pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-t32617-atas...

103
UNIVERSITAS INDONESIA PENGAWASAN TERHADAP NOTARI S YANG BERKEGI ATAN DI PASAR MODAL PASCA DI UNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS ATAS RIHAJENG 1006827814 FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN SALEMBA JANUARI, 2013 Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Upload: trinhdiep

Post on 11-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

TESIS

ATAS RIHAJENG 1006827814

FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA JANUARI, 2013

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 2: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kenotariatan

ATAS RIHAJENG 1006827814

FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA JANUARI, 2013

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 3: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 4: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 5: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

iv  Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas . Penelitian tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono, S.H., M.H., selaku Ketua Sub Program

Magister Kenotariatan Universitas Indonesia.

2. Bapak Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M., selaku dosen pembimbing, yang telah

bersedia meluangkan waktu dan pikiran di tengah kesibukan beliau untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

3. Bapak Akhmad Budi Cahyono, S.H., M.H. dan Ibu Wenny Setiawati, S.H.,

M.LI., selaku dosen penguji.

4. Seluruh dosen Magister Kenotariatan UI yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan, dan juga seluruh staf di Biro Pendidikan yang telah banyak

membantu penulis mengurusi persuratan, khususnya saat melakukan riset untuk

keperluan penulisan tesis ini.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Soeparto Atmodihardjo, S.H., dan Ibu R.A.

Atas Farida, yang selama ini tiada hentinya selalu mengirimkan doa dan

memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

6. Kakak kandung dan kakak ipar tercinta, Biromo Nayarko, S.H., M.Kn. dan

Mariem Triasmita, S.H., serta keponakan tersayang, Malla Pramidita Abirama,

yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar segera

menyelesaikan penulisan tesis ini.

7. Bapak Mufli Asmawidjaja, Ibu Untari, dan Bapak Iskandarsyah, selaku

pejabat-pejabat di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang telah

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 6: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

v  Universitas Indonesia

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia diwawancarai

oleh penulis dalam usaha memperoleh data yang diperlukan oleh penulis.

8. Teman sekaligus sahabat, baik di dalam kampus, maupun di luar kampus :

Nalia Safitri yang telah banyak direpotkan untuk menemani riset keperluan

penulisan tesis ini, Rahma Adhyatmika dan Wardhani Prihartiwi yang juga

telah banyak direpotkan selama masa perkuliahan, Tika Amelia dan Elza

Huzaifah Nirmaliana yang selalu berbagi segala cerita. Terimakasih untuk setiap hal gila, canda dan tawa selama ± 2 tahun yang membuat penulis bersemangat dan tidak bosan menjalani kuliah. Sukses untuk kita semua! Amin.

9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan dalam masa perkuliahan : Gladys

Raditya Sartika yang telah bersama- berjuang untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini tepat waktu, Mufthia Ramadhani dan Muti

Mutmainnah yang telah membantu dan bersedia berbagi untuk keperluan

penulisan tesis ini, Kadek Puspa, Puti Arfina, Sari Jacob, dan seluruh Keluarga

Besar Magister Kenotariatan UI 2010 yang telah bersama-sama dalam suka dan

duka ± 2 tahun yang tidak tertulis karena keterbatasan ruang.

10. Sahabat-sahabat yang terlalu sering direpotkan dan selalu bersedia menjadi

tempat berbagi, baik disaat senang maupun duka : Hardiatmi Amanda, Intan

Permatasuri, Belia Hapsarini, Carina Anandilla, Kensa Glikaresha Kristalisa,

Alia Yakub, Ridia Resti Anggraeni, Ita Liherty dan Sari Wani.

11. Teman, sahabat, kakak, sekaligus keluarga semasa di Yogyakarta : Dien

Anggraeni, Yansiska, Dara Faradisa, Annisa Dian Arini, Anissa Nirwany,

Tania Heriesti, Aryo Baskoro Jati, Andhika Farmaria, Diersa Pratama,

Mohammad Fitriansyah, Rechsa Saputra, Aulia Rakhmah, Fauziah Noor

Imaniar, Sutanto Syambas Efendi, Andila Primahutomo, Kartiko Pandu

Bawono, Fandi Jauhari, Taufik Hidayat (+ Difa Adelia), Pieter Rentanubun,

Adhing Tedhalosa, dan Alifrian Fajri. Rindu menghabiskan waktu bersama sambil bercanda dan tertawa menikmati suasana Jogja, dan terimakasih Yogyakarta yang telah berbaik hati memberikan sedikit ruangnya kepada penulis untuk menuntut ilmu dan berhasil membuat penulis selalu ingin pulang lagi

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 7: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

vi  Universitas Indonesia

12. Seluruh pihak yang terbatas untuk disebutkan satu per satu dalam lembar ini

yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga

tersusunnya tesis ini.

Jakarta, 16 Januari 2013

Penulis

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 8: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 9: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

viii  Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : ATAS RIHAJENG Program Studi : Magister Kenotariatan Judul : Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Bidang : Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 : Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam industri pasar modal Indonesia, terdapat banyak profesi penunjang yang terlibat di dalam kegiatan pasar modal, salah satunya adalah notaris. Peran notaris di bidang pasar modal antara lain berkaitan dengan pembuatan akta-akta otentik untuk penerbitan efek dan akta-akta pendukungnya. Akta-akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna di muka pengadilan. Melihat pentingnya kedudukan akta otentik yang dibuat oleh notaris, sudah selayaknya dilakukan pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal. Selama ini BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) merupakan otoritas tertinggi dalam industri pasar modal yang diberikan mandat atau kewenangan oleh UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan di bidang pasar modal. Akan tetapi, pada tanggal 22 November 2011 telah diundangkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ), yang kemudian menjadi landasan hukum dibentuknya suatu lembaga pengawasan baru seluruh sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Dan pada tanggal 31 Desember 2012, fungsi pengaturan dan pengawasan industri pasar modal beralih dari BAPEPAM ke OJK. Tesis ini meneliti dan menganalisis mengenai implikasi yuridis, prosedur, dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis-normatif, melalui studi dokumen dan wawancara dengan pejabat-pejabat BAPEPAM yang berwenang menjalankan fungsi pengawasan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa implikasi yuridis terhadap pengawasan notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK yaitu jika selama ini yang melakukan pengawasan adalah BAPEPAM, maka nantinya pengawasan akan dilakukan oleh OJK. Sedangkan mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK pada dasarnya adalah sama, atau tidak mengalami perubahan sebagaimana pengawasan yang dilakukan pada masa di bawah BAPEPAM, namun secara teknis untuk memahami dan membaca peraturan terkait pengawasan di bidang pasar modal yang sudah ada saat ini yang harus diubah, jika dalam peraturan tersebut tertulis kata BAPEPAM, maka nantinya dibaca dan dipahami menjadi OJK. Kata Kunci : Pengawasan, Notaris, Pasar Modal, BAPEPAM, OJK

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 10: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

ix  Universitas Indonesia

ABSTRACT Name : ATAS RIHAJENG Studies Program : Magister of Notary Title : Supervision on Notary Public Who is Conducting : Activities In The Indonesian Capital Market After : The Enactment of Law No. 21/2011 Regarding The : Financial Services Authority In the Indonesian capital market, there are many professionals who is involved in capital market, one of them is notary public. The role of notary public in the Indonesian capital market, among others, is related to drafting authentic deeds in issuing the securities and other its supporting documents. Authentic deeds drawn up in front of or by the notary public shall be conclusive evidence before the courts. Considering the importance of the status of authentic deeds made by the notary public, it is necessary to conduct a supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market. Currently, BAPEPAM (The Capital Market Supervisory Agency) is the highest authority in the Indonesian capital market industry which given mandate or authority by Law No. 8/1995 regarding Capital Market to provide the guidance, regulation, and supervision of the capital market.  However, on November 22, 2011, The Law No. 21/2011 regarding The Financial Services Authority ( OJK ) was enacted, which then it became the legal basis of the establishment of a new integrated supervisory institution for all financial services sectors. The function of regulation and supervision of capital market transferred from BAPEPAM to OJK on December 31, 2012. This thesis researched and analyzed the legal implication, procedure and mechanism to supervise the notary public who is conducting activities in the capital market, after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK. The research was conducted using a juridical-normative method, through documents study and interviews with

functionaries who has authority to conducting the supervision. The research found that the legal implication on the supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK is, if currently the function of supervision is provided by BAPEPAM, then in the future the supervision will be provided by OJK. Meanwhile, the mechanism and procedure of supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK is basically the same, or no change such as supervision conducted under the BAPEPAM at the time, but technically to understand and read the regulation related with supervision in the capital market which still applicable now that shall be changed, if in the regulation is written BAPEPAM, then it shall be read and understood as OJK. Key Words : Supervision, Notary, Capital Market, BAPEPAM, OJK

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 11: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

x  Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...... ii

LEMBAR PENGESAHAN . iii

KATA PENGANTAR .. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii

ABSTRAK ................ viii

ABSTRACT .............. ix

DAFTAR ISI ............. x

DAFTAR LAMPIRAN .. xii

DAFTAR GAMBAR . xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1

1.2 ..... 11

1.3 11

1.4 .. 11

1.5 ... 12

1.6 .. 15

BAB 2 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG

BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

2.1 Pasar Modal Indonesia

2.1.1 Definisi ............ . 17

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia .. 19

2.1.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang BAPEPAM .. 22

2.1.4 24

2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Profesi

28

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 12: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

xi  Universitas Indonesia

2.2 OJK sebagai Pengganti dari BAPEPAM

2.2.1 Pembentukan OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa

Keuangan d ..... 32

2.2.2 Tujuan dan Asas-asas Pemb 36

2.2.3 Fungsi, Tugas d .. 37

2.2.4 Pungutan oleh OJK Terhadap Notaris yang Melakukan

Kegiatan d . 38

2.3 Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasa .. 40

2.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar

Modal

2.4.1 Pengertian Penga ... 44

2.4.2 Prosedur dan Mekanisme Pengawasan Terhadap Notaris

yang Berkegiatan d ......................... 47

2.4.2.1 Kewajiban Pendaftaran sebagai Bentuk Pengawasan

Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal ..... 48

2.4.2.2 Pemeriksaan dan Penyidikan sebagai Bentuk Pengawasan

Terhadap.Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal 53

2.4.3 Temuan Penelitian

2.4.3.1 Kasus Po 61

2.4.3.2 Analisa 63

2.4.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di

Pasar Modal Pasca Diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011

t .. 69

2.5 Macam-macam Sanksi dan Tata Cara Pengajuan

Keberatan a 72

2.6 Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang Pasar Modal 76

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 80

3.2 Saran 83

DAFTAR PUSTAKA ..... 85

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 13: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

xii  Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN 1. S

Penetapan Sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM

2. Surat dari Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 perihal Naskah

Dokumen dari Luar Negeri yang mempunyai akibat hukum di Indonesia dan

Staatsbald 1909 Nomor 291 beserta terjemahannya;

3. Poin 68 - 71 Lampiran Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor:

09/A/KP/XII/2006/01 tertanggal 28 Desember 2006 tentang Panduan Umum

Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;

4. Pasal 56 65 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di

Bidang Pasar Modal;

6. Peraturan BAPEPAM Nomor VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang

Melakukan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;

7. Kode Etik Notaris oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), Bandung, 27 Januari

2005.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 14: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

xiii  Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Prosedur dan Mekanisme Pemeriksaan dan Penyidikan Terhadap

: Notaris yang Diduga Melakukan Pelanggaran di Bidang Pasar

: Modal

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 15: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

1  Universitas  Indonesia  

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berkembangnya dunia perekonomian secara global, khususnya di

Indonesia, mengakibatkan berbagai perusahaan semakin giat meningkatkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka meraih modal. Peningkatan dan

pengembangan usaha tersebut tentunya membutuhkan dana yang sangat besar,

oleh karena itu perusahaan harus mampu mencari sumber-sumber yang dapat

menyediakan dana dalam jumlah yang besar. Sumber dana tersebut dapat

diperoleh suatu perusahaan dari berbagai macam sumber, salah satunya adalah

pasar modal.

Di beberapa negara maju, salah satu titik tonggak dalam karier di bidang

bisnis dan keuangan adalah bila seseorang telah berhasil memiliki dan mengelola

suatu perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat.1 Hal tersebut akan menjadi suatu

kebanggaan apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di bursa.

Dengan mengajak masyarakat sebagai pemodal untuk turut memiliki saham

perusahaan, maka akan tercipta suatu hubungan mutualisme, dimana masyarakat

pemodal dapat melakukan investasi, sedangkan perusahaan akan memperoleh

tambahan modal.

Melihat betapa pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian suatu

negara, serta dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka dirasakan perlu

adanya suatu badan pengawas yang bertugas untuk mengawasi kegiatan di pasar

modal. Badan pengawas pasar modal ini diberi kewenangan untuk melaksanakan

dan menegakkan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal).

Ketika pasar modal dihidupkan kembali pada tahun 1976, dibentuklah

BAPEPAM, yang merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal.                                                                                                                       1 Koetin, Analisis Pasar Modal, cet. keempat, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), hlm 61.  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 16: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

2  Universitas  Indonesia  

Pada mulanya, selain bertindak sebagai penyelenggara, BAPEPAM (Badan

Pelaksana Pasar Modal) sekaligus merupakan pembina dan pengawas pasar

modal. Namun, akhirnya dualisme tersebut ditiadakan pada tahun 1990 dengan

keluarnya Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal dan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal.

Dualisme fungsi BAPEPAM tersebut dihapus, sehingga BAPEPAM hanya

memfokuskan diri pada fungsi pengawasan dan pembinaan Pasar Modal.2 Dengan

demikian, BAPEPAM yang pada awalnya merupakan singkatan dari Badan

Pelaksana Pasar Modal, berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.

Hal tersebut kemudian dipertegas dengan adanya Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan

Tata Kerja BAPEPAM, bahwa BAPEPAM adalah pelaksana tugas di bidang

pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan pasar modal yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan, dan dipimpin

oleh seorang Ketua.3

Pada sekitar pertengahan tahun 1997, Indonesia dilanda oleh krisis

moneter, yang pada akhirnya berdampak dengan memburuknya kondisi

perekonomian nasional. Krisis tersebut bermula dari efek penularan atas krisis

serupa yang terjadi di Thailand yang kemudian menyebar ke negara-negara di

kawasan Asia Timur lainnya.

Awalnya tak ada yang memperkirakan bahwa krisis di Thailand tersebut

mampu dengan dahsyatnya meruntuhkan perekonomian Indonesia hanya dalam

waktu singkat. Dampak dari terjadinya krisis tersebut di Indonesia adalah

melemahnya kurs mata uang rupiah. Selain itu banyak perusahaan, mulai dari

yang berskala kecil sampai berskala besar, mau tidak mau harus ditutup, sehingga

mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup besar.

Pengangguran pun melonjak dengan sangat tajam. Dan yang semakin

memperburuk keadaan adalah naiknya segala harga kebutuhan pokok.

                                                                                                                      2 http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_bapepam.htm, diunduh pada tanggal 17 Juli 2012.

3 Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, (Jakarta, Salemba Empat, 2001), hlm 14.    

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 17: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

3  Universitas  Indonesia  

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menstabilkan kurs

rupiah nyatanya tidak membuahkan hasil. Menghadapi situasi tersebut, Presiden

Republik Indonesia ketika itu, Soeharto, mulai mempertimbangkan untuk

mengundang International Monetary Fund (selanjutnya disebut IMF).

Pertimbangan ketika itu untuk meminta bantuan kepada IMF adalah bahwa

Indonesia mempunyai pengalaman dalam menangani krisis bersama IMF4, serta

pengalaman IMF sendiri dalam menangani krisis di berbagai belahan dunia5.

Selain itu, kehadiran IMF juga dipandang perlu dari segi dukungannya terhadap

kredibilitas pemerintah, terutama bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi,

ketika itu pemerintah Indonesia juga sepenuhnya sadar akan berbagai persyaratan

yang diajukan oleh IMF jika suatu negara anggota meminta bantuan biaya.6

Muhammad dan Soedradjad Djiwandono, pada saat itu menjabat sebagai Menteri

Keuangan Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia, secara resmi

                                                                                                                      4 dari IMF. Namun pada tahun 1966, ketika dimulainya rezim orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, Indonesia mulai membuka kembali hubungan dengan IMF. Pada masa pergantian kekuasaan di tahun 1966 tersebut, dimana keadaan perekonomian Indonesia sedang kacau balau, IMF dikirim untuk membantu menyiapkan program ekonomi Indonesia. Bantuan itu sendiri baru disetujui oleh IMF pada tanggal 19 Februari 1968, yaitu melalui Standby Arrangement. Bantuan dari IMF saat itu sungguh dirasakan besar manfaatnya, bukan hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari segi pembangunan sumber daya manusia. Dalam keadaan negara yang sedang kacau balau, bantuan tersebut menjadi tidak ternilai harganya. Hal yang paling penting dalam proses pemberian bantuan IMF kepada Indonesia saat itu adalah merestrukturisasi utang-utang pemerintah Indonesia. Utang pemerintah yang telah menjadi beban yang hampir tidak tertanggungkan, dan adanya risiko kebangkrutan pemerintah di awal pemerintahan orde baru, pada akhirnya berhasil ditata dengan lebih baik melalui serangkaian perundingan di Paris Club, dimana IMF adalah salah satu motornya. Oleh karena itu, pengalaman tersebut merupakan faktor positif

IMF: Penangan Krisis Dan Indonesia Pasca-IMF, cet. pertama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm 31-33.

5 ksiko mengalami krisis mata uang yang hampir melumpuhkan negara tersebut. Bahkan krisis tersebut juga mempengaruhi perekonomian seluruh Amerika Latin. Inilah pertama kalinya dikenal istilah contagion, yaitu penularan krisis dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk mengatasi krisis tersebut, IMF bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Bank for International Settlements (BIS) menyiapkan bantuan untuk Meksiko. Untuk pelaksanaannya, Meksiko harus melakukan program reformasi yang dirancang oleh IMF untuk bisa mencairkan dana bantuan. Dengan disepakatinya hal tersebut, pasar bereaksi sangat positif. Bursa saham Meksiko langsung melejit naik dalam satu hari, sementara bursa saham di negara-negara lainnya di Amerika Latin juga menikmati perkembangan yang sama. Pada akhirnya krisis dapat diselesaikan dengan baik. Pemerintah Meksiko juga berhasil mengembalikan pinjamannya kepada IMF sesuai

Ibid, hlm 194-200.

6 Ibid, hlm 31-34.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 18: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

4  Universitas  Indonesia  

mengajukan Letter of Intent (selanjutnya disebut LOI) kepada IMF.7 LOI ittu

sendiri adalah dokumen yang menggambarkan langkah-langkah kebijakan yang

akan dilakukan oleh suatu negara yang tergabung sebagai negara anggota IMF,

dalam kaitannya dengan permintaan negara tersebut untuk memperoleh dukungan

pembiayaan dari IMF.8 Dengan demikian, LOI tersbeut disusun oleh negara yang

mengajukan permintaan untuk memperoleh pinjaman dari IMF, dimana di dalam

LOI tersebut berisi rencana kebijakan yang akan diimplementasikan oleh

pemerintah negara yang bersangkutan.

Layaknya seorang kreditur yang akan memberikan pinjaman kepada

seorang debitur, maka pinjaman dana yang akan diberikan oleh IMF tidaklah

diberikan secara cuma-cuma. Pinjaman IMF tersebut diberikan bersamaan dengan

suatu program reformasi yang dijanjikan oleh pemerintah Indonesia. Program

inilah yang secara rinci termuat dalam LOI.9 Jika program-program dalam LOI

tersebut disepakti oleh IMF, barulah dana bantuan dapat diberikan. LOI antara

pemerintah Indonesia dan IMF harus mengalami beberapa kali evaluasi yang

berujung pada penandatanganan kembali LOI pada tanggal 15 Januari 1998, 10

April 1998, 24 Juni 1998, November 1998, 23 November 1999, dan 13 Desember

2001.10

Sebagaimana yang ditulis oleh Jusmaliani, staf peneliti LIPI (Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa kesepakatan-kesepakatan awal yang tertuang

dalam permintaan Indonesia pada IMF tersebut terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu

kerangka kebijaksanaan makro ekonomi, restrukturisasi sektor keuangan, dan

reformasi struktural.11

                                                                                                                        7  http://www.imf.org/external/np/loi/103197.htm, diunduh pada tanggal 20 Juli 2012.  

8 http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000814.html, diunduh pada tanggal 17 Juli 2012.  

9 Harinowo, op.cit, hlm 94.  

  10  dalam Program Stabilisasi IMF dan Implikasinya Terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia, (Jakarta: LIPI, 2001), hlm 80-81.  

11 Ibid, hlm 59-61.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 19: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

5  Universitas  Indonesia  

Salah satu catatan penting dalam sejarah perjalanan hubungan antara

pemerintah Indonesia dengan IMF pada masa penanganan krisis ekonomi tersebut

yaitu dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (selanjutnya disebut UU No 23 Tahun 1999 tentang BI). Dan sesuai

dengan ketentuan Pasal 34 Ayat 1 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI

diamanatkan untuk pembentukan suatu lembaga pengawas jasa keuangan yang

akan melakukan pengawasan terhadap bank, perusahaan-perusahaan sektor jasa

keuangan lainnya, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan

dana masyarakat.

Hal penting yang juga harus digaris bawahi bahwa lembaga pengawas

yang dimaksud harus independen dan berkedudukan di luar pemerintah.

Kemudian perdebatan pun terjadi tentang bentuk lembaga seperti apa yang sesuai

dan nantinya akan dibentuk untuk memenuhi amanat ketentuan Pasal 34 Ayat 1

UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI

disebutkan bahwa lembaga tersebut sudah harus terbentuk selambat-lambatnya

pada tanggal 31 Desember 2002. Namun pada kenyataan hingga pada batas waktu

tersebut lembaga itu pun belum terbentuk.

Kemudian sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU No. 3

Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun

1999 tentang BI, batas waktu tersebut diperpanjang menjadi selambat-lambatnya

31 Desember 2010. Dan lagi-lagi batas waktu tersebut pun sudah terlewati,

sehingga baru pada tanggal 22 November 2011 lahirlah sebuah Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU

No. 21 Tahun 2011 tentang OJK) yang kemudian menjadi landasan hukum

dibentuknya lembaga pengawasan sektor keuangan, yaitu OJK.

Selama ini di Indonesia, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian

awal bahwa pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 20: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

6  Universitas  Indonesia  

modal dilakukan oleh BAPEPAM.12 Sedangkan, pengaturan dan pengawasan

kegiatan perbankan dilakukan oleh BI.13

Buruknya mutu pemeriksaan dan pengawasan atas lembaga keuangan saat

itu yang tercermin dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan

tahun 1997, dan kemudian diikuti oleh beberapa peristiwa penting lainnya seperti

kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), kasus Bank Bali, dan Bank

Century, sehingga tidak dapat memantau ataupun mendeteksi potensi krisis,

menggambarkan kurangnya koordinasi dan pertukaran informasi antar kedua

lembaga pengawas.14

Sejak mulai dipilihnya OJK sebagai lembaga pengawas sistem keuangan

yang baru di Indonesia, banyak pro dan kontra yang terjadi. OJK sebenarnya

sudah pernah diterapkan di beberapa sistem negara Eropa seperti Inggris. Namun,

Inggris gagal menerapkan sistem tersebut yang terlihat dari gagalnya

penyelamatan Notherm Rock Bank, salah satu bank papan atas di negara Ratu

Elizabeth tersebut.15 Melihat dari kegagalan penerapan OJK di beberapa negara

tersebut, oleh karena itu banyak pihak yang meragukan akan kemampuan OJK

sebagai lembaga pengawas sektor keuangan di Indonesia.

Sedangkan bagi kelompok yang setuju terhadap pembentukan OJK,

sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang pengamat ekonomi,

Ichsanudin Noorsy, bahwa pembentukan lembaga pengawas jasa keuangan

tersebut bukan hanya sekedar adanya amanat dalam UU No. 23 Tahun 1999

                                                                                                                        12   Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1998, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 3 Ayat 1.

13 Indonesia, Undang-Undang Bank Indonesia, UU No. 23 Tahun 1999, LN No. 66 Tahun 1999, TLN No. 3843, Pasal 8.

14 , http://bem.feb.ugm.ac.id/index.php/publication/kajian/87-otoritas-jasa-keuangan-sebagai-harapan-baru-indonesia, diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.

15 Bank & Manajemen: Cakrawala Baru Dunia Perbankan & Manajemen 108 (Juli-Agustus 2009): 4-10.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 21: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

7  Universitas  Indonesia  

tentang BI ataupun desakan dari IMF. Akan tetapi, keberadaan lembaga pengawas

jasa keuangan tersebut saat ini memang sangat dibutuhkan.16

Bagaimanapun perdebatan mengenai jenis lembaga apa yang tepat untuk

diterapkan di Indonesia guna memenuhi amanat ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU

No. 3 Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23

Tahun 1999 tentang BI tersebut sekarang sudah tidak berarti lagi karena lembaga

OJK itu sendiri sudah terbentuk. Dewan Komisioner pun telah terpilih.

Berlakunya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK akan membuat

perubahan besar terhadap skema industri keuangan di Indonesia. Perubahan

tersebut dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan atau peraturan peralihan dalam

UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, khususnya ketentuan Pasal 55 Ayat 1, yang

menentukan sebagai berikut : 17

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.18

Berdasarkan ketentuan diatas maka pada tanggal 31 Desember 2012

BAPEPAM akan diserap dan digantikan serta menjadi bagian dari OJK.19

Begitupula dengan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan

kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan yang tadinya berada di BI akan

beralih ke OJK pada tanggal 31 Desember 2013. Sehingga nantinya Indonesia

akan menerapkan model pengawasan terhadap seluruh sektor jasa keuangan

secara terintegrasi, yaitu menyatu ke dalam OJK.20

                                                                                                                      16 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4961/bisnis-jasa-keuangan-semakin-liar-ojk-mendesak-dibentuk, diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.

  17 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. revisi, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2012), hlm 7.

  18    Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.

19 Balfas, op.cit., hlm 8.

20 Sunarip (Ekonom The Indonesia Economic Intelligence), Mewujudkan Otoritas Jasa http://economy.okezone.com/read/2012/02/21/279/579417/mewujudkan-

otoritas-jasa-keuangan-yang-efektif, diunduh pada tanggal 27 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 22: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

8  Universitas  Indonesia  

Saat ini BAPEPAM sebagai lembaga atau otoritas tertinggi di Pasar Modal

kedudukannya ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal, sebagai berikut : Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut BAPEPAM .

Kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada BAPEPAM

untuk melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan adalah termasuk

pembinaan, pengaturan dan pengawasan terhadap profesi penunjang di bidang

pasar modal. Pasal 64 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

menyebutkan bahwa salah satu profesi penunjang pasar modal tersebut adalah

notaris.

Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta-

akta otentik, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1868 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) dan Pasal 1 Ayat 1

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya

disebut UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), sebagai berikut :

Pasal 1868 KUHPerdata : Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di Pasal 1 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris : Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, diketahui bahwa suatu akta dapat

dikatakan sebagai akta otentik jika memenuhi syarat-syarat, yaitu dibuat dalam

bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan seorang

pegawai umum yang berwenang untuk membuat akta tersebut, serta di tempat di

mana akta itu dibuat. Dan salah satu pegawai umum yang berwenang untuk

membuat akta otentik dimaksud adalah notaris.21 Oleh karena itu keberadaan

                                                                                                                      21 Tidak hanya notaris, pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta yang bersifat otentik, tetapi juga ada pegawai umum lainnya yang berwenang untuk membuat akta-akta yang bersifat otentik. Untuk pembuatan akta nikah misalnya, kewenangannya berada pada pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) atau pejabat catatan sipil, sedangkan untuk akta-akta tanah kewenangannya berada pada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 23: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

9  Universitas  Indonesia  

notaris di dalam transaksi kegiatan di bidang pasar modal sangat dibutuhkan,

terutama terkait pembuatan akta-akta otentik.

Akta-akta otentik yang dibuat oleh notaris memiliki kekuatan pembuktian

yang sempurna di muka pengadilan.22 Mengingat betapa pentingnya keberadaan

akta otentik yang dibuat oleh notaris dalam transaksi di bidang pasar modal,

maka diperlukan pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal.

Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap profesi

penunjang pasar modal, khususnya notaris, maka dalam Pasal 5 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa BAPEPAM berwenang diantaranya

untuk :

1. Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal.

2. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikian terhadap setiap pihak dalam hal

terjadinya peritiwa yang diduga merupakan pelanggaran.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, untuk dapat berkegiatan di bidang pasar modal maka

seluruh profesi penunjang pasar modal, termasuk notaris, wajib terlebih dahulu

terdaftar di BAPEPAM. Khusus mengenai persyaratan dan pendaftaran notaris

untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal diatur dalam Peraturan

BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan

Di Pasar Modal.

                                                                                                                      22 akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan, bahwa harus ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan juga dari tugas yang telah dibebankan oleh undang-undang kepada pejabat atau pegawai umum tertentu. Karena dibuat oleh pejabat atau pegawai umum itulah maka akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini disebabkan karena pejabat atau pegawai umum tersebut mendapatkan kepercayaan dari negara untuk menjalankan sebagian fungsi administratif negara, sehingga legalitasnya dapat dipastikan. Pejabat atau pegawai umum juga tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta. Alasan lain akta otentik dikatakan sebagai alat bukti yang sempurna, karena akta otentik memiliki tiga kekuatan pembuktian, yaitu kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formal, dan kekuatan pembuktian materil. Kekuatan pembuktian lahiriah ini maksudnya adalah kemampuan dari akta itu

Peraturan Jabatan Notaris, cet. kedua, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm 54-55. Lihat juga Pasal 184 Ayat 1 KUHAP dan Pasal 1866 KUHPerdata. Penjelasan lebih lanjut mengenai kekuatan pembuktian formal dan materil dari akta otentik pada Sub Bab 2.1.5.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 24: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

10  Universitas  Indonesia  

Berdasarkan ketentuan dan penjelasan Pasal 100 Ayat 1 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi

pengawasan, maka BAPEPAM juga diberikan kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau mencoba

melakukan pelanggaran. Setiap pihak yang dimaksud disini adalah seluruh pelaku

kegiatan di bidang pasar modal, tidak terkecuali seorang notaris.

Konsekuensi lain dari pelaksanaan fungsi pengawasan tersebut adalah

BAPEPAM juga berwenang meminta keterangan, serta memeriksa catatan,

pembukuan, dan/atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau

terlibat dalam pelanggaran tersebut. Namun pada kenyataannya BAPEPAM

sering kali menemui kesulitan ketika akan melakukan pemeriksaan terhadap

notaris terkait adanya dugaan pelanggaran di bidang pasar modal. Kesulitan yang

dimaksud yaitu bahwa BAPEPAM harus terlebih dahulu mendapatkan

persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disebut MPD). Keharusan

untuk mendapat persetujuan dari MPD tersebut merujuk pada ketentuan Pasal 66

Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Keberadaan Pasal 66 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris tersebut sering dijadikan alasan untuk para notaris menunda-nunda

ataupun menolak memenuhi panggilan pemeriksaan oleh BAPEPAM. Tindakan

kurang koperatif tersebut tentunya dapat menghambat proses pemeriksaan

terhadap suatu kasus dugaan pelanggaran pasar modal.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dan menganalisis lebih dalam mengenai implikasi yuridis,

prosedur, serta mekanisme pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di

bidang pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK,

dalam bentuk penulisan tesis dengan judul : Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan .

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 25: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

11  Universitas  Indonesia  

1.2 POKOK PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penulisan

tesis ini yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1) Apakah implikasi yuridis diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan notaris yang

berkegiatan di pasar modal ?

2) Bagaimanakah prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang

berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

A. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah

untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta pengalaman sebagai mahasiswa

guna melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Magister Kenotariatan (S2) pada

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dengan diadakannya

penelitian ini adalah :

1) Menganalisis implikasi yuridis pasca diundangkannya Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan

notaris yang berkegiatan di pasar modal.

2) Menganalisis prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang

berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan dilakukannya penelitian tesis ini, maka manfaat yang dapat

diperoleh adalah sebagai berikut :

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 26: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

12  Universitas  Indonesia  

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai implikasi yuridis diundangkannya Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan notaris

yang berkegiatan di pasar modal.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan gambaran

mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang

berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

1.5 METODE PENELITIAN

1.5.1 Bentuk Penelitian

Disiplin hukum memiliki ruang lingkup yang begitu luas. Oleh karena itu,

penulis harus memilih jenis penelitian yang akan digunakan. Dalam penulisan

tesis ini, penulis memilih jenis penelitian yuridis-normatif, yaitu suatu penelitian

yang didasarkan pada norma-norma hukum yang tertulis.

1.5.2 Jenis Data

Dalam penulisan tesis ini, penulis akan menggunakan 2 (dua) jenis data,

yaitu data primer dan data sekunder.

Penulis akan mengolah data primer yang diperoleh dari hasil penelitian

lapangan, yaitu berupa hasil wawancara dengan :

a. Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal

BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia Rancangan Undang-Undang

OJK.

b. Ibu Untari, selaku Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-

LK.

c. Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan

Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum

BAPEPAM-LK.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 27: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

13  Universitas  Indonesia  

Sedangkan data-data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari

bahan-bahan hukum yang bersumber dari kepustakaan, dan akan dijelaskan lebih

lanjut pada sub bab berikutnya. Dengan demikian, seluruh bahan dan data yang

diperoleh dapat membantu untuk menganalisis dan menjelaskan mengenai

permasalahan-permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

1.5.3 Jenis Bahan Hukum

Penulisan tesis ini merupakan penulisan hukum dengan menggunakan

jenis penelitian yuridis-normatif, yaitu penulisan hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti, mengkaji dan menganalisa masalah berdasarkan norma hukum yang

tertulis, oleh karena itu data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Data

sekunder tersebut diperoleh dari bahan-bahan hukum sebagai berikut :

A. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang menjadi sumber utama

dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, yaitu :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; dan

6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara

Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal;

9) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;

10) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor VIII.D.1 tentang

Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal;

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 28: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

14  Universitas  Indonesia  

11) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor XIV.B.2 tentang

Pengajuan Permohonan Keberatan Atas Sanksi.

12) Kode Etik Notaris oleh Ikatan Notaris Indonesia, Bandung, 27 Januari

2005.

B. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer.23

Bahan hukum sekunder berupa buku utama yang digunakan oleh penulis

antara lain, sebagai berikut :

1) karangan M. Irsan Nasarudin,

S.H. dan Indra Surya, S.H., LL.M.,

karangan I Putu Gede Ary Suta, dan

(Edisi Revisi)

Ketiga buku tersebut menguraikan mengenai sejarah dan perjalanan

pasar modal Indonesia, serta fungsi, wewenang, dan peran BAPEPAM

selama ini sebagai otoritas tertinggi pengawas pasar modal. Selain itu

buku-buku tersebut juga menguraikan mengenai tugas dan kewenangan

notaris sebagai profesi penunjang pasar modal.

2) karangan Sujamto dan karangan H. Jusuf

Anwar.

Pada buku pertama tersebut menguraikan mengenai prinsip, norma, dan

etika pengawasan pada umumnya, sedangkan buku kedua menguraikan

pelaksanaan dari fungsi pengawasan di bidang pasar modal.

3)

karangan Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Buku tersebut di atas menguraikan mengenai tugas dan kewenangan

Majelis Pengawas dalam melaksanakan fungsinya untuk melakukan

pengawasan terhadap notaris pada umumnya.

                                                                                                                      23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. ketiga, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2008), hlm. 52.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 29: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

15  Universitas  Indonesia  

Untuk mendukung bahan-bahan hukum sekunder di atas, penulis juga

akan menggunakan beberapa data dari majalah, surat kabar, dan sumber-

sumber elektoronik lainnya sebagai referensi mengenai sejarah pembentukan

OJK, serta fungsi, peran dan wewenang lembaga OJK yang nantinya akan

menggantikan BAPEPAM sebagai otoritas tertinggi dalam pasar modal

Indonesia.

1.5.4 Alat Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan dalam tesis ini, maka

penulis akan menggunakan alat pengumpulan data yaitu berupa studi dokumen

dan wawancara pribadi. Studi dokumen bertujuan untuk mendapatkan gambaran

secara umum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan.

Sedangkan wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung

dari pihak-pihak yang mempunyai kapasitas dalam permasalahan yang akan

diteliti, sehingga akan mempermudah penulis untuk melakukan analisis terhadap

permasalahan.24

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan hukum ini penulis menjabarkannya dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu :

BAB 1 Pendahuluan Bab ini memberikan keterangan dan penjelasan mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan tesis.

BAB 2 Tinjauan Teori Dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini akan menguraikan mengenai pengertian umum, sejarah,

perkembangan, fungsi, tugas, wewenang, dan pelaku pasar modal di Indonesia,

termasuk notaris sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. Pada bab ini

juga akan menguraikan mengenai kedudukan OJK nantinya sebagai pengganti

                                                                                                                      24 Ibid, hlm 66.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 30: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

16  Universitas  Indonesia  

dari BAPEPAM, sekaligus menguraikan mengenai fungsi, tugas, wewenang, dan

struktur OJK berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.

Selain itu, pada bab ini juga akan menguraikan hasil analisis terhadap

prosedur dan mekanisme pengawasan notaris di bidang pasar modal pasca

diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK ditinjau dari UU No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris, dan Kode Etik Notaris. Pada bab ini juga akan menguraikan mengenai

cara penyelesaian sengketa di bidang pasar modal, serta pemberian sanksi bagi

notaris yang melakukan pelanggaran saat berkegiatan di pasar modal.

BAB 3 Penutup Bab ini akan menyimpulkan jawaban atas permasalahan-permasalahan

yang telah dirumuskan pada bab 1, yang kemudian telah dibahas dan diuraikan

pada bab 2, serta saran yang diharapkan dapat menjadi masukan terhadap

pelaksanaan pengawasan profesi penunjang di bidang pasar modal, khususnya

notaris.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 31: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

17  Universitas  Indonesia  

BAB 2 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN

DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011

TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

2.1 PASAR MODAL INDONESIA

2.1.1 Definisi Pasar Modal

Sebelum memasuki uraian mengenai pasar modal, ada baiknya untuk

mengetahui lebih dahulu posisi pasar modal dalam struktur pasar keuangan

(financial market). Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Pasar keuangan ini meliputi kegiatan : 1) Pasar Uang (Money Market); 2) Pasar Modal (Capital Market); dan 3) Lembaga Pembiayaan Lainnya, seperti

Sewa Beli (Leasing), Anjak Piutang (Factoring), dan Modal Ventura (Venture Capital). Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari

pasar keuangan.25

Pengertian pasar modal, sebagaimana pasar konvensional pada umumnya,

merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi pasar modal

berbeda dengan pasar konvensional. Dalam pasar konvensional yang

diperjualbelikan adalah suatu barang atau jasa, sedangkan dalam pasar modal

yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal mempertemukan

pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund).

Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia

usaha, serta memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana secara optimal. Pasar

modal juga menyediakan sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi, sekaligus

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut dalam kepemilikan

perusahaan yang sehat.26

                                                                                                                      25 Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. keempat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) , hlm 13.

26 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal , cet. pertama, (Jakarta: Visimedia, Desember, 2010), hlm 13.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 32: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

18  Universitas  Indonesia  

Pasal 1 Angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan

batasan mengenai pengertian pasar modal sebagai berikut : Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Efek merupakan instrumen atau obyek yang diperjualbelikan di pasar

modal. Efek disebut juga sebagai surat berharga. Pada dasarnya efek dalam pasar

modal dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu : 27

1) Efek yang Bersifat Penyertaan

Efek yang bersifat penyertaan (equity instruments) adalah suatu surat berharga

yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Surat berharga atau efek

jenis ini dikenal sebagai saham.

2) Efek yang Bersifat Utang

Efek yang bersifat utang adalah suatu surat berharga dimana penerbitnya

(issuer) mengeluarkan atau menjual surat utang dengan kewajiban membayar

kembali nantinya sesuai dengan kesepakatan diantara para pihak. Penerbit

memberikan bunga atau kupon sesuai dengan kesepakatan awal. Surat

berharga atau efek jenis ini dikenal sebagai obligasi.

Selain itu terdapat juga efek yang sebenarnya bersifat utang, namun kemudian

pada saat yang telah ditentukan dapat ditukar atau dikonversi sebagai efek

penyertaan. Surat berharga atau efek jenis ini dikenal sebagai obligasi

konversi.

3) Efek Lainnya

Instrumen lainnya ini dapat berupa turunan dari bentuk surat berharga

(derivatif efek), seperti :

                                                                                                                      27 Ridwan Khairandy, Hukum Pasar Modal I, cet. pertama, (Yogyakarta: FH UII Press, 2011), hlm 21-22.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 33: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

19  Universitas  Indonesia  

a. Warrant (Waran) 28

Waran adalah suatu opsi untuk membeli sejumlah instrumen keuangan

(saham) pada waktu tertentu dengan harga tertentu. Pada dasarnya warrant ini adalah sama dengan option, yaitu hak untuk membeli sejumlah saham,

namun warrant ini dikeluarkan oleh pihak issuer atau perusahaan yang

menerbitkan efek.

b. Right 29

Right adalah penerbitan surat hak kepada pemegang saham lama untuk

membeli saham baru yang hendak diterbitkan. Dengan right ini pemegang

saham lama berhak untuk didahulukan membeli sejumlah saham secara

proposional pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Penawaran

right dilakukan melalui mekanisme right issue, yaitu kegiatan penawaran

umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan

hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

c. Option (Opsi) 30

Option adalah hak pilihan untuk membeli (call option) atau menjual (put option) efek pada harga tertentu dan pada waktu tertentu yang telah

ditetapkan semula dalam perjanjian. Option diterbitkan oleh pihak ketiga.

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia

Di Indonesia kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-

19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak tahun

1880. Pada saat itu bursa belum dikenal, oleh karena itu catatan tentang transaksi

tersebut tidak lengkap.31

Pada tanggal 14 Desember 1912 didirikan bursa efek di Batavia. Di tingkat

Asia, bursa Batavia ini merupakan keempat yang tertua setelah Bombay (1830),                                                                                                                       28 Nasarudin, op.cit., hlm 204.

29 Hariyani, op.cit., hlm 231-233.

30 Ibid, hlm 217.

31 Jasso Winarto, Ed., Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, cet. pertama, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm 4.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 34: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

20  Universitas  Indonesia  

Hongking (1817), dan Tokyo (1878). Bursa efek di Batavia didirikan dalam

rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang

tumbuh sangat pesat di Indonesia. Dan dalam waktu singkat, bursa Batavia

tersebut tumbuh sebagai bursa internasional yang sangat menguntungkan. Efek

yang diperjualbelikan terdiri dari saham dan obligasi perusahaan-perusahaan

Belanda yang saat itu beroperasi di Indonesia.32

Karena bursa efek di Jakarta berkembang dengan baik, pada tanggal 11

Januari 1925 dibuka pula bursa efek di Surabaya yang ditandai dengan

didirikannya Vereeniging voor de Effectenhandel te Soerabaja. Kemudian pada

tanggal 1 Agustus 1925 dibuka bursa efek di Semarang.33 Sekedar catatan, di

masa itu investor pribumi yang bertransaksi di bursa efek bisa dihitung dengan

jari tangan saja, sebab hanya sedikit pribumi yang memiliki uang berlebih,

sehingga kebanyakan investor adalah orang Belanda, Cina, dan Arab.34

Perkembangan pasar modal di Indonesia yang menggembirakan tersebut

terhenti karena pecahnya Perang Dunia II. Saham-saham orang Belanda direbut

oleh Jerman. Dan tentu saja pasar modal Indonesia yang amat bergantung pada

eksistensi Belanda ikut terpengaruh. Bursa efek di Indonesia secara resmi ditutup

pada tanggal 10 Mei 1940, tepat pada saat Jerman menduduki Belanda.35

Penutupan bursa tersebut sangat mengganggu likuiditas efek. Pemegang

saham gelisah. Setelah melalui berbagai pertemuan, para direktur Economische

Zaken, Handelsvereeniging, dan Javasche Bank sepakat untuk membuka kembali

bursa efek di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1940. Dengan alasan bahwa

pecahnya Perang Dunia II tidak membuat bursa efek di Paris ditutup, sementara

bursa efek di London hanya tutup beberapa hari. Namun, bursa efek Jakarta yang

baru dibuka kembali tersebut akhirnya harus ditutup kembali saat Jepang masuk

ke Indonesia.36

                                                                                                                      32 Ibid, hlm 5.

33 Ibid, hlm 8.

34 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, cet. pertama, (Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000), hlm 4.

35 Winarto, Ed,. op.cit., hlm 10.

36 Ibid, hlm 10.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 35: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

21  Universitas  Indonesia  

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan

kemerdekaan. Saat itu pemerintah Indonesia jelas membutuhkan modal

pembangunan yang besar. Pemerintah memerlukan sumber pembiayaan bagi

pembangunan. Dan pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkanlah UU Darurat

No. 13 tentang Bursa yang kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 Tahun

1952. Berdasarkan hal tersebut, pada tanggal 3 Juni 1952, menteri keuangan

Soemitro Djojohadikusumo meresmikan kembali bursa efek Jakarta.37 Namun

sayangnya pada saat itu sama sekali tidak ada aktivitas jual beli saham.

Kevakuman tersebut terus berlangsung hingga pemerintahan orde lama

jatuh dan beralih ke rezim pemerintahan orde baru. Pada mulanya pemerintahan

orba meski sangat membutuhkan dana pembangunan tapi belum berpikir untuk

menghidupkan kembali pasar modal. Barulah pada tanggal 10 Agustus 1977

presiden Soeharto menghidupkan kembali aktivitas pasar modal Indonesia.38

Pada saat pasar modal dihidupkan kembali, dibentuklah BAPEPAM yang

merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal. Pada mulanya, selain

bertindak sebagai penyelenggara, BAPEPAM sekaligus merupakan pembina dan

pengawas. Namun akhirnya dualisme pada diri BAPEPAM ini ditiadakan pada

tahun 1990 dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1990 tentang

Pasar Modal dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990

tentang Pasar Modal. Keluarnya peraturan-peraturan tersebut menandai era baru

bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Sehingga BAPEPAM, yang kini

merupakan singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal, hanya memfokuskan

diri pada fungsi pengawasan dan pembinaan pasar modal.39

Sejak diaktifkannya kembali kegiatan di pasar modal, sebenarnya pasar

modal berjalan di atas pondasi yang lemah. Hingga akhir tahun 1995 seluruh

aspek hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan pasar modal masih

bersandar pada peraturan kuno. Padahal pada awal tahun 1990-an kegiatan di

pasar modal sudah cukup ramai dan pada saat yang bersamaan pasar modal

                                                                                                                      37 Ibid, hlm 12.

38 Suta, op.cit., hlm 6.

39 Ibid, hlm 10.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 36: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

22  Universitas  Indonesia  

Indonesia juga dituntut untuk bisa bersaing dengan pasar modal lainnya di

kawasan Asia Tenggara.

Berkaitan dengan hal tersebut maka perangkat hukum yang telah ada perlu

untuk dilakukan penyempurnaan, sebab perkembangan dan kemajuan pasar modal

sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama

investor.

Sejalan dengan semakin diakuinya peran strategis pasar modal, pada

tanggal 10 November 1995 oleh presiden disahkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal yang berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 1996.

Pemberlakuan peraturan ini bisa dikatakan sebagai momentum penting dalam

perjalanan pasar modal Indonesia untuk menuju pasar modal yang bisa bersaing di

dunia.40

2.1.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang BAPEPAM

Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia

usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan

strategis untuk menunjang pembangunan nasional, maka kegiatan pasar modal

perlu mendapat pengawasan agar dapat berjalan secara teratur, wajar, efisien dan

melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, oleh karena itu BAPEPAM diberi

kewenangan yang luar biasa. Kewenangan BAPEPAM dikatakan luar biasa

karena meliputi kewenangan untuk membuat peraturan, melakukan pemeriksaan

dan penyidikan, menjatuhkan sanksi administratif dan denda.

Sesuai dengan amanat dalam Pasal 3 UU No. 8 Tahun 1995, BAPEPAM

memiliki tugas yang berfungsi untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap

pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Pembinaan, pengaturan, dan

pengawasan tersebut bertujuan mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur,

                                                                                                                      40 Ibid, hlm 60.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 37: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

23  Universitas  Indonesia  

wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.41

Fungsi-fungsi BAPEPAM tersebut adalah fungsi-fungsi yang juga dimiliki oleh

otoritas pasar modal di negara-negara lain di dunia sesuai dengan standar dan

prinsip hukum pasar modal secara global.42

Menurut Pasal 5 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, secara garis

besar wewenang yang dimiliki oleh BAPEPAM adalah sebagai berikut :

1. Wewenang mengeluarkan izin usaha untuk bursa efek dan lembaga-lembaga

penunjang;

2. Wewenang mengeluarkan izin perorangan untuk wakil penjamin emisi efek,

wakil perantara pedagang efek, dan wakil manajer investasi;

3. Wewenang menyetujui pendirian bank kustodian;

4. Wewenang mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal dan wali

amanat;

5. Wewenang menyetujui pencalonan atas pemberhentian komisaris, direktur

serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjamin,

lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dipilihnya komisaris dan

direktur baru;

6. Wewenang memeriksa dan menyelidik setiap pihak jika terjadi pelanggaran

terhadap peraturan di bidang pasar modal;

7. Wewenang membekukan atau membatalkan pencatatan atas efek tertentu;

8. Wewenang menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu;

9. Wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek dalam keadaan

darurat;

10. Wewenang bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang dikenakan

sanksi oleh bursa efek maupun lembaga kliring dan penjamin.

                                                                                                                      41 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1998, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 4.

42 Nasarudin, op.cit., hlm 116.

 

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 38: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

24  Universitas  Indonesia  

2.1.4 Pelaku Pasar Modal

Sebagaimana yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1.1, bahwa

karakteristik pasar modal berbeda dengan pasar konvensional pada umumnya.

Pada pasar konvensional pihak yang terlibat hanya pembeli dan penjual saja,

sedangkan dalam pasar modal selain penjual dan pembeli juga melibatkan pelaku-

pelaku lainnya.

Terdapat hubungan mutualisme antara para pelaku dan industri pasar

modal. Tanpa peran positif dari para pelaku pasar modal, maka industri pasar

modal tidak dapat berkembang. Demikan pula sebaliknya, jika industri pasar

modal tidak berkembang dengan baik, maka para pelaku dalam pasar modal juga

tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik. Berikut adalah para

pelaku dalam industri pasar modal tersebut :

1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

BAPEPAM adalah lembaga otoritas tertinggi di industri pasar modal yang

mempunyai tugas melakukan pengaturan, pengawasan dan pembinaan

terhadap seluruh kegiatan maupun pelaku di pasar modal. BAPEPAM berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

2. Bursa Efek

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem

dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dengan

tujuan memperdagangkan efek.

Sejak tahun 2007, bursa efek Surabaya (BES) bergabung ke bursa efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Perusahaan Efek

Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai

penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi.

Peusahaan efek dapat menjalankan salah satu, dua atau ketiga kegiatan usaha

tersebut.43 Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, perusahaan efek harus

memiliki orang perorangan yang telah memperoleh izin dari BAPEPAM

                                                                                                                      43 Darmadji, op.cit., hlm 19.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 39: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

25  Universitas  Indonesia  

sebagai wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, dan wakil

manajer investasi.44

4. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga Kliring dan Penjaminan (selanjutnya disebut LKP) adalah pihak

yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi

bursa. Saat ini LKP diselenggarakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek

Indonesia (KPEI).

5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (selanjutnya disebut LPP) adalah

pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,

perusahaan efek, dan pihak lain. Saat ini LPP diselenggarakan oleh PT

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

6. Emiten dan Perusahaan Publik

Emiten adalah pihak yang melakukan kegiatan penawaran umum. Sedangkan,

perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-

kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor

sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).

Istilah emiten mengacu kepada kegiatan yang dilakukan perusahaan yang

menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat investor melalui penawaran

umum (pasar perdana). Saham yang telah dijual kepada investor akan

diperjualbelikan kembali melalui bursa efek (pasar sekunder). Sehingga

saham tersebut akan dicatatkan dalam bursa. Sedangkan perusahaan publik

belum tentu mencatatkan atau memperjualbelikan sahamnya melalui bursa

efek.45

7. Reksadana

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek

oleh manajer investasi.

                                                                                                                      44 Suta, op.cit., hlm 192-193.

45 Darmadji, op.cit. hlm 39-40.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 40: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

26  Universitas  Indonesia  

8. Investor

Investor atau masyarakat pemodal adalah orang atau badan hukum yang

menginvestasikan dananya dengan tujuan untuk memperoleh keuangan. Pada

dasarnya investor adalah pihak yang memiliki kelebihan dana. Investor yang

terlibat dalam pasar modal di Indonesia adalah investor domestik dan investor

asing.

9. Lembaga Penunjang Pasar Modal

a. Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek (selanjutnya disebut BAE) adalah pihak yang

berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan

efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Yang dapat

menyelenggarakan BAE adalah perseroan yang telah memperoleh izin dari

BAPEPAM.

b. Kustodian

Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta

lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima

dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan

mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Yang dapat

menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah KSEI,

perusahaan efek, atau bank umum yang telah mendapatkan persetujuan

dari BAPEPAM.

c. Wali Amanat

Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek

yang bersifat utang. Tugas wali amanat adalah mewakili dan melindungi

kepentingan investor, dengan demikian berarti wali amanat berada pada

posisi investor.

d. Pemeringkat Efek

Tugas lembaga pemeringkat adalah menentukan peringkat suatu efek

dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan

gambaran mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang dinilai

berkaitan dengan default risk (risiko gagal bayar). Peringkat efek yang

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 41: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

27  Universitas  Indonesia  

dikeluarkan oleh pemeringkat efek menjadi informasi penting, karena

menjadi salah satu alasan keputusan investo untuk melakukan

pembelian efek bersifat utang.46

10. Profesi Penunjang Pasar Modal

a. Akuntan

Akuntan berperan dalam kegiatan pasar modal untuk mengungkapkan

informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai

kewajiban atas data yang disajikan dalam laporan keuangan. Laporan yang

disampaikan kepada BAPEPAM wajib disusun berdasarkan prinsip

akuntansi yang berlaku umum.47

b. Penilai

Penilai berperan dalam kegiatan pasar modal dalam menentukan nilai

wajar dari harta milik perusahaan (aktiva), seperti nilai kekayaan tetap

(fixed assets), serta berapa nilai pertambahan atau nilai penyusutan

dari harta tersebut dalam jangka waktu tertentu harus dilakukan

secermat mungkin sesuai dengan standar penilaian yang berlaku

dan prosedur atau tata cara yang diakui oleh profesi penilai.48

c. Konsultan Hukum

Konsultan hukum adalah pihak independen yang dipercaya karena

keahlian dan integritasnya untuk memberikan pendapat hukum (legal opinion) mengenai emisi dan emiten atau pihak lain yang terkait

dengan kegiatan pasar modal. Tanggung jawab konsultan hukum

pasar modal adalah sebatas pada nilai kebenaran atas dokumen-

dokumen yang dimiliki perusahaan dari segi hukum yang berlaku.49

d. Notaris

Notaris berperan dalam kegiatan pasar modal terutama dalam pembuatan

akta-akta otentik yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal.

                                                                                                                      46 Nasarudin, op.cit. hlm 176.

47 Ibid, hlm 90.

48 Ibid, hlm 94.

49 Ibid, hlm 91.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 42: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

28  Universitas  Indonesia  

Uraian mengenai notaris yang berkegiatan di pasar modal akan diuraikan

dalam pembahasan tersendiri pada Sub Bab selanjutnya.

2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Profesi Penunjang Pasar

Modal

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik

sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris.

Pasal 15 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris memberikan

rincian lebih lanjut mengenai kewenangan notaris, sebagai berikut :

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai seluruh perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik.

Keberadaan notaris dalam industri pasar modal diatur dalam Pasal 64 UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dan sebagai salah satu pelaku di pasar

modal, profesi penunjang pasar modal turut berperan sekaligus bertanggung jawab

dalam mengembangkan industri pasar modal.

Dalam penawaran umum saham, notaris berperan dalam membuat akta

perubahan anggaran dasar emiten dan apabila diinginkan oleh para pihak, notaris

juga berperan dalam pembuatan perjanjian penjamin emisi efek. Sedangkan dalam

penawaran umum obligasi, notaris berperan dalam pembuatan perjanjian

perwaliamanatan dan perjanjian penanggungan.50

Di samping itu peranan notaris di pasar modal juga diperlukan, terutama dalam

penyusunan anggaran dasar para pelaku pasar modal seperti emiten, perusahaan publik,

perusahaan efek, dan reksadana.51

                                                                                                                      50 Suta, op.cit., hlm 206.

51 Ibid.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 43: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

29  Universitas  Indonesia  

Mengingat pentingnya peran notaris serta kompleksitas peraturan di pasar

modal, maka notaris harus mengikuti dan memahami perkembangan peraturan di

bidang pasar modal.

Dan juga sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 16 Ayat 1 UU No.

30 Tahun 2004 jo. Pasal 4 Kode Etik Notaris, bahwa notaris juga wajib

menjalankan tugas pekerjaannya secara jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak,

penuh rasa tanggung jawab, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam

perbuatan hukum.

Indepedensi dan ketidakberpihakan dari seorang notaris merupakan hal yang

tidak dapat ditawar-tawar lagi dan merupakan dasar bagi notaris dalam melakukan

kegiatannya. Notaris harus menyadari bahwa dirinya melaksanakan sebagian dari

tugas negara. Dalam melakukan kegiatan di bidang pasar modal, notaris dituntut untuk

tidak mudah dikendalikan oleh emiten atau pihak lainnya. Walaupun pada

kenyataannya yang menunjuk dan membayar jasa yang diberikan oleh notaris adalah

emiten tersebut.

Pentingnya peran notaris dalam kegiatan di bidang pasar modal menimbulkan

pula tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh notaris dalam melakukan pekerjaannya

terkait pembuatan akta-akta dalam transaksi pasar modal.

Pada prinsipnya notaris dapat membuat 2 (dua) jenis akta, yaitu akta

relaas (akta pejabat) dan akta partij (akta para pihak). Akta relaas adalah akta

yang dibuat sesuai dengan uraian dari keadaan yang dilihat dan disaksikan serta

dialami oleh notaris sendiri sebagai pejabat umum. Sedangkan, yang dimaksud

akta partij adalah akta yang memuat suatu keterangan/cerita yang dikehendaki

oleh pihak lain kepada notaris, dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja

datang di hadapan notaris.52

Dalam kegiatan di bidang pasar modal, akta relaas yang biasa dibuat oleh

notaris adalah berupa berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya

disebut RUPS). Sedangkan, jenis-jenis akta partij yang biasa dibuat oleh notaris

yang berkegiatan di bidang pasar modal, antara lain :

                                                                                                                      52 Tobing, op.cit., hlm 51.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 44: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

30  Universitas  Indonesia  

1. Perjanjian Penjaminan Emisi

2. Perjanjian Pengelolaan Administrasi Saham

3. Pernyataan Penerbitan Waran

4. Perjanjian Pengelolaan Administrasi Waran

5. Perjanjian Penjaminan Emisi Obligasi

6. Perjanjian Perwaliamanatan

Ketika notaris sebagai profesi penunjang pasar modal diminta untuk

membuat akta relaas yaitu berupa berita acara RUPS, notaris bertanggung jawab

terhadap hal-hal sebagai berikut : 53

1. Memastikan tempat penyelenggaraan RUPS berada di wilayah kerja dimana

notaris mempunyai kewenangan.

2. Memeriksa untuk memastikan bahwa pengumuman dan pemanggilan RUPS

telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan/atau anggaran dasar perseroan.

3. Memeriksa agenda rapat untuk menentukan kuorum kehadiran dan kuorum

pengambilan keputusan yang diperlukan menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan/atau anggaran dasar perseroan.

4. Memeriksa daftar pemegang saham (selanjutnya disebut DPS) untuk

memastikan bahwa pemegang saham yang namanya tercatat dalam DPS pada

1 (satu) hari sebelum tanggal pemanggilan RUPS adalah pemegang saham

yang berhak hadir dalam RUPS.

5. Dalam hal ada pemegang saham yang hadir dengan memberikan kuasa, maka

wajib memeriksa untuk memastikan bahwa si pemberi kuasa adalah pemegang

saham yang berhak hadir dalam RUPS dan si penerima kuasa adalah yang

berhak mewakili berdasarkan apa yang tertulis dalam surat kuasa, sekaligus

wajib memeriksa keabsahan dari surat kuasa tersebut sesuai peraturan

perundang-undangan dan/atau anggaran dasar perseroan.

                                                                                                                      53 Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Rangka Perlindungan Investor (Analisis: Sengketa Hukum Pihak Ketiga Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Oleh PT Jasa Marga) -96.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 45: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

31  Universitas  Indonesia  

6. Memeriksa identitas para pihak dalam RUPS untuk memastikan bahwa

kehadirannya memenuhi kualitas, kewenangan serta keabsahan sebagaimana

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan.

7. Memeriksa kuorum kehadiran untuk memastikan bahwa kuorum kehadiran

memenuhi syarat sahnya RUPS sesuai dengan agenda yang akan dibicarakan

dalam rapat sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar

perseroan.

8. Memeriksa kuorum pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa

keabsahan pengambilan keputusan RUPS dapat dijalankan sesuai peraturan

perundang-undangan dan atau anggaran dasar perseroan.

9. Memastikan bahwa pihak-pihak yang mengajukan pertanyaan, tanggapan,

keberatan mengenai yang dibicarakan dalam agenda rapat adalah pihak yang

memiliki saham atau wakilnya yang memiliki hak suara yang sah, sekaligus

memastikan bahwa pertanyaan, tanggapan, keberatan yang diajukan sesuai

dengan hal-hal yang dibicarakan sesuai agenda rapat.

10. Dalam hal notaris membuat akta berita acara RUPS dengan agenda perubahan

anggaran dasar status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka, maka

wajib memastikan bahwa perubahan anggaran dasar tersebut telah sesuai

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan BAPEPAM Nomor

IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan

Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas Dan Perusahaan Publik.

Notaris sebagai pejabat umum juga dapat dibebankan tanggung jawab atas

akta yang dibuatnya. Tanggung jawab yang dapat dibebankan kepada notaris atas

akta yang dibuatnya merupakan tanggung jawab sehubungan dengan pemenuhan

aspek formal dan aspek materil dari akta otentik.

Aspek formal pada akta otentik yaitu untuk membuktikan kebenaran dan

kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap, dan para

pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak/penghadap, saksi dan

notaris. Khusus untuk akta relaas, aspek formal untuk membuktikan kebenaran

terhadap apa yang dilihat, disaksikan, dan didengar oleh notaris. Sedangkan dalam

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 46: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

32  Universitas  Indonesia  

akta partij, aspek formal untuk membuktikan kebenaran dalam mencatatkan

keterangan/pernyataan para pihak/penghadap.54

Begitu pun dengan aspek materil suatu akta, bahwa apa yang disebut

dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap para pihak/penghadap.

Seluruh pernyataan/keterangan yang disampaikan oleh para pihak/penghadap

yang kemudian dituangkan dalam akta notaris akan selalu dianggap benar telah

berkata demikian. Notaris tidak bertanggung jawab terhadap hal semacam itu.55

Jika aspek formal dan materil dipermasalahkan oleh pihak lain, maka

pihak yang merasa dirugikan tersebut harus melakukan pembuktian terbalik untuk

menyangkal kebenaran aspek formal dan materil dari akta notaris tersebut. Pihak

yang merasa dirugikan harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal,

bulan, tahun, dan pukul (waktu) menghadap, serta membuktikan ketidakbenaran

mereka yang menghadap atau membuktikan bahwa notaris tidak menerangkan

atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta sesuai dengan pernyataan atau

keterangan para penghadap pada saat pembuatan akta.56

Jika pihak yang merasa dirugikan tidak mampu membuktikan

ketidakbenaran dari aspek formal dan materil akta notaris, maka akta yang dibuat

oleh notaris tersebut tetap berkekuatan sebagai akta otentik, dan masih berlaku

terhadap para pihak/penghadap. Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya,

pihak yang merasa dirugikan mampu membuktikan ketidakbenaran dari aspek

formal dan materil akta notaris, maka akta yang dibuat oleh notaris tersebut hanya

akan mempunyai kekuatan pembuktian sebagaimana akta di bawah tangan.57

2.2 OJK SEBAGAI PENGGANTI DARI BAPEPAM

2.2.1 Pembentukan OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa Keuangan di

Indonesia

                                                                                                                      54 Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris, cet. kedua, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2009), hlm 72-74.

55 Ibid. 56 Ibid.   57 Ibid.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 47: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

33  Universitas  Indonesia  

Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di

bidang teknologi informasi telah menciptakan sistem keuangan yang sangat

komplek serta saling terkait antar sub sektor keuangan, baik dalam hal produk,

maupun kelembagaan. Terpisahnya otoritas pengawasan di beberapa institusi

berpotensi menimbulkan celah atau inkonsentrasi dalam pengawasan. Kasus Bank

Century yang baru-baru ini menjadi topik hangat di segala media, baik cetak

maupun elektronik, menunjukkan kelihaian oknum pemilik dan pengelola bank

tersebut memanfaatkan celah pengawasan yang ada.58

Pada tanggal 22 November 2011 disahkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang

OJK. Kehadiran undang-undang tersebut selain karena adanya amanat dalam

Pasal 34 Ayat 2 UU No. 3 Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal

34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI, namun juga merupakan jawaban

atas pertanyaan dalam mengatasi permasalahan pengawasan jasa industri

keuangan di Indonesia. Selama ini, akibat terpencarnya otoritas pengawasan di

beberapa institusi tersebut, menyebabkan terlambatnya pertukaran informasi antar

lembaga yang terkait. Dan dengan terpusatnya pengawasan di satu atap,

diharapkan OJK dapat menutup celah-celah dalam pengawasan tersebut.59

UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK inilah yang kemudian menjadi dasar

hukum dibentuknya OJK sebagai lembaga tertinggi pengawasan industri jasa

keuangan di Indonesia. OJK dibentuk agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di

dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan,

akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang timbul secara

berkelanjutan serta mampu melindungi kepentingan masyarakat/konsumen.

Ketentuan Peralihan Pasal 55 Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

menyebutkan bahwa pada tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan

wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar

modal beralih dari BAPEPAM ke OJK. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 66

Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK disebutkan bahwa sejak undang-

undang tersebut diundangkan sampai dengan beralihnya fungsi, tugas, dan                                                                                                                       58 MS Tumanggor, Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan: Pasar Uang, Pasar Modal, Dan Penanaman Modal, cet. pertama, (Jakarta: Penerbit F Media, 2012), hlm 2.

59 Ibid, hlm 7-9.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 48: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

34  Universitas  Indonesia  

wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka fungsi, tugas, dan

wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar

modal tetap dilaksanakan oleh BAPEPAM.

Menurut Bapak Mufli Asmawidjaja60, selaku Kepala Bagian Profesi

Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia Rancangan

Undang-Undang OJK, diketahui bahwa konsep lembaga OJK yang bakal diusung

Indonesia akan lebih dekat dengan model yang diterapkan pemerintah Korea

Selatan. Pemilihan konsep OJK yang mengacu pada Korea Selatan tersebut

merupakan hasil dari studi banding anggota DPR ke Inggris, Jerman, Jepang dan

Korea Selatan. Di Korea Selatan, otoritas sektor keuangan dibawah kendali

Financial Supervisory Services (selanjutnya disebut FSS) yang bertugas sebagai

pengawas lembaga perbankan dan non bank, pasar modal, serta asuransi.

Seiring sejalan dengan pendapat Nusron Wahid, mantan Ketua Panitia

Khusus RUU OJK, bahwa pilihan konsep OJK yang mengacu kepada Korea

Selatan lebih disebabkan kepada kesamaan praktik regulasi dan pengawasan

sektor keuangan sebelum adanya OJK. Di Korea Selatan pengawasan perbankan

pada awalnya juga berada di bank sentral, sedangkan non bank berada di

pemerintah. Kemiripan karakteristik inilah yang menjadikan pilihan mengapa

konsep OJK yang nantinya akan diterapkan di Indonesia mengacu kepada konsep

OJK di Korea Selatan.61

Jika diamati secara cermat, ada suatu hal yang menarik terhadap peralihan

fungsi, tugas, dan kewenangan BAPEPAM ke OJK, yaitu hilangnya fungsi

pembinaan pada pasar modal.

Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa fungsi pembinaan pada pasar

modal ini tidak ikut diperalihkan bersamaan dengan beralihnya fungsi pengaturan

dan pengawasan ke OJK ?

                                                                                                                      60 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.

61 http://www.investorpialang.com/read-news-9-28-1650-the-korean-invasion--2-.investor.pialang, diunduh pada tanggal 20 November 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 49: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

35  Universitas  Indonesia  

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja

tersebut diketahui bahwa tidak disebutkannya secara eksplisit mengenai

keberadaan fungsi pembinaan di bidang pasar modal dalam UU No. 21 Tahun

2011 tentang OJK bukan berarti bahwa fungsi pembinaan tersebut benar-benar

dihilangkan dan dihapus dari pasar modal.

Fungsi pembinaan tersebut tidak secara eksplisit dituliskan dalam UU No.

21 Tahun 2011 tentang OJK karena pada asasnya OJK itu sendiri berfokus pada

pengaturan dan pengawasan jasa keuangan. Pembinaan terhadap para pelaku di

pasar modal tidak mungkin dihilangkan dan akan tetap dilakukan, karena

sesungguhnya fungsi pembinaan tersebut adalah bola besar dimana didalamnya

terdapat fungsi pengaturan dan pengawasan. Dengan demikian, pengaturan dan

pengawasan tersebut nantinya dilaksanakan guna melakukan pembinaan terhadap

kegiatan dan pelaku di pasar modal.62

                                                                                                                      62 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.

Pasal 3 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal

Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan

Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang

selanjutnya disebut BAPEPAM.  

Pasal 55 Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor

Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan ke OJK.  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 50: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

36  Universitas  Indonesia  

2.2.2 Tujuan dan Asas-asas Pembentukan OJK

OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di

dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan

sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing

nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain,

meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di

sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.63

OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik,

yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan

kewajaran (fairness).64

OJK melaksanakan tugas dan wewenangnya berlandaskan asas-asas

sebagai berikut : 65

1. Asas Independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Asas Kepastian Hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan OJK.

3. Asas Kepentingan Umum, yakni asas yang membela dan melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.

4. Asas Keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak

                                                                                                                      63 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, UU No. 21 Tahun 2011, LN No. 111 Tahun 2011, TLN No. 5223, Penjelasan Umum.

64 Ibid. 65 Ibid.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 51: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

37  Universitas  Indonesia  

asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia

sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Asas Profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam

pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Asas Integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam

setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK.

7. Asas Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik.

2.2.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang OJK

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.66

Tugas-tugas yang dimiliki oleh OJK adalah untuk melaksanakan pengaturan dan

pengawasan terhadap : 67

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal;

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, secara garis besar OJK memiliki

wewenang sebagai berikut : 68

a. Menetapkan peraturan pelaksana;

b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.

                                                                                                                      66 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 5.

67 Ibid, Pasal 6.

68 Ibid, Pasal 8.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 52: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

38  Universitas  Indonesia  

Sedangkan untuk melaksanakan tugas pengawasan, secara garis besar OJK

memiliki wewenang sebagai berikut : 69

a. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,

dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau

penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

b. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

c. Memberikan dan/atau mencabut izin usaha, izin orang perseorangan,

efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar dan persetujuan

melakukan kegiatan usaha, sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2.2.4 Pungutan oleh OJK Terhadap Notaris yang Melakukan Kegiatan di

Bidang Pasar Modal

Pasal 34 Ayat 2 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK mengatur sebagai

berikut : nggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan70.

Pungutan yang dibebankan kepada seluruh pihak yang melakukan kegiatan

di sektor jasa keuangan tersebut bersifat wajib. Pada penjelasan Pasal 34 Ayat 2

UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK diketahui bahwa yang dimaksud dengan

pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan yaitu adalah lembaga jasa

keuangan dan/atau orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan

kegiatan di sektor jasa keuangan. Dengan demikian, notaris sebagai profesi

penunjang pasar modal juga termasuk sebagai pihak yang melakukan kegiatan di

sektor jasa keuangan yang nantinya akan dikenakan pungutan wajib tersebut.                                                                                                                       69 Ibid, Pasal 9.

70 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.

 

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 53: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

39  Universitas  Indonesia  

Latar belakang diadakannya pungutan oleh OJK, selain karena amanat dari

undang-undang, adalah sebagai berikut : 71

1. Sebagai alat penegakan hukum dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan

ketertiban pasar di sektor jasa keuangan.

2. Mewujudkan pembiayaan kegiatan OJK yang sewajarnya mandiri dengan

bersumber dari pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa

keuangan.

3. Mengurangi beban APBN.

Jenis pungutan oleh OJK tersebut akan terbagi menjadi 6 (enam) jenis

pungutan, yaitu : 72

1. Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian.

2. Biaya pendaftaran dan persetujuan produk.

3. Biaya penelaahan dokumen aksi korporasi emiten atau perusahaan publik dan

biaya penelaahan dokumen aksi pengendali baru emiten atau perusahaan

publik.

4. Biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, dan pengesahan lembaga.

5. Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseroangan.

6. Biaya penyediaan data dan informasi tertulis yang diberikan atas permintaan

tertulis dari pihak eksternal OJK.

Khusus untuk notaris sebagai profesi penunjang pasar modal nantinya

akan dikenakan pungutan sebagai berikut :

1) Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian sebesar Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

2) Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseorangan sebesar Rp 5.000.000,-

(lima juta rupiah).

Pungutan tersebut nantinya wajib disetor langsung ke rekening OJK. Pihak

yang tidak melakukan atau terlambat melakukan pembayaran pungutan akan

dikenakan sanksi denda berupa bunga sebesar 2% (dua per seratus) per bulan dari

                                                                                                                      71 Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK, tentang Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK, Jakarta, 22 November, 2012).

72 Ibid.  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 54: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

40  Universitas  Indonesia  

jumlah pungutan yang wajib dibayar, paling banyak 24 (dua puluh empat) bulan.

Selain sanksi denda tersebut, terdapat juga sanksi administrasi seperti peringatan

tertulis, pembatalan pendaftaran, pembekuan kegiatan usaha, atau pencabutan izin

usaha.

Pasal 37 Ayat 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK mengatur bahwa

ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan oleh OJK kepada pihak yang

melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan akan diatur dengan peraturan

pemerintah. Hingga saat penulis menyusun tesis ini, proses penyusunan Rencana

Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pungutan Oleh OJK masih dalam tahap

sosialisasi.

Selama ini, notaris yang melakukan kegiatan di pasar modal tidak

dikenakan pungutan apapun oleh BAPEPAM. Namun nantinya ketika fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal beralih

ke OJK, maka tentunya notaris wajib untuk membayarkan pungutan sebagaimana

yang sudah diuraikan di atas.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Untari, selaku Bagian

Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, setelah beralihnya fungsi,

tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal kepada

OJK, maka diwajibkan bagi para notaris, yang masih ingin dapat melakukan

kegiatan di pasar modal, untuk melakukan registrasi ulang kepada OJK, sekaligus

membayarkan biaya pendaftaran, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas,

sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).73

2.3 KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DI BIDANG PASAR MODAL

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan

oleh pelaku pasar modal dalam kegiatan di pasar modal. Pemerintah Indonesia,

melalui BAPEPAM, berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah tindak

kejahatan di pasar modal Indonesia dengan berbagai cara, antara lain menertibkan

                                                                                                                      73 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 1 November 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 55: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

41  Universitas  Indonesia  

dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, serta menuntaskan

kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif.

Tugas yang diemban oleh BAPEPAM tidak ringan, oleh karena itu

BAPEPAM diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan,

sampai dengan meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas dugaan terjadinya

tindak kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, BAPEPAM mempunyai kewenangan

untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan, sampai dengan pemberian sanksi

administratif.74

Terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal adalah karena

beberapa alasan, seperti kesalahan pelaku pasar modal, kelemahan aparat yang

mencakup integritas dan profesionalisme, dan juga karena kelemahan peraturan

yang ada.75

Adapun yang berpotensi melakukan pelanggaran adalah emiten atau

perusahaan publik dan pihak-pihak yang mempunyai posisi strategis di dalam

perusahan seperti direksi, komisaris, maupun pemegang saham utama.76 Pihak

lain yang berpotensi melakukan pelanggaran adalah para profesional di bidang

pasar modal, seperti penasihat investasi, manajer investasi, akuntan, konsultan

hukum, penilai, dan notaris.77

                                                                                                                      74 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 100 jo. Pasal 102 dan Pasal 101.

75 Nasarudin, op.cit., hlm 258.

76 Ibid, hlm 273.

77 Salah satu pelanggaran oleh profesional di bidang pasar modal yaitu, pada tanggal 21 April 2008, BAPEPAM mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap kasus PT Wahanaartha Harsaka, Tbk dalam press release yang dipublikasi pada laman website : http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/kasus-wahanaartha-harsaka.pdf. Berdasarkan press release tersebut diketahui bahwa Teddy Ardhika Wardhana, selaku konsultan hukum dikenakan sanksi berupa pembekuan kegiatan usaha, selama 6 (enam) bulan. Pelanggaran yang dilakukan oleh Teddy Ardhika Wardhana, selaku konsultan pasar modal, adalah memberikan pendapat hukum (legal opinion) terhadap Kesepakatan Bersama dalam rangka membatalkan Perjanjian Penjaminan Emisi Efek pada tanggal 7 April 2008, tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospektus, sehingga mengakibatkan pembatalan Penawaran Umum PT Wahanaartha Harsaka, Tbk. Sedangkan dalam prospektus disebutkan bahwa Emiten dan Penjamin Pelaksana Emisi mempunyai hak untuk membatalkan Penawaran Umum sebelum penutupan atau selama Penawaran Umum, yaitu dalam rentang waktu tanggal 2-4 April 2008.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 56: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

42  Universitas  Indonesia  

Kejahatan di pasar modal telah semakin kompleks, hal ini disebabkan

karena semakin canggihnya teknik yang dilakukan oleh para pelaku dalam

melakukan tindak pidana di pasar modal.

Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas,

yaitu yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, dengan

mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta

memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Peluang terjadinya kejahatan

tersebut adalah adanya penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan kepada

pelaku kejahatan di bidang pasar modal.78

Kejahatan di pasar modal tidak terasa secara langsung oleh para investor

yang menjadi korbannya, karena memang tidak ada luka fisik yang dialami.

Misalnya, seorang investor yang awam mungkin tidak pernah mempermasalahkan

apabila ada orang dalam yang menggunakan informasi untuk melakukan

perdagangan (insider trading). Padahal sebenarnya apa yang menimpa investor

tersebut, tidak lain adalah pencurian yang dilakukan oleh pelaku kejahatan di

pasar modal.79

Berikut ini akan diuraikan mengenai jenis-jenis pelanggaran dan kejahatan

di bidang pasar modal, yang berpotensi dilakukan oleh seorang notaris sebagai

profesi penunjang pasar modal :

1. Pelanggaran Di Bidang Pasar Modal

Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal

merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di pasar

modal.

Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok,

yaitu pelanggaran yang bersifat administratif dan pelanggaran yang bersifat

teknis. Sedangkan dari sisi akibat yang ditimbulkan dari kasus pelanggaran di

bidang pasar modal dapat menimbulkan efek yang bersifat berantai atau

meluas.80

                                                                                                                      78 Ibid, hlm 260.

79 Balfas, op.cit., hlm 460.

80 Nasarudin, op.cit. hlm 273-274.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 57: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

43  Universitas  Indonesia  

Pelanggaran yang bersifat administratif, yang berpotensi dilakukan oleh

notaris, adalah berkaitan dengan kewajiban menyampaikan laporan atau

dokumen tertentu kepada BAPEPAM dan/atau masyarakat, serta pelanggaran

yang berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam Pasal 66 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, yaitu mengenai kewajiban menaati kode etik dan

standar profesi.81 Pelanggaran yang bersifat administratif ini dapat dikenaksi

sanksi administratif sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 102 Ayat 2 UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Sedangkan pelanggaran di bidang pasar modal yang bersifat teknis merupakan

pelanggaran yang memiliki unsur pidana. Pasal 110 Ayat 1 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal mengatur bahwa salah satu jenis pelanggaran yang

bersifat teknis adalah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 109, yaitu

setiap pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, yaitu berkaitan dengan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

2. Kejahatan Di Bidang Pasar Modal 82

Pasal 110 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur bahwa

yang dimaksud dengan kejahatan antara lain diatur dalam Pasal 103 Ayat 1,

yaitu setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal tanpa izin,

persetujuan, atau pendaftaran, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal

64 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Kejahatan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh notaris sebagai profesi

penunjang pasar modal adalah perdagangan orang dalam atau yang biasa lebih

dikenal dengan istilah insider trading .

Sebagaimana yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1.5, bahwa peran notaris

dalam pasar modal sangat penting dan memegang peranan kunci. Dalam

penawaran umum, notaris berperan sejak sebelum, ketika, dan sesudah

penawaran umum. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dalam                                                                                                                         81  Ibid.   82 Balfas, op.cit., hlm 459-476.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 58: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

44  Universitas  Indonesia  

menjalankan tugasnya, seorang notaris dengan sangat mudah memperoleh

informasi tentang emiten atau perusahan publik.

Oleh karena itu posisi seorang notaris sangat rawan dengan praktik insider trading, karena notaris dapat saja menjadi pihak yang membocorkan informasi

orang dalam tersebut kepada pihak lain. Informasi orang dalam yang

dimaksud adalah informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang

belum tersedia untuk umum dan masih bersifat rahasia.

Penggunaan informasi orang dalam oleh insiders (orang dalam) atau pihak

lain yang mempunyai hubungan dengan orang dalam, dapat menyebabkan

diuntungkannya pihak tersebut secara finansial, dengan mengakibatkan

kerugian pada investor atau pihak lainnya.

Larangan terhadap praktek insider trading ini diatur dalam ketentuan Pasal 95

dan 96 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut :

Pasal 95 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal : Orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek : a. Emiten atau perusahaan publik dimaksud; b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau

perusahaan publik yang bersangkutan.

Pasal 96 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal : Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang : a. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan

atas efek dimaksud; b. Memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut

diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

2.4 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL

2.4.1 Pengertian Pengawasan Pada Umumnya

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 59: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

45  Universitas  Indonesia  

Menurut Ir. Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas

atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.83

Sedangkan menurut Hadibroto, pengawasan adalah kegiatan penilaian

terhadap suatu kegiatan dengan tujuan agar kegiatan tersebut dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik dan dapat memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.84

Lain halnya dengan P. Nicolai yang menyatakan bahwa pengawasan

merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan.85

Dari pengertian-pengertian tersebut jelaslah bahwa tujuan dari

pengawasan adalah untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya

tentang obyek yang diawasi, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.

Jika tidak sesuai dengan yang semestinya, yaitu standar berlaku bagi pekerjaan

yang bersangkutan, maka hal itu disebut pelanggaran. Dan pengawas yang baik

harus dapat mengungkapkan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut.86

Faktor-faktor pendorong terjadinya penyimpangan antara lain sebagai

berikut : 87

1. Faktor Subyektif

Faktor subyektif adalah faktor-faktor yang melekat pada diri manusia atau

subyek pekerjaan yang bersangkutan. Faktor subyektif terdiri dari kemampuan

dan mental dari manusia itu sendiri.

2. Faktor Obyektif

Faktor obyektif adalah faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan atau standar

pekerjaan yang bersangkutan. Faktor obyektif terdiri dari standar pekerjaan

                                                                                                                      83 Sujamto, Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan, cet. pertama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm 19.

84 HS Hadibroto dan Oemar Witarsa, Sistem Pengawasan Intern, cetakan pertama, (Jakarta: BPFE, 1984), hlm 2.

85 Hukum Administra , cetakan kedua, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm 311.

86 Ir. Sujamto, op.cit., hlm 63.

87 Ibid, hlm 68.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 60: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

46  Universitas  Indonesia  

yang salah, standar pekerjaan yang tidak sesuai dengan lapangan, atau standar

pekerjaan yang tidak jelas.

3. Faktor Ekologis

Faktor ekologis yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan kerja yang

bersangkutan. Faktor ekologis biasanya selalu dipengaruhi oleh sosial budaya

yang terdapat pada setiap lingkungan kerja.

Ketiga faktor tersebut penting dan perlu diperhatikan dalam setiap

tindakan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.

Untuk melakukan pencegahan penyimpangan karena faktor subyektif,

harus menitikberatkan perhatian pada unsur manusia itu sendiri. Hal ini berarti

bahwa usaha tersebut harus dipusatkan pada masalah pembinaan, baik dari segi

kemampuan dan tentunya moral.

Penyimpangan karena faktor-faktor obyektif dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan standar ataupun aturan yang berlaku. Dengan kata lain

perlu diusahakan terciptanya tertib hukum di segala bidang.

Sedangkan dari segi ekologis, perlu diusahakan manajemen yang

berdayaguna di segala bidang. Disamping itu, partisipasi masyarakat dalam

pengawasan (social control) adalah sangat penting dalam usaha pencegahan

penyimpangan.

Di dalam industri pasar modal terdapat banyak pelaku yang terlibat di

dalamnya. Hal ini tentu bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dapat

melakukan pengawasan, sekaligus pembinaan terhadap seluruh pelaku di bidang

pasar modal tersebut. Salah satu titik kelemahan pengawasan di bidang pasar

modal, khususnya terkait pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar

modal, yaitu masih kurangnya koordinasi dengan organisasi notaris ataupun

majelis pengawas notaris. Adanya tabrakan dan tumpang tindih pengawasan pada

obyek pengawasan semakin mempersulit ditegakkannya hukum di bidang pasar

modal.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 61: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

47  Universitas  Indonesia  

2.4.2 Prosedur dan Mekanisme Pengawasan Terhadap Notaris yang

Berkegiatan di Pasar Modal

Bila berbicara mengenai pengawasan di bidang pasar modal, tentunya

tidak dapat terlepas dari proses penegakan hukum itu sendiri. Dalam industri pasar

modal, penegakan hukum menjadi hal penting yang tidak dapat dihindari.

Begitupula sebaliknya, penegakan hukum juga merupakan hal yang tidak mudah

dilakukan tanpa dibarengi dengan pengawasan yang efektif.88

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab terdahulu, pasar modal pada

dasarnya menjembatani hubungan antara pemilik dana (investor) dan pengguna

dana (emiten). Pasar modal adalah wahana invetasi bagi investor dan sumber dana

bagi para pengguna dana.

Dahulu BAPEPAM sebagai otoritas pasar modal memiliki fungsi ganda,

yakni di satu pihak sebagai penyelenggara kegiatan bursa, sedangkan di pihak lain

juga sebagai lembaga pembina dan pengawas pasar modal. Namun kemudian

dualisme fungsi tersebut dihilangkan, dan dipertegas dengan kehadiran UU No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa BAPEPAM hanya berfungsi sebagai

pengatur, pengawas dan pembina pasar modal, sedangkan penyelenggaraan bursa

dilakukan oleh pihak swasta.

Pemisahan 2 (dua) tugas tersebut dimaksudkan agar BAPEPAM dapat

lebih efektif dan fokus dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

para pelaku di pasar modal demi mewujudkan tujuan pasar modal yang teratur,

wajar, dan efisien.89

Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh BAPEPAM terhadap

kegiatan di pasar modal juga termasuk pengawasan dan pembinaan terhadap

seluruh pelaku di pasar modal, tidak terkecuali notaris yang berkegiatan di pasar

modal.

                                                                                                                      88 Jusuf Anwar, , cet. pertama, (Bandung: PT ALUMNI, 2008), hlm 128-129.

89 Ibid, hlm 178.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 62: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

48  Universitas  Indonesia  

Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengawasan

terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

1. Mewajibkan pendaftaran bagi notaris yang ingin melakukan kegiatan di pasar

modal.90

2. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang berkegiatan

di pasar modal bila terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran.91

Pendaftaran bagi notaris yang ingin melakukan kegiatan di bidang pasar

modal dilakukan dengan kesadaran atas dirinya sendiri. Apabila notaris tersebut

mendaftarkan diri, dengan kata lain notaris tersebut sudah bersedia untuk tunduk

terhadap segala aturan yang terdapat di bidang pasar modal. Jika terdapat notaris

yang melakukan pelanggaran berkenaan dengan peran dan tanggung jawabnya di

bidang pasar modal, maka ia harus sudah siap atas konsekuensi yang ada, seperti

bersedia dilakukan pemeriksaan ataupun penyidikan, serta siap atas sanksi yang

mungkin akan diterimanya.

Lebih lanjut mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap

notaris yang berkegiatan di pasar modal akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

2.4.2.1 Kewajiban Pendaftaran sebagai Bentuk Pengawasan Terhadap Notaris

.Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal

Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal, berdasarkan

ketentuan Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 56

Ayat 2 PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar

Modal, notaris sebagai profesi penunjang pasar modal wajib terlebih dahulu

terdaftar di BAPEPAM.

                                                                                                                      90 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 5 Huruf b.

91 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 5 Huruf e jo. Pasal 5 Huruf g Angka 2.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 63: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

49  Universitas  Indonesia  

Permohonan untuk terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal

diajukan kepada BAPEPAM, dengan menggunakan formulir yang bentuk dan

isinya telah ditetapkan oleh BAPEPAM.

Penjelasan Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

menegaskan bahwa seluruh profesi penunjang pasar modal perlu diawasi dengan

mewajibkannya mendaftar di BAPEPAM karena pendapat dan/atau penilaian

profesi penunjang pasar modal sangat penting bagi investor dalam mengambil

keputusan investasinya. Contoh pendapat/penilaian notaris yang sangat penting

adalah notaris harus dapat menilai bahwa pelaksanaan suatu RUPS tidak

mengandung unsur afiliasi ataupun benturan kepentingan. Notaris juga harus bisa

menentukan apakah jumlah kehadiran pemegang saham dalam RUPS telah

memenuhi kuorum untuk dapat diselenggarakannya RUPS. Selain itu, notaris juga

harus dapat memberikan penyuluhan hukum bagi akta-akta yang dibuatnya,

maksudnya adalah jika ada pihak yang menghendaki isi perjanjian yang jelas-jelas

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka notaris harus dapat

menjelaskan kepada pihak tersebut mengenai konsekuensi jika kehendak dari

pihak tersebut dituangkan dalam perjanjian.

Adapun persyaratan dan tata cara pendaftaran notaris sebagai profesi

penunjang wajib memenuhi ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan

BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan

Di Pasar Modal.

Pasal 2 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris

Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur persyaratan bagi notaris

yang melakukan kegiatan di pasar modal, sebagai berikut :

a. Telah diangkat sebagai notaris oleh Menteri Kehakiman dan telah diambil

sumpahnya sebagai notaris;

b. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti

melakukan tindak pidana di bidang keuangan;

c. Memiliki akhlak dan moral yang baik;

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 64: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

50  Universitas  Indonesia  

d. Wajib memiliki keahlian di bidang pasar modal, dan persyaratan keahlian

dapat dipenuhi melalui program latihan yang diakui BAPEPAM; 92

e. Sanggup secara terus menerus mengikuti program Pendidikan Profesi

Lanjutan di bidang kenotariatan dan peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal;

f. Sanggup melakukan pemeriksaan sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris dan

Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen; 93

g. Telah menjadi atau bersedia menjadi anggota Ikatan Notaris Indonesia

(selanjutnya disebut INI);

h. Bersedia untuk diperiksa oleh INI atas pemenuhan Peraturan Jabatan Notaris

dan Kode Etik Profesi dalam rangka melaksanakan kegiatannya.

Pasal 4 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris

Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur bahwa permohonan

pendaftaran notaris sebagai profesi penunjang pasar modal yang diajukan kepada

BAPEPAM harus disertai dokumen-dokumen sebagai berikut :

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Surat keputusan pengangkatan selaku notaris dari Menteri Kehakiman dan

berita acara sumpah notaris dari instansi yang berwenang;

c. Surat pernyataan bahwa notaris tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan

atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan.;

d. Sertifikat program pelatihan di bidang pasar modal yang diakui BAPEPAM;

e. Surat pernyataan bahwa notaris sanggup mengikuti secara terus menerus

program Pendidikan Profesi Lanjutan di bidang kenotariatan dan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal;

                                                                                                                      92 Para notaris yang ingin dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih dahulu mengikuti Diklat Notaris Pasar Modal yang diselenggarakan oleh LMKA (Lembaga Manajemen, Keuangan, Dan Akuntansi Pasar Modal) yang bekerja sama dengan INI (Ikatan Notaris Indonesia). Setelah mengikuti Diklat Notaris Pasar Modal yang diadakan kurang lebih selama 1 (satu) minggu, tiap peserta akan mendapatkan sertifikat, dimana nantinya sertifikat inilah yang digunakan untuk melakukan pendaftaran sebagai notaris pasar modal kepada BAPEPAM. (http://www.lmkapm.com/about_lmka.php?b=in, diakses pada tanggal 28 Desember 2012)

93 Yang dimaksud kesanggupan melakukan pemeriksaan yaitu bahwa notaris harus sanggup/bersedia untuk selalu memeriksa pekerjaannya di bidang pasar modal agar sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris, serta Kode Etik Profesi. Dalam memeriksa pekerjaannya, notaris harus melakukannya dengan cermat dan teliti.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 65: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

51  Universitas  Indonesia  

f. Surat pernyataan bahwa notaris sanggup melakukan pemeriksaan sesuai

dengan Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa

bersikap independen dalam melakukan kegiatannya;

g. Bukti keanggotaan INI, jika ada.

h. Surat pernyataan bahwa notaris bersedia menjadi anggota INI setelah

memperoleh Surat Tanda Terdaftar (selanjutnya disebut STTD) dari

BAPEPAM dan akan menyampaikan bukti keanggotaan tersebut kepada

BEPAPAM;

i. Surat pernyataan bahwa notaris bersedia diperiksa oleh INI atas pemenuhan

Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi dalam rangka melaksanakan

kegiatannya.

Sejak diterimanya permohonan pendaftaran notaris sebagai profesi

penunjang pasar modal, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 45 (empat puluh

lima) hari, BAPEPAM dapat menyatakan dengan surat bahwa permohonan tidak

lengkap dan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan ataupun menolak

permohonan pemohon. Dalam hal permohonan memenuhi syarat, maka selambat-

lambatnya dalam jangka waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya

permohonan secara lengkap, BAPEPAM memberikan STTD Profesi Penunjang

Pasar Modal kepada pemohon.

Berdasarkan Pasal 2 Huruf h Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang

Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal di atas, diketahui

bahwa pengaturan mengenai persyaratan bagi notaris yang melakukan kegiatan di

bidang pasar modal dapat menimbulkan potensi bagi BAPEPAM, sebagai

lembaga pengawas di bidang pasar modal, menjadi tidak dapat menjalankan tugas

dan wewenangnya secara maksimal.

Pada Pasal 2 Huruf h Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang

Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal, hanya

dipersyaratkan kepada notaris untuk membuat pernyataan siap diperiksa oleh INI

atas pemenuhan peraturan jabatan notaris dan kode etik notaris, tetapi tidak

termasuk pernyataan siap diperiksa oleh lembaga pengawas pasar modal dalam

pemenuhan peraturan di bidang pasar modal. Oleh karena itu, peraturan tersebut

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 66: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

52  Universitas  Indonesia  

berpotensi menjadi celah bagi notaris untuk menolak atau menunda-nunda

panggilan pemeriksaan terkait pelanggaran di bidang pasar modal.

Izin profesi yang telah diperoleh oleh notaris yang berkegiatan di pasar

modal tersbeut akan menjadi batal apabila izin profesi yang bersangkutan dicabut

oleh BAPEPAM. Izin profesi merupakan salah satu persyaratan pendaftaran di

BAPEPAM, maka apabila izin profesi tersebut dicabut, dengan sendirinya

pendaftaran di BAPEPAM menjadi batal.94 Walaupun demikian, pada Pasal 65

Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur sebagai berikut :

Jasa dari Profesi Penunjang Pasar Modal di bidang Pasar Modal yang telah diberikan sebelumnya tidak menjadi batal karena batalnya pendaftaran profesi, kecuali apabila jasa yang diberikan tersebut merupakan sebab dibatalkannya pendaftaran atau dicabutnya izin profesi yang bersangkutan.

Jadi apabila izin notaris sebagai profesi penunjang pasar modal dicabut,

maka jasa yang telah diberikan oleh notaris yang bersangkutan tidak menjadi batal

karena batalnya pendaftaran profesi. Akan tetapi terdapat pengecualian apabila

pencabutan izin profesi notaris tersebut disebabkan karena jasa yang diberikan

oleh notaris yang bersangkutan ketika berkegiatan di pasar modal.

Sejak tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 9 Agustus 2012, jumlah

penerbitan STTD/persetujuan baru yang dikeluarkan oleh BAPEPAM untuk

notaris yang mendaftar adalah sebanyak 128 orang. Sehingga sampai dengan

tanggal 9 Agustus 2012 jumlah notaris yang terdaftar di BAPEPAM adalah

sebanyak 1.628 orang. Di antara ketiga profesi penunjang pasar modal lainnya,

yaitu akuntan, penilai dan konsultan hukum, harus diakui bahwa jumlah notaris

yang terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal memang yang terbanyak,

walaupun pada kenyataannya tidak semua notaris yang terdaftar tersebut aktif

berkegiatan di pasar modal.95

                                                                                                                      94 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 65 Ayat 1.

95 Dalam Siaran Pers , Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Jakarta, 10 Agustus 2012, disebutkan bahwa sampai dengan tanggal 9 Agustus 2012 jumlah profesi penunjang pasar modal yang terdaftar di BAPEPAM adalah sebagai berikut : 1) Konsultan Hukum - 698 orang; 2) Notaris - 1.628 orang; 3) Akuntan - 647 orang; dan 4) Penilai - 155 orang.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 67: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

53  Universitas  Indonesia  

2.4.2.2 Pemeriksaan dan Penyidikan sebagai Bentuk Pengawasan Terhadap

.Notaris Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal

Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pengawasan, BAPEPAM

mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap

setiap pihak yang berkegiatan di pasar modal yang diduga melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan

pelaksananya.

Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan di sini adalah sebagaimana

yang tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal (selanjutnya

disebut PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar

Modal) sebagai berikut :

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lain yang dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Sedangkan menurut ketentuan Pasal 2 Ayat 1 PP No. 46 Tahun 1995

tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, tujuan pemeriksaan

tersebut adalah untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Syarat untuk dapat dilakukannya pemeriksaan dalam bidang pasar modal

oleh BAPEPAM yaitu :

a. Adanya laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari pihak tentang adanya

pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

b. Tidak dipenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang

memperoleh perizinan, persetujuan atau pendaftaran dari BAPEPAM atau

pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada

BAPEPAM.

c. Terdapat petunjuk tentang terjadinya pelanggaran atas peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 68: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

54  Universitas  Indonesia  

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jika dibandingkan dengan bentuk

pengawasan terhadap notaris pada umumnya, terdapat kewajiban bagi notaris

untuk mengirimkan seluruh daftar akta yang telah dibuatnya setiap bulan paling

lambat pada tanggal 15 kepada MPD.96 Daftar akta yang dilaporkan tersebut

termasuk daftar surat dibawah tangan yang disahkan, daftar surat di bawah tangan

yang dibukukan, maupun daftar surat lain yang diwajibkan oleh UU No. 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris.

Dalam daftar akta sebagaimana dimaksud di atas memuat rincian

mengenai sifat akta, judul akta, nomor urut, nomor bulanan, tanggal pembuatan

akta, serta nama semua penghadap yang bertindak baik untuk dirinya sendiri

maupun sebagai kuasa orang lain.

Sehubungan dengan peran dan tanggung jawab notaris yang berkegiatan di

pasar modal, penulis tidak menemukan suatu aturan pun yang mengatur bahwa

notaris diwajibkan melaporkan akta/surat/dokumen yang dibuat berkenaan dengan

transaksi di bidang pasar modal kepada BAPEPAM, sebagai lembaga pengawas

kegiatan di pasar modal.

Kewajiban pelaporan oleh notaris yang diatur dalam Peraturan BAPEPAM

No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar

Modal hanyalah kewajiban pelaporan terhadap setiap perubahan yang berkenaan

dengan data dan informasi dari notaris. Perubahan tersebut wajib dilaporkan

kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya

perubahan.97

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis

berpendapat bahwa pengawasan terhadap notaris yang melakukan kegiatan di

pasar modal cenderung bersifat pengawasan represif, dimana ketika ada

pengaduan atau laporan dari pihak yang merasa dirugikan oleh akta yang dibuat

notaris, barulah BAPEPAM akan melakukan pemeriksaan. Padahal jika

mengingat betapa pentingnya kekuatan pembuktian akta yang dibuat oleh notaris

                                                                                                                       

97 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 1 November 2012, bahwa yang dimaksud dengan data dan informasi dari notaris antara lain adalah informasi berupa perpindahan alamat kantor notaris, izin cuti notaris serta penggunaan notaris pengganti.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 69: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

55  Universitas  Indonesia  

di muka pengadilan, sudah selayaknya dilakukan pengawasan preventif terhadap

pekerjaan yang dilakukan oleh notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal.

Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga melanggar

peraturan di bidang pasar modal, maka pemeriksa wajib untuk melakukan hal-hal

sebagai berikut : 98

a. Pemeriksa harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa serta dilengkapi dengan

Surat Perintah Pemeriksaan dari Ketua BAPEPAM pada waktu melakukan

pemeriksaan;

b. Pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan

pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;

c. Pemeriksa memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah

Pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;

d. Pemeriksa menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada pihak yang

akan diperiksa;

e. Pemeriksa wajib membuat laporan hasil pemeriksaan;

f. Pemeriksa dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak

segala sesuatu yang diketahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh pihak

yang diperiksa dalam rangka pemeriksaan.

Pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang

pemeriksa. Pemeriksaan terhadap pihak yang diperiksa dilaksanakan di kantor

pemeriksa, di kantor atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada

kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam

dan hari kerja dan dapat dilanjutkan di luar jam kerja dan hari kerja, jika

dipandang perlu. Hasil pemeriksaan tersebut harus dituliskan dalam laporan

pemeriksaan. Hasil pemeriksaan yang disetujui oleh pihak yang diperiksa

dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuannya dan ditandatangani oleh yang

bersangkutan.

Sedangkan pada saat dilakukannya pemeriksaan, pihak yang diperiksa

berhak atas hal-hal sebagai berikut : 99

                                                                                                                      98 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, PP No. 46 Tahun 1995, LN No. 87 Tahun 1995, TLN No. 3618, Pasal 4

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 70: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

56  Universitas  Indonesia  

a. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada pemeriksa untuk

memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa;

b. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada pemeriksa untuk memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;

c. Pihak yang diperiksa menandatangani surat pernyataan persetujuan tentang

hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan dimulai setelah memperoleh penetapan Ketua BAPEPAM.

Penetapan Ketua BAPEPAM dikeluarkan setelah disusun program pemeriksaan

yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Tujuan pemeriksaan;

b. Ruang lingkup pemeriksaan;

c. Saat dimulainya pemeriksaan.

Dalam rangka melaksanakan pemeriksaan tersebut, berdasarkan Pasal 100

Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 12 Ayat 3 PP No. 46

Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, pemeriksa

atau BAPEPAM mempunyai wewenang sebagai berikut :

a. Meminta keterangan, konfirmasi, dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak

yang diperiksa dan/atau pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan

pemeriksaan;

b. Memerintahkan pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan

kegiatan tertentu;

c. Memeriksa dan/atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan/atau

dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau pihak terlibat

dalam pelanggaran;

d. Meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan/atau dokumen

lainnya sepanjang diperlukan;

e. Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat

menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya;

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              99 Ibid, Pasal 5.  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 71: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

57  Universitas  Indonesia  

f. Memerintahkan pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan,

pembukuan, dan/atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau

ruangan untuk kepentingan pemeriksaan.

Pada saat dilakukan peminjaman catatan, pembukuan dan dokumen

lainnya tersebut, pemeriksa memberikan tanda bukti peminjaman yang

menyebutkan secara jelas dan terinci mengenai jenis catatan, pembukuan dan

dokumen apa saja yang dipinjam.

Sehubungan dengan kedudukan notaris sebagai pejabat umum yang

melakukan kegiatan di pasar modal, sering kali terjadi bahwa pemeriksa

mendapatkan kesulitan untuk memeriksa akta-akta dan/atau dokumen lainnya

yang dibuat oleh notaris yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran di bidang

pasar modal. Padahal jika kita cermati lebih dalam ketentuan Pasal 54 UU No. 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan dengan tegas sebagai berikut :

Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.100

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa wewenang pemeriksa

atau BAPEPAM untuk melakukan pemeriksaan terhadap akta-akta atau dokumen

lainnya yang dibuat oleh notaris, telah diatur dan ditentukan dalam UU No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, serta peraturan pelaksananya PP No. 46 Tahun

1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal.

Oleh karena itu, pemeriksa yang perlu melakukan pemeriksaan atas akta

atau dokumen lain yang dibuat oleh notaris yang berkaitan dengan dugaan

pelanggaran di bidang pasar modal tidak dapat dikatakan sebagai pihak yang tidak

mempunyai hak atas akta tersebut, karena dengan jelas dalam UU No. 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris telah disebutkan bahwa jika diatur lain oleh

peraturan perundang-undangan, maka siapa saja pihak yang diberikan hak oleh

peraturan perundang-undangan tersebut mempunyai hak untuk diperlihatkan,

                                                                                                                      100 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 72: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

58  Universitas  Indonesia  

diberikan atau diberitahukan mengenai isi akta atau salinan akta yang

bersangkutan.

BAPEPAM dapat pula mengizinkan dilakukannya penyelesaian tertentu

atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran

terhadap peraturan di bidang pasar modal. Penyelesaian dimaksud antara lain

berupa penyelesaian secara perdata di antara para pihak.101

Dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal atau pun peraturan

pelaksanaannya, tidak terdapat pasal yang mengatur bahwa BAPEPAM memiliki

wewenang untuk melakukan gugatan perdata dalam rangka melakukan pembelaan

hukum guna melindungi kepentingan investor dan/atau masyarakat. Wewenang

yang selama ini dimiliki oleh BAPEPAM adalah kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan dan penyidikan, sedangkan untuk menindaklanjuti dugaan

pelanggaran atau tindak pidana yang terjadi di bidang pasar modal, maka

BAPEPAM akan menyerahkan tugas tersebut kepada penuntut umum.

Data, informasi, bahan, dan/atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam

rangka pemeriksaan dapat digunakan oleh BAPEPAM untuk menetapkan sanksi

administrasi. Jika BAPEPAM menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan ke

tahap penyidikan, maka data, informasi, bahan dan/atau keterangan lain tersebut

dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan.

Apabila diperhatikan, ada hal yang menarik dari pelaksanaan fungsi

pengawasan yang dimiliki oleh BAPEPAM. Dalam penjelasan Pasal 100 Ayat 2

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, diketahui bahwa tindakan penyidikan

tidak harus didahului dengan tindakan pemeriksaan. Jika dibandingkan dengan

hukum acara pidana pada umumnya, pemeriksaan oleh BAPEPAM ini dapat

dianalogikan sebagai tindakan penyelidikan. Di dalam hukum acara pidana,

tindakan penyidikan harus selalu didahului dengan tindakan penyelidikan. Namun

                                                                                                                      101 Hak yang diperoleh para pihak untuk menyelesaian secara perdata atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran di bidang pasar modal, diatur dalam Pasal 111 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut : yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 73: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

59  Universitas  Indonesia  

rupanya penyimpangan hukum acara pidana dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal ini adalah keistimewaan yang dimiliki oleh BAPEPAM sebagai

lembaga pengawas di bidang pasar modal.

Menurut Bapak Iskandarsyah, diketahui bahwa bisa saja suatu dugaan

pelanggaran tidak harus didahului dengan pemeriksaan, melainkan langsung ke

tahap penyidikan, apabila BAPEPAM berpendapat sudah jelas pelanggaran yang

dimaksud merupakan pelanggaran yang bersifat pidana. Tindak pidana yang

dimaksud sebagaimana yang sudah tercantum dalam Bab XV Ketentuan Pidana,

Pasal 103-109 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.102

Proses penyidikan tidak bergantung dari ada atau tidaknya hasil

pemeriksaan. Dalam hal ini kewenangan yang dimiliki oleh BAPEPAM sebagai

pemeriksa, dan kewenangan BAPEPAM sebagai penyidik, tidak bergantung

antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pengaturan fungsi pemeriksaan dan

fungsi penyidikan di dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak

diletakkan pada 1 (satu) bab yang sama. Mengenai pemeriksaan diatur dalam Bab

XII, sedangkan mengenai penyidikan diatur dalam Bab XIII UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal.

Sedangkan penyidikan yang didahului dengan tindakan pemeriksaan

dilakukan apabila BAPEPAM berpendapat dugaan pelanggaran tersebut pada

awalnya adalah merupakan pelanggaran yang bersifat administratif, namun

setelah diperoleh hasil pemeriksaan dan diketahui dalam pelanggaran tersebut

terdapat unsur pidana, maka BAPEPAM dapat menetapkan untuk melanjutkan ke

tahap penyidikan.

Tidak semua pelanggaran di bidang pasar modal harus dilanjutkan ke

tahap penyidikan, karena hal tersebut justru dapat menghambat kegiatan

penawaran dan/atau perdagangan efek secara keseluruhan. Namun, jika

BAPEPAM berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu merupakan

pelanggaran terhadap peraturan di bidang pasar modal yang dapat mengakibatkan

                                                                                                                      102 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 74: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

60  Universitas  Indonesia  

kerugian terhadap kepentingan pasar modal ataupun membahayakan kepentingan

investor dan/atau masyarakat, serta tidak tercapainya penyelesaian atas kerugian

yang telah timbul, maka BAPEPAM dapat memulai tindakan penyidikan.103

Kepercayaan dan kredibilitas merupakan hal utama yang harus tercermin dari

keberpihakan sistem hukum pasar modal pada kepentingan investor dan/atau

masyarakat.

Kewenangan BAPEPAM untuk melakukan penyidikan diatur dalam Pasal

101 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut :

Dalam hal BAPEPAM berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksananya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal dan/atau membahayakan kepentingan pemodal dan/atau masyarakat, BAPEPAM menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.

Penyidikan di bidang pasar modal adalah serangkaian tindakan penyidik

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga dapat

membuat terang tentang tindak pidana di bidang pasar modal yang terjadi,

menemukan tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkannya.

Penyidik di bidang pasar modal adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil

(selanjutnya disebut PPNS) tertentu di lingkungan BAPEPAM yang diangkat oleh

Menteri Kehakiman.

PPNS tersebut diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk

melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal berdasarkan

ketentuan Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana.

Dalam ketentuan Pasal 101 Ayat 3 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal diatur bahwa PPNS tersebut berwenang melakukan tindakan antara lain

sebagai berikut :

a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang

adanya tindak pidana di bidang pasar modal;

                                                                                                                      103 Hariyani, op.cit., hlm 305.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 75: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

61  Universitas  Indonesia  

b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan

dengan tindak pidana di bidang pasar modal;

c. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat

dalam tindak pidana di bidang pasar modal;

d. Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap

pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di

bidang pasar modal;

e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal;

f. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap

barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan

penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara

tindak pidana di bidang pasar modal;

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, BAPEPAM dapat

meminta bantuan aparat penegak hukum lain, yaitu aparat penegak hukum seperti

dari kepolisian atau kejaksaan.

Setiap pemeriksa atau penyidik yang diberi tugas atau pihak lain yang

ditunjuk oleh BAPEPAM untuk melakukan pemeriksaan atau penyidikan,

dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan atau penyidikan tersebut kepada pihak mana

pun, kecuali dalam rangka mencapai tujuan BAPEPAM atau diharuskan oleh

undang-undang.

2.4.3 Temuan Penelitian 104

2.4.3.1 Kasus Posisi

Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapatkan sebuah temuan

penelitian, yaitu pada sekitar awal tahun 2009, salah seorang investor dari PT Star

                                                                                                                      104 Temuan penelitian ini didapat oleh penulis ketika melakukan wawancara pada bulan Oktober 2011, dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kasubag Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, guna riset keperluan tugas mata kuliah Hukum Pasar Modal.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 76: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

62  Universitas  Indonesia  

Pacific, Tbk melapor ke BAPEPAM tentang adanya dugaan pelanggaran pasar

modal yang dilakukan oleh PT Star Pacific, Tbk. Pelanggaran yang dimaksud

adalah terkait aksi korporasi, right issue, pada Januari 2009. Konversi saham seri

A dan seri B menjadi saham seri C dianggap cacat hukum karena adanya

perlakuan yang berbeda bagi pemegang saham minoritas yang sahamnya tidak

turut di konversi.105 Dalam laporan dugaan pelanggaran pasar modal oleh investor

PT Star Pasific, Tbk tersebut kepada BAPEPAM, selain PT Star Pacific, Tbk

sebagai terlapor, juga turut terlapor notari

dalam pelaksanaan RUPS Luar Biasa III (selanjutnya disebut RUPSLB III)

tertanggal 27 November 2008.

Pelanggara

berkegiatan di pasar modal, yaitu terkait dengan adanya pemegang saham yang

berdomisili di British Virgin Island, yang memberikan kuasa kepada PT

Ciptadana Securities untuk hadir dalam RUPSLB III, dimana dalam surat kuasa

tersebut tidak ada legalisasi dari notaris atau pejabat yang berwenang dan

Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island.

Dalam iklan panggilan kepada para pemegang saham untuk hadir dalam

RUPSLB III, disebutkan bahwa pemegang saham yang berhalangan hadir dapat

menunjuk kuasa untuk mewakilinya dengan membawa surat kuasa yang sah

sebagaimana ditentukan oleh Direksi, dengan ketentuan antara lain pemegang

saham yang alamatnya terdaftar di luar negeri harus dengan surat kuasa yang

dilegalisasi oleh notaris atau pejabat yang berwenang dan Kedutaan Besar

Republik Indonesi (selanjutnya disebut KBRI). Ketentuan yang mengatur

mengenai keharusan surat kuasa dari luar negeri untuk mendapatkan legalisasi

oleh notaris atau pejabat yang berwenang dari KBRI setempat, juga terdapat

dalam ketentuan Pasal 23 Ayat 2 Anggaran Dasar PT Star Pacific, Tbk, serta

pernyataan ketua rapat dalam RUPSLB III.

Dengan demikian, surat kuasa yang berasal dari pemegang saham yang

berdomisili di British Virgin Island tersebut seharusnya tidak sah, dan si penerima                                                                                                                       105 http://m.inilah.com/read/detail/95785/rights-issue-star-pacific-cacat-hukum, diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 77: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

63  Universitas  Indonesia  

kuasa, yaitu PT Ciptadana Securities, tidak dapat diperhitungkan dalam kuorum

kehadiran dan pengambilan keputusan dalam RUPSLB III tersebut.

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang didapat oleh penulis diketahui

tim pemeriksa walaupun telah dipanggil secara patut sebanyak 2 (dua) kali,

dengan alasan bahwa BAPEPAM harus meminta izin terlebih dahulu kepada

MPD, sebagaimana

80/MW/VII/2009 tertanggal 27 Juli 2009 dan surat No. 10/VIII/MW/2009

tertanggal 4 Agustus 2009, sehingga terhadap dugaan pelanggaran oleh notaris

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak

Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten

& PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, walaupun

pemeriksaan, akan tetapi bukti

yang ada sudah cukup, maka BAPEPAM tetap menjatuhkan sanksi administratif

, yaitu berupa pembekuan kegiatan usaha selaku notaris pasar

modal selama 3 (tiga) bulan, atas pelanggaran terhadap Pasal 66 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 4 Ayat 2 dan Pasal 16 Ayat 1 Huruf a UU No.

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Pasal 3 Kode Etik Notaris.106 Terhadap

sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM

upaya keberatan.

2.4.3.2 Analisa Kasus

Pada kasus posisi di jelas-

jelas tidak cermat dan teliti dalam menjalankan tugas pekerjaannya.

                                                                                                                      106 Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh penulis dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2012, juga dike

Ayat 1 HIR, yaitu mengenai putusan verstek. Penetapan sanksi oleh BAPEPAM tersebut dilakukan dalam sebuah Rapat Komite, selayaknya suatu pengadilan.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 78: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

64  Universitas  Indonesia  

Keharusan legalisasi terhadap dokumen/surat kuasa yang berasal dari luar

Indonesia, dan akan digunakan di Indonesia, berlaku ketentuan sebagaimana yang

tercantum dalam surat dari Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 perihal

Naskah Dokumen dari Luar Negeri yang mempunyai akibat hukum di Indonesia,

yang ditandatangani oleh Menteri Kehakiman Mudjono, S.H., sebagai berikut :

a. Dokumen-dokumen yang disusun sesuai dengan ketentuan-ketentuan

hukum/peraturan perundang-undangan setempat oleh pejabat-pejabat yang

ditunjuk dan berwenang untuk itu, disahkan oleh Departemen Luar Negeri

negara yang bersangkutan.

b. Perwakilan Republik Indonesia melegalisir tanda tangan dan cap pejabat

Departemen Luar Negeri negara termaksud di atas. Untuk keperluan

legalisasi, biasanya Perwakilan Republik Indonesia menerima contoh tanda

tangan pejabat-pejabat yang berwenang tersebut.

c. Agar dokumen yang telah dilegalisir oleh Perwakilan Republik Indonesia

tersebut di atas dapat berlaku di Indonesia, maka tanda tangan pejabat

Perwakilan Republik Indonesia pada dokumen tersebut perlu dilegalisasi lagi

oleh Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.

Berdasarkan kasus posisi, dengan demikian surat kuasa dari pemegang

saham PT Star Pacific, Tbk yang berdomisili di British Virgin Island yang

memberikan kuasa kepada PT Ciptadana Securities untuk hadir dalam RUPSLB

III, untuk dapat digunakan di Indonesia maka surat kuasa tersebut harus terlebih

dahulu disahkan oleh Departemen Luar Negeri di British Virgin Island, kemudian

tanda tangan dan cap dari pejabat Departemen Luar Negeri di British Virgin

Island tersebut harus juga dilegalisasi oleh Perwakilan Republik Indonesia di

British Virgin Island, selanjutnya untuk dapat berlaku di Indonesia, maka tanda

tangan pejabat Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island tersebut

harus dilegalisasi lagi oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Ketentuan tersebut di atas sejalan dengan Poin 70 Lampiran Peraturan

Menteri Luar Negeri Nomor: 09/A/KP/XII/2006/01 tertanggal 28 Desember 2006

tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh

Pemerintah Daerah , sebagai berikut :

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 79: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

65  Universitas  Indonesia  

Dokumen-dokumen asing yang diterbitkan di luar negeri dan ingin dipergunakan di wilayah Indonesia, harus dilegalisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau Kementerian Luar Negeri negara dimaksud dan Perwakilan Republik Indonesia di negara setempat.

Legalisasi itu sendiri mempunyai pengertian pengesahan terhadap

dokumen dan hanya dilakukan terhadap tanda tangan dan tidak mencakup

kebenaran isi dokumen. Setiap dokumen Indonesia yang akan dipergunakan di

negara lain atau dokumen asing yang akan dipergunakan di Indonesia perlu

dilegalisasi oleh instansi yang berwenang.

Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3038

K/Pdt/1981 juga menyatakan sebagai berikut : Keabsahan mengenai surat kuasa yang dibuat di luar negeri selain harus memenuhi persyaratan formil juga harus dilegalisir lebih dahulu oleh KBRI setempat.

Putusan Mahkamah Agung tersebut juga dijadikan landasan bagi

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya ketika memutus suatu perkara. Dalam

pertimbangan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor

60/Pdt.G/2008/PTA.Sby. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya antara lain

menyatakan sebagai berikut :

Untuk keabsahan surat kuasa yang dibuat di luar negeri ditambah lagi persyaratannya, yakni legalisasi pihak KBRI, tidak menjadi soal apakah surat kuasa tersebut berbentuk di bawah tangan atau otentik, mesti harus dilegalisasi KBRI. Syarat ini bertujuan untuk memberi kepastian hukum Pengadilan tentang kebenaran pembuatan surat kuasa di negara yang bersangkutan. Dengan adanya legalisasi tidak ada lagi keraguan atas pemberian kuasa kepada kuasa.

  Selain ketentuan-ketentuan tersebut di atas, mengenai keharusan surat

kuasa yang berasal dari negara lain untuk dilegalisasi oleh instansi yang

berwenang juga sudah ditentukan sebelumnya dalam iklan panggilan kepada para

pemegang saham, ketentuan dalam anggaran dasar perseroan PT Star Pacific,

Tbk, dan pernyataan ketua rapat dalam RUPSLB III.107 Dengan demikian,

terhadap surat kuasa yang berasal dari British Virgin Island tersebut namun tidak

                                                                                                                      107 Lihat pada Daftar Lampiran : Surat Permohonan Penetapan Pemberian Sanksi kepada

.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 80: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

66  Universitas  Indonesia  

ada legalisasi dari Departemen Luar Negeri di British Virgin Island, legalisasi dari

Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island, dan juga legalisasi dari

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menyebabkan surat kuasa tersebut

tidak sah atau cacat hukum.

Ketidakcermata

pekerjaannya jelas-jelas dapat mengakibatkan tidak sahnya suara yang

dikeluarkan oleh si penerima kuasa dalam RUPS Luar Biasa III tertanggal 27

November 2008, karena sesungguhnya ia pun tidak berhak dihitung dalam

kuorum kehadiran RUPS Luar Biasa tersebut.

Pasal 2 Huruf f Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran

Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur persyaratan sebagai

berikut : Notaris sanggup melakukan pemeriksaan sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen.

Sehubungan dengan peraturan tersebut, dalam Pasal 4 Angka 2 jo. Pasal

16 Ayat 1 Huruf a UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Pasal 3

Kode Etik Notaris, disebutkan bahwa notaris dalam menjalankan jabatannya

berkewajiban bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.

Kata saksama dalam undang-undang tersebut, berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki pengertian teliti atau cermat. Dengan

demikian,

peraturan jabatan notaris dan kode etik notaris, juga dapat dikatakan telah

melanggar peraturan di bidang pasar modal.

Selanjutnya kesulitan yang dihadapi oleh BAPEPAM, sebagai badan

pengawas pasar modal, ketika

yaitu

panggilan tim pemeriksa, sekalipun telah dipanggil secara patut sebanyak 2 (dua)

kali dengan alasan bahwa BAPEPAM harus meminta izin terlebih dahulu kepada

MPD. Penolakan untuk menghadiri penggilan dari tim pemeriksa tersebut

disampaikan melalui surat No. 80/MW/VII/2009 tertanggal 29 Juli 2009 dan surat

No. 10/VIII/MW/2009 tertanggal 4 Agustus 2009. Hal ini tentunya akan

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 81: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

67  Universitas  Indonesia  

menghambat klarifikasi lebih lanjut atas dugaan pelanggaran di bidang pasar

modal yang dilakukan oleh PT Star Pacific, Tbk.

Alasan penolakan yang disampaikan oleh not ujuk

pada ketentuan Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagai

berikut :

Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan108 Majelis Pengawas Daerah berwenang : a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan

pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris. b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam

Yang perlu digaris bawahi dalam kasus ini adalah pemanggilan oleh tim

pemeriksa dari BAPEPAM tersebut bukanlah untuk kepentingan peradilan

ataupun penyidikan. Pemanggilan tersebut merupakan pemeriksaan dalam lingkup

wilayah otoritas pasar modal, sekaligus pemenuhan terhadap ketentuan Pasal 100

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 12 Ayat 3 PP No. 46 Tahun

1995 tentang Tata cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, dimana BAPEPAM

memiliki wewenang untuk mengadakan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang

diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang pasar

modal.

Substansi ketentuan Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris ini mutlak menjadi kewenangan MPD, yang tidak dipunyai oleh Majelis

Pengawas Wilayah ataupun Majelis Pengawas Pusat. Ketentuan tersebut berlaku

hanya dalam perkara pidana, karena berkaitan dengan tugas penyidik dan

penuntut umum dalam ruang lingkup perkara pidana. Jadi, apabila seorang notaris

digugat secara perdata, maka izin dari MPD tersebut tidak diperlukan, karena hak

setiap orang untuk mengajukan gugatan jika ada hak-haknya yang terlanggar

akibat kecerobohan atau kelalaian seorang notaris.109

                                                                                                                        108  Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.  

109 Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris, cet. pertama, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2011), hlm 7.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 82: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

68  Universitas  Indonesia  

Sehubungan dengan kasus tersebut di atas, dalam ketentuan Pasal 66 UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengatur sebagai berikut :

Setiap profesi penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak bertentangan110 dengan undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Bila peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal beserta

peraturan pelaksananya diartikan sebagai hukum yang mengatur organisasi dan

kegiatan di bidang pasar modal, maka berdasarkan ketentuan pasal di atas dapat

ditarik kesimpulan, yaitu khusus bagi notaris yang berkegiatan di bidang pasar

modal, hubungan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dengan UU No. 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah Lex Specialis Derogat Lex Generalis.111

Kode etik notaris merupakan suatu standar pemenuhan kualitas minimal

jasa yang diberikan kepada kliennya, dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap

notaris yang berkegiatan di pasar modal untuk mentaatinya. Namun, dalam hal

kode etik dan standar profesi dimaksud bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal beserta peraturan pelaksananya, maka

notaris sebagai profesi penunjang pasar modal harus mengikuti ketentuan yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal beserta

peraturan pelaksananya.

Jika membandingkan dengan langkah yang dilakukan oleh Kepolisian

Negara Republik Indonesia untuk menciptakan suatu ketertiban dan kepastian

hukum, pada tanggal 9 Mei 2006 telah dibuat suatu Nota Kesepahaman atau

                                                                                                                      110 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.

111 Menurut Prof. Bagir Manan , ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas lex specialis derogat legi generalis, yaitu sebagai berikut :

1. Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.

2. Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex generalis (undang-undang dengan undang-undang).

3. Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim) yang sama dengan lex generalis.

 

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 83: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

69  Universitas  Indonesia  

Memorandum of Understanding (MoU) antara INI dengan Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor: 01/MoU/PP-INI/V/2006.

Dalam hal untuk menciptakan tertib hukum dalam industri pasar modal,

maka ada baiknya jika BAPEPAM juga membuat suatu nota kesepahaman

bersama INI dan MPD. Dibuatnya nota kesepahaman tersebut tentunya untuk

dapat menjalin koordinasi yang baik dalam menegakkan hukum di bidang pasar

modal.

2.4.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal

Pasca Diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

Konsekuensi yang timbul bagi industri pasar modal sejak diundangkannya

UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan atau

peraturan peralihan dalam UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, khususnya

ketentuan Pasal 55 Ayat 1, yang mengatur sebagai berikut :

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.112

Praktis pada tanggal 31 Desember 2012, tugas, fungsi dan wewenang

mengenai pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal yang awalnya

dimiliki oleh BAPEPAM beralih ke OJK.

Berdasarkan ketentuan Pasal 66 Ayat 1 Huruf b UU No. 21 Tahun 2011

tentang OJK, sejak undang-undang ini diundangkan sampai dengan beralihnya

fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka

BAPEPAM masih tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.

Mengenai permohonan izin usaha, izin perorangan, surat tanda terdaftar,

ataupun persetujuan melakukan kegiatan usaha yang sedang dalam proses

penyelesaian pada BAPEPAM, sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang                                                                                                                         112 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 84: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

70  Universitas  Indonesia  

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka penyelesaiannya dilanjutkan

ke OJK.113

Begitupula mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap

notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal, sejak diundangkannya UU No. 21

Tahun 2011 tentang OJK, pada dasarnya tidak ada yang berubah. Prosedur dan

mekanisme pengawasan yang digunakan saat ini masih akan diterapkan saat

beralih ke OJK.114 Akan tetapi, sejak diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011

tentang OJK, OJK sebagai lembaga baru yang mengawasi seluruh sektor jasa

keuangan memiliki suatu wewenang baru terkait dengan tugasnya untuk

melakukan perlindungan hukum terhadap konsumen dan masyarakat. Dimana

tadinya wewenang ini tidak dimiliki oleh BAPEPAM.

Wewenang yang dimaksud adalah terkait wewenang OJK untuk

menyediakan pelayanan pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di

lembaga jasa keuangan serta memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen

yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan tersebut.115 Dan OJK juga

berwenang melakukan pembelaan hukum seperti mengajukan gugatan untuk

memperoleh kembali harta kekayaan milik konsumen/masyarakat yang dirugikan

dari pihak yang menyebabkan kerugian ataupun untuk memperoleh ganti kerugian

dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau lembaga jasa

keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.116

Oleh karena itu, notaris sebagai salah satu pelaku di lembaga jasa

keuangan harus bertindak lebih berhati-hati, teliti dan cermat dalam melaksanakan

pekerjaannya sebagai profesi penunjang pasar modal, karena dengan adanya

wewenang istimewa OJK tersebut, tidak menutup kemungkinan bagi investor

                                                                                                                      113 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 67 Ayat 2.

114 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.

115 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit.Pasal 29.

116 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 30 Ayat 1 Huruf b.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 85: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

71  Universitas  Indonesia  

yang merasa dirugikan oleh notaris melakukan aduan kepada OJK yang berujung

dengan diajukannya gugatan kepada notaris.

Selama ini jika terdapat aduan pelanggaran terhadap notaris yang

melakukan kegiatan di pasar modal, sanksi yang akan dikenakan terhadap notaris

tersebut oleh BAPEPAM adalah berupa pemberian denda.117 Denda mana yang

dibayarkan ini akan masuk sebagai penerimaan kas negara. Sedangkan apabila

diajukan gugatan ganti rugi terhadap notaris, maka jika gugatan tersebut

dikabulkan oleh pengadilan, pihak penggugat tentunya berhak atas ganti rugi

secara langsung dari pihak tergugat.

Selama ini seorang investor yang merasa dirugikan oleh tindakan pelaku di

pasar modal bisa saja melakukan gugatannya secara langsung. Namun tentunya

untuk melakukan gugatan secara langsung akan membutuhkan proses yang lebih

lama dan rumit, serta biaya yang tidak sedikit. Investor yang merasa dirugikan

tersebut juga harus mampu mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran agar dapat

mengajukan gugatan.

Dengan kehadirian OJK yang menyediakan layanan pengaduan bagi

investor/konsumen/masyarakat, maka segala aduan tersebut akan terlebih dahulu

diperiksa oleh OJK, dan apabila perlu, terhadap pihak yang diduga melakukan

pelanggaran akan dilakukan klarifikasi. Barulah jika aduan dari

investor/konsumen/masyarakat tersebut sudah memiliki cukup bukti, serta dinilai

penting oleh OJK, maka OJK akan meneruskan aduan tersebut ke tingkat

peradilan.118

                                                                                                                        117   Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, diketahui bahwa alasan terhadap pilihan pemberian sanksi denda kepada notaris yang melakukan pelanggaran di bidang pasar modal adalah juga dengan mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang tidak terlibat dalam pelanggaran, namun bisa jadi ikut dirugikan jika terhadap notaris tersebut diberikan sanksi berupa pencabutan atau pembekuan izin usaha. Karena hal ini akan mengganggu kegiatan di pasar modal itu sendiri.  

118 Memberikan Perlindungan Yang Lebih Baik Kepada Konsumen Jasa Keuangan?,Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan: Pelaksanaan Fungsi Perlindungan Konsumen & Market Conduct Oleh OJK, Jakarta, 11 Oktober, 2012).

 

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 86: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

72  Universitas  Indonesia  

2.5 MACAM-MACAM SANKSI DAN TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN ATAS SANKSI

Notaris sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal tidak akan

terlepas dari ancaman sanksi jika melakukan tindak pidana maupun pelanggaran

terhadap peraturan di bidang pasar modal.

Ada 3 (tiga) macam sanksi yang diterapkan dalam UU No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal, yaitu :

1. Sanksi Administratif

Pasal 102 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur

bahwa penerapan sanksi administratif atas pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal dan/atau peraturan pelaksananya

dapat dikenakan kepada setiap pihak yang memperoleh izin, persetujuan atau

pendaftaran dari BAPEPAM. Salah satunya adalah notaris.

Macam-macam sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada notaris

yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal dan/atau peraturan pelaksananya adalah sebagai berikut :

1) Peringatan tertulis;

2) Denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

3) Pembekuan kegiatan usaha;

4) Pencabutan izin usaha.

Pada penjelasan Pasal 102 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal disebutkan bahwa dalam menerapkan sanksi administratif, BAPEPAM

perlu memperhatikan aspek pembinaan. Maksud dari penjelasan pasal tersebut

yaitu bahwa BAPEPAM harus benar-benar memperhatikan dan

mempertimbangkan terhadap akibat yang lebih besar dari pemberian sanksi.

Misalnya, jika seorang notaris dikenai sanksi pembekuan kegiatan usaha atau

pencabutan izin usaha, bisa jadi pemberian sanksi tersebut malah akan

mengakibatkan dampak yang lebih besar lagi, karena akan ada pihak-pihak,

seperti investor atau emiten lainnya, yang sebenarnya tidak terkait dalam

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 87: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

73  Universitas  Indonesia  

pelanggaran, turut merasakan kerugian akibat terganggunya kegiatan di pasar

modal.119

Sedangkan mengenai sanksi administratif berupa pengenaan denda diatur

lebih rinci dalam ketentuan Pasal 63, 64, dan 65 PP No. 45 Tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal.

Terhadap setiap pihak yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau

pendaftaran dari BAPEPAM dikenakan sanksi denda Rp 100.000,- (seratus ribu

rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan120, dengan maksimal

denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Sedangkan sanksi denda juga dapat dikenakan pada profesi penunjang

pasar modal yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal, dengan denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2. Sanksi Perdata

Sanksi perdata yang dikenakan terhadap notaris sebagai profesi penunjang

pasar modal lebih banyak didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 1365

KUHPerdata, yaitu mengenai perbuatan melawan hukum. Dalam hal ini, pihak

yang mengajukan gugatan bukanlah BAPEPAM, melainkan pihak yang merasa

dirugikan terhadap pekerjaan notaris sebagai profesi penunjang pasar modal.

Hak untuk mengajukan gugatan tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 111

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai berikut :

Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi121, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain

                                                                                                                      119 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Iskandarsyah, dalam kasus sebagaimana yang telah diuraikan oleh penulis pada Sub Bab 2.4.3, pemberian sanksi administratif berupa

bahwa ketika

dalam kegiatan di pasar modal.

120 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, bahwa kewajiban pelaporan yang dimaksud di sini adalah sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan Pasal 7 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal, yaitu pelaporan terhadap setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi dari Notaris, seperti pindah alamat atau cuti notaris.

  121  Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.  

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 88: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

74  Universitas  Indonesia  

yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Untuk dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum, maka harus

terpenuhi terlebih dahulu unsur-unsur berikut ini :

- Harus ada perbuatan;

- Perbuatan tersebut melanggar hukum;

- Harus ada kerugian;

- Harus ada hubungan sebab-akibat antara perbuatan melawan hukum itu

dengan kerugian yang timbul.

Dengan demikian, bagi notaris yang melakukan suatu perbuatan yang

melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dimana karena

perbuatannya itu menyebabkan kerugian, maka kepada notaris tersebut dapat

dilakukan gugatan ganti rugi yang didasarkan pada ketentuan Pasal 1365

KUHPerdata.

3. Sanksi Pidana

Sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap notaris jika terbukti

melakukan pelanggaran di bidang pasar modal, seperti tidak mematuhi atau

menghambat pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka dapat diancam dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,-

(satu miliar rupiah).

Sedangkan sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap notaris jika

terbukti melakukan kejahatan di bidang pasar modal, seperti melakukan kegiatan

di pasar modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 64 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka dapat diancam

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Kejahatan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh notaris sebagai profesi

penunjang pasar modal adalah insider trading. Terhadap notaris jika terbukti

melakukan insider trading, maka dapat diancam dengan pidana penjara paling

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 89: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

75  Universitas  Indonesia  

lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000 (lima belas

milyar rupiah).

Pada tanggal 5 Desember 2012 kemarin, BAPEPAM mengeluarkan suatu

peraturan baru, yaitu Peraturan BAPEPAM No. XIV.B.2 tentang Pengajuan

Permohonan Keberatan Atas Sanksi. Peraturan ini dikeluarkan oleh BAPEPAM

dalam rangka mengakomodir pihak-pihak yang merasa keberatan dengan

pemberian sanksi oleh BAPEPAM.

Bagi notaris yang dikenakan sanksi dapat mengajukan permohonan

keberatan yang disampaikan kepada BAPEPAM secara tertulis, paling lambat 20

hari setelah ditetapkannya sanksi, tanpa memperhitungkan hari libur. Permohonan

keberatan hanya dapat diajukan satu kali untuk setiap sanksi. Dan keputusan

BAPEPAM atas permohonan keberatan bersifat final.

Dalam mengajukan permohonan keberatan, maka permohonan tersebut

paling sedikit harus memuat :

1. Alasan diajukannya permohonan keberatan, yang menyangkut substansi pada

surat sanksi;

2. Hal-hal yang diinginkan oleh pihak yang mengajukan permohonan keberatan.

Dalam memeriksa permohonan keberatan, BAPEPAM dapat meminta

informasi, keterangan, dan/atau dokumen tambahan yang diperlukan kepada

pemohon. Dalam jangka waktu 14 (empat belas hari) setelah ditetapkannya surat

permintaan informasi, keterangan, dan/atau dokumen tambahan tersebut,

pemohon harus memberikan tanggapan kepada BAPEPAM.

Jika permohonan keberatana diajukan atas sanksi administratif berupa

denda yang dikenakan oleh BAPEPAM, maka pembayaran sanksi berupa denda

tersebut sementara ditangguhkan sampai dengan ditetapkannya keputusan

terhadap permohonan keberatan.

Namun apabila permohonan keberatan diajukan atas sanksi administratif

lain, selain saksi denda, maka sanksi tersebut tetap berlaku sampai dengan adanya

keputusan terkait permohonan keberatan.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 90: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

76  Universitas  Indonesia  

2.6 ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PASAR MODAL

Penyelesaian sengketa di bidang pasar modal dapat dilakukan melalui jalur

pengadilan (litigasi), maupun di luar pengadilan (non litigasi). Penyelesaian

sengketa di bidang pasar modal yang dilakukan di luar pengadilan menggunakan

alternatif penyelesaian sengketa, atau yang lebih dikenal dengan istilah alternative dispute resolution (ADR).

Pasar modal memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri jasa

keuangan lainnya. Penyelesaian sengketa dan perselisihan yang cepat menjadi

harapan seluruh pelaku di bidang pasar modal. Oleh karena itu untuk

menjembatani kepentingan tersebut, sejak 9 Agustus 2002 segenap pelaku pasar

modal yang dimotori oleh BAPEPAM bersama dengan Bursa Efek Jakarta, Bursa

Efek Surabaya, KPEI dan KSEI, serta sejumlah pakar hukum dan asosiasi,

membentuk sebuah lembaga arbitrase yang dinamakan Badan Arbitrase Pasar

Modal Indonesia (selanjutnya disebut BAPMI). Praktis sejak saat itu BAPMI

mulai berperan dalam menyelesaikan sengketa bisnis yang terjadi di pasar

modal.122

Definisi dari arbitrase itu sendiri menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa

(selanjutnya disebut UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian

Sengketa) adalah sebagai berikut : Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Yang dimaksud dengan perjanjian arbitrase adalah kesepakatan tertulis

para pihak yang menyatakan bahwa setiap sengketa yang tidak dapat diselesaikan

secara damai, maka akan diselesaikan melalui arbitrase. Perjanjian arbitrase dapat

berupa klausula di dalam perjanjian atau berupa perjanjian tersendiri. Hal inilah

yang sering menyebabkan suatu sengketa di bidang pasar modal yang berkenaan

dengan perkara perdata tidak dapat diselesaikan melalui BAPMI, karena dalam                                                                                                                       122 Tim BEJhttp://www.bapmi.org/in/ref_articles15.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 91: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

77  Universitas  Indonesia  

pilihan hukum yang tercantum dalam perjanjian tidak menuliskan arbitrase

sebagai cara penyelesaian sengketa.

Maka apabila terjadi hal seperti di atas, bagi pihak yang bersengketa dan

tetap ingin melakukan penyelesaian melalui arbitrase, menurut ketentuan Pasal 9

UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa, para pihak

harus membuat suatu perjanjian tertulis dalam bentuk akta notaris yang

ditandatangani oleh para pihak.

Karena BAPMI merupakan arbitrase kelembagaan di pasar modal yang

dibentuk dengan mekanisme dan karakteristik industri di pasar modal, maka

lembaga ini hanya menangani sengketa perdata yang berkaitan dengan kegiatan di

bidang pasar modal, dan hanya apabila diminta oleh para pihak yang bersengketa.

Surat permintaan tersebut harus didasarkan kesepakatan tertulis para pihak bahwa

sengketa akan diselesaikan melalui BAPMI. Tanpa adanya kesepakatan itu

BAPMI tidak mempunyai kewenangan menyelesaikan sengketa dimaksud.

BAPMI tidak mempunyai kewenangan pula untuk menyelesaikan perkara yang

masuk ke dalam ruang lingkup pidana dan administrasi.123

Saat ini BAPMI menyediakan 3 (tiga) jenis penyelesaian sengketa, yaitu

sebagai berikut :

1. Pendapat Mengikat 124

Ada kalanya para pihak dalam suatu perjanjian berbeda pendapat mengenai

suatu persoalan yang berkaitan dengan perjanjian. Misalnya mengenai

penafsiran ketentuan yang kurang jelas atau perubahan pada pelaksanaan

perjanjian sehubungan dengan timbulnya keadaan baru. Pada fase ini belum

timbul sengketa, namun untuk menghindari permasalahan menjadi semakin

membesar, para pihak meminta kepada pihak ketiga yang dianggap netral dan

ahli untuk memberikan pendapatnya atas persoalan itu agar tidak ada lagi beda

penafsiran.

                                                                                                                      123 Ibid. 124 http://www.bapmi.org/in/binding_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 92: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

78  Universitas  Indonesia  

Pendapat Mengikat BAPMI adalah pendapat yang diberikan oleh BAPMI atas

permintaan para pihak mengenai penafsiran suatu ketentuan yang kurang jelas

di dalam perjanjian agar di antara para pihak tidak terjadi lagi perbedaan

penafsiran yang bisa membuka perselisihan lebih jauh.

Pendapat mengikat yang diberikan oleh BAPMI bersifat final dan mengikat

kepada para pihak. Setiap tindakan yang bertentangan dengan pendapat

mengikat dianggap sebagai pelanggaran perjanjian.

2. Mediasi 125

Mediasi BAPMI adalah cara penyelesaian masalah melalui perundingan di

antara para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang netral

dan independen, yang disebut mediator. Mediator tidak memberikan

keputusan atas masalah, ia hanya fasilitator pertemuan guna membantu

masing-masing pihak memahami perspektif, posisi dan kepentingan pihak lain

sehubungan dengan permasalahan yang tengah dihadapi dan bersama-sama

mencari solusi penyelesaiannya. Tujuan dari mediasi adalah dicapainya

perdamaian di antara para pihak yang bermasalah.

3. Arbitrase 126

Arbitrase BAPMI adalah cara penyelesaian sengketa dengan cara

menyerahkan kewenangan kepada pihak ketiga yang netral dan independen,

yang biasa disebut dengan Arbiter. Keputusan yang dijatuhkan oleh Arbiter

bersifat final dan mengikat bagi para pihak, tidak dapat diajukan banding.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa arbitrase BAPMI pada

hakekatnya mirip dengan pengadilan, dan arbiter dalam proses arbitrase

seperti hakim pada proses litigasi, yang membedakannya adalah :

a. Arbitrase merupakan pilihan dan kesepakatan para pihak yang

bersengketa;

b. Proses arbitrase baru dapat dilaksanakan setelah ada permohonan dari

pihak yang bersengketa kepada BAPMI;

                                                                                                                      125 http://www.bapmi.org/in/mediation_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.

126 http://www.bapmi.org/in/arbitration_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 93: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

79  Universitas  Indonesia  

c. Para pihak berhak menentukan apakah arbiter akan berjumlah satu (arbiter

tunggal) atau lebih (majelis arbitrase);

d. Para pihak bebas menentukan tempat arbitrase;

e. Para pihak berhak memilih arbiter;

f. Arbiter dipilih berdasarkan keahliannya;

g. Proses persidangan dilangsungkan menurut peraturan BAPMI;

h. Persidangan Arbitrase berlangsung tertutup untuk umum;

i. Putusan Arbitrase tidak mengenal preseden atau yurisprudensi;

j. Arbiter dapat mengambil keputusan atas dasar keadilan dan kepatutan (ex aquo et bono), tidak semata-mata atas dasar ketentuan hukum;

k. Putusan arbitrase tidak dapat diajukan banding.

Jenis penyelesaian sengketa yang telah disediakan oleh BAPMI bisa

dipilih oleh para pihak yang disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik sengketa

dan harapan para pihak terhadap solusi yang diinginkan. Alternatif penyelesaian

sengketa di luar pengadilan sebenarnya sangat memenuhi kebutuhan pelaku pasar

yang menghendaki penyelesaian sengketa yang tidak berlarut-larut.

Pilihan penyelesaian sengketa di bidang pasar modal melalui BAPMI

dapat mengurangi resiko yang biasanya muncul dalam proses berlitigasi di

pengadilan. Resiko yang dimaksud adalah hilangnya waktu karena proses

persidangan yang berlarut-larut, rusaknya reputasi para pihak, namun jika

penyelesaian sengketa dilakukan melalui BAPMI, maka penyelesaian perkara

akan dilakukan secara tertutup, serta memakan biaya yang banyak, sedangkan

biaya dalam melakukan penyelesaian sengketa melalui BAPMI sudah dapat

diperkirakan sebelumnya

Dengan demikian, apabila ada pihak yang merasa dirugikan atas

akta/perjanjian/dokumen/surat yang dibuat oleh notaris sebagai profesi penunjang

pasar modal, alangkah baiknya jika penyelesaian sengketa tersebut dilakukan

melalui salah satu dari jenis penyelesaian sengketa yang disediakan oleh BAPMI,

bukan melalui jalur pengadilan.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 94: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

80  Universitas  Indonesia  

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

dengan pokok-pokok permasalahan yang ada terkait pengawasan terhadap notaris

yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Implikasi yuridis pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

terhadap pengawasan notaris yang berkegiatan di pasar modal yaitu jika

selama ini yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah BAPEPAM,

maka setelah fungsi, tugas dan wewenang BAPEPAM beralih ke OJK,

pengawasan terhadap notaris yang melakukan kegiatan di pasar modal akan

dilakukan oleh OJK.

Akan tetapi timbul suatu konsekuensi baru dari pelaksanaan pengawasan yang

dilakukan oleh OJK. Pasal 29 - 30 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK

memberikan wewenang kepada OJK untuk melakukan pembelaan hukum

dengan cara melakukan gugatan, yang mana wewenang ini tidak dimiliki oleh

BAPEPAM sebelumnya.

Gugatan tersebut dilakukan oleh OJK dengan tujuan mendapatkan ganti rugi

dari pihak yang menyebabkan kerugian pada investor sebagai akibat dari

pelanggaran atas peraturan di bidang pasar modal. Oleh karena itu, notaris

sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal berpotensi menjadi pihak

tergugat, apabila tidak melakukan peran dan tanggung jawabnya dalam

kegiatan pasar modal sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang pasar

modal.

Dampak lain terhadap notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal dengan

beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang BAPEPAM ke OJK yaitu adanya

pungutan wajib bagi notaris. Selama ini notaris yang berkegiatan di pasar

modal tidak diwajibkan untuk membayar apapun oleh BAPEPAM. Sedangkan

pungutan oleh OJK tersebut timbul akibat adanya ketentuan dalam Pasal 34

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 95: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

81  Universitas  Indonesia  

Ayat 2 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK. Dan khusus untuk notaris

sebagai profesi penunjang pasar modal diwajibkan untuk membayar biaya-

biaya sebagai berikut :

1) Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian sebesar Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000,- (dua juta

rupiah).

2) Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseorangan sebesar Rp

5.000.000,- (lima juta rupiah).

2. Pada dasarnya mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang

berkegiatan di bidang pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun

2011 tentang OJK adalah tidak berbeda. Mekanisme dan prosedur pengawasan

yang ada saat ini masih akan tetap diterapkan ketika tugas, fungsi, dan

wewenang BAPEPAM beralih ke OJK. Hanya saja bagaimana cara

memahami dan membaca peraturan terkait pengawasan di bidang pasar modal

yang sudah ada saat ini, yang harus diubah. Jika peraturan yang ada selama ini

bertuliskan kata BAPEPAM, maka nantinya harus dibaca dan dipahami

sebagai OJK.

Mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di

bidang pasar modal tersebut akan tetap dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut :

1) Mewajibkan pendaftaran bagi notaris yang melakukan kegiatan di bidang

pasar modal.

Persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi notaris yang melakukan

kegiatan di pasar modal diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1

tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

masih terdapat celah dalam peraturan tersebut yang dapat berpotensi

menyebabkan lembaga pengawas pasar modal mengalami kesulitan untuk

menegakkan hukum di bidang pasar modal.

Celah yang dimaksud adalah tidak diaturnya dalam persyaratan

pendaftaran notaris tersebut mengenai kesanggupan notaris untuk

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 96: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

82  Universitas  Indonesia  

diperiksa oleh lembaga pengawas pasar modal apabila terdapat dugaan

pelanggaran di bidang pasar modal yang membutuhkan penjelasan atau

klarifikasi dari notaris yang bersangkutan.

2) Melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang diduga

melakukan pelanggaran di bidang pasar modal.

Berdasarkan hasil analisa dan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,

maka secara garis besar dapat disimpulkan mekanisme dan prosedur

pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang diduga melakukan

pelanggaran di bidang pasar modal adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : Prosedur dan Mekanisme Pemeriksaan dan Penyidikan Terhadap Notaris

Yang Diduga Melakukan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal  

                                                       

Dugaan pelanggaran.

Penetapan Ketua BAPEPAM dapat dimulainya pemeriksaan.

Pemeriksaan oleh tim pemeriksa untuk mengumpulkan data, informasi, dan/atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran.

Pelanggaran terbukti dilakukan oleh notaris.

Pelanggaran bersifat administratif.

Penetapan sanksi administratif oleh BAPEPAM, yaitu berupa peringatan

tertulis, denda, pembekuan kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha.

Pelanggaran bersifat pidana.

Apabila BAPEPAM berpendapat pelanggaran tersebut mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal

dan/atau membahayakan kepentingan investor/masyarakat.

 

Penetapan Ketua BAPEPAM dapat dimulainya penyidikan.

Penyidikan dilakukan oleh pejabat PNS tertentu di lingkungan BAPEPAM yang diberi wewenang sebagai penyidik.

Dari hasil penyidikan terkumpul bukti permulaan yang cukup

Hasil penyidikan diserahkan oleh penyidik kepada penuntut umum untuk dilakukan penuntutan.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 97: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

83  Universitas  Indonesia  

3.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,

maka penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan fungsi pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di bidang

pasar modal sebagai berikut :

1. Selama ini pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan

di pasar modal dapat dikatakan berpotensi menimbulkan kesulitan bagi

lembaga pengawas pasar modal, apabila suatu waktu diperlukan pemeriksaan

atau klarifikasi terhadap notaris atas dugaan pelanggaran yang terjadi.

Potensi yang dimaksud dapat menimbulkan kesulitan yaitu disebabkan karena

masih adanya celah dari peraturan itu sendiri. Peraturan BAPEPAM No.

VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Bidang

Pasar Modal tidak mengatur dalam persyaratan pendaftaran mengenai

kesanggupan/kesediaan notaris untuk diperiksa oleh lembaga pengawas pasar

modal apabila ada dugaan pelanggaran yang terjadi. Hal tersebut tentunya

dapat dijadikan celah oleh notaris untuk menolak atau menunda-nunda

panggilan pemeriksaan. Dengan demikian, akan lebih baik jika hal tersebut

dijadikan salah satu syarat bagi notaris untuk dapat melakukan kegiatan di

bidang pasar modal.

2. Selama ini kurangnya koordinasi serta tumpang tindih lembaga pengawas

yang berwenang melakukan pengawasan terhadap notaris menyebabkan

pemeriksaan terhadap notaris yang diduga melakukan pelanggaran di bidang

pasar modal terhambat. Oleh karena itu, akan lebih baik nantinya jika dibuat

suatu nota kesepahaman antara OJK dengan INI.

Nota kesepahaman dimaksud harus mengatur dalam hal adanya dugaan

pelanggaran di bidang pasar modal, yang melibatkan atau membutuhkan

klarifikasi dari notaris, dan sepanjang dugaan pelanggaran tersebut berkaitan

dengan tugas dan tanggung jawab notaris di bidang pasar modal, maka OJK

berwenang untuk memanggil notaris yang bersangkutan guna dilakukan

pemeriksaan. Selain itu, INI juga dapat diberi wewenang untuk dapat

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 98: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

84  Universitas  Indonesia  

mendampingi jalannya pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK terhadap notaris

yang bersangkutan.

Dengan demikian, nota kesepahaman ini diharapkan dapat menjadi salah satu

upaya untuk memaksimalkan penegakan hukum dan pengawasan di bidang

pasar modal.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 99: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

85  Universitas  Indonesia  

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adjie, Habib. Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris. Cet. Kedua.

Jakarta: PT Refika Aditama, 2009.

-----------------. Majelis Pengawas Notaris. Cet. Pertama. Jakarta: PT Refika

Aditama, 2011.

Anwar, Jusuf. Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Di Indonesia. Cet. Pertama. Bandung: PT ALUMNI, 2008.

Balfas, Hamud. Hukum Pasar Modal Indonesia. Cet.Revisi. Jakarta: PT.

Tatanusa, 2012.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Hadibroto, HS dan Oemar Witarsa. Sistem Pengawasan Intern. Cet. Pertama.

Jakarta: BPFE, 1984.

Harinowo, Cyrillus. IMF: Penangan Krisis Dan Indonesia Pasca-IMF. Cet.

Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004

Hariyani, Iswi dan Serfianto. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Cet.Pertama. Jakarta: Desember 2010.

HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Cet. Kedua. Yogyakarta: UII Press,

2003.

Dalam Program Stabilisasi IMF dan Implikasinya Terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia. Jakarta: LIPI, 2001.

Khairandy, Ridwan. Hukum Pasar Modal I. Cet. Pertama. Yogyakarta: FH UII

Press, 2011.

Koetin. Analisis Pasar Modal. Cet. Keempat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

2002.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 100: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

86  Universitas  Indonesia  

Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Cet.

Keempat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia, 2008.

Winarto, Jasso. Ed. Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ. Cet. Pertama. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Sujamto. Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan. Cet. Pertama. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1986.

Suta, I Putu Gede Ary. Menuju Pasar Modal Modern. Cet. Pertama. Jakarta:

Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000.

Tobing, Lumban. Peraturan Jabatan Notaris. Cet. Kedua. Jakarta: Erlangga,

1983.

Tumanggor, MS. Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan: Pasar Uang, Pasar Modal, Dan Penanaman Modal. Cet. Pertama. Jakarta: Penerbit F Media,

2012.

JURNAL/ARTIKEL/MAJALAH

Bank & Manajemen: Cakrawala Baru Dunia Perbankan & Manajemen 108 (Juli-Agustus 2009).

TESIS

Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Rangka

Perlindungan Investor (Analisis: Sengketa Hukum Pihak Ketiga Yang

Mempengaruhi Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Oleh PT Jasa Marga)

Tesis Universitas Indonesia. Jakarta, 2010.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 101: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

87  Universitas  Indonesia  

MAKALAH

Seminar tentang Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK. Jakarta, 22

November, 2012.

Seminar tentang Era Baru Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan:

Pelaksanaan Fungsi Perlindungan Konsumen & Market Conduct Oleh

OJK. Jakarta, 11 Oktober, 2012.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal. UU No. 8 Tahun 1995. LN No. 64

Tahun 1995. TLN No. 3608.

-------------. Undang-Undang Bank Indonesia. UU No. 23 Tahun 1999. LN No. 66

Tahun 1999. TLN No. 3843.

-------------. Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. UU No. 3

Tahun 2004. LN No. 7 Tahun 2004. TLN No. 4357.

-------------. Undang-Undang Jabatan Notaris. UU No. 30 Tahun 2004. LN No.

117 Tahun 2004. TLN No. 4432.

-------------. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. UU No. 21 Tahun 2011.

LN No. 111 Tahun 2011. TLN No. 5223.

-------------. Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 45. Tahun 1995. LN No. 86 Tahun 1995. TLN No. 3617.

-------------. Peraturan Pemerintah Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 46 Tahun 1995. LN No. 87 Tahun 1995. TLN No. 3618.

-------------. Peraturan Pemerintah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 12 Tahun 2004. LN No. 27 Tahun 2004. TLN No. 4372.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 102: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

88  Universitas  Indonesia  

-------------. Peraturan Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal. Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1.

-------------. Peraturan Pengajuan Permohoanan Keberatan Atas Sanksi. Peraturan BAPEPAM No. XIV.B.2.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan

oleh Soebekti. Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.

Kode Etik Notaris. Ikatan Notaris Indonesia. Bandung, 28 Januari 2005.

INTERNET

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4961/bisnis-jasa-keuangan-

semakin-liar-ojk-mendesak-dibentuk. Diunduh pada tanggal 6 Agustus

2012.    

http://www.imf.org/external/np/loi/103197.htm. Diunduh pada tanggal 20

Juli 2012.  

http://www.bapmi.org/in/arbitration_intro.php. Diunduh

pada tanggal 8 Desember 2012.

http://www.bapmi.org/in/mediation_intro.php. Diunduh pada

tanggal 8 Desember 2012.

http://www.bapmi.org/in/binding_intro.php.

Diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/kas us-wahanaartha-harsaka.pdf. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.  

BAPEPAM

http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_bapepam.htm. Diunduh pada

tanggal 17 Juli 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013

Page 103: PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-T32617-Atas Rihajeng.pdf · TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN TESIS Diajukan sebagai salah satu

   

89  Universitas  Indonesia  

http://www.investorpialang.com/read-news-9-28-1650-

the-korean-invasion--2-.investor.pialang. Diunduh pada tanggal 20

November 2012.

http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000814.html. Diunduh pada tanggal 17

Juli 2012.

Lembaga Manajemen, Keuangan, Dan Akuntansi Pasar Modal (LMKA).

http://www.lmkapm.com/about_lmka.php?b=in. Diunduh pada tanggal 28

Desember 2012.

http://m.inilah.com/read/detail/95785/rights-issue-star-pacific-cacat- hukum. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.

bagai Harapan Baru

http://bem.feb.ugm.ac.id/index.php/publication/kajian/87-

otoritas-jasa-keuangan-sebagai-harapan-baru-indonesia. Diunduh pada

tanggal 6 Agustus 2012.

Tim BEJ. BAPMI Alternatif Penyelesaian

http://www.bapmi.org/in/ref_articles15.php. Diunduh pada tanggal 28

Desember 2012.

WAWANCARA PRIBADI

Asmawidjaja, Mufli. Dilakukan pada tanggal 4 November 2012.

Untari. Dilakukan pada tanggal Iskandarsyah. Dilakukan pada tanggal 28

Desember 2012.

Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013