pengembangan kreativitas anak

22
Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain » Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak: 1. Kesehatan Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi. 2. Intelegensi Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak- anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual. 3. Jenis kelamin Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

Upload: haver

Post on 19-Jul-2016

36 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Kreativitas Anak

Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain »

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:

1. KesehatanAnak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2. IntelegensiAnak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3. Jenis kelaminAnak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4. LingkunganAnak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5. Status sosial ekonomiAnak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang

Page 2: Pengembangan Kreativitas Anak

lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anakBermain mempengaruhi perkembangan fisik anakBermain dapat digunakan sebagai terapiBermain dapat mempengaruhi pengetahuan anakBermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anakBermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anakBermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A. Permainan Aktif

1. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasiDalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. DramaDalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3. Bermain musikBermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatuKegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah ragaDalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di

Page 3: Pengembangan Kreativitas Anak

samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B. Permainan Pasif

1. MembacaMembaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2. Mendengarkan radioMendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3. Menonton televisiPengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.(iis)

Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran Kelompok Bermain

Anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar yaitu usia tujuh tahun ternyata tidaklah benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4 – 6 tahun) pun sebenarnya sudah terlambat. Hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (Diktentis, 2003: 1), mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Pada dasawarsa kedua yaitu usia 18 tahun perkembangan jaringan otak telah mencapai 100%. Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0 – 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan.Data memperlihatkan bahwa layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih termasuk sangat memprihatinkan. Sampai dengan

Page 4: Pengembangan Kreativitas Anak

tahun 2001 (Jalal, 2003: 20) jumlah anak usia 0 – 6 tahun di Indonesia yang telah mendapatkan layanan pendidikan baru sekitar 28% (7.347.240 anak). Khusus untuk anak usia 4 – 6 tahun, masih terdapat sekitar 10,2 juta (83,8%) yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Masih banyaknya jumlah anak usia dini yang belum mendapatkan layanan pendidikan tersebut disebabkan terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini.Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Hal ini diperkuat oleh Hurlock (1991: 27) bahwa tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya.Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa: “Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar”.Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain, kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, jelas Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

1. Pembelajaran Bagi Anak Usia DiniBerdasarkan definisi Konsensus Knowles dalam Mappa (1994: 12) pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibenarkan atau dikendalikan. Sementara itu Abdulhak (2000: 25) menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah interaksi edukatif antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran

Page 5: Pengembangan Kreativitas Anak

lainnya. Pembelajaran di kelompok bermain jelas sangat berbeda dengan di sekolah, dimana pembelajaran dilakukan dalam suasana bermain yang menyenangkan.Anak-anak usia dini dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah, geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain (Supriadi, 2002: 40). Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra anak.Supriadi (2002: 40) menjelaskan bahwa Bruner dan Donalson dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek.2. Konsep KreativitasSupriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Persimpangan kreativitas tersebut – yang disebut dengan teori persimpangan kreativitas (creativity intersection)

Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:a. Aspek Kognitif. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:(1) keterampilan berpikir lancar (fluency);

Page 6: Pengembangan Kreativitas Anak

(2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility);(3) keterampilan berpikir orisinal (originality);(4) keterampilan memperinci (elaboration); dan(5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88)

b. Aspek Afektif. Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-ciri non-aptitude) yaitu:(a) rasa ingin tahu;(b) bersifat imajinatif/fantasi;(c) merasa tertantang oleh kemajemukan;(d) sifat berani mengambil resiko;(e) sifat menghargai;(f) percaya diri;(g) keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan(h) menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).

Torrance dalam Supriadi (Adhipura, 2001: 47) mengemukakan tentang lima bentuk interaksi guru dan siswa di kelas yang dianggap mampu mengembangkan kecakapan kreatif siswa, yaitu:(1) menghormati pertanyaan yang tidak biasa;(2) menghormati gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa;(3) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar atas prakarsa sendiri;(4) memberi penghargaan kepada siswa; dan(5) meluangkan waktu bagi siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.

Hurlock pun (1999: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, yaitu:(1) waktu,(2) kesempatan menyendiri,(3) dorongan,(4) sarana,(5) lingkungan yang merangsang,(6) hubungan anak-orangtua yang tidak posesif,(7) cara mendidik anak,(8) kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.

Amabile (Munandar, 2004: 223) mengemukakan empat cara yang dapat mematikan kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, persaingan/kompetisi antara anak, dan lingkungan yang membatasi. Sementara menurut Torrance dalam Arieti yaitu:(1) usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi;(2) pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak;

Page 7: Pengembangan Kreativitas Anak

(3) terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual;(4) terlalu banyak melarang;(5) takut dan malu;(6) penekanan yang salah kaprah terhadap keterampilan verbal tertentu; dan(7) memberikan kritik yang bersifat destruktif (Adhipura, 2001: 46).

Bagaimana usaha kita agar bayi dan balita tumbuh kembang optimal ?

Supaya bayi dan balita tumbuh kembang optimal mereka harus dicukupi kebutuhan-kebutuhan BIOFISIK dan PSIKOSOSIAL sejak di dalam kandungan.

Apa itu kebutuhan BIOFISIK untuk bayi dan balita ?

Kebutuhan biofisik adalah kebutuhan : nutrisi (ASI, makanan pendamping ASI), imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain.

Apa itu kebutuhan PSIKOSOSIAL untuk bayi dan balita ?

Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH. Kebutuhan ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi (rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan rangsangan untuk berpikir

Page 8: Pengembangan Kreativitas Anak

Apa itu STIMULASI DINI ? Apa manfaatnya ?

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.

Kapan dan bagaimana cara melakukan stimulasi dini ?

Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainanUmur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ?cilukba?, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau

Page 9: Pengembangan Kreativitas Anak

menunjukkan benda-benda.

Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan,

memakai celana – baju, bermain melempar bola, melompat.Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan secara profesional di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya, namun harus dilanjutkan terus di rumah (oleh pengasuh dan keluarga).

Pentingnya suasana ketika stimulasi dan pola asuh yang demokratik (otoritatif)

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu), Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin

Page 10: Pengembangan Kreativitas Anak

bermain yang lain. Apalagi pengasuh sedang marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita .Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan,.

Mengapa stimulasi dini bisa merangsang multipel inteligensia ?

Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut.Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia). Penulis: Soedjatmiko

Page 11: Pengembangan Kreativitas Anak

Apa peran bermain dalam tumbuh kembang anak ?Apa peran bermain dalam tumbuh kembang anak ?

Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.

Ada 5 karakteristik bermain, yaitu :

1. Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak.

2. Bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan tersebut atas kemaunannya sendiri.

3. Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.

4. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.

5. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain. Seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.

Page 12: Pengembangan Kreativitas Anak

Apa manfaat bermain untuk anak ?

Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat.

Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak

Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh, anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, pemecahan masalah, perkembangan bahasa dan bermain peran sosial.

Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani berbicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.

Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri.

Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar anak juga bertambah luas, kreativitas, kemampuan berbahasa dan peningkatan daya ingat anak.

Aspek ketajaman panca indera. Dengan bermain anak dapat lebih peka pada hal-hal yang berlangsung di lingkungan sekitarnya.

Aspek perkembangan kreativitas. Kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negatif menjadi positif dan lebih menyenangkan.

Dalam memilih alat bermain yang digunakan anak, sebaiknya :

1. Tidak berbahaya, seperti permainan yang memiliki sudut runcing, mengandung warna yang beracun, sambungan kurang kuat, mudah rusak, sebaiknya dihindari.

2. Bukan semata pilihan orangtua, bila orangtua cenderung memaksakan pilihannya, sementara anak tidak senang, anak akan menolak meski sebenarnya alat tersebut sangat bermanfaat.

3. Sesuai dengan usia anak.4. Tidak terlalu rumit, anak akan menjadi kurang berminat. sumber IDAI.or.i

Ada 5 karakteristik bermain, yaitu :

1. Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak.

Page 13: Pengembangan Kreativitas Anak

2. Bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan tersebut atas kemaunannya sendiri.

3. Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.

4. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.

5. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain. Seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.

Apa manfaat bermain untuk anak ?

Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat.

Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan ketrampilan anak

Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh, anak belajar menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak, mempertahankan hubungan, pemecahan masalah, perkembangan bahasa dan bermain peran sosial.

Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani berbicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan memperluas pergaulannya.

Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri.

Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya nalar anak juga bertambah luas, kreativitas, kemampuan berbahasa dan peningkatan daya ingat anak.

Aspek ketajaman panca indera. Dengan bermain anak dapat lebih peka pada hal-hal yang berlangsung di lingkungan sekitarnya.

Aspek perkembangan kreativitas. Kegiatan ini menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban.

Page 14: Pengembangan Kreativitas Anak

Kemampuan divergen ini yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negatif menjadi positif dan lebih menyenangkan.

Dalam memilih alat bermain yang digunakan anak, sebaiknya :

1. Tidak berbahaya, seperti permainan yang memiliki sudut runcing, mengandung warna yang beracun, sambungan kurang kuat, mudah rusak, sebaiknya dihindari.

2. Bukan semata pilihan orangtua, bila orangtua cenderung memaksakan pilihannya, sementara anak tidak senang, anak akan menolak meski sebenarnya alat tersebut sangat bermanfaat.

3. Sesuai dengan usia anak.4. Tidak terlalu rumit, anak akan menjadi kurang berminat. sumber

IDAI.or.i

Page 15: Pengembangan Kreativitas Anak

Kiat Memahami Dunia AnakAnne haireSetiap orang tua pasti ingin agar buah hatinya kelak tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, dan bertaqwa.

Harapan untuk menjadikan mereka yang terbaik, untuk kebaikan anak itu sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua perlu memahami dunia anak dengan baik.

Sebab, dunia mereka berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak-anak memiliki pribadi yang unik. Kadang kita merasa tingkah mereka lucu, tapi itulah dunia mereka. Sebagai orang tua harus memahami kreatifitas anak-anak dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.

Berikut ini kiat memahami dunia anak yang perlu kita ketahui, yaitu:

1. Suka meniru

Entah kita sadar atau tidak, apa yang kita ucapkan, kita lakukan, tentu akan ditiru anak-anak. Makanya kita sebagai orang tua harus memberikan contoh nyata atau keteladanan yang baik pada anak-anak.

Anak-anak adalah cermin orang tuanya. Tapi bukan hanya dari orang tua saja, anak-anak akan meniru dari lingkungan sekitar atau media lain seperti televisi. Orang tua harus selektif dalam hal ini.

2. Dunia anak adalah dunia bermain

Dengan demikian, hampir semua kegiatannya adalah bermain. Bermain sambil belajar (belajar sambil bermain), mengeksprolasi benda-benda yang ada di sekitar mereka merupakan kegiatan yang menyenangkan.

Arahkan pada permainan yang merangsang pertumbuhan otak dan fisiknya. Perhatikan dalam memilih mainan untuk anak-anak ataupun memilih permainan anak.

3. Masih berkembang

Page 16: Pengembangan Kreativitas Anak

Anak-anak masih berkembang baik secara fisik maupun phikis. Dengan melalui beberapa tahap, akan membentuk kepribadian anak itu sendiri.

4. Anak-anak tetaplah anak-anak

Mereka belum dewasa, maka jangan dibandingkan dengan orang dewasa. Baik dari pola pikirnya, apalagi dari fisiknya. Biarkan mereka menikmati dunia anaknya.

5. Kreatif

Selain tumbuh dan berkembang, anak-anak adalah pribadi yang kreatif, suka bertanya, rasa ingin tahu yang tinggi, suka berimajinasi. Kalau anak bertanya tentang sesuatu, jawablah sesuai usia anak. Penjelasan yang berbelit-belit akan susah diterima anak.

Sampaikanlah dengan bahasa anak-anak, bahasa yang mudah di mengerti, sesuai kemampuan mereka dalam menerima informasi baru.

Anda tidak perlu bosan dengan pertanyaannya yang berulang kali. Justru, Andalah yang seharusnya memahami dunia anak dengan baik. Ciptakan rumah sebagai tempat untuk memancing kreativitas anak

6. Ketika ada permasalahan, jangan buru-buru menyalahkan anak.

Lebih baik Anda dan pasangan Anda berintrospeksi terlebih dahulu. Pilihlah kata-kata yang tepat bila ingin mengkritik anak. Perhatikan juga nada bicara Anda

7. Perbanyak membaca buku atau bacaan lain yang bermanfaat.

Untuk lebih memahami dunia anak, atau bisa juga melihat program acara yang berkaitan dengan pola asuh.

8. Kenali karakter anak.

Setiap anak itu unik. Anda tidak perlu membanding-bandingkannya dengan yang lain. Yang perlu Anda lakukan adalah membantu mengenali potensinya dan mengarahkannya. Tidak ada salahnya memberi reward pada anak, seperti pujian, hadiah, dan lain sebagainya.

9. Untuk lebih memahami dunia anak.

Buka diri dengan teman-teman yang lebih berpengalaman sekedar berbagi cerita atau diskusi. Bila diperlukan, Anda dapat pergi berkonsultasi dengan Psikolog. Tidak perlu malu. Psikolog bukanlah tempat bagi anak yang bermasalah saja

10. Libatkan anak ketika Anda dan pasangan akan membuat peraturan di rumah.

Page 17: Pengembangan Kreativitas Anak

Seperti, membiasakan anak memperkenalkan teman-temannya pada Anda, selaku orang tua. Meski demikian, jangan paksakan keinginan Anda. Dan, Anda harus konsekuen dengan hasil perjanjian antara orang tua dan anak.

Bermain adalah dunia anak, karena anak-anak pada usia dini memahami dunia sekitarnya secara alami melalui bermain. Bagi anak, bermain bukan sekedar kesenangan, melainkan juga merupakan sarana belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan watak dan sosialisasi.

Untuk mengoptimalkan waktu bermain anak diperlukan adanya program bermain yang terencana, yang dikembangkan berdasarkan tahap-tahap tumbuh-kembang dan minat, bakat serta kondisi lingkungan di mana anak tinggal.

Para pakar pendidikan sepakat, usia dini (0 – 5 tahun) adalah usia emas (golden age) yang sangat berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya karena perkembangan IQ, EQ, dan SQ berkembang sampai 80%.

Dengan membiarkan anak bermain sesuai kemampuan dan bakatnya akan menumbuhkan keterampilan psikomotorik anak, baik psikomotorik kasar maupun psikomotorik halus.

Cara yang efektif dalam mendidik anak usia dini adalah melalui pendekatan saat anak bermain sendiri atau berkelompok, orangtua maupun tenaga pendidik bisa menjadi teman bermain, mengarahkan serta mengajak anak berpikir menggunakan logika dan membedakan mana yang baik dan yang tidak baik.

Ingatlah bahwa orangtua merupakan pendidik utama, dan pertama, serta terbaik untuk anak.

sumber : perempuan