Download - PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS
i
PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN
KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM INDONESIA PADA MASA ISLAM
UNTUK SISWA KELAS XI IPS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Maria Nikkita Mega Melati
161314011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih karunia-Nya kepada saya.
2. Bunda Maria, pelindung yang setia.
3. Kedua orang tua saya yang sangat mengasihi saya tanpa syarat, Papa
Hendro dan Mama Rina, yang selalu memberikan semangat, serta doa demi
kelancaran skripsi saya.
4. Kedua adik laki-laki saya, Vieri dan Bily, serta Yosie yang sudah
berbahagia di surga.
5. Segenap keluarga besar SMA Kolese Gonzaga yang telah memberikan
dorongan kepada saya untuk segera menuntaskan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
(Matius 7:7)
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih, lesu, dan berbeban berat. Aku akan
memberi kelegaan kepadamu”.
(Matius 11:28)
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya”.
(Matius 21:22)
“Cogito ergo sum.”
-Rene Descartes
“That which does not kill us makes us stronger”.
-Frederick Nietzsche
“Ad astra per aspera!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN SOAL KOGNITIF BERBASIS HOTS DALAM MATA
PELAJARAN SEJARAH PADA POKOK BAHASAN KERAJAAN-
KERAJAAN MARITIM INDONESIA PADA MASA ISLAM UNTUK
SISWA KELAS XI IPS
Maria Nikkita Mega Melati
Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan soal sejarah berbasis HOTS
dengan pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam yang
layak digunakan oleh siswa SMA kelas XI IPS. Penelitian ini menerapkan metode
penelitian pengembangan model Borg & Gall, namun dicukupkan sampai langkah
ke-7, meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3)
pengembangan draft produk, (4) uji coba lapangan terbatas, (5) penyempurnaan
produk awal, (6) uji coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan.
Pada tahap uji coba lapangan terbatas dilakukan validasi oleh dosen dan dua
guru sejarah. Pada tahap uji coba lapangan melibatkan 10 siswa kelas XI IPS dari
beberapa SMA. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan wawancara.
Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk soal sejarah berbasis HOTS
yang dikembangkan siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah. Hal ini
ditunjukkan dari hasil rekapitulasi uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru
termasuk kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor 4,39, serta hasil uji coba
lapangan oleh 10 siswa kelas XI IPS dengan perolehan skor 4,21 dan termasuk
kriteria “baik”. Kriteria penilaian menggunakan standar penilaian skala lima berdasarkan
Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Kata Kunci: Penelitian Pengembangan, Soal HOTS, Sejarah Kerajaan-kerajaan
Maritim di Indonesia pada Masa Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF HOTS QUESTIONS IN HISTORY SUBJECT
ON THE MARITIME KINGDOMS DURING THE ISLAMIC ERA
TOPICS FOR XI GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES
Maria Nikkita Mega Melati
Sanata Dharma University
2021
This research aims to develop a HOTS questions using the subject matter
maritime kingdoms during the Islamic era topics for XI grade students of social
sciences. This research used Research and Development (R&D) design model by
Borg & Gall, namely: (1) research and information collecting, (2) planning, (3)
develop preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) main product
revision, (6) main field test, (7) operational product revision.
In the limited preliminary field testing phase, the validation had done by a
lecturer and two history teachers in order to create a good testing product. The data
were gained by applying questionnaire and interview. The data analysis technique
was qualitative and quantitative.
The research result showed that the HOTS questions product is suitable to
use for validation. It is indicsted that the result of validation from lecturer and
history teacher claimed that the product "very good" with the score 4,39, and the
validation from 10 Senior High School of social science student claimed "good"
with the score of 4,21. The scoring is using one to five scale based on Penilaian
Acuan Patokan (PAP).
Key Words: Research and Development, HOTS questions, History Subject
On The Maritime Kingdoms During The Islamic Era Topics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat limpahan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengembangan Soal
Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Pokok Bahasan Kerajaan-
Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas XI IPS” dapat
diselesaikan oleh peneliti. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak
luput dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Y.R. Subakti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing
selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Brigida Intan Printina, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus dosen uji coba lapangan terbatas pada
R&D ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
membimbing selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan
banyak ilmu pengetahuan bagi peneliti selama ini.
7. Ibu Catharina Ginong Pratidhina, S.Pd., guru Sejarah SMA St. Louis IX
Sedayu, yang sudah berkenan memberi penilaian pada coba lapangan terbatas
produk dalam R&D ini.
8. Ibu Agatha Christy Leatemia, S.Pd., guru Sejarah SMA Citra Berkat Citra
Indah Cielungsi, yang sudah berkenan menguji coba lapangan terbatas produk
dalam R&D ini.
9. Mas Agus, selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang
selalu dengan sigap memberikan pelayanan administrasi kepada penulis.
10. Kedua orang tua tercinta, Papa Hendro dan Mama Rina, yang selalu
mendoakan serta mendukung peneliti selama proses penyunan skripsi.
11. Kedua adik yang terkasih, Vieri dan Bily, yang selalu menyemangati peneliti
selama proses penyusunan skripsi.
12. Sheroz Faisal Khan, yang tak kenal lelah mendoakan, memotivasi, serta terjun
langsung membantu peneliti untuk segera menuntaskan skripsi.
13. Para sahabat “Pertobatan” dan “Paseduluran Kantin Realino” yang senantiasa
memberi dorongan atas penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman Angkatan 2016 dari Program Studi Pendidikan Sejarah yang
kurang lebih 4 tahun sudah mau berdinamika bersama peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, serta
motivasi kepada peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
“Tiada gading yang tak retak”. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.
..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………...... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………. iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………. v
HALAMAN KEASLIAN KARYA……………………………… vi
LEMBARAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH. vii
ABSTRAK……………………………………………………….. viii
ABSTRACT……………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR…………………………………………… x
DAFTAR ISI……………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………... xvii
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………… 10
C. Batasan Masalah…………………………………………. 11
D. Rumusan Masalah………………………………………... 11
E. Tujuan Penelitian………………………………………… 11
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan…………………….. 12
G. Manfaat Penelitian……………………………………….. 12
BAB II: KAJIAN PUSTAKA……………………………………. 15
A. Kajian Teori……………………………………………… 15
1. Pembelajaran Abad 21……………………………….. 15
2. HOTS………………………………………………… 24
3. Pembelajaran Sejarah………………………………... 52
4. Hasil Penelitian yang Relevan……………………….. 60
5. Kerangka Pikir……………………………………….. 62
BAB III: METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN… 64
A. Jenis Penelitian…………………………………………… 64
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan………………….. 70
C. Setting Penelitian………………………………………… 75
D. Metode Pengumpulan Data………………………………. 75
1. Observasi……………………………………………... 75
2. Wawancara…………………………………………… 75
3. Kuesioner…………………………………………….. 76
E. Teknik Analisis Data…………………………………....... 78
1. Analisis data Kuantitatif…………………………....... 78
2. Analisis data kualitatif……………………………….. 80
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN………………………... 81
A. Hasil Penelitian…………………………………………... 81
1. Penelitian dan Pengumpulan Data…………………… 81
2. Perencanaan………………………………………….. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Pengembangan Draft Produk………………………… 84
4. Uji Coba Lapangan Terbatas………………………… 84
a. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Dosen …. 84
b. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I….. 91
c. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru II… 97
d. Rekapitulasi Uji Coba Lapangan Terbatas oleh
Dosen dan Guru…………………………………..
98
5. Penyempurnaan Produk Awal………………………... 99
6. Uji Coba Lapangan…………………………………... 114
7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan………… 116
B. Pembahasan………………………………………………. 129
BAB V: PENUTUP…………………………………..………….. 140
1. Kesimpulan…………………………………………... 140
2. Rekomendasi…………………………………………. 142
3. Saran…………………………………………………. 142
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 144
LAMPIRAN……………………………………………………… 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Perbedaan HOT dengan HOTS…………………………...... 25
Tabel 2: Kesetaraan Istilah terkait HOT dengan HOTS……………... 26
Tabel 3: Proses Kognitif sesuai Level Kognitif Bloom……………... 30
Tabel 4: KKO Ranah Kognitif………………………………………. 35
Tabel 5: Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Lapangan Terbatas oleh
Dosen dan Guru…………………………………………….
77
Tabel 6: Standar Penilaian Skala 5 berdasarkan Penilaian Acuan
Patokan ………………….....................................................
78
Tabel 7: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek
Materi ……………………………………………………...
87
Tabel 8: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek
Konstruksi………………………………………………......
88
Tabel 9: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek
Bahasa……………................................................................
89
Tabel 10: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen……. 89
Tabel 11: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek
Materi…………….................................................................
91
Tabel 12: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek
Konstruksi……………..........................................................
92
Tabel 13: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek
Bahasa……………................................................................
93
Tabel 14: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I……. 93
Tabel 15: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek
Materi…………….................................................................
95
Tabel 16: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek
Konstruksi……………..........................................................
95
Tabel 17: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek
Bahasa………………………………………………………
96
Tabel 18: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru
II………………………………………………………….....
97
Tabel 19: Hasil Rekapitulasi Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan
Guru………………………………………………………...
98
Tabel 20: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 13…………………........ 99
Tabel 21: Revisi Soal Uraian Nomor 1……………………………….. 106
Tabel 22: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………………….. 107
Tabel 23: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………………….. 107
Tabel 24: Hasil Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan……………… 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I: Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Proses
Berpikir……………………………………………
34
Gambar II: Bagan Membuat Keputusan menurut
McCammon………………………………………..
40
Gambar III: Alur Penyusunan Soal HOTS……………............... 51
Gambar IV: Kerangka Berpikir……………………………….... 62
Gambar V: Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D
menurut Borg&Gall………………………………...
66
Gambar VI: Alur Pembuatan Soal Sejarah Berbasis HOTS…… 74
Gambar VII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 1……………… 99
Gambar VIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 8……………… 101
Gambar IX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 10…………….. 101
Gambar X: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 13…………….. 101
Gambar XI: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 18…………….. 102
Gambar XII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 20…………….. 102
Gambar XIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 25…………….. 102
Gambar XIV: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 29…………….. 103
Gambar XV: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 30…………….. 103
Gambar XVI: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 34…………….. 103
Gambar XVII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 37…………….. 104
Gambar XVIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 39…………….. 104
Gambar XIX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 42…………….. 104
Gambar XX: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 50…………….. 105
Gambar XXI: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………… 105
Gambar XXII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 29…………….. 113
Gambar XXIII: Revisi Soal Pilihan Ganda Nomor 11……………… 116
Gambar XIV: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………….. 116
Gambar XV: Revisi Soal Uraian Nomor 2……………………….. 117
Gambar XXII: Revisi Soal Uraian Nomor 4……………………….. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan……………… 148
Lampiran 2: Kisi-kisi Soal Sejarah berbasis HOTS……………….. 151
Lampiran 3: Soal Sejarah Berbasis HOTS………………………… 160
Lampiran 4: Kunci Jawaban Soal Sejarah berbasis HOTS………... 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan keberlangsungan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas
pendidikannya. Sementara kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
kurikulum dan pembelajarannya. Kurikulum bukan semata-mata kumpulan
mata pelajaran, namun terlebih menjadi sarana reproduksi kultural. Artinya,
peran kurikulum tak hanya pada tugas transfer of knowledge, namun juga
meneruskan nilai-nilai kultural masyarakat pada generasi selanjutnya.
Kurikulum diwujudkan secara konkret melalui proses pembelajaran, yakni
aktivitas yang membuat seseorang memperoleh pengalaman belajar.1
Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan kurikulum, maka
praktek pembelajaran pun diwarnai kebaruan. Pembelajaran kekinian menurut
Kurikulum 2013 harus mengintegrasikan empat hal penting, yakni Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), keterampilan literasi, kompetensi pembelajaran
abad 21 yakni 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and
Problem Solving, dan Creativity and Innovation), serta HOTS (Higher Order
Thinking Skill). Harapannya, kelak siswa sungguh-sungguh siap untuk terjun ke
tengah masyarakat global yang kompetitif.
Secara khusus untuk bidang studi Sejarah dalam Kurikulum 2013 di
SMA dibedakan menjadi dua. Pertama, mata pelajaran Sejarah Indonesia yang
sifatnya wajib pada setiap jenjang untuk semua peminatan dan lebih
memfokuskan pada upaya penguatan pendidikan karakter. Harapannya setiap
lulusan mampu memiliki kesadaran sejarah yang tinggi dan nilai-nilai
1 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Gaya Media,
2018, hlm. viii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kebangsaan yang terinternalisasi dalam dirinya. Kedua, mata pelajaran Sejarah
untuk peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran Sejarah lebih
bersifat akedemis untuk penguasaan ilmu sehingga dapat dihasilkan bibit-bibit
penekun dan pengembang ilmu sejarah.2
Ruang lingkup kajian mata pelajaran Sejarah lebih luas, tidak hanya
menekankan pada sejarah nasional, namun juga menyentuh ranah sejarah
global. Pembelajaran Sejarah untuk peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
ini cocok untuk pengembangan keilmuan sejarah. Dari situ tidak hanya
kesadaran sejarah yang dibentuk, namun juga menghasilkan pula bibit-bibit
peminat sejarah hingga calon ilmuwan sejarah, peneliti sejarah, sejarawan,
maupun pendidik sejarah.3 Dalam konteks ini sejarah lebih dari sekedar sarana
penanaman nilai seperti yang diimplementasikan pada mata pelajaran Sejarah
Indonesia, namun dipelajari sebagai suatu disiplin ilmu. Sejarah merupakan
salah satu disiplin dalam ilmu pengetahuan yang mengkaji aktivitas manusia
sebagai individu, kelompok, atau masyarakat dalam konteks ruang dan waktu.
Sayangnya, baik guru mata pelajaran Sejarah maupun guru pengampu
Sejarah Indonesia, atau bisa diampu satu guru yang sama, kadang kurang
memahami esensi dari masing-masing mata pelajaran yang sebenarnya sangat
jauh berbeda ini, baik dalam arti strategis, ruang lingkup kajian, dan tujuan
pembelajaran. Kendati ada banyak kesamaan materi antara kedua mata
pelajaran ini, khususnya dalam materi sejarah nasional, model pembelajaran
2 Ibid., hlm.10. 3 Ibid., hlm.143.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang digunakan pada kedua mata pelajaran ini sudah seharusnya berbeda.
Namun, di kelas masih kerap kali ditemukan guru mata pelajaran Sejarah
Indonesia tidak ada bedanya dalam mengajarkan mata pelajaran Sejarah. Antar
guru sejarah, baik Sejarah Indonesia maupun Sejarah, tidak saling
berkoordinasi, sehingga terjadi kesamaan model pembelajaran antara kedua
mata pelajaran tersebut dan berakibat pada pengulangan materi. Siswa pun akan
merasa kebingungan karena merasa seperti mempelajari materi yang sama.
Contohnya, materi mengenai kerajaan Hindu, Budha, Islam di mata pelajaran
Sejarah Indonesia kelas X Semester II tentunya berbeda dengan materi kerajaan
maritim di Nusantara pada masa Hindu, Budha, dan Islam yang didapat anak
jurusan IPS kelas XI Semester I. Ketika mata pelajaran Sejarah Indonesia lebih
membahas satu per satu kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara, maka mata
pelajaran Sejarah akan lebih menyoroti mengenai kehidupan pada dalam
berbagai bidang/dimensi, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Itu
baru ditinjau dari segi materi yang diajarkan, padahal masih ada beberapa hal
yang perlu dicermati, misalnya dalam menentukan ranah afektif, kognitif,
maupun psikomotorik. Misalnya, ranah afektif tentunya lebih mendominasi
mata pelajaran Sejarah Indonesia karena memang output yang ingin dihasilkan
di sini ialah siswa yang wataknya terbentuk serta memiliki martabat dan sikap
cinta tanah air. Sedangkan pada mata pelajaran Sejarah, ranah kognitif lebih
berperan. Maka, dalam hal ini, baik guru Sejarah maupun Sejarah Indonesia
harus jeli memperhatikan tujuan dan ranah penilaian dari kedua mata pelajaran
sejarah dalam Kurikulum 2013 ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tak hanya terjadinya tumpang tindih materi antara mata pelajaran
Sejarah dan Sejarah Indonesia, pembelajaran sejarah acap kali mendapat
stereotype “pelajaran menghafal” karena metode mengajar guru yang terlalu
konvensional, hanya sekedar mempelajari fakta dan konsep. Guru sejarah akan
merasa berhasil jika mengetahui siswanya tahu dan hafal betul fakta atau konsep
sejarah. Padahal sekedar mengetahui fakta atau konsep sejarah bukan
merupakan suatu keunggulan yang diperhitungkan di abad 21 ini. Banyak
pendidik masih yang tetap mempertahankan paradigma lama, yaitu guru sentris,
materi oriented, dan lulus ujian negara. Hanya segelintir pendidik yang
menghayati semboyan bangsa Romawi kuno, “Non scholae sed vitae discimus”
(terjemahan bebasnya: “Kita belajar bukan untuk sekedar mendapatkan ijazah,
tetapi untuk bertahan hidup).4
Kendati satuan pendidikan sudah menggunakan Kurikulum 2013 yang
seharusnya pembelajaran berpusat pada siswa (student center) dan guru hanya
sebagai fasilitator, pada kenyataannya pembelajaran masih bersifat teacher
centered. Sebagian besar guru sejarah cenderung mengabaikan tuntutan
Kompetensi Dasar (KD), tetapi lebih mengacu pada buku pelajaran (paket),
meski buku pelajaran tersebut kurang sesuai dengan tuntutan KD. Hal ini
merupakan dampak dari keengganan guru sejarah beranjak dari sistem
pembelajaran konvensional “zona nyaman” yang mengedepankan gaya
4 J.R. Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajawali Pers, 2017, hlm. vi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bertutur, bercerita, atau ceramah.5 Guru sejarah masih menggunakan paradigma
konvensional, yaitu paradigma “guru menjelaskan-siswa mendengarkan”. 6
Artinya, guru hanya menjelaskan materi pembelajaran tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga
membelenggu kreatifitas berpikir siswa.
Demikian pula dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, sebagian
besar guru sejarah masih cenderung melaksanakan penilaian pada level kognitif
tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill/LOTS) dengan butir soal yang
menuntut perilaku ‘ingatan’. Penulisan butir soal yang mengukur perilaku
‘ingatan’ diyakini lebih mudah dalam penulisan soalnya, dan materi yang
ditanyakan diperoleh dari buku pelajaran. 7 Bila dilihat dari konteksnya
penilaian berpikir tingkat rendah sebagian besar menggunakan konteks di dalam
kelas dan sangat teoritis, serta jarang menggunakan konteks di luar kelas
sehingga tidak memperlihatkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh
di kelas dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.8
Sebaliknya, guru sejarah merasa enggan menulis butir soal yang
mengukur perilaku pada level berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS) yang mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan
5 Pi’I, “Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi pada Mata
Pelajaran Sejarah SMA”. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol.10,
No 2, 2016, hlm. 198. 6 Y.R. Subakti, Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2010, hlm.3. 7 Safari, Penulisan Butir Soal berdasarkan Penilaian berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Penilaian
Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2004, hlm.15. 8 I.W.Widana, Modul Penulisan Soal HOTS untuk Ujian Sekolah, Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016, hlm.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengkreasi. Hal ini disebabkan beberapa kesulitan, antara lain yaitu: (1)
menentukan perilaku yang akan diukur, (2) merumuskan masalah yang akan
dijadikan sebagai dasar pertanyaan (stimulus), (3) materi yang ditanyakan tidak
selalu tersedia dalam buku pelajaran, dan menuntut penalaran tingkat tinggi.
Akibatnya siswa selalu dikondisikan dengan pola ‘ingatan’ seperti
pembelajaran, mengerjakan PR, tugas-tugas yang selalu berpola pada
‘ingatan’9, meskipun KD yang akan dicapai pada level berpikir tingkat tinggi.
Hasil studi internasional PISA (Programme for International Student
Assessment) menyatakan bahwa siswa Indonesia prestasinya sangat
rendah dalam (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori,
analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.10
Penerapan pembelajaran konvensional dan penilaian yang hanya
mengacu pada penilaian level berpikir tingkat rendah seperti mengukur perilaku
‘ingatan’, berdampak pada kemampuan literasi siswa Indonesia di kancah
internasional menjadi sangat rendah. Penguatan materi diperlukan dengan
mengevaluasi ulang ruang lingkup materi dalam kurikulum dengan meniadakan
materi yang tidak esensial atau tidak relevan dengan kebutuhan siswa, serta
mempertahankan atau menambah materi yang dianggap penting. Termasuk
dalam proses pembelajaran kini dituntut perlunya implementasi keterampilan
belajar abad 21.11
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 secara prinsip dilakukan dengan
pendekatan saintifik dalam rangka memberi ruang bagi pembiasaan kecakapan
9 Safari, op.cit., hlm.15. 10 Widana, loc. cit. 11 Hendra, op.it., hlm.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berpikir ilmiah. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan
menemukan (sense of inquiry) dan berpikir kritis-kreatif. Proses pembelajaran
dapat diidentikkan dengan proses saintifik apabila berbasis pada bukti-bukti
dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik.12 Pendekatan saintifik ini memberi pengalaman belajar
pada siswa yang meliputi kegiatan mengamati (observing), menanya
(questioning), mengumpulkan informasi atau mencoba (experimenting),
menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating). Dalam implementasinya langkah-langkah ini dapat
disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran, bahkan diganti
dengan model pembelajaran yang digunakan. Dalam satu sintaks pembelajaran
juga tidak harus terdiri dari lima langkah pendekatan saintifik yang komplet dan
berurutan.13
Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai pada
tingkat metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan, sehingga salah satu komponen penting ialah
HOTS. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,
dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Melalui HOTS diharapkan berkembang kemampuan berpikir dalam
memspesifikasi aspek-aspek atau elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi
merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan
12 Ibid., hlm. 11. 13 Ibid., hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
fakta atau informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam
membangun gagasan atau ide-ide.14 Model pembelajaran berbasis HOTS sangat
cocok diterapkan dalam mata pelajaran sejarah supaya tidak lagi sekedar
mempelajari fakta dan konsep. Banyak peristiwa sejarah dalam materi yang
perlu dikaji sebab-musababnya dan apa akibatnya bagi orang banyak.
Penerapan HOTS dalam mata pelajaran sejarah bagaikan angin segar, tak lagi
membuat sejarah berkecimpung pada soal hafalan terkait nama dan tanggal,
namun mulai menggali soal kausalitas suatu peristiwa sejarah. Disini
pembelajaran sejarah berbasis HOTS berperan untuk menciptakan suatu
aktivitas pembelajaran yang kompleks, dimana siswa dilatih berpikir kritis dan
solutif untuk memecahkan masalah.
Hasil telaah butir soal yang telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan
SMA pada Pendampingan USBN tahun 2018/2019 terhadap 26 mata
pelajaran pada 136 SMA Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi,
menunjukkan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar
ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 SMA Rujukan, hanya 27
sekolah yang menyusun soal HOTS sebanyak 20% dari seluruh soal
USBN yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal HOTS di bawah 20%,
dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun HOTS
atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan tuntutan penilaian Kurikulum
2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model penilaian
HOTS15.
Tak dipungkiri menerapkan HOTS memang memiliki kesukarannya
tersendiri, baik untuk dipelajari maupun untuk dibelajarkan, namun
kegunaannya tidak diragukan lagi terutama dalam menghadapi abad 21. Tentu
saja sebagai alat ukurnya, guru dalam memberi evaluasi juga harus menguji
kemampuan berpikir tingkat tinggi pula. Soal HOTS bentuknya beragam dan
14 Ibid., hlm. 17. 15Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah Indonesia, Jakarta, hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengacu pada model pengujian PISA, yaitu pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks (benar/salah atau ya/tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban
singkat atau pendek, dan uraian.16
Kemendikbud telah menyisipkan sekitar 20% soal HOTS dalam
Ujian Nasional (UN) pada tahun pelajaran 2015-2016. Bahkan
untuk menghadapi Ujian Sekolah (US) SMA tahun pelajaran 2016-
2017 Kemendikbud telah menyusun modul penulisan soal HOTS.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap guru, termasuk guru sejarah
wajib melaksanakan penilaian hasil belajar dengan menggunakan
soal-soal HOTS untuk memenuhi tuntutan KD yang level
kognitifnya berpikir tingkat tinggi.17
Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengembangkan
produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS dalam bentuk soal pilihan
ganda dan uraian sebagai suatu produk yang layak digunakan untuk
pembelajaran sejarah di kelas. Kumpulan soal ini dapat digunakan oleh guru
baik untuk mengadakan ulangan harian, ujian tengah semester, maupun ujian
akhir semester, supaya soal-soal sejarah yang nantinya akan dikerjakan oleh
siswa tak hanya berkutat pada hafalan mengenai fakta dan konsep saja.
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih menekankan pada
pengembangan produk yang layak dengan judul “Pengembangan Soal Berbasis
HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah pada Pokok Bahasan Kerajaan-Kerajaan
Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas XI SMA”. Melalui soal
berbasis HOTS yang bersifat analisis maupun problem solving, diharapkan
16 Pi’i, op.cit., hlm.207. 17 Pi’i, op.cit., hlm.198.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pembelajaran sejarah tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep, namun
juga melatih siswa berpikir secara rasional, reflektif, dan independen.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di atas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut:
1. Guru masih kurang memahami esensi dan tujuan dari mata pelajaran
Sejarah dengan Sejarah Indonesia, sehingga berpengaruh pada metode
pembelajaran yang diterapkan.
2. Pembelajaran sejarah yang bersifat teacher center masih sangat kentara
karena guru masih bertahan dengan paradigma lama, yakni menggunakan
metode ceramah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan esensi
Kurikulum 2013 yang student center.
3. Motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah di kelas
rendah karena hanya berkecimpung pada soal hafalan.
4. Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru sejarah masih cenderung
melaksanakan penilaian pada level LOTS dan enggan melakukan penilaian
pada level HOTS karena merasa kesulitan dalam menyusun soal HOTS.
5. Soal sejarah berbasis HOTS dapat merangsang daya pikir kritis siswa yang
merupakan salah satu kompetensi yang diunggulkan pada abad 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada usaha
mengembangkan instrumen tes sejarah berupa 60 butir soal berbasis HOTS
yang terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal uraian berbasis
HOTS pada pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa
Islam yang merupakan materi mata pelajaran Sejarah Kelas XI Semester I pada
KD 3.2 untuk siswa kelas XI IPS.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
“Bagaimana produk pengembangan soal kognitif sejarah kelas XI IPS pada
pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam untuk
kelas XI IPS dalam pembelajaran sejarah?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam proses penelitian ini sebagai berikut:
Memaparkan produk pengembangan soal kognitif sejarah kelas XI IPS pada
pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam untuk
kelas XI SMA dalam pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang dihasilkan pada akhir dari penelitian ini berupa soal sejarah
berbasis HOTS pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim di Indonesia
pada Masa Islam untuk kelas XI IPS dengan spesifikasi produk yang dihasilkan
adalah sebagai berikut.
1. Berupa kumpulan soal mata pelajaran sejarah kelas XI semester I dengan
materi Kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam.
2. Soal berjumlah 60 butir yang terdiri atas 50 soal berbentuk pilihan ganda
dan 10 soal berbentuk uraian.
3. Terdapat kisi-kisi soal dimana indikatornya menggunakan kata kerja
operasional (KKO) dari ranah kognitif C4, C5, dan C6 yang diambil dari
Taksonomi Bloom yang telah direvisi, sehingga kumpulan soal sejarah ini
berbasis HOTS.
4. Terdapat kunci jawaban untuk soal pilihan ganda.
5. Terdapat pedoman penskoran untuk soal berbentuk uraian.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian tentang pengembangan soal berbasis HOTS
dalam mata pelajaran sejarah dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian mengenai pengembangan kumpulan soal sejarah
berbasis HOTS diharapkan dapat menjadi inspirasi pada peneliti lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
untuk mengkaji lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan
soal berbasis HOTS, khususnya pada mata pelajaran sejarah peminatan
untuk kelas XI IPS dalam materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di
Indonesia pada masa Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas
Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi (1)
Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, serta (3)
Pengabdian kepada Masyarakat.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menambah sumber
instrumen tes sejarah.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian yang menghasilkan sebuah produk berupa kumpulan
soal dengan materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada
masa Islam dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran yang dapat
diterapkan di kelas, sehingga dapat mempermudah guru sejarah dalam
memberi soal berbasis HOTS baik untuk ulangan harian, Ujian Tengah
Semester, maupun Ujian Akhir Semester, serta diharapkan mampu
mengasah berpikir kritis pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
d. Bagi Siswa
Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat menghasilkan kumpulan
soal untuk dijadikan salah satu sumber belajar dalam mata pelajaran
Sejarah dengan materi pokok kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia
pada masa Islam, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain
untuk mengembangkan kumpulan soal sejarah berbasis HOTS supaya
lebih baik lagi dari produk sebelumnya dengan melanjutkan tahapan
R&D model Borg & Gall yang belum diterapkan peneliti, yakni
operational field testing (uji kelayakan), final product revision (revisi
final hasil uji kelayakan), serta dissemination and implementation
(diseminasi dan implementasi produk akhir).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Abad 21
Berkembangnya teknologi dan informasi pada abad 21 membawa
pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya dalam bidang
pendidikan. Teknologi telah menghubungkan dunia melampaui batas-batas
geografis. 18 Dilihat dari aspek pendidikan Indonesia masih berada pada
tingkatan rendah. Oleh karena itu, pemerintah melalui Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan selalu melakukan pembaharuan dan inovasi pada bidang
pendidikan. 19 Kurikulum 2013 merupakan salah satu inovasi kurikulum.
Lahirnya Kurikulum 2013 menjawab pergeseran terhadap paradigma
pembangunan dari abad ke 20 memasuki abad ke 21.
Pada abad 21 manusia menjadi pelaku utama dalam pembangunan.
Manusia harus berusaha membangun peradaban yang lebih maju dan modern,
sehingga tidak berpusat pada pengelolaan sumber daya alam secara terus-
menerus. Namun, berpusat pada peningkatan sumber daya manusia, sehingga
menjadi manusia yang berpendidikan dan berpengetahuan serta beradab.
Harapannya dengan begitu manusia dapat mengelola sumber daya alam dengan
sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Manusia dituntut untuk memiliki
18 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2017,
hlm. 1. 19 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kompetensi di masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, berpikir
kritis, bertanggung jawab, menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, siap untuk bekerja sesuai dengan minat/bakat yang
dimiliki, dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Pemerintah berharap
nantinya para siswa dapat menjadi generasi penerus yang memiliki kompetensi
tersebut sehingga dapat membawa perubahan yang mengarah pada kemajuan
dan kesejahteraan bagi bangsa dan negaranya.
Model pembelajaran abad 21 mendorong siswa untuk mencari tahu lebih
banyak oleh sebab itu, siswa harus aktif untuk mencari tahu, bertanya, dan
mampu berpikir secara analitis serta dapat berkerjasama dalam menyelesaikan
sebuah masalah. Kehidupan pada abad 21 ditandai dengan berbagai
permasalahan yang kompleks maka, melalui model pembelajaran tersebut siswa
dilatih untuk mampu menyelesaikan sebuah permasalahan yang dialami dengan
menemukan solusi penyelesaian masalah dari pemikiran kritis, kreatif, dan
kemampuan dalam memecahkan masalah, serta mengambil sebuah keputusan.20
Guru sebagai tenaga pendidik yang profesional harus memenuhi
berbagai persyaratan kompetensi agar dapat melaksanakan tugas dan wewenang
secara mumpuni. Menurut International Society for Technology in Education,
karakteristik keterampilan guru abad 21 yang menjadi ciri utama adalah era
informasi yang dibagi ke dalam lima kategori:21
Mampu memfasilitasi serta menginspirasi belajar, kreatifitas siswa
20 Ibid., 17. 21Daryanto, Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2017, hlm.
3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan indikator sebagai berikut:
1) Mendorong serta memodelkan penemuan dan pemikiran yang kreatif
dan inovatif.
2) Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia, memecahkan masalah
menggunakan berbagai sumber informasi digital.
3) Mendorong siswa untuk melakukan refleksi dengan menggunakan
alat kolaboratif untuk menunjukkan dan mengklarifikasi pemahaman,
pemikiran, perencanaan konsepual dan proses kreatif siswa.
4) Memodelkan kontruksi pengetahuan dengan cara melibatkan diri
belajar dengan siswa, melalui aktivitas tatap muka atau lingkungan
virtual.
a. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessment era
digital dengan indikator sebagai berikut:
1) Merancang pengalaman belajar yang tepat dengan mengintegrasikan
alat dan sumber informasi digital untuk mendorong belaajar dan
kreativitas siswa.
2) Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi
sehingga siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam
menyusun tujuan, mengelola, dan mengukur perkembangan
belajarnya sendiri.
3) Melakukan personalisasi aktivitas belajar yang daapt memenuhi
gaya belajar serta kemampuan menggunakan alat dan sumber
informasi digital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4) Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi
sesuai dengan standar teknologi dan konten yang dapat memberikan
informasi yang berguna bagi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital dengan indikator
sebagai berikut:
1) Mahir dalam menggunakan sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
2) Berkolaborasi dengan siswa, teman sejawat, dan komunitas
menggunakan alat-alat dan sumber informasi digital untuk
mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.
3) Mengkomunikasikan pendapat secara efektif kepada siswa,
orangtua/wali siswa, dan teman sejawat dengan menggunakan aneka
ragam format media digital.
4) Memberi contoh dan memfasilitasi penggunaan alat-alat digital
untuk menganalisis, dan mengevaluasi, serta memanfaatkan susmber
informasi yang ada guna mendukung penelitian dan belajar.
c. Mendorong dan menjadi model tangggung jawab dan masyarakat digital
dengan indikator sebagai berikut:
1) Mendorong dan memberi contoh, serta mengajar secara sehat, legal,
dan etis dalam menggunakan teknologi informasi digital,
menghargai hak cipta, hak kekayaan intelektual, dan dokumentasi
sumber belajar.
2) Memenuhi kebutuhan pembelajar yang bervariasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa,
dengan memberikan akses yang memadai terhadap alat-alat digital
dan sumber informasi digital lainnya.
3) Mendorong serta memberi contoh etika digital dan tanggung jawab
interaksi sosial terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
4) Mengembangkan dan memberi contoh mengenai pemahaman
budaya dan kesadaran global melalui partisipasi dengan siswa dari
budaya lain menggunakan alat komunikasi dan kolaboratif digital.
d. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional,
dengan indikator sebagai berikut:
1) Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali
penerapan teknologi kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan
pembelajaran.
2) Menunjukkan kepemimpinan, berpartisipasi dalam pengambilan
sebuah keputusan bersama, mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.
3) Mengevaluasi serta merefleksikan penelitian maupun praktek
profesional terkait dengan penggunaan efektif dari pada alat-alat dan
sumber digital dengan tujuan mendorong keberhasilan
pembelajaran.
4) Berkontribusi terhadap efektivitas, vitalitas, serta pembaharuan diri
terkait dengan profesi guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Guru memiliki peranan yang penting dalam menghadapi
tantangan yang ada di abad 21, sehingga guru diharapkan dapat
melakukan proses pembelajaran yang bertumpu pada 4 pilar belajar yang
dianjurkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization), adapun ke-4 pilar tersebut sebagai berikut:22
a. Learning to know, yang berarti siswa disarankan untuk mencari
berbagi pengetahuan sebanyak-banyaknya, melalui berbagai
pengalaman yang dialami.
b. Learning to do, yang berarti interaksi disertai tindakan, siswa diajak
untuk ikut serta dalam memcahkan sebuah permasalahan yang ada
di lingkungan sekitar melalui tindakan nyata.
c. Learning to be, yang berarti pentingnya mendidik serta melatih
siswa agar dapat menjadi pribadi yang mandiri sekaligus
mewujudkan apa yang menjadi impian dan cita-cita.
d. Learning to live together, yang berarti menanamkan kesadaran
kepada siswa mengenai mereka yang merupakan bagian dari
kelompok masyarakat. Hal tersebut menjadikan mereka harus dapat
hidup bersama di tengah keberagaman suku, etnis, ras, agama, latar
belakang, dan lain sebagainya di Indonesia.
Berdasarkan tuntutan tersebut, guru didorong untuk berperan
aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga sebagai pendidik guru
diharuskan untuk bersikap tekun dalam pekerjaannya demi meningkatan
22ibid, hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kemampuannya sebagai seorang guru yang mumpuni. Berikut
merupakan beberapa poin penting yang harus dimiliki guru agar menjadi
tenaga pendidik yang aktif dan kreatif:23
a. Guru bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai hasil,
namun yang utama adalah sebuah proses.
b. Guru diharapkan mampu mengenal karakteristik para siswa yang
pada saat ini tengah berproses dan berkembang, baik dilihat dari cara
pemikirannya, perkembangan sosial, serta emosional atau
perkembangan moralnya.
c. Guru diharapkan memahami pendidikian sebagai sebuah proses
pembudayaan agar mampu memilih model belajar dan sistem
evaluasi yang dapat diterapkan.
d. Peranan guru berkaitan dengan aktivitas pembelajaran serta
administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan sudut
pandang psikologis.
Dalam hubunganya dengan aktivitas pembelajaran dan
administrasi. pendidikan, guru berperan sebagai:
a. Pengambil insiatif, pengarah, serta penilai pendidikan.
b. Wakil masyarakat di sekolah, hal itu berarti peran guru sebagai
pembawa suara serta kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
c. Seorang pakar dalam bidangnya, yakni menguasai bahan yang wajib
diajarkan.
23ibid, hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
d. Penegak disiplin merupakan peran guru sebagai penjaga siswa agar
melaksanakan kedisiplinan.
e. Pelaksana administrasi pendidikan yang berarti guru memiliki
tanggung jawab dalam mengarahkan perkembangan siswa sebagai
generasi masa depan Indonesia.
f. Penerjemah kepada masyarakat yang berarti guru memiliki peran
untuk menyampikan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan serta
teknologi kepada masyarakat.
Penataan serta perubahan Kurikulum 2013 dilakukan agar sistem
pendidikan nasional dapat mengikuti perkembangan zaman saat ini, dan
relevan serta kompetitif. Penataan dan perubahan tersebut berdasarkan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 35 dan 36 yang
menitikberatkan pada peningkatan Standar Nasional sebagai acuan
kurikulum secara berkala serta terencana. Pada implementasinya
Kurikulum 2013 menuntut guru agar mampu mengembangkan
pembelajaran dengan empat hal penting sebagai berikut:
a. Penerapan literasi di sekolah atau yang dikenal dengan GLS (Gerakan
Literasi Sekolah) harus terus-menerus dilakukan guna menumbuhkan
kesadaran siswa terhadap membaca dan menulis yang tidak hanya
dilakukan di sekolah saja melainkan dapat dilakukan dimana saja dan
sepanjang hayat. Literasi tidak hanya berkaitan dengan membaca dan
menulis namun, meliputi keterampilan berpikir menggunakan
sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
auditori.
b. Pembelajaran dengan mengintegrasikan PPK (Penguatan Pendidikan
Karakter) sangat diperlukan hal ini didasarkan pada kenyataan
kehidupan masyarakat saat ini sering kali terjadi dekadensi moral,
seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme,
kecurangan dalam ujian dan berbagai tindakan tidak baik lainnya.
Oleh sebab itu diperlukan penekanan karakter yakni, religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, serta integritas.
c. Keterampilan Abad ke 21 yang meliputi 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, serta
Creativity and Innovation), adalah bentuk antisipasi kurikulum
terhadap perkembangan teknologi serta implementasinya dalam
kehidupan masyarakat. Kemampuan 4C merupakan jenis soft skill
yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat
bermanfaat selain penguasaan hard skill.
d. HOTS (Higher Order Thinking Skill) merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Diharapkan dengan diterapkannya HOTS
siswa mampu mengajukan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
masalah, serta mampu memperoleh informasi yang relevan dan
memilah berbagai informasi yang ada, serta menalar informasi yang
telah dikumpulkan sehingga dapat menarik sebuah kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. HOTS (Higher Order Thinking Skills)
a. Konsep HOTS
HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan
pemahaman dan penguasaan siswa atas materi pembelajaran agar dapat
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
mampu memecahkan masalah (problem solving), serta mampu mambuat
keputusan (making decision) dalam setiap situasi.24 Menurut Lewis dan Smith,
berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika seseorang memiliki informasi yang
disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi yang baru, selanjutnya
menghubungkan atau menyusun dan mengembangkan informasi baru tersebut
untuk mencapai tujuan atau memperoleh jawaban maupun solusi yang mungkin
untuk suatu situasi yang membingungkan.25
Menurut John Dewey, keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan
proses berpikir sebagai rantai produktif yang bergerak dari refleksi ke inquiry,
kemudian proses berpikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan pada
penarikan sebuah kesimpulan yang diperkuat oleh keyakinan orang yang
berpikir. Tomei berpendapat bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
transformasi dan ide-ide. Transformasi terjadi ketika siswa menganalisa,
mensintesa atau menggabungkan fakta dan ide, menggeneralisasi, menjelaskan,
dan menarik kesimpulan atau interpretasi.26
24 Hatta Saputra. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global Penguatan Mutu
Pembelajaran dengan Penerapan Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills), Bandung: CV
SMILE’s Indonesia Institute, hlm. 92. 25ibid., hlm. 2. 26Loc.it.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Perlu dilihat dengan teliti bahwa keterampilan berpikir tingkat tingkat
tinggi (HOTS) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (HOT). Merujuk pada
taksonomi Bloom yang belum direvisi, berpikir tingkat tinggi (HOT) berkaitan
dengan kemampuan kognitif dalam hal menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi. Pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan
kemampuan menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Secara umum kemampuan analisis kompleks dan analisis sistem merupakan
bagian problem solving, sehingga tidak dinyatakan secara tersendiri dalam
elemen HOTS. Kemampuan berpikir logis dan evaluasi merupakan bagian dari
berpikir kritis, sehingga elemen utama HOTS dapat dibuat lebih sederhana.27
Jika dilihat kembali keterampilan tingkat tinggi (HOTS) mencakup
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Misalnya, dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, siswa diharuskan mampu menganalisis permasalahan yang ada,
memikirkan berbagai solusi alternatif, mengimplementasikan rencana
penyelesaian masalah, dan mengevaluasi metode dan solusi yang
diimplementasikan. Berikut ini merupakan tabel yang memuat perbedaan
anatara HOT dengan HOTS:28
Tabel 1: Perbedaan HOT dengan HOTS
HOT HOTS Analisa Berpikir Kritis
Evaluasi Berpikir Kreatif
Kreasi Problem Solving
Membuat Keputusan
27ibid., hlm. 3. 28ibid., hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Pada pemaparan sebelumnya telah dijelaskan mengenai di dalam
komponen HOTS terdapat komponen HOT. Sebagai contoh dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan siswa harus melakukan analisis
terlebih dahulu sehingga mampu memberikan evaluasi. Hal yang sama
terjadi pada kemampuan berpikir kritis atau membuat keputusan, siswa
berusaha untuk menalar, mempertimbangkan, menganalisis dan melakukan
evaluasi.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut menyebabakan para peneliti
membuat kesetaraan untuk membandingkan berbagai taksonomi dan istilah
yang terkait dengan HOTS dan HOT. Berikut ini merupakan tabel yang
memuat kesetaraan antara istilah yang digunakan oleh Haladyna, Webb,
Gagne, dan Bloom sesudah revisi oleh Anderson dan Krathwohl.
Tabel 2: Kesetaraan Istilah terkait HOTS dan HOT Haladyna Webb Gagne Bloom
(sesudah revisi)
Fakta Mengingat Informasi Mengingat
Konsep Tidak ada
Kesetaraan
Konsep Memahami
Prinsip, prosedur Aplikai dasar dari
keahlian/konsep
Aturan Mengaplikasikan
Berpikir Kritis Berpikir strategis Problem solving Menganalisis dan
Mengevaluasi
Kreativitas Berpikir lanjut Tidak ada
Kesetaraan
Berkreasi
Haladyna mengungkapkan mengenai kompleksitas berpikir dan
dimensi belajar dalam empat tatanan proses mental yang terdiri dari
memahami, menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan kreativitas, yang
dapat diimplementasikan pada jenis empat konten, yaitu fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur. Sedangkan pada taksonomi Webb, berpikir strategis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
berkaitan dengan kemampuan siswa menggunakan pemikiran yang logis
dan mengambangkan tahap-tahapan proses yang kompleks. Berpikir lanjut
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam melakukan pengumpulan
informasi yang memerlukan waktu untuk berpikir dan memproses suatu
permasalahan atau tugas ganda.29
Berpikir kritis merupakan cara bepikir konvergen sedangkan
berpikir kreatif merupakan cara berpikir divergen. Cara berpikir konvergen
merupakan sebuah proses dalam mengelola suatu informasi tertentu yang
dilihat dari berbagai sudut pandang untuk memperoleh kesimpulan. Cara
berpikir divergen merupakan hasil pengembangan pemikiran dari suatu
informasi menjadi beberapa gagasan/ide. Seorang yang mampu berpikir
kreatif dapat menghasilkan sebuah ide, konsep, maupun produk baru yang
berbeda dengan ide, konsep, atau produk yang telah ada sebelumnya. Maka,
kemampuan kritis dan kreatif ini dibutuhkan oleh setiap orang untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang kompleks.30
Dalam pembelajaran di kelas guru biasanya memberikan
permasalahan maupun soal yang dapat memicu keterampilan tingkat tinggi
(HOTS) pada siswa. Penyelesaian permasalahan yang kompleks tidak dapat
diselesaikan melalui ingatan sederhana, tetapi dibutuhkan implementasi
strategi dan proses tertentu. Misalnya, dalam pembelajaran yang berbasis
masalah atau Problem Based Learning. Permasalahan yang ada adalah
29ibid., hlm. 5. 30Loc.it.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
permasalahan yang autentik tidak terstruktur dengan baik sehingga
beberapa informasi perlu dicari tahu agar dapat menyelesaikan
permasalahan.31
Selain tes untuk mengukur kreativitas, keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) dapat diukur melalui tes pilihan berganda. Sugrue
mengumpulkan informasi terkait dari beberapa penelitian dalam
pembelajaran model Problem Based Learning, tiga format yang digunakan
untuk mengukur HOTS, yaitu:32
1) Memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal menjodohkan).
2) Membangkitkan (soal dengan jawaban singkat, essay, unjuk kerja).
3) Menjelaskan (memberikan alasan untuk sebuah pilihan atau
jawaban).
Dalam pembelajaran HOTS aktivitas belajar ditandai dengan siswa
aktif dalam berpikir, memformulasikan masalah, mengkaji permasalahan
kompleks, berpikir divergen dan mengembangkan ide, mencari informasi
dari berbagi sumber, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah secara
kreatif, dan berpikir analitik, evaluatif, serta membuat keputusan.33
HOTS dikembangkan dari revisi taksonomi Bloom oleh Anderson
dan Krathwohl. Taksonomi Bloom meliputi, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiga ranah ini harus diterapkan dalam pembelajaran sebab
ketiganya saling berkaitan. Jika salah satu ranah tidak diterapkan, maka
31Loc.it. 32ibid., hlm. 6. 33ibid., hlm. 62-70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
akan membuat siswa sulit mengembangkan potensi yang dimiliki.
Taksonomi Bloom berguna untuk membangun komunikasi dalam hal
pendidikan dan pembelajaran. Taksonomi Bloom digunakan untuk
mengolah definisi yang tepat dan klasifikasi untuk berbagi hal yang sama,
yaitu berpikir dan memecahkan masalah.34
HOTS dipicu oleh oleh empat kondisi, yaitu:35
1) Situasi belajar tertentu memerlukan strategi pembelajaran yang
spesifik.
2) Kecerdasan tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak
dapat diubah, tetapi kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu, lingkungan belajar, strategi, serta kesadaran
belajar.
3) Pemahaman pandangan yang bergeser unidimensi, linier,
hierarki, atau spiral menuju pemahaman pandangan ke
multidimensi dan interaktif
4) Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti
penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Resnick dalam Zamroni, mengungkapkan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan
materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan
34ibid., hlm. 94. 35Zamroni (dkk), Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudyaan, 2018, hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
membangun hubungan-hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang
paling dasar. 36 Keterampilan ini digunakan untuk menggarisbawahi
berbagai proses tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom. Bloom membagi
keterampilan ke dalam dua bagian yaitu, keterampilan tingkat rendah dan
keterampilan tingkat tinggi.
Pada keterampilan tingkat rendah, hal yang penting dalam sebuah
proses pembelajaran adalah mengingat (remembering), memahami
(understanding), serta menerapkan (applying). Keterampilan tingkat tinggi
mencakup keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi
(evaluating), serta mencipta (creating).
Ranah kognitif mencakup kemampuan siswa dalam mengulang atau
menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari dari proses
pembelajaran sebelumnya.37 Ranah kognitif pada dasarnya terbagi dalam
berbagai tingkatan, yang menjadi dasar taksonomi Bloom, seperti yang
dijelaskan dalam tabel berikut ini:38
Tabel 3: Proses Kognitif Sesuai Level Kognitif Bloom
Proses Kognitif Definisi
C1 L
O
T
S
Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari
Ingatan
C2 Memahami Membanguan arti dari proses pembelajaran,
komunikasi lisan, tertulis, dan gambar
C3 Menerapkan Melakukan/menggunakan prosedur di
dalam situasi yang tidak biasa
C4 H
O
T
S
Menganlisis Mengklasifikasikan materi dan
menentukan bagaimana bagian-bagian itu
terhubungkan antar bagian dan ke
struktur/tujuan keseluruhan
36ibid., hlm.5. 37ibid., hlm.6. 38Loc.it.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C5 Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan
kriteria/standar
C6 Mencipta Menempatkan unsur-unsur secara
bersama- sama membentuk keseluruhan
secara koheren/fungsional, menyusun
kembali unsur-unsur ke dalam
pola/struktur baru
Taksonomi Bloom setelah direvisi oleh Anderson Krathwohl
menambahkan dimensi pengetahuan sebagai berikut:39
1) Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisi komponen-komponen dasar yang harus
diketahui oleh siswa jika ia dikenalkan dengan suatu disiplin untuk
memecahkan masalah apapun di dalamya. Komponen ini dapat
berupa simbol-simbol yang memiliki kaitan dengan beberapa
referensi konkret yang menyampikan sebuah informasi penting.
Beberapa pengetahuan faktual muncul pada level abstraksi yang
relatif rendah. Dua bagian jenis pengetahuan faktual, yaitu:
a) Pengetahuan terminologi mencakup nama-nama, simbol verbal,
serta non-verbal tertentu seperti kata-kata, angka-angka, tanda-
tanda, dan gambar- gambar.
b) Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik
mengacu pada pengetahuan peristiwa, tempat, orang-orang,
tangga, sumber informasi, dan semacamnya.
2) Pengetahuan Konseptual
39ibid., hlm.7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pengetahuan konseptual mencakup skema-skema, model-model
mental, atau berisi teori-teori eksplisit dan implisit dalam model
psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual
meliputi tiga jenis:
a) Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori
meliputi kategori kelas, pembagian, serta penyusunan spesifik
yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.
b) Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin
ilmu akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena/
memecahkan masalah-masalah dalam disiplin ilmu.
c) Pengetahuan teori, model, serta struktur yang mencakup
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi bersama dengan hubungan-hubungan diantara
mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat
mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang
kompleks.
3) Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural yaitu mengenai melakukan sesuatu.
Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang
cukup rutin hingga memecahkan masalah baru. Pengetahuan
prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian
langkah-langkah yang akan diikuti mencakup pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
keahlian- keahlian, alogaritma-algoritma, teknik-teknik, serta
metode-metode secara kolektif disebut prosedur-prosedur.
4) Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai
kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan
dan pengetahuan mengenai kesadaran pribadi seseorang.
Penekanan terhadap siswa agar lebih sadar dan bertanggung
jawab untuk pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.
Perkembangan siswa akan lebih sadar dengan pemikiran
mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka
mengetahui kesadaran secara umum. Ketika mereka bertindak
dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih
baik.
Menurut Flavel, metakognitif yaitu kesadaran seseorang
tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai
kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati
tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan
berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan
menilai kemajuan belajar sendiri. Kegiatan-kegiatan
metakognitif meminta siswa untuk merefleksikan apa yang
mereka ketahui, apa yang mereka pedulikan dan apa yang
mereka bisa lakukan tidak hanya menolong siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
membangun kesadaran dirinya, melainkan memberi informasi
yang bernilai bagi guru.40
Sumber: https://bertema.com/konsep-berpikir-tingkat-tinggi-hots
Gambar I: Kombinasi Dimensi Pengetahuan
dan Proses Berpikir
Tingkat kemampuan berpikir dari sebuah pembelajaran dengan
membuat matrik sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang diinginkan. Pada
matrik hubungan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses berpikir,
untuk dimensi proses berpikir C1 s.d. C3 dengan seluruh dimensi
pengetahuan dan C1 s.d. C6 dengan dimensi pengetahuan faktual, masuk
kategori keterampilan berpikir tingkat rendah, sedangkan untuk C4 s.d. C6
untuk dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif
merupakan katagori HOTS.
KKO (Kata kerja operasional) yang digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan ranah kognitif Bloom sebagai berikut:41
40
Endang Indarini, Tri Sadono, dan Maria Evangeli Onate, Pengetahuan Metakognitif Untuk
Pendidik Dan Siswa, Yogyakarta, Satya Widya, 2013, Vol. 29, No.1. hlm 41. 41ibid., hlm.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 4: KKO Ranah Kognitif
Mengingat
(C1)
Memahami
(C2)
Mengaplikasi-
kan (C3)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluasi
(C5)
Mencipta (C6)
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mendaftar
Menunjuk-
kan
Memberi
label
Memberi
indeks
Memasang-
kan
Membaca
Menamai
Menandai
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduk-
si
Meninjau
Memilih
Mentabulasi
Memberi
kode
Memperkira-
kan
Menjelaskan
Menceritakan
Mengkatego-
rokan
Mencirikan
Merinci
Mengasosia-
sikan
Memban-
dingkan
Menghitung
Mengkon-
traskan
Menjalin
Mendiskusi-
kan
Mencontoh-
kan
Mengemukak
an
Mempolakan
Memperluas
Menyimpul-
kan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menggali
Mengubah
Memperta-
hankan
Mengartikan
Menerangkan
Menafsirkan
Memprediksi
Melaporkan
Membedakan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Menghitung
Membangun
Mencegah
Menentukan
Menggambar-
kan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemuka-
kan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mempersoal-
kan
Mengkonsep-
kan
Melaksanakan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Memecahkan
Melakukan
Mensimulasi-
kan
Mentabulasi
Memproses
Membiasakan
Mengklasifi-
kasi
Menyesuaikan
Mengoperasi-
kan
Meramalkan
Mengaudit
Mengatur
Menganimasi
Mengumpul-
kan
Memecahkan
Menegaskan
Menganalisis
Menyeleksi
Merinci
Menominasi-
kan
Mendiagrakan
Mengkorelasi-
kan
Menguji
Mencerahkan
Membagankan
Menyimpulkan
Menjelajah
Memaksimal-
kan
Memerintah-
kan
Mengaitkan
Mentransfer
Melatih
Mengedit
Menemukan
Menyeleksi
Mengoreksi
Mendeteksi
Menelaah
Mengukur
Membangun-
kan
Merasionalkan
Mendiagnosis
Memfokuskan
Memadukan
Membanding-
kan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertaha-
kan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memuji coba
lapangan
terbatas
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksi-
kan
Mengkritik
Mengarahkan
Memutuskan
Memisahkan
Menimbang
Mengumpul-
kan
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengkategori-
kan
Membangun
Mengkreasi-
kan
Mengoreksi
Merencanakan
Memadukan
Mendikte
Membentuk
Meningkatkan
Menanggulan-
gi
Menggenerali-
sasi
Menggabung-
kan
Merancang
Membatas
Mereparasi
Membuat
Menyiapkan
Memproduksi
Memperjelas
Merangkum
Merekonstruk-
si
Mengarang
Menyusun
Mengkode
Mengkombi-
nasi
Memfasilitasi
Mengkon-
struksi
Merumuskan
Menghubung-
kan
Menciptakan
Menampilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Menulis
Menyatakan
Menelusuri
Mengidenti-
fikasi
b. Tujuan HOTS
Tujuan utama dari HOTS adalah meningkatkan kemampuan
berpikir siswa pada level yang lebih tinggi. 42 Hal tersebut berkaitan
dengan kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan, berikut ini penjelasan mengenai
berpikir kritis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan.
1) Berpikir Kritis
Fiocione dalam Ridwan Abdullah Sani, mengungkapkan berpikir
kritis adalah proses untuk menentukan apa yang harus diyakini
dan dilakukan. Definisi yang dikemukakan oleh ini didukung
oleh pernyataan Norris yang menyatakan bahwa berpikir kritis
harus dilandasi dengan upaya mencari alasan, mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan, mencari alternatif
mempertimbangkan pandangan orang lain, yang diperlukan untuk
meyakini sebelum melakukan sesuatu. Berpikir kritis merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh siswa untuk menjadi tahu.
Melalui berpikir kritis siswa akan mencari tahu hal-hal yang
42 Hatta Saputra, op.cit., hlm 91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
belum diketahuinya dengan cara mengumpulkan berbagai
informasi dari berbagai sumber dan mencari alternatif lainnya
jika dirasa belum menemukan jawaban atas permasalahan yang
ada. Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa dengan
cara ceramah singkat, menelaah teks/informasi, kegiatan
penyelidikan di laboratorium, mengerjakan soal, dan menulis
makalah. Selain itu, melatih siswa untuk berpikir kritis dapat
dilakukan dengan meberikan teks atau menayangkan video yang
berisi informasi untuk ditelaah oleh siswa. Melatih siswa untuk
berpikir kritis sangat berguna bagi siswa ketika mengevaluasi ide
baru, memilih yang paling baik, dan melakukan penilaian yang
diperlukan.
Pembelajaran HOTS memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi
suatu permasalahan atau ketika menerima informasi. Pola
berpikir kritis memiliki peran penting dalam refleksi diri dan
memberi makna bagi kehidupan siswa. Seorang siswa yang
mampu berpikir kritis tidak akan mudah terpengaruh oleh
berbagai informasi negatif karena akan berusaha mencari
kebenaran dan merefleksikan nilai dan membuat keputusan yang
paling tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2) Berpikir Kreatif
Downing dalam Ridwan Abdullah Sani, mendefinisikan
kreativitas sebagai sebuah proses untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali
elemen tersebut. Di dalam sebuah kelas setiap siswa memiliki
pemikiran kreatif yang berbeda-beda. Pemikiran kreatif
berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang siswa
sesuai dengan ide kreatif yang dinyatakan. Menurut Howard
Gardener, ada dua jenis pengetahuan yang diperlukan untuk
menghasilkan kreativitas, yaitu:
a) Pengalaman mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu
yang membuat seseorang menjadi ahli.
b) Kemampuan mengkombinasikan elemen-elemen dengan
cara yang baru. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
pengetahuan yang mumpuni, sehingga mampu
mengembangkan kreativitas yang dimiliki.
Dalam proses pembelajaran di kelas guru dapat
memanfaatkan mind mapping untuk meningkatkan
kreativitas siswa. Menurut Tony Buzan, mind mapping
efektif digunakan untuk mengembangkan ide-ide baru atau
menganalisis sebuah permasalahan, sehingga dapat
membangkitkan kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3) Memecahkan masalah
Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdullah Sani
mendefinisikan bahwa memecahkan masalah (problem
solving) merupakan proses yang mencakup visualisasi,
asosiasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar,
analisis, sintesis, dan generalisasi, yang masing–masing
harus diatur dan dikoordinasikan. Mumford dalam Ridwan
Abdullah Sani, menguraikan model dalam memecahkan
masalah secara kreatif melalui delapan tahapan sebagai
berikut:
a) Identifikasi permasalahan
b) Memperoleh informasi
c) Menyeleksi konsep
d) Mengkombinasi konsep
e) Membangkitkan ide
f) Implementasi
Ketika siswa akan menyelesaikan masalah, maka siswa harus
mengetahui apa yang ditanyakan, selanjutnya siswa mencari
berbagai informasi yang relevan terkait dengan apa yang
ditanyakan. Guru dan siswa memikirkan konsep yang sesuai
terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Tahap
selanjutnya mengembangkan ide, hal ini dilakukan jika
permasalahan, informasi, dan konsep sudah diketahui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pengembangan ide ini didasarkan dari konsep, mengevaluasi
ide yang dipikirkan serta menerapkan penyelesaian masalah
tersebut. Proses monitoring harus dilakukan untuk
memeriksa kebenaran dari solusi penyelesaian masalah.
4) Membuat Keputusan
Dalam membuat keputusan, penetapan tujuan merupakan hal
yang paling penting. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan
informasi serta solusi alternatif. McCammon
mengungkapkan tahapan pengambilan keputusan sebagai
berikut:
a) Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan
tujuan.
b) Tahap kedua mencari informasi yang relevan kemudian
siswa mengembangkan alternatif yang akan digunakan.
c) Tahap ketiga adalah memilih dan menerapkan alternatif
yang telah dipilih untuk membuat sebuah keputusan.
Gambar II: Bagan Membuat Keputusan
menurut McCammon
Membandingkan
Alternatif
Menentukan
Tujuan
Memperoleh
Informasi
Memutuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c. Penilaian HOTS
Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran
HOTS. Tugas guru bukan hanya melakukan penilaian HOTS, melainkan
juga harus mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih
siswa untuk memiliki ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan ketrampilan tingkat tinggi yang
lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi adalah
sebagai berikut.
1) Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.
2) Merencanakan tugas yang menuntut siswa untuk
menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka
miliki.
3) Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti
peningkatan pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah
ditunjukan dalam proses.
Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:
1) Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya
dalam bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau
masalah (kasus).
2) Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas
di kelas, dan bukan pertanyaan hanya untuk proses
mengingat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3) Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang,
atau sulit) dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan
berpikir tingkat tinggi).
