pengembangan kreativitas melalui pembelajaran

7
PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN Seperti yang diuraikan di atas bahwa perwujudan kemampuan berkreasi merupakan suatu kebutuhan untuk tetap survive atau eksis dalam kehidupan seseorang maupun kelompoknya. Kenyataannya, tidak sedikit para pendidik atau bahkan para pemimpin bangsa ini yang hanya mengandalkan penggunaan cara berpikir konvergen; tidak berani menghadapi persoalan dalam tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan cara berpikir divergen, apalagi yang ‘nyentrik’ atau unik. Tidak semua individu mampu untuk ‘mengasah’ kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari yang dilaluinya. Oleh karena itu, cara berpikir kreatif perlu ditanamkan sejak usia dini, baik melalui pendidikan formal maupun informal dalam kehidupan sehari-hari. Setiap manusia perlu dididik agar selalu berbuat aktif tanpa adanya kekangan atau ketidaknyamanan dalam mewujudkan setiap gagasan atau keinginan baiknya. Dalam pendidikan, peran guru tidak hanya memberi bekal tentang pemahaman suatu pengetahuan belaka, tetapi metode dan proses pembelajaran perlu diformulasikan agar mengakomodasi pengembangan kemampuan kreatif peserta didiknya. Melalui implementasi metode dan proses pembelajaran yang kreatif tersebut, maka setiap insan manusia menjadi terbiasa untuk bertindak mengatasi berbagai bentuk persoalan-persoalan dalam pembelajaran. Kondisi ini juga akan dapat membekali diri dalam mengatasi beragam persoalan hidupnya yang nyata dihadapinya baik saat ini maupun yang akan datang. Seyogyanya, lembaga pendidikan selalu menganalisis sasaran pendidikan dan kurikulum untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pendidikan. Namun, sangat disayangkan, sejauh ini pendidikan lebih banyak menekankan pada pentingnya untuk meraih tingginya nilai atau hanya lulus dalam UN atau UAS. Hal itu bukanlah tidak penting, tetapi pencapaian target sasaran sesuai tujuan pendidikan merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Selain itu, juga tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan potensi kreatif setiap peserta didik agar dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masa depannya kelak. Semiawan (2000) menyarankan 10 ciri KBM yang mengembangkan kreativitas: Menciptakan tugas yng dikehendaki peserta didik Dilandasi rasa ingin tahu peserta didik Memungkinkan pengembangan sensivitas anak Memberi kelonggaran untuk elaborasi dan berpikir divergen Menghindari penghakiman Adanya kebebasan bereksperimen Pembelajaran yang positif Peserta didik dihadapkan ke persoalan riel Pemecahan masalah terarah ke identifikasi tantangan-tantangan baru Menempatkan peserta didik sebagai subjek dan evaluasi yang tepat

Upload: putri-nirmalasari

Post on 12-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN

Seperti yang diuraikan di atas bahwa perwujudan kemampuan berkreasi merupakan suatu kebutuhan untuk tetap survive atau eksis dalam kehidupan seseorang maupun kelompoknya. Kenyataannya, tidak sedikit para pendidik atau bahkan para pemimpin bangsa ini yang hanya mengandalkan penggunaan cara berpikir konvergen; tidak berani menghadapi persoalan dalam tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan cara berpikir divergen, apalagi yang ‘nyentrik’ atau unik. Tidak semua individu mampu untuk ‘mengasah’ kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari yang dilaluinya. Oleh karena itu, cara berpikir kreatif perlu ditanamkan sejak usia dini, baik melalui pendidikan formal maupun informal dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap manusia perlu dididik agar selalu berbuat aktif tanpa adanya kekangan atau ketidaknyamanan dalam mewujudkan setiap gagasan atau keinginan baiknya. Dalam pendidikan, peran guru tidak hanya memberi bekal tentang pemahaman suatu pengetahuan belaka, tetapi metode dan proses pembelajaran perlu diformulasikan agar mengakomodasi pengembangan kemampuan kreatif peserta didiknya. Melalui implementasi metode dan proses pembelajaran yang kreatif tersebut, maka setiap insan manusia menjadi terbiasa untuk bertindak mengatasi berbagai bentuk persoalan-persoalan dalam pembelajaran. Kondisi ini juga akan dapat membekali diri dalam mengatasi beragam persoalan hidupnya yang nyata dihadapinya baik saat ini maupun yang akan datang.

Seyogyanya, lembaga pendidikan selalu menganalisis sasaran pendidikan dan kurikulum untuk mengetahui fungsi-fungsi mental apa yang dituju dalam pendidikan. Namun, sangat disayangkan, sejauh ini pendidikan lebih banyak menekankan pada pentingnya untuk meraih tingginya nilai atau hanya lulus dalam UN atau UAS. Hal itu bukanlah tidak penting, tetapi pencapaian target sasaran sesuai tujuan pendidikan merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Selain itu, juga tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan potensi kreatif setiap peserta didik agar dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masa depannya kelak.

Semiawan (2000) menyarankan 10 ciri KBM yang mengembangkan kreativitas:

Menciptakan tugas yng dikehendaki peserta didik

Dilandasi rasa ingin tahu peserta didik

Memungkinkan pengembangan sensivitas anak

Memberi kelonggaran untuk elaborasi dan berpikir divergen

Menghindari penghakiman

Adanya kebebasan bereksperimen

Pembelajaran yang positif

Peserta didik dihadapkan ke persoalan riel

Pemecahan masalah terarah ke identifikasi tantangan-tantangan baru

Menempatkan peserta didik sebagai subjek dan evaluasi yang tepat

Kreativitas dapat dikembangkan melalui pembelajaran yakni salah satunya dengan mengimplementasikan suatu metode yang lebih banyak mengakomodasi berpikir divergen para peserta didik. Selain itu, di luar pembelajaranpun guru juga masih memiliki

Page 2: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

kesempatan untuk membina potensi bakat dan kreativitas peserta didik. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas dapat digolongkan melalui kegiatan pembelajaran, dan pasca pembelajaran.

Penegembangan Kreativitas dalam Pembelajaran

Ada cukup banyak metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi pengembangan kreativitas peserta didik. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas dalam kegiatan intra kurikuler, khususnya dalam pembelajaran antara lain adalah:

Melakukan pendekatan inquiry (pencaritahuan)

Model yang didasarkan pada penemuan model pem-belajaran meliputi: penemuan terbimbing, pembelajaranber-basis masalah, pembelajaran berbasis simulasi, pembelajaran berbasis kasus, pembelajaran insidental. Menurut Jerome Bruner (Syah, 2003) bahwa Inquiry Discovery Learning adalah teori penyelidikan pembelajaran berbasiskonstruktivis yang terjadi dalam pemecahan masalah situasi di mana warga belajar menarik pada pengalaman masa lalusendiri dan pengetahuan yang ada untuk menemukan fakta dan hubungan dan kebenaran baru yang akan dipelajari.Peserta didik berinteraksi dengan dunia (lingkungan) dengan mengeksplorasi dan memanipulasi obyek, bergulat denganpertanyaan dan kontroversi atau melakukan percobaan. Hal ini dapat lebih memudahkan untuk mengingat konsep danpengetahuan yang ditemukan pada mereka sendiri. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri dengan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving techniques)

Adapun alasan menggunakan pendekatan inquiry dalam pembelajaran, antara lain karena:

 Memungkinkan anak menggunakan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah.

 Banyak memberi keuntungan, antara lain meningkatkan fungsi inteligensi, membantu anak belajar melakukan penelitian, meningkatkn daya ingat, menghindari proses belajar secara menghafal, mengembangkan kreativitas, meningkatkan aspirasi, membut proses pengajaran menjadi student centered sehingga dapat membantu lebih baik ke arah pembentukan konsep diri, memberikan lebih banyak kesempatan bagi anak binaan untuk menampung serta memahami informasi.

 Menghindari pengembangan yang terlalu kaku dan otoriter, agar anak dapat berpikir secara bebas, bekerja dengan baik karena ia merasa aman dan mengetahui tujuannya, mewujudkan potensi kreativi-tasnya karena diperkenankan untuk melakukannya.

Menggunakan teknik sumbang saran (brain storming)

Teknik sumbang saran biasanya juga digunakan dalam pembelajaran dalam bentuk diskusi di kelas, yang dipimpin oleh guru. Jika guru seringkali (terbiasa) mengguna-kan teknik sumbang saran ini dalam pembelajaran, maka anak-anak (peserta didik) akan terbiasa berpikir kreatif. Adapun tahap yang perlu dilalui dengan

Page 3: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

cara:

 Suatu masalah dikemukakan oleh guru, dan anak diminta untuk mengemukakan gagasannya dalam merespon (mengatasi) masalah tesebut

 Selanjutnya, anak diminta meninjau gagasan-gagasan tersebut, dan menentukan gagasan yang akan digunakan dalam pemecahan masalah tersebut

Pemberian contoh (suri teladan) melalui sikap, kebiasaan berpikir dan perilaku guru

Pengembangan kreativitas peserta didik bukan hanya melalui proses dan penggunaan suatu metode pembelajaran. Sikap, kebiasaan dan perilaku berpikir guru dalam menangani suatu persoalan juga merupakan wahana untuk membina kreativitas peserta didik, karena peserta didik pada umumnya juga meneladani sikap, cara, dan kebiasaan perilaku gurunya. Contoh kecil, ketika guru sedang menulis di papan tulis atau white board tetapi tiba-tiba papan tersebut jatuh karena pakunya tidak kuat. Tentu guru berusaha mengembalikan posisi papan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Ada banyak cara untuk mengembalikan posisi papan tersebut, tetapi guru perlu menentukan cara mana yang lebih cocok dengan situasi yang ada pada saat kejadian tersebut.

Ketika white board yang akan dipakai guru ternyata masih banyak tulisan, yang kebetulan tidak ada penghapuswhite board, maka guru harus berupaya mencari cara untuk menghapusnya. Ada beberapa cara untuk mengatasi persoalan tersebut.

Contoh lainnya, jika guru sedang melaksanakan pembelajaran, namun ada dua peserta didik yang berbicara sendiri sehingga mengganggu proses pembelajaran tersebut. Apa yang diperbuat guru untuk mengatasi terganggunya proses pembelajaran tersebut? Tentunya, antara guru yang satu dengan guru yang lain memiliki cara beragam, tergantung situasi dan kondisinya serta kebiasaan masing-masing.

Jika kebiasaan-kebiasaan berpikir kreatif guru tersebut diwujudkan di depan para peserta didik, maka para peserta didik bukan hanya menilai tentang kemampuan kreativitas gurunya, tetapi baik disengaja maupun tidak para peserta didik juga berupaya meneladani kebiasaan guru yang dianggap baik tersebut. Bukankah, guru sering diartikan sebagai orang yang ”dapat digugu dan ditiru”?

Mengakomodasi berpikir divergen melalui soal/tugas

Dalam membuat soal atau tugas yang dikerjakan oleh peserta didik, pada umumnya guru hanya berorientasi pada makin lengkapnya soal sesuai materi maka semakin baik. Hal tersebut bukanlah suatu pandangan atau kebiasaan yang salah, karena memang guru dituntut untuk dapat mengevaluasi kemampuan peserta didik terhadap semua materi yang harus dipelajarinya. Namun, pemahaman atau kebiasaan tersebut akan menjadi semakin lengkap dan baik jika guru juga memperhatikan sifat soal, tingkat kesukaran, dan efek soal tersebut terhadap perkembangan kemampuan merespon peserta didiknya; salah satunya pengembangan untuk berpikir divergen.

Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa dalam membuat soal atau tes guru seringkali hanya memfokuskan pada cara berpikir konvergen peserta didiknya. Bahkan, guru juga membuat kisi-kisi jawaban soal tersebut secara ’saklek’

Page 4: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

atau kaku, dimana jawaban peserta didik dinyatakan benar jika sesuai jawaban dari kisi-kisi jawaban guru, di luar itu dianggap salah. Jika guru memiliki kebiasaan membuat soal beserta kisi-kisinya yang menekankan cara berpikir konvergen saja, maka akan membuat kemampuan berpikir divergen peserta didik menjadi ’mandeg’ (tidak berkembang).

Di antara sekian materi pasti dapat dijumpai suatu materi yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir divergen peserta didik; yang mana jawaban peserta didik menjadi lebih luas tergantung alasan dan sudut pandang dalam menjawab soal tersebut. Kebiasaan dalam membuat soal yang membutuhkan berpikir divergen ini, memang membuat tugas guru dalam mengevaluasi jawaban peserta didiknya harus ekstra hati-hati dan memiliki pandangan yang luas. Namun, jika hal ini dilakukan, guru akan bersyukur karena melalui akomodasi berpikir divergen melalui tugas atau soal yang dikerjakan peserta didiknya akan menjadi peserta didik selalu terbiasa berpandangan luas, kritis, dan kreatif.

Pengembangan Kreativitas Pasca Pembelajaran

Pengembangan kreativitas bukan hanya dapat dilakukan pada saat pembelajaran belaka, tetapi di luar pembelajaranpun guru masih memiliki kesempatan untuk memperhatikan dan mengembangkan kreativitas peserta didiknya.

Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif

Penghargaan bukan hanya dibutuhkan bagi peserta didik yang berprestasi dalam bidang akademik, tetapi dalam bidang lainnya seperti bakat, karya kreatifpun juga butuh penghargaan dan dukungan bagi peserta didik yang telah mewujudkannya. Penghargaan yang diterima akan mempe-ngaruhi konsep diri anak secara positif yang meningkatkan keyakinan diri anak.

Torrance (daam Soesilo, 2012) memperkenalkan 5 prinsip bagaimana harus memberikan penghargaan bagi tingkah laku kreatif anak:

1. Menaruh respek terhadap pertanyaan-pertanyaan yang jarang terjadi

2. Menaruh respek terhadap gagasan yang kreatif dan imajinatif

3. Menunjukkan pada anak bahwa gagasan mereka memiliki nilai

4. Membiarkan anak binaan sekali-kali melakukan se-suatu sebagai latihan tanpa ancaman akan dinilai

5. Menghubungkan penilaian dengan penyebab dan konsekuensi.

Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media

Seringkali kreativitas itu sendiri membutuhkan media, meskipun tidak harus yang berbentuk modern (canggih); yang penting media tersebut memang tepat sesuai kebutuhan. Guru perlu mendukung dan memfasilitasi perwujudan kreatif peserta didiknya dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, adalah tugas guru untuk menyediakan (memfasilitasi) media yang dibutuhkan peserta didiknya ketika peserta didik akan atau sedang mewujudkan kreativitasnya.

Ada cukup banyak sumber daya yang berbentuk bahan buangan (sampah) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat barang kreatif bernilai tinggi.

Page 5: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

Seringkali kita menjumpai batang pohon, beragam daun, plastik, beragam jenis batuan, kerang, kayu ataupun barang lainnya yang mendorong untuk memunculkan inspirasi dan merubahnya (mengelolanya) sehingga menjadi barang yang bernilai kreatif tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, sebaiknya guru juga membiasakan untuk menyediakan alat atau media untuk membina kreativitas peserta didik yang tersedia pada lingkungan setempat, bukan yang harus berbentuk modern (canggih).

PENUTUP

Pengembangan kreativitas bagi peserta didik merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dihindarkan. Perubahan paradigma penggunaan cara berpikir yang kreatif dalam mengimplementasikan pembelajaran di sekolah merupakan permasalahan yang cukup besar dihadapi dalam dunia pendidikan. Guru perlu memiliki wawasan yang luas dan terbuka dalam menerima perubahan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang bersifat kreatif. Kreativitas dapat dikembangkan melalui pembelajaran yakni salah satunya dengan mengimplementasikan suatu metode yang lebih banyak mengakomodasi berpikir divergen para peserta didik, antara lain melalui pembelajaran dengan pendekatan inquiry(pencaritahuan), menggunakan teknik sumbang saran (brain storming), pemberian contoh (suri teladan) melalui sikap, kebiasaan berpikir dan perilaku guru, mengakomodasi berpikir divergen melalui soal/tugas. Pengembangan kreativitas pada pasca pembelajaran antara lain dapat dilakukan melalui memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif, menggunakan atau memberi fasilitas beragam media agar pemikiran kreatif dapat diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Heru. 2010. Teori-Teori Mengenai Kreativitas. (http://v-class.gunadarma. ac.id/ mod/resource/view.php?id=15524.) diunduh tgl 3 Mei 2012

Cambell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius

Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Goman, Carol Kinsey. 1991. Kreativitas Dalam Bisnis: Suatu Pedoman Untuk Berpikir Kreatif -- Manajemen 50 Menit. Jakarta: Binarupa

Guilford, JP. 1968. Intellegence, Creativity and Their Educational Implication. San Diego, Calif: R. R. Kanpp

Himes, Gary K. Mengembangkan Gagasan Kreatif Anda, dalam Timpes, A. Dale (ed). 1992. Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Asri Media

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Child Development. London: MacGrwaw Hills. Inc

James R Evan. 1991. Berpikir Kreatif: dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Michael A West. 2000. Pengembangan Pibadi dan Profesi: Mengembangkan Kreativitas dalam Organisasi. Yogyakarta: Kanisius

Muhandar, Utami. 1977. Creativity and Education. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

……………….. 2002. Kreativitas dan Kerbekatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat.

Page 6: Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran

Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama

…………………. 2004. Pengembangan Emosi dan Kreativitas. Jakarta ; Rineka Cipta

…………………. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rawlinson. JG. 1986. Berpikir Kreatif dan Brain Storming. Jakarta: Erlangga

Rogers, C. 1982. Towards a Theory of Creativity. Dalam P.E Vernon (Ed.), Creativity. Middlesex: Penguin Books.

Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Grasindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rinka Cipta

Soesilo, T.D. 2000. Mengeksploitasi Nilai Plus Sekolah sebagai Modal Pengembangan, dalam

KOMPAS, 11 September 2000.

............. 2012. Pengembangan Kreativitas: Teori, Ciri, dan Proses Kreatif. Salatiga: Griya Media.

Torrance, EP. 1974. Norms-Technical Manual Torrance Test of Creative Thinking. Lexington, Massachusetts: Ginn & Company (Xerox Corparoration)

Petty, Geoffrey. 2002. How to be better at... creativity Memaksimalkan Potensi Kreatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Psychology Gunadarma University. 2012. Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan (http://psikologi-1pa05.blogspot.com/2012/03/pengembangan-kreativitas-dan.html) diunduh tgl 11 Juni 2012

Wycoff. J. 2002. Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan. (hhtp://www.suaramerdeka.com./harian/0312/15/kha 1.htm.) diunduh tgl 5 Mei 2012