pengembangan desa wisata berbasis potensi lokal …repository.ub.ac.id/5991/1/zharfani faza...

115
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI PENDEKATAN KEMITRAAN (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten) SKRIPSI Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ZHARFANI FAZA FIRDAUSYA NIM. 135030100111138 Dosen Pembimbing Dr. Riyanto, Drs., M.Hum UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Upload: others

Post on 06-Sep-2020

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS

POTENSI LOKAL MELALUI PENDEKATAN

KEMITRAAN (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

ZHARFANI FAZA FIRDAUSYA

NIM. 135030100111138

Dosen Pembimbing

Dr. Riyanto, Drs., M.Hum

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

Page 2: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

ii

MOTTO

“KEBERUNTUNGAN DALAM HIDUP SAYA KARENA DO’A YANG

SELALU DIPANJATKAN ORANGTUA SAYA TERUTAMA IBU”

Page 3: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

ZHARFANI PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

Kedua orang tua, Mama Anik Masanah dan Ayah Agus Salim Dwi yang

telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta empat saudara ku,

mbak Zahra, dek Elmira, dek Fatkhan dan dek Zikra yang selalu

memberikan dukungan, semangat dan doanya.

Teman-teman Administrasi Publik 2013

Diyan Wahyuningtyas yang telah membantu saya dalam pengerjaan awal

dan akhir skripsi ini. Gresela teman seperjuangan dosen pembimbing. Linda,

Alisa, Christina dan lainnya yang juga membantu saya di saat saya tidak

tahu. Dukungan dari kalian yang telah mengantarkanku kompre di tahun

2017.

Teman-teman kos di Malang “MJCC 105”

Atika, Leni, Syhnta, Elva dan Bella yang selalu mengingatkan, memberikan

semangat dan dukungan dari kalian yang telah mengantarkanku kompre di

tahun 2017.

Teman-teman

Terimakasih untuk semua orang yang telah terlibat didalam pembuatan

skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas

dukungan, semangat dan doa kalian telah mengantarkan saya kompre di

Tahun 2017. Kalian semua sangat berharga untuk saya.

Page 4: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

iv

Page 5: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

v

Page 6: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

iv

Page 7: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

vii

RINGKASAN

Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan (Studi di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten), Pembimbing: Dr. Riyanto, Drs.,

M.Hum., 105 Hal.+xv

Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan

keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan

sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur

bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang

unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai

komponen kepariwisataan. Salah satu desa di Kabupaten Klaten yang menjadi desa

wisata yaitu Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dan telah

menjadi desa wisata yang berhasil dalam mengembangkan wisata di desa tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengembangan desa

pariwisata berbasis potensi lokal serta kemitraan. Jenis penelitian yang digunakan

adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan desa pariwisata

berbasis potensi lokal melalui pendekatan kemitraan bahwa Pengembangan potensi

lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo dilakukan dengan pelibatan

masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana prasarana. Kemitraan yang terjalin

antara Pemerintah Desa Ponggok maupun BUMDes Desa Ponggok dengan pihak

ketiga melalui proses kesepakatan dan perjanjian. Dimana kemitraan yang terjalin

saling menguntungkan kedua belah pihak.

Saran terhadap Pemerintah Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten Pengemasan produk-produk wisata yang ditawarkan perlu

ditingkatkan kualitasnya supaya memberikan hiburan baru untuk wisatawan

sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Wisata Ponggok.

Memperketat pengawasan dan memperjelas perjanjian dengan pihak ketiga.

Diharapkan kepada Pemerintah Desa Ponggok serta pengurus wisata Desa

Ponggok untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan wisata untuk para

wisatawan serta masyarakat selalu turut aktif dalam pengelolaan pengembangan

desa wisata.

Kata Kunci: Pengembangan, Kemitraan, Desa Wisata

Page 8: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

viii

SUMMARY

Zharfani Faza Firdausya, 2017, Development of Potential Local Village

Based Tourism through Partnership Approach (Study in Ponggok Village,

Polanharjo Sub-district, Klaten District), Advisor: Dr. Riyanto, Drs., M.Hum.,

105 Pg. + xv

The tourist village is a rural area that offers a whole atmosphere that reflects

the authenticity of the countryside both from socio-economic, socio-cultural life,

customs, everyday life, possesses typical building architecture and village spatial

structure, or unique and exciting economic activities that have potential The

development of various components of tourism. One of the villages in Klaten

Regency is a village of Ponggok Village, Polanharjo Sub-district, Klaten Regency

and has become a successful tourist village in developing tourism in the village.

This study aims to describe the development of tourism villages based on

local potential as well as partnerships. The type of research used is descriptive

research with qualitative approach.

The results show that the development of local potential based tourism village

through a partnership approach that Development of local potency in Ponggok

Village, Polanharjo Sub-district is done with community involvement, tourism

promotion, and infrastructure. Partnership between Ponggok Village Government

and BUMDes Desa Ponggok with third parties through agreement and agreement

process. Where a partnership exists mutually beneficial to both parties.

Suggestion to Ponggok Village Government Polanharjo Sub-district Klaten

Regency Packaging of tourism products offered need to be improved in order to

provide a new entertainment for tourists so that tourists are interested to visit

Ponggok Tourism Village. Tighten supervision and clarify agreements with third

parties.

Expected to Ponggok Village Government and Ponggok Village Tourism

Board to always improve the quality of tourist services for the tourists and the

community is always active in managing the development of village tourism.

Keywords: Development, Partnership, Tourism Village

Page 9: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah

serta hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan

Kemitraan (Studi di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten

Klaten). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjan Administrasi Publik (S.AP) pada Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya;

2. Bapak Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;

3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Program Studi

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;

4. Bapak Dr. Riyanto M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan dorongan moril serta

saran selama membimbing saya;

Page 10: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

x

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis;

6. Bapak H. Junaedi Mulyono, SH selaku Kepala Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

7. Mbak Sari selaku pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Ponggok

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 08 Juni 2017

Penulis

Page 11: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

xi

DAFTAR ISI

MOTTO ……………………………………………………………………. ii

LEMBAR PERSEMBAHAN …………………………………………….. iii

TANDA PENGESAHAN …………………………………………………. iv

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ……………………………………… v

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI …………………………..... vi

RINGKASAN ……………………………………………………………... vii

SUMMARY ………………………………………………………………. viii

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………….… xi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….... xv

BAB I : PENDAHULUAN ...……………………………………………..…1

A. Latar Belakang …………………………………………...………………1

B. Rumusan Masalah ……………………………….………………………9

C. Tujuan Penelitian …………………………….…………………………..9

D. Konstribusi Penelitian ……………….………………………………….. 9

E. Sistematika Penulisan ………………..…………………………………10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………….……………………………..13

A. Desa …………………….………………………………………………13

1. Pengertian Desa …………………………………………………….13

2. Desa Wisata ..……………………………………………………….13

B. Pemerintah Desa .……………………………………………………….17

1. Pengertian Pemerintah Desa .……………………………………….17

2. Otonomi Desa …..…………………………………………………..18

C. Pariwisata ..……………………………………………………………..19

1. Pengertian Pariwisata ….…………………………………………...19

2. Jenis-jenis Pariwisata ……………………………………………….19

D. Pengembangan Potensi Pariwisata ……………………………………..23

1. Definisi Pengembangan …………………………………………….23

2. Upaya Pengembangan …..………………………………………….24

3. Potensi Pariwisata ………………………………………………….29

4. Promosi Pariwisata …………………………………………………31

E. Kemitraan ………………………………………………………………32

1. Pengertian Kemitraan ………………………………………………32

2. Bentuk-bentuk Kemitraan ………………………………………….33

Page 12: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

xii

3. Prinsip-prinsip Kemitraan ………………………………………….35

4. Langkah-langkah Kemitraan ……………………………….………36

5. Manfaat Kemitraan ……………………………………………........37

BAB III : METODE PENELITIAN..…….………………………………..41

A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….41

B. Fokus Penelitian .………………………………………………………..41

C. Lokasi dan Situs Penelitian ……………………………………………..42

D. Jenis dan Sumber Data. ………………………………………………….43

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………44

F. Analisis Data ….…………………………………………………………46

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………..49 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian ………………49

1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten ………………………………. 49

2. Gambaran Umum Situs Penelitian …………………………………. 54

a. Gambaran Umum Desa Ponggok ………………………………. 54

b. Gambaran Umum BUMDes ……………………………………. 58

B. Penyajian Data …………………………………………………………..64

a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten …………………………………………………... 65

1. Pelibatan atau Peran Masyarakat ……………………………… 65

2. Promosi Pariwisata …………………………………………….. 68

3. Sarana dan Prasarana ………………………………………….. 74

b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten …………………………. 82

1. Bentuk Kemitraan ……………………………………………... 82

2. Manfaat Kemitraan ……………………………………………. 83

C. Analisis dan Interpretasi ………………………………………………...84

a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten …………………………………………..……… 84

1. Pelibatan atau Peran Masyarakat ………………………………. 85

2. Promosi Pariwisata …………………………………………….. 87

3. Sarana dan Prasarana …………………………………………... 90

b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten …………………………. 92

1. Bentuk Kemitraan ……………………………………………... 93

2. Manfaat Kemitraan ……………………………………………. 94

BAB V : PENUTUP ………………………………………………………..96 A. Kesimpulan ……………………………………………………………...96

B. Saran …………………………………………………………………….97

DAFTAR PUSTAKA ……………………………...……………………… 99

LAMPIRAN

Page 13: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman (2014) 48

2 Peta Kabupaten Klaten 50

3 Peta Wilayah Desa Ponggok 54

4 Logo BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok 60

5 Struktur Organisasi BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok 64

6 Sertifikat Saham 67

7 Promosi melalui Unggahan Akun Resmi Umbul Ponggok 69

8 Unggahan Wisatawan 70

9 Promosi melalui website resmi 71

10 Sarana prasarana snorkling dan icon wisata 75

11 Gazebo dan Muster point 76

12 Halaman Ponggok Ciblon dan Tugu Masuk Desa Ponggok 77

13 Kios Penjual Makanan Minuman dan Minimarket Oleh-oleh 78

14 Sarana dan Prasarana Kolam Renang Anak dan Dewasa 79

15 Loket Ponggok Ciblok dan Halaman Depan Umbol Ponggok 80

16 Atraksi di Umbul Ponggok 81

Page 14: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

xiv

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Penerimaan PAD Desa dari hasil BUMDes Ponggok 7

2 Pemerintahan Administratif Kabupaten Klaten 52

3 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten 53

4 Jumlah Penduduk Desa 55

5 Jenis Pelayanan pada Umbul Ponggok 72

6 Jumlah Pengunjung Umbul Ponggok 84

Page 15: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Surat Ijin Riset dari BAPPEDA Kabupaten Klaten 99

2 Foto Kegiatan 100

3 Pedoman Wawancara 101

4 Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011 103

5 Curriculum Vitae 105

Page 16: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan

tugas pembantu dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 1945. Otonomi daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah).

Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan

pemerintahan konkruen, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan

absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

pemerintah pusat. Urusan pemerintahan konkruen adalah urusan pemerintahan

yang dibagi anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan daerah

kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkruen yang diserahkan ke Daerah

menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan pemerintahan umum adalah

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala

pemerintahan (UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah).

Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh semua Daerah. Urusan wajib meliputi pendidikan, kesehatan,

Page 17: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

2

pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman,

ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan sosial. Urusan

pemerintahan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Urusan pilihan meliputi

kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya

mineral, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi. (UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah).

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).

Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Penyelenggara pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan Pancasila,

UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika (UU

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa).

Page 18: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

3

Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan

adanya pariwsata, suatu Negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

obyek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata.

Berkembangnya sektor pariwisata di suatu Negara akan menarik sektor lain untuk

berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri

pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,

peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya.

Sektor pariwisata daerah merupakan salah satu sektor strategis dalam

menggerakkan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya revolusi 3T, transport,

telecommunication, tourism, menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata telah

menjadi salah satu kekuatan yang mampu mempercepat penyatuan dunia dalam

integrasi ekonomi dan pergerakan manusia lintas daerah dan bahkan lintas Negara

(Rusman dalam Nurif 2006:3).

Desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan

suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial

ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan

struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan

menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen

kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan

wisata lainnya (Hadiwijiyo,2012:68-69).

Mengembangkan suatu kawasan pariwisata daerah juga berarti mendesain

suatu kawasan agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan dan ekspektasi

Page 19: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

4

pelanggannya. Pelanggan yang dimaksud disini,antara lain: prtama yaitu penduduk

dan masyarakat daerah tersebut yang membutuhkan layanan publik yang memadai.

Kedua apa yang disebut TTI (trader, tourist, investor) baik dari dalam maupun luar

daerah. Ketiga, talent (SDM berkualitas). Developer (pengembang), organiszer

(event organizer) dan seluruh pihak yang memiliki konstribusi dalam membangun

keunggulan bersaing suatu kawasan pariwisata.

Melihat posisi strategis wilayah Kabupaten Klaten yang merupakan daerah

penyangga dua kota besar yakni Surakarta (Solo) dan Yogyakarta, memiliki luas

wilayah mencapai 65,556 ha terdiri atas 391 desa dan 10 kelurahan dengan jumlah

penduduk sekitar 1.345.871 jiwa. Klaten bagian utara berbatasan dengan

Kabupaten Boyolali (Jateng), sebelah timur Kabupaten Sukoharjo (Jateng), sebelah

barat Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta), dan sebelah selatan Kabupaten Gunung

Kidul (DI Yogyakarta). Dilihat dari aspek sumber daya alam, pertambangan di

Kabupaten Klaten sangat potensial khususnya yang terkenal adalah pasir dan air

sehingga perlu dikelola dengan baik dengan mengindahkan keseimbangan

lingkungan hidup.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031 bahwa untuk

mengarahkan pembangunan di Kabupaten Klaten yang berdaya guna, berhasil

guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan serta dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, mewujudkan dinamisasi, dan keterpaduan pembangunan

antar sektor, antar daerah, dan antara Pemerintah Daerah dan masayarakat perlu

membentuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten.

Page 20: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

5

Dalam paragraf 7 terkait kawasan peruntukan pariwisata pasal 36 ayat 2

huruf (h) keunikan lokal sebagai desa wisata meliputi: a) desa wisata kebondalem

kidul Kecamatan Prambanan; b) desa wisata melikan Kecamatan Wedi; c) desa

wisata duwet Kecamatan Ngawen; d) desa wisata Soran Kecamatan Ngawen; e)

desa wisata Ponggok Kecamatan Polanharjo; f) desa wisata plawikan Kecamatan

Jogonalan; g) desa wisata Jimbung Kecamatan Kalikotes; h) desa wisata krakitan

Kecamatan Bayat; i) desa wisata pokak Kecamatan Ceper; j) desa wisata lainnya

sesuai dengan karakteristik wilayah.

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No.3 Tahun 2014 tentang Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Klaten 2014-2029 pasal 4 ayat (1)

visi pembangunan kepariwisataan Kabupaten Klaten merupakan penjabaran dari

visi pembangunan Kabupaten Klaten yaitu Terwujudnya Klaten yang Toto Titi

Tentrem Kerto Raharjo. Pasal 5 ayat 2 huruf (a) strategi yang digunakan adalah

dengan: 1) mengembangkan kepariwisataan Kabupaten Klaten dalam struktur tata

ruang pariwisata yang terpadu, dan 2) pengembangan Sistem Keruangan Wisata

Terpadu melalui pembentukan Kawasan Strategis Pariwisata ( KSP ) dengan tema-

tema pengembangan khusus. Kabupaten Klaten dibagi ke dalam beberapa KSP sbb:

a) KSP 1 , merupakan wilayah dengan daya tarik utama Wisata Budaya ( Candi )

dan daya tarik pendukung Industri Kreatif; b) KSP 2, merupakan wilayah dengan

daya tarik utama Wisata Belanja dan daya tarik pendukung Wisata Kuliner; c) KSP

3, merupakan wilayah dengan daya tarik utama Wisata Budaya ( Ziarah ) dan daya

tarik pendukung Desa Wisata; d) KSP 4, merupakan wilayah dengan daya tarik

utama Wisata Tirta dan daya tarik pendukung Agrowisata; e) KSP 5, merupakan

Page 21: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

6

wilayah dengan daya tarik utama Wisata Alam dan daya tarik pendukung Wisata

Minat Khusus; f) KSP 6, merupakan wilayah dengan daya tarik utama Industri

Kreatif dan daya tarik pendukung Wisata Budaya; g) KSP 7, merupakan wilayah

dengan daya tarik utama Desa Wisata dan daya tarik pendukung Wisata Budaya

Desa Ponggok adalah desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten,

Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Desa Ponggok saat ini telah dikembangkan

menjadi desa wisata air, mengingat Desa Ponggok memiliki potensi air yang

melimpah. Di Desa Ponggok terdapat beberapa umbul seperti Umbul Ponggok,

Umbul Besuki, Umbul Sigedang, dan beberapa umbul disekitarnya seperti Umbul

Kapilaler, Umbul Kajen, Umbul Ingas Cokrotulung, Umbul Nilo, Umbul Manten,

dll. Pada setiap umbul ini dapat dijumpai pemandangan alam yang indah serta air

yang jernih, didukung dengan suasana pedesaan yang asri maka sangat sesuai jika

desa ini dikembangkan menjadi sebuah desa wisata.

Desa Ponggok dengan potensi wisata airnya yang berbentuk umbul-umbul

nyatanya belum seluruhnya dikembangankan. Sejauh ini yang berkontribusi besar

dalam pengembangan pariwisata adalah umbul Ponggok. Berdasarkan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Ponggok kegiatan

pengembangan wisata Desa Ponggok dilakukan untuk seluruh umbul, dimana

masing-masing umbul memiliki daya tarik dan ciri khas masing-masing. Promosi

maupun pengembangan wisata memang menitikberatkan di Umbul Ponggok,

sementara umbul-umbul lain belum dilakukan pengembangan. Padahal

pencanangan Desa Ponggok sebagai Desa Wisata Air mulai tahun 2007. Selama 10

tahun berjalan yang terlihat wujud pengembangannya adalah Ponggok.

Page 22: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

7

Walaupun pengembangannya belum sesuai dengan Rencana Jangka

Menengah Desa (RPJMDes) Ponggok tetapi Pendapatan Asli Desa (PAD) Ponggok

banyak bersumber dari sektor pariwisata. Hal yang menarik untuk dikaji adalah

bagaimana pengembangan pariwisata di Desa Ponggok dapat berkontribusi baik

pada pendapatan desa dan berdampak pada masyarakat walaupun kegiatan

pengembangan yang dilakukan dilapangan terkesan timpang dan hanya

menekankan pada daya tarik satu umbul saja.

Pengembangan desa wisata di Desa Ponggok diwadahi oleh BUMDes. Hal

ini sesuai dengan UU No.6 Tahun 2014 pasal 85 ayat (1) pembangunan kawasan

perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa,

dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat.

Tabel 1. Penerimaan PAD Desa dari Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes)

TAHUN JUMLAH (Rp)

2010 30.000.000

2011 55.000.000

2012 70.000.000

2013 80.000.000

2014 350.000.000

Sumber : RPJMDES Desa Ponggok 2014-2019

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan

usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui

penyertaan secara berlangsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan

guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

Page 23: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

8

kesejahteraan masyarakat desa. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan

instrumen pendayagunaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi.

Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk peningkatan kesejahteran

ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi mereka. Disamping

itu, keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga memberikan sumbangan

bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan desa mampu

melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

Pengembangan pariwisata di Desa Ponggok yang dikelola oleh Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) dilakukan dengan cara kemitraan.

Kemitraan hakikatnya merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam

suatu pembangunan. Kemitraan ini didasari atas hubungan yang memiliki ikatan

usaha yang didalamnya terdapat kegiatan yang saling menguntungkan bagi

pelakunya. Kemitraan ini timbul tentunya karena adanya saling membutuhkan oleh

para pelakunya yang satu sama lain saling memiliki kekurangan dan kelebihan,

sehingga nantinya apabila telah dilakukan kemitraan maka akan diperoleh manfaat

yang lebih baik. Kemitraan dalam pengembangan desa wisata di Desa Ponggok ini

masih belum maksimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengangkat penelitian dengan judul “Pengembangan Desa Wisata Berbasis

Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan (Studi di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten)”

Page 24: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan

Polanharjo Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana kemitraan dalam pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mendiskripsikan pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan

Polanharjo Kabupaten Klaten.

2. Mendiskripsikan kemitraan dalam pengembangan Desa Wisata di Desa

Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

D. Konstribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif

pada bidang akademis dan praktis sebagai berikut :

1. Konstribusi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi akademis sebagai

berikut :

Page 25: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

10

(a) Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

bagi pengembangan ilmu administrasi publik terutama terkait dengan

pengembangan pariwisata

(b) Bagi peneliti lain, sebagai bahan banding dan referensi yang bermanfaat

apabila diperlukan bagi peneliti-peneliti lain yang berminat dalam rangka

mengadakan penelitian yang serupa di daerah lain

2. Konstribusi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis sebagai

berikut :

(a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

maupun masukan bagi stakeholder terutama Pemerintah Desa Ponggok

dalam rangka pengembangan potensi pariwisatanya.

(b) Masyarakat umum, dalam memahami dinamika pembangunan daerah

khususnya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Klaten yang

nantinya diperuntukkan hiburan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya

di Desa Ponggpk.

(c) Investor, dalam memperoleh gambaran mengenai peluang dan prospek

investasi yang cukup menjanjikan di Kabupaten Klaten, khususnya di

Desa Ponggok.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, makalah akan disajikan dalam lima bagian yang saling

berkaitan. Bagian-bagian tersebut secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 26: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

11

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini terdiri dari lima sub bab. Pertama, akan

mendiskripsikan latar belakang. Kedua, perumusan masalah. Ketiga,

tujuan penelitian. Keempat, kontribusi penelitian. Kelima,

sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II menjelaskan dan mencantumkan teori-teori yang

berkaitan dengan topik penelitian. Yaitu : desa, pemerintah desa,

pariwisata, pengembangan potensi pariwisata, potensi pariwisata,

promosi pariwisata dan kemitraan

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan dan menggambarkan jenis penelitian,

fokus penelitian, lokasi atau situs penelitian, jenis data dan sumber

data, teknik yang dipakai pada proses pengumpulan data, dan

analisis data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang terdiri dari dua sub

bab. Pertama, akan menguraikan tentang gambaran umum

pariwisata Kabupaten Klaten. Kedua, menguraikan hasil dan fokus

penelitian mengenai kesesuaian pengembangan potensi pariwisata

Page 27: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

12

dan kemitraan di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten. Ketiga,

menganalisis dan interpretasi data

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran

yang disampaikan oleh peneliti terkait dengan permasalahan yang

diangkat

Page 28: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desa

1. Pengertian Desa

Menurut UU Desa No.6 Tahun 2014 yang dimaksud desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan UUD 1945. Dalam perjalanan ketatanegaraan Republik

Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi

dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat

menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

2. Desa Wisata

Banyak konsep atau definisi tentang pariwisata pedesaan. Pengertian atau

definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang

dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut.

Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus juga

Page 29: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

14

sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah bahwa

kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai

subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya merupakan

penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan, dan yang dihasilkan

oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Peran

aktif dari masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan pariwisata

pedesaan.

Selanjutnya menurut Pariwisata Ini Rakyat (PIR) dalam Hadiwijiyo

(2012:68-69), yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu kawasan perdesaan

yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik

dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki

arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan

perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk

dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi,

akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.

Merujuk kepada definisi desa wisata di atas, desa-desa yang bisa

dikembangkan dalam program desa wisata akan memberikan contoh yang baik bagi

desa lainnya. Penetapan suatu desa dijadikan desa wisata harus memenuhi beberapa

persyaratan, antara lain sebagai berikut:

a) Aksesbilitas baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan

menggunakan berbagai jenis alat transportasi;

Page 30: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

15

b) Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,

makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek

wisata;

c) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan

yang tinggi terhadap desa wisata serta wisatawan yang datang ke

desanya;

d) Keamanan di desa tersebut terjamin;

e) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai;

f) Beriklim sejuk atau dingin;

g) Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh

masyarakat luas

Lebih lanjut, pembangunan desa wisata bertujuan:

a) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan

dengan menyediakan obyek wisata alternatif;

b) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa

wisata;

c) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa,

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan

pembangunan ekonomi di desa;

d) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik,

agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (ruralisasi);

Page 31: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

16

e) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di

desanya, sehingga mengurangi urbanisasi;

f) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan

penduduk pribumi;

g) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi

Prinsip pengembangan desa wisata yaitu sebagai salah satu produk wisata

alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang

berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain:

memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, menguntungkan

masyarakat setempat, berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan

timbal balik dengan masyarakat setempat, melibatkan masyarakat setempat,

menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang

mendasarinya seperti antara lain:

a) Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal untuk

mendorong peran serta masyarakat demi berkembangnya desa wisata

b) Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan

ekonomi tradisional lainnya

c) Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses

pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang akan dikembangkan

d) Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat

(Sastrayuda, 2010)

Page 32: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

17

B. Pemerintah Desa

1. Pengertian Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Penyelenggara pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan

kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan Pancasila,

UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.

Penyelenggara pemerintah desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas: (UU N0. 6 Tahun 2014

Tentang Desa, Pasal 24)

a. kepastian hukum;

b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;

c. tertib kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalistas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efektivitas dan efisiensi;

i. kearifan lokal;

j. keberagaman; dan

k. partisipatif

Kepala desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan

masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai

wewenang:(UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 ayat (2))

Page 33: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

18

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan

yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama

BPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai

APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. Membina kehidupan masyarakat desa;

f. Membina perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunkuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

2. Otonomi Desa

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan

hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh

dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan

berdasarkan asul-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan

Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Pelaksanaan hak,

wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk

memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Widjaja, 2001:166)

Page 34: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

19

C. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Menurut Suwantoro (2004:4) pada hakikatnya pariwisata berhubungan erat

dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal

karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang mengahsilkan upah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalan wisata merupakan suatu

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan anatara lain

untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk

kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,

menyatakan bahwa pariwsata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah.

2. Jenis-jenis Pariwisata

Pariwisata mempunyai beberapa jenis, jenis-jenis pariwisata yang telah

dikenal dewasa ini, antara lain:

a. Wisata Budaya

Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan

untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,

Page 35: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

20

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara

hidup mereka, budaya dan seni mereka

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan sorang wisatawan dengan tujuan

untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia

tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan

rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas

menagndung mineral yang dapat menyembuhkan tempat yang

mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang

menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya

c. Wisata olahraga

Ini dimaksudkan dengan wisatawan-wisatawan yang melakukan

perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud

mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau

Negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup dan lain-lain

d. Wisata Komersial

Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-

pameran industri, pameran dagang dan sebagainya

e. Wisata Industri

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau

orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana

terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan

Page 36: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

21

tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam

golongan wisata industry ini

f. Wisata politik

Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian dengan aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti

misalnya perayaan HUT RI di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moscow,

penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya

g. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan

wisata konvensi. Berbagai Negara pada dewasa ini membangun wisata

konvemsi dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-

ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi,

musyawarah, konvemsi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat

nasional maupun internasional

h. Wisata Sosial

Wisata ini termasuk wisata remaja (youth tourism). Yang dimaksud

dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah

serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat

ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala

sesuatu yang bersifat luks) untuk mengadakan perjalanan, seperti

misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani, dan

sebagainya

i. Wisata Pertanian

Page 37: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

22

Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan

ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan dan

sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan

dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil

menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan

berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang

dikunjungi

j. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikabari dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih

di danau, bengawan, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar,

menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar,

balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan

pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi

perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara

maritime

k. Wisata cagar alam

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau

biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan

mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan

daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi

undang-undang

l. Wisata Buru

Page 38: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

23

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki

daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan

digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini

diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah Negara yang bersangkutan

m. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat

istiadat, dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata

pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-

tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang

diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda

n. Wisata Bulan Madu

Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati,

pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas

khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka

(Pendit, 1990:36-42)

D. Pengembangan Potensi Pariwisata

1. Definisi Pengembangan

Paturusi (2001 : 55) mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu

strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan

kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi

Page 39: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

24

wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan

daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.

Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan

keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan adanya

pembangunan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat

melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa kekawasan tersebut. Dengan kata

lain pengembangan pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur,

wisatawan, dan penduduk setempat akan saling diuntungkan. Pengembangan

tersebut hendaknya sangat memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek budaya,

sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Berdasarkan pengertian diatas maka

pengembangan adalah suatu kegiatan menata dan memajukan suatu obyek wisata

untuk dikembangkan lebih layak.

2. Upaya Pengembangan Pariwisata

Menurut pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata

yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengelola pariwisata melibatkan masyarakat setempat.

Dalam mengelola pariwisata hendaknya memperhatikan dampak yang

ditimbulkan dari wisata tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah wisata

tersebut memberikan konstribusi terhadap masyarakat setempat yang

lokasinya dekat dengan tempat wisata sehingga dapat memberikan

sembangsih pada ekonomi masyarakat sekitar.

Page 40: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

25

b. Kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam

Kegaiatan promosi merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan

bertujuan untuk memperkenalkan suatu tempat wisata. Kegiatan tersebut

dapat berupa program-program kerja maupun yang berupa kegiatan promosi

yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sistem informasi dan melakukan

kerjasama dengan pusat-pusat informasi pariwisata

c. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan

pemerintah daerah setempat.

Membangun kerjasama dengan menerapkan sistem yang jujur, terbuka dan

professional dengan mutu pelayanan yang memadai. Selain itu kerjasama di

anatara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama dengan agen biro

perjalanan, penyelenggara tempat wisata, engusaha jasa akomodasi dan

komponen-komponen yang terkait lainnya merupakan hal yang sangat

penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksesan pariwisata

d. Mendorong masyarakat untuk berperan dalam kegiatan yang

menguntungkan secara ekonomi

Mengajak masyarakat sekitar agar menyadari peran, fungsi dan manfaat

pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang

yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara

ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk

lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan ketrampilan dan

pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.

Page 41: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

26

e. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk

menunjang kelancaran pariwisata.

Pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan jalan, telepon, angkutan, pusat

perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi wisata sangat

diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan

pengunjung sehingga dapat diperoleh kepuasan dari pengunjung yang

datang ke tempat wisata

Komponen pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33), di

berbagai literature dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa

komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata.

Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-

komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Atraksi dan Kegiatan Wisata

Kegiatan wisata disini dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan

lingkungan, kebudayaan, keunikan, suatu daerah dan kegiatan-kegiatan

lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan

untuk mengunjungi sebuah obyek wisata. Dalam hal ini kegiatan wisata

dapat memberikan daya tarik tersendiri yang dapat mendatangkan minat

pengunjung untuk datang

b. Akomodasi

Akomodasi yang dimaksud adalah semisal penginapan dan berbagai jeis

fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan untuk para

wisatawan yang berniat untuk menginap selama perjalanan wisata yang

Page 42: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

27

mereka lakukan. Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan liburan lebih

lama di tenpat wisata tersebut dan tentunya dapat meningkatkan

pendapatan melalui jasa sewa penginapan

c. Fasilitas dan pelayanan wisata

Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang

dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Pelayanan wisata secara

umum berkaitan dengan infrastruktur yang dibutuhkan oleh pengunjung

wisata. Fasilitas seperti jalan masuk menuju tenpat wisata perlu diadakan

dan juga penyediaan fasilitas tempat umum bagi pengunjung

d. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi

Fasilitas yang berhubungan dengan transportasi, akses dari dan menuju

kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan tempat wisata

yang dapat ditempuh oleh pengunjung, meliputi semua jenis fasilitas dan

pelayanan yang berhubungan dengan transportasi jalur darat, air dan

udara

e. Infrastruktur Lain

Infrastruktur yang dimaksud adalah seperti penyediaan air bersih,

drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi (telepon umum).

Penyediaan infrastruktur pendukung untuk kelangsungan dan kebutuhan

pengunjung wisata. Dapat dikatakan merupakan fasilitas pendukung

suatu tempat wisata

f. Elemen Kelembagaan

Page 43: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

28

Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan

untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termaksud

perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan;

menyusun strategi, marketing, dan program promosi; menstrukturi

organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundang-

undangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan

penanaman modal bagi sektor publik dan swasta mengendalikan

Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut

Dimjati (1999) adalah :

1) Wisatawan (tourism) dengan melakukan penelitian tentang

wisatawan sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang

diharapkan datang

2) Pengangkutan (transportasi) adalah bagaiman fasilitas transportasi

yang tersedia baik dari Negara asal atau angkutan ke obyek wisata

3) Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat,

dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi

4) Fasilitas pelayanan (service facilities)

5) Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang

akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia

Dalam rangka mengembangkan objek wisata perlu segera dilaksanakan

inventarisasi terhadap potensi nasional objek wisata alam secara bertahap sesuai

prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan keunggulan banding,

Page 44: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

29

kekhasan objek, kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dana dan tenaga.

Potensi objek wisata alam yang sudah ditemukan segera diinformasikan dan

dipromosikan kepada calon penanam modal. Perlu dikembangkan sistem kemitraan

dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat yang ada, dalam rangka

mendukung optimalisasi pengembangan objek wisata alam. Peranan pemerintah

daerah dalam pengembangan objek wisata alam sangat penting dengan

melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring

pengembangan objek wisata alam.

E. Potensi Pariwisata

Menurut Sumihardjo (2008:12) yang dimaksud dengan potensi adalah segala

sumber-sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai kemampuan dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga penulis menyimpulkan

bahwa potensi merupakan sumber daya yang dimiliki suatu daerah untuk

dikembangkan.

Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumberdaya alam

adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi, dan sosial yang membentuk

lingkungan sekitar kita. (Cutter, 2004:58) menyatakan bahwa sumberdaya alam

adalah semua yang berasal dari bumi, biposfer, dan atmosfer yang keberadaannya

tergantung pada aktivitas manusia. Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian,

pepohonan, tanah, air, udara, matahari, sungai) adalah sumberdaya alam.

Bagaimana keberadaan sumberdaya alam tersebut sangat tergantung pada pilihan-

pilihan bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh umat manusia. Biji, benih, pohon,

Page 45: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

30

air, udara, matahari, sungai, dikatakan sumberdaya ketika kita mengetahui nilai

gunanya.

Nilai guna atau manfaat suatu sumberdaya tergantung pada berbagai

konteks ekonomi, politik, dan budaya. Kita pahami bagaimana sumberdaya

ada/muncul, digunakan/dimanfaatkan, bahkan diperebutkan pada akhirnya. Cara

manusia memanfaatkan sumberdaya alam terus bekembang dari waktu kewaktu.

Diawali dengan cara berburu dan meramu sampai dengan pemanfaatan berbagai

teknologi terkini yang terus berkembang. Dari sekedar mencukupi kebutuhan dasar

pada periode waktu tertentu sampai dengan pemenuhan kebutuhan melampaui

kebutuhan dasar manusia, berikut penumpukan sumberdaya alam untuk waktu yang

terbatas.

Sumber-sumber daya alam banyak sekali macamnya merupakan bahan dasar

bagi pengelolaan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Sumberdaya alam

akan benar-benar berguna apabila pemanfaatannya lebih menyangkut kebutuhan

manusia. Pengelolaan yang kurang menyangkut kebutuhan manusia di samping

akan merusak lingkungan sekitarnya juga akan menjadi boomerang bagi manusia

sendiri. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sumberdaya alam harus berdasarkan

prinsip-prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Berwawasan

lingkungan artinya mempertimbangkan kelestarian dan jangan sampai

menimbulkan dampak negative bagi lingkungan hidup. Berkelanjutan, artinya

pengelolaan sumberdaya alam jangan sampai penuh perlu dipikirkan kelanjutannya.

Sumber daya alam merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Manusia

sangat bergantung pada sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 46: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

31

Sumberdaya alam didunia ini jumlahnya tetap sedangkan populasi manusia makin

berkembang. Oleh sebab itu sumberdaya alam harus dikelola dan dimanfaatkan

searif dan sehemat mungkin supaya generasi penerus masih bisa merasakannya.

Sumberdaya alam merupakan kekayaan yang dimiliki oleh alam yang tidak bisa

dihasilkan oleh manusia.

F. Promosi Pariwisata

Didalam melakukan promosi atau pemasaran suatu usaha pariwisata tentu

harus memperhatikan strategi yang tepat guna memaksimalkan potensi objek wisata

yang sukses. Menurut Pitana dan Diarta (2009:177), promosi merupakan kegiatan

komunikasi dimana organisasi penyelenggara pariwisata berusaha mempengaruhi

khalayak darimana penjualan produknya bergantung. Supaya dapat menarik

pembeli, produk itu harus diperkenalkan kelebihannya dari produk lainnya dan

dimana dapat membeli produk tersebut. Seperti pengertian diatas hal tersebut juga

menjadi dasar untuk melakukan promosi wisata yang dilakukan pengelola wisata.

Dengan adanya promosi yang dibuat secara menarik akan mendatangkan minat

pengunjung wisata. Menurut Francois Vellas dan Lionel Bechel (2008:69),

kemajuan dalam lingkungan teknologi telah mentransformasi industri pariwisata

dan organisasi harus memantau dengan ketat bagaimana teknologi mempengaruhi

usaha mereka. Mereka harus memastikan tidak tertinggal dan mendapat keuntungan

dari adanya teknologi baru. Perkembangan dalam komunikasi merubah distribusi,

promosi serta operasi produk dan jasa pariwisata, termasuk sistem distribusi global,

internet, komunikasi elektronik, pembuatan tiket, dan transfer dama secara

elektronik.

Page 47: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

32

G. Kemitraan (Partnership)

Dalam jurnal makalahnya yang berjudul Good Governance membangun

masyarakat yang demokratis dan nasional oleh Hanapiah (2007:3-4) terdapat

beberapa prinsip. Prinsip-prinsip good governance tersebut adalah:

1) Partisipasi masyarakat, dalam pengambilan keputusan politik atau Negara

2) Daya tanggap pemerintah, terhadap setiap kepentingan masyarakat

3) Transparansi, dalam kerangka arus sistem informasi antara pemerintah dan

publik, antara publik, dan antar lembaga pemerintah

4) Berkadilan, tanpa diskriminasi, dalam kerangka pembiasaan kesejahteraan

publik

5) Efektivitas kerja dan efisiensi sumber dan anggaran

6) Akuntabilitas publik, dalam rangka pemeliharaan legitimasi pemerintah di

mata publik

7) Kesetaran publik

8) Pluralism publik

9) Kebebasan publik

1. Pengertian Kemitraan (Partnership)

Kemitraan hakikatnya merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam

suatu pembangunan. Kemitraan ini didasari atas hubungan yang memiliki ikatan

usaha yang didalamnya terdapat kegiatan yang saling menguntungkan bagi

pelakunya. Kemitraan ini timbul tentunya karena adanya saling membutuhkan oleh

para pelakunya yang satu sama lain saling memiliki kekurangan dan kelebihan,

sehingga nantinya apabila telah dilakukan kemitraan maka akan diperoleh manfaat

yang lebih baik.

Menurut Sulistiyani (2004:129) arti kata kemitraan jika dilihat secara

etimologis yang diadaptasi dari kata partnership yang mempunyai kata dasar

partner. Bertolak dari itulah maka kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk

persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama

Page 48: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

33

atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan

kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga

dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Dari pendapat tersebut maka kemitraan

dapat terbentuk jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Terdapat dua pihak atau lebih

b) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan

c) Ada kesepakatan, dan

d) Saling membutuhkan

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa partnership merupakan gabungan

dari dua atau lebih individu maupun kelompok untuk melakukan usaha yang

dilakukan secara bekerja sama dengan visi yang sama untuk mencapai tujuan dan

saling menguntungkan satu sama lain. Dalam partnership terjadi pertukaran

informasi untuk beradaptasi dengan organisasi pendukung dalam partisipasinya

mengatasi masalah global. Selain itu partnership merupakan sarana untuk

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan yang lebih luas.

Partnership juga sebagai cara kerjasama untuk menyelesaikan masalah yang

menyangkut finansial, sehingga kualitas antar aktor yang terlibat menjadi

pertimbangan.

2. Bentuk-bentuk Kemitraan/Partnership

Kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model

dalam penerapan kemitraan itu sendiri. Menurut Sulistiyani (2004:130) model-

model kemitraan terbagi atas sebagai berikut:

Page 49: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

34

a) Pseudo partnership (kemitraan semu). Merupakan sebuah persekutuan yang

terjadi antara dua pihak atau lebih, namun sesungguhnya pihak tersebut

tidak melakukan kerjasama secara seimbang satu dengan yang lain. Bahkan

ada satu pihak yang belum tentu paham secara benar akan makna serta

tujuan sebuah kerjasama itu dilakukan dan disepakati. Kemitraan ini

merupakan kemitraan yang unik karena pada kemitraan ini kedua pihak atau

lebih merasakan akan pentingnya melakukan kerjasama tetapi pihak

tersebut belum mengerti dan memahami substansi yang diperjuangkan dan

memberikan manfaat apa

b) Mutualism partnership (Kemitraan Mutualistik). Kerjasama ini merupakan

persekutuan dua belah pihak atau lebih yang saling menyadari betapa

pentingnya mereka melakukan kemitraan. Pentingnya melakukan kemitraan

adalah dapat memberikan manfaat lebih sehingga akan mencapai tujuan

secara optimal. Oleh karena itu, dua organisasi atau kelompok atau lebih

yang memiliki status sama rata atau berbeda akan melakukan kerjasama.

Manfaat saling-silang antara pihak-pihak yang melakukan kerjasama ini

dapat diperoleh sehingga saling menunjang satu dengan lain

c) Conjungtion partnership (Kemitraan melalui peleburan atau

pengembangan). Conjungtion partnership adalah kemitraan yang

dianalogikan sebagai paramecium. Dua paramecium ini melakukan

konjungsi untuk mendapatkan energi dan kemudian terpisah satu dengan

yang lainnya kemudian melakukan pembelaan diri. Dari analogi tersebut,

maka suatu organisasi atau kelompok-kelompok atau perorangan yang

Page 50: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

35

memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau partnership kegiatan

dapat melakukan kemitraan dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat

melakukan konjungsi dalam rangka meningkatkan kemampuan masing-

masing

3. Prinsip-prinsip Partnership

Menurut Sulistiyani (2004), hubungan partnership dapat berjalan baik jika

dilandasi oleh prinsip-prinsip yang mendukungnya, antara lain:

a) Kesamaan visi-misi, kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan

visi dan misi dan tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi

motivasi dan perekat pola kemitraan atau kerjasama. Dua atau lebih

lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama

b) Kepercayaan. Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya

yang tidak kalah penting adalah rasa saling percaya antar pihak yang

bermitra. Oleh karena itu, kepercayaan adalah modal dasar membangun

jejaring dan kemitraan/kerjasama. Untuk dapat dipercaya maka komunikasi

yang dibangun harus dilandasi itikad (niat) yang baik dan menjunjung tinggi

kejujuran

c) Saling menguntungkan. Asas saling menguntungkan merupakan fondasi

yang kuat dalam membangun kemitraan. Jika dalam bermitra adala salah

satu pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak mendapat manfaat lebih,

maka akan mengganggu keharmonisan dalam bekerja sama. Antara masing-

masing dan merasa diuntungkan

Page 51: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

36

d) Efisiensi dan efektivitas. Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk

mencapai tujuan yang sama diharapkan mampu meningkatkan efisiensi

waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak mengurangi

kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektivitas pencapaian

tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja.

Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang

bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi

lebih efektif

e) Komunikasi timbal balik. Komunikasi timbal balik atas dasar saling

menghargai satu sama lain merupakan fundamen dalam membangun

kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka akan terjadi dominasi satu

terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang sudah dibangun

f) Komitmen yang kuat. Jejaring kerjasama akan terbangun dengan kuat dan

permanen jika ada komitmen satu sama lain terhadap kesepakatan-

kesepakatan yang dibuat bersama

4. Langkah-langkah Partnership

Kemitraan dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuannya jika menetapkan

langkah-langkah yang perlu dilaksanakan. Menurut Kamil dalam Kurniawati

(2013: 24-25) terdapat langkah-langkah kemitraan yang dapat diterapkan, yaitu:

a) Identifikasi intern lembaga. Pada tahapan ini mengidentifikasi komponen-

komponen yang belum dimiliki untuk menyelenggarakan program yang

akan menjadi kebutuhan program, langkah awal yang harus dilakukan

Page 52: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

37

lembaga adalah menimbang komponen apa yang harus ada pada

penyelenggaraan program tersebut

b) Merumuskan aspek yang perlu dimitrakan. Dari hasil kegiatan identifikasi,

langkah, selanjutnya adalah menyusun prioritas kebutuhan berdasarkan data

hasil identifikasi, sehingga dari hasil kegiayan ini akan diketahui

komponen-komponen mana yang akan dimitrakan terlebih dahulu

berdasarkan tahapan kegiatan pelaksanaan program dan juga menyusun

kriteria-kriteria hasil identifikasi lembaga dibuat aspek-aspek yang akan

dibutuhkan untuk penyelenggaraan program, kebutuhan tersebut akan

menjadi aspek yang akan dimitrakan dengan lembaga lain dan juga

menentukan kriteria calon mitra

c) Setelah diketahui komponen-komponen yang akan dimitrakan, langkah

selanjutnya adalah mencari lembaga calon mitra yang sesuai dengan

kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan

d) Membuat kesepakatan dengan lembaga calon mitra

e) Setelah ada calon yang ditentukan berdasarkan kriteria yang dibutuhkan,

maka langkah selanjutnya adalah membuat kesepakatan yang berkenaan

dengan hak dan kewajiban mitra kerja, keputusan tersebut berdasarkan

persetujuan kedua belah pihak. Selanjutnya membuat perarturan-peraturan

yang disepakati bersama, yang akan menjadi pedoman kedua belah pihak

dalam rangka melaksanakan jaringan kemitraan

5. Manfaat Kemitraan

a. Produktivitas

Page 53: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

38

Chase and Aquilano dalam Hafsah (2000:54) mengungkapkan bahwa

dalam era ekonomi global dimana mekanisme pasar menjadi acuan semua

pelaku ekonomi, maka kata kunci yang menjadi indikator keunggulan

adalah produktivitas. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam

model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain

produktivitas akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat

diperoleh hasil yang lebih tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang

sama hanya membutuhkan input yang lebih rendah.

b. Efisiensi

Efisiensi erat kaitannya dengan produktivitas. Dalam teori Operations

Management (Schonberger and Knod dalam Hafsah. 2000:55) menjelaskan

bahwa produktivitas dirumuskan sebagai hasil perkalian antara efisiensi

dan utilisasi. Sedangkan Chase and Aquilano dibagi dengan efisiensi, dan

mendefinisikan efisiensi sebagai doing things right atau mendapatkan hasil

sesuai yang diinginkan.

c. Jaminan Kualitas, kuantitas dan kontinuitas

Produk akhir ari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat tidaknya diterima

pasar. Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya

kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen (market driven quality

ataudriven quality) loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada

jaminan mutu dari suatu produk. Jaminan kualitas semakin terasa apabila

produk kita diekspor (Hafsah, 2000:57-58)

Page 54: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

39

Hafsah (2000:59) menjelaskan tentang kualitas, kuantitas, dan kontinuitas

yang biasa disingkat “Tiga Tas” sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan

produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada

gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra. “Tiga Tas” ini

memerlukan manajemen yang mantap, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi. Sehingga perlu disertai

dengan prosedur dan petunjuk teknis yang jelas dan disiplin yang ketat.

“Tiga Tas” ini juga merupakan perekat kemitraan, apabila berhasil dapat

melangengkan kelangsungan kemitraan ke arah penyempurnaan.

d. Resiko

Hafsah (2000:60) mengungkapkan bahwa setiap kegiatan bisnis atau usaha

ada resiko. Bahkan satu norma yang dianut oleh dunia usaha bahwa

keuntungan/kesuksesan yang besar biasanya mengandung konsekuensi

resiko yang besar dapat ditanggung bersama (risk sharing) tentunya pihak-

pihak yang bermitra akan menanggung resiko secara proposional sesuai

dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh.

Selanjutnya Hafsah (2000:60) menuliskan tentang manajemen resiko, yaitu

dalam teori manajemen resiko dilihat dari sudut finansial, perusahaan besar

biasanya menerapkan falsafah “tidak menaruh seluruh telurnya dalam satu

keranjang (do not put your all eggs in one basket), artinya dengan modal

yang ada diusahakan untuk mendiversikasi usahanya dalam beberapa

kegiatan. Hal ini akan mudah tercapai apabila perusahaan tersebut

bekerjasama atau bermitra dengan pihak lain.

Page 55: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

40

e. Sosial

Dengan kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan

saling menguntungkan melainkan dapt memberikan dampak sosial (social

benefit) yang cukup tinggi. Ini berarti Negara terhindar dari kecemburuan

sosial yang bisa berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan.

Demikian pula melalui kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar

pelaku ekonomi yang berbeda status. Ini sesungguhnya merupakan wujud

dari keadilan sosial dan keadilan ekonomi seperti diamanatkan UUD 1945

(Hafsah. 2000:61)

f. Ketahanan Ekonomi Nasional

Dalam mendorong terciptanya kemitraan usaha yang sering dilakukan

adalah dengan menciptakan iklim kondusif berupa peraturan, mewujudkan

model atau pola kemitraan yang sesuai, yaitu dengan menyediakan

prasarana penunjang (listrik, sarana transportasi, telepon, dan lainnya).

Dengan adanya upaya dan fasilitas fisik diharapkan akan terwujud

kemitraan. Produktivitas, efektifitas, dan efisiensi akan meningkatyang

akhirnya akan bermuara pada meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan

para pelaku kemitraan (Hafsah, 2000:62). Kemudian Hafsah (2000:62)

menuliskan bahwa dengan adanya peningkatan pendapatan yang diikuti

tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik

otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku

yang terlibat dalam kemitraan usaha yang pada gilirannya mampu

meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

Page 56: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Penelitian deskriptif (penggambaran), yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan

apa yang terjadi pada saat melakukan penelitian. Di dalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan mengintepretasikan kondisi-kondisi

yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan

hanya mendeskripsikan informasi apa adanya secara objektif. (Sugiyono 1992).

Dengan menggunakan jenis ini penulis bermaksud mendapatkan data, gambaran

dan menggali informasi yang mendalam tentang Pengembangan Desa Pariwisata

Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan. Pendekatan kualitatif

dipilih agar dapat menggali informasi secara mendalam mengenai Pengembangan

Desa Pariwisata Berbasis Potensi Lokal Melalui Pendekatan Kemitraan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif sangatlah penting berkaitan

dengan perumusan masalah maupun data yang akan dikumpulkan dan diolah untuk

kemudian dianalisis. Fokus ini bertujuan untuk menentukan batas penelitian yang

akan dilakukan sehingga memperjelas batasan dan mempertajam bahasan. Dalam

fokus penelitian dapat berkembang sesuai dengan perkembangan masalah

penelitian di lapangan, dimana segala sesuatu dalam penelitian ini ditentukan dari

hasil akhir pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan.

Page 57: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

42

Menurut Moleong (2009:97) fokus pada dasarnya adalah masalah pokok

yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang

diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah atau kepustakaan lainnya. Fokus

penelitian merupakan tahap awal pelaksanaan penelitian, dengan demikian

penelitian akan memperoleh gambaran secara umum tentang objek yang akan

diteliti.

Berdasarkan pada masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka fokus dari

penelitian ini adalah:

1. Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten.

a. Pelibatan atau Peran Masyarakat

b. Promosi Pariwisata

c. Sarana dan Prasarana

2. Kemitraan dalam Pengembangan Desa Pariwisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

a. Bentuk Kemitraan

b. Manfaat Kemitraan

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten

Klaten sedangkan situsnya adalah Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten serta BUMDes Desa Ponggok bahwa lokasi dan situs dipilih

dengan pertimbangan merupakan salah satu desa wisata dan kawasan sumber air

Page 58: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

43

yang dalam pengelolaan dan pengembangannya secara maksmimal oleh pemerintah

desa untuk memajukan potensi sumber daya alam berbasis kemitraan. Sehingga

bisa menarik para wisatawan untuk menikmati wisata air di Desa Ponggok dan

sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal serta

menjadikannya tempat rekrasi yang diminati. Situs penelitian adalah tempat dimana

peneliti dapat menangkap dan mengetahui keadaan sebenarnya dari objek yang

diteliti guna memperoleh data yang valid dan akurat. Situs penelitian ini adalah

BUMDes dan Desa Ponggok dengan pertimbangan bahwa situs tersebut

mempunyai data yang valid dalam pengembangan desa pariwisata.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain (Basrowi & Suwandi, 2008). Berdasarkan penyataan diatas jenis data

dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Data Primer

Data Primer menurut Narimawati (2008:98) adalah data yang berasal dari

sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi

ataupun dalam bentuk file. Adapaun sumber dari data primer didapatkan

melalui informan dan peristiwa. Informan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Kepala Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

Page 59: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

44

b. Pengurus Wisata Air Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten

Klaten

c. Wisatawan Desa Ponggok (2)

d. Masyarakat Desa Ponggok (2)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung memberikan data

kepada peneliti. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung

keperluan data primer. Data sekunder dapat berupa buku, literature, dan

bacaan-bacaan (Sugiyono, 2008:402). Adapun data sekunder dalam

penelitian ini bersumber dari:

a. RPJMDes

b. AD/ART BUMDes Ponggok

c. Website resmi Kabupaten Klaten dan Desa Ponggok

E. Teknik Pengumpulan Data

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang memenuhi standar data yang

diterapkan (Sugiyono, 2014:224). Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara

dengan informan, observasi an penelusuran dokumen. Informan adalah orang yang

dianggap tepat dan mampu serta dipercaya untuk memberikan data dan informasi

guna menangkap suatu fenomena. Dengan demikian peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data demi menunjang penelitian ini, antara lain:

1. Wawancara

Page 60: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

45

Salah satu metode pengumpulan data yang efektif ialah dengan cara

melakukan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya langsung

kepada informan. Esterberg dalam Sugiyono (2014:231) mendefinisikan

wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tatap muka dan

melalui media (telfon atau teks). Sedangkan teknik pengumpulan informan yang

digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013:218-219)

purposive sampling adalah teknik pengumpulan informan dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan ini dapat berupa informan dianggap paling tau mengenai apa

yang trejadi.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan data dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti serta merupakan proses yang kompleks tersusun dari

proses biologis dan psikologis. Nasution dalam Sugiyono (2014:226)

mendefinisikan observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Dalam

menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan

dan ingatan peneliti. (Usman dan Akbar 2003:54).

Kata lain dari metode observasi yaitu pengamatan. Istilah dari pengamatan

itu sendiri adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memahami dan

Page 61: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

46

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Ada dua indera yang sangat

vital dalam melakukan pengamatan, yakni mata dan telinga. Dalam penelitian ini

observasi dilakukan pada desa Ponggok serta masyarakatnya. Teknik pengamatan

yang dilakukan adalah observasi non partisipasi adalah proses pengamatan tanpa

ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan

sebagai pengamat (Margono, 2005:161-162). Panjang observasi 2 bulan terhitung

dari bulan Maret hingga bulan Mei.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah ada (Sugiyono,

2014:240). Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti dalam rangka pengumpulan

data di lapangan. Sebagai pelengkap dari catatan lapangan maka peneliti juga

memanfaatkan smartphone agar mudah dalam mengulang ingatan tentang kondisi

lapangan dan jalannya wawancara dan mendokumentasikan gambar. Dokumen

didapatkan dengan cara mengcopy data dengan dikirim email, kepingan CD, dan

pemberian hardcopy langsung. Dokumen didapatkan dengan cara mengkopi data

dari computer, melalui email, melalui kepingan CD, serta hardcopy langsung.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dan

diinterpretasikan dimana data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Menurut

Page 62: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

47

Miles, Huberman dan Sadana (2014:12) bahwa analisis data terdiri dari tiga alur,

diantaranya sebagai berikut:

1. Kondensasi Data

Kondensasi data mengacu proses penelitian, memfokuskan,

meyederhanakan, abstraksi, dan/atau mengubah data yang muncul dalam

kumpulan bahan dari catatan lapangan yang ditulis, catatan wawancara,

dokumen, dan bahan-bahan empiris lainnya. Dengan kondensasi data

peneliti dapat mempertajam, menggolongkan, memfokuskan, membuang

data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa

sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Langkah kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian

merupakan penyusunan informasi-informasi yang memungkinkan adanya

penarikan kesimpulan dan mengambil tindakanpenyajian data melipti

berbagai jenis matriks, grafik, dan jaringan. Semua dirancang untuk

menyusun informasi agar penulis dapat menganalisis dan menarik suatu

kesimpulan. Dalam penyajian data tersebut terdapat data-data wawancara

dengan informan, data tabel kunjungan wisata yang digunakan peneliti

untuk menjelaskan hasil penelitian

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Setalah data dikumpulkan dan dianalisis, maka data tersebut dapat ditarik

suatu kesimpulan. Kesimpulan akhir mungkin tidak muncul sampai

pengumpulan data selesai. Oleh karena itu, kesimpulan diverifikasi berupa

Page 63: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

48

pengumpulan data atau dapat juga dengan melakukan salinan dalam

kumpulan data yang lain. Menjelaskan bagaiman realita di lapangan dengan

teori yang ada. Sehingga dapat diketahui apakah sesuai dengan teori atau

ada faktor lain yang mempengaruhi sehingga tidak semuanya sesuai dengan

teori.

Gambar 1 : Model Analisis Data Interaktif

Sumber: Miles, Hubeman, dan Saldana (2014:13)

Data

Collection Data Display

Data

Condensation

Condusions

Drawing/

Verifying

Page 64: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

terbagi atas gambaran umum dan hasil penelitian disesuaikan dengan fokus yang

telah ditetapkan. Gambaran umum mencakup gambaran umum lokasi penelitian

Kabupaten Klaten dan situs penelitian Desa Ponggok dan BUMDes Desa Ponggok.

Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan melalui pengembangan desa wisata dan

kemitraan. Hasil penelitian dan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

Gambaran umum lokasi dan situs penelitian dijelaskan dengan gambaran

umum Kabupaten Klaten, gambaran umum Desa Ponggok, dan BUMDes Desa

Ponggok sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten

Gambaran umum lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Klaten baik

dalam kondisi geografis maupun demografis sebagai berikut:

Kondisi geografis Kabupaten Klaten terletak pada 110° 26’ 14” - 110° Bujur

Timur, 7° 32’ 19” - 7° 48’ 33” Lintang Selatan.

Batas Wilayah :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungkidul (DIY)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

Page 65: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

50

Kondisi geologis Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 dataran :

Sebelah Utara : Dataran Lereng Gunung Merapi

Sebelah Timur : Membujur Dataran Rendah

Sebelah Selatan : Dataran Gunung Kapur

Gambar 4.2 Peta Kabupaten Klaten

Sumber: Pemerintah Kabupaten Klaten

Kondisi Topografi Kabupaten Klaten terletak diantara Gunung Merapi dan

Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75 hingga 160 meter di atas

permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung merapi di bagian utara

areal miring, wilayah datar dan berbukit dibagian selatan. Jika ditinjau dari

ketinggiannya, Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan yang berada

pada ketinggian bervariasi, yaitu 9,72 persen terletak di ketinggian 0-100 meter dari

permukaan air laut. 77,52 persen terletak di ketinggian 100-500 meter dari

permukaan air laut dan 12,76 persen terletak di ketinggian 500-1.000 meter dari

permukaan air laut. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan

Page 66: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

51

musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temparatur udara rata-

rata 28-30 derajat celcius dengan kecepatan angina rata-rata sekitar 153 milimeter

setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari (350mm) dan

curah hujan terendah pada bulan Juli (8m). Sebagian besar wilayah kabupaten ini

adalah dataran dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan,

bagian dari sistem gunung merapi. Ibukota Kabupaten ini berada di jalur utama

Solo-Yogyakarta.

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran, sebelah utara yaitu

dataran lereng gunung merapi (wilayah bagian utara) membentang di sebelah utara

meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,

Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Sebelah timur yaitu membujur dataran rendah

(wilayah bagian tengah) yang meilputi wilayah kecamatan : manisrenggo, Klaten

Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Kalikotes, Ngawen, Kebonarum, Wedi,

Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan,

Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo. Sebelah selatan yaitu

dataran gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang membujur di sebelah selatan

meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat, Cawas dan sebagian

Gantiwarno. Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah

dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten

merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali

dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi (Pemeritah Kabupaten Klaten).

Page 67: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

52

Kabupaten Klaten terdiri atas 26 kecamatan, yang terbagi lagi menjadi

sejumlah desa dan kelurahan.

Tabel 2. Pemerintahan Administratif Kabupaten Klaten

Kecamatan Desa Kelurahan Dukuh Luas Wilayah

(Km2)

01. Prambanan

02. Gantiwarno

03. Wedi

04. Bayat

05. Cawas

06. Trucuk

07. Kalikotes

08. Kebonarum

09. Jogonalan

10. Manisrenggo

11. Karangnongko

12. Ngawen

13. Ceper

14. Pedan

15. Karangdowo

16. Juwiring

17. Wonosari

18. Delanggu

19. Polanharjo

20. Karanganom

21. Tulung

22. Jatinom

23. Kemalang

24. Klaten Selatan

25. Klaten Tengah

26. Klaten Utara

16

16

19

18

20

18

7

7

18

16

14

13

18

14

19

19

18

16

18

19

18

17

13

11

3

6

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

-

1

6

2

183

149

178

228

238

171

99

65

202

252

35

124

42

151

161

208

149

37

44

48

185

207

214

112

97

124

24,43

25,64

24,38

39,43

34,47

33,81

12,98

9,67

26,70

26,96

26,74

16,97

24,45

19,17

29,26

29,79

31,14

18,78

23,84

24,06

32,00

25,53

51,66

14,43

8,92

10,38

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Page 68: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

53

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Klaten 2012-

2015

Kecamatan

2012 2013 2015

Prambanan 49.977 50.047 49.030

Gantiwarno 41.306 41.402 34.459

Wedi 55.904 55.988 47.374

Bayat 64.231 64.513 53.434

Cawas 66.071 66.085 50.530

Trucuk 83.817 84.042 70.601

Kalikotes 38.471 38.677 33.512

Kebonarum 21.541 21.629 17.879

Jogonalan 58.825 58.968 54.337

Manisrenggo 42.463 42.642 39.622

Karangnongko 37.899 37.865 32.564

Ngawen 45.068 45.199 40.534

Ceper 63.961 64.312 58.729

Pedan 49.117 49.253 42.736

Karangdowo 51.120 51.111 38.644

Juwiring 61.110 60.942 53.802

Wonosari 63.177 63.432 58.473

Delanggu 44.949 45.030 39.564

Polanharjo 46.542 46.627 36.555

Karanganom 49.239 49.218 40.865

Tulung 54.888 54.937 45.583

Jatinom 58.593 58.621 54.150

Kemalang 35.656 35.767 35.768

Klaten Selatan 42.724 42.960 43.448

Klaten Tengah 44.152 44.205 40.046

Klaten Utara 43.113 43.435 46.556

Kabupaten Klaten 1.313.914 1.316.907 1.158.795

Sumber: BPS Kabupeten Klaten

Page 69: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

54

2. Gambaran Umum Situs Penelitian

Gambaran umum situs penelitian diuraikan melalui gambaran umum Desa

Ponggok dan BUMDes Desa Ponggok sebagai berikut:

a. Gambaran Umum Desa Ponggok

Gambar 4.3 Peta Wilayah Desa Ponggok

Sumber: Pemerintah Desa Ponggok 2014-2019

Ponggok adalah desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Propinsi

Jawa Tengah dengan luas wilayah Desa Ponggok 77,2255 Ha. Desa Ponggok

berbatasan dengan Desa Cokro, Kecamatan Tulung di sebelah Utara, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Njeblog, Kecamatan Karanganom, dan sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Dalangan. Kecamatan Tulung. Secara orbitasi jarak Desa

Page 70: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

55

Ponggok ke Kecamatan Polanharjo yaitu 3km, jarak ke Ibu Kota Kabupaten Klaten

yaitu 15km dan jarak dari Jalan Jogja-Solo yaitu 10km. (rpjm)

Secara administrasi Desa Ponggok terbagi menjadi 4 dukuh yang terbagi

dalam 6 Rw dan 12 Rt. Ditinjau dari jumlah penduduk, Desa Ponggok memiliki

2.036 penduduk yang terbagi dalam 609 KK dengan jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 1.017 penduduk dan 1.019 penduduk perempuan.

Paparan administrasi Desa Ponggok untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel

2 berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Desa Februari 2017

Dukuh Laki-laki Perempuan

1. Umbulsari 323 318

2. Kiringan 216 229

3. Ponggok 408 395

4. Jeblogan 104 115

Sumber : Pemerintah Desa Ponggok

1) Sejarah Desa Ponggok

Keberadaaan Desa Ponggok sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu. Hal

ini dapat dirunut dari jejak peninggalan masa lampau. Tahun 1920-an Desa

Ponggok adalah kawasan industri karena adanya Pabrik Gula Ponggok

(Suikerfabriek Ponggok). Letak Pabrik Gula Ponggok tepatnya di seberang jalan

raya, timur Umbul Ponggok sekarang. Parik-pabrik gula yang berdekatan dengan

Ponggok antara lain Suikerfabriek TjokroToeloeng, Suikerfabriek Karanganom,

Suikerfabriek Djatinom, dan Suikerfabriek Delanggoe. Pada masa itu wilayah

Ponggok secara administratif merupakan wilayah kawedanan Ponggok. Keluarga-

Page 71: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

56

keluarga Belanda sudah banyak yang tinggal di Ponggok karena sebagian besar

karyawan Pabrik Gula Ponggok adalah warga Belanda seperti administrator,

manajer, juru buku, dll. Keluarga-keluarga tersebut tinggal di “Loji-loji” yang dulu

rumahnya di sebelah utara Umbul Ponggok. Sekitar tahun 1930-an karena kondisi

ekonomi, sosial politik dunia sedang krisis dan masa perjuangan Indonesia

membawa dampak kemunduran bagi Pabrik Gula Ponggok dan akhirnya

operasional pabrik gula ditutup.

Diantara peninggalan kejayaan Pabrik Gula Ponggok yang sekarang masih

ada adalah Umbul Ponggok. Dahulu Umbul Ponggok adalah mata air yang

dijadikan sebuah water reservoir yang berfungsi sebagai tampungan air untuk

kebutuhan operasional Pabrik Gula Ponggok dan Pabrik Gula Karanganom, selain

itu untuk pengairan perkebunan tebu di wilayah Polanharjo, Karanganom, dan

Ceper. Setelah pabrik gula tidak beroperasional lagi, keberadaan water reservoir

Ponggok masih difungsikan sebagai pengairan sawah dan perkebunan sampai

sekarang. Masyarakat sekitar lebih sering menyebutnya Umbul Ponggok (mata air

Ponggok) karena sumber airnya memang berasal dari mata air alami yang

mempunyai kualitas bags untuk kebutuhan air minum warga sekitar.

Seiring dengan perkembangan jaman, Umbul Ponggok adalah potensi objek

yang luar biasa, selain untuk kebutuhan seperti pengairan sawah dan air minum,

dapat juga sebagai objek wisata. Pemerintah Desa Ponggok dan masyarakat dengan

inovasi dan kreasinya “menyulap” Umbul Ponggok menjadi objek wisata yang unik

dengan tema snorkeling, diving dan foto underwater. Untuk menarik minat wisata

maka terkenal dengan julukan “Bunaken van Klaten”. Sensasi menyelam dalam air,

Page 72: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

57

menikmati keindahan underwater dengan rasa air tawar yang segar dan dingin

seperti snorkeling, diving di Bunaken (Pemerintah Desa Ponggok)

2) Visi dan Misi Desa Ponggok

a) Visi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Desa

Ponggok harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif,

inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang

keadaan masa depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun

melalui proses refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut

oleh seluruh komponen stakeholders. Berpijak atas dasar kondisi obyektif serta

perkembangan situasi dan tantangan di masa mendatang, maka visi Desa Ponggok

adalah:

“Terwujudnya Desa Wisata Ponggok yang Mandiri, Mampu Dalam

Pengelolaan Potensi Desa dan Pembangunan Berkelanjutan Untuk

Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Berkualitas, Berbudaya,

Maju, Adil, Demokratis dan Peduli Terhadap Lingkungan”

b) Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan

tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa

mengabaikan mandate yang diberikannya. Sesuai dengan Visi Desa Ponggok, maka

Misi Desa Ponggok adalah:

a) Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik

b) Meningkatkan kualitas SDM masyarakat

Page 73: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

58

c) Meningkatkan partisipasi masyarakat

d) Mengembangkan teknologi informasi

e) Membangun infrastruktur sarana dan prasarana desa

f) Mengembangkan seluruh potensi desa

g) Melestarikan kearifan lokal

h) Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

i) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

j) Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

k) Membangun kerjasama dan kemitraan strategis

l) Mengembangkan kegiatan keagamaan

b. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Tirta Mandiri Desa Ponggok

1) Sejarah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri Desa Ponggok

BUMDes merupakan instrument pendayagunaan ekonomi lokal dengan

berbagai ragam jenis potensi. Pendayagunaan potensi ini terutama bertujuan untuk

peningkatan kesejahteraan ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha

ekonomi mereka. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga memberikan

sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa yang memungkinkan

desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatakan kesejahteraan rakyat

secara optimal.

Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 2005 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

sebagaimana diamanatkan dalam Bab VII bagian kelima yang menyatakan

Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan

kebutuhan dan potensi desa dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat dan desa. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pendirian BUMDes,

maka berdasarkan Pasal 78 PP 72 Tahun 2005 tentang Desa, Bahwa Pemerintah

Page 74: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

59

Kabupaten Klaten No. 20 Tahun 2006 menetapkan tentang Badan Usaha Milik

Desa.

Berdasarkan Undang-Undang dan peraturan di atas, maka muncul gagasan

dari Kepala Desa Ponggok melalui mekanisme musyawarah sebagai wujud

melembagakan demokrasi lokal dengan mempertemukan BPD, Pemerintah Desa

dan Kelompok warga untuk membahas isu-isu strategis salah satunya soal pendirian

BUMDes. Mendirikan BUMDes pada dasarnya membangun tradisi berdemokrasi

di desa untuk mencapai derajat ekonomi masyarakat desa yang lebih tinggi. Dengan

berbekal daftar inventarisasi potensi dan peta asset desa, forum musyawarah Desa

Ponggok melakukan praktik deliberative democracy untuk menyepakati gagasan

pengelolaan dan pemanfaatan asset-aset desa melalui BUMDes. Dengan

pertimbangan yang matang Pemerintah Desa Ponggok mendirikan BUMDes pada

tanggal 15 Desember 2009 berdasarkan keputusan yang dituangkan dalam

Peraturan Desa No. 6 Tahun 2009 dengan nama BUMDes Tirta Mandiri

(Pemerintah Desa Ponggok).

2) Profil Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri

Sebagai desa yang memiliki potensi alam yang berlimpah dan merupakan

salah satu desa wisata di Kabupaten Klaten, sangat masuk akal apabila Pemerintah

Desa Ponggok tidak ingin menyia-nyiakan potensi strategis ini. Langkah kongkrit

yang diambil untuk mewujudkan harapan diatas adalah mendirikan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri sebagai pengelola potensi dan aset desa serta

mengembangkan perekonomian yang menguntungkan. Pembentukan BUMDes ini

Page 75: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

60

juga dimaksudkan guna mendorong/menampung seluruh kegiatan peningkatan

pendapatan masyarakat, baik yang berkembang menurut adat istiadat/budaya

setempat, maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola

masyarakat melalui program proyek pemerintah dan pemerintah daerah.

BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok ini juga sebagai pengelola pariwisata

Desa Ponggok. Desa Ponggok merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten

Klaten karena kekayaan air dan alam yang berlimpah. BUMDes Tirta Mandiri

memiliki Logo dan Arti seperti dibawah ini:

Gambar 4.4 Logo BUMDes Tirta Mandiri

Sumber: AD/ART BUMDes Tirta Mandiri

a) Tulisan TM sebagai motto nilai kemandirian, kemapanan dan kemantapan,

kepanjangan dari Tirta Mandiri

Tirta berarti air merupakan kekhususan atau kekasan dari Desa Ponggok.

Mandiri berarti berdiri sendiri

b) Tiga air yang bergelombang yang artinya bahwa BUMDes mempunyai 3

tujuan utama yang tertera pada Bab IV pasal 6

Page 76: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

61

c) Tiga air yang bergelombang yang tidak sama besarnya berarti komposisi

yang kompak

d) Titik biru merupakan asas dari managemen BUMDes yaitu satu asas

pancasila

e) Oval hijau berarti berwawasan lingkungan Desa Ponggok

f) Visual warna:

- Warna biru tua simbolisasi dari sikap dan sifat yang teguh

- Warna biru muda mempunyai karakter yang cerah dan menggambarkan

kegembiraan dan kebanggaan dalam melayani masyarakat Desa

Ponggok

- Warna hijau simbolisasi dari ramah lingkungan

3) Visi dan Misi BUMDes Tirta Mandiri

Visi BUMDes Tirta Mandiri

Sejalan dengan Visi Desa Ponggok yaitu :

“Menjadi Desa Wisata yang mandiri, mampu dalam pengelolaan desa dan

pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,

berkualitas, berbudaya, maju, adil, demokratis dan peduli terhadap

lingkungan”.

Misi BUMDes Tirta Mandiri yaitu :

a) Mengembangkan asset yang ada untuk terus dapat dimaksimalkan sebagai

sumber pendapatan desa yang berkelanjutan

b) Mampu menganalisa potensi, peluang dan tantangan untuk menyusun

rencana usaha yang mengikuti trend pasar atau menciptakan pasar baru

Page 77: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

62

c) Pengelolaan keuangan yang sehat berikut dengan strategi perencanan

investasi yang tepat dan tingkat resiko yang rendah

d) Peningkatan kinerja dan kapasitas SDM BUMDes untuk dapat tercapainya

BUMDes yang handal dan terpercaya

e) Strategi promosi produk barang dan jasa efektif untuk

menarik/menumbuhkan kepercayaan investor untuk penanaman modal di

BUMDes dengan pembagian hasil rasional (BUMDes Ponggok Tahun

2016)

4) Pengelolaan Desa Wisata

Berdasarkan Peraturan Desa, wisata yang ada di Desa Ponggok dikelola oleh

BUMDes Tirta Mandiri. Bahwa dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Bab VII bagian

kelima yang menyatakan Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik

Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa dengan harapan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.

Adapun susunan organisasi dan tugas pokoknya sebagai berikut:

1) Susunan Organisasi Pengelola BUMDes Tirta Mandiri terdiri dari:

a. Dewan Komisaris

1. Komisaris Utama : Junaedi Mulyoono, SH

2. Anggota Komisaris :

a) Bidang Hukum dan Kebijakan Publik : Yani Setiadi, S.Sos

Page 78: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

63

b) Bidang Ekonomi dan Bisnis : Sunarno dan Ira Herawati

c) Bidang Pengembangan SDM : Sugeng Raharjo, Sarjono,

dan Untoyo

d) Dewan Pengawas : Tri Nuryanto, Puguh Sarwono dan Yeti

Rahayu

b. Pengurus BUMDes :

1. Direktur Utama : Joko Winarno, S.Pt

2. Direktur Pengembangan : Untung Hari Margana

3. Bendahara : Arum Setyarini

4. Sekretaris : Nurul Huda

5. Administrasi : Emi Kurniasari

c. Karyawan BUMDes

1. Manajer operasional : Sentot

2. Korlap : Suwito

3. Staff Keamanan : Purwo Budiono

4. Staff Kebersihan : Marjuki dan Subekti

5. Staff Parkir : Agus Suwarno, Agus Pamungkas, dan

Suroto

6. Staff Tiketing : Sri Nur I dan Anis Mayda

7. Staff Persewaan : Joko Sungkono, Ignasius L, Elfana M,

Selvina, dan Siti Mardiyah

Page 79: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

64

Gambar 4.5 Strutur Organisasi BUMDes Tirta Mandiri

Sumber: BUMDes Tirta Mandiri

B. Penyajian Data

Pada bagian ini disajikan data terkait pengembangan potensi lokal di Desa

Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten serta Kemitraan dalam

Pengembangan Desa Pariwisata Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten

Klaten. Terkait pengembangan potensi lokal diuraikan dengan pelibatan atau peran

masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana prasarana. Sedangkan terkait dengan

kemitraan diuraikan melalui bentuk dan manfaat kemitraan. Secara lebih rinci

sebagaimana diuraikan berikut:

DEWAN

KOMISARIS

DIREKTUR BADAN

PENGAWAS

BENDAHARA

PERALATAN PARKIR KEAMANAN KEBERSIHAN TIKET

SEKRETARIS

MANAJER

PERSONALIA

MANAJER

OPERASIONAL

KORLAP UNIT

PAB

KORLAP UMBUL

PONGGOK

KORLAP

PERSEWAAN

Page 80: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

65

a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten

Upaya pengembangan potensi pariwisata lokal di Desa Ponggok dilakukan

melalui kegiatan pelibatan atau peran masyarakat, promosi pariwisata dan sarana

dan prasarana yang diuraikan melalui penyajian data berikut:

1. Pelibatan atau Peran Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa

Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah

dengan pelibatan atau peran serta masyarakat. Hal ini didasarkan pada hasil

wawancara berikut:

“berada didataran rendah antara gunung merbabu dan merapi kita diberi

anugrah Allah sumber daya alam yang sangat berlimpah khususnya air yang

menjadikan kita dari potensi itu dapat dijadikan sebuah pendapatan. Kalau dulu air

hanya digunakan untuk mencuci dan pertanian dimana air itu kita gunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya untuk pariwisata, perikanan

dan lain-lain…..potensi kesuburan tanah sangat subur sekali, Desa Ponggok untuk

pertanian bisa 2 tahun sebanyak 5 kali”

Melalui hasil wawancara tersebut terlihat bahwa upaya pelibatan atau peran

serta masyarakat dan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMDes) Ponggok dijelaskan bahwa pengembangan potensi desa juga meliputi

pertanian dan perikanan. Selain dikembangkan untuk daerah wisata, sumber air

yang melimpah dimanfaatkan oleh warga Desa Ponggok untuk membudidayakan

ikan, terutama ikan nila. Desa ponggok memiliki lahan potensial seluas 8 ha dan

Page 81: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

66

lahan yang digunakan untuk perikanan seluas 5 ha dengan penghasilan produksi

0.57 ton perhari. Selain budidaya ikan nila di Desa Ponggok juga terdapat budidaya

udang galah dan nila, dimana budidaya ini dapat menghasilkan 1 kwintal perbulan.

Selain udang galah dan nila, warga desa juga mulai mengembangkan budidaya ikan

koi sebagai alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Disektor pertanian di Desa

Ponggok bisa 2 tahun sebanyak 5 kali memanen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa

Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah

dengan pelibatan atau peran serta masyarakat. Hal ini didasarkan pada hasil

wawancara berikut:

“Pemerintah secara profil desa digunakan sebagai dasar data dimana kita

melangkah menjadi desa wisata…program satu rumah satu mahasiswa

dimana untuk menyiapkan orang-orang untuk melanjutkan program-

program… Ada yang namanya saham masyarakat yang mana saya dulu

pernah ngomong ke masyarakat bahwa kita tidak bisa membangun jalan yang

mulus, gedung dan insfrastruktur yang mewah, tetapi kita akan membangun

sebuah sistem yang mana sistem ini nanti yang akan membangun fisik , jalan,

masyarakat, pertanian, pariwisata, budaya” (wawancara pada 27 maret 2017)

Melalui hasil wawancara tersebut terlihat bahwa upaya pelibatan atau peran

serta masyarakat dilakukan dengan program satu rumah satu mahasiswa yang

diharpak dapat menyiapkan generasi muda untuk melanjutkan program-program,

khususnya terkait pengembangan potensi lokal Desa Ponggok. Selain itu pelibatan

atau peran masyarakat juga dilakukan melalui penanaman saham masyarakat di

BUMDes. Melalui penanaman saham tersebut diharapkan dapat membangun

sebuah sistem untuk pelaksanaan pembangun fisik jalan, masyarakat, pertanian,

pariwisata dan budaya.

Page 82: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

67

Pelibatan atau peran masyarakat melalui kegiatan penanaman saham.

Masyarakat dapat menanam saham di BUMDes Desa Ponggok sesuai dengan

kemampuan. Pembelian satu saham hanya berlaku untuk satu kartu keluarga. Jadi,

jika satu nama kartu keluarga sudah membeli saham besar dia tidak bisa membeli

saham sedang, kecil maupun besar untuk yang kedua kalinya.

Gambar 4.6 Sertifikat Saham

Sumber: RPJMDes Desa Ponggok

Hasil wawancara lain terkait dengan pelibatan atau peran serta masyarakat

diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Marsono sebagai salah satu

masyarakat setempat juga menggambarkan bahwa masyarakat dilibatkan dalam

pengelolaan wisata sebagaimana tergambar dalam cuplikan wawancara berikut:

“masyarakat menyetujui menjadi desa wisata. Manfaat adanya desa wisata

adanya pembangunan-pembangunan masyarakat bisa ikut serta didalam

Page 83: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

68

pembangunan, misal menanam saham, jika ada lowongan pekerjaan bisa

bekerja disini untuk masyarakat desa siapa yang mau bekerja disini”

(wawancara pada 27 maret 2017)

Dari hasil wawancara tersebut diatas dan juga hasil observasi penulis

pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok dalam hal pelibatan atau peran serta

masyarakat dilakukan dengan program satu rumah satu mahasiswa sebagai upaya

peningkatan kualitas SDM, penanaman saham oleh masyarakat sekitar, dan juga

adanya peluang kerja atau pengelolaan potensi wisata oleh masyarakat setempat.

Konsep One Village One Product (OVOP) atau produk unggulan kawasan

pedesaan di Desa Ponggok telah diimplementasikan oleh kelompok perempuan

yang tergabung dalam UKM Nila Murni yang didampingi oleh Ketua TP PKK Desa

Ponggok. Hasil produk UKM Nila Murni ada berbagai jenis olahan makanan

berbahan dasar ikan seperti pangsit, cipir dan pastel ikan nila bahkan stik dari duri

ikan nila. Produk-produk tersebut dijual dibeberapa stan lokal desa seperti Toko

BUMDes Tirta Mandiri dan counter khusus di Kantor Desa Ponggok dan melayani

pesanan online.

2. Promosi Pariwisata

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa

Ponggok salah satu bentuk pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok adalah

dengan promosi pariwisata.. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara berikut:

“promosi melalui IT. Strategi marketing kita melalui IT ada, dari mulutu

kemulut ada, kerjasama dengan media, instansi terkait misal ada seminar kita

ikut kita gratiskan kita dapat marketingnya”

Dari hasil wawancara tersebut promosi pariwisata yang dilakukan oleh Desa

Ponggok adalah dengan pemanfaatan IT atau teknologi informasi. Selain itu, media

promosi juga dari mulut ke mulut serta pengiriman wakil dari Desa Ponggok untuk

Page 84: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

69

mengikuti seminar terkait dengan marketing pariwisata. Selain melalui wawancara,

hasil penelitian mengenai promosi pariwisata yang dilakukan Desa Ponggok juga

didapatkan melalui hasil observasi sebagai berikut:

Gambar 4.7 Promosi melalui unggahan akun instagram resmi umbul

ponggok

Sumber: Instagram @umbulponggokklaten

Berdasarkan gambar diatas upaya promosi wisata dilakukan melalui

unggahan akun instagram resmi dari @umbulponggokklaten. Unggahan

gambar terdiri dari banyak spot-spot wisata air termasuk untuk kegiatan

mengabadikan gambar. Media promosi instagram juga dimanfaatkan oleh

Page 85: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

70

pengunjung untuk mengunggah pengalamannya berwisata underwater di

umbul ponggok Kabupaten Klaten.

Gambar 4.8 Unggahan wisatawan untuk mempromosikan umbul ponggok melalui

tanda pagar (#)

Sumber: Instagram Pengunjung

Berdasarkan gambar diatas, kegiatan promosi desa wisata Ponggok dilakukan

dengan penggunaan tanda pagar (#) pada setiap unggahan akun. Pada gambar

diatas, penggunaan tanda pagar (#) digunakan untuk mempermudah dalam

pencarian spot-spot wisata khususnya wisata umbul ponggok. Pemberian tanda

Page 86: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

71

pagar (#) digunakan pengunjung untuk menandai berbagai spot di desa wisata

Ponggok.

Gambar 4.9 Promosi desa wisata Ponggok melalui website resmi

Sumber: Pemerintah Desa Ponggok

Page 87: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

72

Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa selain akun instagram media

promosi yang digunakan adalah web dengan nama laman “umbul ponggok fun

photography”. Melalui laman web ini telah tersedia berbagai obejk wisata beserta

dengan harga paketnya. Menu-menu lain mengenai informasi dan pemesanan, total

pengunjung web, artikel, dan informasi lain-lain sudah tersedia dilaman web.

Melalui hasil observasi tersebut media promosi yang seringkali digunakan

adalah media sosial instagram dan web. Unggahan pada akun instagram

memperlihatkan wahana wisata under water umbul ponggok dan snorkling. Selain

itu promosi pariwisata juga dilakukan dari mulut ke mulut (menceritakan

pengalaman kepada orang lain terkait wisata di Desa Ponggok) dan seminarterkait

marketing promosi pariwisata.

Kegiatan promosi juga dilakukan dengan adanya paket wisata dari BUMDes.

Bagi yang berminat berwisata di semua wisata yang ada di desa wisata Ponggok,

telah disiapkan beberapa paket pelayanan wisata oleh BUMDes Tirta Mandiri

Tabel 5. Jenis Pelayanan pada Umbul Ponggok

No. Uraian Persewaan Alat & Paket Harga

1. Paket Kamera Underwater untuk durasi 30

menit, maksimal 4 orang

Rp. 60.000

2. Paket Kamera Underwater untuk durasi 1

jam, maksimal 7 orang

Rp. 100.000

3. Paket Power Dive (Walker), sudah

termasuk dokumentasi (hanya foto)

Rp. 150.000

4. Paket Power Dive (Walker), sudah

termasuk dokumentasi (foto & video)

Rp. 200.000

5. Paket Diving, sudah termasuk

dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak,

Rp. 250.000

Page 88: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

73

swim suit & googles, bimbingan sebelum

menyelam

6. Paket Prewedding Standar, waktu

pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya

sewa tempat pemotretan, dokumentasi

Rp. 1.500.000

7. Paket Prewedding Full, waktu pemotretan

2 hari, 3 crew fotografer, 1 orang make up

artis, wardrobe-ukuran kostum memakai

ukuran umum, biaya sewa tempat

pemotretan, dokumentasi disimpan dalam

CD dan dicetak

Rp. 2.000.000

8. Persewaan Loker/unit Rp. 3.000

9. Persewaan alat pelampung/unit Rp. 7.000

10. Persewaan alat kaki katak/unit Rp. 7.000

11. Persewaan alat masker snorkel/unit Rp. 13.000

12. Persewaan property foto – sepeda Rp. 30.000

13. Persewaan property foto – TV/Laptop &

Kursi

Rp. 60.000

14. Persewaan property foto – jet sky Rp. 150.000

15. Persewaan property foto – tenda & set

kursi

Rp. 100.000

16. Persewaan Properti foto – becak/motor/set

love/ayunan

Rp. 100.000

17. Sewa tempat untuk sesi pemotretan

prewedding

Rp. 300.000

18. Tiket masuk/orang Rp. 15.000

19. Tiket Paket (tiket masuk, snorkel,

pelampung)

Rp. 30.000

Sumber : Pemerintah Desa Ponggok

Berdasarkan tabel diatas, wisata umbul ponggok merupakan sebuah tempat

wisata keluarga dengan biaya yan cukup terjangkau, dengan harga tiket masuk Rp

15.000/orang. Untuk tiket paket yang sudah meliputi snorkel dan pelampung

dikenakan tarif sebesar Rp. 30.000. Untuk penyewaan fasilitas paket kamera

Page 89: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

74

underwater untuk durasi 30 menit, maksimal 4 orang dikenakan tarif Rp 60.000,00.

Penyewaan paket kamera underwater untuk durasi 1 jam, maksimal 7 orang

dikenakan tarif Rp 100.000,00. Penyewaan paket power dive (Walker), sudah

termasuk dokumentasi (hanya foto) Rp 150.000,00. Penyewaan paket power dive

(Walker), sudah termasuk dokumentasi (foto & video) Rp 200.000,00. Penyewaan

paket diving, sudah termasuk dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak, swim suit

& googles, bimbingan sebelum menyelam Rp 250.000,00. Penyewaan paket

prewedding standar, waktu pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya sewa tempat

pemotretan, dokumentasi Rp 1.500.000,00. Penyewaan paket prewedding full,

waktu pemotretan 2 hari, 3 crew fotografer, 1 orang make up artis, wardrobe-ukuran

kostum memakai ukuran umum, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi

disimpan dalam CD dan dicetak Rp 2.000.000,00

3. Sarana dan prasarana

Hasil penelitian terkait dengan sarana dan prasarana wisata yang ada di Desa

Ponggok selain di dapatkan dari hasil wawancara lebih banyak didapatkan melalui

pengamatan atau observasi dilapangan. Dari hasil wawancara mengenai sarana dan

prasarana di Desa Ponggok dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa Ponggok

dapat dieketahui bahwa pembangunan sarana dan prasarana dapat dilakukan

melalui dukungan dari pihak ketiga. Hal ini sebagaimana dinyatakan bahwa untuk

pembangunan masuk didalam sumbangan pihak ketiga contohnya aqua dan dinas

PU (wawancara tanggal 27 maret 2017).

Berdasarkan hasil observasi penulis pada bulan maret 2017 sarana dan

oprasarana di Desa Ponggok untuk pengembangan pariwisata lokal adalah adanya

Page 90: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

75

jalan menuju area wisata yang sudah baik (beraspal), adanya fasilitas kolam renang

untuk orang dewasa dan untuk anak-anak, pnyewaan alat snorkling dan alat-alat

renang, kios-kios, gazebo untuk tempat istirahat pengunjung dan jasa penginapan

atau home stay. Hal ini didukung dari wawancara Ibu Bertha selaku pengunjung di

Ponggok Ciblon yang mengatakan bahwa:

“saya terbiasa kesini jadi sudah tahu, terus selain itu dipikir juga daripada

kolam renang di Solo airnya tidak berganti, kalau disinikan airnya mengalir terus

kalau untuk kesehatan lebih sehat lagi dibanding dengan air kolam yang tidak

berganti dan kesehatannya juga terjaga. Untuk akses jalan kesini sudah bagus.

Sarana dan prasarana sudah memadai” (wawancara pada tanggal 24 Maret 2017)

Adapun sarana dan prasarana tersebut terdokumentasi dalam beberapa foto

sebagai berikut:

Gambar 4.10 sarana prasarana berupa perlengkapan snorkling (kiri) dan salah satu

icon wisata Desa Ponggok (kiri)

Page 91: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

76

Gambar diatas merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Wisata

Ponggok. Gambar disebelah kiri merupakan prasarana untuk wisata snorkling atau

susur air ataupun rafting berupa jaket pelampung. Telah disediakan banyak jaket

pelampung di area wisata yang disewakan kepada pengunjung. Sementara gambar

sebelah kanan adalah gambar salah satu ikon wisata Desa Ponggok berbentuk

seperti lingkaran. Area ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan berkumpul,

beristirahat, dan berkesenian.

Gambar 4.11 Gazebo (atas) dan muster point (bawah)

Berdasarkan gambar diatas, terdapat sarana wisata seperti gazebo (atas) dan

muster point (bawah). Gazebo dapat dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat,

Page 92: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

77

makan, dan menyimpan barang. Sementara muster point (titik kumpul) digunakan

untuk briefing atau berkumpul pada kegiatan wisata yang dilakukan secara

berkelompok.

Gambaran 4.12 Halaman Ponggok Ciblon (atas) dan tugu masuk Desa Ponggok

(bawah)

Pada gambar diatas terlihat sarana Desa Wisata Ponggok yakni halaman

Ponggok Ciblon (Atas) dan Tugu masuk Desa Wisata Ponggok (bawah). Halaman

Page 93: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

78

ponggok ciblon dimanfaatkan sebagai taman bermain anak-anak maupun lokasi

berteduh untuk pengunjung. Tugu masuk Dsa Ponggok ditujukan untuk

mempermudah pengunjung dalam melakakuan berjalan dikawasan wisata Desa

Ponggok.

Gambar 4.13 Kios sebagai fasilitas kuliner wisatawan (atas) dan minimarket untuk

sebagai pusat oleh-oleh (bawah)

Page 94: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

79

Pada gambar diatas terlihat sarana wisata berupa kios-kios. Kios pada gmbar

atas merupakan kios kuliner sedangkan kios digambar bawah adalah minimarket

sebagai pusat oleh-oleh Desa Wisata Ponggok. Hal ini ditujukkan untuk

memfasilitasi pengunjung untuk kegiatan kuliner dan pembelian souvenir.

Gambar 4.14 Sarana kolam renang anak (kiri) dan sarana kolam renang dewasa

(kanan)

Berdasarkan gambar diatas, salah satu sarana wisata di Desa Ponggok adalah

sarana kolam renang. Sarana kolam renang ada yang ditujukkan untuk anak-anak

(kiri) dan untuk dewasa (kanan). Khusus untuk kolam renang anak telah

dilengkapai dengan saran seluncuran air dan pancuran air. Sedangkan kolam renang

untuk dewasa sudah sesuai dengan standar nasional. Kolam renang dewasa terlihat

sangat luas. Sehingga wisatawan dapat berenang dengan nyaman.

Page 95: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

80

Gambar 4.15 Loket wisata ponggok ciblon (kanan) dan tampak depan umbol

ponggok (bawah)

Berdasarkan gambar diatas, kawasan wisata Desa Ponggok sudah dilengkapi

dengan loket masuk untuk pembayaran tiket wisata sebagaimana terlihat pada

Page 96: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

81

gmabra atas. Sedangkan gambar bawah merupakan tampilan umbol ponggok jika

dilihat dari luar area.

Gambar 4.16 Atraksi pariwisata di Desa Ponggok

Berdasarkan gambar diatas, atraksi pariwisata di Desa Ponggok banyak

diunggah di akun instagram sebagaimana terlihat pada gambar berbagai pose dan

atraksi dilakukan dibawah air. Pada saat tertentu atraksi pariwisata diwujudkan

dalam bentuk acara hiburan contohnya pada saat tahun baru menghadirkan berbagai

musisi untuk menarik generasi muda.

Page 97: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

82

b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

Kemitraan dalam pengembangan desa pariwisata dikaji melalui bentuk dan

manfaat kemitraan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bentuk Kemitraan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junaedi selaku Kepala Desa

Ponggok bahwa bentuk kemitraan dalam pengembangan desa wisata di Desa

Ponggok dapat di gambarkan melalui cuplikan wancara sebagai berikut :

“Semua. Ada bentuk kerjasama, universitas, profesi, perusahaan swasta,

bumn, pemerintah daerah, dll. swasta ada aqua, ada Mou dgn aqua, setiap

meminum satu liter bantu Desa Ponggok Rp 1,25. Pembangunan jalan masuk

ke dalam apbdes yaitu pihak ketiga (AQUA). Kerjasama dengan masyarakat

ada saham masyarakat, yg mana kita bangun sistem yg akan membangun

fisik, masyarakat, budaya” kalau dg swasta yaitu CSR (AQUA. BNI)”

(wawancara pada 27 maret 2017)

Melalui hasil wawancara tersebut kemitraan yang dijalin oleh pemerintah

Desa Ponggok melibatkan kerjasama dengan universitas, profesi, perusahaan

swasta, BUMN dan pemerintah daerah. Lebih rinci terkait kemitraan dengan pihak

swasta dilakukan dengan pendatanganan MoU dimana setiap meminum 1 liter

AQUA Desa Ponggok akan mendapatkan Rp 1,25. Selain itu pembangunan jalan

juga dibantu oleh AQUA melalui kontribusinya dalam APBDes. Selain pihak luar

Desa Ponggok, kemitraan juga terjalin dengan masyarakat melalui saham di

BUMDes dan CSR oleh AQUA dan BNI. Kerjasama dengan kelompok masyarakat

contohnya dengan UKM Nila Murni. Kerjasama ini juga bermaksud untuk

mengenalkan produk lokal Desa Ponggok kepada pengunjung Umbul Ponggok

selain itu juga peserta atau tamu program Study Desa yang mengadakan study

Page 98: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

83

banding maupun kunjungan ke Desa Ponggok. Kerjasama dengan pihak universitas

maupun profesi berupa kunjungan dan study banding.

2. Manfaat Kemitraan

Berdasarkan hasil observasi pada bulan maret 2017 dan catatan penulis

berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari terjalinnya kemitraan

antara Desa Ponggok dengan masyarakat, pihak swasta maupun pemerintah daerah:

a. Manfaat untuk Desa Ponggok

Desa Ponggok memperoleh Rp 1,25 per satu liter dari penjualan air mineral

AQUA, selain itu Desa Ponggok juga memperoleh dana dari AQUA untuk

pembangunan sarana dan prasarana contohnya jalan.

b. Manfaat untuk Masyarakat Desa Ponggok

Masyarakat Desa Ponggok yang menanam saham di BUMDes memperoleh

keuntungan saham dari saham yang dimilikinya di BUMDes Desa Ponggok.

Selain itu masyarakat Desa Ponggok juga dapat bekerja sebagai pengelola

wisata Desa Ponggok. Dari pihak swatsa, anak usia sekolah di Desa

Ponggok memperoleh beasiswa untuk siswa-siswa berprestasi.

c. Manfaat untuk Swasta

Salah satu pihak swasta yang bekerjasama dengan Desa Ponggok yaitu

AQUA. Melalui kemitraan tersebut AQUA dapat melakukan pemanfaatan

sumber air untuk produksi usaha atau perusahaan.

Manfaat dari pengembangan desa wisata melalui kemitraan ini juga menyebabkan

bertambahnya jumlah pengunjung, hal ini sesuai dengan tabel dibawah :

Page 99: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

84

Tabel 6. Jumlah Pengunjung Umbul Ponggok

Tahun Jumlah Pengunjung

2015 367.019

2016 495.621

Sumber: BUMDes Desa Ponggok

C. Analisis dan Interpretasi Data

Pada bagian ini dipaparkan hasil analisis dan hasil interpretasi data yang

didasarkan dengan teori upaya pengembangan pariwisata dan referensi-referensi

yang terkait dengan potensi dan pengembangan wisata. Analisis dan interpretasi

data pengembangan potensi wisata Desa Ponggok dikaji melalui upaya

pengembangan dan kemitraannya yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pengembangan Potensi Lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten

Pengembangan potensi wisata di Desa Ponggok sebagaimana dikemukakan

diatas ditujukan untuk memajukan obyek-obyek wisata di Desa Ponggok, berbagai

upaya perbaikan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan beraspal,

pembangunan penginapan, penambahan obyek wisata. Upaya ini bertujuan untuk

meningkatkan daya tarik wisata. Pengembangan potensi desa wisata ponggok dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar seperti tersedianya lowongan kerja

sebagai pengelola obyek wisata serta adanya tambahan pendapatan dari jasa

pneginapan dan saham. Keuntungan bagi pemerintah desa yaitu meningkatkan

pendapatan asli desa.

Page 100: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

85

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Paturusi (2001 : 55) mengungkapkan

bahwa pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan,

memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik

wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat

bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah.

Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan

bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan kata lain pengembangan

pariwisata melalui penyediaan fasilitas infrastruktur, wisatawan, dan penduduk

setempat akan saling diuntungkan.

Kajian pengembangan pariwisata Desa Ponggok dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Pelibatan atau peran masyarakat

Menurut pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata

yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengelola pariwisata melibatkan masyarakat setempat.

Dalam mengelola pariwisata hendaknya memperhatikan dampak yang

ditimbulkan dari wisata tersebut. Sehingga dapat diketahui apakah wisata

tersebut memberikan konstribusi terhadap masyarakat setempat yang

lokasinya dekat dengan tempat wisata sehingga dapat memberikan

sembangsih pada ekonomi masyarakat sekitar. Pengelolaan pariwisata di

Desa Ponggok melibatkan pengelolaan dari masyarakat sekitar. Hal ini

Page 101: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

86

terlihat dari penyediaan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar. Sehingga

pariwisata di Desa Ponggok (snorkling, underwater, outbond, susur sungai,

wisata konsrevasi alam, dll) dapat memberikan konstribusi ekonomis pada

masyarakat sekitar.

b. Mendorong masyarakat untuk berperan dalam kegiatan yang

menguntungkan secara ekonomi

Mengajak masyarakat sekitar agar menyadari peran, fungsi dan manfaat

pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang

yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara

ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk

lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan ketrampilan dan

pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan. Upaya

untuk mendorong masyarakat dalam berperan dalam pengembangan wisata

adalah dengan adanya sistem saham serta pengoptimalan sumber daya alam

di Desa Ponggok. Adanya sumber daya alam yang mendukung seperti

umbul menjadi peluang unuk memperoleh keuntungan bagi warga yang

diwujudkan dalam bentuk saham. Adanya tanah desa yang disewakan oleh

pemerintah desa dengan harga murah kepada masyarakat memberikan

peluang bagi pembudidayaan ikan. Masyarakat diberikan kesempatan untuk

memasarkan produk lokal berupa ikan serta membantu mereka untuk

meningkatkan ketrampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang

mendatangkan keuntungan melalui BUMDes dan mini market desa.

Page 102: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

87

Elemen kelembagaan dalam pengembangan pariwisata di Desa Ponggok

adalah melalui BUMDes. BUMDes melakukan perencanaan, menyusun strategi,

promosi, strukturisasi, dan kebijakan penanaman modal sebagai tertuang dalam

AD/ART BUMDes Tirta Mandiri Desa Ponggok. Hal ini sesuai dengan komponen

pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33) salah satunya adalah melalui

Elemen Kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang

diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termaksud

perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun

strategi, marketing, dan program promosi; menstrukturi organisasi wisata sektor

umum dan swasta; peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan

wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta

mengendalikan.

2. Promosi Pariwisata

Upaya promosi yamg dilakukan oleh Desa Ponggok adalah dengan

memanfaatkan media informasi internet (instagram, web resmi) serta menjalain

kerjasama dengan instansi yang berkaitan dengan pariwisata dalam bentuk seminar

pemasaran. Promosi yang dilakukan melalui media sosial diantara adalah dengan

mengunggah daya tarik wisata Desa Ponggok oleh web atau akun resmi maupun

dari para wisatawan yang sudah berkunjung dengan menambahkan tanda pagar (#).

Upaya ini juga sejalan dengan pendapat Pitana dan Diarta (2009:177), bahwa

promosi merupakan kegiatan komunikasi dimana organisasi penyelenggara

pariwisata berusaha mempengaruhi khalayak darimana penjualan produknya

bergantung. Melalui penggunaan internet dan tanda pagar (#) maka kemungkinan

Page 103: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

88

akan banyaknya orang-orang yang mengenal pariwisata Desa Ponggok akan

semakin besar. Unggahan berupa foto dan pengalaman berwisata dari wisatawan

yang pernah berkunjung di Desa Ponggok dapat dijadikan testimony untuk

mempengaruhi orang lain untuk berwisata di Desa Ponggok. Hal ini sesuai dengan

pendapat Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata dapat dilakukan

dengan kegiatan promosi yang beragam. Kegiatan tersebut dapat berupa program-

program kerja maupun yang berupa kegiatan promosi yang dilakukan dengan cara

memanfaatkan sistem informasi dan melakukan kerjasama dengan pusat-pusat

informasi pariwisata.

Kegiatan wisata disini dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan

lingkungan, kebudayaan, keunikan, suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang

berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi

sebuah obyek wisata. Atraksi dan kegiatan pariwisata yang ditawarkan oleh Desa

Ponggok adalah umbul-umbul yang memiliki daya tarik yang berbeda-beda antara

lain:

a) Umbol ponggok sebagai tempat resepsi, café, dam live music

b) Kawasan waduk galau dan banyu mili sebagai ruang terbuka hijau wisata

kuliner dan pemancingan

c) Kawasan umbul besuki sebagai wahan wisata alam (outbond, susur

sungai, jogging track, lomba mincing, dan pelatihan mitigasi bencana)

d) Kawasan umbul seigedang-umbul cokro sebagai wisata konservasi alam,

kebun buah, mini zoo dan edukasi pengelolaan air minum

Page 104: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

89

e) Kawasan perikanan ponggok sebagai wisata penelitian dan

pengembangan ikan, resto dan homestay.

Atraksi di Desa Ponggok tersebut sebagaimana diungkapkan sebagai

komponen pengembangan pariwisata. Komponen pengembangan pariwisata

menurut Suryana (2015:33) antara lain adalah atraksi dan kegiatan wisata Atraksi

wisata juga terlihat dengan adanya perayaan tahun baru dengan ponggok night run

dengan hiburan berupa live music yang disukai oleh generasi muda. Keunikan yang

ditawarkan di Desa Ponggok yaitu berupa underwater view dengan berbagai macam

tema di umbul ponggok. Upaya pengengembanag atraksi wisata yang dilakukan

Desa Ponggok sejalan dengan pendapat Dimjati (1999) bahwa Atraksi/obyek wisata

(attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata

(DTW) yang dikunjungi. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara

promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia. Upaya

pengembangan paket juga telah disediakan oleh pengelola obyek wisata.

Wisata umbul ponggok merupakan sebuah tempat wisata keluarga dengan

biaya yan cukup terjangkau, dengan harga tiket masuk Rp 15.000/orang. Untuk

tiket paket yang sudah meliputi snorkel dan pelampung dikenakan tarif sebesar Rp.

30.000. Untuk penyewaan fasilitas paket kamera underwater untuk durasi 30 menit,

maksimal 4 orang dikenakan tarif Rp 60.000,00. Penyewaan paket kamera

underwater untuk durasi 1 jam, maksimal 7 orang dikenakan tarif Rp 100.000,00.

Penyewaan paket power dive (Walker), sudah termasuk dokumentasi (hanya foto)

Rp 150.000,00. Penyewaan paket power dive (Walker), sudah termasuk

dokumentasi (foto & video) Rp 200.000,00. Penyewaan paket diving, sudah

Page 105: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

90

termasuk dokumentasi, tabung oksigen, kaki katak, swim suit & googles, bimbingan

sebelum menyelam Rp 250.000,00. Penyewaan paket prewedding standar, waktu

pemotretan 1 hari, 3 crew fotografer, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi

Rp 1.500.000,00. Penyewaan paket prewedding full, waktu pemotretan 2 hari, 3

crew fotografer, 1 orang make up artis, wardrobe-ukuran kostum memakai ukuran

umum, biaya sewa tempat pemotretan, dokumentasi disimpan dalam CD dan

dicetak Rp 2.000.000,00

3. Sarana dan Prasarana

Upaya pengembangan pariwisata melalui saran prasarana dilakukan dengan

perbaikan jalan, adanya fasilitas wisata seperti umbul, kolam renang, fasilitas

bermain anak, dan lain-lain. Serta adanya pembangunan penginapan berupa

bungalow. Hal ini sesuai dengan pendapat Soebagyo (2012:156-158),

pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan pengembangan sarana dan

prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan jalan, telepon, angkutan,

pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi wisata sangat

diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk memfasilitasi kebutuhan pengunjung

sehingga dapat diperoleh kepuasan dari pengunjung yang datang ke tempat wisata.

Komponen pengembangan pariwisata menurut Suryana (2015:33), dilakukan

dengan pengembangan akomodasi, fasilitas dan pelayanan wisata, fasilitas dan

pelayanan transportasi, dan infastruktur lain. Dalam pengembangannya di Desa

Ponggok dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 106: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

91

a. Akomodasi

Akomodasi yang dimaksud adalah semisal penginapan dan berbagai jeis

fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan untuk para

wisatawan yang berniat untuk menginap selama perjalanan wisata yang

mereka lakukan. Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan liburan lebih

lama di tenpat wisata tersebut dan tentunya dapat meningkatkan

pendapatan melalui jasa sewa penginapan. Upaya pengembangan

pariwisata melalui akomodasi yang dilakukan oleh Desa Ponggok belum

maksimal dikarena untuk penginapan bagi wisatawan luar kota masih

menginap dirumah warga.

b. Fasilitas dan pelayanan wisata

Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang

dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Pelayanan wisata secara

umum berkaitan dengan infrastruktur yang dibutuhkan oleh pengunjung

wisata. Fasilitas seperti jalan masuk menuju tenpat wisata perlu diadakan

dan juga penyediaan fasilitas tempat umum bagi pengunjung. Upaya

pengembangan pariwisata melalui fasilitas dan pelayanan wisata di Desa

Ponggok yaitu jalan yang sudah beraspal, listrik. Pada saat penelitian

dilakukan fasilitas dan pelayanan wisata masih berfokus di di umbul

ponggok dan ponggokciblon sebagai destinasi wisata unggulan. Sehingga

umbul-umbul lain belum maksimal dalam pemanfaatannya.

c. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi

Page 107: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

92

Fasilitas yang berhubungan dengan transportasi, akses dari dan menuju

kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan tempat wisata

yang dapat ditempuh oleh pengunjung, meliputi semua jenis fasilitas dan

pelayanan yang berhubungan dengan transportasi jalur darat, air dan

udara.upaya pengembangan pariwisata di Desa Ponggok masih terbatas

pada kendaraan pribadi. Belum adanya angkutan umum khusus untuk

mengantarkan wisatawan yang tidak mempunyai kenadaraan pribadi.

b) Kemitraan dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Ponggok

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

Dijalinnya kemitraan antara Pemerintah Desa Ponggok ataupun BUMDes

Desa Ponggok dengan pihak ketiga tidak terjadi begitu saja. Semua kemitraan yang

terjalin ada karena adanya kesepakatan dua belah pihak atau lebih untuk

bekerjasama dan saling menguntungkan. Contohnya Pemerintah Desa Ponggok

atau BUMDes Desa Ponggok dengan AQUA. Kemitraan yang terjalin antara kedua

belah pihak tersebut saling menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp.

1,25 dari setiap pembelian 1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat

memanfaatkan potensi air yang ada di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi

mereka. AQUA juga melakukan pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat

bermanfaat bagi kedua belah pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke

Desa Ponggok dapat menikmati perjalanan yang nyaman selain itu jalan beraspal

juga mempermudah AQUA untuk mendistribusikan produknya. Akan tetapi

kemitraan yang terjalin dengan pihak AQUA semakin lama dapat menyebabkan

kerugian bagi Desa Ponggok. Sumber air yang di ekploitasi oleh pihak AQUA yang

Page 108: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

93

berkepanjangan dapat menyebabkan kekeringan. Sedangkan kerjasama dengan

UKM Nila Murni dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. UKM

Nila Murni dapat memasarkan produk olahannya sedangkan untuk pemerintah Desa

Ponggok dapat mengenalkan hasil perikanan kepada wisatawan melalui hasil

olahan UKM Nila Murni. Kerjasama Pemerintah Desa Ponggok dengan pihak

universitas maupun profesi yang berupa study banding bisa menguntungkan kedua

belah pihak. Dimana mereka dapat berbagi pengetahuan untuk menambah

pengetahuan terkait pengembangan pariwisata.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiyani (2004:129) arti kata kemitraan

jika dilihat secara etimologis yang diadaptasi dari kata partnership yang

mempunyai kata dasar partner. Bertolak dari itulah maka kemitraan dapat dimaknai

sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk

suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan saling membutuhkan dalam

rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disuatu bidang usaha tertentu atau

tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Dari pendapat

tersebut maka kemitraan dapat terbentuk jika memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a) Terdapat dua pihak atau lebih

b) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan

c) Ada kesepakatan, dan

d) Saling membutuhkan

1. Bentuk Kemitraan

Kemitraan yang terjalin antara kedua belah pihak tersebut saling

menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp. 1,25 dari setiap pembelian

Page 109: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

94

1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat memanfaatkan potensi air yang ada

di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi mereka. AQUA juga melakukan

pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat bermanfaat bagi kedua belah

pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Ponggok dapat menikmati

perjalanan yang nyaman selain itu jalan beraspal juga mempermudah AQUA untuk

mendistribusikan produknya. Sehingga kedua belah pihak melakukan bentuk

kerjasama mutualism partnership.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistiyani (2004:130) model kemitraan

mutualism partnership (Kemitraan Mutualistik). Kerjasama ini merupakan

persekutuan dua belah pihak atau lebih yang saling menyadari betapa pentingnya

mereka melakukan kemitraan. Pentingnya melakukan kemitraan adalah dapat

memberikan manfaat lebih sehingga akan mencapai tujuan secara optimal. Oleh

karena itu, dua organisasi atau kelompok atau lebih yang memiliki status sama rata

atau berbeda akan melakukan kerjasama. Manfaat saling-silang antara pihak-pihak

yang melakukan kerjasama ini dapat diperoleh sehingga saling menunjang satu

dengan lain. Dimana dikatakan Kemitraan Mutualistik dengan pihak AQUA karena

AQUA memberikan CSR dan bagi hasil kepada Pemerintah Desa Ponggok.

Sedangkan Pemerintah Desa Ponggok memberikan ijin kepada AQUA untuk

beroperasi dan mengekploitasi potensi air Desa Ponggok.

2. Manfaat Kemitraan

Kemitraan yang terjalin antara kedua belah pihak tersebut saling

menguntungkan karena Desa Ponggok memperoleh Rp. 1,25 dari setiap pembelian

1 liter AQUA oleh konsumen dan AQUA dapat memanfaatkan potensi air yang ada

Page 110: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

95

di Desa Ponggok sebagai bahan utama produksi mereka. AQUA juga melakukan

pembangunan jalan beraspal. Jalan beraspal dapat bermanfaat bagi kedua belah

pihak, karena wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Ponggok dapat menikmati

perjalanan yang nyaman sehingga dengan kemudahan akses menuju destinasi

wisata yang ada di Desa Ponggok kenaikan jumlah wisatawan bisa terjadi. Selain

itu jalan beraspal juga mempermudah AQUA untuk mendistribusikan produknya.

Sehingga output yang di keluarkan oleh Pemerintah Desa Ponggok kepada pihak

ketiga seimbang bahkan bisa lebih besar dalam perolehan keuntungan.

Pembangunan sarana dan prasarana sebagian dibiayai oleh pihak ketiga selaku

investor. Sehingga kas Pemerintah Desa bisa digunakan untuk pembangunan di

sektor lainnya. Untuk pihak ketiga contohnya AQUA, juga memperoleh

keuntungan yang besar. Dengan memanfaatkan potensi air yang ada di Desa

Ponggok, AQUA dapat memproduksi produknya sehingga AQUA dapat tetap

beroperasi dan memperoleh pemasukan dari hasil penjualan produknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Chase and Aquilano dalam Hafsah (2000:54)

mengungkapkan bahwa dalam era ekonomi global dimana mekanisme pasar

menjadi acuan semua pelaku ekonomi, maka kata kunci yang menjadi indikator

keunggulan adalah produktivitas. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam

model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain produktivitas

akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih

tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang sama hanya membutuhkan input

yang lebih rendah.

Page 111: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

pengembangan desa wisata melalui pendekatan lokal berbasis kemitraan, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengembangan potensi lokal di Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo

dilakukan dengan pelibatan masyarakat, promosi pariwisata, dan sarana

prasarana. Pelibatan maysarakat dilakukan dengan menaman saham di

BUMDes, pengelolaan tempat wisata oleh warga, serta beasiswa

pendidikan. Promosi yang dilakukan yaitu melalui web resmi umbul

ponggok maupun web resmi Desa Ponggok dimana anggaran untuk web

resmi Desa Ponggok dibiayai oleh Pemerintah Desa/BUMDes Desa

Ponggok. Promosi yang dilakukan oleh masyarakat setempat melalui

sosial media pribadi mereka dan menceritakan secara langsung kepada

teman-teman mereka yang belum pernah berkunjung ke wisata Desa

Ponggok. Sarana dan prasarana diwujudkan dengan adanya kondisi jalan

yang baik, fasilitas kolam renang untuk dewasa dan anak-anak,

penyewaan alat snorkling dan alat renang, kios-kios, gazebo, dan

homestay. Dimana anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana

ini diperoleh dari pihak ketiga.

Page 112: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

97

2. Kemitraan yang terjalin antara Pemerintah Desa Ponggok maupun

BUMDes Desa Ponggok dengan pihak ketiga melalui proses

kesepakatan dan perjanjian. Dimana kemitraan yang terjalin saling

menguntungkan kedua belah pihak. Bentuk kemitraan yang terjalin

adalah mutualism partnership. Manfaat yang diperoleh dari kemitraan

adalah AQUA sebagai investor utama pembangunan Desa Ponggok

sebagai Desa Wisata dan manfaat ekonomis yang diperoleh AQUA dari

kegiatan eksploitasi sumber daya air.

B. Saran

Dalam mencapai sebuah pengembangan yang direncanakan diperlukan

sebuah kemitraan untuk saling bekerjasama dalam mengelola desa wisata

Ponggok, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Untuk itu perlu adanya

solusi supaya pengembangan desa wisata Ponggok dapat memberikan

keuntungan bagi semua stakeholder yang terlibat dalam pengembangan maupun

untuk para wisatawan. Berikut beberapa saran-saran yang diharapkan mampu

membantu pengembangan desa wisata melalui potensi lokal berbasis kemitraan

Desa Wisata Ponggok ini supaya semakin baik, diantaranya adalah :

1. Pengemasan produk-produk wisata yang ditawarkan perlu ditingkatkan

kualitasnya supaya memberikan hiburan baru untuk wisatawan sehingga

wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Wisata Ponggok.

2. Pengembangan paket wisata untuk beberapa umbul yang sudah

dikembangkan beserta sarana transportasi pendukungnya.

Page 113: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

98

3. Memperketat pengawasan dan memperjelas perjanjian kepada AQUA

selaku investor utama. Mengingat kegiatan eksploitasi sumber daya air

telah mempengaruhi debit air di Desa Ponggok.

4. Transparansi perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga terutama AQUA

sebagai investor utama

5. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta

maupun masyarakat sekitar dalam berbagai kegiatan kepariwisataan

untuk menunjang pengembangan pariwisata di Desa Ponggok, misalnya

mengadakan kegiatan pelatihan untuk masyarakat lokal dalam

pembuatan produk khusus seperti kaos yang bertema Umbul Ponggok

sebagai ciri khas Desa Wisata Ponggok.

Page 114: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

99

DAFTAR PUSTAKA

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa Ponggok

Kecmatan Polanhajo Kabupaten Klaten Tahun 2016

Dimjati, Achmad. 1999. Usaha Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Berbasis Masyarakat

(Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: Graha Ilmu

Hafsah, Mohammad Jafar, Dr Ir. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan

Strategi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hannapiah, Pipin. Good Governance, Membangun Masyarakat yang

Demokratis dan Nasionalis. November 2007

Kurniawati, Kartika Dwi. 2013.Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat dalam

Mengembangkan Desa Agrowisata. Malang: Universitas Brawijaya

Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, dan Johnny Saldana. 2014.

Qualitative Data Analysis A Methods Sourcebook edition 3. Los Angeles,

USA : Sage Publications, Inc.

Nariwati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.

Bandung: Agung Media

Nurif, Muchammad. 2006. Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata

Dengan Pendekatan Marketing Palces. Tesis Institut Teknologi Sepuluh

Nopember Surabaya

Paturusi, Samsul A. 2001. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata,

Materi Kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata, Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana Denpasar, Bali

Pendit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Klaten Tahun 2014-2029

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 7 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Klaten TAHUN 2005-

2025

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2013

Pitana, I Gede; Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Ponggok Tahun 2016

Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata

Soebagyo, 2012. Strategi Pengembangan PariwisataDi Indonesia. Jurnal

Liquidity, Vol.1, No.2, hlm 153-158

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: CV

Alfabeta

Sulistiyani, Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.

Yogyakarta: Gava Media

Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelengaraan Pemerintah Daerah Melalui

Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Bandung:

Fokusmedia

Page 115: PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL …repository.ub.ac.id/5991/1/Zharfani Faza Firdausya.pdfvii RINGKASAN Zharfani Faza Firdausya, 2017, Pengembangan Desa Pariwisata Berbasis

100

Suryana, Liga. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setyadi Akbar. 2003. Pengantar Statistika.

Jakarta: PT Pradnya Paramita

Vellas, Francois dan Lionel Becherel. 2008. Pemasaran Pariwisata

Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Inodnesia

Widjaja, H.A.W. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Internet:

About “BPS Kabupaten Klaten” diakses tanggal 17 Mei 2017 pukul 17.27 WIB

dari (https://klatenkab.bps.go.id/)

About “BUMDes Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 16.17 WIB

(http://bumdestirtamandiri.co.id/)

About “Desa Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 16.05 WIB

(http://desaponggok.id/)

About “Kabupaten Klaten” diakses tanggal 14 Mei 2017 pukul 13.40 WIB dari

(http://klatenkab.go.id/geografi-dan-topografi-kabupaten-klaten/)

About “Umbul Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 20.59 WIB

(http://umbulponggok.co.id/persewaan-alat-paket/)

About “Wisata Desa Ponggok” diakses tanggal 6 Maret 2017 pukul 15.46 WIB

(http://wisataponggok.com/umbul-ponggok-tempo-doeloe-dan-

sekarang/)

About “Desa Ponggok” diakses tanggal 22 Juli 2017 pukul 06.18 WIB

(http://klatenponggok.desa.kemendesa.go.id/ )