pengelolaan produksi kedelai tahun 201 5ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/ptt/_mentekkd.pdf · daftar...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PEDOMAN TEKNIS
PENGELOLAAN PRODUKSI
KEDELAI TAHUN 2015
DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian i
KATA PENGANTAR
Kebutuhan kedelai Nasional meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai dan industri pakan ternak. Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebesar ± 2,2 juta ton biji kering, belum dibarengi dengan kemampuan produksi kedelai di dalam negeri. Diperlukan kerja keras dan dukungan instansi terkait guna mencapai produksi kedelai tahun 2015 sebesar 1.500.000 ton. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan produksi kedelai untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri tahun 2015 yang akan dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peluang peningkatan produksi dalam negeri masih cukup luas, dengan di dukung iklim yang sesuai, ketersediaan teknologi tepat guna, besarnya permintaan dalam negeri serta dukungan program Pemerintah. Dalam rangka tercapainya produksi kedelai tahun 2015, maka disusun Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015 sebagai acuan bagi daerah. Diharapkan untuk kelancaran pelaksanaan di daerah agar pedoman teknis ini dijabarkan ke dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat Kabupaten/Kota. Dengan diterbitkannya Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015 ini, diharapkan semua pihak dapat saling berkoordinasi dan bersinergi sehingga kegiatan pengelolaan produksi kedelai dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga sasaran produksi kedelai dapat tercapai.
Jakarta, Januari 2015
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP 196002101988031001

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian ii
DAFTAR ISI
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Dasar Hukum ..............................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
D. Sasaran Indikator Keberhasilan..................................................
E. Ruang Lingkup............................................................................
F. Pengertian……............................................................................
SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ......................................
A. Sasaran ........................................................................................
B. Strategi .........................................................................................
C. Kebijakan .....................................................................................
PROGRAM, KEGIATAN DAN OUTPUT PENGELOLAAN
PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI….………….
A. Program dan Kegiatan..................................................................
B. Pelaksanaan Rencana Aksi Pencapaian Produksi Kedelai 2015
C. Sasaran Strategis dan Indikator Keluaran (Output) Kegiatan.......
D. Penilaian Resiko Indikator Kinerja Keberhasilan….......................
PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL KEGIATAN
PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI TA. 2015….........................
A. Indikator Keberhasilan..................................................................
B. Tujuan Penggunaan Bantuan Sosial….........................................
C. Pemberi Bantuan Sosial…………………………….......................
D. Penerima Bantuan Sosial……………………………......................
E. Alokasi Bantuan Sosial…………………………….........................
1
1
2
8
9
9
10
16
16
17
18
20
20
34
36
37
40
40
41
43
44
46
KATA PENGANTAR ………………………………………………….………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..…….. iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… v

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian iii
V.
VI.
VII.
VIII.
MEKANISME BELANJA BANTUAN SOSIAL MELALUI TRANSFER
UANG……………………………………………………........................
A. Mekanisme Penetapan Penerima Belanja Bantuan Sosial
Melalui Transfer Uang………………............................................
B. Prosedur Pengajuan dan Penyaluran Dana ….............................
C. Prosedur Pencairan dan Pemanfaatan Dana…………...............
PEMBINAAN……………….................................................................
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN….........................
A. Pengendalian………………...........................................................
B. Monitoring…….………………........................................................
C. Evaluasi…...……………….............................................................
D. Pelaporan…………………………………………………………….. PENUTUP ..........................................................................................
47
47
55
60
63
68
68
69
71
71
75

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai Tahun 2015.........................................................................
16
Tabel 2 Skenario Pengingkatan Produksi Kedelai Tahun 2015.................... 22
Tabel 3 Pagu Satuan Biaya GP-PTT Non Kawasan Kedelai Tahun 2015 .. 24
Tabel 4 Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada
Lahan Kering …………………………………………………………..
25
Tabel 5 Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada
Lahan Sawah ……………………………………………… ................
25
Tabel 6 Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada
Lahan Pasang Surut ………………………………............................
26
Tabel 7 Pagu Satuan Biaya Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui
Peningkatan Indeks Pertanaman Kedelai Tahun 2015...................
29
Tabel 8 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan dan Target
Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai TA. 2015 …………………
37
Tabel 9 Faktor Resiko Yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap
Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan ………………........................
38
Tabel 10 Indikator Keberhasilan Penyaluran Bansos Kedelai …................. 41
Tabel 11 Bentuk Belanja Sosial Dan Kode Akun Belanja Bantuan Sosial
Kegiatan Pengeloaan Produksi Kedelai Tahun 2015......................
43
Tabel 12 Penerima Bantuan Sosial Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015 …………………………………………………………………….
45
Tabel 13 Alokasi Bantuan Sosial Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015 ………………………………………………………....................
46
Tabel 14
Tabel 15
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan GP-PTT Kedelai Tahun 2015 ….....
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Optimasi Perluasan Areal Tanam
(PAT) Kedelai Tahun 2015 …………………………………………..
47
48

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2015.....................................................
77
Lampiran 2 Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi ………………........ 78
Lampiran 3 RIncian Lokasi Kegiatan GP-PTT Kedelai Tahun 2015 …..….... 95
Lampiran 4 Rincian Lokasi Kegiatan PAT-PIP Kedelai Tahun 2015 ……..... 101
Lampiran 5 Rincian Lokasi Kegiatan PAT-PIP Kedelai Tahun 2015 Melalui
APBN-P ……...............................................................................
103
Lampiran 6 Data Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL) Pelaksana
Kegiatan GP-PTT/PAT Kedelai Tahun 2015..............................
108
Lampiran 7 Contoh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota...........................................................................
109
Lampiran 8 Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Penetapan Kelompok Tani Penerima Dana Bantuan Sosial
untuk LL dan Dana Pertemuan Kelompok GP-PTT/PAT Tahun
2015............................................................................................
112
Lampiran 9 Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pelaksana SL-PTT Tahun
2014............................................................................................
113
Lampiran 10 Surat Pernyataan........................................................................ 114
Lampiran 11 Mekanisme Pencairan Bantuan Sosial GP-PTT/PAT Kedelai
Pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) TA. 2015................
115
Lampiran 12 Berita Acara Penerimaan Dana Bantuan Sosial GP-PTT/PAT
Tahun 2015.................................................................................
116
Lampiran 13 Laporan Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT/PAT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
117
Lampiran 14 Blanko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi GP-PTT/PAT
Kedelai Tahun 2015....................................................................
118
Lampiran 15 Blanko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi GP-PTT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
119

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian vi
Lampiran 16 Blanko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi PAT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
120
Lampiran 17 Blanko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi GP-PTT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
121
Lampiran 18 Blanko Laporan Akhir Provinsi Realisasi GP-PTT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
122
Lampiran 19 Blanko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi PAT Kedelai
Tahun 2015.................................................................................
123
Lampiran 20 Blanko Laporan Akhir PAT Kedelai Tahun 2015......................... 124
Lampiran 21 Blanko Laporan Awal Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015............................................................................................
125
Lampiran 22 Blanko Laporan Bulanan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015............................................................................................
126
Lampiran 23 Blanko Laporan Akhir Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015............................................................................................
127
Lampiran 24 Sasaran Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015 128
Lampiran 25 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai tahun 2015 Per Kabupaten ………………………………
138

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan kesadaran akan kebutuhan protein berdampak pada
kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun . Rata-
rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebesar ± 2,2 juta ton biji
kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini baru
mampu memenuhi sebanyak 779.992 ton (ATAP Tahun 2013, BPS)
atau 33,91 % dari kebutuhan sedangkan berdasarkan ARAM II
tahun 2014 baru mencapai 921.336 ton atau 40,06 %.
Untuk memenuhi kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor
yang menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain :
hilangnya devisa negara yang cukup besar, mengurangi
kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia dan meningkatnya
ketergantungan jangka panjang. Sehingga dengan adanya
fenomena ini akan mempengaruhi sistem ketahanan pangan
nasional.
Dalam upaya mencapai swasembada kedelai yang di targetkan
pada tahun 2017, perlu disiapkan rencana strategis dalam
mengembangkan budidaya kedelai sejak tahun 2015. Berbagai
kendala yang dihadapi dilapangan adalah selain masih rendahnya
produktivitas, kepemilikan lahan yang sempit dan semakin
menurunnya luas panen adalah rendahnya harga jual ditingkat

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 2
petani yang sangat signifikan menurunkan gairah minat petani
membudidayakan kedelai.
Untuk meningkatkan gairah dan semangat petani mengembangkan
kedelai, pada tahun 2015 pemerintah akan memberikan bantuan
paket sarana produksi melalui BANSOS dengan program/kegiatan
Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan
Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indek
Pertanaman (PAT-PIP).
B. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi
Kedelai 2015 berdasarkan kepada :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara;
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2014 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 3
Pemerintahan Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 128 tahun 2012, tentang Pangan
9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran
Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata
cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi
Penerimaan Bukan Pajak.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Usaha Budidaya Tanaman;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 4
Standar Akuntansi Pemerintah
17. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang tata
cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
18. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.
19. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;
20. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
21. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Perubahan Presiden Nomor 54 Tahun 2010;
22. Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014, tentang
Perubahan ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 tahun
2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
23. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015
24. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 5
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode 2014-2019.
25. Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015
26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007
tentang Bagan Akun Standar;
27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007,
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara
28. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/KMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan;
30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara dan
Lembaga
31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012
tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian/

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 6
Lembaga;
32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka pelaksanaan
APBN;
33. Peraturan Menteri keuangan Nomor 214/PMK.05/2013
tentang Bagan Akun Standar
34. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/
10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan
Yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practises);
35. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/
3/2013 tentang Pedoman Administrasi Keuangan
kementerian Pertanian.
36. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/Pd.310/
9/2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat
Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura
37. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/
6/2010 tentang Pedoman Perizinan Usaha Budidaya
Tanaman Pangan;
38. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/ Permentan/OT.140/
10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 7
39. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/ Permentan/
OT.140/ 8/ 2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar
Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan
Penyuluhan Pertanian dalam Mendukung Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN);
40. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 124/Permentan/OT.140
/11/2014 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Gubernur
Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab
Pengelolaan Dana Dekosentrasi Kementerian Pertanian
Tahun Anggaran 2015;
41. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 125/Permentan/OT.140
/11/2014 tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam
Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas
Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2015;
42. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 126/Permentan/OT.140
/11/2014 tentang Penugasan Kepada Bupati/Walikota
Dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana
Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015;
43. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/OT.140
/11/ 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pertanian nomor 125/Permentan/OT.140/11/2014 tentang
Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan Kegiatan
dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan Provinsi
Tahun Anggaran 2015;
44. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 136/Permentan/
OT.140/11/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 8
Pertanian nomor 126/Permentan/OT.140/11/2014 tentang
Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam Pengelolaan
Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas Pembantuan
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015;
45. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 137/Permentan/
OT.140/12/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran
2015.
C. Tujuan
Pedoman teknis pengelolaan produksi kedelai disusun bertujuan
untuk :
1. Menyediakan acuan bagi pelaksanaan pengembangan budidaya
kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi
kedelai tahun 2015 di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan
peningkatan produksi kedelai melalui kegiatan pengembangan
budidaya kedelai antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
3. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT/spesifik
lokasi kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya
untuk mendukung peningkatan produksi nasional;
4. Memfasilitasi dan memediasi stakeholders terkait dalam rangka
mendukung peningkatan produksi dan pengembangan
komoditas kedelai dari hulu hingga hilir;

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 9
5. Meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai.
D. Sasaran Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pengelolaan produksi kedelai tahun 2015
mencakup indikator output, indikator outcome, dan indikator impact
antara lain :
1. Sasaran indikator output
Tersalurkannya dana Bantuan Sosial (Bansos) untuk kegiatan
Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT)
dan Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan
Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai tahun 2015 kepada
kelompok tani/Gapoktan sebagai modal untuk membeli sarana
produksi;
2. Indikator keberhasilan outcome
a. Meningkatnya produktivitas
b. Meningkatnya areal tanam kedelai
3. Indikator Impact
Meningkatnya produksi.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Teknis meliputi 1) Tujuan Penggunaan
Belanja Bantuan Sosial; 2) Program, Kegiatan dan Output
Pengelolaan Produksi Kedelai; 3) Mekanisme Belanja Bantuan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 10
Sosial Melalui Transfer Uang; 4) Pembinaan; serta 5) Pengendalian,
Evaluasi dan Pelaporan.
F. Pengertian
1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai, adalah
pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman kedelai,
organisme pengganggu tanaman, dan iklim secara terpadu dan
berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas,
pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. Prinsip PTT
mencakup empat unsur yaitu integrasi, interaksi, dinamis, dan
partisipatif. PTT mengintegrasikan sumber daya lahan, air,
tanaman, OPT dan iklim untuk mampu meningkatkan
produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani. PTT berlandaskan
pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau lebih
komponen teknologi produksi. PTT bersifat dinamis karena
selalu mengikuti perkembangan teknologi dan penerapannya
disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. PTT bersifat
parsitifatif yang membuka ruang bagi petani untuk memilih,
mempraktekan, dan bahkan memberikan saran kepada
penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta
menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani lain.
2. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-
PTT) Kedelai, adalah program nasional untuk meningkatkan
produksi kedelai, melalui pendekatan gerakan atau anjuran
secara massal kepada Petani/kelompok Tani untuk
melaksanaan teknologi Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT)
dalam mengelola usaha tani kedelai, dengan tujuan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 11
meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian
lingkungan.
3. Kawasan kedelai adalah kawasan usahatani kedelai yang
disatukan oleh factor alamiah, social budaya dan infrastruktur
fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama
sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektif
menjadi usahatani kedelai. Kawasan kedelai dapat berupa
kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya
dapat berupa hamparan atau spot parsial namun terhubung
dengan aksesbilitas memadai.
4. GP-PTT Kawasan adalah program dan kegiatan GP-PTT pada
kawasan kedelai yang baru dibentuk, dapat berupa hamparan
atau spot parsial yang terhubung dengan aksesbilitas memadai,
dengan luas agregat kawasan seluas 1.500 hektar dengan
tujuan untuk mengoptimalkan produktivitas sesuai potensinya.
5. GP-PTT Non Kawasan, adalah pelaksanaan program dan
kegiatan GP-PTT pada areal kedelai yang telah eksis atau
calon lokasi baru yang bersifat spot parsial maupun hamparan
dengan luas agregat areal sesuai potensi daerah dengan tujuan
untuk mengoptimalkan prduktivitas sesuai potensinya.
6. Petugas/Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh
Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tana man
(POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti
pelatihan GP-PTT atau petani.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 12
7. Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan
Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai adalah kegiatan
penambahan areal tanam kedelai melalui peningkatan Indeks
pertanaman baik di lahan sawah maupun lahan kering.
8. POSKO I-V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat
melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan GP-PTT. POSKO yang dimaksud adalah POSKO
yang telah ada misalnya POSKO P2BN/PJK.
9. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja
usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam
yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama
dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompok
tani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga
satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi
sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi).
10. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti Unit
Kerja/Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Litbang Pertanian
guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT
dengan menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran
informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru,
demplot, dan supervisi penerapan teknologi.
11. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan
penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP
dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam rangka

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 13
pemberdayaan kelompok tani sekaligus memberikan bimbingan
kepada kelompok dalam penerapan teknologi.
12. Pengawalan dan Pendampingan oleh TNI-AD/Babinsa
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Babinsa guna mengawal,
mendampingi dan membantu pelaksanaan pencapaian target
tanam (produksi) kedelai di lapangan, dalam pelaksanaannya
Babinsa secara berkala hadir di lokasi kegiatan. Dalam rangka
pemberdayaan kelompok tani, Babinsa bersama penyuluh
lapangan melaporkan pelaksanaan tanam sampai produksi di
wilayahnya masing-masing.
13. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas
Organisme Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka
pengendalian hama terpadu.
14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih
Tanaman adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas
Benih dalam rangka pengawasan benih.
15. Kelompok tani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam
satu hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis dan
memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik benih,
pestisida, sarana produksi dan lain-lain. Kelompok tani meliputi
kelompok tani tanaman pangan yang berusaha tani pada lahan
tanaman pangan dan atau petani perkebunan yang berusaha
tani tanaman pangan pada lahan perkebunan dan/pekerja
kehutanan yang berusaha tani tanaman pangan pada lahan
perhutani atau lahan kehutanan.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 14
16. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani
sendiri.
17. Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh
Pemerintah baik berupa varietas baru maupun varietas lokal
yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-
sifat lainnya.
18. Benih varietas unggul bersertifikat adalah benih bina yang
telah disertifikasi.
19. Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer
uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah
Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, meningkatnya
kemampuan ekonomi dan /atau kesejahteraan masyarakat.
20. Penerima Bantauan Sosial, adalah kelompok, dan/atau
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai
akibat dari situasi krisis social, ekonomi, politik, bencana, dan
fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum, termasuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan, kesehatan, keagamaan dan bidang lain yang
berperan untuk melindungi kelompok dan/atau masyarakat dari
kemungkinan terjadi resiko sisial, meningkatkan kemampuan
ekonomi, dan/atau kesejakteraan masyarakat.
21. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA, adalah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas
penggunaan anggaran pada kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 15
22. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/lembaga
yang bersangkutan
23. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 16
BAB II
SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Sasaran
Dalam upaya pencapaian swasembada kedelai tahun 2017, sesuai
dengan alokasi anggaran APBN tahun 2015 sasaran produksi tahun
2015 sebesar 1.500.000 ton. Rincian Sasaran produksi kedelai
tahun 2015 seperti Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2015 sesuai alokasi anggaran
No UraianSasaran
2015
1 Luas Tanam (Ha) 1,004,000
2 Luas Panen (Ha) 953,800
3 Produktivitas (Ku/Ha) 15.73
4 Produksi (Ton) 1,500,000

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 17
B. Strategi
Strategi pencapaian produksi kedelai, tahun 2015 dilakukan melalui:
1. Peningkatan Produktivitas
Upaya peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui Gerakan
Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) yaitu ; a)
perakitan, diseminasi dan penerapan paket teknologi tepat guna
spesifik, b) penerapan dan pengembangan teknologi, c) disertai
pengawalan, sosialisasi, pemantauan, pendampingan dan
koordinasi.
2. Perluasan Areal Tanam
Perluasan Areal tanam dilakukan dengan Optimasi Perluasan
Areal Tanam (PAT) melalui Peningkatan Indeks Pertanaman
(PIP) dilaksanakan pada : a) lahan sawah maupun lahan Kering;
b) pembukaan lahan baru; c) Kerjasama Pemanfaatan Lahan
Perhutani, Hutan Rakyat, Perkebunan, Lahan Transmigrasi; dan
d) di lahan komoditi lain yang dapat dilaksanakan dengan
tumpangsari.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak
perubahan iklim seperti kabanjiran dan kekeringan serta
pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan
pengamanan kualitas produksi serta mengurangi kehilangan hasil
pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih
cukup besar.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 18
4. Peningkatan Manajemen.
Memperbaiki pengelolaan peningkatan produksi kedelai nasional
melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam
kegiatan antara lain a) perbaikan sistem perbenihan; b) peraturan
penetapan harga pembelian kedelai petani; c) peraturan jaminan
pasar kedelai petani; d) peraturan pengendalian impor kedelai; e)
peraturan penerapan tarif bea masuk impor kedelai; f) perbaikan
sistem pembiayaan kedelai; g) perbaikan pengelolaan mekanisasi
pertanian; h) penguatan sistem data, i) penumbuhan investasi
bidang budidaya kedelai skala luas; j) penguatan petugas
lapangan; k) pembangunan sistem informasi agribisnis secara
terpadu dari hulu on-farm dan hilir dalam meningkatkan
pengawasan dan pelayanan pada masyarakat; l) pengembangan
teknologi agribisnis kedelai; m) kegiatan pendukung lainnya yang
mendorong pencapaian swasembada kedelai nasional.
C. Kebijakan
Kebijakan Kementerian Pertanian dalam pengelolaan produksi
kedelai, adalah tercapainya swasembada kedelai 3 (tiga) tahun
kedepan tahun tahun 2017 atau lebih cepat. Dalam upaya
pencapaian swasembada kedelai tersebut ditempuh melalui
pengelolaan sub-sistem Hulu, on-Farm, dan Hilir. Kebijakan dalam
peningkatan produksi dilakukan melalui upaya peningkatan
produktivitas pada areal tanam kedelai yang sudah ada dan
memperluas areal tanam dengan cara melakukan optimasi
perluasan areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman, dan
pemerintah menfasilitasi bantuan sarana produksi dan alsin
pertanian untuk PAT-PIP secara gratis kepada kelompok tani.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 19
Sedangkan kebijakan pada subsistem hulu dan hilir, diperlukan
dukungan seluruh pemangku kepentingan dalam kebijakan
pengelolaan pasca panen, jaminan pemasaran hasil, menjaga
stabilitas harga kedelai ditingkat petani, serta pengendalian
importasi kedelai.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 20
BAB III
PROGRAM, KEGIATAN DAN OUTPUT PENGELOLAAN
PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI
A. Program dan Kegiatan
Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional pada tahun
2015, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah menetapkan
program yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Kedelai dan
Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung. Program ini
merupakan salah satu program Kementerian Pertanian untuk
mewujudkan pemenuhan kebutuhan di sub sektor tanaman pangan.
Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan
upaya pencapaian produksi dengan optimasi perluasan areal tanam
melalui Peningkatan Indeks Pertanaman, peningkatan produktivitas
dan mutu sehingga tercapai swasembada.
Dalam mewujudkan pencapaian kinerja program tersebut, pening-
katan produktivitas kedelai nasional dan optimasi perluasan areal
tanam melalui peningkatan indeks pertanaman (PAT-PIP) menjadi
faktor penentu utama disamping program lainnya. Oleh karena itu,
keberhasilan pencapaian produksi kedelai memerlukan integrasi dari
berbagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian dan instansi lain.
Program dan kegiatan yang melekat pada Direktorat Budidaya
Aneka Kacang dan Umbi salah satunya adalah Pengelolaan
Produksi Tanaman Kedelai. Indikator output kinerja Kegiatan
Pengelolaan Produksi kedelai adalah tercapainya peningkatan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 21
produktivitas, penambahan luas areal tanam kedelai dan
peningkatan produksi.
Dalam upaya peningkatan produksi kedelai, maka berdasarkan
alokasi dukungan anggaran APBN dan APBN-P tahun anggaran
2015 ditetapkan sasaran produksi kedelai tahun 2015 sebesar
1.500.000 ton.
Untuk mencapai sasaran produksi tersebut ditempuh melalui upaya
Peningkatan Produktivitas dengan kegiatan Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) pada areal tanam yang
selama ini telah terbiasa melakukan budidaya kedelai dan Optimasi
Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman
(PAT-PIP) pada lahan sawah maupun lahan kering termasuk
pemanfaatan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama
pemanfaatan lahan perhutani, Hutan tanaman Rakyat, perkebunan,
lahan transmigrasi, dan lahan potensial lainnya dengan sistem
monokultur maupun tumpangsari. Skenario peningkatan sasaran
produksi seperti pada Tabel 2 , berikut:

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 22
Tabel 2. Skenario Kedua Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2015 dengan dukungan anggaran APBN – P 2015
No. Kegiatan
Luas
Tanam
(Ha)
Luas
Panen (Ha)
Provitas
Ku/Ha
Produksi
(Ton)
Sumber
Anggaran
(Rp.000)
I PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 502,185 477,076 16.09 767,442
1. GP-PTT 350,000 332,500 17.00 565,250 637,230,500
2. Carry over SL-PTT 2014 20,940 19,893 15.00 29,840
3. Pembinaan Swadaya Petani 131,245 124,683 13.82 172,351
II Perluasan Areal Tanam (PAT) 501,815 476,724 15.37 732,559
1. Carry over PAT 2014 70,315 66,799 13.32 88,979
2. PAT-PIP) dana Refocusing 131,500 124,925 15.70 196,130 255,323,750
2. PAT-PIP dana APBN-P 300,000 285,000 15.70 447,450 606,200,000
1,004,000 953,800 15.73 1,500,000 1,498,754,250 Jumah I+II
Skenario peningkatan produksi 2015 dapat terealisasi apabila
seluruh faktor kunci dan pendukung peningkatan produksi berikut ini
dapat dipenuhi:
a. Fasilitasi pemerintah dalam penyediaan bantuan sarana
produksi
b. Penetapan kebijakan harga beli kedelai petani dan jaminan
Pasar
c. Pengaturan importasi kedelai dan penerapan tarif bea masuk
impor kedelai
d. Kondisi iklim yang mendukung pertanaman kedelai
e. Dukungan nyata pemerintah daerah dan seluruh pemangku
kepentingan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 23
Penjelasan pelaksanaan kegiatan dalam program pengelolaan
produksi kedelai tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT)
Kedelai
Sasaran pelaksanaan gerakan penerapan pengelolaan tanaman
terpadu (GP-PTT) kedelai tahun 2015 seluas 350.000 ha (29
provinsi, 212 kabupaten). Luas satu unit GP-PTT kedelai sebesar
10 ha. Untuk memfasilitasi pelaksanaan GP-PTT kedelai,
pemerintah memberikan bantuan berupa sarana produksi, biaya
pertemuan kelompok dan pendampingan Petugas penyuluh/
Mantri tani maupun pendamping lainnya.
Sarana produksi yang diberikan yaitu pupuk an organik NPK dan
SP-36 bersubsidi yang pembeliannya melalui Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK) sesuai peraturan yang berlaku,
pupuk organik, pupuk hayati (Rhizobium), pestisida
organik/anorganik. Jenis dan dosis bantuan sarana produksi
disesuaikan dengan rekomendasi setempat (spesifikasi lokasi).
Untuk areal pasang surut di luar pulau Jawa, diberikan juga
sarana produksi berupa kapur pertanian.
Bantuan sarana produksi kegiatan GP-PTT, diberikan langsung
kepada kelompok tani peserta GP-PTT dalam bentuk transfer
uang, dengan nilai uang sebesar Rp. 1.804.000,- per hektar untuk
GP-PTT Non kawasan dan sebesar antara Rp. 1.646.000 sampai
Rp. 3.271.000,-, untuk GP-PTT kawasan sesuai agroklimat.
Selain saprodi diberikan juga uang untuk biaya pertemuan
kelompok untuk setiap unit GP-PTT. Frekuensi pengunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 24
Komponen sarana produksi yang diberikan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dimasing masing daerah berdasarkan
rekomendasi teknis setempat (spesifik lokasi). Apabila salah satu
komponen dalam paket berlebih, dapat digunakan untuk
komponen lain yang lebih dibutuhkan, dan apabila dana saprodi
tidak tercukupi dapat dipenuhi melalui APBD atau sumber-sumber
lainnya.
Tabel 3. Pagu Satuan Biaya GP-PTT Non Kawasan Kedelai Tahun 2015
No. SaprodiTotal Biaya
Per 1 Ha (Rp.)
1 Benih 50 Kg 15,200 /Kg 760,000
2 Pupuk NPK 100 Kg 2,300 /Kg 230,000
3 Pupuk SP-36 50 Kg 2,000 /Kg 100,000
4 Pupuk Organik 1 paket 250,000 paket 250,000
5 Pupuk Hayati Rhizobium 1 pkt 120,000 /Paket 120,000
6 Pestisida organik/an organik 2 Ltr 120,000 /Ltr 240,000
7 Pertemuan Kelompok 2 Kali 52,000 /Paket 104,000
1,804,000
VolumeHarga Satuan
(Rp)
Total Biaya Per Hektar
Keterangan : a. Volume benih sesuai rekomendasi Kepala Badan Litbang Pertanian No. 586/LB.130/I/7/2013 tanggal 23 Juli
2013 b. Pupuk NPK dan SP-36 di utamakan pupuk bersubsidi c. Pupuk Hayati (Rhizobium) 200 – 250 gram/ha.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 25
Tabel 4. Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada Lahan Kering
Harga Satuan
(Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1. Benih 50 Kg 15,200 760,000
2. Pupuk
- NPK 100 Kg 2,300 230,000
- SP-36 50 Kg 2,000 100,000
3. Rhizobium 1 Pkt 120,000 120,000
4. Pestisida Organik/an organik 2 lt 140,000 280,000
5. Pupuk Organik 1 Paket 500,000 500,000
6. Pertemuan Kelompok 3 Kali 52,000 156,000
Biaya per hektar 2,146,000
No. Komponen Paket TeknologiPAKET PER HEKTAR LAHAN KERING
Valume
Keterangan : a. Volume benih sesuai rekomendasi Kepala Badan Litbang Pertanian No. 586/LB.130/I/7/2013 tanggal 23 Juli
2013 b. Pupuk NPK dan SP-36 di utamakan pupuk bersubsidi c. Pupuk Hayati (Rhizobium) 200 – 250 gram/ha
Tabel 5. Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada Lahan sawah
Harga Satuan
(Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1. Benih 50 Kg 15,200 760,000
2. Pupuk
- NPK 100 Kg 2,300 230,000
- SP-36 50 Kg 2,000 100,000
3. Rhizobium 1 Pkt 120,000 120,000
4. Pestisida Organik/an organik 2 lt 140,000 280,000
5. Pertemuan Kelompok 3 Kali 52,000 156,000
Biaya per hektar 1,646,000
No. Komponen Paket Teknologi
PAKET PER HEKTAR LAHAN SAWAH
Valume
Keterangan : a. Volume benih sesuai rekomendasi Kepala Badan Litbang Pertanian No. 586/LB.130/I/7/2013 tanggal 23 Juli
2013 b. Pupuk NPK dan SP-36 di utamakan pupuk bersubsidi c. Pupuk Hayati (Rhizobium) 200 – 250 gram/ha

