pengelolaan labor

Upload: dila-rizci-lee

Post on 03-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengelolaan dan keselamatan kerja di laboratorium

TRANSCRIPT

MAKALAH KELOMPOKPENGELOLAAN LABORATORIUM DAN KESELAMATAN KERJA

PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA

OLEH

KELOMPOK 7

ANGGOTA KELOMPOK

1. ANELIN OSIRIKNA

2. CHARLES ZULNATA

3. NINING NOVIA AZMIL

4. SRI RIZKA FADILA GUCI

DOSEN PEMBIMBING

1. ANANDA PUTRA, S.Si, Ph. D2. DESKI BERI, M.SiPROGRAM PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.DAFTAR ISI

2KATA PENGANTAR

3DAFTAR ISI

4BAB I

4PENDAHULUAN

4A.LATAR BELAKANG

5B.MANFAAT PENULISAN

6BAB II

6TINJAUAN PUSTAKA

16BAB III

16PEMBAHASAN

23BAB IV

23PENUTUP

23A.KESIMPULAN

24B.SARAN

25DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laboratorium merupakan suatu tempat yang sangat penting bagi dunia kimia. Karena banyak teori yang membutuhkan pembuktian langsung melalui uji laboratorium. Sehingga untuk pengujian tersebut kita perlu memperhatikan kedaan laboratorium, bahan-bahan yang digunakan, kemudian limbah dari hasil perngujian atau percobaan tersebut agar tidak mencemari lingkungan sekitar laboratorium. Kaena efek dari limbah laboratorium ini banyak menimbulkan penyakit, karena pengerjaannya menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, tanah, air dan udara.

Laboratorium universitas adalah dapur bagi calon ilmuan ilmuan. Bagi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, laboratorium bagaikan tulang punggung. Disini dilakukan suatu kegiatan pengujian pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid. Data yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium baik pengujian secara kualitatif maupun secara kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, selanjutnya akan dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Seharusnya laboratorium ini dapat menunjang segala hal dalam proses penelitian yang dilakukan.

Adanya bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang diperlukan dari gudang bahan kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek di laboratorium. Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis. Karena tujuan penggunaannya maka terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang digunakan dan bahan kimia yang terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang jika daur ulangnya tidak mungkin dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah kimia dari laboraotrium di universitas yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari campuran yang sangat kompleks. Intinya, hal ini menyatakan jumlah limbah yang berarti, yang harus dibuang dari universitas dengan menggunakan dananya sendiri. Namun kenyataannya, tidak satupun laboratorium FMIPA universitas di Indonesia memperoleh akreditasi internasional. Idealnya, untuk mendirikan laboratorium konsentrasi tersebut dibutuhkan biaya 50 juta dolar. Dan Indonesia belum mampu untuk menyediakan biaya sebesar itu untuk sarana penunjang dalam pendidikan.

Untuk membuang limbah laboratorium, yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula, cara yang sesuai bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang digunakan. Tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat dibuang dalam bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko kontaminasi pada pekerja yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.

Saat ini belum terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga dikhawatirkan beberapa tahun ke depan akan terjadi degradasi lingkungan akibat pencemaran lingkungan dari air limbah laboratorium. Untuk itu diperlukan suatu rancangan pengolahan limbah terpadu yang seyogyanya meliputi pengolahan secara fisika, kimia dan biologi.B. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat penulisan makalah Pengelolaan Limbah Laboratorium Kimia adalah

a. Dapat mengetahui berbagai macam pengelompokan limbah

b. Dapat mengetahui cara pengelolaan limbah yang benar

c. Dapat mengetahui bahaya yang disebabkan oleh limbah laboratorium

d. Dapat meningkatkan kepedulian segala pihak terhadap pengelolaan limbah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan.

Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

1) Klasifikasi limbah

a) Berdasarkan nilai ekonomisnya, di golongkan atas 2 golongan :

1) limbah yang memiliki nilai ekonomis adalah limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol, ampas tebunya dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas. Limbah pabrik tahu masih banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya Chlorella sp.2) limbah non ekonomis adalah limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan. Contohnya:limbah pabrik tekstil yang biasanya terutama berupa zat-zat pewarnab) Berdasarkan wujudnya, limbah digolongkan atas 3 golongan :

1) Limbah padat

2) Limbah cair

3) Limbah gas

c) Berdasarkan sumbernya, limbah digolongkan atas 3 golongan :

1) Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik2) Limbah yang berasal dari sumber spesifik3) Limbah dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, kebocoran, rusak kemasan atau yang tidak memenuhi spesifikasi.

Limbah dari bahan kimia kadaluarsa merupakan timbulan limbah yang dihasilkan oleh karena selang waktu pakai bahan kimia sudah terlampaui walaupun bahan tersebut belum dibuka dari kemasannya. Waktu kadaluarsa ditentukan dari pabrik pembuat bahan kimia tersebut dan dicantumkan pada kemasan sisi luar pada label yang tertera dari masing-masing bahan kimia.

2) Sifat- sifat limbah berbahaya

a. Mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

b. Mudah terbakar (flammable) adalah limbah yang bila berdekatan dengan ai, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyalah maka akan terus terbakar dalam waktu yang lama.

1) Cairan yang memiliki titik nyala < 60 oC

2) Bukan cairan yang dalam kondisi normal dapat terbakar sendiri

3) Gas yang mudah terbakar

4) Bahan kimia yang mudah teroksidasi (oxidizer).

a) Korosif (Corrosive)

1) Larutan yang memiliki pH 2 atau 12.5

2) Larutan yang dapat menjadi penyebab korosi besi dengan laju inch per tahun pada suhu 55 C

b) Reaktif (reactive) adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen, atau limbah organic peroksida yang stabil dalam suhu tinggi.

1. Dalam kondisi normal tidak stabil dan dapat berubah setiap saat tanpa ada pemicu;

2. Cepat bereaksi dengan air

3. Dapat meledak apabila bercampur dengan air

4. Apabila bercampur dengan air menghasilkan gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan

5. Dapat membentuk sianida atau sulfida pada pH 2 12.5 dapat membentuk gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan

6. Dapat menjadi bahan peledak apabila direaksikan dengan bahan kimia tertentu.

c) Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

1) Apabila tutup kemasan rusak, bahan ini dapat memberikan uap beracun dengan paparan sekitar tempat penyimpanannya

2) Bahan ini dapat mengganggu sistem metabolisme saluran darah didalam tubuh manusia sehingga keterpaan dalam selang waktu tertentu (nilai ambang batas) mengakibatkan kematian.

(UIUC CHEMICAL WASTE MANAGEMENT GUIDE - 2006)A. Pengelolaan limbah

1. Pengelolaan limbah kadaluarsa

a. Evaluasi

Lakukan evaluasi terhadap bahan kimia yang dipertimbangkan sudah menjadi timbulan limbah, kondisi secara fisik apakah merupakan senyawa tunggal atau campuran, masuk kedalam kategori limbah B3 atau tidak. Upaya yang dilakukan dalam rangka pembuangan limbah berbahaya tersebut adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi penamaan tempat penampung limbah (labelling of waste container)

2) Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi LIMBAH BERBAHAYA untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan

3) Kumpulkan timbulan limbah bahan kimia kadaluarsa4) Kontainer tempat penyimpanan limbah bahan kimia kadaluarsa harus memiliki tutup yang baik dan dilengkapi dengan label tentang informasi karakteristik limbah yang tersimpan untuk kemudian diletakkan dJika semua bahan kadaluarsa telah dimasukkan kedalam kemasan yang baik, letakkan kedalam drum atau tong dengan mengikuti tata cara berikut :

Drum yang dipakai adalah drum dengan volume cukup besar dan memiki tutup yang baik serta untuk penyimpanan bahan padatan masukkan kedalam drum pasir kwarsa atau butiran vermikulit untuk mencegah guncangan selama tranportasi atau pemindahan ke tempat penampungan sementara tempat terpisah.

a. Lengkapi form pembuangan limbah bahan B3 dengan informasi mengenai nama, kandungan, tanggal dibuang serta sifat karakteristik bahan kimia B3 tersebut.

b. Labelling

Langkah terakhir dan yang paling menentukan adalah pemberian label informasi mengenai isi drum sebab tanpa label maka akan dapat terjadi kesalahan penanganan dan penyimpanan.

2. Pengelolaan limbah berbahaya

Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang berlaku

(misalnya: Ordinance on the Hazardous Substances, juga lihat: Legal Conditions for the Handling of Hazardous Substances and Technical Guidelines on Safety in Chemical Laboratory Courses). Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur menjadi satu. Untuk setiap tipe limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh universitas untuk pengumpulan. Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan limbah. Wadah tersebut tidak boleh diisi lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan selama pengangkutan) dan harus ditutup rapat serta diberi label dengan benar. Jika tidak, perusahaan penanganan limbah tidak diijinkan untuk menerimanya. Wadah yang rusak, bocor atau terkontaminasi dengan senyawa berbahaya juga tidak dapat diterima.Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya adalah menghindari resiko yang membahayakan terhadap manusia dan lingkungan baik selama penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan bahan-bahan tersebut. Adapun langkah- langkahnya antara lain :

a. Identifikasi penamaan tempat penampung limbah (labelling of waste container)

b. Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi LIMBAH BERBAHAYA untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan

c. Pencantuman jenis dan karakteristik limbah sangat membantu pekerja didalam melakukan segregasi kemasan limbah berbahaya

d. Kemasan yang tepat (proper container)

e. Tempat kemasan/botol penyimpanan limbah berbahaya diupayakan sejenis dengan asal limbah tersebut atau dapat dipakai botol yang memiliki kapasitas 4-5 liter dengan tutup yang masih berfungsi dengan sempurna

f. Penyimpanan berdasarkan karakteristik limbah berbahaya (storage, compability & safety) untuk mencegah kontaminasi dengan substansi lain

g. Tidak dibenarkan untuk menyimpan kemasan limbah berbahaya berada dekat dengan saluran pembuangan (drainage, sink) atau meletakkannya berdampingan dengan limbah berbahaya lain dari substansi yang tidak sesuai (imcompability) untuk menghindari apabila terjadi kebocoran dan limbah tersebut dapat beraksi membentuk ledakan, nyala atau menghasilkan racun.

Langkah berikutnya apabila telah diketahui jenis limbah laboratorium masuk kedalam kategori tidak berbahaya maka dilanjutkan dengan melakukan segregasi terhadap limbah tersebut dengan memisahkan antara bentuk cairan dan padatan.

Cairan bisa langsung dibuang melalui saluran pembuangan sedangkan padatan harus ditempatkan kedalam kemasan yang diberi label sesuai dengan karakteristik limbah yang dimiliki dan diserahkan keapda badan atau lembaga yang memiliki kewenangan kelola limbah. Sedangkan apabila masih ada keraguan tentang sifat dan karakter limbah tersebut, cara yang bijak adalah menetapkannya sebagai limbah berbahaya sehingga pengolahan dan penyimpanannya mengikuti prosedur seperti diatas.

3. Pengelolaan limbah cair

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

a) Pengolahan secara fisikab) Pengolahan secara kimiac) Pengolahan secara biologiUntuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

a) Pengolahan Secara FisikaPada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.b) Pengolahan Secara KimiaPengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Koagulasi & Flokulasi Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di atas dapat dijadikan sebagai acuan.c) Pengolahan secara biologiSemua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:

1. Trickling filter

2. Cakram biologi3. Filter terendam4. Reaktor fludisasiSeluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;

2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

4. Pengelolaan limbah gas

Limbah gas yang berasal dari hasil reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahan-bahan, dan lain-lain. Lalu gas tersebut dikeluarkan melalui cerobong yang berhubungan dengan udara luar. Dalam cerobong terjadi proses penggumpalan partikel-partikel koloid dalam asap buangan. Proses ini menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrel.

5. Pengelolaan secara umum

a. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.

b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.

d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi Di Laboratorium Kimia UNP1. Pengelolan Limbah Padat

Botol- botol zat bekas dibuang begitu sajatanpa ada proses yang seharusnya.

Seharusnya limbah padat dibakar dalam insenerator

2. Pengelolaan limbah cair Cairan hasil praktikum langsung dibawa kewastafel, tanpa dilakukan penentuan zat yang dibuang. Saluran dari wastafel masuk ke dalam tangki yang berada dalam tanah

Lalu zat cair yang berada dalam tangki bawah tanah dinaikkan ke sumur pengendapan menggunakan mesin pompa air

Dalam sumur pengendapan terjadi proses fisika yaitu proses pengendapan. Partikel yang lebih berat akan mengendap terlebih dahulu. Jika sumur yang paling atas telah penuh, maka cairan tersebut akan masuk ke sumur yang letaknya lebih rendah, hal ini berlanjut hingga sumur paling rendah.

Tapi proses ini tidak berjalan lagi sejak terjadinya gempa karena instalasi penampungannya pecah. Terlihat cairan didalamnya bewarna hitam

Setelah proses fisika, cairan yang telah terpisahkan dari padatan-padatannya dialirkan ke kolam penampungan sebelum di alirkan ke lingkungan sekitar. Tidak jelas secara pasti proses apa yang terjadi pada kolam penampungan ini. Cairan yang dihasilkan bewarna hijau

Setelah dari kolam ini, cairan mengalir begitu saja ke kali yang berada disampingnya

Limbah juga ada yang diletakkan dibotol- botol tanpa persyaratan tertentu

3. Pengelolaan limbah gas

Cuma ada satu fume hood yang lebih baik diantara laboratorium yang ada di universitas negeri padang, yaitu di laboratorium penelitian. Tapi fume hood ini tidak berfungsi secara optimal, karena tidak mampu menghisap tissu yang kami letakkan dekat cerobong penghisap Asap dari fume hood akan keluar melalui pipa ini. Tapi tidak ada pengelolaan limbah gas ini.

B. Pengolahan limbah laboratorium yang sesuai dengan standar internasional

Pengolahan limbah di Kansas State University

Limbah dikumpulkan dalam drum-drum yang telah dilengkapi dengan label. Limbah sebelum diolah terlebih dahulu diidentifikasi jenis dan sifatnya dan selanjutnya disimpan di drum-drum sesuai dengan karakteristik limbah tersebut. Tahap selanjutnya limbah akan di bawa ke tempat pengolahan limbah yang telah memenuhi standar.

Pengolahan limbah juga harus dilengkapi dengan bak sedimentasi dimana disini akan terjadi pengendapan secara fisika. Dibak inilah pertama kali limbah diolah .

Selanjutnya limbah akan masuk ke trikling filter, dimana zat terlarut yang ada dalam limbah yang tidak dapat diendapkan secara fisika maka akan dipisahkan pada proses ini.

Proses pengolahan limbah secara biologi juga akan terjadi pada bak penampung tertentu yang juga dilengkapi dengan mikroorganisme yang mampu menguraikan limbah.

Pengolahan limbah di universitas Tokyo

Pengolahan limbah di universitas tokyo dilengkapi dengan bak netralisasi, dimana limbah yang akan dibuang ke lingkungan terlebih dahulu dinetralkan keasamannya sesuai dengan standar tingkat keasaman limbah yang boleh dibuang ke lingkungan agar lingkungan tidak rusak akibat limbah.BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari tinjauan pustaka dan hasil observasi yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa laboratorium yang baik harus mempunyai manajemen pengolahan limbah laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar pencemaran lingkungan akibat limbah laboraatorium dapat di tanggulangi.

Adapun cara pengolahan air limbah yang baik harus melalui lima tahapan yaitu:1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.

2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.

3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.

4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

Limbah yang dihasilkan dari laboratotium juga harus diidentifikasi dan di kelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya. Limbah juga harus disimpan atau dikumpulkan dalam wadah yang dibuat khusus untuk penyimpanan limbah.B. SARAN

Dari penulisan makalah ini, penulis harapkan kepada pembaca umumnya dan penulis khususnya agar adanya perubahan kearah yang lebih baik dalam bidang penglolaan limbah di laboratorium universitas negeri Padang. Pipa pipa yang mengalirkan limbah ke tangki pembuangan ada juga yang tidak berfungsi dengan baik,Tanki- tanki untuk sedimentasi tidak hanya sebabai pajangan. Tetapi benar- benar di fungsikan dengan baik.Pengetahuan untuk pengelolaan limbah laboratorium tidak hanya harus dimiliki oleh mahasiswa tetapi yang sangat penting pengetahuan tersebut dimiliki oleh laboran dan semua pihak yang terlibat dalam proses praktikum tersebut.DAFTAR PUSTAKAhttp/google.com. Definisi Limbah B3 dan Langkah-langkah pengolahannya. Padang/27 april 2011.

Said, Muhammad.2009. Jurnal penelitian sains edisi desember Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan PAC. Palembanng: Universitas Sriwijaya.

http://www.pkplk-plb.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10141http://linaayurizki.blogspot.com/2011/04/penanggulangan-limbah.htmlhttp://www.ehs.utoronto.ca/resources/wmindex/wm5_2.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/Limbah