new dimension of learning by daniel doni sundjojo

34
Liburan yang mencekam…..Awal dari Manajemen Arung Jeram By : Daniel Doni Sundjojo “ Oke, ayo dayung, “ Andi memberi aba-aba. Lalu keempat sekawan itu mendayung maju sesuai irama. Saat itu, aliran air sungai masih belum begitu deras, mereka mendayung sambil melihat kiri-kanan sungai yang masih asri ditumbuhi pohon- pohon dengan daunnya yang rindang. Jelas pemandangan seperti itu tidak dapat dijumpai di kota tempat mereka tinggal. “ Lihat, itu ada biawak, “ Cindy berteriak sambil menunjuk ke bebatuan di tepi sungai. Di sana terlihat seekor biawak sedang berjemur, seolah tidak terusik dengan kehadiran empat sekawan yang sedang asyik ber-arung jeram. Cindy adalah satu-satunya perempuan diantara empat sekawan tersebut. Dia adalah seorang konsultan Human Resources Management

Upload: daniel-doni

Post on 02-Jul-2015

263 views

Category:

Business


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

Liburan yang mencekam…..Awal dari

Manajemen Arung Jeram

By : Daniel Doni Sundjojo

“ Oke, ayo dayung, “ Andi memberi aba-aba. Lalu keempat

sekawan itu mendayung maju sesuai irama. Saat itu, aliran air

sungai masih belum begitu deras, mereka mendayung sambil

melihat kiri-kanan sungai yang masih asri ditumbuhi pohon-

pohon dengan daunnya yang rindang. Jelas pemandangan

seperti itu tidak dapat dijumpai di kota tempat mereka tinggal.

“ Lihat, itu ada biawak, “ Cindy berteriak sambil menunjuk ke

bebatuan di tepi sungai. Di sana terlihat seekor biawak sedang

berjemur, seolah tidak terusik dengan kehadiran empat

sekawan yang sedang asyik ber-arung jeram. Cindy adalah

satu-satunya perempuan diantara empat sekawan tersebut.

Dia adalah seorang konsultan Human Resources Management

Page 2: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

dan baru saja meraih gelar Doktor dari sebuah Universitas

Negeri ternama di kotanya. Sedangkan Andi, adalah seorang

pecinta alam, waktunya banyak digunakan untuk mendaki

gunung, mengarungi sungai ataupun menjelajahi hutan.

Karena latar belakangnya itulah dia ditunjuk sebagai

pemimpin bagi kelompoknya untuk mengarungi sungai

tersebut. Dua orang yang lain adalah Budi, dia seorang

Direktur Utama sebuah bank ternama serta Alex, seorang

pengusaha pabrik kimia. Berempat mereka memutuskan untuk

menghilangkan kepenatan dan rutinitas keseharian sejenak

dengan berarung jeram menyusuri sebuah sungai yang masih

alami, jauh dari belantara kota Jakarta.

Udara di sini sangatlah sejuk, membuat keempat sekawan

tersebut terlena, tidak memperhatikan aliran sungai yang

makin lama makin deras, Batang-batang pohon yang jatuh ke

sungai pelan pelan mulai hanyut mengikuti aliran sungai.

Mereka tidak sadar ada bahaya yang sedang mengintai

mereka. Empat sekawan itu sibuk bersendau gurau, melepas

rindu, bercerita mengenai pekerjaan, bernostalgia,

Page 3: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

menggosip, hingga membicarkan urusan keluarga masing-

masing. Mendadak tinggi air sungai naik secara tiba-tiba.

Perahu oleng, nyaris terbalik, dan melaju kencang dibawa

aliran sungai menuju ke bongkahan batu yang besar dan

tajam. “Toloooong, tollooooong. “ teriak Cindy panic. Budi pun

gusar, “ Aaaahhh mati aku” kata Budi, membayangkan apa

yang terjadi apabila perahu terbalik, padahal Budi tidak dapat

berenang.” Alex pun panic melihat batu tajam yang tidak

bergeming dari tempatnya, seakan siap untuk memangsa

mereka. Dalam kepanikan ini, Andi berteriak “Jangan panik !

tetap tenang, dayung ke tepian, kanan maju, kiri mundur,

seimbangkan perahu.” Begitu Andi memberi aba-aba. Tiga

orang temannya, mematuhi aba-aba tersebut dan

mendayung sekuat tenaga dengan perasaan yang sudah

kacau antara hidup dan mati, mereka terus mendayung

sambil berdoa, hingga akhirnya mereka berhasil menghindari

batu itu dan mencapai ke tepian. “ Ufff, “desis Alex lega. “

Untunglah, perahu kita tidak terbalik, atau yang lebih buruk ,

menghantam batu tajam itu, dan kita bakalan menjadi

Page 4: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kepingan daging yang berserakan kemana-mana. “ lanjut Budi

dengan muka yang pucat. Cindy, di tengah kegalauannya

mencoba menenangkan diri dan mengambil hikmah dari

kejadian itu. Dia mengeluarkan kertas serta menulis di secarik

kertas yang selalu dibawanya kemanapun pergi. Dia menulis

tulisan ini :

DALAM ARUNG JERAM, LINGKUNGAN BERUBAH SECARA

CEPAT DAN RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN

UNPREDICTABLE BAHKAN DALAM HITUNGAN SEPERSEKIAN

DETIK. DALAM SITUASI YANG SEPERTI ITU, KITA DITUNTUT

UNTUK RESPONSIF DAN ADAPTIF TERHADAP PERUBAHAN

LINGKUNGAN.

