pengembangan sikap sosial dengan permainan...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DENGAN PERMAINAN
TRADISIONAL BAKIAK PADA ANAK
KELAS B 1 RA MA’ARIF PULUTAN SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
FENTI RINDANI
NIM 126-13-002
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
ii
iii
PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DENGAN PERMAINAN
TRADISIONAL BAKIAK PADA ANAK KELAS B 1
RA MA’ARIF PULUTAN SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
FENTI RINDANI
NIM 126-13-002
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
iv
v
vi
DEKLARASI DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fenti Rindani
NIM : 126-13-002
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan tidak keberatan naskah skripsi
ini dipublikasikan di perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 31 Agustus 2017
Yang menyatakan
Fenti Rindani
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Keyakinan akan membuahkan hasil”
PERSEMBAHAN
“Sebuah hadiah untuk mereka atas kasih sayangnya dari pertama ku
melihat dunia hingga saat ini ku bisa mengenalinya, tanpa mereka ku tak
akan bisa melangkah sejauh ini, dan hanya coretan-coretan kertas inilah
yang dapat aku sembahkan untuk mereka. Terimakasih untuk kasih
sayang selama 22 tahun ini, coretan ini persembahan dariku anak semata
wayangmu, bapak ibuku. Harapku semoga Allah SWT selalu menjaga
dirimu, melimpahkan segala Rahmat-Nya padamu, dan memberimu
selalu kesehatan serta umur yang panjang. Amin”.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk
melaksanakan segala aktifitas, niat dan rencana. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, danuma t nya hingga akhir zaman. Atas
rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan SikapSosial Dengan Permainan Tradisional Bakiak Pada Anak Kelas B1 RA
Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam aspek substansi maupun penulisannya, hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan penulis. Meskipun demikian, berkat bantuan dan motivasi serta
bimbingan dan fasilitas dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan penuh rasa perkenankan penulis menorehkan sedikit rasa terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga;
3. Ibu Siti Asdiqoh M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD);
4. Bapak Wahidin, S.Pd.I, M.Pd, selaku mantan Ketua Jurusan PIAUD, Bapak M. Agung
Hidayatullah selaku dosen PIAUD yang selalu memberi dukungan moril bagi saya;
5. Ibu H. Siti Rukhayati M.Ag, sebagai dosen pembimbing yang telah setia dan sabar
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi;
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD);
ix
7. Bapak Dalhari dan Ibu Siti Sudiati orang tua tercinta beserta segenap keluarga yang saya
banggakan;
8. Segenap keluarga besar Teater Getar IAIN Salatiga yang mengajarkan saya banyak hal
tentang kehidupan dan dukungan moral serta moril yang tak hentinya mereka berikan;
9. Teman-teman seperjuangan keluarga besar PIAUD angkatan 2013, juga seluruh angkatan
PIAUD IAIN Salatiga yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan supaya skripsi
ini cepat terselesaikan;
10. Teman-teman KKN posko 7 Dusun Kamongan Desa Tembelang Kabupaten Magelang
Tahun 2016, yang telah memberi pelajaran banyak hal kepada saya;
11. Kepala RA Ma’arif Pulutan, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang telah
berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan
skripsi ini.
Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa dan semoga amal mereka
mendapat balasan yang layak dari Sang Pencipta serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia
maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 8 Agustus 2017
Penulis
Fenti Rindani
NIM. 126-13-002
ABSTRAK
x
Rindani, Fenti. 2017. Peningkatan Sikap Sosial Dengan Permainan Tradisional Bakiak Pada
Anak Kelas B1 RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017.
Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan
Guru Raudhlatul Athfal, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Siti Rukhayati, M.Ag
Kata Kunci :Sikap Sosial dan Metode Permainan Bakiak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana metode permainan tradisional
berupa bakiak dapat meningkatkan sikap sosial pada anak usia dini di RA Ma’arif Pulutan.
Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah metode bermain dapat meningkatkan sikap
sosial pada anak kelas B 1 di RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?
Metodologi penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2
siklus yang dari tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi, dan refleksi. Sedangkan pengumpulan data yang digunakan peneliti
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah
metode deskriptif kualitatif yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrument
penelitian pada tiap siklusnya. Adapun subjek penelitian terdiri dari 17 anak, yaitu 10 anak
laki-laki dan 7 anak perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan siklus I dansiklus II sebagai berikut, pada Siklus I
diperoleh data 61% dan pada Siklus II diperoleh data 91 %. Maka dari itu peningkatan dari
Siklus I ke Siklus II adalah 30%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode permainan bakiak, sikap sosial anak TK B kelas B1 RA Ma’arif Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga meningkat.
DAFTAR ISI
xi
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO .............................................................................................................. i
JUDUL.......................................................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................................iii
PENGESAHAN KELULUSAN..............................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR............................................................................................................ vii
ABSTRAK............................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI............................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 5
D. Hipotesis Tindakan.................................................................................................. 6
E. Kegunaan Penelitian................................................................................................ 6
F. Definisi Operasional................................................................................................ 8
G. Metode Penelitian.................................................................................................. 10
1. Rancangan Penelitian...................................................................................... 10
2. Subjek Penelitian............................................................................................. 12
3. Langkah-langkah Penelitian............................................................................12
4. Instrumen Penelitian........................................................................................14
5. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................. 14
6. Analisis Data................................................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan............................................................................................ 20
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................. 21
A. Pengertian Sikap Sosial......................................................................................... 21
B. Pengertian Permainan Tradisional......................................................................... 27
1. Pengertian Permainan...................................................................................... 27
2. Hakikat Bermain..............................................................................................32
3. Teori Bermain................................................................................................. 32
4. Fungsi Bermain............................................................................................... 35
C. Permainan Bakiak................................................................................................. 37
D. Hakikat Permainan Bakiak Untuk Meningkatkan Sikap Sosial........................... 39
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN............................................................................ 41
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian.................................................. 41
1. Sejarah Berdirinya RA Ma’arif Pulutan Salatiga............................................ 41
2. Profil Sekolah RA Ma’arif Pulutan Salatiga...................................................42
3. Letak Geografis RA Ma’arif Pulutan Salatiga................................................ 42
4. Visi, Misi dan Tujuan RA Ma’arif Pulutan Salatiga....................................... 43
5. Sarana dan Prasarana RA Ma’arif Pulutan Salatiga........................................ 44
6. Keadaan Siswa dan Guru RA Ma’arif Pulutan Salatiga.................................. 45
7. Struktur Organisasi RA Ma’arif Pulutan Salatiga...........................................47
B. Deskripsi Hasil Penelitian..................................................................................... 48
1. Hasil Penelitian Pra Siklus.............................................................................. 48
2. Hasil Penelitian Pelaksanaan Siklus I............................................................. 50
3. Hasil Penelitian Pelaksanaan Siklus II............................................................ 55
BAB IV ANALISIS DATA................................................................................................... 60
A. Deskripsi Per Siklus................................................................................................... 60
xiii
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data........................................................... 60
2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus....................................................................... 62
3. Data Hasil Pengamatan Siklus I........................................................................... 64
4. Data Hasil Pengamatan Siklus II.......................................................................... 67
B. Data Perbandingan Hasil Pencapaian Per Siklus....................................................... 69
1. Data Perbandingan Pra Siklus.............................................................................. 69
2. Data Perbandingan Siklus I.................................................................................. 71
3. Data Perbandingan Siklus II................................................................................. 72
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 75
A. Kesimpulan............................................................................................................ 75
B. Saran...................................................................................................................... 75
C. Penutup.................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
xiv
Gambar 1.1.PenelitianTindakanKelas Model kemmisdan Taggart...................................... 11
Tabel 1.1 Indikator yang DiamatiTiapSiklus........................................................................ 15
Tabel 1.2 LembarPerbandinganHasilPencapaianTiapSiklus................................................ 19
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas B1................................................................................ 44
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Ma’arif Pulutan Salatiga................................................... 45
Gambar 3.1 Strukturorganisasi RA Ma’arifPulutan.............................................................. 46
Tabel 4.1 KetentuanPemberianNilaiLembarKerjaAnak....................................................... 59
Tabel 4.2 Indikator yang DiamatiTiapSiklus........................................................................ 60
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pra Siklus.................................................................................... 61
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Siklus I........................................................................................ 64
Tabel 4.5 HasilPenilaianSiklus II.......................................................................................... 66
Tabel 4.6 PerbandinganHasilPencapaianPraSiklusdenganIndikatorKeberhasilan................ 69
Tabel4.7 PerbandinganHasilPencapaianSiklus I denganIndikatorKeberhasilan....................70
Tabel4.8PerbandinganHasilPencapaianSiklus II denganIndikatorKeberhasilan....................71
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran 1 Rencana kegiatan harian siklus I
Lampiran 2 Rencana kegiatan harian siklus II
Lampiran 3 Lembar Penilaian Siklus I
Lampiran 4 Lembar Penilaian Siklus II
Lampiran 5 Lembar observasi anak
Lampiran 6 Lembar observasi guru
Lampiran 7 Lembar pengamatan guru pra siklus
Lampiran 8 Lembar pengamatan guru siklus I
Lampiran 9 Lembar pengamatan guru siklus II
Lampiran 10 Dokumentasi
Lampiran 11 Wawancara
Lampiran 12 Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 14 Surat permohonan penelitian
Lampiran 15 Surat ijin penelitian
Lampiran 16 Nilai SKK mahasiswa
Lampiran 17 Riwayat hidup penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sikap sosial memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat yakni
untuk berkomunikasi dengan oranglain. Karena manusia adalah makhluk sosial, tidak
ada yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk mengembangkan sikap
sosial akan lebih baik jika dimulai sejak dini. Disitulah peran penting orang tua,
sehingga anak akan lebih percaya diri, anak akan lebih mampu mengendalikan diri,
mengenali orang lain dengan mudah dan juga dapat melatih emosional serta agama dan
moralnya.
Lingkungan dapat menjadi pengaruh besar terhadap sikap sosial anak. Jika anak
tumbuh di lingkungan yang orang-orangnya ramah maka anak akan tumbuh kembang
dengan baik, namun sebaliknya jika anak tumbuh pada lingkungan yang kurang sehat,
anak akan terhambat tumbuh kembangnya. Lingkungan bukan hanya di masyarakat
namun juga berkaitan dengan keluarga dan juga sekolah.
Sikap sosial anak dapat dikembangkan dengan menggunakan metode bermain.
Karena lewat permainan anak akan merasa terlibat langsung dalam kegiatan yang
diadakan guru. Dan bermain merupakan aktivitas yang sangat akrab dengan kehidupan
anak. Kajian parailmuan sosial dan humaniora mengatakan bahwa permainan
mengandung unsur-unsur yang bersifat mendidik dan dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak.
Bermain sangat penting dalam belajar, yaitu kegiatan bermain yang dinikmati
anak danmainan yang paling disukai anak dapat digunakan untuk menarik perhatian
serayamengembangkan kapasitas serta pengetahuan anak (Mayke, 1995:4).
2
Bermain berkaitan erat dengan perkembangan intelegensi. Anak kecil meniru
permainananak yang lebih besar, yang telah menirunya dari generasi anak
sebelumnya.Jadidalam setiap kebudayaan, satu generasi menurunkan bentuk
permainan yangpaling memuaskan ke generasi berikutnya.Bermain mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi perkembangan anak.Bermain merupakan pengalaman
belajar yang sangat berguna untuk anak (Mayke, 1995:8).
Dari generasi ke generasi, permainan zaman dulu sangat berbeda dengan
permainan anak sekarang.Zaman dahulu bersifat tradisional karena dalam
pelaksanaannya melibatkan banyakanggota dan menggunakan alat-alat sederhana yang
ada di lingkungan sekitar. Sedangkan permainan zaman sekarang, sudah menggunakan
alat elektronik yang sudahdimodifikasi berdasarkan dengan kebutuhan. Permainan ini
kurang mengimplemantasikan pada sikap sosial. Sehingga anak kurang bersosialisasi
dengan orang lain.
Oleh sebab itu untuk mengembangkan sikap sosial pada anak dapat melalui
metode bermain salah satunya permainan tradisional, yang mana permainan ini lebih
mengutamakan gotong royong, kebersamaan, kekompakan. Melalui permainan
tradisional ini dapat mencegah sikap individualis sejak dini serta dapat mengenalkan
anak bahwa permainan tradisional lebih menyenangkan daripada permainan modern
seperti yang sedang marak akhir-akhir ini.
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pola perilaku manusia
danlingkungan tempat tinggal.Saat ini manusia sudah dimudahkan oleh berbagai
alatuntuk menyelesaikan berbagai macam pekerjaan sehari-hari.Ini juga
berpengaruhterhadap sikap anak, anak di era sekarang sudah dapat menggunakan
berbagai alatcanggih yang biasa digunakan oleh orang dewasa. Penggunaan alat-alat
tersebut dalam intensitas yang lama, akan mempengaruhi perilaku anak, antara lain
3
anak enggan bermain di luarbersama teman sebayanya, anak menjadi pemalas, anak
kurang memperhatikan himbauan orang tua dan lain sebagainya, disamping dari sisi
kelemahan terdapat kelebihan dari penggunaan alat-alat tersebut antara lain dapat
merangsang visual dan pendengaran anak, namun tentu saja alat tersebut akan
memberikan manfaat kepada anak apabila dalam penggunaannya dalam pengawasan
orang tua. Ini membuktikan bahwa alat-alat tersebut lebih pada mengembangkan aspek
kognitif anak, dan kurang mengembangkan sikap sosial pada anak.
Namun dalam realitanya di lembaga pendidikan anak usia dini khususnya di RA
Ma’arif Pulutan masih dijumpai beberapa masalah yaitu anak masih sering berebut
mainan dan tidak mau mengalah dengan teman, permasalahan lain yaitu anak masih
susah untuk diatur dan kurang bekerja sama dalam menyelesaikan permainan bakiak
tersebut. Dari hasil awal observasi dilakukan, masih banyak anak yang bersikap egois
dan tidak mau mengalah, guru sudah membagi kelompok dan mencoba melakukan
permainan bakiak tersebut, namun anak belum mampu bersikap sosial secara baik. Hal
seperti ini harusnya mendapat perhatian yang lebih agar anak didik dapat menguasai
seluruh aspek perkembangan sosial emosional maupun fisik motorik dengan baik.
Islam memerintahkan untuk selalu memberikan pendidikan kepada anak,
sebagai upaya pengembangan potensinya. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an yang
menganjurkan agar umat manusia mau menuntut ilmu yang tertuang dalam Firman
Allah SWTyaitu:
4
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berlapang-
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang–orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat . Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan“ . (Al Mujadalah : 11).
Dalam penerapan metode bermain dengan melalui permainan bakiak
diharapkan agar anak didik mampu memahami tentang sikap sosial dan
mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sikap sosial ini akan
berguna hingga kelak. Dari paparan diatas terpilihlah sebuah judul
“PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL
BAKIAK PADA ANAK KELAS B 1 RA MA’ARIF PULUTAN SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini, yaitu:
Apakah metode bermain melalui permainan tradisional bakiak dapat megembangkan
sikap sosial pada anak di RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui apakah metode bermain melalui permainan tradisional bakiak dapat
mengembangkan sikap sosial pada anak di RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat
mengatasi permasalahan. Hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian Bambang Dwiloka (2012:29).
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah :
5
“Jika metode bermain melalui permainan tradisional bakiak dapat dilakukan
dengan baik dan diharapkan dapat mengembangkan sikap sosial pada anak usia dini di
RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun pelajaran 2016/2017”.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis yaitu :
a. Dapat menjadi sarana pengembangan dan peningkatan pembelajaran yang
efektif, kreatif dan inovatif.
b. Dapat dijadikan sebagai informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya
menerapkan metode bermain melalui permainan tradisional pada anak.
c. Bagi guru RA, dapat menambah wawasan dalam melakukan pembelajaran yang
efektif dengan menggunakan metode bermain melalui permainan tradisional
d. Kegiatan belajar dan mengajar dengan metode bermain dapat membentuk guru
yang lebih kreatif dalam mengelola kelas dan menyenangkan anak didiknya.
2. Manfaat praktis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
a. Bagi orang tua
Diharapkan dengan adanyapenelitian ini, orang tua lebihmemperhatikan
perkembangan anak dan dapat menerapkan metode bermain dalam proses
belajarnya supaya anak tidak bosan dan orang tua dapat melihat sikap sosial
pada anak kemudian mengembangkannya.
6
b. Bagi guru
Guru merupakan orang tua kedua dan orang tua anak ketika di sekolah.
Menjadi guru bagi anak yang berusia 4-6 tahun adalah sebuah peluang emas,
guru dapat mencetak generasi muda yang berjiwa luhur dan jujur. Anak usia
tersebut juga pasti akan mematuhi perintah guru daripada orang tuanya. Maka
dari itu, hendaknya guru dapat mengembangkan sikap sosial pada anak untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan metode bermain melalui
permainan tradisional bakiak.
c. Bagi sekolah
Diharapkan denganpenelitian ini dapat memberikan wajah baru tentang
pengembangan sikap sosial dengan metode bermain metode permainan
tradisional, supaya dapat diwujudkan lembaga yang membentuk tunas-tunas
muda yang aktif dan komunikatif.
F. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran sekaligus penjelasan pengertian dan pemahaman
agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka penulis memberikan
definisi operasional terhadap istilah-istilah yang ada.
Adapun istilah-istilah tersebut adalah:
1. Sikap Sosial
Pengertian sikap, sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa
yang dicari individu dalam kehidupan.Pengetian sikap sosial yaitu suatu
kecenderungan yang berpola terhadap orang atau barang yang mempunyai arti
sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
7
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial dan dinyatakan
berulang-ulang (Slameto, 1987:191).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan sikap sosial melalui
permainan.Dan permainan yang tentunya melibatkan anak secara
langsung.Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan pasif.
Anak akan cenderung menyukai permainan yang aktif. Anak tidak akan merasa
bosan dan menjadi lebih aktif. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang
memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka
lakukan sendiri.Kegiatan bermain aktif juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang
melibatkan banyak aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh (Mayke, 2007:53).
2. Permainan Tradisional Bakiak
Permainan tradisional merupakan kebudayaan lokal yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran di bidang pendidikan. Permainan tradisional
adalah bentuk kegiatan permainan yang berkembang dari suatu kebiasaan
masyarakat tertentu (Agustin, 2013).
Menurut Wikipedia, “Bakiak untuk sebutan daerah Jawa Tengah sedangkan
Bangkiak untuk daerah Jawa Timur dan Terompa Galuak untuk daerah Sumatra
Barat. Bakiak adalah sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan
dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku kedua sisinya. Sangat
popular karena murah terutama di masa ekonomi susah sedangkan dengan bahan
kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin”.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bakiak). Tujuan permainan bakiak adalah untuk
berolahraga, mengisi waktu luang dan memupuk kerja sama. Manfaat permainan
ini untuk meningkatkan kebugaran, ketegangan menurun, dan kemampuan bekerja
8
sama. Biasanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak, remaja baik putra
maupun putri dan dilakukan oleh kelompok yang terdiri atas 3 atau 5 orang.
Skripsi yang berjudul Pengembangan Sikap Sosial dengan Metode
Permainan Bakiak Pada Anak Usia Dini yaitu suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak dengan usia 5 sampai 6 tahun yang dilakukan melalui
rangsangan dengan metode bermain untuk mengembangkan sikap sosial anak
dalam berinteraksi dan kerjasama dengan guru pamong.
3. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas.Penelitian ini selain berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan yang
ditemukan, juga sekaligus melakukan tindakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru dalam pembelajaran.Penelitian
Tindakan Kelas adalah salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas (Basrowi dan Suwandi, 2008:25).
Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah karena
peneliti ikut langsung dalam penelitian.Anak didik dijadikan objek penelitian,
maka anak yang di kelas tersebut sebagai populasi yang diteliti.
Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis penelitian
kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai observer. Proses belajar mengajar
tetap dilakukan oleh guru pengampu kelas dan siswa. Hal ini bertujuan agar
proses belajar mengajar berjalan secara damai, sehingga nilai dan data yang
diperoleh valid.
9
Jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK), dijabarkan dalam empattahap
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi
(observasing), dan refleksi (reflecting).Untuk lebihjelasnya tahapan-
tahapandalam penelitian tindakan kelas.Yanto (2013:42) menjabarkan sebagai
berikut:
Gambar 1.1.Penelitian Tindakan Kelas Model kemmis dan Taggart
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik pada kelompok B di RA Ma’arif
Pulutan di Pulutan Salatiga tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 17 anak,
yaitu laki-laki 10 anak dan perempuan 7 anak. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan bulan April 2017 pada semester genap tahun 2017.
3. Langkah-langkah Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan
penting, yaitu:
10
a. Tahap Rencana
1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan penerapan metode
bermain melalui permainan bakiak.
2) Menyiapkan alat permainan yaitu bakiak yang akan digunakan media
pembelajaran pada anak.
3) Menyiapkan lembar tes observasi, lembar kerja anak dan lembar
penilaian hasil dari kerja anak.
4) Membuat simulasi perbaikan.
b. Tahap Tindakan
Pelaksanaan yang telah dibuat berupa penerapan metode bermain
melalui permainan tradisional bakiak dengan panduan RKH (Rancangan
Kegiatan Harian) yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini, penulis melakukan observasi segalaaktivitas anak
dalam proses pembelajaran kemudian dianalisis menjadi umpan balik dan
disesuaikan dengan beberapa indikator-indikator yang telah ditentukan
penulis secara terlampir.
d. Tahap Refleksi
Tahap ini untuk mengetahui sudah tercapaikah pembelajaran yang
menjadi target bagi penulis yaitu meliputi mencatat hasil observasi, evaluasi
dan analisis hasil pembelajaran, jika siklus I masih belum mencapai maka
dilakukan perbaikan pada siklus II.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalampenelitian tindakan
kelas adalah:
11
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu panduan pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. RKH meliputi tingkat
pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan
sumber belajar, hasil penilaian.
b. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak
didik selama proses pembelajaran berlangsung. Dan juga dilakukan untuk
mengamati guru. Observer yang akan mengisi lembar tersebut.
c. Lembar Kerja Anak, yaitu lembar atau soal test yang disiapkan penulis
untuk pembelajaran anak.
d. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang berupa foto kegiatan
proses pembelajaran.
5. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan
kelas adalah:
a. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja, yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan
hal yang diselidiki. Dalam hal ini peneliti mengamati proses pengembangan
sikap sosial pada anak selama pembelajaran berlangsung.
b. Metode Dokumentasi
Pada teknik ini, peneliti dapat memperoleh informasi dari berbagai
macam sumber tertulis dan kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung.Dokumentasi meliputi lampiran foto kegiatan, profil sekolah
dan juga video sedang berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
12
6. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrument
penelitian. Menurut Nasution, analisis data adalah proses penyusunan data agar
dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti bahwa menggolongkannya di dalam
pola atau tema. Jadi analisis data adalah kegiatan analisis untuk mendapatkan
pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan
atau melaporkannya kepada orang lain.
Analisis data menurut Arikunto (2008:128) adalah “proses mencari dan
menyimpan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan mana yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.
Tahap-tahap yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data
yaituPengumpulan data artinya analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan.
Apabila dalam siklus I belum memenuhi tujuan pembelajaran yang baik,
maka diadakan tindak lanjut yaitu melangkah pada siklus II. Jika sudah dapat
berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut maka dihentikan sampai siklus II.
Peneliti juga menggunakan statistik sederhana untuk membantu
mengungkapkan data secara lengkap.
Tabel 1. 1 Indikator yang Diamati Tiap Siklus
No Indikator Yang Diobservasi
13
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Mampu menunjukkan
sikap antusiasme
V
2 Mampu menunjukkan
sikap kepercayaan
dirinya
V V
3 Mampu menjaga diri
sendiri
V
4 Mampu bekerja sama
dengan baik
V
5 Mampu bertanggung
jawab
V
6 Mampu mentaati aturan
dalam permainan
V V
7 Mampu memperlihatkan
sikap kehati-hatiannya
V
8 Mampu melakukan
permainandengankompe
titif
V
9 Mampu melakukan
sikap simpati dengan
teman
V
10 Mampu menunjukkan
sikap bangga setelah
bermain
V
Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan
observasi kegiatan pembelajaran.Analisa data observasi terhadap guru sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar
peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus
berikutnya.Sampai pada akhirnya penelitian berhasil sudah mencapai
pembelajaran yang ditentukan.Analisa data terhadap anak dilakukan beberapa
tahapyaitu:
1) Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.
2) Menghitung presentase peningkatan sikap sosial anak. Presentase
pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu:
14
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
Prosentase Pencapaian = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x100%
Jumlah skor maksimum
Prosentase Keberhasilan Kelas = Total prosentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
3) Membuat tabulasi skor observasi pengamatan sikap sosial
melalui permainan bakiak yang terdiri dari nama anak,
presentase pencapaian yang diperoleh dari perhitungan
persentase peningkatan sikap sosial pada masing-masing anak.
Presentase keberhasilandiperoleh dari persentase standar
ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu
standar keberhasilan hasil belajar tiap anak sebesar 75% dan
status pencapaian.
4) Status pencapaian diperoleh dari perbandingan antara skor
persentase pencapaian dengan persentase keberhasilan (75%).
Jika hasil persentase pencapaian < (kurang dari) persentase
keberhasilan maka status pencapaian yatu “BT” artinya belum
tuntas. Dan bila persentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama
dengan) persentase keberhasilan maka status pencapaian yatu
“T” artinya tuntas.
5) Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah
mencapai persentase yang telah ditentukan (Mulyasa, 2009
:101).
15
7. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti
uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika skripsi
secara garis besar menjadi beberapa bagian:
BAB I :Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka, berisi tentang pengertian dan macam-macam
sikap sosial, hakikat dan teori bermain dan langkah permainan,
dan metode meningkatkan sikap sosial pada anak.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, gambaran umum lokasi, subyek
penelitian, penyajian data dan diskripsi pelaksanaan siklus.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V : Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran
dan riwayat hidup penulis.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Sikap Sosial
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa.Hal ini
mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.Sikap juga berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa.Sikap menurut Wikipedia adalah pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa.Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
sesuatu.Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam
kehidupan. Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain:
1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang.
2. Melalui imitasi. Anak harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model dan
mencoba mengingatnya.
3. Melalui sugesti. Individu membentuk suatu sikap terhadap obyek tanpa suatu alas
an dan pemikiran yang jelas tapi seolah pengaruh yang dating dari seseorang.
4. Melalui identifikasi. Individu meniru orang lain dengan didasari suatu keterikatan
emosional(Slameto, 1987:191-192).
Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk merubah sikap, antara lain:
1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan. Caranya
dengan memberi informasi-informasi baru mengena obyek sikap, sehingga
komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapkan akan mrangsang
komponen afektif dan komponen tingkah lakunya.
2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan obyek sikap. Cara ini paling
sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berpikir lebih jauh
tentang obyek sikap yanhg tidak merasa senangi itu.
17
3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang tidak
konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada(Slameto, 1987:193-194).
Meskipun terdapat banyak faktor yang menyebabkan sikap cenderung bertahan,
namun dalam kenyataannya tetap terjadi perubahan-perubahan sikap sebagaimana yang
terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan zaman yang akan membawa perubahan
dalam hal yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang-orang pada saat tertentu, juga
akan terjadi perubahan dalam sikap mereka terhadap berbagai obyek.
Para ahli mengatakan bahwa untuk mengadakan perubahan sikap, pendidik
bertindak sebagai seorang diagnotikus dan terapis.Mula-mula ditetapkan makna
fungsional dari sikap-sikap yang ada dan ingin dirubah, bagi individu-individu yang
memiliki sikap tersebut. Kemudian diteliti kebutuhan-kebutuhan apa yang dipuaskan
oleh sikap-sikap yang ingin dirubah. Teliti pula perasaannya juga dukungan lingkungan
terhadap sikap tersebut. Bila diagnose tidak tepat, maka perubahan yang diharapkan
sulit akan terjadi. (Slameto, 1987:194)
Sejatinya sikap seseorang dapat diubah dengan berbagai banyak hal, sedangkan
sifat atau karakter adalah bawaan dari lahir. Salah satunya untuk merubah sikap yaitu
dengan sosialisasi terhadap lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah bahkan
masyarakat. Karena lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap sikap seseorang.
Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu/so·si·al/berkenaan
dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum seperti suka menolong,
menderma, dan sebagainya (http://kbbi.web.id/sosial).Sosial merupakan sikap dasar
manusia.Sejak dini manusia sudah dikenalkan dengan sikap sosial. Ketika anak baru
saja lahir, anak sudah dikenalkan komunikasi dengan Ibu, Ayah dan orang-orang
terdekatnya. Kemudian anak menginjak usia sekolah, anak sudah bisa komunikasi
secara efektif dengan lingkungannya. Ini dapat menumbuhkan sikap kepercayaan diri
18
pada anak, sehingga anak tidak merasa takut ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Sebagai orang tua dan juga guru sangat berperan aktif dalam perkembangan sikap sosial
pada anak, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik.
Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata,
yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Adanya sikap sosial ditunjukkan dengan
beberapa hal seperti, subjeknya orang-orang dalam kelompoknya, objeknya
sekelompokdandinyatakanberulang-ulang(https://fitriannisa259.wordpress.com/artikel-
pendidikan/artikel-sikap-sosial/).
Sikap sosial anak dipengaruhi oleh proses sosialisasinyadengan orang tua yang
mulai terjalin sejak awal kelahiran. Proses sosialisasi yangberawal sejak bayi ini,
menjadi lebih disadari dan sistematis seiring denganbertambahnya kemampuan anak
dalam keterampilan motorik dan penggunaanbahasa. Pelukan yang diberikan oleh
orang tua dan pujian yang mereka terimasaat memperoleh kemampuan baru atau
larangan saat melakukan sesuatumerupakan beberapa contoh sosialisasi yang secara
sistematis mempengaruhianak.
Anak yang mampu bersosialisasi dan mengatur emosi akan memiliki sikap
sosial yang baik sehingga kompetensi sosialnya juga tinggi. Anak yang kurang mampu
bersosialisasi namun mampu mengatur emosi, maka walaupun jaringan sosialnya tidak
luas tetapi ia tetap mampu bermain secara konstruktif dan berani bereksplorasi saat
bermain sendiri, sedangkan anak yang mampu bersosialisasi namun kurang dapat
mengontrol emosi cenderung akan berperilku agresif dan merusak. Adapun anak-anak
yang tidak mampu bersosialisasi dan mengontol emosi, cenderung lebih pencemas dan
kurang berani bereksplorasi.Perkembangan keterampilan sosial anak juga dipengaruhi
oleh kemampuan sosial kognitifnya yaitu keterampilan memproses semua informasi
yang ada dalam proses sosial.Kemampuan ini antara lain kemampuan mengenali isyarat
19
sosial, menginterprestasi isyarat sosial dengan cara yang tepat dan bermakna,
mengevaluasi konsekuensi dari beberapa kemungkinan respon serta memilih respon
(Robinson dan Garber,1995:16).
Kemampuan sosial anak sudah ada dalam diri anak, yang pertama kali anak
akan diperkenalkan secara tidak langsung dengan orang tuanya. Orang tua harus
mengajarkan bersosialisasi yang baik terhadap orang di sekitar. Mengajarkan juga
harus sembari mempraktekkan di depan anak supaya anak dapat mencontoh sikap orang
tua.
Ada 4 faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, sebagai
berikut:
1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai
usia dan latar belakang.
2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.
3. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model”
bagi anak (Novan, 2013:72).
Pada anak usia 4-6 tahun umumnya sudah memiliki kematangan pada setiap
perkembangannya, seolah membuat orang tua atau lingkungannya merasa bangga.Anak
pada usia ini mempunyai kemampuan bahasa dan sosial yaitu:
1. Menunjukkan minat yang tinggi dalam bermain peran.
2. Menunjukkan peningkatan minat dan permainan berpura-pura di dalam
kelompok.
3. Mulai berbagai dan bergiliran-konsep belajar bermain secara adil/sportif.
4. Berkaitan dengan permainan sosial, biasanya mampu bekerja sama,
mempraktikkan, bermusyawarah.
20
5. Membenci kekalahan dan tidak siap untuk mengkoordinasikan permainan yang
kompetitif.
6. Menikmati permainan papan sederhana, menitikberatkan pada peluang, tidak
pada strategi.
7. Perbedaan peningkatan jenis kelamin dalam permainan peran dan minat.
8. Menikmati melihat buku-buku dan siap untuk membaca.
9. Menunjukkan minat menulis dan membaca kata-kata atau kalimat. (Yuliani,
2009:161).
Anak usia 6-8 tahun merupakan masa peralihan dari prasekolah kemasa
Sekolah Dasar (SD). Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari kanak-kanak
awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra pubertas. Pada usia 6
tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin
sempurna.Perkembangan sosial pada usia lima sampai enam tahun yaitu anak dapat
berbagi dan mengambil giliran, memiliki teman baik, ikut ambil bagian dalam
setiap kegiatan pengalaman di sekolah, menjadi lebih posesif terhadap barang
kepunyaannya dan ingin selalu menjadi nomer satu (Yuliani, 2009:160-161).
Penting bagi seorang anak untuk terlibat dengan orang lain selain dirinya.
Interaksi, dapat diartikan secara sederhana dengan merespon pada perilaku orang
lain. Bermain sosial, dasar dari seluruh pembelajaran sosial adalah adanya interaksi
antara dua orang atau lebih. Pentingnya bermain sosial; (1) sebagai sarana bagi anak
untuk belajar dari orang lain, (2) mengembangkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi, (3) membuat anak lebih mampu untuk bersosialisasi, (4) membantu
anak untuk mengembangkan persahabatan (Yuliani, 2009:151).
B. Pengertian Permainan Tradisional
1. Pengertian Permainan
21
Permainan berasal dari kata main, yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yaitu melakukan perbuatan untuk bersenang-senang (dengan
alat-alat tertentu atau tidak, berbuat sesuatu dengan sesuka hati; berbuat asal berbuat
saja.(http://kbbi.web.id/sosial). Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat
disenangi anak.Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan
untuk menggunakannnya sebagai arena bermain dan permainan.Beberapa ahli
psikologi memberi pandangan mereka tentang bermain. Karl Groos mengemukakan
bahwa bermain merupakan proses penyiapan diri ntuk menyandang peran sebagai
orang dewasa. Lazarus menyatakan bahwa bermain akan membangun kembali
energi yang hilang sehingga diri mereka segar kembali. Schiller dan Spencer
menyatakan bahwa bermain merupakan wahana untuk menggunakan energi yang
berlebih sehingga anak terlepas dari tekanan (Anita Yus, 2011:33).
Bermain adalah kesenangan para anak-anak. Dengan bermain anak tidak
akan merasakan jenuh dengan lingkungan ataupun hal lain yang penuh tuntutan
seperti pembelajaran di kelas. Jadi seorang Guru dapat menerapkan metode bermain
sambil belajar. Anak akan menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan
bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14)
memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan
mengeskpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu,
kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa
ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup (Yuliani, 2009:144)
22
Menurut Hurlock (1998:325) dengan bertambahnya jumlah hubungan
sosial, kualitas permainan anak menjadi lebih sosial. Pada saat anak mencapai usia
sekolah, kebanyakan permainan mereka adalah sosial, seperti yang terlihat dalam
kegiatan bermain kerjasama, asal saja mereka telah di terima dalam gang dan
bersamaan dengan itu timbul kesempatan untuk belajar bermain dengan cara sosial.
Suasana tersebut dapat ditemukan dalam permainan tradisional. Ciri-cirinya yaitu
dilakukan oleh dua orang atau lebih dan memungkinkan anak untuk berinteraksi
dengan teman sebayanya.
Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan yang berkembang
dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya
permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri
kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Dalam
pelaksanaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsur-unsur permainan
rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan
memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lazim disebut
sebagai seni tradisional (Agustin, 2013).
Permainan tradisional sangat efektif untuk mengembangkan sikap sosial
pada anak, karena dalam permainan tersebut terdapat beberapa hal yang dapat
mengembangkan sikap sosia seperti kerja sama dan kebersamaan. Kita sebagai
orang tua dan guru mencegah anak agar tidak bersikap individualis, agar mampu
bersosialisasi yang baik terhadap lingkungannya.
Bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan. Hasil peneltian Universitas
Indonesia (1981) menunujukkan bahwa anak yang waktunya lebih banyak tersita
untuk belajar “formal” lebih pintar di TK dan kelas 1,2, dan 3. Setelah itu ia menjadi
tidak pintar lagi di kelas yang lebih tinggi. Sebaliknya anak yang kebutuhan
23
bermainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental yang
lebih tinggi, sehingga menjadi lebih mandiri.Ini membuktikan bahwa bermain
sebagai suatu kebutuhan anak dan itu penting untuk perkembangan
selanjutnya.Kegiatan belajar di PAUD/TK/RA, tidak lepas dari bermain.Joan dan
Utami (1996) menyatakan bahwa bermain merupakan suatu aktivitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial,
moral, dan emosional. Dengan demikian, bermain merupakan sesuatu yang perlu
bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu
perkembangan anak (Anita Yus, 2011:34).
Bermain sebagai suatu metode dalam kegiatan pelaksanaan progam di TK
tidak terlepas dari komponen penilaian.Menurut Soemiarti (2000) peran guru dalam
bermain yaitu sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, membuat
perencanaan, dan melakukan evaluasi.
Adapun ciri-ciri kegiatan bermain yaitu :
a. Dilakukan berdasarkan motivasi instrinsik, maksudnya muncul atas keinginan
pribadi serta untukkepentingan sendiri.
b. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-
emosi yang positif.
c. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke
aktivitas lain.
d. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.
e. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep
bermain pada anak-anak kecil.
f. Mempunyai kualitas pura-pura (Mayke, 2001:6-17).
Adaempat kriteria dalam bermain yaitu:
24
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak,
karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan
masyarakat.
b. Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan.
c. Bukan dikerjakan sambil lalu. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu,
karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih
bersifat pura-pura.
d. Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya. Anak lebih
tertarik pada tingkah laku itu sendiri daripada keluaran yang dihasilkan
(Dworetzky, 1990:395-396).
Gordon dan Browne (1985) mengadakan penggolongan kegiatan bermain
sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam 4 bentuk, yaitu:
a. Bermain secara soliter. Yaitu anak bermain sendiri atau dapat juga dibantu oleh
guru.
b. Bermain secara parallel. Yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara
berdampingan.
c. Bermain asosiatif. Yaitu anak bermain dengan kelompoknya.
d. Bermain kooperatif. Yaitu terjadi apabila anak secara aktif menggalanng
hubungan dengan anak-anak lain untuk membicarakan, dan melaksanakan
kegiatan bermain (Fadillah, 2014:37-38).
2. Hakikat Bermain
Docket dan Fleer (2000:41-44) berpendapat bahwa, “bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan
yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu
25
aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan
bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir”. (Yuliani,
2009:144)
Manfaat mainan/permainan:
a. Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak.
b. Memenuhi kebutuhan emosi anak
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan bahasa anak
d. Membantu proses sosialisasi anak (Maimunah Hasan, 2010:272)
3. Teori Bermain
Sejarah perkembangan teori bermain Menurut Plato, “anak-anak akan
lebihmudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada anak-
anak. Juga melalui pemberian alat permainan miniature balok-balok kepada anak
usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli
bangunan”.(Mayke S. Tedjasaputra:2007:1)
Menurut Aristoteles berpendapat bahwa,“anak-anak perlu didorong untuk
bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti”. Dari tokoh-
tokoh yang mengadakan freformasi dalam bidang pendidikan seperti Comenius
(abad 17), Rousseau, Pestalozzi dan Frobel (abad 18 serta awal abad 19) akhirnya
lambat laun para pendidik dapat menerima pendaat bahwa pendidikan untuk anak
perlu disesuaikan dengn minat serta tahap perkembangan anak.Frobel lebih
menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pegalamannya
sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang
dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan
pengetahuan mereka.(Mayke S. Tedjasaputra, 2001:1-2)
Teori-teori Modern:
26
a. Teori psikoanalisa (Sigman Freud).
Freud memandang bermain sama seperti fantasia tau lamunan. Melalui
bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan
maupun konflik pribadi. Freud tidak mengemukakan pengertian bermain,
tetapi memandang bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi
masalahnya. Pandangan freud tentang bermain akhirnya memberi ilham pada
para ahli ilmu jiwauntuk memanfaatkan bermain sebagai alat diagnose
terhadap masalah anak ataupun sarana “mengobati” jiwa anak yang
dimanifestasikan dalam terapi bermain.
b. Teori kognitif
1) Jean Piaget
Menurut Piaget, anak menjalani tahapan perkembangan kognisi
sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang
dewasa.(hal.7-8). Selanjutnya Piaget mengemukakan bahwa saat
bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapimereka belajar
mempraktekkan dan mengkonsolidasi ketrampilan yang baru
diperoleh.
2) Lev Vgotsky
Menurut Vygotsky, bermain adalah self help tool.Seringkali
keterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya
mengalami kemajuan dalam perkembangannya (Mayke S.
Tedjasaputra, 2007:7-8).
c. Teori Singer
Singer menganggap bermain terutama bermain imajinatif sebagai
kekuatan positif untuk perkembangan manusia. Bagi Jerome Singer, bermain
27
memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya
peramgsangan (stimulasi), baik dari dunia luar maupun dari dalam yaitu
aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam
penglaman-pengalaman.(Mayke S. Tedjasaputra, 2007:12)
4. Fungsi Bermain
Dilihat dari pengertian bermain, bermain merupakan tuntutan dan
kebutuhan bagi perkembangan anak. Menurut Hartley Frank dan Goldenson
(Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak, yaitu:
a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya dokter
mengobati orang sakit.
b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Misalnya
guru mengajar di kelas, petani menggarap sawah.
c. Untuk mencerminkan hubungan di dalam keluarga dan pengalaman hidup yang
nyata. Seperti ibu memandikan adik, kakak mengerjakan tugas sekolah.
d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat. Misalnya memukul-mukul kaleng,
menepuk-nepuk air.
e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima. Seperti
berperan sebagai pencuri.
f. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan
pagi.
g. Mencerminkan pertumbuhan. Misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya.
h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah
seperti menghias ruangan, membereskan mainan dll (Mayke S. Tedjasaputra,
2007:33-34).
28
Sedangkan menurut Herherington & Parke (1979), “bermain juga berfungsi
untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Selain itu fungsi bermain juga
terdapat beberapa macam, yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan. Setelah melakukan kegiatan bermain anak
memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan
tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan.
b. Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Bermain sebagai sarana untuk menghayati kehidupan sehari-hari ini berguna
untuk menumbuhkan kebiasaan pada anak, selain itu juga dapat mengenalkan
anak berbagai macam profesi.
c. Mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang.Meskipun
anak berpura-pura memerankan seorang guru, dokter, ayah dll, namun
sebenarnya kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mempersiapkan anak
melaksanakan peran tersebut kelak.
d. Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari.Usia dini
merupakan usia tumbuh, anak akan selalu bergerak sesuai keinginan mereka.
Bukan hanya keterampilan gerak yang dimantapkan, namun juga interaksi
sosial.
e. Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah.Anak dapat
menggunakan kegiatan bermain sebagai sarana untuk memecahkan persoalan
intelektualnya. Rasa ingin tahu pada anak akan tersalurkan dengan bermain.
f. Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain.Hal tersebut
menuntut anak untuk selalu berkomunikasi dengan anak lain, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dalam sikap sosialnya” (Mayke S. Tedjasaputra,
2007:34-36).
29
C. Permainan Bakiak
Menurut Wikipedia, “Bakiak untuk sebutan daerah Jawa Tengah sedangkan
Bangkiak untuk daerah Jawa Timur dan Terompa Galuak untuk daerah Sumatra Barat.
Bakiak adalah sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan
pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku kedua sisinya. Sangat popular karena
murah terutama di masa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas
membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin”.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bakiak).
Tujuan permainan bakiak adalah untuk berolahraga, mengisi waktu luang dan
memupuk kerja sama. Manfaat permainan ini untuk meningkatkan kebugaran,
ketegangan menurun, dan kemampuan bekerja sama. Biasanya permainan ini
dimainkan oleh anak-anak, remaja baik putra maupun putri dan dilakukan oleh
kelompok yang terdiri atas 3 atau 5 orang. Dilakukan di Lapangan. Dalam permainan
ini kekompakan adalah hal utama. Saling bekerja sama, melangkahkan kaki kita dengan
teman yang ada di belakang dan memerlukan konsentrasi yang kuat. Permainan bakiak
juga memiiki nilai afektif, kognitif dan psikomotor sebagai bentuk dari pelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan.
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan bakiak yaitu kekompakan.
Bagaimana kita bisa saling bersama-sama melangkahkan kaki kita dengan teman yang
ada di belakang kita. Selain itu diperlukan konsentrasi yang kuat agar tidak terjatuh.
Permainan ini memiliki nilai afektif, kognitif dan psikomotor sebagai berikut:
1. Nilai afektif adalah nilai keaktifan dalam melaksanakan permainan ini. Nilai afektif
yang baik saat anggota serius dalam bermain dan melaksanakan tugas dengan baik
dan benar.
30
2. Nilai kognitif adalah nilai tertulis berdasarkan penguasaan materi. Dinilai baik
apabila anggota mengerti aturan main dan memahami perannya dalam permainan.
3. Nilai psikomotor adalah nilai perilaku dalam permainan. Nilai ini berupa kehadiran
dan mentaati peraturan bermain. Psikomotor yang baik harus melaksanakan
permainan sesuai peraturan permainan.
(http://elfanfadhilah1996.blog.upi.edu/2015/10/20/makalah_permainan_tradisional_terom
pah_panjang_bakiak/).
Cara bermainnya yaitu setiap grup terdiri dari 2-3 orang sesuai dengan kapasitas
sandal bakiaknya. Setiap pemain dalam grup memakai bakiak bersamaan di garis start.
Setelah aba-aba, setiap grup yang telah memakai bakiak saling berlomba-lomba tiba di
garis yang telah ditentukan dan kembali lagi ke garis start. Agar dapat berjalan cepat
dan tidak terjatuh, diperlukan kekompakan pemain dalam satu grup.Supaya tetap
kompak, para pemain sepakat mulai melangkah dengan kaki kanan atau kiri dulu.
Selanjutnya, mereka berjalan cepat sambil memberi komando pada langkah mereka:
“kanan! Kiri! Kanan! Kiri!......”. Setelah tiba di garis depan, mereka harus berputar dan
kembali ke garis akhir. Pada saat memutar ini biasanya para pemain terjatuh karena
kesulitan untuk mengatur kekompakan langkah. Jika tidak ada ketentuan cara memutar
maka pemain dapat melepas bakiaknya, membalik arah bakiak, kemudian memakainya
kembali. Grup yang pertama kali tiba di garis start adalah pemenangnya. (A. Husna M,
2009:177-178)
D. Hakikat Permainan Bakiak Untuk Mengembangkan Sikap Sosial
Permainan tradisional merupakan aset bangsa kita yang sekarang hampr setiap
anak tidak mengenalnya.Di era sekarang, permainan modern lebih menarik bagi anak
31
karena lebih praktis.Padahal permainan modern secara tidak langsung membentuk
sikap individualis pada anak.Permainan tradisional membentuk karakter kebersamaan
pada anak.Seharusnya orang tua juga mengenalkan permainan-permainan tradisional
sejak anak berusia dini, agar anak tidak kaku dan bersikap individualis.
Dengan meningkatnya usia, anak memang perlu untuk berpisah dari kedua
orangtuanya agar anak memperoleh pengalaman yang luas. Dengan teman sebayanya,
anak akan belajar berbagi hak milik, bergiliran mainan, melakukan kegiatan bersama.
Ia juga belajar berkomunikasi dengan sesame teman baik dalam hal mengemukakan isi
pikiran dan perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan oleh teman tersebut,
sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi. Dari sini ia akan
belajar tentang sisem nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh
masyarakatnya.(Mayke S. Tedjasaputra, 2001:18)
Pada kesempatan kali ini, penulis mengamati sikap sosial pada anak melalui
permainan tradisional bakiak. Bakiak merupakan permainan yang mengedepankan
kerja sama setiap anak dalam satu kelompok. Dalam permainan bakiak, anak dituntut
untuk saling berkomunikasi antar sesama dan melatih kesabaran. Guru dan peneliti
akan menilai sikap sosial, apakah anak mampu bekerja sama dengan baik? Apakah anak
mampu belajar sabar?Dll.
Dalam pengamatan kali ini, penulis akan membuat sebuah permainan bakiak di
kelas B RA Ma’arif Pulutan Salatiga. Permainan dibagi menjadi 2 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 8 dan 9 anak.Penulis berlaku sebagai observan, yaitu
mengobservasi setiap gerak anak dan apapun yang dilakukan oleh anak.Apakah anak
sudah mencapai tujuan dari penulis. Penulis mengamati kerja sama antar anak.
Mengembangkan sikap sosial lebih mudah dengan menggunakan pendekatan
32
permainan yaitu permainan tradisional contohnya bakiak. Karena akan terlihat
bagaimana anak saling kerja sama dengan sesamateman sebaya.
33
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RA Ma’arif Pulutan Salatiga
RA Ma’arif Pulutan berdiri tahun 1987, atas naungan warga-warga Pulutan
untuk mendirikan RA/TK. Bangunan RA pun berpindah-pindah, awalnya
bertempat di dekat Kelurahan Pulutan, kemudian pindah dan bergabung di MI
Ma’arif Pulutan, karena terus berkembang sekitar tahun 1992 mulai membangun
gedung baru di depan MI Ma’arif yang sekarang jadi bangunan RA, namun gedung
itu masih jadi satu dengan TPQ. Jadi, pagi untuk sekolah sedangkan sorenya untuk
TPQ. Bangunan tersebut merupakan tanah waqaf dari warga Pulutan. Sampai
sekarang bangunan RA masih bergabung dengan TPQ, kemudian pada tahun 2015
beli tanah di depannya sekitar kurang lebih 850 m. Yang menjadi gedung baru RA
Ma’arif Pulutan.
Adapun Kepala Sekolah pertama yang menjabat yaitu Ibu Nasikhah dibantu
Ibu Ning, Ibu Nurjanah dan Ibu Nova. Kemudian dilanjutkan Ibu Bad dan
selanjutnya Bapak Basit kurang lebih 2 tahun yang kebetulan juga menjabat Kepala
Sekolah di MI Ma’arif Pulutan dan terakhir Ibu Na’im dari tahun 2012-sekarang.
2. Profil Sekolah
a. Nama Sekolah : RA Ma’arif Pulutan
b. NIS : 101233730006
c. Akreditasi : -
d. Alamat : Jl. Abdur Ro’uf No. 01 Pulutan Salatiga
e. No. Telpon : -
f. Kode Pos : 50716
34
g. Kelurahan : Pulutan
h. Kecamatan : Sidorejo
i. Kota/Kabupaten : Salatiga/Semarang
j. Provinsi : Jawa Tengah
k. Tahun Berdiri : 1987
3. Letak Geografis RA Ma’arif Pulutan Salatiga
Lembaga pendidikan RA Ma’arif Pulutan Salatiga tepatnya berada di Jl.
Abdur Ro’uf Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dengan kode
pos 50716.Secara planologis letak KB & RA Ma’arif Pulutan berada di perlintasan
desa Sidorejo Pulutan di Kota Provinsi Jawa Tengah, yang dikelilingi oleh
pemukiman desa dan pemandangan yang sangat indah.Selain itu, juga didukung
oleh tatanan organisasi dan system manajemen yang siap menghadapi persaingan
global. Tidak mengherankan bila banyak peserta pendidikan dan pelatihan maupun
para stake holdersmemberikan komplimen terhadap organisasi kami dari sisi
geografis.
4. Visi, Misi dan Tujuan RA Ma’arif Pulutan Salatiga
a. Visi
Mendidik anak yang disiplin, mandiri, kreatif berakhlakul karimah dan
bertaqwa pada Allah SWT.
b. Misi
1) Mewujudkan iklim yang kondusif
2) Memberikan kebebasan anak untuk beraktivitas sesuai imajinasi.
3) Membudayakan rasa percaya diri yang tinggi sehingga anak mandiri.
4) Membiasakan hidup islami.
c. Tujuan
35
1) Berusaha mengembangkan Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan
Emosional (EQ), Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan cara belajar melalui
bermain.
2) Menanamkan keimanan, ketauhidan dan Akhlakul Karimah anak sesuai
ahlussunah waljama’ah.
3) Menumbuhkembangkan kreatif anak yang mengacu pada pentingnya
keseimbangan antara Pendidikan Agama Islam, Sains, Teknologi,
Olahraga dan Seni.
4) Mengoptimalkan peran guru, orang tua dan masyarakat untuk
pengembangan sekolah.
5. Sarana dan Prasarana
Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh masyarakat umum,
memiliki semua fasilitas yang diperlukan merupakan salah satu syarat bagi
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan.Sekolah KB & RA Ma’arif Pulutan
terletak di tempat strategis tepatnya di jalan yang dapat diakses oleh semua
masyarakat umum, hal ini memudahkan bagi setiap peminat pendidikan anak yang
hendak berhubungan dengan pihak kami. Beberapa fasilitas yang ditawarkan KB &
RA Ma’arif Pulutan ini adalah:
a. Ruang
Sejumlah 10 kelas, 2 ruang kantor, 1 ruang perpustakaan dan halaman
untuk senam dan bermain anak-anak, 5 kamar mandi, 2 tempat wudlu, 1 ruang
gudang dan 1 ruang aula.
b. Pusat Informasi
36
Perpustakaan RA Ma’arif Pulutan memiliki stok buku sebanyak kurang
lebih 100 eksemplar yang terdiri dari buku pelajaran, BSE, buku fiksi, buku non
fiksi, dan buku referensi yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris,
belum termasuk majalah dan penerbitan lainnya. Terdapat papan informasi yang
memudahkan guru menyampaikan informasi kepada orang tua.
6. Keadaan Siswa dan Guru
Tenaga pendidik di RA Ma’arif Pulutan terdiri dari 11 orang, diantaranya 2
guru mengajar di KB, 5 guru mengajar di RA A1-A5, dan 4 guru mengajar di RA
B1-B4.Ketenagaan di RA Ma’arif Pulutan pada umumnya belum PNS (Pegawai
Negeri Sipil), yang sudah baru satu orang dan rata-rata sudah Sarjana Pendidikan.
Sumber dari Kepala Sekolah RA Ma’arif Pulutan Salatiga.
Peserta didik di RA Ma’arif sangat banyak dan pada umumnya mempunyai
prestasi yang baik dan mempunyai berbagai macam bakat yang telah
dikembangkan secara terprogam, melalui ekstra mewarnai, ekstra drumband,
ekstra iqro’ dan ekstra membaca. Jumlah murid di kelas KB sejumlah 17 anak,
kelas A1-A5 masing-masing kurang lebih 16 anak per kelas dan kelas B1-B4
masing-masing 17 anak per kelas.
a. Daftar Nama Siswa
Adapun nama-nama siswa kelompok B kelas B1 di RA Ma’arif Pulutan
yang akan diamati:
Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa Kelas B1
No Nama Siswa
1 Adzka Naily
2 Ghozy Haidar Yahya Sofian
3 Kaindra Vano Sakhi Zufar
4 Kanaya Kayla Okprisa
5 Khairul Muna
6 Lintang Jazilatul Rahmah
7 Muhammad Ibnu Athoilah
37
8 Muhammad Ibnu Ibad
9 Muhammad Nabil Pratama
10 Muhammad Ni’am Yusuf
11 Muhammad Shodiq Wigya
12 Nabila Aulia Putri
13 Nazwa Marya Fakhrinnisa
14 Rafa Yusuf Darmawan
15 Rafisa Aska Nugraha
16 Sakti Arjuna Putra
17 Wafiyatul Khusna
(Sumber: Dokumentasi Guru)
b. Daftar Nama Guru
Adapun nama-nama guru di RA Ma’arif Pulutan yaitu:
Tabel 3.2 Daftar Nama Guru RA Ma’arif Pulutan Salatiga
No Nama Guru Jabatan Tanggal Lahir
1 Na’imatun Nur
Rohmah, S.Pd
Kepala Sekolah
dan Guru di B4
Kab. Boyolali, 03-05-
1981
2 Siti Mutiah, S.Pdi Guru Kelas B2 Kab. Semarang, 13-
05-1982
3 Cholidah, S.Pdi Guru Kelas A3 BanjarNegara, 07-10-
1979
4 Yamti, S.Pd Guru Kelas A4 Kab. Magelang, 12-
11-1971
5 Muzaenatus
Safa’ah S.Pdi
Guru Kelas A2 Kab. Semarang, 21-
07-1973
6 Tasliyatul
Muhimmah, S. Pdi
Guru Kelas B1 Kab. Semarang, 25-
05-1987
7 Nur Khowiyah Guru Kelas A1 Kab. Semarang, 04-
02-1985
8 Dwi Rizkiyawati,
S.Pdi
Guru Kelas A5
9 Muflichah, S.Pd Guru Kelas B3 Salatiga, 06 -08-1982
(Sumber: Dokumentasi Guru)
7. Struktur Organisasi
38
Gambar 3.1 struktur organisasi RA Ma’arif Pulutan
8. Tata Tertib dan pembiasaan di RA Ma’arif Pulutan Salatiga
a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal (tidak boleh terlambat).
b. Bel masuk sekolah jam 07.30 tepat.
c. Anak berbaris yang rapi di halaman berdasarkan kelasnya.
d. Anak mengikuti senam di halaman sekolah.
e. Masuk ke kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru masing-masing
kelas.
f. Duduk di kelas yang rapi dan memberi salam.
g. Berdoa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
KEPALA SEKOLAH
Na’imatun Nur R, S.Pd YAYASAN
Budi Santoso
KOMITE/DEWAN
H. Djumi’at S.Pd.I
GURU A1
Nur
Khowiyah
GURU A4
Yamti, S.Pd
GURU A5
Dwi
Rizkyawati,
S.Pd.I
GURU A3
Cholidah,
S.Pd.I
GURU A2
Muzaenatus
Safa’ah,
S.Pd.I
GURU B1
Tasliyatul
Muhimmah,
S.Pd.I
GURU B2
Siti Mutiah,
S.Pd.I
GURU B3
Muflichah,
S.Pd
GURU PAUD 2
Yuyun Saufika,
S.Pd
GURU PAUD
Yeni Lestari
SISWA
39
h. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan dan membaca doa sebelum
makan.
i. Selesai makan anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali.
j. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebaya.
k. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai
digunakan.
l. Setelah jam istirahat selesai, anak masuk kembali dengan tertib.
m. Selesai pelajaran anak berdoa pulang dan mengucapkan salam.
n. Anak dengan rapi memberi salam dan berjabat tangan kepada guru.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Pra Siklus
Pencarian fakta dan data dilakukan melalui observasi dan wawancara
dengan kepala sekolah, guru pamong kelas B1 dan anak kelompok B1 di RA
Ma’arif Pulutan Salatiga.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pamong dan
kepala sekolah perlu mengambil langkah untuk meningkatkan sikap sosial melalui
permainan Bakiak.Peneliti sepakat untuk melaksanakan tindakan Siklus I pada hari
Kamis, 27 April 2017.
Tindakan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran efektif
yakni anak dilibatkan langsung dalam permainan yaitu permainan bakiak untuk
meningkatkan sikap sosial pada anak. Selama ini pengenalan pembelajaran dengan
permainan tradisional belum pernah diterapkan di RA tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru pamong
kelas B1 diperoleh data bahwa sebagian besar anak kurang mempunyai sikap sosial
yang baik pada teman sebayanya jika di sekolah.
40
Hasil pembelajaran Pra Siklus yang dilakukan di RA Ma’arif Pulutan
Salatiga khususnya kelas B1 pada hari Selasa, 23 April 2017 diperoleh pengetahuan
anak tentang bakiak, sikap sosial, dan kerjasama antar anak hanya mencapai 25%
artinya 17 anak belum tuntas semua. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam
pembelajaran ini adalah 75 %. Jika hasil menggunakan metode permainan
tradisional untuk meningkatkan sikap sosial anak belum mencapai angka yang telah
ditetapkan, maka pebelajaran Pra Siklus belum berhasil.
2. Hasil Penelitian Pelaksanaan Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 23 April
2017 di RA Ma’arif Pulutan khususnya kelompok B1. Pada kesempatan
tersebut peneliti berdiskusi dengan guru pamong terutama kegiatan yang akan
dilakukan pada Siklus I. Hal–hal yang didiskusikan antara lain:
1) Peneliti menyamakan presepsi dengan guru pamong mengenai penelitian
yang akan dilakukan.
2) Peneliti mengusulkan rancangan pembelajaran melalui metode bermain
menggunakan Bakiak untuk meningkatkan sikap sosial pada anak.
3) Peneliti mengusulkan observasi sebagai instrumen penelitian peningkatan
sikap sosial melalui permainan bakiak.
4) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Pada waktu diskusi disepakati bahwa peneliti sebagai observer.Alokasi
waktu di setiap pertemuan selama 60 menit. Adapun tindakan pada Siklus I akan
dilakukan sekali dalam pertemuan yaitu hari Kamis, 27 April 2017.Beberapa
hal yang harus dipersiapkan pada Siklus I yaitu:
41
1) Peneliti mempersiapkan RKH (Rancangan Kegiatan Harian) dengan
menggunakan metode permainan bakiak.
2) Peneliti mempersiapkan sumber belajar dan alat atau perlengkapan yang
akan digunakan untuk pembelajaran melalui permainan bakiak untuk
meningkatkan sikap sosial yaitu bakiak, kertas, pensil.
3) Peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk anak dalam melakukan
pembelajaran dengan metode permainan bakiak.
4) Peneliti melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode
permainan bakiak.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan hal-hal yang dilakukan guru saat
proses pembelajaran dengan menggunakan metode permainan bakiak adalah
sebagai berikut:
1) Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan RKH (Rencana Kegiatan
Harian).
2) Guru menyiapkan anak-anak untuk duduk yang rapi dan sopan.
3) Guru membuka pelajaran dengan membuka salam, berdoa serta hafalan-
hafalan surat Al-Baqarah ayat 255 dan hadist berpuasa, tidak lupa dengan
menyanyi sholawat nariyah.
4) Guru menyapa dan menanyakan kabar anak-anak dengan lagu.
5) Guru mengabsen daftar kehadiran siswa.
6) Guru bercerita sebelum masuk pembelajaran dengan mengandung unsur
motivasi.
7) Guru bercakap-cakap dengan anak tentang permainan tradisional.
8) Guru menjelaskan permainan bakiak pada anak-anak.
42
9) Guru mempraktikkan permainan bakiak pada anak-anak secara langsung.
10) Guru membagi satu kelas menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari
8 dan 9 anak secara acak. Kemudian berdiri sesuai kelompok masing-
masing.
11) Guru menyampaikan aturan permainan bakiak.
12) Guru memanggil setiap 4 anak dalam satu permainan, masing-masing
sepasang bakiak dimainkan 2 anak yang satu kelompok.
13) Guru mengulas kembali tentang permainan bakiak tersebut.
14) Kemudian guru memberikan cerita tentang arti kebersamaan pada anak.
15) Guru memberikan reward berupa stempel bintang sebagai wujud
penghargaan dan menambah motivasi anak.
16) Guru menutup pembelajaran dengan do’a dan salam.
Paparan diatas merupakan proses pembelajaran pada Siklus I.
Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar proses pembelajaran
seperti yang telah disebutkan di atas. Pada setiap pertemuan, peneliti dan guru
pamong sepakat untuk memberikan variasi agar anak-anak tidak merasa bosan
dan agar suasana kelas lebih menyenangkan.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada saat pembelajaran.Observasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar sikap sosial anak terhadap diri sendiri dan teman
sebayanya. Kerja sama anak dengan teman sebayanya dan kelompoknya.
Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu guru pamong sebagai kolaborator
di RA Ma’arif Pulutan.Observasi ini berpedoman pada empat indikator yang
terdapat dalam lembar observasi yang dibuat peneliti, yaitu; mampu menunjukkan
43
sikap kepercayaan dirinya, mampu bertaggung jawab, mampu mentaati aturan dalam
permainan, dan mampu bersikap hati-hati.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru pamong
memperoleh data sebagai berikut :
1) Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
melalui permainan bakiak untuk meningkatkan sikap sosial pada anak.
2) Ada seorang anak yang tidak mau mengikuti pembelajaran, namun guru
berusaha memberi motivasi pada anak tersebut.
3) Waktu pertemuan pertama dan kedua, terasa kurang karena belum
mencapai kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan anak juga masih
antusias untuk bermain bakiak tersebut.
4) Hasil observasi peningkatan sikap sosial anak melalui permainan bakiak
telah menunjukkan peningkatan yaitu dari tahap Pra Siklus sebesar 25 %
artinya 17 anak belum lulus semua dan pada Siklus I sebesar 61% artinya 3
anak yang sudah tuntas dan 14 anak lainnya belum tuntas.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru pamong
melakukan analisis terhadap sikap sosial dengan melalui permainan bakiak.
Analisis ini dilakukan oleh peneliti dan guru pamong dengan cara berdiskusi
dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Serta melihat
kekurangan-kekurangan yang ada.Selain itu peneliti dan guru pamong juga
berpedoman pada indikator lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :
1) Sebagian besar anak tertarik, antusias, semangat dengan metode yang telah
dilaksanakan oleh peneliti.
44
2) Guru kurang dapat membagi perhatiannya kepada semua anak, karena
suasana kelas yang sedikit kurang kondusif.
3) Peningkatan sikap sosial dalam melalui permainan bakiak satu kelas kurang
merata, dikarenakan ada anak yang mempunyai kemampuan lebih dan ada
anak yang mempunyai kemampuan rendah.
Dari hasil analisis tersebut, peneliti dan guru pamong merasa bahwa
hasil penelitian tersebut belum maksimal.Oleh sebab itu peneliti dan guru
pamong membuat perencanaan untuk tindakan pada Siklus berikutnya.
3. Hasil Penelitian Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Proses pembelajaran melalui permainan bakiak untuk meningkatkan
sikap soaial pada Siklus I pada umumnya sudah cukup baik. Namun belum
memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75 %, masih ada anak yang kurang
memuaskan.Untuk mengatasi kekurangan pada Siklus I, maka pada hari Jum’at
28 April 2017 peneliti dan guru pamong merencanakan tindakan pada Siklus II.
Tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan RKH (Rancangan Kegiatan Harian) dengan
menggunakan metode permainan bakiak yang bervariasi.
2) Peneliti mempersiapkan sumber belajar dan alat atau perlengkapan yang
akan digunakan untuk pembelajaran melalui permainan bakiak untuk
meningkatkan sikap sosial yaitu bakiak, kertas, pensil, dan kain penutup
mata.
3) Peneliti mempersiapkan lembar observasi untuk anak dalam melakukan
pembelajaran dengan metode permainan bakiak.
45
4) Peneliti melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode
permainan bakiak.
b. Pelaksanaan Tindakan
Urutan tindakan yang telah direncanakan dan akan digunakan pada
Siklus II adalah sebagai berikut :
1) Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan RKH (Rancangan Kegiatan
Harian).
2) Guru menyiapkan anak-anak untuk duduk yang rapi dan sopan.
3) Guru membuka pelajaran dengan membuka salam, berdoa serta hafalan
surat Al-Baqarah ayat 255 dan hadist berpuasa, tidak lupa dengan menyanyi
sholawat nariyah.
4) Guru menyapa dan menanyakan kabar anak-anak dengan lagu.
5) Guru mengabsen daftar kehadiran siswa.
6) Guru bercerita bercerita tentang anak yang suka seenaknya sendiri dan anak
yang tidak tertib dalam bermainsebelum masuk pembelajaran
7) Guru mengulas kembali materi permainan tradisional dan permainan
bakiak dengan anak.
8) Guru mempraktikkan permainan bakiak pada anak-anak secara langsung.
9) Guru membagi satu kelas menjadi 2 kelompok, masing-masing terdiri dari
8 dan 9 anak secara acak. Kemudian berdiri sesuai kelompok masing-
masing.
10) Guru menyampaikan aturan permainan bakiak.
11) Guru memanggil setiap 4 anak dalam satu permainan, masing-masing
sepasang bakiak dimainkan 2 anak yang satu kelompok.
46
12) Guru bercaka-cakap dengan anak setelah melakukan permainan tersebut
apa yang dirasakan.
13) Guru memberikan reward berupa stempel bintang sebagai wujud
penghargaan dan menambah motivasi anak.
14) Guru menutup pembelajaran dengan do’a dan salam. .
Secara umum pembelajaran pada Siklus II dan Siklus I berbeda karena
sedikit diberi variasi agar anak tidak bosan dan suasana lebih menyenangkan.
Adapun variasi setiap pertemuan adalah dengan menutup mata salah satu anak
yang sedang bermain yaitu anak yang dibelakang dengan jarak yang lebih
panjang.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pembelajaran.Observasi
digunakan untuk mengetahui sikap sosial pada anak ketika melakukan
permainan bakiak.Kemudian ditulis dalam lembar observasi yang sudah
ditentukan indikatornya pula dengan peneliti.
Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu guru pamong sebagai kolaborator
di RA Ma’arif Pulutan.Observasi ini berpedoman pada empat indikator yang
tertuang dalam lembar observasi yang dibuat peneliti, yaitu;mampu mentaati
aturan dalam permainan, mampu bermain secara kompetitif, mampu melakukan sikap
simpati dengan teman dan mampu menunjukkan sikap bangga setelah bermain.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru pamong
diperoleh data sebagai berikut :
1) Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan permainan bakiak untuk meningkatkan sikap sosial pada anak.
47
2) Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran dengan seenaknya sendiri
karena merasa dirinya sudah mampu menguasai dibanding teman-teman
yang lainnya.
3) Pada pertemuan pertama, pelaksanaan masih kurang karena ada beberapa
anak masih mementingkan dirinya sendiri tidak peduli dengan teman dan
masih berebut kelompok, sehingga harus diulang kembali untuk lebih
meningkatkan sikap sosial pada anak.
d. Analisis dan Refleksi
Proses tindakan pada Siklus II berjalan dengan baik. Kelemahan yang
ada pada Siklus 1 dapat teratasi. Terbukti dengan naiknya presentase anak dari
pra siklus 25%, siklus I 61% dan siklus II 91% sama dengan 16 anak lulus
semua hanya 1 anak yang belum lulus. Hal ini dapat meningkatkan sikap sosial
pada anak. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terlihat dari tercapainya
indikator yang ditetapkan, yaitu tampak peningkatan sikap sosialnya dari Siklus
I dan Siklus II.
48
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Per Siklus
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data
Adapun penilaian yang diberikan pada lembar kerja anak didik, berupa
simbol gambar bintang, yang mana simbol tersebut akan diubah ke data yang
bersifat angka atau kuantitatif untuk sementara, kemudian akan diolah ke dalam
bahasa kualitatif, dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Indikator Keberhasilan
Simbol Nilai Indikator Keterangan
1 Anak belum
berkembang
Apabila anak tidak mau
mencoba
2 Anak mulai
berkembang
Apabila anak mencoba
dengan bantuan Guru
3 Anak berkembang
sesuai harapan
Apabila anak mencoba
sendiri
4 Anak berkembang
sangat baik
Apabila anak sudah bisa
melakukan sendiri
Adapun indikator yang digunakan tiap Siklus adalah berbeda pada setiap
pertemuan juga bervariasi. Seperti terlihat pada tabel indikator yang akan diamati
tiap Siklus dibawah ini:
49
Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus
No Indikator Yang Diobservasi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Mampu menunjukkan sikap
antusiasme
V
2 Mampu menunjukkan sikap
kepercayaan dirinya
V V
3 Mampu menjaga diri sendiri V
4 Mampu bekerja sama dengan baik V
5 Mampu bertanggung jawab V
6 Mampu mentaati aturan dalam
permainan
V V
7 Mampu memperlihatkan sikap
kehati-hatiannya
V
8 Mampu melakukan permainan
dengan kompetitif
V
9 Mampu melakukan sikap simpati
dengan teman
V
10 Mampu menunjukkan sikap bangga
setelah bermain
V
Peneliti berdiskusi bersama guru pamong dan kepala sekolah, bahwa
penentuan indikator keberhasilan dalam pembelajaran meningkatkan sikap sosial
anak usia dini melalui permainan bakiak juga penting dibuat, berdasarkan
kesepakatan bersama pihak sekolah, maka diputuskan indikator keberhasilan dalam
proses pembelajaran yaitu sebesar 75%. Bila anak mampu mencapai nilai/hasil
pencapaian lebih dari 75% pada Siklus II, anak dapat dikatakan sudah berhasil dan
sebaliknya jika hasil pencapaian kurang dari 75% pada Siklus II, maka anak
dikatakan belum mampu meningkatkan sikap sosialnya.
50
2. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data
pada Pra Siklus, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Pra Siklus
Keterangan:
I : Mampu menunjukkan sikap antusiasme
II : Mampu menunjukkan sikap kepercayaan dirinya
III : Mampu menjaga dirinya
IV : Mampu bekerjasama dengan baik
No Nama Indikator Presentase
Pencapaian
Keterangan
I II III IV
1 Nayly 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
2 Ghozy 1 1 1 1 25 Belum Tuntas
3 Vano 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
4 Naya 2 2 1 1 37 Belum Tuntas
5 Muna 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
6 Alin 2 2 1 2 43 Belum Tuntas
7 Athoilah 1 1 1 1 25 Belum Tuntas
8 Ibad 1 1 1 1 25 Belum Tuntas
9 Nabil 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
10 Niam 2 2 1 1 37 Belum Tuntas
11 Diki 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
12 Lia 2 1 1 2 37 Belum Tuntas
13 Nasywa 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
14 Raja 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
15 Rafi 2 1 1 1 31 Belum Tuntas
16 Sakti 1 1 1 1 25 Belum Tuntas
17 Husna 2 2 1 1 37 Belum Tuntas
Total presentase pencapaian kelas
539
51
Prosentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlahbutir
= 4 x 4
= 16
Prosentase Pencapaian = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Ghozy = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%
Jumlah skor maksimum
=4x 100%
16
= 25 %
= 539 x 100 %
17
= 32 %
Dari tabel tersebut diatas, maka diketahui presentase pencapaian tiap anak,
karena nilainya dibawah indikator keberhasilan yaitu 75%, maka dapat dikatakan
bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan
perbaikan.Sedang rata–rata prosentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus
sebesar 32%.
3. Data Hasil Pengamatan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data
pada Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
52
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Siklus I
Keterangan:
I : Mampu menunjukkan sikap kepercayaan dirinya
II : Mampu bertaggung jawab
III : Mampu mentaati aturan dalam permainan
IV : Mampu bersikap hati-hati
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
= 4 x 4
= 16
No Nama Indkator Presentase
Pencapaian
Keterangan
I II III IV
1 Nayly 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
2 Ghozy 2 2 2 2 50 Belum Tuntas
3 Vano 2 2 2 2 50 Belum Tuntas
4 Naya 2 2 3 2 56 Belum Tuntas
5 Muna 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
6 Alin 3 3 3 3 75 Tuntas
7 Athoilah 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
8 Ibad 2 1 2 2 43 Belum Tuntas
9 Nabil 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
10 Niam 3 2 2 2 57 Belum Tuntas
11 Diki 2 3 3 3 68 Belum Tuntas
12 Lia 3 3 3 3 75 Tuntas
13 Nasywa 3 3 3 3 75 Tuntas
14 Raja 2 2 2 2 50 Belum Tuntas
15 Rafi 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
16 Sakti 2 2 3 3 63 Belum Tuntas
17 Husna 3 3 2 2 63 Belum Tuntas
Total presentase pencapaian kelas
1040
53
Prosentase Keberhasilan Kelas = Total prosentase pencapaian kelas x100%
Jumlah siswa
Prosentase Pencapaian =Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Nayli = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
= 10 x 100%
16
= 63%
= 1040 x 100 %
17
= 61 %
Dari tabel tersebut diatas, maka diketahui presentase pencapaian tiap anak,
ada 3 anak yang nilai pencapaiannya sama dengan indikator keberhasilan yaitu
75%, akan tetapi 14 anak lainnya masih dibawah indikator keberhasilan, sehingga
dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal, dan masih memerlukan
perbaikan. Peningkatan dari rata–rata prosentase pencapaian kelas pada saat Pra
Siklus sebesar 25% dan pada Siklus I sebesar 61%.
4. Data Hasil Pengamatan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data
pada Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
54
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Siklus II
No Nama Indikator Presentase
Pencapaian
Keterangan
I II III IV
1 Nayly 4 4 4 4 100 Tuntas
2 Ghozy 3 4 3 4 88 Tuntas
3 Vano 4 4 3 4 94 Tuntas
4 Naya 4 4 4 4 100 Tuntas
5 Muna 4 4 3 4 94 Tuntas
6 Alin 4 4 4 4 100 Tuntas
7 Athoilah 4 4 3 3 88 Tuntas
8 Ibad 2 3 3 2 63 Belum Tuntas
9 Nabil 3 3 3 4 82 Tuntas
10 Niam 3 3 3 4 82 Tuntas
11 Diki 4 4 3 3 88 Tuntas
12 Lia 4 4 4 4 100 Tuntas
13 Nasywa 4 4 4 4 100 Tuntas
14 Raja 3 3 4 4 88 Tuntas
15 Rafi 4 4 3 3 88 Tuntas
16 Sakti 4 3 4 3 88 Tuntas
17 Husna 4 4 4 4 100 Tuntas
Total presentase pencapaian kelas
1543
55
Prosentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100%
Jumlah siswa
Keterangan :
I : Mampu mentaati aturan dalam permainan
II : Mampu bermain secara kompetitif
III : Mampu melakukan sikap simpati dengan teman
IV : Mampu menunjukkan sikap bangga setelah bermain
Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir
= 4 x 4
= 16
Prosentase Pencapaian = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
Contoh :
Nama Anak Alin = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %
Jumlah skor maksimum
= 16 x 100% = 100 %
16
= 1543 x 100 %
17
= 91 %
Dari tabel tersebut diatas, maka diketahui prosentase pencapaian tiap anak,
ada 15 anak yang nilai pencapaiannya sama atau lebih besar dengan indikator
keberhasilan yaitu 75%, akan tetapi ada 1 anak yang masih dibawah indikator
keberhasilan, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak dalam kelas sudah
maksimal, dan tidak memerlukan perbaikan.Mungkin dikarenakan anak kurang
konsentrasi dalam belajar, anak sedang sakit, atau sedang tidakmood.Peningkatan
dari rata–rata prosentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus sebesar 25% , pada
56
Siklus I sebesar 61% dan pada Siklus II sebesar 91% . Artinya bahwa ada
peningkatan yang baik dari tiap Siklus.
B. Data Perbandingan Hasil Pencapaian Per Siklus
1. Data Perbandingan Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian Pra Siklus diperoleh hasil
pencapaian peningkatan sikap sosial sebagai berikut:
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator Keberhasilan
No Nama Anak Prosentase
Pencapaian
Kegiatan
Prosentase
Indikator
Keberhasilan
Status
1 Nayli 31 75 BT
2 Ghozy 25 75 BT
3 Vano 31 75 BT
4 Naya 37 75 BT
5 Muna 31 75 BT
6 Alin 43 75 BT
7 Athoilah 25 75 BT
8 Ibad 25 75 BT
9 Nabil 31 75 BT
10 Niam 37 75 BT
11 Diki 31 75 BT
12 Lia 37 75 BT
13 Nasywa 31 75 BT
14 Raja 31 75 BT
15 Rafi 31 75 BT
16 Sakti 25 75 BT
17 Husna 37 75 BT
Rata-rata 25
(Sumber: Hasil Observasi Pengamatan Pra Siklus di RA Ma’arif Pulutan Salatiga
Tanggal 28 April 2017 Tahun Pelajaran 2016/2017).
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian
peningkatan sikap sosial dalam satu kelas adalah dari indikator keberhasilan masih
jauh dari kesepakatan peneliti dengan guru pamong adalah oleh karena itu perlu
diadakan tindakan perbaikan pada siklus I.
2. Data Perbandingan Siklus I
57
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian Siklus I diperoleh hasil
pencapaian peningkatan sikap sosial sebagai berikut:
Tabel 4.7Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator Keberhasilan
No Nama Anak % Pencapaian
kegiatan
% Indikator
Keberhasilan
Status
1 Nayli 63 75 BT
2 Ghozy 50 75 BT
3 Vano 50 75 BT
4 Naya 56 75 BT
5 Muna 63 75 BT
6 Alin 75 75 T
7 Athoilah 63 75 BT
8 Ibad 43 75 BT
9 Nabil 63 75 BT
10 Niam 57 75 BT
11 Diki 68 75 B T
12 Lia 75 75 T
13 Nasywa 75 75 T
14 Raja 50 75 BT
15 Rafi 63 75 BT
16 Sakti 63 75 BT
17 Husna 63 75 BT
Rata-rata 61
(Sumber: Hasil Observasi Pengamatan Siklus I di RA Ma’arif Pulutan Salatiga
Tanggal 28 April 2017 Tahun Pelajaran 2016/2017).
Dari tabel diatas rata-rata peningkatan sikap sosial melalui permainan
bakiak dalam sekelas adalah 40%, dari indikator keberhasilan masih jauh dari
kesepakatan peneliti dengan guru pamong adalah 75%.Oleh karena itu perlu
diadakan tindakan perbaikan pada siklus II.
3. Data Perbandingan Siklus II
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian Siklus II diperoleh hasil
pencapaian peningkatan sikap sosial sebagai berikut:
Tabel 4.8Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Indikator Keberhasilan
58
No Nama Anak % Pencapaian
Kegiatan
% Indikator
Keberhasilan
Status
1 Nayli 100 75 T
2 Ghozy 88 75 T
3 Vano 94 75 T
4 Naya 100 75 T
5 Muna 94 75 T
6 Alin 100 75 T
7 Athoilah 88 75 T
8 Ibad 63 75 BT
9 Nabil 82 75 T
10 Niam 82 75 T
11 Diki 88 75 T
12 Lia 100 75 T
13 Nasywa 100 75 T
14 Raja 88 75 T
15 Rafi 88 75 T
16 Sakti 88 75 T
17 Husna 100 75 T
Rata-rata 91
(Sumber: Hasil Observasi Pengamatan Siklus II di RA Ma’arif Pulutan Salatiga
Tanggal 28 April 2017 Tahun Pelajaran 2016/2017).
Berdasarkan tabel diatas bahwa rata-rata peningkatan sikap sosial melalui
permainan bakiak dalam satu kelas adalah 80%, dan sudah diatas indikator
keberhasilan yang telah disepakati peneliti dan guru pamong adalah 75%.Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan terhadap sikap sosial anak
dengan baik.Dari data diatas dapat disimpulkan ada 16 anak yang sudah tercapai
indikator keberhasilan, dan ada 1 anak yang belum tercapai indikator
keberhasilan.Anak yang belum tercapai diantaranya adalah anak yang pemalu dan
juga sedang sakit.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan data yang telah disajikan, bahwa
menggunakan permainan bakiak dapat digunakan untuk meningkatkan sikap sosial
pada anak.Dibuktikan dengan adanya peningkatan pada tiap Siklusnya.Pada tahap
Pra Siklus yang rata-rata pencapaian keberhasilan mencapai 25%, pada tahap Siklus
59
I yang rata-rata pencapaian keberhasilan mencapai 61%, kemudian pada tahap
Siklus II yang rata-rata pencapaian keberhasilan mencapai 91%.
Jadi, melalui permainan bakiak dapat meningkatkan sikap sosial dengan
reward bintang pada anak TK B1 di RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran
2016/2017.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode permainan bakiak pada anak di RA Ma’arif Pulutan Salatiga tahun
pelajaran 2016/2017 dapat disimpulkan bahwa Permainan tradisional Bakiak dapat
mengembangkan sikap sosial pada anak kelas B 1 RA Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun
Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pembelajaran pada tiap
siklus. Sebelum tindakan kemampuan peningkatan sikap sosial anak didik sebesar 25%
yaitu 17 anak belum lulus semua, meningkat pada Siklus 1 sebesar 61% yaitu 3 anak
yang sudah tuntas dan ketika dilanjutkan pada Siklus II meningkat menjadi sebesar 91%
yaitu 16 anak sudah tuntas dan 1 anak belum tuntas. Maka dari itu, peningkatan dari
Siklus I ke Siklus II sebanyak 30%.
B. Saran
1. Kepada Guru
Guruhendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan menerapkan metode yang bervariasi dan disertai dengan
sumber belajar yang sesuai dengan materi. Dengan mempertimbangkan
penggunaan metode permainan bakiak untuk penguasaan sikap sosial dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didik. Dan
menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan memudahkan mengungkapkan kata-
kata bagi anak didik serta hasil belajar ini akan sangat berguna di kemudian hari.
2. Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya penguasaan sikap
sosial, maka kompetensi guru perlu ditingkatkan.Kompetensi tersebut berpengaruh
pada kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Kepala Sekolah
61
disarankan untuk memotivasi guru, guna untuk meningkatkan kompetensinya,
misal dengan melakukan Penelitian Tindakan kelas dan mengikutsertakan guru
dalam forum-forum ilmiah seperti seminar pendidikan, diklat dan lain sebagainya.
Selain itu, Kepala Sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan
mengenai permainan-permainan tradisional yang melibatkan kerjasama anak dan
dapat dapat meningkatkan sikap sosial pada anak.
62
DAFTAR PUSTAKA
Anita Yus. 2011. Penilaian perkembangan belajar anak taman kanak-kanak. Jakarta: Kencana
prenada media group.
Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suhassimi. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2012. Teknis Menulis Karya Ilmiah: Skripsi, , Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fadlillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida. 2014. Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini: konsep dan aplikasinya dalam PAUD. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Isjoni. 2013. Model Pembelajaran PAUD. Bandung: Alfabeta.
M, A. Husna. 2009. 100+ permainan tradisional Indonesia. Andi Publisher.
Pontjopoetro, S. Dkk . 2002. Permainan Anak, Tradisional dan Aktivitas Ritmik. (Modul).
Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Saputra, Mayke S. Tedja. 2005. Bermain, mainan dan permainan untuk pendidikan usia dini.
Jakarta: Gramedia.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Permainan PAUD. Jakarta: Grasindo.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: PT
Indeks Permata Puri Media.
Suyadi,& Maulidia Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sriyanti, Lilik dkk. 2009. Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
63
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: panduan orang tua dan
guru dalam membentuk kemandirian & kedisiplinan anak usia dini. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Elfan Fadhilah. 2015. Terompah Panjang (Bakiak). (Online),
(http://elfanfadhilah1996.blog.upi.edu/2015/10/20/makalah_permainan_tradisional_-
_terompah_panjang_bakiak/, diakses tanggal 5 April 2017).
https://fitriannisa259.wordpress.com/artikel-pendidikan/artikel-sikap-sosial/ : Sikap Sosial.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bakiak : Sejarah dan Pengertian Bakiak.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sosial : Pengertian Sosial, Sikap Sosial.
LAMPIRAN
RENCANA KEGIATAN HARIAN SIKLUS I
RENCANA KEGIATAN HARIAN SIKLUS II
LEMBAR PENILAIAN SIKLUS I
(Mewarnai Gambar Bakiak)
No Nama Siswa Indikator Status
1 2 3 4
1 Nayli V AMB
2 Ghozy V AMB
3 Vano V ABK
4 Naya V ABSH
5 Muna V AMB
6 Alin V ABB
7 Athoilah V AMB
8 Ibad V ABK
9 Nabil V ABB
10 Niam V AMB
11 Diki V AMB
12 Lia V ABB
13 Nasywa V ABB
14 Raja V AMB
15 Rafi V AMB
16 Sakti V AMB
17 Husna V ABSH
Keterangan:
1 = Anak belum mau mewarnai Anak belum berkembang
2 = Anak mewarnai masih dituntun Guru Anak mulai berkembang
3 = Anak mewarnai sendiri tapi belum rapi Anak berkembang sesuai harapan
4 = Anak mewarnai sendiri dengan rapi Anak berkembang sangat baik
LEMBAR PENILAIAN SIKLUS II
(Menggunting Gambar Bakiak)
No Nama Siswa Indikator Status
1 2 3 4
1 Nayli V ABSH
2 Ghozy V AMB
3 Vano V AMB
4 Naya V ABB
5 Muna V ABSH
6 Alin V ABB
7 Athoilah V AMB
8 Ibad V AMB
9 Nabil V ABSH
10 Niam V AMB
11 Diki V AMB
12 Lia V ABSH
13 Nasywa V ABB
14 Raja V AMB
15 Rafi V ABSH
16 Sakti V AMB
17 Husna V ABSH
Keterangan:
1 = Anak belum mau menggunting Anak belum berkembang
2 = Anak menggunting masih dituntun Guru Anak mulai berkembang
3 = Anak menggunting sendiri tapi belum rapi Anak berkembang sesuai harapan
4 = Anak menggunting sendiri dengan rapi Anak berkembang sangat baik
INSTRUMEN PANDUAN OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN
MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL MELALUI PERMAINAN BAKIAK
PADA KELAS B1 DI RA MA’ARIF PULUTAN, SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
(PRA SIKLUS)
NO NAMA
ANAK
INDIKATOR KETERANGAN
I II III IV
1 Nayly 2 1 1 1 Belum Tuntas
2 Ghozy 1 1 1 1 Belum Tuntas
3 Vano 2 1 1 1 Belum Tuntas
4 Naya 2 2 1 1 Belum Tuntas
5 Muna 2 1 1 1 Belum Tuntas
6 Alin 2 2 1 2 Belum Tuntas
7 Athoilah 1 1 1 1 Belum Tuntas
8 Ibad 1 1 1 1 Belum Tuntas
9 Nabil 2 1 1 1 Belum Tuntas
10 Niam 2 2 1 1 Belum Tuntas
11 Diki 2 1 1 1 Belum Tuntas
12 Lia 2 1 1 2 Belum Tuntas
13 Nasywa 2 1 1 1 Belum Tuntas
14 Raja 2 1 1 1 Belum Tuntas
15 Rafi 2 1 1 1 Belum Tuntas
16 Sakti 1 1 1 1 Belum Tuntas
17 Husna 2 2 1 1 Belum Tuntas
Keterangan:
I : Mampu menunjukkan sikap antusiasme artinya anak sangat antusias untuk
mencoba bermain dengan sendiri.
II : Mampu menunjukkan sikap kepercayaan dirinya artinya anak percaya diri
ketika hendak melakukan permainan bakiak.
III : Mampu menjaga dirinya artinya anak mampu menjaga dirinya dengan sendiri.
IV : Mampu bekerjasama dengan baik artinya anak mampu bersosialisasi dengan
teman dengan sendiri.
Keterangan Penilaian :
: artinya anak belum berkembang (Apabila anak tidak mau mencoba)
: artinya anak mulai berkembang (Apabila anak mencoba dengan bantuan Guru)
: artinya anak berkembang sesuai harapan (Apabila anak mencoba sendiri)
: artinya anak berkembang sangat baik (Apabila anak sudah bisa melakukan
sendiri)
INSTRUMEN PANDUAN OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN
MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL MELALUI PERMAINAN BAKIAK
PADA KELAS B1 DI RA MA’ARIF PULUTAN, SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
(SIKLUS I)
NO NAMA
ANAK
INDIKATOR KETERANGAN
I II III IV
1 Nayly 2 3 3 2 Belum Tuntas
2 Ghozy 2 2 2 2 Belum Tuntas
3 Vano 2 2 2 2 Belum Tuntas
4 Naya 2 2 3 2 Belum Tuntas
5 Muna 2 3 3 2 Belum Tuntas
6 Alin 3 3 3 3 Tuntas
7 Athoilah 2 3 3 2 Belum Tuntas
8 Ibad 2 1 2 2 Belum Tuntas
9 Nabil 2 3 3 2 Belum Tuntas
10 Niam 3 2 2 2 Belum Tuntas
11 Diki 2 3 3 3 Belum Tuntas
12 Lia 3 3 3 3 Tuntas
13 Nasywa 3 3 3 3 Tuntas
14 Raja 2 2 2 2 Belum Tuntas
15 Rafi 2 3 3 2 Belum Tuntas
16 Sakti 2 2 3 3 Belum Tuntas
17 Husna 3 3 2 2 Belum Tuntas
Keterangan:
I : Mampu menunjukkan sikap kepercayaan dirinya artinya anak percaya diri
ketika hendak melakukan permainan bakiak.
II : Mampu bertanggung jawab artinya anak mampu bertanggung jawab
menyelesaikan permainan.
III : Mampu mentaati aturan dalam permainan artinya anak mampu mentaati
semua peraturan mainan yang diberikan.
IV : Mampu bersikap hati-hati artinya anak mampu bersikap hati-hati.
Keterangan Penilaian :
: artinya anak belum berkembang (Apabila anak tidak mau mencoba)
: artinya anak mulai berkembang (Apabila anak mencoba dengan bantuan Guru)
: artinya anak berkembang sesuai harapan (Apabila anak mencoba sendiri)
: artinya anak berkembang sangat baik (Apabila anak sudah bisa melakukan
sendiri)
INSTRUMEN PANDUAN OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN
MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL MELALUI PERMAINAN BAKIAK
PADA KELAS B1 DI RA MA’ARIF PULUTAN, SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
(SIKLUS II)
NO NAMA
ANAK
INDIKATOR KETERANGAN
I II III IV
1 Nayly 4 4 4 4 Tuntas
2 Ghozy 3 4 3 4 Tuntas
3 Vano 4 4 3 4 Tuntas
4 Naya 4 4 4 4 Tuntas
5 Muna 4 4 3 4 Tuntas
6 Alin 4 4 4 4 Tuntas
7 Athoilah 4 4 3 3 Tuntas
8 Ibad 2 3 3 2 Belum Tuntas
9 Nabil 3 3 3 4 Tuntas
10 Niam 3 3 3 4 Tuntas
11 Diki 4 4 3 3 Tuntas
12 Lia 4 4 4 4 Tuntas
13 Nasywa 4 4 4 4 Tuntas
14 Raja 3 3 4 4 Tuntas
15 Rafi 4 4 3 3 Tuntas
16 Sakti 4 3 4 3 Tuntas
17 Husna 4 4 4 4 Tuntas
Keterangan :
I : Mampu mentaati aturan dalam permainanartinya anak mampu
mentaati semua peraturan mainan yang diberikan.
II : Mampu bermain secara kompetitif artinya anak mampu bermain
secara sportif.
III : Mampu melakukan sikap simpati dengan teman artinya anak mampu
bersikap simpatik, membantu temannya yang kesulitan.
IV : Mampu menunjukkan sikap bangga setelah bermain artinya anak
mampu mengekpresikan sikap bangga.
Keterangan Penilaian :
: artinya anak belum berkembang (Apabila anak tidak mau mencoba)
: artinya anak mulai berkembang (Apabila anak mencoba dengan bantuan Guru)
: artinya anak berkembang sesuai harapan (Apabila anak mencoba sendiri)
: artinya anak berkembang sangat baik (Apabila anak sudah bisa melakukan
sendiri)
LEMBAR OBSERVASI GURU
No Aspek Yang Diamati
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
a. Mengkondisikan siswa
b. Melakukan sesuatu untuk membuat anak
tertarik
c. Memberikan apresepsi terlebih dahulu kepada
siswa
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan diberikan
2. Proses Pembelajaran
e. Kejelasan artikulasi
f. Penguasaan kelas
g. Variasi gerakan badan agar menarik siswa
h. Melaksanakan proses pembelajaran dengan
metode bermain
3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
i. Bahan belajar dilaksanakan sesuai langkah-
langkah pada RKH
j. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar
dan memberikan contoh
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Sumber
Belajar
k. Menggunakan media secara efektif dan
efisien
l. Melibatkan siswa dalam pengenalan media
5. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
m. Mereview materi yang telah diberikan
n. Memberi kesempatan anak untuk bertanya
8. Tindak Lanjut (Follow Up)
o. Mengenalkan siswa tentang macam-macam
permainan tradisional
Lembar Pengamatan Guru Pra Siklus
No Indikator Keterangan
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
a. Mengkondisikan siswa
b. Melakukan sesuatu untuk membuat anak tertarik
c. Memberikan apresepsi terlebih dahulu kepada siswa
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
V
V
V
-
2. Proses Pembelajaran
e. Kejelasan artikulasi
f. Penguasaan kelas
g. Variasi gerakan badan agar menarik siswa
h. Melaksanakan proses pembelajaran dengan metode bermain
V
V
-
-
3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
i. Bahan belajar dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada
RKH
-
j. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar dan memberikan
contoh
V
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
k. Menggunakan media secara efektif dan efisien -
l. Melibatkan siswa dalam pengenalan media V
5. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
m. Mereview materi yang telah diberikan V
n. Memberi kesempatan anak untuk bertanya -
6. Tindak Lanjut (Follow Up)
o. Mengenalkan siswa tentang macam-macam permainan
tradisional
-
Jumlah 8
Nilai 65
Kategori Cukup
Keterangan Tabel:
Kriteria Penilaian:
Sangat Baik : 85-100
Baik : 70-84
Cukup : 50-69
Kurang : 0-49
Skor 1 : Cukup
Skor 2 : Baik
Skor 3 : Sangat Baik
Lembar Pengamatan Guru Siklus I
No Indikator Keterangan
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
a. Mengkondisikan siswa
b. Melakukan sesuatu untuk membuat anak tertarik
c. Memberikan apresepsi terlebih dahulu kepada siswa
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
V
V
V
V
2. Proses Pembelajaran
e. Kejelasan artikulasi
f. Penguasaan kelas
g. Variasi gerakan badan agar menarik siswa
h. Melaksanakan proses pembelajaran dengan metode bermain
V
V
-
V
3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
i. Bahan belajar dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada
RKH
-
j. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar dan memberikan
contoh
V
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
k. Menggunakan media secara efektif dan efisien -
l. Melibatkan siswa dalam pengenalan media V
5. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
m. Mereview materi yang telah diberikan V
n. Memberi kesempatan anak untuk bertanya V
6. Tindak Lanjut (Follow Up)
o. Mengenalkan siswa tentang macam-macam permainan
tradisional
V
Jumlah 12
Nilai 85
Kategori Sangat Baik
Keterangan Tabel:
Kriteria Penilaian:
Sangat Baik : 85-100
Baik : 70-84
Cukup : 50-69
Kurang : 0-49
Skor 1 : Cukup
Skor 2 : Baik
Skor 3 : Sangat Baik
Lembar Pengamatan Guru Siklus II
No Indikator Keterangan
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
a. Mengkondisikan siswa
b. Melakukan sesuatu untuk membuat anak tertarik
c. Memberikan apresepsi terlebih dahulu kepada siswa
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
V
V
V
V
2. Proses Pembelajaran
e. Kejelasan artikulasi
f. Penguasaan kelas
g. Variasi gerakan badan agar menarik siswa
h. Melaksanakan proses pembelajaran dengan metode
bermain
V
V
V
V
3. Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran)
i. Bahan belajar dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada
RKH
j. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar dan
memberikan contoh
V
V
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
k. Menggunakan media secara efektif dan efisien
l. Melibatkan siswa dalam pengenalan media
-
V
5. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
m. Mereview materi yang telah diberikan
n. Memberi kesempatan anak untuk bertanya
V
V
6. Tindak Lanjut (Follow Up)
o. Mengenalkan siswa tentang macam-macam permainan
tradisional
V
Jumlah 14
Nilai 95
Kategori Sangat Baik
Keterangan Tabel:
Kriteria Penilaian:
Sangat Baik : 85-100
Baik : 70-84
Cukup : 50-69
Kurang : 0-49
Skor 1 : Cukup
Skor 2 : Baik
Skor 3 : Sangat Baik
DOKUMENTASI
Anak laki-laki yang sedang bermain bakiak
Anak Perempuan yang sedang bermain bakiak
Anak-anak yang sedang memainkan bakiak dengan diobservasi oleh penulis
Penulis sedang mendata nama siswa
Penulis memasangkan kain penutup mata pada tahap Siklus 2
Persiapan Guru Kelas dan Penulis sebelum pembelajaran
Pembelajaran anak pada tahap Siklus 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Fenti Rindani
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 06 Februari 1995
Alamat : Pundan RT 03 RW 05, Kebondowo, Banyubiru
E-mail : [email protected]
Jenjang Pendidikan :
1. RA Masithoh Kebondowo, lulus tahun 2000
2. SD Negeri 2 Kebondowo, lulus tahun 2006
3. SMP Negeri 1 Banyubiru, lulus tahun 2009
4. MAN Salatiga, lulus tahun 2012
5. IAIN Salatiga, lulus tahun 2017
Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 02 September 2017
Penulis
Fenti Rindani
NIM 126-13-002