pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334354-t32617-atas...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
TESIS
ATAS RIHAJENG 1006827814
FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
SALEMBA JANUARI, 2013
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kenotariatan
ATAS RIHAJENG 1006827814
FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
SALEMBA JANUARI, 2013
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas . Penelitian tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono, S.H., M.H., selaku Ketua Sub Program
Magister Kenotariatan Universitas Indonesia.
2. Bapak Dr. Miftahul Huda, S.H., LL.M., selaku dosen pembimbing, yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikiran di tengah kesibukan beliau untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
3. Bapak Akhmad Budi Cahyono, S.H., M.H. dan Ibu Wenny Setiawati, S.H.,
M.LI., selaku dosen penguji.
4. Seluruh dosen Magister Kenotariatan UI yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, dan juga seluruh staf di Biro Pendidikan yang telah banyak
membantu penulis mengurusi persuratan, khususnya saat melakukan riset untuk
keperluan penulisan tesis ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Soeparto Atmodihardjo, S.H., dan Ibu R.A.
Atas Farida, yang selama ini tiada hentinya selalu mengirimkan doa dan
memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
6. Kakak kandung dan kakak ipar tercinta, Biromo Nayarko, S.H., M.Kn. dan
Mariem Triasmita, S.H., serta keponakan tersayang, Malla Pramidita Abirama,
yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar segera
menyelesaikan penulisan tesis ini.
7. Bapak Mufli Asmawidjaja, Ibu Untari, dan Bapak Iskandarsyah, selaku
pejabat-pejabat di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang telah
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
v Universitas Indonesia
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia diwawancarai
oleh penulis dalam usaha memperoleh data yang diperlukan oleh penulis.
8. Teman sekaligus sahabat, baik di dalam kampus, maupun di luar kampus :
Nalia Safitri yang telah banyak direpotkan untuk menemani riset keperluan
penulisan tesis ini, Rahma Adhyatmika dan Wardhani Prihartiwi yang juga
telah banyak direpotkan selama masa perkuliahan, Tika Amelia dan Elza
Huzaifah Nirmaliana yang selalu berbagi segala cerita. Terimakasih untuk setiap hal gila, canda dan tawa selama ± 2 tahun yang membuat penulis bersemangat dan tidak bosan menjalani kuliah. Sukses untuk kita semua! Amin.
9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan dalam masa perkuliahan : Gladys
Raditya Sartika yang telah bersama- berjuang untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini tepat waktu, Mufthia Ramadhani dan Muti
Mutmainnah yang telah membantu dan bersedia berbagi untuk keperluan
penulisan tesis ini, Kadek Puspa, Puti Arfina, Sari Jacob, dan seluruh Keluarga
Besar Magister Kenotariatan UI 2010 yang telah bersama-sama dalam suka dan
duka ± 2 tahun yang tidak tertulis karena keterbatasan ruang.
10. Sahabat-sahabat yang terlalu sering direpotkan dan selalu bersedia menjadi
tempat berbagi, baik disaat senang maupun duka : Hardiatmi Amanda, Intan
Permatasuri, Belia Hapsarini, Carina Anandilla, Kensa Glikaresha Kristalisa,
Alia Yakub, Ridia Resti Anggraeni, Ita Liherty dan Sari Wani.
11. Teman, sahabat, kakak, sekaligus keluarga semasa di Yogyakarta : Dien
Anggraeni, Yansiska, Dara Faradisa, Annisa Dian Arini, Anissa Nirwany,
Tania Heriesti, Aryo Baskoro Jati, Andhika Farmaria, Diersa Pratama,
Mohammad Fitriansyah, Rechsa Saputra, Aulia Rakhmah, Fauziah Noor
Imaniar, Sutanto Syambas Efendi, Andila Primahutomo, Kartiko Pandu
Bawono, Fandi Jauhari, Taufik Hidayat (+ Difa Adelia), Pieter Rentanubun,
Adhing Tedhalosa, dan Alifrian Fajri. Rindu menghabiskan waktu bersama sambil bercanda dan tertawa menikmati suasana Jogja, dan terimakasih Yogyakarta yang telah berbaik hati memberikan sedikit ruangnya kepada penulis untuk menuntut ilmu dan berhasil membuat penulis selalu ingin pulang lagi
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
vi Universitas Indonesia
12. Seluruh pihak yang terbatas untuk disebutkan satu per satu dalam lembar ini
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga
tersusunnya tesis ini.
Jakarta, 16 Januari 2013
Penulis
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : ATAS RIHAJENG Program Studi : Magister Kenotariatan Judul : Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Bidang : Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 : Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam industri pasar modal Indonesia, terdapat banyak profesi penunjang yang terlibat di dalam kegiatan pasar modal, salah satunya adalah notaris. Peran notaris di bidang pasar modal antara lain berkaitan dengan pembuatan akta-akta otentik untuk penerbitan efek dan akta-akta pendukungnya. Akta-akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna di muka pengadilan. Melihat pentingnya kedudukan akta otentik yang dibuat oleh notaris, sudah selayaknya dilakukan pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal. Selama ini BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) merupakan otoritas tertinggi dalam industri pasar modal yang diberikan mandat atau kewenangan oleh UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan di bidang pasar modal. Akan tetapi, pada tanggal 22 November 2011 telah diundangkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ), yang kemudian menjadi landasan hukum dibentuknya suatu lembaga pengawasan baru seluruh sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Dan pada tanggal 31 Desember 2012, fungsi pengaturan dan pengawasan industri pasar modal beralih dari BAPEPAM ke OJK. Tesis ini meneliti dan menganalisis mengenai implikasi yuridis, prosedur, dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis-normatif, melalui studi dokumen dan wawancara dengan pejabat-pejabat BAPEPAM yang berwenang menjalankan fungsi pengawasan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa implikasi yuridis terhadap pengawasan notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK yaitu jika selama ini yang melakukan pengawasan adalah BAPEPAM, maka nantinya pengawasan akan dilakukan oleh OJK. Sedangkan mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK pada dasarnya adalah sama, atau tidak mengalami perubahan sebagaimana pengawasan yang dilakukan pada masa di bawah BAPEPAM, namun secara teknis untuk memahami dan membaca peraturan terkait pengawasan di bidang pasar modal yang sudah ada saat ini yang harus diubah, jika dalam peraturan tersebut tertulis kata BAPEPAM, maka nantinya dibaca dan dipahami menjadi OJK. Kata Kunci : Pengawasan, Notaris, Pasar Modal, BAPEPAM, OJK
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : ATAS RIHAJENG Studies Program : Magister of Notary Title : Supervision on Notary Public Who is Conducting : Activities In The Indonesian Capital Market After : The Enactment of Law No. 21/2011 Regarding The : Financial Services Authority In the Indonesian capital market, there are many professionals who is involved in capital market, one of them is notary public. The role of notary public in the Indonesian capital market, among others, is related to drafting authentic deeds in issuing the securities and other its supporting documents. Authentic deeds drawn up in front of or by the notary public shall be conclusive evidence before the courts. Considering the importance of the status of authentic deeds made by the notary public, it is necessary to conduct a supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market. Currently, BAPEPAM (The Capital Market Supervisory Agency) is the highest authority in the Indonesian capital market industry which given mandate or authority by Law No. 8/1995 regarding Capital Market to provide the guidance, regulation, and supervision of the capital market. However, on November 22, 2011, The Law No. 21/2011 regarding The Financial Services Authority ( OJK ) was enacted, which then it became the legal basis of the establishment of a new integrated supervisory institution for all financial services sectors. The function of regulation and supervision of capital market transferred from BAPEPAM to OJK on December 31, 2012. This thesis researched and analyzed the legal implication, procedure and mechanism to supervise the notary public who is conducting activities in the capital market, after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK. The research was conducted using a juridical-normative method, through documents study and interviews with
functionaries who has authority to conducting the supervision. The research found that the legal implication on the supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK is, if currently the function of supervision is provided by BAPEPAM, then in the future the supervision will be provided by OJK. Meanwhile, the mechanism and procedure of supervision to the notary public who is conducting activities in the capital market after the enactment of Law No. 21/2011 regarding OJK is basically the same, or no change such as supervision conducted under the BAPEPAM at the time, but technically to understand and read the regulation related with supervision in the capital market which still applicable now that shall be changed, if in the regulation is written BAPEPAM, then it shall be read and understood as OJK. Key Words : Supervision, Notary, Capital Market, BAPEPAM, OJK
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...... ii
LEMBAR PENGESAHAN . iii
KATA PENGANTAR .. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii
ABSTRAK ................ viii
ABSTRACT .............. ix
DAFTAR ISI ............. x
DAFTAR LAMPIRAN .. xii
DAFTAR GAMBAR . xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1
1.2 ..... 11
1.3 11
1.4 .. 11
1.5 ... 12
1.6 .. 15
BAB 2 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG
BERKEGIATAN DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
2.1 Pasar Modal Indonesia
2.1.1 Definisi ............ . 17
2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia .. 19
2.1.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang BAPEPAM .. 22
2.1.4 24
2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Profesi
28
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
xi Universitas Indonesia
2.2 OJK sebagai Pengganti dari BAPEPAM
2.2.1 Pembentukan OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa
Keuangan d ..... 32
2.2.2 Tujuan dan Asas-asas Pemb 36
2.2.3 Fungsi, Tugas d .. 37
2.2.4 Pungutan oleh OJK Terhadap Notaris yang Melakukan
Kegiatan d . 38
2.3 Kejahatan dan Pelanggaran di Bidang Pasa .. 40
2.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar
Modal
2.4.1 Pengertian Penga ... 44
2.4.2 Prosedur dan Mekanisme Pengawasan Terhadap Notaris
yang Berkegiatan d ......................... 47
2.4.2.1 Kewajiban Pendaftaran sebagai Bentuk Pengawasan
Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal ..... 48
2.4.2.2 Pemeriksaan dan Penyidikan sebagai Bentuk Pengawasan
Terhadap.Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal 53
2.4.3 Temuan Penelitian
2.4.3.1 Kasus Po 61
2.4.3.2 Analisa 63
2.4.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di
Pasar Modal Pasca Diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011
t .. 69
2.5 Macam-macam Sanksi dan Tata Cara Pengajuan
Keberatan a 72
2.6 Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang Pasar Modal 76
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 80
3.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA ..... 85
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
xii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN 1. S
Penetapan Sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM
2. Surat dari Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 perihal Naskah
Dokumen dari Luar Negeri yang mempunyai akibat hukum di Indonesia dan
Staatsbald 1909 Nomor 291 beserta terjemahannya;
3. Poin 68 - 71 Lampiran Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor:
09/A/KP/XII/2006/01 tertanggal 28 Desember 2006 tentang Panduan Umum
Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;
4. Pasal 56 65 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di
Bidang Pasar Modal;
6. Peraturan BAPEPAM Nomor VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang
Melakukan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;
7. Kode Etik Notaris oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), Bandung, 27 Januari
2005.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Prosedur dan Mekanisme Pemeriksaan dan Penyidikan Terhadap
: Notaris yang Diduga Melakukan Pelanggaran di Bidang Pasar
: Modal
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya dunia perekonomian secara global, khususnya di
Indonesia, mengakibatkan berbagai perusahaan semakin giat meningkatkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih modal. Peningkatan dan
pengembangan usaha tersebut tentunya membutuhkan dana yang sangat besar,
oleh karena itu perusahaan harus mampu mencari sumber-sumber yang dapat
menyediakan dana dalam jumlah yang besar. Sumber dana tersebut dapat
diperoleh suatu perusahaan dari berbagai macam sumber, salah satunya adalah
pasar modal.
Di beberapa negara maju, salah satu titik tonggak dalam karier di bidang
bisnis dan keuangan adalah bila seseorang telah berhasil memiliki dan mengelola
suatu perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat.1 Hal tersebut akan menjadi suatu
kebanggaan apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di bursa.
Dengan mengajak masyarakat sebagai pemodal untuk turut memiliki saham
perusahaan, maka akan tercipta suatu hubungan mutualisme, dimana masyarakat
pemodal dapat melakukan investasi, sedangkan perusahaan akan memperoleh
tambahan modal.
Melihat betapa pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian suatu
negara, serta dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka dirasakan perlu
adanya suatu badan pengawas yang bertugas untuk mengawasi kegiatan di pasar
modal. Badan pengawas pasar modal ini diberi kewenangan untuk melaksanakan
dan menegakkan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal).
Ketika pasar modal dihidupkan kembali pada tahun 1976, dibentuklah
BAPEPAM, yang merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal. 1 Koetin, Analisis Pasar Modal, cet. keempat, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), hlm 61.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
2 Universitas Indonesia
Pada mulanya, selain bertindak sebagai penyelenggara, BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal) sekaligus merupakan pembina dan pengawas pasar
modal. Namun, akhirnya dualisme tersebut ditiadakan pada tahun 1990 dengan
keluarnya Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal.
Dualisme fungsi BAPEPAM tersebut dihapus, sehingga BAPEPAM hanya
memfokuskan diri pada fungsi pengawasan dan pembinaan Pasar Modal.2 Dengan
demikian, BAPEPAM yang pada awalnya merupakan singkatan dari Badan
Pelaksana Pasar Modal, berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Hal tersebut kemudian dipertegas dengan adanya Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 503/KMK.01/1997 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BAPEPAM, bahwa BAPEPAM adalah pelaksana tugas di bidang
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan pasar modal yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan, dan dipimpin
oleh seorang Ketua.3
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, Indonesia dilanda oleh krisis
moneter, yang pada akhirnya berdampak dengan memburuknya kondisi
perekonomian nasional. Krisis tersebut bermula dari efek penularan atas krisis
serupa yang terjadi di Thailand yang kemudian menyebar ke negara-negara di
kawasan Asia Timur lainnya.
Awalnya tak ada yang memperkirakan bahwa krisis di Thailand tersebut
mampu dengan dahsyatnya meruntuhkan perekonomian Indonesia hanya dalam
waktu singkat. Dampak dari terjadinya krisis tersebut di Indonesia adalah
melemahnya kurs mata uang rupiah. Selain itu banyak perusahaan, mulai dari
yang berskala kecil sampai berskala besar, mau tidak mau harus ditutup, sehingga
mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang cukup besar.
Pengangguran pun melonjak dengan sangat tajam. Dan yang semakin
memperburuk keadaan adalah naiknya segala harga kebutuhan pokok.
2 http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_bapepam.htm, diunduh pada tanggal 17 Juli 2012.
3 Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, (Jakarta, Salemba Empat, 2001), hlm 14.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
3 Universitas Indonesia
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menstabilkan kurs
rupiah nyatanya tidak membuahkan hasil. Menghadapi situasi tersebut, Presiden
Republik Indonesia ketika itu, Soeharto, mulai mempertimbangkan untuk
mengundang International Monetary Fund (selanjutnya disebut IMF).
Pertimbangan ketika itu untuk meminta bantuan kepada IMF adalah bahwa
Indonesia mempunyai pengalaman dalam menangani krisis bersama IMF4, serta
pengalaman IMF sendiri dalam menangani krisis di berbagai belahan dunia5.
Selain itu, kehadiran IMF juga dipandang perlu dari segi dukungannya terhadap
kredibilitas pemerintah, terutama bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi,
ketika itu pemerintah Indonesia juga sepenuhnya sadar akan berbagai persyaratan
yang diajukan oleh IMF jika suatu negara anggota meminta bantuan biaya.6
Muhammad dan Soedradjad Djiwandono, pada saat itu menjabat sebagai Menteri
Keuangan Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia, secara resmi
4 dari IMF. Namun pada tahun 1966, ketika dimulainya rezim orde baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, Indonesia mulai membuka kembali hubungan dengan IMF. Pada masa pergantian kekuasaan di tahun 1966 tersebut, dimana keadaan perekonomian Indonesia sedang kacau balau, IMF dikirim untuk membantu menyiapkan program ekonomi Indonesia. Bantuan itu sendiri baru disetujui oleh IMF pada tanggal 19 Februari 1968, yaitu melalui Standby Arrangement. Bantuan dari IMF saat itu sungguh dirasakan besar manfaatnya, bukan hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari segi pembangunan sumber daya manusia. Dalam keadaan negara yang sedang kacau balau, bantuan tersebut menjadi tidak ternilai harganya. Hal yang paling penting dalam proses pemberian bantuan IMF kepada Indonesia saat itu adalah merestrukturisasi utang-utang pemerintah Indonesia. Utang pemerintah yang telah menjadi beban yang hampir tidak tertanggungkan, dan adanya risiko kebangkrutan pemerintah di awal pemerintahan orde baru, pada akhirnya berhasil ditata dengan lebih baik melalui serangkaian perundingan di Paris Club, dimana IMF adalah salah satu motornya. Oleh karena itu, pengalaman tersebut merupakan faktor positif
IMF: Penangan Krisis Dan Indonesia Pasca-IMF, cet. pertama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm 31-33.
5 ksiko mengalami krisis mata uang yang hampir melumpuhkan negara tersebut. Bahkan krisis tersebut juga mempengaruhi perekonomian seluruh Amerika Latin. Inilah pertama kalinya dikenal istilah contagion, yaitu penularan krisis dari satu tempat ke tempat yang lain. Untuk mengatasi krisis tersebut, IMF bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Bank for International Settlements (BIS) menyiapkan bantuan untuk Meksiko. Untuk pelaksanaannya, Meksiko harus melakukan program reformasi yang dirancang oleh IMF untuk bisa mencairkan dana bantuan. Dengan disepakatinya hal tersebut, pasar bereaksi sangat positif. Bursa saham Meksiko langsung melejit naik dalam satu hari, sementara bursa saham di negara-negara lainnya di Amerika Latin juga menikmati perkembangan yang sama. Pada akhirnya krisis dapat diselesaikan dengan baik. Pemerintah Meksiko juga berhasil mengembalikan pinjamannya kepada IMF sesuai
Ibid, hlm 194-200.
6 Ibid, hlm 31-34.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
4 Universitas Indonesia
mengajukan Letter of Intent (selanjutnya disebut LOI) kepada IMF.7 LOI ittu
sendiri adalah dokumen yang menggambarkan langkah-langkah kebijakan yang
akan dilakukan oleh suatu negara yang tergabung sebagai negara anggota IMF,
dalam kaitannya dengan permintaan negara tersebut untuk memperoleh dukungan
pembiayaan dari IMF.8 Dengan demikian, LOI tersbeut disusun oleh negara yang
mengajukan permintaan untuk memperoleh pinjaman dari IMF, dimana di dalam
LOI tersebut berisi rencana kebijakan yang akan diimplementasikan oleh
pemerintah negara yang bersangkutan.
Layaknya seorang kreditur yang akan memberikan pinjaman kepada
seorang debitur, maka pinjaman dana yang akan diberikan oleh IMF tidaklah
diberikan secara cuma-cuma. Pinjaman IMF tersebut diberikan bersamaan dengan
suatu program reformasi yang dijanjikan oleh pemerintah Indonesia. Program
inilah yang secara rinci termuat dalam LOI.9 Jika program-program dalam LOI
tersebut disepakti oleh IMF, barulah dana bantuan dapat diberikan. LOI antara
pemerintah Indonesia dan IMF harus mengalami beberapa kali evaluasi yang
berujung pada penandatanganan kembali LOI pada tanggal 15 Januari 1998, 10
April 1998, 24 Juni 1998, November 1998, 23 November 1999, dan 13 Desember
2001.10
Sebagaimana yang ditulis oleh Jusmaliani, staf peneliti LIPI (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa kesepakatan-kesepakatan awal yang tertuang
dalam permintaan Indonesia pada IMF tersebut terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu
kerangka kebijaksanaan makro ekonomi, restrukturisasi sektor keuangan, dan
reformasi struktural.11
7 http://www.imf.org/external/np/loi/103197.htm, diunduh pada tanggal 20 Juli 2012.
8 http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000814.html, diunduh pada tanggal 17 Juli 2012.
9 Harinowo, op.cit, hlm 94.
10 dalam Program Stabilisasi IMF dan Implikasinya Terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia, (Jakarta: LIPI, 2001), hlm 80-81.
11 Ibid, hlm 59-61.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
5 Universitas Indonesia
Salah satu catatan penting dalam sejarah perjalanan hubungan antara
pemerintah Indonesia dengan IMF pada masa penanganan krisis ekonomi tersebut
yaitu dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia (selanjutnya disebut UU No 23 Tahun 1999 tentang BI). Dan sesuai
dengan ketentuan Pasal 34 Ayat 1 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI
diamanatkan untuk pembentukan suatu lembaga pengawas jasa keuangan yang
akan melakukan pengawasan terhadap bank, perusahaan-perusahaan sektor jasa
keuangan lainnya, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan
dana masyarakat.
Hal penting yang juga harus digaris bawahi bahwa lembaga pengawas
yang dimaksud harus independen dan berkedudukan di luar pemerintah.
Kemudian perdebatan pun terjadi tentang bentuk lembaga seperti apa yang sesuai
dan nantinya akan dibentuk untuk memenuhi amanat ketentuan Pasal 34 Ayat 1
UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI tersebut.
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI
disebutkan bahwa lembaga tersebut sudah harus terbentuk selambat-lambatnya
pada tanggal 31 Desember 2002. Namun pada kenyataan hingga pada batas waktu
tersebut lembaga itu pun belum terbentuk.
Kemudian sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU No. 3
Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun
1999 tentang BI, batas waktu tersebut diperpanjang menjadi selambat-lambatnya
31 Desember 2010. Dan lagi-lagi batas waktu tersebut pun sudah terlewati,
sehingga baru pada tanggal 22 November 2011 lahirlah sebuah Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU
No. 21 Tahun 2011 tentang OJK) yang kemudian menjadi landasan hukum
dibentuknya lembaga pengawasan sektor keuangan, yaitu OJK.
Selama ini di Indonesia, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian
awal bahwa pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
6 Universitas Indonesia
modal dilakukan oleh BAPEPAM.12 Sedangkan, pengaturan dan pengawasan
kegiatan perbankan dilakukan oleh BI.13
Buruknya mutu pemeriksaan dan pengawasan atas lembaga keuangan saat
itu yang tercermin dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan
tahun 1997, dan kemudian diikuti oleh beberapa peristiwa penting lainnya seperti
kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), kasus Bank Bali, dan Bank
Century, sehingga tidak dapat memantau ataupun mendeteksi potensi krisis,
menggambarkan kurangnya koordinasi dan pertukaran informasi antar kedua
lembaga pengawas.14
Sejak mulai dipilihnya OJK sebagai lembaga pengawas sistem keuangan
yang baru di Indonesia, banyak pro dan kontra yang terjadi. OJK sebenarnya
sudah pernah diterapkan di beberapa sistem negara Eropa seperti Inggris. Namun,
Inggris gagal menerapkan sistem tersebut yang terlihat dari gagalnya
penyelamatan Notherm Rock Bank, salah satu bank papan atas di negara Ratu
Elizabeth tersebut.15 Melihat dari kegagalan penerapan OJK di beberapa negara
tersebut, oleh karena itu banyak pihak yang meragukan akan kemampuan OJK
sebagai lembaga pengawas sektor keuangan di Indonesia.
Sedangkan bagi kelompok yang setuju terhadap pembentukan OJK,
sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang pengamat ekonomi,
Ichsanudin Noorsy, bahwa pembentukan lembaga pengawas jasa keuangan
tersebut bukan hanya sekedar adanya amanat dalam UU No. 23 Tahun 1999
12 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1998, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 3 Ayat 1.
13 Indonesia, Undang-Undang Bank Indonesia, UU No. 23 Tahun 1999, LN No. 66 Tahun 1999, TLN No. 3843, Pasal 8.
14 , http://bem.feb.ugm.ac.id/index.php/publication/kajian/87-otoritas-jasa-keuangan-sebagai-harapan-baru-indonesia, diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.
15 Bank & Manajemen: Cakrawala Baru Dunia Perbankan & Manajemen 108 (Juli-Agustus 2009): 4-10.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
7 Universitas Indonesia
tentang BI ataupun desakan dari IMF. Akan tetapi, keberadaan lembaga pengawas
jasa keuangan tersebut saat ini memang sangat dibutuhkan.16
Bagaimanapun perdebatan mengenai jenis lembaga apa yang tepat untuk
diterapkan di Indonesia guna memenuhi amanat ketentuan Pasal 34 Ayat 2 UU
No. 3 Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal 34 Ayat 2 UU No. 23
Tahun 1999 tentang BI tersebut sekarang sudah tidak berarti lagi karena lembaga
OJK itu sendiri sudah terbentuk. Dewan Komisioner pun telah terpilih.
Berlakunya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK akan membuat
perubahan besar terhadap skema industri keuangan di Indonesia. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan atau peraturan peralihan dalam
UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, khususnya ketentuan Pasal 55 Ayat 1, yang
menentukan sebagai berikut : 17
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.18
Berdasarkan ketentuan diatas maka pada tanggal 31 Desember 2012
BAPEPAM akan diserap dan digantikan serta menjadi bagian dari OJK.19
Begitupula dengan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan
kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan yang tadinya berada di BI akan
beralih ke OJK pada tanggal 31 Desember 2013. Sehingga nantinya Indonesia
akan menerapkan model pengawasan terhadap seluruh sektor jasa keuangan
secara terintegrasi, yaitu menyatu ke dalam OJK.20
16 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4961/bisnis-jasa-keuangan-semakin-liar-ojk-mendesak-dibentuk, diunduh pada tanggal 6 Agustus 2012.
17 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. revisi, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2012), hlm 7.
18 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
19 Balfas, op.cit., hlm 8.
20 Sunarip (Ekonom The Indonesia Economic Intelligence), Mewujudkan Otoritas Jasa http://economy.okezone.com/read/2012/02/21/279/579417/mewujudkan-
otoritas-jasa-keuangan-yang-efektif, diunduh pada tanggal 27 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
8 Universitas Indonesia
Saat ini BAPEPAM sebagai lembaga atau otoritas tertinggi di Pasar Modal
kedudukannya ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, sebagai berikut : Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang selanjutnya disebut BAPEPAM .
Kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada BAPEPAM
untuk melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan adalah termasuk
pembinaan, pengaturan dan pengawasan terhadap profesi penunjang di bidang
pasar modal. Pasal 64 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menyebutkan bahwa salah satu profesi penunjang pasar modal tersebut adalah
notaris.
Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta-
akta otentik, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1868 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) dan Pasal 1 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya
disebut UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), sebagai berikut :
Pasal 1868 KUHPerdata : Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di Pasal 1 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris : Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, diketahui bahwa suatu akta dapat
dikatakan sebagai akta otentik jika memenuhi syarat-syarat, yaitu dibuat dalam
bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan seorang
pegawai umum yang berwenang untuk membuat akta tersebut, serta di tempat di
mana akta itu dibuat. Dan salah satu pegawai umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik dimaksud adalah notaris.21 Oleh karena itu keberadaan
21 Tidak hanya notaris, pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta yang bersifat otentik, tetapi juga ada pegawai umum lainnya yang berwenang untuk membuat akta-akta yang bersifat otentik. Untuk pembuatan akta nikah misalnya, kewenangannya berada pada pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) atau pejabat catatan sipil, sedangkan untuk akta-akta tanah kewenangannya berada pada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
9 Universitas Indonesia
notaris di dalam transaksi kegiatan di bidang pasar modal sangat dibutuhkan,
terutama terkait pembuatan akta-akta otentik.
Akta-akta otentik yang dibuat oleh notaris memiliki kekuatan pembuktian
yang sempurna di muka pengadilan.22 Mengingat betapa pentingnya keberadaan
akta otentik yang dibuat oleh notaris dalam transaksi di bidang pasar modal,
maka diperlukan pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal.
Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap profesi
penunjang pasar modal, khususnya notaris, maka dalam Pasal 5 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa BAPEPAM berwenang diantaranya
untuk :
1. Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal.
2. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikian terhadap setiap pihak dalam hal
terjadinya peritiwa yang diduga merupakan pelanggaran.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, untuk dapat berkegiatan di bidang pasar modal maka
seluruh profesi penunjang pasar modal, termasuk notaris, wajib terlebih dahulu
terdaftar di BAPEPAM. Khusus mengenai persyaratan dan pendaftaran notaris
untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal diatur dalam Peraturan
BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan
Di Pasar Modal.
22 akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan, bahwa harus ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan juga dari tugas yang telah dibebankan oleh undang-undang kepada pejabat atau pegawai umum tertentu. Karena dibuat oleh pejabat atau pegawai umum itulah maka akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini disebabkan karena pejabat atau pegawai umum tersebut mendapatkan kepercayaan dari negara untuk menjalankan sebagian fungsi administratif negara, sehingga legalitasnya dapat dipastikan. Pejabat atau pegawai umum juga tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta. Alasan lain akta otentik dikatakan sebagai alat bukti yang sempurna, karena akta otentik memiliki tiga kekuatan pembuktian, yaitu kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formal, dan kekuatan pembuktian materil. Kekuatan pembuktian lahiriah ini maksudnya adalah kemampuan dari akta itu
Peraturan Jabatan Notaris, cet. kedua, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm 54-55. Lihat juga Pasal 184 Ayat 1 KUHAP dan Pasal 1866 KUHPerdata. Penjelasan lebih lanjut mengenai kekuatan pembuktian formal dan materil dari akta otentik pada Sub Bab 2.1.5.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
10 Universitas Indonesia
Berdasarkan ketentuan dan penjelasan Pasal 100 Ayat 1 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi
pengawasan, maka BAPEPAM juga diberikan kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau mencoba
melakukan pelanggaran. Setiap pihak yang dimaksud disini adalah seluruh pelaku
kegiatan di bidang pasar modal, tidak terkecuali seorang notaris.
Konsekuensi lain dari pelaksanaan fungsi pengawasan tersebut adalah
BAPEPAM juga berwenang meminta keterangan, serta memeriksa catatan,
pembukuan, dan/atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran tersebut. Namun pada kenyataannya BAPEPAM
sering kali menemui kesulitan ketika akan melakukan pemeriksaan terhadap
notaris terkait adanya dugaan pelanggaran di bidang pasar modal. Kesulitan yang
dimaksud yaitu bahwa BAPEPAM harus terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disebut MPD). Keharusan
untuk mendapat persetujuan dari MPD tersebut merujuk pada ketentuan Pasal 66
Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Keberadaan Pasal 66 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris tersebut sering dijadikan alasan untuk para notaris menunda-nunda
ataupun menolak memenuhi panggilan pemeriksaan oleh BAPEPAM. Tindakan
kurang koperatif tersebut tentunya dapat menghambat proses pemeriksaan
terhadap suatu kasus dugaan pelanggaran pasar modal.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan menganalisis lebih dalam mengenai implikasi yuridis,
prosedur, serta mekanisme pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di
bidang pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK,
dalam bentuk penulisan tesis dengan judul : Pengawasan Terhadap Notaris Yang Berkegiatan Di Pasar Modal Pasca Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan .
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
11 Universitas Indonesia
1.2 POKOK PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penulisan
tesis ini yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1) Apakah implikasi yuridis diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan notaris yang
berkegiatan di pasar modal ?
2) Bagaimanakah prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang
berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah
untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta pengalaman sebagai mahasiswa
guna melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Magister Kenotariatan (S2) pada
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dengan diadakannya
penelitian ini adalah :
1) Menganalisis implikasi yuridis pasca diundangkannya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan
notaris yang berkegiatan di pasar modal.
2) Menganalisis prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang
berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dengan dilakukannya penelitian tesis ini, maka manfaat yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
12 Universitas Indonesia
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai implikasi yuridis diundangkannya Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan terhadap pengawasan notaris
yang berkegiatan di pasar modal.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan gambaran
mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap notaris yang
berkegiatan di pasar modal pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
1.5 METODE PENELITIAN
1.5.1 Bentuk Penelitian
Disiplin hukum memiliki ruang lingkup yang begitu luas. Oleh karena itu,
penulis harus memilih jenis penelitian yang akan digunakan. Dalam penulisan
tesis ini, penulis memilih jenis penelitian yuridis-normatif, yaitu suatu penelitian
yang didasarkan pada norma-norma hukum yang tertulis.
1.5.2 Jenis Data
Dalam penulisan tesis ini, penulis akan menggunakan 2 (dua) jenis data,
yaitu data primer dan data sekunder.
Penulis akan mengolah data primer yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan, yaitu berupa hasil wawancara dengan :
a. Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal
BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia Rancangan Undang-Undang
OJK.
b. Ibu Untari, selaku Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-
LK.
c. Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan
Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum
BAPEPAM-LK.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
13 Universitas Indonesia
Sedangkan data-data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari
bahan-bahan hukum yang bersumber dari kepustakaan, dan akan dijelaskan lebih
lanjut pada sub bab berikutnya. Dengan demikian, seluruh bahan dan data yang
diperoleh dapat membantu untuk menganalisis dan menjelaskan mengenai
permasalahan-permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.
1.5.3 Jenis Bahan Hukum
Penulisan tesis ini merupakan penulisan hukum dengan menggunakan
jenis penelitian yuridis-normatif, yaitu penulisan hukum yang dilakukan dengan
cara meneliti, mengkaji dan menganalisa masalah berdasarkan norma hukum yang
tertulis, oleh karena itu data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Data
sekunder tersebut diperoleh dari bahan-bahan hukum sebagai berikut :
A. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang menjadi sumber utama
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, yaitu :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;
5) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; dan
6) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Di Bidang Pasar Modal;
10) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor VIII.D.1 tentang
Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal;
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
14 Universitas Indonesia
11) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor XIV.B.2 tentang
Pengajuan Permohonan Keberatan Atas Sanksi.
12) Kode Etik Notaris oleh Ikatan Notaris Indonesia, Bandung, 27 Januari
2005.
B. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.23
Bahan hukum sekunder berupa buku utama yang digunakan oleh penulis
antara lain, sebagai berikut :
1) karangan M. Irsan Nasarudin,
S.H. dan Indra Surya, S.H., LL.M.,
karangan I Putu Gede Ary Suta, dan
(Edisi Revisi)
Ketiga buku tersebut menguraikan mengenai sejarah dan perjalanan
pasar modal Indonesia, serta fungsi, wewenang, dan peran BAPEPAM
selama ini sebagai otoritas tertinggi pengawas pasar modal. Selain itu
buku-buku tersebut juga menguraikan mengenai tugas dan kewenangan
notaris sebagai profesi penunjang pasar modal.
2) karangan Sujamto dan karangan H. Jusuf
Anwar.
Pada buku pertama tersebut menguraikan mengenai prinsip, norma, dan
etika pengawasan pada umumnya, sedangkan buku kedua menguraikan
pelaksanaan dari fungsi pengawasan di bidang pasar modal.
3)
karangan Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Buku tersebut di atas menguraikan mengenai tugas dan kewenangan
Majelis Pengawas dalam melaksanakan fungsinya untuk melakukan
pengawasan terhadap notaris pada umumnya.
23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. ketiga, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2008), hlm. 52.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
15 Universitas Indonesia
Untuk mendukung bahan-bahan hukum sekunder di atas, penulis juga
akan menggunakan beberapa data dari majalah, surat kabar, dan sumber-
sumber elektoronik lainnya sebagai referensi mengenai sejarah pembentukan
OJK, serta fungsi, peran dan wewenang lembaga OJK yang nantinya akan
menggantikan BAPEPAM sebagai otoritas tertinggi dalam pasar modal
Indonesia.
1.5.4 Alat Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan dalam tesis ini, maka
penulis akan menggunakan alat pengumpulan data yaitu berupa studi dokumen
dan wawancara pribadi. Studi dokumen bertujuan untuk mendapatkan gambaran
secara umum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan.
Sedangkan wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung
dari pihak-pihak yang mempunyai kapasitas dalam permasalahan yang akan
diteliti, sehingga akan mempermudah penulis untuk melakukan analisis terhadap
permasalahan.24
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan hukum ini penulis menjabarkannya dengan sistematika
penulisan yang terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu :
BAB 1 Pendahuluan Bab ini memberikan keterangan dan penjelasan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan tesis.
BAB 2 Tinjauan Teori Dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini akan menguraikan mengenai pengertian umum, sejarah,
perkembangan, fungsi, tugas, wewenang, dan pelaku pasar modal di Indonesia,
termasuk notaris sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. Pada bab ini
juga akan menguraikan mengenai kedudukan OJK nantinya sebagai pengganti
24 Ibid, hlm 66.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
16 Universitas Indonesia
dari BAPEPAM, sekaligus menguraikan mengenai fungsi, tugas, wewenang, dan
struktur OJK berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.
Selain itu, pada bab ini juga akan menguraikan hasil analisis terhadap
prosedur dan mekanisme pengawasan notaris di bidang pasar modal pasca
diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK ditinjau dari UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, dan Kode Etik Notaris. Pada bab ini juga akan menguraikan mengenai
cara penyelesaian sengketa di bidang pasar modal, serta pemberian sanksi bagi
notaris yang melakukan pelanggaran saat berkegiatan di pasar modal.
BAB 3 Penutup Bab ini akan menyimpulkan jawaban atas permasalahan-permasalahan
yang telah dirumuskan pada bab 1, yang kemudian telah dibahas dan diuraikan
pada bab 2, serta saran yang diharapkan dapat menjadi masukan terhadap
pelaksanaan pengawasan profesi penunjang di bidang pasar modal, khususnya
notaris.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
17 Universitas Indonesia
BAB 2 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN
DI PASAR MODAL PASCA DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011
TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN
2.1 PASAR MODAL INDONESIA
2.1.1 Definisi Pasar Modal
Sebelum memasuki uraian mengenai pasar modal, ada baiknya untuk
mengetahui lebih dahulu posisi pasar modal dalam struktur pasar keuangan
(financial market). Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Pasar keuangan ini meliputi kegiatan : 1) Pasar Uang (Money Market); 2) Pasar Modal (Capital Market); dan 3) Lembaga Pembiayaan Lainnya, seperti
Sewa Beli (Leasing), Anjak Piutang (Factoring), dan Modal Ventura (Venture Capital). Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari
pasar keuangan.25
Pengertian pasar modal, sebagaimana pasar konvensional pada umumnya,
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi pasar modal
berbeda dengan pasar konvensional. Dalam pasar konvensional yang
diperjualbelikan adalah suatu barang atau jasa, sedangkan dalam pasar modal
yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Pasar modal mempertemukan
pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund).
Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia
usaha, serta memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana secara optimal. Pasar
modal juga menyediakan sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi, sekaligus
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut dalam kepemilikan
perusahaan yang sehat.26
25 Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. keempat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) , hlm 13.
26 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal , cet. pertama, (Jakarta: Visimedia, Desember, 2010), hlm 13.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
18 Universitas Indonesia
Pasal 1 Angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan
batasan mengenai pengertian pasar modal sebagai berikut : Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Efek merupakan instrumen atau obyek yang diperjualbelikan di pasar
modal. Efek disebut juga sebagai surat berharga. Pada dasarnya efek dalam pasar
modal dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu : 27
1) Efek yang Bersifat Penyertaan
Efek yang bersifat penyertaan (equity instruments) adalah suatu surat berharga
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Surat berharga atau efek
jenis ini dikenal sebagai saham.
2) Efek yang Bersifat Utang
Efek yang bersifat utang adalah suatu surat berharga dimana penerbitnya
(issuer) mengeluarkan atau menjual surat utang dengan kewajiban membayar
kembali nantinya sesuai dengan kesepakatan diantara para pihak. Penerbit
memberikan bunga atau kupon sesuai dengan kesepakatan awal. Surat
berharga atau efek jenis ini dikenal sebagai obligasi.
Selain itu terdapat juga efek yang sebenarnya bersifat utang, namun kemudian
pada saat yang telah ditentukan dapat ditukar atau dikonversi sebagai efek
penyertaan. Surat berharga atau efek jenis ini dikenal sebagai obligasi
konversi.
3) Efek Lainnya
Instrumen lainnya ini dapat berupa turunan dari bentuk surat berharga
(derivatif efek), seperti :
27 Ridwan Khairandy, Hukum Pasar Modal I, cet. pertama, (Yogyakarta: FH UII Press, 2011), hlm 21-22.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
19 Universitas Indonesia
a. Warrant (Waran) 28
Waran adalah suatu opsi untuk membeli sejumlah instrumen keuangan
(saham) pada waktu tertentu dengan harga tertentu. Pada dasarnya warrant ini adalah sama dengan option, yaitu hak untuk membeli sejumlah saham,
namun warrant ini dikeluarkan oleh pihak issuer atau perusahaan yang
menerbitkan efek.
b. Right 29
Right adalah penerbitan surat hak kepada pemegang saham lama untuk
membeli saham baru yang hendak diterbitkan. Dengan right ini pemegang
saham lama berhak untuk didahulukan membeli sejumlah saham secara
proposional pada harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Penawaran
right dilakukan melalui mekanisme right issue, yaitu kegiatan penawaran
umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan
hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
c. Option (Opsi) 30
Option adalah hak pilihan untuk membeli (call option) atau menjual (put option) efek pada harga tertentu dan pada waktu tertentu yang telah
ditetapkan semula dalam perjanjian. Option diterbitkan oleh pihak ketiga.
2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Di Indonesia kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-
19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak tahun
1880. Pada saat itu bursa belum dikenal, oleh karena itu catatan tentang transaksi
tersebut tidak lengkap.31
Pada tanggal 14 Desember 1912 didirikan bursa efek di Batavia. Di tingkat
Asia, bursa Batavia ini merupakan keempat yang tertua setelah Bombay (1830), 28 Nasarudin, op.cit., hlm 204.
29 Hariyani, op.cit., hlm 231-233.
30 Ibid, hlm 217.
31 Jasso Winarto, Ed., Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, cet. pertama, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm 4.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
20 Universitas Indonesia
Hongking (1817), dan Tokyo (1878). Bursa efek di Batavia didirikan dalam
rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang
tumbuh sangat pesat di Indonesia. Dan dalam waktu singkat, bursa Batavia
tersebut tumbuh sebagai bursa internasional yang sangat menguntungkan. Efek
yang diperjualbelikan terdiri dari saham dan obligasi perusahaan-perusahaan
Belanda yang saat itu beroperasi di Indonesia.32
Karena bursa efek di Jakarta berkembang dengan baik, pada tanggal 11
Januari 1925 dibuka pula bursa efek di Surabaya yang ditandai dengan
didirikannya Vereeniging voor de Effectenhandel te Soerabaja. Kemudian pada
tanggal 1 Agustus 1925 dibuka bursa efek di Semarang.33 Sekedar catatan, di
masa itu investor pribumi yang bertransaksi di bursa efek bisa dihitung dengan
jari tangan saja, sebab hanya sedikit pribumi yang memiliki uang berlebih,
sehingga kebanyakan investor adalah orang Belanda, Cina, dan Arab.34
Perkembangan pasar modal di Indonesia yang menggembirakan tersebut
terhenti karena pecahnya Perang Dunia II. Saham-saham orang Belanda direbut
oleh Jerman. Dan tentu saja pasar modal Indonesia yang amat bergantung pada
eksistensi Belanda ikut terpengaruh. Bursa efek di Indonesia secara resmi ditutup
pada tanggal 10 Mei 1940, tepat pada saat Jerman menduduki Belanda.35
Penutupan bursa tersebut sangat mengganggu likuiditas efek. Pemegang
saham gelisah. Setelah melalui berbagai pertemuan, para direktur Economische
Zaken, Handelsvereeniging, dan Javasche Bank sepakat untuk membuka kembali
bursa efek di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1940. Dengan alasan bahwa
pecahnya Perang Dunia II tidak membuat bursa efek di Paris ditutup, sementara
bursa efek di London hanya tutup beberapa hari. Namun, bursa efek Jakarta yang
baru dibuka kembali tersebut akhirnya harus ditutup kembali saat Jepang masuk
ke Indonesia.36
32 Ibid, hlm 5.
33 Ibid, hlm 8.
34 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, cet. pertama, (Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000), hlm 4.
35 Winarto, Ed,. op.cit., hlm 10.
36 Ibid, hlm 10.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
21 Universitas Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan. Saat itu pemerintah Indonesia jelas membutuhkan modal
pembangunan yang besar. Pemerintah memerlukan sumber pembiayaan bagi
pembangunan. Dan pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkanlah UU Darurat
No. 13 tentang Bursa yang kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 Tahun
1952. Berdasarkan hal tersebut, pada tanggal 3 Juni 1952, menteri keuangan
Soemitro Djojohadikusumo meresmikan kembali bursa efek Jakarta.37 Namun
sayangnya pada saat itu sama sekali tidak ada aktivitas jual beli saham.
Kevakuman tersebut terus berlangsung hingga pemerintahan orde lama
jatuh dan beralih ke rezim pemerintahan orde baru. Pada mulanya pemerintahan
orba meski sangat membutuhkan dana pembangunan tapi belum berpikir untuk
menghidupkan kembali pasar modal. Barulah pada tanggal 10 Agustus 1977
presiden Soeharto menghidupkan kembali aktivitas pasar modal Indonesia.38
Pada saat pasar modal dihidupkan kembali, dibentuklah BAPEPAM yang
merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal. Pada mulanya, selain
bertindak sebagai penyelenggara, BAPEPAM sekaligus merupakan pembina dan
pengawas. Namun akhirnya dualisme pada diri BAPEPAM ini ditiadakan pada
tahun 1990 dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1990 tentang
Pasar Modal dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990
tentang Pasar Modal. Keluarnya peraturan-peraturan tersebut menandai era baru
bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Sehingga BAPEPAM, yang kini
merupakan singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal, hanya memfokuskan
diri pada fungsi pengawasan dan pembinaan pasar modal.39
Sejak diaktifkannya kembali kegiatan di pasar modal, sebenarnya pasar
modal berjalan di atas pondasi yang lemah. Hingga akhir tahun 1995 seluruh
aspek hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan pasar modal masih
bersandar pada peraturan kuno. Padahal pada awal tahun 1990-an kegiatan di
pasar modal sudah cukup ramai dan pada saat yang bersamaan pasar modal
37 Ibid, hlm 12.
38 Suta, op.cit., hlm 6.
39 Ibid, hlm 10.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
22 Universitas Indonesia
Indonesia juga dituntut untuk bisa bersaing dengan pasar modal lainnya di
kawasan Asia Tenggara.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perangkat hukum yang telah ada perlu
untuk dilakukan penyempurnaan, sebab perkembangan dan kemajuan pasar modal
sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama
investor.
Sejalan dengan semakin diakuinya peran strategis pasar modal, pada
tanggal 10 November 1995 oleh presiden disahkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 1996.
Pemberlakuan peraturan ini bisa dikatakan sebagai momentum penting dalam
perjalanan pasar modal Indonesia untuk menuju pasar modal yang bisa bersaing di
dunia.40
2.1.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang BAPEPAM
Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia
usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan
strategis untuk menunjang pembangunan nasional, maka kegiatan pasar modal
perlu mendapat pengawasan agar dapat berjalan secara teratur, wajar, efisien dan
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, oleh karena itu BAPEPAM diberi
kewenangan yang luar biasa. Kewenangan BAPEPAM dikatakan luar biasa
karena meliputi kewenangan untuk membuat peraturan, melakukan pemeriksaan
dan penyidikan, menjatuhkan sanksi administratif dan denda.
Sesuai dengan amanat dalam Pasal 3 UU No. 8 Tahun 1995, BAPEPAM
memiliki tugas yang berfungsi untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap
pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan tersebut bertujuan mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur,
40 Ibid, hlm 60.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
23 Universitas Indonesia
wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.41
Fungsi-fungsi BAPEPAM tersebut adalah fungsi-fungsi yang juga dimiliki oleh
otoritas pasar modal di negara-negara lain di dunia sesuai dengan standar dan
prinsip hukum pasar modal secara global.42
Menurut Pasal 5 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, secara garis
besar wewenang yang dimiliki oleh BAPEPAM adalah sebagai berikut :
1. Wewenang mengeluarkan izin usaha untuk bursa efek dan lembaga-lembaga
penunjang;
2. Wewenang mengeluarkan izin perorangan untuk wakil penjamin emisi efek,
wakil perantara pedagang efek, dan wakil manajer investasi;
3. Wewenang menyetujui pendirian bank kustodian;
4. Wewenang mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal dan wali
amanat;
5. Wewenang menyetujui pencalonan atas pemberhentian komisaris, direktur
serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjamin,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dipilihnya komisaris dan
direktur baru;
6. Wewenang memeriksa dan menyelidik setiap pihak jika terjadi pelanggaran
terhadap peraturan di bidang pasar modal;
7. Wewenang membekukan atau membatalkan pencatatan atas efek tertentu;
8. Wewenang menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu;
9. Wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek dalam keadaan
darurat;
10. Wewenang bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang dikenakan
sanksi oleh bursa efek maupun lembaga kliring dan penjamin.
41 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1998, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 4.
42 Nasarudin, op.cit., hlm 116.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
24 Universitas Indonesia
2.1.4 Pelaku Pasar Modal
Sebagaimana yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1.1, bahwa
karakteristik pasar modal berbeda dengan pasar konvensional pada umumnya.
Pada pasar konvensional pihak yang terlibat hanya pembeli dan penjual saja,
sedangkan dalam pasar modal selain penjual dan pembeli juga melibatkan pelaku-
pelaku lainnya.
Terdapat hubungan mutualisme antara para pelaku dan industri pasar
modal. Tanpa peran positif dari para pelaku pasar modal, maka industri pasar
modal tidak dapat berkembang. Demikan pula sebaliknya, jika industri pasar
modal tidak berkembang dengan baik, maka para pelaku dalam pasar modal juga
tidak dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik. Berikut adalah para
pelaku dalam industri pasar modal tersebut :
1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
BAPEPAM adalah lembaga otoritas tertinggi di industri pasar modal yang
mempunyai tugas melakukan pengaturan, pengawasan dan pembinaan
terhadap seluruh kegiatan maupun pelaku di pasar modal. BAPEPAM berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.
2. Bursa Efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dengan
tujuan memperdagangkan efek.
Sejak tahun 2007, bursa efek Surabaya (BES) bergabung ke bursa efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi.
Peusahaan efek dapat menjalankan salah satu, dua atau ketiga kegiatan usaha
tersebut.43 Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, perusahaan efek harus
memiliki orang perorangan yang telah memperoleh izin dari BAPEPAM
43 Darmadji, op.cit., hlm 19.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
25 Universitas Indonesia
sebagai wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, dan wakil
manajer investasi.44
4. Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga Kliring dan Penjaminan (selanjutnya disebut LKP) adalah pihak
yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa. Saat ini LKP diselenggarakan oleh PT Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI).
5. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (selanjutnya disebut LPP) adalah
pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lain. Saat ini LPP diselenggarakan oleh PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
6. Emiten dan Perusahaan Publik
Emiten adalah pihak yang melakukan kegiatan penawaran umum. Sedangkan,
perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-
kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor
sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).
Istilah emiten mengacu kepada kegiatan yang dilakukan perusahaan yang
menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat investor melalui penawaran
umum (pasar perdana). Saham yang telah dijual kepada investor akan
diperjualbelikan kembali melalui bursa efek (pasar sekunder). Sehingga
saham tersebut akan dicatatkan dalam bursa. Sedangkan perusahaan publik
belum tentu mencatatkan atau memperjualbelikan sahamnya melalui bursa
efek.45
7. Reksadana
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi.
44 Suta, op.cit., hlm 192-193.
45 Darmadji, op.cit. hlm 39-40.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
26 Universitas Indonesia
8. Investor
Investor atau masyarakat pemodal adalah orang atau badan hukum yang
menginvestasikan dananya dengan tujuan untuk memperoleh keuangan. Pada
dasarnya investor adalah pihak yang memiliki kelebihan dana. Investor yang
terlibat dalam pasar modal di Indonesia adalah investor domestik dan investor
asing.
9. Lembaga Penunjang Pasar Modal
a. Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek (selanjutnya disebut BAE) adalah pihak yang
berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan
efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Yang dapat
menyelenggarakan BAE adalah perseroan yang telah memperoleh izin dari
BAPEPAM.
b. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta
lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima
dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Yang dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah KSEI,
perusahaan efek, atau bank umum yang telah mendapatkan persetujuan
dari BAPEPAM.
c. Wali Amanat
Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek
yang bersifat utang. Tugas wali amanat adalah mewakili dan melindungi
kepentingan investor, dengan demikian berarti wali amanat berada pada
posisi investor.
d. Pemeringkat Efek
Tugas lembaga pemeringkat adalah menentukan peringkat suatu efek
dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan
gambaran mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang dinilai
berkaitan dengan default risk (risiko gagal bayar). Peringkat efek yang
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
27 Universitas Indonesia
dikeluarkan oleh pemeringkat efek menjadi informasi penting, karena
menjadi salah satu alasan keputusan investo untuk melakukan
pembelian efek bersifat utang.46
10. Profesi Penunjang Pasar Modal
a. Akuntan
Akuntan berperan dalam kegiatan pasar modal untuk mengungkapkan
informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai
kewajiban atas data yang disajikan dalam laporan keuangan. Laporan yang
disampaikan kepada BAPEPAM wajib disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.47
b. Penilai
Penilai berperan dalam kegiatan pasar modal dalam menentukan nilai
wajar dari harta milik perusahaan (aktiva), seperti nilai kekayaan tetap
(fixed assets), serta berapa nilai pertambahan atau nilai penyusutan
dari harta tersebut dalam jangka waktu tertentu harus dilakukan
secermat mungkin sesuai dengan standar penilaian yang berlaku
dan prosedur atau tata cara yang diakui oleh profesi penilai.48
c. Konsultan Hukum
Konsultan hukum adalah pihak independen yang dipercaya karena
keahlian dan integritasnya untuk memberikan pendapat hukum (legal opinion) mengenai emisi dan emiten atau pihak lain yang terkait
dengan kegiatan pasar modal. Tanggung jawab konsultan hukum
pasar modal adalah sebatas pada nilai kebenaran atas dokumen-
dokumen yang dimiliki perusahaan dari segi hukum yang berlaku.49
d. Notaris
Notaris berperan dalam kegiatan pasar modal terutama dalam pembuatan
akta-akta otentik yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal.
46 Nasarudin, op.cit. hlm 176.
47 Ibid, hlm 90.
48 Ibid, hlm 94.
49 Ibid, hlm 91.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
28 Universitas Indonesia
Uraian mengenai notaris yang berkegiatan di pasar modal akan diuraikan
dalam pembahasan tersendiri pada Sub Bab selanjutnya.
2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Notaris sebagai Profesi Penunjang Pasar
Modal
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris.
Pasal 15 Ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris memberikan
rincian lebih lanjut mengenai kewenangan notaris, sebagai berikut :
Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai seluruh perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik.
Keberadaan notaris dalam industri pasar modal diatur dalam Pasal 64 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dan sebagai salah satu pelaku di pasar
modal, profesi penunjang pasar modal turut berperan sekaligus bertanggung jawab
dalam mengembangkan industri pasar modal.
Dalam penawaran umum saham, notaris berperan dalam membuat akta
perubahan anggaran dasar emiten dan apabila diinginkan oleh para pihak, notaris
juga berperan dalam pembuatan perjanjian penjamin emisi efek. Sedangkan dalam
penawaran umum obligasi, notaris berperan dalam pembuatan perjanjian
perwaliamanatan dan perjanjian penanggungan.50
Di samping itu peranan notaris di pasar modal juga diperlukan, terutama dalam
penyusunan anggaran dasar para pelaku pasar modal seperti emiten, perusahaan publik,
perusahaan efek, dan reksadana.51
50 Suta, op.cit., hlm 206.
51 Ibid.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
29 Universitas Indonesia
Mengingat pentingnya peran notaris serta kompleksitas peraturan di pasar
modal, maka notaris harus mengikuti dan memahami perkembangan peraturan di
bidang pasar modal.
Dan juga sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 16 Ayat 1 UU No.
30 Tahun 2004 jo. Pasal 4 Kode Etik Notaris, bahwa notaris juga wajib
menjalankan tugas pekerjaannya secara jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak,
penuh rasa tanggung jawab, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum.
Indepedensi dan ketidakberpihakan dari seorang notaris merupakan hal yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi dan merupakan dasar bagi notaris dalam melakukan
kegiatannya. Notaris harus menyadari bahwa dirinya melaksanakan sebagian dari
tugas negara. Dalam melakukan kegiatan di bidang pasar modal, notaris dituntut untuk
tidak mudah dikendalikan oleh emiten atau pihak lainnya. Walaupun pada
kenyataannya yang menunjuk dan membayar jasa yang diberikan oleh notaris adalah
emiten tersebut.
Pentingnya peran notaris dalam kegiatan di bidang pasar modal menimbulkan
pula tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh notaris dalam melakukan pekerjaannya
terkait pembuatan akta-akta dalam transaksi pasar modal.
Pada prinsipnya notaris dapat membuat 2 (dua) jenis akta, yaitu akta
relaas (akta pejabat) dan akta partij (akta para pihak). Akta relaas adalah akta
yang dibuat sesuai dengan uraian dari keadaan yang dilihat dan disaksikan serta
dialami oleh notaris sendiri sebagai pejabat umum. Sedangkan, yang dimaksud
akta partij adalah akta yang memuat suatu keterangan/cerita yang dikehendaki
oleh pihak lain kepada notaris, dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja
datang di hadapan notaris.52
Dalam kegiatan di bidang pasar modal, akta relaas yang biasa dibuat oleh
notaris adalah berupa berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya
disebut RUPS). Sedangkan, jenis-jenis akta partij yang biasa dibuat oleh notaris
yang berkegiatan di bidang pasar modal, antara lain :
52 Tobing, op.cit., hlm 51.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
30 Universitas Indonesia
1. Perjanjian Penjaminan Emisi
2. Perjanjian Pengelolaan Administrasi Saham
3. Pernyataan Penerbitan Waran
4. Perjanjian Pengelolaan Administrasi Waran
5. Perjanjian Penjaminan Emisi Obligasi
6. Perjanjian Perwaliamanatan
Ketika notaris sebagai profesi penunjang pasar modal diminta untuk
membuat akta relaas yaitu berupa berita acara RUPS, notaris bertanggung jawab
terhadap hal-hal sebagai berikut : 53
1. Memastikan tempat penyelenggaraan RUPS berada di wilayah kerja dimana
notaris mempunyai kewenangan.
2. Memeriksa untuk memastikan bahwa pengumuman dan pemanggilan RUPS
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan/atau anggaran dasar perseroan.
3. Memeriksa agenda rapat untuk menentukan kuorum kehadiran dan kuorum
pengambilan keputusan yang diperlukan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan/atau anggaran dasar perseroan.
4. Memeriksa daftar pemegang saham (selanjutnya disebut DPS) untuk
memastikan bahwa pemegang saham yang namanya tercatat dalam DPS pada
1 (satu) hari sebelum tanggal pemanggilan RUPS adalah pemegang saham
yang berhak hadir dalam RUPS.
5. Dalam hal ada pemegang saham yang hadir dengan memberikan kuasa, maka
wajib memeriksa untuk memastikan bahwa si pemberi kuasa adalah pemegang
saham yang berhak hadir dalam RUPS dan si penerima kuasa adalah yang
berhak mewakili berdasarkan apa yang tertulis dalam surat kuasa, sekaligus
wajib memeriksa keabsahan dari surat kuasa tersebut sesuai peraturan
perundang-undangan dan/atau anggaran dasar perseroan.
53 Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Rangka Perlindungan Investor (Analisis: Sengketa Hukum Pihak Ketiga Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Oleh PT Jasa Marga) -96.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
31 Universitas Indonesia
6. Memeriksa identitas para pihak dalam RUPS untuk memastikan bahwa
kehadirannya memenuhi kualitas, kewenangan serta keabsahan sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan.
7. Memeriksa kuorum kehadiran untuk memastikan bahwa kuorum kehadiran
memenuhi syarat sahnya RUPS sesuai dengan agenda yang akan dibicarakan
dalam rapat sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar
perseroan.
8. Memeriksa kuorum pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa
keabsahan pengambilan keputusan RUPS dapat dijalankan sesuai peraturan
perundang-undangan dan atau anggaran dasar perseroan.
9. Memastikan bahwa pihak-pihak yang mengajukan pertanyaan, tanggapan,
keberatan mengenai yang dibicarakan dalam agenda rapat adalah pihak yang
memiliki saham atau wakilnya yang memiliki hak suara yang sah, sekaligus
memastikan bahwa pertanyaan, tanggapan, keberatan yang diajukan sesuai
dengan hal-hal yang dibicarakan sesuai agenda rapat.
10. Dalam hal notaris membuat akta berita acara RUPS dengan agenda perubahan
anggaran dasar status perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka, maka
wajib memastikan bahwa perubahan anggaran dasar tersebut telah sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan BAPEPAM Nomor
IX.J.1 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan
Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas Dan Perusahaan Publik.
Notaris sebagai pejabat umum juga dapat dibebankan tanggung jawab atas
akta yang dibuatnya. Tanggung jawab yang dapat dibebankan kepada notaris atas
akta yang dibuatnya merupakan tanggung jawab sehubungan dengan pemenuhan
aspek formal dan aspek materil dari akta otentik.
Aspek formal pada akta otentik yaitu untuk membuktikan kebenaran dan
kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap, dan para
pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak/penghadap, saksi dan
notaris. Khusus untuk akta relaas, aspek formal untuk membuktikan kebenaran
terhadap apa yang dilihat, disaksikan, dan didengar oleh notaris. Sedangkan dalam
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
32 Universitas Indonesia
akta partij, aspek formal untuk membuktikan kebenaran dalam mencatatkan
keterangan/pernyataan para pihak/penghadap.54
Begitu pun dengan aspek materil suatu akta, bahwa apa yang disebut
dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap para pihak/penghadap.
Seluruh pernyataan/keterangan yang disampaikan oleh para pihak/penghadap
yang kemudian dituangkan dalam akta notaris akan selalu dianggap benar telah
berkata demikian. Notaris tidak bertanggung jawab terhadap hal semacam itu.55
Jika aspek formal dan materil dipermasalahkan oleh pihak lain, maka
pihak yang merasa dirugikan tersebut harus melakukan pembuktian terbalik untuk
menyangkal kebenaran aspek formal dan materil dari akta notaris tersebut. Pihak
yang merasa dirugikan harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal,
bulan, tahun, dan pukul (waktu) menghadap, serta membuktikan ketidakbenaran
mereka yang menghadap atau membuktikan bahwa notaris tidak menerangkan
atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta sesuai dengan pernyataan atau
keterangan para penghadap pada saat pembuatan akta.56
Jika pihak yang merasa dirugikan tidak mampu membuktikan
ketidakbenaran dari aspek formal dan materil akta notaris, maka akta yang dibuat
oleh notaris tersebut tetap berkekuatan sebagai akta otentik, dan masih berlaku
terhadap para pihak/penghadap. Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya,
pihak yang merasa dirugikan mampu membuktikan ketidakbenaran dari aspek
formal dan materil akta notaris, maka akta yang dibuat oleh notaris tersebut hanya
akan mempunyai kekuatan pembuktian sebagaimana akta di bawah tangan.57
2.2 OJK SEBAGAI PENGGANTI DARI BAPEPAM
2.2.1 Pembentukan OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa Keuangan di
Indonesia
54 Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris, cet. kedua, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2009), hlm 72-74.
55 Ibid. 56 Ibid. 57 Ibid.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
33 Universitas Indonesia
Proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di
bidang teknologi informasi telah menciptakan sistem keuangan yang sangat
komplek serta saling terkait antar sub sektor keuangan, baik dalam hal produk,
maupun kelembagaan. Terpisahnya otoritas pengawasan di beberapa institusi
berpotensi menimbulkan celah atau inkonsentrasi dalam pengawasan. Kasus Bank
Century yang baru-baru ini menjadi topik hangat di segala media, baik cetak
maupun elektronik, menunjukkan kelihaian oknum pemilik dan pengelola bank
tersebut memanfaatkan celah pengawasan yang ada.58
Pada tanggal 22 November 2011 disahkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang
OJK. Kehadiran undang-undang tersebut selain karena adanya amanat dalam
Pasal 34 Ayat 2 UU No. 3 Tahun 2004 tentang BI yang mengamandemen Pasal
34 Ayat 2 UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI, namun juga merupakan jawaban
atas pertanyaan dalam mengatasi permasalahan pengawasan jasa industri
keuangan di Indonesia. Selama ini, akibat terpencarnya otoritas pengawasan di
beberapa institusi tersebut, menyebabkan terlambatnya pertukaran informasi antar
lembaga yang terkait. Dan dengan terpusatnya pengawasan di satu atap,
diharapkan OJK dapat menutup celah-celah dalam pengawasan tersebut.59
UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK inilah yang kemudian menjadi dasar
hukum dibentuknya OJK sebagai lembaga tertinggi pengawasan industri jasa
keuangan di Indonesia. OJK dibentuk agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di
dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan,
akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang timbul secara
berkelanjutan serta mampu melindungi kepentingan masyarakat/konsumen.
Ketentuan Peralihan Pasal 55 Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
menyebutkan bahwa pada tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar
modal beralih dari BAPEPAM ke OJK. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 66
Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK disebutkan bahwa sejak undang-
undang tersebut diundangkan sampai dengan beralihnya fungsi, tugas, dan 58 MS Tumanggor, Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan: Pasar Uang, Pasar Modal, Dan Penanaman Modal, cet. pertama, (Jakarta: Penerbit F Media, 2012), hlm 2.
59 Ibid, hlm 7-9.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
34 Universitas Indonesia
wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar
modal tetap dilaksanakan oleh BAPEPAM.
Menurut Bapak Mufli Asmawidjaja60, selaku Kepala Bagian Profesi
Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia Rancangan
Undang-Undang OJK, diketahui bahwa konsep lembaga OJK yang bakal diusung
Indonesia akan lebih dekat dengan model yang diterapkan pemerintah Korea
Selatan. Pemilihan konsep OJK yang mengacu pada Korea Selatan tersebut
merupakan hasil dari studi banding anggota DPR ke Inggris, Jerman, Jepang dan
Korea Selatan. Di Korea Selatan, otoritas sektor keuangan dibawah kendali
Financial Supervisory Services (selanjutnya disebut FSS) yang bertugas sebagai
pengawas lembaga perbankan dan non bank, pasar modal, serta asuransi.
Seiring sejalan dengan pendapat Nusron Wahid, mantan Ketua Panitia
Khusus RUU OJK, bahwa pilihan konsep OJK yang mengacu kepada Korea
Selatan lebih disebabkan kepada kesamaan praktik regulasi dan pengawasan
sektor keuangan sebelum adanya OJK. Di Korea Selatan pengawasan perbankan
pada awalnya juga berada di bank sentral, sedangkan non bank berada di
pemerintah. Kemiripan karakteristik inilah yang menjadikan pilihan mengapa
konsep OJK yang nantinya akan diterapkan di Indonesia mengacu kepada konsep
OJK di Korea Selatan.61
Jika diamati secara cermat, ada suatu hal yang menarik terhadap peralihan
fungsi, tugas, dan kewenangan BAPEPAM ke OJK, yaitu hilangnya fungsi
pembinaan pada pasar modal.
Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa fungsi pembinaan pada pasar
modal ini tidak ikut diperalihkan bersamaan dengan beralihnya fungsi pengaturan
dan pengawasan ke OJK ?
60 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.
61 http://www.investorpialang.com/read-news-9-28-1650-the-korean-invasion--2-.investor.pialang, diunduh pada tanggal 20 November 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
35 Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja
tersebut diketahui bahwa tidak disebutkannya secara eksplisit mengenai
keberadaan fungsi pembinaan di bidang pasar modal dalam UU No. 21 Tahun
2011 tentang OJK bukan berarti bahwa fungsi pembinaan tersebut benar-benar
dihilangkan dan dihapus dari pasar modal.
Fungsi pembinaan tersebut tidak secara eksplisit dituliskan dalam UU No.
21 Tahun 2011 tentang OJK karena pada asasnya OJK itu sendiri berfokus pada
pengaturan dan pengawasan jasa keuangan. Pembinaan terhadap para pelaku di
pasar modal tidak mungkin dihilangkan dan akan tetap dilakukan, karena
sesungguhnya fungsi pembinaan tersebut adalah bola besar dimana didalamnya
terdapat fungsi pengaturan dan pengawasan. Dengan demikian, pengaturan dan
pengawasan tersebut nantinya dilaksanakan guna melakukan pembinaan terhadap
kegiatan dan pelaku di pasar modal.62
62 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.
Pasal 3 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal
Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan
Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang
selanjutnya disebut BAPEPAM.
Pasal 55 Ayat 1 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan ke OJK.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
36 Universitas Indonesia
2.2.2 Tujuan dan Asas-asas Pembentukan OJK
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di
dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan
sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing
nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain,
meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di
sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.63
OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik,
yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan
kewajaran (fairness).64
OJK melaksanakan tugas dan wewenangnya berlandaskan asas-asas
sebagai berikut : 65
1. Asas Independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Asas Kepastian Hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan OJK.
3. Asas Kepentingan Umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.
4. Asas Keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
63 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, UU No. 21 Tahun 2011, LN No. 111 Tahun 2011, TLN No. 5223, Penjelasan Umum.
64 Ibid. 65 Ibid.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
37 Universitas Indonesia
asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Asas Profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Asas Integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK.
7. Asas Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
2.2.3 Fungsi, Tugas dan Wewenang OJK
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.66
Tugas-tugas yang dimiliki oleh OJK adalah untuk melaksanakan pengaturan dan
pengawasan terhadap : 67
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal;
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, secara garis besar OJK memiliki
wewenang sebagai berikut : 68
a. Menetapkan peraturan pelaksana;
b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
66 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 5.
67 Ibid, Pasal 6.
68 Ibid, Pasal 8.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
38 Universitas Indonesia
Sedangkan untuk melaksanakan tugas pengawasan, secara garis besar OJK
memiliki wewenang sebagai berikut : 69
a. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
b. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
c. Memberikan dan/atau mencabut izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar dan persetujuan
melakukan kegiatan usaha, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
2.2.4 Pungutan oleh OJK Terhadap Notaris yang Melakukan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal
Pasal 34 Ayat 2 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK mengatur sebagai
berikut : nggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau pungutan dari pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan70.
Pungutan yang dibebankan kepada seluruh pihak yang melakukan kegiatan
di sektor jasa keuangan tersebut bersifat wajib. Pada penjelasan Pasal 34 Ayat 2
UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK diketahui bahwa yang dimaksud dengan
pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan yaitu adalah lembaga jasa
keuangan dan/atau orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan
kegiatan di sektor jasa keuangan. Dengan demikian, notaris sebagai profesi
penunjang pasar modal juga termasuk sebagai pihak yang melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan yang nantinya akan dikenakan pungutan wajib tersebut. 69 Ibid, Pasal 9.
70 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
39 Universitas Indonesia
Latar belakang diadakannya pungutan oleh OJK, selain karena amanat dari
undang-undang, adalah sebagai berikut : 71
1. Sebagai alat penegakan hukum dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan
ketertiban pasar di sektor jasa keuangan.
2. Mewujudkan pembiayaan kegiatan OJK yang sewajarnya mandiri dengan
bersumber dari pungutan kepada pihak yang melakukan kegiatan di sektor jasa
keuangan.
3. Mengurangi beban APBN.
Jenis pungutan oleh OJK tersebut akan terbagi menjadi 6 (enam) jenis
pungutan, yaitu : 72
1. Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian.
2. Biaya pendaftaran dan persetujuan produk.
3. Biaya penelaahan dokumen aksi korporasi emiten atau perusahaan publik dan
biaya penelaahan dokumen aksi pengendali baru emiten atau perusahaan
publik.
4. Biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, dan pengesahan lembaga.
5. Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseroangan.
6. Biaya penyediaan data dan informasi tertulis yang diberikan atas permintaan
tertulis dari pihak eksternal OJK.
Khusus untuk notaris sebagai profesi penunjang pasar modal nantinya
akan dikenakan pungutan sebagai berikut :
1) Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian sebesar Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).
2) Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseorangan sebesar Rp 5.000.000,-
(lima juta rupiah).
Pungutan tersebut nantinya wajib disetor langsung ke rekening OJK. Pihak
yang tidak melakukan atau terlambat melakukan pembayaran pungutan akan
dikenakan sanksi denda berupa bunga sebesar 2% (dua per seratus) per bulan dari
71 Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK, tentang Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK, Jakarta, 22 November, 2012).
72 Ibid.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
40 Universitas Indonesia
jumlah pungutan yang wajib dibayar, paling banyak 24 (dua puluh empat) bulan.
Selain sanksi denda tersebut, terdapat juga sanksi administrasi seperti peringatan
tertulis, pembatalan pendaftaran, pembekuan kegiatan usaha, atau pencabutan izin
usaha.
Pasal 37 Ayat 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK mengatur bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan oleh OJK kepada pihak yang
melakukan kegiatan di sektor jasa keuangan akan diatur dengan peraturan
pemerintah. Hingga saat penulis menyusun tesis ini, proses penyusunan Rencana
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pungutan Oleh OJK masih dalam tahap
sosialisasi.
Selama ini, notaris yang melakukan kegiatan di pasar modal tidak
dikenakan pungutan apapun oleh BAPEPAM. Namun nantinya ketika fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal beralih
ke OJK, maka tentunya notaris wajib untuk membayarkan pungutan sebagaimana
yang sudah diuraikan di atas.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Untari, selaku Bagian
Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, setelah beralihnya fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal kepada
OJK, maka diwajibkan bagi para notaris, yang masih ingin dapat melakukan
kegiatan di pasar modal, untuk melakukan registrasi ulang kepada OJK, sekaligus
membayarkan biaya pendaftaran, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas,
sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah).73
2.3 KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DI BIDANG PASAR MODAL
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan
oleh pelaku pasar modal dalam kegiatan di pasar modal. Pemerintah Indonesia,
melalui BAPEPAM, berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah tindak
kejahatan di pasar modal Indonesia dengan berbagai cara, antara lain menertibkan
73 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 1 November 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
41 Universitas Indonesia
dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, serta menuntaskan
kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif.
Tugas yang diemban oleh BAPEPAM tidak ringan, oleh karena itu
BAPEPAM diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan,
sampai dengan meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas dugaan terjadinya
tindak kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, BAPEPAM mempunyai kewenangan
untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan, sampai dengan pemberian sanksi
administratif.74
Terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal adalah karena
beberapa alasan, seperti kesalahan pelaku pasar modal, kelemahan aparat yang
mencakup integritas dan profesionalisme, dan juga karena kelemahan peraturan
yang ada.75
Adapun yang berpotensi melakukan pelanggaran adalah emiten atau
perusahaan publik dan pihak-pihak yang mempunyai posisi strategis di dalam
perusahan seperti direksi, komisaris, maupun pemegang saham utama.76 Pihak
lain yang berpotensi melakukan pelanggaran adalah para profesional di bidang
pasar modal, seperti penasihat investasi, manajer investasi, akuntan, konsultan
hukum, penilai, dan notaris.77
74 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 100 jo. Pasal 102 dan Pasal 101.
75 Nasarudin, op.cit., hlm 258.
76 Ibid, hlm 273.
77 Salah satu pelanggaran oleh profesional di bidang pasar modal yaitu, pada tanggal 21 April 2008, BAPEPAM mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap kasus PT Wahanaartha Harsaka, Tbk dalam press release yang dipublikasi pada laman website : http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/kasus-wahanaartha-harsaka.pdf. Berdasarkan press release tersebut diketahui bahwa Teddy Ardhika Wardhana, selaku konsultan hukum dikenakan sanksi berupa pembekuan kegiatan usaha, selama 6 (enam) bulan. Pelanggaran yang dilakukan oleh Teddy Ardhika Wardhana, selaku konsultan pasar modal, adalah memberikan pendapat hukum (legal opinion) terhadap Kesepakatan Bersama dalam rangka membatalkan Perjanjian Penjaminan Emisi Efek pada tanggal 7 April 2008, tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospektus, sehingga mengakibatkan pembatalan Penawaran Umum PT Wahanaartha Harsaka, Tbk. Sedangkan dalam prospektus disebutkan bahwa Emiten dan Penjamin Pelaksana Emisi mempunyai hak untuk membatalkan Penawaran Umum sebelum penutupan atau selama Penawaran Umum, yaitu dalam rentang waktu tanggal 2-4 April 2008.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
42 Universitas Indonesia
Kejahatan di pasar modal telah semakin kompleks, hal ini disebabkan
karena semakin canggihnya teknik yang dilakukan oleh para pelaku dalam
melakukan tindak pidana di pasar modal.
Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik yang khas,
yaitu yang menjadi objek dari tindak pidana adalah informasi, dengan
mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta
memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Peluang terjadinya kejahatan
tersebut adalah adanya penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan kepada
pelaku kejahatan di bidang pasar modal.78
Kejahatan di pasar modal tidak terasa secara langsung oleh para investor
yang menjadi korbannya, karena memang tidak ada luka fisik yang dialami.
Misalnya, seorang investor yang awam mungkin tidak pernah mempermasalahkan
apabila ada orang dalam yang menggunakan informasi untuk melakukan
perdagangan (insider trading). Padahal sebenarnya apa yang menimpa investor
tersebut, tidak lain adalah pencurian yang dilakukan oleh pelaku kejahatan di
pasar modal.79
Berikut ini akan diuraikan mengenai jenis-jenis pelanggaran dan kejahatan
di bidang pasar modal, yang berpotensi dilakukan oleh seorang notaris sebagai
profesi penunjang pasar modal :
1. Pelanggaran Di Bidang Pasar Modal
Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
merupakan hal yang rawan dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di pasar
modal.
Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu pelanggaran yang bersifat administratif dan pelanggaran yang bersifat
teknis. Sedangkan dari sisi akibat yang ditimbulkan dari kasus pelanggaran di
bidang pasar modal dapat menimbulkan efek yang bersifat berantai atau
meluas.80
78 Ibid, hlm 260.
79 Balfas, op.cit., hlm 460.
80 Nasarudin, op.cit. hlm 273-274.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
43 Universitas Indonesia
Pelanggaran yang bersifat administratif, yang berpotensi dilakukan oleh
notaris, adalah berkaitan dengan kewajiban menyampaikan laporan atau
dokumen tertentu kepada BAPEPAM dan/atau masyarakat, serta pelanggaran
yang berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam Pasal 66 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, yaitu mengenai kewajiban menaati kode etik dan
standar profesi.81 Pelanggaran yang bersifat administratif ini dapat dikenaksi
sanksi administratif sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 102 Ayat 2 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Sedangkan pelanggaran di bidang pasar modal yang bersifat teknis merupakan
pelanggaran yang memiliki unsur pidana. Pasal 110 Ayat 1 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal mengatur bahwa salah satu jenis pelanggaran yang
bersifat teknis adalah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 109, yaitu
setiap pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, yaitu berkaitan dengan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
2. Kejahatan Di Bidang Pasar Modal 82
Pasal 110 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur bahwa
yang dimaksud dengan kejahatan antara lain diatur dalam Pasal 103 Ayat 1,
yaitu setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal tanpa izin,
persetujuan, atau pendaftaran, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal
64 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Kejahatan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh notaris sebagai profesi
penunjang pasar modal adalah perdagangan orang dalam atau yang biasa lebih
dikenal dengan istilah insider trading .
Sebagaimana yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1.5, bahwa peran notaris
dalam pasar modal sangat penting dan memegang peranan kunci. Dalam
penawaran umum, notaris berperan sejak sebelum, ketika, dan sesudah
penawaran umum. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa dalam 81 Ibid. 82 Balfas, op.cit., hlm 459-476.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
44 Universitas Indonesia
menjalankan tugasnya, seorang notaris dengan sangat mudah memperoleh
informasi tentang emiten atau perusahan publik.
Oleh karena itu posisi seorang notaris sangat rawan dengan praktik insider trading, karena notaris dapat saja menjadi pihak yang membocorkan informasi
orang dalam tersebut kepada pihak lain. Informasi orang dalam yang
dimaksud adalah informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang
belum tersedia untuk umum dan masih bersifat rahasia.
Penggunaan informasi orang dalam oleh insiders (orang dalam) atau pihak
lain yang mempunyai hubungan dengan orang dalam, dapat menyebabkan
diuntungkannya pihak tersebut secara finansial, dengan mengakibatkan
kerugian pada investor atau pihak lainnya.
Larangan terhadap praktek insider trading ini diatur dalam ketentuan Pasal 95
dan 96 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut :
Pasal 95 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal : Orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek : a. Emiten atau perusahaan publik dimaksud; b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau
perusahaan publik yang bersangkutan.
Pasal 96 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal : Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang : a. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan
atas efek dimaksud; b. Memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.
2.4 PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS YANG BERKEGIATAN DI PASAR MODAL
2.4.1 Pengertian Pengawasan Pada Umumnya
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
45 Universitas Indonesia
Menurut Ir. Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas
atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.83
Sedangkan menurut Hadibroto, pengawasan adalah kegiatan penilaian
terhadap suatu kegiatan dengan tujuan agar kegiatan tersebut dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik dan dapat memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.84
Lain halnya dengan P. Nicolai yang menyatakan bahwa pengawasan
merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan.85
Dari pengertian-pengertian tersebut jelaslah bahwa tujuan dari
pengawasan adalah untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
tentang obyek yang diawasi, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
Jika tidak sesuai dengan yang semestinya, yaitu standar berlaku bagi pekerjaan
yang bersangkutan, maka hal itu disebut pelanggaran. Dan pengawas yang baik
harus dapat mengungkapkan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut.86
Faktor-faktor pendorong terjadinya penyimpangan antara lain sebagai
berikut : 87
1. Faktor Subyektif
Faktor subyektif adalah faktor-faktor yang melekat pada diri manusia atau
subyek pekerjaan yang bersangkutan. Faktor subyektif terdiri dari kemampuan
dan mental dari manusia itu sendiri.
2. Faktor Obyektif
Faktor obyektif adalah faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan atau standar
pekerjaan yang bersangkutan. Faktor obyektif terdiri dari standar pekerjaan
83 Sujamto, Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan, cet. pertama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm 19.
84 HS Hadibroto dan Oemar Witarsa, Sistem Pengawasan Intern, cetakan pertama, (Jakarta: BPFE, 1984), hlm 2.
85 Hukum Administra , cetakan kedua, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm 311.
86 Ir. Sujamto, op.cit., hlm 63.
87 Ibid, hlm 68.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
46 Universitas Indonesia
yang salah, standar pekerjaan yang tidak sesuai dengan lapangan, atau standar
pekerjaan yang tidak jelas.
3. Faktor Ekologis
Faktor ekologis yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan kerja yang
bersangkutan. Faktor ekologis biasanya selalu dipengaruhi oleh sosial budaya
yang terdapat pada setiap lingkungan kerja.
Ketiga faktor tersebut penting dan perlu diperhatikan dalam setiap
tindakan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
Untuk melakukan pencegahan penyimpangan karena faktor subyektif,
harus menitikberatkan perhatian pada unsur manusia itu sendiri. Hal ini berarti
bahwa usaha tersebut harus dipusatkan pada masalah pembinaan, baik dari segi
kemampuan dan tentunya moral.
Penyimpangan karena faktor-faktor obyektif dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan standar ataupun aturan yang berlaku. Dengan kata lain
perlu diusahakan terciptanya tertib hukum di segala bidang.
Sedangkan dari segi ekologis, perlu diusahakan manajemen yang
berdayaguna di segala bidang. Disamping itu, partisipasi masyarakat dalam
pengawasan (social control) adalah sangat penting dalam usaha pencegahan
penyimpangan.
Di dalam industri pasar modal terdapat banyak pelaku yang terlibat di
dalamnya. Hal ini tentu bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dapat
melakukan pengawasan, sekaligus pembinaan terhadap seluruh pelaku di bidang
pasar modal tersebut. Salah satu titik kelemahan pengawasan di bidang pasar
modal, khususnya terkait pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di pasar
modal, yaitu masih kurangnya koordinasi dengan organisasi notaris ataupun
majelis pengawas notaris. Adanya tabrakan dan tumpang tindih pengawasan pada
obyek pengawasan semakin mempersulit ditegakkannya hukum di bidang pasar
modal.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
47 Universitas Indonesia
2.4.2 Prosedur dan Mekanisme Pengawasan Terhadap Notaris yang
Berkegiatan di Pasar Modal
Bila berbicara mengenai pengawasan di bidang pasar modal, tentunya
tidak dapat terlepas dari proses penegakan hukum itu sendiri. Dalam industri pasar
modal, penegakan hukum menjadi hal penting yang tidak dapat dihindari.
Begitupula sebaliknya, penegakan hukum juga merupakan hal yang tidak mudah
dilakukan tanpa dibarengi dengan pengawasan yang efektif.88
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab terdahulu, pasar modal pada
dasarnya menjembatani hubungan antara pemilik dana (investor) dan pengguna
dana (emiten). Pasar modal adalah wahana invetasi bagi investor dan sumber dana
bagi para pengguna dana.
Dahulu BAPEPAM sebagai otoritas pasar modal memiliki fungsi ganda,
yakni di satu pihak sebagai penyelenggara kegiatan bursa, sedangkan di pihak lain
juga sebagai lembaga pembina dan pengawas pasar modal. Namun kemudian
dualisme fungsi tersebut dihilangkan, dan dipertegas dengan kehadiran UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa BAPEPAM hanya berfungsi sebagai
pengatur, pengawas dan pembina pasar modal, sedangkan penyelenggaraan bursa
dilakukan oleh pihak swasta.
Pemisahan 2 (dua) tugas tersebut dimaksudkan agar BAPEPAM dapat
lebih efektif dan fokus dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
para pelaku di pasar modal demi mewujudkan tujuan pasar modal yang teratur,
wajar, dan efisien.89
Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh BAPEPAM terhadap
kegiatan di pasar modal juga termasuk pengawasan dan pembinaan terhadap
seluruh pelaku di pasar modal, tidak terkecuali notaris yang berkegiatan di pasar
modal.
88 Jusuf Anwar, , cet. pertama, (Bandung: PT ALUMNI, 2008), hlm 128-129.
89 Ibid, hlm 178.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
48 Universitas Indonesia
Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengawasan
terhadap notaris yang berkegiatan di pasar modal dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
1. Mewajibkan pendaftaran bagi notaris yang ingin melakukan kegiatan di pasar
modal.90
2. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang berkegiatan
di pasar modal bila terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran.91
Pendaftaran bagi notaris yang ingin melakukan kegiatan di bidang pasar
modal dilakukan dengan kesadaran atas dirinya sendiri. Apabila notaris tersebut
mendaftarkan diri, dengan kata lain notaris tersebut sudah bersedia untuk tunduk
terhadap segala aturan yang terdapat di bidang pasar modal. Jika terdapat notaris
yang melakukan pelanggaran berkenaan dengan peran dan tanggung jawabnya di
bidang pasar modal, maka ia harus sudah siap atas konsekuensi yang ada, seperti
bersedia dilakukan pemeriksaan ataupun penyidikan, serta siap atas sanksi yang
mungkin akan diterimanya.
Lebih lanjut mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap
notaris yang berkegiatan di pasar modal akan dibahas pada sub bab selanjutnya.
2.4.2.1 Kewajiban Pendaftaran sebagai Bentuk Pengawasan Terhadap Notaris
.Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal
Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal, berdasarkan
ketentuan Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 56
Ayat 2 PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar
Modal, notaris sebagai profesi penunjang pasar modal wajib terlebih dahulu
terdaftar di BAPEPAM.
90 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 5 Huruf b.
91 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 5 Huruf e jo. Pasal 5 Huruf g Angka 2.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
49 Universitas Indonesia
Permohonan untuk terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal
diajukan kepada BAPEPAM, dengan menggunakan formulir yang bentuk dan
isinya telah ditetapkan oleh BAPEPAM.
Penjelasan Pasal 64 Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menegaskan bahwa seluruh profesi penunjang pasar modal perlu diawasi dengan
mewajibkannya mendaftar di BAPEPAM karena pendapat dan/atau penilaian
profesi penunjang pasar modal sangat penting bagi investor dalam mengambil
keputusan investasinya. Contoh pendapat/penilaian notaris yang sangat penting
adalah notaris harus dapat menilai bahwa pelaksanaan suatu RUPS tidak
mengandung unsur afiliasi ataupun benturan kepentingan. Notaris juga harus bisa
menentukan apakah jumlah kehadiran pemegang saham dalam RUPS telah
memenuhi kuorum untuk dapat diselenggarakannya RUPS. Selain itu, notaris juga
harus dapat memberikan penyuluhan hukum bagi akta-akta yang dibuatnya,
maksudnya adalah jika ada pihak yang menghendaki isi perjanjian yang jelas-jelas
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka notaris harus dapat
menjelaskan kepada pihak tersebut mengenai konsekuensi jika kehendak dari
pihak tersebut dituangkan dalam perjanjian.
Adapun persyaratan dan tata cara pendaftaran notaris sebagai profesi
penunjang wajib memenuhi ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan
Di Pasar Modal.
Pasal 2 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris
Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur persyaratan bagi notaris
yang melakukan kegiatan di pasar modal, sebagai berikut :
a. Telah diangkat sebagai notaris oleh Menteri Kehakiman dan telah diambil
sumpahnya sebagai notaris;
b. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan;
c. Memiliki akhlak dan moral yang baik;
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
50 Universitas Indonesia
d. Wajib memiliki keahlian di bidang pasar modal, dan persyaratan keahlian
dapat dipenuhi melalui program latihan yang diakui BAPEPAM; 92
e. Sanggup secara terus menerus mengikuti program Pendidikan Profesi
Lanjutan di bidang kenotariatan dan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal;
f. Sanggup melakukan pemeriksaan sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris dan
Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen; 93
g. Telah menjadi atau bersedia menjadi anggota Ikatan Notaris Indonesia
(selanjutnya disebut INI);
h. Bersedia untuk diperiksa oleh INI atas pemenuhan Peraturan Jabatan Notaris
dan Kode Etik Profesi dalam rangka melaksanakan kegiatannya.
Pasal 4 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris
Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur bahwa permohonan
pendaftaran notaris sebagai profesi penunjang pasar modal yang diajukan kepada
BAPEPAM harus disertai dokumen-dokumen sebagai berikut :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Surat keputusan pengangkatan selaku notaris dari Menteri Kehakiman dan
berita acara sumpah notaris dari instansi yang berwenang;
c. Surat pernyataan bahwa notaris tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan
atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan.;
d. Sertifikat program pelatihan di bidang pasar modal yang diakui BAPEPAM;
e. Surat pernyataan bahwa notaris sanggup mengikuti secara terus menerus
program Pendidikan Profesi Lanjutan di bidang kenotariatan dan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal;
92 Para notaris yang ingin dapat melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih dahulu mengikuti Diklat Notaris Pasar Modal yang diselenggarakan oleh LMKA (Lembaga Manajemen, Keuangan, Dan Akuntansi Pasar Modal) yang bekerja sama dengan INI (Ikatan Notaris Indonesia). Setelah mengikuti Diklat Notaris Pasar Modal yang diadakan kurang lebih selama 1 (satu) minggu, tiap peserta akan mendapatkan sertifikat, dimana nantinya sertifikat inilah yang digunakan untuk melakukan pendaftaran sebagai notaris pasar modal kepada BAPEPAM. (http://www.lmkapm.com/about_lmka.php?b=in, diakses pada tanggal 28 Desember 2012)
93 Yang dimaksud kesanggupan melakukan pemeriksaan yaitu bahwa notaris harus sanggup/bersedia untuk selalu memeriksa pekerjaannya di bidang pasar modal agar sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris, serta Kode Etik Profesi. Dalam memeriksa pekerjaannya, notaris harus melakukannya dengan cermat dan teliti.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
51 Universitas Indonesia
f. Surat pernyataan bahwa notaris sanggup melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa
bersikap independen dalam melakukan kegiatannya;
g. Bukti keanggotaan INI, jika ada.
h. Surat pernyataan bahwa notaris bersedia menjadi anggota INI setelah
memperoleh Surat Tanda Terdaftar (selanjutnya disebut STTD) dari
BAPEPAM dan akan menyampaikan bukti keanggotaan tersebut kepada
BEPAPAM;
i. Surat pernyataan bahwa notaris bersedia diperiksa oleh INI atas pemenuhan
Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi dalam rangka melaksanakan
kegiatannya.
Sejak diterimanya permohonan pendaftaran notaris sebagai profesi
penunjang pasar modal, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 45 (empat puluh
lima) hari, BAPEPAM dapat menyatakan dengan surat bahwa permohonan tidak
lengkap dan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan ataupun menolak
permohonan pemohon. Dalam hal permohonan memenuhi syarat, maka selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya
permohonan secara lengkap, BAPEPAM memberikan STTD Profesi Penunjang
Pasar Modal kepada pemohon.
Berdasarkan Pasal 2 Huruf h Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang
Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal di atas, diketahui
bahwa pengaturan mengenai persyaratan bagi notaris yang melakukan kegiatan di
bidang pasar modal dapat menimbulkan potensi bagi BAPEPAM, sebagai
lembaga pengawas di bidang pasar modal, menjadi tidak dapat menjalankan tugas
dan wewenangnya secara maksimal.
Pada Pasal 2 Huruf h Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang
Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal, hanya
dipersyaratkan kepada notaris untuk membuat pernyataan siap diperiksa oleh INI
atas pemenuhan peraturan jabatan notaris dan kode etik notaris, tetapi tidak
termasuk pernyataan siap diperiksa oleh lembaga pengawas pasar modal dalam
pemenuhan peraturan di bidang pasar modal. Oleh karena itu, peraturan tersebut
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
52 Universitas Indonesia
berpotensi menjadi celah bagi notaris untuk menolak atau menunda-nunda
panggilan pemeriksaan terkait pelanggaran di bidang pasar modal.
Izin profesi yang telah diperoleh oleh notaris yang berkegiatan di pasar
modal tersbeut akan menjadi batal apabila izin profesi yang bersangkutan dicabut
oleh BAPEPAM. Izin profesi merupakan salah satu persyaratan pendaftaran di
BAPEPAM, maka apabila izin profesi tersebut dicabut, dengan sendirinya
pendaftaran di BAPEPAM menjadi batal.94 Walaupun demikian, pada Pasal 65
Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur sebagai berikut :
Jasa dari Profesi Penunjang Pasar Modal di bidang Pasar Modal yang telah diberikan sebelumnya tidak menjadi batal karena batalnya pendaftaran profesi, kecuali apabila jasa yang diberikan tersebut merupakan sebab dibatalkannya pendaftaran atau dicabutnya izin profesi yang bersangkutan.
Jadi apabila izin notaris sebagai profesi penunjang pasar modal dicabut,
maka jasa yang telah diberikan oleh notaris yang bersangkutan tidak menjadi batal
karena batalnya pendaftaran profesi. Akan tetapi terdapat pengecualian apabila
pencabutan izin profesi notaris tersebut disebabkan karena jasa yang diberikan
oleh notaris yang bersangkutan ketika berkegiatan di pasar modal.
Sejak tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 9 Agustus 2012, jumlah
penerbitan STTD/persetujuan baru yang dikeluarkan oleh BAPEPAM untuk
notaris yang mendaftar adalah sebanyak 128 orang. Sehingga sampai dengan
tanggal 9 Agustus 2012 jumlah notaris yang terdaftar di BAPEPAM adalah
sebanyak 1.628 orang. Di antara ketiga profesi penunjang pasar modal lainnya,
yaitu akuntan, penilai dan konsultan hukum, harus diakui bahwa jumlah notaris
yang terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal memang yang terbanyak,
walaupun pada kenyataannya tidak semua notaris yang terdaftar tersebut aktif
berkegiatan di pasar modal.95
94 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, op.cit., Pasal 65 Ayat 1.
95 Dalam Siaran Pers , Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Jakarta, 10 Agustus 2012, disebutkan bahwa sampai dengan tanggal 9 Agustus 2012 jumlah profesi penunjang pasar modal yang terdaftar di BAPEPAM adalah sebagai berikut : 1) Konsultan Hukum - 698 orang; 2) Notaris - 1.628 orang; 3) Akuntan - 647 orang; dan 4) Penilai - 155 orang.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
53 Universitas Indonesia
2.4.2.2 Pemeriksaan dan Penyidikan sebagai Bentuk Pengawasan Terhadap
.Notaris Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pengawasan, BAPEPAM
mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap
setiap pihak yang berkegiatan di pasar modal yang diduga melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan
pelaksananya.
Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan di sini adalah sebagaimana
yang tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal (selanjutnya
disebut PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar
Modal) sebagai berikut :
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lain yang dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 2 Ayat 1 PP No. 46 Tahun 1995
tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, tujuan pemeriksaan
tersebut adalah untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Syarat untuk dapat dilakukannya pemeriksaan dalam bidang pasar modal
oleh BAPEPAM yaitu :
a. Adanya laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari pihak tentang adanya
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
b. Tidak dipenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang
memperoleh perizinan, persetujuan atau pendaftaran dari BAPEPAM atau
pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada
BAPEPAM.
c. Terdapat petunjuk tentang terjadinya pelanggaran atas peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
54 Universitas Indonesia
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jika dibandingkan dengan bentuk
pengawasan terhadap notaris pada umumnya, terdapat kewajiban bagi notaris
untuk mengirimkan seluruh daftar akta yang telah dibuatnya setiap bulan paling
lambat pada tanggal 15 kepada MPD.96 Daftar akta yang dilaporkan tersebut
termasuk daftar surat dibawah tangan yang disahkan, daftar surat di bawah tangan
yang dibukukan, maupun daftar surat lain yang diwajibkan oleh UU No. 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris.
Dalam daftar akta sebagaimana dimaksud di atas memuat rincian
mengenai sifat akta, judul akta, nomor urut, nomor bulanan, tanggal pembuatan
akta, serta nama semua penghadap yang bertindak baik untuk dirinya sendiri
maupun sebagai kuasa orang lain.
Sehubungan dengan peran dan tanggung jawab notaris yang berkegiatan di
pasar modal, penulis tidak menemukan suatu aturan pun yang mengatur bahwa
notaris diwajibkan melaporkan akta/surat/dokumen yang dibuat berkenaan dengan
transaksi di bidang pasar modal kepada BAPEPAM, sebagai lembaga pengawas
kegiatan di pasar modal.
Kewajiban pelaporan oleh notaris yang diatur dalam Peraturan BAPEPAM
No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar
Modal hanyalah kewajiban pelaporan terhadap setiap perubahan yang berkenaan
dengan data dan informasi dari notaris. Perubahan tersebut wajib dilaporkan
kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
perubahan.97
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis
berpendapat bahwa pengawasan terhadap notaris yang melakukan kegiatan di
pasar modal cenderung bersifat pengawasan represif, dimana ketika ada
pengaduan atau laporan dari pihak yang merasa dirugikan oleh akta yang dibuat
notaris, barulah BAPEPAM akan melakukan pemeriksaan. Padahal jika
mengingat betapa pentingnya kekuatan pembuktian akta yang dibuat oleh notaris
97 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 1 November 2012, bahwa yang dimaksud dengan data dan informasi dari notaris antara lain adalah informasi berupa perpindahan alamat kantor notaris, izin cuti notaris serta penggunaan notaris pengganti.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
55 Universitas Indonesia
di muka pengadilan, sudah selayaknya dilakukan pengawasan preventif terhadap
pekerjaan yang dilakukan oleh notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal.
Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga melanggar
peraturan di bidang pasar modal, maka pemeriksa wajib untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut : 98
a. Pemeriksa harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa serta dilengkapi dengan
Surat Perintah Pemeriksaan dari Ketua BAPEPAM pada waktu melakukan
pemeriksaan;
b. Pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan
pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;
c. Pemeriksa memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah
Pemeriksaan kepada pihak yang diperiksa;
d. Pemeriksa menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada pihak yang
akan diperiksa;
e. Pemeriksa wajib membuat laporan hasil pemeriksaan;
f. Pemeriksa dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak
segala sesuatu yang diketahui atau yang diberitahukan kepadanya oleh pihak
yang diperiksa dalam rangka pemeriksaan.
Pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang
pemeriksa. Pemeriksaan terhadap pihak yang diperiksa dilaksanakan di kantor
pemeriksa, di kantor atau di tempat tinggal atau di tempat lain yang diduga ada
kaitannya dengan pelanggaran yang terjadi. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam
dan hari kerja dan dapat dilanjutkan di luar jam kerja dan hari kerja, jika
dipandang perlu. Hasil pemeriksaan tersebut harus dituliskan dalam laporan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan yang disetujui oleh pihak yang diperiksa
dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuannya dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan.
Sedangkan pada saat dilakukannya pemeriksaan, pihak yang diperiksa
berhak atas hal-hal sebagai berikut : 99
98 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, PP No. 46 Tahun 1995, LN No. 87 Tahun 1995, TLN No. 3618, Pasal 4
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
56 Universitas Indonesia
a. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada pemeriksa untuk
memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa;
b. Pihak yang diperiksa berhak meminta kepada pemeriksa untuk memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan;
c. Pihak yang diperiksa menandatangani surat pernyataan persetujuan tentang
hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan dimulai setelah memperoleh penetapan Ketua BAPEPAM.
Penetapan Ketua BAPEPAM dikeluarkan setelah disusun program pemeriksaan
yang sekurang-kurangnya memuat :
a. Tujuan pemeriksaan;
b. Ruang lingkup pemeriksaan;
c. Saat dimulainya pemeriksaan.
Dalam rangka melaksanakan pemeriksaan tersebut, berdasarkan Pasal 100
Ayat 2 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 12 Ayat 3 PP No. 46
Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, pemeriksa
atau BAPEPAM mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Meminta keterangan, konfirmasi, dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak
yang diperiksa dan/atau pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan
pemeriksaan;
b. Memerintahkan pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan
kegiatan tertentu;
c. Memeriksa dan/atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan/atau
dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau pihak terlibat
dalam pelanggaran;
d. Meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan/atau dokumen
lainnya sepanjang diperlukan;
e. Memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat
menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya;
99 Ibid, Pasal 5.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
57 Universitas Indonesia
f. Memerintahkan pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan,
pembukuan, dan/atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau
ruangan untuk kepentingan pemeriksaan.
Pada saat dilakukan peminjaman catatan, pembukuan dan dokumen
lainnya tersebut, pemeriksa memberikan tanda bukti peminjaman yang
menyebutkan secara jelas dan terinci mengenai jenis catatan, pembukuan dan
dokumen apa saja yang dipinjam.
Sehubungan dengan kedudukan notaris sebagai pejabat umum yang
melakukan kegiatan di pasar modal, sering kali terjadi bahwa pemeriksa
mendapatkan kesulitan untuk memeriksa akta-akta dan/atau dokumen lainnya
yang dibuat oleh notaris yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran di bidang
pasar modal. Padahal jika kita cermati lebih dalam ketentuan Pasal 54 UU No. 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan dengan tegas sebagai berikut :
Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.100
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa wewenang pemeriksa
atau BAPEPAM untuk melakukan pemeriksaan terhadap akta-akta atau dokumen
lainnya yang dibuat oleh notaris, telah diatur dan ditentukan dalam UU No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, serta peraturan pelaksananya PP No. 46 Tahun
1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal.
Oleh karena itu, pemeriksa yang perlu melakukan pemeriksaan atas akta
atau dokumen lain yang dibuat oleh notaris yang berkaitan dengan dugaan
pelanggaran di bidang pasar modal tidak dapat dikatakan sebagai pihak yang tidak
mempunyai hak atas akta tersebut, karena dengan jelas dalam UU No. 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris telah disebutkan bahwa jika diatur lain oleh
peraturan perundang-undangan, maka siapa saja pihak yang diberikan hak oleh
peraturan perundang-undangan tersebut mempunyai hak untuk diperlihatkan,
100 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
58 Universitas Indonesia
diberikan atau diberitahukan mengenai isi akta atau salinan akta yang
bersangkutan.
BAPEPAM dapat pula mengizinkan dilakukannya penyelesaian tertentu
atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran
terhadap peraturan di bidang pasar modal. Penyelesaian dimaksud antara lain
berupa penyelesaian secara perdata di antara para pihak.101
Dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal atau pun peraturan
pelaksanaannya, tidak terdapat pasal yang mengatur bahwa BAPEPAM memiliki
wewenang untuk melakukan gugatan perdata dalam rangka melakukan pembelaan
hukum guna melindungi kepentingan investor dan/atau masyarakat. Wewenang
yang selama ini dimiliki oleh BAPEPAM adalah kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan dan penyidikan, sedangkan untuk menindaklanjuti dugaan
pelanggaran atau tindak pidana yang terjadi di bidang pasar modal, maka
BAPEPAM akan menyerahkan tugas tersebut kepada penuntut umum.
Data, informasi, bahan, dan/atau keterangan lain yang dikumpulkan dalam
rangka pemeriksaan dapat digunakan oleh BAPEPAM untuk menetapkan sanksi
administrasi. Jika BAPEPAM menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan ke
tahap penyidikan, maka data, informasi, bahan dan/atau keterangan lain tersebut
dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan.
Apabila diperhatikan, ada hal yang menarik dari pelaksanaan fungsi
pengawasan yang dimiliki oleh BAPEPAM. Dalam penjelasan Pasal 100 Ayat 2
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, diketahui bahwa tindakan penyidikan
tidak harus didahului dengan tindakan pemeriksaan. Jika dibandingkan dengan
hukum acara pidana pada umumnya, pemeriksaan oleh BAPEPAM ini dapat
dianalogikan sebagai tindakan penyelidikan. Di dalam hukum acara pidana,
tindakan penyidikan harus selalu didahului dengan tindakan penyelidikan. Namun
101 Hak yang diperoleh para pihak untuk menyelesaian secara perdata atas kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan yang merupakan pelanggaran di bidang pasar modal, diatur dalam Pasal 111 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut : yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
59 Universitas Indonesia
rupanya penyimpangan hukum acara pidana dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal ini adalah keistimewaan yang dimiliki oleh BAPEPAM sebagai
lembaga pengawas di bidang pasar modal.
Menurut Bapak Iskandarsyah, diketahui bahwa bisa saja suatu dugaan
pelanggaran tidak harus didahului dengan pemeriksaan, melainkan langsung ke
tahap penyidikan, apabila BAPEPAM berpendapat sudah jelas pelanggaran yang
dimaksud merupakan pelanggaran yang bersifat pidana. Tindak pidana yang
dimaksud sebagaimana yang sudah tercantum dalam Bab XV Ketentuan Pidana,
Pasal 103-109 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.102
Proses penyidikan tidak bergantung dari ada atau tidaknya hasil
pemeriksaan. Dalam hal ini kewenangan yang dimiliki oleh BAPEPAM sebagai
pemeriksa, dan kewenangan BAPEPAM sebagai penyidik, tidak bergantung
antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pengaturan fungsi pemeriksaan dan
fungsi penyidikan di dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak
diletakkan pada 1 (satu) bab yang sama. Mengenai pemeriksaan diatur dalam Bab
XII, sedangkan mengenai penyidikan diatur dalam Bab XIII UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal.
Sedangkan penyidikan yang didahului dengan tindakan pemeriksaan
dilakukan apabila BAPEPAM berpendapat dugaan pelanggaran tersebut pada
awalnya adalah merupakan pelanggaran yang bersifat administratif, namun
setelah diperoleh hasil pemeriksaan dan diketahui dalam pelanggaran tersebut
terdapat unsur pidana, maka BAPEPAM dapat menetapkan untuk melanjutkan ke
tahap penyidikan.
Tidak semua pelanggaran di bidang pasar modal harus dilanjutkan ke
tahap penyidikan, karena hal tersebut justru dapat menghambat kegiatan
penawaran dan/atau perdagangan efek secara keseluruhan. Namun, jika
BAPEPAM berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu merupakan
pelanggaran terhadap peraturan di bidang pasar modal yang dapat mengakibatkan
102 Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
60 Universitas Indonesia
kerugian terhadap kepentingan pasar modal ataupun membahayakan kepentingan
investor dan/atau masyarakat, serta tidak tercapainya penyelesaian atas kerugian
yang telah timbul, maka BAPEPAM dapat memulai tindakan penyidikan.103
Kepercayaan dan kredibilitas merupakan hal utama yang harus tercermin dari
keberpihakan sistem hukum pasar modal pada kepentingan investor dan/atau
masyarakat.
Kewenangan BAPEPAM untuk melakukan penyidikan diatur dalam Pasal
101 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sebagai berikut :
Dalam hal BAPEPAM berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksananya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal dan/atau membahayakan kepentingan pemodal dan/atau masyarakat, BAPEPAM menetapkan dimulainya tindakan penyidikan.
Penyidikan di bidang pasar modal adalah serangkaian tindakan penyidik
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga dapat
membuat terang tentang tindak pidana di bidang pasar modal yang terjadi,
menemukan tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkannya.
Penyidik di bidang pasar modal adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil
(selanjutnya disebut PPNS) tertentu di lingkungan BAPEPAM yang diangkat oleh
Menteri Kehakiman.
PPNS tersebut diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal berdasarkan
ketentuan Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
Dalam ketentuan Pasal 101 Ayat 3 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal diatur bahwa PPNS tersebut berwenang melakukan tindakan antara lain
sebagai berikut :
a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana di bidang pasar modal;
103 Hariyani, op.cit., hlm 305.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
61 Universitas Indonesia
b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang pasar modal;
c. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat
dalam tindak pidana di bidang pasar modal;
d. Memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap
pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di
bidang pasar modal;
e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal;
f. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap
barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang pasar modal;
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, BAPEPAM dapat
meminta bantuan aparat penegak hukum lain, yaitu aparat penegak hukum seperti
dari kepolisian atau kejaksaan.
Setiap pemeriksa atau penyidik yang diberi tugas atau pihak lain yang
ditunjuk oleh BAPEPAM untuk melakukan pemeriksaan atau penyidikan,
dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri atau mengungkapkan informasi yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan atau penyidikan tersebut kepada pihak mana
pun, kecuali dalam rangka mencapai tujuan BAPEPAM atau diharuskan oleh
undang-undang.
2.4.3 Temuan Penelitian 104
2.4.3.1 Kasus Posisi
Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapatkan sebuah temuan
penelitian, yaitu pada sekitar awal tahun 2009, salah seorang investor dari PT Star
104 Temuan penelitian ini didapat oleh penulis ketika melakukan wawancara pada bulan Oktober 2011, dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kasubag Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, guna riset keperluan tugas mata kuliah Hukum Pasar Modal.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
62 Universitas Indonesia
Pacific, Tbk melapor ke BAPEPAM tentang adanya dugaan pelanggaran pasar
modal yang dilakukan oleh PT Star Pacific, Tbk. Pelanggaran yang dimaksud
adalah terkait aksi korporasi, right issue, pada Januari 2009. Konversi saham seri
A dan seri B menjadi saham seri C dianggap cacat hukum karena adanya
perlakuan yang berbeda bagi pemegang saham minoritas yang sahamnya tidak
turut di konversi.105 Dalam laporan dugaan pelanggaran pasar modal oleh investor
PT Star Pasific, Tbk tersebut kepada BAPEPAM, selain PT Star Pacific, Tbk
sebagai terlapor, juga turut terlapor notari
dalam pelaksanaan RUPS Luar Biasa III (selanjutnya disebut RUPSLB III)
tertanggal 27 November 2008.
Pelanggara
berkegiatan di pasar modal, yaitu terkait dengan adanya pemegang saham yang
berdomisili di British Virgin Island, yang memberikan kuasa kepada PT
Ciptadana Securities untuk hadir dalam RUPSLB III, dimana dalam surat kuasa
tersebut tidak ada legalisasi dari notaris atau pejabat yang berwenang dan
Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island.
Dalam iklan panggilan kepada para pemegang saham untuk hadir dalam
RUPSLB III, disebutkan bahwa pemegang saham yang berhalangan hadir dapat
menunjuk kuasa untuk mewakilinya dengan membawa surat kuasa yang sah
sebagaimana ditentukan oleh Direksi, dengan ketentuan antara lain pemegang
saham yang alamatnya terdaftar di luar negeri harus dengan surat kuasa yang
dilegalisasi oleh notaris atau pejabat yang berwenang dan Kedutaan Besar
Republik Indonesi (selanjutnya disebut KBRI). Ketentuan yang mengatur
mengenai keharusan surat kuasa dari luar negeri untuk mendapatkan legalisasi
oleh notaris atau pejabat yang berwenang dari KBRI setempat, juga terdapat
dalam ketentuan Pasal 23 Ayat 2 Anggaran Dasar PT Star Pacific, Tbk, serta
pernyataan ketua rapat dalam RUPSLB III.
Dengan demikian, surat kuasa yang berasal dari pemegang saham yang
berdomisili di British Virgin Island tersebut seharusnya tidak sah, dan si penerima 105 http://m.inilah.com/read/detail/95785/rights-issue-star-pacific-cacat-hukum, diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
63 Universitas Indonesia
kuasa, yaitu PT Ciptadana Securities, tidak dapat diperhitungkan dalam kuorum
kehadiran dan pengambilan keputusan dalam RUPSLB III tersebut.
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang didapat oleh penulis diketahui
tim pemeriksa walaupun telah dipanggil secara patut sebanyak 2 (dua) kali,
dengan alasan bahwa BAPEPAM harus meminta izin terlebih dahulu kepada
MPD, sebagaimana
80/MW/VII/2009 tertanggal 27 Juli 2009 dan surat No. 10/VIII/MW/2009
tertanggal 4 Agustus 2009, sehingga terhadap dugaan pelanggaran oleh notaris
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak
Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten
& PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, walaupun
pemeriksaan, akan tetapi bukti
yang ada sudah cukup, maka BAPEPAM tetap menjatuhkan sanksi administratif
, yaitu berupa pembekuan kegiatan usaha selaku notaris pasar
modal selama 3 (tiga) bulan, atas pelanggaran terhadap Pasal 66 UU No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 4 Ayat 2 dan Pasal 16 Ayat 1 Huruf a UU No.
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Pasal 3 Kode Etik Notaris.106 Terhadap
sanksi yang diberikan oleh BAPEPAM
upaya keberatan.
2.4.3.2 Analisa Kasus
Pada kasus posisi di jelas-
jelas tidak cermat dan teliti dalam menjalankan tugas pekerjaannya.
106 Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh penulis dengan Bapak Iskandarsyah, selaku Kepala Sub Bagian Penetapan Sanksi dan Keberatan Emiten & PP Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM-LK, yang dilakukan pada tanggal 28 Desember 2012, juga dike
Ayat 1 HIR, yaitu mengenai putusan verstek. Penetapan sanksi oleh BAPEPAM tersebut dilakukan dalam sebuah Rapat Komite, selayaknya suatu pengadilan.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
64 Universitas Indonesia
Keharusan legalisasi terhadap dokumen/surat kuasa yang berasal dari luar
Indonesia, dan akan digunakan di Indonesia, berlaku ketentuan sebagaimana yang
tercantum dalam surat dari Departemen Kehakiman tertanggal 1 Mei 1978 perihal
Naskah Dokumen dari Luar Negeri yang mempunyai akibat hukum di Indonesia,
yang ditandatangani oleh Menteri Kehakiman Mudjono, S.H., sebagai berikut :
a. Dokumen-dokumen yang disusun sesuai dengan ketentuan-ketentuan
hukum/peraturan perundang-undangan setempat oleh pejabat-pejabat yang
ditunjuk dan berwenang untuk itu, disahkan oleh Departemen Luar Negeri
negara yang bersangkutan.
b. Perwakilan Republik Indonesia melegalisir tanda tangan dan cap pejabat
Departemen Luar Negeri negara termaksud di atas. Untuk keperluan
legalisasi, biasanya Perwakilan Republik Indonesia menerima contoh tanda
tangan pejabat-pejabat yang berwenang tersebut.
c. Agar dokumen yang telah dilegalisir oleh Perwakilan Republik Indonesia
tersebut di atas dapat berlaku di Indonesia, maka tanda tangan pejabat
Perwakilan Republik Indonesia pada dokumen tersebut perlu dilegalisasi lagi
oleh Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
Berdasarkan kasus posisi, dengan demikian surat kuasa dari pemegang
saham PT Star Pacific, Tbk yang berdomisili di British Virgin Island yang
memberikan kuasa kepada PT Ciptadana Securities untuk hadir dalam RUPSLB
III, untuk dapat digunakan di Indonesia maka surat kuasa tersebut harus terlebih
dahulu disahkan oleh Departemen Luar Negeri di British Virgin Island, kemudian
tanda tangan dan cap dari pejabat Departemen Luar Negeri di British Virgin
Island tersebut harus juga dilegalisasi oleh Perwakilan Republik Indonesia di
British Virgin Island, selanjutnya untuk dapat berlaku di Indonesia, maka tanda
tangan pejabat Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island tersebut
harus dilegalisasi lagi oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Ketentuan tersebut di atas sejalan dengan Poin 70 Lampiran Peraturan
Menteri Luar Negeri Nomor: 09/A/KP/XII/2006/01 tertanggal 28 Desember 2006
tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh
Pemerintah Daerah , sebagai berikut :
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
65 Universitas Indonesia
Dokumen-dokumen asing yang diterbitkan di luar negeri dan ingin dipergunakan di wilayah Indonesia, harus dilegalisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau Kementerian Luar Negeri negara dimaksud dan Perwakilan Republik Indonesia di negara setempat.
Legalisasi itu sendiri mempunyai pengertian pengesahan terhadap
dokumen dan hanya dilakukan terhadap tanda tangan dan tidak mencakup
kebenaran isi dokumen. Setiap dokumen Indonesia yang akan dipergunakan di
negara lain atau dokumen asing yang akan dipergunakan di Indonesia perlu
dilegalisasi oleh instansi yang berwenang.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 3038
K/Pdt/1981 juga menyatakan sebagai berikut : Keabsahan mengenai surat kuasa yang dibuat di luar negeri selain harus memenuhi persyaratan formil juga harus dilegalisir lebih dahulu oleh KBRI setempat.
Putusan Mahkamah Agung tersebut juga dijadikan landasan bagi
Pengadilan Tinggi Agama Surabaya ketika memutus suatu perkara. Dalam
pertimbangan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor
60/Pdt.G/2008/PTA.Sby. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya antara lain
menyatakan sebagai berikut :
Untuk keabsahan surat kuasa yang dibuat di luar negeri ditambah lagi persyaratannya, yakni legalisasi pihak KBRI, tidak menjadi soal apakah surat kuasa tersebut berbentuk di bawah tangan atau otentik, mesti harus dilegalisasi KBRI. Syarat ini bertujuan untuk memberi kepastian hukum Pengadilan tentang kebenaran pembuatan surat kuasa di negara yang bersangkutan. Dengan adanya legalisasi tidak ada lagi keraguan atas pemberian kuasa kepada kuasa.
Selain ketentuan-ketentuan tersebut di atas, mengenai keharusan surat
kuasa yang berasal dari negara lain untuk dilegalisasi oleh instansi yang
berwenang juga sudah ditentukan sebelumnya dalam iklan panggilan kepada para
pemegang saham, ketentuan dalam anggaran dasar perseroan PT Star Pacific,
Tbk, dan pernyataan ketua rapat dalam RUPSLB III.107 Dengan demikian,
terhadap surat kuasa yang berasal dari British Virgin Island tersebut namun tidak
107 Lihat pada Daftar Lampiran : Surat Permohonan Penetapan Pemberian Sanksi kepada
.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
66 Universitas Indonesia
ada legalisasi dari Departemen Luar Negeri di British Virgin Island, legalisasi dari
Perwakilan Republik Indonesia di British Virgin Island, dan juga legalisasi dari
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menyebabkan surat kuasa tersebut
tidak sah atau cacat hukum.
Ketidakcermata
pekerjaannya jelas-jelas dapat mengakibatkan tidak sahnya suara yang
dikeluarkan oleh si penerima kuasa dalam RUPS Luar Biasa III tertanggal 27
November 2008, karena sesungguhnya ia pun tidak berhak dihitung dalam
kuorum kehadiran RUPS Luar Biasa tersebut.
Pasal 2 Huruf f Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran
Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal mengatur persyaratan sebagai
berikut : Notaris sanggup melakukan pemeriksaan sesuai dengan Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi, serta senantiasa bersikap independen.
Sehubungan dengan peraturan tersebut, dalam Pasal 4 Angka 2 jo. Pasal
16 Ayat 1 Huruf a UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Pasal 3
Kode Etik Notaris, disebutkan bahwa notaris dalam menjalankan jabatannya
berkewajiban bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Kata saksama dalam undang-undang tersebut, berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki pengertian teliti atau cermat. Dengan
demikian,
peraturan jabatan notaris dan kode etik notaris, juga dapat dikatakan telah
melanggar peraturan di bidang pasar modal.
Selanjutnya kesulitan yang dihadapi oleh BAPEPAM, sebagai badan
pengawas pasar modal, ketika
yaitu
panggilan tim pemeriksa, sekalipun telah dipanggil secara patut sebanyak 2 (dua)
kali dengan alasan bahwa BAPEPAM harus meminta izin terlebih dahulu kepada
MPD. Penolakan untuk menghadiri penggilan dari tim pemeriksa tersebut
disampaikan melalui surat No. 80/MW/VII/2009 tertanggal 29 Juli 2009 dan surat
No. 10/VIII/MW/2009 tertanggal 4 Agustus 2009. Hal ini tentunya akan
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
67 Universitas Indonesia
menghambat klarifikasi lebih lanjut atas dugaan pelanggaran di bidang pasar
modal yang dilakukan oleh PT Star Pacific, Tbk.
Alasan penolakan yang disampaikan oleh not ujuk
pada ketentuan Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagai
berikut :
Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan108 Majelis Pengawas Daerah berwenang : a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan
pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris. b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan
dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam
Yang perlu digaris bawahi dalam kasus ini adalah pemanggilan oleh tim
pemeriksa dari BAPEPAM tersebut bukanlah untuk kepentingan peradilan
ataupun penyidikan. Pemanggilan tersebut merupakan pemeriksaan dalam lingkup
wilayah otoritas pasar modal, sekaligus pemenuhan terhadap ketentuan Pasal 100
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo. Pasal 12 Ayat 3 PP No. 46 Tahun
1995 tentang Tata cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal, dimana BAPEPAM
memiliki wewenang untuk mengadakan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang
diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang pasar
modal.
Substansi ketentuan Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris ini mutlak menjadi kewenangan MPD, yang tidak dipunyai oleh Majelis
Pengawas Wilayah ataupun Majelis Pengawas Pusat. Ketentuan tersebut berlaku
hanya dalam perkara pidana, karena berkaitan dengan tugas penyidik dan
penuntut umum dalam ruang lingkup perkara pidana. Jadi, apabila seorang notaris
digugat secara perdata, maka izin dari MPD tersebut tidak diperlukan, karena hak
setiap orang untuk mengajukan gugatan jika ada hak-haknya yang terlanggar
akibat kecerobohan atau kelalaian seorang notaris.109
108 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
109 Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris, cet. pertama, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2011), hlm 7.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
68 Universitas Indonesia
Sehubungan dengan kasus tersebut di atas, dalam ketentuan Pasal 66 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga mengatur sebagai berikut :
Setiap profesi penunjang pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masing-masing sepanjang tidak bertentangan110 dengan undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Bila peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal beserta
peraturan pelaksananya diartikan sebagai hukum yang mengatur organisasi dan
kegiatan di bidang pasar modal, maka berdasarkan ketentuan pasal di atas dapat
ditarik kesimpulan, yaitu khusus bagi notaris yang berkegiatan di bidang pasar
modal, hubungan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dengan UU No. 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah Lex Specialis Derogat Lex Generalis.111
Kode etik notaris merupakan suatu standar pemenuhan kualitas minimal
jasa yang diberikan kepada kliennya, dan merupakan suatu kewajiban bagi setiap
notaris yang berkegiatan di pasar modal untuk mentaatinya. Namun, dalam hal
kode etik dan standar profesi dimaksud bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal beserta peraturan pelaksananya, maka
notaris sebagai profesi penunjang pasar modal harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal beserta
peraturan pelaksananya.
Jika membandingkan dengan langkah yang dilakukan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk menciptakan suatu ketertiban dan kepastian
hukum, pada tanggal 9 Mei 2006 telah dibuat suatu Nota Kesepahaman atau
110 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
111 Menurut Prof. Bagir Manan , ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas lex specialis derogat legi generalis, yaitu sebagai berikut :
1. Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.
2. Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex generalis (undang-undang dengan undang-undang).
3. Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim) yang sama dengan lex generalis.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
69 Universitas Indonesia
Memorandum of Understanding (MoU) antara INI dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor: 01/MoU/PP-INI/V/2006.
Dalam hal untuk menciptakan tertib hukum dalam industri pasar modal,
maka ada baiknya jika BAPEPAM juga membuat suatu nota kesepahaman
bersama INI dan MPD. Dibuatnya nota kesepahaman tersebut tentunya untuk
dapat menjalin koordinasi yang baik dalam menegakkan hukum di bidang pasar
modal.
2.4.4 Pengawasan Terhadap Notaris yang Berkegiatan di Pasar Modal
Pasca Diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
Konsekuensi yang timbul bagi industri pasar modal sejak diundangkannya
UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan atau
peraturan peralihan dalam UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, khususnya
ketentuan Pasal 55 Ayat 1, yang mengatur sebagai berikut :
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.112
Praktis pada tanggal 31 Desember 2012, tugas, fungsi dan wewenang
mengenai pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal yang awalnya
dimiliki oleh BAPEPAM beralih ke OJK.
Berdasarkan ketentuan Pasal 66 Ayat 1 Huruf b UU No. 21 Tahun 2011
tentang OJK, sejak undang-undang ini diundangkan sampai dengan beralihnya
fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka
BAPEPAM masih tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.
Mengenai permohonan izin usaha, izin perorangan, surat tanda terdaftar,
ataupun persetujuan melakukan kegiatan usaha yang sedang dalam proses
penyelesaian pada BAPEPAM, sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang 112 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
70 Universitas Indonesia
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55, maka penyelesaiannya dilanjutkan
ke OJK.113
Begitupula mengenai prosedur dan mekanisme pengawasan terhadap
notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal, sejak diundangkannya UU No. 21
Tahun 2011 tentang OJK, pada dasarnya tidak ada yang berubah. Prosedur dan
mekanisme pengawasan yang digunakan saat ini masih akan diterapkan saat
beralih ke OJK.114 Akan tetapi, sejak diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011
tentang OJK, OJK sebagai lembaga baru yang mengawasi seluruh sektor jasa
keuangan memiliki suatu wewenang baru terkait dengan tugasnya untuk
melakukan perlindungan hukum terhadap konsumen dan masyarakat. Dimana
tadinya wewenang ini tidak dimiliki oleh BAPEPAM.
Wewenang yang dimaksud adalah terkait wewenang OJK untuk
menyediakan pelayanan pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
lembaga jasa keuangan serta memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen
yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan tersebut.115 Dan OJK juga
berwenang melakukan pembelaan hukum seperti mengajukan gugatan untuk
memperoleh kembali harta kekayaan milik konsumen/masyarakat yang dirugikan
dari pihak yang menyebabkan kerugian ataupun untuk memperoleh ganti kerugian
dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau lembaga jasa
keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.116
Oleh karena itu, notaris sebagai salah satu pelaku di lembaga jasa
keuangan harus bertindak lebih berhati-hati, teliti dan cermat dalam melaksanakan
pekerjaannya sebagai profesi penunjang pasar modal, karena dengan adanya
wewenang istimewa OJK tersebut, tidak menutup kemungkinan bagi investor
113 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 67 Ayat 2.
114 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, selaku Kepala Bagian Profesi Hukum Pasar Modal BAPEPAM-LK, sekaligus Anggota Tim Panitia RUU OJK, pada tanggal 4 November 2012.
115 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit.Pasal 29.
116 Indonesia, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, op.cit., Pasal 30 Ayat 1 Huruf b.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
71 Universitas Indonesia
yang merasa dirugikan oleh notaris melakukan aduan kepada OJK yang berujung
dengan diajukannya gugatan kepada notaris.
Selama ini jika terdapat aduan pelanggaran terhadap notaris yang
melakukan kegiatan di pasar modal, sanksi yang akan dikenakan terhadap notaris
tersebut oleh BAPEPAM adalah berupa pemberian denda.117 Denda mana yang
dibayarkan ini akan masuk sebagai penerimaan kas negara. Sedangkan apabila
diajukan gugatan ganti rugi terhadap notaris, maka jika gugatan tersebut
dikabulkan oleh pengadilan, pihak penggugat tentunya berhak atas ganti rugi
secara langsung dari pihak tergugat.
Selama ini seorang investor yang merasa dirugikan oleh tindakan pelaku di
pasar modal bisa saja melakukan gugatannya secara langsung. Namun tentunya
untuk melakukan gugatan secara langsung akan membutuhkan proses yang lebih
lama dan rumit, serta biaya yang tidak sedikit. Investor yang merasa dirugikan
tersebut juga harus mampu mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran agar dapat
mengajukan gugatan.
Dengan kehadirian OJK yang menyediakan layanan pengaduan bagi
investor/konsumen/masyarakat, maka segala aduan tersebut akan terlebih dahulu
diperiksa oleh OJK, dan apabila perlu, terhadap pihak yang diduga melakukan
pelanggaran akan dilakukan klarifikasi. Barulah jika aduan dari
investor/konsumen/masyarakat tersebut sudah memiliki cukup bukti, serta dinilai
penting oleh OJK, maka OJK akan meneruskan aduan tersebut ke tingkat
peradilan.118
117 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Bapak Mufli Asmawidjaja, diketahui bahwa alasan terhadap pilihan pemberian sanksi denda kepada notaris yang melakukan pelanggaran di bidang pasar modal adalah juga dengan mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang tidak terlibat dalam pelanggaran, namun bisa jadi ikut dirugikan jika terhadap notaris tersebut diberikan sanksi berupa pencabutan atau pembekuan izin usaha. Karena hal ini akan mengganggu kegiatan di pasar modal itu sendiri.
118 Memberikan Perlindungan Yang Lebih Baik Kepada Konsumen Jasa Keuangan?,Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan: Pelaksanaan Fungsi Perlindungan Konsumen & Market Conduct Oleh OJK, Jakarta, 11 Oktober, 2012).
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
72 Universitas Indonesia
2.5 MACAM-MACAM SANKSI DAN TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN ATAS SANKSI
Notaris sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal tidak akan
terlepas dari ancaman sanksi jika melakukan tindak pidana maupun pelanggaran
terhadap peraturan di bidang pasar modal.
Ada 3 (tiga) macam sanksi yang diterapkan dalam UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yaitu :
1. Sanksi Administratif
Pasal 102 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur
bahwa penerapan sanksi administratif atas pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan/atau peraturan pelaksananya
dapat dikenakan kepada setiap pihak yang memperoleh izin, persetujuan atau
pendaftaran dari BAPEPAM. Salah satunya adalah notaris.
Macam-macam sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada notaris
yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal dan/atau peraturan pelaksananya adalah sebagai berikut :
1) Peringatan tertulis;
2) Denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
3) Pembekuan kegiatan usaha;
4) Pencabutan izin usaha.
Pada penjelasan Pasal 102 Ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal disebutkan bahwa dalam menerapkan sanksi administratif, BAPEPAM
perlu memperhatikan aspek pembinaan. Maksud dari penjelasan pasal tersebut
yaitu bahwa BAPEPAM harus benar-benar memperhatikan dan
mempertimbangkan terhadap akibat yang lebih besar dari pemberian sanksi.
Misalnya, jika seorang notaris dikenai sanksi pembekuan kegiatan usaha atau
pencabutan izin usaha, bisa jadi pemberian sanksi tersebut malah akan
mengakibatkan dampak yang lebih besar lagi, karena akan ada pihak-pihak,
seperti investor atau emiten lainnya, yang sebenarnya tidak terkait dalam
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
73 Universitas Indonesia
pelanggaran, turut merasakan kerugian akibat terganggunya kegiatan di pasar
modal.119
Sedangkan mengenai sanksi administratif berupa pengenaan denda diatur
lebih rinci dalam ketentuan Pasal 63, 64, dan 65 PP No. 45 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal.
Terhadap setiap pihak yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran dari BAPEPAM dikenakan sanksi denda Rp 100.000,- (seratus ribu
rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan120, dengan maksimal
denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Sedangkan sanksi denda juga dapat dikenakan pada profesi penunjang
pasar modal yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal, dengan denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Sanksi Perdata
Sanksi perdata yang dikenakan terhadap notaris sebagai profesi penunjang
pasar modal lebih banyak didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 1365
KUHPerdata, yaitu mengenai perbuatan melawan hukum. Dalam hal ini, pihak
yang mengajukan gugatan bukanlah BAPEPAM, melainkan pihak yang merasa
dirugikan terhadap pekerjaan notaris sebagai profesi penunjang pasar modal.
Hak untuk mengajukan gugatan tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 111
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai berikut :
Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi121, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain
119 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Iskandarsyah, dalam kasus sebagaimana yang telah diuraikan oleh penulis pada Sub Bab 2.4.3, pemberian sanksi administratif berupa
bahwa ketika
dalam kegiatan di pasar modal.
120 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Untari, Bagian Profesi Hukum Pasar Modal (Notaris) BAPEPAM-LK, bahwa kewajiban pelaporan yang dimaksud di sini adalah sebagaimana yang tercantum dalam ketentuan Pasal 7 Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal, yaitu pelaporan terhadap setiap perubahan yang berkenaan dengan data dan informasi dari Notaris, seperti pindah alamat atau cuti notaris.
121 Penulisan cetak tebal dilakukan untuk penekanan kata/kalimat.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
74 Universitas Indonesia
yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap pihak atau pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.
Untuk dapat mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum, maka harus
terpenuhi terlebih dahulu unsur-unsur berikut ini :
- Harus ada perbuatan;
- Perbuatan tersebut melanggar hukum;
- Harus ada kerugian;
- Harus ada hubungan sebab-akibat antara perbuatan melawan hukum itu
dengan kerugian yang timbul.
Dengan demikian, bagi notaris yang melakukan suatu perbuatan yang
melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dimana karena
perbuatannya itu menyebabkan kerugian, maka kepada notaris tersebut dapat
dilakukan gugatan ganti rugi yang didasarkan pada ketentuan Pasal 1365
KUHPerdata.
3. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap notaris jika terbukti
melakukan pelanggaran di bidang pasar modal, seperti tidak mematuhi atau
menghambat pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka dapat diancam dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah).
Sedangkan sanksi pidana yang dapat dikenakan terhadap notaris jika
terbukti melakukan kejahatan di bidang pasar modal, seperti melakukan kegiatan
di pasar modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 64 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka dapat diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Kejahatan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh notaris sebagai profesi
penunjang pasar modal adalah insider trading. Terhadap notaris jika terbukti
melakukan insider trading, maka dapat diancam dengan pidana penjara paling
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
75 Universitas Indonesia
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000 (lima belas
milyar rupiah).
Pada tanggal 5 Desember 2012 kemarin, BAPEPAM mengeluarkan suatu
peraturan baru, yaitu Peraturan BAPEPAM No. XIV.B.2 tentang Pengajuan
Permohonan Keberatan Atas Sanksi. Peraturan ini dikeluarkan oleh BAPEPAM
dalam rangka mengakomodir pihak-pihak yang merasa keberatan dengan
pemberian sanksi oleh BAPEPAM.
Bagi notaris yang dikenakan sanksi dapat mengajukan permohonan
keberatan yang disampaikan kepada BAPEPAM secara tertulis, paling lambat 20
hari setelah ditetapkannya sanksi, tanpa memperhitungkan hari libur. Permohonan
keberatan hanya dapat diajukan satu kali untuk setiap sanksi. Dan keputusan
BAPEPAM atas permohonan keberatan bersifat final.
Dalam mengajukan permohonan keberatan, maka permohonan tersebut
paling sedikit harus memuat :
1. Alasan diajukannya permohonan keberatan, yang menyangkut substansi pada
surat sanksi;
2. Hal-hal yang diinginkan oleh pihak yang mengajukan permohonan keberatan.
Dalam memeriksa permohonan keberatan, BAPEPAM dapat meminta
informasi, keterangan, dan/atau dokumen tambahan yang diperlukan kepada
pemohon. Dalam jangka waktu 14 (empat belas hari) setelah ditetapkannya surat
permintaan informasi, keterangan, dan/atau dokumen tambahan tersebut,
pemohon harus memberikan tanggapan kepada BAPEPAM.
Jika permohonan keberatana diajukan atas sanksi administratif berupa
denda yang dikenakan oleh BAPEPAM, maka pembayaran sanksi berupa denda
tersebut sementara ditangguhkan sampai dengan ditetapkannya keputusan
terhadap permohonan keberatan.
Namun apabila permohonan keberatan diajukan atas sanksi administratif
lain, selain saksi denda, maka sanksi tersebut tetap berlaku sampai dengan adanya
keputusan terkait permohonan keberatan.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
76 Universitas Indonesia
2.6 ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PASAR MODAL
Penyelesaian sengketa di bidang pasar modal dapat dilakukan melalui jalur
pengadilan (litigasi), maupun di luar pengadilan (non litigasi). Penyelesaian
sengketa di bidang pasar modal yang dilakukan di luar pengadilan menggunakan
alternatif penyelesaian sengketa, atau yang lebih dikenal dengan istilah alternative dispute resolution (ADR).
Pasar modal memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri jasa
keuangan lainnya. Penyelesaian sengketa dan perselisihan yang cepat menjadi
harapan seluruh pelaku di bidang pasar modal. Oleh karena itu untuk
menjembatani kepentingan tersebut, sejak 9 Agustus 2002 segenap pelaku pasar
modal yang dimotori oleh BAPEPAM bersama dengan Bursa Efek Jakarta, Bursa
Efek Surabaya, KPEI dan KSEI, serta sejumlah pakar hukum dan asosiasi,
membentuk sebuah lembaga arbitrase yang dinamakan Badan Arbitrase Pasar
Modal Indonesia (selanjutnya disebut BAPMI). Praktis sejak saat itu BAPMI
mulai berperan dalam menyelesaikan sengketa bisnis yang terjadi di pasar
modal.122
Definisi dari arbitrase itu sendiri menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa
(selanjutnya disebut UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian
Sengketa) adalah sebagai berikut : Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Yang dimaksud dengan perjanjian arbitrase adalah kesepakatan tertulis
para pihak yang menyatakan bahwa setiap sengketa yang tidak dapat diselesaikan
secara damai, maka akan diselesaikan melalui arbitrase. Perjanjian arbitrase dapat
berupa klausula di dalam perjanjian atau berupa perjanjian tersendiri. Hal inilah
yang sering menyebabkan suatu sengketa di bidang pasar modal yang berkenaan
dengan perkara perdata tidak dapat diselesaikan melalui BAPMI, karena dalam 122 Tim BEJhttp://www.bapmi.org/in/ref_articles15.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
77 Universitas Indonesia
pilihan hukum yang tercantum dalam perjanjian tidak menuliskan arbitrase
sebagai cara penyelesaian sengketa.
Maka apabila terjadi hal seperti di atas, bagi pihak yang bersengketa dan
tetap ingin melakukan penyelesaian melalui arbitrase, menurut ketentuan Pasal 9
UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa, para pihak
harus membuat suatu perjanjian tertulis dalam bentuk akta notaris yang
ditandatangani oleh para pihak.
Karena BAPMI merupakan arbitrase kelembagaan di pasar modal yang
dibentuk dengan mekanisme dan karakteristik industri di pasar modal, maka
lembaga ini hanya menangani sengketa perdata yang berkaitan dengan kegiatan di
bidang pasar modal, dan hanya apabila diminta oleh para pihak yang bersengketa.
Surat permintaan tersebut harus didasarkan kesepakatan tertulis para pihak bahwa
sengketa akan diselesaikan melalui BAPMI. Tanpa adanya kesepakatan itu
BAPMI tidak mempunyai kewenangan menyelesaikan sengketa dimaksud.
BAPMI tidak mempunyai kewenangan pula untuk menyelesaikan perkara yang
masuk ke dalam ruang lingkup pidana dan administrasi.123
Saat ini BAPMI menyediakan 3 (tiga) jenis penyelesaian sengketa, yaitu
sebagai berikut :
1. Pendapat Mengikat 124
Ada kalanya para pihak dalam suatu perjanjian berbeda pendapat mengenai
suatu persoalan yang berkaitan dengan perjanjian. Misalnya mengenai
penafsiran ketentuan yang kurang jelas atau perubahan pada pelaksanaan
perjanjian sehubungan dengan timbulnya keadaan baru. Pada fase ini belum
timbul sengketa, namun untuk menghindari permasalahan menjadi semakin
membesar, para pihak meminta kepada pihak ketiga yang dianggap netral dan
ahli untuk memberikan pendapatnya atas persoalan itu agar tidak ada lagi beda
penafsiran.
123 Ibid. 124 http://www.bapmi.org/in/binding_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
78 Universitas Indonesia
Pendapat Mengikat BAPMI adalah pendapat yang diberikan oleh BAPMI atas
permintaan para pihak mengenai penafsiran suatu ketentuan yang kurang jelas
di dalam perjanjian agar di antara para pihak tidak terjadi lagi perbedaan
penafsiran yang bisa membuka perselisihan lebih jauh.
Pendapat mengikat yang diberikan oleh BAPMI bersifat final dan mengikat
kepada para pihak. Setiap tindakan yang bertentangan dengan pendapat
mengikat dianggap sebagai pelanggaran perjanjian.
2. Mediasi 125
Mediasi BAPMI adalah cara penyelesaian masalah melalui perundingan di
antara para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang netral
dan independen, yang disebut mediator. Mediator tidak memberikan
keputusan atas masalah, ia hanya fasilitator pertemuan guna membantu
masing-masing pihak memahami perspektif, posisi dan kepentingan pihak lain
sehubungan dengan permasalahan yang tengah dihadapi dan bersama-sama
mencari solusi penyelesaiannya. Tujuan dari mediasi adalah dicapainya
perdamaian di antara para pihak yang bermasalah.
3. Arbitrase 126
Arbitrase BAPMI adalah cara penyelesaian sengketa dengan cara
menyerahkan kewenangan kepada pihak ketiga yang netral dan independen,
yang biasa disebut dengan Arbiter. Keputusan yang dijatuhkan oleh Arbiter
bersifat final dan mengikat bagi para pihak, tidak dapat diajukan banding.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa arbitrase BAPMI pada
hakekatnya mirip dengan pengadilan, dan arbiter dalam proses arbitrase
seperti hakim pada proses litigasi, yang membedakannya adalah :
a. Arbitrase merupakan pilihan dan kesepakatan para pihak yang
bersengketa;
b. Proses arbitrase baru dapat dilaksanakan setelah ada permohonan dari
pihak yang bersengketa kepada BAPMI;
125 http://www.bapmi.org/in/mediation_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.
126 http://www.bapmi.org/in/arbitration_intro.php, diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
79 Universitas Indonesia
c. Para pihak berhak menentukan apakah arbiter akan berjumlah satu (arbiter
tunggal) atau lebih (majelis arbitrase);
d. Para pihak bebas menentukan tempat arbitrase;
e. Para pihak berhak memilih arbiter;
f. Arbiter dipilih berdasarkan keahliannya;
g. Proses persidangan dilangsungkan menurut peraturan BAPMI;
h. Persidangan Arbitrase berlangsung tertutup untuk umum;
i. Putusan Arbitrase tidak mengenal preseden atau yurisprudensi;
j. Arbiter dapat mengambil keputusan atas dasar keadilan dan kepatutan (ex aquo et bono), tidak semata-mata atas dasar ketentuan hukum;
k. Putusan arbitrase tidak dapat diajukan banding.
Jenis penyelesaian sengketa yang telah disediakan oleh BAPMI bisa
dipilih oleh para pihak yang disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik sengketa
dan harapan para pihak terhadap solusi yang diinginkan. Alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan sebenarnya sangat memenuhi kebutuhan pelaku pasar
yang menghendaki penyelesaian sengketa yang tidak berlarut-larut.
Pilihan penyelesaian sengketa di bidang pasar modal melalui BAPMI
dapat mengurangi resiko yang biasanya muncul dalam proses berlitigasi di
pengadilan. Resiko yang dimaksud adalah hilangnya waktu karena proses
persidangan yang berlarut-larut, rusaknya reputasi para pihak, namun jika
penyelesaian sengketa dilakukan melalui BAPMI, maka penyelesaian perkara
akan dilakukan secara tertutup, serta memakan biaya yang banyak, sedangkan
biaya dalam melakukan penyelesaian sengketa melalui BAPMI sudah dapat
diperkirakan sebelumnya
Dengan demikian, apabila ada pihak yang merasa dirugikan atas
akta/perjanjian/dokumen/surat yang dibuat oleh notaris sebagai profesi penunjang
pasar modal, alangkah baiknya jika penyelesaian sengketa tersebut dilakukan
melalui salah satu dari jenis penyelesaian sengketa yang disediakan oleh BAPMI,
bukan melalui jalur pengadilan.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
80 Universitas Indonesia
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya
dengan pokok-pokok permasalahan yang ada terkait pengawasan terhadap notaris
yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Implikasi yuridis pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
terhadap pengawasan notaris yang berkegiatan di pasar modal yaitu jika
selama ini yang melakukan pengawasan terhadap notaris adalah BAPEPAM,
maka setelah fungsi, tugas dan wewenang BAPEPAM beralih ke OJK,
pengawasan terhadap notaris yang melakukan kegiatan di pasar modal akan
dilakukan oleh OJK.
Akan tetapi timbul suatu konsekuensi baru dari pelaksanaan pengawasan yang
dilakukan oleh OJK. Pasal 29 - 30 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK
memberikan wewenang kepada OJK untuk melakukan pembelaan hukum
dengan cara melakukan gugatan, yang mana wewenang ini tidak dimiliki oleh
BAPEPAM sebelumnya.
Gugatan tersebut dilakukan oleh OJK dengan tujuan mendapatkan ganti rugi
dari pihak yang menyebabkan kerugian pada investor sebagai akibat dari
pelanggaran atas peraturan di bidang pasar modal. Oleh karena itu, notaris
sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal berpotensi menjadi pihak
tergugat, apabila tidak melakukan peran dan tanggung jawabnya dalam
kegiatan pasar modal sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang pasar
modal.
Dampak lain terhadap notaris yang berkegiatan di bidang pasar modal dengan
beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang BAPEPAM ke OJK yaitu adanya
pungutan wajib bagi notaris. Selama ini notaris yang berkegiatan di pasar
modal tidak diwajibkan untuk membayar apapun oleh BAPEPAM. Sedangkan
pungutan oleh OJK tersebut timbul akibat adanya ketentuan dalam Pasal 34
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
81 Universitas Indonesia
Ayat 2 UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK. Dan khusus untuk notaris
sebagai profesi penunjang pasar modal diwajibkan untuk membayar biaya-
biaya sebagai berikut :
1) Biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penelitian sebesar Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp 2.000.000,- (dua juta
rupiah).
2) Biaya perizinan dan pendaftaran orang perseorangan sebesar Rp
5.000.000,- (lima juta rupiah).
2. Pada dasarnya mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang
berkegiatan di bidang pasar modal pasca diundangkannya UU No. 21 Tahun
2011 tentang OJK adalah tidak berbeda. Mekanisme dan prosedur pengawasan
yang ada saat ini masih akan tetap diterapkan ketika tugas, fungsi, dan
wewenang BAPEPAM beralih ke OJK. Hanya saja bagaimana cara
memahami dan membaca peraturan terkait pengawasan di bidang pasar modal
yang sudah ada saat ini, yang harus diubah. Jika peraturan yang ada selama ini
bertuliskan kata BAPEPAM, maka nantinya harus dibaca dan dipahami
sebagai OJK.
Mekanisme dan prosedur pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di
bidang pasar modal tersebut akan tetap dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
1) Mewajibkan pendaftaran bagi notaris yang melakukan kegiatan di bidang
pasar modal.
Persyaratan dan tata cara pendaftaran bagi notaris yang melakukan
kegiatan di pasar modal diatur dalam Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1
tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,
masih terdapat celah dalam peraturan tersebut yang dapat berpotensi
menyebabkan lembaga pengawas pasar modal mengalami kesulitan untuk
menegakkan hukum di bidang pasar modal.
Celah yang dimaksud adalah tidak diaturnya dalam persyaratan
pendaftaran notaris tersebut mengenai kesanggupan notaris untuk
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
82 Universitas Indonesia
diperiksa oleh lembaga pengawas pasar modal apabila terdapat dugaan
pelanggaran di bidang pasar modal yang membutuhkan penjelasan atau
klarifikasi dari notaris yang bersangkutan.
2) Melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang diduga
melakukan pelanggaran di bidang pasar modal.
Berdasarkan hasil analisa dan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
maka secara garis besar dapat disimpulkan mekanisme dan prosedur
pemeriksaan dan penyidikan terhadap notaris yang diduga melakukan
pelanggaran di bidang pasar modal adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Prosedur dan Mekanisme Pemeriksaan dan Penyidikan Terhadap Notaris
Yang Diduga Melakukan Pelanggaran di Bidang Pasar Modal
Dugaan pelanggaran.
Penetapan Ketua BAPEPAM dapat dimulainya pemeriksaan.
Pemeriksaan oleh tim pemeriksa untuk mengumpulkan data, informasi, dan/atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran.
Pelanggaran terbukti dilakukan oleh notaris.
Pelanggaran bersifat administratif.
Penetapan sanksi administratif oleh BAPEPAM, yaitu berupa peringatan
tertulis, denda, pembekuan kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha.
Pelanggaran bersifat pidana.
Apabila BAPEPAM berpendapat pelanggaran tersebut mengakibatkan kerugian bagi kepentingan pasar modal
dan/atau membahayakan kepentingan investor/masyarakat.
Penetapan Ketua BAPEPAM dapat dimulainya penyidikan.
Penyidikan dilakukan oleh pejabat PNS tertentu di lingkungan BAPEPAM yang diberi wewenang sebagai penyidik.
Dari hasil penyidikan terkumpul bukti permulaan yang cukup
Hasil penyidikan diserahkan oleh penyidik kepada penuntut umum untuk dilakukan penuntutan.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
83 Universitas Indonesia
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan fungsi pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan di bidang
pasar modal sebagai berikut :
1. Selama ini pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap notaris yang berkegiatan
di pasar modal dapat dikatakan berpotensi menimbulkan kesulitan bagi
lembaga pengawas pasar modal, apabila suatu waktu diperlukan pemeriksaan
atau klarifikasi terhadap notaris atas dugaan pelanggaran yang terjadi.
Potensi yang dimaksud dapat menimbulkan kesulitan yaitu disebabkan karena
masih adanya celah dari peraturan itu sendiri. Peraturan BAPEPAM No.
VIII.D.1 tentang Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Bidang
Pasar Modal tidak mengatur dalam persyaratan pendaftaran mengenai
kesanggupan/kesediaan notaris untuk diperiksa oleh lembaga pengawas pasar
modal apabila ada dugaan pelanggaran yang terjadi. Hal tersebut tentunya
dapat dijadikan celah oleh notaris untuk menolak atau menunda-nunda
panggilan pemeriksaan. Dengan demikian, akan lebih baik jika hal tersebut
dijadikan salah satu syarat bagi notaris untuk dapat melakukan kegiatan di
bidang pasar modal.
2. Selama ini kurangnya koordinasi serta tumpang tindih lembaga pengawas
yang berwenang melakukan pengawasan terhadap notaris menyebabkan
pemeriksaan terhadap notaris yang diduga melakukan pelanggaran di bidang
pasar modal terhambat. Oleh karena itu, akan lebih baik nantinya jika dibuat
suatu nota kesepahaman antara OJK dengan INI.
Nota kesepahaman dimaksud harus mengatur dalam hal adanya dugaan
pelanggaran di bidang pasar modal, yang melibatkan atau membutuhkan
klarifikasi dari notaris, dan sepanjang dugaan pelanggaran tersebut berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawab notaris di bidang pasar modal, maka OJK
berwenang untuk memanggil notaris yang bersangkutan guna dilakukan
pemeriksaan. Selain itu, INI juga dapat diberi wewenang untuk dapat
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
84 Universitas Indonesia
mendampingi jalannya pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK terhadap notaris
yang bersangkutan.
Dengan demikian, nota kesepahaman ini diharapkan dapat menjadi salah satu
upaya untuk memaksimalkan penegakan hukum dan pengawasan di bidang
pasar modal.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
85 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adjie, Habib. Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris. Cet. Kedua.
Jakarta: PT Refika Aditama, 2009.
-----------------. Majelis Pengawas Notaris. Cet. Pertama. Jakarta: PT Refika
Aditama, 2011.
Anwar, Jusuf. Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Di Indonesia. Cet. Pertama. Bandung: PT ALUMNI, 2008.
Balfas, Hamud. Hukum Pasar Modal Indonesia. Cet.Revisi. Jakarta: PT.
Tatanusa, 2012.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Hadibroto, HS dan Oemar Witarsa. Sistem Pengawasan Intern. Cet. Pertama.
Jakarta: BPFE, 1984.
Harinowo, Cyrillus. IMF: Penangan Krisis Dan Indonesia Pasca-IMF. Cet.
Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004
Hariyani, Iswi dan Serfianto. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Cet.Pertama. Jakarta: Desember 2010.
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Cet. Kedua. Yogyakarta: UII Press,
2003.
Dalam Program Stabilisasi IMF dan Implikasinya Terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia. Jakarta: LIPI, 2001.
Khairandy, Ridwan. Hukum Pasar Modal I. Cet. Pertama. Yogyakarta: FH UII
Press, 2011.
Koetin. Analisis Pasar Modal. Cet. Keempat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2002.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
86 Universitas Indonesia
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Cet.
Keempat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. Ketiga. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 2008.
Winarto, Jasso. Ed. Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ. Cet. Pertama. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.
Sujamto. Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan. Cet. Pertama. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1986.
Suta, I Putu Gede Ary. Menuju Pasar Modal Modern. Cet. Pertama. Jakarta:
Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000.
Tobing, Lumban. Peraturan Jabatan Notaris. Cet. Kedua. Jakarta: Erlangga,
1983.
Tumanggor, MS. Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan: Pasar Uang, Pasar Modal, Dan Penanaman Modal. Cet. Pertama. Jakarta: Penerbit F Media,
2012.
JURNAL/ARTIKEL/MAJALAH
Bank & Manajemen: Cakrawala Baru Dunia Perbankan & Manajemen 108 (Juli-Agustus 2009).
TESIS
Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Rangka
Perlindungan Investor (Analisis: Sengketa Hukum Pihak Ketiga Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Oleh PT Jasa Marga)
Tesis Universitas Indonesia. Jakarta, 2010.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
87 Universitas Indonesia
MAKALAH
Seminar tentang Sosialisasi RPP Tentang Pungutan Oleh OJK. Jakarta, 22
November, 2012.
Seminar tentang Era Baru Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan:
Pelaksanaan Fungsi Perlindungan Konsumen & Market Conduct Oleh
OJK. Jakarta, 11 Oktober, 2012.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal. UU No. 8 Tahun 1995. LN No. 64
Tahun 1995. TLN No. 3608.
-------------. Undang-Undang Bank Indonesia. UU No. 23 Tahun 1999. LN No. 66
Tahun 1999. TLN No. 3843.
-------------. Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. UU No. 3
Tahun 2004. LN No. 7 Tahun 2004. TLN No. 4357.
-------------. Undang-Undang Jabatan Notaris. UU No. 30 Tahun 2004. LN No.
117 Tahun 2004. TLN No. 4432.
-------------. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. UU No. 21 Tahun 2011.
LN No. 111 Tahun 2011. TLN No. 5223.
-------------. Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 45. Tahun 1995. LN No. 86 Tahun 1995. TLN No. 3617.
-------------. Peraturan Pemerintah Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 46 Tahun 1995. LN No. 87 Tahun 1995. TLN No. 3618.
-------------. Peraturan Pemerintah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. PP No. 12 Tahun 2004. LN No. 27 Tahun 2004. TLN No. 4372.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
88 Universitas Indonesia
-------------. Peraturan Pendaftaran Notaris Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal. Peraturan BAPEPAM No. VIII.D.1.
-------------. Peraturan Pengajuan Permohoanan Keberatan Atas Sanksi. Peraturan BAPEPAM No. XIV.B.2.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan
oleh Soebekti. Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.
Kode Etik Notaris. Ikatan Notaris Indonesia. Bandung, 28 Januari 2005.
INTERNET
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4961/bisnis-jasa-keuangan-
semakin-liar-ojk-mendesak-dibentuk. Diunduh pada tanggal 6 Agustus
2012.
http://www.imf.org/external/np/loi/103197.htm. Diunduh pada tanggal 20
Juli 2012.
http://www.bapmi.org/in/arbitration_intro.php. Diunduh
pada tanggal 8 Desember 2012.
http://www.bapmi.org/in/mediation_intro.php. Diunduh pada
tanggal 8 Desember 2012.
http://www.bapmi.org/in/binding_intro.php.
Diunduh pada tanggal 8 Desember 2012.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/kas us-wahanaartha-harsaka.pdf. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.
BAPEPAM
http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_bapepam.htm. Diunduh pada
tanggal 17 Juli 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013
89 Universitas Indonesia
http://www.investorpialang.com/read-news-9-28-1650-
the-korean-invasion--2-.investor.pialang. Diunduh pada tanggal 20
November 2012.
http://www.pacific.net.id/pakar/sj/000814.html. Diunduh pada tanggal 17
Juli 2012.
Lembaga Manajemen, Keuangan, Dan Akuntansi Pasar Modal (LMKA).
http://www.lmkapm.com/about_lmka.php?b=in. Diunduh pada tanggal 28
Desember 2012.
http://m.inilah.com/read/detail/95785/rights-issue-star-pacific-cacat- hukum. Diunduh pada tanggal 28 Desember 2012.
bagai Harapan Baru
http://bem.feb.ugm.ac.id/index.php/publication/kajian/87-
otoritas-jasa-keuangan-sebagai-harapan-baru-indonesia. Diunduh pada
tanggal 6 Agustus 2012.
Tim BEJ. BAPMI Alternatif Penyelesaian
http://www.bapmi.org/in/ref_articles15.php. Diunduh pada tanggal 28
Desember 2012.
WAWANCARA PRIBADI
Asmawidjaja, Mufli. Dilakukan pada tanggal 4 November 2012.
Untari. Dilakukan pada tanggal Iskandarsyah. Dilakukan pada tanggal 28
Desember 2012.
Pengawasan terhadap..., Atas Ri Hajeng, FH UI, 2013