Sementara menunggu saat aman, Alex memiliki ide. “ Tunggu

disini ya, jangan kemana-mana” pintanya, seolah dia teringat

sesuatu. Dia berlari ke mobil dan mengambil level of control

dari tangki bensin mobil itu, dan seutas kabel serta baterai dari

lampu daruratnya. Kemudian dia memodifikasi level of control

Page 5: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

tersebut dan memasangnya ke perahu. Semua masih heran,

sampai Alex menjelaskannya ” Ini berkat pengalamanku di

pabrik kimia, nama alat ini adalah level of control, ketika air

menyentuh level tertentu, maka alat ini akan berbunyi,

memberi tanda untuk kita, apabila air mulai memasuki level

bahaya, sehingga kita dapat menentukan langkah apa yang

perlu kita ambil.” Kemudian, dengan bekal alat itu, mereka

mendayung lagi. Dan selanjutnya, mereka dengan mudah

bisa mengetahui apakah level ketinggian di sungai itu aman

bagi mereka untuk ber-arung jeram. “Itulah gunanya, level of

control ini, merupakan salah satu alat yang memberikan kita

informasi mengenai kondisi environtment di sini, perubahan

level air sekecil apapun akan langsung terdeteksi oleh alat ini,

kita dapat mengaturnya pada level berapa alat ini berbunyi.

Sudah aku program supaya alat ini berbunyi beberapa

centimeter dari ambang batas yang aman, sehingga kita

memiliki cukup waktu untuk melakukan langkah-langkah

antisipasi yang perlu kita ambil.” tutur Alex bangga. “

Cemerlang jug aide Alex ini ya, kesalahan kita tadi, kita tidak

Page 6: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

berusaha mencari informasi, tidak mereview environtment

secara terus menerus. Kita terlena, kita pikir kondisi sungai

tenang-tenang saja, sehingga kita sama sekali tidak menduga

kejadian tadi.” Begitu pikir Cindy. Kemudian, kembali dia

menulis pada kertasnya “

DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT

DAN RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE,

KITA DITUNTUT UNTUK SENANTIASA MENCARI DAN

MEREVIEW INFORMASI SEBANYAK-BANYAKNYA DARI

ENVIRONTMENT, TIDAK SAJA SAAT KONDISI BURUK, NAMUN

JUGA SAAT KONDISI BERJALAN BAIK.

Dengan level of control itu, mereka dapat mengetahui apa

yang terjadi dengan environtment itu, dan memikirkan apa

yang harus mereka lakukan dalam menghadapi tingkat

ketinggian air yang berfluktuasi dalam hitungan sepersekian

detik. Mereka lega, namun tidak lama, sampai ada suatu

pusaran yang tidak mereka duga, membuat perahu tak

Page 7: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

terkendali. Dalam keadaan itu, Andi terpental ke sungai. “

Tolong tolong, Tolooooong .” Andi berteriak-teriak. Alex, Cindy

dan Budi kebingungan, pemimpin mereka, terpental. Di

tengah kebingungan mereka, Cindy berpikir “ Kita harus

bertindak, jika tidak ingin mati konyol. Pemimpin kita terpental

ke sungai, namun kita tidak boleh tinggal diam dan pasrah,

kita harus mampu mengatasi keadaan ini dan menyelamatkan

Andi, begitu pikirnya, dan dengan sisa-sisa ketenangannya

Cindy berteriak” Jangan panik, kita harus bertindak! Budi dan

Alex ke sebelah kanan perahu, sementara aku akan menolong

Andi dengan dayungku, imbangi perahu kita!!.” begitu teriak

Cindy, lebih dengan nalurinya. Cindy mengulurkan

dayungnya, sementara Budi dan Alex mengimbangi agar

perahu tidak terbalik. Dengan susah payah, Andi berhasil

meraih dayung Cindy dan mereka bertiga bahu membahu

menarik Andi keperahu. Andi tertolong, mereka semua lega.

Kembali Cindy menulis sesuatu pada secari kertasnya :

Page 8: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN

RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, SIAPAPUN

HARUS SIAP BERTINDAK SEBAGAI PEMIMPIN, BAHU MEMBAHU

DEMI KESEIMBANGAN ORGANISASI

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mereka. Belum

lama mereka mendayung ada suatu pusaran besar di tengah

sungai. Di sekitar pusaran tersebut, banyak batang pohon

tumbang berserakan, membuat keadaan semakin

mengerikan. “Awas, seimbangkan perahu!”, begitu kata Andi,

sambil bergeser kearah kanan. “ Cindy, kamu pindah

kedepan, aku ke belakang, jaga keseimbangan perahu!”

begitu teriak Andi, Cindy pun menurutinya. “Dayung, dayung,

dayung ke kiri!!” teriak Andi sambil berpindah posisi duduk.

Pada akhirnya mereka secara spontan saling berpindah posisi

sambil mendayung pelan untuk menyeimbangkan perahu,

serta saling mengingatkan manakala ada bagian perahu yang

nampak terlalu berat. Bahkan Cindy pun meneriaki Andi,

pemimpinnya ketika bagian perahu yang diduduki Andi

Page 9: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

nampak terlalu berat, “Geser Ndi, geser, perahunya ngga

imbang nih. “ teriak Cindy. Dengan susah payah , akhirnya

mereka terhindar dari pusaran tersebut“ Demi Tuhan, kita

selamat.” Kata Budi sambil menghela nafas. “ Gila benar

sungai ini, sudah berapa kali perahu kita nyaris terbalik” tukas

Alex. Kembali Cindy menulis pada kertas yang dibawanya :

DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN

RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, ANTARA

PIMPINAN DAN BAWAHAN SEJAJAR, TIDAK BERGANTUNG

POSISI, TIDAK ADA BATASAN HIRARKI DIANTARA KEDUANYA.

PIMPINAN DAN BAWAHAN HARUS SALING MEMAHAMI DAN

BERKOMUNIKASI DEMI KESEIMBANGAN ORGANISASI.

Setelah kejadian yang mengerikan itu berlalu, mereka berhenti

sejenak di air yang tenang untuk melepas lelah. Sambil

beristirahat, mereka berdiskusi mengenai segala hal yang telah

terjadi serta yang mungkin terjadi selama sisa perjalanan

arung jeram ini. Perjalanan kita masih separuh, segala

Page 10: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kemungkinan masih dapat terjadi, bahkan hal yang paling

buruk sekalipun. Untuk itu, mereka merasa perlu untuk

mendiskusikan berbagai kemungkinan dan apa yang harus

dilakukan untuk mengantisipasinya. Setiap orang, baik Andi,

Cindy, Alex dan Budi saling melontarkan pendapat, berdiskusi

bahkan berdebat. Andi, dengan keahlianya sebagai pecinta

alam pada awalnya mendominasi pembicaraan, namun

kejadian itu tidaklah lama. Masing-masing orang, dengan

sudut pandang masing-masing melontarkan pandangannya.

Akhirnya setelah lama berdiskusi, mereka merumuskan suatu

sistem kerja yang disepakati diantara mereka. Andi bertugas

memonitor pandangan depan perahu sejauh mungkin. Dia

bertugas untuk melihat sejauh-jauhnya dan memperkirakan

apa yang akan mereka hadapi di depan, apakah itu pusaran,

batang pohon yang tumbang hingga air terjun. Apakah itu

pusaran, batang pohon yang tumbang, bahkan air terjun.

Sedangkan Budi, bertugas untuk memperhatikan level of

control. Alex siap siaga dengan tali dan kaitnya serta

senantiasa mencari posisi dan tempat yang cocok untuk

Page 11: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

mengkaitkan kaitnya bila diperlukan. Hal ini sangat berguna

untuk mencegah terseretnya perahu apabila air mendadak

mengalir deras atau terdapat pusaran serta air terjun.

Sedangkan Cindy sendiri bertugas menjaga keseimbangan

perahu. Dia selalu berpindah-pindah posisi untuk senantiasa

menjaga perahu tetap seimbang. Sistem ini berjalan dengan

sangat baik. Sistem ini adalah hasil dari sharing knowledge

diantara mereka, dari berbagai sudut pandang, sehingga

didapat suatu sistem yang handal. Bagaimanapun, pendapat

dari 4 orang akan lebih komprehesif dibanding dengan

pendapat dari 1 orang saja. Cindy pun menulis lagi di

kertasnya :

DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN

RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, KITA

DITUNTUT UNTUK SENANTIASA MELAKUKAN SHARING

KNOWLEDGE

Page 12: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

Dengan sistem kerja yang mereka sepakati, perjalanan mereka

menjadi lebih nyaman. Setiap ada bahaya menghadang,

setiap ada perubahan sekecil apapun dari aliran sungai,

mereka dapat mengetahuinya sedini mungkin, dan melakukan

langkah-langkah antisipasi untuk merespon kejadian itu. Arung

jeram pun menjadi menyenangkan dan aman. Mereka kini,

tanpa harus kehilangan kewaspadaannya, nampak lebih

menikmati arung jeram tersebut. “ Uff, akhirnya kita dapat

berarung jeram dengan lebih santai, tidak seperti awal tadi ya,

kita deg-deg an terus, namun tetap waspada teman-teman!.”

pinta Andi mengingatkan. Cindy pun merenung, dalam

hatinya dia berkata “ Betapa mahal harga yang harus dibayar

untuk dapat berarung jeram dengan aman dan nyaman

seperti yang kita alami sekarang. Banyak sekali kejadian yang

nyaris merenggut nyawa kita, sebelum kita dapat menemukan

sistem ini. Mulai dari pengamatan secara manual, sampai

muncul ide untuk memasang level of control, serta pembagian

tugas ini. Begitu lama dan mahal perjalanan yang harus kita

tempuh, modifikasi di sana- sini hingga kita dapat mencapai

Page 13: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

tujuan kita, berarung jeram yang nyaman dan aman sebagai

ajang untuk menghilangkan kepenatan.” Cindy terus

merenung “ Sampai saat ini, kita telah berarung jeram selama

6 jam, dan baru 20 menit terakhir ini kita benar-benar dapat

merasa segar dan nyaman, sesuai dengan keinginan kita saat

mau berarung jeram, menghilangkan kepenatan dan kembali

segar saat kembali bekerja besok pagi, oh alangkah lama dan

mahalnya apa yang kita alami untuk mencapai tujuan kita,

taruhannya, nyawa kita sendiri. “ Begitu Cindy terus merenung,

dan akhirnya kembali dia menulis pada secarik kertas yang

sudah kumal dan terkena air di beberapa bagiannya. Dia

menulis kalimat ini :

“DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN

RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, SUKSES LEBIH

KEPADA PERJALANAN, BUKAN TUJUAN.”

Akhirnya, tibalah mereka pada akhir perjalanan mereka.

Mereka tiba di sebuah perkampungan penduduk setempat.

Page 14: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

Begitu sampai, mereka langsung menyerbu warung makan

yang ada di dekat tepian sungai itu. Mereka menyantap tahu

isi, dadar jagung, serta tak lupa minum air kelapa muda. “ oh

segarnya!” teriak Budi kegirangan. Andi dan Alex langsung

merebahkan tubuhnya di bale-bale yang memang disediakan

untuk pengunjung warung itu. Budi mencoba mengusik Cindy

yang seakan masih berpikir sambil mengunyah tahu isi

kesukaannya. “ Apa yang engkau pikirkan, Cindy?” tanya Budi.

Cindy terhenyak dari lamunannya dan menjawab “

Bagaimana caranya agar kita dapat berarung jeram dengan

aman dan nyaman, dan tidak harus mengalami kejadian yang

nyaris merenggut nyawa kita berempat?” Budi pun berpikir

dan mencoba menjawab “ Iya, bahaya-bahaya tadi tidak

terpikirkan oleh kita, semuanya begitu mendadak dan kita

tidak siap apa-apa. Ketika kita survey kapan hari, Mungkin kita

harus berpikir lebih cepat untuk mengantisipasi bahaya-

bahaya itu“ Sambil tiduran, alex menjawab “ Iya coba kita

tahu lebih awal ya, bakalan terjadi seperti itu, aku pasang level

of control dulu sebelum kita berarung jeram, gimana nih Tuan

Page 15: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

pecinta alam kita, kok ngga tahu bakalan ada kejadian

seperti ini .” “Ya mana tahu lex,” tukas Andi, “Aku pecinta

alam, tapi toh aku juga tidak dapat memperkirakan apa yang

akan terjadi, aku kan bukan Tuhan. Biasanya juga airnya

tenang kok, pas kena apesnya kali kita” tutur Andi , seolah

tidak mau disalahkan. Cindy pun berpikir dan mencoba

menarik mundur dalam hatinya, dia bertanya “ Mengapa dari

awal kita tidak memasang level of control ? Mengapa saat kita

survey, kita tidak memikirkan kemungkinan terburuk yang

dapat menimpa kita, dan bagaimana antisipasinya?

Mengapa juga kita terlena, sehingga diantara kita, tidak ada

satupun orang yang menyadari kalau aliran air semakin deras,

semua orang terlena hingga tak satupun yang mampu

mendeteksinya. Anda kita dari awal memperhatikan aliran air,

dan menyadari bahaya yang akan menghampiri kita, dan

mengantisipasinya dengan level of control, mungkin kita tidak

akan mengalami terlalu banyak bahaya. Mungkin juga, andai

kita membagi sistem kerja dari awal, semua ini bahkan tidak

terjadi.” Begitu pikir Cindy. Lalu Cindy terhenyak, “ Aku tahu,

Page 16: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

aku tahu, aku tahu!” ujarnya berkali kali mengagetkan rekan-

rekannya, lalu Cindy menuliskan kalimat ini, dalam secarik

kertasnya yang sudah lusuh, dihadapan teman-temannya :

DALAM LINGKUNGAN YANG BERUBAH SECARA CEPAT DAN

RADIKAL, UNCONTROLLABLE DAN UNPREDICTABLE, KITA

DITUNTUT UNTUK SENANTIASA BELAJAR, LEBIH CEPAT DARI

PERUBAHAN LINGKUNGAN TERSEBUT .

Page 17: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

Pertemuan dengan kakek misterius…Loop ke-5 dari

learning

“Maaf Nona, bolehkah saya duduk di sini?” Tanya seorang

kakek yang sempat membuat Cindy terkejut setengah mati.

“Silahkan Kek” begitu jawab Cindy singkat. Sepulang

memberikan training di salah satu perusahaan ternama

ibukota, Cindy memang tidak langsung pulang, dia memilih

duduk di taman yang sejuk, untuk menghilangkan penatnya

dan melihat kembali catatan-catatan kecil yang didapatnya

saat ber -arung jeram liburan kemarin. Kakek tua itu duduk di

sebelahnya sambil meminum secangkir kopi panas yang

dibelinya di kedai dekat taman itu. “ Sedang apa dik?” Tanya

sang kakek ramah. Cindy pun sejenak menghentikan

Page 18: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

pekerjaannya, sambil tersenyum dia menjawab, “ Enggak kek,

Cuma melihat catatan harian saat kemarin aku berlibur sama

teman-temanku, sambil menikmati hijaunya taman di tengah

kota yang penuh debu ini. “ Dengan semangat cindy pun

bercerita tentang kejadian-kejadian yang dialaminya saat

berarung jeram bersama teman-temannya, terutama kejadian

yang nyaris merenggut nyawa mereka. Mendadak tanpa

disadari, satu lembar catatannya terbang tertiup angin. “Hup,

ini dik, kakek tangkap.” Cindy melihat kakek tua ini dan

bergumam “ Refleks kakek ini hebat, untuk seorang yang

setidaknya berusia 70 tahunan ini. “Manajemen Arung jeram,

wah sangat bagus kelihatannya, bolehkah saya

membacanya, Dik?” tanya sang kakek penuh harap. “Silahkan

kek, ini lembar yang lain.” Sang kakek membaca berkas yang

diberikan Cindy kepadanya, dengan antusias dia membaca

baris per baris, hingga akhirnya selesai. “ Menarik sekali dik,

sudah lama kakek tidak membaca catatan yang singkat

namun penuh makna seperti ini, terutama pada kalimat

„…dituntut untuk senantiasa belajar, lebih cepat dari

Page 19: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kecepatan perubahan itu sendiri.‟kata sang kakek antusias. “

Yah, itu adalah kunci keberhasilan seseorang kek, dan juga

kunci keberhasilan organisasi.” Sahut Cindy. “ Bahasa jawanya

: learning” lanjut Cindy lagi dengan tersenyum. “ Learning, ya,

kakek pernah baca tentang itu, seseorang atau perusahaan

dituntut untuk learning, dalam setiap kondisi, baik dalam

kondisi baik ataupun buruk, orang yang learning, senantiasa

terbuka pada pengalaman siapa saja, di mana saja, dan

orang orang seperti itu hampir dapat dipastikan memiliki

tingkat kewaspadaan yang tinggi terhadap perubahan seperti

yang adik tulis itu.” Cindy pun mendengarkan sang kakek yang

begitu antusiasnya bercerita. “ Dan yang terpenting, mereka

selalu mereview keadaan sekitarnya, setiap detil perubahan

yang terjadi, mereka selalu ingin tahu dan berani menghadapi

perubahan.” Cindy pun tertegun, untuk seseorang yang

berusia 70 tahun-an kemampuan analisis kakek ini benar-benar

membuat dia terpana. “ Banyak orang seusia saya yang takut

mengalami perubahan, mereka pesimis dan takut, jangan-

jangan perubahan itu justru berdampak negative pada

Page 20: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

dirinya. Padahal mestinya mereka tidak perlu takut dalam

menghadapi perubahan, apalagi takut menghadapi situasi

baru yang diakibatkan karena perubahan itu. Bukankah di

setiap perubahan selalu ada peluang? Yang penting kita

fleksibel dan mampu memanfaatkan setiap detail perubahan

bahkan perubahan yang paling buruk sekalipun. “ Cindy

semakin kagum pada cerita kakek itu, matanya berbinar-binar

menunjukkan ketertarikannya pada “wejangan” sang kakek

tua itu. “ Mental itulah yang seringkali tidak dimiliki oleh anak

muda sekarang, dan juga orang seusia kakek yang sangat

takut berubah. Hidup kakek ini ditempa oleh kejadian yang tak

berhingga banyaknya, baik ataupun buruk. Namun dala,

setiap kejadian, sekecil apapun, kakek selalu berusaha

menangkap secara detil setiap kejadian itu, kemudian

mengkaitkannya sehingga menjadi suatu sistem berpikir yang

menyeluruh dan menyimpannya dalam memory kakek. Kita

tidak pernah tahu, kapan kita membutuhkannya lagi, namun

suatu saat, entah kapan memory itu pasti sangat berguna bagi

kakek dalam mengambil berbagai keputusan selama hidup

Page 21: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kakek ini. Dari kumpulan memory tersebut kakek dapat

melakukan banyak hal, bahkan yang nampaknya mustahil

dilakukan sekalipun. Seringkali ketika kakek dituntut untuk

melakukan sesuatu, yang bahkan tidak pernah kakek lakukan

sebelumnya, ternyata dapat kakek lakukan, dengan bantuan

memory itu dan tentu saja kemauan untuk senantiasa belajar

yang kata adik dalam bahasa jawa disebut learning itu.

Dengan bantuan memory tersebut serta kemampuan learning

itu, kakek dapat mengambil keputusan dengan cepat dan

tepat, ini juga berkat fleksibilitas dan review yang menyeluruh

pada berbagai hal. Dari banyak kejadian yang kakek alami

serta nilai-nilai yang kakek pelajari dari kejadian tersebut,

membuat kakek yakin bahwa kakek mampu melakukan

sesuatu, bahkan sesuatu yang belum pernah kakek jalani

sekalipun, namun kakek berani untuk mencobanya, berani

menantang perubahan tersebut bukan lari atau menghindar

dari perubahan, seperti teman-teman seusia kakek. Padahal

seperti dalam catatanmu itu dik, perubahan itu luar biasa

gilanya kan?, ” kata sang kakek panjang lebar, seakan tidak

Page 22: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

mau berhenti berucap. Cindy pun terperangah, takjub

mendengarkan kakek itu. Di tengah ketakjubannya,

diberanikannya untuk mengajak sang kakek berdiskusi, “ Tapi

bukankah kita dididik untuk focus dan konsisten, lalu

bagaimana tentang fleksibel serta review menyeluruh tentang

berbagai hal tersebut, Kek?” tanya Cindy. “ Yah, itu bahasa

jermannya paradox dik,” ujar sang kakek dengan senyum

ramahnya. “ Banyak sekali orang tua, bahkan istri kakek pun

meminta kakek dan anak-anak kakek untuk focus dan

konsisten pada satu bidang. Mungkin kalau dulu bisa saja,

namun kakek merasakan hal itu sudah tidak cocok lagi

diterapkan sekarang. Sekarang ini penting untuk senantiasa

fleksibel dan mereview berbagai bidang. Bukankah perubahan

itu seringkali bersifat radikal, bahkan dalam catatan adik ini,

dilukiskan sebagai uncontrollable dan unpredictable,

sehingga kita harus bersiap untuk menghadapinya serta

mencari celah-celah yang dapat kita manfaatkan. Lalu

bagaimana kita dapat melakukan itu kalau hanya terpaku

pada satu bidang saja?” kakek balik bertanya. “ Benar juga

Page 23: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

ya,” pikir Cindy, semakin terpesona oleh kata-kata sang kakek.

“ Kita harus berani mengambil resiko dalam menghadapi

setiap perubahan, sekecil apapun tersebut, kita harus berani

melawan arus, menentang pakem yang selama ini dipercaya

benar oleh mayoritas masyarakat kita, kita harus mendobrak

kelaziman, kita harus kaya akan rasa ingin tahu, dengan

mental seperti itu, kakek percaya, kita dapat memenangkan

medan arung jeram yang adik lukiskan di catatan adik.”

Jawab kakek mencoba menjelaskannya secara detail.

Sementara itu, Cindy kembali terdiam, seolah tak percaya,

dirinya, seorang doktor Human Resources Management,

nampak kehabisan kata-kata menghadapi kakek tersebut,

yang bisa jadi bahkan tidak menyandang gelar sarjana.

Melihat Cindy terpaku, sang kakek pun terus melanjutkan

analisisnya dengan berapi-api “ Dik, kita harus mampu

memanfaatkan dan menciptakan setiap peluang dalam

setiap perubahan sekecil apapun. Bahkan kejadian paling

buruk sekalipun, pasti ada hikmahnya. Hal yang tidak pernah

dilakukan kebanyakan orang adalah tidak berusaha mencari

Page 24: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

hikmah di setiap kejadian, tidak mampu mereview setiap

kejadian secara detail, dan menangkapnya sebagai peluang.

Bahkan di dalam kejadian buruk sekalipun selalu ada peluang

yang dapat kita manfaatkan, kuncinya ya itu tadi learning

secara menyeluruh dalam berbagai bidang, yang dalam

catatan adik harus learning lebih cepat dari perubahan itu

sendiri.” Cindypun menimpali, “Maksud kakek, learning untuk

menangkap dengan detail setiap kejadian, setiap perubahan,

setiap fenomena. Learning secara detail dari setiap orang,

setiap sumber informasi, dimana pun, kapanpun, dan dalam

keadaan bagaimanampun? Kemudian mengolahnya menjadi

peluang?” Cindy mencoba menyimpulkan. “ Tepat dik, tepat

sekali.” “ Horeeee !!” Cindy berteriak kegirangan “ Akhirnya

kutemukan juga, falsafah learning loop ke lima” begitu teriak

Cindy. “Maksud adik?” tanya sang kakek. “ Kek, selama ini ada

3 loop dalam learning yang saya pelajari selama kuliah , loop

pertama itu mengenai learning untuk adaptasi, loop kedua

learning untuk antisipasi, loop ketiga adalah gabungan dari

loop pertama dan kecua. Lalu saya pernah mendengar

Page 25: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

tentang loop keempat, yaitu learning to learn, belajar untuk

senantiasa belajar., dan sekarang, kita berdua berhasil

menemukan loop lain yang menurut saya lebih tinggi dari

keempat loop tersebut, sehingga layaklah kalau disebut loop

kelima yaitu : mampu belajar dalam segala hal secara detail

dan mengkonversinya menjadi peluang, setiap detail kejadian

selalu ada hikmahnya. Akhirnya kutemukan juga kunci dari

manajemen arung jeram. Kalau saja saat berarung jeram kami

lebih detail dalam mereview lingkungan, kita tidak perlu jungkir

balik seperti itu. Loop kelima, indah sekali.” Cindy begitu

kegirangan, sehingga setiap kata nampak lancar tak henti-

hentinya meluncur dari mulutnya yang mungil tersebut. “ Well

tapi bukankah sulit sekali melakukan itu. Kek, mampukah saya

melakukan itu?” tanya Cindy. “ Ya dik, kamu dapat, kamu

bahkan baru saja melakukannya saat kamu berarung jeram. Di

tengah hal buruk yang terjadi, bahkan hampir saja merenggut

nyawa kalian, kamu masih dapat mencatat setiap hikmah

yang dapat kamu pelajari dari kejadian itu. Bukankah itu

berarti kamu sudah melakukannya? Kamu bahkan sudah

Page 26: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

dapat mengkonversinya menjadi peluang dengan

menuliskannya dalam kertas ini, paling tidak kamu

menemukan peluang untuk mengembangkan ilmu yang kamu

miliki.” Begitu kata kakek itu dengan arifnya. “ Lalu untuk loop

kelima ini, kapan seseorang dapat melakukannya?

Bagaimana dengan orang-orang seusia kakek, apakah masih

harus melakukannya?” tanya Cindy. “ Dik learning itu tidak

mengenal usia. Setiap orang harus siap dan mau berubah,

karena lingkungan sekitar kita juga berubah. Bahkan seperti

kata adik, kita harus belajar menghadapi perubahan jauh lebih

cepat dari kecepatan perubahan itu sendiri. Menurut kakek,

tidak ada yang terlambat untuk berubah. Menurut kakek,

ketika kita memutuskan untuk berubah, kita kembali ke usia nol

lagi.” Timpal kakek. Cindy tertegun, sangat tertegun. “ Lalu

bagaimana orang yang tidak tertempa pengalaman hidup?

Kakek sendiri tadi bilang kalau kakek mampu melakukan

semua itu karena tempaan pengalaman hidup. Bagaimana

orang-orang yang tidak tertempa pengalaman hidup? Yang

semuanya serba nyaman, atau mereka yang tidak menyadari

Page 27: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kalau dunia sedang berubah? Mungkin itu juga yang dialami

oleh anak muda sekarang atau teman-teman seusia kakek

yang takut berubah. Mungkin mereka bahkan tidak sadar

akan perubahan itu dan tidak mau untuk belajar secara detail

dari segala hal. “ “ Ya Dik, itulah tugasmu, untuk memberitahu

mereka. Membertahu keindahan sesuatu yang kamu katakan

sebagai learning loop kelima itu.” Tak terasa lamanya mereka

berdiskusi, mendadak hari sudah malam. “ Kek, saya pulang

dulu, bahaya kalau pulang malam-malam. Terima kasih atas

segalanya ya Kek. Mungkin mau saya antar? ” Kata Cindy. “

Sama-sama dik, terima kasih tawarannya, kakek tinggal dekat

taman ini kok, tidak perlu diantar “ sahut sang kakek. “ Oke kek

kalau begitu, hati-hati ya, “ jawab Cindy lalu Cindy pun pergi

ke parkir mobil dan pulang. Dalam hati Cindy sangat kagum

atas wawasan kakek tersebut, dan mengakui, bahwa apa

yang didapatkannya dari sang kakek jauh melebihi nilainya

diibanding pengetahuan yang didapat selama dia kuliah. “

Itulah inti dari keberhasilan seseorang dan organisasi, learning

loop kelima.” Begitu Cindy bergumam. Dalam hati dia

Page 28: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

menyesal kenapa lupa menanyakan nama dan alamat kakek

tersebut, sehingga dapat berdiskusi lebih lanjut. Sesampai di

apartementnya, Cindy pun mencatat semua hal yang

dikatakan kakek itu, secara detail. Lalu Cindy tidur.

“Pagi ini pagi yang cerah,” begitu pikir Cindy. Cindy ingin

menemui kakek tersebut untuk berdiskusi mengenai hal-hal

yang kemarin membuatnya bahkan tidak sadar kalau dia itu

pemegang gelar Doktor di bidang Human Resources

Management. Cindy pun memutuskan untuk kembali ke

taman sambil membawa catatan mengenai pembicaraannya

dengan sang kakek kemarin. Lagipula jadwal Cindy memang

sedang santai minggu ini. Cindy duduk ditempat yang sama

dan berharap dapat menemukan sang kakek tersebut. Pagi

berangsur siang, siang berangsur sore, sore berangsur malam,

dan kakek tersebut tidak datang. Cindy memutuskan pulang

dan kembali keesokan harinya. Esok harinya, setelah

menunggu dari pagi hingga malam, Cindy tetap tidak

menemukan kekek itu. Demikian juga hari-hari esoknya, sampai

suatu saat, Cindy memutuskan untuk bertanya pada semua

Page 29: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

pemilik kedai kopi di sekitar taman itu. Cindy ingat bahwa saat

bertemu, kakek tersebut membawa secangkir kopi panas,

mungkin dari sekian banyak pemiliki kedai kopi ada yang

mengenalnya. “ Ya, saya mengenalnya, namun saya juga

tidak tahu namanya. Dia itu misterius, sebatang kara,

pekerjaannya setiap hari membeli kopi dan seharian duduk di

kursi tersebut, mengajak ngobrol setiap orang yang

ditemuinya. Mulai dari anak kecil hingga kakek-nenen yang

berusia jauh lebih tua dari dia. Mulai dari gelandangan hingga

top executive yang kebetulan melepas lelah di taman ini, pasti

diajaknya berdiskusi. Ada yang berminat tapi ada juga yang

merasa terganggu dan meninggalkannya. Namun, pada

dasarnya dia orang yang baik, suka menolong, dan mau

berbagi. Itu sebabnya dia dicintai oleh anak-anak yang

bermain di taman ini, dan juga setiap orang di taman ini. Dia

seperti sudah menjadi bagian dari taman ini. Namun sudah

beberapa hari ini dia tidak tampak. Terakhir dia minum di kedai

ini, menitipkan secarik kertas, dan memintaku berjanji untuk

memberikannya pada orang yang ciri-cirinya persis seperti

Page 30: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

nona ini, apabila dia tidak mampir lagi ke kedai ini. Hanya saya

belum punya waktu mencari nona , karena dia tidak

mencantumkan nama dan alamat nona, sehingga sulit sekali

bagi saya mencari nona. Beruntung, nona datang ke kedai

saya.” Ujar Pak Amat, pemilik kedai kopi langganan kakek

tersebut. “ Terima kasih Pak,” ujar Cindy. Lalu dibukanya kertas

itu, bunyinya,

“ Dik, Kakek merasa tugas kakek di dunia ini sudah selesai.

Selama ini kakek melewatkan masa tua kakek dengan

kesendirian. Istri dan anak kakek sudah lama meninggal akibat

kecelakaan. Kakek juga sudah tidak punya sanak saudara.

Setiap hari kakek duduk di sini, menikmati kopi dan

berbincang-bincang pada tiap orang yang duduk di bangku

ini. Mulai dari anak anak hingga manula seusia kakek atau

bahkan lebih tua. Mereka datang dari berbagai kalangan,

berbaga profesi dan berbagai strata kehidupan. Banyak sekali

yang kakek dapatkan dari diskusi bersama mereka.Kakek juga

merasa bersemangat ketika kakek mampu membagikan

wawasan kakek, pengalaman kakek dan buah pikiran kakek

Page 31: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

kepada mereka. Memang tidak semua orang merasa senang,

banyak juga yang terganggu oleh cerita kakek dan

memutuskan untuk pergi. Namun banyak juga yang berminat

berdiskusi. Dik, kakek merasa kakek tidak kuat lagi melawan

penyakit kakek. Kakek sesungguhnya menderita kanker ganas

yang tidak dapat disembuhkan. Kakek sempat ke dokter, dan

dokter mengatakan kakek sudah tidak ada harapan lagi,

apalagi kakek juga tidak memiliki biaya untuk perawatan

kanker, dan kakek tidak mau menyusahkan orang lain dengan

meminta bantuan kepada mereka. Akhirnya kakek

memutuskan untuk melewatkan hari demi hari dengan duduk

di taman dan berdiskusi dengan banyak orang. O ya, nama

kakek adalah Chris. Kakek merasa senang dapat ketemu adik.

Siapa nama adik? Dik, untuk adik ketahui, saat adik membaca

kertas ini, kakek sudah tiada, maukah adik berjanji untuk

membagikan cerita kakek ke orang lain? Maukah adik

memberitahu kepada orang-orang yang tidak mau berubah,

tidak sadar akan perubahan, orang orang yang tidak

tertempa hidupnya, yang selama ini merasa terganggu dan

Page 32: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

tidak berminat berdiskusi dengan kakek. Maukah adik

memberitahu mereka bahwa mereka harus mampu belajar

lebih cepat dari perubahan yang terjadi di lingkungan kita?

Maukah adik memberitahu pada dunia tentang learning loop

kelima? Kakek akan merasa bahagia apabila adik mau

melakukannya, kakek akan merasa tenang. Sekarang, kakek

telah bergabung dengan istri dan anak kakek serta banyak

orang lain di surga. Mungkin saat adik membaca kerts ini,

kakek sedang berjalan jalan dengan mereka di tengah taman

yang sejuk, dengan udara yang bersih, melihat pemandangan

yang sangat indah di surga. Kakek sangat berterima kasih jika

adik mau melakukan semua itu untuk kakek. Tertanda : Kakek

Chris” Cindy pun menangis hebat, menangis sekeras-kerasnya

dan berlari ke taman, ke tempat duduk, tempat dimana

selama ini dia menunggu sang kakek, tempat dimana dia

berdiskusi dengan sang kakek. Dia mendongak ke langit,

pandangannya menerawang celah celah langit biru, air

matanya menetes terus dari kedua mata indahnya. Dia

bergumam “ Namaku Cindy Kek, Cindy. Dan Cindy akan

Page 33: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

sangat senang melakukannya untuk kakek. Cindy akan

melakukannya, kek. Cindy berjanji, bahwa semua buah pikiran

kakek akan Cindy bagikan ke orang-orang dimanapun

mereka berada. Terima kasih kek, untuk segalanya,

manajemen arung jeram dan learning loop ke lima, kombinasi

yang luar biasa. Terima kasih kek, cindy sangat kagum

padamu.” Cindy melambaikan tangan ke langit, berharap

sang kakek melihatnya dari surga. Kemudian Cindy

membalikkan badan dan menuju kearah parkir mobil untuk

pulang. Tiba tiba Cindy merasa ada seseorang yang

memanggilnya. Cindy berbalik, dilihatnya tidak ada orang,

cindy pun mendongak ke langit, dilihatnya ada sekumpulan

awan yang membentuk muka sang kakek yang sedang

tersenyum. Cindy melambaikan tangannya, dan

mengacungkan ibu jarinya. Lalu awan tersebut hilang sedikit

demi sedikit. Cindypun menghapus air matanya,

semangatnya bergelora untuk membagikan falsafah

manajemen arung jeram dan learning loop ke lima. “Untuk

Page 34: New dimension of learning by Daniel Doni Sundjojo

sang kakek, Untuk Ilmu Pengetahuan, dan Untuk Kemajuan

Umat Manusia.” Begitu gumam Cindy.