pengembangan scidipro dalam implementasi …eprints.uny.ac.id/36391/2/laporan akhir penelitian tim...

185
LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP (HIBAH PASCA) TAHUN KE I Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun Prof. Dr. Sudji Munadi NIDN 0010035307 Dr. Widarto NIDN 0030126309 Dr. Bernardus Sentot Wijanarka, M.T. NIDN 0006106506 DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SURAT PERJANJIAN NOMOR : 062/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/II/2015 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER, 2015 ILMU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK MELALUI LESSON STUDY

Upload: lamphuc

Post on 01-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP

(HIBAH PASCA) – TAHUN KE I

Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun

Prof. Dr. Sudji Munadi NIDN 0010035307

Dr. Widarto NIDN 0030126309

Dr. Bernardus Sentot Wijanarka, M.T. NIDN 0006106506

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

SURAT PERJANJIAN NOMOR : 062/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/II/2015

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER, 2015

ILMU PENDIDIKANTEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013 DI SMK MELALUI LESSON STUDY

Page 2: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

ii

Page 3: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

iii

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran SciDiPro

melalui lesson study yang terdiri dari (1) mengetahui bentuk pelatihan lesson study

kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) mengembangkan model SciDiPro

berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) mengembangkan

perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4)

mengembangkan assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan; (5)

menerapkan model pembelajaran problem base learning (PBL) melalui lesson study

pada keahlian bidang teknik pemesinan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and

Development/R & D). Penelitian dilakukan selama 3 tahun. Pada tahun pertama

membahas tentang kajian model pembelajaran SciDiPro (Scientific, Discovery, dan

Problem Based Learning) melalui lesson study. Upaya menghasilkan model

pembelajaran yang efektif dan valid maka dilakukan beberapa kajian yang mencakup

(1) pelatihan lesson study, (2) pengembangan perangkat pembelajaran lesson study, (3)

pengembangan perangkat Assesment for Learning menggunakan Lesson Study, (4)

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Keempat kajian ini dilakukan

dibeberapa sekolah, seperti SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK

Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1 Yogyakarta, SMK Islam Yogyakarta, SMK

N 2 Depok, dan SMKN 1 Seyegan. Pemilihan sekolah ini lebih mengkhususnya kepada

SMK yang memiliki program keahlian teknik pemesinan. Subyek pada penelitian ini

meliputi perwakilan guru-guru program keahlian teknik yang ada di SMKN 2

Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1

Yogyakarta, dan SMK Islam Yogyakarta. Selain itu, peserta didik kelas XI-A dan XI-B

di SMK SMK N 2 Depok, serta peserta didik kelas XI-A SMKN 1 Seyegan.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik

wawancara, observasi, angket, test, dan dokumentasi. Adapun, instrumen penelitian

yang digunakan adalah (1) lembar wawancara, (2) kuesioner, (3) soal uraian, (4) lembar

observasi, (5) catatan anekdot, (6) kumpulan dokumen. Analisis yang digunakan pada

penelitian tahun pertama adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan, respon guru dan

observer, dan respon peserta didik. Semua data yang mana menggunakan perhitungan

yang berbeda-beda sesuai hasil yang ingin dicapai. Perhitungan data kuantitatif

Page 4: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

iv

menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Sedangkan, data kualitatif

diperoleh dari wawancara guru dan pengelola industri, catatan anekdot dari aktivitas

belajar teori dan praktik peserta didik, dan penilaian diri pada kemajuan kerja praktik

peserta didik.

Hasil penelitian diperoleh dari kegiatan FGD untuk memvalidasi model

pembelajaran SciDiPro. Kegiatan FGD yang dilakukan antara peneliti dengan 20 guru

yang sudah mendapatkan pelatihan lesson study dari 5 SMK yaitu SMKN 2 Yogyakarta,

SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muh 3 Yogyakarta, SMK Piri 1 Yogyakarta, dan SMK

Islam Yogyakarta. Kegiatan ini membahas terkait komponen plan (perencanaan), do

(pelaksanaan), dan see (refleksi). Hasil kegiatan FGD menghasilkan model

pembelajaran SciDiPro melalui lesson study dengan perangkat pendukung yang

meliputi (1) panduan praktis lesson study, (2) perangkat silabus dan RPP lesson study,

dan (3) instrumen assessment for learning dengan lesson study. Kelayakan dari model

pembelajaran berdasarkan kegiatan FGD dilanjutkan pada penerapan model di

pembelajaran teori dan praktik program keahlian teknik pemesinan.

Hasil FGD diterapkan pada 4 kajian penelitian tantang pelatihan lesson study,

pengembangan silabus dan RPP serta assessment for learning dengan lesson study, dan

penerapan PBL. Pelatihan lesson study kepada 20 guru SMK se-Kota Yogyakarta

dihasilkan penelitian dengan eksperimen. Pelatihan menitikberatkan pada kompetensi

pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesipan mengajar guru sebelum (pretest)

dan sesudah (posttest) diberi pelatihan lessosn study. Hasil pretest dan posttest pada

kompetensi pedagogik guru menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi

pedagogik guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Berdasarkan grafik

menunjukkan rata-rata nilai pretest sebesar 94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar

107,25 sehingga mengalami peningkatan nilai sebesar 12,6. Apabila, dikonversikan ke

nilai persentasi maka nilai kompetensi pedagogik guru mengalami peningkatan sebesar

13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Hasil pretest dan posttest pada motivasi mengajar guru terdapat perbandingan

nilai pretest dan posttest yang diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata

nilai posttest sebesar 51,7. Hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 3,4. Apabila

dikonversikan ke nilai persentasi terjadi peningkatan sebesar 7,03% sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil pretest dan posttest pada kesiapan

mengajar guru terdapat nilai pretest dan posttest yang diperoleh rata-rata nilai pretest

Page 5: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

v

sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Perbandingan ini menghasilkan

peningkatan sebesar 7,8. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi maka diperoleh

peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil

pelatihan lesson study ditunjang dengan penelitian pengembangan perangkat

pembelajaran lesson study di SMK. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah silabus

dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Hasil penelitian diawali dari tahapan

analisis. Tahapan ini dimaksudkan untuk mencari kebutuhan pembelajaran praktik

pemesinan bubut. Responden yang berpartisipasi adalah guru dan pengelola industri.

Hasil dari tahapan analisis diperoleh rata-rata analisis kebutuhan silabus bagi guru

adalah 3,53 dengan kategori sangat setuju dan kebutuhan RPP bagi guru adalah 3,45

dengan kategori sangat setuju. Hasil wawancara dianalisis bahwa kebutuhan silabus dan

RPP yaitu: (1) disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran, (2) pengembangan sesuai

dengan kebutuhan sekolah, (3) dievaluasi secara rutin, dan (4) penerapan saintifik

disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Analisis kebutuhan bagi pengelola

industri rata-rata dihasilkan 3,45 dengan kategori sangat setuju.

Tahapan perancangan silabus dan RPP lesson study. Perancangan produk

membutuhkan masukan dari guru produktif teknik pemesinan dan pengelola industri.

Hasil angket menunjukkan nilai rata-rata terhadap perancangan silabus bagi guru adalah

3,37 dengan kategori sangat setuju dan perancangan RPP bagi guru adalah 3,43 dengan

kategori sangat setuju. Selain itu, hasil wawancara kepada guru dapat disimpulkan

perancangan terhadap silabus dan RPP sebagai berikut: (1) sinergisitas dengan industri

dalam mengembangkan silabus dan RPP, (2) pengembangan silabus dan RPP

diterapkan melalui lesson study, (3) sosialisasi lesson study, (4) penilaian pada silabus

dan RPP menggabungkan antara penilaian sekolah dengan industri, dan (5)

pengembangan silabus dan RPP menggunakan pedoman Kurikulum 2013 secara

menyeluruh. Analisis perancangan produk bagi pengelola industry adalah 3,5 dengan

kategori sangat setuju.

Hasil analisis kebutuhan, perancangan, dan sumber referensi digunakan sebagai

acuan pada tahapan pengembangan. Produk yang dibuat adalah silabus dan RPP mata

pelajaran praktik pemesinan bubut kelas XI. Komponen silabus menggunakan pedoman

dari Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Komponen RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud Nomor 103

Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Page 6: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

vi

Kumpulan dokumen menghasilkan produk silabus dan RPP. Pembelajaran yang

ada pada produk silabus dan RPP menggunakan pendekatan saintifik. Setiap mata

pelajaran peserta didik harus mampu mengamati, menanya, mengumpulkan data,

menganalisis/mengasosiasikan data, dan mengkomunikasi materi yang dipelajari.

Pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar peserta didik.

Aktivitas belajar yang diwujudkan pada kemandirian dan keaktifan belajar peserta

didik, khususnya mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Oleh karena itu, tahapan

pembelajaran tersebut mengharuskan peserta didik lebih aktif dalam belajar (student

centered), bukan pengetahuan lebih banyak disampaikan oleh guru (teacher centered).

Hasil pengembangan produk silabus dan RPP diterapkan untuk mengetahui

tingkat kelayakan produk. Kelayakan produk dilakukan dengan uji coba internal dan uji

coba eksternal. Kedua uji coba ini bagian dari tahapan evaluasi dalam pengembangan

produk. Uji coba internal diperoleh dari validasi instrumen dan validasi produk.

Validasi instrumen bertujuan untuk memberikan judgement (keputusan) terhadap

instrumen yang divalidasi oleh ahli. Validitas isi pada validasi instrumen penilaian

silabus dan RPP, respon guru dan observer, dan respon peserta didik oleh ahli memiliki

tingkat rata-rata validitas isi 0,57 dengan kategori “sedang.” Jadi, ketiga instrumen

masih perlu di perbaiki dari segi isi (content), baik relevansi isi maupun cakupan isi.

Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 2 ahli/rater diperoleh

data ICC 0,632 dengan kategori “good agreement.” Penilaian instrumen oleh 2 ahli/rater

menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang tinggi.

Uji coba internal yang berikutnya pada validasi produk. Validasi ini dinilai oleh

3 ahli/rater. Hasil validitas isi pada tiap item untuk menilai silabus mata pelajaran

praktik pemesinan bubut menghasilkan rata-rata 0,841 dengan kategori “sangat tinggi.”

Penilaian produk silabus lesson study menghasilkan koefisien yang sangat tinggi dan

ketiga validator relatif sama dalam menilai silabus, sehingga item pada instrumen

penilaian silabus valid untuk menilai produk silabus. Validitas isi pada tiap item untuk

menilai RPP pada kompetensi praktik pembubutan ulir metrik dan withworth

menghasilkan rata-rata 0,843 dengan kategori “sangat tinggi.” Hasil ini menunjukkan

validasi produk RPP lesson study memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi.

Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 3 ahli/rater dari guru

diperoleh data ICC 0,830 dengan kategori “very good agreement” pada silabus dan

Page 7: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

vii

0,736 dengan kategori “good agreement” pada RPP. Penilaian produk oleh 3 ahli/rater

menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang sangat tinggi dan tinggi.

Uji coba eksternal diperoleh dari data respon guru dan observer terhadap

kegiatan lesson study, data penilaian efektivitas belajar peserta didik, dan data respon

peserta didik terhadap proses pembelajaran. Data respon guru dan observer

mengindikasikan bentuk evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan

lesson study. Hasil rangkuman pada tabel menunjukkan 17 yang menilai “sangat baik”

dan 3 yang menilai “baik” dari 20 penilaian oleh 5 responden. Secara keseluruhan,

pelaksanaan lesson study selama 4 kali pertemuan “sangat baik”. Apabila, dihitung

setiap pertemuan rata-rata mengalami naik dan turun, namun rata-rata kategori menilai

“sangat baik.”

Penilaian efektivitas belajar peserta didik diperoleh dari aspek pengetahuan,

sikap, dan keterampilan. Aspek pengetahuan nilai rata-rata dari teori ulir dan

pengerjaan WP. Nilai rata-rata soal uraian teori ulir adalah 79,63. Penilaian ini lebih

tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok

Yogyakarta pada aspek pengetahuan sekitar 76. Sedangkan, penilaian isian pada

penelitian pengembangan produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Rata-rata

nilai dari hasil pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes

uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK Negeri 2 Depok Sleman

pada penilaian aspek pengetahuan sekitar 76.

Jenis penilaian sikap yang digunakan adalah observasi dan jurnal (anecdotal

record/catatan anekdot). Penilaian sikap tersebut dilakukan pada materi teori dan materi

praktik. Materi teori ulir sebagai pengetahuan dasar sebelum menjalankan praktik

pengerjaan ulir dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penilaian observasi sikap

belajar peserta didik dengan rating scale menghasilkan rata-rata nilai 2,99 dengan

kategori “sering” pada pembelajaran teori di pertemuan ke-1. Penilaian pada pertemuan

ke-2 sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan nilai rata-rata 3,23

dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan kategori “sering.” dan nilai 3,38 dengan

kategori “selalu.” Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didik pada materi

teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadi peningkatkan

keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai rata-rata dihasilkan dengan

kategori “sering.”

Page 8: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

viii

Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik pada pembelajaran

teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada pembelajaran teori menghasilkan kegiatan

belajar diantaranya (1) kegiatan diskusi; (2) presentasi; dan (3) mengerjakan soal uraian

berlangsung. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatan sikap belajar peserta didik.

Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2 sampai ke-4 yaitu (1) kegiatan saat

memperhatikan pengantar praktik oleh guru; (2) bertanya kepada guru; (3) diskusi

dengan teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5) mengatur kecepatan putar; (6)

memahami gambar kerja dan WP; dan (7) membubut muka (facing), rata (roughing),

bertingkat, alur, ulir metrik dan withworth, dan membuat laporan praktik.

Penilaian keterampilan kerja terdiri dari penilaian diri, produk, unjuk kerja,

dan tertulis. Penilaian diri dilakukan dengan mengisi kemajuan kerja peserta didik pada

pembelajaran praktik. Penilaian kemajuan kerja dominan peserta didik aktif

mengerjakan ulir metrik dan withworth pada pertemuan ke-3 dan ke-4. Penilaian

Pembuatan ulir yang sudah selesai dinilai produknya oleh guru. Produk yang dikerjakan

oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 85,36. Penilaian tersebut meningkat dari

standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu,

penilaian produk mengalami peningkatan 5,36. Penilaian unjuk kerja yang dilakukan

pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Hasil presentasi

pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi

mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2

Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88. Penilaian

tertulis pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian laporan praktik ulir

metrik dan withworth. Hasil pengerjaan laporan praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5.

Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80

di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5.

Penilaian pada uji coba eksternal juga dihasilkan dari respon peserta didik

terhadap proses pembelajaran. Respon peserta didik mencakup penilaian penyajian

materi yang diperoleh dari pengisian kuisioner secara rata-rata peserta didik menilai

penyajian materi berkategori “baik” dengan nilai 2,97. Sedangkan, penilaian respon

peserta didik juga menilai aspek bahasa. Diperoleh rata-rata pada penggunaan bahasa

berkategori “baik” dengan nilai 3.

Pada penelitian yang lainnya dihasilkan pengembangan perangkat assessment

for learning melalui lesson study. Pertama, penelitian dengan merancang instrumen

Page 9: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

ix

sesuai dengan SKKNI yang ada. Rancangan yang dibuat selanjutnya dilakukan validasi

pakar. Hasil validasi menghasilkan validitas isi sebesar 3,52 dengan kategori sangat

baik dan uji reliabilitas menggunakan cohen kappa diperoleh nilai reliabilitas > 0,737

tergolong reliabilitas tinggi, sehingga dapat dibuktikan bahwa rancangan perangkat awal

penilaian yang digunakan merupakan perangkat yang reliabel. Kedua, perangkat

selanjutnya dilakukan validasi lagi oleh para guru-guru melalui kegiatan FGD. Adapun

hasil validasi menunjukan point 3,32 tergolong baik sekali. Selanjutnya hasil uji

reliabilitas didapatkan 0,663, sehingga dapat dikategorikan perangkat termasuk kategori

tinggi.

Ketiga, uji coba produk yang terdiri dari uji coba terbatas dan diperluas. Rerata

hasil ujicoba terbatas menunjukan nilai validitas 2,73 dan termasuk kategori sedang,

sehingga perlu dilakukan perbaikan. Adapun uji reliabiltas menunjukan 0,601. Dan

termasuk kategori good. Sehingga perangkat dapat digunakan untuk ujicoba diperluas

dengan beberapa perbaikan. Uji coba diperluas menunjukan validitas bernilai 3,27

termasuk pada kategori tinggi sehingga dapat dikatakan perangkat penilaian valid.

Sementara hasil uji reliabilitas 0,614 termaasuk dalam kategori tinggi. Sehingga dapat

dikatakan perangkat valid dan reliabel.

Hasil penelitian berikutnya untuk menunjang kelayakan model SciDiPro adalah

penerapan PBL untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan 2 siklus. Siklus pertama

didapat hasil observasi kinerja siswa yang diperoleh nilai cukup dan siklus kedua

kinerja siswa yang diperoleh nilai baik. Data hasil belajara peserta didik diperoleh

posttest pada siklus pertama rata-rata nilai 7,80 dan siklus kedua rata-rata nilai 9,13.

Hasil penelitian pada tahun pertama terdapat beberapa saran untuk ditingkatkan

pada tahun kedua. Saran pada penelitian model pembelajaran SciDiPro di SMK sebagai

berikut.

1. Kegiatan pelatihan lesson study lebih disebar luaskan ke seluruh guru produktif di

SMK DIY.

2. Kegiatan uji coba eksternal diupayakan untuk diterapkan ke seluruh kabupaten di

DIY.

3. Penerapan lesson study secara komprehensif dapat dilakukan dengan membuat tim

untuk menjadwal pelaksanaan lesson study di SMK yang ada di DIY.

Page 10: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

x

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

Penelitian Hibah Tim Pascasarjana tahun I yang berjudul: Pengembangan

Pengembangan SciDiPro dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK melalui Lesson

Study melibatkan 6 mahasiswa S-2 Prodi PTK, Program Pascasarjana UNY yang terdiri

sebagai berikut.

No NamaMahasiswa/NIM

Judul Tesis Pembimbing Keterangan

1Haris Abizar/13702251029

Pengembangan PerangkatPembelajaran Lesson Studypada Paket Keahlian TeknikPemesinan di SMK

Dr. Bernardus SentotWijanarka, M.T.

Lulus

2Rivandra Rezani/13702251043

Pengaruh Pelatihan LessonStudy terhadap KompetensiPedagogik, MotivasiMengajar, dan KesiapanMengajar Guru SMK di KotaYogyakarta dalamImplementasi Pembelajarandengan Pendekatan Saintifik

Dr. Widarto, M.Pd. Lulus

3Endri Triwiyono/13702251009

Pengembangan PerangkatAssessment for Learningmelalui Lesson Study padaKompetensi Praktik PemesinanSiswa SMK sesuai Kurikulum2013

Dr. Wagiran, M.Pd.Progres

Bab IV-V

4B. Agus Munadi/13702251057

Implementasi Problem BasedLearning untuk MeningkatkanPrestasi Siswa pada Kurikulum2013 Mata Pelajaran Las OxyAsitilin di SMK

Dr. Sunaryo SoenartoProgres

Bab IV-V

5Adi Irfan R/13702251018

Implementasi DiscoveryInquiry pada PelajaranPengukuran di SMK

Prof. Thomas Sukardi,M.Pd.

Progres BabI-III

6Tristiyanto/13702251068

Analisis Dokumen RencanaPelaksanaan PembelajaranSebagai Evaluasi PemahamanGuru Pada TuntutanKurikulum Melalui KegiatanLesson Study

Dr. Istanto WahyuDjatmiko

Progres BabI-III

Page 11: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xi

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmatNya sehingga penelitian dan laporan ini dapat selesai. Penelitian

ini selama 3 tahun memiliki tujuan untuk: (1) Mengembangkan model teoritis SciDiPro

dalam implementasi Kurikulum 2013 melalui Lesson Study; (2) Menerapkan SciDiPro

dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 melalui kegiatan Lesson Study tentang

pengembangan dan implementasi Scientific, pengembangan dan implementasi

Discovery, serta pengembangan dan implementasi PBL melalui Lesson Study; (3)

Mendesiminasi SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 melalui Lesson Study di

SMK Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development/R&D). Penelitian pengembangan SciDiPro pada implementasi Kurikulum

2013 melalui kegiatan Lesson Study dilakukan di SMK se-DIY dengan sampel random

(random sampling) SMK negeri dan swasta. Pengembangan SciDiPro diharapkan

mampu menghasilkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM) melalui Lesson Study. Proses pembelajaran yang dirancang

mampu menumbuhkan rasa senang belajar bagi peserta didik, sehingga akan

berdampak pada peningkatan kualitas pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Penelitian pada tahun pertama ini mampu mendorong 4 mahasiswa

menyelesaikan tesisnya dan 2 mahasiswa S-2 Prodi PTK yang segera juga akan

menyusul menyelesaikan tesis. Keenam judul tesis mahasiswa itu merupakan anak

payung dari penelitian induk ini.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan

terima kasih juga kami sampaikan kepada Direktur Pasca Sarjana UNY yang telah

memfasilitasi pada saat kami menyusun proposal sampai pada pelaksanaan penelitian.

Peneliti sudah melakukan penelitian ini dengan sungguh hati dan berusaha

semaksimal mungkin agar penelitian ini berkualitas, namun pada kenyataannya

mungkin masih banyak kekurangan yang terjadi. Untuk itu kiranya, masukan yang

membangun masih sangat kami harapkan. Demikian prakata dari kami ada kekurangan

dalam kami melakukan penelitian ini mohon untuk dimaafkan.

Yogyakarta, 2 November 2015

Tim Peneliti

Page 12: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................. iHalaman Pengesahan .................................................................................... iiRingkasan ..................................................................................................... iiiCapaian Indikator Kinerja ............................................................................ xPrakata .......................................................................................................... xiDaftar Isi ....................................................................................................... xiiDaftar Tabel .................................................................................................. xivDaftar Gambar .............................................................................................. xviDaftar Lampiran ........................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 4C. Road Map Penelitian ............................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7A. Kurikulum 2013 ...................................................................................... 7

1. Rasional Kurikulum 2013 ................................................................. 82. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 .................................... 93. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013 .......................................... 94. Karakteristik Kurikulum 2013 .......................................................... 105. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013 .............................................. 10

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum2013 ........................................................................................................ 121. Pendekatan Scientific (Scientific Approach) ..................................... 122. Model Pembelajaran ......................................................................... 15

C. Lesson Study ........................................................................................... 27D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 31E. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 32

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................. 33A. Tujuan Penelitian ................................................................................... 33B. Manfaat Penelitian ................................................................................. 33

BAB IV. METODE PENELITIAN .............................................................. 34A. Desain Penelitian .................................................................................... 34B. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34C. Subyek Penelitian Tahun Pertama .......................................................... 35D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 36E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42A. Hasil Penelitian Payung .......................................................................... 42B. Hasill Penelitian Anak Payung ............................................................... 50

Page 13: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xiii

BAB VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA .......................................... 118A. Rencana Tahun Ke-2 .............................................................................. 118B. Rencana Tahun Ke-3 ............................................................................... 118

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 119A. Kesimpulan .............................................................................................. 119B. Saran ........................................................................................................ 120

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 121

LAMPIRAN ................................................................................................. 124

Page 14: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013se-DIY per Juni 2014............................................................................ 2

Tabel 2. Perbandingan kurikulum dari masa ke masa ....................................... 8Tabel 3. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran

berbasis masalah .................................................................................. 21Tabel 4. Kegiatan penelitian .............................................................................. 34Tabel 5. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 36Tabel 6. Instrumen penelitian pada pengembangan SciDiPro ........................... 37Tabel 7. Data pengkategorian dengan 4 skala penilaian ................................... 39Tabel 8. Kriteria validitas .................................................................................. 40Tabel 9. Data kualitatif dari wawancara, catatan anekdot,

dan kemajuan kerja .............................................................................. 41Tabel 10. Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mempunyai

program keahlian teknik pemesinan .................................................... 50Tabel 11. Hasil analisis data pretest kompetensi pedagogik guru ....................... 54Tabel 12. Hasil analisis data posttest kompetensi pedagogik guru ..................... 54Tabel 13. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kompetensi

pedagogik guru .................................................................................... 56Tabel 14. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel kompetensi

pedagogik guru .................................................................................... 56Tabel 15. Hasil analisis data pretest motivasi mengajar guru ............................. 56Tabel 16. Hasil analisis data posttest motivasi mengajar guru ............................ 57Tabel 17. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel motivasi

mengajar guru ...................................................................................... 58Tabel 18. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel motivasi

mengajar guru ...................................................................................... 58Tabel 19. Hasil analisis data pretest kesiapan mengajar guru ............................. 59Tabel 20. Hasil analisis data posttest kesiapan mengajar guru ............................ 59Tabel 21. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kesiapan

mengajar guru ...................................................................................... 60Tabel 22. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel kesiapan

mengajar guru ...................................................................................... 61Tabel 23. Hasil pengujian hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru ......... 62Tabel 24. Hasil pengujian hipotesis variabel motivasi mengajar guru ................ 64Tabel 25. Hasil pengujian hipotesis variabel kesiapan mengajar guru ................ 65Tabel 26. Data angket analisis kebutuhan silabus (guru) .................................... 75Tabel 27. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis

kebutuhan silabus (guru) ..................................................................... 75Tabel 28. Data angket analisis kebutuhan RPP (guru) ........................................ 75Tabel 29. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis

kebutuhan RPP (guru) ......................................................................... 76

Page 15: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xv

Tabel 30. Data angket analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran(industri) .............................................................................................. 77

Tabel 31. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisiskebutuhan pada kesiapan pembelajaran (industri) ............................... 78

Tabel 32. Data angket perancangan terhadap silabus (guru) ............................... 79Tabel 33. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada

perancangan terhadap silabus (guru) ................................................... 79Tabel 34. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ................................... 80Tabel 35. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ................................... 80Tabel 36. Data angket perancangan pembelajaran (industri) .............................. 81Tabel 37. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada keterlibatan

industri dalam merancang pembelajaran ............................................. 81Tabel 38. Data validitas isi pada penilaian instrumen ......................................... 84Tabel 39. Data reliabilitas penilaian instrumen 2 ahi/rater .................................. 84Tabel 40. Data validitas isi pada penilaian produk silabus .................................. 85Tabel 41. Data validitas isi pada penilaian produk RPP ...................................... 85Tabel 42. Data reliabilitas penilaian produk 3 ahi/rater ...................................... 86Tabel 43. Data rangkuman respon guru dan observer terhadap pelaksanaan

lesson study .......................................................................................... 87Tabel 44. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada penilaian

WP ....................................................................................................... 92Tabel 45. Data kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth ............... 94Tabel 46. Data penilaian presentasi kelompok materi teori ulir .......................... 96Tabel 47. Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth ................... 97Tabel 48. Data respon peserta didik terhadap penyajian materi .......................... 98Tabel 49. Data respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa ..................... 99Tabel 50. Validasi perangkat penilaian ............................................................... 103Tabel 51. Data reliabilitas menggunakan cohen kappa ....................................... 103Tabel 52. Data FGD instrumen penilaian ............................................................ 104Tabel 53. Data reliabilitas menggunakan intraclass correlation coefficient

(ICC)..................................................................................................... 104Tabel 54. Data uji coba terbatas .......................................................................... 105Tabel 55. Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba terbatas .......... 105Tabel 56. Data uji coba diperluas ........................................................................ 106Tabel 57. Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba diperluas ........ 106Tabel 58. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 1) .................................... 108Tabel 59. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 2) .................................... 111Tabel 60. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 1) ................. 111Tabel 61. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 2) ................. 112Tabel 62. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 1) ................. 113Tabel 63. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 2) ................. 113Tabel 64. Nilai Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2 ................................................... 114Tabel 65. Proses Peningkatan Keaktifan Siswa Menggunakan Metode

Problem Based Learning ..................................................................... 116

Page 16: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific ................................ 12Gambar 2. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang jadi acuan ................. 15Gambar 3. Skema kegiatan lesson study .................................................... 28Gambar 4. Kegiatan perencanaan (plan) ................................................... 29Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan (do) ...................................................... 29Gambar 6. Kegiatan refleksi (see).............................................................. 30Gambar 7. Diagram pengembangan SciDiPro ........................................... 35Gambar 8. Diagram model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson

study ......................................................................................... 45Gambar 9. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-1 ....................... 47Gambar 10. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-2 ....................... 48Gambar 11. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-3 ....................... 49Gambar 12. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kompetensi

pedagogik guru ........................................................................ 55Gambar 13. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest motivasi mengajar

guru........................................................................................... 57Gambar 14. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kesiapan mengajar

guru .......................................................................................... 60Gambar 15. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan

nonparametrik 1 ....................................................................... 62Gambar 16. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan

nonparametrik 2 ....................................................................... 63Gambar 17. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan

nonparametrik 3 ....................................................................... 65Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study . 88Gambar 19. Grafik aspek pengetahuan pada nilai teori ulir......................... 90Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP ........................ 91Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan

withworth.................................................................................. 95Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir ........... 95Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth ... 97

Page 17: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ............................................................. 125Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi .................... 128Lampiran 3. Publikasi ................................................................................ 129

Page 18: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan meningkatkan kecerdasan anak

bangsa. Hakikat ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat mewujudkan proses

berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di

masa depan. Sistem pendidikan yang telah terkonsep pada kurikulum seyogyanya

mampu mewujudkan kualitas peserta didik. Perkembangan kurikulum saat ini

telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) yang dikenal dengan sebutan Kurikulum 2013.

Keputusan menerapkan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperbaiki sistem

pendidikan sebelumnya yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

Perubahan menjadi Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kemandirian

peserta didik saat proses pembelajaran. Peserta didik dituntut lebih aktif belajar,

sehingga semakin leluasa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang dipelajarinya.

Ilmu yang dipelajari tidak langsung diambil segitu saja, melainkan perlu ditelaah

secara mendalam makna dari ilmunya yang diperoleh. Dengan begitu, akan

tumbuh rasa kepekaan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pengetahuan yang

dipelajari. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Kelly (2009:

1) one feature that characterized curriculum change in the latter part of the last

century was the increased incidence of planning and preparation in curriculum

development.

Harapan menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik dengan

menerapkan Kurikulum 2013 saat ini masih banyak kendala. Permasalahan yang

sampai tahun 2015 masih perlu diperbaiki adalah distribusi buku dan sosialisasi

Kurikulum 2013 kepada guru. Pembuatan dan pencetakan buku untuk peserta

didik yang belum terlaksana dengan baik. Khusus jenjang SMK, pendistribusian

buku untuk peserta didik belum tuntas diberikan kepada peserta didik. Menurut

Page 19: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

2

Hamid Muhammad mengatakan di tingkat SMK, terdapat 1000 sekolah sasaran

Kurikulum 2013. Sebanyak 748 sekolah (75 persen) sudah menerima lengkap, dan

252 sekolah (25 persen) belum menerima lengkap buku Kurikulum 2013

(http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/4438). Kejadian seperti ini, SMK yang

sudah menerapkan Kurikulum 2013 tidak dapat menjalankan secara total. Bahkan,

ada guru yang masih menerapkan Kurikulum KTSP walaupun sekolah tersebut

sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Sosialisasi Kurikulum 2013 yang digagas oleh Kemendikbud masih belum

efektif untuk dipahami oleh guru. Banyak guru merasa bingung untuk memahami

penerapan Kurikulum 2013. Sosialisasi dalam bentuk pelatihan Kurikulum 2013

yang diselenggaraan oleh Kemendikbud secara bertahap menjadikan belum semua

guru mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Sebagai contoh, data dari Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta Bidang Fasilitas Penjaminan

Mutu Pendidikan (FPMP) yang tercantum pada tabel 1 per Juni 2014 terdapat

guru SMK se-DIY yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Namun,

mata pelajaran kelompok C1, C2 dan C3 bidang keahlian teknologi dan rekayasa

belum mendapatkan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 dari LPMP

Yogyakarta.

Tabel 1Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013

se-DIYper Juni 2014

NoKabupaten

Guru yang sudah mendapatkan pelatihan

SD SMP SMA/K SUB TOTALD.I. Yogyakarta

1 Kab. Bantul 1.609 1.165 590 5932 Kab. Sleman 1.864 1.316 741 7443 Kab. Gunung Kidul 1.691 1.019 535 5384 Kab. Kulonprogo 1.163 623 412 1.0365 Kota Yogyakarta 828 661 539 2.028

Total 7.155 4.784 2.817 17.760

Kendala yang ada pada implementasi Kurikulum 2013 perlu adanya

evaluasi secara komprehensif. Bentuk evaluasi dengan menerapkan pembelajaran

berbasis Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah

Page 20: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

3

khususnya di SMK menggunakan pendekatan dan model yang ada di Kurikulum

2013. Pendekatan yang digunakan seperti pendekatan saintifik (scientific

approach) dan model yang digunakan seperti discoverymodel,project base

learning (PjBL), Problem base learning (PBL), dan sebagainya. Semua

kompetensi yang ada di SMK menggunakan pendekatan saintifik dengan berbagai

model yang dapat digunakan untuk pembelajaran.

Pendekatan dan model pembelajaran yang membutuhkan perlu

direncanakan dan diterapkan agar tercapai keaktifan dan kemandirian peserta

didik dalam belajar. Hasil penerapan pembelajaran teori atau praktik dievaluasi

agar pembelajaran berikutnya lebih baik. Pembelajaran tersebut membutuhkan

peran guru secara efektif. Peran aktif tidak hanya dilakukan oleh guru yang

mengampu mata pelajaran tertentu, melainkan dibutuhkan kerjasama antar guru

dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan

yang membangun kerjasama antar guru seperti lesson study. Kegiatan ini dapat

membentuk kolaborasi dan pembelajaran bersama (mutual learning) antar guru.

Guru dapat merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see)

pembelajaran baik materi teori maupun praktik.

Komunikasi yang internsif antar guru dalam pelaksanaan lesson study

dapat berdampak pada peserta didik. Kegiatan lesson study yang diterapkan

menjadikan peserta didik senang belajar. Ketercapaian rasa senang belajar

ditunjukkan pada motivasi dan keaktifan belajar yang tinggi. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian dari Sumartono dan Yus Setriarini (2011: 320) yang

menjelaskan bahwa pembelajaran matematika di SMPN 1 Sukorejo melalui lesson

study berbasis sekolah (LSBS) dari hasil deskriptor menunjukkan keaktifan

belajar peserta didik menyelesaikan semua tugas pada saat pembelajaran

mendapatkan rerata tertinggi yaitu 93%. Meskipun hasil deskriptor lainnya

menghasilkan rerata berkisar 75%-80%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik saat

proses pembelajaran.

Pelaksanaan lesson study yang mampu memberi dampak pada keaktifan

dan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. Kegiatan

Page 21: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

4

lesson study yang menggunakan pendekatan dan model yang ditentukan pada

Kurikulum 2013 diharapkan dapat mewujudkan peserta didik aktif, mandiri, dan

terampil seinhgga terbentuk budaya senang belajar, khususnya peserta didik SMK.

Penerapan pembelajaran pada kegiatan lesson study dapat menggunakan

pendekatan saintifik, model pembelajaran discovery dan problem base learning

(PBL). Pendekatan saintifik (scientific approach) yang mengutamakan fakta atau

logika terhadap materi yang dipelajari. Modeldiscovery melibatkan peserta didik

untuk kreatif dalam menemukan sesuatu informasi. Sedangkan, model PBL

merancang pembelajaran yang berbasis permasalahan yang muncul dari materi

yang dipelajari dan mampu menumbuhkan sikap kritis untuk menentukan solusi

dari permasalahan tersebut.

Pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan diharapkan mampu

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta didik. Kemampuan

peserta didik pada materi teori dan praktik menghasilkan penilaian yang

komprehensif khususnya pada bidang teknik pemesinan. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan kegiatan lesson study dengan menerapkan pendekatan saintifik

serta model pembelajaran discovery dan problem base learning (PBL). Konsep

pembelajaran dapat dinamakan SciDiPro (Scientific, Discovery, dan Problem Base

Learning) yang diharapkan mampu mendukung implementasi Kurikulum 2013

melalui kegiatan lesson study.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Penelitian tahun pertama dapat dibatasi pada penelitian: (1) pelatihan

lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) model SciDiPro

berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) perangkat

pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4)

assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan;dan (5)

menerapkan model pembelajaran problem baselearning (PBL) melalui lesson

study pada keahlian bidang teknik pemesinan.

Page 22: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

5

Sejalan dengan batasan masalah dalam implementasi Kurikulum 2013,

permasalahan yang dikaji pada penelitian tahun pertama antara lain: (1)

Bagaimanakah bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di

SMK Se-DIY? (2) Bagaimanakah pengembangan model SciDiPro berbasis

lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013? (3) Bagaimanakah

pengembangan perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik

pemesinan? (4) Bagaimanakah pengembangan assessment for learning pada

keahlian bidang teknik pemesinan? dan (5) Bagaimanakah penerapan model

pembelajaran problem basedlearning (PBL) melalui lesson study pada keahlian

bidang teknik pemesinan?

C. Road Map Penelitian

Judul Penelitianhibah Tim Pascasarjana ini adalah: “Pengembangan

SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK melalui Leson Study”.

Penelitian tahun pertama menghasilkan luaran yaitu: (1) Selesainya tesis 4 orang

mahasiswa peserta didik prodi S-2 Pendidikan Teknologi Kejuruan Program

Pascasarjana UNY. Adapun tema anak payung pada penelitian ini adalah:

(a)Perangkat Pembelajaran Lesson Study Pada Program Keahlian Teknik

Pemesinan, (b) Assessment For LearningPada Program Keahlian Teknik

Pemesinan, (c)Penerapan Problem Based LearningPada Program Keahlian Teknik

Pemesinan, dan (d) Pelatihan Lesson Study kepada Guru SMK Teknik Pemesinan;

(2) Makalah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah nasional; (3) Hasil

penelitian dipublikasikan dalam jurnal nasional yang terakreditasi; (4) Model

SciDiPro berbasis lesson study pada implementasi Kurikulum 2013 di SMK

keahlian bidang teknik pemesinan.

Road mapPenelitian Hibah Tim Pascasarjanadengan mengaitkan pada

penelitian anak payung. Pengkaitan yang dilakukan dari

SciDiPro(Scientific,Discovery dan Problem Based Learning) dengan kegiatan

lesson study. Penelitian anak payung yang membahas tentang pelatihan lesson

study, mengembangan perangkat pembelajaran lessonstudy, mengembangkan

assessment for learning, dan implementasi problem based learning menggunakan

Page 23: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

6

lesson study. Hasilnya berupa model SciDiPro melalui lesson study. Model ini

akan semakin valid, maka dilakukanFocus Group Discussion(FGD) antara tim

peneliti dengan guru-guru program keahlian teknik pemesinan yang sudah

mendapatkan pelatihan lesson study.Semua kegiatan tersebut adalah proses

kolaboratif dengan kolaborator dengan melakukan study Lesson Study.

Tahap impelemntasi Lesson study berlanjut pada tahapan berikutnya yaitu

tentang praktik implementasi lesson study pada pembelajaran teori dan praktik

teknik pemesinan. Impelementasi yang diwujudkan pada rancangan dan kajian

perangkat pembelajaran lessos study danassement for learningdengan

menggunakan lesson study, dan implementasi problem based learning dalam

kurikulum 2013.

Penelitian pada tahun kedua meliputi pengembangan produk dan

menerapkan produk pada pembelajaran. Pengembangan produk terdiri dari produk

pada sarana pembelajaran seperti produk work preparation (WP), media

pembelajaran, dan jobsheet. Produk yang dikembangkan dengan menggunakan

model pembelajaran Discovery dan Problem Based Learning (PBL). Jadi, produk

yang sudah dikembangkan kemudian diterapkan pada pembelajaran di berbagai

sekolah di DIY pada program keahlian teknik pemesinan. Penerapan produk

bertujuan mengetahui tingkat efektivitas dari penggunaan produk dari kemampuan

pengetahun, sikap, dan keterampilan. Rancangan ini mengunakan kegiatan lesson

study dengan melibatkan guru dan observer dalam merencanakan produk,

melaksanakan pembelajaran, dan merefleksi hasil pembelajaran. Kegiatan lesson

study dilakukan secara bersiklus sesuai target pembelajaran yang ingin dicapai.

Penelitian pada tahun ketiga meliputi evaluasi pembelajaran dengan

mengembangkan produk evaluasi pembelajaran dan penerapan produk yang lebih

luas. Pengembangan produk evaluasi bertujuan untuk membuat produk evaluasi

dari tahapan penelitian tahun pertama dan kedua. Kemudian, penerapan produk

yang sudah dibuat pada tahun pertama dan kedua diterapkan ke beberapa SMK di

DIY. SMK yang dijadikan tempat penelitian lebih banyak daripada tempat

penelitian pada tahun kesatu dan kedua. Rancangan ini tetap menggunakan

kegiatan lesson study, sehingga kolaborasi antar guru semakin komprehensif.

Page 24: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

Kurikulum menurut Finch & Crunkilton (2004: 7) adalah the sum of the

learning activities and experiences that a student has under the auspices or

direction of the school. Kurikulum diyakini dapat memberikan kontribusi yang

signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

didik. Apabila implementasi kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik maka

akan membantu peningkatan kualitas pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan

penjelasan yang dikemukakan oleh Kelly (2009: 5) one feature that characterized

curriculum change in the latter part of the last century was the increased

incidence of planning and preparation in curriculum development.

Kurikulum di Indonesia pada tahun 2013 mengalami perubahan dari KTSP

ke Kurikulum 2013. Peralihan sistem pendidikan nasional dengan adanya

perubahan kurikulum sebenarnya memiliki tujuan yang mulia. Adapun, tujuan

dari Kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kebijakan pemerintah

dengan memberlakukan kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan

pendidikan nasional. Peningkatan yang ada di Kurikulum 2013 didasari berbagai

landasan, salah satu adalah landasan konseptual. Landasan tersebut berdasarkan

Mulyasa (2014: 65) sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 yang terdiri

dari (1) relevansi pendidikan (link and match), (2) kurikulum berbasis kompetensi

dan berkarakter, (3) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning),

(4) pembelajaran aktif, dan (5) penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.

Landasan konseptual yang ada pada pengembangan kurikulum pendidikan

kejuruan SMK memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah umum.

Berdasarkan Finch & Crunkilton (2004: 9) karakteristik kurikulum pendidikan

kejuruan didasari dari (1) orientation, (2) justification, (3) focus, (4) in-school

Page 25: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

8

success standards, (5) out-of-school success standards, (6) school-community

relationships, (7) federal involvement, (8) responsiveness, (9) logistics, dan (10)

expense.

1. Rasional Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan

pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis

pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

telah dirintis pada tahun2006 di mana mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Tabel 2Perbandingan kurikulumdari masa ke masa

No. Kurikulum1947 – 1994

Kurikulum2004 – 2006 Kurikulum 2013

1 Basis materi Basis produk Basis praksis

2Fokus pada ranahpengetahuan

Mapelberkontribusi padakompetensitertentu

Mapelberkontribusi padasemua ranahkompetensi

3Produk dan prosesditentukan darimateri

Produk ditentukandari materi, prosesditentukan terpisah

Materi dan prosesditurunkan dariproduk

4Penekanan padarencana

Penekanan padahasil

Penekanankeselarasanrencana, kegiatan,hasil

5Keseragamanmateri

Keseragaman hasilKeseragamanmateri, proses danhasil

6Pemantauanpelaksanaan silabusdan RPP standar

Penilaian hasilyang sangat ketat(harusnya),misalUN

Penilaian prosesdan hasil secarautuh

7Menggunakanmateri sebagaikonteks

Menggunakanmateri sebagaikonteks

Menggunakantema populersebagai konteks

Page 26: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

9

2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

sesuai Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014. Adapun, isi dari pola pikir

Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta

didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan

gaya belajarnya (learningstyle) untuk memiliki kompetensi yang sama.

b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-

masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).

c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba

ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta

diperoleh melalui internet).

d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif

mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik).

e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim).

f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia.

g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap

memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta

didik.

h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines).

i. Penguatan pola pembelajaran kritis.

3. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013

Tata kelola Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60

Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.

a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif.

b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen

kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).

c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses

pembelajaran.

Page 27: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

10

4. Karakteristik Kurikulum 2013

Karakteristik Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60

Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.

a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai

situasi di sekolah dan masyarakat.

b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar, agar peserta didik mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai

sumber belajar.

c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi

inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

e. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam kompetensi inti.

f. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata

pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

5. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013: 39) mengemukakan bahwa keberhasilan Kurikulum

2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta

dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak

dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai

faktor keberhasilan. Salah satu faktor keberhasilan tersebut adalah kreativitas

guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan

sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Guru harus

memahami peserta didik terkait dengan kemampuan, potensi, minat, hobi,

sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan

Page 28: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

11

kegiatan lainnya di sekolah. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru untuk

mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain (Mulyasa, 2013: 43-

44):

a. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan

kompetensi lulusan.

b. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi mengajar sebagai suatu

profesi.

c. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.

d. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan

membentuk kompetensi peserta didik.

e. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi

kehidupan peserta didik.

f. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir.

g. Menyiapkan proses pembelajaran.

h. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

i. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter

yang akan dibentuk.

Proses menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan menyiapkan

guru yang siap menjadi fasilitator dalam pembelajaran, hendaknya diadakan

musyawarah antara kepala sekolah dan guru. Musyawarah yang dilakukan

untuk menganalisis, mendiskusikan, dan memahami berbagai hal yang terkait

dengan implementasi Kurikulum 2013, seperti salah satunya adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan

outcomes-based curriculum. Dasar kompetensi tercantum pada Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah

Kejuruan sudah tercantum pada Permendikbud No.70 tahun 2013. Berbagai

jurusan menjadikan competences base sebagai acuan untuk mengukur

kemampuan peserta didik terhadap bidang keahliannya. Konsep pembelajaran

yang dikembangkan lebih mengutamakan pelajaran praktik untuk mencapai

syarat keahlian.

Page 29: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

12

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum

2013

1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran

menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik

secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari

mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh

karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi

Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.

Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific

a. Mengamati

Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong

peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang

12

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum

2013

1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran

menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik

secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari

mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh

karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi

Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.

Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific

a. Mengamati

Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong

peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang

12

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum

2013

1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran

menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik

secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari

mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh

karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi

Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.

Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific

a. Mengamati

Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong

peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang

Page 30: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

13

diberikan guru. Proses ini memerlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi

karena pengamatan pada permasalahan atau obyek yang akan diteliti

harus cermat.Kalau tidak dilakukan dengan cermat, maka obyek yang

diobservasi dapat menagburkan makna. Adapun beberapa cara dalam

menentukan obyek yang diobservasi: (a) menentukan objek apa yang akan

diobservasi; (b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek

yang akan diobservasi; (c) menentukan secara jelas datadata apa yang

perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder; (d) menentukan dimana

tempat objek yang akan diobservasi; (e) menentukan secara jelas

bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar

berjalan mudah dan lancar; dan (f) menentukan cara dan melakukan

pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan,

kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya

Pada proses ini, peserta didik didorong untuk mengajukan

pertanyaan terkait dengan apa yang telah mereka observasi. Pertanyaan

ini akan lebih baik dijawab oleh peserta didik lain, dan guru hanya

bertugas sebagai moderator. Apabila pertanyaan tersebut sulit untuk

dijawab peserta didik, maka guru dapat memancing atau menggiring

jawaban dengan memberikan keyword jawaban. Adapun beberapa

kegiatan yang mampu membangkitkan pertanyaan peserta didik, antara

lain sebagai berikut: (a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan

perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; dan

(b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Menalar

Pada proses ini, peserta didik dituntut untuk berpikir secara logis

dan sistematis dengan menggunakan pendekatan penalaran induktif.

Peserta didik akan membuat kerangka pemikiran untuk menjawab

pertanyaan dari hasil pengamatan. Pada tahap ini, peserta didik harus

Page 31: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

14

mampu mengaitkan hubungan-hubungan antar gejala atau fenomena yang

ada.

d. Mencoba

Setelah peserta didik mengetahui jawaban dari hasil

penalarannya, maka langkah berikutnya adalah mencoba

mendemonstrasikan hasil penalarannya. Proses mencoba ini bertujuan

untuk mengembangkan ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan,

dan pengetahuan. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk

mendorong peserta didik untuk mencoba atau bereksperimen antara lain

sebagai berikut: (a) menentukan tema atau topik sesuai dengan

kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (b) mempelajari cara-cara

penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (c)

mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumnya; (d) melakukan dan mengamati percobaan;(e) mencatat

fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (f) menarik

simpulan atas hasil percobaan; dan (g) membuat laporan dan

mengkomunikasikan hasil percobaan.

e. Membentuk Jejaring

Proses terakhir pada pendekatan ini adalah membentuk jejaring

(networking). Pada tahap ini, peserta didik dan guru saling bertukar

informasi terkait dengan materi pembahasan pelajaran. Membentuk

jaringan yang baik akan lebih baik apabila seluruh peserta didik yang ada

dalam kelas melakukan sharing knowledge yang dimilikinya sehingga

informasi yang diterima beragam dalam perspektif yang bermacam-

macam namun masih dalam konteks yang sama.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik

sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,

hukum atau prinsip.

Page 32: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

15

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi

peserta didik.

d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Gambar 2. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang jadi acuan

2. Model Pembelajaran

Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan scientific

menggunakan tiga model pembelajaran, di antaranya discovery learning dan

problem based learning.

a. Discovery Learning

1) Pengertian Discovery Learning

Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk

memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru.

Discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan

terbimbing, di mana para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk

menemukan jawabannya (Suyitno, 2004: 5). Menurut Roestiyah

(2001: 20) discovery learning adalah suatu cara mengajar yang

melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba

sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Harus diusahakan agar

jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik.

Penemuan yang dihasilkan oleh peserta didik tidak mutlak sesuatu

Page 33: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

16

yang baru. Oleh karena itu discovery learning dirancang untuk

meningkatkan keaktifan peserta didik, berorientasi pada proses,

mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang

sering muncul sebagai kegiatan belajar.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka

dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah cara penyajian

pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi dengan bantuan guru sebagai pembimbing atau

fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang

perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik.

Kemudian tugas guru berikutnya adalah menyediakan sumber belajar

bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Pengawasan

guru terhadap peserta didik masih tetap perlu dilakukan, akan tetapi

campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam

pemecahan masalah harus dikurangi.

Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning

adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak

disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai

peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian

mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka

ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan

mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang

dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang

bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah

pembelajaran teacher oriented ke student oriented. Merubah modus

ekspository (peserta didik hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru) ke modus discovery (peserta didik menemukan

informasi sendiri).

Page 34: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

17

Menurut Hamalik (2001: 187), strategi belajar discovery paling

baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun juga

dapat dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar.

Kendatipun tidak semua peserta didik dapat terlibat dalam proses

discovery namun pendekatan discovery dapat memberikan manfaat

bagi peserta didik yang belajar.

2) Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan

pendekatan discovery learning dalam pembelajaran memiliki

keunggulan dan kelemahan, di antaranya (Kemendikbud, 2013: 212-

214):

a) Keunggulan Discovery Learning

(1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses

kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses

ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

(2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat

pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan

dan transfer.

(3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena

tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(4) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang

dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

(5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan

belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi

sendiri.

(6) Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat

konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja

sama dengan yang lainnya.

(7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama

aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun

Page 35: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

18

dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti

di dalam situasi diskusi.

(8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-

raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan

tertentu atau pasti.

(9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih

baik.

(10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer

kepada situasi proses belajar yang baru.

(11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif

sendiri.

(12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan

hipotesis sendiri.

(13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

(14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik

menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

(16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.

(17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan

berbagai jenis sumber belajar.

(18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

b) Kelemahan Discovery Learning

(1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran

untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan

mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

menimbulkan frustasi.

(2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik

yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk

Page 36: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

19

membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah

lainnya.

(3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat

buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah

terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

(4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

(5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta

didik.

(6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir

yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih

terlebih dahulu oleh guru.

c) Konsep Discovery Learning

Menurut Sudjana (1989: 74-75) metode mengajar yang

biasa digunakan oleh guru dalam discovery learning antara lain

metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan

permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik (3-5

orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini

dilaksanakan pada saat mengajar atau pada saat kegiatan

pembelajaran. Pendekatan discovery learning dapat dilaksanakan

apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk

diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan

pelajaran yang menantang peserta didik atau yang

problematis) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik.

(2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta

didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

(3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.

Page 37: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

20

(4) Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya,

berdiskusi.

(5) Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar.

(6) Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan peserta

didik.

d) Langkah Persiapan Discovery Learning

Langkah persiapan discovery learning adalah sebagai

berikut (Kemendikbud, 2013: 214):

(1) Menentukan tujuan pembelajaran.

(2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik

(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

(3) Memilih materi pelajaran.

(4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik

secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

(5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta

didik.

(6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

(7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

b. Problem Based Learning

Menurut Smith dan Ragan (dalam Rusmono, 2012: 74)

mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha

untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada

seluruh kurikulum.Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah

yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang

membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model

belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk

Page 38: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

21

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah (PBL).

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.

3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.

5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran

berbasis masalah dapat dijelaskan berikut ini.

Tabel 3Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah

Guru sebagai PelatihPeserta Didik sebagai

Problem Solver

Masalah sebagaiAwal Tantangan

dan Motivasio Asking about thinking

(bertanya tentangpemikiran).

o Memonitor pembelajaran.o Probbing ( menantang

peserta didik untukberpikir ).

o Menjaga agar pesertadidik terlibat.

o Mengatur dinamikakelompok.

o Menjaga berlangsungnyaproses.

o Peserta yang aktif.o Terlibat langsung

dalam pembelajaran.o Membangunpembela

jaran.

o Menarik untukdipecahkan.

o Menyediakankebutuhan yangada hubungannyadengan pelajaranyang dipelajari.

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini

adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2) Pemodelan peranan orang dewasa.

Page 39: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

22

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap

antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang

lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-

aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.

a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong

pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik

secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.

c) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri,

yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan

menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya

tentang fenomena itu.

3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta

didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan

dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena

memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

2) Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability

para peserta didik ke diri dan panutannya.

3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang

serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan

tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan

dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan,

sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang

mandiri.

5) Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta

didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah

pembelajaran berdasarkan pengalaman.

Page 40: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

23

6) Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada

ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai

pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan

masalah, kerja kelompok, dan self-management.

7) Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan

yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan

dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

8) Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus

disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.

9) Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

Pembelajaran yang menggunakan PBL memiliki kelebihan. Ada

beberapa kelebihan dari pembelajaran menggunakan PBL yaitu sebagai

berikut.

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.

Pesertadidik/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah

maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau

berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat

semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik

berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan

ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks

yang relevan.

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan

inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi

pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :

1) peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang

berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang

dijumpainya;

Page 41: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

24

2) peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi

terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering

disebut student-centered;

3) peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL

sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah

PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan

mata pelajaran yang bersangkutan.

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep

dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam

pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih

cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’

yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini

diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama

materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan

oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik

mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,

diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik

dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau

permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan

berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan

cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan

tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan

muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok

memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide

dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat

masing-masing dalam kertas kerja.

Page 42: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

25

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang

dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud

dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera

menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum

dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam

permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum

dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam

permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat

yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan

pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi

penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator

memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan

yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik,

fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir

langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas

tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak

ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk

menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti

langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti

petunjuk.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik

mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang

diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel

tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan

pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua

tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan

mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan

yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan

Page 43: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

26

dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi

tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk

mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam

pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang

telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun.

Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan,

sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap

permasalahan yang dihadapi.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman

materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada

pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya

untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari

permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan

dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan

fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta

didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara

mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan

kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam

pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno,

menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk

memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka

dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek

pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).

Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh

kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester

(UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Page 44: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

27

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu

pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan

perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap

dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan

partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan

kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek

tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

C. Lesson Study

Lesson study adalah kegiatan guru yang dilakukan secara berulang kali

dengan merumuskan tujuan belajar, merencanakan pelajaran, mengajar dan

mengamati pembelajaran, memperbaiki, pembelajaran, dan mengajar kembali dari

hasil revisi rancangan pembelajaran. Definisi yang sesuai dengan pernyataan

Lewis (2002), yaitu lesson study adalah is a teacher-led instructional

improvement cycle in which teachers work collaboratively to: formulate goals for

student learning, plan a lesson, teach and/or observe the lesson, reflect on the

gathered evidence, revise the lesson for improvement, and reteach the revised

lesson.

Selain itu, kegiatan lesson study memberikan kebebasan guru untuk

merencanakan, mengamati, dan berdiskusi hasil pembelajaran dengan pihak yang

terkait. Pernyataan tersebut sesuai yang disampaikan Hart, Alston, & Murata

(2011: 16) yaitu “through the use of lesson study, teachers have a means for

planning, observing, and conferring with others.” Pihak/orang lain yang terkait

dalam kegiatan diskusi adalah guru, kepala sekolah, dosen, dan ahli pendidikan.

Penjelasan lesson study tersebut di pertegas oleh Sumar Hendayana, dkk. (2007:

10) yang mengartikan lesson study adalah suatu perangkat pembinaan profesi

pendidik (guru) melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan

berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip colleagues and mutual learning untuk

membangun komunitas belajar. Artinya lesson study bukan metode atau strategi

pembelajaran, namun melalui Lesson Study dapat diterapkan berbagai

pembaharuan pembelajaran berdasarkan situasi, kondisi dan permasalahan yang

Page 45: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

28

dihadapi guru. Tujuan Lesson Study untuk menciptakan peserta didik aktif belajar

atau merasa senang belajar menjadi terobosan dalam proses pembelajaran praktik.

Kegiatan Lesson Study dijelaskan oleh Saito (2005) secara sederhana diterapkan

dengan 3 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (do); dan (3)

refleksi (see).

Gambar 3. Skema kegiatan lesson study

Tahap pertama adalah perencanaan (plan), di mana merupakan

kegiatan awal dari kegiatan Lesson Study yang merupakan kegiatan kolaboratif

guru dalam merencanakan pembelajaran. Kegiatan ini terdiri dari penentuan

pendekatan, metode, media, strategi dan evaluasi pembelajaran yang nantinya

akan digunakan dalam kegiatan Lesson Study dan tentunya cocok dengan

karakteristik dari mata pelajarannya. Konsep pembelajaran yang akan

disampaikan kepada peserta didik terlebih dahulu didiskusikan dengan guru lain

yang mengampu mata pelajaran sama. Kemudian menyiapkan lembar pengamatan

untuk kegiatan do.

Page 46: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

29

Gambar 4. Kegiatan perencanaan (plan)

Selanjutnya menentukan siapa yang akan menjadi guru model dan

pengamat (observer). Hasil dari kegiatan plan adalah rancangan berupa lesson

plan dari hasil diskusi. Perencanaan yang matang diharapkan akan memberikan

kontribusi untuk mengatasi pembelajaran dan meningkatkan pengajaran di kelas.

Lesson study promotes teacher-led instructional improvement and sel-directed

learning. (Charinee Triwaranyu, 2007: 48).

Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran (do), yakni

mengimplementasikanlesson plan yang sudah dirancang bersama guru-guru dan

anggota kelompok yang bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran

pada saat kegiatan plan. Kepala sekolah dan pengawas juga dapat bertindak

sebagai pengamat pembelajaran. Jadi pembelajaran dilakukan secara terbuka

(open lesson).

Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan (do)

Page 47: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

30

Berdasarkan gambar 5 di atas terlihat bahwa pengamat bertugas

mengamati segala aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dan tentunya tidak

boleh mengintervensi pembelajaran serta tidak mengganggu kelancaran

pembelajaran. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar pengamatan yang sudah

disiapkan pada kegiatan plan.

Langkah ketiga adalah refleksipembelajaran (see), di mana merupakan

kegiatan akhir dari Lesson Study yang dilakukan setelah selesai pembelajaran.

Kegiatan ini berupa diskusi refleksi dari hasil pengamatan pada saat kegiatan do

yang dipandu oleh kepala sekolah atau orang yang berwenang untuk membahas

pembelajaran, misalnya guru inti atau fasilitator dari MGMP.

Gambar 6. Kegiatan refleksi (see)

Satu persatu pengamat menyampaikan hasil pengamatan. Setelah semua

pengamat selesai menyampaikan hasil pengamatannya, langkah selanjutnya

adalah bersama-sama mencari solusi dari permasalahan kegiatan do untuk

pembelajaran berikutnya. Karena kegiatan Lesson Study merupakan kegiatan

kolaboratif yang berkelanjutan (siklus) sehingga dapat meningkatkan aktivitas

kelas.

Page 48: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

31

D. Kerangka Pikir

Implementasi SciDiPro adalah penerapan proses pembelajaran inquiri

sebagaimana diterapkan dalam kurikulum 2013 saat ini dengan pendekatan

Scientific serta model Discoverydan Problem based learning.Lesson study adalah

kegiatan guru yang dilakukan secara berulang kali dengan merumuskan tujuan

belajar, merencanakan pelajaran, mengajar dan mengamati pembelajaran,

memperbaiki pembelajaran, dan mengajar kembali dari hasil revisi rancangan

pembelajaran. Implementasi SciDipro melalui lesson study di SMK adalah

penerapan proses pembelajaran berbasis inquiri dengan penggabungan lesson

study dalam pemaksimalan hasil pembelajaran dalam kurikulum 2013

Ruang lingkup dari implementasi Scientific,discovery,problem dan

projectbased learning adalah : (1) Input,baik input peserta didik, guru,tenaga

kependidikan maupun sumber daya yang lain(2) Proses,baik dalam proses

pembelajaran disekolah dengan lesson study berikut dengan proses pembelajaran

proses pelatihan hingga penilaian, (3) Produk atau hasil, Hasil dalam proses

pembelajaran dalam kurikulum 2013 berbantuan lesson study menunjukkan

peninggkatan capaian hasil belajar siswa dalam pelbagai bidang dan metode

alternative bagi guru. Dalam penelitian ini implementasi SciDiPro dalam

lessonstudy diawali dengan pelatihan guru – guru SMK Se DIY kemudian

dilanjutkan dengan pengkodisian serta pelatihan pembelajaran dengan

lessonstudy.

Implementasi Problem based learning dengan lesson studyberpadu padan

dalam proses penerapannya dari pelatihan pendidik,kemudian pembenahan

berdasrkan FGD dilanjutkan dengan praktek implementasi problem based

learning di sekolah Menengah Kejuruan. Hasil pembelajaran berikut dengan

pembenahan dan penilaian menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan dalam

penelitian ini. Proses pengembangan menjadi penting ketika kesimpulan dari

penelitian ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran berikutnya sebagai

bagian dari rekomendasi proses pembelajaran dan alternative pembelajaran.

Kesatuan pembelajaran dari Scientific,problem dan project based learning

menjadi actual diterapkan dalam kurikulum 2013 dengan lesson Study.

Page 49: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

32

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat diajukan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik

pemesinan di SMK Se-DIY?

2. Bagaimana Pengembangan model SciDiPro berbasis lesson study dalam

implementasi Kurikulum 2013?

3. Bagaimana Pengembangan perangkat pembelajaran lesson study pada

keahlian bidang teknik pemesinan?

4. Bagaimana mengembangkan assessment for learning pada keahlian bidang

teknik pemesinan?

5. Bagaimana penerapan model pembelajaran problem baselearning (PBL)

melalui lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan?

Page 50: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

33

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian tahun pertama bertujuan sebagai berikut: (1) Mengetahui

bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2)

Mengembangkan model SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi

Kurikulum 2013; (3) Mengembangkan perangkat pembelajaran lesson study pada

keahlian bidang teknik pemesinan; (4) Mengembangkan assessment for learning

pada keahlian bidang teknik pemesinan;(5) Menerapkan model pembelajaran

problem baselearning (PBL) melalui lesson study pada keahlian bidang teknik

pemesinan.

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitain pengembangan yang direncanakan

selama tiga tahun berjalan, adapun tahun ini masuk dalam periode tahun awal

atau tahun pertamaPengembangan model pembelajaran SciDiPro dihasilkan

melalui kegiatan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi.

Diharapakan dalam analisis kebutuhan akan diperoleh dari observasi lapangan dan

sumber referensi. Perencanaan diharapakan dapat diperoleh dari observasi

lapangan dan diskusi. Pengembangan menjadi proses selnajutnya yang diharapkan

dapat diperoleh dari pembuata model pembelajaran dan membuat perangkat

penunjang. Evaluasi pembelajaran diperoleh dari uji coba internal dan eksternal.

Hasil kegiatan uji coba internal diharapkan dapat menjadi tolak ukur

kelayakan model pembelajaran SciDiPro dan kelayakan perangkat pendukung.

Hasil tersebut diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran teori dan

praktik.Hasil kegiatan uji coba eskternal diharapkan menjadi pilot project bagi

penerapan model dan perangkat pendukung. Model pembelajaran SciDiPro

diterapkan dalam kegiatan FGD. Perangkat pendukung diharapkan dapat

Page 51: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

34

diterapkan pada implementasi pembelajaran teori dan praktik pada program

keahlian teknik pemesinan di SMK.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian pada tahun pertama ini terdiri dari beberapa jenis desain yang

digunakan. Desainn penelitian ini menghasilkan beberapa kegiatan penelitian.

Adapun secara lebih rinci kegiatan penelitian dijelaskan sebagaiberikut ini.

Tabel 4Kegiatan penelitian

No Kegiatan Penelitian Desain Penelitian1 Pelatihan Lesson Study Eksperimen2 Pengembangan perangkat pembelajaran

Lesson StudyResearch and Develop-ment (Richey & Klein)

3 Pengembangan perangkat Assesment forLearning menggunakan Lesson Study

Reseach and Develop-ment (Borg & Gall)

4 Penerapan model pembelajaran Problem BasedLearning

Penelitian TindakanKelas

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini secara umum ada 3 tahap yaitu: tahap penelitian

pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi yang dilakukan setiap

tahun.Penjelasan tersebut tercantum pada diagram tulang ikan (fishbone diagram).

Page 52: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

35

Gambar 7. Diagram pengembanganSciDiPro

Penelitian yang dilaksanakan tahun pertama diantaranya pelatihan lesson

Study, pengembangan perangkat pembelajaran lesson study, pengembangan

assesment for learning melalui lesson study dan penerapan model pembelajaran

PBL (Problem Based Learning). Design penelitian yang dilakukan diantaranya

penelitian eksperimen digunakan pada pelatihan lesson study, design

pengembangan R&D (Reseach & Development) digunakan pada pengembangan

perangkat pembelajaran lesson study dan Assesment for Learning; dan penelitian

tindakan kelas digunakan pada penerapan model pembelajaran PBL.

C. Subyek Penelitian Tahun Pertama

Responden yang akan dilibatkan dalam penelitian tahun pertama adalah

guru-guru dari SMK se kota Yogyakarta, Guru dan siswa SMK di Kabupaten

Sleman. Kegiatan yang dilakukan meliputi Kegiatan Pelatihan Lesson Study,

Pengem

bangan SciDiP

roM

elaluiLesson Study

PengembanganPembelajaran Scientific

PelatihanLesson Study

KontenAnalisis

Tahun IPengembangan Model

Pembelajaran SciDiPro

FGD

PengembanganPembelajaran PBL

Assessmentfor learning

Perluasan LokasiUji Efektivitas

ProdukPembelajaran

PBL 1

UjiEfektivitas 1

FGD

Tahun IIPengembangan ProdukPembelajaran SciDiPro

ProdukPembelajaranDiscovery 1

ProdukPembelajaranScientific 1

Tahun IIIDesiminasi & Evaluasi

DesiminasiPengembangan

Produk

UjiEfektivitas 2

ProdukPembelajaranScientific 2

ProdukPembelajaran

PBL 2

ProdukPembelajaranDiscovery2

Page 53: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

36

Kegiatan FGD, serta kegiatan pengambilan data melalui penelitian pengembangan

dikelas dan penelitian tindakan kelas.

Penelitian tahun pertama ini dilaksanakan di SMK di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut.

Tabel 5Tempat dan waktu penelitian

No Judul Tempat Waktu1 Pelatihan Lesson Study SMKN 2 Yogyakarta

SMKN 3 YogyakartaSMK Muh 3 YogyakartaSMK Piri 1 YogyakartaSMK Islam Yogyakarta

Maret-April2015

2 Pengembangan PerangkatPembelajaran Lesson Study

SMK N 2 Depok April-Mei2015

3 FGD Lesson Study guru-guruSMK se kota Yogyakarta

LPPM UNY Juli 2015

4 Pengembangan PerangkatAssesment for Learningmenggunakan Lesson Study

SMKN 2 Depok Agustus-September2015

5 Penerapan ModelPembelajaran Problem BasedLearning

SMKN 1 Seyegan Agustus-September2015

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya 1) penelitian pelatihan

lesson study teknik pengumpulan menggunakan teknik observasi, wawancara dan

angket; 2) penelitian pengembangan perangkat pembelajaran lesson study melalui

observasi, angket, test, wawancara, dan dokumentasi; 3) Penelitian pengembangan

Assesment for Learning menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket;

4) penelitian penerapan model pembelajaran PBL dilakukan dengan menggunakan

teknik wawancara, observasi dan test.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan

SciDiPro melalui lesson study dalam tahun ke-1 menggunakanbeberapa instrumen

sebagai berikut.

Page 54: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

37

Tabel 6Instrumen penelitian pada pengembangan SciDiPro

No Kegiatan Penelitian Instrumen Penelitian1 Pelatihan lesson study 1. Lembar wawancara

2. Kuisioner2 Pengembangan perangkat

pembelajaran lesson study1. Kuisionerdan lembar wawancara

untuk guru dan pengelola industri2. Kuisionervalidasi instrument3. Soal uraian4. Lembar observasi sikap dan

catatan anekdot sikap5. Kuisionerpenilaian diri6. Lembar observasi produk, unjuk

kerja dan laporan praktik7. Kuisionerpelaksanaan lesson Study8. Kuisionerrespon peserta didik dan

guru3 Pengembangan assesment for

learning1. Catatan anekdot dan dokumentasi

wawancara dan observasi di SMKdan Industri

2. Catatan anekdot FGD (FocusGroup Discusion)

3. Lembar validasi instrumen olehguru

4. Lembar validasi instrumen ahli5. Catatan anekdot kegiatan6. Kuisionerkolegialitas dan mutual

learning7. Kuisionerkeefektifan perangkat8. Kuisionerkeberfungsian perangkat

4 Penerapan model pembelajaranPBL

1. Lembar wawancara2. Lembar observasi3. Test

E. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Analisis kuantitif dilakukan pada hasil kuesioner, test, dan observasi.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan

keterampilan, respon guru dan observer, dan respon peserta didik. Semua data

yang mana menggunakan perhitungan yang berbeda-beda sesuai hasil yang

Page 55: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

38

ingin dicapai. Perhitungan data kuantitatif menggunakan softwareMicrosoft

Office Excel 2007.

a. Analisis Butir Soal

Soal uraian yang dianalisis tingkat indeks daya pembeda (DP) dan

tingkat kesulitan butir soal. Indeks daya pembeda bertujuan untuk

mengetahui tingkat kepandaian peserta didik pada pengerjaan soal teori

pemesinan. Formula yang mengadopsi dari Zainal Arifin (2014: 133)

adalah berikut.= ………………………………………………….. 1.1

di mana:

DP = daya pembeda

= rata-rata kelompok atas

= rata-rata kelompok bawah

Skor maks = skor maksimum

Penilaian daya pembeda butir soal menggunakan kategori

penilaian. Adapun kategori yang digunakan adalah sebagai berikut.

0,40 ke atas = sangat baik

0,30 – 0,39 = baik

0,2 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki

0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang

Soal uraian yang dianalisis tingkat kesulitan butir soal (p) bertujuan

untuk mengetahui tingkat kesulitan peserta didik pada pengerjaan soal

uraian teori ulir. Tingkat kesulitan soal menggunakan formula yang

berdasarkan Nitko & Brookhart (2007: 322-323). Formula yang digunakan

sebagai berikut.= ∑ ……………………………………………….……..… 1.2

di mana:

= tingkat kesulitan butir ke-i atau proporsi menjawab benar butir

ke-i∑ = jumlah skor butir ke-i yang dijawab oleh subyek

Page 56: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

39

= skor maksimum

N = jumlah subyek

Penilaian tingkat kesulitan butir soal menggunakan kategori

penilaian. Adapun kategori yang digunakan adalah sebagai berikut.

p ≤ 0,30 = butir soal sulit

0,3 <p ≤ 0,70 = butir soal sedang

p> 0,70 = butir soal mudah

b. Pengkategorian

Data yang dinalisis dengan pengkategorian terdiri dari data

presentasi, kuisioner sikap belajar, work preparation (WP), unjuk kerja,

laporan praktik, respon guru dan observer, dan respon peserta

didik.Kriteria penilaian pada data pengkategorian ada yang menggunakan

skala likert dan rating scale dengan penamaan kriteria disesuaikan dengan

kedua pengkategorian tersebut.Skala likert yang digunakan kriteria adalah

sangatsetuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju (1) dan sangat

baik (4), baik (3), kurang baik (2), tidak baik (1). Rating scale yang

digunakan kriteria adalah selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), dan

tidak pernah (1).

Pengkategorian menggunakan formula pengkategorian. Data

formula pengkategorian mengadopsi dari Wagiran (2013: 337).

Pengkategorian dapat menggunakan kriteria skala likert dan skala

penilaian (rating scale). Berikut ini dijelaskan formula pengkategorian.

Tabel 7Data pengkategorian dengan 4 skala penilaian

Interval KriteriaX + 1,5 SBi < ≤ X + 3 SBi Sangat SetujuX < ≤ X + 1,5 SBi SetujuX − 1,5 SBi < ≤ X Kurang SetujuX − 3 SBi < ≤ X − 1,5 SBi Tidak Setuju

di mana:X /Mi = Rerata skor ideal = ½ (skor maksimal+skor minimal)

Page 57: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

40

Sbi/SD = Simpangan baku skor ideal = 1/6 (Skor maksimal-skor minimal)

X = Skor aktual (skor yang dicapai)

Skor maksimal ideal = Σ butir kriteria x skor tertinggi

Skor minimal ideal = Σ butir kriteria x terendah

Hasil pengkategorian dapat dikonversikan menjadi nilai persentase

(%). Formula yang digunakan mengadopsi dari Grinnell (1988: 160).

Berikut ini penjelasan formula percentages of agreements.= 100 ..… 1.3

Analisis kuantitatif juga dilakukan pada perhitungan validitas isi

dan reliablitas. Validitas mengadopsi dari Aiken (1985) untuk mengetahui

validitas isi (content-validity coefficient). Perhitungan validitas isi dapat

dijelaskan pada formula sebagai berikut.= ∑[ ( )] …………………………………………………..……..….. 1.4

di mana:

s = r – lo

lo= Angka penilaian validitas yang terendah

c = Angka penilaian validitas yang tertinggi

r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai

Hasil perhitungan validitas isi dikategorikan menggunakan kriteria

koefisien korelasi. Kriteria yang mengadopsi dari Zainal Arifin (2009)

dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 8Kriteria validitas

Koefisien Korelasi Tafsiran

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang (Cukup)

0,21 – 0,40 Rendah

< 0,20 Sangat rendah

Page 58: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

41

Reliabilitas menilai keajekan dari hasil validasi produk dan

instrumen oleh ahli. Validasi produk menggunakan 3 ahli dan validasi

instrumen menggunakan 2 ahli untuk menilai produk dan instrumen

pengembangan perangkat pembelajaran. Validasi produk menggunakan 3

ahli untuk menilai produk assessment forlearning. Kedua validasi yang

mana dihitung menggunakan ICC (Intraclass Correlation Coefficients)

menggunakan SPSS versi IBM 19. Hasil analisis menggunakan ICC

adalah mengetahui tingkat keajekan dalam menilai produk dan instrumen

dari ahli.

Menurut Feldt & Brennan batas bawah koefisien reliabilitas yang

digunakan untuk suatu tes yang baik yaitu sebesar 0,70 (Linn, 1989:

106).Rincian kriteria kualitas reliabilitas suatu instrumen juga dapat dilihat

berdasarkan ketentuan Altman (1991: 404) diantaranya sebagai berikut.

Less than 0.2 = Poor Agreement

0.20 to 0.40 = Fair Agreement

0.41 to 0.60 = Moderate Agreement

0.61 to 0.80 = Good Agreement

0.81 to 1.00 = Very Good Agreement

2. Data Kualitatif

Teknik analisis data kualitatif berdasarkan hasil wawancara, catatan

anekdot, dan penilaian diri. Data wawancara dihasilkan dari guru dan

pengelola industri. Data catatan anekdot diperoleh dari pengamatan observer

terhadap sikap belajar peserta didik. Data penilaian diri diperoleh dari hasil

kemjuan kerja peserta didik dalam pembelajaran praktik.

Tabel 9Data kualitatif dari wawancara, catatan anekdot, dan kemajuan kerja

No Analisis Data Hasil Analisis

1Deskripsifkualitatif

1. Data wawancara guru dan pengelola industri2. Data catatan anekdot dari aktivitas belajar

teori dan praktik peserta didik3. Data penilaian diri pada kemajuan kerja

praktik peserta didik

Page 59: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Payung

Penelitian hibah pascasarjana ini dilakukan selama tiga tahun. Kegiatan

yang dilakukan pada tahun pertama adalah pengembangkan model pembelajaran

SciDiPro melalui lesson study. Pengembangan membutuhkan kajian literatur

terkait Kurikulum 2013, lesson studyserta praktik di SMK, memvalidasi

instrument penelitian pengembangan lesson study melalui para pakar,

menyelenggarakan FGD untuk membahas hasil revisi draf prosedur dan

instrument, melakukan ujicoba, merevisi prosedur dan instrument penelitian

pengembangan lesson study.

Hasil kajian terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 terkait dengan

kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti pendekatan sampai pada penilaian

diperoleh beberapa realitas dan permasalahan diantaranya antara lain:

1. Pelaksanaan Kurikulum 2013 tetap akan dilaksanakan disemua jenjang

pendidikan, meskipun saat ini masih dilaksanakan pada sekolah-sekolah

pilotproject (menteri pendidikan dalam Suara merdeka, JPNN.com,

Liputan6.com). Implementasi Kurikulum 2013 mempunyai beberapa

konsekuensi dalam pelaksanaannya yaitu pendekatan pembelajaran yang

dilaksanakan menggunakan saintifik (permendikbud No 103 Tahun 2014).

Fakta dilapangan terdapat permasalahan terkait dengan pelaksanaan

Kurikulum 2013 mulai dari kesulitan guru terhadap prosedur baru Kurikulum

2013, kegiatan pembelajaran saintifik yang harus dilakukan, sistem penilaian,

serta prasarana yang belum tercukupi (Suara merdeka, JPNN.com).

2. Hasil penelitian yang dilakukan Rivandra Rezani (Mahasiswa s2 PTK yang

terlibat dalam penelitian pascasarjana ini) menunjukan bahwa dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 guru dituntut agar dapat mengembangkan

profesionalitas baik secara mandiri maupun kelompok. Salah satu bentuk

meningkatkan profesionalitas guru dalam bekerjasama adalah melalui Lesson

Study. Hasil prasurvei menunjukan di Kota Yogyakarta belum dilakukan

Page 60: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

43

pelatihan Lesson Study yang tentu menghambat profesionalitas guru. Oleh

karena itu dalam penelitian ini ditekankan pada pelatihan lesson study untuk

meningkatkan profesionalitas guru produktif SMK.

3. Hasil penelitian Haris Abizar (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat dalam

penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa pelaksanakan

implementasi Kurikulum 2013 membawa pendekatan baru yaitu saintifik.

Dalam menunjang pelaksanaan pendekatan saintifikdibutuhkan perangkat

pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Produk silabus dan RPP dari proses perancangan sampai evaluasi dibutuhkan

kegiatan lesson study. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pada

pengembangan perangkat pembelajaran silabus dan RPP melalui kegiatan

lesson study.

4. Hasil Penelitian Endri Triwiyono (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat dalam

penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa sejalan implementasi

kurikulum 2013, penilaian ditekankan pada penilaian proses dan juga hasil.

Tetapi dalam pelaksanaannya guru masih mengalami banyak kesulitan terkait

dengan penilaian kurikulum 2013. Oleh karena itu, solusi pemecahan

permasalahan diatas yaitu dengan mengembangkan perangkat dan cara

penilaian praktik produktif untuk mengatasi kesulitan guru. Dalam penelitian

ini dikembangkan perangkat Assesment for Learning dengan pendekatan

Lesson Study untuk mengatasi permasalahan yang ada.

5. Hasil penelitian Bernardus Agus Munadi (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat

dalam penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa selain saintifik

pendekatan yang lain adalah problem based learning. Pendekatan problem

based learning tidak akanterlepas dari saintifik dalam Kurikulum 2013.

Problem based learning adalah sebuah implementasi yang lebih spesifik dari

pendeatan saintifik. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan penerapan

problem based learning dalam pemebelajaran produktif sebagai bentuk secara

khusus dari pendekatan saintifik.

Dalam penelitian tahun pertama ini menghasilkan studi model

pembelajaran SciDiPro dengan diawali pelatihanlesson study di SMK, Silabus dan

Page 61: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

44

RPP pembelajaran scientific menggunakan lesson study, perangkat assement for

learning menggunakan lesson study serta prosedur dan instrumen Problem based

learning di SMK. Model pembelajaran yang sudah dibuat dan sudah divalidasi

melalui Focuss Group Discussion (FGD) yang dilakukan antara tim peneliti

dengan guru-guru SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan. Hasil FGD berupa

diagram model pembelajaran SciDiPro mengunakan lesson study untuk

menunjang Kurikulum 2013. Berikut ini gambar 8 adalah diagram model

pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study.

Page 62: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

45

Gambar 8. Diagram model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study

Pembelajaran Teknik PemesinanMelalui Lesson Study

1. Silabus Mata PelajaranPemesinan

2. RPP Kompetensi Keahlian

Sarana Pembelajaran Teoridan Praktik Instrumen Evaluasi

1.Silabus:a. Materi berdasarkan KI dan KDb.Kegiatan pembelajaran

menggunakan pendekatan saintifikc. Penilaian autentik

2. RPP:a. Mengacu pada silabusb. Intergrasi KI, KD, dan Indikator

Pencapaian Kompetensic. Penjabaran langkah-langkah

pembelajaran (Pendekatan saintifik)d.Penggunaan metode, model, dan

media pembelajaran

Sarana Pembelajaran:1. Buku materi pelajaran2. Bengkel pemesinan3. Ruang shop talk4. Komputer setiap kelompok5. Media pembelajaran6. Buku referensi7. Work preparation (WP)8. Job sheet9. Benda kerja10. Mesin bubut dan peralatan

pendukung

Plan:Komponen

Pembelajaran

Do: IsiPembelajaran

Evaluasi:1. Expert review produk

dan instrumen2. Respon kegiatan lesson

study3. Penilaian pengetahuan4. Penilaian sikap5. Penilaian keterampilan6. Penilaian produk7. Respon pelaksanaan

pembelajaran

See: HasilPembelajaran

Peningkatan aktivitas belajarpada kompetensi teknik kejuruandalam ranah pengetahuan, sikap,

dan keterampilan

Analisis KebutuhanLesson Study di SMK

KompetensiPengetahuan

KompetensiSikap

KompetensiKeterampilan

Sasaran

TAHUNKE 1

TAHUNKE 2

TAHUNKE 3

Page 63: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

46

Diagram 8 menunjukkan bentuk model pembelajaran SciDiPro

menggunakan lesson study pada program keahlian teknik pemesinan. Model

pembelajaran hasil dari kegiatan FGD dengan memasukkan unsur lesson study.

Ada 3 tahapan lesson study yaitu plan, do, dan see. Tahapan plan menghasilkan

rancangan pada komponen pembelajaran. Tahapan do menghasilkan isi

pembelajaran. Tahapan see menghasilkan hasil pembelajaran. Sasaran yang ingin

dicapai dari model pembelajaran ini adalah peningkatan aktivitas belajar teknik

pemesinan pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sasaran ini sesuai

dengan kaidah lesson study yang menilai aktivitas belajar peserta didik.

Berdaasrkan model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study terbagi 3

model pembelajaran selama 3 tahun. Penjelasan dari tiap-tiap model pembelajaran

selama 3 tahun sebagai berikut.

1. Deskripsi Tahun ke-1

Model pembelajaran SciDiPro pada tahun pertama menghasilkan tiga

konsep yaitu perangkat pembelajaran, sarana pembelajaran, dan instrumen

evaluasi. Perangkat pembelajaran yang pokok pada pembelajaran adalah

penyiapkan silabus dan RPP. Silabus dan RPP menggunakan pendekatan

saintifik pada materi teori dan praktik teknik pemesinan. Oleh karena itu,

pada bagian kegiatan pembelajaran dari silabus dan RPP menerangkan

langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan data/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Silabus menerapkan pendekatan saintifik secara umum

dan diperjelas pada bagian RPP pada setiap pertemuan. Isi dari silabus dan

RPP mengacu pada Kurikulum 2013. Isi silabus mengacu pada pedoman

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah. RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud

Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah.

Konsep yang berikutnya adalah sarana pembelajaran dan instrumen

evaluasi. Sarana pembelajaran yang dibutuhkan harus berkaitan dengan

lesson study. Kondisi bengkel, mesin dan peralatan pendukung, ruang

Page 64: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

47

shoptalk (ruangan penyampaian materi sebelum praktik), media

pembelajaran, WP, job sheet, dan buku materi merupakan bagian dari sarana

pembelajaran. Namun, sarana pembelajaran pada tahun pertama hanya

sebagai sarana pendukung dari kegiatan lesson study. Instrumen evaluasi

yang mencakup pada penilaian aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

pada materi teori dan praktik teknik pemesinan. Instrumen ini dikembangkan

dan divalidasi oleh ahli sehingga dapat diterapkan pada kegiatan lesson study.

Penerapan instrumen evaluasi di beberapa SMK tetapi hanya pada skala kecil.

Gambar 9. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-1

TAHUN KE-1

1. Silabus Mata PelajaranPemesinan

2. RPP Kompetensi Keahlian

Sarana Pembelajaran Teoridan Praktik Instrumen Evaluasi

Plan (Perencanaan)

Do (Pelaksanaan)

1. Pengembangan Produk2. Penerapan Produk

1. PengembanganInstrumen

2. Penerapan Instrumen

See (Refleksi)

Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan

Page 65: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

48

2. Deskripsi Model Pembelajaran Tahun ke-2

Penelitian pada tahun kedua menekankan pada pengembangan model

pembelajaran dan sarana pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran

mencakup pembelajaran discovery learning dan problem based learning

(PBL). Pengembangan ini menggunakan kegiatan lesson study. Hasil

pengembangan diterapkan pada skla kecil untuk mengethaui tingkat

efektivitas dari produk tersebut. Sasaran yang ingin dicapai adalah

peningkatan belajar peserta didik pada aspek pengetahun, sikap, dan

keterampilan.

Gambar 10. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-2

TAHUN KE-2

PengembanganPembelajaran Discovery

Learning

Pengembangan SaranaPembelajaran

PengembanganPembelajaran ProblemBased Laerning (PBL)

Plan (Perencanaan)

Do (Pelaksanaan)

Efektivitas PembelajaranDiscovery Learning

Efektivitas PembelajaranProblem Based Laerning

See (Refleksi)

Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan

Efektivitas PenggunaanSarana Pembelajaran

Page 66: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

49

3. Deskripsi Model Pembelajaran Tahun ke-3

Penelitian pada tahun ketiga menekankan pada pengembangan

evaluasi dan penerapan scientific, discovery dan PBL secara luas.

Pengembangan evaluasi model pembelajaran SciDiPro bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana peningkatan model pembelajaran diterapkan pada

skala luas. Pengembangan juga menunjang dari penerapan scientific,

discovery, dan PBL pada SMK teknik pemesinan secara luas. SMK yang

dijadikan tempat penelitian bisa 5-7 SMK, sehingga model pembelajaran

semakin layak diterapkan pada pembelajaran teori dan praktik program

keahlian teknik pemesinan. Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan

belajar peserta didik pada aspek pengetahun, sikap, dan keterampilan.

Gambar 11. Diagram model pembelajaran pada 3 tahun ke-3

TAHUN KE-3

RancanganPenerapanScientific, Discovery, dan

PBL

RancanganPenggunaanSarana Pembelajaran

Pengembangan EvaluasiModel Pembelajaran

Plan (Perencanaan)

Do (Pelaksanaan)

Efektivitas PembelajaranScientific, Discovery, dan PBL

EfektivitasEvaluasi ModelPembelajaran

See (Refleksi)

Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan

Efektivitas PenggunaanSarana Pembelajaran

Page 67: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

50

B. Hasil Penelitian Anak Payung

1. RIVANDRA REZANI: Pengaruh Pelatihan Lesson Study terhadap

Kompetensi Pedagogik, Motivasi Mengajar, dan Kesiapan Mengajar

Guru SMK di Kota Yogyakarta dalam Implementasi Pembelajaran

dengan Pendekatan Saintifik

a. Deskripsi Tahapan Penelitian

Penelitian yang menitikberatkan pada sosialisasi kegiatan lesson

study pada guru SMK se-Kota Yogyakarta. Sosialisasi yang berbentuk

pelatihan lesson study kepada guru SMK program keahlianTeknik

Pemesinan. Kegiatan penelitian pada pelatihan lesson study terdapat

beberapa tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

1) Prasurvei di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pendidikan

Menengah. Kegiatan prasurvei menghasilkan informasi mengenai

sasaran terkait dengan pelatihan lesson study yang pernah

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil

prasurvei tersebut didapatkan informasi bahwa Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta belum pernah mengadakan pelatihan lesson study

kepada guru SMK mata pelajaran profuktif khususnya bidang

keahlian teknik pemesinan, hanya yang sudah pada mata pelajaran

adaptif dan normatif.

2) Prasurvei di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai program

keahlian teknik pemesinan dengan rincian sekolah sebagai berikut:

Tabel 10Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang Mempunyai

Program Keahlian Teknik PemesinanNo. Nama Sekolah1 SMK Negeri 2 Yogyakarta2 SMK Negeri 3 Yogyakarta3 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta4 SMK PIRI 1 Yogyakarta5 SMK Islam Yogyakarta

Page 68: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

51

3) Menyusun kisi-kisi instrumen. Instrumen yang terdiri dari 3 angket

yaitu angket kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar

guru, dan angket kesiapan mengajar guru. Ketiga angket sebelum

dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi. Hasil kisi-kisi angket adalah

angket kompetensi pedagogik guru terdiri dari 10 indikator. Kisi-kisi

angket motivasi mengajar guru terdiri dari 8 indikator. Kisi-kisi

angket kesiapan mengajar guru terdiri dari 3 indikator.

4) Menyusun instrumen penelitian. Hasil angket kompetensi pedagogik

guru terdiri dari 10 indikator yang dijabarkan menjadi 35 butir

pernyataan. Angket motivasi mengajar guru terdiri dari 8 indikator

yang dijabarkan menjadi 30 butir pernyataan. Angket kesiapan

mengajar guru terdiri dari 3 indikator yang dijabarkan menjadi 20

butir pernyataan.

5) Pengujian validitas konstruk terhadap 3 angket yang divalidasi oleh

Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Prof. Dr. Thomas Sukardi, dan Prof.

Dr. Sudji Munadi.

6) Uji coba instrumendengan mengkonsultasikan instrumen penelitian

dengan ahli setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang

diukur berdasarkan teori.

7) Pengujian validitas isi dengan menggunakan bantuan program SPSS

19. Berdasarkan hasil pengujian validitas pada angket kompetensi

pedagogik guru didapatkan hasil bahwa terdapat satu butir yang

gugur sehingga angket kompetensi guru untuk penelitian terdiri dari

34 butir. Sementara itu hasil pengujian validitas pada angket motivasi

mengajar guru didapatkan hasil bahwa terdapat 8 butir yang gugur

sehingga angket motivasi mengajar guru untuk penelitian terdiri dari

22 butir. Sedangkan untuk hasil pengujian validitas pada angket

kesiapan mengajar guru didapatkan hasil bahwa terdapat 1 butir yang

gugur sehingga angket kesiapan mengajar guru untuk penelitian

terdiri dari 19 butir.

Page 69: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

52

8) Pengujian reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil pengujian

reliabilitas instrumen untuk ketiga angket, dihasilkan angket

kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan

angket kesiapan mengajar guru terletak di antara 0,70-0,90

(reliabilitas tinggi). Hal ini mengacu pada kriteria koefisien

reliabilitas menurut Guilford dalam Ruseffendi (1994: 144),

reliabilitas dikatakan tinggi apabila terletak di antara 0,70-0,90.

9) Persiapan pelaksanaan pelatihan lesson study. Persiapan dengan

mengadakan sosialisasi lesson study yang diisi oleh narasumber Dr.

Widarto dan Dr. Paidi. Ada 5 SMK di Kota Yogyakarta yang

mempunyai Program Keahlian Teknik Pemesinan yang mengikuti

pelatihan lesson study pada tanggal 13-14 Maret 2015. Pemilihan

guru yang mengikuti lesson study menggunakan teknik sampling

dengan proportional random sampling. Penggunaan teknik sampling

karenadisesuaikan dengan kondisi di sekolah.

10) Pelaksanaan pelatihan lesson study.Pelaksanaan pelatihan lesson

study dilaksanakan selama 2 hari di Fakultas Teknik Universitas

Negeri adalah pengisian angket pretest untuk mengetahui kompetensi

pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru sebelum

diberikan pelatihan lesson study dan pemberian materi tentang lesson

study oleh narasumber yakni Dr. Widarto dan Dr. Paidi. Kegiatan ini

meliputi pemaparan materi dari narasumber dan tanya jawab terkait

kegiatan lesson study sebelum peserta pelatihan melakukan simulasi

kegiatan lesson study pada hari kedua.Kegiatan pelatihan di hari

kedua (tanggal 14 Maret 2015) yakni simulasi kegiatan lesson study

berdasarkan materi yang didapat pada hari pertama yang dilakukan

oleh guru program keahlian Teknik Pemesinan. Simulasi diawali dari

kegiatan plandengan mengkondisikan guru yang ditunjuk sebagai

model dan pengamat (observer) untuk secara bersama-sama

menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran

seperti materi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang

Page 70: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

53

tepat agar lebih efektif dan efisien, serta mensiasati kekurangan

fasilitas pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan (do) dimaksudkan untuk

menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan serta

guru yang ditunjuk menjadi guru model dan pengamat (observer)

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Guru bersama-sama mengkondisikan/mengatur posisi tempat duduk

guru yang bertindak sebagai peserta didik (dibuat kelompok dengan

anggota berjumlah 4 – 6 peserta didik, namun disarankan jumlah

peserta didik per kelompok sebanyak 4 peserta didik). Guru model

bernama Wagiman Ibnu Arifin, M.T. melaksanakan pembelajarandi

mana peserta didik berdiskusi menggunakan model pembelajaran

discovery learning. Tahapan lesson study yang terakhir adalah

refleksi (see). Tahapan ini dimaksudkan untuk menemukan kelebihan

dan kekurangan pada saat pelaksanaan pembelajaran (do) agar dapat

ditemukan solusi yang baik untuk pembelajaran selanjutnya. Setelah

kegiatan simulasi lesson study di hari kedua selesai, tahap selanjutnya

yakni pemberian angket posttest untuk mengetahui kompetensi

pedagogik dan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study.

11) Monitoring pascapelatihan lesson study. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam membuat

RPP sesudah mendapatkan lesson study sekaligus pengisian angket

motivasi mengajar guru.

b. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru pada

kompetensi pedagogik. Hasil analisis data dari pretest pada kompetensi

pedagogik guru disajikan padatabel berikut ini.

Page 71: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

54

Tabel 11Hasil analisis data pretest kompetensi pedagogik guru

Jumlah Guru 20

Nilai Minimum 74

Nilai Maksimum 111

Rata-Rata 94,65

Standar Deviasi 9,45

Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan

akhir guru kaitannya dengan kompetensi pedagogik sesudah diberikan

perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest kompetensi

pedagogik guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan

pada tabelberikut ini.

Tabel 12Hasil analisis data posttest kompetensi pedagogik guru

Jumlah Guru 20

Nilai Minimum 94

Nilai Maksimum 136

Rata-Rata 107,25

Standar Deviasi 9,20

Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest

kompetensi pedagogik guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-

ratanya seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.

Page 72: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

55

Gambar 12.Perbandingan rata-rata pretest dan posttestkompetensi pedagogik guru

Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kompetensi pedagogik guru sesudah diberikan pelatihan lesson study.

Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata nilai pretest sebesar 94,65 dan

rata-rata nilai posttest sebesar 107,25 sehingga mengalami peningkatan

nilai sebesar 12,6. Apabila, dikonversikan ke nilai persentasi maka nilai

kompetensi pedagogik guru mengalami peningkatan sebesar 13,31%

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

c. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel

Kompetensi Pedagogik Guru

Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan

program SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data pretest

dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru yaitu jika nilai Sig. >

taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan

homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas data pretest dan

posttest variabel kompetensi pedagogik guru.

94.65

107.25

88

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

110

Data

Rata

-Rat

aKo

mpe

tens

i Ped

agog

ik G

uru

Pretest

Posttest

Page 73: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

56

Tabel 13Hasil uji normalitas data pretest dan posttest

variabel kompetensi pedagogik guru

DataSig.

(2-tailed)Tanda

Taraf

SignifikansiKriteria

Pretest 0,804 > 0,05 Berdistribusi Normal

Posttest 0,013 < 0,05 Tidak Berdistribusi Normal

Berdasarkan Tabel 13 di atas diketahui bahwa untuk data pretest

nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi (0,804 > 0,05),

sedangkan untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf

signifikansi (0,013 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest

berdistribusi normal dan data posttest tidak berdistribusi normal.

Tabel 14Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest

variabel kompetensi pedagogik guru

DataSig.

(2-tailed)Tanda

Taraf

SignifikansiKeterangan

Pretest dan Posttest 0,804 > 0,05 Homogen

Berdasarkan Tabel 14 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih

besar dari taraf signifikansi (0, 804 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa

data pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru adalah

homogen.

d. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Motivasi Mengajar Guru

Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru

kaitannya dengan motivasi mengajar sebelum diberikan perlakuan

(treatment). Hasil dari analisis data disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 15Hasil analisis data pretest motivasi mengajar guru

Jumlah Guru 20Nilai Minimum 35Nilai Maksimum 65Rata-Rata 48,3Standar Deviasi 8,37

Page 74: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

57

Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan

akhir guru kaitannya dengan motivasi mengajar sesudah diberikan

perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest motivasi mengajar

guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 16Hasil analisis data posttest motivasi mengajar guru

Jumlah Guru 20Nilai Minimum 32Nilai Maksimum 65Rata-Rata 51,7Standar Deviasi 8,65

Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest

motivasi mengajar guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-ratanya

seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar13.Perbandingan rata-rata pretest danposttestmotivasi mengajar guru

Hasil perbandingan nilai pretest dan posttest diperoleh rata-rata

nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata nilai posttest sebesar 51,7. Hasil

tersebut terjadi peningkatan sebesar3,4. Apabila dikonversikan ke nilai

persentasi terjadi peningkatan sebesar 7,03% sesudah dilaksanakannya

pelatihan lesson study.

48.3

51.7

46

47

48

49

50

51

52

Data

Rata

-Rat

a M

otiv

asi M

enga

jar G

uru

Pretest

Posttest

Page 75: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

58

e. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel

Motivasi Mengajar Guru

Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan

program statistik SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data

pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru yaitu jika nilai Sig. >

taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan

homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas dan homogenitas

data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru.

Tabel 17Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru

DataSig.

(2-tailed) TandaTaraf

Signifikansi Kriteria

Pretest 0,622 > 0,05 Berdistribusi NormalPosttest 0,156 > 0,05 Berdistribusi Normal

Berdasarkan Tabel 17 di atas diketahui bahwa untuk data pretest

nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi (0,622 > 0,05),

untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) juga lebih besar dari taraf

signifikansi (0,156 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest dan

posttest berdistribusi normal.

Tabel 18Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest

variabel motivasi mengajar guru

DataSig.

(2-tailed)Tanda

Taraf

SignifikansiKeterangan

Pretest dan Posttest 0,840 > 0,05 Homogen

Berdasarkan Tabel 18 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih

besar dari taraf signifikansi (0,840 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data

pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru adalah homogen.

Page 76: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

59

f. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Kesiapan Mengajar Guru

Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru

kaitannya dengan kesiapan mengajar sebelum diberikan perlakuan

(treatment).Hasil dari analisis data disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 19Hasil analisis data pretest kesiapan mengajar guru

Jumlah Guru 20

Nilai Minimum 49

Nilai Maksimum 76

Rata-Rata 59,2

Standar Deviasi 5,95

Berdasarkan Tabel 19 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan

perlakuan (treatment) kemampuan awal 20 guru kaitannya dengan

kesiapan mengajar memiliki nilai minimum sebesar 49, nilai maksimum

sebesar 76, rata-rata sebesar 59,2 dan standar deviasi sebesar 5,95.

Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan

akhir guru kaitannya dengan kesiapan mengajar sesudah diberikan

perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest kesiapan mengajar

guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 20Hasil analisis data posttest kesiapan mengajar guru

Jumlah Guru 20

Nilai Minimum 57

Nilai Maksimum 76

Rata-Rata 67

Standar Deviasi 6,73

Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest

kesiapan mengajar guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-ratanya

seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.

Page 77: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

60

Gambar 14.Perbandingan rata-rata pretest danposttestkesiapan mengajar guru

Nilai pretest dan posttest diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar

59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Perbandingan ini

menghasilkan peningkatan sebesar 7,8. Apabila dikonversikan ke nilai

persentasi maka diperoleh peningkatan sebesar 13,17% sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study.

g. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel

Kesiapan Mengajar Guru

Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan

program statistik SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data

pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru yaitu jika nilai

Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan

homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas data pretest dan

posttest variabel kesiapan mengajar guru.

Tabel 21Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru

DataSig.

(2-tailed) TandaTaraf

Signifikansi Kriteria

Pretest 0,020 < 0,05 Tidak Berdistribusi NormalPosttest 0,054 > 0,05 Berdistribusi Normal

59.2

67

54

56

58

60

62

64

66

68

Data

Rata

-Rat

a Ke

siapa

n M

enga

jar G

uru

Pretest

Posttest

Page 78: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

61

Berdasarkan Tabel 21 di atas diketahui bahwa untuk data pretest

nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,020 < 0,05),

sedangkan untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf

signifikansi (0,054 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest tidak

berdistribusi normal dan data posttest berdistribusi normal.

Tabel 22Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest

variabel kesiapan mengajar guru

DataSig.

(2-tailed)Tanda

Taraf

SignifikansiKeterangan

Pretest dan Posttest 0,148 > 0,05 Homogen

Berdasarkan Tabel 22 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih

besar dari taraf signifikansi (0,148 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data

pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru adalah homogen.

h. Hasil Uji Hipotesis Penerapan Pelatihan Lesson Study

1) Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Dari hasil uji normalitas

diketahui bahwa data pretest berdistribusi normal, sedangkan untuk

data posttest tidak berdistribusi normal. Karena dari hasil uji

normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak

berdistribusi normal, maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan

pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik walaupun dari

hasil uji homogenitas menunjukkan data homogen. Maka dari itu

untuk menguji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru dalam

penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon

Signed Ranks Test.Hal ini didasarkan pada gambar yang dijelaskan

oleh Singgih Santoso (2014: 5).

Page 79: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

62

Gambar 15. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 1(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)

Hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon Signed Ranks

Testuntuk variabel kompetensi pedagogik guruadalah sebagai berikut.

Tabel 23Hasil pengujian hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru

Data T hitung Tanda T tabel KeteranganPretest dan

Posttest0 < 52

Ho Ditolak danHa Diterima

Berdasarkan Tabel 23 di atas didapat nilai T hitung lebih

kecil dari T tabel (0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

yang signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study.

2) Variabel Motivasi Mengajar Guru

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya peningkatan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan

Page 80: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

63

pelatihan lesson study. Hasil uji normalitas diketahui bahwa data

pretest dan posttest berdistribusi normal karena dari hasil uji

normalitas menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan

homogen, maka memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian

hipotesis menggunakan statistik parametrik. Maka dari itu untuk

menguji hipotesis variabel motivasi mengajar guru dalam penelitian

ini menggunakan statistik parametrik dengan Paired-Samples T Test.

Hal ini didasarkan pada gambar yang dijelaskan oleh Singgih Santoso

(2014: 5).

Gambar 16. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 2(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)

Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired-

Samples T Test untuk variabel motivasi mengajar guru.

Page 81: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

64

Tabel 24Hasil pengujian hipotesis variabel motivasi mengajar guru

DataSig.

(2-tailed)Tanda

TarafSignifikansi

Keterangan

Pretest danPosttest

0,044 < 0,05Ho Ditolak dan

Ha Diterima

Berdasarkan Tabel 24 didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil

dari taraf signifikansi (0,044 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada

peningkatan yang signifikan motivasi mengajar guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study.

3) Variabel Kesiapan Mengajar Guru

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya peningkatan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study. Hasil uji normalitas diketahui bahwa data

pretest tidak berdistribusi normal, sedangkan data posttest

berdistribusi normal. Hasiluji normalitas terdapat salah satu data yang

menunjukkan tidak berdistribusi normal, maka tidak memenuhi

syarat dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistik

parametrik walaupun hasil uji homogenitas menunjukkan data

homogen. Maka untuk menguji hipotesis variabel kesiapan mengajar

guru pada penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan

Wilcoxon Signed Ranks Test.Hal ini didasarkan pada gambar yang

dijelaskan oleh Singgih Santoso (2014: 5).

Page 82: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

65

Gambar17. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 3(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)

Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon

Signed Ranks Testuntuk variabel kesiapan mengajar guru.

Tabel 25Hasil pengujian hipotesis variabel kesiapan mengajar guru

Data T hitung Tanda T tabel Keterangan

Pretest dan

Posttest0 < 52

Ho Ditolak dan

Ha Diterima

Berdasarkan Tabel 25 di atas didapat nilai T hitung lebih

kecil dari T tabel (0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study.

Page 83: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

66

i. Pembahasan Pelatihan Lesson Study kepada Guru SMK Teknik

Pemesinan

Pengaruh pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik,

motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru dapat dilakukan dengan

mengolah data penelitian yang selanjutnya didapatkan hasil pengujian

hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat dijabarkan

sebagai berikut.

Hipotesis pertama menggunakan analisis Wilcoxon Signed Ranks

Test19 yang diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang

signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan

lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari

perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari 20 guru tidak menunjukkan

adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson

study. Itu artinya terjadi peningkatan kompetensi pedagogik dari 20 guru

sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru dipengaruhi oleh efek

pemberian pelatihan lesson study ditinjau dari angket kompetensi

pedagogik guru yang menunjukkan hasil posttest yang lebih baik dari

hasil pretest. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil RPP yang dibuat oleh

guru sesudah mengikuti pelatihan lesson study di mana menunjukkan

adanya peningkatan dibanding dengan sebelum mendapatkan lesson

study.

Hipotesis kedua yang menggunakan analisis Paired-Samples T

Test diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang signifikan

motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Hasil peningkatan rata-rata nilai pretest dan posttest dari 48,3 menjadi

51,7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 7,03%

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari

perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari 20 guru dihasilkan sebanyak

15 guru terjadi peningkatan motivasi mengajar sesudah mendapatkan

Page 84: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

67

pelatihan lesson study. Hal ini dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan

lesson study di mana guru lebih termotivasi dalam mengajar karena belum

banyak guru khususnya guru Teknik Pemesinan 5 SMK di Kota

Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran

karena memang belum ada yang pernah mendapatkan pelatihan lesson

study selain guru yang menjadi sampel penelitian.

Sementara itu terdapat 2 guru yang menunjukkan bahwa tidak

adanya perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya tidak terjadi

peningkatan dan penurunan motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Selain itu juga terdapat 3 guru yang

menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai posttest sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi penurunan

motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan

lesson study.

Kelima guru yang motivasi mengajarnya tidak meningkat dapat

disebabkan karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk

berkolaboratif dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini menjadi kendala

ketika suatu sekolah hanya memiliki guru yang sangat terbatas. Selain itu

karena kegiatan lesson study tidak hanya dilakukan dalam satu siklus saja,

hal ini juga menjadi kendala terkait dengan waktu mengingat guru

disibukkan dengan beban mengajar yang sangat padat sehingga tidak

memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan lesson study.

Hipotesis ketiga menggunakan analisis Wilcoxon Signed Ranks

Testdiperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang signifikan

kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal

ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai setelah dilakukan

pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest dan nilai

posttest dari total 20 guru sebanyak 17 guru terjadi peningkatan kesiapan

mengajar 17 guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Peningkatan kesiapan mengajar guru dipengaruhi oleh peningkatan

Page 85: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

68

kompetensi pedagogik guru di mana guru menjadi lebih siap dalam

mengajar karena kompetensi pedagogiknya meningkat ditinjau dari

kemampuan dalam menyusun RPP. Hal ini menunjukkan kematangan

mempengaruhi proses kesiapan seseorang. Kematangan yang dimaksud

berkaitan dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Sementara itu terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa tidak

adanya perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya tidak terjadi

peningkatan dan penurunan kesiapan mengajar pada guru tersebut

sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh tingkat kesiapan dari guru tersebut, walaupun dari segi kompetensi

pedagogiknya sudah menunjukkan peningkatan.

3. HARIS ABIZAR: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Lesson Study

pada Paket Keahlian Teknik Pemesinan di SMK

a. Deskripsi Pengembangan Silabus dan RPP

Pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus

dan RPPlesson study menggunakan jenis R & D dari Richey & Klein

(2010: 1). Kategori pengembangan yang digunakan adalah penelitian

pengembangan produk (product development research). Pemilihan

kategori sesuai dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan

yaitu produk silabus dan RPPlesson study pada mata pelajaran praktik

pemesinan bubut. Pengembangan silabus dan RPPlesson study

menggunakan tahapan analisis (analysis), perancangan (design),

pengembangan (development), dan evaluasi (evaluation). Silabus yang

dikembangkan adalah mata pelajaran praktik pemesinan bubut kelas XI

semester genap, sedangkan RPP yang dikembangkan adalah mata

pelajaran praktik pemesinan bubut pada kompetensi praktik pembubutan

ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan withworth (gerakan ulir ke kiri).

Page 86: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

69

Keempat tahapan pengembangan produk menghasilkan beberapa

langkah pembuatan silabus dan RPP lesson study. Tahapan analisis

mengumpulkan berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan pembelajaran,

khususnya pada rancangan pembelajaran praktik pemesinan bubut.

Kebutuhan rancangan produk dengan pemberian angket dan melakukan

wawancara kepada guru program keahlian teknik pemesinan dan

pengelola industri. Tahapan perancangan dilakukan berdasarkan analisis

kebutuhan. Hasil parancangan berupa rancangan perangkat pembelajaran

silabus dan RPP lesson study. Rancangan diperoleh dari pemberian

angket dan wawancara kepada perwakilan guru program keahlian teknik

pemesinan dan pengelola industri. Obyek yang dijadikan penelitian untuk

memperoleh data analisis kebutuhan dan perancangan adalah 2 guru

teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman bernama Pak Sriyana,

S.Pd. dan Pak Subandi, M.Eng. dan 2 pengelola industri bernama Pak

Gunawan selaku HRD PT. Mega Andalan Kalasan dan Pak Andriand Nur

Hidayat, S.T. selaku Owner/Pimpinan Jasatec Yogyakarta.

Tahapan berikutnya adalah pengembangan. Tahapan ini

dihasilkan silabus mata pelajaran praktik pemesinan bubut dan RPP pada

kompetensi praktik pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan

withworth (gerakan ulir ke kiri). Pembuatan silabus mengacu pada

Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah. Pembuatan RPP mengacu pada Permendikbud

nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah. Hasil produk dilanjutkan pada tahapan evaluasi.

Tahapan evaluasi ini mencakup validasi produk dan instrumen, respon

guru dan observer, penilaian efektivitas pada penggunaan produk, dan

respon peserta didik. Validasi produk divalidasi oleh 3 guru program

keahlian teknik pemesinan dan validasi instrumen divalidasi oleh 2 dosen

jurusan pendidikan teknik pemesinan. Pelaksanaan kegiatan lesson study

dievaluasi dengan mengisi angket yang dilakukan oleh guru dan observer.

Efektivitas penggunaan produk berdasarkan hasil belajar peserta didik

Page 87: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

70

pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pelaksanaan

pembelajaran dinilai oleh peserta didik dengan mengisi angket.

b. Implementasi Lesson Study

Produk dan instrumen yang sudah divalidasi oleh guru dan dosen

berarti sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Penerapan

produk dan instrumen dilakukan pada uji terbatas dengan sampel 30

peserta didik kelas XI TP-B jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 2

Depok, Sleman. Materi yang diajarkan pada penelitian pengembangan ini

adalah praktik pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan), withworth

(gerakan ulir ke kiri). Pembelajaran tersebut menggunakan tahapan lesson

study meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see).

Pembelajaran praktik pembubutan ulir berbasis saintifik melalui

kegiatan lesson study dibutuhkan suatu rancangan pembelajaran (lesson

plan). Rancangan pembelajaran terdiri dari kegiatan plan, do, dan see

yang dilakukan selama 4 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan

menggunakan guru model bernama Pak Pak Subandi, M.Eng. (SMK N 2

Depok, Sleman) dan observer bernama Haris A, S.Pd., Endri T, S.Pd., B.

Agus M, S.Pd., dan Rivandra R, S.Pd. (Mahasiswa Pascasarjana Prodi

PTK). Hasil dari lesson plan menghasilkan kegiatan lesson study sebagai

berikut.

1) Lesson Study 1 (Pertemuan Ke-1)

Lesson study pada pertemuan ke-1 terdiri dari kegiatan plan,

do, dan see. Kegiatan plan membahas persiapan pembelajaran materi

teori ulir. Persiapan yang dibahas terkait silabus dan RPP serta

perlengkapan pembelajaran. Guru dan observer yang terlibat saat

menyiapkan rancangan pembelajaran.

Kegiatan do yang dinamakan open lesson adalah pelaksanaan

pembelajaran. Guru model menyampaikan materi teori ulir dengan

pendekatan saintifik dan observer mengamati aktivitas belajar peserta

didik. Pengamatan dilakukan dengan instrumen lembar catatan

anekdotdanskala penilaian. Kegiatan do terdiri dari: (1) guru

Page 88: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

71

menyampaikan pengantar materi, (2) peserta didik berdiskusi antar

kelompok dan tiap kelompok dengan guru, (3) presentasi kelompok

(8 kelompok), (4) mengerjakan soal uraian teori ulir, dan (5) memberi

tugas mengerjakan work preparation (WP) pada praktik ulir.

Kegiatan diskusi dan presentasi menggunakan proses mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan

mengkomunikasi.

Kegiatan see yang dilakukan dengan mengevaluasi

pembelajaran teori ulir. Evaluasi berupa refleksi hasil pengamatan

observer terhadap aktivitas belajar peserta didik. Pengamatan

observer menghasilkan beberapa aktivitas peserta didik dengan

penilaian selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Aktivitas

tersebut didiskusikan antara guru model dengan observer untuk

menghasilkan rancangan pembelajaran berikutnya. Rancangan

tersebut perlu perlakuan yang berbeda agar semua peserta didik aktif

mengikuti pelajaran dipertemuan ke-2.

2) Lesson Study 2 (Pertemuan Ke-2)

Lesson study pada pertemuan ke-2 menggunakan guru model,

observer dan peserta didik yang sama dengan pertemuan sebelumnya.

Kegiatan plan membahas rancangan pembelajaran praktik

pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan withworth

(gerakan ulir ke kiri). Rancangan yang dibuat tetap menggunakan

pendekatan saintifik pada pembelajaran praktik. Peserta didik yang

aktif dan kurang atau tidak aktif di pertemuan ke-1 tetap diberi

perlakuan agar aktif seluruhnya. Pembagian kelompok berbeda

dengan pertemuan pertama yaitu 1 kelompok terdiri dari 1 mesin

untuk 2 peserta didik. Walaupun, dibentuk kelompok tiap peserta

didik tetap membuat produk ulir secara mandiri.

Hasil kegiatan do adalah peserta didik mulai praktik

mengerjakan pembubutan ulir. Peserta didik sebelum mengerjakan

praktik, terlebih dahulu mendapatkan materi tentang proses

Page 89: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

72

pembuatan bubut rata (shop talk) sebagai “bakalan” ulir oleh guru

model. Kemudian, guru membagi kelompok sesuai dengan rancangan

di pertemuan ke-2 dengan membagi setiap kelompok mendapatkan 2

mesin bubut. Awal peserta didik membuat ulir terlebih dahulu harus

memahami WP dan gambar kerja. Bentuk diskusi dilakukan saat

pengantar praktik dan saat praktik berlangsung. Peserta didik yang

kurang atau tidak paham dapat bertanya kepada teman atau guru.

Semua aktivitas belajar praktik dicatat oleh observer.

Kegiatan see adalah refleksi dari kegiatan do dengan

menghasilkan beberapa aktivitas belajar peserta didik. Penggunaan

mesin yang terbatas mengakibatkan ada beberapa peserta didik yang

mengantri untuk menggunakan mesin. Hasil praktik sebagian besar

masih mengerjakan bubut muka (facing), rata(roughing), bertingkat,

alur, dan champer, sedangkan sebagian kecil mulai pada pengerjaan

ulir metrik dan ulir withworth. Kejadian tersebut dan aktivitas lainnya

dibahas antara guru model dengan observer untuk menghasilkan

rekomendasi untuk pertemuan berikutnya. Evaluasi didapatkan dari

hasil observasi instrumen lembar catatan anekdot(anecdotal record)

danskala penilaian(rating scale).

3) Lesson Study 3 (Pertemuan Ke-3)

Kegiatan plan, do, dan see pada pertemuan ke-3 menghasilkan

beberapa catatan penting. Kegiatan plan didasari dari hasil kegiatan

see di pertemuan ke-2. Rancangan pembelajaran dengan membagi

peserta didik sesuai dengan kelompok pada pertemua ke-2.

Pembelajaran praktik masih sebagian besar mengerjakan “bakalan”

ulir dan sebagian kecil mengerjakan ulir metrik dan withworth.

Tahapan do adalah menerapkan pembelajaran yang sudah

dirancang pada tahapan plan. Kegiatan awal dengan membagi

kelompok sesuai rancangan. Pembagian pekerjaan yaitu peserta didik

ada yang memulai membubut ulir metrik dan withworth dan ada juga

yang masih mengerjakan “bakalan” ulir. Penggunaan mesin

Page 90: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

73

bergantian dengan penugasan 1 peserta didik mengerjakan praktik

dan 1 peserta didik berikutnya mengamati pekerjaan teman atau

membantu menge-set alat. Semua aktivitas yang dilakukan peserta

didik, baik aktif maupun tidak aktif tetap dicatat di lembar observasi.

Tahapan lesson study yang terakhir pada pertemuan ke-3

adalah kegiatan see. Kegiatan ini mefokuskan pada evaluasi

perkembangan aktivitas peserta didik dengan ditandai pada sebagian

yang sudah selesai membuat ulir metrik dan withworth. Selain itu,

semua peserta didik sudah selesai membubut rata untuk “bakalan”

ulir. Hasil evaluasi ini akan dijadikan rekomendasi untuk merancang

di pertemuan ke-4.

4) Lesson Study 4 (Pertemuan Ke-4)

Kegiatan lesson study yang berikut ini masih pada mata

pelajaran pembubutan ulir. Perencanaan (plan) pembelajaran

dirancang berdasakan hasil refleksi (see) pada pertemuan ke-3.

Kekurangan pada pembelajaran sebelumnya, seperti mengobrol

dengan teman dan jalan-jalan melihat teman mengerjakan. Hal ini

dikarenakan jumlah mesin yang terbatas (1 mesin untuk 2 peserta

didik), sehingga peserta didik menunggu untuk bergantian

menggunakan mesin bubut. Permasalahan ini dapat diatasi, apabila

kerjasama guru dan peserta didik lebih ditingkatan. Peserta didik

yang menunggu harus tetap aktif dalam pembelajaran, seperti

mengamati teman praktik, berdiskusi dengan teman terkait

ketidakpahaman terhadap materi praktik, dan membantu menge-set

alat sebelum menghidupkan mesin. Selain itu, guru lebih aktif dalam

mengontrol dan membimbing peserta didik serta pembagian mesin

agar lebih efektif penggunaannya. Kegiatan tersebut sebagai

perencanaan pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Langkah berikutnya adalah pelaksanaan (do) pembelajaran.

Pada pertemuan ke-4 peserta didik sudah difokuskan pada pembuatan

ulir metrik (arah gerakan ke kanan) dan ulir withworth (arah gerakan

Page 91: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

74

ke kiri). Peserta didik yang sudah selesai di pertemuan ke-3 dapat

membantu teman dengan memberi arahan, membantu menge-set alat

sebelum membubut ulir, dan mengerjakan laporan praktik.

Pengerjaan praktik ulir selama 9 jam pelajaran dapat dimanfaatkan

oleh peserta didik untuk menyelesaikan pembuatan ulir. Akhir dari

pembelajaran menghasilkan semua peserta didik selesai mengerjakan

produk ulir metrik dan withworth. Aktivitas pengerjaan ulir yang

terjadi dinilai oleh guru, sedangkan peserta didik juga mencatat

kemajuan kerja dari awal sampai akhir pengerjaan ulir.

Proses pembelajaran dievaluasi pada kegiatan refleksi (see).

Pengerjaan ulir yang sudah selesai seluruhnya, namun masih tetap

ada permasalahan, seperti masih ada peserta didik yang kurang aktif

mengerjakan ulir dan memanfaatkan menunggu giliran praktik

dengan kegiatan yang tidak sesuai dengan pembelajaran. Faktor

penggunaan waktu praktik masih menjadi kendala, sehingga banyak

peserta didik yang praktik melebihi waktu yang telah ditetapkan,

yaitu 9 jam pelajaran (1 jam pelajaran: 45 menit). Namun, secara

umum hasil produk sudah selesai sesuai dengan gambar kerja.

c. Hasil Uji Coba Produk

Uji coba pada penelitian ini adalah uji coba produk internal dan

eksternal. Uji coba produk terlebih dahulu dilakukan tahapan analisis

kebutuhan, perancangan, dan pengembangan. Tahapan analisispada

penelitian pengembangan produk dimaksudkan untuk mencari kebutuhan

pembelajaran praktik pemesinan bubut. Kebutuhan pembelajaran yang

dibutuhkan berdasarkan hasil penilaian guru dan pengelola industri. Hasil

yang dibutuhkan menekankan pada rancangan pembelajaran mata

pelajaran pemesinan bubut. Analisis kebutuhan yang mana dinilai oleh

guru dan pengelola industri melalui pengisian angket dan wawancara.

Berikut ini hasil pengisian angket oleh guru pada analisis kebutuhan

perangkat silabus dan RPP.

Page 92: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

75

Tabel 26Data angket analisis kebutuhan silabus (guru)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap Item

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

15 3,53 Setuju 1 SangatSetuju

14 SangatSetuju

Hasil tersebut menjelaskan bahwa analisis kebutuhan perangkat

pembelajaran sangat setuju untuk dikembangkan pada pembelajaran,

khususnya pembelajaran praktik. Kebutuhan perangkat silabus sangat

urgen untuk dikembangkan sebagai dasar rancangan pembelajaran. Oleh

karena itu, perlu dilakukan perancangan silabus pada mata pelajaran

praktik pemesinan. Hasil data angket analisis kebutuhan pada perangkat

silabus dapat dikonversikan ke bentuk persentasi (%). Berikut ini hasil

konversi pengskoran ke bentuk persentasi.

Tabel 27Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada

analisis kebutuhan silabus (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

Sangat Setuju 14 93,3%Setuju 1 6,7%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 15 100%

Analisis kebutuhan terhadap pada RPP juga sangat dibutuhkan

pada pembelajaran praktik. Kebutuhan perangkat RPP yang mana perlu

adanya perancanganyang detail sehingga dapat menghasilkan RPP yang

layak digunakan sebagai acuan pembelajaran, khususnya pada mata

pelajaran praktik pemesinan.

Tabel 28Data angket analisis kebutuhan RPP (guru)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap

Item

Penilaian Kategori Rata-Rata

KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

10 3,45 Setuju 4 SangatSetuju

6 SangatSetuju

Page 93: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

76

Data angket analisis kebutuhan dapat dikonversikan ke bentuk

persentasi (%). Hasil analisis kebutuhan diketahui frekuensi/jumlah nilai

rata-rata tiap item, sehingga menghasilkan nilai persentasi. Hasil nilai

persentasi ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 29Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada

analisis kebutuhan RPP (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi

Sangat Setuju 6 60,0%Setuju 4 40,0%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 10 100%

Kedua penilaian analisis kebutuhan terhadap silabus dan RPP

disimpulkan sangat setuju dibutuhkan. Adapun, kebutuhan terhadap

silabus dan RPP yaitu (1) pembuatan silabus dan RPP sesuai dengan

panduan; (2) Isi silabus dan RPP dibuat secara komprehensif; (3)

penilaian terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan; (4)

sosialisasi lessonstudy; dan (5) pendekatan saintifik disesuaikan dengan

materi yang diajarkan.

Analisis kebutuhan pada perangkat pembelajaran berikutnya

adalah menggunakan wawancara. Pengambilan data ini dilakukan oleh 2

responden guru. Hasil wawancara analisis kebutuhan perangkat

pembelajaran silabus dan RPP kepada guru teknik pemesinan

mengindikasikan bahwa analisis silabus dan RPP memang dibutuhkan

dalam merancang pembelajaran. Hasil wawancara dianalisis bahwa

kebutuhan silabus dan RPP yaitu: (1) disesuaikan dengan jumlah jam

pelajaran, (2) pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolah, (3)

dievaluasi secara rutin, dan (4) penerapan saintifik disesuaikan dengan

karakteristik mata pelajaran. Hasil tersebut dalam menganalisis silabus

dan RPP tetap mengacu pada Kurikulum 2013, khususnya di SMK Negeri

2 Depok, Sleman sudah menerapkan. Sosialisasi Kurikulum 2013 belum

Page 94: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

77

menyeluruh ke guru-guru SMK se-DIY, khususnya di SMK Negeri 2

Depok, Sleman masih ada sebagian yang belum dipahami guru.

Silabus dan RPP sebagai rancangan pembelajaran sebenarnya

sangat dibutuhkan guru teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman.

Kebutuhan silabus dapat dikembangkan sesuai kebutuhan sekolah.

Menurut Sa’dun Akbar (2013: 8) “penyusunan silabus (minimal) sangat

mungkin disusun pemerintah pusat, namun pengembangannya perlu

disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan

pendidikan setempat.” Oleh karena itu, sekolah khususnya SMK Negeri 2

Depok dapat mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan pada

pembelajaran tanpa mengurangi inti dari silabus. Hasil pengembangan

silabus dijabarkan dalam bentuk RPP secara detail. Guru yang

mengembangan secara bersama-sama mampu menghasilkan silabus dan

RPP secara komprehensif.

Analisis kebutuhan berikutnya diberikan kepada pengelola

industri. Pemberian angket dilakukan kepada perwakilan dari industri

PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) dan Jasatec Yogyakarta. Hasil angket

yang diperoleh dari setiap responden dalam menilai kesiapan

pembelajaran untuk peserta didik/lulusan SMK bagi industri dijelaskan

pada tabel berikut ini.

Tabel 30Data angket analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran (industri)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap

Item

Penilaian Kategori Rata-Rata

KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

10 3,45 Setuju 4 SangatSetuju

6 SangatSetuju

Hasil tersebut mengindikasikan peserta didik/lulusan SMK teknik

pemesinan membutuhkan kesiapan pembelajaran yang berbasis

kompetensi, sehingga peserta didik saat magang/PKL atau bekerja di

industri memiliki keterampilan yang berkualitas. Hasil yang sudah

diperoleh dapat dikonversikan ke bentuk persentasi (%). Hasil data

Page 95: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

78

persentasi adalah 40% “setuju” dan 60% “sangat setuju.” Hasil

selengkapnya dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 31Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis kebutuhan

pada kesiapan pembelajaran (industri)Kriteria Frekuensi Persentasi

Sangat Setuju 6 60,0%Setuju 4 40,0%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 10 100%

Analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran untuk peserta

didik/lulusan SMK bagi industri berikutnya adalah menggunakan

wawancara. Pengambilan data dapat diketahui kesiapan pembelajaran

yang dibutuhkan peserta didik/lulusan SMK untuk magang/PKL atau

bekerja di industri. Hasil analisis kebutuhan melalui kegiatan wawancara

kepada pengelola industri dengan 5 pertanyaan menghasilkan kebutuhan

pembelajaran untuk peserta didik/lulusan SMK agar dapat bekerja di

industri. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan pembelajaran

bagi industri diantaranya: (1) kerjasama SMK dengan industri, (2)

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan industri, (3) kesamaan penilaian

pembelajaran dengan kebutuhan skill di industri, dan (4) diskusi terkait

rancangan pembelajaran dengan industri.

Kebutuhan silabus dan RPP yang sudah dianalisis, kemudian

langkah berikutnya adalah tahapan perancangansilabus dan RPP lesson

study. Perancanganproduk membutuhkan masukan dari guru produktif

teknik pemesinan dan pengelola industri sejumlah masing-masing 2 orang

melalui angket dan wawancara. Angket diisi oleh guru untuk mengetahui

sejauh mana perancanganperangkat silabus dan RPP. Berikut hasil

penilaian angket dari guru terhadap rancangan silabus dan RPP.

Page 96: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

79

Tabel 32Data angket perancanganterhadap silabus (guru)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap Item

Penilaian Kategori Rata-RataKategori

Kategori Jumlah Kategori Jumlah

8 3,37 Setuju 3 SangatSetuju

5 SangatSetuju

Angket yang diisi responden menggunakan skala likert dengan

rentang skor penilaian 1 sampai 4. Hasil tersebut menjelaskan bahwa

perancanganperangkat pembelajaran silabus “sangat setuju” untuk

dirancang. Perancanganperangkat silabus “sangat setuju” dikarenakan (1)

silabus sebagai rancangan dasar pada setiap pembelajaran, (2) isi silabus

mengarahkan pada perencanaan perangkat pembelajaran yang lainnya,

dan (3) silabus dijelaskan secara komprehensif dengan mengacu pada

pedoman dari peraturan yang terkait. Hasil perancanganperangkat silabus

dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan silabus sesuai dengan

pedoman Kurikulum 2013. Hasil penilaian angket dikonversikan ke

bentuk persentasi (%). Hasil konversi ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 33Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada

perancanganterhadap silabus (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi

Sangat Setuju 5 62,5%Setuju 3 37,5%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 8 100%

Data perancanganterhadap RPP mengindikasikan perangkat RPP

pada pembelajaran praktik harus direncanakan secara komprehensif.

Perencanaan perangkat RPP yang mana dijadikan acuan untuk

mengembangkan RPP sesuai dengan pedoman Kurikulum 2013. Hasil

angket terhadap rancangan RPP dijelaskan sebagai berikut.

Page 97: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

80

Tabel 34Data angket perancanganterhadap RPP (guru)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap Item

Penilaian Kategori Rata-RataKategori

Kategori Jumlah Kategori Jumlah

8 3,43 Setuju 3 SangatSetuju

5 SangatSetuju

Data perancanganpada angket dapat dikonversikan ke bentuk

persentasi (%). Hasil pengkategorian nilai yang mengacu pada rentang

interval menghasilkan frekuensi/jumlah nilai rata-rata tiap item, sehingga

menghasilkan nilai persentasi. Hasil nilai persentasi ditampilkan dalam

bentuk tabel berikut ini.

Tabel 35Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada

perancanganterhadap RPP (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi

Sangat Setuju 5 62,5%Setuju 3 37,5%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 8 100%

Perancangansilabus dan RPP berikutnya berdasarkan hasil

wawancara. Pengambilan data oleh responden yang sama menghasilkan

data perancanganterhadap silabus dan RPP melalui wawancara. Hasil

wawancara dilakukan kepada guru teknik pemesinan menghasilkan

pendapat tentang perancanganproduk silabus dan RPP lesson study.

Pendapat kedua responden dapat disimpulkan perancanganterhadap

silabus dan RPP sebagai berikut: (1) sinergisitas dengan industri dalam

mengembangkan silabus dan RPP, (2) pengembangan silabus dan RPP

diterapkan melalui lesson study, (3) sosialisasi lesson study, (4) penilaian

pada silabus dan RPP menggabungkan antara penilaian sekolah dengan

Page 98: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

81

industri, dan (5) pengembangan silabus dan RPP menggunakan pedoman

Kurikulum 2013 secara menyeluruh.

Tahapan perancanganjuga dinilai oleh terdiri dari 2 perwakilan

pengelola industri.Responden dari pengelola industri menilai

perancanganpembelajaran yang efektif melalui angket dan wawancara.

Hasil angket yang diperoleh dalam menilai perancanganpembelajaran

dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 36Data angket perancanganpembelajaran (industri)

JumlahItem

Rata-RataTotal Tiap

Item

Penilaian Kategori Rata-Rata

KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

7 3,5 Setuju 2 SangatSetuju

5 SangatSetuju

Hasil kedua angket mengindikasikan keterlibatan industri dalam

merancangpembelajaran dengan SMK sangat perlu diterapkan. Kegiatan

diskusi antara pihak industri dan SMK dalam merancang pembelajaran

yang berbasis kompetensi, sehingga berdampak pada peserta didik saat

magang/PKL atau bekerja di industri dengan keterampilan yang

berkualitas. Hasil penilaian angket dapat dikonversikan ke bentuk

persentasi (%).Hasil selengkapnya dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai

berikut.

Tabel 37Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada keterlibatan

industri dalam merancang pembelajaranKriteria Frekuensi Persentasi

Sangat Setuju 5 71,4%Setuju 2 28,6%

Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 7 100%

Page 99: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

82

Keterlibatan industri dalam merancang pembelajaran untuk

kebutuhan SMK yang berikutnya adalah menggunakan wawancara.

Pengambilan data menghasilkan data terkait peran industri dalam

merancangpembelajaran untuk digunakan oleh SMK. Oleh karena itu,

perlu adanya kerjasama yang sinergis antara pengelola industri dengan

guru dalam merancang pembelajaran yang berbasis kompetensi, seperti

diskusi, penilaian praktik dari industri, dan uji kompetensi keahlian.

Keterlibatan industri dalam merancang pembelajaran untuk SMK melalui

wawancara dibutuhkan kerjasama antara SMK dengan industri.

Penjelasan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa keterlibatan

industri dalam merancang pembelajaran untuk SMK sebagai berikut: (1)

sosialisasi budaya kerja bagi peserta didik, (2) kerjasama dalam

merancang pembelajaran yang berbasis kompetensi, (3) sinergisitas

penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan standar penilaian

industri, dan (4) pembelajaran dengan pendekatan saintifik disesuaikan

kebutuhan industri.

Hasil analisis kebutuhan, perancangan, dan sumber referensi

digunakan sebagai acuan pada tahapan pengembangan. Produk yang

dibuat adalah silabus dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut

kelas XI. Komponen silabus menggunakan pedoman dari Permendikbud

Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Komponen RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud

Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah.

Kumpulan dokumen menghasilkan produk silabus dan RPP.

Pembelajaran yang ada pada produk silabus dan RPP menggunakan

pendekatan saintifik. Setiap mata pelajaran peserta didik harus mampu

mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis/mengasosiasikan

data, dan mengkomunikasi materi yang dipelajari. Pendekatan yang

digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar peserta didik.

Aktivitas belajar yang diwujudkan pada kemandirian dan keaktifan belajar

Page 100: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

83

peserta didik, khususnya mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Oleh

karena itu, tahapan pembelajaran tersebut mengharuskan peserta didik

lebih aktif dalam belajar (student centered), bukan pengetahuan lebih

banyak disampaikan oleh guru (teacher centered).

Pengembangan produk silabus dan RPP pada hakikatnya telah

mengikuti pedoman pada Kurikulum 2013. Produk silabus dan RPP

berbasis pendekatan saintifik dikembangkan berdasarkan tahapan

pengembangan produk Richey & Klein (2010: 8-10). Implementasi silabus

dan RPP lesson studypada uji coba eksternal menggunakan tahapan.

perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Ketiga tahapan

lesson study melibatkan guru model, observer (mahasiswa Prodi PTK PPs

UNY), dan peserta didik kelas XI TP B. Silabus dan RPP disiapkan pada

tahap plan, diterapkan pada tahapan do, dan dievaluasi pada tahapan see.

Hasil pengembangan produk silabus dan RPP diterapkan untuk

mengetahui tingkat kelayakan produk. Kelayakan produk dilakukan

dengan uji coba internal dan uji coba eksternal. Kedua uji coba ini bagian

dari tahapan evaluasi dalam pengembangan produk. Berikut ini

penjelasan dari kedua uji coba.

1) Uji Coba Internal

Uji coba internal diperoleh dari validasi instrumen dan validasi

produk.Validasi instrumen bertujuan untuk memberikan judgement

(keputusan) terhadap instrumen yang divalidasi oleh ahli. Instrumen

yang divalidasi terdiri dari instrumen penilaian silabus dan RPP,

instrumen respon guru dan observer terhadap kegiatan lesson study,

dan instrumen respon peserta didik terhadap proses pembelajaran.

Hasil validasi dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas dan

reliabilitas. Hasil validitas menggunakan formula Aiken (1985) dapat

dijelaskan pada tabel berikut ini.

Page 101: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

84

Tabel 38Data validitas isi pada penilaian instrumen

JumlahItem

JumlahValidator

Rata-RataValiditas

Isi (V)

InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah

13 2 0,57 Rendah 1 Sedang 6 Tinggi 6

Validitas isi pada validasi instrumen penilaian silabus dan RPP,

respon guru dan observer, dan respon peserta didik oleh ahli memiliki

tingkat rata-rata validitas isi adalah “sedang.” Jadi, ketiga instrumen

masih perlu di perbaiki dari segi isi (content), baik relevansi isi

maupun cakupan isi.

Penilaian instrumen yang berikutnya adalah reliabilitas. Ketiga

instrumen yang dinilai bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabel

antar ahli/rater. Oleh karena itu, penilaian reliabilitas menggunakan

formula ICC (Intraclass Correlation Coefficients) berbantuan SPSS

versi IBM 19. Hasil reliabilitas oleh kedua ahli/rater dijelaskan sebagai

berikut.

Tabel 39Data reliabilitas penilaian instrumen 2 ahi/rater

No JumlahAhli/Rater

Intraclass CorrelationCoefficients (ICC)

Interpretasi

1 2 0,632 Good agreement

Penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 2

ahli/rater diperoleh data ICC 0,632 dengan kategori “good agreement.”

Penilaian instrumen oleh 2 ahli/rater menghasilkan tingkat

reliabel/keajekan yang tinggi. Kedua ahli/rater yang memiliki penilaian

tersendiri dalam mevalidasi instrumen, sehingga hasilnya dapat

dibandingkan untuk diketahui tingkat keajekannya. Jadi, kedua

ahli/rater memiliki kesamaan nilai yang tinggi dalam mevalidasi

instrumen.

Silabus dan RPP divalidasi oleh 3 validator oleh guru jurusan

teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Setiap guru menilai

Page 102: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

85

produk silabus dan RPP yang masing-masing terdiri dari 14 item dan

24 item. Hasil penilaian dari ketiga validator dianalisis pada aspek

validitas dan reliabilitas.

Analisis validitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kevalidan produk silabus dan RPP lesson study sebagai rancangan

pembelajaran. Perhitungan validitas berdasarkan ketentuan Aiken

(1985) dari tiap-tiap item yang dinilai. Hasil penilaian validitas produk

silabus dan RPP dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 40Data validitas isi pada penilaian produk silabus

JumlahItem

JumlahValidator

Rata-RataValiditas Isi

(V)

InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah

14 3 0,84 Tinggi 7 SangatTinggi

7

Validitas isi pada tiap item untuk menilai silabus mata pelajaran

praktik pemesinan bubut menghasilkan rata-rata 0,841 dengan kategori

“sangat tinggi.” Penilaian produk silabus lesson study menghasilkan

koefisien yang sangat tinggi dan ketiga validator relatif sama dalam

menilai silabus, sehingga item pada instrumen penilaian silabus valid

untuk menilai produk silabus.

Tabel 41Data validitas isi pada penilaian produk RPP

JumlahItem

JumlahValidator

Rata-RataValiditas Isi

(V)

InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah

24 3 0,843 Tinggi 10 SangatTinggi

14

Validitas isi pada tiap item untuk menilai RPP pada

kompetensi praktik pembubutan ulir metrik dan withworth

menghasilkan rata-rata 0,843 dengan kategori “sangat tinggi.”

Hasil ini menunjukkan validasi produk RPP lesson study memiliki

tingkat validitas yang sangat tinggi. Penilaian produk RPP

Page 103: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

86

menghasilkan koefisien yang sangat tinggi dan ketiga validator

relatif hampir sama dalam menilai RPP, sehingga item pada

instrumen penilaian RPP valid untuk menilai produk RPP.

Kevalidan silabus dan RPP sesuai dengan pernyataan Saifuddin

Azwar (2015: 113) “aitem tersebut memiliki validitas isi yang

baik dan mendukung validitas isi tes secara keseluruhan.”

Penilaian produk silabus dan RPP lesson study yang

berikutnya adalah reliabilitas. Produk silabus dan RPP yang

dinilai bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabel antar

ahli/rater. Silabus dan RPP dinilai reliabilitas secara masing-

masing. Penilaian reliabilitas yang digunakan dengan formula

ICC (Intraclass Correlation Coefficients) berbantuan SPSS.Hasil

reliabilitas oleh 3 ahli/rater dari guru teknik pemesinan SMK

Negeri 2 Depok, Sleman dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 42Data reliabilitas penilaian produk 3 ahi/rater

No JumlahAhli/Rater

ProdukPenilaian

Intraclass CorrelationCoefficients (ICC)

Interpretasi

1 3 Silabus 0,830 Very good agreement

2 3 RPP 0,736 Good agreement

Penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 3

ahli/rater dari guru diperoleh data ICC 0,830 dengan kategori

“very good agreement” pada silabus dan 0,736 dengan kategori

“good agreement” pada RPP. Penilaian produk oleh 3 ahli/rater

menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang sangat tinggi dan

tinggi. Ketiga ahli/rater yang memiliki penilaian tersendiri dalam

mevalidasi produk silabus dan RPP, sehingga hasilnya dapat

dibandingkan untuk diketahui tingkat keajekannya. Jadi, ketiga

ahli/rater memiliki kesamaan nilai yang sangat tinggi dan tinggi

dalam mevalidasi produk silabus dan RPP.

Page 104: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

87

2) Uji Coba Eksternal

a) Data Respon Guru dan Observer terhadap Kegiatan Lesson Study

Kegiatan lesson study yang terdiri dari plan, do, dan see

dengan melibatkan guru model dan observer. Jumlah guru dan

observer sebanyak 5 orang berkolaborasi merencanakan,

melaksanakan, dan merefleksi pembelajaran praktik pembubutan

ulir. Hasil respon guru dan observer terhadap pelaksanaan lesson

study dirangkum pada tabel di bawah ini.

Tabel 43Data rangkuman respon guru dan observer terhadap pelaksanaan lesson study

RespondenPertemuan

1Kategori 1

Pertemuan

2Kategori 2

Pertemuan

3Kategori 3

Pertemuan

4Kategori 4

Subandi,

M.Eng.3,667 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik

Rivandra R,

S.Pd.3,667 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik

Haris A, S.Pd. 3,5 Sangat Baik 3,791 Sangat Baik 3,541 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik

B. Agus M,

S.Pd.3,667 Sangat Baik 3,166 Baik 3,291 Sangat Baik 3,375 Sangat Baik

Endri T, S.Pd. 3,291 Sangat Baik 3,208 Baik 3,25 Baik 3,291 Sangat Baik

Rata-Rata 3,5584 Sangat Baik 3,483 Sangat Baik 3,4832Sangat

Baik3,525 Sangat Baik

Data respon guru dan observer mengindikasikan bentuk

evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan lesson

study. Hasil rangkuman pada tabel menunjukkan 17 yang menilai

“sangat baik” dan 3 yang menilai “baik” dari 20 penilaian oleh 5

responden. Secara keseluruhan, pelaksanaan lesson study selama 4

kali pertemuan “sangat baik”. Apabila, dihitung setiap pertemuan

rata-rata mengalami naik dan turun, namun rata-rata kategori

menilai “sangat baik.” Pertemuan 1 menghasilkan rata-rata 3,558

dan menurun pada pertemuan 2 dengan hasil rata-rata 3,483.

Pertemuan 2 dan 3 tidak mengalami kenaikan, melainkan

Page 105: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

88

mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4

mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.

Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study

Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi

nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru

dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang

dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori

dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan

15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell

(1988: 160).

b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik

Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran

praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas

belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada

1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data

uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan

praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific

0123456789

10

Pertemuan 1

3.5584

Pers

enta

se

Data Rangkuman Pelaksanaan Lesson Study

88

mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4

mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.

Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study

Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi

nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru

dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang

dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori

dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan

15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell

(1988: 160).

b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik

Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran

praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas

belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada

1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data

uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan

praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

3.5584 3.483 3.483 3.525

Kategori

Data Rangkuman Pelaksanaan Lesson Study

88

mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4

mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.

Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study

Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi

nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru

dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang

dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori

dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan

15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell

(1988: 160).

b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik

Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran

praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas

belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada

1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data

uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan

praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific

Pertemuan 4

3.525

Page 106: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

89

approach). Pembelajaran menghasilkan data tentang penilaian

aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Penilaian pengetahuan diperoleh dari pembelajaran teori

ulir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan bagian dari

kegiatan lesson study pada tahapan pelaksanaan (do). Rangkaian

pada tahapan do dengan melaksanakan pembelajaran berbasis

saintifik. Hasil pembelajaran pada aspek pengetahuan berupa soal

uraian dan isian (penilaian WP).

Soal uraian pada materi ulir berupa tes tertulis untuk

mengevaluasi kemampuan kognitif peserta didik. Tes ini dilakukan

setelah pembelajaran teori ulir dengan pendekatan saintifik selesai

diberikan kepada peserta didik. Tes uraian berjumlah 10 soal uraian

dikerjakan selama 60 menit. Secara rata-rata, 10 soal uraian

berkategori “kurang baik”. Berdasarkan soal yang dikerjakan 30

peserta didik ada 4 soal yang harus dibuang atau diganti dengan

soal lain dan 6 soal yang harus diperbaiki.Hasil daya pembeda

menunjukkan soal belum dapat maksimal membedakan peserta

didik yang pandai dengan yang tidak pandai. Hal ini dikarenakan

10 soal hanya sekali diterapkan kepada peserta didik. Apabila, 10

soal diterapkan berulang dengan perbaikan soal setiap analisis daya

pembeda maka soal semakin berkualitas, sehingga soal dapat

menunjukkan peserta didik yang pandai dengan yang tidak pandai.

Hasil daya beda (DP) berkorelasi dengan tingkat kesulitan

soal. Penilaian tingkat kesulitan secara rata-rata dari 10 soal

berkategori “mudah” dengan skor 0,729. Skor tingkat kesulitan

semakin tinggi berarti soal semakin mudah. Hal ini

mengindikasikan perlu adanya tingkat kesulitan yang lebih

bervariasi dari sukar, sedang, dan mudah dengan mengubah tingkat

kesulitan semua soal.

Berdasarkan analisis butir soal uraian teori ulir dihasilkan

nilai rata-rata. Adapun, nilai rata-rata soal uraian teori ulir adalah

Page 107: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

90

79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek

pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir

efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.

Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir

Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah

penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan

produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang

dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik

pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil

pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes

uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK

Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar

76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek

pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang

praktik pemesinan bubut.

0

20

40

60

80

100

KKM

76

Nila

i

90

79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek

pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir

efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.

Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir

Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah

penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan

produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang

dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik

pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil

pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes

uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK

Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar

76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek

pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang

praktik pemesinan bubut.

KKM Teori Ulir

76 79.63

Tes Pengetahuan

Nila Aspek Pengetahuan

90

79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek

pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir

efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.

Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir

Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah

penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan

produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang

dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik

pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil

pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes

uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK

Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar

76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek

pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang

praktik pemesinan bubut.

Page 108: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

91

Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP

Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai

pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta

didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata

1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan

WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan

withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan

pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator

WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada

gambar kerja.

Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke

bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%

kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai

ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil

lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

0

20

40

60

80

10076

Nila

i

91

Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP

Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai

pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta

didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata

1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan

WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan

withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan

pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator

WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada

gambar kerja.

Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke

bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%

kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai

ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil

lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

KKM Work Preparation(WP)

76 80.17

Tes Pengetahuan

Nila Aspek Pengetahuan

91

Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP

Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai

pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta

didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata

1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan

WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan

withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan

pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator

WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada

gambar kerja.

Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke

bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%

kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai

ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil

lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

Page 109: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

92

Tabel 44Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi padapenilaian WP

Kriteria Frekuensi Persentase

Sangat Baik 17 56,7%Baik 13 43,3%

Kurang Baik 0 0,0%

Tidak Baik 0 0,0%JUMLAH 30 100%

Jenis penilaian sikap yang digunakan adalah observasi dan

jurnal (anecdotal record/catatan anekdot). Penilaian sikap tersebut

dilakukan pada materi teori dan materi praktik. Materi teori ulir

sebagai pengetahuan dasar sebelum menjalankan praktik

pengerjaan ulir dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Penilaian observasi sikap belajar peserta didik denganrating scale

menghasilkan rata-rata nilai 2,99 dengan kategori “sering” pada

pembelajaran teori di pertemuan ke-1. Penilaian pada pertemuan

ke-2 sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan

nilai rata-rata 3,23 dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan

kategori “sering.” dan nilai 3,38 dengan kategori “selalu.”

Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didik pada materi

teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadi

peningkatkan keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai

rata-rata dihasilkan dengan kategori “sering.”

Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik

pada pembelajaran teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada

pembelajaran teori menghasilkan kegiatan belajar diantaranya (1)

kegiatan diskusi; (2) presentasi; dan (3) mengerjakan soal uraian

berlangsung. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatan sikap

belajar peserta didik. Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2

sampai ke-4 yaitu (1) kegiatan saat memperhatikan pengantar

praktik oleh guru; (2) bertanya kepada guru; (3) diskusi dengan

teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5) mengatur

Page 110: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

93

kecepatan putar; (6) memahami gambar kerja dan WP; dan (7)

membubut muka (facing), rata (roughing), bertingkat, alur, ulir

metrik dan withworth, dan membuat laporan praktik.

Berdasarkan penilaian sikap menunjukkan dominan sikap

peserta didik aktif mengerjakan mengikuti pelajaran. Keaktifan

tersebut terdapat pada antusias berdiskusi kepada guru dan teman

serta mengerjakan praktik. Walaupun, peserta didik masih ada

beberapa yang tidak aktif dikarenakan menunggu giliran

menggunakan mesin. Penilaian yang dijadikan acuan keaktifan

peserta didik didasari lampiran Permendikbud nomor 104 tentang

Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah. Peraturan menyatakan hasil akhir dari penilaian sikap

dihitung berdasarkan modus/nilai yang sering muncul atau kegiatan

yang sering dilakukan. Nilai mayoritas dari hasil penilaian sikap ini

mengindikasikan mata pelajaran teknik pemesinan bubut mampu

meningkatkan sikap belajar peserta didik.

Penilaian keterampilan kerja terdiri dari penilaian diri,

produk, unjuk kerja, dan tertulis. Penilaian diri dilakukan dengan

mengisi kemajuan kerja peserta didik pada pembelajaran praktik.

Penilaian kemajuan kerja dilakukan saat praktik selama 3 kali

pertemuan (pertemuan ke-2 sampai ke-4). Peserta didik

mengerjakan “bakalan” ulir pada pertemuan ke-2. Peserta didik

mengerjakan “bakalan” ulir dan ulir metrik atau withworth pada

pertemuan ke-3. Peserta didik mengerjakan ulir metrik dan

withworth di pertemuan ke-4.

Page 111: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

94

Tabel 45Data kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth

Pengerjaan UlirPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4Selesai Belum Selesai Belum Selesai Belum

“Bakalan” ulir 4 26“Bakalan” ulir 30Ulir metrik atau ulirwithworth

11 19

“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulir withworth

3 27

“Bakalan” ulir, ulirmetrik, ulir withworth,dan laporan praktik

30

Penilaian Pembuatan ulir yang sudah selesai dinilai

produknya oleh guru. Penilaian produk ulir metrik dan

withworthterdiri dari 3 komponen yaitu kesesuaian produk (75%),

tampilan benda kerja (10%), dan waktu pengerjaan (15%). Produk

yang dikerjakan oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 85,36.

Penilaian tersebut meningkat dari standar KKM aspek keterampilan

80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian

produk mengalami peningkatan 5,36. Hasil tersebut menyatakan

peserta didik aktif mengerjakan praktik ulir metrik dan withworth.

Selain itu, penilaian produk ini menunjukkan kualifikasi

kemampuan aspek keterampilan. Kualifikasi ini sesuai dengan

Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kualifikasi kemampuan aspek

keterampilan pada SMK adalahmemiliki kemampuan pikir dan tindak

yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif ditunjukkan

pada hasil praktik peserta didik yang berupa produk ulir metrik dan

withworth.

Page 112: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

95

Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth

Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian

pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini

dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap

kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari

setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok

dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.

Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh

nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan

dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok

Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.

Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan

presentasi kelompok.

Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir

020406080

100

KKM

80N

ilai

020406080

100

Nila

i

95

Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth

Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian

pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini

dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap

kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari

setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok

dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.

Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh

nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan

dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok

Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.

Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan

presentasi kelompok.

Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir

KKM Produk

80 85.3

Tes Keterampilan

Penilaian Produk

KKM Presentasi

80 83.88

Tes Keterampilan

Penilaian Presentasi

95

Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth

Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian

pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini

dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap

kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari

setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok

dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.

Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh

nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan

dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok

Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.

Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan

presentasi kelompok.

Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir

Page 113: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

96

Hasil penilaian presentasi kelompok dikembangkan ke nilai

pengkategorian. Pengkategorian ini mengacu padaWagiran (2013:

337). Hasil presentasi peserta didik diubah ke nilai pengkategorian

sehingga skor rata-rata 3,36 dengan kategori “sangat baik.”

Presentasi pada materi teori ulir mampu menumbuhkan keaktifan

belajar. Bentuk keaktifan tercermin pada rasa senang dengan materi

yang dipelajari dan guru yang menyampaikan materi mudah

dipahami. Berdasarkan keaktifan belajar menghasilkan

kemandirian belajar peserta didik. Dampak tersebut terbukti dengan

penilaian presentasi yang dominan “sangat baik” dan “baik” dalam

mempresentasikan materi ulir.

Tabel 46Data penilaian presentasi kelompok materi teori ulir

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 3,36 Baik 12 SangatBaik

18 Sangat Baik

Penilaian tertulis pada penelitian pengembangan produk

adalah penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth.

Laporan praktik dikerjakan setelah peserta didik selesai praktik

membuat ulir metrik dan withworth. Hasil pengerjaan laporan

praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5. Penilaian presentasi

mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80

di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5.

Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengerjakan

laporan praktik dan bersungguh-sungguh mengerjakannya.

Page 114: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

97

Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai

pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik

diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil

tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai

dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.

Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak

pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja

praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.

Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang

dominan “sangat baik” dan “baik.”

Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 3,26 Baik 14 SangatBaik

16 Sangat Baik

c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran

Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran

selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik

dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat

0

20

40

60

80

100 80N

ilai

97

Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai

pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik

diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil

tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai

dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.

Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak

pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja

praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.

Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang

dominan “sangat baik” dan “baik.”

Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 3,26 Baik 14 SangatBaik

16 Sangat Baik

c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran

Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran

selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik

dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat

KKM Laporanpraktik

80 81.5

Tes Keterampilan

Penilaian Laporan Praktik

97

Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai

pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik

diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil

tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai

dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.

Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak

pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja

praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.

Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang

dominan “sangat baik” dan “baik.”

Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 3,26 Baik 14 SangatBaik

16 Sangat Baik

c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran

Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran

selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik

dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat

Page 115: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

98

efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Penilaian respon peserta

didik terhadap pembelajaran ada 2 aspek penilaian, yaitu penyajian

materi dan penggunaan bahasa. Respon peserta didik dilakukan

dengan mengisi kuisioner. Hasil penilaian dari aspek penyajian

materi terhadap 30 peserta didik diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 48Data respon peserta didik terhadap penyajian materi

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 2,97 Baik 27 SangatBaik

3 Sangat Baik

Penilaian penyajian materi menekankan pada cara guru

mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Hasil yang diperoleh

dari pengisian kuisioner secara rata-rata peserta didik menilai

penyajian materi berkategori “baik” dengan nilai 2,97. Hasil

tersebut menjelaskan penyajian guru pada materi teori dan praktik

ulir dinlai baik oleh peserta didik. Hal ini dipengaruhi oleh

keaktifan dan kemandirian peserta didik yang baik, sehingga

mampu mengerjakan prektik ulir sesuai gambar kerja. Walaupun,

saat pembelajaran ada saja yang tidak aktif dikarenakan menunggu

giliran menggunakan mesin bubut.

Hasil penilaian dengan pengkategorian dapat dikonversikan

ke bentuk persentasi. Data konversi menghasilkan nilai 10%

peserta didik kategori “sangat baik” dan 90% peserta didik kategori

“baik” terhadap respon penyajian materi. Hasil konversi data

menunjukkan pembelajaran praktik pembubutan ulir

menumbuhkan rasa antusias, menggunakan model dan metode

pembelajaran yang bervariasi, belajar aktif, belajar mandiri,

kerjasama tim, mampu memecahkan masalah, dan menumbuhkan

kreativitas, inovatif, dan kritis dalam belajar.

Page 116: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

99

Penilaian respon peserta didik juga menilai aspek bahasa.

Aspek yang mana dinilai oleh peserta didik dengan rata-rata pada

penggunaan bahasa berkategori “baik” dengan nilai 3. Hasil yang

mana menjelaskan guru menyampaikan materi dengan

menggunakan yang jelas, menarik, dan mudah dipahami oleh

peserta didik. Selain itu, intonasi suara yang baik memberikan

dampak pada kejelasan suara guru menerangkan materi.

Tabel 49Data respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa

JumlahResponden

Rata-Rata

Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah

30 3 Baik 25 SangatBaik

5 Baik

Penilaian respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa

dapat dikonversikan ke bentuk penilaian persentasi. Hasil konversi

diperoleh data Apabila, penilaian ini dikonversikan ke bentuk

persentasi, maka dihasilkan 16,7% peserta didik kategori “sangat

baik” dan 83,3% peserta didik kategori “baik.” Hal ini menjadikan

pembelajaran praktik pembubutan ulir sangat menarik,

penyampaian dan kejelasan materi mudah dipahami, dan timbulnya

komunikasi yang positif antara guru dengan peserta didik dalam

pembelajaran.

4. ENDRI TRIYIWONO: Pengembangan Perangkat Assessment for

Learning melalui Lesson Study pada Kompetensi Praktik Pemesinan

Siswa SMK sesuai Kurikulum 2013

Pada bab ini, akan dibahas hasil-hasil penelitian pengembangan

perangkat Assesment for Learning melalui pendekatan Lesson Study meliputi

hasil pengembangan perangkat, hasil validasi pakar, hasil Focus Group

Discusion dan hasil ujicoba instrumen pada ujicoba terbatas maupun

diperluas. Perangkat penilaian ini digunakan untuk menilai siswa selama

Page 117: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

100

pembelajaran praktik pemesinan berlangsung. Cakupan penilaian meliputi

keterampilan kerja, sikap kerja dan hasil (proses dan produk).

Pengembangan dalam penelitian ini meliputi pengembangan

perangkat penilaian praktik siswa dengan pendekatan Lesson Study sebagai

bagian dari proses penilaian yang dilaksanakan. Pengembangan perangkat ini

dimaksudkan untuk membuktikan efektifitas, keberfungsian dan

keterlaksanaan perangkat penilaian yang dibuktikan sebagai alat ukur

penilaian melalui validitas dan reliabilitas perangkatnya. Adapun

pengembangan perangkat Assesment for Learning dilakukan dengan

menggunakan langkah- langkah pengembangan Reseachand Development

yang disusun oleh Borg & Gall (1989).

Pengembangan awal dimulai dengan studi literatur dan observasi di

industri serta di Sekolah Menengah Kejuruan sebagai tempat berlangsungnya

praktik siswa. Hasil yang didapat adalah draft pertama perangkat penilaian

Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study. Draft

selanjutnya divalidasi oleh 2 orang ahli dalam bidang pendidikan kejuruan

khususnya teknik pemesinan dan Lesson Study. Hasil dari expert judgement

adalah draft perangkat penilaian yang kedua. Draft perangkat kedua

selanjuntya dilakukan penyempurnaan melalui kegiatan Focus Group

Discussion (FGD) dengan mengundang guru-guru teknik pemesinan dari

beberapa SMK se-kota Yogyakarta dengan beberapa dosen teknik pemesinan

dari Fakultas Teknik UNY. Hasil dari tahap ini yaitu rancangan perangkat

penilaian Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study

yang sudah siap diujicoba untuk mengetahui keterbacaan oleh guru dan siswa.

Adapun hasil akhir dari tahapan diatas dirangkum pada bagian hasil

pengembangan produk awal.

Uji coba terbatas merupakan tahap selanjutnya setelah pengembangan

produk awal sudah selesai. Dalam tahap uji coba dilakukan menggunakan

siklus Lesson Study yaitu Plan, Do, See serta Redesign. Ujicoba terbatas

diawali dengan diskusi dengan guru pemesinan di SMKN 2 Depok

khususnya guru pengajar praktik kelas XII A terkait pelaksanaan proses

Page 118: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

101

penilaian yang akan dilaksanakan. Ujicoba terbatas dilakukan dengan

mengambil beberapa sampel siswa. Setelah pelaksanaan ujicoba terbatas,

perangkat penilaian divalidasi oleh dua guru tersebut. Dari validasi tersebut

didapat juga masukan-masukan guna penyempurnaan lagi perangkat penilaian

terkait dengan teknik pelaksanaannya. Hasil akhir tahap ini adalah perangkat

Assesment for Learning awal yang siap diujicoba secara luas. Hasil Ujicoba

terbatas ditampilkan pada bagian hasil ujicoba produk terbatas.

Ujicoba diperluas merupakan tahapan akhir dari pengembangan

perangkat Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study.

Pelaksanaan dilaksanakan dikelas XII SMK N 2 Depok. Validasi dilakukan

selama proses ujicoba diperluas untuk menguji sejauhmana efektifitas

perangkat, keberfungsian perangkat serta keterlaksanaan penilaian. Hasil

ujicoba diperluas ditampilkan pada bagian hasil ujicoba produk diperluas.

a. Hasil Pengembangan Produk Awal

1) Hasil Observasi di PT YPTI

Pengembangan perangkat Assesment for Learning diawali

dengan observasi ke industri 1 bulan. Industri yang dipilih yaitu PT.

Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT. YPTI). Pemilihan industri

didasarkan pada beberapa pertimbangan : 1) PT. YPTI merupakan

salah satu perusahaan yang didalam proses produksinya menggunakan

mesin perkakas baik konvensional maupun CNC. 2) meskipun

teknologi yang digunakan sudah cukup tinggi, tetapi mesin

konvensional masih digunakan secara optimal sebagai mesin produksi.

3) mayoritas karyawan merupakan lulusan SMK jurusan teknik

pemesinan.

Adapun hasil dari observasi di PT. YPTI bahwa dalam proses

produksi yang dilaksanakan, dilakukan penilaian kerja pada karyawan.

Penilaian dilakukan pada karyawan baru maupun lama. Adapun

karyawan baru penilaian dilakukan pada tahap training dimana

pekerja dinilai dari sikap kerja dan juga keterampilan kerja mereka.

Page 119: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

102

Sedangkan untuk karyawan lama dilakukan penilaian sikap kerja yang

berhubungan dengan kedisiplinan maupun sop kerja.

2) Observasi di SMK

Observasi lapangan kedua dilakukan di SMK. Observasi ini

bertujuan untuk menggali sejauh mana pelaksanaan pembelajaran

praktik dan penilaian yang sedang digunakan untuk menilai unjuk

kerja siswa. SMK yang dipilih sebagai tempat observasi adalah SMK

Negeri 2 Depok dan SMK Negeri 2 Pengasih dengan alasan SMK ini

memiliki program keahlian teknik pemesinan dan termasuk sekolah

piloting projek Kurikulum 2013 dan memiliki guru-guru dan sarana

pembelajaran praktik yang memadai. Secara singkat beberapa hasil

observasi di SMK N 2 Depok dan SMK N 2 Pengasih berkaitan

dengan model penilaian unjuk kerja siswa dalam pembelajaran praktik

pemesinan diuraikan pada bagian berikut ini.

Penilaian praktik diSMK dilakukan pada tiga ranah yaitu

kognitif, afektif serta psikomotorik. Kognitif dilakukan melalui

pembuatan WP, afektif dilakukan melalui penilaian sikap dengan

proporsi 30 % nilai total serta penilaian produk.

3) Rancangan produk awal

Setelah observasi dilaksanakan, tahapan selanjuntya adalah

perancangan penilaian berdasarkan temuan yang ada. Rancangan

disesuaikan dengan SKKNI yang ada. Rancangan yang dibuat selanjutnya

dilakukan validasi pakar. Adapu hasil validasi pakar adalah sebagai

berikut:

Page 120: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

103

Tabel 50Validasi perangkat penilaian

No Kriteria Rata-rataRata-rata

per Kriteria Keterangan

1 Validitas3.5

3.50 Sangat baik34

2 Reliabilitas4

3.67 Sangat baik34

3 Objektif3.5

3.75 Sangat baik4

4 Sistematik3

3.67 Sangat baik44

5 Kepraktisan

3

3 Baik333

Rerata validitas 3.52 Sangat baik

Sedang hasil uji reliabilitasnya menggunakan cohen kappa adalah

sebagai berikut:

Tabel 51Data reliabilitas menggunakan cohen kappa

Value Asymp. Std.Errora

Approx.Tb

Approx.Sig.

Measure ofKappa Agreement .737 .167 2.958 .003N of Valid Cases 15a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Nilai reliabilitas > 0,737 tergolong reliabilitas tinggi, sehingga

dapat dibuktikan bahwa rancangan perangkat awal penilaian yang

digunakan merupakan perangkat yang reliabel.

4) Hasil Focus Group Discussion(FGD)

Page 121: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

104

Perangkat selanjutnya dilakukan validasi lagi oleh para guru-guru

melalui kegiatan FGD. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 52Data FGD instrumen penilaian

No Indikator Item Rerata Rerata per item Ket

1Petunjuk

1 3.53.35 Baik sekali

2 2 3.23

Materi

1 3.1

3.29 Baik

4 2 35 3 3.16 4 37 5 38 6 3.89 7 410 Tata

bahasa1 3.8

3.4 Baik sekali11 2 3Rerata 3.32 Baik sekali

Adapun hasil validasi menunjukan point 3,32 tergolong baik sekali.

Selanjutnya hasil uji reliabilitas didapat hasil sebagai berikut

Tabel 53Data reliabilitas menggunakan intraclass correlation coefficient(ICC)

IntraclassCorrelatio

nb

95% Confidence Interval F Test with True Value 0LowerBound

Upper Bound Value df1 df2 Sig

Single Measures .663a .457 .865 20.659 10 90 .000AverageMeasures

.952c .894 .985 20.659 10 90 .000

Hasil uji reliabilitas menempatkan pada poin 0,663, sehingga dapat

dikategorikan perangkat termasuk kategori tinggi.

b. Hasil Ujicoba Produk

1) Uji Coba Terbatas

Hasil ujicoba terbatas didapat hasil sebagai berikut ini.

Tabel 54

Page 122: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

105

Data uji coba terbatas

No Kriteria Rerata peritem

1 Validitas

32.253.25

2

2 Reliabilitas3

2.253

3 Objektif2.253.25

4 Sistematik3

3.252

5 Kepraktisan2.253.25

3Rerata 2,73

Rerata hasil ujicoba terbatas menunjukan nilai 2,73 dan termasuk

sedang, sehingga perlu dilakukan perbaikan. Adapun uji reliabiltasnya

adalah sebagai berikut.

Tabel 55Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba terbatas

IntraclassCorrelationb

95% Confidence Interval F Test with True Value 0LowerBound

UpperBound

Value df1 df2 Sig

Single Measures .601a .355 .816 7.023 14 42 .000AverageMeasures

.858c .687 .947 7.023 14 42 .000

Hasil ujicoba reliabilitas menunjukan 0,601. Dan termasuk kategori

good. Sehingga perangkat dapat digunakan untuk ujicoba diperluas dengan

beberapa perbaikan.

2) Ujicoba Diperluas

Hasil ujicoba diperluas yaitu sebagai berikut:

Tabel 56

Page 123: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

106

Data uji coba diperluas

No Kriteria Rerata peritem

1 Validitas

3.252.75

42.25

2 Reliabilitas43

3.25

3 Objektif33

4 Sistematik3.253.25

3

5 Kepraktisan3.753.25

4Rata-rata 3,27

Hasil validasi menunjukan poin 3,27 termasuk pada kategori tinggi

sehingga dapat dikatakan perangkat penilaian valid. Smentara hasil uji

reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 57Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba diperluasIntraclass

Correlationb95% Confidence Interval F Test with True Value 0

LowerBound

UpperBound

Value df1 df2 Sig

Single Measures .614a .370 .823 7.357 14 42 .000AverageMeasures

.864c .702 .949 7.357 14 42 .000

Hasil ujicoba menunjukan poin 0,614 termaasuk dalam kategori

tinggi. Sehingga dapat dikatakan perangkat valid dan reliabel.

5. B. AGUS MUNADI: Implementasi Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Prestasi Siswa pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Las

Oxy Asitilin di SMK

Page 124: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

107

a. Hasil Penelitian

Secara garis besar kegiatan pembelajaran pada penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari studi

pendahuluan, perencanaan, observasi terhadap kegiatan inti pembelajaran,

dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

1) Siklus Pertama

Penelitian pada siklus pertama ini dilakukan dengan: (a)

identifikasi permasalahan menyangkut bahan ajar dan strategi

pembelajaran yang akan digunakan, (b) menyajikan materi pelajaran

tentang Las Oxy Asitilyn, (c) melakukan observasi atau pengamatan

sebagai evaluasi dengan menggunakan daftar observasi, (d)

melakukan pengamatan aktivitas siswa sebagai dampak penggunaan

pembelajaran Problem Based Learning.

a) Studi Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan diawali dengan survei dilokasi

dimana tempat tersebut akan digunankan sebagai tempat

penelitian, mengingat degan berbagai keadaan baik guru dan

situasi sekolah.

b) Perencanaan

Dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) kompetensi

dan materi pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, dan (4)

evaluasi hasil belajar.

c) Tindakan

Pada saat kegiatan inti guru melakukan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning, guru

membagi kelas menjadi 6 (enam) kelompok yang heterogen dari

jenis kelamin dan kemampuannya.

d) Observasi

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Problem

Based Learning, siswa dituntut memiliki kemampuan

Page 125: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

108

bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan

guru dalam lembar kerja. Tiap individu dituntut untuk menggali

atau menginvestigasi informasi dari berbagai sumber yang

relevan, sehingga seluruh anggota menguasai materi

pembelajaran. Mengenai hasil observasi kinerja siswa dalam

pembelajaran dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 58Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 1)

No. UraianObserverI II

1 Mengajukan pertanyaan C C2 Menjawab pertanyaan C C3 Mengeluarkan pendapat C C4 Menyimak pelajaran dalam kelas C C

5Perilaku siswa dalam mengerjakantugas

C C

6 Menyerahkan tugas tepat waktu C C7 Tentang hasil belajar B B

Pada rangkaian kegiatan siklus 1, didapat hasil observasi

kinerja siswa yang telah dilakukan oleh observer. Data tersebut adalah

sebagai berikut:

(1) Perhatian siswa dalam proses pembelajaran observer menilai

cukup, hal ini ditandai dengan siswa masih ada yang mengobrol,

sebagian besar siswa memperhatikan ketika proses pembelajaran

berlangsung, dan siswa masih ada yang bercanda.

(2) Keberanian siswa dalam bertanya dan mengkomentari masih

kurang, kecuali untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas cukup baik.

(3) Jawaban siswa rata-rata cukup, dan dalam mengembangkan

jawaban rata-rata cukup.

(4) Kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran rata-rata cukup,

siswa yang keluar masuk selama proses pembelajaran sedikit.

Page 126: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

109

(5) Siswa yang bertanya cukup jumlahnya, namun keberanian siswa

belum muncul dalam hal mengemukakan pendapat.

(6) Kemampuan menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dan

menyelesaikan tepat waktu, menurut observer masih kurang.

Masih banyak siswa yang hanya memahami materi dari

kelompoknya sendiri dan kurang memperhatikan materi dari

kelompok lain. Hal ini berakibat pada ketidakmampuan siswa

dalam menjawab soal evaluasi secara kesuluruhan dan cenderung

untuk mencontek temanya.

(7) Sementara hasil prestasi belajar siswa pada siklus pertama baik,

hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mampu memperoleh

nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau lebih berjumlah 25

siswa (73,53 %). Sementara siswa yang memperoleh nilai kurang

dari KKM sedikit, hanya 9 siswa (26,47 %).

e) Refleksi

Memperbaiki langkah dalam siklus dengan cara:

(1) Mengganti ruang kelas pada ruang teori pada proses

pembelajaran yang sebelumnya (siklus 1) di ruang praktik agar

tercipta suasana yang lebih tenang dan jauh dari kebisingan.

(2) Memberikan hand out untuk panduan belajar setiap kelompok.

(3) Menyediakan lembar soal sekaligus lembar jawab untuk

pascates.

Dari hasil refleksi pada siklus pertama ini kemudian

direncanakan strategi untuk merubah agar lebih baik lagi pada siklus

2, serta memenuhi kriteria minimum yang telah ditentukan.

2) Siklus Kedua

a) Pendahuluan

Pada siklus 2 sebagai kegiatan pendahuluan guru

menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

Problem Based Learning, dalam membahas materi Las Oxy

Asitilyn yang meliputi: (1) memahami cara memasang dan

Page 127: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

110

membuka pelat cekam; (2) memahami cara membubut rata muka

dan mengebor dengan Las Oxy Asitilyn; (3) memahami cara las

lurus dan lurus bertingkat; (4) memahami cara pengelasan

lanjutan

b) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti beserta observer merumuskan

untuk memperbaiki rencana pembelajaran yang meliputi tujuan

pembelajaran, kompetensi dan bahan ajar, pendekatan

pembelajaran termasuk metode/media yang akan digunakan, serta

soal evaluasi.

c) Tindakan

Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah guru

melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan

guru menanyakan siswa yang tidak hadir, apersepsi, dan motivasi.

Kemudian melakukan prates dengan memberikan pertanyaan

secara lisan. Pada saat kegiatan inti guru melakukan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning,

guru membagi kelas menjadi 6 (enam) kelompok yang heterogen

dari jenis kelamin dan kemampuannya.

d) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya tindakan dengan pedoman pada lembar observasi

siswa. Lembar observasi pada siswa dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 59Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 2)

No. Uraian Observer

Page 128: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

111

I II1 Mengajukan pertanyaan B B2 Menjawab pertanyaan B B3 Mengeluarkan pendapat B B4 Menyimak pelajaran dalam kelas B B

5Perilaku siswa dalam mengerjakantugas

B B

6 Menyerahkan tugas tepat waktu B B7 Tentang hasil belajar B B

Untuk kinerja siswa dalam pembelajaran, observer menilai

baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek yang diamati mengalami

peningkatan dari siklus 1. Banyak siswa yang berani bertanya, berani

menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat dalam

mempresentasikan hasil diskusi. Siswa langsung mengerjakan soal

yang di lembar kerja tanpa mengalami kesulitan..

e) Refleksi

Hasil dari observasi siklus 2, menurut observer sudah ada

peningkatan kinerja siswa.

b. Pembahasan

1) Data Kinerja Siswa

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh para observer,

penilaian kinerja siswa saat proses pembelajaran berlangsung dapat

dilihat pada tabel bawah ini.

Tabel 60Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 1)

No. UraianJumlah Skor

B C KJumlahSiswa

1Mengajukanpertanyaan

11(32,35%) 15(44,12%) 8(23,53%) 34

2Menjawabpertanyaan

7(20,59%) 16(47,06%) 11(32,35%) 34

3Mengeluarkanpendapat

8(23,53%) 16(47,06%) 10(29,41%) 34

4Menyimakpelajaran dalamkelas

5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34

Page 129: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

112

No. UraianJumlah Skor

B C KJumlahSiswa

5

Perilaku siswadalammengerjakantugas

8(23,53%) 17(50%) 9(26,47%) 34

6Menyerahkantugas tepatwaktu

5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34

Jumlah 44(21,57%) 106(51,96%) 54(26,47%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik

Tabel 61Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 2)

No. UraianJumlah Skor

B C K JumlahSiswa

1Mengajukanpertanyaan

11(32,35%) 15(44,12%) 8(23,53%) 34

2Menjawabpertanyaan

8(23,53%) 15(44,12%) 11(32,35%) 34

3Mengeluarkanpendapat

8(23,53%) 16(47,06%) 10(29,41%) 34

4Menyimakpelajaran dalamkelas

5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34

5

Perilaku siswadalammengerjakantugas

8(23,53%) 17(50%) 9(26,47%) 34

6Menyerahkantugas tepatwaktu

5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34

Jumlah 45(22,06%) 105(51,47%) 54(26,47%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 60 dan tabel 61,

diketahui jumlah skor hasil observasi terhadap kinerja siswa dalam

proses pembelajaran selama siklus 1, untuk observer 1 menilai bahwa

kinerja siswa pada saat proses pembelajaran masih dinilai cukup

(51,96 %). Kinerja siswa dinilai cukup karena masih ada siswa yang

belum berani bertanya dan mengeluarkan pendapat, masih ada siswa

Page 130: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

113

yang tidak menyimak pelajaran. Sedangkan penilaian yang dilakukan

observer 2 pada kinerja siswa saat proses pembelajaran tidak jauh

beda dengan observer 1 yaitu masih dirasa cukup (51,47 %). Menurut

pengamatan observer 2 kinerja siswa dinilai cukup disebabkan karena

masih ada siswa tidak disiplin dalam mengerjakan maupun

mengumpulkan tugas.

Tabel 62Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 1)

No. UraianJumlah Skor

B C KJumlahSiswa

1Mengajukanpertanyaan

20(58,82%) 14(41,18%) 0(0%) 34

2 Menjawab pertanyaan 23(67,65%) 11(32,35%) 0(0%) 34

3Mengeluarkanpendapat

14(41,18%) 20(58,82%) 0(0%) 34

4Menyimak pelajarandalam kelas

13(38,24%) 21(61,76%) 0(0%) 34

5Perilaku siswa dalammengerjakan tugas

21(61,76%) 13(38,24%) 0(0%) 34

6Menyerahkan tugastepat waktu

18(52,94%) 16(47,06%) 0(0%) 34

Jumlah 109(53,43%) 95(46.57.%) 0(0%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik

Tabel 63Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 2)

No. UraianJumlah Skor

B C KJumlahSiswa

1 Mengajukan pertanyaan 18(52,94%) 16(47,06% 0(0%) 342 Menjawab pertanyaan 14(41,18%) 20(58,82%) 0(0%) 343 Mengeluarkan pendapat 21(61,76%) 13(38,24%) 0(0%) 34

4Menyimak pelajarandalam kelas

22(64,71%) 12(35,29%) 0(0%) 34

5Perilaku siswa dalammengerjakan tugas

16(47,06%) 18(52,94%) 0(0%) 34

6Menyerahkan tugastepat waktu

18(52,94%) 16(47,06%) 0(0%) 34

Jumlah 109(53.43%) 95(46,57%) 0(0%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik

Page 131: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

114

Berdasarkan data yang ditulis pada Tabel 62 dan Tabel 63,

dapat diketahui jumlah skor hasil observasi terhadap kinerja siswa

dalam proses pembelajaran selama siklus 2, untuk observer 1 menilai

bahwa kinerja siswa pada saat proses pembelajaran dinilai sudah baik

(53.43 %). Sedangkan penilaian yang dilakukan observer 2 pada

kinerja siswa saat proses pembelajaran dinilai juga sudah baik

(53.43%). Peningkatan ini disebabkan karena siswa sudah ada

perhatian saat pembelajaran berlangsung. Keberanian, kesungguhan,

kemampuan, dan kejelian siswa untuk menjawab pertanyaan pun

sudah meningkat, kedisiplinan dalam mengerjakan dan

mengumpulkan tugas sudak baik. Hal ini dapat dilihat dari naiknya

hasil belajar siswa selama proses berlangsung.

2) Data Hasil Belajar

Dari 6 (enam) kelompok pada kelas XI TFL 1 yang diberi

perlakuan strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning, pada pokok bahasan menentukan persyaratan kerja

diperoleh hasil belajar selama 2 siklus tindakan. Data diambil berupa

hasil nilai dari soal tes evaluasi bentuk uraian yang diberikan pada

siswa. Soal tes tersebut diberikan pada akhir pembelajaran (pascates).

Hasil nilai evaluasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 64 sebagai

berikut.

Tabel 64Nilai evaluasi siklus 1 dan siklus 2

No.Nilai Siklus

Ket No.Nilai Siklus

KetSiklus1

Siklus2

Siklus1

Siklus2

1 8.0 9.5 Naik 19 7.0 8.5 Naik2 8.5 9.5 Naik 20 8.5 9.5 Naik3 7.0 9.5 Naik 21 8.0 9.0 Naik4 7.0 9.5 Naik 22 8.0 9.5 Naik5 7.5 9.0 Naik 23 8.5 9.5 Naik6 9.0 9.5 Naik 24 7.0 9.5 Naik7 6.5 9.5 Naik 25 8.0 9.5 Naik8 8.0 9.5 Naik 26 7.0 10 Naik

Page 132: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

115

No.Nilai Siklus

Ket No.Nilai Siklus

KetSiklus1

Siklus2

Siklus1

Siklus2

9 8.5 9.5 Naik 27 8.5 9.0 Naik10 7.5 8.0 Naik 28 7.5 8.5 Naik11 7.0 7.5 Naik 29 8.0 9.5 Naik12 7.5 9.0 Naik 30 9.0 9.5 Naik13 8.0 8.5 Naik 31 8.0 9.5 Naik14 8.5 9.0 Naik 32 6.5 7.5 Naik15 6.5 7.5 Naik 33 7.5 9.5 Naik16 10 10 Tetap 34 7.5 8.5 Naik17 7.5 9.5 Naik18 8.5 9.5 Naik X 7.8 9.13 Tuntas

Dari nilai hasil pascates (postes) pada siklus 1 dan siklus 2

diperoleh gambaran sebagai berikut:

a) Kenaikan hasil belajar secara keseluruhan dari rata-rata 7,80

menjadi 9,13.

b) Siswa yang memperoleh kenaikan nilai pascates (postes)

berjumlah 33 siswa (97,06 %), siswa yang memperoleh nilai tetap

berjumlah 1 siswa (2,94 %), dan siswa yang memperoleh

penurunan nilai berjumlah 0 siswa (0 %).

c) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 1 berjumlah 25

siswa (73,53 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak

tuntas berjumlah 9 siswa (26,47 %).

d) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 2 berjumlah 34

siswa (100 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas

berjumlah 0 siswa (0 %).

Dengan demikian, dari data hasil belajar di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan metode Problem

Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar teori pemesinan

dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn.

Page 133: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

116

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada siklus 1

dan siklus 2, maka dapat menjawab rumusan masalah yang telah dikonsep

sebelumnya. Hasilnya adalah sebagai berikut.

1) Proses peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran teori pemesinan

dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn, menggunakan metode

Problem Based Learning.

Tabel 65Proses peningkatan keaktifan siswa menggunakan metode

problem based learningSiklus I Siklus II

Tindakan Hasil tindakan Tindakan Hasil tindakan-

-

-

-

-

-

-

-

-

Guru membagi kelasmenjadi 6 kelompok.

Memberikan tugasyang berbeda padasetiap kelompok

Masing-masingkelompok melakukandiskusi.

Melakukan investigasihasil diskusi danmengemas dalambentuk artikel

Melakukan presentasi.

Untuk mempermudahpresentasi dan diskusimeja dan bangku kelasdibuat melingkar (leterU)

Setiap siswa dalamsetiap kolompokmempresentasikanhasil investigasi

Kelompok lainmenanggapi presentasi

Guru meluruskan bila

-

-

-

-

-

-

-

-

Masih ada siswayang mengobrol danbercanda.Keberanian siswadalam bertanyamasih kurang.

Cara menjawabpertanyaan masihbelum terkonsep.

Kesungguhan siswamasih kurang

Belum munculnyakeberanian siswadalam mengeluarkanpendapat.

Masih banyak siswayang hanyamemahami materidari kelompoknyasendiri dan kurangmemperhatikankelompok lain.

Masih terdapatsiswa yangmencontek pada saatmengerjakan soal

Masih banyak yangterlambat dalammengumpulkantugas.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Guru membagi kelasmenjadi 6 kelompok.

Memberikan tugas yangberbeda pada setiapkelompok

Guru memberikan handout sebagai panduanbelajar

Masing-masingkelompok melakukandiskusi.

Melakukan investigasihasil diskusi danmengemas dalambentuk artikel

Melakukan presentasi.

Untuk mempermudahpresentasi dan diskusimeja dan bangku kelasdibuat melingkar (leterU)

Setiap siswa dalamsetiap kolompokmempresentasikan hasil

Kelompok lain

-

-

-

-

-

-

Banyak siswa yangberani bertanya

Banyak siswa yangberani menjawabpertanyaan.

Banyak siswa yangberani mengeluarkanpendapat dalammempresentasikan hasildiskusi

Siswa langsungmengerjakan soal testanpa mengalamikesulitan

Banyak siswa yangmemperoleh nilai yangmeningkat darisebelumnya

Jumlah siswa dengannilai tetap atau menurunjumlahnya sedikit

Page 134: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

117

Siklus I Siklus IITindakan Hasil tindakan Tindakan Hasil tindakan

-

-

ada kesalahan padasetiap presentasi.

Guru bersama siswamenyimpulkanpelajaran yang sudahdisampaikan dengandiselingi pertanyaanyang dijawab siswa.

Mengadakan pasca tesdalam waktu 10 menit.

-

-

-

-

menanggapi presentasi

Guru meluruskan bilaada kesalahan padasetiap presentasi.

Guru bersama siswamenyimpulkanpelajaran yang sudahdisampaikan dengandiselingi pertanyaanyang dijawab siswa.

Guru membagikan soalsekaligus lembar jawabpada siswa.

Mengadakan pasca tesdalam waktu 10 menit.

2) Metode pembelajaran tipe Problem Based Learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran teori pemesinan

dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn. Hal ini dapat dilihat dari

naiknya hasil belajar siswa selama proses berlangsung yaitu:

a) Kenaikan hasil belajar secara keseluruhan dari rata-rata 7,80

menjadi 9,13.

b) Siswa yang memperoleh kenaikan nilai pascates (postes)

berjumlah 33 siswa (97,06 %), siswa yang memperoleh nilai tetap

berjumlah 1 siswa (2,94 %), dan siswa yang memperoleh

penurunan nilai berjumlah 0 siswa (0 %).

c) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 1 berjumlah 25

siswa (73,53 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak

tuntas berjumlah 9 siswa (26,47 %).

d) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 2 berjumlah 34

siswa (100 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas

berjumlah 0 siswa (0 %).

Page 135: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

118

BAB VI

RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

A. Rencana Tahun Ke-2

Rencana tahun kedua yaitu kegiatan perluasan efektifivas, produk

pembelajaran PBL, Produk pembelajaran discovery, produk pembelajaran

scientific, analisis sarana prasarana dan kegiatan Focus Group Discussion.

Perluasan uji efektifitas akan dilakukan pada 4 SMK di Daerah istimewa

Yogyakarta. Uji efektifitas dilakukan pada produk pembelajaran baik Problem

Based Learning, Discovery maupun Scientific. Selain perluasan uji efektifitas di 4

SMK, pada tahun kedua akan dilakukan analisis sarana pendukung dalam

implementasi pembelajaran lesson study. Sarana yang akan dianalisis merupakan

sarana kegiatan teori maupun praktik. Sarana pembelajaran diantaranya buku

materi pembelajaran, sarana bengkel praktik, sarana ruang shoptalk, media

pembelajaran, work preparation, jobsheet, peralatan praktik, buku referensi dan

sarana pendukung lainnya. Focus Group Discussion FGD ke dua dengan

mengundang guru-guru SMK Teknik Pemesinan akan dilakukan guna

mendiskusikan hasil penelitian tahun kedua yang dilaksanakan.

B. Rencana Tahun Ke-3

Rencana tahun ketiga akan dilakukan uji efektivitas dalam lingkup lebih

besar di SMK Se Daerah Istimewa Yogyakarta baik produk pembelajaran

scientific, discovery maupun problem based learning. Perluasan assesment for

learning menggunakan lesson study juga akan dilakukan dalam lingkup lebih

besar di SMK se Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahapan akhir dari penelitian

tahun ketiga yaitu diseminasi akhir di SMK Se Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 136: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

119

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian model pembelajaran SciDiPro dalam menunjang Kurikulum

2013 menghasilkan beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah

1. Pelatihan lesson study kepada guru SMK Teknik Pemesinan menghasilkan

ada peningkatan kompetensi pedagogik guru yang signifikan sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study, Ada peningkatan motivasi mengajar

guru yang signifikan sesudah mendapatkan pelatihan lesson study, dan Ada

peningkatan kesiapan mengajar guru yang signifikan sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study.

2. Model pembelajaran SciDiPro melalui lesson study yang terdiri dari plan

(komponen pembelajaran), do (isi pembelajaran), see (hasil pembelajaran)

dan sasaran layak untuk dijadikan model pembelajaran. Kelayakan diperoleh

melalui FGD pada perangkat buku pedoman praktis lesson study, lesson plan

pada perangkat silabus dan RPP, dan perangkat evaluasi pembelajaran lesson

study.

3. Perangkat pembelajaran lesson study memiliki beberapa penilaian yaitu (1)

karakteristik pada pembelajaran bersama (mutual learning) dan pembelajaran

menggunakan pendekatan saintifik; (2) produk silabus dan RPP layak unuk

digunakan; (3) efektivitas penerapan silabus dan RPPlesson study

menghasilkan penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih baik

dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan (4) tingkat respon guru dan

observer terhadap pelaksanaan lesson study adalah sangat baik dan respon

peserta didik pembelajaran adalah baik.

4. Pengembangan perangkat assessment for learning menghasilkan beberapa

penilaian yaitu: (1) rancangan instrumen penilaian menghasilkan validitas

sangat baik dan reliabilitas yang tinggi; (2) hasil FGD pada instrumen

penilaian menghasilkan validitas baik sekali dan reliabilitas berkategori

Page 137: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

120

tinggi; dan (3) hasil uji coba terbatas diperoleh validitas sedang dan

reliabilitas berkategori good (baik) dan hasil iji coba diperluas diperoleh

validitas tinggi dan reliabilitas berkategori tinggi.

5. Implementasi pembelajaran dengan PBL dihasilkan beberapa penilaian yaitu

(1) kinerja peserta didik pada siklus pertama berkategori cukup dan pada

siklus kedua berkategori baik dari penilaian 2 observer dan (2) hasil

pembelajaran peserta didik diperoleh pada siklus pertama rata-rata nilai 7,8

dan mengalami penaikan prestasi belajar pada siklus kedua dengan rata-rata

9,13.

B. Saran

Saran pada penelitian model pembelajaran SciDiPro di SMK sebagai

berikut.

1. Kegiatan pelatihan lesson study lebih disebar luaskan ke seluruh guru

produktif di SMK DIY.

2. Kegiatan uji coba eksternal diupayakan untuk diterapkan ke seluruh kabupaten

di DIY.

3. Penerapan lesson study secara komprehensif dapat dilakukan dengan membuat

tim untuk menjadwal pelaksanaan lesson study di SMK yang ada di DIY.

Page 138: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

121

DAFTAR PUSTAKA

Altman, D.G. (1991). Practical statistics for medical research. London: Chapmanand Hall.

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction (4th ed.).New York: Longman.

E. Mulyasa. (2010). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Finch, R.C. & Crunkilton, R.J. (2004). Curriculum development in vocational andtechnical education: planning, content, and implementation. Boston:Allyn and Bacon.

Grinnel, R.M. Jr. (1988). Social work research and evaluation. (3rd ed.).Itasca,Illionis: F.E. Peacok Publisher, Inc.

Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatansistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hart, L.C., Alston, A.S., & Murata, A. (2011). Lesson Study Research andPractice in Mathematics Education. Dalam Meyer, R.D. & Wilkerson,T.L. (Eds.). Lesson Study: The Impact on Teachers’ Knowledge forTeaching Mathematics (pp 15-26). New York: Springer.

Kelly, A.V. (2009). The curriculum: Theory and practice (6th ed.). New York:Sage Publication Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi pelatihan implementasikurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lewis, C.C. (2002). Lesson study: A handbook of teacher-led instructionalchange. Philadelphia: Reseach For better School.Inc.

Linn, R.L. (Ed.) (1989). Educational measurement. (3rd ed.). New York:Macmillan Publishing Company.

Mendikbud. (2013). Pendekatan-pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Makalah disajikan dalam Diklat Guru Dalam Rangka ImplementasiKurikulum 2013 Jenjang SD/SMP/SMA.

Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007). Educational assessment of students. (5th

ed.). Boston: Pearson Education, Inc.

Page 139: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

122

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional Pasal 1.

_________. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70,Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur KurikulumSMK/MAK.

_________. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60,Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

Richey, Rita C. & Klein, James D. (2010). Design and development research.London: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.

Roestiyah. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksaktalainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Saito, E. (2005). Changing lessons, changing learning: Case study of pilotingactivities under IMSTEP. Prosiding Seminar Nasional MIPA danPembelajarannya & Exchange Experience of IMSTEP. Malang, 5-6September.

Singgih Santoso. (2014). Statistik nonparametrik edisi revisi. Jakarta: PT. ElexMedia Komputindo.

Sudjana, Nana. (1989). Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sumar Hendayana, dkk. (2007). Lesson study: Suatu strategi meningkatkankeprofesionalan pendidik (pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPIPress.

Sumartono & Yus Setriarini. (2011). Peningkatan motivasi belajar matematikamelalui kegiatan LSBS peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 SukorejoPasuruan. Proseding Seminar Nasional Lesson Study, FMIPAUniversitas Negeri Malang, 4, 68-72.

Suyitno, Amin. (2004). Dasar-dasar dan proses pembelajaran. Semarang:FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Triwaranyu, Charinee. (2007). Model and strategies for initial implementation oflesson study in schools. International Forum of Teaching and Studies,Vol. 3, No. 3, 48-61.

Page 140: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

123

Wagiran. (2013). Metodologi penelitian pendidikan (Teori dan implementasi).Yogyakarta: Deepublish.

Zainal Arifin. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaOffset.

Page 141: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

124

LAMPIRAN

Page 142: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

125

INSTRUMEN PETUNJUK PRAKTIS PELAKSANAAN LESSON STUDY

Petunjuk1. Bapak/Ibu Guru diminta untuk memberikan pendapat tentang keefektifan

petunjuk praktis pelaksanaan lesson study.2. Pengisian cukup dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak

skor yang telah disediakan.3. Kriteria skor terdiri 4 alternatif, yakni:

1: tidak baik / 2: kurang baik / 3: baik / 4: sangat baik4. Selain memberikan tanda checklist, Bapak/Ibu Guru juga dapat memberikan

komentar pada kolom komentar yang telah disediakan.

No. Kriteria IndikatorSkor

1 2 3 4

1 Bahasaa. Tata tulis sesuai dengan aturan baku (EYD)b. Mudah dipahami

2 Materia. Tertulis dengan jelasb. Mudah diikuti

3 Sistematikaa. Susunan urutan pelaksanaan lesson study mulai

dari awal sampai akhir (tahap plan, do, dan see)

4 Kepraktisana. Kemudahan penggunaan petunjuk praktis ini

ketika penerapan lesson study di sekolah

Komentar

Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru Teknik Pemesinan

(.......................................)

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Page 143: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

126

INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN(LESSON PLAN)

1. Petunjuk:1. Bapak-bapak dimohon untuk memberikan pendapat tentang konsep

perencanaan pembelajaran yang dikembangkan di sini.2. Pengisian cukup dengan memberikan tanda cek (√) pada kotak di bawah sekor

yang dipilih3. Ada 4 kriteria skor yang diberikan, yaitu jika: Kurang baik = 1, Cukup baik =

2, Baik = 3, Sangat baik = 4.

2. Perangkat Penilaian Perencanaan Pembelajaran

No Kriteria IndikatorSkor

1 2 3 41 Petunjuk

kegiatana. Tertulis dengan jelasb. Mudah diikuti

2 Sistematikaa. Konsep perencanaan pembelajaran melaluilesson study tersusun dengan baik

b. Konsep perencanaan pembelajarandisesuaikan dengan pembelajaran di SMK

3 Bahasa a. Menggunakan acuan baku (EYD)b. Mudah dipahami

Komentar:

Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru Teknik Pemesinan

(…………………………….)

Lampiran 1. Instrumen Penelitian (Lanjutan)

Page 144: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

127

INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSIONASSESMENT FOR LEARNING MELALUI LESSON STUDY

Petunjuk:1. Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan pendapat tentang perangkat penilaian

yang dikembangkan di sini.2. Pengisian cukup dengan memberikan tanda cek (√) pada kotak di bawah sekor

yang dipilih.3. Ada 4 kriteria skor yang diberikan, yaitu jika: Tidak baik = 1 / Kurang = 2 /

Baik = 3 / Sangat baik = 4.

No Kriteria IndikatorSkor

1 2 3 41 Petunjuk

penggunaana. Tertulis dengan jelasb. Mudahdi ikuti

2 MateriPenilaian

a. Memuat indikator sesuai sikap kerja dalam praktikb. Memuat indikator sikap kerja secara lengkapc. Memuat indikator sesuai keterampilan kerja bubutd. Indikator keterampilan kerja sistematis dilakukan

ketika praktike. Penilaian sesuai dengan standar penilaian produkf. Memuat aspek penilaian hasil kerjag. Memfasilitasi self assessment siswa

3 Bahasa a. Menggunakan acuan baku (EYD yangdisempurnakan)

b. Mudah dipahami

Komentar:

Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru TeknikPemesinan

(…………………………….)

Lampiran 1. Instrumen Penelitian (Lanjutan)

Page 145: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

128

DAFTAR TENAGA PENELITI

No Nama Bidang Keahlian Jurusan/Fakultas/Universitas/Lembaga Tugas dalam Tim

1Prof. Dr. Sudji Munadi,M.Pd.

Pendidikan danEvaluasi

Pendidikan Teknik Mesin FTUNY

PengembanganEvaluasiPembelajaran

2 Dr. Widarto, M.Pd.PTK dan LessonStudy

Pendidikan Teknik Mesin FTUNY

KoordinatorImplementasi LS

3Dr. Bernardus SentotWijanarka, M.T

Kurikulum danPembelajaranKejuruan

Pendidikan Teknik Mesin FTUNY

PengembanganKurikulum

4 Haris Abizar, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

PengembanganScientific dalam LS

5 Tristiyanto, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

ImplementasiDiscovery dalam LS

6 Endri Triwiyono, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

ImplementasiScientific dalam LS

7 B. Agus Munadi, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

Implementasi PBLdalam LS

8 Rivandra Rezani, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

PengembanganDiscovery dalam LS

9Adi Irfan Rahmanudin,S.Pd.

Pendidikan TeknikMesin dan PTK

Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY

Pengembangan PBLdalam LS

Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi

Page 146: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

129

Publikasi pada Seminar Nasional di POLINES SEMARANG

EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN LESSON STUDY PADAPAKET KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK

Haris Abizar, Bernardus Sentot WijanarkaProgram Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negeri

[email protected], [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengukur tingkat efektivitas penerapanperangkat pembelajaran silabus dan RPP lesson study pada aspek pengetahuan;(2) mengukur tingkat efektivitas penerapan perangkat pembelajaran silabus danRPP lesson study pada aspek sikap; dan (3) mengukur tingkat efektivitaspenerapan perangkat pembelajaran silabus dan RPP lesson study pada aspekketerampilan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasiexperimental). Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Depok, Sleman kepada30 peserta didik kelas XI TP-B. Teknik pengambilan data menggunakan angket,dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan kuantitatif. Hasilpenelitian menunjukkan: (1) efektivitas penilaian aspek pengetahuan terdiri darites uraian teori ulir dan WP lebih tinggi dari pada standar KKM aspekpengetahuan; (2) efektivitas penilaian sikap yang terdiri dari observasi denganskala penilaian dan catatan anekdot secara keseluruhan dihasilkan peserta didiklebih aktif dalam belajar; dan (3) efektivitas penilaian aspek keterampilan terdiridari penilaian diri pada kemajuan kerja, penilaian presentasi, penilaian laporanpraktik, dan penilaian produk lebih efektif dari pada standar KKM aspekketerampilan.

.Kata Kunci: perangkat pembelajaran, lesson study, teknik pemesinan

AbstractThe aims of this research were: (1) to measure the effectiveness of the

implementation of learning tools to the lesson study of syllabus and lesson planthe aspects of knowledge; (2) to measure the effectiveness of the implementationof learning tools to the lesson study of syllabus and lesson plan the aspects ofattitude; (3) to measure the effectiveness of the implementation of learning toolsto the lesson study of syllabus and lesson plan the aspects of skill. This researchwas a type of quasi-experimental research. This research was conducted in SMKN 2 Depok, Sleman to 30 students of class XI TP-B. Data collection techniquesused a questionnaire, documentation, and observation. Data analysis used ofanalysis quantitatively.The results showed (1) the effectiveness of the assessmentknowledge aspects consisted from theory thread test and WP is higher than thestandard KKM of knowledge aspect; (2) the effectiveness of the assessmentattitude aspects consisted observation with rating scale and anecdotal record

Lampiran 3. Publikasi

Page 147: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

130

overall produced more active the students in learning; and (3) the effectiveness ofthe assessment knowledge aspects consisted assessment on self-assessment on theprogress work of assessment of performance, assessment reports, and assessmentof products is more effective than standard KKM aspects of skills.

Keywords: learning tools, lesson study, mechanical techniques

PENDAHULUANPerubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi

Kurikulum 2013 mempengaruhi pada konsep penilaian. Menurut Mulyasa (2014,pp.60-61) perubahan terjadi karena ada kekurangan dari KTSP 2006 yaitukompetensi yang dikembangkan lebih dominan oleh aspek pendidikan, belumsepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan,dan sikap). Hal itu menyebabkan penilaian pada Kurikulum 2013 lebihkomprehensif dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan padasatu kompetensi.

Pencapaian ketiga penilaian mampu menumbuhkan kreativitas dankemandirian belajar. Kreativitas dalam memecahkan suatu masalah. Hasilpenyelesaian masalah mampu meningkatkan kemandirian peserta didik dalambelajar. Kreativitas dan kemandirian belajar dapat ditumbuhkan melaluipendekatan saintifik (scientific approarch). Pendekatan saintifik menjadikanpeserta didik aktif belajar dalam observasi, bertanya, melakukan percobaan,asosiasi (menghubungkan/menalar), dan membangun jejaring (networking) (Dyer& Christensen, 2011).

Pendekatan saintifik yang diajarkan di SMK dapat diterapkan pada materiteori atau praktik. Kemampuan peserta didik menguasai materi dapat dijelaskanpada jurnal penelitian INVOTEC oleh Fauziah, dkk (2013, p.177) yaitu darikomentar yang terdapat pada lembar angket diketahui bahwa dengan pendekatansaintifik melalui model pembelajaran PBL pada mata pelajaran elektronika dasardi SMK menghasilkan peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya denganbaik, peserta didik dapat mengetahui seluruh jawaban permasalahan daripembelajaran mandiri dan pertukaran pengetahuan pada saat diskusi kelompok,peserta didik dapat berinteraksi dengan baik antara sesama peserta didik maupunkepada guru dan peserta didik secara keseluruhan aktif melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang secara keseluruhan berpusat kepada peserta didik.

Pelaksanaan pendekatan saintifik membutuhkan rancangan pembelajaran.Rancangan yang utama dibutuhkan adalah silabus dan RPP. Silabus sebagai dasarrancangan pembelajaran sesuai dengan penjelasan dari Permendikbud Nomor 65Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturantersebut menjelaskan silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaranuntuk setiap bahan kajian mata pelajaran.

Rancangan silabus berpengaruh pada rancangan Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP). Menurut Mulyasa (2010, p.212) RPP dijelaskan sebagai

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 148: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

131

rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untukmencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dandijabarkan dalam silabus. RPP yang dirancang mengikuti silabus dengan proseduryang sudah ditetapkan pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentangPembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Prosedur yangharus dipatuhi oleh guru SMK masih banyak kesulitan dan kekurang pahamanguru. Kendala tersebut disebabkan guru belum mendapatkan sosialisasiKurikulum 2013 sehingga guru tidak menyeluruh dalam membuat rancangansilabus dan RPP.

Kendala guru SMK dalam merancang silabus dan RPP mengindikasikanmasih banyak guru yang belum siap menerapkan Kurikulum 2013. Kekurangansosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 seperti yang terjadi di SMK Negeri 2Depok, Sleman mengakibatkan masih ada guru yang merancang silabus dan RPPtidak sesuai acuan Kurikulum 2013 secara utuh. Hal ini seharusnya dibutuhkansuatu kegitan bersama dalam merancang silabus dan RPP yaitu dengan kegiatanlesson study.

Kegiatan lesson study yang bertujuan membentuk rasa senang belajar bagipeserta didik. Rasa senang sebagai dampak dari kegiatan yang dilakukan gurudengan belajar bersama (mutual learning). Hasil silabus dan RPP lesson studyditerapkan pada pembelajaran praktik. Penerapan silabus dan RPP lesson studydapat diketahui efektivitas aktivitas belajar peserta didik melalui aspekpengetahuan, sikap, dan keterampilan pada mata pelajaran praktik pemesinanbubut.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi

experimental). Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompoktunggal atau the one-shot case study dengan hanya melakukan post test. Hasil posttest terdiri dari aspek pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sikapdijadikan penilaian untuk mengukur tingkat perilaku belajar peserta didik padamateri teori dan praktik pembubutan ulir dengan menggunakan observasi ratingscale dan catatan anekdot.

Subyek penelitian sebanyak 30 peserta didik kelas XI-B program keahlianTeknik Pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan datadengan tes, angket, observasi lapangan, dan dokumentasi. Analisis datamenggunakan analisis kuantitatif. Analisis ini diperoleh dari hasil aktivitas belajarpeserta didik pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

HASIL DAN PEMBAHASANSilabus dan RPP lesson sudy yang diterapkan pada mata pelajaran teknik

pemesinan menggunakan tahapan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), danrefleksi (see). Ketiga tahapan ini sesuai dengan penjelasan dari Hart, Alston, &Murata (2011, p.16) tentang lesson study yaitu through the use of lesson study,teachers have a means for planning, observing, and conferring with others.Lesson study memberikan kesempatan belajar antar guru dalam merancang,menerapkan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan lesson study ini

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 149: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

132

dipertegas oleh Saito (2005) bahwa kegiatan lesson study memiliki tahapanperencanaan (plan), pelaksanakan (do), dan refleksi (see). Tahapan ini dijadikanacuan pada penelitian ini pada mata pelajaran teknik pemesinan bubut. Ketigatahapan dilakukan selama 4 pertemuan dengan 1 guru model dan 4 pengamat(observer).

Deskripsi kegiatan plan yang dilakukan adalah merancang pembelajaran.Kegiatan ini terdiri dari menyiapkan silabus dan RPP setiap pertemuan, instrumenpenilaian, dan menyiapkan pelengkapan pendukung pembelajaran. Kegiatan dodilakukan dengan menerapkan rancangan silabus dan RPP ke dalam pembelajaranpraktik pemesinan bubut. Pembelajaran berlangsung dengan dilakukanpengamatan oleh observer terkait pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan seedilakukan dengan mengevaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran. Guru danpengamat berdiskusi terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun,penjelasan dari ketiga tahapan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut.

Tabel 1Rangkuman kegiatan lesson study selama 4 pertemuan

Pertemuanke-

TahapanLesson Study

Deskripsi Kegiatan

1

Plan

1. Mendiskusikan rancangan pembelajaran melalui silabusdan RPP

2. Menyiapkan materi teori ulir3. Menyiapkan perlengkapan pendukung pembelajaran

Do

1. Menyampaikan pembelajaran teori ulir denganpendekatan saintifik

2. Membagi peserta didik menjadi 8 kelompok3. Presentasi kelompok4. Mengerjakan soal uraian ulir5. Tugas mengerjakan WP6. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik

See1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer menyampaikan hasil pengamatan belajar

peserta didik yang aktif dan tidak aktif

2

Plan

1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-2

2. Menyiapkan materi praktik “bakalan” ulir3. Menyiapkan alat dan bahan praktik

Do

1. Menyampaikan pengantar praktik ulir2. Pembagian kelompok peserta didik dengan rincian 1

kelompok terdiri dari 2 peserta didik denganmenggunakan 1 mesin

3. Mengerjakan “bakalan” ulir sesuai gambar kerja danWP

4. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik

See1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer menyampaikan hasil pengamatan bagi peserta

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 150: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

133

Pertemuanke-

TahapanLesson Study

Deskripsi Kegiatan

didik yang sudah selesai “bakalan” ulir dan yang belumselesai “bakalan” ulir

3

Plan

1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-3

2. Menyiapkan materi prosedur praktik pembuatan ulirmetrik dan withworth

3. Menyiapkan alat dan bahan praktik

Do

1. Membagi kelompok yang sama dengan pertemuansebelumnya dengan penggunaan mesin yang diacak

2. Sebagian besar peserta didik mengerjakan “bakalan”ulir dan sebagian kecil membuat ulir metrik danwithworth

3. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik

See

1. Guru menyampaikan perkembangan pembelajaranpraktik ulir

2. Observer menyampaikan hasil aktivitas belajar pesertadidik yang aktif dan tidak aktif dari hasil pengerjaan“bakalan” ulir dan ulir metrik dan withworth

4

Plan

1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-4

2. Menyaipkan alat dan bahan membuat ulir metrik danwithworth

3. Menyiapkan lembar penilaian produk dan laporanpraktik

Do

1. Mengerjakan ulir metrik dan withworth sertamengerjakan laporan praktik

2. Observer mencatat peserta didik yang aktif dan tidakaktif dari pengerjaan ulir metrik dan withworth sertamengerjakan laporan praktik

See

1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer mengamati keaktifan belajar yang diikuti

peserta didik.3. Peserta didik mengumpulkan benda kerja dan laporan

akhir yang sudah jadi ataupun yang belum jadi.

Hasil dari penerapan silabus dan RPP lesson study mata pelajaran teknikpemesinan bubut diperoleh penilaian pada aspek pengetahuan, sikap, danketerampilan. Ketiga penilaian ini sesuai dengan prinsip penilaian hasil belajarautentik yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentangPenilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah. Peraturan itu menjelaskan salah satu prinsip penilaian autentik adalahmenekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga penilaianmengindikasikan seberapa jauh pencapaian hasil belajar peserta didik. Olehkarena itu, silabus dan RPP lesson study yang menggunakan penilaian

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 151: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

134

pengetahuan, sikap, dan keterampilan mampu mengetahui hasil belajar pesertadidik secara autentik.

Aspek pengetahuan pada penelitian ini menggunakan 2 penilaian yangterdiri dari tes uraian teori ulir dan WP. Tes uraian teori ulir dihasilkan nilai rata-rata 79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek pengetahuan sekitar 76.Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir efektif meningkatkan aspekpengetahuan sebesar 3,63. Apabila nilai ini dikonversi ke nilai persentasi, makates uraian teori ulir efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63%.

Tes uraian persiapan kerja (work preparation/WP) menunjukkankemampuan peserta didik dalam merancang praktik pemesinan bubut. Hasilpengerjaan WP diperoleh nilai rata-rata 80,17. Penilaian tes uraian WPmenunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK Negeri 2 Depok Sleman padapenilaian aspek pengetahuan sekitar 76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektifmeningkatkan aspek pengetahuan sebesar 4,17. Apabila nilai ini diubah ke nilaipersentasi, maka tes uraian WP efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar4,17%.

Gambar 1. Grafik nilai aspek pengetahuanHasil penilaian WP dikembangkan ke nilai pengkategorian. Pengkategorian

dihasilkan skor rata-rata 1,57 dengan kategori “sangat baik”. Skor ini diperolehdari 13 peserta didik dengan kategori “baik” dan 17 peserta didik kategori “sangatbaik” dari 30 peserta didik yang dinilai. Hasil pengkategorian diketahui nilaipersentasinya. Nilai persentasi mengacu pada Grinnell (1988, p.160) denganmenggunakan formula percentages of agreement. Hasil penilaian persentasi dari13 peserta didik diperoleh 43,3% kategori “baik” dan 17 peserta didik diperoleh56,7% kategori “sangat baik.”

Aspek sikap berdasarkan hasil observasi dan catatan anekdot. Observasisikap belajar peserta didik dengan rating scale menghasilkan rata-rata nilai 2,99dengan kategori “sering” pada pembelajaran teori. Penilaian pada pertemuan ke-2

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 152: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

135

sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan nilai rata-rata 3,23dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan kategori “sering.” dan nilai 3,38dengan kategori “selalu.” Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didikpada materi teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadipeningkatkan keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai rata-ratadihasilkan dengan kategori “sering.” Hasil penilaian sikap ini menggunakanrating scale dengan indikator mengacu Anderson & Krathwohl (2001, p.468)pada materi teori dan indikator sikap praktik sesuai standar kompetensi nasionalBNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dari Lembaga Sertifikasi ProfesiLogam dan Mesin Indonesia/LSP-LMI (2013) pada materi praktik.

Tabel 2Data penilaian observasi materi teori dan praktik dengan skala penilaian (rating

scale)Jumlah Responden Pertemuan

ke-Rata-Rata Kategori

30

1 2,99 sering2 3,23 sering3 3,22 sering4 3,38 selalu

Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik padapembelajaran teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada pembelajaran teorimenghasilkan kegiatan belajar diantaranya (1) kegiatan diskusi; (2) presentasi;dan (3) mengerjakan soal uraian. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatansikap belajar peserta didik. Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2 sampai ke-4yaitu (1) kegiatan saat memperhatikan pengantar praktik oleh guru; (2) bertanyakepada guru; (3) diskusi dengan teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5)mengatur kecepatan putar; (6) memahami gambar kerja dan WP; dan (7)membubut muka (facing), rata (roughing), bertingkat, alur, ulir metrik danwithworth, dan membuat laporan praktik.

Berdasarkan penilaian sikap menunjukkan dominan sikap peserta didik aktifmengerjakan mengikuti pelajaran. Keaktifan tersebut terdapat pada antusiasberdiskusi kepada guru dan teman serta mengerjakan praktik. Walaupun, pesertadidik masih ada beberapa yang tidak aktif dikarenakan menunggu giliranmenggunakan mesin. Penilaian yang dijadikan acuan keaktifan peserta didikdidasari lampiran Permendikbud nomor 104 tentang Hasil Belajar oleh Pendidikpada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan menyatakan hasilakhir dari penilaian sikap dihitung berdasarkan modus/nilai yang sering munculatau kegiatan yang sering dilakukan. Nilai mayoritas dari hasil penilaian sikap inimengindikasikan mata pelajaran teknik pemesinan bubut mampu meningkatkankeaktifan belajar peserta didik. Analisis yang dihasilkan pada penilaian sikapterdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik yaitumotivasi belajar, penyampaian materi, lingkungan belajar, kepribadian, dan saranabelajar.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 153: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

136

Aspek keterampilan yang digunakan adalah penilaian diri, produk, unjukkerja, dan tertulis. Penilaian diri menghasilkan data kemajuan kerja peserta didikdari pertemuan ke-2 sampai ke-4. Peserta didik mengisi lembar kemajuan kerjadari waktu pengerjaan dan spesifikasi produk yang dikerjakan. Hasil pengerjaanulir dari pertemuan ke-2 sampai ke-4 dominan keaktifan belajar terjadi padapertemuan ke-4. Hal ini dikaitkan dengan hasil penilaian sikap belajar melaluirating scale yang menunjukkan keaktifan belajar yang paling tinggi padapertemuan ke-4. Keaktifan belajar praktik lebih meningkat sehingga berdampakpada selesainya pengerjaan ulir metrik dan withworth pada pertemuan ke-4.

Tabel 3Data rangkuman kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth

Pengerjaan UlirPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4Selesai Belum Selesai Belum Selesai Belum

“Bakalan” ulir 4 26“Bakalan” ulir 30Ulir metrik atau ulirwithworth

11 19

“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulirwithworth

3 27

“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulirwithworth

30

Penilaian produk dihasilkan setelah peserta didik selesai mengerjakan ulirmetrik dan withworth. Hasil penilaian produk diperoleh rata-rata nilai 85,36.Penilaian tersebut meningkat dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMKNegeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk mengalamipeningkatan 5,36. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi, maka penilaianproduk dihasilkan nilai persentasi sebesar 5,36%. Hasil tersebut menyatakanpeserta didik aktif mengerjakan praktik ulir metrik dan withworth. Selain itu,penilaian produk ini menunjukkan kualifikasi kemampuan aspek keterampilan.Kualifikasi ini sesuai dengan Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang StandarKompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kualifikasi kemampuanaspek keterampilan pada SMK adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yangefektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dariyang dipelajari di sekolah secara mandiri. Kemampuan berpikir dan bertindakyang efektif dan kreatif ditunjukkan pada hasil praktik peserta didik yang berupaproduk ulir metrik dan withworth.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 154: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

137

Gambar 2. Data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth

Penilaian unjuk kerja dihasilkan dari nilai presentasi kelompok yangdilakukan peserta didik. Hasil nilai presentasi pelajaran teori ulir diperoleh nilairata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKMaspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu,penilaian produk meningkat sebesar 3,88. Hasil tersebut menunjukkan pesertadidik aktif mengikuti kegiatan presentasi kelompok. Apabila diubah ke nilaipersentasi, maka penilaian persentasi mengalami peningkatan sebesar 3,88%.

Hasil penilaian presentasi kelompok dikembangkan ke nilai pengkategorian.Pengkategorian dihasilkan skor rata-rata 3,36 dengan kategori “sangat baik”. Skorini diperoleh dari 12 peserta didik dengan kategori “baik” dan 18 peserta didikkategori “sangat baik” dari 30 peserta didik yang dinilai. Pengkategorian inimengacu pada Wagiran (2013, p.337) yang terdiri dari 4 kriteria yaitu sangat baik(4), baik (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).

Hasil pengkategorian dapat diubah menjadi nilai persentasi. Nilai persentasimengacu pada Grinnell (1988, p.160) dengan menggunakan formula percentagesof agreement. Hasil penilaian persentasi dari 12 peserta didik diperoleh 40%kategori “baik” dan 18 peserta didik diperoleh 60% kategori “sangat baik.”

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 155: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

138

Gambar 3. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir

Penilaian tertulis adalah hasil pembuatan laporan praktik oleh peserta didik.Hasil nilai laporan praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5. Penilaian presentasimengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5. Hasil tersebut menunjukkanpeserta didik aktif mengerjakan laporan praktik dan bersungguh-sungguhmengerjakannya. Apabila dikonversikan ke nilai pengkategorian dan persentasi,maka penilaian laporan praktik mengalami peningkatan sebesar 1,5% dan nilai3,26 dengan kategori “sangat baik.”

Hasil penilaian laporan praktik dikembangkan ke nilai pengkategorian.Pengkategorian dihasilkan skor rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik”. Skorini diperoleh dari 14 peserta didik dengan kategori “baik” dan 16 peserta didikkategori “sangat baik” dari 30 peserta didik yang dinilai.

Hasil pengkategorian dapat diubah menjadi nilai persentasi. Nilai persentasimengacu pada Grinnell (1988, p.160) dengan menggunakan formula percentagesof agreement. Hasil penilaian persentasi dari 14 peserta didik diperoleh 46,7%kategori “baik” dan 18 peserta didik diperoleh 53,3% kategori “sangat baik.”

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 156: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

139

Gambar 4. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth

SIMPULANHasil penelitian terkait efektivitas silabus dan RPP lesson study pada

penerapan pembelajaran praktik pemesinan bubut adalah (1) efektivitas penilaianaspek pengetahuan terdiri dari tes uraian teori ulir dan WP lebih tinggi dari padastandar KKM aspek pengetahuan; (2) efektivitas penilaian sikap yang terdiri dariobservasi dengan skala penilaian dan catatan anekdot secara keseluruhandihasilkan peserta didik lebih aktif dalam belajar; dan (3) efektivitas penilaianketerampilan terdiri dari penilaian diri pada kemajuan kerja dihasilkan aktifpraktik, penilaian unjuk kerja pada presentasi dihasilkan sangat baik, penilaianlaporan praktik dihasilkan sangat baik, dan penilaian produk dihasilkan rata-ratanilai lebih tinggi. Jadi secara keseluruhan, efektivitas penilaian aspekketerampilan lebih efektif dari pada standar KKM aspek keterampilan.

DAFTAR PUSTAKAAnderson, O.W. & Krathowhl, D.R. (2001). A taxonomy for learning, teaching

and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives.New York: Longman.

Depdiknas. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65,Tahun 2013, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar danMenengah.

Depdiknas. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 103Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 157: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

140

Depdiknas. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104Tahun 2014 tentang Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidkan Dasardan Pendidikan Menengah.

Dyer, J.G. & Christensen, C.M. (2011). The innovators’s DNA: Mastering the fiveskills of disruptive innovators. Boston: Harvard Bussiness Review Press.

Hart, L.C., Alston, A.S., & Murata, A. (2011). Lesson Study Research andPractice in Mathematics Education. Dalam Meyer, R.D. & Wilkerson, T.L.(Eds.). Lesson Study: The Impact on Teachers’ Knowledge for TeachingMathematics (pp 15-26). New York: Springer.

Mulyasa (2010). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Lembaga Sertifikasi Profesi Logam dan Mesin Indonesia (LSP LMI). SektorLogam dan Mesim Bidang Operasi Mesin dan Proses. Jakarta: StandarKompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Grinnel, R.M. Jr. (1988). Social work research and evaluation. (3rd ed.). Itasca,Illionis: F.E. Peacok Publisher, Inc.

Fauziah, R., A. Ade Gafar, & H. Dadang Lukman. (2013). Pembelajaran saintifikelektronika dasar berorientasi pembelajaran berbasis masalah. JurnalINVOTEC, 9, 165-178.

Saito, E., (2005). Changing Lessons, Changing Learning: Case Study of PilotingActivities under IMSTEP. Prosiding Seminar Nasional MIPA danPembelajarannya & Exchange Experience of IMSTEP, Malang, 5-6September.

Wagiran. (2013). Metodologi penelitian pendidikan (Teori dan implementasi).Yogyakarta: Deepublish.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 158: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

141

Publikasi pada Jurnal Pendidikan Vokasi Pascasarjana UNY

PENGARUH PELATIHAN LESSON STUDY TERHADAPKOMPETENSI PEDAGOGIK, MOTIVASI MENGAJAR, DAN

KESIAPAN MENGAJAR GURU SMK

THE EFFECTS OF THE LESSON STUDY TRAINING ON THEPEDAGOGICAL COMPETENCE, THE TEACHING MOTIVATION AND

THE TEACHING READINESS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOLTEACHERS

Rivandra Rezani, WidartoPendidikan Teknologi dan Kejuruan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta

[email protected], [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lesson study terhadapkompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru. Penelitian inimerupakan quasi-experimental dengan desain one-group pretest-posttest. Tempatpenelitian di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai Program Keahlian TeknikPemesinan. Subjek penelitian adalah guru Teknik Pemesinan. Teknik pengumpulan datamenggunakan instrumen self assessment berupa angket yang diberikan kepada gurusebelum dan sesudah diberi pelatihan lesson study. Teknik analisis data menggunakanteknik analisis deskriptif yang meliputi: mean, nilai minimum, nilai maksimum, danstandar deviasi, kemudian dilakukan uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitasdan uji homogenitas. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistikparametrik dengan Paired-Samples T Test untuk data yang berdistribusi normal danstatistik nonparametrik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data yang tidakberdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan yangsignifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study; (2)ada peningkatan yang signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihanlesson study; (3) ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudahmendapatkan pelatihan lesson study.

Kata kunci: lesson study, kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, kesiapan mengajar,SMK

AbstractThis research aims to know the effects of the lesson study training on the pedagogicalcompetence, the teaching motivation, and the teaching readiness of teachers. Theresearch was a quasi-experimental with one-group pretest-posttest design. The place ofthe research was in Vocational High School 5 in the City of Yogyakarta that hasMechanical Engineering Program. The subjects were teachers of MechanicalEngineering. The data were collected using self assessment questionnaires given toteachers before and after given the lesson study training. The data were analyzed usingdescriptive analysis techniques which include: the mean, minimum value, maximumvalue, and standard deviation, then test requirements analysis using normality test andhomogeneity test. Further the hypothesis testing used the parametric statistical withPaired-Samples T Test for normally distributed data and a nonparametric statistics withWilcoxon Signed Ranks Test for non normally distributed data. The research finding

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 159: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

142

reveals that: (1) there is a significant increase in the teachers pedagogical competenceafter the lesson study training; (2) there is a significant increase in the teachers’ teachingmotivation after the lesson study training; (3) there is a significant increase in theteachers’ teaching readiness after the lesson study training.

Keywords: lesson study, pedagogical competence, teaching motivation, teachingreadiness, Vocational High School

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 160: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

143

Pendahuluan

Pendidikan adalah salah satu sektor yang memiliki kedudukan penting, di

mana pendidikan merupakan upaya dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa sesuai dengan yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan pendidikan adalah untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk mewujudkan hal

tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

mengedepankan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilandasi

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melalui serangkaian

aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan

berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik (Abidin,

2014, p.127). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam

meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses Sains (Marjan, 2014).

Untuk mewujudkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, perlunya

kehadiran guru sebagai fasilitator peserta didik dalam proses pembelajaran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen dalam Pasal 2 disebutkan bahwa seorang guru dikatakan profesional

apabila sudah sertifikasi. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik,

di mana yang dimaksud dengan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai

pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Tujuan

sertifikasi guru salah satunya adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Marsiti (2011) memaparkan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk

memberikan tunjangan profesi kepada para guru, di mana harapannya dengan

tunjangan profesi tersebut kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih

berkualitas karena para tenaga pendidik sudah sejahtera serta implikasi akhirnya

adalah kualitas pendidikan dalam hal ini mutu pendidikan akan menjadi lebih

baik. Akan tetapi masih terdapat temuan di lapangan di mana sertifikasi guru

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 161: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

144

berbanding terbalik dengan tujuan yang diharapkan. Harian Kedaulatan Rakyat

(Selasa, 28 September 2010) memaparkan bahwa masyarakat menilai program

sertifikasi guru pada kenyataannya di lapangan justru tidak mampu memberikan

kontribusi positif pada kualitas mengajar guru karena penilaian sertifikasi hanya

terpaku pada portofolio semata. Jadi ketika guru sudah mendapat sertifikasi, tidak

serta merta kualitas layanannya itu naik.

Ini ada kaitannya dengan asal mula atau modal awal dari guru di mana

kalau modal awalnya bagus, disertifikasi atau tidak guru tersebut tetap

memberikan layanan yang baik. Sebaliknya, guru yang sudah terbiasa tidak intens

dalam layanan, walaupun sudah mendapat sertifikat tidak otomatis menjadi bagus.

Sudah ada penelitian yang menyatakan bahwa memang tidak ada korelasi positif

antara sertifikasi dan peningkatan kualitas guru. Hal ini dibuktikan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar (2009) yang memberikan hasil bahwa

kinerja guru-guru Sains (IPA) setelah lulus sertifikasi ada yang masih seperti

kinerja sebelum lulus sertifikasi dan bahkan ada guru-guru Sains (IPA) kinerjanya

menurun setelah lulus sertifikasi. Kelemahan atau kekurangan dalam membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru IPA masih kurang dalam hal

membuat inovasi-inovasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tiyanto (2011) memberikan hasil

bahwa tidak ada dampak positif sertifikasi terhadap kinerja guru IPA di SMP

Negeri Kabupaten Wonosobo dalam prestasi akademik guru. Kinerja guru IPA

dalam pelaksanaan pembelajaran dan profesi akademik setahun sesudah sertifikasi

ada yang masih seperti kinerja setahun sebelum sertifikasi dan bahkan ada guru

IPA kinerjanya menurun. Hal ini terbukti dengan turunnya rerata nilai prestasi

akademik setahun sesudah sertifikasi bila dibandingkan dengan rerata nilai

pengembangan profesi setahun sebelum sertifikasi.

Dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya ternyata

program sertifikasi guru belum mampu memberikan kontribusi secara penuh

dalam upaya peningkatan profesionalisme guru. Untuk itu, perlunya suatu

kegiatan pemberdayaan guru yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya

peningkatan profesionalisme guru.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 162: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

145

Upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta permasalahan

yang dihadapi masing-masing dapat dilakukan dengan menerapkan model lesson

study. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas

belajar (Hendayana, dkk, 2007, p.10). Dengan demikian lesson study bukan

metode atau strategi pembelajaran akan tetapi kegiatan lesson study dapat

menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi,

kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru agar dapat meningkatkan

profesionalisme guru dan tentunya diharapkan peserta didik senang dalam belajar.

Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah menjelaskan bahwa kegiatan lesson

study dapat mengurangi ketergantungan guru pada buku teks, di sisi lain akan

meningkatkan profesionalisme guru dalam menghadapi permasalahan

pembelajaran di kelas (Kedaulatan Rakyat, Minggu 04 November 2012). Hal

tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudyanto, dkk (2011)

yang memberikan hasil bahwa dengan lesson study dapat meningkatkan

profesionalisme guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tedjawati (2011)

memberikan hasil bahwa dengan lesson study kemampuan guru menjadi

meningkat di mana mereka lebih inovatif dengan metode pembelajaran yang lebih

bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa serta

meningkatnya kualitas dan kuantitas guru dalam melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2009) memberikan hasil

bahwa dengan kegiatan lesson study guru menjadi lebih siap dalam proses

pembelajaran. Penelitian tersebut memberikan saran perlunya pengimbasan

pembelajaran dengan lesson study pada sekolah-sekolah yang belum

melaksanakan lesson study.

Dari saran terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati

(2009), selanjutnya peneliti melakukan prasurvei ke Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta dan ke 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mempunyai Program

Keahlian Teknik Pemesinan sesuai dengan bidang keahlian yang sedang ditempuh

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 163: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

146

oleh peneliti. Hasil prasurvei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10

Februari 2015 di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pendidikan

Menengah didapatkan informasi bahwa pernah memberikan pelatihan lesson study

sebanyak 2 kali pada guru-guru SMA dan SMK yang mengampu mata pelajaran

adaptif dan normatif. Namun untuk guru SMK khususnya guru yang mengampu

mata pelajaran produktif, dari pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta belum

pernah memberikan pelatihan lesson study.

Hasil prasurvei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-17 Februari

2015 di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai Program Keahlian Teknik

Pemesinan didapatkan informasi bahwa guru Teknik Pemesinan di 5 SMK

tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan lesson study dari pihak manapun

sehingga belum ada guru Teknik Pemesinan yang mengimplementasikan lesson

study dalam pembelajaran.

Tabel 1. Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang MempunyaiProgram Keahlian Teknik Pemesinan

No. Nama Sekolah1 SMK Negeri 2 Yogyakarta2 SMK Negeri 3 Yogyakarta3 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta4 SMK PIRI 1 Yogyakarta5 SMK Islam Yogyakarta

Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, ternyata program

sertifikasi guru belum mampu meningkatkan profesionalisme guru. Terkait

dengan lesson study, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta hanya memberikan

pelatihan lesson study kepada guru-guru SMA dan SMK di Kota Yogyakarta, itu

pun untuk guru yang mengampu mata pelajaran adaptif dan normatif saja.

Artinya guru-guru yang mengampu mata pelajaran produktif khususnya

pada Program Keahlian Teknik Pemesinan di 5 SMK Kota Yogyakarta belum

pernah mendapatkan pelatihan lesson study dari pihak manapun. Hasil di lapangan

juga menujukkan bahwa belum ada guru Teknik Pemesinan di 5 SMK Kota

Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan pelatihan lesson study bagi

guru SMK yang mengampu mata pelajaran produktif khususnya Teknik

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 164: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

147

Pemesinan. Selanjutnya di analisis apakah ada peningkatan yang signifikan

kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan

kesiapan mengajar guru SMK di Kota Yogyakarta dalam implementasi

pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi

kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

khususnya Direktorat Pembinaan SMK bahwa lesson study dapat menunjang

implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Bagi sekolah,

diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada sekolah untuk

mengakomodasi kebutuhan para guru selaku pelaku implementasi pembelajaran

dengan pendekatan saintifik berbasis lesson study.

Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi pada guru bahwa

lesson study dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam

rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Bagi peneliti,

diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada peneliti terkait

pengaruh pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik, motivasi

mengajar, dan kesiapan mengajar guru SMK di Kota Yogyakarta dalam

implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Namun sebelum

menganalisis lebih jauh terkait data hasil penelitian, perlu dibahas terlebih dahulu

mengenai deskripsi per variabel.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan lesson study. Jill

Brokes dalam Sudarmanto (2009, p.228) mendefinisikan pelatihan yaitu proses

terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan, perilaku keahlian melalui

pengalaman pembelajaran untuk mencapai kinerja efektif dalam suatu aktivitas.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pelatihan yang dilaksanakan adalah

pelatihan lesson study.

Sementara itu lesson study menurut Saito, et al (2015, p.2) adalah sebuah

pendekatan dalam rangka pengembangan profesionalisme guru. Isoda, et al (2007,

p.2) menjelaskan bahwa “the significance of lesson study is that all of these

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 165: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

148

processes are performed in collaboration with other teachers”. Pernyataan

tersebut mengandung maksud bahwa yang terpenting dari lesson study adalah

semua tahapan dilakukan secara bekerja sama dengan guru lainnya (kolaboratif).

Pembelajaran secara kolaboratif yang dimaksud dalam lesson study dimulai dari

proses perencanaan secara kolaboratif, proses mengamati secara kolaboratif,

hingga proses refleksi secara kolaboratif, hal ini sesuai dengan penjelasan yang

dikemukakan oleh Lenski & Caskey (2009, p.55) bahwa “in lesson study,

collaboration entails the collaborative planning, observing, and debriefing of

lessons”.

Perlu diingat bahwa lesson study bukan suatu model atau strategi

pembelajaran, namun lesson study adalah suatu kegiatan pembelajaran di mana

guru dapat menerapkan berbagai model dan strategi pembelajaran sesuai dengan

situasi, kondisi, dan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan penjelasan

yang dikemukakan oleh Subadi, Khotimah & Sutarni (2013, p.104) bahwa “in the

lesson study, teachers can choose and implement a variety of learning models and

strategies in conformity with situation, condition, and problem”.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa pelatihan lesson study adalah upaya peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan seorang guru

dalam upaya perbaikan kinerja melalui kegiatan lesson study yang mencakup

tahapan plan, do, dan see secara kolaboratif dalam rangka mewujudkan

pembelajaran yang membuat peserta didik senang dalam belajar serta menjalin

kolegalitas para guru dan diharapkan melalui kegiatan lesson study dapat

meningkatkan profesionalisme guru.

Variabel dependen pertama dalam penelitian ini adalah kompetensi

pedagogik guru. Menurut Wibowo (2011, p.324) kompetensi adalah “suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang

dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang

dituntut oleh pekerjaan tersebut”. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

guru adalah kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 10 di mana

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 166: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

149

salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Wang, et al (2012, p.2) menjelaskan

bahwa pedagogik dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengajar anak dalam

hal ini adalah siswa, sesuai dengan pernyataannya bahwa “pedagogy can be

defined as the art and science of teaching children”.

Wahyudi (2012, p.31) mendefinisikan kompetensi pedagogik sebagai

kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik

yang ditunjukkan dengan membantu, membimbing, dan memimpin peserta didik.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik guru mata

pelajaran terdiri atas 10 kompetensi di antaranya: (a) menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan

intelektual; (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik; (c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

yang diampu; (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (e)

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran; (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (g) berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (h) menyelenggarakan penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar; (i) memanfaatkan hasil penilaian dan

evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan (j) melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya terkait dengan

kompetensi pedagogik seorang guru, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

pedagogik guru adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancang

dan pelaksana pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta

didik. Dari 10 kompetensi inti yang telah dipaparkan sebelumnya maka dalam

penelitian ini menggunakan 10 kompetensi inti tersebut sebagai indikator untuk

mengukur kompetensi pedagogik guru.

Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah motivasi mengajar

guru. Menurut Wiseman & Hunt (2014, p.9) motivasi diartikan sebagai “an

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 167: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

150

internal state that arouses one to action, pushes one in a particular direction, and

keeps one engaged in certain activities”. Pernyataan tersebut mengandung

maksud bahwa motivasi adalah keadaan internal yang membangkitkan seseorang

untuk bertindak, mendorong ke satu arah tertentu, dan membuatnya terlibat dalam

suatu kegiatan tertentu.

Menurut Uno (2014, p.1) motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Celikoz (2010, p.114) bahwa “motivation can be defined as the psychological

state that leads an individual to behave in a certain manner, that drives him/her to

behave like that or makes him/her enthusiastic about performing a task”.

Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa motivasi dapat diartikan sebagai

keadaan psikologis yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dengan cara

tertentu, yang mendorong orang itu untuk berperilaku seperti itu atau membuat

orang itu antusias dalam melaksanakan tugasnya.

Dalam kaitannya dengan motivasi guru dalam mengajar, maka motivasi

mengajar guru dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk

menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang

nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan khususnya dalam proses

pembelajaran. Untuk mengukur motivasi mengajar guru dalam penelitian ini

digunakan indikator-indikator yang diambil dari beberapa teori motivasi, di

antaranya teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow, Satisfaction

and Hygiene Theory yang dikembangkan oleh Herzberg, Teori Kebera-daan,

Keterkaitan, dan Pertumbuhan yang dikembangkan oleh Aldefer, dan Teori Model

ARCS yang dikembangkan oleh Keller.

Indikator tersebut yakni: upah, kebutuhan fisiologis, kemungkinan

berkembang, memperoleh pengakuan, kebutuhan sosial, keamanan bekerja,

kepuasan, dan aktualisasi diri.

Variabel dependen ketiga dalam penelitian ini adalah kesiapan mengajar

guru. Kesiapan menurut Jamies Drever dalam Slameto (2010, p.59) adalah

“preparedness to respond or react” di mana dapat diartikan sebagai kesediaan

untuk memberi respon atau bereaksi. Cronbach dalam Soemanto (2006, p.191)

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 168: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

151

memberikan pengertian “kesiapan (readiness) sebagai segenap sifat atau kekuatan

yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu”.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kesiapan yang dimaksud adalah

kesiapan guru dalam mengajar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam

mengelola proses belajar mengajar di mana seorang guru harus mempunyai

kemampuan yang baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Sementara itu

Suryobroto (1997, p.26) mengelompokkan kemampuan guru dalam mengelola

proses belajar mengajar menjadi 3 kelompok, yakni kemampuan merencanakan

pengajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar, dan kemampuan

mengevaluasi/menilai pengajaran.

Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa kesiapan mengajar guru adalah keadaan sedang bersiap atau

siapnya guru dalam mengelola proses belajar mengajar di mana harus memiliki

kemampuan dalam merencanakan pengajaran, kemampuan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar, dan kemampuan dalam mengevaluasi/menilai

pengajaran. Ketiga aspek tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk

mengukur kesiapan mengajar guru. Lebih lanjut, kesiapan mengajar guru dalam

penelitian ini diukur menggunakan 3 indikator yakni sebelum pembelajaran, pada

saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi experimental dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai

Program Keahlian Teknik Pemesinan. Waktu dilaksanakannya penelitian ini

adalah pada bulan Maret-Mei 2015.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 169: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

152

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 55 guru Teknik Pemesinan dari 5

SMK di Kota Yogyakarta, dengan sampel penelitian sebanyak 20 guru Teknik

Pemesinan. Teknik sampling dilakukan dengan proportional random sampling.

Tabel 2. Teknik Sampling dengan Proportional Random Sampling

No. Nama SekolahTotalGuru

Jumlah Sampel(1/2 x Total Guru)

1 SMK Negeri 2 Yogyakarta 15 (1/2 x 15) = 7,5 ≈ 82 SMK Negeri 3 Yogyakarta 19 (1/2 x 19) = 9,5 ≈ 10

3SMK Muhammadiyah 3Yogyakarta

12 (1/2 x 12) = 6

4 SMK PIRI 1 Yogyakarta 4 (1/2 x 4) = 25 SMK Islam Yogyakarta 5 (1/2 x 5) = 2,5 ≈ 3

Jumlah 55 29

Jumlah sampel diambil dari separuh total guru, mengingat dari pihak

sekolah hanya dapat mengirimkan separuh dari total Guru Teknik Pemesinan yang

ada agar pembelajaran di sekolah tetap dapat berjalan. Setelah dilakukan teknik

sampling menggunakan proportional random sampling didapatkan jumlah sampel

sebesar 29 guru. Akan tetapi kenyataan di lapangan (ketika pelaksanaan pelatihan

lesson study) menunjukkan bahwa dari 29 jumlah guru yang hadir, 9 guru di

antaranya adalah guru non Teknik Pemesinan.

Berdasarkan hal tersebut guna memperoleh data penelitian terkait dengan

guru Teknik Pemesinan, maka hanya dipilih 20 guru Teknik Pemesinan untuk

keperluan analisis data. Namun demikian, berdasarkan jumlah sampel yang

berjumlah 20 guru Teknik Pemesinan tersebut sudah memenuhi syarat dalam

kriteria anggota kelompok ideal lesson study yakni 4 anggota untuk tiap-tiap

kelompok.

Prosedur

Jenis penelitian ini adalah quasi-experimental dengan desain one-group

pretest-posttest. Langkah pertama dari desain penelitian ini adalah pretest, yakni

pemberian instrumen self assessment yang terdiri dari angket kompetensi

pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan angket kesiapan mengajar

guru sebelum diberi perlakuan (treatment). Kemudian langkah kedua adalah

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 170: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

153

pemberian perlakuan/treatment berupa pelatihan lesson study. Langkah ketiga

adalah posttest, yakni pemberian instrumen self assessment yang terdiri dari

angket kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan angket

kesiapan mengajar guru sesudah diberi perlakuan (treatment). Desain penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut (Issac & Michael, 1971, p.37):

Tabel 3. One-Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment PosttestT1 X T2

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dihimpun menggunakan instrumen self

assessment. Instrumen self assessment berupa angket kompetensi pedagogik guru,

angket motivasi mengajar guru, dan angket kesiapan mengajar guru. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan memberikan 3 angket kepada guru sebelum

dan sesudah diberi pelatihan lesson study.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) Statistik

Deskriptif, (2) Uji Persyaratan Analisis dengan Uji Normalitas dan Uji

Homogenitas, (3) Uji hipotesis dengan Paired-Samples T Test untuk data yang

berdistribusi normal dan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data yang tidak

berdistribusi normal.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel kompetensi

pedagogik guru ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru

Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 74 94Nilai Maksimum 111 136Rata-Rata 94,65 107,25Standar Deviasi 9,45 9,20

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 171: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

154

Dari Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-

rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 1.

Diagram 1. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru

Diagram 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi pedagogik

guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru

NomorResponden Pretest Posttest Keterangan

1 93 102 Naik2 97 105 Naik3 86 109 Naik4 105 106 Naik5 93 114 Naik6 100 102 Naik7 93 103 Naik8 95 116 Naik9 97 112 Naik10 101 102 Naik11 99 108 Naik12 74 94 Naik13 77 98 Naik14 108 110 Naik15 85 101 Naik16 89 102 Naik17 111 136 Naik18 95 106 Naik19 104 119 Naik20 91 100 Naik

Jumlah 1893 2145Rata-rata 94,65 107,25PersentaseKenaikan 13,31%

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 172: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

155

Dari Tabel 5 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar

94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar 107,25. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan sebesar 13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson

study. Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil

pengukuran variabel kompetensi pedagogik guru yang disajikan dalam Diagram 2.

10%

65%

25%

5%

45%50%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

SangatBaik

Baik KurangBaik

TidakBaik

Sebelum

Sesudah

Diagram 2. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji

prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji

prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru

adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPersyaratan

Analisis Data Kriteria

UjiNormalitas

Pretest Berdistribusi NormalPosttest Tidak Berdistribusi Normal

UjiHomogenitas

Pretest HomogenPosttest Homogen

Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest berdistribusi normal,

sedangkan untuk data posttest tidak berdistribusi normal. Sementara itu hasil uji

homogenitas menunjukkan bahwa kedua data homogen. Karena dari hasil uji

normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak berdistribusi normal,

maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan

statistik parametrik walaupun dari hasil uji homogenitas menunjukkan data

homogen. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel kompetensi pedagogik

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 173: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

156

guru dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon

Signed Ranks Test.

Sementara itu hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel

motivasi mengajar guru ditunjukkan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Motivasi Mengajar Guru

Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 35 32Nilai Maksimum 65 65Rata-Rata 48,3 51,7Standar Deviasi 8,37 8,65

Dari Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-

rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 3.

48.3

51.7

46

47

48

49

50

51

52

Data

Rata

-Rat

a M

otiv

asi M

enga

jar G

uru

Pretest

Posttest

Diagram 3. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Motivasi Mengajar Guru

Diagram 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi mengajar

guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 8.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 174: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

157

Tabel 8. Nilai Pretest dan Posttest Variabel Motivasi Mengajar GuruNomor

Responden Pretest Posttest Keterangan

1 49 54 Naik2 58 56 Turun3 42 48 Naik4 37 39 Naik5 49 53 Naik6 35 36 Naik7 49 57 Naik8 51 52 Naik9 64 60 Turun10 65 65 Sama11 45 58 Naik12 46 55 Naik13 55 55 Sama14 51 32 Turun15 42 45 Naik16 41 46 Naik17 55 61 Naik18 51 57 Naik19 37 47 Naik20 44 58 Naik

Jumlah 966 1034Rata-rata 48,3 51,7PersentaseKenaikan

7,03%

Dari Tabel 8 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar

48,3 dan rata-rata nilai posttest sebesar 51,7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan sebesar 7,03% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil pengukuran

variabel motivasi mengajar guru yang disajikan dalam Diagram 4.

Diagram 4. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Motivasi Mengajar Guru

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 175: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

158

Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji

prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji

prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru adalah

sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPersyaratan

Analisis Data Kriteria

UjiNormalitas

Pretest Berdistribusi NormalPosttest Berdistribusi Normal

UjiHomogenitas

Pretest HomogenPosttest Homogen

Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest dan posttest

berdistribusi normal. Sementara itu hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa

kedua data homogen. Karena dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas

menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka

memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistik

parametrik. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel motivasi mengajar

guru dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik dengan Paired-

Samples T Test.

Sementara itu hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel

kesiapan mengajar guru ditunjukkan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Kesiapan Mengajar Guru

Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 49 57Nilai Maksimum 76 76Rata-Rata 59,2 67Standar Deviasi 5,95 6,73

Dari Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-

rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 3.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 176: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

159

59.2

67

54

56

58

60

62

64

66

68

Data

Rata

-Rat

a Ke

siap

an M

enga

jar

Gur

u Pretest

Posttest

Diagram 5. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Kesiapan Mengajar Guru

Diagram 5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesiapan mengajar

guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Nilai Pretest dan Posttest Variabel Kesiapan Mengajar GuruNomor

Responden Pretest Posttest Keterangan

1 58 63 Naik2 60 66 Naik3 63 69 Naik4 70 74 Naik5 53 59 Naik6 49 71 Naik7 57 60 Naik8 62 75 Naik9 60 62 Naik10 57 62 Naik11 57 74 Naik12 55 73 Naik13 56 65 Naik14 65 67 Naik15 57 57 Sama16 56 57 Naik17 76 76 Sama18 60 60 Sama19 56 74 Naik20 57 76 Naik

Jumlah 1184 1340Rata-rata 59,2 67PersentaseKenaikan 13,17%

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 177: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

160

Dari Tabel 11 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar

59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil pengukuran

variabel kesiapan mengajar guru yang disajikan dalam Diagram 6.

10% 10%

65%

15%

40%

25%

35%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Sangat Siap Siap Kurang Siap Tidak Siap

Sebelum

Sesudah

Diagram 6. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Kesiapan Mengajar Guru

Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji

prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji

prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru adalah

sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

PersyaratanAnalisis

Data Kriteria

UjiNormalitas

Pretest Tidak Berdistribusi NormalPosttest Berdistribusi Normal

UjiHomogenitas

Pretest HomogenPosttest Homogen

Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest tidak berdistribusi

normal, sedangkan untuk data posttest berdistribusi normal. Karena dari hasil uji

normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak berdistribusi normal,

maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan

statistik parametrik walaupun dari hasil uji homogenitas menunjukkan data

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 178: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

161

homogen. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel kesiapan mengajar guru

dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon

Signed Ranks Test.

Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis dari tiap-tiap variabel.

Ringkasan hasil uji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru, motivasi

mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Kompetensi Pedagogik GuruKompetensi Pedagogik Guru

T hitung TandaT

tabel Keterangan

0 < 52Ho Ditolak dan

Ha Diterima

Berdasarkan Tabel 13 didapat nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (0 <

52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kompetensi

pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Tabel 14. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Motivasi Mengajar GuruMotivasi Mengajar Guru

Sig.(2-tailed) TandaTaraf

Signifikansi Keterangan

0,044 < 0,05 Ho Ditolak dan Ha Diterima

Berdasarkan pada Tabel 14 didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari

taraf signifikansi (0,044 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang

signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Tabel 15. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Kesiapan Mengajar GuruKesiapan Mengajar Guru

T hitung Tanda T tabel Keterangan0 < 52 Ho Ditolak dan Ha Diterima

Berdasarkan Tabel 15 didapat bahwa nilai T hitung lebih kecil dari T tabel

(0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kesiapan

mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Berdasarkan

ringkasan hasil uji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru, motivasi

mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru, maka dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 179: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

162

Pertama, berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test

menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 diperoleh kesimpulan

bahwa ada peningkatan yang signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya

rata-rata nilai sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Dari Tabel 5 sebelumnya diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar

94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar 107,25. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan sebesar 13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson

study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari masing-

masing guru, dari total 20 guru semuanya tidak menunjukkan adanya penurunan

nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Itu artinya terjadi peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru

dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan lesson study ditinjau dari angket

kompetensi pedagogik guru yang menunjukkan hasil posttest yang lebih baik dari

hasil pretest. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil RPP yang dibuat oleh guru

sesudah mengikuti pelatihan lesson study di mana menunjukkan adanya

peningkatan dibanding dengan sebelum mendapatkan lesson study. Hal ini sejalan

dengan kegiatan PPM yang dilakukan oleh Widarto (2014) di mana memberikan

kesimpulan bahwa guru SMK yang mengikuti kegiatan PPM mampu membuat

RPP berbasis lesson study dengan baik.

Kedua, berdasarkan hasil analisis Paired-Samples T Test menggunakan

bantuan program statistik SPSS 19 diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan

yang signifikan motivasi mengajar guru yang signifikan sesudah mendapatkan

pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Dari Tabel 8 sebelumnya

diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata nilai posttest

sebesar 51,7.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 7,03% sesudah

dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest

dan nilai posttest dari masing-masing guru, dari total 20 guru sebanyak 15 guru

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 180: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

163

tidak menunjukkan adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya

pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi peningkatan motivasi mengajar 15 guru

sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Hal ini dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan lesson study di mana

guru lebih termotivasi dalam mengajar karena belum banyak guru Teknik

Pemesinan 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study

dalam pembelajaran karena memang belum ada yang pernah mendapatkan

pelatihan lesson study selain guru yang menjadi sampel penelitian. Hal ini

menjadi sebuah motivasi karena guru tersebut menjadi pelopor lesson study di

sekolahnya. Sementara itu terdapat 2 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya

perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan

lesson study.

Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan motivasi mengajar

pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Selain itu juga

terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai posttest

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi penurunan

motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson

study.

Ke 5 guru yang motivasi mengajarnya tidak meningkat dapat disebabkan

karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk berkolaboratif dalam

melaksanakan pembelajaran, hal ini menjadi kendala ketika suatu sekolah hanya

memiliki guru yang sangat terbatas. Selain itu karena kegiatan lesson study tidak

hanya dilakukan dalam satu siklus saja, hal ini juga menjadi kendala terkait

dengan waktu mengingat guru disibukkan dengan beban mengajar yang sangat

padat sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan lesson

study.

Ketiga, berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test

menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 diperoleh kesimpulan

bahwa ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya

rata-rata nilai setelah dilakukan pelatihan lesson study. Dari Tabel 11 sebelumnya

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 181: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

164

diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest

sebesar 67. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 13,17%

sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai

pretest dan nilai posttest dari masing-masing guru, dari total 20 guru sebanyak 17

guru tidak menunjukkan adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya

pelatihan lesson study.

Itu artinya terjadi peningkatan kesiapan mengajar 17 guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study. Peningkatan kesiapan mengajar guru

dipengaruhi oleh peningkatan kompetensi pedagogik guru di mana guru menjadi

lebih siap dalam mengajar karena kompetensi pedagogiknya meningkat ditinjau

dari kemampuan dalam menyusun RPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Soemanto (2006, p.197) bahwa kematangan mempengaruhi proses kesiapan

seseorang. Kematangan yang dimaksud berkaitan dengan peningkatan kompetensi

pedagogik guru sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Sementara itu terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya

perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan

lesson study. Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan kesiapan

mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan dari ketiga guru tersebut yang disebabkan

oleh beberapa faktor lain. Karena jika ditinjau dari segi kompetensi pedagogiknya,

ketiga guru tersebut menunjukkan peningkatan sesudah mendapatkan pelatihan

lesson study.

Pelatihan lesson study bagi guru-guru SMK merupakan suatu upaya untuk

membekali guru dalam mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan diutamakan dapat

meningkatkan profesionalisme guru. Tujuan dilaksanakannya pelatihan lesson

study ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru khususnya pada

kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar. Hal ini

dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya bahwa

pelatihan lesson study dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru sebesar

13,31%, motivasi mengajar guru sebesar 7,03%, dan kesiapan mengajar guru

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 182: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

165

sebesar 13,17% di mana hal ini dapat menunjang guru dalam rangka implementasi

pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat diambil simpulan sebagai

berikut:

Pertama, ada peningkatan yang signifikan kompetensi pedagogik guru

sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Kedua, ada peningkatan yang

signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Ketiga, ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah

mendapatkan pelatihan lesson study.

Saran

Perlunya pengimbasan pelatihan lesson study dari Dinas Pendidikan untuk

guru-guru yang belum pernah mendapatkan pelatihan lesson study, mengingat dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan lesson study dapat meningkatkan

kompetensi pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru

di mana merupakan salah satu alternatif pengembangan profesionalisme guru

dalam rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks Kurikulum2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

Bahtiar. (2009). Dampak sertifikasi terhadap kinerja Guru-Guru IPA di SekolahMenengah Pertama (SMP) Negeri Se-Kota Mataram. Tesis, tidakdipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Celikoz, N. (2010). Basic factors that affect general academic motivation levels ofcandidate preschool teachers. Journal of Education, Vol. 131, No. 1, 113-127.

Haryono, Yon. (4 November 2012). Guru tanpa inovasi mengajar. KedaulatanRakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 183: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

166

Hendayana, Sumar, dkk. (2007). Lesson study: Suatu strategi untuk meningkatkankeprofesionalan pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPIPress.

Isoda, M., et al. (2007). Japanese lesson study in mathematics: Its impact,diveristy and potential for eductional improvement. Singapore: WorldScientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Issac, S., & Michael, W.B. (1971). Handbook in research and evaluation. SanDiego: Edits Publishers.

Krisnawati, Anita. (2009). Evaluasi kegiatan lesson study dalam programSISTTEMS (Strengthening In Service Teacher Training on Education ofMathematics and Science). Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas NegeriYogyakarta.

Lenski, S.J., & Caskey, M.M. (2009). Using the lesson study approach to plan forstudent learning. Middle School Journal, Vol. 40, No. 3, 50-57.

Marjan, Johari. (2014). Pengaruh pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasilbelajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NWPancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. JurnalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4.

Marsiti, C. (2011). Upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah menengahkejuruan melalui pengembangan profesionalisme guru. Jurnal PendidikanVokasi, 1(1), 157-168.

Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentangSistem Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentangGuru dan Dosen.

Saito, E., et al. (2015). Lesson study for learning community. Oxon: Routledge.

Sertifikasi guru, antara harapan dan kenyataan. (28 September 2010). KedaulatanRakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr.

Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 184: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

167

Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi pendidikan (Landasan kerja pemimpinpendidikan). Cetakan kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Subadi, T., Khotimah, R.P., & Sutarni, S. (2013). A lesson study as adevelopment model of professional teachers. International Journal ofEducation, Vol. 5, No. 2, 102-114.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan pengembangan kompetensi SDM. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suryobroto. (1997). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. RinekaCipta

Tedjawati. (2013). Peningkatan kompetensi guru melalui lesson study: Kasus diKabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 17, Nomor 4,480-489.

Tiyanto, Truko. (2011). Dampak sertifikasi guru terhadap kinerja Guru IPA diSMP Negeri Kabupaten Wonosobo. Tesis, tidak dipublikasikan.Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Uno, H.B. (2014). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidangpendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wahyudi, Imam. (2012). Mengejar profesionalisme guru: Strategi praktismewujudkan citra guru profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wang, V. C. X., et al. (2012). Pedagogical and andragogical teaching andlearning with information communication technologies. Hershey: IGIGlobal.

Wibowo. (2011). Manajemen kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widarto. (November 2014). Pelatihan collaborative learning untuk mendukungpelaksanaan lesson study bagi guru SMK. Makalah disajikan dalamPelatihan Collaborative Learning yang diselenggarakan oleh LPPM UNYuntuk 7 SMK Pokja 5 di Kabupaten Sleman, di SMK Negeri 1 Kalasan.

Wiseman, D. G. & Hunt, G. H. (2014). Best practice in motivation andmanagement in the classroom (3rd ed.). Springfield: Charles C ThomasPublisher, Ltd.

Yudyanto, dkk. (2011). Upaya peningkatan profesionalisme guru-guru fisikaMadrasah Tsanawiyah di Kota Malang melalui workshop lesson study.Prosiding, Seminar Nasional Lesson Study yang diselenggarakan olehFMIPA UNM. Malang: Universitas Negeri Malang.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)

Page 185: PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI …eprints.uny.ac.id/36391/2/Laporan Akhir Penelitian Tim Pascasarjana... · iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model

168

Profil Singkat

Rivandra Rezani, dilahirkan di Sleman pada 16 September 1990. Menyelesaikan

S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di Universitas Negeri Yogyakarta

pada tahun 2012. Mengikuti program Talent Scouting SMK dari Direktorat P2TK

Dikmen pada tahun 2012-2013. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan Konsentrasi Vokasi Mesin di Universitas Negeri

Yogyakarta pada tahun 2015.

Widarto, pengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri

Yogyakarta sejak tahun 1988. Lahir di Magetan pada 30 Desember 1963.

Menyelesaikan S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di IKIP Yogyakarta

pada tahun 1988. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan di IKIP Yogyakarta pada tahun 1997. Menyelesaikan S-3 Program Studi

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Universitas Negeri Yogyakarta pada

tahun 2012. Sampai saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta.

Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)