pengelolaan limbah padat b3 rumah sakit pusat angkatan darat (rspad)gatot soebroto menggunakan tor...

22
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO MENGGUNAKAN INSENERATOR Dosen Pembimbing : ABDUL GHOFUR, M.T NOPI STIYATI P, M.T Disusun Oleh : M.SADIQUL IMAN HIE108059 ADELIA FAULINA SARI HIE108060 RINI WIDYAWATI HIE108061 AHMAD DANIEL GAZALI HIE108065 RISMAWIDHA M. HIE108071 WINDA MARIA ISSANI HIE108077 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2009

Upload: muhammad-sadiqul-iman

Post on 27-Jul-2015

1.175 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 RUMAH SAKIT PUSAT

ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO

MENGGUNAKAN INSENERATOR

Dosen Pembimbing :

ABDUL GHOFUR, M.T

NOPI STIYATI P, M.T

Disusun Oleh :

M.SADIQUL IMAN HIE108059ADELIA FAULINA SARI HIE108060RINI WIDYAWATI HIE108061AHMAD DANIEL GAZALI HIE108065RISMAWIDHA M. HIE108071WINDA MARIA ISSANI HIE108077

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

Page 2: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

selalu melimpahkan karunia-Nya. Berkat rahmat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan makalah pengelolaan limbah B3 ini tepat pada waktunya.

Materi yang ditampilkan dalam makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu

mengembangkan pengetahuan dan menetapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Abdul Ghofur , M.T.

2. Ibu Nopi Stiyati P, M.T.

3. Teman-teman Mahasiswa.

Karena bantuannya sehingga dapat terwujud makalah ini. Penulis

menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan

selanjutnya dan kesempurnaan makalah ini.

Semoga Tuhan selalu menyertai dan membimbing kita bersama dalam

upaya menyelesaikan tugas kuliah. Amin.

Banjarbaru, Oktober 2009

Penyusun

Page 3: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Batasan Masalah.............................................................................. 3

1.3 Tujuan ............................................................................................. 3

BAB II METODE PENULISAN .................................................................. 4

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5

3.1 Pengertian limbah B3 dan Pengelolaan Limbah B3......................... 5

3.2 Permasalahan dan Kontroversi Limbah B3...................................... 5

3.3 Pengelolaan Limbah B3 …………………………………......…… 6

3.4 Limbah Padat Medis…………………………………………....… 6

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 25

4.1 Studi Kasus.................................................................................. 25

4.2 Pembahasan.................................................................................. 25

BAB V PENUTUP........................................................................................

5.1 Kesimpulan..................................................................................

5.2 Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 26

Page 4: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan berbahaya dan beracun, yang lebih akrab dengan singkatan B3,

keberadaannya di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Lebih dari

75% bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sumbangan dari sektor

industri melalui limbahnya, sedangkan sisanya berasal dari sektor lain termasuk

rumah tangga yang menyumbang 5-10% dari total limbah B3 yang ada.

Peningkatan jumlah limbah bahan berbahaya dan beracun di Indonesia antara

kurun waktu 1990 – 1998 saja mencapai 100 % ( tahun 1990 sekitar 4.322.862 ton

dan pada tahun 1998 mencapai 8.722.696 ton ). Jumlah ini akan naik drastis

seiring dengan perkembangan industrialisasi yang cukup pesat di negara

berkembang seperti Indonesia.

Pengelolaan Limbah B3 terutama di Indonesia secara spesifik sebenarnya

telah diatur dalam PP 19/1994 dan disempurnakan dengan PP 12/1995. Kemudian

diganti dengan PP 18/1999 yang selanjutnya disempurnakan dengan PP 85/1999.

Menurut PP 18/99 jo PP 85/99, pengertian limbah B3 adalah setiap limbah yang

mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat

membahayakan kesehatan manusia.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengelolaan

limbah B3 di Indonesia. Pertama, adalah penerapan “produksi bersih dan

minimisasi limbah” bagi industri. Teknologi end pipe treatment yang dipakai di

Indonesia sendiri sebenarnya merupakan teknologi kuno (sunset technology) yang

telah lama ditinggalkan oleh negara-negara maju. Namun para industriawan

biasanya malas untuk mengganti teknologi pengelolaan limbah mereka dari end

pipe treatment menjadi clean technology, karena adanya internalisasi biaya

eksternal atas kerusakan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan. Hal tersebut

akan menambah cost tersendiri bagi mereka, apalagi dengan kondisi

perekonomian sulit seperti sekarang ini. Inilah repotnya jika industriawan kita

Page 5: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

hanya mengejar short-term benefits nya saja. Padahal konsep clean technology

melalui minimisasi limbah industri dengan model reduce; recycle; reused;

recovery dan recuperation, bila diterapkan dengan benar dapat mengurangi cost

production dari industri tersebut meskipun pada awalnya dibutuhkan investasi

yang cukup besar. Selain produksi bersih, penanganan limbah yang memang tidak

dapat tereduksi dalam proses minimisasi limbah harus ditangani sesuai prosedur

dan tidak seadanya saja.

Kedua, adalah pembenahan sistem hukum dan peraturan yang telah ada,

baik itu untuk limbah yang dihasilkan di dalam negeri maupun untuk lintas batas

limbah B3. Peraturan yang ada seperti AMDAL masih jauh dari mencukupi untuk

melakukan pengelolaan terhadap limbah, khususnya limbah B3. Apalagi dengan

lembaga dan sumber daya manusia yang belum memadai. Sedangkan untuk lintas

batas limbah B3, Indonesia sebenarnya telah meratifikasi Konvensi Basel melalui

Kepres RI no. 61/1993 tentang Pengesahan Convension on The Control of

Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal. Namun

pada kenyataannya, pada saat Panangian Siregar menjabat Menteri Lingkungan

Hidup kabinet Habibie, turun rekomendasi untuk mengimpor lumpur dan sisa

bahan galian dari Singapura yang dituangkan dalam surat no. B-

495/MENLH/4/1999. Limbah dengan kapasitas 10.000 ton tersebut sudah

dikirimkan sebanyak 6000 ton tanpa melalui proses Amdal terlebih dahulu,

padahal PUSARPEDAL dan LIPI menyatakan limbah tersebut mengandung

logam berat (Arsen, Kadmium, Krom, Nikel, Tembaga dan Timbal) dalam jumlah

yang cukup membahayakan. Yang lebih aneh lagi, alamat PT. Bangka Dwiukir

Lestari selaku kontraktor di Jl. Jendral Sudirman 8B adalah fiktif dan merupakan

alamat kantor Harian Bangka Post. Lemahnya supremasi hukum di Indonesia

inilah yang menjadikan seringnya kecolongan baik industri lokal maupun dari luar

negeri.

Yang ketiga adalah sesegera mungkin membereskan kelembagaan

lingkungan hidup di Indonesia yang memang mempunyai posisi yang lemah.

Kedudukan Bapedal misalnya, yang hanya berfungsi secara koordinatif, sehingga

seringkali ketika muncul persoalan dalam hal pencemaran lingkungan hidup,

Page 6: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

hanya fungsi administratif saja yang dijalankan oleh Bapedal, apalagi Bapedal

yang ada di daerah.

Keempat yaitu melakukan evaluasi, inventarisasi dan pengembangan

terhadap sumber daya yang kita miliki. Tidak dapat dipungkiri bahwa sumber

daya kita masih sangat lemah dan minim dalam memahami persoalan lingkungan

hidup. Sedangkan yang kelima adalah adanya transparansi informasi kepada

masyarakat luas, sehingga ada partisipasi aktif dari masyarakat untuk ikut serta

dalam usaha pelestarian lingkungan hidup. Salah satunya adalah sosialisasi

informasi mengenai limbah B3. Dengan begitu ada keterlibatan seluruh

stakeholders secara seimbang dan aktif untuk memecahkan setiap persoalan

lingkungan hidup yang akan muncul puluhan bahkan ratusan masalah seiring

dengan berkembangnya industrialisasi di negari kita. Sebab bukanlah rahasia

bahwa kita pun tidak ingin Indonesia disebut sebagai negara penghasil limbah.

Dalam makalah ini dijelaskan mengenai pengelolaan limbah B3 secara spesifik

yang diperhatikan dalam berbagai aspek.

1.2 Batasan masalah

Adapun batasan masalah dari penulisan makalah ini yakni, sampai sejauh

mana perkembangan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit Gatot

Soebroto menggunakan insenerator yang telah diterapkan, serta bagaimana

prospek pengelolaan limbah yang akan diambil untuk masa yang akan datang.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

perkembangan pengelolaan limbah B3 serta bagaimana pengelolaan limbah B3

yang baik dan yang memang sesuai dengan aturan yang berlaku.

Page 7: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

BAB II

METODE PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode

kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan

jurnal penelitian yang bersangkutan dengan pengelolaan Limbah B3. Selain itu

pengumpulan data juga di dapat dari pencarian informasi-informasi dari internet.

Page 8: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian limbah B3 dan Pengelolaan Limbah B3

Limbah dalam artian umum adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan

sedangkan pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan atau beracun. Sifat, konsentrasi, dan jumlahnya

dapat: Mencemarkan/merusak lingkungan hidup Membahayakan kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.

Di Indonesia sendiri, peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah

B3, telah dituangkan dalam UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

yang diundangkan sebagai pengganti UU No. 4/1992. Dalam Bab V, Pasal 17,

UU No. 23 /1997, pengelolaan berarti berhubungan dengan proses: menghasilkan,

mengangkut, mengedarkan, menyimpan, mengolah, menggunakan dan

menimbun/membuang. Selanjutnya ditambahkan dalam Pasal 20 bahwa setiap

orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup tanpa

keputusan/ijin, hal ini perlu dilakukan pada lokasi pembuangan yang ditetapkan

menteri.

Secara spesifik hal ini ditindaklanjuti dalam Peraturan Pemerintah, PP

18/1999 yang kemudian disempurnakan dalam PP 85/1999 diantaranya adalah:1.

Kewajiban bagi setiap penghasil limbah B3 (atau badan usaha yang mendapat ijin

Menteri Lingkungan Hidup) untuk mengolah limbahnya.2. Kewajiban bagi

badan usaha pengelola limbah B3 yang melakukan pengumpulan, pengolahan,

penimbunan, pemanfaatan dan usaha pengangkutan limbah B33. Ketentuan

mengenai pengawas dan pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3.4.

Ketentuan teknis administratif dalam kegiatan pengelolaan limbah B3, termasuk

sanksi-sanksi pelanggarannya.

Semua ketentuan yang berhubungan dengan para pelaku pengelolaan

limbah B3, baik itu penghasil, pengumpul, pengangkut, maupun

pengolah/penimbun telah diperinci secara jelas, dan hal-hal teknisnya juga telah

dibahas yang mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan pengelolaan

limbah dari mulai sumber sampai pembuangan akhir (from cradle to grave).

Page 9: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

Untuk pelaksanaan, diatur pula terutama yang menyangkut program kendali dan

pengawasan di daerah.

3.2 Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan Limbah B3 sendiri memakai rangkaian yang mencakup:

reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan

Limbah B3. Sedangkan pelaku pengelolaan limbah B3 terdiri dari Penghasil,

pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, penimbun. Mata rantai siklus

perjalanan limbah B3 harus dapat diawasi. Perjalanan pengelolaan limbah B3 itu

sendiri dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Selama

ini Pengelolaan limbah B3 mengenal konsep Cradle to Grave.

3.2.1 Kewajiban Dalam Pengelolaan Limbah B3

Dalam sistem pengelolaan limbah B3 dikenal beberapa kewajiban yang

harus dilakukan berdasarkan tata laksana yang telah diatur yakni:

a. Kewajiban Pelaku Pengelolaan Limbah B3 (Penghasil)

Penghasil wajib:

- Mereduksi limbah B3, bila masih menghasilkan limbah B3 maka

residunya harus diolah kembali dengan memanfaatkan sendiri atau

memberikannya kepada pihak pemanfaat.

- Mengolah limbah B3, dapat mengolah sendiri atau memberikannya

kepada pihak pengolah (dalam atau luar negeri).

- Menimbun limbah B3, apabila limbah yang dihasilkan ,50 kg/hari,

dapat menyimpan lebih dari 90 hari sebelum diserahkan ke pihak

pengumpul/ pemanfaat/ penimbun.

- Wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai jenis, karateristik

dan jumlah Limbah B3 yg dihasilkan serta nama pengangkut dan pihak

pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun.

- Wajib menyampaikan catatan di atas sekurang-kurangnya 6 bulan

sekali kepada instansi yang terkait dan Bupati/walikota.

b. Kewajiban Pelaku Pengelolaan Limbah B3 (Pengumpul)

Page 10: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

- Wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai Jenis, karateristik

dan jumlah Limbah B3 yg dihasilkan serta nama pengangkut dan pihak

pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun.

- Wajib menyampaikan catatan di atas sekurang- kurangnya 6 bulan

sekali kepada instansi yang terkait dan Bupati/walikota.

- Menyimpan paling lama 90 hari.

c. Kewajiban Pelaku Pengelolaan Limbah B3 (Pengangkut)

- Pengangkutan dapat dilakukan oleh penghasil atau pihak lain yang

telah memiliki izin.

- Wajib disertai dokumen limbah B3.

3.2.2 Pemanfaatan Pengelolaan Limbah B3

Dalam sistem pengelolaan limbah B3 juga dikenal sistem pemanfaat.

Pemanfaat limbah B3 adalah suatu kegiatan :

- Perolehan kembali (Recovery).

- Penggunaan kembali (Reuse).

- Daur ulang (Recycle).

Yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang

dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

3.2.3 Kegiatan Pengelolaan

Ada beberapa kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 yakni:

a. Reduksi Limbah

Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi

sifat bahaya dan beracun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu

kegiatan.

b. Pengemasan

- Kemasan = Tempat/wadah untuk menyimpan, mengangkut, dan

mengumpulkan limbah B3.

Page 11: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

- Setiap kemasan wajib diberi simbol dan label yang menunjukan

karakteristik dan jenis limbah.

c. Pengumpulan

Kegiatan pengumpulan limbah B3 wajib memenuhi ketentuan sbb:

- Memperhatikan karakteristik limbah B3.

- Mempunyai laboratoriun mendeteksi karakteristik limbah B3 kecuali

uji toksikologi.

- Memiliki perlengkapan penanggulangan terjadinya kecelakaan.

- Memiliki konstruksi bangunan kedap air dan bahan bangunan

disesuaikan dengan karakteristik limbah.

- Memiliki lokasi pengumpulan yang bebas banjir.

d. Pengangkutan

- Penyerahan limbah B3 oleh penghasil/ pengumpul/ pemanfaat/

pengolah kepada pengangkut wajib disertai dokuman limbah B3.

- Pengangkatan dilakukan dengan alat khusus.

e. Pemanfaatan : meliputi 3R

f. Pengolahan

Lokasi pengolahan harus bebas dari banjir, tidak rawan bencana, bukan

kawasan lindung, serta telah diperuntukan sebagai kawasan industri berdasarkan

rencana tata ruang wilayah setempat.

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode

yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning,

solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical

conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

• Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam

lumpur.

Page 12: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

• Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam

lumpur.

• Mendestruksi organisme patogen.

• Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang

masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan

pada proses digestion.

• Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam

keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan

diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang

umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid

bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal

sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering

selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan

centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses

flotation pada tahapan awal ini.

b. Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik

dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan

melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.

Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses

pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid.

Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan

bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi.

Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses

destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses

yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion,

aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation,

chemical conditioning, dan elutriation.

Page 13: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

c. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.

Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan

filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,

centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

d. Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses

yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air

oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3

umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi

solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah

limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses

pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan

menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk

mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi

didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan

penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga

sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses

solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi

menjadi 6 golongan, yaitu:

a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam

limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar

b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation

tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur

kristal pada tingkat mikroskopik

c. Precipitation

d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara

elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

Page 14: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan

menyerapkannya ke bahan padat

f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun

menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau

bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen,

kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di

lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant

mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh

BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-

04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang

menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi

volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75%

(berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem

pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan

limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak

kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.

Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian

besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah

berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang

relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan

energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam

mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value

juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem

insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk

membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized

bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste

Page 15: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut,

rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah

limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

g. Penimbunan

- Lokasi pengolahan harus bebas dari banjir, tidak rawan bencana,

bukan kawasan lindung, serta telah diperuntukan sebagai kawasan

industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah setempat.

- Permeabilitas tanah maksimum 10-7 cm/det untuk jenis limbah B3

dengan LD50 >50 mg/kg Berat Badan, permeabilitas maks 10-5

cm/det.

- Tidak merupakan daerah resapan air tanah, khususnya yg untuk

digunakan untuk air minum.

3.3 Limbah Padat Medis

Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan

potensi bahaya yang tergantung didalamnya, serta volume dan sifat persistensinya

yang menimbulkan masalah:

1. Limbah benda tajam seperti jarum, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,

pecahan gelas, dll.

2. Limbah infeksius, memiliki pengertian sebagai Limbah yang berkaitan dengan

pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan

Limbah laboratorium.

3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah jaringan tubuh yang terbuang dari

proses bedah atau autopsi

4. Limbah Citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan bat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau

tindakan terapi citotoksik

5. Limbah farmasi berasal dari obatobat yang kadaluarsa, yang sudah tidak

diperlukan

6. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

veterinary, labratorium, proses sterilisasi dan riset.

Page 16: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

7. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang

berasal dari pengguanan medis atau riset radionuklida

Masalah utama dalam mengatasi limbah infeksius adalah resiko penularan

oleh agen infeksius yang berasal dari limbah ini. Resiko penularan akan muncul

saat pembuangan dari sumbernya, proses pengumpulan, pengangkutan,

penyimpanan hingga penanganan baik onsite maupun offsite, hal ini merupakan

faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan wadah atau kontainer untuk

limbah infeksius. Pertimbangan penggunaan wadah juga dibedakan sesuai tipe

limbah infeksius, dimana dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu : limbah

benda tajam, limbah padat dan cair. Ketiganya memiliki perbedaan besar secara

fisik , kimia, dan resiko yang dapat ditimbulkan sehingga persyaratan dalam

pewadahan dan penanganannyapun berbeda. Pada prinsipnya limbah medis harus

sesegera mungkin ditreatmen setelah dihasilkan dan penyimpanan merupakan

prioritas akhir bila limbah benar-benar tidak dapat langsung diolah. Faktor

penting dalam penyimpanan yaitu melengkapi tempat penyimpanan dengan cover

atau penutup, menjaga agar areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur

dengan limbah non-medis, membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang

dapat memasuki area serta, lebeling dan pemilihan tempat penyimpanan yang

tepat Dalam strategi pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit terdapat

beberapa sistem, antara lain :

• Autoclaving

• Desinfeksi dengan bahan kimia

• Insinerator (Paramita, 2007).

Page 17: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus

Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan.

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik

pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula

memperhatikan keterkatitan tersebut. Dilain pihak, rumah sakit juga dapat

dikatakan sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan non-

medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam jumlah

besar .

Oleh karena itu diperlukan suatu pengolahan limbah yang sesuai sehingga

tidak membahayakan bagi lingkungan. Dalam rangka memberikan pelayanan di

bidang kesehatan, rumah sakit merupakan tempat bertemunya kelompok

masyarakan penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi pelayanan,

kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Adanya interaksi di

dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung dengan

kondisi lingkungan rumah sakit yang baik dan saniter. Aktivitas rumah sakit akan

menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan

gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yan

pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Untuk meningkatkan mutu

pelayanan perlu pula ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah tersebut.

Adapun sarana pengolahan limbah di rumah sakit salah satunya adalah dengan

menggunakan insinerator.

Salah satu limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Pusat Angkatan

Darat Gatot Soebroto ( RSPAD ) adalah limbah padat. Karakteristik limbah padat

yang dihasilkan dibedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik dan limbah B3

dalam hal ini bersifat infeksius. Dengan adanya sebuah unit insinerator

diharapkan selain dapat mengurangi volume sampah sebelum dibuang juga dapat

menghilangkan sifat berbahaya dan beracunnya. Sedangakn untuk limbah padat

domestik dibuang pada tempat pembuangan sampah sementara. Sehingga dengan

Page 18: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

penanganan dan pengolahan limbah padat yang telah dilakukan dapat menjaga

kondisi lingkungan sekitas dari pencemaran.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Limbah Padat Medis

Proses pengumpulan limbah medis di RSPAD menggunakan tempat

sampah yang dilapisi dengan kantong kuning berukuran 50 x 75 cm di dalamnya.

Penyebaran tempat sampah medis dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah,

ruang poliklinik, ruang kebidanan, dan laboratorium. Sedangkan untuk limbah

benda tajam secara umum belum memenuhi persyaratan untuk mengemasnya

dalam tempat tersendiri sebelum dimasukkan dalam kantong sehingga sering

ditemukan kantong-kantong yang sobek karena adanya jarum suntik atau benda

tajam lain.

Akibat dari sobekan tadi banyak tejadi ceceran / tumpahan baik di tempat

sampah maupun di area selama pengangkutan. Alat pengangkutan sampah medis

seperti halnya sampah medis, yaitu dengan troli, kereta, maupun manual.

Kekurangan dalam pengangkutan medis ini adalah digunakannya secara

bersamaan alat pengangkut bersamaan dengan sampah non medis dalam kantong

hitam sehingga sering terjadi pencampuran sampah dan adanya tumpahan cairan

pada dasar bak pengangkut. Jalur pengangkutan sampah dapat dilihat dibawah ini.

Untuk limbah medis setelah pengangkutan dilakukan, limbah dalam kantong

kuning tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dalam ruang khusus dengan

kapasitas ± 23 m3 .

Fungsi penyimpanan ini adalah untuk mengumpulkan limbah medis

infeksius sebelum dibakar untuk mencegah terjadinya penularan baik melalui

udara, kontak langsung, maupun melalui binatang. Tahap akhir pengelolaan

sampah medis adalah dengan menggunakan insinerator. Sampah medis yang telah

terkumpul dalam ruang penyimpanan kemudian dibakar dan pembakaran

dilakukan dua hari sekali dengan kapasitas maksimal insinerator 5 m3. Biaya

operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak pengelola RSPAD GS untuk

memenuhi kebutuhan kantong plastic dan tempat penampungan sampah selama

satu tahun adalah sebesar Rp. 40.400.000. adapun tenaga penampung sampah di

Page 19: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

RSPAD GS dilakukan oleh petugas cleaning service yang berjumlah total 176

orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok dan luas area sudah

cukup efektif dimana seorang cleaning service mempunyai area kerja ± 250-300

m2.

4.2.2 Insinerator

Insinerator yang dimiliki RSPAD GS berkapasitas 5 m3 yang terdiri

beberapa komponen utama antara lain Feeding Storage room, primery chamber,

secondary chamber dan bagian cerobong yang dilengkapi dengan air pollution

control. Dengan jadwal pembakaran setiap dua hari sekali, maka timbulan sampah

medis yang dibakar sebanyak 320,8 kg dari RSPAD GS sedangkan sampah medis

dari luar RSPAD GS yang dibakar 552 kg. Sehingga total sampah yang dibakar

tiap sekali pembakaran adalah 872,8 kg. Kepadatan tiap berat sampah tidak tentu

tergantung kandungannya. Dengan mengasumsikan 250 kg memiliki volume 1

m3, maka volume sampah yang dibakar sebesar 3,4 m3. dengan kapasitas

maksimal primary chamber sebesar 5 m3 maka presentasi volume pembakarannya

sebesar 67%. Adanya pembakaran di primary chamber, massa dari limbah yang

dibakar akan berkurang dengan terbentuknya abu dan gas.

Sumber : Pengukuran

Dari data diatas dapat diketahui efisiensi pembakaran terhadap massa yang direduksi :

Tanggal Timbulan Limbah Padat Medis (Kg) TimbulanAbu(kg)RSPAD GS Instansi Lain

131416

137192,5113

307348237

102

171819

138226156

164435165

88

Rata-rata 160,4 276 95

WinxWoutWinDRE %100)( −=

)276.4,160(%100)95)2764,160(( x−+= %23,78=

Page 20: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

Pembakaran dengan incinerator umumnya menghasilkan buangan baik

berupa padat, cair maupun gas. Dalam bentuk padat berupa abu pada akhirnya

akan dibuang ke landfill. Untuk mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan

kandungan abu tersebut maka dilakukan pemeriksaan berdasar baku mutu. Sedang

untuk emisi berupa partikulat digunakan Pollution Control Device berupa wet

scrubbe serta pemeriksaan pada emisi udaranya. Pada bagian bawah ruang wet

scrubber terdapat talang atau sekat yang berfungsi menangkap jatuhan sisa air

(limbah cair). Talang tersebut dihubungkan dengan pipa yang kemudian

menyalurkannya ke instalasi pengolahan air buangan yang dimiliki RSPAD GS.

Page 21: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Limbah dalam artian umum adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan

sedangkan pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan

yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun. Sifat, konsentrasi,

dan jumlahnya dapat: Mencemarkan/merusak lingkungan hidup

Membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta mahluk

hidup lainnya.

2. Permasalahan yang timbul sehubungan dengan limbah B3 dan dalam

pengelolaan limbah B3 adalah kuantitas limbah B3 yang besar sehingga

penanganannya pun menjadi sulit serta pengelolaan limbah B3 yang

kurang menaati tata laksana pengelolaan yang telah dibuat.

3. Pengelolaan limbah B3 menurut urutan pelaksanaannya terdiri dari:

a. Kewajiban Dalam Pengelolaan Limbah B3

b. Pemanfaatan Pengelolaan Limbah B3

c. Kegiatan Pengelolaan

d. Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3

4. Insinerator yang digunakan di RSPAD GS memiliki kapasitas pembakaran

5 m3 dengan jenis Cotrolled Air Insinerator yang dilengkapi dengan

pollution control berupa wet cahmber dan Hazar Particel Pervender.

4.2. Saran

Penulis menyarankan dan mengharapkan agar semakin kedepan nanti

upaya pengelolaan limbah B3 di Indonesia menjadi semakin baik, yaitu dengan

penerapan “produksi bersih dan minimisasi limbah” bagi industri. Limbah yang

mereka hasilkan diolah dengan menggunakan clean technology, karena dengan

adanya teknologi bersih tersebut, tentunya kerusakan lingkungan akibat limbah

yang dihasilkan dapat di minimalisir.

Page 22: Pengelolaan Limbah Padat b3 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (Rspad)Gatot Soebroto Menggunakan tor m.sadiqul Iman (h1e108059)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.1995. Keputusan BAPEDAL No.03 Tahun 1995 tentang Persyaratan

Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Himpunan

Peraturan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta.

Anonim2. .http://tengku-fery.web.ugm.ac.id

(diakses: 18 Oktober 2009)

Anonim3. http://www.nirmalatipar.com.

(diakses: 18 Oktober 2009)

Anonim4. http://putraprabu.wordpress.com.

(diakses: 18 Oktober 2009)

Anonim5. http://psl.ums.ac.id.

(diakses: 18 Oktober 2009)

Paramita, Nadia. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto.

http://eprints.undip.ac.id/533/1/halaman_51-55__Nadia_.pdf

(diakses: 18 Oktober 2009)

Setiadi, Tjandra . Pengelolaan Limbah Industri. http://www.yuwie.com .

(diakses: 18 Oktober 2009)

Wahyu Hidayat. Teknologi Pengolahan Limbah B3. http://majarimagazine.com.

(diakses: 18 Oktober 2009)