pengembangan instrumen penilaian berbasis higher …digilib.unila.ac.id/57920/3/tesis tanpa bab...

91
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD (Tesis) Oleh KOMANG OKAYANA PRODI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER

ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN

TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD

(Tesis)

Oleh

KOMANG OKAYANA

PRODI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER

ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN

TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD

Oleh

KOMANG OKAYANA

Masalah dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu pendidik belum

mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS. Oleh karena itu, penelitian

ini bertujuan mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak

secara teori dan empirik pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV

SD.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

(research and development). Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas IV

SD Gugus Raden Intan Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah,

Lampung. Sampel ditentukan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak

20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta didik kelas IV

SD Negeri 1 Swastika Buana, 13 peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Sakti Buana

dan 16 peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Sakti Buana. Data dikumpulkan melalui

lembar angket dan soal tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang

dikembangkan layak secara teori dan empirik. Kelayakan secara teori instrumen

Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

penilaian berdasarkan penilaian dari 3 ahli termasuk dalam kategori sangat baik,

relevan, representatif, praktis, diskriminatif, spesifik, dan proporsional. Kelayakan

secara empirik instrumen penilaian berdasarkan analisis butir soal pilihan ganda

dan uraian adalah seluruh soal telah valid dan memiliki reliabilitas tinggi.

Kata Kunci: HOTS, instrumen penilaian, tematik terpadu.

Komang Okayana

Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF HIGHER ORDER THINKING SKILLS

(HOTS)-BASED ASSESSMENT INSTRUMENT ON INTEGRATED

LEARNING FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF

ELEMENTARY SCHOOL

By

KOMANG OKAYANA

A large body of data concerning the importance of higher order thinking skills

(HOTS) in education has been reported. However, many teachers have not yet

developed their HOTS-based assessment instruments. Therefore, this study was

aimed at developing a higher order thinking skills (HOTS)-based test instrument

that is empirically and theoretically feasible for integrated thematic learning of the

fourth-grade students in elementary schools.

This study was conducted through a Research and Development (R&D)

methodology with a population of fourth-grade students in elementary schools in

Seputih Banyak Sub-district, Central Lampung by using a purposive sampling. A

total of 64 participants took part in this study. Twenty of them were students of SD

Negeri 3 Swastika Buana, fifteen were students of SD Negeri 1 Swastika Buana,

thirteen were from SD Negeri 1 Sakti Buana, and the rest were from SD Negeri 2

Sakti Buana. The data were collected by using questionnaires and tests.

The results show that the test instrument developed was theoretically feasible

based on the judgement made by three experts. This fell into very good category

Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

and was relevant, representative, practical, descriminatory, specific and

proportional. Besides, the empirical feasibility of the assessment instrument was

based on the multiple-choice items and essay questions analyses, which were valid

with high reliability.

Key words: assessment, higher order thinking skills (HOTS), integrated learning,

thematic learning

Komang Okayana

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER

ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN

TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD

Oleh

KOMANG OKAYANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta
Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta
Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta
Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Komang Okayana lahir di Rumbia

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 4 Oktober 1994.

Peneliti merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan

Bapak I Wayan Ludra dan Ibu Ni Ketut Jati.

Riwayat pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 1 Swastika Buana,

Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun

2006. Pada tahun 2006 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP

Paramarta 1 Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun

2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak,

Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012

melanjutkan studi ke Universitas Lampung Program Studi S1 Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) lulus pada tahun 2016. Kemudian melanjutkan studi

sebagai mahasiswa S2 Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Lampung pada tahun 2017.

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

MOTO

Tiada yang abadi di dunia ini, segala sesuatunya akan berubah.

(Bhagavad Gita, II.13)

Aku percaya bahwa aku bisa melakukan,

meskipun pada awalnya aku tidak memiliki kapasitasnya.

(Mahatma Gandhi)

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukurAtas anugrah Tuhan Yang

Maha Esa, tesis ini kupersembahkan kepada

Para Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan

ilmu yang sangat berharga melalui ketulusan dan

kesabarannya kepada Saya.

Almamater tercinta, Universitas Lampung

Ayahku I Wayan Ludra dan Ibuku Ni Ketut Jati yang selalu

memberi semangat dan motivasi

dalam penelitian ini.

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

i

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

anugrah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Pengembangan

Instrumen Penilaian Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada

Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas IV SD” adalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan tesis ini dapat terwujud berkat adanya bimbingan, masukan, dan

bantuan dari berbagai pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Hasriadi Mat Akin, M. P., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberi kesempatan kepada peneliti menempuh studi

Magister Keguruan Guru SD Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada peneliti

dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana FKIP

Universitas Lampung yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk yang

bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

Page 14: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

ii

5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., Ketua Program Studi Magister Keguruan

Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung dan Ahli Materi yang telah

memberikan masukan, nasihat, motivasi yang berarti dengan penuh kesabaran

sehingga penyusunan tesis ini dapat berjalan dengan lancar.

6. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Pembahas. Terima kasih atas kritik dan

saran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Penguji II. Terima kasih atas kritik dan saran

yang berharga dalam penyusunan tesis ini.

8. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku pembimbing I telah membimbing dan

memberikan nasihat, saran-saran, dan motivasi yang berarti dengan penuh

kesabaran sehingga penyusunan tesis ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan nasihat, saran-saran,

dan motivasi yang berarti dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan tesis

ini dapat berjalan dengan lancar.

10. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ahli Evaluasi yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan motivasi dan saran dalam penyusunan produk.

11. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ahli Bahasa yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan motivasi dan saran dalam penyusunan produk.

12. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Magister Keguruan Guru

Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang

berharga, motivasi, dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis

ini.

Page 15: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

iii

13. Ibu N. Suratmi, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Swastika Buana yang telah

memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

14. Bapak Sungkono, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 3 Swastika Buana yang telah

memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

15. Ibu Asmawati, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Sakti Buana yang telah

memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

16. Bapak Wayan Merte, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah

memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

17. Bapak Wayan Suka Wiijaya., selaku guru SD Negeri 1 Swastika Buana yang

telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan

motivasi alam menyelesaikan tesis ini.

18. Ibu Ni Kadek Widya Wati S.Pd., selaku guru SD Negeri 3 Swastika Buana

yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

19. Ibu Meta Febriani S.Pd., selaku guru SD Negeri 1 Sakti Buana yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan motivasi

dalam menyelesaikan tesis ini.

20. Bapak I Made Sudiarta S.Pd., selaku guru SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan motivasi

dalam menyelesaikan tesis ini.

Page 16: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

iv

21. Siswa kelas IV SD Negeri 1 Swastika Buana, SD Negeri 3 Swastika Buana, SD

Negeri 1 Sakti Buana dan SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah berpartisipasi

aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga kalian

menjadi anak yang bertaqwa, cerdas, dan berprestasi.

22. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu mendukung, mendo’akan, menjadi teman

berbagi sedih dan bahagia.

23. Sahabat-sahabat angkatan 2017 Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar yang

telah menghadirkan semangat kebersamaan yang tak terlupakan.

24. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas

do’a dan dukungan yang diberikan.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

dari Tuhan Yang Maha Esa dan peneliti berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi

dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas penilaian.

Bandar Lampung, Juni 2019

Peneliti,

Komang Okayana

Page 17: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

G. Spesifikasi Produk ......................................................................................... 8

II. KAJIAN TEORI

A. Instrumen Penilaian ...................................................................................... 9

1. Pengertian Instrumen Penilaian ............................................................... 9

2. Syarat Instrumen Penilaian Bermutu ..................................................... 10

3. Instrumen Penilaian Tes Tertulis ........................................................... 12

4. Langkah-langkah Pokok Mengembangkan Tes ..................................... 14

B. Higher Order Thinking Skills (HOTS) ...................................................... 17

1. Pengertian HOTS .................................................................................. 17

2. Karakteristik HOTS .............................................................................. 18

3. Langkah-langkah Menyusun Soal HOTS ............................................. 20

C. Pembelajaran Tematik Terpadu .................................................................. 22

Page 18: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

vi

D. Model Problem Based Learning (PBL) ...................................................... 24

1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) ............................ 24

2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL) .................... 25

E. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 27

F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 31

G. Hipotesis ..................................................................................................... 35

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 36

B. Prosedur Penelitian .................................................................................... 36

1. Potensi dan Masalah ............................................................................. 38

2. Pengumpulan Data dan Perencanaan .................................................... 38

3. Desain Produk ...................................................................................... 39

4. Validasi Desain ..................................................................................... 39

5. Revisi Desain Produk ............................................................................ 41

6. Uji Coba Produk .................................................................................. 41

7. Produk Akhir ....................................................................................... 42

C. Setting Penelitian ....................................................................................... 42

1. Tempat Penelitian ................................................................................. 42

2. Waktu Penelitian .................................................................................. 42

3. Objek Penelitian ................................................................................... 42

D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 43

1. Populasi ............................................................................................... 43

2. Sampel ................................................................................................ 43

E. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................................... 44

1. Tehnik Nontes ..................................................................................... 44

2. Tehnik Tes ........................................................................................... 44

F. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Oprasiolal .......... 46

1. Variabel Penelitian ............................................................................. 46

2. Definisi Konseptual ............................................................................ 46

3. Definisi Oprasional ............................................................................. 47

Page 19: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

vii

G. Instruman Penilaian ................................................................................. 48

1. Angket ................................................................................................ 48

2. Tes Tertulis .......................................................................................... 53

H. Tehnik Analisis Data ............................................................................... 59

1. Analisis Data Kuantitatif .................................................................... 59

2. Analisis Data Kualitatif ...................................................................... 60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah ............................................................................................. 61

B. Hasil Penelitian dan Pengembangan ......................................................... 62

1. Potensi Masalah .................................................................................. 63

2. Pengumpulan Data dan Perencanaan .................................................... 63

3. Desain Produk ....................................................................................... 65

4. Validasi Desain ..................................................................................... 65

5. Revisi Produk ........................................................................................ 77

6. Uji Coba Produk Kelas Besar ................................................................ 77

7. Produk Akhir ........................................................................................ 84

C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 85

1. Kelayakan Teori ................................................................................. 86

2. Kelayakan Empirik ............................................................................. 88

D. Kelebihan Instrumen Berbasis HOTS ....................................................... 89

E. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Penilaian Berbasis HOTS ... 90

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................... 91

B. Implikasi ................................................................................................... 91

C. Saran .......................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

Page 20: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian .................................. 3

2. Analisis Soal UTS ........................................................................................... 3

3. Spesifikasi Produk .......................................................................................... 8

4. KI dan KD Aspek Pengetahuan Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sub

Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku ............................................... 24

5. Jumlah Populasi Penelitian .......................................................................... 43

6. Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan .......................................................... 48

7. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk PG .................................. 49

8. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk PG ............................... 49

9. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk PG ................................. 50

10. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk Uraian ............................ 50

11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk Uraian ......................... 51

12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk Uraian ........................... 51

13. Kisi-kisi Angket Respon Praktisi Terhadap Kemenarikan dan Kemudahan

Penggunaan Instrumen Penilaian ................................................................. 52

14. Konversi Nilai Ahli ...................................................................................... 53

15. Interpretasi Validitas Butir Soal ................................................................... 54

16. Derajat Reliabilitas ....................................................................................... 56

17. Kriteria Daya Pembeda ................................................................................ 57

18. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ........................................................ 58

19. Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal ............................................... 59

20. Data Keadaan Sekolah Dasar Kecamatan Seputih Banyak Tahun Ajaran

2018/2019 ....................................................................................................... 61

21. Validasi Ahli Evaluasi Pilihan Ganda dan Uraian ........................................... 67

Page 21: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

ix

22. Validasi Ahli Materi Pilihan Ganda dan Uraian ................................................ 68

23. Validasi Ahli Bahasa Pilihan Ganda dan Uraian ................................................ 69

24. Uji Validitas Instrumen Tes Pilihan Ganda .................................................. 70

25. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Pilihan Ganda .............................................. 71

26. Tingkat Kesukaran Produk Soal Pilihan Ganda ............................................ 72

27. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda .................................................. 72

28. Efektivitas Distraktor Produk Soal Pilihan Ganda ........................................ 73

29. Validitas Soal Uraian Kelas Kecil ................................................................ 73

30. Reliabilitas Soal Uraian Kelas Kecil ............................................................. 74

31. Tingkat Kesukaran Soal Uraian Kelas Kecil ............................................... 75

32. Daya Beda Soal Uraian Kelas Kecil ............................................................. 75

33. Hasil Penilaian Praktisi Kelas Kecil ............................................................ 76

34. Validitas Soal Pilihan Ganda Kelas Besar ................................................... 78

35. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Kelas Besar ............................................... 78

36. Tingkat Kesukaran Produk Soal Pilihan Ganda ........................................... 79

37. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda ................................................. 79

38. Efektivitas Distraktor Produk Soal Pilihan Ganda ....................................... 80

39. Validitas Soal Uraian Kelas Besar ............................................................... 80

40. Reliabilitas Soal Uraian Kelas Besar ............................................................ 81

41. Tingkat Kesukaran Soal Uraian Kelas Besar ............................................... 81

42. Daya Beda Soal Uraian Kelas Besar ............................................................ 82

43. Hasil Uji Praktisi Guru Kelas Besar ............................................................. 83

Page 22: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Berpikir ................................................................................ 34

2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan ................................................... 37

Page 23: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik .......................................................... 99

2. Analisis Soal UTS ...................................................................................... 102

3. Validasi Ahli .............................................................................................. 105

4. Uji Praktisi /Keterbacaan ........................................................................... 126

5. Kisi-kisi Soal ............................................................................................. 136

6. Uji Kelayakan Instrumen Pilihan Ganda Kelas Kecil ................................ 141

7. Uji Kelayakan Instrumen Uraian Kelas Kecil ............................................ 152

8. Uji Kelayakan Instrumen Pilihan Ganda Kelas Besar ................................ 156

9. Uji Kelayakan Instrumen Uraian Kelas Besar ............................................ 165

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 169

11. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 183

12. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................ 187

13. Kalibrasi Soal ............................................................................................... 191

14. Foto Kegiatan Penelitian ............................................................................ 193

Page 24: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demi tercapinya

tujuan pendidikan tersebut, pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus

berpedoman pada undang-undang yang mengatur tentang standar dalam

melaksanakan pembelajaran. Menurut PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar

Nasional Pendidikan, Terdapat 8 standar dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu

Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Tenaga

Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar

Pembiayaan, Standar Penilaian.

Suksesnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah, seharusnya semua standar

harus dipahami utuh oleh pendidik tanpa terkecuali standar penilaian. Menurut

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Standar

Penilaian adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,

Page 25: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

2

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan

sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar

dan pendidikan menengah. Penilaian yang dilaksanakan oleh pendidik harus

sesuai dengan standar penilaian pendidikan yang ditetapkan oleh Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 bahwa “pengaturan

mengenai penilaian pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan dan

kebutuhan dalam penilaian hasil belajar”. Dari peraturan di atas dijelaskan bahwa

penilaian pendidikan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta

didik. Pendidik dalam menyusun penilaian harus sesuai dengan perkembangan

dan kebutuhan peserta didik saat ini yaitu pembelajaran abad 21 yang menuntut

peserta didik memiliki keterampilan 4C (creativity, critical thinking,

comunication, and colaboration ), pendekatan dalam pembelajaran abad 21 yaitu

scientific aproach. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, pendekatan scientific

aproach terdiri dari 5M dalam kegiatan proses pembelajaranya yaitu mengamati,

menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran

dengan pendekatan scientific aproach lebih relevan jika mengaplikasikan model

pembelajaran salah satunya adalah problem based learning (PBL).

Hasil analisis kebutuhan pra survei melalui angket, pada lampiran 1

halaman 99 yang dilaksanakan pada tanggal 24–27 Oktober 2018 dengan

sasaran 30 orang pendidik kelas IV di gugus Raden Intan Kecamatan

Seputih Banyak yang menerapkan Kurikulum 2013 terdapat pada Tabel 1.

Page 26: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

3

Tabel 1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian.

No Pertanyaan Jawaban Persentase Ya Tidak Ya Tidak

1 Apakah disekolah bapak/ibu telah menerapkan

kurikulum 2013? 30 0 100% 0%

2 Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan

kurikulum 2013? 15 15 50% 50%

3 Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan

pengembangan instrumen penilaian? 0 30 0% 100%

4 Apakah bapak/ibu sudah pernah mengembangkan

instrumen penilian berbasis HOTS? 0 30 0% 100%

5 Apakah bapak/ibu membuat kisi-kisi soal sebelum

membuat soal? 5 25 16% 84%

6 Apakah instrumen penilaian yang bapak/ibu buat

dianalisis setiap butir soalnya? 0 30 0% 100%

Sumber: Analisis kebutuhan pra survey pendidik SD di Kecamatan Seputih Banyak (Lampiran 1 halaman 101)

Berdasarkan tabel 1. terdapat 100% pendidik sudah menerapkan kurikulum

2013 namun 50% belum pernah mengikuti pelatihan kurikulum 2013.

Sebanyak 100% pendidik belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan

instrumen dan 100% pendidik belum pernah mengembangkan instrumen

penilaian HOTS. Selain itu sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi

soal dan 100% pendidik belum pernah menganalisis setiap butir soal yang

dibuat.

Hasil observasi lanjutan mengenai soal UTS pada hari Senin, 19 November

2018 yang dilakukan oleh peneliti pada tema 1 Indahnya Kebersamaan sub

tema I dan II di kelas IV SDN 2 Sakti Buana tentang soal UTS yang dibuat

oleh pendidik berjumlah 30 soal tergolong mudah, hasil analisis butir soal

yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Soal UTS

Nama Sekolah Kriteria Jumlah Persentase

SD Negeri 2 Sakti Buana Berbasis HOTS 5 16%

Belum berbasis HOTS 25 84%

Sumber: Dokumentasi soal UTS kelas IV SDN 2 Sakti Buana. (Lampiran 2 halaman 102)

Page 27: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

4

Berdasarkan tabel 2 terdapat 84% soal konvensional dan 16% berbasis HOTS

artinya soal pilihan ganda yang dibuat oleh pendidik masih perlu ditingkatkan

kualitasnya, sehingga benar-benar mampu membedakan antara peserta didik

yang pandai dan kurang pandai.

Mengatasi kesenjangan antara kebijakan pemerintah tentang standar penilaian dan

permasalahan pendidik belum membuat instrumen sesuai perkembangan peserta

didik abad 21, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan instrumen

penilaian HOTS sesuai tuntutan perkembangan abad 21. Pengembangan

instrumen penilaian yang meliputi kisi- kisi soal, analisis butir soal, pedoman

penilaian, dan rubik penilaian yang dapat melatih kemampuan peserta didik untuk

berpikir tingkat tinggi sesuai perkembangan peserta didik di abad 21. Instrumen

penilaian berbasis HOTS sangat diperlukan dalam pembelajaran abad 21 karena

instrumen penilaian HOTS sesuai dengan pembelajaran abad 21 yang menuntut

peserta didik berpikir tingkat tinggi dan terbiasa menyelesaikan masalah sesuai

lingkunganya serta menjadi generasi ideal yang mampu menghadapi segala

tantangan abad 21. Selain itu, hasil penelitian Samritin dan Suryanto (2016: 93)

juga menjelaskan bahwa HOTS sangat penting karena dapat melatih kemampuan

peserta didik untuk melakukan proses tugas-tugas kompleks atau masalah yang

melibatkan koneksi, penyelesaian masalah, dan penalaran matematis.

Pembelajaran HOTS menjadikan peserta didik memiliki ketajaman analitis,

kemampuan untuk mensintesis, dan kemampuan evaluasi yang baik terhadap

permasalahan yang dihadapinya.

Page 28: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

5

SD Negeri 2 Sakti Buana membutuhkan pengembangan Instrumen penilaian

berbasis HOTS untuk mendukung perkembangan peserta didik sesuai dengan

tuntutan perkembangan jaman abad 21. Kepala sekolah dan pendidik mendukung

pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS di SD Negeri 2 Sakti Buana.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian

Berbasis HOTS pada Pembelajaran Tematik Terpadu Peserta Didik Kelas IV SD.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Sebanyak 50% pendidik belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013.

2. Pendidik belum mengikuti pelatihan pengembangan instrumen penilaian.

3. Pendidik belum mengembangkan instrumen penilian HOTS.

4. Sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal sebelum membuat

soal.

5. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir soal yang dibuat.

6. Sebanyak 84% instrumen soal UTS belum berbasis HOTS.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti membatasi masalah agar

penelitian ini dapat dilakukan secara fokus dan mendalam. Peneliti membatasi

penelitian ini tentang pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada

tema 8 Daerah Tempat Tinggalku sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

kelas IV SD dalam bentuk tes pilihan ganda dan uraian. Instrumen penilaian ini

Page 29: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

6

adalah instrumen penilaian HOTS yang melatih peserta didik memecahkan

masalah, mampu berargumen, mampu mengambil keputusan, mampu

menghubungkan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan

permasalahan dan mampu mempunyai banyak solusi dalam mejawab pertanyaan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kelayakan secara teori instrumen penilaian berbasis HOTS

pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD?

2. Bagaimanakah kelayakan secara empirik instrumen penilaian berbasis HOTS

pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori

pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.

2. Menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara empirik

pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.

Page 30: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

7

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas mengenai

Instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu peserta

didik kelas IV SD, sehingga informasi tersebut diharapkan memberikan manfaat

secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis.

a. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang cara

mengembangkan instrumen berbasis HOTS pada pembelajaran tematik

terpadu peserta didik kelas IV SD.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

penelitian selanjutnya

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih peserta didik memecahkan

masalah, berargumen, mengambil keputusan, menghubungkan ilmu

pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan, dan

mempunyai banyak solusi dalam mejawab pertanyaan.

b. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidik

untuk mengembangkan instrumen berbasis HOTS pada pembelajaran

tematik terpadu peserta didik kelas IV SD di sekolahnya dan mengetahui

pentingnya menganalisis butir soal pilihan ganda dan uraian.

Page 31: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

8

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk

mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran

tematik terpadu peserta didik kelas IV SD dan meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah tersebut.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan pengalaman langsung

dalam proses membuat instrumen penilaian sampai dengan proses

menganalisis.

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. Spesifikasi Produk

No Spesifikasi Produk Lama Spesifikasi Produk Baru

1 Instrumen penilaian melatih peserta

didik mengerjakan soal tingkatan

mengetahui.

Instrumen penilaian melatih peserta

didik memecahkan masalah,

berargumen, mengambil keputusan,

menghubungkan ilmu pengetahuan

dalam pembelajaran untuk

menyelesaikan permasalahan, dan

banyak solusi dalam menjawab

pertanyaan.

2 Instrumen penilaian belum berbasis

HOTS. Instrumen soal berbasis HOTS.

3 Belum terdapat kisi-kisi instrumen

soal.

Sudah terdapat kisi-kisi instrumen

soal.

4 Belum terdapat pedoman

penskoran. Terdapat pedoman penskoran.

5 Instrumen belum dianalisis masing-

masing butir soalnya.

Instrumen dianalisis masing-

masing butir soalnya.

6 Instrumen belum di uji validitas,

reabilitas, tingkat kesukaran, daya

bedanya.

Instrumen di uji validitas,

reabilitas, tingkat kesukaran, daya

beda nya.

Page 32: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

9

II. KAJIAN TEORI

A. Instrumen Penilaian

1. Pengertian Instrumen Penilaian

Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran dilakukan oleh pendidik dalam

rangka mengevaluasi ketercapaian kompetensi peserta didik. Kegiatan

evaluasi oleh pendidik memerlukan instrumen atau alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi

persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur untuk

mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu

variabel. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai

capaian pembelajaran peserta didik, misalnya tes dan skala sikap

(Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014). Menurut Sugiyono (2010: 148)

Instrumen penilaian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Azwar (1997: 25) Instrumen

penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data, dapat

berupa tes atau nontes. Instrumen penilaian adalah alat untuk mengukur

sejauh mana peserta didik telah meningkatkan pembelajaran mereka

berdasarkan standar (Mangiante (2013: 222). Menurut Suryana (2015: 457)

Instrumen penilaian adalah alat penilaian yang akan digunakan pendidik

Page 33: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

10

untuk menilai ketercapaian peserta didik melalui tehnik tes maupun non tes.

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen

penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta

didik melalui tehnik tes maupun non tes. Adapun instrumen penilaian yang

dikembangkan yaitu instrumen tes.

2. Syarat Instrumen Penilaian Bermutu

Penilaian yang akan dilaksanakan oleh pendidik harus memenuhi

persyaratan atau kriteria agar instrumen tersebut bermutu. Menurut Arifin

(2009: 69); Suryana (2015: 457) mengemukakan syarat instrumen

dikatakan bermutu jika memenuhi karakteristik instrumen penilaian yaitu

valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, dan

proporsional.

1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul

mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.

2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau andal jika

ia mempunyai hasil yang taat asas.

3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.

4. Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari

seluruh materi yang disampaikan.

5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi

syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis.

6. Deskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian

rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil

apapun.

7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk

objek yang diukur.

8. Proporsional, artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan

yang proporsional antara sulit, sedang, dan mudah.

Menurut Suryanto (2011: 1.10) terdapat 8 syarat instrumen bermutu yaitu:

1. Berorientasi pada Pencapaian Kompetensi.

Penilaian harus dapat mengukur ketercapaian kompetensi yang telah

ditetapkan.

Page 34: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

11

2. Valid.

Penilaian yang dilakukan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

3. Adil.

Penilaian harus adil dan menyeluruh kepada peserta didik.

4. Objektif.

Dalam menilai harus menjaga objektivitas proses dan hasil penilian.

5. Berkesinambungan.

Penilian yang dilaksanakan harus terencana, bertahap, teratur, terus-

menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil

belajar dan perkembangan peserta didik.

6. Menyeluruh.

Penilaian yang dilakukan mampu menilai keseluruhan kompetensi yang

telah ditetapkan.

7. Terbuka.

Kreteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga

keputusan hasil belajar peserta didik jelas.

8. Bermakna.

Hasil penilaian harus memiliki makna bagi peserta didik.

Menurut Arikunto dalam Suryana (2015:426-427) mengemukakan syarat

instrumen bermutu jika memenuhi karakteristik instrumen penilaian yaitu:

1. Validitas.

Penilaian benar-benar tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur.

2. Rebilitas.

Hasil tes yang dilaksanakan oleh pendidik menunjukan ketetapan.

3. Objektivitas.

Suatu evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa

adanya interpretasi yang tidak ada hubunganya dengan alat evaluasi

tersebut.

4. Praktikabilitas.

Alat evaluasi harus praktis dan mudah pengadministrasiannya.

5. Ekonomis.

Alat evaluasi tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga

yang banyak, dan waktu yang lama.

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan syarat instrumen

penilaian bermutu yaitu memenuhi karakteristik instrumen penilaian

diantaranya valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, diskriminatif,

spesifik, dan proporsional. Oleh karena itu, instrumen penilaian yang baik

harus memenuhi syarat instrumen penilaian bermutu.

Page 35: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

12

3. Instrumen Penilaian Tes Tertulis.

Menurut Rosidin (2016: 50) instrumen penilaian tes tertulis adalah

seperangkat pertanyaan dan tugas dalam bentuk tulisan yang direncanakan

untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta

didik. Instrumen tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang

diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Majid 2017: 264).

Menurut Sudijono (2013: 67) Instrumen penilaian tes tertulis adalah suatu

alat yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang

pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik

berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah

yang harus dikerjakan dalam bentul tertulis.

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan instrumen penilaian tes

tertulis adalah seperangkat pertanyaan dan tugas dalam bentuk tulisan yang

direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang

kemampuan peserta didik.

Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah instrumen penilaian pilihan

ganda karena instrumen penilaian yang digunakan PISA untuk melatih

keterampialan berpikir tingkat tinggi peserta didik adalah instrumen

penilaian pilihan ganda (OECD, 2016:3). Selain instrumen penilaian pilihan

ganda, instrumen penilaian uraian juga dikembangkan karena pendidik

memerlukan instrumen penilaian uraian untuk melatih kemampuan peserta

didik berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan cara menjawab tes, dibedakan menjadi 2 yaitu:

Page 36: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

13

1. Tes Objektif.

Menurut Arikunto (2009: 165) tes objektif adalah tes untuk menilai hasil

belajar yang telah diberikan oleh pendidik kepada murid-muridnya

dalam jangka waktu tertentu dan dalam pemeriksaannya dilakukan

secara objektif. Tes objektif adalah tes untuk menilai hasil belajar secara

objektif dalam tipe pilihan ganda, benar salah, dan menjodohkan

(Sudjana 2009: 44).

Sejalan dengan pendapat di atas, Menurut Anwar (2009: 30) tes objektif

adalah tes yang bersifat jelas, terhindar dari unsur rekayasa, dan nilai

yang dihasilkan apa adanya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat

disimpulkan tes objektif adalah tes untuk menilai hasil belajar secara

objektif dalam tipe pilihan ganda, benar salah, dan menjodohkan.

2. Tes Uraian.

Kubiszyn & Borich (dalam Anwar 2009: 71) tes uraian adalah tes yang

menuntut jawaban dengan kemampuan kognitif yang kompleks.

Grounlund & Linn (dalam Anwar 2009: 71) tes uraian adalah tes yang

digunakan untuk mengukur tujuan pencapaian hasil belajar aspek yang

kompleks. Dianjurkan perancang tes mengukur kemampuan peserta tes

dalam bentuk analisis, mengorganisasi dan mengekspresikan ide-ide

tentang sesuatu.

Tes uraian merupakan penilaian hasil belajar dalam bentuk

pertanyaan tertulis yang menuntut jawaban: membandingkan,

menguraikan, menjelaskan, memberi alasan, dengan

menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Menulis soal bentuk

uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam

merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa

materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian,

yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan

Page 37: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

14

dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan

secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang

diukur dan digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai

dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam

penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman

penskoran (Sudjana, 2009: 35).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan tes uraian adalah

penilaian hasil belajar, dalam bentuk pertanyaan tertulis yang menuntut

jawaban: membandingkan, menguraikan, menjelaskan, memberi alasan,

dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

4. Langkah-langkah Pokok Mengembangkan Tes

Menurut Purwanti, et.al. (2008: 4.15-4.19) mengembangkan tes sebagai

instrumen penilaian proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur

suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan

peserta didik terhadap meteri berupa seperangkat kompetensi dan dalam

kenyataan di lapangan sebagian pendidik menggunakan teknik tes sebagai

upaya untuk mengukur hasil belajar tersebut. Terdapat langkah- langkah

pokok yang harus dilewati dalam mengembangkan tes adalah sebagai

berikut:

1. Perencanaan tes

a) Menentukan cakupan materi yang akan diukur

Langkah ini dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar

spesifikasi. Terdapat lima langkah dalam mengembangkan kisi-kisi

tes, yaitu: menulis kompetensi dasar, menulis materi pokok,

menemukan indikator, menentukan jumlah soal, dan nomor soal.

b) Menentukan tentuk tes

Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila

didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia

untuk memerikasa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan

karakteristik jumlah mata pelajaran yang diujikan.

c) Menetapkan panjang tes

Langkah menetapkan panjang tes, meliputi beberapa waktu yang

Page 38: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

15

tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan

jumlah butir tes yang akan dikembangkan.

2. Menulis butir pertanyaan

a) Menulis draft soal

Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir

pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban.

b) Memantapkan validitas isi (content validity)

Validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang

menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan

isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun, apakah semua

materi telah terjabar dalam butir soal, dan apakah soal yang telah

disusun telah pula sesuai ranah yang akan diukur.

c) Melakukan uji coba (try out)

Melakukan uji coba dapat dilakukan dengan berbagai kepentingan

diantaranya adalah untuk: analisis butir soal, bagaimana rencana

pelaksanaan, memperhatikan penggunaan waktu pengerjaan,

kejelasan format tes, kejelasan petunjuk pengisian, dan pemahaman

bahasa yang digunakan.

d) Revisi soal

Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis masalah untuk

mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang

komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan

kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk: (1) eliminasi butir-

butir soal yang jelek, (2) menambah butir-butir baru, (3)

memperjelas petunjuk, dan (4) memodifikasi format dan urutan.

3. Melakukan pengukuran dengan tes

a) Menjaga objektivitas pelaksanaan tes

Pendidik harus menjaga objektivitas, baik dalam pengawasan,

menjaga kerahasiaan soal, dan kode etik penyelenggaraan tes

yang lain. Setelah ujian dilaksanakan langkah berikutnya adalah

koreksi, kemudian berdasarkan data hasil analisis tersebut akan

diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.

b) Memberikan skor pada hasil tes

Memberikan skor sebagai penghargaan terhadap setiap soal yang

dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor

mentah, angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab

benar oleh peserta didik.

c) Melakukan analisis hasil tes

Analisis butir soal pada tes tulis merupakan bagian penting dalam

pengembangan tes agar diperoleh soal yang bermutu. Tujuan

kegiatan analisis adalah menelaah setiap soal agar diperoleh soal

yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir

soal melalui kegiatan revisi soal, dan membuang soal yang tidak

efektif. Analisis soal dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Analisis kualitatif mencakup validasi isi, sedangkan

Anlisis kuantitatif mencakup pengukuran validitas dan reliabilitas

soal, tingkat kesukaran, serta daya pembeda.

Page 39: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

16

Menurut Sudjana (2010: 10) langkah-langkah mengembangkan tes

adalah sebagai berikut.

1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pembelajaran terutama materi pelajaran.

2. Merumuskan tujuan intraksional hingga jelas yang akan dinilai.

3. Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian.

4. Menyusun dan menulis soal berdasarkan kisi-kisi yang sebelumnya

telah dibuat.

5. Membuat kunci jawaban.

Menurut Suryana (2015: 458-459) langkah-langkah mengembangkan

tes adalah sebagai berikut.

1. Menentukan bentuk tes yang akan disusun.

2. Membuat kisi-kisi butir soal.

3. Menulis butir soal.

Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

langkah-langkah pokok mengembangkan tes pada penelitian ini adalah

menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup

pembelajaran terutama materi pelajaran, merumuskan tujuan

intraksional hingga jelas yang akan dinilai, membuat kisi-kisi atau

blueprint alat penilaian, menyusun dan menulis soal berdasarkan kisi-

kisi yang sebelumnya telah dibuat, dan membuat kunci jawaban.

Page 40: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

17

B. Higer Order Thingking Skills (HOTS)

1. Pengertian HOTS

Mendidik peserta didik dengan menerapkan sistem HOTS berarti mengajak

peserta didik untuk berpikir dan membiasakan memecahkan masalah.

Peserta didik dikatakan mampu berpikir jika dapat mengaplikasikan

pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Menurut

Thomas & Thome (dalam Nugroho 2018: 16) HOTS adalah cara berpikir

yang lebih tinggi dari pada menghafal fakta, mengemukakan pendapat, atau

menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur dalam pemecahan masalah.

HOTS menekankan kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta. Membuat

keterkaitan antar fakta, mengaitkanya, memanipulasinya, dan

menempatkanya pada konteks atau cara baru terhadap sebuah permasalahan.

Menurut Rajendran (dalam Kamarudin, dkk, 2016: 308) HOTS merupakan

keterampilan kognitif seperti analisis informasi, membuat kesimpulan, dan

membuat generalisasi dari permasalahan yang dihadapi. HOTS adalah

proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha

mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang

dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh

pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif

(Rofiah, et.al., 2013: 17).

Sejalan dengan pendapat di atas Onosko & Newman dalam (Nugroho

2018:16) mendefinisikan HOTS sebagai potensi penggunaan pikiran untuk

menghadapi tantangan baru. Baru diartikan sebagai sesuatu yang belum

diaplikasikan sebelumnya oleh peserta didik. HOTS diartikan sebagai

Page 41: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

18

kemampuan peserta didik untuk dapat menghubungkan pembelajaran

dengan elemen lain di luar yang pendidik ajarkan untuk diasosiasikan

dengannya (Brookhart, 2010:28).

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level

kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Tingkat berpikir

peserta didik bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia

nyata). Keberhasilan berpikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan

individu dalam menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan

dalam konteks situasi berpikir.

2. Karakteristik HOTS

HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk

penilaian kelas. Untuk menginspirasi pendidik menyusun soal-soal HOTS di

tingkat satuan pendidikan, menurut Fanani (2018:63) karakteristik soal-soal

HOTS sebagai berikut.

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan

bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses:

menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan

konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan menciptakan. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,

mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal

HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan

masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical

thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen

(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).

2. Berbasis permasalahan kontekstual

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam

kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat

menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan

Page 42: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

19

masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat

dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan

ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk

pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan

(relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan

mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di

kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.

3. Tidak rutin (tidak Akrab) Penilaian HOTS bukan penilaian regular yang diberikan di kelas.

Penilaian HOTS tidak digunakan berkali-kali pada peserta tes yang sama

seperti penilaian memori (recall), karena penilaian HOTS belum pernah

dilakukan sebelumnya.

4. Menggunakan bentuk soal beragam Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber

pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan

pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan

pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau

paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun

memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak

menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Jawaban yang

diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit

dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan

jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan

konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan

logika/penalaran

Karakteristik soal HOTS sebagaimana diungkapkan oleh Resnick (1987: 3)

sebagai berikut.

1. Non algoritmik.

Artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditentukan sebelumnya.

2. Bersifat kompleks.

Jalur tidak "terlihat" (berbicara secara mental) dari setiap sudut pandang.

3. Multiple solutions (banyak solusi).

Masing-masing dengan biaya dan manfaat, bukan solusi unik.

4. Melibatkan variasi pengambilan keputusan.

5. Penerapan multiple criteria (banyak kriteria) yang terkadang saling

bertentangan.

6. Bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha).

Ada banyak pekerjaan mental yang terlibat dalam jenis elaborasi dan

penilaian yang diperlukan.

Stein dan Lane dalam (Thompson 2014: 58) menggambarkan HOT sebagai

penggunaan pemikiran non-algoritmik yang kompleks untuk menyelesaikan

Page 43: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

20

tugas di mana tidak ada pendekatan atau jalur yang dapat diprediksi, dilatih

dengan baik secara eksplisit dalam saran berupa tugas, instruksi tugas, atau

penyelesaian contoh. Menurut Zaini (dalam Hanifah 2019: 2)

menggambarkan karakteristik HOTS yaitu melibatkan lebih dari satu

jawaban benar, berbicara tentang tingkat pemahaman, ditandai dengan tugas

yang kompleks, dan bebas konten serta sekaligus content-related. Conklin

(2012: 14) menyatakan karakteristik soal HOTS sebagai berikut:

“characteristics of higher-order thinking skills: higher-order thinking skills

encompass both critical thinking and creative thinking”. artinya,

karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis

dan berpikir kreatif.

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

karakteristik soal HOTS yang dikembangkan adalah kemampuan

memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berargumen

(reasoning), kemampuan mengambil keputusan (decision making),

kemampuan menghubungkan (relate) ilmu pengetahuan dalam

pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan dan kemampuan multiple

solutions (banyak solusi) dalam mejawab pertanyaan.

3. Langkah-Langkah Menyusun Soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat

menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang

akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai

dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan

ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam

Page 44: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

21

buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan

penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal),

dan kreativitas pendidik dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi

dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Menurut Widana (2017:28)

langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS sebagai berikut.

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

Pendidik memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak

semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pendidik secara

mandiri dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan

soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para

pendidik dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi

tersebut diperlukan untuk memandu pendidik dalam: (a) memilih KD

yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang

terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan

(d) menentukan level kognitif.

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.

Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong

peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik

umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan

stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan

dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk

membaca. Dalam konteks Ujian Sekolah, pendidik dapat memilih

stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal

HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah

penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek

materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relative sama.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan

pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat

untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk

soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan

isian singkat.

Menurut Kemendikbud dalam Fanani (2018: 23) langkah-langkah

menyusun soal HOTS adalah sebagai berikut.

Page 45: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

22

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Menurut Fanani (2018:57) langkah menulis item soal HOTS sebagai

berikut.

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat item HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal.

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.

4. Menulis butir pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

langkah menulis item soal HOTS adalah: menganalisis KD yang dapat

dibuat item HOTS, menyusun kisi-kisi soal, memilih stimulus yang

menarik dan kontekstual, menulis butir pertanyaan yang sesuai dengan kisi-

kisi, membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

C. Pembelajaran Tematik Terpadu

Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

SD/MI menyebutkan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI

dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik dari kelas I-VI.

Hal itu dipertegas kembali dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa

sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, prinsip

pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran

tematik. Menurut Kemendikbud (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah

pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui

penggunaan tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata

Page 46: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

23

pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar

sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada

tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema

untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya (Mulyasa,

2013: 170).

Menurut Majid (2017: 80) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada pserta didik. Pembelajaran tematik lebih

menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif

pada proses pembelajaran (Muzmairoh, 2013: 26). Sejalan dengan pendapat di

atas, menurut Suryana (2015: 180) pembelajaran tematik terpadu merupakan

pembelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran

yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap

muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata

pelajaran menjadi satu keterpaduan dengan menggabungkan beberapa mata

pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi/ materi, ke dalam

satu tema tertentu. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar instrumen penilaian

dijabarkan pada Tabel 4.

Page 47: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

24

Tabel 4. KI dan KD Aspek Pengetahuan Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku

Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

KI KD

1 Menerima dan menjalankan ajaran agama

yang dianutnya.

2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan

keluarga, teman, guru dan tetangga.

3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,

membaca) dan menanya berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah

dan di sekolah.

4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan

yang mencerminkan anak sehat, dan

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak

mulia.

IPA

3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada

peristiwa di lingkungan sekitar.

SBdP

3.3 Mengetahui gerak tari kreasi daerah.

PPKn

3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman

karakteristik individu dalam kehidupan

sehari-hari.

IPS

3.3 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan

pemanfaatan sumber daya alam untuk

kesejahteraan masyarakat dari tingkat

kota/kabupaten sampai tingkat provinsi

Bahasa Indonesia

3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada

teks fiksi.

Sumber: Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018.

D. Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep

yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar

penemuan atau discovery learning. Konsep penemuan ini memberikan

dukungan teoritis terhadap pengembangan model Problem Based Learning

(PBL) yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

Pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS ini menerapkan

pendekatan scientific aproach dan model problem based learning (PBL)

sebelum dilakukan uji coba terhadap instrumen penilaian. Menurut

Kemendikbud (2014: 27) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu

model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar

bagaimana belajar” bekerja bersama kelompok untuk mencari solusi dari

Page 48: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

25

permasalahan nyata peserta didik. Problem Based Learning (PBL) adalah

pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik

dalam memecahkan masalah (Rusman, 2014: 229).

Pendapat di atas diperjelas oleh Jones dkk, (dalam Yamin, 2013: 62) PBL

adalah model pembelajaran yang lebih menekanan pada pemecahan masalah

secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kurniasih & Berlin (2014: 40) Problem Based Learning (PBL)

merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat

kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem

Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dapat memberikan

pengalaman secara langsung kepada peserta didik karena model PBL

memfasilitasi peserta didik untuk bereksperimen, bekerjasama, dan

memecahkan masalah (Nopia 2016: 643-644).

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model

Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang

menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari

peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik

untuk belajar.

2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam proses

pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2014: 28); Rusman (2014: 243)

mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.

Page 49: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

26

1. Orientasi peserta didik pada masalah

Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat aktif dalam pemecahan

masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman individual/kelompok

Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan, menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi

tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pendidik

membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

materi yang telah dipelajari, dan meminta kelompok presentasi hasil

kerja.

Menurut Amir (2010: 73-79) yang menyatakan langkah-langkah model

pembelajaran PBL sebagai berikut.

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.

2. Merumuskan masalah.

3. Menganalisis masalah.

4. Menata gagasan peserta didik atau menganalisis dengan dalam.

5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.

6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain ( di luar diskusi kelompok).

7. Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru.

Menurut Sani (2014: 139-140) menjelaskan langkah-langkah model PBL

sebagai berikut.

1. Memberikan orientasi permasalah kepada peserta didik.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk penyelidikan.

3. Pelaksanaan investigasi.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan

menggunakan langkah-langkah PBL yang dikemukakan oleh

Kemendikbud & Rusman karena lebih lengkap dan jelas langkah-langkah

Page 50: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

27

pembelajarannya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai

berikut.

1. Orientasi peserta didik pada masalah

Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat aktif dalam

pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

3. Membimbing pengalaman individual/kelompok

Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi

yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka

untuk berbagi tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pendidik

membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap materi yang telah dipelajari, meminta kelompok presentasi

hasil kerja .

E. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan terhadap penelitian dan pengembangan ini

adalah sebagai berikut.

1. Rubin, Jim & Manikya Rajakaruna (2015: 37-51) dalam International

Society of Educational Research. Pembelajaran berbasis HOTS

memberikan manfaat yaitu meningkatnya motivasi peserta didik dan

kemampuan terhadap hasil belajar yang lebih tinggi dalam proses

pembelajaran dan penilaian berpikir tinggat tinggi melalui penilaian

formatif berupa soal pilihan ganda dan uraian. Penelitian ini memiliki

persamaan yaitu penilaian formatif berbentuk pilihan ganda dan uraian.

Perbedaanya terletak pada peningkatan motivasi dan kemapuan hasil

Page 51: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

28

belajar, sedangkan penelitian yang dilakukan berfokus pada menguji

kelayakan secara teori dan empirik.

2. Abosalem, Yousef (2016: 1-11) dalam International Journal of

Secondary Education. Penggunakan penilaian berbasis HOTS atau

penilaian berpikir tingkat tinggi memberikan manfaat yaitu membantu

peserta didik dalam meningkatkan dan mengevaluasi kemampuan

berpikirnya seperti menggunakan tes pilihan ganda maupun uraian.

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu penilaian berbasis HOTS

dalam bentuk plilihan ganda dan uraian. Perbedaanya terletak pada

meningkatkan dan mengevaluasi kemampuan berpikirnya, sedangkan

penelitian yang dilakukan berfokus pada pengembangan instrumen

penilaian berbasis HOTS dan menguji kelayakan secara teori dan

empirik.

3. Fitriani, et.al. (2018: 252-262) dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan

Pendidik Sekolah Dasar. Pengembangan instrumen penilaian yang

dibuat secara keseluruhan dalam penelitian pengembangan instrumen

berbasis HOTS memberikan manfaat yaitu meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Serta instrumen penilaian

berbasis HOTS sangat valid dan reliabel. Penelitian ini memiliki

persamaan yaitu instrumen penilaian valid dan reliabel serta

instrumen divalidasi oleh ahli dan diujicobakan di lapangan.

Perbedaanya yaitu pada metode penelitian yang digunakan design-

based research, sedangkan penelitian ini yaitu research and

development.

Page 52: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

29

4. Mohammed, et.al. (2015: 13-20) dalam The Malaysian Online

Journal of Educational Science. Penelitian tentang pengembangan

instrumen HOTS memberikan manfaat yaitu peserta didik dapat

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama pada

tahap sintesis dan evaluasi, hal ini diperlukan untuk meningkatkan

kreativitas peserta didik dalam pengetahuannya. Penelitian ini

memiliki persamaan yaitu pada melatih peserta didik untuk berpikir

tingkat tinggi. Perbedaanya yaitu menguji kemampuan HOTS peserta

didik laki-laki dan perempuan, sedangkan penelitian ini menguji

kelayakan kelayakan secara teori dan empirik.

5. Novitasari, et.al (2015: 1-6) dalam jurnal biologi edukasi. Penelitian dan

pengembangan instrumen penilaian menunjukkan soal valid dengan

reliabilitas tinggi. Selain itu, terdapat 13% soal kategori mudah, 41,7%

soal kategori sedang, dan 46,3% soal kategori sukar. Daya beda disetiap

butir soal dengan interpretasi minimal “cukup”. Penelitian ini memiliki

persamaan yaitu pada analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya beda. Perbedaanya yaitu hanya menguji kelayakan empirik,

sedangkan penelitian ini menguji kelayakan teori dan empirik.

6. Andrian, F. et.al. (2018: 2222 -1735) dalam Journal of Education and

Practice. Pengembangan instrumen penilaian HOTS di sekolah dasar

layak secara teori dengan hasil sangat baik dan layak secara empirik

dengan hasil valid, reliabilitas tinggi, tingkat kesukaran sedang, daya beda

baik. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu mengembangkan instrumen

penilaian yang layak secara teori dan empirik. Perbedaanya yaitu pada

Page 53: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

30

meningkatkan literasi matematika, sedangkan penelitian ini yaitu berbasis

HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.

7. Hanifah. (2019: 05) dalam jurnal Research in Education. Pendidik

mengembangankan instrumen penilaian HOTS harus menguasai materi

ajar, memiliki keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan

kreatif dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi

daerah di sekitar satuan pendidikan serta bentuk soal hendaknya beragam.

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen

penilaian harus sesuai aspek kontruksi dan materi, serta dalam membuat

soal perlu stimulus dan soal beragam. Perbedaanya pada tehnik analisis

data yaitu hanya tehnik analisis data kualitatif, sedangkan penelitian ini

tehnik analisis datanya yaitu tehnik analisis data kuantitatif dan kualitatif.

8. Wardany, K. et.al. (2015) dalam Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan

Pembelajarannya. Instrumen penilaian HOTS layak digunakan, baik layak

secara teoritis maupun empirik. Layak secara teori yaitu telah memenuhi

aspek konstruksi, bahasa, dan materi. Layak secara empirik yaitu melalui

uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan distraktor.

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen

penilaian yang layak secara teori dan empirik.

9. Wardany, Kusuma. (2018: 21-31) Pengembangan instrumen penilaian

berbasis HOTS memiliki validitas dan reliabilitas rata-rata yang sangat

tinggi. Selain itu, hasil validasi instrumen penilaian di masing-masing

validator ahli memiliki konten yang baik dan layak diterapkan di sekolah.

Page 54: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

31

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen

penilaian yang layak secara teori dan empirik.

10. Pratiwi. (2015: 123-142) Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA.

Pengembangan instrumen penilaian HOTS sangat efektif mencapai

kesuksesan dengan skor HOTS 73,3%. Instrumen penilaian HOTS baik

digunakan untuk peserta didik dengan keaktifan tinggi, bekerja mandiri

dan kemampuan yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah.

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu instrumen valid dan reliabel.

Perbedaanya yaitu pada model penelitian yang digunakan model 4-D (four

D model), sedangkan penelitian ini yaitu research and development.

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, kegiatan pembelajaran dan penilaian

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran pada

kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik, artinya pelajaran yang satu

dengan yang lain saling terintegrasi. Sistem dan kualitas penilaian yang baik

akan mendorong peningkatan kualitas pembelajarannya. Penilaian yang

dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skills) hendaknya berfokus pada bagaimana

mengungkapkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan soal. Namun

pada analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, terdapat kesenjangan antara

kebijakan pemerintah tentang standar penilaian dengan pelaksanaan penilaian

oleh pendidik di lapangan. Pendidik belum mengembangkan instrumen

penilaian HOTS, sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal

sebelum membuat soal. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir

Page 55: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

32

soal yang dibuat. Selain itu, sebanyak 84% instrumen soal UTS belum berbasis

HOTS. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan

memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang

diharapkan. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk mengembangkan

instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.

Instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi tersebut dipilih agar soal-soal yang

diberikan membuat peserta didik merasa tertantang untuk memecahkan setiap

soal sehingga dapat berkesan di memori peserta didik. Instrumen penilaian

berbasis HOTS yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda dan uraian. Tes

ini mampu mengukur semua ranah kognitif, termasuk penilaian untuk

mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Instrumen

penilaian yang dibuat oleh pendidik tidak pernah dilakukan analisis empirik,

yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan

efektivitas distraktor. Instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum

sesuai dengan prosedur pengembangan tes. Analisis teoritik yang meliputi

materi, konstruksi, dan bahasa diperlukan guna mengurangi kesalahan teoritik

soal. Sebelum diperbanyak, maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh ahli

yang memahami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti

validitas isi dari soal yang dibuat.

Analisis empirik yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat

kesukaran, dan efektivitas distraktor juga harus dilakukan agar tes yang

dihasilkan menjadi berkualitas. Penyusunan dan pengembangan tes

Page 56: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

33

dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat

mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai

oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Instrumen penilaian juga harus reliabel, artinya bila skor yang

diperoleh melalui tes itu merupakan skor yang sesungguhnya menggambarkan

kemampuan peserta tes, bukan karena berspekulasi yang akan melahirkan

skor yang kebetulan. Daya beda butir soal juga harus dapat membedakan

antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta

didik yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Soal yang baik adalah

soal yang tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Setelah instrumen

penilaian disusun, maka perlu adanya uji coba tes agar tes yang tidak valid,

mempunyai daya pembeda yang jelek, dan tingkat kesukaran yang mudah

dapat diperbaiki atau dapat diganti, dan sebaliknya jika soal yang disusun

telah valid, reliabel, mempunyai daya pembeda yang baik, dan tingkat

kesukaran yang sedang maka soal tersebut perlu dicatat dalam bank soal agar

dapat digunakan dalam tes selanjutnya.

Jika dilakukan pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS, maka

akan menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang memenuhi

kelayakan secara teori dan empirik. Berdasarkan hal tersebut, maka

dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berpikir.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini berfungsi memahami alur pikiran

secara cepat dan mudah. Kerangka berpikir pengembangan tes pilihan

ganda dan uraian disajikan pada Gambar 1.

Page 57: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

34

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

INPUT

1. Sebanyak 50% pendidik belum mengikuti pelatihan

kurikulum 2013.

2. Pendidik belum pernah mengikuti pelatihan

pengembangan instrumen penilaian.

3. Pendidik belum mengembangkan instrumen

penilian Higher Order Thingking Skills ( HOTS).

4. Sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal sebelum membuat soal.

5. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir

soal yang dibuat.

6. Sebanyak 86% instrumen soal UTS belum berbasis HOTS.

PROSES

OUTPUT

Pelaksanaan

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

2. Menyusun kisi-kisi soal

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci

jawaban

Membuat prototype instrumen penilaian berbasis HOTS

Validasi Teoritik

Ahli Evaluasi, Materi, dan Bahasa

Uji Coba Lapangan, Uji Praktisi Pendidik

Layak Empirik

Instrumen Penilaian Berbasis Higher Order Thinking Skills yang Layak

Secara Teori dan Empirik pada Pembelajaran Tematik Terpadu

Analisis

kebutuhan

Uji Kelas Kecil, Uji Praktisi Pendidik

Page 58: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

35

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian masalah dan kerangka pikir yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Terwujudnya instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori

pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.

2. Terwujudnya instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara

empirik pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.

Page 59: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

36

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Research & Development (R&D). Penelitian

pengembangan atau Research and Development adalah penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk

tersebut (Sugiyono 2014: 297). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti yaitu mengembangkan sebuah produk berupa instrumen

tes. Instrumen tes yang dimaksud berupa soal tes pilihan ganda berjumlah 60 butir

soal dan uraian 12 butir soal. Instrumen tes yang telah dibuat ini dilaksanakan

sesuai prosedur sehingga akan diperoleh hasil akhir instrumen tes yang dapat

mengukur domain kognitif peserta didik khususnya pada tema 8 Daerah Tempat

Tinggalku sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

B. Prosedur Penelitian

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut

Sugiyono (2010: 409) yaitu: “potensi masalah, pengumpulan data, desain produk,

validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian,

revisi produk, produksi masal. Berdasarkan sepuluh langkah tersebut, pada

penelitian ini implementasinya sampai pada langkah ke tujuh. Hal ini dilakukan

karena keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun biaya.

Page 60: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

37

Hal ini sejalan dengan Sukmadinata (dalam Abdurrahim 2011: 109) menyatakan

bahwa dalam penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan

draf final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari penerapan model sudah

ada, baik pada uji terbatas maupun uji coba lebih luas karena selama pelaksanaan

pembelajaran ada tugas yang dilakukan peserta didik juga dilaksanakan tes.

Peneliti mengadopsi tujuh langkah penelitian menurut Sugiyono (2010: 408-425).

Secara urut langkah-langkah tersebut dapat dibuat seperti bagan berikut.

Gambar 2. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan.

(Sugiyono, 2010: 409)

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan instrumen penilaian berbasis

HOTS dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

langkah 1

Potensi dan Masalah

Langkah 2

Pengumpulan Data dan Perencanaan

Langkah 3

Desain Draft Produk

Langkah 4

Validasi Desain Produk

Langkah 5

Revisi Desain Produk

Langkah 6

Uji Coba produk

Penelitian pendahuluan, analisis

kebutuhan dan melakukan studi

pustaka untuk mengumpukan materi.

Perencanaan Produk: Pembuatan Kisi-

kisi Instrumen penilaian berbasis

HOTS.

Pembuatan desain instrumen

penilaian berbasis HOTS

Uji Coba Awal

1. Validasi Ahli: Evaluasi, Materi, dan

Bahasa

2. Uji Coba Kelas kecil

Revisi Produk Instrumen Penilaian

berbasis HOTS

Uji Coba Produk/Kelas Besar dan Revisi

Langkah 7

Produk akhir

Page 61: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

38

1. Potensi dan Masalah

Tahap potensi dan masalah peneliti melakukan analisis kebutuhan yang

dilakukan adalah studi literatur dan observasi lapangan yang mengidentifikasi

potensi dan kondisi atau masalah. Dasar dari penelitian ini adalah

ditemukannya potensi dan masalah. Potensi yang peneliti temukan adalah

pendidik dan kepala sekolah mendukung pengembangan instrumen berbasis

HOTS. Selain itu, sarana dan prasarana mendukung pengembangan instrumen

berbasis HOTS ini. Masalah yang peneliti gali adalah tentang apakah pendidik

membuat instrumen penilaian hasil belajar sesuai prosedur yang benar atau

hanya asal membuat bahkan hanya memakai soal-soal di buku yang belum

teruji. Hasil angket diketahui bahwa pendidik belum menyusun instrumen

penilaian HOTS, pendidik belum melakukan analisis butir soal untuk

mendapatkan soal yang berkualitas maka soal yang diberikan belum layak

digunakan oleh peserta didik, pendidik belum mengembangkan tes pilihan

ganda dan uraian sesuai dengan prosedur penyusunan butir soal yang baik dan

benar, uji coba instrumen penilaian yang mencakup uji validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, daya pembeda dan distraktor butir soal belum dilaksanakan

oleh pendidik.

2. Pengumpulan Data dan Perencanaan

Perencanaan yang peneliti buat adalah sebagai berkut:

a. Menentukan KD yang dapat dibuat soal HOTS.

b. Pemetaan KD dari KI-3 berupa aspek pengetahuan (kognitif)

berdasarkan tema sesuai dengan pembelajaran HOTS yaitu Tema 8

Page 62: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

39

Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat

Tinggalku.

c. Membuat indikator instrumen penilaian berbasis HOTS berdasarkan

KD yang hendak dicapai.

d. Menyusun kisi-kisi instrumen penilaian berbasis HOTS. Kisi-kisi ini

terdiri dari KD, materi, dimensi HOTS, dan indikator soal yang akan

digunakan.

3. Desain Produk

Produk yang dikembangkan merupakan produk instrumen penilaian. Hasil dari

desain produk ini adalah sebuah prototype instrumen penilaian berbasis HOTS

pada pembelajaran tematik terpadu. Pengembangan dasain produk awal, yaitu

peneliti merancang instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran

tematik terpadu dengan mengacu kisi-kisi yang telah disusun.

4. Validasi Desain

1. Validasi ahli

Uji coba produk awal yaitu melalui validasi ahli. Validasi ahli dilakukan

untuk mengetahui kelayakan teori produk instrumen penilaian. Validasi

ahli dilakukan terhadap draf hasil pengembangan produk awal yaitu dengan

telaah soal bentuk PG dan uraian berdasarkan kaidah penulisan soal.

Validasi dilakukan oleh para ahli atau pakar. Ahli yang ditunjuk meliputi

ahli evaluasi (Validator I), ahli materi (Validator II) dan ahli bahasa

(Validator III). Ketiga ahli tersebut melakukan validasi desain produk

terutama dalam penyusunan konstruksi, materi, dan bahasa pada soal

Page 63: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

40

pilihan ganda serta uraian. Penilaian para pakar dimaksudkan untuk

mendapatkan penilaian serta masukan berupa saran dan kritik terhadap

instrumen penilaian yang dibuat peneliti sebagai instrumen penilaian hasil

belajar.

Validasi instrumen penilaian yang dimaksud adalah aspek materi, aspek

konstruksi, dan aspek bahasa yang telah dibuat pada tahap perancangan.

Selain itu lembar validasi dilengkapi dengan aspek yang ditelaah, kolom

nomor soal (ya/tidak) untuk menjawab terpenuhinya aspek yang ditelaah

untuk setiap butir soal, catatan/ saran mengenai soal secara keseluruhan,

serta kesimpulan terhadap kelayakan instrumen penilaian yang

dikembangkan. Hasil validasi ini kemudian dianalisis dan digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi produk.

2. Uji Coba Kelas Kecil

Uji coba produk yaitu melakukan uji coba kelompok kecil yang dilakukan

untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian secara empirik. Pada uji

coba produk, peneliti meminta bantuan pendidik kelas IV untuk menjadi

praktisi. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memahami sejauh mana potensi

peserta didik yang akan dijadikan objek penelitian terkait dengan instrumen

penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik baik atau tidak. Uji

coba kelompok kecil bertujuan untuk mengetahui kelayakan secara empirik

instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.

Kelas yang dipilih adalah kelas IV SDN 3 Swastika Buana. Sampel pada

uji coba kelas kecil adalah 20 peserta didik, yang terdiri dari 5 peserta didik

yang berkemampuan tinggi, 10 peserta didik yang berkemampuan sedang,

Page 64: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

41

dan 5 peserta didik yang berkemampuan rendah, dengan mengambil

perolehan nilai dari semester sebelumnya. Hasil dari uji kelompok kecil

digunakan untuk menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya

pembeda, dan efektivitas distraktor pada instrumen penilaian.

5. Revisi Desain Produk

Setelah dilakukan uji coba produk, langkah selanjutnya melakukan revisi.

Revisi dilakukan berdasarkan masukan para ahli dan revisi dilakukan secara

empirik melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan

efektivitas distraktor masing-masing butir soal. Setelah dilakukan

penyempurnaan, selanjutnya dapat diujicobakan di lapangan.

6. Uji Coba Produk

Menurut Setyosari (2012: 230) menjelaskan uji lapangan ini sebagai uji dalam

kondisi yang sebenarnya. Uji lapangan ini melibatkan subyek yang lebih besar

lagi. Subjek uji coba pada uji lapangan ini yaitu peserta didik kelas IV di tiga

sekolah inti yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 terdiri dari 44 peserta

didik yaitu 13 peserta didik SDN 1 Sakti Buana, 16 peserta didik SDN 2 Sakti

Buana, dan 15 peserta didik SDN 1 Swastika Buana. Data hasil penelitian

dikumpulkan melalui data hasil tes yang selanjutnya diuji kelayakan empirik

instrumen penilaian. Sebelum instrumen penilaian diuji kelayakan empirik,

peserta didik dari tiga sekolah yang berbeda tersebut sudah dikelompokkan

terlebih dahulu yaitu, mana peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

Page 65: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

42

7. Produk Akhir

Setelah melewati tahap uji lapangan, produk utama disempurnakan sehingga

dihasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik

terpadu.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah, yaitu: a) SDN 1 Swastika Buana

di Dusun Merte Sari, Desa Swastika Buana, Kec. Seputih Banyak Kabupaten

Lampung Tengah, b) SDN 3 Swastika Buana di Dusun Wana Sari, Desa

Swastika Buana, Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, c) SDN 1

Sakti Buana Jl. I Gusti Ngurah Rai No. 1 Desa Sakti Buana Kec. Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah, d) SDN 2 Sakti Buana Jl. I Gusti Ngurah

Rai No. 2 Desa Sakti Buana Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung

Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2018/2019 selama 7 bulan

terhitung bulan November tahun 2018 sampai dengan bulan Juni tahun 2019.

Kegiatan penelitian selama 7 bulan dimulai dari observasi lapangan untuk

mengetahui anaisis kebutuhan sampai pada ujian tesis.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS

pada pembelajaran tematik terpadu untuk peserta didik kelas IV SD.

Page 66: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

43

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV di gugus

Raden Intan Kecamatan Seputih Banyak. Populasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Populasi Penelitian.

Sumber: Dokumen KKKS Kecamatan Seputih Banyak.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014: 24) purposive sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu proporsional kemampuan

peserta didik, karakter peserta didik, dan akreditasi sekolah. Jumlah sampel

yang ditentukan adalah 64 orang peserta didik, terdiri dari: 20 orang untuk uji

coba kelas kecil, 44 orang untuk uji lapangan/ kelas besar. Sampel pada uji

lapangan ini terbagi menjadi peserta didik kemampuan tinggi, peserta didik

kemampuan sedang, dan peserta didik kemampuan rendah.

No Nama Sekolah Kelas Jumlah

1 SDN 1 Swastika Buana IV 15

2 SDN 2 Swastika Buana IV 12

3 SDN 3 Swastika Buana IV 20

4 SDN 1 Sakti Buana IV 13

5 SDN 2 Sakti Buana IV 16

6 SDN 1 Setia Bakti IV 28

7 SDN 2 Setia Bakti IV 11

8 SDN 3 Setia Bakti IV 13

9 SDN 4 Setia Bakti IV 12

Jumlah 140

Page 67: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

44

E. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data. Kedua teknik tersebut

adalah nontes dan tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data kualitatif dengan cara

penelaahan instrumen penilaian oleh ahli dalam bentuk angket. Angket dalam

penelitian ini terdiri dari tiga, yaitu: angket analisis kebutuhan pada saat

observasi lapangan, angket lembar validasi ahli, angket respon

praktisi/pendidik. Data yang akan diolah adalah data berupa komentar, saran,

dan perbaikan produk dari validasi ahli. Angket lembar instrumen penilaian

tersebut dinilai dengan cara memberikan tanda check () sesuai dengan

indikator yang ada di dalam butir soal.

2. Teknik Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan (Arikunto, 2012: 53). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan

adalah tes untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta didik. Tes yang

digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban.

Satu butir soal tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu: pernyataan atau

stem, dan alternatif jawaban atau option. Selain pilihan ganda, penelitian ini

mengembangkan tes bentuk uraian. Instrumen yang digunakan peneliti dalam

penelitian tes pilihan ganda dan uraian sebagai berikut.

Page 68: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

45

a. Kisi-kisi Soal

Kisi-kisi merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan

sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi

persyaratan, yaitu: (1) kisi-kisi harus mewakili isi kurikulum/materi yang

telah diajarkan secara tepat dan proporsional; (2) komponen diuraikan

secara jelas dan mudah dipahami; (3) materi yang hendak ditanyakan

dibuatkan soalnya (Depdiknas, 2008: 11).

b. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian memuat butir soal yang harus dikerjakan oleh peserta

didik.

c. Kunci Jawaban Instrumen Penilaian

Kunci jawaban instrumen penilaian berisi jawaban-jawaban yang

dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki

atau kata/kalimat.

d. Pedoman Penilaian

Pedoman penilaian berisi keterangan perincian tentang skor atau angka

yang diberikan kepada peserta didik bagi soal-soal yang telah dikerjakan.

Page 69: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

46

F. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 2).

Variabel dalam penelitian ini yaitu instrumen penilaian berbasis HOTS.

Mengacu pada judul penelitian, variabel dalam penelitian ini merupakan

variabel bebas karena bersifat eksploratif, yaitu pengembangan instrumen

penilaian merupakan variabel yang digunakan untuk mendapatkan instrumen

penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori dan empirik.

2. Definisi Konseptual

a. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik melalui tehnik tes maupun nontes. Tes merupakan alat

ukur pengumpulan data yang mendorong peserta didik memberikan

penampilan maksimal. Sedangkan instrumen nontes merupakan alat ukur

yang mendorong peserta didik untuk memberikan respon secara jujur

mengungkap pikiran dan perasaan.

b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level

kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Tingkat berpikir

peserta didik bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia

nyata). Keberhasilan berpikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan

Page 70: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

47

individu dalam menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan

dalam konteks situasi berpikir.

3. Definisi Operasional

a. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil

belajar peserta didik melalui tehnik tes maupun nontes. Instrumen yang

peneliti buat adalah instrumen penilaian kognitif berbentuk tes. Jenis tesnya

berupa pilihan ganda dan uraian. Penilaian instrumen ini berupa satu

kesatuan dalam satu tema, yaitu tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sub

Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku yang dirancang pada beberapa

mata pelajaran inti, seperti: Bahasa Indonesia, IPS, IPA, PPKn, dan SBdP.

b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level

kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Keterampilan-

keterampilan HOTS adalah kemampuan memecahkan masalah (problem

solving), kemampuan berargumen (reasoning), kemampuan mengambil

keputusan (decision making), kemampuan menghubungkan (relate) ilmu

pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan dan

kemampuan multiple solutions (banyak solusi) dalam mejawab pertanyaan..

Page 71: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

48

G. Instrumen Penilaian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2012: 203). Instrumen ini dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan

data. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar angket dan tes tertulis.

Instrumen penilaian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket

a. Angket Analisis Kebutuhan

Kisi-kisi angket analisis kebutuhan mengenai instrumen penilaian berbasis

HOTS pada tabel berikut.

Tabel 6. Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan

No Aspek Indikator No.

Item

1 Langkah

pengembangan

instrumen

penilaian

Sekolah telah menerapkan kurikulum 2013. 1

Mengikuti pelatihan kurikulum 2013. 2

Pendidik mengikuti pelatihan pengembangan

instrumen penilaian.

3

Mengembangkan instrumen penilian berbasis

HOTS.

4

Membuat kisi-kisi soal sebelum membuat soal. 5

2 Kelayakan

instrumen

Instrumen penilaian yang dibuat dianalisis setiap

butir soalnya.

6

Berbasis HOTS. 7

Jumlah 7

b. Angket Validasi Ahli

Kisi-kisi instrumen mengenai instrumen penilaian berbasis HOTS Bentuk

PG untuk ahli materi pada Tabel 7, ahli evaluasi pada Tabel 8, dan ahli

bahasa pada Tabel 9.

Page 72: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

49

Tabel 7.Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk PG

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Materi/

substansi Soal sesuai dengan KD 1

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis bentuk PG).

2

Materi yang ditanyakan sesuai dengan

kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).

3

Soal sesuai karakteristik Hihger Order

Thinking Skills (HOTS). 4

Pilihan jawaban homogen dan logis. 5

Hanya ada satu kunci jawaban. 6

Jumlah 6

Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk PG

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Konstruksi Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.

1

Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

2

Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.

3

Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda.

4

Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

5

Gambar, grafik, tabel, diagram atau sejenisnya

jelas dan berfungsi. 6

Panjang pilihan jawaban relatif sama. 7

Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan

sejenisnya.

8

Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.

9

Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal

sebelumnya. 10

Soal sesuai karakteristik Hihger Order Thinking Skills (HOTS).

11

Jumlah 11

Page 73: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

50

Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk PG

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Bahasa Rumusan kalimat soal komunikatif.

1

Tidak menggunakan kata/ ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda/salah

pengertian.

2

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

3

Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ kelompok

kata yang sama, kecuali merupakan satu

kesatuan pengertian.

4

Berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

5

Jumlah 5

Sumber: Adaptasi dari Abdullah (2016: 186-188)

Kisi-kisi instrumen penilaian bentuk uraian untuk ahli materi Tabel 10,

ahli evaluasi Tabel 11, dan ahli bahasa Tabel 12.

Tabel 10. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk Uraian

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Materi Soal sesuai dengan KD

1

Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes

tertulis bentuk uraian).

2

Batasan pertanyaan dan jawaban yang

diharapkan sudah sesuai

3

Materi yang ditanyakan sesuai dengan

kompetensi (urgensi, relevansi,

kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari

tinggi)

4

Soal sesuai karakteristik Hihger Order

Thinking Skills (HOTS).

5

Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan

jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas

6

Jumlah 6

Page 74: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

51

Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk Uraian

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Konstruksi Rumusan soal/ pertanyaan jelas dan tegas

1

Menggunakan kata tanya atau perintah yang

menuntut jawaban uraian 2

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

3

Ada pedoman penskorannya 4

Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.

5

Soal sesuai karakteristik Hihger Order

Thinking Skills (HOTS). 6

Jumlah 6

Tabel 12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk Uraian

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Bahasa Rumusan kalimat soal komunikatif

1

Tidak menggunakan kata/ungkapan yang

menimbulkan penafsiran ganda atau salah

pengertian

2

Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

3

Rumusan soal tidak mengandung jawaban 4

Berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

5

Jumlah 5

Sumber: Adaptasi dari Abdullah (2016: 198-199)

c. Kisi-kisi Instrumen Tes

Kisi-kisi instrumen tes merupakan acuan yang dijadikan pedoman dalam

menyusun instrumen tes (kisi-kisi intrumen tes terlampir pada hal 136)

d. Angket Instrumen Respon Praktisi

Kisi-kisi angket respon praktisi/pendidik terhadap instrumen penilaian

Page 75: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

52

berbasis HOTS terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kisi-kisi Angket Respon Praktisi Terhadap Kemenarikan dan

Kemudahan Penggunaan Instrumen Penilaian

Aspek Indikator No.

Item Ya Tdk

Kemena-

rikkan Tampilan halaman cover instrumen penilaian ini

sangat menarik.

1

Judul instrumen yang ditampilkan jelas, sehingga dapat menggambarkan isi.

2

Pilihan jenis huruf, ukuran, dan spasi

memudahkan pendidik dalam menggunakannya.

3

Instrumen penilaian ini membuat peserta didik berpikir lebih mendalam, sehingga

membuat peserta didik merasa tertantang

untuk menyelesaikan soal.

4

Instrumen penilaian yang dibuat membingungkan peserta didik dalam membacanya.

5

Kemu-

dahan Instrumen penilaian ini menggunakan bahasa

yang mudah untuk dipahami oleh peserta

didik.

6

Ada petunjuk soal yang jelas tentang cara

mengerjakannya. 7

Soal ini terdapat pedoman penskorannya sehingga bisa tahu nilai yang akan

diperoleh.

8

Materi dalam soal evaluasi ini sesuai dengan yang diajarkan kepada peserta didik.

9

Instrumen penilaian ini mudah untuk diimplementasikan dalam penilaian.

10

Jumlah 10

Menurut Nazir (2005: 342) data angket dapat dengan mengunakan skala

Guttman. Tujuan dari analisis dengan skala Guttman adalah untuk

menggambarkan dimensi tunggal bagi pertanyaan dan subjek yang

diteliti. Posisi pertanyaan dan subjek pada sebuah dimensi kemudian

dapat diterapkan guna memberikan keterangan yang berupa nilai

numerik. Skala Guttman menyajikan item yang akan dinilai oleh

individu sebagai persetujuan atau ketidaksetujuan, hal ini biasanya

diberikan melalui jawaban ya atau tidak. Data hasil penilaian ahli dan

Page 76: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

53

respon praktisi dihitung secara kuantitatif menggunakan rumus sebagai

berikut.

Skor akhir = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

Skor akhir dikonversi menjadi kriteria penilaian yang ditunjukan

pada Tabel 14.

Tabel 14. Konversi Nilai Ahli

Nilai Kriteria

76-100 Sangat Baik

51-75 Baik

26-50 Cukup

0-25 Kurang

2. Tes Tertulis

Menurut Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah sejumlah

pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes digunakan

sebagai teknik pengumpulan data pada uji coba produk dan uji coba

lapangan dengan cara memberikan produk tes hasil belajar kepada peserta

didik kelas IV. Tes berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 option jawaban

dan berjumlah 60 soal. Selain PG, terdapat soal uraian berjumah 12 soal.

Menurut Suherman (2003: 102) untuk mendapatkan hasil evaluasi yang

baik tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula. Uji coba

produk untuk menghitung data analisis butir soal. Analisis butir soal

digunakan untuk pengujian terhadap kualitas soal yang diujicobakan,

beberapa diantaranya adalah dengan menguji validitas, reliabilitas, daya

pembeda, indeks kesukaran, dan distraktor. Analisis butir soal dijabarkan

sebagai berikut.

Page 77: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

54

a. Validitas

Menurut Sudijono (2013: 184) butir soal dapat dinyatakan valid,

apabila skor butir soal yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi

positif yang signifikan dengan skor totalnya. Validitas soal bentuk

pilihan ganda dan uraian dengan menggunakan rumus korelasi product

moment sebagai berikut:

r = 𝐍∑𝐗𝐘−(∑𝐗)(∑𝐘)

√(𝐍∑𝐗𝟐)−(∑𝐗)𝟐(𝐍∑𝐘𝟐)−(∑𝐘)𝟐

Keterangan:

rpbi = koefisien korelasi product moment

N = banyak sampel

x = skor butir

y = skor total

Tabel 15. Interpretasi Validitas Butir Soal

No Range Validitas Kategori

1 rpbi > rt Valid

2 rpbi = rt Tidak valid

3 rpbi < rt Tidak valid

Sumber: Adaptasi dari Sudijono (2013: 190)

b. Reliabilitas

Relibilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes

(Arikunto, 2012: 100). Apabila dilakukan beberapa kali pengujian

menunjukan hasil yang sama. Suatu tes mempunyai taraf kepercayaan

yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan

cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Page 78: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

55

Perhitungan reliabilitas penelitian dan pengolahan data hasil uji coba

dilakukan melalui langkah-langkah yang diuraikan sebagai berikut:

1) Nilai Reliabilitas Tes Tertulis Bentuk PG

Perhitungan reliabilitas dalam penelitian bentuk PG ini, peneliti

akan menggunakan uji reliabilitas KR-20. Rumus yang digunakan

(KR-20) menurut Jaya (2018: 96) adalah:

KR20 = (𝒏

𝒏−𝟏) ⦋𝟏 −

∑𝒑𝒒

𝑺𝟐⦌

Keterangan:

KR20 = koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir soal

1 = bilangan konstan

S = varian total

p = proporsi testee yang menjawab dengan benar

q = proporsi testee yang menjawab dengan salah (1-p) ∑p q = jumlah dari hasil perkalian antara p dengan q

2) Nilai Reliabilitas Tes Tertulis Bentuk Uraian

Menurut Kusaeri (2014: 65) untuk tes yang didesain dalam

mengukur hasil belajar yang heterogen menggunakan rumus

koefisien alpha. Oleh karena itu, untuk menghitung reliabilitas tes

uraian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus koefisien

alpha. Menurut Sudijono (2013: 254) rumus yang digunakan untuk

menghitung reliabilitas soal uraian adalah sebagai berikut:

r = (𝑛

𝑛−1) ⦋1 −

𝑆𝐷𝑡2−∑(𝑆𝐷𝑖)2

∑(𝑆𝐷𝑖)2⦌

Page 79: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

56

Keterangan:

r = koefisien reliabilitas seluruh tes

n = jumlah soal dalam tes

1 = bilangan konstan

SDt2

= varian skor-skor total pada tes

∑SDi2 = varian varian butir tes

Kriteria reabilitas soal uraian, sama dengan soal bentuk objektif

dimana hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan program

microsoft exel 2013 ditafsirkan dengan menggunakan kriteria

yang dikemukakan olah Guilford dalam Suherman (2003: 139)

terdapat pada Tabel 16.

Tabel 16. Derajat Reliabilitas

No Range Reliabilitas Kategori

1 r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

2 0,20 ≤ r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah

3 0,40 ≤ r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang

4 0,70 ≤ r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi

5 0,90 ≤ r11 ≤1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi

Sumber: Guilford dalam Suherman (2003: 139)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan soal membedakan peserta

didik yang pandai dan kurang pandai (Kusaeri, 2014: 107). Daya

pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

butir soal tersebut untuk bisa membedakan antara peserta didik yang

berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan rendah.

Page 80: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

57

Menghitung daya pembeda peserta didik diklasifikasikan dalam dua

kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas

terdiri dari peserta didik yang mendapat skor tinggi. Sedangkan

kelompok bawah adalah peserta didik yang mendapat skor rendah.

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda (DP)

menurut Kusaeri (2014: 108) adalah sebagai berikut:

DP = 𝑩𝒂−𝑩𝒃

𝟏

𝟐𝑵

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

N = jumlah peserta didik yang mengerjakan tes

Tabel 17. Kriteria Daya Pembeda

No Range Daya Pembeda Kategori

1 0,40 – 1,00 Sangat Baik

2 0,30 – 0,39 Baik

3 0,20 – 0,29 Cukup

4 0,00 – 0,19 Jelek

Sumber: Kusaeri (2014: 108-109)

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal

pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam

bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk

proporsi yang berkisar 0 sampai 1. Semakin besar indeks tingkat

kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, semakin mudah soal

tersebut. Perhitungan indeks tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap

soal. Rumus menghitung tingkat kesukaran bentuk pilihan ganda

menurut Nitko (dalam Kusaeri 2014: 106) adalah sebagai berikut:

Page 81: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

58

Tingkat Kesukaran (TK) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠

Menghitung tingkat kesukaran soal uraian digunakan rumus berikut:

Tingkat Kesukaran (TK) = Mean

Skor naksimum yang ditetapkan

Sumber: Kusaeri (2014: 106)

Tabel 18. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Range Tingkat

Kesukaran Kategori

1 0,71 – 1,00 Mudah 2 0,31 – 0,71 Sedang 3 0,00 – 0,30 Sukar

Sumber: Adaptasi Arikunto (2010: 210)

e. Distribusi Pilihan Jawaban (Efektivitas Distraktor)

Pengecoh dari soal-soal yang valid dan memiliki daya pembeda baik

(minimal masuk kategori kurang membedakan) akan dianalisis.

Pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci

jawaban dan bukan hanya sekedar pelengkap pilihan (Purwanto, 2009:

108). Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih

pengecoh itu sama/ mendekati jumlah ideal (To, 2003: 17). Cara

menganalisis pengecoh dihitung dengan rumus:

IPc = 𝑛𝑃𝑐

(𝑁−𝑛𝐵)/(𝐴𝑙𝑡−1) x100%

Keterangan IPc = Indeks Pengecoh/Distraktor nPc = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu N = Jumlah seluruh subyek yang ikut tes nB = Jumlah subyek yang menjawab benar pada butir soal itu Alt = Banyak alternatif jawaban/option (3, 4, atau 5)

Adapun kriteria pengecoh berdasarkan indeksnya adalah

sebagai berikut.

Page 82: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

59

Tabel 19. Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal

Kategori Distraktor Kategori

76%-125% Sangat Baik

51%-75% atau 126%-150% Baik

26%-50% atau 176%-200% Kurang Baik

0%-25% atau 176-200% Jelek

Lebih dari 200% Sangat Jelek

(Sumber: Purnomo, 2016: 137)

H. Tehnik Analisis Data

1) Analisis Data Kuantitatif

Uji kelayakan ini terbagi menjadi dua, yaitu kelayakan teori dan kelayakan

empirik. Data kuantitatif dalam menguji kelayakan teori didapatkan dari

jumlah skor dalam lembar validasi produk oleh para ahli yang diperoleh dari

angket. Instrumen penilaian dikatakan layak secara teori ( jika rata-rata jumlah

setiap skor butir soal yang diberikan semua ahli > 50%). Soal dikatakan tidak

layak secara teori (jika rata-rata jumlah setiap skor butir soal yang diberikan

semua ahli < 50%).

Kelayakan empirik digunakan untuk menganalisis butir soal. Analisis butir soal

digunakan untuk pengujian terhadap kualitas soal yang diujicobakan pada uji

kelompok kecil dan uji coba kelas besar. Diantaranya adalah dengan menguji

validitas, reliabilitas, daya pembeda, indeks kesukaran dan efektivitas

distraktor. Uji coba kelas kecil dan uji coba kelas besar, peneliti menggunakan

angket respon praktisi/ pendidik tentang kemenarikan dan kemudahan

penggunaan instrumen penilaian. Angket respon praktisi mengenai penggunaan

instrumen penilaian dikatakan menarik dan mudah dalam menggunakannya

(jika rata- rata persentase jumlah indikator kemenarikan dan kemudahan yang

diberikan oleh praktisi ≥50%). Angket respon praktisi mengenai penggunaan

Page 83: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

60

instrumen penilaian dikatakan tidak menarik dan tidak mudah dalam

menggunakannya (jika rata-rata persentase jumlah indikator kemenarikan dan

kemudahan yang diberikan oleh praktisi <50%)

2) Analisis Data Kualitatif

Analisis secara kualitatif dilakukan melalui hasil angket, yaitu analisis

penelaahan untuk mengetahui kelayakan melalui validitas isi instrumen tes.

Data ini termasuk data kualitatif berupa kritik, saran dan tanggapan dari

validator dianalisis secara deskriptif mengenai kelayakan produk yang

dihasilkan. Data kelayakan produk yang dihasilkan ditentukan melalui

analisis hasil validasi ahli materi, ahli bahasa, dan ahli evaluasi. Data ini

termasuk data kualitatif berupa kritik, saran, dan tanggapan dari validator

dianalisis secara deskriptif.

Page 84: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

91

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai

berikut.

1. Instrumen penilaian berbasis HOTS yang dikembangkan layak secara

teori. Hal ini dibuktikan dari penilaian 3 ahli yaitu ahli evaluasi, ahli

materi, dan ahli bahasa yang menyatakan bahwa instrumen tes berbasis

HOTS yang dikembangkan dalam katagori sangat baik. Selain itu,

instrumen penilaian yang dikembangkan telah valid, reliabel, relevan,

representatif, praktis, diskriminatif, spesifik, dan proporsional.

2. Instrumen penilaian berbasis HOTS yang dikembangkan layak secara

empirik. Hal ini dibuktikan pada uji coba kelas kecil dari 60 soal pilihan

ganda, terdapat 30 soal valid dengan reliabilitas 0,954 kategori sangat

tinggi. Selanjutnya, pada uji coba kelas besar dari 30 soal pilihan ganda,

terdapat 29 soal valid dengan reliabilitas 0,892 kategori sangat tinggi.

Sedangkan seluruh soal uraian layak empirik.

B. Implikasi

Instrumen berbasis HOTS sangat perlu diberikan agar peserta didik dapat

terlatih dan terbiasa dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu,

instrumen berbasis HOTS dapat melatih peserta didik untuk mecari solusi

Page 85: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

92

dari sebuah permasalahan, membuat keputusan, berargumen, memiliki

beragam solusi dalam memecahkan masalah dan dapat menghubungkan

pengetahuan yang dimilikinya dengan lingkungan sekitar. Instrumen tes

yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik harus

layak baik secara teori dan secara empirik. Kelayakan suatu instrumen tes

dapat dilihat dari penilaian ahli evaluasi, ahli materi, dan ahli bahasa.

Sedangkan kelayakan secara empirik suatu instrumen tes dapat dilihat dari

analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya beda, distraktor untuk

soal pilihan ganda, validitas, reliabilitas dan uji praktisi pendidik.

Pengukuran menggunakan soal yang layak secara teori dan empirik dapat

membantu pendidik untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar dalam

kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam implikasinya,

pembelajaran di sekolah dasar kecamatan Seputih Banyak belum ke arah

pengembangan instrumen berbasis HOTS. Hal itu terjadi karena pendidik

tidak memahami penilaian berbasis HOTS. Sehingga pada akhirnya

instrumen yang dibuat oleh pendidik tidak dapat melatih peserta didik

dalam berpikir tingkat tinggi serta sangat sulit dalam membedakan antara

peserta didik yang bisa dan kurang bisa.

C. Saran

1. Peserta didik

Peserta didik diharapkan dapat berlatih memecahkan suatu

permasalahan, membuat keputusan, berargumen, membuat berbagai

macam solusi dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran

Page 86: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

93

dengan demikian peserta didik akan lebih mudah dalam mengerjakan

soal berbasis HOTS.

2. Pendidik

Hasil penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini berupa

instrumen tes berbasis HOTS yang dapat dijadikan referensi pendidik

dalam membuat dan melaksanakan penilaian terhadap peserta didik.

3. Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, kepala sekolah diharapkan dapat

meningkatkan mutu dan sarana penunjang untuk mengembangkan

instrumen tes untuk peserta didik di sekolahnya. Sekolah juga

seharusnya memiliki bank-bank soal yang layak dan berkualitas,

sehingga soal yang dibuat dapat memberi umpan balik terhadap proses

pembelajaran dan mampu menghasilkan output yang lebih baik.

4. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya untuk

dapat mengembangkan instrumen tes berbasis HOTS di sekolah dasar.

Page 87: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

94

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan Sani. 2016. Penilaian Autentik. Bumi Aksara, Jakarta.

Abdurrahim. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Pembelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) di Madrasah Aliyah Kota Bima. (Tesis). Jurusan

Pengembangan Kurikulum SPS UPI.

Abosalem, Yousef. 2016. Assessment Techniques and Students Higher-Order

Thinking Skills. International Journal of Secondary Education, 4 (1): 1-

11.

Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Prenada Media Group, Jakarta.

Andrian F. 2018. Development of Instrument Test on Mathematical Literature

Learning in Elementary School. Journal of Education and Practice,

9(23): 1-9.

Anwar, Syafri. 2009. Penilian Berbasis Kompetensi. UNP Press, Padang.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,

Jakarta.

.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,

Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Budiman. A. & Jailani. 2014. Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order

Thinking Skill (HOTS) Pada Mata Pelajaran Matematika Smp Kelas VIII

Semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1(2): 139-151.

Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your

Classrooom. Massachusetts: ASCD.

Conklin, W. 2012. Higher order thinking skills to develop 21st century

learners. Huntington Beach, CA: Shell Education Publishing, Inc.

Depdiknas, 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Depdiknas RI, Jakarta.

Page 88: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

95

. 2013. Undang-Undang No 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional

Pendidikan. Depdiknas RI, Jakarta.

Depdiknas. 2008. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Depdiknas, Jakarta.

Fanani. Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking

Skill (HOTS) dalam Kurikulum 2013. Journal of Islamic Religious

Education. 2(1): 57-76.

Fitriani. et.al. 2018. Pengembangan Instrumen Tes Higher-Order Thinking Skill

pada Pembelajaran Tematik berbasis Outdoor Learning di SD. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 5(1) : 252-262.

Hanifah, Nurdinah. 2019. Pengembangan instrumen penilaian Higher Order

Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar. Current Research in Education:

Conference Series Journal. 1(1): 1-8.

Hendriana, H dan Soemarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika.

Refika Aditama, Bandung.

Jaya. M.Thoha.B.S. 2018. Metodologi Penelitian Sosial dan Humaniora. CV.

Anugrah Utama Raharja, Bandar Lampung.

Kamarudin. dkk. 2016. Inculcation of Higer Order Thinking Skills (HOTS) in

Arabic Language Teaching at Malaysian Primary School. Creative

Education Journal. Vol. 7 : 307-3014. Scientific Research Publishing Inc.

Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud, Jakarta.

. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 67

Tahun 2013. Depdiknas RI, Jakarta.

. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 81a

Tahun 2013. Depdiknas RI, Jakarta.

. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 . Pusat

Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan,

Jakarta.

.2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 104

Tahun 2014. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta

.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 22

Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta

.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 23

Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta

.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 24

Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta

.2016. Panduan Penilaian untuk SD. Kementrian Pendidikan Dan

Kebudayaan, Jakarta

Page 89: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

96

.2018. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 37

Tahun 2018. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta

Kurniasih, Imas & Berlin S. 2014. RPP. Kata Pena, Yogyakarta.

Kusaeri. 2014. Acuan dan Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam

Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Majid. Abdul. 2017. Pembelajaran Tematik Terpadu. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Mangiante, Elaine Silva. 2013. Planning Science Instruction for Critical Thinking:

Two Urban Elementary Teachers’ Responses to a State Science

Assessment. Journal Education Science, Vol 3: 222-258.

www.mdpi.com/journal/ education.

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Mitra

Cendekia, Yogyakarta.

Mohammed, Gulistan Saido., et.al. 2015. Higher Order Thinking Skills Among

Secondary School Students in Science Learning. The Malaysian Online

Journal of Educational Science, Vol 3 (3): 13-20.

Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Muzmairoh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Kata Pena, Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nopia. dkk. 2016. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar pada Materi Daur Air.

Jurnal Pena Ilmiah. Vol. 1(1): 641-650.

Novitasari. N. Dkk. 2015. Measuring Problem Solving Skills of High School

Students on Biology. Jurnal Biologi Edukasi. 7(21): 1-6.

Nugroho, Arifin. R. 2018. Higer Order Thinking Skills. Gramedia Widyasarana,

Jakarta.

OECD. 2016. PISA Assessment and Analytical Framework: Science, Reading,

Mathematic and Financial Literacy. OECD Publishing, Paris.

Pratiwi. dkk. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum

2013 Terhadap Sikap Disiplin. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA.

Vol 1(1): 123-142.

Purnomo, Edy. 2016. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran.

Media Akademi, Yogyakarta.

Purwanti, Endang. et.,al. 2008. Bahan Ajar Cetak Asesmen Pembelajaran SD.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,

Bandung.

Page 90: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

97

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington, D.C,

National Academy Press.

Rofiah, Emi., Nonoh Siti Aminah dan Elvin Yusliana Ekawati. 2013. Penyusunan

Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa

SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1 (2): 17-22.

Rosidin. Undang. 2016. Penilaian Otentik. Media Akademi, Yogjakarta.

Rubin, Jim & Manikya, Rajakaruna. 2015. Teaching and Assessing Higher Order

Thinking in the Mathematics Classroom with Clickers. International

Society of Educational Research, 10 (1): 37-51.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajawali Pers, Jakarta.

Samritin & Suryanto. 2016. Developing An Assessment Instrument Of Junior High

School Students’ Higher Order Thinking Skills In Mathematics. Research

and Evaluation in Education. Vol. 2(1):92-107.

Sani, Ridwan Abdulah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi

Kurikulum 2013. Bumi Aksara, Jakarta.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Kencana, Jakarta.

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar dan Proses Belajar Mengajar.

Remaja Rosdakarya, Bandung.

.2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatif, dan R&D.

ALFABETA, Bandung.

.2014. Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatif, dan R&D.

ALFABETA, Bandung.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI, Bandung.

Sunarti dan Rahmawati, Selly. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Andi,

Yogyakarta.

Suryana. Y. 2015. Kompetensi Pedagogik. AZ-ZAHRA, Jakarta.

Suryanto. dkk. 2011. Penilaian di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka, Tangerang

Selatan.

Thompson, Tony. 2014. An Analysis of Higher-Order Thinking on Algebra I End-

of Course Tests. Research Gate. (252). 328-9358.

Page 91: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER …digilib.unila.ac.id/57920/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta

98

To, Karno. 2003. Mengenal Analisis Tes. Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UPI, Bandung.

Wahyuni. S. & Ibrahim A. S. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Refika

Aditama, Bandung.

Wardany, K., Sajidan, & Murni R. 2015. Penyusunan Instrumen Tes Higher

Order Thinking Skill Pada Materi Ekosistem SMA Kelas X. Seminar

Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015. Hal 538-543.

Wardany. K. 2018. Kelayakan Instrumen Pengembangan Penilaian Higher Order

Thinking Skills Siswa SMA pada Materi Ekosistem. Jurnal Pendidikan

Sains. 6(2): 21-31.

Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill

(HOTS). Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Jakarta

Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. GP Press

Group, Jakarta.