pengembangan soal kognitif berbasis hots

224
i PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM INDONESIA PADA MASA ISLAM UNTUK SISWA KELAS XI IPS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Maria Nikkita Mega Melati 161314011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

i

PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN

KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM INDONESIA PADA MASA ISLAM

UNTUK SISWA KELAS XI IPS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Maria Nikkita Mega Melati

161314011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih karunia-Nya kepada saya.

2. Bunda Maria, pelindung yang setia.

3. Kedua orang tua saya yang sangat mengasihi saya tanpa syarat, Papa

Hendro dan Mama Rina, yang selalu memberikan semangat, serta doa demi

kelancaran skripsi saya.

4. Kedua adik laki-laki saya, Vieri dan Bily, serta Yosie yang sudah

berbahagia di surga.

5. Segenap keluarga besar SMA Kolese Gonzaga yang telah memberikan

dorongan kepada saya untuk segera menuntaskan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

v

MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.

(Matius 7:7)

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih, lesu, dan berbeban berat. Aku akan

memberi kelegaan kepadamu”.

(Matius 11:28)

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya”.

(Matius 21:22)

“Cogito ergo sum.”

-Rene Descartes

“That which does not kill us makes us stronger”.

-Frederick Nietzsche

“Ad astra per aspera!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS DALAM MATA

PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN KERAJAAN-

KERAJAAN MARITIM INDONESIA PADA MASA ISLAM UNTUK

SISWA KELAS XI IPS

Maria Nikkita Mega Melati

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan soal sejarah berbasis HOTS

dengan pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam yang

layak digunakan oleh siswa SMA kelas XI IPS. Penelitian ini menerapkan metode

penelitian pengembangan model Borg & Gall, namun dicukupkan sampai langkah

ke-7, meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3)

pengembangan draft produk, (4) uji coba lapangan terbatas, (5) penyempurnaan

produk awal, (6) uji coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan.

Pada tahap uji coba lapangan terbatas dilakukan validasi oleh dosen dan dua

guru sejarah. Pada tahap uji coba lapangan melibatkan 10 siswa kelas XI IPS dari

beberapa SMA. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan wawancara.

Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk soal sejarah berbasis HOTS

yang dikembangkan siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah. Hal ini

ditunjukkan dari hasil rekapitulasi uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru

termasuk kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor 4,39, serta hasil uji coba

lapangan oleh 10 siswa kelas XI IPS dengan perolehan skor 4,21 dan termasuk

kriteria “baik”. Kriteria penilaian menggunakan standar penilaian skala lima berdasarkan

Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Kata Kunci: Penelitian Pengembangan, Soal HOTS, Sejarah Kerajaan-kerajaan

Maritim di Indonesia pada Masa Islam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF HOTS QUESTIONS IN HISTORY SUBJECT

ON THE MARITIME KINGDOMS DURING THE ISLAMIC ERA

TOPICS FOR XI GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES

Maria Nikkita Mega Melati

Sanata Dharma University

2021

This research aims to develop a HOTS questions using the subject matter

maritime kingdoms during the Islamic era topics for XI grade students of social

sciences. This research used Research and Development (R&D) design model by

Borg & Gall, namely: (1) research and information collecting, (2) planning, (3)

develop preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) main product

revision, (6) main field test, (7) operational product revision.

In the limited preliminary field testing phase, the validation had done by a

lecturer and two history teachers in order to create a good testing product. The data

were gained by applying questionnaire and interview. The data analysis technique

was qualitative and quantitative.

The research result showed that the HOTS questions product is suitable to

use for validation. It is indicsted that the result of validation from lecturer and

history teacher claimed that the product "very good" with the score 4,39, and the

validation from 10 Senior High School of social science student claimed "good"

with the score of 4,21. The scoring is using one to five scale based on Penilaian

Acuan Patokan (PAP).

Key Words: Research and Development, HOTS questions, History Subject

On The Maritime Kingdoms During The Islamic Era Topics

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena berkat limpahan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengembangan Soal

Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Pokok Bahasan Kerajaan-

Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas XI IPS” dapat

diselesaikan oleh peneliti. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak

luput dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Y.R. Subakti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing

selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Brigida Intan Printina, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus dosen uji coba lapangan terbatas pada

R&D ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xi

5. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

membimbing selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan bagi peneliti selama ini.

7. Ibu Catharina Ginong Pratidhina, S.Pd., guru Sejarah SMA St. Louis IX

Sedayu, yang sudah berkenan memberi penilaian pada coba lapangan terbatas

produk dalam R&D ini.

8. Ibu Agatha Christy Leatemia, S.Pd., guru Sejarah SMA Citra Berkat Citra

Indah Cielungsi, yang sudah berkenan menguji coba lapangan terbatas produk

dalam R&D ini.

9. Mas Agus, selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang

selalu dengan sigap memberikan pelayanan administrasi kepada penulis.

10. Kedua orang tua tercinta, Papa Hendro dan Mama Rina, yang selalu

mendoakan serta mendukung peneliti selama proses penyunan skripsi.

11. Kedua adik yang terkasih, Vieri dan Bily, yang selalu menyemangati peneliti

selama proses penyusunan skripsi.

12. Sheroz Faisal Khan, yang tak kenal lelah mendoakan, memotivasi, serta terjun

langsung membantu peneliti untuk segera menuntaskan skripsi.

13. Para sahabat “Pertobatan” dan “Paseduluran Kantin Realino” yang senantiasa

memberi dorongan atas penyelesaian skripsi ini.

14. Teman-teman Angkatan 2016 dari Program Studi Pendidikan Sejarah yang

kurang lebih 4 tahun sudah mau berdinamika bersama peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xii

15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, serta

motivasi kepada peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

“Tiada gading yang tak retak”. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.

..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………. iv

HALAMAN MOTTO……………………………………………. v

HALAMAN KEASLIAN KARYA……………………………… vi

LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH. vii

ABSTRAK……………………………………………………….. viii

ABSTRACT……………………………………………………………… ix

KATA PENGANTAR…………………………………………… x

DAFTAR ISI……………………………………………………... xiii

DAFTAR TABEL………………………………………………... xv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... xvii

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah……………………………………… 10

C. Batasan Masalah…………………………………………. 11

D. Rumusan Masalah………………………………………... 11

E. Tujuan Penelitian………………………………………… 11

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan…………………….. 12

G. Manfaat Penelitian……………………………………….. 12

BAB II: KAJIAN PUSTAKA……………………………………. 15

A. Kajian Teori……………………………………………… 15

1. Pembelajaran Abad 21……………………………….. 15

2. HOTS………………………………………………… 24

3. Pembelajaran Sejarah………………………………... 52

4. Hasil Penelitian yang Relevan……………………….. 60

5. Kerangka Pikir……………………………………….. 62

BAB III: METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN… 64

A. Jenis Penelitian…………………………………………… 64

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan………………….. 70

C. Setting Penelitian………………………………………… 75

D. Metode Pengumpulan Data………………………………. 75

1. Observasi……………………………………………... 75

2. Wawancara…………………………………………… 75

3. Kuesioner…………………………………………….. 76

E. Teknik Analisis Data…………………………………....... 78

1. Analisis data Kuantitatif…………………………....... 78

2. Analisis data kualitatif……………………………….. 80

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN………………………... 81

A. Hasil Penelitian…………………………………………... 81

1. Penelitian dan Pengumpulan Data…………………… 81

2. Perencanaan………………………………………….. 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xiv

3. Pengembangan Draft Produk………………………… 84

4. Uji Coba Lapangan Terbatas………………………… 84

a. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Dosen …. 84

b. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I….. 91

c. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru II… 97

d. Rekapitulasi Uji Coba Lapangan Terbatas oleh

Dosen dan Guru…………………………………..

98

5. Penyempurnaan Produk Awal………………………... 99

6. Uji Coba Lapangan…………………………………... 114

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan………… 116

B. Pembahasan………………………………………………. 129

BAB V: PENUTUP…………………………………..………….. 140

1. Kesimpulan…………………………………………... 140

2. Rekomendasi…………………………………………. 142

3. Saran…………………………………………………. 142

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 144

LAMPIRAN……………………………………………………… 148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Perbedaan HOT dengan HOTS…………………………...... 25

Tabel 2: Kesetaraan Istilah terkait HOT dengan HOTS……………... 26

Tabel 3: Proses Kognitif sesuai Level Kognitif Bloom……………... 30

Tabel 4: KKO Ranah Kognitif………………………………………. 35

Tabel 5: Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Lapangan Terbatas oleh

Dosen dan Guru…………………………………………….

77

Tabel 6: Standar Penilaian Skala 5 berdasarkan Penilaian Acuan

Patokan ………………….....................................................

78

Tabel 7: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek

Materi ……………………………………………………...

87

Tabel 8: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek

Konstruksi………………………………………………......

88

Tabel 9: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek

Bahasa……………................................................................

89

Tabel 10: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen……. 89

Tabel 11: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek

Materi…………….................................................................

91

Tabel 12: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek

Konstruksi……………..........................................................

92

Tabel 13: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek

Bahasa……………................................................................

93

Tabel 14: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I……. 93

Tabel 15: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek

Materi…………….................................................................

95

Tabel 16: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek

Konstruksi……………..........................................................

95

Tabel 17: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek

Bahasa………………………………………………………

96

Tabel 18: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru

II………………………………………………………….....

97

Tabel 19: Hasil Rekapitulasi Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan

Guru………………………………………………………...

98

Tabel 20: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 13…………………........ 99

Tabel 21: Revisi Soal Uraian Nomor 1……………………………….. 106

Tabel 22: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………………….. 107

Tabel 23: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………………….. 107

Tabel 24: Hasil Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan……………… 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I: Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Proses

Berpikir……………………………………………

34

Gambar II: Bagan Membuat Keputusan menurut

McCammon………………………………………..

40

Gambar III: Alur Penyusunan Soal HOTS……………............... 51

Gambar IV: Kerangka Berpikir……………………………….... 62

Gambar V: Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D

menurut Borg&Gall………………………………...

66

Gambar VI: Alur Pembuatan Soal Sejarah Berbasis HOTS…… 74

Gambar VII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 1……………… 99

Gambar VIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 8……………… 101

Gambar IX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 10…………….. 101

Gambar X: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 13…………….. 101

Gambar XI: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 18…………….. 102

Gambar XII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 20…………….. 102

Gambar XIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 25…………….. 102

Gambar XIV: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 29…………….. 103

Gambar XV: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 30…………….. 103

Gambar XVI: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 34…………….. 103

Gambar XVII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 37…………….. 104

Gambar XVIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 39…………….. 104

Gambar XIX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 42…………….. 104

Gambar XX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 50…………….. 105

Gambar XXI: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………… 105

Gambar XXII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 29…………….. 113

Gambar XXIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 11……………… 116

Gambar XIV: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………….. 116

Gambar XV: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………….. 117

Gambar XXII: Revisi Soal Uraian Nomor 4……………………….. 118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan……………… 148

Lampiran 2: Kisi-kisi Soal Sejarah berbasis HOTS……………….. 151

Lampiran 3: Soal Sejarah Berbasis HOTS………………………… 160

Lampiran 4: Kunci Jawaban Soal Sejarah berbasis HOTS………... 191

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dan keberlangsungan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas

pendidikannya. Sementara kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh

kurikulum dan pembelajarannya. Kurikulum bukan semata-mata kumpulan

mata pelajaran, namun terlebih menjadi sarana reproduksi kultural. Artinya,

peran kurikulum tak hanya pada tugas transfer of knowledge, namun juga

meneruskan nilai-nilai kultural masyarakat pada generasi selanjutnya.

Kurikulum diwujudkan secara konkret melalui proses pembelajaran, yakni

aktivitas yang membuat seseorang memperoleh pengalaman belajar.1

Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan kurikulum, maka

praktek pembelajaran pun diwarnai kebaruan. Pembelajaran kekinian menurut

Kurikulum 2013 harus mengintegrasikan empat hal penting, yakni Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK), keterampilan literasi, kompetensi pembelajaran

abad 21 yakni 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and

Problem Solving, dan Creativity and Innovation), serta HOTS (Higher Order

Thinking Skill). Harapannya, kelak siswa sungguh-sungguh siap untuk terjun ke

tengah masyarakat global yang kompetitif.

Secara khusus untuk bidang studi Sejarah dalam Kurikulum 2013 di

SMA dibedakan menjadi dua. Pertama, mata pelajaran Sejarah Indonesia yang

sifatnya wajib pada setiap jenjang untuk semua peminatan dan lebih

memfokuskan pada upaya penguatan pendidikan karakter. Harapannya setiap

lulusan mampu memiliki kesadaran sejarah yang tinggi dan nilai-nilai

1 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Gaya Media,

2018, hlm. viii.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

2

kebangsaan yang terinternalisasi dalam dirinya. Kedua, mata pelajaran Sejarah

untuk peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran Sejarah lebih

bersifat akedemis untuk penguasaan ilmu sehingga dapat dihasilkan bibit-bibit

penekun dan pengembang ilmu sejarah.2

Ruang lingkup kajian mata pelajaran Sejarah lebih luas, tidak hanya

menekankan pada sejarah nasional, namun juga menyentuh ranah sejarah

global. Pembelajaran Sejarah untuk peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

ini cocok untuk pengembangan keilmuan sejarah. Dari situ tidak hanya

kesadaran sejarah yang dibentuk, namun juga menghasilkan pula bibit-bibit

peminat sejarah hingga calon ilmuwan sejarah, peneliti sejarah, sejarawan,

maupun pendidik sejarah.3 Dalam konteks ini sejarah lebih dari sekedar sarana

penanaman nilai seperti yang diimplementasikan pada mata pelajaran Sejarah

Indonesia, namun dipelajari sebagai suatu disiplin ilmu. Sejarah merupakan

salah satu disiplin dalam ilmu pengetahuan yang mengkaji aktivitas manusia

sebagai individu, kelompok, atau masyarakat dalam konteks ruang dan waktu.

Sayangnya, baik guru mata pelajaran Sejarah maupun guru pengampu

Sejarah Indonesia, atau bisa diampu satu guru yang sama, kadang kurang

memahami esensi dari masing-masing mata pelajaran yang sebenarnya sangat

jauh berbeda ini, baik dalam arti strategis, ruang lingkup kajian, dan tujuan

pembelajaran. Kendati ada banyak kesamaan materi antara kedua mata

pelajaran ini, khususnya dalam materi sejarah nasional, model pembelajaran

2 Ibid., hlm.10. 3 Ibid., hlm.143.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

3

yang digunakan pada kedua mata pelajaran ini sudah seharusnya berbeda.

Namun, di kelas masih kerap kali ditemukan guru mata pelajaran Sejarah

Indonesia tidak ada bedanya dalam mengajarkan mata pelajaran Sejarah. Antar

guru sejarah, baik Sejarah Indonesia maupun Sejarah, tidak saling

berkoordinasi, sehingga terjadi kesamaan model pembelajaran antara kedua

mata pelajaran tersebut dan berakibat pada pengulangan materi. Siswa pun akan

merasa kebingungan karena merasa seperti mempelajari materi yang sama.

Contohnya, materi mengenai kerajaan Hindu, Budha, Islam di mata pelajaran

Sejarah Indonesia kelas X Semester II tentunya berbeda dengan materi kerajaan

maritim di Nusantara pada masa Hindu, Budha, dan Islam yang didapat anak

jurusan IPS kelas XI Semester I. Ketika mata pelajaran Sejarah Indonesia lebih

membahas satu per satu kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara, maka mata

pelajaran Sejarah akan lebih menyoroti mengenai kehidupan pada dalam

berbagai bidang/dimensi, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Itu

baru ditinjau dari segi materi yang diajarkan, padahal masih ada beberapa hal

yang perlu dicermati, misalnya dalam menentukan ranah afektif, kognitif,

maupun psikomotorik. Misalnya, ranah afektif tentunya lebih mendominasi

mata pelajaran Sejarah Indonesia karena memang output yang ingin dihasilkan

di sini ialah siswa yang wataknya terbentuk serta memiliki martabat dan sikap

cinta tanah air. Sedangkan pada mata pelajaran Sejarah, ranah kognitif lebih

berperan. Maka, dalam hal ini, baik guru Sejarah maupun Sejarah Indonesia

harus jeli memperhatikan tujuan dan ranah penilaian dari kedua mata pelajaran

sejarah dalam Kurikulum 2013 ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

4

Tak hanya terjadinya tumpang tindih materi antara mata pelajaran

Sejarah dan Sejarah Indonesia, pembelajaran sejarah acap kali mendapat

stereotype “pelajaran menghafal” karena metode mengajar guru yang terlalu

konvensional, hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep. Guru sejarah akan

merasa berhasil jika mengetahui siswanya tahu dan hafal betul fakta atau konsep

sejarah. Padahal sekedar mengetahui fakta atau konsep sejarah bukan

merupakan suatu keunggulan yang diperhitungkan di abad 21 ini. Banyak

pendidik masih yang tetap mempertahankan paradigma lama, yaitu guru sentris,

materi oriented, dan lulus ujian negara. Hanya segelintir pendidik yang

menghayati semboyan bangsa Romawi kuno, “Non scholae sed vitae discimus”

(terjemahan bebasnya: “Kita belajar bukan untuk sekedar mendapatkan ijazah,

tetapi untuk bertahan hidup).4

Kendati satuan pendidikan sudah menggunakan Kurikulum 2013 yang

seharusnya pembelajaran berpusat pada siswa (student center) dan guru hanya

sebagai fasilitator, pada kenyataannya pembelajaran masih bersifat teacher

centered. Sebagian besar guru sejarah cenderung mengabaikan tuntutan

Kompetensi Dasar (KD), tetapi lebih mengacu pada buku pelajaran (paket),

meski buku pelajaran tersebut kurang sesuai dengan tuntutan KD. Hal ini

merupakan dampak dari keengganan guru sejarah beranjak dari sistem

pembelajaran konvensional “zona nyaman” yang mengedepankan gaya

4 J.R. Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajawali Pers, 2017, hlm. vi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

5

bertutur, bercerita, atau ceramah.5 Guru sejarah masih menggunakan paradigma

konvensional, yaitu paradigma “guru menjelaskan-siswa mendengarkan”. 6

Artinya, guru hanya menjelaskan materi pembelajaran tanpa memberi

kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga

membelenggu kreatifitas berpikir siswa.

Demikian pula dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, sebagian

besar guru sejarah masih cenderung melaksanakan penilaian pada level kognitif

tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill/LOTS) dengan butir soal yang

menuntut perilaku ‘ingatan’. Penulisan butir soal yang mengukur perilaku

‘ingatan’ diyakini lebih mudah dalam penulisan soalnya, dan materi yang

ditanyakan diperoleh dari buku pelajaran. 7 Bila dilihat dari konteksnya

penilaian berpikir tingkat rendah sebagian besar menggunakan konteks di dalam

kelas dan sangat teoritis, serta jarang menggunakan konteks di luar kelas

sehingga tidak memperlihatkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh

di kelas dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.8

Sebaliknya, guru sejarah merasa enggan menulis butir soal yang

mengukur perilaku pada level berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

Skills/HOTS) yang mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan

5 Pi’I, “Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi pada Mata

Pelajaran Sejarah SMA”. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol.10,

No 2, 2016, hlm. 198. 6 Y.R. Subakti, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme, Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma, 2010, hlm.3. 7 Safari, Penulisan Butir Soal berdasarkan Penilaian berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Penilaian

Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2004, hlm.15. 8 I.W.Widana, Modul Penulisan Soal HOTS untuk Ujian Sekolah, Jakarta: Direktorat Pembinaan

SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016, hlm.2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

6

mengkreasi. Hal ini disebabkan beberapa kesulitan, antara lain yaitu: (1)

menentukan perilaku yang akan diukur, (2) merumuskan masalah yang akan

dijadikan sebagai dasar pertanyaan (stimulus), (3) materi yang ditanyakan tidak

selalu tersedia dalam buku pelajaran, dan menuntut penalaran tingkat tinggi.

Akibatnya siswa selalu dikondisikan dengan pola ‘ingatan’ seperti

pembelajaran, mengerjakan PR, tugas-tugas yang selalu berpola pada

‘ingatan’9, meskipun KD yang akan dicapai pada level berpikir tingkat tinggi.

Hasil studi internasional PISA (Programme for International Student

Assessment) menyatakan bahwa siswa Indonesia prestasinya sangat

rendah dalam (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori,

analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan

pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.10

Penerapan pembelajaran konvensional dan penilaian yang hanya

mengacu pada penilaian level berpikir tingkat rendah seperti mengukur perilaku

‘ingatan’, berdampak pada kemampuan literasi siswa Indonesia di kancah

internasional menjadi sangat rendah. Penguatan materi diperlukan dengan

mengevaluasi ulang ruang lingkup materi dalam kurikulum dengan meniadakan

materi yang tidak esensial atau tidak relevan dengan kebutuhan siswa, serta

mempertahankan atau menambah materi yang dianggap penting. Termasuk

dalam proses pembelajaran kini dituntut perlunya implementasi keterampilan

belajar abad 21.11

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 secara prinsip dilakukan dengan

pendekatan saintifik dalam rangka memberi ruang bagi pembiasaan kecakapan

9 Safari, op.cit., hlm.15. 10 Widana, loc. cit. 11 Hendra, op.it., hlm.5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

7

berpikir ilmiah. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan

menemukan (sense of inquiry) dan berpikir kritis-kreatif. Proses pembelajaran

dapat diidentikkan dengan proses saintifik apabila berbasis pada bukti-bukti

dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik.12 Pendekatan saintifik ini memberi pengalaman belajar

pada siswa yang meliputi kegiatan mengamati (observing), menanya

(questioning), mengumpulkan informasi atau mencoba (experimenting),

menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan

(communicating). Dalam implementasinya langkah-langkah ini dapat

disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran, bahkan diganti

dengan model pembelajaran yang digunakan. Dalam satu sintaks pembelajaran

juga tidak harus terdiri dari lima langkah pendekatan saintifik yang komplet dan

berurutan.13

Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai pada

tingkat metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu untuk memprediksi,

mendesain, dan memperkirakan, sehingga salah satu komponen penting ialah

HOTS. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,

dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Melalui HOTS diharapkan berkembang kemampuan berpikir dalam

memspesifikasi aspek-aspek atau elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi

merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan

12 Ibid., hlm. 11. 13 Ibid., hlm. 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

8

fakta atau informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam

membangun gagasan atau ide-ide.14 Model pembelajaran berbasis HOTS sangat

cocok diterapkan dalam mata pelajaran sejarah supaya tidak lagi sekedar

mempelajari fakta dan konsep. Banyak peristiwa sejarah dalam materi yang

perlu dikaji sebab-musababnya dan apa akibatnya bagi orang banyak.

Penerapan HOTS dalam mata pelajaran sejarah bagaikan angin segar, tak lagi

membuat sejarah berkecimpung pada soal hafalan terkait nama dan tanggal,

namun mulai menggali soal kausalitas suatu peristiwa sejarah. Disini

pembelajaran sejarah berbasis HOTS berperan untuk menciptakan suatu

aktivitas pembelajaran yang kompleks, dimana siswa dilatih berpikir kritis dan

solutif untuk memecahkan masalah.

Hasil telaah butir soal yang telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan

SMA pada Pendampingan USBN tahun 2018/2019 terhadap 26 mata

pelajaran pada 136 SMA Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi,

menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar

ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya 27

sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal

USBN yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%,

dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS

atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan tuntutan penilaian Kurikulum

2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model penilaian

HOTS15.

Tak dipungkiri menerapkan HOTS memang memiliki kesukarannya

tersendiri, baik untuk dipelajari maupun untuk dibelajarkan, namun

kegunaannya tidak diragukan lagi terutama dalam menghadapi abad 21. Tentu

saja sebagai alat ukurnya, guru dalam memberi evaluasi juga harus menguji

kemampuan berpikir tingkat tinggi pula. Soal HOTS bentuknya beragam dan

14 Ibid., hlm. 17. 15Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah Indonesia, Jakarta, hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

9

mengacu pada model pengujian PISA, yaitu pilihan ganda, pilihan ganda

kompleks (benar/salah atau ya/tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban

singkat atau pendek, dan uraian.16

Kemendikbud telah menyisipkan sekitar 20% soal HOTS dalam

Ujian Nasional (UN) pada tahun pelajaran 2015-2016. Bahkan

untuk menghadapi Ujian Sekolah (US) SMA tahun pelajaran 2016-

2017 Kemendikbud telah menyusun modul penulisan soal HOTS.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap guru, termasuk guru sejarah

wajib melaksanakan penilaian hasil belajar dengan menggunakan

soal-soal HOTS untuk memenuhi tuntutan KD yang level

kognitifnya berpikir tingkat tinggi.17

Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengembangkan

produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS dalam bentuk soal pilihan

ganda dan uraian sebagai suatu produk yang layak digunakan untuk

pembelajaran sejarah di kelas. Kumpulan soal ini dapat digunakan oleh guru

baik untuk mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester, maupun ujian

akhir semester, supaya soal-soal sejarah yang nantinya akan dikerjakan oleh

siswa tak hanya berkutat pada hafalan mengenai fakta dan konsep saja.

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih menekankan pada

pengembangan produk yang layak dengan judul “Pengembangan Soal Berbasis

HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah pada Pokok Bahasan Kerajaan-Kerajaan

Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas XI SMA”. Melalui soal

berbasis HOTS yang bersifat analisis maupun problem solving, diharapkan

16 Pi’i, op.cit., hlm.207. 17 Pi’i, op.cit., hlm.198.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

10

pembelajaran sejarah tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep, namun

juga melatih siswa berpikir secara rasional, reflektif, dan independen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas,

maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut:

1. Guru masih kurang memahami esensi dan tujuan dari mata pelajaran

Sejarah dengan Sejarah Indonesia, sehingga berpengaruh pada metode

pembelajaran yang diterapkan.

2. Pembelajaran sejarah yang bersifat teacher center masih sangat kentara

karena guru masih bertahan dengan paradigma lama, yakni menggunakan

metode ceramah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan esensi

Kurikulum 2013 yang student center.

3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah di kelas

rendah karena hanya berkecimpung pada soal hafalan.

4. Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru sejarah masih cenderung

melaksanakan penilaian pada level LOTS dan enggan melakukan penilaian

pada level HOTS karena merasa kesulitan dalam menyusun soal HOTS.

5. Soal sejarah berbasis HOTS dapat merangsang daya pikir kritis siswa yang

merupakan salah satu kompetensi yang diunggulkan pada abad 21.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

11

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada usaha

mengembangkan instrumen tes sejarah berupa 60 butir soal berbasis HOTS

yang terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian berbasis

HOTS pada pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa

Islam yang merupakan materi mata pelajaran Sejarah Kelas XI Semester I pada

KD 3.2 untuk siswa kelas XI IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

peneliti mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

“Bagaimana produk pengembangan soal kognitif sejarah kelas XI IPS pada

pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam untuk

kelas XI IPS dalam pembelajaran sejarah?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam proses penelitian ini sebagai berikut:

Memaparkan produk pengembangan soal kognitif sejarah kelas XI IPS pada

pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam untuk

kelas XI SMA dalam pembelajaran sejarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

12

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dihasilkan pada akhir dari penelitian ini berupa soal sejarah

berbasis HOTS pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia

pada Masa Islam untuk kelas XI IPS dengan spesifikasi produk yang dihasilkan

adalah sebagai berikut.

1. Berupa kumpulan soal mata pelajaran sejarah kelas XI semester I dengan

materi Kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam.

2. Soal berjumlah 60 butir yang terdiri atas 50 soal berbentuk pilihan ganda

dan 10 soal berbentuk uraian.

3. Terdapat kisi-kisi soal dimana indikatornya menggunakan kata kerja

operasional (KKO) dari ranah kognitif C4, C5, dan C6 yang diambil dari

Taksonomi Bloom yang telah direvisi, sehingga kumpulan soal sejarah ini

berbasis HOTS.

4. Terdapat kunci jawaban untuk soal pilihan ganda.

5. Terdapat pedoman penskoran untuk soal berbentuk uraian.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian tentang pengembangan soal berbasis HOTS

dalam mata pelajaran sejarah dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian mengenai pengembangan kumpulan soal sejarah

berbasis HOTS diharapkan dapat menjadi inspirasi pada peneliti lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

13

untuk mengkaji lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan

soal berbasis HOTS, khususnya pada mata pelajaran sejarah peminatan

untuk kelas XI IPS dalam materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di

Indonesia pada masa Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi (1)

Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, serta (3)

Pengabdian kepada Masyarakat.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menambah sumber

instrumen tes sejarah.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian yang menghasilkan sebuah produk berupa kumpulan

soal dengan materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada

masa Islam dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran yang dapat

diterapkan di kelas, sehingga dapat mempermudah guru sejarah dalam

memberi soal berbasis HOTS baik untuk ulangan harian, Ujian Tengah

Semester, maupun Ujian Akhir Semester, serta diharapkan mampu

mengasah berpikir kritis pada siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

14

d. Bagi Siswa

Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat menghasilkan kumpulan

soal untuk dijadikan salah satu sumber belajar dalam mata pelajaran

Sejarah dengan materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia

pada masa Islam, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa.

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain

untuk mengembangkan kumpulan soal sejarah berbasis HOTS supaya

lebih baik lagi dari produk sebelumnya dengan melanjutkan tahapan

R&D model Borg & Gall yang belum diterapkan peneliti, yakni

operational field testing (uji kelayakan), final product revision (revisi

final hasil uji kelayakan), serta dissemination and implementation

(diseminasi dan implementasi produk akhir).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Abad 21

Berkembangnya teknologi dan informasi pada abad 21 membawa

pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya dalam bidang

pendidikan. Teknologi telah menghubungkan dunia melampaui batas-batas

geografis. 18 Dilihat dari aspek pendidikan Indonesia masih berada pada

tingkatan rendah. Oleh karena itu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan selalu melakukan pembaharuan dan inovasi pada bidang

pendidikan. 19 Kurikulum 2013 merupakan salah satu inovasi kurikulum.

Lahirnya Kurikulum 2013 menjawab pergeseran terhadap paradigma

pembangunan dari abad ke 20 memasuki abad ke 21.

Pada abad 21 manusia menjadi pelaku utama dalam pembangunan.

Manusia harus berusaha membangun peradaban yang lebih maju dan modern,

sehingga tidak berpusat pada pengelolaan sumber daya alam secara terus-

menerus. Namun, berpusat pada peningkatan sumber daya manusia, sehingga

menjadi manusia yang berpendidikan dan berpengetahuan serta beradab.

Harapannya dengan begitu manusia dapat mengelola sumber daya alam dengan

sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Manusia dituntut untuk memiliki

18 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2017,

hlm. 1. 19 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum

2013. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hlm. 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

16

kompetensi di masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, berpikir

kritis, bertanggung jawab, menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, siap untuk bekerja sesuai dengan minat/bakat yang

dimiliki, dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Pemerintah berharap

nantinya para siswa dapat menjadi generasi penerus yang memiliki kompetensi

tersebut sehingga dapat membawa perubahan yang mengarah pada kemajuan

dan kesejahteraan bagi bangsa dan negaranya.

