pengelolaan indonesia berbasis learning organization by daniel doni sundjojo

18

Click here to load reader

Upload: daniel-doni

Post on 02-Jul-2015

353 views

Category:

Business


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

1

Komitmen bersama untuk mengelola Indonesia dengan konsep Learning Organization

demi terciptanya daya saing bangsa.

oleh

Daniel Doni Sundjojo

Page 2: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

2

Abstract

Indonesia sebenarnya tidak layak terpuruk seperti sekarang ini, andaikata komponen bangsa ini mau bahu

membahu, berkomitmen demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Namun, apa daya, terlalu banyak

kepentingan yang bermain di negara kita ini. Ibarat perusahaan, Indonesia seperti perusahaan yang berjalan

tanpa visi, sistem apalagi proses yang jelas dan benar. Ibarat perusahaan, Indonesia tidak memiliki data yang

aktual, valid dan benar. Ibarat perusahaan, Indonesia juga seringkali tidak memiliki organizational memory,

yaitu kumpulan informasi baik yang bersifat historis maupun update, baik yang berasal dari luar maupun dalam,

tidak ada informasi dalam mereview external world, dunia yang senantiasa berubah dengan cepat,

uncontrollable dan unpredictable. Ibarat perusahaan pula, Indonesia memiliki manajemen maupun staff yang

tidak direkrut dengan metode recruitment yang benar, dan tanpa adanya komitmen terhadap job description

mereka, apalagi terhadap key performance indicator mereka. Ibarat perusahaan, Indonesia tidak menyadari apa

core competency mereka, di bidang apa sebaiknya core bussiness kita dan apa prioritas kita, untuk tiap periode

lengkap dengan indikatornya. Ibarat perusahaan, Indonesia merupakan perusahaan yang tidak memiliki divisi

customer services namun rajin memungut iuran dari investor, Indonesia hanya memberikan employee benefit

kepada tingkat manajemen ke atas secara berlimpah namun untuk stafnya namun rajin memotong gaji

karyawannya sendiri dan bahkan tidak mengikutsertakan stafnya di program Jamsostek.

Benarkah Indonesia ibarat terserang kanker sudah kronis? Benarkah tidak ada penyelesaiannya? Akankah kita

menjadi bangsa yang diremehkan oleh bangsa lain? Tidak, Indonesia masih bangsa besar. Dengan komitmen

dan pengelolaan negara berbasiskan konsep Learning Organization, bersama kita bisa merebut kembali harga

diri bangsa kita melalui daya saing bangsa kita, bangsa Indonesia.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana penerapan konsep Learning Organization dan komitmen

bersama seluruh komponen bangsa untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Lebih jauh lagi, di masa

mendatang, perlu dikaji lebih lanjut ide dari makalah ini ke dalam tindakan yang lebih konkret oleh pimpinan

dan elite politik bangsa ini.

Page 3: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

3

Latar Belakang

Indonesia, sebenarnya merupakan salah satu negara yang mampu bertahan hidup andaikata seluruh dunia

melakukan embargo terhadap Indonesia. Hampir semua kita miliki : kekayaan alam, kekayaan budaya,

kekayaan sumber daya manusia. Kita bisa membuat apa saja dari kekayaan alam Indonesia, mulai dari bahan

untuk keperluan sehari-hari hingga perhiasan mewah sekalipun. Namun mengapa seringkali kita melihat,

kenyataannya Indonesia sulit bersaing dengan sesama negara di Asia Tenggara, apalgi dunia? Investor mulai

melarikan modalnya ke Cina, Vietnam, Thailand. Bangsa-bangsa lain, bahkan saudara serumpun kita berlomba

mematenkan dan ikut merasa memiliki kekayaan kita mulai dari anglung, tempe, lagu rasa sayange bahkan

pulau. Di sektor olahraga, bahkan di SEA Games, Indonesia yang dahulu begitu perkasa, sekarang sudah tidak

masuk hitungan dalam bursa juara. Mengapa itu semua terjadi?

Salah satu penyebabnya adalah, Indonesia tidak siap dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi. Indonesia,

entah karena sudah merasa puas, atau merasa manja dengan kekayan alam kita yang berlimpah menjadikan kita

semua lupa, bahwa dunia sudah berubah, dan negara-negara yang tadinya berada di bawah Indonesia dalam hal

kemajuannya, saat ini justru jauh mengungguli Indonesia dalam hal kemajuan, teknologi, produktifitas, etos

kerja yang secara ringkas dapat disimpulkan sebagai daya saing. Ya, daya saing Indonesia, dalam hal ini bangsa

Indonesia – karena Indonesia sebagai bangsa dan sebagai negara tidak pernah dapat dipisahkan- telah

mengalami kemerosotan dalam hal daya saing. Dinosaurus, mungkin inilah istilah yang paling tepat untuk

menggambarkan Indonesia sekarang ini. Kelambatan menyesuaikan diri dan merespon perubahan yang terjadi

di lingkungan sekitar telah membuat Dinosaurus punah dari muka bumi. Sama seperti Indonesia,. dahulu,

Indonesia di gadang-gadangi menjadi salah satu Macan Asia, namun, ketidakmampuan dan ketidakmauan untuk

responsif dan adaptif terhadap perubahan dunia membuat Indonesia saat ini bagaikan macan ompong.

Mengapa? Selain kelambatan untuk learning dalam menghadapi perubahan, bangsa Indonesia terlalu sibuk

dengan urusan internal. Perselisihan antar elite politik, antar komponen bangsa, persaingan antar pimpinan

bangsa, apalagi sudah mendekati dilangsungkannya Pemilu 2009, dimana suhu politik makin meningkat dan

mayoritas nampak sibuk mempersiapkan perhelatan itu. Pilkada di sepanjang tahun 2008, banyak diantaranya

yang berakhir dengan perselisihan atau bahkan kerusuhan. Konflik antar golongan dan komponen bangsa seperti

rutin menghiasi koran-koran Indonesia. Berbagai macam intrik dan drama kehidupan disuguhkan setiap hari

dari berbagai media. Akhirnya, tidak ada pihak yang bertanggung jawab untuk memonitor, mereview dan

menganalisis “external world”. Akibatnya, banyak keputusan di Indonesia kadangkala nampak terlalu cepat,

sehingga nampah tergesa-gesa dan sebagian lagi terlalu lambat- sehingga benar-benar telambat. Dan keputusan

itupun seringkali tidak tepat sasaran. Kita lupa, bahwa kompetitor sesungguhnya ada di luar negara kita, tapi

yang terjadi kita saling serang tanpa memberikan solusi pada bangsa kita. Semua sibuk dengan upaya

Page 4: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

4

mendekatkan diri pada lingkaran kekuasaan. Menteri yang seharusnya menjadi manager-manager Presiden,

seringkali justru tidak memberikan solusi namun membawa problem dengan berbagai kasus korupsi,

penyelewengan atau justru sudah berkonsentrasi untuk menghadapi pemilihan presiden, ataupun kepala daerah.

Bahkan lembaga-lembaga tinggi negara contoh, juga tidak luput dari masalah penyelewengan. Pegawai Negeri

yang seharusnya melayani masyarakat sebagai internal customer justru sering kepergok sedang jalan-jalan di

Mall saat jam kerja, bahkan ada istilah batalyon 804, yaitu pukul 8 pagi absen kedatangan, kemudian

menghilang (nol) dan muncul lagi pukul 4 sore untuk absen pulang.

Bagaimana mengatasi masalah tersebut? Penerapan konsep Learning Organization, yang harus dilaksanakan

dengan komitmen bersama adalah jawabannya, guna meraih Customer Satisfaction dari konsumen Indonesia :

rakyat sebagai internal customer dan investor sebagai eksternal customer. Dalam makalah ini, akan dibahas

mengenai apa yang harus dilakukan seluruh komponen bangsa ini untuk bisa berkomitmen mengelola Indonesia

dengan konsep Learning Organization dan apa dampaknya bagi customer satisfaction, baik internal maupun

eksternal. Mengapa ini penting? Karena dengan melakukan komitmen bersama untuk mengimplementasikan

Learning Organization, maka bangsa Indonesia akan memiliki daya saing dalam pergaulan dunia. Dengan

menerapkan konsep Learning Organization, Indonesia akan memiliki kemampuan untuk mereview external

world, kemudian melakukan langkah-langkah responsif maupun adaptif untuk menciptakan daya saing kita

dalam situasi dunia yang senantiasa berubah secara uncontrollable dan unpredictable. Hanya dengan

kemampuan untuk belajar lebih cepat dari perubahan yang terjadi di lingkungan internasional, maka bangsa

Indonesia akan kembali disegani di percaturan Internasional, memiliki daya saing untuk berkompetisi dengan

bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, dan itu hanya dapat terwujud dengan komitmen bersama menuju Learning

Organization, seperti yang diungkapkan oleh Peter Senge (!994) : In the long run, the only sustainable sources

of competitive advantage is your organization’s ability to learn faster than its competition.

Untuk itu, semua komponen bangsa ini, baik pemimpin bangsa, pemimpin agama, tokoh masyarakat, elite

politik, akademisi, pebisnis hingga rakyat dituntut untuk membuat komitmen bersama dalam menerapkan

proses learning secara konsisten. Apabila proses learning hanya terjadi pada kalangan tertentu saja, hal itu tidak

akan berpengaruh banyak terhadap daya saing bangsa Indonesia. Selain itu, learning juga tidak hanya

difokuskan pada internal Indonesia saja, namun juga harus diimbangi dengan fokus ke external Indonesia,

bagaimana interaksi dan sejauh mana sebuah Indonesia dapat adaptif dan repsonsif terhadap apa yang terjadi

dalam lingkungan internasional, sebuah lingkungan dengan segala kompleksitasnya, unpredictable, very

demanding, serta penuh resiko, dimana di dalamnya terdapat investor, kelompok komunitas, serta negara-

negara”pesaing” dalam hal menarik investor maupun daerah pemasaran produk maupun services kita.. Untuk

itulah, makalah ini merujuk kepada pandangan Garratt yang mendefinisikan learning organization dalam tiga

tingkatan learning yaitu Policy Learning yang memfokuskan kepada learning terhadap kebijakan dan sistem,

Strategic Learning yang concern terhadap visi, strategi dan pimpinan sebagai katalis dalam proses learning,

Page 5: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

5

serta Operational Learning yang merujuk kepada proses learning dalam implementasi kehidupan berbangsa dan

bernegara. .

Pembahasan

Dalam makalah ini, konsep learning organization difokuskan pada implementasi Policy Learning, Strategic

Learning, dan Operational Learning dalam mengelola Indonesia, sesuai pandangan Garratt, yaitu

i. Policy Learning, yang difokuskan kepada kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap konsumen, baik

konsumen internal maupun eksternal yang merujuk kepada keefektifan organisasi

ii. Strategic Learning, yang berfokus kepada pimpinan bangsa Indonesia, mulai dari pemerintah pusat

hingga daerah, dengan menekankan pentingnya demokratisasi proses learning dalam setiap tingkatan di

Indonesia, dimana pimpinan merupakan katalis dari proses learning tersebut, bukan sebagai penghambat

iii. Operational Learning, yang memfokuskan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, dengan penitik

beratan kepada efisiensi organisasi

Diagram mengenai konsep learning organization menurut pandangan Garratt disajikan pada gambar 1

Gambar 1. Model Learning Organization menurut Garratt

Page 6: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

6

Sumber : Garratt, B. 2000. The Learning Organization: Developing Democracy at Work.

London: Harper Collins Publishers, p 5.

Pengelolaan Indonesia dengan konsep Learning Organization tersebut harus dilaksanakan dengan penuh

komitmen. Tanpa adanya komitmen, semua akan sia-sia belaka. Sull (2003) mendefinisikan komitmen sebagai :

“ any action taken in the present that binds an organization to a future course of action.”Untuk itu, setiap upaya

mengelola Indonesia bedasarkan konsep Learning Organization, hendaknya dilakukan dengan komitmen

bersama seluruh komponen bangsa Indonesia, agar perubahan ke arah positif dalam upaya meningkatkan daya

saing bangsa Indonesia dapat berjalan optimal. Dengan tindakan yang senantiasa diperkuat oleh komitmen

bersama seluruh komponen bangsa akan menghasilkan perbaikan dan pembelajaran secara terus menerus yang

pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan rakyat dan investor sebagai customer. Apabila kebijakan

pemerintah berpihak pada rakyat, maka taraf hidup rakyat akan semakin meningkat. Taraf hidup yang

meningkat, maka akan diikuti oleh motivasi untuk meningkatkan kompetensi dan produktifitasnya, hal ini akan

menciptakan daya saing bangsa Indonesia dalam hal Sumber Daya Manusaianya. Rakyat yang puas, akan

mendukung pemerintah dan tidak segan-segan berkontribusi untuk negara, misalnya melalui pajak. Pemerintah

yang didukung rakyat akan menjadi kuat dan aman dari demo atau bahkan kudeta, sehingga pemerintah bisa

Policy

Learning

Operational

Learning

Strategic

Learning

Page 7: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

7

berkonsentrasi penuh untuk mengembangkan bangsa ini melalui strategi dan policy yang fokus pada value

creation.Hal ini tentu akan menciptakan daya saing bangsa Indonesia melalui kepemimpinan strategic. Investor

yang puas atas services pemerintah, kepastian hukum dan prosedur di Indonesia, puas atas kinerja Sumber Daya

Manusia Indonesia, dan puas atas keuntungan yang diperolehnya karena produk dan servicesnya laku di pasar

Indonesia akibat taraf hidup rakyat yang membaik, akan mengembangkan investasinya di Indonesia. Hal ini

tentu membuat Indonesia semakin menarik bagi para investor, dan tentu saja ini merupakan daya saing bangsa

Indonesia juga.

Gambar 2 menyajikan diagram alur pikir dari makalah ini.

Gambar 2. Diagram Alur Pikir makalah ini

Page 8: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

8

Perbaikan dan pembelajaran

yang terus menerus

Kepuasan Rakyat dan

Investor meningkat

Daya Saing Bangsa

Action

Komitmen

Lingkungan yang Kompetitif

Organisasi dituntut untuk : faster, menjadi learner, provide better service, be

more efficient dan ultimately more profitable

Indonesia sebagai Learning Organization

Proses Learning

Strategic Learning

Fokus pada Pimpinan

Demokratisasi proses

learning di Indonesia

Operational Learning

Efisiensi Indonesia

Fokus pada proses

Keefektifan Indonesia

Fokus ke system

Policy Learning

Page 9: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

9

Implementasi Strategic Learning

Dalam hal Strategic Learning, pemerintah dapat mulai dari menetapkan visi yang jelas dan terukur bagi

Indonesia. Dalam kondisi Indonesia yang seperti ini, apa yang harus dilakukan? Apa visi pemerintah dalam 10

tahun ke depan atau, kalau mau merujuk kepada Pemilu paling tidak 5 tahun ke depan? Bagaimana strategy

yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut? Untuk itu diperlukan mapping strategy agar kita tahu persis

apa asset kita, baik tangible, seperti kekayaan alam, sumber daya manusia dan yang intangible seperti jejaring

antar suku, etos kerja bangsa Indonesia, kompetensi sumber daya manusia yang kita miliki, kekayaan budaya

kita, dan kemampuan bangsa Indonesia untuk senantiasa belajar dan melakukan improvement. Pertanyaannya,

apakah pemerintah memiliki visi yang jelas dan sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia? Apa strategy

pemerintah untuk mencapai visi itu? Apa weakness point yang menjadi prioritas pemerintah untuk ditingkatkan

dan harus tercapai pada tahun ke berapa? Apa strength point yang menjadi development plan dari pemerintah

untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia? Apakah pemerintah memiliki ”bussiness plan” yang

didasarkan kepada right logic, right analysis, right indicator, right process untuk menghasilkan right output?

Sudahkan pemerintah langsung turun ke bawah untuk mencari sumber permasalahan dalam proses pembuatan

keputusan yang tepat? Ataukah keputusan-keputusan pemerintah lebih kepada kompromi politis belaka yang

dibuat di belakang meja? Apakah pemerintah memperhitungkan perubahan lingkungan internasional yang

senantiasa berkembang dan terus berkembang? Apakah strategy tersebut dapat didukung oleh semua unit

pemerintahan dan segenap komponen bangsa? Sudahkah pemerintah menonjolkan apa yang dapat membuat

Indonesia special sehingga investor berlomba-lomba menanamkan investasinya di Indonesia. Pernahkah

pemerintah mengidentifikasi apa yang bisa membuat Indonesia berbeda dari negara lain? Apa yang menjadi

selling point Indonesia, yang benar-benar hasil dari bangsa Indonesia – bukan jiplakan dari bangsa lain – yang

bisa menjadi ciri khas Indonesia di mata dunia? Semua itu harus kita mapping..

Hal lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah memanage credibility dan building trust. Hal ini sangat

penting, untuk menarik minat investor maupun mendapat dukungan rakyat, sebagai internal customer. Rakyat

akan ikut serta dalam komitmen bersama, apabila mereka merasa percaya kepada pemerintah, dan yakin bahwa

pemerintah memiliki kredibilitas untuk menentukan masa depan Indonesa. Ibarat sebuah organisasi, untuk

membuat organisasi tersebut berkembang, diperlukan pimpinan yang kredibel dan dipercaya, tidak saja oleh

anggota organisasi namun juga oleh pihak-pihak eksternal yang berkepentingan. Sehebat apapun pimpinan,

sepengalaman apapun pimpinan, apabila terlibat penyelewengan, sekecil apapun, akan membuat kredibilitasnya

runtuh saat itu juga. Dan siapa yang mau percaya pimpinan yang tidak kredibel? Jika rakyatnya saja tidak

percaya, bagaimana dengan investor? Masihkah mereka berminat untuk berinvestasi? Continuous Learning juga

perlu dilakukan agar bangsa Indonesia senantiasa meningkatkan kompetensinya yang pada akhirnya akan

menciptakan daya saing bangsa.

Page 10: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

10

Tabel 1 menjabarkan mengenai contoh proses learning pengelolaan Indonesia yang dapat kita lakukan dalam

bidang Strategic Learning.

Tabel 1. Contoh proses learning yang bisa dilakukan Indonesia dalam bidang Strategic Learning

No Deskripsi Tujuan Kegiatan yang dapat dilakukan Tolok Ukur

1 Penetapan kembali Visi

dan Mapping Strategy

Penetapan kembali

visi, strategy dan

bussiness plan yang

terukur, logis,

didasari oleh data

yang aktual dan

analisis yang benar

untuk menciptakan

daya saing bangsa

Indonesia.

- Komitmen bersama untuk

menetapkan visi bangsa Indonesia

- Melakukan mapping strategy

untuk mendukung terwujudnya

visi tersebut.

- Membuat ”Bussiness Plan”

bangsa Indonesia dengan indikator

yang jelas mengenai apa yang

menjadi target pencapaian setiap

tahunnya. Bussiness plan

hendaknya menitik beratkan

kepada pengayaan apa yang

menjadi kekuatan Indonesia, fokus

pada simber daya manuasia

maupun alam yang benar-benar

menjadi kekuatan Indonesia

- Rekonsiliasi

nasional

untuk menata

kembali

komitmen

bangsa ini

- Strategy

yang tepat

untuk

mencapai

visi bangsa

Indonesia

- Bussiness

Plan yang

jelas target,

parameter

dan key

performance

indicatornya.

2 Credibility and Building

Trust Management

Dengan adanya

pemerintahan yang

kredibel dan

dipercaya rakyat

dan investor, maka

daya saing bangsa

Indonesia dalam

percaturan aliran

investasi makin

besar.

- Melakukan gerakan

pemberantasan korupsi dan

penegakan hukum yang konsisten

dan adil

- Membuat program Your Voices

atau Respect to You untuk

mendengarkan suara rakyat dan

investor, dan disertai dengan

follow up yang nyata.

- Melakukan gerakan turun

kebawah untuk melihat apa yang

terjadi di masyarakat sebelum

memutuskan suatu kebijakan

- Indikator

survey

kepercayaan

rakyat dan

investor

3 Continuous Learning Senantiasa

melakukan

learning, dalam

setiap kondisi

sehingga dapat

berkompetisi di

percaturan

internasional yang

senantiasa berubah

dan semakin very

demanding

- Senantiasa melakukan review

terhadap kelemahan dan kekuatan

Indonesia dan menetapkan

langkah langkah dengan indikator

yang jelas untuk perbaikan

Indonesia.

- Membuat kontes Idea for Nation

yang idenya benar-benar dapat

dilaksanakan. Hal ini penting

untuk menjaring ide-ide kreatif

yang mungkin tidak terpikirkan

oleh pemerintah.

- Memiliki

sistem organizational

memory dan

knowledge

management.

- Ada program

continious

learning

Page 11: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

11

- Melakukan sharing of knowledge

diantara seluruh komponen bangsa

ini, dengan memperbanyak

kegiatan diskusi, penyegaran

komitmen. Semua informasi

hendaknya disimpan di

organizational memory melalui

Departmen Informasi dan

senantiasa direview sesuai

kebutuhan Indonesia.

Implementasi Policy Learning

Dalam hal policy learning, Indonesia dapat mulai dari system improvement. Banyak sistem di Indonesia tidak

sesuai dengan kebutuhan kita. Sistem kita juga terlalu rapuh untuk dimainkan bahkan diterobos untuk

melakukan penyelewengan. Sistem haruslah benar, bukan baik. Sistem yang benar pasti baik, namun sistem

yang baik belum tentu benar. Selain itu sistem haruslah dirancang agar sistem tersebut pintar, mudah dilakukan

improvement sesuai perkembangan jaman. Sistem yang benar akan menghasilkan proses yang benar, proses

yang benar akan menghasilkan result yang benar. Dan result yang benar pasti baik. Coba kita melihat,

bagaimana sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia, kita harus merenung, bagaimana sistemnya hingga

pernah diekspos bahwa sebuah Departemen menghabiskan biaya puluhan milyar rupiah untuk website yang

tergolong sangat biasa untuk ukuran harga tersebut. Belum lagi sistem kebijakan kita yang terkesan seperti

mozaik, reaktif terhadap satu kondisi namun tidak melihat dampaknya secara komprehesif. Kebijakan three in

one di Jakarta, terbukti hanya menambah profesi baru sebagai joki three in one, sedangkan jalanan tetap saja

macet. Kebijakan bis sakti ”busway” pun tidak terlalu signifikan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi,

coba kita hitung, berapa persen dari pengguna bus transjakarta yang merupakan hasil peralihan dari kendaraan

pribadi? Dan berapa persen dari pengguna bus transjakarta yang memang dari dulu menggunakan jasa angkutan

umum? Hal-hal seperti inilah yang mungkin perlu penyelesaian secara komprehesif, dimana seluruh komponen

bangsa duduk bersama untuk merumuskan solusi atas problem yang dihadapi negara ini.

Dalam setiap kebijakannya, pemerintah hendaknya menfokuskan pada value creation dan bukan sekedar

aktifitas reaktif yang cenderung tergesa-gesa. Setiap aktifitas hendaknya diukur berdasarkan value yang

dihasilkan. Studi banding haruslah membawa manfaat bagi bangsa Indonesia, dan haruslah dihitung dengan

perbandingan cost yang dikeluarkan dengan value yang di dapat. Memang tidak seluruh aktifitas dapat serta

merta memberikan value, ada juga aktifitas yang baru memberikan value dalam jangka panjang. Namun setiap

aktifitas hendaknya mendukung pencapaian visi bangsa Indonesia dan selaras dengan strategy untuk mencapai

visi tersebut.

Page 12: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

12

Selain itu, dalam merumuskan kebijakan, pemerintah juga dituntut untuk berpikir dan bertindak seperti

customer, yaitu investor dan rakyat. Dari segi investor, andaikata kita adalah investor, maukah kita

menanamkan modal kita? Dengan berbagai macam biaya perijinan, pungutan baik resmi maupun tidak resmi,

berbagai macam pajak, hukum yang seringkali berada di grey area dan mudah dimainkan, situasi keamaan yang

tidak kondusif, tenaga kerja yang tidak siap pakai, produktifitas yang rendah, demo yang marak terjadi di mana-

mana, apakah itu menjadi selling point? Dari kacamata rakyat, bagaimana rakyat bisa tenang membayar pajak

kalau tiap hari disuguhi berita mengenai penyelewengan uang rakyat, baik yang legal seperti berbagai tunjangan

yang seringkali tidak masuk akal bagi pejabat pemerintah maupun lembaga tinggi negara. Sementara fasilitas

bagi rakyat yang merupakan pembayar pajak seperti tidak pernah diperbaiki : jalan bergelombang yang telah

merenggut nyawa, banjir yang tidak kunjung surut karena pompanya kurang sementara petugasnya tidak siaga,

listrik yang byar pet, dan sebagainya. Untuk itu pemerintah dituntut untuk segera mengambil langkah strategis,

bersama dengan seluruh komponen bangsa, melakukan komitmen kembali terhadap hal-hal yang menjadi

selling point bagi investor : stabilitas, penegakan hukum yang jelas, keamanan, tenaga kerja siap pakai,

produktifitas tinggi an juga biaya perijinan, pajak dan biaya lain yang kompetitif.

Tabel 2 menjabarkan contoh policy learning dalam pengelolaan Indonesia.

Tabel 2. Contoh proses learning yang bisa dilakukan Indonesia dalam bidang Policy Learning

No Deskripsi Tujuan Tolok Ukur

1 System Improvement Membuat sistem

yang sesuai dengan

strategi Indonesia

dengan parameter

yang jelas. Hal ini

penting karena

perbaikan sistem,

akan menghasilkan

perbaikan output

yang berarti

meningkatkan daya

saing kita di mata

Internasional.

- Melakukan perbaikan sistem

dengan menitip beratkan pada

transparansi dan value creation

- Menghilangkan semua nuansa

politik dalam pembentukan

setiap sistem.

- Membuat standar dan ukuran

yang jelas terhadap setiap

sistem yang dibuat yang sesuai

dengan kondisi di Indonesia.

Terdapat Sistem

yang sesuai dengan

strategi Indonesia

dan memiliki

parameter yang

jelas

Page 13: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

13

2 Fokus pada Value

Creation

Melakukan

perhitungan Cost

versus Value agar

setiap aktifitas

senantiasa

berujung kepada

value creation

yang optimal.

Semakin banyak

value yang

dihasilkan dan

banyaknya cost

yang dihemat

sehingga dapat

digunakan untuk

pengembangan

SDM atau taraf

hidup rakyat, maka

daya saing

Indonesia akan

semakin

kompetitif.

- Melakukan perhitungan cost

versus value pada setiap

aktifitas, termasuk studi banding

ke luar negeri, pemberian

bermacam-macam tunjangan

bagi Pejabat negara.

- Menghapuskan aktifitas yang

tidak menghasilkan value.

- Melakukan survey value

creation pada rakyat dan

investor untuk mengukur sejauh

mana rakyat dan investor

merasakan value dari setiap

aktifitas maupun kebijakan

pemerintah atau lembaga tinggi

negara

Setiap aktifitas

harus menghasilkan

value lebih besar

atau minimal sama

dengan cost. Value

juga harus diukur

secara finansial

nilainya, karena

banyak juga value

yang bersifat

abstrak dan terlalu

kualitatif.

3 Think and Act as

Customer

Agar setiap

kebijakan maupun

tindakan lebih

membumi dan

mengarah kepada

penciptaan daya

saing bangsa.

- Melakukan focus group

discussion maupun metode

survey lain yang diikuti oleh

investor dan rakyat sebagai

bahan pertimbangan sebelum

meluncurkan suatu kebijakan,

hal ini harus dilakukan sebagai

informasi alternatif yang murni

dari rakyat. Selain itu juga harus

ada sosialisasi dan

pendampingan dari setiap

kebijakan yang ditetapkan.

- Membentuk komite khusus yang

terdiri dari komponen-

komponen bangsa ini non partai

politik sebagai komite

pertimbangan pemerintah.

- Melakukan survey Customer

Services Index. dan

meningkatkan program-program

Customer Satisfaction,

Campaign terhadap kepuasan

rakyat dan investor.

- Terdapat

Customer

Satisfaction index

dari rakyat dan

investor dan

membandingkann

ya dengan negara

lain.

- Terdapat

peraturan dan

sistem yang pro

investor dan

rakyat sehingga

daya saing

bangsa Indonesia

juga akan

meningkat.

- Adanya

sosialisasi dan

pendampingan

terhadap semua

kebijakan yang

ditetapkan

Page 14: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

14

Implementasi Operational Learning

Dalam hal operational learning, pemerintah harus mengelola cost yang ada, agar semua alokasi cost benar-

benar mendukung strategi penciptaan daya saing bangsa Indonesia. Selain itu, kontrol terhadap pelaksanaan

sistem, prosedur maupun kebijakan harus dilakukan secara kontinyu. Feedback dari berbagai komponen bangsa

haruslah ditanggapi sebagai masukan untuk melakukan proses improvement.

Pemerintah, juga harus melakukan mapping dalam bidang Sumber Daya Manusia. Analisis jabatan haruslah

dilakukan untuk setiap jabatan yang ada di pemerintahan maupun lembaga tinggi negara. Untuk menduduki

jabatan Menteri Pariwisata, misalnya, apa standar kompetensinya? Apakah pejabat yang duduk di pemerintahan,

lembaga tinggi negara maupun komisi-komisi bentukan Presiden sudah sesuai dengan standar kompetensi? Jika

belum, seberapa besar gap kompetensinya? Jika gap kompetensinya masih mungkin diminimizes, apa yang

harus dilakukan untuk meminimizenya? Apakah cukup dengan studi banding yang sering dilakukan, namun

hasilnya masih tanda tanya? Siapakah yang seharusnya memberikan councelling dan coaching untuk

meminimizes gap kompetensi tersebut? Apabila gap kompetesinya terlalu jauh, pertanyaan yang mengemuka

adalah : bagaimana bisa orang tersebut terpilih? Bagaimana sistem recruitment dan seleksinya? Bagaimana

sistem assessmentnya? Fit and proper testnya? Apakah semata-mata berdasarkan kompetensi ataukah loby-loby

politik? Satu hal aneh dalam pemilihan Gubernur Bank Indonesia, ketika kriteria Gubernur Bank Indonesia baru

akan disepakati justru setelah berlangsungnya fit and proper tes yang menghasilkan penolakan atas calon yang

diajukan Presiden. Kenapa baru dilakukan penyamaan persepsi mengenai kriteria Gubernur Bank Indonesia

justru setelah fit and proper test? Apakah tidak ada standar kompetensi untuk Gubernur Bank Indonesia? Coba

bayangkan, bagaimana mungkin kita mencari seorang Sales Manager namun tidak menetapkan atau

menyepakati terlebih dahulu standar kompetensinya? Untuk menyusun iklan lowongan saja sangat sulit karena

tidak ada acuan kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat menduduki jabatan tersebut. Lebih jauh lagi. apa

rencana pemerintah untuk mendevelop competency perangkat maupun rakyatnya? Seberapa jauh gap

kompetensi dari bangsa Indonesia di banding bangsa lain yang sekurang-kurangnya memiliki kondisi yang sama

dengan bangsa kita? Teman saya orang Malaysia sempat heran ketika tahun 1970’an dosen-dosen Malaysia

sibuk studi banding ke Indonesia , namun yang sekarang terjadi bukan saja sebaliknya.Apa yang harus

dilakukan? Untuk itulah sudah seharusnya dilakukan mapping kompetensi diantara pejabat pemerintahan

maupun lembaga tinggi negara. Selain itu juga mapping kompetensi terhadap rakyat. Pemerintah harus

menetapkan kompetensi bangsa Indonesia tersebut harus seperti apa agar mampu bersaing dengan bangsa lain,

seperti apa Curriculum Vitae ideal bangsa Indonesia?

Page 15: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

15

Tabel 3 menyajikan contoh proses learning dalam hal operational learning dalam pengelolaan Indonesia.

Tabel 3. Contoh proses learning yang bisa dilakukan Indonesia dalam bidang Operational Learning

No Deskripsi Tujuan Tolok Ukur

1 Control and Cost

Management

Mengkontrol

implementasi

sistem dan

memanage cost.

Hal ini penting,

karena sistem yang

tidak terlaksana

membuat proses

tidak berjalan

optimal sehingga

cost yang

dikeluarkan akan

semakin besar. Cost

harus dimanage,

pengalokasian cost

harus mengarah

kepada penciptaan

daya saing bangsa.

- Melakukan controlling terhadap

setiap proses yang terjadi di

linagkungan pemerintah maupun

lembaga tinggi negara

- Secara berkala melakukan audit

system maupun proses dan

melaporkan hasil audit secara

transparan dan terbuka melalui

media massa serta melibatkan

seluruh komponen bangsa untuk

menjadi alat kontrol bagi

pemerintah maupun lembaga

tinggi negara

- Melakukan cost management. Hal

ini bukan berarti memangkas cost,

namun mengalokasikan cost ke

sasaran yang tepat, pos yang

tepat, agar cost dapat seimbang

atau bahkan lebih kecil dari value

yang dihasilkan

- Penggunaan

Cost yang

tepat guna

- Transparansi

penggunaan

Cost

- Adanya audit

secara

periodik dari

sistem

maupun

keuangan

yang

dilaporkan

secara terbuka

dan dilakukan

follow up.

2 Process Improvement

untuk mencapai value

creation

Untuk mengarah

penciptaan daya

saing, maka kita

harus senantiasa

meningkatkan

proses yang terjadi

agar efisien

sehingga

penggunaan cost

dapat optimal, dan

semakin banyak

value yang

dihasilkan, daya

saing bangsa

Indonesia akan

semakin

meningkat.

- Melakukan identifikasi weakness

dari setiap jangka waktu tertentu

yang dapat mengganggu

tercapainya value creation sesuai

visi dan strategi Indonesia.

Kemudian melakukan action plan

dengan target yang jelas untuk

meningkatkan proses tersebut.

- Melakukan proses pengayaan

bagi value creation yang menjadi

strength bagi Indonesia

- Melakukan refreshing komitmen

untuk senantias meningkatkan

kinerja.

- Terdapat

program

continuous

improvement

for value

creation

- Senantiasa

melakukan

komitmen

kembali atas

target yang

ingin dicapai

bangsa ini.

Page 16: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

16

3 Mapping Competency dan

People Development

Perlu dilakukan

mapping

competency baik di

kalangan

pemerintah,

maupun lembaga

tinggi negara, serta

kompetensi secara

general dari

angkatan kerja di

Indonesia. Dengan

mapping ini kita

bisa merumuskan

development plan

agar bangsa

Indonesia memiliki

daya saing dalam

pergaulan

internasional.

- Melakukan mapping antara

standar kompetensi dan kompensi

pemegang jabatan di lingkungan

pemerintah maupun lembaga

tinggi negara. Konsekuensinya,

yang tidak kompeten dan tidak

dapat dikembangkan, harus

diberhentikan

- Melakukan development plan

untuk meminimize gap

kompetensi tersebut.

- Meningkatkan kompetensi rakyat

secara massal agar memiliki daya

saing di pasar internasional

melalui reengineering sistem

pendidikan, lembaga pendidikan,

dan balai pelatihan kita, sertifikasi

profesi yang sesuai dengan

kebutuhan dunia internasional.

- Hasil

mapping

competency

- Development

Plan

Indonesia

- Reengineering

Sistem

Pendidikan,

Lembaga

Pendidikan,

Balai

Pendidikan

dan Pelatihan.

Kesimpulan

1. Indonesia perlu dikelola sebagai sebuah organisasi profit yang dituntut untuk mampu meningkatkan

daya saing bangsa dalam percaturan Internasional. Mindset Learning Organization berdasarkan

pandangan Garatt merupakan konsep yang tepat untuk diterapkan di Indonesia karena mencakup

Strategic Learning, Policy Learning dan Operaitonal Learning.

2. Pelaksanaan konsep Learning Organization hendaknya diikuti dengan komitmen bersama bangsa

Indonesia demi terciptanya daya saing bangsa Indonesia.

3. Memang tidak mudah untuk memperbaiki kondisi bangsa Indonesia, terlalu banyak kepentingan yang

bermain di sini, namun, kita harus tetap memiliki komitmen untuk memperbaiki bangsa ini, mulai dari

diri kita sendiri, apapun peran kita dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, mulai saat ini.

Pekerjaan atau riset lebih lanjut yang dapat dilakukan

Penelitian lebih lanjut dan lebih detil dapat dilakukan berdasarkan ide yang disampaikan dalam makalah ini.

Dengan semakin banyaknya informasi dan semakin besarnya akses yang diberikan untuk dapat memotret

permasalahan bangsa Indonesia yang sebenarnya, maka akan dapat didapatkan hasil yang lebih kompleks,

akurat dan lebih applicable.

Page 17: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

17

Daftar Pustaka

Argyris, C. 1994. Good Communication That Blocks Learning. Harvard Bussiness Review on Organizational

Learning. (July/Agustus) ; 87-109

Barney, J. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17, 1, 99-120.

Beckett, R., Murray, P. 2000. Learning by Auditing : a Knowledge Creating Approach. The TQM Magazine,

12, 2, 125-36.

Garratt, B. 2000. The Learning Organization: Developing Democracy at Work. London: Harper Collins

Publishers.

Garvin, David.A. 2000. Learning in Action : A Guide to Putting The Learning Organization to Work. Boston :

Harvard Bussiness School Press.

Hlalele, R.B.T., and J.H. Buitendach. 2003. Psychological Empowerment and Job Satissfaction of Engineers in

a Petrochemical Industri. Oral presentation at the 06th

Annual Industrial Psychology Conference,

Pretoria, South Africa.

Kleiman, L.S. 1997. Human Resource Management : A Tool for Competitive Advantage. St. Paul: West

Publishing Company

Kotler, P. 2003. Marketing Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Leonard- Barton, Dorothy. 1995. Wellsprings of Knowledge : Building and Sustaining the Sources of

Innovation. Boston: Harvard Bussiness School Press.

Lovelock, C.H., and L.K. Wright. 2002. Principles of Services Marketing and Management. New Jersey:

Pearson Education, Inc.

Murray, P. 2003. Organizational Learning, Competencies, and Firm Performance : Empirical Observations. The

Learning Organization Journal. (Vol 10): Issue 5.

Pfeffer, J, and Sutton, R.I. 1999. The Smart-Talk. Harvard Bussiness Review on Organizational Learning.

(May-June) ; 21-44

Senge, P.1990. The Fifth Discipline : The Art and Practice of the Learning Organization. London: Nicholas

Brealey Publishing Limited.

Senge, P. 1994. The Fifth Discipline Fieldbook. London: Nicholas Brealey Publishing Limited.

Shelton, C.D., and J.R. Darling. 2003. From Theory to Practice :Using New Science Concept to Create Learning

Organizations. The Learning Organization Journal. (Vol 10): Number 6.

Solomon, M.R.2004. Consumer Behavior : Buying, Having, and Being. New Jersey : Pearson Education, Inc.

Page 18: Pengelolaan Indonesia berbasis learning organization by Daniel Doni Sundjojo

18

Spreitzer, G.M. (1995). Psychological empowerment in the workplace : Dimensions, measurement and

validation. Academy of Management Journal, 38, 1142-1465.

Stacey, R. D. 2000. Strategic Management and Organizational Dynamics: The Challenge of Complexity.

Harlow: Pearson Education Limited.

Sull, Donald. N. 2003. Why Good Company Go Bad and How Great Managers Remake Them. Boston :

Harvard Bussiness School Press

Thompson,A.A., and A.J. Strickland. 2003. Strategic Management : Concepts and Cases. New York: The

McGraw- Hill Company, Inc.

Willcoxson, L. 2000. Defining and creating a high performance organization. Australian Journal of

Management and Organizational Behavior. (Vol. 4), No 1: 100–106.