Yogyakarta

3. Transparansi

4. OHP

5. Perlengkapan alat tulis-menulis

6. Kertas kalkir

III. DASAR TEORI

Salah satu kunci pokok dalam mempelajari Geomorfologi adalah “

Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan

evolusi yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang

bekerja pada suatu kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam

satu proses, akan tetapi telah banyak mengalami proses yang banyak,

bervariasi maupun berulang-ulang yang pada akhirnya akan membentuk

kenampakan yang komplek seiring dengan berjalannya waktu.

Dalam hal ini struktur geologi dan litologi mempunyai peranan

yang penting dalam analisis geomorfogi, karena dapat diketahui proses-

proses yang telah terjadi baik yang bersifat kontruksional maupun

destruksional.

1

Page 2: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

PENDEKATAN

Beberapa kenampakan peta topografi yang penting untuk diperhatikan

dalam melakukan penafsiran adalah :

1. Pola aliranArthur D. Howard telah mengklasifikasikan pola aliran

sungai dalam beberapa kategori yaiti pola dasar, modifikasi pola

dasar dan gabungan modifikasi pola dasar. Dengan demikian setiap

pola mencerminkan struktur dan proses yang mengontrolnya. Telah

dikenal 8 pola dasar aliran sungai yaitu :Dendritik

Pola berbentuk cabang / mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan

mendatar sedimen – sedimen yang satu jenis, atau batuan yang

mempunyai resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran

bentuk silang pohon dak atau beringin.

1. Paralel

Pola yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah

dengan kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada

singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring.

2. Trelis

Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang

miring / terlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga

pada daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus ataupada

daerah dengan berbukit – bukit sejajar.

3. Rektangular

Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trellis, hanya jumlah

sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit.

4. Radial

Pola berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk

berhubungan atau berbentuk kerucut, sabagai umum pada daerah gunung

api.

5. Anular

Pola berbentuk cincin ini terletak di daerah sekitar bumbungan

(kubah) terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan

2

Page 3: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

keras, sehingga sungai trutama sungai utama mengalir sejajar arah lapisan,

anak sungai, searah dengan kemiringan lapisan.

6. Multibasinal

Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement

berbagai variasi dari kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah dengan

banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi sekarang. Atau

pada daerah dengan cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.

7. Kontorted

Pola ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek.

Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfose kompleks dengan

lipatan yang intensif, patahan, intrusi, kekar dan lain-lain.

Klasifikasi lembah sungai berdasarkan pada tahapan siklus geomorfik

adalah yang paling banyak dipergunakan. Penamaannya tergantung pada

sifat - sifat erosinya yang berkembang pada tahapan yang berbeda - beda

selama perkembangan evolusinya, dan penamaan ini tdak berhubungan

dengan umur atau waktu tetapi lebih ke arah hubungan antara erosi dengan

kondisi geologi dan struktur geologinya.

Berdasarkan sistem ini, lembah sungai terbagi maenjadi :

a) Lembah sungai muda

Cirinya :

Lembahnya berbentuk V

Erosinya vertikal sangat intensif

Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram – jeram dan air

terjun.

b) Lembah sungai dewasa

Cirinya :

Erosi lateral telah bekerja

Sedimentasi dan erosi mulai sebanding sehingga menghasilkan

sungai yang relatif simetris.

Mulai memperlihatkan kelokan – kelokan dengan sudut besar.

3

Page 4: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

c) Lembah sungai tua

Cirinya :

Proses sedimentasi lebih besar dari pada erosi

Mempunyai bentuk – bentuk yang khas seperti pola berkelok –

kelok tajam

Adanya danau punuk sapi dan tanggul alam.

Penyempitan dan pelebaran tanah

Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba.

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal

terpenting adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukan

adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit

maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta

pola aliran sungai.

Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang

menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran,

dan pembelokan perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai

paralel atau rektangular.

Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trelis atau

paralel, dan adanya bentuk-bentuk “dip-slope” yaitu suatu kontur

yang rapat di bagian depan dan merenggang makin ke belakang.

Jika setiap bentuk “dip-slope “ ini diinterpretasikan untuk seluruh

peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan

kemudian. Pola “dip-slope” seperti ini mempunyai beberapa istilah

yang mengacu pada kemiringan perlapisan.

Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan

kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.

Intrusi; umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan

rapat, sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial

atau anular.

4

Page 5: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur

yang jarang dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.

Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan

mempunyai kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang

dibatasi secara tiba-tiba oleh pola kontur jarang yang mempunyai

elevasi sama atau lebih tinggi.

Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur

melingkar erupa bukti-bukti dalam penyebaran yang relatif luas,

terdapat beberapa pergeseran bentuk-bentuk topografi, kemungkinan

juga terdapat beberapa kelurusan, dengan pola aliran sungai

rektangular atau “contorded”.-daerah slump, umumnya dicirikan

oleh banyaknya pola “dip-slope” dengan penyebarannya yang tidak

menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan “acak-acakan”.

Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang menerus,

tetapi berkesan terpatah-patah.

Berdasarkan kenampakan – kenamapakan tersebut diatas dapat dilakukan

pendekatan untuk mengetahui :

1. Litologi

Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat

digunakan untuk membedakan :

a. Batuan keras ( litilogi resisten )

b. Batuan lunak ( litologi non resisten )

c. Batuan urai ( umumnya berupa endapan vulkanik )

d. Batuan karbonat ( karst topografi )

Adapun cara – cara penafsirannya :

a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras atau resisten.

b. Kontur jarang atau renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak

5

Page 6: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

c. Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda

dengan pola kontur disekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang

keras.

2. Struktur Geologi

Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan , sesar, dan kekar,

yang dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau garis kontur

pada peta topografi.

a. Struktur lipatan

Dapat dikatahui dengan menafsirkan kedudukan perlapisan

batuannya.

Kedudukan lapisan batuan /

kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan dengan

kenampakan kerapatan konturnya. Dimana lapisan miring

dicirikan oleh adanya gawir-gawir terjal ( ditunjukkan dengan

garis kontur yang rapat ) yang memotong lapisan dan arah

kemiringan batuan tersebut dengan kemiringan landai dari

topografinya ( diperlihatkan dengan punggungan yang landai )

hal ini pada peta topografi ditunjukkan dengan pola garis kontur

yang renggang.

Kemiringan lapisan batuan tersebut

dapat mempunyai arah kemiringan satu arah ( berlawanaan ), tiga

arah, dan segala arah. Kemiringan satu arah disebut sayap

lipatan, dua arah lipatan disebut sinklin atau antiklin, tiga arah

disebut lipatan ( sinklin atau antiklin ) menujam serta kemiringan

lapisan segala arah disebut dome.

Lapisan horizontal, dicirikan

dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang jarang,

tebing-tebing bisa terjal atau bervariasi atau berundak

( tergantung resistensi batuannya ) dengan pola kontur

menyesuaikan dan relatif sama.

6

Page 7: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

b. Struktur sesar

Ditandai dengan :

Pola kontur yang panjang , lurus, dan rapat

Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak

serta menyimpang dari pola arah umum.

Jajaran triangular facet

Jajaran mata air

Perlengkungan dari perlurusan punggungan serta adanya offset

morfologi.

c. Struktur kekar

Ditandai dengan adanya kelurusan gawiwr-gawsir, lembah-lembah,

bukit-bukit, dan celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan

tidak hanya satu arah. Atau dapat pula dilihat dari pola

perkembangannnya.

IV. LANGKAH KERJA

1. Mengamati secara cermat peta topografi yang tersedia

2. Membuat pola aliran pada masing-masing peta topografi yang tersedia

dengan berdasarkan sifat konturnya ( lembah dan punggungan )

3. Mengklasifikasikan termasuk jenis pola aliran yang mana

4. Menentukan jenis litologi yang ada dengan pendekatan peta topografi.

5. Mencari struktur yang bekerja, kemukakan bukti-bukti yang memperkuat

6. Melengkapi informasi yang ada pada masing-masing bentuk lahan , seperti

material pada umumnya berada pada bentuk lahan tersebut serta proses

geomorfologinya berdasarkan referensi yang terkait.

7. Membuat penampang melintang A – B yang mewakili variasi kenampakan

permukaan pada peta tersebut.

