pengembangan instrumen asesmen pengetahuan …digilib.unila.ac.id/56837/3/tesis tanpa bab...

60
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN THREE TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS TESIS Oleh NI WAYAN NOVITA SARI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN

THREE TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS

HIGHER ORDER THINKING SKILLS

TESIS

Oleh

NI WAYAN NOVITA SARI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN

THREE TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS

HIGHER ORDER THINKING SKILLS

Oleh

NI WAYAN NOVITA SARI

Penelitian ini mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan three tier

diagnostic test berbasis higher order thinking skills (HOTS) yang bertujuan untuk

mendiagnosis pemahaman peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi dan

mereduksi miskonsepsi. Metode penelitian menggunakan ADDIE (Analysis-

Desain-Develop-Implement- Evaluate) dan subjeknya adalah peserta didik SMP

kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian ini

menggunakan instrumen asesmen pengetahuan three tier diagnostic test berbasis

HOTS sebanyak 20 butir soal. Hasil uji validasi ahli instrumen berdasarkan aspek

penilaian isi, konstruk, dan bahasa memiliki skor rata-rata 90, 88, dan 89 dengan

penilaian yang layak. Data dianalisis menggunakan rasch model dan diperoleh

indeks reliabilitas itemnya 0,89, indeks reliabilitas respondennya 0,91, serta nilai

alpha Cronbach’s sebesar 0,93 yang berarti reliabilitas soal yang diperoleh

tergolong bagus. Hasil pola jawaban peserta didik terdapat enam kriteria yaitu

paham konsep, miskonsepsi (+), miskonsepsi (-), miskonsepsi, menebak/kurang

percaya diri/ beruntung, dan tidak paham konsep yang digunakan untuk

Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Ni Wayan Novita Sari

iii

mendiagnosis pemahaman peserta didik dalam mengukur keterampilan berpikir

tingkat tinggi (HOTS) yang diintegrasikan dengan dimensi pengetahuan faktual,

konseptual, dan prosedural. Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik terdapat

tiga kriteria, yaitu miskonsepsi (+), miskonsepsi (-), dan miskonsepsi, serta yang

paling banyak dialami peserta didik adalah miskonsepsi (-) dalam level kognitif

C4 yang diintegrasikan dengan dimensi pengetahuan konseptual pada materi

karakteristik zat. Miskonsepsi (-) ini dapat direduksi melalui konsep yang benar

dengan alasan yang tepat.

Kata kunci : Asesmen, HOTS, dan Three Tier Diagnostic Test.

Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Ni Wayan Novita Sari

iv

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF KNOWLEDGE ASSESSMENT INSTRUMENTS

THREE TIER DIAGNOSTIC BASED TEST

HIGH ORDER THINKING SKILLS

By

NI WAYAN NOVITA SARI

This study developed a knowledge assessment instrument of three tier diagnostic

tests based on higher order thinking skills (HOTS) which aims to diagnose

students' understanding in higher-order thinking and reduce misconceptions. The

research method uses ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate)

and the subject is class VII junior high school students with 2017 odd semester

curriculum materials. This study used HOTS-based knowledge assessment

instruments of three tier diagnostic tests of 20 items. The results of the instrument

expert validation test based on aspects of content, construct, and language

assessment have an average score of 90, 88, and 89 with a proper assessment. The

data were analyzed using rasch model and the item reliability index was 0.89, the

reliability index of the respondents was 0.91, and Cronbach's alpha value was

0.93, which meant the reliability of the questions obtained was good. The results

of the students 'answer patterns are six criteria: understanding concepts,

misconceptions (+), misconceptions (-), misconceptions, guessing / lack of

Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Ni Wayan Novita Sari

v

confidence / luck, and not understanding the concepts used to diagnose learners'

understanding in measuring high-level thinking skills ( HOTS) which is integrated

with the dimensions of factual, conceptual and procedural knowledge.

Misconceptions that occur in students have three criteria, namely misconception

(+), misconception (-), and misconception, and the most experienced by students

is a misconception (-) in the C4 cognitive level which is integrated with the

conceptual knowledge dimension on the substance characteristic material . This

misconception (-) can be reduced through the correct concept with the right

reasons.

Keywords: Assessment, HOTS, and Three Tier Diagnostic Test.

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN

THREE TIER DIAGNOSTIC TEST BERBASIS

HIGHER ORDER THINKING SKILLS

Oleh

NI WAYAN NOVITA SARI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Keguruan IPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian
Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian
Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian
Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidowaluyo Lampung Selatan, pada

tanggal 14 Oktober 1994, yang kemudian diberi nama Ni

Wayan Novita Sari. Penulis merupakan putri pertama dari dua

saudara dari pasangan Ketut Sariya dan Nyoman Sari. Penulis

menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sidowaluyo

pada tahun 2006, kemudian melanjutkan studinya di SMP Negeri 1 Sidomulyo

lulus pada tahun 2009, dan penulis melanjutkan studinya di SMA Negeri 1

Kalianda lulus tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima untuk melanjutkan

pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan PMIPA, Program

Studi Pendidikan Kimia, penulis menyelesaikan studi Strata 1 pada tahun 2016,

dan ditahun 2016 juga kembali melanjutkan studi Strata 2 di Program

Pascasarjana Magister Keguruan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

MOTTO

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika

orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan.

(Sir Francis Bacon )

Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna daripada

dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik; lebih baik mati dalam tugas

sendiri daripada dalam tugas orang lain yang sangat berbahaya.

(Bhagavad Gita III.35)

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

PERSEMBAHAN

Dengan sejuta kasih,

Kupersembahkan karyaku yang teramat berharga dan sederhana ini kepada:

Ayahanda ‘Ketut Sarye’ dan Ibunda ‘Nyoman Sari’ tercinta, yang telah

mencurahkan seluruh cinta, kasih, do’a dan peluh keringatnya untuk

keberhasilanku, yang telah menempaku untuk kuat dan tegar dalam menjalani

pelik dan terjalnya kehidupam.

Untuk Saudara-saudaraku

Untuk adikku tercinta ‘Ni Made Ita Dwi Jayani’, ‘Gede Dian A.P, Nyoman Eka

Artuti, Dava, Diki, Dea, Bela, serta keponakanku Chika, Meyra, Raka yang selalu

memberikan dorongan semangat, dan motivasi, tawa dan canda yang senantiasa

menguatkan serta doa yang tiada henti untuk keberhasilanku.

Untuk Keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan semangat serta d’oa

untuk kesuksesan ku di kemudian hari.

Untuk kekasihku Adnan Alit Suprayogi yang selalu membantu dan memberi

dukungan untuk keberhasilanku

‘Sayang kalian semua’.

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

SAN WACANA

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Pencipta alam semesta yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebab atas

astung kerta wara nugraha-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

dengan judul “Pengembangan Instrumen Asesmen Pengetahuan Three Tier

Diagnostic Test Berbasis Higher Order Thinking Skills”,

Penulis menyadari dalam tesis ini masih terdapat kekurangan baik dari segi

substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi, dan

kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi

perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. Hasil ini bukanlah jerih payah sendiri akan

tetapi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril

maupun materil sehingga penulisan tesis ini dapat selesai. Oleh karena itu, di

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima

kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

Page 14: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

xiv

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

4. Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana

Magister Keguruan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Dosen

Pembimbing I atas segala arahan, petunjuk serta motivasi selama proses

penulisan Tesis ini;

6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I atas segala

arahan, petunjuk serta motivasi selama proses penulisan Tesis ini;

7. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Dosen Pembahas I dan Dosen uji

validasi produk Tesis yang selalu memberikan bimbingan serta kritik dan

saran yang diberikan selama penulisan tesis ini;

8. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Dosen Pembahas II yang selalu

memberikan bimbingan serta kritik dan saran yang diberikan selama

penulisan tesis ini

9. Bapak Dr. Wayan Distrik, M.Si. selaku Dosen uji validasi produk Tesis yang

selalu memberikan bimbingan serta atas kritik dan saran yang diberikan

selama penulisan tesis ini;

10. Ibu Dr. Neni Hasnunidah, M.Si. selaku Dosen uji validasi produk Tesis yang

selalu memberikan bimbingan serta atas kritik dan saran yang diberikan

selama penulisan tesis ini;

Page 15: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

xv

11. Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Keguruan IPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat;

12. Narasumber atas bantuan informasi yang diberikan dalam penulisan tesis ini;

13. Seluruh rekan-rekan di Program Magister Keguruan IPA Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan 2016;

14. Seluruh pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan

skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

15. Almamater tercinta.

Akhir kata, penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan semua pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk kehidupan yang

lebih baik dan bermanfaat bagi semua.

Semoga Sang Hyang Widhi merestui segala usaha dan ketulusan yang diberikan

kepada penulis.

