laporan hasil penelitian pascasarjana universitas …
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL
PENELITIAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Sargassum Dan Padina
Serta Taurin Pada Kultur Sel Hela Melalui Ekspresi Gen P53
TIM PENELITI
Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. (0011066105)
DR. Nuning Nurcahyani, MSc. (0013076505)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
OKTOBER - 2021
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
PENELITIAN PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Judul Penelitian : AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL
SARGASSUM DAN PADINA SERTA TAURIN PADA
KULTUR SEL HeLa MELALUI EKSPRESI GEN P53
2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang Keahlian Instansi Alokasi
Waktu
(jam/minggu
1 Endang Linirin
Widiastuti
Ketua Integrated/Fisiologi
Hewan
Universitas
Lampung
15
2 Nuning
Nurcahyani
Anggota Zoologi Universitas
Lampung
10
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Aktivitas antikanker dari ekstrak metanol makroalgae seperti Sargassum sp dan Gracillaria
sp serta Padina sp terhadap mencit yang diinduksi karsinogenik benzo(α)piren telah
dilakukan dan menunjukkan adanya perbaikkan jaringan hepar serta jaringan darah yang
merupakan jaringan awal terekspose senyawa carsinogenik tersebut setelah diinduksi.
Namun demikian, mekanisme selular dari kemampuan sebagai antikanker tersebut belum
dapat dijelaskan. Untuk itu perlu dilakukan kajian ekstrak berbagai makroalgae tersebut,
seperti Sargassum sp dan Padina sp serta taurine secara in-vitro terhadap jaringan kanker,
seperti jaringan kanker servic HeLa yang umum terjadi pada wanita. Secara umum, kajian
ini bertujuan untuk pengembangan pengobatan antikanker yang tidak memiliki efek
samping dari berbagai potensi biota pesisir, seperti makroalgae yang banyak terdapat di
perairan Teluk Lampung. Pelitian sebelumnya pada beberapa tumbuhan mangrove serta
taurin, telah menunjukkan adanya aktivitas antikanker yang diperlihatkan dengan
antiproliferasi serta sitotoksis dari kultur sel kanker (HeLa) secara in vitro. Dari penelitian
tersebut, terlihat bahwa pemberian ekstrak methanol biji dan daun api-api (Avecinnea
marina) mengekspresikan/mengaktifkan gen p53 dalam melakukan antiproliferasi pada
sel/jaringan HeLa secara in vitro tersebut. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
Sargassum sp serta Padina sp yang banyak terdapat di pesisir pantai Lampung, mampu
untuk memperbaiki jaringan hepar secara in vivo pada mencit (Mus musculus). Apakah
mekanisme perbaikkan ini juga dilakukan dengan cara mengaktifkan gen p53, maka perlu
dilakukan penelitian secara in vitro kembali dari ekstrak etanol Sargassum sp dan Padina
sp dengan taurine kembali sebagai pembanding. Penentuan mekanisme kematian sel
kanker secara selular dan spesifik yaitu dengan penentuan ekspresi protein 53 (gen p53)
sebagai tumor surpressor gen, unsur utama penjaga stabilitas genome, yang bertanggung
jawab terhadap antiproliferasi atau sitotoksis suatu sel maka dapat dikatakan bahwa ekstrak
makroalage tersebut memiliki potensi sebagai bahan antikanker alami. Dengan penentuan
ekspresi p53 ini akan lebih mampu menyelaskan secara terintegrasi peran ekstrak
makroalgae Sargassum sp dan Padina sp dengan pembanding senyawa organik taurine
sebagai senyawa antikanker secara selular dan molecular, yaitu disamping dilihat dari sisi
fungsi sitotoksis dan antiproliferasi pada jaringan kanker dengan contoh pada sel sel HeLa
secara in vitro. Manfaat lain dari penelitian ini adalah sisi pengembangan biologi sel dan
fisiologis sel, yaitu peran berbagai senyawa yang dihasilkan dari ekstraksi ethanol berbagai
makroalgae yang banyak dijumpai di eksosistem pesisir/pantai, khususnya di Lampung.
Dari sisi pengkayaan fungsi berbagai tanaman/tumbuhan, penelitian ini mengeksplorasi
berbagai tumbuhan obat yang berasal dari ekosistem pesisir, utamanya daerah pasang surut
pantai yang menjadi habitat Sargassum sp dan Padina sp. Dari penelitian ini juga dapat
terungkap manfaat lain dari makroalgae yang sering dijumpai di perairan pantai, yang
salama ini tidak pernah diindahkan oleh masyarakat.
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan: April tahun: 2021
Berakhir : bulan: November tahun: 2021
5. Usulan Biaya : Rp. 40.000.000 (empat puluh juta rupiah)
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan):
a. Laboratorium Biomolekuler – FMIPA Universitas Lampung
b. Laboratorium Genetika Molekuler FK – Universitas Pajajaran
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontribusinya)
-
8. Temuan yang ditargetkan lulusan S-2
Lulusan S2 yang tergabung dalam penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
keahliannya dalam melakukan ekstraksi dari bahan alam (Sargassum sp dan Padina sp,
makroalgae yang banyak dijumpai di pantai) yang selanjutnya mampu mengujikan hasil
ekstraksi tersebut. Pada akhirnya lulusan pun mampu mempublikasikan hasil kajian
mereka baik pada level nasional dan internasional serta mampu didorong untuk
menghasilkan suatu temuan yang dapat dipatenkan.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu
Dalam bidang fisiologi hewan/biologi sel/fitofarmaka akan diperoleh peran ekstrak ethanol
makroalgae, Sargassum sp dan Padina sp serta taurine dalam pengaturan stabilitas sel
secara seluler dan molekuler yang terkait dengan sifat keabnormalan sel/jaringan, seperti
sifat jaringan kanker yang dimiliki oleh sel-sel HeLa. Di samping itu menjadi sumber
informasi serta eksplorasi dalam pengembangan fitofarmaka dari ekosistem pesisir
sehingga mampu menjadi bagian dari konservasi sumberdaya alam pesisir.
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap penerima Hibah Penelitian
Pascasarjana (Nasional/Internasional)
Ada 4 target jurnal (satu atau dua diantaranya) yang akan ditempuh untuk mempublikan
hasil penelitian ini, serta 1 prosiding international (AIP) yang sedang proses untuk terbit
dan terindeks scopus, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
No Jurnal Jenis Tahun publikasi
1 Biomedical and
Pharmacology Journal
International terindeks scopus 2021
2 Advance Medicine International terindeks scopus 2021
3 Jurnal Tumbuhan Obat
Indonesia
Terakreditasi B/SINTA 2 2021
4 AIP Proceeding International – Scopus indexes 2021*
*Sudah disubmit, masih dalam proses publikasi
RINGKASAN
Uji antikanker eskstrak ethanol Sargassum sp dan Padina sp telah dilakukan pada kultur
sel HeLa dengan melihat viabilitas sel, antiproliferasi serta doubling timenya dengan
menggunakan metode MTT. Hasil kajian tersebut menunjukkan sifat antikanker dari
kedua ekstrak makroalgae tersebut pada culture sel HeLa yaitu dengan nilai IC50 < 625
ppm serta 6 ppm untuk doxorubicin. Doxorubicin adalah obat sintetik yang umum dipakai
sebagai antikanker dan pada penelitian ini digunakan sebagai pembanding aktivitas
antikanker. Pada penelitian ini, kedua ekstrak makroalgae (Sargassum sp dan Padina sp)
tersebut dilakukan dengan menginkubasi sel HeLa yang memiliki kepadatan 1 x 104
sel/100µL pada konsentrasi berseri dari 2500; 1250; 625 µg/mL selama 24, 48, dan 72 jam
(waktu inkubasi).
Hasil penelitian ekstrak ethanol makroalgae, Sargassum sp dan Padina sp serta senyawa
organic taurine terhadap uji antikanker secara in vitro pada kultur sel HeLa menunjukkan
adanya efek antikanker yang ditunjukkan dengan menurunnya viabiltas sel (%) serta
meningkatnya nilai antiproliferasi dan sitotoksik. Selain itu secara molekuler, pemberian
ekstrak ethanol kedua makroalgae tersebut juga menunjukkan adanya aktivitas ekspresi
protein penanda aktivitas antikanker, yaitu p53. Dengan menggunakan primer p53,
forward primer 5'-AAGCAGTCACAGCACATGACGGAG-3' dan reverse primer 5'-
GAGTCTTCCAGT GAGATGATGGT-3' eskpresi gen p53 dapat terlihat dengan
menggunakan RT PCR. Untuk ekspresi gen p53 ini dilakukan pada kultur sel HeLa yang
diberi ekstrak ethanol kedua makroalgae serta taurine pada konsentarsi terendah dan
etrtinggi, yaitu pada konsentrasi 625 ppm serta 2500 ppm. Namun pada kultur sel HeLa
dengan pemberian ekstrak konsentrasi yang terendah ekspresi gen p53 jauh lebih tinggi
dibandingkan pada pemberian ekstrak dengan konsentrasi tinggi 2500 ppm.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, di samping taurine kedua ekstrak
ethanol makroalgae ini, Sargassum sp dan Padina sp mampu menjadi agen antikanker
untuk sel-sel HeLa.
BAB 1. PENDAHULUAN
Sumberdaya alam Indonesia merupakan sumberdaya alam yang tertinggi kedua setelah
Brazil, yaitu dilihaat dari keanekaragaman hayatinya, termasuk keanekaragaman hayati di
wilayah pesisir. Namun demikian, keanekaragaman hayati pesisir dan pantainya Indonesia
merupakan negara yang tertinggi, dengan keberadaan pulau-pulau kecil serta luasnya
lautan yang dimilikinya. Panjang pantai Indonesia sekitar 95.181 km dan panjang pantai
Provinsi Lampung mencapai sekitar 200 km dengan berbagai ekosistem pesisirnya yang
dapat dikatakan sebagai ekosistem ekstrem, seperti terumbu karang, lamun, dan mangrove.
Ekosistem lamun lebih tepat dikatakan sebagai ekosistem lebih ekstrem dengan kondisi
salinitas yang yang tinggi, hingga mencapai 34 ppt, yang diikuti dengan pancaran matahari
khususnya pada saat surut. Namun demikian, berbagai jenis biota dapat tumbuh dengan
baik serta mengandung berbagai senyawa fenolik, di antaranya adalah berbagai makroalgae
serta berbagai tumbuhan lamun, seperti kelompok spermatohyta (Enhalus sp, Hallophyla
sp, dan lainnya). Baik makroalgae serta spematophyta tersebut mengandung berbagai
senyawa yang berpotensi tidak saja sebagai antimicrobial dan antiinflamasi namun juga
memiliki antioksidan (Kannan et al., 2010, 2013; Dewi et al., 2012; Yuvaraj et al., 2012;
Firdaus et al, 2013; Singh et al, 2013; Sulistiyani et al, 2015). Untuk itu perlu dilakukan
studi lanjut terkait pemanfaatan ekstrak berbagai makroalgae yang sering dijumpai,
diantaranya adalah Sargassum sp dan Padina sp yang banyak terdapat di wilayah pesisir
Lampung khususnya diandingkan dengan taurine sebagai bahan antikanker dan
antioksidan pada kultur sel kanker yaitu sel HeLa.
Eksplorasi senyawa antikanker dari berbagai biota laut telah banyak dilakukan. Seperti
yang telah kami lakukan sebelumnya dengan menggunakan Gracilaria dan Sargassum
yang diberikan pada mencit jantan (Mus musculus) yang telah diinduksi benzo(α)piren.
Hasil kajian tersebut menunjukkan adanya perbaikan jaringan baik pada jaringan darah
maupun organ (Widiastuti dan Khairani, 2018; Hervidea et al, 2018). Kajian ini juga
menguji taurine sebagai senyawa organic yang memiliki peran sebagai antioksidan dan
antikanker. Dalam upaya eksplorasi tanaman obat, makroalgae yang banyak dijumpai di
wilayah pesisir ini menjadi target studi kami, sebagai bahan anti kanker. Hal ini terkait
dengan kemampuannya dapat bertahan pada kondisi ekosistem yang ekstrem baik dari
pengaruh salinitas maupun panas dari pancaran sinar matahari. Untuk itu kami bermaksud
mengujinya pada kultur jaringan kanker, yaitu kultur sel HeLa.
Sargassum sp termasuk kedalam kelompok makroalage (rumput laut) coklat yang tumbuh
di sekitr terumbu karang dan beberapa jenis rumput laut coklat lainnya seperti Padina, dan
Turbinaria (Wouthuyzen et al, 2016). Rumput laut coklat ini memiliki kandungan
karbohidrat 54,3-73,8%, protein 0,3-5,9%, vitamin (vitamin B1, B2, B6, B16, C dan
niasin), kandungan mineral di antaranya kalsium, sodium, magnesium, potassium, yodium,
besi, serta mengandung senyawa fenolik, pigmen alami, polisakarida sulfat, serat dan
komponen bioaktif lainnya yang telah diteliti (Erniati et al, 2016). Jenis rumput laut yang
telah diteliti di China mengenai mekanisme aktivitas antitumor dari Rumput laut
Sargassum fusiforme (Yu-Bin et al, 2004). Peneliti Ly-BM et al (2005) menyatakan bahwa
penelitian yang dilakukan di Vietnam dengan menggunakan ekstrak Sargassum poycytum,
Sargassum oligocystum, Sargasum mcclurei, Sargassum swertzii dan Sargassum
dargaprum telah menunjukkan aktivitas antikanker fucoidan, yang mana senyawa sulfat
yang terkandung di dalamnya memainkan peran penting untuk aktivitas antikanker. Untuk
ini kami ingin mengetahui secara selular peran dari ekstrak Sargassum terhadap sel-sel
kanker HeLa.
Padina sp juga merupakan rumput laut yang memiliki pigmen fukosantin, yaitu yang
menjadi faktor utama penentu warna coklat pada rumput laut. Pigmen ini merupakan salah
satu pigmen yang dominan dari golongan karotenoid. Fukosantin memiliki ikatan allenic
adanya gugus fungsi epoksi, hidroksi, dan karbonil yang menjadi ciri utamanya.
Fukosantin sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi alternative pengobatan kanker
karena mengandung senyawa antikanker, antioksidan antiobesitas, dan antidiabetes (Lin et
al, 2016). Padina sp juga sangat banyak dikunpai di ekosistem lamun. Untuk hal ini pula,
kami bertujuan untuk mengetahui secara selular peran dari ekstrak Padina sp terhadap sel-
sel kanker HeLa.
Penggunaan taurine dalam penelitian ini masih kami lakukan untuk
membandingan peran ekstrak makroalgae tersebut yang diduga mampu sebagai
antikanker. Taurine sebagai senyawa organic osmolit ataupun sebagai senyawa bioaktif
yang berperan dalam menjaga tonisitas/stabilitas sel. Taurine juga telah diketahui mampu
meningkatkan pertumbuhan serta sintasan, bahkan meningkatan kematangan gonad, pada
beberapa hewan uji, seperti pada ikan-ikan baik ikan di perairan laut atau pun ikan
perairan tawar (Widiastuti et al., 2011, 2013, 2019). Bahkan di jaringan jantung atau pun
retina, taurine dijumpai dalam konsentrasi yang tinggi namun dijumpai dengan jumlah
yang sedikit pada otak, ginjal, intestine, dan otot rangka (Birdshall,1998). Taurine sendiri
adalah senyawa turunan asam amino yang memiliki unsur sulfur dan dapat disintesis oleh
kantung empedu pada mamalia dewasa. Oleh karena itu, taurine banyak dikonsumsi oleh
para vegetarian, khususnya untuk memenuhi kebutuhan akan asam amino yang
mengandung unsur sulfur, seperti taurine di antaranya. Taurine juga diketahui banyak
memberikan manfaat pada balita yang membutuhkan nutrisi yang baik untuk
perkembangan otaknya.
Beberapa kajian/penelitian telah berkembang berkaitan dengan pemanfaatan taurine,
diantaranya adalah penggunaan taurine yang dimanfaatkan sebagai suplemen yang mampu
membantu mengatasi jaringan yang mengalami karsinogenesis baik di manusia ataupun di
hewan uji (Zhang e tal, 2008, 2014; Kim and Kim, 2013; Ibraheem et al, 2011; Zhao et al,
2009; Venkatachalam et al, 2013). Taurine juga dimanfaatkan sebagai suplemen yang
mampu mengatasi berbagai penyakit yang berkaitan dengan system saraf pusat (CNS),
sepertiAlzheimer’s, Parkinson’s, epilepsy, juga kerusakan pada sel-sel neuron retina
(DeLaPuerta et al, 2010; Moloney, et al, 2010, Yu et al, 2007).
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan taurine masih sebatas dalam suplemen untuk anak-
anak yang sedang mengalami pertumbuhan, missal dalam susu formula atau juga untuk
minuman berenergi (tonic drink), atau yang baru baru ini muncul adalah sebagai bahan
tambahan untuk shampo. Sedangkan pemanfaatan taurine sebagai senyawa antikanker
belum diketahui/belum banyak dikaji. Untuk mengatasi kanker umumnya dilakukan
kemoterapi ataupun penggunaan obat- obat kimia yang memiliki efek samping cukup
tinggi, namun demikian, pengembangan/penggunaan obat-obat tradisional yang berasal
dari tumbuhan (herbal) atau fitofarmakologi telah mulai dilirik dalam beberapa decade
terakhir. Pengobatan kanker menggunakan tanaman obat yang didalamnya terkandung
senyawa flavonoid serta diyakini memiliki kemampuan menangkap radikal bebas yang
dapat menyebabkan kanker, telah lama dilakukan dan merupakan pengobatan alternatif
tanpa efek samping. Senyawa flavonoid sendiri merupakan senyawa golongan fenol yang
pada umumnya banyak terdapat pada tumbuhan berpembuluh.
Dengan beragamnya klaim yang menyatakan tingginya peran taurine dalam tubuh manusia
serta hewan vertebrata lainnya, maka perlu dieksplorasi secara luas pemberian taurine
pada makanan terhadap jaringan tubuh hewan, khususnya yang mengalami karsinogensis
ataupun yang terekspose oksidan tinggi penyebab kanker. Mampukah taurine
mencegah atau memperbaiki terjadinya karsinogensis di jaringan tubuh atau mampukah
taurine berfungsi sebagai antioksidan serta seberapa besar kemampuan taurine
berfungsi sebagai antikanker dan perannya sebagai antioksidan, serta bagaimana taurine
beraksi dalam mengatasi karsinogesis ataupun oksidan tersebut dalam tubuh hewan.
Walau dapat dibuat oleh empedu mamalia, taurine juga banyak didapat dari berbagai
sumber biota laut, seperti kerrang-kerangan dan lainnya. Taurine sintetik sebenarnya bias
didapat dari asam isetionik (2- hydroxyethanesulfonic acid), yaitu dari hasil reaksi etilen
oksida dengan sodium bisulfida cair. Disamping dihasilkan oleh berbagai metazoa, baru-
baru ini telah diketahui pula bahwa taurine dapat disintesis oleh beberapa jenis mikroalga
baik di perairan laut ataupun tawar (Tevatia et al, 2015). Penelitian tersebut juga
menyatakan bahwa semakin tinggi cekaman osmotic dapat meningkatkan produksi taurine
dalam sel. Indonesia cukup kaya dengan sumber biota lautnya, dengan demikian sudah
selayaknya Indonesia memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan taurine.
Namun demikian, kebutuhan taurine masih sangat tergantung import dari luar negeri.
Untuk itu perlu dilakukan pula eksplorasi sumber-sumber taurine dari sumberdaya alam
lainnya, khususnya sumberdaya alam laut, di antaranya adalah kedua makroalgae yang
banyak dijumpai di wilayah pesisir serta belum banyak diketahui manfaatnya oleh
masyarakat.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Skematik Penelitian:
Skema penelitian yang ingin dicapai dan telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Skema penelitian peran taurine serta ektrak ethanol potensi tambuhan obat
Dengan tercapainya kajian secara in vitro dari taurine serta bahan hasil ekstraksi ethanol
dua makroalgae (Sargassum sp dan Padina sp) maka akan melengkapi peran dari jenis
tumbuhan pesisir (terumbu karang, lamun, dan mangrove tersebut yang banyak dijumpai di
pesisir Lampung sebagai bahan fitofarmaka, khususnya terhadap penyakit degenaratif
kanker yang mulai banyak ditemukan kasusnya.
3.2 Metode Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan pada kajian secara in vitro taurine serta ekstraksi ethanol
dua makroalgae, Sargassum sp dan Padina sp, adalah sebagai berikut:
Peralatan gelas, neraca, kompor listrik, blender, elektrik stirrer, corong pisah, corong
Buchner. Selanjutnya untuk uji sitotoksik dan antiproliferasi di antaranya adalah,
incubator CO2, lampu UV, laminar air flow cabinet, tissue culture flask, tabung cronical,
microplate 96 sumuran, haemocytometer, magnetic stirrer, pipetman, yelow dan blue tips,
vortex, mikroskop, Eppendorf tube dan ELISA reader serta RT-PCR.
Draf Buku tentang Taurine dan Publikasi jurnal international (terindeks scopus) dan jurnal nasional terakreditasi SINTA 2/3
UJI in vitro senyawa hasil ekstraksi ethanol makroalgae
(Sargassum sp & Padina sp) sebagai antikanker pada sel
HeLa secara in vitro
Fisiologi antikanker senyawa ekstraksi baik secara in vivo
dan in vitro pada sampel/hewan uji
Uji FITOKIMIA baik secara Kualitatif dan Kuantitatif
Analisis molekuler protein yang bertanggung
jawab terhadap antiproliferasi dan apoptosis
di jaringan kanker
Sedang bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Media pertumbuhan sel RPMI (Rosewell Park Memorial Institute) 1640 (Sigma),
Penisillin-Streptomisin 1% (Gibco), Fungison o,5% (Gibco), FBS (fetal bovine serum),
trypsin -EDTA 0,25% dalam PBS, NaHCO3 (Sigma) dan HEPES (N-2-
hyfroxyethilpiperazin-N-eethanesolfonic acid) (Sigma), Tripan Blue, larutan DMSO
sebagai pelarut ekstrak, MTT, reagen stopper (natrium dedosil sulfat 10%, dan methanol.
Sel-sel HeLa, Akuades, penisilin-sterptomisin 1% v/v, SDS 10% dalam HCl 0,01 N,
NaHCO3, HEPES, Fungison 0,5 % (v/v) (Gibco), primer p53 (Sigma).
3.2.1 Persiapan Ekstrak Makroalgae (Sargassum sp dan Padina sp)
Bahan uji yang digunakan adalah esktrak ethanol makroalgae (rumput laut) Sargassum sp
dan Padina sp. Kedua makroalgae ini didapatkan dari pesisir Teluk Lampung, Kab.
Lampung Selatan. Pembuatan ekstrak diawali dengan mencuci Sargassum dan Padina
menggunakan air mengalir sampai bersih kemudian dikering-anginkan. Proses pengeringan
kemudian dilanjutkan di dalam oven dengan suhu 30°C selama 2-3 hari. Setelah rumput
laut kering, kemudian dilakukan proses penggilingan hingga menjadi bubuk. Bubuk yang
diperoleh kemudian dimaserasi dalam pelarut etanol dengan perbandingan 1:10 selama 24
jam. Maserat kemudian disaring dengan menggunakan gelas corong dan kertas saring.
Ekstrak ethanol yang didapat kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator pada
suhu 50°C hingga diperoleh ekstrak kental (Nurfitri, 2019).
Gambar 2. Sargassum sp dan Padina sp yang akan digunakan
3.2.2 Pengujian Fitokimia Ekstrak Sargassum sp dan Padina sp
Untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat di dalam ekstrak ethanol kedua
rumput laut, Sargassum sp dan Padina sp, maka dilakukan uji fitokimia. Dalam penelitian
ini menggunakan pelarut ethanol. Ethanol merupakan pelarut yang bersifat universal
sehingga dapat melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar (Astarina et al, 2013).
Langkah-langkah pengujian fitokimia ekstrak rumput laut tersebut dapat dilihat pada Tabel
1 berikut:
Tabel 1. Tabel prosedur pengujian fitokimia (Tasmin et al, 2014)
Jenis uji Perlakuan Indikator
Saponin 0,5 mL sampel + 5 mL akuades, kemudian
dikocok selama 30 detik
Busa
Terpenoid 0,5 mL sampel + 0,5 asam asetat glacial +
0,5 mL H2SO4
Warna sampel berubah
menjadi merah atau
kuning
Tanin 1 mL sampel + 3 tetes larutan FeCl3 Warna larutan menjadi
hitam kebiruan
Alkaloid 0,5 mL sampel + 5 tetes kloroform + 5
tetes pereaksi Mayer (1 g KI dilarutkan
dalam 20 mL akuades dan ditambahkan
0,271 g HgCl2 hingga larut)
Warna larutan putih
kecokelatan
Flavonoid 0,5 mL sampel + 0,5 g serbuk Mg + 5 mL
HCl pekat (ditambahkan tetes demi tetes
Warna larutan merah
atau kuning, terbentuk
busa
3.2.3 Pengujian sitotoksik dan antoproliferasi
Preparasi dan pengujian sitotoksik dan antiproliferasi mengikuti protokol uji dari CCRC
(Cancer Chemoprevention Research Center) farmasi UGM.
a. Pembuatan Media RPMI
Media dibuat dengan melarutkan 10,4 g (untuk 1 Liter) RPMI ditambah 2,0 g
NaHCO3 dan 2,0 g HEPES. Larutan selanjutnya distirer hingga homogen,
kemudian di buffer dengan HCl 1 N sehingga pHnya 7,2-7,4 menggunakan pH
meter. Kemudian larutan tersebut disaring dengan filter polietilen sulfon steril 0,2
µm secara aseptis.
b. Pembuatan PBS (Phosphat Buffered Saline)
Serbuk PBS (Phosphat Buffered Saline) 10 g dilarutkan ke dalam aqua bidestilata
sebanyak 800 ml, diaduk dengan stirer hingga larut sempurna. Larutan dibuat
dalam pH 7,2 kemudian ditambah aqua bidestilata hingga 1 liter. Larutan disimpan
dalam lemari es dengan botol tertutup.
c. Pembuatan FBS (Fetal Bovine Serum) media penumbuh sel
Larutan FBS (Fetal Bovine Serum) 10 % sebanyak 10 ml, fungsion 0,5 ml dan
pensterp (penisilin-streptomisin) 2 ml dicampur dalam wadah steril kemudian
ditambah media RPMI hingga 100 ml, kemudian larutan tersebut dihomogenkan,
selajutnya larutan disaring dengan filter polietilen sulfon steril 0,2 µm secara
aseptis.
d. Preparasi Sel HeLa
Sel HeLa diambil dari tangki nitrogen cair dan segera dicairkan pada suhu 37o C,
kemudian ampul disemprot dengan etanol 70%, ampul dibuka dan sel dipindahkan
dalam tabung sentrifuge dalam ruangan laminar air flow dan disentrifugasi dengan
kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Endapan yang terbentuk ditambah dengan
media RPMI 1640-serum. Suspensi sel dimasukan dalam tissue culture flask kecil
dan dilihat dibawah mikroskop. Sel yang hidup nampak bulat, jernih dan bersinar.
Flask yang berisi sel kemudian diinkubasi dalam inkubator suhu 37o C dan dialiri
dengan gas CO2.
e. Pemanenan dan perhitungan sel
Setelah jumlah sel cukup, sel dicuci dengan PBS kemudian sel HeLa yang melekat
pada dinding tissue flask dilepas dengan larutan tripsin 2,5% sebanyak 1 ml, agar
merata ditambah larutan PBS 3 ml, didiamkan selama sekitar 3-5 menit agar tripsin
bekerja dengan baik. Sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril dan ditambah
medium PBS sampai volume 10 ml dan disentrifugasi 1500 rpm selama 15 menit.
Kemudian sel dicuci dua kali menggunakan medium yang sama. Sel dihitung
jumlah selnya menggunakan hemocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah
medium sehingga diperoleh konsentrasi sebesar 2 x 104 sel/100 µl.
Jumlah sel dapat dihitung dengan persamaan berikut.
n = jumlah sel dalam 4 bilik
3.2.4. Uji Ekspesi Gen p53 Metode RT-PCR
Pemeriksaan ekspresi gen p53, dilakukan dengan pemeriksaan RT-PCR pada kultur cell
line HeLa yang mendapat perlakuan esktrak rumput laut dan taurin. Terdapat 3 tahapan
akan dilakukan untuk pemeriksaan ini, yaitu desain primer, isolasi RNA, dan penentuan
konsentrasi RNA dengan NanoDrop. Selanjutnya dilihat ekspresinya dengan
menggunakan RT-PCR.
a. Desain Primer
Pada penelitian ini urutan basa primer ekspresi gen p53 berdasar penelitian dari
Nursid (2006) adalah forward primer 5'-AAGCAGTCACAGCACATGACGGAG-
3', reverse primer 5'-GAGTCTTCCAGTGAGATGATGGT-3'.
b. Isolasi RNA
Isolasi RNA sampel. Langkah pertama adalah sentrifuge sampel cell culture kec
500 x g selama 1 menit kemudian dibuang supernatant. Ditambahkan 300 μl RNA
Lysis Buffer ke dalam tabung dan campur rata. Kemudian dipindahkan ke dalam
kolom Spin Away Filter (kuning), selanjutnya sentrifuge dan simpan supernatant.
Ditambahkan 600 μl etanol (95-100%) ke dalam supernatant dan campur rata.
Pindahkan campuran ke dalam kolom IICR Zymo Spin TM1 (hijau) dalam tube
koleksi dan sentrifuge dibuang flowthrough.
Treatmen DNase I (dalam kolom), kolom dicuci dengan 400 μl RNA Wash Buffer
dan dicentrifuge kemudian dibuang flowthrough.
Dalam tabung bebas RNase, ditambahkan 5 μl DNase I (1 U / μl), 75 μl DNA
Digestion Buffer dan dicampur secara inversi. Selanjutnya ditambahkan campuran
tersebut langsung ke matriks kolom.
Diinkubasi kolom pada suhu kamar (20-30ºC) selama 15 menit.
Langkah selanjutnya ditambahkan 400 μl RNA Prep Buffer ke kolom dan
dicentrifuge. Kemudian dibuang flowthrough dan diitambahkan 700 μl RNA Wash
Buffer ke kolom dan sentrifugasi. Selanjutnya 400 μl RNA Wash Buffer dan
sentrifugasi kolom selama 2 menit untuk memastikan penghapusan total buffer
pencuci. Dipindahkan kolom dengan hati-hati ke dalam tabung RNase free baru,
ditambahkan 50 μl DNase / RNase-Free Water langsung ke matriks kolom dan
sentrifuge ke elusi RNA, RNA yang dielusi disimpan pada ≤-70ºC.
c. Pengukuran Konsentrasi RNA Menggunakan NanoDrop
Konsentrasi RNA yang didapat, selanjutnya diukur menggunakan alat NanoDrop
2000 Spectrophotometer dari Thermo Scientific.
d. Pengukuran Ekspresi Gen p53 Menggunakan RT-PCR
Pengukuran konsentrasi gen p53 pada penelitian ini menggunakan program Light
Cycler® software yang mengacu pada kuantifikasi rumus Livak yang sudah
diautomatisasi sehingga didapat nilai konsentrasi ekspresi gen p53 dalam ukuran
picogram. Sebagai kontrol internal (housekeeping gene) adalah GADPH adalah
sampel yang merupakan kontrol.
3.2.4 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan untuk uji in vitro ini adalah rancangan acak lengkap dengan factorial
(4x6) yang terdiri dari 6 series konsentrasi dari 4 jenis bahan uji (yaitu daun dan biji
Avicennia, taurine serta control) untuk uji sitotoksik. Sedangkan untuk uji antiproliferasi
menggunakan factorial 3 x 4 (tiga konsentrasi dari 4 bahan uji, seperti yang telah
disebutkan).
Data (IC50 dan jumlah sel) yang diperoleh selanjutnya dianalisi ragam (ANOVA) pada taraf
5 %, dan jika ada perbedaan antar perlakuan maka diuji lanjut dengan beda nyata terkecil
pada taraf 5%. Analisis statistic dilakukan dengan menggunakan program IBM-SPSS versi
25.
Sedangkan untuk ekspresi gen p53 dilakukan secara deskriptif dari program Light Cycler®
software yang mengacu pada kuantifikasi rumus Livak yang sudah diautomatisasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil uji fitokimia Sargassum dan Padina
Hasil uji fitokimia dari Sargassum sp dan Padina sp yang diekstraksi dengan menggunakan
pelarut ethanol adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil uji Fitokimia Padina sp. dan Sargassum sp.
Uji fitokimia Padina sp Sargassum sp
Saponin + +
Terpenoid + +
Tanin + +
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Keterangan: (+) = Mengandung senyawa uji
Dari hasil ekstraksi ethanol, kedua makroalgae tersebut mengandung seluruh senyawa uji,
yaitu saponin, terpenoid, tannin, alkaloid, serta flavonoid. Ke-lima senyawa uji ini diduga
memiliki peran dalam menghentikan perkembangan sel kanker secara in vitro, yaitu sel-sel
HeLa.
4.2 Hasil uji sitotoksik pada sel-sel HeLa
Hasil uji sitotoksik terhadap kultur sel HeLa selain menggunakan ekstrak Sargassum sp
dan Padina sp juga menggunakan taurine (asam organic osmolit) dan dapat dilihat sebagai
berikut.
100 100,3
30,1 21,89
88,03 84,25 81,64 71,85
0
20
40
60
80
100
120
Kontrol Sel Kontrol
obat 1
Kontrol
obat 5
Kontrol
obat 10
625 1250 1875 2500
Via
bil
itas
Sel
%
Konsentrasi (ppm)
100 100,3
30,1 21,89
16,28
0,69 0,5 0,02 0
20
40
60
80
100
120
Kontrol Sel Kontrol
Obat 1
Kontrol
Obat 5
Kontrol
Obat 10
625 1250 1875 2500
Via
bil
itas
Sel
%
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3. Uji sitotoksik taurine terhadap sel-sel HeLa dengan pembanding obat doxo
Dari hasil uji tersebut terlihat bahwa taurine mampu untuk menurunkan viabilitas sel-sel
HeLa sebesar 12 – 22% pada konsentrasi yang berbeda. Penggunaan taurine untuk
menurunkan viabilitas ini masih jauh jika dibandingkan dengan senyawa kimia
doxorubicin yang umum dipakai sebagai obat anticancer.
Selanjutnya pemberian ekstrak ethanol Padina sp serta Sargassum sp terhadap sel-sel
HeLa juga dapat dilihat pada gambar-gambar sebagai berikut.
Gambar 4. Pemberian ekstrak etanol Padina sp pada kultur sel HeLa
Viabilitas sel-sel HeLa mampu diturunkan oleh ekstrak Padina bahkan ada konsentrasi
yang terendah, yaitu pada 625 ppm. Kemampuan ini bahkan di bawah dari penggunaan
doxorubicin dengan konsentrasi 10 ppm.
100 100,3
30,1 21,89
45,04
2,14 1,39 1,14 0
20
40
60
80
100
120
Kontrol Sel Kontrol
Obat 1
Kontrol
obat 5
Kontrol
Obat 10
625 1250 1875 2500
Via
bil
itas
Sel
%
Konsentrasi (ppm)
Gambar 5. Pemberian ekstrak etanol Sargassum sp pada kultur sel HeLa
Selanjutnya pada pemberian esktrak ethanol Sargassum sp, juga menunjukkan penurunan
terhadap viabilitas sel-sel HeLa, walau tidak setinggi pada ekstrak ethanol Padina sp.
Semakin tinggi pemberian ekstrak kedua makroalgae tersebut semakin tinggi pula
kemampuan untuk menurunkan vabilitas sel-sel HeLa.
Untuk memperlihatkan uji sitotoksik dari kedua ekstrak makroalgae tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Aktivitas sitotoksik esktrak etanol makroalgae terhadap sel HeLa (dalam IC50)
Senyawa Uji Konsentrasi (ppm) Viabilitas Sel (%) IC50 (ppm)
Padina
625 16,28
< 625
1250 0,69
1875 0,50
2500 0,02
Sargassum
625 45,04
< 625 1250 2,14
1875 1,39
2500 1,14
Taurin
625 88,03
1521 1250 84,25
1875 81,64
2500 71,85
Doxorubicin1
1 100,03
6 5 30,10
10 21,89
1Doxorubicin sebagai control positif antikanker
Jika dilihat dari IC50 dalam ppm dari ekstrak etanol kefdua makroalgae tersebut terlihat
bahwa Sargassum sp memiliki aktivitas sitotoksik yang paling tinggi, yaitu sebesar 487
ppm sudah mampu untuk membunuh sel-sel HeLa.
Selanjutnya untuk melihat antiproliferasi yang ditimbulkan oleh penggunaan ekstrak
ethanol kedua makroalgae tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut. Uji
antiproliferasi ini dilakukan pada 3 fase waktu inkubasi yang berbeda, yaitu 24, 48, dan 72
jam.
4.3 Antiproliferasi dan doubling time kultur sel HeLa terhadap ekstrak makroalgae
dan taurine
Selain uji antoproliferasi, ekstrak kedua makroalgae ini pada sel-sel HeLa kemampuan sel-
sel HeLa untuk memperbanyak diri (doubling time) juga ditentukan dan dapat dilihat pada
Tabel 4 dan 5 sebagai berikut.
Tabel 4. Antiproliferasi ekstrak ethanol makroalgae dan taurine terhadap sel-sel HeLa
Senyawa
Uji
Konsentrasi
(ppm)
Jumlah Sel Hidup (x 1000 Sel)
24 Jam 48 Jam 72 Jam
Padina sp.
625 3,256±0,271a
3,085±0,399a 0.175±0,024
a
1250 0,137±0,006b 0,366±0,061
b 1,392±2,183
a
1875 0,100±0,306b 0,183±0,182
b 0,091±0,108
a
2500 0,003±0,346b 0.279±0,905
b 0,050±0,103
a
Sargassum
sp.
625 9,009±0,053a 1,955±0,028
a 0,350±0,330
a
1250 0,429±0,026b 0,211±0,029
b 0,134±0,044
b
1875 0,278±0,025c 0,137±0,009
c 0,091±0,014
b
2500 0,228±0,042c 0,141±0,014
c 0,074±0,021
b
Taurin
625 17,605±0,261a 6,272±0,369
a 7,805±0,316
a
1250 16,849±0,286ab
6,253±0,409a 7,221±0,235
a
1875 16,329±0,157b 5,496±0,285
a 6,275±0,204
b
2500 14,370±0,673c 4,017±0,327
b 4,696±0,378
c
Doxorubicin
1 20,001±0,565a 7,014±0,273
a 0,759±0,112
a
5 6,021±0,231b 0,942±0,054
a 0,191±0,053
a
10 4,379±1,160b 0,634±0,057
a 0,078±0,011
a
Keterangan :
a, b dan c : superscript untuk perbedaan rataan jumlah sel hidup pada kolom yang sama
Untuk analisis antiproliferasi ini, kontrol sel tidak dimasukkan dalam table, sehubungan
dengan jumlah sel yang hidup akan terus bertambah tanpa adanya penghentian proliferasi.
Dari table 4 tersebut terlihat bahwa semakin lama inkubasi kultur sel HeLa terhadap bahan
uji semakin berkurang junlah sel-sel HeLa yang didapat pada kultur. Demikian pula
dengan konsentrasi bahan uji, semakin ditinggikan konsentrasi dari masing-masing bahan
uji maka semakin berkurang junlah sel-sel HeLa yang didapat pada masing-masing kultur.
4.4 Ekspresi gen p53 pada kultur sel HeLa dari berbagai bahan uji
Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan masing-masing bahan uji
tersebut terhadap kemampuan sel-sel HeLa untuk kembali melakukan proliferasinya maka
penghitungan doubling time dilakukan (Tabel 5).
Tabel 5. Doubling Time ekstrak ethanol makroalgae terhadap sel-sel HeLa
Senyawa Uji Konsentrasi
(ppm)
Persamaan Garis
waktu inkubasi dan
log jumlah sel
Nilai Slope Nilai Doubling
Time (jam)
Padina sp.
625 -0,635x + 4,3515 -0,635 Tidak ada
1250 0,5028x + 1,6094 0,5028 596
1875 -0,021x + 2,1171 -0,021 Tidak ada
2500 0,5878x + 0,3813 0,5878 718
Sargassum
sp
625 0,7054x + 4,674 0,7054 10
1250 -0,2528x + 2,8665 -0,2528 Tidak ada
1875 -0,2419x + 2,6647 -0,2419 Tidak ada
2500 -0,2426x + 2,6117 -0,2426 Tidak ada
Taurin
625 25954x + -92695 25954 357
1250 25151x + -89501 25151 356
1875 23390x + -82250 23390 352
2500 19153x + -65299 19153 341
Doxorubicin
1 12442x + -36475 12442 293
5 3958,9x + -9539,5 3958,9 241
10 2428,7x + -5049,4 2428,7 208
Kontrol Sel 0 -0.005x+4,3311 -0.005 Tidak ada
Untuk melihat mekanisme kematian pada sel-sel HeLa akibat pemberian ekstrak ethanol
Sargassum sp serta Padina sp, analisis ekspresi p53 dilakukan dan hasil dapat dilihat pada
gambar berikut.
No. Color Name Type Ct
Gambar 6. Hasil RT-PCR terhadap ekspresi p53 dari setiap perlakuan
Dari gambar tersebut dapat diketahui ekspresi p53 dari masing-masing bahan uji terhadap
kultur sel HeLa serta dapat lilihat pada table berikut. Untuk ekspresi gen p53 ini dilakukan
pada dua konsentrasi dari masing-masing bahan uji, yaitu konsentrasi terendah (625 ppm)
serta konsentrasi tertinggi (2500 ppm). Pada uji mekanisme kerja bahan uji terhadap sel-sel
HeLa melalui ekspresi gen p53 ini tidak dilakukan untuk obat anticancer, doxorubicin.
1
GADPH Kontrol Positive Control
25.75
2
GADPH S 625 Positive Control
26.25
3
GADPH S 625 Positive Control
26.25
4
GADPH P 625 Positive Control
27.98
5
GADPH P 625 Positive Control
28.15
6
GADPH S 12500 Positive Control
31.40
7
GADPH S 12500 Positive Control
31.47
8
GADPH T 12500 Positive Control
25.48
9
GADPH T 12500 Positive Control
25.83
19
P53 Kontrol Unknown 28.06
20
P53 S 625 Unknown 34.53
21
P53 S 625 Unknown 32.28
22
P53 P 625 Unknown
23
P53 P 625 Unknown
24
P53 S 12500 Unknown 36.86
25
P53 S 12500 Unknown
26
P53 T 12500 Unknown 27.60
27
P53 T 12500 Unknown 28.20
Tabel 6. Ekspresi gen p53 pada setiap perlakuan yang diberikan pada sel-sel HeLa
Perlakuan/Pemberian
senyawa
Konsentrasi
(ppm)
Ekspresi p53
Ya Tidak
Kontrol - √
Padina sp 625 √
2500 √
Sargassum sp 625 √
2500 √
Taurine 625 √
2500 √
Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk semua bahan uji menunjukkan adanya aktivitas
gen atau adanya eskpresi gen p53.
4.5 Pembahasan
Dari hasil fitokimia terhadap ekstraksi ethanol, terlihat bahwa kedua makroalgae tersebut
mengandung seluruh senyawa uji, yaitu saponin, terpenoid, tannin, alkaloid, serta
flavonoid. Kelima senyawa ini masing-masing memiliki sifat biaktif, diantaranya memiliki
kemampuan sebagai antioksidan.
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida dari sapogenin yang bersifat polar
karena memiliki gugus hidroksil yang berikatan dengan gula sederhana yang bersifat polar.
Saponin banyak terkandung dalam tanaman dan banyak digunakan dalam pengobatan
tradisional. Umumnya pada tanaman, saponin tersebar merata dalam bagian-bagiannya
seperti akar, batang, umbi, daun, bijian dan buah. Namun demikian, untuk makroalage
semua bagian dari struktur tumbuhan tersebut tidak, tapi kemampuan matabolisme
memiliki kesamaan. Saat dikocok pada uji saponin terbentuk buih, hal ini menunjukkan
adanya glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan senyawa lainnya
(Marliana et al., 2005). Saponin memiliki peranan penting sebagai antimikrobia, antijamur
(Kayce et al., 2014), antitumor (Li et al., 2014), serta memiliki aktivitas sitotoksik atau
antikanker, efek hipokolesteromia terlebih memiliki efek anti obesitas (Marrelli et al,
2016). Saponin juga terbukti memiliki pengaruh yang kuat dalam menginduksi agregasi
platetel darah sehingga punya peran dalam hemostatis (Kang et al., 2014).
Tanin juga merupakan senyawa yang mengandung gugus hidrokfil fenolik polar yang larut
dalam methanol dan ethanol (Romadanu, 2014). Senyawa tanin terbagi atas 2 kelompok
yaitu tanin terkondesasi dan tannin terhidrolisis. Tanin dalam bentuk terkondensasi
memiliki efek toksik yang lebih rendah dibandingkan dengan tanin terhidrolisis
(Beauchemin et al., 2008). Pada skrining fitokimia, tanin terlihat dengan adanya
perubahan warna setelah penambahan FeCl3. Senyawa ini dapat bereaksi dengan salah satu
gugus hidroksil pada senyawa tanin. Tanin yang terkondensasi ditunjukkan dengan adanya
warna hijau kehitaman yang terbentuk setelah penambahan FeCl3 (Astarina et al., 2013).
Tanin merupakan makromolekul golongan polifenol, mampu berfungsi sebagai
antioksidan. Tanin juga mampu menstabilkan fraksi lipid dan keaktifannya dalam
penghambatan lipoksigenase (Zeuthen dan Sorensen, 2003). Disamping itu, tannin juga
memiliki beberapa peran dalam dinia kesehatan yaitu sebagai astringen, antidiare,
antibakteri, dan antioksidan (Mukhriani et al., 2014).
Alkaloid umumnya dihasilkan sebagai senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam
tanaman dan memiliki fungsi utama pada tumbuhan sebagai pertahanan kimia terhadap
predator. Pada umumnya alkaloid hanya larut dalam pelarut anorganik di antaranya
kloroform, etil asetat, aseton, benzena, alkohol, etanol, dan metanol. Alkaloid memiliki
aktivitas biologis pada manusia, salah satunya yaitu mempengaruhi sistem saraf terutama
sebagai neurotransmitter, di antaranya sebagai prekusor asetilkoli, epinefrin, dopamine,
asam gamma dan serotonin (Thawabteh et al., 2019). D i s a m p i n g i t u ,
k e l o m p o k s e n y a w a i n i m e m i l i k i efek fisiologis yang kuat, sehingga
selektifitas senyawa alkaloid sangat bermanfaat dalam hal pengobatan. Di bidang
kesehatan alkaloid digunakan sebagai antihipertensi, antidiabetes , antitumor, antimalaria,
analgesi, percepatan hormon, efek hipotensi, dan aktivitas mikroba (Heinrich et al, 2021).
Walau pelarut non-polar (n-heksana) dikenal efektif menarik alkaloid, namun alkaloid juga
masih dapat larut dalam pelarut semi polar dengan etil asetat dan pelarut polar seperti
dengan metanol (Romadanu et al., (2014).
Flavonoid adalah senyawa yang juga memiliki komponen bioaktif kaarena flavonoid
merupakan bagian dari metabolit sekunder polifenol. Dengan adanya glikosida flavonoid
yang bersifat polar karena mengandung sejumlah gugus hidroksil dan gula, memudahkan
senyawa ini larut dalam metanol. Glikosida ini juga menyebabkan flavonoid mudah larut
dalam air (Rahakbauw dan Theophilus, 2016; Astarina et al., 2013). Bioaktif yang dimiliki
flavonoid di antaranya adalah sebagai anti-virus, anti-inflamasi (Wang et al, 2018),
kardioprotektif, antidiabetes, anti kanker, serta sebagai senyawa anti penuaan dan
antioksidan (Munhoz et al., 2014). Flavonoid juga berperan sebagai antioksidan, sehingga
sangat baik untuk pencegahan kanker. Flavonoid juga baik untuk melindungi struktur sel,
memiliki hubungan sinergis dengan anti-inflamasi, vitamin C, pencegah keropos tulang dan
sebagai antibiotik (Romadanu et al., 2014).
Dalam kemampuannya untuk menurunkan aktivitas dari kultur sel kanker cervic, sel-sel
HeLa, ekstrak makroalgae serta taurine memiliki efek toksisitas terhadap kultur sel
tersebut. Taurine sebagai sanyawa organic memiliki kemampu untuk menurunkan
viabilitas sel-sel HeLa, yaitu sebesar 12 – 22% pada konsentrasi yang berbeda. Semakin
meningkat konsentrasi taurine yang diberikan pada media tersebut semakin menurun
viabilitas dari sel-sel HeLa tersebut. Penurunan ini memang tidak sedrastis dari penurunan
viabilitas yang ditunjukkan oleh doxorubicin. Jika dilihat dari ekspresi gen p53 terlihat
bahwa kultur sel HeLa yang diberi taurine juag menunjukkan adanya ekspresi p53 tersebut.
Dengan demikian dapat diduga bahwa mekanisme taurine dalam menurunkan viabilitas sel-
sel HeLa yaitu dengan mengaktivekan gen p53. Sel-sel tumor yang tidak mengekspresikan
gen p53 yang bertanggungjawab terhadap apoptosis. Gen p53 adalah gen yang merespon
terhadap kerusakan DNA yang diinduksi oleh kemoterapiteka dan radiasi. Penghambatan
apoptosis merupakan hal yang paling penting dalam perkembangan tumor ganas. Hal ini
terlihat dari adanya induksi gen p53 pada kanker kulit sebagai respon dari stress sel.
Induksi gen ini dapat menghambat ekspansi dan proliferasi sel (Liu et al, 2019). Gen p53
berperan dalam merespon stress seluler akibat adanya paparan karsinogen yang mana
respon tersebut untuk menghambat terjadinya perkembangbiakan sel abnormal. Gen p53
selain berfungsi mengatur proliferasi sel, juga mengatur apoptosis, menghambat
angiogenesis, dan mengatur perbaikan DNA.
Ekstrak ethanol makroalgae Padina sp dan Sargassum sp juag demikian, menunjukkan
adanya penurunan viabilitas sel-sel HeLa. Penurunan ini bahkan terjadi pada konsentarsi
yang terendah dalam penelitian ini, yaitu pada 625 ppm. Seperti halnya taurine, penurunan
viabilitas juga ditunjukkan dengan adanya aktivitas ekspresi gen p53. Hal tersebut diduga
kandungan senyawa bioaktif metabolit sekunder pada ekstrak ethanol kedua makroalgae
tersebut memiliki kemampuan dalam merusak sel HeLa dan berpotensi sebagai antikanker.
Rendahnya hasil persentase viabilitas sel dapat dimungkinkan kurangnya nutrisi setelah
pemberian ekstrak kedua makroalgae tersebut, sehingga sel mudah rusak dan mengalami
kematian (Suyadi, 2003). Kemampuan ekstrak ethanol kedua makroalgae tersebut bersifat
toksik dibuktikan dengan hasil persentase viabilitas sel HeLa yang memiliki nilai setara
dengan control yang diberi Doxorubicin. Doxorubicin merupakan senyawa golongan
antrasiklin serta umum digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker seperti kanker
payudara, leukemia akut, kanker tulang dan ovarium (Childs et al., 2002).
Penurunan viabiltas kedua ekstrak etanol makroalage tersebut gterhadap kultur sel-sel
HeLa menunjukkan hubungan yang linear, semakin tingga konsentrasi esktrak diberikan
pada media kultur semakin menurun viabilitas dari sel-sel HeLa dalam kultur tersebut.
Kemampuan ini diduga karena adanya kandungan flavonoid dan alkoloid pada ekstrak
tersebut sehingga mampu menekan pertumbuhan sel HeLa. Budiani et al. (2007)
menyatakan bahwa kandungan senyawa alkoloid mampu mengikat protein penyusun
mikrotubulus sehingga dapat menghambat proliferasi dan menyebabkan kerusakan sel.
Pada senyawa flavonoid dapat menstimulasi aktivitas menginduksi apoptosis dan
mengambat siklus sel sesuai dengan mekanisme kerja flavonoid dalam mencegah bahkan
mengobati kanker yang telah terungkap adalah inaktivasi karsinogen, antiproliferatif,
penghambatan siklus sel, induksi apoptosis, diferensiasi, dan inhibisi angiogenesis
(Thippeswamy dan Salimath, 2006). Selain itu, flavonoid memiliki aktivitas yang kuat
dibandingkan dengan vitamin C dan senyawa lainnya. Nurwulan et al. (2020)
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan berpengaruh terhadap persentase viabilitas sel
HeLa.
Uji sitotoksik pada ekstrak ethanol kedua makroalgae tersebut ditunjukkan dengan adanya
efek toksik. Hasil dari perhitungan regresi menunjukkan nilai IC50 untuk ekstrak
Sargassum sp s e r t a ekstrak Padina sp < 625 µg/ml, sedangkan untuk taurin 1521 µg/ml
dan Doxorubicin 6 µg/ml. Apabila dibandingkan dengan nilai IC50 pada Doxorubicin,
nilai IC50 ketiga senyawa uji lebih besar. Namun, apabila dibandingkan dengan standar
nilai IC50 oleh Lisdawati (2002) maka ekstrak ethanol kedua makroalgae ini tergolong ke
dalam senyawa dengan sitotoksik potensial (IC50<1000 µg/ml). Menurut Tussanti and
Johan (2014), senyawa uji yang memiliki aktivitas sitotoksik yang potensial dapat
digunakan sebagai agen antikanker.
Flavonoid atau senyawa polifenol lain, dapat menimbulkan kematian sel dalam uji
sitotoksik melalui berbagai mekanisme, salah satunya dengan menghambat pembentukan
enzim nitric oxide synthase (NOS) pada sel kanker. Penghambatan pembentukan enzim
nitric oxide synthase (NOS) ini akan memacu terjadinya apoptosis melalui jalur gen p53.
Gen p53 merupakan protein represor tumor yang penting dalam apoptosis (Liu et al, 2019).
Didukung oleh Ren et al., (2003) yang menyatakan flavonoid akan meningkatkan supresor
gen p53 yang akan memacu apoptosis, dan tanin akan meningkatkan p21 yang
menyebabkan penghentian siklus sel yang akan berdampak pada perubahan permeabilitas
membran sel HeLa (Sahid et al., 2013)
Dalam kerjanya, flavonoid selain menghambat pembentukan enzim nitric oxide synthase,
juga mampu menghambat ekspresi protein p53 mutan dengan penghambatan pada translasi
mRNA gen p53. Penghambatan ini menyebabkan sel tertahan di fase G2-M dari siklus
selnya. Check point pada fase G2-M sel terjadi dan akhirnya akan mengalami apoptosis
apabila terdapat kerusakan DNA (Cuddihy and O’Connell, 2003).
Pada keadaan normal, produksi protein p53 akan meningat saat kerusakan DNA terjadi
yang akhirnya peningkatan protein p53 ini kemudian akan mengaktifkan protein p21.
Protein p21 selanjutnya berfungsi menghambat aktivitas cyclin-cyclin dependent kinase
(CDK). Penghambatan ini akan menyebabkan pRb tidak terfosforilasi dan E2F tidak aktif.
Jika E2F tidak aktif, gen tidak mampu mentranskripsikan DNA nya. Sel akan berhenti di
G1 dan mengalami perbaikan. Jika perbaikan ini gagal, sel selanjutnya akan diinduksi untuk
apoptosis. Protein p53 dapat mengaktifkan p21 yang merupakan inhibitor dari cyclin dan
menyebabkan siklus berhenti untuk memberi kesempatan repair. Bila kerusakan DNA
tidak bisa diperbaiki maka gen p53 akan menghentikan aktifasinya dan selanjutnya akan
menginduksi apoptosis (He et al, 2005).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapat pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak ethanol
makroalgae Padina sp dan Sargassum sp mampu untuk mematikan sel-sel HeLa yang
merupakan sel cancer cervic. Mekanisme kerja dari antikanker yang dimiliki oleh
ekstrak makroalgae ini adalah melalui aktivitas produksi protein 53 (p53) yang
diketahui berperan sebagai tumor repressor. Walau pada konsentrasi ter-rendah pada
penelitian ini yaitu 625 ppm, kedua ekstrak makroalgae tersebut sudah mampu
menurunkan viabilitas dari sel-sel HeLa pada kulturnya, dengan demikian dapat juga
disimpulkan bahwa keduanya berpotensi sebagai bahan antikanker.
5.2 Saran
Untuk langkah selanjutnya dalam mengeksplorasi lebih jauh peran dari kedua makroalgae
ini sebagai bahan antikanker adalah mengkarakterisasi serta memurnikan senyawa-
senyawa metabolit sekunder yang dimiliki oleh keduanya untuk bahan antikanker. Di
samping itu, eksplorasi lebih lanjut secara seluler dapat ditingkatkan dengan melihat
aktivitas dari gen p21 yang bertanggungjawab dalam apoptosis sel.
DAFTARPUSTAKA
Abdeen, S.H., M. E. EL-Houseini, M. EL-Sherbiny, R. Tabashy, A. Salah. 2013. Ex vivo
assessment of theprotective effect of curcumin and taurine against human
hepatocarcinogenesis. TheJournalof Basic&Applied Zoology (2013) 66,
180–187.
Alberts, B., Bray,D.,Lewis, J., Roberts, K.,Watson, J.D.1994. MolecularBiology
Of The Cell, Thirded
,1255,1269,1270,1282,1283, Garland Publ Inc, NY and London. Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., dan Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak
Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureumRoxb.). Jurnal Farmasi Udayana.
2(4):1-7.
Awada, A., M. Mano, A. Hendlisz and M., Piccart. 2004.New anticanceragents and
therapeutic strategies in development for solid cancer: A clinicalperspective. Espert.
Rec. Anticancer.Ther. 4(1):53-60
Beauchemin, K.A. and McGinn. 2006. Methan emission from beef cattle; Effect of
fumaric acid, essential oil and canola oil. J. Anim. Sci. 84: 1489- 1496.
Birdshall, T.C. 1998. Therapeutic applicationsof taurine. Altern Med Rev.3:128–36.
Budiani DR, Setiawan Y, Wijono WY, Pesi RN. Pengaruh ekstrak batang Sarang Semut
(Myrmecodia pendans, Merr & Perry.) terhadap ekspresi protein p53 mutan galur sel
kanker payudara T47D. Banjarmasin: PIT, IAPI; 2007
Childs, A. C., Phaneuf, S. L., Dirks, A. J., Phillips, T., and Leeuwenburgh. 2002.
Doxorubicin Treatment In Vivo Causes Cytochrome C Release and Cardiomyocyte
Apoptosis, as well as Increased Mitochondrial Efficiency, Superoxide Dismutase
Activity, and Bcl-2:Bax Ratio. Cancer Research. 62:4592-4598.
Cotton. 2007. Kimia AnorganikDasar. UI-press: Jakarta.
Cuddihy, A. R and O’Connell, M. J. 2003. Cell Cycle Responses to DNA Damage in G2. Int
Rev Cytol. 222:99-140.
De laPuerta, C., F, J. Arrieta, J. A. Balsa, J. I Botella-Carretero,I. Zamarrón, C.Vázquez.
2010. Taurine and glucose metabolism: Areview.Nutr. Hosp.2010,25, 910–919. Dewi, C.S.U, D. Soedharma, M. Kawaroe. 2012. KOMPONEN FITOKIMIA DAN
TOKSISITAS SENYAWA BIOAKTIF DARI LAMUN ENHALUS ACOROIDES
DAN THALASSIA HEMPRICHII DARI PULAU PRAMUKA, DKI JAKARTA.
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: 23-28
Erniati, Zakaria F,R, Prangdimurti E, Adawiyah. 2016. Seaweed Potential: Bioctive
Compounds Studies And Its Utilization As A Functional Food Product. Aquatic
Sciences Journal. 3(1): 12-17
Etuk, E.U. 2010. Animal modelsfor studyingdiabetesmellitus. Agric. Biol. J.N.
Am., 2010, 1(2):130-134.
Firdaus, M., A.W. Prihanto, R. Nurdiani. 2013. Antioxidant and cytotoxic activity of
Acanthus ilicifolius flower. Asian Pac J Trop Biomed. 2013 Jan; 3(1): 17–21.
doi: 10.1016/S2221-1691(13)60017-9. PMCID: PMC3609388
Gayathri G.A, G.Mahalingam, R. Nathiya. 2015. Quantitative Phytochemical Analysis, In
vitro Reducing Power and Anti-oxidant Activity of Methanol Leaf Extract of
Acanthus ilicifolius. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical
Research Volume 7(1): 181-186
Gotama, I. B. I., Sugiarto, S., Nurhadi, M., Widiyastuti, Y. Wahyono, S., Prapti, I.
J. Inventaris Tanaman ObatIndonesia. Jilid V. Jakarta, Departemen Kes.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1999:147-148.
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edis i9. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
He, G., Z. H. Siddik, Z. Huang, R. Wang, J. Koomen, R. Kobayashi, A. R. Khokhar, J.
Kuang. 2005. Induction of p21 by p53 following DNA damage inhibits both Cdk4 and
Cdk2 activities. Oncogene21;24(18):2929-43. doi: 10.1038/sj.onc.1208474.
Heinrich M, Mah J, Amirkia V. 2021. Alkaloids Used as Medicines: Structural
Phytochemistry Meets Biodiversity-An Update and Forward Look. Molecules.
2021;26(7):1836.
Hervidea R, Widiastuti EL, Nurcahyani E, Sutyarso S, Susanto GN. Efek Ekstrak Metanol
Makroalga Cokelat (Sargassum sp.), Merah (Gracillaria sp.) dan Taurin Terhadap
Gambaran Histopatologi Hepar Mencit Jantan (Mus musculus) yang Diinduksi
Benzo(α)Piren. Jurnal Biologi Indonesia. 2018;14(1): 123-131
IbraheemM. A., E.L. Agouza1 and Dalia E. E.L. Nashar. 2011. Serum Taurine asa
Marker of Endometrial Cancer. TheOpen Women’sHealth Journal. 5:1-6.
Jong, C.J., Azuma, J., Schaffer, S. 2012. Mechanism underlying the antioxidant activity of
taurine: prevention of mitochondrial oxidant production. Amino Acid, 42:2223-2232.
Jung, U.J., M-KLee, KS Jeong, MS Choi. 2004. TheHypoglycemic Effectsof Hesperidin
and NaringinArePartlyMediated byHepaticGlucose-Regulating Enzymesin
C57BL/KsJ-db/db Mice. J. Nutr. vol. 134pp. 10 2499-2503. Jung, U.J., M-KLee, YBPark, MA. Kang, MS. Choi. 2006. Effectof citrus flavonoidson
lipid metabolism and glucose-regulatingenzyme mRNAlevelsin type-2 diabetic
mice.IntJBiochemCellBiol.2006;38(7):1134-45.
Kang, L., Wua, K., Yu, H., Pang, X., Liu, J., Han, L., Zhang, J., Zhao, Y., Xiong, C., Song,
X., Liu, C., Cong, Y., and Ma, B. 2014. Steroidal Saponins from Tribulus terrestris.
Phytochemistry. 107:182-189.
Kannan, R. R. R, R. Arumugam, P. Anantharaman. 2010.In vitro antioxidant activities of
ethanol extract from Enhalus acoroides (L.F.)Royle. Asian Pacific Journal of Tropical
Medicine (2010): 898-901
Kayce, P., Sarikahya, N. B., and S. Kirmizigul. 2014. Two Novel Saponins from
Cephalaria davisiana (Dipsacaceae). Phytochemistry Letters. 10:324- 329.
Kim,T.,AK.Kim. 2013. Taurineenhancesanticanceractivityofcisplastininhuman
cervicalcancer cell. Adv. Exp. Med.Biol. 776:189-198.
King, R. J. B. 2000. CancerBiology. 2nd
ed. Pearson Education Limited.London.
Li, H., Wen, J.R. , Li, Q. L., Hui, F. W., Xiao, H. Y. Wei, F. Z., Xia, L. Z., Fu, S.
W., dan Le, H. Y. 2019. Impact of Taurine on the Proliferation and Apoptosis of
Human Cervical Carcinoma Cells and its Mechanism. Chinese Medical Journal.
Vol. 132 (8). 948-956.
Lin, J., Huang, L., Yu, J., Xiang, S., Wang, J., Zhang, Z., Yan, X., Cui, W., He, S., & Wang,
Q. 2016. Fucoxanthin, A Marine Carotenoid, Reverses Scopolamine-Induced
Cognitive Impairments In Mice And Inhibits Acetylcholinesterase In Vitro. Mar
Drugs, 14(67) , 1 - 17.
Linus Pauling Institute. Oregon State University. Micronutrient Information Center.
lpi.oregonstate.edu/infocenter/diaksestanggal30April2014.
Lisdawati, V. 2002. Senyawa Lignan dari Fraksi Etil Acetat Daging Buah
Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.]. Thesis. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Liu, J , C. Zhang, W. Hu, and Z. Feng. 2019. Tumor suppressor p53 and metabolism.
Journal of Molecular Cell Biology (2019), 11(4), 284–292
LY B, M., Buu-NQ, Nhut,N,D., Thint,P,D, Thi, T, Van,T. 2005. Studies On Fucoidan And
Its Production From Vietnamese Brown Sea Weeds. A J Sci Tech Dev 2005; 22: 371-
380.
Marliana, S. D., Suryanti, Venty, dan Suyono, 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule jacq.
Swartz) dalam Ekstrak Etanol. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Marcinik, A.J. J. Brzeszczynska, K. Gwozdzinski, A. Jeiger. 2009. Antioxidant capacity
and physical exercise. Biology of Sport. 26(3):197-213.
Maretnowati, N., A. Widyawaruyanti, M.H Santosa. 2005. Uji toksisitas akut dan
subakut ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden
spreng dengan parameter histopatologi hati mencit. Majalah Farmasi
Airlangga; 5(3):91-5.
Marrelli,M., F. Conforti, F. Araniti and G. A. Statti. 2016. Effects of Saponins on Lipid
Metabolism: A Review of Potential Health Benefits in the Treatment of Obesity,
Molecule 2016, 21, 1404: 20 pp.
Moloney, M.A., R.G. Casey, D.H. O' Donnell, P. Fitzgerald, C. Thompson,D.J.
Bouchier-Hayes. 2010. Two weekstaurinesupplementation reverses
endothelialdysfunction inyoungmale type1diabetics.Diab. Vasc. Dis. Res.
2010, 7, 300–310. Mukhriani, Faridha, Y. N., dan Mumang. 2014. Penetapan Kadar Tanin Total Ekstrak
Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) secara Spektrofotometri Uv- Vis. Jurnal Farmasi
Uinam. 2(4).
Munhoz, V.M., R. Longhini, J. R.P. Souzab, J. A.C. Zequic , E.V.S. Leite Mellod, G. C.
Lopesa, J. C.P. Melloa. 2014. Extraction of flavonoids from Tagetes patula: process
optimization and screening for biological activity. Rev Bras Farmacogn 24(2014): 576-
583
Murray, R.W. 1996. Biokimia Kedokteran Harper, Edisi 24, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Nurani, L.H. 2011. UJI SITOTOKSISITAS, ANTIPROLIFERATIF, DAN
PENGARUHNYATERHADAP EKSPRESI P53 DAN BCl2 DARI FRAKSI
ETANOL INFUSA DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O.K.) TERHADAP SEL
HeLa. Majalah Obat Tradisional. 16(1):14-21
Nurwulan, Afrida, P., Sri, K. 2020. Aktivtas Antioksidan Ekstrak Buah api-api (Avicennia
marina) dan aplikasinya pada susu. J.P.tecnology 1(2) 57
Puspita, E.V., E.L. Widiastuti, G.N. Susanto. 2016. EFEK SENYAWA TAURIN PADA
HATI MENCIT (Mus musculus) JANTAN YANG DIBERI PAPARAN HERBISIDA
GLIFOSAT. J. Natural B. Vol.3 No.3.
Rahakbauw, I. D. dan Theopilus, W. 2016. Analisis Senyawa Flavonoid Daun Lamun
Enhalus acoroides di Perairan Pantai Desa Waai Kabupaten Maluku
Tengah.Biiopendi :Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan 3(1).
Ren, W., Z. Qiao, H. Wang, L. Zhu., L. Zhang. 2003. Flavonoids: Promising Anticancer
Agents. Medicinal Research Reviews 23(4):519-34.
Rhardhian, M. R. R., dan D. Utami. 2018. Uji Sitotoksik dan Antiproliferasi Ekstrak Eter
Daun Binahong (Andredera cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap Sel HeLa. Media
Farmasi Indonesia 13(1) :1284 – 1292
Romadanu, Siti, H. R., dan Shanti, D. L. 2014. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Bunga Lotus (Nelumbo nucifera). FishTech. 3(1).
Roysommuti, S., J. Azuma, K. Takahashi, and S. Schaffer. 2003. TAURINE
CYTOPROTECTION: FROM CELL TO SYSTEM. THAIJOURNALOF
PHYSIOLOGICALSCIENCES.Vol. 16:17-27. Sahid, A., Pandiangan, D., Siahaan, P., dan R, M.J. 2013. Uji Sitoksisitas Ekstrak Metanol
Daun Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides Presl.) terhadap Sel Leukimia P388.
Jurnal MIPA Unsrat Online. 2(2):94-99.
Singh, D. and V. Aeri. 2013. Phytochemical and pharmacological potential of Acanthus
ilicifolius.J Pharm Bioallied Sci. 5(1): 17–20. doi: 10.4103/0975-7406.106557
PMCID: PMC3612333
Singh, V., Vyas, D., Pandey, R., Sheikh, IA. 2015. Pleurotus ostreatus produces antioxidant
and anti arthritis activity in wistar albino rats. World Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Science,4(05): 1230-1246.
Srivastava, S., P. Singh,G.Mishra,K.K.Jha,R.L.Khosa.2011. Costusspeciosus
(Keukand): A review. Der PharmaciaSinica, 2011, 2 (1):118-128
Sulistiyania, H. Wahjono, O.K. Radjasac, A. Sabdono, M.M. Khoerid, E. Karyanae. 2015.
Antimycobacterial Activities from Seagrass Enhalus sp. AssociatedBacteria Against
Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR TB) Bacteria. Procedia Environmental
Sciences 23: 253 – 259
Suyadi, W.Saar and L. Schueler. 2003. Production of Idential Embryos by Nuclear
Transfer In Rabbit for Studying Imprinting Mechanism .Pro DAABMBF. Berlin.
Germany.
Tabassum, H., Rehman, H., Banerjee, B.D., Raisuddin, S., Parvez, S. 2006. Attenuation
oftamoxifen induced hepatotoxicity by taurine in mice. Clinica Chimica Acta,
370:129-136. Tasci, I., Mas, N., Mas, M.R., Tuncen, M., Comert, B. 2008. Ultrastructural changes in
hepatocytes after taurine treatment in CCl4 induced liver injury. World J Gastroenterol, 14(31): 4897-4902.
Tastesen, H.S., A.H. Keenan, L. Madsen, K. Kristiansen, B. Liaset. 2014. Scallop protein
with endogenous gigh taurine and glycine content prevents high-fat, high-sucrose-
induced obesity and improves lasma lipid profile in male C%&BL/6J mice. Amino
Acids 46: 1659-1671.
Tasmin. N., Erwin, I. W. Kusuma. 2014. Identifikasi Dan Uji Toksisitas Senyawa Flavonoid
Fraksi Kloroform Dari Daun Terap (Artocarpus odoratissimus blanco). Volume 12
(1) : 45-52
Tevatia, R., J. Allen, D. Rudrappa, D. White, T. E. Clemente, H. Cerutti, Y. Demirel,P.
Blum. 2015. The taurinebiosyntheticpathwayof microalgae. AlgalResearch
9:21-26.
Thawabteh, A, S. Juma, M. Bader, D. Karaman, L. Scrano, S. A. Bufo and R. Karaman.
2019. The Biological Activity of Natural Alkaloids against Herbivores, Cancerous
Cells and Pathogens. Toxins (Basel). 2019 Nov; 11(11): 656.
Thippeswamy G and Salimath BP. Cricia aromatic extract indices apoptosis and inhibits
angiogenesis in ehrlich ascites tumour cells in vivo. My Science. 2006
Tjindarbumi, D., dan Mangunkusumo, R., 2002, Cancer in Indonesia, Presentand
Future, Jpn. Clin. Oncol. Penebar Swadaya. Jakarta.
Valko, M. D. Leibfritz, J. Moncol, M.T. Cronin, M. Mazur, J. Telser. 2007. Free radical and
antioxidant in normal physiological functions and human disease. The International
Journal of Biochemistry and Cell Biology. 39(2007):44-48.
Venkstachalam, S., P. Kuppusamy, B. Kuppusamy, S. Dhanapal. 2014. Thepotencyof
essentialnutrient taurineon boostingthe antioxidantstatusand chemopreventive effect againstbenzo(a)pirene induced experimental lung cancer.
Biomedicine&PreventiveNutrition. Vol. 4. Issue2.pp 251-255.
Wang, G.G., Li, W., Lu, X.H., Zhao, X., Xu, L. 2013. Taurine attenuates oxidative stress
and alleviates cardiac failure in type I diabetic rats. Croat Med J, 54: 171-179.
Wang TY, Li Q, Bi KS. Bioactive flavonoids in medicinal plants: Structure, activity and
biological fate. Asian J Pharm Sci. 2018 Jan;13(1):12-23. doi: 10.1016/j.ajps. 2017.
08.004. Epub 2017 Aug 15. PMID: 32104374; PMCID: PMC7032191.
Weizman, J.B. and Yanif, M. 1999. Rebuilding the Road to Cancer, Nature. The
Journalof NutritionalBiochemistry.
Widiastuti, E.L., N. Nukmal, M. Kanedi, S. Saputra. 2011. Taurine Effects on Growth and
Gonad Maturation in Cobia (Rachycentron canadum). Proceeding Advances in
Biological Sciences. International Conference on Biological Science Faculty of
Biology Universitas Gadjah Mada 2011 (ICBS BIO-UGM 2011). Pp 315-320.
Widiastuti, E. L., N. Nurcahyani, M. Kanedi. 2013. Early Study: The Effectof Taurine on
Growth of Gourami (Osprhonemusgoramy) and Tilapia (Oreochromis niloticus)
Juveniles. Proceeding International Conferenceon BiologicalScience IV.UGM.
Widiastuti, E.L. dan R. L. Husyanti. 2016. Potential Use of Taurine as Antidibetic on Male
Mice Induced by Alloxan. Prosiding SEMIRATA BKS PT 2016 - UNSRI.
Widiastuti, E.L. & I. Khairani. 2018. taurine and macroalgae (Sargassum sp. and Gracilaria
sp.) extraction on numbers of blood cells and protein profile of mice induced by
benzo(α)piren. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1116 (2018) 052073
Wijayakusuma, H. 2008. Ramuan HerbalLengkap taklukan Penyakit. Swadaya. 323pp.
Wouthuyzen S, Herandarudewi S, Komatsu T. 2016. Stock assessment of brown seaweeds
(Phaeophyceae) along the Bitung-Bentena Coast, North Sulawesi Province, Indonesia
for alginate product using satelite remite sensing. Procedia Evironmental Science. 33:
553-561.
XUEMei-lan, ZHANG Hua-rong1, JIANGChang-qing2, ZHANG Xiu-zhen. (Abstract).
2008. STUDY ONTHEANTICANCERACTIONOFTAURINE ON7,12-
DIMETHYLBENZ(a) ANTHRACENE(DMBA)INDUCED BREAST-CANCER
INRATS.ActaNutrimentaSinica. 2008-01.
Yao,L.H., Y.M. Jiang, J. Shi,F.A.Tomás-Barberán,N. Datta, R. Singanusong,S.S.
Chen. 2004. Flavonoidsin food and their health benefits. PlantFoodsHum
Nutr. 59(3):113-22. (Abstract). Yildrim, Z., Kilic, N. 2011. Effect of taurine and age on cerebellum antioxidant status and
oxidative stress. International Journal of Gerontology, 5: 166-170.
Yu-Bin J, Shi-Yong G, XIU-JUAN Z.2004. Influence Of Sargassum Fusiforme
Polysaccharide On Apoptosis Of Tumor Cells. China J Materia Med 2004; 29: 245-
247.
Yu, X., Ka Chen, Na Wei, Q. Zhang, J. LiuandM.Mi. 2007. Dietarytaurinereduces
retinaldamageproduced byphotochemicalstressvia antioxidant and anti-
apoptoticmechanismsin Sprague–Dawleyrats. British J. Nutrition. 98:711-719.
Yuvaraj, N., P. Kanmani, R. Satishkumar, A. Paari, V. Pattukumar, V. Arul (2012) Seagrass
as a potential source of natural antioxidant and anti-inflammatory agents,
Pharmaceutical Biology, 50:4, 458-467, DOI: 10.3109/13880209.2011.611948
Zainuri, M., Wanandi, S. I. 2012. Aktifitas spesifik manganese superoxide dismutase
(MnSOD) dan katalase pada hati tikus yang diinduksi hipoksia sistemik: hubungannya
dengan kerusakan oksidatif. Media Litbang Kesehatan, 22(2):87-92.
Zeuthen, P. and Bogh, S. L. 2003. Food Preservation. Woodhead Publishing Limited
and CRC Press LLC. Fulda. Germany.
Zhang, Z., Liu, D., Yi, B., Liao, Z., Tang, L., Yin, D., He, M. 2014. Taurine suplementation
reduces oxidative stress and protects the liver in an iron overload murine model.
Molecular Medicine Reports, 10: 2255-2262. Zhang, X., C. Bi, Y. Fani, Q. Cui, D. Chen, Y. Xiao, andQ. P. Dou. 2008. Induction of
tumor cell apoptosisbytaurineSchiff base coppercomplex isassociated the with
inhibition of proteasomalactivityIntJMolMed. 22(5):677–682. Zhao, N., L Wang, Hong-Yuan Mou, M. Liang, and W. Yue. 2009. Synergism and
attenuationeffectsof taurineon cyclophosphamide. ChineseJ. of Cancer 28:3,
204-208.
34
Lampiran 1. Surat keterangan mahasiswa S2
35
36
LAMPIRAN 2. DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 7. Sel-sel HeLa dalam kultur Kontrol
Gambar 8. Sel-sel HeLa dalam kultur yang diberi ekstrak Padina sp
Gambar 9. Sel-sel HeLa dalam kultur yang dibersi ekstrak Sargassum sp
37
Gambar 10. Sel-sel HeLa dalam kultur yang diberi taurine
Gambar 11. Plate MTT setelah inkubasi, saat diberi MTT kit (A) serta stop reaksi (B)
24 jam inkubasi
48 jam inkubasi
72 jam inubasi
A B