pengembangan pembelajaran bina diri anak autis … · bina diri anak autis dilakukan sesuai...

27
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS DI SD NEGERI 3 BANYUDONO, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: P A R J O Q. 100 110 155 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: vuthu

Post on 11-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

1

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS

DI SD NEGERI 3 BANYUDONO, BOYOLALI TAHUN

PELAJARAN 2012/ 2013

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

P A R J O

Q. 100 110 155

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

2017

Page 2: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

2

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS

DI SD NEGERI 3 BANYUDONO, BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

Oleh:

P A R J O

Q. 100 110 155

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Eko Supriyanto, S.H., M. Hum. Dr. Sabar Narimo, M.M., M. Pd.

i

Page 3: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

3

HALAMAN PENGESAHAN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS

DI SD NEGERI 3 BANYUDONO, BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

Oleh:

P A R J O

Q. 100 110 155

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Administrasi

Pendidikan, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Hari: Rabu, 20 Desember 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1.

Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M. Pd.

(Ketua Dewan Penguji)

(............................)

2. Dr. Eko Supriyanto, S.H., M. Hum.

(Anggota I Dewan Penguji)

(............................)

3. Dr. Sabar Narimo, M.M., M. Pd.

(Anggota II Dewan Penguji)

(............................)

Surakarta, 20 Desember 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sekolah Pascasarjana

Direktur

Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M. Pd.

ii

Page 4: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu

Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya

Surakarta, 28 Desember 2017

Yang membuat pernyataan

Parjo

iii

Page 5: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

1

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS

DI SD NEGERI 3 BANYUDONO, BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

Abstract

The objectives of the research are to describe: 1) the daily living skills

model development for autist students; 2) the learning strategy for autist

students; 3) the role and form of the daily living skills for autist students; and

4) the supporting and inhibiting factors of daily living skills learning model

for autist students at SD Negeri 3 Banyudono. The type of the research is a

qualitative research. The design of the researh was ethnographical study. The

research was administered at SD Negeri 3 Banyudono. The research

concludes that: 1) the daily living skills learning model development for autist

students was done in accordance to the students’ individual needs; 2) the

strategy in daily living skills learning employed covered all service aspects,

initiated from initial diagnosis to find out the students’ learning needs. The

learning process was done using direct instruction, simulation and discussion.

The evaluation was done using test and non-test known as TEACCH; 3) The

roles of daily living skills learning in improving students’ otonomy was to help

the students doing daily activities; and 4) the supporting factors of daily living

skills learning model for autist students were the parental participation and

teachers’ experience. The inhibiting factors of daily living skills learning

model for autist students at SD N 3 Banyudono were human resources quality

and financial matters.

Keywords: Inclusive education,autism, daily living skills.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) model

pengembangan pembelajaran bina diri anak autis; 2) strategi pembelajaran

anak autis; 3) peran dan bentuk program bina diri anak autis dan 4) faktor

penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran bina diri

anak autis di SD Negeri 3 Banyudono. Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah

etnografi. Penelitian dilakukan di S SD Negeri 3 Banyudono Boyolali.

Penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Model pengembangan pembelajaran

bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi

yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup seluruh aspek

layanan, yang diawali dari diagnosa awal untuk mengetahui kebutuhan

belajar. Pelaksanaan dilakukan dengan metode ceramah, simulasi, dan

tanya jawab. Evaluasi dilakukan melalui tes dan non tes; 3) Peran program

bina diri dalam meningkatan kemandirian anak autis di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif adalah untuk membantu anak

membiasakan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari; dan 4) Faktor

Page 6: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

2

pendukung pelaksanaan pembelajaran bina diri Anak Autis adalah

partisipasi orang tua dan pengalaman guru. Faktor penghambat dalam

pengelolaan sekolah inklusif di SD Negeri 3 Banyudono, Kecamatan

Banyudono, Kabupaten Boyolali berupa kualitas sumber daya manusia dan

permasalahan pembiayaan.

Kata kunci: pendidikan inklusif, anak autis, pembelajaran bina diri.

1. PENDAHULUAN

Amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang hak

setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikkan yang bermutu dan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan layanan

khusus. Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang

berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat

pendidikan dasar dan menengah.Pasal ini yang memungkinkan terobosan bentuk

layanan pendidikan bagi anak berkelainan yang berupa penyelenggaraan

pendidikan inklusif.

Melalui pendidikan inklusif, diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat

disatukan bersama anak-anak lainnya (normal) dalam proses pembelajaran dan di

didik bersama agar dapat berkembang dengan lebih baik untuk meraih prestasi dan

potensi diri semaksimal mungkin. Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009

pendidikan inklusif didefinisikan sebagai penyelenggara pendidikan yang memberi

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan danatau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta

didik pada umumnya.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu diberikan kesempatan dan peluang

yang sama seperti anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di

Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar seharusnya menjadi Sekolah terdekat untuk

mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baikdandiharapkanpendidikan

Page 7: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

3

inklusif ini dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan

bagi Anak Berkebutuhan Khusus(ABK) selama ini.

Landasan Yuridis terkait dengan landasan hukum pendidikan inklusif yang

diantaranya UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2, Permendiknas No. 70 Tahun 2009

tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan danatau bakat istimewa, Salamanca Statement and framework

for Action on Special Needs Education (1994). Landasan Empiris yang erat

kaitannya dengan Penelitian yang dipelopori oleh The National Academy of

Sciences(Amerika Serikat) hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan

penempatan anak berkelainan di sekolah,kelas atau tempat khusus tidak efektif dan

diskriminatif.

SD Negeri 3 Banyudono adalah salah satu Sekolah Dasar Penyelenggara

Pendidikan Inklusif di Kabupaten Boyolali dan berdasarkan assesment sementara

memiliki 4 anak autis,15 anak lamban belajar(anak slow learner). Pembelajaran

untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), (children with special needs), disana

membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing

anak.

Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi

hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data

pribadi yakni berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan

kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.

Karakteristik spesifik Special Education Needs (SEN) pada umumnya ditekankan

kembali kepada anak-anak berkebutuhan khusus adalah akibat disabilitas atau

keberbakatan. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensor

motorik, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri,konsep diri,

kemampuan interaksi sosial serta kreativitasnya.

Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang

guru terlebih dahulu melakukan assesment agar mengetahui secara jelas mengenai

kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan.Tujuannya agar saat

memprogramkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenai bentuk strategi

pembelajaran yang dianggap cocok (Suryaningsih, 2011). Assesment disini adalah

Page 8: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

4

proses kegiatan untuk mengetahui kamampuan dan kelemahan setiap peserta didik

dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, melalui pengamatan

yang sensitif. Menurut Tarmansyah (dalam Tiara, 2012), assesment adalah suatu

proses upaya mendapatkan informasi mengenai hambatan-hambatan dan

kemampuan yang sudah dimiliki serta kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi,

agar dapat dijadikan dasar membuat program pembelajaran sesuai dengan

kemampuan individu anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Paolini (2015) berjudul “Enhancing Teaching

Effectiveness and Student Learning Outcomes”. Tujuan penelitian adalah untuk

meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa langkah yang dilakukan guru untuk meningkatkan efektivitas

pembelajaran adalah menggunakan intervensi-intervensi khusus yang meliputi

menciptakan kurikulum yang mampu menstimulasi siswa, melakukan interaksi

dengan siswa, menggunakan metode pembelajaran terdiferensiasi, dan

menggunakan materi yang relevan. Dengan langkah tersebut hasil belajar siswa

dapat meningkat secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Afolabi, Mukhopadhyay & Nenty (2013)

berjudul “Implementation Of Inclusive Education: Do Parents Really Matter?”.

Penelitian tersebut bertujuan meneliti partisipasi orang tua dalam mendukung

pendidikan inklusi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa partisipasi orang tua

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan faktor yang sangat krusial.

Partisipasi tersebut berupa finansial dan non-finansial.

Kajian lain yang berkaitan dengan pendidikan inklusi mengkaji tentang

standardisasi pendidikan inklusi. Penelitian yang dilakukan oleh Adamowycz

(2008) mengkaji tentang kemungkinan dilakukannya standardisasi pendidikan

inklusi yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran berskala besar. Kajian

mengenai standardisasi dilandasi adanya pemikiran bahwa selama ini siswa yang

berkebutuhan khusus terabaikan dari pengkuran skala besar. Hal ini didasari adanya

pemikiran bahwa siswa yang mempunyai kecacatan dipisahkan dari pengukuran

skala besar karena dilandasi keyakinan untuk melindungi mereka dari frustrasi yang

mungkin terjadi akibat kegagalan yang mereka derita dan skor test yang

Page 9: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

5

mempertimbangkan anak cacat akan merendahkan nilai tes keseluruhan dari suatu

sekolah.

Penelitian lain yang berkaitan dengan pendidikan inklusi dilakukan pula oleh

Graham & Scott (2016). Penelitian yang dilakukan Graham & Scott mengkaji

tentang kesiapan guru dalam pengelolaan pendidikan inklusif di sekolah. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa kesiapan guru melak-sanakan pendidikan inklusif

harus didukung dengan adanya pelatihan bagi guru tentang penanganan terhadap

anak berkebutuhan khusus.

Kajian lain yang membahas tentang peranan dan dukungan orang tua dalam

pendidikan inklusi dilakukan oleh Wong, Ng & Poon (2015). Penelitian yang

dilakukan oleh Wong, et al., mengkaji tentang partisipasi orang tua dalam

penyelenggaraan sekolah inklusif di Singapura. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa peranan orang tua di Singapura dalam penyelenggaraan pendidikan di

sekolah inklusi adalah membantu sekolah dengan memberikan home schooling bagi

putra-putri mereka di luar jam belajar di sekolah. Dengan cara ini perhatian

terhadap anak-anak berkebutuhan khusus akan lebih intensif karena orang tua ikut

terlibat secara langsung.

Penelitian mengenai sekolah inklusi dilakukan oleh Burke dan Sutherland

(2014: 163-172). Penelitian yang dilakukan Burke dan Sutherland bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengalaman guru yang memperoleh

pelatihan pre-service dan in-service dengan siswa yang berkebutuhan khusus dan

sikap mereka terhadap pendidikan inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan secara statistik antara pengalaman dan pengetahuan awal

mengenai anak berkebutuhan khusus dengan sikap guru terhadap pendidikan

inklusi.

Kajian lain tentang inklusi dilakukan oleh Adams, Harris & Jones (2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Adam, et al., meneliti tentang pentingnya

kerjasama antara orang tua dan guru dalam pendidikan di sekolah inklusif.

Penelitian dilakukan di sekolah inklusif di Malaysia. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa kerjasama antara orang tua dengan guru dalam pendidikan di

Page 10: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

6

sekolah inklusif mempengaruhi keberhasilan penyeleng-garaan pendidikan di

sekolah inklusif.

Bertolak dari latar belakang tentang keadaan dan permasalahan yang ada

maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”PENGEMBANGAN

PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS DI SD NEGERI 3

BANYUDONO, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.”

Penelitian ini mempunyai arah dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga

dapat memberikan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan model pembelajaran Bina Diri bagi Anak

Autis di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali; (2) Menemukan strategi pembelajaran

anak autis di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali; (3) Mendeskripsikan peran dan

bentuk program Bina Diri bagi anak autis di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali; dan

(4) Mendeskripsikan faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan

pembelajaran Bina Diri bagi anak autis di SD Negeri 3 Banyudono sebagai

Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Inklusif

Pengertian lain tentang pendidikan inklusif dikemukakan oleh Sanjeev &

Kumar (2007: 1), yang menyebutkan bahwa pendidikan inklusif merupakan suatu

“new approach towards educating the children with disability and learning

difficulties with that of normal ones within the same roof.” Menurut pendapat

Sanjeev & Kumar, dikatakan bahwa pendidikan inklusif merupakan suatu

pendekatan baru ke arah mendidik anak-anak berkebutuhan khusus dan

berkesulitian belajar dengan anak-anak normal lainnya dalam satu atap yang sama.

Konsep ini mengandung pengertian bahwa seluruh pebelajar – baik berkebutuhan

khusus maupun tidak – dapat belajar bersama melalui akses sekolah biasa, yaitu

seting pendidikan dan masyarakat yang mempunyai suatu jaringan pendukung yang

memadai.

Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007: 82), pendidikan inklusi adalah

sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik,

Page 11: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

7

intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup

anak-anak penyandang cacat, berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja anak berasal

dari populasi terpencil atau berpindah-pindah.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka selanjutnya dapat

disimpulkan bahwa pendidikan inklusif merupaka suatu model pendidikan yang

berupaya menggabungkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak

normal lainnya dalam satu atap. Model ini berangkat dari landasan bahwa semua

anak mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan.

2.2 Anak Autis

Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti “Aku ” (Monks dkk, dalam

Yuwono, 2009). Menurut Treatment and Educational of Autistic and

Communication Handicapped Children Program (TEACCH) (Wall dalam

Yuwono, 2009) Autisme adalah: …a lifelong developmental disability that prevents

individuals from properly understanding what they see, here and otherwise sense.

This results in severe problem of social relationships, communication and behavior.

Menurut Dawson & Catelloe (1985) (dalam Bektiningsih, 2009) Autis

pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Kanner mendiskripsikan

bahwa gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain,

gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, acholalia,

mutest, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitive dan

sereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan

keteraturan di dalam lingkungan.“ Autisme masih merupakan suatu hal yang

menarik perhatian para ilmuwan selama lebih dari setengah abad. Kompleks

perilakunya meliputi simptom-simptom beragam, yang sebagian besar muncul

sebelum anak menginjak usia tiga tahun” (Rodier dalam Williams & Wright, 2007:

82).

Faktor penyebab autisme pada saat sekarang ini masih banyak

diperbincangkan oleh beberapa ahli dan beberapateori terakhir mengatakan bahwa

faktor genetika (keturunan) memegang peranan penting dalam proses terjadinya

autisme.

Page 12: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

8

2.3 Pembelajaran Bina Diri

Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian yang

lebih familiar dalam dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal

dengan istilah “Bina Diri”. Bina Diri mengacu pada suatu kegiatan yang bersifat

pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human relationship. Disebut

pribadi karena mengandung pengertian bahwa keterampilan-keterampilan yang

diajarkan atau dilatihkan menyangkut kebutuhan individu yang harus dilakukan

sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan.

Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri

yaitu “Self Care”, “Self Help Skill”, atau “Personal Management”. Istilah-istilah

tersebut memiliki esensi tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan

rutin harian.

Pembelajaran Bina Diri diajarkan atau dilatihkan pada ABK mengingat dua

aspek yang melatar belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek

kemandirian yang berkaitan dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya

yaitu berkaitan dengan kematangan sosial budaya. Beberapa kegiatan rutin harian

yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan,

menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet); merupakan kegiatan yang sangat erat

kaitannya dengan aspek kesehatan seseorang

3. METODE

Ditinjau dari jenisnya, penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diklasifikasikan ke dalam jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif

adalah suatu penelitian yang mempunyai tujuan mendeskriupsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa aktivitas sosial sikap, persepsi, mapun pemikiran

individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2005: 60). Berdasarkan definisi tersebut

di atas, penelitian ini berupaya menyajikan data-data dari hasil penelitian tanpa

dilakukan intervensi oleh peneliti. Data tersebut merupakan data yang berbentuk

kualitatif. Karakteristik utama penelitian kualitatif adalah adanya latar alamiah yang

merupakan sumber data langsung. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini

merupakan instrument kunci dalam penelitian.

Page 13: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

9

Penelitian ini menggunakan desain etnografi. Desain penelitian etnografi

menurut Garfinkel (dalam Bungin, 2004: 118) didefinisikan sebagai penelitian yang

”refer to the study about the rational properties of indexical expressions and other

practical actions as contingent ongoing accomplishments of everyday life”.

Berdasarkan pendapat Garfinkel di atas, desain etnografi mengacu pada suatu

penelitian tentang cara individu didalam masyarakat melakukan tindakan dan

melakukan kreasi serta memahami hidup keseharian mereka. Karakteristik unik

penelitian dengan pendakatan etnografi adalah pada intensive field work dan

menuntut adanya perhatian penuh dari peneliti terhadap kultur dan kondisi

kehidupan keseharian pada kelompok masyarakat atau individu yang merupakan

subjek penelitian.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 3 Banyudono yang beralamat di Dukuh

Gatak RT. 01/01, Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali,

UPTD Dikdas dan LS Kecamatan Banyudono, Kababupaten Boyolali. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa SD Negeri 3 Banyudono karena SD tersebut

ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten sebagai Piloting penyelenggara Pendidikan

Inklusif di Kabupaten Boyolali.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Model Pembelajaran Bina Diri bagi Anak Autis di SD Negeri 3

Banyudono, Boyolali

Model pengembangan pembelajaran bina diri Anak Autis di SD Negeri 3

Banyudono sebagai Penyelenggara Pendidikan Inklusif dilakukan sesuai kebutuhan

individu anak. Guna mengetahui kebutuhan individu anak guru pendamping

bersama-sama dengan guru kelas melakukan asesmen pada awal semester. Dari

hasil asesmen tersebut, guru dapat mengidentifikasi karakteristik anak dan

kemampuan awal masing-masing anak. Setelah karakteristik dan kemampuan awal

anak teridentifikasi, kebutuhan belajar anak dapat diketahui. Dengan mengetahui

kebutuhan belajar anak, guru dapat menyusun program pembelajaran individual

bagi anak-anak tersebut.

Page 14: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

10

Hasil wawancara dengan guru pendamping khusus ABK di SD Negeri 3

Banyudono, Boyolali menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana

pembelajaran bina diri sangat dibutuhkan guna menunjang terlaksananya

pembelajaran bina diri untuk anak autis selain asesmen, penetapan program dan

tujuan pembelajaran. Hal ini dijelaskan dalam wawancara berikut ini.

“Selain melakukan asesmen, menetapkan program dan tujuan pembelajaran,

serta menyusun RPI dan ProgramPembelajaran Individual (PPI), ketersediaan

sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk menunjang terlaksananya

pembelajaran bina diri pada anak autis. Sebagai misal untuk pembelajaran bina

diri mandi, persiapan pembelajaran bina diri mandi ditinjau dari ketersediaan

sarana dan prasarana yang ada, sekolah cukup mempunyai sarana dan prasarana

yang memadai, yaitu 2 kamar mandi yang letaknya 1 di dalam ruang kelas dan

yang satunya juga tidak jauh dari kelas. Di dalam kamar mandi terdapat bak,

kran, closet, kapstok atau cantelan, dan ditutup dengan pintu. Sedangkan

peralatan yang digunakan untuk pembelajaran mandi dibawa oleh setiap siswa

dan diletakkan di loker sekolah. Apabila peralatan tersebut habis, guru

menuliskan di buku penghubung agar orang tua mengerti dan membawakan

peralatan tersebut keesokan harinya” (Hasil wawancara dengan Ibu Rini Dyah

Purwanti (38 tahun), guru pendamping khusus ABK di SD Negeri 3 Banyudono

Boyolali, pada hari Sabtu 17 Oktober 2015).

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru pendamping ABK

di SD Negeri 3 Banyudono Boyolali selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa

melalui buku penghubung. Melalui buku penghubung tersebut, guru

menginformasikan kepada orang tua siswa mengenai kebutuhan pribadi siswa yang

perlu dipersiapkan orang tua siswa. Keberadaan buku penghubung tersebut

mendorong partisipasi orang tua dalam pelaksanaan program pembelajaran bina diri

bagi anak autis di sekolah tersebut.

Penggunaan kurikulum dalam pembelajaran sudah memenuhi standar, yaitu

bahwa kurikulum disusun menggunakan kurikulum reguler (kurikulum nasional)

yang sudah dimodifikasi sesuai dengan tahap anak berkebutuhan khusus.

Kurikulum dalam pendidikan inklusif sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak,

sehingga anak tidak dipaksa untuk mengikuti kurikulum. Hal ini seperti yang

dikemukakan oleh Tarmansyah, (2007: 5), bahwasannya kurikulum inklusif

Page 15: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

11

hendaknya sekolah yang ada memberikan kesempatan untuk menyesuaikan

kurikulum dengan bakat dan pottensi yang dimiliki anak.

Berdasarkan hasil-hasil wawancara dan analisis dokumen, selanjutnya dapat

diperoleh temuan bahwa model pengembangan pembelajaran bina diri Anak Autis

di SDNegeri 3 Banyudono sebagai Penyelenggara Pendidikan Inklusif dilakukan

sesuai kebutuhan individu anak. Guna mengetahui kebutuhan individu anak guru

pendamping bersama-sama dengan guru kelas melakukan asesmen pada awal

semester. Dari hasil asesmen tersebut, guru dapat mengidentifikasi karakteristik

anak dan kemampuan awal masing-masing anak. Setelah karakteristik dan

kemampuan awal anak teridentifikasi, kebutuhan belajar anak dapat diketahui.

Dengan mengetahui kebutuhan belajar anak, guru dapat menyusun program

pembelajaran individual bagi anak-anak tersebut.

Temuan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sajatovic-

Loue, 2008. Menurut hasil penelitian Sajatovic-Loue dikatakan bahwa model

pembelajaran bina diri bagi anak autis dengan model individual menekankan pada

aktivitas Daily living skills. Aktivitas tersebut adalah tugas yang diperlukan

individu untuk dapat hidup mandiri di masyarakat. Tugas tersebut meliputi makan,

berpakaian, mandi, transfer (berpindah dari satu tempat ke tempat lain) dan

mobilitas (aktivitas ringan: minum teh).

Temuan bahwa model pengembangan pembelajaran bina diri Anak Autis di

SD Negeri 3 Banyudono sebagai Penyelenggara Pendidikan Inklusif dilakukan

sesuai kebutuhan individu anak juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pasnak, Greene, Ferguson & Levit, (2016) dalam penelitian yang berjudul

“Applying principles of development to help at-risk preschoolers develop

numeracy.” Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keterkaitan antara

pemahaman kelas inklusi dengan prestasi siswa dan meneliti tentang pengajaran

pada siswa kelas inklusi serta dampaknya terhadap keberhasilan siswa di sekolah.

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa apabila penalaran kelas inklusi

merupakan dasar bagi perkembangan pemikiran abstrak, maka anak yang diajar

dalam kelas inklusi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

Page 16: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

12

4.2 Strategi pembelajaran bagi Anak Autis di SD Negeri 3 Banyudono,

Boyolali

Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup seluruh

aspek layanan. Layanan diawali dari diagnosa awal untuk mengetahui kebutuhan

belajar. Pelaksanaan dilakukan dengan metode ceramah, simulasi, dan tanya jawab.

Evaluasi dilakukan melalui tes dan non tes. Strategi tersebut dikenal dengan nama

TEACCH (Treatment And Education For Autistic Children And Related

Comunication Handicaps). TEACCH merupakan pembelajaran bagi anak autis

dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi

anak. Dalam strategi ini, pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi,

konsultasi, kerjasama dan layanan lain yang dibutuhkan oleh anak maupun orang

tua.

Menurut penjelasan Ibu Rini Dyah Purwanti (38 tahun), guru pendamping

khusus ABK di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali, dikatakan bahwa strategi

pembelajaran bina diri pada anak autis adalah metode ceramah, simulasi dan

pemberian tugas. Metode ceramah digunakanguru digunakan pada saat

menyampaikan materi pembelajaran, metode simulasi digunakan guru pada saat

mensimulasikan gerakan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dilakukan

untuk ADL (Activity of Daily Living) sedangkan metode pemberian tugas

digunakan guru pada saat mempraktikkan ADL (Activity of Daily Living) sesuai

dengan tahapan-tahapan yang benar. Hal ini dijelaskan dalam wawancara berikut

ini.

“Kalau strategi yang digunakan biasanya strategi pembelajaran bina diri pada

anak autis adalah metode ceramah, simulasi dan pemberian tugas. Metode

ceramah digunakan guru digunakan pada saat menyampaikan materi

pembelajaran, metode simulasi digunakan guru pada saat mensimulasikan

gerakan langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang dilakukan untuk ADL

(Activity of Daily Living) sedangkan metode pemberian tugas digunakan guru

pada saat mempraktikkan kegiatan mandi misalnya, sesuai dengan tahapan-

tahapan mandi yang benar”(Wawancara dengan Ibu Rini Dyah Purwanti (38

tahun), guru pembimbing khusus ABK di SD Negeri 3 Banyudono Boyolali,

pada hari Sabtu 24 Oktober 2015).

Implementasi metode Applied Behavior Analysis memiliki tingkat

signifikansi yang tinggi pada anak autis berdasarkan data di atas maka dapat

Page 17: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

13

mencapai tujuan terapi anak berkebutuhan khusus berupa kemampuan bantu diri

atau bina diri dan keterampilan lain, mengajarkan materi akademik dan

kominikasi 2 arah yang aktif. Sebab menurut American Psychiatric Associatif,

kebanyakan anak autis, mereka memperlihatkan keterlambatan yang menonjol

dalam perkembangan kognitif dan bahasa serta menampilkan perilaku tertentu

yang aneh. Sehingga metode Applied Behavior Analysis dapat dikatakan efektif

atau memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk sebagaian besar tujuan

terapi. Adapun untuk tujuan yang lainnya yang belum mampu dicapai dengan

menggunakan metode Applied Behavior Analysis, dapat menggunakan metode

yang lain. Sebab tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak.

Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya,

kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri (Cohen & Huria,

2010).

Temuan bahwa Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri di SD

Negeri 3 Banyudono, Boyolali mencakup seluruh aspek layanan. Layanan diawali

dari diagnosa awal untuk mengetahui kebutuhan belajar. Pelaksanaan dilakukan

dengan metode ceramah, simulasi, dan tanya jawab. Evaluasi dilakukan melalui tes

dan non tes. Strategi tersebut dikenal dengan nama TEACCH model metode

Applied Behavior Analysis.

Temuan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Lloyd,

Lewthwaite, Osborne, & Boon (2015) dalam penelitian yang berjudul ”Effective

Teaching Practices for Aboriginal and Torres Strait Islander Students: A Review of

the Literature”. Penelitian Lloyd mengkaji tentang partisipasi masyarakat dan

inklusi sosial. Inklusi sosial meliputi kemampuan untuk mengikuti atau

berpartisipasi dalam kegembiraan, pertemanan, dan pekerjaan bersama masyarakat

lainnya. Masyarakat inklusif merupakan masyarakat yang dapat memberikan

peluang yang sama untuk berbagi kekuasaan dan sumberdaya di antara orang-orang

yang berbeda dalam masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

pemulihan. Hasil kajian menyimpulkan bahwa banyak sekali peluang yang dapat

diperoleh untuk memfasilitasi inklusi sosial bagi individu-individu yang mengalami

cacat mental. Dalam beberapa kasus, kesiapan untuk menerima hal ini diperlukan

Page 18: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

14

adanya suatu kemauan untuk bergerak menuju ke arah pendekatan yang lebih

berorientasi pemulihan.

4.3 Peran dan bentuk Program Bina Diri bagi Anak Autis di SD Negeri 3

Banyudono, Boyolali

Peran program bina diri dalam meningkatan kemandirian anak autis di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah untuk membantu anak

membiasakan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas

bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini dikenal dengan istilah ADL (Actifity

of Daily Living). Adapun bentuk program bina diri dalam meningkatan kemandirian

anak autis di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah daily living skills

(ADL) yang meliputi tiga sub domain. Ketiga sub domain tersebut meliputi sub

domain personal, sub domain domestik, dan sub domain komunitas masyarakat.

Peran program bina diri dalam meningkatan kemandirian anak autis di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah untuk membantu anak

membiasakan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas

bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatn ini dikenal dengan istilah ADL (Actifity

of Daily Living). Hal ini dijelaskan oleh Ibu ini Dyah Purwanti (38 tahun), guru

pendamping khusus ABK dalam wawancara berikut ini:

“Peranan program bina diri dalam meningkatan kemandirian anak autis di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah membiasakan anak untuk

mampu melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas

bangun tidur sampai tidur kembali yang dikenal dengan istilah ADL (Actifity of

Daily Living). Hal ini dikarenakan dalam kegiatan bina diri tersebut anak dilatih ”

(Hasil wawancara dengan Ibu Rini Dyah Purwanti (38 tahun), guru pendamping

khusus ABK di SD Negeri 3 Banyudono Boyolali, pada hari Sabtu 17 Oktober

2015).

Hasil analisis dokumen menunjukkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran

bina diri bagi anak autis di SDNegeri 3 Banyudono sebagai Penyelenggara

Pendidikan Inklusif mencakup kegiatan daily living skills. Kegiatan tersebut adalah

keterampilan dasar yang diperlukan oleh individu untuk hidup di masyarakat,

meliputi tiga subdomain yaitu personal: makan dan minum, urusan kamar mandi,

berpakaian, mandi, perawatan diri dan menjaga kesehatan, domestik: pekerjaan

Page 19: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

15

rumah, tugas dapur, dan kebersihan pakaian, komunitas masyarakat: keterampilan

mengenai keselamatan, keterampilan menggunakan telepon,keterampilan

menggunakan uang, pemahaman mengenai waktu dan uang, orientasi kanan-kiri,

keterampilan di rumah makan, dan keterampilan kerja. Apabila individu tidak

mampu melakukan satu atau lebih keterampilan dasar tersebut, maka individu akan

membutuhkan bantuan dari orang-oranng di sekitarnya seperti orangtua, kakak,

adik, atau pengasuh.

Daily living skills adalah tugas yang diperlukan individu untuk dapat hidup di

masyarakat. Tugas tersebut meliputi makan, berpakaian, mandi, transfer (berpindah

dari satu tempat ke tempat lain) dan mobilitas (aktivitas ringan: minum teh)

(Sajatovic-Loue, 2008). Meskipun terlihat sederhana, aktivitas yang biasa

dilakukan ini merupakan komponen dasar yang penting untuk dimiliki agar

individu bisa mandiri. Akan tetapi tidak setiap orang mampu dan terampil

melakukan aktivitas sederhana tersebut seperti halnya dengan anak-anak atau

individu yang didiagnosis mengalami autisme.

Autisme adalah suatu kondisi yang ditandai oleh ketidakmampuan dalam

bahasa dan keterampilan sosial yang timbal balik serta perilaku repetitif dan tidak

biasa. Anak dengan autisme juga memiliki pola berpikir yang berbeda dan memiliki

gangguan pada modulasi sensorik. Ketidakmampuan ini dapat mengganggu

kemampuan mereka untuk hidup mandiri (Dominica, 2012).

Daily living skills merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai dan

penting untuk keberlangsungan hidup anak secara mandiri. Akan tetapi, anak

dengan autisme tidak mampu untuk melakukannya dikarenakan adanya ketiga

hambatan utama, yaitu hambatan di bidang komunikasi, interaksi sosial dan

perilaku. Sajatovic-Loue (2008) berpendapat bahwa, ketika individu tidak mampu

melakukan satu atau lebih kegiatan dasar tersebut, umumnya individu tersebut akan

membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang-orang yang peduli kepadanya

(orangtua, kakak, adik, pengasuh) untuk hidup di masyarakat, sehingga pemahaman

yang terbatas itu membuat mereka sangat bergantung pada orang lain untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Page 20: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

16

Terkait hal tersebut, Carothers dan Taylor (2004) berpendapat bahwa karena

anak dengan autisme memiliki kekurangan untuk berfungsi secara optimal,

kemungkinan ketika dewasa nanti akan memilikipenghasilan yang sedikit. Secara

umum, menurut Peraino (Carothers dan Taylor, 2004) mereka memiliki

pengalaman kerja yang rendah. Marcus (Carothers dan Taylor, 2004)

menambahkanbahwa mereka membutuhkan perlindungan dalam jangka panjang

(Marcus, dkk 1997).

Fragile X Research Foundation of Canada (2009) menyebutkan bahwa pada

umumnya anak dengan autisme lambat dalam menguasai toilet training. Usia rata-

rata anak laki-laki dengan gangguan autisme mampu menguasai toilet training

adalah antara 5-6 tahun dan untuk perempuan ialah empat tahun. Toilet training

atau latihan buang air merupakan tugas yang menantang bagi anak dengan autisme.

Tugas ini juga bisa menjadi pengalaman yang panjang dan membuat frustrasi

karena kurangnya perhatian pada anak. Rendahnya kemampuan sensori integrasi

juga menambah kesulitan pada anak karena rendahnya isyarat tubuh seperti tidak

merasa ingin buang air sehingga sering mengompol atau buang air besar di celana.

Latihan buang air dapat optimal apabila dilakukan dengan jadwal yang rutin

dan tetap. Orangtua dan guru mungkin membiasakan anak tersebut buang air kecil

setiap 30 menit saat di sekolah. Anak juga mungkin dilatih untuk ke toilet pada

waktu tertentu seperti setelah sarapan atau makan siang, jika mampu dijadwalkan.

Sebagian besar anak laki-laki dengan gangguan autisme mampu melakukan latihan

buang air secara mandiri, akan tetapi dibutuhkan kesabaran dan kewaspadaan yang

tinggi bagi orangtua atau pengasuh agar anak dapat melakukannya secara optimal.

Pembelajaran bina diri bagi anak autis yang dilakukan di SD Negeri 3

Banyudono, Boyolali yang menekankan pada Daily living skills menunjukkan

bahwa aktivitas pembelajaran sudah memenuhi standardisasi pendidikan inklusi.

Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Adamowycz (2008) dalam

penelitiannya yang berjudul “Reforming Education: Is Inclusion in Standardization

Possible?”. Penelitian Adamowycz mengkaji tentang kemungkinan dilakukannya

standardisasi pendidikan inklusi yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran

berskala besar. Kajian mengenai standardisasi dilandasi adanya pemikiran bahwa

Page 21: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

17

selama ini siswa yang berkebutuhan khusus terabaikan dari pengkuran skala besar.

Hal ini didasari adanya pemikiran bahwa siswa yang mempunyai kecacatan

dipisahkan dari pengukuran skala besar karena dilandasi keyakinan untuk

melindungi mereka dari frustrasi yang mungkin terjadi akibat kegagalan yang

mereka derita dan skor test yang mempertimbangkan anak cacat akan merendahkan

nilai tes keseluruhan dari suatu sekolah.

4.4 Faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran

Bina Diri bagi Anak Autis di SDN 3 Banyudono sebagai Penyelenggara

Pendidikan Inklusif

Hambatan dalam pengelolaan sekolah inklusif di SD Negeri 3 Banyudono,

Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali berupa kualitas sumber daya manusia

dan permasalahan pembiayaan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan yang

dihadapi sebagian besar sekolah di Indonesia.

Sebagian besar GPK di sekolah inklusif mengalami hambatan atau kesulitan

dalam menangani ABK di sekolah, antara lain gangguan dari

perilakuABKyangmengganggu temannya, tidak mau belajar, serta susah diatur atau

hiperaktif. Hambatan lain yang dialami GPK adalah sarana dan prasarana

yangkurang mendukung pelaksanaan tugasnya, misalnya ruang bimbingan khusus

yang terlalu sempit serta terbatasnya media atau alat peraga bagi ABK. Bahkan ada

sekolah inklusif yang tidak memiliki ruang bimbingan khusus, sehingga tugas

bimbingan khusus dilaksanakan oleh GPK di ruang guru.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bina diri mandi pada anak autis,

tentunya tidak terlepas dari faktor penghambat kegiatan pembelajaran yang akan

berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Kendala atau

masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun

dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya masalah belajar dapat terjadi pada

waktu sebelum kegiatan pembelajaran, selama proses belajar dan sesudah kegiatan

pembelajaran.

Salah satu faktor penghambat dalam pembelajaran bina diri adalah faktor

internal. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Rini Dyah Purwanti (38 tahun), guru

Page 22: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

18

pendamping khusus ABK di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali, yang menjelaskan

bahwa faktor anak autis yang termasuk cukup berat menjadi hambatan keberhasilan

pembelajaran bina diri. Hal ini terungkap dalam wawancara berikut ini.

“Anak autis yang saat ini sedang ditangani termasuk berat sehingga

menghambat keberhasilan pembelajaran. Akan tetapi guru tetap berusaha

semaksimal mungkin untuk mengembangkan kemandirian anak. Selain derajat

gangguan autis yang disandang anak tergolong berat, kemampuan berbicara dan

berkomunikasi anak juga belum baik yang mana ini tentunya menghambat

keberhasilan pembelajaran bina diri mandi. Karena semakin anak autis memiliki

kemampuan berbicara dan berbahasa yang lebih baik tentunya tingkat

keberhasilannya akan lebih cepat dan lebih baik. Terlebih lagi anak masih

kadang-kadang keadaan emosinya tidak stabil” (Hasil wawancara dengan Ibu

Rini Dyah Purwanti (38 tahun), guru pendamping khusus ABK di SD Negeri 3

Banyudono Boyolali, pada hari Sabtu 17 Oktober 2015).

Adanya faktor pendukung berupa partisipasi orang tua dalam pembelajaran

bina diri bagi anak autis di sekolah Inklusif di SD Negeri 3 Banyudono mendukung

hasil penelitian yang dilakukan Afolabi, Mukhopadhyay & Nenty (2013) dengan

judul “Implementation Of Inclusive Education: Do Parents Really Matter?”.

Penelitian tersebut bertujuan meneliti partisipasi orang tua dalam mendukung

pendidikan inklusi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa partisipasi orang tua

dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan faktor yang sangat krusial.

Partisipasi tersebut berupa finansial dan non-finansial.

Temuan bahwa faktor lain yang mendukung keberhasilan pembelajaran bina

diri bagi anak autis di SD Negeri 3 Banyudono, Boyolali adalah faktor pengalaman

guru, mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Burke dan Sutherland (2014)

dalam penelitian yang berjudul “Attitudes toward inclusion: Knowledge vs.

experience”.

Penelitian yang dilakukan Burke dan Sutherland bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara pengalaman guru yang memperoleh pelatihan pre-

service dan in-service dengan siswa yang berkebutuhan khusus dan sikap mereka

terhadap pendidikan inklusi. Subjek penelitian yang digunakan Burke dan

Sutherland adalah guru yang memperoleh pelatihan pre-service dan guru yang

memperoleh pelatihan in-service. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan secara statistik antara pengalaman dan pengetahuan awal

Page 23: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

19

mengenai anak berkebutuhan khusus dengan sikap guru terhadap pendidikan

inklusi.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengelolaan pembelajaran

bina diri anak autis di SD Negeri Banyudono 3 Kecamatan Banyudono Kabupaten

Boyolali, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Model pengembangan pembelajaran bina diri Anak Autis di SD Negeri 3

Banyudono sebagai Penyelenggara Pendidikan Inklusif dilakukan sesuai kebutuhan

individu anak. Guna mengetahui kebutuhan individu anak guru pendamping

bersama-sama dengan guru kelas melakukan asesmen pada awal semester. Dari

hasil asesmen tersebut, guru dapat mengidentifikasi karakteristik anak dan

kemampuan awal masing-masing anak. Setelah karakteristik dan kemampuan awal

anak teridentifikasi, kebutuhan belajar anak dapat diketahui. Dengan mengetahui

kebutuhan belajar anak, guru dapat menyusun program pembelajaran individual

bagi anak-anak tersebut.

Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup seluruh

aspek layanan. Layanan diawali dari diagnosa awal untuk mengetahui kebutuhan

belajar. Pelaksanaan dilakukan dengan metode ceramah, simulasi, dan tanya jawab.

Evaluasi dilakukan melalui tes dan non tes. Strategi tersebut dikenal dengan nama

TEACCH (Treatment And Education For Autistic Children And Related

Comunication Handicaps). TEACCH merupakan pembelajaran bagi anak autis

dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi

anak. Dalam strategi ini, pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi,

konsultasi, kerjasama dan layanan lain yang dibutuhkan oleh anak maupun orang

tua.

Peran program bina diri dalam meningkatan kemandirian anak autis di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah untuk membantu anak

membiasakan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas

bangun tidur sampai tidur kembali. Kegiatan ini dikenal dengan istilah ADL

Page 24: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

20

(Actifity of Daily Living). Adapun bentuk program bina diri dalam meningkatan

kemandirian anak autis di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah daily

living skills (ADL) yang meliputi tiga sub domain. Ketiga sub domain tersebut

meliputi sub domain personal, sub domain domestik, dan sub domain komunitas

masyarakat.

Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran bina diri Anak Autis di SD

Negeri 3 Banyudono adalah partisipasi orang tua dan pengalaman guru. Orang tua

siswa autis di SD Negeri 3 Banyudono ikut mendukung baik dalam hal penyediaan

sarana dan prasarana bagi putra-putri mereka maupun dalam memperhatikan

kebutuhan belajar anak-anak di rumah. Orang tua ikut berpartisipasi dengan cara

berkomunikasi dengan guru melalui buku komunikasi yang disediakan sekolah.

Faktor penghambat dalam pengelolaan sekolah inklusif di SD Negeri 3

Banyudono, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali berupa kualitas sumber

daya manusia dan permasalahan pembiayaan. Sebagian besar GPK di sekolah

inklusif mengalami hambatan atau kesulitan dalam menangani ABK di sekolah,

antara lain gangguan dari perilakuABKyangmengganggu temannya, tidak mau

belajar,serta susah diatur atau hiperaktif. Hambatan lain yang dialami GPK adalah

sarana dan prasarana yangkurang mendukung pelaksanaan tugasnya, misalnya

ruang bimbingan khusus yang terlalu sempit serta terbatasnya media atau alat

peraga bagi ABK. Bahkan ada sekolah inklusif yang tidak memiliki ruang

bimbingan khusus, sehingga tugas bimbingan khusus dilaksanakan oleh GPK di

ruang guru.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, selajutnya dapat diperoleh implikasi hasil

penelitian baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Implikasi tersebut adalah

sebagai berikut: (1) Model pengembangan pembelajaran bina diri Anak Autis akan

semakin optimal apabila didukung komunikasi yang baik antara guru dengan orang

tua anak berkebutuhan khusus; (2) Semakin tepat strategi yang digunakan dalam

pembelajaran bina diri bagi anak autis, maka akan semakin efektif output yang

dihasilkan; (3) Layanan bagi anak berkebutuhan khusus akan semakin optimal

Page 25: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

21

apabila didukung dengan diagnosa awal yang baik; dan (4) Semakin baik dukungan

yang diberikan orang tua, maka akan semakin efektif pembelajaran bina diri bagi

anak autis dilakukan.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian, maka selanjutnya dapat

disampaikan saran kepada guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan dinas terkait.

Saran bagi Guru Pendamping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengelolaan pembelajaran masih belum dilakukan sebagaimana mestinya. Untuk itu

disarankan kepada para guru pendamping pada khususnya untuk lebih

memperhatikan aspek-aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran sesuai dengan ketentuan.

Saran bagi Kepala Sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di

tingkat satuan pendidikan mempunyai peranan strategis dalam menentukan

keberhasilan pendidikan. Untuk itu disarankan kepada para kepala sekolah untuk

menyusun kebijakan yang dapat mendorong pengelolaan pendidikan inklusif lebih

intensif di sekolah.

Saran bagi Dinas Pendidikan. Mengingat adanya indikasi ketidaksiapan guru

dalam melaksanakan pendidikan inklusi, khususnya pada aspek pengelolaan

pembelajaran, maka disarankan bagi para pengambil kebijakan untuk lebih

memperhatikan aspek pengelolaan pendidikan inklusif yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, D., Harris, A., & Jones, M. Z., 2016. “Teacher-Parent Collaboration for an

Inclusive Classroom: Success for Every Child.” Malaysian Online Journal of

Educational Sciences 2016 (Volume 4 - Issue 3 )

Adamowycz, Rosalyn. 2008. “Reforming Education: Is Inclusion in Standardization

Possible?” Canadian Journal of Educational Administration and Policy, Issue

#68, January 26, 2008.

Afolabi, Olusegun., Sourav Mukhopadhyay., & H. Johnson Nenty. 2013.

“Implementation Of Inclusive Education: Do Parents Really Matter?”.

Specijalna edukacija i rehabilitacija (Beograd), Vol. 12, br. 3. 373-401, 2013.

Ainscow, M. 2006. European Journal of Psychology of Education Vol. XXI.

Inclusive Education Ten Years After Salamanca : Setting The Agenda.. United

Kingdom : University of Manchester.

Page 26: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

22

Apodaca-Tucker, Mary T., and John R. Slate. 2015. School Based Management:

Views from Public and Private Elementary School Principals. Educational

Policy Analysis Archives Vol. 10 No. 23, pp: 1-24,

http://www.proquest.umi.com diakses pada 8 Mei 2016.

Burke, K., & Sutherland, C. 2014. Attitudes toward inclusion: Knowledge vs.

experience. Education, 125(2), 163-172.

Creswell. J. W. 2012. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qualitative Reserach, Second Edition. New Jersey: Pearson

Merrill Prentice Hall.

De Grauwe, Anthony. 2015. Improving the Quality of Education through School-

Based Management: Learning from International Experiences. Review of

Education Vol. 5 No. 51, pp: 269-287 http://www.proquest.umi.com diakses

pada 8 Mei 2016.

Fraenkel, Jack. R., and Norman E. Wallen. 2012. How to Design and Evaluate

Research in Education 8th

Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Good, Thomas L., and Jere E. Brophy. 2004. Educational Psychology: A Realistic

Approach. Fourth Edition. London: Longman.

Graham, L. & Scott, W., 2016. “Teacher preparation for inclusive education: Initial

teacher education and in-service professional development.” Journal of

Education and Training Vol. 1 No. 1, 2016.

Huitt, Huitt, Monetti & Hummel (2009) dengan judul “A Systems-based Synthesis of

Research Related to Improving Students’ Academic Performance”

Kemdiknas. 2010. Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Australia

Indonesia Partership dan Kemdiknas

Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership: Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Kyriacou, Chris. 2011. Effective Teaching Theory and Practice. Nusa. Bandung.

Lamport, Mark A., Lucheia Graves & Amy Ward. 2012. “Special Needs Students in

Inclusive Classrooms: The Impact of Social Interaction on Educational

Outcomes for Learners with Emotional and Behavioral Disabilities”.

European Journal of Business and Social Sciences, Vol. 1, No. 5, pp 54-69,

August 2012, diunduh dari: http://www.ejbss.com/recent.aspx, pada 20 Mei

2016.

Lee, Albert. 2015. Helping Schools to Promote Healthy Educational Environments

as New Initiatives for School Based Management: The Hong Kong Healthy

Schools Award Scheme. Promotion and Education Journal Vol. 1 No. 1, 2006

pp: 29 – 38, http://www.proquest.umi.com diakses pada 8 Mei 2016.

Lloyd, Natalie J., Brian Ellis Lewthwaite., Barry Osborne., & Helen J. Boon. 2015.

“Effective Teaching Practices for Aboriginal and Torres Strait Islander

Students: A Review of the Literature.” Australian Journal of Teacher

Page 27: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BINA DIRI ANAK AUTIS … · bina diri Anak Autis dilakukan sesuai kebutuhan individu anak; 2) Strategi yang digunakan dalam pembelajaran bina diri mencakup

23

Education, 40 (11), diunduh dari: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol40/iss11/1 pada

20 Mei 2016.

Miles, Mathew B., dan A. Michael Huberman. 2005. Qualitative Data Analisys.

New York: Harper & Row, Inc.

Paolini, Alisson. 2015. “Enhancing Teaching Effectiveness and Student Learning

Outcomes”. The Journal of Effective Teaching Vol. 15, No.1, 2015, 20-33,

diunduh dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1060429.pdf, pada 20 Mei

2016.

Scheerens, Jaap. 2003. Improving School effectiveness. Terj. Abas Al-Jauhari.

Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Sekaran, Uma. 2002. Research Method for Business. Third. New York: John Wiley

& Sons. Inc.

Stubbs, Sue. 2002. Pendidikan Inklusif: Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber.

Terjemaham oleh Susi Septaviana R. Bandung: UPI Press.

Sunardi. 2009. Issues and Problems on Implementation of inclusive Education for

Disable Children in Indonesia. Tsukuba: CRICED – University of Tsukuba.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.

Surakarta: Fairuz Media.

Wong, M. E., Ng, J. Z., & Poon, K., 2015. “Supporting Inclusive Education:

Negotiating Home-School Partnership In Singapore.” International Journal of

Special Education Vol. 30, No: 2, 2015.

Xu, Y. & Filler J. 2008. “Facilitating Family Involvement and Support for Inclusive

Education.” The School Community Journal, Fall/Winter 2008, Volume 18,

Number 2.