Penilaian pengetahuan berpikir tingkat tinggi bermanfaat untuk
mengukur kemampuan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif), dan dimensi proses berpikir dari tingkat
rendah sampai tinggi. Dalam kaitannya dengan dimensi proses berpikir
“memahami” semula berada di level berpikir tingkah menengah (Middle
Order Thinking Skills/MOTS) yang disebut level 2 (aplikasi) diturunkan
posisinya ke level berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking
Skills/LOTS) yang disebut Level 1 (pengetahuan dan pemahaman). Level
kognitif Pusdiklat tersebut digunakan sebagai rambu-rambu penyusunan
kisi-kisi Ujian Nasional tahun 2015/2016.43
1) Level 1 (pengetahuan dan pemahaman) merupakan level berpikir
tingkat rendah (Low Order Thinking Skills/LOTS) yang
mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan
pemahaman (C2). Penilaian pada level 1 ini untuk mengukur
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Pada dimensi
proses berpikir pengetahuan (C1) menuntut kemampuan
mengingat, menghafal, mendaftar, mengulang, menirukan,
menyebutkan, dan lain-lain. Sedangkan, dimensi proses berpikir
43 Widana, op.cit., 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pemahaman (C2) menuntut kemampuan menjelaskan,
mengklasifikan, membedakan, menerjemahkan, menguraikan,
mengartikan, melaporkan, dan lain-lain.
2) Level 2 (aplikasi) merupakan level berpikir tingkat menengah
(Middle Order Thinking Skills/MOTS) yang hanya mencakup
dimensi proses berpikir mengaplikasikan (C3). Penilaian pada
level ini untuk menggunakan dan menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Pada dimensi proses berpikir
mengaplikasikan (C3) menuntut kemampuan menerapkan,
menggunakan, menentukan, menghitung, dan lain-lain.
3) Level 3 (penalaran) merupakan level berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skills/HOTS). Penilaian pada level
penalaran adalah penilaian yang menuntut kemampuan menalar,
berpikir logis dan kreatif, serta kemampuan menginterpretasi,
mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer
konsep satu ke konsep lain. Penilaian pada level 3 (penalaran)
mengukur pengetahuan metakognitif, tidak sekedar mengukur
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Penilaian
penalaran mencakup dimensi proses berpikir, menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses
berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan menspesifikasi
aspek-aspek atau elemen, menguraikan, mengorganisir,
membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Dimensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan
menyusun hipotesis memecahkan (masalah), merefleksi,
mengkritik, membuktikan, memprediksi, menilai, menguji,
membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan, pada dimensi
proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah.44
Kemampuan yang akan dicapai pada masing-masing
ranah/dimensi proses berpikir di atas sekaligus dapat pula digunakan
sebagai KKO dalam penulisan indikator soal pada ranah yang
bersangkutan.
d. Soal HOTS
Dewasa ini, banyak siswa maupun guru yang memiliki persepsi
bahwa soal HOTS merupakan soal yang sulit. Padahal soal yang sulit
belum tentu termasuk dalam kategori soal HOTS, demikian pula
sebaliknya bahwa soal HOTS belum tentu itu sulit. Kenyataannya, baik
itu soal LOTS, MOTS, maupun HOTS memiliki rentang tingkat kesulitan
yang sama, dari yang mudah, sedang, hingga sukar/sulit. Dengan
demikian soal yang berbasis LOTS hingga HOTS tersebut bisa memiliki
tingkat kesukaran soal dari mudah hingga sukar. Soal yang sulit belum
tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya “Difficulty isn’t the same as
44 Ibid., hlm.14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
the Higher Order Thinking.” Sebagai contoh, untuk mengetahui arti
sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang
mampu menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab
permasalahan tersebut tidak termasuk HOTS. Sebaliknya sebuah soal
yang meminta siswa untuk menganalisis dengan melakukan
pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik bukan merupakan soal
yang sulit untuk dijawab oleh siswa. Tingkat kesukaran (mudah v.s.
sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingkat rendah v.s. berpikir
tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda.
Kesalahpahaman interpretasi jika LOTS itu mudah dan HOTS itu
sulit nyatanya dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Implikasi dari
kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan untuk memberikan
atau membiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena
siswanya belum siap dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan
tugas yang bersifat drill saja.45
e. Peran Soal HOTS dalam Penilaian Hasil Belajar
Peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar siswa difokuskan
pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada
KI 3 dan KI 4. Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan
45Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
butir soal HOTS secara proporsional. Berikut peran soal HOTS dalam
penilaian hasil belajar:46
1) Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad 21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang
dilaksanakan oleh sekolah diharapkan dapat membekali
siswa untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan
pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok
kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century
skills) yaitu:
a) memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas)
b) memiliki kemampuan 4C (critical thinking, creativity,
collaboration, dan communication)
c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir
menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam
bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Penyajian soal-
soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih
siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya
sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas.
Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS,
keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
46Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning
self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan
menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari (problem-solving).
2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
(local genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif
oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya
masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan
stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan
satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan
yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai
stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih
oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik
karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh
siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam
penilaian hasil belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan
cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.
Sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di
daerahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3) Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab
tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang
dipelajari di dalam kelas hendaknya terkait langsung dengan
pemecahan masalah di masyarakat. Dengan demikian siswa
merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam
kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat
dapat dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam
penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga
munculnya soal-soal berbasis soal-soal HOTS, diharapkan
dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah
yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang
hayat.
4) Meningkatkan mutu dan dan akutabilitas penilaian hasil
belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat
memberikan informasi yang akurat terhadap kemampuan
peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS dapat meningkatkan
kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas
pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah
menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan
masyarakat kepada sekolah. Pada Kurikulum 2013 sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis,
mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat
menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan
KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi, dapat meningkatkan
mutu penilaian hasil belajar.
f. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal
menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang
akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Pilih materi yang akan
ditanyakan menuntut penalaran tinggi, kemungkinan tidak selalu
tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal
HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis
soal, dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal yang menarik
dan kontekstual.
Berikut merupakan langkah-langkah dalam penyusunan soal
HOTS:47
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS
Terlebih dahulu guru/penulis soal memilih KD yang hendak
dibuat menjadi soal HOTS. Hal ini karena tidak semua KD
dapat dibuatkan menjadi model soal HOTS. Guru/penulis
47ibid., hlm.11-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
soal memilih KD yang memuat KKO pada ranah C4, C5, dan
C6. Guru maupun penulis soal dapat secara mandiri atau
melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap
KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS.
2) Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal HOTS bertujuan untuk membantu
guru dalam menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut
diperlukan untuk memandu guru dalam menentukan
kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat menjadi
soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan KD
yang akan diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan
level kognitif.
3) Merumuskan stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus
harus dapat mendorong siswa untuk membaca stimulus.
Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca
oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan
stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
memotivasi siswa untuk membaca.
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Penulisan butir soal ditulis sesuai dengan kaidah penulisan
butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dasarnya hampir sama dengan kaidah penulisan soal pada
umumnya. Perbedaanya tereltak pada aspek materi, dimana
materi harus disesuaikan dengan karakteristik soal HOTS
yang berkaitan, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa
relatif sama.
5) Membuat pedoman penilaian atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan
pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran
dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban
dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda dan isian singkat.
Sumber: https://www.fisikane.web.id/2019/08/langkah-penyusunan-soal-
hots.html
Gambar III: Alur Penyusunan Soal HOTS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3. Pembelajaran Sejarah
a. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah merupakan suatu pembelajaran yang secara tidak
langsung berusaha untuk memahami pola dan tindakan manusia yang sesuai
dengan cara pandang serta penilaian masyarakat pada masa lalu, materi yang
diajarkan harus berifat kronologis dan siswa juga dituntut untuk berpikir secara
runtut, sistematis, dan memahami hukum kausalitas.48
b. Prinsip Pembelajaran Sejarah
Proses pembelajaran terutama pada pembelajaran sejarah pada satuan
pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Oleh sebab itu
setiap satuan pendidikan diaharuskan untuk melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Dalam melakukan pembelajaran, guru perlu memerhatikan prinsip-
prinsip pembelajaran sebagai berikut:49
a. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu;
48Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 60. 49Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah Indonesia, Jakarta, hlm. 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar;
c. Dari pendekatan tekstual menuju pendekatan proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard
skills) dan keterampilan mental (soft skills);
i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat;
j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (Ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (Ing
madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran (Tut wuri handayani);
k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
l. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa.
c. Tujuan Pembelajaran Sejarah
Mata pelajaran Sejarah memiliki tujuan sebagai berikut:50
1. Mengembangkan pengetahuna dan pemahaman mengenai
kehidupan masyarakat dan bangsa Indoensia serta dunia melalui
pengalaman sejarah bangsa Indonesia dan bangsa lain.
2. Mengembangkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan penghargaan
kritis terhadap hasil dan prestasi bangsa Indonesia dan umat manusia
di masa lalu.
3. Membangun kesadaran tentang konsep waktu dan ruang dalam
berpikir kesejarahan.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir sejarah (historiccal
thinking).
5. Keterampilan sejarah, dan wawasan terhadap isu sejarah, serta
menerapkan kemampuan, keterampilan dan wawasan tersebut dalam
kehidupan masa kini.
6. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai dan moral
yang mencerminkan karakter diri, masyarakat, dan bangsa.
50Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
7. Menanamkan sikap berorentiasi kepada kehidupan masa kini dan
masa depan berdasarkan pengalaman masa lampau.
8. Memahami dan mampu menangani isu-isu kontroversial untuk
mengkaji permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.
9. Mengembangkan pemahaamn internasional dalam menelaah
fenomena aktual dan global.
d. Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Evaluasi pembelajaran seperti yang terkandung dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57
menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 51 Stufflebem dan
Shinkifield menuturkan bahwa evaluasi berperan sebagai penilaian yang
sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. 52 Lebih jauh lagi,
Mehrens dan Lehmann mendefinisikan evaluasi secara luas sebagai proses
merencanakan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk mengambil sebuah keputusan berdasarkan penilaian yang
telah dilaksanakan.53
Dalam bahasa Inggris istilah penilaian dikenal dengan istilah
evaluation. Penilaian memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
51Ari Pudjiastuti, Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills Program Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi, Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 1. 52Widanarto Prijowunto, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Sanata Dharma Univerity Press,
2016, hlm.5. 53Loc.it.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pembelajaran. Evaluasi merupakan proses dari sebuah penilaian yang dilakukan
untuk memperoleh informasi. Informasi ini diperoleh melalui pengukuran.
Menurut Cangelosi dalam Daryanto, pengukuran merupakan sebuah proses
pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi relevan dengan tujuan yang sudah ditentukan.
Informasi yang didapat akan digunakan untuk mengambil sebuah keputusan.
Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa mencakup beberapa aspek
yaitu, aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Bentuk Penilaian
Penilaian mata pelajaran sejarah sama halnya dengan mata pelajaran lain
pada kurikulum 2013. Penilaian tersebut meliputi:
a. Penilaian sikap dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran khususnya dalam
penelitian ini sejarah.
b. Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif, keterampilan psikomotorik, dan internalisasi nilai serta
kebiasaan dalam ranah afektif. Pengetahuan yang dihasilkan
kemampuan kognitif dapat berupa pengetahuan hafalan dan dapat pula
berupa pengetahuan yang digunakan (working knowledge).
Pengetahuan berupa hafalan hanya memerlukan pengetahuan kognitif
pada tingkat mengingat (recall=remember). Pengetahuan yang dapat
digunakan memerlukan pengetahuan kognitif pada tingkat memahami
(understand) dan tingkat-tingkat di atasnya. Pengetahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
digunakan juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif
pada tingkat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi,
dan menghasilkan sesuatu yang baru. Penilaian pengetahuan sendiri
dapat dilakuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.54
c. Penilaian keterampilan dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai kemampuan siswa menerapkan pengetahuan yang dimiliki
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Penilaian dilakukan untuk mengevaluasi proses, kemajuan belajar
dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. 55 Kegiatan
mengukur, menilai, serta mengevaluasi merupakan suatu siklus yang saling
berkaitan, pengukuran dan penilaian adalah tahapan pertama dalam proses
evaluasi yang dilakukan.
2. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu, fungsi hasil belajar
dan fungsi evaluasi program pengajaran.56
a. Fungsi Hasil Belajar
1) Fungsi Formatif
Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran dapat
memberikan informasi berupa umpan balik baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru, umpan balik dapat digunakan
sebagai perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan. Bila
54 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 16. 55Ari Pudjiastuti, op.cit, hlm. 5. 56Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012, hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ditemukan kompetensi dasar dan standar kompetensi belum
dicapai maka akan dilakukan perbaikan.
2) Fungsi Sumatif
Tes sumatif dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun
ajaran. Sebagai hasilnya maka akan diketahui sejauh mana
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dicapai.
Maka dapat diambil keputusan misalnya, naik atau tidak naik
kelas, dan laporan kemajuan hasil belajar dapat diberikan
kepada orang tua/ wali siswa.
3) Fungsi Diagnostik
Evaluasi dapat mengungkap kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dengan diketahuinya
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa maka program
perbaikan dapat dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan. Selain itu, evaluasi dapat dipakai untuk
megungkapkan pengetahuan maupun keterampilan dasar yang
dipakai sebagai titik dari dimulainya sebuh proses pengajaran
yang akan dimulai.
4) Fungsi Selektif
Evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi masukan (input)
guna disesuaikan dengan ruangan, tempat duduk maupun
fasilitas lain yang sudah tersedia. Jika dihubungkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
masalah bakat yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk
tujuan pemilihan bakat siswa.
5) Fungsi Motivasi
Evaluasi membuat para siswa termotivasi untuk belajar lebih
giat dan serius sebab dengan begitu mereka dapat menunjukan
kemampuan yang dimiliki. Tujuan evaluasi adalah untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan sampai
dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran.57 Pelaksanaan proses
pembelajaran sejarah harus dievaluasi secara menyeluruh
yaitu, dengan melakukan evalusi terhadap kualitas proses dan
hasil belajar siswa. Hasil pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh kualitas proses pembelajaran.58
Evaluasi pembelajaran sejarah yang dilakukan tidak hanya mencakup
kecakapan akademik saja melainkan juga mencakup kesadaran akan sejarah dan
nasionalisme. Kualitas pembelajaran tergantung dari kinerja guru dalam
mengajar, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, iklim kelas, sikap, dan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan guru dalam mengajar
adalah bentuk dari kinerja guru dalam mengajar. Kegiatan siswa di kelas adalah
bentuk dari sikap dan motivasi. Materi pembelajaran yang representatif,
didukung dengan metode pembelajaran yang sesuai, sarana dan prasarana yang
57Ari Pudjiastuti, op.cit, hlm. 8. 58 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Ombak, 2011, hlm. 131.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
memadai, dan iklim kelas yang kondusif akan membawa pengaruh pada sikap
dan motivasi belajar siswa serta kinerja.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti didukung oleh penelitian
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Permata Sari dari Universitas Sanata
Dharma yang berjudul “Pengembangan Soal Tes HOTS pada Materi
Pengukuran untuk Siswa Kelas VI SD”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa seluruh butir soal dinyatakan valid, hasil analisis reliabilitas soal
menunjukkan angka 0,92 termasuk dalam kategori “sangat tinggi”, hasil
analisis daya pembeda soal masuk dalam kategori “baik” dengan persentase
sebesar 80% dan 20% pada kategori “cukup”, hasil analisis tingkat
kesukaran soal dikategorikan “sukar” yang menunjukkan persentase sebesar
18% dan “sedang” sebesar 87%.
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian, yakni R&D,
dan sama-sama mengembangkan soal berbasis HOTS. Perbedaannya
terdapat pada mata pelajaran, yaitu matematika, dengan materi pengukuran
untuk siswa kelas VI SD, sedangkan peneliti pada mata pelajaran sejarah
dengan topik kerajaan-kerajaan maritim di Nusantara pada masa Islam
untuk siswa kelas XI SMA.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiscus Rinto Abriantoro dari Universitas
Sanata Dharma yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berbasis HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X
Akuntansi SMK”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor uji
coba lapangan terbatas uji coba dari bahasa sebesar 54 dengan kategori
“Sangat Baik”, sedangkan total rata-rata skor dari ahli materi sebesar 67,225
dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil analisis dari program Quest diperoleh
mean INFIT MNSQ 0,99 dan SD 0,8. Soal yang paling sukar, yaitu item
nomor 8,9, 12, 15, 18, 20, 26, dan 33, sedangkan yang paling mudah item
nomor 35 dan 37. Berdasarkan analisis 40 item tersebut fit atau cocok
dengan model Rasch dengan batas penerimaan 0,77 sampai 1,33. Oleh
kerena, disimpulkan bahwa soal pada kompetensi dasar menerapkan buku
jurnal layak menjadi instrumen penilaian bagi guru dalam pembelajaran.
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan instrumen tes
sebagai bahan evaluasi berbasis HOTS dan jenis penelitian, yaitu
penggunaan model R&D. Perbedaannya terletak pada mata pelajaran;
Fransiscus Rinto Abriantoro untuk mata pelajaran Akuntasi Kelas X,
sedangkan peneliti untuk mata pelajaran Sejarah Kelas XI.
Dari paparan yang telah dijelaskan di atas mengenai persamaan
penelitian yang relevan dengan peneliti dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa,
pengembangan soal sejarah berbasis HOTS pada pokok bahasan Kerajaan-
kerajaan Maritim di Nusantara pada Masa Islam untuk siswa kelas XI SMA
belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga peneliti memiliki inovasi untuk
mengembangkan soal sejarah berbasis HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. Kerangka Pikir
Salah satu faktor diterapkan dan dikembangkannya Kurikulum 2013 di
Indonesia tak lain untuk memfasilitasi siswa pada abad 21 yang diharapkan
dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam implementasi
Kurikulum 2013 guru dituntut untuk mengembangkan pembelajran dengan
substansi sebagai berikut (1) PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), (2)
Gerakan literasi di sekolah atau yang lebih dikenal dengan GLS (Gerakan
Literasi Sekolah), (3) Keterampilan 4C (Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation), dan (4)
Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Dalam pembelajaran sejarah diperlukan kemampuan berpikir tingkat
tinggi atau yang dikenal HOTS yang bertujuan untuk melatih siswa agar dapat
berpikir kritis, berpikir kreatif dan inovatif, serta memiliki kemampuan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan, memiliki kemampuan dalam
mengaitkan pengetahuan yang didapat dengan pengetahuan baru, dapat
menciptakan sebuah produk, dan dapat berpikir reflektif sehingga mampu
memaknai setiap nilai-nilai yang terkandung dalam materi sejarah untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapan HOTS perlu dilakukan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran yang dilakukan adalah evaluasi yang berbasis HOTS.
Evaluasi yang dilakukan oleh guru meliputi penilian terhadap pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), keterampilan (psikomotor). Pada penerapan evaluasi
berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah akan baik itu persepsi dari guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
maupun siswa. Pengembangan soal Sejarah berbasis HOTS pada pembelajaran
sejarah.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar IV: Kerangka Pikir
Pembelajaran
Abad 21
Kurikulum 2013 HOTS
Mengembangkan
soal sejarah
berbasis HOTS
Evaluasi
Pembelajaran
Sejarah di kelas
Pembelajaran
Sejarah di kelas
Produk berupa
soal sejarah
berbasis HOTS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian pengembangan soal tes ini menggunakan jenis penelitian
pengembangan atau R&D (Research and Development). Materi yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah materi Kerajaan-kerajaan Maritim di
Nusantara pada Masa Islam mata pelajaran Sejarah semester ganjil kelas XI SMA.
Penelitian ini akan mengembangkan materi belajar dalam bentuk soal tes yang
bertujuan untuk meningkatkan cara berpikir siswa dalam menjawab soal yang
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas XI SMA. Menurut
Borg dan Gall, yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan
dijelaskan sebagai berikut:59
“Educational research and development is a process used develop and
validate educational product. The steps of this process are usually referred
to as the R&D cycle, which consists of studying research findings pertinent
to the product to be developed, developing the product based on the finding,
field testing it in the setting where it wil be used eventually, and revising it
to correct the deficiencies found in the field testing stage. In indicate that
product meets its behaviorally defined objectives.”
Terjemahan uraian tersebut adalah “penelitian dan pengembangan bidang
pendidikan (R&D) adalah suatu proses yang yang digunakan untuk
mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan. Langkah-langkah
dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai siklus R&D, yang terdiri dari:
59 http://adipwahyudi.blogspot.com/2011/01/model-penelitian-pengembangan-borgand.html,
diakses tanggal 07 Oktober 2020 pukul 00.00 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan,
mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang
dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil
uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan
pengembangan yang dilakukan mempunyai objektivitas.
Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’,
yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Selain untuk mengembangkan dan memuji coba lapangan terbatas
hasil-hasil pendidikan, research and development juga bertujuan untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan khusus tentag masalah-masalah yang bersifat praktis
melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktek-praktek
pendidikan.60
60 W.R. Borg & M.D. Gall, Educational Research: An Introduction, Fifth Edition, New York:
Longman, 1989, hlm. 782.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Menurut Borg dan Gall, pendekatan R&D dalam pendidikan meliputi
sepuluh langkah. Adapun bagan langkah-langkah penelitiannya seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.61
Gambar V: Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development
(R&D) menurut Borg dan Gall
Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan data)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka,
studi literatur, penelitian skala kecil, dan standar laporan yang dibutuhkan.
a. Analisis kebutuhan
Ada beberapa untuk melakukan analisis kebutuhan, yaitu: 1)
Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang
penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki
61 Ibid., hlm. 783-795.
Research
and information
collection
Planning
Develop
preliminary of
product
Preliminary
field testing
Main product
revision Main field test
Operational
product revision
Operational
field test
Final product
revision
Dissemination
and
implementation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang akan
mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk
mengembangkan produk tersebut cukup?
b. Studi pustaka, studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara
terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini
dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain
yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang
direncanakan.
c. Penelitian skala kecil
Pengembang seringkali mempunyai pertanyaan yang tidak
bisa dijawab dengan mengacu pada research belajar atau teks
profesional. Oleh karenanya, pengembang perlu melakukan riset
skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan
dikembangkan.
2. Planning (perencanaan)
Setelah melakukan penelitian awal, pengembang dapat melanjutkan
langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencanaan penelitian
R&D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana,
tenaga, dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk
partisipasinya dalam penelitian.
3. Develop preliminary of product (pengembangan draft produk)
Langkah ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan
dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana
penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3)
menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan
deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4. Preliminary field test (Uji coba lapangan terbatas)
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini
meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2)
bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3)
uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh
desain layak, baik substansi maupun metodologi.
5. Main product revision (penyempurnaan produk awal)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarkan uji
lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah
dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan
produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga
perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
6. Main field test (uji coba lapangan)
Langkah ini merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini
meliputi: 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas
desain yang pada umumnya menggunakan teknik eksperimen model
pengulangan; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif,
baik dari sisi substansi maupun metodologi.
7. Operational product revision (penyempurnaan produk hasil uji
lapangan)
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji
lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan
produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk
yang kita kembangkan. Selain perbaikan yang bersifat internal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil, sehingga
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8. Operational field test (uji kelayakan)
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1)
melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas
dan adaptabilitas desain produk melibatkan para calon pemakai produk; 3)
hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik
dari sisi substansi maupun metodologi.
9. Final product revision (penyempurnaan produk akhir)
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang
dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih
akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan
suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggunjawabkan. hasil
penyempurnaan produk akhir memiliki nilai ‘generalisasi’ yang dapat
diandalkan.
10. Dissemination and implementation (diseminasi dan implementasi
produk akhir)
Laporan hasil dari R&D melalui forum-forum ilmiah ataupun
melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui
quality control.
Teknik analisis data, langkah-lang kah dalam proses penelitian dan
pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran R&D menurut Borg dan
Gall terdiri atas:
a. meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
b. mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, uji lapangan;
c. mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba
lapangan.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Pada penelitian ini, tahapan langkah R&D menurut Borg and Gall tidak
digunakan secara menyeluruh dikarenakan situasi pandemi tidak memungkinkan
untuk menerapkan kesepuluh langkah R&D menurut Borg and Gall. Penelitian ini
hanya menggunakan langkah R&D dari tahap satu sampai dengan tahap tujuh.
Kelima tahap tersebut di antaranya (1) penelitian awal dan mengumpulan
informasi, (2) perancangan desain produk awal, (3) pengembangan produk awal,
(4) uji coba produk secara terbatas, (5) revisi hasil uji lapangan terbatas, (6) uji
coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Penelitian dan Pengumpulan Data
Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian dan
pengumpulan data meliputi beberapa hal, yaitu pengukuran kebutuhan, studi
literatur, penelitian dalam skala kecil dan pertimbangan-pertimbangan dari segi
nilai. Pada tahap ini peneliti akan membagi menjadi beberapa pembahasan.
a. Pemilihan Materi
Materi yang akan dijadikan pokok bahasan dalam R&D ini adalah
Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam. Pemilihan materi
didasari pada pertimbangan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam adalah
salah satu materi pelajaran SMA kelas XI IPS yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Selain karena Indonesia sendiri merupakan
negara dengan mayoritas pemeluk Islam, bukti-bukti peninggalan kerajaan
Islam masih bisa kita temui dan kunjungi, pun pengaruh Islam dalam
berbagai bidang kehidupan masih bisa kita rasakan hingga sekarang.
Kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia pada Masa Islam adalah
materi yang pernah peneliti ajarkan pada siswa SMA Budi Utama
Yogyakarta ketika sedang melaksanakan program Pengenalan Lingkungan
Persekolahan-Pengelolaan Pembelajaran (PLP-PP). Dengan begitu, peneliti
sudah terjun langsung untuk observasi dan melakukan evaluasi dalam
kegiatan belajar-mengajar dengan materi yang bersangkutan.
b. Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara
observasi ketika pembelajaran sejarah berlangsung dan dilanjutkan dengan
wawancara tidak terstruktur dengan guru mata pelajaran di SMA Budi
Utama Yogyakarta. Observasi dan wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui informasi mengenai masalah terkait dengan penerapan soal
berbasis HOTS di sekolah. Informasi yang telah terkumpul akan dianalisis
sebagai pertimbangan dalam pengembangan yang diharapkan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi.
c. Studi Literatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Langkah selanjutnya adalah studi literatur tentang buku ajar. Peneliti
mempelajari buku, modul, dan jurnal, baik dalam bentuk cetak maupun
elektronik, untuk dijadikan referensi materi Kerajaan-kerajaan Maritim di
Indonesia pada Masa Islam yang nantinya akan dijadikan bahan membuat
soal sejarah berbasis HOTS. Peneliti mengambil Kompetensi Dasar 3.2,
yakni Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam
dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan serta
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini.
2. Perencanaan
Berdasarkan penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan,
maka dibuat perencanaan/rancangan produk mencakup di antaranya:
a. Tujuan
Tujuan dari R&D ini adalah memaparkan desain pengembangan soal
sejarah kelas XI SMA pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim
di Indonesia pada Masa Islam untuk kelas XI SMA dalam pembelajaran
sejarah
b. Pengguna
Pengguna dari soal sejarah berbasis HOTS ini, yaitu siswa SMA kelas
XI IPS.
3. Pengembangan Draft Produk
Peneliti kemudian mulai melakukan penyusunan kisi-kisi soal HOTS
dengan memperhatikan tingkat kognitif pada Taksonomi Bloom yang sudah
direvisi, yakni tingkat kognitif C4, C5, dan C6. Peneliti tak lupa memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
penggunaan kata kerja operasional (KKO) dalam indikator soal, menyusun 60
butir soal sejarah berbasis HOTS yang terdiri dari 50 soal berbetuk pilihan
ganda dan 10 soal berbentuk uraian, membuat kunci jawaban, serta membuat
pedoman penskoran yang mengandung kata kunci khusus untuk soal uraian.
4. Uji Coba Lapangan Terbatas
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini
meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat
terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji
lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain
layak, baik substansi maupun metodologi. Pada tahap ini, peneliti
mengembangkan produk awal dengan melakukan uji coba lapangan terbatas
atau uji internal terhadap soal HOTS yang sudah disusun.
Desain produk berupa soal sejarah berbasis diuji coba lapangan terbatas
oleh praktisi pendidikan yang didapuk menjadi dosen dan guru, yakni satu
dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma dan dua guru Sejarah
SMA, masing-masing dari SMA St. Louis IX Sedayu dan SMA Citra Berkat
Citra Indah Cielungsi. Uji coba lapangan terbatas dilakukan dengan cara
menyerahkan desain produk yang terdiri dari soal sejarah berbasis HOTS yang
disertai kunci jawaban dan kisi-kisi, juga lembar kuesioner. Desain produk
dinilai dan dikomentari oleh dosen dan guru yang selanjutnya akan digunakan
peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi produk.
5. Penyempurnaan Produk Awal
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarkan uji
lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Evaluasi yang dilakukan lebih pada
evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan
internal.
6. Uji Coba Lapangan
Langkah ini merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini
meliputi: 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain
yang pada umumnya menggunakan teknik eksperimen model pengulangan; 3)
hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi
maupun metodologi. Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba produk secara
lebih luas, yaitu mengirimkan produk, yang merupakan hasil revisi berdasarkan
masukan dosen dan guru, kepada 10 siswa dari beberapa SMA.
7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan
Langkah ini merupakan revisi kedua setelah dilakukan uji lapangan
yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari
hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita
kembangkan. Selain perbaikan yang bersifat internal, penyempurnaan produk
ini didasarkan pada evaluasi hasil, sehingga pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif. Kegiatan uji coba yang nantinya akan dilakukan oleh
penelitian dapat pada gambar berikut.
Gambar VI: Alur Pembuatan Soal Sejarah Berbasis HOTS
Uji Coba
Lapangan
oleh 10 Siswa
Produk
Awal
Penyempurnaan
Produk Awal
Uji Coba Lapangan
Terbatas
oleh Dosen + Guru
Penyempurnaan Produk
Hasil
Uji Lapangan
Produk
yang siap
digunakan sebagai
instrumen tes sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
C. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jaringan (daring) dikarenakan kondisi pandemi
yang tidak memungkinkan untuk melakukan tatap muka.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini terhitung sejak Februari 2020 sampai dengan Oktober 2020.
Penelitian ini dimulai dari observasi hingga penyelesaian laporan skripsi.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah:
1. Observasi
Observasi dalam Purwanto menyebutkan observasi merupakan aktivitas
pengamatan secara sistematis terhadap penelitian untuk memperoleh data
penelitian menggunakan semua indera.62
Dalam penelitian ini observasi dilakukan secara langsung ketika
pembelajaran sejarah di kelas berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara tidak terstruktur menurut Esteberg yang dikutip oleh Sugiyono
dalam Purwanto ialah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Wawancara
62 Creswell, 2012, terjemahan Sugiyono dalam buku Metode Penelitian & Desain Pengembangan:
Resarch and Development, Bandung, Alfabeta, cetakan ke 3, 2017. Hlm 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tidak terstruktur ini dilakukan dengan guru yang bersangkutan, yaitu guru mata
pelajaran Sejarah di SMA Budi Utama Yogyakarta.
3. Kuesioner
Kuesioner atau bisa disebut angket angket atau kuesioner merupakan
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk memberikan respons
sesuai dengan permintaan pengguna.63
Kuesioner merupakan salah satu teknik untuk pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab. 64 Jawaban dari pertanyaan ini mempunyai sifat yang tertutup,
membimbing reponden terhadap jawaban yang diinginkan pada pilihan jawaban
yang sudah tersedia.
Penelitian ini memakai kuesioner untuk mengetahui kualitas terkait dengan
soal HOTS yang sudah disusun peneliti. Teknik kuesioner pada penelitian ini
digunakan dengan tujuan untuk mendapat data dari praktisi pendidikan yang
didapuk menjadi dosen dan guru. Kuesioner berupa Google Forms nantinya akan
diserahkan bersamaan dengan desain produk yang akan dinilai untuk diisi oleh
dosen dan guru.