Model pembelajaran abad 21 mendorong siswa untuk mencari tahu lebih

banyak oleh sebab itu, siswa harus aktif untuk mencari tahu, bertanya, dan

mampu berpikir secara analitis serta dapat berkerjasama dalam menyelesaikan

sebuah masalah. Kehidupan pada abad 21 ditandai dengan berbagai

permasalahan yang kompleks maka, melalui model pembelajaran tersebut siswa

dilatih untuk mampu menyelesaikan sebuah permasalahan yang dialami dengan

menemukan solusi penyelesaian masalah dari pemikiran kritis, kreatif, dan

kemampuan dalam memecahkan masalah, serta mengambil sebuah keputusan.20

Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional harus memenuhi

berbagai persyaratan kompetensi agar dapat melaksanakan tugas dan wewenang

secara mumpuni. Menurut International Society for Technology in Education,

karakteristik keterampilan guru abad 21 yang menjadi ciri utama adalah era

informasi yang dibagi ke dalam lima kategori:21

Mampu memfasilitasi serta menginspirasi belajar, kreatifitas siswa

20 Ibid., 17. 21Daryanto, Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2017, hlm.

3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

17

dengan indikator sebagai berikut:

1) Mendorong serta memodelkan penemuan dan pemikiran yang kreatif

dan inovatif.

2) Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia, memecahkan masalah

menggunakan berbagai sumber informasi digital.

3) Mendorong siswa untuk melakukan refleksi dengan menggunakan

alat kolaboratif untuk menunjukkan dan mengklarifikasi pemahaman,

pemikiran, perencanaan konsepual dan proses kreatif siswa.

4) Memodelkan kontruksi pengetahuan dengan cara melibatkan diri

belajar dengan siswa, melalui aktivitas tatap muka atau lingkungan

virtual.

a. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessment era

digital dengan indikator sebagai berikut:

1) Merancang pengalaman belajar yang tepat dengan mengintegrasikan

alat dan sumber informasi digital untuk mendorong belaajar dan

kreativitas siswa.

2) Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi

sehingga siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam

menyusun tujuan, mengelola, dan mengukur perkembangan

belajarnya sendiri.

3) Melakukan personalisasi aktivitas belajar yang daapt memenuhi

gaya belajar serta kemampuan menggunakan alat dan sumber

informasi digital.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

18

4) Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi

sesuai dengan standar teknologi dan konten yang dapat memberikan

informasi yang berguna bagi siswa dalam proses pembelajaran.

b. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital dengan indikator

sebagai berikut:

1) Mahir dalam menggunakan sistem teknologi dan mentransfer

pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.

2) Berkolaborasi dengan siswa, teman sejawat, dan komunitas

menggunakan alat-alat dan sumber informasi digital untuk

mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.

3) Mengkomunikasikan pendapat secara efektif kepada siswa,

orangtua/wali siswa, dan teman sejawat dengan menggunakan aneka

ragam format media digital.

4) Memberi contoh dan memfasilitasi penggunaan alat-alat digital

untuk menganalisis, dan mengevaluasi, serta memanfaatkan susmber

informasi yang ada guna mendukung penelitian dan belajar.

c. Mendorong dan menjadi model tangggung jawab dan masyarakat digital

dengan indikator sebagai berikut:

1) Mendorong dan memberi contoh, serta mengajar secara sehat, legal,

dan etis dalam menggunakan teknologi informasi digital,

menghargai hak cipta, hak kekayaan intelektual, dan dokumentasi

sumber belajar.

2) Memenuhi kebutuhan pembelajar yang bervariasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

19

menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa,

dengan memberikan akses yang memadai terhadap alat-alat digital

dan sumber informasi digital lainnya.

3) Mendorong serta memberi contoh etika digital dan tanggung jawab

interaksi sosial terkait dengan penggunaan teknologi informasi.

4) Mengembangkan dan memberi contoh mengenai pemahaman

budaya dan kesadaran global melalui partisipasi dengan siswa dari

budaya lain menggunakan alat komunikasi dan kolaboratif digital.

d. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional,

dengan indikator sebagai berikut:

1) Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali

penerapan teknologi kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan

pembelajaran.

2) Menunjukkan kepemimpinan, berpartisipasi dalam pengambilan

sebuah keputusan bersama, mengembangkan keterampilan

kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.

3) Mengevaluasi serta merefleksikan penelitian maupun praktek

profesional terkait dengan penggunaan efektif dari pada alat-alat dan

sumber digital dengan tujuan mendorong keberhasilan

pembelajaran.

4) Berkontribusi terhadap efektivitas, vitalitas, serta pembaharuan diri

terkait dengan profesi guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

20

Guru memiliki peranan yang penting dalam menghadapi

tantangan yang ada di abad 21, sehingga guru diharapkan dapat

melakukan proses pembelajaran yang bertumpu pada 4 pilar belajar yang

dianjurkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and

Cultural Organization), adapun ke-4 pilar tersebut sebagai berikut:22

a. Learning to know, yang berarti siswa disarankan untuk mencari

berbagi pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui berbagai

pengalaman yang dialami.

b. Learning to do, yang berarti interaksi disertai tindakan, siswa diajak

untuk ikut serta dalam memcahkan sebuah permasalahan yang ada

di lingkungan sekitar melalui tindakan nyata.

c. Learning to be, yang berarti pentingnya mendidik serta melatih

siswa agar dapat menjadi pribadi yang mandiri sekaligus

mewujudkan apa yang menjadi impian dan cita-cita.

d. Learning to live together, yang berarti menanamkan kesadaran

kepada siswa mengenai mereka yang merupakan bagian dari

kelompok masyarakat. Hal tersebut menjadikan mereka harus dapat

hidup bersama di tengah keberagaman suku, etnis, ras, agama, latar

belakang, dan lain sebagainya di Indonesia.

Berdasarkan tuntutan tersebut, guru didorong untuk berperan

aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga sebagai pendidik guru

diharuskan untuk bersikap tekun dalam pekerjaannya demi meningkatan

22ibid, hlm. 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

21

kemampuannya sebagai seorang guru yang mumpuni. Berikut

merupakan beberapa poin penting yang harus dimiliki guru agar menjadi

tenaga pendidik yang aktif dan kreatif:23

a. Guru bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai hasil,

namun yang utama adalah sebuah proses.

b. Guru diharapkan mampu mengenal karakteristik para siswa yang

pada saat ini tengah berproses dan berkembang, baik dilihat dari cara

pemikirannya, perkembangan sosial, serta emosional atau

perkembangan moralnya.

c. Guru diharapkan memahami pendidikian sebagai sebuah proses

pembudayaan agar mampu memilih model belajar dan sistem

evaluasi yang dapat diterapkan.

d. Peranan guru berkaitan dengan aktivitas pembelajaran serta

administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan sudut

pandang psikologis.

Dalam hubunganya dengan aktivitas pembelajaran dan

administrasi. pendidikan, guru berperan sebagai:

a. Pengambil insiatif, pengarah, serta penilai pendidikan.

b. Wakil masyarakat di sekolah, hal itu berarti peran guru sebagai

pembawa suara serta kepentingan masyarakat dalam pendidikan.

c. Seorang pakar dalam bidangnya, yakni menguasai bahan yang wajib

diajarkan.

23ibid, hlm. 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

22

d. Penegak disiplin merupakan peran guru sebagai penjaga siswa agar

melaksanakan kedisiplinan.

e. Pelaksana administrasi pendidikan yang berarti guru memiliki

tanggung jawab dalam mengarahkan perkembangan siswa sebagai

generasi masa depan Indonesia.

f. Penerjemah kepada masyarakat yang berarti guru memiliki peran

untuk menyampikan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan serta

teknologi kepada masyarakat.

Penataan serta perubahan Kurikulum 2013 dilakukan agar sistem

pendidikan nasional dapat mengikuti perkembangan zaman saat ini, dan

relevan serta kompetitif. Penataan dan perubahan tersebut berdasarkan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 35 dan 36 yang

menitikberatkan pada peningkatan Standar Nasional sebagai acuan

kurikulum secara berkala serta terencana. Pada implementasinya

Kurikulum 2013 menuntut guru agar mampu mengembangkan

pembelajaran dengan empat hal penting sebagai berikut:

a. Penerapan literasi di sekolah atau yang dikenal dengan GLS (Gerakan

Literasi Sekolah) harus terus-menerus dilakukan guna menumbuhkan

kesadaran siswa terhadap membaca dan menulis yang tidak hanya

dilakukan di sekolah saja melainkan dapat dilakukan dimana saja dan

sepanjang hayat. Literasi tidak hanya berkaitan dengan membaca dan

menulis namun, meliputi keterampilan berpikir menggunakan

sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

23

auditori.

b. Pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK (Penguatan Pendidikan

Karakter) sangat diperlukan hal ini didasarkan pada kenyataan

kehidupan masyarakat saat ini sering kali terjadi dekadensi moral,

seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme,

kecurangan dalam ujian dan berbagai tindakan tidak baik lainnya.

Oleh sebab itu diperlukan penekanan karakter yakni, religius,

nasionalis, mandiri, gotong royong, serta integritas.

c. Keterampilan Abad ke 21 yang meliputi 4C (Communication,

Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, serta

Creativity and Innovation), adalah bentuk antisipasi kurikulum

terhadap perkembangan teknologi serta implementasinya dalam

kehidupan masyarakat. Kemampuan 4C merupakan jenis soft skill

yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat

bermanfaat selain penguasaan hard skill.

d. HOTS (Higher Order Thinking Skill) merupakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Diharapkan dengan diterapkannya HOTS

siswa mampu mengajukan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan

masalah, serta mampu memperoleh informasi yang relevan dan

memilah berbagai informasi yang ada, serta menalar informasi yang

telah dikumpulkan sehingga dapat menarik sebuah kesimpulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

24

2. HOTS (Higher Order Thinking Skills)

a. Konsep HOTS

HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan

pemahaman dan penguasaan siswa atas materi pembelajaran agar dapat

berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),

mampu memecahkan masalah (problem solving), serta mampu mambuat

keputusan (making decision) dalam setiap situasi.24 Menurut Lewis dan Smith,

berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika seseorang memiliki informasi yang

disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi yang baru, selanjutnya

menghubungkan atau menyusun dan mengembangkan informasi baru tersebut

untuk mencapai tujuan atau memperoleh jawaban maupun solusi yang mungkin

untuk suatu situasi yang membingungkan.25

Menurut John Dewey, keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan

proses berpikir sebagai rantai produktif yang bergerak dari refleksi ke inquiry,

kemudian proses berpikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan pada

penarikan sebuah kesimpulan yang diperkuat oleh keyakinan orang yang

berpikir. Tomei berpendapat bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi

transformasi dan ide-ide. Transformasi terjadi ketika siswa menganalisa,

mensintesa atau menggabungkan fakta dan ide, menggeneralisasi, menjelaskan,

dan menarik kesimpulan atau interpretasi.26

24 Hatta Saputra. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global Penguatan Mutu

Pembelajaran dengan Penerapan Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills), Bandung: CV

SMILE’s Indonesia Institute, hlm. 92. 25ibid., hlm. 2. 26Loc.it.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

25

Perlu dilihat dengan teliti bahwa keterampilan berpikir tingkat tingkat

tinggi (HOTS) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (HOT). Merujuk pada

taksonomi Bloom yang belum direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) berkaitan

dengan kemampuan kognitif dalam hal menganalisis, mengevaluasi, dan

mengkreasi. Pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan

kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Secara umum kemampuan analisis kompleks dan analisis sistem merupakan

bagian problem solving, sehingga tidak dinyatakan secara tersendiri dalam

elemen HOTS. Kemampuan berpikir logis dan evaluasi merupakan bagian dari

berpikir kritis, sehingga elemen utama HOTS dapat dibuat lebih sederhana.27

Jika dilihat kembali keterampilan tingkat tinggi (HOTS) mencakup

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Misalnya, dalam menyelesaikan suatu

permasalahan, siswa diharuskan mampu menganalisis permasalahan yang ada,

memikirkan berbagai solusi alternatif, mengimplementasikan rencana

penyelesaian masalah, dan mengevaluasi metode dan solusi yang

diimplementasikan. Berikut ini merupakan tabel yang memuat perbedaan

anatara HOT dengan HOTS:28

Tabel 1: Perbedaan HOT dengan HOTS

HOT HOTS Analisa Berpikir Kritis

Evaluasi Berpikir Kreatif

Kreasi Problem Solving

Membuat Keputusan

27ibid., hlm. 3. 28ibid., hlm. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

26

Pada pemaparan sebelumnya telah dijelaskan mengenai di dalam

komponen HOTS terdapat komponen HOT. Sebagai contoh dalam

menyelesaikan sebuah permasalahan siswa harus melakukan analisis

terlebih dahulu sehingga mampu memberikan evaluasi. Hal yang sama

terjadi pada kemampuan berpikir kritis atau membuat keputusan, siswa

berusaha untuk menalar, mempertimbangkan, menganalisis dan melakukan

evaluasi.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut menyebabakan para peneliti

membuat kesetaraan untuk membandingkan berbagai taksonomi dan istilah

yang terkait dengan HOTS dan HOT. Berikut ini merupakan tabel yang

memuat kesetaraan antara istilah yang digunakan oleh Haladyna, Webb,

Gagne, dan Bloom sesudah revisi oleh Anderson dan Krathwohl.

Tabel 2: Kesetaraan Istilah terkait HOTS dan HOT Haladyna Webb Gagne Bloom

(sesudah revisi)

Fakta Mengingat Informasi Mengingat

Konsep Tidak ada

Kesetaraan

Konsep Memahami

Prinsip, prosedur Aplikai dasar dari

keahlian/konsep

Aturan Mengaplikasikan

Berpikir Kritis Berpikir strategis Problem solving Menganalisis dan

Mengevaluasi

Kreativitas Berpikir lanjut Tidak ada

Kesetaraan

Berkreasi

Haladyna mengungkapkan mengenai kompleksitas berpikir dan

dimensi belajar dalam empat tatanan proses mental yang terdiri dari

memahami, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas, yang

dapat diimplementasikan pada jenis empat konten, yaitu fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur. Sedangkan pada taksonomi Webb, berpikir strategis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

27

berkaitan dengan kemampuan siswa menggunakan pemikiran yang logis

dan mengambangkan tahap-tahapan proses yang kompleks. Berpikir lanjut

berkaitan dengan kemampuan siswa dalam melakukan pengumpulan

informasi yang memerlukan waktu untuk berpikir dan memproses suatu

permasalahan atau tugas ganda.29

Berpikir kritis merupakan cara bepikir konvergen sedangkan

berpikir kreatif merupakan cara berpikir divergen. Cara berpikir konvergen

merupakan sebuah proses dalam mengelola suatu informasi tertentu yang

dilihat dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh kesimpulan. Cara

berpikir divergen merupakan hasil pengembangan pemikiran dari suatu

informasi menjadi beberapa gagasan/ide. Seorang yang mampu berpikir

kreatif dapat menghasilkan sebuah ide, konsep, maupun produk baru yang

berbeda dengan ide, konsep, atau produk yang telah ada sebelumnya. Maka,

kemampuan kritis dan kreatif ini dibutuhkan oleh setiap orang untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang kompleks.30

Dalam pembelajaran di kelas guru biasanya memberikan

permasalahan maupun soal yang dapat memicu keterampilan tingkat tinggi

(HOTS) pada siswa. Penyelesaian permasalahan yang kompleks tidak dapat

diselesaikan melalui ingatan sederhana, tetapi dibutuhkan implementasi

strategi dan proses tertentu. Misalnya, dalam pembelajaran yang berbasis

masalah atau Problem Based Learning. Permasalahan yang ada adalah

29ibid., hlm. 5. 30Loc.it.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

28

permasalahan yang autentik tidak terstruktur dengan baik sehingga

beberapa informasi perlu dicari tahu agar dapat menyelesaikan

permasalahan.31

Selain tes untuk mengukur kreativitas, keterampilan berpikir tingkat

tinggi (HOTS) dapat diukur melalui tes pilihan berganda. Sugrue

mengumpulkan informasi terkait dari beberapa penelitian dalam

pembelajaran model Problem Based Learning, tiga format yang digunakan

untuk mengukur HOTS, yaitu:32

1) Memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal menjodohkan).

2) Membangkitkan (soal dengan jawaban singkat, essay, unjuk kerja).

3) Menjelaskan (memberikan alasan untuk sebuah pilihan atau

jawaban).

Dalam pembelajaran HOTS aktivitas belajar ditandai dengan siswa

aktif dalam berpikir, memformulasikan masalah, mengkaji permasalahan

kompleks, berpikir divergen dan mengembangkan ide, mencari informasi

dari berbagi sumber, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah secara

kreatif, dan berpikir analitik, evaluatif, serta membuat keputusan.33

HOTS dikembangkan dari revisi taksonomi Bloom oleh Anderson

dan Krathwohl. Taksonomi Bloom meliputi, ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Ketiga ranah ini harus diterapkan dalam pembelajaran sebab

ketiganya saling berkaitan. Jika salah satu ranah tidak diterapkan, maka

31Loc.it. 32ibid., hlm. 6. 33ibid., hlm. 62-70.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

29

akan membuat siswa sulit mengembangkan potensi yang dimiliki.

Taksonomi Bloom berguna untuk membangun komunikasi dalam hal

pendidikan dan pembelajaran. Taksonomi Bloom digunakan untuk

mengolah definisi yang tepat dan klasifikasi untuk berbagi hal yang sama,

yaitu berpikir dan memecahkan masalah.34

HOTS dipicu oleh oleh empat kondisi, yaitu:35

1) Situasi belajar tertentu memerlukan strategi pembelajaran yang

spesifik.

2) Kecerdasan tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak

dapat diubah, tetapi kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu, lingkungan belajar, strategi, serta kesadaran

belajar.

3) Pemahaman pandangan yang bergeser unidimensi, linier,

hierarki, atau spiral menuju pemahaman pandangan ke

multidimensi dan interaktif

4) Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti

penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Resnick dalam Zamroni, mengungkapkan bahwa keterampilan

berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan

materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan

34ibid., hlm. 94. 35Zamroni (dkk), Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan

Kebudyaan, 2018, hlm. 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

30

membangun hubungan-hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang

paling dasar. 36 Keterampilan ini digunakan untuk menggarisbawahi

berbagai proses tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom. Bloom membagi

keterampilan ke dalam dua bagian yaitu, keterampilan tingkat rendah dan

keterampilan tingkat tinggi.

Pada keterampilan tingkat rendah, hal yang penting dalam sebuah

proses pembelajaran adalah mengingat (remembering), memahami

(understanding), serta menerapkan (applying). Keterampilan tingkat tinggi

mencakup keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi

(evaluating), serta mencipta (creating).

Ranah kognitif mencakup kemampuan siswa dalam mengulang atau

menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari dari proses

pembelajaran sebelumnya.37 Ranah kognitif pada dasarnya terbagi dalam

berbagai tingkatan, yang menjadi dasar taksonomi Bloom, seperti yang

dijelaskan dalam tabel berikut ini:38

Tabel 3: Proses Kognitif Sesuai Level Kognitif Bloom

Proses Kognitif Definisi

C1 L

O

T

S

Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari

Ingatan

C2 Memahami Membanguan arti dari proses pembelajaran,

komunikasi lisan, tertulis, dan gambar

C3 Menerapkan Melakukan/menggunakan prosedur di

dalam situasi yang tidak biasa

C4 H

O

T

S

Menganlisis Mengklasifikasikan materi dan

menentukan bagaimana bagian-bagian itu

terhubungkan antar bagian dan ke

struktur/tujuan keseluruhan

36ibid., hlm.5. 37ibid., hlm.6. 38Loc.it.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

31

C5 Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan

kriteria/standar

C6 Mencipta Menempatkan unsur-unsur secara

bersama- sama membentuk keseluruhan

secara koheren/fungsional, menyusun

kembali unsur-unsur ke dalam

pola/struktur baru

Taksonomi Bloom setelah direvisi oleh Anderson Krathwohl

menambahkan dimensi pengetahuan sebagai berikut:39

1) Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual berisi komponen-komponen dasar yang harus

diketahui oleh siswa jika ia dikenalkan dengan suatu disiplin untuk

memecahkan masalah apapun di dalamya. Komponen ini dapat

berupa simbol-simbol yang memiliki kaitan dengan beberapa

referensi konkret yang menyampikan sebuah informasi penting.

Beberapa pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang

relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual, yaitu:

a) Pengetahuan terminologi mencakup nama-nama, simbol verbal,

serta non-verbal tertentu seperti kata-kata, angka-angka, tanda-

tanda, dan gambar- gambar.

b) Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik

mengacu pada pengetahuan peristiwa, tempat, orang-orang,

tangga, sumber informasi, dan semacamnya.

2) Pengetahuan Konseptual

39ibid., hlm.7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

32

Pengetahuan konseptual mencakup skema-skema, model-model

mental, atau berisi teori-teori eksplisit dan implisit dalam model

psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual

meliputi tiga jenis:

a) Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori

meliputi kategori kelas, pembagian, serta penyusunan spesifik

yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.

b) Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin

ilmu akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena/

memecahkan masalah-masalah dalam disiplin ilmu.

c) Pengetahuan teori, model, serta struktur yang mencakup

pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan generalisasi-

generalisasi bersama dengan hubungan-hubungan diantara

mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat

mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang

kompleks.

3) Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural yaitu mengenai melakukan sesuatu.

Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang

cukup rutin hingga memecahkan masalah baru. Pengetahuan

prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian

langkah-langkah yang akan diikuti mencakup pengetahuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

33

keahlian- keahlian, alogaritma-algoritma, teknik-teknik, serta

metode-metode secara kolektif disebut prosedur-prosedur.

4) Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai

kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan

dan pengetahuan mengenai kesadaran pribadi seseorang.

Penekanan terhadap siswa agar lebih sadar dan bertanggung

jawab untuk pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.

Perkembangan siswa akan lebih sadar dengan pemikiran

mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka

mengetahui kesadaran secara umum. Ketika mereka bertindak

dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih

baik.

Menurut Flavel, metakognitif yaitu kesadaran seseorang

tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai

kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati

tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan

berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan

menilai kemajuan belajar sendiri. Kegiatan-kegiatan

metakognitif meminta siswa untuk merefleksikan apa yang

mereka ketahui, apa yang mereka pedulikan dan apa yang

mereka bisa lakukan tidak hanya menolong siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

34

membangun kesadaran dirinya, melainkan memberi informasi

yang bernilai bagi guru.40

Sumber: https://bertema.com/konsep-berpikir-tingkat-tinggi-hots

Gambar I: Kombinasi Dimensi Pengetahuan

dan Proses Berpikir

Tingkat kemampuan berpikir dari sebuah pembelajaran dengan

membuat matrik sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang diinginkan. Pada

matrik hubungan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses berpikir,

untuk dimensi proses berpikir C1 s.d. C3 dengan seluruh dimensi

pengetahuan dan C1 s.d. C6 dengan dimensi pengetahuan faktual, masuk

kategori keterampilan berpikir tingkat rendah, sedangkan untuk C4 s.d. C6

untuk dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif

merupakan katagori HOTS.

KKO (Kata kerja operasional) yang digunakan dalam proses

pembelajaran sesuai dengan ranah kognitif Bloom sebagai berikut:41

40

Endang Indarini, Tri Sadono, dan Maria Evangeli Onate, Pengetahuan Metakognitif Untuk

Pendidik Dan Siswa, Yogyakarta, Satya Widya, 2013, Vol. 29, No.1. hlm 41. 41ibid., hlm.10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

35

Tabel 4: KKO Ranah Kognitif

Mengingat

(C1)

Memahami

(C2)

Mengaplikasi-

kan (C3)

Menganalisis

(C4)

Mengevaluasi

(C5)

Mencipta (C6)

Mengutip

Menyebutkan

Menjelaskan

Menggambar

Membilang

Mendaftar

Menunjuk-

kan

Memberi

label

Memberi

indeks

Memasang-

kan

Membaca

Menamai

Menandai

Menghafal

Meniru

Mencatat

Mengulang

Mereproduk-

si

Meninjau

Memilih

Mentabulasi

Memberi

kode

Memperkira-

kan

Menjelaskan

Menceritakan

Mengkatego-

rokan

Mencirikan

Merinci

Mengasosia-

sikan

Memban-

dingkan

Menghitung

Mengkon-

traskan

Menjalin

Mendiskusi-

kan

Mencontoh-

kan

Mengemukak

an

Mempolakan

Memperluas

Menyimpul-

kan

Meramalkan

Merangkum

Menjabarkan

Menggali

Mengubah

Memperta-

hankan

Mengartikan

Menerangkan

Menafsirkan

Memprediksi

Melaporkan

Membedakan

Menugaskan

Mengurutkan

Menentukan

Menerapkan

Mengkalkulasi

Memodifikasi

Menghitung

Membangun

Mencegah

Menentukan

Menggambar-

kan

Menggunakan

Menilai

Melatih

Menggali

Mengemuka-

kan

Mengadaptasi

Menyelidiki

Mempersoal-

kan

Mengkonsep-

kan

Melaksanakan

Memproduksi

Memproses

Mengaitkan

Menyusun

Memecahkan

Melakukan

Mensimulasi-

kan

Mentabulasi

Memproses

Membiasakan

Mengklasifi-

kasi

Menyesuaikan

Mengoperasi-

kan

Meramalkan

Mengaudit

Mengatur

Menganimasi

Mengumpul-

kan

Memecahkan

Menegaskan

Menganalisis

Menyeleksi

Merinci

Menominasi-

kan

Mendiagrakan

Mengkorelasi-

kan

Menguji

Mencerahkan

Membagankan

Menyimpulkan

Menjelajah

Memaksimal-

kan

Memerintah-

kan

Mengaitkan

Mentransfer

Melatih

Mengedit

Menemukan

Menyeleksi

Mengoreksi

Mendeteksi

Menelaah

Mengukur

Membangun-

kan

Merasionalkan

Mendiagnosis

Memfokuskan

Memadukan

Membanding-

kan

Menyimpulkan

Menilai

Mengarahkan

Memprediksi

Memperjelas

Menugaskan

Menafsirkan

Mempertaha-

kan

Memerinci

Mengukur

Merangkum

Membuktikan

Memuji coba

lapangan

terbatas

Mengetes

Mendukung

Memilih

Memproyeksi-

kan

Mengkritik

Mengarahkan

Memutuskan

Memisahkan

Menimbang

Mengumpul-

kan

Mengabstraksi

Mengatur

Menganimasi

Mengkategori-

kan

Membangun

Mengkreasi-

kan

Mengoreksi

Merencanakan

Memadukan

Mendikte

Membentuk

Meningkatkan

Menanggulan-

gi

Menggenerali-

sasi

Menggabung-

kan

Merancang

Membatas

Mereparasi

Membuat

Menyiapkan

Memproduksi

Memperjelas

Merangkum

Merekonstruk-

si

Mengarang

Menyusun

Mengkode

Mengkombi-

nasi

Memfasilitasi

Mengkon-

struksi

Merumuskan

Menghubung-

kan

Menciptakan

Menampilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

36

Menulis

Menyatakan

Menelusuri

Mengidenti-

fikasi

b. Tujuan HOTS

Tujuan utama dari HOTS adalah meningkatkan kemampuan

berpikir siswa pada level yang lebih tinggi. 42 Hal tersebut berkaitan

dengan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, memecahkan

masalah, dan membuat keputusan, berikut ini penjelasan mengenai

berpikir kritis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan membuat

keputusan.

1) Berpikir Kritis

Fiocione dalam Ridwan Abdullah Sani, mengungkapkan berpikir

kritis adalah proses untuk menentukan apa yang harus diyakini

dan dilakukan. Definisi yang dikemukakan oleh ini didukung

oleh pernyataan Norris yang menyatakan bahwa berpikir kritis

harus dilandasi dengan upaya mencari alasan, mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan, mencari alternatif

mempertimbangkan pandangan orang lain, yang diperlukan untuk

meyakini sebelum melakukan sesuatu. Berpikir kritis merupakan

salah satu upaya yang dilakukan oleh siswa untuk menjadi tahu.

Melalui berpikir kritis siswa akan mencari tahu hal-hal yang

42 Hatta Saputra, op.cit., hlm 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

37

belum diketahuinya dengan cara mengumpulkan berbagai

informasi dari berbagai sumber dan mencari alternatif lainnya

jika dirasa belum menemukan jawaban atas permasalahan yang

ada. Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa dengan

cara ceramah singkat, menelaah teks/informasi, kegiatan

penyelidikan di laboratorium, mengerjakan soal, dan menulis

makalah. Selain itu, melatih siswa untuk berpikir kritis dapat

dilakukan dengan meberikan teks atau menayangkan video yang

berisi informasi untuk ditelaah oleh siswa. Melatih siswa untuk

berpikir kritis sangat berguna bagi siswa ketika mengevaluasi ide

baru, memilih yang paling baik, dan melakukan penilaian yang

diperlukan.

Pembelajaran HOTS memberikan kesempatan bagi siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi

suatu permasalahan atau ketika menerima informasi. Pola

berpikir kritis memiliki peran penting dalam refleksi diri dan

memberi makna bagi kehidupan siswa. Seorang siswa yang

mampu berpikir kritis tidak akan mudah terpengaruh oleh

berbagai informasi negatif karena akan berusaha mencari

kebenaran dan merefleksikan nilai dan membuat keputusan yang

paling tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

38

2) Berpikir Kreatif

Downing dalam Ridwan Abdullah Sani, mendefinisikan

kreativitas sebagai sebuah proses untuk menghasilkan sesuatu

yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali

elemen tersebut. Di dalam sebuah kelas setiap siswa memiliki

pemikiran kreatif yang berbeda-beda. Pemikiran kreatif

berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang siswa

sesuai dengan ide kreatif yang dinyatakan. Menurut Howard

Gardener, ada dua jenis pengetahuan yang diperlukan untuk

menghasilkan kreativitas, yaitu:

a) Pengalaman mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu

yang membuat seseorang menjadi ahli.

b) Kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen dengan

cara yang baru. Oleh karena itu, siswa harus memiliki

pengetahuan yang mumpuni, sehingga mampu

mengembangkan kreativitas yang dimiliki.

Dalam proses pembelajaran di kelas guru dapat

memanfaatkan mind mapping untuk meningkatkan

kreativitas siswa. Menurut Tony Buzan, mind mapping

efektif digunakan untuk mengembangkan ide-ide baru atau

menganalisis sebuah permasalahan, sehingga dapat

membangkitkan kreativitas siswa dalam memecahkan

masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

39

3) Memecahkan masalah

Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdullah Sani

mendefinisikan bahwa memecahkan masalah (problem

solving) merupakan proses yang mencakup visualisasi,

asosiasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar,

analisis, sintesis, dan generalisasi, yang masing–masing

harus diatur dan dikoordinasikan. Mumford dalam Ridwan

Abdullah Sani, menguraikan model dalam memecahkan

masalah secara kreatif melalui delapan tahapan sebagai

berikut:

a) Identifikasi permasalahan

b) Memperoleh informasi

c) Menyeleksi konsep

d) Mengkombinasi konsep

e) Membangkitkan ide

f) Implementasi

Ketika siswa akan menyelesaikan masalah, maka siswa harus

mengetahui apa yang ditanyakan, selanjutnya siswa mencari

berbagai informasi yang relevan terkait dengan apa yang

ditanyakan. Guru dan siswa memikirkan konsep yang sesuai

terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Tahap

selanjutnya mengembangkan ide, hal ini dilakukan jika

permasalahan, informasi, dan konsep sudah diketahui.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

40

Pengembangan ide ini didasarkan dari konsep, mengevaluasi

ide yang dipikirkan serta menerapkan penyelesaian masalah

tersebut. Proses monitoring harus dilakukan untuk

memeriksa kebenaran dari solusi penyelesaian masalah.

4) Membuat Keputusan

Dalam membuat keputusan, penetapan tujuan merupakan hal

yang paling penting. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan

informasi serta solusi alternatif. McCammon

mengungkapkan tahapan pengambilan keputusan sebagai

berikut:

a) Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan

tujuan.

b) Tahap kedua mencari informasi yang relevan kemudian

siswa mengembangkan alternatif yang akan digunakan.

c) Tahap ketiga adalah memilih dan menerapkan alternatif

yang telah dipilih untuk membuat sebuah keputusan.

Gambar II: Bagan Membuat Keputusan

menurut McCammon

Membandingkan

Alternatif

Menentukan

Tujuan

Memperoleh

Informasi

Memutuskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

41

c. Penilaian HOTS

Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran

HOTS. Tugas guru bukan hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan

juga harus mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih

siswa untuk memiliki ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan

utamanya adalah untuk meningkatkan ketrampilan tingkat tinggi yang

lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi adalah

sebagai berikut.

1) Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.

2) Merencanakan tugas yang menuntut siswa untuk

menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka

miliki.

3) Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti

peningkatan pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah

ditunjukan dalam proses.

Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:

1) Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya

dalam bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau

masalah (kasus).

2) Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas

di kelas, dan bukan pertanyaan hanya untuk proses

mengingat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

42

3) Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang,

atau sulit) dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan

berpikir tingkat tinggi).

Penilaian pengetahuan berpikir tingkat tinggi bermanfaat untuk

mengukur kemampuan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif), dan dimensi proses berpikir dari tingkat

rendah sampai tinggi. Dalam kaitannya dengan dimensi proses berpikir

“memahami” semula berada di level berpikir tingkah menengah (Middle

Order Thinking Skills/MOTS) yang disebut level 2 (aplikasi) diturunkan

posisinya ke level berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking

Skills/LOTS) yang disebut Level 1 (pengetahuan dan pemahaman). Level

kognitif Pusdiklat tersebut digunakan sebagai rambu-rambu penyusunan

kisi-kisi Ujian Nasional tahun 2015/2016.43

1) Level 1 (pengetahuan dan pemahaman) merupakan level berpikir

tingkat rendah (Low Order Thinking Skills/LOTS) yang

mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan

pemahaman (C2). Penilaian pada level 1 ini untuk mengukur

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Pada dimensi

proses berpikir pengetahuan (C1) menuntut kemampuan

mengingat, menghafal, mendaftar, mengulang, menirukan,

menyebutkan, dan lain-lain. Sedangkan, dimensi proses berpikir

43 Widana, op.cit., 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

43

pemahaman (C2) menuntut kemampuan menjelaskan,

mengklasifikan, membedakan, menerjemahkan, menguraikan,

mengartikan, melaporkan, dan lain-lain.

2) Level 2 (aplikasi) merupakan level berpikir tingkat menengah

(Middle Order Thinking Skills/MOTS) yang hanya mencakup

dimensi proses berpikir mengaplikasikan (C3). Penilaian pada

level ini untuk menggunakan dan menerapkan pengetahuan

faktual, konseptual, dan prosedural. Pada dimensi proses berpikir

mengaplikasikan (C3) menuntut kemampuan menerapkan,

menggunakan, menentukan, menghitung, dan lain-lain.

3) Level 3 (penalaran) merupakan level berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skills/HOTS). Penilaian pada level

penalaran adalah penilaian yang menuntut kemampuan menalar,

berpikir logis dan kreatif, serta kemampuan menginterpretasi,

mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer

konsep satu ke konsep lain. Penilaian pada level 3 (penalaran)

mengukur pengetahuan metakognitif, tidak sekedar mengukur

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Penilaian

penalaran mencakup dimensi proses berpikir, menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses

berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan menspesifikasi

aspek-aspek atau elemen, menguraikan, mengorganisir,

membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Dimensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

44

proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan

menyusun hipotesis memecahkan (masalah), merefleksi,

mengkritik, membuktikan, memprediksi, menilai, menguji,

membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan, pada dimensi

proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan

merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,

menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat,

memperindah, menggubah.44

Kemampuan yang akan dicapai pada masing-masing

ranah/dimensi proses berpikir di atas sekaligus dapat pula digunakan

sebagai KKO dalam penulisan indikator soal pada ranah yang

bersangkutan.

d. Soal HOTS

Dewasa ini, banyak siswa maupun guru yang memiliki persepsi

bahwa soal HOTS merupakan soal yang sulit. Padahal soal yang sulit

belum tentu termasuk dalam kategori soal HOTS, demikian pula

sebaliknya bahwa soal HOTS belum tentu itu sulit. Kenyataannya, baik

itu soal LOTS, MOTS, maupun HOTS memiliki rentang tingkat kesulitan

yang sama, dari yang mudah, sedang, hingga sukar/sulit. Dengan

demikian soal yang berbasis LOTS hingga HOTS tersebut bisa memiliki

tingkat kesukaran soal dari mudah hingga sukar. Soal yang sulit belum

tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya “Difficulty isn’t the same as

44 Ibid., hlm.14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

45

the Higher Order Thinking.” Sebagai contoh, untuk mengetahui arti

sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki

tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang

mampu menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab

permasalahan tersebut tidak termasuk HOTS. Sebaliknya sebuah soal

yang meminta siswa untuk menganalisis dengan melakukan

pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal

yang sulit untuk dijawab oleh siswa. Tingkat kesukaran (mudah v.s.

sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingkat rendah v.s. berpikir

tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda.

Kesalahpahaman interpretasi jika LOTS itu mudah dan HOTS itu

sulit nyatanya dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Implikasi dari

kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan untuk memberikan

atau membiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena

siswanya belum siap dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan

tugas yang bersifat drill saja.45

e. Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar

Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan

pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada

KI 3 dan KI 4. Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan

45Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

46

butir soal HOTS secara proporsional. Berikut peran soal HOTS dalam

penilaian hasil belajar:46

1) Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad 21

Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang

dilaksanakan oleh sekolah diharapkan dapat membekali

siswa untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan

pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok

kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century

skills) yaitu:

a) memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis,

mandiri, gotong royong, dan integritas)

b) memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity,

collaboration, dan communication)

c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir

menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam

bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Penyajian soal-

soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih

siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya

sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas.

Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS,

keterampilan berpikir kritis (critical thinking),

46Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

47

kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning

self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan

menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam

kehidupan sehari-hari (problem-solving).

2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah

(local genius)

Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif

oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya

masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan

stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan

satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan

yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai

stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih

oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik

karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh

siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam

penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan

cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.

Sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian

dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di

daerahnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

48

3) Meningkatkan motivasi belajar siswa

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab

tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang

dipelajari di dalam kelas hendaknya terkait langsung dengan

pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian siswa

merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam

kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di

masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat

dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam

penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga

munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan

dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah

yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang

hayat.

4) Meningkatkan mutu dan dan akutabilitas penilaian hasil

belajar

Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat

memberikan informasi yang akurat terhadap kemampuan

peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat meningkatkan

kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas

pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah

menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan

masyarakat kepada sekolah. Pada Kurikulum 2013 sebagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

49

besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis,

mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat

menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan

KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur

keterampilan berpikir tingkat tinggi, dapat meningkatkan

mutu penilaian hasil belajar.

f. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal

menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang

akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu

sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih materi yang akan

ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu

tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal

HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis

soal, dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal yang menarik

dan kontekstual.

Berikut merupakan langkah-langkah dalam penyusunan soal

HOTS:47

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS

Terlebih dahulu guru/penulis soal memilih KD yang hendak

dibuat menjadi soal HOTS. Hal ini karena tidak semua KD

dapat dibuatkan menjadi model soal HOTS. Guru/penulis

47ibid., hlm.11-12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

50

soal memilih KD yang memuat KKO pada ranah C4, C5, dan

C6. Guru maupun penulis soal dapat secara mandiri atau

melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap

KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS.

2) Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal HOTS bertujuan untuk membantu

guru dalam menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut

diperlukan untuk memandu guru dalam menentukan

kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat menjadi

soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan KD

yang akan diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan

level kognitif.

3) Merumuskan stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus

harus dapat mendorong siswa untuk membaca stimulus.

Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca

oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan

stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan

kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat

memotivasi siswa untuk membaca.

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Penulisan butir soal ditulis sesuai dengan kaidah penulisan

butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

51

dasarnya hampir sama dengan kaidah penulisan soal pada

umumnya. Perbedaanya tereltak pada aspek materi, dimana

materi harus disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS

yang berkaitan, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa

relatif sama.

5) Membuat pedoman penilaian atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan

pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran

dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban

dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda dan isian singkat.

Sumber: https://www.fisikane.web.id/2019/08/langkah-penyusunan-soal-

hots.html

Gambar III: Alur Penyusunan Soal HOTS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

52

3. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah merupakan suatu pembelajaran yang secara tidak

langsung berusaha untuk memahami pola dan tindakan manusia yang sesuai

dengan cara pandang serta penilaian masyarakat pada masa lalu, materi yang

diajarkan harus berifat kronologis dan siswa juga dituntut untuk berpikir secara

runtut, sistematis, dan memahami hukum kausalitas.48

b. Prinsip Pembelajaran Sejarah

Proses pembelajaran terutama pada pembelajaran sejarah pada satuan

pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Oleh sebab itu

setiap satuan pendidikan diaharuskan untuk melakukan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan.

Dalam melakukan pembelajaran, guru perlu memerhatikan prinsip-

prinsip pembelajaran sebagai berikut:49

a. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu;

48Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 60. 49Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah Indonesia, Jakarta, hlm. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

53

b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar;

c. Dari pendekatan tekstual menuju pendekatan proses sebagai

penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi;

e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard

skills) dan keterampilan mental (soft skills);

i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat;

j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (Ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (Ing

madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam

proses pembelajaran (Tut wuri handayani);

k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di

masyarakat;

l. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah

guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

54

m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Mata pelajaran Sejarah memiliki tujuan sebagai berikut:50

1. Mengembangkan pengetahuna dan pemahaman mengenai

kehidupan masyarakat dan bangsa Indoensia serta dunia melalui

pengalaman sejarah bangsa Indonesia dan bangsa lain.

2. Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan

kritis terhadap hasil dan prestasi bangsa Indonesia dan umat manusia

di masa lalu.

3. Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan ruang dalam

berpikir kesejarahan.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir sejarah (historiccal

thinking).

5. Keterampilan sejarah, dan wawasan terhadap isu sejarah, serta

menerapkan kemampuan, keterampilan dan wawasan tersebut dalam

kehidupan masa kini.

6. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral

yang mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa.

50Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

55

7. Menanamkan sikap berorentiasi kepada kehidupan masa kini dan

masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau.

8. Memahami dan mampu menangani isu-isu kontroversial untuk

mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.

9. Mengembangkan pemahaamn internasional dalam menelaah

fenomena aktual dan global.

d. Evaluasi Pembelajaran Sejarah

Evaluasi pembelajaran seperti yang terkandung dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57

menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu

pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara

pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 51 Stufflebem dan

Shinkifield menuturkan bahwa evaluasi berperan sebagai penilaian yang

sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. 52 Lebih jauh lagi,

Mehrens dan Lehmann mendefinisikan evaluasi secara luas sebagai proses

merencanakan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk mengambil sebuah keputusan berdasarkan penilaian yang

telah dilaksanakan.53

Dalam bahasa Inggris istilah penilaian dikenal dengan istilah

evaluation. Penilaian memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan

51Ari Pudjiastuti, Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills Program Peningkatan

Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga

Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 1. 52Widanarto Prijowunto, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Sanata Dharma Univerity Press,

2016, hlm.5. 53Loc.it.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

56

pembelajaran. Evaluasi merupakan proses dari sebuah penilaian yang dilakukan

untuk memperoleh informasi. Informasi ini diperoleh melalui pengukuran.

Menurut Cangelosi dalam Daryanto, pengukuran merupakan sebuah proses

pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan empiris untuk

mengumpulkan informasi relevan dengan tujuan yang sudah ditentukan.

Informasi yang didapat akan digunakan untuk mengambil sebuah keputusan.

Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa mencakup beberapa aspek

yaitu, aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Bentuk Penilaian

Penilaian mata pelajaran sejarah sama halnya dengan mata pelajaran lain

pada kurikulum 2013. Penilaian tersebut meliputi:

a. Penilaian sikap dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran khususnya dalam

penelitian ini sejarah.

b. Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengembangkan kemampuan

kognitif, keterampilan psikomotorik, dan internalisasi nilai serta

kebiasaan dalam ranah afektif. Pengetahuan yang dihasilkan

kemampuan kognitif dapat berupa pengetahuan hafalan dan dapat pula

berupa pengetahuan yang digunakan (working knowledge).

Pengetahuan berupa hafalan hanya memerlukan pengetahuan kognitif

pada tingkat mengingat (recall=remember). Pengetahuan yang dapat

digunakan memerlukan pengetahuan kognitif pada tingkat memahami

(understand) dan tingkat-tingkat di atasnya. Pengetahuan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

57

digunakan juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif

pada tingkat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi,

dan menghasilkan sesuatu yang baru. Penilaian pengetahuan sendiri

dapat dilakuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.54

c. Penilaian keterampilan dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai kemampuan siswa menerapkan pengetahuan yang dimiliki

dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Penilaian dilakukan untuk mengevaluasi proses, kemajuan belajar

dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. 55 Kegiatan

mengukur, menilai, serta mengevaluasi merupakan suatu siklus yang saling

berkaitan, pengukuran dan penilaian adalah tahapan pertama dalam proses

evaluasi yang dilakukan.

2. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu, fungsi hasil belajar

dan fungsi evaluasi program pengajaran.56

a. Fungsi Hasil Belajar

1) Fungsi Formatif

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran dapat

memberikan informasi berupa umpan balik baik bagi guru

maupun siswa. Bagi guru, umpan balik dapat digunakan

sebagai perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan. Bila

54 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 16. 55Ari Pudjiastuti, op.cit, hlm. 5. 56Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012, hlm. 56.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

58

ditemukan kompetensi dasar dan standar kompetensi belum

dicapai maka akan dilakukan perbaikan.

2) Fungsi Sumatif

Tes sumatif dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun

ajaran. Sebagai hasilnya maka akan diketahui sejauh mana

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dicapai.

Maka dapat diambil keputusan misalnya, naik atau tidak naik

kelas, dan laporan kemajuan hasil belajar dapat diberikan

kepada orang tua/ wali siswa.

3) Fungsi Diagnostik

Evaluasi dapat mengungkap kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dengan diketahuinya

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa maka program

perbaikan dapat dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang

ditetapkan. Selain itu, evaluasi dapat dipakai untuk

megungkapkan pengetahuan maupun keterampilan dasar yang

dipakai sebagai titik dari dimulainya sebuh proses pengajaran

yang akan dimulai.

4) Fungsi Selektif

Evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi masukan (input)

guna disesuaikan dengan ruangan, tempat duduk maupun

fasilitas lain yang sudah tersedia. Jika dihubungkan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

59

masalah bakat yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk

tujuan pemilihan bakat siswa.

5) Fungsi Motivasi

Evaluasi membuat para siswa termotivasi untuk belajar lebih

giat dan serius sebab dengan begitu mereka dapat menunjukan

kemampuan yang dimiliki. Tujuan evaluasi adalah untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan sampai

dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam

pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran.57 Pelaksanaan proses

pembelajaran sejarah harus dievaluasi secara menyeluruh

yaitu, dengan melakukan evalusi terhadap kualitas proses dan

hasil belajar siswa. Hasil pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh kualitas proses pembelajaran.58

Evaluasi pembelajaran sejarah yang dilakukan tidak hanya mencakup

kecakapan akademik saja melainkan juga mencakup kesadaran akan sejarah dan

nasionalisme. Kualitas pembelajaran tergantung dari kinerja guru dalam

mengajar, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, iklim kelas, sikap, dan

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan guru dalam mengajar

adalah bentuk dari kinerja guru dalam mengajar. Kegiatan siswa di kelas adalah

bentuk dari sikap dan motivasi. Materi pembelajaran yang representatif,

didukung dengan metode pembelajaran yang sesuai, sarana dan prasarana yang

57Ari Pudjiastuti, op.cit, hlm. 8. 58 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Ombak, 2011, hlm. 131.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

60

memadai, dan iklim kelas yang kondusif akan membawa pengaruh pada sikap

dan motivasi belajar siswa serta kinerja.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti didukung oleh penelitian

yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Permata Sari dari Universitas Sanata

Dharma yang berjudul “Pengembangan Soal Tes HOTS pada Materi

Pengukuran untuk Siswa Kelas VI SD”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa seluruh butir soal dinyatakan valid, hasil analisis reliabilitas soal

menunjukkan angka 0,92 termasuk dalam kategori “sangat tinggi”, hasil

analisis daya pembeda soal masuk dalam kategori “baik” dengan persentase

sebesar 80% dan 20% pada kategori “cukup”, hasil analisis tingkat

kesukaran soal dikategorikan “sukar” yang menunjukkan persentase sebesar

18% dan “sedang” sebesar 87%.

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian, yakni R&D,

dan sama-sama mengembangkan soal berbasis HOTS. Perbedaannya

terdapat pada mata pelajaran, yaitu matematika, dengan materi pengukuran

untuk siswa kelas VI SD, sedangkan peneliti pada mata pelajaran sejarah

dengan topik kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara pada masa Islam

untuk siswa kelas XI SMA.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiscus Rinto Abriantoro dari Universitas

Sanata Dharma yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

61

Berbasis HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X

Akuntansi SMK”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor uji

coba lapangan terbatas uji coba dari bahasa sebesar 54 dengan kategori

“Sangat Baik”, sedangkan total rata-rata skor dari ahli materi sebesar 67,225

dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil analisis dari program Quest diperoleh

mean INFIT MNSQ 0,99 dan SD 0,8. Soal yang paling sukar, yaitu item

nomor 8,9, 12, 15, 18, 20, 26, dan 33, sedangkan yang paling mudah item

nomor 35 dan 37. Berdasarkan analisis 40 item tersebut fit atau cocok

dengan model Rasch dengan batas penerimaan 0,77 sampai 1,33. Oleh

kerena, disimpulkan bahwa soal pada kompetensi dasar menerapkan buku

jurnal layak menjadi instrumen penilaian bagi guru dalam pembelajaran.

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan instrumen tes

sebagai bahan evaluasi berbasis HOTS dan jenis penelitian, yaitu

penggunaan model R&D. Perbedaannya terletak pada mata pelajaran;

Fransiscus Rinto Abriantoro untuk mata pelajaran Akuntasi Kelas X,

sedangkan peneliti untuk mata pelajaran Sejarah Kelas XI.

Dari paparan yang telah dijelaskan di atas mengenai persamaan

penelitian yang relevan dengan peneliti dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa,

pengembangan soal sejarah berbasis HOTS pada pokok bahasan Kerajaan-

kerajaan Maritim di Nusantara pada Masa Islam untuk siswa kelas XI SMA

belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga peneliti memiliki inovasi untuk

mengembangkan soal sejarah berbasis HOTS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

62

C. Kerangka Pikir

Salah satu faktor diterapkan dan dikembangkannya Kurikulum 2013 di

Indonesia tak lain untuk memfasilitasi siswa pada abad 21 yang diharapkan

dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam implementasi

Kurikulum 2013 guru dituntut untuk mengembangkan pembelajran dengan

substansi sebagai berikut (1) PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), (2)

Gerakan literasi di sekolah atau yang lebih dikenal dengan GLS (Gerakan

Literasi Sekolah), (3) Keterampilan 4C (Communication, Collaboration,

Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation), dan (4)

Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Dalam pembelajaran sejarah diperlukan kemampuan berpikir tingkat

tinggi atau yang dikenal HOTS yang bertujuan untuk melatih siswa agar dapat

berpikir kritis, berpikir kreatif dan inovatif, serta memiliki kemampuan

memecahkan masalah dan mengambil keputusan, memiliki kemampuan dalam

mengaitkan pengetahuan yang didapat dengan pengetahuan baru, dapat

menciptakan sebuah produk, dan dapat berpikir reflektif sehingga mampu

memaknai setiap nilai-nilai yang terkandung dalam materi sejarah untuk

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penerapan HOTS perlu dilakukan evaluasi pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran yang dilakukan adalah evaluasi yang berbasis HOTS.

Evaluasi yang dilakukan oleh guru meliputi penilian terhadap pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), keterampilan (psikomotor). Pada penerapan evaluasi

berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah akan baik itu persepsi dari guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

63

maupun siswa. Pengembangan soal Sejarah berbasis HOTS pada pembelajaran

sejarah.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka pikir

sebagai berikut:

Gambar IV: Kerangka Pikir

Pembelajaran

Abad 21

Kurikulum 2013 HOTS

Mengembangkan

soal sejarah

berbasis HOTS

Evaluasi

Pembelajaran

Sejarah di kelas

Pembelajaran

Sejarah di kelas

Produk berupa

soal sejarah

berbasis HOTS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

64

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian pengembangan soal tes ini menggunakan jenis penelitian

pengembangan atau R&D (Research and Development). Materi yang

dikembangkan pada penelitian ini adalah materi Kerajaan-kerajaan Maritim di

Nusantara pada Masa Islam mata pelajaran Sejarah semester ganjil kelas XI SMA.

Penelitian ini akan mengembangkan materi belajar dalam bentuk soal tes yang

bertujuan untuk meningkatkan cara berpikir siswa dalam menjawab soal yang

membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas XI SMA. Menurut

Borg dan Gall, yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan

dijelaskan sebagai berikut:59

“Educational research and development is a process used develop and

validate educational product. The steps of this process are usually referred

to as the R&D cycle, which consists of studying research findings pertinent

to the product to be developed, developing the product based on the finding,

field testing it in the setting where it wil be used eventually, and revising it

to correct the deficiencies found in the field testing stage. In indicate that

product meets its behaviorally defined objectives.”

Terjemahan uraian tersebut adalah “penelitian dan pengembangan bidang

pendidikan (R&D) adalah suatu proses yang yang digunakan untuk

mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan. Langkah-langkah

dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai siklus R&D, yang terdiri dari:

59 http://adipwahyudi.blogspot.com/2011/01/model-penelitian-pengembangan-borgand.html,

diakses tanggal 07 Oktober 2020 pukul 00.00 WIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

65

pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan,

mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang

dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil

uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan

pengembangan yang dilakukan mempunyai objektivitas.

Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’,

yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memuji coba lapangan terbatas

hasil-hasil pendidikan, research and development juga bertujuan untuk menemukan

pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan khusus tentag masalah-masalah yang bersifat praktis

melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktek-praktek

pendidikan.60

60 W.R. Borg & M.D. Gall, Educational Research: An Introduction, Fifth Edition, New York:

Longman, 1989, hlm. 782.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

66

Menurut Borg dan Gall, pendekatan R&D dalam pendidikan meliputi

sepuluh langkah. Adapun bagan langkah-langkah penelitiannya seperti ditunjukkan

pada gambar berikut.61

Gambar V: Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development

(R&D) menurut Borg dan Gall

Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka,

studi literatur, penelitian skala kecil, dan standar laporan yang dibutuhkan.

a. Analisis kebutuhan

Ada beberapa untuk melakukan analisis kebutuhan, yaitu: 1)

Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang

penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai

kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki

61 Ibid., hlm. 783-795.

Research

and information

collection

Planning

Develop

preliminary of

product

Preliminary

field testing

Main product

revision Main field test

Operational

product revision

Operational

field test

Final product

revision

Dissemination

and

implementation

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

67

keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang akan

mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk

mengembangkan produk tersebut cukup?

b. Studi pustaka, studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara

terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini

dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain

yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang

direncanakan.

c. Penelitian skala kecil

Pengembang seringkali mempunyai pertanyaan yang tidak

bisa dijawab dengan mengacu pada research belajar atau teks

profesional. Oleh karenanya, pengembang perlu melakukan riset

skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan

dikembangkan.

2. Planning (perencanaan)

Setelah melakukan penelitian awal, pengembang dapat melanjutkan

langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian

R&D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana,

tenaga, dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk

partisipasinya dalam penelitian.

3. Develop preliminary of product (pengembangan draft produk)

Langkah ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan

dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana

penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3)

menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan

deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

68

4. Preliminary field test (Uji coba lapangan terbatas)

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini

meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2)

bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3)

uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh

desain layak, baik substansi maupun metodologi.

5. Main product revision (penyempurnaan produk awal)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarkan uji

lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah

dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan

produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.

Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga

perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

6. Main field test (uji coba lapangan)

Langkah ini merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini

meliputi: 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas

desain yang pada umumnya menggunakan teknik eksperimen model

pengulangan; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif,

baik dari sisi substansi maupun metodologi.

7. Operational product revision (penyempurnaan produk hasil uji

lapangan)

Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji

lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan

produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk

yang kita kembangkan. Selain perbaikan yang bersifat internal,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

69

penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil, sehingga

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

8. Operational field test (uji kelayakan)

Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1)

melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas

dan adaptabilitas desain produk melibatkan para calon pemakai produk; 3)

hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik

dari sisi substansi maupun metodologi.

9. Final product revision (penyempurnaan produk akhir)

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang

dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih

akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan

suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggunjawabkan. hasil

penyempurnaan produk akhir memiliki nilai ‘generalisasi’ yang dapat

diandalkan.

10. Dissemination and implementation (diseminasi dan implementasi

produk akhir)

Laporan hasil dari R&D melalui forum-forum ilmiah ataupun

melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui

quality control.

Teknik analisis data, langkah-lang kah dalam proses penelitian dan

pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran R&D menurut Borg dan

Gall terdiri atas:

a. meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan

dikembangkan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

70

b. mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, uji lapangan;

c. mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba

lapangan.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Pada penelitian ini, tahapan langkah R&D menurut Borg and Gall tidak

digunakan secara menyeluruh dikarenakan situasi pandemi tidak memungkinkan

untuk menerapkan kesepuluh langkah R&D menurut Borg and Gall. Penelitian ini

hanya menggunakan langkah R&D dari tahap satu sampai dengan tahap tujuh.

Kelima tahap tersebut di antaranya (1) penelitian awal dan mengumpulan

informasi, (2) perancangan desain produk awal, (3) pengembangan produk awal,

(4) uji coba produk secara terbatas, (5) revisi hasil uji lapangan terbatas, (6) uji

coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian dan

pengumpulan data meliputi beberapa hal, yaitu pengukuran kebutuhan, studi

literatur, penelitian dalam skala kecil dan pertimbangan-pertimbangan dari segi

nilai. Pada tahap ini peneliti akan membagi menjadi beberapa pembahasan.

a. Pemilihan Materi

Materi yang akan dijadikan pokok bahasan dalam R&D ini adalah

Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam. Pemilihan materi

didasari pada pertimbangan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

71

Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam adalah

salah satu materi pelajaran SMA kelas XI IPS yang sangat erat kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari. Selain karena Indonesia sendiri merupakan

negara dengan mayoritas pemeluk Islam, bukti-bukti peninggalan kerajaan

Islam masih bisa kita temui dan kunjungi, pun pengaruh Islam dalam

berbagai bidang kehidupan masih bisa kita rasakan hingga sekarang.

Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam adalah

materi yang pernah peneliti ajarkan pada siswa SMA Budi Utama

Yogyakarta ketika sedang melaksanakan program Pengenalan Lingkungan

Persekolahan-Pengelolaan Pembelajaran (PLP-PP). Dengan begitu, peneliti

sudah terjun langsung untuk observasi dan melakukan evaluasi dalam

kegiatan belajar-mengajar dengan materi yang bersangkutan.

b. Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara

observasi ketika pembelajaran sejarah berlangsung dan dilanjutkan dengan

wawancara tidak terstruktur dengan guru mata pelajaran di SMA Budi

Utama Yogyakarta. Observasi dan wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui informasi mengenai masalah terkait dengan penerapan soal

berbasis HOTS di sekolah. Informasi yang telah terkumpul akan dianalisis

sebagai pertimbangan dalam pengembangan yang diharapkan mampu

memecahkan masalah yang dihadapi.

c. Studi Literatur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

72

Langkah selanjutnya adalah studi literatur tentang buku ajar. Peneliti

mempelajari buku, modul, dan jurnal, baik dalam bentuk cetak maupun

elektronik, untuk dijadikan referensi materi Kerajaan-kerajaan Maritim di

Indonesia pada Masa Islam yang nantinya akan dijadikan bahan membuat

soal sejarah berbasis HOTS. Peneliti mengambil Kompetensi Dasar 3.2,

yakni Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam

dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta

pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini.

2. Perencanaan

Berdasarkan penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan,

maka dibuat perencanaan/rancangan produk mencakup di antaranya:

a. Tujuan

Tujuan dari R&D ini adalah memaparkan desain pengembangan soal

sejarah kelas XI SMA pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim

di Indonesia pada Masa Islam untuk kelas XI SMA dalam pembelajaran

sejarah

b. Pengguna

Pengguna dari soal sejarah berbasis HOTS ini, yaitu siswa SMA kelas

XI IPS.

3. Pengembangan Draft Produk

Peneliti kemudian mulai melakukan penyusunan kisi-kisi soal HOTS

dengan memperhatikan tingkat kognitif pada Taksonomi Bloom yang sudah

direvisi, yakni tingkat kognitif C4, C5, dan C6. Peneliti tak lupa memperhatikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

73

penggunaan kata kerja operasional (KKO) dalam indikator soal, menyusun 60

butir soal sejarah berbasis HOTS yang terdiri dari 50 soal berbetuk pilihan

ganda dan 10 soal berbentuk uraian, membuat kunci jawaban, serta membuat

pedoman penskoran yang mengandung kata kunci khusus untuk soal uraian.

4. Uji Coba Lapangan Terbatas

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini

meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat

terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji

lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain

layak, baik substansi maupun metodologi. Pada tahap ini, peneliti

mengembangkan produk awal dengan melakukan uji coba lapangan terbatas

atau uji internal terhadap soal HOTS yang sudah disusun.

Desain produk berupa soal sejarah berbasis diuji coba lapangan terbatas

oleh praktisi pendidikan yang didapuk menjadi dosen dan guru, yakni satu

dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma dan dua guru Sejarah

SMA, masing-masing dari SMA St. Louis IX Sedayu dan SMA Citra Berkat

Citra Indah Cielungsi. Uji coba lapangan terbatas dilakukan dengan cara

menyerahkan desain produk yang terdiri dari soal sejarah berbasis HOTS yang

disertai kunci jawaban dan kisi-kisi, juga lembar kuesioner. Desain produk

dinilai dan dikomentari oleh dosen dan guru yang selanjutnya akan digunakan

peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi produk.

5. Penyempurnaan Produk Awal

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarkan uji

lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

74

dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Evaluasi yang dilakukan lebih pada

evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan

internal.

6. Uji Coba Lapangan

Langkah ini merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini

meliputi: 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain

yang pada umumnya menggunakan teknik eksperimen model pengulangan; 3)

hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi

maupun metodologi. Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba produk secara

lebih luas, yaitu mengirimkan produk, yang merupakan hasil revisi berdasarkan

masukan dosen dan guru, kepada 10 siswa dari beberapa SMA.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan

Langkah ini merupakan revisi kedua setelah dilakukan uji lapangan

yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari

hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita

kembangkan. Selain perbaikan yang bersifat internal, penyempurnaan produk

ini didasarkan pada evaluasi hasil, sehingga pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif. Kegiatan uji coba yang nantinya akan dilakukan oleh

penelitian dapat pada gambar berikut.

Gambar VI: Alur Pembuatan Soal Sejarah Berbasis HOTS

Uji Coba

Lapangan

oleh 10 Siswa

Produk

Awal

Penyempurnaan

Produk Awal

Uji Coba Lapangan

Terbatas

oleh Dosen + Guru

Penyempurnaan Produk

Hasil

Uji Lapangan

Produk

yang siap

digunakan sebagai

instrumen tes sejarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

75

C. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jaringan (daring) dikarenakan kondisi pandemi

yang tidak memungkinkan untuk melakukan tatap muka.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini terhitung sejak Februari 2020 sampai dengan Oktober 2020.

Penelitian ini dimulai dari observasi hingga penyelesaian laporan skripsi.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan

pengembangan ini adalah:

1. Observasi

Observasi dalam Purwanto menyebutkan observasi merupakan aktivitas

pengamatan secara sistematis terhadap penelitian untuk memperoleh data

penelitian menggunakan semua indera.62

Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara langsung ketika

pembelajaran sejarah di kelas berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara tidak terstruktur menurut Esteberg yang dikutip oleh Sugiyono

dalam Purwanto ialah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Wawancara

62 Creswell, 2012, terjemahan Sugiyono dalam buku Metode Penelitian & Desain Pengembangan:

Resarch and Development, Bandung, Alfabeta, cetakan ke 3, 2017. Hlm 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

76

tidak terstruktur ini dilakukan dengan guru yang bersangkutan, yaitu guru mata

pelajaran Sejarah di SMA Budi Utama Yogyakarta.

3. Kuesioner

Kuesioner atau bisa disebut angket angket atau kuesioner merupakan

metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk memberikan respons

sesuai dengan permintaan pengguna.63

Kuesioner merupakan salah satu teknik untuk pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab. 64 Jawaban dari pertanyaan ini mempunyai sifat yang tertutup,

membimbing reponden terhadap jawaban yang diinginkan pada pilihan jawaban

yang sudah tersedia.

Penelitian ini memakai kuesioner untuk mengetahui kualitas terkait dengan

soal HOTS yang sudah disusun peneliti. Teknik kuesioner pada penelitian ini

digunakan dengan tujuan untuk mendapat data dari praktisi pendidikan yang

didapuk menjadi dosen dan guru. Kuesioner berupa Google Forms nantinya akan

diserahkan bersamaan dengan desain produk yang akan dinilai untuk diisi oleh

dosen dan guru.

Penilaian pada kuesioner memakai skala Likert (skala 5).65 Skala Likert

mempunyai 5 alternatif jawaban pada tiap instrumen yang dapat berupa kata-kata

63 Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2015, hlm 33. 64 Sugiyono, Metode Penelitian & Desain Pengembangan; Resarch and Development, Bandung:

Alfabeta, cetakan ke 3, 2017, hlm 216. 65 Ibid., hlm.165.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

77

antara lain yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang

baik66. Data yang didapatkan dari kuesioner tertutup adalah data kuantitatif yang

berupa skor.67 Untuk analisis kuantitatif maka jawaban dapat diberi skor, yaitu:

sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), dan sangat kurang (1). Berikut

merupakan kisi-kisi kuesioner yang akan ditujukan kepada dosen dan guru pada

tahap uji coba lapangan terbatas.

Tabel 5: Kisi-kisi instrumen uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru

No. Aspek Indikator No.

item Jumlah

1

Materi

Kesesuaian soal dengan indikator 1 1

2 Kesesuaian soal dengan kisi–kisi 2 1

3 Rumusan soal tidak mengandung unsur SARA 3 1

4 Kesesuaian soal dalam menggunakan stimulus yang

menarik dan kontekstual 4 1

5 Ketepatan soal dalam mengukur level kognitif

penalaran. 5 1

6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus 6 1

7 Pilihan Jawaban Homogen dan logis 7 1

8 Secara keseluruhan setiap soal memiliki satu jawaban

benar 8 1

9

Kontruksi

Penggunaan rumusan pokok soal yang jelas dan tegas 9 1

10 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan

pernyataan yang diperlukan saja 10 1

11 Rumusan panjang pilihan jawaban relatif sama 11 1

12 Keefektifan gambar, grafik, tabel, diagram atau

sejenisnya dalam mendukung literasi siswa 12 1

13

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan

“semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban

di atas benar”

13 1

14 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain 14 1

15

Penggunaan rumusan soal atau pertanyaan

menggunakan kata tanya yang mendukung jawaban

uraian (mengapa, jelaskan, uraian dan sebagainya)

15 1

16 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir

ganda (uraian) 16 1

17

Bahasa

Penggunaan kalimat yang sesuai dengan ejaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar 17 1

18 Penggunaan bahasa / kalimat yang digunakan tidak

berlaku setempat 18

19 Penggunaan kalimat / bahasa mudah dipahami /

komunikatif 19 1

66 Ibid., hlm.166. 67 Ibid., hlm.216.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

78

20 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia

perkembangan siswa 20 1

Jumlah 20

E. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Peneliti menganalisis data kuantitatif dari lembar uji coba lapangan terbatas

dosen dan guru menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen penilaian

berbentuk kuesioner. Data kuantitatif berbentuk skor penilaian berupa angka yang

mengacu pada Standar Penilaian Skala 5 dan dianalisis dengan acuan tabel

konversi nilai yang mengacu pada rumus konversi nilai dari Widoyoko.68

Tabel 6: Standar Penilaian Skala lima berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Rumus Rerata Skor Kategori

x > Xi + 1,80 Sbi > 4,21 Sangat Baik

Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi > 3,4 - ≥ 4,21 Baik

Xi - 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi > 2, 60 - ≥ 3,40 Cukup Baik

Xi – 1,80 Sbi < x ≤ Xi – 0,60 Sbi > 1,8 - ≥ 2,60 Kurang Baik

x > Xi - 1,80 Sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang Baik

Keterangan

Skor tertinggi ideal : 5

Skor terendah ideal : 1

Xi = (Rerata Ideal) : ½ (skor maks ideal + skor min ideal)

Sbi = Simpangan baku ideal : 1/6 (skor maks ideal – skor min ideal)

x : Skor aktual

68 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajran : Panduan Praktis bagi Pendidik dan

Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, hlm. 238.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

79

Berdasarkan tabel tersebut, untuk memperoleh data kualitatif yang di

jabarkan sebagai berikut :

Diketahui

Xi = ½ (5+1) = 3

Sbi = 1/6 (5-1) = 0,67

Kategori sangat baik = x > Xi + 1,80 Sbi

= x > 3 + 1,8(0,67)

= x > 3 + 1,21

= x > 4,2

Kategori Baik = Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi

= 3 + 0,60(0,67) < x ≤ 3 + 1,80(0,67)

= 3 + 0,40 < x ≤ 3 + 1,21

= 3,40 < x ≤ 4,21

Kategori Cukup Baik = Xi - 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi

= 3 - 0,60(0,67) < x ≤ 3 + 0,60(0,67)

= 3 – 0,4 < x ≤ 3 + 0,40

= 2,60 < x ≤ 3,40

Kategori kurang baik = Xi – 1,80 Sbi < x ≤ Xi – 0,60 Sbi

= 3 – 1,80(0,67) < x ≤ 3 – 0,60(0,67)

= 3 – 1,21 < x ≤ 3 – 0,40

= 1,79 < x ≤ 2,60

Kategori sangat kurang baik = x ≤ Xi – 1,80 Sbi

= x ≤ 3 – 1,21 = x ≤ 1,8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

80

2. Data Kualitatif

Kualitatif merupakan penilaian berdasarkan mutu dan kualitas suatu produk

yang dikembangkan. Analisis dilakukan secara diskriptif dengan memaparkan hal-

hal yang relevan dengan topik yang dikaji, membandingkan informasi yang

diperoleh termasuk komentar dan saran yang disampaikan secara tertulis oleh para

ahli maupun praktisi (guru) yang ada dalam kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Setiap jenjang satuan pendidikan di Indonesia menerapkan Kurikulum

2013 secara bertahap sejak tahun ajarah 2013/2014 untuk menggantikan

Kurikulum2006 yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif (student

center) sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, semua aspek kehidupan

bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar

Kurikulum 2013 menuntut materi pembelajarannya sampai pada tingkat

metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu untuk memprediksi,

mendesain, dan memperkirakan, sehingga salah satu komponen penting

ialah HOTS. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,

metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir

tingkat tinggi. Melalui HOTS diharapkan berkembang kemampuan

berpikir dalam memspesifikasi aspek-aspek atau elemen dari sebuah

konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam

mengambil keputusan berdasarkan fakta atau informasi; dan mengkreasi

merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan atau ide-

ide.69

Model pembelajaran berbasis HOTS sangat cocok diterapkan dalam

mata pelajaran sejarah supaya tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep.

Banyak peristiwa sejarah dalam materi yang perlu dikaji sebab-musababnya dan

apa akibatnya bagi orang banyak. Penerapan HOTS dalam mata pelajaran

69 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Gaya Media,

2018, hlm. viii.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

82

sejarah bagaikan angin segar, tak lagi membuat sejarah berkecimpung pada soal

hafalan terkait nama dan tanggal, namun mulai menggali soal kausalitas suatu

peristiwa sejarah. Di sini pembelajaran sejarah berbasis HOTS berperan untuk

menciptakan suatu aktivitas pembelajaran yang kompleks, dimana siswa dilatih

berpikir kritis dan solutif untuk memecahkan masalah.

Langkah pertama dalam penelitian ini ialah menganalisis potensi

masalah. Peneliti melakukan observasi di SMA Budi Utama Yogyakarta ketika

sedang melaksanakan program Pengenalan Lingkungan Persekolahan-

Pengelolaan Pembelajaran. Selain melakukan kegiatan belajar mengajar,

peneliti berkesempatan melakukan wawancara tidak terstruktur dengan dua

guru mata pelajaran sejarah. Dari hasil wawancara tersebut, ternyata, kedua

guru sejarah masih cenderung melaksanakan penilaian pada level kognitif

tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill/LOTS) dalam melaksanakan

evaluasi hasil belajar. Butir soal yang digunakan hanya menuntut perilaku

‘ingatan’. Penulisan butir soal yang mengukur perilaku ‘ingatan’ ini diyakini

lebih mudah dalam penulisan soalnya dan materi yang ditanyakan dapat dengan

mudah diperoleh dari buku pelajaran. Bila dilihat dari konteksnya penilaian

berpikir tingkat rendah seringkali sangat teoritis, sehingga jarang menggunakan

konteks di luar kelas. Dengan begitu, tidak begitu terlihat keterkaitan antara

pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan situasi nyata dalam kehidupan

sehari-hari. Meski begitu, guru sejarah mengaku masih merasa enggan menulis

butir soal yang mengukur perilaku pada level berpikir tingkat tinggi (Higher

Order Thinking Skills/HOTS) yang mencakup kemampuan menganalisis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

83

mengevaluasi, dan mencipta. Hal ini disebabkan beberapa kesulitan, antara lain

yaitu: (1) menentukan perilaku yang akan diukur, (2) merumuskan masalah

yang akan dijadikan sebagai dasar pertanyaan (stimulus), (3) materi yang

ditanyakan tidak selalu tersedia dalam buku pelajaran, dan menuntut penalaran

tingkat tinggi. Akibatnya siswa selalu dikondisikan dengan pola ‘ingatan’

seperti pembelajaran, mengerjakan PR, tugas-tugas yang selalu berpola pada

‘ingatan’, meskipun KD yang akan dicapai pada level berpikir tingkat tinggi.

Berangkat dari permasalahan yang telah peneliti paparkan di atas, maka

peneliti tergugah untuk mengembangkan suatu produk yang layak berupa

instrumen tes sejarah yang bisa dijadikan referensi oleh guru sejarah, baik

dalam menyusun soal penilaian harian, penilaian tengah semester, maupun

penilaian akhir semester, yang seluruhnya berbasis HOTS. Melalui soal berbasis

HOTS yang bersifat analisis maupun problem solving, diharapkan pembelajaran

sejarah tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep, namun juga melatih

siswa berpikir secara rasional, reflektif, dan independen.

2. Perencanaan

Setelah peneliti mengumpulkan data dan melakukan analisis kebutuhan,

maka peneliti mulai membuat perencanaan/rancangan produk mencakup di

antaranya:

a. Tujuan

Tujuan dari R&D ini adalah memaparkan produk pengembangan soal

sejarah kelas XI SMA pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

84

di Indonesia pada Masa Islam untuk kelas XI SMA dalam pembelajaran

sejarah

b. Pengguna

Pengguna dari soal sejarah berbasis HOTS ini, yaitu siswa SMA kelas

XI IPS.

3. Pengembangan Draft Produk

Produk instrumen tes sejarah ini berupa kumpulan soal dari materi dari

mata pelajaran Sejarah Peminatan kelas 11 IPS. Sebelum menyusun soal

tentunya peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi untuk memandu peneliti

dalam menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat

menjadi soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan

diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan level kognitif yang memuat

KD. Peneliti memilih KD 3.2, yaitu menganalisis kerajaan-kerajaan maritim

Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada

masa kini. Pada KD 3.2, materi yang akan dibahas, yakni teori-teori masuknya

agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara dan kerajaan-kerajaan maritim

Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan. Dalam menentukan indikator soal dari masing-masing topik

materi, peneliti memperhatikan penggunaan kata kerja operasional (KKO)

ranah kognitif Taksonomi Bloom edisi revisi, yakni hanya memakan KKO yang

ada pada perilaku menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, dengan begitu,

soal yang disusun akan otomatis HOTS karena menuntut kemampuan berpikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

85

tingkat tinggi siswa. Ranah kognitif seharusnya berkisar pada tataran C4, C5,

dan C6, namun dalam kumpulan soal HOTS ini soal didominasi dengan tingkat

kognitif C4. Kumpulan soal HOTS ini berjumlah 60 butir soal yang terdiri dari

50 soal berbentuk pilihan ganda dan 10 soal uraian. Nomor soal akan

menyesuaikan.

Peneliti memperhatikan ketiga aspek yang harus ada pada setiap soal,

yakni aspek materi, konstruksi, dan kebahasaan. Pada soal pilihan ganda, aspek

materi meliputi kesesuaian soal dengan indikator, pilihan jawaban homogen dan

logis, serta memiliki satu jawaban yang benar. Setiap soal juga wajib

menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca)

dan kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan dunia

nyata). Selain itu, soal harus mengukur kognitif penalaran (menganalisis,

mengevaluasi, mencipta), jawaban butir soal tersirat pada stimulus, tidak rutin

(tidak familiar) dan mengusung kebaruan.

Aspek konstruksi menekankan pada perumusan pokok soal secara jelas

dan tegas, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang

diperlukan saja, pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar,

pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, panjang

rumusan relatif sama, pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua

pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”,

gambar atau peta yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, serta butir

soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

86

Aspek kebahasaan meliputi penggunakan bahasa yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia, tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika

soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional, menggunakan bahasa yang

sesuai dengan usia perkembangan siswa.

Ketiga aspek yang telah peneliti paparkan di atas juga berlaku pada soal

uraian dan prinsipnya hampir sama. Perbedaannya terletak pada adanya

menuntut tes tertulis serta menghindari penggunaan kalimat soal yang

menimbulkan tafsir ganda. Keseluruhan soal juga tidak mengandung unsur

SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,

Propaganda, dan Kekerasan).

Peneliti belum dapat merumuskan tingkat kesukaran soal apakah

termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar, dikarenakan langkah-langkah

R&D ini belum sampai pada tahap Operational Field Testing (Uji Kelayakan),

dimana langkah ini meliputi melibatkan para calon pemakai produk, yakni

siswa kelas XI IPS. Jika sudah melewati tahap ini baru diketahui proporsi

peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut yang bisa

dijadikan acuan untuk menentukan tingkat kesukaran soal.

Kumpulan soal HOTS ini juga dilengkapi dengan kunci jawaban, baik

untuk soal pilian ganda maupun uraian, yang bisa dijadikan acuan untuk guru

untuk membuat pedoman penskoran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

87

4. Uji Coba Lapangan Terbatas

a. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas dari Dosen

Uji coba lapangan terbatas soal HOTS mata pelajaran sejarah dilakukan

oleh Brigida Intan Printina, M.Pd., dosen Pendidikan Sejarah Universitas

Sanata Dharma yang ahli dalam bidang evaluasi pembelajaran. Uji coba

lapangan terbatas dilakukan pada tanggal 23 Januari 2021. Terdapat tiga aspek

yang dinilai oleh dosen, yakni aspek materi, konstruksi, dan bahasa.

Di bawah ini merupakan hasil penilaian oleh dosen yang ditampilkan

pada tabel berikut:

Tabel 7: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Materi

Aspek Materi

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)

2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)

3

Soal menggunakan stimulus yang terdapat

menarik (baru, mendorong siswa untuk

membaca)

4

Soal menggunakan stimulus yang kontekstual

(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai

dengan dunia nyata)

5 Soal mengukur kognitif penalaran (menganalisis,

mengevaluasi, mencipta)

6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √

7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung

kebaruan

8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan

Ganda)

Total 32

Rata-rata 32/8= 4,00

Kriteria Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

88

Tabel 8: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Konstruksi

Aspek Konstruksi

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Rumusan kalimat soal atau pertanyaan

menggunakan kata tanya atau perintah yang

menuntut jawaban terurai (Uraian)

2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar

(Pilihan Ganda)

3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara

mengerjakan soal (Uraian)

4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan

tegas

5

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban

merupakan pernyataan yang diperlukan saja

(Pilihan Ganda)

6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan

kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.

7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci

jawaban

8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat

negatif ganda

9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya

jelas dan berfungsi

10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan

Ganda)

11

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan

"semua jawaban di atas salah" atau "semua

jawaban di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan

Ganda)

12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal

lain

13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan

tafsir ganda (Uraian)

Total 12 36

Rata-rata 48/13= 3,69

Kriteria Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

89

Tabel 9: Hasil Uji Coba Lapangan oleh Dosen pada Aspek Bahasa

Aspek Bahasa dan lain-lain

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan

bahasa asing sesuai dengan kaidahnya

2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku

setempat

3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia

perkembangan siswa

4

Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK

(Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi,

Politik, Propaganda, dan Kekerasan)

Total 16

Rata-rata 16/4= 4,00

Kriteria Baik

Tabel 10: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen

No. Aspek Skor Kriteria

1. Materi 4,00 Baik

2. Konstruksi 3,69 Baik

3. Bahasa dan lain-lain 4,00 Baik

4. Total 11,69

Rata-rata Gabungan 11,69/3= 3,89 Baik

Berdasarkan tabel 7, yaitu penilaian dosen pada aspek materi memiliki

kriteria “baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,00, penilaian pada aspek

konstruksi berdasarkan tabel 8 memiliki kriteria “baik” dengan rata-rata skor

sebesar 3,69, dan penilaian pada tabel 9 berdasarkan aspek bahasa memiliki

kriteria “baik” dengan skor sebesar 4,00. Rata-rata gabungan yang dapat dilihat

pada tabel 10 menunjukkan bahwa hasil penilaian soal sejarah berbasis HOTS

yang dilakukan oleh dosen sebesar 3,89. Kesimpulan yang dapat ditarik dari

hasil uji coba lapangan dosen pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

90

menggunakan skala Likert tergolong dalam kriteria “baik” dan dinyatakan siap

diuji cobakan di lapangan dengan revisi sesuai saran tertulis.

Setelah dosen melakukan penilaian, dosen memberikan saran serta

komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk

menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen

tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.

Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh dosen:

1) Mohon memperhatikan format penulisan soal.

2) Terdapat beberapa kata yang kurang huruf.

3) Ada baiknya menggunakan pemilihan diksi berdasarkan istilah umum

di sejarah, misalnya soal pilihan ganda nomor 13, istilah "wanita"

diganti "perempuan" saja karena istilah tersebut lebih cocok pada

masanya (kata dasar ‘empu’).

4) Stimulus berupa gambar harus disertai sumber karena ada hak

ciptanya.

5) Apakah soal uraian tidak terlalu banyak untuk kebutuhan siswa? Bila

untuk kebutuhan penelitian tentunya tidak masalah, mohon diuraikan

alasannya di bagian pembahasan.

6) Rata-rata soal sudah sampai pesannya, namun hanya beberapa yang

muncul dengan konteks sekarang ini. Sebaliknya apabila

menunjukkan konteks kekinian, muatan soal yang masih kurang.

Misalnya soal uraian nomor 2, muatan sejarah hanya terdapat pada

perintah soal, namun dalam artikel kajian historis belum nampak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

91

Artinya, artikel yang telah dikutip diperkuat dengan analisis kajian

maritim pada masa kerajaan.

7) Ada pengulangan kata pada soal uraian nomor 2.

8) Belum ada soal yang memuat tabel, grafik dan peta.

9) Mohon melakukan pengecekan kembali untuk semua soal.

b. Hasil Uji Lapangan Terbatas dari Guru I

Uji coba lapangan terbatas soal Sejarah berbasis HOTS diuji coba

lapangan terbatas oleh guru mata pelajaran sejarah SMA St. Louis IX Sedayu,

Catharina Ginong Pratidhina, S.Pd. Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada

tanggal 18 Januari 2021. Di bawah ini hasil uji lapangan terbatas dari guru I:

Tabel 11: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Materi

Aspek Materi

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)

2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)

3 Soal menggunakan stimulus yang terdapat menarik

(baru, mendorong siswa untuk membaca)

4

Soal menggunakan stimulus yang kontekstual

(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan

dunia nyata)

5 Soal engukur kognitif penalaran (menganalisis,

mengevaluasi, mencipta)

6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √

7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung

kebaruan

8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan Ganda) √

Total 16 20

Rata-rata 36/8= 4,50

Kriteria Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

92

Tabel 12: Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Konstruksi

Aspek Konstruksi

No Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Rumusan kalimat soal atau pertanyaan

menggunakan kata tanya atau perintah yang

menuntut jawaban terurai (Uraian)

2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar (Pilihan

Ganda)

3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara

mengerjakan soal (Uraian)

4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan

tegas

5

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban

merupakan pernyataan yang diperlukan saja (Pilihan

Ganda)

6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan

kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.

7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci

jawaban

8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat

negatif ganda

9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas

dan berfungsi

10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan

Ganda)

11

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan

"semua jawaban di atas salah" atau "semua jawaban

di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan Ganda)

12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain √

13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir

ganda (Uraian)

Total 24 35

Rata-rata 59/13= 4,53

Kriteria Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

93

Tabel 13: Hasil Uji Coba Lapangan oleh Guru I pada Aspek Bahasa

Aspek Bahasa dan lain-lain

No Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa

asing sesuai dengan kaidahnya

2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat √

3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia

perkembangan siswa

4

Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,

Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,

Propaganda, dan Kekerasan)

Total 20

Rata-rata 20/4= 5

Kriteria Sangat Baik

Tabel 14: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I

No. Aspek Skor Kriteria

1. Materi 4,50 Sangat Baik

2. Konstruksi 4,53 Sangat Baik

3. Bahasa dan lain-lain 5,00 Sangat Baik

4. Total 14,03

Rata-rata Gabungan 14,03/3 =

4,67

Sangat Baik

Berdasarkan tabel 11 yaitu penilaian oleh guru I pada aspek materi

memiliki kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,50, penilaian

pada aspek konstruksi berdasarkan tabel 12 memiliki kriteria “sangat baik”

dengan rata-rata skor sebesar 4,53, dan penilaian pada aspek bahasa

berdasarkan tabel 13 memiliki kriteria “sangat baik” dengan skor sebesar 5,00.

Rata-rata gabungan yang dapat dilihat pada tabel 14 menunjukkan bahwa hasil

penilaian soal sejarah berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru I sebesar 4,67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

94

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji coba lapangan dosen pada aspek

materi, konstruksi, dan bahasa dengan menggunakan skala Likert tergolong

dalam kriteria “sangat baik” dan dinyatakan siap diuji cobakan di lapangan

dengan revisi sesuai saran tertulis.

Setelah guru I melakukan penilaian, guru I memberikan saran serta

komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk

menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen

tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.

Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh guru I penulisan soal sudah

memenuhi kriteria dalam penulisan soal HOTS. Untuk masukan kedepannya

berdasarkan pengalaman dalam penulisan soal HOTS guru juga perlu

memperhatikan daya tangkap siswa untuk itu jika soal tersebut perlu adanya

lampiran “wacana”, maka wacana yang dituliskan lebih disederhanakan lagi

karena jika terlalu panjang maka siswa akan bertindak malas membaca

(mengingat rendahnya minat literasi siswa) dan soal tidak bisa terjawab dengan

baik malah kadang dijawab dengan asal-asalan. Secara keseluruhan soal HOTS

yang ditulis penulis sudah baik dan tidak perlu adanya revisi.

c. Hasil Uji Lapangan Terbatas dari Guru II

Uji coba lapangan terbatas soal Sejarah berbasis HOTS diuji coba

lapangan terbatas oleh guru mata pelajaran sejarah SMA Citra Berkat Citra

Indah, Agatha Christy Leatemia, S.Pd. Uji coba lapangan terbatas dilakukan

pada tanggal 18 Januari 2021.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

95

Di bawah ini hasil uji lapangan terbatas dari guru II:

Tabel 15: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Materi

Aspek Materi

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)

2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat

pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)

3 Soal menggunakan stimulus yang terdapat menarik

(baru, mendorong siswa untuk membaca)

4

Soal menggunakan stimulus yang kontekstual

(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan

dunia nyata)

5 Soal mengukur kognitif penalaran (menganalisis,

mengevaluasi, mencipta)

6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √

7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung

kebaruan

8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan Ganda) √

Total 8 30

Rata-rata 38/8= 4,75

Kriteria Sangat Baik

Tabel 16: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Konstruksi

Aspek Konstruksi

No Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Rumusan kalimat soal atau pertanyaan

menggunakan kata tanya atau perintah yang

menuntut jawaban terurai (Uraian)

2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar (Pilihan

Ganda)

3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara

mengerjakan soal (Uraian)

4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan

tegas

5

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban

merupakan pernyataan yang diperlukan saja (Pilihan

Ganda)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

96

6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan

kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.

7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci

jawaban

8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat

negatif ganda

9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas

dan berfungsi

10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan

Ganda)

11

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan

"semua jawaban di atas salah" atau "semua jawaban

di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan Ganda)

12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain √

13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir

ganda (Uraian)

Total 6 20 30

Rata-rata 56/13= 4,30

Kriteria Sangat Baik

Tabel 17: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Bahasa

Aspek Bahasa dan lain-lain

No. Indikator Skor

1 2 3 4 5

1

Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa

asing sesuai dengan kaidahnya

2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat √

3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia

perkembangan siswa

4

Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,

Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,

Propaganda, dan Kekerasan)

Total 4 15

Rata-rata 19/4= 4,75

Kriteria Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

97

Tabel 18: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II

No. Aspek Skor Kriteria

1. Materi 4,75 Sangat Baik

2. Konstruksi 4,30 Sangat Baik

3. Bahasa dan lain-lain 4,75 Sangat Baik

4. Total 13,8

Rata-rata Gabungan 13/8/3 = 4,6 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 15 yaitu penilaian oleh guru II pada aspek materi

memiliki kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,75, penilaian

pada aspek konstruksi berdasarkan tabel 16 memiliki kriteria “sangat baik”

dengan rata-rata skor sebesar 4,30, dan penilaian pada aspek bahasa

berdasarkan tabel 17 memiliki kriteria “sangat baik” dengan skor sebesar 4,75.

Rata-rata gabungan yang dapat dilihat pada tabel 18 menunjukkan bahwa hasil

penilaian soal sejarah berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru II sebesar 4,67.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji coba lapangan dosen pada aspek

materi, konstruksi, dan bahasa dengan menggunakan skala Likert tergolong

dalam kriteria “sangat baik” dan dinyatakan siap diuji cobakan di lapangan

dengan revisi sesuai saran tertulis.

Setelah guru II melakukan penilaian, guru II memberikan saran serta

komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk

menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen

tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.

Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh guru II:

1) Tidak ada rumusan pokok soal pada soal uraian nomor 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

98

2) Ada kesalahan pengetikan pada petunjuk pengerjaan nomor 2 uraian:

“Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal no.3!”

3) Pada soal uraian nomor 2 sebaiknya penulis cukup menyertakan satu

berita saja jika memang topik berita pertamanya kurang lebih sama

dengan berita kedua. Siswa akan menjadi bosan jika beritanya panjang

dan isinya hampir sama.

d. Rekapitulasi Data Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru

Setelah mendapat data uji coba lapangan terbatas dari dosen dan guru

mengenai soal Sejarah Peminatan berbasis HOTS, maka dapat dihitung skor

rata–rata dari dosen dan guru. Hasil rekapitulasi keseluruhan data uji lapangan

terbatas ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 19: Rekapitulasi Data Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru

Ahli Uji coba lapangan

terbatas Skor Kategori

Dosen 3.89 Baik

Guru I 4.67 Sangat Baik

Guru II 4.60 Sangat Baik

Jumlah 13,16

Rata-rata skor 13,16/3 = 4,39

Kriteria Sangat Baik

Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian oleh dosen dan guru di atas,

maka produk kumpulan soal sejarah peminatan berbasis HOTS pada materi

kerajaan maritim Islam di Nusantara yang disusun oleh peneliti mendapat skor

rata-rata 4.39 dengan kategori “sangat baik”. Hal ini ditunjukkan secara

keseluruhan pengaplikasian pembuatan soal HOTS sudah baik dari beberapa

aspek yang dinilai oleh dosen dan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

99

4. Penyempurnaan Produk Awal

Penyempurnaan produk awal dilakukan berdasarkan saran perbaikan

yang diberikan oleh dosen dan guru yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produk kumpulan soal sejarah berbasis HOTS. Pada bagian ini akan

ditampilkan bagian dari kumpulan soal berbasis HOTS yang direvisi dosen dan

guru dan hasil dari perbaikan revisi oleh peneliti.

a. Mohon memperhatikan format penulisan soal.

Peneliti sudah mengecek kembali semua soal, baik pilihan ganda maupun

uraian, untuk menghindari kesalahan pada penulisan soal. Peneliti sudah

mengikuti beberapa kaidah umum penulisan soal pilihan ganda untuk

siswa SMA, misalnya mengakhiri pokok soal dengan “….”, jawaban

terdiri lima opsi, yakni A, B, C, D, E. Peneliti juga sudah menuliskan opsi

jawaban dengan huruf kapital (A/B/C/D/E).

b. Terdapat beberapa kata yang kurang huruf.

Peneliti sudah membenahi beberapa kata yang kurang huruf.

c. Ada baiknya menggunakan pemilihan diksi berdasarkan istilah umum di

sejarah, misalnya soal pilihan ganda nomor 13, istilah "wanita" diganti

"perempuan" saja karena istilah tersebut lebih cocok pada masanya (kata

dasar ‘empu’).

Tabel 20: Revisi soal pilihan ganda nomor 13

Sebelum

Sesudah

Masyarakat Jepara, Jawa Tengah,

dewasa ini masih mengidolakan

sosok Ratu Kalinyamat. Bahkan,

ketika merayakan hari jadi Kabupaten

Jepara, masyarakat melakukan kirab

Masyarakat Jepara, Jawa Tengah,

dewasa ini masih mengidolakan

sosok Ratu Kalinyamat. Bahkan,

ketika merayakan hari jadi

Kabupaten Jepara, masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

100

keprajuritan. Dalam sejarah Kerajaan

Demak terdapat seorang pemimpin

Ratu Kalinyamat yang memerintah

pelabuhan Jepara pada abad ke-16

dan berjuang melawan serangan

Portugis dari Malaka. Di sini kita

dapat melihat peran wanita dalam

kancah politik. Fenomena Ratu

Kalinyamat ini dapat dimaknai

sebagai...

melakukan kirab keprajuritan.

Dalam sejarah Kerajaan Demak

terdapat seorang pemimpin Ratu

Kalinyamat yang memerintah

pelabuhan Jepara pada abad ke-16

dan berjuang melawan serangan

Portugis dari Malaka. Di sini kita

dapat melihat peran perempuan

dalam kancah politik. Fenomena

Ratu Kalinyamat ini dapat dimaknai

sebagai...

d. Stimulus berupa gambar harus disertai sumber karena ada hak ciptanya.

Nisan makan Sultan Maulana

Malik Ibrahim di Gresik, Jawa

Timur

Nisan makam di Cambay, Gujarat,

India

Sumber:

https://darunnajah.com/biografi-

maulana-malik-ibrahim-1404-

1419-m/

Sumber:

https://kumparan.com/acehkini/jejak-

kota-cambay-india-di-tanah-aceh-

sampai-ke-gresik-4-1rsbp3tTyLt

Gambar VII: Revisi soal pilihan ganda nomor 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

101

Masjid Langgar Tinggi (dulu dan kini) di salah satu pekojan di Tambora,

Jakarta Barat

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Langgar_Tinggi

Gambar VIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 8

Kora-kora raja Ternate dengan 7 meriam. Tempat tidur mewah raja dapat

terlihat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kora-kora

Gambar IX: Revisi soal pilihan ganda nomor 10

Kirab Ratu Kalinyamat

Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2018/04/09/ratu-kalinyamat-hadir-

dalam-kirab-keprajuritan-peringati-hari-jadi-kabupaten-jepara

Gambar X: Revisi soal pilihan ganda nomor 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

102

Arca Dwarapala di Keraton Surakarta

Sumber: https://www.shutterstock.com/search/keraton+surakarta

Gambar XI: Revisi soal pilihan ganda nomor 18

Upacara Tahlilan

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/65866/yasinan-dan-tahlilan-cara-

sekelompok-remaja-jakarta-bangun-soliditas

Gambar XII: Revisi soal pilihan ganda nomor 20

Mata uang deureuham

Sumber: https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190712104819-2074/mata-

uang-kesultanan-kesultanan-islam-aceh-hingga-abad-17-m/

Gambar XIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

103

Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten

Gambar XIV: Revisi soal pilihan ganda nomor 29

Ilustrasi pelabuhan Banten

Sumber: https://docplayer.info/46641627-Perencanaan-lanskap-wisata-

sejarah-banten-lama-kota-serang-provinsi-banten-wondo-hendratmo.html

Gambar XV: Revisi soal pilihan ganda nomor 30

Peta Uli Lima dan Uli Siwa

Sumber: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/uli-

lima-dan-uli-siwa-persekutuan-bersaudara-ternate-tidore/

Gambar XVI: Revisi soal pilihan ganda nomor 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

104

Santri Ampel Denta zaman dahulu

Sumber: https://www.ngopibareng.id/timeline/dimanakah-pondok-

pesantren-ngampel-denta-3711460

Gambar XVII: Revisi soal pilihan ganda nomor 37

Klenteng Surosowan

Sumber: https://blog.tiket.com/mengunjungi-sisa-sisa-sejarah-di-banten-

lama/

Gambar XVIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 39

Silsilah Demak dan Pajang

Sumber: http://www.geocities.ws/rakyatjawa/kingdom/demak-pajang.htm

Gambar XIX: Revisi soal pilihan ganda nomor 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

105

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

https://home.akparda.ac.id/artikel/kraton-ngayogyakarta-hadiningrat

Gambar XX: Revisi soal pilihan ganda nomor 50

Tol Laut. Dok

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-laut-bakal-

bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia

Gambar XXI: Revisi soal uraian nomor 2

e. Apakah soal uraian tidak terlalu banyak untuk kebutuhan siswa?

Bila untuk kebutuhan penelitian tentunya tidak masalah, mohon

diuraikan alasannya di bagian pembahasan.

Jika dilihat dari porsi soal tes untuk PAS/UTS SMA pada umumnya,

kumpulan soal yang dikembangkan oleh peneliti terlalu memang

banyak porsinya. Akan tetapi tujuan akhir dari pengembangan ini

ialah sebagai kumpulan soal berbasis HOTS layaknya ‘bank soal’.

Oleh karena itu, pengembangan soal berbasis HOTS ini terbatas

pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu. Dalam hal ini peneliti hanya

mengembangkan satu KD saja yaitu 3.2 pada pokok bahasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

106

kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam mata pelajaran

Sejarah Peminatan kelas XI SMA.

f. Tidak ada rumusan pokok soal pada soal uraian nomor 1.

Tabel 21: Revisi soal uraian nomor 1

Sebelum Sesudah

Pada masa pertumbuhan dan

perkembangan Islam di

Indonesia, daerah Samudra

Pasai, Pidie, Aceh, Palembang,

Jambi, Malaka, Demak, Gresik,

Tuban, Cirebon, Banten,

Ternate, Tidore, Gowa,

Banjarmasin sudah dapat

dikatakan sebagai kota. Daerah-

daerah tersebut merupakan

tempat yang berfungsi sebagai

kota pusat kerajaan dan sebagai

kota kadipaten maupun kota

pelabuhan. Dilihat dari letak

georgafis kota-kota pusat

kerajan yang bercorak Islam

umumnya berada di pesisir-

pesisir dan di muara sungai-

sungai besar. Samudra Pasai,

Pidie, Aceh, Demak, Banten,

Ternate, Gowa, Banjarmasin

merupakan kota pusat kerajaan

yang bercorak maritim,

sedangkan Pajang dan Surakarta

merupakan kota pusat kerajaan

yang bercorak agraris. Dilihat

dari sudut ekonomi dan militer

terdapat perbedaan antara kota

pusat kerajaan yang bercorak

maritim dan yang bercorak

agraris.

Pada masa pertumbuhan dan

perkembangan Islam di

Indonesia, daerah Samudra

Pasai, Pidie, Aceh, Palembang,

Jambi, Malaka, Demak, Gresik,

Tuban, Cirebon, Banten, Ternate,

Tidore, Gowa, Banjarmasin

sudah dapat dikatakan sebagai

kota. Daerah-daerah tersebut

merupakan tempat yang

berfungsi sebagai kota pusat

kerajaan dan sebagai kota

kadipaten maupun kota

pelabuhan. Dilihat dari letak

georgafis kota-kota pusat kerajan

yang bercorak Islam umumnya

berada di pesisir-pesisir dan di

muara sungai-sungai besar.

Samudra Pasai, Pidie, Aceh,

Demak, Banten, Ternate, Gowa,

Banjarmasin merupakan kota

pusat kerajaan yang bercorak

maritim, sedangkan Pajang dan

Surakarta merupakan kota pusat

kerajaan yang bercorak agraris.

Dilihat dari sudut ekonomi dan

militer terdapat perbedaan antara

kota pusat kerajaan yang

bercorak maritim dan yang

bercorak agraris.

Analisislah perbedaan mendasar

antara kerajaan Islam yang

berada di pesisir dengan yang

berpusat di pedalaman dalam

segi ekonomi-militernya!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

107

g. Terdapat pengulangan kata pada soal No.2 uraian

Tabel 22: Revisi soal uraian nomor 2

Sebelum Sesudah

Setelah membaca wacana di atas,

coba tunjukkan pola hubungan

antar pelabuhan antara Nusantara

pada masa kerajaan bercorak

maritim dan Indonesia di bawah

pemerintahan Presiden Joko

Widodo! Coba jelaskan!

Setelah membaca wacana di

atas, coba tunjukkan pola

hubungan antar pelabuhan antara

Nusantara pada masa kerajaan

bercorak maritim dan Indonesia

di bawah di bawah pemerintahan

Presiden Joko Widodo! Coba

jelaskan!

h. Ada kesalahan pengetikan pada petunjuk pengerjaan nomor 2 uraian:

“Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal no.3!”

Tabel 23: Revisi soal uraian nomor 2

Sebelum Sesudah

Bacalah wacana berikut ini untuk

menjawab soal nomor 3!

Bacalah wacana berikut ini untuk

menjawab soal nomor 2!

i. Pada soal uraian nomor 2 sebaiknya penulis cukup menyertakan satu

berita saja jika memang topik berita pertamanya kurang lebih sama

dengan berita kedua. Siswa akan menjadi bosan jika beritanya

panjang dan isinya hampir sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

108

Sebelum:

Tol Laut Bakal Bawa Indonesia

jadi Poros Maritim Dunia

Tol Laut. Dok

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-

laut-bakal-bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian

Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol

laut terus berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan.

Hal itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk

menghubungkan konektivitas nusantara melalui wilayah

perairan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang,

Indonesia memiliki sejarah panjang dengan kejayaan maritim

pada masanya.

"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah

seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada dengan

terobosan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara

maritim yang kuat, bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub

Budi dalam peluncuran buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros

Maritim Indonesia, Senin (21/9/2020).

Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut

Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah

perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang

dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya

Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong.

"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden

Joko Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13

November 2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk

mengembalikan identitas Indonesia sebagai bangsa maritim,"

ujar Yudo.

Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira

Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara

bisa menjadi negara maritim yang kuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

109

Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi

geografi), physical conformation (bentuk fisik), extent of

territory (luas wilayah), number of population (jumlah

penduduk), national character (karakter bangsa) dan character

of government (karakter pemerintah).

"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga

negara kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar

saat seperti masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas

Yudo.

Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi

oleh kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan

yang selama ini kurang mendapat perhatian memadai.

"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak

bagi transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan

terobosan baru dengan memanfaatkan potensi wilayahnya,"

kata Yudo.

Jurus Kemenhub Optimalkan Muatan Balik Tol Laut yang Masih

Rendah

Salah satu program Pemerintah untuk menjamin

keberlangsungan logistik di tengah masa pandemi Covid-19

adalah dengan mengoptimalkan program Tol Laut. (Dok

Kemenhub)

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus mengembangkan

efisiensi dan efektivitas program tol laut demi meratakan

disparitas harga bahan pokok di seluruh wilayah Indonesia,

khususnya di Indonesia Timur.

Kendati, pelaksanaan tol laut diakui masih memiliki

kelemahan di tingkat muatan angkutan balik yang masih

rendah. Ketika kapal tol laut berangkat ke suatu daerah,

diharapkan komoditas unggulan wilayah tersebut ikut

terangkut saat kapal kembali ke wilayah asal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

110

Nantinya, komoditas tersebut dapat diperdagangkan di wilayah

asal sehingga ekonomi wilayah tujuan tadi bisa lebih baik.

"Bagaimana muatan balik ini kita tingkatkan secara sistemik,

bagaimana daerah tujuan kapal tol laut bisa meng-create

muatan dari situ untuk balik ke daerah asal, ini tantangan kita,"

ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian

Perhubungan Agus H. Purnomo dalam paparan secara virtual,

Senin (21/9/2020).

Untuk itu, Kemenhub telah menyiapkan strategi peningkatan

muatan balik tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan

program integrasi Rumah Kita dan Gerai Maritim.

Rumah Kita merupakan sentra logistik yang membantu

distribusi barang-barang pokok agar tidak terjadi disparitas

harga antara wilayah Indonesia barat dan timur.

Adapun penanggungjawab Rumah Kita adalah BUMN di

bidang transportasi laut seperti PT Pelindo I untuk wilayah

Nias dan Mentawai, PT Pelindo II (Natuna dan Tahuna), PT

Pelindo III (Dompu, Waingapu, Rote dan Kalabahi), PT

Pelindo IV (Nabire, Tobelo, Sebatik, Tidore dan

Sangatta/Lhoktuan), PT Pelni (Morotai, Saumlaki, Manokwari

dan Timika) hingga PT ASDP (Merauke, Namlea). Jumlahnya

sendiri terus mengalami perubahan dan peningkatan.

Sementara Gerai Maritim merupakan program integrasi

bersama Kementerian Perdagangan yang fungsinya juga

hampir mirip seperti Rumah Kita, yaitu untuk meningkatkan

kelancaran arus barang, peningkatan perdagangan antar pulau

dan menjaga ketersediaan barang.

"Harapannya ini akan mentrigger supaya distribusi bisa

berjalan dengan baik namun kolektivitas dari muatan balik

juga terjadi," kata Agus.

Untuk mendukung kelancaran hal ini, tentunya dukungan dan

sinergi dari seluruh Kementerian/Lembaga harus diperkuat,

karena selain harga bahan pokok yang sama rata, keberhasilan

tol juga akan memajukan ekonomi daerah.

"Kami menyediakan jalur untuk mengangkut komoditas

barang pokok penting dari daerah asal ke tujuan. Marilah kita

manfaatkan hal ini untuk meningkatkan ekonomi di daerah,"

tandas Agus.

Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola

hubungan antar pelabuhan antara Nusantara pada masa

kerajaan bercorak maritim dan Indonesia di bawah

pemerintahan Presiden Joko Widodo! Coba jelaskan!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

111

Sesudah:

Tol Laut Bakal Bawa Indonesia

jadi Poros Maritim Dunia

Tol Laut. Dok

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-

laut-bakal-bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian

Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol

laut terus berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan.

Hal itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk

menghubungkan konektivitas nusantara melalui wilayah

perairan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang,

Indonesia memiliki sejarah panjang dengan kejayaan maritim

pada masanya.

"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah

seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada dengan

terobosan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara

maritim yang kuat, bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub

Budi dalam peluncuran buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros

Maritim Indonesia, Senin (21/9/2020).

Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut

Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah

perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang

dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya

Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong.

"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden

Joko Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13

November 2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk

mengembalikan identitas Indonesia sebagai bangsa maritim,"

ujar Yudo.

Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira

Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara

bisa menjadi negara maritim yang kuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

112

Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi

geografi), physical conformation (bentuk fisik), extent of

territory (luas wilayah), number of population (jumlah

penduduk), national character (karakter bangsa) dan character

of government (karakter pemerintah).

"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga

negara kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar

saat seperti masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas

Yudo.

Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi

oleh kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan

yang selama ini kurang mendapat perhatian memadai.

"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak

bagi transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan

terobosan baru dengan memanfaatkan potensi wilayahnya,"

kata Yudo.

Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola

hubungan antar pelabuhan antara Nusantara pada masa

kerajaan bercorak maritim dan Indonesia di bawah

pemerintahan Presiden Joko Widodo! Coba jelaskan!

j. Guru juga perlu memperhatikan daya tangkap siswa untuk itu jika

soal tersebut perlu adanya lampiran “wacana”, maka wacana yang

dituliskan lebih disederhanakan lagi karena jika terlalu panjang

maka siswa akan bertindak malas membaca (mengingat rendahnya

minat literasi siswa) dan soal tidak bisa terjawab dengan baik malah

kadang dijawab dengan asal-asalan.

Saran senada juga telah dipaparkan pada masukan poin ke-9.

Peneliti sudah menghilangkan bacaan kedua. Namun, alasan peneliti

menyajikan dua bacaan pada satu soal sekaligus adalah untuk

membiasakan siswa memiliki kebudayaan membaca.

k. Rata-rata soal sudah sampai pesannya, namun hanya beberapa yang

muncul dengan konteks sekarang ini. Sebaliknya apabila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

113

menunjukkan konteks kekinian, muatan soal yang masih kurang.

Misalnya soal uraian nomor 2, muatan sejarah hanya terdapat pada

perintah soal, namun dalam artikel kajian historis belum nampak.

Artinya, artikel yang telah dikutip diperkuat dengan analisis kajian

maritim pada masa kerajaan.

Justru itu yang peneliti harapkan, yakni siswa dapat membaca pola

(sejarah) yang sama antara masa lalu dengan masa kini, yakni

adanya pengulangan dengan gaya baru, yaitu keberadaan tol laut di

masa kini layaknya jalur pelayaran untuk aktivitas berbasis maritim

di masa silam.

l. Belum ada soal yang memuat tabel, grafik dan peta.

Sudah ada soal yang memuat peta, yakni soal pilihan ganda nomor

29 yang menampilkan peta wilayah kekuasaan Kerajaan Banten.

Perhatikan gambar berikut!

Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten

Gambar XXII: Revisi soal pilihan ganda nomor 29

Peneliti sudah melakukan revisi pada produk awal berdasarkan

komentar dan saran dari dosen dan guru. Dari segi materi, konstruksi, maupun

aspek kebahasaan, produk akhir tidak jauh berbeda dengan produk awal karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

114

revisi yang diberikan dosen dan guru seputar format penulisan, yakni beberapa

kesalahan pengetikan dan format penyusunan soal, penggunaan istilah yang

kurang tepat, tidak merumuskan pokok soal, serta tidak mencantumkan sumber

untuk gambar atau peta yang dimuat. Dengan demikian, produk siap

diujicobakan di lapangan karena sudah diuji coba lapangan terbatas dan direvisi

berdasarkan masukan dari dosen dan guru.

6. Uji Coba Lapangan

Tahap ini melibatkan calon pengguna produk, yakni siswa kelas XI IPS.

Uji coba lapangan ini masih berskala kecil, oleh karena itu peneliti mengambil

sampel 10 siswa kelas XI IPS dari beberapa SMA, yakni Asri Dwi Oktaviani

(SMAN 1 Kasihan), Amanda Syallom Wulandari (SMA Sedes Sapientiae),

Andreas Yosias Mote (SMA YPPK Adhi Luhur Kolese Le Cocq), Bintang

Hakam R (SMAN XI Yogyakarta), Benedictus Reveldhy Evan Raditya (SMA

Kolese De Britto Yogyakarta, Claudia Okta (SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta), Ezekiel Farelza Dwi Mahendra (SMAN 1 Sewon), Elia Maria

Putri (SMAN 2 Surakarta), Joseph Hasiano Brata Nugroho (SMAN XI

Yogyakarta). Kesepuluh siswa diminta untuk mengerjakan produk berupa soal

sejarah berbasis HOTS kemudian akan dikumpulkan kembali dan dikoreksi

oleh peneliti. Selain mengerjakan soal, siswa juga diminta mengisi kuesioner

yang disediakan peneliti. Hasil perhitungan skor uji coba lapangan terlampir.

Berikut adalah data rekapitulasi hasil uji coba lapangan oleh siswa yang

meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

115

Tabel 24: Data Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan

No. Aspek Skor Kriteria

1. Materi 4,06 Baik

2. Konstruksi 4,23 Sangat Baik

3. Bahasa dan lain-lain 4,33 Sangat Baik

4. Total 12,62 Skala

Rata-rata Gabungan 4,21 Baik

Selain melakukan penilaian, kesepuluh siswa yang terlibat dalam uji

coba lapangan juga memberikan masukan yang dituangkan dalam kuesioner

berupa Google Form yang peneliti berikan, di antaranya:

a. Soal HOTS ini hanya perlu ditambahkan beberapa stimulus berupa

gambar supaya siswa lebih tertarik dalam mendalami soal.

b. Stimulus berupa teks (pernyataan, wacana, berita) dirasa masih

terlalu panjang, sehingga memakan banyak waktu siswa untuk

membaca baru mengerjakan.

c. Jangan membuat murid bingung ketika mengerjakan soal pilihan

ganda, seakan-akan ada lebih dari satu jawaban, padahal jawaban

yang benar hanya satu.

d. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau

dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang

mengecoh.

e. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau

dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang

mengecoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

116

f. Untuk soal uraian, mohon ditambahkan soal-soal yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Contoh: soal uraian

yang stimulusnya berupa gambar atau grafik, kemudian siswa

diminta untuk menjelaskan data atau informasi yang didapat dari

gambar atau grafik tersebut.

g. Yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan kesukaran pada soal

tersebut.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan

Berikut hasil revisi yang dilakukan peneliti berdasarkan masukan siswa

yang terlibat dalam uji coba lapangan.

a. Soal HOTS ini hanya perlu ditambahkan beberapa stimulus berupa

gambar supaya siswa lebih tertarik dalam mendalami soal.

Soal pilihan ganda nomor 11:

https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_X

Sultan Hamengkubuwana X bersama Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada

upacara penobatan tanggal 7 Maret 1989 sebagai raja Kasultanan Yogyakarta.

Gambar XXIII: Revisi Soal Pilihan Ganda nomor 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

117

Soal uraian nomor 2:

Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/

Tol Laut

Gambar XXIV: Revisi Soal Uraian Nomor 2

Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-

nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-

pendidikan-dan-kebudayaan.html

Gambar XXV: Revisi Soal Uraian Nomor 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

118

Soal uraian nomor 4

Sumber: http://www.guruips.com/2018/07/kerajaan-islam-di-indonesia-

lengkap.html

Peta Demak, Pajang, Mataram

Gambar XXVI: Revisi Soal Uraian Nomor 4

b. Stimulus berupa teks (pernyataan, wacana, berita) dirasa masih

terlalu panjang, sehingga memakan banyak waktu siswa untuk

membaca baru mengerjakan.

Sebenarnya alasan peneliti menyajikan stimulus berupa teks

adalah untuk meningkatkan literasi siswa. Namun, peneliti

berupaya lebih meringkas stimulus berupa teks supaya tidak

terlalu panjang.

1) Soal pilihan ganda nomor 3

Sebelum revisi:

Islam begitu cepat tersebar di wilayah Asia, termasuk Indonesia.

Islam yang masuk di Indonesia juga mengalami perjumpaan dengan

agama Hindu, Budha dan agama lokal yang telah dipeluk oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

119

masyarakat. Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau

Jawa. Bukti dari persebaran Islam di Pulau Jawa dapat ditemukan

dari penemuan nisan dari tahun 1368-1392. Nisan tersebut

ditemukan di Pulau Jawa dan menjadi catatan kematian bangsawan

Jawa. Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan

baik, akan tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam

diterima sekaligus bertentangan dengan masyarakat setempat.

Alasan yang melatarbelakangi kebudayaan Islam tidak diterima

begitu saja oleh masyarakat Indonesia adalah ….

Sesudah revisi:

Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau Jawa terbukti

dari penemuan batu nisan para bangsawan Jawa dari tahun 1368-

1392. Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan

baik, akan tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam

diterima sekaligus bertentangan dengan masyarakat setempat.

Alasan yang melatarbelakangi kebudayaan Islam tidak diterima

begitu saja oleh masyarakat Indonesia adalah ….

2) Soal uraian nomor 1

Sebelum revisi:

Pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia,

daerah Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Palembang, Jambi, Malaka,

Demak, Gresik, Tuban, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Gowa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

120

Banjarmasin sudah dapat dikatakan sebagai kota. Daerah-daerah

tersebut merupakan tempat yang berfungsi sebagai kota pusat

kerajaan dan sebagai kota kadipaten maupun kota pelabuhan. Dilihat

dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak Islam

umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai

besar. Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,

Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.

Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan

yang bercorak agraris. Dilihat dari sudut ekonomi dan militer

terdapat perbedaan antara kota pusat kerajaan yang bercorak

maritim dan yang bercorak agraris. Analisislah perbedaan mendasar

antara kerajaan Islam yang berada di pesisir dengan yang berpusat

di pedalaman dalam segi ekonomi-militernya!

Sesudah revisi:

Dilihat dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak

Islam umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai

besar. Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,

Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.

Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan

yang bercorak agraris.

Dilihat dari sudut ekonomi dan militer terdapat perbedaan antara

kota pusat kerajaan yang bercorak maritim dan yang bercorak

agraris. Analisislah perbedaan mendasar antara kerajaan Islam yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

121

berada di pesisir dengan yang berpusat di pedalaman dalam segi

ekonomi-militernya!

3) Soal nomor 2 Uraian

Sebelum revisi:

Tol Laut Bakal Bawa Indonesia

jadi Poros Maritim Dunia

Sumber:https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-laut-bakal-bawa-

indonesia-jadi-poros-maritim-dunia

Liputan6.com, Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian

Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol laut terus

berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan. Hal itu

dikarenakan tol laut berperan besar untuk menghubungkan

konektivitas nusantara melalui wilayah perairan. Menteri

Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang, Indonesia memiliki

sejarah panjang dengan kejayaan maritim pada masanya.

"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah seharusnya

kita memaksimalkan potensi yang ada dengan terobosan baru untuk

mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang kuat,

bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub Budi dalam peluncuran

buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros Maritim Indonesia, Senin

(21/9/2020).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

122

Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut

Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah

perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang

dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya Indonesia

yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong

royong.

"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden Joko

Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13 November

2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk mengembalikan

identitas Indonesia sebagai bangsa maritim," ujar Yudo.

Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira

Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara bisa

menjadi negara maritim yang kuat.

Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi geografi),

physical conformation (bentuk fisik), extent of territory (luas

wilayah), number of population (jumlah penduduk), national

character (karakter bangsa) dan character of government (karakter

pemerintah).

"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga negara

kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar saat seperti

masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas Yudo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

123

Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi oleh

kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan yang selama

ini kurang mendapat perhatian memadai.

"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak bagi

transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan terobosan baru

dengan memanfaatkan potensi wilayahnya," kata Yudo.

Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola hubungan

antar pelabuhan antara Nusantara pada masa kerajaan bercorak

maritim dan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko

Widodo!

Sesudah revisi:

Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal nomor 2!

Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/

Tol Laut

Nusantara terletak di posisi silang dunia dan 2/3 wilayahnya terdiri

dari perairan. Itulah sebabnya, sejak zaman Hindu-Buddha,

perekonomian Nusantara bertumpu pada sektor maritim, dan

mencapai puncaknya pada masa kerajaan-kerajaan Islam pesisir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

124

Berkaca dari kejayaan masa lalu, pemerintah Indonesia kini ingin

kembali mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia

dengan mengembangkan tol laut. Tol laut adalah penyediaan sistem

distribusi logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan

pelabuhan di jalur utama atau rute utama. Rute utama tol laut adalah

Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara,

Maluku, sampai Papua. Pemerintah melalui Kemenhub terus

berupaya supaya program tol laut terus berjalan dengan

meningkatkan kapasitas serta pelayanan.

a. Mengapa keberadaan tol laut sangat penting bagi perekonomian

suatu bangsa yang berbasis maritim seperti Indonesia?

b. Perhatikan peta berikut ini!

Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-

nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-

pendidikan-dan-kebudayaan.html

Gambar di atas adalah peta perdagangan antar pulau di Nusantara

pada masa kerajaan maritim Islam. Herodotus pernah berkata bahwa

sejarah bergerak melingkar (siklus). Dari peta tersebut dapat kita

ketahui bahwa pola yang terjadi pasa masa Islam kembali terulang

pada masa kini.

Pola apakah itu? Kaitkan dengan kondisi geografis Indonesia!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

125

4) Soal uraian nomor 3

Sebelum revisi:

Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi

perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan

di pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran,

dagangan, dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada

persesuaian paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu

kapal yang berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan,

maka ia harus menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang

menguasai lalulintas perdagangan yang keluar masuk pelabuhan,

syahbandar bisa menjadi seorang yang amat berkuasa. Berhubung

dengan itu syahbandar biasanya diangkat dari kalangan saudagar-

saudagar asing itu sendiri.Banyak syahbandar terkenal semasa

kerajaan maritim Islam berjaya di Nusantara, seperti Ince Muda

yang merupakan syahbandar di Japara, syahbandar Quiay Putoa di

Gresik, juga syahbandar Sri Raam Setia yang merupakan

syahbandar di Aceh. Kendati syahbandar tidak diberi gaji oleh raja,

penghasilannya cukup tinggi. Syahbandar menerima penghasilan

dari beacukai dan mendapat sebagian dari uang pajak untuk

berlabuh. Biasanya jumlah yang harus dibayar seluruhnya

ditetapkan sekaligus untuk setiap kapal, dua pertiga untuk raja, dan

sisanya untuk syahbandar. Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat

mengetahui bahwa di satu pihak syahbandar harus memperhatikan

kepentingan saudagar asing dan menjadi penyambung lidah

keinginan mereka terhadap penguasa setempat, namun di lain pihak

ia harus bertindak sebagai pejabat pelabuhan yang menagih pajak

dan beacukai untuk kepentingan negeri dan pejabat-pejabatnya.

Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian

seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

126

Sesudah revisi:

Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi

perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan

di pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran,

dagangan, dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada

persesuaian paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu

kapal yang berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan,

maka ia harus menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang

menguasai lalulintas perdagangan yang keluar masuk pelabuhan,

syahbandar bisa menjadi seorang yang amat berkuasa. Berhubung

dengan itu syahbandar biasanya diangkat dari kalangan saudagar-

saudagar asing itu sendiri. Syahbandar menerima penghasilan dari

beacukai dan mendapat sebagian dari uang pajak untuk berlabuh.

Biasanya jumlah yang harus dibayar seluruhnya ditetapkan

sekaligus untuk setiap kapal, dua pertiga untuk raja, dan sisanya

untuk syahbandar. Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat

mengetahui bahwa di satu pihak syahbandar harus memperhatikan

kepentingan saudagar asing dan menjadi penyambung lidah

keinginan mereka terhadap penguasa setempat, namun di lain pihak

ia harus bertindak sebagai pejabat pelabuhan yang menagih pajak

dan beacukai untuk kepentingan negeri dan pejabat-pejabatnya.

Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian

seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!

c. Jangan membuat murid bingung ketika mengerjakan soal pilihan

ganda, seakan-akan ada lebih dari satu jawaban, padahal jawaban

yang benar hanya satu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

127

Pada bagian ini peneliti tidak melakukan revisi karena tentu saja

diperlukan pengecoh dalam membuat soal pilihan ganda supaya

siswa tidak langsung bisa menebak jawaban yang benar.

d. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau

dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang

mengecoh.

Pada bagian ini peneliti tidak melakukan revisi karena dalam

beberapa soal memang peneliti berniat membuat soal yang

mengusung kebaruan. Selain itu peneliti memang ingin membuat

soal yang tidak melulu materinya terdapat dalam buku teks, namun

ingin mengenalkan kepada siswa konteks di luar kelas yang

tentunya masih berhubungan dengan materi.

e. Masih terdapat penggunaan istilah kata yang sulit dipahami siswa

kelas XI. Saran saya, jika ingin memberi soal, cantumkan pula

pengertian dari istilah itu.

Soal pilihan ganda nomor 22

Sebelum revisi:

Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang

pada masa kerajaan Islam. Adanya sistem commenda pada masa itu

menandakan bahwa ….

Sesudah revisi:

Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang

pada masa kerajaan Islam. Commenda merupakan sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

128

perdagangan mengenai kekuasaan penguasa pelabuhan yang

menyediakan kapal serta penyerahan dagangan orang lain dalam

artian penguasa memberikan keputusan apakah kapal dagang yang

berlabuh di pelabuhan oleh menurunkan barang dagangannya atau

tidak. Adanya sistem commenda pada masa itu menandakan bahwa

….

f. Untuk soal uraian, mohon ditambahkan soal-soal yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Contoh: soal uraian

yang stimulusnya berupa gambar atau peta, kemudian siswa

diminta untuk menjelaskan data atau informasi yang didapat dari

gambar atau peta tersebut.

Dalam hal ini, peneliti sudah melakukannya, khususnya pada soal

uraian nomor 2 dan 4.

g. Yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan kesukaran pada soal

tersebut.

Soal apapun itu, baik LOTS, MOTS, maupun HOTS memiliki

tingkat kesukarannya sendiri-sendiri. Begitu pula dengan soal

HOTS, bisa saja soalnya memiliki tingkat kesukaran yang rendah

(mudah), atau pun sedang. Jadi, wajar saja apabila dalam produk

berupa kumpulan soal berbasis HOTS ini didapati soal dengan

yang mudah atau sedang tingkat kesukarannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

129

B. Pembahasan

Produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS dengan pokok

bahasan kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam telah melalui

serangkaian tahapan berdasarkan R&D model Borg & Gall. Proses penyusunan

soal dilakukan secara mandiri oleh peneliti. Setelahnya, peneliti menyerahkan

kisi-kisi, kumpulan soal HOTS, beserta kunci jawabannya untuk diuji coba

lapangan terbatas oleh dosen dan guru.

Hasil uji coba lapangan terbatas oleh dosen menunjukkan bahwa produk

kumpulan soal HOTS pada aspek materi mendapat perolehan skor 4,00 dan

tergolong dalam kriteria “baik”, pada aspek konstruksi mendapat skor 3,69 dan

tegolong dalam kriteria “baik”, serta pada aspek bahasa mendapat skor 4,00

dengan kriteria “baik”, sehingga rata-rata gabungan dari ketiga aspek mendapat

perolehan skor 3,89 dengan kriteria “baik”.

Hasil uji coba lapangan terbatas oleh guru I menunjukkan bahwa produk

kumpulan soal HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik” pada aspek materi

dengan perolehan skor 4,50, tergolong aspek “sangat baik” pada aspek

konstruksi dengan perolehan skor 4,53, dan pada aspek bahasa mendapat

perolehan skor 5,00 dan termasuk kriteria “sangat baik”. Rata-rata gabungan

termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor sebesar 4,67.

Hasil uji coba lapangan terbatas oleh guru II menunjukkan bahwa

produk kumpulan soal HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik” dengan

perolehan skor rata-rata 4,60, dengan rincian aspek materi mendapat perolehan

skor 4,75 dan tergolong kriteria “sangat baik”, aspek konstruksi mendapat skor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

130

4,30 dan tergolong kriteria “sangat baik”, dan aspek bahasa mendapat skor 4,75

dan tergolong kriteria “sangat baik”.

Rekapitulasi hasil uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru, baik

pada aspek materi, konstruksi, maupun bahasa, menunjukkan bahwa produk

kumpulan soal sejarah berbasis HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik”

dengan perolehan skor rata-rata 4,39.

Produk yang sudah dinilai dan diberi komentar serta saran dari dosen

dan guru, kemudian direvisi oleh peneliti. Hasil dari revisi tadi merupakan

produk yang akan diuji cobakan di lapangan melibatkan calon pengguna produk,

yakni siswa kelas XI IPS, namun dalam skala kecil.

Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan yang mulai melibatkan

calon pengguna produk, yakni siswa kelas XI IPS. Peneliti memilih 10 siswa

jurusan IPS dari beberapa SMA untuk mengerjakan soal sejarah berbasis HOTS

sekaligus mengisi kuesioner melalui Google Form yang telah dibuat peneliti.

Dari hasil uji coba lapangan, peneliti mendapat skor 4,06 dan tergolong

dalam kriteria “baik” untuk aspek materi, untuk aspek konstruksi mendapat skor

sebesar 4,23 dan temasuk kriteria “sangat baik”, dan pada aspek bahasa

termasuk kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor 4,33. Dari hasil

rekapitulasi aspek materi, konstruksi, dan bahasa, didapat rata-rata gabungan

dengan perolehan skor sebesar 4,21 dengan kriteria “baik”. Dari hasil penilaian

dan komentar dari 10 siswa yang terlibat dalam uji lapangan, peneliti pun

melakukan revisi pada produk. Setelah dilakukan penyempurnaan produk hasil

uji lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa produk berupa kumpulan soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

131

sejarah berbasis HOTS siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah untuk

mengukur level kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas XI IPS.

Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas, dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya kumpulan soal HOTS, maka akan membantu para guru sejarah

menambah referensi instrumen tes sejarah yang berbasis HOTS, khususnya

pada pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam.

Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat

tinggi merupakan kemampuan pemahaman dan penguasaan siswa atas materi

pembelajaran agar dapat berpikir kritis (critical thinking), berpikir

kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving),

serta mampu mambuat keputusan (making descision) dalam setiap situasi.70

Dari hasil uji coba lapangan terbatas nampak bahwa produk berupa kumpulan

soal sejarah ini sudah berbasis HOTS karena keseluruhan soal yang disusun

sudah dalam tataran C4 dan C5, sehingga harapannya akan melatih siswa untuk

berpikir kritis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah.

Menurut Lewis dan Smith, berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika

seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh

informasi yang baru, selanjutnya menghubungkan atau menyusun dan

mengembangkan informasi baru tersebut untuk mencapai tujuan atau

memperoleh jawaban maupun solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang

membingungkan.71 Oleh karena itu, peneliti telah menyajikan stimulus di setiap

70Hatta Saputra, op. cit., hlm. 92. 71ibid., hlm. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

132

soal, baik itu berupa wacana, gambar, maupun peta, dengan harapan siswa

memperoleh informasi baru dan terbantu dalam mengembangkan informasi

baru tersebut untuk memperoleh jawaban ketika mengerjakan soal pilihan

ganda maupun uraian.

Tujuan utama dari Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah

meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada level yang lebih tinggi. 72

Produk kumpulan soal berbasis HOTS ini sangat membantu guru sejarah untuk

membuat iklim baru dalam pembelajaran sejarah yang melulu hanya bicara

fakta dan konsep. Dengan adanya produk ini, siswa diajak untuk mengupgrade

kemampuan berpikirnya, yang awalnya hanya berkutat pada fakta dan konsep

(Lower Order Thinking Skill/LOTS) menjadi terbiasa untuk menganalisis,

mengevaluasi, bahkan mencipta (HOTS).

Penilaian HOTS sendiri meliputi 3 prinsip, di antaranya:

1) Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam

bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).

2) Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas,

dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat.

3) Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit)

dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).

Dari hasil uji coba lapangan terbatas dosen dan guru, produk berupa

kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini secara keseluruhan sudah menyajikan

stimulus, baik itu berupa teks, gambar, maupun peta. Namun, stimulus berupa teks

72 Hatta Saputra, op.cit., hlm 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

133

dinilai terlalu panjang bagi 10 siswa yang terlibat dalam uji coba lapangan.

Beberapa soal juga sudah diupayakan mengusung kebaruan, mencoba

menghadirkan konteks di luar kelas. Memang, untuk poin ketiga mengenai

membedakan antara tingkat kesulitan soal belum dapat peneliti lakukan karena

R&D model Borg & Gall ini hanya sampai langkah ke-7, tidak sampai langkah ke-

8 dimana dilakukan Operational Field Testing (Uji Kelayakan) yang melibatkan

calon pengguna produk dalam skala besar. Tingkat kesukaran soal baru bisa

diketahui apabila sebuah kelas sudah mencoba mengerjakan soal yang diberikan.

Setelah soal dikumpulkan, akan nampak hasil perolehan skor. Dari situ akan

diketahui mayoritas siswa menjawab benar pada soal nomor berapa sehingga kita

bisa mengambil kesimpulan bahwa soal tersebut tergolong mudah, atau mayoritas

siswa tidak mampu mengerjakan soal nomor berapa karena soal tersebut dianggap

sukar.

Kendati demikian, peneliti sudah melakukan poin ketiga dalam hal

mengukur level kognitif karena kumpulan soal sejarah ini memang dirancang

berbasis HOTS, sehingga hanya berada pada tataran kognitif minimal C4 ke atas.

Level kognitif setiap soal tercantum dalam kisi-kisi terlampir dimana terdapat

indikator soal yang memuat kata kerja operasional (KKO) yang berkisar antara

KKO C4 (menganalisis) dan C5 (mengevaluasi).

Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat

tinggi. Berikut peneliti paparkan peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar:73

73Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

134

1) Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad 21

Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh

sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki sejumlah

kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat

3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century

skills) yaitu: memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis, mandiri,

gotong royong, dan integritas); b) memiliki kemampuan 4C (critical

thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai

literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber

pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Penyajian

soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih siswa untuk

mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan

kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal

HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas

(creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun

melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam

kehidupan sehari-hari (problem-solving).

2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local genius)

Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai

dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru

dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di

lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang

terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

135

Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS

menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung

oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil

belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-

potensi yang ada di daerahnya, sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut

ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di

daerahnya.

3) Meningkatkan motivasi belajar siswa

Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di

masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas

hendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.

Dengan demikian siswa merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh

di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di

masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat

dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan soal-soal

penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal

HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah

yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang hayat.

4) Meningkatkan mutu dan dan akutabilitas penilaian hasil belajar

Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi

yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS

dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas

pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

136

penting dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah.

Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3

(menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat

menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD.

Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat

tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.

Setiap butir soal yang disusun peneliti kemungkinan tidak selalu tersedia di

dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan

penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru

dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut merupakan

langkah-langkah dalam penyusunan soal HOTS:74

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS

Terlebih dahulu guru/penulis soal memilih KD yang hendak dibuat

menjadi soal HOTS. Hal ini karena tidak semua KD dapat dibuatkan

menjadi model soal HOTS. Guru/penulis soal memilih KD yang memuat

KKO pada ranah C4, C5, dan C6. Guru maupun penulis soal dapat secara

mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap

KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS.

2) Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal HOTS bertujuan untuk membantu guru dalam

menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu

74Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

137

guru dalam menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat

dibuat menjadi soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan

KD yang akan diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan level

kognitif.

3) Merumuskan stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat

mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik

umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang

sedang mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus

yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat

memotivasi siswa untuk membaca.

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Penulisan butir soal ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal

HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS pada dasarnya hampir sama

dengan kaidah penulisan soal pada umumnya. Perbedaanya terletak pada

aspek materi, dimana materi harus disesuaikan dengan karakteristik soal

HOTS yang berkaitan, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa

relatif sama.

5) Membuat pedoman penilaian atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman

penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk

soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan

ganda dan isian singkat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

138

Dalam hal R&D ini, peneliti telah mengikuti serangkaian tahap penyusunan

soal HOTS yang diawali dengan menentukan KD. Peneliti memilih KD 3.2 pada

mata pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas XI, yaitu menganalisis kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,

dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada

masa kini. KD tersebuat memuat KKO ‘menganalisis’ yang termasuk dalam level

kognitif C4. Materi pokok yang peneliti gunakan mengenai teori-teori masuknya

agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara dan kerajaan-kerajaan maritim

Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan. Dalam merumuskan indikator soal, peneliti memperhatikan tabel

Taksonomi Bloom edisi revisi supaya KKO yang digunakan hanya pada tataran C4-

C6 saja.

Beberapa stimulus yang disajikan peneliti mengenai isu-isu yang sedang

mengemuka, misalnya tentang tol laut. Sisanya stimulus kontekstual karena sesuai

dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, aspek materi untuk

soal HOTS, meliputi kesesuaian soal dengan indikator, pilihan jawaban homogen

dan logis, serta memiliki satu jawaban yang benar. Setiap soal juga wajib

menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca) dan

kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan dunia nyata). Selain

itu, soal harus mengukur kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi,

mencipta), jawaban butir soal tersirat pada stimulus, tidak rutin (tidak familiar) dan

mengusung kebaruan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

139

Produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini tentunya memiliki

keunggulan tersendiri. Meski begitu, kelemahan juga tak luput dari produk ini

walaupun telah melalui serangkaian tahap uji coba lapangan terbatas oleh dosen

dan guru. Berikut peneliti paparkan keunggulan dan kelemahan dari kumpulan soal

sejarah berbasis HOTS ini:

a. Keunggulan produk

1) Dalam proses penyusunan butir soal HOTS, peneliti sudah mengikuti

langkah-langkah penyusunan soal HOTS yang sudah ditetapkan dan sudah

diuji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru, serta diujicobakan di

lapangan dengan melibatkan 10 siswa dari jurusan IPS dari beberapa SMA,

sehingga produk ini siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah yang

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2) Soal HOTS dalam produk ini cukup banyak untuk satu pokok bahasan, yakni

berjumlah 60 butir yang terdiri dari 50 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian,

sehingga dapat dijadikan referensi soal Penilaian Harian, Penilaian Tengah

Semester, dan Penilaian Akhir Semester oleh guru sejarah.

b. Kelemahan produk

1) Produk ini hanya memuat satu pokok bahasan, yakni kerajaaan-kerajaan

maritim di Indonesia pada masa Islam, sehingga hanya kelas guru dan siswa

kelas 11 IPS yang dapat menjadi pengguna produk.

2) Dari 60 butir soal, didominasi level kognitif C4 (58 soal), C5 (2 soal), dan

tidak ada soal dengan level kognitif C6 sama sekali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

140

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil akhir dari penelitian dengan judul “Pengembangan Soal

Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah pada Pokok Bahasan

Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas

XI IPS” menghasilkan suatu produk berupa soal sejarah berbasis HOTS

yang siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah di kelas. Dalam

melaksanakan penelitian ini, peneliti telah melalui serangkaian tahap uji

coba, yaitu uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru serta uji coba

lapangan yang melibatkan 10 siswa SMA kelas XI IPS.

Rekapitulasi data uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru

dapat ditunjukkan melalui data sebagai berikut:

a. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh

dosen Pendidikan sejarah menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS

ini tergolong dalam kriteria “baik” dengan rata-rata skor sebesar

3,89.

b. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh

guru I menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS ini tergolong dalam

kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,67.

c. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh

guru II sejarah menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

141

tergolong dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar

4,60.

Dari hasil skor yang didapatkan dari uji coba lapangan terbatas

dosen dan guru beserta revisi yang telah peneliti lakukan pada produk

kumpulan soal sejarah berbasis HOTS yang siap diuji coba di lapangan.

Tahap uji coba lapangan melibatkan 10 siswa kelas XI IPS ini

memperoleh skor 4,21 dan termasuk dalam kriteria “baik”. Dari hasil uji

coba lapangan, peneliti kembali melakukan penyempurnaan terhadap

produk, sehingg produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS

ini siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah bagi siswa kelas XI

IPS.

Pada penelitian dan pengembangan produk berupa kumpulan

soal sejarah berbasis HOTS dengan materi pokok Kerajaan Maritim di

Nusantara pada Masa Islam yang nantinya akan diuji kelayakannya

sebagai instrumen tes sejarah kelas XI IPS tentunya memiliki

keterbatasan. Keterbatasan ini disebabkan karena kegiatan penelitian

dan pengembangan dilakukan di masa pandemi, sehingga hanya melalui

tujuh dari sepuluh tahap langkah-langkah R&D model Borg & Gall,

yakni 1) penelitian awal dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan,

3) pengembangan produk awal, 4) uji coba lapangan terbatas, 5)

penyempurnaan produk hasil uji lapangan terbatas, 6) uji coba produk),

7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan lebih luas. Produk ini tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

142

sampai pada uji kelayakan, revisi final hasil uji kelayakan, serta

diseminasi dan implementasi produk akhir.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, maka

berikut rekomendasi yang dapat peneliti berikan, yaitu:

1. Peneliti merekomendasikan kepada siapa saja untuk melanjutkan

penelitian ke tahap selanjutnya, yakni tahap uji coba lapangan

hingga tahap terakhir, yaitu diseminasi dan implementasi produk

akhir, sehingga produk layak digunakan sebagai instrumen tes

sejarah bagi siswa kelas XI IPS.

2. Peneliti merekomendasikan kepada siapa saja untuk

mengembangkan produk kumpulan soal sejarah berbasis HOTS

serupa pada KD yang lain.

C. Saran

Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan,

maka saran yang dapat peneliti berikan, yaitu:

1. Bagi Sekolah

Sekolah dapat memfasilitasi siswanya dengan kumpulan soal

sejarah berbasis HOTS, entah dalam bentuk cetak maupun

elektronik, yang dapat dijadikan bahan latihan soal oleh siswa.

2. Bagi Guru

Kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini dapat dijadikan

instrumen tes sejarah. Produk ini bisa digunakan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

143

referensi bagi guru sejarah untuk menyusun soal Penilaian

Harian, Penilaian Tengah Semester, maupun Penilaian Akhir

Semester, khususnya pada materi Kerajaan-kerajaan Maritim di

Indonesia pada Masa Islam.

3. Bagi Siswa

Siswa dapat menggunakan kumpulan soal sejarah berbasis

HOTS sebagai salah satu sarana latihan soal yang mengasah

kemampuan berpikir tingkat tinggi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan kumpulan soal

sejarah berbasis HOTS supaya lebih baik lagi dari produk

sebelumnya dengan melanjutkan tahapan R&D model Borg &

Gall yang belum diterapkan peneliti, yakni Main Field Test (Uji

Coba Produk), Operational Product Revision (Revisi Hasil Uji

Lapangan Lebih Luas), Operational Field Testing (Uji

Kelayakan), Final Product Revision (Revisi Final Hasil Uji

Kelayakan), serta Dissemination and Implementation

(Diseminasi dan implementasi produk akhir). Dengan begitu,

produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini benar-

benar layak untuk disebarluaskan di forum-forum ilmiah

ataupun melalui media massa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

144

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aman. 20XI. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Daryanto dan Syaiful Karim. 2017. Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

Eko Putro Widoyoko. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Endang Indarini, Tri Sadono, dan Maria Evangeli Onate. 2013. Pengetahuan

Metakognitif Untuk Pendidik Dan Siswa. Vol.29, No.1. Yogyakarta: Satya Widya.

Hendra Kurniawan. 2018. Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta:

Penerbit Gaya Media.

I Wayan Santyasa. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori

Pengembangan Modul. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD,

SMP, SMA, dan SMK, Bali 12-14 Januari 2009. Singaraja: Universitas Pendidikan

Ganesha.

I.W. Widana. 2016. Modul Penulisan Soal HOTS untuk Ujian Sekolah, Jakarta:

Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

145

Pi’i. 2016. “Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi

pada Mata Pelajaran Sejarah SMA”. Vol. 10, No 2. Sejarah dan Budaya: Jurnal

Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya.

Safari. 2010. Penulisan Butir Soal berdasarkan Penilaian berbasis Kompetensi.

Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Prijowunto, Widanarto. 2016. Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Sanata Dharma

Univerity Press.

Pudjiastuti, Ari. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thingking Skills

Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Sugiyono. 20XI. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian & Desain Pengembangan; Resarch and

Development. Bandung: Alfabeta.

Sujadi, 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi. 20XI. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sutarjo Adisusilo, J.R. 2017. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Konstruktivisme

dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajawali Pers.

Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

146

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya:

Prestasi Pustaka.

Walter R. Borg dan M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth

Edition. New York: Longman.

Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sumber Skripsi

Indah Permata Sari. 2020. Pengembangan Soal Tes HOTS pada Materi Pengukuran

untuk Siswa Kelas VI SD. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Fransiscus Rinto Abriantoro. 2019. Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis

HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK.

Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Sanata Dharma.

Internet:

http://adipwahyudi.blogspot.com/20XI/01/model-penelitian-pengembangan-

borgand.html. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2020 pukul 00.00 WIB

https://sayidbukhari.blogspot.com/2016/05/penelitianpengembangan-research-

and.html. Diakses pada tanggal 08 Oktober 2020 pukul 00.15 WIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

148

Lampiran 1: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

No. Deskripsi Inisial Siswa Rerata

Skor

Kriteria

AO AS AY BH BR CO EN EF EM JH

Aspek Materi

1. Soal menggunakan stimulus yang

menarik (baru, mendorong siswa

untuk membaca)

5 4 4 4 4 5 5 5 5 5

4,6

Sangat Baik

2. Soal menggunakan stimulus yang

kontekstual (gambar/grafik, teks,

visualisasi, dll, sesuai dengan

dunia nyata)

4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4,2 Baik

3. Soal mengukur kognitif penalaran

(menganalisis, mengevaluasi,

mengkreasi)

4 4 4 4 4 3 5 4 5 3

4,0

Baik

4. Jawaban butir soal tersirat pada

stimulus.

4 3 5 5 3 3 4 2 5 3 3,7 Baik

5. Soal tidak familiar dan mengusung

kebaruan

4 3 3 5 4 3 2 2 5 5 3,6 Baik

6. Pilihan jawaban homogen dan

logis (Pilihan Ganda)

3 3 5 5 5 3 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik

Rata-rata 24,4/6=4,06 Baik

Aspek Konstruksi

1. Rumusan kalimat soal atau

pertanyaan menggunakan kata

5 5 4 5 4 4 5 3 5 5 4,5 Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

149

tanya atau perintah yang menuntut

jawaban terurai (Uraian)

2. Setiap soal hanya ada satu jawaban

benar (Pilihan Ganda)

4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4,4 Sangat Baik

3. Memuat petunjuk yang jelas

tentang cara mengerjakan soal

(Uraian)

4 4 4 4 4 4 3 4 5 4

4,0

Baik

4. Pokok soal dirumuskan dengan

singkat, jelas, dan tegas

3 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4,1 Baik

5. Rumusan pokok soal dan pilihan

jawaban merupakan pernyataan

yang diperlukan saja (Pilihan

Ganda)

3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3,9 Baik

6. Pokok soal tidak memberi

petunjuk ke kunci jawaban

4 3 4 4 3 4 2 5 5 4 3,8 Baik

7. Pokok soal bebas dari pernyataan

yang bersifat negatif ganda

3 4 5 5 5 3 3 3 5 5 4,1 Baik

8. Gambar, grafik, tabel, diagram,

atau sejenisnya jelas dan berfungsi

3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4,2 Baik

9. Panjang pilihan jawaban relatif

sama

4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 4,5 Sangat Baik

10. Pilihan jawaban tidak

menggunakan pernyataan “semua

jawaban di atas salah” atau “semua

jawaban di atas benar” dan

sejenisnya (Pilihan Ganda)

3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4,6 Sangat Baik

XI. Butir soal tidak bergantung pada

jawaban soal lain

4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

150

12. Penggunaan kalimat soal tidak

menimbulkan tafsir ganda (Uraian)

3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4,2 Baik

50,7/12=

4,23

Sangat Baik

Aspek Bahasa

1. Menggunakan bahasa yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia,

untuk bahasa daerah dan bahasa

asing sesuai dengan kaidahnya

4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik

2. Tidak menggunakan bahasa yang

berlaku setempat

3 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik

3. Penggunaan Bahasa yang sesuai

dengan usia perkembangan siswa

4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4,0 Baik

4. Soal tidak mengandung unsur

SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,

Antargolongan,Pornografi, Politik,

Propaganda, dan Kekerasan)

4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4,6 Sangat Baik

Rata-rata 17,3/4=

4,33

Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

151

Lampiran 2: Kisi-kisi Soal Sejarah Peminatan Kelas XI

Kisi-kisi Soal Sejarah Peminatan Kelas XI

Kelas : XI IPS Waktu Mengerjakan : 120 menit

Semester : II (dua) Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Kurikulum : 2013

Pilihan Ganda

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No.

Soal

Ranah

Kognitif

Bentuk

Soal

3.2 Menganalisis

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

Teori-teori masuknya

agama dan kebudayaan

Islam ke Nusantara

Siswa dapat menyimpulkan teori tentang

masuknya agama Islam dengan

mengidentifikasi penemuan nisan di

makam Gresik dan nisan di makam

Cambay, Gujarat

1 C4 PG

Siswa dapat menganalisis teori tentang

masuknya agama Islam Cina

2 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

152

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini.

Kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam sistem

pemerintahan

Siswa dapat mengaitkan raja lokal

memeluk Islam dengan pesatnya

Islamisasi di Nusantara

9 C4 PG

Siswa dapat menyimpulkan konsekuensi

penetrasi pengaruh India ke Nusantara

XI C4 PG

Siswa dapat menganalisis latar belakang

adanya Perjanjian Bongaya

40 C4 PG

Siswa dapat menganalisis unsur akulturasi

antara budaya Islam dengan budaya pra-

Islam pada Masjid Agung Demak

46 C4 PG

Siswa dapat menganalisis alasan

pengarang babad melebih-lebihkan

penokohan

47 C4 PG

Siswa dapat menganalisis tujuan

penyelenggaraan Grebeg Maulud

48 C4 PG

Siswa dapat menyimpulkan arti penting

penggunaan gelar yang disandang seorang

sultan

49 C4 PG

Kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam sistem

sosial

Siswa dapat menganalisis dampak saluran

Islamisasi lewat perkawinan

6 C4 PG

Siswa dapat menyimpulkan alasan adanya

pembagian pemukiman pedagang asing

7 C4 PG

Siswa dapat menganalisis peranan kota-

kota pesisir terhadap Islamisasi di

Nusantara

4 C4 PG

Siswa dapat menganalisis dampak tidak

langsung dari praktek imperialisme

bangsa-bangsa Barat pada abad XVI

12 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

153

Siswa dapat menyimpulkan peranan

wanita pada masa Islam

13 C4 PG

Siswa dapat menganalisis latar belakang

adanya pembagian status sosial di

kalangan masyarakat Islam di Jawa

14 C4 PG

Siswa dapat menemukan konsekuensi dari

keberadaan kampung Pecinan di wilayah

kekuasaan kerajaan Banten

39 C4 PG

Siswa dapat menganalisis sistem

feodalisme di kerajaan Mataram

41 C4 PG

Siswa dapat menganalisis alasan Sultan

Agung merekayasa bahasa Jawa menjadi

beberapa tingkatan

44 C4 PG

Siswa dapat menganalisis tujuan dari

pendirian masjid yang letaknya tidak

berjauhan dengan alun-alun

45 C4 PG

Kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam sistem

ekonomi

Siswa dapat menemukan kekhasan

kerajaan berbasis maritim

5 C4 PG

Siswa dapat menganalisis alasan

pedagang berani berlayar jarak jauh

kendati dengan perahu sederhana

10 C4 PG

Siswa dapat menganalisis konsekuensi

dari penerapan sistem commenda pada

masa kerajaan maritim Islam

22 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

154

Siswa dapat menunjukkan penerapan

sistem commenda pada masa kini

23 C4 PG

Siswa dapat menunjukkan bentuk

kegiatan ekspor pada masa kerajaan

maritim Islam

24 C4 PG

Siswa dapat menyimpulkan keberadaan

mata uang deureuham dan peranannya

dalam aktivitas perdagangan di Samudera

Pasai

25 C4 PG

Siswa dapat mengaitkan peristiwa

kejatuhan Malaka ke tangan Portugis

dengan berdirinya bandar-bandar dagang

di penjuru Nusantara

26 C4 PG

Siswa dapat menganalisis konsekuensi

dari kondisi geografis kerajaan Mataram

27 C4 PG

Siswa dapat menunjukkan keterkaitan

politik dalam negeri Mataram dengan

konsekuensi dalam bidang ekonomi

28 PG

Siswa dapat menganalisis strategi yang

dilancarkan Sultan Ageng Tirtayasa

dalam memanfaatkan letak geografis

Banten yang menguntungkan

perekonomian Banten

29 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

155

Siswa dapat menunjukkan konsekuensi

dari ramainya perdagangan di pelabuhan

Banten

30 PG

Siswa dapat menganalisis alasan

kapitalisme tidak mampu berkembang di

Nusantara

31 C4 PG

Siswa dapat menyimpulkan arti penting

rempah-rempah

32 C5 PG

Siswa dapat menganalisis alasan sesama

pedagang rempah tidak saling

berhubungan dan kaitannya dengan

penjualan rempah

33 C4 PG

Siswa dapat menganalisis faktor eksternal

penyebab persaingan antara Ternate dan

Tidore

34 C4 PG

Siswa dapat menganalisis dampak dari

Perjanjian Saragoza terhadap

keberlangsungan Ternate-Tidore

35 C4 PG

Siswa dapat menganalisis tujuan Sultan

Hasannudin memberi saham dagang pada

Portugis

36 C4 PG

Kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

Siswa dapat menganalisis alasan yang

melatar belakangi kebudayaan Islam tidak

3 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

156

masa Islam dalam sistem

kebudayaan

diterima begitu saja oleh masyarakat

Nusantara

Siswa dapat menyimpulkan tujuan Syekh

Siti Jenar mengembangkan ajaran Islam

yang dianggap menyimpang

16 C4 PG

Siswa dapat … cara para seniman dalam

mengakali pelarangan gambaran makhluk

hidup dalam karya seni bernafaskan

Islami

17 C4 PG

Siswa dapat mengaitkan keberadaan arca

Dwarapala yang terdapat pada keraton

Surakarta yang bercorak Islam

18 C4 PG

Siswa dapat menganalisis adanya

pengaruh konsep kepercayaan Kejawen

dengan karya-karya sastra Jawa yang

dihasilkan

19 C4 PG

Siswa dapat menganalisis penyebab

tradisi selamatan mendapat kritikan dari

para santri

20 C4 PG

Siswa dapat menganalisis tujuan

penggunaan gamelan, tembang, dan

wayang sebagai sarana Islamisasi di Jawa

21 C4 PG

Siswa dapat menganalisis fungsi

pesantren

37 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

157

Siswa dapat menganalisis faktor penyebab

perbedaan corak hidup antara bangsawan

di lingkungan keraton dan rakyat jelata

dalam menjalalankan kehidupan

keagamaan

38 C4 PG

Siswa dapat menemukan penyebab

kesamaan kultur antara kerajaan Pajang

dengan kerajaan Demak

42 C4 Pg

Siswa dapat menganalisis alasan yang

melatarbelakangi pesatnya perkembangan

bahasa Melayu di Nusantara

43 C4 PG

Siswa dapat menganalisis arti penting

keberadaan keraton sebagai peninggalan

Islam pada masa kini

50 C4 PG

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

158

Uraian

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No.

Soal

Ranah

Kognitif

Bentuk

Soal

3.2 Menganalisis kerajaan-

kerajaan maritim Indonesia

pada masa Islam dalam sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan kebudayaan

serta pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa kini.

Kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada

masa Islam

dalam sistem

pemerintahan

Siswa dapat membuktikan bahwa aspek

politik juga memegang peranan penting

sebagai media penyebaran Islam di

Nusantara.

6 C5 Uraian

Siswa dapat menemukan contoh otoritas

Wali Sanga dalam bidang politik.

7 C4 Uraian

Siswa dapat menafsirkan maksud

adanya mitologi Nyi Rara Kidul dengan

legitimasi raja-raja Mataram menilik

kondisi geografis Mataram.

4 C5 Uraian

Siswa dapat menyimpulkan arti penting

penggunaan gelar yang disandang

seorang sultan.

9 C4 Uraian

Siswa dapat menganalisis suatu pola

sama yang diterapkan VOC yang

mengakibatkan keruntuhan Cirebon dan

Mataram.

8 C4 Uraian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

159

Kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada

masa Islam

dalam sistem

sosial

Siswa dapat menganalisis aktivitas

perdagangan antar pulau dan kaitannya

proses integrasi bangsa.

5 C4 Uraian

Siswa dapat menganalisis alasan

pengarang melakukan kritik terhadap

gerakan Wahabi melalui karya sastra.

10 C4 Uraian

Kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada

masa Islam

dalam sistem

ekonomi

Siswa dapat menemukan perbedaan

corak kehidupan kerajaan berbasis

maritim dengan agraris dalam bidang

ekonomi dan militer.

1 C4 Uraian

Siswa dapat menganalisis pola

hubungan antar pelabuhan masa

kerajaan maritim Islam dengan masa

kini dengan keberadaan tol laut.

2 C4 Uraian

Siswa dapat menyimpulkan alasan

syahbandar harus bersikap adil dan loyal

dalam menjalankan tugasnya.

3 C4 Uraian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

160

Lampiran 3: Soal Sejarah Peminatan Kelas XI

Soal Sejarah Peminatan Kelas XI

Topik: Kerajaan-kerajaan Maritim Islam di Nusantara

Pilihan Ganda

Berilah tanda (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang Anda anggap

paling tepat!

1. Perhatikan gambar berikut ini!

Nisan makan Sultan Maulana Malik

Ibrahim di Gresik, Jawa Timur

Nisan makam di Cambay, Gujarat, India

Sumber: https://darunnajah.com/biografi-

maulana-malik-ibrahim-1404-1419-m/

Sumber:

https://kumparan.com/acehkini/jejak-kota-

cambay-india-di-tanah-aceh-sampai-ke-

gresik-4-1rsbp3tTyLt

Penemuan nisan makam pada gambar di atas menunjukan bahwa….

A. seni kaligrafi menjadi ragam hias pada makam di masa awal

perkembangan Islam

B. banyak pedagang dari Mekah yang dimakamkan di Indonesia

C. makam raja di Indonesia berukuran besar dan kokoh

D. Islam yang berkembang di Indonesia berasal dari Gujarat

E. struktur makam Indonesia mirip dengan makan penduduk Arab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

161

2. Sebuah kronik Klenteng Sam Po Kong menceritakan bahwa Raden Patah,

Sultan pertama Demak, memiliki nama Cina, Jin Bun. Fakta ini didasarkan

pada keberadaan ibu Raden Patah yang berasal dari Campa, Cina bagian

selatan.

Hal tersebut mempertegas argumentasi Slamet Muljana bahwa ….

A. pada mulanya semua pemeluk Islam di Nusantara adalah etnik Tionghoa

B. etnik Tionghoa muslim sangat berperan dalam proses Islamisasi di

Jawa

C. penguasa kerajaan Demak berasal dari kalangan pedagang Tionghoa

D. etnik Tionghoa adalah penguasa Jawa sejak berdirinya kerajaan

Demak

E. penguasa daratan Cina hijrah ke Demak untuk menjaga

keberlangsungan dinastinya

3. Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau Jawa terbukti dari

penemuan batu nisan para bangsawan Jawa dari tahun 1368-1392.

Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan baik, akan

tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam diterima sekaligus

bertentangan dengan masyarakat setempat. Alasan yang melatarbelakangi

kebudayaan Islam tidak diterima begitu saja oleh masyarakat Indonesia

adalah ….

A. masyarakat Indonesia sulit menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru

B. masyarakat Indonesia bersikap tertutup terhadap kebudayaan asing

C. para kepala suku membatasi hubungan rakyatnya dengan pendatang

D. kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat harus mendapat izin

para penguasa

E. Nusantara telah mempunyai kebudayaan yang mengakar kuat dalam

masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

162

4. Agama dan kebudayaan Islam di Nusantara berkembang pertama kali di

wilayah pesisir baru di daerah pedalaman. Hal tersebut dikarenakan ….

A. raja-raja lokal menolak ajaran Islam

B. akses untuk masuk ke wilayah pedalaman sangat terbatas

C. masyarakat pesisir cenderung terbuka terhadap hal baru

D. kegiatan perdagangan berpusat pada wilayah pesisir

E. masyarakat pesisir gencar melakukan Islamisasi

5. Sebagian besar kerajaan bercorak Islam di Nusantara memiliki basis

maritim. Keterangan yang memperkuat pernyataan tersebut adalah ….

A. perekonomian yang bertumpu pada aktivitas perdagangan laut

B. setiap kerajaan Islam memiliki sumber daya alam dari hasil pertanian

C. sebagian besar pusat kerajaan Islam berada di wilayah pantai

D. keberadaan komoditas rempah-rempah di setiap pelabuhan

E. kepemilikan persenjataan dan angkatan laut yang kuat

6. Pelayaran dan perdagangan yang dilakukan para pedagang mulim pada

masa kuno tergantung oleh angin muson. Kondisi tersebut memaksa para

pedagang untuk singgah di pelabuhan-pelabuhan dalam kurun waktu

tertentu. Ketika menunggu perjalanan berikutnya, terjadi interaksi antara

pedagang muslim dan penduduk lokal. Intensitas hubungan tersebut tak

jarang berujung pada perkawinan antara pedagang muslim dengan

perempuan pribumi yang biasanya berasal dari golongan bangsawan.

Perkawinan ini pun menjadi salah satu sarana islamisasi di Nusantara.

Dampak dari kondisi tersebut adalah ….

A. lahir generasi muslim baru dalam suatu dinasti

B. muncul perizinan dagang yang melibatkan pedagang muslim dan

penguasa lokal

C. politik Islam mulai mendominasi politik lokal

D. pekojan menjadi tempat pemukiman pedagang Islam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

163

E. pedagang Islam memegang peranan penting dalam politik lokal di

Nusantara

7. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kota Surosowan telah

berkembang menjadi kota kosmopolitan yang dihuni para pedagang asing,

sebut saja kampung Keling yang dihuni orang India, kampung Pekojan yang

ditinggali orang Arab, dan kampung Pecinan yang didirikan orang

Tionghoa.

Kesimpulan dari wacana di atas adalah ….

A. para pedagang menolak bercampur baur dengan pedagang dari etnis lain

B. para pedagang hanya mau tinggal dengan etnis sebangsanya

C. para pedagang hanya berinteraksi dengan etnis lain ketika sedang

bertransaksi

D. para pedagang membangun pemukiman yang disesuaikan asal-usulnya

E. para pedagang ingin menjaga kemurnian rasnya masing-masing

8. Perhatikan gambar berikut!

Masjid Langgar Tinggi (dulu dan kini) di salah satu pekojan di Tambora, Jakarta Barat

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Langgar_Tinggi

Pengaruh Islam dapat masuk ke Nusantara tak terlepas dari peran kota-kota

pantai yang bermula dari keberadaan pekojan yang merupakan

perkampungan bagi pedagang Arab yang memeluk Islam. Kondisi ini

disebabkan karena ….

A. perkembangan masyarakat terpusat di kota-kota pantai

B. masyarakat Islam hanya mampu berkembang di kota-kota pesisir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

164

C. masyarakat pantai masih menganut kepercayaan lokal

D. Islam masuk bersamaan dengan aktivitas perdagangan

E. kota-kota pantai merupakan wilayah yang padat penduduk

9. Beberapa raja lokal di Nusantara lambat-laun mulai memeluk Islam.

Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada pesatnya perkembangan agama

Islam karena ….

A. Hindu-Buddha tidak lagi diakui sebagai agama resmi kerajaan di

Indonesia

B. banyak rakyat yang turut memeluk Islam dan penyebaran Islam

menjadi lebih mudah

C. aktivitas perdagangan yang dilakukan pedagang Islam di Nusantara

semakin mudah

D. ajaran Islam ditentukan dari stratifikasi sosial sehingga harus

beradaptasi dengan hukum kerajaan

E. kekuatan politik Islam mulai menggeser kekuatan politik Hindu-Budhha

yang telah mengakar kuat

10. Perhatikan gambar berikut!

Kora-kora raja Ternate dengan 7 meriam. Tempat tidur mewah raja dapat terlihat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kora-kora

Guna menunjang aktivitas perdagangan antar kepulauan Nusantara

masyarakat Ternate melakukan pelayaran jarak jauh menggunakan kora-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

165

kora yang dilengkapi dengan cadik. Meskipun hanya menggunakan perahu

sederhana yang masih mengandalkan angin, mereka tetap tenang

melakukan pelayaran jarak jauh tanpa harus takut perbekalan habis. Hal

tersebut dapat terjadi karena didukung oleh...

A. pelayaran dilakukan pada musim yang baik untuk berlayar

B. kapal cadik sangat mendukung aktivitas pelayaran jarak jauh

C. tersedianya banyak pelabuhan yang keamanannya terjamin untuk

transit

D. perairan di Nusantara relatif tenang dan tidak bergelombang besar

E. nenek moyang Nusantara memiliki kemampuan berlayar yang sangat

baik

11. Perhatikan gambar di bawah ini!

https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_X

Sultan Hamengkubuwana X bersama Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada

upacara penobatan tanggal 7 Maret 1989 sebagai raja Kasultanan Yogyakarta.

Semenjak pengaruh India masuk Nusantara, masyarakat Nusantara mulai

mengenal adanya konsep dewaraja, yakni raja sebagai pemimpin tertinggi

yang dianggap sebagai penjelmaan dewa. Pemimpin masyarakat tidak lagi

dipilih oleh anggota masyarakat seperti pada masa pra-aksara melalui sistem

primus interpares, melainkan diturunkan secara turun temurun seperti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

166

terjadi di Kasultanan Yogyakarta hingga saat ini. Maka, dapat disimpulkan

bahwa ...

A. akulturasi budaya antara budaya setempat dengan budaya India

B. masyarakat Nusantara mulai menganut sistem kerajaan

C. India membawa Nusantara memasuki era kerajaan berbasis agama

D. perubahan adat istiadat Nusantara karena mendapat pengaruh India

E. perubahan sistem pemerintahan dikarenakan masuknya budaya India

12. Kedatangan bangsa-bangsa Barat di Indonesia pada abad XVI membawa

dampak positif bagi bangsa Indonesia. Dampak positif tersebut ditunjukkan

dengan …

A. meningkatnya produksi lada sehingga menguntungkan penduduk lokal

B. meningkatnya harga rempah-rempah yang diperdagangkan di Indonesia

C. munculnya keinginan untuk mencontoh sistem monopoli bangsa-bangsa

Barat

D. meningkatnya arus lalu lintas pelayaran di perairan Indonesia

E. munculnya solidaritas antar pedagang untuk melawan bangsa-bangsa

Barat

13. Perhatikan gambar berikut!

Kirab Ratu Kalinyamat

Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2018/04/09/ratu-kalinyamat-hadir-dalam-kirab-

keprajuritan-peringati-hari-jadi-kabupaten-jepara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

167

Masyarakat Jepara, Jawa Tengah, dewasa ini masih mengidolakan sosok

Ratu Kalinyamat. Bahkan, ketika merayakan hari jadi Kabupaten Jepara,

masyarakat melakukan kirab keprajuritan. Dalam sejarah Kerajaan Demak

terdapat seorang pemimpin Ratu Kalinyamat yang memerintah pelabuhan

Jepara pada abad ke-16 dan berjuang melawan serangan Portugis dari

Malaka. Di sini kita dapat melihat peran wanita dalam kancah politik.

Fenomena Ratu Kalinyamat ini dapat dimaknai sebagai...

A. pemimpin wanita tidak lemah

B. perempuan dapat memimpin sebuah kerajaan

C. perempuan tidak hanya sebagai konco wingking suami

D. sudah adanya kesetaraan gender dari masa lalu

E. perempuan dapat membawa sebuah kerajaan kepada masa keemasan

14. Agama Islam mudah diterima masyarakat Nusantara karena tidak mengenal

sistem kasta. Akan tetapi menurut Clifford Geertz, masyarakat Islam di

Jawa terbagi atas tiga status sosial, yakni santri yang mengamalkan ajaran

agama sesuai dengan syariat Islam, abangan yang mempraktekkan ajaran

Islam tapi masih bercampur dengan kepercayaan lokal, dan priayi yang

masih memiliki pertalian darah dengan raja-raja. Perbedaan status sosial

tersebut muncul karena ….

A. golongan priyayi tidak ingin kehilangan pengaruh di tengah masyarakat

B. masyarakat memiliki tingkat pemahaman agama yang berbeda-beda

C. masyarakat Jawa masih terbawa dengan sistem kasta pada agama Hindu

D. adanya akulturasi antara ajaran Islam dan budaya Jawa

E. golongan penguasa menginginkan tatanan kehidupan teratur

15. Pada periode awal Islam di Jawa ada kisah tentang Wali Sanga yang

menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Peradaban Islam di Jawa semakin

berkembang, salah satunya adalah berdirinya Kerajaan Demak sebagai

kerajaan pertama di Jawa. Di periode ini ada legenda yang berpengaruh bagi

perkembangan Islam-Jawa yaitu kemunculan Syekh Siti Jenar di antara wali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

168

sanga. Ajaran Syekh Siti Jenar dianggap menyimpang dari agama Islam

murni pada umumnya oleh wali sanga. Bagi para wali ajaran Syekh Siti

Jenar tidak sesuai dengan isi al-Quran dan hadis. Tujuan dari Syekh Siti

Jenar sendiri adalah ….

A. membuat aliran keagamaan sendiri yang sesuai dengan pemahamannya

B. menggabungkan ajaran panteisme dengan Islam supaya lebih kompleks

C. menarik banyak jamaah untuk bergabung dengan sekte sesat

D. sebagai bentuk toleransi dengan ajaran pra-Islam yang lebih dulu

berkembang

E. menjadikan Islam yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Jawa

16. Orang Jawa dengan mistik Jawa menekankan harmoni dan kedamaian Jiwa

yang terekspresi dengan ritual-ritual. Sedangkan Islam mengajarkan tentang

pewahyuan Allah melalui kitab suci al-Quran yang diterima oleh Nabi

Muhammad. Pandangan antara Jawa dengan Islam memang tidak sama,

akan tetapi pertemuan Islam dengan Jawa dijembatani oleh Islam sufi

melalui tasawuf yang menekankan tentang ….

A. ilmu tarikh

B. kebahagiaan akhirat

C. tafsir tauhid

D. perbaikan akhlak

E. kedamaian batin

17. Ajaran Islam dikenal melarang adanya gambaran makhluk hidup,

khususnya manusia, yang dituangkan dalam karya seni. Namun, rupanya

hal tersebut tidak menyurutkan para seniman untuk terus berkarya. Salah

satu cara yang dilakukan para seniman, yaitu ….

A. menggantikan unsur makhluk hidup dengan benda mati

B. menyamarkan gambar makhluk hidup dengan ragam hiasan

C. membatik gambar makhluk hidup pada sehelai kain

D. menjadikan wayang sebagai pengganti manusia dan hewan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

169

E. tetap melakukan apa yang dilarang dalam ajaran Islam tersebut

18. Perhatikan gambar berikut ini!

Arca Dwarapala di Keraton Surakarta

Sumber: https://www.shutterstock.com/search/keraton+surakarta

Arca di atas adalah Dwarapala, peninggalan bercorak khas Hindu-Buddha.

Namun, patung tersebut ditemukan berada di Keraton Surakarta yang

bercorak Islam.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ….

A. agama Hindu-Buddha menjadi kepercayaan utama di Keraton Surakarta

B. ragam hias Keraton Surakarta mendapat pengaruh kebudayaan pra-

Islam

C. kebudayaan Islam belum mengakar kuat di Keraton Surakarta

D. arca Dwarapala mencerminkan corak kehidupan di Keraton Surakarta

E. bangunan Keraton Surakarta memperlihatkan percampuran dengan

kebudayaan Barat

19. Sultan Agung menulis kitab Sastra Gendhing yang menjelaskan tentang

ajaran manunggaling kawula Gusti atau bersatunya Tuhan dengan manusia.

Dalam perkembangannya ajaran ini sangat berpengaruh terhadap konsep

kepercayaan kejawen di Mataram. Kitab-kitab kesusastraan Jawa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

170

dihasilkan pada masa kerajaan Islam mengandung unsur-unsur mistik.

Adanya unsur mistik tersebut dipengaruhi oleh ….

A. perkembangan panteisme di kalangan para wali

B. adanya upaya penyesuaian tradisi lama dengan tradisi Islam

C. kepercayaan Hindu-Buddha di kalangan masyarakat

D. campur tangan penguasa kerajaan dalam penulisan kesusastraan

E. pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan masyarakat Islam

20. Perhatikan gambar berikut!

Upacara Tahlilan

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/65866/yasinan-dan-tahlilan-cara-sekelompok-

remaja-jakarta-bangun-soliditas

Budaya Islam di Demak berbeda dari budaya Islam di Arab, salah satunya

adalah tradisi selamatan dan yasinan. Upacara tersebut merupakan bentuk

akulturasi budaya Islam dan Jawa yang dikembangkan oleh Sunan Kalijaga.

Namun, tradisi selamatan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat

Nusantara sempat mendapat kritikan dari para santri. Kritikan tersebut

muncul karena ….

A. Islam tidak mengajarkan adanya tradisi selamatan

B. tradisi selamatan di sebagian masyarakat mengandung unsur syirik

C. tradisi selamatan bukan budaya asli masyarakat Indonesia

D. para santri berusaha menjaga kemurnian kebudayaan Islam dari Timur

Tengah

E. para santri tidak menginginkan kebudayaan Islam mendapat pengaruh

Hindu-Buddha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

171

21. Perhatikan wacana berikut!

Salah satu Wali Sanga, yaitu Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang

saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah

yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan

instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir. Ia juga

menciptakan tembang "Tombo Ati" yang berarti penyembuh jiwa, hingga

kini masih sering dinyanyikan orang.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai

membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan

memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.

Gamelan, tembang, dan wayang menjadi media penyebaran Islam di Jawa.

Media tersebut digunakan untuk penyebaran Islam karena ….

A. gamelan, tembang, dan wayang kurang diminati oleh masyarakat Jawa

B. masyarakat Jawa diajak untuk melestarikan kebudayaan lokal

C. para ulama ingin mempermudah penyebaran ajaran Islam

D. para ulama menyukai kesenian gamelan, tembang, dan wayang

E. raja-raja lokal melarang dakwah secara langsung

22. Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang pada

masa kerajaan Islam. Commenda merupakan sistem perdagangan mengenai

kekuasaan penguasa pelabuhan yang menyediakan kapal serta penyerahan

dagangan orang lain dalam artian penguasa memberikan keputusan apakah

kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan oleh menurunkan barang

dagangannya atau tidak.

Adanya sistem commenda pada masa itu menandakan bahwa ….

A. Kerajaan Islam telah menganut sistem perdagangan yang maju

B. pedagang asing berperan besar dalam kemajuan perdagangan di

Indonesia

C. Kerajaan Islam mulai mengadopsi sistem perdagangan Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

172

D. raja-raja Islam ingin mengembangkan aktivitas perdagangan yang

lebih modern

E. perdagangan masa Islam bertujuan mencari kentungan sebanyak-

banyaknya

23. Dalam kegiatan perdagangan, raja berperan sebagai pemilik modal,

sedangkan kegiatan perdagangan dijalankan oleh para saudagar. Hubungan

dagang antara raja atau pemilik modal dan para saudagar disebut sebagai

sistem perdagangan partnership atau commenda. Perdagangan commenda

dapat diartikan sebagai penyerahan barang dagangan kepada orang lain

untuk diperdagangkan.

Pengaruh kerajaan Islam dalam bidang ekonomi pada masa kini yang

relevan dengan pernyataan di atas nampak pada sistem ….

A. pajak

B. saham

C. bank syariah

D. hibah

E. bea cukai

24. Kegiatan ekspor di Indonesia telah dilakukan sejak masa kerajaan maritim

Islam. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan adanya ….

A. penanaman modal perdagangan di negara lain

B. pengiriman upeti kepada kerajaan lain yang membutuhkan

C. pembelian bahan pakaian seperti kain sutra dari negara luar

D. pemasokan bahan makanan yang tidak dimiliki kerajaan dari negara luar

E. penjualan rempah-rempah kepada para pedagang asing untuk dibawa

ke luar negeri

25. Perhatikan gambar di bawah ini!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

173

Mata uang deureuham

Sumber: https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190712104819-2074/mata-uang-kesultanan-

kesultanan-islam-aceh-hingga-abad-17-m/

Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang yang disebutkan

deureuham demi menunjang aktivitas perdagangan. Penggunaan mata uang

tersebut menunjukkan bahwa ….

A. masyarakat Kerajaan Samudera Pasai telah mengenal kegiatan

ekonomi modern

B. perekonomian Kerajaan Samudera Pasai bertumpu pada sektor agraris

C. Kerajaan Samudera Pasai melakukan perluasan jaringan perdagangan

hingga ke Pulau Jawa

D. Kerajaan Samudera Pasai menguasai kegiatan perdagangan di tepi Selat

Malaka

E. masyarakat di daerah bawahan (vassal) Kerajaan Samudera Pasai wajib

memberi upeti

26. Setelah Malaka jatuh ke tangan Potugis di tahun 15XI, banyak berdiri

bandar-bandar dagang di wilayah Nusantara untuk memfasilitasi sesama

pedagang yang awalnya berdagang di Malaka. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa ….

A. Malaka menjadi pusat perdagangan internasional ketika dipegang

Portugis

B. Portugis menjadi pemegang kendali aktivitas perniagaan di Nusantara

C. para pedagang saling bersaing ingin menjadi bandar sebesar Malaka

D. pedagang Nusantara menolak bekerja sama dengang bangsa Portugis

E. kebijakan Portugis menguntungkan pedagang Malaka dan merugikan

pedagang Nusantara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

174

27. Wilayah kerajaan Mataram yang dibangun di atas Alas Mentaok dikelilingi

oleh jajaran gunung, seperti Gunung Merapi-Merbabu, Sindoro-Sumbing,

Lawu, Ungaran, Prau, dan sebagainya. Di antara jajaran gunung tersebut,

mengalir sungai-sungai besar seperti Sungai Progo, Elo, Bengawan Solo,

dan Bogowonto. Dengan kondisi geografis tersebut, tanah di Mataram

merupakan jenis tanah aluvial dan vulkanik yang berasal dari endapan

material sungai dan gunung api. Kondisi tersebut menyebabkan ….

A. pusat kerajaan Mataram rentan terkena bencana letusan gunung berapi

B. banyak pedagang asing yang singgah di wilayah kekuasaan Mataram

C. Kerajaan Mataram menghasilkan hasil bumi yang memiliki kualitas

terbaik

D. wilayah Kerajaan Mataram menjadi salah satu derah yang ingin

ditaklukan VOC

E. aktivitas ekonomi Kerajaan Mataram menjadi berbasis agraris

28. Sejak dahulu perdagangan orang Jawa di laut mempunyai dua cabang,

yakni: 1) pengangkutan rempah-rempah Maluku ke tempat-tempat lain

melalui Jawal; 2) ekspor bahan makanan dari Jawa. Namun, lambat laun

pengangkutan rempah-rempah dari Maluku ke tempat lain berpindah pada

permulaan abad 17 tidak melalui Jawa lagi, dan ekspor pun kemudian

berangsur lenyap. Hal ini selaras dengan politik dalam negeri Mataram

semasa pemerintahan Amangkurat I, yakni ….

A. pengembangan monopoli beras yang menjadi komoditas utama

Mataram

B. tindakan preventif karena tidak memiliki kekuatan militer yang

mumpuni

C. menghindari intervensi VOC dalam urusan internal kerajaan

D. pembentukan aliansi dagang internal Mataram

E. pelarangan bagi rakyat Mataram melakukan perdagangan laut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

175

29. Perhatikan gambar berikut!

Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten

Letak geografis Banten memberi keuntungan tersendiri bagi perekonomian

masyarakat. Sutan Ageng Tirtayasa memanfaatkan kondisi tersebut dengan

cara ….

A. memperkenalkan kesenian debus kepada para pedagang yang singgah di

pelabuhan Banten

B. membangun pelabuhan transito untuk menarik pedagang asing agar

singgah di Banten

C. menakhlukkan daerah penghasil lada di Lampung dan Borneo

D. membangun sistem irigasi besar-besaran di Banten

E. membangun armada laut dan sistem perdagangan yang kuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

176

30. Perhatikan gambar berikut!

Ilustrasi pelabuhan Banten

Sumber: https://docplayer.info/46641627-Perencanaan-lanskap-wisata-sejarah-banten-

lama-kota-serang-provinsi-banten-wondo-hendratmo.html

Pelabuhan Banten menjadi wilayah yang ramai karena adanya aktivitas

pelayaran dan perdagangan. Ramainya perdagangan di pelabuhan Banten

tersebut menyebabkan ….

A. kerajaan Banten memproduksi kapal dagang untuk menunjang

pelayaran

B. kerajaan Banten menjadi sasaran praktek monopoli VOC

C. banyak pedagang asing yang menghindari Banten karena terlalu ramai

D. kerajaan Banten mengembangkan industri perikanan

E. perekonomian Banten meningkat pesat dan berkembang menjadi

emporium

31. Berbagai emporia bermunculan di Asia, di Nusantara sendiri terdapat

Malaka yang nantinya akan digantikan Banten. Dalam setiap emporia

terdapat pengusaha-pengusaha yang memiliki modal cukup besar,

menyediakan fasilitas kredit, serta memiliki usaha dagang sendiri. Sistem

emporia menimbulkan kapitalisme di Asia, khususnya di Nusantara.

Sayangnya, perkembangan kapitalisme di Nusantara hanya sekitar abad ke-

18 saja karena sistem politik di Nusantara tidak memberi jaminan bagi

keselamatan dan hak milik pribadi karena ....

A. penguasa atau raja memiliki kekuasaan yang absolut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

177

B. para pedagang tidak mendapat hak istimewa dari raja

C. modal yang dihimpun pedagang tidak dapat ditanam di sektor lain

D. modal mereka belum dilindungi institusi keuangan seperti perbankan

E. kerajaan-kerajaan di Nusantara anti sistem merkantilisme

32. “Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk

kayu cendana, Banda untuk bunga pala. dan Maluku untuk cengkih, dan

barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia kecuali di tempat

itu.” (Pires 1515:204)

Di dalam keseluruhan gambaran perdagangan Asia Tenggara, rempah-

rempah yang memikat para pedagang dari belahan dunia lain sebenarnya

hanya mata dagangan dalam jumlah kecil. Rempah-rempah menjadi penting

karena ….

A. keuntungan paling besar diperoleh dari penjualan rempah-rempah

B. para pedagang yang memburu rempah-rempah memperkenalkan

komoditas lain di bandar atau wilayah produksi rempah

C. rempah-rempah hanya terdapat di Indonesia bagian timur

D. jumlahnya terbatas apabila dibanding dengan komoditas barang lain

seperti beras, garam, tekstil, dan logam

E. rempah-rempah yang langka menjadi primadona di Eropa

33. “Kepulauan sebelah timur merupakan kawasan subur untuk buah-buahan

dan barang dagangan yang khas seperti rempah-rempah dan obat-obatan

lain yang tidak dapat ditemukan di tempat lain”. (Pyrard 1619XI:169).

Tak mengherankan jika harga rempah di daerah Indonesia timur terjangkau,

sedangkan harga komoditas lain melonjak tinggi. Hal tersebut memaksa

sesama pedagang rempah terhalang untuk saling berhubungan supaya ….

A. antar pedagang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh yang lain

B. dinamika persaingan antar pedagang rempah tidak terlalu ketat

C. tidak saling memperebutkan konsumen rempah-rempah

D. harga rempah-rempah jangan sampai jatuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

178

E. mempermudah akses mendapatkan rempah-rempah

34. Perhatikan keterangan berikut!

Peta Uli Lima dan Uli Siwa

Sumber: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/uli-lima-dan-uli-siwa-

persekutuan-bersaudara-ternate-tidore/

Di Indonesia bagian timur, terdapat dua persekutuan dagang yang cukup

besar dan saling bersaing. Ternate membentuk Uli Lima yang terdiri atas

Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli

Siwa yang terdiri atas Tidore, Jailolo, Makian, dan sebagian kerajaan di

Papua. Persaingan mereka bertambah panas karena ….

A. letaknya yang berdekatan sehingga berebut konsumen

B. tidak bersahabat sejak awal berdirinya persekutuan

C. VOC membangun kantor dagang di kawasan tersebut

D. kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku

E. berlomba-lomba menjadi emporium seperti Malaka

35. Perselisihan Portugis dan Spanyol di Maluku dapat diselesaikan dengan

Perjanjian Saragoza. Salah satu dampak Perjanjian Saragoza adalah ….

A. bercokolnya pengaruh Spanyol di Kerajaan Ternate dan Tidore

B. menurunnya kegiatan dagang Kerajaan Ternate dan Tidore

C. putusnya hubungan dagang Kerajaan Ternate dan Portugis

D. adanya monopoli perdagangan oleh Spanyol di Kepulauan Maluku

E. meningkatnya pengaruh Portugis di Kerajaan Ternate dan Tidore

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

179

36. Di tengah pesatnya islamisasi di Makassar, Sultan Hasannudin justru

menerima Fransisco Viera, utusan Portugis yang membawa misi

penyebaran agama Katolik. Bahkan, sultan memberi saham perdagangan

kepada orang-orang Portugis. Sebenarnya, ini adalah salah satu strategi

dalam bidang politik-ekonomi dari Sultan Hasanuddin dalam upaya ….

A. bentuk toleransi dari agama Islam kepada penganut Katolik di Makassar

B. pemberian izin untuk memadukan ajaran Islam dengan Nasrani di

Makassar

C. membina kerjasama bilateral dengan Portugis yang kedudukannya

cukup kuat

D. mengusir VOC yang melakukan monopoli perdagangan di Sulawesi

Selatan

E. menarik simpati masyarakat bahwa ia adalah raja yang menghargai

keberagaman

37. Perhatikan gambar berikut!

Santri Ampel Denta zaman dahulu

Sumber: https://www.ngopibareng.id/timeline/dimanakah-pondok-pesantren-ngampel-

denta-37XI460

Pesantren dan Islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam

tradisi Islam, pesantren berfungsi untuk ….

A. memecahkan masalah yang berkaitan dengan urusan agama Islam

B. menjalankan aktivitas peribatan sesuai dengan syariat Islam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

180

C. mengajarkan dan menyiarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

Islam

D. mencari solusi atas berbagai masalah yang terjadi kepada masyarakat

E. merumuskan segala kebijakan pemimpin yang berkaitan dengan rakyat

38. Masuknya Islam di Jawa mengalami dua perbedaan di kalangan petani dan

kalangan kerajaan. Keraton corak hidup mereka telah dituntun dengan

ajaran Islam. Sedangkan, masyarakat desa yang beragama Islam pada

umumnya tidak taat dalam menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam.

Mereka tidak menjalankan salat lima waktu, tidak ke masjid, tidak berpuasa

di bulan Ramadhan dan mereka juga tidak berpikir untuk mengatur hidup

sesuai dengan al-Quran. Dua perbedaan tersebut bukan suatu halangan bagi

Islam untuk tetap melakukan siar di Jawa.

Yang bukan merupakan faktor penyebab adanya perbedaan tersebut adalah

….

A. kalangan petani masih mempercayai unsur dinamisme-animisme

B. kehidupan di kalangan petani masih sarat dengan unsur mitos

C. agama Islam menyesuaikan dengan keadaan dan situasi petani

D. kalangan petani terpaksa memeluk Islam atas perintah sultan

E. kalangan petani malas menjalankan ritual keagamaan karena sibuk

39. Perhatikan gambar berikut!

Klenteng Surosowan

Sumber: https://blog.tiket.com/mengunjungi-sisa-sisa-sejarah-di-banten-lama/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

181

Pada masa kejayaan Banten, Kota Surosowan merupakan pusat

pemerintahan sekaligus pusat aktivitas masyarakat. Di sekitar Keraton

Surosuwan terdapat bangunan pemujaan berupa kelenteng di Kampung

Pecinan yang dihuni etnik Tionghoa. Keberadaan bangunan tersebut

menunjukkan bahwa ….

A. Keraton Surosuwan dibangun atas sumbangan etnik Tionghoa di Banten

B. penguasa Banten menerapkan pajak bagi warga asing yang menetap di

Surosowan

C. masyarakat Banten menghargai keragaman dan keberadaan etnik lain

D. aktivitas perdagangan di Kerajaan Banten dikuasai oleh etnik Tionghoa

E. Surosowan didonimasi masyarakat yang berasal dari etnik Tionghoa

40. Pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya

bersama VOC. Perjanjian Bongaya dilatarbelakangi oleh ….

A. pembangunan kantor dagang VOC di Gowa-Tallo

B. kemenangan kerajaan Gowa-Tallo atas Malaka

C. kekalahan kerajaan Gowa-Tallo dari VOC

D. penyelewengan pajak yang dilakukan VOC

E. pemberontakan rakyat Gowa-Tallo dan Bone

41. Struktur masyarakat Mataram terdiri atas golongan bendoro (raja dan

bangsawan), priayi (pegawai kerajaan), dan wong cilik (rakyat). Hal ini

menunjukkan bahwa kerajaan Mataram menganut sistem feodal, dengan

konsep patron-klien (atasan-bawahan). Dalam sistem feodal, derajat

seseorang dalam masyarakat dinilai berdasarkan ….

A. keturunan ningrat atau darah biru

B. kecakapan yang mumpuni

C. luas tanah yang dimiliki

D. prestasi dan pencapaian karier

E. kekayaan yang berlimpah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

182

42. Perhatikan gambar berikut!

Silsilah Demak dan Pajang

Sumber: http://www.geocities.ws/rakyatjawa/kingdom/demak-pajang.htm

Kultur Islam yang berkembang di kerajaan Pajang memiliki kemiripan

dengan kerajaan Demak. Dilihat dari silsilah di atas kemiripan tersebut yang

disebabkan oleh ….

A. kebudayaan islam di kerajaan Pajang mengikuti kultur kerajaan Demak

B. Kerajaan Pajang merupakan lanjutan dari kerajaan Demak

C. Kerajaan Pajang pernah menjadi bawahan kerajaan Demak

D. Kebudayaan di kerajaan Pajang mengadopsi kebudayaan Demak

E. Islam di Kerajaan Pajang disebarkan oleh ulama dari Demak

43. Bahasa Melayu merupakan bahasa yang cepat berkembang di Nusantara

pada waktu itu. Latar belakang yang mendorong perkembangan tersebut

adalah ….

A. keinginan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan

B. pemanfaatan kegiatan perdagangan untuk menyebarkan bahasa Melayu

C. perkembangan kebudayaan suku Melayu di berbagai wilayah Indonesia

D. kesadaran suku bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa Melayu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

183

E. pemanfaatan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam aktivitas

pendidikan

44. Masyarakat tradisional Jawa masa kini, khususnya yang masih tinggal di

pedesaan, terlihat masih menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.

Dalam Bahasa Jawa sendiri terdapat tingkatan-tingkatan, seperti ngoko

lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama inggil yang pemakaiannya

tergantung dengan siapa kita sedang bercakap-cakap.

Para ahli bahasa mengatakan bahwa struktur bahasa Jawa yang bertingkat-

tingkat dan memperhatikan situasi dan lawan bicara ini merupakan rekayasa

Sultan Agung.

Ditinjau dari budaya Jawa tempo dulu, terutama pada zaman kerajaan yang

menerapkan sistem feodal, alasan yang melatar belakangi hal tersebut

adalah ….

A. mengklasifikasikan golongan elit dengan non-elite

B. menghormati orang yang lebih tua daripada kita

C. memperkaya pembendaharaan kata dalam bahasa Jawa

D. menjunjung tinggi unggah-ungguh dalam berbahasa

E. sebagai sarana mengakrabkan sesama etnis Jawa

45. Pada masa kerajaan Islam masjid di Jawa didirikan dekat dengan alun-alun.

Tujuan utama pendirian masjid di dekat alun-alun adalah ….

A. menjadi tempat bersatunya raja dengan masyarakat untuk melakukan

ibadah

B. mengoptimalkan penggunaan lahan di sekitar alun-alun

C. mempermudah anggota kerajaan yang ingin menunaikan salat

D. mempermudah masyarakat di sekitar alun-alun yag ingin beribadah

E. menjadi simbol kebesaran penguasa yang membangun masjid tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

184

46. Masjid Agung Demak merupakan salah satu peninggalan masa Islam di

Indonesia. Unsur akulturasi budaya Islam dan budaya pra-Islam yang

tampak pada bangunan masjid tersebut adalah ….

A. bangunan menara masjid

B. atap masjid berbentuk tumpang

C. penggunaan kayu sebagai tiang

D. letak masjid dekat dengan alun-alun

E. keberadaan makam di sekitar masjid

47. Pada masa Islam, kesusastraan mengalami perkembangan signifikan. Di

tanah Jawa, terdapat babad, yaitu dongeng yang sengaja diubah sebagai

cerita sejarah, seperti Babad Tanah Jawi dan Babad Giyanti. Dalam babad

penggambaran tokoh dan peristiwa dilakukan secara berlebihan.

Penggambaran yang berlebihan tersebut dipengaruhi oleh ….

A. aliran kepercayaan yang dianut para penulis babad

B. tujuan pujangga yang menulis kitab babad tersebut

C. kepentingan penguasa kerajaan yang ingin melegitimasi kekuasaan

D. kondisi sosial budaya masyarakat sekitar kerajaan

E. mitos dan kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat

48. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal (Mulud) Kesultanan Yogyakarya

menyelenggarakan acara grebeg. Acara tersebut diselenggarakan dengan

tujuan ….

A. menandai berakhirnya bulan puasa

B. memperingati hari raya Idul Adha

C. memperingati kelahiran Nabi Muhammad

D. menandai berakhirnya musim panen padi

E. memperingati berdirinya Kesultanan Yogyakarta

49. Di dalam kerajaan, raja mendapatkan gelar-gelar keagamaan seperti sayidin

(tuan atas iman), panatagama (pemimpin agama) dan kalifat rasulullah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

185

(penerus dari nabi Allah). Penobatan Hamengkubuwono X sebagai raja

dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921)

dengan gelar resmi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun

Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman

Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing

Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sultan merupakan ….

A. pemimpin negara yang religius

B. pemimpin negara sekaligus pemimpin agama

C. pemimpin negara yang mewarisi sifat-sifat nabi

D. pemimpin negara karena wahyu Allah

E. pemimpin negara yang sudah pasti memiliki gelar

50. Perhatikan gambar berikut!

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

https://home.akparda.ac.id/artikel/kraton-ngayogyakarta-hadiningrat

Salah satu bangunan peninggalan masa Islam adalah keraton. Dahulu

keraton berperan sebagai pusat pemerintahan sehingga dipandang sebagai

lambang pusat kekuasaan raja. Arti penting keberadaan keraton peninggalan

Islam pada masa kini adalah ….

A. seringkali digunakan sebagai prototype arsitektur masa kini

B. sebagai warisan sejarah bangsa yang sarat akan nilai kearifan lokal

C. sebagai istana untuk menemui sultan beserta keluarganya

D. sebagai tempat yang disakralkan oleh masyarakat setempat

E. sebagai sumber informasi tentang sejarah Islam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

186

Uraian

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan singkat, padat, dan jelas!

1. Dilihat dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak Islam

umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai besar.

Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,

Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.

Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan yang

bercorak agraris. Dilihat dari sudut ekonomi dan militer terdapat

perbedaan antara kota pusat kerajaan yang bercorak maritim dan yang

bercorak agraris. Analisislah perbedaan mendasar antara kerajaan Islam

yang berada di pesisir dengan yang berpusat di pedalaman dalam segi

ekonomi-militernya!

2. Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal nomor 2!

Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/

Tol Laut

Nusantara terletak di posisi silang dunia dan 2/3 wilayahnya terdiri dari

perairan. Itulah sebabnya, sejak zaman Hindu-Buddha, perekonomian

Nusantara bertumpu pada sektor maritim, dan mencapai puncaknya pada

masa kerajaan-kerajaan Islam pesisir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

187

Berkaca dari kejayaan masa lalu, pemerintah Indonesia kini ingin kembali

mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan

mengembangkan tol laut. Tol laut adalah penyediaan sistem distribusi

logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan pelabuhan di jalur

utama atau rute utama. Rute utama tol laut adalah Nanggroe Aceh

Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku, sampai Papua.

Pemerintah melalui Kemenhub terus berupaya supaya program tol laut terus

berjalan dengan meningkatkan kapasitas serta pelayanan.

a. Mengapa keberadaan tol laut sangat penting bagi perekonomian suatu

bangsa yang berbasis maritim seperti Indonesia?

b. Perhatikan peta berikut ini!

Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-

nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-

pendidikan-dan-kebudayaan.html

Gambar di atas adalah peta perdagangan antar pulau di Nusantara pada

masa kerajaan maritim Islam. Herodotus pernah berkata bahwa

sejarah bergerak melingkar (siklus). Dari peta tersebut dapat kita

ketahui bahwa pola yang terjadi pasa masa Islam kembali terulang

pada masa kini.

Pola apakah itu? Kaitkan dengan kondisi geografis Indonesia!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

188

3. Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi

perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan di

pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran, dagangan,

dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada persesuaian

paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu kapal yang

berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan, maka ia harus

menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang menguasai lalulintas

perdagangan yang keluar masuk pelabuhan, syahbandar bisa menjadi

seorang yang amat berkuasa. Berhubung dengan itu syahbandar

biasanya diangkat dari kalangan saudagar-saudagar asing itu sendiri.

Syahbandar menerima penghasilan dari beacukai dan mendapat

sebagian dari uang pajak untuk berlabuh. Biasanya jumlah yang harus

dibayar seluruhnya ditetapkan sekaligus untuk setiap kapal, dua

pertiga untuk raja, dan sisanya untuk syahbandar.

Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat mengetahui bahwa di satu

pihak syahbandar harus memperhatikan kepentingan saudagar asing

dan menjadi penyambung lidah keinginan mereka terhadap penguasa

setempat, namun di lain pihak ia harus bertindak sebagai pejabat

pelabuhan yang menagih pajak dan beacukai untuk kepentingan

negeri dan pejabat-pejabatnya.

Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian

seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!

4. Perhatikan peta di bawah ini!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

189

Sumber: http://www.guruips.com/2018/07/kerajaan-islam-di-indonesia-

lengkap.html

Peta Demak, Pajang, Mataram

Jila dilihat dari sudut pandang geopolitik, perpindahan kekuasaan

Demak yang di pesisir utara Pulau Jawa ke Pajang, lalu Mataram yang

berada di pesisir selatan atau dapat dikatakan pedalaman ini adalah

suatu upaya melindungi dari serangan musuh dari utara. Akan tetapi,

bila dilihat dari sudut ekonomi, perpindahan itu menghambat

perkembangan bisnis.

Di sisi lain berkembang mitologi Nyi Roro Kidul yang konon menikah

dengan Panembahan Senapati beserta keturunannya. Simbol

perkawinan antara Nyi Roro Kidul dengan raja-raja penguasa

Mataram. Coba kaitkan mitologi tersebut dengan kondisi geografis

Mataram yang berpengaruh pada mata pencaharian masyarakat

Mataram!

5. Mengapa kegiatan perdagangan khususnya pada masa Islam

berpengaruh terhadap proses integrasi bangsa Indonesia?

6. Selain perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian, aspek

politik juga memegang peranan penting sebagai media penyebaran

Islam di Nusantara. Mengapa demikian? Jelaskan!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

190

7. Wali Sanga adalah sembilan tokoh yang berperan penting dalam

proses penyebaran agama Islam, khususnya di Pulau Jawa. Para wali

tidak hanya memiliki wewenang yang mencakup bidang keagamaan,

namun juga otoritas dalam berbagai bidang, termasuk bidang politik.

Uraikan setidaknya tiga (3) peranan penting para wali dalam bidang

politik disertai dengan contoh konkret!

8. Jika melihat pola, siasat yang dilakukan VOC terhadap Kerajaan

Mataram Islam lewat Perjanjian Giyanti tidak jauh berbeda dengan

yang dilakukan pada Kerajaan Cirebon. Siasat ini terbukti efektif

membawa dua kerajaan ini mengalami kemunduran. Jelaskan

mengenai siasat tersebut dan mengapa bisa sangat ampuh?

9. Islam turut memengaruhi konsep kepemimpinan di Nusantara pada

waktu itu. Sebelum kedatangan Islam, raja dianggap sebagai titisan

dewa atau keturunan dewa. Namun, sesudah kedatangan Islam, kultus

tersebut dihilangkan karena Islam menolak anggapan bahwa manusia

sama dengan Tuhan. Oleh karena itu, para penguasa kerajaan

menggunakan jasa ulama atau wali untuk mengangkat mereka

menjadi khalifatullah. Apa yang dimaksud dengan khalifatullah dan

apa konsekuensinya penggunaan gelar khalifatullah, baik bagi raja

yang bersangkutan maupun bagi rakyatnya?

10. Serat Wedhatama (tulisan mengenai ajaran utama) adalah sebuah

sastra Jawa karya KGPAA Mangkunegara IV. Isinya adalah

merupakan falsafah kehidupan, seperti hidup bertenggang rasa,

bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia

seutuhnya, dan menjadi orang berwatak ksatria. Terdapat beberapa

bagian yang dapat dianggap sebagai kritik terhadap konsep

pengajaran Islam yang ortodoks. Mengapa pengarang, yang notabene

pemeluk Islam dan berlatar belakang Jawa, melakukan kritik terhadap

gerakan Wahabi? Kemukakan alasanmu!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

191

Lampiran 4: Kunci Jawaban

KUNCI JAWABAN

Pilihan Ganda

1. D XI. E 21. C 31. A 41. C

2. B 12. E 22. A 32. C 42. B

3. E 13. D 23. B 33. D 43. B

4. C 14. D 24. E 34. D 44. A

5. A 15. E 25. A 35. E 45. A

6. A 16. E 26. D 36. D 46. B

7. D 17. D 27. E 37. C 47. C

8. D 18. B 28. E 38. C 48. C

9. B 19. E 29. B 39. C 49. B

10. C 20. D 30. E 40. A 50. B

Uraian

1. Masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih menitikberatkan

kehidupannya pada perdagangan, hal ini merupakan suatu ciri yang

berhubungan dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih sesuai hidup

dalam masyarakat kota bercorak maritim. Sedangkan kekuatan militernya

lebih dititikberatkan pada angkatan laut, suatu ciri penting pula dan erat

hubungannya dengan suasana politik serta perluasannya. Sedangkan

masyarakat kota agraris dalam kehidupan ekonominya lebih

menitikberatkan pada pertanian dan untuk kekuatan militernya lebih

dititikberatkan pada angkatan darat.

2. Kita mengetahui bahwa keberadaan tol laut layaknya seperti jalur pelayaran

yang digunakan para pedagang Islam zaman dulu untuk melakukan aktivitas

perdagangan di beberapa pelabuhan penting di Nusantara, seperti Malaka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

192

Aceh, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Makassar, dan Maluku. Hal

itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk menghubungkan konektivitas

nusantara melalui wilayah perairan.

Pelabuhan merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perdagangan

pada masa Islam. Pelabuhan harus mempunyai daya tarik agar kapal-kapal

dari luar singgah di pelabuhan tersebut. Sebagai contoh, di sebuah

pelabuhan terdapat komoditas yang diperdagangkan serta makanan dan

minuman yang dapat dikonsumsi awak kapal. Selain itu, kondisi pasang dan

surut air laut sangat memengaruhi perkembangan suatu pelabuhan. Adapun

letak geografis pelabuhan hanya menguntungkan ketika berada di jalur

pelayaran dan berdekatan dengan pemukiman penduduk.

3. Seorang syahbandar dipilih dari antara pedagang asing.

Jika seorang syahbandar berpihak pada pedagang asing, ia

mempunyai risiko pemecatan atau dijatuhi hukuman.

Apabila syahbandar tidak mengindahkan kepentingan pedangan

asing dan hanya tunduk pada penguasa setempat, maka kepercayaan

pedagang asing terhadapnya akan hilang, perasaan tenteram berjual-

beli di bandar itu tidak ada lagi karena tidak ada yang melindungi

kepentingan mereka, sehingga kegiatan dipindah ke pelabuhan lain.

Oleh karena itu, syahbandar harus bersikap loyal dan adil, baik kepada

penguasa setempat maupun pada sesama pedagang asing.

4. Letak kekuasaan Mataram berada di daerah pedalaman, maka sumber dan

mata pencaharian masyarakat bercorak agraris, berbeda dengan Demak

yang beribukota di pesisir sehingga cocok untuk melakukan aktivitas

maritim. Ketidakberdayaan masyarakat Mataram menghadapi ganasnya

Samudera Hindia diwujudkan oleh keyakinan orang Jawa terhadap adanya

penguasa laut selatan yang disebut Nyi Roro Kidul yang rupanya menjadi

sarana legitimasi yang efektif bagi penguasa Mataram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

193

5. Perkembangan perdagangan di kota-kota pelabuhan di Nusantara

mengalami perubahan setelah kedatangan bangsa-bangsa Barat di

Nusantara pada abad XVI. Mereka berusaha menguasai pusat-pusat

perdagangan di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun demikian,

kedatangan bangsa-bangsa Barat telah memengaruhi proses integrasi

bangsa Indonesia. Proses ini terjadi karena adanya persamaan nasib, yaitu

sama-sama dirugikan oleh bangsa-bangsa Barat yang menerapkan politik

monopoli perdagangan. Oleh karena itu, muncul solidaritas antar pedagang

Nusantara untuk menghadapi kekuatan para pedagang Barat tersebut.

6. Seorang raja selalu menjadi panutan, bahkan teladan bagi rakyatnya. Ketika

seorang raja memutukan untuk memeluk Islam, maka rakyat akan

mengikuti karena rakyat sangat patuh kepada raja.

Zaman dahulu, sistem feodal yang dianut, sehingga kepentingan politik

berkaitan dengan perluasan wilayah. Beberapa kerajaan Islam melakukan

ekspansi dengan cara menakhlukkan kerajaan lain. Dengan begitu, wilayah

yang ditakhlukan akan tuntuk di bawah otoritas kerajaan, sehingga mulai

mendapat pengaruh Islam. Meskipun penaklukan suatu wilayah oleh

kerajaan Islam dilakukan melalui jalan perang, penguasa Islam tetap

bertoleransi kepada pemeluk agama lain dan tidak memaksakan Islam

sebagai agama kerajaan yang ditaklukkan. Inilah yang menyebabkan Islam

mudah diterima di berbagai wilayah.

7. Otoritas para wali adalah sebagai berikut:

1) Seorang wali tidak mengembangkan wilayah, tetapi memiliki pengaruh

politik yang luas. Sebagai contoh, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga

memiliki wewenang melantik raja-raja Jawa.

2) Seorang wali memiliki pengaruh politik sebagai penasihat atau

panglima perang raja, seperti Sunan Kudus yang menjadi panglima

perang Kerajaan Demak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

194

3) Seorang wali memiliki pengaruh politik secara mutlak dengan

mengembangkan wilayah dan mendirikan kerajaan, seperti Sunan

Gunung Jati yang menjadi Sultan Cirebon.

8. Pengaruh VOC dalam kehidupan politik Kerajaan Cirebon semakin kuat

setelah penandatangan perjanjian pembagian wilayah Kerajaan Cirebon

pada 8 September 1688. Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan

oleh VOC, Sultan Sepuh I, Sultan Anom, dan Pangeran Tohpati. Sejak 1697

wilayah Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman terbagi lagi menjadi

Kacirebonan dan Keprabonan.

Begitu pula dengan Kerajaan Mataram Islam, sepeninggal Sultan Agung,

tampuk pemerintahan dipegang oleh Amangkurat I yang tidak secakap

ayahnya. Kondisi politik Mataram Islam yang tidak stabil dimanfaatkan

VOC untuk memperluas pengaruhnya ke wilayah Kerajaan Mataram.

Akibatnya, pada 1755 melalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram

terpecah menjadi dua wilayah, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.

Selanjutnya, pada 1757 dua wilayah tersebut terpecah menjadi empat

bagian, yaitu Kesunanan Surakarta dan Mangkunegara serta Kesultanan

Yogyakarta dan Paku Alaman. Pembagian wilayah tersebut didasarkan pada

Perjanjian Salatiga.

Intinya, VOC menerapkan hal yang sama, baik pada Cirebon maupun

Mataram, yaitu mengkotak-kotakan penguasa. Tujuannya adalah supaya

mereka tidak sering berkomunikasi dengan begitu kekuatan yang dihimpun

juga menjadi lemah.

9. Khalifatullah berarti wakil Allah di dunia. Konsep khalifatullah merupakan

sebuah legitimasi atau pengesahan gaib bagi kekuasaan raja. Dalam konsep

tersebut raja bertanggung jawab menjaga pelaksanaan ajaran Islam yang

berdasarkan Al-quran dan sunnah. Oleh karena itu, perintah raja wajib

ditaati dan dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

195

10. Gerakan Wahabi sendiri adalah sebuah gerakan berupa ajakan untuk

kembali kepada "ajaran monoteisme murni", kembali kepada ajaran Islam

sesungguhnya, yang hanya berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, bersih

dari segala "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik yang mereka

anggap bid'ah, syirik.

Alasan pengarang serat Wedhatama mengkritik gerakan Wahabi karena

pengarang merasa gerakan ini tidak cocok diterapkan di tanah Jawa yang

sebelumnya sudah ada pengaruh kebudayaan pra-Islam (animisme,

dinamisme, Hindu-Buddha) yang kuat. Gerakan wahabi dianggap sebagai

ajaran yang tidak mampu beradaptasi dengan situasi-kondisi di Jawa.

Misalnya, di Jawa ada penganut Muslim menjalankan tradisi nyadran, yang

merupakan tradisi pra-Islam. Sedangkan, di gerakan wahabi melarang

pemujaan kuburan orang yang saleh, dan melarang menjadikan kuburan

sebagai tempat beribadah.

Pada praktiknya wahhabisme tumbuh sebagai paham yang demikian keras,

kaku, ketat dan tanpa mengenal kompromi. Sebagian kalangan menilai

paham ini telah melampaui batas dalam menetapkan definisi sempit tentang

tauhid. Pendukung wahhabi dianggap terlalu mudah menyerukan takfir,

yakni memvonis sesama Muslim yang mereka tuduh sebagai sesat dan

melanggar hukum Islam, sebagai kafir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

196

Lampiran 6: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil

No. Deskripsi Inisial Siswa Rerata

Skor

Kriteria

AO AS AY BH BR CO EN EF EM JH

Aspek Materi

1. Soal menggunakan stimulus yang

menarik (baru, mendorong siswa

untuk membaca)

5 4 4 4 4 5 5 5 5 5

4,6

Sangat Baik

2. Soal menggunakan stimulus yang

kontekstual (gambar/grafik, teks,

visualisasi, dll, sesuai dengan

dunia nyata)

4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4,2 Baik

3. Soal mengukur kognitif penalaran

(menganalisis, mengevaluasi,

mengkreasi)

4 4 4 4 4 3 5 4 5 3

4,0

Baik

4. Jawaban butir soal tersirat pada

stimulus.

4 3 5 5 3 3 4 2 5 3 3,7 Baik

5. Soal tidak familiar dan mengusung

kebaruan

4 3 3 5 4 3 2 2 5 5 3,6 Baik

6. Pilihan jawaban homogen dan

logis (Pilihan Ganda)

3 3 5 5 5 3 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik

Rata-rata 24,4/6=4,06 Baik

Aspek Konstruksi

1. Rumusan kalimat soal atau

pertanyaan menggunakan kata

tanya atau perintah yang menuntut

jawaban terurai (Uraian)

5 5 4 5 4 4 5 3 5 5 4,5 Sangat Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

197

2. Setiap soal hanya ada satu jawaban

benar (Pilihan Ganda)

4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4,4 Sangat Baik

3. Memuat petunjuk yang jelas

tentang cara mengerjakan soal

(Uraian)

4 4 4 4 4 4 3 4 5 4

4,0

Baik

4. Pokok soal dirumuskan dengan

singkat, jelas, dan tegas

3 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4,1 Baik

5. Rumusan pokok soal dan pilihan

jawaban merupakan pernyataan

yang diperlukan saja (Pilihan

Ganda)

3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3,9 Baik

6. Pokok soal tidak memberi

petunjuk ke kunci jawaban

4 3 4 4 3 4 2 5 5 4 3,8 Baik

7. Pokok soal bebas dari pernyataan

yang bersifat negatif ganda

3 4 5 5 5 3 3 3 5 5 4,1 Baik

8. Gambar, grafik, tabel, diagram,

atau sejenisnya jelas dan berfungsi

3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4,2 Baik

9. Panjang pilihan jawaban relatif

sama

4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 4,5 Sangat Baik

10. Pilihan jawaban tidak

menggunakan pernyataan “semua

jawaban di atas salah” atau “semua

jawaban di atas benar” dan

sejenisnya (Pilihan Ganda)

3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4,6 Sangat Baik

XI. Butir soal tidak bergantung pada

jawaban soal lain

4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik

12. Penggunaan kalimat soal tidak

menimbulkan tafsir ganda (Uraian)

3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4,2 Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

198

50,7/12=

4,23

Sangat Baik

Aspek Bahasa

1. Menggunakan bahasa yang sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia,

untuk bahasa daerah dan bahasa

asing sesuai dengan kaidahnya

4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik

2. Tidak menggunakan bahasa yang

berlaku setempat

3 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik

3. Penggunaan Bahasa yang sesuai

dengan usia perkembangan siswa

4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4,0 Baik

4. Soal tidak mengandung unsur

SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,

Antargolongan,Pornografi, Politik,

Propaganda, dan Kekerasan)

4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4,6 Sangat Baik

Rata-rata 17,3/4=

4,33

Sangat Baik

Hasil rekapitulasi

… No. Aspek Skor Kriteria

1. Materi 4,06 Baik

2. Konstruksi 4,23 Sangat Baik

3. Bahasa dan lain-lain 4,33 Sangat Baik

4. Total 12,62 skala

Rata-rata Gabungan 4,21 Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

199

Lampiran 7: Silabus

SILABUS

SEJARAH (Peminatan)

Satuan Pendidikan : SMA / MA

Kelas : XI (Sebelas)

Kompetensi Inti

KI-1 dan KI-2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam

berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan

alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.

KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural

pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah

keilmuan

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran

3.2 Menganalisis kerajaan-

kerajaan maritim Indonesia

pada masa Islam dalam sistem

pemerintahan, sosial, ekonomi,

dan kebudayaan serta

pengaruhnya dalam kehidupan

Memahami penjelasan

tentang kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada masa

Islam dalam sistem

pemerintahan, sosial,

Kerajaan-kerajaan maritim

Indonesia pada masa Islam

dalam sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta pengaruhnya

Membaca buku teks,

melihat gambar/peta,

dan/atau menonton

video mengenai

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

200

masyarakat Indonesia pada

masa kini

ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Mengidentifikasi

informasi dari berbagai

sumber mengenai

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Mengumpulkan data

dari berbagai sumber

terkait kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada masa

Islam dalam sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan

kebudayaan serta

dalam kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa kini

Kerajaan maritim

Islam

Sistem pemerintahan

Sistem sosial

sistem ekonomi

sistem kebudaya-an

pengaruh Islam dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia masa kini

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Membuat dan

mengajukan

pertanyaan/Tanya

jawab/berdiskusi

tentang informasi yang

belum

dipahami/informasi

tambahan yang ingin

diketahui/atau sebagai

klarifikasi mengenai

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

201

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Menganalisis dan

menarik kesimpulan

dari data yang

dikumpulkan terkait

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Mengumpulkan data

dari berbagai sumber

terkait kerajaan-

kerajaan maritim

Indonesia pada masa

Islam dalam sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

Menganalisis dan

menarik kesimpulan

dari data yang

dikumpulkan terkait

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

202

Membuat laporan hasil

analisis dalam bentuk

tulisan dan/atau media

lain mengenai

kerajaan-kerajaan

maritim Indonesia pada

masa Islam dalam

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan serta

pengaruhnya dalam

kehidupan masyarakat

Indonesia pada masa

kini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

203

Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP Pembelajaran dalam Jaringan

Satuan Pendidikan : SMA Kolese Gonzaga Jakarta

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Semester : Genap

Materi Pokok : Kerajaan-kerajaan Maritim di Nusantara pada Masa Islam

Alokasi Waktu : 4 JP

a. Asinkron : menyesuaikan

b. Sinkron : @90 menit

Kompetensi Dasar

Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan

serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini

Tujuan

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu:

Memahami teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Islam di Nusantara

Mengenali kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

Memahami kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada masa awal pengaruh Islam

Menganalisis bukti-bukti pengaruh Islam yang masih ada hingga saat ini

Model Pembelajaran Discovery Learning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

204

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembuka

Kegiatan Inti

Konsep/ topik Bentuk Penyajian Bentuk Interaksi Media

Komunikasi dan

Interaksi

Materi yang

dipelajari siswa

secara mandiri

Teori-teori

masuknya agama

dan kebudayaan

Islam di Nusantara

Bukti-bukti

pengaruh Islam

yang masih ada

Sebelum interaksi sinkron:

1. Video:

Teori-teori masuknya Islam ke Nusantara:

https://www.youtube.com/watch?v=e8iubO-RY_c

2. Teks berbentuk soal

Sesudah interaksi sinkron:

1. Media infografis

2. Latihan soal di Schoology

Penugasan:

menyimak video

yang telah diunggah

ke Google

Classroom

kemudian menjawab

pertanyaan/soal

Tugas diberikan

dalam bentuk teks

yang diunggah di

fitur classwork

Google Classroom.

Pekerjaan siswa

diunggah melalui

Google Classroom.

Penugasan

kelompok:

membuat media

infografis secara

Internet (Google

Classroom,

Youtube)

Internet:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

205

hingga saat ini:

-Peninggalan

-Akulturasi

berkelompok

kemudian diunggah

ke media sosial

(Instagram)

mengenai

peninggalan Islam di

Nusantara.

(Instagram,

Schoology,

WhatsApp)

Materi yang

didiskusikan

secara sinkron

Kerajaan-kerajaan

Islam di Nusantara

Power Point yang membahas:

-lokasi kerajaan (dibuktikan dengan sumber sejarah)

-kurun waktu perkembangan kerajaan (berdiri,

berkembang, berjaya, kemunduran, keruntuhan)

-kondisi sosial dan politik kerajaan

yang akan dipresentasikan oleh siswa secara

berkelompok.

Pembahasan pekerjaan (presentasi) siswa berupa

penjelasan, penarikan kesimpulan dan tanya-jawab

Interaksi sinkron

melalui Zoom

meeting.

Internet (Zoom

meeting)

Instrumen

pengukuran

kemampuan siswa

Soal Pilihan Ganda dan Uraian berbasis HOTS Penugasan mandiri:

mengerjakan soal

Pilihan Ganda dan

Uraian berbasis

HOTS.

Internet

(Schoology)

Kegiatan penutup: Refleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

206

Penilaian

Sikap : Observasi

Pengetahuan : Soal sejarah berbasis HOTS

Keterampilan : Presentasi

Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2020

Kepala SMA Kolese Gonzaga

Paulus Andri Astanto, SJ, S.S., M.Hum.

Guru Mata Pelajaran

Maria Nikkita Mega Melati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI