pengelolaan toksisitas anestesi lokal yang parah
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
Pengelolaan Toksisitas Anestesi Lokal Yang Parah
Pendahuluan
Agen anestesi lokal banyak digunakan, tidak hanya bagi anetesiolgis tapi juga bagi
tenaga medik dari seluruh spesialisasi. Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui potensi
toksik agen tersebut sehingga setiap reaksi toksik dapat dideteksi dan diterapi lebih awal.
Sangatlah penting untuk dapat menyembuhkan toksisitas anestesi lokal dengan efektif,
namun lebih bagus lagi jika kita bisa menghindari toksisitas anestesi lokal tersebut. Untuk
alasan ini bagian pertama dari artikel ini membahas tentang strategi meminimalisir resiko
toksisitas anestesi lokal. Pengetahuan tentang sifat-sifat anestesi lokal serta hubungannya
dengan toksisitas memungkinkan para klinisi untuk memilih teknik dan jenis anestesi lokal
yang tepat pada setiap penggunaannya.
Sifat-Sifat Agen Anestesi Lokal
Agen anestesi lokal dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia mereka (amida
atau ester) atau berdasarkan sifat fisiokimia mereka (jangka pendek, menengah, atau
panjang).
Tingkat toksik plasma dari anetesi lokal dapat muncul mengikuti injeksi intravaskular
langsung atau penyerapan dari daerah injeksi, menghasilkan tingkat puncak plasma yang
berhubungan dengan gejala neurologik atau kardiovaskular. Nilai tingkat plasma ini telah
ditentukan untuk rata-rata pasien. Nilai tingkat plasma ini harus disesuaikan untuk pasien
dengan komorbiditas atau usia tua.
Jumlah penyerapan sistemik bergantung pada anestesi lokal (fisiokimia dan sifat
vasoaktif intrinsik), daerah injeksi, dosis anestesi lokal, vasokonstriktor tambahan, dan
kondisi klinis pasien.
1. Sifat fisiokimia
Penyerapan sistemik dari agen jangka panjang yang lebih larut dalam lemak
umumnya lambat. Hal ini memiliki implikasi selama teknik administrasi terus-
menerus. Agen jangka panjang memiliki kemampuan akumulasi lokal lebih,
sementara agen jangka pendek memiliki kemampuan menyerap lebih.
2. Sifat vasoaktif intrinsik
Ropivacain dan levobupivacain memiliki sifat vasokonstriktor intrinsik yang
berkontribusi pada durasi kerja yang lebih panjang dan penyerapan sistemik yang
lebih lambat. Hal ini berkontribusi pada tingkat keamanan tinggi daripada rasemik
bupivacain yang memiliki kemampuan vasodilator intrinsik.
3. Daerah injeksi
Terpisah dari jenis anestesi lokal yang digunakan, absorpsi sistemik meningkat
sesuai urutan berikut:
Blok sciatik dan femoral < Blok pleksus brakial < epidural < caudal < blok interkostal
Karena blok interkostal terkait dengan kemampuan penyerapan terbesar dan
karenanya berpotensi toksik pada anestesi lokal adalah bijaksana untuk menggunakan
agen dengan profil keamanan yang baik dan mempertimbangkan menambahkan
vasokonstriktor (seperti epinephrine). Hindari blok interkostal terus-menerus kecuali
pasien dapat diawasi secara ketat.
4. Dosis (konsentrasi dan volume) anestesi lokal
Meningkatkan konsentrasi anestesi lokal dapat memperpanjang durasi blok
saraf. Namun, ketika melebihi tingkat maksimum terdapat peningkatan yang tidak
proporsional dalam penyerapan sistemik, mungkin dari kejenuhan daerah pengikatan
lokal dan besarnya efek vasodilator pada larutan yang lebih terkonsentrasi.
Konsentrasi anestesi lokal yang lebih tinggi tidak selalu berarti bahwa ia memiliki
durasi blok yang lebih panjang dan potensi toksisitas sistemik yang lebih besar. Dosis
tunggal maksimum yang dianjurkan untuk anestesi lokal yang berbeda dapat
diperoleh dari pedoman perusahaan (Tabel 1). Rekomendasi ini tidak dapat
diberlakukan kepada semua pasien. Seperti yang telah digambarkan di atas, tingkat
pundak plasma dari anestesi lokal bergantung pada beberapa faktor. Dosis
rekomendasi hanyalah pedoman saja dan harus disesuaikan berdasarkan faktor pasien,
jenis anestesi lokal yang digunakan dan tipe blok yang dilakukan.
Tabel 1. Agen anestesi lokal dan rekomendasi dosis maksimum untuk infiltrasi dan blok
saraf perifer, berdasarkan orang dewasa dengan berat 70kg
Jenis anestesi lokal Rekomendasi dosis tunggal maksimum
Lidocain
Lidocain dengan epinefrin
Prilocain
Mepivacain
Mepivacain dengan epinefrin
Bupivacain
Procain
Chlorprocain
300mg
500mg
600mg
400mg
500mg
225mg
1000mg
1000mg
5. Vasokonstriktor tambahan
Ketika ditambahkan ke larutan anestesi lokal, agen vasokonstriktor seperti
epinefrin dapat memperlambat penyerapan sistemik dan memperpanjang intensitas dan
durasi blok saraf. sejauh mana hal ini terjadi tergantung pada jenis dan konsentrasi
anestesi lokal, dan tempat injeksi. Hal ini lebih jelas pada amida yang bersifat jangka
pendek (yang cenderung memiliki penyerapan sistemik lebih besar), dan setelah blok
interkostal.
Vasoactivitas intrinsik dari anestesi lokal juga memodifikasi pengaruh
penambahan epinefrin. Oleh karena itu anestesi lokal dengan konsentrasi lebih tinggi,
yang cenderung menghasilkan vasodilatasi, mendapat manfaat lebih dari penambahan
epinefrin. Namun epinefrin tidak berpengaruh pada ropivacain yang memiliki sifat
vasokonstriktor intrinsik.
Karena epinefrin mengurangi puncak konsentrasi plasma lokal anestesi setelah
blok, maka akan tampak bijaksana untuk menambahkan epinefrin dengan larutan
anestesi lokal kecuali jika kontraindikasi. Pengecualian untuk ini adalah blok yang
melibatkan daerah perifer, seperti jari-jari atau blok pergelangan kaki.
Epinefrin dalam konsentrasi 1:200.000 ditambahkan ke larutan anestesi lokal
juga berfungsi sebagai uji injeksi intravaskuler. 5ml larutan epinefrin 1:200.000 dapat
menyebabkan takikardi, hipertensi dan perubahan amplitudo gelombang T ketika
disuntik intravaskuler.
6. Kondisi klinis pasien
Pasien dengan penyakit hati atau ginjal membutuhkan penurunan dosis
anestesi lokal karena terganggunya metabolisme dan ekskresi anestesi lokal. Pasien
dengan gagal jantung kongestif memiliki penurunan distribusi dan pembersihan
anestesi lokal yang mengakibatkan konsentrasi plasma yang lebih tinggi. Asidosis dan
hipoksemia meningkatkan toksisitas anestesi lokal. Neonatus memilki perpanjangan
2-3 kali lipat waktu paruh eliminasi anestesi lokal amida.
Kesimpulan-Sifat fisiokimia dari agen anestesi lokal dan toksisitasnya
Toksisitas dari anestesi lokal bergantung pada beberapa variabel dan hadir
dalam berbagai cara.
Konsep rekomendasi dosis maksimum dari anestsi lokal tidak dapat diterapkan
pada semua pasien.
Toksisitas jantung dari anestesi lokal dipotensiasikan oelh asidosis dan
hipoksemia.
Penting untuk memnysuaikan pilihan obat, dosis dan konsentrasi berdasarkan
kondisi klinis pasien dan komorbiditas.
Juga sangat penting untuk mengingat bahwa toksisitas dari berbagai anestesi
lokal yang berbeda adalah aditif. Sebagai contoh menyuntikkan campuran dari
dua anestesi lokal yang berbeda dapat menghasilkan toksisitas meskipun dosis
individual anestesi lokal tersebut masih berada di bawah rekomendasi dosis
maksimum.
Pencegahan Toksisitas Anestesi Lokal
Penilaian pasien
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan memperhatikan usia pasien dan
kondisi medis yang ada pada saat bersamaan. Pastikan bahwa pasien merupakan kandidat
yang tepat untuk teknik anestesi regional dan dosis anestesi lokal yang telah dipilih.
Pilih agen anestesi lokal dengan profil keamanan yang baik dan dalam konsentrasi
dan volume yang sesuai.
Persiapan
Pastikan ketersediaan:
Peralatan dan obat resusitasi
Peralatan jalur pernafasan: sarana untuk memberikan ventilasi via masker, jalur oral
dan nasal, laryngoskop dan tuba endotrakeal, laryngeal mask airways.
Peroleh inform consent untuk prosedur tersebut.
Pasang monitor (EKG, nadi oksimetri dan tekanan darah non-invasif).
Membangun akses intravena.
Memasukkan oksigen tambahan.
Pertimbangkan premedikasi dengan benzodiazepin.
Teknik
Pilihlah blok yang sesuai dan pastikan jika pasien betul-betul membutuhkan blok
berkelanjutan.
Jika pasien membutuhkan blok berkelanjutan/ terus-menerus lebih baik menggunakan
anestesi jangka menengah atau pendek dengan efek toksik yang lebih sedikit. Pastikan
pasien tetap terpasangi monitor sampai kateter dilepaskan.
Periksa dosis dan konsentrasi anestesi lokal dan epinefrin sebelum melakukan blok.
Susun dan label anestesi lokal dan letakkan bersama peralatan blok saraf jauh dari
obat bius anda.
Sambil melakukan blok, aspirasi sebelum injeksi dan buang solusi jika berubah warna
oleh darah.
Menyuntikkan total volume dengan kenaikan 5 ml dan memantau pasien untuk tanda-
tanda toksisitas di antara setiap suntikan.
Mempertahankan kontak verbal dengan pasien selama dan setelah diberi injeksi
Bila memungkinkan lakukan blok pada pasien dengan sedasi ringan sampai sedang
(pertahankan komunikasi) sehingga mereka dapat melaporkan gejala keracunan.
Tidak ada bukti bahwa blok saraf tidak dapat dilakukan dengan aman pada pasien
dibawah anestesi umum. Jika pasien benar-benar membutuhkan blok dan tidak
kooperatif, akan lebih aman jika melakukan blok dibawah pengaruh anestesi. Dalam
situasi ini sangat penting untuk menambahkan epinefrin ke dalam larutan anestesi
lokal untuk dapat mendeteksi injeksi intravaskular. Elektrokardiogram harus
dimonitor dengan baik untuk melihat apabila terjadi perubahan pada amplitudo
gelombang T, yang merupakan indikator sensitif dari injeksi intravaskular pada pasien
yang dianestesi daripada perubahan denyut jantung sendiri.
Jangan tinggalkan pasien tanpa pengawasan setelah melakukan anestesi regional.
Komentar pada algoritma
Kotak 1 - Pengenalan toksisitas anestesi lokal
Pengenalan toksisitas anestesi lokal mungkin sulit untuk dilakukan, karena cara
presentasi yang digunakan tidak mudah diprediksikan dan bervariasi antara individu (gambar
2). Selain itu, presentasi dapat terjadi kapan saja setelah admisnistrasi. Onset dari toksisitas
mungkin juga terlambat ketika anestesi lokal dimasukkan melalui kateter, misalnya pada blok
pravertebral atau kateter saraf perifer.
Toksisitas sistemik
Reaksi toksik dari anestesi lokal biasanya hanya melibatkan sistem saraf pusat (CNS)
atau sistem cardiovascular (CVS)
Toksisitas sistem saraf pusat
Gejala dimulai dengan sakit kepala ringan, gangguan penglihatan dan pendengaran,
mati rasa pada perioral dan hingga disorientasi, menggigil, tremor, berkedut dan akhirnya
kejang-kejang dan koma. Ada eksitasi sistem saraf pusat diikuti dengan depresi. Obat depresi
sistem saraf pusat (obat penenang dan anestesi umum) dapat menutupi gejala awal eksitasi
sistem saraf pusat. Potensi toksisitas sistem saraf pusat berkaitan langsung dengan potensi
anestesi lokal.
Toksisitas kardiovaskular
Anestesi lokal memiliki efek depresan langsung pada miokardium dan otot polos
pembuluh darah perifer.
Efek jantung
Anestesi lokal menyebabkan perpanjangan pada konduksi miokardial yang
bermanifestasi sebagai perpanjangan PR interval dan durasi QRS. Pada konsentrasi tinggi,
anestesi lokal dapat menyebabkan depresi spontan dari aktivitas pacemaker pada nodus SA
yang menyebabkan sinus bradikardi dan arrest. Anestesi lokal juga menekan nodus AV dan
dapat menyebabkan AV disosiasi. Mereka juga memiliki efek inotropik negatif pada
miokardium.
Kardiotoksik dari bupivacain unik dalam rasio dosis yang dibutuhkan dari kolaps
kardiovaskuler (CC) yang irreversibel dan dosis yang akan menghasilkan toksisitas sistem
saraf pusat lebih rendah dari bupivacain dibandingkan dengan agen lainnya. Resusitasi
jantung lebih sulit dilakukan pada serangan jantung yang diinduksi bupivacain.
Efek pembuluh darah perifer
Dengan mengecualian kokain, anestesi lokal mengerahkan efek biphasic pada otot
polos vaskular. Pada konsentrasi rendah menyebabkan vasokonstriksi dan pada konsentrasi
tinggi menyebabkan vasodilatasi. Kokain menghasilkan vasokrontriksi pada hampir semua
dosis akibat inhibisi re-uptake norepinefrin.
Ringkasan
Anestesi lokal akan menyebabkan takikardi awal dan hipertensi yang berlanjut
menjadi bradikardi dan berbagai disritmia mengarah pada serangan jantung.
Toksisitas lokal
Kerusakan saraf dan otot bisa terjadi pada tempat suntikan. Otot skelet biasanya lebih
sensitif terhadap sifat iritan lokal dari lokal anestesi daripada jaringan saraf. Reaksi-reaksi ini
biasanya reversibel.
Efek samping dari agen anestesi lokal spesifik
Methemoglobinemia terlihat pada dosis besar (> 600mg) prilokain. Secara klinis itu
tidak terlalu berpengaruh pada orang dewasa sehat dengan kapasitas oksigen yang normal
tetapi dapat menyebabkan hipoksemia pada bayi.
Kokain memiliki potensi untuk terjadinya kecanduan.
Reaksi alergi
Biasanya lebih umum terjadi pada ester karena merupakan turunan dari asam
paraaminobenzoic yang merupakan alergen yang telah dikenal. Alergi amida sangat jarang
terjadi. Reaksi berkisar dari hipersensitif sampai anafilaksis.
Gambar 2. Efek samping agen anestesi lokal
Toksisitas agen anestesi lokal
Toksisitas sistemik
Toksisitas lokal Reaksi alergi
Sistem saraf pusat
Lidah baal Sakit kepala ringan Gangguan
penglihatan Gangguan
pendengaran Konvulsi koma
Kerusakan saraf
Kerusakan otot
Umum pada ester akibat PABA
Berhubungan dengan pengawet dalam amida
Hipersensitivitas anafilaksis
Sistem kardiovaskuler
Gangguan konduksi Depresi miokardium Aritmia Serangan jantung
Lain-lain:
Blok ganglion Blok neuromuskular Sifat antikolinergik Methemogloninemia dengan
overdosis prilocain
Kotak 2 - Penanganan secepatnya
Toksisitas anestesi lokal dari injeksi intravaskular secara langsung biasanya cepat dan
sementara. Langkah pertama adalah menghentikan injeksi anestesi lokal. Tindakan
pendukung seperti mempertahankan jalan napas dan menangani kejang biasanya cukup.
Untuk gejala yang lebih parah atau instabilitas hemodinamik melangkah ke Kotak 3.
Kotak 3 – Infusi emulsi lipd untuk pengobatan toksisitas anestesi lokal
“Peralatan Intralipid" harus tersedia di semua lokasi di mana lokal anestesi digunakan.
“Peralatan intralipid” terdiri atas 500ml kantung intralipid 20%, selang infus, dan
informasi dosis.
Jika tersedia, apotek rumah sakit memiliki Intralipid 20%, jadi memungkinkan untuk
menyediakannya di semua lokasi di mana lokal anestesi dipergunakan dan mudah
menggantinya ketika sudah mendekati kadaluarsa.
Intralipid 20% adalah formula yang telah dipergunakan pada kebanyakan kasus untuk
menangani cardiac arrest akibat toksisitas anestesi lokal. Penggunaan emulsi lipid
lainnya tidak terdokumentasikan dengan baik. Rekomendasi dosis kumulatif
maksimum yaitu 12ml.kg-1.
Meskipun ada banyak efek samping dari infusi intralipid satu-satunya kemungkinan
setelah penggunaan jangka pendek untuk membalikkan toksisitas anestesi lokal akut
adalah alergi.
Oleh karena itu masuk akal jika memasukkan intarlipid setelah terapi konvensional
telah dimulai meskipun tanpa adanya cardiac arrest.
Propofol bukanlah pengganti intralipid 20% karena ia merupakan depresan
miokard yang mendalam dan oleh karenanya dirumuskan dalam 1% emulsi lipid
(bukan 20%).
Ada bukti yang menyebutkan bahwa epinefrin dalan dosis lebih besar dari 10mcg.kg-1
merusak resusitasi lipid dari overdosis bupivacain, mungkin dengan menginduksi
hiperlaktatnemia.
Dalam serangan jantung karena overdosis anestesi lokal, mungkin lebih bijaksana
untuk menghindari peningkatan dosis epinefrin.
Kesimpulan
Mengingat konsekuensi serius toksisitas anestesi lokal bahkan jika berhasil diobati,
akan lebih baik untuk mencegah toksisitas dengan mengikuti pedoman untuk pencegahan.
Diagnosis dini dari tanda-tanda dan gejala toksisitas sangatlah penting. Kebanyakan tanda-
tanda toksisitas anestesi lokal akan berespon terhadap langkah-langkah dukungan. Untuk
memburuknya gejala keracunan yang tidak responsif terhadap langkah-langkah konvensional,
adalah wajar untuk memulai infus intralipid 20%, bahkan jika tanpa adanya serangan jantung.