Penilaian pada kuesioner memakai skala Likert (skala 5).65 Skala Likert
mempunyai 5 alternatif jawaban pada tiap instrumen yang dapat berupa kata-kata
63 Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2015, hlm 33. 64 Sugiyono, Metode Penelitian & Desain Pengembangan; Resarch and Development, Bandung:
Alfabeta, cetakan ke 3, 2017, hlm 216. 65 Ibid., hlm.165.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
antara lain yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang
baik66. Data yang didapatkan dari kuesioner tertutup adalah data kuantitatif yang
berupa skor.67 Untuk analisis kuantitatif maka jawaban dapat diberi skor, yaitu:
sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), dan sangat kurang (1). Berikut
merupakan kisi-kisi kuesioner yang akan ditujukan kepada dosen dan guru pada
tahap uji coba lapangan terbatas.
Tabel 5: Kisi-kisi instrumen uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru
No. Aspek Indikator No.
item Jumlah
1
Materi
Kesesuaian soal dengan indikator 1 1
2 Kesesuaian soal dengan kisi–kisi 2 1
3 Rumusan soal tidak mengandung unsur SARA 3 1
4 Kesesuaian soal dalam menggunakan stimulus yang
menarik dan kontekstual 4 1
5 Ketepatan soal dalam mengukur level kognitif
penalaran. 5 1
6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus 6 1
7 Pilihan Jawaban Homogen dan logis 7 1
8 Secara keseluruhan setiap soal memiliki satu jawaban
benar 8 1
9
Kontruksi
Penggunaan rumusan pokok soal yang jelas dan tegas 9 1
10 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja 10 1
11 Rumusan panjang pilihan jawaban relatif sama 11 1
12 Keefektifan gambar, grafik, tabel, diagram atau
sejenisnya dalam mendukung literasi siswa 12 1
13
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
“semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban
di atas benar”
13 1
14 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain 14 1
15
Penggunaan rumusan soal atau pertanyaan
menggunakan kata tanya yang mendukung jawaban
uraian (mengapa, jelaskan, uraian dan sebagainya)
15 1
16 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir
ganda (uraian) 16 1
17
Bahasa
Penggunaan kalimat yang sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar 17 1
18 Penggunaan bahasa / kalimat yang digunakan tidak
berlaku setempat 18
19 Penggunaan kalimat / bahasa mudah dipahami /
komunikatif 19 1
66 Ibid., hlm.166. 67 Ibid., hlm.216.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
20 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia
perkembangan siswa 20 1
Jumlah 20
E. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Peneliti menganalisis data kuantitatif dari lembar uji coba lapangan terbatas
dosen dan guru menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen penilaian
berbentuk kuesioner. Data kuantitatif berbentuk skor penilaian berupa angka yang
mengacu pada Standar Penilaian Skala 5 dan dianalisis dengan acuan tabel
konversi nilai yang mengacu pada rumus konversi nilai dari Widoyoko.68
Tabel 6: Standar Penilaian Skala lima berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Rumus Rerata Skor Kategori
x > Xi + 1,80 Sbi > 4,21 Sangat Baik
Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi > 3,4 - ≥ 4,21 Baik
Xi - 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi > 2, 60 - ≥ 3,40 Cukup Baik
Xi – 1,80 Sbi < x ≤ Xi – 0,60 Sbi > 1,8 - ≥ 2,60 Kurang Baik
x > Xi - 1,80 Sbi ≤ 1,8 Sangat Kurang Baik
Keterangan
Skor tertinggi ideal : 5
Skor terendah ideal : 1
Xi = (Rerata Ideal) : ½ (skor maks ideal + skor min ideal)
Sbi = Simpangan baku ideal : 1/6 (skor maks ideal – skor min ideal)
x : Skor aktual
68 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajran : Panduan Praktis bagi Pendidik dan
Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, hlm. 238.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Berdasarkan tabel tersebut, untuk memperoleh data kualitatif yang di
jabarkan sebagai berikut :
Diketahui
Xi = ½ (5+1) = 3
Sbi = 1/6 (5-1) = 0,67
Kategori sangat baik = x > Xi + 1,80 Sbi
= x > 3 + 1,8(0,67)
= x > 3 + 1,21
= x > 4,2
Kategori Baik = Xi + 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 1,80 Sbi
= 3 + 0,60(0,67) < x ≤ 3 + 1,80(0,67)
= 3 + 0,40 < x ≤ 3 + 1,21
= 3,40 < x ≤ 4,21
Kategori Cukup Baik = Xi - 0,60 Sbi < x ≤ Xi + 0,60 Sbi
= 3 - 0,60(0,67) < x ≤ 3 + 0,60(0,67)
= 3 – 0,4 < x ≤ 3 + 0,40
= 2,60 < x ≤ 3,40
Kategori kurang baik = Xi – 1,80 Sbi < x ≤ Xi – 0,60 Sbi
= 3 – 1,80(0,67) < x ≤ 3 – 0,60(0,67)
= 3 – 1,21 < x ≤ 3 – 0,40
= 1,79 < x ≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik = x ≤ Xi – 1,80 Sbi
= x ≤ 3 – 1,21 = x ≤ 1,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Data Kualitatif
Kualitatif merupakan penilaian berdasarkan mutu dan kualitas suatu produk
yang dikembangkan. Analisis dilakukan secara diskriptif dengan memaparkan hal-
hal yang relevan dengan topik yang dikaji, membandingkan informasi yang
diperoleh termasuk komentar dan saran yang disampaikan secara tertulis oleh para
ahli maupun praktisi (guru) yang ada dalam kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penelitian dan Pengumpulan Data
Setiap jenjang satuan pendidikan di Indonesia menerapkan Kurikulum
2013 secara bertahap sejak tahun ajarah 2013/2014 untuk menggantikan
Kurikulum2006 yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran murid aktif (student
center) sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, semua aspek kehidupan
bisa menjadi sumber pembelajaran, serta melahirkan manusia pembelajar
Kurikulum 2013 menuntut materi pembelajarannya sampai pada tingkat
metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan, sehingga salah satu komponen penting
ialah HOTS. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Melalui HOTS diharapkan berkembang kemampuan
berpikir dalam memspesifikasi aspek-aspek atau elemen dari sebuah
konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam
mengambil keputusan berdasarkan fakta atau informasi; dan mengkreasi
merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan atau ide-
ide.69
Model pembelajaran berbasis HOTS sangat cocok diterapkan dalam
mata pelajaran sejarah supaya tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep.
Banyak peristiwa sejarah dalam materi yang perlu dikaji sebab-musababnya dan
apa akibatnya bagi orang banyak. Penerapan HOTS dalam mata pelajaran
69 Hendra Kurniawan, Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Gaya Media,
2018, hlm. viii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
sejarah bagaikan angin segar, tak lagi membuat sejarah berkecimpung pada soal
hafalan terkait nama dan tanggal, namun mulai menggali soal kausalitas suatu
peristiwa sejarah. Di sini pembelajaran sejarah berbasis HOTS berperan untuk
menciptakan suatu aktivitas pembelajaran yang kompleks, dimana siswa dilatih
berpikir kritis dan solutif untuk memecahkan masalah.
Langkah pertama dalam penelitian ini ialah menganalisis potensi
masalah. Peneliti melakukan observasi di SMA Budi Utama Yogyakarta ketika
sedang melaksanakan program Pengenalan Lingkungan Persekolahan-
Pengelolaan Pembelajaran. Selain melakukan kegiatan belajar mengajar,
peneliti berkesempatan melakukan wawancara tidak terstruktur dengan dua
guru mata pelajaran sejarah. Dari hasil wawancara tersebut, ternyata, kedua
guru sejarah masih cenderung melaksanakan penilaian pada level kognitif
tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill/LOTS) dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar. Butir soal yang digunakan hanya menuntut perilaku
‘ingatan’. Penulisan butir soal yang mengukur perilaku ‘ingatan’ ini diyakini
lebih mudah dalam penulisan soalnya dan materi yang ditanyakan dapat dengan
mudah diperoleh dari buku pelajaran. Bila dilihat dari konteksnya penilaian
berpikir tingkat rendah seringkali sangat teoritis, sehingga jarang menggunakan
konteks di luar kelas. Dengan begitu, tidak begitu terlihat keterkaitan antara
pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Meski begitu, guru sejarah mengaku masih merasa enggan menulis
butir soal yang mengukur perilaku pada level berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS) yang mencakup kemampuan menganalisis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
mengevaluasi, dan mencipta. Hal ini disebabkan beberapa kesulitan, antara lain
yaitu: (1) menentukan perilaku yang akan diukur, (2) merumuskan masalah
yang akan dijadikan sebagai dasar pertanyaan (stimulus), (3) materi yang
ditanyakan tidak selalu tersedia dalam buku pelajaran, dan menuntut penalaran
tingkat tinggi. Akibatnya siswa selalu dikondisikan dengan pola ‘ingatan’
seperti pembelajaran, mengerjakan PR, tugas-tugas yang selalu berpola pada
‘ingatan’, meskipun KD yang akan dicapai pada level berpikir tingkat tinggi.
Berangkat dari permasalahan yang telah peneliti paparkan di atas, maka
peneliti tergugah untuk mengembangkan suatu produk yang layak berupa
instrumen tes sejarah yang bisa dijadikan referensi oleh guru sejarah, baik
dalam menyusun soal penilaian harian, penilaian tengah semester, maupun
penilaian akhir semester, yang seluruhnya berbasis HOTS. Melalui soal berbasis
HOTS yang bersifat analisis maupun problem solving, diharapkan pembelajaran
sejarah tidak lagi sekedar mempelajari fakta dan konsep, namun juga melatih
siswa berpikir secara rasional, reflektif, dan independen.
2. Perencanaan
Setelah peneliti mengumpulkan data dan melakukan analisis kebutuhan,
maka peneliti mulai membuat perencanaan/rancangan produk mencakup di
antaranya:
a. Tujuan
Tujuan dari R&D ini adalah memaparkan produk pengembangan soal
sejarah kelas XI SMA pada pokok bahasan Kerajaan-Kerajaan Maritim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
di Indonesia pada Masa Islam untuk kelas XI SMA dalam pembelajaran
sejarah
b. Pengguna
Pengguna dari soal sejarah berbasis HOTS ini, yaitu siswa SMA kelas
XI IPS.
3. Pengembangan Draft Produk
Produk instrumen tes sejarah ini berupa kumpulan soal dari materi dari
mata pelajaran Sejarah Peminatan kelas 11 IPS. Sebelum menyusun soal
tentunya peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi untuk memandu peneliti
dalam menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat dibuat
menjadi soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan
diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan level kognitif yang memuat
KD. Peneliti memilih KD 3.2, yaitu menganalisis kerajaan-kerajaan maritim
Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa kini. Pada KD 3.2, materi yang akan dibahas, yakni teori-teori masuknya
agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara dan kerajaan-kerajaan maritim
Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Dalam menentukan indikator soal dari masing-masing topik
materi, peneliti memperhatikan penggunaan kata kerja operasional (KKO)
ranah kognitif Taksonomi Bloom edisi revisi, yakni hanya memakan KKO yang
ada pada perilaku menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, dengan begitu,
soal yang disusun akan otomatis HOTS karena menuntut kemampuan berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tingkat tinggi siswa. Ranah kognitif seharusnya berkisar pada tataran C4, C5,
dan C6, namun dalam kumpulan soal HOTS ini soal didominasi dengan tingkat
kognitif C4. Kumpulan soal HOTS ini berjumlah 60 butir soal yang terdiri dari
50 soal berbentuk pilihan ganda dan 10 soal uraian. Nomor soal akan
menyesuaikan.
Peneliti memperhatikan ketiga aspek yang harus ada pada setiap soal,
yakni aspek materi, konstruksi, dan kebahasaan. Pada soal pilihan ganda, aspek
materi meliputi kesesuaian soal dengan indikator, pilihan jawaban homogen dan
logis, serta memiliki satu jawaban yang benar. Setiap soal juga wajib
menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca)
dan kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan dunia
nyata). Selain itu, soal harus mengukur kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta), jawaban butir soal tersirat pada stimulus, tidak rutin
(tidak familiar) dan mengusung kebaruan.
Aspek konstruksi menekankan pada perumusan pokok soal secara jelas
dan tegas, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja, pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar,
pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, panjang
rumusan relatif sama, pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua
pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”,
gambar atau peta yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, serta butir
soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Aspek kebahasaan meliputi penggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia, tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika
soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional, menggunakan bahasa yang
sesuai dengan usia perkembangan siswa.
Ketiga aspek yang telah peneliti paparkan di atas juga berlaku pada soal
uraian dan prinsipnya hampir sama. Perbedaannya terletak pada adanya
menuntut tes tertulis serta menghindari penggunaan kalimat soal yang
menimbulkan tafsir ganda. Keseluruhan soal juga tidak mengandung unsur
SARAPPPK (Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kekerasan).
Peneliti belum dapat merumuskan tingkat kesukaran soal apakah
termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar, dikarenakan langkah-langkah
R&D ini belum sampai pada tahap Operational Field Testing (Uji Kelayakan),
dimana langkah ini meliputi melibatkan para calon pemakai produk, yakni
siswa kelas XI IPS. Jika sudah melewati tahap ini baru diketahui proporsi
peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut yang bisa
dijadikan acuan untuk menentukan tingkat kesukaran soal.
Kumpulan soal HOTS ini juga dilengkapi dengan kunci jawaban, baik
untuk soal pilian ganda maupun uraian, yang bisa dijadikan acuan untuk guru
untuk membuat pedoman penskoran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4. Uji Coba Lapangan Terbatas
a. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas dari Dosen
Uji coba lapangan terbatas soal HOTS mata pelajaran sejarah dilakukan
oleh Brigida Intan Printina, M.Pd., dosen Pendidikan Sejarah Universitas
Sanata Dharma yang ahli dalam bidang evaluasi pembelajaran. Uji coba
lapangan terbatas dilakukan pada tanggal 23 Januari 2021. Terdapat tiga aspek
yang dinilai oleh dosen, yakni aspek materi, konstruksi, dan bahasa.
Di bawah ini merupakan hasil penilaian oleh dosen yang ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 7: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Materi
Aspek Materi
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)
√
2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)
√
3
Soal menggunakan stimulus yang terdapat
menarik (baru, mendorong siswa untuk
membaca)
√
4
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai
dengan dunia nyata)
√
5 Soal mengukur kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta)
√
6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √
7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung
kebaruan
√
8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan
Ganda)
√
Total 32
Rata-rata 32/8= 4,00
Kriteria Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel 8: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen pada Aspek Konstruksi
Aspek Konstruksi
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai (Uraian)
√
2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar
(Pilihan Ganda)
√
3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal (Uraian)
√
4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas
√
5
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja
(Pilihan Ganda)
√
6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
√
7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci
jawaban
√
8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda
√
9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya
jelas dan berfungsi
√
10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan
Ganda)
√
11
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas salah" atau "semua
jawaban di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan
Ganda)
√
12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal
lain
√
13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan
tafsir ganda (Uraian)
√
Total 12 36
Rata-rata 48/13= 3,69
Kriteria Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 9: Hasil Uji Coba Lapangan oleh Dosen pada Aspek Bahasa
Aspek Bahasa dan lain-lain
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan
bahasa asing sesuai dengan kaidahnya
√
2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat
√
3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia
perkembangan siswa
√
4
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK
(Suku, Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi,
Politik, Propaganda, dan Kekerasan)
√
Total 16
Rata-rata 16/4= 4,00
Kriteria Baik
Tabel 10: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen
No. Aspek Skor Kriteria
1. Materi 4,00 Baik
2. Konstruksi 3,69 Baik
3. Bahasa dan lain-lain 4,00 Baik
4. Total 11,69
Rata-rata Gabungan 11,69/3= 3,89 Baik
Berdasarkan tabel 7, yaitu penilaian dosen pada aspek materi memiliki
kriteria “baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,00, penilaian pada aspek
konstruksi berdasarkan tabel 8 memiliki kriteria “baik” dengan rata-rata skor
sebesar 3,69, dan penilaian pada tabel 9 berdasarkan aspek bahasa memiliki
kriteria “baik” dengan skor sebesar 4,00. Rata-rata gabungan yang dapat dilihat
pada tabel 10 menunjukkan bahwa hasil penilaian soal sejarah berbasis HOTS
yang dilakukan oleh dosen sebesar 3,89. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil uji coba lapangan dosen pada aspek materi, konstruksi, dan bahasa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
menggunakan skala Likert tergolong dalam kriteria “baik” dan dinyatakan siap
diuji cobakan di lapangan dengan revisi sesuai saran tertulis.
Setelah dosen melakukan penilaian, dosen memberikan saran serta
komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk
menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen
tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.
Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh dosen:
1) Mohon memperhatikan format penulisan soal.
2) Terdapat beberapa kata yang kurang huruf.
3) Ada baiknya menggunakan pemilihan diksi berdasarkan istilah umum
di sejarah, misalnya soal pilihan ganda nomor 13, istilah "wanita"
diganti "perempuan" saja karena istilah tersebut lebih cocok pada
masanya (kata dasar ‘empu’).
4) Stimulus berupa gambar harus disertai sumber karena ada hak
ciptanya.
5) Apakah soal uraian tidak terlalu banyak untuk kebutuhan siswa? Bila
untuk kebutuhan penelitian tentunya tidak masalah, mohon diuraikan
alasannya di bagian pembahasan.
6) Rata-rata soal sudah sampai pesannya, namun hanya beberapa yang
muncul dengan konteks sekarang ini. Sebaliknya apabila
menunjukkan konteks kekinian, muatan soal yang masih kurang.
Misalnya soal uraian nomor 2, muatan sejarah hanya terdapat pada
perintah soal, namun dalam artikel kajian historis belum nampak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Artinya, artikel yang telah dikutip diperkuat dengan analisis kajian
maritim pada masa kerajaan.
7) Ada pengulangan kata pada soal uraian nomor 2.
8) Belum ada soal yang memuat tabel, grafik dan peta.
9) Mohon melakukan pengecekan kembali untuk semua soal.
b. Hasil Uji Lapangan Terbatas dari Guru I
Uji coba lapangan terbatas soal Sejarah berbasis HOTS diuji coba
lapangan terbatas oleh guru mata pelajaran sejarah SMA St. Louis IX Sedayu,
Catharina Ginong Pratidhina, S.Pd. Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada
tanggal 18 Januari 2021. Di bawah ini hasil uji lapangan terbatas dari guru I:
Tabel 11: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Materi
Aspek Materi
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)
√
2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)
√
3 Soal menggunakan stimulus yang terdapat menarik
(baru, mendorong siswa untuk membaca)
√
4
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan
dunia nyata)
√
5 Soal engukur kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta)
√
6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √
7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung
kebaruan
√
8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan Ganda) √
Total 16 20
Rata-rata 36/8= 4,50
Kriteria Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel 12: Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I pada Aspek Konstruksi
Aspek Konstruksi
No Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai (Uraian)
√
2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar (Pilihan
Ganda)
√
3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal (Uraian)
√
4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas
√
5
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja (Pilihan
Ganda)
√
6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
√
7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci
jawaban
√
8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda
√
9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi
√
10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan
Ganda)
√
11
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas salah" atau "semua jawaban
di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan Ganda)
√
12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain √
13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir
ganda (Uraian)
√
Total 24 35
Rata-rata 59/13= 4,53
Kriteria Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel 13: Hasil Uji Coba Lapangan oleh Guru I pada Aspek Bahasa
Aspek Bahasa dan lain-lain
No Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa
asing sesuai dengan kaidahnya
√
2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat √
3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia
perkembangan siswa
√
4
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,
Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kekerasan)
√
Total 20
Rata-rata 20/4= 5
Kriteria Sangat Baik
Tabel 14: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas oleh Guru I
No. Aspek Skor Kriteria
1. Materi 4,50 Sangat Baik
2. Konstruksi 4,53 Sangat Baik
3. Bahasa dan lain-lain 5,00 Sangat Baik
4. Total 14,03
Rata-rata Gabungan 14,03/3 =
4,67
Sangat Baik
Berdasarkan tabel 11 yaitu penilaian oleh guru I pada aspek materi
memiliki kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,50, penilaian
pada aspek konstruksi berdasarkan tabel 12 memiliki kriteria “sangat baik”
dengan rata-rata skor sebesar 4,53, dan penilaian pada aspek bahasa
berdasarkan tabel 13 memiliki kriteria “sangat baik” dengan skor sebesar 5,00.
Rata-rata gabungan yang dapat dilihat pada tabel 14 menunjukkan bahwa hasil
penilaian soal sejarah berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru I sebesar 4,67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji coba lapangan dosen pada aspek
materi, konstruksi, dan bahasa dengan menggunakan skala Likert tergolong
dalam kriteria “sangat baik” dan dinyatakan siap diuji cobakan di lapangan
dengan revisi sesuai saran tertulis.
Setelah guru I melakukan penilaian, guru I memberikan saran serta
komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk
menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen
tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.
Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh guru I penulisan soal sudah
memenuhi kriteria dalam penulisan soal HOTS. Untuk masukan kedepannya
berdasarkan pengalaman dalam penulisan soal HOTS guru juga perlu
memperhatikan daya tangkap siswa untuk itu jika soal tersebut perlu adanya
lampiran “wacana”, maka wacana yang dituliskan lebih disederhanakan lagi
karena jika terlalu panjang maka siswa akan bertindak malas membaca
(mengingat rendahnya minat literasi siswa) dan soal tidak bisa terjawab dengan
baik malah kadang dijawab dengan asal-asalan. Secara keseluruhan soal HOTS
yang ditulis penulis sudah baik dan tidak perlu adanya revisi.
c. Hasil Uji Lapangan Terbatas dari Guru II
Uji coba lapangan terbatas soal Sejarah berbasis HOTS diuji coba
lapangan terbatas oleh guru mata pelajaran sejarah SMA Citra Berkat Citra
Indah, Agatha Christy Leatemia, S.Pd. Uji coba lapangan terbatas dilakukan
pada tanggal 18 Januari 2021.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Di bawah ini hasil uji lapangan terbatas dari guru II:
Tabel 15: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Materi
Aspek Materi
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi (Pilihan Ganda)
√
2 Kesesuaian soal dengan indikator yang terdapat
pada kisi-kisi dan menuntut tes tertulis (Uraian)
√
3 Soal menggunakan stimulus yang terdapat menarik
(baru, mendorong siswa untuk membaca)
√
4
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual
(gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan
dunia nyata)
√
5 Soal mengukur kognitif penalaran (menganalisis,
mengevaluasi, mencipta)
√
6 Jawaban butir soal tersirat pada stimulus √
7 Tidak rutin (tidak familiar) dan mengusung
kebaruan
√
8 Pilihan jawaban homogen dan logis (Pilihan Ganda) √
Total 8 30
Rata-rata 38/8= 4,75
Kriteria Sangat Baik
Tabel 16: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Konstruksi
Aspek Konstruksi
No Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban terurai (Uraian)
√
2 Setiap soal hanya ada satu jawaban benar (Pilihan
Ganda)
√
3 Memuat petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal (Uraian)
√
4 Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas
√
5
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja (Pilihan
Ganda)
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
6 Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
√
7 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci
jawaban
√
8 Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat
negatif ganda
√
9 Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi
√
10 Panjang pilihan jawaban relatif sama (Pilihan
Ganda)
√
11
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas salah" atau "semua jawaban
di atas benar" dan sejenisnya (Pilihan Ganda)
√
12 Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain √
13 Penggunaan kalimat soal tidak menimbulkan tafsir
ganda (Uraian)
√
Total 6 20 30
Rata-rata 56/13= 4,30
Kriteria Sangat Baik
Tabel 17: Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II pada Aspek Bahasa
Aspek Bahasa dan lain-lain
No. Indikator Skor
1 2 3 4 5
1
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa
asing sesuai dengan kaidahnya
√
2 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat √
3 Penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia
perkembangan siswa
√
4
Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku,
Agama, Ras, Antargolongan, Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kekerasan)
√
Total 4 15
Rata-rata 19/4= 4,75
Kriteria Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 18: Rekapitulasi Hasil Uji Lapangan Terbatas oleh Guru II
No. Aspek Skor Kriteria
1. Materi 4,75 Sangat Baik
2. Konstruksi 4,30 Sangat Baik
3. Bahasa dan lain-lain 4,75 Sangat Baik
4. Total 13,8
Rata-rata Gabungan 13/8/3 = 4,6 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 15 yaitu penilaian oleh guru II pada aspek materi
memiliki kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,75, penilaian
pada aspek konstruksi berdasarkan tabel 16 memiliki kriteria “sangat baik”
dengan rata-rata skor sebesar 4,30, dan penilaian pada aspek bahasa
berdasarkan tabel 17 memiliki kriteria “sangat baik” dengan skor sebesar 4,75.
Rata-rata gabungan yang dapat dilihat pada tabel 18 menunjukkan bahwa hasil
penilaian soal sejarah berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru II sebesar 4,67.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji coba lapangan dosen pada aspek
materi, konstruksi, dan bahasa dengan menggunakan skala Likert tergolong
dalam kriteria “sangat baik” dan dinyatakan siap diuji cobakan di lapangan
dengan revisi sesuai saran tertulis.
Setelah guru II melakukan penilaian, guru II memberikan saran serta
komentar yang dapat digunakan sebagai revisi produk guna untuk
menyempurnakan produk agar layak dan dapat digunakan sebagai instrumen
tes sejarah bagi siswa kelas XI IPS.
Berikut ini merupakan saran perbaikan oleh guru II:
1) Tidak ada rumusan pokok soal pada soal uraian nomor 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2) Ada kesalahan pengetikan pada petunjuk pengerjaan nomor 2 uraian:
“Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal no.3!”
3) Pada soal uraian nomor 2 sebaiknya penulis cukup menyertakan satu
berita saja jika memang topik berita pertamanya kurang lebih sama
dengan berita kedua. Siswa akan menjadi bosan jika beritanya panjang
dan isinya hampir sama.
d. Rekapitulasi Data Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru
Setelah mendapat data uji coba lapangan terbatas dari dosen dan guru
mengenai soal Sejarah Peminatan berbasis HOTS, maka dapat dihitung skor
rata–rata dari dosen dan guru. Hasil rekapitulasi keseluruhan data uji lapangan
terbatas ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 19: Rekapitulasi Data Uji Lapangan Terbatas oleh Dosen dan Guru
Ahli Uji coba lapangan
terbatas Skor Kategori
Dosen 3.89 Baik
Guru I 4.67 Sangat Baik
Guru II 4.60 Sangat Baik
Jumlah 13,16
Rata-rata skor 13,16/3 = 4,39
Kriteria Sangat Baik
Berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian oleh dosen dan guru di atas,
maka produk kumpulan soal sejarah peminatan berbasis HOTS pada materi
kerajaan maritim Islam di Nusantara yang disusun oleh peneliti mendapat skor
rata-rata 4.39 dengan kategori “sangat baik”. Hal ini ditunjukkan secara
keseluruhan pengaplikasian pembuatan soal HOTS sudah baik dari beberapa
aspek yang dinilai oleh dosen dan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
4. Penyempurnaan Produk Awal
Penyempurnaan produk awal dilakukan berdasarkan saran perbaikan
yang diberikan oleh dosen dan guru yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas produk kumpulan soal sejarah berbasis HOTS. Pada bagian ini akan
ditampilkan bagian dari kumpulan soal berbasis HOTS yang direvisi dosen dan
guru dan hasil dari perbaikan revisi oleh peneliti.
a. Mohon memperhatikan format penulisan soal.
Peneliti sudah mengecek kembali semua soal, baik pilihan ganda maupun
uraian, untuk menghindari kesalahan pada penulisan soal. Peneliti sudah
mengikuti beberapa kaidah umum penulisan soal pilihan ganda untuk
siswa SMA, misalnya mengakhiri pokok soal dengan “….”, jawaban
terdiri lima opsi, yakni A, B, C, D, E. Peneliti juga sudah menuliskan opsi
jawaban dengan huruf kapital (A/B/C/D/E).
b. Terdapat beberapa kata yang kurang huruf.
Peneliti sudah membenahi beberapa kata yang kurang huruf.
c. Ada baiknya menggunakan pemilihan diksi berdasarkan istilah umum di
sejarah, misalnya soal pilihan ganda nomor 13, istilah "wanita" diganti
"perempuan" saja karena istilah tersebut lebih cocok pada masanya (kata
dasar ‘empu’).
Tabel 20: Revisi soal pilihan ganda nomor 13
Sebelum
Sesudah
Masyarakat Jepara, Jawa Tengah,
dewasa ini masih mengidolakan
sosok Ratu Kalinyamat. Bahkan,
ketika merayakan hari jadi Kabupaten
Jepara, masyarakat melakukan kirab
Masyarakat Jepara, Jawa Tengah,
dewasa ini masih mengidolakan
sosok Ratu Kalinyamat. Bahkan,
ketika merayakan hari jadi
Kabupaten Jepara, masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
keprajuritan. Dalam sejarah Kerajaan
Demak terdapat seorang pemimpin
Ratu Kalinyamat yang memerintah
pelabuhan Jepara pada abad ke-16
dan berjuang melawan serangan
Portugis dari Malaka. Di sini kita
dapat melihat peran wanita dalam
kancah politik. Fenomena Ratu
Kalinyamat ini dapat dimaknai
sebagai...
melakukan kirab keprajuritan.
Dalam sejarah Kerajaan Demak
terdapat seorang pemimpin Ratu
Kalinyamat yang memerintah
pelabuhan Jepara pada abad ke-16
dan berjuang melawan serangan
Portugis dari Malaka. Di sini kita
dapat melihat peran perempuan
dalam kancah politik. Fenomena
Ratu Kalinyamat ini dapat dimaknai
sebagai...
d. Stimulus berupa gambar harus disertai sumber karena ada hak ciptanya.
Nisan makan Sultan Maulana
Malik Ibrahim di Gresik, Jawa
Timur
Nisan makam di Cambay, Gujarat,
India
Sumber:
https://darunnajah.com/biografi-
maulana-malik-ibrahim-1404-
1419-m/
Sumber:
https://kumparan.com/acehkini/jejak-
kota-cambay-india-di-tanah-aceh-
sampai-ke-gresik-4-1rsbp3tTyLt
Gambar VII: Revisi soal pilihan ganda nomor 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Masjid Langgar Tinggi (dulu dan kini) di salah satu pekojan di Tambora,
Jakarta Barat
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Langgar_Tinggi
Gambar VIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 8
Kora-kora raja Ternate dengan 7 meriam. Tempat tidur mewah raja dapat
terlihat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kora-kora
Gambar IX: Revisi soal pilihan ganda nomor 10
Kirab Ratu Kalinyamat
Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2018/04/09/ratu-kalinyamat-hadir-
dalam-kirab-keprajuritan-peringati-hari-jadi-kabupaten-jepara
Gambar X: Revisi soal pilihan ganda nomor 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Arca Dwarapala di Keraton Surakarta
Sumber: https://www.shutterstock.com/search/keraton+surakarta
Gambar XI: Revisi soal pilihan ganda nomor 18
Upacara Tahlilan
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/65866/yasinan-dan-tahlilan-cara-
sekelompok-remaja-jakarta-bangun-soliditas
Gambar XII: Revisi soal pilihan ganda nomor 20
Mata uang deureuham
Sumber: https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190712104819-2074/mata-
uang-kesultanan-kesultanan-islam-aceh-hingga-abad-17-m/
Gambar XIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten
Gambar XIV: Revisi soal pilihan ganda nomor 29
Ilustrasi pelabuhan Banten
Sumber: https://docplayer.info/46641627-Perencanaan-lanskap-wisata-
sejarah-banten-lama-kota-serang-provinsi-banten-wondo-hendratmo.html
Gambar XV: Revisi soal pilihan ganda nomor 30
Peta Uli Lima dan Uli Siwa
Sumber: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/uli-
lima-dan-uli-siwa-persekutuan-bersaudara-ternate-tidore/
Gambar XVI: Revisi soal pilihan ganda nomor 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Santri Ampel Denta zaman dahulu
Sumber: https://www.ngopibareng.id/timeline/dimanakah-pondok-
pesantren-ngampel-denta-3711460
Gambar XVII: Revisi soal pilihan ganda nomor 37
Klenteng Surosowan
Sumber: https://blog.tiket.com/mengunjungi-sisa-sisa-sejarah-di-banten-
lama/
Gambar XVIII: Revisi soal pilihan ganda nomor 39
Silsilah Demak dan Pajang
Sumber: http://www.geocities.ws/rakyatjawa/kingdom/demak-pajang.htm
Gambar XIX: Revisi soal pilihan ganda nomor 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
https://home.akparda.ac.id/artikel/kraton-ngayogyakarta-hadiningrat
Gambar XX: Revisi soal pilihan ganda nomor 50
Tol Laut. Dok
Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-laut-bakal-
bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia
Gambar XXI: Revisi soal uraian nomor 2
e. Apakah soal uraian tidak terlalu banyak untuk kebutuhan siswa?
Bila untuk kebutuhan penelitian tentunya tidak masalah, mohon
diuraikan alasannya di bagian pembahasan.
Jika dilihat dari porsi soal tes untuk PAS/UTS SMA pada umumnya,
kumpulan soal yang dikembangkan oleh peneliti terlalu memang
banyak porsinya. Akan tetapi tujuan akhir dari pengembangan ini
ialah sebagai kumpulan soal berbasis HOTS layaknya ‘bank soal’.
Oleh karena itu, pengembangan soal berbasis HOTS ini terbatas
pada Kompetensi Dasar (KD) tertentu. Dalam hal ini peneliti hanya
mengembangkan satu KD saja yaitu 3.2 pada pokok bahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam mata pelajaran
Sejarah Peminatan kelas XI SMA.
f. Tidak ada rumusan pokok soal pada soal uraian nomor 1.
Tabel 21: Revisi soal uraian nomor 1
Sebelum Sesudah
Pada masa pertumbuhan dan
perkembangan Islam di
Indonesia, daerah Samudra
Pasai, Pidie, Aceh, Palembang,
Jambi, Malaka, Demak, Gresik,
Tuban, Cirebon, Banten,
Ternate, Tidore, Gowa,
Banjarmasin sudah dapat
dikatakan sebagai kota. Daerah-
daerah tersebut merupakan
tempat yang berfungsi sebagai
kota pusat kerajaan dan sebagai
kota kadipaten maupun kota
pelabuhan. Dilihat dari letak
georgafis kota-kota pusat
kerajan yang bercorak Islam
umumnya berada di pesisir-
pesisir dan di muara sungai-
sungai besar. Samudra Pasai,
Pidie, Aceh, Demak, Banten,
Ternate, Gowa, Banjarmasin
merupakan kota pusat kerajaan
yang bercorak maritim,
sedangkan Pajang dan Surakarta
merupakan kota pusat kerajaan
yang bercorak agraris. Dilihat
dari sudut ekonomi dan militer
terdapat perbedaan antara kota
pusat kerajaan yang bercorak
maritim dan yang bercorak
agraris.
Pada masa pertumbuhan dan
perkembangan Islam di
Indonesia, daerah Samudra
Pasai, Pidie, Aceh, Palembang,
Jambi, Malaka, Demak, Gresik,
Tuban, Cirebon, Banten, Ternate,
Tidore, Gowa, Banjarmasin
sudah dapat dikatakan sebagai
kota. Daerah-daerah tersebut
merupakan tempat yang
berfungsi sebagai kota pusat
kerajaan dan sebagai kota
kadipaten maupun kota
pelabuhan. Dilihat dari letak
georgafis kota-kota pusat kerajan
yang bercorak Islam umumnya
berada di pesisir-pesisir dan di
muara sungai-sungai besar.
Samudra Pasai, Pidie, Aceh,
Demak, Banten, Ternate, Gowa,
Banjarmasin merupakan kota
pusat kerajaan yang bercorak
maritim, sedangkan Pajang dan
Surakarta merupakan kota pusat
kerajaan yang bercorak agraris.
Dilihat dari sudut ekonomi dan
militer terdapat perbedaan antara
kota pusat kerajaan yang
bercorak maritim dan yang
bercorak agraris.
Analisislah perbedaan mendasar
antara kerajaan Islam yang
berada di pesisir dengan yang
berpusat di pedalaman dalam
segi ekonomi-militernya!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
g. Terdapat pengulangan kata pada soal No.2 uraian
Tabel 22: Revisi soal uraian nomor 2
Sebelum Sesudah
Setelah membaca wacana di atas,
coba tunjukkan pola hubungan
antar pelabuhan antara Nusantara
pada masa kerajaan bercorak
maritim dan Indonesia di bawah
pemerintahan Presiden Joko
Widodo! Coba jelaskan!
Setelah membaca wacana di
atas, coba tunjukkan pola
hubungan antar pelabuhan antara
Nusantara pada masa kerajaan
bercorak maritim dan Indonesia
di bawah di bawah pemerintahan
Presiden Joko Widodo! Coba
jelaskan!
h. Ada kesalahan pengetikan pada petunjuk pengerjaan nomor 2 uraian:
“Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal no.3!”
Tabel 23: Revisi soal uraian nomor 2
Sebelum Sesudah
Bacalah wacana berikut ini untuk
menjawab soal nomor 3!
Bacalah wacana berikut ini untuk
menjawab soal nomor 2!
i. Pada soal uraian nomor 2 sebaiknya penulis cukup menyertakan satu
berita saja jika memang topik berita pertamanya kurang lebih sama
dengan berita kedua. Siswa akan menjadi bosan jika beritanya
panjang dan isinya hampir sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Sebelum:
Tol Laut Bakal Bawa Indonesia
jadi Poros Maritim Dunia
Tol Laut. Dok
Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-
laut-bakal-bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol
laut terus berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan.
Hal itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk
menghubungkan konektivitas nusantara melalui wilayah
perairan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang,
Indonesia memiliki sejarah panjang dengan kejayaan maritim
pada masanya.
"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah
seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada dengan
terobosan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara
maritim yang kuat, bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub
Budi dalam peluncuran buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros
Maritim Indonesia, Senin (21/9/2020).
Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut
Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah
perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang
dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.
"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden
Joko Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13
November 2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk
mengembalikan identitas Indonesia sebagai bangsa maritim,"
ujar Yudo.
Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira
Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara
bisa menjadi negara maritim yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi
geografi), physical conformation (bentuk fisik), extent of
territory (luas wilayah), number of population (jumlah
penduduk), national character (karakter bangsa) dan character
of government (karakter pemerintah).
"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga
negara kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar
saat seperti masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas
Yudo.
Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi
oleh kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan
yang selama ini kurang mendapat perhatian memadai.
"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak
bagi transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan
terobosan baru dengan memanfaatkan potensi wilayahnya,"
kata Yudo.
Jurus Kemenhub Optimalkan Muatan Balik Tol Laut yang Masih
Rendah
Salah satu program Pemerintah untuk menjamin
keberlangsungan logistik di tengah masa pandemi Covid-19
adalah dengan mengoptimalkan program Tol Laut. (Dok
Kemenhub)
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus mengembangkan
efisiensi dan efektivitas program tol laut demi meratakan
disparitas harga bahan pokok di seluruh wilayah Indonesia,
khususnya di Indonesia Timur.
Kendati, pelaksanaan tol laut diakui masih memiliki
kelemahan di tingkat muatan angkutan balik yang masih
rendah. Ketika kapal tol laut berangkat ke suatu daerah,
diharapkan komoditas unggulan wilayah tersebut ikut
terangkut saat kapal kembali ke wilayah asal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Nantinya, komoditas tersebut dapat diperdagangkan di wilayah
asal sehingga ekonomi wilayah tujuan tadi bisa lebih baik.
"Bagaimana muatan balik ini kita tingkatkan secara sistemik,
bagaimana daerah tujuan kapal tol laut bisa meng-create
muatan dari situ untuk balik ke daerah asal, ini tantangan kita,"
ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan Agus H. Purnomo dalam paparan secara virtual,
Senin (21/9/2020).
Untuk itu, Kemenhub telah menyiapkan strategi peningkatan
muatan balik tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan
program integrasi Rumah Kita dan Gerai Maritim.
Rumah Kita merupakan sentra logistik yang membantu
distribusi barang-barang pokok agar tidak terjadi disparitas
harga antara wilayah Indonesia barat dan timur.
Adapun penanggungjawab Rumah Kita adalah BUMN di
bidang transportasi laut seperti PT Pelindo I untuk wilayah
Nias dan Mentawai, PT Pelindo II (Natuna dan Tahuna), PT
Pelindo III (Dompu, Waingapu, Rote dan Kalabahi), PT
Pelindo IV (Nabire, Tobelo, Sebatik, Tidore dan
Sangatta/Lhoktuan), PT Pelni (Morotai, Saumlaki, Manokwari
dan Timika) hingga PT ASDP (Merauke, Namlea). Jumlahnya
sendiri terus mengalami perubahan dan peningkatan.
Sementara Gerai Maritim merupakan program integrasi
bersama Kementerian Perdagangan yang fungsinya juga
hampir mirip seperti Rumah Kita, yaitu untuk meningkatkan
kelancaran arus barang, peningkatan perdagangan antar pulau
dan menjaga ketersediaan barang.
"Harapannya ini akan mentrigger supaya distribusi bisa
berjalan dengan baik namun kolektivitas dari muatan balik
juga terjadi," kata Agus.
Untuk mendukung kelancaran hal ini, tentunya dukungan dan
sinergi dari seluruh Kementerian/Lembaga harus diperkuat,
karena selain harga bahan pokok yang sama rata, keberhasilan
tol juga akan memajukan ekonomi daerah.
"Kami menyediakan jalur untuk mengangkut komoditas
barang pokok penting dari daerah asal ke tujuan. Marilah kita
manfaatkan hal ini untuk meningkatkan ekonomi di daerah,"
tandas Agus.
Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola
hubungan antar pelabuhan antara Nusantara pada masa
kerajaan bercorak maritim dan Indonesia di bawah
pemerintahan Presiden Joko Widodo! Coba jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sesudah:
Tol Laut Bakal Bawa Indonesia
jadi Poros Maritim Dunia
Tol Laut. Dok
Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-
laut-bakal-bawa-indonesia-jadi-poros-maritim-dunia
Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol
laut terus berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan.
Hal itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk
menghubungkan konektivitas nusantara melalui wilayah
perairan. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang,
Indonesia memiliki sejarah panjang dengan kejayaan maritim
pada masanya.
"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah
seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada dengan
terobosan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara
maritim yang kuat, bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub
Budi dalam peluncuran buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros
Maritim Indonesia, Senin (21/9/2020).
Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut
Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah
perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang
dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.
"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden
Joko Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13
November 2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk
mengembalikan identitas Indonesia sebagai bangsa maritim,"
ujar Yudo.
Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira
Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara
bisa menjadi negara maritim yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi
geografi), physical conformation (bentuk fisik), extent of
territory (luas wilayah), number of population (jumlah
penduduk), national character (karakter bangsa) dan character
of government (karakter pemerintah).
"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga
negara kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar
saat seperti masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas
Yudo.
Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi
oleh kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan
yang selama ini kurang mendapat perhatian memadai.
"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak
bagi transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan
terobosan baru dengan memanfaatkan potensi wilayahnya,"
kata Yudo.
Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola
hubungan antar pelabuhan antara Nusantara pada masa
kerajaan bercorak maritim dan Indonesia di bawah
pemerintahan Presiden Joko Widodo! Coba jelaskan!
j. Guru juga perlu memperhatikan daya tangkap siswa untuk itu jika
soal tersebut perlu adanya lampiran “wacana”, maka wacana yang
dituliskan lebih disederhanakan lagi karena jika terlalu panjang
maka siswa akan bertindak malas membaca (mengingat rendahnya
minat literasi siswa) dan soal tidak bisa terjawab dengan baik malah
kadang dijawab dengan asal-asalan.
Saran senada juga telah dipaparkan pada masukan poin ke-9.
Peneliti sudah menghilangkan bacaan kedua. Namun, alasan peneliti
menyajikan dua bacaan pada satu soal sekaligus adalah untuk
membiasakan siswa memiliki kebudayaan membaca.
k. Rata-rata soal sudah sampai pesannya, namun hanya beberapa yang
muncul dengan konteks sekarang ini. Sebaliknya apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
menunjukkan konteks kekinian, muatan soal yang masih kurang.
Misalnya soal uraian nomor 2, muatan sejarah hanya terdapat pada
perintah soal, namun dalam artikel kajian historis belum nampak.
Artinya, artikel yang telah dikutip diperkuat dengan analisis kajian
maritim pada masa kerajaan.
Justru itu yang peneliti harapkan, yakni siswa dapat membaca pola
(sejarah) yang sama antara masa lalu dengan masa kini, yakni
adanya pengulangan dengan gaya baru, yaitu keberadaan tol laut di
masa kini layaknya jalur pelayaran untuk aktivitas berbasis maritim
di masa silam.
l. Belum ada soal yang memuat tabel, grafik dan peta.
Sudah ada soal yang memuat peta, yakni soal pilihan ganda nomor
29 yang menampilkan peta wilayah kekuasaan Kerajaan Banten.
Perhatikan gambar berikut!
Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten
Gambar XXII: Revisi soal pilihan ganda nomor 29
Peneliti sudah melakukan revisi pada produk awal berdasarkan
komentar dan saran dari dosen dan guru. Dari segi materi, konstruksi, maupun
aspek kebahasaan, produk akhir tidak jauh berbeda dengan produk awal karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
revisi yang diberikan dosen dan guru seputar format penulisan, yakni beberapa
kesalahan pengetikan dan format penyusunan soal, penggunaan istilah yang
kurang tepat, tidak merumuskan pokok soal, serta tidak mencantumkan sumber
untuk gambar atau peta yang dimuat. Dengan demikian, produk siap
diujicobakan di lapangan karena sudah diuji coba lapangan terbatas dan direvisi
berdasarkan masukan dari dosen dan guru.
6. Uji Coba Lapangan
Tahap ini melibatkan calon pengguna produk, yakni siswa kelas XI IPS.
Uji coba lapangan ini masih berskala kecil, oleh karena itu peneliti mengambil
sampel 10 siswa kelas XI IPS dari beberapa SMA, yakni Asri Dwi Oktaviani
(SMAN 1 Kasihan), Amanda Syallom Wulandari (SMA Sedes Sapientiae),
Andreas Yosias Mote (SMA YPPK Adhi Luhur Kolese Le Cocq), Bintang
Hakam R (SMAN XI Yogyakarta), Benedictus Reveldhy Evan Raditya (SMA
Kolese De Britto Yogyakarta, Claudia Okta (SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta), Ezekiel Farelza Dwi Mahendra (SMAN 1 Sewon), Elia Maria
Putri (SMAN 2 Surakarta), Joseph Hasiano Brata Nugroho (SMAN XI
Yogyakarta). Kesepuluh siswa diminta untuk mengerjakan produk berupa soal
sejarah berbasis HOTS kemudian akan dikumpulkan kembali dan dikoreksi
oleh peneliti. Selain mengerjakan soal, siswa juga diminta mengisi kuesioner
yang disediakan peneliti. Hasil perhitungan skor uji coba lapangan terlampir.
Berikut adalah data rekapitulasi hasil uji coba lapangan oleh siswa yang
meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tabel 24: Data Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan
No. Aspek Skor Kriteria
1. Materi 4,06 Baik
2. Konstruksi 4,23 Sangat Baik
3. Bahasa dan lain-lain 4,33 Sangat Baik
4. Total 12,62 Skala
Rata-rata Gabungan 4,21 Baik
Selain melakukan penilaian, kesepuluh siswa yang terlibat dalam uji
coba lapangan juga memberikan masukan yang dituangkan dalam kuesioner
berupa Google Form yang peneliti berikan, di antaranya:
a. Soal HOTS ini hanya perlu ditambahkan beberapa stimulus berupa
gambar supaya siswa lebih tertarik dalam mendalami soal.
b. Stimulus berupa teks (pernyataan, wacana, berita) dirasa masih
terlalu panjang, sehingga memakan banyak waktu siswa untuk
membaca baru mengerjakan.
c. Jangan membuat murid bingung ketika mengerjakan soal pilihan
ganda, seakan-akan ada lebih dari satu jawaban, padahal jawaban
yang benar hanya satu.
d. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau
dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang
mengecoh.
e. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau
dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang
mengecoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
f. Untuk soal uraian, mohon ditambahkan soal-soal yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Contoh: soal uraian
yang stimulusnya berupa gambar atau grafik, kemudian siswa
diminta untuk menjelaskan data atau informasi yang didapat dari
gambar atau grafik tersebut.
g. Yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan kesukaran pada soal
tersebut.
7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan
Berikut hasil revisi yang dilakukan peneliti berdasarkan masukan siswa
yang terlibat dalam uji coba lapangan.
a. Soal HOTS ini hanya perlu ditambahkan beberapa stimulus berupa
gambar supaya siswa lebih tertarik dalam mendalami soal.
Soal pilihan ganda nomor 11:
https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_X
Sultan Hamengkubuwana X bersama Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada
upacara penobatan tanggal 7 Maret 1989 sebagai raja Kasultanan Yogyakarta.
Gambar XXIII: Revisi Soal Pilihan Ganda nomor 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Soal uraian nomor 2:
Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/
Tol Laut
Gambar XXIV: Revisi Soal Uraian Nomor 2
Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-
nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-
pendidikan-dan-kebudayaan.html
Gambar XXV: Revisi Soal Uraian Nomor 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Soal uraian nomor 4
Sumber: http://www.guruips.com/2018/07/kerajaan-islam-di-indonesia-
lengkap.html
Peta Demak, Pajang, Mataram
Gambar XXVI: Revisi Soal Uraian Nomor 4
b. Stimulus berupa teks (pernyataan, wacana, berita) dirasa masih
terlalu panjang, sehingga memakan banyak waktu siswa untuk
membaca baru mengerjakan.
Sebenarnya alasan peneliti menyajikan stimulus berupa teks
adalah untuk meningkatkan literasi siswa. Namun, peneliti
berupaya lebih meringkas stimulus berupa teks supaya tidak
terlalu panjang.
1) Soal pilihan ganda nomor 3
Sebelum revisi:
Islam begitu cepat tersebar di wilayah Asia, termasuk Indonesia.
Islam yang masuk di Indonesia juga mengalami perjumpaan dengan
agama Hindu, Budha dan agama lokal yang telah dipeluk oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
masyarakat. Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau
Jawa. Bukti dari persebaran Islam di Pulau Jawa dapat ditemukan
dari penemuan nisan dari tahun 1368-1392. Nisan tersebut
ditemukan di Pulau Jawa dan menjadi catatan kematian bangsawan
Jawa. Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan
baik, akan tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam
diterima sekaligus bertentangan dengan masyarakat setempat.
Alasan yang melatarbelakangi kebudayaan Islam tidak diterima
begitu saja oleh masyarakat Indonesia adalah ….
Sesudah revisi:
Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau Jawa terbukti
dari penemuan batu nisan para bangsawan Jawa dari tahun 1368-
1392. Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan
baik, akan tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam
diterima sekaligus bertentangan dengan masyarakat setempat.
Alasan yang melatarbelakangi kebudayaan Islam tidak diterima
begitu saja oleh masyarakat Indonesia adalah ….
2) Soal uraian nomor 1
Sebelum revisi:
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia,
daerah Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Palembang, Jambi, Malaka,
Demak, Gresik, Tuban, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Gowa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Banjarmasin sudah dapat dikatakan sebagai kota. Daerah-daerah
tersebut merupakan tempat yang berfungsi sebagai kota pusat
kerajaan dan sebagai kota kadipaten maupun kota pelabuhan. Dilihat
dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak Islam
umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai
besar. Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,
Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.
Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan
yang bercorak agraris. Dilihat dari sudut ekonomi dan militer
terdapat perbedaan antara kota pusat kerajaan yang bercorak
maritim dan yang bercorak agraris. Analisislah perbedaan mendasar
antara kerajaan Islam yang berada di pesisir dengan yang berpusat
di pedalaman dalam segi ekonomi-militernya!
Sesudah revisi:
Dilihat dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak
Islam umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai
besar. Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,
Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.
Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan
yang bercorak agraris.
Dilihat dari sudut ekonomi dan militer terdapat perbedaan antara
kota pusat kerajaan yang bercorak maritim dan yang bercorak
agraris. Analisislah perbedaan mendasar antara kerajaan Islam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
berada di pesisir dengan yang berpusat di pedalaman dalam segi
ekonomi-militernya!
3) Soal nomor 2 Uraian
Sebelum revisi:
Tol Laut Bakal Bawa Indonesia
jadi Poros Maritim Dunia
Sumber:https://www.liputan6.com/bisnis/read/4362293/tol-laut-bakal-bawa-
indonesia-jadi-poros-maritim-dunia
Liputan6.com, Jakarta- Pemerintah melalui Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) mendorong agar program tol laut terus
berjalan dengan peningkatan kapasitas dan layanan. Hal itu
dikarenakan tol laut berperan besar untuk menghubungkan
konektivitas nusantara melalui wilayah perairan. Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi bilang, Indonesia memiliki
sejarah panjang dengan kejayaan maritim pada masanya.
"Kekuatan maritim Indonesia dikenal sejak dulu, sudah seharusnya
kita memaksimalkan potensi yang ada dengan terobosan baru untuk
mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang kuat,
bermartabat dan berdaulat," ujar Menhub Budi dalam peluncuran
buku Tol Laut, Konektivitas Visi Poros Maritim Indonesia, Senin
(21/9/2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Senada dengan Menhub Budi, Kepala Staf TNI Angkatan Laut
Laksamana Yudo Margono menyatakan pemanfaatan wilayah
perairan yang potensial sejalan dengan visi poros maritim yang
dicanangkan Presiden Joko Widodo, yaitu terwujudnya Indonesia
yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong
royong.
"Gagasan visi poros maritim dunia yang dicanangkan Presiden Joko
Widodo pada 9th Asean Summit di Myanmar tanggal 13 November
2014 merupakan deklarasi bangsa Indonesia untuk mengembalikan
identitas Indonesia sebagai bangsa maritim," ujar Yudo.
Yudo menyatakan, menurut Alfred Thayer Mahan (perwira
Angkatan Laut AS), ada 6 elemen yang membuat suatu negara bisa
menjadi negara maritim yang kuat.
Elemen tersebut antara lain geographical position (posisi geografi),
physical conformation (bentuk fisik), extent of territory (luas
wilayah), number of population (jumlah penduduk), national
character (karakter bangsa) dan character of government (karakter
pemerintah).
"Enam elemen tersebut dimiliki bangsa Indonesia sehingga negara
kita bisa menjadi negara maritim yang kuat dan besar saat seperti
masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," tandas Yudo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Adapun, gagasan dibentuknya tol laut sendiri dilatarbelakangi oleh
kondisi laut Indonesia yang 2/3-nya terdiri dari perairan yang selama
ini kurang mendapat perhatian memadai.
"Padahal, wilayah perairan merupakan sarana dasar mutlak bagi
transportasi di laut sehingga Indonesia memerlukan terobosan baru
dengan memanfaatkan potensi wilayahnya," kata Yudo.
Setelah membaca wacana di atas, coba tunjukkan pola hubungan
antar pelabuhan antara Nusantara pada masa kerajaan bercorak
maritim dan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko
Widodo!
Sesudah revisi:
Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal nomor 2!
Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/
Tol Laut
Nusantara terletak di posisi silang dunia dan 2/3 wilayahnya terdiri
dari perairan. Itulah sebabnya, sejak zaman Hindu-Buddha,
perekonomian Nusantara bertumpu pada sektor maritim, dan
mencapai puncaknya pada masa kerajaan-kerajaan Islam pesisir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Berkaca dari kejayaan masa lalu, pemerintah Indonesia kini ingin
kembali mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia
dengan mengembangkan tol laut. Tol laut adalah penyediaan sistem
distribusi logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan
pelabuhan di jalur utama atau rute utama. Rute utama tol laut adalah
Nanggroe Aceh Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara,
Maluku, sampai Papua. Pemerintah melalui Kemenhub terus
berupaya supaya program tol laut terus berjalan dengan
meningkatkan kapasitas serta pelayanan.
a. Mengapa keberadaan tol laut sangat penting bagi perekonomian
suatu bangsa yang berbasis maritim seperti Indonesia?
b. Perhatikan peta berikut ini!
Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-
nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-
pendidikan-dan-kebudayaan.html
Gambar di atas adalah peta perdagangan antar pulau di Nusantara
pada masa kerajaan maritim Islam. Herodotus pernah berkata bahwa
sejarah bergerak melingkar (siklus). Dari peta tersebut dapat kita
ketahui bahwa pola yang terjadi pasa masa Islam kembali terulang
pada masa kini.
Pola apakah itu? Kaitkan dengan kondisi geografis Indonesia!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
4) Soal uraian nomor 3
Sebelum revisi:
Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi
perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan
di pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran,
dagangan, dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada
persesuaian paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu
kapal yang berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan,
maka ia harus menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang
menguasai lalulintas perdagangan yang keluar masuk pelabuhan,
syahbandar bisa menjadi seorang yang amat berkuasa. Berhubung
dengan itu syahbandar biasanya diangkat dari kalangan saudagar-
saudagar asing itu sendiri.Banyak syahbandar terkenal semasa
kerajaan maritim Islam berjaya di Nusantara, seperti Ince Muda
yang merupakan syahbandar di Japara, syahbandar Quiay Putoa di
Gresik, juga syahbandar Sri Raam Setia yang merupakan
syahbandar di Aceh. Kendati syahbandar tidak diberi gaji oleh raja,
penghasilannya cukup tinggi. Syahbandar menerima penghasilan
dari beacukai dan mendapat sebagian dari uang pajak untuk
berlabuh. Biasanya jumlah yang harus dibayar seluruhnya
ditetapkan sekaligus untuk setiap kapal, dua pertiga untuk raja, dan
sisanya untuk syahbandar. Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat
mengetahui bahwa di satu pihak syahbandar harus memperhatikan
kepentingan saudagar asing dan menjadi penyambung lidah
keinginan mereka terhadap penguasa setempat, namun di lain pihak
ia harus bertindak sebagai pejabat pelabuhan yang menagih pajak
dan beacukai untuk kepentingan negeri dan pejabat-pejabatnya.
Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian
seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Sesudah revisi:
Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi
perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan
di pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran,
dagangan, dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada
persesuaian paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu
kapal yang berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan,
maka ia harus menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang
menguasai lalulintas perdagangan yang keluar masuk pelabuhan,
syahbandar bisa menjadi seorang yang amat berkuasa. Berhubung
dengan itu syahbandar biasanya diangkat dari kalangan saudagar-
saudagar asing itu sendiri. Syahbandar menerima penghasilan dari
beacukai dan mendapat sebagian dari uang pajak untuk berlabuh.
Biasanya jumlah yang harus dibayar seluruhnya ditetapkan
sekaligus untuk setiap kapal, dua pertiga untuk raja, dan sisanya
untuk syahbandar. Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat
mengetahui bahwa di satu pihak syahbandar harus memperhatikan
kepentingan saudagar asing dan menjadi penyambung lidah
keinginan mereka terhadap penguasa setempat, namun di lain pihak
ia harus bertindak sebagai pejabat pelabuhan yang menagih pajak
dan beacukai untuk kepentingan negeri dan pejabat-pejabatnya.
Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian
seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!
c. Jangan membuat murid bingung ketika mengerjakan soal pilihan
ganda, seakan-akan ada lebih dari satu jawaban, padahal jawaban
yang benar hanya satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Pada bagian ini peneliti tidak melakukan revisi karena tentu saja
diperlukan pengecoh dalam membuat soal pilihan ganda supaya
siswa tidak langsung bisa menebak jawaban yang benar.
d. Lebih baik menggunakan soal yang sudah sering didengar atau
dipelajari, namun dibuat susah dengan pilihan jawaban yang
mengecoh.
Pada bagian ini peneliti tidak melakukan revisi karena dalam
beberapa soal memang peneliti berniat membuat soal yang
mengusung kebaruan. Selain itu peneliti memang ingin membuat
soal yang tidak melulu materinya terdapat dalam buku teks, namun
ingin mengenalkan kepada siswa konteks di luar kelas yang
tentunya masih berhubungan dengan materi.
e. Masih terdapat penggunaan istilah kata yang sulit dipahami siswa
kelas XI. Saran saya, jika ingin memberi soal, cantumkan pula
pengertian dari istilah itu.
Soal pilihan ganda nomor 22
Sebelum revisi:
Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang
pada masa kerajaan Islam. Adanya sistem commenda pada masa itu
menandakan bahwa ….
Sesudah revisi:
Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang
pada masa kerajaan Islam. Commenda merupakan sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
perdagangan mengenai kekuasaan penguasa pelabuhan yang
menyediakan kapal serta penyerahan dagangan orang lain dalam
artian penguasa memberikan keputusan apakah kapal dagang yang
berlabuh di pelabuhan oleh menurunkan barang dagangannya atau
tidak. Adanya sistem commenda pada masa itu menandakan bahwa
….
f. Untuk soal uraian, mohon ditambahkan soal-soal yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Contoh: soal uraian
yang stimulusnya berupa gambar atau peta, kemudian siswa
diminta untuk menjelaskan data atau informasi yang didapat dari
gambar atau peta tersebut.
Dalam hal ini, peneliti sudah melakukannya, khususnya pada soal
uraian nomor 2 dan 4.
g. Yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan kesukaran pada soal
tersebut.
Soal apapun itu, baik LOTS, MOTS, maupun HOTS memiliki
tingkat kesukarannya sendiri-sendiri. Begitu pula dengan soal
HOTS, bisa saja soalnya memiliki tingkat kesukaran yang rendah
(mudah), atau pun sedang. Jadi, wajar saja apabila dalam produk
berupa kumpulan soal berbasis HOTS ini didapati soal dengan
yang mudah atau sedang tingkat kesukarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
B. Pembahasan
Produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS dengan pokok
bahasan kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam telah melalui
serangkaian tahapan berdasarkan R&D model Borg & Gall. Proses penyusunan
soal dilakukan secara mandiri oleh peneliti. Setelahnya, peneliti menyerahkan
kisi-kisi, kumpulan soal HOTS, beserta kunci jawabannya untuk diuji coba
lapangan terbatas oleh dosen dan guru.
Hasil uji coba lapangan terbatas oleh dosen menunjukkan bahwa produk
kumpulan soal HOTS pada aspek materi mendapat perolehan skor 4,00 dan
tergolong dalam kriteria “baik”, pada aspek konstruksi mendapat skor 3,69 dan
tegolong dalam kriteria “baik”, serta pada aspek bahasa mendapat skor 4,00
dengan kriteria “baik”, sehingga rata-rata gabungan dari ketiga aspek mendapat
perolehan skor 3,89 dengan kriteria “baik”.
Hasil uji coba lapangan terbatas oleh guru I menunjukkan bahwa produk
kumpulan soal HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik” pada aspek materi
dengan perolehan skor 4,50, tergolong aspek “sangat baik” pada aspek
konstruksi dengan perolehan skor 4,53, dan pada aspek bahasa mendapat
perolehan skor 5,00 dan termasuk kriteria “sangat baik”. Rata-rata gabungan
termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor sebesar 4,67.
Hasil uji coba lapangan terbatas oleh guru II menunjukkan bahwa
produk kumpulan soal HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik” dengan
perolehan skor rata-rata 4,60, dengan rincian aspek materi mendapat perolehan
skor 4,75 dan tergolong kriteria “sangat baik”, aspek konstruksi mendapat skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
4,30 dan tergolong kriteria “sangat baik”, dan aspek bahasa mendapat skor 4,75
dan tergolong kriteria “sangat baik”.
Rekapitulasi hasil uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru, baik
pada aspek materi, konstruksi, maupun bahasa, menunjukkan bahwa produk
kumpulan soal sejarah berbasis HOTS masuk dalam kriteria “sangat baik”
dengan perolehan skor rata-rata 4,39.
Produk yang sudah dinilai dan diberi komentar serta saran dari dosen
dan guru, kemudian direvisi oleh peneliti. Hasil dari revisi tadi merupakan
produk yang akan diuji cobakan di lapangan melibatkan calon pengguna produk,
yakni siswa kelas XI IPS, namun dalam skala kecil.
Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan yang mulai melibatkan
calon pengguna produk, yakni siswa kelas XI IPS. Peneliti memilih 10 siswa
jurusan IPS dari beberapa SMA untuk mengerjakan soal sejarah berbasis HOTS
sekaligus mengisi kuesioner melalui Google Form yang telah dibuat peneliti.
Dari hasil uji coba lapangan, peneliti mendapat skor 4,06 dan tergolong
dalam kriteria “baik” untuk aspek materi, untuk aspek konstruksi mendapat skor
sebesar 4,23 dan temasuk kriteria “sangat baik”, dan pada aspek bahasa
termasuk kriteria “sangat baik” dengan perolehan skor 4,33. Dari hasil
rekapitulasi aspek materi, konstruksi, dan bahasa, didapat rata-rata gabungan
dengan perolehan skor sebesar 4,21 dengan kriteria “baik”. Dari hasil penilaian
dan komentar dari 10 siswa yang terlibat dalam uji lapangan, peneliti pun
melakukan revisi pada produk. Setelah dilakukan penyempurnaan produk hasil
uji lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa produk berupa kumpulan soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
sejarah berbasis HOTS siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah untuk
mengukur level kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas XI IPS.
Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas, dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya kumpulan soal HOTS, maka akan membantu para guru sejarah
menambah referensi instrumen tes sejarah yang berbasis HOTS, khususnya
pada pokok bahasan kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia pada masa Islam.
Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat
tinggi merupakan kemampuan pemahaman dan penguasaan siswa atas materi
pembelajaran agar dapat berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving),
serta mampu mambuat keputusan (making descision) dalam setiap situasi.70
Dari hasil uji coba lapangan terbatas nampak bahwa produk berupa kumpulan
soal sejarah ini sudah berbasis HOTS karena keseluruhan soal yang disusun
sudah dalam tataran C4 dan C5, sehingga harapannya akan melatih siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah.
Menurut Lewis dan Smith, berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika
seseorang memiliki informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh
informasi yang baru, selanjutnya menghubungkan atau menyusun dan
mengembangkan informasi baru tersebut untuk mencapai tujuan atau
memperoleh jawaban maupun solusi yang mungkin untuk suatu situasi yang
membingungkan.71 Oleh karena itu, peneliti telah menyajikan stimulus di setiap
70Hatta Saputra, op. cit., hlm. 92. 71ibid., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
soal, baik itu berupa wacana, gambar, maupun peta, dengan harapan siswa
memperoleh informasi baru dan terbantu dalam mengembangkan informasi
baru tersebut untuk memperoleh jawaban ketika mengerjakan soal pilihan
ganda maupun uraian.
Tujuan utama dari Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah
meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada level yang lebih tinggi. 72
Produk kumpulan soal berbasis HOTS ini sangat membantu guru sejarah untuk
membuat iklim baru dalam pembelajaran sejarah yang melulu hanya bicara
fakta dan konsep. Dengan adanya produk ini, siswa diajak untuk mengupgrade
kemampuan berpikirnya, yang awalnya hanya berkutat pada fakta dan konsep
(Lower Order Thinking Skill/LOTS) menjadi terbiasa untuk menganalisis,
mengevaluasi, bahkan mencipta (HOTS).
Penilaian HOTS sendiri meliputi 3 prinsip, di antaranya:
1) Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam
bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).
2) Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas,
dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat.
3) Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit)
dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).
Dari hasil uji coba lapangan terbatas dosen dan guru, produk berupa
kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini secara keseluruhan sudah menyajikan
stimulus, baik itu berupa teks, gambar, maupun peta. Namun, stimulus berupa teks
72 Hatta Saputra, op.cit., hlm 91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
dinilai terlalu panjang bagi 10 siswa yang terlibat dalam uji coba lapangan.
Beberapa soal juga sudah diupayakan mengusung kebaruan, mencoba
menghadirkan konteks di luar kelas. Memang, untuk poin ketiga mengenai
membedakan antara tingkat kesulitan soal belum dapat peneliti lakukan karena
R&D model Borg & Gall ini hanya sampai langkah ke-7, tidak sampai langkah ke-
8 dimana dilakukan Operational Field Testing (Uji Kelayakan) yang melibatkan
calon pengguna produk dalam skala besar. Tingkat kesukaran soal baru bisa
diketahui apabila sebuah kelas sudah mencoba mengerjakan soal yang diberikan.
Setelah soal dikumpulkan, akan nampak hasil perolehan skor. Dari situ akan
diketahui mayoritas siswa menjawab benar pada soal nomor berapa sehingga kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa soal tersebut tergolong mudah, atau mayoritas
siswa tidak mampu mengerjakan soal nomor berapa karena soal tersebut dianggap
sukar.
Kendati demikian, peneliti sudah melakukan poin ketiga dalam hal
mengukur level kognitif karena kumpulan soal sejarah ini memang dirancang
berbasis HOTS, sehingga hanya berada pada tataran kognitif minimal C4 ke atas.
Level kognitif setiap soal tercantum dalam kisi-kisi terlampir dimana terdapat
indikator soal yang memuat kata kerja operasional (KKO) yang berkisar antara
KKO C4 (menganalisis) dan C5 (mengevaluasi).
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Berikut peneliti paparkan peran soal HOTS dalam penilaian hasil belajar:73
73Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
1) Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong abad 21
Penilaian hasil belajar pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh
sekolah diharapkan dapat membekali siswa untuk memiliki sejumlah
kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat
3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century
skills) yaitu: memiliki karakter yang baik (religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, dan integritas); b) memiliki kemampuan 4C (critical
thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai
literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Penyajian
soal-soal HOTS dalam penilaian hasil belajar dapat melatih siswa untuk
mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan
kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada soal-soal
HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas
(creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun
melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari (problem-solving).
2) Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah (local genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai
dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing. Kreativitas guru
dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di
lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang
terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS
menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung
oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil
belajar dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta terhadap potensi-
potensi yang ada di daerahnya, sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut
ambil bagian dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di
daerahnya.
3) Meningkatkan motivasi belajar siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas
hendaknya terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.
Dengan demikian siswa merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh
di dalam kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat. Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat
dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan soal-soal
penilaian hasil belajar, sehingga munculnya soal-soal berbasis soal-soal
HOTS, diharapkan dapat menambah motivasi belajar siswa. Motivasi inilah
yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang hayat.
4) Meningkatkan mutu dan dan akutabilitas penilaian hasil belajar
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi
yang akurat terhadap kemampuan peserta tes. Penggunaan soal-soal HOTS
dapat meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas
pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh guru dan sekolah menjadi sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
penting dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3
(menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS dapat
menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD.
Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat
tinggi, dapat meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.
Setiap butir soal yang disusun peneliti kemungkinan tidak selalu tersedia di
dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru
dalam memilih stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut merupakan
langkah-langkah dalam penyusunan soal HOTS:74
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS
Terlebih dahulu guru/penulis soal memilih KD yang hendak dibuat
menjadi soal HOTS. Hal ini karena tidak semua KD dapat dibuatkan
menjadi model soal HOTS. Guru/penulis soal memilih KD yang memuat
KKO pada ranah C4, C5, dan C6. Guru maupun penulis soal dapat secara
mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap
KD yang dapat dibuat menjadi soal HOTS.
2) Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal HOTS bertujuan untuk membantu guru dalam
menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu
74Direkotrat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Sejarah, Jakarta, hlm. 10-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
guru dalam menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang dapat
dibuat menjadi soal HOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan
KD yang akan diuji, merumuskan indikator soal, dan menetukan level
kognitif.
3) Merumuskan stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan harus menarik, artinya stimulus harus dapat
mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik
umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang
sedang mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus
yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
memotivasi siswa untuk membaca.
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Penulisan butir soal ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS pada dasarnya hampir sama
dengan kaidah penulisan soal pada umumnya. Perbedaanya terletak pada
aspek materi, dimana materi harus disesuaikan dengan karakteristik soal
HOTS yang berkaitan, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa
relatif sama.
5) Membuat pedoman penilaian atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk
soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan
ganda dan isian singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Dalam hal R&D ini, peneliti telah mengikuti serangkaian tahap penyusunan
soal HOTS yang diawali dengan menentukan KD. Peneliti memilih KD 3.2 pada
mata pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas XI, yaitu menganalisis kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa kini. KD tersebuat memuat KKO ‘menganalisis’ yang termasuk dalam level
kognitif C4. Materi pokok yang peneliti gunakan mengenai teori-teori masuknya
agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara dan kerajaan-kerajaan maritim
Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Dalam merumuskan indikator soal, peneliti memperhatikan tabel
Taksonomi Bloom edisi revisi supaya KKO yang digunakan hanya pada tataran C4-
C6 saja.
Beberapa stimulus yang disajikan peneliti mengenai isu-isu yang sedang
mengemuka, misalnya tentang tol laut. Sisanya stimulus kontekstual karena sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, aspek materi untuk
soal HOTS, meliputi kesesuaian soal dengan indikator, pilihan jawaban homogen
dan logis, serta memiliki satu jawaban yang benar. Setiap soal juga wajib
menggunakan stimulus yang menarik (baru, mendorong siswa untuk membaca) dan
kontekstual (gambar/grafik, teks, visualisasi, dll sesuai dengan dunia nyata). Selain
itu, soal harus mengukur kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi,
mencipta), jawaban butir soal tersirat pada stimulus, tidak rutin (tidak familiar) dan
mengusung kebaruan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini tentunya memiliki
keunggulan tersendiri. Meski begitu, kelemahan juga tak luput dari produk ini
walaupun telah melalui serangkaian tahap uji coba lapangan terbatas oleh dosen
dan guru. Berikut peneliti paparkan keunggulan dan kelemahan dari kumpulan soal
sejarah berbasis HOTS ini:
a. Keunggulan produk
1) Dalam proses penyusunan butir soal HOTS, peneliti sudah mengikuti
langkah-langkah penyusunan soal HOTS yang sudah ditetapkan dan sudah
diuji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru, serta diujicobakan di
lapangan dengan melibatkan 10 siswa dari jurusan IPS dari beberapa SMA,
sehingga produk ini siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah yang
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2) Soal HOTS dalam produk ini cukup banyak untuk satu pokok bahasan, yakni
berjumlah 60 butir yang terdiri dari 50 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian,
sehingga dapat dijadikan referensi soal Penilaian Harian, Penilaian Tengah
Semester, dan Penilaian Akhir Semester oleh guru sejarah.
b. Kelemahan produk
1) Produk ini hanya memuat satu pokok bahasan, yakni kerajaaan-kerajaan
maritim di Indonesia pada masa Islam, sehingga hanya kelas guru dan siswa
kelas 11 IPS yang dapat menjadi pengguna produk.
2) Dari 60 butir soal, didominasi level kognitif C4 (58 soal), C5 (2 soal), dan
tidak ada soal dengan level kognitif C6 sama sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil akhir dari penelitian dengan judul “Pengembangan Soal
Berbasis HOTS dalam Mata Pelajaran Sejarah pada Pokok Bahasan
Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Islam untuk Siswa Kelas
XI IPS” menghasilkan suatu produk berupa soal sejarah berbasis HOTS
yang siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah di kelas. Dalam
melaksanakan penelitian ini, peneliti telah melalui serangkaian tahap uji
coba, yaitu uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru serta uji coba
lapangan yang melibatkan 10 siswa SMA kelas XI IPS.
Rekapitulasi data uji coba lapangan terbatas oleh dosen dan guru
dapat ditunjukkan melalui data sebagai berikut:
a. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh
dosen Pendidikan sejarah menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS
ini tergolong dalam kriteria “baik” dengan rata-rata skor sebesar
3,89.
b. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh
guru I menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS ini tergolong dalam
kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar 4,67.
c. Hasil uji coba lapangan terbatas soal sejarah berbasis HOTS oleh
guru II sejarah menunjukkan bahwa soal berbasis HOTS ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
tergolong dalam kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor sebesar
4,60.
Dari hasil skor yang didapatkan dari uji coba lapangan terbatas
dosen dan guru beserta revisi yang telah peneliti lakukan pada produk
kumpulan soal sejarah berbasis HOTS yang siap diuji coba di lapangan.
Tahap uji coba lapangan melibatkan 10 siswa kelas XI IPS ini
memperoleh skor 4,21 dan termasuk dalam kriteria “baik”. Dari hasil uji
coba lapangan, peneliti kembali melakukan penyempurnaan terhadap
produk, sehingg produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS
ini siap digunakan sebagai instrumen tes sejarah bagi siswa kelas XI
IPS.
Pada penelitian dan pengembangan produk berupa kumpulan
soal sejarah berbasis HOTS dengan materi pokok Kerajaan Maritim di
Nusantara pada Masa Islam yang nantinya akan diuji kelayakannya
sebagai instrumen tes sejarah kelas XI IPS tentunya memiliki
keterbatasan. Keterbatasan ini disebabkan karena kegiatan penelitian
dan pengembangan dilakukan di masa pandemi, sehingga hanya melalui
tujuh dari sepuluh tahap langkah-langkah R&D model Borg & Gall,
yakni 1) penelitian awal dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan,
3) pengembangan produk awal, 4) uji coba lapangan terbatas, 5)
penyempurnaan produk hasil uji lapangan terbatas, 6) uji coba produk),
7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan lebih luas. Produk ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
sampai pada uji kelayakan, revisi final hasil uji kelayakan, serta
diseminasi dan implementasi produk akhir.
B. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, maka
berikut rekomendasi yang dapat peneliti berikan, yaitu:
1. Peneliti merekomendasikan kepada siapa saja untuk melanjutkan
penelitian ke tahap selanjutnya, yakni tahap uji coba lapangan
hingga tahap terakhir, yaitu diseminasi dan implementasi produk
akhir, sehingga produk layak digunakan sebagai instrumen tes
sejarah bagi siswa kelas XI IPS.
2. Peneliti merekomendasikan kepada siapa saja untuk
mengembangkan produk kumpulan soal sejarah berbasis HOTS
serupa pada KD yang lain.
C. Saran
Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan,
maka saran yang dapat peneliti berikan, yaitu:
1. Bagi Sekolah
Sekolah dapat memfasilitasi siswanya dengan kumpulan soal
sejarah berbasis HOTS, entah dalam bentuk cetak maupun
elektronik, yang dapat dijadikan bahan latihan soal oleh siswa.
2. Bagi Guru
Kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini dapat dijadikan
instrumen tes sejarah. Produk ini bisa digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
referensi bagi guru sejarah untuk menyusun soal Penilaian
Harian, Penilaian Tengah Semester, maupun Penilaian Akhir
Semester, khususnya pada materi Kerajaan-kerajaan Maritim di
Indonesia pada Masa Islam.
3. Bagi Siswa
Siswa dapat menggunakan kumpulan soal sejarah berbasis
HOTS sebagai salah satu sarana latihan soal yang mengasah
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan kumpulan soal
sejarah berbasis HOTS supaya lebih baik lagi dari produk
sebelumnya dengan melanjutkan tahapan R&D model Borg &
Gall yang belum diterapkan peneliti, yakni Main Field Test (Uji
Coba Produk), Operational Product Revision (Revisi Hasil Uji
Lapangan Lebih Luas), Operational Field Testing (Uji
Kelayakan), Final Product Revision (Revisi Final Hasil Uji
Kelayakan), serta Dissemination and Implementation
(Diseminasi dan implementasi produk akhir). Dengan begitu,
produk berupa kumpulan soal sejarah berbasis HOTS ini benar-
benar layak untuk disebarluaskan di forum-forum ilmiah
ataupun melalui media massa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aman. 20XI. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Asep Jihad dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Daryanto dan Syaiful Karim. 2017. Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Penerbit
Gava Media.
Eko Putro Widoyoko. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Endang Indarini, Tri Sadono, dan Maria Evangeli Onate. 2013. Pengetahuan
Metakognitif Untuk Pendidik Dan Siswa. Vol.29, No.1. Yogyakarta: Satya Widya.
Hendra Kurniawan. 2018. Literasi dalam Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta:
Penerbit Gaya Media.
I Wayan Santyasa. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori
Pengembangan Modul. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK, Bali 12-14 Januari 2009. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
I.W. Widana. 2016. Modul Penulisan Soal HOTS untuk Ujian Sekolah, Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Pi’i. 2016. “Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi
pada Mata Pelajaran Sejarah SMA”. Vol. 10, No 2. Sejarah dan Budaya: Jurnal
Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya.
Safari. 2010. Penulisan Butir Soal berdasarkan Penilaian berbasis Kompetensi.
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Prijowunto, Widanarto. 2016. Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Sanata Dharma
Univerity Press.
Pudjiastuti, Ari. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thingking Skills
Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sugiyono. 20XI. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian & Desain Pengembangan; Resarch and
Development. Bandung: Alfabeta.
Sujadi, 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. 20XI. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Sutarjo Adisusilo, J.R. 2017. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter Konstruktivisme
dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, Heri. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya:
Prestasi Pustaka.
Walter R. Borg dan M.D. Gall. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition. New York: Longman.
Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis Konstruktivisme.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sumber Skripsi
Indah Permata Sari. 2020. Pengembangan Soal Tes HOTS pada Materi Pengukuran
untuk Siswa Kelas VI SD. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Fransiscus Rinto Abriantoro. 2019. Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis
HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK.
Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sanata Dharma.
Internet:
http://adipwahyudi.blogspot.com/20XI/01/model-penelitian-pengembangan-
borgand.html. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2020 pukul 00.00 WIB
https://sayidbukhari.blogspot.com/2016/05/penelitianpengembangan-research-
and.html. Diakses pada tanggal 08 Oktober 2020 pukul 00.15 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Lampiran 1: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
No. Deskripsi Inisial Siswa Rerata
Skor
Kriteria
AO AS AY BH BR CO EN EF EM JH
Aspek Materi
1. Soal menggunakan stimulus yang
menarik (baru, mendorong siswa
untuk membaca)
5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
4,6
Sangat Baik
2. Soal menggunakan stimulus yang
kontekstual (gambar/grafik, teks,
visualisasi, dll, sesuai dengan
dunia nyata)
4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4,2 Baik
3. Soal mengukur kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi,
mengkreasi)
4 4 4 4 4 3 5 4 5 3
4,0
Baik
4. Jawaban butir soal tersirat pada
stimulus.
4 3 5 5 3 3 4 2 5 3 3,7 Baik
5. Soal tidak familiar dan mengusung
kebaruan
4 3 3 5 4 3 2 2 5 5 3,6 Baik
6. Pilihan jawaban homogen dan
logis (Pilihan Ganda)
3 3 5 5 5 3 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik
Rata-rata 24,4/6=4,06 Baik
Aspek Konstruksi
1. Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan menggunakan kata
5 5 4 5 4 4 5 3 5 5 4,5 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
tanya atau perintah yang menuntut
jawaban terurai (Uraian)
2. Setiap soal hanya ada satu jawaban
benar (Pilihan Ganda)
4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4,4 Sangat Baik
3. Memuat petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal
(Uraian)
4 4 4 4 4 4 3 4 5 4
4,0
Baik
4. Pokok soal dirumuskan dengan
singkat, jelas, dan tegas
3 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4,1 Baik
5. Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban merupakan pernyataan
yang diperlukan saja (Pilihan
Ganda)
3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3,9 Baik
6. Pokok soal tidak memberi
petunjuk ke kunci jawaban
4 3 4 4 3 4 2 5 5 4 3,8 Baik
7. Pokok soal bebas dari pernyataan
yang bersifat negatif ganda
3 4 5 5 5 3 3 3 5 5 4,1 Baik
8. Gambar, grafik, tabel, diagram,
atau sejenisnya jelas dan berfungsi
3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4,2 Baik
9. Panjang pilihan jawaban relatif
sama
4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 4,5 Sangat Baik
10. Pilihan jawaban tidak
menggunakan pernyataan “semua
jawaban di atas salah” atau “semua
jawaban di atas benar” dan
sejenisnya (Pilihan Ganda)
3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4,6 Sangat Baik
XI. Butir soal tidak bergantung pada
jawaban soal lain
4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
12. Penggunaan kalimat soal tidak
menimbulkan tafsir ganda (Uraian)
3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4,2 Baik
50,7/12=
4,23
Sangat Baik
Aspek Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia,
untuk bahasa daerah dan bahasa
asing sesuai dengan kaidahnya
4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik
2. Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat
3 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik
3. Penggunaan Bahasa yang sesuai
dengan usia perkembangan siswa
4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4,0 Baik
4. Soal tidak mengandung unsur
SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
Antargolongan,Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kekerasan)
4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4,6 Sangat Baik
Rata-rata 17,3/4=
4,33
Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 2: Kisi-kisi Soal Sejarah Peminatan Kelas XI
Kisi-kisi Soal Sejarah Peminatan Kelas XI
Kelas : XI IPS Waktu Mengerjakan : 120 menit
Semester : II (dua) Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian
Kurikulum : 2013
Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No.
Soal
Ranah
Kognitif
Bentuk
Soal
3.2 Menganalisis
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
Teori-teori masuknya
agama dan kebudayaan
Islam ke Nusantara
Siswa dapat menyimpulkan teori tentang
masuknya agama Islam dengan
mengidentifikasi penemuan nisan di
makam Gresik dan nisan di makam
Cambay, Gujarat
1 C4 PG
Siswa dapat menganalisis teori tentang
masuknya agama Islam Cina
2 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini.
Kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam sistem
pemerintahan
Siswa dapat mengaitkan raja lokal
memeluk Islam dengan pesatnya
Islamisasi di Nusantara
9 C4 PG
Siswa dapat menyimpulkan konsekuensi
penetrasi pengaruh India ke Nusantara
XI C4 PG
Siswa dapat menganalisis latar belakang
adanya Perjanjian Bongaya
40 C4 PG
Siswa dapat menganalisis unsur akulturasi
antara budaya Islam dengan budaya pra-
Islam pada Masjid Agung Demak
46 C4 PG
Siswa dapat menganalisis alasan
pengarang babad melebih-lebihkan
penokohan
47 C4 PG
Siswa dapat menganalisis tujuan
penyelenggaraan Grebeg Maulud
48 C4 PG
Siswa dapat menyimpulkan arti penting
penggunaan gelar yang disandang seorang
sultan
49 C4 PG
Kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam sistem
sosial
Siswa dapat menganalisis dampak saluran
Islamisasi lewat perkawinan
6 C4 PG
Siswa dapat menyimpulkan alasan adanya
pembagian pemukiman pedagang asing
7 C4 PG
Siswa dapat menganalisis peranan kota-
kota pesisir terhadap Islamisasi di
Nusantara
4 C4 PG
Siswa dapat menganalisis dampak tidak
langsung dari praktek imperialisme
bangsa-bangsa Barat pada abad XVI
12 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Siswa dapat menyimpulkan peranan
wanita pada masa Islam
13 C4 PG
Siswa dapat menganalisis latar belakang
adanya pembagian status sosial di
kalangan masyarakat Islam di Jawa
14 C4 PG
Siswa dapat menemukan konsekuensi dari
keberadaan kampung Pecinan di wilayah
kekuasaan kerajaan Banten
39 C4 PG
Siswa dapat menganalisis sistem
feodalisme di kerajaan Mataram
41 C4 PG
Siswa dapat menganalisis alasan Sultan
Agung merekayasa bahasa Jawa menjadi
beberapa tingkatan
44 C4 PG
Siswa dapat menganalisis tujuan dari
pendirian masjid yang letaknya tidak
berjauhan dengan alun-alun
45 C4 PG
Kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam sistem
ekonomi
Siswa dapat menemukan kekhasan
kerajaan berbasis maritim
5 C4 PG
Siswa dapat menganalisis alasan
pedagang berani berlayar jarak jauh
kendati dengan perahu sederhana
10 C4 PG
Siswa dapat menganalisis konsekuensi
dari penerapan sistem commenda pada
masa kerajaan maritim Islam
22 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Siswa dapat menunjukkan penerapan
sistem commenda pada masa kini
23 C4 PG
Siswa dapat menunjukkan bentuk
kegiatan ekspor pada masa kerajaan
maritim Islam
24 C4 PG
Siswa dapat menyimpulkan keberadaan
mata uang deureuham dan peranannya
dalam aktivitas perdagangan di Samudera
Pasai
25 C4 PG
Siswa dapat mengaitkan peristiwa
kejatuhan Malaka ke tangan Portugis
dengan berdirinya bandar-bandar dagang
di penjuru Nusantara
26 C4 PG
Siswa dapat menganalisis konsekuensi
dari kondisi geografis kerajaan Mataram
27 C4 PG
Siswa dapat menunjukkan keterkaitan
politik dalam negeri Mataram dengan
konsekuensi dalam bidang ekonomi
28 PG
Siswa dapat menganalisis strategi yang
dilancarkan Sultan Ageng Tirtayasa
dalam memanfaatkan letak geografis
Banten yang menguntungkan
perekonomian Banten
29 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Siswa dapat menunjukkan konsekuensi
dari ramainya perdagangan di pelabuhan
Banten
30 PG
Siswa dapat menganalisis alasan
kapitalisme tidak mampu berkembang di
Nusantara
31 C4 PG
Siswa dapat menyimpulkan arti penting
rempah-rempah
32 C5 PG
Siswa dapat menganalisis alasan sesama
pedagang rempah tidak saling
berhubungan dan kaitannya dengan
penjualan rempah
33 C4 PG
Siswa dapat menganalisis faktor eksternal
penyebab persaingan antara Ternate dan
Tidore
34 C4 PG
Siswa dapat menganalisis dampak dari
Perjanjian Saragoza terhadap
keberlangsungan Ternate-Tidore
35 C4 PG
Siswa dapat menganalisis tujuan Sultan
Hasannudin memberi saham dagang pada
Portugis
36 C4 PG
Kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
Siswa dapat menganalisis alasan yang
melatar belakangi kebudayaan Islam tidak
3 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
masa Islam dalam sistem
kebudayaan
diterima begitu saja oleh masyarakat
Nusantara
Siswa dapat menyimpulkan tujuan Syekh
Siti Jenar mengembangkan ajaran Islam
yang dianggap menyimpang
16 C4 PG
Siswa dapat … cara para seniman dalam
mengakali pelarangan gambaran makhluk
hidup dalam karya seni bernafaskan
Islami
17 C4 PG
Siswa dapat mengaitkan keberadaan arca
Dwarapala yang terdapat pada keraton
Surakarta yang bercorak Islam
18 C4 PG
Siswa dapat menganalisis adanya
pengaruh konsep kepercayaan Kejawen
dengan karya-karya sastra Jawa yang
dihasilkan
19 C4 PG
Siswa dapat menganalisis penyebab
tradisi selamatan mendapat kritikan dari
para santri
20 C4 PG
Siswa dapat menganalisis tujuan
penggunaan gamelan, tembang, dan
wayang sebagai sarana Islamisasi di Jawa
21 C4 PG
Siswa dapat menganalisis fungsi
pesantren
37 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Siswa dapat menganalisis faktor penyebab
perbedaan corak hidup antara bangsawan
di lingkungan keraton dan rakyat jelata
dalam menjalalankan kehidupan
keagamaan
38 C4 PG
Siswa dapat menemukan penyebab
kesamaan kultur antara kerajaan Pajang
dengan kerajaan Demak
42 C4 Pg
Siswa dapat menganalisis alasan yang
melatarbelakangi pesatnya perkembangan
bahasa Melayu di Nusantara
43 C4 PG
Siswa dapat menganalisis arti penting
keberadaan keraton sebagai peninggalan
Islam pada masa kini
50 C4 PG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Uraian
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No.
Soal
Ranah
Kognitif
Bentuk
Soal
3.2 Menganalisis kerajaan-
kerajaan maritim Indonesia
pada masa Islam dalam sistem
pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan
serta pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa kini.
Kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada
masa Islam
dalam sistem
pemerintahan
Siswa dapat membuktikan bahwa aspek
politik juga memegang peranan penting
sebagai media penyebaran Islam di
Nusantara.
6 C5 Uraian
Siswa dapat menemukan contoh otoritas
Wali Sanga dalam bidang politik.
7 C4 Uraian
Siswa dapat menafsirkan maksud
adanya mitologi Nyi Rara Kidul dengan
legitimasi raja-raja Mataram menilik
kondisi geografis Mataram.
4 C5 Uraian
Siswa dapat menyimpulkan arti penting
penggunaan gelar yang disandang
seorang sultan.
9 C4 Uraian
Siswa dapat menganalisis suatu pola
sama yang diterapkan VOC yang
mengakibatkan keruntuhan Cirebon dan
Mataram.
8 C4 Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada
masa Islam
dalam sistem
sosial
Siswa dapat menganalisis aktivitas
perdagangan antar pulau dan kaitannya
proses integrasi bangsa.
5 C4 Uraian
Siswa dapat menganalisis alasan
pengarang melakukan kritik terhadap
gerakan Wahabi melalui karya sastra.
10 C4 Uraian
Kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada
masa Islam
dalam sistem
ekonomi
Siswa dapat menemukan perbedaan
corak kehidupan kerajaan berbasis
maritim dengan agraris dalam bidang
ekonomi dan militer.
1 C4 Uraian
Siswa dapat menganalisis pola
hubungan antar pelabuhan masa
kerajaan maritim Islam dengan masa
kini dengan keberadaan tol laut.
2 C4 Uraian
Siswa dapat menyimpulkan alasan
syahbandar harus bersikap adil dan loyal
dalam menjalankan tugasnya.
3 C4 Uraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 3: Soal Sejarah Peminatan Kelas XI
Soal Sejarah Peminatan Kelas XI
Topik: Kerajaan-kerajaan Maritim Islam di Nusantara
Pilihan Ganda
Berilah tanda (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang Anda anggap
paling tepat!
1. Perhatikan gambar berikut ini!
Nisan makan Sultan Maulana Malik
Ibrahim di Gresik, Jawa Timur
Nisan makam di Cambay, Gujarat, India
Sumber: https://darunnajah.com/biografi-
maulana-malik-ibrahim-1404-1419-m/
Sumber:
https://kumparan.com/acehkini/jejak-kota-
cambay-india-di-tanah-aceh-sampai-ke-
gresik-4-1rsbp3tTyLt
Penemuan nisan makam pada gambar di atas menunjukan bahwa….