Bandar Lampung, April 2019

Penulis,

Ni Wayan Novita Sari, S.Pd.

Page 16: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

ABSTRACT ..................................................................................................... iv

HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ vi

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... vii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ix

MOTTO ........................................................................................................... x

PERSEMBAHAN ............................................................................................ xi

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xii

SANWACANA ................................................................................................ xiii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

C. Tujuan ............................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

E. Ruang Lingkup ................................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen Asesmen Three Tier Diagnostic ...................................... 10

B. Higher Order Thinking Skills ........................................................... 16

C. Miskonsepsi ...................................................................................... 19

D. Kerangka Pikir .................................................................................. 22

III. METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Desain Penelitian .............................................................................. 24

B. Prosedur ............................................................................................ 24

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 28

D. Teknik Analisis Data ........................................................................ 29

Page 17: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

xvii

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Pendahuluan ................................................................... 34

B. Hasil Pengembangan ........................................................................ 35

C. Pembahasan ...................................................................................... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................... 63

B. Saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penyebab Miskonsepsi ...............................................................................22

3.1 Interpretasi Ukuran Kemantapan Nilai Alpha ............................................33

3.2 Nilai Person dan Reliabilitas Butir Soal ....................................................33

3.3 Kriteria Tingkat Kesulitan Soal .................................................................33

4.1 Deskripsi Soal yang Digunakan Guru SMP ...............................................36

4.2 Kriteria Soal Penelitian ..............................................................................38

4.3 Hasil Keseluruhan Data Validasi Ahli .......................................................38

4.4 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Soal .......................................................39

4.5 Pedoman Penskoran ...................................................................................42

4.6 Analisis Kesesuaian Butir Soal ..................................................................44

4.7 Analisis Responden ....................................................................................45

4.8 Rangkuman Hasil Analisis Akhir...............................................................46

4.9 Nilai Reliabilitas Person ............................................................................46

4.10 Nilai Reliabilitas Butir Soal .......................................................................47

4.11 Hasil Rating Scale ......................................................................................48

4.12 Hasil Tingkatan kesulitan Butir Soal .........................................................49

4.13 Analisis Soal yang Mengalami Miskonsepsi .............................................50

4.14 Hasil Uji Evaluasi Produk ..........................................................................51

Page 19: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pikir dalam Penelitian ........................................................ 24

3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan........................................... 26

4.1 Revisi Soal IPA Fisika ................................................................................... 41

4.2 Revisi Soal IPA Biologi ................................................................................. 41

Page 20: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rekapitulasi Nilai Uji Ahli ..........................................................................68

2. Angket Keterbacaan .....................................................................................71

3. Lembar Validasi Ahli ...................................................................................72

4. Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan Siswa ..........................................77

5. Data Rekapitulasi Skor Jwaban Peserta Didik .............................................84

6. Kisi-Kisi Soal Penelitian ..............................................................................86

7. Soal Penelitian .............................................................................................94

8. Kisi-Kisi Soal Produk ..................................................................................110

9. Soal Produk ................................................................................................128

Page 21: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan (Amal et al.,2013). IPA diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Proses pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

(Widiyatmoko & Pamelasari, 2012).

Proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan pada kurikulum 2013 menggunakan

pendekatan saintifik dan mencakup tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan kete-

rampilan yang memiliki tujuan masing-masing (Khairani et al., 2017). Tujuan

ranah sikap dalam pembelajaran agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’, ranah

keterampilan bertujuan agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’, sedangkan

ranah pengetahuan bertujuan agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya

adalah penguasaan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

seimbang sehingga menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang

Page 22: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

2

memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills).

Penguasaan tiga ranah ini berperan dalam hasil belajar peserta didik, salah satunya

ranah pengetahuan yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir peserta

didik (Kemendikbud, 2014).

Kemampuan berpikir peserta didik Indonesia dapat tergambarkan dari hasil tes

dan evaluasi PISA 2015. Rata-rata skor pencapaian peserta didik Indonesia untuk

sains yaitu 403 yang berada di peringkat 62 dari 69 negara yang dievaluasi

(OECD, 2016). Hal ini menunjukkan performa cara berpikir peserta didik

Indonesia masih tergolong rendah, serta menjadi bukti bahwa peserta didik

Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan

menghafal dalam pembelajaran sains. Soal-soal yang terdapat pada PISA sangat

menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah dan salah satu faktornya

yaitu kurang terlatihnya peserta didik dalam mengerjakan soal-soal yang menun-

tut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah (Hasrul, 2016). Selain itu

karakteristik soal-soal PISA juga menuntut kemampuan berpikir analisis, evaluasi,

dan kreatif peserta didik.

Kemampuan berpikir analisis, evaluasi, dan kreatif merupakan indikator dari

kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (HOTS)

(Lailly & Wisudawati, 2015). Higher order thinking skills (HOTS) adalah

penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru (Heong et al,

2011). Karakteristik HOTS menurut Conklin dalam (Budiman & Jailani, 2014),

yaitu mencakup berpikir kritis dan berpikir kreatif. Indikator HOTS menurut

taksonomi bloom, yaitu kemampuan analisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

Page 23: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

3

mencipta atau kreativitas (C6) (Munandar, 2012). Kemampuan HOTS peserta

didik rendah dikarenakan sistem evaluasi di Indonesia yang masih menggunakan

soal level rendah atau kemampuan menghafal (Kertayasa, 2018). Tes yang

dilakukan oleh guru ataupun pemerintah (UN), biasanya hanya menggunakan

level 1 (mengingat) dan level 2 (pemahaman), sehingga untuk soal-soal level

tinggi (analisis, evaluasi, dan kreatif) peserta didik Indonesia tidak mampu

menjangkaunya (Kertayasa, 2018). Pencapaian penguasaan kompetensi peserta

didik dalam mengerjakan soal-soal dengan level tinggi tentunya tidak dapat

dipisahkan dengan kegiatan asesmen (Saptono, Rustaman, & Wibowo, 2016).

Asesmen merupakan proses atau kegiatan yang berkesinambungan dan sistematis

untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik

dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan

pertimbangan tertentu (Arifin, 2013). Selain itu menurut (Uno, 2012), asesmen

merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, dari proses asesmen, guru

dapat memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai

sejumlah kompetensi dasar. Prinsip utama dalam mengasesmen, yaitu

mengasesmen tidak hanya digunakan untuk sesuatu yang diketahui peserta didik

tetapi juga digunakan untuk mengasesmen sesuatu yang dapat dilakukan peserta

didik itu dalam pembelajaran (Rosidin, 2016). Salah satu fungsi utama dari

asesmen, yaitu membuka miskonsepsi yang dimiliki peserta didik yang terikut

sebelum pembelajaran.

Miskonsepsi adalah representasi mental dari konsep yang tidak sesuai dengan

teori ilmiah yang saat ini dipegang (Sunyono, Tania, & Saputra, 2016).

Page 24: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

4

Pemahaman konsep yang keliru mengakibatkan peserta didik dapat mengalami

miskonsepsi. Apabila miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik dibiarkan,

maka akan berakibat semakin bertambahnya materi yang tidak mampu dipahami

dengan tuntas dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta

didik (Putra, Adlim, & Halim, 2016). Salah satu bentuk asesmen yang dapat

digunakan untuk menilai miskonsepsi peserta didik, yaitu tes pilihan jamak

diagnostik. Tes diagnostik dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik

pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep kunci sebelum, selama dan

setelah proses pembelajaran (Bunawan et al., 2014).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan terkait dengan bentuk soal yang diberikan

saat ujian/ulangan di sekolah khususnya sekolah menengah pertama (SMP) yang

di Provinsi Lampung diperoleh 100% (90 peserta didik dan 6 guru dari 5

kabupaten yang ada di Provinsi Lampung) jenis soal pilihan jamak biasa (hanya

memilih jawaban tanpa ada alasan atas jawaban yang dipilih). Hal ini berarti jenis

soal ini belum menjelaskan apa alasan atas jawaban yang dipilih, dengan begitu

dapat diketahui apakah peserta didik menjawab dengan menebak, atau paham

konsep, atau bias kemungkinan mengalami miskonsepsi. Selain itu, sebanyak

68% (6 guru dari 5 kabupaten yang ada di provinsi Lampung) soal yang dibuat

tidak mengukur kemampuan berpikir peserta didik (analisis, evaluasi, dan kreatif)

dan sebanyak 100% (pendapat 6 guru dari 5 kabupaten yang ada di Provinsi

Lampung) menyatakan perlunya pengembangan soal pilihan jamak yang mampu

melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dan dapat mereduksi

miskonsepsi peserta didik. Miskonsepsi IPA SMP yang ditemukan dalam

berbagai penelitian, salah satunya miskonsepsi pada konsep atom, ion, dan

Page 25: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

5

molekul, diantaranya, senyawa terdiri dari berbagai jenis molekul, molekul

merupakan gabungan ion-ion, ukuran atom bergantung pada jumlah proton yang

dimilikinya, atom emas memiliki warna emas (berwarna emas), serta setiap atom

memiliki elektron yang berbeda satu sama lain (Wisudawati & Sulistyowati,

2015).

Tes pilihan jamak memiliki kekurangan untuk memperoleh profil kemampuan

peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar. Menurut Chandrasegaran

(dalam Liampa, 2017), kekurangan pada tes pilihan jamak itu karena itemnya

hanya mengevaluasi pengetahuan konten tanpa mempertimbangkan alasan di

balik pilihan tanggapan peserta didik. Selain itu, soal-soal PISA yang mengarah

pada level tinggi (analisis, evaluasi, dan kreatif) (Kertayasa, 2018) dapat

membantu kemampuan berpikir peserta didik dalam hal kemampuan penalaran

dan pemecahan masalah (Hazrul, 2016). Hal ini menuntut guru untuk

mengembangkan soal pilihan jamak yang berkualitas.

Salah satu tes pilihan jamak yang dapat menilai pemahaman dan tingkat berpikir

peserta didik, yaitu tes three tier diagnostic. Ada beberapa penelitian dan

pengembangan tentang tes three tier diagnostic untuk berbagai kepentingan

diantaranya Pesman & Eryilmaz (2010) dan Bunawan et al (2014). Tes three tier

diagnostic ini merupakan suatu tes diagnostik yang tersusun dari tiga tingkatan

soal (Pesman & Eryilmaz, 2010). Tingkatan soal yang pertama (one-tier) yaitu

berupa pilihan ganda biasa, tingkat soal yang kedua (two-tier) yaitu berupa

pilihan alasan, dan tingkat soal yang ketiga (three-tier) yaitu berupa pertanyaan

penegasan tentang keyakinan dari jawaban yang telah dipilih pada tingkat soal

Page 26: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

6

satu dan dua (Aydeniz, Bilican, & Kirbulut, 2017). Soal tes yang dibuat

sebaiknya dapat menstimulus peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi atau

higher order thinking skills. Tes pilihan jamak konvensional tidak dapat mengu-

kur kemampuan HOTS peserta didik, sehingga peneliti telah melakukan penelitian

dan pengembangan yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen

Pengetahuan Three-Tier Diagnostic Test Berbasis higher order thinking skills”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah parameter butir instrumen asesmen pengetahuan three-tier

diagnostic test berbasis higher order thinking skills yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test

berbasis higher order thinking skills dapat mendiagnosis pemahaman

peserta didik?

3. Bagaimanakah instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic

test berbasis higher order thinking skills dapat mereduksi miskonsepsi

peserta didik?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan parameter butir instrumen asesmen pengetahuan three-tier

diagnostic test berbasis higher order thinking skills yang dikembangkan.

Page 27: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

7

2. Mendeskripsikan instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test

berbasis higher order thingking dalam mendiagnosis pemahaman peserta

didik

3. Mendeskripsikan instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic

test berbasis higher order thingking dalam mereduksi miskonsepsi peserta

didik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dan pengembangan asesmen pengetahuan ini sebagai

berikut.

1. Bagi Pendidik

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test

berbasis higher order thinking skills sebagai sumber dan referensi dalam

mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan pada pembelajaran IPA

Kurikulum 2013 bagi pendidik

2. Bagi Peserta didik

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test

berbasis higher order thinking skills diharapkan dapat memberikan motivasi

lebih untuk peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran IPA

3. Bagi Sekolah

Pengembangan instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test

berbasis higher order thinking skills sebagai informasi dan sumbangan

pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran IPA

di sekolah.

Page 28: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

8

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengem-

bangkan suatu produk atau menyempurnakan yang telah ada sebelumnya

yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011). Produk yang

dikembangkan adalah instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic

test berbasis higher order thinking skills

2. Bentuk perangkat soal yang dikembangkan berupa tes diagnostik tiga tingkat

(three-tier diagnostic test). Three tier diagnostic test ini merupakan suatu tes

diagnostik yang tersusun dari tiga tingkatan soal (Pesman & Eryilmaz, 2010).

Tingkatan soal yang pertama (one-tier) yaitu berupa pilihan ganda biasa,

tingkat soal yang kedua (two-tier) yaitu berupa pilihan alasan, dan tingkat

soal yang ketiga (three-tier) yaitu berupa pertanyaan penegasan tentang

keyakinan dari jawaban yang telah dipilih pada tingkat soal satu dan dua.

(Aydeniz, Bilican, & Kirbulut, 2017).

3. Kolaborasi antara dimensi pengetahuan dengan aspek kognitif. Dimensi

pengetahuan meliputi dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognisi (Krathwohl, 2002). Aspek kognitifnya meliputi kemampuan

analisis (C4), evaluasi (C5), dan Kreatif (C6) yang disebut dengan higher

order thinking skills.

4. Materi yang digunakan dalam pengembangan instrumen asesmen

pengetahuan three-tier diagnostic test berbasis higher order thinking skills

adalah materi kelas VII SMP semester 1.

Page 29: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

9

5. Validitas asesmen pengetahuan dapat dilihat dari tingkat validitas isi menurut

ahli dan memenuhi validitas konstruk (Nieveen, et al., 2013).

6. Tingkat kesukaran butir soal merupakan salah satu indikator yang dapat

menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah yang termasuk sukar, sedang

atau mudah (Sugiyono, 2015). Bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (p) (Sugiyono, 2015).

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Suatu soal

dikatakan mudah bila sebagian besar peserta didik dapat menjawabnya

dengan benar dan suatu soal dikatakan sukar bila sebagian besar peserta

didik tidak dapat menjawab dengan benar. Jika suatu soal memiliki tingkat

kesukaran seimbang (Proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal

tersebut baik.

7. Daya beda butir soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik

berkemampuan rendah berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2015).

8. Miskonsepsi merupakan kesalahan peserta didik dalam pemahaman suatu

konsep (Treagust, 2006).

Page 30: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen Asesmen Three Tier Diagnostic Test

Asesmen merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, dari proses

asesmen, guru dapat memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik

dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar (Uno & Koni, 2013). Salah satu

jenis model asesmen yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu model

diagnostik asesmen (Uno & Koni, 2013).

1. Model Diagnostik Asesmen

Penilaian diagnostik merupakan penilaian yang dapat membantu

mengidentifikasi pengetahuan terkini peserta didik tentang kemampuan atau

keahlian yang dimiliki oleh peserta didik tersebut, serta membantu

mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik sehingga membantu guru

dalam merencanakan pembelajaran lebih baik lagi. Jenis penilaian diagnostik

menurut (Uno & Koni, 2013) yang dapat digunakan:

1. Pra-tes (tentang isi dan kemampuan)

2. Penilaian diri (mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi)

3. Tanggapan guru

4. Wawancara

Fungsi penilaian diagnostik yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang

diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami

Page 31: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

11

kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran

dalam suatu bidang studi (Subali, 2010). Penilaian diagnostik dapat

dilakukan dengan beberapa prosedur menurut (Uno & Koni, 2013)

diantaranya: 1) harus ada analisis tertentu untuk kaidah, prinsip, pengetahuan,

atau keterampilan yang hendak diukur; 2) penilaian diagnostik yang baik

direncanakan dan disusun mencakup setiap kaidah dan prinsip dan diujikan

dengan cara yang sama; 3) butir soal yang digunakan untuk penilaian

diagnostik disusun secara berkelompok hal ini dilakukan untuk

mempermudah analisis dan diagnostik.

2. Teknik Asesmen

Asesmen memberikan informasi lebih komprehensif dan lengkap (kuantitatif

dan kualitatif) daripada pengukuran, sebab tidak hanya menggunakan

instrumen tes, tetapi juga menggunakan teknik-teknik yang lain (Yusuf,

2017). Asesmen dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu asesmen

tradisional dan asesmen alternatif (Uno & Koni, 2013). Asesmen yang

tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes

melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke

dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah uraian, asesmen praktek, asesmen

proyek, kuisioner, inventori, daftar cek, asesmen oleh teman sebaya/sejawat,

asesmen diri (selft assessment), portofolio, observasi, diskusi, dan wawancara

(interview) (Uno & Koni, 2013).

Instrumen asesmen yang telah dikembangkan dalam penelitian dan

pengembangan ini, yaitu tes pilihan ganda berbentuk tiga tingkatan. Menurut

(Rosidin, 2016) terdapat tiga ranah kompetensi yang harus dinilai, yakni

Page 32: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

12

ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan, namun dalam hal ini hanya

berfokus pada penelitian dan pengembangan pada ranah pengetahuan.

Adapun teknik penilaian pengetahuan (kognitif) dapat dilakukan melalui tiga

teknik, yaitu tertulis, lisan dan produk/ penugasan (Rosidin, 2016). Penelitian

dan pengembangan ini mengunakan teknik tertulis. Tes tertulis merupakan

seperangkat pertanyaan atau tugas dalam bentuk tulisan yang direncanakan

untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes

(Rosidin, 2016). Tes tulis menuntut adanya respon dari peserta tes yang

dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya. Salah

satu bentuk dari instrumen tertulis yaitu berupa soal pilihan ganda. Kegiatan

yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan, yaitu kaidah penulisan butir

soal yang meliputi substansi/ materi, konstruksi, dan bahasa (Rosidin, 2016).

Berdasarkan teknik yang digunakan dalam asesmen, maka diperlukan

instrumen yang tepat untuk melakukan penilaian pada peserta didik dalam

menilai kompetensi yang dimiliki peserta didik, yaitu ranah pengetahuan

peserta didik. Asesmen yang dikembangkan yaitu berbentuk three tier

diagnotic.

3. Three Tier Diagnostic

Three tier diagnostic merupakah salah satu bentuk instrumen tes diagnotis

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi . Setiap butir soal

dirancang memiliki tiga tingkat, tingkat konten (content tier) mengukur

kemampuan pengetahuan Optika Geometri atau kemampuan esensi inkuiri

sains; tingkat alasan (reason tier) mengukur kemampuan penjelasan atau

eksplanatori pengetahuan yang mendasari memilih salah satu jawaban; dan

Page 33: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

13

tingkat kepercayaan (confidence tier) untuk mengukur derajat keyakinan

dalam menentukan jawaban dan alasan yang dipilih (Bunawan, et al, 2014).

Suatu hasil asesmen dapat menjadi pedoman dan refleksi dalam

pembelajaran, maka hasil-hasil tersebut harus dianalisis sesuai dengan

kebutuhan. Analisis data dari asesmen sikap, pengetahuan dan keterampilan

dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut (Uno & Koni, 2013) :

a. Tabulasi data, merupakan sebuah pengolahan dan pemrosesan hingga

menjadi tabel dengan tujuan supaya mudah saat melakukan analisis.

Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan

angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan

variabel-variabel yang akan diteliti.

b. Pengolahan data, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah data

terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data ini dapat diperoleh

keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol,

atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.

c. Pengolahan data dengan komputer, merupakan kemudahan bagi peneliti

bila objek yang diteliti memiliki variabel banyak dan sangat kompleks

Kompetensi pengetahuan yang menggunakan instrumen soal, selain dianalisis

untuk membuat laporan mengenai ketercapaian peserta didik, guru juga dapat

menganalisis kualitas soal. Cara untuk menganalisis kualitas soal menurut

Arikunto (2011) sebagai berikut:

a. Menganalisis tingkat kesukaran soal

Page 34: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

14

Tingkat kesukaran suatu pokok uji atau soal (dilambangkan dengan P)

adalah proporsi dari keseluruhan peserta didik yang menjawab benar

pada pokok uji atau soal. Bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (p) (Arikunto, 2011).

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan

indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,

sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah.

Langkah-langkah dalam menentukan tingkat kesukaran soal (Arikunto,

2011), yaitu:

a) Menentukan skor maksimum tiap butir soal.

b) Menentukan banyaknya peserta tes yang menjawab benar.

c) Menentukan jumlah peserta tes.

d) Menentukkan tingkat kesukaran

b. Menganalisis daya beda soal

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah dalam menjawab benar pada soal yang dianalisis

(Arikunto, 2011). Daya pembeda tes yang baik adalah antara 20% - 80%

atau antara 30% - 70%. Menurut Cureton dalam membagi kelompok tes

menjadi 27% atau 33% kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok

bawah (Arikunto, 2011).

Daya beda soal pilihan jamak ditentukan dengan melihat kelompok atas

dan kelompok bawah berdasarkan skor total. Pada beberapa soal, terdapat

daya beda bernilai 0,00. Soal dengan daya beda tersebut menunjukkan

Page 35: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

15

bahwa soal tersebut tidak mampu membedakan kemampuan peserta didik

kelompok atas dan peserta didik kelompok bawah (Arikunto, 2011).

Soal tersebut gagal membedakan kemampuan peserta didik yang pintar

dengan peserta didik yang memiliki kemampuan di bawahnya, sehingga

kualitas soal tersebut adalah buruk sehingga harus dibuang/diganti.

Beberapa soal memiliki daya beda dengan tanda negatif, hal ini

menunjukkan bahwa kelompok bawah dapat menjawab soal tersebut

dengan benar, sementara peserta didik kelompok atas tidak dapat

menjawabnya dengan benar (Arikunto, 2011). Hal ini bisa saja terjadi

karena kesalahan konsep yang dimiliki peserta didik kelompok atas yang

mengikuti tes, hal ini bisa juga terjadi karena adanya faktor menebak.

Butir soal dengan nilai negatif juga harus diganti/ dibuang (Arikunto,

2011). Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dengan proporsi.

Semakin tinggi proporsi itu, maka semakin baik soal tersebut

membedakan antara peserta didik kelompok atas dengan peserta didik

kelompok bawah.

c. Fungsi Pengecoh atau Distractor

Fungsi pengecoh atau distraktor adalah jawaban salah yang memiliki

daya tarik tersendiri dalam mengalihkan jawaban (Arikunto, 2011).

Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh

tersebut kurang baik dan cenderung tidak homogen dengan jawaban lain.

Sebaliknya, pengecoh yang baik apabila memiliki daya tarik bagi testee

sehingga terjadi pengalihan jawaban terutama bagi peserta didik yang

Page 36: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

16

kurang memahami konsep, kurang menguasai bahan atau yang lupa

dikarenakan suatu dan lain hal (Arikunto, 2011)

Suatu pengecoh yang baik memiliki batas toleransi pemilih minimal 5 %

dan maksimal 40% terpilih 1 dari 3 atau 4 alternatif jawaban salah (jika

memiliki alternatif jawaban 5, maka 1 jawaban benar 4 alternatif jawaban

salah) (Arikunto, 2011). Hal ini disebabkan jika pengecoh pada satu

alternatif jawaban terlalu banyak dipilih oleh testee, dikhawatirkan kunci

jawabannya lah yang salah atau mungkin saja jawaban tersebut

merupakan nama lain atau bentuk lain dari jawaban yang benar.

B. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher order thinking skills atau kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah

penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru (Heong, et al,

2011). Kemampuan berpikir tingkat tinggi menuntut seseorang untuk

menerapkan informasi baru atau pengetahuan yang telah dimilikinya dan

memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi

yang baru (Heong, et al, 2011). Model taksonomi Bloom merupakan salah satu

pengembangan teori kognitif, yang biasa sering dikaitkan dengan persoalan dalam

merumuskan tujuan pembelajaran dan masalah standar evaluasi atau pengukuran

hasil belajar sebagai pengembangan sebuah kurikulum (Uno & Koni, 2013).

Taksonomi kognitif Bloom awalnya terdiri dari enam tingkatan kognitif, yaitu

pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Uno & Koni, 2013).

Page 37: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

17

Anderson dan Krathwohl lalu merevisinya dari satu dimensi menjadi dua dimensi,

yaitu dimensi proses kognitif (cognitive process) dan dimensi pengetahuan (types

of knowledge) (Narayanan & Adithan, 2015).

Dimensi proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom ranah

kognitif (Uno & Koni, 2013). Anderson mengklasifikasikan proses kognitif

menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember), pemahaman (understand),

aplikasi (apply), analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan kratifitas (create)

(Forehand, 2010). Dimensi pengetahuan diklasifikasi menjadi empat kategori,

yaitu pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual

(conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan

pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) (Forehand, 2010).

Taksonomi Bloom revisi terdapat pemisahan yakni memunculkan suatu

hubungan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif (Krathwohl,

2002). Dimensi pengetahuan diklasifikasi menjadi empat kategori, yaitu

pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual

knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan

metakognisi (metacognitive knowledge) (Forehand, 2010).

Adapun penjelasan dari klasifikasi dimensi pengetahuan (Uno & Koni, 2013),

yaitu sebagai berikut.

1. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-

pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu.

Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah.

Page 38: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

18

Ada dua macam pengetahaun faktual (Uno & Koni, 2013), yaitu (1)

pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology): mencakup

pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal

maupun non verbal; dan (2) pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-

unsur (knowledge of specific details and element): mencakup pengetahuan

tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat

spesifik.

2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur

dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama

sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan

teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan

konseptual (Uno & Koni, 2013), yaitu pengetahaun tentang klasifikasi dan

kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan

tentang teori, model, dan struktur.

3. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan

sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur (Uno & Koni, 2013).

Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan

yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Perolehan

pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan

dengan menggunakan keterampilan- keterampilan, teknik dan metode serta

kriteria tertentu.

Page 39: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

19

4. Pengetahuan Metakognisi

Metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan atau aktivitas yang

meregulasi kognisi (Uno & Koni, 2013). Konsep ini secara luas mencakup

“pengetahuan individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai individu yang

memiliki kemampuan mengenali, pengetahuan mengenai dasar dari tugas-

tugas kognitif yang berbeda dan pengetahuan mengenai strategi-strategi yang

memungkinkan untuk mengahadapi tugas-tugas yang berbeda (Uno & Koni,

2013). Dengan demikian, individu tidak hanya berpikir mengenai objek-

objek dan perilaku, namun juga mengenai kognisi itu sendiri.

C. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah representasi mental dari konsep yang tidak sesuai dengan

teori ilmiah yang saat ini dipegang (Sunyono, Tania, & Saputra, 2016).

Miskonsepsi merupakan kesalahan peserta didik dalam pemahaman suatu konsep,

hal ini terjadi karena peserta didik tidak mampu menghubungkan fenomena yang

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan yang diperoleh

disekolah (Tompo, Ahmad, & Muris, 2016). Pemahaman konsep yang tidak

sesuai dengan masyarakat ilmiah ini disebut juga dengan konsep alternatif

(Treagust, 2006).

Penyebab terjadinya miskonsepsi sesungguhnya seringkali juga sulit diketahui,

karena peserta didik kadang-kadang tidak secara terbuka mengungkapkan

bagaimana hingga mereka memiliki konsep yang tidak tepat tersebut (Utami,

Rahmawati, & Slamet, 2017). Pemahaman atau comprehension merupakan salah

Page 40: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

20

satu unsur psikologis dalam belajar yang mengharuskan peserta didik untuk

mengerti secara mental makna dan aplikasi dari konsep sehingga peserta didik

dapat memahami konsep secara menyeluruh (Sadirman, 2012). Apabila

miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik dibiarkan, maka berakibat semakin

bertambahnya materi yang tidak mampu dipahami dengan tuntas dan pada

akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik (Putra, Adlim, &

Halim, 2016). Selanjutnya, miskonsepsi yang terjadi dalam analisis soal three

tier diagnostic terdapat kategori miskonsepsi (+) dan miskonsepsi (-).

Miskonsepsi (+) adalah pemahaman yang bercampur dengan miskonsepsi, karena

alasan yang diberikan tidak benar dan menunjukkan ketidaklogisan dengan suatu

konsep yang diinginkan (Abraham,et al., 1992). Hal ini dapat dikatakan bahwa

kegiatan pembelajaran kurang bermakna atau kurang berarti bagi peserta didik,

sehingga mereka mengetahui jawaban atas konsep tersebut tanpa mengetahui

alasan mengapa konsep tersebut benar (Bayrak, 2013). Selanjutnya tentang

miskonsepsi (-), penyebab miskonsepsi (-) ini terjadi salah satunya yaitu adanya

kecerobohan yang dilakukan peserta didik dalam memilih jawaban (Syahrul &

Setyarsih, 2015). Miskonsepsi (-) berarti peserta didik memahami suatu konsep

yang salah karena dapat memberikan suatu analogi yang dapat menguatkan

konsep yang salah tersebut (Romine et al., 2015).

Pemahaman konsep yang keliru mengakibatkan peserta didik dapat mengalami

miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan logika atau pola berpikir peserta didik yang

tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan (Utami, Rahmawati, & Slamet,

2017). Miskonsepsi sangat kuat, persisten, dan sulit untuk diubah, sehingga akan

Page 41: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

21

mengganggu dalam menyerap pelajaran selanjutnya sebab logika peserta didik ini

sangat didasarkan pada pengetahuan yang telah ia peroleh dan biasanya peserta

didik sulit untuk mengubah pola pikirnya (Shui-Te, et al., 2018). Peserta didik

yang memahami konsep secara menyeluruh harus mengetahui berbagai atribut

yang dimiliki suatu objek serta hubungan-hubungannya dengan objek lain, tetapi

setelah mempelajari konsep, peserta didik tidak selalu bisa memahami konsep

sesuai dengan tujuan pembelajaran (Putra, Adlim, & Halim, 2016). Kemungkinan

yang dapat terjadi saat peserta didik mempelajari konsep diantaranya: peserta

didik tidak memahami, samar-samar, segera lupa atau lupa sebagian, atau benar-

benar memahami (Widdiharto, 2008). Miskonsepsi disebut juga salah konsep

karena menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

yang diterima ahli pada bidang tersebut (Suparno, 2013). Secara garis besar

penyebab miskonsepsi menurut Suparno (2013) dapat dijelaskan pada Tabel 2.1

dibawah ini

Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Khusus

Peserta didik

Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning

yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif

peserta didik, kemampuan peserta didik, minat belajar peserta didik.

Pengajar

Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak

membiarkan peserta didik mengungkapkan gagasan/ide, relasi

gurupeserta didik tidak baik

Buku teks

Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan

buku terlalu tinggi bagi peserta didik, tidak tahu membaca buku teks,

buku fiksi dan kartun sains sering salah konsep.

Konteks

Pengalaman peserta didik, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi

yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain

yang keliru, konteks hidup peserta didik

Cara mengajar

Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung kedalam bentuk

matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi

PR, model analogi yang dipakai kurang tepat, model demonstrasi

sempit, dll.

Sumber : Suparno (2015)

Page 42: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

22

D. Kerangka Pikir

Asesmen pengetahuan merupakan bagaian dari pembelajaran yang berperan

penting untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Asesmen pengetahuan hanya

akan bermakna, jika guru mengetahui aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam

asesmen pengetahuan. Aspek-aspek dari asesmen pengetahuan, yaitu

pengetahuan konseptual, faktual, prosedural dan kecakapan berpikir tingkat

rendah sampai tingkat tinggi. Asesmen pengetahuan dapat digunakan untuk

menggali informasi pengetahuan peserta didik yang meliputi pengetahuan

faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah

hingga tinggi. Hal tersebut memerlukan instrumen asesmen yang baik. Hal-hal

yang perlu diperhatikan untuk membuat instrumen yang baik, yaitu prinsip-prinsip

dan kriteria instrumen asesmen. Adapun prinsip-prinsip dari asesmen, yaitu

shahih (valid), objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, berkesinambungan,

sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Instrumen penilaian yang baik harus

valid dan reliabel. Selain memperhatikan standar asesmen, hal yang harus

diperhatikan dalam membuat rencana asesmen, yaitu memperhatikan standar isi

dan standar proses serta kemampuan yang akan diukur.

Sebuah asesmen pengetahuan untuk mengukur kemampuan peserta didik harus

dibuat sendiri oleh guru. Apabila guru ingin melakukan asesmen kepada peserta

didik dalam hal mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan

pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic), serta

kemampuan higher order thinking peserta didik, maka guru harus membuat

Page 43: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

23

instrumen asesmen pengetahuan three tier diagnostic berbasis higher order

thinking skills.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membuat instrumen asesmen

pengetahuan three tier diagnotic berbasis higher order thinking skills, yaitu

standar proses, standar isi, pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural),

higher order thinking skills, dan standar penilaian. Suatu instrumen asesmen

pengetahuan three tier diagnotic yang digunakan harus valid, agar dapat

mengukur higher order thinking skills peserta didik. Berikut ini skema kerangka

pikir dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir dalam Penelitian

Standar isi :

KI, KD,

Indikator, Materi

Three tier diagnostic

test

Standar asesmen :

Prinsip-prinsip

asesmen

Higher order

thinking skills

Instrumen

Asesmen

pengetahuan three

tier diagnotic

Dimensi pengetahuan :

faktual, konseptual, dan

prosedural

Instrumen Asesmen pengetahuan three tier diagnotic

berbasis higher order thinking skills

Page 44: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

III. METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan, yaitu metode research anddevelopmentatau penelitian

dan pengembangan dengan model desain instruksional ADDIE (Analysis-Desain-

Develop-Implement- Evaluate). Pemilihan model pengembangan ini didasarkan

pada alasan bahwa tahapan-tahapan dasar desain pengembangan ADDIE yang

sederhana, mudah dipelajari, simpel serta lebih mudah dipraktikan dalam

pengembangan media pembelajaran.

B. Prosedur

Alur kegiatan penelitian pengembanganyangdilaksanakanada 5 tahap, yaitu (1)

menganalisis kebutuhan, (2)mendesain produk, (3) mengembangkan produk,(4)

mengiplementasikan produk dan (5) evaluasi produk. Masing-masing tahap

memiliki penjelasan, seperti pada tahap 1 yaitu melakukan studi pendahuluan

untuk mengetahui kebutuhan peserta didik maupun guru yang ada di lapangan

berkaitan dengan proses evaluasi pembelajaran yang ada di sekolah sampai pada

tahap terakhir yaitu tahap evaluasi. Secara umum tahap penelitian dan

pengembangan ini disajikan dalam gambar.Adapun alur prosedur penelitian dan

pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Page 45: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

25

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan

1. AnalisisKebutuhan

Kegiatan pertama dalam penelitian pengembangan ini berisi kegiatananalisis

kebutuhandan studi literaturuntuk menentukan kebutuhanpenelitian dan

pengembangan besertaspesifikasinya.Analisis kebutuhan dilakukanuntuk

mengumpulkan informasi bahwadiperlukannya asesmen pengetahuan three

tier diagnostic berbasis HOTSmenggunakan angket analisis kebutuhan.

Hasilangket analisis kebutuhaninidijadikan sebagai landasan dalam

penyusunan latarbelakang masalah penelitian pengembangan ini.

Analisis kebutuhanpada penelitian pengembangan ini dilakukan untuk

mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan kompetensidasar (KD)

dalammatapelajaranIPA KelasVII semester satu. Hasil analisis KD kemudian

ditetapkan indikator materinya.Studi literaturdilakukan untuk mencari

informasitentangkonsep-konsepyang berhubungan dengan produk.Lokasi

Analisis

kebutuhan Desain

produk

Pengembangan

produk

Validasi

ahli

Revisi

produk

Uji coba

terbatas

Valid?

Tidak

Ya

Produk

Implementasiproduk Evaluasiproduk

Page 46: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

26

pada studi pendahuluan dilaksanakan pada 6 sekolah, yaitu SMPNegeri 1

Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, SMP Negeri 1 Sekampung

kabupaten Lampung Timur, SMP Negeri 3 Pubian kabupaten Lampung

Tengah, SMP Negeri 1 Banjar Baru kabupaten Tulang Bawang, SMP Negeri

1 Way Panji Kabupaten Lampung Selatan, dan SMP Negeri 6 Bandar

Lampung.

2. Desain Produk

Tahapinidikenaldenganistilahmembuatrancangan(blue print) dengan

melakukan rancangan mengenai produk yang akan dikembangkan

berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

3. Pengembangan Produk

Tahap iniberisi kegiatan untuk membuat produkyangtelah ditetapkan dari

datadan informasiyangdiperoleh padastudi pendahuluan.Produk yang akan

dikembangkan asesmen pengetahuan three tier diagnostic berbasis HOTS.

Asesmen ini disusun berdasarkanindikator pengetahuanyang mencakup

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural, yangdi dalamnyamemuat

kisi-kisi soal, kartu soal, uraian tugas, panduan penggunaan, rubrik penilaian,

panduan penilaian,dan lembar butirsoalthree tier diagnosticberbasis

HOTS.Kegiatan pengembanganasesmen pengetahuan dilakukan dengan

membuat butir- butirtes. Kegiatanini diawali denganmenentukan

bagaimanasoal-soal tes dapat dipergunakan untuk mengukur pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) dan kemampuan berpikir peserta

didiksesuai dengan kriteriayangditentukandalam indikator yang diturunkan

Page 47: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

27

dari KD.

Kegiatan selanjutnyaadalah membuat kisi-kisi tes danmerumuskan soal-

soaltes yangparalel dengan indikator yang diturunkan dari KD.Hasil

akhirdari kegiatanini berupaasesmen pengetahuan three tier diagnostic

berbasis HOTS(produk) yang kemudianproduk ini diberi namaDrafI. Draf 1

ini kemudian dilakukan validasiahli,yaitu tigaorangDosenFKIPUnila.Setelah

mengalami validasi ahli, makaDrafImendapat saran-saran perbaikan, dan

hasil perbaikannya kemudian disebut DrafII.Apabila Draf II sudah disetujui,

maka dapat digunakan untuk tahap uji coba terbatas.

Ujicoba terbatas untuk mengetahuivaliditas empirikproduk(DrafII).

Sampelyangdigunakan yaitu 2 kelas dari satu sekolah untukpeserta

didikSMPyang sudah menerima materi pada KD 3.3. Sampel dipilih

secarapurposive sampling.Prosedurpelaksanaan pada tahap uji coba sebagai

berikut:

a. Memberikan DarafIIkepada peserta didik.

b. Menilai apakah produkyangtelah dibuat sesuai dengan spesifikasi atau

belum. Adapun prosedurpelaksanaannya,yaitu melakukan uji validitas,

reliabiliats,tingkat kesukaran dan dayapembeda butirsoal.

Melakukan perbaikan yang selanjutnya hasil dari perbaikan dari asesmen

pengetahuan diberi nama DrafIIIyangmerupakan produk akhirpenelitian

pengembangan ini.

4. Implementasi

Kegiatan padatahap ini yaitu melakukanimplementasi produk dalam

pembelajaran.Produk akan diujikan kepada Peserta didik kelas VII SMP

Page 48: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

28

dengan materi IPA semester gantil.Lokasi yang digunakan dalam

implementasi produk ini yaitu SMP Negeri 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung

Selatan.

5. Evaluasi

Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada kegiatan MGMP di Kabupaten

Lampung Selatan untuk mengetahui apakah produk dapat mereduksi

miskonsepsi peserta didik. Produk akan disebar dalam MGMP dan dinilai

menggunakan angket.

C. Teknik Pengumpulan Data

Datapada penelitian dan pengembangan ini diperoleh melalui angket dan lembar

validasi. Berdasarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Pemberian Angket

Pemberian angket dalam penelitian ini terdapat dua jenis angket.Angket

pertama berupa analisis kebutuhan peserta didik dan kebutuhan guru untuk

penelitian pendahuluan (tahap analisis).Angket yang kedua untuk pengujian

(tahap implementasi) produk berupa angket penilaian produk untuk

mengetahui suatu produk dapat mereduksi miskonsepsi.Angket uji ahli (tahap

pengembangan) digunakan untukmenilai dan mengumpulkan

datatentangkelayakan produk berdasarkan sesuai atau

tidaknyaprodukyangdihasilkan sebagai instrumen asesmen pengetahuan three

tier diagnostic berbasis HOTS.

Page 49: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

29

2. Pemberian Lembar Validasi

Lembar validasi dalam penelitian ini digunakan untuk kegiatan validasi

produk (tahap pengembangan).Lembar validasi tersebut berupa daftar

pertanyaan berskala likert artinya tim validator hanya membubuhkan tanda

checklist (v) pada pilihan “tidak valid”, “kurang valid’, “cukup valid”,

“valid”, dan “sangat valid” pada kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian.

Lalu dilakukan skoring atas pilihan penilaian, jika pilihan “tidak valid”

diberikan skor 1, pilihan “kurang valid” diberikan skor 2, pilihan “cukup

valid” diberikan skor 3, pilihan “valid” diberikan skor 4, dan pilihan “sangat

valid” diberikan skor 5. Berdasarkan pilihan penilaian dilakukan perhitungan

persentase, lalu data diinterpretasi menggunakan kriteria ketercapaian validasi

(Ratumanan, dkk., 2009).

D. Teknik Analisis Data

a. Uji Validitas

Validitas instrumen untuk bertujan untuk menentukan seberapa jauh

kualitas dari instrumen untuk mengukur sesuai tujuan. Suatu instrumen

dikatakan valid (mempunyai validitas tinggi), berarti instrumen tersebut

dapat mengukur sesuatu yang hendak diukur.Validasi instrumen tes yang

dikembangkan memenuhi kriteria valid atau layak digunakan. Validitas

ditinjau dari tiga aspek, yaitu isi, konstruk, dan bahasa.

Soal berpikir tingkat tinggi akan diuji validitasnya menggunakan analisis

data dengan model Rasch dan dibantu oleh software winsteps 3,73yang

Page 50: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

30

dikembangkan Linacre (Sumintono & Widhiarso, 2015). Model Rasch

mampu melihat interaksi antara responden dan item sekaligus. Pemodelan

Rasch dapat menilai nilai logit yang mencerminkan probabilitas keterpilihan

suatu item pada sekelompok responden.

Penggunaan model Rasch untuk data politomi dikembangkan oleh Andrich

dengan tetap berlandaskan pada dua teorema dasar, yakni tingkat

kemampuan atau kesetujuan individu dan tingkat kesulitan item untuk

disetujui (Sumintono & Widhiarso, 2014). Perangkat psikometri yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi reliabilitas pada level

instrumen (responden dan aitem),validitas responden dan aitem, dan skala

peringkat (rating scale).

Parameter yang digunakan untuk mengetahui ketepatan atau kesesuaian

responden dan butir soalmenurut Boone dalam Sumintono & Widhiarso

(2014) antara lain:

a. Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) yang diterima: 0,5 < MNSQ < 1,5

b. Nilai Outfit Z-Standard (ZSTD yang diterima: -2,0 < ZSTD < +2,0

c. Nilai Pt Mean Corr yang diterima: 0,4 < Pt Measure Corr< 0,85

Nilai outfit means-square, outfit z-standard, dan point measurre

correlationmenurut Boone dalam Sumintono & Widhiarso (2014) adalah

kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat kesesuaian butir soal (item

fit). Apabila butir soal pada ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, dapat

dipastikan bahwa butir soalnya kurang bagus sehingga perlu diperbaiki atau

diganti.

Page 51: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

31

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuranyang menyatakan tingkat keajegan atau

kekonsistenan suatu instrumen (Jihad & Haris, 2013).Reliabilitas mengacu

pada konsistensi pengukuran, yaitu instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang tetap konsisten dan stabil dari waktu ke waktu, dimana

instrumen tersebut memiliki kehandalan sebagai alat ukur. Reliabilitas juga

menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah tepat dan sesuai.Hal ini berarti bahwa kapanpun alat penilaian

tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Uji reliabilitas untuk melihat konsistensi dari instrumen tes kemampuan

berpikir tingkat tinggi.Instrumen tes yang digunakan adalahthree tier

diagnostic test berbasis HOTS. Instrumenini dikembangkan

kemudiandiujikan secara individu dan hasilnya akan dianalisis secara

kuantitatif terkait reliabilitas instrumen yang akan

dikembangkan.Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data

yang sesuai dengan tujuanpengukuran. Oleh karena itu, dilakukan analisisi

data dengan menggunakan pendekatan model Rasch melalui program

winsteps 3.73.

Pendekatan model Raschini, selain memperhatikan butir soal juga

memperhatikan aspek responden dan menghitung besaran korelasinya.

Kemudian hasil analisis data dari model Rasch dilakukan analisis

menggunakan pendekatan teori tes klasik untuk memperjelas hasil analisis

Page 52: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

32

data. Pendekatan teori tes klasik, pengujian reliabilitasnya menggunakan

formula alpha cronbachyang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1Interpretasi Ukuran Kemantapan Nilai Alpha

Nilai Alpha

Cronbach’s

Keterangan

0,5

0,5-0,6

0,6-0,7

0,7-0,8

0,8

Buruk

Jelek

Cukup

Bagus

Bagus sekali

Nilai alpha cronbrach mengukur reliabilitas interaksi antara person dan

butir-butir soal secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Person dan Reliabilitas Butir Soal

Nilai Reliability Keterangan

0,5

0,5-0,6

0,6-0,7

0,7-0,8

0,8

Lemah

Cukup

Bagus

Bagus sekali

Istimewa

c. Tingkat Kesulitan Butir Soal (Item Measure)

Digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan butir soal (item measure)

dilihat dari nilai logit tiap butir soal yang dapat dilihat pada kolom

measure.Nilai logit yang tinggi menunjukkan tingkat kesulitan soal yang

paling tinggi, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesulitan Soal

Measure Keterangan

> 1 Sangat Sulit

0 – 1 Sulit

-1 – 0 Mudah

< -1 Sangat Mudah

(Sumintono & Widhiarso, 2015).

Page 53: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

33

d. Skala peringkat (Rating Scale)

Analisis validitas skala peringkat adalah pengujian yang dilakukan untuk

memverifikasi apakah peringkat (rating) pilihan yang digunakan

membingungkan bagi responden atau tidak. Analisis model Rasch dapat

memberikan proses verifikasi bagi asumsi peringkat yang diberikan dalam

instrument yang digunakan. Pada program Winsteps, pengujian skala

peringkat pengukuran menggunakan Rating (partial credit) scale. Hasil yang

ditunjukkan adalah rata-rata observasi (Observedd Average) yang

menunjukkan ketepatan pilihan yang diberikan pada responden.

Jika nilai logit yang ada pada pilihan 1 sampai terakhir menunjukkan nilai

logit yang meningkat dari rendah sampai tinggi, berarti pilihan yang diberikan

dapat dipahami oleh responden. Ukuran lain yang disarankan adalah Andrich

Threshold untuk menguji apakah nilai politomi yang digunakan sudah tepat

atau belum. Nilai Andrich Threshold bergerak dari NONE kemudian negatif

dan terus mengarah ke positif secara berurutan, namun apabila dalam tabel

terlihat tidak berurutan maka opsi pilihan bagi instrumen harus disederhana-

kan(Sumintono & Widhiarso, 2015).Pengelompokan dan butir soal dapat

diketahui dari nilai separation.Makin besar nilai separation, maka kualitas

instrumen soal makin bagus, karena bisa mengidentifikasi kelompok

responden dan butir soal secara beragam. Persamaan pengelompokan secara

lebih teliti disebut pemisahan strata yang dihitung dengan rumus:

(Sumintono & Widhiarso, 2015).

Page 54: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Parameter butir soal three tier diagnostic test yang dikembangkan memiliki

kualitas yang baik, diantaranya validasi uji ahli terhadap instrumen

memiliki penilaian yang layak untuk digunakan, nilai reliabilitas instrumen

sangat tinggi, serta semua butir soal memiliki daya beda yang sangat bagus

karena nilai Pt Measure Corr positif.

2. Instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test berbasis HOTS

dapat mendiagnosis pemahaman peserta didik melalui pola jawaban. Pola

jawaban peserta didik ini memiliki enam kriteria, yaitu paham konsep,

miskonsepsi (+), miskonsepsi (-), miskonsepsi, menebak/kurang percaya

diri/beruntung, dan tidak paham konsep. Enam kriteria diagnosis

pemahaman yang dialami peserta didik ini dapat mengukur keterampilan

berpikir tingkat tinggi (HOTS) yang diintegrasikan dengan dimensi

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.

3. Instrumen asesmen pengetahuan three-tier diagnostic test berbasis HOTS

dapat mereduksi miskonsepsi peserta didik melalui jawaban yang ada

dalam soal. Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik terdapat tiga

kriteria, yaitu miskonsepsi (+), miskonsepsi (-), dan miskonsepsi. Kriteria

Page 55: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

64

miskonsepsi yang paling banyak dialami peserta didik adalah miskonsepsi

(-) dalam level kognitif C4 yang diintegrasikan dengan dimensi

pengetahuan konseptual pada materi karakteristik zat. Miskonsepsi (-) ini

dapat direduksi melalui konsep yang benar dengan alasan yang tepat.

B. Saran

Adapun saran dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut.

1. Guru disarankan mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan three tier

diagnostic test berbasis HOTS pada setiap materi IPA SMP.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pihak sekolah sebagai salah satu

dasar untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

didik yang ada di sekolah.

3. Peneliti lain, disarankan mengembangkan instrumen asesmen pengetahuan

three tier diagnostic test berbasis HOTS yang berkaitan dengan faktor

gender.

Page 56: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M. R. Grzybowski, E. B., Renner, J. W. & Marek, E. A. 1992.

Understanding and Misunderstanding of Eigth Grader of Five Chemistry

Concept Found in Textbook. Journal of Research in Science Teaching. 29

(2), 105-120

Abin, S. M. 2012. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ahmed, M.A., Y. M. Opatola, L. Yahaya, & M.M. Sulaiman. 2018. Identification

of Alternative Conceptions of Genetics Held by Senior School Students in

Ilorin, Nigeria, Using a Three-Tier Diagnostic Test. KIU Journal of Social

Sciences, Nigeria. 4(1), 97-104

Amal, A., A. Rifa’i., dan N. Hindarto., 2013. Pengembangan Model Pembelajaran

Predict, Observe, Discuss, dan Explain (PODE) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Sekolah Dasar Negeri Kompleks IKIP Makassar. Journal of

Primary Educational, 2 (2), 1-7

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

2016. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arslan, H. O., Cigdemoglu, C. & Moseley, C. 2012. A Three-Tier Diagnostic Test

to Assess PreService Teachers’ Misconceptions about Global Warming,

Greenhouse Effect, Ozone Layer Depletion, and Acid Rain. International

Journal of Science Education. 34 (11), 1667–1686

Aydeniz, M., Bilican, K., & Kirbulut, Z. D. 2017. Exploring Pre-Service

Elementary Science Teachers’ Conceptual. International Journal of

Education in Mathematics, Science and Technology, 5 (3), 221-234

Bandura, A. 1993. Perceived Self-Efficacy in Cognitive Development and

Functioning. Educational Psychologist. 28 (1), 117-148

Bayrak, B. K. 2013. Using Two-Tier Test to Identify Primary Studend’s

Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base.

Mevlana International Journal of Education. 3 (2), 19-26

Page 57: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Budiman, A., & Jailani. 2014. Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order

Thinking Skill (HOTS). Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1 (2), 139-

151

Bunawan, W., Setiawan, A., Rusli, A., & Nahadi. 2014. Pengembangan instrumen

Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat untuk Mengakses

Kemampuan Mahasiswa Calon Guru Fisika. EDUSAINS, 6 (2), 138-144

Boone, W. J., Staver, J. R., dan Yale, M. S. 2014. Rasch Analysis in the Human

Science. Dordrecht: Springer.

Efendi. 2002. Upaya untuk mengatasi kesalahan konsep dalam pengajaran kimia

dengan menggunakan strategi konflik kognitif. Media komunikasi, Jurnal

ilmu pendidikan kimia dan pembelajaran, 1 (1), 1-8

Forehand, M. 2010. Bloom's Taxonomy. Georgia: The University of Georgia.

Gelerstein, D., Rio, R. D., Nussbaum, M., Chiuminatto, P., & Lopez, X. 2016.

Designing and implementing a test for measuring critical thinking in

primary school. Science Direct, Thinking Skill and Creative. Available

http://www.elsevier.com/locate/tsc.

Hazrul, I. 2016. html. Retrieved 1 15, 2018, from http://www.ubaya.ac.id/2014

/content/ articles_detail/230/Sekelumit-Dari-Hasil-PISA-2015-Yang-Baru-

Dirilis.

Hayati, S. & Lailatussaadah. 2016. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengetahuan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM)

Menggunakan Model Rasch. Jurnal Ilmiah Didaktika, Aceh, 16 (2), 169-

179

Heong, Y. M.,Othman, W.D.,Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., &

Mohamad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking

Skills Among Technical Education Students . International Journal of

Social and humanity, 1 (2), 121-125

Istiyono, E., D. Mardapi, & Suparno. 2014. Pengembangan Tes Kemampuan

Berpikir Tingkat Tinggi Fisika (PysTHOTS) Peserta Didik SMA. Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Indonesia,18 (1), 1-12

Jihad, A., & Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Kemendikbud. 2014. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 66tahun 2013 tentang standar penilaian

pendidikan.Sekertariat Jendral.

Kertayasa, I. K. 2018. Pengembangan Soal Model PISA Berbasis Online. Retriev-

ed from www.indonesiapisacenter.com/2014/03/tentang-website.html.

Page 58: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Khairani, S., Asrizal., & Harman, A. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Ipa

Terpadu Berorientasi Pembelajaran Kontekstual Tema Pemanfaatan

Tekanan dalam Kehidupan untuk Meningkatkan Literasi Siswa Kelas VIII

Smp. Pillar of Physics Education, 6 (1), 153-160

Kirbulut, Z. D. 2014. Using Three-Tier Diagnostic Test to Assess Students’

Misconceptions of States of Matter. Eurasia Journal of Mathematics,

Science & Technology Education. 10 (5), 509-521.

Krathwohl, D. R. 2002. A revision of bloom's taxonomy: An overview. Theory

into Practice, 4 (1), 212-218

Lailly, N. R., & Wisudawati, A. W. 2015. Analisis Soal Tipe Higher Order

Thinking Skills (HOTS) dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun

2012/2013. Kaunia, 11 (1), 27-39

Liampa, V., Malandrakis, G., Papadopoulou, P., & Pnevmatikos, D. 2017.

Development and Evaluation of a Three-Tier Diagnostic. Res Sci Edu.

Springer, 1 (1), 1-26

McClary, L. M. & Bretz, S. L. 2012. Development and Assessment of A

Diagnostic Tool to Identify Organic Chemistry Student’ Alternative

Conceptions Related to Acid Strength. International Journal of Science

Education, 2 (4), 23-28.

Mohamad, M.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills

Among Technical Education Students . International Journal of Social

and humanity, 1 (2), 121-125

Monita, F. A. & B. Suharto. 2016. Identifikasi dan Analisis Miskonsepsi Siswa

Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnotic Instrument Pada

Konsep Kesetimbangan Kimia, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains

(QUANTUM), 7 (1), 27-38

Mubarak, S., E. Susilaningsing, & E. Cahyono. 2016. Pengembangan Tes

Diagnostik Three Tier Multiple Choice untuk Mengidentifikasi

Miskonsepsi Peserta Didik Kelas XI, Journal of Innovative Science

Education (JISE), 5 (2), 101-110

Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka

Cipta.

Narayanan, S., & Adithan, M. 2015. Analysis Of Question Papers In Engineering

Courses With Respect To Hots (Higher Order Thinking Skills).American

Journal of Engineering Education (AJEE), 6 (1), 1-10

Nieveen, N., Plomp, T., Bannan, B., Kelly, A. E., & Akker, J. V. 2013. An

Introduction to Educational Design Research. Netherlands: SLO.

Page 59: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

Nova, A. R., Parno, & Supriyono, K. H. 2016. Pengembangan Instrumen

Asesmen Penguasaan Konsep Tes Testlet pada Materi Suhu dan Kalor.

Jurnal Pendidikan, 1 (6), 1197-1203

OECD. 2016. PISA 2015 Results in Focus. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.

org/pisa/keyfindings/pisa-2015-results-overview.pdf.

Pesman, H., & Eryilmaz, A. 2010. Development of a Three-Tier Test. The Journal

of Educational Research, 208-222.

Putra, I. E., Adlim, & Halim, A. 2016. Analisis Miskonsepsi dan Upaya

Remediasi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 4 (2), 13-19.

Romine, W. L., Schaffer, D. L., & Barrow, L. 2015. Development And

Application Of A Novel Rasch Based Methodology For Evaluating Multi-

Tiered Assesment Instruments: Validation And Utilization Of An

Undergraduate Diagnostic Test Of The Water Cycle. International Journal

on Science Education, 37 (16), 2740-2768

Rosidin, U. 2016. Penilaian Otentik (Authentic Assessment). Yogyakarta: Media

Akademia.

Sadirman, A.M. 2012 . Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Saptono, S., Rustaman, N., & Wibowo, S. D. 2016. Memfasilitasi Higerh Order

Thinking Skills dalam Perkuliahan Biologi Sel Melalui Metode Integrasi

Atribut Asesmen Formatif. Unnes Science Education Journal, 5 (3), 1-8

Shui-Te, L., Kusuma, I. W., Wardani, S., & Harjito. 2018. Hasil Identifikasi

Miskonsepsi Siswa Ditinjau dari Aspek Makroskopis, Mikroskopis, dan

Simbolik (MMS) pada Pokok Bahasan Partikulat Sifat Materi di Taiwan.

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12 (1), 2019-2030

Smiley, J. 2015. Classical Test Theory or Rasch: A Personal Account From A

Novice User. SHIKEN, 1 (2), 16-31.

Subali, B. 2010. Buku Evaluasi Remidiasi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2014. Aplikasi Model Rasch Untuk Penelitian

Ilmu-Ilmu Sosial. Cimahi: Trimkomunikata.

.2015. Aplikasi Permodelan Rasch Pada Assess-

Page 60: PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PENGETAHUAN …digilib.unila.ac.id/56837/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · kelas VII dengan materi IPA semester ganjil kurikulum 2017. Penelitian

ment Pendidikan. Cimahi: Trimkomunikata.

Sunyono, Tania, L., & Saputra, A. 2016. A Learning Exercise Using Simple and

Real-Time Vizualization Tool To Counter Misconceptions About Orbitals

and Quantum Numbers. Journal Of Baltic Science Education, 15 (4), 453-

463.

Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.

Jakarta : Grasindo.

Syahrul, D. A. & Setyarsih, W. 2015. Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab

Miskonsepsi Siswa dengan Three Tier Diagnostic Test Pada Materi

Dinamika Rotasi. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 4 (3), 67-70.

Tompo, B., Ahmad, A., & Muris, M. 2016. The Development of Discovery-

Inquiry Learning Model to School students. International Journal of

Environmental & Science Education, 11 (12), 5676-5686.

Treagust, D. F. 2006. Diagnostic assessment in science as a means to improving

teaching,learning and retention, Uni serve science assessment symposium

proceedings 1-9, www.mendeley.com.

Uno, B. H., & Koni, S. 2013. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, D. B., Rahmawati, Y., & Slamet, R. 2017. Penggunaan Conceptual

Change Text dengan Model Pembelajaran 5E untuk Mengatasi

Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa di SMAN 4 Tambun Selatan.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1 (1), 30-37.

Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan

Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta : Departemen Pendidikan

Nasional, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Matematika.

Widiyatmoko & Pamelasari. 2012. Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk

Mengembangkan Alat Peraga IPA Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas

Pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Semarang, Universitas Negeri

Semarang, 1 (1), 1-9

Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA .

Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, M. 2017. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia.