universitas indonesia peranan notaris dalam...

119
Universitas Indonesia UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA BANK TESIS NALIA SAFITRI NPM 1006828855 FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN SALEMBA JANUARI 2013 Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Upload: lamdung

Post on 05-Mar-2018

274 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN

PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI

ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA

BANK

TESIS

NALIA SAFITRI NPM 1006828855

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA

JANUARI 2013

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

PERANAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN

PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI

ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA

BANK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kenotariatan

NALIA SAFITRI

NPM 1006828855

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

SALEMBA

JANUARI 2013

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nalia Safitri

NPM : 1006828855

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Januari 2013

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh : Nama : Nalia Safitri NPM : 1006828855 Program Studi : Magister Kenotariatan Judul Tesis : Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan

Aset Debitur (AYDA) Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum Tentang Hubungan Sesama Anggota Masyarakat, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

v

Pembimbing : Dr. Yunus Husein, S.H, L.L.M Penguji : Dr. Drs. Widodo Suryandono, S.H., M.H Penguji : Aad Rusyad Nurdin, S.H., M.Kn

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 21 Januari 2013

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan

pertolongan-Nya saya mampu menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana di Fakultas Hukum

Universitas Indonesia.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. Yunus Husein, S.H, L.L.M, selaku Pembimbing dan pengajar yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing,

mengoreksi dan mengarahkan penulis hingga tesisi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

2. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono., S.H., M.H., selaku Ketua Program

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia

3. Seluruh tim pengajar Magister Kenotariatan atas tiap ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Kedua orang tua penulis, H. Auzar Djamin dan Hj. Nurmiaty, yang telah

memberikan dukungan baik barupa materi maupun kasih sayang serta doa

yang selalu dipanjatkan dalam setiap sujudnya. Untuk keduanyalah Tesis

ini penulis persembahkan. Terimakasih telah menjadi orangtua terhebat.

5. Ketiga kakak penulis, Apdianto Auzar, Ari A. Kurniawan dan Nadia

Safitri S.si yang amat sangat penulis sayangi. Life’s won’t worth living

without you

6. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dari masa perkuliahan

sampai pada penyusunan tesis, Atas Rihajeng S.H., M.Kn,

Rahmadhyatmika S.H., M.Kn dan Wardhani Prihartiwi S.H., M.Kn.

7. Elza Huzaifah Nirmaliana S.H., M.Kn dan Tika Amelia S.H., M.Kn

terimakasih atas kebersamaan selama ini. Perjalanan cita-cita dimulai

gengss, yeaaayyyy!!!!

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

8. Margaretha Uly Pakpahan A.Md, Nita Cornella Handekowati A.Md, Vivi

Yanti Margareth Situngkir S.Psi, mauliate boiy atas kegilaan dan

kehebohan kita. Kalian Semua Luar Biasaaa :P

9. Bapak Vittory Wijaya selaku staf Divisi SMEB Collection dan Recovery

PT Bank Internasional Indonesia, TBk Jakarta dan Ibu Eni Yuniarni selaku

staf Group Kredit Bank DKI Jakarta atas informasi dan penjelasan yang

telah diberikan dalam penyusunan Tesis ini.

10. Seluruh sahabat Magister Kenotariatan UI Salemba angkatan 2010, I so

grateful for every moment I spent with you all, dan seluruh pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

penyelesaian Tesis ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang terbaik atas

setiap kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya ilmu

hukum.

Salemba, 5 Januari 2013

Penulis

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nalia Safitri

NPM : 1006828855

Program Studi : Magister Kebotariatan

Fakultas : Hukum

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA)

Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank”

Beserta perangkta yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti noneksklusif Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantunkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salemba

Pada Tanggal : 5 Januari 2013

Yang menyatakan

( Nalia Safitri )

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Nalia Safitri

Program studi : Magister Kenotariatan

Judul : Peran Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur

(AYDA) Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada

Bank

Dalam berbagai hubungan hukum di bidang bisnis, perbankan, bahkan kegiatan sosial, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Perkembangan ini juga berpengaruh besar terutama dalam bidang perbankan. Notaris merupakan salah satu unsur penting dalam setiap operasional transaksi perbankan, terutama dalam pembuatan akta-akta perjanjian kredit/pembiayaan serta pembuatan akta-akta terkait dengan penyelesaian kredit macet. Salah satu upaya penyelesaian kredit macet pada bank yang diatur melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000 adalah dengan dilakukannya pengambilalihan agunan/ aset debitur atau dewasa ini dikenal dengan sebutan AYDA (Aset Yang Diambilalih). Pelaksanaan AYDA dilakukan melalui penyerahan sukarela oleh debitur, lelang Hak Tanggungan dan melalui pengambilalihan melalui proses hukum. Pengambilalaihan aset debitur oleh bank dilakukan melalui perbuatan hukum kompensasi dengan membuat Akta Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh Notaris sebagai alas hukum yang sah dalam peralihan haknya. Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan tahap penulisan kepustakaan (library Research) dan penggunaan data sekunder. Penulisan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan penelitian evaluatif. Sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai permasalahan secara jelas baik dari segi perundang-undangan maupun di dalam realita dan melihat keberhasilan pelaksanaan AYDA dalam upaya penyelesaian kredit macet pada bank.

Kata Kunci:

Notaris, Kredit Macet, Aset Yang Diambil Alih (AYDA)

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Nalia Safitri

Study Program : Magister Of Notary

Tittle : Notary Role in Implementing Asset Settlement (AYDA)

as an Alternative Completion Of Bad

Debts in Bank

In various legal relationships in business, banking, and even social activities, the need for written evidence in the form of an authentic act is increasing in line with growing demand for the rule of law in various economic and social activities. This development is influence in banking sector. Notary is one of important element in banking operations, especially in making the deed of loan agreement / financing and the making of the deed of settlement relating to bad debts. One of the remedies of bad loans at banks regulated by Decree of the Board of Directors of Bank Indonesia number 31/150/KEP/DIR dated 12 November 1998 on Debt Restructuring as amended by Bank Indonesia Regulation No. 2/15/PBI/2000 is to do a takeover collateral / assets of the debtor or today known as Asset Settlement (AYDA). The implementation of AYDA through voluntary surrender by the debtor, auctions and through acquisition Mortgages through a legal process. Asset Settlement of the debtor by the bank through legal action compensated by making the Deed of Sale and Purchase or Sale and Purchase Agreement by the Notary as valid legal base in the transition right. Writing method used is normative legal research with library Research and using the secondary data. The type of research is descriptive and evaluative research. To gets explanation of the problem both in terms of legislation and in reality and to seeing the successful implementation of asset settlement in completion of bad loans in banks. Key Words: Notary, Loan Loss, Asset Settlement (AYDA)

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. vi

ABSTRAK ..................................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................................. x

1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Pokok Permasalahan ........................................................................................ 15

1.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 15

1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 17

2. PERAN NOTARIS DALAM PELAKSANAAN PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA BANK .......................................................................... 19

2.1 Tinjauan Umum tentang Notaris ...................................................................... 19

2.1.1 Peran, Tugas, dan Wewenang Notaris .................................................. 19

2.1.2 Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum Bagi Notaris Dalam menjalankan Tugas Jabatannya ............................................................. 25

2.2 Perjanjian Kredit Perbankan Pada Umumnya .................................................. 29

2.2.1 Pengertian Perjanjian ............................................................................ 29

2.2.2 Pengertian Kredit ................................................................................... 31

2.2.3 Aspek-Aspek dan Prinsip-Prinsip Perkreditan ....................................... 33

2.2.4 Perjanjian Kredit Bank ........................................................................... 35

2.2.5 Hapusnya Perjanjian Kredit Perbankan ................................................. 43

2.2.6 Kredit Bermasalah ................................................................................. 44

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2.2.7 Lembaga Hukum Jaminan ..................................................................... 48

2.2.7.1 Jenis-Jenis Jaminan .................................................................... 50

2.2.7.2 Sifat Pengikatan Jaminan ........................................................... 51

2.2.7.3 Pengikatan Jaminan Dengan Akta Otentik Atau Dibawah Tangan ....................................................................................... 53

2.3 Tindakan Hukum Penyelamatan Kredit dan Penyelesaian Kredit Macet ........ 54

2.3.1 Bentuk Penyelamatan Kredit Melalui Restrukturisasi ........................... 56

2.4 Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) Oleh Bank ................................................................................................................. 60

2.5 Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) Oleh Bank Sebagai Salah Satu Upaya Penyelesaian Kredit Macet ................................................. 65

2.5.1 Kebijakan Pengelolan AYDA ................................................................. 79

2.5.2 Peran Notaris Dalam Pelaksanaan AYDA .............................................. 84

2.5.3 Aspek Hukum Perpajakan Dalam Pengambilalihan Aset Debitur .......... 95

2.5.4 Kewajiban Bank Dalam Mencairkan Agunan Yang Diambilalih Dalam Waktu 1 (Satu) Tahun ................................................................. 98

3. PENUTUP .................................................................................................................. 101

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 101

3.2. Saran ................................................................................................................ 102

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 103

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

B A B 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hukum berperan untuk mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan adagium ubi so

cietes ibi ius (dimana ada masyarakat di sana ada hukum). Dalam masyarakat

yang sederhana hukum berfungsi untuk menciptakan dan memelihara keamanan

serta ketertiban. Fungsi ini berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat

itu sendiri yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat yang bersifat

dinamis yang memerlukan kepastian dan perlindungan hukum yang berintikan

kebenaran dan keadilan.

Jabatan Notaris merupakan jabatan yang keberadaannya dikehendaki guna

mewujudkan hubungan hukum diantara para subyek hukum yang bersifat perdata.

Peran Notaris dalam sektor pelayanan jasa adalah sebagai pejabat yang diberi

wewenang oleh Negara untuk melayani masyarakat dalam bidang perdata

khususnya pembuatan akta otentik. Hal ini senada dengan apa yang disebutkan

dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris (UUJN) yang menyebutkan: “Notaris adalah pejabat umum yang

berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang ini.”

Pengertian tersebut diatas adalah pengertian Notaris secara umum, untuk

kewenangan notaris diuraikan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN dan ketentuan Pasal

1 Peraturan Jabatan Notaris Stb. 1860 Nomor 3 menyatakan pengertian notaris,

yaitu:

“Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan dan/ atau oleh yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau oran glain yang ditetapkan oleh undang-undang. “

Seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini, kebutuhan masyarakat akan

notaris dan akta-akta yang dibuatnya mengalami perkembangan yang semakin

meluas. Masyarakat pada saat ini lebih mempunyai kesadaran hukum untuk

menggunakan jasa notaris dalam melakukan hubungan-hubungan hukumnya

untuk membuat akta otentik yang mengikat para pihak dalam kegiatannya.

Dengan adanya akta otentik memberikan kepastian hukum bagi pemegangnya,

guna menghindari terjadinya sengketa di kemudian hari. Walaupun sekiranya

sengketa tidak dapat dihindari, akta otentik tersebut merupakan alat bukti tertulis

yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dalam proses penyelesaian

sengketa.

Notaris membuat akta otentik yang merupakan alat pembuktian terkuat dan

terpenuh yang mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam

kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan hukum di bidang bisnis,

perbankan, bahkan kegiatan sosial, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa

akta otentik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan

kepastian hukum dalam berbagai kegiatan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat

nasional maupun internasional.

Perkembangan ini juga berpengaruh besar terutama dalam bidang perbankan.

Notaris merupakan salah satu unsur penting dalam setiap operasional transaksi

perbankan, terutama dalam pembuatan akta-akta perjanjian kredit/ pembiayaan

serta pembuatan akta-akta terkait dengan penyelesaian perjanjian kredit.

Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

merumuskan pengertian kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Perjanjian kredit menurut hukum Perdata termasuk dalam perjanjian pinjam-

meminjam yang diatur dalam Pasal 1754-1769 KUHPerdata. Menurut Pasal 1754

KUHPerdata disebutkan bahwa: “Pinjam meminjam adalah suatu persetujuan

dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu

barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak

yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan

keadaan yang sama.”1

Berdasarkan pada pasal-pasal tersebut, unsur-unsur kredit adalah:

a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan pihak

debitur yang disebut dengan perjanjian kredit.

b. Adanya para pihak, yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan

jaminan, yang dalam hal ini adalah bank dan pihak debitur sebagai pihak

yang membutuhkan uang pinjaman atau barang atau jasa.

c. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan

mampu membayar atau mencicil kreditnya

d. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur

e. Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak

kreditur kepada pihak debitur.

f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang atau barang atau jasa pihak

debitur kepada kreditur disertai dengan pemberian imbalan atau bunga

atau pembagian keuntungan.

g. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan

pengembalian kreditur oleh debitur.

h. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu.

Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula risiko

tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:2

1Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX,

diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1754.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. Mencari Keuntungan

Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil

yang dimaksud terutama dari bentuk bunga yang diterima oleh bank

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah.

2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi

maupun dan untuk modal kerja, maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan maka semakin baik, semakin banyak kredit menggambarkan

adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko

yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga

dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada asas-asas perkreditan yang

sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat.

Agar permberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten, maka diperlukan

suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Pedoman perkreditan dan pembiayaan

diatur dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang telah diperbaharui dengan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank

Umum dimana mewajibkan bank (dalam hal ini Direksi) untuk menilai, memantau

dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kualitas Aktiva (meliputi

Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif ) senantiasa baik.

Aktifa Produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh

penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,

tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual

2 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), hal. 96.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivative, penyertaan, transaksi

rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dipersamakan

dengan itu. Sementara itu, Aktiva non Produktif adalah asset bank selain Aktiva

Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang

diambil alih.

Bank dalam memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan

dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang

diperjanjikan, serta harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena

kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko.

Dalam praktek lazimnya perjanjian kredit ini didahului oleh suatu perjanjian

pendahuluan yang bersifat konsensual obligatoir, dimana masing-masing pihak

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan dan menerima sejumlah uang. Sebagai

contoh misalnya formulir perjanjian kredit dilingkungan perbankan, yang mana

pada saat perjanjian ditandatangani di atas formulir baku perjanjian kredit,

kekuatan perjanjian itu bagi para pihak adalah bersifat suatu pengikatan yang

kemudian akan diikuti dengan suatu penyerahan (perjanjian riil).3

Dalam pemberian kredit, bank menghendaki adanya suatu jaminan atau

agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang bilamana

dikemudian hari debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan kredit merupakan

pelunasan yang diberikan oleh debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan

kredit.

Pada bank konvensional, jaminan atau collateral adalah merupakan unsur

yang sangat penting dalam pemberian kredit. Sebagian besar kredit bank yang

diberikan adalah kredit yang disertai dengan jaminan atau agunan, baik itu

jaminan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak, berwujud ataupun

tidak berwujud.

Hanya sebagian kecil saja kredit tanpa jaminan yang bisa diberikan. Kredit

tanpa jaminan hanya dapat diberikan pada seseorang atau perusahaan tertentu

3 Symposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum

Nasional Departemen Kehakiman, 1985), hal. 139.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dengan berbagai alasan. Pertama, orang tersebut sudah sangat dikenal, teruji dan

terpercaya oleh pihak bank. Kedua prospek usaha debitur sangat baik dan

biasanya juga terkait dengan penilaian bank tentang reputasi seseorang atau

perusahaan tersebut. Namun kredit tanpa jaminan seperti ini sangat jarang

diberikan oleh bank.

Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian

Kredit bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan.4

Hukum jaminan merupakan bidang ilmu yang sangat penting dalam

pembangunan ekonomi, karenanya lembaga jaminan sangat berperan dalam

penyaluran dana melalui kredit perbankan. Jaminan merupakan upaya hukum

dalam mengkover piutang dan sebagai tindakan preventif dalam penyelesaian

perjanjian kredit. Secara yuridis, jaminan merupakan sarana pelunasan piutang

kreditur.

Prinsip yang berlaku dalam hukum jaminan adalah kreditur tidak dapat

meminta suatu janji agar memiliki benda yang dijaminkan bagi pelunasan hutang

debitur kepada kreditur. Ratio dari ketentuan ini adalah untuk mencegah

terjadinya ketidakadilan yang akan terjadi jika kreditur memiliki benda jaminan

yang nilainya lebih besar dari jumlah hutang debitur kepada kreditur. Oleh karena

itu, banda jaminan harus dijual dan kreditur berhak mengambil uang dari

penjualan tersebut sebagai pelunasan piutangnya.

Adapun kegunaan jaminan kredit adalah untuk:5

4 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 68 . 5C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan hukum Dagang Indonesia,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 320.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

a. memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan

pelunasan dari agunan apabila debitur cidera janji, yaitu untuk membayar

kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau

proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat

dicegah atau sekurangkurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian

dapat diperkecil.

c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya,

khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat

yang telah disetujui agar debitur dan/atau pihak ketiga yang ikut menjamin

tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

Pada umumnya jika memperhatikan jaminan kredit dari kepentingan bank,

maka lazimnya yang diminta adalah jaminan kebendaan atau jaminan

perseorangan, dan memiliki prinsip accesoir (tambahan). Mengenai jaminan

kebendaan yang lazim dipergunakan oleh bank dapat ditelaah dalam Surat Edaran

Bank Indonesia No 4/248/UPPK/PK tanggal 16 Maret 1972 yang menyebutkan

bahwa untuk benda bergerak dipakai lembaga jaminan Fiducia dan Gadai,

sedangkan untuk benda tidak bergerak sepanjang mengenai tanah dipakai lembaga

Hak Tanggungan.6

Jaminan perorangan merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang

dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban

siberutang. Sedangkan jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditor dengan

debitornya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan seorang ketiga yang

menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban siberutang.

Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian dari

kekayaan seseorang, si pemberi jaminan dan menyediakannya guna pemenuhan

kewajiban seorang debitor. Dengan demikian maka pemberian jaminan kebendaan

6 Ignatius, Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro, 1997), hal. 34.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kepada seorang kreditor tertentu, memberikan kepada kreditor tersebut suatu

privilege atau kedudukan istimewa terhadap para krediotr lainnya.7

Untuk menjamin pengembalian kredit yang diberikan maka atas jaminan-

jaminan yang diserahkan oleh debitur diadakan pengikatan secara yuridis formil

oleh pihak kreditur/bank. Sifat perjanjian pengikatan jaminan itu lazimnya

dikonstruksi sebagai perjanjian yang bersiat accesoir, yaitu perjanjian yang

dikaitkan dengan perjanjian pokok, perjanjian kredit. Dalam suatu perjanjian

kredit dimana debitur menyerahkan jaminan untuk diikat oleh bank sebagai

krediturnya. Kemudian diadakan perjanjian terpisah yang merupakan tambahan

dan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya. Perjanjian jaminan ini tergantung pada

perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokok batal atau berakhir, maka

perjanjian jaminan juga akan batal atau berakhir dengan sendirinya menurut

hukum.8

Pengikatan jaminan dapat dilakukan dengan akta otentik maupun dengan akta

dibawah tangan. Dalam dunia perbankan, akta otentik pada umumnya dibuat oleh

dan dihadapan seorang notaris. Dengan adanya bantuan seorang notaris, maka

pihak bank tidak perlu khawatir lagi tentang kemungkinan adanya kekeliruan

pengikatan atas jaminan yang diterima dari calon debiturnya. Kecuali mengenai

jaminan yang berupa hak atas tanah, maka semua pengikatan jaminan dapat

dilakukan dengan akta dibawah tangan.9

Pada setiap pemberian kredit, bank dan nasabah lazimnya memperjanjikan

berbagai hal seperti jangka waktu pemberian fasilitas, kewajiban pembayaran

kembali disertai dengan jadwal atau rencana pembayaran angsuran pokok dan

7 Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hal. 17.

8 Rasjim, wiraatmadja, Pengikatan Jaminan Kredit Perbankan, (Jakarta: PT. Bank NISP, 1984), hal. 9.

9 Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 19.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

bunga serta kewajiban lain yang harus dipenuhi. Apabila dalam

perkembangannya, debitor mulai memperlihat tanda-tanda:10

1. Mulai menunggak membayar angsuran pokok dan bunga,

2. Menggunakan kredit menyimpang dari tujuannya,

3. Menyampaikan laporan keuangan hasil rekayasa,

4. Mengalami problema intern, yang timbul antara lain karena campur tangan

pemilik dalam memutus pemberian kredit secara berlebihan dan

sebagainya.

Kredit yang bersangkutan mulai menghadapi masalah. Dengan adanya kredit

bermasalah maka bank tengah menghadapi risiko usaha bank jenis risiko kredit

(default risk) yaitu risiko akibat ketidakmampuan nasabah debitor mengembalikan

pinjaman yang diterimanya dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka

waktu yang telah ditentukan.11

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

31/150/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang

telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000

memberikan penggolongan mengenai kualitas kredit yang diberikan oleh bank,

terdiri dari:12

1. Kredit Lancar

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini:

a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau

cerukan karena penarikan, atau

b. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga tetapi tidak lebih

dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo

10Indrawati, Soewarso, Aspek Hukum jaminan Kredit, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 2002), hal. 109.

11 Muhammad Abdulkadir, Murniati Rilda, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 97.

12 Rene, Setyawan, Penghimpunan Dana, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 1994), hal. 7.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2. Kredit Dalam Perhatian Khusus

Kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat tunggakan

pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan).

3. Kredit Kurang Lancar

Kredit digolongkan kurang lancer apabila memnuhi kriteria dibawah ini:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga melampaui 90

hari sampai dengan 180 hari (6 bulan) dan/ atau

b. Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan

4. Kredit diragukan

Kredit digolongkan diragukan apabila kredit yang bersangkutan tidak

memnuhi kriteria lancar dan kurang lancer, yaitu memnuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari

sampai dengan 270 hari (9 bulan), atau

b. Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernillai sekurang-

kurangnya 75% dari hutang peminjam, termasuk bunganya, atau

c. Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai

sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.

5. Kredit Macet

Kredit digolongkan macet apabila:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah

melampaui 270 hari (9 bulan lebih), atau

b. Memenuhi kriteria diragukan seperti tersebut diatas, tetapi dalam

jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada

pelunasan atau usaha penyelamatan kredit , atau

c. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan

Negeri atau Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara

atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi

kredit.

Ketidakmampuan debitur/ nasabah dalam pengembalian kredit tepat pada

waktunya sesuai dengan perjanjian dapat dikategorikan sebagai tindakan

wanprestasi. Di dalam perjanjian kredit wanprestasi atau ingkar janji dewasa ini

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dikenal dengan sebutan event og default. Jika dikaitkan dengan perjanjian kredit

maka keadaan default (wanprestasi) dapat terjadi beberapa diantaranya yaitu

karena adanya:13

1. Wanprestasi Pembayaran (Payment Default)

Debitur dianggap melakukan wanprestasi jika debitur gagal melakukan

pembayaran kembali pokok pinjaman atau bunga, pada tanggal jatuh

tempo, atau tidak membayar biaya-biaya lainnya yang merupakan

kewajibannya menurut perjanjian kredit atau dokumen lainnya yang

terkait.

2. Wanprestasi yang berhubungan dengan representasi

Dalam perjanjian kredit biasanya terdapat bagian yang disebut representasi

dan waransi, yang berisikan jaminan dari debitur akan kebenaran dan

keabsahan terhadap tindakan-tindakan perusahaan maupun dokumen yang

ada. Apabila dikemudian hari hal tersebut tidak benar, maka debitur

dianggap melakukan wanprestasi, yakni wanprestasi yang berhubungan

dengan represantasi.

3. Wanprestasi yang berhubungan dengan hal-hal yang dilarang (Covenant

Default)

Wanprestasi seperti ini dimaksudkan jika debitur melanggar salah satu hal

yang biasanya diperinci dalam hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh

debitur (negative covenant)

4. Wanprestasi atas kewajiban lain-lain

Dalam bagian ini biasanya ditegaskan bahwa kelalaian debitur terhadap

pasal-pasal lain dalam perjanjian kredit selain pasal-pasal larangan bagi

debitur, atau pasal tentang representasi dan waransi, juga dianggap

terjadinya wanprestasi. Biasanya wanprestasi tersebut akan efektif setelah

lewat jangka waktu tertentu (misalnya 14 hari) setelah ditegur oleh

kreditur, tetapi debitur tidak berhasil memperbaiki kesalahannya.

Terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur/ nasabah, bank

biasanya melakukan tindakan eksekusi hak jaminan disebabkan karena

13 Igantius, Ridwan Widyadharma, Op.cit, hal 66-67.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

ketidakmauan debitor melakukan kewajibannya sebagai cara penyelesaian akhir

karena upaya penyelamatan kredit tidak berhasil.

Salah satu cara yang ditempuh pihak bank dalam penanganan eksekusi hak

jaminan atas kredit macet yakni melalui penjualan dibawah tangan. Ketentuan

undang-undang membuka kemungkinan bagi kreditor untuk melakukan penjualan

secara di bawah tangan yang seharusnya melalui pelelangan jika dengan cara yang

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.

Ketentuan undang-undang juga menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi

terlebih dahulu, yaitu:14

1. Mengumumkannya dalam 2 (dua) surat kabar setempatnya,

2. Penjualan dilakukan sebulan setelah pengumuman dan tidak ada sangkalan

atau keberatan dari pihak manapun.

Disamping harga yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan harga

lelang, umumnya penjualan dengan lelang amat memakan waktu, tertunda-tunda

karena sulit mendapatkan harga yang baik atau menemukan pembeli yang

berminat.

Selain penjualan di bawah tangan yang dianggap dapat mengatasi kesulitan

yang timbul dalam penjualan secara lelang, khusus bagi bank ketentuan undang-

undang menetapkan kemungkinan untuk membeli sendiri barang jaminan

meskipun hal tersebut bersifat sementara atau pengambilalihan agunan oleh bank,

dewasa ini dikenal dengan sebutan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA).

Praktek pelaksanaan AYDA dilakukan karena terdapatnya berbagai hambatan

atau kendala dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang merugikan pihak

bank sebagai kreditur serta salah satu upaya jangka pendek bank untuk mengatasi

tingginya jumlah kredit macet yang berpengaruh besar terhadap kelangsungan

usaha bank itu sendiri.

14 Indrawati, Soewarso, Op.cit, hal. 120.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Pengambilalihan aset debitor yang merupakan suatu cara penyelesaian yang

diperkenalkan melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No

31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang

telah diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000.15

Ketentuan tersebut antara lain menetapkan salah satu upaya yang dapat dilakukan

oleh bank dalam melakukan restrukturisasi kredit adalah pengambilalihan aset

debitor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Merujuk pada ketentuan Bab I ketentuan umum, khususnya Pasal 1 angka 24

Peraturan Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan

Bank Indonesia No 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah yang dimaksud

dengan AYDA adalah:

“…aktiva yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank.”

Jadi yang dimaksud dengan AYDA adalah suatu aktiva yang diperoleh bank

baik melalui pelelangan maupun di luar lelang dari pemilik agunan, karena

pemilik agunan/ debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya.

Pada awalnya penyelesaian kredit dengan cara jual beli barang agunan di luar

lelang adalah tidak diperkanankan oleh undang-undang. Hal ini dapat dilihar dari

ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang berbunyi:

“…Usaha Bank Umum meliputi: membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.”

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut pembelian harus melalui

pelelangan umum, sehingga pembelian diluar lelang tidak diperbolehkan. Namun,

berdasarkan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

15 Ibid, hal. 122.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

menghapus ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan menyebutkan sebagai berikut:

“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelalngan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”

Dengan adanya ketentuan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

tersebut diatas, memberikan keleluasaan bagi bank dan debitur dalam

mengusahakan penyelesaian kredit macet diantara mereka melalui pembelian

diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan

atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan.

Bank dimungkinkan membeli agunan di luar pelelangan dimaksudkan agar

dapat mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah debiturnya. Agunan yang

dibeli oleh bank secepat-cepatnya harus dijual kembali atau dicairkan selambat-

lambatnya dalam jangka waktu satu tahun, agar hasil penjualan agunan dapat

segera dimanfaatkan oleh bank.

Dalam prakteknya, penyelesaian kredit melalui pengambilalihan asset debitur

(AYDA) ini cukup menyulitkan bank, khususnya bank swasta. Hal ini disebabkan

karena berbagai ketentuan hukum yang masih belum menguntungkan bagi bank

swasta nasional, seperti jangka waktu pengambilalihan asset debitur maksimal 1

(satu) tahun dan ketentuan dalam Pasal 12 UUHT yang menyebutkan bahwa objek

hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki oleh kreditur apabila

debitur cidera janji.

Berdasarkan pada uraian diatas penulis merasa perlu mengakaji lebih dalam

mengenai bagaiamanakah penyelesaian terhadap permasalahan hukum yang

timbul dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank bila agunan

yang telah diambilalih belum dapat dicairkan setelah lewat jangka waktu satu

tahun dari sejak dialihkan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 12 A

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Selanjutnya penulis juga ini mengkaji sejauh apa peran notaris dalam

pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank mengingat bagi proses

pengambilalihan aset debitur tidak tersedia blanko resmi pengalihan hak yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan

peran notaris dalam membuat akta-akta otentik sebagai alat bukti terkait

pelaksanaan proses pengambilalihan aset/ agunan milik debitur guna menghindari

adanya tuntutan hukum dikemudian hari.

Dibuatnya akta tersebut adalah untuk memenuhi perintah undang-undang yang

tertuang dalam Pasal 12A Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

mengenai pembelian sementara barang agunan. Karena PP No 24/97 jo

PMA/KBPN No 3/97 yang menetapkan bentuk-bentuk akta peralihan dan

pembebanan hak atas tanah tidak mengeluarkan blanko akta untuk melaksanakan

peralihan hak mengenai pembelian sementara barang agunan.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan pokok permasalahan adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui

pengambilalihan aset debitur (AYDA)?

2. Bagaimana peran Notaris dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur

oleh bank?

1.3 Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif.

Dalam penulisan hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya berarti

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap hukum tidak tertulis maupun

tertulis yang mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

perundang-undangan dan putusan pengadilan. Obyek penelitian hukum normatif

antara lain asas-asas hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal dan

horisontal.16

Penulisan ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan penelitian evaluatif.

Penulisan deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum

mengenai proses pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai salah satu upaya

alternatif penyelesaian kredit macet. Selanjutnya penelitian evaluatif ditujukan

untuk menilai atau melakukan analisis tentang keberhasilan dari suatu obyek

penelitian yang diteliti. Dalam penulisan ini ditujukan untuk menilai tingkat

keberhasilan dari pelaksanaan pengambilalihan aset debitur (AYDA) sebagai

salah satu upaya penyelesaian kredit macet pada bank.

Tahap penulisan merupakan penulisan kepustakaan (Library Research)

dengan sumber data berupa peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen,

laporan, hasil seminar, hasil penulisan, dan artikel serta pendapat-pendapat ahli

hukum yang berkaitan dengan penulisan ini.

Data sekunder/ data kepustakaan merupakan data utama yang digunakan.

Kepustakaan yang dominan adalah kepustakaan dalam hukum perdata, khususnya

mengenai perjanjian kredit perbankan dan lembaga hukum jaminan. Termasuk

pula studi dokumen berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan ini. Selain data sekunder

dalam penulisan ini juga digunakan data primer yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan nara sumber dan informan.

Bahan penulisan yang dipergunakan meliputi studi dokumentasi, yaitu:17

1. Bahan hukum primer, mencakup peraturan perundang-undangan dan

yurisprudensi yang berhubungan dengan perjanjian kredit perbankan dan

lembaga hukum jaminan.

2. Bahan sekunder, terdiri dari:

16 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010), hal,. 37.

17 Ibid, hal. 40

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

a. Hasil-hasil penulisan yang telah ada sebelumnya mengenai

pengambilalihan aset debitur oleh bank

b. Kepustakaan (termasuk bahan dan hasil seminar atau diskusi) yang

berkaitan seputar masalah perjanjian kredit dan pengambilalihan aset

debitur.

3. Bahan hukum tersier, yang terdiri dari Kamus Hukum, Ensiklopedia, dan

kamus lainnya.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif

yang bertujuan untuk mendalami makna di balik kenyataan, dalam hal ini

berkaitan dengan pengambilalihan aset debitur oleh bank. Hasil penelitian yang

diperoleh adalah evaluatif analitis, diamana peneliti memberikan penilaian atas

proses pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai salah satu

upaya penyelesaian kredit macet.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika dari suatu penulisan merupakan suatu utarian tentang susunan dari

penulisan itu sendiri secara berurutan dan teratur. Maksud dan tujuannya adalah

agar dapat memberikan suatu gambaran yang jelas. Dalam penulisan ini

sistematika penulisan terdiri dari:

Bab 1, merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan mengenai latar

belakang penulisan, pokok permasalahan, dan pada bagian berikutnya

menjelaskan mengenai metodelogi dan sistematika penulisan.

Bab 2, berisi pembahasan mengenai peran notaris dalam pelaksanaan

pengambilalihan aset debitur (AYDA) sebagai alternatif penyelesaian kredit

macet pada bank, yang terdiri dari sub bab teori mengenai peran, tugas dan

wewenang notaris sebagai pejabat pembuat akta otentik, tanggung jawab dan

perlindungan hukum bagi notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, perjanjian

kredit perbankan pada umumnya, lembaga hukum jaminan, dan tinjauan umum

mengenai pengambilalihan aset debitur oleh bank. Selanjutnya sub bab mengenai

analisis hukum dari pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh bank sebagai

salah satu upaya penyelesaian kredit macet dan bagaimanakah peran notaris dalam

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

proses pengambilalihan aset debitur oleh bank, akta-akta apa saja yang harus

dibuat oleh notaris sebagai alat bukti otentik dalam membantu penyelesaian kredit

macet melalui proses pengambilalihan aset debitur, aspek hukum perpajakan

dalam pengambilalihan aset debitur oleh bank dan bagaimanakah tindakan bank

apabila agunan yang telah diambilalih belum dapat dicairkan kepada pihak lain

terkait pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

yang mewajibkan AYDA dicairkan selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun.

Bab 3, merupakan penutup dalam penulisan ini, dimana terdiri dari

kesimpulan dan saran dari apa yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

BAB 2

Peranan Notaris Dalam Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA)

Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank

2.1 Tinjauan Umum Tentang Notaris

2.1.1 Peran, Tugas, dan Wewenang Notaris

Dalam lalu lintas hukum diperlukan adanya suatu alat bukti dalam

menentukan hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum yang dapat

melindungi hak-hak seseorang dalam berinteraksi di kehidupan bermasyarakat.

Pasal 1870 dan 1871 KUH Perdata menyebutkan bahwa akta otentik adalah

alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta

sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta

tersebut. Akta otentik merupakan bukti yang lengkap (mengikat) berarti

kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut dianggap benar, selama

kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.18

Akta otentik menurut Pasal 1868 KUH Perdata adalah suatu akta yang dibuat

oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat

dimana akta dibuatnya. Di Indonesia hal ini dapat dilihat dari keberadaan notaris

yang berfungsi untuk membuat akta otentik. Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-

undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disebutkan bahwa notaris

adalah satu-satunya yang mempunyai wewenang umum itu, artinya tidak turut

para pejabat lainnya. Wewenang notaris adalah bersifat umum, sedangkan

wewenang pejabat lain adalah pengecualian.

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

sejauh pembuatan akta otentik tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris, bukan saja karena

18 Teguh, Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, (Bandung: P.T Alumni, 2004), hal. 49.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh para

pihak yang berkepentingan

Menurut Izenic bentuk atau corak notaris dapat dibagi menjadi dua kelompok

utama, yaitu:19

1. Notariat Functionnel

Dimana wewenang pemerintah didelegasikan dan demikian jug

amempunyai kebenaran isinya, mempunyai kekuatan bukti formal, dan

mempunyai daya/ kekuatan eksekusi. Di negara-negara yang menganut

macam/ bentuk notariat seperti ini terdapat pemisahan yang keras antara

“wettelijke” dan “niet wettelijke”, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang

berdasarkan undang-undang/ hukum dan yang tidak/ bukan dalam notariat.

2. Notariat Professionel

Dalam kelompok ini walaupun pemerintah mengatur tentang

organisasinya, akta-akta notaries itu tidak mempunyai akibat-akibat

khusus tentang kebenarannya, kekuatan bukti, demikian pula kekuatan

eksekutorialnya.

Ciri tegas yang menentukan apakah notaris di Indonesia, notaris fungsional atau

notaris profesional, yakni:20

1. akta yang dibuat dihadapan/oleh notaris fungsional mempunyai kekuatan

sebagai alat bukti yang sempurna dan mempunyai daya eksekusi. Akta

notaris seperti ini harus dilihat “apa adanya” sehingga jika ada pihak yang

berkeberatan dengan akta tersebut, pihak yang berkeberatan berkewajiban

untuk membuktikannya.

2. Notaris fungsional menerima tugasnya dalam bentuk delegasi dari Negara.

Hal ini merupakan konsekuensi logis notaris di Indonesia memakai

lambang negara, kepada mereka yang diangkat sebagai notaris diberikan

dalam bentuk sebagai jabatan dari negara.

19 Komar, Andasasmita, Notaris I, (Bandung: Sumur Bandug, 1981), hal. 12.

20 Habib, Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2009), hal.2.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

3. Notaris di Indonesia diatur oleh Peraturan Jabatan Notaris (Reglement op

het Notarisambt), Stb 1860. Dalam teks asli disebutkan bahwa “ambt”

adalah “jabatan”

Penyebutan notaris sebagai pejabat umum dapat dilihat dari ketetentuan Pasal

1 angka 1 Undang-undang Jabatan Notaris, sedangkan PPAT sebagai pejabat

umum, antara lain dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Menurut Heryanto, notaris dalam menjalankan profesinya sebagai notaris dan

sebagai pejabat publik, setidak-tidaknya notaris harus memerankan 4 (empat)

fungsi, yakni:21

1. Notaris sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta bagi pihak yang

datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.

2. Notaris sebagai hakim dalam hal menentukan pembagian warisan

3. Notaris sebagai penyuluh hukum dengan memberikan keterangan-

keterangan bagi pihak dalam hal pembuatan akta

4. Notaris sebagai pengusaha yang degan segala pelayanannya berusaha

mempertahankan klien atau relasinya agar operasionalisasi kantornya tetap

berjalan.

Fungsi notaris dibidang pekerjaannya adalah berkewajiban dan bertanggung

jawab terutama atas pembuatan akta otentik yang telah dipercayakan kepadanya,

khususnya dia bidang hukum perdata, menyimpan minuta aktanya, termasuk

semua protokol notaris dan memberi grosse, salinan dan petikan. Selain itu juga

berfungsi melakukan pendaftaran atas surat di bawah tangan, membuat dan

mensahkan salinan atau turunan berbagai dokumen serta memberiakn nasihat

hukum.22

Sehubungan dengan tugas pokok notaris yaitu dalam hal membuat akta

otentik, yang menurut pasal 1870 KUH Perdata akta otentik itu memberikan

21 Ibid, hal. 4.

22 Ibid, hal. 6.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu pembuktian yang mutlak, maka

Soegondo Notodisoerjo menyatakan sebagai berikut:23

“arti penting dari notaris ialah bahwa ia karena undang-undang diberi wewenang menciptakan alat pembuktian yang mutak, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap benar. Hal ini sangat penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk keperluan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan suatu usaha. Yang dimaksud untuk kepentingan pribadi ialah antara lain: membuat testament, mengakui anak yang dilahirkan diluar kawin sah, memberikan dan menerima hibah, mengadakan pembagian warisan, dan lain-lain. yang dimaksud untuk kepentingan suatu usaha ialah akta-akta yang dibuat untuk kegiatan di bidang usaha, antara lain akta-akta pendirian perusahaan dan sebagainya.”

Notaris sebagai sebuah jabatan tentunya mempunyai wewenang tersendiri.

Wewenang merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada

suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang berlaku yang

mengatur jabatan yang bersangkutan.24

Berdasarkan ketentuan yang tercantum pada Pasal 15 UUJN kewenangan

notaris bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:25

1. kewenangan utama/umum, yakni notaris berwenang membuat akta otentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan

oleh peraturan perundang-undangan dan/ atau yang dikehendaki oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian

tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan

kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga

ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang

ditetapkan oleh undang-undang.

2. kewenangan tertentu, meliputi:

23 Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), hal. 9.

24Habib, Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris, (Bandung: P.T Refika Aditama, 2008), hal 77.

25Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,(Bandung: Mandar Maju, 2011), hal. 78.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di

bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

b. membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam

buku khusus

c. membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan

d. melakukan pengesahan kecocokan fotocopi dengan surat aslinya

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta

f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan atau

g. membuata akta risalah lelang

3. kewenangan lain-lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pada Bab III Pasal 15 UUJN telah mengatur mengenai kewenangan notaris.

Berdasarkan pada pasal tersebut notaris sebagai pejabat umum melaksanakan

tugas dan pekerjaan memberikan pelayanan publik atau pelayanan kepada

masyarakat untuk membuat akta-akta otentik, disamping itu notaris juga bertugas

untuk melakukan pendaftaran dan mensahkan surat-surat yang dibuat dibawah

tangan. Selain itu, notaris juga bertugas untuk memberikan nasihat dan penjelasan

mengenai undang-undang kepada para pihak yang bersangkutan.26

Wewenang utama notaris adalah membuat akta otentik, tapi tidak semua

pembuatan akta otentik menjadi wewenang notaris, misalnya akta kelahiran,

pernikahan, dan perceraian yang dibuat oleh pejabat lain selain notaris. Akta yang

dibuat oleh notaris tersebut hanya akan menjadi akta otentik, apabila notaris

mempunyai wewenang yang meliputi empat hal, yaitu: 27

1. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu. Hal

ini sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) UUJN, diamana notaris adalah pejabat

26 Ibid, hal. 36.

27 G.H.S. Lumban, Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hal.49-50.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

umum yang dapat membuat akta yang ditugaskan kepadanya berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan

siapa akta itu dibuat. Pasal 52 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa notaris

tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, isteri/suami, atau

orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan notaris baik karena

perkawinan maupun hubungan darah dalam garis lurus ke bawah dan/ atau

ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping dengan

derajat ketiga serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu

kedudukan ataupun dengan perantara kuasa. Maksud dan tujuan dari

ketentuan ini adakah untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan

penyalahgunaan jabatan.

3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat diaman akta itu

dibuat. Pasal 18 UUJN notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah

kabupaten/kota. Wilayah jabatan notaris meliputi seluruh wilayah provinsi

dari tempat kedudukannya. Akta yang dibuat diluar wilayah jabatannya

adalah tidak sah.

4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari

jabatannya, demikian juga notaris tidak boleh membuat akta sebelum ia

memangku jabatannya.

Sebagai pejabat umum, Notaris dan PPAT harus independen. Hal ini terkait

dengan kemerdekaan pejabat umum dari intervensi, pengaruh pihak lain, ataupun

diberi tugas oleh instansi lain. oleh karenanya idependensi ini harus diimbangi

dengan akuntabilitas.28 Akuntabilitas mempersoalkan keterbukaan menerima

kritik dan pengawasan dari luar serta bertanggung jawab kepada pihak luar atas

hasil perkerjaannya atau pelaksanaan tugas jabatannya.

Dalam independensi ada tiga bentuk, yaitu:29

28 Habib Adjie, Meneropong Khazanah..Ibid, hal. 95.

29 Ibid, hal 96.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. structural independent

yaitu independen secara kelembagaan (institusioanl) yang dalam bagan

struktur (organigram) terpisah dengan tegas dari institusi lain. dalam hal

ini, meskipun notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, secara kelembagaan tidak berarti

menjadi bawahan Menteri atau berada dalam struktur Kementrian Hukum

dan Hak Asasi Manusia. Demikian halnya dengan PPAT, secara struktural

tidak menjadi bawahan atau berada dalam struktur Badan Pertanahan

Nasional

2. functional independent

yaitu independen dari fungsinya yang disesuaikan dengan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tugas, wewenang, dan jabatan

notaris/ PPAT.

3. financial independent

yaitu independen dalam bidang keuangan yang tidak pernah memperoleh

anggaran dari pihak manapun. Notaris/ PPAT bergerak dalam bidang jasa

yang sifatnya “”intangible” sehingga sangat sulit untuk menghitung “cost

produksi” dari suatu jasa yang diberikan kepada mereka yang

membutuhkannya.

2.1.2 Tanggungjawab dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam

Menjalankan Tugas Jabatannya

Pasal 65 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

menentukan bahwa notaris, notaris pengganti, notaris pengganti khusus dan

pejabat sementara notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya

meskipun protokol notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak

penyimpan protokol notaris.

Berdasarkan ketentuan pasal di atas, khususnya pada kalimat “meskipun

protokol notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan

protokol” menimbulkan permasalahan dan juga pertanyaan sampai kapankah

batas waktu pertanggungjawaban notaris terhadap akta yang dibuat dihadapan

atau olehnya.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Dalam hal ini pembuat pasal 65 UUJN menilai bahwa:30

1. mereka yang diangkat sebagi notaris, notaris pengganti, notaris pengganti

khusus, dan pejabat sementara notaris dianggap sebagai menjalankan tugas

pribadi dan seumur hidup sehingga tanpa batas waktu

pertanggungjawaban.

2. Pertanggungjawaban notaris, notaris pengganti, notaris pengganti khusus,

dan pejabat sementara notaris dianggap melekat, kemana pun dan dimana

pun mantan notaris, mantan notaris pengganti, mantan notaris pengganti

khusus, dan mantan pejabat sementara notaris berada.

Untuk menentukan sampai kapankan notaris harus bertanggungjawab atas akta

yang dibuat dihadapan atau olehnya, maka harus dikaitkan dengan konsep notaris

sebagai suatu jabatan (ambt).

Konsep akuntabilitas (accountability) atau pertanggungjawaban notaris, terdiri

dari:31

1. Akuntabilitas Spritual

Hal ini berkaitan dengan keyakinan secara langsung-vertikal kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan bersifat pribadi. Artinya apa yang notaris

perbuat bukan hanya dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,

melainkan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Akuntabilitas Moral kepada Publik

Kehadiran notaris/ PPAT adalah untuk melayani kepentingan

masyarakat yang membutuhkan akta-akta otentik maupun surat-surat

lain yang menjadi kewenangannya. Oleh karenanya masyarakat berhak

mengontrol hasil kerja dari notaris/ PPAT, misalnya masyarakat dapat

menuntut notaris/ PPAT jika ternyata hasil pekerjaannya merugikan

anggota masyarakat ataupun ada tindakan notaris yang dapat

30 Habib, Adjie, Ibid, hal. 43. 31 Ibid, hal. 97-99.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

mencederai masyarakat yang menimbulkan kerugian baik materiil

maupun immaterial.

3. Akuntabilitas Hukum

Notaris bukan jabatan yang kebal hukum, jika terdapat perbuatan atau

tindakan notaris/ PPAT yang menurut ketentuan hukum yang berlaku

dapat dikategorikan melanggar hukum, mau tidak mau kita harus

bertanggungjawab.

4. Akuntabilitas Profesional

Notaris/ PPAT dapat dikatakan professional jika dilengkapi dengan

berbagai keilmuan yang mumpuni yang dapat diterapkan dalam

praktik. Bagaimana mengolah nilai-nilai atau ketentuan-ketentuan

yang abstrak menjadi suatu bentuk yang tertulis (akta) sesuai yang

dikehendaki oleh para pihak.

5. Akuntabilitas Keuangan

Bentuk akuntabilitas dalam bidang keuangan yakni melaksanakan

kewajiban membayar pajak ataupun membayar kewajiban lain pada

organisasi, seperti iuran bulanan.

Notaris sebagai pejabat umum kepadanya dituntut tanggung jawab terhadap

akta yang dibuatnya. Apabila akta yang dibuatnya ternate di belakang hari

mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta ini

merupakan kesalahan notaries atau kesalahan para pihak yang tidak memberiakn

dokumen dengan sebenar-benarnya dan para pihak memberikan keterangan yang

tidak benar diluar sepengetahuan notaris.

Apabila akta yang dibuat notaris mengandung cacat hukum karena kelalaian

maupun karena kesengajaan notaris itu sendiri, maka notaris itu harus

memberikan pertanggungjawaban baik secara moral maupun secara hukum.

Perbuatan hukum yang tertuang dalam suatu akta notaris bukanlah perbuatan

hukum dari notaris, melainkan akta tersebut memuat perbuatan hukum dari pihak-

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

pihak yang meminta atau menghendaki secara mufakat perbuatan hukum tersebut

untuk dituangkan dalam suatu akta otentik.32

Notaris hanyalah pembuat untuk lahirnya suatu akta otentik. Dalam

pembuatan suatu akta, notaris sama sekali tidak bisa disalahkan karena apa yang

tertuang dalam akta itu adalah keinginan para pihak.

Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam

pelayanan hukum kepada masyarakat perlu mendapatkan perlindungan dan

jaminan demi tercapainya kepastian hukum.

Terhadap para notaris diadakan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis

Pengawas Notaris. Peran Majelis Pengawas sangat penting bagi terlaksannya

pengawasan yang berkualitas dan proporsional yang menjamin kepastian hukum,

perlindungan hukum dan ketertiban hukum bagi notaris. Fungsi pengawasan

dalam hal ini harus disertai dengan fungsi pembinaan dan perlindungan, karena

tanpa pembinaan dan perlindunganm maka pengawasan akan tidak berarti bagi

notaris.33

Majelis Pengawas dalam memberiakn perlindungan hukum terhadap notaris,

melakukan tugasnya dengan selalu memperhatikan dan melihat relevansi serta

urgensi seorang notaris dipanggil sebagai saksi maupun sebagai tersangka.

Perlindungan hukum tersebut dituangkan dalam Pasal 66 UUJN yang

menyatakan, bahwa untuk proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim

dengan persetujuan Majelis Pengawas berwenang mengambil fotokopi minuta

akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protocol notaris

dalam penyimpanan dan memanggil notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang

berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam

penyimpanannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata “persetujuan”

32 G.H.S, Lumban, Tobing, Ibid, hal. 39.

33 Ibid, hal. 84.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

tersebut mempunyai arti bahwa dengan tidak adanya persetujuan maka hal

tersebut tidak dapat dilakukan.34

Ketentuan Pasal 66 UUJN ini bersifat imperatif atau keharusan, yang dalam

pelaksanaannya dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah. Apabila Majelis

Pengawas Daerah berdasarkan hasil pemeriksaannya memutuskan notaris yang

bersangkutan tidak diizinkan untuk memenuhi panggilan polisi, maka notaris yang

bersangkutan harus mematuhinya. Namun jika ternyata notaris yang bersangkutan

tetap ingin memenuhi panggilan tersebut, maka segala akibat hukumnya menjadi

tanggungjawab notaris yang bersangkutan.

2.2 Perjanjian Kredit Perbankan Pada Umumnya

2.2.1 Pengertian Perjanjian

Istilah hukum perjanjian atau kontrak merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan

istilah overeenkomst. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji

kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal yang diucapkan atau ditulis. Dengan adanya peristiwa ini, timbulah

suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.

Perikatan menurut Hofmann adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah

terbatas subjek-subjek hukum, sehubungan dengan itu, seseorang atau beberapa

orang daripadanya (debitur atau para debitur) mengikatkan dirinya untuk bersikap

menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang

demikian.35

34 Ibid, hal. 85.

35 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 20.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Menurut Pitlo perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta

kekayaan antara dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu berhak

(kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.36

Pengertian perjanjian dapat kita temui dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang

berbunyi: ”Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”37

Dalam sudut pandang KUH Perdata pihak yang berkewajiban harus dapat

ditentukan dan diketahui, hal ini dikarenakan tidaklah mungkin suatu perjanjian

atau perikatan dapat dipenuhi jika tidak diketahui dengan pasti pihak yang

berkewajiban untuk melakukan kewajiban tersebut.

Dalam setiap perjanjian atau perikatan mengandung dua macam hal. Pertama

menunjuk pada keadaan wajib yang harus dipenuhi oleh pihak yang berkewajiban.

Kedua berkaitan dengan pemenuhan kewajiban tersebut, yang dijamin dengan

harta kekayaan pihak yang berkewajiban tersebut. Maka setiap hubungan hukum

yang tidak membawa pengaruh terhadap pemenuhan kewajiban yang bersumber

dari harta kekayaan pihak yang berkewajiban tidaklah masuk dalam pengertian

dan ruang lingkup batasan hukum perikatan. Dalam hal ini dapat kita ambil

contoh dimana kewajiban orang tua untuk mengurus anaknya bukanlah kewajiban

dalam pengertian perikatan.

Dalam suatu perikatan, sekurang-kurangnya terdapat empat unsur38:

1) Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum, yakni yang terjadi

antara dua pihak atau lebih dimana hukum melekatkan ‘hak’ pada satu

pihak dan ‘kewajiban’ di pihak lainnya;

36 Ibid, hal. 20.

37 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1313.

38 Gunawan widjaja dan Kartini Muljadi. Hapusnya Perikatan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), hal. 4.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2) Subyek perikatan, yakni pihak-pihak yang berhak atas presatsi dan pihak

yang wajib memenuhi prestasi;

3) Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan

hukum harta kekayaan

4) Obyek hukum atau prestasi, menurut Pasal 1234 KUH Perdata kewajiban

pemenuhan perikatan dikelompokan menjadi 3 macam:

1. Kewajiban untuk memberikan sesuatu

2. Kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu

3. Kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu

Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat ditemui

landasannya pada ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata, dimana menyatakan bahwa

tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang-

undang.39 Perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak

terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari.

2.2.2 Pengertian Kredit

Kata kredit secara etymologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata

Credere yang berarti kepercayaan.40 Kepercayaan dilihat dari sisi bank adalah

suatu keyakinan bahwa uang yang diberikan akan dapat dikembalikan tepat pada

waktunya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang tertuang dalam akta

perjanjian kredit.

Kredit dapat diartikan pula sebagai suatu bentuk kesepakatan kedua belah

pihak untuk saling memberi dan menerima sesuatu di mana pada saat tertentu

pihak penerima harus membayar pokok dan ganti rugi (opportunity cost) atas dana

yang dipinjamnya.

Raymon P. Kent dalam buku karangannya Money and Banking mengatakan

bahwa “kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk

39 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1233.

40 Suharno, Analisa Kredit, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 1.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang

karena penyerahhan barang-barang sekarang41

Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang

perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Than 1992 Tentang Perbankan,

merumuskan pengertian kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”42

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit merupakan kesepakatan

kedua belah pihak untuk saling memberi dan menerima sesuatu dimana pada saat

tertentu pihak penerima harus membayar pokok dan ganti rugi (opportunity cost)

atas dana yang dipinjamnya. Besarnya ganti rugi (bunga) dan syarat-syarat

penarikan dan atau pembayaran biasanya dituangkan dalam bentuk akta perjanjian

kredit.43

Adapun Unsur-unsur kredit sebagai berikut:44

a. Kepercayaan, adalah keyakinan dari kreditor bahwa keprcayaan yang

diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar

diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

Selanjutnya dari unsur kepercayaan ini juga termuat adanya penyerahan

barang, jasa atauuang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

b. Waktu, adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi

dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa mendatang.

41 Thomas, Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 17.

42 Inonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11.

43 Surharno, Op.cit, hal. 2.

44Yasabari, Nasroen dan Nina Kurnia Dewi, Penjaminan Kredit, mengantar UKMK Mengakases Pembiayaan, (Bandung: PT. Alumni, 2007), hal. 8-9.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

c. Risiko, adalah suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan prestasi dam kontraprestasi yang

akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin

tinggi tingkat risikonya. Hal ini karena adanya unsur ketidakpastian di

masa mendatang, yang menyebabkan munculnya unsure risiko. Unsur

risiko inilah yang mendasari timbulnya jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, adalah obyek kredit yang dalam praktiknya tidak hanya berbentuk

uang, tetapi jug adapat berbentuk barang atau jasa.

e. Adanya unsur bunga atau margin sebagai kompensasi bagi pemberi kredit

yang merupakan perhitungan atas beberapa komponen seperti biaya modal

(cost of fund), biaya umum (overhead cost), biaya atau premi risiko dan

lain-lain.

2.2.3 Aspek-Aspek dan Prinsip-Prinsip Perkreditan

Pemberian kredit merupakan transaksi yang penuh dengan ketidakpastian,

oleh karena itu ada beberapa aspek perkreditan yang secara global harus

diperhatikan yaitu:45

a. Aspek yuridis, yaitu untuk memeriksa tentang masalah hukum, baik yang

menyangkut subyek maupun obyek pembiayaan. Penelitian ini dilakukan

guna untuk mengetahui kecakapan pihak yang akan melakukan perikatan

dan legalitas dari usaha debitur. Aspek yuridis merupakan hal utama yang

harus diperhatikan karena walaupun usaha calon debitor feasible tetapi bila

tidak memenuhi aspek yuridis maka pihak bank tidak akan memberikan

kredit.

b. Aspek pemasaran, berhasil atau tidaknya usaha calon debitor tergantung

bagaimana bagian ini dapat memasarkan produk yang telah diproduksi.

c. Aspek teknis/ produksi, dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah

mengenai kelayakan usaha debitur

d. Aspek keuangan, setelah aspek pemasarandan produksi yang tidak kalah

penting adalah mengenai aspek keuangan, karena layak tidaknya suatu

45 Ibid, hal. 10-12.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

proposal kredit tergantung hasil analisa keuangan. Hendaknya sebelum

melakukan analisa laporan keuangan terlebih dahulu memeriksa kewajaran

angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan tanpa kecuali baik

yang dibuat oleh kantor akuntan maupun dibuat sendiri oleh calon debitor.

Dengan demikian hasil analisa dapat dipergunakan sebagai salah satu alat

pengambil keputusan.

e. Aspek jaminan, pada tahap ini pemeriksaan harus dititik beratkan pada

jenis jaminan, pemilik jaminan, status pemilikan jaminan, lokasi barang

jaminan dan cara pengikatan jaminan.

Untuk mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, selain

aspek-aspek kredit juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkreditan yang

sehat. Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, hal-hal

yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan

yakni:46

1. Penilaian Watak (character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk

mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau

mengembalikan pinjamannya.

2. Penilaian Kemampuan (capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya

dan kemampuan manajerialnya, sehingga debitur dalam jangka waktu

tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

3. Penilaian Terhadap Modal (capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara

menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat

diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang

pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

4. Penilaian Terhadap Agunan (collateral)

46 Rachamadi, Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 246.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya

wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan

mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau

pembiayaan yang diberikan kepadanya.

5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitor (condition of

economy)

Bank harus menganalisis keadaan pasar baik dimasa lalu maupun yang

akan datang, sehingga masa depan pemasaran hasil proyek atau usaha

calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.

2.2.4 Perjanjian Kredit Bank

Pemberian kredit lahir berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam uang antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam dana sebagai

debitur dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama dan akan

melunasi hutangnya dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil

keuntungan.

Timbul pertanyaan apakah perjanjian kredit tunduk pada pengaturan pinjam-

meminjam yang terdapat dalam KUHPerdata. Perjanjian kredit tidak secara

khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk dalam perjanjian tidak bernama

di luar KUHPerdata. Beberapa pakar hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit

pada hakikatnya adalah perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana yang diatur

dalam KUHPerdata. R. Subekti berpendapat:47

“dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769”

Selanjutnya hal yang sama dikemukakan oleh Mariam Darus Badrulzaman yang

menyatakan:48

47 R, Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 1991), hal. 3.

48 Rachmadi, Usaman, Op.cit, hal. 261.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

“dari rumusan yang terdapat di dalam Undang-Undang perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-meminjam di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1754. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung makna yang luas yaitu objeknya adalah benda yang menghabis jika verbruiklening termasuk di dalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam uang ini, pihak penerima pinjaman menjadi pemilik uang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini merupakan perjanjian yang bersifat riil, yaitu bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank kepada nasabah”

Namun, kedua pendapat pakar hukum diatas dibantah oleh Sutan Remy Sjahdeini

yang menyatakan bahwa:49

1. sifat yang konsensual dari suatu perjanjian kredit bank itulah yang

merupakan ciri pertama yang membedakan dari perjanjian peminjaman

uang yang bersifat riil. Bagi perjanjian kredit yang jelas-jelas

mencantumkan syarat-syarat tangguh tidak dapat dibantah lagi bahwa

perjanjian tersebut bersifat konsensual. Setelah perjanjian kredit

ditandatangani oleh bank dan nasabah debitur, nasabah belum berhak

menggunakan atau melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya

setelah ditandatanganinya kredit oleh kedua belah pihak, belumlah

menimbulkan kewajiban bagi bank untuk menyediakan kredit

sebagaimana yang diperjanjikan. Hak nasabah debitur untuk dapat

menarik atau kewajiban bank untuk menyediakan kredit, masih

tergantung kepada telah terpenuhinya seluruh syarat yang ditentukan di

dalam perjanjian kredit.

2. Ciri kedua yang membedakan perjanjian kredit dengan perjanjian

pinjaman uang adalah bahwa kredit yang diberikan oleh bank kepada

nasabah debitur tidak dapat digunakan secara leluasa untuk keperluan

atau tujuan tertentu oleh nasabah debitur. Pada perjanjian kredit, kredit

harus digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di dalam

49 Sutan, Remy Sjahdeini, Kebebasan berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,(Jakarta: Institut Bankir Indonesia,1993), hal. 158-161.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

perjanjian dan pemakaian yang menyimpang dari tujuan itu akan akan

menimbulkan hak kepada bank untuk mengakhiri perjanjian kredit

secara sepihak. Dengan demikian nasabah debitur bukan pemilik

mutlak dari kredit yang diperolehnya sebagaimana perjanjian

peminjaman uang.

3. Perjanjian kredit bank yang membedakannya dengan perjanjian

peminjaman uang adalah mengenai syarat penggunaannya. Kredit

bank hanya dapat digunakan menurut cara tertentu, yaitu dengan

menggunakan cek atau perintah pemindahbukuan. Dimana cara lain

hampir dapat dikatakan tidak dimungkinkan atau tidak diperbolehkan.

Pada perjanjian peminjaman uang biasa, uang yang dipinjamkan

diserahkan seluruhnya oleh kreditur ke dalam kekuasaan debitur

dengan tidak diisyaratkan bagaimana cara debitur akan menggunakan

uang pinjaman itu. Pada perjanjian kredit bank, kredit tidak pernah

diserahkan oleh bank kedalam kekuasaan mutlak nasabah debitur.

Kredit selalu diberikan dalam bentuk rekening koran yang penarikan

dan penggunaannya selalu di bawah pengawasan bank.

Namun, pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menyebutkan bahwa kredit didasarkan atas kesepakatan pinjam-meminjam antara

pihak bank dengan pihak lain. Sehingga tunduk pada ketentuan yang diatur dalam

Buku III KUHPerdata pasal 1754 yang mengatur tentang pinjam-meminjam.

Berdasarkan definisi perjanjian pinjam meminjam tersebut di atas, pihak yang

menerima pinjaman wajib untuk mengembalikan barang yang dipinjam dalam

jumlah yang sama dan dari jenis dan mutu yang sama pada waktu tertentu kepada

pihak yang memberikan pinjaman. Ketentuan dalam perjanjian pinjam meminjam

tersebut sama halnya dengan ketentuan dalam perjanjian kredit.

Di dalam perjanjian kredit pihak yang meminjamkan adalah kreditur dan

pihak yang menerima pinjaman adalah debitur. Barang yang dipinjamkan dalam

hal ini adalah uang. Sama halnya dengan perjanjian pinjam meminjam dimana

debitur wajib mengembalikan uang yang telah dipinjamkan kreditur dalam jumlah

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

yang sama. Berdasarkan Pasal 1765 KUH Perdata dalam perjanjian kredit

diperbolehkan memperjanjikan bunga, dengan demikian debitur tidak saja hanya

berkewajiban untuk mengembalikan uang dalam jumlah yang sama, namun

debitur berkewajiban pula membayar bunga apabila hal tersebut diperjanjikan.

Oleh karena itu perjanjian kredit dianggap sebagai salah satu bentuk perjanjian

pinjam meminjam.

Pemberian kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis, baik

dengan akta dibawah tangan maupun akta notarial. Dasar hukum perjanjian kredit

secara tertulis dapat mengacu pada pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan. Dalam pasal tersebut terdapat kata-kata penyediaan uang atau tagihan

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain. Kalimat tersebut menunjukan bahwa pemberian kredit harus dibuat

perjanjian.

Dalam SK Direksi BI No. 27/162/KEP/DIR dan SEBI No. 27/7/UPPB tanggal

31 Maret 1995 pada lampiran Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Pemberian

Kredit (PPKPB) angka 450 tentang perjanjian kredit dinyatakan: “Setiap kredit

yang telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib dituangkan dalam

perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis”.50 Hal ini menunjukkan bahwa

peraturan yang berlaku menghendaki setiap pemberian kredit dalam bentuk

apapun harus senantiasa disertai dengan surat perjanjian tertulis yang jelas dan

lengkap.

Dasar hukum lainnya yang mengharuskan perjanjian kredit dibuat dalam

bentuk tertulis adalah Instruksi Presidium Kabinet No. 15/EK/IN/10/1966 tanggal

10 Oktober 1966. Dalam instruksi tersebut ditegaskan “Dilarang melakukan

pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank dengan

50Widjanarto, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah, (Jakarta: InfoBank, 1997), hal. 23.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

debitur”.51 Perjanjian kredit memiliki identitas sendiri dengan sifat-sifat umum

sebagai berikut:52

a. Merupakan perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst) dari perjanjian

penyerahan uang

b. Perjanjian kredit bersifat konsensuil, obligatoir

c. Perjanjian penyerahan uangnya bersifat riil

d. Perjanjian kredit termasuk dalam jenis perjanjian standard

e. Perjanjian kredit harus mengandung perjanjian jaminan

f. Perjanjian kredit dalam aspek riil adalah perjanjian sepihak

g. Perjanjian kredit dalam aspek konsensuil adalah perjanjian timbal balik.

Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:53

1. perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian

kredit merupakan sesuatu tang menentukan batal atau tidak batalnya

perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan

jaminan;

2. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan

hak dan kewajiban di antara debitur dan kreditur;

3. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit

Susunan sebuah perjanjian kredit bank pada umumnya meliputi:54

a. judul

Dalam dunia perbankan masih belum terdapat kesepakatan tentang judul

atau penamaan perjanjian kredit bank ini. Judul berfungsi sebagai nama

dari perjanjian yang dibuat tersebut, setidaknya kita akan mengetahui

bahwa akta atau surat itu merupakan perjanjian kredit bank.

51 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, hal. 99.

52 Badrulzaman, Mariam Badrul, Perjanjian Kredit, (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hal.

179.

53 Muhammad, Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 228.

54 Rachmadi, Usman, Op.cit, hal. 268.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

b. Komparisi

Komparisi berisikan identitas, dasar hukum, dan kedudukan para pihka

yang akan mengadakan perjanjian kredit bank. Sebuah perjanjian kredit

bank akan dianggap sah bila ditandatangani oleh subjek hukum yang

berwenang untuk melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan.

c. Substantif

Perjanjian kredit bank berisikan klausula-klausula yang merupakan

ketentuan dan syarat-syarat pemberian kredit, minimal harus memuat

maksimum kredit, bunga dan denda, jangka waktu kredit, cara pembayaran

kembali kredit, agunan kredit, opeinsbaarclause, dan pilihan hukum.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman Perjanjian kredit bank adalah perjanjian

pendahuluan (voorovereenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian pendahuluan

ini merupakan hasil permufakatan antara pemberi dan penerima pinjaman

mengenai hubungan-hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat

konsensuil (pacta de contrahendo) obligatoir. Penyerahan uangnya sendiri adalah

bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan, barulah kemudian berlaku

ketentuan yang dituangkan dalam model perjanjian kredit pada kedua pihak.55

Pembedaan perjanjian kredit dari penyerahan uang mempunyai arti teoritis dan

praktis, sebagai berikut:56

Kalau perjanjian penyerahan uang dianggap konsensuil, saat berlakunya

perjanjian kredit adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian kredit hal ini dapat

menimbulkan kerugian pada penerima kredit, antara lain dalam dua hal, yaitu:

1. Untuk barang jaminan yang diikat pada perjanjian kredit, maka perjanjian

jaminan akan berlaku pada saat perjanjian kredit dibuka, sedangkan pada

saat itu hutang belum lagi ada. Hal ini bertentangan dengan sifat accessoir

perjanjian jaminan.

55 Badrulzaman, Mariam Badrul, Ibid, hal. 28.

56 Ibid, hal. 29.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2. Kalau perjanjian kredit itu disertai bunga, maka bunga diperhitungkan

pada saat-saat perjanjian kredit dibuka. Hal ini juga bertentangan dengan

sifat perjanjian kredit dalam aspeknya yang riil karena pada saat itu hutang

belum ada lagi.

Perjanjian kredit di dalam praktek tumbuh sebagai perjanjian standard. Setiap

bank telah menyediakan blanko (formulir, model) perjanjian kredit, yang isinya

telah disiapkan terlebih dahulu (standaardform). Formulir ini disodorkan kepada

setiap pemohon kredit. Isinya tidak diperbincangkan dengan pemohon. Kepada

pemohon hanya dimintakan pendapat apakah dapat menerima syarat-syarat yang

tersebut di dalam formulir itu atau tidak.

Perjanjian standard mengandung kelemahan karena syarat yang ditentukan

secara sepihak dan pihak lainnya terpaksa menerima keadaan itu karena posisinya

yang lemah. Akibatnya unsur kesepakatan sebagai salah satu syarat perikatan

yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata telah tiada dalam perjanjian standard

ini.57 Sedangkan Pitlo menekankan bahwa perjanjian standard merupakan suatu

“Dwangcontract” karena disini kebebasan pihak-pihak yang dijamin oleh pasal

1338 ayat 1 KUHPerdata telah dilanggar.

Kelemahan perjanjian standard makin menyolok, bila dihubungkan dengan

perkembangan hukum dewasa ini dengan munculnya penyalahgunaan keadaan

(Misbruik van omstandingenheden) yang telah diterima dalam kehidupan hukum

di Indonesia. Alasan terjadinya penyalahgunaan keadaan, ada 3 macam, yakni:58

1. Disebabkan adanya keunggulan ekonomi yang tidak seimbang

2. Disebabkan keunggulan kejiwaan yang tidak seimbang

3. Disebabkan keadaan darurat

Pasal 1759 KUH Perdata menyebutkan bahwa Orang yang meminjamkan

tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewat waktu

yang ditentukan dalam persetujuan.

57 Widyadharma, Ignatius ridwan, Op.cit, hal. 8.

58 Ibid, hal. 8.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Pasal 1763 mengatur tentang kewajiban-kewajiban si peminjam. Kewajiban

pokok si peminjam adalah mengembalikan pinjaman dalam jumlah dan keadaan

yang sama dan pada waktu yang ditentukan.

Pelaksanaan isi perjanjian kredit, senantiasa harus ditaati oleh kedua belah

pihak, bank dan nasabah debitur harus melaksanakan hak dan kewajibannya

masing-masing sebagaimana dituangkan dalam perjanjian kredit. Namun apabila

salah satu pihak melakukan wanprestasi, dapat menyebabkan tumbulnya kredit

macet. Hal ini dapat dikarenakan debitur tidak dapat membayar kredit

(wanprestasi).

Untuk memperkuat posisi bank dalam menghadapi risiko macet, hendaknya

aspek yuridis dari perjanjian kredit dibuat dengan sempurna. Dalam penyusunan

perjanjian kredit hendaknya ada keseimbangan mengenai hak dan kewajiban

antara bank dan nasabah. Untuk kesempurnaan perjanjian kredit, perlu dilengkapi

dengan klausula sebagai berikut:59

a. Perjanjian ini dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun dan dalam bentuk

apapun

b. Pernyataan bahwa seluruh pinjaman yang telah disepakati telah diterima

seluruhnya oleh debitur

c. Grose akta (agunan) akan dilaksanakan tanpa perlawanan dari pihak

manapun.

Beberapa bank perkreditan rakyat mengusulkan agar dalam akta pengakuan

utang dan dokumen pengikatan agunan dicantumkan klausul bahwa eksekusi

agunan dapat dilakukan dengan tidak menunggu penyelesaian perkara di

pengadilan.

Dalam suatu perjanjian kredit, beberapa hal yang memberikan kepastian

hukum dan wajib dicantumkan antara lain adalah sebagai berikut:60

59 Arie, sundari, penelitian hukum tentang aspek hukum pertanggung jawaban bank terhadap nasabah, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departeman Kehakiman Republik Indonesia), hal.117.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

a. Besarnya jumlah kredit/ pinjaman yang diberikan oleh pihak penyedia

uang atau tagihan

b. Besarnya bunga atau margin bagi hasil, provisi/commitment fee, dendan

dan biaya-biaya lain

c. Jangka waktu pemberian kredit/pembiayaan

d. Tempat pembayaran kembali utang atau kredit

e. Agunan sebagai sesuatu yang dapat memberikan keyakinan kepada

bank/lembaga penyedia kredit untuk memutuskan pemberian

kredit/pembiayaan

2.2.5 Hapusnya Perjanjian Kredit Bank

Pada Pasal 1319 KUHPerdata menetapkan semua perjanjian baik yang

mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu

tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Buku III

KUHPerdata. Karenanya pasal 1381 KUHPerdata yang mengatur cara hapusnya

perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Dari sepuluh cara

yang ditentukan dalam pasal 1381 KUHPerdata, umumnya perjanjian kredit bank

harus hapus atau berakhir karena hal-hal di bawah ini:61

1. Pembayaran

Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur,

baik pembayaran utang pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya

lainnya yang wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran ini baik

karena jatuh tempo kreditnya atau karena diharuskannya debitur

melunasi kreditnya secara seketika dan sekaligus (opelbaarheid

clause)

2. Subrogasi (Subrogatie)

Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan kemungkinan pembayaran

hutang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak berpiutang (kreditur),

sehingga terjadi penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur oleh

60 Arbi, Syarif, Mengenal Bank dan Lembaga keuangan Non Bank, (Jakarta: Djambatan,

2003), hal. 12.

61 Rachmadi, Usman, Ibid. hal. 279-280

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

pihak ketiga. Dengan demikian subrogasi terjadi karena adanya

penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur lama oleh kreditur baru

dengan mengadakan pembayaran, segala kedudukan dan hak-hak yang

dipunyai kreditur lama beralih kepada kreditur baru/ pihak ketiga.

Subrogasi dapat terjadi karena perjanjian atau demi undang-undang

yang diatur pada Pasal 1401 dan 1402 KUHPerdata.

3. Pembaruan Hutang (Novasi)

Pembaruan hutang terjadi dengan jalan mengganti hutang lama dengan

hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama

dengan kreditur baru.

Pada umumnya pembaruan hutang yang terjadi dalam dunia perbankan

adalah dengan mengganti atau memperbarui perjanjian kredit bank

yang ada. Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya

dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya

penggantian atau pembaruan kredit, otomatis perjanjian kredit bank

yang lama berakhir atau tidak berlaku lagi

4. Perjumpaan Hutang (kompensasi)

Kompensasi adalah perjumpaan dua hutang, yang berupa benda-benda

yang ditentukan menurut jenis, yang dipunyai oleh dua orang atau

pihak secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan

baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain sampai

jumlah terkecil yang ada di antara kedua hutang tersebut.

Kondisi demikian dijalankan oleh bank dengan cara

mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya kepada

bank, sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambilalih.

2.2.6 Kredit Bermasalah

Pemberian kredit oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan

dalam pelunasannya. Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya

tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah debitur dan tidak

akan berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Untuk menentukan suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet didasarkan

pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok

atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat kemungkinan

diterimanya kembali dana tersebut.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang telah diperbaharui oleh

Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/15/PBI/2000 memberikan penggolongan

mengenai kualitas kredit yang diberikan oleh bank, terdiri dari:62

1. Kredit Lancar

Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini:

c. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau

cerukan karena penarikan, atau

d. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga tetapi tidak lebih

dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo

2. Kredit Dalam Perhatian Khusus

Kredit digolongkan dalam perhatian khusus jika terdapat tunggakan

pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 90 hari (3 bulan).

3. Kredit Kurang Lancar

Kredit digolongkan kurang lancer apabila memnuhi kriteria dibawah ini:

c. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga melampaui 90

hari sampai dengan 180 hari (6 bulan) dan/ atau

d. Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan

4. Kredit diragukan

Kredit digolongkan diragukan apabila kredit yang bersangkutan tidak

memnuhi kriteria lancar dan kurang lancer, yaitu memenuhi kriteria:

d. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari

sampai dengan 270 hari (9 bulan), atau

62 Rene, Setyawan, Penghimpunan Dana, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 1994), hal. 7.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

e. Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernillai sekurang-

kurangnya 75% dari hutang peminjam, termasuk bunganya, atau

f. Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai

sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam.

5. Kredit Macet

Kredit digolongkan macet apabila:

d. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah

melampaui 270 hari (9 bulan lebih), atau

e. Memenuhi kriteria diragukan seperti tersebut diatas, tetapi dalam

jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada

pelunasan atau usaha penyelamatan kredit , atau

f. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan

Negeri atau Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara

atau diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi

kredit.

Suatu kredit digolongkan sebagai kredit bermasalah ialah kredit-kredit yang

tergolong sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.

Adapun tanda-tanda atau gejala-gejala kredit mengarah kepada kredit bermasalah

antara lain adalah:63

1. Mulai terjadinya tunggakan baik atas bunga maupun pokok pinjaman

2. Memburuknya (adverse trends) neraca rugi laba (financial statement)

debitur dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

3. Adanya pemberian keterangan yang tidak benar (fraudulent information)

oleh debitur

4. Hilangnya kerja sama yang baik dengan debitur.

5. Tidak terpeliharanya dengan baik barang-barang jaminan

Rene Setyawan mengemukakan bahwa kredit macet dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Adapun faktor internal penyebab

63Widjanarto, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah (Kajian Legal Dalam Analisa dan Proses Kredit Komersial Serta Solusi Hukum Menghadapi Kredit bermaslah), (Jakarta:InfoBank, 1997), hal. 41-43.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kredit macet yaitu kebijakan perkreditan yang ekspansif, penyimpangan dalam

pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau

pegawai bank, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta

lemahnya sistem informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab

timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, musibah terhadap debitur

atau terhadap kegiatan usaha debitur, pemanfaatan iklim persaingan perbankan

yang tidak sehat oleh debitur, serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya

suku bunga kredit.64

Bila ditarik suatu garis besar terjadinya kegagalan kredit (kredit macet) adalah

kurang cakapnya pihak pengelola kredit, lemahnya monitoring penggunan kredit,

dan adanya itikad yang kurang baik dari debitor. Terdapat beberapa hal yang

dapat menyebabkan kegagalan kredit antara lain:65

1. Faktor Internal

Ada beberapa faktor internal bank dapat yang menyebabkan kredit macet

yakni:

a. Adanya self dealing atau tindak kecurangan dari aparat pengelola

kredit

b. Bank terlalu mengejar target

c. Petugas bank terlalu memfokuskan terhadap jaminan

d. Petugas bank merasa berutang budi, karena telah memperoleh

hadiah dari debitur

e. Bank terlambat mencairkan pinjaman

f. Terlalu kecil atau terlalu besar memberikan kredit

g. Debitur memperoleh katabelece dari pejabat yang lebih tinggi baik

dari top manajemen bank itu sendiri atau dari pejabat pemerintah

yang berkuasa

h. Kurangnya pengetahuan teknis para pengelola kredit

64Rene, Setyawan, Op.cit, hal.7-8.

65 Suharno, Analisa Kredit, Ibid,Hal. 102.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

i. Pengelola kredit tidak tegas dan lemah dalam melakukan

monitoring penggunaan kredit

j. Kurang baiknya managemen information system yang ada di bank

tersebut

k. Kebijakan kredit yang ada belum memadai

l. Lemahnya monitoring terhadap penggunaan kredit

m. Adanya sikap yang ceroboh dan menggampangkan dari pengelola

kredit

2. Faktor Eksternal

a. Kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap operasional

perusahaan

b. Terjadinya bencana alam, kerusuhan yang merusak/

menghancurkan usaha debitor

c. Itikad buruk dari debitur

d. Adanya penyalahgunaan fasilitas kredit

e. Pemalsuan usaha

f. Menggunakan angunan milik pihak III

g. Debitor melarikan diri

h. Mis manajemen

i. Jaminan yang tidak marketable sehingga sulit dilakukan likuidasi

pada saat kredit macet.

2.2.7 Lembaga Hukum Jaminan

Jaminan dalam perkreditan mempunyai makna yang sangat penting karena

merupakan benteng terakhir bila debitur wanprestasi atau mengalami kegagalan

dalam menyelesaikan kewajiban kepada pihak bank. Jaminan kredit adalah segala

sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji

sebagai jamian untuk pembayaran dari hutang debitur berdasarkan perjanjian

kredit yang dibuat kreditur dengan debitur.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Dalam hukum perdata kita mengenal adanya suatu asas bahwa semua benda

dari seseorang menjadi tanggungan untuk semua hutang-hutangnya.66 Hal ini

berarti bahwa benda-benda orang yang bersangkutan dengan sendirinya menurut

hukum menjadi jaminan bagi para krediturnya. Apabila orang yang bersangkutan

tidak lagi dapat membayar hutang-hutangnya, maka atas benda-benda miliknya itu

akan dilakukan penjualan guna membayar hutang-hutangnya.

Barang-barang yang diterima bank harus dikuasai atau diikat secara yuridis,

baik berupa akta di bawah tangan maupun akta otentik. Kegunaan jaminan adalah

untuk:67

1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan

pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila

nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya

pada waktu yang telah ditetapkan dlam perjanjian.

2. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk

membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha

atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat

dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat

demikian diperkecil terjadinya.

3. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian

kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-

syarat yang telah disetujui agat ia tidak kehilangan kekayaan yang telah

diajminkan kepada bank.

Untuk menghindari kerugian karena nilai barang jaminan lebih kecil dari

jumlah kredit, bank harus melakukan transaksi nilai barang yang dijaminkan

secara cermat.

Apabila kredit berkembang menjadi kredit macet dan barang jaminan terpaksa

dieksekusi, jumlah hasil penjualan barang itu harus dapat menutup jumlah kredit

66 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1131.

67 Thomas, Suyatno, Op.cit, hal. 84.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dan bunga yang tertunggak. Apabila tidak bank akan menderita kerugian. Bila

jumlah hasil penjualan harta jaminan tidak cukup untuk menutup tunggakan kredit

(dan bunga), bank masih dapat menagih kekurangannya kepada debitur.

Jadi fungsi jaminan adalah memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur

untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan

tersebut bila debitur tidak melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.

2.2.7.1 Jenis-Jenis Jaminan

a. Jaminan Umum

Jaminan umum lahir dan bersumber karena undang-undang, adanya

ditentukan dan ditunjuk oleh undang-undang tanpa ada perjanjian dari

para pihak (Kreditur dan Debitur). Perwujudan jaminan umum

bersumber dari Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala

kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik

yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi

tanggungan untuk seluruh perikatannya.

b. Jaminan Khusus

Jaminan khusus lahirnya karena ada perjanjian antara kreditur dan

debitur yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan atau jaminan

bersifat perorangan. Jaminan yang bersifat kebendaan adalah adanya

benda-benda tertentu yang disediakan debitur sebagai jaminan.

Sedangkan jaminan yang bersifat perorangan adalah debitur

menyediakan orang lain yang menyanggupi untuk melunasi hutang

debitur manakal debitur cidera janji.

Agar kreditur memiliki hak yang utama atau istimewa atau preferen atas

benda jaminan secara khusus disediakan oleh debitur, maka jaminan

tersebut harus diikat secara khusus. Pasal 1131 ayat (2) KUHPerdata

mengatur hak untuk didahulukan diantara kreditur terbit dari hak

istimewa seperti hak hipotik, hak tanggungan, gadai, dan fiducia.

c. Jaminan Kebendaan

Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu

benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya di tangan

siapapun benda tersebut berada dan dapat dialihkan.

Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debitur,

namun dapat juga diadakan antara kreditur dengan pihak ketiga yang

menyediakan harta kekayaan khusus misalnya tanah dan bangunan yang

digunakan untuk menjamin dipenuhinya kewajiban debitur kepada

kreditur.

d. Jaminan Penanggungan Hutang

Jaminan penanggungan hutang adalah jaminan yang bersifat perorangan

yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu. Jaminan

ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta

kekayaan debitur semumumnya, contohnya borgtocht.

Jaminan yang bersifat perorangan ini tidak membedakan piutang mana

yang lebih dahulu terjadi dan piutang mana yang terjadi kemudian.

Keduanya memiliki kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan

penjamin dan tidak mengindahkan urutan terjadinya.

Borgtocht adalah perjanjian antara kreditur dengan seorang pihak ketiga

yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur. Perjanjian

antara krditur dengan pihak ketiga dapar dilakukan dengan

sepengetahuan si debitur atau bahkan tanpa sepengetahuan debitur.68

2.2.7.2 Sifat Pengikatan Jaminan

Untuk menjamin pengembalian kredit yang diberikan, maka atas jaminan-

jaminan yang diserahkan oleh debitur diadakan pengikatan oleh pihak kreditur/

bank. Sifat perjanjian pengikatan jaminan pada umumnya dikonstruksikan sebagai

perjanjian yang bersifat accessoir, yakni perjanjian yang dikaitkan dengan suatu

perjanjian pokok dalam hal ini adalah perjanjian kredit.

Dalam suatu perjanjian kredit dimana debitur menyerahkan jaminan untuk

diikat oleh bank sebagai krediturnya. Kemudian diadakan perjanjian terpisah yang

merupakan tambahan (accessoir) dan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya

68 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,Op.cit, hal. 149.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

(perjanjian kredit). Perjanjian jaminan ini tergantung pada perjanjian pokoknya,

apabila perjanjian pokok batal atau berakhir, maka perjanjian jaminan juga akan

batal atau berakhir dengan sendirinya menurut hukum. Dengan demikian

kedudukan perjanjian pengikatan jaminan yang dikonstruksikan sebagai perjanjian

accessoir mempunyai akibat hukum yaitu:69

a. Eksistensinya tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit)

b. Hapusnya tergantung perjanjian pokok (perjanjian kredit)

c. Jika perjanjian pokok batal, perjanjian jaminan ikut batal

d. Jika perjanjian pokok beralih maka ikut beralih juga perjanjian jaminan

e. Jika perjanjian pokok beralih karena cessi, subrogasi maka ikut beralih

juga perjanjian jaminan tanpa adanya penyerahan khusus.

Dalam hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda

bergerak dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya

perbedaan penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga jaminan/

pengikatan jaminan yang mana yang dapat dipasang atas kredit yang diberikan

Suatu barang dapat diterima menjadi jaminan apabila mempunyai nilai

ekonomi dan memenuhi aspek yuridis. Jaminan dikatakan mempunyai nilai

ekonomis bila telah memnuhi kriteria sebagai berikut:70

a. dapat diperjualbelikan atau dipindah tangankan

b. jaminan marketable

c. mempunyai nilai yang tetap dan diusahakan mempunyai tendensi

meningkat

d. jaminan tidak mudah rusak atau cacat yang dapat mengurangi harga jual

e. nilai taksasi jaminan harus lebih besar dari plafond yang disetujui.

Jaminan yang diserahkan harus memenuhi aspek yuridis, jaminan memenuhi

aspek yuridis apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut:71

69 Ibid, hal. 143.

70 Sunarno, Analisa Kredit, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 41.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

a. memiliki bukti pemilikan yang sah

b. jaminan tidak dalam status sengketa

c. jaminan tidak dalam status dijaminkan ke bank/ orang lain.

2.2.7.3 Pengikatan Jaminan Dengan Akta Otentik Atau Dibawah Tangan

Diawal telah disebutkan bahwa fungsi dari pemberian jaminan adalah guna

memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur/ bank untuk mendapatkan

pelunasan dengan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur bilamana

debitur cidera janji dan tidak membayar kembali pinjamannya pada saat jatuh

waktu perjanjian.

Agar kreditur dapat melaksanakan hak dan kekuasaan atas barang jaminan/

agunan pinjaman yang diserahkan debitur, maka perlu terlebih dahulu dilakukan

pengikatan secara yuridis formil atas barang-barang jaminan tersebut menurut

hukum yang berlaku.

Pengikatan secara tertulis dapat dilakukan dengan akta otentik maupun dengan

akta dibawah tangan. Akta adalah surat/ tulisan tanda bukti yang ditandatangani

dan diperuntukan untuk membuktikan kebenaran apa yang tertera didalamnya.

Tercantum dalam pasal 1867 KUHPerdata, pada pokoknya akta dibagi dalam 2

macam:

a. Akta Otentik

Yang dimaksud dengan akta otentik adalah suatu akta yang bentuknya

ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-

pegawai umum yang berwenang untuk itu di tempat dimana akta

dibuatnya (Pasal 1868 KUHPerdata). Akta otentik memberikan suatu bukti

yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya kepada para pihak

serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak daripadanya.

Dalam dunia perbankan, akta otentik dibuat oleh dan dihadapan seorang

Notaris, sehingga pihak tidak perlu khawatir lagi tentang adanya

kekeliruan pengikatan atas jaminan yang diterima dari calon debiturnya.

71 Ibid, hal. 41.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

b. Akta Dibawah tangan

Akta atau tulisan-tulisan dibawah tangan adalah akta-akta yang

ditandantangani dibawah tangan, surat-surat atau tulisan-tulisan yang

dibuat tanpa perantara seorang pegawai umum.72 Akta dibawahtangan

(onderhands acte), misalnya surat perjanjian jual beli yang dibuat sendiri

dan ditandatangani sendiri oleh kedua pihak yang mengadakan perjanjian

tersebut (Pasal 1874 KUHPerdata).

Kecuali mengenai jaminan yang berupa hak atas tanah, maka semua

pengikatan jaminan dapat dilakukan dengan akta dibawah tangan. Setiap

perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan

sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang

dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu

akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk misalnya

Notaris/PPAT atau camat. (Pasal 37 Peraturan Pemerintah N0. 24 Tahun

1997 atau Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961)

2.3 Tindakan Hukum Penyelamatan Kredit dan Penyelesaian Kredit Macet

Kredit merupakan risk asset bagi bank karena asset bank itu dikuasai pihak

luar bank yaitu para debitur. Namun kredit yang diberikan kepada para debitur

selalu ada risiko berupa kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya yang

dinamakan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Kredit

bermasalah selalu ada dalam kegaitan perkreditan bank karena bank tidak

mungkin menghindarkan adanya kredit yang bermasalah, namun bank sadapat

mungkin berusaha menekan besarnya jumlah kredit bermasalah.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam menyelesaikan kredit macet, dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian besar.73

72 Rasjim, Wiraatmadja, Op.cit, hal.11.

73Sibarani, Bachtiar, Kredit Macet dan Upaya Penanggulangannya (Himpunan dari sebagian Karya Tulis yang pernah diterbitkan Surat Kabar dan Majalah), (Bandung, 2001), hal. 1.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. Nilai kredit yang melebihi agunan, di lain pihak ketika agunan hendak

dieksekusi pihak bank bisanya bertahan pada harga alimit yang tinggi.

Akibatnya lelang sering tidak laku.

2. Para calon pembeli umumnya sudah mengetahui bahwa kondisi agunan

memang jelek, sehingga ketika dieksekusi kurang banyak peminat.

Akibtanya agunan terpaksa dijual dengan harga seadanya.

Adanya kredit macet akan menjadi beban bank karena kredit macet menjadi

salah satu faktor dan indikator penentu kinerja sebuah bank,oleh karena itu adanya

kredit bermasalah apalagi dalam golongan macet menuntut:74

1. penyelesaian yang cepat, tepat dan akurat dan segera mengambil tindkaan

hukum jika sudah tidak ada jalan lain penyelesaian melalui restrukturisasi.

Untuk menjaga agar kredit yang telah diberikan kepada debitur memiliki

kualitas performing loan maka harus dilakukan pemantauan dan

pengawasan untuk mengetahui secara dini bila terjadi deviasi

(penyimpangan) dan langkah-langkah memperbaikinya.

2. Dilakukan penilaian uang (review) secara periodik agar dapat diketahui

sedini mungkin baik actual loan problem, maupun potensial problem

sehingga bank dapat mengambil langkah-langkah pengamanannya (action

program).

3. Dilakukan penyelamatan dan penyelesaian segera, bila kredit

menunjukkan bermasalah (Non Performing Loan)

Untuk menyelesaikan kredit bermasalah (non performing loan) ada dua

strategi yang dapat ditempuh yaitu:75

1. Penyelamatan kredit

Penyelamatan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah

melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan

memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehingga dengan

74 Sutarno, Op.cit, hal. 265.

75 Ibid, hal. 265-266.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

memperingan syarat-syarat pengembalian tersebut diharapkan debitur

memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit. Pada tahap

penyelamatan kredit ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena

debitur masih kooperatif dan dari prospek usaha masih feasible.

Langkah penyelesaian melalui restrukturisasi kredit ini diperlukan syarat

paling utama yaitu adanya kemauan dan itikad baik dan kooperatif dari

debitur serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan bank karena

dalam penyelesaian kredit melalui restrukturisasi lebih banyak negosiasi

dan solusi yang ditawarkan bank untuk menentukan syarat dan ketentuan

restrukturisasi kredit.

2. Penyelesaian kredit

Penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah

melalui lembaga hukum seperti pengadilan atau Direktorat Jenderal

Piutang dan Lelang Negara atau badan lainnya dikarenakan langkah

penyelamatan sudah tidak dimungkinkan kembali. Tujuan penyelesaian

kredit melalui lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau

mengeksekusi benda jaminan.

2.3.1 Bentuk Penyelamatan Kredit Melalui Restrukturisasi

Untuk mengatasi kredit bermasalah dan menghindarkan kerugian yang besar

di perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman tentang cara

penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit bermasalah dengan surat

Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang

telah diubah melalui Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000. Restrukturisasi

adalah upaya yang dilakukan bank dalam usaha perkreditan agar debitur dapat

memenuhi kewajibannya. Jadi tujuan restrukturisasi adalah:76

1. Untuk menghindarkan kerugian pada bank karena bank harus menjaga

kualitas kredit yang telah diberikan.

2. Untuk membantu memperingan kewajiban debitur sehingga dengan

keringanan ini debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan

76 Ibid, hal. 267.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kembali usahanya dan dengan menghidupkan kembali usahanya akan

memperoleh pendapatan yang sebagian dapat digunakan untuk membayar

hutangnya dan sebagian untuk melanjutkan kegiatan usahanya.

3. Dengan restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembaga-lembaga

hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum

dalam prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit

dan hasilnya lebih rendah dari piutang yang ditagih.

Fasilitas atau kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan restrukturisasi

kredit bermasalah menurut keputusan Direksi Bank Indonesia antara lain:

1. Penurunan suku bunga kredit

Penurunan suku bunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi

yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan

penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap

tanggal pembayaran menjadi lebih kecil disbanding suku bunga yang

ditetapkan sebelumnya. Penurunan suku bunga tidak merubah perjanjian

ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan.

2. Pengurangan tunggakan bunga kredit

Salah satu tanda kredit bermasalah adalah adanya tunggakan bunga kredit

lebih dari tiga kali pembayaran. Dalam hal ini restrukturisasi kredit dapat

dilakukan dengan memperingan beban debitur dengan cara menurangi

tunggakan bunga kredit atau menghapus seluruh tunggakan bunga kredit.

3. Pengurangan tunggakan pokok kredit

Pengurangan tunggakan pokok merupakan restrukturisasi kredit yang

paling maksimal diberikan bank kepada debitur karena pengurangan

tunggakan pokok biasanya diikuti dengan penghapusan bunga dan denda

seluruhnya.

4. Perpanjangan jangka waktu kredit

Dengan memperpanjang jangka waktu kredit maka kualitas kredit debitur

digolongkan menjadi performing loan (tidak bermasalah) dan dengan

perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk

melanjutkan usahanya.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

5. Penambahan fasilitas kredit

Dengan penambahan kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan

kembali dan berkembang yang pada akhirnya akan menghasilkan

pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang lama dan

tambahan kredit baru.

6. Pengambil alihan agunan/ aset debitur

Pengambil alihan aset debitur dalam hukum dapat disebut kompensasi atau

perjumpaan hutang. Untuk menyelamatkan kredit dengan cara ini bank/

kreditur mengambil alih agunan kredit yang nilai jaminan tersebut

dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai agunan yang diambil,

maka terjadilah kompensasi. Dengan kata lain agunan kredit yang yang

diambil alih bank dibayar dengan menggunakan kredit yang tertunggak.

Sehingga agunan kredit menjadi milik/ aset bank dan hutang debitur

dinyatakan lunas.

7. Jaminan kredit dibeli oleh bank

Untuk menyelamatkan kredit bank dapat membeli agunan melalui

penjualan umum atau lelang. Undnag-undang melarang bank memiliki

langsung agunan tersebut, janji yang diadakan untuk memiliki agunan jika

debitur cidera janji adalah batal demi hukum. Undang-undang Perbankan

memungkinkan bank untuk membeli agunan melalui pelelangan agunan,

seluruh atau sebagian apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya

kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan

secepatnya.

8. Konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham

Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai kredit dikonversikan

menjadi saham pada perusahaan debitur hal ini disebut dengan Dept

Equity Swap. Dengan demikian bank memiliki sejumlah saham pada

perusahaan debitur dan hutang debitur menjadi lunas. Kebijakan Bank

Indonesia mengatur tentang penyertaan modal dan pemilikan saham oleh

bank antara lain menentukan bahwa penyertaan modal hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 5 tahun atau perusahaan

dimana bank melakukan penyertaan telah memperoleh laba. Apabila telah

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

melampaui batas waktu lima tahun dan perusahaan dimana bank

melakukan penyertaan modal belum memperoleh laba maka bank wajib

menghapus bukukan penyertaan modal tersebut.

9. Debitur menjual sendiri barang jaminan

Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit.

Karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya dan hasilnya akan

lebih baik daripada lelang. Bank sebagai kreditur harus membantu debitur

dalam melakukan penjualan jaminan tersebut, dengan cara mencarikan

calon pembeli dan kalau perlu ikut berunding dengan calon pembeli untuk

memperlancar penjualan tersebut.

10. Bank menjual barang-barang jaminan di bawah tangan berdasarkan surat

kuasa

Jika kredit macet ada kalanya debitur memberi kuasa kepada bank/

kreditur untuk menjual barang jaminan karena debitur kesulitan atau tidak

mampu menjual sendiri. Untuk memberikan wewenang kepada kreditur

menjual barang jaminan, dibuat surat kuasa secara notariil dari debitur

kepada bank untuk menjual jaminan jika debitur cidera janji pada saat

debitur sudah cidera janji.

Secara yuridis dengan surat kuasa tersebut debitur telah melimpahkan

wewenang kepada bank dan karenanya bank memiliki kewenangan untuk

melakukan penjualan jaminan berdasarkan surat kuasa dan hasil penjualan

tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya.

Meski kredit disalurkan berdasarkan asas-asas yang baik, bank akan tetap

dihadapkan pada risiko kredit macet. Hal ini dikarenakan pengembalian kredit

mengadung ketidakpastian, tidak dapat dipastikan apakah bisa dikembalikan atau

tidak. Oleh karena itu bank harus dapat berdampingan dengan masalah kredit

macet yang selalu mungkin terjadi. Beberapa cara penanganan kredit macet:77

1. Jangan terlambat

Kredit akan sulit diatasi jika terlambat dinyatakan macet, karena hutang

debitur akan meningkat dengan cepat akibat bunga dan denda. Nilai

77 Bachtiar, Sibarani, Op.cit, hal. 11.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

barang jaminanpin akan tertinggal jauh, terutama agunana barang

bergerak.

Bunga uang merupakan pembagian laba dari modal usaha. Jadi kalau

modal tidak lagi diusahakan dan tidak lagi menghasilkan laba, maka bunga

harus dihentikan. Artinya kredit harus dinyatakan macet

2. Keadaan jaminan

Keadaan jaminan perlu diperhatikan, jaminan barang atau jaminan orang,

mampukan jaminan menutup hutang, mudah atau sulitkah jaminan

dicairkan, milik debitur atau pihak ketiga, pihak yang menguasai barang

agunan, biaya untuk mencairkan agunan, kelengkapan dokumen, diikat

jaminan atau tidak.

3. Dalam hal menyelesaikan kredit macet, ada beberapa hal yang pantas

dicatat.

Pertama, kredit macet harus dilihat sebagai usaha yang gagal atau yang

rugi, sepanjang tidak disengaja debitur. Oleh karena itu, bank sejak awal

harus rela membagi kerugian bersama debitur,.

Kedua, status bank, apakah swasta atau pemerintah, sangat

mempernagruhi alternative prosedur yang akan ditempuh. Bank

pemerintah pada umumnya akan menyerhakan pengurusan kredit, akan

menempuh proses eksekusi melalui pengadilan. Khusus bank pemerintah,

meski ada kewajiban untuk menyerahkan kredit macet ke PUPN, tetapi

peraturan perundang-undangan juga memungkinkan pengadilan untuk

mengurus kredit macet dari bank pemerintah.

Ketiga, status jaminan apakah orang atau benda bergerak atau benda tetap,

menentukan alternate yang mungkin ditempuh dalam mengatasi kredit

macet.

2.4 Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) oleh

Bank

Di Indonesia ada dua tempat penyelesaian kredit macet secara resmi. Pertama

yakni Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) untuk bank umum. Kedua,

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Pengadilan Negeri untuk bank-bank swasta. Proses penyelesaian kredit macet

melalui PUPN dan pengadilan masih cenderung lama.

Pengurusan sengketa kredit macet ke pengadilan memerlukan waktu

penyelesaian yang lama. Pada umumnya pemeriksaan di tingkat pertama

berlangsung sekurang-kurangnya satu tahun, ditingkat banding kurang lebih

demikian dan sampai ketingkat kasasi membutuhkan waktu tiga sampai empat

tahun.78

Jaminan kredit macet, lazimnya akan dijual untuk menutupi kewajiban

debitur. Penjualan pada umumnya dilakukan melalui cara lelang, namun ketentuan

undang-undang khususnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan pada pasal 20 ayat (2) memungkinkan dilakukannya penjualan secara

di bawah tangan jika dengan cara yang demikian dapat diperoleh harga tertinggi

yang menguntungkan semua pihak.

Disamping harga yang menguntungkan dibandingkan dengan harga lelang,

umumnya penjualan dengan lelang amat memakan waktu, tertunda-tunda karena

sulit mendapatkan harga yang baik atau menemukan pembeli yang berminat.

Selain penjualan di bawah tangan yang dianggap dapat mengatasi kesulitan yang

timbul dalam penjualan secara lelang, khusus bagi bank ketentuan undang-undang

menetapkan kemungkinan untuk membeli sendiri barang jaminan melalui

pelaksanaan pengambilalihan aset debitur.

Seperti yang telah diuraikan diatas, salah satu upaya penyelesaian kredit macet

pada bank yang diatur melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang

telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No 2/15/PBI/2000 adalah dengan

dilakukannya pengambilalihan agunan/ aset debitur atau dewasa ini dikenal

dengan sebutan AYDA (Aset Yang Diambilalih). Bank dimungkinkan untuk

membeli sendiri agunan/ aset meskipun hal tersebut hanya bersifat sementara.

Bank diwajibkan untuk secepatnya melakukan pencairan kembali atas agunan

yang dibeli baik melalui lelang atau diluar lelang melalui penyerahan secara

78 Mariam, Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Op.cit, hal. 174.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

sukarela oleh debitur, agar dana hasil pencairan dari penjualan agunan tersebut

dapat segera dimanfaatkan oleh bank. Ketentuan seperti ini adalah salah satu

upaya untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi bank yang memiliki kredit

macet.79

Praktek pelaksanaan AYDA dilakukan mengingat terdapatnya berbagai

hambatan atau kendala dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang

merugikan pihak bank sebagai kreditur serta salah satu upaya jangka pendek bank

untuk mengatasi tingginya jumlah kredit macet yang nantinya akan berpengaruh

besar terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri.

Merujuk pada Pasal 1 angka 24 Peraturan Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No 8/21/PBI/2006 tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah disebutkan mengenai pengertian AYDA yakni:

“…Aktiva yang diperoleh bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.”

Jadi yang dimaksud dengan AYDA adalah suatu aktiva yang diperoleh bank baik

melalui pelelangan maupun di luar lelang dari pemilik agunan karena pemilik

agunan/ debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya.

Pada mulanya penyelesaian kredit melalui cara jual beli barang agunan

diluar lelang adalah tidak diperkenankan oleh undang-undang. Hal ini dapat

dilihat dari ketetentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

perbankan yang menyebutkan:

“…Usaha Bank Umum meliputi: membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.”

Ketentuan diatas menetapkan pembelian agunan debitur baik semua maupun

sebagian hanya melalui pelelangan, sehingga pembelian diluar lelang tidak

79 Bachtiar, Sibarani,Op.cit, hal. 48.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dimungkinkan. Namun, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah

menghapus ketentuan Pasal 6 k Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan tersebut. Pada pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

telah diatur adanya kemungkinan mengenai pembelian agunan oleh bank di luar

pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan, yang

menyebutkan sebagai berikut:

“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan sepenuhnya.”

Ketentuan Pasal 12 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

tersebut diatas, memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi bank dan debitur

dalam mengusahakan penyelesaian kredit macet diantara mereka melalui

pembelian diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik

agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan.

Pembelian agunan oleh bank baik melalui lelang maupun di luar pelelangan

dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat menyelesaikan kewajiban nasabah

debiturnya. Berdasarkan penjelasan dari Pasal 12 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan disebutkan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki agunan

yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali agar hasil penjualan

agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank dalam jangka waktu selambat-

lambatnya satu tahun.

Pasal 1468 KUHPerdata menentukan para hakim, jaksa, panitera, advokat,

pengacara, jurusita dan notaris tidak diperbolehkan karena penyerahan menjadi

pemilik hak-hak dan tuntutan-tuntutan yang menjadi pokok perkara yang sedang

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

bergantung pada pengadilan negeri yang dalam wilayahnya mereka melakukan

pekerjaan mereka atas ancaman kebatalan serta penggantian baiya rugi dan bunga.

Ketentuan umum dalam pasal 32 KMK No 557/KMK.01/1999 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang telah menentukan bahwa pejabat lelang, penjual,

hakim, jaksa, panitera, juru sita, pengacara/ advokat, notaries, PPAT dan penilai

yang terkait dengan pelaksanaan lelang dilarang menjadi pembeli. Dengan adanya

ketentuan ini penjual atau pemohon lelang seperti bank, pada dasarnya tidak

diperkenankan menjadi pembeli lelang.

Namun, menyimpang dari ketentuan umum tersebut, dalam pasal 12 A

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menentukan bank umum dapat membeli

sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan.

Kemungkinan bank melakukan pembelian aset debitur (pelaksanaan AYDA)

sebagai upaya penyelesaian kredit macet pada bank juga dapat kita jumpai pada

penjelasan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan. Dimana dijelaskan bahwa pemegang Hak Tanggungan dilarang

untuk secara serta merta menjadi pemilik objek Hak Tanggungan karena debitur

cidera janji. Namun demikian tidaklah dilarang bagi pemegang hak Tanggungan

untuk menjadi pembeli objek Hak Tanggungan asalkan melalui prosedur sebagai

berikut:

1. Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan:

a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum dengan

hak mendahulu dari pada kreditur-kreditur lainnya serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

b. Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan

2. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan

obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika dengan

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua

pihak.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Ketentuan penjelasan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan tersebut diatas senada dengan apa yang diatur dalam Pasal 12 A

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang memungkinkan pembelian agunan

oleh bank untuk sebagian atau seluruhnya, baik melalui pelelangan umum maupun

diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara suka rela oleh pemilik agunan.

Seperti yang telah diuraikan diatas Agunan Yang Diambil Alih (AYDA)

adalah agunan/ aset debitur lainnya yang diambil-alih oleh bank melalui

pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh

pemilik agunan dalam hal debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada

bank. Sesuai dengan PBI nomor 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 yang telah

diperbaharui dengan PBI nomor 14/15/PBI/2012, maka:

1. Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki

antara lain dengan cara memasarkan dan menjual kembali barang sitaan.

2. Bank wajib mendokumentasikan upaya penyelesaian AYDA sebagaimana

dimaksud pada poin diatas.

3. Tunggakan bunga yang diselesaikan dengan AYDA tidak dapat diakui

sebagai pendapatan sampai dengan adanya realisasi (penjualan) AYDA.

Setiap Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) ditetapkan memiliki kualitas

macet dan harus dicadangkan 100% sejak pertama kali diperoleh. Pencadangan

yang dibentuk berdasarkan Net Realizable Value dari AYDA tersebut. NRV

adalah nilai AYDA dikurangi dengan perkiraan biaya pelepasan (termasuk biaya

iklan, jasa perantara/broker, akte jual beli, dan pajak).

2.5 Pelaksanaan Pengambilalihan Aset Debitur (AYDA) oleh Bank Sebagai

Salah Satu Upaya Penyelesaian Kredit Macet

Dalam kenyataan sehari-hari kredit bermasalah telah menjadi bagian dalam

dari kehidupan bisnis bank. Karena berbagai macam sebab debitur tidak atau tidak

mampu membayar bunga dan/atau melunasi kredit yang mereka pinjam. Dalam

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dunia perbankan internasional kredit dapat dikategorikan sebagai kredit

bermasalah apabila:80

1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/ atau kredit induk, lebih dari

90 hari semenjak tanggal jatuh tempo,

2. Kredit yang terutang tidak dilunasi sama sekali

3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan

bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.

Tiga dampak negatif kredit bermasalah yang berpengaruh terhadap kesehatan

bank umum adalah sebagai berikut:81

1. Menurunkan Profitibilitas Usaha

Kredit bermasalah merupakan harta operasional bank yang tidak produktif.

Apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerugian yang

besar. Akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank sehingga citra

kesehatan operasi bank di mata masyarakat, dunia perbankan dan dimata

bank sentral dapat menurun.

2. Menambah beban biaya operasional

Bank sentral mengkategorikan kredit bermasalah sebagai aktiva produktif

bank yang diragukan kolektibilitasnya. Untuk menjaga agar para deposan

bank tidak ikut merugi karena aktiva itu tidak dapat ditagih lagi, Bank

Sentral mewajibkan bank-bank di negaranya menyediakan cadangan

penghapusan kredit bermasalah.

Semakin besar jumlah kredit bermasalah yang dimiliki bank akan semakin

besar pula cadangan penghapusan permasalahan yang harus disediakan

bank.

Konsekuensi semakin besar jumlah cadangan penghapusan yang harus

disediakan bank, akan semakin besar pula biaya yang harus mereka

tanggung untuk mengadakan dana penghapusan itu. Disamping itu

menangani kredit bermasalah membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang

80 Siswanto, Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta; PT. Damar Mulia Pustaka, 2000), hal. 181.

81 Ibid, hal. 184-186.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

cukup besar, karena pekerjaan itu sering memakan waktu yang cukup

lama.

3. Menurunkan persentase capital adequacy ratio

Seperti yang terjadi pada setiap jenis perusahaan, kerugian akan

mengurangi jumlah modal sendiri. Hanya saja pada bank umum kerugian

itu akan membawa dampak yang lain, yaitu menurunkan persentase

capital adequacy ratio (CAR). Apabila CAR turun sampai dibawah

ketentuan pemerintah banj yang bersangkutan harus menambah dana cair

untuk menaikan modal sendiri mereka. Bilamana hal tersebut tidak dapat

dilakukan peringkat kesehatan bank akan menurun.

Apabila bank memutuskan portofolio kredit atau portofolio kredit tertentu

dinyatakan menjadi kredit bermasalah, maka portofolio kredit tersebut harus

ditangani secara khusus. Keputusan pertama yang harus segera diambil adalah

menentukan siapa yang akan ditugaskan menangani kasus tersebut diatas

selanjutnya. Hingga saat ini terdapat dua pendapat yang berbeda tentang

penanganan kredit bermasalah.82

Pendapat pertama menyatakan (khususnya untuk kredit skala kecil)

penanganannya diserahkan kepada account officer yang sejak semula menangani

kredit yang bersangkutan. Pendapat lain menyatakan penanganan kredit

bermasalah harus diserahkan kepada team khusus yang mempunyai keahlian dan

pengalaman dalam hal itu.

Alasan utama mengapa kredit bermasalah perlu ditangani team khusus adalah

karena kualifikasi yang diperlukan petugas untuk menangani kasus kredit

bermasalah berbeda dengan yang diperlukan untuk menangani kredit biasa.

Disamping itu mereka dapat memenuhi syarat-syarat berikut:83

1. Menguasai ketentuan penyaluran kredit yang digariskan dalam

kebijaksanaan kredit bank yang bersangkutan

82 Ibid, hal. 190.

83 Ibid, hal. 190

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2. Berpengalaman dalam bidang perkreditan

3. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat

4. Mempunyai daya analisis yang tajam

5. Memiliki kemampuan bernegosiasi yang tinggi

6. Mempunyai kemampuan manajemen.

Upaya penyelamatan kredit dilakukan bilamana bank melihat masih ada

kemungkinan memperbaiki kondisi usaha dan keuangan debitur. Disamping itu

nilai harta jaminan kredit yang dikuasai bank lebih besar dibandingkan dengan

jumlah kredit yang diberikan, serta mudah dicairkan tanpa harus menurunkan

harganya secara besar-besaran.

Apabila karena berbagai macam sebab upaya penyelamatan kredit tidak dapat

atau tidak berhasil dilakukan, bank harus segera menarik kembali kredit. Upaya

menarik kembali kredit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu;84

1. Penagihan langsung

Penagihan langsung kepada debitur dapat dilakukan bilamana bank yakin

bahwa perusahaan debitur masih dapat berjalan atau bilamana harta

jaminan yang dikuasai bank secara yuridis telah diikat secara sempurna,

mudah dicairkan dan tinggi nilainya.

Dengan cara ini bank mengirimkan surat penagihan resmi, bilamana perlu

diikuti beberapa surat peringatan. Dalam surat penagihan tersebut dengan

tegas dan jelas bank meminta, dalam batas waktu yang ditentukan debitur

melunasi kredit induk dan bunga tertunggak. Apabila debitur tidak

memenuhi tagihan tersebut, bank wajib segera menutup rekening koran

debitur.

2. Menagih kredit kepada penjamin kredit

Dalam hal kredit dijamin pihak ketiga, apabila debitur tidak mampu atau

tidak bersedia melunasinya bank dapat menagihkan kredit tersebut kepada

penjamin kredit.

84 Ibid, hal. 199-201.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Jumlah pinjaman yang ditagihkan kepada penjamin dapat meliputi seluruh

tunggakan kredit dan bunga atau hanya saldo tunggakan kredit sesuai

dengan isi perjanjian penjaminan kredit.

3. Bekerja sama dengan kreditur lain

Kredit skala menengah dan besar seringkali diberikan secara sindikasi oleh

beberapa bank. Apabila kredit macet biasanya penagihannya dialkukan

secara bersama oleh para kreditur.

Manfaat yang diperoleh para kreditur untuk menagih kredit bersama-sama

adalah memperkuat posisi tawar menawar mereka dihadapan debitur.

Disamping itu mereka juga dapat mengurangi biaya penanganan kredit

bermasalah dibandingkan bilamana mereka melakukan penagihan itu

sendirian.

Dalam pelaksanaan penagihan kredit secara bersama-sama salah seorang

kreditur ditunjuk menjadi kuasa atau trustee, yang mewakili sindikasi

kreditur melakukan negosiasi dengan debitur.

4. Menjual harta jaminan

Dalam Pasal 1178 KUHPerdata disebutkan apabila debitur tidak

membayar kredit dan bunga yang terutang kreditur dapat mempergunakan

hak parate eksekusi.

Parate eksekusi adalah hak menjual harta jaminan yang telah diikat tanpa

sita jaminan dan persetujuan pengadilan terlebih dahulu. Hasil penjualan

jaminan digunakan untuk melunasi kredit dan bungan yang tertunggak.

Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal

12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit yang telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/2000 disebutkan bahwa salah satu upaya

penyelesaian kredit macet pada bank adalah dengan dilakukannya

pengambilalihan aset debitur atau yang dikenal dengan sebutan Agunan Yang

Diambilalih (AYDA)

Ketentuan Bab I ketentuan umum, khususnya Pasal 1 angka 24 Peraturan

Bank Indonesia No 9/9/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan AYDA adalah:

“…aktiva yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank”

Berdasarkan ketentuan Pasal diatas maka pelaksanaan AYDA oleh bank dapat

dilakukan melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan

suka rela oleh pemilik agunan.

Pelaksanaan AYDA melalui pelelangan dapat kita temui dalam ketentuan

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang

menyatakan bahwa apabila debitur cidera janji, maka pemegang Hak Tanggungan

pertama dalam hal ini adalah bank, mempunyai hak untuk menjual objek Hak

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Selain itu bank

sebagai pemegang Hak Tanggungan juga dimungkinkan untuk menjadi pembeli

objek Hak Tanggungan dalam hal dilakukannya lelang atas agunan apabila debitur

cidera janji.

Selanjutnya pelaksanaan AYDA oleh bank diluar pelelangan dilakukan

melalui cara mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya

kepada bank sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambilalih. Debitur

menyerahkan barang agunan kepada bank sebagai pembayaran hutangnya. Hal ini

mirip dengan apa yang disebut dengan inbetaling geving sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 1389 KUHPerdata.85 Pada inbetaling giving ada

pembayaran, dengan adanya pembayaran maka perikatan yang ada dalam hali ini

adalah perjanjian kredit menjadi hapus. Kompensasi atau perjumpaan hutang

adalah salah satu cara hapusnya perikatan yang diatur dalam Pasal 1381

KUHPerdata.

85 Tahir, Kamil, Peran Notaris dalam Penyelesaian Kredit Macet Perbankan,(Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Program Studi Ilmu HUkum Universitas Indonesia, 2002), hal. 119.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Istilah perjumpaan atau kompensasi utang menunjuk pada suatu keadaan

dimana dua orang saling memiliki kewajiban atau utang satu terhadap yang

lainnya. Oleh undang-undang ditetapkan bahwa bagi kedua belah pihak yang

saling berkewajiban atau berutang tersebut, terjadilah penghapusan utang-utang

mereka satu terhadap yang lainnya, dengan cara memperjumpakan utang pihak

yang satu dengan utang pihak yang lain (Pasal 1425 KUHPerdata). Ketentuan ini

mensyaratkan adanya tiga hal bagi perjumpaan utang:86

1. Kedua kewajiban atau utang yang diperjumpakan tersebut haruslah utang

yang telah ada pada waktu perjumpaan serta telah jatuh tempo dan dapat

ditagih serta dapat dihitung besarnya (processueel liquid)

2. Kewajiban atau utang tersebut ada secara bertimbal balik antara dua pihak,

yang satu merupakan debitur sekaligus kreditur terhadap yang lainnya.

Jadi harus ada dua pihak (misalnya A dan B) yang saling berutang secara

timbal balik berdasarkan dua perjanjian yang berlainan. Berdasarkan

perjanjian yang satu si A berstatus sebagai debitur terhadap si B sedangkan

pada perjanjian yang lain, si B berstatus sebagai debitur terhadap si A.

3. Kewajiban atau utang yang diperjumpakan tersebut haruslah utang dengan

wujud prestasi yang sama, atau obyek yang sama, atau jumlah uang yang

sama.

Perjumpaan utang tidak memperhatikan sumber lahirnya (tidak perlu

mempunyai causa yang sama). Dengan demikian berarti perjumpaan utang dapat

terjadi, baik pada perikatan yang lahir dari undang-undang maupun yang lahir dari

perjanjian. Bahkan lebih jauh lagi perjumpaan utang tidak memperhatikan apakah

terhadap perikatan (yang lahir dari perjanjian) yang diperjumpakan membawa

serta hak-hak istimewa yang melekat padanya. Selama dan sepanjang ketiga

syarat tersebut terpenuhi, maka kedua atau lebih utang atau perikatan yang

diperjumpakan tersebut hapus demi hukum.

Dalam hal perikatan yang diperjumpakan keduanya bersumber dari perjanjian,

maka perikatan yang diperjumpakan tersebut haruslah bersumber dari dua

86 Gunawan, Widjaja dan Kartini Muljadi, Op.cit, hal. 103-104.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

perjanjian yang berbeda. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari perjanjian

bertimbal balik, dimana masing-masing pihak dalam perjanjian diwajibkan untuk

memenuhi perikatan atau kewajibannya, yang bersumber dari perjanjian tersebut,

secara bertimbal balik.

Pengertian utang dengan jumlah uang yang sama bukan berarti bahwa kedua

tagihan yang dikompensir harus sama besarnya. Namun yang dapat dikompensir

adalah sampai jumlah yang terkecil di antara kedua tagihan timbal balik

tersebut.87

Pasal 1429 KUHPerdata memberikan pembatasan atau limitasi perjumpaan utang,

yaitu:88

1. Dalam hal salah satu pihak memiliki kewajiban yang bersumber dari

perbuatan melawan hukum dalam bentuk tuntutan pengembalian suatu

barang yang secara berlawanan dengan hukum, dirampas dari pemiliknya.

2. Dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi adalah pengembalian atas suatu

barang yang dititipkan atau dipinjamkan

3. Tuntutan terhadap suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah

yang telah dinyatakan tak dapat disita.

Terjadinya kompensasi dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur oleh

bank yakni dengan cara bank mengambilalih agunan kredit yang nilai jaminan

tersebut dikompensasikan atau diperjumpakan dengan jumlah kredit sebesar nilai

agunan yang diambil. Dengan kata lain agunan kredit yang diambilalih oleh bank

dibayar dengan menggunakan kredit yang tertunggak. Sehingga dengan demikian

agunan kredit menjadi milik bank dan hutang debitur dinyatakan lunas.89

Untuk melakukan pengambilalihan atau kompensasi atas jaminan kredit

diperlukan syarat-syarat atau kriteria agar nantinya dalam waktu satu tahun

87 Ibid, hal. 114.

88 Ibid, hal. 114-115.

89 Sutarno, Op.cit, hal. 270.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

agunan yang diambilalih segera dapat dijual kembali sehingga menjadi aktiva

produktif kembali. Syarat-syarat atau criteria yang diperlukan antara lain:90

a. Agunan yang akan diambilalih atau dikompensasikan dengan

tunggakan kredit tersebut harus marketable dan strategis sehingga

sewaktu-waktu bank dengan mudah untuk menjual kembali atau

dikerjasamakan dengan pihak lain.

b. Dokumen atau surat-surat benda yang menjadi agunan tersebut

lengkap dan sah menurut hukum

c. Nilai agunan yang diambilalih lebih besar dari tunggakan kredit yang

dikompensasikan.

Berkaitan dengan pengambilalihan asset debitur oleh bank, mengakibatkan

agunan telah menjadi milik atau aktiva tetap bank. Maka dalam batas waktu

tertentu bank harus segera menjual kembali kepada masyarakat untuk

mendapatkan aktiva yang lebih produktif. Penguasaan agunan sebagai aktiva tetap

bank yang terlalu lama tidak memberikan keuntungan bagi bank, sehingga

undang-undang perbankan mengharuskan agar agunan yang telah diambilalih

bank tersebut segera dicairkan/ dijual kembali dalam waktu selambat-lambatnya 1

(satu) tahun sejak tanggal pengambilalihan.

Tujuan dilakukannya penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan asset

debitur (AYDA) adalah:

1. Untuk menekan jumlah kredit macet (Non Performing loan) pada suatu

bank

2. Untuk mempercepat dan mempermudah proses penyelesaian kredit, karena

hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan debitur

3. Untuk mengantisipasi segala akibat yang timbul dalam waktu dekat akibat

jumlah kredit macet yang semakin meningkat.

Pemilihan penyelesaian kredit macet melalui AYDA dilakukan berdasarkan

penyelesaian yang dianggap terbaik bagi Bank, dalam arti memperkecil risiko

90 Sutarno, Op.cit,hal. 271.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kerugian bank dan/ atau mengoptimalkan manfaat dan/ atau keuntungan dengan

mempertimbangkan syarat-syarat dan kondisi masing-masing kemungkinan

penyelesaian (mempercepat penyelesaian kredit bermasalah/ memperoleh

recovery yang optimal).

Sebelum bank melakukan AYDA tentunya bank telah melakukan tindakan-

tindakan pengamanan untuk mencegah semakin merosotnya kualitas kredit

debitur dan untuk meminimalkan kerugian bagi bank yang mungkin akan timbul,

maka perlu dilakukan tindakan pengaman untuk masing-masing jenis klasifikasi

kredit antara lain sebagai berikut:91

1. Kredit Dengan Perhatian Khusus/ Special Mention

Tindakan yang dilakukan untuk klasifikasi kredit ini adalah:

a. Debitur diberitahu baik secara lisan maupun tertulis untuk segera

melunasi tunggakan-tunggakannya

b. Pengikatan kredit dan agunan dicek dan disempurnakan

c. Melakukan pengecekan terhadap seluruh aktivitas keuangan yang ada

di bank

d. Melakukan kunjungan berkala setiap 3 (tiga) bulan guna monitoring

aktivitas usaha debitur dan update perihal debitur

2. Kredit Kurang Lancar

Tindakan pengaman yang dilakukan untuk klasifikasi kredit kurang lancar

yakni:

a. Debitur tidak diperkenankan untuk melakukan penarikan-penarikan

baru

b. Mengadakan pembahasan dengan debitur mengenai kesulitan yang

dihadapi dalam usahanya untuk menajajaki kemungkinan

penyelamatan kreditur, misalnya dengan jalan rescheduling.

Reconditioning atau restructuring

91 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank

Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

c. Meningkatkan pengamanan fisik agunan termasuk pemeriksaan on the

spot fisik agunan serta pemeriksaan ulang atas kelengkapan dan

kebenaran dokumen-dokumen pengikatan kredit dan agunan.

d. Melakukan kunjungan secara berkala setiap bulannya dan

melaporkannya dalam bentuk “Classified Loan Report”

3. Kredit Diragukan/ Macet

Tindakan yang diambil dalam klasifikasi kredit diragukan/ macet yakni;

a. Melakukan tindakan pengamanan untuk kredit kurang lancar seperti

terebut diatas.

b. Memanggil, menemui debitur kembali dan menawarkan kesempatan

untuk menyelesaikan kewajibannya secara baik-baik sebelum kasusnya

diserahkan ke Pengadilan Negeri.

c. Tetap melakukan kunjungan secara berkala setiap bulan untuk kredit

klasifikasi Diragukan dan setiap 6 (enam) bulan untuk kredit

klasifikasi Macet dan melaporkan hasil kunjungan tersebut dalam

bentuk “Classified Loan Report”.

Proses pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan asset

debitur/ Asset Settlement (AYDA) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:92

Asset Settlement dapat dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

92 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank

Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Sumber: PT. Bank Internasioanl Indonesia, Tbk

1. Penyerahan sukarela oleh debitur, dilakukan dengan membuat perjanjian

penyerahan asset/ penyelesaian kredit, Akta Jual Beli atau Perjanjian

Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Jual

2. Lelang Hak Tanggungan via KPKNL/ Kantor Lelang Negara melalui

Risalah Lelang

3. Pengambilalihan melalui proses hukum/ litigasi/ lelang eksekusi via

Pengadilan Negeri melalui Risalah Lelang.

Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin baik melalui eksekusi

maupun kompensasi harus dilakukan atas nama bank yang bersangkutan.

Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin melalui eksekusi dapat

dilakukan langsung atas nama bank atau dengan menggunakan akta de command

(Surat Pernyataan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain) dan

setelah lewat 1 (satu) tahun harus dilakukan balik nama kepada bank tersebut.

Pasal 31 KMK Nomor 557/KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Lelang menyatakan bahwa:

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. Dalam hal pembeli bertindak untuk orang lain atau badan harus disertai

dengan surat kuasa

2. Bank sebagai kreditur dapat membeli agunannya melalui lelang, dengan

menyatakan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain yang

akan ditunjuk kemudian

3. Pembelian agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai

dengan akta notaris.

Dalam ilmu hukum, akta notaris yang memuat keterangan untuk siapa seseorang

melakukan pembelian dikenal dengan acte de command.

Pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin melalui perbuatan

hukum kompensasi tanpa menggunakan Akta Jual Beli (AJB) kepada bank, dapat

pula dilakukan dengan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Akta

Kuasa Menjual dimana jika dalam waktu 1 (satu) tahun agunan belum juga terjual

maka harus dilakukan balik nama kepada bank yang bersangkutan. Biaya notaris

untuk pengalihan tersebut dibayar oleh pihak bank.

Pengambilalihan AYDA dengan menggunakan akta de command (Surat

Pernyataan bahwa pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain) maupun

kompensasi tanpa menggunakan AJB kepada bank dapat dilakukan sepanjang ada

keyakinan bahwa tidak ada risiko sita jaminan dari pihak lain ataupun hal lain

yang akan menyulitkan/menghambat pengalihan AYDA ke atas nama bank/pihak

lain.

Dalam pelaksanaan pengambilalihan asset debitur (AYDA) perlu diketahui

mengenai prosedur dan syarat yang harus ditempuh dalam penyelesaian kredit

macet melalui pengambilalihan asset debitur (AYDA) adalah:93

1. Pemenuhan pembayaran pajak

a. PPH dibayar oleh pihak yang mengalihkan asset (debitur) sebelum

adanya proses pengalihan tersebut.

93 Arie S. Hutagalung. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Tanah. Op. Cit. halaman 319-321.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

b. Bea Perolehan Tanah dan Bangunan (BPHTB)

c. Pelunasan PBB sampai saat dialihkannya asset tanah

Hal ini penting diperhatikan karena walaupun secara yuridis hak atas tanah

belum beralih akan tetapi hak dan kepentingan atas tanah dan/atau

bangunan di atasnya telah beralih.

2. Pemenuhan syarat-syarat yang berkaitan dengan obyek yang dialihkan

a. Status tanah, hal ini sangat mempengaruhi proses pengambilalihan

asset, apakah status tanah yang diambilalih berupa tanah negara dan

tanah hak yaitu hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak

pakai dan tanah hak milik atas satuan rumah susun.

b. Lokasi tanah, hal ini perlu diketahui karena adanya tanah yang

berlokasi di kawasan tertentu dan hanya dapat dialihkan oleh pihak-

pihak tertentu saja, seperti kawasan industry, kawasan pariwisata dan

sebagainya.

c. Peruntukan tanah, yakni untuk tanah pertanian termasuk perkebunan

dan untuk tanah non pertanian. Khusus untuk tanah perkebunan,

peralihannya harus dilakukan dihadapan PPAT khusus.

d. Perlu atau tidaknya surat penghapusan hak tanggungan (roya)

e. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)/ Pengecekan status tanah

pada asli buku tanah.

f. Perlu tidaknya izin peralihan hak atas tanah dan pihak yang berwenang

g. Izin-izin yang berkaitan dengan peruntukan dan penggunaan tanah.

h. Ada tidaknya sengketa atas tanah. Hal ini dapat diketahui dengan

melakukan pengecekan di pengadilan yang mempunyai yuridiksi atas

lokasi tanah atau domisili hukum dan debitur.

3. Pemenuhan syarat subyeknya, perlu diperhatiakn hal sebagai berikut:

a. Untuk pemegang hak atas tanah individu, harus diobservasi perlu

tidaknya persetujuan istri/suami dan juga melihat pada status

pasangannya. Jangan sampai pengambilalihan asset menimbulkan

berlaku Pasal 21 ayat (1) UUPA yang dapat mengakibatkan perubahan

Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan/ Hak Guna Usaha/ Hak Pakai.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

b. Untuk pemegang hak atas tanah yang berbentuk Badan Hukum

Indonesia harus diobservasi perlu tidaknya persetujuan RUPS atau

Dewan Komisaris/Direksi.

2.5.1 Kebijakan Pengelolaan AYDA

a. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melakukan pengelolaan

AYDA yang mencakup tanggung jawab pengadministrasian dan perawatan

AYDA.

b. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melakukan pengosongan

setelah agunan diambilalih menjadi AYDA

c. Cabang atau UBKK atau KKK bertanggung jawab melaksanakan upaya-upaya

penyelesaian atas AYDA yang bermasalah dan penjualan AYDA.

d. Cabang atau UBKK atau KKK berkewajiban untuk menjual AYDA antara

lain melalui jual sendiri/ agen properti/ lelang sukarela paling lama 1 (satu)

tahun sejak agunan diambil alih.

e. Apabila dalam waktu 1 (satu) tahun sejak diambil alih, AYDA belum terjual,

maka jika dipandang perlu, Direksi dengan rekomendasi dari BPK dapat

menentukan harga dan cara penjualan yang dipandang terbaik bagi perusahaan

agar AYDA dapat segera terjual.

Direksi yang berwenang untuk memutuskan harga dan cara penjualan tersebut di

atas harus mempertimbangkan nilai buku AYDA dan besarnya nilai kerugian

Larangan penjualan AYDA yang dimiliki oleh bank kepada pihak-pihak yang

memenuhi salah satu criteria berikut ini:

a. Pejabat dan staf yang terlibat dalam persetujuan pemberian kredit maupun

pengambilalihan AYDA

b. Pejabat dan staf yangterlibat dalam keputusan penjualan AYDA

c. Staf bank yang terlibat dalam tugas pengelolaan AYDA

d. Suami/istri/orang tua/mertua/anak/saudara kanudng dari salah satu huru a

sampai dengan nomor c di atas.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Penjualan AYDA kepada eks debitur atau eks pemilik agunan sedapat

mungkin dihindari. Apabila akan dilakukan, maka penjualan AYDA tersebut

harus diputuskan oleh Direksi dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dengan nilai buku AYDA ≤Rp1 M diputuskan oleh Direktur yang

membawahi bidang bisnis terkait setelah mendapatkan opini dari Direktur

yang membidangi Analisa Risiko Kredit (DMR).

2. Dengan nilai buku AYDA >Rp1 M diputuskan oleh Direksi berdasarkan

besarnya kerugian yang timbul

3. TPKK bertangggung jawab melakukan monitoring atas pengelolaan AYDA di

cabang-cabang serta memberikan arahan strategi dalam penjualan AYDA.

4. TPKK bertanggung jawab mengkoordinasikan pembuatan laporan yang

berkaitan dengan AYDA.

5. Setiap tahun TPKK atau UBKK membuat rencana kerja dan target penjualan

AYDA

6. Setiap tahun BPK menyusun rekapitulasi target penjualan AYDA secara

Nasional berdasarkan masukan dari TPKK maupun UBKK.

7. BPK bertanggung jawab melakukan monitoring pelaksanaan kebijakan dan

penjualan AYDA secara nasional.

Pada bank-bank pemerintah umumnya penyelesaian kredit macet melalui

pelaksanaan pengambilalihan asset debitur (AYDA) sangat jarang dilakukan. Hal

ini dikarenakan pada bank pemerintah akan menemui kesulitan dalam menjual

kembali agunan yang telah dibeli baik melalui lelang maupun melalui penyerahan

secara sukarela dari pemilik agunan. Sebab agunan yang telah dibeli kelak akan

menjadi asset negara yang memerlukan persetujuan Menteri Keuangan jika

hendak dihapus atau dicairkan.94

Karena telah menjadi kekayaan negara, penjualan kembali agunan bagi bank

pemerintah harus dengan persetujuan Menteri keuangan dan pada prinsipnya

harus dilakukan melalui penjualan di depan umum atau pelelangan. Namun, tidak

94 Bachtiar, Sibarani, Pembelian dan Penjualan Agunan Oleh Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet, (Bandung: Suara Pembaharuan, 2001), hal. 48.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

tertutup kemungkinan atas izin Menteri Keuangan dapat saja dilakukan penjualan

aset negara secara di bawah tangan.

Dengan alasan itu dan untuk efisiensi, maka telah dicari upaya pencairan

agunan yang tidak harus balik nama kepemilikan kepada bank.95 Pasal 110

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3/1997

tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 24/1997 tentang

Pendaftaran Tanah menentukan:96

1. Atas permintaan bank pemerintah peralihan hak atas tanah atau hak atas

satuan rumah susun yang dimenangkan oleh bank tersebut melalui lelang

dalam rangka pelunasan kreditnya dapat didaftarkan langsung atas nama

pembeli akhir yang ditunjuk oleh bank tersebut, dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Di dalam risalah lelang dicantumkan bahwa dalam pembelian lelang

itu bank bertindak untuk pembeli yang belum disebut namanya.

b. Nama pembeli serta identitasnya kemudian dinyatakan di dalam surat

pernyataan oleh atau atas nama direksi bank yang bersangkutan.

2. Permohonan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus diajukan oleh pembeli yang ditunjuk bank selambat-lambatnya

(1) satu tahun terhitung dari tanggal pelaksanaan lelang yang bersangkutan

3. Apabila ketentuan pada ayat (2) dilanggar maka pendaftaran peralihan hak

kepada pembeli yang ditunjuk oleh bank hanya dapat dilakukan

berdasarkan akta jual beli bank dan pembeli tersebut sesudah dilakukan

pendaftaran peralihan hak atas nama bank yang bersangkutan berdasarkan

risalah lelang.

Pada salah satu bank pemerintah di daerah Jakarta, pengambilalihan asset

debitur bukan merupakan salah satu pilihan yang ditempuh dalam menyelesaikan

95 Ibid, hal. 48.

96Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 110.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kredit macet.97 Proses pelaksanaan AYDA dirasa cukup merepotkan dan

memakan waktu yang panjang. Keputusan untuk melakukan AYDA harus dengan

izin dari direksi, dimana sebelumnya Group Kredit melakukan pendataan terhadap

kredit-kredit macet dan mengajukan asset-asset yang akan diproses untuk

diambilalih kebagian Quality Insurance.

Selanjutnya pada bagian Quality Insurance yang akan menentukan apakah

pelaksanaan pengambilalihan dapat dilaksanakan atau sebaliknya, untuk

kemudian dilaporkan kepada direksi. Proses pelaksanaan AYDA harus mendapat

izin dari Direksi kemudian Rapat Umum Pemegang Saham dan selanjutnya izin

dari Gubernur (mengingat status bank yang merupakan bank pemerintah daerah).

Jika disetujui maka pelaksanaan AYDA akan dilaksanakan dalam

menyelesaikan kredit macet. Namun, pada kenyataannya bank belum pernah

melakukan AYDA dikarenakan berbagai faktor seperti proses AYDA memakan

waktu dan biaya terkait pemiliharaan asset sebelum dilakukan pencairan kembali

oleh bank kepada pihak lain, risiko terjadinya penyusutan terhadap asset yang

diambilalih berupa benda bergerak, dan juga mengenai ketentuan Pasal 12A UU

Perbankan yang mengharuskan bank mencairkan kembali asset yang diambilalih

dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, mengingat penjualan terhadap asset yang

diambilalih oleh bank tidaklah mudah khususnya asset yang berupa benda tidak

bergerak seperti tanah dan bangunan yang ada diatasnya.

Berdasarkan pada uraian diatas, kelemahan atau kesulitan dalam

menyelesaikan kredit macet melalui pelaksanaan AYDA yaitu:98

1. Untuk membuat alas hak yang berupa akta jual beli agunan antara kreditur

(pembeli) dengan debitur (penjual) memerlukan biaya seperti pajak jual

beli, biaya akta dan biaya balik nama sertipikat untuk agunan berbentuk

tanah dan bangunan. Baiaya pajak jual beli tanah cukup besar sehingga

menjadi persoalan siapa yang menanggung biaya pajak ini.

97 Wawancara dengan Ibu Eni Yuniarni, (staf Group Kredit Bank DKI Jakarta), pada tanggal

28 November 2012.

98 Sutamo, Ibid, hal. 272.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

2. Setelah agunan menjadi milik bank yang berarti menjadi asset bank, untuk

menjual kembali asset tersebut sesuai dengan ketentuan anggaran dasar

perusahaan biasanya memerlukan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), untuk memperoleh persetujuan RUPS memerlukan waktu tertentu

karena RUPS tidak setiap saat diselenggarakan.

3. Penentuan undangan-undangan perbankan yang menentukan waktu 1

(satu) tahun untuk segera menjual kembali agunan yang telah diambilalih

terlalu pendek karena untuk menjual kembali agunan seperti tanah dan

bangunan tidak mudah.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, penyelesaian kredit macet bagi

bank pemerintah merupakan kewenangan Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).

Apabila kredit bank pemerintah macet maka berdasarkan Undang-Undang Nomor

49 Prp/1960 tentang PUPN dan peraturan pelaksanaanya, bank yang bersangkutan

diwajibkan menyerahkan pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara

(PUPN)-Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp/1960, PUPN bertugas menyelesaikan

piutang Negara yang telah diserahkan kepadanya oleh instansi pemerintah atau

badan-badan Negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara penyelesaian

masalah kredit macetnya harus dilakukan melalui PUPN, dimana dengan adanya

penyerahan piutang macet kepada badan tersebut secara hukum wewenang

penguasaan atas hak tagih dialihkan kepadanya.

Namun, berdasarkan pada Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tanggal 25

September 2012 dengan Nomor 77/PUU-X/2012 mengenai pengujian Undang-

Undang Nomor 49 Prp/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara terhadap

UUD 1945 memutuskan PUPN tidak lagi berweang menagih piutang Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). PUPN hanya berwenang menagih piutang Negara.

MK berpendapat BUMN merupakan badan usaha yang memiliki kekayaan

terpisah dari keuangan Negara. Oleh karena itu kewenangan pengurusan kekayaan

usaha termasuk penyelesaian utang-piutang BUMN tunduk pada Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Dalam pertimbangan hukum, MK menjelaskan berlakunya Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pengertian piutang Negara

adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 yang menyatakan “Piutang

Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau

hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian

atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

akibta lainnya yang sah”.

Dengan demikian piutang Negara hanyalah piutang Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah, sehingga tidak termasuk piutang badan-badan usaha yang

secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara termasuk dalam hal ini

piutang Bank BUMN (Bank Pemerintah). Sehingga piutang bank-bank BUMN

dapat diselesaikan sendiri oleh manajemen masing-masing Bank BUMN

berdasarkan prinsip-prinsip yang sehat di masing-masing Bank BUMN.99

Berdasarkan pada uraian diatas piutang badan atau BUMN telah dikeluarkan

dari lingkup piutang negara, menurut Darminto Hartono piutang BUMN adalah

piutang perseroan terbatas, sehingga mekanisme penyelesaian dapat diupayakan

dengan restrukturisasi kredit dimana salah satunya dilakukan melalui

pengambilalihan asset debitur (AYDA).100

2.5.2 Peran Notaris dalam Pelaksanaan AYDA

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia

menjalankan suatu peran.

Menurut Heryanto dalam buku yang ditulis Habib Adjie, notaris dalam

menjalankan profesinya harus memerankan 4 (empat) fungsi, yaitu:101

99 Lulu Anjarsari, http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/webmk/index.php?page=web.Berita&id=7534#.UL34J-Rg-GM, diakses pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.49 WIB.

100 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5061a7c18afe5/mk-rombak-aturan-piutang-

bumn. diaksese pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.55 WIB.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. Notaris sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta bagi pihak yang

datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.

2. Notaris sebagai hakim dalam hal menentukan pembagian warisan

3. Notaris sebagai penyuluh hukum dengan memberikan keterangan-

keterangan bagi pihak dalam hal pembuatan akta

4. Notaris sebagai pengusaha yang dengan segala pelayanannya berusaha

mempertahankan klien atau relasinya agar operasionalisasi kantornya tetap

berjalan.

Peran notaris sebagai penyuluh hukum terkait dengan pelaksanaan AYDA

yakni, notaris memberikan keterangan-keterangan bagi pihak yang

berkepentingan dalam hal pembuatan akta-akta otentik. Notaris harus mampu

memberikan pertimbangan hukum bagi para pihak yang datang menghadap

kepadanya terkait pembuatan akta dan memberikan penjelasan mengenai undang-

undang kepada pihak yang bersangkutan.102 Selain itu juga notaris dituntut untuk

dapat melakukan penemuan hukum dalam hal belum adanya pengaturan mengenai

perbuatan hukum dibidang perdata yang hendak dimintakan alat buktinya berupa

akta otentik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah jo PMA/KBPN No 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menetapkan bentuk akta peralihan dan

pemindahan hak atas tanah, tidak mengatur tentang blanko akta yang dikeluarkan

untuk melaksanakan peralihan hak mengenai pembelian sementara barang agunan.

Oleh karena itu dibutuhkan peran notaris untuk membuat akta-akta otentik sebagai

alat bukti terkait pelaksanaan proses pengambilalihan aset/agunan milik debitur

oleh bank.

Kemudian Notaris juga berperan sebagai pejabat yang membuatkan akta-akta

bagi pihak yang datang kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.

Dalam pelaksanaan AYDA akta yang dibuat notaris merupakan akta partij,

dimana akta partij adalah akta yang dibuat oleh para pihak yang berkepentingan

101 Habib, Adjie, Ibid, hal. 4. 102 G.H.S, Lumban Tobing, Ibid, hal 37.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dihadapan notaris. Dalam hal ini notaris berkewajiban menuangkan apa yang

menjadi kehendak para pihak mengenai perbuatan hukum yang mereka lakukan

ke dalam akta otentik.

Untuk mengalihkan suatu benda jaminan milik debitur kepada bank secara

hukum perlu alas hak yang menjadi landasan hukum beralihnya suatu benda.

Bank tidak cukup hanya dengan mengeluarkan surat yang menyatakan telah

mengambilalih agunan kredit. Karena surat yang dikeluarkan bank seperti ini

tidak dapat digunakan untuk mengalihkan agunan menjadi milik bank.

Untuk memperoleh pembuktian tentang telah adanya penyelesaian kredit

macet diantara para pihak yakni melalui pengambilalihan asset debitur oleh bank,

maka dibuatlah suatu alat bukti oleh pejabat yang berwenang untuk itu, dalam hal

ini adalah akta notaris.

Akta adalah tulisan yang sengaja dibuat untuk membuktikan suatu peristiwa

atau hubungan hukum tertentu.103 Pembuktian akan suatu peristiwa atau adanya

hubungan hukum tertentu diperlukan dalam persengketaan atau perkara dimuka

hakim atau pengadilan. Dalam hubungan keperdataan para pihak sengaja

membuat alat bukti berhubungan dengan kemungkinan diperlukannya bukti-bukti

dikemudian hari.

Akta notaris merupakan alat bukti tertulis dimana dalam perkara perdata

merupakan susunan alat bukti yang pertama. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal

1866 KUHPerdata, alat-alat bukti terdiri atas:

1. Bukti tulisan

2. Bukti dengan saksi-saksi

3. Persangkaan-persangkaan

4. Pengakuan

5. Sumpah

103 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata,(Bandung: Alumni, 1992), hal. 403.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Akta otentik merupakan pilihan utama karena akta otentik memberikan

diantara para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak

dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya

sebagaimana diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata.104 Suatu bukti yang sempurna

berartti tidak memerlukan penambahan pembuktian lain, dirinya sendiri sudah

merupakan suatu alat bukti yang cukup dan mengikat, dalam arti apa yang

dituangkan dalam akta tersebut harus dipercaya sebagai kebenaran sampai

dibuktikan sebaliknya.

Dalam mengambilalih diperlukan alas hak yang berupa akta jual beli agunan

antara kreditur sebagai pembeli dan debitur sebagai penjual. Akta jual beli

merupakan alas hak atau alas hukum untuk memindahkan hak milik debitur

berupa agunan kepada kreditur. Bagi agunan barang tidak bergerak berupa tanah

dan bangunan yang melekat diatasnya maka akta jual beli dibuat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) sedangkan bagi agunan yang merupakan barang

bergerak maka akta jual beli dibuat oleh Notaris.

Akta jual beli digunakan sebagai alas hak untuk balik nama sertipikat menjadi

atas nama kreditur jika agunan berupa tanah dan bangunan dan sebagai dasar

penyerahan agunan kepada kreditur jika benda agunan berupa benda bergerak.

Dengan akta jual beli agunan menjadi milik kreditur dan kredit yang

tertunggak menjadi lunas seluruhnya atau sebagian tergantung kesepakatan

kreditur dan debitur. Karena agunan telah menjadi milik atau aktiva tetap bank,

maka dalam batas waktu 1 (satu) tahun bank harus segera menjual kembali kepada

masyarakat untuk mendapatkan aktiva yang lebih produktif.105

Untuk melakukan pengambilalihan atau kompensasi agunan kredit diperlukan

akta-akta untuk kepentingan bank dan debitur yaitu:106

104 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1870.

105 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 12A.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

1. Akta Jual Beli dari debitur atau pemilik agunan kepada bank.

Jika agunan berupa tanah berikut bangunan yang ada diatasnya, maka

dengan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT). Bila agunan berupa barang-barang bergerak seperti mobil, motor

dan benda bergerak lainnya dibuat dengan akta notaris atau akta dibawah

tangan.

Adanya penegasan dalam akta jual atau dengan kwitansi tersendiri bahwa

jual beli barang agunan/ jaminan tersebut dibayar atau dikompensasikan

dengan menggunakan kredit yang tertunggak.

2. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara debitur dengan kreditur atau

kuasanya.

Pada PPBJ proses balik nama atas nama pembeli belum dilaksanakan,

maka penjual memberikan kuasa penuh kepada pembeli untuk melakukan

semua tindakan baik bersifat pengurusan maupun pemilikian atas agunan

yang diambilalih.

Penjual akan membantu pembeli apabila diperlukan dalam proses jual beli

dan balik nama. Penjual dengan ini memberikan kuasa kepada pembeli

untuk selama penjualan tersebut diatas belum dilaksanakan, atas nama

penjual melakukan dan menjelaskan segala hak, kepentingan dan

kekuasaan penjual mengenai asset yang diambilalih tersebut dan untuk

keperluan itu melakukan segala tindakan hukum baik tindakan pengurusan

maupun tindakan pemilikan.

3. Perjanjian Pengosongan antara debitur dan kreditur

Bahwa untuk menyelesaikan kewajibannya, debitur memberikan Surat

Kuasa Untuk Menjual Melepaskan Hak atas agunan yang diambilalih

tersebut kepada pembeli.

Debitur berkewajiban untuk mengosongkan aguanan tersebut dengan

tidak ada yang dikecualikan. Menyerahkan kepada pembeli dan/atau pihak

lain semua kunci atas agunan tersebut.

106 Ni Wayan, Anik Parwati, Penyelesaian Kredit Macet Melalui Pengambilalihan Asset

Debitur (AYDA) Beruapa Tanah dan Bangunan sebagai Alternatif penyelesaian Kredit Macet di Bank Century, Tbk di Jakarta, (Semarang: Program Studi Magister Kenotariatan, Program PascaSarjana Universitas Diponegoro, 2009), hal. 87-91.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Apabila pada tanggal pengosongan debitur belum juga mengosongkan

agunan yang diambilalih tersebut, maka debitur dengan ini memberikan

kuasa kepada pembeli untuk mengosongkan agunan tersebut, apabila perlu

minta bantuan pihak yang berwajib dengan segala biaya ditanggung dan

dibayar oleh pembeli.

4. Surat Kuasa Untuk Menjual/ Melepaskan Hak Para Pihak antara debitur

dan kreditur

Yang diberi kuasa berhak untuk membuat turut menyelesaikan dan

menandatangani Akta Jual Beli, Akta Pelepasan Hak dan/atau peralihan

hak yang diperlukan, menerima uang harga penjualan dan untuk itu

membuat, menandatangani dan menyerahkan kwitansinya dan/atau tanda

pembayarannya.

Menyerahkan segala sesuatu yang dijual/ dilepaskan/ dialihkan haknya

tersebut kepada yang berhak menerimanya, mengajukan permohonan

kepada pihak yang berwajib yang ada hubunganya dengan kepentingan

hak-hak atas agunan yang diambilalih tersebut.

5. Pernyataan dari debitur

Hutang tersebut diselesaikan oleh debitur dan/atau pemilik jaminan

dengan cara penyerahan barang jaminan kepada bank. Kemudian

penyerahan barang jaminan tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan

Pengikatan Jual Beli dan pemberian Kuasa Jual dari debitur dan/atau

pemilik barang jaminan kepada bank.

Setelah dilunasinya seluruh kewajiban/hutang dengan penyerahan tersebut,

pihak yang manyatakan sekaligus debitur masih berhak untuk

menempati/menghuni agunan yang diambilalih tersebut sampai dengan

terjualnya agunan tersebut dan/atau selambat-lambaanya selama 6 (enam)

bulan terhitung sejak tanggal pertanyaan.

6. Perjanjian Penyelesaian Hutang dengan Penyerahan Barang Jaminan

antara debitur dan/atau pemilik jaminan dengan bank.

Perjanjian ini bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban debitur

kepada bank yang timbul berdasarkan akta perjanjian kredit.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Untuk menyelesaikan kewajiban debitur kepada bank, debitur dan/atau

pemilik jaminan menyerahkan kepada bank seluruh jaminan kredit.

Penyerahan barang jaminan dari debitur dan/atau pemilik jaminan kepada

bank ditindaklanjuti dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan

Pemberian Kuasa Jual atas agunan yang diambilalih.

Dengan penyerahan barang jaminan dari debitur dan/atau pemilik jaminan

kepada bank, maka kewajiban atau hutang debitur kepada bank telah

selesai atau lunas.

Berdasarkan pada uraian di atas mengenai akta-akta yang dibuat notaris terkait

pengambilalihan agunan/aset debitur dan/atau penjamin. Perbuatan hukum

kompensasi tanpa menggunakan Akta Jual Beli (AJB) kepada bank, dapat pula

dilakukan dengan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Akta Kuasa

Menjual.

Dalam kenyataannya pengambilalihan AYDA dilakukan melalui Perjanjian

Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Kuasa Jual kepada bank menimbulkan risiko

bagi bank, karena PPJB pada dasarnya belum mengalihkan status kepemilikan

atas jaminan kepada pembeli.

Pasal 1458 KUHPerdata menegaskan bahwa perjanjian jual beli bersifat

konsensuil, berarti perjanjian jual beli tersebut sah dan mempunyai kekuatan

mengikat pada saat tercapai kata sepakat antara penjual dan pembeli mengenai

barang dan harga. Kesepakatan tersebut tetap sebagai jaminan antara penjual dan

pembeli walaupun barang belum diserahkan dan harga belum dibayar.107

Salah satu sifat jual beli yang lain adalah obligatoir, artinya jual beli belum

memindahkan hak milik. Perjanjian Pengikatan Jual Beli baru memberikan hak

dan meletakkan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan kepada si

pembeli hak untuk diserahkannya hak milik atas barang yang dijual.108 Hak milik

107 Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet XIX,

diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 1754 108 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 2005), hal.80.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama

penyerahannya belum dilakukan.

PPJB dibuat karena suatu kondisi tertentu, misalnya pembeli belum melunasi

harga tanah atau sertipikat masih dalama proses di kantor pertanahan. PPJB tanah

timbul karena adanya kesepakatan oleh para pihak, yaitu penjual dan pembeli.

Disamping itu dalam kesepakatan ada obyek yang diperjanjikan juga adanya

sebab yang halal yaitu isi perjanjian itu sendiri, maka PPJB tanah merupakan

bagian dari hukum perjanjian yang bersumber pada hukum perdata

(KUHPerdata). Selain itu pada saat dibuat perjanjian tersebut belum ada

penyerahan hak (pengalihan hak), yang dibuat hanya mengenai kesepakatan

membayar, letak tanah, luas tanah, type bangunan, kewajiban pajak dan jangka

waktu penyerahan.

Perjanjian pengikatan jual beli belum memindahkan hak milik, hak milik baru

berpindah setelah dilakukan penyerahan yakni setelah syarat-syarat terpenuhi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1459 yang menyatakan bahwa hak milik atas barang

yang dijual tidaklah berpindah kepada pembeli selama penyerahannya belum

dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang bersangkutan.

Menurut hukum perjanjian penyerahan merupakan suatu perbuatan yuridis

untuk memindahkan hak milik. Dalam hukum perdata terdapat 3 (tiga) macam

penyerahan yuridis yang masing-masing mempunyai caranya sendiri-sendiri,

yaitu:109

a. Penyerahan barang bergerak

Dilakukan dengan penyerahan yang nyata atau menyerahkan kekuasaan

atas barangnya (Pasal 612 KUHPerdata)

b. Penyerahan barang tidak bergerak

Terjadi dengan pengutipan sebuah “akta transport” dalam register tanah di

depan pegawai balik nama (Ordonansi Balik Nama L.N. 1834-27). Sejak

berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria No 5 Tahun 1960, yakni

dengan cara pembuatan akta jual beli oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah

109 Ibid., hal. 79.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

(PPAT). Hak milik atas tanah juga berpindah pada saat dibuatnya akta

dimuka/ dihadapan PPAT.110

c. Penyerahan piutang atas nama

Dilakukan dengan pembuatan akta yang diberitahukan kepada si berutang

(akta “cessie’ pasal 613)

Untuk jual beli tanah dianut hukum adat, karena berdasarkan Pasal 5 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria disebutkan bahwa

hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat.111

Dalam hukum adat pemindahan hak atas tanah harus memenuhi 3 syarat, yaitu:112

1. bersifat tunai, harga yang disetujui bersama dibayar penuh pada saat

dilakukan jual beli

2. bersifat terang, pemindahan hak dilakukan dihadapan PPAT yang

berwenang

3. bersifat riil atau nyata, setelah penandatanganan akta pemindahan hak,

maka akta tersebut menunjukkan secara nyata dan bukti adanya perbuatan

hukum tersebut.

Selanjutnya bilamana diperhatikan konstruksi kalimat yang digunakan dalam

Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftran Tanah

yang menyebut “perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah harus

dibuktikan dengan akta”. Maka dapat kita simpulkan bahwa perjanjian jual beli

tanah merupakan perjanjian yang konsensuil, karena dipisahkan secara tegas

antara persetujuannya sendiri dengan penyerahannya (levering).

110 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 10. 111 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Pasal 5. 112 Boedi, Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hal. 317.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Hal ini seperti yang disebutkan dalam pasal 616 jo pasal 620 KUHPerdata,

bahwa untuk penyerahan atau penunjukan benda tidak bergerak dilakukan dengan

pengumuman dengan sebuah salinan otentik yang lengkap.113

Dalam sistem dimana perjanjian jual beli yang bersifat obligatoir, maka jika

terjadi suatu barang yang telah dijual, tetapi belum diserahkan, kemudian dijual

lagi untuk kedua kalinya oleh si penjual dan di lever kepada pembeli kedua, maka

barang tadi menjadi miliknya si pembeli kedua ini. Sebagai contoh, jika si A

menjual suatu barang kepada si B dan kemudian menjual lagi (untuk kedua

kalinya) barang tadi kepada si C diikuti dengan penyerahan (levering) barang

tersebut kepada si C, maka barang itu menjadi milik si C.

Pada penjelasan Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan

bahwa pembelian agunan oleh bank dimaksudkan semata-mata agar dapat

mempercepat penyelesaian kewajiban debitur dan bank juga tidak diperbolehkan

untuk memiliki agunan tersebut dan secepatnya agunan tersebut dicairkan/dijual

kembali.

Berdasarkan pada pertimbangan dari penjelasan Pasal 12A Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992

tentang Perbankan tersebut diatas, maka dimungkinkan pelaksanaan

pengambilalihan asset debitur oleh bank melalui perbuatan hukum kompensasi

dengan menggunakan Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Sehingga dengan dibuatnya

PPJB antara bank dan debitur secara hukum telah mengikat kedua belah pihak

untuk menyerahkan suatu kebendaan dan untuk membayar harga yang telah

diperjanjikan.Walaupun pada dasarnya PPJB belum mengalihkan status

kepemilikan atas agunan yang diambilalih kepada bank/pembeli. PPJB dibuat

dengan pertimbangan bahwa bank tidak diperbolehkan untuk memiliki agunan

tersebut dan berkewajiban dalam jangka waktu satu tahun sejak diambilalih

agunan harus segera dicairkan. Sehingga ketika baik bank maupun debitur telah

113 Anastasia, Adha Rizka, Pelaksanaan PPJB dalam Kaitannya dengan Kuasa Mutlak di

Kotamadya Bekasi Tahun 2002 Studi Kasus Yayasan Yanatera, (Depok: Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, 2003), hal. 34.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

menemukan pihak ketiga sebagai pembeli akhir, PPJB akan dilanjutkan dengan

pembuatan AJB baik oleh antara pihak debitur dengan pembeli akhir atau antara

bank dengan pembeli akhir.

Karena hak atas benda yang diambilalih belum beralih kepada pembeli/bank,

maka pihak penjual/debitur dapat menjual kedua kalinya kepada pihak lain

sebagai konsekuensi dari sifat obligatoir dari perjanjian jual beli. Dan apabila

telah dilakukan penyerahan kepada pihak lain dalam hal ini adalah pembeli akhir

maka secara yuridis hak atas benda yang diambilalih telah beralih kepada pihak

pembeli akhir tersebut.

Ketentuan ini senada dengan yang disebutkan dalam Keputusan Menteri

Negara Perumahan Rakyat Nomor 09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan

Jual Beli Rumah, dimana didalam angka VIII yang mengatur mengenai

Pengalihan Hak, disebutkan bahwa:114

a. selama belum dilaksanakannya jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta

Tanah, tanpa persetujuan tertulis dari pihak Penjual, pihak Pembeli

dibenarkan untuk mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan Rumah

kepada pihak ketiga. Demikian pula sebaliknya berlaku bagi Pihak

Penjual.

b. Penjual dapat menyetujui secara tertulis kepada Pembeli untuk

mengalihkan hak atas Tanah dan Bangunan kepada pihak ketiga, apabila

Pembeli bersedia membayar biaya administrasi sebesar 2½ % (dua

setengah persen) dari harga jual pada transaksi yang berlangsung.

Dengan demikian maka PPJB yang telah dibuat sebelumnya oleh para pihak

dapat dibatalkan sebelum dilalaksanakannya AJB antara debitur dengan pembeli

akhir atau antara bank dengan pembeli akhir. PPJB dimungkinkan untuk

dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak atau atas kesepakatan kedua belah

pihak. Dalam Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor

09/KPTS/M/1995 tentang Pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah, dimana didalam

114 Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 09/KPTS/M/1995 tentang pedoman

Pengikatan Jual Beli Rumah, angka VIII Pengalihan Hak.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

angka IX tentang Ketentuan Pembatalan Pengikatan angka 2 huruf (f) disebutkan

bahwa Pengikatan Jual Beli menjadi batal apabila terjadi hal-hal sebagai berikut,

yakni salah satunya pembeli mengundurkan diri atau membatalkan transaksi jual

beli Tanah dan Bangunan Rumah karena suatu sebab atau alasan apapun juga.115

2.5.3 Aspek Hukum Perpajakan Dalam Pengambilalihan Aset Debitur

(AYDA)

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa

salah satu upaya dalam penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh bank

adalah melalui pengambilalihan aktiva debitur yang dijaminkan kepada bank pada

saat melakukan pinjaman.

Salah satu prosedur dan syarat yang harus ditempuh dalam penyelesaian kredit

macet melalui pengambilalihan asset debitur adalah pemenuhan pembayaran

pajak. Pajak-pajak yang harus dibayar dalam pelaksanaan AYDA yakni:

a. PPhTB (Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau

Bangunan) sebesar 5% dari nilai tertinggi antar akta pengalihan dengan

NJOP)

b. BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) untuk balik nama

sebesar 5% x (NPOP-NPOPTKP) atau 5% x (NJOP-NJOPTKP)

c. Pelunasan PBB sampai saat dialihkannya asset (bagi asset berupa benda

tidak bergerak)

Selain itu AYDA yang tidak terjual kepada pihak lain harus dibalik nama ke

Bank, sehingga akan timbul biaya-biaya sebagai berikut:

1. Biaya pajak pembeli 5% (BPHTB)

2. Biaya pajak penjual 5%

3. Biaya Balik Nama

4. Biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)

115 Ibid, angka IX tentang Ketentuan Pembatalan Pengikatan angka 2 huruf (f).

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

5. Biaya Roya

Selain biaya-biaya pajak yang telah disebutkan diatas, berdasarkan SE-

121/PJ/2010 tentang Penegasan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan

Usaha Perbankan, juga mengatur bahwa penjualan AYDA merupakan penyerahan

barang yang terhutang Pajak Pertambahan Nilai.116

Issue AYDA terjadi karena terbitnya SE-121/PJ/2010 yang mengatur bahwa

bank umum dianggap juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan

penyerahan jasa. Dalam SE tersebut terdapat ketentuan yang terkait dengan

Agunan yang Diambil Alih (AYDA) sebagaimana berikut:

“6. Disamping usaha pada butir 3 sampai dengan butir 5 di atas, bank umum juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan penyerahan jasa, misalnya berupa membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik aguna dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 12A UU Perbankan. Dalam hal ini, penjualan agunan, yang telah diambilalih oleh bank tersebut, merupakan penyerahan Barang Kena Pajak yang terutang PPN”

PPN ditinjau dari ilmu perpajakan termasuk dalam kategori (1) pajak objektif,

(2) pajak atas konsumsi umum dalam negeri, dan (3) pajak tidak langsung.

Menurut pakar PPN, Untung Sukardi, pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang

saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif yang disebut

taatbestand. Istilah tersebut mangacu kepada keadaan, peristiwa atau perbuatan

hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan objek pajak. PPN

sebagai pajak objektif dapat diartikan sebagai kewajiban membayar pajak oleh

konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau badan dan tidak berkolerasi dengan

tingkat penghasilan tertentu. Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang

termasuk objek PPN, akan diperlakukan sama dan wajib membayar PPN atas

konsumsi barang atau jasa tersebut.

116 Gunadi, Haula, Rosdiana dkk, Laporan Kajian Akademik “Analisis Kebijakan Pajak

Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Jasa Perbankan (Pengalihan Aktiva, Agunan Yang Diambilalih, dan Pemberian Cuma-Cuma)”, (Depok: Pusat Kajian Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), hal. 64.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Di samping sebagai pajak objektif, PPN di Indonesia termasuk dalam kategori

pajak atas konsumsi. Ditinjau dari hukum perpajakan, pajak atas konsumsi adalah

pajak yang timbul akibat suatu peristiwa hukum yang menjadi beban konsumen

baik secara yuridis maupun ekonomis. Maksudnya, yang dikenai pajak adalah

barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, bukan barang-barang dalam proses

produksi, dan ditujukan pada konsumen akhir. Selama barang-barang itu masih

dalam siklus produksi atau distribusi, pengenaan PPN pada area itu bersifat

sementara yang dapat dibebankan kepada pembeli berikutnya, melalui mekanisme

pengkreditan pajak masukan. Dalam penjelasan atas Undang-undang PPN,

ditegaskan bahwa PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di dalam

daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat pada setiap jalur produksi dan

distribusi.

Sehingga berdasarkan pada konsep pengenaan PPN diatas, maka terhadap

AYDA tidak dapat diberlakukan pengenaan PNN. Hal ini karena asset yang

diambilalih oleh bank bukan barang-barang atau jasa yang dikonsumsi, namun

untuk ditujukan pada konsumen akhir. Dimana dalam pelaksanaan AYDA bank

tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepatnya harus dijual

kembali kepada pihak lain yang dalam hal ini adalah konsumen akhir. Pengenaan

PPN dalam hal ini bersifat sementara yang dapat dibebankan kepada pembeli

berikutnya/konsumen akhir malalui mekanisme pengkreditan pajak masukan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 1A ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai, disebutkan bahwa yang tidak

termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah penyerahan

Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang. Dengan demikian, tidak ada

pajak masukan yang dibayar oleh perbankan ketika debitur menyerahkan aktiva

sebagai jaminan kredit.117

AYDA bukan merupakan barang dagangan dan nature of business perbankan

dan juga bukan merupakan jual beli aktiva. Pembelian oleh pihak bank bukan

117 Ibid, hal. 66.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

dimaksudkan untuk dijadikan barang dagangan dengan harapan bank akan

mendapatkan capital gain atas penjualan agunan tersebut.

Dalam Pasal 12A Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa

pembelian agunan oleh bank selaku kreditur dimaksudkan untuk mempercepat

penyelesaian kewajiban nasabah debiturnya. Bank bahkan tidak diperbolehkan

memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus dijual kembali agar

hasil penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank.

Dengan demikian AYDA bukan merupakan penyerahan Barang Kena Pajak

yang terutang PPN. Sebagaimana diatur dlaam Pasal 1A ayat (2) huruf b UU No

42 Tahun 2009, penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang

bukan merupakan penyerahan yang terutang PPN.

Penjualan AYDA bukan merupakan kegiatan usaha bank, juga didukung

dengan dihapusnya ketentuan Pasal 6 huruf k Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan yang berkaitan dengan pengambilalihan dan penjualan

agunan dari kegiatan usaha bank umum pada Undang-Undang No 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Selain itu, ketika debitur menyerahkan agunan tersebut secara sukarela atau

berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang kepada pihak Bank, atas

penyerahan tersebut bukan merupakan penyerahan yang terutang PPN baik

berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf a (karena tidak ada transfer of ownership/ hak

kepemilikan berubah) ataupun berdasarkan Pasal 16D.

2.5.4 Kewajiban Bank Dalam Mencairkan Agunan Yang Diambil Alih Dalam

Waktu 1 (Satu) Tahun.

Dalam Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa bank

umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan

maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan

dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank.

Namun berdasarkan penjelasan Pasal 12A ayat (1) Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan tersebut menentapkan bahwa bank tidak diperbolehkan memiliki

agunan yang dibelinya dan secepatnya harus dijual kembali agar hasil penjualan

agunan dapat segera dimanfaatkan. Karena pembelian agunan oleh bank

dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat mempercepat penyelesaian

kewajiban nasabah debiturnya.

Penjualan kembali agunan yang telah diambilalih oleh bank terkadang

menemui kendala dalam pencairannya, khususnya agunan yang berupa benda

tidak bergerak. Sehingga terkadang agunan yang telah dikuasai oleh bank belum

dapat dicairkan kembali dalam waktu 1 (satu) tahun sejak dilakukan

pengambilalihan.

Maka dalam waktu 1 (satu) tahun terhadap agunan belum juga terjual maka

harus dilakukan balik nama kepada bank yang bersangkutan. Sehingga akan

timbul biaya-biaya sebagai berikut:118

1. Biaya pajak pembeli 5% (BPHTB)

2. Biaya pajak penjual 5%

3. Biaya Balik Nama

4. Biaya PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)

5. Biaya Roya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bank pemerintah pelaksanaan

AYDA bukan merupakan pilihan yang diambil diakibatkan karena biaya yang

cukup besar yang harus dikeluarkan dalam proses pengambilalihan aset dan juga

adanya kendala mengenai pembatasan jangka waktu bagi bank untuk memiliki

118 Wawancara dengan Bapak Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank

Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

aset yang telah diambilalih untuk segera dicairkan kembali sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang akan

berdampak pada neraca keuangan bank.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

BAB 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Salah satu upaya penyelamatan kredit macet pada bank adalah dengan

dilakukannya pengambilalihan aset debitur (AYDA). Pemilihan

penyelesaian kredit macet melalui AYDA dilakukan berdasarkan

penyelesaian yang dianggap terbaik bagi bank, dalam arti memperkecil

risiko kerugian bank dan/atau mengoptimalkan manfaat dan/atau

keuntungan (mempercepat penyelesaian kredit

bermasalah/memperoleh recovery yang optimal). Prosedur

pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan aset

debitur dilakukan melalui cara sebagai berikut:

e. Penyelesaian sukarela oleh debitur, dilakukan dengan membuat

perjanjian penyerahan aset/penyelesaian kredit, melalui Akta

Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli

f. Lelang Hak Tanggungan via KPKNL/Kantor Lelang Negara

melalui Rislaah Lelang

g. Pengambilalihan melalui proses hukum/litigasi/lelang eksekusi

via Pengadilan Negeri melalui Risalah Lelang.

Penyelesaian kredit macet melalui pengambilalihan aset debitur

tidaklah semudah yang dibayangkan dan pada dasarnya bukan

merupakan alternatif terbaik dalam penyelesaian kredit, mengingat

biaya yang dikeluarkan untuk AYDA cukup besar dan adanya jangka

waktu yang membatasi bank untuk mengambilalih.

2. Peran Notaris dalam pelaksanaan pengambilalihan aset debitur sebagai

salah satu alternatif penyelesaian kredit macet pada bank adalah

dengan membuat akta-akta otentik yang merupakan alas hak yang sah

sebagai landasan hukum beralihnya suatu jaminan milik debitur

kepada bank secara hukum. Untuk melakukan pengambilalihan

melalui kompensasi agunan kredit, akta-akta yang diperlukan guna

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

kepentingan bank dan debitur yakni Akta Jual Beli atau Perjanjian

Pengikatan Jual Beli. Disamping akta-akta tersebut juga dibuat akta-

akta pendukung lainnya seperti akta perjanjian penyelesaian hutang

dengan penyerahan barang jaminan, akta pernyataan, akta surat kuasa

untuk menjual, akta perjanjian pengosongan.

3.2 Saran

Pada kenyataan dilapangan, praktek pelaksanaan AYDA sebagai salah satu

alternatif penyelesaian kredit macet tidaklah mudah. Hal ini diakibtakan

karena biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan pihak bank dalam

proses pengambilalihan aset dan juga belum adanya keputusan yang

bersifat tegas dan jelas atas pelaksanaan AYDA melalui Peraturan

Pemerintah seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7 Tahun 1992

tentang Perbankan

Selain itu adanya pembatasan jangka waktu yang ditetapkan oleh Pasal

12A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dimana bank harus

segera mancairkan aset yang diambilalih dalam jangka waktu 1 (satu)

tahun terhitung dilaksanakan AYDA, menimbulkan keenganan pihak bank

untuk memilih AYDA sebagai langkah dalam menyelesaikan kredit macet.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulkadir, Muhammad, Murniati Rilda. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan.

(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000)

Adjie, Habib. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT. (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2009)

-----------------. Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris. (Bandung: P.T Refika Aditama, 2008)

Andasasmita, Komar. Notaris 1. (Bandung: Sumur Bandung, 1981)

Badrulzaman, Mariaml. Perjanjian Kredit. (Bandung: Penerbit Alumni, 1983)

Bachtiar, Sibarani. Kredit Macet dan Upaya Penanggulangannya (Himpunan

dari sebagian Karya Tulis yang pernah diterbitkan Surat Kabar dan

Majalah). (Bandung, 2001)

Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan di Indonesia. (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 1996)

Gunadi. Haula. Rosdiana dkk. Laporan Kajian Akademik “Analisis Kebijakan

Pajak Pertambahan Nilai Atas Kegiatan Jasa Perbankan (Pengalihan

Aktiva, Agunan Yang Diambilalih, dan Pemberian Cuma-Cuma)”. (Depok:

Pusat Kajian Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia)

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia. (Jakarta: Djambatan, 1999)

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2006)

Kansil, C.S.T dan Christine S.T.Kansil. Pokok-Pokok Pengetahuan hukum

Dagang Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002)

Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2004)

Nasroen, Yasabari, dan Nina Kurnia Dewi. Penjaminan Kredit, mengantar UKMK

Mengakases Pembiayaan. (Bandung: PT. Alumni, 2007)

Notodisoerjo, Soegondo. Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan.

(Jakarta: Rajawali Pers, 1982)

Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum. (Yogyakarta: Penerbit Universitas

Atma Jaya Yogyakarta, 2010)

Samudera, Teguh. Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata. (Bandung: PT.

Alumni, 2004)

Setiawan. Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata. (Bandung: Alumni,

1992)

Setyawan, Rene. Penghimpunan Dana. (Medan: Universitas Sumatera Utara,

1994)

Sibarani, Bachtiar. Pembelian dan Penjualan Agunan Oleh Bank Dalam

Penyelesaian Kredit Macet. (Bandung: Suara Pembaharuan, 2001)

Sjahdeini, Sutan, Remy. Kebebasan berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. (Jakarta:

Institut Bankir Indonesia, 1993)

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Sjaifurrachman. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta.

(Bandung: Mandar Maju, 2011)

Soewarso, Indrawati. Aspek Hukum Jaminan Kredit. (Jakarta: Institut Bankir

Indonesia, 2002)

Subekti. Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia.

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991)

----------. Hukum Perjanjian. (Jakarta: PT. Intermasa, 2005)

----------. Aneka Perjanjian. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995)

Suharno. Analisa Kredit. (Jakarta: Djambatan, 2003).

Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2005)

Sundari, Arie. Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Pertanggungjawaban

Bank Terhadap Nasabah. (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional

Departeman Kehakiman Republik Indonesia).

Sutojo, Siswanto. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep, Teknik dan

Kasus. (Jakarta; PT. Damar Mulia Pustaka, 2000)

Suyatno, Thomas. Dasar-Dasar Perkreditan. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1991)

Syarif, Arbi. Mengenal Bank dan Lembaga keuangan Non Bank. (Jakarta:

Djambatan, 2003)

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

Symposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan. (Jakarta: Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1985)

Tobing, G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris. (Jakarta: Penerbit Erlangga,

1996)

Usman, Rachamadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia. (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003)

Widjaja Gunawan dan Kartini Muljadi. Hapusnya Perikatan. (Jakarta: PT.

Grafindo Persada, 2003)

Widjanarto. Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah. (Jakarta:

InfoBank, 1997)

Wiraatmadja, Rasjim. Pengikatan Jaminan Kredit Perbankan. (Jakarta: PT. Bank

NISP, 1984)

TESIS

Tahir, Kamil. Peran Notaris dalam Penyelesaian Kredit Macet Perbankan.

(Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Program Studi Ilmu HUkum

Universitas Indonesia, 2002)

Parwati, Ni Wayan, Anik. Penyelesaian Kredit Macet Melalui Pengambilalihan

Asset Debitur (AYDA) Beruapa Tanah dan Bangunan sebagai Alternatif

penyelesaian Kredit Macet di Bank Century, Tbk di Jakarta. (Semarang:

Program Studi Magister Kenotariatan, Program PascaSarjana Universitas

Diponegoro, 2009)

Rizka, Anastasia Adha. Pelaksanaan PPJB dalam Kaitannya dengan Kuasa

Mutlak di Kotamadya Bekasi Tahun 2002 Studi Kasus Yayasan Yanatera.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

(Depok: Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas

Indonesia, 2003)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)”, Cet

XIX, diterjemahkan oleh Subekti dan Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 1995)

-------------.Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor

09/KPTS/M/1995 tentang pedoman Pengikatan Jual Beli Rumah.

---------------, Peraturan pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, Nomor 10 Tahun

1961

---------------, Peraturan Bank Indonesia Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum Nomor 7/2/PBI/2005.

---------------,Peraturan Bank Indonesia Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Nomor 9/9/PBI/2007

---------------,Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Tentang Jaminan

Pemberian Kredit Nomor 23/69/KEP/DIR

---------------, Undang-Undang Tentang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PERANAN NOTARIS DALAM …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334349-T32614-Nalia Safitri.pdf · PENGAMBILALIHAN ASET DEBITUR (AYDA) SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

Universitas Indonesia

---------------, Undang-Undang Tentang Pokok-Pokok Agraria Nomor 5 Tahun

1960.

WAWANCARA

Wawancara dengan Eni Yuniarni, (staf Group Kredit Bank DKI Jakarta), pada

tanggal 28 November 2012.

Wawancara dengan Vittory, (staf Divisi SMEB Collection dan Recovery PT Bank

Internasional Indonesia, TBk Jakarta), pada tanggal18 Oktober 2012.

INTERNET

Lulu Anjarsari,

http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/webmk/index.php?page=web.Berit

a&id=7534#.UL34J-Rg-GM, diakses pada tanggal 10 Desember 2012,

pada pukul 20.49 WIB.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5061a7c18afe5/mk-rombak-aturan-

piutang-bumn. diaksese pada tanggal 10 Desember 2012, pada pukul 20.55

WIB.

Peranan notaris..., Nalia Safitri, FH UI, 2013