7

Page 8: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Peta yang digunakan sebagai objek praktikum ini adalah Peta

Rupa Bumi Indonesia lembar Bantul dengan skala 1: 25.000 dan Peta

Geologi Yogyakarta dengan skala 1: 100.000. Adapun hasil akhir dari

praktikum ini adalah peta klasifikasi bentuk lahan pada sebagian

wilayah Bantul. Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah

pengamatan dan pembatasan daerah objek praktikum. Dalam hal ini

adalah wilayah Bantul, Yogyakarta. Langkah berikutnya adalah

melakukan analisis pola aliran sungai, berikut litologi, bentuk lahan

beserta struktur geologinya. Setelah dilakukan analisis kemudian

dilakukan pen-deliniasi-an masing-masing kenampakan morfologi dari

daerah terkait. Tingkat kerapatan garis kontur dapat diajdikan salah

satu pendekatan dalam analisis litologi. Dimana semakin rapat garis

kontur atau semakin morfologi suatu daerah maka litologi daerah

tersebut dapat dikatakan memiliki litologi yang semakin keras (litologi

resisten).

Dari hasil pengamatan pola aliran sungai di daerah Bantul,

terutama pada sungai induk, yaitu Kali Progo yang kemudian menyatu

dengan Kali Opak dan bermuara di Samudra Indonesia, didapati bahwa

sungai-sungai yang mengalir memiliki kelokan-kelokan yang

menyudut dan orde sungai tidak terlalu banyak. Hal ini

mengindikasikan bahwa di daerah tersebut memiliki banyak patahan.

Dari ciri yang demikian maka dapat pula disimpulkan bahwa pola

aliran sungai di daerah Bantul adalah pola aliran Rektangular.

Pendekatan pembatasan litologi adalah dengan pendekatan

garis kontur. Dimana daerah pengamatan praktikum adalah daerah

yang dilalui mandala pegunungan selatan sehingga memiliki kerapatan

kontur yang relative rapat. Dengan demikian litologi yang dominant di

daerah ini adalah litologi resisten/keras, diantaranya adalah wilayah

Timur Laut Kali Progo dan membujur ke arah tenggara berupa

8

Page 9: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

perbukitan dan pegunungan. Tetapi tidak seluruh kawasan ini

litologinya resisten, ada pula sebagian wilayah lain yang non resisten,

diantaranya adalah daerah sekitar yang berdekatan dengan Kali Progo

dan Kali Opak. Di daerah ini didominasi oleh persawahan yang datar

atau berkontur renggang. Di samping itu terdapat pula kenampakan

bukit-bukit karst berbentuk kerucut yang sering disebut sebagai

conickel hill. Conickel hill adalah bagian dari litologi resisten, karena

kontur yang terbentuk berupa kontur melingkar dan rapat.

Berikutnya adalah analisis mengenai struktur geologi, dimana

struktur geologi yang banyak berkembang di wilayah ini adalah

struktur kekar. Hal ini dapat dimengerti karena secara geologis masih

terkait dengan zona patahan lempeng benua Eurasia dan lempeng

samudra Australia di selatan pulau jawa, yang efeknya masih tampak

hingga ke daratan pesisir selatan Jawa. Selain itu dari analisis pola

kontur, didapati bahwa kontur di daerah tersebut berbentuk

memanjang dan rapat. Didukung pula oleh pola aliran sungai yang

berkelok menyudut secara tiba-tiba. Hal ini sepenuhnya

mengindikasikan bahwa di bawah permukaan daerah tersebut terdapat

kekar-kekar yang berkembang. Kekar ini terutama berkembang

membelah Kali Progo membujur dari Utara-Selatan, dan Timur Laut

Kali progo ke arah Barat Daya berupa perbukitan yang membentang.

Setelah analisis litologi dan geologi, selanjutnya adalah analisis

bentuk lahan. Bentuk lahan daerah tersebut didominasi tiga bentukan

lahan utama, yaitu:

a) Bentuk Lahan Fluvial

Bentuk Lahan Fluvial adalah bentuk lahan asal bentukan banjir,

baik berupa erosi maupun sedimentasinya. Bentuk lahan seperti ini

umumnya terdapat di sekitar aliran sungai. Demikian pula yang

terjadi di daerah pengamatan praktikum. Penyusun utama bentuk

lahan fluvial adalah material Aluvium yang berupa tanah alluvial

dan sangat baik untuk lahan pertanian, terutama sawah. Bentuk

9

Page 10: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

Lahan Fluvial banyak berkembang di sekitar Kali Progo dan Kali

Opak. Tak ayal di sekitar wilayah ini pun berkembang daerah

persawahan. Ciri dari bentuk lahan ini adalah kerapatan konturnya

yang renggang. Untuk membatasinya, menggunakan pendekatan

kontur, yaitu diambil batas terluar pada perubahan dari jajaran

kontur dengan kerapatan yang renggang menuju kontur yang rapat.

b) Bentuk Lahan Struktural

Bentuk Lahan Struktural adalah bentuk lahan akibat bentukan

geomorfologis. Proses yang terjadi meliputi pengangkatan,

penurunan dan perlipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur

geologi tertentu. Pengangkatan dan penurunan ini sangat erat

kaitanya dengan adanya sesar di daerah terkait. Di daerah

pengamatan, Bentuk Lahan Struktural beruwujud adanya kawasan

perbukitan atau pegunungan yang membujur dari arah Timur Laut

hingga ke Barat Daya. Dimana kenampakan ini dicirikan oleh pola

kontur yang rapat dan memiliki litologi resisten yang tidak baik

untuk pertanian.

c) Bentuk Lahan Karst Topografi

Dari ketiga bentuk lahan yang ada di daerah Bantul, Bentuk Lahan

Karst Topografi adalah yang paling luas sebaranya. Kawasan Karst

daerah ini merupakan satu kesatuan dengan Karst yang ada di

Gunungkidul. Bentuk Lahan Karst terjadi akibat proses pelarutan

atau solusional batuan kapur oleh tenaga air. Hasilnya berupa

connikel hill-connickel hill.

Dimana pelarutan oleh air ini masuk melalui celah-celah sesar atau

retakan. Seiring waktu, maka air yang masuk akan menggerus dan

melarutkan batuan kapur yang lapuk, hingga terbentuklah bukit-

bukit kapur berbentuk kerucut (conickel hill). Berikut klasifikasi

bentuk lahan yang tampak dari hasil pengamatan:

No Bentuk

Lahan

Pola Aliran Struktur

Geologi

Material

Penyusun

Proses

Geomorfologi

Keterangan

10

Page 11: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

1 Fluvial Rektangular Sesar Aluvium Erosi,

sedimentasi

Sekitar

Kali Progo

dan Kali

Opak

2 Struktural Rektangular Sesar Kapur Erosi Termasuk

dalam

formasi

Nglanggran

3 Karst

Topografi

Dendritik Antiklin Kapur Solusional Termasuk

dalam

formasi

Wonosari

2. Pembahasan

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, wilayah Bantul

merupakan wilayah dengan struktur sesar di bawahnya. hal ini

diketahui dengan melihat pola aliran sungai yang rectangular dan

dendritik, berbentuk aliran yang berkelok dengan tikungan yang tiba-

tiba dan tajam. Sungai pada peta dilambangkan dengan symbol garis

berwarna biru.

Melalui pendekatan kontur, didapat pula tiga pembagian

wilayah litologi. Dimana pendekatan kontur ini menggunakan kaidah

bahwa semakin rapat kontur yang terbentuk, maka semakin

keras/resisten pula batuanya. Ketiga pembagian litologi tersebut antara

lain; Batuan Karbonat, Batuan Keras, dan Batuan Lunak.

Sedangkan bentuk lahan, dengan pendekatan yang sama,

ditemukan tiga bentuk lahan yag berkembang di daerah tersebut.

Ketiga bentuk lahan tersebut antara lain; Bentuk Lahan Fluvial, Bentuk

Lahan Struktural, dan Bentuk Lahan Karst.

Dalam pelambangan kedalam peta, untuk masing-masing

fenomena hendaknya menggunakan perlambangan yang sesuai dengan

11

Page 12: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

konvensi. Semua hasil tangkapan dari analisis sebelumnya, di dalam

peta dilambangkan sebagai berikut:

Peta Pola Aliran dan Litologi:

: Sungai

: Batuan Karbonat

: Batuan Keras

: Batuan Urai

: Batuan Lunak

Peta Struktur Geologi dan Bentuk Lahan:

: Sesar

: Antiklin

: Sungai

: Bentuk Lahan Karst Topografi

: Bentuk Lahan structural

: Bentuk Lahan Fluvial

Hasil Diskusi

Wilayah selatan pulau jawa tidak dapat dipungkiri lagi

merupakan kawasan yang merasakan dampak langsung dari adanya

zona subduksi di dua lempeng benua dan samudra di selatan pulau

jawa. Hal iini berakibat pada banyaknya sesar yang terbentuk di

12

Page 13: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

sepanjang wilayah pesisir selatan, termasuk pula di dalamnya wilayah

Bantul. Wilayah ini memiliki sesar-sesar yang masih aktif dan

berpotensi besar untuk terus bergerak. Salah satu sungai yang melintasi

daerah ini yaitu Kali Oyo adalah salah satu sungai yang mengalami

pengangkatan atau uplift akibat pergeseran sesar ini. Indikasi adanya

sesar juga didukung oleh adanya bentang alam solusional berupa

konickel hill-konickel hill. Dimana konickel hill itu sendiri terbentuk

karena adanya retakan dalam struktur geologinya, dan retakan itu

teraliri air yang terus menggerus dan melarutkan batuan kapur hingga

terbentuk semacam bukit-bukit kecil berbentuk kerucut yang

menjulang.

Memasuki wilayah utara Bantul, akan ditemui pula

kenampakan antiklin yang merupakan perpanjangan dari mandala

pegunungan selatan. Tetapi pengangkatan yang terjadi tidak sekuat

pada daerah selatan, di daerh utara walaupun terjadi pengangkatan

tetapi hanya membentuk bukit-bukit kecil yang bergelombang.

Dari masing-masing bentuk lahan yang ada di kawasan

tersebut, perlu pula kiranya diketahui berapa besar perbandingan

perbedaan ukuran dan bentuknya walaupun tidak secara mendetail.

Untuk itu dibuat penampang/profil melintang yang dapat mewakili

kenampakan seluruh bentuk lahan yang ada. Hasil dari pemotongan

profil pada peta bentuk lahan tersebut dapat digambarkan pada

diagram penampang berikut:

VI. KESIMPULAN

13

Page 14: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

Dari pembahasan dan berbagai pengamatan sebelumnya, dapat

diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Langkah-langkah pembuatan Peta Pola Alira

Sungai, Litologi, Struktur Geologi dan Bentuk Lahan adalah sebagai

berikut:

a) Mengamati Peta Topografi daerah yang

dimaksud.

b) Membuat pola aliran pada masing-masing

peta topografi daerah yang dimaksud dengan berdasarkan sifak

kontur (lembah dan punggungan).

c) Mengklasifikasikan jenis pola aliran yang

tergambar dalam peta topografi.

d) Menentukan jenis litologi yang ada dengan

pendekatan topografis.

e) Mencari struktur geologi yang bekerja

beserta bukti-bukti serta analisis yang memperkuat.

2. Daerah yang menjadi objek pemetaan adalah

sebagian wilayah Kabupaten Bantul.

3. Peta yang Digunakan adalah Peta Rupa Bumi

Indonesia Lembar Bantul skala 1 : 25.000 dan Peta Geologi lembar

Yogyakarta skala 1 : 100.000.

4. Pendekatan yang digunakan dalam pengukuran ini

adalah pendekatan garis kontur.

5. Pola aliran sungai pada kawasan ini adalah

Rektangular, sesuai dengan Struktur Geologi yang berkembang, yakni

Struktur Kekar.

6. Struktur Litologi pada kawasan ini adalah Batuan

Keras (resisten) dan Batuan Lunak (nonresisten). Batuan Keras berada

pada Bentuk Lahan Struktural, sedangkan Batuan Lunak pada Bentuk

Lahan Fluvial.

14

Page 15: PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

7. Struktur Geologi yang berkembang di daerah ini

adalah Struktur Sesar. Membentang dari Timur Laut – Barat Daya

melalui Kali Progo dan kawasan perbukitan di Timur Laut Kali Progo.

Struktur lain yang berkembang adalah Antiklin.

8. Di kawasan ini terdapat tiga macam bentuk lahan,

yakni, Fluvial, Struktural, dan Karst Topografi.

9. Bentuk Lahan Fluvial terdapat di sekitar aliran Kali

Progo dan Kali Opak. Bentuk Lahan Struktural berada pada deretan

perbukitan sebelah Timur Laut Kali Progo. Bentuk Lahan Karst

Topografi Berada pada Kawasan Gunungkidul.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal.2001.Panduan Membaca Peta Rupa Bumi. Bakosurtanal:

Cibinong

Wijayanti, Pipit.2009.Handout Pengenalan Struktur, Litologi dan

Proses Geomorfologi Berdasarkan Bentuklahan yang Ada.UNS:

Surakarta

Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Bantul Skala 1 : 25.000

Peta Geologi Lembar Yogyakarta Skala 1 : 100.000

15