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 26
Tabel 6. Pagu Satuan Biaya GP-PTT Kawasan Kedelai Tahun 2015 Pada lahan Pasang Surut
Harga Satuan
(Rp) Jumlah Biaya (Rp)
1. Benih 50 Kg 15,200 760,000
2. Pupuk
- NPK 100 Kg 2,300 230,000
- SP-36 50 Kg 2,000 100,000
3. Rhizobium 1 Pkt 120,000 120,000
4. Pupuk Organik 1 Pkt 500,000 500,000
5. Pestisida Organik/an organik 2 lt 140,000 280,000
6. Herbisida Cair (Sistemik) 4 lt 75,000 300,000
7. kapur pertanian 1 Pkt 825,000 825,000
8. Pertemuan Kelompok 3 Kali 52,000 156,000
Biaya per hektar 3,271,000
No. Komponen Paket Teknologi
PAKET (LAHAN PASANG SURUT) PER HEKTAR
Valume
Keterangan : a. Volume benih sesuai rekomendasi Kepala Badan Litbang Pertanian No. 586/LB.130/I/7/2013 tanggal 23 Juli
2013 b. Pupuk NPK dan SP-36 di utamakan pupuk bersubsidi c. Pupuk Hayati (Rhizobium) 200 – 250 gram/ha
2. Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP).
Kegiatan optimasi perluasan areal tanam melalui peningkatan
Indeks pertanaman kedelai diarahkan untuk menambah luas
tanam kedelai pada tahun berjalan sehingga terjadi peningkatan
luas tanam, luas panen dan produksi. Kegiatan PAT-PIP
dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan
memanfaatkan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru,
kerjasama pemanfaatan lahan perhutani, Hutan tanaman Rakyat,
perkebunan, lahan transmigrasi, dan lahan potensial lainnya
dengan sistem monokultur maupun tumpangsari.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 27
Kegiatan optimasi perluasan areal tanam melalui peningkatan
indeks pertanaman (PAT-PIP) kedelai tahun 2015, direncanakan
seluas 131.500 hektar dengan sumber anggaran APBN
Refocusing tahun 2015 dilaksanakan di 9 provinsi 63 kabupaten,
dan akan ditambah kegiatan PAT-PIP seluas 300.000 hektar,
dengan sumber anggaran dari APBN-P dilaksanakan kurang lebih
di 20 provinsi 131 kabupaten. Untuk memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan PAT-PIP dengan total areal PAT-PIP seluas 431.500
hektar, pemerintah memberikan bantuan kepada kelompok tani
secara gratis, berupa paket sarana produksi lengkap meliputi
benih kedelai bersertifikat, pupuk NPK dan pupuk SP-36
bersubsidi yang pembeliannya melalui RDKK (sesuai peraturan
yang berlaku), pupuk hayati (Rhizobium), pupuk organik,
pestisida organik/anorganik, dan komponen saprodi lainnya
sesuai spesifikasi lokasi. Dalam upaya memenuhi penyediaan
benih kedelai bersertifikat dimasing-masing wilayah, agar dalam
lokasi PAT-PIP sebagian pertanamannya dapat diarahkan untuk
memproduksi sumber benih, yang diperuntukan bagi pertanaman
berikutnya.
Bantuan sarana produksi kegiatan PAT-PIP, diberikan langsung
kepada Kelompok tani peserta PAT-PIP dalam bentuk transfer
uang, dengan nilai uang untuk setiap satu hektar PAT-PIP
sebesar Rp. 1.934.000,-. Selain saprodi diberikan juga uang
untuk biaya pertemuan kelompok untuk setiap unit PAT-PIP.
Frekuensi pengunaannya disesuaikan dengan kebutuhan
kelompok tani.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 28
Komponen sarana produksi dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dimasing masing daerah sesuai rekomendasi
teknis setempat (spesifik lokasi). Apabila salah satu
komponen dalam paket tidak sesuai dengan spesifik lokasi
atau berlebih dapat digunakan untuk komponen saprodi lain
yang dibutuhkan, dan apabila dana saprodi tidak mencukupi
dapat dipenuhi melalui APBD atau sumber lainnya.
Khusus untuk kegiatan optimasi perluasan areal tanam kedelai
melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP), ada
beberapa hal tambahan sebagai berikut:
1. Selain bantuan paket sarana produksi berupa benih, pupuk,
pestisida, direncanakan akan dibantu juga peralatan mesin
pertanian pra panen berupa traktor, pompa air,dan alsin
pasca panen berupa power threser. Sumber pembiayaan
untuk alsin pra panen, dialokasikan pada DIPA Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian, dan
untuk alsin Pasca panen, dialokasikan pada DIPA Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Pasca panen.
2. Pembiayaan kegiatan PAT-PIP bersumber dari APBN hasil
Refocusing seluas 131.500 hektar, dan rencana APBN-P
2015 seluas 300.000 hektar.
3. Apabila dalam lokasi kegiatan PAT-PIP diperlukan kapur
pertanian, karena keterbatasan anggaran yang tersedia,
agar diupayakan dari sumber pembiayaan lainnya, atau
dengan mengoptimalkan dana bantuan yang tersedia melalui
pergeseran dalam paket bantuan yang tersedia.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 29
Tabel 7. Pagu Satuan Biaya Optimasi Perluasan Areal Tanam Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman Kedelai Tahun 2015
No. SaprodiTotal Biaya
Per 1 Ha (Rp.)
1 Benih 50 Kg 15,200 /Kg 760,000
2 Pupuk NPK 100 Kg 2,300 /Kg 230,000
3 Pupuk SP-36 50 Kg 2,000 /Kg 100,000
4 Pupuk Organik 1 paket 250,000 paket 250,000
5 Pupuk Hayati Rhizobium 1 pkt 120,000 /Paket 120,000
6 Herbisida 2 Liter 65,000 /Ltr 130,000
7 Pestisida organik/an organik 2 Ltr 120,000 /Ltr 240,000
8 Pertemuan Kelompok 2 Kali 52,000 /Paket 104,000
1,934,000
VolumeHarga Satuan
(Rp)
Total Biaya Per Hektar
Keterangan : a. Volume benih sesuai rekomendasi Kepala Badan Litbang Pertanian No. 586/LB.130/I/7/2013 tanggal 23 Juli
2013 b. Pupuk NPK dan SP-36 di utamakan pupuk bersubsidi c. Pupuk Hayati (Rhizobium) 200 – 250 gram/ha
3. Pembinaan Peningkatan Produktivitas Areal Tanam Kedelai
Swadaya
Hamparan lahan yang biasa ditanami kedelai saat ini (eksisting)
yang tidak mendapat bantuan GP-PTT diharapkan dapat dikelola
secara swadaya. Dalam areal swadaya ini dilakukan pengawalan
dan pendampingan oleh petugas lapangan (PPL/POPT/Petugas
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota). Luas areal tanam
pengembangan kedelai secara swadaya yang direncanakan
dilakukan pengawalan dan pendampingan seluas 222.500 hektar.
Dukungan pemerintah yang dapat diakses oleh petani berupa
benih dan pupuk bersubsidi, pembiayaan kredit dan sumber
permodalan lainnya.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 30
4. Gerakan Tanam/Panen Kedelai Bersama TNI-AD di Provinsi
Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai
dalam rangka pencapaian swasembada kedelai tahun 2017, pada
tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan TNI-AD yang
merupakan kelanjutan dari program serupa tahun 2014, kegiatan
ini berupa pendampingan oleh TNI AD khususnya Bintara
Pembina Desa (Babinsa) pada kegiatan PAT-PIP dan GP-PTT
kedelai dimana anggarannya dialokasikan melalui dana tugas
pembantuan kabupaten dan gerakan tanam/panen kedelai
bersama TNI-AD di 6 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, NTB, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan yang
dananya dialokasikan melalui dana dekonsentrasi provinsi. Untuk
melaksanakan kegiatan gerakan tanam/panen kedelai bersama
TNI-AD di provinsi sebagaimana disebut di atas, pelaksana di
daerah wajib melibatkan Kodam di wilayah masing-masing,
Markas Besar Angkatan Darat/Staf Teritorial Angkatan Darat dan
Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Jakarta. Dalam pelaksanaan tanam/panen
bersama TNI, anggaran perjalanan TNI yang tersedia digunakan
untuk operasional Kodam hingga Kodim secara selektif dan
efisien, sedangkan petugas Mabesad akan dibiayai secara
selektif dan efisien melalui dana Direktorat Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun
anggaran 2015. Secara rinci ketentuan yang berkaitan dengan
kerjasama ini dijabarkan melalui Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 31
5. Pendampingan Peningkatan Produksi Kerjasama dengan
Perguruan Tinggi
Untuk mendukung percepatan peningkatan produksi kedelai
dalam rangka pencapaian swasembada kedelai tahun 2017, pada
tahun 2015 dilaksanakan pendampingan pada beberapa lokasi
GP-PTT dan atau PAT-PIP dengan perguruan tinggi di Provinsi
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan
Jawa Timur sebagai uji coba. Dalam melaksanakan
pendampingan dengan perguruan tinggi Dinas Pertanian Provinsi
bekerjasama dengan tenaga dosen dan mahasiswa yang ditunjuk
oleh perguruan tinggi tersebut. Dinas Pertanian bersama sama
dengan perguruan tinggi setempat menetapkan salah satu
kabupaten di provinsinya sebagai lokasi pendampingan. Secara
rinci ketentuan yang berkaitan dengan kerjasama ini dijabarkan
melalui Petunjuk Pelaksanaan di provinsi.
6. Bantuan Teknologi Penyimpanan Kedelai (Plastik Hermetik)
Salah satu permasalahan peningkatan produksi kedelai nasional
adalah keterbatasan ketersediaan benih kedelai bermutu tepat
waktu di tingkat lapangan. Penyimpanan benih kedelai di daerah
tropis lembab seperti di indonesia dihadapkan pada masalah
daya simpan yang rendah. Benih kedelai cepat mengalami
kemunduran di dalam penyimpanan disebabkan kandungan
lemak dan proteinnya relatif lebih tinggi sehingga perlu ditangani
secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan
meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi.
Untuk mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan
benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air. Jenis

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 32
kemasan yang sudah umum digunakan untuk benih kedelai
adalah kemasan plastik polyetheline (PE) dan high density
polyethylene (HDPE), jenis yang terbaru adalah kemasan plastik
khusus kedap udara/teknik hermetik yang telah di manfaatkan
oleh IRRI (International Rice Reseach Institute).
6.1. Penerima kemasan plastik hermetik adalah :
a. Kelompok Tani yang melaksanakan penangkaran benih
kedelai pada Kegiatan (PAT-PIP), GP-PTT maupun
Swadaya sesuai dengan kemampuan produksi.
b. Instansi pemerintah penghasil benih kedelai seperti Balai
Benih, BPSB dan BPTP diberikan sesuai kapasitas
produksi yang dihasilkan.
c. Produsen benih yang bekerjasama dengan kelompoktani
penangkar/memiliki petani penangkar binaan dan sanggup
mendukung program pemerintah dalam penyediaan benih
unggul kedelai.
6.2. Spesifikasi Teknis
a. Alternatif Ukuran :
L : panjang x lebar mulut minimal : 130 x 75 cm atau
(cukup untuk 50 kg. Biji kedelai)
M : panjang x lebar mulut minimal : 70 x 55 cm atau
(cukup untuk 25 kg biji kedelai)
S : panjang x lebar mulut : 45 x 35 cm atau (cukup untuk
5 kg. Benih kedelai)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 33
b. Bahan :
- LDPE Dan HDPE atau bahan lainnya,
- Laminatet doble layer atau lebih,
- Kedap udara,
- Ketebalan minimal 0,08 mm.
c. Sifat penting :
- Oxygen permeability (perembesan oksigen) pada 23°C
maksimum 10 cc /m2/hari,
- Water Vapor Transfer Rate (perembesan kelembaban)
pada 38°C, 90% kelembaban relatif maksimum 5
g/m2/hari. Secara rinci ketentuan yang berkaitan
dengan kerjasama ini dijabarkan melalui Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis.
7. Penyiapan Kebijakan dan Regulasi, Penyusunan Pedoman,
Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Sosialisasi,
Pengelolaan Data dan Informasi.
Kegiatan penyiapan kebijakan yang mendorong peningkatan
produksi kedelai, dilaksanakan melalui pertemuan dan koordinasi
dengan instansi terkait, penyusunan pedoman meliputi pedoman
pelaksanaan dan pedoman teknis yang disiapkan oleh Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Penyusunan petunjuk pelaksanaan dilakukan oleh Dinas
Pertanian Provinsi sedangkan petunjuk teknis dibuat oleh Dinas
Pertanian Kabupaten. Sosialisasi perencanaan dan pelaksanaan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 34
program dan kegiatan, serta Pengelolaan Data dan Informasi
dilakukan secara berjenjang oleh Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,
dan tingkat lapangan.
8. Sarana Penunjang Kelancaran Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengadaan sarana penunjang kelancaran tugas kantor
berupa peralatan, bahan maupun honor yang dialokasikan
dipusat maupun di daerah, agar dilaksanakan secara efisien,
efektif dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Pelaksanaan Rencana Aksi Pencapaian Produksi Kedelai 2015
Untuk mencapai sasaran produksi kedelai tahun 2015 perlu
dilaksanakan program dan kegiatan secara terpadu melibatkan
instansi terkait, meliputi :
1. Perbenihan
Penyediaan benih berkoordinasi dengan Direktorat Perbenihan
Tanaman Pangan, Balitkabi, BPSB, BBI, BUMN, BUMD dan
Penangkar. Untuk penggunaan benih sebar selain BR1 dan BR2
sedang disiapkan peraturan Menteri Pertanian khususnya
mengatur penggunaan benih sebar kedelai kelas BR3 dan BR4.
Untuk kegiatan pengelolaan pengembangan kedelai secara
swadaya pemerintah telah menyediakan benih bersubsidi.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 35
2. Infrastruktur, Prasarana dan Sarana Pertanian
Dukungan infrastruktur, prasarana dan sarana pertanian,
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian dalam pengalokasian pupuk bersubsidi dan
bantuan alat mesin pertanian berupa traktor, pompa air dan
sprayer serta bantuan peralatan pasca panen, dengan
Direktorat Pasca Panen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk mendukung peningkatan SDM pertanian, berkoordinasi
dengan Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi dan
Kabupaten dalam: a). pengawalan dan pendampingan kegiatan
pengelolaan produksi kedelai, b). peningkatan kompetensi
melalui pelatihan aparatur dan non aparatur pertanian serta c).
pemberian materi bagi penyuluh pertanian yang dimaksudkan
sebagai bahan dan alat bantu penyuluhan dalam rangka
pelaksanaan penyuluhan pertanian.
4. Pembiayaan
Dalam mendukung kegiatan pengembangan kedelai secara
swadaya pemerintah telah menyediakan pembiayaan dalam
bentuk skim Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pembiayaan Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian. Selain itu perlu juga
kerjasama dengan Swasta/Investor/sumber lainnya dalam
bantuan modal.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 36
5. Teknologi
Dalam penerapan teknologi (penggunaan varietas unggul,
inovasi teknologi budidaya, sosialisasi penggunaan kalender
tanam terpadu) di lapangan berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP setempat).
6. Industri Hilir
Guna mendukung mutu hasil dan fasilitasi pengolahan kedelai
diperlukan pelatihan dan pendampingan pengelolaan pasca
panen berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian.
7. Regulasi Pendukung
Regulasi sistem perbenihan kedelai tanaman pangan,
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Direktorat Perbenihan. Regulalsi tata niaga kedelai meliputi
harga, jaminan pasar, dan tarif bea masuk berkoordinasi
dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan,
Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, BULOG,
Gakoptindo, Kopti, dan pemangku kepentingan lainnya.
C. Sasaran Strategis dan Indikator Keluaran (Output) Kegiatan
Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
merupakan kegiatan Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi.
Sasaran strategis kinerja kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi khususnya untuk komoditas kedelai adalah
mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Gerakan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 37
Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Indikator kinerja
kegiatan (output) GP-PTT seluas 350.000 hektar dan Optimalisasi
Perluasan Areal Tanam Kedelai melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP seluas 431.500 hektar
Sasaran Strategis, Indikator Keluaran (Output) Kegiatan dan Target
Kegiatan Pengelolaan Produksi kedelai TA. 2015, seperti Tabel 9
berikut:
Tabel 8. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja (Output) Kegiatan
dan Target Kegiatan Pengelolaan Produksi kedelai TA. 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(Ha)
Mendorong peningkatan produktivitas dan produksi melalui pelaksanaan Gerakan Pemanfaatan Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Optimasi Perluasaan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman
1
Produktivitas GP-PTT Kedelai meningkat 1 - 2 ku/ha
350,000
2.
Tambahan Areal Tanam Kedelai 431.500
D. Penilaian Resiko Indikator Kinerja Keberhasilan
Luas areal penerapan budidaya tanaman kedelai yang tepat dan
berkelanjutan diprioritaskan pada kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP.
Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengelolaan
produksi kedelai, ditetapkan penilaian secara berjenjang dari pusat,
provinsi dan kabupaten yaitu realisasi serapan anggaran yang telah
dialokasikan, realisasi tanam, panen dan produksi. Jika hal tersebut
tidak berjalan sesuai yang diharapkan maka kinerja Direktorat
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Provinsi dan Kabupaten
pelaksana kegiatan dianggap kurang berhasil. Untuk mengantisipasi

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 38
hal tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan.
Beberapa faktor resiko yang kemungkinan berpengaruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan kegiatan seperti Tabel 10 berikut :
Tabel 9. Faktor Resiko yang Kemungkinan Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan
No Uraian Kegiatan Resiko
1 GP-PTT Kedelai a. Ketepatan Pedoman Pelaksanaan,
Pedoman Teknis, dan Petunjuk Teknis
b. Ketepatan penetapan CPCL
c. Ketepatan penyediaan benih
d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap
dukungan teknis
e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja
dan anggran
f. Ketepatan penetapan SKPD
g. Iklim yang mendukung
h. Serangan OPT yang eksplosif
2 Pengembangan
Optimasi PAT-PIP
Kedelai
a. Ketepatan Pedoman Pelaksanaan,
Pedoman Teknis, dan Petunjuk Teknis
b. Ketepatan penetapan CPCL
c. Ketersediaan benih
d. Ketepatan alokasi anggaran terhadap
dukungan teknis
e. Ketepatan penyelesaian dokumen kinerja
dan anggaran
f. Ketepatan penetapan SKPD
i. Iklim yang mendukung
g. Serangan OPT yang eksplosif

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 39
3 Pembinaan,
pengawalan dan
Pendampingan
Monev
a. Ketersediaan anggaran
b. Kontinuitas dan ketepatan sosialisasi dan
pelaksanaan
c. Ketersediaan data yang akurat
d. Ketersediaan SDM
e. Koordinasi antar instansi terkait
4 Penyusun
Kebijakan,
Pedoman, Juklak,
Juknis,
Sosialisasi, Data
dan Informasi
a. Komitmen seluruh stakeholder dalam
mengeluarkan kebijakan
b. Ketersediaan SDM yang handal dalam
penyajian data dan informasi
c. Ketersediaan sarana teknologi data dan
informasi
d. Ketersediaan anggaran
e. Kemudahan akses terhadap data
5 Sarana dan
Prasarana
penunjang
a. Ketepatan pelaksanaan pengadaan
b. Ketersediaan SDM
c. Efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan
d. Ketersediaan suku cadang alsintan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 40
BAB IV
PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL KEGIATAN
PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI
TA. 2015
A. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penyaluran bantuan sosial Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan sesuai yang tertuang pada Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu mendorong peningkatan
produktivitas, mendorong penggunaan benih unggul bermutu,
mendorong pengamanan potensi kehilangan hasil produksi, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanaman
pangan. Indikator ini sangat penting sebagai jiwa program
pembangunan tanaman secara keseluruhan.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 41
Tabel 10. Indikator Keberhasilan penyaluran Bansos Kedelai
NoLuas areal
tanam (ha)
Tujuan Bansos
dan Anggaran
(Rp.000)
Indikator Keberhasilan
Pemberdayaan
Sosial
Mendorong peningkatan
produktivitas, produksi
melalui pelaksanaan GP-
PTT dan PAT-PIP
1 781,500 1,498,754,250
a. GP-PTT Kedelai 350,000 637,230,500 Tersalurnya bantuan uang
dan barang
b.
Perluasan Areal Tanam Melalui
Peningkatan Indeks Pertanaman
(PAT-PIP) Kedelai
pembiayaan APBN-Refocusing
2015
131,500 255,323,750 Tersalurnya bantuan uang
dan barang
c
Perluasan Areal Tanam Melalui
Peningkatan Indeks Pertanaman
(PAT-PIP) Kedelai
pembiayaan APBN-P 2015
300,000 606,200,000 Tersalurnya bantuan uang
dan barang
Budidaya Kedelai
Kegiatan
Pengelolaan Produksi Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi
(Kegiatan Prioritas Nasional &
Bidang)
B. Tujuan Penggunaan Bantuan Sosial
Merujuk Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 81/PMK.05/2012
tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga, terdapat 6 (enam) tujuan penggunaan bantuan
sosial yaitu: 1) Rehabilitasi sosial; 2) Perlindungan sosial; 3)
Pemberdayaan sosial; 4) Jaminan sosial; 5) Penanggulangan
kemiskinan; serta 6) Penanggulangan Bencana.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.06/2007
tanggal 30 Agustus 2007 Tentang Bagan Akun S1tandar (BAS) dan
Perdirjen Perbendaharaan No.PER-80/PB/2011 Tanggal 30
November 2011 Tentang Perubahan dan Penambahan Akun
Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar, yang
digunakan untuk penyaluran dana bantuan sosial lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan adalah Belanja Bantuan Sosial untuk
Pemberdayaan Sosial dalam Bentuk Uang (kode akun 573111),

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 42
Pemberdayaan Sosial dalam Bentuk Barang (kode akun 573112)
dan Belanja Penganggulangan Bencana dalam Bentuk Barang/Jasa
(kode akun 576112).
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 81/PMK.05/2012 tanggal 1
Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga mengamanatkan agar pengalokasian dan
pengelolaan dana belanja bantuan sosial dapat dilaksanakan secara
tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Mengacu pada peraturan-peraturan tersebut maka seluruh kegiatan
bantuan sosial pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
bertujuan untuk pemberdayaan sosial, kecuali kegiatan bantuan
bencana alam yang bertujuan untuk penanggulangan bencana.
Belanja pemberdayaan sosial digunakan untuk usaha ekonomi
produktif kelompok sasaran dengan besarnya penggunaan
disesuaikan dengan tahapan kebutuhan pengembangan usaha
kegiatan kelompok, yang dituangkan dalam proposal RUK.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 43
Tabel 11. Bentuk Belanja Sosia l dan Kode Akun Belanja Bantuan Sosial Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
C. Pemberi Bantuan Sosial
Pemberi bantuan sosial adalah Kementerian Negara/Lembaga yang
tugas dan fungsinya terkait dengan penanganan kemungkinan
terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi,
dan/atau kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman
Pangan maka Direktorat Jenderal Tanaman memiliki andil yang
sangat penting dalam mencapai Swasembada dan Swasembada
Berkelanjutan.
Salah satu kegiatan untuk mewujudkan swasembada kedelai maka
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah dengan melakukan
kegiatan belanja bantuan sosial kepada petani tanaman pangan di
Indonesia. Dalam rangka belanja bantuan sosial, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan memiliki komponen prioritas yang terus
ditumbuhkembangkan yaitu dengan mengoptimalkan bantuan
Transfer
Barang
Transfer
Uang
Kegiatan : Pengelolaan
Produksi Tanaman Aneka
573111
Nama bansos:
1. GP-PTT Kedelai v
2.Optimasi PAT-PIP
Kedelaiv
Kegiatan /Nama Bansos
Bentuk Belanja Bansos
Kode Akun
Belanja Bantuan
Sosial untuk
pemberdayaan
sosial dalam bentuk
uang

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 44
kepada petani, penangkar benih, pelaku usaha pasca panen, dan
lembaga yang mengakar di masyarakat, serta memperkuat
cadangan bantuan saprodi dalam mengatasi dampak bencana yang
timbul.
D. Penerima Bantuan Sosial
Penerima bantuan sosial dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
terdiri dari perorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari
situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Penerima bantuan
sosial termasuk juga lembaga non pemerintah bidang pendidikan,
keagamaan dan bidang lain yang berperan untuk melindungi
individu, kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi,
dan/atau kesejahteraan masyarakat.
Kriteria calon penerima dana kegiatan pengelolaan produksi kedelai
tahun 2015 pada kegiatan GP-PTT merupakan kelompok tani yang
penerapan teknologi usaha taninya masih belum optimal sehingga
produktivitasnya rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil dari
varietas yang ditanam, namun masih berpeluang untuk ditingkatkan
dengan penerapan teknologi usahataninya yang lebih baik.
Sedangkan kriteria calon penerima dana kegiatan Perluasan Areal
Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) kedelai,
merupakan kelompok tani yang dapat meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP) di lahannya dengan komoditi kedelai karena
penggunaan lahan tersebut masih belum optimal dan berpeluang
untuk dapat ditingkatkan. Kelompok tani pelaksana GP-PTT dan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 45
Optimasi PAT-PIP ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas
Pertanian Kab/Kota.
Tabel 12. Penerima Bantuan Sosial Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015
KRITERIA PENERIMASATU
ANBIAYA/SATUAN LOKASI
MANFAAT BARANG UANG (RP.000)
Program peningkatan
produksi tanam
pangan melalui
produktivitas dan
mutu hasil tanaman
pangan
1761. Kegiatan
Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi
Mendorong
peningkatan
produktivitas dan
produksi melalui
pelaksanaan GP-
PTT, PAT-PIP
a. Bantuan
Kawasan Budidaya
Kedelai meliputi:
GP-PTT Kedelai Kelompoktani yang
penerapan teknologi
usahatani belum optimal,
namun peluang penerapan
teknologi usahatani yang
lebih baik masih besar.
v Ha Kawasan
1.646,
2.146,
3.271.
Kab/Kota
Kelompoktani yang
menghasilkan produktivitas
kedelai di bawah rata2
wilayahnya dan berpeluang
untuk ditingkatkan.
Non Kawasan
1.804
PAT-PIP KedelaiKelompoktani yang mau
melaksanakan perluasan
areal tanam, melalui
peningkatan IP,
Pemanfaatan lahan terlantar,
lahan perhutani, perkebunan,
dan lahan transmigrasi
v Ha 1.934, Kab/Kota
PROGRAM DAN
KEGIATAN
OUTPUT
KEGIATANNAMA BANSOS
BENTUK
BELANJA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 46
E. Alokasi Bantuan Sosial
Alokasi anggaran bantuan sosial Direktorat Budidaya Aneka Kacang
dan Umbi terbagi dalam tiga lokasi yaitu Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota.Penempatan lokasi bantuan sosial ini
memperhatikan karakteristik bantuan sosial, fleksibilitas dalam
pelaksanaan, serta efisiensi dan efektivitas sasaran yang
ditetapkan.
Tabel 13. Alokasi Bantuan Sosial Direktorat Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi Tahun 2015
Pusat Provinsi Kab/Kota
1761
1,498,754,250 781,500
a GP-PTT Kedelai 637,230,500 350,000 √
b Optimasi PAT-PIP dana
Refocusing 2015 255,323,750 131,500 √
c Optimasi PAT-PIP dana
APBN-P 2015 606,200,000 300,000 √
Budidaya Kedelai
Uraian Kode Anggaran
Bansos (Rp.000)
Volume
(ha)
Lokasi
Pengelolaan Produksi
Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 47
BAB V
MEKANISME BELANJA BANTUAN SOSIAL MELALUI
TRANSFER UANG
A. Mekanisme Penetapan Penerima Belanja Bantuan Sosial Melalui
Transfer Uang
1. Perencanaan dan Sosialisasi
a. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-
PTT) Kedelai.
Pelaksanaan GP-PTT kedelai mulai dari penyusunan
Pedoman Teknis sampai dengan laporan akhir pelaksanaan
kegiatan, pemantauan dan pengendalian yang dilaksanakan
sejak bulan Oktober 2014 sampai dengan Desember 2015
dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini.
Tabel 14. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan GP-PTT Kedelai Tahun 2015
Keterangan: Pelaksanaan pertanaman diupayakan sampai akhir September 2015, kecuali lokasi yang disebabkan tidak sesuainya jadwal pola tanam dapat dilakukan pertanaman sampai dengan akhir Desember 2015.
2014
Okt-Des Jan Feb Mart Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
1 Pedoman Teknis GP-PTT
2 Penetapan CPCL
3 Penyusunan RUK
4 Melakukan sosialisasi dan koordinasi
5 Menyusun Juklak dan Juknis
6 Transfer dana ke kelompok
7 Melakukan pengawasan pengadaan
8 Pelaksanaan pertanaman
9 Pembinaan/bimbingan kpd Kelompoktani
10 Pertemuan Kelompoktani (6 kali)
11 Monitoring dan evaluasi
12Menyusun laporan pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian
No Uraian2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 48
b. Optimasi Perluasan Areal Tanam-melalui Peningkatan
Indeks Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai
Pelaksanaan PAT-PIP kedelai mulai dari penyusunan
pedoman teknis sampai dengan laporan akhir pelaksanaan
kegiatan, pemantauan dan pengendalian yang dilaksanakan
sejak bulan Oktober 2014 sampai dengan Desember 2015
dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.
Tabel 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Optimasi Perluasan
Areal Tanam (PAT) Kedelai Tahun 2015
Keterangan: Pelaksanaan pertanaman diupayakan sampai akhir September 2015, kecuali lokasi yang disebabkan tidak sesuainya jadwal pola tanam dapat dilakukan pertanaman sampai dengan akhir Desember 2015.
2014
Okt-Des Jan Feb Mart Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
1 Pedoman Teknis PAT-PIP
2 Penetapan CPCL
3 Penyusunan RUK
4 Melakukan sosialisasi dan koordinasi
5 Menyusun Juklak dan Juknis
6 Transfer dana ke kelompoktani
7 Melakukan pengawasan pengadaan
8 Pelaksanaan pertanaman
9 Pembinaan/bimbingan kpd kelompoktani
10 Monitoring dan evaluasi
11Menyusun laporan pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian
No Uraian2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 49
2. Kriteria Calon Penerima Dana
a. Gerakkan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT)
Kedelai
1) Penentuan Calon Lokasi
a) Lokasi pelaksanaan GP-PTT kedelai, diprioritaskan pada
areal dengan luasan memenuhi syarat, tipe, kriteria dan
mempunyai potensi untuk dapat ditingkatkan
produktivitasnya serta petaninya responsif terhadap
teknologi
b) Lokasi dapat berupa lahan sawah irigasi, sawah tadah
hujan, lahan kering dan sawah pasang surut
c) Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa
d) Jenis dan volume dana yang akan disalurkan
disesuaikan dengan kondisi agro-ekosistem dan
kebutuhan kelompok.
2) Penentuan Calon Petani/Kelompok tani
a) Petani yang dipilih adalah petani yang aktif yang
mempunyai lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau
menerima teknologi baru
b) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT
c) Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi spesifik
lokasi

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 50
d) Kelompok tani masih aktif dan mempunyai
kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan
Bendahara, diusahakan lahan usaha taninya berada
dalam satu hamparan
e) Kelompok tani GP-PTT ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan /
yang membidangi tanaman pangan Kabupaten / Kota,
sebagaimana contoh pada lampiran
f) Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di
Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah)
yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum
memiliki, harus/wajib membuka rekening di bank
g) Rekening bank dapat berupa rekening kelompok tani
ataupun rekening gabungan kelompok tani (gapoktan).
Jika menggunakan rekening gapoktan mekanisme
pengaturan antar kelompok tani diatur lebih lanjut oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan
h) Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan GP-PTT sesuai
peruntukannya
i) Bersedia menambah biaya pembelian benih varietas
unggul bilamana bantuan benih yang tersedia tidak
mencukupi.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 51
b. Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai
1) Penentuan Calon Lokasi
a) Lokasi untuk PAT-PIP kedelai adalah semua lahan
sawah tadah hujan atau lahan tegalan (kering) yang
sesuai untuk pengembangan kedelai dengan kriteria :
- Lahan-lahan potensial yang sama sekali belum
pernah ditanami kedelai (IP 0 menjadi 100)
- Semua Lahan yang sudah ada pertanamannya baik
padi/jagung/kedelai/komoditi lainnya dengan upaya
tertentu ditanami lagi dengan kedelai (IP 100 menjadi
IP 150, 200 atau 300)
- Lahan Pertanaman Jagung/Ubi kayu/Kacang tanah
dll ditanam dengan pola tumpang sari.
- Lahan-Lahan Perhutani/Inhutani, Lahan Transmi-
grasi, Lahan lebak, Lahan peremajaan perkebunan.
- Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
b) Lokasi PAT-PIP kedelai diusahakan berada pada satu
kawasan dalam satu kabupaten minimal 100 ha dan
yang berlokasi dalam satu kecamatan, namun apabila
tidak memungkinkan dapat menambah pada wilayah
kecamatan yang berdampingan sehingga mencapai
luasan yang ditentukan, mempunyai potensi untuk
pengembangan kedelai dan anggota kelompok taninya

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 52
responsif terhadap penerapan teknologi. Luasan terkecil
untuk kegiatan PAT-PIP kedelai minimal 5 ha.
2) Penetapan Calon Petani/Kelompok tani
a) Kelompok tani yang sudah terbentuk, masih aktif,
mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu ketua,
sekretaris dan bendahara;
b) Petani/kelompok tani yang responsif terhadap teknologi
dan bersedia berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
kegiatan PAT-PIP kedelai;
c. Kelompok tani/kelompok tani hutan (LMDH), kelompok
tani perkebunan.
d. Wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan teknologi budidaya spesifik lokasi;
e. Memiliki rekening yang masih berlaku / masih aktif di
Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah)
yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum
memiliki, harus membuka rekening di bank.
f. Rekening bank dapat berupa rekening kelompok tani
ataupun rekening gabungan kelompok tani (gapoktan).
Jika menggunakan rekening gapoktan mekanisme
pengaturan antar kelompok tani diatur lebih lanjut oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
g. Kelompok tani peserta PAT-PIP kedelai ditetapkan
dengan surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Tanaman Pangan/yang membidangi tanaman pangan
Kabupaten/Kota

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 53
h. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
menggunakan dana bantuan PAT-PIP Kedelai sesuai
peruntukannya.
i. Bersedia menyelesaikan administrasi yang terkait
dengan bantuan benih, pupuk NPK, organik, pupuk
hayati, dan pestisida.
j. Peserta tiap unit PAT-PIP Kedelai dapat disesuaikan
dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan kondisi
setempat.
k. Kelompok tani pelaksana program peningkatan produksi
kedelai dapat menerima dana bantuan social dua kali
dalam satu tahun anggaran untuk kegiatan berbeda
(GP-PTT dan PAT-PIP) sepanjang memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Pedoman Teknis.
3. Penetapan Penerima Dana
a. Seleksi CP/CL
Seleksi CP/CL secara umum meliputi seleksi administrasi dan
seleksi aspek teknis dengan dengan syarat yang sudah
ditetapkan dan tahapan meliputi seleksi daftar panjang (long-
list), daftar sedang (medium-list) dan daftar seleksi pendek
(short-list). Adapun tahap seleksi CP/CL adalah seluruh
usulan/proposal yang masuk direkapitulasi menjadi daftar long-
list calon petani/calon lokasi penerima dana Belanja Bantuan
Sosial Kementerian Pertanian. Selanjutnya dari daftar panjang
(long-list) dilakukan proses seleksi administrasi. Seleksi
administrasi meliputi verifikasi nama kelompok, nama ketua

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 54
kelompok, alamat kelompok, jenis usaha kelompok, besarnya
usulan dana Belanja Bantuan Sosial, sesuai dengan data yang
terdapat di dalam usulan/proposal. Bagi CP/CL yang lulus
seleksi administrasi direkapitulasi ke dalam daftar sedang
(medium-list). Berdasarkan daftar sedang (medium-list), Tim
Teknis melakukan seleksi aspek teknis dengan cara
verifikasi/membandingkan kesesuaian antara kondisi di
lapangan dengan data usulan/proposal. Bagi CP/CL yang lulus
seleksi teknis direkapitulasi ke dalam daftar pendek (short-list).
b. Penerima Dana
Berdasarkan daftar pendek (Short-list) CP/CL, untuk kegiatan
Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, maka Tim Teknis
mengusulkan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
untuk ditetapkan menjadi calon penerima dana Belanja Bantuan
Sosial. Kelompok sasaran yang telah ditetapkan dengan
Keputusan berhak menerima dana Belanja Bantuan Sosial.
Selanjutnya kelompok sasaran penerima dana Belanja Bantuan
Sosial harus menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK)
sebagai dasar penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial. RUK
yang disusun harus mendapatkan rekomendasi dari tim
teknis kabupaten sebelum petani dapat membelanjakan
dananya.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 55
B. Prosedur Pengajuan dan Penyaluran Dana
1. Pengajuan Dana
a. Kelompok tani membuat Rencana Usaha Kelompok (RUK)
b. Kelompok tani membuka rekening tabungan pada Bank
Pemerintah terdekat dan memberitahukan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Kabupaten/Kota.
c. Ketua Kelompok tani mengusulkan RUK kepada PPK
Kabupaten/Kota, setelah diverifikasi oleh Penyuluh
Pertanian/petugas lapang lainnya dan disetujui oleh Ketua Tim
Teknis; dan
d. PPK meneliti RUK dari masing-masing yang akan dibiayai dan
selanjutnya mengajukan RUK kepada Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA).
2. Penyaluran Dana
a. GP-PTT
1) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
Tanaman Pangan, menerbitkan Surat Keputusan tentang
penetapan Kelompok tani yang akan menerima dana
bantuan kegiatan GP-PTT, termasuk di dalamnya dilengkapi
data-data nama kelompok, jumlah anggota, nama ketua
kelompok, luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening
dan nama bank atas nama kelompok tani sasaran, jumlah
bantuan yang akan diberikan serta data lainnya yang
diperlukan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 56
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja setempat,
mengajukan usulan pencairan dana atas dasar Surat
Keputusan Kepala Dinas tentang penetapan kelompok tani
penerima dana GP-PTT, melalui penerbitan Surat
Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada
Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (SPM)
dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut :
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
tentang penetapan Kelompok tani penerima bantuan
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Surat Pernyataan Kelompok tani tentang kesediaan
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT
3) Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-
LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP
sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan pagu
anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa
tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran; memeriksa
hak tagih yang terkait meliputi pihak yang ditunjuk untuk
menerima pembayaran bantuan (nama penerima bantuan
GP-PTT, alamat, nomor rekening dan nama bank) dan nilai
bantuan yang harus dibayar
4) Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan
SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa pemotongan
pajak

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 57
5) Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS
kepada KPPN setempat dengan melampirkan :
- Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);
- Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa
semua dokumen pendukung sebagaimana
dipersyaratkan dalam pedoman pelaksanaan bantuan
dana GP-PTT telah diteliti kebenarannya dan berada
pada Kuasa Pengguna Anggaran
6) KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan
menerbitkan SP2D serta menstransfer dana ke rekening
kelompok tani sasaran pada Bank Pemerintah yang ditunjuk;
7) Penggunaan dana langsung oleh kelompok tani dengan
berpedoman pada pedoman pelaksanaan kegiatan GP-PTT.
8) Jika ada pertanaman yang dilaksanakan pada awal tahun
sementara anggaran belum bisa dicairkan karena terkendala
administrasi, petani diperbolehkan minta bantuan pihak
ketiga untuk menyediakan komponen yang diperlukan
sesuai RUK atas sepengetahuan Tim teknis dan PPK
(sesuai surat Inspektur II Itjen Kementan nomor:
50/TU120/H.3/01/2015 tanggal 6 Januari 2015 terlampir).
b. Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai
1) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
Tanaman Pangan, menerbitkan Surat Keputusan tentang
penetapan Kelompok tani yang akan menerima dana
bantuan kegiatan PAT-PIP, termasuk di dalamnya

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 58
dilengkapi data-data nama kelompok, jumlah anggota, nama
ketua kelompok, luas lahan, alamat kelompok, nomor
rekening dan nama bank atas nama kelompok tani sasaran,
jumlah bantuan yang akan diberikan serta data lainnya yang
diperlukan
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja setempat,
mengajukan usulan pencairan dana atas dasar Surat
Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang
penetapan kelompok tani penerima dana PAT-PIP melalui
penerbitan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-
LS) kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah
Membayar (SPM) dengan dilampiri dokumen-dokumen
sebagai berikut :
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
tentang penetapan Kelompok tani penerima bantuan
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Surat Pernyataan Kelompok tani tentang kesediaan
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Perluasan Areal
Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-
PIP)
3) Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-
LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP
sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan pagu
anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa
tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran; memeriksa
hak tagih yang terkait meliputi pihak yang ditunjuk untuk
menerima pembayaran bantuan (nama penerima bantuan
Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 59
Pertanaman (PAT-PIP), alamat, nomor rekening dan nama
bank) dan nilai bantuan yang harus dibayar;
4) Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan
SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa pemotongan
pajak;
5) Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS
kepada KPPN setempat dengan melampirkan :
- Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);
- Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa
semua dokumen pendukung sebagaimana
dipersyaratkan dalam pedoman pelaksanaan bantuan
dana Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indeks
Pertanaman (PAT-PIP) telah diteliti kebenarannya dan
berada pada Kuasa Pengguna Anggaran;
6) KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan
menerbitkan SP2D serta menstransfer dana ke rekening
kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk.
7) Jika ada pertanaman yang dilaksanakan pada awal tahun
sementara anggaran belum bisa dicairkan karena
terkendala administrasi, petani diperbolehkan minta bantuan
pihak ketiga untuk menyediakan komponen yang diperlukan
sesuai RUK atas sepengetahuan Tim teknis dan PPK
(sesuai surat Inspektur II Itjen Kementan nomor:
50/TU.120/H.3/01/2015 tanggal 6 Januari 2015 terlampir).

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 60
C. Prosedur Pencairan dan Pemanfaatan Dana
1. Prosedur Pencairan Dana
Prosedur pencairan dana bantuan sosial kegiatan pengelolaan
produksi kedelai meliputi GP-PTT dan Optimasi Perluasan Areal
Tanam melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai
Tahun Anggaran 2015 antara lain :
a. Kelompok tani penerima kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP berhak
menerima dana Bantuan Sosial melalui transfer ke rekening
kelompok dari Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank
Daerah);
b. Kelompok tani penerima kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP Kedelai
berhak menggunakan dana Bantuan Sosial tersebut sesuai
dengan RUK yang disetujui oleh PPK Satuan Kerja setempat;
c. Kelompok tani penerima kegiatan GP-PTT dan Perluasan Areal
Tanam Kedelai berhak menarik uang yang ada di rekening
bank secara bertahap sesuai dengan tahapan pengadaan yang
akan dilakukan kelompok dan jadwal kegiatan;
d. Besarnya uang pada setiap penarikan rekening bank
disesuaikan dengan besarnya kebutuhan belanja yang
bersangkutan;
e. Pengadaan dana bantuan sosial yang telah dicairkan oleh
Kelompok tani dipergunakan untuk pengadaan paket sarana
produksi yang telah ditetapkan dalam pedoman teknis dan
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani sebagaimana
yang telah tertuang pada RUK;

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 61
f. Proses pengadaan paket sarana produksi oleh kelompok tani
dilakukan sesuai peraturan yang berlaku. Apabila ada kelebihan
dana dari dana yang disediakan akibat dari penghematan, maka
sisa dana tersebut dipergunakan untuk membeli keperluan
sarana produksi lain yang mendukung peningkatan
produktivitas;
g. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan GP-PTT dan
PAT-PIP Kedelai, kelompok tani penerima bantuan agar
melakukan pengadministrasian dokumen pengadaan dan daftar
barang yang dibeli dan digunakan sesuai peraturan yang
berlaku;
h. Sarana produksi yang belum digunakan agar disimpan dengan
baik untuk menjaga mutu;
i. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab
mengawasi penyaluran dana bantuan dan pelaksanaan program
dan kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP sesuai target.
j. Kelompok tani penerima bantuan bertanggung jawab penuh
terhadap pemanfaatan dana bantuan dan penggunaan sarana
produksi untuk pelaksanaan kegiatan GP-PTT dan PAT-PIP
sesuai volume yang telah ditetapkan.
k. Ketua kelompok tani terpilih wajib membuat laporan rutin
penggunaan Dana Belanja Bantuan Sosial kepada PPK satuan
kerja setempat (sesuai surat Kepala Biro keuangan dan
perlengkapan nomor: 3145/TU.210/A4/12/2014 tanggal 31
Desember 2014).

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 62
2. Prosedur Pemanfaatan Dana
Prosedur pemanfaatan dana belanja Bantuan Sosial sebagai
berikut :
a. Seluruh transaksi kelompok dibukukan secara sederhana;
b. Bukti/kuitansi pembelian disimpan;
c. Bukti serah terima hasil pembelian kepada anggota kelompok
tani dibukukan;
d. Seluruh aset kelompok dirawat dan dikelola dengan baik;
e. Dana belanja Bantuan Sosial digunakan untuk usaha produktif
sehingga diperoleh keuntungan yang memadai;
f. Sebagian dari keuntungan kelompok diharapkan disisihkan
untuk pemupukan modal, memperluas dan memperbesar skala
usaha, mengembangkan unit usaha pertanian yang potensial
serta memperkuat kelembagaan yang ada.
g. Jenis, volume, dan harga, atau komponen arana produksi dalam
pedoman teknis ini tidak mengikat merupakan acuan umum,
dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi dimasing
masing daerah sesuai peraturan yang berlaku.
h. Apabila dana bansos sudah terlanjur di transfer ke rekening
kelompoktani, namun karena alasan teknis petani tidak bisa
tanam pada tahun anggaran berjalan atau melampaui tahun
anggaran, maka dana bansos agar segera disetorkan ke kas
negara .

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 63
BAB VI
PEMBINAAN
Pembinaan kelompok tani dilakukan secara berkelanjutan sehingga
kelompok tani mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk
itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
1. Struktur Organisasi
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan
sesuai prinsip pelaksanaan Pemerintah yang baik (good
governance) dan pemerintah yang bersih (clean goverment), maka
pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi kedelai harus
memenuhi prinsip-prinsip:
a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan;
b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN);
c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan
demokratisasi;
d. Memenuhi asas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan
produksi kedelai berada pada Dinas Pertanian yang membidangi
tanaman pangan Kabupaten/Kota, sedangkan tanggung jawab
koordinasi pembinaan program berada pada Dinas Pertanian
yang membidangi tanaman pangan Provinsi atas nama Gubernur.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 64
Tanggung jawab atas program dan kegiatan berada pada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan memberikan
fasilitasi program dan kegiatan kepada Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kegiatan koordinasi pembinaan lintas
Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan
koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional difasilitasi oleh
Kabupaten/Kota. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan
pengelolaan produksi kedelai di tingkat Provinsi dibentuk Tim
Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim
Teknis Kabupaten/Kota.
2. Penanggung Jawab Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi koordinasi
persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Belanja
Bantuan Sosial antara lain :
a. Menyusun pedoman teknis dan pola pemberdayaan yang
berkelanjutan untuk mengarahkan kegiatan dalam mencapai
tujuan dan sasaran sesuai Renstra yang ditetapkan;
b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi dengan
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait serta seluruh
pemangku kepentingan, dalam pelaksanaan, pemantauan/
pengendalian dan evaluasi kegiatan;
c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Belanja Bantuan Sosial
dari pelaksanaan program dan anggaran.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 65
3. Tim Pembina Pusat
Dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai,
dibentuk Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan produksi Padi,
Jagung, dan Kedelai di tingkat Pusat, melalui Surat keputusan
Menteri Pertanian, dengan uraian tugas sebagai berikut:
- Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi padi,
jagung dan kedelai dan sarana pendukungnya.
- Melaksanakan validasi calon petani dan calon lokasi
- Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan kerja
Perangkat daerah pelaksana program.
- Menyusun laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan
program dan kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan
kedelai, dan sarana pendukungnya.
4. Tim Pembina Provinsi
Tim Pembina Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Pertanian,
Bakorluh Provinsi dan Kodam/Korem ditunjuk dan ditetapkan oleh
Gubernur atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi tanaman
pangan, dengan tugas :
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan yang mengacu pada pedoman
yang disusun oleh Pusat;
b. Melakukan koordinasi lintas sektoral antara-instansi di tingkat
Provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan;

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 66
c. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam
pemantauan dan pengendalian serta membantu mengatasi
permasalahan di lapangan;
d. Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian serta
menyampaikan laporan ke tingkat Pusat.
5. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur Dinas Pertanan,
Bakorluh Kabupaten dan Kodim ditunjuk dan ditetapkan oleh
Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas Pertanian yang
membidangi tanaman pangan, dengan tugas :
a. Menyusun petunjuk teknis (Juknis) dengan mengacu pada
Pedoman yang disusun oleh Pusat dan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) yang disusun oleh Provinsi disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya setempat dan usaha yang dikembangkan;
b. Mengesahkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai dengan
rekomendasi setempat.
c. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran;
d. Melakukan bimbingan teknis, pemantauan/pengendalian dan
evaluasi;
e. Membuat laporan hasil pemantauan/pengendalian dan evaluasi.
Tim pembina tingkat Provinsi dan tim teknis tingkat Kabupaten/Kota
melakukan koordinasi pelaksanaan GP-PTT, PAT-PIP Kedelai di
Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat Desa,
Kecamatan, Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 67
Frekuensi pelaksanaan pembinaan oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut:
1. Pembinaan dilakukan secara periodik mulai dari persiapan
sampai dengan panen secara berjenjang mulai dari Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa.
2. Provinsi melakukan pembinaan pelaksanaan GP-PTT dan PAT-
PIP Kedelai di Kabupaten/Kota 2 kali per musim tanam atau
disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
3. Kabupaten/Kota melakukan pembinaan pelaksanaan GP-PTT
dan PAT-PIP Kedelai di tingkat lapangan/kelompok tani
pelaksana GP-PTT dan PAT-PIP Kedelai 3 kali per musim
tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 68
BAB VII
PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN
A. Pengendalian
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
dan Pejabat Pembuat Komitmen. Proses pengendalian di setiap
wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi.
Pengendalian dilaksanakan secara berjenjang oleh Pusat, Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Pertanian Kabupaten/Kota
bersama pihak ketiga pengadaan dan penyaluran sarana produksi
(benih, pupuk, dan lain-lain). Pengendalian dilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen. Pengendalian
meliputi perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan
pencapaian produksi kedelai tahun 2015.
Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas
fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah, maupun
lembaga atau instansi pengawas lainnya) dan pengawasan oleh
masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi kepada
pihak yang terkait (penyuluh pertanian, pengurus kelompok, anggota
kelompok, tokoh masyarakat, organisasi petani, LSM, aparat
instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari desa sampai
kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya).

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 69
Ada 7 (tujuh) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina
dii Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota;
2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran
dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di
Kabupaten/Kota;
3. Tahap transfer/penyaluran dana bantuan sosial ke rekening
kelompok;
4. Tahap pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh
kelompok;
5. Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan
sosial yang dilakukan oleh kelompok;
6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh
kelompok;
7. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output,
outcome, benefit dan impact.
B. Monitoring
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawalan program dan
kegiatan peningkatan produksi kedelai tahun 2015, maka dilakukan
pelaksanaan monitoring perkembangan penyaluran bansos kepada
kelompok tani penerima bantuan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), dan realisasi tanam dan panen kedelai oleh ketua kelompok

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 70
tani atau petugas lapangan. Proses pelaksanaan monitoring sebagai
berikut :
1. Perkembangan Penyaluran bantuan Sosial
a. PPK Satker Tugas pembantuan, mengirimkan data transfer
Bansos meliputi data kelompok tani dan nilai bantuan.
b. Waktu pengiriman sesuai dengan pengajuan SPPD, yang
diajukan oleh PPK kepada penerbit SPM.
c. Data dikirim ke Direktorat Budidaya Aneka kacang dan
Umbi, Direktorat jenderal tanaman Pangan, melalui email
[email protected] atau [email protected]
2. Realisasi tanam dan panen Program GP-PTT dan PAT-PIP
kedelai
a. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan,
mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi
panen beserta luasannya ke pusat, melalui SMS Gateway
b. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat akan tanam
dan panen
c. Cara pengiriman data melalui sms adalah sebagai berikut:
1) Ketik : MONEVKD<spasi>KodeKecamatan# BulanTahun
#KodeProgram#LuasTanam(Ha)#Luas Panen(Ha)
2) Kirim sms ke nomor 081381232425

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 71
C. Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang mungkin timbul maupun tingkat keberhasilan
yang dapat dicapai dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sehingga dapat dilakukan tindakan korektif sedini mungkin.
Pemantauan dan Evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh
Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik
dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan pengembangan
usaha kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan
akhir kegiatan. Evaluasi meliputi: 1) komponen kegiatan dalam
mendukung pencapaian produksi kedelai tahun 2015, 2) tingkat
pencapaian sasaran areal dan produksi, 3) kenaikan tingkat
produktivitas dan produksi, 4) permasalahan yang timbul di tingkat
lapang, 5) kegiatan pendukung lainnya.
D. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan ketua kelompoktani secara
periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu
dari Ketua kelompoktani ke penyuluh lapangan ke Kabupaten/Kota,
Provinsi dan pusat.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 72
1. Laporan Kegiatan
Pelaporan kegiatan meliputi laporan pelaksanaan program,
pelaksanaan kegiatan, penyampaian data dan informasi dan
laporan akhir pelaksanaan program dan kegiatan yang memuat
evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya
sebagaimana dalam format laporan pada lampiran 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22 dan 23.
2. Laporan Program
a. Sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
3) Pusat, Provinsi dan Kab/Kota merencanakan dan membuat
laporan blanko sasaran tanam, panen, produktivitas dan
produksi kedelai tahun 2015
4) Laporan sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi
kedelai tahun 2015 Kab/Kota di laporkan ke Provinsi
5) Provinsi mengirim laporan sasaran tanam, panen,
produktivitas dan produksi kedelai tahun 2015 ke Pusat
b. Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
1) Petugas Penyuluh dan Babinsa meminta laporan realisasi
tanam atau panen kepada ketua Kelompok Tani, selanjutnya
dikompilasi dan dilaporkan ke atasan masing-masing di
Kabupaten. Babinsa ke Dandim c.q. Pasiter di Kodim dan
Dinas Pertanian kabupaten.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 73
2) Kabupaten/Kota mengirimkan laporan blanko realisasi
tanam, panen, produktivitas dan produksi kedelai bulanan
tahun 2015 ke Provinsi. Kodim ke Korem/Kodam dan Dinas
Pertanian Kab ke Dinas Pertanian Provinsi.
3) Selanjutnya Provinsi mengirimkan laporan blanko realisasi
tanam, panen, produktivitas dan produksi kedelai bulanan
tahun 2015 ke Pusat. Korem/Kodam ke Aster Kasad c.q.
Paban III/wanwil dan Dinas Pertanian Provinsi ke Direktur
Jenderal Tanama Pangan c.q. Direktur Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi.
4) Penyampaian laporan realisasi tanam, panen, produktivitas
dan produksi kedelai tahun 2015 Kab/Kota di laporkan ke
Provinsi dan Pusat setiap bulannya.
c. Kendala dan permasalahan yang dihadapi ditingkat lapangan
1) Dinas Kab/Kota memberikan laporan kendala dan
permasalahan kegiatan pengelolaan produksi kedelai di
lapangan antara lain meliputi bagaimana ketersediaan
benih, tanaman yang terkena OPT, banjir maupun
kekeringan
2) Dari laporan Kab/Kota yang disampaikan ke dinas Provinsi
dan akan di laporkan ke Pusat
3) Laporan kendala dan permasalahan di tingkat lapangan
disampaikan ke Pusat setiap bulan
4) Perkembangan serangan OPT dilakukan bulanan, triwulan
dan tahunan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 74
5) Dari hasil laporan perkembangan tersebut akan dievaluasi
oleh Pusat dan Daerah.
Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Budidaya Aneka
Kacang dan Umbi Jl. Raya Ragunan No 15 Pasar Minggu, Jakarta
Selatan 12520; no. telepon (021) 7805342; faksimili (021) 7805179 ;
email: [email protected]. Kinerja penyampaian laporan
akan dijadikan salah satu dasar penentuan anggaran tahun 2016
sebagai penerapan azas reward dan punishment.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 75
BAB VIII
P E N U T U P
Pedoman teknis pengelolaan produksi tanaman kedelai tahun 2015 ini
merupakan acuan bagi Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan
GP-PTT, Perluasan Areal Tanam (PAT) Kedelai dan kegiatan pendukung
lainnya tahun anggaran 2015 di Tingkat lapangan. Dengan adanya
pedoman teknis ini diharapkan tujuan dan sasaran peningkatan produksi
kedelai dapat dicapai secara optimal.
Pedoman teknis pengelolaan produksi tanaman kedelai ini, hendaknya
dapat ditindaklanjuti menjadi Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Dinas
Pertanian Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.
Apabila terdapat kekeliruan atau perubahan kebijakan dalam peraturan
yang lebih tinggi, pedoman teknis ini akan disesuaikan lebih lanjut.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 77
Lampiran 1
SASARAN INDIKATIF LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN
PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2015 DUKUNGAN ANGGARAN APBN-P 2015
Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton)
1 Aceh 53,000 50,350 16.61 83,646
2 Sumatera Utara 11,700 11,115 11.58 12,868
3 Sumatera Barat 680 646 13.16 850
4 R i a u 4,480 4,256 11.94 5,082
5 J a m b i 14,853 14,110 13.50 19,046
6 Sumatera Selatan 40,250 38,238 17.13 65,509
7 Bengkulu 8,068 7,665 11.16 8,555
8 Lampung 55,464 52,691 12.98 68,386
9 Kep. Bangka Belitung - - - -
10 Kep. Riau 18 17 10.59 18
11 DKI Jakarta - - - -
12 Jawa Barat 100,016 95,015 16.85 160,101
13 Jawa Tengah 81,673 77,589 17.89 138,807
14 DI Yogyakarta 15,826 15,035 15.11 22,724
15 Jawa Timur 216,993 206,143 18.15 374,150
16 Banten 9,923 9,427 14.54 13,703
17 B a l i 6,050 5,748 15.70 9,023
18 Nusa Tenggara Barat 101,750 96,663 13.76 132,994
19 Nusa Tenggara Timur 9,415 8,944 10.33 9,240
20 Kalimantan Barat 24,765 23,527 16.28 38,303
21 Kalimantan Tengah 8,650 8,218 12.44 10,222
22 Kalimantan Selatan 14,500 13,775 13.91 19,166
23 Kalimantan Timur 3,500 3,325 15.12 5,027
24 Kalimantan Utara 5,000 4,750 10.00 4,750
25 Sulawesi Utara 18,170 17,262 14.18 24,482
26 Sulawesi Tengah 5,000 4,750 18.41 8,745
27 Sulawesi Selatan 138,350 131,433 15.34 201,562
28 Sulawesi Tenggara 31,295 29,730 10.90 32,413
29 Gorontalo 3,570 3,392 15.84 5,372
30 Sulawesi Barat 11,000 10,450 13.04 13,628
31 Maluku 1,643 1,561 12.99 2,027
32 Maluku Utara 1,500 1,425 12.68 1,807
33 Papua Barat 2,750 2,613 11.26 2,942
34 Papua 4,148 3,941 12.32 4,853
1,004,000 953,800 15.73 1,500,000
No Provinsi
INDONESIA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 78
Lampiran 2
TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI SPESIFIK LOKASI
Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya kedelai dapat
dicapai dengan penerapan teknologi yang bersifat spesifik lokasi pada
masing-masing agroekologi. Permasalahan yang bersifat spesifik lokasi
pada setiap agroekologi diatasi untuk mendapatkan persyaratan tumbuh
optimal untuk tanaman kedelai. Terdapat empat tipe agroekologi utama
antara lain agroekologi sawah (irigasi dan tadah hujan), lahan kering
(bukan masam dan masam), lahan pasang surut dan lahan rawa lebak.
A. Agroekologi Lahan Sawah
Pada lahan sawah, kedelai biasa ditanam pada musim kemarau
pertama (MK I) yang ditanam setelah panen padi pertama atau pada
musim kemarau kedua (MK II) yang ditanam setelah panen padi
kedua. Disamping itu, budidaya kedelai dapat dilakukan pada awal
musim hujan ditanam sebelum tanam padi. Kedelai pada MK I masa
tanamnya antara Februari – Juni, kedelai MK II antara Juni –
September dan kedelai awal musim hujan antara Oktober – Januari.
Teknik Budidaya Kedelai pada agroekologi lahan sawah untuk MK I
(Februari – Juni) dan MK II (Juni – Agustus) sebagai berikut :
1. Penyiapan lahan tanpa olah lahan. Setelah panen padi, jerami
padi dipotong dekat dengan permukaan tanah. Sesuai dengan
prioritas pemanfaatannya, jerami padi digunakan untuk pakan
ternak atau ditinggal di lahan untuk mulsa kedelai atau dibakar.
Jerami padi yang dibakar merupakan salah satu sumber hara K.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 79
2. Pembuatan saluran drainase dengan jarak antar saluran 1,5 – 5
m, bervariasi tergantung pada kemiringan lereng lahan dan
tekstur tanah, makin datar dan/atau halus tekstur tanah semakin
sempit antar saluran drainase. Saluran drainase berukuran lebar
sekitar 30 cm dan kedalaman sekitar 25 cm.
3. Untuk kedelai yang ditanam pada awal musim hujan,
penanaman dilaksanakan setelah hujan cukup membahasai
tanah untuk mendukung perkecambahan benih kedelai.
4. Bagi kedelai yang ditanam setelah padi (kedelai MK I dan MK II),
kedelai hendaknya segera ditanam, 2 – 4 hari setelah padi
dipanen, hal ini ditujukan untuk memanfaatkan air/lengas tanah
dan mengurangi gangguan gulma, hama dan penyakit.
5. Varietas yang dianjurkan ialah :
a. Kedelai awal musim hujan (Oktober – Januari) sebagai
contoh di Kabupaten Grobogan, varietas yang berumur
genjah (80 hari atau kurang) :
- Varietas berbiji besar : Agromulyo, Baluran, Grobogan,
Lokal
- Varietas berbiji sedang : Malabar, Gepak Ijo, Gepak
Kuning
b. Kedelai MK I, biasanya ketersediaan air (air hujan) lebih
terjamin daripada pertanaman kedelai pada MK II :
- Varietas berbiji besar : Anjasmoro, Argopuro, Gumitir,
Detam 1 dan Detam 2

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 80
- Varietas berbiji sedang : Wilis, Kaba, Ijen, Sinabung,
Arjasari dan Malika
c. Musim tanam MK II, umumnya ketersediaan air (air hujan)
terbatas :
- Varietas berbiji besar : Argomulyo, Burangrang dan
Baluran
- Varietas berbiji sedang : Malabar, Ijen, Arjasari dan
Malika
6. Benih berkualitas yakni bernas dengan daya tumbuh >85%,
murni, sehat dan bersih dengan total kebutuhan benih antara 40
– 60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji
makin banyak benih yang digunakan.
7. Perlakuan benih dengan carbosulfan atau fipronil untuk
mengendalikan lalat bibit dan hama lain.
8. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium bagi
lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, 20 gr
sumber rhizobium/kg benih.
9. Populasi tanaman 350.000 – 500.000 per hektarr, dengan
pengaturan jarak tanam berturut-turut 40 x 15 cm dan 40 x 10
cm dan ditanam dua biji/lubang.
10. Jenis dan takaran pupuk dapat berbeda tergantung pada konsidi
atau tingkat kesuburan tanah berdasarkan hasil analisis tanah.
Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang, dianjurkan
pemberian sekitar 2 ton/ha.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 81
11. Pemberian air diperlukan jika kelembaban tanah tidak
mencukupi terutama pada stadium awal pertumbuhan, saat
berbunga dan saat pengisian polong.
12. Pengendalian gulma berdasarkan pemantauan baik secara
mekanis-konvensional atau manual (penyiangan menggunakan
cangkul atau dicabut) secara mekanis maupun secara kimia
menggunakan herbisida pra dan/atau pasca tumbuh. Pada
tanah yang ringan dan di daerah langka tenaga kerja cara
mekanisasi dapat meringankan biaya pengendalian gulma.
Penyemprotan herbisida pra tumbuh sebaiknya dilakukan satu
minggu sebelum tanam, sedang penyemprotan herbisida pasca
tumbuh dilakukan secara hati-hati menggunakan tudung nozzle
agar tidak mengenai daun tanaman kedelai.
13. Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan pemantauan
populasi atau kerusakan tanaman.
14. Tanaman siap dipanen apabila daun sudah luruh dan 95%
polong sudah berwarna kuning kecoklatan atau coklat
kehitaman (tergantung varietas), panen dilakukan secara
konvensional (dengan disabit atau dicabut).
15. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok)
ataupun secara mekanis yakni dengan mesin perontok.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 82
B. Agroekologi Lahan Kering
Agroekologi lahan kering dipilakan menjadi dua kelompok besar,
yaitu lahan kering tidak masam dan lahan kering masam. Pola
tanam di lahan kering diantaranya adalah : (1) Kedelai – Kedelai –
Bera, (2) Padi gogo – Kedelai, (3) Jagung – Kedelai – Tembakau,
(4) Kedelai – Kedelai – Kacang-kacangan lain. Pada Pertanaman
masa musim hujan pertama MH I (Oktober - Januari) dianjurkan
menggunakan varietas umur sedang, dan pertanaman pada musim
marengan atau MH II (Februari – Mei) dapat dipilih umur sedang
atau genjah. Paket teknologi budidaya terdiri atas komponen
sebagai berikut:
1. Lahan disiapkan dengan pengolahan tanah sampai gembur
menjelang musim hujan, yakni dengan dibajak 1-2 kali
kemudian digaruk 1 kali dan diratakan.
2. Pembuatan saluran drainase dengan jarak antar saluran 3-5 m
dengan ukuran lebar sekitar 30 cm dan kedalaman sekitar 25
cm. Interval antar saluran drainase dapat diperapat sesuai
dengan jenis tanahnya dan kemiringan lahan. Tanah bertekstur
halus (tanah berat) dan lahan yang bertopografi datar, jarak
antar saluran perlu lebih diperapat menjadi 2-3 m.
3. Varietas yang dianjurkan sebagai berikut:
a. Lahan Kering Masam
Kedelai pertanaman MH I (Oktober - Januari) :
- Varietas berbiji besar : Anjasmoro dan Rajabasa.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 83
- Varietas berbiji sedang : Slamet, Tanggamus, Nanti,
Sibayak, Ratai dan Sinabung.
Kedelai Pertanaman MH II (Februari – Mei) :
- Varietas berbiji besar : Anjasmoro dan Rajabasa
- Varietas berbiji sedang : Slamet, Tanggamus, Nanti,
Sibayak, Ratai dan Sinabung.
b. Lahan Kering Tidak Masam
Kedelai pertanaman MH I (Oktober – Januari)
- Varietas berbiji besar : Anjasmoro, Baluran, Argopuro,
Cumitir, Detam 1, dan Detam 2.
- Varietas berbiji sedang : Willis, Kaba, Sinabung, Arjasari,
dan Malika
Kedelai pertanaman MH II (Februari – Mei) :
- Varietas berbiji besar : Argomulyo, Burangrang, dan
Baluran.
- Varietas berbiji sedang : Malabar dan Ijen.
4. Penggunaan benih berkualitas, bernas memiliki daya tumbuh
>85%, murni, sehat, dan bersih, dengan total kebutuhan benih
antara 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji, makin besar
ukuran biji makin banyak benih yang dibutuhkan.
5. Perlakuan benih dengan carbosulfan atau fipronil untuk
mengendalikan lalat bibit dan insektalain.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 84
6. Perlakuan benih dengan pupuk hayati rhizobium bagi lahan
yang sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, 20 g sumber
rhizobium/kg benih.
7. Populasi tanaman 350.000 – 500.000 per hektar, pengaturan
jarak tanam berturut-turut 40 x 15 cm, 40 x 10 cm, dua
tanaman/lubang. Pada tanah yang subur dan hujan/air cukup
jarak tanam 40 x 15, sedang pada tanah yang kurang subur dan
hujan/air terbatas, jarak tanam 40 x 10 cm.
8. Pada lahan kering masam perlu digunakan ameliorant.
Penggunaan amelioran secara teknis ditetapkan berdasarkan
tingkat kejenuhan aluminium (Al) dan hal ini memiliki hubungan
kuat dengan tingkat kemasaman tanah (pH tanah)
9. Jenis dan takaran pupuk dapat berbeda tergantung pada kondisi
atau tingkat kesuburan tanah berdasar analisis tanah. Jika
tersedia pupuk organik atau pupuk kandang, dianjurkan
pemberian sekitar 2 t/ha.
10. Pemberian air jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama
pada stadium awal pertumbuhan, saat berbunga, dan saat
pengisian polong, menggunakan sumur atau dari sungai kalau
memungkinkan dengan pompanisasi atau irigasi.
11. Gulma dikendalikan berdasarkan pemantauan secara baik
mekanis-konvensional atau manual (penyiangan dengan
cangkul atau sistem cabut), secara mekanisasi, maupun secara
kimia dengan menggunakan herbisida pra maupun pasca
tumbuh; penyemprotan herbisida pra-tumbuh dilakukan
seminggu sebelum tanam sedang penyemprotan herbisida

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 85
pasca tumbuh perlu hati-hati dengan menggunakan tudung
nozzle supaya tidak meracuni daun tanaman kedelai.
12. Pengendalian hama dan penyakit berdasarkan petunjuk teknis
PHT (Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu).
13. Tanaman siap dipanen apabila daun sudah luruh dan 95%
polong sudah berwarna kuning-kecoklatan, coklat-kehitaman
(tergantung varietas) dilakukan secara konvensional (disabit
atau dicabut).
14. Pembijian kedelai dapat dilakukan secara manual (sistem
geblok, pemukul kayu) maupun secara mekanis yakni dengan
mesin perontok.
C. Agroekologi Lahan Rawa Lebak
Lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) lebak
dangkal/ pematang, (2) lebak tengahan, dan (3) lebak dalam.
Pembagian ini memiliki arti penting karena masing-masing tipologi
lahan dan tipe luapan air memiliki kendala spesifik sehingga
memerlukan pendekatan pengelolaan tersendiri. Lahan rawa lebak
dangkal dan tengahan dapat ditanami dengan pola tanam padi –
padi atau padi – palawija, sedang pada lahan lebak dalam hanya
dengan padi – padi. Paket teknologi kedelai pada lebak dangkal dan
tengahan adalah sebagai berikut :
1. Lahan disiapkan secara tanpa olah tanah. Setelah padi dipanen,
jerami dipotong dekat dengan permukaan tanah, jerami
digunakan untuk pakan atau ditinggal di lahan dimanfaatkan
untuk mulsa ata dibakar. Jerami yang dibakar sesuai untuk
sumber hara kalium.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 86
2. Varietas kedelai yang dianjurkan :
a) Varietas biji besar : Anjasmoro, Baluran, Rajabasa,
Burangrang, Argomulyo.
b) Varietas biji sedang : Tanggamus, Sibayak, Nanti, Ratai,
Seulawah, Slamet, Sinabung, Wilis, Ijen.
3. Benih berkualitas, bernas memiliki daya tumbuh >85%, murni,
sehat dan bersih, dengan total kebutuhan benih antara 40-60
kg/ha, tergantung pada ukuran biji; makin besar ukuran biji
makin banyak benih yang dibutuhkan.
4. Perlakuan benih dengan carbosulfan atau fipronil untuk
mengendalikan lalat bibit dan insekta lain.
5. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium 20 g/kg
benih, diberikan pada lahan yang sebelumnya tidak pernah
ditanami kedelai.
6. Populasi tanaman kedelai 350.000 – 500.000 per hektar,
berturut-turut diperoleh dengan pengaturan jarak tanam 40 x 15
cm dan 40 x 10 cm, dua tanaman/lubang.
7. Dibuat saluran drainase dengan jarak antar saluran 5-6 m
dengan ukuran lebar sekitar 40 cm dan kedalaman sekitar 60
cm.
8. Ameliorasi tanah diperlukan untuk memperbaiki lingkungan
tumbuh tanaman kedelai menggunakan kapur pertanian.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 87
9. Jenis dan takaran pupuk dapat berbeda tergantung pada kondisi
atau tingkat kesuburan tanah berdasarkan hasil analisis tanah.
Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang, dianjurkan
pemberian sekitar 2 t/ha.
10. Gulma dikendalikan berdasarkan pemantauan baik mekanis-
konvensional atau manual (penyiangan dengan cangkul atau
system cabut), dengan mekanisasi , maupun secara kimia
dengan menggunakan herbisida pra maupun pasca tumbuh;
penyemprotan herbisida pra tumbuh dilakukan seminggu
sebelum tanam sedang penyemprotan herbisida pasca tumbuh
perlu hati-hati dengan menggunakan tudung nozzle sprayer
supaya tidak membakar daun tanaman kedelai.
11. Pengendaliam OPT mengikuti cara pengendalian hama terpadu
(PHT).
12. Tanaman siap dipanen apabila daun sudah luruh dan 95%
polong sudah berwarna kuning-coklat atau coklat-kehitaman
(tergantung varietas), dilakukan secara konvensional (disabit
atau dicabut).
13. Pembijian kedelai dapat dilakukan secara manual (sistem
geblok, pemukul kayu) maupun secara mekanis yakni dengan
mesin perontok.
D. Agroekologi Lahan Pasang Surut
Lahan pasang surut dapat dibedakan menurut jenis tanah, yakni
tanah mineral dan tanah gambut (organik). Tanah gambut juga
dirinci menjadi dua, yaitu gambut dangkal dengan tebal solum < 1,
dan tanah gambut dalam tebal dengan tebal solum > 1 m. lahan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 88
pasang surut juga dapat dibedakan menurut tipe luapan dan
kedalaman permukaan air tanahnya, yaitu tipe luapan A, B, C dan
D. lahan pasang surut tipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik
pasang besar maupun kecil, memiliki kedalaman genangan lebih
dari 1 m dan waktu genangan cukup lama lebih dari 6 bulan,
biasanya ditemui didaerah pantai atau sepanjang aliran sungai.
Lahan pasang surut tipe luapan B hanya terluapi oleh pasang besar
dan terdrainase harian. Pada tipe luapan B, menanam kedelai dapat
dilakukan dengan membuat surjan, kedelai ditempatkan pada
bagian lahan yang ditinggikan. Lahan pasang surut tipe luapan C
merupakan lahan yang tidak pernah terluapi walaupun pasang
besar, namun permukaan air tanah lebih dangkal dari 50 cm,
drainase permanen dan air pasang mempengaruhi secara tidak
langsung. Lahan pasang surut tipe luapan D merupakan lahan yang
tidak pernah terluapi dan permukaan air tanah lebih dalam dari 50
cm, drainase terbatas, penurunan air tanah terjadi selam musim
kemarau pada saat evaporasi melebihi jumlah curah hujan.
Lahan pasang surut jenis tanah mineral dan gambut dangkal
dengan tipe luapan B, C, dan D potensial untuk pengembangan
kedelai. Pola tanam pada lahan pasang surut tipe luapan B perlu
dikaitkan dengan tipe iklim yaitu : padi – padi untuk wilayah tipe iklim
A1 (10-12 bulan basah dan 0 – 1 dan bulan kering), B1 (7-9 bulan
basah dan 0 – 1 bulan kering ) dan B2 (7-9 bulan basah dan 2 – 3
bulan kering), sedangkan utuk tipe iklim C1 (5-6 bulan bulan basah
dan 0-1 bulan kering, dan C2 (5-6 bulan basah, 2-3 bulan kering)
adalah padi – padi atau padi – palawija. Pada lahan lahan rawa
pasang surut tipe C, sumber air utama adalah air hujan sehingga
pola tanamnya adalah padi – palawija. Lahan pasang surut tipe D

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 89
lebih bersifat seperti lahan kering dengan sumber air utama dari
curah hujan sehingga pola tanam untuk daerah tipe ini adalah padi –
palawija/ sayuran atau palawija – palawija/ sayuran. Padi ditanam
pada bulan Oktober/ November (MH) sedangkan palawija/kedelai
pada bulan Maret. Waktu tanam optimal adalah pertengahan bulan
Maret.
Kendala utama produktivitas kedelai dilahan pasang surut adalah
kemasaman tinggi (PH rendah), keracunan Al, Fe atau S. gangguan
OPT perlu mendapat perhatian yang serius demi keberhasilan
tanaman kedelai. Rakitan paket teknologi budidaya kedelai dilahan
pasang surut adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah sempurna.
Pengolahan tanah dan pembuatan saluran drainase perlu
memperhatikan posisi kedalaman pirit (FeS2) untuk menghindari
oksidasi pirit yang berlebihan sehingga menghasilkan asam
sulfat (SO4) berlebihan dan akan meningkatkan kemasaman
dan meracuni tanaman. Pengolahan tanah yang terpaksa
membalik lapisan pirit perlu diikuti dengan pencucian agar tidak
meracuni tanaman, yaitu dengan penggelontoran air irigasi.
2. Dibuat saluran drainase. Bagi lahan tipe luapan B, kedelai yang
ditanam pada bagian lahan yang ditinggikan, saluran drainase
dibuat berjarak 2 – 3 m antar saluran, dengan ukuran lebar
sekitar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Untuk tipe luapan C,
jarak antar saluran drainase adalah 6 – 8 m, lebar sekitar 50 cm
dan dalam saluran sekitar 70 cm, kemudian dibuat saluran
kemalir (saluran cacing) berjarak 2 – 3 m antar saluran kemalir
dengan lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm menuju ke

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 90
saluran drainase yang berfungsi membuang air pencucian yang
bersifat toksik. Sedang bagi tipe luapan D, jarak antar saluran
drainase 2 – 3 m, lebar sekitar 30 cm dan dalam saluran sekitar
25 cm.
3. Varietas yang dianjurkan adalah :
a) Kedelai pertanaman MH I
- Varietas berbiji besar : Anjasmoro dan Rajabasa
- Varietas berbiji sedang : Lawit, Menyapa, Slamet,
Tanggamus, Ratai, Nanti, Seulawah, Wilis dan Ijen
b) Kedelai pertanaman MH II
- Varietas yang dianjurkan sama dengan MH I
4. Perlakuan benih dengan carbosulfan atau fipronil untuk
mengendalikan lalat bibit dan insekta lain.
5. Perlakuan benih dengan pupuk hayati rhizobium 20 gr/kg benih,
diberikan pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai.
6. Populasi tanaman 350.000 – 500.000 per hektar, berturut-turut
dengan pengaturan jarak tanam 40 x 15 cm atau 40 x 10 cm,
dua biji/lubang.
7. Ameliorasi tanah diperlukan untuk memperbaiki lingkungan
tumbuh tanaman kedelai menggunakan kapur pertanian. Pada
lahan rawa pasang surut jenis tanah gambut dangkal
memerlukan kapur sekitar 1 ton/ha.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 91
8. Pada lahan pasangsurut jenis gambut dangkal memerlukan
pupuk dengan takaran 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 50 kg
KCI/ha + 2,5 kg Cu + 1,25 kg Mn, dan 5,0 kg fe/ha. Untuk lahan
pasangsurut sulfat masam panduan pemupukan dapat lilihat
pada lampiran 1.
9. Gulma dikendalikan berdasarkan pemantauan baik secara
mekani-konvensional atau manual (penyiangan dengan cangkul
atau sistem cabut) maupun secara kimia dengan menggunakan
herbisida pra maupun pasca tumbuh. Penyemprotan herbisida
pra tumbuh dilakukan seminggu sebelum tanam sedangkan
sedang penyemprotan herbisida pasca tumbuh perlu hati-hati
dengan menggunakan tudung nozzle supaya tidak
meracun/membakar daun tanaman kedelai.
10. Pengendalian OPT mengikuti cara pengendalian hamadan
penyaktterpadu (PHT).
11. Tanaman siap di panen apabila daun sudah luruh dan 95%
polong sudah berwarna kuning coklat atau coklat kehitaman
(tergantung varietas), dilakukan secara konvensional (disabit
atau dicabut).
12. Pembijian kedelai dapat dilakukan secara manual (sistem
geblok, pemukul kayu) maupun secara mekanis yakni dengan
mesin perontok.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 92
Varietas Unggul Kedelai yang Dapat Dianjurkan
Tabel 14. Deskripsi dan Karakter Unggul Varietas Kedelai yang Dilepas 10
Tahun Terakhir (1995 – 2005).
Umur Bobot Hasil warna
(hari) 100 biji biji biji
(g) (t/ha)
Umur genjah ( <80 hari); biji kecil (<10 g/100 biji)
Tidar 75 7,0 1,40 Kuning Agak tahan lama
Kehijauan bibit dan karat
daun
Dieng 76 7,5 1,7 Kuning Agak tahan
Kehijauan rebah dan karet
daun
Gepak Kuning 73 8,3 2,2 Hijau Sesuai untuk
Kekuningan tahu dan tauge
Gepak ijo 76 6,8 2,2 Kuning Sesuai untuk
Kehijauan tahu dan tauge
Umur genjah (<80 hari); biji sedang (10-14 g/100 biji)
Malabar 70 12,0 1,3 Kuning Agak tahan karat
Meratus 75 10,0 1,4 Kuning Agak tahan karat
Umur genjah (<80 hari); biji besar (>14 g /10 biji)
Argomulyo 79 16,0 2,0 Kuning tahan rebah
agak tahan karat
Burangrang 79 17,0 2,0 Kuning Tahan rebah
agak tahan karat
Baluran 79 16,0 2,5 Kuning
Lokal Grobogan 75 18 2,8 Kuning
Varietas Keunggulan lain

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 93
Umur Bobot Hasil warna
(hari) 100 biji biji biji
(g) (t/ha)
Umur sedang (80-85 hari); biji sedang (>10-14 g/100 biji)
Wilis 85 10,0 1,6 Kuning Agak tahan karat
dan virus daun
Manglayang 86 11,0 1,9 Kuning Agak tahan karat
dan genangan
Kaba 85 10,4 2,1 Kuning Agak tahan karat
daun; polong
tidak mudah
pecah
Sinabung 88 10,7 2,2 Kuning Agak Tahan Karat
Polong tidak
mudah pecah
Ijen 8,3 11,2 2,5 Kuning agak Agak tahan ulat
mengkilap grayak
Umur sedang (80-85 hari); biji besar (> 14 g/100 biji)
Panderman 85 18-19 2,4 Kuning Muda Tahan rebah
Anjasmoro 82 14,8 2 Kuning Agak tahan karat,
polong tidak
mudah pecah
tahan rebah
Gumitir 81 15,8 2,1 Kuning Sesuai untuk
Kehijauan tahu dan tempe;
Argopuro 84 17,8 2,3 Kuning Sesuai untuk
tahu dan tempe;
kandungan
lemak tinggi
Varietas Keunggulan lain
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 94
Lanjutan
Umur Bobot Hasil warna
(hari) 100 biji biji biji
(g) (t/ha)
Adaftif lahan masam
Slamet 87 12,5 2,3 Kuning Tahan karat
daun
Tanggamus 88 11,0 1,2 Kuning Agak Tahan Karat
dan Tahan rebah
seulawah 93 9,5 1,6 Kuning Tahan Karat dan
agak tahan rebah
Ratai 90 10,5 1,6 Kuning Tahan karat dan
Kehijauan agak tahan rebah
Rajabasa 85 15,0 2,1 Kuning Tahan karat dan
agak tahan rebah
Adaftif lahan pasang surut
Lawit 85 10,5 1,9 Kuning
Menyapa 85 9,1 2,0 Kuning
kehijauan
Kedelai hitam
Cikuray 83 11,5 1,7 Hitam Agak tahan karat
tahan rebah,
polong tdk mudah
pecah
Malika 85 10,0 2,3 Hitam -
Detam-1 84 10,0 2,3 Hitam Biji besar, protein
tinggi (45%)
Detam-2 82 13,5 2,5 Hitam Protein sangat
tinggi (46%)
toleran kekeringan
Varietas Keunggulan lain

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 95
Lampiran 3
RINCIAN KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI
TAHUN 2015
GP-PTT Non
Kawasan
GP-PTT
Kawasan
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
(Ha) (Ha)
1 ACEH 43,500 1,500
1 Kab. Aceh Besar 500
2 Kab. Aceh Selatan 1,500
3 Kab. Aceh Tengah 500
4 Kab. Aceh Timur 8,000
5 Kab. Aceh Utara 12,000 1,500 L. Kering
6 Kab. Bireuen 6,000
7 Kab. Aceh Pidie 3,000
8 Kab. Aceh Barat Daya 500
9 Kab. Aceh Jaya 2,000
10 Kab. Aceh Tamiang 6,000
11 Kab. Pidie Jaya 3,500
2 SUMUT 1,700 -
1 Kab. Deli Serdang 250
2 Kab. Langkat 250
3 Kab. Tapanuli Selatan 200
4 Kab. Padang lawas 500
5 Kab Padang Lawas Utara 500
3 RIAU 2,200 -
1 Kab. Kampar 500
2 Kab. Rokan Hilir 1,500
3 Kab. Rokan Hulu 200
4 JAMBI 3,500 1,500
1 Kab. Batanghari 250
2 Kab. Bungo 500
3 Kab. Kerinci 500
4 Kab. Merangin 500
5 Kab. Muaro Jambi 250
6 Kab. Sarolangun 500
7 Kab. Tj. Jabung Timur 500
8 Kab. Tebo 500 1,500 L. Kering
5 SUMSEL 8,750 1,500
1 Kab. Lahat 1,000
2 Kab. Musi Banyuasin 1,500
3 Kab. Musi Rawas 1,000
4 Kab. Muara Enim 500
5 Kab. Ogan Komering Ilir 2,000
6 Kab. Ogan Komering Ulu 1,000
7 Kab. Banyuasin 1,500 L. Pasang Surut
8 Kab. OKU Timur 1,000
9 Kab. Ogan Ilir 250
10 Kab. Empat lawang 400
11 Kota Pagar Alam 100
NO.PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 96
Lanjutan
GP-PTT Non
Kawasan
GP-PTT
Kawasan
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
(Ha) (Ha)
6 BENGKULU 8,000 -
1 Kab. Bengkulu Selatan 1,000
2 Kab. Bengkulu Utara 1,500
3 Kab. Rejang Lebong 1,000
4 Kab. Kaur 500
5 Kab. Seluma 1,000
6 Kab. Muko-muko 1,000
7 Kab. Kepahiang 500
8 Kab Bengkulu Tengah 500
9 Kab. Lebong 1,000
7 LAMPUNG 8,050 1,500
1 Kab. Lampung Barat 350
2 Kab. Lampung Selatan 1,000
3 Kab. Lampung Tengah 1,500
4 Kab. Lampung Utara 500
5 Kab. Lampung Timur 1,000
6 Kab. Tanggamus 1,000
7 Kab. Tulang Bawang 1,000 1,500 L. Kering
8 Kab. Waykanan 500
9 Kab. Mesuji 250
10 Kab. Pringsewu 700
11 Kab. Pesisir Barat 250
8 JABAR 42,250 1,500
1 Kab. Ciamis 5,000
2 Kab. Cianjur 10,000
3 Kab. Cirebon 500
4 Kab. Garut 2,000
5 Kab. Indramayu 10,000 1,500 L. Sawah
6 Kab. Karawang 1,000
7 Kab. Kuningan 500
8 Kab. Majalengka 2,500
9 Kab. Subang 1,000
10 Kab. Sumedang 1,000
11 Kab. Tasikmalaya 3,000
12 Kab. Bandung Barat 1,750
13 Kab. Sukabumi 4,000
9 JATENG 37,750 1,500
1 Kab. Banyumas 3,000
2 Kab. Blora 4,000
3 Kab. Boyolali 1,000
4 Kab. Brebes 500
5 Kab. Cilacap 1,000
6 Kab. Grobogan 8,000
7 Kab. Kebumen 7,250
8 Kab. Kendal 500
9 Kab. Kelaten 1,000
10 Kab. Pati 500 1,500 L. Kering
11 Kab. Purworejo 4,000
12 Kab. Rembang 2,000
13 Kab. Sragen 1,000
14 Kab. Sukoharjo 1,000
15 Kab. Wonogiri 3,000
NO.PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 97
Lanjutan
GP-PTT Non
Kawasan
GP-PTT
Kawasan
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
(Ha) (Ha)
10 DI YOGYAKARTA 4,000 -
1 Kab. Bantul 1,000
2 Kab. Gunung Kidul 2,000
3 Kab. Kulon Progo 1,000
11 JATIM 54,250 -
1 Kab. Bangkalan 2,500
2 Kab. Banyuwangi 7,000
3 Kab. Blitar 3,500
4 Kab. Bojonegoro 2,000
5 Kab. Gresik 500
6 Kab. Jember 3,000
7 Kab. Jombang 2,000
8 Kab. Kediri 250
9 Kab. Lamongan 2,000
10 Kab. Lumajang 500
11 Kab. Madiun 2,500
12 Kab. Magetan 2,000
13 Kab. Mojokerto 1,000
14 Kab. Nganjuk 3,000
15 Kab. Ngawi 2,000
16 Kab. Pacitan 4,000
17 Kab. Pasuruan 3,000
18 Kab. Ponorogo 5,000
19 Kab. Probolinggo 500
20 Kab. Sumenep 1,000
21 Kab. Sidoarjo 1,000
22 Kab. Trenggalek 4,000
23 Kab. Tulungagung 2,000
12 KALBAR 1,050 -
1 Kab. Bengkayang 250
2 Kab. Ketapang 100
3 Kab. Sambas 500
4 Kab. Sekadau 200
13 KALTENG 1,650 -
1 Kab. Barito Utara 250
2 Kab. Kapuas 250
3 Kab. Kotawaringin Barat 150
4 Kab. Lamandau 250
5 Kab. Pulang Pisau 500
6 Kab. Barito Timur 250
NO.PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 98
Lanjutan
GP-PTT Non
Kawasan
GP-PTT
Kawasan
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
(Ha) (Ha)
14 KALSEL 7,500 1,500
1 Kab. Banjar 2,500
2 Kab. Kota Baru 500 1,500 L. Kering
3 Kab. Tabalong 2,000
4 Kab. Tanah Laut 1,000
5 Kab. Balangan 1,000
6 Kab. Tanah Bumbu 500
15 KALTIM 500 -
1 Kab. Berau 250
2 Kab. Kutai Barat 150
3 Kab. Penajem Paser Utr 100
16 SULUT 6,000 1,500
1 Kab. Bolaang Mangondow 500 1,500 L. Kering
2 Kab. Minahasa 1,000
3 Kab. Kep. Talaud 250
4 Kab. Minahasa Selatan 500
5 Kota Tomohon 250
6 Kab. Minahasa Utara 500
7 Kab. Minahasa Tenggara 1,000
8 Kab. Bolmong Utara 250
9 Kab. Sangihe 250
10 Kab. Bolmang Selatan 500
11 Kab. Bolmang Timur 250
12 Kota Bitung 250
13 Kota Manado 250
14 Kota Kotamobagu 250
17 SULTENG 5,000 -
1 Kab. Banggai 2,000
2 Kab. Poso 500
3 Kab. Tojo Una-Una 2,000
4 Kab. Morowali Utara 500
18 SULSEL 20,750 1,500
1 Kab. Bone 5,000
2 Kab. Maros 3,000
3 Kab. Pangkep 500
4 Kab. Pinrang 750
5 Kab. Sidenreng Rappang 2,000
6 Kab. Sinjai 1,000
7 Kab. Soppeng 4,500 1,500 L. Sawah
8 Kab. Wajo 4,000
NO.PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 99
Lanjutan
GP-PTT NON
KAWASAN
GP-PTT
KAWASAN
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
Luasan (Ha) Luasan (Ha)
19 SULTRA 5,795 -
1 Kab. Buton 500
2 Kab. Konawe 1,295
3 Kab. Kolaka 1,000
4 Kab. Muna 1,000
5 Kab. Konawe Selatan 1,000
6 Kab. Buton Utara 1,000
20 BALI 2,000 -
1 Kab. Badung 500
2 Kab. Gianyar 500
3 Kab. Klungkung 500
4 Kab. Tabanan 500
21 NTB 51,000 1,500
1 Kab. Bima 11,500 1,500 L. Kering
2 Kab. Dompu 12,000
3 Kab. Lombok Barat 3,000
4 Kab. Lombok Tengah 12,000
5 Kab. Lombok Timur 3,500
6 Kab. Sumbawa 6,000
7 Kab. Sumbawa Barat 2,000
8 Kota Mataram * 500
9 Kota Bima 500
22 NTT 1,505 -
1 Kab. Ende 50
2 Kab. Flores Timur 50
3 Kab. Lembata 100
4 Kab. Manggarai 500
5 Kab. Ngada 500
6 Kab. Manggarai Barat 250
7 Kab. Alor 30
8 Kab. Nagekeo 25
23 MALUKU 1,000 -
1 Kab. MTB 500
2 Kab. Maluku Tengah 200
3 Kab. Seram Bag Timur 300
24 PAPUA 2,000 -
1 Kab. Jayapura 500
2 Kab. Merauke 500
3 Kab. Mimika 100
4 Kab. Nabire 500
5 Kab. Sarmi 100
6 Kab. Keerom 200
7 Kab. Puncak Jaya 100
NO.PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 100
Lanjutan
GP-PTT Non
Kawasan
GP-PTT
Kawasan
Keterangan Lahan di
Lokasi Kawasan
(Ha) (Ha)
25 MALUT 500 -
1 Kab. Halmahera Timur 300
2 Kab. Halmahera Selatan 200
26 BANTEN 4,250 1,500
1 Kab. Lebak 1,500
2 Kab. Pandeglang 1,500 1,500 L. Kering
3 Kab. Serang 1,000
4 Kota Cilegon 250
27 GORONTALO 2,300 -
1 Kab. Boalemo 300
2 Kab. Gorontalo 1,000
3 Kab. Pohuwato 1,000
28 PAPUA BARAT 750 -
1 Kab. Sorong 50
2 Kab. Manokwari 500
3 Kab. Teluk Bintuni 50
4 Kab. Teluk Wondama 50
5 Kab. Kaimana 50
6 Kab Manokwari Selatan 50
29 SULBAR 6,000 -
1 Kab. Mamuju 2,000
2 Kab. Mamuju Utara 2,000
3 Kab. Mamuju Tengah 2,000
333,500 16,500
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTA
Total
NO.

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 101
Lampiran 4
RINCIAN LOKASI PERLUASAN AREAL TANAM MELALUI PENINGKATAN
INDEKS PERTANAMAN (PAT-PIP) KEDELAI APBN
TAHUN 2015
1 Sulawesi Tenggara 12,500
1 Konawe 2,500
2 Kolaka 2,500
3 Muna 2,000
4 Kolaka Timur 500
5 Konawe selatan 2,500
6 Buton Utara 1,500
7 Buton 1,000
2 5,000
1 Ogan Komering Ilir 2,000
2 OKU Selatan 500
3 Musi Rawas 500
4 Banyuasin 2,000
3 2,750
1 Mesuji 1,750
2 Tulang Bawang 500
3 Way Kanan 500
4 Jawa Barat 35,500
1 Garut 2,500
2 Bandung 1,000
3 Indramayu 21,500
4 Karawang 500
5 Bandung Barat 1,000
6 Kota Tasikmalaya 500
7 Pangandaran 4,000
8 Kota Banjar 500
9 Subang 2,000
10 Tasikmalaya 1,500
11 Purwakarta 500
5 Jawa Timur 16,500
1 Bangkalan 3,000
2 Banyuwangi 2,000
3 Blitar 500
4 Bojonegoro 500
5 Jember 2,000
6 Jombang 500
7 Nganjuk 1,000
8 Ngawi 500
9 Pasuruan 1,000
10 Ponorogo 4,500
11 Trenggalek 500
12 Tulung Agung -
13 Mojokerto 500
Sumsel
Lampung
Provinsi & Kabupaten/KotaNo Luas (Ha)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 102
Lanjutan
6 Jawa Tengah 4,500
1 Banjarnegara 200
2 Banyumas 500
3 Boyolali 1,300
4 Cilacap 500
5 Grobogan 500
6 Klaten 100
7 Pati 300
8 Pemalang 300
9 Rembang 500
10 Kudus 300
7 24,250
1 Lombok Tengah 8,000
2 Lombok Timur 1,000
3 Sumbawa 2,000
4 Kota Bima 750
5 Dompu 5,000
6 Bima 4,500
7 Sumbawa Barat 3,000
8 Kal. Selatan 5,500
1 Tanah Laut 1,000
2 Banjar 1,000
3 HST 1,000
4 Kota Baru 1,500
5 Tapin 1,000
9 Sul. Selatan 25,000
1 Wajo 500
2 Bone 16,500
3 Soppeng 5,000
4 Gowa 3,000
131,500
NTB
Provinsi & Kabupaten/Kota
Jumlah Nasional
No Luas (Ha)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 103
Lampiran 5
RINCIAN LOKASI PERLUASAN AREAL TANAM MELALUI PENINGKATAN
INDEKS PERTANAMAN (PAT-PIP) KEDELAI APBN-P
TAHUN 2015
1 Aceh 8,000
Kab. Aceh Timur 8,000
2 Sumut 10,000
Kab. Deli Serdang 1,000
Kab. Langkat 500
Kab. Tapanuli Selatan 500
Kab. Padang lawas 2,000
Kab Padang Lawas Utara 500
Nias Selatan 1,000
Batubara 500
Labuan Batu 500
Asahan 200
Binjai 100
Simalungun 500
Mandailing Natal 500
Serdang Bedagai 2,200
3 Riau 1,700
Kab. Kampar 500
Kab. Rokan Hulu 400
Kab Bengkalis 250
Kab. Indragiri hulu 50
Kab. Meranti 100
Kab. Indragiri hilir 400
4 J a m b i 8,500
Kab. Merangin 1,370
Kab. Soralangun 260
Kab. Bungo 1,750
Kab. Tebo 2,000
Kab. Batanghari 500
Kab. Muaro Jambi 1,250
Kab. Tanjab Barat 250
Kab. Tanjab Timur 870
Kab. Kerinci 250
NO PROVINSI / KABUPATEN LUAS TANAM
(HA)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 104
Lanjutan
5 Sumsel 25,000
Kab. Ogan Komering Ulu 15,000
Kab. Banyuasin 10,000
6 Lampung 41,000
Kab. Lampung Barat 3,000
Kab. Lampung Tengah 5,000
Kab. Lampung Utara 3,000
Kab. Lampung Timur 5,000
Kab. Tanggamus 3,000
Kab. Tulang Bawang 5,000
Kab. Waykanan 5,000
Kab. Mesuji 10,000
Kab. Pesisir Barat 2,000
7 Jabar 5,500
Kab. Indramayu 4,000
Kab. Subang 500
Kab. Tasikmalaya 500
Kab. Purwakarta 500
8 Jatim 8,300
Kab. Blitar 300
Kab. Kediri 5,000
Kab. Ponorogo 3,000
9 Banten 1,750
Kab. Pandeglang 1,500
Kab. Tangerang Selatan 250
NO PROVINSI / KABUPATEN LUAS TANAM
(HA)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 105
Lanjutan
10 NTB 25,000
Kab. Bima 2,500
Kab. Dompu 5,000
Kab. Lombok Barat 1,500
Kab. Lombok Tengah 6,250
Kab. Lombok Timur 1,000
Kab. Sumbawa 7,000
Kab. Sumbawa Barat 1,000
Kota Bima 750
11 NTT 5,185
Kab. Sumba Timur 1,000
Kab. Sumba Tengah 1,000
Kab. Lembata 1,000
Kab. Sumba Barat Daya 1,000
Kab. Manggarai Barat 300
Kab. Sikka 250
Kab. Ngada 500
Kab. Flores Timur 50
Kab. Alor 85
12 Kalbar 23,715
Kab. Bengkayang 100
Kab. Ketapang 250
Kab. Sambas 300
Kab Kubu Raya 12,300
Kab Melawi 150
Kab Sintang 50
Kab Landak 300
Kab. Kapuas Hulu 100
Kab. Sanggau 140
Kota Singkawang 25
Kab. Ayong Utara 10,000
NO PROVINSI / KABUPATEN LUAS TANAM
(HA)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 106
Lanjutan
13 Sulut 10,000
Kab. Bolaang Mangondow 2,000
Kab. Minahasa 2,000
Kab. Minahasa Selatan 1,500
Kab. Minahasa Utara 2,000
Kab. Minahasa Tenggara 1,500
Kab. Bolmang Selatan 500
Kab. Bolmang Timur 500
14 Sulsel 91,100
Kab. Bone 35,000
Kab. Maros 6,000
Kab. Pangkep 1,000
Kab. Bantaeng 1,000
Kab. Sidenreng Rappang 3,000
Kab. Sinjai 2,000
Kab. Soppeng 15,000
Kab. Wajo 12,000
Kab. Jeneponto 7,000
Kab. Bulukumba 3,000
Kab. Takalar 3,000
Kab. Gowa 3,000
Kota Makasar 100
15 Sultra 13,000
Kab. Buton 1,500
Kab. Konawe 3,000
Kab. Kolaka 2,000
Kab. Muna 2,000
Kab. Konawe Selatan 2,000
Kab. Bombana 500
Kab. Kolaka Timur 1,500
Kota Kendari 250
Kota Bau Bau 250
16 Sulbar 5,000
Kab. Mamuju 1,500
Kab. Mamuju Utara 1,500
Kab. Mamuju Tengah 2,000
NO PROVINSI / KABUPATEN LUAS TANAM
(HA)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 107
Lanjutan
17 Papua Barat 1,250
Kab. Sorong 75
Kab. Manokwari 500
Kab. Teluk Bintuni 100
Kab. Teluk Wondama 75
Kab. Kaimana 50
Kab Manokwari Selatan 100
Kab. Sorong Selatan 100
Kab Raja Ampat 50
Kab. Maybrat 100
Kab. Tambraw 50
Kab. Pegunungan Arfat 50
18 Kalimantan Utara 5,000
Kab. Bulungan 5,000
19 Maluku Utara 1,000
Kab Morotai 100
Kab. Halmahera Barat 50
Kab. Kep. Sula 350
Kab. Halmahera Timur 200
Kab. Halmahera Timur 300
20 Kalimantan Tengah 10,000
Kab. Kutai Timur 3,000
Kab. Kapuas 5,000
Kab. Pulang Pisau 2,000
300,000
NO PROVINSI / KABUPATEN LUAS TANAM
(HA)
INDONESIA

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 108
Lampiran 6
DATA CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CP/CL)
PELAKSANA KEGIATAN GP-PTT/PIP KEDELAI
TAHUN 2015
(Sesuai format field BPS)
Kabupaten :
Kegiatan : GP-PTT/PIP Kedelai
Kode_Prov Nama_ProvKode_Kab/ko
taNama_Kab/kota
Kode_Keca
matanNama_Kecamatan
Kode_Keluraha
n/DesaNama_Kelurahan/Desa
Nama Kelompok
Tani
Nama Ketua Kelompok
Tani
Nomor HP Ketua
Kelompok TaniNama Petani
Alamat per-Petani
(Desa, RT, RW)
11 ACEH 1101 KABUPATEN SIMEULUE 1101010 TEUPAH SELATAN 1101010001 LATIUNG
11 ACEH 1101 KABUPATEN SIMEULUE 1101010 TEUPAH SELATAN 1101010002 LABUHAN BAJAU
11 ACEH 1101 KABUPATEN SIMEULUE 1101010 TEUPAH SELATAN 1101010003 SUAK LAMATAN
11 ACEH 1101 KABUPATEN SIMEULUE 1101010 TEUPAH SELATAN 1101010004 ANA AO
Diteruskan ke kolom sebelahnya
Jenis
TanamanVarietas
Rencana
Tanam
Bln Jan
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Feb
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Mar
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Apr
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Mei
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Juni
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Juli
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Ags
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Sep
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Okt
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Nov
(Ha)
Rencana
Tanam
Bln Des
(Ha)
Ditetapkan, Tgl .... Bln ...Tahun 2015
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten......
(..........................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 109
Lampiran 7
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
NOMOR : .............................................2015
TENTANG
PENETAPAN KELOMPOK TANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
(BANSOS) GP-PTT/PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN *) KEDELAI
TAHUN ANGGARAN 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus
diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
b. Bahwa Peningkatan produksi kedelai tahun 2015
difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui
penerapan teknologi dalam GP-PTT/Peningkatan Indeks
Pertanaman (PIP) Kedelai *).
c. Bahwa pelaksanaan GP-PTT/ Peningkatan Indeks
Pertanaman (PIP) kedelai *) untuk peningkatan
produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu
ditetapkan kelompok tani penerima Bansos.
d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c
perlu ditetapkan Kelompok tani Penerima Bantuan GP-

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 110
PTT/ Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP)) Kedelai *)
Tahun Anggaran 2015.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor .............. Tahun .............
tentang ................;
2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun
............. tentang ................;
3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor ..............
Tahun ............. tentang ................;
4. dst
Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor
.................. Tanggal ............. Bulan .........................
Tahun ..................
2. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun
2015.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Penetapan Kelompok tani penerima bantuan GP-PTT/
Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) *) kedelai tahun
anggaran 2015 sebagaimana tercantum dalam lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Kelompok tani sebagaimana dimaksud pada Diktum
PERTAMA berhak menerima dana bantuan benih
bersubsidi GP-PTT .....................................................**)
yang dibiayai dari dana APBN Kementerian Pertanian
melalui anggaran tugas pembantuan pada DIPA***)
Dinas pertanian Kabupaten / Kota Nomor .....................
Tanggal.................. bulan .............. tahun..............

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 111
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :............................
Pada Tanggal : ...........................
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
.................................................
NIP............................................
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.
*) Coret yang tidak perlu
**) Bantuan benih subsidi untuk GP-PTT dan Peningkatan Indeks
Pertanaman bantuan berupa saprodi
***) Disesuaikan dengan sumber bantuan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 112
Lampiran 8
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KABUPATEN/KOTA
PENETAPAN KELOMPOK TANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
UNTUK LL DAN DANA PERTEMUAN KELOMPOK GP-PTT/
PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (PIP) *) KEDELAI TAHUN 2015
Nama Nomor Jumlah Alamat Bank
Poktan/Gapoktan Desa Kec Rekening (Rp) Cabang, Unit
1
2
3
4
5
dst
No. Nama Ketua
Jumlah
Alamat
Ditetapkan, ........ Bulan ......... 2015
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
(........................................................)
NIP
Ket : *) Pilih salah satu

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 113
Lampiran 9
RENCANA USAHA KELOMPOK (RUK)
PELAKSANA GP-PTT/PIP TAHUN 2015
Nama Kelompok Tani :
Alamat Kelompok Tani :
Luas Lahan :
Jumlah Anggota Poktan :
Rincian Kebutuhan Kel. :
Komoditi :
Varietas :
Uraian Volume Harga Satuan Jumlah
Kebutuhan (Kg) (Rp) (Rp)
1
2
3
dst
No Jenis
Mengetahui,
Penyuluh/Petugas
Pertanian
(.....................................)
Bendahara Kelompok,
(................................)
.................,...........2015
Ketua Kelompok Tani
(...............................)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 114
Lampiran 10
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : …………………..
selaku Ketua Kelompok Tani ......................... Desa …….…………….
Kecamatan ………………. Kabupaten ………………… dengan ini
menyatakan bahwa dana bantuan sosial yang kami terima sebesar Rp
…………… akan kami gunakan :
a. Untuk pembelian saprodi GP-PTT/ Peningkatan Indeks Pertanaman
(PIP)*) kedelai
b. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman,
pemeliharaan sampai panen di areal GP-PTT/ Peningkatan Indeks
Pertanaman (PIP) *) kedelai dan sanggup mengembalikan dana
bantuan sosial apabila tidak sesuai peruntukannya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya .
Mengetahui
Petugas Lapangan
(......................................)
...............,...................... 2015
Ketua Kelompok tani
Materai 6.000
(.....................................)
Ket : *) Coret yang tidak perlu

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 115
Pembentukan Tim Teknis Kab/Kota
Menyusun Juknis dan Kriteria Seleksi CP/CL
Seleksi Tahap-I Administrasi
Seleksi Tahap-II Penilaian Proposal/Usulan Kelompok
Tani
Forum Musyawarah & Berita Acara CP/CL
Penetapan Kelompok tani
Kelompok Sasaran
KPA/PPK
SPP-LS
KPPN
Bank Terdekat
SPM-LS
SP2D
Menyusun RUK didampingi PPL
& diverifikasi dan disahkan
Tim Teknis Kab/Kota
Membuka Rekening di Bank
Pencairan dana dari Rekening
Lampiran 11
MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SOSIAL
GP-PTT/PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (PIP) KEDELAI
POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TA. 2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 116
Lampiran 12
BERITA ACARA
PENERIMAAN DANA BANTUAN SOSIAL GP-PTT/
PERLUASAN AREAL TANAM MELALUI PENINGKATAN INDEKS
PERTANAMAN (PAT- PIP) TAHUN 2015
Nama Kelompok :
Alamat :
Kecamatan :
Desa :
Jumlah Dana
Yang Diterima
(Rp)
1
2
3
4
5
6
dst
Nama AnggotaNo. Tanda Tangan
Mengetahui,
PPL/KCD/Petugas Pertanian
Kabupaten/Kota
(…………………………………)
NIP
....………., ………………2015
Ketua Kelompok Tani
(……………………….)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 117
Lampiran 13
LAPORAN KELOMPOK TANI PELAKSANA GP-PTT/
PERLUASAN AREAL TANAM (PAT) *) KEDELAI
TAHUN 2015
I. Lokasi
1. Nama Kelompok Tani
2. Jumlah Anggota
3. Luas Areal
4. Desa
5. Kecamatan
6. Kabupaten
:
:
:
:
:
:
II. Teknologi
1. Komoditi
2. Varietas
3. Komp. Teknologi PTT
a. Benih Varietas Unggul
b. Perlakuan Benih
c. dst
:
:
:
: ……………………. Kg
: ……………………. Kg
III. Hasil
Pemandu Lapangan/Penyuluh/KCD
(..................................................)

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 118
Lampiran 14
BLANKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI GP-PTT/PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (PIP) *)
KEDELAI TAHUN 2015
Kecamatan :
Bulan :
Unit (Ha) Unit (Ha) (%)Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Sasaran
No.
Jumlah
SL-PTT
(Unit)
Dilaksanakan
MH 13/14 (Ha)Keterangan
Realisasi Tanam Realisasi
Desa PoktanBulan
Tanam
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu
...................., .................... 2015
Petugas penyuluh Pertanian/
Kepala Cabang Dinas Pertanian
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 119
Lampiran 15
BLANKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI GP-PTT KEDELAI
TAHUN 2015
Kabupaten :
Bulan :
Desa Poktan Unit HaProses
(Ha)
Cair
(Ha)Unit Ha %
Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Jumlah
No. Kecamatan
Luas Areal SK
Penetapan
CPCL (Ha)
Pengajuan ke
BankRealisasi Tanam Realisasi
Dilaksanakan
MH 13/14 (Ha)Keterangan
Bulan
Tanam
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 120
Lampiran 16
BLANKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (PIP) KEDELAI
TAHUN 2015
Kabupaten :
Bulan :
Desa Poktan Unit HaProses
(Ha)
Cair
(Ha)Unit Ha %
Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Jumlah
No. Kecamatan
Luas Areal SK
Penetapan
CPCL (Ha)
Pengajuan ke
BankRealisasi Tanam Realisasi
Dilaksanakan
MH 13/14 (Ha)Keterangan
Bulan
Tanam
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 121
Lampiran 17
BLANKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI GP-PTT KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Bulan :
Kec. Desa Poktan Unit HaProses
(Ha)
Cair
(Ha)Unit Ha %
Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Jumlah
No. Kab/Kota
Luas Areal SK
Penetapan
CPCL (Ha)
Pengajuan ke Realisasi Tanam Realisasi Dilaksanakan
MH 13/14
(Ha)
Keterangan
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 122
Lampiran 18
BLANKO LAPORAN AKHIR PROVINSI
REALISASI GP-PTT KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Bulan :
UnitLuas Areal
(Ha)Unit Ha %
Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Bulan
Tanam
Provitas
dalam LL
(Ku/Ha)
Provitas
sebelum
SL (Ku/Ha)
Provitas Non
SL pada MT
yang sama
(Ku/Ha)
No. Kab/Kota
Target SK
Penetapan
CPCL (Ha)
Realisasi Tanam Realisasi Tidak
Dilaksanakan
(Ha)
Keterangan
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 123
Lampiran 19
BLANKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Bulan :
Kec. Desa Poktan Unit Ha %Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Jumlah Luas
Areal
(Ha)
No. Kab/Kota
SK
Penetapan
CPCL (Ha)
Realisasi Tanam RealisasiDilaksanakan
MH 13/14 (Ha)Keterangan
Bulan
Tanam
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 124
Lampiran 20
BLANKO LAPORAN AKHIR
PERLUASAN PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Bulan :
Unit
Luas
Areal
(Ha)
Unit Ha %
Luas
Panen
(Ha)
Provitas
(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
1
2
3
4
5 dst
Jumlah
Bulan
TanamNo. Kab/Kota
TargetSK
Penetapan
CPCL (Ha)
Realisasi Tanam RealisasiTidak
Dilaksanakan
(Ha)
Keterangan
...................., .................... 2015
Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 125
Lampiran 21
BLANKO LAPORAN AWAL
PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
No.Kabupaten/K
ota
Kegiatan
Pengembangan
Budidaya KedelaiGP3K IP Lahan Perkebunan Lahan Tidur/Rawa
Pengembangan
TumpangsariSwadayaLahan Transmigrasi
Jumlah
...................., .................... 2015
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 126
Lampiran 22
BLANKO LAPORAN BULANAN
PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Bulan :
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
Sasaran
(Ha)
Realisasi
Tanam (Ha)
GP3K IP Lahan Perkebunan Lahan Tidur/RawaPengembangan
TumpangsariSwadaya
No.Lahan TrasmigrasiKabupaten/K
ota
Kegiatan
Jumlah
Pengembangan Budidaya
Kedelai
...................., .................... 2015
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 127
Lampiran 23
BLANKO LAPORAN AKHIR
PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI
TAHUN 2015
Provinsi :
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
Sasaran
(Ha)
Jadwal
Tanam
JumlahNo.Kabupaten/K
ota
Kegiatan
Pengembangan
Budidaya KedelaiGP3K IP Lahan TransmigrasiLahan Perkebunan Lahan Tidur/Rawa
Pengembangan
TumpangsariSwadaya
...................., .................... 2015
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
(..................................................)
NIP

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 128
Lampiran 24
SASARAN KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI
TAHUN 2015
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
ACEH 45.000 2.250.000 81.180.000 - - 8.000 400.000 15.472.000 -
1 Aceh Aceh Barat - - - - - - -
2 Aceh Aceh Barat Daya 500 25.000 902.000 - - - - -
3 Aceh Aceh Besar 500 25.000 902.000 - - - - -
4 Aceh Aceh Jaya 2.000 100.000 3.608.000 - - - - -
5 Aceh Aceh Selatan 1.500 75.000 2.706.000 - - - - -
6 Aceh Aceh Singkil - - - - - - -
7 Aceh Aceh Tamiang 6.000 300.000 10.824.000 - - - - -
8 Aceh Aceh Tengah 500 25.000 902.000 - - - - -
9 Aceh Aceh Tenggara - - - - - - -
10 Aceh Aceh Timur 8.000 400.000 14.432.000 - - 8.000 400.000 15.472.000 -
11 Aceh Aceh Utara 13.500 675.000 24.354.000 - - - - -
12 Aceh Bener Meriah - - - - - - -
13 Aceh Bireuen 6.000 300.000 10.824.000 - - - - - -
14 Aceh Gayolues - - - - - - -
15 Aceh Kota Banda Aceh - - - - - - -
16 Aceh Kota Langsa - - - - - - -
17 Aceh Lhokseumawe - - - - - - -
18 Aceh Nagan Raya - - - - - - -
19 Aceh Pidie 3.000 150.000 5.412.000 - - - - -
20 Aceh Pidie Jaya 3.500 175.000 6.314.000 - - - - -
21 Aceh Sabang - - - - - - -
22 Aceh Simeulue - - - - - - -
23 Aceh Subulussalam - - - - - - -
SUMUT 1.700 85.000 3.066.800 - - 10.000 500.000 19.340.000 -
1 Sumatera Utara Asahan - - - - 200 10.000 386.800 -
2 Sumatera Utara Batu Bara - - - - 500 25.000 967.000 -
3 Sumatera Utara Binjai - - - - 100 5.000 193.400 -
4 Sumatera Utara Dairi - - - - - - -
5 Sumatera Utara Deli Serdang 250 12.500 451.000 - - 1.000 50.000 1.934.000 -
6 Sumatera Utara Gunungsitoli - - - - - - -
7 Sumatera Utara Humbang Hasundutan - - - - - - -
8 Sumatera Utara Karo - - - - - - -
9 Sumatera Utara Labuhan Batu - - - - - - -
10 Sumatera Utara Labuhanbatu Selatan - - - - - - -
11 Sumatera Utara Labuhanbatu Utara - - - - - - -
12 Sumatera Utara Langkat - - - - 500 25.000 967.000 -
13 Sumatera Utara Mandailing Natal - - - - - - -
14 Sumatera Utara Medan - - - - - - -
15 Sumatera Utara Nias 250 12.500 451.000 - - 500 25.000 967.000 -
16 Sumatera Utara Nias Barat - - - - 500 25.000 967.000 -
17 Sumatera Utara Nias Selatan - - - - - - -
18 Sumatera Utara Nias Utara - - - - - - -
19 Sumatera Utara Padang Lawas - - - - - - -
20 Sumatera Utara Padang Lawas Utara - - - - 1.000 50.000 1.934.000 -
21 Sumatera Utara Padang Sidempuan - - - - - - -
22 Sumatera Utara Pematang Siantar 500 25.000 902.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
23 Sumatera Utara Phak-Phak Barat 500 25.000 902.000 - - 500 25.000 967.000 -
24 Sumatera Utara Samosir - - - - - - -
25 Sumatera Utara Serdang Bedagai - - - - - - -
26 Sumatera Utara Sibolga - - - - - - -
27 Sumatera Utara Simalungun - - - - 2.200 110.000 4.254.800 -
28 Sumatera Utara Tanjung Balai - - - - 500 25.000 967.000 -
29 Sumatera Utara Tapanuli Selatan 200 10.000 360.800 - - 500 25.000 967.000 -
30 Sumatera Utara Tapanuli Tengah - - - - - - -
31 Sumatera Utara Tapanuli Utara - - - - - - -
32 Sumatera Utara Tebing Tinggi - - - - - - -
33 Sumatera Utara Toba Samosir - - - - - - -
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 129
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
SUMATERA BARAT - - - - - - 680 34.000 -
1 Sumatera Barat Agam - - - - - - 52 2.600
2 Sumatera Barat Bukittinggi - - - - - - -
3 Sumatera Barat Dharmasraya - - - - - - -
4 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai - - - - - - -
5 Sumatera Barat Kota Padang - - - - - - -
6 Sumatera Barat Kota Solok - - - - - - -
7 Sumatera Barat Lima Puluh Koto - - - - - - -
8 Sumatera Barat Padang Panjang - - - - - - -
9 Sumatera Barat Padang Pariaman - - - - - - -
10 Sumatera Barat Pariaman - - - - - - -
11 Sumatera Barat Pasaman - - - - - - 68 3.400
12 Sumatera Barat Pasaman Barat - - - - - - 301 15.050
13 Sumatera Barat Payakumbuh - - - - - - -
14 Sumatera Barat Pesisir Selatan - - - - - - 118 5.900
15 Sumatera Barat Sawah Lunto - - - - - - -
16 Sumatera Barat Sijunjung - - - - - - -
17 Sumatera Barat Solok - - - - - - 55 2.750
18 Sumatera Barat Solok Selatan - - - - - - 86 4.300
19 Sumatera Barat Tanah Datar - - - - - - -
20 Sumatera Barat Sawah Lunto Sijunjung - - - - - - -
RIAU 2.200 110.000 3.968.800 - - 1.700 85.000 3.287.800 580 29.000
1 Riau Bengkalis - - - - 250 12.500 483.500 -
2 Riau Dumai - - - - - - -
3 Riau Indragiri Hilir - - - - 400 20.000 773.600 -
4 Riau Indragiri Hulu - - - - 50 2.500 96.700 -
5 Riau Kampar 500 25.000 902.000 - - 500 25.000 967.000 -
6 Riau Kepulauan Meranti - - - - 100 5.000 193.400 -
7 Riau Kota Pekan Baru - - - - - - -
8 Riau Kuantan Singingi - - - - - - -
9 Riau Pelalawan - - - - - - -
10 Riau Rokan Hilir 1.500 75.000 2.706.000 - - - - 462 23.100
11 Riau Rokan Hulu 200 10.000 360.800 - - 400 20.000 773.600 118 5.900
12 Riau Siak - - - - - - -
JAMBI 5.000 250.000 9.020.000 - - 8.500 425.000 16.439.000 1.353 67.650
1 Jambi Batang Hari 250 12.500 451.000 - - 500 25.000 967.000 -
2 Jambi Bungo 500 25.000 902.000 - - 1.750 87.500 3.384.500 348 17.400
3 Jambi Jambi - - - - - - -
4 Jambi Kerinci 500 25.000 902.000 - - 250 12.500 483.500 -
5 Jambi Merangin 500 25.000 902.000 - - 1.370 68.500 2.649.580 409 20.450
6 Jambi Muaro Jambi 250 12.500 451.000 - - 1.250 62.500 2.417.500 -
7 Jambi Sarolangun 500 25.000 902.000 - - 260 13.000 502.840 177 8.850
8 Jambi Sungai Penuh - - - - - - -
9 Jambi Tanjung Jabung Barat - - - - 250 12.500 483.500 -
10 Jambi Tanjung Jabung Timur 500 25.000 902.000 - - 870 43.500 1.682.580 -
11 Jambi Tebo 2.000 100.000 3.608.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 419 20.950
12 Jambi Muaro Bungo
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 130
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
SUMATERA SELATAN 10.250 512.500 18.491.000 5.000 250.000 9.670.000 25.000 1.250.000 48.350.000 -
1 Sumatera Selatan Banyuasin 1.500 75.000 2.706.000 2.000 100.000 3.868.000 10.000 500.000 19.340.000 -
2 Sumatera Selatan Empat Lawang 400 20.000 721.600 - - - - -
3 Sumatera Selatan Lahat 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
4 Sumatera Selatan Lubuk Linggau - - - - - - -
5 Sumatera Selatan Muara Enim 500 25.000 902.000 500 25.000 967.000 - - -
6 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1.500 75.000 2.706.000 - - - - -
7 Sumatera Selatan Musi Rawas 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
8 Sumatera Selatan Ogan Ilir 250 12.500 451.000 - - - - -
9 Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir 2.000 100.000 3.608.000 2.000 100.000 3.868.000 - - -
10 Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu 1.000 50.000 1.804.000 - - 15.000 750.000 29.010.000 -
11 Sumatera Selatan Oku Selatan - - 500 25.000 967.000 - - -
12 Sumatera Selatan Oku Timur 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
13 Sumatera Selatan Pagaralam 100 5.000 180.400 - - - - -
14 Sumatera Selatan Palembang - - - - - - -
15 Sumatera Selatan Penukal Abab Lematang Ilir - - - - - - -
16 Sumatera Selatan Prabumulih - - - - - - -
BENGKULU 8.000 400.000 14.432.000 - - - - - 68 3.400
1 Bengkulu Bengkulu - - - - - - -
2 Bengkulu Bengkulu Selatan 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
3 Bengkulu Bengkulu Tengah 500 25.000 902.000 - - - - -
4 Bengkulu Bengkulu Utara 1.500 75.000 2.706.000 - - - - -
5 Bengkulu Kaur 500 25.000 902.000 - - - - -
6 Bengkulu Kepahiang 500 25.000 902.000 - - - - -
7 Bengkulu Lebong 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
8 Bengkulu Muko Muko 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
9 Bengkulu Rejang Lebong 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 68 3.400
10 Bengkulu Seluma 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
LAMPUNG 9.550 477.500 17.228.200 2.750 137.500 5.318.500 41.000 2.050.000 79.294.000 2.164 108.200
1 Lampung Bandar Lampung - - - - - - -
2 Lampung Lampung Barat 350 17.500 631.400 - - 3.000 150.000 5.802.000 -
3 Lampung Lampung Selatan 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 364 18.200
4 Lampung Lampung Tengah 1.500 75.000 2.706.000 - - 5.000 250.000 9.670.000 500 25.000
5 Lampung Lampung Timur 1.000 50.000 1.804.000 - - 5.000 250.000 9.670.000 500 25.000
6 Lampung Lampung Utara 500 25.000 902.000 - - 3.000 150.000 5.802.000 -
7 Lampung Mesuji 250 12.500 451.000 1.750 87.500 3.384.500 10.000 500.000 19.340.000 -
8 Lampung Metro - - - - - - -
9 Lampung Pesawaran - - - - - - -
10 Lampung Pesisir Barat 250 12.500 451.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
11 Lampung Pringsewu 700 35.000 1.262.800 - - - - -
12 Lampung Tanggamus 1.000 50.000 1.804.000 - - 3.000 150.000 5.802.000 500 25.000
13 Lampung Tulang Bawang 2.500 125.000 4.510.000 500 25.000 967.000 5.000 250.000 9.670.000 -
14 Lampung Tulang Bawang Barat - - - - - - -
15 Lampung Way Kanan 500 25.000 902.000 500 25.000 967.000 5.000 250.000 9.670.000 300 15.000
BANGKA BELITUNG
1 Bangka Belitung Bangka - - - - - - - - - - - -
2 Bangka Belitung Bangka Barat - - - - - - - - - - - -
3 Bangka Belitung Bangka Selatan - - - - - - - - - - - -
4 Bangka Belitung Bangka Tengah - - - - - - - - - - - -
5 Bangka Belitung Belitung - - - - - - - - - - - -
6 Bangka Belitung Belitung Timur - - - - - - - - - - - -
7 Bangka Belitung Pangkalpinang - - - - - - - - - - - -
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 131
Lanjutan
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
KEPULAUAN RIAU - - - - - - 18 900
1 Kep. Riau B A T A M - - - - - - - 5 250
2 Kep. Riau Bintan - - - - - - - 3 150
3 Kep. Riau Karimun - - - - - - - -
4 Kep. Riau Kepulauan Anambas - - - - - - - -
5 Kep. Riau Lingga - - - - - - - -
6 Kep. Riau Natuna - - - - - - - 10 500
7 Kep. Riau Tanjung Pinang - - - - - - - -
DKI JAKARTA
1 DKI Jakarta Jakarta Barat - - - - - - - - - - - -
2 DKI Jakarta Jakarta Pusat - - - - - - - - - - - -
3 DKI Jakarta Jakarta Selatan - - - - - - - - - - - -
4 DKI Jakarta Jakarta Timur - - - - - - - - - - - -
5 DKI Jakarta Jakarta Utara - - - - - - - - - - - -
6 DKI Jakarta Kepulauan Seribu - - - - - - - - - - - -
JAWA BARAT 43.750 2.187.500 78.925.000 35.500 1.775.000 68.657.000 5.500 275.000 10.637.000 15.266 763.300
1 Jawa Barat Bandung - 1.000 50.000 1.934.000 - - -
2 Jawa Barat Bandungbarat 1.750 87.500 3.157.000 1.000 50.000 1.934.000 - - 500 25.000
3 Jawa Barat Bekasi - - - - - -
4 Jawa Barat Bogor - - - - - - -
5 Jawa Barat Ciamis 5.000 250.000 9.020.000 - - - - -
6 Jawa Barat Cianjur 10.000 500.000 18.040.000 - - - - 1.000 50.000
7 Jawa Barat Cirebon 500 25.000 902.000 - - - - -
8 Jawa Barat Garut 2.000 100.000 3.608.000 2.500 125.000 4.835.000 - - 5.000 250.000
9 Jawa Barat Indramayu 11.500 575.000 20.746.000 21.500 1.075.000 41.581.000 4.000 200.000 7.736.000 1.266 63.300
10 Jawa Barat Karawang 1.000 50.000 1.804.000 500 25.000 967.000 - - -
11 Jawa Barat Kota Bandung - - - - - - -
12 Jawa Barat Kota Banjar - - 500 25.000 967.000 - - -
13 Jawa Barat Kota Bekasi - - - - - - -
14 Jawa Barat Kota Bogor - - - - - - -
15 Jawa Barat Kota Cimahi - - - - - - -
16 Jawa Barat Kota Cirebon - - - - - - -
17 Jawa Barat Kota Depok - - - - - - -
18 Jawa Barat Kota Sukabumi - - - - - - -
19 Jawa Barat Kota Tasikmalaya - - 500 25.000 967.000 - - -
20 Jawa Barat Kuningan 500 25.000 902.000 - - - - -
21 Jawa Barat Majalengka 2.500 125.000 4.510.000 - - - - -
22 Jawa Barat Pangandaran - - 4.000 200.000 7.736.000 - - -
23 Jawa Barat Purwakarta - - 500 25.000 967.000 500 25.000 967.000 -
24 Jawa Barat Subang 1.000 50.000 1.804.000 2.000 100.000 3.868.000 500 25.000 967.000 1.500 75.000
25 Jawa Barat Sukabumi 4.000 200.000 7.216.000 - - - - 2.000 100.000
26 Jawa Barat Sumedang 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 1.000 50.000
27 Jawa Barat Tasikmalaya 3.000 150.000 5.412.000 1.500 75.000 2.901.000 500 25.000 967.000 3.000 150.000
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 132
Lanjutan
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
JAWA TENGAH 39.250 1.962.500 70.807.000 4.500 225.000 8.703.000 - - - 37.923 1.896.150
1 Jawa Tengah Banjarnegara - - 200 10.000 386.800 - - -
2 Jawa Tengah Banyumas 3.000 150.000 5.412.000 500 25.000 967.000 - - 500 25.000
3 Jawa Tengah Batang - - - - - - -
4 Jawa Tengah Blora 4.000 200.000 7.216.000 - - - - 1.600 80.000
5 Jawa Tengah Boyolali 1.000 50.000 1.804.000 1.300 65.000 2.514.200 - - 500 25.000
6 Jawa Tengah Brebes 500 25.000 902.000 - - - - 2.500 125.000
7 Jawa Tengah Cilacap 1.000 50.000 1.804.000 500 25.000 967.000 - - 2.000 100.000
8 Jawa Tengah Demak - - - - - - 1.000 50.000
9 Jawa Tengah Grobogan 8.000 400.000 14.432.000 500 25.000 967.000 - - 8.756 437.800
10 Jawa Tengah Jepara - - - - - - 200 10.000
11 Jawa Tengah Karanganyar - - - - - - -
12 Jawa Tengah Kebumen 7.250 362.500 13.079.000 - - - - 3.100 155.000
13 Jawa Tengah Kendal 500 25.000 902.000 - - - - 500 25.000
14 Jawa Tengah Klaten 1.000 50.000 1.804.000 100 5.000 193.400 - - 1.000 50.000
15 Jawa Tengah Kota Magelang - - - - - - -
16 Jawa Tengah Kota Pekalongan - - - - - - -
17 Jawa Tengah Kota Salatiga - - - - - - -
18 Jawa Tengah Kota Semarang - - - - - - -
19 Jawa Tengah Kota Surakarta - - - - - - -
20 Jawa Tengah Kota Tegal - - - - - - -
21 Jawa Tengah Kudus - - 300 15.000 580.200 - - 67 3.350
22 Jawa Tengah Magelang - - - - - - -
23 Jawa Tengah Pati 2.000 100.000 3.608.000 300 15.000 580.200 - - 2.500 125.000
24 Jawa Tengah Pekalongan - - - - - - 200 10.000
25 Jawa Tengah Pemalang - - 300 15.000 580.200 - - -
26 Jawa Tengah Purbalingga - - - - - - -
27 Jawa Tengah Purworejo 4.000 200.000 7.216.000 - - - - 3.000 150.000
28 Jawa Tengah Rembang 2.000 100.000 3.608.000 500 25.000 967.000 - - 3.500 175.000
29 Jawa Tengah Semarang - - - - - - -
30 Jawa Tengah Sragen 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 1.500 75.000
31 Jawa Tengah Sukoharjo 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 500 25.000
32 Jawa Tengah Tegal - - - - - - -
33 Jawa Tengah Temanggung - - - - - - -
34 Jawa Tengah Wonogiri 3.000 150.000 5.412.000 - - - - 5.000 250.000
35 Jawa Tengah Wonosobo - - - - - - -
DIY 4.000 200.000 7.216.000 - - - - - 11.826 591.300
1 DIY Bantul 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 500 25.000
2 DIY Gunung Kidul 2.000 100.000 3.608.000 - - - - 9.626 481.300
3 DIY Kota Yogyakarta - - - - - - -
4 DIY Kulon Progo 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 1.500 75.000
5 DIY Sleman - - - - - - 200 10.000
JAWA TIMUR 54.250 2.712.500 97.867.000 16.500 825.000 31.911.000 8.300 415.000 16.052.200 137.943 6.897.150
1 Jawa Timur Bangkalan 2.500 125.000 4.510.000 3.000 150.000 5.802.000 - - 3.000 150.000
2 Jawa Timur Banyuwangi 7.000 350.000 12.628.000 2.000 100.000 3.868.000 - - 28.228 1.411.400
3 Jawa Timur Blitar 3.500 175.000 6.314.000 500 25.000 967.000 300 15.000 580.200 10.000 500.000
4 Jawa Timur Bojonegoro 2.000 100.000 3.608.000 500 25.000 967.000 - - -
5 Jawa Timur Bondowoso - - - - - - -
6 Jawa Timur Gresik 500 25.000 902.000 - - - - 1.000 50.000
7 Jawa Timur Jember 3.000 150.000 5.412.000 2.000 100.000 3.868.000 - - 9.000 450.000
8 Jawa Timur Jombang 2.000 100.000 3.608.000 500 25.000 967.000 - - -
9 Jawa Timur Kediri 250 12.500 451.000 - - 5.000 250.000 9.670.000 -
10 Jawa Timur Kota Batu - - - - - - -
11 Jawa Timur Kota Blitar - - - - - - -
12 Jawa Timur Kota Kediri - - - - - - -
13 Jawa Timur Kota Madiun - - - - - - -
14 Jawa Timur Kota Malang - - - - - - -
15 Jawa Timur Kota Mojokerto - - - - - - -
16 Jawa Timur Kota Pasuruan - - - - - - -
17 Jawa Timur Kota Probolinggo - - - - - - -
18 Jawa Timur Kota Surabaya - - - - - - -
19 Jawa Timur Lamongan 2.000 100.000 3.608.000 - - - - 18.000 900.000
20 Jawa Timur Lumajang 500 25.000 902.000 - - - - -
21 Jawa Timur Madiun 2.500 125.000 4.510.000 - - - - -
22 Jawa Timur Magetan 2.000 100.000 3.608.000 - - - - -
23 Jawa Timur Malang - - - - - - 400 20.000
24 Jawa Timur Mojokerto 1.000 50.000 1.804.000 500 25.000 967.000 - - 2.500 125.000
25 Jawa Timur Nganjuk 3.000 150.000 5.412.000 1.000 50.000 1.934.000 - - -
26 Jawa Timur Ngawi 2.000 100.000 3.608.000 500 25.000 967.000 - - 10.000 500.000
27 Jawa Timur Pacitan 4.000 200.000 7.216.000 - - - - -
28 Jawa Timur Pamekasan - - - - - - 400 20.000
29 Jawa Timur Pasuruan 3.000 150.000 5.412.000 1.000 50.000 1.934.000 - - 15.000 750.000
30 Jawa Timur Ponorogo 5.000 250.000 9.020.000 4.500 225.000 8.703.000 3.000 150.000 5.802.000 5.000 250.000
31 Jawa Timur Probolinggo 500 25.000 902.000 - - - - -
32 Jawa Timur Sampang - - - - - - - - - 24.000 1.200.000
33 Jawa Timur Sidoarjo 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 500 25.000
34 Jawa Timur Situbondo - - - - - - -
35 Jawa Timur Sumenep 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 6.000 300.000
36 Jawa Timur Trenggalek 4.000 200.000 7.216.000 500 25.000 967.000 - - -
37 Jawa Timur Tuban - - - - - - 415 20.750
38 Jawa Timur Tulungagung 2.000 100.000 3.608.000 - - - - 4.500 225.000
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 133
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
BANTEN 5.750 287.500 10.373.000 - - 1.750 87.500 3.384.500 2.423 121.150
1 Banten Kota Cilegon 250 12.500 451.000 - - - - -
2 Banten Kota Serang - - - - - - -
3 Banten Kota Tangerang - - - - - - -
4 Banten Kota Tangerang Selatan - - - - 250 12.500 483.500 -
5 Banten Lebak 1.500 75.000 2.706.000 - - - - 1.423 71.150
6 Banten Pandeglang 3.000 150.000 5.412.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 1.000 50.000
7 Banten Serang 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
8 Banten Tangerang - - - - - - -
BALI 2.000 100.000 3.608.000 - - - - 4.050 202.500
1 Bali Badung 500 25.000 902.000 - - - - 500 25.000
2 Bali Bangli - - - - - - 17 850
3 Bali Buleleng - - - - - - 100 5.000
4 Bali Gianyar 500 25.000 902.000 - - - - 537 26.850
5 Bali Jembrana - - - - - - 1.700 85.000
6 Bali Karang Asem - - - - - - 42 2.100
7 Bali Klungkung 500 25.000 902.000 - - - - 500 25.000
8 Bali Kota Denpasar - - - - - - 180 9.000
9 Bali Tabanan 500 25.000 902.000 - - - - 474 23.700
NTB 52.500 2.625.000 94.710.000 24.250 1.212.500 46.899.500 25.000 1.250.000 48.350.000 -
1 Nusa Tenggara Barat Bima 13.000 650.000 23.452.000 4.500 225.000 8.703.000 2.500 125.000 4.835.000 -
2 Nusa Tenggara Barat Dompu 12.000 600.000 21.648.000 5.000 250.000 9.670.000 5.000 250.000 9.670.000 -
3 Nusa Tenggara Barat Kota Bima 500 25.000 902.000 750 37.500 1.450.500 750 37.500 1.450.500 -
4 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 500 25.000 902.000 - - 1.000 50.000 1.934.000 -
5 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 3.000 150.000 5.412.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 -
6 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah 12.000 600.000 21.648.000 8.000 400.000 15.472.000 6.250 312.500 12.087.500 -
7 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur 3.500 175.000 6.314.000 1.000 50.000 1.934.000 1.000 50.000 1.934.000 -
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara - - - - - - -
9 Nusa Tenggara Barat Sumbawa 6.000 300.000 10.824.000 2.000 100.000 3.868.000 7.000 350.000 13.538.000 -
10 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat 2.000 100.000 3.608.000 3.000 150.000 5.802.000 - - -
NTT 1.505 75.250 2.715.020 - - - 5.185 259.250 10.027.790 2.725 136.250
1 Nusa Tenggara Timur Alor 30 1.500 54.120 - - 85 4.250 164.390 45 2.250
2 Nusa Tenggara Timur Belu - - - - - - -
3 Nusa Tenggara Timur Ende 50 2.500 90.200 - - - - 23 1.150
4 Nusa Tenggara Timur Flores Timur 50 2.500 90.200 - - 50 2.500 96.700 -
5 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang - - - - - - -
6 Nusa Tenggara Timur Kupang - - - - - - 20 1.000
7 Nusa Tenggara Timur Lembata 100 5.000 180.400 - - 1.000 50.000 1.934.000 -
8 Nusa Tenggara Timur Manggarai 500 25.000 902.000 - - - - 150 7.500
9 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat 250 12.500 451.000 - - 300 15.000 580.200 852 42.600
10 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur - - - - - - 750 37.500
11 Nusa Tenggara Timur Nagekeo 25 1.250 45.100 - - - - 59 2.950
12 Nusa Tenggara Timur Ngada 500 25.000 902.000 - - 500 25.000 967.000 95 4.750
13 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao - - - - - - -
14 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua - - - - - - -
15 Nusa Tenggara Timur Sikka - - - - 250 12.500 483.500 -
16 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat - - - - - - 13 650
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya - - - - 1.000 50.000 1.934.000 153 7.650
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah - - - - 1.000 50.000 1.934.000 115 5.750
19 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur - - - - 1.000 50.000 1.934.000 34 1.700
20 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan - - - - - - 416 20.800
21 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara - - - - - - -
22 Nusa Tenggara Timur Malaka - - - - - - -
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 134
Lanjutan
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
KALIMANTAN BARAT 1.050 52.500 1.894.200 - - 23.715 1.185.750 45.864.810 -
1 Kalimantan Barat Bengkayang 250 12.500 451.000 - - 100 5.000 193.400 -
2 Kalimantan Barat Kapuas Hulu - - - - 100 5.000 193.400 -
3 Kalimantan Barat Kayong Utara - - - - 10.000 500.000 19.340.000 -
4 Kalimantan Barat Ketapang 100 5.000 180.400 - - 250 12.500 483.500 -
5 Kalimantan Barat Kota Pontianak - - - - - - -
6 Kalimantan Barat Kota Singkawang - - - - 25 1.250 48.350 -
7 Kalimantan Barat Kubu Raya - - - - 12.300 615.000 23.788.200 -
8 Kalimantan Barat Landak - - - - 300 15.000 580.200 -
9 Kalimantan Barat Melawi - - - - 150 7.500 290.100 -
10 Kalimantan Barat Pontianak - - - - - - -
11 Kalimantan Barat Sambas 500 25.000 902.000 - - 300 15.000 580.200 -
12 Kalimantan Barat Sanggau - - - - 140 7.000 270.760 -
13 Kalimantan Barat Sekadau 200 10.000 360.800 - - - - -
14 Kalimantan Barat Sintang - - - - 50 2.500 96.700 -
KALIMANTAN TENGAH 1.650 82.500 2.976.600 - - 7.000 350.000 13.538.000 -
1 Kalimantan Tengah Barito Selatan - - - - - - - -
2 Kalimantan Tengah Barito Timur 250 12.500 451.000 - - - - -
3 Kalimantan Tengah Barito Utara 250 12.500 451.000 - - - - -
4 Kalimantan Tengah Gunung Mas - - - - - - -
5 Kalimantan Tengah Kapuas 250 12.500 451.000 - - 5.000 250.000 9.670.000 -
6 Kalimantan Tengah Katingan - - - - - - -
7 Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya - - - - - - -
8 Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat 150 7.500 270.600 - - - - -
9 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur - - - - - - -
10 Kalimantan Tengah Lamandau 250 12.500 451.000 - - - - -
11 Kalimantan Tengah Murung Raya - - - - - - -
12 Kalimantan Tengah Pulang Pisau 500 25.000 902.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
13 Kalimantan Tengah Seruyan - - - - - - -
14 Kalimantan Tengah Sukamara - - - - - - -
KALIMANTAN SELATAN 9.000 450.000 16.236.000 5.500 275.000 10.637.000 - - - -
1 Kalimantan Selatan Balangan 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
2 Kalimantan Selatan Banjar 2.500 125.000 4.510.000 1.000 50.000 1.934.000 - - -
3 Kalimantan Selatan Banjarbaru - - - - - - -
4 Kalimantan Selatan Banjarmasin - - - - - - -
5 Kalimantan Selatan Barito Kuala - - - - - - -
6 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan - - - - -
7 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Tengah - - 1.000 50.000 1.934.000 - - -
8 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara - - - - - - -
9 Kalimantan Selatan Kota Baru - - 1.500 75.000 2.901.000 - - -
10 Kalimantan Selatan Tabalong 2.000 100.000 3.608.000 - - -
11 Kalimantan Selatan Tanah Bumbu 2.000 100.000 3.608.000 - - - - -
12 Kalimantan Selatan Tanah Laut 500 25.000 902.000 1.000 50.000 - - - -
13 Kalimantan Selatan Tapin 1.000 50.000 1.804.000 1.000 50.000 1.934.000 - - -
KALIMANTAN TIMUR 500 25.000 902.000 - - 3.000 150.000 5.802.000 -
1 Kalimantan Timur Balikpapan - - - - - - -
2 Kalimantan Timur Berau 250 12.500 451.000 - - - - -
3 Kalimantan Timur Bontang - - - - - - -
5 Kalimantan Timur Kutai Barat 150 7.500 270.600 - - - - -
6 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara - - - - - - -
7 Kalimantan Timur Kutai Timur - - - - 3.000 150.000 5.802.000 -
8 Kalimantan Timur Mahakam Hulu - - - - - - -
11 Kalimantan Timur Pasir - - - - - - -
12 Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 100 5.000 180.400 - - - - -
13 Kalimantan Timur Samarinda - - - - - - -
KALIMANTAN UTARA - - - 5.000 250.000 9.670.000 -
1 Kalimantan Utara Bulongan - - - - 5.000 250.000 9.670.000 -
2 Kalimantan Utara Malinau - - - - - - -
3 Kalimantan Utara Nunukan - - - - - - -
4 Kalimantan Utara Tana Tidung - - - - - - -
5 Kalimantan Utara Tarakan - - - - - - -
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 135
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
SULAWESI UTARA 7.500 375.000 13.530.000 - - 10.000 500.000 19.340.000 670 33.500
1 Sulawesi Utara Bitung 250 12.500 451.000 - - - - -
2 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow 2.000 100.000 3.608.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 670 33.500
3 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Selatan 500 25.000 902.000 - - 500 25.000 967.000 -
4 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Timur 250 12.500 451.000 - - 500 25.000 967.000 -
5 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara 250 12.500 451.000 - - - - -
6 Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe 250 12.500 451.000 - - - - -
7 Sulawesi Utara Kepulauan Talaud 250 12.500 451.000 - - - - -
8 Sulawesi Utara Kotamobagu 250 12.500 451.000 - - - - -
9 Sulawesi Utara Manado 250 12.500 451.000 - - - - -
10 Sulawesi Utara Minahasa 1.000 50.000 1.804.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
11 Sulawesi Utara Minahasa Selatan 500 25.000 902.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 -
12 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 1.000 50.000 1.804.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 -
13 Sulawesi Utara Minahasa Utara 500 25.000 902.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
14 Sulawesi Utara Siau Tagulandang Biaro - - - - - - -
15 Sulawesi Utara Tomohon 250 12.500 451.000 - - - - -
SULAWESI TENGAH 5.000 250.000 9.020.000 - - - - - -
1 Sulawesi Tengah Banggai 2.000 100.000 3.608.000 - - - - - -
2 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan - - - - - - - -
3 Sulawesi Tengah Banggai Laut - - - - - - - -
4 Sulawesi Tengah Buol - - - - - - - -
5 Sulawesi Tengah Donggala - - - - - - - -
6 Sulawesi Tengah Kota Palu - - - - - - - -
7 Sulawesi Tengah Morowali - - - - - - - -
8 Sulawesi Tengah Morowali Utara 500 25.000 902.000 - - - - - -
9 Sulawesi Tengah Parigi Moutong - - - - - - - -
10 Sulawesi Tengah Poso 500 25.000 902.000 - - - - - -
11 Sulawesi Tengah Sigi - - - - - - - -
12 Sulawesi Tengah Tojo Una-una 2.000 100.000 3.608.000 - - - - - -
13 Sulawesi Tengah Tolitoli - - - - - - - -
SULAWESI SELATAN 22.250 1.112.500 40.139.000 25.000 1.250.000 48.350.000 91.100 4.555.000 176.187.400 -
1 Sulawesi Selatan Bantaeng - - - - 1.000 50.000 1.934.000 - -
2 Sulawesi Selatan Barru - - - - - - - -
3 Sulawesi Selatan Bone 5.000 250.000 9.020.000 16.500 825.000 31.911.000 35.000 1.750.000 67.690.000 - -
4 Sulawesi Selatan Bulukumba - - - - 3.000 150.000 5.802.000 - -
5 Sulawesi Selatan Enrekang - - - - - - - -
6 Sulawesi Selatan Gowa - - 3.000 150.000 5.802.000 3.000 150.000 5.802.000 - -
7 Sulawesi Selatan Jeneponto - - - - 7.000 350.000 13.538.000 - -
8 Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar - - - - - - - -
9 Sulawesi Selatan Kota Makassar - - - - 100 5.000 193.400 - -
10 Sulawesi Selatan Kota Palopo - - - - - - - -
11 Sulawesi Selatan Kota Pare-pare - - - - - - - -
12 Sulawesi Selatan Luwu - - - - - - - -
13 Sulawesi Selatan Luwu Timur - - - - - - - -
14 Sulawesi Selatan Luwu Utara - - - - - - - -
15 Sulawesi Selatan Maros 3.000 150.000 5.412.000 - - 6.000 300.000 11.604.000 - -
16 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan 500 25.000 902.000 - - 1.000 50.000 1.934.000 - -
17 Sulawesi Selatan Pinrang 750 37.500 1.353.000 - - - - - -
18 Sulawesi Selatan Sidenreng Rappang 2.000 100.000 3.608.000 - - 3.000 150.000 5.802.000 - -
19 Sulawesi Selatan Sinjai 1.000 50.000 1.804.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 - -
20 Sulawesi Selatan Soppeng 6.000 300.000 10.824.000 5.000 250.000 9.670.000 15.000 750.000 29.010.000 - -
21 Sulawesi Selatan Takalar - - - - 3.000 150.000 5.802.000 - -
22 Sulawesi Selatan Tana Toraja - - - - - - - -
23 Sulawesi Selatan Toraja Utara - - - - - - - -
24 Sulawesi Selatan Wajo 4.000 200.000 7.216.000 500 25.000 967.000 12.000 600.000 23.208.000 - -
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 136
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
SULAWESI TENGGARA 5.795 289.750 10.454.180 12.500 625.000 24.175.000 13.000 650.000 25.142.000 -
1 Sulawesi Tenggara Bombana - - - - 500 25.000 967.000 -
2 Sulawesi Tenggara Buton 500 25.000 902.000 1.000 50.000 1.934.000 1.500 75.000 2.901.000 -
3 Sulawesi Tenggara Buton Utara 1.000 50.000 1.804.000 1.500 75.000 2.901.000 - - -
4 Sulawesi Tenggara Kolaka 1.000 50.000 1.804.000 2.500 125.000 4.835.000 2.000 100.000 3.868.000 -
5 Sulawesi Tenggara Kolaka Timur - - 500 25.000 967.000 1.500 75.000 2.901.000 -
6 Sulawesi Tenggara Kolaka Utara - - - - - - -
7 Sulawesi Tenggara Konawe 1.295 64.750 2.336.180 2.500 125.000 4.835.000 3.000 150.000 5.802.000 -
8 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan - - - - - - -
9 Sulawesi Tenggara Konawe Selatan 1.000 50.000 1.804.000 2.500 125.000 4.835.000 2.000 100.000 3.868.000 -
10 Sulawesi Tenggara Konawe Utara - - - - - - -
11 Sulawesi Tenggara Kota Bau-bau - - - - 250 12.500 483.500 -
12 Sulawesi Tenggara Kota Kendari - - - - 250 12.500 483.500 -
13 Sulawesi Tenggara Muna 1.000 50.000 1.804.000 2.000 100.000 3.868.000 2.000 100.000 3.868.000 -
14 Sulawesi Tenggara Wakatobi - - - - - - -
GORONTALO 2.300 115.000 4.149.200 - - - - - 1.270 63.500
1 Gorontalo Boalemo 300 15.000 541.200 - - - - -
2 Gorontalo Bone Bolango - - - - - - -
3 Gorontalo Gorontalo 1.000 50.000 1.804.000 - - - - -
4 Gorontalo Gorontalo Utara - - - - - - -
5 Gorontalo Kota Gorontalo - - - - - - -
6 Gorontalo Pohuwato 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 1.270 63.500
SULAWESI BARAT 6.000 300.000 10.824.000 - - 5.000 250.000 9.670.000 -
1 Sulawesi Barat Majene - - - - - - -
2 Sulawesi Barat Mamasa - - - - - - -
3 Sulawesi Barat Mamuju 2.000 100.000 3.608.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 -
4 Sulawesi Barat Mamuju Tengah 2.000 100.000 3.608.000 - - 2.000 100.000 3.868.000 -
5 Sulawesi Barat Mamuju Utara 2.000 100.000 3.608.000 - - 1.500 75.000 2.901.000 -
6 Sulawesi Barat Polewali Mandar - - - - - - -
MALUKU 1.000 50.000 1.804.000 - - - - 643 32.150
1 Maluku Ambon - - - - - - -
2 Maluku Buru - - - - - - -
3 Maluku Buru Selatan - - - - - - -
4 Maluku Kepulauan Aru - - - - - - -
5 Maluku Kota Tual - - - - - - -
6 Maluku Maluku Barat Daya - - - - - - -
7 Maluku Maluku Tengah 200 10.000 360.800 - - - - 250 12.500
8 Maluku Maluku Tenggara - - - - - - -
9 Maluku Maluku Tenggara Barat 500 25.000 902.000 - - - - 143 7.150
10 Maluku Seram Bagian Barat - - - - - - -
11 Maluku Seram Bagian Timur 300 15.000 541.200 - - - - 250 12.500
KABUPATEN/KOTA
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 137
AREAL KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA AREAL
KEBUTUHAN
BENIH
KEBUTUHAN
BIAYA
(Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-) (Kab) (Kg) (Rp.000,-)
MALUKU UTARA 500 25.000 902.000 - - 1.000 50.000 1.934.000 - -
1 Maluku Utara Halmahera Barat - - - - 50 2.500 96.700 -
2 Maluku Utara Halmahera Selatan 200 10.000 360.800 - - - - -
3 Maluku Utara Halmahera Tengah - - - - - - -
4 Maluku Utara Halmahera Timur 300 15.000 541.200 - - 500 25.000 967.000 -
5 Maluku Utara Halmahera Utara - - - - - - -
6 Maluku Utara Kepulauan Sula - - - - 350 17.500 676.900 -
7 Maluku Utara Pulau Morotai - - - - 100 5.000 193.400 -
8 Maluku Utara Pulau Taliabu - - - - - - -
9 Maluku Utara Ternate - - - - - - -
10 Maluku Utara Tidore Kepulauan - - - - - - -
PAPUA BARAT 750 37.500 1.353.000 - - 1.250 62.500 2.417.500 750 37.500
1 Papua Barat Fak-fak - - - - - - 300 15.000
2 Papua Barat Kaimana 50 2.500 90.200 - - 50 2.500 96.700 -
3 Papua Barat Kota Sorong - - - - - - -
4 Papua Barat Manokwari 500 25.000 902.000 - - 500 25.000 967.000 250 12.500
5 Papua Barat Manokwari Selatan 50 2.500 90.200 - - 100 5.000 193.400 -
6 Papua Barat Maybrat - - - - 100 5.000 193.400 -
7 Papua Barat Pegunungan Arfak - - - - 50 2.500 96.700 -
8 Papua Barat Raja Ampat - - - - 50 2.500 96.700 100 5.000
9 Papua Barat Sorong 50 2.500 90.200 - - 75 3.750 145.050 -
10 Papua Barat Sorong Selatan - - - - 100 5.000 193.400 -
11 Papua Barat Tambrauw - - - - 50 2.500 96.700 -
12 Papua Barat Teluk Bintuni 50 2.500 90.200 - - 100 5.000 193.400 100 5.000
13 Papua Barat Teluk Wondama 50 2.500 90.200 - - 75 3.750 145.050 -
PAPUA 2.000 100.000 3.608.000 - - - - - 2.148 107.400
1 Papua Asmat - - - - - - -
2 Papua Biak Numfor - - - - - - -
3 Papua Boven Digoel - - - - - - -
4 Papua Deiyai - - - - - - -
5 Papua Dogiyai - - - - - - -
6 Papua Intan Jaya - - - - - - -
7 Papua Jayapura 500 25.000 902.000 - - - - 148 7.400
8 Papua Jayawijaya - - - - - - -
9 Papua Keerom 200 10.000 360.800 - - - - 1.000 50.000
10 Papua Kota Jayapura - - - - - - -
11 Papua Lanny Jaya - - - - - - -
12 Papua Mamberamo Raya - - - - - - -
13 Papua Mamberamo Tengah - - - - - - -
14 Papua Mappi - - - - - - -
15 Papua Merauke 500 25.000 902.000 - - - - 1.000 50.000
16 Papua Mimika 100 5.000 180.400 - - - - -
17 Papua Nabire 500 25.000 902.000 - - - - -
18 Papua Nduga - - - - - - -
19 Papua Paniai - - - - - - -
20 Papua Pegunungan Bintang - - - - - - -
21 Papua Puncak - - - - - - -
22 Papua Puncak Jaya 100 5.000 180.400 - - - - -
23 Papua Sarmi 100 5.000 180.400 - - - - -
24 Papua Supiori - - - - - - -
25 Papua Tolikara - - - - - - -
26 Papua Waropen - - - - - - -
27 Papua Yahukimo - - - - - - -
28 Papua Yalimo - - - - - - -
29 Papua Yapen Waropen - - - - - - -
30 Papua Wamena - - - - - - -
350.000 17.500.000 631.400.000 131.500 6.575.000 254.321.000 300.000 15.000.000 580.200.000 222.500 11.125.000 -
KABUPATEN/KOTA
Total
GP-PTT KEDELAI PIP-Refokusing KEDELAI PIP-APBNP KEDELAI KEDELAI SWADAYA
NO PROVINSI
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 138
ACEH 53.000 2.650.000 50.350 16,61 83.646
1 Aceh Aceh Barat - - - - -
2 Aceh Aceh Barat Daya 500 25.000 475 16,35 777
3 Aceh Aceh Besar 500 25.000 475 15,06 715
4 Aceh Aceh Jaya 2.000 100.000 1.900 15,45 2.935
5 Aceh Aceh Selatan 1.500 75.000 1.425 15,07 2.148
6 Aceh Aceh Singkil - - - - -
7 Aceh Aceh Tamiang 6.000 300.000 5.700 16,26 9.270
8 Aceh Aceh Tengah 500 25.000 475 15,37 730
9 Aceh Aceh Tenggara - - - - -
10 Aceh Aceh Timur 16.000 800.000 15.200 16,15 24.553
11 Aceh Aceh Utara 13.500 675.000 12.825 16,57 21.256
12 Aceh Bener Meriah - - - - -
13 Aceh Bireuen 6.000 300.000 5.700 18,55 10.576
14 Aceh Gayolues - - - - -
15 Aceh Kota Banda Aceh - - - - -
16 Aceh Kota Langsa - - - - -
17 Aceh Lhokseumawe - - - - -
18 Aceh Nagan Raya - - - - -
19 Aceh Pidie 3.000 150.000 2.850 17,53 4.996
20 Aceh Pidie Jaya 3.500 175.000 3.325 17,11 5.690
21 Aceh Sabang - - - - -
22 Aceh Simeulue - - - - -
23 Aceh Subulussalam - - - - -
SUMUT 11.700 585.000 11.115 11,58 12.868
1 Sumatera Utara Asahan 200 10.000 190 - -
2 Sumatera Utara Batu Bara 500 25.000 475 11,90 565
3 Sumatera Utara Binjai 100 5.000 95 11,41 108
4 Sumatera Utara Dairi - - - - -
5 Sumatera Utara Deli Serdang 1.250 62.500 1.188 12,40 1.472
6 Sumatera Utara Gunungsitoli - - - - -
7 Sumatera Utara Humbang Hasundutan - - - - -
8 Sumatera Utara Karo - - - - -
9 Sumatera Utara Labuhan Batu - - - - -
10 Sumatera Utara Labuhanbatu Selatan - - - - -
11 Sumatera Utara Labuhanbatu Utara - - - - -
12 Sumatera Utara Langkat 500 25.000 475 12,08 574
13 Sumatera Utara Mandailing Natal - - - - -
14 Sumatera Utara Medan - - - - -
15 Sumatera Utara Nias 750 37.500 713 10,24 729
16 Sumatera Utara Nias Barat 500 25.000 475 10,04 477
17 Sumatera Utara Nias Selatan - - - - -
18 Sumatera Utara Nias Utara - - - - -
19 Sumatera Utara Padang Lawas - - - - -
20 Sumatera Utara Padang Lawas Utara 1.000 50.000 950 11,66 1.107
21 Sumatera Utara Padang Sidempuan - - - - -
22 Sumatera Utara Pematang Siantar 2.500 125.000 2.375 11,74 2.789
23 Sumatera Utara Phak-Phak Barat 1.000 50.000 950 11,79 1.121
24 Sumatera Utara Samosir - - - - -
25 Sumatera Utara Serdang Bedagai - - - - -
26 Sumatera Utara Sibolga - - - - -
27 Sumatera Utara Simalungun 2.200 110.000 2.090 12,16 2.542
28 Sumatera Utara Tanjung Balai 500 25.000 475 12,41 590
29 Sumatera Utara Tapanuli Selatan 700 35.000 665 11,94 794
30 Sumatera Utara Tapanuli Tengah - - - - -
31 Sumatera Utara Tapanuli Utara - - - - -
32 Sumatera Utara Tebing Tinggi - - - - -
33 Sumatera Utara Toba Samosir - - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lampiran 25
SASARAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN
PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2015 PER KABUPATEN

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 139
SUMATERA BARAT 680 34.000 646 13,16 850
1 Sumatera Barat Agam 52 2.600 49 14,53 72
2 Sumatera Barat Bukittinggi - - - - -
3 Sumatera Barat Dharmasraya - - - - -
4 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai - - - - -
5 Sumatera Barat Kota Padang - - - - -
6 Sumatera Barat Kota Solok - - - - -
7 Sumatera Barat Lima Puluh Koto - - - - -
8 Sumatera Barat Padang Panjang - - - - -
9 Sumatera Barat Padang Pariaman - - - - -
10 Sumatera Barat Pariaman - - - - -
11 Sumatera Barat Pasaman 68 3.400 65 14,95 97
12 Sumatera Barat Pasaman Barat 301 15.050 286 10,83 310
13 Sumatera Barat Payakumbuh - - - - -
14 Sumatera Barat Pesisir Selatan 118 5.900 112 13,08 147
15 Sumatera Barat Sawah Lunto - - - - -
16 Sumatera Barat Sijunjung - - - - -
17 Sumatera Barat Solok 55 2.750 52 16,51 86
18 Sumatera Barat Solok Selatan 86 4.300 82 17,00 139
19 Sumatera Barat Tanah Datar - - - - -
20 Sumatera Barat Sawah Lunto Sijunjung - - - - -
RIAU 4.480 224.000 4.256 11,94 5.082
1 Riau Bengkalis 250 12.500 238 11,30 268
2 Riau Dumai - - - - -
3 Riau Indragiri Hilir 400 20.000 380 12,06 458
4 Riau Indragiri Hulu 50 2.500 48 12,31 58
5 Riau Kampar 1.000 50.000 950 12,34 1.172
6 Riau Kepulauan Meranti 100 5.000 95 - -
7 Riau Kota Pekan Baru - - - - -
8 Riau Kuantan Singingi - - - - -
9 Riau Pelalawan - - - - -
10 Riau Rokan Hilir 1.962 98.100 1.864 12,28 2.288
11 Riau Rokan Hulu 718 35.900 682 12,26 837
12 Riau Siak - - - - -
JAMBI 14.853 742.650 14.110 13,50 19.046
1 Jambi Batang Hari 750 37.500 713 12,36 881
2 Jambi Bungo 2.598 129.900 2.468 13,71 3.383
3 Jambi Jambi - - - - -
4 Jambi Kerinci 750 37.500 713 11,82 842
5 Jambi Merangin 2.279 113.950 2.165 13,71 2.968
6 Jambi Muaro Jambi 1.500 75.000 1.425 12,73 1.814
7 Jambi Sarolangun 937 46.850 890 13,44 1.196
8 Jambi Sungai Penuh - - - - -
9 Jambi Tanjung Jabung Barat 250 12.500 238 13,84 329
10 Jambi Tanjung Jabung Timur 1.370 68.500 1.302 13,92 1.812
11 Jambi Tebo 4.419 220.950 4.198 13,87 5.822
12 Jambi Muaro Bungo - - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 140
Lanjutan
SUMATERA SELATAN 40.250 2.012.500 38.238 17,13 65.509
1 Sumatera Selatan Banyuasin 13.500 675.000 12.825 17,87 22.923
2 Sumatera Selatan Empat Lawang 400 20.000 380 19,08 725
3 Sumatera Selatan Lahat 1.000 50.000 950 20,90 1.986
4 Sumatera Selatan Lubuk Linggau - - - - -
5 Sumatera Selatan Muara Enim 1.000 50.000 950 18,57 1.764
6 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1.500 75.000 1.425 17,59 2.507
7 Sumatera Selatan Musi Rawas 1.000 50.000 950 18,85 1.790
8 Sumatera Selatan Ogan Ilir 250 12.500 238 17,65 419
9 Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir 4.000 200.000 3.800 18,04 6.856
10 Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu 16.000 800.000 15.200 16,07 24.427
11 Sumatera Selatan Oku Selatan 500 25.000 475 18,76 891
12 Sumatera Selatan Oku Timur 1.000 50.000 950 11,84 1.125
13 Sumatera Selatan Pagaralam 100 5.000 95 10,04 95
14 Sumatera Selatan Palembang - - - - -
15 Sumatera Selatan Penukal Abab Lematang Ilir - - - - -
16 Sumatera Selatan Prabumulih - - - - -
BENGKULU 8.068 403.400 7.665 11,16 8.555
1 Bengkulu Bengkulu - - - - -
2 Bengkulu Bengkulu Selatan 1.000 50.000 950 10,88 1.033
3 Bengkulu Bengkulu Tengah 500 25.000 475 11,09 527
4 Bengkulu Bengkulu Utara 1.500 75.000 1.425 11,37 1.620
5 Bengkulu Kaur 500 25.000 475 10,97 521
6 Bengkulu Kepahiang 500 25.000 475 11,44 544
7 Bengkulu Lebong 1.000 50.000 950 10,74 1.021
8 Bengkulu Muko Muko 1.000 50.000 950 11,25 1.069
9 Bengkulu Rejang Lebong 1.068 53.400 1.015 11,33 1.150
10 Bengkulu Seluma 1.000 50.000 950 11,28 1.071
LAMPUNG 55.464 2.773.200 52.691 12,98 68.386
1 Lampung Bandar Lampung - - - - -
2 Lampung Lampung Barat 3.350 167.500 3.183 13,40 4.264
3 Lampung Lampung Selatan 1.364 68.200 1.296 13,57 1.759
4 Lampung Lampung Tengah 7.000 350.000 6.650 14,52 9.654
5 Lampung Lampung Timur 6.500 325.000 6.175 14,02 8.660
6 Lampung Lampung Utara 3.500 175.000 3.325 13,77 4.579
7 Lampung Mesuji 12.000 600.000 11.400 14,21 16.201
8 Lampung Metro - - - - -
9 Lampung Pesawaran - - - - -
10 Lampung Pesisir Barat 2.250 112.500 2.138 13,47 2.880
11 Lampung Pringsewu 700 35.000 665 13,71 912
12 Lampung Tanggamus 4.500 225.000 4.275 - -
13 Lampung Tulang Bawang 8.000 400.000 7.600 14,21 10.801
14 Lampung Tulang Bawang Barat - - - - -
15 Lampung Way Kanan 6.300 315.000 5.985 14,50 8.677
BANGKA BELITUNG - - - - -
1 Bangka Belitung Bangka - - - - -
2 Bangka Belitung Bangka Barat - - - - -
3 Bangka Belitung Bangka Selatan - - - - -
4 Bangka Belitung Bangka Tengah - - - - -
5 Bangka Belitung Belitung - - - - -
6 Bangka Belitung Belitung Timur - - - - -
7 Bangka Belitung Pangkalpinang - - - - -
KEPULAUAN RIAU 18 900 17 10,59 18
1 Kep. Riau B A T A M 5 250 5 10,48 5
2 Kep. Riau Bintan 3 150 3 10,00 3
3 Kep. Riau Karimun - - - - -
4 Kep. Riau Kepulauan Anambas - - - - -
5 Kep. Riau Lingga - - - - -
6 Kep. Riau Natuna 10 500 10 10,71 10
7 Kep. Riau Tanjung Pinang - - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 141
JAWA BARAT 100.016 5.000.800 95.015 16,85 160.101
1 Jawa Barat Bandung 1.000 50.000 950 15,28 1.452
2 Jawa Barat Bandungbarat 3.250 162.500 3.088 16,04 4.954
3 Jawa Barat Bekasi - - - - -
4 Jawa Barat Bogor - - - - -
5 Jawa Barat Ciamis 5.000 250.000 4.750 11,49 5.456
6 Jawa Barat Cianjur 11.000 550.000 10.450 9,18 9.594
7 Jawa Barat Cirebon 500 25.000 475 16,04 762
8 Jawa Barat Garut 9.500 475.000 9.025 16,34 14.746
9 Jawa Barat Indramayu 38.266 1.913.300 36.353 22,60 82.149
10 Jawa Barat Karawang 1.500 75.000 1.425 18,82 2.682
11 Jawa Barat Kota Bandung - - - - -
12 Jawa Barat Kota Banjar 500 25.000 475 15,91 756
13 Jawa Barat Kota Bekasi - - - - -
14 Jawa Barat Kota Bogor - - - - -
15 Jawa Barat Kota Cimahi - - - - -
16 Jawa Barat Kota Cirebon - - - - -
17 Jawa Barat Kota Depok - - - - -
18 Jawa Barat Kota Sukabumi - - - - -
19 Jawa Barat Kota Tasikmalaya 500 25.000 475 10,89 517
20 Jawa Barat Kuningan 500 25.000 475 14,98 711
21 Jawa Barat Majalengka 2.500 125.000 2.375 12,30 2.921
22 Jawa Barat Pangandaran 4.000 200.000 3.800 11,49 4.365
23 Jawa Barat Purwakarta 1.000 50.000 950 16,43 1.560
24 Jawa Barat Subang 5.000 250.000 4.750 13,33 6.334
25 Jawa Barat Sukabumi 6.000 300.000 5.700 13,62 7.762
26 Jawa Barat Sumedang 2.000 100.000 1.900 17,99 3.419
27 Jawa Barat Tasikmalaya 8.000 400.000 7.600 13,11 9.960
JAWA TENGAH 81.673 4.083.650 77.589 17,89 138.807
1 Jawa Tengah Banjarnegara 200 10.000 190 14,02 266
2 Jawa Tengah Banyumas 4.000 200.000 3.800 14,02 5.328
3 Jawa Tengah Batang - - - - -
4 Jawa Tengah Blora 5.600 280.000 5.320 22,43 11.934
5 Jawa Tengah Boyolali 2.800 140.000 2.660 14,40 3.830
6 Jawa Tengah Brebes 3.000 150.000 2.850 17,09 4.871
7 Jawa Tengah Cilacap 3.500 175.000 3.325 16,38 5.448
8 Jawa Tengah Demak 1.000 50.000 950 27,56 2.618
9 Jawa Tengah Grobogan 17.256 862.800 16.393 22,59 37.035
10 Jawa Tengah Jepara 200 10.000 190 12,18 232
11 Jawa Tengah Karanganyar - - - - -
12 Jawa Tengah Kebumen 10.350 517.500 9.833 17,17 16.887
13 Jawa Tengah Kendal 1.000 50.000 950 17,64 1.676
14 Jawa Tengah Klaten 2.100 105.000 1.995 14,92 2.977
15 Jawa Tengah Kota Magelang - - - - -
16 Jawa Tengah Kota Pekalongan - - - - -
17 Jawa Tengah Kota Salatiga - - - - -
18 Jawa Tengah Kota Semarang - - - - -
19 Jawa Tengah Kota Surakarta - - - - -
20 Jawa Tengah Kota Tegal - - - - -
21 Jawa Tengah Kudus 367 18.350 349 26,05 908
22 Jawa Tengah Magelang - - - - -
23 Jawa Tengah Pati 4.800 240.000 4.560 15,20 6.933
24 Jawa Tengah Pekalongan 200 10.000 190 11,83 225
25 Jawa Tengah Pemalang 300 15.000 285 - -
26 Jawa Tengah Purbalingga - - - - -
27 Jawa Tengah Purworejo 7.000 350.000 6.650 16,75 11.138
28 Jawa Tengah Rembang 6.000 300.000 5.700 10,88 6.203
29 Jawa Tengah Semarang - - - - -
30 Jawa Tengah Sragen 2.500 125.000 2.375 15,90 3.775
31 Jawa Tengah Sukoharjo 1.500 75.000 1.425 23,58 3.360
32 Jawa Tengah Tegal - - - - -
33 Jawa Tengah Temanggung - - - - -
34 Jawa Tengah Wonogiri 8.000 400.000 7.600 17,32 13.164
35 Jawa Tengah Wonosobo - - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 142
Lanjutan
DIY 15.826 791.300 15.035 15,11 22.724
1 DIY Bantul 1.500 75.000 1.425 17,15 2.443
2 DIY Gunung Kidul 11.626 581.300 11.045 14,67 16.206
3 DIY Kota Yogyakarta - - - - -
4 DIY Kulon Progo 2.500 125.000 2.375 15,76 3.743
5 DIY Sleman 200 10.000 190 17,45 332
JAWA TIMUR 216.993 10.849.650 206.143 18,15 374.150
1 Jawa Timur Bangkalan 8.500 425.000 8.075 12,43 10.037
2 Jawa Timur Banyuwangi 37.228 1.861.400 35.367 19,34 68.387
3 Jawa Timur Blitar 14.300 715.000 13.585 16,69 22.669
4 Jawa Timur Bojonegoro 2.500 125.000 2.375 14,12 3.354
5 Jawa Timur Bondowoso - - - - -
6 Jawa Timur Gresik 1.500 75.000 1.425 15,48 2.206
7 Jawa Timur Jember 14.000 700.000 13.300 25,83 34.350
8 Jawa Timur Jombang 2.500 125.000 2.375 18,70 4.441
9 Jawa Timur Kediri 5.250 262.500 4.988 12,84 6.406
10 Jawa Timur Kota Batu - - - - -
11 Jawa Timur Kota Blitar - - - - -
12 Jawa Timur Kota Kediri - - - - -
13 Jawa Timur Kota Madiun - - - - -
14 Jawa Timur Kota Malang - - - - -
15 Jawa Timur Kota Mojokerto - - - - -
16 Jawa Timur Kota Pasuruan - - - - -
17 Jawa Timur Kota Probolinggo - - - - -
18 Jawa Timur Kota Surabaya - - - - -
19 Jawa Timur Lamongan 20.000 1.000.000 19.000 18,02 34.240
20 Jawa Timur Lumajang 500 25.000 475 19,71 936
21 Jawa Timur Madiun 2.500 125.000 2.375 17,57 4.173
22 Jawa Timur Magetan 2.000 100.000 1.900 23,68 4.498
23 Jawa Timur Malang 400 20.000 380 18,62 707
24 Jawa Timur Mojokerto 4.000 200.000 3.800 18,38 6.986
25 Jawa Timur Nganjuk 4.000 200.000 3.800 23,15 8.798
26 Jawa Timur Ngawi 12.500 625.000 11.875 17,02 20.216
27 Jawa Timur Pacitan 4.000 200.000 3.800 14,20 5.396
28 Jawa Timur Pamekasan 400 20.000 380 10,38 395
29 Jawa Timur Pasuruan 19.000 950.000 18.050 19,52 35.242
30 Jawa Timur Ponorogo 17.500 875.000 16.625 19,62 32.626
31 Jawa Timur Probolinggo 500 25.000 475 14,99 712
32 Jawa Timur Sampang 24.000 1.200.000 22.800 19,40 44.231
33 Jawa Timur Sidoarjo 1.500 75.000 1.425 14,61 2.081
34 Jawa Timur Situbondo - - - - -
35 Jawa Timur Sumenep 7.000 350.000 6.650 11,44 7.608
36 Jawa Timur Trenggalek 4.500 225.000 4.275 19,12 8.172
37 Jawa Timur Tuban 415 20.750 394 14,46 570
38 Jawa Timur Tulungagung 6.500 325.000 6.175 7,63 4.709
BANTEN 9.923 496.150 9.427 14,54 13.703
1 Banten Kota Cilegon 250 12.500 238 12,52 297
2 Banten Kota Serang - - - - -
3 Banten Kota Tangerang - - - - -
4 Banten Kota Tangerang Selatan 250 12.500 238 16,20 385
5 Banten Lebak 2.923 146.150 2.777 14,50 4.027
6 Banten Pandeglang 5.500 275.000 5.225 14,57 7.614
7 Banten Serang 1.000 50.000 950 14,52 1.380
8 Banten Tangerang - - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 143
Lanjutan
BALI 6.050 302.500 5.748 15,70 9.023
1 Bali Badung 1.000 50.000 950 16,10 1.529
2 Bali Bangli 17 850 16 11,71 19
3 Bali Buleleng 100 5.000 95 17,18 163
4 Bali Gianyar 1.037 51.850 985 15,79 1.556
5 Bali Jembrana 1.700 85.000 1.615 11,64 1.880
6 Bali Karang Asem 42 2.100 40 14,98 60
7 Bali Klungkung 1.000 50.000 950 18,67 1.774
8 Bali Kota Denpasar 180 9.000 171 20,66 353
9 Bali Tabanan 974 48.700 925 18,26 1.689
NTB 101.750 5.087.500 96.663 13,76 132.994
1 Nusa Tenggara Barat Bima 20.000 1.000.000 19.000 14,10 26.790
2 Nusa Tenggara Barat Dompu 22.000 1.100.000 20.900 12,58 26.292
3 Nusa Tenggara Barat Kota Bima 2.000 100.000 1.900 15,00 2.850
4 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 1.500 75.000 1.425 12,41 1.768
5 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 4.500 225.000 4.275 13,21 5.647
6 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah 26.250 1.312.500 24.938 13,63 33.989
7 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur 5.500 275.000 5.225 14,87 7.770
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara - - - -
9 Nusa Tenggara Barat Sumbawa 15.000 750.000 14.250 15,42 21.974
10 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat 5.000 250.000 4.750 12,45 5.914
NTT 9.415 470.750 8.944 10,33 9.240
1 Nusa Tenggara Timur Alor 160 8.000 152 9,56 145
2 Nusa Tenggara Timur Belu - - - -
3 Nusa Tenggara Timur Ende 73 3.650 69 8,00 55
4 Nusa Tenggara Timur Flores Timur 100 5.000 95 9,54 91
5 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang - - - -
6 Nusa Tenggara Timur Kupang 20 1.000 19 8,70 17
7 Nusa Tenggara Timur Lembata 1.100 55.000 1.045 8,00 836
8 Nusa Tenggara Timur Manggarai 650 32.500 618 10,00 618
9 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat 1.402 70.100 1.332 9,15 1.219
10 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur 750 37.500 713 8,75 623
11 Nusa Tenggara Timur Nagekeo 84 4.200 80 10,20 81
12 Nusa Tenggara Timur Ngada 1.095 54.750 1.040 10,45 1.087
13 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao - - - -
14 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua - - - -
15 Nusa Tenggara Timur Sikka 250 12.500 238 8,50 202
16 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat 13 650 12 8,00 10
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya 1.153 57.650 1.095 12,00 1.314
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah 1.115 55.750 1.059 12,10 1.282
19 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur 1.034 51.700 982 11,50 1.127
20 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan 416 20.800 395 13,50 534
21 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara - - -
22 Nusa Tenggara Timur Malaka - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 144
KALIMANTAN BARAT 24.765 1.238.250 23.527 16,28 38.303
1 Kalimantan Barat Bengkayang 350 17.500 333 14,33 476
2 Kalimantan Barat Kapuas Hulu 100 5.000 95 10,00 95
3 Kalimantan Barat Kayong Utara 10.000 500.000 9.500 16,44 15.616
4 Kalimantan Barat Ketapang 350 17.500 333 15,00 499
5 Kalimantan Barat Kota Pontianak - - - -
6 Kalimantan Barat Kota Singkawang 25 1.250 24 10,00 24
7 Kalimantan Barat Kubu Raya 12.300 615.000 11.685 16,50 19.280
8 Kalimantan Barat Landak 300 15.000 285 11,83 337
9 Kalimantan Barat Melawi 150 7.500 143 12,00 171
10 Kalimantan Barat Pontianak - - - -
11 Kalimantan Barat Sambas 800 40.000 760 17,11 1.300
12 Kalimantan Barat Sanggau 140 7.000 133 13,00 173
13 Kalimantan Barat Sekadau 200 10.000 190 14,00 266
14 Kalimantan Barat Sintang 50 2.500 48 13,79 66
KALIMANTAN TENGAH 8.650 432.500 8.218 12,44 10.222
1 Kalimantan Tengah Barito Selatan - - -
2 Kalimantan Tengah Barito Timur 250 12.500 238 12,00 285
3 Kalimantan Tengah Barito Utara 250 12.500 238 12,15 289
4 Kalimantan Tengah Gunung Mas - - - -
5 Kalimantan Tengah Kapuas 5.250 262.500 4.988 12,70 6.328
6 Kalimantan Tengah Katingan - - - -
7 Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya - - - -
8 Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat 150 7.500 143 11,60 165
9 Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur - - - -
10 Kalimantan Tengah Lamandau 250 12.500 238 12,34 293
11 Kalimantan Tengah Murung Raya - - - -
12 Kalimantan Tengah Pulang Pisau 2.500 125.000 2.375 12,05 2.862
13 Kalimantan Tengah Seruyan - - -
14 Kalimantan Tengah Sukamara - - -
KALIMANTAN SELATAN 14.500 725.000 13.775 13,91 19.166
1 Kalimantan Selatan Balangan 1.000 50.000 950 12,51 1.188
2 Kalimantan Selatan Banjar 3.500 175.000 3.325 12,28 4.084
3 Kalimantan Selatan Banjarbaru - - - -
4 Kalimantan Selatan Banjarmasin - - - -
5 Kalimantan Selatan Barito Kuala - - - -
6 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan - - - -
7 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Tengah 1.000 50.000 950 13,00 1.235
8 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara - - - -
9 Kalimantan Selatan Kota Baru 1.500 75.000 1.425 15,61 2.224
10 Kalimantan Selatan Tabalong 2.000 100.000 1.900 14,35 2.727
11 Kalimantan Selatan Tanah Bumbu 2.000 100.000 1.900 14,50 2.755
12 Kalimantan Selatan Tanah Laut 1.500 75.000 1.425 14,75 2.102
13 Kalimantan Selatan Tapin 2.000 100.000 1.900 15,00 2.850
KALIMANTAN TIMUR 3.500 175.000 3.325 15,12 5.027
1 Kalimantan Timur Balikpapan - - -
2 Kalimantan Timur Berau 250 12.500 238 17,28 410
3 Kalimantan Timur Bontang - - - -
5 Kalimantan Timur Kutai Barat 150 7.500 143 14,75 210
6 Kalimantan Timur Kutai Kartanegara - - - -
7 Kalimantan Timur Kutai Timur 3.000 150.000 2.850 15,00 4.276
8 Kalimantan Timur Mahakam Hulu - - - -
11 Kalimantan Timur Pasir - - - -
12 Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 100 5.000 95 13,75 131
13 Kalimantan Timur Samarinda - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 145
Lanjutan
KALIMANTAN UTARA 5.000 250.000 4.750 10,00 4.750
1 Kalimantan Utara Bulongan 5.000 250.000 4.750 10 4.750
2 Kalimantan Utara Malinau - - -
3 Kalimantan Utara Nunukan - - -
4 Kalimantan Utara Tana Tidung - - -
5 Kalimantan Utara Tarakan - - -
SULAWESI UTARA 18.170 908.500 17.262 14,18 24.482
1 Sulawesi Utara Bitung 250 12.500 238 13,00 309
2 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow 4.670 233.500 4.437 14,95 6.635
3 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Selatan 1.000 50.000 950 13,94 1.324
4 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Timur 750 37.500 713 14,29 1.018
5 Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Utara 250 12.500 238 14,00 333
6 Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe 250 12.500 238 10,00 238
7 Sulawesi Utara Kepulauan Talaud 250 12.500 238 13,00 309
8 Sulawesi Utara Kotamobagu 250 12.500 238 13,50 321
9 Sulawesi Utara Manado 250 12.500 238 10,00 238
10 Sulawesi Utara Minahasa 3.000 150.000 2.850 14,00 3.990
11 Sulawesi Utara Minahasa Selatan 2.000 100.000 1.900 14,23 2.704
12 Sulawesi Utara Minahasa Tenggara 2.500 125.000 2.375 14,26 3.387
13 Sulawesi Utara Minahasa Utara 2.500 125.000 2.375 14,29 3.394
14 Sulawesi Utara Siau Tagulandang Biaro - - - -
15 Sulawesi Utara Tomohon 250 12.500 238 12,00 285
SULAWESI TENGAH 5.000 250.000 4.750 18,41 8.745
1 Sulawesi Tengah Banggai 2.000 100.000 1.900 17,71 3.366
2 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan - - - -
3 Sulawesi Tengah Banggai Laut - - - -
4 Sulawesi Tengah Buol - - - -
5 Sulawesi Tengah Donggala - - - -
6 Sulawesi Tengah Kota Palu - - - -
7 Sulawesi Tengah Morowali - - - -
8 Sulawesi Tengah Morowali Utara 500 25.000 475 17,50 831
9 Sulawesi Tengah Parigi Moutong - - - -
10 Sulawesi Tengah Poso 500 25.000 475 17,75 843
11 Sulawesi Tengah Sigi - - - -
12 Sulawesi Tengah Tojo Una-una 2.000 100.000 1.900 19,50 3.705
13 Sulawesi Tengah Tolitoli - - -
SULAWESI SELATAN 138.350 6.917.500 131.433 15,34 201.562
1 Sulawesi Selatan Bantaeng 1.000 50.000 950 12,15 1.154
2 Sulawesi Selatan Barru - - - -
3 Sulawesi Selatan Bone 56.500 2.825.000 53.675 15,79 84.747
4 Sulawesi Selatan Bulukumba 3.000 150.000 2.850 13,68 3.899
5 Sulawesi Selatan Enrekang - - - -
6 Sulawesi Selatan Gowa 6.000 300.000 5.700 15,67 8.932
7 Sulawesi Selatan Jeneponto 7.000 350.000 6.650 12,63 8.399
8 Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar - - - -
9 Sulawesi Selatan Kota Makassar 100 5.000 95 10,00 95
10 Sulawesi Selatan Kota Palopo - - - -
11 Sulawesi Selatan Kota Pare-pare - - - -
12 Sulawesi Selatan Luwu - - - -
13 Sulawesi Selatan Luwu Timur - - - -
14 Sulawesi Selatan Luwu Utara - - - -
15 Sulawesi Selatan Maros 9.000 450.000 8.550 14,47 12.372
16 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan 1.500 75.000 1.425 11,15 1.589
17 Sulawesi Selatan Pinrang 750 37.500 713 17,00 1.211
18 Sulawesi Selatan Sidenreng Rappang 5.000 250.000 4.750 12,75 6.056
19 Sulawesi Selatan Sinjai 3.000 150.000 2.850 11,00 3.135
20 Sulawesi Selatan Soppeng 26.000 1.300.000 24.700 17,39 42.953
21 Sulawesi Selatan Takalar 3.000 150.000 2.850 13,90 3.962
22 Sulawesi Selatan Tana Toraja - - - -
23 Sulawesi Selatan Toraja Utara - - - -
24 Sulawesi Selatan Wajo 16.500 825.000 15.675 14,71 23.058
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 146
SULAWESI TENGGARA 31.295 1.564.750 29.730 10,90 32.413
1 Sulawesi Tenggara Bombana 500 25.000 475 10,11 480
2 Sulawesi Tenggara Buton 3.000 150.000 2.850 11,21 3.195
3 Sulawesi Tenggara Buton Utara 2.500 125.000 2.375 11,12 2.640
4 Sulawesi Tenggara Kolaka 5.500 275.000 5.225 11,77 6.150
5 Sulawesi Tenggara Kolaka Timur 2.000 100.000 1.900 10,66 2.025
6 Sulawesi Tenggara Kolaka Utara - - - -
7 Sulawesi Tenggara Konawe 6.795 339.750 6.455 10,71 6.914
8 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan - - - -
9 Sulawesi Tenggara Konawe Selatan 5.500 275.000 5.225 10,48 5.476
10 Sulawesi Tenggara Konawe Utara - - - -
11 Sulawesi Tenggara Kota Bau-bau 250 12.500 238 8,50 202
12 Sulawesi Tenggara Kota Kendari 250 12.500 238 10,10 240
13 Sulawesi Tenggara Muna 5.000 250.000 4.750 10,72 5.092
14 Sulawesi Tenggara Wakatobi - - -
GORONTALO 3.570 178.500 3.392 15,84 5.372
1 Gorontalo Boalemo 300 15.000 285 13,00 371
2 Gorontalo Bone Bolango - - - - -
3 Gorontalo Gorontalo 1.000 50.000 950 15,20 1.444
4 Gorontalo Gorontalo Utara - - - - -
5 Gorontalo Kota Gorontalo - - - - -
6 Gorontalo Pohuwato 2.270 113.500 2.157 16,50 3.557
SULAWESI BARAT 11.000 550.000 10.450 13,04 13.628
1 Sulawesi Barat Majene - - - - -
2 Sulawesi Barat Mamasa - - - - -
3 Sulawesi Barat Mamuju 3.500 175.000 3.325 13,00 4.323
4 Sulawesi Barat Mamuju Tengah 4.000 200.000 3.800 13,00 4.940
5 Sulawesi Barat Mamuju Utara 3.500 175.000 3.325 13,12 4.365
6 Sulawesi Barat Polewali Mandar - - - - -
MALUKU 1.643 82.150 1.561 12,99 2.027
1 Maluku Ambon - - - - -
2 Maluku Buru - - - - -
3 Maluku Buru Selatan - - - - -
4 Maluku Kepulauan Aru - - - - -
5 Maluku Kota Tual - - - - -
6 Maluku Maluku Barat Daya - - - - -
7 Maluku Maluku Tengah 450 22.500 428 13,50 581
8 Maluku Maluku Tenggara - - - - -
9 Maluku Maluku Tenggara Barat 643 32.150 611 12,48 765
10 Maluku Seram Bagian Barat - - - - -
11 Maluku Seram Bagian Timur 550 27.500 523 13,00 681
MALUKU UTARA 1.500 75.000 1.425 12,68 1.807
1 Maluku Utara Halmahera Barat 50 2.500 48 14,00 67
2 Maluku Utara Halmahera Selatan 200 10.000 190
3 Maluku Utara Halmahera Tengah - - - -
4 Maluku Utara Halmahera Timur 800 40.000 760 14,80 1.126
5 Maluku Utara Halmahera Utara - - - -
6 Maluku Utara Kepulauan Sula 350 17.500 333 14,50 482
7 Maluku Utara Pulau Morotai 100 5.000 95 14,00 133
8 Maluku Utara Pulau Taliabu - - -
9 Maluku Utara Ternate - - -
10 Maluku Utara Tidore Kepulauan - - - -
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lanjutan

Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai Tahun 2015
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian 147
PAPUA BARAT 2.750 137.500 2.613 11,26 2.942
1 Papua Barat Fak-fak 300 15.000 285 10,50 299
2 Papua Barat Kaimana 100 5.000 95 11,50 109
3 Papua Barat Kota Sorong - - - -
4 Papua Barat Manokwari 1.250 62.500 1.188 11,00 1.309
5 Papua Barat Manokwari Selatan 150 7.500 143 11,95 170
6 Papua Barat Maybrat 100 5.000 95 11,50 109
7 Papua Barat Pegunungan Arfak 50 2.500 48 10,00 48
8 Papua Barat Raja Ampat 150 7.500 143 11,00 157
9 Papua Barat Sorong 125 6.250 119 13,09 155
10 Papua Barat Sorong Selatan 100 5.000 95 12,95 123
11 Papua Barat Tambrauw 50 2.500 48 10,00 48
12 Papua Barat Teluk Bintuni 250 12.500 238 11,00 261
13 Papua Barat Teluk Wondama 125 6.250 119 12,91 153
PAPUA 4.148 207.400 3.941 12,31 4.852
1 Papua Asmat - - -
2 Papua Biak Numfor - - -
3 Papua Boven Digoel - - -
4 Papua Deiyai - - -
5 Papua Dogiyai - - -
6 Papua Intan Jaya - - - -
7 Papua Jayapura 648 32.400 616 13,05 804
8 Papua Jayawijaya - - - -
9 Papua Keerom 1.200 60.000 1.140 12,20 1.391
10 Papua Kota Jayapura - - - -
11 Papua Lanny Jaya - - - -
12 Papua Mamberamo Raya - - - -
13 Papua Mamberamo Tengah - - - -
14 Papua Mappi - - - -
15 Papua Merauke 1.500 75.000 1.425 11,99 1.709
16 Papua Mimika 100 5.000 95 11,92 113
17 Papua Nabire 500 25.000 475 13,03 619
18 Papua Nduga - - - -
19 Papua Paniai - - - -
20 Papua Pegunungan Bintang - - - -
21 Papua Puncak - - - -
22 Papua Puncak Jaya 100 5.000 95 11,49 109
23 Papua Sarmi 100 5.000 95 11,36 107
24 Papua Supiori - - - -
25 Papua Tolikara - - -
26 Papua Waropen - - -
27 Papua Yahukimo - - -
28 Papua Yalimo - - -
29 Papua Yapen Waropen - - -
30 Papua Wamena - - -
1.004.000 50.200.000 953.800 15,73 1.500.000
LUAS
PANEN (Ha)
PRODUKTIVITAS
(Ku/Ha)
PRODUKSI
(Ton)
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA
Total
LUAS TANAM
(Ha)
KEBUTUHAN
BENIH
(Kg)
SASARAN KEDELAI 2015
Lanjutan