A. seni kaligrafi menjadi ragam hias pada makam di masa awal
perkembangan Islam
B. banyak pedagang dari Mekah yang dimakamkan di Indonesia
C. makam raja di Indonesia berukuran besar dan kokoh
D. Islam yang berkembang di Indonesia berasal dari Gujarat
E. struktur makam Indonesia mirip dengan makan penduduk Arab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
2. Sebuah kronik Klenteng Sam Po Kong menceritakan bahwa Raden Patah,
Sultan pertama Demak, memiliki nama Cina, Jin Bun. Fakta ini didasarkan
pada keberadaan ibu Raden Patah yang berasal dari Campa, Cina bagian
selatan.
Hal tersebut mempertegas argumentasi Slamet Muljana bahwa ….
A. pada mulanya semua pemeluk Islam di Nusantara adalah etnik Tionghoa
B. etnik Tionghoa muslim sangat berperan dalam proses Islamisasi di
Jawa
C. penguasa kerajaan Demak berasal dari kalangan pedagang Tionghoa
D. etnik Tionghoa adalah penguasa Jawa sejak berdirinya kerajaan
Demak
E. penguasa daratan Cina hijrah ke Demak untuk menjaga
keberlangsungan dinastinya
3. Persebaran Islam terbesar di Indonesia berada di Pulau Jawa terbukti dari
penemuan batu nisan para bangsawan Jawa dari tahun 1368-1392.
Perkembangan Islam di Jawa tidak terdokumentasikan dengan baik, akan
tetapi catatan dari abad 16 menunjukkan bahwa Islam diterima sekaligus
bertentangan dengan masyarakat setempat. Alasan yang melatarbelakangi
kebudayaan Islam tidak diterima begitu saja oleh masyarakat Indonesia
adalah ….
A. masyarakat Indonesia sulit menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru
B. masyarakat Indonesia bersikap tertutup terhadap kebudayaan asing
C. para kepala suku membatasi hubungan rakyatnya dengan pendatang
D. kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat harus mendapat izin
para penguasa
E. Nusantara telah mempunyai kebudayaan yang mengakar kuat dalam
masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
4. Agama dan kebudayaan Islam di Nusantara berkembang pertama kali di
wilayah pesisir baru di daerah pedalaman. Hal tersebut dikarenakan ….
A. raja-raja lokal menolak ajaran Islam
B. akses untuk masuk ke wilayah pedalaman sangat terbatas
C. masyarakat pesisir cenderung terbuka terhadap hal baru
D. kegiatan perdagangan berpusat pada wilayah pesisir
E. masyarakat pesisir gencar melakukan Islamisasi
5. Sebagian besar kerajaan bercorak Islam di Nusantara memiliki basis
maritim. Keterangan yang memperkuat pernyataan tersebut adalah ….
A. perekonomian yang bertumpu pada aktivitas perdagangan laut
B. setiap kerajaan Islam memiliki sumber daya alam dari hasil pertanian
C. sebagian besar pusat kerajaan Islam berada di wilayah pantai
D. keberadaan komoditas rempah-rempah di setiap pelabuhan
E. kepemilikan persenjataan dan angkatan laut yang kuat
6. Pelayaran dan perdagangan yang dilakukan para pedagang mulim pada
masa kuno tergantung oleh angin muson. Kondisi tersebut memaksa para
pedagang untuk singgah di pelabuhan-pelabuhan dalam kurun waktu
tertentu. Ketika menunggu perjalanan berikutnya, terjadi interaksi antara
pedagang muslim dan penduduk lokal. Intensitas hubungan tersebut tak
jarang berujung pada perkawinan antara pedagang muslim dengan
perempuan pribumi yang biasanya berasal dari golongan bangsawan.
Perkawinan ini pun menjadi salah satu sarana islamisasi di Nusantara.
Dampak dari kondisi tersebut adalah ….
A. lahir generasi muslim baru dalam suatu dinasti
B. muncul perizinan dagang yang melibatkan pedagang muslim dan
penguasa lokal
C. politik Islam mulai mendominasi politik lokal
D. pekojan menjadi tempat pemukiman pedagang Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
E. pedagang Islam memegang peranan penting dalam politik lokal di
Nusantara
7. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kota Surosowan telah
berkembang menjadi kota kosmopolitan yang dihuni para pedagang asing,
sebut saja kampung Keling yang dihuni orang India, kampung Pekojan yang
ditinggali orang Arab, dan kampung Pecinan yang didirikan orang
Tionghoa.
Kesimpulan dari wacana di atas adalah ….
A. para pedagang menolak bercampur baur dengan pedagang dari etnis lain
B. para pedagang hanya mau tinggal dengan etnis sebangsanya
C. para pedagang hanya berinteraksi dengan etnis lain ketika sedang
bertransaksi
D. para pedagang membangun pemukiman yang disesuaikan asal-usulnya
E. para pedagang ingin menjaga kemurnian rasnya masing-masing
8. Perhatikan gambar berikut!
Masjid Langgar Tinggi (dulu dan kini) di salah satu pekojan di Tambora, Jakarta Barat
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Langgar_Tinggi
Pengaruh Islam dapat masuk ke Nusantara tak terlepas dari peran kota-kota
pantai yang bermula dari keberadaan pekojan yang merupakan
perkampungan bagi pedagang Arab yang memeluk Islam. Kondisi ini
disebabkan karena ….
A. perkembangan masyarakat terpusat di kota-kota pantai
B. masyarakat Islam hanya mampu berkembang di kota-kota pesisir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
C. masyarakat pantai masih menganut kepercayaan lokal
D. Islam masuk bersamaan dengan aktivitas perdagangan
E. kota-kota pantai merupakan wilayah yang padat penduduk
9. Beberapa raja lokal di Nusantara lambat-laun mulai memeluk Islam.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada pesatnya perkembangan agama
Islam karena ….
A. Hindu-Buddha tidak lagi diakui sebagai agama resmi kerajaan di
Indonesia
B. banyak rakyat yang turut memeluk Islam dan penyebaran Islam
menjadi lebih mudah
C. aktivitas perdagangan yang dilakukan pedagang Islam di Nusantara
semakin mudah
D. ajaran Islam ditentukan dari stratifikasi sosial sehingga harus
beradaptasi dengan hukum kerajaan
E. kekuatan politik Islam mulai menggeser kekuatan politik Hindu-Budhha
yang telah mengakar kuat
10. Perhatikan gambar berikut!
Kora-kora raja Ternate dengan 7 meriam. Tempat tidur mewah raja dapat terlihat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kora-kora
Guna menunjang aktivitas perdagangan antar kepulauan Nusantara
masyarakat Ternate melakukan pelayaran jarak jauh menggunakan kora-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
kora yang dilengkapi dengan cadik. Meskipun hanya menggunakan perahu
sederhana yang masih mengandalkan angin, mereka tetap tenang
melakukan pelayaran jarak jauh tanpa harus takut perbekalan habis. Hal
tersebut dapat terjadi karena didukung oleh...
A. pelayaran dilakukan pada musim yang baik untuk berlayar
B. kapal cadik sangat mendukung aktivitas pelayaran jarak jauh
C. tersedianya banyak pelabuhan yang keamanannya terjamin untuk
transit
D. perairan di Nusantara relatif tenang dan tidak bergelombang besar
E. nenek moyang Nusantara memiliki kemampuan berlayar yang sangat
baik
11. Perhatikan gambar di bawah ini!
https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_X
Sultan Hamengkubuwana X bersama Permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Hemas pada
upacara penobatan tanggal 7 Maret 1989 sebagai raja Kasultanan Yogyakarta.
Semenjak pengaruh India masuk Nusantara, masyarakat Nusantara mulai
mengenal adanya konsep dewaraja, yakni raja sebagai pemimpin tertinggi
yang dianggap sebagai penjelmaan dewa. Pemimpin masyarakat tidak lagi
dipilih oleh anggota masyarakat seperti pada masa pra-aksara melalui sistem
primus interpares, melainkan diturunkan secara turun temurun seperti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
terjadi di Kasultanan Yogyakarta hingga saat ini. Maka, dapat disimpulkan
bahwa ...
A. akulturasi budaya antara budaya setempat dengan budaya India
B. masyarakat Nusantara mulai menganut sistem kerajaan
C. India membawa Nusantara memasuki era kerajaan berbasis agama
D. perubahan adat istiadat Nusantara karena mendapat pengaruh India
E. perubahan sistem pemerintahan dikarenakan masuknya budaya India
12. Kedatangan bangsa-bangsa Barat di Indonesia pada abad XVI membawa
dampak positif bagi bangsa Indonesia. Dampak positif tersebut ditunjukkan
dengan …
A. meningkatnya produksi lada sehingga menguntungkan penduduk lokal
B. meningkatnya harga rempah-rempah yang diperdagangkan di Indonesia
C. munculnya keinginan untuk mencontoh sistem monopoli bangsa-bangsa
Barat
D. meningkatnya arus lalu lintas pelayaran di perairan Indonesia
E. munculnya solidaritas antar pedagang untuk melawan bangsa-bangsa
Barat
13. Perhatikan gambar berikut!
Kirab Ratu Kalinyamat
Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2018/04/09/ratu-kalinyamat-hadir-dalam-kirab-
keprajuritan-peringati-hari-jadi-kabupaten-jepara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Masyarakat Jepara, Jawa Tengah, dewasa ini masih mengidolakan sosok
Ratu Kalinyamat. Bahkan, ketika merayakan hari jadi Kabupaten Jepara,
masyarakat melakukan kirab keprajuritan. Dalam sejarah Kerajaan Demak
terdapat seorang pemimpin Ratu Kalinyamat yang memerintah pelabuhan
Jepara pada abad ke-16 dan berjuang melawan serangan Portugis dari
Malaka. Di sini kita dapat melihat peran wanita dalam kancah politik.
Fenomena Ratu Kalinyamat ini dapat dimaknai sebagai...
A. pemimpin wanita tidak lemah
B. perempuan dapat memimpin sebuah kerajaan
C. perempuan tidak hanya sebagai konco wingking suami
D. sudah adanya kesetaraan gender dari masa lalu
E. perempuan dapat membawa sebuah kerajaan kepada masa keemasan
14. Agama Islam mudah diterima masyarakat Nusantara karena tidak mengenal
sistem kasta. Akan tetapi menurut Clifford Geertz, masyarakat Islam di
Jawa terbagi atas tiga status sosial, yakni santri yang mengamalkan ajaran
agama sesuai dengan syariat Islam, abangan yang mempraktekkan ajaran
Islam tapi masih bercampur dengan kepercayaan lokal, dan priayi yang
masih memiliki pertalian darah dengan raja-raja. Perbedaan status sosial
tersebut muncul karena ….
A. golongan priyayi tidak ingin kehilangan pengaruh di tengah masyarakat
B. masyarakat memiliki tingkat pemahaman agama yang berbeda-beda
C. masyarakat Jawa masih terbawa dengan sistem kasta pada agama Hindu
D. adanya akulturasi antara ajaran Islam dan budaya Jawa
E. golongan penguasa menginginkan tatanan kehidupan teratur
15. Pada periode awal Islam di Jawa ada kisah tentang Wali Sanga yang
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Peradaban Islam di Jawa semakin
berkembang, salah satunya adalah berdirinya Kerajaan Demak sebagai
kerajaan pertama di Jawa. Di periode ini ada legenda yang berpengaruh bagi
perkembangan Islam-Jawa yaitu kemunculan Syekh Siti Jenar di antara wali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
sanga. Ajaran Syekh Siti Jenar dianggap menyimpang dari agama Islam
murni pada umumnya oleh wali sanga. Bagi para wali ajaran Syekh Siti
Jenar tidak sesuai dengan isi al-Quran dan hadis. Tujuan dari Syekh Siti
Jenar sendiri adalah ….
A. membuat aliran keagamaan sendiri yang sesuai dengan pemahamannya
B. menggabungkan ajaran panteisme dengan Islam supaya lebih kompleks
C. menarik banyak jamaah untuk bergabung dengan sekte sesat
D. sebagai bentuk toleransi dengan ajaran pra-Islam yang lebih dulu
berkembang
E. menjadikan Islam yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Jawa
16. Orang Jawa dengan mistik Jawa menekankan harmoni dan kedamaian Jiwa
yang terekspresi dengan ritual-ritual. Sedangkan Islam mengajarkan tentang
pewahyuan Allah melalui kitab suci al-Quran yang diterima oleh Nabi
Muhammad. Pandangan antara Jawa dengan Islam memang tidak sama,
akan tetapi pertemuan Islam dengan Jawa dijembatani oleh Islam sufi
melalui tasawuf yang menekankan tentang ….
A. ilmu tarikh
B. kebahagiaan akhirat
C. tafsir tauhid
D. perbaikan akhlak
E. kedamaian batin
17. Ajaran Islam dikenal melarang adanya gambaran makhluk hidup,
khususnya manusia, yang dituangkan dalam karya seni. Namun, rupanya
hal tersebut tidak menyurutkan para seniman untuk terus berkarya. Salah
satu cara yang dilakukan para seniman, yaitu ….
A. menggantikan unsur makhluk hidup dengan benda mati
B. menyamarkan gambar makhluk hidup dengan ragam hiasan
C. membatik gambar makhluk hidup pada sehelai kain
D. menjadikan wayang sebagai pengganti manusia dan hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
E. tetap melakukan apa yang dilarang dalam ajaran Islam tersebut
18. Perhatikan gambar berikut ini!
Arca Dwarapala di Keraton Surakarta
Sumber: https://www.shutterstock.com/search/keraton+surakarta
Arca di atas adalah Dwarapala, peninggalan bercorak khas Hindu-Buddha.
Namun, patung tersebut ditemukan berada di Keraton Surakarta yang
bercorak Islam.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ….
A. agama Hindu-Buddha menjadi kepercayaan utama di Keraton Surakarta
B. ragam hias Keraton Surakarta mendapat pengaruh kebudayaan pra-
Islam
C. kebudayaan Islam belum mengakar kuat di Keraton Surakarta
D. arca Dwarapala mencerminkan corak kehidupan di Keraton Surakarta
E. bangunan Keraton Surakarta memperlihatkan percampuran dengan
kebudayaan Barat
19. Sultan Agung menulis kitab Sastra Gendhing yang menjelaskan tentang
ajaran manunggaling kawula Gusti atau bersatunya Tuhan dengan manusia.
Dalam perkembangannya ajaran ini sangat berpengaruh terhadap konsep
kepercayaan kejawen di Mataram. Kitab-kitab kesusastraan Jawa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
dihasilkan pada masa kerajaan Islam mengandung unsur-unsur mistik.
Adanya unsur mistik tersebut dipengaruhi oleh ….
A. perkembangan panteisme di kalangan para wali
B. adanya upaya penyesuaian tradisi lama dengan tradisi Islam
C. kepercayaan Hindu-Buddha di kalangan masyarakat
D. campur tangan penguasa kerajaan dalam penulisan kesusastraan
E. pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan masyarakat Islam
20. Perhatikan gambar berikut!
Upacara Tahlilan
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/65866/yasinan-dan-tahlilan-cara-sekelompok-
remaja-jakarta-bangun-soliditas
Budaya Islam di Demak berbeda dari budaya Islam di Arab, salah satunya
adalah tradisi selamatan dan yasinan. Upacara tersebut merupakan bentuk
akulturasi budaya Islam dan Jawa yang dikembangkan oleh Sunan Kalijaga.
Namun, tradisi selamatan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
Nusantara sempat mendapat kritikan dari para santri. Kritikan tersebut
muncul karena ….
A. Islam tidak mengajarkan adanya tradisi selamatan
B. tradisi selamatan di sebagian masyarakat mengandung unsur syirik
C. tradisi selamatan bukan budaya asli masyarakat Indonesia
D. para santri berusaha menjaga kemurnian kebudayaan Islam dari Timur
Tengah
E. para santri tidak menginginkan kebudayaan Islam mendapat pengaruh
Hindu-Buddha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
21. Perhatikan wacana berikut!
Salah satu Wali Sanga, yaitu Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang
saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah
yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan
instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir. Ia juga
menciptakan tembang "Tombo Ati" yang berarti penyembuh jiwa, hingga
kini masih sering dinyanyikan orang.
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai
membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan
memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.
Gamelan, tembang, dan wayang menjadi media penyebaran Islam di Jawa.
Media tersebut digunakan untuk penyebaran Islam karena ….
A. gamelan, tembang, dan wayang kurang diminati oleh masyarakat Jawa
B. masyarakat Jawa diajak untuk melestarikan kebudayaan lokal
C. para ulama ingin mempermudah penyebaran ajaran Islam
D. para ulama menyukai kesenian gamelan, tembang, dan wayang
E. raja-raja lokal melarang dakwah secara langsung
22. Commenda merupakan salah satu istilah ekonomi yang berkembang pada
masa kerajaan Islam. Commenda merupakan sistem perdagangan mengenai
kekuasaan penguasa pelabuhan yang menyediakan kapal serta penyerahan
dagangan orang lain dalam artian penguasa memberikan keputusan apakah
kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan oleh menurunkan barang
dagangannya atau tidak.
Adanya sistem commenda pada masa itu menandakan bahwa ….
A. Kerajaan Islam telah menganut sistem perdagangan yang maju
B. pedagang asing berperan besar dalam kemajuan perdagangan di
Indonesia
C. Kerajaan Islam mulai mengadopsi sistem perdagangan Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
D. raja-raja Islam ingin mengembangkan aktivitas perdagangan yang
lebih modern
E. perdagangan masa Islam bertujuan mencari kentungan sebanyak-
banyaknya
23. Dalam kegiatan perdagangan, raja berperan sebagai pemilik modal,
sedangkan kegiatan perdagangan dijalankan oleh para saudagar. Hubungan
dagang antara raja atau pemilik modal dan para saudagar disebut sebagai
sistem perdagangan partnership atau commenda. Perdagangan commenda
dapat diartikan sebagai penyerahan barang dagangan kepada orang lain
untuk diperdagangkan.
Pengaruh kerajaan Islam dalam bidang ekonomi pada masa kini yang
relevan dengan pernyataan di atas nampak pada sistem ….
A. pajak
B. saham
C. bank syariah
D. hibah
E. bea cukai
24. Kegiatan ekspor di Indonesia telah dilakukan sejak masa kerajaan maritim
Islam. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan adanya ….
A. penanaman modal perdagangan di negara lain
B. pengiriman upeti kepada kerajaan lain yang membutuhkan
C. pembelian bahan pakaian seperti kain sutra dari negara luar
D. pemasokan bahan makanan yang tidak dimiliki kerajaan dari negara luar
E. penjualan rempah-rempah kepada para pedagang asing untuk dibawa
ke luar negeri
25. Perhatikan gambar di bawah ini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Mata uang deureuham
Sumber: https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190712104819-2074/mata-uang-kesultanan-
kesultanan-islam-aceh-hingga-abad-17-m/
Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang yang disebutkan
deureuham demi menunjang aktivitas perdagangan. Penggunaan mata uang
tersebut menunjukkan bahwa ….
A. masyarakat Kerajaan Samudera Pasai telah mengenal kegiatan
ekonomi modern
B. perekonomian Kerajaan Samudera Pasai bertumpu pada sektor agraris
C. Kerajaan Samudera Pasai melakukan perluasan jaringan perdagangan
hingga ke Pulau Jawa
D. Kerajaan Samudera Pasai menguasai kegiatan perdagangan di tepi Selat
Malaka
E. masyarakat di daerah bawahan (vassal) Kerajaan Samudera Pasai wajib
memberi upeti
26. Setelah Malaka jatuh ke tangan Potugis di tahun 15XI, banyak berdiri
bandar-bandar dagang di wilayah Nusantara untuk memfasilitasi sesama
pedagang yang awalnya berdagang di Malaka. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa ….
A. Malaka menjadi pusat perdagangan internasional ketika dipegang
Portugis
B. Portugis menjadi pemegang kendali aktivitas perniagaan di Nusantara
C. para pedagang saling bersaing ingin menjadi bandar sebesar Malaka
D. pedagang Nusantara menolak bekerja sama dengang bangsa Portugis
E. kebijakan Portugis menguntungkan pedagang Malaka dan merugikan
pedagang Nusantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
27. Wilayah kerajaan Mataram yang dibangun di atas Alas Mentaok dikelilingi
oleh jajaran gunung, seperti Gunung Merapi-Merbabu, Sindoro-Sumbing,
Lawu, Ungaran, Prau, dan sebagainya. Di antara jajaran gunung tersebut,
mengalir sungai-sungai besar seperti Sungai Progo, Elo, Bengawan Solo,
dan Bogowonto. Dengan kondisi geografis tersebut, tanah di Mataram
merupakan jenis tanah aluvial dan vulkanik yang berasal dari endapan
material sungai dan gunung api. Kondisi tersebut menyebabkan ….
A. pusat kerajaan Mataram rentan terkena bencana letusan gunung berapi
B. banyak pedagang asing yang singgah di wilayah kekuasaan Mataram
C. Kerajaan Mataram menghasilkan hasil bumi yang memiliki kualitas
terbaik
D. wilayah Kerajaan Mataram menjadi salah satu derah yang ingin
ditaklukan VOC
E. aktivitas ekonomi Kerajaan Mataram menjadi berbasis agraris
28. Sejak dahulu perdagangan orang Jawa di laut mempunyai dua cabang,
yakni: 1) pengangkutan rempah-rempah Maluku ke tempat-tempat lain
melalui Jawal; 2) ekspor bahan makanan dari Jawa. Namun, lambat laun
pengangkutan rempah-rempah dari Maluku ke tempat lain berpindah pada
permulaan abad 17 tidak melalui Jawa lagi, dan ekspor pun kemudian
berangsur lenyap. Hal ini selaras dengan politik dalam negeri Mataram
semasa pemerintahan Amangkurat I, yakni ….
A. pengembangan monopoli beras yang menjadi komoditas utama
Mataram
B. tindakan preventif karena tidak memiliki kekuatan militer yang
mumpuni
C. menghindari intervensi VOC dalam urusan internal kerajaan
D. pembentukan aliansi dagang internal Mataram
E. pelarangan bagi rakyat Mataram melakukan perdagangan laut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
29. Perhatikan gambar berikut!
Peta wilayah kekuasaan kerajaan Banten
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten
Letak geografis Banten memberi keuntungan tersendiri bagi perekonomian
masyarakat. Sutan Ageng Tirtayasa memanfaatkan kondisi tersebut dengan
cara ….
A. memperkenalkan kesenian debus kepada para pedagang yang singgah di
pelabuhan Banten
B. membangun pelabuhan transito untuk menarik pedagang asing agar
singgah di Banten
C. menakhlukkan daerah penghasil lada di Lampung dan Borneo
D. membangun sistem irigasi besar-besaran di Banten
E. membangun armada laut dan sistem perdagangan yang kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
30. Perhatikan gambar berikut!
Ilustrasi pelabuhan Banten
Sumber: https://docplayer.info/46641627-Perencanaan-lanskap-wisata-sejarah-banten-
lama-kota-serang-provinsi-banten-wondo-hendratmo.html
Pelabuhan Banten menjadi wilayah yang ramai karena adanya aktivitas
pelayaran dan perdagangan. Ramainya perdagangan di pelabuhan Banten
tersebut menyebabkan ….
A. kerajaan Banten memproduksi kapal dagang untuk menunjang
pelayaran
B. kerajaan Banten menjadi sasaran praktek monopoli VOC
C. banyak pedagang asing yang menghindari Banten karena terlalu ramai
D. kerajaan Banten mengembangkan industri perikanan
E. perekonomian Banten meningkat pesat dan berkembang menjadi
emporium
31. Berbagai emporia bermunculan di Asia, di Nusantara sendiri terdapat
Malaka yang nantinya akan digantikan Banten. Dalam setiap emporia
terdapat pengusaha-pengusaha yang memiliki modal cukup besar,
menyediakan fasilitas kredit, serta memiliki usaha dagang sendiri. Sistem
emporia menimbulkan kapitalisme di Asia, khususnya di Nusantara.
Sayangnya, perkembangan kapitalisme di Nusantara hanya sekitar abad ke-
18 saja karena sistem politik di Nusantara tidak memberi jaminan bagi
keselamatan dan hak milik pribadi karena ....
A. penguasa atau raja memiliki kekuasaan yang absolut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
B. para pedagang tidak mendapat hak istimewa dari raja
C. modal yang dihimpun pedagang tidak dapat ditanam di sektor lain
D. modal mereka belum dilindungi institusi keuangan seperti perbankan
E. kerajaan-kerajaan di Nusantara anti sistem merkantilisme
32. “Pedagang Melayu mengatakan bahwa Tuhan menciptakan Timor untuk
kayu cendana, Banda untuk bunga pala. dan Maluku untuk cengkih, dan
barang dagangan ini tidak dikenal di tempat lain di dunia kecuali di tempat
itu.” (Pires 1515:204)
Di dalam keseluruhan gambaran perdagangan Asia Tenggara, rempah-
rempah yang memikat para pedagang dari belahan dunia lain sebenarnya
hanya mata dagangan dalam jumlah kecil. Rempah-rempah menjadi penting
karena ….
A. keuntungan paling besar diperoleh dari penjualan rempah-rempah
B. para pedagang yang memburu rempah-rempah memperkenalkan
komoditas lain di bandar atau wilayah produksi rempah
C. rempah-rempah hanya terdapat di Indonesia bagian timur
D. jumlahnya terbatas apabila dibanding dengan komoditas barang lain
seperti beras, garam, tekstil, dan logam
E. rempah-rempah yang langka menjadi primadona di Eropa
33. “Kepulauan sebelah timur merupakan kawasan subur untuk buah-buahan
dan barang dagangan yang khas seperti rempah-rempah dan obat-obatan
lain yang tidak dapat ditemukan di tempat lain”. (Pyrard 1619XI:169).
Tak mengherankan jika harga rempah di daerah Indonesia timur terjangkau,
sedangkan harga komoditas lain melonjak tinggi. Hal tersebut memaksa
sesama pedagang rempah terhalang untuk saling berhubungan supaya ….
A. antar pedagang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh yang lain
B. dinamika persaingan antar pedagang rempah tidak terlalu ketat
C. tidak saling memperebutkan konsumen rempah-rempah
D. harga rempah-rempah jangan sampai jatuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
E. mempermudah akses mendapatkan rempah-rempah
34. Perhatikan keterangan berikut!
Peta Uli Lima dan Uli Siwa
Sumber: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/uli-lima-dan-uli-siwa-
persekutuan-bersaudara-ternate-tidore/
Di Indonesia bagian timur, terdapat dua persekutuan dagang yang cukup
besar dan saling bersaing. Ternate membentuk Uli Lima yang terdiri atas
Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli
Siwa yang terdiri atas Tidore, Jailolo, Makian, dan sebagian kerajaan di
Papua. Persaingan mereka bertambah panas karena ….
A. letaknya yang berdekatan sehingga berebut konsumen
B. tidak bersahabat sejak awal berdirinya persekutuan
C. VOC membangun kantor dagang di kawasan tersebut
D. kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku
E. berlomba-lomba menjadi emporium seperti Malaka
35. Perselisihan Portugis dan Spanyol di Maluku dapat diselesaikan dengan
Perjanjian Saragoza. Salah satu dampak Perjanjian Saragoza adalah ….
A. bercokolnya pengaruh Spanyol di Kerajaan Ternate dan Tidore
B. menurunnya kegiatan dagang Kerajaan Ternate dan Tidore
C. putusnya hubungan dagang Kerajaan Ternate dan Portugis
D. adanya monopoli perdagangan oleh Spanyol di Kepulauan Maluku
E. meningkatnya pengaruh Portugis di Kerajaan Ternate dan Tidore
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
36. Di tengah pesatnya islamisasi di Makassar, Sultan Hasannudin justru
menerima Fransisco Viera, utusan Portugis yang membawa misi
penyebaran agama Katolik. Bahkan, sultan memberi saham perdagangan
kepada orang-orang Portugis. Sebenarnya, ini adalah salah satu strategi
dalam bidang politik-ekonomi dari Sultan Hasanuddin dalam upaya ….
A. bentuk toleransi dari agama Islam kepada penganut Katolik di Makassar
B. pemberian izin untuk memadukan ajaran Islam dengan Nasrani di
Makassar
C. membina kerjasama bilateral dengan Portugis yang kedudukannya
cukup kuat
D. mengusir VOC yang melakukan monopoli perdagangan di Sulawesi
Selatan
E. menarik simpati masyarakat bahwa ia adalah raja yang menghargai
keberagaman
37. Perhatikan gambar berikut!
Santri Ampel Denta zaman dahulu
Sumber: https://www.ngopibareng.id/timeline/dimanakah-pondok-pesantren-ngampel-
denta-37XI460
Pesantren dan Islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
tradisi Islam, pesantren berfungsi untuk ….
A. memecahkan masalah yang berkaitan dengan urusan agama Islam
B. menjalankan aktivitas peribatan sesuai dengan syariat Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
C. mengajarkan dan menyiarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
Islam
D. mencari solusi atas berbagai masalah yang terjadi kepada masyarakat
E. merumuskan segala kebijakan pemimpin yang berkaitan dengan rakyat
38. Masuknya Islam di Jawa mengalami dua perbedaan di kalangan petani dan
kalangan kerajaan. Keraton corak hidup mereka telah dituntun dengan
ajaran Islam. Sedangkan, masyarakat desa yang beragama Islam pada
umumnya tidak taat dalam menjalankan kewajiban-kewajiban agama Islam.
Mereka tidak menjalankan salat lima waktu, tidak ke masjid, tidak berpuasa
di bulan Ramadhan dan mereka juga tidak berpikir untuk mengatur hidup
sesuai dengan al-Quran. Dua perbedaan tersebut bukan suatu halangan bagi
Islam untuk tetap melakukan siar di Jawa.
Yang bukan merupakan faktor penyebab adanya perbedaan tersebut adalah
….
A. kalangan petani masih mempercayai unsur dinamisme-animisme
B. kehidupan di kalangan petani masih sarat dengan unsur mitos
C. agama Islam menyesuaikan dengan keadaan dan situasi petani
D. kalangan petani terpaksa memeluk Islam atas perintah sultan
E. kalangan petani malas menjalankan ritual keagamaan karena sibuk
39. Perhatikan gambar berikut!
Klenteng Surosowan
Sumber: https://blog.tiket.com/mengunjungi-sisa-sisa-sejarah-di-banten-lama/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Pada masa kejayaan Banten, Kota Surosowan merupakan pusat
pemerintahan sekaligus pusat aktivitas masyarakat. Di sekitar Keraton
Surosuwan terdapat bangunan pemujaan berupa kelenteng di Kampung
Pecinan yang dihuni etnik Tionghoa. Keberadaan bangunan tersebut
menunjukkan bahwa ….
A. Keraton Surosuwan dibangun atas sumbangan etnik Tionghoa di Banten
B. penguasa Banten menerapkan pajak bagi warga asing yang menetap di
Surosowan
C. masyarakat Banten menghargai keragaman dan keberadaan etnik lain
D. aktivitas perdagangan di Kerajaan Banten dikuasai oleh etnik Tionghoa
E. Surosowan didonimasi masyarakat yang berasal dari etnik Tionghoa
40. Pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya
bersama VOC. Perjanjian Bongaya dilatarbelakangi oleh ….
A. pembangunan kantor dagang VOC di Gowa-Tallo
B. kemenangan kerajaan Gowa-Tallo atas Malaka
C. kekalahan kerajaan Gowa-Tallo dari VOC
D. penyelewengan pajak yang dilakukan VOC
E. pemberontakan rakyat Gowa-Tallo dan Bone
41. Struktur masyarakat Mataram terdiri atas golongan bendoro (raja dan
bangsawan), priayi (pegawai kerajaan), dan wong cilik (rakyat). Hal ini
menunjukkan bahwa kerajaan Mataram menganut sistem feodal, dengan
konsep patron-klien (atasan-bawahan). Dalam sistem feodal, derajat
seseorang dalam masyarakat dinilai berdasarkan ….
A. keturunan ningrat atau darah biru
B. kecakapan yang mumpuni
C. luas tanah yang dimiliki
D. prestasi dan pencapaian karier
E. kekayaan yang berlimpah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
42. Perhatikan gambar berikut!
Silsilah Demak dan Pajang
Sumber: http://www.geocities.ws/rakyatjawa/kingdom/demak-pajang.htm
Kultur Islam yang berkembang di kerajaan Pajang memiliki kemiripan
dengan kerajaan Demak. Dilihat dari silsilah di atas kemiripan tersebut yang
disebabkan oleh ….
A. kebudayaan islam di kerajaan Pajang mengikuti kultur kerajaan Demak
B. Kerajaan Pajang merupakan lanjutan dari kerajaan Demak
C. Kerajaan Pajang pernah menjadi bawahan kerajaan Demak
D. Kebudayaan di kerajaan Pajang mengadopsi kebudayaan Demak
E. Islam di Kerajaan Pajang disebarkan oleh ulama dari Demak
43. Bahasa Melayu merupakan bahasa yang cepat berkembang di Nusantara
pada waktu itu. Latar belakang yang mendorong perkembangan tersebut
adalah ….
A. keinginan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
B. pemanfaatan kegiatan perdagangan untuk menyebarkan bahasa Melayu
C. perkembangan kebudayaan suku Melayu di berbagai wilayah Indonesia
D. kesadaran suku bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa Melayu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
E. pemanfaatan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dalam aktivitas
pendidikan
44. Masyarakat tradisional Jawa masa kini, khususnya yang masih tinggal di
pedesaan, terlihat masih menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi.
Dalam Bahasa Jawa sendiri terdapat tingkatan-tingkatan, seperti ngoko
lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama inggil yang pemakaiannya
tergantung dengan siapa kita sedang bercakap-cakap.
Para ahli bahasa mengatakan bahwa struktur bahasa Jawa yang bertingkat-
tingkat dan memperhatikan situasi dan lawan bicara ini merupakan rekayasa
Sultan Agung.
Ditinjau dari budaya Jawa tempo dulu, terutama pada zaman kerajaan yang
menerapkan sistem feodal, alasan yang melatar belakangi hal tersebut
adalah ….
A. mengklasifikasikan golongan elit dengan non-elite
B. menghormati orang yang lebih tua daripada kita
C. memperkaya pembendaharaan kata dalam bahasa Jawa
D. menjunjung tinggi unggah-ungguh dalam berbahasa
E. sebagai sarana mengakrabkan sesama etnis Jawa
45. Pada masa kerajaan Islam masjid di Jawa didirikan dekat dengan alun-alun.
Tujuan utama pendirian masjid di dekat alun-alun adalah ….
A. menjadi tempat bersatunya raja dengan masyarakat untuk melakukan
ibadah
B. mengoptimalkan penggunaan lahan di sekitar alun-alun
C. mempermudah anggota kerajaan yang ingin menunaikan salat
D. mempermudah masyarakat di sekitar alun-alun yag ingin beribadah
E. menjadi simbol kebesaran penguasa yang membangun masjid tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
46. Masjid Agung Demak merupakan salah satu peninggalan masa Islam di
Indonesia. Unsur akulturasi budaya Islam dan budaya pra-Islam yang
tampak pada bangunan masjid tersebut adalah ….
A. bangunan menara masjid
B. atap masjid berbentuk tumpang
C. penggunaan kayu sebagai tiang
D. letak masjid dekat dengan alun-alun
E. keberadaan makam di sekitar masjid
47. Pada masa Islam, kesusastraan mengalami perkembangan signifikan. Di
tanah Jawa, terdapat babad, yaitu dongeng yang sengaja diubah sebagai
cerita sejarah, seperti Babad Tanah Jawi dan Babad Giyanti. Dalam babad
penggambaran tokoh dan peristiwa dilakukan secara berlebihan.
Penggambaran yang berlebihan tersebut dipengaruhi oleh ….
A. aliran kepercayaan yang dianut para penulis babad
B. tujuan pujangga yang menulis kitab babad tersebut
C. kepentingan penguasa kerajaan yang ingin melegitimasi kekuasaan
D. kondisi sosial budaya masyarakat sekitar kerajaan
E. mitos dan kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat
48. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal (Mulud) Kesultanan Yogyakarya
menyelenggarakan acara grebeg. Acara tersebut diselenggarakan dengan
tujuan ….
A. menandai berakhirnya bulan puasa
B. memperingati hari raya Idul Adha
C. memperingati kelahiran Nabi Muhammad
D. menandai berakhirnya musim panen padi
E. memperingati berdirinya Kesultanan Yogyakarta
49. Di dalam kerajaan, raja mendapatkan gelar-gelar keagamaan seperti sayidin
(tuan atas iman), panatagama (pemimpin agama) dan kalifat rasulullah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
(penerus dari nabi Allah). Penobatan Hamengkubuwono X sebagai raja
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921)
dengan gelar resmi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun
Kangjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman
Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing
Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sultan merupakan ….
A. pemimpin negara yang religius
B. pemimpin negara sekaligus pemimpin agama
C. pemimpin negara yang mewarisi sifat-sifat nabi
D. pemimpin negara karena wahyu Allah
E. pemimpin negara yang sudah pasti memiliki gelar
50. Perhatikan gambar berikut!
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
https://home.akparda.ac.id/artikel/kraton-ngayogyakarta-hadiningrat
Salah satu bangunan peninggalan masa Islam adalah keraton. Dahulu
keraton berperan sebagai pusat pemerintahan sehingga dipandang sebagai
lambang pusat kekuasaan raja. Arti penting keberadaan keraton peninggalan
Islam pada masa kini adalah ….
A. seringkali digunakan sebagai prototype arsitektur masa kini
B. sebagai warisan sejarah bangsa yang sarat akan nilai kearifan lokal
C. sebagai istana untuk menemui sultan beserta keluarganya
D. sebagai tempat yang disakralkan oleh masyarakat setempat
E. sebagai sumber informasi tentang sejarah Islam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Uraian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan singkat, padat, dan jelas!
1. Dilihat dari letak geografis kota-kota pusat kerajan yang bercorak Islam
umumnya berada di pesisir-pesisir dan di muara sungai-sungai besar.
Samudra Pasai, Pidie, Aceh, Demak, Banten, Ternate, Gowa,
Banjarmasin merupakan kota pusat kerajaan yang bercorak maritim.
Sedangkan, Pajang dan Mataram merupakan kota pusat kerajaan yang
bercorak agraris. Dilihat dari sudut ekonomi dan militer terdapat
perbedaan antara kota pusat kerajaan yang bercorak maritim dan yang
bercorak agraris. Analisislah perbedaan mendasar antara kerajaan Islam
yang berada di pesisir dengan yang berpusat di pedalaman dalam segi
ekonomi-militernya!
2. Bacalah wacana berikut ini untuk menjawab soal nomor 2!
Sumber: https://maritim.go.id/manfaat-tol-laut-sangat-besar/
Tol Laut
Nusantara terletak di posisi silang dunia dan 2/3 wilayahnya terdiri dari
perairan. Itulah sebabnya, sejak zaman Hindu-Buddha, perekonomian
Nusantara bertumpu pada sektor maritim, dan mencapai puncaknya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam pesisir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Berkaca dari kejayaan masa lalu, pemerintah Indonesia kini ingin kembali
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan
mengembangkan tol laut. Tol laut adalah penyediaan sistem distribusi
logistik menggunakan kapal besar yang menghubungkan pelabuhan di jalur
utama atau rute utama. Rute utama tol laut adalah Nanggroe Aceh
Darussalam, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku, sampai Papua.
Pemerintah melalui Kemenhub terus berupaya supaya program tol laut terus
berjalan dengan meningkatkan kapasitas serta pelayanan.
a. Mengapa keberadaan tol laut sangat penting bagi perekonomian suatu
bangsa yang berbasis maritim seperti Indonesia?
b. Perhatikan peta berikut ini!
Sumber: https://docplayer.info/92115749-Jilid-i-subtema-i-jaringan-pelayaran-
nusantara-direktorat-sejarah-direktorat-jenderal-kebudayaan-kementerian-
pendidikan-dan-kebudayaan.html
Gambar di atas adalah peta perdagangan antar pulau di Nusantara pada
masa kerajaan maritim Islam. Herodotus pernah berkata bahwa
sejarah bergerak melingkar (siklus). Dari peta tersebut dapat kita
ketahui bahwa pola yang terjadi pasa masa Islam kembali terulang
pada masa kini.
Pola apakah itu? Kaitkan dengan kondisi geografis Indonesia!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
3. Syahbandar adalah pejabat yang bertugas mengurus dan mengawasi
perdagangan orang-orang yang dibawahinya, termasuk pengawasan di
pasar dan gudang. Ia harus mengawasi timbangan, ukuran, dagangan,
dan mata uang yang dipertukarkan. Apabila tidak ada persesuaian
paham antara nakhoda dan para saudagar di salah satu kapal yang
berasal dari ‘wilayah’ syahbandar yang bersangkutan, maka ia harus
menjadi penengahnya. Sebagai pejabat yang menguasai lalulintas
perdagangan yang keluar masuk pelabuhan, syahbandar bisa menjadi
seorang yang amat berkuasa. Berhubung dengan itu syahbandar
biasanya diangkat dari kalangan saudagar-saudagar asing itu sendiri.
Syahbandar menerima penghasilan dari beacukai dan mendapat
sebagian dari uang pajak untuk berlabuh. Biasanya jumlah yang harus
dibayar seluruhnya ditetapkan sekaligus untuk setiap kapal, dua
pertiga untuk raja, dan sisanya untuk syahbandar.
Dari ilustrasi di atas, simpulkan kita dapat mengetahui bahwa di satu
pihak syahbandar harus memperhatikan kepentingan saudagar asing
dan menjadi penyambung lidah keinginan mereka terhadap penguasa
setempat, namun di lain pihak ia harus bertindak sebagai pejabat
pelabuhan yang menagih pajak dan beacukai untuk kepentingan
negeri dan pejabat-pejabatnya.
Kemukakan pendapatmu mengapa dalam kedudukan yang demikian
seorang syahbandar harus bersikap adil dan loyal!
4. Perhatikan peta di bawah ini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Sumber: http://www.guruips.com/2018/07/kerajaan-islam-di-indonesia-
lengkap.html
Peta Demak, Pajang, Mataram
Jila dilihat dari sudut pandang geopolitik, perpindahan kekuasaan
Demak yang di pesisir utara Pulau Jawa ke Pajang, lalu Mataram yang
berada di pesisir selatan atau dapat dikatakan pedalaman ini adalah
suatu upaya melindungi dari serangan musuh dari utara. Akan tetapi,
bila dilihat dari sudut ekonomi, perpindahan itu menghambat
perkembangan bisnis.
Di sisi lain berkembang mitologi Nyi Roro Kidul yang konon menikah
dengan Panembahan Senapati beserta keturunannya. Simbol
perkawinan antara Nyi Roro Kidul dengan raja-raja penguasa
Mataram. Coba kaitkan mitologi tersebut dengan kondisi geografis
Mataram yang berpengaruh pada mata pencaharian masyarakat
Mataram!
5. Mengapa kegiatan perdagangan khususnya pada masa Islam
berpengaruh terhadap proses integrasi bangsa Indonesia?
6. Selain perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian, aspek
politik juga memegang peranan penting sebagai media penyebaran
Islam di Nusantara. Mengapa demikian? Jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
7. Wali Sanga adalah sembilan tokoh yang berperan penting dalam
proses penyebaran agama Islam, khususnya di Pulau Jawa. Para wali
tidak hanya memiliki wewenang yang mencakup bidang keagamaan,
namun juga otoritas dalam berbagai bidang, termasuk bidang politik.
Uraikan setidaknya tiga (3) peranan penting para wali dalam bidang
politik disertai dengan contoh konkret!
8. Jika melihat pola, siasat yang dilakukan VOC terhadap Kerajaan
Mataram Islam lewat Perjanjian Giyanti tidak jauh berbeda dengan
yang dilakukan pada Kerajaan Cirebon. Siasat ini terbukti efektif
membawa dua kerajaan ini mengalami kemunduran. Jelaskan
mengenai siasat tersebut dan mengapa bisa sangat ampuh?
9. Islam turut memengaruhi konsep kepemimpinan di Nusantara pada
waktu itu. Sebelum kedatangan Islam, raja dianggap sebagai titisan
dewa atau keturunan dewa. Namun, sesudah kedatangan Islam, kultus
tersebut dihilangkan karena Islam menolak anggapan bahwa manusia
sama dengan Tuhan. Oleh karena itu, para penguasa kerajaan
menggunakan jasa ulama atau wali untuk mengangkat mereka
menjadi khalifatullah. Apa yang dimaksud dengan khalifatullah dan
apa konsekuensinya penggunaan gelar khalifatullah, baik bagi raja
yang bersangkutan maupun bagi rakyatnya?
10. Serat Wedhatama (tulisan mengenai ajaran utama) adalah sebuah
sastra Jawa karya KGPAA Mangkunegara IV. Isinya adalah
merupakan falsafah kehidupan, seperti hidup bertenggang rasa,
bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia
seutuhnya, dan menjadi orang berwatak ksatria. Terdapat beberapa
bagian yang dapat dianggap sebagai kritik terhadap konsep
pengajaran Islam yang ortodoks. Mengapa pengarang, yang notabene
pemeluk Islam dan berlatar belakang Jawa, melakukan kritik terhadap
gerakan Wahabi? Kemukakan alasanmu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 4: Kunci Jawaban
KUNCI JAWABAN
Pilihan Ganda
1. D XI. E 21. C 31. A 41. C
2. B 12. E 22. A 32. C 42. B
3. E 13. D 23. B 33. D 43. B
4. C 14. D 24. E 34. D 44. A
5. A 15. E 25. A 35. E 45. A
6. A 16. E 26. D 36. D 46. B
7. D 17. D 27. E 37. C 47. C
8. D 18. B 28. E 38. C 48. C
9. B 19. E 29. B 39. C 49. B
10. C 20. D 30. E 40. A 50. B
Uraian
1. Masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih menitikberatkan
kehidupannya pada perdagangan, hal ini merupakan suatu ciri yang
berhubungan dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih sesuai hidup
dalam masyarakat kota bercorak maritim. Sedangkan kekuatan militernya
lebih dititikberatkan pada angkatan laut, suatu ciri penting pula dan erat
hubungannya dengan suasana politik serta perluasannya. Sedangkan
masyarakat kota agraris dalam kehidupan ekonominya lebih
menitikberatkan pada pertanian dan untuk kekuatan militernya lebih
dititikberatkan pada angkatan darat.
2. Kita mengetahui bahwa keberadaan tol laut layaknya seperti jalur pelayaran
yang digunakan para pedagang Islam zaman dulu untuk melakukan aktivitas
perdagangan di beberapa pelabuhan penting di Nusantara, seperti Malaka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Aceh, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Makassar, dan Maluku. Hal
itu dikarenakan tol laut berperan besar untuk menghubungkan konektivitas
nusantara melalui wilayah perairan.
Pelabuhan merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perdagangan
pada masa Islam. Pelabuhan harus mempunyai daya tarik agar kapal-kapal
dari luar singgah di pelabuhan tersebut. Sebagai contoh, di sebuah
pelabuhan terdapat komoditas yang diperdagangkan serta makanan dan
minuman yang dapat dikonsumsi awak kapal. Selain itu, kondisi pasang dan
surut air laut sangat memengaruhi perkembangan suatu pelabuhan. Adapun
letak geografis pelabuhan hanya menguntungkan ketika berada di jalur
pelayaran dan berdekatan dengan pemukiman penduduk.
3. Seorang syahbandar dipilih dari antara pedagang asing.
Jika seorang syahbandar berpihak pada pedagang asing, ia
mempunyai risiko pemecatan atau dijatuhi hukuman.
Apabila syahbandar tidak mengindahkan kepentingan pedangan
asing dan hanya tunduk pada penguasa setempat, maka kepercayaan
pedagang asing terhadapnya akan hilang, perasaan tenteram berjual-
beli di bandar itu tidak ada lagi karena tidak ada yang melindungi
kepentingan mereka, sehingga kegiatan dipindah ke pelabuhan lain.
Oleh karena itu, syahbandar harus bersikap loyal dan adil, baik kepada
penguasa setempat maupun pada sesama pedagang asing.
4. Letak kekuasaan Mataram berada di daerah pedalaman, maka sumber dan
mata pencaharian masyarakat bercorak agraris, berbeda dengan Demak
yang beribukota di pesisir sehingga cocok untuk melakukan aktivitas
maritim. Ketidakberdayaan masyarakat Mataram menghadapi ganasnya
Samudera Hindia diwujudkan oleh keyakinan orang Jawa terhadap adanya
penguasa laut selatan yang disebut Nyi Roro Kidul yang rupanya menjadi
sarana legitimasi yang efektif bagi penguasa Mataram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
5. Perkembangan perdagangan di kota-kota pelabuhan di Nusantara
mengalami perubahan setelah kedatangan bangsa-bangsa Barat di
Nusantara pada abad XVI. Mereka berusaha menguasai pusat-pusat
perdagangan di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun demikian,
kedatangan bangsa-bangsa Barat telah memengaruhi proses integrasi
bangsa Indonesia. Proses ini terjadi karena adanya persamaan nasib, yaitu
sama-sama dirugikan oleh bangsa-bangsa Barat yang menerapkan politik
monopoli perdagangan. Oleh karena itu, muncul solidaritas antar pedagang
Nusantara untuk menghadapi kekuatan para pedagang Barat tersebut.
6. Seorang raja selalu menjadi panutan, bahkan teladan bagi rakyatnya. Ketika
seorang raja memutukan untuk memeluk Islam, maka rakyat akan
mengikuti karena rakyat sangat patuh kepada raja.
Zaman dahulu, sistem feodal yang dianut, sehingga kepentingan politik
berkaitan dengan perluasan wilayah. Beberapa kerajaan Islam melakukan
ekspansi dengan cara menakhlukkan kerajaan lain. Dengan begitu, wilayah
yang ditakhlukan akan tuntuk di bawah otoritas kerajaan, sehingga mulai
mendapat pengaruh Islam. Meskipun penaklukan suatu wilayah oleh
kerajaan Islam dilakukan melalui jalan perang, penguasa Islam tetap
bertoleransi kepada pemeluk agama lain dan tidak memaksakan Islam
sebagai agama kerajaan yang ditaklukkan. Inilah yang menyebabkan Islam
mudah diterima di berbagai wilayah.
7. Otoritas para wali adalah sebagai berikut:
1) Seorang wali tidak mengembangkan wilayah, tetapi memiliki pengaruh
politik yang luas. Sebagai contoh, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga
memiliki wewenang melantik raja-raja Jawa.
2) Seorang wali memiliki pengaruh politik sebagai penasihat atau
panglima perang raja, seperti Sunan Kudus yang menjadi panglima
perang Kerajaan Demak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
3) Seorang wali memiliki pengaruh politik secara mutlak dengan
mengembangkan wilayah dan mendirikan kerajaan, seperti Sunan
Gunung Jati yang menjadi Sultan Cirebon.
8. Pengaruh VOC dalam kehidupan politik Kerajaan Cirebon semakin kuat
setelah penandatangan perjanjian pembagian wilayah Kerajaan Cirebon
pada 8 September 1688. Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan
oleh VOC, Sultan Sepuh I, Sultan Anom, dan Pangeran Tohpati. Sejak 1697
wilayah Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman terbagi lagi menjadi
Kacirebonan dan Keprabonan.
Begitu pula dengan Kerajaan Mataram Islam, sepeninggal Sultan Agung,
tampuk pemerintahan dipegang oleh Amangkurat I yang tidak secakap
ayahnya. Kondisi politik Mataram Islam yang tidak stabil dimanfaatkan
VOC untuk memperluas pengaruhnya ke wilayah Kerajaan Mataram.
Akibatnya, pada 1755 melalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram
terpecah menjadi dua wilayah, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.
Selanjutnya, pada 1757 dua wilayah tersebut terpecah menjadi empat
bagian, yaitu Kesunanan Surakarta dan Mangkunegara serta Kesultanan
Yogyakarta dan Paku Alaman. Pembagian wilayah tersebut didasarkan pada
Perjanjian Salatiga.
Intinya, VOC menerapkan hal yang sama, baik pada Cirebon maupun
Mataram, yaitu mengkotak-kotakan penguasa. Tujuannya adalah supaya
mereka tidak sering berkomunikasi dengan begitu kekuatan yang dihimpun
juga menjadi lemah.
9. Khalifatullah berarti wakil Allah di dunia. Konsep khalifatullah merupakan
sebuah legitimasi atau pengesahan gaib bagi kekuasaan raja. Dalam konsep
tersebut raja bertanggung jawab menjaga pelaksanaan ajaran Islam yang
berdasarkan Al-quran dan sunnah. Oleh karena itu, perintah raja wajib
ditaati dan dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
10. Gerakan Wahabi sendiri adalah sebuah gerakan berupa ajakan untuk
kembali kepada "ajaran monoteisme murni", kembali kepada ajaran Islam
sesungguhnya, yang hanya berdasarkan kepada Qur'an dan Hadis, bersih
dari segala "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik yang mereka
anggap bid'ah, syirik.
Alasan pengarang serat Wedhatama mengkritik gerakan Wahabi karena
pengarang merasa gerakan ini tidak cocok diterapkan di tanah Jawa yang
sebelumnya sudah ada pengaruh kebudayaan pra-Islam (animisme,
dinamisme, Hindu-Buddha) yang kuat. Gerakan wahabi dianggap sebagai
ajaran yang tidak mampu beradaptasi dengan situasi-kondisi di Jawa.
Misalnya, di Jawa ada penganut Muslim menjalankan tradisi nyadran, yang
merupakan tradisi pra-Islam. Sedangkan, di gerakan wahabi melarang
pemujaan kuburan orang yang saleh, dan melarang menjadikan kuburan
sebagai tempat beribadah.
Pada praktiknya wahhabisme tumbuh sebagai paham yang demikian keras,
kaku, ketat dan tanpa mengenal kompromi. Sebagian kalangan menilai
paham ini telah melampaui batas dalam menetapkan definisi sempit tentang
tauhid. Pendukung wahhabi dianggap terlalu mudah menyerukan takfir,
yakni memvonis sesama Muslim yang mereka tuduh sebagai sesat dan
melanggar hukum Islam, sebagai kafir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran 6: Rekapitulasi Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
No. Deskripsi Inisial Siswa Rerata
Skor
Kriteria
AO AS AY BH BR CO EN EF EM JH
Aspek Materi
1. Soal menggunakan stimulus yang
menarik (baru, mendorong siswa
untuk membaca)
5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
4,6
Sangat Baik
2. Soal menggunakan stimulus yang
kontekstual (gambar/grafik, teks,
visualisasi, dll, sesuai dengan
dunia nyata)
4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4,2 Baik
3. Soal mengukur kognitif penalaran
(menganalisis, mengevaluasi,
mengkreasi)
4 4 4 4 4 3 5 4 5 3
4,0
Baik
4. Jawaban butir soal tersirat pada
stimulus.
4 3 5 5 3 3 4 2 5 3 3,7 Baik
5. Soal tidak familiar dan mengusung
kebaruan
4 3 3 5 4 3 2 2 5 5 3,6 Baik
6. Pilihan jawaban homogen dan
logis (Pilihan Ganda)
3 3 5 5 5 3 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik
Rata-rata 24,4/6=4,06 Baik
Aspek Konstruksi
1. Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan menggunakan kata
tanya atau perintah yang menuntut
jawaban terurai (Uraian)
5 5 4 5 4 4 5 3 5 5 4,5 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
2. Setiap soal hanya ada satu jawaban
benar (Pilihan Ganda)
4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4,4 Sangat Baik
3. Memuat petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal
(Uraian)
4 4 4 4 4 4 3 4 5 4
4,0
Baik
4. Pokok soal dirumuskan dengan
singkat, jelas, dan tegas
3 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4,1 Baik
5. Rumusan pokok soal dan pilihan
jawaban merupakan pernyataan
yang diperlukan saja (Pilihan
Ganda)
3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3,9 Baik
6. Pokok soal tidak memberi
petunjuk ke kunci jawaban
4 3 4 4 3 4 2 5 5 4 3,8 Baik
7. Pokok soal bebas dari pernyataan
yang bersifat negatif ganda
3 4 5 5 5 3 3 3 5 5 4,1 Baik
8. Gambar, grafik, tabel, diagram,
atau sejenisnya jelas dan berfungsi
3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4,2 Baik
9. Panjang pilihan jawaban relatif
sama
4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 4,5 Sangat Baik
10. Pilihan jawaban tidak
menggunakan pernyataan “semua
jawaban di atas salah” atau “semua
jawaban di atas benar” dan
sejenisnya (Pilihan Ganda)
3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4,6 Sangat Baik
XI. Butir soal tidak bergantung pada
jawaban soal lain
4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik
12. Penggunaan kalimat soal tidak
menimbulkan tafsir ganda (Uraian)
3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4,2 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
50,7/12=
4,23
Sangat Baik
Aspek Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia,
untuk bahasa daerah dan bahasa
asing sesuai dengan kaidahnya
4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4,3 Sangat Baik
2. Tidak menggunakan bahasa yang
berlaku setempat
3 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4,4 Sangat Baik
3. Penggunaan Bahasa yang sesuai
dengan usia perkembangan siswa
4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 4,0 Baik
4. Soal tidak mengandung unsur
SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
Antargolongan,Pornografi, Politik,
Propaganda, dan Kekerasan)
4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4,6 Sangat Baik
Rata-rata 17,3/4=
4,33
Sangat Baik
Hasil rekapitulasi
… No. Aspek Skor Kriteria
1. Materi 4,06 Baik
2. Konstruksi 4,23 Sangat Baik
3. Bahasa dan lain-lain 4,33 Sangat Baik
4. Total 12,62 skala
Rata-rata Gabungan 4,21 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Lampiran 7: Silabus
SILABUS
SEJARAH (Peminatan)
Satuan Pendidikan : SMA / MA
Kelas : XI (Sebelas)
Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran
3.2 Menganalisis kerajaan-
kerajaan maritim Indonesia
pada masa Islam dalam sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan serta
pengaruhnya dalam kehidupan
Memahami penjelasan
tentang kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada masa
Islam dalam sistem
pemerintahan, sosial,
Kerajaan-kerajaan maritim
Indonesia pada masa Islam
dalam sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta pengaruhnya
Membaca buku teks,
melihat gambar/peta,
dan/atau menonton
video mengenai
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
masyarakat Indonesia pada
masa kini
ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Mengidentifikasi
informasi dari berbagai
sumber mengenai
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Mengumpulkan data
dari berbagai sumber
terkait kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada masa
Islam dalam sistem
pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan
kebudayaan serta
dalam kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa kini
Kerajaan maritim
Islam
Sistem pemerintahan
Sistem sosial
sistem ekonomi
sistem kebudaya-an
pengaruh Islam dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Membuat dan
mengajukan
pertanyaan/Tanya
jawab/berdiskusi
tentang informasi yang
belum
dipahami/informasi
tambahan yang ingin
diketahui/atau sebagai
klarifikasi mengenai
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Menganalisis dan
menarik kesimpulan
dari data yang
dikumpulkan terkait
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Mengumpulkan data
dari berbagai sumber
terkait kerajaan-
kerajaan maritim
Indonesia pada masa
Islam dalam sistem
pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
Menganalisis dan
menarik kesimpulan
dari data yang
dikumpulkan terkait
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Membuat laporan hasil
analisis dalam bentuk
tulisan dan/atau media
lain mengenai
kerajaan-kerajaan
maritim Indonesia pada
masa Islam dalam
sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan
kebudayaan serta
pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat
Indonesia pada masa
kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP Pembelajaran dalam Jaringan
Satuan Pendidikan : SMA Kolese Gonzaga Jakarta
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Semester : Genap
Materi Pokok : Kerajaan-kerajaan Maritim di Nusantara pada Masa Islam
Alokasi Waktu : 4 JP
a. Asinkron : menyesuaikan
b. Sinkron : @90 menit
Kompetensi Dasar
Menganalisis kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini
Tujuan
Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu:
Memahami teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Islam di Nusantara
Mengenali kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
Memahami kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada masa awal pengaruh Islam
Menganalisis bukti-bukti pengaruh Islam yang masih ada hingga saat ini
Model Pembelajaran Discovery Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti
Konsep/ topik Bentuk Penyajian Bentuk Interaksi Media
Komunikasi dan
Interaksi
Materi yang
dipelajari siswa
secara mandiri
Teori-teori
masuknya agama
dan kebudayaan
Islam di Nusantara
Bukti-bukti
pengaruh Islam
yang masih ada
Sebelum interaksi sinkron:
1. Video:
Teori-teori masuknya Islam ke Nusantara:
https://www.youtube.com/watch?v=e8iubO-RY_c
2. Teks berbentuk soal
Sesudah interaksi sinkron:
1. Media infografis
2. Latihan soal di Schoology
Penugasan:
menyimak video
yang telah diunggah
ke Google
Classroom
kemudian menjawab
pertanyaan/soal
Tugas diberikan
dalam bentuk teks
yang diunggah di
fitur classwork
Google Classroom.
Pekerjaan siswa
diunggah melalui
Google Classroom.
Penugasan
kelompok:
membuat media
infografis secara
Internet (Google
Classroom,
Youtube)
Internet:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
hingga saat ini:
-Peninggalan
-Akulturasi
berkelompok
kemudian diunggah
ke media sosial
(Instagram)
mengenai
peninggalan Islam di
Nusantara.
(Instagram,
Schoology,
WhatsApp)
Materi yang
didiskusikan
secara sinkron
Kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara
Power Point yang membahas:
-lokasi kerajaan (dibuktikan dengan sumber sejarah)
-kurun waktu perkembangan kerajaan (berdiri,
berkembang, berjaya, kemunduran, keruntuhan)
-kondisi sosial dan politik kerajaan
yang akan dipresentasikan oleh siswa secara
berkelompok.
Pembahasan pekerjaan (presentasi) siswa berupa
penjelasan, penarikan kesimpulan dan tanya-jawab
Interaksi sinkron
melalui Zoom
meeting.
Internet (Zoom
meeting)
Instrumen
pengukuran
kemampuan siswa
Soal Pilihan Ganda dan Uraian berbasis HOTS Penugasan mandiri:
mengerjakan soal
Pilihan Ganda dan
Uraian berbasis
HOTS.
Internet
(Schoology)
Kegiatan penutup: Refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
Penilaian
Sikap : Observasi
Pengetahuan : Soal sejarah berbasis HOTS
Keterampilan : Presentasi
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2020
Kepala SMA Kolese Gonzaga
Paulus Andri Astanto, SJ, S.S., M.Hum.
Guru Mata Pelajaran
Maria Nikkita Mega Melati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI